179
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 sebagai salah satu keluaran dari upaya penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dan gambaran hasil berbagai program yang telah dilaksanakan khususnya bidang kesehatan. Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 ini merupakan peremajaan dan perkembangan data dari tahun sebelumnya sebagai hasil dari berbagai upaya kesehatan. Data yang digunakan dalam proses penyusunan profil kesehatan bersumber dari berbagai unit kerja baik dilingkungan Dinas Kesehatan maupun diluar lingkungan Dinas Kesehatan, sebagai refleksi perkembangan kesehatan di Kota Sukabumi. Melalui penyusunan profil kesehatan yang dilaksanakan setiap tahun dengan berbagai perkembangan indikator yang digunakan dalam pembangunan kesehatan, diharapkan menjadi bahan yang sangat berguna untuk melakukan analisa kecenderungan dalam konteks penentu strategi dan kebijakan kesehatan dimasa yang akan datang. Kami menyadari sepenuhnya bahwa profil kesehatan ini masih jauh dari sempurna dan akan sulit terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami sangat mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 ini, kami sampaikan terima kasih. Sukabumi, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA SUKABUMI dr. RITANENNY E.S.M., MP Pembina Utama Muda NIP. 19591108 198511 2 001 i

KATA PENGANTAR - portal.sukabumikota.go.id · 3.1 Kematian Ibu Berdasarkan Periode Meninggal di Kota Sukabumi Tahun 2014 16 3.2 Kematian Ibu Berdasarkan Wilayah Kecamatan di Kota

  • Upload
    buinhi

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 sebagai salah satu keluaran dari

upaya penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dan gambaran hasil

berbagai program yang telah dilaksanakan khususnya bidang kesehatan.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 ini merupakan peremajaan

dan perkembangan data dari tahun sebelumnya sebagai hasil dari berbagai

upaya kesehatan. Data yang digunakan dalam proses penyusunan profil

kesehatan bersumber dari berbagai unit kerja baik dilingkungan Dinas Kesehatan

maupun diluar lingkungan Dinas Kesehatan, sebagai refleksi perkembangan

kesehatan di Kota Sukabumi.

Melalui penyusunan profil kesehatan yang dilaksanakan setiap tahun

dengan berbagai perkembangan indikator yang digunakan dalam pembangunan

kesehatan, diharapkan menjadi bahan yang sangat berguna untuk melakukan

analisa kecenderungan dalam konteks penentu strategi dan kebijakan kesehatan

dimasa yang akan datang.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa profil kesehatan ini masih jauh dari

sempurna dan akan sulit terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu dengan segala kerendahan hati, kami sangat mengharapkan saran

dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.

Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya

dalam penyusunan Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 ini, kami

sampaikan terima kasih.

Sukabumi, Juni 2015

KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA SUKABUMI

dr. RITANENNY E.S.M., MP Pembina Utama Muda

NIP. 19591108 198511 2 001

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GRAFIK

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.………………………………………………………………

B. Tujuan ………………………………………………………………………..

1. Tujuan Umum.……………………………………………...……...……..

2. Tujuan Khusus.………………………………………….…………….....

C. Sistematika Penyajian..………………………………………………….….

BAB II GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Wilayah …………………………………………………

B. Keadaan Penduduk.…………………………………………………………

C. Keadaan Pendidikan ………………………………………………………..

D. Keadaan Ekonomi ………………..…..…………………………………..

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT

A. Derajat Kesehatan ……………………………………………………........

B. Angka Kematian…………………………………………………….............

1. Angka Kematian Ibu …………………….........……………………..

2. Angka Kematian Bayi ……………………………………..…….......

3. Kematian Anak Balita dan Angka Kematian Balita (AKABA) ……

4. Review Maternal Perinatal (RMP) ………………………………….

C. Akses Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K4) ……………………….……...

D. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani ……….………………

E. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang

Memiliki Kompetensi ……..…………………………………………………

F. Cakupan Pelayanan Nifas ……………………..………………….............

G. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus ……………………………

H. Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap …………………………………

i

ii

vi

viii

1

2

2

2

3

4

6

12

13

15

15

15

18

21

22

23

25

28

31

34

37

ii

I. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi …………………………………….

J. Status Gizi Masyarakat …………………………………………………….

1. Cakupan Balita Gizi Buruk ………………………………………….

2. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan ………………..

3. PMT-Pemulihan Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang Gakin ………

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. Pengendalian Penyakit ………………………………………………….

1. Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) ……………...

a. Tuberculose (TB) ……………………………………………….

b. Kolaborasi TB-HIV ……………………………………………...

c. Programmatic Management Of Drug Resistant TB (PMDT)

TB-MDR ………………………………………………………….

d. Ispa-Pneumoni ………………………………………………….

e. Diare ……………………………………………………………...

f. Kusta ……………………………………………………………..

2. Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2BB) ……………

a. Rabies ……………………………………………………………

b. DBD (Demam Berdarah Dengue) dan Chikungunya ……….

c. Malaria …………………………………………………………...

d. Filariasis ………………………………………………………….

e. P2-HIV/AIDS dan Penyalahgunaan NAPZA …………………

f. Program Penyakit Tidak Menular (PTM) ……………………..

g. Program Lansia …………………………………………………

h. Kesehatan Indera ……………………………………………….

i. Kesehatan Kerja ………………………………………………...

j. Kesehatan Jiwa …………………………………………………

k. Kesehatan Olah Raga ………………………………………….

l. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) …………………………….

m. Perkesmas ………………………………………………………

B. Program Imunisasi ………………………………………………………

1. Imunisasi Rutin ..…………………………………………………….

a. Ketepatan laporan ………………………………………………

39

42

42

44

46

49

49

50

55

57

60

63

67

69

69

72

79

80

81

92

95

102

103

104

104

105

106

108

108

108

iii

b. Cakupan imunisasi bayi ………………………………………..

c. Cakupan imunisasi ibu hamil ………………………………….

d. Universal Child Imunization (UCI) …………………………….

2. Validasi Data Cakupan Program Imunisasi ………………………

3. Evaluasi Data Hasil Cakupan Program Imunisasi ……………….

4. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) ……………………………

a. Campak ………………………………………………………….

b. DT-Td ……………………………….……………………………

5. Sertifikasi Imunisasi Dasar Lengkap Bayi ………………………..

6. On the Job Training (OJT) Pelaksana Imunisasi Puskesmas ….

C. Program Surveilans ……………………………………………………

1. Surveilans Campak …………………………………………………

2. Surveilans AFP ……………………………………………………...

3. Kewaspadaan Dini dan Respon Terhadap KLB …………………

4. Surveilans Matra …………………………………………………….

D. Program Penyehatan Lingkungan ……………………………………..

1. Sanitasi Dasar ……………………………………………………….

a. Rumah sehat …………………………………………………….

b. Penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) ……

c. Penduduk dengan akses air minum berkualitas (layak) ……

d. Pengelolaan sampah rumah tangga ………………………….

e. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) ……………………

2. Tempat Tempat Umum (TTU) ……………………………………..

3. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) ……………………………

4. Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan …………………………….

BAB V SITUASI SUMBERDAYA KESEHATAN

A. Sarana Kesehatan……………………………………………………….

B. Tenaga Kesehatan……………………………………………………….

1. Rasio Dokter Umum Per Satuan Penduduk ……………………..

2. Rasio Dokter Spesialis Per Satuan Penduduk …………………..

3. Rasio Dokter Gigi Per Satuan Penduduk ………………………...

4. Rasio Tenaga Keperawatan Per Satuan Penduduk ……………

109

110

111

111

112

112

112

112

112

113

113

114

116

117

120

120

122

122

123

124

125

126

127

128

130

133

137

139

139

139

140

iv

C. Pembiayaan Kesehatan…………………………………………………

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………….

B. Saran………………………………………………………………………

148

155

156

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal 2.1 Jarak Puskesmas Hubungannya dengan Situasi Geografis

Kota Sukabumi

5

2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kota Sukabumi Tahun 2014

7

2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kota Sukabumi Tahun 2014

8

3.1 Jumlah Kematian Ibu Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

17

3.2 Kematian Bayi Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

21

3.3 Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

45

4.1 Capaian TB-HIV Tahun 2014 Kota Sukabumi

56

4.2 Data Capaian TB-HIV 10 Variabel HIV Tahun 2013 Kota Sukabumi

56

4.3 Sarana Kesehatan Terkait PPTM Tahun 2014 Kota Sukabumi

93

4.4 Jumlah Tenaga Terlatih PPTM Tahun 2014 Kota Sukabumi

93

4.5 Jumlah Alat dan Bahan PPTM Tahun 2014 Kota Sukabumi

93

4.6 Jumlah Penduduk Lansia dan Pra Lansia Menurut Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

96

4.7 Jumlah Penduduk Lansia Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

97

4.8 Sumberdaya, Sarana dan Prasarana di Posbindu Tahun 2014 Kota Sukabumi

98

4.9 Data Pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah Tahun 2014 Kota Sukabumi

106

vi

4.10 Rekapitulasi Suspect Campak di Kota Sukabumi Tahun 2014

114

4.11 Distribusi Penemuan Kasus AFP di Kota Sukabumi Tahun 2014

117

4.12 Distribusi dan Jenis KLB di Kota Sukabumi Tahun 2014

118

4.13 Kondisi Kesehatan Calon Jemaah Haji Tahun 2014 Kota Sukabumi

120

4.14 Penilaian Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan di Kota Sukabumi Tahun 2014

132

5.1 Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Sukabumi Tahun 2014

135

5.2 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

136

5.3 Jumlah Tenaga Kedokteran di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014

141

5.4 Jumlah Tenaga Bidan, Perawat dan Gizi di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014

142

5.5 Jumlah Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014

143

5.6 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat & Tenaga Kesehatan Lingkungan di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014

144

5.7 Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014

145

5.8 Anggaran Kesehatan Berbagai Sumber di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun Anggaran 2014

150

5.9 Anggaran Kesehatan Berbagai Sumber di Kota Sukabumi Tahun Anggaran 2014

151

vii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Judul Hal 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Sukabumi

Tahun 2014

10

2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kota Sukabumi Tahun 2014

11

2.3 Piramida Penduduk Kota Sukabumi Tahun 2014

11

3.1 Kematian Ibu Berdasarkan Periode Meninggal di Kota Sukabumi Tahun 2014

16

3.2 Kematian Ibu Berdasarkan Wilayah Kecamatan di Kota Sukabumi Tahun 2014

18

3.3 Kematian Bayi Berdasarkan Wilayah Kecamatan di Kota Sukabumi Tahun 2014

20

3.4 Cakupan K4 Tahun 2014 Kota Sukabumi (Target 90%)

23

3.5

Cakupan K4 Periode Tahun 2010-2014 Kota Sukabumi 24

3.6 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Tahun 2014 Kota Sukabumi (Target 79%)

26

3.7 Pencapaian Penanganan Komplikasi Kebidanan Periode 2010-2014 Kota Sukabumi

27

3.8 Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Tahun 2014 Kota Sukabumi (Target 90%)

29

3.9 Pencapaian Linakes Periode Tahun 2010-2014 Kota Sukabumi

30

3.10 Cakupan KF Lengkap Tahun 2014 Kota Sukabumi (Target 89%)

32

3.11 Cakupan KF Lengkap Periode Tahun 2010-2014 Kota Sukabumi

33

3.12 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus Tahun 2014 Kota Sukabumi (Target 84%)

35

viii

3.13 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus Periode Tahun 2010-2014 Kota Sukabumi

36

3.14 Cakupan KN Lengkap Tahun 2014 Kota Sukabumi (Target 88%)

38

3.15 Cakupan KN Lengkap Periode Tahun 2010-2014 Kota Sukabumi

39

3.16 Cakupan Kunjungan Bayi Tahun 2014 Kota Sukabumi (Target 86%)

40

3.17 Cakupan Kunjungan Bayi Periode Tahun 2010-2014 Kota Sukabumi

41

3.18 Jumlah Balita Gizi Buruk Tahun 2014 Kota Sukabumi

44

4.1 Angka Notifikasi Kasus (CNR) TB Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

51

4.2 Cakupan Penemuan Suspek TB Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

52

4.3 Case Detection Rate (CDR) Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

52

4.4 Cure Rate (Angka Kesembuhan) TB Kota Sukabumi Tahun 2014

53

4.5 Cure Rate (Angka Kesembuhan) TB Puskesmas Kota Sukabumi Tahun 2014

53

4.6 Jumlah Kematian TB Kota Sukabumi Tahun 2011-2014

54

4.7 Trend Angka Kematian (CFR) TB Kota Sukabumi Tahun 2010-2014

54

4.8 Jumlah Kasus TB BTA (+) Per Fasilitas Sarana Pelayanan Kesehatan Tahun 2012-2014

55

4.9 Jumlah Konfirmasi Suspek TB-MDR Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

58

4.10 Mapping Penderita TB-MDR Ditangani di Puskesmas Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

59

4.11 Cakupan Kegiatan P2 ISPA-Pneumonia Kota Sukabumi Tahun 2014

62

ix

4.12

Trend Jumlah Kematian Akibat Pneumoni di Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

63

4.13 Cakupan Kegiatan P2 Diare Puskesmas Kota Sukabumi Tahun 2014

65

4.14 Trend Jumlah Kematian Akibat Diare Kota Sukabumi Tahun 2010-2014

66

4.15 Jumlah Kasus Kusta Kota Sukabumi Tahun 2011-2014

68

4.16 Mapping Kasus Kusta Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2011-2014 Kota Sukabumi

69

4.17 Kasus Gigitan HPR Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

70

4.18 Trend Kasus Gigitan HPR dan Kasus Positif Rabies Pada Hewan Tahun 2011-2014 Kota Sukabumi

71

4.19 Trend Kasus Gigitan HPR Dan Pemberian VAR Tahun 2011-2014 Kota Sukabumi

71

4.20 Trend Kasus dan Kematian DBD Kota Sukabumi Tahun 2011-2014

73

4.21 Trend Kasus DBD Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

73

4.22 Trend Kasus DBD Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2012-2014 Kota Sukabumi

74

4.23 Persentase Kasus DBD Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014 Kota Sukabumi

74

4.24 Data Kasus DBD Menurut Kecamatan Tahun 2013-2014 Kota Sukabumi

75

4.25 Jumlah Kasus DBD Menurut Kelurahan Tahun 2014 Kota Sukabumi

75

4.26 Trend Jumlah Kasus dan Kematian Chikungunya Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

76

4.27 Data Kasus Chikungunya Menurut Kelurahan Tahun 2014 Kota Sukabumi

76

4.28 Jumlah Kasus Chikungunya Menurut Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

77

x

4.29 Trend Kasus DBD dan Chikungunya Tahun 2014 Kota Sukabumi

77

4.30 Persentase Angka Bebas Jentik (ABJ) Menurut Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

78

4.31 Jumlah Kasus Malaria Menurut Wiayah Kerja Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

79

4.32 Data Puskesmas Dengan Kasus Filariasis Kota Sukabumi Tahun 2010-2014

80

4.33 Jumlah Kasus Baru dan Kumulatif HIV-AIDS Yang Ditemukan Di Kota Sukabumi Tahun 2010-2014

82

4.34 Jumlah Kasus Baru dan Kumulatif Kasus HIV/AIDS Asal Kota Sukabumi Tahun 2010-2014

82

4.35 Tren Kasus Baru HIV/AIDS Pada Populasi Transgender Yang Ditemukan Di Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

83

4.36 Tren Kasus Baru HIV/AIDS Pada Populasi Transgender Asal Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

83

4.37 Persentase Kasus Baru HIV-AIDS Berdasarkan Asal Wilayah Tahun 2014

84

4.38 Jumlah Kasus HIV AIDS Yang Ditemukan Di Kota Sukabumi Berdasarkan Kondisinya Tahun 2014

84

4.39 Jumlah Kasus HIV AIDS Asal Kota Sukabumi Berdasarkan Kondisinya Tahun 2014

85

4.40 Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS Yang Ditemukan Di Kota Sukabumi Berdasarkan Golongan Umur Tahun 2014

85

4.41 Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS Asal Kota Sukabumi Berdasarkan Golongan Umur Tahun 2014

86

4.42 Persentase Kasus Baru HIV/AIDS Yang Ditemukan Di Kota Sukabumi Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014

86

4.43 Persentase Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS Asal Kota Sukabumi Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014

87

4.44 Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

87

xi

4.45 Jumlah Kasus IMS Tahun 2014 Kota Sukabumi

88

4.46 Target dan Capaian PTRM Kota Sukabumi Tahun 2014

89

4.47 Persentase Hasil Survey Pengetahuan Komprehensif Remaja Tentang HIV-AIDS di Kota Sukabumi Tahun 2014

90

4.48 10 Penyakit Terbanyak Penyakit Tidak Menular (PTM) Tahun 2014 Kota Sukabumi

94

4.49 Jumlah Kasus Hipertensi Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2014 Kota Sukabumi

94

4.50 Jumlah Kasus Diabetes Mellitus Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2014 Kota Sukabumi

95

4.51 Data D/S Pelayanan Pralansia & Lansia di Posbindu Kota Sukabumi Tahun 2014

99

4.52 Data Tekanan Darah Pada Lansia di Posbindu Tahun 2014 di Kota Sukabumi

100

4.53 Data Kunjungan Lansia di Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

101

4.54 Data 10 Penyakit Pada Lansia di Puskesmas Tahun 2014 di Kota Sukabumi

102

4.55 Persentase Rumah Sehat Menurut Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

122

4.56 Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat) Menurut Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

123

4.57 Persentase Penduduk dengan Akses Air Minum Berkualitas (Layak) Menurut Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

124

4.58 Persentase Pengelolaan Sampah Sehat Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kota Sukabumi Tahun 2014

125

4.59 Persentase Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Menurut Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

127

4.60 Persentase Tempat Tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat Menurut Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

128

xii

4.61

Persentase Pembinaan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Menurut Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

130

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya

berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan

negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang

termaktub dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Tujuan utama

pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia

yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan

nasional diatas maka melalui pembangunan kesehatan yang ingin dicapai

demi mewujudkan Indonesia sehat sesuai dengan Pembukaan UUD 1945

alinea ke-4, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia juga untuk memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa maka diselenggarakan program

pembangunan secara berkelanjutan, terencana dan terarah.

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

pembangunan nasional bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setingi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut

merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta

maupun pemerintah.

Pengelolaan manajemen kesehatan membutuhkan informasi data

kesehatan yang dapat dipergunakan dalam pengambilan keputusan dibidang

kesehatan. Keberhasilan pengelolaan manajemen kesehatan sangat

ditentukan dengan tersedianya data dan informasi, dukungan kemajuan ilmu

penggetahuan dan teknologi. Dengan pengelolaan manajemen kesehatan

yang baik akan mendukung pengembangan kebijakan pembangunan

kesehatan.

Sistem informasi kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus

menjadi jalur komunikasi data dan informasi antara pusat dan daerah dalam

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 1

rangka implementasi dari sistem kesehatan nasional di daerah dan mencapai

tujuan Millenium Development Goals (MDG’s).

Dalam sistem kesehatan nasional disebutkan bahwa keberhasilan

manajemen kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data

dan informasi kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi kesehatan, dukungan hukum kesehatan serta administrasi

kesehatan. Lebih lanjut disebutkan bahwa sistem kesehatan nasional terdiri

dari beberapa sub sistem, yakni sub sistem upaya kesehatan, sub sistem

pembiayaan kesehatan, sub sistem sumber daya manusia kesehatan, sub

sistem obat dan perbekalan kesehatan, sub sistem pemberdayaan

masyarakat dan sub sistem manajemen kesehatan.

Salah satu produk sistem informasi kesehatan yang selama ini menjadi

sarana komunikasi tersebut adalah profil kesehatan. Dalam profil kesehatan

ini disampaikan gambaran dan situasi kesehatan, gambaran umum tentang

derajat kesehatan dan lingkungan, situasi upaya kesehatan, dan situasi

sumber daya kesehatan.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum

Profil kesehatan Kota Sukabumi ini bertujuan untuk memberikan

gambaran pembangunan kesehatan yang sudah dilaksanakan secara

menyeluruh di Kota Sukabumi dalam periode tahun anggaran 2014.

2. Tujuan Khusus

a) Diketahuinya data dan informasi pembangunan kesehatan di Kota

Sukabumi yang meliputi derajat kesehatan, perilaku kesehatan

masyarakat, data demografi dan sosial ekonomi yang berpengaruh pada

status kesehatan masyarakat.

b) Diketahuinya data dan informasi tentang upaya kesehatan di Kota

Sukabumi yang meliputi cakupan kegiatan dan sumber daya kesehatan.

c) Diketahuinya data dan informasi masalah kesehatan yang meliputi

angka kematian, angka kesakitan dan keadaan gizi masyarakat di Kota

Sukabumi.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 2

d) Tersedianya integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh

berbagai sistem pencatatan dan pelaporan untuk kepentingan stake

holder kesehatan.

C. Sistematika Penyajian

1. Bab 1 Pendahuluan, berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan profil

kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.

2. Bab 2 Gambaran Umum, menyajikan gambaran umum Kota Sukabumi.

Selain uraian tentang geografis, administratif dan informasi umum lainnya,

bab ini juga mengulas faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi,

pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.

3. Bab 3 Situasi Derajat Kesehatan, berisi uraian tentang indikator mengenai

angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat

4. Bab 4 Situasi Upaya Kesehatan, menguraikan tentang pelayanan

kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang,

pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan

sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat

kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan

kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga meng-akomodir indikator

kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan serta upaya

pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan

Kota Sukabumi.

5. Bab 5 Situasi Sumber Daya Kesehatan, menguraikan tentang sarana

kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya

kesehatan lainnya.

6. Bab 6 Kesimpulan, merupakan uraian mengenai hal penting yang perlu

disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kota Sukabumi

Tahun 2014. Selain keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga

mengemukakan hal yang dianggap masih kurang dalam rangka

penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 3

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Wilayah

Kota Sukabumi secara Geografis terletak di bagian selatan tengah

Jawa Barat pada koordinat 106”45’50” Bujur Timur dan 106”45’50” Bujur

Timur, 6”49’29” Lintang Selatan dan 6”49’29” Lintang Selatan, terletak di kaki

Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 meter diatas

permukaan laut, dan berjarak 120 km dari Ibukota Negara (Jakarta) atau

96 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung). Batas-batas wilayah Kota

Sukabumi meliputi :

• Sebelah Utara : Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi

• Sebelah Selatan : Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi

• Sebelah Barat : Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi

• Sebelah Timur : Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi

Secara administratif wilayah Kota Sukabumi seluruhnya berbatasan

dengan wilayah Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan Perda Nomor 15 tanggal

27 September Tahun 2000, wilayah administrasi Kota Sukabumi mengalami

pemekaran menjadi 7 (tujuh) kecamatan yaitu Kecamatan Baros, Kecamatan

Cibeureum, Kecamatan Cikole, Kecamatan Citamiang, Kecamatan

Gunungpuyuh, Kecamatan Lembursitu dan Kecamatan Warudoyong. Jarak

terjauh dari balai kota adalah Kecamatan Lembursitu, yakni sejauh 7 km.

Fisiografi lahan Kota Sukabumi secara keseluruhan adalah datar di wilayah

Selatan dan berbukit di wilayah Utara, dengan kemiringan 0o - 3o dan 3o - 8o di

bagian Utara. Secara topografi Kota Sukabumi merupakan dataran tinggi,

Fenomena yang terjadi di daerah perkotaan adalah adanya perubahan fungsi

lahan pertanian ke penggunaan lain seperti pembangunan dibidang

perumahan, perdagangan dan industri sesuai dengan perda tentang

pengaturan tata ruang dan wilayah perkotaan yang tentunya berdampak

pada munculnya masalah kesehatan wilayah perkotaan secara umum.

Kondisi tifologi daerah rata-rata datar dan luas yang hanya ± 48 Km2,

maka jarak terjauh yang harus ditempuh dari Kelurahan terjauh menuju

sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas) dalam satu wilayah Kecamatan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 4

sekitar 3 Km. Hal ini memudahkan semua lapisan masyarakat untuk

mengakses sarana kesehatan, baik dengan menggunakan kendaraan roda 4

maupun roda 2. Jarak dan lama tempuh dari Kelurahan ke Puskesmas

terdekat dalam satu wilayah Kecamatan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Jarak Puskesmas Hubungannya dengan Situasi Geografis

Kota Sukabumi

No Kecamatan Kelurahan Tipologi

Luas Wilayah (Km2)

Puskesmas Jarak

Terjauh Ke Puskesmas

Rata-rata Waktu

Tempuh Ke Puskesmas

Roda 2

Roda 4

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Baros 1) Baros 2) Jaya Raksa 3) Jaya Mekar 4) Sudajaya Hilir

Jalan datar (Keramaian

rendah) 6.1 1) Baros 2 Km 15’ 20’

2 Citamiang

1) Tipar 2) Cikondang 3) Citamiang 4) Gedong

Panjang 5) Nanggeleng

Jalan datar (Keramaian

tinggi) 4.0

1) Tipar 2) Gedong

Panjang 3) Nangge

leng

1,2 Km 9’ 12’

3 Waru doyong

1) Benteng 2) Dayeuh Luhur 3) Nyomplong 4) Warudoyong 5) Sukakarya

Jalan datar (Keramaian

sedang) 7.6

1) Benteng 2) Pabua

ran 3) Suka

karya

2 Km 15’ 20’

4 Gunung Puyuh

1) Sriwedari 2) Gunung

Puyuh 3) Karamat 4) Karang

Tengah

Jalan datar (Keramaian

sedang) 5.5

1) Cipelang 2) Karang

Tengah 3 Km 22,5’ 30’

5 Cikole

1) Selabatu 2) Cikole 3) Gunung

Parang 4) Kebonjati 5) Subangjaya 6) Cisarua

Jalan datar (Keramaian

tinggi) 7.1

1) Selabatu 2) Sukabu

mi 2,3 Km 17,5’ 23’

6 Lembur situ

1) Cikundul 2) Sindangsari 3) Cipanengah 4) Situmekar 5) Lembursitu

Jalan datar (Keramaian

rendah) 8.9

1) Cikundul 2) Lembur

situ

3 Km 22,5’ 30’

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 5

No Kecamatan Kelurahan Tipologi

Luas Wilayah (Km2)

Puskesmas Jarak

Terjauh Ke Puskesmas

Rata-rata Waktu

Tempuh Ke Puskesmas

Roda 2

Roda 4

1 2 3 4 5 6 7 8 9

7 Cibeureum

1) Babakan 2) Cibeureum

Hilir 3) Sindangpalay 4) Limusnunggal

Jalan datar (Keramaian

rendah) 8.8

1) Cibeureum Hilir

2) Limus Nunggal

3 Km 22,5’ 30’

TOTAL 33 48.00 Sumber : BPS Kota Sukabumi

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jarak paling jauh menuju sarana

kesehatan (Puskesmas) dari kantor kelurahan yaitu 3 Km antara lain dalam

wilayah Kecamatan Gunung Puyuh, Kecamatan Lembur Situ dan Kecamatan

Cibeureum dengan waktu tempuh rata-rata sekitar 30 menit dengan

menggunakan roda empat dan sekitar 22,5 menit dengan menggunakan roda

dua. Akan tetapi disisi lain akses masyarakat pada fasilitas pelayanan

kesehatan dapat dikatakan 0 Km.

B. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk di suatu wilayah selalu mengalami perubahan. Hal

ini dikarenakan pertumbuhan penduduk dari waktu ke waktu pada wilayah

tersebut.

Begitupun dengan data kependudukan, sesuai dengan kaidah good

gonernance pembuatan kebijakan harus berdasarkan pada data yang

menggambarkan kondisi riil. Sehingga, apabila asumsi yang digunakan

melenceng, sudah barang tentu kebijakan yang dihasilkanpun tidak sejalan

dan tidak tepat sasaran.

Perlu disadari peran data kependudukan dalam menentukan arah

kebijakan pembangunan, begitu besar. Berdasarkan data kependudukan

itulah, pemerintah menentukan berbagai kebijakan pembangunan. Sebagai

dasar suatu kebijakan, data kependudukan yang tidak valid akan merugikan

dan membahayakan.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 6

Pembangunan baik fisik maupun sosial merupakan suatu upaya

perubahan kearah yang lebih baik. Untuk melaksanakan pembangunan

diperlukan suatu konsep, perencanaan dan strategi yang tepat dengan

memperhatikan berbagai variabel agar tujuan pembangunan tersebut berhasil.

Pembangunan yang berhasil adalah pembangunan yang memperhatikan

kependudukan sebagai titik sentral pembangunan itu sendiri.

Ketersediaan data kependudukan di semua tingkat administrasi

pemerintahan (kota, kecamatan, kelurahan) menjadi faktor kunci keberhasilan

program-program pembangunan. Data kependudukan mempunyai arti yang

sangat penting dalam pembangunan pada umumnya dan bidang kesehatan

pada khususnya, obyek sasaran kegiatan pembangunan kesehatan sebagian

besar adalah masyarakat atau penduduk.

Berkenaan dengan penyajian data dan informasi kependudukan

terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan

kesehatan, ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan lain-lain yang terkait

dengan peningkatan kesejahteraan manusia, maka data dan informasi perlu

menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya baik dari sisi jumlah

maupun kualitas data dan dikemas secara baik, sederhana, informatif, tepat

waktu dan disajikan secara berkelanjutan.

Data jumlah penduduk yang digunakan dalam profil ini menggunakan

data yang bersumber dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun

2013, mengingat pada waktu validasi data masih menggunakan data

penduduk tahun 2013.

Jumlah penduduk di Kota Sukabumi pada Tahun 2014 adalah

sebesar 342.086 jiwa. Dengan komposisi penduduk sebagai berikut:

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

di Kota Sukabumi Tahun 2014 Umur

(Tahun) Laki-laki Perempuan Total

1 2 3 4

0 – 4 10,129 9,375 19,504

5 – 9 15,461 14,539 30,000

10 -14 16,481 15,520 32,001

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 7

Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan Total

1 2 3 4

15 – 19 15,008 14,131 29,139

20 – 24 14,493 14,456 28,949

25 – 29 14,996 14,363 29,359

30 – 34 16,299 15,781 32,080

35 – 39 14,132 13,465 27,597

40 – 44 12,209 12,072 24,281

45 – 49 11,314 11,281 22,595

50 – 54 9,380 9,205 18,585

55 – 59 7,761 7,450 15,211

60 – 64 5,868 5,734 11,602

65 – 69 3,359 3,711 7,070

70 – 75 3,303 3,872 7,175

75+ 2,919 4,019 6,938

Jumlah 173.112 168.974 342.086 Sumber : DKPS Kota Sukabumi

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin dan Kecamatan

di Kota Sukabumi Tahun 2014

No Kecamatan Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Laki - Laki

0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Gunungpuyuh 48,142 1,444 4,595 12,423 4,768 1,253 24,483

2 Cikole 64,882 1,830 5,778 15,967 6,724 2,083 32,382

3 Citamiang 53,942 1,573 5,110 13,619 5,451 1,446 27,199

4 Warudoyong 61,521 1,741 5,744 16,149 6,142 1,757 31,533

5 Baros 35,351 1,173 3,193 9,122 3,570 865 17,923

6 Lembursitu 37,766 1,077 3,451 9,451 3,788 1,183 18,950

7 Cibeureum 40,482 1,291 4,071 10,406 3,880 994 20,642

Jumlah (Kota) 342,086 10,129 31,942 87,137 34,323 9,581 173,112

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 8

No Kecamatan

Jumlah Penduduk Perempuan Rasio Beban Tang

gungan

Rasio Jenis Kela min 0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Gunungpuyuh 1,261 4,189 11,937 4,682 1,590 23,659 42.39 103.48

2 Cikole 1,780 5,433 15,638 7,035 2,614 32,500 43.03 99.64

3 Citamiang 1,415 4,748 13,172 5,562 1,846 26,743 42.69 101.71

4 Warudoyong 1,583 5,393 15,028 5,790 2,194 29,988 42.71 105.15

5 Baros 1,068 3,194 8,763 3,401 1,002 17,428 42.22 102.84

6 Lembursitu 1,049 3,332 9,430 3,703 1,302 18,816 43.20 100.71

7 Cibeureum 1,219 3,770 10,300 3,497 1,054 19,840 44.15 104.04

Jumlah (Kota) 9,375 30,059 84,268 33,670 11,602 168,974 42.89 102.45

Sumber : DKPS Kota Sukabumi

Rasio jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan

angka rasio jenis kelamin 102. Artinya bahwa setiap 100 orang perempuan,

terdapat 102 orang laki-laki. Selain itu tampak pula bahwa kelompok usia

muda (produktif) menempati jumlah tertinggi dari total populasi yang ada.

Dalam hal ini kaitannya dengan angka beban ketergantungan. Angka ini

menyatakan beratnya tanggungan kelompok usia produktif terhadap usia tidak

produktif. Semakin banyak kelompok usia non-produktif maka semakin berat

beban usia produktif. Angka beban ketergantungan penduduk Kota Sukabumi

adalah 42.89 %, artinya setiap 100 penduduk usia produktif di Kota Sukabumi

menanggung sekitar 43 penduduk usia belum/tidak produktif.

Sedangkan menurut kecamatan, jumlah penduduk yang terbanyak

berturut-turut adalah Kecamatan Cikole, Kecamatan Warudoyong dan

Kecamatan Citamiang dengan jumlah penduduk diatas 50.000 jiwa. Hal ini

bila dilihat dari kondisi geografisnya ketiga Kecamatan tersebut berada diarea

wilayah perkotaan yang merupakan area pengembangan perumahan dan

perdagangan. Jumlah penduduk menurut kecamatan, dapat dilihat pada grafik

berikut ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 9

Grafik 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan

di Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : DKPS Kota Sukabumi

Begitupun dengan keadaan jumlah penduduk menurut jenis kelamin

per kecamatan tentunya sama banyaknya dengan jumlah penduduk menurut

kecamatan secara keseluruhan, akan tetapi yang harus menjadi perhatian

adalah pengarusutamaan gender terutama dalam pekerjaan yang berdampak

pada masalah kesehatan kaum perempuan juga anak-anak, mengingat area

tersebut merupakan pusat perdagangan.

Berikut grafik jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kecamatan

tahun 2014 :

48,142

64,882

53,942

61,521

35,351 37,766

40,482

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 10

Grafik 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan

di Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : DKPS Kota Sukabumi

Grafik 2.3

Piramida Penduduk Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : DKPS Kota Sukabumi

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

Gn.puyuh Cikole Citamiang Wr.doyong Baros Lb.situ Cibeureum

Laki-laki

Perempuan

20,000 15,000 10,000 5,000 0 5,000 10,000 15,000 20,000

0 - 45 - 9

10 - 1415 - 1920 - 2425 - 2930 - 3435 - 3940 - 4445 - 4950 - 5455 - 5960 - 6465 - 6970 - 74

75 +Perempuan

Laki-laki

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 11

Berdasarkan pada piramida penduduk di atas bila dibandingkan

antara penduduk Balita dengan lansia usia 55 tahun ke atas maka jumah

lansia hampir menyamai penduduk Balita 0-4 tahun. Hal ini tentunya

berdampak pada masalah kesehatan yang sangat serius dimana pada

penduduk lansia akan diwarnai dengan tingginya penyakit tidak menular atau

penyakit-penyakit degeneratif sementara pada usia Balita masih ditandai

tingginya penyakit-penyakit infeksi yang menyebabkan meningkatnya

kematian pada usia Balita. Sedangkan pada usia sekolah dan angkatan kerja

jumlahnya berimbang, namun harus juga diwaspadai masalah kesehatan

yang semakin meningkat akibat perilaku yang tidak bertanggung jawab dari

mereka usia sekolah dan usia angkatan kerja.

C. Keadaan Pendidikan

Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak

pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan di dunia ini.

Dikatakan demikian, karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan

dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan

pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala

bidang kehidupan.

Krisis multi dimensi membawa hikmah dan pelajaran yang luar biasa

besarnya untuk mampu menatap dan membangun masa depan dengan

semangat yang lebih optimis. Pelayanan pendidikan yang berkualitas adalah

pembangunan pendidikan melalui peningkatan infrastruktur dan suprastruktur

pendidikan, baik dari segi manajemen maupun kurikulum pendidikannya.

Selain sebagai fungsi sosial dalam upaya mencerdaskan kehidupan

masyarakat Kota Sukabumi, pelayanan pendidikan juga diarahkan untuk

menjadi salah satu daya tarik kota dalam kerangka membangun keunggulan

kompetitif kota terhadap wilayah lain di Provinsi Jawa Barat, dengan

membuka peluang menarik minat pelajar untuk datang ke Kota Sukabumi

dan mengenyam pendidikan di Kota Sukabumi, yang pada akhirnya akan

bermuara pada peningkatan perekonomian untuk kesejahteraan masyarakat.

Agar sumber daya manusia dapat berperan lebih optimal terhadap

pengembangan ekonomi, maka pendidikan yang dikembangkan di Kota

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 12

Sukabumi tidak hanya secara normatif sampai sekolah lanjutan tingkat atas

(SMA/SMK), tetapi juga sampai Perguruan Tinggi.

Kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kota Sukabumi dalam bidang

pendidikan antara lain melakukan pengembangan kota jasa di bidang

pelayanan pendidikan, yang diantaranya adalah menitikberatkan pada

penambahan kemampuan dan keterampilan siswa-siswa SMK dalam

teknologi yang mempunyai nilai jual di pasar, serta terus berupaya untuk

mendorong pendirian perguruan tinggi negeri dengan nama Politeknik Negeri

Pakujajar, dengan bantuan pihak Provinsi Jawa Barat. Namun demikian,

pemerintah daerah tetap melakukan pembinaan bagi perkembangan

perguruan tinggi swasta yang ada sehingga secara sinergis dapat tumbuh

dan berkembang bersama.

D. Keadaan Ekonomi

Dalam pembangunan sektor ekonomi, pemerintah mendorong

tumbuh kembangnya industri rumah tangga yang mengarah pada produk

unggulan daerah dan memberi akses untuk pengemasan yang baik dan

pemasaran yang memadai. Sehingga prioritas pembangunan daerah pada

tahun 2014 ini lebih diarahkan kepada peningkatan daya beli masyarakat

melalui peningkatan kinerja perekonomian kota untuk memperluas

kesempatan kerja, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia tenaga

kerja, mewujudkan kemitraan strategis yang semakin kuat dan harmonis

antar UMKM, Koperasi, IKM, BUMD dan lembaga perbankan.

Sejauh ini dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya

saing daerah dilakukan melalui penetapan SOP dan pemberlakuan ISO

dibidang perizinan, investasi dan pelayanan public yang lebih mudah, cepat

dan transparan sesuai peraturan yang berlaku, mengembangkan pasar

tradisional dan penataan PKL, mendorong pertumbuhan dan perkembangan

koperasi, UMKM dan ekonomi kreatif dengan pemberian kredit murah,

membantu keterampilan manajerial dan kemitraan dengan usaha yang lebih

besar, mengoptimalkan Balai Latihan Kerja untuk mencetak usahawan baru

maupun pekerja yang jujur dan terampil juga mendorong tumbuh kembang

industri rumah tangga yang mengarah pada produk unggulan daerah melalui

bantuan modal bagi pengusaha kecil.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 13

Dari sisi konsumsi masyarakat, dengan melihat kecenderungan pola

konsumsi masyarakat pada tahun 2010-2011, diasumsikan pada tahun 2013

dan 2014 tidak terlalu banyak berubah dimana proporsi pengeluaran rumah

tangga untuk makanan masih relatif lebih besar dari pengeluaran non

makanan.

Sementara leading sector pertumbuhan ekonomi tahun 2013-2014 ini

diperkirakan masih didominasi oleh sektor bangunan, sektor perdagangan,

hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa

keuangan, dan sektor jasa-jasa lainnya yang merupakan sektor basis

perekonomian di Kota Sukabumi ini. Dominasi sektor-sektor tersebut juga

masih akan mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja meskipun belum

signifikan sehingga secara bertahap masalah pengangguran dapat dikurangi.

Sektor-sektor lain yang diasumsikan dapat tumbuh positif berdasarkan

potensi yang ada adalah sektor industri dimana akhir-akhir ini muncul

kelompok baru yang dikenal dengan Sektor Industri Kreatif yang dapat

menjadi alternatif dalam pengembangan sektor industri dan perdagangan di

Kota Sukabumi kedepan.

Melihat asumsi diatas, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) masih akan

tumbuh positif sebesar 6.28% - 6.34. Kondisi ini akan sangat juga tergantung

dengan seberapa jauh Kota Sukabumi dapat mengendalikan laju Inflasi yang

memang berpotensi untuk menekan laju pertumbuhan ekonomi. Inflasi yang

diasumsikan pada tahun 2013 dan 2014 tidak lebih dari 5 %.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 14

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT

A. Derajat Kesehatan

Salah satu indikator derajat kesehatan yang digunakan untuk

mengukur indeks kesehatan secara umum adalah Usia Harapan Hidup

Waktu Lahir (Eo) (UHH). Dalam menghitung dan menentukan Indeks Mutu

Hidup (IMH) atau Indeks Pembangunan Manusia, indikator ini memegang

peranan sangat penting. Salah satu indikator yang digunakan untuk

mengelompokan negara dalam kelompok negara maju atau berkembang

adalah Usia Harapan Hidup (UHH). Negara maju relatif memiliki usia

harapan hidup yang tinggi, sedangkan negara berkembang memiliki usia

harapan hidup relatif rendah (Gusschool, 2011).

Usia Harapan Hidup (Life Expectancy at birth) adalah rata-rata

jumlah tahun harapan hidup sekelompok orang yang lahir pada tahun yang

sama, dengan asumsi kematian pada usia masing-masing tersebut tetap

konstan dimasa mendatang. UHH menggambarkan lamanya seorang bayi

baru lahir diharapkan hidup dan dapat menggambarkan taraf hidup suatu

bangsa. Faktor lain yang mempengaruhi angka ini selain kesehatan adalah

ekonomi, pendidikan, geografis. UHH diperoleh secara tidak langsung

melalui sensus penduduk yang dilaksanakan 10 tahun sekali dan untuk

perhitungan setiap tahun melalui perhitungan proyeksi.

B. Angka Kematian

1. Angka Kematian Ibu

Kematian ibu adalah kasus kematian perempuan yang

diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk

hamil ektopik), persalinan, abortus (termasuk abortus mola) dan masa

nifas dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa

melihat usia gestasi dan tidak termasuk didalamnya sebab kematian

akibat kecelakaan atau kejadian incidental. (Kementerian Kesehatan RI,

2010).

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 15

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator

dalam menentukan Indeks Kesehatan dalam menghasilkan Indeks

Pembangunan Manusia (Human Development Indeks).

Kasus kematian ibu di Kota Sukabumi Pada Tahun 2014

sebanyak 7 kasus. Berdasarkan periode meninggal, kematian ibu ini

3 kasus terjadi pada masa kehamilan, 3 kasus pada masa nifas dan

1 kasus terjadi pada masa persalinan. Kematian ibu berdasarkan periode

meninggal di Kota Sukabumi pada Tahun 2014 dapat dilihat pada grafik

dibawah ini :

Grafik 3.1

Kematian Ibu Berdasarkan Periode Meninggal di Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Berdasarkan wilayah kerja Puskesmas, kematian ibu dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Hamil, 3

Bersalin, 1

Nifas, 3

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 16

Tabel 3.1 Jumlah Kematian Ibu Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas

di Kota Sukabumi Tahun 2014

No Puskesmas Jumlah Lahir Hidup

Kematian Ibu Ibu

Hamil Ibu

Bersalin Ibu

Nifas Jumlah

1 2 3 3 4 5 6

1 Cipelang 391 0 0 0 0 2 Karang Tengah 577 0 0 0 0 3 Selabatu 424 0 0 0 0 4 Sukabumi 898 0 0 1 1 5 Tipar 370 1 0 0 1 6 Nanggeleng 360 0 0 0 0 7 Gedongpanjang 399 1 1 0 2 8 Benteng 602 0 0 0 0 9 Pabuaran 255 0 0 0 0

10 Sukakarya 344 0 0 0 0 11 Baros 699 0 0 1 1 12 Lembursitu 352 1 0 0 1 13 Cikundul 400 0 0 1 1 14 Cibeureum Hilir 474 0 0 0 0 15 Limusnunggal 350 0 0 0 0 J U M L A H 6895 3 1 3 7

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Sementara berdasarkan penyebab, kematian ibu terdiri dari

4 kasus penyebab langsung dan 3 kasus penyebab tidak langsung.

Penyebab langsung, disebabkan oleh eklamsia sebanyak 3 kasus dan

1 kasus perdarahan. Sedangkan penyebab tidak langsung diakibatkan

karena dehidrasi, kanker payudara dan kanker paru.

Hal penting lain yang menjadi penyebab kematian ibu dikenal

dengan 3 Terlambat (3T), yaitu terlambat merujuk, terlambat mencapai

fasilitas kesehatan dan terlambat ditangani di fasilitas kesehatan.

Kasus kematian ibu Tahun 2014 tersebar di 4 wilayah

kecamatan, yaitu Kecamatan Cikole, Kecamatan Citamiang, Kecamatan

Baros dan Kecamatan Lembursitu. Kasus terbanyak terdapat di wilayah

Kecamatan Citamiang dengan 3 kasus kematian. Berikut kasus kematian

ibu berdasarkan wilayah kecamatan di Kota Sukabumi Tahun 2014 :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 17

Grafik 3.2 Kematian Ibu Berdasarkan Wilayah Kecamatan

di Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu per

100.000 kelahiran hidup. Dikarenakan jumlah kelahiran hidup di Kota

Sukabumi tidak mencapai 100.000 kelahiran hidup, maka digunakan

nomenklatur Jumlah Kematian Ibu. Tetapi jika dikonversikan ke dalam

Angka Kematian Ibu, dengan jumlah kelahiran hidup pada tahun 2014

sebanyak 6895 kelahiran hidup, maka Angka Kematian Ibu di Kota

Sukabumi adalah 101.5/100.000 Kelahiran Hidup. Capaian ini berkategori

baik karena tidak melebihi angka kematian ibu yang ditargetkan oleh

nasional (102/100.000 Kelahiran Hidup).

2. Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya bayi yang

meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun AKB per 1000 kelahiran hidup

pada tahun yang sama. Nilai normatif AKB kurang dari 40 sangat sulit

diupayakan penurunannya (hard rock), antara 40-70 tergolong sedang

namun sulit untuk diturunkan, dan lebih besar dari 70 tergolong mudah

untuk diturunkan. Indikator ini terkait langsung dengan target

Citamiang, 3

Lembursitu, 2

Cikole, 1

Baros, 1

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 18

kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan

lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan

kesehatannya. Angka Kematian Bayi relevan dipakai untuk memonitor

pencapaian target program karena mewakili komponen penting pada

kematian balita.

Jumlah kasus kematian bayi di Kota Sukabumi pada tahun

2014 ada 49 kasus kematian bayi. Kematian bayi banyak terjadi pada

masa neonatal (0-28 hari) yaitu sebanyak 30 kasus kematian. 19 kasus

kematian terjadi pada masa bayi usia 1-11 bulan. Dari 49 kasus kematian

bayi yang terjadi, 41 kasus kematian terjadi di Rumah Sakit sebagai

fasilitas rujukan dan 8 kasus terjadi di rumah.

Berdasarkan angka diatas, jumlah kematian bayi sebanyak 49

kasus kematian dengan jumlah kelahiran hidup 6895. Maka Angka

Kematian Bayi (AKB) Tahun 2014 di Kota Sukabumi yaitu 7,11/1000

Kelahiran Hidup. Capaian angka kematian bayi ini memenuhi target tahun

2014, yaitu < 24 per 1000 Kelahiran Hidup. Capaian inipun telah

memenuhi target nasional < 32/1000 Kelahiran Hidup dan target provinsi

< 22,8/1000 Kelahiran Hidup.

Penyebab kematian terbanyak pada tahun 2014 adalah

Asfiksia, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Kongenital, Diare, dan

Pneumonia. Terjadinya kematian sebagian besar terjadi di fasilitas

kesehatan rujukan.

Adapun penyebab kematian terbanyak pada masa neonatus

yaitu asfiksia (10 kasus), BBLR (9 kasus) dan masalah laktasi (4 kasus).

Sedangkan penyebab kematian terbanyak pada bayi yaitu diare (6 kasus)

dan pneumoni (6 kasus).

Dalam tiga tahun terakhir, tren kasus kematian bayi karena

BBLR menurun. Dari 15 kasus pada tahun 2012, menjadi 13 kasus pada

tahun 2013 dan pada tahun 2014 sebanyak 9 kasus. Berbeda dengan

kematian bayi karena asfiksia, dari 8 kasus pada tahun 2012 meningkat

menjadi 14 kasus pada tahun 2013 dan kembali turun menjadi 10 kasus

pada tahun 2014.

Kasus kematian bayi tersebar di semua wilayah kecamatan.

Kematian terbanyak yaitu di wilayah Kecamatan Warudoyong sebanyak

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 19

12 kasus, disusul Kecamatan Cikole 9 kasus, Kecamatan Gunungpuyuh

8 kasus, Kecamatan Baros 6 kasus, Kecamatan Lembursitu dan

Citamiang masing-masing 5 kasus, terakhir Kecamatan Cibeureum

sebanyak 4 kasus. Kasus kematian bayi berdasarkan wilayah kecamatan,

dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 3.3

Kematian Bayi Berdasarkan Wilayah Kecamatan di Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Laporan Tahunan Seksi KIA & Gizi Dinas Kesehatan Kota Sukabumi 2014

Sedangkan menurut wilayah kerja Puskesmas, Puskesmas

Cipelang, Puskesmas Selabatu dan Puskesmas Baros masing-masing

menyumbang 6 kasus kematian bayi. Berikut tabel kasus kematian bayi

berdasarkan wilayah kerja puskesmas :

0

2

4

6

8

10

1212

98

65 5

4

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 20

Tabel 3.2 Kematian Bayi Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas

di Kota Sukabumi Tahun 2014

No Puskesmas Jumlah Lahir Hidup

Kematian Bayi Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4 5 6

1 Cipelang 391 6 0 6

2 Karang Tengah 577 1 1 2

3 Selabatu 424 5 1 6

4 Sukabumi 898 2 1 3

5 Tipar 370 1 0 1

6 Nanggeleng 360 0 2 2

7 Gedongpanjang 399 2 0 2

8 Benteng 602 4 1 5

9 Pabuaran 255 3 2 5

10 Sukakarya 344 1 1 2

11 Baros 699 2 4 6

12 Lembursitu 352 1 0 1

13 Cikundul 400 4 0 4

14 Cibeureum Hilir 474 1 1 2

15 Limusnunggal 350 1 1 2

J u m l a h 6895 34 15 49 Sumber : Seksi KIA & Gizi

3. Kematian Anak Balita dan Angka Kematian Balita (AKABA)

Kematian Anak Balita adalah kematian balita umur 12-59 bulan

di suatu wilayah pada kurun waktu 1 (satu) tahun. Sedangkan AKABA

adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal

sebelum mencapai usia 5 tahun. Angka ini dinyatakan sebagai angka per

1000 kelahiran hidup. Nilai normatif AKABA > 140 sangat tinggi, antara

21 – 140 sedang dan <20 rendah.

Jika angka kematian bayi menggambarkan keadaan sosial

ekonomi masyarakat dan digunakan untuk pengembangan perencanaan,

maka angka kematian balita berguna untuk mengembangkan program

imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular

terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan

pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 21

Kematian anak balita di Kota Sukabumi Tahun 2014 ada 8

kasus kematian. 2 kasus kematian masing-masing di wilayah Kecamatan

Citamiang, Kecamatan Gunungpuyuh dan Kecamatan Warudoyong.

Sementara wilayah Kecamatan Lembursitu dan Cikole masing-masing

menyumbang 1 kasus kematian. Jumlah kematian balita tahun 2014

seluruhnya ada 57 kasus kematian. Dengan jumlah Kelahiran Hidup

6895, maka Angka Kematian Balita (AKABA) Tahun 2014 di Kota

Sukabumi yaitu 8,27/1000 Kelahiran Hidup.

4. Review Maternal Perinatal (RMP)

Salah satu strategi dalam rangka menurunkan AKI dan AKB

dengan melibatkan semua teknis medis dan seluruh rumah sakit di Kota

Sukabumi yaitu melalui kegiatan Review Maternal Perinatal (RMP).

Dalam kegiatan Review Maternal Perinatal (RMP) dilakukan

identifikasi faktor medik, non medik dan faktor pelayanan kesehatan serta

menggali permasalahan yang berperan atas kejadian morbiditas maupun

mortalitas yang berakar pada pasien dan keluarga, petugas kesehatan,

manajemen pelayanan serta kebijakan pelayanan. Melalui kegiatan ini

diharapkan para pengelola program kesehatan ibu dan anak juga pemberi

pelayanan di tingkat pelayanan dasar (Puskesmas dan jajarannya) serta

di tingkat pelayanan rujukan (Rumah Sakit) dapat menetapkan prioritas

untuk mengatasi faktor-faktor yang berpengaruh tersebut.

Tujuan dari dilaksanakannya Review Maternal Perinatal sendiri

yaitu untuk meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah Kota

Sukabumi dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu

dan Bayi, menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan

dan perinatal secara teratur dan berkesinambungan yang dilakukan oleh

Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Bidan Praktek Mandiri

(BPM) dan lintas batas, menentukan intervensi dan pembinaan untuk

masing-masing pihak yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah

yang ditemukan dalam pembahasan kasus, mengembangkan mekanisme

koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi

terhadap intervensi yang disepakati.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 22

C. Akses Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K4)

Merupakan cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan

antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi

waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada

trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal

secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang

ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu

wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun

kelangsungan program KIA.

Grafik 3.4 Cakupan K4 Tahun 2014

Kota Sukabumi (Target 90%)

Sumber : Seksi KIA & Gizi

96.8296.0896.07

95.37

93.4992.5092.19

91.1591.0690.5089.59

87.7186.23

84.38

82.70

91.43

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 23

Berdasarkan grafik 3. hasil cakupan K4 kumulatif kota telah

melebihi target dinas yaitu 91,43% (target 90%). Pencapaian K4 tertinggi

pada tahun 2014 dari Puskesmas Sukakarya yaitu 96,82%, sedangkan

terendah dari Puskesmas Pabuaran yaitu 82,70%. Puskesmas yang belum

memenuhi target dinas yaitu Puskesmas Pabuaran, Puskesmas Cikundul,

Puskesmas Limus Nunggal, Puskesmas Gd Panjang, dan Puskesmas

Baros. Berbeda dengan hasil cakupan tahun 2013, puskesmas yang belum

memenuhi target dinas hanya Puskesmas Pabuaran.

Grafik 3.5 Cakupan K4 Periode Tahun 2010-2014

Kota Sukabumi

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Berdasarkan grafik 3. Pencapaian Hasil Cakupan K4 pada tahun

2014 menurun jika dibandingkan hasil cakupan tahun 2013 (94,64); 2012

(92,73); 2011 (92.44%) dan tahun 2010 (91,18%), hal ini disebabkan standar

kualitas pelayanan K4 untuk tahun 2014 lebih diperketat dengan kriteria

91.18

92.4492.73

94.64

91.43

89

90

91

92

93

94

95

2010 2011 2012 2013 2014

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 24

setiap ibu hamil yang tidak termasuk dalam K1 murni (kehamilan < 12

minggu) maka ibu hamil tersebut tidak termasuk ke dalam K4. hasil

pencapain cakupan K4 tingkat kota juga tidak tercapai jika dibandingkan

target Nasional (95%) dan target Provinsi (93%).

Kejadian Drop Out pada tahun 2014 yaitu 5.78%, menurun jika

dibandingkan tahun 2013 (7%). Drop out (DO) menunjukkan inkonsistensi

dalam pengelolaan pelayanan kesehatan maternal, sehingga hilangnya

kesempatan untuk memperoleh pemeliharaan kesehatan dan keamanan

dalam kehamilan dan persalinan. ANC pertama sebaiknya digunakan untuk

memberikan informasi pentingnya ANC sesuai standar, risiko kehamilan dan

persalinan, serta agar melahirkan dengan didampingi tenaga kesehatan

terlatih.

D. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani

Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif

sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat

pelayanan dasar dan rujukan.

Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu

bersalin dan ibu nifas, baik langsung atau tidak langsung, termasuk penyakit

menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu, yang tidak

disebabkan karena trauma/kecelakaan. Pencegahan dan penanganan

komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi

kebidanan untuk mendapatkan perlindungan/ pencegahan dan penanganan

definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat

palayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah penanganan

/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap

kasus komplikasi kebidanan.

Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA

dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada

ibu hamil bersalin dan nifas dengan komplikasi.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 25

Grafik 3.6 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan

Tahun 2014 Kota Sukabumi (Target 79%)

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Berdasarkan grafik 3. hasil cakupan penanganan komplikasi

kebidanan sudah mencapai target yaitu 101,36% (Target 79%). Pencapaian

tertinggi yaitu Puskesmas Baros (138.34%), sedangkan terendah yaitu

Puskesmas Nanggeleng yaitu 52.92%. Puskesmas yang tidak memenuhi

target kota adalah Puskesmas Nanggeleng. Selama periode tahun 2013 –

2014 puskesmas yang tidak memenuhi target mengalami penurunan, dari 6

puskesmas yang tidak memenuhi target pada tahun 2013 yaitu Puskesmas

Karang Tengah, Puskesmas Selabatu, Puskesmas Cibeureum Hilir,

Puskesmas Limus Nunggal, Puskesmas Cipelang dan Puskesmas

Nangeleng menjadi 1 puskesmas saja yaitu Puskesmas Nanggeleng.

Puskesmas Nanggeleng selama 2 tahun berturut – turut tidak memenuhi

target, hal ini disebabkan karena pelaporan indikator Penanganan komplikasi

kebidanan (PKK) oleh PKM Nanggeleng hanya berfokus terhadap bumil

138.34127.13

120.72116.80111.18

100.3194.36 90.48 89.95 88.08

82.74 81.08 79.8774.78

52.92

101.36

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 26

hamil, bersalin dan bufas yang berisiko tinggi saja, sedangkan bumil hamil

dengan faktor risiko hanya dalam kohort dan buku bantu bumil berisiko.

Grafik 3.7

Pencapaian Penanganan Komplikasi Kebidanan Periode 2010-2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Berdasarkan grafik 3.7 diatas, cakupan Penanganan Komplikasi

Kebidanan (PKK) pada tahun 2014 meningkat jika dibandingkan tahun 2013

(88,42%); 2012 (156,27%). Pencapaian cakupan Penanganan Komplikasi

Kebidanan tingkat kota pada tahun 2014 juga sudah memenuhi target

nasional (75%) dan target provinsi (65%). Hal ini disebabkan karena

penjaringan ibu hamil beresiko tinggi dan yang memiliki faktor resiko mulai

dari trimester I sudah dilakukan di seluruh puskesmas dan langsung

diberikan penanganan sesuai permasalahan. Pencapaian melebihi 100%

disebabkan karena pada beberapa puskesmas yang memiliki jumlah ibu

hamil yang berfaktor resiko dalam jumlah besar, melakukan intervensi

langsung ke masyarakat dan lebih intensif.

92.61

58.69

156.27

88.42

101,36

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

2010 2011 2012 2013 2014

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 27

E. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang

memiliki kompetensi adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi

kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang

ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan

manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.

Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-

hal sebagai berikut :

1. Pencegahan infeksi

2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.

3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang

lebih tinggi.

4. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

5. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.

Cakupan linakes kota telah melebihi target dinas yaitu 93,65%

(Target 90%). Pencapaian tertinggi cakupan linakes yaitu Puskesmas

Sukakarya (101,43%), sedangkan pencapaian cakupan linakes terendah

yaitu Puskesmas Pabuaran (78,34%). Puskesmas yang belum memenuhi

target yaitu Puskesmas Pabuaran dan Puskesmas Limus Nunggal. Hal ini

disebabkan karena sistem pencatatan dan pelaporan belum optimal dan

kerjasama dengan BPM yang belum maksimal. Berikut grafik cakupan Pn

selama tahun 2014 :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 28

Grafik 3.8 Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Yang Memiliki Kompetensi Tahun 2014 Kota Sukabumi

(Target 90%)

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Persalinan oleh paraji pada tahun 2014 yaitu 182 kasus dari 6.917

total persalinan. Masih tingginya pertolongan paraji di Kota Sukabumi

khususnya di wilayah Puskesmas Nanggeleng berkaitan dengan masih

tingginya kepercayaan masyarakat terhadap paraji, masih adanya paraji

yang melakukan pertolongan persalinan serta kemitraan bidan dan paraji

yang belum optimal. Jumlah pertolongan paraji tahun 2014 menurun jika

dibandingkan tahun 2013 yaitu 192 kasus dari 7.304 total persalinan.

Persalinan paraji yang terbanyak terdapat di wilayah Kecamatan Citamiang,

meliputi Puskesmas Gedong Panjang (42 kasus) dan Puskesmas

Nanggeleng (35 kasus), wilayah Kecamatan Cibeureum yang meliputi

Puskesmas Cibeureum Hilir (44 kasus), wilayah kecamatan Cikole meliputi

Puskesmas Sukabumi (28 kasus) serta wilayah kecamatan Baros meliputi

Puskesmas Baros (12 kasus). Lima puskesmas yang mempunyai data

pertolongan persalinan oleh paraji yang tinggi tersebut, mempunyai capaian

101.4399.14 95.98 95.24 94.82 94.58 94.57 94.13 93.69 93.53 92.73 92.24 90.6889.04

78.34

93.65

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 29

cakupan persalinan oleh nakes yang juga tinggi dan memenuhi target kota

(90%).

Berbeda dengan puskesmas Pabuaran dan puskesmas Limus

Nunggal, dua puskesmas tersebut pada tahun 2014 tidak memenuhi target

kota, tetapi mempunyai mempunyai data pertolongan persalinan oleh paraji

yang rendah. Pertolongan persalinan oleh paraji di Puskesmas Pabuaran

tidak ada, sedangkan pertolongan persalinan oleh paraji di Puskesmas

Limus Nunggal ada 5 kasus. Berdasarkan data pertolongan paraji di 7

wilayah puskesmas tersebut, jika dibandingkan pertolongan persalinan oleh

paraji dengan cakupan persalinan linakes, tidak menunjukkan hubungan jika

persalinan oleh paraji yang banyak maka cakupan persalinan oleh linakes

tidak mencapai target.

Hal ini harus menjadi perhatian pemegang program baik tingkap

puskesmas ataupun dinas, mungkin hal itu disebabkan karena proses

pencatatan dan pelaporan di Puskesmas masih belum optimal atau

kerjasama dengan BPM di wilayah yang belum berjalan dengan baik. Proses

pencatatan dan pelaporan bidan di wilayah terhadap hasil pelayanan

kesehatan ibu dan anak baik tingkat puskesmas ataupun tingkat dinas harus

ditingkatkan sehingga data yang keluar merupakan data yang bisa

dipertanggung jawabkan. Grafik 3.9

Pencapaian Linakes Periode Tahun 2010-2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi KIA & Gizi

94.09

91.05

94.44

94.8

93.65

89

90

91

92

93

94

95

96

2010 2011 2012 2013 2014

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 30

Berdasarkan grafik diatas, cakupan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi tingkat kota menurun jika

dibandingkan tahun 2013 (94,8%); 2012 (94.4%); dan tahun 2010 (94,09).

Tetapi meningkat jika dibandingkan cakupan tahun 2011 (91,05%). Tetapi

jika dibandingkan dengan target provinsi dan nasional, pencapaian cakupan

persalinan oleh nakes di kota sukabumi telah melampaui target nasional

(90%) dan target provinsi (89%).

F. Cakupan Pelayanan Nifas

Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai

dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan

distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 4 – 28 hari, 29 – 42 hari setelah bersalin di

suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas

secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang

ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan

kesehatan ibu nifas, di samping menggambarkan kemampuan manajemen

ataupun kelangsungan program KIA.

Cakupan pelayanan nifas kota sudah memenuhi target dinas yaitu

89,23% dengan target 89%. Pencapaian cakupan pelayanan nifas tertinggi

yaitu Puskesmas Sukakarya (100.25%), sedangkan pencapaian cakupan

pelayanan nifas terendah yaitu Puskesmas Pabuaran (71.58%). Puskesmas

yang tidak memenuhi target kota ada 6 puskesmas dari 15 puskesmas yang

ada di kota Sukabumi, yaitu Puskesmas Tipar, puskesmas Benteng,

puskesmas Baros, puskesmas Limus Nunggal, puskesmas Nanggeleng dan

puskesmas Pabuaran.

Indikator cakupan pelayanan nifas lengkap adalah kunjungan nifas

3 (KF3), dimana untuk mencapai KF3 maka seorang ibu harus melewati

kunjungan nifas 1 (KF1) dan kunjungan nifas 2 (KF2). Jenis pelayanan

kesehatan ibu nifas meliputi :

1. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas dan suhu)

2. Pemeriksaan tinggi puncak Rahim (fundus uteri)

3. Pemeriksaan lochia dan cairan pervaginam lain

4. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI ekslusif

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 31

5. Pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kesehatan ibu

nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana

6. Pelayanan keluarga berencana (KB) pasca persalinan.

Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator

cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (cakupan KF3). Indikator ini menilai

kemampuan negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas

yang berkualitas sesuai standar. Berikut cakupan KF lengkap berdasarkan

Puskesmas tahun 2014

Grafik 3.10 Cakupan KF Lengkap Tahun 2014

Kota Sukabumi (Target 89%)

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Pencapaian kunjungan nifas lengkap (KF3) yang belum memenuhi

target disebabkan karena banyak ibu bersalin yang tidak melakukan

100.2595.40 94.48 92.34 92.28 90.53 89.58 89.39 89.33 88.45 87.47 86.40

80.27 80.17

71.58

89.23

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 32

pelayanan pada hari ke-29-42, sehingga mempengaruhi hasil akhir KF

lengkap, sweeping ibu nifas dengan KF3 serta kerjasama dengan lintas

program dan lintas sektor dalam hal pencatatan dan pelaporan cakupan

kunjungan nifas lengkap yang belum optimal. Sebagai pembanding, KF1

95.06%; KF2 89.26% dan KF3 89,23%.

Pencapaian KF lengkap tingkat kota tahun 2014 mengalami

peningkatan jika dbandingkan tahun 2013 (84.22%); tahun 2012 (81.81%);

tahun 2011 (84,42%) dan tahun 2010 (73.29%). Secara tingkat kota

peningkatan tersebut disebabkan karena peningkatan kesadaran ibu nifas

untuk memeriksakan dirinya ke puskesmas atau posyandu sebanyak 3 kali

setelah bersalin (1 kali pada <48jam, 1 kali pada 3-28 hari, 1 kali pada 29-42

hari) makin tinggi dan juga didukung dengan pencatatan yang semakin baik

dalam kohort ibu.

Pencapaian KF lengkap tahun 2014 jika dibandingkan dengan

target provinsi (89%) sudah mencapai target tetapi tidak mencapai target jika

dibandingkan dengan target nasional (90%).

Grafik 3.11

Cakupan KF Lengkap Periode Tahun 2010-2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi KIA & Gizi

73.29

84.42

81.81

84.2289.23

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2010 2011 2012 2013 2014

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 33

G. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus

Salah satu kebijakan Kementerian Kesehatan dalam peningkatan

akses dan kualitas penanganan komplikasi neonatus antara lain penyediaan

Puskesmas mampu PONED dengan target setiap Kabupaten/Kota harus

mempunyai minimal 4 (empat) Puskesmas mampu PONED.

Untuk mendukung Puskesmas mampu PONED ini, diharapkan

RSU Kabupaten/Kota mampu melaksanakan Pelayanan Obstetri dan

Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam.

Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan pelayanan emergensi dasar

dan pelayanan operasi sectio caesarea, perawatan neonatus level II serta

transfusi darah. Dengan adanya Puskesmas mampu PONED dan RS

mampu PONEK, maka kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat

ditangani secara optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan

neonatus.

Cakupan penanganan komplikasi neonatus merupakan cakupan

neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif sesuai standar

oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan

di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap

kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa

neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang

ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati. Pelayanan sesuai standar

antara lain sesuai dengan standar MTBM, manajemen Asfiksia Bayi Baru

lahir, manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), pedoman neonatal

esensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED, PONEK atau

standar operasional lainnya yang ada di Puskesmas.

Neonatus dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit

dan atau kelainan uyang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian,

seperti asfiksia, icterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis,

trauma lahir, BBLR (berat lahir, 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan

dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah

pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).

Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan

kesehatan dalam menangani kasus–kasus kegawatdaruratan neonatal, yang

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 34

kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk

ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

Grafik 3.12

Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus Tahun 2014 Kota Sukabumi

(Target 84%)

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Berdasarkan grafik 6.1 cakupan Penanganan Komplikasi

Neonatus memenuhi target kota yaitu 91,17% (Target 84%). Dari 15

Puskesmas yang ada di kota Sukabumi ada 5 Puskesmas yang tidak

memenuhi target kota yaitu Puskesmas Karang tengah, Puskesmas Baros,

Puskesmas Cibeureum Hilir, Puskesmas Sukakarya, dan Puskesmas Limus

Nunggal.

Puskesmas yang tidak memenuhi target kota pada tahun 2014

adalah pemahaman Definisi operasional yang belum dipahami dengan benar

oleh tenaga kesehatan karena fokus komplikasi neonatus masih terhadap

kasus – kasus komplikasi yang berat, padahal indikator komplikasi neonatus

137.63

106.54104.2797.51 97.47

91.8987.72 87.43 84.43 84.41 83.90 82.76 81.16

70.1863.23

91.17

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 35

yang terbaru mencakup semua kasus dengan klasifikasi kuning dan merah

pada Bagan MTMB (Manajemen Terpadu Bayi Muda).

Pencapaian cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus (PKN)

tahun 2014, jika dibandingkan dengan target nasional sebesar 80% dan

target provinsi 65%, maka pencapaian PKN kota Sukabumi sudah

memenuhi target.

Pencapaian PKN tingkat kota pada tahun 2014 meningkat

dibanding tahun 2013 (83.1%); tahun 2012 (64,40%); tahun 2011 (51,99%)

dan tahun 2010 (47,62%). Meskipun terjadi peningkatan capaian

Penanganan Komplikasi Neonatus (PKN), namun masih terjadi disparitas

yang cukup besar antar puskesmas. Pencapaian tertinggi PKN adalah

Puskesmas Pabuaran dengan angka sebesar 137,63% dan pencapaian

terendah adalah Puskesmas Limus Nunggal dengan angka sebesar 63.23%.

Grafik 3.13

Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus Periode Tahun 2010-2014

Kota Sukabumi

Sumber : Seksi KIA & Gizi

47.6251.99

64.6

83.1

91.17

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2010 2011 2012 2013 2014

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 36

Peningkatan cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus pada

tahun 2014 cukup bermakna. Hal ini dikarenakan puskesmas melakukan

penjaringan neonatus resiko tinggi dengan cukup ketat, didukung dengan

capaian linakes yang baik, sehingga petugas puskesmas dapat melakukan

kunjungan rumah pada neonatus risti dengan tepat sasaran. Selain itu

pelayanan MTBM bagi bayi usia 0 – 2 bulan di puskesmas dan jaringannya

(yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih) dapat menjaring neonatus

yang mengalami masalah kesehatan dan dapat dilakukan pertolongan

dengan benar dan tidak terjadi keterlambatan. Hal ini pula yang dapat

menurunkan angka kematian bayi di Kota Sukabumi.

H. Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap Merupakan cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan

sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6 –

48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28

setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Bayi hingga

usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko

gangguan kesehatan paling tinggi. Tanpa penanganan yang tepat, bisa

berakibat fatal.

Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas

pelayanan kesehatan neonatal.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses

neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin

bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar

kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama

dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas

kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan

selama 24 jam pertama.

Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara

komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru

Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi

Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 37

Grafik 3.14 Cakupan KN Lengkap Tahun 2014

Kota Sukabumi (Target 88%)

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Berdasarkan grafik 7.1 hasil cakupan Kunjungan Neoatus lengkap

kota sudah memenuhi target kota yaitu 93.72% (Target 88%). Pencapaian

cakupan kunjungan neonatus lengkap tertinggi yaitu Puskesmas Sukakarya

(105.3%), sedangkan pencapaian kunjungan neonatus lengkap terendah

yaitu Puskesmas Pabuaran (77.42%). Puskesmas yang belum memenuhi

target untuk KN Lengkap kumulatif yaitu Puskesmas Pabuaran, dan

Puskesmas Limus Nunggal

Pencapaian KN lengkap (KN3) yang belum memenuhi target

disebabkan karena sistem pencatatan dan pelaporan yang kurang optimal

dan kurangnya kerjasama dengan lintas sektor. Indikator cakupan pelayanan

neonatus lengkap adalah kunjungan neonatus lengkap (KN Lengkap),

dimana untuk mencapai KN Lengkap maka seorang bayi harus melewati

kunjungan neonatus 1 (KN1) dan kunjungan neonatus 2 (KN2).

Hasil cakupan KN Lengkap pada tahun 2014 meningkat jika

dibandingkan hasil cakupan pada tahun 2013 (89.6%); tahun 2012 (88,18%);

105.26100.1798.63 97.08 96.72 96.17 94.86 93.34 93.27 91.57 91.56 89.66 88.26 85.09

77.42

93.72

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 38

tahun 2011 (90,14%) dan tahun 2010 (79.88%). Begitupun jika dibandingkan

dengan target provinsi dan nasional, pancapaian cakupan KN Lengkap

tahun 2014 telah memenuhi target provinsi (82%) dan target nasional (88%).

Peningkatan cakupan dapat terjadi karena semakin banyak masyarakat yang

mematuhi jadwal pemeriksaan/kontrol bayinya tanpa menunggu bayi sakit,

juga karena program imunisasi semakin dipahami masyarakat. Dalam

kunjungan neonatus lengkap sebanyak 3 kali (1 kali <48 jam, 1 kali 3-7 hari,

1 kali 8-28 hari), terdapat keterkaitan dengan program imunisasi yaitu

imunisasi HB0 pada usia antara 0 – 7 hari, juga dengan semakin baiknya

kualitas pencatatan di kohort bayi. Hal ini sangat berpengaruh pada

penurunan angka kematian bayi, karena kematian bayi 2/3 nya terjadi pada

usia neonatal (0 – 28 hari).

Grafik 3.15

Cakupan KN Lengkap Periode Tahun 2010-2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi KIA & Gizi

I. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi

Cakupan pelayanan kesehatan bayi adalah cakupan bayi yang

mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29

hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, dan satu kali pada umur 6 – 8

79.88

90.14

88.18

89.6

93.72

70

75

80

85

90

95

2010 2011 2012 2013 2014

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 39

bulan dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah

kerja pada kurun waktu tertentu.

Kesehatan bayi harus dipantau untuk memastikan kesehatan

mereka selalu dalam kondisi optimal. pelayanan kesehatan bayi ini terdiri

dari penimbangan berat badan, pemberian imunisasi dasar, Stimulasi

Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian

vitamin.A, penyuluhan kesehatan bayi, penyuluhan ASI Ekslusif dan

pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI).

Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care

dan kualitas pelayanan kesehatan bayi serta menggambarkan upaya

pemerintah dalam meningkatkan akses bayi untuk memperoleh kesehatan

dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit,

pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Grafik 3.16 Cakupan Kunjungan Bayi Tahun 2014

Kota Sukabumi (Target 86%)

Sumber : Seksi KIA & Gizi

109.03107.1899.54

95.68 93.19 92.57 91.06 90.64 88.39 88.31 87.60 86.72 86.65 84.3680.30

92.18

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 40

Berdasarkan grafik 8.1 hasil cakupan pelayanan kesehatan bayi

kota sudah memenuhi target kota yaitu 92,18% (Target 86%). Pencapaian

cakupan kunjungan bayi tertinggi yaitu Puskesmas Pabuaran (109.03%),

sedangkan pencapaian cakupan kunjungan bayi terendah yaitu Puskesmas

Nanggeleng (80,30%). Puskesmas yang tidak memenuhi target kota ada 2

puskesmas yaitu Puskesmas benteng dan puskesmas Nanggeleng.

Pencapaian Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2014

meningkat jika dibandingkan pada tahun 2013 (88.05%; tahun 2012

(86,99%), tahun 2011 (71,89%) dan tahun 2010 (71,81%). Hasil pencapaian

cakupan kunjungan bayi tingkat kota tahun 2014 juga telah memenuhi target

nasional (90%) dan target provinsi (85%). Hal ini disebabkan makin baiknya

koordinasi lintas program khususnya dengan program gizi dan imunisasi

dalam hal pelayanan sesuai standar. Juga dengan makin baiknya

pencatatan dalam kohort bayi. Tidak terlepas juga dengan aktifnya

pelaksanaan Posyandu sehingga masyarakat dapat mengakses pelayanan

pemantauan pertumbuhan perkembangan bayinya.

Grafik 3.17 Cakupan Kunjungan Bayi Periode Tahun 2010-2014

Kota Sukabumi

Sumber : Seksi KIA & Gizi

71.81 71.89

86.99 88.05 92.18

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2010 2011 2012 2013 2014

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 41

J. Status Gizi Masyarakat

Makan makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi

kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang

mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas

maupun kuantintasnya atau biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan

yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi

kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis

makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi

makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya

kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun

tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi

empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangakan

penilaian status gizi secara tidak langsung terdiri dari survei konsumsi

makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

Status gizi sendiri adalah merupakan ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture

dalam bentuk variabel tertentu, contoh gondok endemik merupakan

keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam

tubuh.

Program perbaikan gizi merupakan bagian integral dari program

kesehatan yang mempunyai peranan penting dalam menciptakan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan

tersebut, program perbaikan gizi harus dilaksanakan secara sistematis dan

berkesinambungan. Hal ini dilakukan melalui suatu rangkaian upaya terus

menerus mulai dari perumusan masalah, penetapan tujuan yang jelas,

penentuan strategi intervensi yang tepat sasaran, identifikasi kegiatan yang

tepat serta adanya kejelasan tugas pokok dan fungsi institusi yang berperan

diberbagai tingkat administrasi.

1. Cakupan Balita Gizi Buruk

Kurang gizi masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia.

Hal ini ditandai dengan masih tingginya prevalensi balita gizi kurang yaitu

sebesar 28%. Angka bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 42

diduga masih tinggi. Sedangkan penelitian/pengumpulan data nasional untuk

mendapatkan angka BBLR belum pernah dilakukan. Bayi dengan BBLR

akan berpotensi mengalami gizi buruk. Setiap anak dengan status gizi buruk

mempunyai risiko kehilangan IQ point sebesar 10-13 point. Potensi

kehilangan IQ sebesar 50 point per orang juga terdapat pada penduduk yang

tinggal di daerah rawan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).

Masalah gizi di Kota Sukabumi tidak jauh berbeda dengan

gambaran masalah gizi di Jawa Barat dan Indonesia, yaitu Balita Kurang

Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besei (AGB), Kekurangan Vitamin A

(KVA) dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).

Hasil pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan setiap bulan

di Posyandu Tahun 2014 di Kota Sukabumi menunjukkan bahwa cakupan

D/S hanya 85,25% dengan jumlah balita gizi buruk indikator BB/U ada 177

anak (0,85%) dan gizi kurang 976 anak (4,73%). Sedangkan dari laporan

bulanan gizi (LB3) didapatkan data ibu hamil dengan Hb <11 gr% (anemia)

ada 244 kasus (3,13%) dan ibu hamil kurang energi kronis (LILA <23,5 cm)

ada 220 orang (2,83%). Cakupan pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet

kepada ibu hamil (Fe3) sebesar 84,83% (6598 orang). Sedangkan

pemberian kapsul vitamin A kepada bayi, balita dan ibu nifas telah mencapai

target masing-masing 99,61% (2822 bayi), 98,53% (17770 anak) dan

87,58% (6503 orang).

Sementara jumlah balita gizi buruk berdasarkan BB/TB tahun 2014

berada dibawah target < 1% yaitu 0,15%. Balita gizi buruk ini tersebar

diantaranya di Puskesmas Cikundul (8 anak), Puskesmas Sukabumi (9

anak), Puskesmas Cipelang (5 anak), Puskesmas Baros (2 anak),

Puskesmas Nanggeleng (2 anak), Puskesmas Gedongpanjang (3 anak),

Puskesmas Sukakarya (2 anak), Puskesmas Selabatu (1 anak). Sementara

di 8 Puskesmas lain, tidak ditemukan balita gizi buruk baru berdasarkan

BB/TB. Balita gizi buruk yang ditemukan ini tidak murni, tetapi disertai

dengan penyakit penyerta seperti TB Paru, meningitis dan kelainan bawaan.

Berikut grafik jumlah balita gizi buruk tahun 2014 :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 43

Grafik 3.18 Jumlah Balita Gizi Buruk Tahun 2014

Kota Sukabumi

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Sementara hasil pemantauan garam yang dilakukan di 33

kelurahan dengan jumlah sampel sebanyak 693, menunjukkan hasil 94,94%

(658 sampel) masyarakat yang mempergunakan garam beryodium cukup

dan kurang. Sehingga ada 27 kelurahan dari 33 kelurahan dengan garam

beryodium baik (81,82%).

2. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Masalah gizi merupakan salah satu penentu utama kualitas

sumber daya manusia. Gizi yang tidak seimbang baik kekurangan

maupun kelebihan gizi akan menentukan kualitas sumber daya manusia.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa gangguan gizi kurang pada anak

balita ternyata membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan fisik

maupun mental. Anak yang mengalami masalah gizi pada usia dini akan

mengalami gangguan tumbuh kembang dan meningkatkan kesakitan,

penurunan produktivitas serta kematian.

Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan

tercapainya tingkat kesehatan atau sering disebut status gizi. Apabila

tubuh berada dalam tingkat kesehatan gizi optimum dimana jaringan

jenuh oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi optimum. Dalam

98

5

32 2 2

10 0 0 0 0 0 0

0123456789

10

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 44

kondisi demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya

tahan yang setinggi-tingginya. Sebaliknya apabila konsumsi gizi makanan

pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan

terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition) yang mencakup kelebihan

nutirisi/gizi disebut gizi lebih (overnatrium) dan kekurangan gizi atau gizi

kurang (undernutrition).

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan, diperoleh dari

perhitungan persentase jumlah balita gizi buruk yang mendapat

perawatan di sarana pelayanan kesehatan dibagi dengan jumlah seluruh

balita gizi buruk yang ada di wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

Selama tahun 2014, jumlah balita gizi buruk di Kota Sukabumi

sebanyak 32 balita. Keseluruhannya mendapatkan penanganan sesuai

standar (100%). Dari jumlah 32 balita gizi buruk tersebut, 7 balita masih

mengalami gizi buruk sampai akhir desember 2014, sementara 24 balita

meningkat statusnya menjadi balita gizi kurang dan 1 balita meninggal

disebabkan oleh penyakit penyerta yaitu HIV-AIDS.

Dibandingkan dengan tahun 2013, maka jumlah balita gizi

buruk mengalami penurunan, dari 42 balita tahun 2013 menjadi 32 balita

tahun 2014. Pada akhir 2013 jumlah gizi buruk yang ada sebanyak 11

balita, dan pada akhir 2014 ini jumlahnya menjadi 7 balita, dengan

demikian terjadi peningkatan pencapaian kinerja di tahun 2014 ini

dibandingkan tahun sebelumnya. Berikut tabel cakupan kasus balita gizi

buruk yang mendapat perawatan menurut jenis kelamin dan puskesmas

di Kota Sukabumi Tahun 2014 :

Tabel 3.3

Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas

di Kota Sukabumi Tahun 2014

No Puskesmas

Kasus Balita Gizi Buruk

Jumlah Ditemukan Mendapat Perawatan

L P L + P L P L + P 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Cipelang 2 1 3 2 1 3 2 Karang Tengah 0 0 0 0 0 0

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 45

No Puskesmas

Kasus Balita Gizi Buruk

Jumlah Ditemukan Mendapat Perawatan

L P L + P L P L + P 1 2 3 4 5 6 7 8 3 Selabatu 0 0 0 0 0 0 4 Sukabumi 3 5 8 3 5 8 5 Tipar 0 0 0 0 0 0 6 Nanggeleng 2 0 2 2 0 2 7 Gedongpanjang 1 1 2 1 1 2 8 Benteng 0 0 0 0 0 0 9 Pabuaran 0 0 0 0 0 0

10 Sukakarya 1 1 2 1 1 2 11 Baros 0 1 1 0 1 1 12 Lembursitu 0 0 0 0 0 0 13 Cikundul 1 2 3 1 2 3 14 Cibeureum Hilir 0 0 0 0 0 0 15 Limusnunggal 0 0 0 0 0 0

J u m l a h 10 11 21 10 11 21

Sumber : Seksi KIA & Gizi

3. PMT Pemulihan Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang Gakin

Dalam rangka menunjang peningkatan status gizi balita gizi

buruk ini, dilakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan.

Perawatan yang dilakukan bagi balita gizi buruk dalam bentuk

pemantauan secara intensif oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan

penyelenggaraan Klinik Gizi di Dinas Kesehatan secara rutin setiap bulan

dengan mendatangkan Dokter Spesialis Anak.

Sasaran Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P)

sebanyak 50 Balita dengan kriteria status gizi berasaran standar WHO

2005 menurut BB/TB. PMT-P ini diberikan selama 90 hari berturut-turut,

dengan menu yang diberikan berupa makanan lokal dengan siklus menu

10 hari berulang.

Dari 50 anak yang mendapat PMT-P, 45 anak naik berat

badannya (90%) dan 5 anak tetap berat badannnya (10%). Anak yang

tidak naik berat badannya ini dikarenakan balita tersebut menderita sakit

batuk, pilek, panas dan diare ehingga mempengaruhi daya terima

terhadap PMT-P yang diberikan, tidak mengkonsumsi PMT-P secara

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 46

penuh selama 90 hari, dan ada beberapa menu asing sehingga anak

tidak bisa menerima makanan tersebut, juga pola asuh orangtua yang

kurang telaten dalam memberikan makanan. Begitupun ibu yang hanya

bergantung pada PMT-P yang diberikan saja dan tidak memberikan

makanan pokok yang seharusnya diberikan di rumah, karena PMT-P

hanya bersifat tambahan saja bukan sebagai pengganti makanan pokok

yang diberikan di rumah.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 47

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

Tujuan pembangunan kesehatan nasional dinyatakan dalam Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yaitu

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif

secara sosial dan ekonomis. Namun disadari bahwa pembangunan kesehatan

masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain masih terjadinya kesenjangan

status kesehatan masyarakat antar wilayah, antar status sosial ekonomi,

munculnya berbagai masalah kesehatan baik penyakit baru (new emerging

diseases) ataupun penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases)

Upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat

adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat

serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah

dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya

kesehatan masyarakat meliputi upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan

dan pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular,

penyehatan lingkungan, perbaikan gizi masyarakat, penyediaan farmasi dan alat

kesehatan, pengamanan penggunaan zat adiktif dalam makanan dan minuman,

pengamanan penggunaan narkotika, psikotropika, serta bahan berbahaya.

Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup

upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan

dan rawat inap, rehabilitasi kecacatan terhadap perorangan.

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan untuk

mendukung tercapainya Visi Kota Sukabumi yaitu “Terwujudnya Kota Sukabumi Sebagai Pusat Pelayanan Berkualitas Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Perdagangan di Jawa Barat Berlandaskan Iman dan Taqwa”

melalui perwujudan Visi Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2013-2018 yaitu

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 48

“Masyarakat Kota Sukabumi yang Sehat dan Mandiri Melalui Pemerintahan Rahmatan Lil’alamin” ditetapkan berbagai program kesehatan yang telah

disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat,

dengan mengutamakan upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan serta

ketersediaan sumber daya yang ada.

Berdasarkan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Sukabumi tahun

2013-2018, ditetapkan indikator-indikator kinerja yang merupakan suatu program

kerja dan kegiatan yang akan menjadi prioritas bagi pelaksanaan pembangunan

kesehatan di Kota Sukabumi.

Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan bagi

masyarakat. Oleh karena itu pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk

menyediakan fasilitas sarana pelayanan kesehatan dasar sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan hak masyarakat akan kesehatan seperti Rumah Sakit

Umum, Puskesmas dan Puskesmas Pembantu serta sarana pelayanan

kesehatan lainnya. Sementara itu, morbiditas dan mortalitas Penyakit Tidak

Menular (PTM) juga semakin meningkat. Hal ini menjadikan beban ganda dalam

pelayanan kesehatan dan tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan

kesehatan. Upaya pengendalian faktor risiko Peny akit Tidak Menular (PTM)

dilakukan melalui promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta

melaksanakan skrining Penyakit Tidak Menular dengan tujuan menurunkan

angka kesakitan, meningkatkan pengetahuan dan pengendalian faktor risiko itu

sendiri.

Situasi Upaya Kesehatan Masyarakat di Kota Sukabumi pada tahun

2014 dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Pengendalian Penyakit

Pengendalian penyakit terbagi atas penyakit menular dan penyakit

tidak menular. Penyakit menular meliputi penyakit menular langsung dan

penyakit yang ditularkan melalui binatang. Situasi penyakit, baik kesakitan

maupun kematian merupakan indikator dalam menilai derajat kesehatan suatu

masyarakat.

1. Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML)

Penyakit menular langsung merupakan penyakit menular yang

ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita. Program P2ML

meliputi penyakit-penyakit :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 49

a. Tuberculose (TB)

Tuberculose sendiri adalah merupakan penyakit menular yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculose, dan penderita itu

sendiri sebagai penularnya.

Kegiatan pengendalian TB meliputi kegiatan validasi data,

sosialisasi, advokasi, promosi program, koordinasi lintas program dan

lintas sektor serta monitoring dan evaluasi. Kegiatan lain dalam rangka

peningkatan manajemen kasus, dilaksanakan pemeriksaan cross

check ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda). Hal ini

dilakukan mengingat lamanya pengobatan penderita TB dan

mekanisme pemeriksaan sampai dikatakan sembuh, sehingga

penderita TB tidak akan menulari orang lain. Selain itu dalam rangka

memperkuat jejaring terkait program TB, dilaksanakan kegiatan

kolaborasi TB-HIV dan pertemuan Hospital Dots Linkage (HDL).

Indikator-indikator keberhasilan program TB terdiri dari angka

notifikasi kasus (Case Notification Rate/CNR), angka penemuan kasus

baru BTA positif (Case Detection Rate/CDR), angka konversi

(Conversion Rate), angka kesembuhan (Cure Rate) dan angka

kesalahan laboratorium (Error Rate).

Capaian kegiatan program TB sendiri pada tahun 2014 yaitu,

angka notifikasi kasus TB secara keseluruhan sebesar 335 per

100.000 penduduk, penemuan suspek dengan angka insiden (Incidens

Rate/IR) 107/100.000 penduduk sebanyak 3534 kasus (113%),

penemuan kasus BTA positif (Case Detection Rate/CDR) 312 orang

atau 85% dibandingkan target 80%, angka kesembuhan (Cure Rate)

84% (281 dari target 335 kasus), angka konversi (Conversion Rate)

62% (192 dari kasus yang ditemukan 312 penderita), kasus mangkir

(Drop Out/DO) 1,6% (5 dari 312 kasus yang diobati) dan angka

kematian (Case Fatality Rate/CFR) 1,5% (5 dari 335 kasus yang

ditemukan). Capaian program TB dapat dilihat pada grafik-grafik

berikut ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 50

Grafik 4.1 Angka Notifikasi Kasus (CNR) TB Kota Sukabumi

Tahun 2012-2014

Sumber : Seksi Dalkit

Case Notification Rate (CNR) atau Angka Notifikasi Kasus

adalah jumlah seluruh Penderita TB yang diobati dibandingkan jumlah

penduduk dikalikan 100.000. Dikatakan baik apabila kenaikan CNR

> 5% dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2014, CNR untuk seluruh

kasus TB mencapai 355 per 100.000 penduduk. Dalam hal ini

meningkat 57% dibandingkan CNR tahun 2013 yaitu 226 per 100.000

penduduk. Kenaikan ini disebabkan adanya peningkatan jumlah kasus

TB anak dan kasus TB BTA negatif terutama dari Rumah Sakit.

Dalam hal penjaringan kasus, cakupan penemuan kasus TB

sudah cukup baik. Di Kota Sukabumi sendiri, penyebaran kasus TB

masih tinggi. Cakupan penemuan suspek TB dalam beberapa tahun

terakhir selalu melebihi target, dapat dilihat pada grafik berikut :

321

226

355

120

110

9174

63

173

127

50

90

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2012 2013 2014

Seluruh Kasus

BTA +

BTA -

TB Anak

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 51

Grafik 4.2 Cakupan Penemuan Suspek TB Kota Sukabumi

Tahun 2012-2014

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.3 Case Detection Rate (CDR) Kota Sukabumi

Tahun 2012-2014

Sumber : Seksi Dalkit

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2012 2013 2014

3280 32803120

39223707

3534

Target

Cakupan

312330 328

384364

335

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

2012 2013 2014

Target

Cakupan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 52

Untuk angka penemuan kasus baru TB BTA positif pada tahun

2014 mencapai 85% (312 orang). Meskipun capaian ini melebihi target

80%, namun apabila dibandingkan tahun 2013 dengan capaian 102%

maka dalam hal ini mengalami penurunan.

Grafik 4.4 Cure Rate (Angka Kesembuhan) TB

Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.5

Cure Rate (Angka Kesembuhan) TB Puskesmas Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Seksi Dalkit

0

100

200

300

400

2012 2013 2014

384 364335335

297 281

Target

Cakupan

4047

74818384

889294949596

100100100100

0 20 40 60 80 100 120

PabuaranTipar

SukabumiCipelang

Gd.pjgKota

SelabatuBenteng

Lms.NgglSukakaryaCbr. HilirKrg. Tgh

NanggelengCikundul

Baros

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 53

Meskipun angka kesembuhan penderita TB yang ditangani

masih belum mencapai target yaitu 84% dari target 85%, namun

capaian tahun 2014 ini meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya

mencapai 81%. Banyaknya kasus yang tidak dilakukan pemeriksaan

BTA pada akhir pengobatan terutama di Rumah Sakit, masih menjadi

kendala.

Adapun Angka Kematian (CFR) TB pada tahun 2014 meningkat

yaitu 1,5% (5 kasus) sedangkan tahun 2013 hanya mencapai 0,5%

(2 kasus).

Grafik 4.6 Jumlah Kematian TB Kota Sukabumi

Tahun 2011-2014

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.7

Trend Angka Kematian (CFR) TB Kota Sukabumi Tahun 2010-2014

Sumber : Seksi Dalkit

050

100150200250300350400

2011 2012 2013 2014

333373 364 335

1 9 2 5

Jml yg ditangani

Jml kematian

0.3

2.4

0.5

1.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

2011 2012 2013 2014

CFR (%)

Linear (CFR (%))

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 54

Angka kematian (CFR) TB pada tahun 2014 sebesar 1,5%.

Angka ini meningkat bila dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 0,55%.

Angka kematian TB adalah jumlah penderita TB yang meninggal dengan

penyebab apapun dibandingkan jumlah penderita TB yang ditangani.

Grafik 4.8

Jumlah Kasus TB BTA (+) Per Fasilitas Sarana Pelayanan Kesehatan Tahun 2012-2014

Sumber : Seksi Dalkit

b. Kolaborasi TB-HIV

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 278/Menkes/SK/XII/2009 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kolaborasi Pengendalian Penyakit TB dan HIV, kegiatan

ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengurangi beban TB dan HIV

pada masyarakat akibat kedua penyakit ini. Tujuan khusus dari

kegiatan ini adalah untuk membentuk mekanisme kolaborasi antara

Program TB dan HIV/AIDS, menurunkan beban TB pada ODHA serta

menurunkan beban HIV pada pasien TB.

Hasil kegiatan Program Kolaborasi TB-HIV tahun 2014 dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

0

50

100

150

200

250

300

350

2012 2013 2014

334315

289

27 19 233 1 0

Puskesmas

RS

Lapas

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 55

Tabel 4.1 Capaian TB-HIV Tahun 2014 Kota Sukabumi

No Variabel Jml 1 2 3 1 Jumlah pasien TB yang tercatat 661

1.1 Jumlah pasien TB yang tercatat dengan status HIV positif diketahui sebelum pengobatan TB

0

Data konseling dan tes HIV pada pasien TB yang belum periksa HIV 2 Jumlah pasien TB yang tercatat dalam triwulan tersebut dan

ditawarkan/dianjurkan tes HIV (KTIP/KTS)selama pengobatan

316 (47,8%)

3 Jumlah pasien TB yang tercatat dalam triwulan tersebut dan dilakukan konseling HIV selama masa pengobatan TB

196 (29,7%)

4 Jumlah pasien TB yang tercatat dalam triwulan tersebut dan dilakukan tes HIV selama masa pengobatan TB

178 (26,9%)

5 Jumlah pasien TB yang tercatat dalam triwulan tersebut yang hasil tes HIV tercatat selama pengobatan TB

178 (26,9%)

6 Jumlah pasien TB yang tercatat dalam triwulan tersebut dengan hasil tes HIV positif selama pengobatan TB

1 (0,15%)

Data layanan pasien TB dengan HIV positif

7 Jumlah pasien TB dengan HIV positif (merupakan penjumlahan no. 1.1 + no. 6)

1

8 Jumlah pasien TB dengan HIV yang mendapat ART 1 9 Jumlah pasien TB dengan HIV yang mendapat PPK 0

Sumber : Seksi Dalkit

Tabel 4.2

Data Capaian TB-HIV 10 Variabel HIV Tahun 2013 Kota Sukabumi

No Variabel Jumlah 1 2 3 1 Jumlah ODHA yang berkunjung ke PDP 62

2 Jumlah ODHA yang dikaji Status TB nya 62 (100%)

3 Jumlah ODHA yang suspek TB 14 (22,6 %)

4 Jumlah ODHA yang diperiksa dahak mikroskopis 14 (22,6%)

5 Jumlah ODHA yang didiagnosis TB Paru BTA (+) 2 (3,2%)

6 Jumlah ODHA yang didiagnosis TB Paru BTA Neg 9 (14,5 %)

7 Jumlah ODHA yang didiagnosis TB Ekstra Paru 1 (1,6%)

8 Jumlah ODHA yang mendapat pengobatan TB 12 (19,4%)

9 Jumlah ODHA yang mendapat pengobatan TB dan ART 11 (17,7%)

10 Jumlah ODHA yang mendapatkan pengobatan TB dan PPK 3 (4,8%) Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 56

c. Programmatic Management Of Drug Resistant TB (PMDT) TB-MDR

Prevalensi penyakit TB di Indonesia menurun dalam beberapa

tahun terakhir hingga hampir setengahnya. Jika pada tahun 2000

angkanya mencapai 500 per 100.000 penduduk, pada tahun 2013

tercatat 297 per 100.000 penduduk. Sayangnya, penurunan prevalensi

tersebut diikuti oleh masalah baru yaitu meningkatnya kasus TB kebal

obat atau yang dikenal dengan istilah multidrug resistant tuberculosis

(MDR-TB).

Resisten terhadap obat anti TB dapat terjadi akibat pemberian

obat yang tidak tepat yaitu pasien tidak menyelesaikan pengobatan

yang diberikan, petugas kesehatan memberikan pengobatan yang

tidak tepat baik paduan, dosis, lama pengobatan dan kualitas obat,

demikian pula adanya kendala suplai obat yang tidak selalu tersedia.

TB resistan obat dapat mengenai siapa saja, akan tetapi biasanya

terjadi pada orang yang tidak menelan obat TB secara teratur atau

seperti yang disarankan oleh petugas kesehatan, sakit TB berulang

serta mempunyai riwayat mendapatkan pengobatan TB sebelumnya,

datang dari wilayah yang mempunyai beban TB resisten obat yang

tinggi, atau kontak erat dengan seseorang yang sakit TB resisten obat,

TB-MDR atau TB-XDR.

Pengobatan TB resisten obat, TB-MDR dan TB-XDR lebih sulit

jika dibandingkan dengan pengobatan kuman TB yang masih sensitif.

Angka keberhasilan pengobatan tergantung kepada seberapa cepat

kasus TB resisten obat ini teridentifikasi dan ketersediaan pengobatan

yang efektif. TB resisten obat dan TB-MDR dapat disembuhkan,

meskipun membutuhkan waktu sekitar 18-24 bulan. Harga obat TB lini

kedua jauh lebih mahal (± 100 kali lipat dibandingkan pengobatan TB

biasa) dan penanganannya lebih sulit. Selain paduan pengobatan yang

rumit, jumlah obatnya lebih banyak dan efek samping yang disebabkan

juga lebih berat.

Di tingkat global, Indonesia berada diperingkat ke-8 dari 27

negara dengan beban TB-MDR terbanyak di dunia. Perkiraan pasien

TB-MDR di Indonesia sebesar 6.900, yaitu 1,9% dari kasus baru dan

12% dari kasus pengobatan ulang. Diperkirakan kasus TB-MDR

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 57

sebanyak 5.900 kasus yang berasal dari TB Paru baru dan 1.000

kasus dari TB Paru pengobatan ulang (WHO global report 2013).

Kegiatan Programmatic Management of Drug Resistance TB

(PMDT) atau Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resisten Obat ini

sudah rutin dilaksanakan sejak tahun 2012. Untuk menanggulangi TB

resisten obat diperlukan suatu pendekatan yang menyeluruh dalam

pengelolaan pasien TB resisten obat. Programmatic Management of

Drug Resistance TB (PMDT) atau Manajemen Terpadu Pengendalian

TB Resisten Obat merupakan strategi untuk pengelolaan pasien TB

resisten obat. Penatalaksanaan TB resisten OAT lebih rumit dan

memerlukan perhatian yang lebih banyak daripada penatalaksanaan

TB yang tidak resisten.

Tujuan Programmatic Management of Drug Resistance TB

(PMDT) adalah mencegah terjadinya kasus TB resisten obat melalui

pelayanan DOTS yang bermutu juga dalam rangka melaksanakan

manajemen kasus TB resisten obat secara terstandarisasi.

Jumlah konfirmasi suspek TB-MDR tahun 2012-2014 dapat

dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4.9 Jumlah Konfirmasi Suspek TB-MDR Kota Sukabumi

Tahun 2012-2014

Sumber : Seksi Dalkit

0

5

10

15

20

25

30

35

40

2012 2013 2014 Total

8

1715

40

6 74

17

3

7

3

13

30 0

3

Suspek

(+) MDR

Diobati RSHS

Meninggal

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 58

Berikut mapping penderita TB-MDR ditangani di Puskesmas

Tahun 2012-2014 :

Grafik 4.10

Mapping Penderita TB-MDR Ditangani di Puskesmas Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

Sumber : Seksi Dalkit

Dari grafik 4.9 dan 4.10 diatas dapat dilihat bahwa jumlah

konfirmasi suspek TB-MDR tahun 2012-2014 tercatat 40 kasus, 17

diantaranya kasus yang terkonfirmasi sebagai positif TB-MDR. Dari 17

kasus positif TB-MDR tersebut 3 kasus meninggal (2 kasus sebelum

pengobatan dan 1 kasus sedang pengobatan), 13 kasus sedang

diobati di RSHS dan 1 kasus terakhir belum diobati.

Dari kegiatan P2TB tahun 2014 masih ada beberapa kegiatan

yang belum mencapai hasil yang diharapkan, hal ini disebabkan masih

adanya beberapa masalah dan kendala antara lain tenaga pengelola

program di fasyankes yang masih tugas rangkap berdampak pada

pemantauan pengobatan, pencatatan dan pelaporan yang belum

optimal, belum semua fasyankes melaksanakan strategi DOTS

0

1

2

3

4

1 1 1

2 2

1

3

1

2

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 59

terutama di dokter praktek swasta (DPS), adanya tantangan TB-MDR

dan TB-HIV serta kualitas manajemen beberapa laboratorium TB yang

masih kurang baik.

d. Ispa-Pneumoni

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan

Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute

Respiratory Infections (ARI).

Penyakit ini menyerang salah satu dan atau lebih bagian dari

saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran

bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga

tengah dan pleura.

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebagian besar

disebabkan oleh virus. Penyebab infeksi yang beragam menyebabkan

upaya yang diberikan akan berbeda kepada setiap orang, baik untuk

mencegah maupun untuk pengobatan.

WHO menyatakan, ISPA merupakan salah satu penyebab

kematian terbanyak pada anak di negara yang sedang berkembang.

Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian karena ISPA,

terutama pada bayi dan anak balita. Setiap anak diperkirakan

mengalami 3-6 episode ISPA. Setiap tahunnya 40%-60% kunjungan

Puskesmas merupakan penderita penyakit ISPA. Proporsi kematian

yang disebabkan oleh ISPA ini mencapai 20-30%. Kematian ISPA ini

sebagian besar dikarenakan Pneumonia. Pneumonia yang pada

awalnya merupakan ISPA biasa, karena tidak diobati dengan baik

akhirnya menimbulkan batuk dan kesulitan bernafas.

Penyakit ISPA dapat ditularkan melalui udara pernapasan yang

mengandung kuman dan terhirup orang sehat lewat saluran

pernapasan. ISPA yang tidak ditangani secara lanjut, akan menjadi

momok sebuah pneumonia yang menyerang anak kecil dan balita

apabila terdapat zat gizi yang kurang dan ditambah dengan keadaan

lingkungan yang tidak bersih. Hal inilah yang menjadi risiko utama

pada anak-anak dan balita yaitu meningkatnya infeksi silang.

Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 60

ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi

kurang dan buruknya sanitasi lingkungan.

Program P2 ISPA masih dititikberatkan pada Pneumonia Balita

yang masih menjadi salah satu penyebab kematian Bayi dan Balita di

Kota Sukabumi.

Pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang

mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia pada anak

seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa

disebut bronchopneumonia). Hal inilah menjadikan penanggulangan

penyakit pneumonia menjadi fokus kegiatan program P2 ISPA.

Diagnosis etiologi pneumonia pada balita sulit untuk ditegakkan karena

dahak biasanya sukar diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan

imunologi belum memberikan hasil yang memuaskan untuk

menentukan adanya bakteri sebagai penyebab pneumonia. Hanya

biakan spesimen fungsi atau aspirasi paru serta pemeriksaan

spesimen darah yang dapat diandalkan untuk membantu menegakkan

diagnosis etiologi pneumonia.

Pneumonia sangat rentan terhadap bayi berumur dibawah dua

bulan, berjenis kelamin laki-laki, gizi kurang, berat badan saat lahir

rendah, tidak mendapat ASI memadai, polusi udara, padatnya tempat

tinggal, imunisasi yang tidak memadai dan defisiensi vitamin A.

Sedangkan faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian

akibat pneumonia adalah umur dibawah dua bulan, rendahnya tingkat

sosio ekonomi, kurang gizi, berat badan saat lahir rendah, tingkat

pendidikan ibu rendah, rendahnya tingkat pelayanan (jangkauan)

kesehatan, padatnya tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai

dan menderita penyakit kronis.

Hasil kegiatan P2 ISPA-Pneumonia tahun 2014 dapat dilihat

pada grafik di bawah ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 61

Grafik 4.11 Cakupan Kegiatan P2 ISPA-Pneumonia Kota Sukabumi

Tahun 2014

Sumber : Seksi Dalkit

Dari Grafik di atas dapat dilihat bahwa cakupan penemuan

ISPA-Pneumonia tertinggi terdapat di Puskesmas Pabuaran (125,5%)

dan terendah terdapat di puskesmas Sukabumi (35,0%). Dari 15

puskesmas di Kota Sukabumi baru 6 puskesmas yang sudah

mencapai target (86%) yaitu Puskesmas Pabuaran, Lembursitu,

Selabatu, Tipar, Sukakarya dan Cikundul. Cakupan kota sendiri baru

mencapai 71,4% (2.685 kasus), hal ini terutama karena belum

samanya persepsi pada pemeriksa di Puskesmas dalam penegakan

diagnosa Pnemonia, yang disebabkan kurangnya SDM terlatih

P2-ISPA di Puskesmas serta masih kurang baiknya pencatatan dan

pelaporan program ISPA di Puskesmas. Berdasarkan hal inilah, untuk

meningkatkan akurasi diagnosis pneumonia kedepan diperlukan

kesepakatan penilaian dan penegakan antara para pemeriksa.

35.0%

48.0%

51.4%

60.3%

61.0%

62.5%

64.4%

66.2%

71.2%

71.4%

92.8%

94.8%

99.3%

108.0%

109.2%

125.4%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140%

Sukabumi

Nanggeleng

Baros

Cipelang

Lms.ngl

Benteng

Cbr.Hilir

Gd.Pjg

Kr.Tgh

Kota Sukabumi

Cikundul

Sukakarya

Tipar

Selabatu

Lb.situ

Pabuaran

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 62

Jumlah kematian karena Pneumoni tahun 2014 sebanyak

8 orang atau 0,31% dari seluruh kasus Pneumoni yang berobat.

Trend jumlah kematian yang diakibatkan pneumoni dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Grafik 4.12

Trend Jumlah Kematian Akibat Pneumoni di Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

Sumber : Seksi Dalkit

e. Diare

Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di

masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare

tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan

malnutrisi pada anak.

Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu

penyakit berbasis lingkungan di Indonesia dikarenakan masih

buruknya kondisi sanitasi dasar, lngkungan fisik maupun rendahnya

perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Kebersihan

lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya.

6

4

6

0

1

2

3

4

5

6

7

2012 2013 2014

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 63

Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat

karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan

buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat

menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di

lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak

langsung yaitu melalui perantara.

Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat

mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan letusan Kejadian

Luar Biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah

dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit.

Diare terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa

menyerang seluruh kelompok usia baik laki-laki maupun perempuan.

Tetapi diare tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling

tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita.

Di negara berkembang termasuk Indonesia, anak-anak

menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi

penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian

(Depkes RI, 2010).

Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan karena masih

tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian

pada balita.

Seperti halnya P2-ISPA, Program P2-Diare juga lebih

difokuskan kepada penanganan diare pada penderita Bayi dan Balita.

Penanganan diare selain dilakukan dengan rehidrasi

(pemberian oralit) juga disertai dengan pemberian zink yang berfungsi

pada penguatan daya tahan tubuh penderita terutama jika terjadi pada

anak-anak. Hal ini karena ketahanan tubuh anak-anak terhadap

dehidrasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan orang dewasa.

Hasil cakupan kegiatan P2 Diare di Puskesmas dapat dilihat

pada grafik berikut ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 64

Grafik 4.13 Cakupan Kegiatan P2 Diare Puskesmas Kota Sukabumi

Tahun 2014

Sumber : Seksi Dalkit

Diare adalah penyakit yang salah satu penyebabnya

ditimbulkan karena kurangnya kebersihan baik makanan ataupun

minuman. Selain itu, penyakit yang menyebabkan infeksi pada tubuh

ini merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui pada

anak dalam masa 1000 hari pertama kehidupan.

Penyakit infeksi erat kaitannya dengan status gizi. Selera

makan pada orang sakit selalu berkurang yang pada akhirnya

meyebabkan kurang gizi dan daya tahan tubuh semakin rendah.

Sebaliknya serangan infeksi seperti pada orang yang tinggal di

lingkungan kotor juga akan menyerang daya tahan tubuh, sehingga

daya tahan tubuhnya juga akan menurun.

Data yang dimiliki Kemenkes menunjukkan bahwa diare

menjadi penyebab kematian bayi dan balita kedua terbanyak setelah

pneumonia. Data tersebut tidak jauh berbeda dengan laporan yang

disampaikan UNICEF disemester kedua tahun 2012. Salah satu upaya

78.6%106.2%107.0%110.1%111.6%

118.8%125.6%

140.1%143.3%

158.4%158.9%

174.2%191.9%

247.5%352.8%

0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% 350% 400%

BentengCbr.Hilir

Lb.situKr. Tgh

SelabatuGd.Pjg

NanggelengKota Sukabumi

CipelangSukakarya

BarosTipar

Lms.NglCikundulPabuaran

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 65

yang efektif dalam mencegah diare adalah melalui cuci tangan dengan

sabun.

Berdasarkan kajian morbiditas diare di masyarakat (Kemenkes,

2010), jumlah anak-anak yang terbiasa mencuci tangan dengan air

mengalir dan sabun setiap sebelum makan, hanya mencapai 35

persen. Sisanya hanya dengan air tanpa dilengkapi sabun cuci tangan.

Hal ini berkaitan dengan berbagai penelitian yang dilakukan

baik dilembaga internasional maupun nasional, yang menyimpulkan

bahwa cuci tangan pakai sabun dapat menurunkan kejadian diare

sampai dengan 47 persen. Kemudian menurunkan kejadian

pneumonia sampai dengan 50 persen dan flu burung sampai 50

persen. Dengan berkurangnya kasus diare pada anak juga akan

mengurangi angka kematian dan menyumbang perbaikan gizi yang

tinggi.

Berikut grafik trend kematian akibat diare di Kota Sukabumi

selama 4 tahun terakhir :

Grafik 4.14

Trend Jumlah Kematian Akibat Diare Kota Sukabumi Tahun 2010-2014

Sumber : Seksi Dalkit

2

5

7

6

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2011 2012 2013 2014

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 66

Penemuan kasus diare pada tahun 2014 di Kota Sukabumi

sebesar 140,11% (13.334 kasus) melebihi target 100%, namun belum

merata secara umum penyebarannya. Puskesmas tertinggi cakupan

kasu diarenya adalah Puskesmas Pabuaran 352,87% dan terendah di

Puskesmas Sukabumi (74,07%). Jumlah kematian karena Diare tahun

2014 sebanyak 6 orang (0,04%).

f. Kusta

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang

menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang

dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah

sosial, ekonomi, budaya, kemanan dan ketahanan nasional.

Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara-negara yang

sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara

tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang

kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada

masyarakat.

Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat,

keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan

kurangnya pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap

kusta dan cacat yang ditimbulkannya.

Meskipun penyakit kusta saat ini sudah dapat disembuhkan

bukan berarti Indonesia sudah terbebas dari masalah penyakit kusta.

Hal ini disebabkan karena dari tahun ke tahun masih ditemukan

sejumlah kasus baru.

Dengan demikian tantangan yang dihadapi adalah bagaimana

menjaga kesinambungan pelayanan kusta yang berkualitas dan

memastikan setiap orang yang terkena kusta dimanapun dia berada

mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan diagnosis

dan pengobatan oleh petugas kesehatan yang kompeten termasuk

sistem rujukan yang efektif dalam mengatasi komplikasi dengan biaya

yang terjangkau.

Beban kusta yang paling utama adalah akibat kecacatan yang

ditimbulkannya. Oleh karena itu telah ditetapkan Target Global yang

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 67

harus dicapai pada tahun 2015 adalah angka cacat tingkat 2 (cacat

yang kelihatan) per 100.000 penduduk turun 35% dari data tahun

2010.

Pengendalian Kusta diarahkan pada penjaringan kasus baik

secara pasif di poli umum maupun secara aktif di masyarakat melalui

kegiatan RVS (Ravid Village Survey) di wilayah yang pernah ada

penderita kusta dalam kurun waktu 5 tahun. Secara keseluruhan, pada

kegiatan RVS yang yang dilaksanakan di 5 (lima) kelurahan yaitu

kelurahan Karang Tengah, Lembur Situ, Gedong Panjang, dan

Benteng tidak ditemukan adanya penderita kusta hanya penyakit-

penyakit kulit pada umumnya.

Hasil kegiatan program Kusta tahun 2014 dapat dilihat pada

grafik di bawah ini :

Grafik 4.15

Jumlah Kasus Kusta Kota Sukabumi Tahun 2011-2014

Sumber : Seksi Dalkit

0

1

2

3

4

2011 2012 2013 2014

3

2

4

00 0

4

1

3

2

0

4

Kasus Baru Dalam pengobatan RFT

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 68

Grafik 4.16 Mapping Kasus Kusta

Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2011-2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

Kusta merupakan salah satu Neglected Tropical Disease

(NTDs) atau jenis penyakit menular yang merupakan ciri khas daerah

beriklim tropis. Kusta masih menjadi masalah kesehatan di Kota

Sukabumi karena masih ada kasus setiap tahun yang ditemukan

ataupun diobati. Tidak ditemukan kasus baru pada tahun 2014, namun

ada satu kasus (kasus tahun 2011 dari Puskesmas Limus Nunggal)

kambuh/relaps dan diobati lagi pada tahun 2014.

Beberapa kendala dalam program P2 Kusta adalah sosialisasi

Kusta lintas program dan lintas sektor yang masih kurang serta

sensitivitas petugas yang perlu ditingkatkan dalam deteksi dini kasus

Kusta.

2. P2BB (Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang) a. Rabies

Rabies merupakan penyakit menular akut yang menyerang

susunan saraf pusat dan dapat mengakibatkan kematian. Virus

penyebab rabies adalah Lyssa Virus dari golongan Rhabdovirus. Virus

0

1

2

Krg.Tgh Benteng Lms.Ngl Baros Gd.Pjg Lb.situ

1 1 1

0 0 00 0 0

1 1

0

1 1

0 0 0

2

0 0 0 0 0 0

2011

2012

2013

2014

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 69

ini terdapat dalam air liur hewan penular rabies, dapat menyerang

semua hewan berdarah panas dan juga manusia.

Sebanyak 98 persen kasus menularnya rabies pada manusia

disebabkan oleh anjing dan sisanya 2 persen oleh kucing dan kera.

Umumnya orang tertular melalui gigitan. Masa inkubasi rabies pada

manusia bervariasi pada umumnya 3-8 minggu, tergantung dari jarak

letak luka gigitan dengan otak.

Jumlah kasus gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) tahun 2014

sebanyak 10, dari jumlah tersebut kasus yang diberikan VAR 2 kasus.

Jenis HPR terdiri dari anjing dan kera. Untuk Kasus gigitan HPR di

harapkan untuk melakukan pencucian luka di semua sarana kesehatan

dan luka tidak dijahit, sedangkan pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR)

di lakukan sesuai dengan indikasi.

Berikut grafik kasus gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) dan

pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) di Kota Sukabumi :

Grafik 4.17 Kasus Gigitan HPR

Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

0123456789

10

1 1 1 1 1 1

3

1

10

4

0 0 0 0 01 1

0

2

0

Jumlah GHPR VAR

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 70

Grafik 4.18 Trend Kasus Gigitan HPR dan Kasus Positif Rabies Pada Hewan

Tahun 2011-2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.19 Trend Kasus Gigitan HPR Dan Pemberian VAR

Tahun 2011-2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

28

21

33

10

0 0 0 00

5

10

15

20

25

30

35

2011 2012 2013 2014

Jumlah GHPR Jumlah Positif Pada Hewan

28

21

33

10

1212

4

20

5

10

15

20

25

30

35

2011 2012 2013 2014

Jumlah GHPR Jumlah VAR

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 71

b. DBD (Demam Berdarah Dengue) dan Chikungunya

Dimusim penghujan, penyebaran penyakit yang disebabkan

infeksi bakteri atau virus perlu diwaspadai. Seperti penyakit demam

berdarah dan chikungunya. Kedua penyakit ini dibawa oleh nyamuk

siang, yakni Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Kedua jenis nyamuk

ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-

tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan air

laut.

Baik DBD atau chikungunya sama-sama diawali dengan

demam. Meskipun berasal dari nyamuk yang sama, chikungunya dan

DBD memiliki gejala serta penanganan yang berbeda. Chikungunya

berasal dari virus chikungunya, sedangkan DBD berasal dari virus

dengue.

DBD termasuk salah satu emerging diseases yang sampai saat

ini menjadi masalah kesehatan yang utama. DBD berpotensi

menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), terutama pada musim

penghujan. Begitupun dengan demam chikungunya merupakan salah

satu penyakit potensial wabah, karena faktor kecepatan penyebaran

sehingga menimbulkan keresahan dan menurunnya produktivitas pada

penderita.

Strategi utama pengendalian penyakit DBD maupun demam

chikungunya dilakukan dengan peningkatan pengetahuan masyarakat

melalui promosi kesehatan, koordinasi lintas program dan lintas sektor

melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), meningkatkan akses

masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas, Pemeriksaan Jentik

Berkala (PJB) dan pemberantasan nyamuk dewasa dengan

fogging/pengasapan.

Pada tahun 2014, kegiatan fogging/pengasapan dilakukan

dengan 2 (dua) tipe yaitu fogging focus sebanyak 100 titik dan fogging

massal sebanyak 50 titik.

Hasil kegiatan P2 DBD dan Chikungunya tahun 2014 dapat

dilihat pada grafik-grafik dibawah ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 72

Grafik 4.20 Trend Kasus dan Kematian DBD Kota Sukabumi Tahun 2011-2014

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.21 Trend Kasus DBD Kota Sukabumi

Tahun 2012-2014

Sumber : Seksi Dalkit

531

922

597

705

0 4 2 60

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

2011 2012 2013 2014

Kasus Kematian

8992 103

6878

66

130

81

51

5656

52

41

7763

56

53 57

26

36

74

47

33

34

58

3951

39

62

73

87

77

89

7253

5

0

20

40

60

80

100

120

140

2012 2013 2014

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 73

Grafik 4.22 Trend Kasus DBD Menurut Wilayah Kerja Puskesmas

Tahun 2012-2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.23

Persentase Kasus DBD Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

Smi Slbt Cplg Krg.Tgh Btg Skky Pab Tpr Gdg.

pjg Ngl Cbr Lms.Ngl Brs Ckdl Lbs

2012 102 92 77 85 45 21 55 44 57 48 59 35 111 38 53

2013 55 36 48 66 31 23 38 43 23 27 47 24 76 29 31

2014 75 68 55 68 66 15 32 20 37 32 54 32 96 23 32

47.352.7

Laki-Laki Perempuan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 74

Grafik 4.24 Data Kasus DBD Menurut Kecamatan

Tahun 2013-2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.25 Jumlah Kasus DBD Menurut Kelurahan Tahun 2014

Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

114

93 92 9176 71

60

123

89

113

143

9686

55

0

20

40

60

80

100

120

140

160

2013 2014

14

55

77

99

1010

1111

12131313

1415

171717

181919

20222222

2427

323434

0 5 10 15 20 25 30 35 40

St.mekar

Gn.Prng

Cikondang

Jy.mekar

Jy.raksa

Wr.doyong

Nyomplong

Sk.krya

Sdjy.Hilir

Sb.jaya

Lb.situ

Sriwedari

Citamiang

Nanggeleng

Benteng

Karamat

Babakan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 75

Grafik 4.26 Trend Jumlah Kasus dan Kematian Chikungunya

Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.27 Data Kasus Chikungunya Menurut Kelurahan Tahun 2014

Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

53

930

411

0 0 00

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

2012 2013 2014

Jumlah Kasus Jumlah Kematian

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

17 18 1923

28 2935

4453

59

86

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 76

Grafik 4.28 Jumlah Kasus Chikungunya Menurut Puskesmas Tahun 2014

Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.29 Trend Kasus DBD dan Chikungunya Tahun 2014

Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

0

20

40

60

80

100

120

18 1923 29

53

63

86

120

0102030405060708090

100

DBD Chikungunya

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 77

Grafik 4.30 Persentase Angka Bebas Jentik (ABJ)

Menurut Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

Berdasarkan grafik-grafik diatas, dapat dilihat bahwa terjadi

peningkatan kasus DBD pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013.

Sementara untuk Chikungunya, terjadi penurunan kasus.

Angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) DBD tahun 2014

0,85% meningkat dibandingkan CFR tahun 2013 0,36%, Insidens

Rate (IR) : 206,09/100.000 penduduk, jauh lebih tinggi dibandingkan IR

DBD Propinsi Jawa Barat th 2013 : 48,39 /100.000 penduduk. Angka

kematian/CFR Chikungunya tahun 2013 sebesar 0%, Insidens Rate

289,64/100.000 penduduk, dibandingkan IR Chikungunya Provinsi

tahun 2013 : 17,02/100.000 penduduk.

Enam kematian kasus DBD yang terjadi pada tahun 2014

terdapat di wilayah kerja Puskesmas Cipelang, Karang Tengah,

Sukabumi, Tipar, Baros dan Limusnunggal.

78808284868890929496

96 95.6 95.594.2 93.8

93 92.791.9 91.9 91.8 91.7 91.2 90.8

90

84.3

Angka Bebas Jentik (ABJ) %

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 78

c. Malaria Penyakit Malaria menjadi masalah kesehatan sebagai penyakit

menular yang dapat mengakibatkan kesakitan dan kematian serta

menurunkan produktifitas sumber daya manusia sehingga perlu

dilakukan penanganan baik oleh masyarakat, swasta maupun

pemerintah;

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

293/MENKES/SK/IV/2009 tentang eliminasi malaria di Indonesia,

program pengendalian malaria bertujuan untuk mewujudkan

masyarakat yang hidup sehat, terbebas dari penularan malaria.

Eliminasi penyakit malaria di Pulau Jawa harus dapat dicapai pada

tahun 2015.

Grafik 4.31 Jumlah Kasus Malaria

Menurut Wiayah Kerja Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

Data kasus Malaria di Kota Sukabumi tahun 2014 sebanyak 8

kasus, terdiri dari 3 kasus asal Kota Sukabumi dan 5 kasus asal luar

Kota Sukabumi. Hasil Penyelidikan Epidemiologis (PE) menunjukan

0

1

2

3

4

5

Selabatu Karang Tengah Benteng Luar Kota

1 1 1

5

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 79

semua kasus Malaria di Kota Sukabumi merupakan kasus import, dan

tidak ada kasus indigenous.

Berdasarkan data 5 (lima) tahun terakhir bahwa Kota Sukabumi

tidak mempunyai kasus Malaria indigenous, maka Kota Sukabumi

direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat untuk

mengikut mendapatkan sertifikat eliminasi Malaria dari Kementrian

Kesehatan RI pada tahun 2014.

d. Filariasis Data kasus Filariasia Kota Sukabumi dari tahun 2010 sampai

dengan tahun 2014 adalah sebagai berikut :

- Tahun 2010 : terdapat 4 kasus Filariasis

- Tahun 2011 : terdapat 2 kasus filariasis

- Tahun 2012 : terdapat 4 kasus filariasis

- Tahun 2013 : tidak ditemukan kasus filariasis

- Tahun 2014 : tidak ditemukan kasus filariasis

Grafik 4.32

Data Puskesmas Dengan Kasus Filariasis Kota Sukabumi Tahun 2010-2014

Sumber : Seksi Dalkit

Sukabumi Cipelang KarangTengah Pabuaran Cikundul Kota

2010 0 1 2 1 0 42011 0 0 2 0 0 22012 1 0 0 0 3 42013 0 0 0 0 0 02014 0 0 0 0 0 0

0

1

2

3

4

5

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 80

e. P2-HIV/AIDS dan Penyalahgunaan NAPZA

Program kesehatan yang dicanangkan sebagai upaya

penanggulangan penyakit HIV-AIDS semakin marak dipromosikan.

Program ABAT (Aku Bangga Aku Tahu) merupakan salah satu

contohnya. Program ini merupakan bagian dari gerakan nasional

penaggulangan HIV-AIDS. Selain itu ada pula Komisi Penanggulangan

AIDS (KPA) yang dibentuk untuk menekan angka kesakitan dan angka

kematian akibat penyakit HIV-AIDS.

Tujuan program HIV-AIDS sendiri adalah untuk menurunkan

angka kesakitan dan kematian karena HIV dan memperkuat peran

masyarakat serta pelayanan kesehatan untuk memperbaiki kinerja

pengendalian HIV/AIDS.

Dalam pengendalian HIV-AIDS dan IMS dalam upaya

memperluas akses layanan ada beberapa kebijakan terobosan yaitu :

1. Pada daerah yang memiliki permasalahan HIV tinggi, setiap ibu

hamil akan ditawarkan tes HIV.

2. Pada daerah dengan permasalahan HIV yang rendah, penawaran

tes HIV untuk ibu hamil dilakukan berdasarkan penilaian risiko

seperti ibu hamil dengan IMS atau menderita TB.

3. Perluasan penerapan konsep Layanan Komprehensif

Berkesinambungan (LKB), dimana seluruh fasilitas pelayanan

kesehatan dapat memberikan layanan HIV-AIDS dan IMS yang

terintegrasi.

4. Pengembangan Sistem Informasi HIV-AIDS (SIHA).

Jumlah kasus baru HIV AIDS Kota Sukabumi tahun 2014

sebanyak 101 org, terdiri dari 49 asal Kota Sukabumi, dan 52 dari luar

Kota Sukabumi. Jumlah kumulatif kasus yang ditemukan dari tahun

2000 sampai dengan tahun 2014 sebanyak 827 orang, dengan jumlah

kumulatif kasus asal Kota Sukabumi sebanyak 502 orang.

Hasil kegiatan program HIV AIDS tahun 2014 dapat dilihat pada

grafik-grafik di bawah ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 81

Grafik 4.33 Jumlah Kasus Baru dan Kumulatif HIV-AIDS

Yang Ditemukan Di Kota Sukabumi Tahun 2010-2014

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.34 Jumlah Kasus Baru dan Kumulatif Kasus HIV/AIDS

Asal Kota Sukabumi Tahun 2010-2014

Sumber : Seksi Dalkit

32 52122

141101

411463

585

726827

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Kasus Baru Kumulatif

16 2961 53 49

310339

400453

502

0

100

200

300

400

500

600

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Kasus Baru Kumulatif

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 82

Grafik 4.35 Tren Kasus Baru HIV/AIDS Pada Populasi Transgender Yang Ditemukan Di Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.36 Tren Kasus Baru HIV/AIDS Pada Populasi Transgender

Asal Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

Sumber : Seksi Dalkit

0

13

20

1

17

10

5

10

15

20

25

2012 2013 2014

LSL Waria

0

5

10

1

12

10

2

4

6

8

10

12

14

2012 2013 2014

LSL Waria

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 83

Grafik 4.37 Persentase Kasus Baru HIV-AIDS

Berdasarkan Asal Wilayah Tahun 2014

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.38

Jumlah Kasus HIV AIDS Yang Ditemukan Di Kota Sukabumi Berdasarkan Kondisinya Tahun 2014

Sumber : Seksi Dalkit

49%

51%

Kota Sukabumi

Kab/Luar Kota

83

15 5HIV

AIDS

Meninggal

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 84

Grafik 4.39 Jumlah Kasus HIV AIDS Asal Kota Sukabumi

Berdasarkan Kondisinya Tahun 2014

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.40

Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS Yang Ditemukan Di Kota Sukabumi Berdasarkan Golongan Umur

Tahun 2014

Sumber : Seksi Dalkit

38

65 HIV

AIDS

Meninggal

1

8

16

2927

13

3 3 10

5

10

15

20

25

30

35

Jumlah Kasus

0 - 5 th

16 - 20 th

21 - 25 th

26 - 30 th

31 - 35 th

36 - 40 th

41 - 45 th

> 45 th

Tdk diket

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 85

Grafik 4.41 Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS Asal Kota Sukabumi

Berdasarkan Golongan Umur Tahun 2014

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.42 Persentase Kasus Baru HIV/AIDS Yang Ditemukan

Di Kota Sukabumi Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014

Sumber : Seksi Dalkit

1

6

2

17

15

8

0 0 00

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Jumlah Kasus

0 - 5 th

16 - 20 th

21 - 25 th

26 - 30 th

31 - 35 th

36 - 40 th

41 - 45 th

> 45 th

Tdk diket

57.4%42.6% Laki-laki

Perempuan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 86

Grafik 4.43 Persentase Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS

Asal Kota Sukabumi Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.44

Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014

Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

60%40%

Laki-laki

Perempuan

5

4 4 4

3

2 2 2 2

1 1 1

0

1

2

3

4

5

6

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 87

Grafik 4.45 Jumlah Kasus IMS Tahun 2014

Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

Walaupun secara kuantitas terjadi penurunan penemuan kasus

baru HIV/AIDS pada tahun 2014, namun terdapat peningkatan jumlah

kasus baru HIV/AIDS pada populasi Transgender yaitu pada Laki-laki

Seks Laki-laki (LSL) dan Waria. Pola penularan penyakit HIV/AIDS

juga sudah mulai masuk ke populasi resiko rendah yang diwakili oleh

ibu rumah tangga, dari 101 kasus baru HIV/AIDS 35 orang di

antaranya adalah ibu rumah tangga, dan 7 di antaranya adalah ibu

hamil.

Sejak tahun awal 2013 Program HIV AIDS di Kota Sukabumi

banyak disupport oleh dana hibah dari Global Funds (GF) yang turun

melalui SSR (Sub Sub Recipient) Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.

Dana tersebut digunakan antara lain untuk set up layanan HIV dan

IMS, running cost layanan, kegiatan mobile VCT dan IMS, supervisi

serta pertemuan Monitoring dan evaluasi/Quarterly Meeting.

Set up layanan HIV dan IMS bersumber dana GF yaitu :

1. Layanan Infeksi Menular Seksual (IMS) di seluruh puskesmas

(15 puskesmas), yang pada awalnya hanya Puskesmas Selabatu

dan Puskesmas Cipelang.

430

416

343

8883

72 30 6 1 Kandidiasis

Servisitis

GO

Susp GO

Lain-lain

UNG

Trikomoniasis

Sifilis

Herpes Genitalis

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 88

2. Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di

Puskesmas Selabatu, Puskesmas Sukabumi, Labkesda, RSUD

R. Syamsudin, Lapas dan RSI Assyifa. Test HIV juga dapat

dilakukan melalui Provider Initiated Testing and Counseling

(PITC) di 15 puskesmas Kota Sukabumi.

3. Layanan Case, Support and Treatment (CST) di RSUD R.

Syamsudin, SH dan RSI Assyifa.

4. Layanan Methadone (Pelayanan Terapi Rumatan

Methadone/PTRM) di Puskesmas Selabatu dan RSUD

R. Syamsudin, SH.

Global Funds (GF) memberikan target-target yang harus

dicapai oleh layanan-layanan tersebut. Berikut hasil kegiatan-kegiatan

program HIV AIDS yang disupport oleh Global Funds (GF) :

Grafik 4.46 Target dan Capaian PTRM Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Seksi Dalkit

17 17

16

17

16

1716

18 21 21 21

22

17 17 17 17 17 17

22 22 22 22 22 22

0

5

10

15

20

25

Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

Capaian Target

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 89

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja usia 15-24

tahun yang komprehensif tentang HIV-AIDS. Ada 5 buah pertanyaan

standar yang menjadi indikator mempunyai pengetahuan komprehensif

tentang HIV-AIDS yaitu :

1. Dapatkah anda mengetahui seseorang sudah terinfeksi HIV hanya

dengan melihatnya?

2. Bisakah seseorang tertular virus HIV melalui gigitan

nyamuk/serangga?

3. Bisakah seseorang tertular HIV dengan cara menggunakan alat

makan?

4. Apakah dengan saling setia pada pasangan dapat mengurangi

resiko tertular HIV?

5. Bisakah seseorang mengurangi resiko tertular HIV dengan cara

menggunakan kondom dengan benar setiap kali melakukan

hubungan seks?

Berdasarkan hasil survey pengetahuan remaja tahun 2014,

didapatkan hasil sebagai berikut :

Grafik 4.47

Persentase Hasil Survey Pengetahuan Komprehensif Remaja Tentang HIV-AIDS

di Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Seksi Dalkit

9%

91%

Komprehensif

Tidak komprehensif

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 90

Beberapa permasalahan dalam program HIV-AIDS adalah :

Kelengkapan dan ketepatan laporan dari beberapa

layanan masih kurang

Belum semua fasyankes mempunyai konselor HIV terlatih

Adanya rotasi karyawan di lingkungan Dinas Kesehatan

menyebabkan perubahan tim HIV-IMS puskesmas

Belum semua hot spot dilakukan pemeriksaan VCT dan

IMS

Target GF yang terlalu tinggi dan pembagian target tiap

fasyankes belum jelas

Running cost dari anggaran GF per Juli 2013 turun 25%,

dan per Juli 2014 turun 60%, dan akan berakhir pada

tahun 2015

Kendala logistik terlambatnya pengadaan reagen rapid

test HIV

Masih adanya hambatan internal dan eksternal dari

petugas dalam pemberian kondom di fasyankes

Kurangnya kesadaran dari sasaran untuk penggunaan

kondom

Belum semua fasyankes menggunakan Sistem Informasi

HIV AIDS (SIHA) secara optimal dalam melaporkan hasil

capaiannya

Masih rendahnya tingkat pengetahuan remaja tentang

HIV-AIDS

Beberapa rencana tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan

di atas adalah :

Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan ke seluruh

layanan.

Penguatan tim HIV-IMS puskesmas melalui refreshing

petugas, asistensi dan bimbingan teknis (bintek).

Optimalisasi Layanan HIV-AIDS secara Komprehensif

dan Berkesinambungan, termasuk jalur rujukan.

Penguatan pemberian kondom di fasyankes .

Penjadwalan mobile VCT dan IMS.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 91

Untuk running cost layanan, sharing budget dg APBD

Kota Sukabumi.

Membuat usulan kebutuhan reagen rapid test HIV melalui

APBD Propinsi Jawa Barat dan APBD Kota Sukabumi.

Peningkatan normalisasi test HIV untuk ibu hamil, pasien

IMS dan TB dengan resiko (Permenkes 21 tahun 2013

tentang Penanggulangan HIV AIDS) di semua layanan.

Meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi pengetahuan

tentang HIV-AIDS kepada masyarakat terutama remaja

usia 15-24 tahun.

f. Program Penyakit Tidak Menular (PTM) Penyakit tidak menular merupakan salah satu penyebab

kematian terbanyak di Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular

masih merupakan masalah kesehatan yang penting dan dalam waktu

bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat

menjadikan beban ganda dalam pelayanan kesehatan dan tantangan

yang harus dihadapi dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.

Penyakit tidak menular banyak terkait dengan gaya hidup,

beberapa faktor risiko penyakit tidak menular misalnya kegemukan

(obesitas), merokok, kurang aktivitas dan diet tidak sehat dapat

dikendalikan melalui gaya hidup sehat sesuai dengan motto PTM

“CERDIK” yaitu :

C = Cek kondisi kesehatan secara berkala,

E = Enyahkan asap rokok,

R = Rajin aktivitas fisik,

D = Diet Sehat dengan kalori seimbang,

I = Istirahat yang cukup dan

K = Kendalikan Stress

Walaupun program PTM relatif masih baru pada Seksi

Pengendalian Penyakit, namun kegiatan-kegiatannya sudah cukup

banyak yang dilaksanakan.

Beberapa hasil kegiatan PTM dapat dilihat di bawah ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 92

Tabel 4.3 Sarana Kesehatan Terkait PPTM

Tahun 2014 Kota Sukabumi No Jenis Sarana & SDM Jumlah 1 2 3

1 Puskesmas Pelaksana Program PTM Terpadu 15 (100%)

2 Puskesmas dgn Klinik IVA Test 5

3 Puskesmas dgn Klinik IVA Test & Krioterapi 4

4 Rumah Sakit - Pemerintah - Swasta - TNI/Polri

4 1 3 1

5 Posbindu PTM 5 Sumber : Seksi Dalkit

Tabel 4.4

Jumlah Tenaga Terlatih PPTM Tahun 2014 Kota Sukabumi

No Jenis Pelatihan Jumlah Petugas

1 2 3

1 Pelatihan Faktor Risiko PTM Terpadu 1

2 Pelatihan Alat PPTM 5

3 Pelatihan TOT PPTM Terpadu 4

4 Pelatihan IVA Test 6

5 Pelatihan Upaya Berhenti Merokok (UBM) 2 Sumber : Seksi Dalkit

Tabel 4.5 Jumlah Alat dan Bahan PPTM Tahun 2014 Kota Sukabumi

No Puskesmas Iva Test Alat Cryo Posbindu Kit

1 2 3 4 5

1 Selabatu v v v

2 Lembur Situ v v v

3 Baros v v v

4 Cipelang v v -

5 Sukabumi v - v

6 Benteng - - v Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 93

Grafik 4.48 10 Penyakit Terbanyak Penyakit Tidak Menular (PTM)

Tahun 2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.49

Jumlah Kasus Hipertensi Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

63.74%18.51%

14.52%

0.94%

0.90%

0.84% 0.34%0.10% 0.10%

0.01%Hipertensi

Diabetes Melitus

Asma

Cedera Lain

Stroke

Cedera LALIN

Penyakit Tiroid

Tumor Payudara

Osteoporosis

Ginjal Kronik

0

200

400

600

800

1000

1200

10-14 15-19 20-44 45-54 55-59 60-69 70+

0 21

855

636683

768 764

067

629570

888

1071

758

Laki-laki Perempuan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 94

Grafik 4.50 Jumlah Kasus Diabetes Mellitus Berdasarkan Kelompok Umur

Tahun 2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Dalkit

Dari data-data di atas terlihat bahwa data 10 besar penyakit

PTM yang terlaporkan adalah Hipertensi, Diabetes Mellitus, Asma,

Cedera lain, Stroke, Cedera akibat KLL, Tiroid, Tumor Payudara,

Osteoporosis, dan Ginjal Kronik.

Berdasarkan data, penyakit Hipertensi dan Diabetes Mellitus

lebih banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki. Kelompok umur

55-59 tahun dan 60-64 tahun merupakan kelompok umur tertinggi

untuk kasus hipertensi sedangkan kelompok 20-44 tahun dan 60-64

tahun merupakan kelompok umur tertinggi untuk kasus Diabetes

Mellitus.

g. Program Lansia

Pelayanan kesehatan merupakan masalah utama bagi para

lansia, perlu dilakukan peningkatan upaya melalui pencegahan,

pemeliharaan dan peningkatan masalah kesehatan, disamping upaya

penyembuhan dan pemulihan. Salah satu bentuk upaya yang

dilakukan adalah dengan melakukan peningkatan kualitas pelayanan

berupa peningkatan dan pengembangan kegiatan melalui Pelayanan

0

50

100

150

200

250

300

350

400

10-14 15-19 20-44 45-54 55-59 60-69 70+

0 1

278

209

123

198

118

0 0

303278

227

377

91

Laki-laki Perempuan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 95

Kesehatan Usia Lanjut. Keberadaan kelompok lansia yang telah mulai

berkembang diseluruh indonesia, merupakan wujud nyata dan

cerminan kebutuhan masyarakat khususnya para lanjut usia terhadap

pelayanan yang terjangkau, berkelanjutan dan bermutu dalam upaya

mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif

selama mungkin.

Jumlah Lansia pada tahun 2014 adalah sebesar 89.176 jiwa,

atau sebesar 26 % dari jumlah penduduk. Berikut tabel jumlah

penduduk Lansia dan Pra Lansia tahun 2014 :

Tabel 4.6

Jumlah Penduduk Lansia dan Pra Lansia Menurut Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

No Puskesmas Jumlah Penduduk

Total Pra Lansia Lansia

1 2 3 4 5

1 Selabatu 3990 2973 6963

2 Sukabumi 7136 4357 11493

3 Cipelang 3373 2135 5508

4 Karang Tengah 4455 2330 6785

5 Benteng 4833 2745 7578

6 Sukakarya 2385 1421 3806

7 Pabuaran 2657 1842 4499

8 Tipar 3189 2070 5259

9 Gedongpanjang 3025 1659 4684

10 Nanggeleng 2868 1494 4362

11 Cibeureum Hilir 3451 1758 5209

12 Limusnunggal 2841 1375 4216

13 Baros 5994 2844 8838

14 Cikundul 3271 1776 5047

15 Lembursitu 2923 2006 4929

JUMLAH 56391 32785 89176

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 96

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah Pra-

Lansia paling banyak terdapat di puskesmas Sukabumi 7.136 Orang)

dan penduduk lansia paling sedikit di puskesmas Sukakarya (2.835

Orang). Sedangkan untuk jumlah Lansia paling banyak terdapat di

puskesmas Sukabumi (4.357 Orang) dan paling sedikit di puskesmas

Limusnunggal (1.375 Orang). Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat

bahwa puskesmas Sukabumi memiliki sasaran pelayanan yang cukup

tinggi sehingga pelayanan yang diberikan harus lebih intensif.

Sementara jumlah penduduk Lansia berdasarkan jenis kelamin dan

Puskesmas, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Lansia Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas

Tahun 2014 Kota Sukabumi

No Puskesmas Pddk Laki-laki

Jumlah Pddk Perempuan

Jumlah Pralansia Lansia Pralansia Lansia

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Selabatu 1915 1322 3237 2075 1631 3726

2 Sukabumi 3548 2022 5570 3588 2335 5923

3 Cipelang 1635 960 2595 1738 1175 2913

4 Karang Tengah 3227 1099 3426 2128 1231 3359

5 Benteng 2494 1300 3794 2339 1445 3784

6 Sukakarya 1250 662 1912 1135 795 1894

7 Pabuaran 1333 860 2193 1324 982 2306

8 Tipar 1575 915 2490 1614 1155 2769

9 Gedongpanjang 1513 763 2276 1524 896 2408

10 Nanggeleng 1407 724 2131 1461 770 2231

11 Cibeureum Hilir 1811 862 2673 1640 896 2536

12 Limusnunggal 1505 696 2201 1336 679 2015

13 Baros 3033 1402 4435 2961 1442 4403

14 Cikundul 1640 891 2531 1631 885 2516

15 Lembursitu 1416 971 2440 1454 1035 2489

Jumlah 28455 15449 43904 27936 17336 45272

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 97

Berdasarkan tabel diatas, jumlah Pra Lansia laki-laki tertinggi

terdapat di Puskesmas Sukabumi sebanyak 3.548 orang, sedangkan

jumlah Pra Lansia laki-laki terendah terdapat di Puskesmas Sukakarya

sebanyak 1.250 orang. Sementara jumlah penduduk Lansia laki-laki

tertinggi terdapat diPuskesmas Sukabumi sebanyak 2.022 orang,

sedangkan jumlah Lansia perempuan paling sedikit terdapat di

Puskesmas Limusnunggal sebanyak 679 orang. Dalam pelaksanaan

pelayanan kesehatan lansia dilapangan, dibentuk Posbindu sebagai

ujung tombak pelayanan di masyarakat. Pelaksanaan pelayanan yang

dilakukan satu bulan sekali ini melakukan pemeriksaan terhadap lansia

dan pra-lansia beserta petugas pemegang program lansia Puskesmas

setempat.

Jumlah posbindu, kader dan kader terlatih setiap tahunnya

mengalami peningkatan yang cukup siginifikan. Dengan jumlah yang

cukup banyak ini diharapkan cakupan pelayanan kesehatan lansia

dapat meningkat.

Berikut tabel sumberdaya, sarana dan prasarana di Posbindu

tahun 2014 :

Tabel 4.8

Sumberdaya, Sarana dan Prasarana di Posbindu Tahun 2014 Kota Sukabumi

No Puskesmas Jumlah Lansia

Jumlah Posbindu

Jumlah Kader

Kader Dilatih

1 2 3 4 5 6 1 Selabatu 6963 16 42 32

2 Sukabumi 11493 16 47 19

3 Cipelang 5508 16 103 28

4 Karang Tengah 6785 14 28 18

5 Benteng 7578 17 71 18

6 Sukakarya 3806 7 32 16

7 Pabuaran 4499 8 80 38

8 Tipar 5259 11 26 18

9 Gedongpanjang 4684 10 34 34

10 Nanggeleng 4362 8 42 12

11 Cibeureum Hilir 5209 9 38 14

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 98

No Puskesmas Jumlah Lansia

Jumlah Posbindu

Jumlah Kader

Kader Dilatih

1 2 3 4 5 6 12 Limusnunggal 4216 10 27 14

13 Baros 8838 12 48 16

14 Cikundul 5047 16 75 19

15 Lembursitu 4929 10 36 16

Jumlah 89176 180 729 294

Sumber : Seksi Kesus

Cakupan pelayanan pralansia dari sasaran 56.391 orang yang

mendapat pelayanan sebesar 20.088 atau D/S di Posbindu Se-Kota

Sukabumi sebesar 2,79 % (3 %) dan sasaran lansia Kota Sukabumi

sebesar 33.377 orang dengan capaian cakupan pelayanan lansia di

posbindu Se-Kota Sukabumi sebesar 8,48( 8,5 %) bila ditinjau dari

target pralansia 2,4 % dan lansia 8,5 %. Dengan demikian cakupan

pelayanan pralansia di Kota Sukabumi telah melampai target dari

2,4 %, walaupun angka tersebut belum menunjukan peningkatan yang

signifikan. Data D/S pelayanan Pra Lansia dan Lansia di Posbindu,

dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 4.51 Data D/S Pelayanan Pralansia & Lansia di Posbindu

Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Seksi Kesus

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

Sasaran Yang dilayani D/S

56391

20088

2.97%

32785 33377

8.48%

Pra Lansia Lansia

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 99

Tabel 4.52 Data Tekanan Darah Pada Lansia di Posbindu Tahun 2014

di Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Kesus

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa cakupan Tekanan

Darah tinggi terbanyak 556 kasus ada diwilayah Puskesmas Cipelang

dan angka tekanan darah tinggi yang paling sedikit 58 ada di wilayah

Puskesmas Limusnunggal, sedangkan angka tekanan darah rendah

terbanyak 961 kasus terdapat diwilayah Puskesmas Sukabumi dan

cakupan tekanan darah rendah yang paling sedikit 111 kasus ada di

wilayah Puskesmas Benteng.

Jika dibandingkan antara kasus Tekanan darah tinggi dan

tekanan darah rendah di posbindu yang tertinggi kasusnya adalah

tekanan darah rendah dengan kasus sebesar 951 kasus, hal tersebut

sangatlah bertolak belakang dengan kasus tekanan darah pada lansia

di Puskesmas.

Jika kita teliti lebih lanjut kasus tekanan darah di puskesmas

menurut hasil pengolahan data 10 besar penyakit, yang tertinggi

angkanya adalah hipertensi sebesar 12.868 kasus.

0

200

400

600

800

1000

1200

Slb Smi

Cpl

Kr.Tgh

Btg

Skk

Pab

Tpr

Gdp

Ngl

Cbr

LN

Brs

Ckdl

Lbs

Tensi Tinggi 266 281 556 109 518 151 243 84 132 345 247 58 399 445 258Tensi Rendah 810 961 575 574 111 232 828 587 253 223 376 290 205 691 543

266 281

556

109

518

151

243

84 132

345 247

58

399445

258

810

961

575574

1114

232

828

587

253 223

376

290205

691

543

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 100

Untuk data kunjungan, Pra Lansia berjenis kelamin perempuan

dengan jumlah 36.313 orang dan kunjungan Lansia perempuan juga

merupakan yang tertinggi dengan jumlah 27.798 orang dengan

demikian bila di presentasikan kunjungan data Pra Lansia dan Lansia

adalah 5,37 % kunjungan Pra Lansia dan 12,49 % kunjungan Lansia

dari hasil tersebut dapatlah dikatakan bahwa kunjungan di puskesmas

lebih tinggi dibandingkan dengan kunjungan Lansia di Posbindu yang

hanya sekitar Pra Lansia 3 % dan Lansia 8,5 %,

Dalam hal ini bila dikaji lebih jauh lagi dikarenakan jika

kunjungan di posbindu dalam sebulan hanya sekali kunjungan

sedangkan kunjungan lansia di puskesmas bisa lebih dari satu kali

dalam seminggu atau satu bulan. Berikut grafik data kunjungan Pra

Lansia dan Lansia tahun 2014 :

Tabel 4.53 Data Kunjungan Lansia di Puskesmas

Tahun 2014 Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Kesus

05000

100001500020000250003000035000400004500050000

Laki-laki Peremp. Jumlah D/SPra Lansia 14335 21978 36313 5.37Lansia 21322 27798 49120 12.49

14335

21978

36313

5.37

21322

27798

49120

12.49

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 101

Tabel 4.54 Data 10 Penyakit Pada Lansia di Puskesmas Tahun 2014

di Kota Sukabumi

Sumber : Seksi Kesus

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa data penyakit Lansia yang

menempati peringkat pertama adalah Hipertensi dengan jumlah 12.935

kasus, peringkat kedua artritis dengan jumlah 11.267 kasus, peringat

ketiga dan seterusnya berturut-turut Gastritis dengan jumlah 9.007

kasus, ISPA 7.155 kasus, dan 5.810 kasus, Myalgia 4.300 kasus, DM

3.780 kasus, Chepalgia 3.609 kasus, RA 2.811 kasus dan terakhir

Gout 1.982 kasus.

Dengan demikian kasus Hipertensi merupakan kasus tertinggi

pada lansia, sehingga perlu penanganan dan pembinaan khusus agar

tidak terjadi komplikasi lebih lanjut seperti penyakit Stroke.

h. Kesehatan Indera

Program Kesehatan indera sudah dikembangkan menjadi

kegiatan yang terintegrasi dengan kegiatan pelayanan di Puskesmas.

Kesehatan indera sangat penting dalam menciptakan SDM yang

berkualitas. Sesuai dengan program Vision 2020 yaitu : ”The Right To

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

7155

12935

3780

9007

36092811

5810

1982

11267

4300

8954

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 102

Sight”, yaitu semua warga negara mempunyai hak untuk dapat melihat

dengan jelas. Dengan Vision 2020 diharapkan kita dapat menurunkan

angka kebutaan di masyarakat sehingga dapat menciptakan

masyarakat yang sehat dan produktif.

Kesehatan telinga dan pendengaran juga merupakan hal yang

penting, namun seringkali dilupakan dan kurang disadari oleh

masyarakat. Gangguan pendengaran berdampak berat secara sosial,

ekonomi, mengganggu proses edukasi, sulit mencari pekerjaan

sehingga meningkatkan angka pengangguran dan kemiskinan serta

gangguan fungsi sosial individu dalam masyarakat. Oleh sebab itu

pelayanan kesehatan indera sangat penting terintegrasi dalam

pelayanan kesehatan di tingkat pelayanan dasar.

Pada tahun 2014 diketahui jumlah kasus mata ada sebanyak

7.917 kasus dengan kunjungan dalam wilayah Kota Sukabumi ada

sebanyak 493.476 orang. Dengan data yang ada maka diketahui

angka cakupan pelayanan kesehatan mata di Kota Sukabumi sebesar

1,6%. Dimana diketahui target cakupan pelayanan kesehatan mata di

Kota Sukabumi pada tahun 2014 sebesar 1%. Maka disimpulkan pada

tahun 2014 angka cakupan pelayanan kesehatan mata di Kota

Sukabumi telah melampaui target sebesar 160%.

i. Kesehatan Kerja

Kesehatan Kerja merupakan kegiatan Puskesmas yang

ditujukan pada masyarakat pekerja formal dan informal dalam rangka

upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan

yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja.

Adapun tujuan umum dari Upaya Kesehatan Kerja adalah

meningkatnya kemampuan tenaga kerja untuk menolong dirinya

sendiri sehingga terjadi peningkatan status kesehatan dan pada

akhirnya peningkatan produktifitas kerja. Sasaran Upaya Kesehatan

Kerja, dimana apabila memperhatikan betapa luasnya masyarakat

pekerja yang harus dilayani, maka upaya kesehatan kerja diarahkan

kepada tenaga kerja yang mempunyai dampak besar dalam

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 103

menunjang pertumbuhan ekonomi, tetapi kurang memperoleh

pelayanan kesehatan yang memadai.

Dengan demikian sasaran upaya kesehatan kerja diutamakan

pada sektor informal yang merupakan lebih dari separuh angkatan

kerja misalnya: tenaga kerja lepas terutama pengrajin industri kecil,

pekerja bangunan, pekerja wanita usia muda dll. Untuk lebih

memudahkan para pekerja mendapatkan pelayanan kesehatan maka

dibentuklah Pos UKK terutama sektor informal.

j. Kesehatan Jiwa

Sehat adalah keadaan fisik, mental dan sosial serta produktif

secara ekonomi. Jadi kesehatan jiwa adalah bagian integral dari

kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan

perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara optimal, dan

yang selaras dengan perkembangan orang lain.

Lingkup masalah kesehatan jiwa yang dihadapi dan perlu

ditangani oleh program kesehatan jiwa bersifat kompleks yang meliputi

masalah gangguan (penyakit) jiwa dan syaraf, masalah psikososial,

masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan

kualitas hidup.

Jadi masalah kesehatan jiwa di masyarakat sangatlah luas dan

kompleks, bukan hanya meliputi yang jelas terganggu jiwanya tetapi

juga berbagai problem psikososial, bahkan berkaitan dengan kualitas

hidup dan keharmonisan hidup. Masalah ini tidak dapat dan tidak

mungkin diatasi oleh pihak kesehatan jiwa saja, tetapi membutuhkan

suatu kerjasama yang luas secara lintas program dan lintas sektor.

k. Kesehatan Olah Raga

Upaya kesehatan olahraga adalah salah satu upaya kesehatan

yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran

jasmani melalui peningkatan fisik, latihan fisik dan atau olahraga.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal perlu

diupayakan terus menerus dan berkesinambungan melalui

pemberdayaan masyarakat atau keluarga di bidang kesehatan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 104

olahraga, dengan memprioritaskan upaya promotif dan preventif bagi

masyarakat sehat dan upaya kuratif dan rehabilitatif bagi masyarakat

yang sakit.

Menurut studi WHO menyatakan bahwa gaya hidup duduk

terus menerus dalam bekerja merupakan 1 dari 10 penyebab kematian

dan kecacatan di dunia, setiap tahun lebih dari 2 juta kematian

disebabkan karena kurang melakukan aktifitas fisik.

Program kesehatan olahraga merupakan salah satu program

upaya pengembangan/ pilihan di puskesmas dimana kesehatan

olahraga sangat berperan dalam mendukung pencapaian target

MDGs. Dengan adanya dana sehingga diharapkan dapat

meningkatkan kebugaran jasmani agar angka kesakitan menurun dan

produktifitas meningkat.

l. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Program Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan program

pengembangan yang menjadi Ikon Kota Sukabumi, berikut adalah data

sekolah yang ada di Kota Sukabumi per Januari 2014 yang telah

dilakukan pembinaan oleh petugas UKS di Puskesmas :

UKS merupakan wadah yang sangat efisien untuk

meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta

didik sedini mungkin. Membangun semangat dengan aspek kegiatan

yang bermanfaat bagi generasi masa depan bangsa dengan tujuan

menumbuh kembangkan kemampuan tentang permasalahan

kesehatan pada kalangan anak, pra remaja dan remaja dari tingkat

SD, SMP dan SMA. Dalam hal pembinaan, TP UKS harus terpadu

dalam menggalakan program bagi peningkatan generasi penerus

bangsa yang berkualitas, mengingat landasan pembinaan dan

pengembangan UKS sudah jelas berdasarkan surat keputusan

bersama (SKB) 4 menteri yaitu mendagri, mendikbud, menkes dan

menteri agama.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 105

Tabel 4.9 Data Pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah

Tahun 2014 Kota Sukabumi

No Puskesmas TK SD SMP SMA

1 2 3 4 5 6

1 Selabatu 14 18 12 12 2 Sukabumi 16 10 5 3 3 Cipelang 4 10 2 5 4 Karang Tengah 12 14 3 5 5 Benteng 8 13 4 1 6 Sukakarya 10 4 4 4 7 Pabuaran 7 10 2 4 8 Tipar 6 9 2 3 9 GedongPanjang 4 10 4 3

10 Nanggeleng 5 11 4 6 11 Cibeureum Hilir 6 11 2 1 12 Limusnunggal 4 6 4 2 13 Baros 11 11 3 2 14 Cikundul 4 7 6 3 15 Lembur Situ 5 6 3 5

TOTAL KOTA 116 150 60 59 Sumber : Seksi Keskom

UKS di kelola oleh seorang petugas UKS di puskesmas dengan

melibatkan lintas sektor dalam melakukakan pembinaan terhadap

sekolah-sekolah tersebut. Adapun tim yang terlibat diantaranya adalah

dinas pendidikan, kementrian agama dan kecamatan.

m. Perkesmas

Perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) merupakan

upaya pengembangan program kesehatan yang dilakukan di lapangan

oleh seorang perawat puskesmas dengan melibatkan lintas sektor dan

lintas program yang terdapat di puskesmas. Adapun lintas sektor yang

terlibat diantaranya adalah pihak kelurahan/kecamatan, institusi

pendidikan (STiKesmi, UMMI DIII Keperawatan, Yapkesbi dan

poltekes Rajawali). Sedangkan untuk lintas program yang terlibat

diantaranya adalah program Basic Six (Pengobatan, promosi

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 106

Kesehatan, KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan dan Imunisasi) serta

program pengembangan lain yang sesuai dengan kebutuhan di

wilayah yakni Lansia, Upaya kesehatan kerja (UKK), Upaya kesehatan

mata, Jiwa, gigi dan mulut serta kesehatan olahraga.

Konsep perawat kesehatan komunitas yang dikelola oleh

seorang perawat koordinator di tiap kecamatan oleh Perawat penyelia

(S1 Keperawatan) dan perawat wilayah di masing-masing kelurahan

menjadikan proses pembinaan dan pelacakan masalah kesehatan bisa

dilakukan secara terintegrasi. Sehingga pembinaan kasus di komunitas

bisa dilakukan secara tim dan berkesinambungan.

Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat merupakan bagian

integral pada upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan

pengembangan. Apabila terdapat masalah kesehatan yang

memerlukan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat, maka di

Puskesmas dapat dilaksanakan Upaya Keperawatan Masyarakat

sebagai upaya pengembangan.

Kegiatan Perkesmas dilaksanakan secara terpadu baik upaya

kesehatan perorangan maupun kesehatan masyarakat dalam enam

upaya kesehatan wajib di Puskesmas ( Promosi Kesehatan,

Kesehatan lingkungan, KIA dan KB, P2M, Gizi dan Pengobatan)

maupun upaya pengembangan yang wajib dilaksankan di daerah

tertentu. Keterpaduan tersebut dalam sasaran, kegiatan, tenaga, biaya

atau sumber daya lainnya. Dengan terintegrasinya upaya Perkesmas

ke dalam upaya kesehatan wajib maupun pengembangan, diharapkan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapt lebih bermutu karena

diberikan secara holistik, komprehensif pada semua tingkat

pencegahan terpadu, dan berkesinambungan. Sasaran prioritas

Perkesmas adalah sasaran yang telah ditetapkan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai kesepakatan daerah, dengan tetap

memfokuskan pada keluarga rawan Kesehatan yaitu keluarga rentan

(miskin) dan keluarga dengan kasus/masalah resiko tinggi.

Pencapaian target sasaran tersebut diharapkan dapat mendukung

tercapainya target pelayanan kesehatan bermutu yang antara lain

diukur berdasarkan indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 107

Berdasarkan data yang didapatkan dari bagian kepegawaian

Dinas Kesehatan Kota Sukabumi tahun 2014, didapatkan bahwa total

jumlah perawat di puskesmas adalah SPK 21 orang, D III 82 orang, S1

7 orang sehingga totalnya 110 orang yang tersebar di 15 puskesmas,

1 UPT Labkesda dan dinas kesehatan.

B. Program Imunisasi

Keberhasilan pencapaian program imunisasi dilihat dari beberapa

indikator pelaksanaan kegiatan yang digunakan untuk memantau dan

mengevaluasi capaian program imunisasi. Berikut beberapa kegiatan yang

digunakan untuk mengevaluasi hasil/capaian pelaksanaan program imunisasi

selama tahun 2014 :

1. Imunisasi Rutin

Imunisasi Rutin merupakan kegiatan pelayanan imunisasi pada

bayi, baduta dan ibu hamil yang merupakan kegiatan utama dalam

pelaksanaan program imunisasi. Untuk memantau dan mengevaluasi

pelaksanaan kegiatan imunisasi rutin kumulatif selama tahun 2014, dapat

dilihat dari beberapa indikator berikut :

a. Ketepatan laporan

Kumulatif persentase ketepatan waktu pelaporan tahun 2014

yang masuk dari 15 Puskesmas mencapai 88,3%. Ketepatan laporan

imunisasi menjadi indikator kinerja Koordinator Imunisasi (Korim)

Puskesmas. Makin tinggi angka ketepatan waktu melaporkan seorang

petugas koordinator imunisasi, maka menunjukan kualitas pengelolaan

program dan sistem pengolahan data imunisasi yang lebih baik. Namun

demikian ketidaktepatan laporan imunisasi di Puskesmas tidak selalu

menunjukan indikator kinerja yang buruk dari petugas. Dalam hal ini

juga dipengaruhi oleh kurang optimalnya kerja sama lintas program

dengan pelaksana imunisasi di Puskesmas, sehingga data hasil

pelaksanaan imunisasi tidak tepat waktu. Selain itu tingginya beban

kerja petugas puskesmas dengan memiliki rangkap tugas yang

diberikan atasan, juga menjadi salah satu penyebab laporan tidak tepat

waktu.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 108

b. Cakupan imunisasi bayi

Cakupan Imunisasi bayi adalah indikator keberhasilan

pelaksanaan imunisasi pada bayi. Imunisasi bayi yang terdiri dari Lima

Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) yakni, imunisasi HB0, BCG, DPT-HB-

HiB, Polio dan Campak merupakan imunisasi yang wajib diberikan

kepada bayi sebelum usia 1 tahun. Untuk itu, pelaksanaan imunisasi

bayi ini diharapkan dapat mencapai target yang telah ditentukan agar

terciptanya kekebalan komunitas yang pada gilirannya dapat mencegah

terjadinya KLB penyakit PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan

Imunisasi) di masyarakat.

Dari hasil cakupan Imunisasi, kita dapat mengevaluasi kualitas

pelaksanaan program imunisasi di suatu pelayanan kesehatan.

Kualitas pelaksanaan program imunisasi ini tidak hanya ditentukan oleh

besarnya capaian/cakupan imunisasi yang telah melebihi

target/mencapai target saja, namun juga dipengaruhi oleh managemen

program yang dilaksanakan.

Untuk mengukur jangkauan program atau kemampuan program

dalam penggerakan sasaran, dipakai BCG dan DPT-HB1. Sedangkan

untuk mengukur manajemen dan pengelolaan program atau

pengelolaan sasaran digunakan indikator Drop Out (DO) yaitu DPT-

HB1, DPT-HB3 dan DO DPT-HB1-Campak. Sementara indikator DPT-

HB3, Polio 4 dan Campak digunakan untuk mengetahui cakupan

Imunisasi Dasar lengkap, tingkat perlindungan dan kualitas pelayanan

imunisasi.

Dari target 90%, cakupan imunisasi HB 0-7 pada tahun 2014

telah melebihi target yaitu sebesar 103,6%. Dari target proyeksi 6852

bayi, 7096 bayi mendapatkan imunisasi. Artinya akses program

imunisasi di Kota Sukabumi sudah baik dengan tingkat partisipasi

masyarakat yang cukup baik.

Cakupan imunisasi BCG tahun 2014 belum mencapai target

nasional yaitu sebesar 98%, capaian baru mencapai 97,3%. Tetapi,

capaian ini telah melebihi target UCI 80%. Selain sebagai indikator

penggerakan sasaran, BCG juga menjadi salah satu dari indikator

untuk pencapaian UCI.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 109

Sebagai indikator cakupan imunisasi lengkap dan kualitas

pelayanan, cakupan Polio 4 tahun 2014 sudah mencapai target

program dengan pencapaian sebesar 94,9%. Sedangkan target

nasional pencapaian Polio 4 adalah 90%. Begitupun dengan cakupan

imunisasi DPT-HB3 dengan pencapaian sebesar 95,3%, telah

mencapai target program imunisasi nasional yaitu 93%. Untuk cakupan

imunisasi Campak sendiri mencapai 92,5%, dari target cakupan 90%

dan target UCI 80%.

Dalam pengelolaan sasaran dan manajemen program,

dipergunakan indikator DO (Drop Out). Artinya, sasaran yang sudah

datang dan memperoleh pelayanan imunisasi seharusnya datang

kembali untuk memperoleh imunisasi lengkap. Semakin kecil DO, maka

semakin baik pengelolaan manajemen sasaran program imunisasi.

Drop Out (DO) DPT/HB1-DPT/HB3 mencapai 2,5% (toleransi 5%),

artinya manajemen dan pengelolaan sasaran program yang

dipergunakan sudah berjalan baik. Dari 15 Puskesmas, hanya 2

Puskesmas yang bermasalah dalam DO DPT/HB1-DPT-HB3 yaitu

Puskesmas Cikundul dan Puskesmas Pabuaran, sehingga perlu

dilakukan peningkatan manajemen program di 2 Puskesmas tersebut.

Untuk Drop Out (DO) DPT-HB1-Campak tahun 2014 mencapai 5,4%

(toleransi 8%), artinya secara keseluruhan manajemen program

imunisasi di Kota Sukabumi sudah berjalan dengan baik.

c. Cakupan imunisasi ibu hamil

Capaian cakupan imunisasi TT1 IH tahun 2014 masih dibawah

target program. Dari 7537 Ibu Hamil yang ada, hanya 4186 yang

mendapat vaksinasi.

Terkait imunisasi ibu hamil, Puskesmas dikatakan tidak

mempunyai masalah jika cakupan imunisasi TT1 IH ≥ 90% serta DO

TT1 IH – TT2 IH ≤ 5%. Dari 15 Puskesmas, hanya 4 Puskesmas yang

telah mencapai target dan tidak bermasalah dengan pencapaian

cakupan imunisasi ibu hamil. Secara keseluruhan, cakupan imunisasi

TT1 IH tahun 2014 baru mencapai 55,5% dari target 98%.

Pada pelayanan imunisasi ibu hamil, yang menjadi indikator

imunisasi lengkap atau kualitas pelayanan yaitu cakupan TT2+ IH.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 110

Capaian tahun 2014 sebesar 73%, dari target 90%. Dari 15 Puskesmas

hanya 4 Puskesmas yang mencapai target yaitu Puskesmas Karang

Tengah, Puskesmas Nanggeleng, Puskesmas Limusnunggal dan

Puskesmas Cikundul.

d. Universal Child Imunization (UCI)

Indikator yang digunakan untuk memantau pencapaian

cakupan imunisasi rutin pada bayi yang lengkap dan merata adalah

Universal Child Imunization (UCI) Kelurahan. Target pencapaian UCI

kelurahan tahun 2014 adalah 100% Kelurahan, sebagaimana tertuang

dalam SK Menteri Kesehatan RI No.741/Menkes/Per/VII/2008 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

Tercapainya target Universal Child Imunization yaitu cakupan

imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh

kelurahan.

Pencapaian Kelurahan UCI tahun 2014 belum mencapai target

yaitu 97% (target 100% UCI Kelurahan). 1 kelurahan yang belum

mencapai target UCI yaitu Kelurahan Subangjaya di wilayah kerja

Puskesmas Sukabumi.

Penyebab utama rendahnya pencapaian UCI Kelurahan adalah

tingginya angka Drop Out. Hal ini dapat diukur dari perbedaan angka

cakupan DPT/HB/Hib-1 dan DPT/HB/Hib3, atau perbedaan cakupan

DPT/HHib1 dan Campak.

2. Validasi Data Cakupan Program Imunisasi

Pelayanan imunisasi dilaksanakan di unit-unit pelayanan

kesehatan seperti Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Praktek Dokter, Bidan

Swasta, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Posyandu. Setiap unit

pelayanan melakukan pencatatan hasil kegiatan dan melaporkan ke

Puskesmas. Selanjutnya hasil pelayanan tersebut akan direkap dan

dilaporkan ke tingkat administrasi diatasnya. Laporan hasil imunisasi pada

masing-masing tingkat administrasi diolah dan dimanfaatkan sebagai

bahan untuk pemantauan dan merencanakan kegiatan selanjutnya,

sehingga kegiatan yang direncanakan sesuai kebutuhan dan tepat guna.

Kegiatan validasi data yang dilakukan dalam program imunisasi ini

untuk mendapatkan data hasil cakupan program imunisasi yang lengkap,

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 111

akurat dan tepat waktu secara periodik agar dapat dicatat dan dilaporkan

ke jenjang selanjutnya secara benar untuk menunjang keberhasilan

program imunisasi.

Peserta validasi data terdiri dari 15 Petugas Koordinator Imunisasi

(Korim) Puskesmas dengan membawa buku hasil cakupan imunisasi bayi

(buku kuning), buku rekap desa (buku biru) dan data hasil cakupan

imunisasi luar wilayah. Pelaksanaannya sendiri pada minggu ke-4 setelah

proses kegiatan posyandu selesai.

3. Evaluasi Data Hasil Cakupan Program Imunisasi

Laporan hasil cakupan imunisasi yang telah masuk ke Seksi

Surveilans dan Imunisasi diolah kemudian dianalisa untuk diketahui sejauh

mana keberhasilan dari program imunisasi di wilayah kerja puskesmas.

Evaluasi program merupakan komponen yang penting dan sebaiknya

dilaksanakan secara rutin dalam rangka mengevaluasi kesesuaian

perencanaan dengan pencapaian. Begitupun kecenderungan dari masing-

masing wilayah, sehingga dapat menentukan tindak lanjut yang akan

dilakukan. Pada akhirnya hasil cakupan imunisasi dapat diperbaiki dan

secara kumulatif dapat mencapai target dengan data yang dihasilkan

berkualitas.

4. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)

a. Campak

Sasaran kegiatan BIAS Campak adalah seluruh siswa Sekolah

Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Negeri dan Swasta. Jadwal

imunisasi anak sekolah memerlukan 1 kali pemberian Vaksin Campak

pada Siswa Kelas 1. Pelayanan imunisasi untuk anak di semua sekolah

di seluruh Indonesia dilaksanakan secara serentak setiap tahun pada

Bulan Agustus.

b. DT-Td

Bias DT-Td dilaksanakan secara serentak setiap tahun pada

Bulan November. Jadwal pemberian imunisasi Vaksin Difteri Tetanus

(DT-Td) masing-masing 1 dosis pada siswa Kelas 2 dan Kelas 3.

5. Sertifikasi Imunisasi Dasar Lengkap Bayi

Dalam upaya untuk lebih meningkatkan cakupan imunisasi dasar

lengkap pada bayi, sejak tahun 2013 lalu Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 112

telah meluncurkan kegiatan launching sertifikasi imunisasi dasar lengkap

pada bayi. Pada tahun 2014, jumlah bayi yang berhasil melengkapi status

imunisasinya sebanyak 5023 bayi atau sekitar 73,3% dari perkiraan 6852

bayi. Status imunisasi meliputi Hepatitis Uniject 0-7 hari, BCG, DPT-HB-

Hib, Polio dan Campak.

6. On the Job Training (OJT) Pelaksana Imunisasi Puskesmas

Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menyusun strategi

mempertahankan capaian program imunisasi dengan tetap menjaga dan

meningkatkan kualitas pelayanan melalui peningkatan pengetahuan

sumber daya manusia. Kegiatan dilaksanakan melalui pelatihan secara

formal di kelas maupun pada saat bekerja serta melalui pembinaan di

lapangan dalam rangka meningkatkan keterampilan dan kompetensi

petugas di lapangan serta meningkatkan koordinasi lintas program

pelaksanan Imunisasi di puskesmas.

Materi pelatihan meliputi kebijakan program imunisasi, pelayanan

imunisasi, jenis dan sifat vaksin, penyuntikan yang aman, perencanaan

program imunisasi, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,

pengelolaan rantai vaksin, membangun dukungan masyarakat serta

penanganan KIPI dan motivasi diri petugas.

C. Program Surveilans

Pelaksanaan program surveilans tahun 2014 meliputi kegiatan

surveilans campak, surveilans AFP, respon dan kewaspadaan dini terhadap

KLB, surveilans matra, pelayanan kesehatan jemaah haji, Surveilans Aktif

Rumah Sakit (SARS) dan pelaksanaan EWARS (Early Warning Allert

System). Kegiatan surveilans dilakukan melalui pelacakan dan investigasi ke

lapangan. Selain itu untuk meningkatkan kewaspadaan dini terhadap

penyakit-penyakit yang cenderung dapat menimbulkan KLB. Petugas

Surveilans Puskesmas menyampaikan Laporan Mingguan (W2) / EWARS

yang sangat menentukan penilaian kinerja petugas melalui kelengkapan dan

ketepatan laporan sebagai langkah awal dalam mengantisipasi kejadian KLB

di Kota Sukabumi.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 113

1. Surveilans Campak

Surveilans campak dilaksanakan dengan sistem CBMS (Case

Based Measles Surveilance) melalui pengamatan terhadap kejadian

suspect campak di wilayah kerja puskesmas. Kemudian dilanjutkan dengan

pelacakan kasus ke lapangan untuk mengantisipasi adanya penyebaran

dan penularan kasus campak pada anak-anak yang tidak mengakses

puskesmas atau pelayanan kesehatan serta pengambilan sampel darah

pasien suspect campak untuk diperiksa di Laboratorium Nasional (Bio

Farma).

Pelacakan terhadap pasien suspect campak sangat diperlukan

untuk memastikan tidak adanya penularan di lingkungan sekitar pasien.

Untuk penanganan kasus suspect campak tidak ada pengobatan

khusus, hanya diperlukan asupan suplemen nutrisi dan makanan bergizi

untuk menjaga daya tahan tubuh sehingga mempercepat proses

penyembuhan. Pemberian Vitamin A (100.000 IU untuk anak usia 6-12

bulan dan 200.000 IU untuk >12 bulan) dengan dosis satu kapsul pada

saat ditemukan dan satu kapsul sehari kemudian. Apabila setelah 2 minggu

masih ditemukan gejala campak, maka diberikan kembali satu kapsul.

Pemberian vitamin A ini berfungsi untuk perbaikan selaput lender (mata,

mulut,hidung) yang meradang.

Kasus suspect campak yang dilaporkan Puskesmas dengan

format C-1 tahun 2014 sebanyak 11 kasus yang ditindaklanjuti dengan

pengambilan sampel darah pasien untuk dikonfirmasi apakah pasien

tersebut positif menderita campak.

Dari hasil pelaksanaan CBMS yang melibatkan Petugas

Surveilans Puskesmas dan Rumah Sakit, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.10 Rekapitulasi Suspect Campak di Kota Sukabumi Tahun 2014

No Puskesmas

Jml Kasus

Suspect Campak

Target Sampel

Diperiksa (50%)

Sampel Diperiksa

Konfirmasi Lab

1 2 3 4 5 6 1 Cipelang 1 1 1 1 (+)

2 Karang Tengah 0 0 0

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 114

No Puskesmas

Jml Kasus

Suspect Campak

Target Sampel

Diperiksa (50%)

Sampel Diperiksa

Konfirmasi Lab

1 2 3 4 5 6 3 Selabatu 1 1 1

4 Sukabumi 5 3 5 4 (+)

5 Tipar 1 1 1

6 Nanggeleng 1 1 1 1 (+)

7 Gedongpanjang 0 0 0

8 Benteng 0 0 0

9 Pabuaran 2 1 2

10 Sukakarya 0 0 0

11 Baros 0 0 0

12 Lembursitu 0 0 0

13 Cikundul 0 0 0

14 Cibeureum Hilir 0 0 0

15 Limusnunggal 0 0 0

T O T A L 11 11 11 Sumber : Seksi Surveilans & Imunisasi

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2014,

kasus suspect campak tersebar di beberapa wilayah kerja Puskesmas di

Kota Sukabumi. Berdasarkan konfirmasi Laboratorium Nasional

(Bio Farma), dari 11 kasus suspect campak yang ditemukan menunjukkan

5 kasus negatif (-) dan 6 kasus positif (+). Hasil Laboratorium positif pada

suspect campak ini merupakan kejadian Luar Biasa (KLB) di Kota

Sukabumi khususnya di wilayah kerja puskesmas Sukabumi dan

Puskesmas Nanggeleng. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan

imunisasi campak khususnya di wilayah kerja Puskesmas Sukabumi belum

mencapai tujuan jangka panjang yang diharapkan, yakni terbentuknya

kekebalan komunitas di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

kasus campak confirm (Lab positif) yang menunjukkan telah terjadinya

penularan kasus di masyarakat.

Jika dilihat dari cakupan imunisasi Campak di kedua wilayah

tersebut, kejadian KLB ini merupakan suatu hal yang tidak mengherankan.

Karena cakupan imunisasi Campak khususnya di wilayah puskesmas

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 115

Sukabumi tidak mencapai target minimal 80% (76%). Sedangkan kejadian

campak di wilayah puskesmas nanggeleng relative lebih aman (tidak terjadi

penularan). Hal ini sejalan dengan cakupan imunisasi campak di wilayah

tersebut yang telah mencapai lebih dari 80% (94,9%).

Dari sebaran kasus diatas, 7 kasus ditemukan pada anak umur

1-4 tahun dan 4 orang pada anak umur 6-8 tahun.

2. Surveilans AFP

Surveilans AFP (Acccute Flaccid Paralysis) adalah suatu sistem

surveilans yang dimaksudkan untuk menjaring kasus polio di masyarakat.

Pengamatan surveilans ini dilakukan terhadap gejala penyakit yang

ditandai dengan adanya kelumpuhan dan atau kelemahan mendadak yang

menyerang anak dibawah umur 14 tahun. Surveilans AFP ini bertujuan

untuk membuktikan bahwa sudah tidak ada lagi virus polio liar di Kota

Sukabumi khususnya dan di Indonesia pada umumnya, sehingga

Indonesia bisa segera mendapatkan sertifikat bebas polio dari WHO

Pada anak yang ditemukan dalam kondisi AFP ini akan dilakukan

pemeriksaan tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar didalam

tubuh penderita.

Tahun 2014 ini ditemukan 4 (empat) kasus AFP masing-masing di

Puskesmas Selabatu, Puskesmas Sukakarya, Puskesmas Limusnunggal

dan Puskesmas Lembursitu. Semua kasus telah dilakukan tata laksana

pemeriksaan dengan hasil negatif.

Penemuan kasus ini telah mencapai target penemuan kasus AFP

yaitu 2/100.000 penduduk beresiko. Dari target penemuan 3 kasus,

ditemukan sebanyak 4 kasus.

Jika dilihat dari penemuan kasus yang ditemukan oleh

Puskesmas, maka diperlukan penyebaran informasi khususnnya mengenai

sensitivitas Petugas Rumah Sakit dalam menemukan lebih banyak lagi

kasus AFP untuk dilakukan pembuktian ada tidaknya virus polio liar dalam

tinja pasien.

Berikut tabel distribusi penemuan kasus AFP di Kota Sukabumi

Tahun 2014 :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 116

Tabel 4.11 Distribusi Penemuan Kasus AFP di Kota Sukabumi

Tahun 2014

No Puskesmas Penemuan Adekuat (%) Hasil Pemeriksaan

1 2 3 4 5 1 Cipelang 2 Karang Tengah 3 Selabatu 1 100% (-) Negatif

4 Sukabumi 5 Tipar 6 Nanggeleng 7 Gedongpanjang 8 Benteng 9 Pabuaran

10 Sukakarya 1 100% (-) Negatif

11 Baros 12 Lembursitu 1 100% (-) Negatif

13 Cikundul 14 Cibeureum Hilir 15 Limusnunggal 1 100% (-) Negatif

T O T A L 4 100% (-) Negatif

Sumber : Seksi Surveilans & Imunisasi

3. Kewaspadaan Dini dan Respon Terhadap KLB

Kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB

dilakukan melalui pengamatan penyakit yang terjadi dan dilaporkan dalam

bentuk laporan mingguan wabah (W2). Laporan W2 ini merupakan

indikator dilaksanakannya kewaspadaan dini terhadap KLB di wilayah

puskesmas.

Selama tahun 2014 terdapat 52 minggu dengan target 90%

kelengkapan dan 80% ketepatan laporan. Dari segi target 90%

kelengkapan, semua puskesmas telah memenuhi target. Sedangkan dari

segi target 80% ketepatan, hanya 5 Puskesmas yang memenuhi target. Hal

ini disebabkan karena dalam melaksanakan tugasnya tersebut, petugas

surveilans sangat membutuhkan dukungan peralatan registrasi yang online

dan memadai sehingga proses pencatatan dan pelaporan kasus dapat

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 117

dilaksanakan dengan baik. Selain itu, banyaknya petugas surveilans yang

memegang program lebih dari satu program kegiatan di Puskesmasnya

masing-masing. Dengan minimnya peralatan pengolahan data di

Puskesmas serta banyaknya program kegiatan yang dilaksanakan oleh

petugas surveilans, maka akan menghambat kinerja surveilans di

Puskesmas.

Dari hasil pengumpulan data dan analisis laporan, Kejadian Luar

Biasa (KLB) yang terjadi diwilayah Kota Sukabumi pada tahun 2014

tercatat sebanyak 4 kasus. Distribusi dan jenis Kejadian Luar Biasa (KLB)

di Kota Sukabumi tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini :

Tabel 4.12 Distribusi dan Jenis KLB di Kota Sukabumi

Tahun 2014

No Jenis KLB Tempat Kejadian Tanggal

Kejadian Masa KLB

Jumlah Kasus/

Penderita Kematian

1 2 3 4 5 6 7

1 Keracunan Makanan

Kp. Ciendog RT 04/18 Kel. Benteng

Kec. Warudoyong

01 Maret 2014 1 Hari 154 Orang 0

2 Keracunan Makanan

SDN Sudahaya Hilir III Kel. Baros Kec. Baros

26 Maret 2014 1 Hari 109 Orang 0

3 Keracunan Makanan

Kp. Ciendog RT 04/18 Kel. Benteng Kec.

Warudoyong

21 Okt 2014 1 Hari 49 Orang 0

4 Campak RT 04/11 Kelurahan Subang Jaya Kec.

Cikole

15 Des 2014 2 Hari 5 Orang 0

TOTAL 4 317 Orang 0

Sumber : Seksi Surveilans & Imunisasi

Kejadian Luar Biasa (KLB) pada tahun 2014 di Kota Sukabumi

didominasi oleh kejadian keracunan makanan. Dari semua Kejadian Luar

Biasa (KLB) yang terjadi, telah ditanggulangi dalam waktu kurang dari 24

jam dan tidak ada korban meninggal. Hal ini merupakan bentuk

pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) KLB dari

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 118

petugas baik di Puskesmas maupun di Dinas Kesehatan sebagai

Koordinator Program Surveilans di Kota Sukabumi.

Keracunan makanan (food poissoning) digunakan secara luas

untuk semua penyakit yang disebabkan oleh masuknya makanan yang

mengandung toksin. Pada penyakit yang diakibatkan oleh keracunan

makanan, gejala yang terjadi tak lama setelah menelan bahan beracun

bersama dengan makanan/minuman tersebut.

KLB penyakit akibat makanan dikenali dengan munculnya

sejumlah penderita yang biasanya terjadi dalam waktu yang singkat

dengan periode waktu yang sangat bervariasi (beberapa jam sampai

dengan beberapa minggu) setelah mengkonsumsi sesuatu makanan, pada

umumnya terjadi pada orang yang mengkonsumsi makanan bersama-

sama. Ketepatan dan kecepatan dalam penanganan terhadap penderita

dan kecepatan dalam melakukan pemeriksaan laboratorium merupakan hal

yang paling penting untuk mendapatkan kepastian penyebab terjadinya

keracunan tersebut dan merencanakan penanganan / tindak lanjut yang

dibutuhkan segera.

Diperlukan upaya untuk mencegah kasus keracunan makanan

yang terjadi seperti menerapkan prinsip-prinsip Hazard Analysis Critical

Control Point (HACCP) di tempat-tempat pengolahan makanan. Selain itu

perlu diupayakan peningkatan pengetahuan masyarakat atau konsumen itu

sendiri tentang penerapan hygiene sanitasi makanan dan minuman secara

baik dan benar. Upaya rutin yang sebaiknya dilakukan seperti :

Inspeksi sanitasi pada tempat-tempat penjualan makanan dan

minuman secara berkala oleh petugas sanitarian puskesmas.

Pemeriksaan sample makanan pada tempat-tempat penjual makanan

dan minuman secara berkala oleh petugas sanitarian puskesmas.

Melakukan penyuluhan tentang bahaya makanan yang sudah

kadaluarsa pada penjual makanan ringan atau jajanan.

Membudayakan prilaku hidup bersih dan sehat.

Selain itu untuk menghindari Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan

khususnya dari makanan, diperlukan tindakan-tindakan baik pra kejadian,

saat kejadian keracunan makanan dan pasca kejadian kercunan.

Diharapkan dengan melakukan tindakan-tindakan tersebut, kasus atau

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 119

kejadian keracunan makanan dapat ditiadakan dan meminimalisir jumlah

korban keracunan makanan.

4. Surveilans Matra

Selain menangani pengelolaan kesehatan jemaah haji, pada tahun

2014 ini surveilans matra juga mengkoordinir petugas kesehatan lapangan

dalam rangka kesiapsiagaan pada kegiatan-kegiatan besar keagamaan

dan nasional.

Dari hasil pemeriksaan kesehatan haji tahun 2014, sebanyak 198

jemaah haji dilayani di Kota Sukabumi. 185 jemaah kloter, 2 (Tim

Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) dan Tim Pembimbing Ibadah Haji

Indonesia (TPIHI), ditambah dengan 13 jemaah haji gabung kloter yang

difasilitasi untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan dan mendapatkan Buku

Kesehatan Haji dari Dinas Kesehatan Provinsi.

Kondisi kesehatan calon jemaah haji yang mendapatkan

pemeriksaan kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 4.13 Kondisi Kesehatan Calon Jemaah Haji Tahun 2014

Kota Sukabumi

No Kategori Jumlah

1 2 3

1 Mandiri 182

2 Observasi 12

3 Pengawasan 4

4 Tunda 0

Sumber : Seksi Surveilans & Imunisasi

D. Program Penyehatan Lingkungan

Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya. Upaya ini meliputi upaya penyehatan lingkungan permukiman,

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 120

tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum yang bebas

dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan berupa limbah cair,

limbah padat, limbah gas, sampah yang tidak diproses sesuai persyaratan,

binatang pembawa penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan, air dan udara

yang tercemar, makanan yang terkontaminasi serta radiasi serta radiasi

pengion dan non pengion.

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, program

penyehatan lingkungan ditujukan pada upaya pembinaan, pengawasan dan

pemberdayaan pada penyehatan lingkungan di pemukiman sanitasi dasar,

Tempat Tempat Umum (TTU), Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) serta

upaya pengawasan yang meliputi pengawasan limbah medis dari sarana

kesehatan serta penilaian resiko pencemaran air, udara, tanah dan makanan.

Upaya pengembangan lingkungan sehat dilaksanakan melalui

kegiatan-kegiatan antara lain kegiatan pengawasan dan pembinaan tempat

makanan (restauran, rumah makan, warung makan), pemicuan Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM) dalam rangka pemberdayaan masyarakat

dengan lebih menitikberatkan pada pilar pertama yaitu “Stop Buang Air Besar

Sembarangan”. Kemudian untuk mendapatkan pelaporan dan data yang

optimal, dilaksanakan pelatihan SMS Gateway – STBM bagi petugas

kesehatan lingkungan dan petugas promosi kesehatan di 15 Puskesmas

sehingga perubahan hasil pemicuan dilaporkan langsung dan dapat terekam

oleh Kementerian Kesehatan (Sekretariat STBM) melalui web site.

Pengawasan dan pembinaan eksternal juga dilakukan terhadap

sarana kesehatan dalam hal pengelolaan limbah medis dan pemeriksaan

sampel air bersih sebanyak 200 sampel, sehingga dapat diperoleh pemetaan

resiko yang berpengaruh terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh

lingkungan.

Dalam rangka mempertahankan penghargaan Swasti Saba Wistara

dari Kementerian Kesehatan sebagai Kota yang telah menyelenggarakan

Kota Sehat, dilaksanakan pembinaan terhadap Forum Kota Sukabumi Sehat.

Selain itu, dilaksanakan kegiatan Pemetaan Sanitasi Dasar bagi

rumah di Kota Sukabumi. Kegiatan ini untuk mendapatkan data sarana dan

perilaku masyarakat dalam hal sanitasi berupa bangunan, pembuangan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 121

tinja/kotoran manusia, cuci tangan, air bersih, air minum, pengelolaan sampah

dan pengelolaan limbah.

1. Sanitasi Dasar

a. Rumah sehat

Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat

tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah sehat

adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal akses air minum, akses

jamban sehat, lantai, ventilasi dan pencahayaan sesuai dengan

persyaratan kesehatan perumahan.

Dari pembinaan dan pengawasan rumah sehat yang dilakukan

selama tahun 2014, menunjukkan 52,3% rumah memenuhi syarat

kesehatan. Persentase rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas tahun

2014 dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 4.55 Persentase Rumah Sehat Menurut Wilayah Kerja Puskesmas

di Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan

1.2%

22.0%

30.2%

44.6%

48.6%

52.3%

53.0%

55.7%

59.1%

63.6%

67.1%

68.4%

72.3%

81.3%

81.4%

83.9%

Pabuaran

Benteng

Selabatu

Tipar

Lembursitu

Kota Sukabumi

Sukabumi

Cikundul

Gd.panjang

Sukakarya

Lms.nunggal

Cbr.Hilir

Kr.Tengah

Cipelang

Baros

Nanggeleng

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 122

b. Penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat)

Jamban sehat adalah fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat

kesehatan antara lain dilengkapi dengan leher angsa, tanki septic

(septic tank), Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL) yang digunakan

sendiri atau bersama. Pembinaan jamban sehat dilihat berdasarkan

proporsi penduduk atau rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas

sanitasi yang layak (jamban sehat) yang artinya perbandingan antara

penduduk atau rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas

sanitasi yang layak dengan penduduk atau rumah tangga seluruhnya,

dinyatakan dalam persentase.

Berikut grafik persentase penduduk dengan akses sanitasi

layak (jamban sehat) menurut wilayah kerja puskesmas tahun 2014 :

Grafik 4.56 Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat)

Menurut Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan

32.3%

54.1%

55.1%

56.3%

59.7%

63.9%

65.3%

66.7%

70.4%

71.2%

73.7%

74.3%

76.2%

78.3%

92.5%

93.1%

Selabatu

Tipar

Sukakarya

Lembursitu

Pabuaran

Nanggeleng

Cikundul

Kota Sukabumi

Gd.panjang

Sukabumi

Cbr.Hilir

Baros

Benteng

Lms.nunggal

Kr.Tengah

Cipelang

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 123

c. Penduduk dengan akses air minum berkualitas (layak)

Air minum yang berkulitas (layak) adalah air minum yang

terlindung meliputi air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum,

terminal air, Penampungan Air Hujan (PAH) atau mata air dan sumur

terlindung, sumur bor atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10

meter dari pembuangan kotoran, penampungan limbah dan

pembuangan sampah. Tidak termasuk air kemasan, air dari penjual

keliling, air yang dijual melalui tanki, air sumur dan mata air tidak

terlindung. Pembinaan yang dilakukan oleh sanitarian puskesmas

berdasarkan proporsi penduduk atau rumah tangga dengan akses

berkelanjutan terhadap air minum layak yaitu perbandingan antara

penduduk atau rumah tangga dengan akses terhadap air minum

berkualitas (layak) dengan penduduk atau rumah tangga seluruhnya,

dinyatakan dalam persentase.

Persentase penduduk dengan akses air minum berkualitas

(layak) menurut wilayah kerja puskesmas tahun 2014 dapat dilihat

pada grafik dibawah ini :

Grafik 4.57 Persentase Penduduk dengan Akses Air Minum Berkualitas (Layak)

Menurut Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan

49.7%60.9%61.7%

64.2%65.2%

68.8%71.4%

74.8%75.5%

78.8%80.6%81.0%

90.4%94.9%97.9%

100.0%

SelabatuCbr.Hilir

SukakaryaCikundul

TiparLembursitu

Kota SukabumiLms.nunggal

CipelangSukabumi

BentengKr.Tengah

BarosPabuaran

Gd.panjangNanggeleng

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 124

d. Pengelolaan sampah rumah tangga

Pengelolaan sampah mulai dari rumah tangga sampai dengan

Tempat Pengolahan Sampah Sementara (TPS) merupakan tanggung

jawab masyarakat masing-masing. Sedangkan pengelolaan sampah

dari Tempat Pengolahan Sampah Sementara (TPS) ke Tempat

Pengolahan Sampah Akhir (TPA) merupakan tanggung jawab

Pemerintah Kota, dalam hal ini dilakukan oleh Dinas Pengelolaan

Sampah, Pertamanan dan Pemakaman (DPSPP) Kota Sukabumi.

Pengelolaan sampah oleh masyarakat dapat diukur dari

perilaku dan sarana sampah yang tersedia di masyarakat. Proporsi

pengelolaan sampah yang sehat adalah perbandingan pengelolaan

sampah yang sehat dengan pengelolaan sampah seluruhnya pada

waktu tertentu dan dinyatakan dalam persentase.

Persentase pengelolaan sampah sehat tahun 2014 dapat dilihat

pada grafik berikut ini :

Grafik 4.58 Persentase Pengelolaan Sampah Sehat

Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan

22.6%

32.9%

45.5%

57.6%

65.1%

66.3%

70.5%

70.7%

78.1%

78.8%

82.9%

86.9%

96.1%

100.0%

100.0%

100.0%

PabuaranSelabatuCbr.Hilir

SukabumiKota Sukabumi

CikundulCipelang

LembursituLms.nunggal

BarosKr.TengahSukakarya

Gd.panjangTipar

BentengNanggeleng

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 125

e. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Air limbah atau air buangan adalah air sisa yang dibuang,

berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum

lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat yang

dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu

lingkungan hidup.

Sumber air limbah terdiri dari air buangan yang bersumber dari

rumah tangga, air buangan dari industri dan air buangan dari kota

praja seperti perkantoran, hotel, restoran, tempat-tempat ibadah dan

sebagainya.

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah saluran air

limbah rumah tangga yang berfungsi untuk meyalurkan air limbah

domestik agar tidak berisiko mencemari lingkungan dan sumber air

bersih di masyarakat.

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) merupakan saluran

yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan air buangan

kamar mandi, tempat cuci, dapur (bukan dari peturasan/jamban) untuk

pedesaan, sehingga air limbah tersebut dapat meresap kedalam tanah

dan tidak menjadi penyebab penyebaran penyakit serta tidak

mengotori lingkungan permukiman.

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) sangat besar

pengaruhnya guna menghindarkan sarana air bersih terutama sumur

gali dari resiko pencemaran. Saluran pembuangan air limbah

dikatakan memenuhi syarat apabila tidak mencemari sumber air

bersih, tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi sarang

nyamuk, tidak menimbulkan bau dan tidak menimbulkan becek-becek

atau pandangan yang tidak menyenangkan.

Untuk proporsi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang

memenuhi syarat, diukur dari perbandingan SPAL yang sehat dengan

SPAL yang dibina dan dinyatakan dalam presentase.

Berikut persentase SPAL yang memenuhi syarat menurut

wilayah kerja puskesmas tahun 2014 :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 126

Grafik 4.59 Persentase Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Menurut Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan 2. Tempat Tempat Umum (TTU)

Tempat Tempat Umum (TTU) adalah tempat atau sarana yang

diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan

untuk kegiatan bagi masyarakat dengan prioritas Fasilitas Pelayanan

Kesehatan (Rumah Sakit Pemerintah/Swasta dan Puskesmas), Sarana

Sekolah, Hotel (Bintang dan Non Bintang). Tempat tempat umum sehat

adalah tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan

berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

Tempat Tempat Umum (TTU) memiliki potensi sebagai tempat

terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan

kesehatan lainnya. Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak

terpelihara, akan menambah besarnya resiko penyebaran penyakit serta

15.6%

52.1%

53.9%

61.7%

66.9%

70.0%

72.9%

76.5%

79.9%

81.8%

83.2%

88.6%

90.5%

98.5%

100.0%

100.0%

Selabatu

Benteng

Cbr.Hilir

Cikundul

Kota Sukabumi

Sukakarya

Lembursitu

Lms.nunggal

Gd.panjang

Cipelang

Sukabumi

Nanggeleng

Pabuaran

Kr.Tengah

Baros

Tipar

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 127

pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan

dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik.

Berikut persentase Tempat Tempat Umum (TTU) memenuhi

syarat menurut wilayah kerja puskesmas tahun 2014 :

Grafik 4.60

Persentase Tempat Tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat Menurut Wilayah Kerja Puskesmas

di Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan

3. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)

Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap makanan

yang disediakan di luar rumah, maka produk-produk makanan yang

disediakan oleh perusahaan atau perorangan yang bergerak dalam usaha

penyediaan makanan untuk kepentingan umum, haruslah terjamin

kesehatan dan keselamatannya. Hal ini hanya dapat terwujud bila ditunjang

dengan keadaan higiene dan sanitasi tempat-tempat pengelolaan makanan

yang baik dan dipelihara secara bersama oleh pengusaha dan masyarakat.

54.5%

57.1%

64.7%

70.6%

70.6%

75.5%

76.9%

76.9%

81.0%

81.3%

85.7%

87.5%

88.2%

88.5%

90.9%

90.9%

Pabuaran

Benteng

Gd.panjang

Nanggeleng

Baros

Selabatu

Cbr.Hilir

Kota Sukabumi

Sukabumi

Lembursitu

Sukakarya

Tipar

Cikundul

Cipelang

Lms.nunggal

Kr.Tengah

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 128

Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) adalah usaha pengelolaan

makanan yang meliputi jasaboga atau catering, rumah makan dan

restoran, depot air minum, kantin, makanan jajanan dan tempat

pengelolaan makanan lainnya yang sejenis.

Pengelolaan makanan yang baik dan memenuhi syarat kesehatan

merupakan salah satu upaya untuk mencapai tingkat kesehatan

masyarakat yang optimal, sehingga perlu mendapat perhatian dari segi

nilai gizi, segi kemurnian, maupun dari segi kebersihan. Sebab meskipun

nilai gizi dan kemurnian baik namun kebersihan lingkungan tidak diawasi

dan dipelihara, maka makanan tersebut dapat menimbulkan penyakit

akibat kontaminasi.

Untuk itu perlu pengelolaan makanan yang memenuhi syarat

kesehatan yang disebut dengan istilah penyehatan makanan. Pengelolaan

higiene sanitasi makanan yang baik harus memperhatikan beberapa faktor

yaitu higiene sanitasi tempat, higiene sanitasi peralatan, higiene penjamah

dan higiene sanitasi makanan yang terdiri dari enam prinsip yaitu pemilihan

bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan,

penyimpanan makanan rusak, pengangkutan makanan dan penyajian

makanan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengolahan

makanan antara lain persiapan tempat pengolahan seperti dapur yang

harus memiliki persyaratan antara lain terdapat tempat pencucian

peralatan, tempat penyimpanan bahan makanan, tempat persiapan serta

tempat pengolahan.

Proporsi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi

syarat adalah perbandingan TPM yang memenuhi syarat dengan TPM

yang dibina dalam waktu tertentu dan dinyatakan dalam persentase.

Persentase hasil pembinaan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)

tahun 2014 tingkat Kota menunjukkan sebesar 33% memenuhi syarat dan

67% tidak memenuhi syarat.

Persentase pembinaan TPM menurut wilayah kerja puskesmas

tahun 2014, dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 129

Grafik 4.61 Persentase Pembinaan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)

Menurut Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan

4. Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan

H. L. Blum, seorang pakar yang selama ini selalu menjadi rujukan

dan “suhu” kesehatan masyarakat melalui teorinya berpendapat bahwa

kesehatan lingkungan dan perilaku manusia merupakan dua faktor

dominan yang paling berpengaruh terhadap status kesehatan masyarakat.

Komponen perilaku dan komponen kesehatan lingkungan ini merupakan

dua faktor yang paling memungkinkan untuk diintervensi, sehingga telah

menjadi rujukan berbagai tindakan promotif dan preventif pada mayoritas

masalah penyakit dan masalah kesehatan.

Berdasarkan berbagai data dan laporan, saat ini penyakit berbasis

lingkungan masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di

Indonesia. ISPA dan Diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan

selalu masuk dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di

33.3%

31.0%

60.0%

37.5%

29.4%

14.1%

31.3%

33.0%

17.1%

47.8%

77.3%

13.6%

54.2%

22.2%

37.5%

20.0%

66.7%

69.0%

40.0%

62.5%

70.6%

85.9%

68.8%

67.0%

82.9%

52.2%

22.7%

86.4%

45.8%

77.8%

62.5%

80.0%

Pabuaran

Benteng

Gd.panjang

Nanggeleng

Baros

Selabatu

Cbr.Hilir

Kota Sukabumi

Sukabumi

Lembursitu

Sukakarya

Tipar

Cikundul

Cipelang

Lms.nunggal

Kr.Tengah

Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 130

Indonesia selain Demam Berdarah Dengue (DBD), TB Paru, Filariasis,

Penyakit Kulit, Keracunan dan keluhan akibat lingkungan yang buruk.

Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan antara lain

disebabkan oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat

yang masih rendah. Berdasarkan aspek sanitasi, tingginya angka penyakit

berbasis lingkungan banyak disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air

bersih masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih rendah, tercemarnya

tanah, air dan udara karena limbah rumah tangga, limbah industri, limbah

pertanian, sarana transportasi serta kondisi lingkungan fisik yang

memungkinkan.

Pengertian penyakit merupakan suatu kondisi patologis berupa

kelainan fungsi dan atau morfologi suatu organ dan atau jaringan tubuh.

Sedangkan pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada

disekitarnya (benda hidup, mati, nyata, abstrak) serta suasana yang

terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-elemen di alam tersebut.

Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa

kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh

interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki

potensi penyakit.

Isu kesehatan lingkungan merupakan faktor risiko utama dalam

penyakit beban ganda (burden disease). Salah satu studi dari penyakit

beban ganda menyebutkan bahwa 8,4 % total penyakit beban ganda di

negara berpenghasilan rendah dan menengah disebabkan oleh 3 kondisi :

(1) air yang tidak bersih, higiene dan pembuangan tinja; (2) polusi udara

perkotaan; (3) asap dalam ruangan yag berasal dari bahan bakar. Hal ini

menempatkan masalah kesehatan lingkungan menjadi sangat penting

dalam pencapaian MDG’s.

Faktor risiko kesehatan lingkungan dilaksanakan dalam bentuk

Klinik Sanitasi, yaitu suatu wahana untuk mengatasi masalah kesehatan

masyarakat yang terintegrasi antara kesehatan lingkungan untuk

pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan

teknis dari Petugas Puskesmas. Klinik sanitasi merupakan bagian integral

dari kegiatan puskesmas dan bekerjasama dengan program lain dari sektor

terkait.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 131

Kegiatan klinik sanitasi yang dilaksanakan melalui 2 tahap yaitu di

dalam gedung dan di luar gedung. Kegiatan dalam gedung yaitu dengan

melakukan konseling terhadap pasien yang menderita penyakit berbasis

lingkungan. Kemudian kegiatan luar gedung dengan melakukan kunjungan

lapangan kondisi lingkungan sekitar rumah pasien yang menderita penyakit

berbasis lingkungan.

Penilaian faktor risiko kesehatan lingkungan melalui klinik sanitasi

yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 4.14

Penilaian Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan di Kota Sukabumi Tahun 2014

No Puskesmas

Konseling

Kunjungan Lapangan

Faktor Dominan Penyebab Penyakit

Jml Kasus PBL

Rujukan

Jml Kasus PBL Non Rujukan

Jml Kasus PBL yang

ditemukan di lapangan

(Kader, DKK/RS)

Perilaku Lingkungan

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Cipelang 32 0 90 42 0 42

2 Karang Tengah 88 0 88 88 45 43

3 Selabatu 277 41 111 322 302 65

4 Sukabumi 87 11 49 266 214 52

5 Tipar 97 32 50 106 84 23

6 Nanggeleng 22 0 53 37 32 5

7 Gedongpanjang 23 6 29 47 27 20

8 Benteng 49 7 55 47 15 31

9 Pabuaran 75 2 28 173 80 93

10 Sukakarya 79 0 0 73 68 66

11 Baros 0 0 0 0 0 0

12 Lembursitu 110 6 87 126 56 4

13 Cikundul 56 0 0 56 56 0

14 Cibeureum Hilir 10 0 0 8 6 4

15 Limusnunggal 24 0 27 38 27 11

KOTA SUKABUMI 1029 105 667 1429 1012 515

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 132

BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

A. Sarana Kesehatan

Untuk mencapai pembangunan yang berkualitas tentunya diperlukan

sumber daya yang juga berkualitas, sehingga perlu diupayakan kegiatan dan

strategi pemerataan kesehatan dengan mendayagunakan segenap potensi

yang ada.

Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana,

tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta

fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. (Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan).

Sumber daya kesehatan juga diartikan sebagai perangkat keras dan

perangkat lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya

kesehatan.

Sumber daya kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun

berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan

tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai

derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

Begitupun dengan perbekalan kesehatan yang diperlukan dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan sebagai sumber daya kesehatan meliputi

sediaan farmasi dan alat kesehatan serta perbekalan lainnya yang terjangkau

oleh masyarakat. Perbekalan kesehatan merupakan unsur penting dalam

upaya kesehatan khususnya obat, bahan obat dan alat kesehatan.

Sebagai salah satu komponen dari sumber daya kesehatan, sarana

kesehatan meliputi Balai Pengobatan (BP), Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas), Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus, praktek dokter,

praktek dokter gigi, praktek dokter gigi spesialis, praktek bidan, toko obat,

apotek, pedagang besar farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium

kesehatan, balai pelatihan kesehatan dan sarana kesehatan lainnya.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 133

Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan merupakan bagian yang

tak tergantikan dalam pengelolaan kesehatan. Akses terhadap obat terutama

obat essensial merupakan salah satu hak azasi manusia. Dengan demikian

penyediaan obat essensial merupakan kewajiban bagi pemerintah baik

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan di kabupaten/kota

dipusatkan di UPOPPK (Unit Pengelola Obat Publik & Perbekalan

Kesehatan). Dalam hal ini, di Kota Sukabumi sendiri unit tersebut dikelola oleh

Seksi Perbekalan Kesehatan. Kebijakan pengelolaan obat dilaksanakan oleh

melalui strategi “One Gate Policy Drug Supply Management” dengan fungsi

meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan

dan pelaporan, juga evaluasi yang terintegrasi dengan unit kerja terkait.

Kaitannya dengan peran serta masyarakat sebagai sumber daya

kesehatan, masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam

penyelenggaraan program dan upaya kesehatan beserta sumber dayanya.

Penyelenggaraan upaya kesehatan merupakan tanggung jawab pemerintah

dan masyarakat. Masyarakat tidaklah menjadi objek semata, tetapi sekaligus

merupakan subjek penyelenggaraan upaya kesehatan. Masyarakat

memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber dayanya mulai dari

inventaris masalah, perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap penilaian.

Sedangkan peran serta dapat berbentuk sumbangan pemikiran, tenaga

sumber daya lainnya seperti kelembagaan, sarana serta dana.

Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan

dasar atau melakukan upaya kesehatan rujukan. Selain itu, sarana kesehatan

dapat juga di pergunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan

serta penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang

kesehatan. Sarana kesehatan meliputi rumah sakit, apotek, praktek dokter,

toko obat, laboratorium kesehatan, dan lain-lain.

Sarana Kesehatan sebagai input bagi berlangsungnya pelayanan

kesehatan secara umum meliputi sarana kesehatan yang dimiliki pemerintah,

sarana kesehatan bersumberdaya masyarakat dan sarana kesehatan swasta.

Sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang ada di Kota

Sukabumi terdiri dari 2 RSUD dan 15 Puskesmas ditambah dengan 20

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 134

Puskesmas Pembantu, juga ditambah dengan sarana kesehatan bersumber

daya masyarakat setempat sejumlah 447 Posyandu.

Data ketersediaan sarana kesehatan yang ada di Kota Sukabumi

baik milik pemerintah maupun swasta disajikan pada tabel-tabel berikut ini :

Tabel 5.1 Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Sukabumi Tahun 2014

No Fasilitas Kesehatan Kepemilikan

Jumlah Pem. Kota

TNI/ POLRI Swasta

1 2 3 4 5 6

Rumah Sakit 1 Rumah Sakit Umum 1 2 4 7 2 Rumah Sakit Khusus 1 1

Puskesmas dan Jaringannya 1 Puskesmas Rawat Inap 4 4 - Jumlah Tempat Tidur 20 20

2 Puskesmas Non Rawat I

11 11 3 Puskesmas Keliling 15 15 4 Puskesmas Pembantu 20 20

Sarana Pelayanan Lain 1 Rumah Bersalin 0 2 Balai Pengobatan/Klinik 11 11 3 Praktik Dokter Bersama 14 14 4 Praktik Dokter Perorangan 84 84

5 Praktik Pengobatan Tradisional 93 93

6 Bank Darah Rumah Sakit 1 1 7 Unit Transfusi Darah 1 1

Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian 1 Industri Farmasi 0 2 Industri Obat Tradisional 0

3 Usaha Kecil Obat Tradisional 2 2

4 Produksi Alat Kesehatan 0 5 Pedagang Besar Farmasi 3 3 6 Apotek 1 50 51 7 Toko Obat 14 14 8 Penyalur Alat Kesehatan 1 1 Sumber : Seksi Binsarkes

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 135

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kesehatan.

Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,

Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis

operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana

tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di wilayah

Kabupaen/Kota.

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu

kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu

puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas

dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).

Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab

langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Mengacu kepada Perda Nomor 15 tanggal 27 September Tahun

2000 mengenai wilayah administrasi Kota Sukabumi, wilayah kerja

puskesmaspun belum mengalami perubahan, termasuk jumlah Puskesmas

dan Puskesmas Pembantu (Pustu).

Data jumlah puskesmas, puskesmas pembantu dan wilayah kerja

puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.2 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan

Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

No Kecamatan Puskesmas Pusk.Pembantu Wil.Kerja (Kelurahan)

1 2 3 4 5

1 Cikole Selabatu 1. Kabandungan Selabatu

2. Cisarua Cikole

Gunungparang

Sukabumi 1. Kebonjati Kebonjati

Cisarua

2. Subangjaya Subangjaya 2 Citamiang Tipar 1. Cikondang Cikondang

Tipar

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 136

No Kecamatan Puskesmas Pusk.Pembantu Wil.Kerja (Kelurahan)

1 2 3 4 5

Nanggeleng - Nanggeleng

Gedongpanjang - Gedongpanjang

Citamiang 3 Gunungpuyuh Cipelang 1. Gunungpuyuh Gunungpuyuh

2. Sriwedari Sriwedari

Karang Tengah 1. Karamat Karamat

2. Garung Karang Tengah 4 Warudoyong Benteng 1. Dayeuh Luhur Dayeuh Luhur

Benteng

Sukakarya - Sukakarya

Pabuaran 1. Pejagalan Nyomplong

2. Warudoyong Warudoyong 5 Baros Baros 1. Sudajaya Hilir Sudajaya Hilir

2. Jayamekar Jayamekar

Jayaraksa

Baros 6 Lembursitu Cikundul 1. Cicadas Cikundul

2. Sindangsari Sindangsari

3. Cipanengah Cipanengah

Lembursitu 1. Situmekar Situmekar

Lembursitu 7 Cibeureum Hilir Cibeureum Hilir 1. Babakan Babakan

Cibeureum Hilir

Limusnunggal 1. Sindangpalay Sindangpalay

Limusnunggal

JML 7 15 20 33 Sumber : Lap. Inventori

B. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif

dan profesional dibidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau

tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan.

Ada 2 bentuk dan cara penyelenggaraan sumber daya kesehatan,

yaitu :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 137

1. Tenaga kesehatan, yaitu semua semua orang yang bekerja secara aktif

dan profesional dibidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau

tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan.

2. Sumber daya kesehatan, yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upaya

perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga

kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat

kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

Sumber daya kesehatan secara khusus bertujuan untuk

menghasilkan sumber daya kesehatan yang memiliki kompetensi sebagai

berikut :

1. Mampu mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan dan

teknologi dibidang promosi kesehatan dengan cara menguasai dan

memahami pendekatan, metode dan kaidah ilmiahnya disertai dengan

keterampilan penerapannya didalam pengembangan dan pengelolaan

sumber daya manusia kesehatan.

2. Mampu mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah

pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan

melalui kegiatan penelitian.

3. Mengembangkan/meningkatkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan

dengan ketajaman analisis permasalahan kesehatan, merumuskan dan

melakukan advokasi program dan kebijakan kesehatan dalam rangka

pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan.

Derajat kesehatan masyarakat seperti mortalitas, morbiditas, status

gizi dan usia harapan hidup merupakan gambaran upaya pembangunan

kesehatan yang telah dilaksanakan. Penurunan angka kesakitan pada

sebagian besar penyakit merupakan hasil dari upaya pengendalian beberapa

kasus penyakit menular, peningkatan status gizi masyarakat baik secara

langsung maupun tidak langsung. Hasil yang telah dicapai juga tak lepas dari

sumber daya manusia sebagai pemberi pelayanan kesehatan bagi

masyarakat baik pihak pemerintah maupun pihak swasta serta partisipasi

masyarakat.

Hasil yang telah dicapai juga tak lepas dari sumber daya manusia,

baik sebagai pemberi pelayanan kesehatan bagi masyarakat secara langsung

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 138

di tingkat puskesmas maupun pemegang program yang ada di Dinas

Kesehatan.

1. Rasio Dokter Umum Per Satuan Penduduk

Rasio ini diperoleh dari jumlah dokter umum yang memiliki Surat

Tanda Registrasi (STR) dibandingkan dengan jumlah penduduk. Jumlah

dokter umum yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) tahun 2014

sebanyak 181 dokter umum, sehingga rasio dokter umum per 1.000

penduduk adalah sebesar 0,57 atau 57,5 dokter umum per 100.000

penduduk. Target rasio dokter umum adalah sebesar 36 per 100.000

penduduk.

Rasio dokter umum di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 38,1

dokter umum per 100.000 penduduk. Sementara di Jawa Barat, rasio

dokter umum adalah 33,1 dokter umum per 100.000 penduduk. Hal ini

menunjukkan bahwa di Kota Sukabumi, jumlah dokter umum telah melebihi

rasio tenaga dokter umum nasional dan provinsi.

2. Rasio Dokter Spesialis Per Satuan Penduduk

Sama halnya dengan rasio dokter umum, rasio dokter spesialis

diperoleh dari jumlah dokter spesialis yang memiliki Surat Tanda Registrasi

(STR) dibandingkan dengan jumlah penduduk. Jumlah dokter spesialis

pada tahun 2014 yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) sebanyak 80

dokter spesialis, sehingga diperoleh rasio sebesar 0,25 per 1.000

penduduk atau 25 dokter spesialis per 100.000 penduduk. Target dokter

spesialis adalah sebesar 0,22 per 1000 penduduk atau 22 dokter spesialis

per 100.000 penduduk.

Rasio dokter spesialis di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 9,9

dokter spesialis per 100.000 penduduk, di Jawa Barat sebesar 7,6 dokter

spesialis per 100.000 penduduk. Sehingga di Kota Sukabumi, rasio dokter

spesialispun telah melebihi rasio tenaga dokter spesialis ditingkat provinsi

maupun nasional.

3. Rasio Dokter Gigi Per Satuan Penduduk

Terdapat 63 dokter gigi yang memiliki Surat Tanda Registrasi

(STR) pada tahun 2014. Sehingga rasio dokter gigi per 1.000 penduduk

sebesar 0,20 atau 20 dokter gigi per 100.000 penduduk. Target dokter gigi

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 139

sendiri sebesar 0,12 per 1.000 penduduk atau 12 dokter gigi per 100.000

penduduk.

Rasio dokter gigi di Kota Sukabumi juga telah melebihi rasio

dokter gigi tingkat provinsi maupun nasional yang hanya mencapai 9,9

dokter gigi per 100.000 penduduk.

4. Rasio Tenaga Keperawatan Per Satuan Penduduk

Terdapat 274 orang tenaga Perawat dan 213 orang tenaga Bidan

yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) di Kota Sukabumi pada tahun

2014. Dari angka tersebut diperoleh rasio tenaga keperawatan (perawat

dan bidan) sebesar 3,45 tenaga keperawatan per 1.000 penduduk atau 345

tenaga keperawatan per 100.000 penduduk. Target tenaga keperawatan

adalah sebesar 293 tenaga keperawatan per 100.000 penduduk.

Untuk rasio tenaga perawat sendiri, pada tahun 2014 adalah 0,87

tenaga perawat per 1.000 penduduk atau 87 tenaga perawat per 100.000

penduduk. Rasio tenaga perawat di Indonesia pada tahun 2013 adalah

sebesar 116,1 tenaga perawat per 100.000 penduduk dan ditingkat provinsi

sebesar 68,2 tenaga perawat per 100.000 penduduk. Melihat data tersebut,

maka rasio tenaga perawat di Kota Sukabumi diatas rasio tenaga perawat

di Jawa Barat, tetapi masih lebih rendah dari rasio ditingkat nasional.

Sedangkan rasio tenaga bidan di Indonesia pada tahun 2013

sebesar 55,2 tenaga bidan per 100.000 penduduk, ditingkat provinsi

sebesar 29,2 tenaga bidan per 100.000 penduduk. Di Kota Sukabumi pada

tahun 2014 ini rasio tenaga bidan sebesar 0,67 per 1.000 penduduk atau

67 tenaga bidan per 100.000 penduduk. Maka angka tersebut telah

melebihi rasio tenaga bidan di Jawa Barat maupun di tingkat nasional.

Berikut jumlah dan sebaran SDM Kesehatan baik ditingkat Puskesmas

maupun Rumah Sakit di Kota Sukabumi pada tahun 2014 :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 140

Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Kedokteran di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Sub. Bag. Umum & Kepegawaian

DR SPESIALIS a DOKTER UMUM

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 201 Puskesmas Cipelang 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 2 3 0 0 0 1 2 32 Puskesmas Karang Tengah 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 13 Puskesmas Selabatu 0 0 0 1 2 3 1 2 3 0 3 3 0 0 0 0 3 34 Puskesmas Sukabumi 0 0 0 1 2 3 1 2 3 0 1 1 0 0 0 0 1 15 Puskesmas Tipar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 16 Puskesmas Nanggeleng 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 17 Puskesmas Gedongpanjang 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 18 Puskesmas Benteng 0 0 0 0 2 2 0 2 2 0 1 1 0 0 0 0 1 19 Puskesmas Pabuaran 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 110 Puskesmas Sukakarya 0 0 0 0 2 2 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 011 Puskesmas Baros 0 0 0 0 2 2 0 2 2 0 1 1 0 0 0 0 1 112 Puskesmas Lembursitu 0 0 0 2 1 3 2 1 3 0 1 1 0 0 0 0 1 113 Puskesmas Cikundul 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 114 Puskesmas Cibeureum Hilir 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 115 Puskesmas Limusnunggal 0 0 0 1 1 2 1 1 2 1 0 1 0 0 0 1 0 1

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 0 0 0 10 14 24 10 14 24 5 13 18 0 0 0 5 13 181 RSUD R. Syamsudin, SH 26 12 38 14 23 37 40 35 75 0 2 2 1 1 2 1 3 42 RS Bhayangkara SETUKPA LEMDIKPOL 10 0 10 4 4 8 14 4 18 0 1 1 0 0 0 0 1 13 RUMKIT BAN 03.08.01 PANGRANGO - - - - - - - - - - - - - - - - - - 4 RSI ASSYIFA 28 10 38 8 4 12 36 14 50 0 4 4 0 0 0 0 4 45 RS RIDOGALIH 6 0 6 3 4 7 9 4 13 0 0 0 0 0 0 0 0 06 RSB Klinik Bahagia 4 1 5 1 1 4 2 6 0 0 0 0 0 0 0 0 07 RS Kartika MC 20 8 28 7 3 10 27 11 38 0 2 2 0 1 1 0 3 38 RS Pelita Rakyat Sukabumi 0 0 0 2 2 4 2 2 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0

SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 94 31 125 38 41 79 132 72 204 0 9 9 1 2 3 1 11 121 LABKESDA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 02 UPT JAMKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03 STIKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0DINAS KESEHATAN 0 0 0 3 4 7 3 4 7 0 1 1 0 0 0 0 1 1JUMLAH (KOTA) 94 31 125 51 59 110 145 90 235 5 23 28 1 2 3 6 25 31RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 36.5 32.2 68.7 8.2 0.9 9.1

SUB JUMLAH III (SARANA YANKES LAIN)

NO UNIT KERJA TOTAL DOKTER GIGI DOKTER

SPESIALIS GIGI TOTAL

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 141

Tabel 5.4 Jumlah Tenaga Bidan, Perawat dan Gizi di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Sub. Bag. Umum & Kepegawaian

NUTRISIONIS DIETISIENL P L+P L P L+P L P L+P

1 2 3 4 5 6 3 4 5 6 7 81 Puskesmas Cipelang 4 1 6 7 0 1 1 0 0 02 Puskesmas Karang Tengah 3 3 4 7 0 1 1 0 0 03 Puskesmas Selabatu 4 3 5 8 0 0 0 0 0 04 Puskesmas Sukabumi 10 2 5 7 0 1 1 0 0 05 Puskesmas Tipar 4 1 4 5 0 0 0 0 0 06 Puskesmas Nanggeleng 3 0 2 2 0 1 1 0 0 07 Puskesmas Gedongpanjang 3 0 4 4 0 1 1 0 0 08 Puskesmas Benteng 3 4 1 5 0 1 1 0 0 09 Puskesmas Pabuaran 3 1 1 2 1 0 1 0 0 010 Puskesmas Sukakarya 5 4 0 4 0 1 1 0 0 011 Puskesmas Baros 9 2 6 8 0 1 1 0 0 012 Puskesmas Lembursitu 7 2 5 7 0 1 1 0 0 013 Puskesmas Cikundul 4 3 3 6 0 1 1 0 0 014 Puskesmas Cibeureum Hilir 4 1 5 6 0 1 1 0 0 015 Puskesmas Limusnunggal 4 1 1 2 0 1 1 0 0 0

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 70 28 52 80 1 12 13 0 0 01 RSUD R. Syamsudin, SH 98 184 331 515 0 13 13 0 0 02 RS Bhayangkara SETUKPA LEMDIKPOL 9 15 22 37 0 0 0 0 0 03 RUMKIT BAN 03.08.01 PANGRANGO - - - - - - - - - - 4 RSI ASSYIFA 17 36 98 134 0 0 0 0 3 35 RS RIDOGALIH 11 4 11 15 0 1 1 0 0 06 RSB Klinik Bahagia 7 0 6 6 0 0 0 0 0 07 RS Kartika MC 12 19 79 98 0 0 0 0 0 08 RS Pelita Rakyat Sukabumi 4 4 4 0 0 0 0 0 0

SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 158 262 547 809 0 14 14 0 3 31 LABKESDA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 02 UPT JAMKES 0 0 0 0 1 0 1 0 0 03 STIKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 1 0 1 0 0 0DINAS KESEHATAN 6 3 9 12 1 1 2 0 0 0JUMLAH (KOTA) 234 293 608 901 3 0 30 0 3 3RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 68.4 263.4 8.8 0.9

SUB JUMLAH III (SARANA YANKES LAIN)

NO UNIT KERJA BIDAN PERAWATa

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 142

Tabel 5.5 Jumlah Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Sub. Bag. Umum & Kepegawaian

APOTEKERL P L + P L P L + P L P L + P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Puskesmas Cipelang 0 1 1 0 0 0 0 1 12 Puskesmas Karang Tengah 0 1 1 0 0 0 0 1 13 Puskesmas Selabatu 0 1 1 0 0 0 0 1 14 Puskesmas Sukabumi 1 0 1 0 0 0 1 0 15 Puskesmas Tipar 0 1 1 0 0 0 0 1 16 Puskesmas Nanggeleng 0 1 1 0 0 0 0 1 17 Puskesmas Gedongpanjang 0 1 1 0 0 0 0 1 18 Puskesmas Benteng 0 1 1 0 0 0 0 1 19 Puskesmas Pabuaran 0 1 1 0 0 0 0 1 1

10 Puskesmas Sukakarya 0 1 1 0 0 0 0 1 111 Puskesmas Baros 0 1 1 0 0 0 0 1 112 Puskesmas Lembursitu 0 1 1 0 1 1 0 2 213 Puskesmas Cikundul 1 1 0 0 0 1 0 114 Puskesmas Cibeureum Hilir 0 1 1 0 0 0 0 1 115 Puskesmas Limusnunggal 0 1 1 0 0 0 0 1 1

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 2 13 15 0 1 1 2 14 161 RSUD R. Syamsudin, SH 4 5 9 3 4 7 7 9 162 RS Bhayangkara SETUKPA LEMDIKPOL 1 2 3 0 1 1 1 3 43 RUMKIT BAN 03.08.01 PANGRANGO - - - - - - - - - 4 RSI ASSYIFA 1 8 9 2 1 3 3 9 125 RS RIDOGALIH 3 2 5 1 0 1 4 2 66 RSB Klinik Bahagia 0 1 1 0 1 1 0 2 27 RS Kartika MC 4 20 24 1 1 2 5 21 268 RS Pelita Rakyat Sukabumi 1 0 1 1 0 1 2 0 2

SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 14 38 52 8 8 16 22 46 681 LABKESDA 0 0 0 1 0 1 0 0 02 UPT JAMKES 0 0 0 0 0 0 0 0 03 STIKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 1 0 1 0 0 0DINAS KESEHATAN 1 2 3 0 1 1 0 0 0JUMLAH (KOTA) 17 53 70 9 10 19 24 60 84RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 20.5 5.6 24.6

SUB JUMLAH III (SARANA YANKES LAIN)

TENAGA TEKNIS KEFARMASIANaNO UNIT KERJATENAGA KEFARMASIAN

TOTAL

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 143

Tabel 5.6 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat & Tenaga Kesehatan Lingkungan di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Sub. Bag. Umum & Kepegawaian

KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN LINGKUNGAN

L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 81 Puskesmas Cipelang 1 0 2 1 0 12 Puskesmas Karang Tengah 0 0 0 0 1 13 Puskesmas Selabatu 1 1 2 1 0 14 Puskesmas Sukabumi 0 1 1 0 1 15 Puskesmas Tipar 0 0 0 0 1 16 Puskesmas Nanggeleng 0 1 1 0 1 17 Puskesmas Gedongpanjang 1 0 1 0 0 08 Puskesmas Benteng 0 1 1 0 1 19 Puskesmas Pabuaran 0 1 1 0 1 110 Puskesmas Sukakarya 0 1 1 0 1 111 Puskesmas Baros 1 0 1 1 0 112 Puskesmas Lembursitu 0 1 1 0 1 113 Puskesmas Cikundul 0 0 0 0 0 014 Puskesmas Cibeureum Hilir 0 0 0 0 0 015 Puskesmas Limusnunggal 1 1 2 1 0 1

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 5 8 14 4 8 121 RSUD R. Syamsudin, SH 6 4 10 0 5 52 RS Bhayangkara SETUKPA LEMDIKPOL 0 1 1 0 0 03 RUMKIT BAN 03.08.01 PANGRANGO - - - - - - 4 RSI ASSYIFA 1 0 1 1 0 15 RS RIDOGALIH 0 0 0 0 0 06 RSB Klinik Bahagia 0 0 0 0 0 07 RS Kartika MC 0 0 0 0 0 08 RS Pelita Rakyat Sukabumi 0 0 0 0 0 0

SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 7 5 12 1 5 61 LABKESDA 0 0 0 0 0 02 UPT JAMKES 1 0 1 0 0 03 STIKES 1 2 3 0 0 0

2 2 4 0 0 0DINAS KESEHATAN 6 14 20 4 0 4JUMLAH (KOTA) 20 29 50 9 13 22RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 14.6 6.4

NO UNIT KERJA

SUB JUMLAH III (SARANA YANKES LAIN)

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 144

Tabel 5.7 Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Sub. Bag. Umum & Kepegawaian

FISIOTERAPI TERAPI OKUPASI TERAPI WICARA AKUPUNKTURL P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L+P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 171 Puskesmas Cipelang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 12 Puskesmas Karang Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 13 Puskesmas Selabatu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 24 Puskesmas Sukabumi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 15 Puskesmas Tipar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 06 Puskesmas Nanggeleng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 17 Puskesmas Gedongpanjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 08 Puskesmas Benteng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 09 Puskesmas Pabuaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 110 Puskesmas Sukakarya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 111 Puskesmas Baros 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 112 Puskesmas Lembursitu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 113 Puskesmas Cikundul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 114 Puskesmas Cibeureum Hilir 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 115 Puskesmas Limusnunggal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 131 RSUD R. Syamsudin, SH 1 4 5 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 3 42 RS Bhayangkara SETUKPA LEMDIKPOL 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03 RUMKIT BAN 03.08.01 PANGRANGO - - - - - - - - - - - - - - - 4 RSI ASSYIFA 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 25 RS RIDOGALIH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 06 RSB Klinik Bahagia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 07 RS Kartika MC 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 08 RS Pelita Rakyat Sukabumi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 1 9 10 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 5 61 LABKESDA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 02 UPT JAMKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03 STIKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0DINAS KESEHATAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1JUMLAH (KOTA) 1 9 10 0 1 1 0 1 1 0 0 0 2 18 20RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 2.9 0.3 0.3 0.0 5.8

SUB JUMLAH III (SARANA YANKES LAIN)

NO UNIT KERJATENAGA TEKNISI MEDIS

PERAWAT GIGI

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 145

…Lanjutan Tabel 5.7 Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Sub. Bag. Umum & Kepegawaian

L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 171 Puskesmas Cipelang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 22 Puskesmas Karang Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 13 Puskesmas Selabatu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 14 Puskesmas Sukabumi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 15 Puskesmas Tipar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 16 Puskesmas Nanggeleng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 17 Puskesmas Gedongpanjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 18 Puskesmas Benteng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 19 Puskesmas Pabuaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 110 Puskesmas Sukakarya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 111 Puskesmas Baros 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 212 Puskesmas Lembursitu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 113 Puskesmas Cikundul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 114 Puskesmas Cibeureum Hilir 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 115 Puskesmas Limusnunggal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 11 171 RSUD R. Syamsudin, SH 3 4 7 0 0 0 2 2 4 0 0 0 10 15 252 RS Bhayangkara SETUKPA LEMDIKPOL 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 33 RUMKIT BAN 03.08.01 PANGRANGO 0 0 0 0 0 0 - - - - - - - - - 4 RSI ASSYIFA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 05 RS RIDOGALIH 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 16 RSB Klinik Bahagia 1 1 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 5 67 RS Kartika MC 1 4 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 2 108 RS Pelita Rakyat Sukabumi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 6 10 16 0 0 0 2 3 5 0 0 0 20 25 451 LABKESDA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7 82 UPT JAMKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03 STIKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7 8DINAS KESEHATAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0JUMLAH (KOTA) 6 10 16 0 0 0 2 3 5 0 0 0 27 43 70RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK

SUB JUMLAH III (SARANA YANKES LAIN)

NO UNIT KERJA ANALISIS KESEHATAN

TENAGA TEKNISI MEDIS

RADIOGRAFER RADIOTERAPIS TEKNISI ELEKTROMEDIS TEKNISI GIGI

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 146

…Lanjutan Tabel 5.7 Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014

Sumber : Sub. Bag. Umum & Kepegawaian

L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P1 2 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 321 Puskesmas Cipelang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 02 Puskesmas Karang Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03 Puskesmas Selabatu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 04 Puskesmas Sukabumi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 05 Puskesmas Tipar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 06 Puskesmas Nanggeleng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 07 Puskesmas Gedongpanjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 08 Puskesmas Benteng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 09 Puskesmas Pabuaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 010 Puskesmas Sukakarya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 011 Puskesmas Baros 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 012 Puskesmas Lembursitu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 013 Puskesmas Cikundul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 014 Puskesmas Cibeureum Hilir 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 015 Puskesmas Limusnunggal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 01 RSUD R. Syamsudin, SH 1 1 2 0 0 0 4 5 9 1 3 4 0 0 02 RS Bhayangkara SETUKPA LEMDIKPOL 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 03 RUMKIT BAN 03.08.01 PANGRANGO - - - - - - - - - - - - - - - 4 RSI ASSYIFA 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 05 RS RIDOGALIH 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 06 RSB Klinik Bahagia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 07 RS Kartika MC 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 08 RS Pelita Rakyat Sukabumi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 1 1 2 0 0 0 5 7 12 1 3 4 0 0 01 LABKESDA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 02 UPT JAMKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03 STIKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0DINAS KESEHATAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0JUMLAH (KOTA) 1 1 2 0 0 0 5 7 12 1 3 4 0 0 0RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK

SUB JUMLAH III (SARANA YANKES LAIN)

REFRAKSIONIS OPTISIEN ORTETIK PROSTETIK

REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

TEKNISI TRANSFUSI DARAH

TEKNISI KARDIOVASKULER

NO UNIT KERJA

TENAGA TEKNISI MEDIS

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 147

C. Pembiayaan Kesehatan

Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk

menyelenggarakan dan atau memnfaatkan berbagai upaya kesehatan yang

diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Sistem pembiayaan kesehatan didefinisikan sebagai suatu sistem yang

mengatur tentang besarnya alokasi dana yang harus disediakan untuk

menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang

diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Pembiayaan kesehatan dapat ditinjau dari beberapa sudut, yaitu :

1. Penyedia pelayanan kesehatan (Health Provider)

Merupakan besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat

menyelenggarakan upaya kesehatan. Dengan pengertian yang seperti ini

tampak bahwa kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah

persoalan utama pemerintah dan ataupun pihak swasta, yakni pihak-

pihak yang akan menyelenggarakan upaya kesehatan.

2. Pemakai jasa pelayanan

Pembiayaan kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan (Health

Consumer) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat

memanfaatkan jasa pelayanan. Berbeda dengan pengertian pertama,

maka biaya kesehatan disini menjadi persoalan utama para pemakai jasa

pelayanan. Dalam batas-batas tertentu, pemerintah juga ikut andil yakni

dalam rangka terjaminnya pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan

bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Fungsi pembiayaan kesehatan dikatakan baik apabila memenuhi

beberapa syarat pokok, diantaranya :

1. Jumlah

Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah yang

cukup. Yang dimaksud cukup adalah dapat membiayai penyelenggaraan

semua upaya kesehatan yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan

masyarakat yang ingin memanfaatkannya.

2. Penyebaran

Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jika

dana yang tersedia tidak dapat dialokasikan dengan baik, maka akan

menyulitkan penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 148

3. Pemanfaatan

Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika pemanfaatannya

tidak mendapat pengaturan yang optimal, maka akan banyak

menimbulkan masalah yang jika berkelanjutan akan menyulitkan

masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

Untuk dapat memenuhi syarat-syarat pokok tersebut maka perlu

dilakukan beberapa hal, yakni :

1. Peningkatan efektifitas

Peningkatan efektifitas dilakukan dengan mengubah penyebaran atau

alokasi penggunaan sumber dana. Berdasarkan pengalaman yang

dimiliki, maka alokasi tersebut lebih diutamakan pada upaya kesehatan

yang menghasilkan dampak yang lebih besar seperti mengutamakan

pencegahan daripada pengobatan penyakit.

2. Peningkatan efisiensi

Peningkatan efisiensi dilakukan dengan memperkenalkan berbagai

mekanisme pengawasan dan pengendalian.

Adanya sektor pemerintah dan sektor swasta dalam penyelenggaraan

kesehatan sangat mempengaruhi perhitungan total biaya kesehatan suatu

daerah. Total biaya dari sektor pemerintah tidak dihitung dari besarnya dana

yang dikeluarkan oleh pemakai jasa (income pemerintah), tapi dari besarnya

dana yang dikeluarkan oleh pemerintah (expence) untuk penyelenggaraan

pelayanan kesehatan. Total biaya kesehatan adalah penjumlahan biaya dari

sektor pemerintah dengan besarnya dana yang dikeluarkan pemakai jasa

pelayanan untuk sektor swasta.

Pembiayaan kesehatan semakin meningkat dari waktu ke waktu dan

dirasakan berat baik oleh pemerintah, dunia usaha terlebih masyarakat pada

umumnya. Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan

menyulitkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

dibutuhkannya. Keadaan ini terjadi terutama pada keadaan dimana

pembiayaannya harus ditanggung sendiri (out of pocket) dalam sistem tunai

(fee for service). Kenaikan biaya kesehatan terjadi akibat penerapan teknologi

canggih, karakter supply induced demand dalam pelayanan kesehatan, pola

pembayaran tunai langsung ke pemberi pelayanan kesehatan, pola penyakit

kronik dan degeneratif serta inflasi. Kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 149

ini sulit diatasi oleh kemampuan penyediaan dana pemerintah maupun

masyarakat. Peningkatan biaya ini mengancam akses dan mutu pelayanan

kesehatan.

Tahun Anggaran 2014 Dinas Kesehatan Kota Sukabumi mendapat

alokasi anggaran sebesar Rp. 59.425.600.200,00 atau naik sebesar 4,74%

dari anggaran tahun sebelumnya sebesar Rp. 4.488.132.000,00 yang

bersumber dari APBD Kota Sukabumi yang dialokasikan untuk Belanja

Tidak Langsung Rp. 24.780.705.500,00 dan Belanja Langsung

Rp. 34.644.894.700,00.

Pengelolaan keuangan Dinas Kesehatan berpedoman kepada

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan

Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007.

Anggaran Dinas Kesehatan diperuntukkan khusus untuk membiayai kegiatan-

kegiatan yang telah diprogramkan dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA)

OPD Tahun 2014 untuk kemudian ditetapkan dalam Dokumen Pelaksanaan

Anggaran (DPA) Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun Anggaran 2014.

Alokasi dan realisasi anggaran kesehatan tahun anggaran 2014 di Dinas

Kesehatan, dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini :

Tabel 5.8 Anggaran Kesehatan Berbagai Sumber

di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun Anggaran 2014

NO SUMBER BIAYA ALOKASI ANGGARAN

KESEHATAN Rupiah %

1 2 3 4 ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER :

1 APBD KOTA 44.524.047.826,- 72,35 a. Belanja Langsung 19.743.342.326,- 32,08 b. Belanja Tidak Langsung 24.780.705.500,- 40,27

2 APBD PROVINSI 1.769.600.000,- 2,88

3 APBN : 13.392.512.274,- 21,76 - Dana Dekonsentrasi 120.267.000,- 0,20

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 150

NO SUMBER BIAYA ALOKASI ANGGARAN

KESEHATAN Rupiah %

1 2 3 4 - Dana Alokasi Khusus (DAK) 3.803.987.274,- 6,18 - JKN 8.050.008.000,- 13,08 - TP-BOK 1.418.250.000,- 2,30

4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) 578.434.836,- 0,94 a. GF 549.080.836,- 0,89 b. HCPI 29.354.000,- 0,05

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN 1.277.957.100,- 2,08 DBHCHT 1.277.957.100,- 2,08 TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 61.542.552.036,- 100,0 TOTAL APBD KOTA 1.075.489.320.234,- % APBD KESEHATAN THD APBD KOTA 4,14 ANGGARAN KESEHATAN PER KAPITA 179.903,74

Sumber : Sub. Bag. Keuangan

Tabel 5.9 Anggaran Kesehatan Berbagai Sumber

di Kota Sukabumi Tahun Anggaran 2014

NO SUMBER BIAYA ALOKASI ANGGARAN

KESEHATAN Rupiah %

1 2 3 4 ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER :

1 APBD KOTA 292.246.572.954,- 89,21 c. Belanja Langsung 233.172.881.454,- 71,17 d. Belanja Tidak Langsung 59.073.691.500,- 18,03

2 APBD PROVINSI 16.964.510.720,- 5,18

3 APBN : 14.856.667.274,- 4,53 - Dana Dekonsentrasi 120.267.000,- 0,04 - Dana Alokasi Khusus (DAK) 5.268.142.274,- 1,61 - JKN 8.050.008.000,- 2,46 - TP-BOK 1.418.250.000,- 0,43

4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) 578.434.836,- 0,18 c. GF 549.080.836,- 0,17 d. HCPI 29.354.000,- 0,01

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN 2.960.270.228,- 0,90 DBHCHT 2.960.270.228,- 0,90

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 151

NO SUMBER BIAYA ALOKASI ANGGARAN

KESEHATAN Rupiah %

1 2 3 4 TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 327.606.456.012,- 100,0 TOTAL APBD KOTA 1.075.489.320.234,- % APBD KESEHATAN THD APBD KOTA 27,17 ANGGARAN KESEHATAN PER KAPITA 957.672,80

Sumber : Sub. Bag. Keuangan

Dari data diatas, alokasi anggaran di Dinas Kesehatan menurun

dibandingkan tahun 2013. Meskipun anggaran kesehatan Kota Sukabumi

merupakan yang terbesar di Indonesia yaitu sebesar 27,17% dari total

anggaran kota, namun besaran tersebut didominasi oleh sektor kuratif

(Rumah Sakit). Dan hal ini masih menjadi salah satu kendala dalam

pelaksanaan program/kegiatan prioritas, terutama untuk peningkatan upaya

promotif dan preventif.

Sedangkan Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun Anggaran 2014

diperuntukkan untuk kegiatan rehab puskesmas pembantu yaitu Puskesmas

Pembantu Cisarua dan Kabandungan, rehab Puskesmas Cikundul,

pengadaan obat generik, pengadaan kendaraan Puskesmas Keliling,

pengadaan alat kesehatan bagi Puskesmas Non Perawatan dan Puskesmas

PONED serta pembangunan IPAL.

Untuk Bantuan Gubernur sendiri, tahun 2014 dilaksanakan melalui

kegiatan pemberian beasiswa untuk PNS yaitu Tugas Belajar D-III bagi

perawat dan farmasi sebanyak 3 orang di Politeknik Kesehatan Bandung.

Kegiatan lainnya yaitu pelayanan operasi katarak dan pelayanan kesehatan

bagi masyarakat miskin diluar kuota SK Walikota. Dari total anggaran

Rp. 1.652.300.000,00 terserap Rp. 1.525.349.571,00 atau sebesar 92.32%.

Realisasi angaran untuk kegiatan pemberian beasiswa bagi PNS sebesar 0 %

dari anggaran sebesar Rp. 117,300,000,00. Anggaran operasi katarak yang

ditargetkan 30 orang, tetapi yang dilaksanakan hanya 21 orang dengan

realisasi Rp. 26.180,000,00 (74.8%).

Alokasi anggaran beasiswa bagi PNS tidak terserap dikarenakan

anggaran tersebut baru dianggarkan oleh provinsi pada saat perubahan dan

adanya miskomunikasi antara Pelaksana di Provinsi dengan Pelaksana di

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 152

Dinas Kesehatan. Anggaran tersebut sedang diupayakan untuk diluncurkan

dan dapat direalisasikan pada tahun 2015. Adapun operasi katarak yang

dialokasikan untuk 35 orang masyarakat miskin, setelah dilakukan pendataan

dan pendaftaran hanya 21 orang yang dapat dioperasi.

Untuk anggaran yang bersumber APBN, tidak semua masuk kedalam

keuangan daerah (APBD Kota). Seperti Bantuan Operasional Kesehatan

(BOK) disalurkan melalui mekanisme Tugas Pembantuan (TP). Pada

tahun 2014 sendiri, anggaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

berjumlah sebesar Rp. 1.418.250.000,00 dengan realisasi 100%.

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) lebih diarahkan kepada program

dan kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan ibu, anak dan

gizi, selain untuk kegiatan penunjang seperti program HIV/AIDS, malaria dan

penyakit menular lainnya juga program untuk meningkatkan akses

masyarakat terhadap sumber air minum dan sanitasi dasar yang layak.

Secara keseluruhan, kegiatan-kegiatan ini diutamakan dalam rangka

mendukung pencapaian MDG’s pada tahun 2015.

Berdasarkan paparan diatas, perkembangan dan hambatan situasi sumber

daya kesehatan dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Ketenagaan

Tenaga kesehatan merupakan bagian terpenting didalam peningkatan

pelayanan kesehatan di Kota Sukabumi. Peningkatan kualitas harus menjadi

prioritas utama mengingat tenaga kesehatan saat ini belum sepenuhnya

berpendidikan D-III serta S-1, sedangkan yang berpendidikan SMU serta

sederajat minim terhadap pelatihan teknis. Hal ini juga berkaitan dengan

globalisasi dunia dan persaingan terhadap kualitas ketenagaan harus

menjadi pemicu.

2. Sarana kesehatan dasar

Komponen lain didalam sumber daya kesehatan yang paling penting adalah

ketersediaan sarana kesehatan yang cukup secara jumlah/ kuantitas dan

kualitas bangunan yang menggambarkan unit sarana pelayanan kesehatan

yang bermutu baik bangunan utama, pendukung dan sanitasi kesehatan

lingkungan. Pembangunan sarana kesehatan harus dilengkapi dengan

peralatan medis, peralatan non medis, peralatan laboratorium beserta

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 153

reagensia, alat pengolah data kesehatan, peralatan komunikasi, kendaraan

roda empat dan kendaraan roda dua.

3. Pembiayaan kesehatan

Pembiayaan terhadap pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor utama

didalam peningkatan pelayanan kesehatan, baik untuk belanja modal

maupun belanja barang. Didalam upaya peningkatan pembiayaan terhadap

sektor kesehatan dianggarkan melalui dana APBN, APBD Provinsi dan Kota,

serta sumber lainnya.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 154

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil-hasil tersebut diatas, dapat dilihat bahwa masih ada

pelaksanaan program yang belum mencapai hasil yang optimal. Hal tersebut

menunjukkan masih perlunya perhatian dan penanganan yang lebih serius

karena pembangunan kesehatan tetap merupakan kebutuhan masyarakat

yang perlu ditingkatkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan

pembangunan nasional.

Dalam rangka meningkatkan capaian program bidang kesehatan perlu

diupayakan kegiatan yang menyeluruh, komprehensif dan terkoordinasi, baik

lintas program maupun lintas sektor terkait. Begitupun dengan pemberdayaan

masyarakat, mutlak diperlukan dalam rangka pencapaian program yang erat

kaitannya dengan partisipasi atau peran aktif masyarakat sehingga

diharapkan dapat lebih memicu pengetahuan dan sikap serta perilaku

masyarakat terutama dalam upaya promotif dan preventif.

Secara umum berbagai upaya telah dilaksanakan dalam pembangunan

kesehatan antara lain upaya peningkatan dan perbaikan terhadap derajat

kesehatan masyarakat, upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan

sumber daya kesehatan. Beberapa program yang dilaksanakan oleh Dinas

Kesehatan Kota Sukabumi selama tahun 2014 telah menunjukkan adanya

peningkatan infrastruktur berupa pembangunan sarana kesehatan ataupun

rehabilitasi sarana prasarana kesehatan dan program kesehatan yang

bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Sukabumi.

Kaitannya dengan capaian target program-program kesehatan terutama

yang berkaitan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) banyak hal yang

mempengaruhi, salah satu diantaranya adalah sistem pencatatan dan

pelaporan yang belum optimal sehingga hasil yang tercatat dan dilaporkan ke

Dinas Kesehatan sebagai koordinator pelaksana pembangunan bidang

kesehatan belum optimal.

Hasil yang telah dicapai juga tak lepas dari sumber daya manusia, baik

sebagai pemberi pelayanan kesehatan bagi masyarakat secara langsung di

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 155

tingkat puskesmas maupun pemegang program yang ada di Dinas

Kesehatan.

Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan bagi

masyarakat di Kota Sukabumi, tentunya diperlukan penataan manajemen

yang diterapkan untuk menjalankan pelayanan kesehatan. Manajemen

program kesehatan merupakan suatu siklus yang tidak terputus yang terdiri

dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan

pertanggungjawaban.

Pencapaian program yang telah baik, diharapkan agar dapat terus

dipertahankan dan ditingkatkan. Capaian program yang masih membutuhkan

perhatian diharapkan dapat lebih ditingkatkan ditahun-tahun mendatang

sehingga kualitas capaian program dapat lebih baik lagi.

B. Saran

1. Penataan dan peningkatan koordinasi dari lintas program baik pemerintah

maupun pihak swasta serta lintas sektor baik dalam pelaksanaan program-

program kesehatan maupun dalam pencatatan dan pelaporan perlu

diupayakan seoptimal mungkin, sehingga hasil yang diharapkan dapat

tercapai.

2. Diperlukan komitmen pemegang program dalam mengelola dan

menghasilkan data dari semua lini kesehatan seperti Puskesmas beserta

jajarannya termasuk Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya. Hal ini

diperlukan dalam upaya penyajian data yang valid, akurat, terpercaya dan

dapat dipertanggungjawabkan.

3. Perlu diupayakan peningkatan kemampuan dan keterampilan pengelola

data dan pemegang program dalam mendeskripsikan, menganalisis dan

memvisualisasikan data menjadi informasi sebagai hasil analisis dan

interpretasi data dalam menentukan tindakan pemecahan masalah

kesehatan sebagai bahan rekomendasi kepada penentu kebijakan untuk

mendapat tindak lanjut.

4. Perlu adanya penjadwalan kegiatan penyusunan profil kesehatan yang

ditepati dengan penuh kedisiplinan oleh semua pengelola data profil di

seluruh jenjang administrasi agar tidak selalu terjadi keterlambatan dalam

penerbitannya.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 156

5. Perlu dibuat suatu software data base untuk keperluan penyusunan profil

kesehatan.

6. Penyusunan buku profil kesehatan Kota Sukabumi tahun 2014 ini telah

diupayakan untuk lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, baik dari segi

kualitas data maupun analisisnya. Namun disadari pula dalam penyusunan

buku Profil kesehatan ini masih ditemui banyak hambatan terutama

dikarenakan pada tahun ini banyak tabel-tabel disusun dengan format yang

baru, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu untuk

penyusunan profil kesehatan ditahun-tahun mendatang diharapkan format

tidak selalu berubah tetapi tetap mengakomodir kebutuhan data dan

informasi.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 157

DAFTAR PUSTAKA

Bidang Kesga, 2015. Laporan Tahunan Seksi Kesehatan Khusus Tahun 2014, Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.

Bidang Kesga, 2015. Laporan Tahunan Seksi Kesehatan Komunitas Tahun 2014, Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.

Bidang Kesga, 2015. Laporan Tahunan Seksi KIA & Gizi Tahun 2014, Sukabumi : Dinas kesehatan Kota Sukabumi

Bidang P2PL, 2015. Laporan Tahunan Bidang P2PL Tahun 2014, Sukabumi : Dinas kesehatan Kota Sukabumi

Bidang SDK & PK, 2015. Laporan Tahunan Seksi Bina Sarana Kesehatan Tahun 2014, Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.

Bidang SDK & PK, 2015. Laporan Tahunan Seksi Perbekalan Kesehatan Tahun 2014, Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Baros 2014, Sukabumi : Puskesmas Baros

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Benteng 2014, Sukabumi : Puskesmas Benteng

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Cibeureum Hilir 2014, Sukabumi : Puskesmas Cibeureum Hilir

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Cikundul 2014, Sukabumi : Puskesmas Cikundul

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Cipelang 2014, Sukabumi : Puskesmas Cipelang

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Gedongpanjang 2014, Sukabumi : Puskesmas Gedongpanjang

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Karang Tengah 2014, Sukabumi : Puskesmas Karang Tengah

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Lembursitu 2014, Sukabumi : Puskesmas Lembursitu

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Limusnunggal 2014, Sukabumi : Puskesmas Limusnunggal

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Nanggeleng 2014, Sukabumi : Puskesmas Nanggeleng

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Pabuaran 2014, Sukabumi : Puskesmas Pabuaran

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Selabatu 2014, Sukabumi : Puskesmas Selabatu

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Sukabumi 2014, Sukabumi : Puskesmas Sukabumi

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Sukakarya 2014, Sukabumi : Puskesmas Sukakarya

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Tipar 2014, Sukabumi : Puskesmas Tipar

Bappeda, 2014, Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Sukabumi Tahun 2015, Sukabumi: Bappeda

Dinas Kesehatan, 2014, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013, Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

Sub. Bag. Perencanaan Program, 2014, Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2013, Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

Dinas Kesehatan, 2013, Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2013-2018, Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

Sub. Bag. Perencanaan Program, 2013, Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012, Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

Pusat Data dan Informasi, 2011, Petujuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten / Kota, Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

Sugiyono, 2011, Statistik Untuk Penelitian, Alfabeta : Bandung

Depkes, 2010, Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya, Jakarta : Salemba Medika

Muslihatun, Wafi Nur 2010, Asuhan Neonatus Bayi dan Balita, Yogyakarta : Fitramaya

Benson, 2008, Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, Edisi 9 Jakarta : EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2008, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Jakarta : Salemba Medika