Upload
bobx-krocoo
View
13
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LAPORAN
Citation preview
KATA PENGANAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa Allah SWT,
karena berkat rahmat dan hidayahnya kegiatan dan penyusunan laporan praktek
pengujian tanah (lapangan) dapat terlaksana dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing Bapak Pramudya Kurniawan.ST beserta teknisi dan kepada rekan-
rekan kerja kelompok II kelas TP3 IV A yang senantiasa bekerja sama dengan
baik pada kegiatan praktek pengujian tanah (lapangan).
Saya menyadari sepenuhnya, bahwa masih terdapat banyak kekurangan
baik selama kegiatan praktek maupun dalam penulisan laporan ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan agar kedepan
dapat lebih baik lagi.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermnfaat
bagi kita semua.
Pontianak, 16 Mei 2013
Penyusun
Surya Maheswara Herlandi
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan lapisan yang lunak juga mempunyai butiran yang lepas,
sedangkan batuan merupakan lapisan yang keras dan melekat kuat. Karena itu
tanah dianggap terdiri dari sebuah jaringan butiran yang padat dan mempunyai
rongga atau pori. Rongga atau pori dapat terisi olej air udara bahkan terisi oleh
keduanya sekaligus.
Suatu bentuk (phase) adalah suatu bagian dari sisi tanah secara fisik dan
kimiawi berbeda dengan bagian-bagian yang lain. Tanah merupakan bagian yang
mempunyai phase seperti :
Padat (biasanya butiran-butiran mineral)
Cair (biasanya air)
Gas (biasanya udara)
Ilmu tentang tanah sejauh ini sudah semakin berkembang dan ilmu tanah
merupakan sebuah ilmu pasti yang dapat menentukan keadaan tanah secara
keseluruhan dengan sekali pengujian, tetapi karena tanah tidak sama, maka
pengujian harus dilakukan beberapa kali jika lokasi tanah tersebut akan digunakan
sebagai konstruksi.
Dengan adanya percobaan-percobaan, kita dapat menentukan parameter
yang akan berpengaruh terhadap tanah, baik terhadap sifat fisik maupun
mekanisnya.
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai
material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral yang yang tidak
tersedimentasi (terikat secara kimia) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 2
ruangan-ruangan kosong diantara partikel-partikelpadat tersebut. Tanah berguna
sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil, disamping
itu tanah berfungsi juga sebagai pengdukung pondasi dari bangunan.
Dalam ilmu rekayasa sipil, bangunan dikelompokan menjadi dua bagian,
yaitu:
A. Upper structure (bagian atas tanah)
Yaitu seluruh bagian struktur dari bangunan yang diatas
permukaan tanah, yang terdiri dari sruktur beton bertulang, beton
pratekan, baja atau bahan lain. Pada bagian ini yang diperlukan
adalah perhitungan-perhitungan kekuatan, kestabilan serta
keamanan dari struktur tersebut. Baik akibat berat sendiri, angin,
dan gempa beserta perilaku bahan yang digunakan.
B. Sub Structure (bagian bawah tanah)
Yaitu bagian bangunan yang ada dibawah tanah, yakni
pondasi tempat seluruh bangunan bertumpu. Untuk mendapatkan
pondasi yang baik, harus memenuhi dua kriteria yaitu daya dukung
yang cukup dan penurunan yang tidak membahayakan bangunan.
Dengan demikian dibutuhkan penguasaan terhadap gaya-gaya yang
bekerja pada pondasi dan penguasaan sifat-sifat tanah dimana
pondasi itu bertumpu.
Untuk mendapatkan desain pondasi yang baik dan memenuhi kriteria perlu
dicari parameter tanah yang baik sifat fisiknya maupun sifat mekanisnya. Dengan
demikian perlu dipelajari mekanika tanah dan uji tanah. Uji tanah langsung
dilapangan maupun dilabolatorium merupakan upaya simulasi untuk mendapatkan
parameter yang mendekati sebenarnya.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 3
Yang termasuk dalam parameter sifat fisik tanah adalah:
Berat jenis
Porositas
Ukuran butir tanah
Berat isi
Derajat kejenuhan
Kepadatan tanah
Kadar air
Nilai atterberg
Permeabilitas
Sedangkan parameter sifat mekanis tanah adalah:
Nilai kohesi
Nilai sudut geser tanah
Kuat tekan tanah
Daya dukung tanah
Semua bangunan sipil terdiri atau dibangun di atas tanah dan karenanya
kestabilan dan keamanan bangunan tergantung pada kestabilan pondasinya.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat kita rasakan bahwa langkah pertama adalah
merencanakan pondasi yang baik dan memenuhi syarat. Untuk memenuhi hal
tersebut di atas maka diperlukan pengetahuan dasar tentang mekanika tanah.
Pengetahuan tentang mekanika tanah meliputi pembagian jenis dan sifat-
sifat bahan-bahan bawah permukaan. Perencanaan pondasi yang teliti dapat
mengurangi kebutuhan perencanaan yang berlebihan dan persoalan perencanaan
yang tidak mencukupi persyaratan.
Didalam Ilmu Teknik sipil, pada aplikasi dan penerapannya banyak
berhubungan dengan bermacam-macm tanah, sebagai bahan pendukung struktur
bangunan maupun struktur jalan. Sebagai orang yang bergerak di bidang teknik
sipil kita harus dapat meneliti kekuatan tanah agar dapat mengetahui jenis
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 4
konstruksi sesuai dengan yang direncanakan Guna mencapai sasaran diatas,
diperlukan pengujian tanah baik dilapangan maupun di laboratorium untuk
mengetahui sifat-sifat, kekuatan,maupun daya dukung tanah tersebut.
Sebagai kesimpulan dapat dilihat bahwa penelitian tanah yang lengkap
akan memberikan keterangan yang cukup bagi perencana dalam merencanakan
bangunan yang bersangkutan dan memungkinkan pemilihan bentuk pondasi yang
terbaik, memenuhi syarat dan ekonomis.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 5
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini, yaitu agar
mahasiswa dapat:
a) Dapat melakukan praktikum pengujian tanah dengan prosedur yang baik
dan benar.
b) Dapat mengetahui langkah-langkah kerja dalam pengujian tanah lapangan.
c) Dapat menentukan klasifikasi tanah.
d) Dapat menentukan nilai CBR tanah.
1.3 Materi Praktikum
Adapun materi yang dipraktekkan adalah sebagai berikut:
a) Pemeriksaan kepadatan lapangan (Kerucut Pasir/SAND CONE)
b) Pengujian nilai CBR lapangan dengan system DPC
c) Uji Penetrasi Conus
d) LOG-Bor Dangkal
1.4 Tempat dan Waktu
Praktikum pengujian tanah (lapangan) ini dilaksanakan pada tanggal 29
april 2013 - 1 mei 2013, pada pukul 07.00 - 13.50 WIB di areal Laboratorium
Politeknik Negeri Pontianak.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 6
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Pengertian Tanah
Definisi tanah yang dipergunakan oleh seorang insinyur teknik sipil
bersifat kesepakatan dan berbeda degan definisi yang digunakan oleh seorang ahli
geologi, maupun ahli ilmu tanah. Seorang insinyur teknik sipil menganggap tanah
termasuk semua bahan organik dan anorganik, yang ada di atas lapisan batuan
tetap (Dunn dkk., 1980).
Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan
yang relative lepas (loose), yang terletak di batuan dasar (bedrock). Ikatan antara
butiran yang relative lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organic, atau
oksida yang mengendap diantara partikel-partikel. Ruang diantara partikel-
partikel dapat berisi air, udara ataupun keduanya.
Tanah adalah kumpulan butiran mineral alami yang bias dipisahkan oleh
suatu cara mekanik bila agregat termaksud diaduk didalam air. Sedangkan batuan
merupakan agregat mineral yang satu sama lainnya di ikat oleh gaya-gaya kohesif
yang permanen dan kuat.
2.2. Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah digunakan untuk mengelompokan tanah-tanah
sesuai dengan perilaku umum dari tanah pada kondisi fisis tertentu. Berikut ini
adalah system klasifikasi tanah yang sering digunakan didalam bidang teknik
sipil.
1. Sistem klasifikasi tanah Unified.
Sistem klasifikasi tanah yang paling terkenal dikalangan ahli teknik
sipil, adalah klasifikasi tanah sistem unified. Sistem unified membagi
tanah dalam 3 kelompok utama, yaitu :
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 7
a. Tanah berbutir kasar.
Tanah berbutir kasar adalah tanah yang lebih dari 50%
bahannya tertahan pada ayakan no. 200 (0,075 mm). Tanah
berbutir kasar dibagi atas kerikil (G) dan pasir (S).
b. Tanah berbutir halus.
Tanah berbutir halus adalah tanah yang lebih 50% bahannya
lewat ayakan no. 200 (0,075 mm). Tanah butir halus dibagi atas
Lanau (M), Lempung (C), serta lanau dan lempung organik (O).
c. Tanah sangat organis.
Tanah sangat organis (gambut) dapat diidentifikasi secara
visual.
2. Sistem klasifikasi tanah AASHTO.
Sistem ini mengklasifikasi tanah kedalam 8 kelompok, A-1 sampai A-8,
dan pada awalnya membutuhkan data – data sebagai berikut :
a. Analisis ukuran butiran.
b. Batas cair dan Batas Plastis
c. Batas susut
d. Ekivalen kelembapan lapangan, kadar lembap maksimum dimana
satu tetes air yang dijatuhkan pada suatu permukaan yang kecil
tidak segera diserap oleh permukaan tanah itu.
e. Ekivalen kelembapan sentrifungal, yaitu percobaan untuk
mengukur kapasitas tanah dalam menahan air.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 8
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1. Job 1 Pengambilan sample tanah dengan bor tangan (Hand
Bor)
A. Tujuan
Setelah mengikuti materi ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Dapat melakukan dan mengetahui prosedur yang benar dalam
pengujian dan pengambilan sampel tanah dengan menggunakan alat bor
tangan / hand bor.
2. Dapat melakukan penamaan / pendeskripsian tanah secara visual
B. Dasar Teori
Metoda pemboran tangan (hand auger boring) termasuk metoda
pengamatan yang banyak digunakan untuk eksplorasi geoteknik dangkal
dari jenis tanah lunak dan kenyal. Dengan pemboran tangan dapat dilakukan
pengambilan sampel tanah terganggu (disturbed sample = DS) maupun
sampel tanah tak terganggu (undisturbed sample = UDS). Selain itu dengan
pemboran tangan dapat diketahui kedalaman muka air tanah (M.A.T) yang
diperlukan dalam perencanaan pondasi, serta dapat membantu dalam
penentuan jenis tanah/lapisan.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 9
C. Peralatan dan Bahan
Mata bor (tipe Iwan Auger, spiral atau helical)
Stang bor (rod), umumnya terdiri dari 10 batang yang masing-masing
panjangnya 1 meter
Kunci T pemutar bor
Stang pemutar
Kepala (head) pengambil contoh atau stick apparatus
Kunci-kunci untuk menyambung dan melepaskan sambungan stang
Hammer / palu untuk mengambil sampel
Tabung sampel
Parafin atau lilin
Meteran
Kain pembersih, kantong plastik dan lain-lain
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 10
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 11
Keterangan :
1. Stang Engkol Pemutar 5. Palu / Hammer
2. Kunci T - Pemutar 6. Kepala (Head) tumpuan palu
3. Stang Bor 7. Stick Apparatus
4. Mata Bor 8. Tabung Contoh / Sampel
D. Langkah Kerja
1. Bersihkan lokasi di sekitar lubang yang akan dibor.
2. Pasang mata bor pada stang bor lalu pasang pemutarnya.
3. Tekan mata bor ke dalam tanah sambil diputar. Setelah tanah mengisi
mata bor sampai penuh (kurang lebih 20 cm) lakukan pengangkatan
secara perlahan dan hati-hati.
4. Keluarkan contoh tanah dari mata bor, lakukan pengamatan dan buat
deskripsi secara visual (jenis, warna dan keadaannya), catat pula
nomot titik bor, kedalaman dan tanggal pengeboran.
5. Masukkan contoh tanah ke dalam kantong plastik. Ini adalah sampel
tanah terganggu (DS : Disturbed Sample) hanya digunakan untuk
keperluan klasifikasi dan deskripsi tanah.
6. Ulangi percobaan 3 dan 4 sampai pada kedalaman yang diinginkan
untuk mendapatkan sampel tanah asli/tak terganggu (UDS :
Undisturbed Sample).
7. Ganti mata bor dengan stick apparatus.
8. Pasang tabung sampel untuk mengambil sampel tanah dan masukkan
ke dalam lubang bor yang telah terbentuk.
9. Tekan stang bor sedalam panjang tabung. Jika tanah lunak, tekan
secara perlahan-lahan, kemudian diputar satu kali untuk
melepaskan/memotong sampel tanah pada dasar tabung. Sedangkan
bila tanah cukup keras sehingga tabung tidak dapat
ditekan, gunakan palu/hammer untuk memukulnya secara perlahan-
lahan dengan terlebih dahulu memasang kop penahan.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 12
10. Setelah didapatkan sampel tanah asli dalam tabung, lepaskan stick
apparatus lalu bersihkan dinding luar tabung. Potong kedua bagian
ujung tanah pada tabung setebal 1 cm kemudian segera tutup dengan
parafin.
11. Tuliskan label yang berisi nomor titik bor, kedalaman, bagian atas/
bagian bawah, tanggal pengambilan sampel di bagian luar tabung.
12. Sampel tanah asli ini sebaiknya dimasukkan ke dalam peti pelindung
terutama jika tempat pemeriksaan/laboratorium cukup jauh dari lokasi
pengujian.
E. Keselamatan Kerja
Lindungi sampel tanah pada waktu pengangkutan atau dari pengaruh
yang dapat merusak atau mengubah sampel tanah tersebut.
Tutup kembali lubang bor bila tidak diperlukan
F. Perawatan
Bersihkan mata bor dan stang bor setiap kali selesai digunakan.
Bersihkan tabung sampel setiap kali selesai digunakan.
Sebelum digunakan, tabung sampel harus dalam keadaan bersih dan
bagian dalamnya diberi pelumas sehingga tanah dapat masuk dan keluar
dengan mudah.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 13
3.2. Job 2 Pengujian daya dukung lapisan tanah dengan alat
Dutch Cone Penetrometer (sondir)
A. Tujuan
Setelah mengikuti materi ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Dapat mengetahui daya dukung lapisan tanah dari nilai perlawanan
ujung konus dan hambatan didekatnya atau sekitarnya.
2. Dapat melakukan dan mengetahui prosedur dalam pengujian alat
sondir.
B. Dasar Teori
pengujian penetrometer konus menerus semi statis seringkali disebut
dengan istilah “Dutch Cone Test” atau “Cone Penetration Test” atau
disingkat dengan CPT. Sedangkan di Indonesia dikenal dengan nama
“Penyondiran”. Metoda ini banyak digunakan di Eropa dan telah diterima
baik di Amerika Serikat. Dengan metoda ini dimungkinkan eksplorasi yang
cepat dan ekonomis pada tanah yang cukup dalam (dari lunak sampai
sedang) dan untuk menentukan daya dukung lapisan tanah secara rinci.
Penggunaan alat sondir untuk semua perlawanan penetrasi menerus
termasuk hambatan lekat dan tahanan konus di darat atau di air, kecuali
tanah yang sangat keras. Pengujian penetrometer konus pada pendugaan
daya dukung tanah, berupa perlawanan konus (cone resistance) pada saat
penetrometer (alat ukur penetrasi) ditekan, dan gesekan sisi (side friction)
yang ditimbulkan akibat adhesi antara bidang atau permukaan mantel konus
dengan tanah.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 14
C. Peralatan
Alat Sondir kapasitas 2,5 ton, 5,0 ton atau 10,0 ton
Batang sondir terdiri dari batang luar dan batang dalam dengan panjang
masing-masing 1 meter.
Konus (mantle cone) / Bikonus (friction cone)
Manometer dengan kapasitas 0 - 60 kg/cm2 dan 0 - 250 kg/cm2
Angker spiral + kunci sayap
Perlengkapan lain seperti : Kunci-kunci pipa, minyak hidrolik (castor oil),
oli, kain pemebersih, sikat kawat, water pass, kunci penarik dan penekan,
kunci plunyer (piston), dan lain-lain.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 15
Keterangan:
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 16
1. Gigi Penekan 14. Kunci Tiang 2. Gigi Cepat 15. Kaki Sondir 3. Gigi Lambat 16. Jangkar Spiral 4. Tiang Pelurus 17. Stang Dalam 5. Rantai 18. Konus 6. Setelan Rantai 19. Lubang Pengisian Oli 7. Engkol Pemutar 20. Piston 8. Ruang Oli 21. Oli Seal 9. Kunci Tiang 22. Ring Penahan Seal 10. Treker 23. Mur Penjepit Seal 11. Manometer 24. Kunci Piston 12. Kaki Ruang Oli 25. Kop Penarik 13. Stang Sondir 26. Bikonus
D. Langkah Kerja
1. Bersihkan lokasi pengujian lalu pasanglah dua atau empat jangkar spiral
(angkur) sesuai dengan kondisi tanah dengan jarak tertentu agar cocok
dengan kaki sondir.
2. Jepitlah rangka sondir pada jangkar tersebut, lalu atur posisi sondir agar
tegak lurus dengan cara mengendurkan kunci tiang samping lalu
gunakan waterpass untuk mengontrolnya.
3. Buka baut penutup lubang pengisian oli dan buka kedua keran
manometer, lalu pasang kunci piston pada ujung piston.
4. Tekan berkali-kali kunci piston ke atas sampai oli keluar semua.
5. Setelah oli yang lama habis, isilah oli (castor oil) dari lubang pengisian
sampai penuh, gerakkan kunci piston naik turun secara perlahan untuk
menghilangkan gelembung udara. Setelah tidak ada gelembung udara
tutup kembali lubang pengisian tadi.
6. Tutup salah satu keran manometer, tekan kunci piston pada alas rangka,
perhatikan kenaikan jarum manometer hentikan penekanan dan tahan
(kunci) stang pemutar apabila jarum akan mencapai 25% ke maksimal
manometer. Bila terjadi penurunan pada jarum manometer berarti ada
kebocoran antara lain pada sambungan, buat penutup oli atau pada seal
piston. Lakukan hal yang sama untuk manometer lainnya.
7. Pasang friction cone/mantle cone pada draad batang sondir berikut
batang dalamnya.
8. Dorong treker pada posisi lubang terpotong lalu putarlah engkol
pemutar sampai menyentuh ujung atas batang dalam sondir. Percobaan
dan pembacaan sudah siap dilakukan.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 17
9. Beri tanda pada tiang sondir tiap 20 cm dengan mengunakan spidol atau
kapur untuk mengetahui saat dilakukan pembacaan manometer.
10. Engkol pemutar kembali diputar sehingga friction cone atau mantle
cone masuk ke dalam tanah. Setelah mencapai batas 20 cm (lihat tanda
spidol/kapur), engkol pemutar sedikit ke arah berlawanan. Treker
ditarik ke depan dalam posisi lubang bulat.
11. Buka keran manometer.
12. Engkol pemutar diputar kembali sehingga batang dalam tertekan ke
dalam tanah dengan kecepatan kurang lebih 2 cm/detik. Batang dalam
akan menekan piston lalu akan menekan oli di dalamnya, tekanan yang
terjadi akan terbaca di manometer. Mantle cone atau konus hanya akan
mengukur tahanan ujung konus (PK ; Perlawanan Konus) sedangkan
friction cone atau bikonus akan mengukur tahanan ujung konus dan
gesekan selimut konus terhadap tanah.
13. Tekan batang sondir, catat angka penunjukkan pertama pada
manometer sebagai nilai perlawanan ujung konus. Teruskan sampai
jarum manometer bergerak untuk yang kedua kalinya. Catat pembacaan
kedua ini sebagai jumlah perlawanan (JP ; Jumlah Perlawanan) yaitu
Perlawanan Konus dan Hambatan Lekat.
14. Lakukan penekanan dengan hati-hati dan amati selalu jarum
manometer. Bila diperkirakan tekanan akan melebihi kapasitas
manometer, tutup keran manometer dan buka kran manometer yang
berkapasitas besar. Batang sondir jangan menyentuh piston karena
dapat menyebabkan kelebihan tekanan secara drastis dan akan merusak
manometer.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 18
15. Putar kembali engkol pemutar berlawanan arah lalu pindahkan kembali
posisi treker ke posisi lubang terpotong. Lakukan penekanan kembali
pada jarak 20 cm berikutnya.
16. Setelah mencapai kedalaman 1 meter, batang sondir perlu ditambah.
Caranya terlebih dahulu naikkan piston penekan supaya batang sondir
dapat disambung. Gunakan kunci pipa untuk mengencangkannya.
17. Setelah mencapai kedalaman tanah keras, tahanan ujung konus telah
menunjukkan angka yang lebih besar dari 150 kg/cm2 tiga kali
berturut-turut (untuk sondir kapasitas 2,5 ton) atau lebih besar dari 500
kg/cm2 (untuk sondir kapasitas 10 ton) penyelidikan boleh dihentikan.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 19
E. Keselamatan Kerja
Pasang Konus atau Bikonus dengan baik benar.
Pasang kunci pipa dengan benar pada batang sondir yang akan dicabut
saat membuka kop penarik.
F. Perawatan
Batang sondir yang telah dipakai harus segera dibersihkan dari
kotoran/tanah yang melekat. Setelah dibersihkan, lumurjan oli
secukupnya agar tidak berkarat.
Konus atau bikonus yang telah dipakai harus segera dibersihkan.
Setelah dibersihkan coba digerak-gerakkan untuk memastikan tidak
terjadi kemacetan. Apabila terjadi kemacetan, buka rangkaian alat
tersebut dan rendam dalam minyak tanah lalu disikat dengan hati-hati.
Lumuri oli yang masih baru, kemudian dirangkai kembali dan simpan
di suatu tempat tertutup.
Tambahkan grease/stempet pada gigi penggerak alat sondir bagian atas
bila kondisinya sudah mengering.
Jika terjadi kebocoran oli yang diakibatkan seal oli yang sudah robek,
segera ganti dengan seal yang baru.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 20
3.3. JOB 3 Pengujian kepadatan lapangan dengan metode
kerucut pasir (Sandcone)
A. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Dapat mengetahui tingkat kepadatan tanah dilapangan dengan
mengetahui nilai berat isi.
2. Dapat melakukan dan mengetahui prosedur dengan metode kerucut
pasir (sandcone)
B. Dasar Teori
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai kepadatan tanah di
lapangan dari lapisan yang telah dipadatkan dengan mengetahui berat
volume kering secara langsung dari lapisan tanah yang diuji. Sementara
nilai derajat kepadatan lapangan adalah dengan membuat perbandingan
berat volume kering di lapangan terhadap berat volume kering maksimum
asil pengujian pemadatan di laboratorium.
C. Peralatan dan Bahan
1. Botol pasir kapasitas + 4,5 kg
2. Corong pasir dengan diameter 16,5 cm
3. Plat dasar untuk corong pasir dengan ukuran 30,48 x 30,48 cm dengan
lubang ditengah berdiameter 16,5 cm
4. Timbangan kapasitas 10 kg ketelitian 1,0 gram
5. Timbangan kapasitas 500 gram ketelitian 0,1 gram
6. Mistar perata (Straight Edge)
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 21
7. Alat bantu lain seperti ; centong, talam/kaleng, paku, cawan buat
pemeriksaan kadar air, kantong plastik, pahat, dan lain-lain.
8. Pasir ottawa/kwarsa yang bersih dan kering lolos saringan no.10 (2mm)
dan tertahan saringan no. 200 (0,075 mm).
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 22
Keterangan :
1. Botol Pasir 6. Plat Berlubang
2. Pasir Ottawa / Kwarsa 7. Pahat
3. Keran Corong 8. Sendok
4. Kaleng / Talam Kosong 9. Palu Karet
5. Corong Sand Cone 10. Cawan
D. Langkah Kerja
Pemeriksaan Berat Isi Pasir ( p)
1. Timbang berat botol + corong (W1)
2. Isi botol dengan pasir secara perlahan-lahan sampai penuh (W3)
3. Kosongkan botol, kemudian isi dengan air sampai penuh (W2)
4. Volume botol (V) adalah (Berat botol + corong + air) dikurangi
dengan (berat botol + corong) ;
V=W 2−W 1
5. Berat Isi pasir adalah (Berat botol + corong + pasir) dikurangi (Berat
Botol + corong), kemudian dibagi dengan Volume botol ;
γ=W 3−W 1V
Pemeriksaan Berat Pasir dalam Corong
1. Masukkan pasir ke dalam botol dan corong sampai kurang lebih 2/3
tinggi botol dan kunci keran corong, Timbang berat botol + corong +
pasir (W4)
2. Balikkan posisi botol sehingga corong berada di bawah, dan
letakkan di atas sebuah plat yang rata, kemudian buka keran corong
hingga pasir turun mengisi corong.
3. Setelah pasir berhenti turun, kunci kembali keran corong, kemudian
timbang berat botol + corong + sisa pasir (W5)
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 23
4. Berat pasir dalam corong (W6) adalah (berat botol + corong + pasir)
dikurangi dengan (berat botol + corong + sisa pasir) ;
W 6=W 4−W 5
Pemeriksaan Berat Isi Kering Tanah
1. Timbang berat talam kosong (W7)
2. Isi botol dan corong dengan pasir secukupnya (kurang lebih ¾ tinggi
botol) dan timbang beratnya (W10)
3. Ratakan permukaan tanah yang akan diuji, letakkan plat berlubang
dan jepit atau paku keempat ujung plat supaya plat tidak bergeser.
4. Buat lubang pada tanah dengan ukuran diameter lubang sama
dengan diameter lubang pada plat, dan dalam + 10 cm (tidak
melebihi satu hamparan padat).
5. Masukkan seluruh tanah hasil galian ke dalam talam, kemudian
timbang beratnya (W8)
6. Hitung Berat Tanah Basah (W9) yaitu (berat talam + tanah)
dikurangi (berat talam kosong) ;
W 9=W 8−W 7
7. Balikkan posisi botol dan corong yang berisi pasir di atas plat
berlubang, kemudian buka keran corong sehingga pasir mengalir
turun mengisi lubang dan corong, biarkan sampai pasir berhenti
mengalir.
8. Kunci keran setelah pasir berhenti mengalir, kemudian timbang berat
botol + corong + sisa pasir (W11)
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 24
9. Hitung Berat Pasir dalam Lubang (W12) yaitu (berat botol + corong
+ pasir) dikurangi (berat botol + corong + sisa pasir) dikurangi (berat
pasir dalam corong) ;
W 12=W 10−W 11−W 6
10. Hitung volume pasir dalam lubang yaitu (berat pasir dalam lubang)
dibagi dengan (berat isi pasir)
11. Hitung Berat Isi Tanah Basah (γb) yaitu (berat tanah basah) dibagi
dengan (volume pasir dalam lubang)
12. Periksa kadar air tanah (w %)
13. Hitung Berat Isi Tanah Kering Tanah (γd)
γd= γb1+W
14. Hitung Derajat Kepadatan (D)
D= γd Lapγd Lab
x100 %
E. Keselamatan Kerja
Hindarkan getaran ketika mengadakan pengujian ini, terutama
ketika pasir mengalir memenuhi lubang dan corong.
Menggunakan pakaian praktek saat bekerja.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 25
F. Perawatan
1. Lumasi keran corong secara berkala dengan minyak untuk mencegah
karat dan macet saat pengoperasian.
2. Jemur pasir bila sudah lembab, dan bersihkan dari unsur-unsur lain
seperti tanah, kerikil dll.
3. Bersihkan semua peralatan dari kotoran setelah selesai praktek agar alat
awet dan tahan lama.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 26
3.4. Job 4 Pengujian nilai daya dukung tanah (CBR) dengan alat
Dynamic Cone Penetrometer (DPC)
A. Tujuan
Setelah mengikuti materi ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Dapat mengetahui nilai daya dukung tanah (nilai CBR : California
bearing ratio)
2. Dapat menggunakan dan mengetahui prosedur yang benar dalam
menggunakan alat Dynamic Cone Penetrometer (DPC)
B. Dasar Teori
Pengujian cara dinamis ini dikembangkan oleh TRLL (Transport and
Road Research Laboratory), Crowthorne, Inggris dan mulai diperkenalkan
di Indonesia sejak tahun 1985 / 1986. Pengujian ini dimaksudkan untuk
menentukan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah dasar, timbunan,
dan atau suatu sistem perkerasan. Pengujian ini akan memberikan data
kekuatan tanah sampai kedalaman + 70 cm di bawah permukaan lapisan
tanah yang ada atau permukaan tanah dasar. Pengujian ini dilakukan
dengan mencatat data masuknya konus yang tertentu dimensi dan
sudutnya, ke dalam tanah untuk setiap pukulan dari palu/hammer yang
berat dan tinggi jatuh tertentu pula.
C. Peralatan dan Bahan
Satu set alat DCP
Palu/hammer geser dengan berat 10 kg dan tinggi jatuh 46 cm
Batang baja berdiameter 16 mm primer dan sekunder
Konus bersudut 60 0 atau 300 dengan diameter tengah sebesar 2 cm
Batang baja berskala 1 – 100 cm
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 27
Keterangan :
1. Pemegang
2. Penumbuk
3. Stang penghantar
4. Kepala penumbuk
5. Stang penetrasi
6. Konus
7. Mistar skala penetrasi
8. Mur pengatur skala mistar
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 28
D. Langkah Kerja
1. Pilih titik pengujian yang akan dilakukan pengujian. Biasanya
dilakukan secara zig zag pada arah dan jarak tertentu.
2. Letakkan alat pada posisi titik pengujian secara vertikal tegak lurus
terhadap permukaan tanah. Bila terjadi penyimpangan sedikit saja
akan menyebabkan kesalahan pengukuran yang relatif besar.
3. Atur batang berskala sehingga menunjukkan angka 0 dan catat dalam
centi meter.
4. Naikkan palu geser sampai menyentuh bagian bawah pegangan, lalu
lepaskan sehingga palu jatuh secara bebas menumbuk anvil atau
landasan penumbuk sambil menjaga agar posisi alat tidak menjadi
miring. Tumbukan ini akan menyebabkan konus menembus lapisan
yang akan diuji.
5. Catat jumlah pukulan dan kedalaman penetrasinya ke dalam
formulir/blanko percobaan.
6. Hentikan pengujian jika jumlah pukulan telah mencapai 40 kali atau
kedalaman penetrasi antara 70 s/d 90 cm.
7. Cabut batang dan konus yang telah masuk ke dalam tanah dengan cara
menumbukkan palu geser ke atas hingga menyentuh plat alas
pemegang alat.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 29
E. Keselamatan Kerja
Jaga posisi alat saat melakukan tumbukan agar selalu tetap pada posisi
vertikal tegak lurus terhadap permukaan tanah.
Pastikan posisi tangan tidak berada di dekat anvil/landasan penumbuk.
F. Perawatan
Bersihkan peralatan dari kotoran (terutama pada batang baja dan konus)
setelah selesai digunakan.
Masukkan kembali peralatan ke dalam tempatnya setelah selesai
digunakan agar terhindar dari air dan cuaca yang dapat menyebabkan
karat.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 30
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum pengujian tanah lapangan ini,
penyusun dapat menyimpulkan bahwa dalam prosedur pengambilan
sampel maupun pengeboran untuk mengetahui daya dukung tanah
haruslah dengan serius sesuai dengan arahan dosen pembimbing maupun
teknii lapangan karena dapat berpengaruh pada sampel yang akan di
ambl nantinya. Dalam pencatatan dan pengolaan data pada saat praktek
haruslah dengan teliti karena bila kita salah dalam pencatatan maupun
pengolahan data maka hasil yang akan di dapat tidak akan sesuai dengan
sebenarnya.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan adalah agar setiap kelompok
lebih kompak dalam bekerja dan dilakukan pembagian pekerjaan dan
pergantian posisi agar mahasiswa paham terhadap materi dan praktek yang
diberikan.
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 31
Lampiran
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 32
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 33
| Laporan Praktek Pengujian Tanah (Lapangan) 34