Upload
tranque
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] i
KATA PENGANTAR
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan
hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika
mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi,
politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah
satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program
pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan
Barelang (Batam, Rempang, Galang), Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya
menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi Januari 2019 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim
wilayah Kepulauan Riau pada bulan Desember 2018, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut bulan
Januari 2019. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi,
baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.
Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak
kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin
ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai
isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
ttd
I WAYAN MUSTIKA, S.Si, M.Si
NIP. 19670305 199102 1 005
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] ii
TIM REDAKSI
Pelindung : I Wayan Mustiks, S.Si, M.Si
Penanggung Jawab : Suratman, S.Kom
Editor : Hana Solihah, S.Si
Tim Pengumpulan Data : Heritan, S.E
Aprilia Susilowati, S.Tr
Tim Analisis dan Prakiraan : Nizam Mawardi, S.Tr
Pande Made Rony Kurniawan, SST
Debora Truly Marpaung, SST
Ibnu Susilo, S.Tr
Tim Distribusi : Suryanti Agustina, SP
Adelina M Situmorang, SE
Desain : M. Taufik, S.SI
Teknisi : Kuswito
Alamat Redaksi
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
Jalan Batu Besar, Bandara Hang Nadim Batam
Batu Besar, Batam 29466
Telpon : 0778-761415
Fax : 0778-761401
Website : hangnadim.kepri.bmkg.go.id
Email : [email protected]
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] iii
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................................................................................................. i
Tim Redaksi .................................................................................................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................................................................................... iii
I. RINGKASAN........................................................................................................................................................ 1
II. PENGERTIAN ...................................................................................................................................................... 1
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM DESEMBER 2018 ..................................................................................... 2
IV. PRAKIRAAN CUACA JANUARI 2019 ..................................................................................................... 11
V. PRAKIRAAN PASANG SURUT JANUARI 2019...................................................................................... 16
VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI
JANUARI 2019 .................................................................................................................................................. 19
DAFTAR ISTILAH .................................................................................................................................................... 22
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 1
RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan bulan Desember 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang
Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Desember 2018 adalah sebagai
berikut:
a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kondisi di bawah normal
terhadap rata – ratanya. Sedangkan kondisi angin dilaporkan bertiup variabel dari arah Utara
hingga Timur Laut dari dasarian I hingga dasarian III pada kecepatan rata – rata 3,7 km/jam.
b. Pada bulan Desember nilai SOI berada di atas nilai netralnya selain itu, wilayah Indonesia
terlewati oleh perambatan MJO dengan sifat kuat pada pertengahan hingga akhir bulan sehingga
kedua kondisi ini cukup memberikan pengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah
Indonesia khususnya Kepulauan Riau. Kondisi perairan di Indonesia yang juga masih cukup
hangat turut menambah uap air untuk pembentukan awan-awan. Namun nilai IOD dan ENSO
yang berada pada kondisi netral kurang cukup memberikan pengaruh terhadap penambahan
maupun pengurangan curah hujan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Desember 2018.
II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive
Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Januari 2019 hingga
Desember 2019. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode
Januari 1999 s.d Desember 2018. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan
normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.94275 dan RMSE (error) 11.3824
yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Januari 2018 pada dasarian I, II dan III diprakirakan
berada pada kisaran normalnya.
PENGERTIAN
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan
dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.
2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.
3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1
Desember 1901 s/d 31 Desember 1930, 1 Desember 1931 s/d 31 Desember 1960, 1 Desember
1961 s/d 31 Desember 1990, dan seterusnya.
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
KRITERIA CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 2
ANALISA CUACA DAN IKLIM DESEMBER 2018
A. KERAGAMAN HUJAN
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati
garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua
Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional
(Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai
Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan
matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun
mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman
iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan
kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan.
Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis.
Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar
pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke
tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan
menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.
Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan
equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)
hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-
Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena
fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Desemberan Oscillation) juga
mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan
menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase
aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (April-Juni)
dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase.
Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-
3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia (
100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah (
160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB).
Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit
mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan
memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah
pada satelit.
B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN DESEMBER 2018
1. Monsun
Pada bulan Desember, matahari telah melewati equator dan sudah berada di Bumi Bagian
Selatan dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 3.5° yaitu sekitar 20°LS – 23.5°LS. Hal ini
berdampak ke peningkatan suhu muka laut di sekitar wilayah BBS yang memicu terbentuknya pola-
pola tekanan udara rendah. Pada bulan Desember 2018 tercatat ada 1 (satu) kejadian siklon tropis
di utara wilayah khatulistiwa yaitu Siklon Nock-ten(Nina). Dimana hal ini cukup berpengaruh
terhadap bertambah maupun berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Indonesia pada umumnya
termasuk Kepulauan Riau.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 3
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png
Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Desember 2018
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png
Gambar 2. Peta Anomali Suhu Muka Laut Bulan Desember 2018
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan Desember 2018
berkisar antara 28.00 - 32.00C (Gambar.1) dengan anomali -0.5-+1.50C (Gambar.2). Di wilayah
Kepulauan Riau, anomali suhu muka laut berkisar antara +0.5 hingga +1.50C yang menunjukkan suhu
muka laut masih dalam kondisi yang cukup hangat sehingga memberi banyak pasokan uap air di udara.
Suhu muka laut yang hangat serta anomali suhu muka laut yang positif sangat mendukung proses
pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan.
Pada bulan Desember 2018, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi dari pada BBS
dan sekitar equator karena matahari sudah berada di selatan. Hal ini menyebabkan massa udara
bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju BBS (bertekanan rendah) sehingga membentuk pola
belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi) di sekitar wilayah Kepulauan
Riau. Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan
penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergensi
menyebabkan bertemunya dua atau lebih massa udara sehingga kedua hal ini menimbulkan potensi
pembentukan awan–awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 4
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Desember 2018
Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG
Gambar 4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Desember 2018
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan Desember 2018
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 5
Berdasarkan hasil analisis (Gambar.4), pada daerah Kepulauan Riau angin pada bulan
Desember umumnya bertiup dari arah Barat Laut hingga Timur Laut yang di dominasi dari arah
Barat Laut dengan kecepatan rata-rata 0 hingga 5 knot (Gambar.5).
2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada akhir bulan
Desember 2018, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar +0.71 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern
Oscillation Index) selama bulan Desember sebesar +9.8 (Netral +7 sampai −7). Hal ini mengindikasikan
adanya pengaruh yang masih cukup kuat terhadap penambahan pasokan uap air sebagai pembentuk
hujan di wilayah Indonesia termasuk di Kepulauan Riau.
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 6. Grafik indeks SST Nino3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 7. Grafik indeks ENSO / SOI
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 6
3. MJO (Madden-Desemberan Oscillation)
a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 8. Rata-rata OLR Desember 2018
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa.
Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-awan
konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut. Suatu
wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang
kecil/rendah. Pada bulan Desember 2018, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di
sebagian besar wilayah Pulau Sumatera, Jawa bagian Barat dan Kalimantan bagian barat daya yaitu
berkisar antara 160 – 200 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau, nilai OLR seperti yang
ditunjukkan pada gambar 8 berada pada kisaran 180 - 220 W/m2. Hal ini mengindikasikan bahwa
tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Desember 2018 tidak cukup banyak.
b. Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Gambar 9. Fase MJO
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 7
MJO selama bulan Desember 2018 berada pada fase 4 sampai 1 dengan sifat yang kuat pada
perambatannya. Wilayah Indonesia berada pada fase 8 sampai 5. Pada gambar (9) terlihat bahwa pada
bulan Desember wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan MJO mulai pertengahan hingga akhir
bulan Desember dengan sifat yang kuat. Secara teori, kondisi MJO ini cukup memberikan pengaruh
pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat, termasuk
wilayah Kepulauan Riau.
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada
kisaran normal dengan kondisi netral (-0.4 s.d 0.4). Pada akhir bulan Desember 2018 nilai IOD
berada pada kondisi netral yang bernilai +0.09. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan
Desember 2018, secara umum IOD tidak berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan
awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 10. Grafik IOD
C. ANALISIS HUJAN BULAN DESEMBER 2018
Berdasarkan data curah hujan bulan Desember 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi
Hang Nadim di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah
hujan dan sifat hujan bulan Desember 2018 adalah sebagai berikut:
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 8
D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN JANUARI 2016
a. Hujan
Hujan bulan Desember 2018 Barelang bersifat Bawah Normal (BN) dengan curah hujan selama
satu bulan berkisar 53,4 mm – 250,8 mm atau antara 21 % - 99 %. Curah hujan terendah terjadi di
Sengkuang dan tertinggi di Pagoda. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Desember 2018 terdapat 13
hari hujan terukur dan 10 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 275,1 mm
atau berkisar 109% dari rata-rata, yang berarti sifat hujan Normal (N). Pada dasarian I terjadi 6 hari
hujan dengan jumlah curah hujan 20,2 mm, dasarian II terdapat 4 hari hujan dengan jumlah curah hujan
117,9 mm dan dasarian III terjadi 3 hari hujan dengan jumlah curah hujan 137,0 mm. Curah hujan
tertinggi 118,0 mm terjadi pada tanggal 31Desember 2018.
Gambar 12. Grafik Curah Hujan bulan Desember 2018 di Hang Nadim
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 9
b. Suhu Udara
Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26,1 °C - 28,5 °C. Suhu udara terendah dalam
bulan Desember 2018 adalah 22,5 °C terjadi pada tanggal 25 Desember 2018 pagi hari dan suhu udara
tertinggi 33,0 °C terjadi pada tanggal 30 Desember 2018 siang hari.
Gambar.13 Grafik Suhu Udara bulan Januari 2019 di Hang Nadim
c. Kelembapan Udara
Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 77% - 91%. Kelembaban udara terendah
mutlak 52% terjadi pada tanggal 28 Desember 2018 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 10
100% terjadi pada tanggal 15 Desember 2018 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan
Desember 2018 lebih kering dibandingkan bulan November 2018.
Gambar.14 Grafik Kelembaban Udara Bulan Januari 2019 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan
Selama periode dasarian I – III Desember 2018 angin permukaan secara umum didominasi dari
arah Utara – Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 3,7 km/jam, arah dan kecepatan maksimum dari
Barat dengan kecepatan 29,6 km/jam terjadi pada tanggal 25 Desember 2018.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 11
PRAKIRAAN CUACA JANUARI 2019
A. DINAMIKA ATMOSFER
1. Tekanan Udara dan Angin
Pada bulan Januari, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBS (Belahan Bumi Selatan)
dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 3,5° yaitu dari 20°LS menuju 23,5°LS
(http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah
pada Januari 2019 berada pada wilayah bumi bagian selatan.
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Januari 2019 Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Januari 2019
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5
http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html
Gambar 15. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Januari 2019
Pola angin rata-rata bulan Januari secara dominan akan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU)
menuju Bumi Bagian Selatan (BBS) dan membentuk belokan angin (shearline) di bagian ekuator serta
konvergensi di selatan ekuator. Berdasarkan gambar 16, terdapat daerah belokan angin (shearline) di
sekitar wilayah Kepulauan Riau yang menyebabkan perlambatan kecepatan angin sehingga terjadi
penumpukan massa udara yang mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Sumber: Meteo Publik, BMKG
Gambar 16. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Januari 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 12
2. ENSO (EL-NinoSouthern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan
curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia.
Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth
Science and Technology), BOM/ POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) dan NOAA
(National Oceanic and Atmospheric Administration) menyatakan bahwa pada bulan Januari 2019 dalam
kondisi El Nino Moderate. Secara umum, ENSO diprediksi akan cukup memberi pengaruh terhadap
pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau.
Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG
Gambar 17. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of
Meteorology Australia) hingga akhir Desember menunjukkan berada pada kondisi diatas nilai
normalnya dengan nilai SOI sebesar +9.8, sehingga cukup memiliki pengaruh terhadap penambahan
curah hujan di wilayah Indonesia.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 18. Grafik SOI Bulan Januari 2016 s.d. Awal Januari 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 13
3. MJO (Madden-Desemberan Oscillation)
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gambar 19. Grafik Fase MJO pada Bulan Desember 2018 dan prakiraan Bulan Januari 2019
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif
Gambar 20. Anomali OLR sampai dengan 01 Januari 2019 dan prakiraan 15 hari kedepan
Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia,
khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut
NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Januari 2019 berada pada fase 6 hingga 7
dengan sifat kuat sehingga kurang memberi pengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah
Indonesia (Gambar 19). Nilai anomali OLR bernilai negatif berada di wilayah Indonesia, khususnya
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 14
bagian tengah hingga timur wilayah Indonesia (Gambar 20) pada akhir bulan Desember. Memasuki
awal hingga pertengahan bulan Januari 2019, wilayah Indonesia di dominasi dengan nilai OLR positif
khususnya di wilayah Indonesia Bagian Barat hingga Tengah. Hal tersebut mengindikasikan tutupan
awan konvektif di wilayah tersebut pada awal hingga pertengahan bulan Januari 2019 akan cukup
sedikit.
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya
Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, NASA dan BMKG (gambar 21)
bulan Januari DMI akan berada pada kondisi normal sehingga tidak mempengaruhi penambahan
maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Gambar 21. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi cuaca bulan Desember di Batam berdasarkan data klimatologis selama 25 tahun
(1993-2017) diketahui:
Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan pada bulan Januari
dibagi menjadi tiga bagian di Pulau Batam. Hampir seluruh wilayah Batam sekitar 200 – 250 mm,
Batam bagian Utara sekitar 150 – 200 mm dan Batam bagian Selatan sekitar 250 – 300 mm.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 15
Kesimpulan:
Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada
bulan Januari 2019 akan lebih rendah dari bulan Desember 2018, sehingga peluang curah hujannya
lebih rendah juga bila dibandingkan dengan bulan Desember 2018.
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JANUARI 2019
1. Prakiraan Hujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Januari
2019 hingga Desember 2019. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang
Nadim periode Januari 1999 s.d Desember 2018.
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian
periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.94275 dan RMSE (error) 11.3824. Hasilnya
menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Januari 2019 diprakirakan:
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan
III berada pada kisaran normalnya.
2. Prakiraan Hujan Bulanan
Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil
prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Januari 2019 di wilayah Barelang sebagai berikut:
Tabel Prakiraan Curah Hujan Bulan Januari 2019
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Desember di Barelang dapat
diprakirakan sebagai berikut:
Tabel Prakiraan Sifat Hujan Bulan Januari 2019
SIFAT HUJAN WILAYAH
Atas Normal
Normal Batam, Rempang dan Galang
Bawah Normal -
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 16
PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) JANUARI 2019
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan
angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun
terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.
Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan
gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut
Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.
Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide
(air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut
mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda
dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air
untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam
jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata
ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut.
Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt
Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide.
Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang
surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti
bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini
kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten
Kota sebagai berikut :
1. KOTA BATAM
i. BATU AMPAR
ii. SEKUPANG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 17
2. KABUPATEN BINTAN
i. TANJUNG UBAN
3. KABUPATEN KARIMUN
i. TANJUNG BALAI KARIMUN
ii. TANJUNG PINANG
4. KABUPATEN LINGGA
i. DABO SINGKEP
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 18
5. KABUPATEN ANAMBAS
i. SELAT PENINTING
6. KABUPATEN NATUNA
i. SEDANAU
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 19
PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM
BULAN DAN MATAHARI JANUARI 2019
1. STASIUN METEOROLOGI HANG
NADIM BATAM
Location : E104 07, N01 07, January 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0605 1809 0200 1421
2 0606 1809 0248 1508
3 0606 1810 0337 1557
4 0606 1810 0426 1647
5 0607 1810 0516 1737
6 0607 1811 0606 1826
7 0608 1811 0655 1915
8 0608 1812 0743 2002
9 0609 1812 0829 2048
10 0609 1813 0913 2132
11 0609 1813 0956 2215
12 0610 1813 1038 2257
13 0610 1814 1120 2340
14 0611 1814 1203 0000
15 0611 1815 1248 0025
16 0611 1815 1335 0112
17 0612 1815 1427 0202
18 0612 1816 1523 0256
19 0612 1816 1623 0355
20 0612 1816 1726 0457
21 0613 1817 1830 0600
22 0613 1817 1932 0703
23 0613 1817 2031 0803
24 0613 1817 2126 0859
25 0614 1818 2218 0952
26 0614 1818 2308 1042
27 0614 1818 2357 1131
28 0614 1818 0000 1218
29 0614 1819 0045 1306
30 0615 1819 0134 1355
31 0615 1819 0223 1444
2. STASIUN METEOROLOGI
TANJUNGPINANG
Location : E104 32, N00 55, January 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0603 1807 0158 1419
2 0604 1808 0246 1507
3 0604 1808 0335 1556
4 0604 1809 0424 1645
5 0605 1809 0514 1735
6 0605 1810 0604 1825
7 0606 1810 0653 1913
8 0606 1810 0741 2001
9 0607 1811 0827 2046
10 0607 1811 0911 2130
11 0607 1812 0954 2213
12 0608 1812 1036 2256
13 0608 1812 1118 2339
14 0609 1813 1201 0000
15 0609 1813 1246 0023
16 0609 1814 1334 0110
17 0610 1814 1425 0200
18 0610 1814 1522 0254
19 0610 1815 1622 0353
20 0611 1815 1725 0455
21 0611 1815 1828 0558
22 0611 1816 1930 0701
23 0611 1816 2029 0801
24 0612 1816 2124 0857
25 0612 1816 2216 0950
26 0612 1817 2306 1040
27 0612 1817 2355 1129
28 0612 1817 0000 1217
29 0613 1817 0044 1305
30 0613 1817 0132 1353
31 0613 1818 0221 1442
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 20
3. STASIUN METEOROLOGI RANAI
Location : E108 24, N03 55, January 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0553 1747 0144 1401
2 0553 1747 0233 1448
3 0554 1748 0322 1536
4 0554 1748 0413 1625
5 0555 1749 0503 1714
6 0555 1749 0553 1804
7 0555 1750 0642 1853
8 0556 1750 0729 1941
9 0556 1751 0814 2027
10 0556 1751 0858 2112
11 0557 1751 0940 2156
12 0557 1752 1021 2239
13 0558 1752 1102 2323
14 0558 1753 1144 0000
15 0558 1753 1228 0008
16 0558 1754 1315 0056
17 0559 1754 1406 0147
18 0559 1754 1501 0242
19 0559 1755 1601 0341
20 0559 1755 1704 0443
21 0600 1755 1808 0547
22 0600 1756 1910 0649
23 0600 1756 2010 0748
24 0600 1756 2107 0843
25 0600 1757 2200 0935
26 0601 1757 2251 1024
27 0601 1757 2341 1112
28 0601 1758 0000 1159
29 0601 1758 0030 1246
30 0601 1758 0120 1333
31 0601 1758 0210 1422
4. STASIUN METEOROLOGI
TANJUNG BALAI KARIMUN
Location : E103 23, N01 03, January 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0608 1812 0203 1424
2 0608 1812 0251 1512
3 0609 1813 0339 1600
4 0609 1813 0429 1650
5 0610 1813 0519 1740
6 0610 1814 0609 1829
7 0611 1814 0658 1918
8 0611 1815 0746 2005
9 0611 1815 0832 2051
10 0612 1816 0916 2135
11 0612 1816 0959 2218
12 0613 1816 1041 2300
13 0613 1817 1123 2343
14 0613 1817 1206 0000
15 0614 1818 1251 0028
16 0614 1818 1338 0115
17 0614 1818 1430 0205
18 0615 1819 1526 0259
19 0615 1819 1626 0358
20 0615 1819 1729 0500
21 0616 1820 1833 0603
22 0616 1820 1935 0706
23 0616 1820 2034 0805
24 0616 1820 2129 0902
25 0617 1821 2221 0955
26 0617 1821 2311 1045
27 0617 1821 2400 1134
28 0617 1821 0000 1222
29 0617 1822 0048 1309
30 0617 1822 0137 1358
31 0618 1822 0226 1447
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 21
5. STASIUN METEOROLOGI DABO
SINGKEP
Location : E104 34, S00 28, January 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0602 1808 0157 1419
2 0603 1808 0245 1507
3 0603 1809 0334 1556
4 0604 1809 0423 1646
5 0604 1810 0513 1736
6 0605 1810 0603 1825
7 0605 1811 0652 1914
8 0605 1811 0740 2001
9 0606 1811 0826 2046
10 0606 1812 0910 2130
11 0607 1812 0953 2213
12 0607 1813 1036 2256
13 0607 1813 1118 2338
14 0608 1813 1201 0000
15 0608 1814 1246 0023
16 0608 1814 1334 0109
17 0609 1814 1426 0159
18 0609 1815 1522 0253
19 0609 1815 1622 0352
20 0610 1815 1725 0454
21 0610 1816 1829 0557
22 0610 1816 1931 0700
23 0611 1816 2029 0800
24 0611 1817 2124 0857
25 0611 1817 2216 0950
26 0611 1817 2306 1040
27 0611 1817 2355 1129
28 0612 1817 0000 1217
29 0612 1818 0043 1305
30 0612 1818 0131 1354
31 0612 1818 0220 1443
6. STASIUN METEOROLOGI
TAREMPA
Location : E106 15, N03 12, January 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm Hm
1 0600 1757 0152 1410
2 0601 1757 0241 1457
3 0601 1757 0330 1545
4 0601 1758 0420 1635
5 0602 1758 0511 1724
6 0602 1759 0601 1814
7 0603 1759 0649 1903
8 0603 1800 0737 1950
9 0604 1800 0822 2037
10 0604 1801 0906 2121
11 0604 1801 0948 2205
12 0605 1802 1030 2248
13 0605 1802 1111 2332
14 0605 1802 1153 0000
15 0606 1803 1237 0017
16 0606 1803 1325 0105
17 0606 1804 1415 0155
18 0606 1804 1511 0250
19 0607 1804 1611 0349
20 0607 1805 1714 0451
21 0607 1805 1818 0554
22 0607 1805 1920 0657
23 0608 1806 2020 0756
24 0608 1806 2116 0851
25 0608 1806 2209 0944
26 0608 1807 2300 1033
27 0608 1807 2349 1121
28 0609 1807 0000 1208
29 0609 1807 0039 1255
30 0609 1808 0128 1343
31 0609 1808 0217 1432
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.061] 22
DAFTAR ISTILAH
Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang
membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan
angin kencang.
Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia
bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD
(Indian Ocean Dipole)
: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera
Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
DMI
(Dipole Mode Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang
bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera,
sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,
maka cenderung banyak hujan.
El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum
menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO
(El Nino-Shouthern Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical
Convergence Zone)
: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya
daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan
hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan
curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (Madden-
Desemberan
Oscillation)
: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah)
di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai
pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari
barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur
dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing
Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode
(minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia
dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun
Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia
berkaitan dengan musim kemarau.
Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave
Radiation)
: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR
yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan
nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-
1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara
tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-
1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan
fenomena cuaca