Upload
others
View
33
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN HASIL UJI WIDAL BERDASARKAN LAMA
DEMAM PADA PASIEN SUSPEK DEMAM TIFOID
DI PUSKESMAS PADANG BULAN
MEDAN
NANDA ERIKA
P07534016030
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019
2
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN HASIL UJI WIDAL BERDASARKAN LAMA
DEMAM PADA PASIEN SUSPEK DEMAM TIFOID
DI PUSKESMAS PADANG BULAN
MEDAN
Sebagai Syarat Menyeesaikan Pendidikan Program Studi
Diploma III
NANDA ERIKA
P07534016030
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019
3
4
5
PERNYATAAN
GAMBARAN HASIL UJI WIDAL BERDASARKAN LAMA DEMAM
PADA PASIEN SUSPEK DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS
PADANG BULAM MEDAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2019
Nanda Erika
P07534016030
6
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
KTI, JUNI 2019
Nanda Erika
Gambaran Hasil Uji Widal Berdasarkan Lama Demam Pada Pasien Suspek
Demam Tifoid Di Puskesmas Padang Bulan Medan
Vii+20 halaman,2 tabel,6 gambar,6 lampiran
ABSTRAK
Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang bersifat akut yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella sp, Penyakit yang hampir semua ditemukan
terjadi pada masyarakat standart hidup dan kebersihan yang rendah cenderung
meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada
daerah tropic dibandingkan daerah berhawa dingin, Bakteri ini termasuk kuman
gram negative yang memiliki flagel ,tidak berspora, motil, berbentuk batang,
berkapsul dan bersifat fakultatif anaerob dengan karakteristik antigen O, H dan
Vi, pada manifestasi klinis yang timbul pada semua penderita demam tifoid ini
tidak khas dan sangat bervariasai sesuai dengan patogenitas demam tifoid. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menentukan diagnosa hasil tes widal pada pasien
suspek demam tifoid di Puskesmas Padang Bulan Medan. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif dengan metode aglutinasi di Laboratorium Imunoserologi
Jurusan Analis Kesehatan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03-05 Mei
2019. Di Laboratorium Imunoserologi Jurusan Analis Kesehatan. Hasil Penelitian
ini menunjukan bahwa dari 15 sampel yang diperiksa menunjukkan bahwa terjadi
aglutinasi pada 9 sampel (60%) dan 6 sampel (40%) tidak terjadi aglutinasi.
Kata Kunci : Demam Tifoid, Salmonella Thypi, Uji Widal
Daftar Bacaan : 12 (2004-2016)
7
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
KTI, JUNI 2019
NANDA ERIKA
DESCRIPTION OF THE RESUTS OF THE WIDAL TEST BASED ON
THE DURATION OF FEVER IN PARTIENTS SUSPECTED OF
TYPHOID FEVER IN THE PADANG BULAN MEDAN HEALTH
CENTER.
Vii+20 Pages, 2 tabel, 6 image, 6 attachments
ABSTRACT
Typhoid fever ia an acute systemic disease caused by Salmonella sp
bacteria, a disease that is almose all found to occur in the standart living
community and hygine tends to increase and endemic. Usually a high inedece in
the tropis compared to cold regions, these bacteria, inculde gram negative germ
that have flagellium, not sporous, motie, rod-shaped, encapsulated and facutative
anaerobs with thw aries in al typhoid fever sufferers are not uniqe and vary
graatly according to te pathogenicity of typhoid fever. The purpose of this study
was to determine the diagnosis of widal test results in patients suspected of
typhoid fever in Padang Bulan Health Center. The type of research was typhoid
fever in health analyts. Imi’s research was hedon may 02-05-2019. In the
Immunology to laboratory majoring in health analysts. The resuts of this study
indicate that of the is sampels examined showed that 9 sampels were agglutinated
(60%) and there was no agglutinateion of sampels (40%)
Keywoard : Thyphoid Fever, Salmonella Typhi Widal Test
Reading List : 12 (2004-2016)
8
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada TuhanYang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Gambaran Hasil Uji Widal Berdasarkan Lama Demam
Pada Pasien Suspek Demam Tifoid di Puskesmas Padang Bulan Medan”Karya
Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang
pendidikan Diploma III Poltekkes Kemenkes RI Jurusan Analis Kesehatan
Medan. Dalam penulisan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan, baik dalam kata-kata maupun penyajian, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
Karya Tulis Ilmiah.
Dalam penyelesaian penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak
menemukan hambatan dan kesulitan, tetapi dengan adanya bimbingan, bantuan
dan saran dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan.
2. Ibu Endang Sofia Siregar, S.Si, M.Si selaku Ketua Jurusan Analis
Kesehatan Medan.
3. Ibu Ice Ratnalela Siregar S,si,M.Kessebagai Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing
penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu dr.Lestari Rahma, MKT sebagai Dosen Penguji I dan Ibu Sri Bulan
Nst,ST,M.Kes Sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan arahan
dan masukkan untuk Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak dan ibu dosen beserta staf dan pegawai Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Jurusan Analis Kesehatan Medan yang telah membimbing
dan mengajari penulis selama mengikuti perkuliahan di Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan Jurusan Analis Kesehatan Medan.
9
6. Teristimewa penulis ucapkan kepada kedua orangtua saya tercinta bapak
Sartono dan ibu Parjiyem yang telah memberikan kasih sayang kepada
penulis dan pengorbanan baik material maupun mmoral yang tidak dapat
terbalas dan ternilai selama mengikuti pendidikan, dan kepada teman-
teman saya Rini andriani, Dewi efrin, Rini deswitasari, Sintia
apriani,Cindy Maulina Rahmadani yang telah banyak memberikan
semangat dan doa kepada penulis.
7. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman seperjuangan
angkatan 2016. Serta semua pihak yang telah membantu kelancaran Karya
Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan penulis juga berharap
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca.
Medan, Juni 2019
Penulis
10
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.3.1. Tujuan Umum 3
1.3.2. Tujuan Khusus 3
1.4. Manfaat Penelitian 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Demam Tifoid 4
2.1.1. Pengertian Demam Tifoid 4
2.1.2. Etiologi Demam Tifoid 5
2.1.3. Patogenitas Demam Tifoid 5
2.1.4. Gambaran Klinis 6
2.1.5. Gejala Klinis 6
2.2. Diagnosis Demam Tifoid 7
2.3 Tinjauan Tentang Salmonella 7
2.3.1. Pengertian Salmonella 7
2.3.2. Morfologi 8
2.3.3 . Struktur Antigen Salmonella 8
2.3.4. Cara Penularan 9
2.4. Kerangka Konsep 9
2.5. Defenisi Operasional 10
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian 11
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 11
3.3. Popolasi dan Sampel Penelitian 11
3.3.1. Populasi Penelitian 11
3.3.2. Sampel Penelitian 11
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 11
3.5. Alat, Bahan dan Reagensia 12
3.5.1. Alat 12
3.5.2. Bahan 12
3.5.3. Reagensia 12
3.6. Prosedur Kerja 12
3.6.1. Cara Pengambilan Specimen 12
11
3.6.2. Cara Kerja Pemisahan Serum 13
3.6.3. Tes Widal Metode Slide 13
3.7. Interprestasi Hasil 14
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 16
4.2. Pembahasan 17
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 19
5.2. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA
12
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang bersifat akut,dapat
disebabkan oleh Salmonella serotipe typi,Salmonella serotipe paratypi A, B dan
C,ditandai dengan demam berepanjangan, bakterimia tanpa perubahan pada
sistem endotel, invasi dan multiplikasi bakteri dalam sel pagosit monokuler pada
hati dan limpa. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat terjadi di
negara beriklim tropis dan sub tropis. Manifestasi klinis demam tifoid dimulai dari
yang ringan (demam tinggi,denyut,jantung lemah,sakit kepala) komplikasi pada
hati dan limpa (Ghadia Putri Setiana, 2016).
Demam tifoid merupakan penyakit yang hampir semua ditemukan terjadi
pada masyarakat dengan standart hidup dan kebersihan yang rendah, cenderung
meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada
daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit
demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan
kronik karier. Demam Tifoid juga dikenali dengan nama lain yaitu Typhus
Abdominalis, Typhoid fever atau Entric fever (Syarifah Nurlaila, 2013).
Demam tifoid disebaban oleh infeksi bakteri Salmonella enterica,
terutama serotype Salmonella typi(S.typi). Bakteri ini termasuk kuman gram
negatif yang memiliki flagel, tidak berspora, motil, berbentuk batang, berkapsul
dan bersifat fakultatif anaerob dengan karakteristik antigen O, H dan Vi. Demam
merupakan keluhan dan gejala klinis yang timbul pada semua penderita demam
tifoid ini. Namun, pada manifestasi klinis demam tifoid tidak khas dan sangat
bervariasi sesuai dengan patogenitas demam tifoid. Untuk menentukan diagnosis
pasti dari penyakit ini diperlukan pemeriksaan laboratorium (Fatmawati Rachman,
2011).
13
Prevalensi demam tifoid paling tinggi pada usia 3-19 tahun karena pada
usia tersebut orang-orang cenderung memiliki aktivitas fisik yang banyak,
sehingga kurang memperhatikan pola makannya, akibatnya mereka cenderung
lebih memilih makan di luar rumah, yang sebagian besar kurang memperhatikan
higenitas. Insidensi demam tifoid khususnya banya terjadi pada anak usia sekolah.
Freuensi sering jajan sembarangan yang tingkat kebersihannya masih kurang,
merupakan faktor penularan penyakit demam tifoid. Bakteri Salmonella typhi
banyak berkembang biak dalam makanan yang kurang dijaga higenitasnya (Galuh
Rumaningrum, 2014).
Di negara berkembang demam tifoid diperkirakan sekitar 150 kasus
perjuta populasi 1 juta tahun di Amerika Latin dan 1.000 kasus perjutaan populasi
pertahun dibeberapa negara Asia. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi
menahun yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Anak merupakan paling
rentan demam tifoid.Walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa.
Dihampir semua daerah endemik, insiden demam tifoid banyak terjadi pada anak
usia 3-9 tahun. Morbilitas di seluruh dunia, setidaknya 7 juta kasus baru dan
hingga 600 ribu kematian dilaporkan tiap tahunnya(WHO,2013).
Di Indonesia demam tifoid menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit
terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit. Pada tahun 2009 yaitu sebanyak
80.850 kasus dan yang meninggal sebanyak 1.747 orang. Sedangkan pada tahun
2010 kasus demam tifoid yaitu 41.081 kasus dan yang meninggal sebanyak 274
orang(Kemenes RI,2011).
Diagnosa demam tifoid dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
widal. Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan aglutinasi yang menggunakan
suspensi bakteri Salmonella typi dan Salmonella paratypi sebagai antigen untuk
mendeteksi adanya antibody terhadap kedua bakteri Salmonella tersebut dalam
serum penderita. Indikasi pemeriksaan widal yaitu untuk membantu menegakkan
diagnosis penyakit demam tifoid(Handojo,2004).
Uji Widal adalah suatu pemeriksaan laboratorium guna mendeteksi ada
atau tidaknya antibodi penderita tersangka terhadap antigen Samolnella typi yaitu
antibodi terhadap antigen O (dari tubuh kuman). Antigen H (flagel kuman), dan
14
antigen Vi (kapsul kuman). Dari etiga antibodi, hanya antibodi terhadap antigen H
dan O yang mempunyai nilai diagnostik demam tifoid (Vika Rahma Velina,
2016).
Puskesmas Padang Bulan adalah Pusat Kesehatan masyarakat Jamin
Ginting Medan, melayani pengobatan,imunisasi,partus. Puskesmas merupakan
tempat berobat bagi seluruh masyarakat. Terdiri dari tenaga dokter,bidan dan
perawat yang menjalankan kegiatan medis sesuai bidangnya masing-masing
pengobatan yang di lakukan ialah seperti pemeriksaan,berobat,partus dan lainnya
layanan puskesmas ini baik,siap membantu pasien yang berlokasi dipusat pasar.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diambil kesimpulan
permasalahan sebagai berikut apakah, pasien dengan lama demam pada pasien
suspek demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typi.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah suspek demam tifoid perlu dilakukan Tes
Serologi Widal.
1.3.2. Tujuan Khusus
Menentukan diagnosa hasil tes widal pada pasien suspek demam tifoid.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
Sebagi sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama
kuliah di bidang ilmu Serologi dalam bentuk penelitian ilmiah mengenai Uji Tes
Serologi Widal pada Suspek Demam Tifoid Di Laboratorium Serologi Jurusan
Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Medan.
1.4.2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu tambahan pustaka
tentang mengenai Uji Tes Serologi Widal Pada Suspek Demam Tifoid Di
15
Laboratorium Serologi Jurusan Analis Kesehatan Poltekes Kemenkes Medan
sehingga dapat dijadikan pembelajaran di perukuliahan.
16
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Demam Tifoid
2.1.1. Pengertian Demam Tifoid
Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau tifoid fever.
Demam tifoid ialah penyakit akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan(usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran
(Astuti,2013).
Demam tifoid memiliki salah satu keluhan utama berupa demam yang
merupakan suatau gejala tidak spesifik mengingat terdapat memberikan hasil yang
tidak selalu tepat, Meskipun demikian, terdapat pemeriksaan laboratorium lain
berupa tes serologi yang memerlukan waktu yang lebih singkat dan biaya yang
relatif lebih murah dibandingkan dengan kultur dari darah seperti tes widal dan tes
IgM anti Salmonella typhi. Kedua tes tersebut sudah banyak digunakan untuk
mendiagnosis demam tifoid,khususnya tes widal yang sudah banya digunakan di
dunia termasuk di negara berkembang. Tes Widal merupakan tes serologi yang
rutin digunakan untu menegakkan diagnosis demam tifoid mengingat tes widal
merupakan salah satu modalitas uji diagnosis yang relatif murah, mudah dikerjaan
dan memberikan hasil yang cepat. Pada tes widal dilakukan pemeriksaan reaksi
antigen kuman Salmonella typhi dengan aglutnin, dimana semakin tinggi
titernya,maka semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman Salmonella typi
tersebut, Namun tes widal hanya dapat dilakukan mulai akhir minggu pertama
karena umumnya aglutinin akan meningkat cepat dan mencapai puncak pada hari
ke-8 dan hari ke-10 hingga ke-12 setelah onset demam.Umumnya aglutinin aan
mengingat cepat dan mencapai pada puncak pada minggu ke-4 dan akan tetap
tinggi pada beberapa minggu. Oleh arena itu,jika tes widal digunakan sebagai
satu-satunya pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis demam tifoid
pada negara endemik seperti indonesia, maka akan memberikan hasil yang kurang
17
akurat dengan banyaknya hasil false-positife maupun false-negative. (Agung Putri
Satwika, 2013).
Salmonella typi dan Salmonella paratypi masuk kedalam tubuh manusia
melalui makanan yang terkontaminasi bakteri. Sebagianbakteri dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak.Di
organ-organ ini bakteri meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang
biak di luar sel atau ruang sinusoid dan menimbulkan keradangan. Proses ini akan
berlangsung selama 7-10 hari. Selanjutnya masuk kedalam sirkulasi darah lagi
yang mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya(Stadium bakterimia II)
dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemi,seperti
demam,malaise,milagia,sakit kepala dan sakit perut(Irianto,2014).
2.1.2. Etiologi Demam Tifoid
Etiologi dari demam tifoid adalah Salmonella typi, termasuk dalam genus
Salmonella. Salmonella bersifat bererak, berbentuk batang, tidak membentuk
spora, tidak berakapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan
beberapa hari/minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makan kering bahan
farmasi dan tinja Salmonella mati pada suhu 54,4ºC dalam 1 jam, atau 60ºC dalam
15 menit (Widagho, 2011).
2.1.3. Patogenitas Demam Tifoid
Demam typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh bakteri
S.typhi. Penyakit ini khusus menyerang manusia, bakteri ini ditularkan melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kotoran atau tinja dari seseorang
pengidap atau penderita demam typoid. Bakteri S.typhimasuk melalui mulut dan
hanyut ke saluran pencernaan. Apabila bakteri masuk ke dalam tubuh manusia,
tubuh akan berusaha untuk mengeliminasinya. Tetapi bila bakteri dapat bertahan
dan jumlah yang masuk cukup banyak, maka bakteri akan berhasil mencapai usus
halus dan berusaha masuk ke dalam tubuh yang akhirnya dapat merangsang sel
darah putih untuk menghasilkan interleukin dan merasang terjadinya gejala
demam, perasaan lemah, sakit kepala,nafsu makan berkurang, sakit perut,
gangguan buang air besar serta gejala lainnya, Gejala klinik penyakit ini adalah
demam tinggi pada minggu ke 2 dan ke 3, biasanya dalam 4 minggu gejala
18
tersebut telah hilang, meskipun kadang-kadang bertambah lebih lama, Gejala
yang lain yang sering ditemukan adalah anoreksia, malaise, nyeri otot, sakit
kepala, batuk, bradikardia dan konstipasi, selain itu dapat dijumpai adanya
pembesaran hati dan limpa, bintik rose sekitar umbilicius yang kemudian diikuti
terjadinya ulserasi pada Peyer patches pada daerah ilium, yang kemudian diikuti
terjadinya perdarahan karena terjadi perforasi. Masa inkubasi demam tifoid
umumnya 1-3 minggu, tetapi bisa lebih singkat yaitu 3 hari atau lebih lama
sampai dengan 3 bulan, waktu inkubasi sangat tergantung pada kuantitas bakteri
dan host factorserta karakteristik strain bakteri yang menginfeksi. Dosis infetif
rata-rata bagi manusia cukup 106 organisme untuk menimbulkan infeksi klini atau
sub klinik. Pada manusia S.typhi dapat menimbulkan demam enterik (Darmawati,
S. 2009).
2.1.4. Gambaran Klinis
Gambaran klinis tifoid sangat bervariasi,dari gejala yang ringan sekali
(sehingga tidak terdiagnosa) dan dengan gejala yang khas (sindrom demam tifoid)
sampai dengan gejala klinis berat yang disertai komplikasi. Fambran klinis juga
bervariasi berdasarkan daerah atau negara, serta menurut waktu gambaran klinis
di negara berkembang dapat berbeda dengan negara maju dan gambaran klinis
tahun 2000 dapat berbeda dengan tahun enam puluhan pada daerah yang sama
(Kemenkes, 2006).
2.1.5. Gejala Klinis Demam Tifoid
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding
dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-20 hari. Setelah masa
inkubasi maka ditemukan gejala prodromal,yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,
nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Pada minggu pertama gejala klinis
penyakit ini ditemukkan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut
pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak di perut, batuk, dan epistaksis. Pada
pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah
meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hari hingga malam hari. Dalam
minggu kedua gejala-gelaja menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif,
19
lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta tremor)
hepatomegali, spenomegali, meteorismus dan gangguan mental (Irianto,2014).
2.2. Diagnosis Demam Tifoid
Penegakan diagnosis demam tifoid dengan kultur menggunakan
pemeriksaan lab widal. Di daerah endemis, demam lebih dari 1 minggu yang tidak
diketahui penyebabnya harus dipertimbangan sebagai tifoid sampai terbukti apa
penyebabnya. Beberapa pemeriksaan penunjang yang sering dijadikan untuk
mendiagnosis demam tifoid terdiri dari pemeriksaan darah, identifikasi kuman
melalui isolasi/biakan, identifikasi kuman uji serologis serta identifiasi uman
secara molekuler.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium didasarkan pada 3 prinsip yaitu :
1. Isolasi bakteri
2. Deteksi antigen mikroba
3. Retasi antibody terhadap organisme penyebab
Uji widal adalah salah satu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi.
Aglutinasi yang spesifik terhadap Salmonlla typi terhadap dalam serum penderita
demam tifoid. Pada orang yang pernah tertular Salmonella typi pemeriksaan ini
dilakukan di laboratorium untuk mengetahui hasil dari aglutinasi, dan mengetahui
penyebab dari demam tifoid dari bakteri Salmonella typi(Word Health
Organization,2003).
Besar titer antibodi yang bermakna untuk diagnosis demam tifoid di
Indonesia belum didapatkan kesepakatan, tetapi beberapa peneliti menyebutkan
bahwa uji widal memiliki kriteria interpretatif apabila didapatkan titer O 1/320.
Titer O 1/320 jika positif maka sudah menandakan pasien tersebut demam tifoid
(Silvia Khairani, 2018).
2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Demam Tifoid
Faktor-faktor yang sangat erat hubungannya dengan kejadian demam
tifoid adalah hygiene perorangan yang rendah meliputi kebiasan cuci tangan,
hygiene makanan dan minuman yang rendah seperti mencuci sayuran dengan air
yang terkontaminasi atau penyajian makanan yang kurang sehat, sanitasi
20
lingkungan merupakan salah satu penyebab terjadi kejadian demam tifoid terlihat
dari keadaan sanitasi lingkungan (Yuli Wulan Sari, 2013).
2.4. Tinjauan Tentang Salmonella
2.4.1. Pengertian Salmonella
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobscteria gram negatif
berbentu tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifoid. Salmonella adalah
penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan(foodborne
diseases). Pada umunya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ
pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut Salmonellosis
(Linda Ayu Lestari, 2016).
2.4.2. Morfologi
Bakteri Salmonella typi atau Salmonella paratypi dari genus Salmonella.
Bakteri ini berbentuk batang gram negative,tidak membentuk spora
motil,berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar, bakteri
ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es,
sampah, dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu60ºC) selama
15-20 menit, pasteurisasi, pendidikan dan khlorinisasi (Jawetz,2008).
2.4.3. Struktur Antigen Salmonella
S.typhi adalah bakteri enteric yang bersifat gram negative, mempunyai
antigen permukaan yang cukup komplek dan mempunyai peran penting dalam
proses patogenitas, selain itu juga berperan dalam proses terjadinya respon imun
pada individu yang terinfeksi. Antigen permukaan tersebut terdiri dari antigen
flagel (antigen H), antigen somatic (antigen O) dan antigen kapsul atau antigen K
(antigen Vi). Antigen O disebut juga sebagai antigen dinding sel karena antigen
tersebut adalah bagian auter layer dari dinding sel bakteri gram negatif, Antigen O
tersusun dari LPS (Lipo Polisakarida) yang berfungsi pula sebagai endotoksin
resisten terhadap pemanasan 100ºC, alcohol dan asam reaksi aglutinasinya
berebentuk butir-butir pasir. Antigen H atau antigen flagel, antigen ini terdiri dari
satu protein yang dikode oleh gen flg yang berada pada lous fli C, Antigen H
bersifat termolabil dan dapat rusa oleh alcohol, pemanasan pada suhu diatas 60ºC
21
dan asam dimana pada reaksi aglutinasinya berebentuk butir-butir pasir yang
hilang bila dikocok. Antigen H terdiri dari fase yaitu antigen H fase 1 (H1) dan
antigen H fase 2 (H2) sehingga dapat dijumpai S.typhi serovar H1 dan bakteri
S.typhi serovar H 2. Sedangkan antigen H 1 terdiri dari H1-d dan H1-j sehingga
dapat dijumpai pula S. typhi serovar H1-d yang tersebar luas di seluruh dunia dan
S. typhiserovar H-j yang hanya dijumpai di Indonesia. Strain bakteri
S.typhiserovar H-j bersifat kurang motil pada media semi solid agar dan kurang
invasive apabila dibandingkan dengan S.typhi serovar H-d. Antigen Vi atau
antigrn kapsul, yaitu antigen yang terdiri dari polimer polisakarida dan bersifat
asam. Antigen Vi yang dimiliki oleh bakteri berfungsi sebagai antiopsonik dan
antipagositik, ekspresi antigen tersebut dikode oleh gen tviA yang berada di dalam
lokus via B, tidak semua strain S.typhimengekspresikan antigen Vi. Antigen ini
mudah rusak oleh pemanasan selama 1 jam pada suhu 60ºC (Darmawati,S, 2009).
2.4.4. Cara Penularan Salmonella
Basil Salmonella menular ke manusia melalui makan dan minuman. Jadi
makan atau minuman yang dikonsumsi manusia telah tercemar oleh komponen
feses atau urin dari pengidap tifoid beberapa kondisi kehidupan manusia yang
sangat berperan,pada penularan adalah :
1. Higine perorangan yang rendah, seperti mencuci tangan yang tidak
terbiasa.
2. Higine makanan dan minuman yang rendah,faktor ini paling berperan pada
penularan tifoid banyak sekali contoh unuk ini diantaranya: makanan yang
dicuci dengan air yang terkontaminasi (seperti sayur-sayuran dan buah-
buahan)
3. Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolahan air limbah, kotoran
dan sampah yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan (Kemenkes,
2006).
22
2.5. Kerangka Konsep
2.6. Defenisi Operasional
1. Suspek Demam Tifoid adalah dugaan awal apakah pasien terinfeksi
bakteri penyebab demam tifoid atau tidak
2. Demam Tifoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh bakteri
S.typhi. yang menyerang manusia melalui makanan yang terkontaminasi
tinja seseorang yang terinfeksi S.typhi.
3. Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan serologis untuk mendeteksi
antibodi terhadap Salmonella typi.
4. Positif : terjadi aglutinasi.
5. Negatif : tidak terjadi aglutinasi.
Suspek demam
tifoid
Pemeriksaan widal
Positif
Negatif
23
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan menggunakan metode aglutinasi di Laboratorium Imunoserologi
jurusan Analis Kesehatan Medan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Serologi Poltekkes
Kemenkes RI Medan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - Juni 2019.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh sampel pasien suspek demam tifoid
yang berada di Puskesmas Padang Bulan.
3.3.2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 sampel pasien
rawat jalan dengan suspek menderita demam tifoid di Puskesmas Padang Bulan.
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan mulai dari observasi awal dengan
mulai pengumpulan jurnal atau study literature yang mendukung penelitian ini.
Kemudian dilakukan pengambilan sampel pada pasien. Kemudian dilakukan
pemeriksaan widal dengan metode Aglutinasi. Hasil pemeriksaan widal diolah
dan dianalisis.
3.5. Alat, Bahan dan Reagensia
3.5.1. Alat
Slide tes, pipet tetes, tabung reaksi, rotator, tangkai pengaduk, sentrifius.
3.5.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah Darah dari suspek penderita demam tifoid.
3.5.3. Reagensia
24
Reagensia yang digunakan adalah Antigen Salmonella typi tipe O dan H,
Antigen Salmonella paratypi A tipe AO, AH Salmonella paratypi B tipe BO, BH,
Antigen Salmonella paratypi C tipe CO Dan CH.
3.6. Prosedur Kerja
3.6.1. Cara Pengambilan Specimen
1. Persiapkan alat-alat yang diperlukan .
2. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
3. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakuan
aktifitas.
4. Pasang tali pembendung (toqniquet) kira-kira 10 cm di atas lipatan siku.
5. Pilih vena bagian median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan untuk
memastikan posisi vena.
6. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol
tunggu kering, Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
7. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap keatas. Jika
jarum telah masuk kedalam vena, akan terlihat darah masuk kedalam
sepuid. Usahakan sekali tusuk vena.
8. Setelah volume darah dianggap cukup,lepas torniquit dan minta pasien
membuka kepalan tangannya,volume darah yang diambil kira-kira 3 kali
jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan
9. Letakkan kapas ditempat suntikan lalu segera lepaskan/tari jarum,tekan
kapas beberapa saat lalu plaster selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik
jarum sebelum torniquit dibuat (Assyfa, 2016).
3.6.2. Cara Pemisahan Serum
Darah yang telah diambil didiamkan sampai membeku. Kemudian darah di
centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Lapisan jernih yang
berwarna kuning dibagian atas adalah serum Segera diambil menggunakan pipet
mikro dan dimasukkan kedalam tabung lain yang bersih dan kering untuk
dilakukan pemeriksaan (Assyfa, 2016).
25
3.6.3. Tes Widal Metode Slide
1. Persiapkan enam buah slide tes widal dan buat lingkaran pada masing-
masing slide
2. Kemudian beri label lingkaran slide “H”, “O”, “A”, “B”, kontrol negatif (-
) dan kontrol positif (+)
3. Teteskan satu tetes serum undilusi 20µl pada empat lingkaran pertama
dengan menggunakan pipet pastur steril. Satu tetes serum kontrol
positif(+) dan serum kontrol negatif (-) diteteskan pada masing-masing
lingkaran kelima dan keenam
4. Teteskan satu tetes antigen H Salmonella enterica serotype typi (flagellar)
pada lingkaran pertama,satu tetes antigen O Salmonella enterica serotype
typi(somatik) ditambahkan pada lingkaran kedua
5. Satu tetes antigen A dan B Salmonella enterica serotypr typi (flagellar)
pada lingkaran kelima dan keenam
6. Dengan menggunakan tangkai pengaduk serum dan antigen dicampur
bersama-sama secara merata dan disebarkan sampai mengisi keseluruh
permukaan lingkaran
7. Kemudian rotator selama satu menit
8. Lakukan observasi untuk melihat ada tidaknya aglutinasi makroskopis
9. Jika dengan pencampuran 20µl serum dan satu tets antigen terjadi
aglutinasi maka titernya adalah 1:80.Kemudian dilakukan pengenceran
dengan pencampuran 10µl serum dan satu tetes antigen,jika terjadi
aglutinasi maka titernya adalah 1:160. Lakukan pengenceran sampai tidak
terjadi aglutinasi lagi. Aglutinasi terakhir dipakai sebagai titer (Wardana,
dkk, 2011).
3.7. Interpretasi Hasil
Positif terjadinya Aglutinasi.
Negatif tidak terjadinya Aglutinasi.
26
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 15 sampel pasien
suspek Demam tifoid di Puskesmas padang bulan medan, dan dilakukan uji tes
Serologu Widal di Lobaratorium Poltekkes jurusan Analis Kesehatan Medan di
jalan William Iskandar Pasar V Barat No.4 Medan Estate.
Diagram 4.1. Hasil Pemeriksaan Pasien Demam Tifoid Di Puskesmas Padang
Bulan Medan
Berdasarkan keseluruhan terdapat 9 orang (60%) terjadi aglutinasi, dan
sebanyak 6 orang (40%) tidak terjadi aglutinasi.
60%
40%
Positif
negatif
27
Diagram 4.2. Hasil Pemeriksaan Demam Tifoid (+)
Berdasarkan aglutinasi pada pasien suspek demam tifoid di puskesmas
padang bulan medan, terdapat 9 orang (60%).
Diagram 4.3. Hasil Pemeriksaan Demam Tifoid (-)
40%
60%
Pemeriksaan Demam Tifoid (+)
Total
Positif
60%
40%
Pemeriksaan Demam Tifoid (-)
Total
Negatif
28
Berdasarkan tidak terjadinya aglutinasi pada pasien suspek demam tifoid
di puskesmas padang bulan medan, terdapat 6 orang (40%).
4.2. Pembahasan
Berdasarka penelitian terhadap 15 sampel Pasien Suspek Demam Tifoid
Di Puskesmas Padang Bulan Medan, Terdapat 6 sampel (40%) tidak terjadi
Aglutinasi dan 9 sampel (60%) terjadi Aglutinasi. Hal ini dipengaruhi oleh
makanan yang terkontaminasi Bakteri S.typhi dan faktor kekebalan tubuh yang
menurun, kurangnya kebersihan lingkungan dan kurangnya vaksinasi terhadap
masyarakat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh fakultas Andalas
Padang Tahun 2016, Bahwa peneyebab utama seseorang terinfeksi Demam Tifoid
adalah makanan yang terkontaminasi Bakteri S.typhi. Dan sejumlah penelitian
yang membahas nilai dari Uji Didalam tunggal telah banyak dilakukan yang
menghasilkan data nilai tersebut meragukan untuk dijadikan patokan dalam
membantu diagnosis Demam Tifoid tersebut.
Oleh karena itu, dibutuhkan informasi yang lebih detail tentangg riwayat
medis, riwayat berpergian dan riwayat vaksinasi pasien. Selaina itu rendahnya
nilai sensitivitas dan spesifikasi Uji Didalam menjadikan Uji ini harus
dikombinasikan dengan gejala klinis dan biarkan kuman untuk dapat
mendiagnosis Demam Tifoid.
29
BAB 5
KESEIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan lama demam pada pasien suspek demam tifoid di puskesmas
padang bulan medan, dari demam 3-5 hari sebanyak 6 pasien (40%) tidak terjadi
aglutinasi,dan dengan lama demam 6-9 hari sebanyak 9 pasien (60%) terjadi
aglutinasi.
Berdasarkan aglutinasi pada pasien suspek demam tifoid di puskesmas
padang bulan medan, sebanyak 2(13%) pasien terjadi aglutinasi pada antigen O,
dan sebanyak 3(20%) pasien terjadi aglutinasi pada antigen H, dan sebanyak 4
(26%) pasien terjadi aglutinasi pada antigen AH, dan sebanyak 6 (40%) pasien
tidak terjadi aglutinasi.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian hasil uji widal pada pasien suspek demam typoid di
Puskesmas Padang Bulan Medan. Penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi penderita suspek demma typoid sebaiknya harus menjaga pola hidup
yang sehat.
2. Pentingnya menjaga kebersihan bagi penderita suspek demam typoid.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan tes uji serologi
widal dengan menggunakan metode yang lain.
30
DAFTAR PUSTAKA
Agung Putri,dkk, 2013. Uji Diagnostik Tes Serologi Widal dibandingkan dengan
IgM anti Salmonella Typi.
Astuti, 2013. Demam Tifoid Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Darmawati, S.2009. Keanekaragaman Genetik Salmonella Typhi Fikkes Unimus.
Fatmawati, 2011. Uji Diagnostik Tes Serologi Widal di Bandingkan Dengan
Kultur Darah untuk Diagnosis Demam Tifoid Pada Anak Universitas
Diponegoro.
Ghadia Putri,dkk, 2016. Perbadingan Metode Diagnosis Demam Tifoid
Comparison of Methods For Diagnosis of Typhoid Fever, Unpad..
Handojo, 2004. Imunoasai Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi, Surabaya
AUP.
Iranto, 2014. Bakteriologi Medis, Mikologi Medis dan Virologi Medis, Bandung.
Jawetz, 2008. Mikrobiologi kedokteran, Jakarta.
Kemenkes,2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.
Linda Ayu L, 2016. Gambaran Hasil Pemeriksaan Widal Slide Menggunakkan
Serum dan Plasma EDTA penderita demam tifoid, Poltekkes Kendari.
Vika Rahma,dkk, 2016. Uji Widal Berdasarkan Lama Demam Pada Pasien
Suspek Demam Tifoid, Unand.
Yatnita, 2011, Bakteri Salmonella Typi dan Demam Tifoid, Unand.
Yuli Wulan Sari,2013. Faktor dan Santasi Lingkungan Hubungannya Dengan
Kejadian Demam Tifoid, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
31
Tabel 4.1.Data Hasil Pemeriksaan Demam Tifoid Di Puskesmas
Padang Bulan Medan
ID Pasien Hasil
C1
C2
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9
C10
C11
C12
C13
C14
C15
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Positif
32
Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Demam Tifoid (+)
No Hasil
C1 Positif
C2 Positif
C3 Positif
C4 Positif
C5 Positif
C6 Positif
C7 Positif
C8 Positif
C9 Positif
Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Demam Tifoid (-)
No Hasil
C1 Negatif
C2 Negatif
C3 Negatif
C4 Negatif
C5 Negatif
C6 Negatif
33
Lampiran II
Tabel 4.2.Pemeriksaan Berdasarkan Lama Demam Pada Pasien Suspek
Demam Tidoid Di Puskesmas Padang Bulan Medan
ID Pasien Hasil
C1
C2
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9
C10
C11
C12
C13
C14
C15
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Positif
34
LAMPIRAN GAMBAR
35
36
37
38
LAMPIRAN JADWAL PENELITIAN
NO
JADWAL
BULAN
D
E
S
E
M
B
E
R
J
A
N
U
A
R
I
F
E
B
R
U
A
R
I
M
A
R
E
T
A
P
R
I
L
M
E
I
J
U
N
I
J
U
L
I
A
G
U
S
T
U
S
1 Pengajuan
Judul
2 Konsultasi
Judul
3 Bimbingan
Proposal
4 Ujian
Seminar
Proposal
5 Perbaikan
Proposal
6 Pelaksanaan
Penelitian
7 Penulisan
KTI
8 Ujian Sidang
KTI
39
9 Perbaikan
KTI
10 Judisium
11 Wisuda
40
LAMPIRAN GAMBAR
41
42
43
44