100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN TAHUN 2006 - 2010 SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Seni Jurusan Kriya Seni/Desain Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh AGDITYA DWIGANTARA C0905001 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KAJIAN KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN

TAHUN 2006 - 2010

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan

Mencapai Gelar Sarjana Seni Jurusan Kriya Seni/Desain Tekstil

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

AGDITYA DWIGANTARA

C0905001

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

KAJIAN KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN

TAHUN 2006 - 2010

Disusun Oleh :

Agditya Dwigantara

C. 0905001

Telah disetujui untuk dihadapkan pada sidang Skripsi oleh :

Pembimbing

Drs. Sarwono, M. Sn.

NIP. 19590909 198603 1 002

Mengetahui

Ketua Jurusan Kriya Seni/Tekstil

Dra. Theresia Widiastuti, M.Sn

NIP. 19590923 198601 2 001

Page 3: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN

KAJIAN ESTETIKA KONSEP PENCIPTAAN TAPESTRI

KARYA BIRANUL ANAS ZAMAN

Disusun Oleh :

Agditya Dwigantara

C. 0905001

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada Tanggal…………………..

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Dra. Theresia Widiastuti, M.Sn ……………..

NIP. 19590923 198601 2 001

Sekretaris Sujadi R. Hidayat, S.Sn. M.Sn ………………

NIP. 197611052005011001

Penguji I Drs. F. Ari Dartono, M. Sn ………………

NIP. 19581120 198703 1 002

Penguji II Drs. Sarwono, M. Sn ………………

NIP. 19590909 198603 1 002

Mengetahui

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A

NIP. 19530314 198506 1 001

Page 4: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Agditya Dwigantara

NIM : C.0905001

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi berjudul KAJIAN KARYA TAPESTRI

BIRANUL ANAS ZAMAN TAHUN 2006 - 2010 adalah benar-benar karya sendiri, bukan

plagiat, dan tugas akhir ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian

tertentu yang penulis ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan ilmiah

yang lazim. Hal-hal tersebut dalam karya ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Surakarta, 7 Januari 2011

Yang membuat pernyataan

Agditya Dwigantara

Page 5: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Tugas akhir ini dipersembahkan penulis kepada :

Bapak dan Ibuku tercinta

Orangtua terbaik,

Rizky

kakaku,

Sahabat-sahabatku

Keluarga keduaku,

Almamaterku,

Dan untuk

Seseorang yang selalu membuatku semangat.

Page 6: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Hidup menjadi lebih hidup hanya ketika senang dan melankolik (kesedihan) berdampingan

(Eric G. Wilson)

Page 7: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat, hiadayah

dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul KAJIAN KARYA

TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN TAHUN 2006 - 2010, untuk memenuhi sebagian

persyaratan guna memperoleh gelar sarjana seni dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir dan penyusunan laporan ini tidak dapat terwujud

apabila tanpa partisipasi dari berbagai pihak yang senantiasa dengan senang hati memberikan

dukungan, bimbingan serta bantuan. Maka dalam kesempatan ini pula, penulis akan

menghaturkan banyak terima kasih kepada :

Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Dra. Theresia Widiastuti, M.Sn, selaku ketua Jurusan Kriya Seni/Tekstil Fakultas Sastra dan

Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Drs. Sarwono, M. Sn, selaku Pembimbing yang selalu membimbing dengan penuh

kesabaran, memberikan dorongan, semangat dan doanya sampai terselesaikannya Tugas

akhir ini.

Dewan penguji Tugas Akhir Dra. Theresia Widiastuti, M.Sn, Sujadi R. Hidayat, S.S. M.Sn.,

Drs. F. Ari Dartono, M. Sn, Drs. Sarwono, M. Sn.

Para Narasumber yang telah membantu dalam proses penelitian, Prof. Dr. Biranul Anas

Zaman, Jim Abiyasa Supangkat Silaen dan Prof. Dr. Nanang Rizali, MSD.

Seluruh jajaran Dosen dan Staf Jurusan Kriya Seni/Tekstil.

Page 8: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

Bapak, Ibu, kakakku tercinta serta segenap keluarga yang dengan tulus ikhlas terus

memberikan bantuan dan dukungannya.

Semua pihak yang telah membantu, dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu sampai

terselesaikannya Skripsi ini.

Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis sadari masih jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pihak manapun juga. Penulis juga berharap semoga hasil tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi banyak pihak khususnya Jurusan Kriya Seni/Tekstil dan masyarakat pada

umumnya.

Surakarta, 3 Februari 2011

Penulis

Page 9: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

PERSETUJUAN .......................................................................................................... ii

PENGESAHAN ........................................................................................................... iii

PERNYATAAN .......................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ........................................................................................................ v

MOTTO ....................................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. . xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xiv

ABSTRAK ................................................................................................................ .. xv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. ... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... .... 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

E. Sistematika Penulisan .................................................................... .... 7

BAB II KAJIAN TEORI …………………………………………... … 8

A. Tekstil ........................................................................................... ..... 8

B. Tapestri .............................................................................................. 10

1. Perkembangan Tapestri ................................................................. 10

Page 10: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

2. Teknik dan Proses ........................................................................... 17

C. Konsep Penciptaan ............................................................................ 23

D. Kerangka Pikir ................................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................…... 35

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………... 32

B. Bentuk Penelitian .............................................................................. 32

C. Sumber Data ....................................................................................... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 38

E. Validitas Data .................................................................................... 41

F. Teknik Analisis Data .......................................................................... 42

BAB IV KAJIAN ESTETIS TAPESTRI KARYA BIRANUL ANAS ................... 40

A. Gambaran Umum Seni Serat Tapestri Karya Biranul Anas …............. 44

1. Latar Belakang Munculnya Karya Biranul Anas Zaman ……….. . 44

2. Proses Penciptaan Karya Seni Serat Tapestri Biranul Anas …….. 47

B. Visulisasi Karya-Karya Seni Serat Tapestri Biranul Anas Zaman …. 54

1. PERAHU CERBON ……………………………………………... 53

2. TAMAN SURYA (II) ……………………………………………. 56

3. SERPIH WARIS SUMBA ……………………………………….. 58

4. EUIS ……………………………………………………………… 60

5. MEI MEI …………………………………………………………. 62

6. MADAME ……………………………………………………….. 64

7. BURNING FOREST ON GOLDEN SOIL ....................................... 66

8. BROKEN PARADISE ..................................................................... 68

Page 11: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

9. GLARES OF DEFIANCE ............................................................... 70

10. THINKERS OF THE ALTERNATIVE .......................................... 72

C. Konsep Penciptaan Tapestri karya Biranul Anas Melalui Pendekatan Estetika 74

BAB V KESIMPULAN …………………………………………………………. 84

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 86

LAMPIRAN ................................................................................................................ 89

Page 12: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bayeux Tapestry …………………………………………………….. 11

Gambar 2 Karya Frank Stella yang dibuat dalam bentuk tapestri ....................... 12

Gambar 3 Karya Sir Eduardo Paolozzi yang dibuat dalam bentuk tapestri …… 12

Gambar 4 Tapestri karya Tiarma Sirait …..……………………………………... 14

Gambar 5 Karya Zaini Raiz dengan judul Borobudur ………….………...…….. 15

Gambar 6 Pile Rugs ................................……………………………………….. 19

Gambar 7 Struktur tenun pipih (flat woven) ……………………………………. 19

Gambar 8 Teknik dalam tenun tapestri .......................…………………………. 20

Gambar 9 Kerangka Berpikir .....................................………………................... 28

Gambar 10 Skema analisis model interaktif ……………………………………… 42

Gambar 11 Karya-Karya Biranul Anas Periode 1975-1984 ……………………… 48

Gambar 12 Karya-Karya Biranul Anas Periode 1985-1990 …………………........ 49

Gambar 13 Karya-Karya Biranul Anas Periode 1990-2000 ……………………… 50

Gambar 14 Karya Biranul Anas Periode 2000-2007……........................................ 51

Gambar 15 Karya-Karya Biranul Anas Periode 2008-2010 ……………………… 52

Gambar 16 PERAHU CERBON ………………………………………….……... 54

Gambar 17 TAMAN SURYA (II) ................…………………………………….. 56

Gambar 18 SERPIH WARIS SUMBA ………………………………………….. 58

Gambar 19 EUIS ……..…………………………………………………………… 60

Gambar 20 MEI-MEI ..…………………………………………………………… 62

Gambar 21 MADAME ……………………………………………………………. 64

Page 13: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

Gambar 22 BURNING FOREST ON THE GOLDEN SOIL ……….…………… 66

Gambar 23 BROKEN PARADISE ……………………………………………...… 68

Gambar 24 GLARES OF DEFIANCE ……………….…………………………… 70

Gambar 25 THINKERS OF THE ALTERNATIVE ……………………………….. 72

Page 14: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Hasil

1. Hasil wawancara dengan Biranul Anas Zaman

2. Hasil wawancara dengan Nanang Rizali

3. Hasil wawancara dengan Jim Supangkat

Foto

4. Foto Biranul Anas sewaktu di kantor

5. Foto penulis saat bertemu Jim Supangkat di Semarang

6. Foto proses pengerjaan tapestri karya Biranul Anas Zaman

7. Foto sketsa awal

8. Foto saat Biranul Anas memberikan pengarahan pada pengrajin karyanya

9. Foto tampak dekat karya THINKERS OF THE ALTERNATIVE

10. Foto tanda tangan Biranul Anas pada karya MADAME

11. Foto saat proses pelatihan yang diadakan di kediaman Biranul Anas

12. Foto karya Biranul Anas yang berjudul MASTER OF CONFLICT

13. Foto karya Biranul Anas yang berada di kediaman Biranul Anas

14. Foto Biranul Anas sewaktu di kediamannya

Lembar konsultasi

Page 15: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

ABSTRAK

Agditya Dwigantara. C0905001. 2011. KAJIAN KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN

TAHUN 2006 - 2010. Skripsi: Jurusan Kriya Seni Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Seni serat atau disebut juga dengan istilah fiber art, merupakan upaya artistik melalui

jalan serat atau benang yang menghasilkan konfigurasi bentuk dan warna. Seni serat sebagai

ragam seni merupakan manifestasi kebebasan kreatif yang melatari sesuatu cipta seni.

Perkembangan seni serat khususnya tapestri di Indonesia tergolong pesat. Saat pasang surutnya

perkembangan seni serat di Indonesia terjadi. Masih terdapat beberapa seniman serat yang setia

mengeluti seni serat. Salah satu seniman yang tetap setia pada dunia seni serat adalah Biranul

Anas Zaman. Beragam jenis tema yang pernah Biranul Anas angkat dalam karya-karyanya

merupakan merupakan daya tarik tersendiri bagi penulis untuk mengangkat konsep penciptaan

seni serat tapestri karya Biranul Anas Zaman dalam penelitian ini.

Permasalahan yang dibahas dalam Skripsi adalah: Bagaimana latar belakang munculnya

karya-karya Biranul Anas Zaman?, Apa jenis-jenis karya tapestri Biranul Anas Zaman?,

Bagaiman konsep penciptaan tapestri karya Biranul Anas Zaman melalui pendekatan estetika?

Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis

dengan menggunakan pendekatan estetika dalam mengkaji seni serat tapestri karya Biranul Anas

Zaman. Sumber data dalam penelitian kualitatif berupa informan dari nara sumber, arsip,

dokumentasi berbagai seni serat tapestri. Dalam proses penelitian, dikumpulkan data untuk

menjamin validitas data dengan menggunakan teknik trianggulasi data.

Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwalatar belakng munculnya karya-karya Biranul

Anas adalah aspek teknik. Berawal dari aspek teknik yang membuat Biranul Anas dapat

membuat karya yang sedemikian rupa. Jenis-jenis karya Biranul Anas pada tahun 2006 hingga

2010 dilihat melalui aspek tematik ditemukan lima macam tema pokok, yaitu tema pencitraan

alam, tema kebudayaan, tema perempuan, tema lingkungan hidup, serta tema politik. Konsep

penciptaan karya Biranul Anas zaman adalah pengalaman pribadi. Pengalaman yangdi dapat

Biranul Anas baik langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi konsep penciptaan karya

Biranul Anas.

Page 16: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seni serat atau disebut juga dengan istilah fiber art, merupakan upaya artistik

melalui jalan serat atau benang yang menghasilkan konfigurasi bentuk dan warna.

Seni serat sebagai ragam seni merupakan manifestasi kebebasan kreatif yang melatari

sesuatu cipta seni. Hal inilah yang secara umum mempunyai kekuatan tersendiri

sebagai gubahan yang artistik.

Dasar seni serat merupakan tenunan atau anyaman sebagai media daya tarik

yang dikembangkan hingga pada tingkatan eksplorasi ungkapan seni rupa. Istilah seni

serat berasal dari kata fiber art, yang sesungguhnya merupakan karya seni dengan

media yang bermateri serat atau benang, diantaranya menghasilkan bentuk ungkap

kain (tekstil) dan tapestri (permadani). Dalam beradaptasi dengan keberadaan ruang,

bentuk seni serat tidak lagi bergantung dan bersandar pada dinding. Namun berupaya

mengisi ruangan dengan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari kekuatan unsur

serat ke dalam bidang tiga dimensi.

Bentuk-bentuk perwujudan dari gubahan kreatif tekstil selain fungsional

berupa karya desain dan kriya juga dapat menjadi media ungkapan dan rekaan berupa

eksplorasi estetik non fungsional. Dengan demikian seni serat tidak sekedar hiasan

dinding semata, tetapi telah menjadi media bagi kebebasan ekspresi yang terungkap

dalam konteks eksplorasi seni.

Page 17: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Dalam hal pengungkapan gagasan dan sentuhan kreatif estetik banyak

kemungkinan yang dapat dilakukan melalui seni serat. Disamping membentuk

gagasan dwimatra atau trimatra, juga dapat menyusun bentuk-bentuk dalam ruangan

seperti karya seni rupa instalasi. Beragam karya seni serat telah mambuka realitas

pengembangan tekstil memalui ungkapan seni, kriya, dan desain. Dengan demikian

tekstil sebagai benda yang bersifat lembut dan luwes dengan instuisi rasa, ungkapan,

warna dan unsur psikologis yang akhirnya menghadirkan keindahan.

Tapestri memiliki beberapa sifat serta ciri yang membedakannya dengan

karya seni lainnya, khususnya yang bukan merupakan seni serat. Dari segi sifat

bahannya, tapestri yang terbuat dari serat tekstil lebih cenderung bersifat lembut dan

luwes dengan intuisi rasa, ungkapan, warna dan unsur psikologis sehingga

memunculkan keindahan.

Sifat serta ciri lain dari tapestri adalah dari segi visualisasi atau

penampilannya, tapestri memiliki keunikan tersendiri. Efek pembiasan dan pantulan

cahaya dari permukaan yang tidak berpori pada lukisan, tetapi pada benang, sehingga

lebih banyak cahaya diserap dan cahaya tersebut memantul ke dalam serat-serat

benang. Dengan demikian, warna tersebut disemarakkan, dan sebagai akibatnya

tapestri dapat menjadi media yang sangat kaya. Tingkat kekerasan, jenis benang yang

digunakan dan kerapatan kebengkokan (warp) per inci akan masing-masing

menentukan hakikat terstruktur tersebut dan dengan mengubah tekstur tersebut dapat

membuat model dengan cahaya.

Tapestri bukanlah media yang di seluruh bagian atasnya berkerja secara

sekaligus. Sebaliknya, pengerjaannya menempuh rute linier langkah demi langkah.

Page 18: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Dalam pengerjaan tapestri seperempat pertama dari tapestri tersebut sangat penting

karena hal ini menentukan tentang warna, corak, dan tekstur bagi bagian lainnya dari

komposisi tersebut.

Dalam pengerjaannya suatu karya tapestri diperlukan perencanaan yang

matang untuk dapat memunculkan karakter serta bentuk yang sesuai dengan

rancangan awal yang masih berada dalam bentuk skets atau dalam bentuk lukisan

(media kertas). Dalam perancangannya di perlukan perencanaan mengenai ketebalan

benang, kerapatan benang, jenis bahan serat (benang), warna benang, teknik imbuhan,

dan sebagainya. Hal ini pula yang membedakan tapestri dengan seni lainnya, yang

umumnya bersifat kebetulan dan spontan.

Perkembangan tapestri kontemporer di Indonesia sendiri mulai muncul pada

pertengahan tahun 1970an. Dipelopori oleh Yusuf Affandi yang mulai

mempopulerkan seni serat (tapestri kontemporer). Setelah itu mulailah bermunculan

beberapa seniman serat baru, seperti Biranul Anas Zaman, Lengganu dan Hasanudin.

Yang kemudian dilajutkan oleh munculnya generasi berikutnya seperti Jon Martono,

Kahfiat Kahdar dan Tiarma Sirait.

Perkembangan seni serat khususnya tapestri di Indonesia tergolong pesat.

Namun dalam segi eksistensinya masih perlu di simak lagi. Karena pada

perkembangannya banyak seniman serat yang beralih profesi atau beralih media dari

serat menjadi seni lukis. hal ini dikarenakan masih kurang dikenalnya jenis seni serat

(fiber art) oleh masyarakat Indonesia. Namun saat pasang surutnya perkembangan

seni serat di Indonesia terjadi, terdapat beberapa seniman serat yang setia mengeluti

Page 19: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

seni serat. Salah satu seniman yang tetap setia mengeluti dunia seni serat adalah

Biranul Anas Zaman.

Biranul Anas Zaman telah menghasilkan berbagai macam karya seni serat

mulai dari yang berbentuk tiga dimensi, tapestri, seni instalasi serta jenis-jenis

lainnya yang terbuat dari serat (tekstil). Dari beragam jenis karya yang telah dibuat

sebagian besar karya Binranul Anas berbentuk tapestri.

Kekayaan dan keberagaman yang ada pada karya-karya Biranul Anas tidak

hanya dari segi bentuk namun juga dari segi tema. Beragam jenis tema yang pernah

Biranul Anas angkat dalam karya-karyanya merupakan merupakan daya tarik

tersendiri bagi penulis untuk mengangkat konsep penciptaan seni serat tapestri karya

Biranul Anas Zaman dalam penelitian ini.

Mengingat sedikitnya penelitian mengenai seni serat tapestri, maka diperlukan

penelitian lebih lanjut mengenai seni serat tapestri untuk dapat memperkenalkan seni

serat tapestri secara khusus dan secara umum. Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan gambaran yang terfokus mengenai konsep penciptaan seni serat tapestri

karya Biranul Anas Zaman dengan menggunakan pendekatan estetika.

Page 20: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

B. Perumusan Masalah

Pada proses penulisan ini muncul berbagai permasalahan yang muncul.

Permasalahan yang muncul tersebut kemudian menjadi pokok permasalahan yang

diteliti, yang kemudian akan dicari jawabannya melalui proses penelitian yang

dilakukan berdasrkan data empirik. Dan berikut merupakan rumusan masalah dalam

penulisan ini:

1. Bagaimana latar belakang munculnya karya-karya Biranul Anas Zaman?

2. Apa jenis-jenis karya tapestri Biranul Anas Zaman?

3. Bagaiman konsep penciptaan tapestri karya Biranul Anas Zaman melalui

pendekatan estetika?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui latar belakang munculnya karya-karya Biranul Anas Zaman.

2. Mengetahui jenis-jenis karya Biranul Anas Zaman.

3. Mengetahui konsep penciptaan tapestri Biranul Anaz Zaman melalui

pendekatan estetika.

Page 21: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

D. Manfaat Penelitian

1. Lembaga

a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pengetahuan baru yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu di kampus

Universitas Sebelas Maret, khususnya jurusan Kriya Seni / Tekstil.

b. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan

bagi mahasiswa Universitas Sebelas Maret, khususnya bagi mahasiswa

jurusan Kriya Seni / Tekstil.

2. Pihak Dan Masyarakat Lain Yang Terkait

a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini menambah pengetahuan bagi

masyarakat umum mengenai tapestri.

b. Diharapkan dengan adanya tulisan ini membuat masyarakat menjadi

tertarik dan mengenal tapestri.

3. Penulis

a. Mampu memberikan pengetahuan pada penulis terhadap pokok bahasan

yang diangkat.

b. Mampu memberikan pengalaman dan pengetahuan yang lebih dalam

bidang pertekstilan khusunya mengenai tapestri.

Page 22: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disusun dalam format karya ilmiah, yang

diklasifikasikan menjadi beberapa bab menurut pola pikir dan hasil kajian dari

penelitian, yaitu:

Bab I sebagai pendahuluan, secara garis besar berisi (1) Latar belakang

masalah yang menjadi pikiran awal pijakan awal untuk memasuki wilayah penelitian,

(2) Rumusan masalah yang mejadi pokok permasalahan selama penelitian, (3)

Tujuan penelitian sebagai target keberhasilan penelitian, (4) Manfaat penelitian, dan

(5) Sisitematika penulisan sebagai penjelasan yang memuat uraian ringkas tentang

pendahuluan, kajian teori, metode penelitian, hasil analisis dan pembahasan, simpulan

dan saran.

Bab II sebagai kajian teori berisi tinjauan pustaka mengenai (1) Tekstil, (2)

Tapestri, (3) Konsep penciptaan, (4) Kerangka Berpikir.

Bab III merupakan penjelasan mengenai metode penelitian yang melpui (1)

Lokasi dan waktu penelitian, (2) Bentuk penelitian, (3) Sumber data, (4) Teknik

pengumpulan data, (5) Validitas data, dan (6) Teknis analisis data.

Bab IV menguraikan temuan dari penelitian yang dilakukan berdasarkan

rumusan masalah, meliputi (1) Gambaran umum seni serat Tapestri Karya Biranul

Anas, (2) Jenis-Jenis Karya Tapestri Biranul Anas Zaman, (3) Konsep Penciptaan

Tapestri karya Biranul Anas Melalui Pendekatan Estetika

Bab V merupakan bab terakhir sebagai penutup yang berisi kesimpulan hasil

temuan penelitian dan merupakan jawaban dari rumusan masalah, serta saran, berisi

pemantapan hasil penelitian yang dicapai.

Page 23: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

II

KAJIAN TEORI

A. Tekstil

“Tekstil berasal dari kata latin textilis. Dalam bahasa prancis texere berarti

menenun, benda yang berasal dari serat atau benang yang karena dianyam (ditenun)

atau dirajut, direnda, dilapis, dikempa menjadi pakaian atau keperluan

lainnya”(Nanang Rizali, 2006: 36).

Serat tekstil adalah “A unity of matter that is characterized by having a length at least

100 times its desimeter of width and whit exception of non crystalline glass fiber,

which has a defintie preferred orientation of its crystal unit cells with respect to a

spesific axis”( Totora, Merkel, 2005: 214). Yang berarti, Kesatuan bahan yang

memiliki ciri panjang setidaknya 100 kali dari lebarnya dan dengan pengecualian

tidak terbuat dari serat kaca, yang mana jelas mengarah pada kesatuan bagian serat

dengan teratur ke poros yang spesifik.

Desain tekstil adalah “salah satu upaya manusia untuk meningkatkan produk tekstil,

agar memiliki nilai estetis dan ekonomis yang lebih tinggi”(Nanang Rizali, 2006:

36). Untuk dapat meningkatkan nilai suatu produk tekstil perlu dilakukannya

peningkatan di beberapa aspek. Dalam desain tekstil terdapat aspek-aspek yang

penting dan perlu diperhatikan dalam proses mendesain suatu produk tekstil. Aspek-

aspek tersebut adalah ornamen, patern, serta dekorasi.

Page 24: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

“ornament adalah bentuk – bentuk yang mengandung makna simbolik. Baik yang

bersifat sakral ataupun tidak. Bentuk ragam hias berasal atau dihasilkan dari

gambaran tentang manusia, binatang, tumbuhan atau objek – objek yang biasa

dikenal dalam kehidupan manusia” (Jim Supangkat, Rizki A. Zaelani, 2006: XVI).

Ragam hias digunakan untuk kepentingan membuat dekorasi.

Dekorasi sendiri dapat diartikan sebagai hiasan. Namun pengetian

hiasan yang ada bukanlah makna hiasan sebagai perlengkapan yang

sifatnya hanya mempercantik serta menjadi bagian yang terpisah dari

isi. Namun hiasan disini adalah sebuah satu kesatuan isi dari proses

kesatuan isi dari proses dekorasi. Maka muncullah pola hias (patern)

yang memiliki arti hias yang memiliki struktur bentuk tertentu (pola)

sehingga bias digunkan secara berulang-ulang. Aplikasi pola hias

menghasilkan efek gambaran yang berbeda dari bentuk (pola)

dasaranya. Pola hias juga digunakan untuk kepentingan membuat

dekorasi. Ketiga hal ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan dalam proses mendesain suatu produk tekstil (Jim

Supangkat, Rizki A. Zaelani, 2006: XVI)

Menurut Nanang Rizali, Secara garis besar desain tekstil dapat digolongkan menjadi

dua kelompok yaitu:

1. “Desain struktur merupakan upaya penciptaan desain yang

memanfaatkan struktur atau susunan tenunan. Hal ini dapat dicapai

melalui struktur jalinan seperti kerapatan dan kerenggangan, serta

perbedaan bahan, ukuran, tekstur dan warna benang. Terciptanya

desain tekstil dilakukan bersamaan dengan menenun” (Nanang Rizali,

2006: 34).

2. “Desain permukaan adalah penciptaan desain dengan cara memberi

hiasan berupa motif dan warna di atas permukaan kain setelah

ditenun. Penampilan rupa dan warnanya menjadi peran utama yang

berkaitan dengan daya tarik estetik” (Nanang Rizali, 2006: 34)

Page 25: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Perancangan pada metode desain struktur dilakukan dengan mengolah susunan

benang atau faktor kontruksi tenun, sehingga akan mendapatkan bentuk, sifat, pola

dan warna seperti yang diinginkan. Pada desain struktur masalah teknis dan

perhitungan-perhitungan sangat diutamakan. Oleh karena itu hal-hal seperti, jenis dan

susunan anyaman atau tenunan, jnis benang lusi dan benang pakan serta susunan

warnanya yang berbeda, dan jenis tetal dan tegangan benang lusi dan pakan yang

berbeda, perlu di perhatikan secara lebih khusus. Dalam desain struktur terdapat

teknik-teknik yang masuk kedalam golongan teknik desain struktur seperti, teknik

tenun ikat (lusi, pakan, serta pakan-lusi) dan teknik tapestri. Pada penulisan ini akan

membahas lebih dalam mengenai teknik tapestri.

B. Tapestri

1. Perkembangan Tapestri

Tapestri berasal dari kata Prancis tapis, yang berarti permadani. Pada awalnya

tapesteri adalah karpet yang berfungsi sebagai penutup lantai, dan pada saat itu kata

lain dari karpet adalah tapis. Menurut sejarahnya, tapestri telah ada sejak jaman mesir

kuno dan kemudian menyebar keseluruh penjuru dunia. Namun pada

perkembangannya tapestri mengalami perkembangan pesat di Eropa. Tapestri tertua

yang ada diperkirakan dibuat pada abad ke sebelas buatan Cologne, Prancis. Pada

tahun 1370an, lahirlah sebuah karya yang paling terkenal pada abad ke empat belas

yang dibuat di Paris berjudul Angers Apocalypse, karya Nicolas Batille. Pada masa-

masa ini tema yang ada umumnya di dominasi oleh tema-tema keagamaan (Gillow,

Sentence, 2001:76).

Page 26: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Pada abad kelima belas Arras muncul sebagai pusat pembuatan tapestri.

Tapestri buatan Arras terkenal karena memilki mutu yang tinggi dan mewah. Pada

masa ini tapestri mulai berkembang, salah satunya dari segi bahan dan seratnya.

Karena dalam sebuah penelitian ditemukan lebih dari seribu macam serat dan benang

di dalam enam karya tapestri yang dibuat pada abad kelima belas.

Gambar II. 1

Bayeux Tapestry

Perkembangan tapestri mengalami puncak kejayaan pada abad ke enam belas. Pada

masa ini tapestri berkembang menjadi industri besar, dengan Brussels menjadi pusat

industri tapestri. Pada masa ini telah mengenal system control dan regulasi standart

barang yang ingin dipasarkan. Pada abad ke delapan belas industri tapestri menurun

Karena tema agama yang erat kaitannya dengan tapestri mulai ditinggalkan dan tak

diminati oleh masyarakat Eropa (Irwin, 1978 : 133-134).

Menurunnya perkembangan industri tapestri pada abad delapan belas membuat

perubahan yang cukup signfikan pada perkembangan tapestri, khususnya pada segi

tema. Pada abad delapan belas karya-karya yang dibuat lebih beragam, baik itu dari

Page 27: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

segi ide, tema, ataupun tekniknya. Perkembangan tapestri pada saat ini dapat

dikatakan kembali berkembang. perkembangan yang terjadi salah satunya terlihat dari

munculnya usaha merubah lukisan ataupun sketsa dari para pelukis terkenal dunia

(seperti Helen Frankenthaler, David Hockney, Sir Eduardo Paolozzi, frank Stella)

menjadi bentuk tapestri. Usaha merubah lukisan atau sketsa menjadi tapestri tersebut

dilakukan oleh Edinburg Tapestry Company.

Gambar II. 2 Gambar II. 3

Karya Frank Stella yang Karya Sir Eduardo Paolozzi yang

dibuat dalam bentuk tapestri dibuat dalam bentuk tapestri

Di Indonesia keberadaan tapestri telah muncul sejak zaman Neolithikum yang lebih

menojolkan unsur fungsional. Pada masa Neolithikum pembuatan sehelai kain

dilakukan melalui alat tenun gendong yang menghasilkan tekstil untuk pakaian, layar

perahu, maupun hiasan dinding. Namun dalam perkembangannya untuk pemenuhan

Page 28: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

kebutuhan kain jenis pakaian menunjukkan jumlah yang besar, sehingga diperlukan

upaya produksi yang lebih cepat melalui alat tenun bukan mesin (ATBM). Dalam

mempertahankan keniscayaan unsur seni yang lebih mementingakn faktor artistik,

seni serat dalam hal ini tapestri dikembangkan melalui teknik tenun tangan (hand

weaving).

Perkembangan seni serat di Indonesia kembali berkembang saat ini. Dengan

mulai bermunculannya seniman serat yang mengadakan pameran seni serat di

berbagai kota besar di Indonesia seperti Bandung, Jakarta serta Yogjakarta. Beragam

bentuk serta tema yang diangkat oleh para seniman serat. Namun jika dilihat secara

seksama sebagian besar karya yang dihasilkan oleh seniman serat Indonesia

berbentuk tapestri (permadani).

Tapestri yang berbentuk permadani atau lembaran kain yang mempunyai

dasar struktur anyaman yang berbentuk konstruksi horizontal dan vertikal, merupakan

tradisi asli Indonesia yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Sehingga dapat

dikatakan bahwa karya-karya para seniman serat tersebut tetap memiliki nilai tradisi

yang tinggi, walaupun bersifat kontemporer.

Seni serat kontmporer di Indonesia tidak berkembang dari seni tekstil

tradisional Indonesia. Perkembangan tapestri kontemporer di Indonesia sendiri mulai

muncul pada pertengahan tahun 1970an. Yusuf Affendi adalah pelukis Indonesia

yang merintis perkembangan seni serat kontemporer Indonesia sekembalinya dari

Amerika Serikat mempelajari seni serat kontemporr di Rochester Institute of

technology.

Page 29: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Kemunculan seni serat kontemporer di Indonesia tidak bias dilepaskan dari

perkembangan seni serat kontemporer di Amerika Serikat, khususnya setelah

Museum of modern Art (MoMA) memamerkan karya-karya serat pada 1969. Setelah

itu mulailah bermunculan beberapa seniman serat baru, seperti Biranul Anas Zaman,

Lengganu dan Hasanudin. Yang kemudian dilajutkan oleh munculnya generasi

berikutnya seperti Jon Martono, Kahfiat Kahdar dan Tiarma Sirait.

Gambar II. 4

Tapestri karya Tiarma Sirait

Perkembangan seni serat kontemporer Indonesia mengalami perkembangan

dari segi konsep penciptaan, tema, dan sumber ide. Pada perkembangannya, karya-

karya yang dihasilkan oleh para seniman serat menujukana perkembangan dan

keberagaman terutama dari segi konsep penciptaan, tema, dan sumber ide. Karya

yang dihasilkan memiliki nilai tadisi Indonesia, terutama tradisi tekstil Indonesia.

Page 30: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Gambar II. 5

Karya Zaini Raiz dengan judul Borobudur

Perkembangan seni serat khususnya tapestri di Indonesia saat ini tergolong

pesat. Namun dalam segi eksistensinya masih perlu di simak lagi ke depannya.

Karena pada perkembangannya banyak seniman serat yang beralih profesi atau

beralih media dari serat menjadi seni lukis. hal ini dikarenakan masih kurang

dikenalnya jenis seni serat (fiber art) oleh masyarakat Indonesia. Namun saat pasang

surutnya perkembangan seni serat di Indonesia terjadi, terdapat beberapa seniman

serat yang masih setia mengeluti seni serat. Salah satu seniman yang tetap setia

mengeluti dunia seni serat adalah Biranul Anas Zaman.

Selama kurang lebih 30 tahun lamanya berkarya dalam bidang tekstil

khususnya seni serat tapestri. Biranul Anas telah banyak menggali serta menggankat

berbagai kebudayaan tradisional Indonesia. Seperti kebudayaan dari Sumatra Utara

(Batak) ataupun Nusa Tenggara. Karena perhatian Biranul Anas menggangkat

kebudayaan tradisional Indonesia membuatnya dipercaya sebagai duta Indonesia

dalam berbagai acara yang berhubungan dengan dunia pertekstilan dalam kancah

internasional.

Page 31: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Biranul Anas memulai tertarik pada seni serat saat saat Biranul Anas sedang

magang sekaligus belajar mengenai desain tekstil untuk fashion di Jepang. Dalam

perjalannya ke berbagai tempat di jepang, Biranul Anas mengunjungi berbagai

pameran yang diadakan, salah satunya adalah pameran seni serat. Sepulangnya ke

Indonesia, Biranul Anas mulai mencoba berkarya dengan mengunakan media serat

dalam waktu luangnya di luar jam kerjanya (Jim Supangkat, Rizki A. Zaelani, 2006:

106-108).

Pada tahun 1984 untuk pertama kalinya Biranul Anas memamerkan karya-

karya seni seratnya di galeri Decenta, Bandung. Bersama seniman serat lainnya

seperti Lengganu dan Hasanudin. Dalam pameran ini membentuk kepercayaan diri

bagi Biranul Anas untuk terus konsisten menekuni seni serat (Jim Supangkat, Rizki

A. Zaelani, 2006: 123).

Dalam kurun waktu 30 tahun, Biranul Anas Zaman telah menghasilkan

berbagai macam karya seni serat mulai dari yang berbentuk tiga dimensi, tapestri,

seni instalasi serta jenis-jenis lainnya yang terbuat dari serat (tekstil). Dari beragam

jenis karya yang telah dibuat sebagian besar karya Biranul Anas berbentuk tapestri.

Karya-karya Biranul Anas mengangkat tema-tema yang dekat dengan

kehidupan masyarakat Indonesia seperti tema-tema mengenai perempuan, lingkungan

hidup (alam), social, politik serta agama (religi) yang dengan memasukan unsur

kebudayaan Indonesia. Namun tak jarang karya-karyanya tak menyentuh masalah

kebudayaan Indonesia. “seni serat bagi Biranul Anas adalah media ungkap. Dalam

proses berkaryanya, sifat serat, teknik dan konstruksi tenunan adalah komponen-

komponen bahasa ungkapan. Namun karya serat tidak berhenti pada keterampilan

Page 32: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

menyulam dan menenun, melainkan lebih jauh menampilkan ekspresi individual yang

merupakan upaya mencari makna-makna” (Jim Supangkat, Rizki A. Zaelani,

2006:3). Dari ketekunan dan konsistensi Biranul Anas dalam berkarya pada seni serat

menginspirasi seniman-seniman yang lebih muda untuk berkarya dan mengeluti seni

serat.

2. Teknik dan Proses

“Tapestry is a farm, heavy, stiff, jacquard –weave fabric made by hand in

wich the filling yans sets. Tapestry is also the term used for fabric made by hand in

wich the filling yarns are discontinus. In handmade tapestries the filling yarn is used

only in those areas weherethat colour is desired”(Kadolph, Langford, 1993: 408).

Yang berarti Tapestri adalah susunan, tebal, kuat, jacquard – kain tenun yang dibuat

dengan tangan yang mana disunsun dengan memasukannya pada jalinan benang.

Tapestri biasanya untuk kain yang dibuat dengan tangan yang mana berisi benang

yang terputus-putus. Pada pembuatannya tapestri benang yang dimasukkan pada

tenunan hanya digunakan untuk satu bagian warna saja.

Definisi-definisi tersebut membentuk satu benang merah yang dapat di ambil

sebagai suatu kesimpulan, bahwa tapestri merupakan sebuah kain yang dibuat dengan

tangan manusia (handmade) dengan menggunakan teknik tenun tangan (hand

weaving). “Sebagaimana jalinan sehelai kain (tekstil), seni serat mempuyai dasar

struktur anyaman yang berbentuk konstruksi horizontal dan vertikal. Dari

keberadaan ini diperoleh kemungkinan pembentukan dan penempatan jalinan serat

atau benang” (Nanang Rizali, 2006:93).

Page 33: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Struktur dasar dalam anyaman tapestri adalah struktur tenun yang terdiri dari

benang pakan (warp) dan benang lusi (weft). Proses kreatif pembuat bentuk atau

bidang melalui jalinan lusi (weft). Proses pembuatan tapestri yang sepenuhnya

menggunakan tenaga tangan manusia memberikan kesan yang lebih dinamis dan

lentur dibandingkan dengan menggunakan alat (ATBM ataupun tenun mesin).

“Adanya kelenturan pencapaian bentuk tersebut nyebabkan obyek yang digarap

memperlihatkan kesamaan visual seperti dalam penggarapan sni lukis dan sni

patung. Bahkan dapat pula mencapai perwujudan secara rinci bentuk seperti pada

efek dekoratif dan nuansa warna” (Nanang Rizali, 2006:93).

Menurut McCloud dan Gallinger, tapestri masuk kedalam jenis karpet atau

permadani. Dalam permadani terbagi dalam dua jenis, yaitu:

a). Pile Rugs (permadani yang memiliki bulu serta permukaan yang

bergelombang, seperti permadani jenis velvet, clipped dan bountone).

b). Flat-surfaced (Permadani yang terbentuk dari benang pakan dan benang

lusi, membentuk permukaan yang rata. Bentuk ini biasa disebut juga dengan

istilah struktur tenun pipih (flat woven). Yang masuk dalam permadani jenis

ini adalah tenun ikat pakan, tenun ikat lusi, tenun ikat gringsing dan tapestri)

(McCloud, Gallinger, 1957: 9).

Berdasarkan visualisasinya, permadani dibagi ke dalam dua jenis.yaitu, free from

(bentuk bebas) dan stylized form (bentuk gaya). Dalam pengembangannya, free form

membentuk desain sedangkan stylized form membentuk pola. Teknik free form ini

umumnya digunakan untuk membentuk bidang-bidang yang berbentuk abstrak dan

realistik. Teknik free form ini umunya ditemukan dalam desain tapestri, pile,

Page 34: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

boutone, soumak, laid-in. sedangkan stylized form yang membenuk pola memiliki

bermacam-macam jenis permadani di dalamnya, seperti permadani Persia,

embroidered flossa, permadani fluff dan permadani chenille. Stylized form umumnya

digunakan dalam membentuk bentuk-bentuk geometris ataupun bentuk deformasi.

Karakter dari stylized form ini adalah bentuk-bentuk yang cenderung bersifat kaku

atau patah-patah.

Sumber : http://www.nejad.com/consumer/anatomy_of_a_rug.htm

Gambar II. 6

Pile Rugs

Sumber : http://www.nejad.com/consumer/anatomy_of_a_rug.htm

Gambar II. 7

Struktur tenun pipih (flat woven)

Page 35: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

“The tapestry weave is a flat weave with no pile loops either cut or uncut and

the design is formed by the interlocking at desired intervals by different-colored weft.

… Tapestries was woven by laying the colors in though the warp with the fingers, and

the weaver often sits at an upright loom” (McCloud, Gallinger, 1957: 55).

Teknik tapestri memilki perbedaan dengan teknik lainnya, selain dari cara

pembuatannya yang menggunakan handwoven, serta dalam struktur jalinan

benangnya setiap warna yang muncul dalam tenunan menggunakan benang yang

berbeda pula. Perpindahan atau pertemuan antara dua warna benang yang ada,

kemudian memunculkan teknik-teknik yang baru. Tapestri terdiri dari beberapa jenis,

setiap jenisnya dinamakan berdasarkan teknik pertemuan benang pakan saat

pergantaian warna dan bentuk. Berikut adalah gambar beserta uraiannya:

a). Slit Tapestri b). Diagonal Tapestri c). DovetailedTapestri

d). Dovetailed Tapestri e). Interlocked Tapestri f). Interlocked Tapestri

Sumber : McCloud, Gallinger, 1957: 59

Gambar II. 8

Teknik dalam tenun tapestri

Page 36: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

a. Slit Tapestry

Merupakan teknik yang paling banyak dikenal. Teknik ini

menghasilkan kesan yang lembut danam setiap perubahan yang

terjadi.

b. Diagonal Tapestry

Teknik ini digunakan dalam membentuk bidang miring. Memiliki

kemiripan dengan teknik slit tapestry dalam beberapa tingkatan,

namun dalam ukuran yang pendek.

c. Dovetailed Tapestry

Perpindahan antara benang terjadi dalam benang pakan yang sama

dan memutari benang pakan yang sama. Teknik ini digunakan dalam

membentuk bidang vertikal atau tegak lurus. Taupun membentuk

bidang dengan kemiringan sampai dengan 45°.

d. Interlocked Tapestry

Dalam teknik ini benang lusi (weft) saling terkait antara satu warna

dengan warna yang lain dalam titik setiap baliknya. Teknik ini dapat

menghasilkan bentuk yang dinamis. (McCloud, Gallinger, 1957: 59).

Pada proses kerjanya sebagai media ekspresi seni, teknik yang digunakan dalam

proses pembuatnnya juga menjadi beragam dan tidak hanya diisi oleh teknik tenun

tapi juga teknik lainnya. Namun dalam pengerjaannya, dalam proses pengerjaannya

tapestri memiliki proses yang berbeda dengan teknik lainnya.

Page 37: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

“tidak seperti lukisan, tapestri bukanlah media yang seluruh bagian atasnya anda

berkerja sekaligus. Sebaliknya, anda berkerja sambil menempuh rute linier langkah

demi langkah-seperti menaiki gunung”(Dormer, 2008:154). Selain itu sebelum

masuk dalam proses pembuatan tapestri, terlebih dulu harus direncanakan langkah-

langkah apa saja yang akan dilakukan. Hal ini bertujan agar hasil akhir dari tapestri

tersebut sesuai dengan apa yang telah di rencanakan sebelumnya baik itu dari segi

bentuk, warna, ataupun tekniknya. “ … sang penenun pakar, ketika menciptakan

ulang dalam tenunan area yang ditimpa tersebut, … Sang penenun mengubah setiap

kebetulan sang pelukis menjadi pertimbangan yang mendalam”(Dormer‟ 2008:154).

Perencanaan yang dilakukan dilakukan karena dalam tapestri terdapat berbagai

elemen yang mempengaruhi bentuk visualisasi darri karya tapestri itu sendiri. Selain

dari segi warna dan bentuk yang beragam dalam setiap karya tapestri, teknik pun juga

menjadi elemen yang penting dalam tapestri.

Dalam karya tapestri selain terdapat teknik dasar yang berupa teknik tenun tangan

(handwoven) juga terdapat teknik imbuhan lainnya seperti teknik ikat, rajutan, sulam,

patchwork.” Aplikasi dan mengolahnya menjadi bahasa ungkapan untuk membangun

gambaran yang nyaris realistik” (Jim Supangkat, Rizki A. Zaelani, 2006:2). Hal ini

menunjukkan bahwa tapestri merupakan media ekspresi yang kaya.

Page 38: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

C. Konsep Penciptaan

Dilihat dari katanya, seni memiliki persamaan atau hubungan yang dekat

dengan kata-kata seperti dengan kehalusan serta kelembutan, khususnya dari

kedekatan maknanya.

Art itu lebih dekat dengan kualitas halus dan lembut yang berlawanan

dengan kasar. Dengan pengertian modern maupun pra-modern, sebuah

karya (ciptaan) yang kita sebut „seni‟ itu berkaitan dengan spiritualitas.

… spiritualitas berhbungan dengan keseluruhan yang lebih luas, lebih

dalam dan lebih kaya yang meletakkan situasi terbatas kita saat ini

dalam perspektif baru. Dengan demikian, spiritualitas berhubungan

dengan sesuatu yang transeden. Sesuatu yang transeden adalah yang

melampaui, menembus, mengatasi semua apa yang telah kita alami

dan ketahui dalam hidup ini (Jakob Sumardjo, 2006:12).

Proses penciptaan dalam suatu kesenian berawal dari suatu pemikiran atau

proses berpikir dari sang seniman. Dari suatu pemikiran ini kemudian lahirlah karya-

karya yang indah dan bernilai tinggi. Namun pada kenyataannya pemikiran setiap

orang berbeda, dari perbedaan pemikiran ini membuat karya yang dihasilkan setiap

orang berbeda-beda. Perbedaan tersebut memunculkan penilaian dari karya-karya

tersebut yang dinilai dari perbandingan karya yang ada. Cara berpikir manusia jika

dibuat dari pendekatan psikologi kognitif maka ditemukan bahwa:

Kesadaran baru akan ada semacam fungsi pengendalian dan pelaksana

dalam benak kita. Psikologi kognitif mengakui bahwa informasi secara

aktif ditata dan dibagun ulang dalam ingatan dan bukan dicatat dan

diingat … teori kognitif memberikan penekanan yang besar pada cara

kita menaata dan menyimpan informasi yang diterima … perhatian

dalam persepsi dan pemikiranlah yang dipandang mengarahkan

pikiran kita, dan karenanya krusial bagi pemecahan masalah. Tema ini

akan diungkit lagi dengan cara yang tidak begitu teoritis dan lebih

praktis saat kita meninjau metode-metode untuk merangsang

kreativitas dan memperbaiki keahlian memecahakan masalah

(Lawson, 2007: 144-146)

Page 39: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Permasalahan selalu muncul dalam setiap saat serta permasalahan yang

dihadapi tiap-tiap orang itu sendiri berbeda-beda. Sehingga dalam penangganan atau

penyelesaian masalah yang dilakukan setiap orang pun berbeda sesuai dengan

pemkiran dari tiap-tiap orang. “seorang pemikir dapat mengendalikan arah

pemikirannya berkelana tanpa tujuan. Normalnya orang tidak sepenuhnya terlibat

dalam satu jenis pikiran, namun lebih memvariasikan tingkat kendali atas arahan

pikirannya … seorang seniman dapat mengikuti arahan pikirannya secara alamiah,

atau mengendalikan dan mengubah arahan pikiran menurut apa yang dianggapnya

sesuai” (Lawson, 2007:151).

Konsep seni sendiri lahir dari pemikiran-pemikiran seni, “konsep seni

mengandung arti konsep dasar yang membangun persepsi seni (kesamaan

pandangan tentang seni pada suatu masyarakat)” (jim Supangkat, Rizki A. Zaelani,

2006:XV). Konsep seni sendiri jika dilihat dari sudut pandang budaya Indonesia

dalam hal ini kebudayaan jawa.maka terdapat kata kagunan yang dalam kamus sastra

jawa sebagai “(1) kepandaian (2) pekerjaan yang berguna dan berfaedah, (3)

pengugkapan akal-budi melalui rasa keindahan (gambar, ukian, puisi dan lagu)

kepamdaian pada definisi ini (dekat dengan penegtian muse) bias dijelaskan melalui

pengertian mousike techne yang dicatat sebagai aktivitas berpikiran secara

rassional” (Jakob Sumardjo, 2006: 10).

Dari kedua ideologi tersebut tedapat satu benang merah yang saling

berhubungan. Baik dalam istilah kagunan dan istilah art, berasal dari kata mousike

techne dalam bahasa yunani yang ditransfer melalui istilah artes librles dalam bahasa

Page 40: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

latin filsafat tentang keindahan. Namun ketika kedua ideologi ini terbentuk terjadi

perkembangan yang berbeda.

Ideologi seni Indonesia tidak mengubah persepsi terhadap estetika tentang

hubungan pengalaman merasakan keindahan dengan ungkapan seni. Membuat

ideologi seni Indonesia dekat estetika dan pembahasan seni yang diturunkan

mempersoalkan kepekaan, inilah yang menjadi sumber keahlian dalam memunculkan

manifestasi seni. Sementara ini pembentukan ideologi seni barat memperlihatkan arah

perkembangan yang berbeda.

Ideologi barat lebih cenderung meninggalkan estetika “ karena persepsi

hakikat pada kebendaan seni (art) ideology seni rupa (fine art)” (Jim Supangkat,

Rizki A. Zaelani, 2006: 38). Hal ini sejalan dengan muatan utama dari seni tradisi

Indonesia. “eksistensi seni tradisi Indonesia, khususnya jawa, mengandung tiga

muatan penting, yaitu: (1) mitologi;(2) ritual; (3) symbol. Ketiga muatan itu saling

bergayut, mencerminkan kandungan spirit, ruh, dan jiwa budaya bangsa,

menyiratkan pencapaian kualitas estetik seni tradisi Indonesia, sesuai babak

sejarahnya” (Gustami, 2004:1).

Proses menyatunya pemikiran estetik kultural dapat saja terjadi karena adanya

pertemuan dari dua hal yang berbeda namun dari perbedaan ini dapat menyelesaikan

permasalahan serta menghasilkan suatu hal yang bernilai tinggi. Dalam hal ini adalah

pertemuan antara fine art (yang erat kaitannya dengan kebebasan berekspresi) dengan

kriya (yang erat kaitannya dengan tradisi, tradisi yang umumnya bersifat baku serta

penuh dengan aturan).

Page 41: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Wawasan kriya punya keyakinan khas soal aspek keterampilan kerja,seperti yang

pernah dikatakan seniman dan pengraji seni rupa internasional, kelahiran Pakistan,

Iftikar Dadi, ungkapnya: “keterampilan kerja bukan hanya persoalan proses,

sebagaimana suatu keterampilan menubah suatu keterampilan dan praktek yang

bersifat non-matrial. Yang melaluinya suatu bentuk pelayanan tertentu

dipersembahkan” (Jim Supangkat, Rizki A. Zaelani, 2006:52).

Perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat membuat seni

mengalami perubahan, khususnya peran serta kedudukannya dalam sosial

kemasyarakatan. “…, akhirnya seni menemukan bentuk pengabdiannya yang baru,

yaitu sebagai media ekspresi pribadi, sebagai media ungkap tersalurnya gagasan

kretif dengan gaya dan penampilan yang berkpribadian. Spirit, ruh dan jiwa budaya

yang berkepribadian ini landasan kelahiran seni baru” (Gustami, 2004: 13).

Perubahan yang terjadi dalam peran serta kedudukan seni dalam sosial

kemasyarakatan, tidak serta merta merubah proses penciptaan seni. Dalam koteks

metodologis, terdapat tiga tahapan penciptaan seni, yaitu:

Pertama, tahapa eksplorasi, meliputi aktifitas penjelajahan menggali

sumber ide dengan langkah identifikasi dan prumusan masalah,

penelusuran, pengalian, pengumpulan data dan referensi. … kedua,

tahap perancangan yang dirumuskan diteruskan visualisasi gagasan

dalam bentuk sketsa alternatif, kemudian ditetapkan pilihan sketsa

terbaik sebagai acuan reka bentuk atau dengan gambar teknik yang

berguna bagi perwujudannya. Ketiga, tahapan perwujudan, bermula

dari pembuatan model prototype sampai ditemukan kesempurnaan

karya yang dikehendaki (Gustami, 2004:29).

Dengan cara itu, hasil akhir karya seni yang diinginkan dapat diditeksi sejak

awal, meliputi kualitas material, teknik konstruksi, bentuk dan unsur estetik, berikut

fungsi fisik dan kultur sosial. Jika dikaitkan dengan konsep penciptaan suatu karya

Page 42: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

tapestri. Maka dalam hal pengungkapan gagasan dan sentuhan kreatif estetik banyak

kemungkinan yang dapat dilakukan melalui seni serat (tapestri). “beragam karya seni

serat telah membuka realitas pengembangan tekstil melalui ungkapan seni, kriya dan

desain. Dengan demikian tekstil sebagai benda yang bersifat lembut dan luwes

dengan intuisi rasa, ungkapan, warna dan unsur psikologi yang akhirnya

menghadirkan keindahan” (Nanang Rizali, 2006: 96).

Pada seni serat terkandung makna simbolik sbagai ekspresi seniman,

kriyawan atau desainer tekstil yang lebih „bebas‟. “Dalam perwujudannya unsur-

unsur rupa seperti bentuk, garis, tekstur bahkan ragam hias (motif) dan warna

merupakan unsur yang penting. Di samping pemilihan bahan serat benang menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dari penggarapan teknik. Seni serat (fiber art)

merupakan karya seni yang cenderung berkembang dan memberi peluang

pemahaman baru yang khas” (Nanang Rizali, 2006: 98).

Dalam perwujudan unsur rupa yang ada seperti bentuk, garis, tekstur bahkan

ragam hias (motif) dan warna meruakan suatu satu kesatuan yang utuh. Sehingga

dalam mengkaji suatu karya seni tidak dapat dipisah-pisahkan antara unsur yang satu

dengan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Langer bahwa,

“prinsip penciptaan nilai estetik yang bertolak dari jenis yang khas itu, dapat ditebak

dalam berbagai jenis simbolisasi sebagai hasil abstraksi gagasankreatif. … Simbol

estetik bukanlah suatu system simbol, melaikan satu kesatuan” (Agus Sachari, 2002:

19). Dalam penelitian ini akan menggunakan kajian estetika dalam mengkaji konsep

penciptaan seni serat tapestri karya Biranul Anas Zaman.

Page 43: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

D. Kerangka Pikir

Gambar II. 9

Kerangka Berpikir

Page 44: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Dalam penulisan ini kerangka perpikir berfungsi sebagai gambaran atau sketsa

tentang arah penelitan yang akan dilakukan sehingga penelitian yang dilakukan dapat

sesuai harapan. Yang menjadi latar belakang masalah adalah Konsep Penciptaan Seni

Serat Tapestri Karya Biranul Anas Zaman dengan menggunakan pendekatan estetika

sebagai „pisau bedah‟ dalam membuka permasalahan yang ada, sehingga

menghasilkan analisa dan kesimpulan yang akurat.

Setelah menentukan latar belakang masalah, kemudian dibentuklah

perumusan masalah. Dalam perumusan masalah terdiri dari dua jenis yaitu konsep

penciptaan dan visualisasi karya. Setelah melalui proses perumusan masalah maka

proses penelitian masuk dalam tahap pembedahan masalah yang di kaji dengan

menggunakan pendekatan estetika. Proses pembedahan masalah dengan

menggunakan pendekatan estetika terdapat visualisasi serta konsep penciptaan yang

menujang proses pembedahan masalah.

Setelah melalui proses metodologi penelitian maka terpilihlah beberapa

sample yang akan di kaji, berupa karya-karya tapestri Biranul Anas Zaman yang telah

dipilih berdasarkan teknik pencuplikan yang ada. Karya-karya yang dipilih telah

mewakili seluruh karya yang telah diciptakan oleh Biranul Anas Zaman selama kurun

waktu lima tahun terakhir. Pemilihan dilakukan berdasarkan tema-tema yang

diangkat dalam karya-karya Biranul Anas zaman.

Sample karya-karya yang telah ada kemudian masuk kedalam proses

penelitian dengan menggunakan pendekatan estetika. Dalam proses ini terdiri dari

dua macam data, yaitu: berdasarkan pendapat Narasumber dan berdasarkan penilaian

Penulis. Guna menunjang hasil akhir dan validitas data yang diteliti maka

Page 45: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

diperlukanlah pendapat dari Orang yang kompeten serta mengetahui permasalahan

yang diangkat sebagai Narasumber. Proses pengambilan data berupa pendapat

Narasumber melalui proses wawancara.

Setelah mendapat data berupa penilaian dari Penulis serta pendapat

Narasumber, maka data-data yang telah ada kemudian di analisis oleh penulis. Dari

proses analisis data ini kemudian membentuk suatu kesimpulan. Kesimpulan yang

ada kemudian digunakan untuk menjawab permasarahan yang ada. Dalam penjelasan

diatas, banyak menyinggung mengenai estetika. Dalam penulisan di bawah ini akan

membahas lebih dalam mengenai estetika. Hal ini diharapkan dapat menjelaskan

penedakatan estetika yang akan digunkana dalam penelitian ini dalam membedah

permasalahan yang ada.

“Berdasarkan pengertiannya, estetika berasal dari kata aesthetis (yunani)

yang berarti pencerapan atau cerapan indra. Pencerapan atau persepsi tidak hanya

melibatkan indra, tetapi juga proses psikofisik seperti asosiasi, pemahaman, khayal,

kehendak dan emosi” (Nanang Rizali, 2006: 16). Pada awalnya estetika adalah

bidang filsafat yang berurusan dengan pemahaman tentang keindahan alam dan seni.

Dalam perkembangannya hingga kini estetika diartikan sebagai „inti seni‟ yang

meliputi pemikiran dan penyusunan unsur-unsur seni (rupa), serta cara

pengungkapannya.

Page 46: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Estetika bukan hanya sekedar penjelmaan keindahan saja,

melainkan harkatnya ditingkatkan menjadi estetika yang etis, yang

bertanggung jawab. Lebihlanjut dari itu, estetika tetap bertindak

sebagai moralitas manusia untuk menyibak dunia dan

mentransformnya ke dalam karya-karya kreatif. Estetika bukan lagi

sekedar objek, melainkan justru objek itu sendiri, subjek yang

menghidup, subyek yang mengada. … . Disamping merangkul dirinya

sendiri menjadi subyek yang menyublim ke arah penyadaran manusia

menuju renungan kreatif yang mendalam (Nanang Rizali, 2006: 20).

“Benda mempunyai fungsi sebagai benda, sesuai dengan konsepnya yang

direncanakan, ia sebuah realitas. Di samping itu, ia juga merupakan perwujudan

realitas lain, yakni realitas benda sebagai pembawa dari tanda-tanda atau simbol-

simbol sebuah image” (Nanang Rizali, 2006: 18). Sejalan dengan meluasnya

perkembangan dari kajian estetik, diikuti dengan munculnya model-model kajian

estetik di dalamnya. Salah satu model kajian estetik adalah model kajian bahasa rupa

(semantik). “Semantik dikenal sebagai ilmu tentang simbol-simbol linguistik yang

bertitik tolak dari makna, serta apa yang menjadi rujukan makna tersebut. Istilah ini

pertama kali digunakan untuk mengupas arti teknis pada filologi yang mengkaji

perubahan makna dalam perkataan” (Agus Sachari, 2005: 125).

Teori semantik diadopsi juga untuk mengkaji dan menganalisis desain karya

seni rupa. Wujud visual sebuah karya mengekspresikan makna tidak hanya melalui

deskripsi atau argumentasi, tetapi juga melalui bahasa rupa. Setiap objek maupun teks

pada hakikatnya merupakan simbol, dan simbol-simbol penuh dengan makna yang

„tersembunyi‟.

Page 47: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Aktivitas manusia untuk membangun sesuatu dan membangun sesuatu

merupakan usaha untuk membentuk makna. … . Salah satu tugas

utama pemaknaan adalah berjuang melawan ‟distansi kultural‟, di

mana penafsiran harus mengambil jarak supaya dapat membuat

interpertasi yang subjektif. … walaupun penafsiran memilki jarak

terhadap fenomena budaya tertentu, penafsiran tersebut sebenarnya

tidak berkerja dengan „tangan kosong‟. Penafsiran tersebut „telah

membawa sesuatu‟ yang oleh Heidegger disebut vorhable (apa yang ia

miliki), Vorsicht (apa yang ia lihat) dan Vorgriff (apa yang digagas

kemudian) (Agus Sachari, 2005: 126).

Dalam kajian makna, proses simbolisasi suatu objek estetik menjadi penting

karena makna secara tajam dapat diamati pada proses penyimbolan satu fenomena

atau juga penyimbolan gagasan estetik. Hal ini sejalan dengan pendapat Langer,

bahwa: “simbol estetik bukanlah suatu sistem simbol, melainkan kesatuan simbol…

Simbol-simbol itu mempunyai maknanya masing-masing, tanpa perlu menjadi unsur-

unsur tunggal dari keutuhan makna karya estetik itu, karena makna tersebut tidak

bersifat struktural” (Agus Sachari, 2002:19). Lanjut lagi menurut Langer,bahwa:

Realitas yang diangkat k dalam simbol seni hakikatnya bukan realitas

objektif, melainkan realitas subjektif, sehingga bentuk atau forma

simbolis yang dihasilkan mempunyai ciri amat khas. Forma simbolis

yang terbentuk adalah forma yang hidup. Pengalaman subjektif bias

menjadi isu suatu forma simbolis. Jika pengalaman ini adalah suatu

perasaan yang kuat, maka pembentukan forma ini akan menunjukkan

eksprsivitas yang sedemekian kuat mengakar, sehingga forma itu

seolah-olah hidup. Forma akan menjadi forma nilai-nilai estetik suatu

objek atau artifak (Agus Sachari, 2002:19-20).

Jika dikaitkan dengan seni serat tapestri maka, pada hakekatnya dalam setiap

karya (tapestri) terkandung makna simbolik sebagai ekspresi seniman tekstil. Dalam

perwujudannya unsur-unsur rupa seperti bentuk, garis, tekstur bahkan ragam hias

(motif) dan warna. Dari segi fungsi, tapestri umumnya digunakan untuk barang-

Page 48: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

barang yang sifatnya sebagai benda dekoratif dan sebagian dari pakaian, karpet,

serbet serta permadani dengan bentuk yang besar. Namun pada umumnya tapestri

digunakan sebagai panjang dinding (Gillow, Sentence, 2001:76).

Dari beberapa penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa usaha mengubah

lukisan menjadi tapestri bukan tanpa dasar, karena tapestri memiliki beberapa

perbedaan. Dari perbedaan tersebut dapat dikatakan menjadi kalebihan tapestri

dibandingkan dengan lukisan. Berikut merupakan penjelasannya:

Efek pembiasaan dan pemantulan cahaya juga berbeda. Cahaya yang

dipantulkan dari permukaan yang tidak berpori pada lukisan, tetapi

dngan benang, sehingga lebih banyak cahaya diserap dan cahaya

tersebut memantul di dalam. Dengan demikian warna tresebut

disemarkan, dan sebagai akibatnya tapestri dapat menjadi media yang

sangat kaya. Tingkat kekerasan, jenis benang yang digunakan dan

kerapatan kebengkokan (warp) per inci akan masing-masing

menentukan hakikat tekstur dan dengan mengubah tekstur tersebut

anda dapat, secara harafiah, membuat model dengan cahaya (Domer,

2008: 153-154).

“Berbagai kemungkinan teknis merupakan bagian dari eksplorasi estetis

dengan penekanan pada ungkapan bentuk warna permukaan (tekstur). Sebagaimana

jalinan sehelai kain (tekstil) seni serat mempunyaidasara struktur anyaman yang

dibentuk konstruksi horizontal dan vertikal. Dari keberadaan ini diperoleh

kemungkinan pembentukan dan penempatan jalinan serat atau benang” (Nanang

Rizali, 2006: 93).

Adanya kelenturan pencapaian bentuk tersebut menyebabkan obyek yang

digarap memperlihatkan kesamaan visual seperti dalam pengarapan seni lukis dan

seni patung. Bahkan dapat pula mencapai perwujudan secara rinci bentuk seperti pada

efek dekoratif dan nuansa warna. dalam proses menentukan serta mengolongkan

Page 49: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

beberapa simbol yang muncul akan lebih mudah apabila dari beragam simbol yang

ada pada suatu karya seni di kelompokan kedalam beberapa bagian. Namun dalam

bagian satu dengan bagian yang lainnya memiliki satu keterkaitan atau satu kesatuan

(unity).

“Unity adalah merupakan visinya mengenai bentuk dari karyanya.

Kegagalan dalam mencapai kesatuan akan mengakibatkan sebuah desain menjadi

tidak menjadi tidak memiliki nilai/kaidah estetika. karena pada dasarnya secara

visual , desain tumbuh dari proses perkembangan menyatunya unsur-unsur atau unit-

unit yang berbeda-beda” (Nanang Rizali, 2006: 43). Untuk mencapai suatu kesatuan

(unity) organisasi yang baik, sebuah karya seni memiliki kriteria dan prinsip yang

perlu mendapat perhatian. Menurut Nanang Rizali, prinsip-prinsip tersebut adalah:

a. Irama

Pada bidang seni rupa irama terbentuk karena pengulangan (repetition)

dan gerakan (movement). Pengulangan mungkin diwujudkan melalui warna

dan nada bidang atau bentuk, garis dan tekstur.

b. Keseimbangan

Dalam seni rupa, keseimbangan (balance) adalah suatu kondisi atau

kesan optimis tentang kesan berat, tekanan, tegangan dan kestabilan. Dalam

penciptaan karya seni dapat diasosiasikan wujud-wujud elemen dasar seperti

seperti garis, bidang tekstur, dan warna. Faktor atau variable pendukung

keseimbangan adalah posisi atau penempatan, ukuran, proporsi, kualitas dan

arah dari unsur-unsur yang ada.

Page 50: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

c. Pusat Perhatian

Setiap bagian tertentu dari suatu karya seni hendaknya memilki

perhatian atau tingkatan dominan yang layak atau pantas (Nanang Rizali,

2006: 43 - 47).

Terciptanya sebuah pola, prinsipnya terbentuk karena pengorganisasian unsur-

unsur seni. Untuk mencapai suatu kesatuan yang menyeluruh harus dengan

memperhatikan berbagai kriteria. Unsur-unsur terpenting dalam suatu seni rupa

adalah garis ruang (space), bentuk (shape form), warna (color) dan tekstur (texture).

Dalam penulisan ini akan mengkaji karya seni serat tapestri karya Biranul Anas

Zaman melalui kajian estetika sebagai pisau bedah guna mengkaji unsur-unsur seni

rupa didalam setiap karya seni yang dikaji.

Page 51: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian kualitatif diarahkan pada kondisi aslinya di mana subjek peneliti

berada. Peneliti menjelajahi kancahnya dan menghabiskan waktunya untuk

mengumpulkan data sampai secara langsung dan mengarahkan kajiannya pada

interpretasi objek menurut apa adanya. Lokasi tempat pengambilan data berada di

studio serta di lokasi lainnya tempat narasumber berada yang bertempat di kota

Bandung, Semarang dan Surakarta. Penelitian dilakukan pada kurun waktu antara

bulan Agustus 2010 hingga Oktober 2010 dengan fokus kajian estetika konsep

penciptaan tapestri karya Biranul Anas Zaman serta latar belakang munculnya karya-

karya Biranul Anas.

B. Bentuk Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini, maka bentuk

penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis

dengan menggunakan pendekatan estetika dalam mengkaji seni serat tapestri karya

Biranul Anas Zaman.

Page 52: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

C. Sumber Data

Sumber data yang dmanfaatkan dalam penelitan ini berupa:

1. Informan atau narasumber yang akan diminati keterangan meliputi

seniman serat tapestri yang karya-karyanya akan diteliti serta dikaji, juga

narasumber lain yang memahami seputar topik bahasan penelitian ini,

antara lain:

a. Nama : Biranul Anas Zaman

Pekerjaan/Jabatan : Seniman serat tapestri, Dekan Fakultas Seni

Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung

Topik wawancara : Perkembangan seni serat tapestri di Indonesia,

latar belakang munculnya karya-karya Biranul

Anas, konsep penciptaan karya Biranul Anas

melalui penedekatan estetika.

b. Nama : Nanang Rizali

Pekerjaan/Jabatan : Guru besar Kriya Seni/Tekstil Universitas

Sebelas Maret, Surakarta

Topik wawancara : Penilaian Nanang Rizali Mengenai karya-

karya seni serat tapestri Biranul Anas melalui

sudut pandang estetika

Page 53: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

c. Nama : Jim Supangkat

Pekerjaan/Jabatan : Kurator

Topik wawancara : Penilaian Jim Supangkat Mengenai karya-

karya seni serat tapestri Biranul Anas melalui

sudut pandang estetika.

2. Arsip dan dokumen serta catatan yang diperoleh dari berbagai pihak yang

dapat menunjang penelitian ini, seperti dokumentasi berupa foto seni serat

tapestri karya-karya Biranul Anas dan data tertulis mengenai seni serat

tapestri.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif berupa informan dari nara sumber,

arsip, dokumentasi berbagai seni serat tapestri. Sumber data tersebut menuntut cara

tertentu guna mendapat data, maka strategi pengumpulan data dalam penelitian

kualitatif ini dikelompokan ke dalam dua cara, yaitu interaktif dan non-interaktif.

Metode interaktif meliputi wawancara mendalam dan observasi, sedangkan

metode non-interaktif meliputi observasi tak berperan, dan mencatat dokumen atau

arsip. Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Salah satu sumber informasi yang sangat penting dan perlu didekati dengan

wawancara. Wawancara mendalam dimaksudkan dapat dilakukan pada waktu dan

konteks yang dianggap tepat, guna mendapatkan data yang dirinci juga mendalam

Page 54: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

serta dapat dilakukan berkali-kali sesuai dengan keperluan peneliti berkaitan dengan

kejelasan masalah yang sedang digali (Sutopo, 2002;58-59). Wawancara dilakukan

dengan informan atau narasumber dengan topik wawancara karya-karya seni serat

tapestri Biranul Anas Zaman dengan mengunakan pendekatan estetika. Dalam proses

wawancara dalam penelitian ini yang menjadi narasumber adalah Biranul Anas

Zaman, Nanang Rizali dan Jim Supangkat.

2. Observasi

Observasi langsung dapat dilakukan dengan cara mengambil tak berperan.

Dalam observasi penelitian ini, peneliti hanya sebagai pengamat tanpa terlihat

berperan apapun, sehingga peneliti melakukan observasi tak berperan, yaitu prilaku

yang bergayutan dan kondisi lingkungan yang tersedia di lokasi penelitian dapat

diamati secara formal maupun tidak formal (Sutopo, 2002:64-65). Observasi

dilakukan di studio Biranul Anas yang berada di Bandung, Jawa Barat.

3. Studi Pustaka

Data-data dokumen dan arsip merupakan data yang penting, artinya dalam

penelitian kualitatif terutama sasaran penelitiannya pada latar belakang atau berbagai

peristiwa yang terjadi dimasa lampau dan sangat berkaitan dengan kondisi peristiwa

masa kini yang berhubungan dengan konsep peciptaan seni serat tapestri karya

Biranul Anas. Demikian halnya dengan benda fisik yang berupa sumber data penting

dalam penelitian ini (Sutopo, 2002:68-70).

Studi pustaka dilakukan dengan mengkaji data tertulis berupa buku, jurnal

ataupun berbagai jenis data yang berbentuk cetak yang berkaitan dengan seni rupa

atau kriya tekstil pada umunya serta tapestri pada khususnya. Studi pustaka dilakukan

Page 55: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

dengan mengkaji data tertulis yang terdapat di perpustakaan-perpustakaan yang

berada di beberapa perguruan tinggi, seperti di Universitas Sebelas Maret (UNS),

Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT).

4. Teknik Pencuplikan

Cuplikan berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis sumber data yang

digunakan dalam penelitian. Teknik cuplikan yang digunakan bersifat selektif dengan

menggunakan dasar pertimbangan konsep teoritis, keingin tahuan pribadi,

karakteristik empirik dan lain-lain, yaitu teknik purposes sampling yang dipandang

lebih mampu menangkap kelengkapan dan kedalaman data di dalam menghadapi

realitas yang tidak tunggal, dengan populasi yang akan di angkat adalah karya tapestri

yang telah dibuat oleh Biranul Anas pada kurun waktu lima tahun terakhir (2005

hingga tahun 2010).

Pilihan sample diarahkan pada sumber data yang dipandang memiliki data

yang penting berkaitan dengan permasalahan yang diteliti (Sutopo, 2002:36). Karena

banyaknya populasi yang ada, maka diambil sample dari maing-masing jenis karya

berdasarkan tema yang diangkat dalam karya yang ada.hal ini bertujuan agar

penelitian yang dilakukan dapat mecakup seluruh bagian. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini antara lain Informan atau nara sumber, dokumentasi

berupa foto-foto seni serat tapestri karya Biranul Anas Zaman.

Page 56: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

E. Validitas Data

Dalam proses penelitian, dikumpulkan data untuk menjamin validitas data

dengan menggunakan teknik trianggulasi data. “Teknik triaggulasi data

memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang

sejenis, tekanannya pada perbedaan sumberdata, bukan pada teknik pengumpulan

data atau yang lain” (Sutopo, 2006: 93). Peneliti bisa memperoleh dari narasumber

(manusia) yang berbeda-beda dengan teknik wawancara yang mendalam, sehingga

informasi dari narasumber yang satu bias dibandingkan dengan informasi dari

narasumber yang lainnya. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang

satu bias lebih teruji kebenarannya bila mana dibandingkan dengan sejenis data yang

diperoleh dari sumber lain yang berbeda, baik sumber sejenis atau sumber yang

berbeda jenisnya.

Pada penelitian ini mengkaji seni serat Karya Biranul Anas Zaman dengan

menggunakan kajian estetika. menggunakan narasumber yang berbeda-beda.

Pemilihan narasumber berdasarkan pengetahuan narasumber berdasarkan

pemasalahan yang diangkat. Dari proses pemilihan narasumber di dapat tiga

narasumber yang berbeda. Dari ke empat narasumber tersebut peneliti bias

membandingkan data sejenis yang diperoleh dari para narasumber yang mungkin

memiliki pengalaman dan persepsi dengan persepekif yang berbeda-beda.

Page 57: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

F. Teknik Analisis Data

Di dalam proses analisis terdapat tiga komponen utama, yaitu: (1) reduksi

data, (2) sajian data dan (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi. Ketiga komponen

tersebut diterapkan secara interaksi, baik antar komponennya maupun dengan proses

pengumpulan data, dalam proses yang berbentuk siklus, yang disebut dengan model

analisis interaktif. Untuk lebih memperjelas proses penelitian yang dilakukan

bersamaan dengan pengumpulan data, maka model analisis interaktif dapat

diggambarkan sebagai berikut:

Sumber: Sutopo, 2000:96

Gambar III.2

Skema analisis model interaktif

Dengan memperhatikan ganbaran tersebut, maka prosesnya dapat dilihat

secara jelas bahwa paa waktu pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi

data dan sajian data. Artinya, data yang berupa catatan lapangan yang terdiri dari

Page 58: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

bagian deskripsi dan refleksinya adalah data yang telah digalidan dicatat. Dari dua

bagian data tersebut peneliti menyusun rumusan pengertian secara singkat, berupa

berupa pokok-pokok temuan yang penting dalam arti inti pemahaman segala

peristiwa yang dikaji yang tersebut reduksi data. Kemudian dilakukan penyusunan

sajian data yang berupa cerita sistematis dan logis degan suntingan penelitian supaya

makna peristiwanya menjadi lebih jelas dipahami, dengan dilngkapi perabot sajian

yang diperlukan(matriks, gambar, dan sebagainya) yang angat mendukung kekuatan

sajian data. Dari sajian data tersebut dilakukan penarikan simpulan (sementara)

dilanjutkan dengan verifikasinya.

Aktivitas analisis interaktif dilakukan setelah pengumpulan data. Analisis ini

sebagai suatu proses siklus, sehingga tidak tertutup kemungkinan untuk kembali ke

Bandung jika dirasa perlu. Dalam proses ini peneliti bergerak di antara komponen

analisis, termasuk pengumpulan data selama proses analisis data berlangsung.

Analisis di anatara ketiga komponen tersebu bersifat interaktif, dan jika data hasil

interaksilalu kemali lagi ke komponen berikutnya, berlanjut hingga siklus bergulir

pada tahap verifikasi. Penarikan kesimpulan dilakukan setelah siklus interaksi

dipandang memungkinkan sebagai kegiatan dalam analisis data (Sutopo, 2000:95-

96).

Page 59: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB IV

KAJIAN ESTETIS TAPESTRI KARYA BIRANUL ANAS

A. Gambaran Umum Seni Serat Tapestri Karya Biranul Anas

1. Latar Belakang Munculnya Karya Biranul Anas Zaman

Biranul Anas telah berkarya dalam dunia seni serat tapestri kurang lebih 35

tahun. Ketertarikan Biranul Anas bermula saat menggunjungi pameran seni

mahasiswa di Kyoto Art University, yang di dalamnya memamerkan beragam jenis

karya seni termasuk di dalamnya karya seni serat (fiber art). Pada tahun 1975

sepulangnya dari Jepang berbekal pengetahuan yang seadanya mengenai seni serat

tapestri, Biranul Anas mulai mencoba berkarya.

Biranul Anas bergabung dengan kelompok seniman Decenta Bandung pada

tahun 1982. kala itu kelompok Decenta Bandung tengah digerakkan olah AD Prious,

TS Sutanto, dan Sunaryo, serta melibatkan sejarawan dan kritikus seni rupa, Sanento

Yuliman. Pergaulan yang lebih dekat dengan para seniman dan pemerhati seni

memantapkan keputusan Biranul Anas untuk semakin berkonsentrasi pada seni serat

pada seni serat (fiber art). „Periode Decenta‟ ini juga yang menggiring perhatian

BiranulAnas pada kekuatan akspresi tekstil tardisi Indonesia, yang kemudian

mengilhaminya melakukan penelitian lapangan keberbagai daerah di Indonesia.

Penelitian semacam ini membentuk perhatian dan cara pandang baru terhadap tekstil

tradisi Indonesia.

Page 60: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Biranul Anas memamerkan karya-karya seratnya di Galeri Dacenta, Bandung,

untuk pertama kalinya pada tahun 1982. Pameran ini diadakan bersama seniman serat

lainnya seperti, Yusuf Affendi, Lengganu, dan Hasanudin. Pameran ini membentuk

kepercayaan baginya untuk terus konsisten menekuni ekspresi seni serat. soal yang

tidak mudah dijalankannya di tengah masyarakat yang lebih akrab pada ekspresi seni

lukis dan seni patung.

Biranul Anas berpameran di Pusat Kebudayaan Belanda, Erasmus Huis,

Jakarta pada tahun 1986 dan memperoleh kajian kritik yang positif, khususnya untuk

karya-karya instalasi anyaman pita dan kain stretch. Biranul Anas mulai menjalin

hubungan secara lebih intens dengan The Victorian Tapestry Workshop Melbourne,

Australia untuk mendiskusikan berbagai permasalahan seni serat. pada tahun ini,

Biranul Anas juga mulai melatih dan membentuk tim pekerja (artisan) untuk

membantu menyelesaikan karya-karyanya.

Tahun 1990 Biranul Anas meninggalkan kelompok Decenta Bandung untuk

menekuni karir artistik secara mandiri dan berpameran di Galeri Hidayat, Bandung

bersama Yusuf Affendi, Ratna Panggabean dan Lengganu. Pada tahun ini, tim

pekerjanya yang sebelumnya terdiri dari kaum lelaki diganti dengan perempuan yang

berasal dari komunitas perkampungan di sekeliling kediamannya. Biranul Anas

mengajarkan mereka teknik-teknik seni serat hingga mencapai taraf keterampilan

yang tinggi.

Tahun 1992 Biranul Anas di undang sebagai peserta pameran “Jakarta Art &

Design Expo” (JADEX) di Jakarta Design Center, Jakarta. Pameran JADEX yang

dibuat oleh kurator Jim Supangkat merupakan pameran yang tidak biasa, karena

Page 61: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

mengsejajarkan berbagai jenis karya (seni, desain dan kriya) menjadi satu

representasi pembahasan masalah yang sama. Biranul Anas juga mengikuti pameran

besar “7th

asian International Art Exhibition” (PISRA) di Bandung.

Bersama beberapa mahasiswanya, Biranul Anas menggalakkan penelitian

tentang potensi serat dan zat pewarna alam untuk pembuatan berbagai karya tekstil

pada tahun 1994. Baik sebagai karya seni maupun produk-produk industri, serta

kaitannya dengan pengembangan dunia pariwisata Indonesia Biranul Anas menjadi

kurator pameran “Indonesia Textiles” di University of Leeds. Inggris.

Tahun 1994 sampai dengan 1998, Biranul Anas memimpin tim penelitian dan

penulis seri publikasi buku (10 jilid) tentang manusia dan kebudayaan Indonesia (Seri

Buku Indonesia Indah, Jakarta). Empat jilid diantaranya membahas tentang tekstil

tradisional Indonesia. Kegiatan penelitia dan penulisan ini menyebabkan Biranul

Anas mengunjungi daerah Nusa Tenggara Timur yang kemudian dianggapnya

sebagai kampung halaman ke dua. Kedekatan Biranul Anas pada kebudayaan Nusa

Tenggara Timur dapat terlihat dari beberapa karyanya yang menggangkat tema yang

berhubungan dengan kebudayaan Nusa Tenggara Timur.

Tahun 2001 Biranul Anas mengadakan pameran tunggal pertamanya di Edwin

Gallery, Jakarta dengan kurator Jim Supangkat. Pada tahun 2005 Biranul Anas

menyelenggarakan pameran seni serat kontemporer bersama generasi seniman seni

serat muda (Jon Martono, Kahfiati Kahdar dan Tiarma Sirait) di Bentara Budaya

Jakarta, Galeri Kita Bandung dan Gracia Art Gallery Surabaya. Sebagai pemerhati

tekstil Indonesia, Biranul Anas dipilih oleh Wasarprema kelompok pemerhati kain

tradisional Indonesia. Menjadi ketua Dewan Pengarah “ASEAN Symposium on

Page 62: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tradisional Textiles” di Jakarta dan manjadi salah satu pembicara utama pada

pariwisata tersebut.

Tahun 2007 Biranul Anas mengadakan pameran tunggal yang di berinama

'IKATAN SILANG BUDAYA-SENI SERAT BIRANUL ANAS' di Bentara Budaya

Jakarta, dengan Jim Supangkat sebagai kurator. Pada pameran ini sebagian besar

karyanya menggangkat tema perempuan. Pada tahun 2009 mengikuti pameran seni

serat yang berjudul Fiber Face 2 Yogyakarta, di Taman Budaya Yogyakarta. Pameran

ini diselenggarakan oleh Rumah Budaya Babaran Segaragunung bekerjasama dengan

Taman Budaya Yogyakarta. Disamping pameran itu sendiri, terdapat sub acara

Sarasehan dan Slide Show. Dalam pameran ini Biranul Anas diundang sebagai

seniman serat senior bersama dengan Hani Winotosastro.

Tiga puluh lima tahun Biranul Anas berkarya dalam dunia seni serat tapestri

telah banyak pameran serta acara yang di ikuti oleh Biranul Anas dari berbagai

penjuru dunia baik itu dalam ataupun luar negeri. Pengalaman pribadi ini baik secara

langsung ataupun tidak langsung ikut mempengaruhi proses berkesenian Biranul

Anas, baik itu dari segi tema, teknik, bahan hingga proses kerja.

2. Proses Penciptaan Karya Seni Serat Tapestri Biranul Anas

Pengalaman Biranul Anas dalam dunia seni serat selama kurang lebih Tiga

puluh lima tahun sangatlah kaya. Banyaknya pameran serta kegiatan-kegiatan lainnya

yang berhubungan dengan tekstil (serat) ikut mempengaruhi proses penciptaan karya-

karyanya. Proses penciptaan meliputi teknik, proses kerja, tema dan bahan. Selama

Tiga puluh lima tahun Biranul Anas berkarya banyak karya-karya yang diciptakan

Page 63: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dari karya-karya tersebut dapat dilihat perkembangannya serta perubahan yang terjadi

dalam karya-karya Biranul Anas dari waktu ke waktunya.

Tahun 1975 hingga tahun 1984 merupakan masa-masa awal Biranul Anas

dalam berkarya dalam dunia seni serat. masa ini diawali saat Biranul Anas mencoba

mempraktekan ilmu yang didapat selama Biranul Anas berada di Jepang dan berakhir

hingga tahun 1984 saat Biranul Anas pertama kali mengadakan pameran di gedung

Decenta Bandung. Pada masa ini karya-karya Biranul Anas di dominasi teknik

macramé dengan bahan-bahan seperti goni, benang sintetis dan kapas. Proses

kerjanya masih menggandalkan sketsa atau rancangan awal sepenuhnya sebagai

patokan dalam membuat karya.

Tema yang diangkat adalah tema-tema abstrak dengan visualisasi karya

menganggkat bentuk-bentuk abstrak. Secara keseluruhan pada tahap ini karya-karya

Biranul Anas telihat masih mencari bentuk dalam berkarya dalam dunia seni serat.

karya-karya pada masa awal Biranul Anas berkarya antara lain, Tator, Nusa Dua,

Kokos serta beberapa karya-karya lainnya yang tak berjudul.

Gambar IV. 1

Karya-Karya Biranul Anas Periode 1975-1984

Page 64: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Tahun 1985 hingga tahun 1990 adalah periode kedua dalam karier Biranul

Anas. Periode ini diawali setelah Biranul Anas mengadakan pameran pertamanya.

Pada periode ini tema yang diangkat mulai beragam dengan menggangkat tema-tema

sekitar pencitraan alam dan tema kebudayaan dalam proses kerjanya menggunakan

sketsa namun dengan penjelasan yang lebih terperinci.

Bahan-bahan yang umumnya digunakan Biranul Anas pada periode ini adalah

goni, benang sintesis dan kapas. Pada periode ini teknik yang digunakan lebih

beragam sebagai besar karyanyanya menggunakan teknik hand weaving dan

macrame. Secara keseluruhan pada periode ini, karya-karya Biranul Anas mengalami

perkambangan yang pesat. Perkembangan yang terjadi khususnyadi bidang teknik.

Perkembangan ini terjadi karena Biranul Anas mulai menjalani hubungan lebih intens

dengan The Victorian Tapestry Workshop dalam bertukar informasi mengenai seni

serat tapestri. Karya-karya pada masa ini antara lain Oasis, Antara Langit dan Bumi,

Trogon dan Perkawinan.

Gambar IV. 2

Karya-Karya Biranul Anas Periode 1985-1990

Page 65: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Perioade berikutnya adalah periode tahun 1990 hingga tahun 2000. Periode ini

dimulai saat Biranul Anas memutuskan untuk meninggalkan kelompok Decenta

Bandung untuk menekuni karier artistik secara mandiri pada periode ini teknik yang

digunakan lebih beragam, dimana dalam satu karya terdapat teknik dasar dengan

ditambah dengan teknik imbuhan lainnya. Proses kerja pada periode ini sketsa yang

di buat lebih mendalam karena semakin banyak teknik yang digunakan.

Tema yang umumnya diangkat pada periode ini adalah tema-tema seperti

pencitraan alam. Pada periode ini Biranul Anas menggunakan bahan-bahan separti

kayu,manik-manik, dan kolase. Secara keseluruhan pada periode ini Biranul Anas

menunjukkan perkembangan pada bidang bahan serta teknik , sehingga menghasilkan

karya-karya yang lebih kaya akan warna dan bentuk. Karya-karya Biranul pada

periode ini antara lain Gunung, Gunungan Ungu serta Gunung Kembar.

Gambar IV. 3

Karya-Karya Biranul Anas Periode 1990-2000

Page 66: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Periode tahun 2000 hingga 2007 adalah periode ke empat dalam masa Biranul

Anas berkarya seni serat. pada periode ini teknik yang di gunakan sebagian besar

adalah teknik hand weaving sebagai background, kemudian ditambah dengan teknik

imbuhan lainnya seperti teknik kolase, sulam hingga air brush. Proses berkarya

Biranul anas pada masa ini tidak lagi berpatok pada sketsa yang ada, saat berkarya

sering kali Biranul Anas menambahkan atau merubah bentuk, pola ataupun teknik

yang ada di sketsa.

Tema yang diangkat pada periode ini lebih beragam. Seperti tema pencitraan

alam, tema budaya, tema perempuan hingga tema lingkungan. Pada periode ini bahan

yang di gunakan adalah bahan-bahan yang terbuat dari alam dan ramah lingkungan

seperti daun kering, kayu, rotan dan lainnya. Pemilihan bahan-bahan ini dikarenakan

pemikiran dan komitmen Biranul Anas untuk menggunakan bahan-bahan yang alami

serta ramah lingkungan. Secara keseluruhan pada periode 2000-2008 Biranul Anas

banyak menggali dan medalami bidang bahan serta tema. Sehingga dapat terlihat dari

karya-karya yang diciptakan pada periode ini lebih beragam dari segi tema-tema yang

diangkat serta terlihat pula keperdulian Biranul Anas pada issue lingkungan sesuai

dengan apa yang dikatakan dalam beberapa acara yang ia ikuti. Karya-karya Biranul

Anas pada periode 2000 hingga 2007 antara lain Subuh Di Qum, Tameng, serta Euis.

Gambar IV. 4

Karya Biranul Anas Periode 2000-2007

Page 67: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Periode 2008 hingga 2010 adalah periode terbaru Biranul Anas. Periode ini

dapat langsung terlihat jelas terlihat pada bidang tema. Pada periode ini teknik yang

digunakan tak mengalami perubahan. Masih menggunakan teknik hand weaving

sebagai background kemudian di tambah dengan beberapa teknik imbuhan di

dalamnya seperti teknik sulam, prada ataupun air brush.

Bahan yang umumnya digunakan pada periode ini adalah bahan bahan seperti

serat sintetis, daun kering, serta bahan-bahan alam lainnya. Yang terlihat di periode

ini adalah pada bidang temaa. Tema yang diangkat adalah tema-tema politik,

sehingga jika dilihat garis besarnya periode 2008 hingga 2010 Biranul Anas mencoba

menjadi lebih dalam menggali bidang tematik. Karya-karya Biranul Anas pada

periode 2008-2010 antara lain Glare Of Defiance, Thinkers Of The Alternative, serta

Perfect Hostage.

Gambar IV. 5

Karya-Karya Biranul Anas Periode 2008-2010

Page 68: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Masa mulai tahun 2006 hingga 2010 adalah masa transisi dalam karya Biranul

Anas. Pada tahun 2006 hingga 2010 karya-karya seni serat Biranul Anas beragam

jenis baik itu dari segi teknik, bahan, visualisasi dan terutama segi tematiknya. Pada

tahun 2006 hingga 2010 dapat dilihat perkembangan serta perubahan yang terjadi

sehingga dapat melihat pengaruh konsep penciptaan terhadap karya dengan

menggunakan kajian estetika.

B. Jenis-Jenis Karya Tapestri Biranul Anas Zaman

Berdasarkan karya-karya seni serat tapestri yang telah di buat oleh Biranul

Anas Zaman dalam kurun waktu lima tahun terakhir yakni dari tahun 2006-2010,

dapat diklasifikasikan berdasarkan tema yang diangkat dalam karya yang ada. Tema-

tema tersebut adalah tema pencitraan alam, tema lingkungan hidup, tema budaya,

tema perempuan, serta tema politik. Dari kelima tema yang ada, diambil dua contoh

dari setiap tema yang diambil. Sehingga terdapat 10 karya yang akan menjadi sample

dalam penelitian ini. Kesepuluh karya tersebut adalah sebagai berikut:

Page 69: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

PERAHU CERBON

Judul : PERAHU CERBON

Tahun : 2006

Ukuran : 50x160 cm

Teknik : embroidery, tapestry weave, collage, macrame

Material : agrilyc wool,bambu, cat semprot

Garis ruang (space) paka karya berjudul Perahu Cerbon menampilkan garis-

garis yang didominasi lekukan serta gelombang yang halus. Garis-garis tersebut

membentuk kesan yang dinamis. Kesan dinamis menggambarkan suasana pantai di

daerah pantai carbon. Garis-garis yang ada pada kayra membentuk suatu kesatuan

yang membentuk bentuk (shape form). Bentuk (shape form) pada karya Perahu

Cerbon terdapat tiga bentuk utama. Pertama adalah bentuk Perahu Cerbon sebagai

pusat perhatian (point of interest) pada karya ini. Bentuk lainnya adalah gelombang

lautdan langit, kedua bentuk ini membentuk latar pendukung bagi perahu cerbon serta

memperkuat kesan yang ada pada karya.

Page 70: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Warna (color) pada karya Perahu Cerbon di dominasi warna merah. Warna

merah menggambarkan suasana langit di laut carbon pada waktu senja. Senja hari

adalah saat bagi para nelayan unutk berangkat berlayar. Selain warna merah juga

terdapat wrna biru yang menggambarkan air laut yang bitu. Warna merah dan biru

dalam karya Perahu Cerbon adalah latar dan menguatkan kesan bagi perahu carbon

yang merukapan lakon pada karya ini.

Pusat perhatian (pont of interest) pada karya ini adalah perahu carbon, perahu

carbon digambarkan dengan menggunakan element kayu, rotan serta simpul

macramé. Kesan perahu carbon yang sederhana, keras namun luwes. Kesan-kesan

tersebut dimunculkan melalui tekstur dari kayu dan rotan yang sederhana, kaku

namun bentuknya yang melengkung membentuk kesan yang luwes. Sedangkan teknik

macramé menggambarkan jaring nelayan. Kesan sederhana kaku namun luwes

tersebut menggambarkan sifat nelayan tradisional Indonesia. Secara keseluruhan garis

ruang (space), bentuk (shape form), warna (color) dan tektur (texture) pada karya

perahu carbon memunculkan irama, keseimbangan dan pusat perhatian yang

membentuk satu kesatuan (unity) karya ini menggambarkan pemandangan atau

pencitraan alam yang kuat.

Page 71: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

TAMAN SURYA (II)

Judul : TAMAN SURYA (II)

Tahun : 2008

Ukuran : 130x350 cm

Teknik : tapestry weave, macrame,collage,embroidery

Material : acrilyc wool, katun, jute, wood, prada

Page 72: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Warna (color) pada karya Taman Surya (II) di dominasi warna hijau. Warna

hijau merupakan warna dedaunan, warna hijau memunculkan kesan asri dan sejuk

dan merepresentasikan suasana taman itu sendiri. Warna coklat yang melekat pada

karya unsur kayu menggambarkan bentuk kayu. Selain hijau dan coklat terdapat pula

gradasi warna jingga ke kuning serta gradasi warna biru ke putih. Warna-warna

gradasi ini menggambarkan suasana surya yang cerah dan segar. Hal ini sesuai

dengan tema karya Taman Surya (II) yaitu tema pencitraan alam.

Tekstur (texture) pada karya Taman Surya (II) bergelombang dengan adanya

unsur serat jute dan kayu membentuk tesktur yang bergelombang. Gelombang-

gelombang tersebut kemudian membentuk kesan garis ruang (space) pada karya

Taman Surya (II), yang didominasi oleh garis-garis lurus membentuk kesan yang

tegas. Kumpulan dari garis-garis lurus membentuk bentuk baru. Bentuk tersebut

adalah bentuk dari denaunan. Bentuk dedaunan ini mendominasi setiap bagian karya

Taman Surya (II). Selain bentuk daun terdapat pula unsur kayu yang berbentuk

abstrak. Pada karya ini tidak ditemukan bentuk-bentuk yang menjadi pusat perhatian

(point of interest) tetapi tiap-tiap unsur membentuk suatu irama dan membentuk

suasana keseimbangan (balance) di tiap sisinya sehingga terbentuk suatu kesatuan

(unity).

Page 73: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

SERPIH WARIS SUMBA

Judul : SERPIH WARIS SUMBA

Tahun : 2006

Ukuran : 100x200 cm

Teknik : tapestry weave, kolase

Material : jute, kayu, prada, enamel paint

Page 74: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Garis ruang (space) pada karya Serpih Waris Sumba di dominasi garis-garis vertikal

yang berada di bagaian pinggir karya. Garis-garis tersebut tersusun rapi di pinggir kanan

ataupun kiri karya, membentuk tekstur yang bergelombang tekstur dan bila dilihat secara

seksama gelombang-gelombang tersebut membentuk bentuk undak-undakanatau tangga

berundak. Gelombang-gelombang tersebut membentuk kesan yang kaku dan keras. Kesan

kaku dan keras juga terdapat pada elemen kayu yang terdapat di bagian tengah karya.

Karya Serpih Waris Sumba tidak menampilkan bentuk-bentuk yang eksplisit

menggambarkan bentuk-bentuk atau mengangkat motif-motif kebudayaan daerah Sumba.

Pada karya ini bentuk-bentuk yang ada adalah bentuk geometiris yang cenderung bersifat

abstrak. Bentuk abstrak ini juga terlihat dari garis-garis vertikal yang tersusun membentuk

anaka tangga. Hal ini dapat diartikan sebagai penggambaran akan sistem masyarakat Sumba

yang masih memegang kuat tradisi mereka, diantaranya adalah sistem pengkastaan dalam

kebudayaan mereka yang masih di pegang teguh oleh anggota masyarakat suku Sumba.

Karakter kebudayaan Sumba muncul dari warna-warna yang terdapat pada karya

Serpih Waris Sumba. Warna hitam, abu-abu, merah serta krem merupakan warna-warna yang

identik dengan kebudayaan Sumba. Secara garis besar karya Serpih Waris Sumba merupakan

karya Biranul Anas yang bertemakan kebudayaan. Pencitraan atau penggunaan bentuk-

bentuk budaya Sumba tidak secara langsung dimunculkan oleh Biranul Anas, dengan

menggunakan teknik penyampaian pesan yang bersifat implisit. Nuansa Sumba muncul

melalui warna-warna yang diggunakan dalam karya Serpih Waris Sumba.

Page 75: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

EUIS

Judul : EUIS

Tahun : 2006

Ukuran : 80x160 cm

Teknik : tapestry weave, embroidery, collage

Material : acrilyc, wool, pitrit

Page 76: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Euis adalah karya Biranul Anas yang menggangkat tema Keudayaan, selain

menggangkat tema feminis (perempuan). Euis sendiri merupakan panggilan untuk

wanita di daerah Jawa Barat atau Sunda. Maka dari sini kita dapat melihat bahwa

karya ini menggangkat kebudayaan Jawa Barat atau Sunda dari sudut pandang

wanita. Nuansa feminim terlihat jelas dari segi warna, bentuk-bentuk bunga, kain

batik yang berfungsi sebagai kemben yang menutup bagian bawah tubuh dari bagian

perut hingga lutut atau mata kaki. Motif batik yang ada pada karya ini menunjukkan

bahwa kain batik merupakan bagian dari seluruh daerah di Indonesia, termasuk Jawa

Barat (Sunda).

Garis ruang (space) pada kerja Euis menampilkan garis-garis yang bersifat

luwes serta kalem. Garis-garis yang yang lembut pada karya euis senada dengan

warna (color) yang terdapat pada karya ini. Warna-warna yang diambil pada karya ini

adalah warna-warna yang lembut (soft) menggambarkan sifat wanita sunda yang

halus serta ramah. Warna-warna seperti hijau muda serta kuning muda

melambangkan kehidupan masyarakat Sunda yang cederung agraris dalam artian

banyak dari masyarakat Sunda tradisional yang menggandalkan kegiatan hidupnya

dengan bercocok tanam. Bunga-bunga pada dalam karya ini selain sebagai pemanis

dalam hal segi estetis juga berfungsi sebagai penguat makna feminim dalam karya

Euis ini. Yang melambangkan kecantikan wanita Indonesia pada umunya serta Sunda

pada khusunya yang alami.

Page 77: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

MEI MEI

Judul : MEI MEI

Tahun : 2006

Ukuran : 80x160 cm

Teknik : tapestry weave, embroidery, collage

Material : acrilyc, wool, pitrit, daun sukun kering

Page 78: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Garis ruang (space) pada karya Mei-Mei di dominasi lekukan-lekukan yang

bersifat halus kesan halus tersebut melambagkan sifat dari wanita yang di indentikkan

dengan sifat feminism dan gemulai. Benuk (shape form) pada karya Mei-Mei seperti

kupu-kupu dan buketan bunga semakin memperkuat kesan feminism pada karya Mei-

Mei ini. Bentuk-bentuk pada karya Mei-Mei meruupakan bentuk-bentuk yang kental

dengan nuansa oriental atau chinies.

Karakter dari bentuk bunga dan dedaunan semakin kuat terlihat dari

penggunaan material dedaunan kering pada bagian buketan, sehingga memunculkan

tekstur yag kuat pada bentuk buketan tersebut. Maka dapat terlihat bahwa pusat

perhatian (point of interest) pada karya ini adalah bentuk buketan serta kupu-kupu.

Karya Biranul Anas yang berjudul Mei-Mei didominasi oleh warna merah muda dan

warna-warna soft lainnya.

Warna merah muda menggambarkan nuansa oriental dan feminism yang

kental pada karya ini. Sehingga taj salah bila menggolongkan karya Mei-Mei pada

tema perempuan (feminism). Selain tema perempuan, karya Mei-Mei juga

mengangkat issue kebudayaan di dalamnya. Hali ini didasari pada bentuk dan warna

yang terdapat pada karya ini adalah warna dan bentuk yang identik dengan etnis

china. Namun China disini berbeda dengan China di Negara China, melainkan China

yang ada di Indonesia. Hal ini menjelaskan proses akulturasi kebudayaan yang terjadi

di Indonesia.

Page 79: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

MADAME

Judul : MADAME

Tahun : 2009

Ukuran : 80x160 cm

Teknik : tapestry weave, embroidery, collage

Material : acrilyc wool, pitrit, daun sukun kering

Page 80: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Warna (color) pada karya Biranul Anas yang berjudul Madame. Di dominasi

oleh warna ungu. Warna ungu menjadi warna backgaround pada karya ini. Warna

ungu memberikesan feminism pada karya ini. Selain kesan feminism, warna ungu

juga merupakan warna bagi para keum bangsawan di eropa. Selain warna ungu

terdapat warna hijau, biru serta warna coklat. Walau sedikit warna hijau,biru dan

coklat terlihat jelas pada karya menimbulkan karakter yang kuat, hal ini di karenakan

warna-warna tersebut tersusun dari benang acrilyc woll serta material daun kering,

perpaduan dari kedua bahan tersebut memunculkan tekstur yang kuat.

Garis ruang (space) pada karya Madame di dominasi oleh garis-garis

lenbgkung yang memunculkan kesan lembut. Garis-garis ruang ini kemudian

membentuk bentuk-bentuk seperti bunga, daun, burung merak, kupu-kupu. Bidang-

bidang tersebut di visualisasikan dalam bentuk yang cenderung bersifat feminism.

Bentuk-bentuk merak dan bunga-bunga yang ada pada karya madame

bukanlah bentuk-bentuk yang umumnya di jumpai di deaerah eropa. Melainkan

bentuk-bentuk yang biasa ditemukan di daerah Indonesia. Disini kita dapat melihat

bahwa karya ini mengandung unsur kebudayaan didalamnya namun walaupun

demikian unsur atau tema yang paling menonjol pada karya ini adalah tema

perempuan (feminism). Karena mulai dari garis ruang (space), bentuk (shape form),

warna (color) hingga tekstur (texture) menggambarkan nuansa feminism dalam karya

Madame.

Page 81: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

BURNING FOREST ON GOLDEN SOIL

Judul : BURNING FOREST ON GOLDEN SOIL

Tahun : 2006

Ukuran : 120x285 cm

Teknik : tapestry weave,embroidery, kolase

Material : agel, rotan, kayu, bambu, acrykic wool, mote plastik, prada

Page 82: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Garis ruang (space) pada karya Burning Forest On Golden Soil di dominasi

oleh garis-garis lurus yang bersifat tegas, kaku dan tajam. Garis-garis tersebut

membentuk suatu bidang yang bersifat abstrak. Bentuk-bentuk yang ada berbentuk

bidang-biddang bersifat kaku dan keras. Bentuk-bentuk ini terdapat di tiap bagian

karya. Komposisi dari bidang-bidang tersebut tersusun tak beraturan sehingga

memberikan kesan chaos. Kesan chaos sesuai dengan tema karya ini yang

menggambarkan kerusakan atau kehancuran hutan yang telah merusak keseimbangan

alam.

Warna (color) pada karya Burning Forest On Golden Soil ini didominasi

warna abu-abu. Selain warna abu-abu terdapat pula warna merah putih dan sedikit

warna hijau. Warna abu-abu dan hitam menggambarkan pdohon dan dedaunan yang

telah terbakar. Warna merah mnggambarkan api yang menyala, sedangkan warna

hijau merupakan warna tumbuhan yang belum terbakar.warna hitam dan abu-abu

memeberi kesan gelap serta chaos tak beraturan. Kesan ini muncul dari tektur yang

ada. Kesan dari tekstur tersebut menuculdari materi rotan, kayu dan bamboo pada

karya. Secara keseluruhan karya Biranul Anas yang berjudul Burning Forest On

Golden Soil ini merupakan karya yang bertemakan lingkungan lebih tepatnya

mengambarkan kerusakan alam.

Page 83: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

BROKEN PARADISE

Judul : BROKEN PARADISE

Tahun : 2008

Ukuran : 160 x 150 cm

Teknik : tapestry,embroidery,collage

Material : agel, acrilyc, wool, enamel paint,daun jati keringkan

Page 84: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Garis ruang (space) pada karya broken paradise sangatlah beragam. Mulai

dari garis lengkung yang besifat lentur hingga garis lurus yang bersifat tegas.

Beragam bidang yang terdapat pada karya ini. Mulai dari bidang yang bernuansa

cerah hingga bidang yang berkesan gelap dan suram. Pada karya ini terdapat beragam

bentuk (shape form) yang dimunculkan Biranul Anas. Maulai dari bentuk-bentuk

tanaman atau dedaunan hinggga bentuk-bentuk fauna seperti merak hingga garuda

yang merupana hewan yang di keramatkan. Flora dan fauna yang ada

melambangakan alam atau lingkungan hidup dari beragam jenis yang ada di dunia.

Selain bentuk flora dan fauna terdapat pula bentuk lainnya berupa bentuk geometris

seperti bentuk setengah lingkaran dan bentuk segi tiga. Bentuk setengah lingkaran

direpresentasikan sebagai dunia, sedangkan segitiga berarti gunungan, yang memiliki

arti hubungan manusia, alam dan Tuhan. Peada karya ini Biranul Anas

menggambarkan hubungan yang telah di rusak manusia dengan merusak alam

mempengaruhi rusaknya hubungan manusia dengan Tuhan.

Bahan-bahan seperti serat agel serta jati kering membentuk tekstur yang

bergelombang dan serat cenderung kasar. Sehingga membentuk kerakter yang suram

dan gelap. Karakter ini diperkuat dengan warna-warna yang ada pada karya Broken

Paradise. Pada karya Broken Paradise terdapat dua jenis warna, pertama adalah

warna-warna cerah seperti hijau dan biru yang menggambarkan keindahan (paradise)

sedangkan warna yang kedua adalah warna suram seperti warna hitam,abu-abu dan

merah.warna-warna tersebut menggambarkan keadaan yang kacau (chaos), gelap

serta suram. Hal ini menggambarkan bahwa lingkunagn atau alam telah rusak karena

perbuatan manusia.

Page 85: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

GLARES OF DEFIANCE

Judul : GLARES OF DEFIANCE

Tahun : 2009

Ukuran : 90 x 160 cm

Teknik : Handwoven open tapestry weave, hand-embroidered

Material : Serat synthetic, daun kering

Page 86: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Glares Of Defiance adalah karya Biranul Anas Zaman yang menggangkat

tema politik. Pada karya Glares Of Defiance ini menandakan mulai masuknya Biranul

Anas pada karya-karya yang lebih cenderung mengolah dari segi tematiknya, berbeda

dengan karya-karyanya yang terdahulu yang lebih mengutamakan keindahan estetis.

Warna yang paling dominan adalah warrna hijau. Warna hijau merupakan warna

kebesaran umat Muslim, yang di percaya sebagai warna favorit nabi besar

Muhammad SAW. Warna ini juga yang mendukung tema karya ini.

Bentuk-bentuk yang ada pada karya ini antara lain adalah bentuk –bentuk

wajah dari tiga politikus islam yang di kenal oleh dunia. Ketiga tokoh tersebut adalah

Ayatollah Ali Khamaeni, Ahmadinejad, Osama Bin Laden. Selain bentuk dari ketiga

tokoh tersebut terdapat pula bentuk dua pasang mata yang berada di dua sudut yang

berlawanan.hal ini dapat diartikan bahwa terpadat dua sudut pandang yang bertolak

belakang. Sehingga pada karya ini terlihat bahwa Biranul Anas ingin mengajak

audiennya dari beragam golongan masyarakat untuk merenungkan apa yang

sebenarnya telah terjadi di dunia. Baik atau buruknya di kembalikan pada pandangan

audiens. Karena Biranul Anas sebagai seniman ingin menepatkan dirnya seobjektif

mungkin.

Page 87: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

THINKERS OF THE ALTERNATIVE

Judul : THINKERS OF THE ALTERNATIVE

Tahun : 2009

Ukuran : 90 x 160 cm

Teknik : Handwoven open tapestry weave, hand-embroidered

Material : Serat synthetic, daun kering

Page 88: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Thinkers Of The Alternative meupakan karya Biranul Anas yang bertemakan

politik. seperti halnya pada karya Glares Of Defiance, karya Biranul Anas ini

merupakan karya seni serat tapestri Biranul Anas yang lebih menggutamakan

pengembangan pada segi tematiknya. Dalam artian Biranul Anas ingin mengajak

audiennya untuk lebih berpikir serta merenung pada apa yang telah terjadi.

Warna merah yang mendominasi karya ini memiliki arti ganda. Warna merah

bagi para kaum komunis dianggap sebagai warna yang melambangkan semangat dan

perjuangan dari kaum proleteral terhadap kaum kapitalis. Sedangkan bagi para anti

komunis melihat warna merah sebagai api atau darah yang berarti kelam dan tragis.

Dalam karya ini menggangkat dua tokoh komunis yang terkenal,yaitu Lenin

serta Mao. Kedua tokoh inilah yang kemudian mengembangkan paham komunis di

negaranya. Yang bagi sebagian orang merupakan tokoh panutan, namun pada

beberapa orang mereka dianggap pula sebagai orang yang kejam dan penuh dengan

tinta hitam dalam masa kepemimpinannya. Dari sini kita dapat melihat bahwa Biranul

Anas ingin merangkul semua golongan untuk dapat lebih memaknai pesan yang ada

pada karya tersebut.

Page 89: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

C. Konsep Penciptaan Tapestri karya Biranul Anas Melalui Pendekatan

Estetika

Karya serat Biranul Anas berfungsi ibarat sebuah lukisan. Secara khusus,

”ekspresi semacam ini disebut sebagai karya seni serat (fiber art) dibedakan dengan

istilah tekstil yang bersifat umum. Isitlah seni serat (fiber art) digunakan untuk

menunjukkan penekanan pada peran material atau serat tekstil secara konseptual”

(Jim Supangkat). Nanang Rizali menambahkan bahwa, “Seni serat merupakan upaya

artistik melalui jalinan serat atau benang yang menghasilkan konfigurasi bentuk dan

warna.seni tapestri sebagai ragam seni merupakan manifestasi kebebasan kreatif

yang melatari sesuatu cipta seni. Hal inilah yang secara kreatif melatari suatu cipta

seni. Hal inilah yang secara umum mempunyai kekuatan tersendiri sebagai gubahan

yang artistik”.

Perkembangannya, banyak seniman seniman serat atau karya-karya craft yang

telah berkembang pesat,selanjutnya Nanang Rizali mengatakan, ”seni serat tidak

sekedar „hiasan dinding‟ semata, tetapi telah menjadi media bagi kebebasan,

terungakp dalam konteks eksplorasi seni”. Hal ini diamini pula oleh Jim Supangkat.

Jim Supangkat berpendapat bahwa, “craftman telah berkembang dan dapat

mensejajarkan diri mereka dengan fine art”.

Biranul Anas merupakan salah satu seniman serat senior di Indonesia, banyak

karya yang telah Biranul Anas ciptakan sehingga tak salah jika menyebut Biranul

Anas sebagai master dalam dunia seni serat. hal ini pula yang diakui oleh Jim

Supangkat,” dan dalam dunia pertekstilan dia (Biranul Anas) sudah master. Jadi

Page 90: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

anda tahu orang yang sudah menguasai bahasa sesungguhnya orang mau ngomong

apaan aja gampang”. Nanang Rizali menambahkan,” perkembangan Biranul Anas

cukup pesat dan belum ada yang dapat membuat karya seperti karya Anas,

khususnya di Indonesia.” Hal ini tidak berlebihan karena karya-karya Biranul Anas

merupakan karya yang kaya dari segi visualisasi, teknik, material ataupun tematiknya.

Kekayaan karya-karya Biranul Anas dari segi visualisasinya dapat terlihat

dari segi warna, garis, ruang, tekstur dan irama. Biranul Anas berkata bahwa “Dalam

proses membuat karya-karya. Saya terinspirasi banyak hal. Termasuk: alam

lingkungan, tradisi, citra-citra etnik, semesta, lore/legenda serta sosial politik yang

seluruhnya memiliki „persyaratannya‟ masing-masing dalam soal pewarnaan, teknik

dsb. Kesadaran dan pengetahuan saya juga bertambah dari waktu ke waktu,

terutama tentang berjuta „bahan baku‟ alam yang ada di sekeliling kita tersedia

sepanjang waktu. Itu yang mendorong saya untuk terus mencoba berbagai

kemungkinan pewarnaan atau juga penggunaan material-material lain. Karena saya

terus mencoba aneka bahan baku, bentuk dan gaya”.

Jim Supangkat berpendapat bahwa,”Penggunaan pola dan ragam hias pada

karya-karya Biranul Anas berperan sebagai unsur pokok dan berfungsi menyatakan

suatu representasi. Reperesentasi yang dimaksud disini tentu tidak berarti sama

dengan gambaran yang bersifat realistik, namun lebih dalam bentuk yang telah

disederhanakan (abstraksi) dan digayakan (stilasi) serta bersifat metaforik”. Lanjut

menurut Jim Supangkat, “Gagasan tentang tema yang diangkat di bentuk atas dasar

berbagai pengamatan dan hasil penghayatan hidup yang kemudian di

Page 91: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

representasikan melalui subject matter ragam dan pola hias yang dirancang dalam

bentuk warna, serta kerangka komposisi secara keseluruhan”.

Penggunaan pola hias secara mendasar memenuhi dua langkah atau tahap

penting, yaitu: membnetuk kerangka batas (framing) serta mengerjakan isi (filling).

Langkah yang berfungsi untuk menetapkan batas bidang atau berbagai bidang.

Sedang yang lainnya berfungsi mengatur isi pada ruang yang telah ditetapkan batas-

batas tersebut. Setiap perancangan (design) karya dilaksanakan untuk mendukung

pembentukan struktur pola kerangka batas serta bagian pengisian motif di dalamnya

secara bersamaan. Membentuk apa yang kita kenal sebagai ragam hias (ornamen).

“Pada karya Biranul Anas kita bisa perhatikan prinsip „pembentukan

kerangka batas‟ (farming) justru pada cara Biranul Anas memotong, membagi dan

mengatur bidang-bidang secara dinamis (kadang karakter lentur, kadang karkter

tegas atau saling berinteraksi di antara keduanya) yang selanjutnya diisi oleh pola

bentuk dengan komposisi warna dan tektur yang berbeda-beda. Proses penambahan

isi pada bagian-bagian bidang yang dipisahkan itu dilakukan dengan

menambahkanteknik sulam dan warna kontras benang membentuk pola bentuk yang

berulang. Dengan cara separti ini, Biranul Anas seolah mensejajarkan secara

langsung efek visual yang tercipta karena jejak teknik dasar tenun (tekstur dan

warnanya) dengan bentuk pola baru yang ditambahkannya dengan teknik imbuhan”,

penjelasan Jim Supangkat.

Keberagaman dan kekayaan yang terdapat karya Biranul Anas Zaman yang

muncul melalui warna, garis, ruang, tekstur, irama atau komposisi semakin terlihat

Page 92: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

jelas melalui material-material yang beraneka ragam dalam karya-karya seni serat

Biranul Anas. Material-material yang umumnya digunakan Biranul Anas adalah

serat-serat alam, dedaunan dan tanaman yang telah dikeringkan, bambu, kayu, rotan

dan bahan-bahan alam lainnya. Pemilihan bahan alam ini dikarenakan komitmen

Biranul Anas untuk ikut melestarikan alam dengan menggunakan bahan-bahan yang

alami serta mudah di dapatkan di sekeliling kita. Berikut merupakan penjelasan

Biranul Anas, “Saya punya obsesi untuk menggunakan dan mengolah barang-

barang yang dianggap murahan atau picisan, seperti hasil-hasil industri massal,

barang-barang plastik, kain batik printing, ijuk, goni, tali kompor, pita plastik, renda

meteran, bambu dan kayu sisa bahan bangunan, denaunan kering, batang kayu

kropos, seng berkarat dan banyak lagi bahan yang sering dianggap berada dalam

kategori „tidak punya harapan‟ untuk jadi karya seni”.

Jim Supangkat menambahkan bahwa, “penggabungan material tambahan

non-serat, seperti batang bambuatau ranting pohon. Pada karya-karya tersebut tidak

hanya memperkuat kesan penggabungan simbol-simbol, tapi juga artikulasi formal

yang lebih kuat dalam permainan komposisi bentuk secara keseluruhan”. Walaupun

dalam satu karya Biranul Anas terdapat beragam material, warna, garis, ruang,

tekstur,irama atau komposisi namun elemen-elemen tersebut tetap membentuk satu

kesatuan (unity) di dalamnya.

Beragamnya elemen yang ada pada karya-karya Biranul Anas tidak muncul

begitu saja, namun melalui proses yang lama. Beragam pengalaman serta ilmu yang

di dapat Biranul Anas, pengalaman yang paling terlihat adalah pengalaman dari segi

teknik. Pengalaman dari segi tekniklah yang membuat karya Biranul Anas begitu

Page 93: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

kaya. Beragam material, warna, garis, ruang, tekstur, irama atau komposisi yang ada

terbentuk karena penguasaan akan teknik yang dimiliki oleh Biranul Anas.

Pentingnya elemen teknik pada proses berkarya Biranul Anas dikatakan oleh

Jim Supangkat. Jim Supangkat mengatakan bahwa, “kaitan yang pasti adalah teknik.

Kalau Anas tidak menguasai teknik ini, tidak mungkin Anas dapat membuat model

seperti itu. Samapai sekarang belum ada yang dapat membuat seperti itu. Itu teknis

yang menghubungkan Anas yang awalnya membuat macramé hingga sampai

membuat rajutan. Dari membuat objek kemudian membuat pola-pola. Itu merupakan

proses teknik yang luar biasa dari perspektif itu dan dunia pertekstilan dia sudah

master. Jadi anda tahu orang yang sudah menguasai bahasa sesungguhnya orang

mau ngomong apaan aja gampang. Orang tidak menguasai bahasa, bahasa verbal

saja… Jadi bahasa atau media untuk mencapai pencapaian komunikasi itu sebuah

hal yang inherent dalam bahasa ungkapan dan pada Anas bahasa itu terkuasai

bahasa teknik“.

Tahun 2006 hingga tahun 2010 karya-karya Biranul Anas lebih

menitikberatkan pada aspek tematik. Hal ini terjadi karena penguasaan Biranul Anas

pada aspek teknik yang terlebih dulu telah dikuasai. Jim Supangkat mengatakan

bahwa, “karena karya-karyanya yang sekarang itu tidak biasa. Dan ketidak biasaan

itu dari segi teknis”. Pada lima tahun terakhir karya-karya Biranul Anas

menampilakan bentuk-bentuk yang lebih beragam dan bersifat realis. Sehingga

Page 94: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

semakin memeberikan kebebasan pada Biranul Anas untuk dapat lebih bebas

berekspresi.

Karya-karya Biranul Anas pada kurun waktu lima tahun terakhir dapat

dikatakan lebih memiliki cerita serta pesan yang lebih dalam, yang mengajak para

audiens untuk lebih merenung dan memikirkan tentang apa yang terjadi.hal ini diakui

oleh Biranul Anas, “Jadi saya ingin mengajak audiens yang melihat karya-karya

saya untuk merenung apa saja yang telah terjadi pada dunia ini. Mana yang benar

dan mana yang salah itu kita kembalikan pada setiap orang. Apa yang yang telah

terjadi di dunia dan bagaimana menyelesaikan konflik tersebut, di balik dari karya-

karya ini terdapat pesan yang yang amat dalam dan luas untuk dipikirkan dan

ditelaah”. Pernyataan ini di perkuat oleh Jim Supangkat,yang mengatakan bahwa

“Dan oleh itu orang-orang kritikel itu kan mengeksplor hal-hal yang baru. Karena iu

unsur-unsur berpikir ada disitu. Karena itu unsur-unsur filsafat lebih berhubungan

dengan seni yang ini (fine art) dan segala macam penelitian dari berbagai bidang

ilmu. Karena itu, karya Anas seperti pada karya ini (karya-karya yang betema

politik) secara umum itu berfikir. Pada akhirnya ia mengikuti apa yang telah saya

anjurkan”.

Penyampaian pesan pada karya-karya Biranul Anas dalam kurun waktu lima

tahun terakhir terbagi atas dua macam. Pertama adalah penyampaian pesan secara

implisit dalam artian pesan-pesan disampaikan tidak secara langsung dengan

menggunakan simbol-simbol atau perumpamaan tertentu. Yang kedua adalah

penyampaian pesan secara eksplisit dalam artian pesan-pesan disampaikan secara

langsung tanpa menggunakan perumpamaan-perumpamaan.

Page 95: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Penyampaian pesan secara implisit umumnya terdapat karya-karya Biranul

Anas yang bertemakan kebudayaan, lingkungan, pencitraan alam serta

perempuan(feminism). Hal ini seperti yang dikatana oleh Jim Supangkat,”represntasi

itu tidak ditujukan Biranul Anas secara eksplisit sebagai pengetahuan simbol-simbol

yang bermakna formal, melaikan tanda-tanda metaforik yang lebih aktif mengundang

reaksi sensai emosi kita”. Lanjut menurut Jim Supangkat bahwa, “dalam hal ini kita

bisa paham, bahwa pola hias dan ragam juga merupakan agen ekspresi manusia

secara fundamental. Melalui wawasan pengetahuan yang bersifat personal. Biranul

Anas mencoba secara aktif mempromosikan potensi pola dan ragam hias dalam cara

pembacaan makna yang bersifat puitik serta personal. Cara pembacaan semacam ini

melampaui cara memahami makna simbol berdasarkan penguraian konteks

pembacaan budaya secara spesifik”.

Penyampaian yang kedua adalah pencapaian pesan secara eksplisit yang

umumnya ditemui pada karya-karya Biranul Anas yang bertemakan tema sosial

politik. Jim Supangkat menambahakan bahwa, “tidak terbayangkan bagaimana

membuat sket wajah pada karya-karya seperti ini. Kemudian diangkat oleh Anas

kemudian telihat memabjukan. Selain dari teknis juga dari tema-temanya yang

diangkat, dimana ia mengangkat orang-orang populer. Namun bagi saya, hal yang

dilakukan Anas ini pada bagian tematik ini masih awal. Jadi menurut saya nilai

ungkapan Anas di dalam karya-karya ini masih gagap”.

Jim Supangkat memberikan pandangan akhir pada karya seni serat Biranul

Anas bahwa, “karya-karya serat Biranul Anas mengajukan pokok penting bagi

persepsi kita dalam rangka memahami pengertian „ekspresi seni secara lebih baik.

Page 96: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Secara khas karya-karya itu justru „kritis‟ menggugah pandangan soal batas definisi

dan pengertian „ekspresi seni‟ yang sudah jadi pengetahuan umum. Ekspresi karya

serat Biranul Anas mengajak kita keluar dari kungkungan sikap bipolar yang hanya

percaya pada satu jawaban ekspresi seni serat Biranul Anas justru menunjukkan

persilangan semacam ini secara produktif menghasilkan lebih dari sekedar satu

ikatan simpul, melainkan beberapa ikatan simpul dari berbagai kemungkinan

persilangan yang sebelumnya tak bisa diramalkan secara logis dan konseptual”.

Penulis menganalisis beberapa pendapat diatas bahwa, Seni serat merupakan

upaya artistik melalui jalinan serat atau benang yang menghasilkan konfigurasi

bentuk dan warna.seni tapestri sebagai ragam seni merupakan manifestasi kebebasan

kreatif yang melatari sesuatu cipta seni. Isitlah seni serat (fiber art) digunakan untuk

menunjukkan penekanan pada peran material atau serat tekstil secara konseptual.

Dalam seni serat dapat beragam material yang terdapat pada satu karya.

Karya-karya seni serat Biranul Anas terkenal akan kekayaan dan kebragaman

material yang ada. Beragam material yang ada divisualisasikan dengan beragam

warna, bentuk, garis ruang, tekstur serta irama. Untuk dapat mengolah warna, bentuk,

garis ruang, tekstur serta irama diperlukan keahlian dalam mengolah komposisi karya

serta keahlian dalam segi teknik. Sehingga elemen-elemen yang terdapat pada karya

membentuk satu kesatuan (unity).

Aspek teknik merupakan aspek yang sangat penting dalam dunia seni serat.

karena dalam memasukan material-material yang ada diperlukan berbagai macam

Page 97: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

teknik. Selain itu dalam usaha menciptakan suatu warna, tekstur, garis ruang, serta

bentuk tertentu diperlukan penguasaan teknik yang mendalam. Dalam karya seni serat

Biranul Anas terdapat beragam teknik yang telah diangkat dalam karya-karyanya,

berawal dari teknik macrame, hand weaving, kolase, sulam hingga air brush.

Karya-karya Biranul Anas pada tahun 2006 hingga 2010 mulai menitik

beratkan pengalian secara lebih mendalam pada aspek tematik. Dalam kurun waktu

lima tahun terakhir Biranul Anas telah mengangkat beragam jenis tema, seperti tema

pencitraan alam, lingkungan, kebudayaan, perempuan hingga tema sosial politik.

Pada karya Biranul Anas terdapat hubungan yang saling terkait antara teknik

pencapaian pesan dengan tema-tema yang diangkat.

Bahasa ungkap terbagi atas dua bagian yaitu, teknik penyampaian pesan

secara eksplisit yang memiliki arti teknik penyampaian pesan secara langsung, kedua

adalah teknik penyampaian pesan secara implisit yang memilki arti teknik

penyampaian pesan seacara tidak langsung melaikan menggunakan simbol-simbol

tertentu yang memiliki sifat ataupun kesan yang sama.

Penyampaian pesan secara eksplisit di dominasi oleh karya-karya yang

bertemakan sosial-politik, sedangkan teknik penyampaian pesan secara implisit

didominasi oleh karya-karya yang bertemakan lingkungan, perempuan, pencitraan

alam serta tema kebudayaan. Kemampuan Biranul Anas dalam menggangkat

beragam tema dan memunculkan beragam bentuk mulai dari yang berbentuk abstrak,

stilasi hingga realis dikarenakan penguasaan Biranul Anas akan bergam teknik yang

ada.

Page 98: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Secara garis besar karya-karya serat Biranul Anas mengajukan pokok penting

bagi persepsi kita dalam rangka memahami pengertian „ekspresi seni secara lebih

baik. Secara khas karya-karya itu justru „kritis‟ menggugah pandangan soal batas

definisi dan pengertian „ekspresi seni‟ yang sudah jadi pengetahuan umum.

Ekspresi karya serat Biranul Anas mengajak kita keluar dari kungkungan

sikap bipolar yang hanya percaya pada satu jawaban ekspresi seni serat Biranul Anas

justru menunjukkan persilangan semacam ini secara produktif menghasilkan lebih

dari sekedar satu ikatan simpul, melainkan beberapa ikatan simpul dari berbagai

kemungkinan persilangan yang sebelumnya tak bisa diramalkan secara logis dan

konseptual

Page 99: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

BAB V

KESIMPULAN

Biranul Anas pertama kali berkarya pada tahun 1975, ketertarikan Biranul

Anas bermula saat Biranul Anas sedang berkunjung kebeberapa pameran seni di

Jepang. Berawal dari pameran pertamanya pada tahun 1982 di Gedung Decenta

Bandung membuat keyakinan Biranul Anas untuk lebih serius berkarya dalam dunia

seni serat semakin bulat. Biranul Anas kemudian terus menggali dan mempelajari

beberapa teknik yang ada. Keahlian Biranul Anas pada bidang teknik didapatnya dari

buku-buku dari luar negeri serta dari proses korespondensinya beberapa seniman atau

kelompok seni serat di luar negeri seperti The Victorian tapestry Workshop

Melbourne, Australia. Informasi yang iya dapat melalui buku serta melihat secara

langsung kemudian dipraktekkan dan dipelajari oleh Biranul Anas sendiri

(autodidact).

Tahun 2006 hingga tahun 2010, Biranul Anas mulai menitik beratkan pada

aspek tematiknya. Perkembangan terjadi karena Biranul Anas telah menguasai aspek

teknik sebelumnya, sehingga dalam penggerjaannya lebih menitik beratkan pada

aspek tematiknya. Perkembangan pada segi tematik terlihat dari beragamnya tema

yang diungkap pada karya-karya Biranul Anas pada kurun waktu 2006 hingga 2010,

dapat disimpulakan bahwa latar belakang munculnya karya-karya Biranul Anas baik

secara langsung ataupun tidak terpengaruh oleh pengalaman serta pemikiran dari

Biranul Anas pribadi baik itu dari aspek teknik ataupun aspek tematiknya. Pada kurun

waktu lima tahun terakhir terdapat lima tema besar yang diangkat oleh Biranul Anas

Page 100: KARYA TAPESTRI BIRANUL ANAS ZAMAN - core.ac.uk · Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan estetika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

pada karya-karyanya, yaitu: Tema politik, Tema perempuan (feminim), Tema

kebudayaan, Tema lingkungan hidup, Tema pencitraan alam.

Beragam bentuk, garis, warna, irama dan tekstur yang terdapat pada setiap

karya tapestri Biranul Anas. Garis, bentuk, warna, irama dan tekstur pada setiap tema

memiliki perbedaan. Garis, bentuk, warna, irama dan tekstur pada setiap tema

menunjukkan perbedaan, perbedaan yang ada pada tema memiliki keterkaitan dengan

bahasa ungkap yang terdapat pada karya. Bahasa ungkap yang terdapat pada setiap

karya Biranul Anas terbagi atas dua bagian, yaitu: Eksplisit (teknik penyampaian

pesan secara langsung, teknik penyampaian ini terdapat pada kerya-karya Biranul

Anas yang bertemakan sosial-politik) Serta Implisit (teknik penyampaian pesan

seacara tidak langsung, teknik penyampaian ini terdapat pada karya-karya Biranul

Anas yang bertemakan lingkungan, perempuan, pencitraan alam dan kebudayaan).

Kemampuan menuangkan beragam teknik penyampaian pesan serta

kemampuan mengolah beragam bentuk, warna, garis, irama dan tekstur pada karya-

karya Biranul Anas dikarenakan kemampuan Biranul Anas dalam hal penguasaan

teknik yang ada sehingga mampu menggangkat beragam bentuk, garis, warna, irama

dan tekstur yang kemudian diangkat dengan beragam bahasa ungkap. Kemampuan

Biranul Anas dalam hal penguasaan teknik di dapat Biranul Anas dari pengalamannya

berkarya dalam dunia seni serat selama tiga puluh lima tahun.