17
WORKSHOP KARYA PENGEMBANGAN PROFESI SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN PROFESIONALISME GURU Oleh: Prof. Dr. Rusdarti, M.Si Makalah disampaikan dalam Workshop Karya Pengembangan Profesi bagi Guru SMK Negeri 2 Pati

Karya Pengembangan Profesi Smk 2 Pati

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Karya Pengembangan Profesi

Citation preview

7

WORKSHOP KARYA PENGEMBANGAN PROFESI SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN PROFESIONALISME GURU

Oleh:

Prof. Dr. Rusdarti, M.Si

Makalah disampaikan dalam Workshop Karya Pengembangan Profesi bagi Guru SMK Negeri 2 Pati

Desember 2012

KARYA PENGEMBANGAN PROFESI BAGI GURU

Pendahuluan Kekuatan reformasi yang hakiki sebenarnya berasal dari sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, dan memiliki visi, transparansi, serta pandangan jauh kedepan. Tidak hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya, tetapi senantiasa mengedepankan kepentingan bangsa dan negara dalam berbagai kehidupan kemasyarakatan. Berbicara mengenai kualitas SDM, pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas SDM. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Dalam rangka peningkatan kualitas SDM peran guru sebagai tenaga pendidik dituntut menjadi tenaga profesional. Pentingnya peran guru sangat menentukan berhasilnya usaha peningkatan mutu pendidikan, terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Peran guru secara konkrit dijelaskan, bahwa guru lebih tepat memiliki falsafah dan tujuan pendidikan, kriteria keberhasilan pendidikan, ilmu dan teori pendidikan yang relevan, struktur pendidikan, kurikulum, organisasi dan kepemimpinan pendidikan maupun pembiayaan pendidikan.Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI Pasal 39 Ayat 2 menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik di perguruan tinggi. Berkaitan dengan profesionalisme guru, pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi guru meliputi (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi kepribadian dan (4) kompetensi sosial. Terkait dengan istilah kompetensi, pada Ketentuan Umum pasal 1 butir 10 pada Undang-Undang tersebut, dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Untuk dapat dinyatakan sebagai guru profesional, guru harus memiliki kompetensi atau seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugasnya. Seorang guru diakui sebagai tenaga profesional apabila memiliki sertifikat pendidik. Pengembangan diri adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme diri agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau kebijakan pendidikan nasional serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni. Banyak guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah yang tidak tahu harus bagaimana setelah pangkatnya Pembina golongan IV/a. Karena selama ini kenaikan pangkatnya sudah diurus oleh Bagian Tata Usaha.Bagi guru yang sudah IV/a maka ada persyaratan khusus untuk naik pangkatke IV/b yaitu harus mengumpulkan angka kredit dari Kegiatan Pengembangan Profesi sebesar12. Kegiatan pengembangan profesi bisa berupa Karya Tulis Ilmiah, Alat Peraga, Karya Teknologi Tepat Guna atau Karya Seni. Peraturan kenaikan pangkat yang menetapkan guru harus memenuhi unsur karya pengembangan profesi minimal 12 point apabila akan naik pangkat dari golongan IVa ke Vb. Beberapa kasus guru mengalami hambatan dalam memenuhi karya pengembangan profesi. Para insan kependidikan dituntut mengembangkan dirinya melalui kegiatan kolektif agar dapat meng-update pengetahuan dan keterampilan baru sesuai tuntutan lingkungan dan profesinya. Kewajiban mengembangkan profesinya ini nantinya akan dituangkan dalam bentuk kewajiban angka kredit yang harus dicapai untuk kegiatan yang disebut pengembangan diri ini. Untuk itu mulai saat ini baik para guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah harus bersiap menerima ketentuan baru yang bertujuan mendorong insan kependidikan untuk selalu mengembangkan dirinya dan semakin profesional dalam menjalankan tugasnya. Jabatan fungsional guru adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil. Dalam rangka meningkatkan Jabatan dan golongan ruang, seorang guru harus memenuhi persyaratan-persyaratan di antaranya membuat analisis hasil belajar, pengayaan dan perbaikan. Hal yang paling penting yaitu pengajuan Penilaian Angka Kredit (PAK). Permendiknas No. 35 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Pasal 4 Penilaian kinerja guru yang didasarkan pada Peraturan Menteri ini berlaku secara efektif mulai tanggal 1 Januari 2013.

Ruang Lingkup Karya Pengembangan Profesi Guru Karya pengembangan profesi adalah suatu karya yang menunjukkan adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru. Komponen ini meliputi halhal sebagai berikut. 1. Buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional; 2. Artikel yang dimuat dalam media jurnal/majalah yang tidak terakreditasi, terakreditasi, dan internasional; 3. Modul/diktat cetak lokal yang minimal mencakup materi pembelajaran selama 1 (satu) semester; 4. Laporan penelitian di bidang pendidikan (individu/kelompok); 5. Media/alat pembelajaran dalam bidangnya; 6. Karya teknologi (teknologi tepat guna) dan karya seni (patung, kriya, lukis, sastra, musik, tari, suara, dan karya seni lainnya) yang relevan dengan bidang tugasnya. 7. Reviewer buku, penyunting buku, penyunting jurnal, penulis soal EBTANAS/ UN/ UASDA;

Untuk No. 1, 2, 3, dan 4 dinamakan karya tulis ilmiah (KTI). Bukti fisik karya pengembangan profesi berupa sertifikat/piagam/surat keterangan dari pejabat yang berwenang yang disertai dengan bukti fisik yang dapat berupa buku, artikel, deskripsi dan/atau foto hasil karya, laporan penelitian, dan bukti fisik lain yang relevan.

Karakteristik Guru Profesional Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, sikap, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam melakukan tugas keprofesionalannya. Guru dinyatakan profesional apabila mampu melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan baik, serta aktif dalam berbagai kegiatan yang relevan. Pelaksanaan pembelajaran yang baik terjadi jika guru punya kepiawian khusus dalam mengajar, dapat menjaga perhatian dan antusias siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Mengajar yang menarik merupakan bakat dan seni yang melekat pada kepribadian guru. Dengan karakteristik profesional seperti ini maka kompetensi yang potensial untuk dikembangkan pada guru di wilayah pedesaan adalah kompetensi dalam berbagai teknik mengajar yang menarik dan diminati oleh siswa. Supaya mengajar lebih menarik, guru dapat menggunakan alat bantu mengajar (modul, media) yang bersumber dari potensi lingkungannya. Profesi guru terkait dengan konteks layanan ahli dalam bidang keguruan. Terapan layanan ahli keguruan itu selalu berlandaskan pada penguasaan akademik yang solid. Profesi guru sebagai seni terapan berbasis sains karena interaksi dalam pembelajaran bersifat transaksi situasional. Pada saat tersebut, guru harus mengerahkan penguasaan akademiknya secara utuh, baik pada materi maupun strategi yang harus segera diputuskan manakala situasi pembelajaran berubah-ubah. Rakajoni, 2008, menyatakan bahwa seorang guru yang profesional adalah: 1. menguasai karakteristik peserta didik yang dilayani secara mendalam dengan berbagai variasi karakter dan cara pendekatannya; 2. menguasai bidang ilmu atau sumber (bahan ajar) dari segi disclipinary content maupun pedagogical content; 3. menguasai pendekatan pembelajaran yang mendidik; dan 4. mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan. Penguasaan dimensi konsep akademik yang berhubungan dengan layanan ahli keguruan tersebut serta pengalaman mengaplikasikan dalam profesinya sebagai guru, secara berkelanjutan akan menimbulkan nurturant effects pada kemampuan sosial dan kemampuan personal yang pada gilirannya akan berkontribusi pada kepribadian guru secara makro. Banyak indikator yang telah dikembangkan untuk mengukur kinerja guru profesional. Pada umumnya indikator tersebut mengungkap aspek penguasaan bidang ilmu dan aspek metodologis dalam mengkaji dan mengaktualisasikan ilmunya tersebut dalam konteks pekerjaannya. Ada lima unjuk kerja guru yang profesional, yaitu: (a) keinginan selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal, (b) meningkatkan dan memelihara profesi, (c) keinginan selalu mengembangkan profesi dengan meningkatkan pengetahuan dan penguasaan teknologi, (d) mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi, dan (e) kebanggaan terhadap profesi. Mungin (2003) menyatakan guru dan dosen yang profesional antara lain memiliki ciri-ciri: (a) memiliki kepribadian matang dan berkembang, (b) memiliki keterampilan membangkitkan minat peserta didik, (c) penguasaan pengetahuan dan teknologi yang kuat, dan (d) memiliki sikap profesional yang berkembang secara berkesinambungan. Berbagai indikator guru profesional yang telah disebutkan di atas mengingatkan guru untuk selalu berkarya supaya dapat dinyatakan profesional. Satu kata kunci untuk menjadi profesional adalah motivasi guru untuk berprestasi. Motivasi dapat berasal dari dalam diri sendiri (instrinsik) dan berasal dari luar (ekstrinsik). Adapun tugas keprofesionalan guru berdasarkan UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 20, 60 dapat digambarkan sebagai berikut:

TUGAS KEPROFESIONALAN GURU

Merencanakan, melaksanakan, menilai, mengevaluasi hasil pembelajaran.

Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi

Pasal 20,60

GURU WAJIB

Guru: Proses pembelajaran min 24 jam tatap muka dalam 1 mingguMemelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsaDosen: sekurang-kurangnya 12 SKS dan sebanyak-banyaknya 16 SKSObjektif dan tidak diskriminatifMenjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, kode etik, nilai-nilai agama dan etika.

Gambar 1. Tugas Keprofesionalan Guru berdasarkan UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen

Kiat-kiat Menyiapkan Karya Pengembangan Profesi Bagi GuruKiat-kiat yang dapat ditempuh guru untuk sukses dalam menyiapkan karya pengembangan profesi sama dengan kiat-kiat guru untuk bekerja secara profesional. Merujuk kembali pendapat Budiarso yang menjelaskan bahwa guru profesional adalah guru memiliki keinginan untuk selalu mengembangkan profesi dengan meningkatkan pengetahuan dan penguasaan teknologi serta mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi, maka kiat-kiat guru dalam menyiapkan karya pengembangan profesi yaitu: 1. Memotivasi diri sendiri untuk selalu meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang di masyarakat 2. Berjiwa entrepreneurship, selalu mencari dan mengembangkan ide-ide baru yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pekerjaan. 3. Mengutamakan mutu pekerjaan untuk meraih kepercayaan dari orang lain. 4. Menuangkan ide dalam bentuk karya tulis yang bisa dipahami orang lain 5. Berusaha mencari sponsor dan mempublikasikan hasil karyanya melalui berbagai media informasi. 6. Mau dan mampu bersaing dengan teman seprofesinya.

Guru Bisa Naik Pangkat Bukan Hanya Melalui PTK Pengumunan untuk para guru (tapi sebenarnya guru juga sudah tahu), untuk naik pangkat dari IVa ke IVb dan seterusnya tidak mesti membuat karya berupa Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Para Guru dapt membuat karya yang berupa:1. Diktat (dapat nilai 1, bisa bikin beberapa diktat), 2. Alat Peraga (dapat nilai 0,5, kan bisa bikin banyak alat peraga, bisa poster, model, power point yang ditempel Film dan animasi atau lainnya), 3. Karya Teknologi Tepat Guna (dapat nilai 5, bisa berupa Alat Pendidikan/ Praktikum, Alat Pengolah yang bermanfaat untuk masyarakat, dan Media Pembelajaran berbasis komputer yang berupa Film dan Animasi Flash untuk satu semester). Kesemuanya itu cukup dengan menuliskan Laporan Pembuatan dan Penggunaannya disertai dengan Foto Pembuatan dan Penggunaan, atau kalau produk komputer bisa dikirim karyanya berupa CD pembelajaran.

Format Laporan Karya Pengembangan Profesi Non KTIKarya pengembangan profesi guru Non KTI (Alat Peraga, Alat Praktikum, Karya Teknologi Tepat Guna dan Karya Seni) dapat digunakan sebagai syarat kenaikan pangkat guru, sebagaimana karya tulis ilmiah. Yang penting ditulis laporan pembuatannya dengan format sebagai berikut:Halaman JudulKata PengantarHalaman PengesahanDaftar IsiA. Jenis: Alat Peraga/ Alat Bimbingan/ Karya Teknologi/ Karya Seni (pilih salah satu saja)B. Judul (Nama Alat Peraga/ Nama Karya Teknologi/ Nama Karya Seni)C. TujuanD. ManfaatE. Rancangan (Gambar rancangan atau diagram alir, alat dan bahan yang digunakan) F. Prosedur Pembuatan dilengkapi foto pembuatan.G. Prosedur Penggunaan dilengkapi dengan foto penggunaan. Bentuk laporannya antara 2 3 halaman (untuk Alat Peraga) atau antara 5 - 6 halaman (untuk Karya Teknologi). Silahkan mencoba saja karya pengembangan profesi guru non KTI ini.Cara-Cara yang dapat dilakukan oleh Guru, antara lain:1. Pelatihan pembuatan Media Pembelajaran Interaktif/ Multimedia. Dengan membawa lapotop sendiri para guru berlatih menyusun rancangan penelitian tindakan kelas maupun eksperimen. Setelah itu mereka berlatih membuat Media Pembelajaran yang materinya meliputi Presentasi Power Point Yang Menarik, Pembuatan Video dan Pembuatan Animasi. Diharapkan selesai pelatihan para guru dapat melakukan penelitian di sekolahnya dan juga membuat media pembelajaran yang akan dipakai mengajar di kelasnya. Dengan adanya pelatihan, para guru akan semakin meningkat profesionalitasnya dan sekaligus lancar naik pangkatnya.

2. Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis KomputerMengingat bahwa untuk naik pangkat tidak hanya dengan membuat laporan PTK, maka guru perlu dibekali dengan kemampuan membuat media pembelajaran berbasis komputer (untuk alat peraga dan bahan ajar interaktif). Karya pengembangan profesi guru non KTI (Alat Peraga, Alat Praktikum, Karya Teknologi Tepat Guna dan Karya Seni) dapat digunakan sebagai syarat kenaikan pangkat guru dari IV/a ke atas, sebagaimana karya tulis ilmiah. Agar dapat membuat media pembelajaran berbasis komputer maka guru sebaiknya dilatih dulu. Materi pelatihannya adalah :1. Pemanfataan Microsoft Power Point secara optimal.2. Pembuatan Film untuk pembelajaran.3. Pemanfaatan Macromedia Flash untuk pembelajaran.4. Pemanfaatan Ulead Cool 3D Studio dalam media pembelajaran.

3. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah Salah satu kegiatan pengembangan profesi guru adalah menulis Laporan Hasil Penelitian, untuk itu kemampuan dalam hal penulisan laporan hasil penelitian harus dikuasai guru. Program berupa pembimbingan langsung penyusunan Laporan Penelitianperlu dilakukan bagi guru yang akan melaksanakan penelitian. Diharapkan program bimbingan ini akan menghasilkan karya yang sesuai syarat angka kredit guru dan sekaligus meningkatkan mutu pembelajaran di sekolahnya masing-masing.

4. Pelatihan Model Pembelajaran dan Lesson StudyPenerapan Lesson Study dan Masteri Learning, dilakukan dalam kegiatan berkesinambungan yang meliputi: (a) Perencanaan Pembelajaran, (b) Pelaksanaan dan Pengamatan Pembelajaan, (c) Refleksi Proses dan Hasil Pembelajaran. Setelah satu pelajaran selesai maka dilanjutan dengan perbaikan pembelajaran yang akan datang. Beberapa guru belum mengenal secara tepat apa itu model pembelajaran dan bagaimana bentuknya. Hal ini terlihat dari Judul Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan guru. Model pembelajaran yang dicobakan atau diterapkan hanya berkisar antara metode diskusi, pemberian tugas, dan pembelajaran kooperatif. Masih banyak model pembelajaran lain yang dapat dilakukan. Untuk itu pelajari model-model pembelajaran yang lain melalui buku atau pelatihan. Selain model pembelajaran guru juga perlu memahami apa dan bagaimana Lesson Study, karena berkaitan juga dengan peningkatan mutu pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas.Silahkan mulai sekarang belajar sendiri atau melaui pelatihan, pasti banyak guru ICT yang bisa ngelatih. Jadi silahkan lakukan berbagai kegiatan tadi dan bukan hanya tergantung pada laporan penelitian tindakan kelas (PTK).Perubahan Sistem Penilaian Guru dengan Angka Kredit Baru Sejak tahun 1993 telah diterapkan sistem penilaian kinerja guru dengan sistem angka kredit. Sejauh ini penilaian tersebut telah banyak menghasilkan guru dengan pangkat dan jabatan yang tinggi, yakni pada golongan IV. Namun harus disadari bahwa sistem penilaian prestasi kerja selama ini masih bersifat penilaian kuantitatif, untuk menyempurnakan hal tersebut, sistem penilaian prestasi kerja guru dengan sistem penilaian kinerja berdasarkan kualitas (antara lain penilaian kinerja pada proses pembelajaran dan penilaian kinerja kepala sekolah), dan hanya beberapa hal saja yang tetap menggunakan angka kredit berdasarkan kuantitas. Dengan penilaian kinerja berdasarkan kualitas diharapkan prestasi kerja guru akan semakin meningkat terutama dalam pembelajaran di sekolah. Selain perubahan dalam sistem penilaian prestasi kerja seperti dikemukakan di atas, juga akan diterapkan kebijakan baru bahwa mulai jabatan Guru Pertama golongan ruang III/a akan diterapkan kewajiban mengikuti kegiatan pengembangan diri yang bisa berupa pelatihan, kegiatan kolektif guru dan presentasi ilmiah. Sedangkan mulai golongan III/b akan diterapkan kewajiban guru harus membuat Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif, yang sebelumnya baru diterapkan untuk guru golongan ruang IV/a. Dengan hal-hal seperti ini diharapkan akan diperoleh guru yang bermutu dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di tanah air.

Penutup Profesionalisme guru sangat terkait dengan guru yang profesional. Secara sederhana profesionalisme adalah orang-orang yang melaksanakan tugas profesi dituntut adanya suatu keahlian, tanggungjawab dan kesetiaan terhadap profesinya yang diproleh melalui pendidikan. Guru profesional akan menghasilkan karya kreatif (karya pengembangan profesi) melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat. Ada tiga faktor yang menentukan prestasi kreatif seseorang, yaitu motivasi atau komitmen yang tinggi, keterampilan dalam bidang yang ditekuni, dan kecakapan kreatif. Jadi kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan kombinasi-kombinasi baru dari hal-hal yang telah ada sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Guru yang profesional selalu meningkatkan kualitas pembelajaran menuju pendidikan yang bermutu dan fungsional, dengan adanya ciri-ciri profesionalisme guru maka tugas guru sebenarnya berat namun mulia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui tatanan nilai-nilai luhur.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zaenal. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.Mantja, W. 1998. Manajemen Pembinaan Profesional Guru Berwawasan Pengembangan Sumber Daya Manusia: Suatu Kajian Konseptual Historik Dan Empirik, Pidato Pengukuhan Guru Besar IKIP Malang, Malang: IKIP Malang.

Mantja, W. 2005. Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran. Malang : Wineka Media.

Sahertian, P.A, 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset

Gilmore, T., Krantz, J., & Rafael Ramirez, R. "Action Based Modes of Inquiry and the Host-Researcher Relationship," Consultation 5.3. (Fall 1986): 161.

O'Brien, R. (2001). [An Overview of the Methodological Approach of Action Research]. Available: http://www.web.ca/~robrien/papers/arfinal.html (diakses tanggal 20/6/2010)

Permendiknas. 2010. Nomor. 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Tersedia On-line ekinerjaguru.org/download/juknis_permen_35.pdf. (diakses tanggal 2/5/2011)

Riel, M. (2007). Understanding Action Research, Center For Collaborative Action Research. Available at http://cadres.pepperdine.edu/ccar/define.html (diakses tanggal 20/6/2010)