Upload
hakhuong
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Karya Akhir
Perbandingan Hasil Identifikasi Metode Analytical Profile Index (API) dan
Tes Kepekaan Antibiotika Konvensional dengan Metode Technical
Dedicated Reasonable (TDR)-300B
Oleh:
I Gde Eka Sugiartha,dr.
NIM. 011218156301
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1 PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA -RSUD DR.SOETOMO
SURABAYA
2016
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
Karya Akhir
Perbandingan Hasil Identifikasi Metode Analytical Profile Index (API) dan
Tes Kepekaan Antibiotika Konvensional dengan Metode Technical
Dedicated Reasonable (TDR)-300B
Oleh:
I Gde Eka Sugiartha,dr.
Pembimbing:
I GAA Putri Sri Rejeki,dr., SpPK(K)
Dr. Puspa Wardhani,dr., SpPK
Bambang Pujo Semedi,dr.,SpAn.KIC
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1 PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA -RSUD DR.SOETOMO
SURABAYA
2016
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga karya akhir dengan judul Perbandingan Hasil Identifikasi Metode Analytical Profile Index (API) dan Tes Kepekaan Antibiotika Konvensional dengan Metode Technical Dedicated Reasonable (TDR)-300B ini dapat diselesaikan. Terima kasih yang tulus saya sampaikan kepada IGAA Putri Sri Rejeki, dr.,SpPK(K), Dr. Puspa Wardhani,dr.,SpPK, Bambang Pujo Semedi, dr.,SpAn.KIC, dan Dr.Hari Basuki NH,dr.,MKes selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk, arahan dan evaluasi sehingga karya akhir ini dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada: Yetti Hernaningsih,dr.,SpPK sebagai Kepala Departemen Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD Dr.Soetomo, Surabaya Dr. Puspa Wardhani,dr.,SpPK selaku Kepala Pendidikan Studi Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD Dr.Soetomo, Surabaya Prof.Dr.Aryati,dr.,MS.,SpPK(K) atas bantuannya selaku penanggung jawab
Mikrobiologi di Laboratorium Granostik dan Parahita dan selama menjabat Kepala Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD Dr.Soetomo, Surabaya
Dr,Sidarti Soehita SFHS,dr.,SpPK(K) atas bantuanya selama menjabat Kepala Pendidikan Studi Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD Dr.Soetomo, Surabaya
Juli Soemarsono,dr.,SpPK (alm) selaku dosen wali mahasiswa Prof. Dr. Prihatini, dr., M.S., Sp.PK(K), Fery H. Soedewo, dr., M.S., Sp.PK(K)
dan Leonita Anniwati,dr.,SpPK(K) yang telah bersedia menjadi penguji dan memberikan masukan sejak pengajuan proposal hingga penelitian ini selesai
Seluruh staf pengajar Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD Dr.Soetomo, Surabaya
Verna,dr,SpPK, Mayfani,dr, Ni Luh,dr, Wulan,dr yang telah membantu penelitian ini
Isteri tercinta Ni Luh Deliyani,SKM.,MKes, anakku sayang Ayu Putu Githa Maheswari, Kadek Agus Surya Udiyana atas pengorbanannya
Kedua orang tua tercinta I Made Alit Antara, Ni Ketut Nariani atas pengorbanan yang tak akan terbalas
Kedua mertua I Wayan Bagia,SS, Ni Nengah Mariani,SPd.,MPd atas semua bantuannya
Seluruh karyawan dan PPDS Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD Dr.Soetomo, Surabaya Akhir kata saya minta maaf jika ada kesalahan dalam upaya menyelesaikan
penelitian ini. Surabaya, Maret 2016 I Gde Eka Sugiartha,dr
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
v
ABSTRAK Perbandingan Hasil Identifikasi Metode Analytical Profile Index (API) dan
Tes Kepekaan Antibiotika Konvensional dengan Metode Technical Dedicated Reasonable (TDR)-300B
IG Eka Sugiartha , IGAA Putri Sri Rejeki, Puspa Wardhani, Bambang Pujo Semedi
Pendahuluan. Angka kematian infeksi aliran darah cukup tinggi, berkisar 20 - 50%. Patogen penyebab dapat dibuktikan dengan pemeriksaan kultur darah yang dilanjutkan dengan tes kepekaan antibiotika. Metode pemeriksaan dapat dilakukan secara konvensional atau automatis baik semiautomatis ataupun automatis penuh. Metode konvensional relatif tidak memerlukan investasi biaya yang besar dibandingkan metode automatisasi. Metode. Penelitian ini merupakan analisis observasional dengan rancangan cross sectional. Metode identifikasi konvensional memakai metode API dan tes kepekaan antibiotika konvensional menggunakan metode difusi cakram antibiotika Kirby Bauer. Kedua metode ini dibandingkan dengan metode semiautomatis TDR-300B. Metode automatis penuh VITEK 2 digunakan sebagai metode rujukan untuk menilai performa metode konvensional dan semiautomatis. Hasil. Bakteri penyebab infeksi aliran darah didominasi Gram negatif kebanyakan Eschericia coli dan Klebsiella pneumonia. Akurasi metode identifikasi API terhadap VITEK 2 sebesar 87,87%, akurasi identifikasi metode TDR-300B terhadap metode VITEK 2 adalah 90,9%. Hasil akurasi tes kepekaan antibiotika metode konvensional difusi cakram antibiotika Kirby Bauer terhadap metode VITEK 2 adalah 84,64%. Akurasi tes kepekaan antibiotika metode TDR-300B terhadap metode VITEK 2 sebesar 82,5%. Akurasi metode API terhadap metode TDR-300B sebesar 84,84%.Akurasi tes kepekaan antibiotika metode konvensional terhadap metode TDR-300B sebesar 78,21%. Pembahasan. Hasil metode identifikasi dan tes kepekaan antibiotika konvensional tidak berbeda bermakna secara statistik dengan metode semiautomatis TDR-300B. Metode identifikasi dan tes kepekaan antibiotika konvensional masih dapat dipercaya terutama untuk daerah dengan keterbatasan finansial atau pemeriksaan masih sedikit. Kata kunci: Perbandingan, metode konvensional, API, difusi, TDR-300B
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
vi
ABSTRACT Comparison of Analytical Profile Index (API) Identification Method Results
and Conventional Antimicrobial Susceptibility Test with Technical Dedicated Reasonable (TDR)-300B Method
IG Eka Sugiartha, IGAA Putri Sri Rejeki, Puspa Wardhani, Bambang Pujo Semedi
Background. The bloodstream infection death rate is quite high, ranging from 20% to 50%. Causable pathogens could be demonstrated by blood cultures followed by antimicrobial susceptibility tests. The test could be performed in a conventional, semiautomatic or fully automatic method. The conventional method does not require large investment costs compared to automatic methods. Method. This was an observational cross sectional design study. Conventional identification method used API and conventional antimicrobial susceptibility tests used disc diffusion method of Kirby Bauer. Both of the methods were compared to semiautomatic TDR-300B method. A fully automatic VITEK 2 method was used as the reference method for assessing the performance of conventional and semiautomatic methods. Results. Bacteria that cause bloodstream infections were mostly dominated by Gram-negative Escherichia coli and Klebsiella pneumonia. The accuracy of API identification method to the VITEK 2 was 87.87%, accuracy of TDR-300B identification method to VITEK 2 method was 90.9%. The accuracy results of conventional Kirby Bauer disc diffusion antimicrobial susceptibility tests method compared to VITEK 2 method was 84.64%. Accuracy of TDR-300B antimicrobial susceptibility tests method to VITEK 2 was 82.5%. The accuracy of API identification method to TDR-300B was 84.84%.The accuracy of conventional antimicrobial susceptibility test method to TDR-300B was 78.21%. Conclusion. The results of conventional identification and antimicrobial sensitivity tests were not statistically significant different with semiautomatic TDR-300B method. Conventional identification and antimicrobial susceptibility test methods could be trusted, especially for financial limited region or small number of examination. Key words: Comparison, conventional, API, disc diffusion, TDR-300B
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
vii
RINGKASAN
Perbandingan Hasil Identifikasi Metode Analytical Profile Index (API) dan Tes Kepekaan Antibiotika Konvensional dengan Metode Technical
Dedicated Reasonable (TDR)-300B
IG Eka Sugiartha, IGAA Putri Sri Rejeki, Puspa Wardhani, Bambang Pujo Semedi
Infeksi aliran darah mempunyai angka kematian yang cukup tinggi yang berkisar 20 - 50%. Infeksi ini dibuktikan dengan pemeriksaan kultur untuk menentukan mikroorganisme penyebab infeksi yang dilanjutkan dengan pemeriksaan kepekaan terhadap antibiotika. Metode pemeriksaan identifikasi dan kepekaan secara fenotipe lebih banyak dilakukan dibandingkan secara genotipe. Metode fenotipe ini dapat dilakukan secara konvensional atau automatisasi. Automatisasi dibedakan menjadi automatis penuh dan semiautomatis. Metode konvensional tentu akan lebih murah dibandingkan yang automatis, sedangkan metode semiautomatis relatif lebih murah dibandingkan metode automatis penuh. Penelitian ini mencoba membandingkan metode konvensional dengan metode semiautomatis yang relatif lebih murah dengan menggunakan metode automatis penuh sebagai metode rujukan. Metode konvensional dikerjakan melalui tes identifikasi Analytical Profile Index (API) dan tes kepekaan antibiotika difusi cakram antibiotika Kirby Bauer. Metode semiautomatis menggunakan metode Technical Dedicated Reasonable (TDR)-300B sedangkan yang automatis penuh memakai metode VITEK 2. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional yang menggunakan 33 sampel isolat bakteri dari penderita infeksi aliran darah. Sampel darah diambil dari berbagai ruangan di RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Akurasi metode identifikasi API terhadap metode VITEK 2 sebesar 87,87%, akurasi identifikasi metode TDR-300B terhadap metode VITEK 2 adalah 90,9%. Akurasi metode API terhadap metode TDR-300B sebesar 84,84%. Hasil akurasi tes kepekaan antibiotika metode konvensional difusi cakram antibiotika Kirby Bauer terhadap metode VITEK 2 adalah 84,64%. Akurasi tes kepekaan antibiotika metode TDR-300B terhadap metode VITEK 2 sebesar 82,5%. Akurasi tes kepekaan antibiotika metode konvensional terhadap metode TDR-300B sebesar 78,21%. Perbandingan akurasi hasil identifikasi antara metode konvensional API dengan metode semiatomatis TDR-300B tidak berbeda secara statistik. Perbandingan akurasi tes kepekaan antibiotika metode konvensional difusi cakram antibiotika Kirby Bauer terhadap metode semiautomatis TDR-300B juga tidak berbeda secara statistik. Kemungkinan sumber kesalahan identifikasi disebabkan kesalahan pengamatan perubahan warna substrat pada metode API dan adanya polimikroba. Kemungkinan kesalahan tes kepekaan antibiotika diantaranya kesalahan membuat kekeruhan suspensi kuman pada metode konvensional, kesalahan pemipetan pada kedua metode, dan adanya polimikroba. Metode konvensional ternyata masih baik bila dibandingkan dengan metode semiautomatis tetapi metode konvensional sangat membutuhkan tenaga yang terlatih.
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
viii
SUMMARY Comparison of Analytical Profile Index (API) Identification Method
Results and Conventional Antimicrobial Susceptibility Test with Technical Dedicated Reasonable (TDR)-300B Method
IG Eka Sugiartha, IGAA Putri Sri Rejeki, Puspa Wardhani, Bambang Pujo Semedi The mortality rate of bloodstream infection is high in the range 20% to
50%. The infection is proven by culture examination to determine the microorganisms causing the infection. It is followed by antimicrobial susceptibility test. Phenotype method of identification and antimicrobial susceptibility test are more common than genotype method. The method can be done conventionally or automatically. Automatic method can be done by fully automatic and semiautomatic. The conventional method is cheaper than the automatic, while the semiautomatic method is relatively cheaper than fully automatic method.
The study tried to compare the conventional method to semiautomatic method that was relatively inexpensive by using a full automatic method as a reference. The conventional method was done by Analytical Profile Index (API) identification tests and conventional antimicrobial susceptibility test used Kirby Bauer disc diffusion method. Semiautomatic method used Technical Dedicated Reasonable (TDR)-300B method while full automatic used VITEK 2. This study was an observational cross sectional design study, using 33 samples of bacterial isolates from bloodstream infection patients. Blood was taken from various wards in Dr.Soetomo Surabaya Hospital.
Accuracy of API identification method compare to VITEK 2 was 87.87%, the accuracy of TDR-300B identification method was 90.9%. The accuracy of API method to TDR-300B was 84.84%. The accuracy results of conventional Kirby Bauer disc diffusion antimicrobial susceptibility test to VITEK 2 was 84.64%. Accuracy of TDR-300B antimicrobial susceptibility test method to VITEK 2 was 82.5%. Accuracy of conventional antimicrobial susceptibility test method to TDR-300B method was 78.21%.
Comparison of identification accuracy results between the API conventional methods to TDR-300B semiautomatic methods were not statistically different. Comparison of antimicrobial susceptibility test accuracy result between conventional Kirby Bauer disc diffusion method to TDR-300B semiautomatic method was also not statistically different. Possible causes of error in API method were observation misidentification of substrate colour and the presence of polymicrobial. Sources of antimicrobial susceptibility test possible errors were mistakes in making suspension turbidity in conventional method, pipetting errors in both methods, and the presence of polymicrobial. The conventional method was still reliable compared to semiautomatic methods but urgently need skilled personnel.
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
ix
DAFTAR ISI Sampul dalam..i Lembar pengesahanii Pernyataan keaslian...iii Kata pengantar...iv Abstrak.. v Ringkasan.vii Daftar Isi....ix Daftar Tabelx Daftar Gambar...xi Daftar Lampiran...xii Daftar Singkatan..xiii Bab 1. Pendahuluan.1
1.1 Latar Belakang..1 1.2 Rumusan Masalah.4 1.3 Tujuan Penelitian..5 1.4 Manfaat Penelitian6
Bab 2. Tinjauan Pustaka..7 2.1 Identifikasi Bakteri Dengan Metode API..7 2.1.1 API Staph...9 2.1.2 API Strep..13 2.1.3 API 20E20 2.1.4 API 20NE.27 2.2 Tes Kepekaan Antibiotika Metode Konvensional..29 2.3 Metode TDR-300B.39 2.3.1 Identifikasi bakteri metode TDR-300B42 2.3.2 Tes kepekaan antibiotika metode TDR-300B..44 2.4 Metode VITEK 250 2.4.1 Identifikasi bakteri metode VITEK 2...53 2.4.2 Tes kepekaan antibiotika metode VITEK 2.57 Bab 3. Kerangka Konseptual Dan Hipotesis Penelitian..60 3.1 Kerangka Konseptual..60 3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual61 3.3 Hipotesis Penelitian66 Bab 4. Metode Penelitian67 4.1 Desain Penelitian67 4.2 Populasi Dan Sampel..67 4.3 Tempat Penelitian . 68 4.4 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ....68 4.5 Alat Dan Bahan Penelitian..69 4.6 Cara Kerja...69 4.6.1 Identifikasi metode API...69 4.6.2 Tes kepekaan antibiotika konvensional75 4.6.3 Metode TDR-300B..76 4.6.4 Metode VITEK 2.77 4.7 Alur Penelitian78 4.8 Analisis Statistik.78
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
x
Bab 5. Hasil Penelitian 5.1 Hasil Penjaminan Mutu Penelitian81 5.1.1 Hasil penjaminan mutu alat dan bahan.81 5.1.2 Hasil penjaminan mutu melalui tes sterilitas.83 5.1.3 Hasil penjaminan mutu melalui tes performa83 5.2 Perbandingan Hasil Identifikasi83 5.3 Perbandingan Hasil Tes Kepekaan Antibiotika88 Bab 6. Pembahasan.94 6.1 Perbandingan Hasil Identifikasi Bakteri...95 6.2 Perbandingan Hasil Tes Kepekaan Antibiotika...101 Bab 7. Simpulan dan Saran..106 Daftar Pustaka.108 Lampiran 112
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
xi
DAFTAR TABEL 2.1 Jenis pemeriksaan metode API...8 2.2 Tes biokimia API Staph15 2.3 Tes biokimia API Strep.18 2.4 Tes biokimia API 20E...21 2.5 Tes biokimia API 20NE28 2.6 Tes biokimia TDR Staph 64..44 2.7 Tes biokimia TDR STR 6445 2.8 Tes biokimia TDR ONE 64..46 2.9 Tes biokimia TDR NF 64.47 2.10 Tes kepekaan antibiotika pada TDR Staph 64..48 2.11 Tes kepekaan antibiotika pada TDR STR 6449 2.12 Tes kepekaan antibiotika pada TDR NF 64..49 2.13 Tes kepekaan antibiotika pada TDR ONE 6450 2.14 Tes biokimia pada kartu GP VITEK 2..55 2.15 Tes biokimia pada kartu GN VITEK 2.56 4.1 Definisi operasional penelitian.70 4.2 Alat dan bahan penelitian..72 5.1 Penjaminan mutu alat dan bahan...82 5.2 Perbandingan identifikasi metode API,TDR terhadap VITEK.86 5.3 Perbandingan identifikasi API terhadap TDR...87 5.4 Uji statistik kesesuaian hasil identifikasi..87 5.5 Jenis antibiotika yang digunakan dan dianalisis89 5.6 Perbandingan TKA konvensional,TDR terhadap VITEK.91 5.7 Kesesuaian TKA konvensional terhadap VITEK.92 5.8 Tipe kesalahan TKA konvensional dan TDR93 5.9 Uji statistik kesesuaian TKA.93 6.1 Perbedaan warna yang sulit diamati pada API..97
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
xii
DAFTAR GAMBAR 2.1 Contoh strip plastic API....9 2.2 Cara membuka Ampule API medium . .10 2.3 Nampan, tutup nampan, penulisan identitas dan strip API11 2.4 Tube, cupule dan posisi PSIpette...11 2.5 Prosedur pemeriksaan API Staph..14 2.6 Hasil tes kimia positif dan negatif API Staph16 2.7 Contoh lembar hasil API Staph.16 2.8 Prosedur pemeriksaan API 20E24 2.9 Rujukan nilai positif dan negatif API 20E25 2.10 Contoh lembar hasil 20E...26 2.11 Hubungan zona inhibisi dengan MIC30 2.12 Pengambilan isolat bakteri dari kultur..32 2.13 Pembuatan suspensi bakteri..32 2.14 Membandingkan suspensi bakteri dengan standar Mc Farland33 2.15 Memasukkan suspensi bakteri ke media agar Mueller Hinton.33 2.16 Streaking suspensi bakteri dengan swab...........................34 2.17 Pemasangan cakram antibiotika di media agar Mueller Hinton34 2.18 Pengukuran zona inhibisi dengan penggaris.35 2.19 Pengukuran zona inhibisi dengan caliper.....35 2.20 Pengukuran zona inhibisi dengan template...36 2.21 Contoh hasil quality control pada tes kepekaan antibiotika..39 2.22 TDR X060 Automated Blood Culture System.40 2.23 TDR Z 200 Microtube Turbidimetre40 2.24 Kartu reagen TDR.41 2.25 TDR J 100 Automated Dosing System..41 2.26 TDR 300B Microorganism Analysis System...42 2.27 Pemilihan panel identifikasi TDR.43 2.28 Konsentrasi antibiotika pada tes kepekaan antibiotika dengan TDR48 2.29 VITEK 2 Analyzer51 2.30 Contoh kartu GN VITEK 2...51 2.31 Alur pemilihan kartu VITEK 2.53 3.1 Kerangka konseptual60 4.1 Alur kerja pemeriksaan TDR...74 4.2 Alur penelitian..79 5.1 Grafik persentase pertumbuhan bakteri84 5.2 Grafik persentase bakteri berdasarkan Gram84 5.3 Grafik persentase bakteri penyebab..85 6.1 Lokasi udara pada pemipetan TDR...98
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Informasi untuk disetujui subjek penelitian112 Lampiran 2. Persetujuan menjadi subjek penelitian115 Lampiran 3. Kelaikan etik...116 Lampiran 4. Lembaran pengumpulan data penderita infeksi aliran darah..117 Lampiran 5. Pengumpulan data ..118 Lampiran 6. Penjaminan mutu dengan tes performa...120 Lampiran 7. Hasil tes identifikasi bakteri129 Lampiran 8. Hasil tes kepekaan antibiotika130 Lampiran 9. Analisis statistik..135
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
xiv
DAFTAR SINGKATAN API = Analytical Profile Index AST = Antimicrobial Susceptibility Test ATCC = American Type Culture Collection CLSI = Clinical and Laboratory Standards Institute DIC = Disseminated Intravascular Coagulation HPLC = High Performance Liquid Chromatography I = Intermediate MIC = Minimal Inhibitory Concentration PCR = Polymerase Chain Reaction R = Resistant S = Susceptible TDR = Technical Dedicated Reasonable TKA = Tes Kepekaan Antibiotika VP = Voges Proskauer WHO = World Health Organization
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah normal bersifat steril dan adanya bakteri dalam darah dikenal sebagai
bakteremia yang biasanya bersifat patologis. Masuknya bakteri ke aliran darah
dapat berakibat serius termasuk renjatan, kegagalan organ, Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC), dan kematian. Data World Health Organization
(WHO) menyatakan kematian mencapai 85% pada kasus infeksi di seluruh dunia
pada tahun 2001 (WHO, 2001). Penyakit infeksi dinyatakan menjadi penyebab
kematian sekitar dua juta orang di India setiap tahun (Duggal, 2012). Angka
kematian pada infeksi aliran darah berkisar antara 20 50% (Forbes, 2007). Infeksi
aliran darah di sebelas rumah sakit di Jakarta sekitar 26,4% (Kemenkes,2011).
Kultur darah dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri atau mikroorganisme lain
dalam darah yang dilanjutkan dengan tes kepekaan antibiotika sehingga dapat
ditentukan antibiotika yang lebih tepat (Vanndepitte,2003).
Berbagai metode identifikasi dan tes kepekaan antibiotika dikelompokkan
menjadi metode pemeriksaan genotipe dan fenotipe dengan kelebihan dan
keterbatasan masing-masing. Pemeriksaan secara fenotipe lebih sering dilakukan,
biasanya melalui metode konvensional ataupun automatisasi. Metode identifikasi
konvensional dilakukan melalui metode tes biokimia secara manual atau dengan
media komersial seperti Analytical Profile Index (API). Tes kepekaan antibiotika
konvensional dilakukan melalui metode difusi cakram atau dilusi agar.
Automatisasi dalam identifikasi bakteri dan tes kepekaan antibiotika dibedakan
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
2
menjadi semiautomatis seperti pada metode Technical Dedicated Reasonable
(TDR)-300B dan metode automatis penuh seperti pada VITEK 2
(Biomerieux,2010; OHara,2005; Forbes,2007; Mindray,2013).
Metode identifikasi dan tes kepekaan antibiotika konvensional tidak
memerlukan peralatan analisis yang harganya mencapai milyaran rupiah sehingga
lebih memungkinkan dilakukan di daerah dengan sumber keuangan terbatas atau
jumlah pemeriksaan yang masih sedikit. Metode ini mungkin memerlukan sumber
daya manusia terlatih yang lebih banyak untuk pembuatan media, tetapi dapat
dikurangi dengan menggunakan media konvensional komersial yang sudah jadi
seperti API. Metode API dari Biomerieux merupakan salah satu metode
konvensional komersial yang sudah luas dipakai dan sudah dipakai sejak lama
yaitu dari tahun 1971. Metode API hanya terbatas untuk pemeriksaan identifikasi
melalui 20 tes biokimia, sehingga untuk tes kepekaan antibiotika dilanjutkan
dengan metode lain (Biomerieux,2010; OHara,2005). Akurasi metode
konvensional API terhadap kuman kontrol, bervariasi dari berbagai studi sekitar
77% - 94,6% (Robinson,1995).
Metode TDR-300B dari Mindray merupakan pemeriksaan semiautomatis
untuk pemeriksaan identifikasi mikroorganisme melalui 20-24 tes biokimia dan tes
kepekaan antibiotika berdasarkan prinsip kolorimetri. Metode ini terdiri dari
beberapa alat yang terpisah sehingga dapat dibeli sesuai dengan kebutuhan
laboratorium. Proses semiautomatis juga akan mengurangi kebutuhan sumber daya
manusia yang terlatih dan jumlah pemeriksaan dapat lebih banyak dari metode
konvensional. Metode ini termasuk metode yang masih relatif baru dengan harga
sedikit lebih murah dari metode automatis penuh. Publikasi uji klinis metode TDR-
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
3
300B masih belum banyak. Metode automatis penuh seperti VITEK dari
Biomerieux merupakan metode dengan prinsip kolorimetri untuk pemeriksaan
identifikasi melalui tes biokimia dan tes kepekaan antibiotika yang sudah dipakai
lebih lama dari TDR-300B. Akurasi VITEK terhadap kuman kontrol lebih baik,
berkisar 97,8% (OHara,2005) sampai 98,02% (Duggal,2012). Sumber daya
manusia terlatih yang dibutuhkan lebih sedikit, jumlah pemeriksaan yang dapat
dilakukan juga akan lebih banyak, sayangnya metode ini relatif mahal apalagi
untuk daerah dengan keterbatasan sumber daya (Biomerieux,2010;
Mindray,2013).
Daerah perifer biasanya mempunyai keterbatasan sumber daya manusia,
fasilitas dan keuangan sehingga metode pemeriksaan diupayakan membatasi
sumber daya yang digunakan. Metode yang digunakan untuk identifikasi bakteri
dan tes kepekaan antibiotika dipengaruhi beberapa faktor seperti sumber keuangan,
sumber daya manusia yang terlatih, ukuran fisik laboratorium, jumlah
pemeriksaan, dan akurasi. Pemeriksaan patogen infeksi aliran darah secara
genotipe mempunyai keterbatasan biaya yang besar sehingga sulit dilakukan.
Pemeriksaan identifikasi bakteri dan kepekaan antibiotika secara fenotipe relatif
lebih murah dari genotipe. Metode semiautomatis ataupun automatis tidak banyak
memerlukan sumber daya manusia tetapi masih membutuhkan biaya relatif besar
sehingga sulit juga dilakukan bila sumber keuangan masih kurang. Metode
konvensional menjadi alternatif pilihan untuk pemeriksaan identifikasi bakteri dan
tes kepekaan antibiotika bila ada keterbatasan keuangan atau jumlah pemeriksaan
masih sedikit. Metode konvensional mungkin memerlukan sumber daya manusia
lebih banyak untuk pembuatan media, tetapi dapat dikurangi dengan menggunakan
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
4
media konvensional yang komersial seperti API. (Card,2013; OHara,2005;
Pulidot,2013).
Perbandingan metode konvensional (API dan tes kepekaan antibiotika
konvensional) dengan metode semiautomatis (TDR-300B) dan automatis (VITEK
2) bertujuan untuk mengetahui performa metode konvensional. Perbandingan ini
diharapkan dapat memberi masukan jika mengunakan metode konvensional pada
kondisi keterbatasan keuangan atau memulai pemeriksaan dengan jumlah
pemeriksaan yang masih sedikit. Perbandingan kedua metode ini belum pernah
diteliti sebelumnya. Metode automatis VITEK 2 yang memiliki akurasi lebih baik
(berkisar 97,8% sampai 98,02%) dipakai sebagai metode rujukan untuk melihat
performa metode konvensional dan semiautomatis pada penelitian ini
(Duggal,2012; OHara,2005).
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana perbandingan akurasi identifikasi metode konvensional
Analytical Profile Index (API) dengan metode semiautomatis Technical
Dedicated Reasonable (TDR)-300B dalam mengidentifikasi bakteri
dari isolat bakteri kultur darah dengan menggunakan VITEK 2 sebagai
metode rujukan?
2) Bagaimana perbandingan akurasi tes kepekaan antibiotika
konvensional metode difusi cakram antibiotika Kirby Bauer dengan
metode semiautomatis Technical Dedicated Reasonable (TDR)-300B
dalam menilai resistensi bakteri dari isolat bakteri kultur darah dengan
menggunakan VITEK 2 sebagai metode rujukan?
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1) Membandingkan akurasi metode konvensional Analytical Profile Index
(API) dengan metode semiautomatis TDR-300B dalam mengidentifikasi
isolat bakteri kultur darah dengan menggunakan VITEK 2 sebagai metode
rujukan.
2) Membandingkan akurasi tes kepekaan antibiotika konvensional difusi
cakram antibiotika Kirby Bauer dengan metode semiautomatis TDR-300B
dalam menilai resistensi bakteri dari isolat bakteri kultur darah dengan
menggunakan VITEK 2 sebagai metode rujukan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Menganalisis akurasi identifikasi isolat bakteri kultur darah metode
konvensional API terhadap metode VITEK 2
2) Menganalisis akurasi identifikasi isolat bakteri kultur darah metode
semiautomatis TDR-300B terhadap metode VITEK 2
3) Menganalisis akurasi kepekaan bakteri terhadap antibiotika dengan metode
konvensional difusi cakram antibiotika Kirby Bauer terhadap VITEK 2
4) Menganalisis akurasi kepekaan bakteri terhadap antibiotika dengan metode
semiautomatis TDR-300B terhadap VITEK 2
5) Membandingkan akurasi metode konvensional API dengan metode
semiautomatis TDR-300B dalam mengidentifikasi bakteri kultur darah
dengan menggunakan VITEK 2 sebagai metode rujukan
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
6
6) Membandingkan akurasi tes kepekaan antibiotika metode konvensional
difusi cakram antibiotika Kirby Bauer dengan metode semiautomatis TDR-
300B dengan menggunakan VITEK 2 sebagai metode rujukan
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat keilmuan
Meningkatkan wawasan peneliti di bidang Patologi Klinik subdivisi
penyakit infeksi tentang peran identifikasi bakteri dan uji kepekaan
antibiotika
1.4.2 Manfaat terapan
1) Melalui uji kesesuaian identifikasi dan tes kepekaan antibiotika dapat
membantu mencari penyebab infeksi aliran darah sehingga pemberian
antibiotika lebih tepat
2) Menilai kesesuaian metode identifikasi konvensional API dan tes kepekaan
antibiotika metode konvensional difusi cakram antibiotika Kirby Bauer
dengan metode semiautomatis dan metode automatis sebagai pertimbangan
untuk memilih metode yang lebih tepat berdasarkan sumber daya yang ada.
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
7
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri yang sering sebagai penyebab bakteremia antara lain
Staphylococcus aureus, Escherechia coli, Coagulase Negative Staphylococcus,
Enterococcus sp, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, Streptococcus
viridans, Streptococcus pneumoniae, Enterobacter cloacae, Proteus sp dan beta
hemolitic Streptococcus (Forbes, 2007; Vandepitte, 2003). Metode pemeriksaan
identifikasi bakteri ini secara fenotipe, dapat dilakukan dengan berbagai metode
baik konvensional ataupun automatis (OHara, 2005).
2.1 Identifikasi Bakteri Dengan Metode Analytical Profile Index (API)
Metode Analytical Profile Index (API) merupakan pemeriksaan identifikasi
manual komersial yang mulai dipublikasi pada tahun 1971. Awalnya produk ini
diproduksi oleh Analytab Product Division of American Home Product dan pada
tahun 1986 dibeli oleh Biomerieux. Metode API terdiri dari strip plastik (gambar
2.1) yang tersusun dari tube dan cupules (gambar 2.4). Setiap microtube terisi oleh
substrat yang terdehidrasi untuk tes yang berbeda. Awalnya metode ini diciptakan
oleh Buissiere dan Nardon yang banyak menciptakan metode micromethode dan
dimodifikasi oleh Hartman (Biomerieux, 2010; Smith et al 1972, Leboffe et al,
2011). Metode API dapat memeriksa berbagai bakteri untuk spesifikasi bakteri
tertentu seperti Enterobacteriaceae, Staphylococcus, Micrococcus, Streptococcus,
Listeria, Yeast, Camylobacter, Listeria, Bacillus dan Neiserria seperti tampak pada
tabel 2.1 (Biomerieux, 2009).
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
8
Tabel 2.1. Jenis pemeriksaan metode API (Biomerieux, 2009)
Jenis API Mikroorganisme Suspensi Mc Farland
Inkubasi Atmosfer
API 20E Enterobacteriaceae, Batang Gram negatif
non fastidius lain
5mL NaCL 0,85%
1 koloni 370C 18-24 jam
Aerob
Rapid 20E Enterobacteriaceae 5mL NaCL 0,85%
0,5 370C 4 jam
Aerob
API 20S Enterobacteriaceae, Batang Gram negatif
non fastidius lain
5mL NaCL 0,85%
1 koloni 370C 18-24 jam
Aerob
API 20NE Non Enterobacteriaceae, Batang Gram negatif
non fastidius lain
2mL NaCL 0,85%
0,5 370C 24-48 jam
Aerob
API STAPH Staphylococcus, Micrococcus
API Staph medium
0,5 370C 24-48 jam
Aerob
API 20 STREP Streptococcus 2mL API 20 Strep medium
4 370C 24-48 jam
Aerob
API Coryne Corynebacterium sp 3mL medium 6 370C 24 jam
Aerob
Api Listeria Listeria 2mL medium 1 370C 18-24 jam
Aerob
API Candida Yeast 2mL NaCL 0,85%
3 370C 18-24 jam
Aerob
API 20 AUX Yeast 2mL NaCL 0,85%
2 300C 48-72 jam
Aerob
API 20 A Anaerob API 20A medium
3 370C 24 jam
Anaereob
API Campy Campylobacter 3mL NaCL 0,85%
6 370C 24-48 jam
Aerob
API NH Neisseria, Haemophilus
2mL NaCL 0,85%
4 370C 2 jam
Aerob
API 50 CH Bacillus 2mL NaCL 0,85% + medium
2 300C 24-48 jam
Aerob
API 50 CHL Lactobacillus API CHL medium
2 370C 48 jam
Aerob
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
9
Gambar 2.1. Strip plastik API (Leboffe, 2011)
2.1.1 API Staph
API Staph merupakan metode identifikasi bakteri genus Staphylococcus,
Micrococcus dan Kocuria dengan memakai tes biokimia dalam microtube dan
database yang dimodifikasi. Daftar lengkap bakteri yang dapat diidentifikasi oleh
metode ini, dapat dilihat pada lembar rujukan API. API Staph terdiri dari 20
microtube yang mengandung dehydrated substrat yang akan diinokulasi dengan
suspensi bakteri. Setiap API Staph kit terdiri dari 25 strip API Staph, 25 API Staph
medium dan 25 lembar hasil. Alat dan bahan yang diperlukan untuk identifikasi
bakteri dengan metode ini antara lain strip API Staph, media API Staph, mineral
oil, reagen VP 1 + VP 2, reagen NIT 1 + NIT 2, reagen ZYM A + ZYM B, standar
Mc Farland, pipet atau PSIpettes, rak ampul, dan pelindung ampul
(Biomerieux,2010).
Sebelum digunakan untuk pemeriksaan, sebaiknya diperiksa terlebih dahulu
tanggal kedaluwarsa reagen dan strip, keutuhan kemasan dan komponen, kerusakan
cupule dan desicant. Strip dan media disimpan pada suhu 2-80C sampai tanggal
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
10
kedaluwarsa. Ampul dibuka dengan mengikuti prosedur sebagai berikut (gambar
2.2):
Gambar 2.2. Dua bentuk ampul dan cara membuka ampule API medium, tekan horizontal dilanjutkan tekan ke bawah (Biomerieux,2010)
1) ampul diletakkan pada ampule protector
2) ampul dipegang dengan satu tangan, dengan posisi vertikal dimana plastic cap
berada di atas
3) tekan cap ke bawah sejauh mungkin, kemudian cap ditutup dengan
bagian atas ibu jari
4) tekankan ibu jari ke secara horizontal setelah ditekan ke bawah
5) ampul dikeluarkan dari protector
6) cap dikeluarkan secara hati-hati (Biomerieux,2010).
Langkah pemeriksaan identifikasi dengan API Staph meliputi persiapan
strip, persiapan inokulum, inokulasi strip, pembacaan dan interpretasi hasil.
Persiapan strip dilakukan dengan menyiapkan kotak inkubasi yang terdiri dari
nampan dan tutup nampan (gambar 2.3). Tutup nampan dibuka, air suling atau
demineralized water (air tanpa zat aditif atau kimia yang dapat melepaskan gas
seperti Cl2, CO2) dimasukkan ke dalam honey comb well nampan untuk
menciptakan suasana lembab. Galur acuan atau identitas dicatat pada nampan,
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
11
jangan mencatat pada tutup nampan karena dapat tertukar selama pemeriksaan.
Strip diletakkan pada kotak inkubasi (Biomerieux,2010).
Gambar 2.3. Nampan (A), tutup nampan (B), penulisan identitas (C) dan Strip API (D) (dimodifikasi dari Darbandi,2010)
Gambar 2.4. Satu microtube, Tube (A), Cupule (B), dan PSIpette (C) ( dimodifikasi dari Biomerieux, 2010)
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
12
Isolat bakteri yang dipakai merupakan subkultur bakteri pada media
Columbia Blood Agar yang berumur 18-24 jam yang diinkubasi pada suhu 360C
20C. Isolat bakteri diperiksa secara morfologi, kemurnian isolat, pengecatan Gram,
dan uji katalase untuk menentukan apakah termasuk Micrococcaeae. Isolat bakteri
yang murni diambil dan dibuat suspensi bakteri 0,5 Mc Farland dengan melarutkan
isolat ke media API Staph. Pembuatan suspensi bakteri ini harus menggunakan
kultur yang berumur 18-24 jam. Suspensi bakteri digunakan segera setelah dibuat
(Biomerieux,2010).
Suspensi bakteri yang telah dibuat tersebut, diinokulasikan ke strip API
Staph dengan menggunakan pipette atau PSIpette. Microtube diisi tetapi cupule
jangan sampai terisi suspensi bakteri (gambar 2.4). Usahakan jangan sampai
terbentuk gelembung udara pada tube dengan cara strip dimiringkan sedikit ke
depan dan ujung tip pipette diletakkan pada sisi cupule. Tes untuk ADH dan URE
ditambahkan mineral oil untuk membuat suasana anaerob sampai terbentuk convex
meniscus. Tes kimia pada API Staph dapat dilihat pada tabel 2.2. Nampan dengan
ditutup dengan tutup nampan dan diinkubasi pada suhu 360C 20C selama 18-24
jam (Biomerieux,2010).
Pembacaan strip dilakukan setelah inkubasi selama 18-24 jam tersebut.
Beberapa tes kimia memerlukan penambahan satu tetes reagen sebagai berilut:
Tes VP : ditambahkan reagen VP 1 dan VP2, ditunggu 10 menit, reaksi
positif memperlihatkan warna violet merah muda. Reaksi yang
memperlihatkan warna merah muda pucat atau merah muda
terang setelah 10 menit dianggap negatif
Tes NIT : ditambahkan reagen NIT 1 dan NIT 2, ditunggu selama 10 menit,
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
13
warna merah menunjukkan reaksi positif
Tes PAL : ditambahkan reagen ZYM A dan ZYM B, ditunggu selama 10
menit. Warna violet menunjukkan reaksi positif.
Tes resistensi terhadap Lysostaphin dikerjakan untuk mengisi hasil tes ke-
21 jika diperlukan. Inokulasi permukaan P agar dengan suspensi bakteri, dibiarkan
kering pada suhu 360C20C selama 10 20 menit. Kemudian ditambahkan dengan
satu tetes larutan Lysostaphin (200 g/mL) dan diinkubasi pada suhu 350C-370C
selama 18-24 jam. Sussceptible menunjukkan adanya lisis parsial. Hasil tes positif
dan negatif dapat dilihat pada gambar 2.6. Prosedur kerja dilihat pada gambar 2.5
(Biomerieux,2010).
Identifikasi bakteri diperoleh melalui profil angka. Lembar hasil tes terdiri
dari tiga kelompok microtube yang berisi angka 1,2 dan 4. Hasil positif dijumlahkan
sehingga diperoleh tujuh digit angka (pada gambar 2.7 tujuh digit angka tersebut
adalah 6706113). Tujuh digit angka tersebut kemudian dicocokkan dengan tabel
profil atau dapat dimasukkan hasil positif dan negatif ke apiwebTM. Program
pemantapan mutu internal untuk metode API Staph dianjurkan dengan menilai
performa metode API Staph dalam mengidentifikasi kuman kontrol. Kuman kontrol
yang direkomendasikan untuk metode API Staph adalah Staphylococcus xylosus
ATCC (American Type Culture Collection) 700404, Staphylococcus lentus ATCC
700403, Staphylococcus capitis ATCC 35661 (Biomerieux, 2006,
Biomerieux,2010)
2.1.2 API 20 Strep
API 20 Strep mempunyai 20 tes biokimia (tabel 2.3.) yang mempunyai
kemampuan mengidentifikasi bakteri Streptococcus dan Enterococcus yang luas.
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
14
Strip API 20 Strep terdiri dari miniotube yang berisi dehydrated substrate untuk
memperlihatkan aktivitas enzim atau fermentasi gula. Reaksi enzimatik
memerlukan suspensi bakteri dengan tingkat kekeruhan yang pekat dan berasal dari
koloni yang murni.
Gambar 2.5. Ringkasan pemeriksaan dengan API Staph (Biomerieux,2010)
Kultur pada blood agar
Kokus Gram +,
katalase +
Tes
resistensi
terhadap
Lysostaphin
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
15
Tabel 2.2. Tes biokimia pada API Staph (Biomerieux,2010)
Test Komposisi Reaksi Hasil Negatif Positif
0 Tanpa substrat Kontrol negatif Merah - GLU D-glukosa Kontrol positif Merah Kuning FRU D-Fruktosa Fermentasi
fruktosa Merah Kuning
MNE D-Manosa Fermentasi mannosa
Merah Kuning
MAL D-Maltosa Fermentasi maltosa Merah Kuning
LAC D-laktosa Fermentasi laktosa Merah Kuning TRE D-trehalosa Fermentasi
trehalosa Merah Kuning
MAN D-manitol Fermentasi manitol Merah Kuning XLT Xylitol Fermentasi xylitol Merah Kuning MEL D-melibiose Fermentasi
melibiose Merah Kuning
NIT Potassium nitrate Reduksi nitrat menjadi nitrit
Pucat-merah muda pucat
Merah
PAL Naphthyl phosphate
Alkaline phosphatase
Kuning Violet
VP Sodium pyruvate Produksi Acetyl methyl carbinol
(VP)
Tidak berwarna merah muda
pucat
Violet-merah muda
RAF D-rafinose Fermentasi raffinosa
Merah Kuning
XYL D-xylose Fermentasi xylosa Merah Kuning SAC D-saccharose Fermentasi
saccharosa Merah Kuning
MDG Methyl D-glucopyranoside
Fermentasi methyl D-
glucopyranoside
Merah Kuning
NAG N acethyl glucosamine
Fermentasi N acethyl
glucosamine
Merah Kuning
ADH L-Arginine Arginine dihydrolase
Kuning Oranye-merah
URE Urea Urease Kuning Merah-violet
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
16
Gambar 2.6. Hasil tes kimia positif (bawah) dan negatif (atas) pada API Staph (Biomerieux,2002).
Gambar 2.7. Lembar hasil API Staph (Biomerieux,2010)
Proses metabolisme selama inkubasi akan memerlukan suspensi bakteri dengan
tingkat kekeruhan yang pekat dan berasal dari koloni yang murni. Proses
metabolisme selama inkubasi akan menghasilkan perubahan warna pada substrat
baik terjadi secara spontan ataupun setelah penambahan reagen tambahan. Tes
fermentasi substrat gula menggunakan rehydrated sugar substrate, dimana reaksi
dinilai berdasarkan perubahan pH. Hasil dibaca berdasarkan reading table dan hasil
identifikasi ditentukan berdasarkan profile index atau melalui software
(Biomerieux, 2006, Biomerieux, 2007).
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
17
Setiap API 20 Strep kit berisi masing-masing 25 strip API Strep, kotak
inkubasi, dan lembar hasil. Reagen dan peralatan lain yang dibutuhkan tetapi tidak
termasuk dalam kit adalah reagen VP1,VP2, ZYM A, ZYM B, NIN, mineral oil,
standar 4 Mc Farland, API profile index atau apiweb identification software.
Peralatan yang digunakan pada metode ini antara lain swab, pipette, ampule rack,
ampule protector, anaerobic jar, dan peralatan laboratorium mikrobiologi lainnya.
Sebelum digunakan untuk pemeriksaan, sebaiknya diperiksa terlebih dahulu
tanggal kedaluwarsa reagen dan strip, keutuhan kemasan dan komponen, kerusakan
cupule dan desicant. Strip dan media disimpan pada suhu 2-80C sampai tanggal
kedaluwarsa. Ampul dibuka dengan mengikuti prosedur seperti gambar 2.2
(Biomerieux, 2006, Biomerieux, 2007).
Strip API Strep disiapkan sama seperti pada strip API Staph, tutup nampan
dibuka dan dipisahkan dari nampan. Air suling atau demineralized water (air tanpa
zat aditif atau zat kimia yang dapat melepaskan gas seperti Cl2, CO2) dimasukkan
ke dalam honey comb well nampan untuk menciptakan suasana lembab. Referensi
strain atau identitas dicatat pada nampan, jangan mencatat pada tutup nampan
karena dapat tertukar selama pemeriksaan (gambar 2.3 dan gambar 2.4). Strip API
Strep kemudian diletakkan pada kotak inkubasi. (Biomerieux,2006; Biomerieux,
2007).
Isolat bakteri yang dipakai merupakan subkultur bakteri pada media
Columbia Blood Agar yang berumur 18-24 jam yang diinkubasi pada suhu 360C
20C ( haemolytic Streptococcus dan Enterococci) atau 48 jam untuk Streptococcus
sp lainnya dalam suasana anaerob.
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
18
Tabel 2.3 Tes biokimia pada API 20 Strep (Biomerieux, 2006, Biomerieux, 2007)
Test Komposisi Reaksi/Enzim Hasil Negatif Positif
VP Sodium pyruvate
Produksi acetoin
Tak berwarna Merah muda-merah
HIP Hippuric acid Hidrolisis (Hippuric acid)
Tak berwarna, pucat kebiruan/
kehijauan
Biru gelap/ Ungu
ESC Esculin ferric citrate
-glucosidase hydrolysis
4 jam 24 jam 4 jam 24 jam
Tak berwarna, kuning
pucat
Tak berwar
na, kuning pucat, hijau
terang
Hitam, abu-abu
Hitam
PYRA Pyroglutamic acid-
napthylamide
Pyrrolidonyl arylamidase
Tak berwarna, pucat
Oranye
GAL 6-bromo-2-naphtyl
Dgalactopyranoside
Galactosidase
Tak berwarna Oranye
GUR NaphtholASBI-glucoronic
Glucoronidase Tak berwarna Biru
GAL 2-napthyl D galactopyrano
side
Galactosidase
Tak berwarna, pucat
Ungu
PAL 2 napthyl phosphate
Alkaline phosphatase
Tak berwarna, pucat
Ungu
LAP L leucine napthylamide
Leucine aminopeptidase
Tak berwarna Oranye
ADH L arginine Arginine dihydolase
Kuning Merah
4 jam 24 jam 4 jam 24 jam RIB D ribose acidificaation Merah Oranye
-merah Oranye/ kuning
Kuning
ARA L arabinose acidification Merah Oranye-merah
Oranye/ kuning
Kuning
MAN D manitol acidification Merah Oranye-merah
Oranye/ kuning
Kuning
SOR D sorbitol acidification Merah Oranye- merah
Oranye/ kuning
Kuning
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
19
Lanjutan tabel 2.3
Test Komposisi Reaksi/Enzim Hasil Negatif Positif
4 jam 24 jam 4 jam 24 jam LAC D lactose acidification Merah Oranye-
merah Oranye/ kuning
Kuning
TRE D trehalose acidification Merah Oranye- merah
Oranye/ kuning
Kuning
INU Inulin acidification Merah Oranye- merah
Oranye/ kuning
Kuning
RAF D raffinose acidification Merah Oranye- merah
Oranye/ kuning
Kuning
AMD Starch acidification Merah Oranye- merah
Oranye/ kuning
Kuning
GLYG Glycogen acidification Merah Oranye- merah
Oranye/ kuning
Kuning
Bakteri fastidious dikultur pada Schaedler broth pada 360C 20C selama 5 jam
kemudian seluruh koloni digenangkan di Columbia Blood Agar dan diinkubasi lagi
selama 18-24 jam. Isolat bakteri yang murni diambil dan dibuat suspensi bakteri
dengan kekeruhan lebih dari 4 Mc Farland dengan melarutkan isolat ke media API
Strep (volume 2 mL). Suspensi bakteri digunakan segera setelah dibuat
(Biomerieux, 2006, Biomerieux, 2007).
Suspensi bakteri diinokulasikan dahulu ke tes VP, HIP, ESC, PYRA,
GAL, GUR, GAL, PAL, LAP, dan ADH. Diusahakan agar tidak terbentuk
gelembung udara. Tes VP sampai LAP diinokulasi sekitar 100L. Untuk tes RIB,
ARA, MAN, SOR, LAC, TRE, INU, RAF, AMD, dan GLYG disiapkan suspensi
baru. Ampule API GP medium dibuka, dan semua sisa suspensi bakteri dimasukkan
ke dalamnya dan dicampur secara merata. Suspensi baru ini kemudian
diinokulasikan ke tes tersebut untuk mengisi bagian tube saja, cupule tidak terisi
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
20
suspensi. Tes yang ditandai dengan tanda garis bawah ( ADH sampai GLYG)
diberi mineral oil sampai terbentuk meniskus yang konveks. Nampan kemudian
ditutup dan diinkubasi pada suhu 360C 20C selama 4 4,5 jam dalam suasana
aerob. Strip kemudian dibaca, jika bakteria belum teridentifikasi maka dilanjutkan
dengan inkubasi kedua selama 24 jam 2 jam untuk pembacaan kedua
(Biomerieux, 2006, Biomerieux, 2007).
Setelah inkubasi 4 jam, maka ditambahkan 1 tetes reagen VP1 dan VP2
untuk tes VP, 2 tetes reagen NIN untuk tes HIP, serta masing-masing satu tetes
reagen ZYM A dan ZYM B untuk tes PYRA, GAL, GUR, GAL, PAL, dan
LAP. Hasil dibaca dengan memasukkan data ke apiweb. Inkubasi ulang dikerjakan
jika hasil bacaan apiweb pada inkubasi pertama low discrimination,
unacceptable, doubtful atau not valid. Inkubasi kedua ini untuk membaca
tes ESC, ADH, RIB, ARA, MAN, SOR, LAC, TRE, INU, RAF, AMD dan GLYG.
Reaksi enzimatik tidak boleh dibaca ulang. Program pemantapan mutu metode ini
direkomendasikan menggunakan kuman kontrol Streptococcus equi spp
zooepidemicus ATCC 700400 atau Streptococcus uberis ATCC 700407
(Biomerieux,2006; Biomerieux, 2007).
2.1.3 API 20 E
API 20 E merupakan metode pemeriksaan bakteri untuk batang Gram
negatif golongan Enterobacteriaceae dan non fastidius lainnya. Strip API 20 E
terdiri dari 20 compartment microtube untuk tes biokimia. Bahan kimia yang
dipakai untuk tes biokimia pada microtube API 20 E tampak seperti tabel 2.4
(OHara,2005; Biomeriux,2008;2009;2010;Darbandi,2010).
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
21
Tabel 2.4. Tes biokimia dan reaksi substrat pada API 20E (Biomeriux,2010)
Test Komposisi Reaksi Hasil Negatif Positif
ONPG 2 Nitrophenyl D Galactopyranoside
Ortho Nitrophenyl D Galactopyranosidase
Tidak berwarna
Kuning
ADH L-Arginine Arginine Dihydrolase Kuning Merah-orange LDC L-Lysin Lysine Decarboxilase Kuning Merah-Orange ODC L-Ornithin Ornithine decarboxilase Kuning Merah-Orange [CIT] Trinatriumcitrat Citrate utilization Hijau-kuning
pucat Hijau kebiruan-
biru H2S Natriumthiosulfat Produksi H2S Tidak
berwarna-kehijauan
Deposit hitam
URE Urea Urease Kuning Merah-orange TDA L-Tryptophane Trypthophane deaminase Kuning Cokelat
kemerahan IND L-Tryptophane Produksi indol Tidak
berwarna-hijau pucat- kuning
pucat
Merah muda
[VP] Natriumpyruvat Produksi acetoin Tidak berwarna-
merah muda pucat
Merah muda-merah
[Gel] Gelatin Gelatinase Tidak ada difusi
Pigmen hitam
Glu D-glukosa Fermentasi-oksidasi Biru-biru kehijauan
Kuning kuning
kehijauan Man D-manitol Fermentasi-oksidasi Biru-biru
kehijauan
Kuning
INO Inositol Fermentasi-oksidasi Biru-biru kehijauan
Kuning
SOR D-sorbitol Fermentasi-oksidasi Biru-biru kehijauan
Kuning
RHA L-Rhamnosa Fermentasi-oksidasi Biru-biru kehijauan
Kuning
SAC D-sakarosa Fermentasi-oksidasi Biru-biru kehijauan
Kuning
MEL D-melibiosa Fermentasi-oksidasi Biru-biru kehijauan
Kuning
AMY Amygdalin Fermentasi-oksidasi Biru-biru kehijauan
Kuning
ARA L-arabinosa Fermentasi-oksidasi Biru-biru kehijauan
Kuning
OX Tes oksidase (tidak termasuk
dalam paket)
Cytochrome-oksidase
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
22
Metode ini memerlukan beberapa reagen dan material lain yang tidak termasuk
dalam paket seperti medium API NaCl 0.85 %, API Suspension Medium, API 20 E
reagent kit, JAMES, VP 1 + VP 2, NIT 1 + NIT 2, reagen Zn , oksidase, mineral
oil, dan API Web identification software (Biomerieux,2010)
Sebelum melakukan pemeriksaan, sebaiknya diperiksa tanggal
kedaluwarsa, perubahan bentuk cupule, keutuhan kemasan dan kemasan desiccant.
Pemakaian strip yang mengalami kerusakan akan mempengaruhi hasil analisis.
Prosedur pemeriksaan harus diikuti dan interpretasi dibuat dengan memperhatikan
riwayat penderita, jenis spesimen dan pemeriksaan mikroskopik morfologi isolat.
Strip dikemas dalam kemasan clip seal aluminium dengan desiccant sachet, strip
disimpan pada suhu 2-80C dan tahan sampai 10 bulan setelah kemasan aluminium
dibuka. API 20 E tidak dapat digunakan untuk memeriksa spesimen secara
langsung. Bakteri yang akan diidentifikasi harus diisolasi dahulu di media kultur.
Prosedur identifikasi bakteri dengan API 20 E dapat dilihat pada gambar 2.3
(Biomerieux,2010).
Sebelum membuat suspensi bakteri, terlebih dahulu dilakukan tes oksidase.
Hasil tes oksidase akan dimasukkan ke lembar hasil akhir. Secara garis besar
langkah pemeriksaan meliputi persiapan strip tes API, persiapan inokulum dan
inokulasi strip API. Setiap strip API terdiri dari nampan inkubasi (tray) dan
tutupnya (lid). Honey combed dalam nampan diisi dengan 5 mL distilled water atau
demineralized water untuk membuat suasana lembab. Identitas penderita ditulis di
nampan dan sebaiknya jangan menulis identitas pada tutup nampan karena dapat
tertukar. Nampan (tray) dan tutup nampan (lid) serta penulisan identitas dapat
dilihat pada gambar 2.3 (Biomerieux,2010).
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
23
Inokulum disiapkan dengan membuka ampul media API (NaCl 0,85% 5 mL) atau
dapat juga menggunakan 5 mL saline atau distiled water steril dalam tabung steril.
Isolat bakteri tunggal yang terisolasi dengan baik kemudian diemulsikan ke dalam
tabung tersebut dengan menggunakan PSIpette atau ose steril. Isolat bakteri
diemulsikan secara hati-hati sehingga diperoleh suspensi bakteri yang homogen.
Isolat bakteri yang dipakai adalah isolat yang berumur 18-24 jam. Suspensi bakteri
ini segera diinokulasikan ke strip API 20 E dengan menggunakan pipette.
Diusahakan agar tidak terbentuk gelembung udara pada microtube, nampan
dimiringkan dan microtube diisi dengan menempatkan ujung pipette pada sisi
cupule. Tes ADH, LDC, ODC, H2S dan URE diisi inokulum bakteri hanya pada
tube kemudian bagian cupule diisi mineral oil untuk menciptakan suasana anaerob.
Tes [CIT], [VP] dan [GEL] diisi suspensi bakteri pada tube dan cupule. Tes yang
lain diisi inokulum bakteri hanya pada tube (Biomerieux,2010; Smith,1972;
Darbandi,2010).
Setelah semua microtube pada strip diinokulasi dengan suspensi bakteri,
nampan ditutup dan diinkubasi pada suhu 360C 2 selama 18-24 jam. Strip dibaca
dengan merujuk pada warna rujukan API 20 E (gambar 2.9). Jika tiga atau lebih tes
hasilnya positif, catat hasil spontan pada lembar hasil (gambar 2.10) dan lanjutkan
tes yang memerlukan reagen tambahan seperti pada tes:
Tes TDA : tambahkan 1 tetes reagen PDA, hasil positif berwarna cokelat
kemerahan
Tes IND : tambahkan 1 tetes reagen James, reaksi positif menunjukkan warna
merah muda. Tes indol harus dikerjakan paling akhir
karena dapat memproduksi gas yang dapat mengganggu tes lainnya.
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
24
Gambar 2.8. Prosedur pemeriksaan dengan API 20 E (Biomerieux,2002)
Satu koloni
Tes positif
kurang
dari 3
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
25
Gambar 2.9. Rujukan nilai positif dan negatif API 20 E (Biomerieux,2002).
Tes VP : tambahkan masing-masing 1 tetes reagen VP 1 dan VP 2 , ditunggu
selama 10 menit. Reaksi positif menunjukkan warna merah muda
atau merah. Warna merah muda yang pucat setelah 10 menit
memungkinkan reaksi yang negatif.
Interpretasi hasil identifikasi dilakukan dengan memasukkan hasil tes
positif atau negatif ke lembar hasil (gambar 2.10). Lembar hasil terdiri dari
kelompok tes yang setiap kelompok berisi tiga jenis tes. Setiap tes mempunyai nilai
1, 2 atau 4. Nilai pada kelompok yang terdiri dari tiga tes tadi dijumlahkan, sehingga
diperoleh tujuh digit angka yang menunjukkan profile bakteri (gambar 2.10 angka
itu 5315173). Identifikasi bakteri profile tersebut dicocokkan dengan tabel profile
atau dapat disesuaikan dengan apiweb software. tujuh digit angka tersebut tidak
cukup untuk identifikasi bakteri pada beberapa kasus, sehingga diperlukan tes
tambahan seperti reduksi nitrat, adanya gas N2, motility (MOB), growth on Mc
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
26
Conkey (McC), oksidasi glukosa (OF-O), fermentasi glukosa (OF-F)
(Biomerieux,2010).
Tes reduksi nitrat menjadi nitrit (NO2) dan produksi gas N2 dilakukan
dengan menambahkan reagen NIT 1 dan NIT 2 ke cupule glukosa kemudian
ditunggu 2-5 menit. Warna merah menunjukkan reaksi nitrit positif sedangkan
warna kuning menunjukkan reaksi negatif. Reduksi menjadi gas N2 diperiksa
dengan menambahkan 2-3 mg reagen Zn ke cupule glukosa, setelah 5 menit dan
warna tetap kuning menunjukkan reaksi N2 positif. Warna jingga-merah
menunjukkan reaksi N2 negatif, nitrat masih ada di cupule setelah direduksi oleh
Zn (Biomerieux,2010). Tes motility dikerjakan dengan inokulasi bakteri pada
media API M, pertumbuhan di media Mc Conkey, media OF-O dan OF-F juga
dikerjakan sehingga diperoleh sembilan digit angka (Biomerieux,2010).
Gambar 2.10. Contoh kertas hasil tes API 20 E (Biomerieux,2010)
Program pemantapan mutu metode ini dilakukan dengan menilai performa
metode terhadap kuman kontrol yang dilakukan sesuai dengan instruksi. Beberapa
kuman kontrol yang direkomendasikan antara lain Proteus mirabilis ATCC 35659,
Stenotrophomonas malthophilia ATCC 51331, Enterobacter cloacae ATCC
13047, Eschericia coli ATCC 25922, Klebsiella pneumonia ssp pneumoniae ATCC
35657 (Biomerieux,2010).
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
27
2.1.4 API 20NE
Strip API 20NE merupakan sistem identifikasi batang Gram negatif non
enterik dan non fastidious seperti Pseudomonas, Acinetobacter, Flavobacterium,
Moraxella, Vibrio, Aeromonas dan lain sebagainya. Strip terdiri dari 20 buah
microtube yang mengandung dehydrated substrate untuk tes biokimia. Substrat ini
diinokulasi dengan suspensi bakteri dalam larutan salin sehingga proses
metabolisme akan menghasilkan perubahan warna yang terjadi secara spontan
ataupun setelah ditambahi dengan reagen tambahan. Setiap kit API 20NE terdiri
dari masing-masing 25 buah strip API 20NE, kotak inkubasi, API AUX medium,
dan lembar hasil. Reagen tambahan yang tidak termasuk dalam kit antara lain API
medium, reagen James, reagen NIT 1 + NIT2, dan reagen Zn. Tes biokimia yang
digunakan pada API 20NE dapat dilihat di tabel 2.5 (Biomerieux,2009;
Biomerieux,2010).
Pemeriksaan dengan API 20E, didahului dengan tes oksidase. Hasil tes
oksidase ini akan dimasukkan ke lembar hasil akhir. Secara garis besar langkah
pemeriksaan meliputi persiapan strip tes API, persiapan inokulum, inokulasi strip
API dan interpretasi hasil. Honey comb dalam nampan diisi dengan 5 mL distilled
water atau demineralized water untuk membuat suasana lembab. Identitas penderita
ditulis di nampan dan sebaiknya jangan menulis identitas di tutup nampan karena
dapat tertukar. Persiapan inokulum juga sama dengan API 20E, dimana dibuat
suspensi bakteri dengan memasukkan isolat ke API medium. Kekeruhan suspensi
bakteri dibuat 0,5 Mc Farland. (Biomerieux,2009;Biomerieux,2010).
Inokulasi suspensi bakteri dilakukan secara hati-hati dan diusahakan agar
tidak terbentuk gelembung udara. Inokulasi tes NO3 sampai PNPG dilakukan dulu.
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
28
Tabel 2.5. Tes biokimia pada API 20NE (Biomerieux,2010)
Test Komposisi Reaksi Hasil Negatif Positif
NO3 Potassium nitrate Reduksi nitrat menjadi nitrit
Tak berwarna
Merah muda- merah
Reduksi nitrat menjadi nitrogen
Merah muda Tak berwarna
TRP L trypthophan Produksi indol Tak berwarna,
pucat kehijauan/ kekuningan
Merah muda
GLU D glucose fermentasi Biru-hijau Kuning ADH L arginine Arginine dihydrolase Kuning Oranye/merah
muda/merah
URE Urea Urease Kuning Oranye/merah muda/merah
ESC Esculine ferric citrate
Hidrolisis esculine Kuning Abu-abu/ cokelat/ hitam
GEL Gelatin Hidrolisis gelatin Tanpa pigmen
Pigmen hitam
PNPG 4-nitrophenyl D galactopyranoside
galactosidase Tak berwarna
Kuning
[GLU] D glucose asimilasi Transparan Opaq [ARA] Larabinose asimilasi Transparan Opaq [MNE] D mannose asimilasi Transparan Opaq [MAN] D mannitol asimilasi Transparan Opaq [NAG] N acethyl
glucosamine asimilasi Transparan Opaq
[MAL] D maltose asimilasi Transparan Opaq [GNT] Potassium
gluconate asimilasi Transparan Opaq
[CAP] Capric acid asimilasi Transparan Opaq [ADI] Adiptic acid asimilasi Transparan Opaq [MLT] Malic acid asimilasi Transparan Opaq [CIT] Trisodium citrate asimilasi Transparan Opaq [PAC] Phenylacetic acid asimilasi Transparan Opaq
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
29
Sisa 200 L suspensi bakteri kemudian dimasukkan ke API AUX Medium dan
dihomogenkan. Suspensi yang baru dibuat ini kemudian diinokulasikan ke tes
[GLU] sampai [PAC]. Tes ini diisi sampai cupule sampai sedikit konveks dan tidak
boleh konkaf. Tambahkan mineral oil sampai cupule pada tes GLU, ADH, dan
URE. Strip diinkubasi pada 290C 20C selama 24 jam (Biomerieux,2010).
2.2 Tes Kepekaan Antibiotika Konvensional
Tes kepekaan antibiotika dilakukan untuk menilai kemampuan antibiotika
untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme secara in vitro. Kemampuan ini
dinilai melalui metode dilusi dan difusi. Metode dilusi menilai kemampuan
antibiotika secara kuantitatif dengan melakukan pengenceran terhadap antibiotika
dalam media broth atau agar. Konsentrasi minimal antibiotika yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme setelah diinkubasi selama satu malam
dikenal sebagai Minimum Inhibitory Concentration (MIC). Nilai MIC ini kemudian
dibandingkan dengan konsentrasi obat tersebut dalam serum untuk menilai respon
klinis (Forbes,2007;Vandepitte,2003). Metode yang akan dipakai dalam penelitian
ini adalah metode konvensional dengan tes difusi cakram antibiotika .
2.2.1 Tes difusi cakram antibiotika Kirby Bauer
Metode ini menggunakan kertas cakram antibiotika dalam konsentrasi
tertentu yang diletakkan di atas media agar Mueller Hinton. Media ini
diinokulasikan dulu dengan mikroorganisme yang akan diuji. Gradien konsentrasi
antimikroba yang terbentuk oleh difusi dari cakram antibiotika dan hambatan
pertumbuhan mikroorganisme dalam jarak tertentu dari cakram antibiotika (zona
hambatan) akan menentukan tingkat kepekaan mikroorganisme tersebut terhadap
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
30
antibiotika yang diujikan. Hubungan nilai zona hambatan (metode difusi) dengan
MIC (metode dilusi) dalam menentukan respon klinis sebagai sensitif, intermediate
dan resisten dapat dilihat pada gambar 2.11 (Forbes,2007;Vandepitte,2003) .
Gambar 2.11. Contoh hubungan interpretasi Minimal Inhibitory Concentration/MIC (sumbu X) dengan diameter zona hambatan (sumbu Y), semakin besar zona hambatan (S >27mm) pada
sumbu Y, berbanding terbalik dengan semakin kecilnya MIC (S
31
tambahan yang khusus di suatu tempat karena adanya endemik atau epidemik strain
yang resisten terhadap beberapa obat primer, terapi penderita yang alergi, terapi
organisme yang tidak biasanya seperti Salmonella pada infeksi ekstraintestinal.
Grup U (Urine) merupakan antimikroba yang khusus atau primer digunakan untuk
pengobatan infeksi saluran kencing seperti Nitrofurantoin dan Quinolone.
Antimikroba ini seharusnya tidak dilaporkan rutin untuk infeksi selain infeksi
saluran kencing (Forbes,2007;Vandepitte,2003,Patel,2015).
Selain cakram antibiotika, metode ini juga membutuhkan beberapa
peralatan dan bahan lain seperti standar kekeruhan Mc Farland, cotton swab steril
dan media agar Mueller Hinton. Standar kekeruhan dapat dibeli atau dibuat dengan
menuangkan 0,6 mL larutan Barium klorida dihidrat 1% ke dalam graduated
cylinder dan ditambahkan dengan asam sulfat 1% sampai volume menjadi 100 mL.
Standar ini dituangkan ke tabung seperti tabung untuk broth agar dan disimpan
dalam kondisi tertutup di tempat gelap di suhu ruang. Standar ini dapat bertahan
selama 6 bulan. Cotton swab steril diperlukan untuk melakukan pulasan bakteri
yang diuji ke media lempeng agar Mueller Hinton. Media Mueller Hinton plate
agar dibuat dari dehydrated based sesuai dengan instruksi pabrik. Ketebalan media
sekitar 4 mm, dengan volume media kurang lebih 25-30 mL pada plate dengan
diameter 10 cm. Performa media plate ini dinilai dengan menanamkan kuman
kontrol (Patel,2015).
Inokulum disiapkan dari kultur plate primer di mana isolat bakteri yang
diuji diambil dengan sengkelit (gambar 2.12). Sengkelit disterilkan dengan dibakar
terlebih dahulu. Koloni yang diambil adalah koloni yang tampak serupa supaya
isolat yang didapatkan murni. Isolat kemudian dipindahkan ke tabung yang berisi
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
32
salin (gambar 2.13). Sengkelit yang berisi bakteri disuspensikan secara merata di
tabung salin.
Gambar 2.12. Pengambilan isolat bakteri dari kultur plate primer (http://www.123rf.com/stock-photo/bacteria_culture.html)
Suspensi bakteri yang telah dibuat, diperiksa kekeruhannya dengan
membandingkan dengan standar turbidity yang telah dibuat (gambar 2.14).
Sesuaikan kekeruhan suspensi bakteri dengan menambahkan isolat bakteri atau
menambahkan salin steril. Kekeruhan inokulum dapat mempengaruhi hasil tes
(Vandepitte,2003).
Gambar 2.13. Pembuatan suspensi bakteri dengan sengkelit (dimodifikasi dari Vandepitte,2003)
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
http://www.123rf.com/stock-photo/bacteria_culture.html
33
Gambar 2.14. Membandingkan kekeruhan suspensi bakteri dengan
standar Mc Farland dengan latar belakang warna hitam (Vandepitte,2003)
Gambar 2.15. Memindahkan suspensi bakteri ke plate dengan cotton swab (dimodifikasi dari Vandepitte,2003)
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
34
Gambar 2.16. Streaking dengan cotton swab (http://old.lf3.cuni.cz/mikrobiologie/engl/pract1.htm)
Gambar 2.17. Pemasangan cakram antibiotika pada plate (dimodifikasi dari Vandepitte,2003)
Lempeng agar Mueller Hinton diinokulasi bakteri dengan cara mencelupkan swab
steril ke tabung suspensi bakteri. Kelebihan inokulum dikurangi dengan cara
menekankan dan memutar swab di sisi tabung (gambar 2.15). Ulasan dilakukan
secara merata di permukaan media Mueller Hinton sebanyak tiga kali, putar plate
600 setiap habis aplikasi. Terakhir usapkan swab pada pinggir plate (gambar 2.16).
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
35
Gambar 2.18. Pengukuran zona hambatan dengan penggaris (dimodifikasi dari Vandepitte,2003)
Gambar 2.19. Pengukuran zona hambatan dengan calipers (dimodifikasi dari Vandepitte,2003)
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
36
Gambar 2.20. Pengukuran zona hambatan dengan template (atas) dan interpretasi template (bawah) (Vandepitte,2003)
Cakram antibiotika ditempelkan di permukaan agar, inokulasi dengan
menggunakan forceps steril (gambar 2.17). Jumlah cakram antibiotika yang
digunakan pada tes kepekaan antibiotika disesuaikan dengan pedoman CLSI yaitu
maksimal 12 cakram pada plate dengan diameter 150 mm atau 6 cakram pada plate
dengan diameter 100 mm. Plate yang sudah berisi cakram antibiotika yang diuji ini
ditempatkan dalam inkubator selama 16-20 jam pada suhu 350C. Diameter zona
hambatan diukur setelah inkubasi dengan menggunakan penggaris atau calipers
atau template (gambar 2.18 ;2.19; dan 2.20). Nilai yang didapat disesuaikan dengan
pedoman dari CLSI (Forbes,2007; (Vandepitte,2003;Patel,2015).
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
37
Interpretasi hasil tes kepekaan antibiotika dikategorikan menjadi sensitif,
intermediate dan resisten. Sensitif menunjukkan suatu mikroorganisme penyebab
infeksi yang masih berespon terhadap terapi antibiotika dalam dosis yang
dianjurkan. Intermediate di mana respon isolat dengan antibiotika pada konsentrasi
Minimal Inhibitory Concentration (MIC) yang biasanya mencapai darah atau
jaringan, mempunyai respon lebih buruk dibandingkan isolat yang sensitif.
Efektivitas klinis tercapai di bagian tubuh di mana obat terkonsentrasi secara
fisiologi (misalnya Quinolone atau Beta lactam pada urine) atau dengan
memberikan dosis yang lebih besar sampai dosis maksimal. Resisten di mana
mikroorganisme tidak dihambat oleh antibiotika dosis normal dan atau dosis MIC,
diameter zona hambatan tidak masuk dalam rentang yang diakibatkan oleh
mekanisme resistensi yang spesifik terhadap antibiotika tersebut (Patel,2015).
Faktor yang mempengaruhi diameter zona hambatan di metode difusi
cakram antara lain kekeruhan inokulum, keterlambatan pemasangan cakram
antibiotika, suhu inkubasi, lama inkubasi, ukuran plate, ketebalan media agar, jarak
antara cakram antibiotika di plate, potensi cakram antibiotika dan komposisi media.
Kekeruhan inokulum yang rendah dapat menyebabkan zona hambatan yang lebih
besar sehingga strain akan relatif lebih sensitif. Begitu juga, jika densitas inokulum
lebih pekat dapat menyebabkan strain nampak lebih resisten. Keterlambatan
pemasangan cakram antibiotika dapat menyebabkan inokulum bakteri
memperbanyak diri sehingga zona hambatan menjadi lebih kecil dan strain akan
relatif lebih resisten. Suhu yang lebih rendah dari 350C akan menyebabkan waktu
yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri akan lebih lama sehingga zona
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
38
hambatan dapat lebih besar. Dampak dari hal ini akan menyebabkan strain nampak
lebih sensitif (Forbes,2007;Vandepitte,2003).
Waktu inkubasi yang kurang dari 16 jam akan mempengaruhi pertumbuhan
efektif bakteri sehingga tidak direkomendasikan untuk dilakukan. Diameter plate
yang digunakan juga akan berpengaruh terhadap jumlah maksimal cakram
antibiotika yang dapat dipasang. Jika cakram yang dipasang melebihi kapasitas
plate maka akan mempengaruhi zona hambatan yang terbentuk. Ketebalan media
agar juga dapat berpengaruh terhadap difusi cakram antibiotika. Media yang terlalu
tebal akan menghambat difusi antibiotika sehingga zona yang terbentuk dapat lebih
kecil dan strain nampak relatif lebih resisten. Sedangkan media yang tipis dapat
menyebabkan zona hambatan lebih besar sehingga strain nampak lebih sensitif.
Jarak antara cakram antibiotika dapat mempengaruhi zona hambatan yang
terbentuk sehingga dapat mempengaruhi pembacaan. Potensi cakram antibiotika
sangat penting untuk pembentukan zona hambatan. Penyimpanan yang lama atau
tidak benar dapat membuat zona hambatan lebih kecil sehingga strain nampak
relatif lebih resisten. Komposisi medium juga akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan bakteri sehingga kerusakan terhadap komposisi media dapat
menyebabakan zona yang lebih besar (Forbes,2007;Vandepitte,2003).
Program pemantapan mutu pada tes kepekaan antibiotika metode
konvensional secara difusi cakram dengan memperhatikan faktor yang
mempengaruhi hasil tes seperti disebutkan sebelumnya. Beberapa faktor mungkin
dapat diawasi lebih mudah seperti densitas inokulum, suhu inkubasi, lamanya
pemasangan cakram dan waktu inkubasi. Faktor yang sulit dievaluasi adalah
komposisi media, variasi kualitas media dan potensi cakram antibiotika. Kontrol
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
39
presisi dan akurasi metode ini dilakukan dengan memeriksa strain kontrol yang
sudah diketahui sensitivitas dan resistensinya. Beberapa strain yang dianjurkan
antara lain Staphylococcus aureus ATCC 25923, Eschericia coli ATCC 25922 dan
Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 (Forbes,2007, Vandepitte,2003,
Patel,2015). Contoh hasil pemantapan mutu internal tes kepekaan antibiotika dapat
dilihat pada gambar 2.21.
Gambar 2.21.Contoh lembar hasil quality control tes kepekaan antibiotika harian dengan bias yang diijinkan (misalkan 16-22 mm, kontrol tanggal 8 keluar rentang)
(Vandepitte,2003).
2.3 Metode Technical Dedicated Reasonable (TDR)
Technical Dedicated Reasonable (TDR) merupakan serangkaian sistem analisis
identifikasi bakteri dan tes kepekaan antibiotika yang dikembangkan oleh
perusahaan Mindray. Metode ini terdiri dari beberapa alat yaitu TDR-X060
Automated Blood Culture Systems, TDR-J100 Automated Dosing System, TDR-
Z200 Microbe Turbidimetre dan TDR-300B microorganism analysis system
(Mindray,2013,2014). TDR-X060 Automated Blood Culture Systems (gambar
2.22) merupakan inkubator untuk menumbuhkan bakteri di botol kultur darah.
Tabung kultur darah diletakkan pada rak inkubator TDR-X060 dan pertumbuhan
mikroorgnaisme ditandai dengan perubahan warna lampu indikator di monitor dan
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
40
perubahan warna dasar tabung kultur (biru menjadi kuning). Alat ini menilai
perubahan warna di dasar botol kultur karena peningkatan konsentrasi CO2 yang
dihasilkan pertumbuhan bakteri (Mindray,2014).
Gambar 2.22 .TDR-X060 Automated Blood Culture Systems (Mindray,2014)
TDR-Z200 Microbe Turbidemetre (gambar 2.23) merupakan alat untuk
menilai tingkat kekeruhan suspensi bakteri dalam botol dalam satuan Mc Farland
berdasarkan prinsip turbidimetri. Suspensi bakteri ini akan diinokulasikan pada
Gambar 2.23.TDR-Z200 Microbe Turbidimetre (Mindray,2014)
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
41
kartu reagen TDR (gambar 2.24). Kartu ini terdiri dari sumuran untuk tes
identifikasi bakteri (tiga baris atas A,B,C) dan sisa baris sumuran lainnya untuk tes
kepekaan antibiotika (Mindray,2014). TDR-J100 Automate Dosing System (gambar
2.25) merupakan alat pemipetan otomatis yang digunakan untuk menanam suspensi
bakteri ke dalam sumuran kartu reagen TDR.
Gambar 2.24 Kartu reagen pada TDR (Mindray,2014)
Gambar 2.25.TDR-J100 Automate Dosing System (Mindray,2014)
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
42
Alat TDR-300B Microorganism Analysis System (gambar 2.26) merupakan
analyzer yang menentukan identifikasi dan tes kepekaan antibiotika bakteri. Alat
ini bekerja berdasarkan metode kolorimetri dengan mendeteksi metabolit yang
dihasilkan oleh strain bakteri selama pertumbuhannya atau kemampuan untuk
memetabolisme nitrogen atau karbon sehingga dapat diidentifikasi. Tes kepekaan
antibiotika menggunakan prinsip broth microdilution berdasarkan standar dari
Clinical and Laboratory Standard Institute (CLSI). Hasil uji kepekaan antibiotika
dapat diperoleh secara otomatis menggunakan TDR-300B. Hasil berupa nilai
Minimal Inhibitory Concentration (MIC) dan diinterpretasi sebagai sensitif,
intermediate dan resisten (Mindray,2013).
Gambar 2.26 .TDR300B Microorganism Analysis System (Mindray,2014)
2.3.1 Identifikasi dengan TDR-300B
Uji identifikasi pada metode TDR menggunakan jenis kartu reagen yang
sesuai. Kartu reagen ini teridiri dari 10 jenis kartu yaitu TDR STAPH-64, TDR
STR-64, TDR CB-64, TDR BAC-64, TDR ONE-64, TDR NF-64, TDR VIB-64,
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
43
TDR NH-64, TDR ANA-64, TDR YEAST-64. Pemilihan kartu reagen yang akan
digunakan sangat tergantung kepada morfologi bakteri melalui identifikasi koloni
pada media agar dan pengecatan Gram. TDR YEAST-64 digunakan untuk
identifikasi jamur, TDR ANA-64 untuk identifikasi bakteri anaerob (Mindray,
2013).
TDR STAPH-64 digunakan untuk identifikasi bakteri kokus Gram positif
dengan tes katalase positif, sedangkan kokus Gram positif dengan katalase negatif
diidentifikasi dengan TDR STR-64, bakteri batang Gram positif dengan spora
diidentifikasi dengan TDR BAC-64 sedangkan Gram positif tanpa spora
diidentifikasi dengan TDR CB-64. Batang Gram negatif dengan tes oksidase
negatif diidentifikasi dengan TDR ONE-64. Batang Gram negatif dengan oksidase
positif dan fermentasi laktosa diidentifikasi dengan TDR VIB-64 sedangakan yang
non fermentasi laktosa dengan TDR NF-64 (gambar 2.27). Kartu reagen yang
sering digunakan pada kultur darah antara lain (Mindray,2013).
Gambar 2. 27 Pemilihan panel identifikasi bakteri dengan TDR 300B (Mindray, 2014)
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
44
TDR STAPH-64, TDR STR-64, TDR ONE-64 dan TDR NF-64. Substrat kimia
yang digunakan pada kartu tersebut dapat dilihat di tabel 2.6 sampai dengan 2.9
(Mindray,2014).
Tabel 2.6 Uji biokimia pada TDR STAPH-64 (Mindray,2013)
2.3.2 Tes kepekaan antibiotika TDR 300B
Tes kepekaan antibiotika pada TDR-300B menggunakan metode broth
microdilution yang menghasilkan nilai MIC. Hasil MIC kemudian dibandingkan
dengan standar yang ada pada Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI).
Media Mueller Hinton yang digunakan, terdiri dari ekstrak sapi, casein acid
hydrolystate, soluble starch, glukosa, ion inorganik, agar dan deionized water.
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
45
Tabel 2.7 Uji biokimia pada TDR STR-64 (Mindray,2013)
No Uji Singkatan Komponen Negatif Positif
A1 CDEX -cyclo dextrin
Ungu-Biru Kuning B1 MBDG Methyl -D glucopyranidose
Ungu-Biru Kuning
C1 LAR Arabinose Ungu-Biru Kuning A2 ADH Arginine Kuning Merah B2 ESC Esculin Tak berwarna Hitam atau
abu-abu C2 ALP 4-Nitrophenyl phosphate
disodium salt hexahydrate
Tak berwarna atau kuning
Kuning
A3 LAA L-Leucine P-nitroanilide hydro chloride
Tak berewarna
atau kuning
Kuning
B3 AGA p-Nitrophenyl-a-D-galactopyranoside
Tak berwarna atau kunig
Kuning
C3 BGU 4-Nitrophenyl -D-glucuronide
Tak berwarna Kuning
A4 BGA 2-Nitrophenyl -D- galactopyranoside
Tak berwarna Kuning
B4 RIB Ribose Ungu-biru Kuning C4 MAN Mannitol Ungu-biru Kuning A5 TRE Trehalose Ungu-biru Kuning B5 LAC Lactose Ungu-biru Kuning C5 RAF Raffinose Ungu-biru Kuning C6 PG Penicillin Merah atau
oranye Kuning
A7 INU Inulin Ungu-biru Kuning B7 SOR Sorbitol Ungu-biru Kuning C7 GLYG Glycogen Ungu-biru Kuning A8 MAL Maltose Ungu-biru Kuning
Antibiotika yang digunakan pada TDR STAPH-64 terdiri dari 17 antibiotika, pada
TDR STR-64 terdiri dari 13 ntibiotika, TDR ONE-64 terdiri dari 20 antibiotika dan
TDR NF-64 terdiri dari 19 antibiotika. Jenis antibiotika dan kuman kontrol yang
digunakan pada setiap kartu TDR dapat dilihat di tabel 2.10 sampai 2.13.
Konsentrasi antibiotika yang digunakan pada kartu reagen menggunakan
konsentrasi rendah dan tinggi (gambar 2.28) (Mindray,2013; Mindray,2014).
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
46
Tabel 2.8 Uji biokimia pada TDR ONE-64 (Mindray,2013)
No Uji Singkatan Komponen Negatif Positif
A1 LDC Lysine Kuning Ungu B1 ODC Ornithine Kuning Ungu C1 URE Urea Kuning Merah A2 PD Phenylalanine
Tak berwarna Kuning B2 5KG 5-Keto-D-Glucoronic acid
potassium salt
Hijau atau biru
Kuning
C2 ESC Esculin Tak berwarna Hitam atau hijau gelap
A3 MAU Sodium malonate
Kuning atau hijau terang
Biru
B3 HYS Sodium thiosulfate
Tak berwarna Hitam
C3 BGA 2-Nitrophenyl -D- galactopyranoside
Tak berwarna Kuning
A4 GLU Glucose Ungu Kuning B4 ADO Adonitol Ungu Kuning C4 MAN Mannitol Ungu Kuning A5 INO Inositol Ungu Kuning B5 MEL Melibiose Ungu Kuning C5 CEL Cellobiose Ungu Kuning A6 RHA Rhamnose Ungu Kuning B6 SOR Sorbitol Ungu Kuning C6 SUC Sucrose Ungu Kuning A7 ADH Arginine Kuning Merah B7 AMG Alpha-D-Methylglucoside
Ungu Kuning
C7 LAC Lactose Ungu Kuning A8 CIT Sodium Citrate
Kuning atau
hijau Biru
B8 DUL Dulcitol Ungu Kuning C8 MAL Maltose Ungu Kuning
Isolat bakteri dikatakan sensitif (S) jika hasil jernih pada antibiotika
konsentasi rendah dan tinggi, isolat bakteri intermediate (I) didapatkan hasil yang
keruh pada antibiotika konsentrasi rendah tetapi masih jernih pada konsentrasi
tinggi. Isolat bakteri yang resisten menunjukkan kekeruhan pada antibiotika
konsentrasi rendah dan tinggi. Jika bakteri tumbuh dalam bentuk partikel tapi kultur
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
47
masih jernih, maka harus diinterpretasikan bahwa bakteri resisten terhadap
antibiotika pada konsentrasi tersebut. Bila terdapat hasil jernih pada antibiotika
konsentrasi rendah, tapi keruh pada antibiotika konsentrasi tinggi, maka tes
dikatakan tidak valid dan harus diulang lagi (gambar 2.28) (Mindray,2013).
Tabel 2.9 Uji biokimia pada TDR NF-64 (Mindray,2013)
No Uji Singkatan Komponen Negatif Positif
A1 ADH Arginine Kuning Merah B1 LDC Lysine Kuning Ungu C1 URE Urea Kuning Merah A2 NIT Potassium nitrate Kuning Merah atau
tak ada perubahan
B2 CIT Sodium citrate Hijau Biru C2 ESC Esculin Tak berwarna Hitam A3 GEL Gelatin Partikel hitam Hitam larut B3 BGA 2-Nitrophenyl -D-
galactopyranoside
Tak berwarna atau kuning
Kuning
C3 GLU Glucose Hijau kebiruan
Kuning
A4 DXY Xylose Hijau kebiruan
Kuning
B4 LAC Lactose Hijau kebiruan
Kuning
C4 SUC Sucrose Hijau kebiruan
Kuning
A5 MAL Maltose Hijau kebiruan
Kuning
B5 MAN Mannitol Hijau kebiruan
Kuning
C5 FRU Fructose Hijau kebiruan
Kuning
A7 PD Phenylalanine Kuning terang Hijau kebiruan
B7 GLU Glucose Ungu Kuning C7 NaCl 6.5% Soddium chloride No growth Growth A8 IND L-tryptophan Kuning terang Merah B8 GAL Galactose Hijau
kebiruan Kuning
ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA AKHIR PERBANDINGAN HASIL IDENTIFIKASI I GDE EKA SUGIARTHA,dr
48
Tabel 2.10 Antibiotika pada tes kepekaan antibiotika TDR STAPH-64 dengan hasil quality control menggunakan Staphylococcus aureus ATCC 29213
(Mindray,2013) No Antibiotika Rentang Quality control
ATCC29213 (g/ml)
Hasil quality control ATCC29213 (g/ml)
1 Penicillin 0,25-2 0,25 atau 0,5 2 Oxacilin 0,12-0,5 0,25 atau 0,5 3 Vancomycin 0,5-2 2 4 Azithromycin 0,5-2 2 5 Erythromycin 0,25-1 0,5 atau 1-4 6 Linezolid 1-4 4 7 Gentamicin 0,12-1 4 8 Doxycycline 0,12-0,5 4 9 Minocycline 0,06-0,5 4
10 Ofloxacin 0,12-1 1 11 Norfloxacin 0,5-2 4 12 Moxifloxacin 0,015-0,12 0,5 13 Ciprofl