Karbohidrat Mey

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN MINGGUAN

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM ANALISIS PANGANANALISIS KARBOHIDRAT

(Permen Tanggo)

Oleh:

Nama : Mita RamadiyantiNrp : 053020054

Meja : 04(Empat)Kelompok : 02

Assisten : Didik Dody SupriadyTanggal Percobaan : 30 April 2007

LAPORAN ANALISIS PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2007I PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan.

1.1. Latar Belakang Percobaan

Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk dunia (Winarno, 1997,hal:15).

Bentuk karbohidrat yang dapat dicerna dalam bahan pangan umumnya adalah zat pati dan berbagai jenis gula seperti sukrosa, fruktosa, dan laktosa sedang selulosa, pectin dan hemiselulosa tersedia dalam jumlah yang cukup, tetapi tidak tercerna.Kata karbohidrat berasal dari kata karbon (C) dan hidrat (H2O), sehingga biasanya disebut sebagai hidrat arang. Rumus umumnya dikenal sebagai Cn(H2O)n. Karbohidrat meliputi zat-zat yang terdapat di alam dan sebagian besar berasal dari tumbuhan, yang merupakan sumber makanan yang sangat penting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Kusnawidjaja, 1987: Hal 26). Glukosa yang merupakan monomerik utama karbohidrat dapat digunakan secara langsung sebagai sumber energi dalam seluruh bagian tubuh. Kelebihan glukosa yang terdapat didalam tubuh dan tidak diperlukan diubah menjadi glikogen dan disimpan dalam jaringan adipose. Kadar glukosa bebas dalam darah selalu dijaga oleh tubuh (Buckle, 1987).

Glikogen dinamakan juga pati hewan karena bentuk simpanan karbohidrat dalam tubuh hewan, dan manusia. Dan terutama terdapat dalam hati dan otot. Glikogen terdiri atas unit-unit glukosa dalam bentuk rantai lebih bercabang dari pada amilopektin.Karbohidrat yang berasal dari makanan, dalam tubuh mengalami perubahan atau metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antar lain glukosa yang terdapat dalam darah, sedangkan glikogen adalah karbohidrat yang disintesis dalam hati dan digunakan oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber energi. Jadi ada beberapa macam senyawa yang termasuk dalam golongan karbohidrat ini. Bahwa amilum oleh pati, selulosa, glikogen, gula atau sukrosa dan glukosa merupakan beberapa senyawa karbohidrat yang penting bagi kehidupan manusia.

Bahan makanan yang berasal dari tumbuhan, senyawa yang terkandung didalamnya sebagian besar adalah karbohidrat yang terdapat sebagai amilum atau pati. Karbohidrat ini tidak hanya terdapat sebagai pati saja, tetapi terdapat pula sebagai gula misalnya dalam buah-buahan, dalam madu lebah dan lain-lainnya. Protein dan lemak relatif tidak begitu banyak terdapat dalam makanan kita dibandingkan dengan karbohidrat (Poedjiadi, 1994: Hal 8).Produk yang dihasilkan dari fotosintesis dalam bentuk gula sederhana yang mudah larut dalam air dan mudah diangkut ke seluruh sel-sel guna penyediaan energi. Sebagian dari gula sederhana ini akan mengalami polimerisasi dan membentuk polisakarida. Pati adalah bentuk simpanan karbohidrat berupa polimer glukosa yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Polisakarida nonpati membentuk struktur dinding sel yang tidak larut dalam air. Struktur polisakarida nonpati mirip pati, tetapi tidak mengandung ikatan glikosidik. Di Negara-negara sedang berkembang kurang lebih 80% makanan berasal dari karbohidrat. Di Negara maju seperti amerika serikat dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah, yaitu rata-rata 50%. Nilai energi karbohidrat adalah 4 kkal per gram (Almatsier, 2001: Hal 28).

1.2. Tujuan Percobaan1.2.1. Tujuan metode Luff SchoorlTujuan metode Luff Schoorl adalah untuk menentukan kadar sukrosa yang terkandung dalam bahan pangan dan untuk mengetahui kadar disakarida, polisakarida, dan gula total pada bahan pangan.1.2.2. Tujuan metode Somogy-Nelson

Tujuan metode Somogy-Nelson untuk menentukan kadar pati yang terdapat dalam bahan pangan guna pembentukan kekentalan, kelekatan, stabilitas larutan dan tekstur bahan olahannya.1.3. Prinsip Percobaan1.3.1. Prinsip metode Luff SchoorlPrinsip dari percobaan penentuan karbohidrat metode Luff Schoorl adalah Gula reduksi bereaksi dengan ion Cu2+ berlebih membentuk membentuk endapan Cu2O, pada pemanasan dalam waktu tertentu. Kelebihan Cu2+ direkasikan dengan KI dalam suasana asam. I2 yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan tiosulfat baku menggunakan indikator kanji.1.3.2. Prinsip metode Somogy-NelsonPrinsip dari percobaan penentuan karbohidrat metode Somogy-Nelson adalah berdasarkan reaksi reduksi Cu2+ menjadi Cu2O oleh gula peredukasi dalam suasana basa. Cu2O yang terbentuk akan bereaksi dengan arsen molibdat memberikan warna biru. Absorban pada sampel diukur pada 520 nm.1.4. Reaksi Percobaan

1.4.1. Reaksi Metode Luff Schoorl

Reaksi percobaan dari penentuan kadar karbohidrat dengan metode Luff Schoorl adalah R-COH + CuO Cu2O + R-COOH

H2SO4 + CuO CuSO4 + H2O

Cu2SO4 + 2 KI CuI 2 + I2I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + NaI

I2 + amilum biru1.4.2. Reaksi Metode Somogy-Nelson

Reaksi percobaan dari penentuan kadar karbohidrat dengan metode Somogy-Nelson adalah

R C H + Cu2+ Cu2O + R C OH

Cu2O + (NH4)3 AsMo12O40 Cu3AsMo12O40II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Pengertian dan Fungsi Karbohidrat, (2) Sifat-Sifat Karbohidrat, (3) Penggolongan Karbohidrat, (4) Metabolisme Karbohidrat, (5) Uji Kuantitatif Karbohidrat dan (6) Permen.2.1. Pengertian dan Fungsi Karbohidrat

Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksiketon dan meliputi kondensat polimer-polimernya yang terbentuk ( Sudarmadji, 1989).

Karbohidrat dalam tubuh berfungsi sebagai sumber energi. Karbohidrat yang berasal dari makanan akan mengalamin perubahan atau metabolisme dalam tubuh.2.2. Sifat-sifat Karbohidrat

Karbohidrat (macam-macam gula atau sakarida) adalah turunan dari alkohol bermartabat banyak alifatis yang mempunyai gugus aldehid atau keton dan merupakan hasil oksidasi dari alkohol bermartabat banyak. Sebenarnya karbohidrat bukan sebuah hidrat dari karbon atom H dan O-nya tidak terikat seperti air. Adapun sifat-sifat penting karbohidrat adalah : 1. Dapat beroksidasi, 2. Dapat bereduksi,3. Dapat berkondensasi dan berpolimerisasi, 4. Dapat membentuk glikosida.Gula adalah zat utama dalam metabolisme otot, sebab dibandingkan dengan zat lemak dan zat putih telur (protein) mudah dioksidasikan dan tidak melepaskan banyak kalori. Hasil oksidasinya adlah CO2 dan H2O.

Gula sederhana adalah senyawa oksikarbonil biasanya polioksikarbonil yaitu senyawa karbonil dari alkohol bermartabat banyak, umumnya terdapat dalam gugus karbonil, aldehid, dan keton (Kusnawidjaja, 1987: Hal 27).2.3. Penggolongan Karbohidrat

Berbagai senyawa yang termasuk golongan karbohidrat mempunyai molekul yang berbeda-beda ukurannya, yaitu dari senyawa yang paling sederhana yang mempunyai berat molekul 90 hingga senyawa yang mempunyai berat molekul 500.000 bahkan lebih. Berbagai senyawa itu dibagi dalam tiga golongan, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.

2.3.1 Monosakarida

Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa arom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana adalah gliseraldehida dan dihidroksiaseton (Poedjiadi, 1994: Hal 24-25).

Pentosa adalah monosakarida yang mempunyai lima atom karbon, misalnya ribosa dan ribolusa. Adapun keolmpok monosakarida yang penting adalah glukosa, Fruktosa, galaktosa, dan pentosa (Poedjiadi, 1994: Hal 29). Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-rantai atau cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau cincin ini secara terpisah atau sebagai ugus hidroksil (OH). Perbedaan susunan akan mengakibatkan dalam tingkat kemaisan, daya larut, dan sifat dari masing-masing monosakarida (Almatsier, 2001: Hal 29).

2.3.1.1 Glukosa

Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan makanan yang mengandung karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaam semula. Pada orang yang menderita diabetes melitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih dari 130 mg per 100 ml darah (Poedjiadi, 1994: Hal 26).Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH.

Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026% pada pH 7. Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan (Anonimous, 2006).2.3.1.2 Fruktosa

Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri dan karenanya juga disebut levulosa. Pada umumnya monosakarida dan disakarida mempunyai rasa yang manis. Fruktosa mempunyai rasa yang lebih manis daripada glukosa, juga lebih manis daripada gula tebu atau sukrosa (Poedjiadi, 1994: Hal 27).Fruktosa (gula buah) mempunya rumus kimia yang sama dengan glukosa C6C12O6, namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam fruktosa merangsang jonjot kecapan pada lidah sehingga menimbulkan rasa manis. Gula ini terutama terdapat dalam madu bersama glukosa, dalam buah, nectar bunga, dan juga dalam sayur. Fruktosa dapat diolah dari pati dan digunakan secara komersial sebagai pemanis (Almatsier, 2001: Hal 31).2.3.2 Disakarida

Senyawa oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa molekul monosakarida. Dua molekul yang berkaitan satu dengan yang lainnya, membentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang lain adalah trisakarida yaitu yang terdiri atas tiga molekul monosakarida dan tetrasakarida yang terbentuk dari empat molekul monosakarida. Oligosakarida yang paling banyak di alam adalah disakarida.Sukrosa, pada molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa, yaitu antara atom karbon nomor 1 pada glukosa dan atom karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen. Kedua atom tersebut adalah atom karbon yang memiliki gugus OH glikosidik atau atom karbon yang merupakan gugus aldehida pada glukosa dan gugus keton pada fruktosa (Poedjiadi, 1994: Hal 30). 2.3.2.1 Maltosa

Monosakarida mempunyai dua molekul yang terdiri dari dua molekul glukosa. Di dalam tubuh maltosa didapat dari hasil pemecahan amilum, lebih mudah dicema dan rasanya lebih enak dan nikmat. Dengan Jodium amilum akan berubah menjadi warna biru. Amilum terdiri dari 2 fraksi (dapat dipisah kan dengan air panas):

1. Amilosa

-larut dengan air panas

-mempunyai struktur rantai lurus

2. Amilopektin

-tidak larut dengan air panas

-mempunyai sruktur rantai bercabang Peranan perbandingan amilosa dan amilo pektin terlihat pada serelia; Contohnya beras, semakin kecil kandungan amilosa atau semakin tinggi kandungan amilopektinnya, semakin lekat nasi tersebut. Pulut sedikit sekali amilosanya (1-2%), beras mengandung amilosa kurang dari 2%. Berdasarkan kandungan amilosanya, beras (nasi) dapat dibagi menjadi 4 golongan:

1. Amilosa tinggi 25-33%

2. Amilosa menengah 20-25%

3. Amilosa rendah 09-20%

4. Amilosa sangat rendah < 9%

Secara umum penduduk di negara-negara Asean, khususnya Flipina, Malaysia, Thailand dan Indonesia menyenangi nasi dengan kandungan amilosa medium, sedangkan Jepang dan Korea menyenangi nasi dengan amilosa rendah (Hutagalung, 2004). 2.3.2.2 Laktosa

Mempunyai dua molekul monosakarida yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul galaktosa. Laktosa kurang larut di dalam air. Sumber laktosa hanya terdapat pada susu sehingga disebut juga gula susu.

Laktosa dapat menimbulkan intolerance (laktosa intolerance) disebabkan kekurangan enzim laktase sehingga kemampuan untuk mencema laktosa berkurang. Kelainan ini dapat dijumpai pada bayi, anak dan orang dewasa, baik untuk sementara maupun secara menetap. Gejala yang sering dijumpai adalah diare, gembung, flatus dan kejang perut. Laktosa hanya terdapat dalam susu. Kadar laktosa pada susu sapi adalah 6,8 gram per 100 ml, sedangkan pada air susu ibu (ASI) 4.8 gram per 100ml. Banyak orang tidak tahan terhadap susu sapi, karena kekurangan enzim laktase yang dibentuk dalam dinding usus halus dan diperlukan untuk pemecahan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa (Almatsier, 2001: Hal 33).2.3.2.3 Sukrosa

Sukrosa atau sakarosa atau gula tebu dinamakan juga gula tebu atau gula bit.. Secara komersial gula pasir yang 99% terdiri atas sukrosa dibuat dari kedua macam bahan makanan tersebut melalui proses penyulingan dan kristalisasi. Gula merah yang banyak digunakan dibuat dari tebu, kecap atau enau melalui proses penyulingan tidak sempurna. Sukrosa dapat juga terdapat di dalam buah, sayuran, dan madu. Bila dicernakan atau dihidrolisis, sukrosa pecah menjadi satu unit glukosa dan satu unit fruktosa (Almatsier, 2001: Hal 33).

Selain dari tebu dan bit, sukrosa terdapat pula pada tumbuhan lain, misalnya dalam nanas dan dalan wortel. Pada molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa yaitu pada atom karbon nomor 1 pada gliukosa dan atom karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen. Kedua atom tersebut adalah atom karbon yang mempunyai gugus -OH glikosidik.

Madu lebah sebagian besar terdiri atas gula invert ini dengan demikian madu mempunyai rasa lebih manis daripada gula. Apabila kita makan makanan yang mengandung gula maka dalam usus halus sukrosa akan diubah menjai glukosa dan fruktosa oleh enzim sukrase atau invertase (Poedjiadi, 1994: Hal 30-31).

2.3.3 Polisakarida

Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida yang dapat berantai lurus dan bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim yang spesifik kerjanya. Hasil hidrolisis sebagian akan menghasilkan oligosakarida dan dapat dipakai untuk menentukan struktur molekul polisakarida (Winarno, 1992: hal 27).2.3.3.1 Amilum (zat pati)

Merupakan sumber energi utama bagi orang dewasa di seluruh penduduk dunia, terutama di negara sedang berkembang oleh karena di konsumsi sebagai bahan makanan pokok. Disamping bahan pangan kaya akan amilumjuga mengandung protein, vitamin, serat dan beberapa zat gizi penting lainnya. Amilum merupakan karbohidrat dalam bentuk simpanan bagi tumbuh-tumbuhan dalam bentuk granul yang dijumpai pada umbi dan akarnya.

Sumber dari amilum adalah umbi-umbian, serealia dan biji-bijian merupakan sumber amilum yang berlimpah oleh karena itu mudah didapat untuk di konsumsi. Jagung, beras dan gandum kandungan amilumnya lebih dari 70%, sedangkan pada kacang-kacangan sekitar 40% (Hutagalung, 2004). 2.3.3.2 Dekstrin

Desktrin merupakan produk antara pada pencernaan pati atau dibentuk melalui hidrolisis parsial pati. Dekstrin merupakan sumber utama karbohidrat dalam makanan (Almatsier, 2001: Hal 36). 2.3.3.3 Glikogen

Glikogen dinamakan juga pati hewan karena merupakan bentuk simpanan karbohidrat di dalam tubuh manusia dan hewan, yang terutama terdapat di dalam hati dan otot. Glikogen terdiri atas unit-unit glukosa dalam bentuk rantai lebih bercabang daripada amilopektin. Struktur yang lebih bercabang ini membuat glikogen lebih mudah dipecah (Almatsier, 2001: Hal 36).2.4. Metabolisme Karbohidrat

Karbohidrat yang berasal dari makanan, dalam tubuh mengalami perubahan atau metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa yang terdapat dalam darah, sedangkan glikogen adalah karbohidrat yang disintesis dalam hati dan digunakan oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber energi. Energi yang terkandung dalam karbohidrat pada dasarnya berasal dari energi matahari.

Metabolise glukosa dapat dibagi dalam dua bagian yaitu yang tidak menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen atau aerob. Reaksi anaerob terdiri dari serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam laktat. Proses ini disebut glikolisis (Poedjiadi, 1994; Hal 247-248).

Setelah proses penyerapan melalui dinding usus halus, sebagian besar monosakarida dibawa oleh aliran darah ke hati. Dalam hati, monosakarida mengalami proses sintesis menghasilkan glikogen, oksidasi menjadi CO2 dan H2O, atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah ke bagian tubuh yang memerlukannya.Sebagian lain monosakarida di bawa langsung ke jaringan organ tertentu dan mengalami proses metabolisme lebih lanjut. Bila kadar glukosa dalam darah meningkat sebagai akibat naiknya proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat, sintesis glikogen dari glukosa oleh hati akan naik (Wirahadikusumah, 1985: Hal 27).Gambar 1. Gambaran umum metabolisme karbohidrat

HatiDarahOtot

Glikogen

Fruktosa

Galaktosa

Glukosa

ATP

Piruvat

LipidaFruktosa

Galaktosa

Glukosa

ATP

Piruvat

Laktat Glikogen

Glukosa

ATP

Piruvat

ATP

Laktat CO2 + H2O

(Sumber : Wirahadikusumah, 1985)

2.5. Uji Kuantitatif Karbohidrat

Pada penentuan gula cara Luff Schoorl yang ditentukan bukannya kuprooksidanya yang mengendap tetapi dengan menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi ( titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi ( titrasi sampel). Penentuannya dengan titrasi menggunakan Na-tiosulfat. Selisih titrasi blanko dengan titrasi sampel ekuivalen dengan kuprooksida yang terbentuk dan juga ekuivalen dengan jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan atau larutan. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat cara ini mula-mula kuprooksida yang ada dalam reagen akan membebaskan iod dari garam K-iodida. Banyaknya iod yang dibebaskan ekuivalen dengan banyaknya kuprooksida. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi menggunakan Na-tiosulfat. Untuk mengetahui bahwa reaksi sudah cukup maka diperlukan indikator amilum. Apabila larutan berubah warna dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai. Setelah diketahui selisih banyaknya titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian dikonsultasikan dengan table yang sudah tersedia yang menggambarkan hubungan antara banyaknya Na-tiosulfat dengan banyaknya gula reduksi.

2.6. PermenBerdasarkan struktur kimiawinya, gula dibedakan atas beberapa jenis. Ada sukrosa (gula murni yang kita kenal sehari-hari dalam bentuk kristal), fruktosa (gula buah yang terkandung dalam buah-buahan segar), laktosa (gula susu yang hanya terdapat dalam susu), dan glukosa (banyak ditemukan dalam buah anggur).Sukrosa adalah jenis gula yang paling banyak dikonsumsi. Ia biasa digunakan sebagai pemanis minuman ringan, roti, kue-kue, dan bahan pembuatan permen. Dalam tubuh, gula dimetabolisme di dalam hati dan diubah menjadi trigliserida. Begitu selesai, trigliserida dilepas ke aliran darah, sehingga terbentuklah timbunan lemak darah.Merubahnya konsumsi gula juga akan menyita gizi dari tubuh selama proses pencernaan maupun metabolisme protein, lemak, karbohidrat, dan serat. Untuk mencerna gula itu sendiri pun tubuh terpaksa membongkar simpanan mineralnya, terutama magnesium, kromium, kobalt, seng, dan mangan. Buntutnya, kerja enzim tidak efisien lagi, karena ia tak dapat menjalankan tugas dengan baik tanpa mineral. Akibatnya, anak mengalami gangguan pencernaan.Dampak negatif akibat gula berlebihan saat kantung nasi si anak dalam keadaan kosong adalah berdebar-debar, gelisah dan sulit berkonsentrasi. Ini terjadi beberapa jam setelah mengonsumsi gula.Dalam keadaan normal dengan konsumsi gizi yang proporsional, menurut N. Appleton, Ph.D, setiap orang hanya membutuhkan 2 sendok teh gula per hari, guna menunjang tubuh agar bisa menjalankan fungsi secara optimal. Jumlah ini sebenarnya sudah bisa terpenuhi dari hasil pencernaan karbohidrat, protein dan lemak.Gangguan kesehatan lain yang dikenal sebagai akibat konsumsi gula berlebihan -- baik gula murni, permen, maupun makanan atau minuman bergula -- adalah kegemukan. Sebab, tubuh tidak mengubahnya jadi energi, tapi disimpan saja dalam sel sebagai timbunan lemak (Anonymous, 2006).III BAHAN ALAT DAN METODE PERCOBAANBab ini menguraikan mengenai : (1) Bahan, (2) Alat, dan (3) Metode Percobaan.3.1.1. Bahan percobaan Luff Schoorl

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan penentuan karbohidrat secara Luff Schoorl antara lain adalah permen tanggo, aquadest, Larutan Luff Schoorl, H2SO4 6N, KI, Na2S2O3, HCl 9,5 N, indikator phenolpthalien, NaOH 30%, HCl pekat dan amilum.

3.1.2. Alat percobaan Luff Schoorl Alat alat yang digunakan antara lain adalah labu ukur 100 ml, labu ukur 500 ml, erlenmeyer 250 ml, erlenmeyer 500 ml, gelas ukur, kaki tiga, statif, klem, pipet, biuret, dan pembakar Bunsen.

3.2.1. Bahan percobaan Somogy-Nelson

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan penentuan karbohidrat secara Somogi-Nelson antara lain adalah biskuat susu, larutan somogi I, larutan Somogi II, larutan Nelson, dan aquadest.3.2.2. Alat percobaan Somogy-Nelson

Alat-alat yang digunakan antara lain adalah labu ukur 500 ml, tabung reaksi, spektrofotometer, pipet, kuvet, dan kelereng.

3.3. Metode Percobaan

3.3.1. Analisa berdasarkan metode Luff Schoorl

3.3.1.1. Sebelum Inversi

Sebanyak dua gram permen tanggo ditimbang lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan ditanda bataskan dan diberi label larutan A, setelah itu dipipet sebanyak 10 ml larutan tersebut, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dengan ditambahkan 50 ml aquadest dan 10 ml larutan Luff Schoorl, kemudian dipanaskan 10 menit setelah mendidih, lalu didinginkan dengan air mengalir hingga hangat kuku, kemudian ditambahkan dengan 10 ml H2SO4 6N dan 1,5 gram KI, lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N baku hingga didapatat TAT warna kuning jerami, kemudian ditambahkan dengan amilum sebanyak 1 ml dan titrasi kembali hingga TAT warna biru hilang. Hitung kadar gula sebelum inversi.3..2.1.2 Setelah Inversi

Dipipet sebanyak 10 ml larutan A dengan ditambah 50 ml aquadest dan 10 ml HCl 9,5 N dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian dipanaskan selama 15 menit, lalu didinginkan dengan ditambah indikator phenolpthalien dan NaOH 30% hingga warnanya merah muda, ditambahkan NaOH dan HCl 9,5N hingga didapat pH yang netral, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan ditanda bataskan dan diberi label larutan B, lalu dari larutan B dipipet sebanyak 10 ml dan ditambahkan 50 ml aquadest dan 10 ml Luff Schoorl dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian lalukan hal yang sama pada perlakuan, dipanaskan 10 menit setelah mendidih, lalu didinginkan dengan air mengalir hingga hangat kuku, kemudian ditambahkan dengan 10 ml H2SO4 6N dan 1,5 gram KI, lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N baku hingga didapatat TAT warna kuning jerami, kemudian ditambahkan dengan amilum sebanyak 1 ml dan titrasi kembali hingga TAT warna biru hilang. Kemudian hitung kadar gula setelah inversi.

3.2.1.3 Pati

Sebayak 2 gram permen tanggo dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan dengan aquades 200 ml dan 15 ml HCl pekat, lalu dipanaskan selama 2,5 jam namun volume dijaga agar tetap 200 ml dengan ditambahan aquadest, kemudian didinginkan dan ditambah dengan indikator phenolpthalien dan NaOH 30% hingga wananya merah muda, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml dan ditanda bataskan, setelah itu lakukan hal yang sama pada perlakuan dipanaskan 10 menit setelah mendidih, lalu didinginkan dengan air mengalir hingga hangat kuku, kemudian ditambahkan dengan 10 ml H2SO4 6N dan 1,5 gram KI, lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N baku hingga didapatat TAT warna kuning jerami, kemudian ditambahkan dengan amilum sebanyak 1 ml dan titrasi kembali hingga TAT warna biru hilang.. Lalu hitung disakarida, kadar gula total dan kadar pati.

3.2.2 Somogi-Nelson

3.2.2.1 Pembuatan Kurva Standar

Sebanyak 100 mg glukosa diencerkan dalam labu takar 500 ml dan ditandabataskan dengan aquades, dan disiapkan sebanyak 11 tabung reaksi masing-masing dari tabung tersebut diisi dengan larutan glukosa mulai dari 0,0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,2; 1,4; 1,6; 1,8; 2,0; lalu diisikan dengan aquades hingga semua bahan mempunyai volume yang sama yaitu 2,0; kemudian ditambahkan dengan larutan somogi I sebanyak 1,6 ml dan larutan somogi II sebanyak 0,4 ml, semua tabung dikocok dan ditutup dengan kelereng lalu dipanaskan selama 10 menit, kemudian baca T pada panjang gelombang 520 nm dan dibuat kurva standarnya. Jika kurva tidak linier gunakan rumus regresi linier.3.2.2.2 Sampel

Dipipet masing-masing 1 ml dari larutan A, B, dan C yang telah disiapkan pada metode luff schoorl, ditambahkan dengan aquadest sebanyak 1 ml ditambahkan juga larutan somogi I 1,6 ml dan larutan somogi II 0,4 ml, lalu dipanaskan selama 10 menit lalu didinginkan, kemudian ditambahkan dengan 2 ml larutan Nelson hingga bebas CO2, lalu ditambahkan dengan 4 ml aquadest, dan dibaca pada spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm dan dihitung kadar gula dan pati.

Gambar 2. Prosedur Analisis Luff Schoorl

Gambar 3. Prosedur Analisis Kadar Pati

Gambar 4. Prosedur Analisis Somogi-NelsonIV HASIL DAN PEMBAHASANBab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan Analisis Luff Schoorl, dan (2) Hasil Pengamatan Analisa Somogi-Nelson4.1. Hasil Hasil percobaan uji karbohidrat dengan metode Luff Scoorl dapat dilihat pada tabel 1.Tabel 1. Hasil Percobaan uji karbohidrat Luff Scoorl dan Somogy NelsonMetodeSampelKeteranganHasil

Luff SchoorlPermen TanggoKadar Gula Sebelum Inversi 1,0657 %

Kadar Gula

Setelah Inversi

(Invert I)1,2687 %

Kadar Gula Invert (Inversi II)10,25%

Kadar Disakarida

2,38 %

Kadar Pati

46,56 %

Kadar Gula Total 14,89 %.

Somogy NelsonPermen TanggoKadar Gula Sebelum Reduksi221,88%

Kadar Sukrosa Setelah Reduksi-6,2106 %

Kadar Pati65,736 %

Kadar Gula Total24,2208

(Sumber : Meja 4, Kelompok 2, 2007)4.2. Pembahasan

Pada Metode Luff Schoorl dapat diketahui bahwa sampel permen tanggo memiliki kadar gula sebelum inversi sebesar 1,0657 %, Kadar gula setelah inversi (Invert I) adalah 1,2687 %, Kadar gula invert (inversi II) adalah 10,25%, kadar disakarida adalah 2,38 %, kadar pati adalah 46,56 %, dan kadar gula total adalah 14,89 %.Pada sampel permen tanggo ini tentu saja memiliki kadar gula yang tinggi, karena komposisi dari permen tanggo itu sendiri mengandung gula yang sangat tinggi. Kadar sakarida memiliki nilai negatif hal ini bisa saja terjadi karena dalam sampel permen tanggo tersebut tidak memilki kandungan sukrosa dan laktosa. Dapat pula terjadi pengaruh Human Error dan kesalahan pengukuran pada spektrofotometer. Pada pati memilki nilai positif, padahal seperti kita ketahui, dalam sampel tersebut tidak terdapat adanya pati, hal ini dapat disebabkan karena pengukuran kurang akurat karena sudah mengalami pengenceran beberapa kali.

Penentuan gula cara Luff Schoorl, yang ditentukan bukan kuprooksida yang mengendap, tetapi dengan menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum direkasikan dengan dengan gula reduksi (titrasi banko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel). Penentuannya dengan titrasi menggunakan natrium tiosulfat. Selisih titrasi blanko dengan titrasi sampel ekuivalen dengan kuprooksida yang terbentuk dan juga kovalen jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan atau larutan. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat cara ini mula-mula kuprioksida yang ada dalam reagen akan membebaskan iod dari garam kalium ioida (Sudarmadji, 2003: Hal 80).

Reaksi yang terjadi dalam metode luff schoorl merupakan reaksi iodometri, dimana adanya senyawa yang berlebih dan akan dititrasi kembali dengan tisulfat dan jika ditambah amilum akan menghasilkan warna biru. Ion siodida merupakan zat pereduksi yang wajar kuatnya, dan digunakan sebagai sebagai zat pereduksi yang disebut iodometri. Relatif sedikit zat yang bersifat pereduksi yang cukup kuat untuk dapat dititrasi langsung dengan iod. Tetapi banyak zat pengoksida yang cukup kuat untuk bereaksi dengan lengkap dengan ion iodide, dan terdapat banyak penerapan proses iodometri. Ion iod berlebih ditambahkan pada zat pengoksida yang akan ditetapkan, dibebaskan ion, yang kemuadian dititrasi dengan dengan larutan natium tiosulfat. Reaksi antara ion dan tiosulfat berlangsung baik sampai lengkap (Underwood, 1986: Hal 300).

Larutan iod standar dapat diisikan dengan menimbang langsud iod murni dan melarutkan serta mengencerkan dalam labu volumetri. Iod itu dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan ke dalam larutan KI pekat, yang ditimbang tepat sebelum maupun setelah penambahan iod. Warna larutan iod 0,1N cukup tua sehingga iod dapat bertindak sebagai indikatornya sendiri. Iod juga memberikan suatu warna ungu atau lembayung kepada pelarut seperti kloroform, dan kadang-kadang untuk mendeteksi titik akhir titrasi (Underwood, 1986: Hal 302).

Banyaknya iod yang dibebaskan ekuivalen dengan banyaknya kuprioksida. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi dengan natrium tiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka memerlukan indikator amilum. Apabila larutan berubah warnanya dari warna biru menjadi warna bening atau putih berarti titrasi sudah selesai. Agar perubahan warna biru menjadi putih dapat tepat maka penambahan amilum diberikan pada saat hampir akhir titrasi .

Penentuan sukrosa dapat langsung ditentukan jumlahnya dengan cara kimia yaitu dengan menetukan kadar gula reduksi yang dihasilkan setelah sukrosa dihidrolisa dengan asam atau dengan enzim. Telah diketahui jumlah gula reduksi yang dihasilkan dari hidrolisa sukrosa maka dapat dihitung jumlah sukrosa yaitu dengan mengalikan dengan suatu faktor sebesar 0,95. faktor ini diperoleh dari perbandingan berat molekul sukrosa dengan berat molekul dua molekul gula reduksi (Sudarmadji, 2003: Hal 90).

Metode Luff Schoorl harus dilakukan dalam keadaan asam dan dengan pemanasan hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memecah disakarida menjadi monosakarida. Larutan Luffs sendiri terdiri dari asam sitrat, natrium karbonat, dan kupri sulfat. Untuk menentukan glukosa yang setelah titrasi harus dilakukan konversikan dahulu pada tabel penentuan glukosa, hal ini dilakukan karena pada saat percobaan menggunakan larutan natrium tiosulfat 0,1N, tetapi dikhawatirkan larutan natrium tiosulfat yang digunakan tersebut tidak tepat 0,1 N. Pada percobaan penentuan kadar pati, perlu dilakukan pemanasan hingga 2,5 jam, hal ini dikarenakan pati adalah salah satu bentuk dari polisakarida yaitu karbohidrat yang kompleks maka dari itu pemecahan pati (hidrolisis) menjadi monosakaria memerlukan waktu yang lama. Dan harus dilakukan dalam keadaan netral, hal ini dimaksudkan untuk menghentikan hidrolisis yang berlanjut. Pati merupakan simpanan karbohidrat dalam tumbuh-tumbuhan dan merupakan karohidrat utama yang dimakan manusia. Pati terutama terdapat dalam padi-padian, biji-bijian, dan umbi-umbian. Beras, jagung dan gamdum mengandung 70-80% pati; kacang kering seperti kacang kedelai , kacang merah dan kacang hijau 30-60%, sedangkan ubi talas, kentang dan singkong 20-30%. Dalam butiran pati, rantai-rantai amilosa dan amilopektin tersusun dalam bentuk semikristal, yang menyebabkan tidak larut dalam air dan memperlambat pencernaannya oleh amylase pancreas. Bila dipanaskan dengan air, struktur kristal rusak dan rantai polisakarida akan mengambil posisi acak. Hal ini yng menyebabkannya mengembang dan memadat (Gelatinisasi). Cabang-cabang dalam struktur amilopektinlah yang terutama menyebabkannya dapat membentuk gel yang cukup stabil. Proses pemasakan pati di samping menyebabkan pembentukan gel juga akan melunakkan dan memecah sel, sehingga memudahkan pencernaannya. Dalam proses pencernan semua bentuk pati dihidrolisis menjadi glukosa (Almatsier, 2001: Hal 36).Pati tertermodifikasi dengan hidrolisa asam klorida menghasilkan pati yang strukturnya lebih renggang, sehingga air lebih mudah menguap pada waktu pengeringan. Struktur pati yang agak rapat akan lebih tinggi daya ikat airnya, selain itu terjadi pemutusan ikatan hidrogen pada rantai linier dan berkurangnya daerah amorf yang mudah dimasuki air.

Kemampuan daya serap air dari pati termodifikasi adalah lebih tinggi dibandingkan yang tidak termodifikasi. Tingginya daya serap air ini dihubungkan dengan kemampuan produk untuk mempertahankan tingkat kadar air terhadap kelembaban lingkungan dan peranan gugus hidrofilik pada susunan molekulnya. Air akan memasuki daerah amorf dan granula. Penyerapan adalah sekira 20 -25% dari total beratnya. Berdasarkan struktur kimiawinya, gula dibedakan atas beberapa jenis. Ada sukrosa (gula murni yang kita kenal sehari-hari dalam bentuk kristal), fruktosa (gula buah yang terkandung dalam buah-buahan segar), laktosa (gula susu yang hanya terdapat dalam susu), dan glukosa (banyak ditemukan dalam buah anggur).

Polisakarida dalam bahan makanan berfungsi sebagai penguat tekstur (selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin dan berbagai sumber energi (pati, dekstrin, glikogen, fruktan). Polisakarida penguat tekstur ini tidak dicerna oleh tubuh, tetapi merupakan serat-serat (dietary fiber) yang dapa menstimulasi enzim-enzim pencernaan.

Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida yang dapat berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim yang spesifik kerjanya. Hasil hidrolisis sebagian akan menghasilkan oligosakarida dan dapat dipakai untuk menentukan struktur molekul polisakarida.

Menurut jenis monosakaridanya, dikenal pentosan dengan unit-unit pentosa dan heksosan dengan monomer heksosa. Beberapa polisakarida mempunyai nama kebiasaan (trivial) yang berakhiran in misalnya: kitin, dekstrin,danpektin.(Winarno, 1997, hal: 27).

Menurut jenis monosakaridanya dikenal pentosan dengan unit-unit pentosa dan heksosan dengan monomer heksosa. Beberapa polisakarida mempunyai nama kebiasaan (trivial) yang berakhiran in misalnya kitin, dekstrin dan pektin.

Selulosa merupakan serat-serat panjang yang bersama-sama hemiselulosa, pectin dan protein membentuk struktur jaringan yang memperkuat dinding sel tanaman. Pada proses pematangan, penyimpangan, atau pengolahan, komponen selulosa dan hemiselulosa mengalami perubahan sehingga terjadi perubahan tekstur (Almatsier, 2004).Pati terdiri atas dua polimer yang berlainan, senyawa rantai lurus, amilosa, dan komponen yang bercabang, amilopektin. Dalam fraksi rantai lurus satuan glukosa disambungkan secara khusus dengan ikatan glukosa alfa-1 4. Jumlah satuan glukosa dapat beragam dalam berbagai pati dari beberapa ratus sampai beberapa satuan. Beerapa varietas pati polong dan jagung dapat mengandung amilosa sampai sebanyak 75 %. Warna iru khan pati yang dihasilkan dengan iodi berkaitan khusus dengan fraksirantai lurus. Rantai polimer berbentuk pilinanatau heliks, yang dapat membentuk senyawa inklus dengan berbagai bahan seperti iodium. Inklusi iodium di sebabkan oleh efek difol imbas dan resonansi yang ditimbulkannya sepanjang pilinan. Setiap putaran pilinan terdiri dari enam satuan glukosa dan mengurung satu molekul iodium. Panjang rantai menentukan warna yang terbentuk.

Pati disusun oleh amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polisakarida yang linier sedangkan amilopektin adalah yang bercabang. Tiap pati tertentu disusun oleh kedua fraksi tersebut dalam perbandingan yang berbeda-beda. Pada pati jenis yang rekat (addesif) amilosa dalam pati berkisar 20-30 %. Pati pada beras dan sorgum sebagian besar penyusunnya adalah amilopektin. Pemisahan antara fraksi amilosa dan amilopektin dapat menggunakan elektrodalisa dan dengan n-butanol ataun thymol. Amilopektin larut dalam n-butanol sedangkan amilosa tidak larut. Amilosa memberikan warna biru dengan larutan iodin dan amilopektin memberikan warna merah violet.

Pada molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa, yaitu antara atom karbon nomor 1 pada glukosa engan atom karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen. Sukrosa memiliki sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Hasil yang diperoleh dari reaksi hidrolisis ialah glikosa dan frultosa dalam jumlah yang ekuimolekular. Glukosa memutar cahaya terpolarisasi kekanan sedangkan fruktosa kekiri ( Poedjiadi, 1994).

Penentuan sukrosa dapat ditentukan langsung jumlahnya dengan cara polarimeter atau refraktometer. Selain itu dapat dianalisa dengan cara kimia yaitu dengan menentukan gula reduksi yang dihasilkan setelah sukrosa dihidrolisa denagn asam atau dengan enzim. Hidrolisa sukrosa akan dihasilkan 2 mol gula reduksi yang berupa fruktosa dan glukosa yang dapat dituliskan sebagai berikut :

Berdasarkan percobaan uji karbohidrat dengan metode Somogy Nelson dapat disimpulkan bahwa Kadar gula sebelum reduksi pada sampel permen tanggo adalah 221,88%, kadar sukrosa setelah reduksi adalah -6,2106 %, kadar pati adalah 65,736 %, dan kadar gula total adalah 24,2208%.Pengukuran cahaya suatu zat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang gelombang sinar dan suhu pengukuran. Bila faktor-faktor tersebut dipertahankan konstan maka indeks bias suatu zat atau medium juga konstan (Sudarmadji, 2003: Hal 90).Prosedur dasar dalam analisa kuantitatif secara spektroskopi adalah analisa membandingkan absorbsi enersi radiasi pada suatu panjang gelaombang tertentu oleh suatu larutan cintih terhadap suatu larutan standar. Sering dijumpai bahwa suatu zat yang akan dianalisa tidak mapu mengabsorpsi radiasi pada daerah spektrum ultraviolet dan terlihat. Oleh karena itu perlu mengalami perlakuan kimia tertentu sehingga mampu menyerap radiasi, sehingga perlakuan pendahuluan yang diperlukan terutama melibatkna pemisahan dari zat penggangu (Sudarmadji, 2003: Hal 31).Panjang gelombang yang dipilih dalam suatu analisis sedemikian sehingga zat yang dianalisa akan mengabsorpsi panjang gelombang tersebut, dan sedapat mungkin tidak dipengaruhi oleh zat pengganggu. Bila zat yang dianalisa maka komplementarinya merupaakan petunjuk kira-kira panjang gelombang yang digunakan. Kesalahan dalam pengukuran secara spektrofotometri dapat timbul dari banyak sebab, misalnya:1. Kuvet yang kotor atau telah tergores,

2. Sidik jari yang dapat menyerap radiasi ultraviolet,

3. Penempatan kuvet yang tidak tetap posisinya

4. Ukuran kuvet yang tidak seragam, dan

5. Adanya gelembung udara atau gas dalam lintasan radiasi.

Panjang gelombang yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang tertera pada instrumen, kurang ketelitian dalam mempersiapkan larutan contoh atau ketidaktetapan larutan contoh.Pengukuran yang menghasilkan absorbansi yang rendah, intensitas cahaya yang rendah masuk dan yang diteruskan hamper sama sehingga hal ini bisa menimbulkan kesalahan relatif dalam kadar yang besar. Sedang pada absorbansinya yang besar hanya sedikit radiasi yang diteruskan sehinga tidak dapat terukut dengan tepat (Sudarmadji, 2003: Hal 36).

V KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan dalam penentuan karbohidrat dengan metode Luff Schoorl dapat diketahui bahwa Pada Metode Luff Schoorl permen tanggo memiliki kadar gula sebelum inversi sebesar 1,0657 ml, Kadar gula setelah inversi (Invert I) adalah 1,2687 ml, Kadar gula invert (inversi II) adalah 10,25 ml, kadar disakarida adalah 2,38 %, kadar pati adalah 46,56 %, dan kadar gula total adalah 14,89 %. Kesimpulan yang didapat dari percobaan penentuan karbohidrat dengan cara Somogy-Nelson dapat disimpulkan bahwa Kadar gula sebelum reduksi pada sampel permen tanggo adalah 221,88 %, kadar sukrosa setelah reduksi adalah -6,2106 %, kadar pati adalah 65,736 % dan kadar gula total adalah 24,2208 %.5.2. Saran

Percobaan ini dibutuhkan ketelitian tinggi dan kesabaran yang tinggi. Terutama pada saat penitrasian, perlu diperhatikan perubahan warna yang sangat cepat, sehingga tidak menimbulkan banyak kesalahan dan waktu yang digunakan untuk percobaan dapat berlangsung dengan cepat.

LAMPIRAN

Sampel: Permen Tanggo1. Luff Schoorl Pembakuan tiosulfat (Na2S2O3)

KIO3 = 50 mg 0,05 gram

214

BEKIO3 =

6

= 35,67

VolNa2S2O3 awal = 13,2 ml

VolNa2S2O3 akhir = 13,8 ml

Sehingga diperoleh NNa2S2O3, adalah

mg KIO3NNa2S2O3 =

VolNa2S2O3 x BEKIO3 50 mg

=

13,8 ml x 35,67

= 0,1015 N

1.1. Kadar Gula Sebelum Inversi

Diketahui:

Berat sampel (Ws) = 2,044 gram

Volume blanko Luffs (Vb) = 14,25 ml

Volume sampel (Vs) = 13,2 ml

(Vb - Vs) NNa2S2O3ml Na2S2O3 =

0,1

(14,25 ml 13,2 ml) 0,1015 N

=

0,1

= 1,0657 ml

Konversi dari Volume ke milligram (Tabel)

ml 0,1 N tiosulfatmg glukosa, fruktosa, gula invert

12,4

24,8

(Sudarmadji, Bambang, dan Suhardi, 2003)

Sehingga diperoleh mg glukosa 4,512 mg dari perhitungan:

(0,0657 1)

X = 2,4 + x 2,4 (2 1) = 5,9176 mg glukosa

mg gula (tabel) x Fp

Kadar gula sebelum Inversi = x 100%

Ws x 1000

5,9176 mg x 100/10 . 100/10 = x 100%

2,044 gram x 1000

= 28,951 % 1.2. Kadar Gula setelah Inversi (Invert, Inversi II)

Diketahui:

Berat sampel (Ws) = 2,044 gram

Volume blanko Luffs (Vb) = 14,25 ml

Volume sampel (Vs) = 13,0 ml

(Vb - Vs) NNa2S2O3ml Na2S2O3 =

0,1

(14,25 ml 13,0 ml) 0,1015 N

=

0,1

= 1,26875 ml

mg gula (tabel) x Fp

1.3. Kadar Pati

Kadar Pati = [ Kadar gula Invert Kadar gula setelah Inversi] x 0,9

= [61,451% - 31,324%] x 0,9

= 27,11%

1.5. Kadar Gula Total

Kadar Gula Total = Kadar gula sebelum Inversi + Kadar sukrosa

= 12,51% + 2,38%

= 14,89 %

2. Somogi-NelsonLarutan Standar

A = -4,0909 x 10-5B = 0,19356R = 0,863Tabel Kurva somogyAbsorban%TA

0100%0

0.0498.8%0.0052

0.0896.5%0.0155

0.01295.7%0.0191

0.1691.2%0.0400

0.2096.6%0.0150

0.2487.2%0.0595

0.2888.1%0.0550

0.3281.6%0.0883

0.3683.9%0.0763

0.4088.8%0.0516

Kurva Baku Somogi-Nelson

Absorban masing-masing sampel, adalah

Larutan A = 0,659

Larutan B = 0,205

Larutan C = 0,867

2.1. Kadar Gula Sebelum Reduksi

Sehingga diperoleh mg glukosa untuk larutan A, adalah:

y1 = a + bx

0,866 = -4,0909 x 10-5 + 0,19356 x = 4,474 mg glukosa x Fp

Kadar gula sebelum Reduksi = x 100%

Ws x 1000

0,474 x 100/1

= x100%

2,044 x 1000

= -6,2106 %

2.2. Kadar Sukrosa Setelah Mereduksi

Sehingga diperoleh mg glukosa untuk larutan A, adalah:

y2 = a + bx

0,607 = -4,0909 x 10-5 + 1,9356x =3,136

mg glukosa x Fp

Kadar Sukrosa = x100% - % sebelum reduksi ] x 0,95

Ws x 1000

3,136 x 100/10x100/1

= - 221,88%] x 0,95

2,044 mg x 1000

= -6,2106 %

2.3. Kadar PatiSehingga diperoleh mg glukosa untuk larutan A, adalah:y3 = a + bx

2700 = -4,0909 x 10-5 + 1,9356

x =13,949

mg glukosa x Fp

Kadar Sukrosa = x100% - % setelah reduksi ] x 0,9

Ws x 1000

13,949 x 100/1

= - -6,2106 %] x 0,9

2,087 mg x 1000

= 65,736 %

DAFTAR PUSTAKAAlmatsier. Sunita, (2001), Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, (Hal 28-37).Anonim, (2007), permen, http://www.tanggo.org/, accesed 6 mei 2007.

Anonim,(2007), Juranal Karbohidrat, http://www.google.com/, accesed 3 mei 2007.

Anonim, (2007), Karbohidrat Sahabat atau Musuh, http://lisa.ac.id., accesed 3 mei 2007.

Khopkar S.M., (1990), Penterjemah A. Saptorahardjo, Konsep Dasar Kimia Analitik, Cetakan Pertama, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta (Hal 25).

Kusnawidjaja. Kurnia, 1987, Biokimia, Cetakan Kedua, Penerbit Alumni, Bandung, (Hal 26-27).

Poedjiadi., Anna, (1994), Dasar-dasar Biokimia, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, (Hal8-35)

Sudarmadji Slamet, Bambang Haryono, dan Suhardi, (1989), Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Penerbit Liberty, Yogyakarta (Hal 57-66).

Underwood, (1986), Analisis kimia Kuantitatif, Cetakan Keempat, PT Erlangga, Jakarta, (Hal 143-144).Winarno F.G., (1992), Kimia Pangan dan Gizi, Cetakan keenam, Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Hal (3-14).

Wirahadikusumah. Muhamad, 1985, Biokimia Metabolisme Energi, Karbohidrat, dan Lipid, Penerbit ITB, Bandung, (Hal 27)

Karbohidrat, Sahabat atau Musuh?Women's Health Wed, 25 Apr 2007 14:15:00 WIB Nutrisi ini sangat penting bagi tubuh. Tapi jumlahnya tidak boleh kurang, juga tidak boleh lebih. Salah satu komponen makanan yang paling dibutuhkan tubuh adalah karbohidrat.

Penting karena karbohidrat merupakan sumber energi utama selain protein dan lemak. Seperti mobil yang membutuhkan bensin, begitu juga tubuh dengan karbohidrat. Karbohidrat banyak terdapat dalam nasi, kentang, mi, jagung, roti, permen, buah-buahan, dan sebagainya.

KOMPLEKS VS SIMPLEKS

Karbohidrat sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk memacu otak, otot serta memasok energi ke berbagai fungsi tubuh seperti jantung dan alat pernapasan. Kebutuhan karbohidrat untuk menghasilkan energi tidak banyak, hanya 50% dari jumlah asupan energi yang dibutuhkan. Misalnya dalam sehari Anda membutuhkan 2.000 kalori, berarti karbohidrat yang dibutuhkan 250 gr, berasal dari 2.000 kal x 50% : 4. Sebab dalam 1 gr karbohidrat mengandung 4 kalori.

Karbohidrat merupakan sebuah senyawa organik yang terdiri dari zat karbon, hidrogen, dan oksigen. Senyawa ini terdiri atas satu molekul gula sederhana (glukosa). Sel-sel tubuh kemudian menyerap glukosa ini dan mengubahnya menjadi sumber tenaga utama untuk menggerakkan fungsi alat dan proses pembakaran lemak dalam tubuh.

Karbohidrat tidaklah menakutkan, asal Anda tahu karbohidrat mana yang aman dikonsumsi. Sejauh ini ada dua macam karbohidrat yaitu simpleks dan kompleks.

Karbohidrat simpleks mengandung gula monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa) dan gula disakarida (laktosa, maltosa, dan sukrosa). Glukosa yang cepat diserap tubuh ini terdapat dalam buah-buahan, sayuran, madu dan sirup jagung. Fruktosa terdapat dalam buah-buahan dan madu. Gula ini agak lambat diserap terutama yang berasal dari buah. Laktosa yang terbentuk dari kedua jenis gula ini, termasuk yang lambat diserap sering disebut dengan gula susu.

Sukrosa adalah gula yang sering digunakan sebagai pemanis. Sedangkan maltosa didapat dari beberapa sereal yang berasal dari biji-bijian dan fermentasinya, seperti bir. Sedikit maltosa, akan membuat gala darah Anda meroket. Karbohidrat simpleks tidak buruk bagi tubuh, asal diatur asupannya.

Karbohidrat kompleks tidak bisa langsung diserap, tapi dicerna lebih dulu sehingga kadar gula dalam tubuh naik pelan-pelan. Jenis yang ini baik bagi tubuh karena banyak mengadung serat dan vitamin.

Karbohidrat kompleks ada dalam pati, serat, dan gula alkohol. Pati terdapat dalam nasi, kentang, mi, roti, jagung, dan terutama tepung gandum (whole wheat). Memang kadarnya tidak sama pada setiap jenis makanan. Misalnya nasi merah lebih bagus daripada nasi putih.

Salah satu sumber karbohidrat kompleks yang tidak larut air dan baik bagi tubuh adalah tepung kanji. Tepung ini dihasilkan oleh tumbuhan sebagai penyimpan tenaga setelah menghasilkan makanan dengan menggunakan klorofil dalam proses fotosintesis. Tepung kanji sering digunakan untuk mengentalkan makanan cair seperti sup krim.

Serat hampir sama dengan pati. Tapi tidak seperti gandum, serat tidak bisa dicerna oleh enzim pencernaan. Jadi serat bebas kalori. Serat yang terdapat dalam buah dan sayuran dapat mempertahankan rasa kenyang sehingga Anda tidak mudah tergoda untuk ngemil. Gula alkohol adalah gula sintesis yang dibentuk dari gula dan selulosa. Jenis gula ini juga lambat diserap seperti sukrosa.

SAHABAT ATAU MUSUH

Sebenarnya, jika dibandingkan, karbohidrat lebih banyak positifnya daripada negatifnya. Asal asupannya diatur puls diimbangi dengan aktivitas memadai, maka energi yang terbentuk tidak sia-sia.

Karbohidrat menjadi musuh jika asupan karbohidrat normal, tapi aktivitas nol! Apalagi jika senang ngemil. Ini berarti terjadi penumpukan karbohidrat dalam tubuh yang kemudian disimpan dalam bentuk lemak. Sedangkan kandungan gulanya akan menimbulkan penyakit diabetes.

Ada anggapan di Asia, termasuk Indonesia, jika tidak makan nasi bisa dibilang belum makan. Nasi adalah makanan utama penting yang banyak mengandung glukosa. Sehingga tidak heran jika banyak penduduk Asia menderita diabetes. Sebab, ya itu tadi, kandungan glukosa nasi ternyata paling tinggi di antara sumber karbohidrat lainnya.

Penelitian terbaru menyebutkan, kelebihan karbohidrat yang menahun akan menyebabkan kanker payudara akibat penumpukan gula dalam darah yang sia-sia. Akibat lainnya, tubuh perlu baju dan celana baru yang ukurannya jauh lebih besar!

Dalam sehari Anda cuma butuh 250 gr karbohidrat saja (setara dengan 2.000 kalori) yang terbagi dalam tiga kali makan. Jadi jika tidak ingin berat badan bertambah karena asupan kabohidrat yang berlebih, segera perbanyak buah dan sayuran segar.

Anda tidak perlu menghindari burger atau hotdog saat makan malam. Yang penting ketika makan burger, minta tambahan tomat, daun selada atau saladnya. Sebab sayuran ini dianggap mampu mencegah efek lemak jenuh dan kolesterol yang masuk ke dalam tubuh.

Jika secara membabi buta Anda memusuhi karbohidrat akibat yang harus ditanggung cukup mahal. MIsalnya karena ingin cepat turun berat badan, asupan karbohidrat ditiadakan atau dikurangi secara drastis.

Dampaknya, sumber energi yang dibutuhkan tubuh diambil dari asupan lemak dan protein. Jika kedua sumber energi tidak ditambah, akan berakibat pada terbentuknya zat keton yang bisa menyebabkan terjadinya keracunan akut. Agar rasa kenyang bertahan lebih lama tanpa memengaruhi stamina sehari-hari, makanlah sumber karbohidrat tambahan. Misalnya snack tinggi karbohidrat, apel atau pisang.HILANGNYA NILAI GIZI

Sumber karbohidrat utama ada pada serelia dan ubi-ubian. Yang termasuk serelia adalah beras, jagung, gandum dan hasil olahannya seperti tepung beras, tepung terigu, dan tepung maizena. Yang termasuk ubi-ubian adalah ubi jalar, kentang, dan ubi kayu serta hasil olahannya.

Karena proses penggilingan, pencucian, dan pemasakan, nutrisi yang terkandung didalamnya bisa hilang dalam jumlah yang sangat besar. Misalnya vitamin B dalam beras akan hilang jika dicuci sampai airnya bening. Serelia dan ubi-ubian semestinya diperlakukan dengan wajar, mulai dari proses pencucian hingga pemasakan.

Nah, karbohidrat akan menjadi sahabat atau musuh, tergantung bagaimana Anda memperlakukannya. Yang pasti pelajarilah fungsi karbohidrat dengan teliti, plus minusnya. Mana yang lebih dominan bagi tubuh Anda.

Sumber: Majalah Lisa

Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Volume 2, Nomor 1, 2005

Tanggal : 15-08-2005

Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian (J. Pascapanen) memuat artikel primer yang bersumber dari jumlah hasil penelitian pascapanen pertanian. Jurnal ini diterbitkan secara periodik dua kali dalam setahun oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.The Indonesian Journal of Agricultural Postharvest Research publiches primary research articles of agricultural postharvest technology. The Journal is published periodically in one volume of two issues per year by the Indonesian Center of Agricultural Postharvest Research and Development, Indonesian Agency for Agricultural Research and Development.

Daftar Artikel :

Analisis Mutu Dan Penerimaan Konsumen Penulis : Sari Intan Kailaku, Faqih Udin, Chilwan Pandji, dan Amos

Abstrak Gambir berkhasiat untuk menguatkan gigi dan gusi yang secara tradisional dikenal sebagai campuran makan sirih. Manfaat ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan memanfaatkan gambir dalam produk permen atau kembang gula. Permen tablet dipilih karena memiliki karakteristik rasa segar, tidak terlalu manis, dan umumnya rendah kalori, sehingga tidak bertolak belakang dengan manfaat dan karakteristik gambir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula terbaik dalam pembuatan permen tablet dengan penambahan gambir. Bahan-bahan yang digunakan antara lain amilum (pengisi dan pengikat), sakarin (pemanis), magnesium stearat (pelicin), gambir, peppermint oil, penambah rasa strawberry dan pewarna makanan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dan dilakukan dengan tiga kali ulangan. Faktor yang digunakan adalah rasio pemanis dengan pengisi dengan tiga taraf, yaitu 3,5 : 96,5 (A1); 5,5 : 94,5 (A2); dan 8 : 92 (A3). Faktor kedua adalah penambahan gambir dengan tiga taraf, yaitu 3% (B1), 5% (B2) dan 7% (B3). Formula terbaik yang dihasilkan dalam penelitian adalah A1B1 (rasio pemanis dengan pengisi 3,5 : 96,5 dan penambahan gambir 3%). Formula ini memiliki spesifikasi produk dengan kadar air 2,65%; kadar abu 2,07%; nilai kekerasan 4,475 mm/10 dtk/50 g. Pada uji organoleptik panelis memberikan nilai yang tinggi masing-masing pada parameter rasa dan warna, tekstur, dan aroma.

Pengayaan Tepung Kedelai Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Bahan Baku Tepung Terigu Yang Disubtitusi Tepung Garut Penulis : Widaningrum, Sri Widowati dan Soewarno T. Soekarto

Abstrak Selama ini terigu yang digunakan di Indonesia seluruhnya diimpor dari luar negeri. Total impor terigu dari Januari hingga Desember 2003 mencapai 344,2 ribu ton atau senilai US$ 75,4 juta yang setara dengan Rp 677,9 milyar. Eksplorasi sumberdaya karbohidrat lokal dapat dilakukan dalam rangka menghemat devisa. Alternatif umbi-umbian yang dapat mensubstitusi terigu dalam banyak penggunaan diantaranya yaitu umbi garut, dengan mengubah bentuknya terlebih dahulu menjadi tepung. Penelitian ini bertujuan untuk membuat mie basah substitusi 20% tepung garut yang diperkaya kandungan proteinnya dengan tepung kedelai. Penelitian ini didahului dengan pembuatan tepung garut dan tepung kedelai, kemudian dilakukan analisis sifat fisiko kimianya. Penambahan tepung kedelai dilakukan pada taraf 0; 5; 10; dan 15%. Penambahan tepung kedelai terbukti dapat meningkatkan kandungan protein dan memperbaiki warna mie basah dari terigu dengan substitusi tepung garut 20%. Penambahan 15% tepung kedelai ke dalam formula tepung komposit 20% tepung garut menghasilkan peningkatan kandungan protein dan lemak tetapi menurunkan kandungan karbohidrat. Uji deskripsi yang dilakukan terhadap warna, tekstur, aroma dan rasa mie basah dengan penambahan tepung kedelai menunjukkan bahwa panelis masih menyukai dan dapat menerima mie basah dari terigu substitusi 20% tepung garut sampai tingkat penambahan tepung kedelai 10%. Mie tersebut mengandung air 27,4%; abu 0,7%; protein 9,7%; lemak 10,1%; serat kasar 3,4% dan karbohidrat 52,2%. Berdasarkan uji organoleptik deskripsi termasuk sifat fisiko kimianya, produk ini telah memenuhi persyaratan SNI untuk mie basah yaitu SNI 01-2987-1992.

Efektivitas Lilin Penolak Lalat (Repelen) Dengan Bahan Aktif Limbah Penyulingan Minyak Nilam Penulis : Sri Yuliani, Sri Usmiati, dan Nanan Nurdjannah

Abstrak Telah dilakukan uji efektivitas lilin dari ekstrak limbah penyulingan minyak nilam di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor dan di Laboratorium Entomologi FKH-IPB, Bogor. Penelitian menggunakan limbah penyulingan minyak nilam yang kemudian diekstrak menggunakan pelarut metanol 1:4. Ekstrak limbah tersebut diformulasikan menjadi 9 formula lilin dengan kombinasi bahan aktif sebagai berikut; a) ekstrak limbah penyulingan minyak nilam dan minyak sereh wangi (1:1) dengan konsentrasi 12,5%, 25%, dan 50%. b) ekstrak limbah penyulingan minyak nilam dan minyak cengkeh (1:1) dengan konsentrasi 12,5, 25%, dan 50%. c) minyak sereh wangi (25%). d) minyak cengkeh (25%). e) Lilin tanpa bahan aktif (kontrol). Selanjutnya dilakukan uji efektivitas terhadap daya tolak (repelen) lalat menggunakan udang busuk 12 jam, pengujian menggunakan 25 ekor lalat umur 2-5 hari kenyang air gula. Pengamatan dilakukan setiap menit dengan menghitung jumlah hinggapan lalat ke udang tiap menitnya sampai menit ke-60, pengamatan dilakukan dengan menggunakan glass chamber. Hasil pengujian efektivitas lilin terhadap lalat rumah menunjukkan bahwa formula II3 dengan kombinasi bahan aktif ekstrak limbah penyulingan minyak nilam dengan minyak cengkeh (konsentrasi 50%), merupakan formula paling optimal dibandingkan dengan formula lainnya dengan daya tolak sebesar 87,6% pada menit ke 10 dan 100% pada menit ke 60.

Pengaruh Konsentrasi Penambahan Pektinase Dan Kondisi Inkubasi Terhadap Rendemen Dan Mutu Jus Mangga Kuini (Mangifera Odorata Griff) Penulis : Evi Savitri Iriani, E. Gumbira Said, Ani Suryani dan Setyadjit

Abstrak Kuini merupakan salah satu jenis buah-buahan yang banyak terdapat di Indonesia, yang memiliki aroma khas, penampilan warna yang menarik serta kandungan vitamin A, C dan serat yang tinggi. Untuk mengurangi serat tersebut biasanya ditambahkan pektinase dalam proses pembuatan jus kuini. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi, waktu dan suhu inkubasi terhadap perubahan rendemen dan karakteristik mutu jus kuini. Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian pada bulan Juli 2003-Juni 2004. Kuini dari Bogor dan sekitarnya dihancurkan kemudian ditambahkan pektinase. Waktu inkubasi pada penelitian pendahuluan berkisar 0-180 menit. Pada penelitian utama digunakan rancangan percobaan rancangan acak faktorial dengan faktor (1) konsentrasi :0, 500, 750 dan 1000 ppm, faktor (2) suhu inkubasi : 450 C dan 550 C dengan tiga kali ulangan. Waktu inkubasi yang digunakan adalah 60 menit karena berdasarkan penelitian pendahuluan dapat memberikan rendemen tertinggi. Parameter yang diamati meliputi perubahan rendemen, pH, total padatan terlarut, kekentalan, kadar gula pereduksi, total asam dan vitamin C serta komponen volatil penyusun flavor kuini. Hasil penelitian utama menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pektinase dan suhu inkubasi maka rendemen juga semakin bertambah. Interaksi konsentrasi pektinase 1000 ppm pada suhu inkubasi 550 C memberikan rendemen tertinggi sebesar 94%. Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan pektinase berpengaruh nyata terhadap perubahan pH, total padatan terlarut dan kekentalan, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan gula pereduksi, total asam tertitrasi dan kadar vitamin C. Pektinase juga berpengaruh terhadap perubahan profil kromatogram dari flavor jus kuini, makin tinggi konsentrasi pektinase yang ditambahkan, maka komponen monoterpen seperti -pinene dan myrcene akan berkurang.

Pengaruh Cara Ekstraksi Dan Musim Terhadap Rendemen Dan Mutu Minyak Bunga Melati Penulis : Suyanti, Sulusi Prabawati, Yulianingsih, Setyadjit dan Astu Unadi

Abstrak Pengaruh cara ekstraksi dan musim terhadap rendemen dan mutu minyak bunga melati. Bunga melati selama ini hanya digunakan sebagai bunga rampai, bunga sesaji, dekorasi dan pewangi teh. Namun sebenarnya bunga melati mempunyai potensi untuk dibuat minyak bunga alami. Minyak melati merupakan bahan untuk industri kosmetik, parfum, farmasi, sabun dan produk yang berbau wangi lainnya. Selama ini kebutuhan industri dalam negeri di impor dari Negara penghasil minyak bunga dengan harga yang cukup mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi ekstraksi minyak melati yang dapat menghasilkan rendemen dan mutu yang tinggi. Bunga melati gambir (Jasminum officinale) asal Purbalingga, Jawa Tengah diproses menjadi minyak melati menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut heksan. Perlakuan yang diuji adalah ekstraksi satu tahap, ekstraksi dua tahap, dan pencucian ampas, yang dilakukan pada musim hujan dan musim kemarau. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan ulangan 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi bunga melati gambir dengan cara esktraksi satu tahap adalah yang paling baik dengan rendemen absolute yang dihasilkan tertinggi (0,15-0,17%). Absolute yang dihasilkan pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan musim hujan, terbanyak diperoleh pada bulan September (0,19%) dengan mutu absolute lebih baik yang ditunjukkan dengan total komponen yang lebih tinggi. Absolute melati hasil ekstraksi memiliki indek bias 1,45-1,46; bilangan asam 9,60-11,80; bilangan ester 129,07-130,73 dengan komponen kimia utama adalah benzyl acetate (6,74-7,90%), benzyl benzoate 2,58-4,11%), cis jasmone (8,49-9,53%), linalool (3,59-5,40%), methyl jasmonate (0,81-0,86%), serta beberapa senyawa lainnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pemilihan proses ekstraksi bunga melati agar menghasilkan rendemen minyak yang tinggi .

Optimasi Komposisi Kardanol Dari Minyak Kulit Mete Sebagai Subtitusi Fenol Dalam Formulasi Perekat Fenol Formaldehida Penulis : Risfaheri, Tun Tedja Irawadi, M. Anwar Nur, dan Illah Sailah

Abstrak Minyak kulit biji mete merupakan hasil samping dari pengolahan kacang mete, mengandung senyawa fenolik terutama kardanol. Penelitian ini bertujuan mendapatkan komposisi kardanol yang optimum sebagai substitusi fenol dalam formulasi perekat fenol formaldehida. Pelaksanaan penelitian dibagi atas beberapa tahap, yaitu (1) optimasi komposisi mol senyawa fenolik, nisbah mol senyawa fenolik terhadap formaldehida, dan lama reaksi (2) optimasi komposisi mol senyawa fenolik dan pH reaksi, dan (3) analisis struktur resin perekat dengan FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy). Formulasi perekat yang optimum diperoleh dengan komposisi senyawa fenolik (1 mol kardanol : 1 mol fenol), nisbah mol formaldehida terhadap senyawa fenolik (1,5 : 1,0). Kondisi optimum pembuatan perekat dicapai pada reaksi polikondensasi pH 10 dan berlangsung selama 1 jam. Kardanol dapat menggantikan fenol sebanyak 70 % dalam formulasi perekat fenol formaldehida. Perekat tersebut menghasilkan keteguhan rekat kayu lapis dalam keadaan kering dan basah (setelah direbus selama 72 jam) rata?rata 15,36 kg/cm2 dan 13,61 kg/cm2. Persyaratan keteguhan rekat untuk perekat fenol formaldehida menurut Standar Nasional Indonesia 06-4567-1998, yaitu minimum 10 kg/cm2 (hasil uji dalam keadaan kering) dan 8 kg/cm2 (hasil uji dalam keadaan basah). Terjadi sinergis antara kardanol dan fenol pada reaksinya dengan formaldehida, sehingga reaksi formaldehida dengan kardanol tidak hanya pada cincin aromatiknya tetapi juga terjadi pada rantai samping tidak jenuh (C15) dari kardanol, sehingga meningkatkan keteguhan rekat kayu lapis.

kembali

2005-2007 BB-PascapanenKampus Penelitian Pertanian CimangguJL. Tentara Pelajar No 12 Cimanggu, Bogor, Jawa BaratTelp/Fax : +62-251-321762

Kurva Baku

y = 0.0548x + 0.0301

R

2

= 0.8665

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

1

2

3

4

5

6

7

8

C (glukosa)

A (Absorban)

Series1

Linear (Series1)

_1209399003.vsdC6H22 O11

O

H2

+

C6H12 O6