Upload
others
View
14
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
KARAKTERISTIK PENDERITA KISTA OVARIUM YANG
DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.
PIRNGADI MEDAN TAHUN 2016-2018
SKRIPSI
Oleh
MIFTA DESIANA HARAHAP
NIM. 151000163
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
KARAKTERISTIK PENDERITA KISTA OVARIUM YANG
DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.
PIRNGADI MEDAN TAHUN 2016-2018
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
MIFTA DESIANA HARAHAP
NIM.151000163
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
i
ii
Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal: 9 Agustus 2019
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : drh. Rasmaliah, M.Kes.
Anggota : 1. dr. Rahayu Lubis, M.Kes., Ph.D.
2. Sri Novita Lubis, S.K.M., M.Kes.
iii
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul
“Karakteristik Penderita Kista Ovarium yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018” beserta seluruh isinya
adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Juli 2019
Mifta Desiana Harahap
iv
Abstrak
Kista ovarium masih menjadi masalah kesehatan reproduksi dan berperan
sebagai penyebab kematian apabila mencapai keganasan atau kanker ovarium
hingga kematian di Indonesia. Di Turki, pada tahun 2011-2014 ditemukan 13,1%
perempuan terkena kista ovarium. Prevalensi penderita kista ovarium di RSUP
Haji Adam Malik Medan yaitu 12,18%. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik penderita kista ovarium yang dirawat inap di Rumah
Sakit Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018 bersifat deskriptif dengan
desain case series. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square.
Penderita kista ovarium dengan proporsi tertinggi pada kelompok umur 43-49
tahun yaitu sebesar (26,5%), suku Batak sebesar (80,4%), agama Islam sebesar
(74,5%), pendidikan SLTA/Sederajat sebesar (78,4%), pekerjaan tidak bekerja
sebesar (71,6%), status perkawinan kawin sebesar (55,9%) dan asal daerah luar
Kota Medan sebesar (53,9%), keluhan utama nyeri abdomen bawah sebesar
(55,9%), riwayat menarch pada kelompok umur > 12 tahun se-besar (80,4%),
tidak menggunakan kontrasepsi sebesar (72,5%), jenis kista ovarium susp.
maglinancy sebesar (52,9%), penatalaksanaan medis yaitu terapi pembedahan +
hormonal sebesar (74,5%), sumber biaya BPJS (99%), Lama rawatan rata-rata
6,26 hari (6 hari), keadaan sewaktu pulang sembuh (81,4%), penderita kista
ovarium pada tahun 2016 sebesar (52,9%), CFR dalam 3 tahun (4,90%). Proporsi
penderita kista ovarium pada umur ≥ 35 tahun tertinggi pada jenis kista ovarium
musinosum yaitu sebesar 83,3%. Diharapkan kepada wanita usia reproduksi (15-
49 tahun) agar lebih memperhatikan gejala-gejala serta faktor risiko terjadinya
kista ovarium.
Kata kunci : Kista ovarium, karakteristik penderita
v
Abstract
Ovarian cysts are still a reproductive health problem and play a role as a cause of
death when reaching ovarian cancer or cancer until death in Indonesia.In Turkey,
in 2011-2014, 13.1% of women were exposed to ovarian cysts. The prevalence of
ovarian cyst patients in Haji Adam Malik General Hospital Medan was 12.18%.
This study aimed to determine the characteristics of ovarian cyst patients who
were hospitalized at the Regional Hospital Dr. Pirngadi Medan in 2016-2018 is
descriptive with a case series design. Data were analyzed using Chi Square test.
Patients with ovarian cysts with the highest proportion in the age group of 43-49
years were equal to (26.5%), the Batak tribe was (80.4%), Islam was (74.5%),
senior high school education was equivalent to (78, 4%), the work does not work
for (71.6%), the marriage marital status is (55.9%) and the origin of the area
outside the city of Medan is (53.9%), the main complaint is lower abdominal pain
(55.9%) ), menarchic history in the age group > 12 years is (80,4%), does not use
contraception (72.5%), ovarian susp cyst type. maglinancy is (52.9%), medical
management is surgical + hormonal therapy for (74.5%), the source of BPJS
costs (99%), the average treatment time is 6.26 days (6 days), the condition when
returning home is cured (81.4%), ovarian cyst patients in 2016 amounted to
(52.9%), CFR in 3 years (4.90%). The highest proportion of patients with ovarian
cysts at age pada 35 years in the type of ovarian cysts musinosum is equal to
83.3%. It is expected that reproductive age women (15-49 years) should pay
more attention to the symptoms and risk factors for ovarian cysts.
Keywords: Ovarian cysts, characteristics of patients
vi
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah
yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Karakteristik Penderita Kista Ovarium yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018”. Skripsi
ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Rahayu Lubis, M.Kes., Ph.D., selaku Ketua Departemen Epidemiologi
FKM USU.
4. drh. Rasmaliah, M.Kes., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. dr. Rahayu Lubis, M.Kes., Ph.D., selaku dosen penguji 1 yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
vii
6. Sri Novita Lubis, S.K.M., M.Kes., selaku dosen penguji 2 yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku dosen pembimbing akademik
8. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah
diajarkan selama ini kepada penulis.
9. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus staf
Departemen Epidemiologi.
10. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, Kepala bagian
Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, beserta
seluruh staf yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian.
11. Teristimewa untuk orang tua (Alm. Sasmito dan Masriani) dan orangtua asuh
(Parlaungan dan Khairani) yang telah memberikan kasih sayang yang begitu
besar dan kesabaran dalam mendidik dan memberi dukungan kepada penulis.
12. Terkhusus untuk saudara-saudara (Mora, Milva, Milvan) yang telah
memberikan semangat kepada penulis.
13. Sepupu (Maya dan Widya) yang selalu menyemangati dan mendukung
penulis dalam penyelesaian skripsi.
14. Teman-teman terdekat (Kiki, Nurhasanah, Puspita) yang telah menyemangati
dan mendukung penulis.
15. Teman-teman seperjuangan skripsi (Anggita, Husnah, Indah, Isna, Putri, Tia,
Zura) yang selalu saling menyemangati satu sama lain dalam penyelesaian
skripsi.
viii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat
bagi pembaca.
Medan, Juli 2019
Mifta Desiana Harahap
ix
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xiv
Daftar Lampiran xvii
Riwayat Hidup xviii
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 4
Tujuan umum 4
Tujuan khusus 4
Manfaat Penelitian 6
Tinjauan Pustaka 7
Definisi Kista Ovarium 7
Anatomi Ovarium 8
Patofisiologi Kista Ovarium 8
Jenis-Jenis Kista Ovarium 9
Gejala Kista Ovarium 12
Gejala secara umum 12
Gejala secara klinis 13
Epidemiologi Kista Ovarium 13
Distribusi frekuensi berdasarkan orang 13
Distribusi frekuensi berdasarkan tempat dan waktu 14
Determinan kista ovarium 14
Pencegahan Kista Ovarium 16
Pencegahan primer 16
Pencegahan sekunder 16
Pencegahan tersier 19
Kerangka Konsep 20
Metode Penelitian 21
Jenis Penelitian 21
Lokasi dan Waktu Penelitian 21
x
Populasi dan Sampel 21
Variabel dan Definisi Operasional 21
Metode Pengumpulan Data 25
Metode Pengukuran Data 25
Metode Analisis Data 25
Hasil Penelitian 27
Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian 27
Analisis Deskriptif 28
Sosiodemografi 28
Keluhan utama 30
Riwayat menarch 31
Penggunaan kontrasepsi 31
Kadar hemoglobin 32
Jenis-jenis kista ovarium 32
Penatalaksanaan medis 33
Sumber biaya 34
Lama rawatan rata- rata 34
Keadaan sewaktu pulang 35
Angka kesakitan dan kematian 36
Umur penderita berdasarkan jenis kista 37
Keluhan utama berdasarkan jenis kista 38
Penatalaksanaan medis berdasarkan jenis kista 39
Pembahasan 41
Sosiodemografi Penderita Kista Ovarium 41
Umur 41
Suku 42
Agama 43
Pendidikan 44
Pekerjaan 44
Status perkawinan 45
Asal daerah 47
Keluhan utama 47
Riwayat menarch 49
Penggunaan Kontrasepsi 50
Kadar hemoglobin 51
Jenis kista 52
Penatalaksanaan medis 53
Sumber biaya 54
Lama rawatan rata-rata 55
Keadaan sewaktu pulang 55
Angka kesakitan dan kematian kista ovarium 56
Umur berdasarkan jenis kista 57
Keluhan utama berdasarkan jenis kista 58
Penatalaksanaan medis berdasarkan jenis kista 59
xi
Keterbatasan Penelitian 60
Kesimpulan Dan Saran 62
Kesimpulan 62
Saran 63
Daftar Pustaka 64
Daftar Lampiran 66
1
Pendahuluan
Latar Belakang
Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan
berkelanjutan dunia tahun 2015-2030, memiliki 17 poin penting untuk menjadikan
manusia menjadi lebih baik, salah satunya adalah kesehatan yang baik dan
kesejahteraan untuk semua usia. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Bagian integral kesehatan merupakan satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur
fisik, mental, sosial, dan jiwa.(Kemenkes RI, UU No. 23 Tahun 1992).
Kesehatan erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat. Salah satu ruang
lingkup kesehatan masyarakat adalah kesehatan reproduksi. Dimana kesehatan
reproduksi adalah sebagai hasil akhir keadaan sehat, sejahtera secara fisik, mental,
social dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang
terkait dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi (ICPD Cairo, 1994).
Pada zaman millennial ini telah banyak terjadi masalah kesehatan
reproduksi, diantaranya adalah penyakit yang menyerang sistem reproduksi. Kista
ovarium adalah gangguan kesehatan pada reproduksi wanita. Kista ovarium
merupakan kantong yang berisi cairan yang tumbuh di dalam ovarium (Owen,
2005). Penyakit ini terjadi pada wanita yang sudah memasuki usia reproduksi
yaitu antara 20-30 tahun. Penyakit ini sangat berpengaruh dengan konsumsi
makanan yang menyebabkan hormon tidak seimbang (Andika, 2016).
2
Kejadian kista ovarium merupakan gangguan sistem reproduksi pada
wanita. Resiko yang paling ditakuti dari kista ovarium yaitu terjadi torsi sehingga
menimbulkan nyeri akut, pendarahan bahkan keganasan yang berujung menjadi
kanker ovarium serta kematian. Oleh karena itu, penyakit ini memerlukan
penanganan yang baik dan profesional.
Salah satu faktor risiko kejadian kanker ovarium adalah riwayat kesehatan
yang pernah mengalami masalah ginekologi berupa kista ovarium. Berdasarkan
data WHO pada tahun 2012, ditemukan 14 juta kasus kanker baru dengan jumlah
kematian karena kanker sebanyak 8,2 juta jiwa. Dimana setiap tahun terdapat
250.000 kasus kanker ovarium di dunia (WHO, 2012). Kebanyakan kanker
ovarium diawali pertumbuhan sel abnormal pada ovarium seperti kista dan juga
tumor yang gejala awalnya tidak terdeteksi. Berdasarkan data The American
Cancer tahun 2014 ditemukan 21.980 kasus kanker ovarium dan meninggal
sekitar 14.270 di Amerika Serikat.
Pada penelitian Emeksiz dkk di Rumah Sakit Fakultas Kedokteran
Universitas Gazi Turki tahun 2011-2014 dari 1009 perempuan yang memiliki
keluhan nyeri panggul dan menjalani pemeriksaan ultrasonografi ditemukan 132
(13,1%) perempuan yang terkena kista ovarium dengan diameter ≥ 1 cm
(Emeksiz, 2017).
Kasus kista ovarium di Rumah Sakit Stanley Medical College, Chennai,
India, tahun 2009-2013 yaitu sebanyak 402 penderita, diantaranya kista ovarium
jinak sebesar 78,6% dan kista ovarium ganas sebesar 20,65% (Yoghambal, 2014).
3
Prevalensi kista ovarium terhadap seluruh kasus tumor ovarium di RSUP
Haji Adam Malik, Medan Periode Januari 2012–Desember 2013 adalah 12,18%.
Dengan kelompok usia yang terbanyak menderita kista ovarium adalah kelompok
usia 20-51 tahun yaitu sebanyak 65 orang (71,4%). Sementara kelompok usia
yang paling rendah jumlah penderita kista ovarium adalah kelompok usia > 51
tahun yaitu sebanyak 10 orang (11%) (Eriyanti, 2016).
Pada RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga, kista ovarium
merupakan kasus urutan kedua pada gangguan reproduksi. Angka kejadian kista
ovarium 2 tahun terakhir meningkat yaitu pada tahun 2015 tercatat ada 14%
kejadian kista ovarium dan tahun 2016 terdapat 39% angka kejadian kista
ovarium. Angka kematian yang tinggi disebabkan karena penyakit ini bersifat
asimptomatik dan menimbulkan gejala setelah terjadi metastatis sehingga 60-70%
penderita datang pada stadium lanjut (Adriani, 2018).
Angka kejadian kista ovarium di Sumatera utara belum diketahui dengan
pasti akan tetapi sebagai gambaran di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan tahun
2010 terdapat 34 penderita (Safitri, 2010). Di Rumah Sakit Elisabeth Medan tahun
2012 sebanyak 116 penderita (Dumaris, 2013). Di Rumah Sakit Vita Insani
Pematang Siantar pada tahun 2013 sebanyak 124 penderita (Fadhilla, 2015).
Kemudian Di Rumah Sakit Haji Medan pada tahun 2014-2015 terdapat 126
penderita (Apriani, 2016). Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan
di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018 ditemukan sebanyak
102orang yang menderita kista ovarium.
4
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian
mengenai karakteristik penderita kista ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018.
Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita kista ovarium yang dirawat inap di
Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Mengetahui karakteristik penderita kista ovarium pada
wanita yang dirawat inap di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018.
Tujuan khusus. Tujuan khusus pada penelitian ini adalah :
1. Mengetahui distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
sosiodemografi yang meliputi : umur, suku, agama, pendidikan,
pekerjaan,status perkawinan dan tempat tinggal/ asal daerah.
2. Mengetahui distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
keluhan.
3. Mengetahui distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
riwayat menarch.
4. Mengetahui distribusi proporsi penderita kista ovarum berdasarkan
penggunaan kontrasepsi.
5. Mengetahui distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan kadar
hemoglobin.
6. Mengetahui distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan jenis
kista.
5
7. Mengetahui distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
penatalaksanaan medis.
8. Mengetahui distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
sumber biaya.
9. Mengetahui lama rawatan rata-rata (hari) penderita kista ovarium.
10. Mengetahui distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
keadaan sewaktu pulang.
11. Mengetahui distribui proporsi kesakitan berdasarkan tahun dan kematian
penderita kista ovarium dalam 3 tahun ( Case Fatality Rate ).
12. Mengetahui distribusi proporsi umur penderita kista ovarium berdasarkan
jenis kista.
13. Mengetahui distribusi proporsi keluhan utama penderita kista ovarium
berdasarkan jenis kista.
14. Mengetahui distribusi proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan jenis
kista.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak RSUD DR. Pirngadi
Medan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita kista
ovarium.
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian
selanjutnya mengenai kista ovarium.
6
3. Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis
mengenai penyakit kista ovarium dan sebagai syarat kelulusan untuk
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
7
Tinjauan Pustaka
Defenisi Kista Ovarium
Kista Ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling
sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya (Depkes RI, 2011). Kista
ovarium adalah suatu kantong berisi cairan seperti balon berisi air yang terdapat di
ovarium (Owen, 2005). Sebagian besar kista terbentuk akibat dari perubahan
hormon pada siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.
Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar
kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Pada kehamilan, tumor
ovarium yang paling sering dijumpai adalah kista dermoid, kista coklat atau kista
lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin
dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala kedalam panggul
(Wiknjosastro, 2005).
Kista ovarium adalah rongga berbentuk kantong yang berisi cairan dalam
ovarium yang berukuran kecil dan dapat terbentuk kapan saja yaitu pada masa
pubertas sampai menopause dan masa kehamilan (Bilotta, 2012).
Kista ovarium adalah kantong berisi bahan cair atau setengah cair pada
ovarium yang menyebabkan kecemasan pada wanita karena sebagian dari kista
tersebut dapat menyebabkan keganasan (Grasboch, 2018). Menyebabkan
kecemasan pada wanita karena sebagian dari kista tersebut dapat menyebabkan
keganasan (Grasboch, 2018).
8
Sumber :http://www.wajibbaca.com/2018/08/kista-ovarium.html
Gambar 1. Ovarium dengan kista
Anatomi Ovarium
Ovarium merupakan sepasang organ kecil yang berbentuk seperti buah
kenari berwarna putih dan konsistensinya agak padat. Ovarium memiliki ukuran
sebesar 3 cm x 2 cm x 1cm (pada seorang dewasa sebesar ibu jari), beratnya
sekitar 5-8 gram, terletak di kiri dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa
ovarika. Ovarium melekat pada lapisan belakang ligamentum latum dan
mesovarium. (Wiknjosastro, 2008)
Patofisiologi Kista Ovarium
Setiap Ovarium berisi ribuan telur atau ovum yang masih mudah atau
folikel yang setiap bulannya membesar dan satu diantaranya akan menjadi telur
matang.Pada peristiwa ovulasi, telur yang matang akan pecah kemudian bergerak
ke rahim melalui tuba falopi. Namun jika terjadi gangguan pada pra ovulasi akan
membentuk kista. Kista tersebut tejadi akibat fungsi ovarium yang abnormal
menyebabkan penimbunan folikel atau ovum yang tidak sempurna dan gagal
mengalami ovulasi. Hal tersebut terjadi dikarenakan kadar hormon penstimulasi
9
folikel (FSH) rendah dan hormon luteinizing (LH) tinggi pada keadaan yang tetap
sehingga folikel/ovum berdegenerasi sehinnga membentuk kista.
Jenis-Jenis Kista Ovarium
Menurut Wiknjosastro (2008), jenis kista ovarium dibagi menjadi dua
yaitu kista ovarium non neoplastik dan kista ovarium neoplastik .
1. Kista Ovarium Non Neoplastik. Kista ovarium non neoplastik, antara lain :
a. Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel yang tidak mengalami ovulasi, namun
tumbuh terus dan menjadi kista folikel. Kista ini berdiameter 1-1 ½ cm
(sebesar jeruk nipis). Kista folikel berisi cairan yang jernih dan sering
kali mengandung estrogen. Oleh karena itu, kista ini dapat menyebabkan
gangguan haid. Kista jenis ini lama kelamaan akan mengecil dan dapat
menghilang.
b. Kista Korpus Luteum
Kista korpus luteum merupakan struktur jaringan berwarna kuning yang
dihasilkan folikel saat mengeluarkan ovum di ovarium. Korpus luteum
ini menghasilkan hormon yang memperlancar jalannya ovum dan sistem
reproduksi. Akan tetapi, sebagian wanita tidak dapat mengeluarkan ovum
yang sudah diberi asupan hormon sehingga korpus luteum mengalami
penyumbatan dan berkembang menjadi kista. Kista ini berukuran > 3 cm
dan berdiameter 4 cm tetapi bisa mencapai 10 cm. (Benson, 2008) Kista
ini menyebabkan penderitanya mengalami pendarahan di luar siklus haid
10
dan nyeri pinggul. Biasanya kista korpus luteum akan hilang dalam
beberapa bulan dengan berkonsultasi dengan dokter.
c. Kista Teka Lutein
Kista teka lutein biasanya terjadi pada wanita yang mengalami kehamilan
ektopik dan akan hilang saat penderita telah melahirkan bayinya.
Kehamilan ektopik adalah keadaan tidak normal dari pembuahan sel telur
yang dibuahi di luar uterus. Biasanya dibuahi pada salah satu tuba falopi.
(Ratnawati, 2018)
d. Kista Inkusi Germinal
Kista inkusi germinal terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian
kecil dari epitel germanitivum pada permukaan ovarium. Kista ini
banyak terjadi pada lanjut usia dan biasanya memiliki diameter sekitar 1
cm. Kista inkusi germinal terletak di bawah permukaan ovarium dan
dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah serta
isinya cairan jernih dan serus. (Prawirohardjo,2007)
e. Kista Endometrium
Kista endometrium merupakan kista yang paling sering ditemukan pada
wanita muda dan tidak mempunyai banyak anak. Kista ini berupa kista-
kista biru kecil dan kista besar yang berisi darah tua berwarna coklat.
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang
masih berfungsi terdapat di luar kavun uteri. Jaringan endometrium
terdapat di dalam miometrium atau pun di luar uterus (Wiknjosastro,
2008).
11
f. Kista Stein Leventhhal
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan
rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan
mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya
tampak folikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi tidak di temukan
korpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang disebut stain
leventhal syndrome dan kelainan ini merupakan penyakit herediter yang
autosomaldominant (Yatim, 2008).
2. Kista Ovarium Neoplastik. Kista ovarium neoplastik, antara lain :
a. Kistoma Ovarii Simpleks
Kistoma ovarii simpleks adalah kista yang permukaannya rata dan halus
serta berdinding tipis. Kista ini berisi cairan jernih yang serosa dan
berwarna kuning. Biasanya kista ini bertangkai, bilateral dan dapat
menjadi besar. Berhubungan dengan adanya tangkai, kista ini dapat
terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak yang dapat
memicu keganasan.
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Kistadenoma ovarii musinosum merupakan yang sangat mudah pecah
yang berisi cairan kental seperti ingus dan bersifat lengket seperti lem.
Kista ini memiliki diameter 16-17 cm dan berat > 70 kg serta terjadi pada
kelompok umur 10-30 tahun dan >40 tahun. Kista ini dapat
menyebabkan terjadinya kanker ovarium.
12
c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista jenis ini berisi cairan berwarna kuning dan kadang-kadang coklat
bercampur darah, memiliki permukaan yang licin dan berwarna
keabuabuan serta tidak mencapai ukuran yang sangat besar dibandingkan
dengan kistadenoma ovarii musinosum. Ciri khas dari kistadenoma
ovariiserosum adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista
sebesar 50 % dan keluar pada permukaan kista sebesar 5 %.
d. Kista Endometrioid
Kista ini memiliki permukaan licin dan biasanya unilateral dengan
dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan
epitel endometrium. Kista ini ditemukan oleh Sartesson tahun 1969, kista
ini tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.
e. Kista Dermoid
Kista dermoid dapat menyerang semua jenis umur bahkan sejak lahir.
Kista ini memiliki banyak kandungan yaitu cairan seperti mentega, gigi,
tulang, rambut, dan sisa kulit. Dinding kista kelihatan putih dan keabu-
abuan, dan agak tipis.
Gejala-Gejala Kista Ovarium
Gejala secara umum. Menurut Yatim Faisal, (2005) gejala kista secara
umum, yaitu :
1. Rasa nyeri di rongga panggul disertai rasa gatal.
2. Rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau tubuh
bergerak.
13
3. Rasa nyeri saat siklus menstruasi selesai, pendarahan menstruasi tidak seperti
biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, lebih pendek atau tidak keluar darah
menstruasi pada siklus biasa, atau siklus menstruasi tidak teratur.
4. Perut membesar
Gejala secara klinis. Ada pun gejala klinis kista ovarium:
1. Pembesaran, tumor yang kecil mungkin diketahui saat melakukan
pemeriksaan rutin. Tumor dengan diameter sekitar 5 cm , dianggap belum
berbahaya kecuali bila dijumpai pada ibu yang menopause atau setelah
menopause. Besarnya tumor dapat menimbulkan gangguan berkemih dan
buang air besar terasa berat di bagian bawah perut, dan teraba tumor di perut.
2. Gejala gangguan hormonal, indung telur merupakan sumber hormon wanita
yang paling utama sehingga bila terjadi pertumbuhan tumor dapat
mengganggu pengeluaran hormon. Gangguan hormon selalu berhubungan
dengan pola menstruasi yang menyebabkan gejala klinis berupa gangguan
pola menstruasi dan gejala karena tumor mengeluarkan hormon.
3. Gejala klinis karena komplikasi tumor. Gejala komplikasi tumor dapat
berbentuk infeksi kista ovarium dengan gejala demam, perut sakit, tegang dan
nyeri, penderita tampak sakit. Mengalami torsi pada tangkai dengan gejala
perut mendadak sakit hebat dan keadaan umum penderita cukup baik.
(Manuaba, 2009)
Epidemiologi Kista Ovarium
Distribusi frekuensi kista ovarium berdasarkan orang. Angka kejadian
kista sering terjadi pada wanita berusia produktif dan jarang sekali di bawah umur
14
20 maupun di atas 50 tahun (Winkjosastro, 2008). Berdasarkan data catatan rekam
medik di Rumah sakit Vita Insani pematang Siantar tahun 2011-2013, wanita
yang mengalami kista ovarium sekitar 25,8% terjadi pada wanita yang berumur
28-35 tahun (Fadhilla, 2015). Kista ovarium di Rumah Sakit Haji Medan tahun
2014-2015, penderita kista ovarium sekitar 19,9% terjadi pada kelompok umur
30-34 tahun (Apriani, 2016).
Distribusi frekuensi kista ovarium berdasarkan tempat dan waktu.
Angka kejadian kista ovarium di Sumatera utara belum diketahui dengan pasti
akan tetapi sebagai gambaran di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2010
terdapat 34 penderita (Safitri, 2010). Di Rumah Sakit Elisabeth Medan tahun 2012
sebanyak 116 penderita (Dumaris, 2013). Di Rumah Sakit Vita Insani Pematang
Siantar pada tahun 2013 sebanyak 124 penderita (Fadhilla, 2015). Kemudian Di
Rumah Sakit Haji Medan pada tahun 2014-2015 terdapat 126 penderita. (Apriani,
2016).
Determinan kista ovarium. Penyebab pasti dari penyakit kista Ovarium
belum diketahui secara pasti.Akan tetapi salah satu pemicunya adalah faktor
hormonal. Penyebab terjadinya kista ovarium ini dipengaruhi oleh banyak factor
yang saling berhubungan. Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya
kista ovarium adalah :
1. Gangguan pembentukan hormon. Kista ovarium disebabkan oleh 2 gangguan
(pembentukan) hormon yaitu pada mekanisme umpanbalik ovarium dan
hipotalamus. Estrogen merupakan sekresi yang berperan sebagai respon
hipersekresi folikel stimulasi hormon. Dalam menggunakan obat-obatan yang
15
merangsang pada ovulasi atau misalkan pola hidup yang tidak sehat itu bisa
menyebabkan suatu hormone yang pada akhirnya dapat menyebabkan
ketidakseimbangan hormon (Mansjoer, 2000). Gangguan keseimbangan
hormon dapat berupa peningkatan hormon Luteinizing Hormon (LH) yang
menetap sehingga dapat menyebabkan ganguan ovulasi (Llewellyn, 2001).
2. Memiliki riwayat kista ovarium atau keluarga memiliki riwayat kista
Ovarium (Wiknjosastro, 2005).
3. Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi (tamoxifen).
Tamoxifen dapat menyebabkan kista ovarium fungsional jinak yang biasanya
menyelesaikan penghentian pengobatan tersebut (William, 2007).
4. Pada pengobatan infertilitas. Pasien dirawat karena infertilitas dengan induksi
ovulasi dengan gonadotropin atau agen lainnya, seperti clomiphene citrate
atau letrozole, dapat mengembangkan kista sebagai bagian dari sindrom
hiperstimulasi ovarium (William, 2007).
5. Gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat memicu
terjadinya penyakit kista ovarium. Risiko kista ovarium fungsional meningkat
dengan merokok, risiko dari merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan
indeks massa tubuh menurun.Selain dikarenakan merokok pola makan yang
tidak sehat seperti konsumsi tinggi lemak, rendah serat, konsumsi zat
tambahan pada makanan, konsumsi alcohol dapat juga meningkatka risiko
penderita kista ovarium (Bustam, 2007). Pada wanita yang sudah menopause
kista fungsional tidak terbentuk karena menurunnya aktivitas indung telur
(Manuaba, 2010).
16
6. Gangguan siklus haid. Gangguan siklus haid yang sangat pendek atau lebih
panjang harus diwaspadai. Menstruasi di usia dini yaitu 11 tahun atau lebih
muda merupakan faktor resiko berkembangnya kista ovarium, wanita dengan
siklus haid tidak teratur juga merupakan faktor resiko kista ovarium
(Manuaba, 2010).
7. Pemakaian alat kontrasepsi hormonal. Wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi hormonal juga merupakan faktor resiko kista ovarium, yaitu pada
wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa implant, akan
tetapi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa pil
cenderung mengurangi resiko untuk terkena kista ovarium (Henderson,
2005).
Pencegahan Kista Ovarium
Pencegahan primer. Pencegahan primer pada kista ovarium dilakukan
pada orang sehat yang sudah memiliki faktor risiko untuk terkena kista ovarium.
Pencegahan primer dapat dilakukan melalui upaya menghindarkan diri dari
keterpaparan berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat seperti
tidak merokok, menkonsumsi makanan yang kaya serat dan mengandung zat anti
oksidan yang tinggi, serta hindari zat kimia tambahan yang berbahaya pada
makanan.
Pencegahan sekunder. Pencegahan sekunder dilakukan untuk mencegah
penyebaran penyakit dan mencegah terjadinya komplikasi penyakit kista melalui
upaya diagnosa dini serta pengobatan yang tepat (Asmadi, 2008). Kista non
neoplastik akibat peradangan, umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala ke
17
arah peradangan genital. Kista non neoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan
diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri. Jika kista ovarium itu
bersifat neoplastik, maka perlu pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam
dari gejala gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan diagnosis
diferensial. Penegakan diagnosis dapat dibantu dengan pemeriksaan yang berupa:
1. Anamnesa lengkap merupakan bagian penting dari diagnosis tumor adneksa.
Pertanyaan tentang rasa nyeri, lokasi, dan derajat nyeri serta kapan mulai
timbulnya rasa nyeri tersebut akan memudahkan penegakan diagnosis.
Anamnesa seperti keluhan klinik kista ovarium ringan karena besarnya
tumor dan keluhan mendadak akibat komplikasi kista ovarium.
2. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik, antara lain:
a. Fisik umum sebagai tanda vitalnya.
b. Pemeriksaaan palpasi berupa teraba tumor di abdomen (bentuk kista
padat), bergerak, terasa nyeri atau tidak nyeri.
3. Pemeriksaan dalam yaitu melihat letak tumor apakah melekat dengan
uterus.
4. Pemeriksaan spekulom yaitu melihat servik dilakukan biopsi atau PAP
smear.
5. Pemeriksaan rektal yaitu memberikan konfirmasi jelas tentang keberadaan
tumor (Manuaba, 2010 ).
Kista ovarium dapat dilakukan pemeriksan lanjut yang dapat dilaksanakan
dengan:
18
1. Laparoskopi yaitu pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat
tumor tersebut.
2. Ultrasonografi yaitu dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan
batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung
kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat dibedakan pula antara
cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto rontgen yaitu pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks.
4. CA-125 yaitu memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut CA-
125. Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur, meskipun tidak
ada proses keganasan. Tahap pemeriksaan CA-125 biasanya dilakukan pada
perempuan yang berisiko terjadi proses keganasan, kadar normal CA-125
(0-35 u/ml).
5. Parasentensis pungsi asites yaitu berguna untuk menentukan sebab asites.
Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum
peritoneidengan isi kista bila dinding kista tertusuk (Wiknjosastro,2008).
Adapun penatalaksanaan kista ovarium dibagi atas dua metode yaitu terapi
hormonal dan terapi pembedahan atau operasi.
1. Terapi hormonal, pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan estrogen
progresteron) boleh ditambahkan obat anti androgen progesteron cyproteron
asetat yang akan mengurangi ukuran besar kista. Untuk kemandulan dan
tidak terjadinya ovulasi, diberikan klomiphen sitrat. Juga bisa dilakukan
19
pengobatan fisik pada ovarium, misalnya melakukan diatermi dengan sinar
laser.
2. Terapi pembedahan atau operasi, pengobatan dengan tindakan operasi kista
ovarium perlu mempertimbangkan beberapa kondisi antara lain, umur
penderita, ukuran kista, dan keluhan. Kista yang besarnya kurang dari 5 cm
dan tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan pada pemeriksaan
Ultrasonografi akan dilakukan operasi dengan laparoskopi. Sedangkan kista
yang berukuran besarnya lebih dari 5 cm akan dilakukan laparotomi.
Apabila kista sudah dalam proses keganasan, akan dilakukan operasi
sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba serta jaringan lemak sekitar
dan kelenjar limpe (Yatim, 2005).
Pencegahan tersier. Pencegahan ini bertujuan untuk mengurangi
ketidakmampuan dan sebagai rehabilitasi agar penderita kista ovarium bisa
beraktivitas kembali. Upaya rehabilitasi yakni berupa dukungan moril dari oorang
terdekat terhadap penderita kista ovarium pasca operasi karena penderita akan
merasa kehilangan harga diri sebagai seorang wanita. Berdasarkan penelitian
Triyanto (2009), terdapat hubungan antara dukungan suami dengan tingkat stres
istri yang menderita kista ovarium. Dimana dukungan suami atau keluarga
diperlukan sepanjang kehidupan seorang wanita. Apabila tidak ada tindakan atau
dukungan dari keluarga, maka wanita yang menderita kista ovarium akan
cenderung mengalami stres bahkan depresi.
20
Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka konsep penelitian
Karakteristik Penderita Kista Ovarium
1. Sosiodemografi
Umur
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Status perkawinan
TempatTinggal
2. Keluhan
3. Riwayat Menarch
4. Penggunaan Kontrasepsi
5. Kadar Hemoglobin
6. Jenis Kista
7. Penatalaksanaan Medis
8. Sumber Biaya
9. Lama Rawatan Rata-rata
10. KeadaanSewaktuPulang
11. CFR
21
21
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan desain case
series.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Dr. Pirngadi
Medan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa
Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan menyediakan data tentang kista ovarium,
memberikan izin penelitian dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai
karakteristik penderita kista ovarium yang dirawat Inap di rumah sakit Dr.
Pirngadi Medan tahun 2016-2018.
Waktu penelitian. Waktu penelitian ini dilakukan Februari – Agustus
2019.
Populasi dan Sampel
Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita kista
ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018
yaitu 102 kasus.
Sampel. Sampel pada penelitian ini adalah data penderita kista ovarium
yang dirawat inap di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018. Besar
sampel sama dengan populasi.
Variabel dan Definisi Operasional
1. Penderita kista ovarium adalah penderita yang dinyaktakan menderita kista
ovarium berdasarkan diagnosa dokter yang dicatat direkam medis.
22
2. CFR adalah jumlah kematian akibat kista ovarium per jumlah seluruh kasus
kista ovarium selama 3 tahun yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan
sesuai yang tercatat pada kartu status.
3. Sosiodemografi adalah keterangan yang menunjukkan spesifikasi pribadi
penderita kista ovarium dan hubungan sosialnya di masyarakat meliputi
umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal sesuai tercatat
pada kartu status.
4. Umur adalah lama hidup penderita kista ovarium yang dihitung berdasarkan
tahun sejak dilahirkan hingga saat penderita menjadi pasien di RSUD Dr.
Pirngadi Medan tercatat pada kartu status dikategorikan atas :
a. 15-21 tahun
b. 22-28 tahun
c. 29-35 tahun
d. 36-42 tahun
e. 43-49 tahun
f. 50-56 tahun
g. 57-63 tahun
h. 64-70 tahun
5. Suku adalah etnik yang melekat pada penderita kista ovarium tercatat sesuai
pada kartu status dikategorikan atas:
a. Batak
b. Melayu
c. Jawa
6. Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita kista ovarium yang tercatat
sesuai pada kartu status rekam medis pasien dikategorikan atas:
a. Islam
b. Kristen protestan
c. Kristen khatolik
23
7. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah dijalani oleh
penderita kista ovarium yang tercatat sesuai di kartu status pasien yang
dikategorikan atas:
a. Tidak sekolah
b. SD/sederajat
c. SMP/sederajat
d. SMA/sederajat
e. Akademi/Perguruan Tinggi
8. Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan penderita kista ovarium
sehari-hari yang tercatat pada kartu status dikategorikan atas:
a. Tidak bekerja
b. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
c. Pegawai Swasta
d. Wiraswasta
e. Pensiunan
f. Lain-lain
9. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan
penderita kista ovarium sesuai tercatat pada kartu status dikategorikan atas:
a. Belum kawin
b. Kawin
10. Tempat tinggal/asal daerah adalah tempat dimana penderita tinggal menetap
sesuai yang tecatat pada kartu status dikategorikan atas :
a. Kota Medan
b. Luar Kota Medan
11. Keluhan utama adalah pernyataan pasien yang menjelaskan alasan mencari
bantuan medis dikategorikan atas:
a. Nyeri abdomen bawah
b. Terjadi pendarahan
c. Perut membesar
24
12. Riwayat menarch adalah riwayat usia pertama kali menstruasi penderita kista
ovarium yang tercatat sesuai rekam medik pasien yang dikategorikan atas
(Sumber : WHO):
a. < 12 tahun
b. 12 tahun
c. > 12 tahun
13. Penggunaan kontrasepsi adalah pemakaian obat pil wanita sebagai usaha
untuk mencegah kehamilan dan tercatat pada rekam medik dikategorikan
atas:
a. Ya
b. Tidak
14. Kadar hemoglobin adalah protein dalam darah yang dapat menunjukkan ada
kelainan pada pasien dan tercatat pada rekam medik dikategorikan atas
(Sumber : WHO):
a. < 12 gr/dL
b. ≥ 12 gr/dL
15. Jenis kista adalah kalsifikasi kista yang dialami penderita kista ovarium yang
tercatat di kartu status dikategorikan atas:
a. Kista folikel
b. Endometrium
c. Kista teka lutein
d. Endometrioid
e. Kistadenoma ovarii musinosum
f. Kista ovarium suspek maglinancy
16. Penatalaksanaan medis adalah tindakan yang dilakuka terhadap penderita
kista ovarium sehubungan dengan tindakan penyembuhan yang dilakukan
sesuai yang tercatat di kartu status,dikategorikan atas:
a. Terapi hormonal
25
b. Terapi pembedahan + hormonal
17. Sumber biaya adalah asal biaya yang digunakan penderita selama masa
perawatan sesuai dengan yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas :
a. BPJS
b. Biaya sendiri
18. Lama rawatan adalah jumlah hari penderita kista ovarium dirawat dari
tanggal masuk sampai keluar (baik dengan izin dokter, atas permintaaan
sendiri, maupun meninggal dunia) sesuai tercatat pada kartu status.
19. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita kista ovarium sewaktu
keluar dari rumah sakit yang tercatat sesuai di status rekam medis pasien ,
yang dikategorikan atas:
1) Sembuh
2) Pulang berobat jalan
3) Meninggal
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang di
peroleh dari kartu status pasien yang menderita kista ovarium di Rumah Sakit Dr.
Pirngadi Medan tahun 2016-2018. Semua kartu status pasien dikumpulkan
kemudian dilakukan proses pencatatan sesuai dengan variabel yang dibutuhkan
untuk diteliti.
Metode Pengukuran Data
Pengukuran data dilakukan dengan menggunakan skala nominal untuk
mengelompokkan objek kedalam kategori tertentu dan disimbolkan dengan label
atau kode tertentu.
26
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan bantuan komputer. Data
dianalisa secara deskriptif dan statistik, disajikan dalam bentuk narasi, tabel
distribusi proporsi dan gambar (diagram bar dan diagram pie). Untuk melihat
perbedaan karakteristik distribusi penderita kista ovarium digunakan uji Chi-
square.
27
Hasil Penelitian
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan terletak di Jalan Prof H. M.
Yamin, SH No 47 Medan. RSU Dr. Pirngadi Medan didirikan pada tanggal 11
Agustus 1928 oleh pemerintah Kolonial Belanda dengan nama “Gementa Zieken
Huis” dimana peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Maria Constantia Macky
anak dari Walikota Medan saat itu dan pengangka tan Direktur pertama yaitu Dr.
W. Bays. Dengan masuknya Jepang ke Indonesia, Rumah sakit diambil alih dan
berganti nama menjadi “Syuritsu Byusono Ince” dimana direktur yang
dipercayakan merupakan putra Indonesia yaitu Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro.
Tahun 1950 nama Rumah Sakit ini berganti nama menjadi Rumah Sakit
Umum Pusat Besar, pimpinannya adalah dr. Paruhum Daulay. Tahun 1969
Rumah Sakit Umum Pusat Medan dipimpin oleh dr. Zainal Rasyid Siregar, SKM
dan semasa kepemimpinan beliau nama Rumah Sakit Umum Pusat Medan
berubah nama lagi menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi (Provincial Top
Referal Hospital).Berdasarkan surat keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 150
tanggal 25 juni 1979, Rumah Sakit Umum Pusat Umum Medan ditetapkan
menjadi Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan berasal dari nama seorang putra
bangsa Indonesia pertama menjadi pimpinan rumah sakit ini.
Motto dari RSU Dr. Pirngadi Medan ialah Aegroti Salus Lex Suprema
yang artinya kepentingan penderita adalah yang utama. Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Medan menetapkan visi sebagai berikut yaitu “Rumah sakit umum
28
Dr.Pirngadi MANTAP (Mandiri, Tanggap dan Profesional)” dimana artinya
sebagai berikut
28
1. Mandiri yaitu dalam pendanaan dan pelaksanaan pelayanan kepada
masyarakat
2. Tanggap yaitu terhadap tuntunan masyarakat perubahan pola penyakit dan
Kemajuan IPTEK dibidang kesehatan
3. Profesional yaitu dalam pelaksanaan pelayanan sesuai standart dan etika
Misi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan upaya kesehatan paripurna kepada semua golongan
masyarakat secara merata dan terjangkau, sesuai dengan tugas pokok,
fungsi serta peraturan yang berlaku.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat spesialistik dan
subspesialistik yang bermutu.
3. Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan secara professional dan etis agar
timbul kepercayaan dan harapan serta rasa aman dan kenyamanan bagi
para penderita.
4. Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, pelatihan,
penilaian dan pengembangan IPTEK di bidang kesehatan.
Analisis Deskriptif
Sosisiodemografi. Distribusi proporsi karakteristik penderita kista
ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018 berdasarkan sosiodemografi dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
29
Tabel 1
Distribusi Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Sosiodemografi yang
Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-
2018
Sosiodemografi n %
Umur
15-21
22-28
29-35
36-42
43-49
50-56
57-63
64-70
8
15
18
20
27
8
2
4
7,8
14,7
17,6
19,6
26,5
7,8
2,0
3,9
Suku
Batak
Melayu
Jawa
82
7
13
80,4
6,9
12,7
Agama
Islam
Kristen Protestan
Kristen Katholik
76
24
2
74,5
23,5
2,0
Pendidikan
SD/Sederajat
SLTP/Sederajat
SLTA/Sederajat
Sarjana
6
12
80
4
5,9
11,8
78,4
3,9
Status Perkawinan
Belum kawin
Kawin
Cerai Mati/Hidup
18
57
27
17,6
55,9
26,5
Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi
penderita kista ovarium yang dirawat inap berdasarkan umur adalah kelompok
umur 43-49 tahun yaitu sebesar 26,5% (27 orang), sedangkan proporsi terendah
kelompok umur 57-63 tahun adalah 2,0% (2 orang). Proporsi tertinggi penderita
30
kista ovarium rawat inap berdasarkan suku adalah Batak sebesar 80,4% (82
orang), sedangkan proporsi terendah yaitu suku Melayu sebesar 6,9% (7 orang)
.Proporsi tertinggi penderita kista ovarium rawat inap berdasarkan agama adalah
Islam sebesar 74,5% (76 orang), sedangkan proporsi terendah yaitu agama Kristen
katholik sebesar 2,0% (2 orang). Proporsi tertinggi penderita kista ovarium rawat
inap berdasarkan pendidikan adalah SLTA/Sederajat sebesar 78,4% (80 orang),
sedangkan proporsi terendah yaitu Sarjana sebesar 3,9% (4 orang). Proporsi
tertinggi penderita kista ovarium rawat inap berdasarkan pekerjaan adalah tidak
bekerja sebesar 71,6% (73 orang), sedangkan proporsi terendah yaitu Pegawai
Swasta sebesar 1% (1 orang). Proporsi tertinggi penderita kista ovarium rawat
inap berdasarkan status perkawinan adalah kawin sebesar 55,9% (57 orang),
sedangkan proporsi terendah yaitu belum kawin sebesar 17,6% (18 orang).
Proporsi tertinggi penderita kista ovarium rawat inap berdasarkan asal daerah
adalah luar Kota Medan sebesar 53,9% (55 orang), sedangkan proporsi asal
daerah Kota Medan sebesar 46,1% (47 orang).
Keluhan utama. Distribusi proporsi karakteristik penderita kista ovarium
yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun
2016-2018 berdasarkan keluhan utama dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2
Distribusi Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Keluhan Utama yang
Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-
2018
Keluhan Utama N %
nyeri abdomen bawah
terjadi pendarahan
perut membesar
57
15
30
55,9
14,7
29,4
31
Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi
penderita kista ovarium rawat inap berdasarkan keluhan utama adalah nyeri
abdomen bawah sebesar 55,9% (57 orang), sedangkan proporsi terendah yaitu
terjadi pendarahan sebesar 14,7% (15 orang).
Riwayat menarch. Distribusi proporsi karakteristik penderita kista
ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018 berdasarkan riwayat menarch dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 3
Distribusi Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Riwayat Menarch
yang Dirawat Inap di Rumah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018
Riwayat Menarch n %
< 12 tahun
12 tahun
>12 tahun
5
15
82
4,9
14,7
80,4
Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi
penderita kista ovarium rawat inap berdasarkan riwayat menarch adalah pada
kelompok umur > 12 tahun sebesar 80,4% (82orang), sedangkan proporsi pada
kelompok umur 12 tahun sebesar 14,7% (15orang), kemudian proporsi pada
kelompok umur < 12 tahun sebesar 4,9% (5 orang).
Penggunaan kontrasepsi. Distribusi proporsi karakteristik penderita kista
ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018 berdasarkan penggunaan alat kontrasepsi dapat dilihat di bawah
ini:
32
Tabel 4
Distribusi Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Penggunaan
Kontrasepsi yang Dirawat Inap di Rumah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018
Penggunaan Kontrasepsi n %
Ya
Tidak
28
74
27,5
72,5
Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi
penderita kista ovarium rawat inap berdasarkan penggunaan kontrasepsi adalah
tidak menggunakan kontrasepsi sebesar 72,5% (74 orang), sedangkan proporsi
terendah yaitu menggunakan kontrasepsi sebesar 27,5% (28 orang).
Kadar hemoglobin. Distribusi proporsi karakteristik penderita kista
ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018 berdasarkan kadar hemoglobin dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 5
Distribusi Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Kadar Hemoglobin
yang Dirawat Inap di Rumah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018
Kadar Hemoglobin n %
< 12 gr/dL
≥12 gr/dL
73
29
71,6
28,4
Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi
penderita kista ovarium rawat inap berdasarkan kadar hemoglobin adalah pada <
12 gr/dL sebesar 71,6% (73 orang), sedangkan proporsi terendah yaitu pada ≥ 12
gr/dL tahun sebsesar 28,4% (29 orang).
33
Jenis kista. Distribusi proporsi karakteristik penderita kista ovarium yang
dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018
berdasarkan jenis kista dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6
Distribusi Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Jenis Kista yang
Dirawat Inap di Rumah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018
Jenis Kista n %
kista folikel
endometrium
kista teka lutein
endometrioid
kistadenoma ovarii musinosum
kista ovarium suspek maligna
17
8
12
5
6
54
16,7
7,8
11,8
4,9
5,9
52,9
Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi
penederita kista ovarium rawat inap berdasarkan jenis kista adalah kista ovarium
suspek maligna sebesar 52,9% (54 orang), sedangkan proporsi terendah yaitu
endometrioid sebesar 5,9% (6 orang).
Penatalaksanaan medis. Distribusi proporsi karakteristik penderita kista
ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018 berdasarkan penatalaksanaan medis dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 7
Distribusi Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Penatalaksanaan
Medis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2016-2018
Penatalaksanaan Medis n %
terapi hormonal
terapi pembedahan + hormonal
26
76
25,5
74,5
34
Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi
penderita kista ovarium rawat inap berdasarkan penatalaksanaan medis yaitu
terapi pembedahan + hormonal sebesar 74,5% (76 orang), sedangkan proporsi
terapi hormonal sebesar 25,5% (26 orang).
Sumber biaya. Distribusi proporsi karakteristik penderita kista ovarium
yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun
2016-2018 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 8
Distribusi Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Sumber Biaya yang
Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-
2018
Sumber Biaya n %
BPJS
biaya sendiri
101
1
99,0
1,0
Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi pasien
kista ovarium rawat inap berdasarkan sumber biaya adalah Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) sebesar 99,0% (101 orang), sedangkan pasien yang
menggunakan biaya sendiri sebesar 1,0% (1 orang).
Lama rawatan rata-rata. Distribusi proporsi karakteristik penderita kista
ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018 berdasarkan lama rawatan rata-rata dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 9
Lama Rawatan Rata-rata Penderita Kista Ovarium yang Dirawat Inap di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018
Lama Rawatan Rata-rata (hari)
35
Mean 6,25
SD (standart Deviasi) 3,500
(Bersambung)
Tabel 9
Lama Rawatan Rata-rata Penderita Kista Ovarium yang Dirawat Inap di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018
Lama Rawatan Rata-rata (hari)
95% Confidence Interval 5,58-6,94
Minimal 1
Maximal 21
Berdasarkan tabel 9 di atas, dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata
penderita kista ovarium rawat inap adalah 6,25 hari (6 hari) dengan Standar
Deviasi 3,500 hari. Lama rawatan minimum adalah 1 hari dan lama rawatan
maksimum adalah 21 hari.
Keadaan sewaktu pulang. Distribusi proporsi karakteristik penderita
kista ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan tahun 2016-2018 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 10
Distribusi Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Keadaan Sewaktu
Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2016-2018
Keadaan Sewaktu Pulang n %
Sembuh
pulang berobat jalan
meninggal
83
14
5
81,4
13,7
4,9
Berdasarkan tabel 10 di atas, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi
penderita kista ovarium rawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah
36
sembuh sebesar 81,4% (83 orang), pulang berobat jalan dengan proporsi 13,7%
(14 orang), dan proporsi meninggal sebesar 4,9% (5 orang).
Kesakitan dan kematian. Angka kesakitan dan kematian penderita kista
ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018 berdasarkan tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 11
Distribusi Proporsi Angka Kesakitan dan Kematian Penderita Kista Ovarium
Berdasarkan Tahun yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2016-2018
Tahun Jumlah Penderita Kista Ovarium Jumlah Kematian
n %
2016 54 52,9 4
2017 26 25,5 0
2018 22 21,6 1
Berdasarkan tabel 11 di atas, dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi
penderita kista ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Medan adalah pada tahun 2016 sebesar 52,9% (54 orang) dan proporsi
terendah yaitu pada tahun 2018 sebesar 21,6% (22 orang). Case Fatality Rate
(CFR) dalam 3 tahun adalah sebesar 4,90%.
Umur berdasarkan jenis kista. Distribusi proporsi umur penderita kista
ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016-2018
berdasarkan jenis kista dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 12
Distribusi Proporsi Umur Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Jenis Kista yang
Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-
2018
Jenis Kista Umur Penderita Jumlah
< 35 tahun ≤ 35 tahun
37
n % N % n %
Kista folikel 8 47,1 9 52,9 17 100
(Bersambung)
Tabel 12
Distribusi Proporsi Umur Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Jenis Kista
yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun
2016-2018
Jenis Kista Umur Penderita Jumlah
< 35 tahun ≤ 35 tahun
n % n % n %
Endometrium 4 50,0 4 50,0 8 100
Kista teka lutein 7 58,3 5 41,7 12 100
Endometrioid 2 40,0 3 60,0 5 100
KO musinosum 1 16,7 5 83,3 6 100
KO suspek maligna 17 31,5 37 68,5 54 100
Berdasarkan tabel 12 di atas, dapat dilihat bahwa dari penderita kista
folikel pada kelompok umur < 35 tahun sebesar 47,1%, sedangkan pada kelompok
umur ≤ 35 tahun sebesar 52,9%. Kemudian penderita kista endometrium pada
kelompok umur < 35 tahun sebesar 50% sedangkan pada kelompok umur ≤ 35
tahunsebesar 50%. Kemudian penderita kista teka lutein pada kelompok umur <
35 tahun sebesar 58,3% sedangkan pada kelompok umur ≤ 35 tahun sebesar
41,7%. Kemudian penderita kista endometrioid pada kelompok umur < 35 tahun
sebesar 40% sedangkan pada kelompok umur ≤ 35 tahun sebesar 60%. Kemudian
penderita kistadenoma ovarii musinosum pada kelompok umur < 35 tahun sebesar
16,7% sedangkan pada kelompok umur ≤ 35 tahun sebesar 83,3%. Kemudian
penderita kista ovarium suspek maligna pada kelompok umur < 35 tahun sebesar
31,5% sedangkan pada kelompok umur ≤ 35 tahun sebesar 68,5%.
38
Keluhan utama berdasarkan jenis kista. Distribusi proporsi keluhan
utama penderita kista ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018 berdasarkan jenis kista dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 13
Distribusi Proporsi Keluhan Utama Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Jenis
Kista yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Prngadi Medan
Tahun 2016-2018
Jenis Kista Keluhan Utama Jumlah
Nyeri
Abdomen
Bawah
Terjadi
Pendarahan
Perut
Membesar
n % n % n % n %
Kista folikel
Endometrium
Kista teka lutein
Endometrioid
KO musinosum
KO suspek
Maligna
8
6
6
5
3
29
47,1
75,0
50,0
100
50,0
53,7
1
1
5
0
0
8
5,9
12,5
41,7
0,0
0,0
14,8
8
1
1
0
3
17
47,1
12,5
8,3
0,0
50,0
31,5
17
8
12
5
6
54
100
100
100
100
100
100
Berdasarkan tabel 13 di atas, dapat dilihat bahwa semua penderita kista
folikel dengan keluhan nyeri abdomen bawah sebesar 47,1%, terjadi pendarahan
sebesar 5,9% dan perut membesar sebesar 47,1%, Selanjutnya penderita kista
endometrium dengan keluhan nyeri abdomen bawah sebesar 75%, terjadi
pendarahan sebesar 12,5% dan perut membesar sebesar 12,5%. Selanjutnya
penderita kista teka lutein dengan keluhan nyeri abdomen bawah sebesar 50%,
terjadi pendarahan sebesar 41,7% dan perut membesar sebesar 8,3%. Penderita
endometrioid dengan keluhan nyeri abdomen bawah sebesar 100%, terjadi
pendarahan sebesar 0% dan perut membesar sebesar 0%. Penderita kistadenoma
39
ovarii musinosum dengan keluhan nyeri abdomen bawah sebesar 50%, terjadi
pendarahan sebesar 0% dan perut membesar sebesar 50%. Kemudian penderita
kista ovarium suspek maligna dengan keluhan nyeri abdomen bawah sebesar
53,7%, terjadi pendarahan sebesar 14,8% dan perut membesar sebesar 31,5%.
Penatalaksanaan medis berdasarkan jenis kista. Distribusi proporsi
penatalaksanaan medis penderita kista ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018 berdasarkan jenis kista dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 14
Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Jenis Kista yang
Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-
2018
Jenis Kista Penatalaksanaan Medis Jumlah
Terapi
Hormonal
Terapi
Pembedahan
+ Hormonal
n % n % n %
Kista folikel
Endometrium
Kista teka lutein
Endometrioid
KO musinosum
KO suspek
Maligna
4
2
1
1
0
18
23,5
25
8,3
20
0
33,3
13
6
11
4
6
36
76,5
75
91,7
80
100
66,7
17
8
12
5
6
54
100
100
100
100
100
100
Berdasarkan tabel 14 di atas, dapat dilihat bahwa penderita dengan jenis
kista folikel yang terapi hormonal sebesar 23,5% dan terapi pembedahan +
hormonal sebesar 76,5%. Kemudian penderita dengan jenis kista endometrium
yang terapi hormonal sebesar 25% dan terapi pembedahan + hormonal sebesar
75%. Penderita dengan jenis kista teka lutein yang terapi hormonal sebesar 8,3%
40
dan terapi pembedahan + hormonal sebesar 92,7%. Penderita dengan jenis kista
endometrioid yang terapi hormonal sebesar 20% dan terapi pembedahan +
hormonal sebesar 80%. Penderita dengan jenis kista kistadenoma ovarii
musinosum yang terapi hormonal sebesar 0% dan terapi pembedahan + hormonal
sebesar 100%. Dan penderita dengan jenis kista ovarium suspek maligna yang
terapi hormonal sebesar 33,3% dan terapi pembedahan + hormonal sebesar 66,7%
41
Pembahasan
Sosiodemografi Penderita Kista Ovarium
Umur. Distribusi proporsi penderita kista ovarium yang dirawat inap di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018 berdasarkan
umur dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 3. Diagram bar distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
umur yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun
2016-2018.
Berdasarkan gambar 3 menunjukkan bahwa bahwa proporsi tertinggi
penderita kista ovarium yang dirawat inap berdasarkan umur adalah kelompok
umur 43-49 tahun yaitu sebesar 26,5% (27 orang), sedangkan proporsi terendah
kelompok umur 57-63 tahun adalah 2,0% (2 orang). Penyakit ini merupakan
penyakit yang terjadi pada wanita usia subur yang telah memiliki kemampuan
untuk bereproduksi. Kista ovarium dapat mengecil dan hilang dengan sendirinya,
demikian pula yang terjadi pada wanita yang sudah menopause kista jarang
ditemukan. Kista ovarium paling banyak ditemukan pada usia-usia reproduktif
antara 20-50 tahun dan produktivitas yang tinggi. Pada usia reproduktif
produktivitas indung telur tinggi (Wiknjosastro, 2005). Pada penelitian Riskita
7.8 14.7 17.6 19.6
26.5
7.8 2 3.9
0
10
20
30
15-21 22-28 29-35 36-42 43-49 50-56 57-63 64-70
Pro
porsi
(%
)
Umur (tahun)
Umur
42
Dila (2015) di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2012-
2013 menunjukkan bahwa proporsi penderita kista ovarium pada kelompok umur
40-49
sebesar 25%.
Pada penelitian ini pada usia 15-21 tahun ditemukan 7,8% terkena kista
ovarium. Usia tersebut merupakan masa pubertas dimana terjadi perubahan organ
reproduksi dan perubahan hormon tubuh. Penyebab kista pada usia ini adalah
gangguan pada siklus menstruasi. Kista yang paling sering terjadi yaitu kista
folikel yang terjadi akibat penimbunan folikel atau ovum yang tidak sempurna
dan gagal mengalami ovulasi. Hal tersebut terjadi karena kadar hormon
perangsang folikel rendah dan hormon luteinizing tinggi sehingga folikel atau
ovum berdegenerasi membentuk kista (Manuaba, 2010).
Suku. Distribusi proporsi penderita kista ovarium yang dirawat inap di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018 berdasarkan
suku dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4 .Diagram pie distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
suku yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun
2016-2018.
80,4%
12,7%
6,9% Suku
Batak Jawa Melayu
43
Berdasarkan gambar 4 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita
kista ovarium berdasarkan suku adalah Batak sebesar 80,4% sedangkan
proporsi Jawa sebesar 12,7% dan proporsi terendah yaitu Melayu sebesar 6,9%.
Pada penelitian ini bahwa suku lainnya, hal ini terjadi karena jumlah penderita
kista ovarium yang datang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan tahun 2016-2018 adalah mayoritas suku Batak. Hal ini bukan menunjukan
bahwa suku Batak lebih berisiko untuk menderita kista ovarium, di mana suku
tidak berhubungan langsung terhadap kejadian kista ovarium.
Agama. Distribusi proporsi penderita kista ovarium yang dirawat inap di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018 berdasarkan
agama dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5. Diagram pie distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
agama yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018
Berdasarkan gambar 5 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita
kista ovarium berdasarkan agama adalah agama Islam sebesar 74,5% sedangkan
74,5%
23,4%
2%
Agama
Islam Kristen Protestan Kristen Katholik
44
proporsi Kristen protestan sebesar 23,4% dan proporsi Kristen katholik sebesar
2%.
Hal ini terjadi karena pasien yang datang berobat ke Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Pirngadi Medan mayoritas beragama Islam. Hal ini tdak menunjukkan
bahwa agama Islam merupakan faktor risiko terjadinya kista ovarium.
Pendidikan. Distribusi proporsi penderita kista ovarium yang dirawat inap
di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018 berdasarkan
pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 6. Diagram pie distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
pendidikan yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018.
Berdasarkan gambar 6 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita
kista ovarium berdasarkan pendidikan adalaha SLTA/Sederajat sebesar 78,4% dan
proporsi terendah adalah Sarjana sebesar 3,9%.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena penderita yang datang berobat ke
Rumah Sakit Umum Haji Medan mayoritas berpendidikan SLTA/Sederajat. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Apriani (2016) di Rumah Sakit Haji
78.4
11.8 5.9 3.9
0
20
40
60
80
100
SLTA/Sederajat SLTP/Sederajat SD/Sederajat Sarjana
Pro
porsi
(%
)
Pendidikan
Pendidikan
45
Medan tahun 2014-2015 yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan kista
ovarium terbanyak adalah SLTA/Sederajat sebesar 40,5%.
Pekerjaan. Distribusi proporsi penderita kista ovarium yang dirawat inap
di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018 berdasarkan
pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 7. Diagram pie distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
pekerjaan yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018.
Berdasarkan gambar 7 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita
kista ovarium berdasarkan pekerjaan adalah tidak bekerja sebesar 71,6% dan
proporsi terendah adalah pegawai swasta sebesar 1%.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena mayoritas pekerjaan penderita
yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan adalah tidak
bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan Apriani (2016) di Rumah Sakit Haji
Medan tahun 2014-2015 menyatakan bahwa proporsi pekerjaan penderita sirosis
hati tertinggi adalah tidak bekerja sebesar 49,2%.
71,6%
14,7%
7,8%
4,9% 1 %
Pekerjaan Tidak Bekerja wiraswasta
lain-lain Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pegawai Swasta
46
Status perkawinan. Distribusi proporsi penderita kista ovarium yang
dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018
berdasarkan status perkawinan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
47
Gambar 8. Diagram pie distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
status perkawinan yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan tahun 2016-2018.
Berdasarkan gambar 8 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita
kista ovarium berdasarkan status perkawinan adalah kawin sebesar 55,9% dan
proporsi terendah adalah belum kawin sebesar 17,6%.
Pada penelitian ini penderita kista ovarium lebih banyak terjadi pada
wanita yang berstatus kawin, hal ini disebabkan karena wanita yang berstatus
kawin lebih banyak pada usia reproduksi. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Apriani (2016) di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2014-2015 menyatakan bahwa
proporsi status perkawinan penderita kista ovarium tertinggi adalah berstatus
kawin sebesar 81,0%.
Kista ovarium bisa saja muncul di rahim meskipun wanita belum menikah.
Pada penelitian ini terdapat penderita kista ovarium yang belum menikah sebesar
17,6%. Usia produktif dan sudah menstruasi merupakan faktor risiko terjadinya
kista ovarium. Penyebab kista ovarium pada wanita yang belum menikah
55,9% 26,5%
17,6%
Status Perkawinan
Kawin Cerai Hidup/Mati Belum Kawin
48
memiliki dua faktor utama yang harus diperhatikan, yakni riwayat genetik
keluarga dan pola hidup termasuk makanan, lingkungan dan pola tidur.
Asal daerah. Distribusi proporsi penderita kista ovarium yang dirawat
inap berdasarkan asal daerah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018 berdasarkan asal daerah dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 9. Diagram pie distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
asal daerah yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018.
Berdasarkan gambar 9 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita
kista ovarium berdasarkan asal daerah adalah yang berasal dari luar Kota Medan
sebesar 53,9% sedangkan proporsi penderita kista ovarium yang berasal dari Kota
Medan sebesar 46,1%.
Hal ini kemungkinan disebabkan penderita kista ovarium yang datang
berobat sebagian besar berasal dari luar Kota Medan. Hal ini disebabkan penderita
kista ovarium yang berobat merupakan pasien rujukan dari rumah sakit
daerahnya. Hal ini tidak menunjukkan bahwa wanita yang berasal dari luar kota
Medan merupakan faktor risiko terjadinya kista ovarium.
Keluhan utama. Distribusi proporsi karakteristik penderita kista ovarium
53,9% 46,1%
Asal Daerah
Luar Kota Medan Kota Medan
49
yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun
2016-2018 berdasarkan keluhan utama dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 10. Diagram pie distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
keluhan utama yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan tahun 2016-2018.
Berdasarkan gambar 10 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita
kista ovarium berdasarkan keluhan utama yaitu nyeri abdomen bawah sebesar
55,9% dan yang terendah adalah terjadi pendarahan yaitu 14,7%.
Pada penelitian ini ditemukan keluhan utama tertinggi yaitu nyeri
abdomen bawah, hal ini dikarenakan seseorang mencari pengobatan apabila sudah
mencapai tingkat keparahan yang tidak bisa ditahan oleh penderita, dan apabila
hanya memiliki keluhan ringan penderita masih mencoba alternatif lain tanpa
bantuan medis.
Penyakit ini juga disebut silent killer atau secara diam-diam menyebabkan
banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang penyakit kista
ovarium. Kista ovarum bersifat tanpa gejala dan tidak menimbulkan keluhn
hingga pasien datang berobat sudah stadium lanjut (Yatim, 2005).
55,9% 29,4%
14,7%
Keluhan Utama
nyeri abdomen bawah perut membesar terjadi pendarahan
50
Hasil penelitian ini sesuai dengan Apriani (2016) di Rumah Sakit Haji
Medan tahun 2014-2015 yang menyatakan bahwa proporsi tertinggi penderita
kista ovarium berdasarkan keluhan utama adalah nyeri abdomen bawah 56,20%.
Riwayat menarch. Distribusi proporsi karakteristik penderita kista
ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018 berdasarkan riwayat menarch dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar 11. Diagram pie distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
riwayat menarch yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan tahun 2016-2018.
Berdasarkan gambar 11 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita
kista ovarium berdasarkan riwayat menarch yaitu pada kelompok umur > 12
tahunsebesar 80,4%, sedangkan pada kelompok umur 12 tahun sebesar 14,7%,
dan terendah yaitu pada kelompok umur < 12 tahun sebesar 4,9%. Riwayat
menarch merupakan faktor risiko kejadian kista ovarium karena mereka yang
mengalami lebih banyak pertumbuhan folikel dan ovulasi sehingga rentan terjadi
terjadi kista ovarium (Manuaba, 2010).
Hal ini sejalan dengan penelitian Apriani (2016) di Rumah Sakit Haji
80,4%
14,7%
4,9%
Riwayat Menarch
> 12 tahun 12 tahun < 12 tahun
51
Medan Tahun 2014-2015 yaitu proporsi tertinggi penderita kista ovarium pada
kelompok menarch dini < 12 tahun sebesar 57,9%. Menstruasi di usia dini yaitu
11 tahun atau lebih muda merupakan faktor risiko berkembangnya kista ovarium,
wanita dengan siklus haid tidak teratur juga merupakan faktor risiko kista ovarium
(Manuaba, 2010).
Pada penelitian Eriyanti (2016) di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
Medan Tahun 2012-2013 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita kista
ovarium yang menstruasi normal sebesar 78,3%.
Penggunaan kontrasepsi. Distribusi proporsi karakteristik penderita kista
ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018 berdasarkan penggunaan kontrasepsi dapat dilihat pada gambar
di bawah ini:
Gambar 12. Diagram pie distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
penggunaan kontrasepsi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Medan tahun 2016-2018.
Berdasarkan gambar 12 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita
kista ovarium berdasarkan penggunaan kontrasepsi yaitu tidak menggunakan
72,5%
27,5%
Penggunaan Kontrasepsi
tidak ya
52
72,5% dan terendah yaitu menggunakan sebesar 27,5%.
Pada wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi memiliki faktor risiko
kejadian kista ovarium dikarenakan kelainan pada tahapan pertumbuhan folikel
mengakibatkan terjadinya kista ovarium.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Eriyanti (2016) di Rumah Sakit Haji
Adam Malik Medan tahun 2012-2013 menyatakan bahwa proporsi tertinggi
penderita kista ovarium berdasarkan penggunaan kontrasepsi yaitu tidak
menggunakan sebesar 83,5%.
Kadar hemoglobin. Distribusi proporsi karakteristik penderita kista
ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018 berdasarkan kadar hemoglobin dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar 13. Diagram pie distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
kadar hemoglobin yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan tahun 2016-2018.
Berdasarkan gambar 13 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita
kista ovarium berdasarkan kadar hemoglobin yaitu pada kadar < 12 gr/dL sebesar
71,6%
28,4%
Kadar Hemoglobin
< 12 gr/dl ≥ 12 gr/dl
53
71,6% dan terendah yaitu pada kadar ≥ 12 gr/dL sebesar 28,4%.
Penderita kista ovarium memiliki gejala salah satunya adalah pendarahan
diluar siklus menstruasi yang mungkin perdarahan yang lebih lama sehingga
terjadi penurunan kadar darah dalam tubuh penderita. Beberapa kasus kista
ovarium yang pecah bisa mengakibatkan terjadinya perdarahan. Perdarahan bisa
membuat kehilangan banyak darah. Dimana aliran darah yang menuju ke organ
lain di tubuh menjadi berkurang. Hal ini dapat menyebabkan kematian
(Wiknjosastro, 2008).
Jenis kista. Distribusi proporsi karakteristik penderita kista ovarium yang
dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018
berdasarkan jenis kista dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 14. Diagram bar distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
jenis kista yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018.
Berdasarkan gambar 14 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita
kista ovarium berdasarkan jenis kista yaitu kista ovarium suspek maligna sebesar
52,9% dan terendah yaitu endometrioid sebesar 4,9%.
52.9
16.7 11.8
7.8 5.9 4.9
0
10
20
30
40
50
60
kista ovarium
suspekmaligna
kista folikel kista teka
lutein
endometrium kistadenoma
ovariimusinosum
endometrioid
Pro
porsi
(%
)
Jenis Kista
Jenis Kista
54
Pada penderita kista ovarium sulit mengenali jenis kista yang ada
dikarenakan gejala yang hampir sama disetiap jenisnya. Oleh karena itu, proporsi
jenis kista ovarium paling banyak yaitu kista ovarium suspek maglinan (diduga
ganas).
Pada penelitian Riskita Dila (2015) di Rumah Sakit Haji Adam Malik
Medan tahun 2012-2013 menyatakan bahwa proporsi tertinggi jenis kista ovarium
yaitu jenis kistadenoma ovarii serosum sebesar 38%.
Penatalaksanaan medis. Distribusi proporsi karakteristik penderita kista
ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018 berdasarkan penatalaksanaan medis dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar 15. Diagram pie distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
penatalaksanaan medis yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Medan tahun 2016-2018.
Berdasarkan gambar 15 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita
kista ovarium berdasarkan penatalaksanaan medis yaitu terapi pembedahan +
hormonal sebesar 74,5% dan terendah yaitu terapi hormonal sebesar 25,5%.
25,5%
74,5%
Penatalaksanaan Medis
Terapi Pembedahan + Hormonal Terapi Hormonal
55
Hasil penelitian ini sesuai dengan Fadhilah (2015) di Rumah Sakit Vita
Insani Pematang Siantar tahun 2011-2013 menyatakan bahwa proporsi tertinggi
penderita kista ovarium berdasarkan penatalaksanaan medis yaitu terapi
pembedahan + hormonal sebesar 91,90%.
Sumber biaya. Distribusi proporsi karakteristik penderita kista ovarium
yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun
2016-2018 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 16. Diagram pie distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
sumber biaya yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan tahun 2016-2018.
Berdasarkan gambar 16 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita
kista ovarium berdasarkan sumber biaya yaitu BPJS sebesar 99% dan terendah
yaitu biaya sendiri sebesar 1%.
Tingginya proporsi penderita kista ovarium dengan sumber biaya BPJS
kemungkinan disebabkan karena Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
merupakan salah satu rumah sakit yang menerima pasien dengan BPJS sehingga
banyak pasien yang sudah memiliki BPJS berobat dan dirujuk ke RSUD Dr.
Pirngadi Medan.
99%
1%
Sumber Biaya BPJS Biaya Sendiri
56
Lama rawatan rata-rata. Lama rawatan rata-rata penderita kista ovarium
adalah 6,25 hari (6 hari) dengan Standar Deviasi (SD) 3,500 hari. Lama rawatan
minimum 1 hari dan lama rawatan maksimum 21 hari.
Pasien kista ovarium yang paling lama dirawat 21 hari berjumlah 1 orang
dengan pekerjaan tidak bekerja dengan keluhan nyeri abdomen bawah, jenis kista
ovarium suspek maligna, sumber baiya BPJS, keadaan sewaktu pulang sembuh.
Penderita kista ovarium yang dirawat hanya 1 hari berjumlah 1 orang
dengan pekerjaan tidak bekerja, dengan keluhan utama perut membesar, jenis
kista ovarium suspek maligna, dan pulang dalam keadaan meninggal.
Keadaan Sewaktu Pulang. Distribusi proporsi karakteristik penderita
sirosis hati yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat di bawah ini:
Gambar 17. Diagram pie distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Medan tahun 2016-2018.
Berdasarkan gambar 17 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita
kista ovarium berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah sembuh sebesar 81,4%
dan proporsi terendah adalah meninggal yaitu 4,9%.
81,4%
13,7%
4,9% Keadaan Sewaktu Pulang
sembuh
pulang berobat jalan
Meninggal
57
Proporsi penderita kista ovarium yang dinyatakan sembuh lebih tinggi
kemungkinan karena telah mendapat pengobatan dan perawatan yang akurat
sehingga kondisi pasien memungkinkan untuk dibawa pulang dengan persetujuan
dokter.
Pada penelitian ini ditemukan penderita kista ovarium yang meninggal
sebesar 4,9%. Hal ini disebabkan beberapa kista ovarium menimbulkan gejala
yang serius diantaranya kista yang bertangkai dan mudah pecah. Jika hal tersebut
terjadi akan menimbulkan nyeri yang hebat, perdarahan, dan infeksi dinding perut
serta membusuknya sisa-sisa kista yang pecah sehingga menyebabkan kematian
(Manjoer, 2000).
Angka kesakitan kista ovarium. Distribusi proporsi penderita kista
ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
berdasarkan tahun dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 18. Diagram pie distribusi proporsi penderita kista ovarium berdasarkan
tahun yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun
2016-2018.
Berdasarkan gambar 18 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita
kista ovarium berdasarkan tahun yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Medan adalah pada tahun 2016 sebesar 52,9%, pada tahun 2017 sebesar
52.9
25.5 21.6
0
10
20
30
40
50
60
2016 2017 2018
Pro
porsi
(%
)
Tahun Kejadian
Angka Kesakitan
58
25,5% dan proporsi terendah pada tahun 2018 yaitu 21,6%.
Umur berdasarkan jenis kista. Distribusi proporsi umur penderita kista
ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
tahun 2016-2018 berdasarkan jenis kista dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 19. Diagram bar distribusi proporsi umur penderita kista ovarium
berdasarkan jenis kista yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Medan tahun 2016-2018.
Berdasarkan gambar 19 menunjukkan bahwa proporsi penderita kista
ovarium pada umur ≥ 35 tahun tertinggi pada jenis kista ovarium musinosum
yaitu sebesar 83,3%. Proporsi penderita kista ovarium pada umur < 35 tahun
tertinggi pada jenis kista teka lutein yaitu sebesar 58,3%.
Pada umur ≥ 35 tahun paling banyak ditemukan jenis kista ovarium
musinosum karena kista berjenis ini paling sering terjadi pada umur 30-40 tahun
dan sifatnya dapat berkembang menjadi kanker ovarium. Oleh karena itu, pada
usia tua sering mengalami kista berjenis kista ovarii musinosum. Sedangkan pada
umur < 35 tahun paling banyak ditemukan jenis kista teka lutein karena kista ini
terjadi pada saat kehamilan dan menyerupai kehamilan ektopik karena
83.3
68.5 60
52.9 50 41.7
16.7
31.5 40
47.1 50 58.3
0102030405060708090
KO
Musinosum
KO suspek
maligna
endometrioid kista folikel endometrium kista teka
lutein
Pro
porsi
(%
)
Jenis Kista
Umur Berdasarkan Jenis Kista
≥ 35 tahun < 35 tahun
59
kebanyakan wanita mengalami kehamilan pada umur < 35 tahun. Oleh karena itu,
pada usia-usia muda sering mengalami kista berjenis kista teka lutein.
Kemudian pada jenis kista endometrium dapat dialami oleh siapa saja baik
pada usia tua maupun muda. Dimana kista tersebut paling sering sering ditemukan
pada wanita muda dan wanita yang tidak memiliki anak.
Keluhan utama berdasarkan jenis kista. Distribusi proporsi keluhan
utama penderita kista ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018 berdasarkan jenis kista dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Gambar 20. Diagram bar distribusi proporsi keluhan utama penderita kista
ovarium berdasarkan jenis kista yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018.
Berdasarkan gambar 20 menunjukkan proporsi penderita kista ovarium
dengan keluhan utama nyeri abdomen bawah tertinggi pada jenis kista
endometrioid yaitu sebesar 100%. Proporsi penderita kista ovarium dengan
100
75
53.7 50 50 47.1
0
12.5 14.8
41.7
0 5.9
0
12.5
31.5
8.3
50 47.1
0
20
40
60
80
100
120
Pro
porsi
(%
)
Jenis Kista
Keluhan Utama Berdasarkan Jenis Kista
Nyeri Abdomen Bawah Terjadi Pendarahan Perut Membesar
60
keluhan utama terjadi pendarahan tertinggi pada jenis kista teka lutein yaitu
sebesar 41,7%. Proporsi penderita kista ovarium dengan keluhan utama perut
membesar tertinggi pada jenis kista ovarii musinosum yaitu sebesar 50%.
Pada gambar ini menunjukkan bahwa penderita dengan semua jenis kista
ovarium mengalami nyeri abdomen bawah. Tidak banyak penderita yang
mengalami keluhan dengan pendarahan. Sedangkan penderita dengan keluhan
perut membesar sudah pasti oleh penderita karena ukuran kista yang terus
menerus membesar. Semakin parah jenis kista semakin banyak keluhan yang
berbeda yang dialami penderita.
Jenis kista endometrioid ditemukan semua penderita mengalami keluhan
utama nyeri abdomen bawah disebabkan karena kista endometrioid merupakan
pertumbuhan kista yang berawal dari kista folikel berubah menjadi kista
endometrioid. Hal ini terjadi karena kista folikel yang tidak hilang dan menjadi
berkembang akibat dari trauma atau terjadi kebocoran dari pembuluh darah yang
sangat kecil ke dalam ovarium. Dalam proses perubahan tersebut timbul nyeri.
Pada jenis kista teka lutein ditemukan paling banyak dengan keluhan utama
terjadi pendarahan disebabkan kista ini terjadi pada kehamilan ektopik yang
keadaannya tidak normal dari pembuahan sel telur yang dibuahi di luar uterus.
Jenis kista ovarii musinosum ditemukan paling banyak dengan keluhan utama
perut membesar disebabkan karena ukuran kista ini sekitar diameter 16-17 hingga
berat kista mencapai 70 kg (Wiknjosastro,2008).
Penatalaksanaan medis berdasarkan jenis kista. Distribusi proporsi
penatalaksanaan medis penderita kista ovarium yang dirawat inap di Rumah Sakit
61
Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018 berdasarkan Jenis Kista
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 21. Diagram bar distribusi proporsi penatalaksanaan medis penderita
kista ovarium berdasarkan jenis kista yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2016-2018.
Berdasarkan gambar 21 menunjukkan bahwa proporsi penderita kista
ovarium dengan terapi pembedahan + hormonal tertinggi pada jenis kista ovarii
musinosum yaitu sebesar 100%. Proporsi penderita kista ovarium dengan terapi
hormonal tertinggi pada jenis kista suspek maligna yaitu sebesar 33,3%.
Jenis kista ovarii musinosum semuanya ditangani dengan terapi
pembedahan + hormonal disebabkan karena kista jenis ini bersifat mudah pecah
dan jika sudah terdeteksi harus segera diangkat. Kemudian, jenis kista suspek
maligna lebih banyak ditangani dengan terapi hormonal disebabkan karena masih
diduga ganas dan sebagian melakukan terapi hormonal dinyatakan sembuh.
Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti tidak terlepas dari masalah yang
terjadi diluar kendali peneliti. Dalam penelitian ini peneliti mengalami kesulitan
100 91.7
80 76.5 75 66.7
0 8.3
20 23.5 25 33.3
0
20
40
60
80
100
KOMusinosum
kista tekalutein
endometrioid kista folikel endometrium KO suspekmaligna
Pro
pors
i (%
)
Jenis Kista
Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Jenis Kista
Terapi Pembedahan + Hormonal Terapi Hormonal
62
dengan data pada kartu status rekam medik yang tidak lengkap sehingga peneliti
harus mengahapus beberapa variabel yang harus di deskripsikan pada skripsi ini.
62
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. Proporsi tertinggi penderita kista ovarium berdasarkan sosiodemigrafi
yaitu pada kelompok umur 43-49 tahun yaitu sebesar 26,5%, suku Batak
sebesar 80,4%,agama Islam sebesar 74,5%, pendidikan SLTA/Sederajat
sebesar 78,4%, tidak bekerja sebesar 71,6%, kawin sebesar 55,9% dan asal
daerah luar Kota Medan sebesar 53,9%.
2. Proporsi tertinggi penderita kista ovarium berdasarkan keluhan utama
adalah nyeri abdomen bawah sebesar 55,9%.
3. Proporsi tertinggi penderita kista ovarium berdasarkan riwayat menarch
adalah pada kelompok umur > 12 tahun sebesar 80,4%.
4. Proporsi tertinggi penderita kista ovarium berdasarkan penggunaan
kontrasepsi yaitu tidak menggunakan sebesar 72,5%.
5. Proporsi tertinggi penderita kista ovarium berdasarkan kadar hemoglobin
yaitu < 12 gr/dL sebesar 71,6%.
6. Proporsi tertinggi penderita kista ovarium berdasarkan jenis kista yaitu
kista ovarium susp. maglinancy sebesar 52,9%.
7. Proporsi tertinggi penderita kista ovarium berdasarkan penatalaksanaan
medis yaitu terapi pembedahan + hormonal sebesar 74,5%.
8. Proporsi tertinggi penderita kista ovarium berdasarkan sumber biaya yaitu
BPJS sebesar 99%.
9. Lama rawatan rata-rata penderita kista ovarium adalah 6,25 hari (6 hari)
63
10. Proporsi tertinggi penderita kista ovarium berdasarkan keadaan sewaktu
pulang yaitu sembuh sebesar 81,4%.
11. Proporsi tertinggi penderita kista ovarium yang dirawat inap di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan adalah pada tahun 2016 sebesar
52,9%. Case Fatality Rate (CFR) dalam 3 tahun adalah sebesar 4,90%.
12. Proporsi penderita kista ovarium pada umur ≥ 35 tahun tertinggi pada jenis
kista ovarium musinosum yaitu sebesar 83,3%
13. Proporsi penderita kista ovarium dengan keluhan utama nyeri abdomen
bawah tertinggi pada jenis kista endometrioid yaitu sebesar 100%.
14. Proporsi penderita kista ovarium dengan terapi pembedahan + hormonal
tertinggi pada jenis kista ovarii musinosum yaitu sebesar 100%.
Saran
1. Diharapkan kepada penderita kista ovarium untuk memeriksakan diri
secara berkala seperti pemeriksaan klinis ginekologi untuk mendeteksi
adanya kista atau pembesaran kista maupun terjadi keganasan.
2. Diharapkan kepada wanita usia reproduksi (15-49 tahun) agar lebih
memperhatikan gejala-gejala serta faktor risiko terjadinya kista ovarium.
3. Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk melengkapi pencatatan rekam
medik terkhusus yang berkaitan dengan penyakit kista ovarium, seperti
penggunaan kontrasepsi dan status haid.
64
Daftar Pustaka
Adriani, P. (2018). Hubungan paritas dan usia ibu dengan kista ovarium di RSUD
Dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga. Journal of Publikasi
Kebidanan, 9(1), 58-59. Diakses dari http://ojs.akbidylpp. ac.id/index.php/
prada /article/viewfile/398/48484854.
American College of Obstetricians and Gynecologists. (2007). Ovarian cyst.
Diakses dari https://www.acog.org/patients/faqs/ovariancysts?ismo
bileset=false.
Apriani, S. (2016). Karakteristik penderita kista ovarium pada wanita sebelum
menopause yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2014
2015 (Skripsi, Universitas Sumatera Utara). Diakses darihttp://repository.
usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/60328/chapter%.pdf?sequence=5&
sallowed=y.
Arif, M. (2008). Kapita selekta kedokteran jilid 2 (Edisi ketiga). Jakarta:
Penerbitan Media Aesculapius FKUI.
Bustan, M. (2007). Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Elicis, F. (2015). Karakteristik wanita penderita kista ovarium di Rumah Sakit
Vita Insani Pematang Siantar tahun 2011-2013 (Skripsi, Universitas
Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789 48681.
Emeksiz. H, Derinöz. O, Akkoyun. E, Pınarlı. F, Bideci. A. (2017). Age specific
frequencies and characteristics of ovarian cysts in children and adole
scents. Journal of Clinical Research in Pediatric Endocrinology, 9(1), 58–
62. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc5363166/
Eriyanti, D. (2016). Prevalensi kista ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan
periode Januari 2012 – Desember 2013 (Skripsi, Universitas Sumatera
Utara). Diakses dari
http://repository.usu.c.id/bitstream/handle/123456789/
61982/chapter%21iivi.pdf?sequence=3&isallody.
Grasboch, M.S. (2018, 20 Desember ). Medscape. Diakses 16 Februari 2019, dari
https://emedicine.medscape.com/article/255865-overview
Henderson, C. (2005). Buku ajar konsep kebidanan. Jakarta: EGC.
64
Kant, R. H. (2016). Clinical and histopathological profile of patients with ovarian
cyst presenting in atertiary care hospital of Kashmir, India.
International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics and
Gyne colog, 5(8), 2696-2700. Diakses dari https://www.ijrcog.org/
index.php/ijrc og/article/viewfile/1498/1362.
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Llewellyn. D, & Jones. (2001). Dasar-dasar obstetri dan ginekologi. Jakarta:
Hipokrates.
Manuaba, I. B. C. (2010). Buku ajar penuntun kuliah ginekologi. Jakarta:
Penerbit CV. Trans Ino Media.
Mansjoer. A, Suprohaita, Wardhani. W. I, & Setiowulan. W. (2000). Kapita
selekta kedokteran jilid 1 (Edisi ketiga). Jakarta: Media Aesculapius.
Owen, E. (2005). Panduan kesehatan bagi wanita (Edisi 1). Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya.
Riskita, D. (2015). Gambaran gangguan menstruasi pada penderita kista
ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012-2013 (Skripsi,
Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/handle /123456789/54273.
Roche, N. D. (2017). Kalahkan kanker. Diakses 20 Februari 2019, dari
https://www.kalahkankanker.com/cancertype/kanker-ovarium.
Susanti, I. (2017). Aplikasi teori model calista roy dalam pemberian asuhan
keperawatan pada Ny. S dengan kista ovarium di Suka Maju Bengkulu.
Journal of JNPH, 5(2), 43-44. Diakses dari https://jurnal. unived.ac.id /in
dex .php jnph/article/view/575.
The American Cancer. (2014). Ovarium cancer. Diakses dari
https://www.cancer.org/.
Triyanto, E. (2010). Hubungan antara dukungan suami dengan mekanisme koping
istri yang menderita kista ovarium di Purwokerto. The Soedirman Journal
of Nursing. 5(1), 6. Diakses dari https://media.neliti.com/media
/publications/108559-id-hubungan-antaradukungan-suamidengan-me.pdf.
65
Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu kandungan (Edisi 1). Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, H. (2008). Ilmu kandungan (Edisi 2). EGC : Jakarta.
World Cancer Research Fund International. (2018). Ovarian cancer statistic.
Diakses dari https://www.wcrf.org/dietandcancer/cancer-trends/ovarian
cancerstatistics#.
Yatim, F. (2005). Penyakit kandungan (Edisi 1). Jakarta: Penerbit Pustaka Obor.
Yoghambal. (2014). Ovarian tumours-incidence and distribution in a tertiary
referral center in South India. Journal of Dental and Medical
Sciences.13(2), 75. Diakses dari https://pdfs.semanticscholar.org/b954/
5626e27d842c45368a9aeaa9eb1fe785f849.pdf.
67
Lampiran 1. Surat Selesai Survei Pendahuluan
68
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian
69
Lampiran 3. Surat Selesai Penelitian
70
Lampiran 4. Alur/Tahapan Penelitian
Alur/Tahapan Penelitian
No.
Kegiatan 2019
Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt
1 Pengajuan
Judul
2 ACC Judul
3 Pengangkatan
Dosen
Pembimbing
4 Survei
Pendahuluan
5 Bimbingan
Proposal
6 Seminar
Proposal
7 BAP (Berita
Acara
Proposal)
8 Pengumpulan
Data
9 Analisis Data
10 Bimbingan
Skripsi
11 Sidang
Skripsi
12 BAS (Berita
Acara
Skripsi)
71
Lampiran 5. Master Data
MASTER DATA
72
Ket :
No_rm : nomor rekam medik Hb: kadar hemoglobin
U : umur Thn: tahun kejadian
SK : suku Jen: jenis kista
Ag : agama K_U1 : kelompok umur 1
Pdk: pendidikan K_U2 : kelompok umur 2
Pkr: Pekerjaan K_M : kelompok menarch
Stts: status K_hb : kelompok kadar hb
Tt: tempat tinggal SB : sumber biaya
Kel_U: keluhan utama LR : lama rawatan
PM : penatalaksanaan medis M : usia menarch
K_P: keadaan sewaktu pulang Ktsp : penggunaan kontrasepsi
73
Lampiran 6. Output Analisis Data
Output Analisa Data
pengelompokkan umur1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
15-21 8 7,8 7,8 7,8
22-28 15 14,7 14,7 22,5
29-35 18 17,6 17,6 40,2
36-42 20 19,6 19,6 59,8
43-49 27 26,5 26,5 86,3
50-56 8 7,8 7,8 94,1
57-63 2 2,0 2,0 96,1
64-70 4 3,9 3,9 100,0
Total 102 100,0 100,0
suku penderita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Batak 82 80,4 80,4 80,4
Melayu 7 6,9 6,9 87,3
Jawa 13 12,7 12,7 100,0
Total 102 100,0 100,0
agama penderita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Islam 76 74,5 74,5 74,5
Kristen Protestan 24 23,5 23,5 98,0
Kristen Katholik 2 2,0 2,0 100,0
Total 102 100,0 100,0
74
pendidikan terkahir penderita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
SD/Sederajat 6 5,9 5,9 5,9
SMP/Sederajat 12 11,8 11,8 17,6
SMA/Sederajat 80 78,4 78,4 96,1
S1 4 3,9 3,9 100,0
Total 102 100,0 100,0
pekerjaan penderita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak bekerja 73 71,6 71,6 71,6
Pegawai Negeri Sipil/PNS 5 4,9 4,9 76,5
Pegawai Swasta 1 1,0 1,0 77,5
Wiraswasta 15 14,7 14,7 92,2
Lain-lain 8 7,8 7,8 100,0
Total 102 100,0 100,0
status perkawinan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
kawin 57 55,9 55,9 55,9
belum kawin 18 17,6 17,6 73,5
cerai hidup/mati 27 26,5 26,5 100,0
Total 102 100,0 100,0
asal daerah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kota Medan 47 46,1 46,1 46,1
Luar Kota Medan 55 53,9 53,9 100,0
Total 102 100,0 100,0
75
keluhan utama yang dialami penderita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
nyeri abdomen bawah 57 55,9 55,9 55,9
terjadi pendarahan 15 14,7 14,7 70,6
perut membesar 30 29,4 29,4 100,0
Total 102 100,0 100,0
pengelompokkan menarch
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
< 12 5 4,9 4,9 4,9
12 15 14,7 14,7 19,6
> 12 82 80,4 80,4 100,0
Total 102 100,0 100,0
alat kontrapsepsi penderita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
ya 28 27,5 27,5 27,5
tidak 74 72,5 72,5 100,0
Total 102 100,0 100,0
pengelompokkan kadar hemoglobin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
< 12 gr/dL 73 71,6 71,6 71,6
>= 12 gr/dL 29 28,4 28,4 100,0
Total 102 100,0 100,0
76
jenis kista
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
kista folikel 17 16,7 16,7 16,7
endometrium 8 7,8 7,8 24,5
kista teka lutein 12 11,8 11,8 36,3
endometrioid 5 4,9 4,9 41,2
kistadenoma ovarii
musinosum 6 5,9 5,9 47,1
kista ovarium susp.
maglinancy 54 52,9 52,9 100,0
Total 102 100,0 100,0
penatalaksanaan medis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
terapi hormonal 26 25,5 25,5 25,5
terapi pembedahan +
hormonal 76 74,5 74,5 100,0
Total 102 100,0 100,0
sumber biaya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
BPJS 101 99,0 99,0 99,0
biaya sendiri 1 1,0 1,0 100,0
Total 102 100,0 100,0
77
Descriptive Statistics
Statistic Bootstrapa
Bias Std. Error 95% Confidence Interval
Lower Upper
lama rawatan hari
N 102 0 0 102 102
Minimum 1
Maximum 21
Mean 6,25 -,01 ,35 5,58 6,94
Std. Deviation 3,500 -,072 ,427 2,570 4,244
Valid N (listwise) N 102 0 0 102 102
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 bootstrap samples
keadaan pulang pendeerita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
sembuh 83 81,4 81,4 81,4
pulang berobat jalan 14 13,7 13,7 95,1
meninggal 5 4,9 4,9 100,0
Total 102 100,0 100,0
tahun kejadian
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
2016 54 52,9 52,9 52,9
2017 26 25,5 25,5 78,4
2018 22 21,6 21,6 100,0
Total 102 100,0 100,0
78
jenis kista * pengelompokkan umur 2 Crosstabulation
pengelompokkan umur 2 Total
< 35 >= 35
jenis kista
kista folikel Count 8 9 17
% within jenis kista 47,1% 52,9% 100,0%
Endometrium Count 4 4 8
% within jenis kista 50,0% 50,0% 100,0%
kista teka lutein Count 7 5 12
% within jenis kista 58,3% 41,7% 100,0%
Endometrioid Count 2 3 5
% within jenis kista 40,0% 60,0% 100,0%
kistadenoma ovarii
musinosum
Count 1 5 6
% within jenis kista 16,7% 83,3% 100,0%
kista ovarium susp.
Maglinancy
Count 17 37 54
% within jenis kista 31,5% 68,5% 100,0%
Total Count 39 63 102
% within jenis kista 38,2% 61,8% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 5,313a 5 ,379
Likelihood Ratio 5,393 5 ,370
N of Valid Cases 102
a. 7 cells (58,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,91.
79
jenis kista * keluhan utama yang dialami penderita Crosstabulation
keluhan utama yang dialami penderita Total
nyeri
abdomen
bawah
terjadi
pendarahan
perut
membesar
jenis kista
kista folikel
Count 8 1 8 17
% within jenis
kista 47,1% 5,9% 47,1% 100,0%
endometrium
Count 6 1 1 8
% within jenis
kista 75,0% 12,5% 12,5% 100,0%
kista teka lutein
Count 6 5 1 12
% within jenis
kista 50,0% 41,7% 8,3% 100,0%
endometrioid
Count 5 0 0 5
% within jenis
kista 100,0% 0,0% 0,0% 100,0%
kistadenoma ovarii
musinosum
Count 3 0 3 6
% within jenis
kista 50,0% 0,0% 50,0% 100,0%
kista ovarium susp.
maglinancy
Count 29 8 17 54
% within jenis
kista 53,7% 14,8% 31,5% 100,0%
Total
Count 57 15 30 102
% within jenis
kista 55,9% 14,7% 29,4% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 17,939a 10 ,056
Likelihood Ratio 19,449 10 ,035
N of Valid Cases 102
a. 12 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,74.
80
jenis kista * penatalaksanaan medis Crosstabulation
penatalaksanaan medis Total
terapi hormonal terapi
pembedahan +
hormonal
jenis kista
kista folikel Count 4 13 17
% within jenis kista 23,5% 76,5% 100,0%
endometrium Count 2 6 8
% within jenis kista 25,0% 75,0% 100,0%
kista teka lutein Count 1 11 12
% within jenis kista 8,3% 91,7% 100,0%
endometrioid Count 1 4 5
% within jenis kista 20,0% 80,0% 100,0%
kistadenoma ovarii
musinosum
Count 0 6 6
% within jenis kista 0,0% 100,0% 100,0%
kista ovarium susp.
maglinancy
Count 18 36 54
% within jenis kista 33,3% 66,7% 100,0%
Total Count 26 76 102
% within jenis kista 25,5% 74,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 5,776a 5 ,329
Likelihood Ratio 7,623 5 ,178
N of Valid Cases 102
a. 7 cells (58,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,27.
81
jenis kista * keadaan pulang pendeerita Crosstabulation
keadaan pulang pendeerita Total
sembu
h
pulang
berobat
jalan
meningg
al
jenis
kista
kista folikel
Count 17 0 0 17
% within jenis
kista 100,0% 0,0% 0,0% 100,0%
Endometrium
Count 7 1 0 8
% within jenis
kista 87,5% 12,5% 0,0% 100,0%
kista teka lutein
Count 9 3 0 12
% within jenis
kista 75,0% 25,0% 0,0% 100,0%
Endometrioid
Count 4 1 0 5
% within jenis
kista 80,0% 20,0% 0,0% 100,0%
kistadenoma ovarii
musinosum
Count 4 2 0 6
% within jenis
kista 66,7% 33,3% 0,0% 100,0%
kista ovarium susp.
Maglinancy
Count 42 7 5 54
% within jenis
kista 77,8% 13,0% 9,3% 100,0%
Total
Count 83 14 5 102
% within jenis
kista 81,4% 13,7% 4,9% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 10,813a 10 ,372
Likelihood Ratio 14,303 10 ,160
N of Valid Cases 102
a. 13 cells (72,2%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,25.