Upload
windiyana-sari
View
145
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kapita Selekta Humas (Kelompok 4) Ilmu Komunikasi 2010 Universitas Riau. (Hubungan Eksternal)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sejalan dengan persaingan yang semakin tajam di dunia bisnis, maka
peranan public relations sangatlah penting dalam suatu perusahaan. Setiap
perusahaan yang bergerak dibidang pemasaran, baik produk maupun jasa selalu
menciptakan hubungan yang baik, selaras dan harmonis denga pihak luar
perusahaan lain atau pelanggan. Hal ini dikarenakan bagi suatu perusahaan
pelanggan merupakan faktor yang amat penting, sebab maju mundurnya suatu
perusahaan ditentukan oleh banyak sedikitnya pelanggan perusahaan tersebut.
External public relations, hubungan dengan publik di luar perusahaannya
merupakan suatu keharusan yang mutlak. Sesuai dengan sifatnya, dalam
masyarakat modern tidak akan ada kemungkinan bagi seorang insan atau suatu
badan bisa hidup menyendiri. Masing-masing akan saling membutuhkan satu
sama lain. Seperti halnya suatu perusahaan, tidak akan mugkin bisa hidup kalau
dia tidak bisa mendatangkan bahan baku, kemudian menyalurkan dan
memasarkan hasil produksinya. External public relations merupakan salah satu
bentuk dari kegiatan public relations yang ditujukan kepada pihak yang berada di
luar instansi atau perusahaan yang merupakan penyelenggaraan komunikasi
timbal-balik antara perusahaan dengan pelanggannya, sekaligus turut menentukan
sukses tidaknya perusahaan tersebut yang pada akhirnya diharapkan dapat
membentuk citra baik perusahaan.
Kegiatan Eksternal Public Relations ini ditujukan untuk public eksternal
organisasi/perusahaan,yaitu keseluruhan elemen yang berada di luar perusahaan,
yaitu keseluruhan elemen yang berada di luar perusahaan yang tidak berkaitan
secara langsung dengan perusahaan, seperti masyarakat sekitar perusahaan, pers,
pemerintah, konsumen, pesaing, dan lain sebagainya.
Melalui kegiatan eksternal ini, diharapkan dapat menciptakan kedekatan
dan kepercayaan public eksternal kepada perusahaan. Dengan begitu maka akan
tercipta hubungan yang harmonis antara organisasi/perusahaan dengan public
2
eksternalnya, sehingga dapat menimbulkan citra baik atas perusahaan dimata
publiknya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :
a. Apa itu pengertian khalayak ?
b. Siapa sajakah Khalayak PR Eksternal ?
c. Bagaimana strategi membangun hubungan dengan khalayak eksternal ?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui khalayak-
khalayak PR eksternal dan bagaimana cara menjalin hubungan yang baik dengan
para khalayak. Selain itu juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta
Humas.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KHALAYAK PR
2.1.1 Pengertian Khalayak
Khalayak (Public) adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi
dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal. Istilah Public
Relations merupakan khalayak dari kegiatan public relations. Public itu disebut
juga stakeholders, yakni kumpulan dari orang-orang atau pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Unsur-unsur dalam stakeholders antara lain :
Pemegang Saham
Karyawan dan Manajemen
Keluarga Karyawan
Konsumen
Pemasok
Komunitas
Pemerintah
Beberapa pembagian (klasifikasi) mengenai public atau khalayak, antara lain :
a. Public Internal dan Publik Eksternal
Public internal adalah public yang berada didialan perusahaan. Misanya,
para karyawan, satpam, penerima telepon, supervisor, manajer, para
pemegang saham, dan sebagainya. Sedangkan public ekternal adalah
mereka yang berkepentingan terhadap perusahaan dan berada diluar
perusahaan. Misalnya, penyalur, pemasok, bank, pemerintah, komunitas,
dan pers.
b. Public Primer, Sekunder, dan Marjinal
Tidak semua elemen dalam stakeholder perlu diperhatikan perusahaan.
Perusahaan perlu menyusun suatu kerangka prioritas. Yang paling penting
4
disebut public primer, yang kurang penting disebut public sekunder, dan
yang dapat diabaikan adalah public marjinal. Urutan-urutan dan prioritas
public setiap perusahaan berbeda, sekalipun industrunya sama. Urutan-
urutan tersebut memungkinkan untuk berubah dari tahun ketahun
c. Public Tradisional dan Publik Masa Depan
Karyawan dan konsumen adalah public tradisional, sedangkan mahasiswa,
peneliti, konsumen potensial, pejabat pemerintah (madya) adalah public
masa depan.
d. Proponents, Opponents, dan Uncommited
Diantara public terdapat kelompok yang menentang perusahaan
(opponents), yang memihak (proponents) dan ada yang tidak peduli
(uncommitted). Perusahaan perlu mengenal public yang berbeda-beda ini
agar dapat dengan jernih melihat permasalahan.
e. Silent Majority dan Vocal Minority
Dilihat dari aktivitas public dalam mengajukan complaint atau mendukung
perusahaan, dapat dibedakan antara yang vocal (aktif) dan yang silent
(pasif). Public penulis disurat kabar umumnya adalah the vocal minority ,
yaitu aktif menyuarakan pendapatnya, namun jumlahnya tidak banyak.
Sedangkan mayoritas pembaca adalah pasif sehingga tidak kelihatan suara
atau pendapatnya.
2.1.2 Alasan Menentukan Khalayak
Ada beberapa alasan pokok mengapa suatu organisasi atau perusahaan
harus mengenali atau menetapkan unsure masyarakat luas yang menjadi
khalayaknya. Yakni :
Untuk mengidentifikasikan segemn khalayak atau kelompok yang paling
tepat untuk dijadikan sasaran suatu program kehumasan
Untuk menciptakan skala prioritas, sehubungan dengan adanya
keterbatasan anggaran dan sumber-sumber daya lainnya.
Untuk memilih media dan teknik humas yang sekiranya paling sesuai;
serta
5
Untuk mempersiapkan pesan-pesan sedemikian rupa agar cepat dan mudah
diterima.
2.1.3 Akibat tidak ditetapkan Khalayak
Seorang PR organisasi atau perusahaan perlu menetapkan khalayak
sasaran yang akan dituju. Jika seorang PR tidak mentapkan khalayak maka akan
mengakibatkan beberapa masalah dalam menyusun kegiatan PR. Masalah yang
timbul akibat tidak ditentukannya khalayak antara lain :
Segenap usaha dan dana akan terpecah belah akibat terlalu luasnya
khalayak yang dituju
Pesan yang dikirimkan tidak ditangkap atau dimengerti sebagaimana
mestinya, karena pesan itu tidak sesuai dengan karakteristik khalayak yang
menerimanya
Total kegiatan tidak akan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
sehingga penggunaan jam kerja, materi serta peralatan menjadi tidak
ekonomis
Tujuan yang hendak dicapa walaupun telah ditargetkan tidak akan
tercapai.
Pihak manajemen atau perusahaan klien merasa tidak puas dengan hasil
yang ada. Kalau ini berlangsung berulang-ulang pada akhirnya mereka
akan beranggapan bahwa kegiatan PR itu merupakan suatu yang abstrak,
atau bahkan sesuatu yang sia-sia dan hanya memboroskan uang saja.
Kemungkinan lainnya mereka masih percaya pada manfaat dan arti
penting PR, tetapi mereka takkan mempercayai lagi kompetensi para
praktisi PR yang mereka pekerjakan. Kalau sudah begitu manajer humas
dan stafnya tinggal menghitung tanggal pemecatan. Sedangkan konsultan
humas harus siap-siap gulung tikar karena kehilangan order.
2.2 KHALAYAK PR EKSTERNAL
Khalayak-khalayak dari PR eksternal organisasi atau perusahaan antara
lain :
6
Distributor-Dealer
Pemasok
Komunitas
Pemerintah
Pers atau Media
Pesaing
Konsumen
Bank
1. Hubungan Distributor-Dealer
Kebanyakan perusahaan besar memasarkan produknya melalui grosir
(wholesaler) dan pengecer (retailer) yang mencakup public. Perusahaan tidak
dapat maju tanpa organisasai dealer yang berhasil. Begitu pula seorang dealer
tidak akan berhasil jika tidak menujual produk-produk yang dibuat oleh
perusahaan yang berhasil. Panitia hubungan dealer terdiri dari ketua bagian
hubungan dengan dealer, meliputi: direktur penjualan atau direktur hubungan
dealer, manajer akunting, penagihan, kredit, pengaturan lalu lintas dan pelayanan.
Pelaksanaan hubungan distributor-dealer merupakan tanggung jawab bagian
pemasaran, yang mempertahankan kesinambungan hubungan dengan para grosir
dan pengecer. Para penjaja, manajer penjualan, serta pelaksana periklanan dan
promosi penjualan yang sering berhubungan dengan para distributor dan dealer,
merupakan komunikator utama dengan organisasi dealer tersebut.
Tujuan dari hubungan distributor-dealer, yakni (1) menentukan sikap para
distributor dan dealer sebagai dasar kebijaksanaan, pelaksanaan, dan komunikasi
hubungan dealer; (2) menciptakan suatau pengertian yang lebih baik dengan para
distributor dan dealer melalui penjelasan kebijaksaan dan pelaksanaan
manajemen; (3) memberikan kepercyaan kepada distributor dan dealer; (4)
membantu distributor dan dealer meningkatkan penjualannya; (5) membantu
distributor dan dealer dalam periklanan; (6) mengawasi manajemen periklanan,
efektivitas rencana program perusahaan sepanjang berkenaan dengan hubungan
para dealer-nya; (7) menerima keluhan dealer tentang penjualan; (8)
7
membiasakan para pelaksana perusahaan menghadapi berbagai masalah dengan
dealer, berkaitan dengan kebijaksanaan dan hubungan perusahaan; (9)
mempertimbangkan gagasan, saran, keluhan yang mungkin diajukan oleh para
dealer (10) memeriksa penghentian persetujuan monopoli dealer dan memutuskan
apakah penghentian itu akan efektif; (11) membantu distributor dan dealer
mengembangkan metode manajemen; (12) membatnu distributor dan dealer
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pemakai; (13)
mempergunakan kebijaksanaan distribusi yang disusun untuk mendapatkan itikad
baik dan loyalitas distrutor dan dealer; (14) memberikan pelayanan keuangan
konsumen kepada para dealer yang tidak mampu menjual volume barang yang
maksimal kepada konsumen; (15) merangsang distributor dan dealer agar tertarik
dan tetap setia pada produk perusahaan serta membentuk suatu kemitraan dagang
(Moore, 2004:390-391).
2. Hubungan Pemasok
Ketergantungan para pengusaha kepada para pemasok (supplier) komponen
produk meningkat selama bahan dan proses yang semakin khusus menjadi terlihat
dalam produksi-produksi teknis yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan
industry, militer, dan public konsumen meningkat. Dalam hubungan ini,
keduudkan pemasok semakin bertambah penting. Para pengusaha pabrik percaya
kepada para pemasok bahan mentah, suku cadang, aksesoris, perkakas, dan
mengoperasikan perbekalan untuk produksi dan operasi. Para pemasok makanan,
obat-obatan, perangkat keras, pakaian, perabot rumah, bahan bakar, dan beribu-
ibu peroduk lainnya untuk dijual kembali kepada konsumen utama
(Moore,2004:403-404).
Tujuan dari program hubungam pemasok yakni : (1) membina kepentingan
bersama antara pemasok dan pembeli; (2) menunjukkan kepada para pemasok
bagaimana mereka dapat meningkatkan metode diproduksinya sehingga
meningkatkan pengembalian bersih mereka; (3) menentukan apakah para
pemasok memikirkan kebijaksanaan dan kebiasaan perusahaan; (4) menjadikan
perusahaan sebagai mitra yang baik, yang bekerja sama dengan sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan masalah produksi dan persediaan; (5) mempertahankan
8
hubungan yang baik dengan para pemasok melalui perlakuan yang adil dan
terbuka; (6) melengkapi materi da saran guna mengembangkan hubungan
pemasok dengan staf pemerian, penerimaann, pengawasan, akunting dan bagian
lainnya yang bekerja dengan para pemasok (Moore,2004:407-408).
3. Hubungan Komunitas
Komunitas adalah sekolompok orang yang hidup ditempat yang sama, dan
mempunyai kebudayaan dan sejarah yang umumnya turun-temurun. Orang hidup
dalam komunitas dengan lembaga-lembaganya yang membuat mereka saling
bergantung satu sama lainnya. Mereka tidak dapat menikmati kehidupan yang
baik tanpa lembaga-lembaga tersebut. Begitu juga lembaga itu hanya dapat hidup
dengan izin mereka. Organisasi bisnis ada dianatar lembaga-lambaga komunitas
yang lebih penting. Bisinis membantu komunitas yang lebih penting. Bisnis
membantu komunitas dengan menyediakan pekerjaan tetap, gaji yang layak, dan
keuntungan financial; dengan membeli barang-barang dan jasa dari para pemasok
local; dengan membayar pajak untuk kelangsungan pemerintah setempat; dengan
menyumbangkan proyek sosial dan kebudayaan. Dengan demikian, lembaga
bisnis yang maju berada pada posisi untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas
tersebut (Moore,2004:415).
Tujuan hubungan komunitas, yakni: (1) memberi informasi kepada
komunitas tentang kebijaksanaan, kegiatan, dan masalah perusahaan; (2) memberi
informasi kepada para karyawan yang berhubungan dengan perusahaan mengenai
jalnnya perusahaan dan mendorong karyawan menyampaikan kepada temannya
dan tetangganya dalam komunitas; (3) menjawab kritik dan membantah serangan
dari tekanan kelompok setempat yang salah paham mengenai perusahaan; (4)
menjadikan perusahaan sebagai factor penting dalam kehidupan komunitas
melalui bantuan kepada lembaga-lembaga setempat dan masalah lingkungan; (5)
mengetahui apakah komunitas memikirkan dan membicarakan perusahaan besrta
kebijaksanaan dan operasionalisasinya; (6) meningkatkan kesejahteraan
komunitas dengan meningkatkan potensi setempat; (7) membina kepemimpinan
kebudayaan dengan menggalakan apresiasi yang lebih besar dalam seni, music,
9
dan drama; (8) membantu peternakan atau pertanian; (9) meningkatkan kesehatan
komunitas; (10) mendukung kegiatan olahraga dan rekreasi; (11) menyumbang
kepada program pemberantasan kenakalan remaja di dalam komunitas; (12)
meningkatkan pengertian yang lebih baik tentang masalah politik dan ekonomi;
(13) bekerja sama dengan perusahaan dalam meningkatkan pengertian system
bisnis dan ekonomi; (14) menunjukkan kepada komunitas bahwa suatu
perusahaan merupakan warga dan majikan yang baik; (15) meyakinkan bahwa
sebuah pabrik local bukan hanya cabang perusahaan besar, melainkan sebuah
bisnis local yang memenuhi kepentingan dan kewajibannya di tempat operasinya
perusahaan itu; (16) menjaga hubungan yang harmonis dengan para pemuka
komunitas dalam semangat kebersamaan yang tinggi; (17) menciptkan iklim
bisnis yang menghasilkan kegiatan yang efesien dan ekonomis, serta perusahaan
sebagai tempat yang baik untuk bekerja di mata calon karyawannya
(Moore,2004:418-419).
4. Hubungan Pemerintah
Suatu perkembangan penting dalam PR adalah terjadinya hubungan yang
lebih erat antara perusahaan, asosiasi dan perserikatan dengan pemerintah, serta
semakin meluasnya keterlibatan lembaga-lembaga swasta dalam permasalahan
masyarakat (di mana selama ini permasalahan masyarakat lebih banyak ditangani
pemerintah). Kepentingan bisnis dan pemerintah menjadi satu serta saling
menguntungkan, dan kalangan bisnis tidak menganggap lagi pemerintah sebagai
lawan, tetapi sebagai mitra kerja (diadaptasi dari Moore, 2004:469).
Hampir setiap jalannya bisnis dipengaruhi oleh pemerintah, yang
menentapkan dan memaksakan peraturan untuk megnatur bisnis dan menentukan
iklim di mana bisnis harus berfungsi. Untuk melindungi kepentingan bisnis dan
melayan kepentingan umum, para perwakilan bisnis dan melayani kepentingan
umum, para perwakilan bisnis harus turut dalam penyusunan peraturan dan
megnambil bagian dalam penentuan iklim politik. Mereka harus mempunyai suara
pada saat undang undang itu dibuat dan berperan dalam menentukan
kebijkasanaan fisikal serta perpajakan pemerintah secara langsung maupun
10
dengan kerja sama, melalui program hubungan pemerinta yang konstruktif
(Moore, 2004:471-472).
Terdapat suatu peningkatan pengenalan atas bagian eksekutif bisnis
mengenai pentingnya mengembangkan suatu kerja sama yang efektif dengan
pemerintah. Pendekatan ini menyarankan agara sebagai mitra, pemerintah dan
bisnis mempunyai tujuan dasar yang sama, dan agar masing-masing sebaiknya
berusaha membentuk suatu pengertian yang jelas mengenai peranannya. Dengan
keberanian menghadapi perbedaan itu tetapi tetap mempertahankan pandangan
yang konstruktif, baik pemerintah maupun bisnis menjadi bagian dari pemecahan
daripada bagian dari permasalahan.
Kerjasama bisnis pemerintah terancam oleh biaya tak terduga di mana
pemerintah tidak mendorong perusahaan bebas, dan menghacnurkan bisnis
melalui peraturan dan undang-undang diskriminasi dan perpajakan yang
mencekik. Yang sama merusaknya adalah tuntutan dari pejabat pemerintah
tertentu bahwa para pemimpin bisnis menentang sebagaian besar undang-undang
yang diajukan tanpa memberikan suatu alternative. Mereka tidak memikirkan
permasalahan nasional dan kepentingan sosial tetapi mereka Cuma mencari
keuntungan dan menyenangkan para pemegang saham.
Terlalu anyak eksekutif, sama sekali tidak mempengaruhi Capitol Hill
(bukit tempat bedirinya gedung DPR Amerika), mengabaikan hubungan kongres-
bisnis dan perhatian setiap tindakan kongres-hingga sangat terlambat-sebagai
masalah orang lain; atau memuaskan diri mereka sendiri melulu dengna keluhan
tentang apa yang dilakukan kongres. Akibatnya, pemerintah, dalam beberapa hal,
telah bertindak tanpa nasihat dan caranya yang seharusnya tidak perlu merusak
kepentingan bisnis, soal penting yang dihadapi para pelaksana bisnis adalah
apakah pemerintah tersebut akan bekerja dengan atau tanpa bantuan bisnis.
5. Hubungan dengan Pers
11
Hubungan pers (press relations) adalah usaha untuk mencapai publikasi
penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi humas dalam rangka
menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau
perusahaan yang bersangkutan.
Cara menciptakan hubungan Pers yang baik
Selain memasok berbagai materi yang layak diterbitkan, semua praktisi
humas juga perlu memahami bagaimana surat kabar atau majalah itu diterbitkan
serta bagaimana pula caranya memproduksi program-program siaran radio dan
televisi. Sebagian pengetahuan tersebut dapat dipelajari hanya dengna
mengamatinya saja. Untuk itu, adakanlah kunjungan-kunjungan kesejumlah
penerbitan, stasiun radio dan studio televisi. Kadang-kadang humas dapat
memahami suatu media hanya dengna menelepon orang-orang yang terkait dan
mengajukan berbagai pertanyaan yang relevan kepadanya, seperti kapan hari
terakhir dari satu minggu atau pada jam berapa dalam satu hari suatu naskah
humas sudah harus diserahkan ke meja redaksi. Ini merupakan bagian dari tugas
praktisi humas, yakni berusaha untuk mengetahui segala sesuatunya selengkap
mungkin kalau ia tidak mengetahui tenggang atau saat tearakhir penyerahan
naskah, maka suatu saat ia mungkin akan menyodorkan naskah ke redaksi setelah
majalah atau surat kabarnya dicetak.
Hal-hal Pokok Perihal Pers
Berikut ini adalah sebuah ringkasan atau rangkuman atas hal-hal
terpenting perihal pers atau media yang harus diketahui oleh seorang praktisi
humas;
A. Kebijakan editorial: hal ini merupakan pandangan dasar dar suatu media
yang dengan sendirinya akan melandasi pemilihan subjek-subjek yang
akan dicetak atau yang akan diterbaitkannya. Misalnya saja, ada Koran-
koran yang senantiasa memuat ulasan khusus secara singkat mengenai
berbagai macam transaksi bisnis yang terjadi setiap hari.
B. Frekuensi Penerbitan: Setiap terbitan punya frekuensi penerbitan yang
berbeda-beda; bisa beberapa kali dalam sehari, harian, dua kali seminggu,
12
mingguan, bulanan, atau bahkan tahunan. Jumlah edisi yang diterbitkan
dalam satu kali penerbitan juga perlu diketahui oleh para praktisi humas.
C. Tanggal penerbitan: kapan tanggal dan saat terakhir sebuah naskah harus
diserahkan keredaksi untuk penerbitan yang akan datang? Tanggal
penerbitan dari satu media ditentukan oleh frekuensi dan proses
percetakannya.
D. Proses percetakan: apakah suatu media dicetak secara biasa, dengan teknik
fotografis, litografi ataukah flexografi.
E. Daerah sirkulasi: apakah jangkauan sirkulasi berskala local, khusu
didaerah pedesaan, perkotaan, berskala nasional, ataukah bahkan berskala
internasional.
F. Jangkauan pembaca: berapa dan siapa saja yang membaca jurnal atau
media yang bersangkutan? Seorang praktisi humas juga dituntut untuk
mengetahui kelompok usia, jenis kelamin, status sosial, minat khusus,
kebangsaan, etnik, agama, hingga keorientasi politik dari suatu khalayak
pembaca suatu media.
G. Metode distribusi: praktisi humas juga perlu mengetahui metode-metode
distribusi dari suatu media; apakah itu melalui toko-toko buku, dijajakans
ecara langsung dari pintu ke pintu, lewat pos atau system langganan, atau
secara terkontrol.
Tugas Praktisi Humas dalam Hubungannya dengan Pers
Tanggung jawab yang utama dari seorang praktisi humas tertuju kepada
perusahaan induk (untuk departemen humas internal) atau perusahaan
kliennya (untuk konsultasi humas eksternal), selama hal itu tidak
bertentangan dengan kode etik kehumasana, segala peraturan hukum yang
berlaku, kepentingan umum.
Tugas pokok seorang praktisi humas adalah menjalankan program-
program humas yang telah direncanakan serta disetujui sebelumnya,
dengan tujuan memaksimalkan pengetahuan dan pemahaman khalayak
atas produk, sosok keseluruhan atau aspek-aspek lainnya dari organisasi
atau perusahaan induk dan atau klien
13
6. Hubungan dengan konsumen
Selain untuk memperoleh citra perusahaan yang baik ( positif ) dimata
publiknya, praktik PR juga dilakukan untuk memperoleh citra porudk dari
konsumennya, yang terdiri dari laki-laki, wanita dan anak-anak yang membentuk
suatu masyarkat atau komunitas konsumen. Konsumen itu sendiri yang
menentukan suatu keberhasilan atau kegagalan setiap industry dan perusahaan.
Sasaran utama bisnis sebaiknya merencanakan kegiatan dengan konsumen yang
jelas, dan perusahaan benar-benar menganggap bahwa mereka yang
membutuhkan konsumen bukan sebaliknya. Istilah lainnya, perusahaan harus
bersikap dan berperilaku menjemput bola, bukan menunggu bola. Kalau peril, lari
tanpa bola, jangan terjebak off side sehingga dapat menjebol gawang konsumen
(diadaptasi dari Moore). Konsumen yang ekstrem dianggap sebagai penekan
bisnis dan acapkali disebut suatu keretakan dalam reformasi sosial. Timbul suatu
tuntutan akan hak-hak konsumen dalam setiap hubungan bisnis, keamanan
produk, kejujuran dalam iklan, dan jaminan penuh, semuanya dengan dukungan
pemerintah. Pengembangan hubungan konsumen yang lebih baik dan sangat luas
merupakan satu tugas penting perusahaan besar (Moore, 2004:501-502).
Tujuan hubungan konsumen: Pertama, menentukan apakah para konsumen
memikrikan dan membicarakan kebijakasanaan, tindakan, produk, atau pelayanan
perusahaan. Kedua, memahami apakah semua pernyataan yang dibuat untuk para
konsumen mengenai harga, nilai, pelayanan, dan kualitas berdasarkan kenyataan
dan tidak dibuat-buat. Ketiga, meningkatkan pelayanan konsumen dengan
penanganan yang lebih memuaskan atas dasar keluhan, dengan analisis keluhan
untuk mengetahui penyebabnya; dan dengan memperbaiki kekurangan dalam
operasi, prosedur, atau kebijaksanaan untuk mencegah timbbulnya keluhan-
keluhan tersebut. Keempat, memperoleh penerimaan tentang produk dan
pelayanan suatu perusahaan oleh public pemakai. Kelima, mendidik para
karyawan untuk memberikan pelayanan yang cepat, tepat, sopan, pribadi dan
ramah kepada konsumen. Keenam, menyebarluaskan informasi kepada public
pemakai tentang produk, pelayanan, kebijaksanaan, dan praktik perusahaan.
14
Ketujuh, menjawab pertanyaan konsumen yang berhubungan dengan
perusahaan,produk, pelayanan, dan manfaatnya. Kedelapan, menghasilkan produk
atau pelayanan yang lebih memuaskan kepada konsumen melalui penelitian dan
pemahaman produk. Kesembilan, memberi nama produk dengan istilah yang bisa
dipahami sehingga konsumen dapat mengetahui mutu dan sifat-sifat produk;
membuat tingkatan atau standar mutu produk untuk membantu konsumen
memlilih dan memannfaatkan produk tersebut. Kesepuluh, menetapkan harga
serendah mungkin sesuai dengan mutu melalui peniadaan limbah produksi,
distribusi, dan meneruskannya kepada konsumen pengehematan atau efesiensi
yang lebih besar. Kesebelas, bekerja sama dengan kelompok konsumen untuk
memberikan informasi dan mendidik konsumen mengenai pengetahuan mutu dan
untuk memenuhi kebutuhannya. Keduabelas, memelihara dan meningkatkan
hubungan dengan para guru ekonomi rumah tangga, agen perabot rumah tangga,
dan toko-toko makanan. Ketigabelas, mempersiapkan dan menyebarluaskan
petunjuk, konsep, resep, dan buku-buku tentang penggunaan produk sehingga
konsumen akan memperoleh kepuasan maksimal dalam pemakaian produk. (
Moore, 2004: 515-516 ).
2.3 STRATEGI MEMBANGUN HUBUNGAN KHALAYAK EKSTERNAL
Hubungan dengan publik diluar perusahaan merupakan keharusan yang
mutlak. Karena perusahaan tidak mungkin berdiri sendiri tanpa bekerja sama
dengan perusahaan yang lain. Karena itu perusahaan harus menciptakan hubungan
yang harmonis dengan publik-publik khususnya dan masyarakat umumnya.
Salah satunya dengan melakukan komunikasi dengan publik ekstern secara
informatif dan persuasif. Informasi yang disampaikan hendaknya jujur, teliti dan
sempurna berdasarkan fakta yang sebenarnya. Secara persuasif, komunikasi dapat
dilakukan atas dasar membangkitkan perhatian komunikan (publik) sehingga
timbul rasa tertarik.
Masalah yang perlu dipecahkan dalam kegiatan external public
relationsmeliputi bagaimana memperluas pasar bagi produksinya,
15
memperkenalkan produksinya kepada masyarakat, mendapatkan penghargaan dan
penerimaan dari publik maupun masyarakat, memelihara hubungan baik dengan
pemerintah, mengetahui sikap dan pendapat publik terhadap perusahaan,
memelihara hubungan baik dengan pers dan para opinion leader, memelihara
hubungan baik dengan publik dan para pemasok yang berhubungan dengan
operasional perusahaan dan mencapai rasa simpatik dan kepercayaan dari publik
dalam masyarakat.
Tindakan-tindakan yang harus dilakukan external public relations seperti :
Menganalisa dan menilai sikap dan opini publik yang menanggapi
kebijaksanaan pimpinan perusahaan dalam menggerakkan pegawainya dan
menerapkan metodenya
Mengadakan koreksi dan saran kepada pimpinan perusahaan, terutama
kegiatan yang mendapat sorotan atau kritikan public
Mempersiapkan bahan-bahan penerangan dan penjelasan yang jujur dan
objektif agar publik tetap memperoleh kejelasan tentang segala aktivitas
dan perkembangan perusahaan
Ikut membantu pimpinan dalam hal menyusun atau memperbaiki formasi
staf ke arah yang efektif
Mengadakan penyelidikan atau penelitian tentang kebutuhan, kepentingan
dan selera publik akan barang-barang yang dihasilkan perusahaan.
CSR ( Corporate Social Responsibility )
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu strategi
membangun hubungan dengan khalayak eksternal, dengan adanya program ini
sebuah perusahaan berperan sebagai wujud tanggungjawab dan kepedulian sosial.
Namun demikian, perlu disadari bahwa CSR bukan semata program sosial yang
menjadikan perusahaan sebagai sebuah “lembaga amal” ataupun “bagian dari
departemen sosial milik pemerintah”.
16
Mau tidak mau haruslah diakui bahwa CSR memiliki dua sisi mata uang.
Di satu sisi sebagai program kepedulian sosial, sementara di sisi lain merupakan
bagian dari perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan
Tantangan yang harus dijawab terkait hal tersebut adalah bagaimana
membangun konsep CSR yang benar-benar efektif dalam menjalankan fungsi
sosial, namun tidak melupakan tujuan perusahaan untuk mencari keuntungan.
Selain itu, bagaimana membangun konsep CSR yang memiliki dampak positif
terhadap peningkatan keuntungan perusahaan, namun bukan berarti semata
mencari keuntungan melalui “kemasan” tanggungjawab dan kepedulian sosial.
Perlu diketahui, tidak semua perusahaan memiliki program CSR. Bahkan
tidak semua perusahaan memiliki divisi Public Relation (PR) atau divisi lain yang
biasanya diberikan tugas khusus untuk mengurusi permasalahan CSR. Kalaupun
ada perusahaan yang mengagendakan CSR, itu hanya dirangkap oleh divisi lain
yang memiliki kedekatan fungsi dalam mencapai tujuan perusahaan untuk
mendongkrak penjualan dan meningkatkan keuntungan perusahaan, misalnya
divisi pemasaran (marketing).
Alasan bagi perusahaan yang mengambil langkah ini, selain untuk
efektifitas anggaran, perusahaan yang seperti ini biasanya memiliki orientasi yang
terfokus kepada penjualan dan memperoleh keuntungan semata. Selain itu, ada
juga diantara perusahaan tersebut yang hanya membuat program CSR sebagai
langkah taktis untuk mendongkrak penjualan dan meningkatkan keuntungan
perusahaan.
Bagi perusahaan seperti ini, PR atau CSR dianggap sebagai divisi dan
program yang sekadar “menghabiskan uang perusahaan” saja. Selain lemah secara
tanggungjawab dan kepedulian sosial, mereka belum menyadari arti penting
program jangka panjang untuk keberlangsungan dan peningkatan keuntungan
perusahaan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, mereka belum menyadari
CSR sebagai sebuah program investasi jangka panjang perusahaan.
Sementara itu terkait strategi sebuah perusahaan yang melakukan program
CSR semata untuk mendongkrak penjualan dan meningkatkan keuntungan,
17
langkah seperti ini memang ada benarnya juga. Tidak sedikit program-program
CSR yang dilakukan perusahaan memiliki dampak secara langsung karena
memang sengaja diarahkan untuk mendongkrak penjualan dan peningkatan
keuntungan perusahaan.
Program CSR “dadakan” ini biasanya dilakukan dengan disertai publikasi
yang diarahkan kepada menarik simpati publik sehingga terdorong untuk membeli
produk. Selain itu, ada juga perusahaan yang menerapkan strategi keikutsertaan
publik dalam program CSR dengan membeli produk tertentu.
Namun demikian, langkah “instan” mengagendakan program CSR untuk
meraup keuntungan seperti ini tidak akan memberikan dampak positif yang
bertahan lama. Selain anggaran yang akan terus membengkak, pogram CSR yang
memang tidak direncanakan untuk jangka panjang akan menjadikan menurunnya
kualitas kinerja divisi yang dibebani pekerjaan yang bukan merupakan tugas
utamanya.
Persoalan lain yang akan muncul ketika perusahaan yang menjadi
kompetitor menggunakan strategi tandingan yang hampir sama, sama, bahkan
dengan teknik yang lebih mutakhir. Penghancuran karakater perusahaan di mata
masyarakat dan para konsumen tentunya akan sangat berpengaruh kepada
penjualan dan penghasilan perusahaan.
Hal yang juga perlu diingat yaitu kondisi masyarakat dan konsumen saat
ini yang sudah cerdas. Mereka dapat membedakan mana perusahaan yang benar-
benar melakukan program CSR dan mana perusahaan yang melakukan program
CSR hanya untuk mendongkrak penjualan dan meningkatkan keuntungan
perusahaan semata.
Tingkat kecerdasan masyarakat dan konsumen ini akan menentukan
pilihan mereka untuk membeli sebuah produk yang dipasarkan oleh perusahaan.
Selain itu, bagian ini juga yang biasanya dijadikan landasan strategi bagi pihak
perusahaan kompetitor untuk menjatuhkan perusahaan saingannya.
18
Untuk membangun program CSR yang benar-benar berguna bagi
masyarakat dan memiliki dampak positif terhadap penjualan dan peningkatan
keuntungan perusahaan, dibutuhkan pemberian program yang memiliki manfaat
jangka panjang yang sekaligus dikelola dengan melibatkan masyarakat dan stake
holder terkait lain secara berkesinambungan.
Program CSR bermanfaat jangka panjang yang dimaksud yaitu program-program
yang memiliki dampak positif untuk kemajuan masyarakat dan relasi antara
masyarakat dengan perusahaan dalam jangka waktu yang panjang, bahkan kalau
memungkinkan dapat menciptaan sebuah hubungan psikologis seumur hidup.
Program ini dikelola dengan mengikutsertakan masyarakat dan mengedepankan
kemandirian masyarakat untuk mengurusi keberlanjutan program tersebut. Peran
yang diambil perusahaan, dalam hal ini divisi yang membidangi program CSR,
sebaiknya berlaku sebagai “pendamping” masyarakat, yang menjembatani
komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat dan sebaliknya.
Namun demikian, yang perlu diperhatikan dalam proses pengelolaan
program CSR yang berbasis masyarakat ini adalah jangan sampai
mencampuradukkan antara program CSR dengan program lain dari perusahaan
untuk mendongkrak penjualan dan meningkatkan keuntungan. “Internalisasi”
produk perusahaan terhadap masyarakat atau komunitas yang menjadi target
program CSR sebaiknya dibiarkan berlangsung secara alami.
Dengan kata lain, akan lebih bijak dan akan sangat menguntungkan bagi
perusahaan ketika masyarakat atau komunitas yag menjadi target program CSR
nantinya akan menjadi PR bagi produk-produk maupun kebijakan yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Dengan demikian, perusahaan akan sangat
diuntungkan dengan memiliki “tenaga” dan “sumber daya” yang tumbuh dan
berkembang dari masyarakat yang nota bene merupakan bagian dari target
pemasaran produk-produk perusahaan.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tugas utama Eksternal PR adalah mengusahakan tumbuhnya sikap dan
gambaran yang positif dari publik terhadap organisasi serta mempererat hubungan
dengan publik di luar organisasi tersebut sehingga akan tumbuh opini publik yang
menguntungkan bagi organisasi
Tugas penting dari humas kegiatan eksternal adalah mengadakan
komunikasi yang efektif, baik bersifat informatif maupun persuasif yang ditujukan
kepada publik. Informasi harus diberikan secara jujur berdasarkan fakta dan harus
teliti. Sebab publik memiliki hak untuk mengetahui keadaan sebenarnya tentang
sesuatu yang menyangkut kepentingannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. http://djarumbeasiswaplus.org/artikel/content/1/Membangun-CSR-
Berbasis-Masyarakat/ (diakses tanggal 14 Maret 2013)
2. http://rumakom.wordpress.com/2008/01/19/external-publik-relations-perusahaan/
(diakses tanggal 14 Maret 2013)
3. Ardianto, Elvinaro. (2011). Handbook of PR. Bandung: Penerbit Simbiosa
Rekatama Media
4. Rasyid, Anuar. (2011). Dasar-dasar Public Relations. Pekanbaru: Penerbit
Pusbangdik.
5. Widjaja, H.A.W.(2010). Komunikasi & Hubungan Masyarakat. Jakarta:
Bumi Aksara.