Upload
siagian-shorinji-kempo
View
149
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gambaran
Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kanker Payudara di SMA” ini tepat pada waktunya.
Shalwat beriring salam tidak lupa penulis sanjung tinggikan ke pangkuan Baginda
Rasulullah SAW serta sahabat dan keluarganya yang telah membawa umat dari alam jahiliyah
ke alam yang berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Ucapan terima kasih penulis kepada Dosen Pembimbing yang telah banyak
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan makalah ini, serta kepada teman-
teman sejawat yang selalu memberikan masukan dan dorongan untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih.
Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, itu semata-mata karena keterbatasan ilmu dan waktu yang penulis miliki. Untuk
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan gun kesempurnaan
penulisan makalah di masa mendatang.
Meulaboh, 01 Februari 2013Penulis,
Dinda Afriana
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .......................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KANKER PAYUDARA ....................................................................... 4
B. ANATOMI PAYUDARA NORMAL .................................................. 5
C. FAKROR RESIKO KANKER PAYUDARA ...................................... 8
D. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN SEL NORMAL MENJADI
SEL KANKER ...................................................................................... 11
E. METASTASIS (PENYEBARAN) ....................................................... 12
F. MANIFESTASI KLINIS....................................................................... 13
G. PENCEGAHAN .................................................................................... 15
H. PENGOBATAN .................................................................................... 16
I. PROGNOSIS......................................................................................... 17
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ..................................................................................... 22
B. SARAN ................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker saat ini menjadi salah satu penyebab kematian utama didunia dan di
Indonesia. Kanker payudara merupakan salah satu jenis penyakit yang ditakuti oleh
wanita karena penyakit tersebut dapat menyebabkan hilangnya organ vital wanita.
Kanker payudara juga dapat menimbulkan komplikasi yang serius dan bahkan dapat
berujung kematian (www.republika.co.id). Di dunia sekitar 7,6 juta (13 %) kematian
disebabkan karena kanker,dan faktanya 160 ribu (2,1%) penderita kanker diseluruh dunia
adalah anak-anak (www.mediandonesia.com).
Menurut UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, sehat adalah suatu keadaan sejahtera
badan jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi (Mansjoer dkk, 2000). Masalah kematian ibu adalah masalah yang kompleks,
meliputi hal-hal non teknis seperti status wanita dan pendidikan (Saifuddin, 2002).
Menurut World Healt Organization (WHO), kanker payudara akan dialami wanita
sebanyak 8-9 % dalam hidupnya. Setiap tahun lebih dari 580.000 kasus baru ditemukan
diberbagai negara berkembang dan kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena
penyakit tersebut. Di Eropa terdiagnosis lebih dari 250.000 kasus baru kanker dan kurang
lebih 175.000 di Amerika. Pada tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis
kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karena penyakit itu
(www.relawannet.com).
Di Indonesia, kanker payudara saat ini termasuk dalam posisi terbanyak kedua
sebagai penyebab kanker (www.relawannet.com). Menurut Yayasan Kanker Payudara
Jakarta, 10 dari 10.000 penduduk indonesia terkena kanker payudara, 70 % penderita
datang kedokter atau rumah sakit pada keadaan stadium lanjut (www.tabloidnova.com).
Seorang wanita mempunyai peluang 7 % mengembangkan kanker payudara, 2,7 %
mengembangkan kanker usus, 2,3 % mengembangkan kanker leher rahim. Cara yang
paling meyakinkan untuk mengendalikan kanker dan membunuh indung semangnya
adalah, mendeteksinya sebelum tumbuh lebih lanjut. Asosiasi kanker Amerika
1
menekankan pentingnya deteksi awal kanker dan menasehati wanita untuk berkonsultasi
ke dokter dengan segera jika salah satu gejalanya muncul (Llewellyn,2005).
Penyakit kanker sebenarnya bisa disembuhkan, tetapi masih banyak orang yang
tidak menyadari bahwa penyebab tidak terselamatkannya pasien karena keterlambatan
mereka memeriksakan diri kedokter (www.tabloidnova.com).
Kanker tidak selalu identik dengan usia lanjut, kewaspadaan kanker terhadap
kanker mesti dimulai sejak usia dini. Pakar kanker Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (FKUI) mengungkapkan bahwa dari penderita kanker di Indonesia sebanyak
35% berusia dibawah 40 tahun. “ Jumlah penderita kaker usia muda di Indonesia tersebut
jauh lebih besar di banding di Amerika Serikat yang hanya 3% “ ujarnya. Sedangkan
Manajer Terapi Onkologi Roche Indonesia mengungkapkan bahwa dari semua kasus
kanker di dunia yaitu sebanyak 40% dapat dihindari karena dilakukan deteksi sejak dini.
Masih banyaknya pasien yang datang terlambat kedokter dikarenakan kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap kanker (www.mediaindonesia.com).
Berdasarkan fenomena diatas, maka sangatlah penting bagi remaja putri untuk
mengetahui informasi tentang kanker agar dapat dilakukan deteksi sejak dini dan tidak
terjadi keterlambatan pasien datang kedokter. Sejumlah studi memperlihatkan bahwa
deteksi kanker payudara dan terapi dini dapat meningkatkan harapan hidup dan
memberikan pilihan terapi lebih banyak pada pasien (www.relawannet.com).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah
dalam penelitian ini yaitu “ Bagaimana gambaran pengetahuan remaja putri tentang
kanker payudara di SMA”.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara di
SMA.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian
kanker payudara.
2
b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang faktor resiko
kanker payudara.
c. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang gejala kanker
payudara.
d. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang diagnosa kanker
payudara.
e. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengobatan
kanker payudara.
f. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang pencegahan
kanker payudara.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KANKER PAYUDARA
1. Pengertian kanker payudara
Kanker payudara (karsinoma mammae) adalah suatu pertumbuhan jaringan
payudara abnormal yang tumbuh infiltratif dan destruktif juga dapat bermetastasis.
Tumor ini tumbuh progresif dan relatif cepat membesar. Kanker payudara adalah kanker
yang terbentuk dalam jaringan payudara, biasanya duktus (saluran yang membawa susu
ke putting) dan lobules (kelenjar yang menghasilkuan susu).
2. Insidensi dan Prevalensi
Kanker payudara adalah penyebab kematian nomor 2 pada wanita yang sebabkan
oleh penyakit terkait kanker di seluruh dunia. Penyakit ini menyebabkan kematian pada
wanita usia 35-54 tahun. Eropa Utara dan Amerika Utara merupakan area insiden tinggi.
Eropa Selatan dan Amerika Selatan merupakan area insiden sedang. Sedangkan Asia dan
Afrika adalah daerah insiden rendah untuk terkena karsinoma mamae. Di Amerika,
kanker payudara adalah penyebab kematian kedua setelah kanker paru. Dari data
American Cancer Society disebutkan bahwa sekitar 1,3 juta wanita terdiagnosis kanker
payudara, dan tiap tahunnya kurang lebih 465.000 wanita di seluruh dunia meninggal
karena penyakit ini.
Berdasarkan data yang diperoleh dari SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) tahun
2007, jumlah penyakit kanker tertinggi di Indonesia selama tahun 2004-2006 adalah
kanker payudara (8.227 kasus atau 16,85 %) dan tertinggi selanjutnya adalah penyakit
kanker serviks (kanker leher rahim). Sedangkan data yang diperoleh dari Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2008 menyatakan bahwa dari sepuluh peringkat utama
penyakit neoplasma ganas pasien rawat inap di Rumah sakit di Indonesia sejak tahun
2004-2007 yang tertinggi adalah masih neoplasma ganas payudara.
4
B. ANATOMI PAYUDARA NORMAL
1. Pertumbuhan dan perkembangan payudara
Kelenjar payudara (glandulae mammae) dimiliki oleh pria maupun wanita, kelenjar
ini menjadi fungsional saat pubertas untuk merespon estrogen pada perempuan,
sedangkan pada laki-laki biasanya tidak berkembang.
Saat lahir, payudara menjadi rudimenter dan hampir seluruhnya terdiri atas duktus
laktiferus. Setelah menarke, pajanan terhadap progesteron silklis menginduksi
pertumbuhan duktus selanjutnya dan perkembangan lobulus yang rudimenter pada ujung
duktus. Epitel duktus tetap sensitif terhadap stimulasi estrogen selama tahun-tahun
reproduksi wanita, jaringan stromanya tetap sensitif terhadap stimulasi progesteron.
Struktur histologis kelenjar payudara mengalami perubahan kecil selama siklus
menstruasi, misalnya, proliferasi sel-sel epitel dari duktus pada waktu ovulasi, yaitu saat
sirkulasi estrogen berada pada puncaknya.
Payudara terus membesar selama beberapa tahun setelah menarke bersamaan
dengan duktus laktiferus yang secara progresif bercabang-cabang, memanjang dan
berlumen serta jaringan adiposa yang berakumulasi. Akan tetapi, perkembangan lobulus
tidak akan melewati tahap rudimenter pada keadaan tidak adanya kehamilan. Dengan
permulaan pubertas antara 10-15 tahun, areola membesar dan lebih mengandung pigmen.
Payudara menyerupai suatu cakram dan tumbuh terus sampai dewasa hingga berbentuk
kuncup, karena pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat. Biasanya payudara sudah
sempurna terbentuk setelah menarke.
2. Morfologi dan Fisiologi.
Payudara pada nullipara berbentuk kuncup karena konsistensinya kenyal. Dengan
bertambahnya umur, payudara menjadi lembek dan menggantung. Glandula mammae
pada wanita yang telah menyusui bentuknya cenderung menurun dan mendatar, dan pada
wanita lanjut usia akan mengalami atrofi bertahap. Payudara pada wanita yang tidak
hamil terutama terdiri dari jaringan lemak dan sistem duktus rudimenter. Ukuran
payudara ditentukan oleh jumlah jaringan lemak, yang tidak berkaitan dengan
kemampuan menghasilkan susu. Di bawah pengaruh hormon yang terdapat selama
kehamilan, glandula mammae membentuk struktur dan fungsi kelenjar internal yang
penting untuk menghasilkan susu. Ada kalanya payudara tidak sama besar, ini adalah
5
sesuatu yang normal, akan tetapi harus waspada dan harus membedakan asimetri yang
disebabkan pembentukkannya dan asimetri karena pertumbuhan tumor.
Glandula mammae wanita sebagian besar terletak di anterior otot pektoralis mayor,
dan sebagian kecil dari bagian latero-inferiornya terletak didepan ototseratus anterior.
Batas superior terletak diantara sela iga 2-6 dan batas inferiornya di sela iga 3-7. Batas
medialnya adalah linea parasternal, sedangkan batas lateralnya adalah linea aksilaris
anterior, terkadang mencapai linea aksilaris media. Kelenjar payudara yang sampai ke
ketiak, seolah-olah tampak sebagai tumor tersendiri, tapi masih berhubungan dengan
kelenjar payudara unilateral, keadaan ini disebut mamma aberrans. Jika satu payudara
normal pada pertumbuhannya, tapi satu lagi tidak ada atau sangat rudimenter, ini
dinamakan amastia. Pembentukan elemen-elemen yang berlebihan dari payudara selalu
terdapat di embrionik milkline yang garisnya berjalan dari aksila ke lipatan paha
unilateral.
3. Struktur glandula mammae.
Sentrum dari glandula mammae adalah papila mamae, sekelilingnya terdapat
lingkaran areola mamae yang memiliki banyak kelenjar areolar. Glandula mamae
memiliki 15-20 lobuli. Tiap lobuli merupakan satu sistem tubuli laktiferi yang sistemnya
berawal dari papila mammae tersusun memancar. Sistem laktiferi dapat dibagi menjadi
sinus laktiferi, ampula duktus laktiferi, duktus laktiferi (besar, sedang, kecil), terminal
dan asinus serta bagian lainnya.
Gambar 2.1. Struktur glandula mammae
6
Sebagian besar duktus besar menjelang ke papila saling beranastomosis, maka
jumlah pori muara duktus laktiferi lebih sedikit dari jumlah lobuli laktiferi. Dari pori
duktus laktiferi hingga sinus laktiferi dilapisi epitel skuamosa berlapis. Sedangkan dari
distal sinus laktiferi hingga duktus besar di bawah areola dilapisi sel torak berlapis ganda.
Duktus dilapisi sel epitel torak selapis. Asinus dilapisi sel epitel torak selapis atau kubus.
Stroma mengelilingi duktus laktiferus dan dapat melebar selama menyusui. Setiap lobus
terbenam dalam jaringan adiposa dan dipisahkan oleh jaringan ikat padat. Lobus mayor
bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus bercabang jadi duktus-duktus
kecil yang berakhir di alveoli sekretori. Sel-sel alveolar ini di bawah pengaruh hormonal
saat kehamilan dan setelah kelahiran merupakan unit glandular yang menyintesis dan
mensekresi susu. Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut yang membentang keluar
sekitar 1-2 cm untuk membentuk areola. Areola ini mengandung kelenjar sebasea dan
kelenjar keringat yang besar, beberapa diantaranya berhubungan dengan folikel rambut
dan serabut otot polos yang menyebabkan ereksi putting saat berkontraksi. Tidak ada otot
di payudara.
4. Fasia yang berikatan dengan glandula mammae
Glandula mammae terletak diantara lapisan superfisial dan profunda dari superfisial
subkutis. Serabut lapisan superfisial fasia superfisial dan glandula mammae dihubungkan
dengan ligamentum Cooper mammae. Jika ligamentum ini terinvasi tumor hingga
menyusut, maka di kulit yang bersangkutan akan timbul cekungan yang secara klinis
dikenal dengan “tanda lesung”. Posterior dari glandula mammae adalah lapisan profunda
fasia superfisial subkutis, di anterior fasia M. Pektoralis mayor terdapat struktur yang
longgar, disebut dengan celah posterior glandula mammae, maka glandula mammae
dapat digerakkan bebas di atas permukaan M. Pektoralis mayor, sehingga jika tumor
menginvasi fasia M. Poektoralis mayor atau M. Pektoralis mayor, mobilitasnya akan
berkurang atau terfiksasi padanya.
5. Vaskularisasi mammae dan persarafan mammae serta drainase limfe
Vaskularisasi mammae berasal dari a. mamaria internal dan a. thorakalis lateralis.
Glandula mammae dipersarafi oleh nervi interkostal ke 2-6 dan 3-4 rami dari pleksus
servikalis. Drainase limfatik payudara melalui limfatik pleksus superfisialis dan
7
profunda, dan lebih dari 95% dari drainase limfatik payudara adalah melalui kelenjar
getah bening aksila, dengan sisanya melalui node mammae internal.
C. FAKTOR RESIKO KANKER PAYUDARA
Faktor resiko yang menjadi pencetus seorang wanita menderita kanker payudara
diantaranya yaitu peningkatan usia, riwayat keluarga, paparan hormone reproduksi
wanita (endogen dan eksogen), faktor makanan, penyakit payudara jinak, paparan radiasi
pengion ke dada.
1. Usia
Kebanyakan terjadi pada usia setengah baya dan lansia. Kanker payudara jarang
terjadi pada perempuan berusia kurang dari 30 tahun. Setelah usia 30 tahun, resiko
meningkat secara tetap sepanjang usia, tetapi setelah menopause bagian menanjak dari
kurva hampir mendatar. Sedangkan pada usia <20 tahun sangat jarang. insiden kanker
payudara tinggi pada usia 30-50 tahun.
2. Genetika dan riwayat keluarga
Sekitar 5-10% kanker payudara berkaitan dengan herediter spesifik. Perempuan
lebih besar kemungkinannya membawa gen kerentanan kanker payudara jika mereka
mengidap kanker payudara sebelum menopause, mengidap kanker payudara bilateral,
mengidap kanker payudara terkaitdengan penyakit yang lain (misal: kanker ovarium),
memiliki riwayat kanker yang signifikan (yaitu banyak anggota keluarga terjangkit
sebelum meopause), atau berasal dari etnik tertentu.
Penelitian menemukan pada wanita dengan saudara primer menderita karsinoma
mammae, probabilitas terkena karsinoma mammae lebih tinggi 2-3 kali dari pada wanita
tanpa riwayat keluarga.1 Sekitar separuh perempuan dengan kanker payudara herediter
mengalami mutasi di gen BRCA1 (pada kromosom 17q21.3) dan 1/3 lainya mengalami
mutasi di BRCA2 (dikromosom 13q12-13), kedua gen ini diperkirakan berperan penting
dalam perbaikan DNA, bekerja sebagai gen penekan tumor, karena jika kedua alel
inaktif/cacat maka akan timbul kanker yang disebabkan oleh mutasi sel germinativum
dan mutasi somatic berikutnya. Sebagian besar pembawa sifat akan terkena kanker
payudara pada usia 70 tahun dibandingkan dengan perempuan yang tidak memiliki
8
mutasi. Peran gen ini pada kanker payudara sporadik non herediter belum jelas karena
pada kanker payudara ini jarang ditemukan bermutasi, kemungkinan yang berperan
adalah mekanisme lain seperti metilasi regio regulatorik yang menyebabkan inaktivasi
gen. Riwayat kanker pada keluarga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
penyakit kanker payudara, yaitu :
Tiga atau lebih keluarga (saudara ibu pasien atau bibi) dari sisi keluarga yang sama
terkena kanker payudara atau ovarium.
Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau ovarium
usia di bawah 40 tahun.
Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara dan ovarium.
Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.
Adanya riwayat kanker payudara pada pria dalam keluarga.
3. Hormon dan Reproduksi
Kanker payudara umumnya diderita oleh wanita, pada laki-laki kemungkinan
sangat rendah.19 Kadar estrogen pada wanita lebih banyak daripada pria.
Usia menarke kecil (<12 tahun), Siklus haid pendek dan usia menopause >55
tahun merupakan faktor resiko tinggi karsinoma mammae.
Jaringan payudara immatur, lebih aktif dan rentan terhadap pengaruh hormon.
Epitel duktus tetap sensitif terhadap stimulasi estrogen selama tahun-tahun
reproduksi wanita. Struktur histologis kelenjar payudara mengalami perubahan
kecil selama siklus menstruasi, misalnya, proliferasi sel-sel epitel dari duktus pada
waktu ovulasi, yaitu saat sirkulasi estrogen berada pada puncaknya.24 Paparan
estrogen endogen dalam waktu yang lama berperan penting dalam hubungannya
dengan resiko kanker payudara.
Partus pertama berusia > 30 tahun
Kehamilan menyebabkan perubahan hormon dalam tubuh. Kehamilan akan
menghentikan siklus menstruasi dan menggeser keseimbangan hormon ke
progesterone daripada estrogen, sehingga wanita yang hamil ketika usianya muda
dan sudah sering hamil mungkin memiliki resiko yang sedikit lebih rendah untuk
terkena kanker payudara dikemudian hari. Setelah partus belum menyusui,
berinsiden relatif tinggi untuk terkena kanker payudara. Menyusui dapat
9
menurunkan resiko kanker payudara, khususnya jika wanita menyusui lebih lama
dari 1 tahun. Pengisapan putting payudara akan menekan daur haid dengan
menghambat sekresi LH dan FSH melalui inhibisi GnRH, sehingga dengan
demikian laktasi mencegah ovulasi.
Nullipara/belum pernah melahirkan
4. Kelainan pada glandula mammae
Penderita kista adenoma mammae hiperplastik berat berinsiden lebih tinggi (8X
lebih besar untuk terkena kanker payudara). Jika satu mammae sudah terkena kanker,
mammae kontralateral resikonya meningkat.
5. Penggunaan terapi hormone postmenopause
Estrogen Replacement Terapi, diakui dapat mengatasi gejala flushes. Namun, terapi
ini juga menyebabkan peningkatan moderat insiden kankerpayudara.
6. Kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dicurigai meningkatkan resiko kanker payudara.28
Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek
proliferasi berlebih pada duktus ephitelium payudara. Berlebihnya proliferasi bila diikuti
dengan hilangnya control atas proliferasi sel dan pengaturan kematian sel yang sudah
terprogram (apoptosis) akan mengakibatkan sel payudara berproliferasi secara terus
menerus tanpa adanya batas kematian. Hilangnya fungsi kematian sel yang terprogram
(apoptosis) ini akan menyebabkan ketidakmampuan mendeteksi kerusakan sel akibat
adanya kerusakan pada DNA, sehingga sel-sel abnormal akan berproliferasi secara terus
menerus tanpa dapat dikendalikan.34,35 Formulasi yang baru berupa dosis rendah
seimbang estrogen dan progestin hanya sedikit meningkatkan resiko, dan hilang setelah
10 tahun penghentian pemakaian.
7. Radiasi pengion
Kelenjar mammae relatif peka terhadap radiasi pengion. Pada masa pertumbuhan,
perubahan organ payudara sangat cepat dan rentan terhadap radiasi pengion. Paparan
berlebih menyebabkan peluang kanker lebih tinggi. Radiasi ionisasi, seperti sinar X, sinar
10
gamma dan partikel radiasi dari bahan radioaktif, dan bahkan sinar UV dapat menjadi
faktor predisposisi bagi seseorang terkena kanker. Pembentukan ion dalam sel-sel
jaringan di bawah pengaruh radiasi. tersebut bersifat sangat reaktif dan dapat
menghancurkan untaian DNA, sehingga menyebabkan banyak mutasi.1 Dosis radiasi
yang rendah pada penapisan mammografi hampir tidak berefek pada insidensi kanker
payudara.
8. Diet dan gizi
Orang yang gemuk sesudah usia 50 tahun berpeluang lebih besar untuk menderita
kanker payudara.1 Biosintesis estrogen berbeda antara wanita premenopause dan
postmenopause. Pada wanita premenopause, sintesis utama estrogen adalah di ovarium.
Terkadang pada wanita postmenopause sintesis ini digantikan oleh sintesis dari perifer,
dan postmenopause pada wanita obesitas, sumber utama biosintesis estrogen adalah di
jaringan adipose.
D. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN SEL NORMAL MENJADI SEL KANKER
Sel tumor (neoplasma) adalah sel yang mengalami transformasi sehingga bentuk,
sifat dan kinetikanya berubah, sehingga pertumbuhannya menjadi autonom, liar, tak
terkendali dan tidak terkoordinasi dari pertumbuhan yang normal. Transformasi sel itu
terjadi karena mutasi gen atau kromosom yang mengatur pertumubuhan dan diferensiasi
sel, yaitu proto-onkogen dan suppressor gen (anti onkogen).
Sel neoplasma jinak kerusakan gennya terbatas, sehingga sel tumornya masih mirip
dengan sel normal asalnya. Sedangkan sel neoplasma ganas atau kanker kerusakannya
berat dan luas, sehingga selnya menyimpang jauh dari sel asalnya (anaplastik). Macam-
macam perubahan yang terjadi pada sel neoplasma yaitu :
1. Bentuk atau struktur sel kanker: Polymorfisme, hyperchromasi dan polychromasi
karena kadar asam nukleat yang tinggi di dalam inti serta distribusi chromatin yang
tidak merata, inti sel relatif lebih besar dengan rasio inti/sitoplasma naik mendekati
1, normalnya 1:4 atau 1:6, rasio nuklear/nukleolar naik, mitosis naik, terdapat mitosis
abnormal (tetraploid atau poliploid), normalnya diploid (satu sel membelah jadi 2 sel
anak), susunan sel yang tidak teratur (anaplastik).
11
2. Sifat sel kanker: heterogenitas, tumbuh autonom, mendesak dan merusak sel-sel
normal disekitarnya, dapat bergerak sendiri (amoeboid), tidak terkoordinasi, tidak
menjalankan fungsi yang normal.
3. Kinetika sel: tumbuh terus tanpa batas (immortal); tumbuh autonom; metastasis
melalui limfogen, hematogen.
4. Mengalami nekrosis. Walaupun ada neovaskularisasi, namun karena sel-sel kanker
mengalami pertumbuhan yang cepat, maka pasokan darah sering tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhannya. Akibatnya sel itu hipoksia dan bahkan anoksia, sehingga
selnya menjadi nekrosis. Adanya sel yang nekrosis ini jika letaknya dipermukaan,
atau dekat dengan kulit atau mukosa maka akan timbul ulkus (borok).
E. METASTASIS (PENYEBARAN)
Jalur penyebaran kanker payudara ada 3 yaitu :
1. Invasi lokal.
Kanker payudara sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar. Tumor pada
mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan sekitarnya, ke
anterior mengenai kulit, posterior ke otot pektoralis hingga dinding toraks.
2. Metastasis kelenjar limfe
Metastasis melalui ini pertama kalinya akan mengenai kelenjar getah bening
regional.
a. Metastasis kelenjar getah bening aksila
Metastasis utama karsinoma mamae. Pada stadium tertentu, biasanya hanya
kelenjar aksila yang terkena.
Metastasis ke kelenjar getah bening sentral (metastasis yang tersering,
hampir 90%).
Metastasis ke kelenjar getah bening interpektoral (rotter’s nodes)
Metastasis ke kelenjar getah bening subklavikula
Metastasis ke kelenjar getah bening mamaria eksterna (paling jarang).
b. Metastasis ke kelenjar getah bening supraklavikular
c. Metastasis ke kelenjar getah bening mamaria
Lebih sering terjadi, biasanya pada karsinoma mamae di sentral dan kuadran
medial. Dan biasanya terjadi metastasis ke aksila.
12
d. Metastasis ke hepar
Melalui sistem limfe ke hepar, yaitu jika tumor primer terletak di tepi medial
bagian bawah payudara. Metastasis melalui saluran limfe bersama-sama vasa
epigastrium superior. Jika terjadi metastasis ke kelenjar preperikardial, maka
akan terjadi statis aliran limfe dan bisa terjadi aliran balik limfe ke hepar dan
bermetastasis disitu.
e. Metastasis hematogen
Sel kanker dapat melalui saluran limfe dan akhirnya masuk ke pembuluh darah.
Juga dapat langsung menginvasi pembuluh darah (melalui vena kava atau sistem
vena interkostal-vertebral) hingga timbul metastasis hematogen. Hasil autopsi
menunjukkan lokasi tersering metastasis adalah di paru, tulang, hati, pleura dan
adrenal.
F. MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis pokoknya yaitu :
1. Pada temuan awal: massa tunggal,tidak lunak,massa yang keras dengan batas sakit yg
tegas, mammografi abnormal dan tidak teraba massa.
2. Pada temuan lanjutan: Retraksi kulit atau puting susu, limfadenopati aksila,
pembesaran payudara, kemerahan, edema, indurasi yang kuat, peau d’orange, nyeri,
massa yang terfiksasi pada kulit atau dinding dada.
3. Pada temuan akhir: Ulserasi, limfadenopati supraclavicular, edema lengan, tulang,
paru, hati, otak atau metastasis jauh yang lain.
Temuan klinis:
Pasien dengan kanker payudara biasnya tampak dengan benjolan di payudara atau
skrining mamogram yang abnormal. Pasien dengan kanker payudara biasnya tampak
dengan benjolan di payudara atau skrining mammografi yang abnormal. Kanker payudara
sering ditemukan oleh pasien atau dokternya sebagai massa yang tunggal, diskret, tidak
nyeri dan dapat digerakkan. Pada tahap ini karsinoma biasanya berukuran 2-3 cm, dan
keterlibatan kelenjar getah bening regional (umumnya ketiak) sudah ada pada sekitar
separuh pasien.
13
1. Massa tumor
Sebagian besar massa tumor bermanifestasi sebagai massa mamae yang tidak nyeri
dan seringkali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadran
lateral atas. Umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan
tidak licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut dapat terfiksasi ke dinding toraks).
Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan bertambah besar secara
jelas.
2. Perubahan kulit
1. Tanda lesung yaitu saat tumor mengenai ligamentum glandula mammae
(ligamentum cooper segmental), ligamen itu memendek hingga kulit setempat
menjadi cekung, disebut tanda lesung/dimpling.
2. Perubahan kulit jeruk (peau d’orange), yaitu saat vasa limfatik subkutis
tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan edema kulit dan
folikel rambut tenggelam ke bawah. Selain itu kulit juga sembab dan menebal.
3. Nodul satelit kulit yaitu saat sel kanker didalam vasa limfatik subkutis masing-
masing membentuk nodul metastasis, dan disekitar lesi primer dapat muncul
banyak nodul yang tersebar, disebut nodul satelit.
4. Invasi, ulserasi kulit, yaitu saat tumor menginvasi kulit, tampak perubahan
berwarna merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar, lokasi itu
dapat iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik yang disebut tanda bunga
kembang kol.
5. Perubahan inflamatorik. Secara klinis disebut karsinoma mammae inflamatorik,
tampil sebagai keseluruhan kulit mammae berwarna merah bengkak, mirip
perdangan, disebut tanda peradangan. Tanda ini sering ditemukan pada kanker
waktu hamil ataulaktasi.
3. Perubahan papila mammae
1. Retraksi,distorsi papila mamae yaitu karena tumor menginvasi jaringan
subpapilar.
2. Sekret papilar, hal ini sering karena karsinoma papilar dalam duktus besar atau
tumor mengenai duktus besar.
14
3. Perubahan eksematoid. Merupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid
(penyakit paget). Secara klinis tampak areola dan papila mamae tererosi,
berkrusta, sekret, deskuamasi, sangat mirip eksim.
4. Pembesaran kelenjar limfe regional
Pembesaran kelenjar limfe ipsilateral bisa soliter atau multipel. Pada awalnya
mobil, lalu dapat saling berkoalesensi atau adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan
perkembangan penyakit, kelenjar limfe supraklavikular juga dapat menyusul membesar.
G. PENCEGAHAN
Kanker payudara dapat menyebar secara signifikan dan sering menimbulkan gejala
yang berarti. Pada saat terdiagnosis sebagai kanker payudara, 5-15% pasien telah terjadi
metastasis dan hampir 40% telah terjadi penyebaran secara regional. Karena pengobatan
terkadang tidak memberikan hasil yang baik atau terlambat dalam memberikan terapinya,
maka pencegahan merupakan langkah yang diperlukan.
Program pengendalian kanker payudara yaitu:
1. Pencegahan primer, yaitu :
Promosi dan edukasi pola hidup sehat.
Menghindari faktor resiko (Riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak menyusui,
riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas, kebiasaan makan tinggi lemak,
kurang serat), perokok aktif dan pasif, pemakaian obat hormonal >5 tahun).
2. Pencegahan sekunder, yaitu:
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Pemeriksaan klinis payudara (CBE/Clinical Breast Examination), untuk
menemukan ukuran benjolan kurang dari 1 cm.
USG, untuk mengetahui batas-bats tumor dan jenis tumor.
Mammografi, menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala tumor. dan
adanya keganasan.
3. Pencegahan tersier, yaitu:
Diagnosis dan terapi.
Diagnosis kanker payudara membutuhkan kombinasi antara kajian klinis dan
investigasi diagnostik. Sekali diagnosis ditegakkan harus dapat ditentukan
15
stadiumnya agar dapat mengevaluasi besaran penyakit dan melakukan terapi
yang tepat. Tujuan dari pengobatan adalah menyembuhkan, memperpanjang
harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup. Prioritas pengobatan harus
ditujukan pada kanker dengan stadium awal dan yang lebih berpotensial untuk
sembuh. Standar pengobatan kanker meliputi: operasi, radiasi, kemoterapi, dan
hormonal yang disesuaikan dengan indikasi patologi. Pengobatan harus terpadu
meliputi psikososial, rehabilitasi dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif
untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker.
Pelayanan paliatif.
Hampir di seluruh dunia pasien kanker terdiagnosis dalam stadium lanjut dan
pengobatan harus terpadu termasuk pendekatan psikososial, rehabilitasi, dan
terkoordinasi dengan pelayanan paliatif (untuk mengurangi nyeri) untuk
memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker.
H. PENGOBATAN
Pada stadium 1, II, IIIa (stadium operabel), sifat pengobatan adalah kuratif.
Pengobatannya yaitu operasi (primer) dan terapi yang bersifat adjuvan.
1. Stadium I pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal
mastektomi dg atau tanpa radiasi dan kemoterapi.
2. Stadium II pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal
mastektomi dg atau tanpa radiasi dan kemoterapi.
3. Stadium IIIa adalah dengan modified radikal mastektomi dengan kemoterapi dan
atau tanpa radiasi.
4. Stadium IIIb dan IIIc, pengobatannya kemoterapi neoadjuvan 3 siklus lalu dilakukan
modified radikal mastektomi, kemudian dikemoterapi 3 siklus, bisa ditambahkan
dengan radiasi atau hormonal terapi.
5. Stadium IV pengobatan yang primer adalah yang bersifat sistemik yaitu kemoterapi
(palliative), bisa dengan atau tanpa radiasi, atau hormonal terapi.
16
I. PROGNOSIS
Yang berpengaruh terbesar atas prognosis adalah kondisi kelenjar limfe dan
stadium. Kanker yang operabel prognosisnya lebih baik daripada kanker yang
inoperabel.1
1. Skrining kanker payudara
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu teknik pemeriksaan dimana
seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan dengan
jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya.40 SADARI
adalah usaha untuk mendiagnosis kanker payudara secara dini. Kurang lebih sekitar 85%
adanya tumor payudara diketahui oleh penderita lebih dahulu/ditemukan oleh penderita.
Pemeriksaan klinis payudara direkomendasikan oleh banyak organisasi sebagai bagian
rutin dari pemeriksaan fisik untuk wanita mulai usia 20 tahun. Sensitifitas pemeriksaan
klinis payudara sangat rendah daripada mamografi, rata-rata yaitu 54%. Pemeriksaan
klinis payudara penting untuk kepedulian kesehatan wanita, hal ini akan meningkatkan
deteksi untuk kanker payudara dan memberikan kesempatan untuk pemeriksaan payudara
sendiri bagi pasien.
2. Tujuan pemeriksaan payudara sendiri
Tujuan dilakukan pemeriksaan payudara sendiri yaitu :
1. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap payudara.
2. Untuk mendeteksi adanya benjolan pada stadium awal.
3. Untuk melihat adanya perubahan abnormal pada payudara.
3. Waktu pemeriksaan payudara sendiri
Pada waktu sebelum menstruasi, payudara cenderung membengkak dan menjadi
lebih nodular karena peningkatan stimulasi estrogen. Karenanya pemeriksaan payudara
sendiri sebaiknya dikerjakan setelah menstruasi, yaitu pada hari ke 7 sampai ke 10 dari
hari menstruasi pertama, karena pada saat ini pengaruh hormonal estrogen dan
progesteron sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu tidak oedema/ tidak
membengkak sehingga lebih mudah meraba adanya tumor ataupun kelainan pada
payudara.19 Adanya nodul yang muncul selama fase premenstruasi seharusnya di evaluasi
ulang di kemudian waktu.
17
4. Cara pemeriksaan pemeriksaan payudara sendiri
a. Inspeksi visual :
Inspeksi payudara dan puting susu dilakukan dalam posisi duduk dengan
pakaian atas yang terbuka dan kedua lengan diletakkan di samping badan. Lakukan
inspeksi dengan seksama, perhatikan perubahan kulit pada payudara (warna kulit),
ukuran dan kesimetrisan kedua payudara (termasuk areolar), bentuk payudara
(adanya massa, dimpling atau tanda lesung), pemeriksaan puting susu (ukuran,
bentuk, arah, adanya ruam atau ulserasi, pembengkakan dan adanya cairan yang
tidak biasa keluar dari puting susu. Sedangkan adanya retraksi kulit dan dimpling
(tanda lesung) sebaiknya diinspeksi dengan posisi kedua tangan diletakkan di atas
kepala dan kemudian berkacak pinggang agar otot pektoralisnya. Puting susu juga
dilihat apakah sama besar atau sama tinggi dan bentuknya.
Gambar 1. Inspeksi payudara pada pemeriksaan payudara sendiri
b. Palpasi :
Palpasi paling baik dilakukan ketika jaringan payudara tersebar rata yaitu pada
posisi terlentang (supinasi).27 Jika perlu bahu atau punggung yang akan diperiksa
diganjal dengan bantal kecil pada wanita yang payudaranya besar. Palpasi area empat
persegi panjang dari klavikula ke lipatan inframamari atau garis bra, dan dari garis
midsternal ke garis aksila posterior kemudian menuju ke aksila untuk ujung (ekor)
payudara. Pemeriksaan untuk setiap payudara membutuhkan waktu sekitar 3 menit,
Perabaan dilakukan secara sitemik dengan menggunakan jari ke 2, 3 dan 4 pada
bagian tengah dan kaudal jari tangan, jari tangan sedikit difleksikan. Perabaan bisa
dilakukan dengan pola sirkuler yaitu meraba dari atas ke bawah ke atas lagi dan
begitu seterusnya. Untuk pemeriksaan payudara bagian lateral, pasien miring keraha
18
yang berlawanan lalu meletakkan tangannya diatas kepala, kemudian palpasi di
aksila lalu turun menuju garis bra dan arah medial palpasi dada sampai ke klavikula.
Dan lanjutkan palpasi sampai ke puting susu (daerah areolar).
Gambar 2. Palpasi payudara pada pemeriksaan payudara sendiri
Pada posisi yang berlawanan untuk pemeriksaan payudara bagian medial. Halhal
yang perlu diperhatikan dalam melakukan palpasi pada payudara yaitu :
1. Konsistensi jaringan. Konsistensi normalnya bermacam-macam, tergantung
bagiannya. Ada bagian jaringan kelenjar yang keras dan lemak yang halus. Nodul
fisiologis mungkin ada, maningkat sebelum menstruasi. Mungkin ada daerah keras
yang melintang pada jaringan yang padat sepanjang batas bawah payudara, terutama
pada payudara yang besar. Ini adalah normal, bukan tumor.
2. Sakit atau nyeri. Pada premenstrual payudara terasa penuh.
3. Nodul. Adanya benjolan atau massa.untuk perkiraan dan menggambarkan
karakteristik adanya nodul yaitu:
a. Lokasi. Pada kuadran atau jam berapa, berapa cm jaraknya dari putting susu.
b. Ukuran.
c. Konsistensi (keras, lunak).
d. Bentuk. Benjolannya berbentuk bulat atau kistik, ireguler.
e. Mobilitas (pergerakan). Berkaitan dengan kulit, fasia paktoralis, dan dinding dada.
f. Batas (tegas atau tidak tegas).
g. Nyeri.
Palpasi aksila.
19
Pasien dalam keadaan santai dengan kedua lengan lurus kebawah. Untuk memerika
aksila bagian kanan, sangga tangan pasien dengan tangan kanan pemeriksa dan lakukan
palpasi dengan tangan kiri pemeriksa. Palpasi dilakukan pada:
a. Nodus pektoralis. Letakkan ibu jari dan jari tangan di aksila anterior, lalu palpasi
bagian yang membatasi otot pektoralis.
b. Nodus lateral. palpasi dari atas aksila sampai sepanjang humerus atas.
c. Nodus subskapula. Palpasi pasien dari belakang, palpasi otot pada lipatan aksila
posterior.
Palpasi juga di nodus infraklavikula dan nodus supraklavikula.
Gambar 3. Palpasi ketiak pada pemeriksaan payudara.
5. Pemeriksaan penunjang untuk payudara.
a. Mammografi
Mammografi adalah suatu teknik pemeriksaan soft tissue. Kelebihannya adalah
dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi, dapat menemukan lesi mamae yang
tanpa nodul tapi ada becak mikrokalsifikasi. Digunakan untuk analisis diagnostik dan
rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnosis sekitar 80%. Bagi wanita yang beresiko
tinggi, banyak dokter yang menganjurkan skrining dengan mamografi pada usia 35
atau 40 tahun, kemudian setiap 2 atau 3 tahun sampai usia 50 tahun. Mammografi
tingkat akuratnya kurang pada jaringan payudara yang lebih berkelenjar dan padat,
terutama sebelum menopause. Untuk wanita yang berusia 50 sampai 69 tahun,
mammografi dan pemeriksaan klinis payudara lebih banyak direkomendasikan setiap
1 sampai 2 tahun. setelah usia 70 tahun, keuntungan mamografi lebih sedikit.
Indikasi mamografi menurut Ramli (2005):
20
1. Adanya benjolan dan rasa tidak enak pada payudara.
2. Pada wanita dengan riwayat resiko tinggi untuk mendapatkan keganasan
payudara.
3. Pembesaran kelenjar getah bening aksila yang meragukan.
4. Pada wanita dengan penyebab metastasis tanpa diketahui asal tumor primer.
5. Pada penderita dengan cancer phobia.
6. Follow up penderita pasca operasi dengan kemungkinan kambuh atau keganasan
payudara yang kontralateral.
21
BAB III
P E N U T U P
A. KESIMPULAN
1. Secara keseluruhan responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang kanker
payudara dan pemeriksaan payudara sendiri (81,2%).
2. Secara keseluruhan responden memiliki sikap yang kurang tentang kanker payudara
dan pemeriksaan payudara sendiri (43,6%).
3. Secara keseluruhan responden memiliki perilaku kurang untuk melakukan
pemeriksaan payudara sendiri (95%).
4. Ada perbedaan sikap tentang kanker payudara dan pemeriksaan payudara sendiri
antara responden yang memiliki pengetahuan yang kurang dengan responden yang
memiilki pengetahuan yang sedang dan baik (p value: 0,000).
5. Ada perbedaan perilaku pemeriksaan payudara sendiri antara responden yang
memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dengan responden yang memiilki tingkat
pengetahuan sedang dan baik (p value: 0,038).
6. Tidak ada perbedaan perilaku pemeriksaan payudara sendiri antara responden yang
memilki sikap yang kurang dengan responden yang memiilki sikap sedang dan baik
(p value: 0,053).
B. S A R A N
Jika terdapat benjolan atau pembengkakan pada payudara, mungkin itu hanya
karena perubahan hormon. Tapi, jika penebalan tidak hilang, maka itu jangan diabaikan.
Jika terjadi pembengkakan di sekitar ketiak dekat payudara, bisa saja menunjukkan
bahwa ada masalah pada lobus atau saluran susu. Segera periksa ke dokter apabila
terdapat tanda-tanda aneh tersebut, karena bisa saja itu tanda kanker payudara. Dan
berikut ini akan dijelaskan tentang tanda seseorang terkena kanker payudara, yang bisa
Anda ketahui dan perhatikan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Desen W. Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi:2. Jakarta : FKUI.2008. Hal:366,372-373,369.
Ramli M. Buku Deteksi Dini Kanker. Jakarta : FKUI. 2005.Hal:32,36
Rasjidi, Imam. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta : CV Sagung Seto; 2009.
Profil kesehatan 2007.Diunduh dari:http://www.depkes.go.id/profil kesehatan 2007/ diakses 9 november 2010, pukul11:49
Profil kesehatan 2008. Diunduh dari:http://www.depkes.go.id/profil kesehatan 2008/ diakses 9 november 2010, pukul11:23
Supit, Nina. Deteksi Dini Keganasan Payudara. Dalam : Deteksi Dini Kanker. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indoesia ; 2005.
23