38
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kanker Payudara di SMA” ini tepat pada waktunya. Shalwat beriring salam tidak lupa penulis sanjung tinggikan ke pangkuan Baginda Rasulullah SAW serta sahabat dan keluarganya yang telah membawa umat dari alam jahiliyah ke alam yang berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini. Ucapan terima kasih penulis kepada Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan makalah ini, serta kepada teman-teman sejawat yang selalu memberikan masukan dan dorongan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih. Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, itu semata-mata karena keterbatasan ilmu dan waktu yang penulis miliki. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan gun kesempurnaan penulisan makalah di masa mendatang. Meulaboh, 01 Februari 2013 Penulis, i

KANKER PAYUDARA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KANKER PAYUDARA

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gambaran

Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kanker Payudara di SMA” ini tepat pada waktunya.

Shalwat beriring salam tidak lupa penulis sanjung tinggikan ke pangkuan Baginda

Rasulullah SAW serta sahabat dan keluarganya yang telah membawa umat dari alam jahiliyah

ke alam yang berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Ucapan terima kasih penulis kepada Dosen Pembimbing yang telah banyak

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan makalah ini, serta kepada teman-

teman sejawat yang selalu memberikan masukan dan dorongan untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih.

Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna, itu semata-mata karena keterbatasan ilmu dan waktu yang penulis miliki. Untuk

itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan gun kesempurnaan

penulisan makalah di masa mendatang.

Meulaboh, 01 Februari 2013Penulis,

Dinda Afriana

i

Page 2: KANKER PAYUDARA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG .......................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 2

C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KANKER PAYUDARA ....................................................................... 4

B. ANATOMI PAYUDARA NORMAL .................................................. 5

C. FAKROR RESIKO KANKER PAYUDARA ...................................... 8

D. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN SEL NORMAL MENJADI

SEL KANKER ...................................................................................... 11

E. METASTASIS (PENYEBARAN) ....................................................... 12

F. MANIFESTASI KLINIS....................................................................... 13

G. PENCEGAHAN .................................................................................... 15

H. PENGOBATAN .................................................................................... 16

I. PROGNOSIS......................................................................................... 17

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ..................................................................................... 22

B. SARAN ................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 23

ii

Page 3: KANKER PAYUDARA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kanker saat ini menjadi salah satu penyebab kematian utama didunia dan di

Indonesia. Kanker payudara merupakan salah satu jenis penyakit yang ditakuti oleh

wanita karena penyakit tersebut dapat menyebabkan hilangnya organ vital wanita.

Kanker payudara juga dapat menimbulkan komplikasi yang serius dan bahkan dapat

berujung kematian (www.republika.co.id). Di dunia sekitar 7,6 juta (13 %) kematian

disebabkan karena kanker,dan faktanya 160 ribu (2,1%) penderita kanker diseluruh dunia

adalah anak-anak (www.mediandonesia.com).

Menurut UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, sehat adalah suatu keadaan sejahtera

badan jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomi (Mansjoer dkk, 2000). Masalah kematian ibu adalah masalah yang kompleks,

meliputi hal-hal non teknis seperti status wanita dan pendidikan (Saifuddin, 2002).

Menurut World Healt Organization (WHO), kanker payudara akan dialami wanita

sebanyak 8-9 % dalam hidupnya. Setiap tahun lebih dari 580.000 kasus baru ditemukan

diberbagai negara berkembang dan kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena

penyakit tersebut. Di Eropa terdiagnosis lebih dari 250.000 kasus baru kanker dan kurang

lebih 175.000 di Amerika. Pada tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis

kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karena penyakit itu

(www.relawannet.com).

Di Indonesia, kanker payudara saat ini termasuk dalam posisi terbanyak kedua

sebagai penyebab kanker (www.relawannet.com). Menurut Yayasan Kanker Payudara

Jakarta, 10 dari 10.000 penduduk indonesia terkena kanker payudara, 70 % penderita

datang kedokter atau rumah sakit pada keadaan stadium lanjut (www.tabloidnova.com).

Seorang wanita mempunyai peluang 7 % mengembangkan kanker payudara, 2,7 %

mengembangkan kanker usus, 2,3 % mengembangkan kanker leher rahim. Cara yang

paling meyakinkan untuk mengendalikan kanker dan membunuh indung semangnya

adalah, mendeteksinya sebelum tumbuh lebih lanjut. Asosiasi kanker Amerika

1

Page 4: KANKER PAYUDARA

menekankan pentingnya deteksi awal kanker dan menasehati wanita untuk berkonsultasi

ke dokter dengan segera jika salah satu gejalanya muncul (Llewellyn,2005).

Penyakit kanker sebenarnya bisa disembuhkan, tetapi masih banyak orang yang

tidak menyadari bahwa penyebab tidak terselamatkannya pasien karena keterlambatan

mereka memeriksakan diri kedokter (www.tabloidnova.com).

Kanker tidak selalu identik dengan usia lanjut, kewaspadaan kanker terhadap

kanker mesti dimulai sejak usia dini. Pakar kanker Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia (FKUI) mengungkapkan bahwa dari penderita kanker di Indonesia sebanyak

35% berusia dibawah 40 tahun. “ Jumlah penderita kaker usia muda di Indonesia tersebut

jauh lebih besar di banding di Amerika Serikat yang hanya 3% “ ujarnya. Sedangkan

Manajer Terapi Onkologi Roche Indonesia mengungkapkan bahwa dari semua kasus

kanker di dunia yaitu sebanyak 40% dapat dihindari karena dilakukan deteksi sejak dini.

Masih banyaknya pasien yang datang terlambat kedokter dikarenakan kurangnya

pengetahuan masyarakat terhadap kanker (www.mediaindonesia.com).

Berdasarkan fenomena diatas, maka sangatlah penting bagi remaja putri untuk

mengetahui informasi tentang kanker agar dapat dilakukan deteksi sejak dini dan tidak

terjadi keterlambatan pasien datang kedokter. Sejumlah studi memperlihatkan bahwa

deteksi kanker payudara dan terapi dini dapat meningkatkan harapan hidup dan

memberikan pilihan terapi lebih banyak pada pasien (www.relawannet.com).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah

dalam penelitian ini yaitu “ Bagaimana gambaran pengetahuan remaja putri tentang

kanker payudara di SMA”.

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara di

SMA.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian

kanker payudara.

2

Page 5: KANKER PAYUDARA

b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang faktor resiko

kanker payudara.

c. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang gejala kanker

payudara.

d. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang diagnosa kanker

payudara.

e. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengobatan

kanker payudara.

f. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang pencegahan

kanker payudara.

3

Page 6: KANKER PAYUDARA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KANKER PAYUDARA

1. Pengertian kanker payudara

Kanker payudara (karsinoma mammae) adalah suatu pertumbuhan jaringan

payudara abnormal yang tumbuh infiltratif dan destruktif juga dapat bermetastasis.

Tumor ini tumbuh progresif dan relatif cepat membesar. Kanker payudara adalah kanker

yang terbentuk dalam jaringan payudara, biasanya duktus (saluran yang membawa susu

ke putting) dan lobules (kelenjar yang menghasilkuan susu).

2. Insidensi dan Prevalensi

Kanker payudara adalah penyebab kematian nomor 2 pada wanita yang sebabkan

oleh penyakit terkait kanker di seluruh dunia. Penyakit ini menyebabkan kematian pada

wanita usia 35-54 tahun. Eropa Utara dan Amerika Utara merupakan area insiden tinggi.

Eropa Selatan dan Amerika Selatan merupakan area insiden sedang. Sedangkan Asia dan

Afrika adalah daerah insiden rendah untuk terkena karsinoma mamae. Di Amerika,

kanker payudara adalah penyebab kematian kedua setelah kanker paru. Dari data

American Cancer Society disebutkan bahwa sekitar 1,3 juta wanita terdiagnosis kanker

payudara, dan tiap tahunnya kurang lebih 465.000 wanita di seluruh dunia meninggal

karena penyakit ini.

Berdasarkan data yang diperoleh dari SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) tahun

2007, jumlah penyakit kanker tertinggi di Indonesia selama tahun 2004-2006 adalah

kanker payudara (8.227 kasus atau 16,85 %) dan tertinggi selanjutnya adalah penyakit

kanker serviks (kanker leher rahim). Sedangkan data yang diperoleh dari Profil

Kesehatan Indonesia tahun 2008 menyatakan bahwa dari sepuluh peringkat utama

penyakit neoplasma ganas pasien rawat inap di Rumah sakit di Indonesia sejak tahun

2004-2007 yang tertinggi adalah masih neoplasma ganas payudara.

4

Page 7: KANKER PAYUDARA

B. ANATOMI PAYUDARA NORMAL

1. Pertumbuhan dan perkembangan payudara

Kelenjar payudara (glandulae mammae) dimiliki oleh pria maupun wanita, kelenjar

ini menjadi fungsional saat pubertas untuk merespon estrogen pada perempuan,

sedangkan pada laki-laki biasanya tidak berkembang.

Saat lahir, payudara menjadi rudimenter dan hampir seluruhnya terdiri atas duktus

laktiferus. Setelah menarke, pajanan terhadap progesteron silklis menginduksi

pertumbuhan duktus selanjutnya dan perkembangan lobulus yang rudimenter pada ujung

duktus. Epitel duktus tetap sensitif terhadap stimulasi estrogen selama tahun-tahun

reproduksi wanita, jaringan stromanya tetap sensitif terhadap stimulasi progesteron.

Struktur histologis kelenjar payudara mengalami perubahan kecil selama siklus

menstruasi, misalnya, proliferasi sel-sel epitel dari duktus pada waktu ovulasi, yaitu saat

sirkulasi estrogen berada pada puncaknya.

Payudara terus membesar selama beberapa tahun setelah menarke bersamaan

dengan duktus laktiferus yang secara progresif bercabang-cabang, memanjang dan

berlumen serta jaringan adiposa yang berakumulasi. Akan tetapi, perkembangan lobulus

tidak akan melewati tahap rudimenter pada keadaan tidak adanya kehamilan. Dengan

permulaan pubertas antara 10-15 tahun, areola membesar dan lebih mengandung pigmen.

Payudara menyerupai suatu cakram dan tumbuh terus sampai dewasa hingga berbentuk

kuncup, karena pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat. Biasanya payudara sudah

sempurna terbentuk setelah menarke.

2. Morfologi dan Fisiologi.

Payudara pada nullipara berbentuk kuncup karena konsistensinya kenyal. Dengan

bertambahnya umur, payudara menjadi lembek dan menggantung. Glandula mammae

pada wanita yang telah menyusui bentuknya cenderung menurun dan mendatar, dan pada

wanita lanjut usia akan mengalami atrofi bertahap. Payudara pada wanita yang tidak

hamil terutama terdiri dari jaringan lemak dan sistem duktus rudimenter. Ukuran

payudara ditentukan oleh jumlah jaringan lemak, yang tidak berkaitan dengan

kemampuan menghasilkan susu. Di bawah pengaruh hormon yang terdapat selama

kehamilan, glandula mammae membentuk struktur dan fungsi kelenjar internal yang

penting untuk menghasilkan susu. Ada kalanya payudara tidak sama besar, ini adalah

5

Page 8: KANKER PAYUDARA

sesuatu yang normal, akan tetapi harus waspada dan harus membedakan asimetri yang

disebabkan pembentukkannya dan asimetri karena pertumbuhan tumor.

Glandula mammae wanita sebagian besar terletak di anterior otot pektoralis mayor,

dan sebagian kecil dari bagian latero-inferiornya terletak didepan ototseratus anterior.

Batas superior terletak diantara sela iga 2-6 dan batas inferiornya di sela iga 3-7. Batas

medialnya adalah linea parasternal, sedangkan batas lateralnya adalah linea aksilaris

anterior, terkadang mencapai linea aksilaris media. Kelenjar payudara yang sampai ke

ketiak, seolah-olah tampak sebagai tumor tersendiri, tapi masih berhubungan dengan

kelenjar payudara unilateral, keadaan ini disebut mamma aberrans. Jika satu payudara

normal pada pertumbuhannya, tapi satu lagi tidak ada atau sangat rudimenter, ini

dinamakan amastia. Pembentukan elemen-elemen yang berlebihan dari payudara selalu

terdapat di embrionik milkline yang garisnya berjalan dari aksila ke lipatan paha

unilateral.

3. Struktur glandula mammae.

Sentrum dari glandula mammae adalah papila mamae, sekelilingnya terdapat

lingkaran areola mamae yang memiliki banyak kelenjar areolar. Glandula mamae

memiliki 15-20 lobuli. Tiap lobuli merupakan satu sistem tubuli laktiferi yang sistemnya

berawal dari papila mammae tersusun memancar. Sistem laktiferi dapat dibagi menjadi

sinus laktiferi, ampula duktus laktiferi, duktus laktiferi (besar, sedang, kecil), terminal

dan asinus serta bagian lainnya.

Gambar 2.1. Struktur glandula mammae

6

Page 9: KANKER PAYUDARA

Sebagian besar duktus besar menjelang ke papila saling beranastomosis, maka

jumlah pori muara duktus laktiferi lebih sedikit dari jumlah lobuli laktiferi. Dari pori

duktus laktiferi hingga sinus laktiferi dilapisi epitel skuamosa berlapis. Sedangkan dari

distal sinus laktiferi hingga duktus besar di bawah areola dilapisi sel torak berlapis ganda.

Duktus dilapisi sel epitel torak selapis. Asinus dilapisi sel epitel torak selapis atau kubus.

Stroma mengelilingi duktus laktiferus dan dapat melebar selama menyusui. Setiap lobus

terbenam dalam jaringan adiposa dan dipisahkan oleh jaringan ikat padat. Lobus mayor

bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus bercabang jadi duktus-duktus

kecil yang berakhir di alveoli sekretori. Sel-sel alveolar ini di bawah pengaruh hormonal

saat kehamilan dan setelah kelahiran merupakan unit glandular yang menyintesis dan

mensekresi susu. Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut yang membentang keluar

sekitar 1-2 cm untuk membentuk areola. Areola ini mengandung kelenjar sebasea dan

kelenjar keringat yang besar, beberapa diantaranya berhubungan dengan folikel rambut

dan serabut otot polos yang menyebabkan ereksi putting saat berkontraksi. Tidak ada otot

di payudara.

4. Fasia yang berikatan dengan glandula mammae

Glandula mammae terletak diantara lapisan superfisial dan profunda dari superfisial

subkutis. Serabut lapisan superfisial fasia superfisial dan glandula mammae dihubungkan

dengan ligamentum Cooper mammae. Jika ligamentum ini terinvasi tumor hingga

menyusut, maka di kulit yang bersangkutan akan timbul cekungan yang secara klinis

dikenal dengan “tanda lesung”. Posterior dari glandula mammae adalah lapisan profunda

fasia superfisial subkutis, di anterior fasia M. Pektoralis mayor terdapat struktur yang

longgar, disebut dengan celah posterior glandula mammae, maka glandula mammae

dapat digerakkan bebas di atas permukaan M. Pektoralis mayor, sehingga jika tumor

menginvasi fasia M. Poektoralis mayor atau M. Pektoralis mayor, mobilitasnya akan

berkurang atau terfiksasi padanya.

5. Vaskularisasi mammae dan persarafan mammae serta drainase limfe

Vaskularisasi mammae berasal dari a. mamaria internal dan a. thorakalis lateralis.

Glandula mammae dipersarafi oleh nervi interkostal ke 2-6 dan 3-4 rami dari pleksus

servikalis. Drainase limfatik payudara melalui limfatik pleksus superfisialis dan

7

Page 10: KANKER PAYUDARA

profunda, dan lebih dari 95% dari drainase limfatik payudara adalah melalui kelenjar

getah bening aksila, dengan sisanya melalui node mammae internal.

C. FAKTOR RESIKO KANKER PAYUDARA

Faktor resiko yang menjadi pencetus seorang wanita menderita kanker payudara

diantaranya yaitu peningkatan usia, riwayat keluarga, paparan hormone reproduksi

wanita (endogen dan eksogen), faktor makanan, penyakit payudara jinak, paparan radiasi

pengion ke dada.

1. Usia

Kebanyakan terjadi pada usia setengah baya dan lansia. Kanker payudara jarang

terjadi pada perempuan berusia kurang dari 30 tahun. Setelah usia 30 tahun, resiko

meningkat secara tetap sepanjang usia, tetapi setelah menopause bagian menanjak dari

kurva hampir mendatar. Sedangkan pada usia <20 tahun sangat jarang. insiden kanker

payudara tinggi pada usia 30-50 tahun.

2. Genetika dan riwayat keluarga

Sekitar 5-10% kanker payudara berkaitan dengan herediter spesifik. Perempuan

lebih besar kemungkinannya membawa gen kerentanan kanker payudara jika mereka

mengidap kanker payudara sebelum menopause, mengidap kanker payudara bilateral,

mengidap kanker payudara terkaitdengan penyakit yang lain (misal: kanker ovarium),

memiliki riwayat kanker yang signifikan (yaitu banyak anggota keluarga terjangkit

sebelum meopause), atau berasal dari etnik tertentu.

Penelitian menemukan pada wanita dengan saudara primer menderita karsinoma

mammae, probabilitas terkena karsinoma mammae lebih tinggi 2-3 kali dari pada wanita

tanpa riwayat keluarga.1 Sekitar separuh perempuan dengan kanker payudara herediter

mengalami mutasi di gen BRCA1 (pada kromosom 17q21.3) dan 1/3 lainya mengalami

mutasi di BRCA2 (dikromosom 13q12-13), kedua gen ini diperkirakan berperan penting

dalam perbaikan DNA, bekerja sebagai gen penekan tumor, karena jika kedua alel

inaktif/cacat maka akan timbul kanker yang disebabkan oleh mutasi sel germinativum

dan mutasi somatic berikutnya. Sebagian besar pembawa sifat akan terkena kanker

payudara pada usia 70 tahun dibandingkan dengan perempuan yang tidak memiliki

8

Page 11: KANKER PAYUDARA

mutasi. Peran gen ini pada kanker payudara sporadik non herediter belum jelas karena

pada kanker payudara ini jarang ditemukan bermutasi, kemungkinan yang berperan

adalah mekanisme lain seperti metilasi regio regulatorik yang menyebabkan inaktivasi

gen. Riwayat kanker pada keluarga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya

penyakit kanker payudara, yaitu :

Tiga atau lebih keluarga (saudara ibu pasien atau bibi) dari sisi keluarga yang sama

terkena kanker payudara atau ovarium.

Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau ovarium

usia di bawah 40 tahun.

Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara dan ovarium.

Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.

Adanya riwayat kanker payudara pada pria dalam keluarga.

3. Hormon dan Reproduksi

Kanker payudara umumnya diderita oleh wanita, pada laki-laki kemungkinan

sangat rendah.19 Kadar estrogen pada wanita lebih banyak daripada pria.

Usia menarke kecil (<12 tahun), Siklus haid pendek dan usia menopause >55

tahun merupakan faktor resiko tinggi karsinoma mammae.

Jaringan payudara immatur, lebih aktif dan rentan terhadap pengaruh hormon.

Epitel duktus tetap sensitif terhadap stimulasi estrogen selama tahun-tahun

reproduksi wanita. Struktur histologis kelenjar payudara mengalami perubahan

kecil selama siklus menstruasi, misalnya, proliferasi sel-sel epitel dari duktus pada

waktu ovulasi, yaitu saat sirkulasi estrogen berada pada puncaknya.24 Paparan

estrogen endogen dalam waktu yang lama berperan penting dalam hubungannya

dengan resiko kanker payudara.

Partus pertama berusia > 30 tahun

Kehamilan menyebabkan perubahan hormon dalam tubuh. Kehamilan akan

menghentikan siklus menstruasi dan menggeser keseimbangan hormon ke

progesterone daripada estrogen, sehingga wanita yang hamil ketika usianya muda

dan sudah sering hamil mungkin memiliki resiko yang sedikit lebih rendah untuk

terkena kanker payudara dikemudian hari. Setelah partus belum menyusui,

berinsiden relatif tinggi untuk terkena kanker payudara. Menyusui dapat

9

Page 12: KANKER PAYUDARA

menurunkan resiko kanker payudara, khususnya jika wanita menyusui lebih lama

dari 1 tahun. Pengisapan putting payudara akan menekan daur haid dengan

menghambat sekresi LH dan FSH melalui inhibisi GnRH, sehingga dengan

demikian laktasi mencegah ovulasi.

Nullipara/belum pernah melahirkan

4. Kelainan pada glandula mammae

Penderita kista adenoma mammae hiperplastik berat berinsiden lebih tinggi (8X

lebih besar untuk terkena kanker payudara). Jika satu mammae sudah terkena kanker,

mammae kontralateral resikonya meningkat.

5. Penggunaan terapi hormone postmenopause

Estrogen Replacement Terapi, diakui dapat mengatasi gejala flushes. Namun, terapi

ini juga menyebabkan peningkatan moderat insiden kankerpayudara.

6. Kontrasepsi oral

Pemakaian kontrasepsi oral dicurigai meningkatkan resiko kanker payudara.28

Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek

proliferasi berlebih pada duktus ephitelium payudara. Berlebihnya proliferasi bila diikuti

dengan hilangnya control atas proliferasi sel dan pengaturan kematian sel yang sudah

terprogram (apoptosis) akan mengakibatkan sel payudara berproliferasi secara terus

menerus tanpa adanya batas kematian. Hilangnya fungsi kematian sel yang terprogram

(apoptosis) ini akan menyebabkan ketidakmampuan mendeteksi kerusakan sel akibat

adanya kerusakan pada DNA, sehingga sel-sel abnormal akan berproliferasi secara terus

menerus tanpa dapat dikendalikan.34,35 Formulasi yang baru berupa dosis rendah

seimbang estrogen dan progestin hanya sedikit meningkatkan resiko, dan hilang setelah

10 tahun penghentian pemakaian.

7. Radiasi pengion

Kelenjar mammae relatif peka terhadap radiasi pengion. Pada masa pertumbuhan,

perubahan organ payudara sangat cepat dan rentan terhadap radiasi pengion. Paparan

berlebih menyebabkan peluang kanker lebih tinggi. Radiasi ionisasi, seperti sinar X, sinar

10

Page 13: KANKER PAYUDARA

gamma dan partikel radiasi dari bahan radioaktif, dan bahkan sinar UV dapat menjadi

faktor predisposisi bagi seseorang terkena kanker. Pembentukan ion dalam sel-sel

jaringan di bawah pengaruh radiasi. tersebut bersifat sangat reaktif dan dapat

menghancurkan untaian DNA, sehingga menyebabkan banyak mutasi.1 Dosis radiasi

yang rendah pada penapisan mammografi hampir tidak berefek pada insidensi kanker

payudara.

8. Diet dan gizi

Orang yang gemuk sesudah usia 50 tahun berpeluang lebih besar untuk menderita

kanker payudara.1 Biosintesis estrogen berbeda antara wanita premenopause dan

postmenopause. Pada wanita premenopause, sintesis utama estrogen adalah di ovarium.

Terkadang pada wanita postmenopause sintesis ini digantikan oleh sintesis dari perifer,

dan postmenopause pada wanita obesitas, sumber utama biosintesis estrogen adalah di

jaringan adipose.

D. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN SEL NORMAL MENJADI SEL KANKER

Sel tumor (neoplasma) adalah sel yang mengalami transformasi sehingga bentuk,

sifat dan kinetikanya berubah, sehingga pertumbuhannya menjadi autonom, liar, tak

terkendali dan tidak terkoordinasi dari pertumbuhan yang normal. Transformasi sel itu

terjadi karena mutasi gen atau kromosom yang mengatur pertumubuhan dan diferensiasi

sel, yaitu proto-onkogen dan suppressor gen (anti onkogen).

Sel neoplasma jinak kerusakan gennya terbatas, sehingga sel tumornya masih mirip

dengan sel normal asalnya. Sedangkan sel neoplasma ganas atau kanker kerusakannya

berat dan luas, sehingga selnya menyimpang jauh dari sel asalnya (anaplastik). Macam-

macam perubahan yang terjadi pada sel neoplasma yaitu :

1. Bentuk atau struktur sel kanker: Polymorfisme, hyperchromasi dan polychromasi

karena kadar asam nukleat yang tinggi di dalam inti serta distribusi chromatin yang

tidak merata, inti sel relatif lebih besar dengan rasio inti/sitoplasma naik mendekati

1, normalnya 1:4 atau 1:6, rasio nuklear/nukleolar naik, mitosis naik, terdapat mitosis

abnormal (tetraploid atau poliploid), normalnya diploid (satu sel membelah jadi 2 sel

anak), susunan sel yang tidak teratur (anaplastik).

11

Page 14: KANKER PAYUDARA

2. Sifat sel kanker: heterogenitas, tumbuh autonom, mendesak dan merusak sel-sel

normal disekitarnya, dapat bergerak sendiri (amoeboid), tidak terkoordinasi, tidak

menjalankan fungsi yang normal.

3. Kinetika sel: tumbuh terus tanpa batas (immortal); tumbuh autonom; metastasis

melalui limfogen, hematogen.

4. Mengalami nekrosis. Walaupun ada neovaskularisasi, namun karena sel-sel kanker

mengalami pertumbuhan yang cepat, maka pasokan darah sering tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhannya. Akibatnya sel itu hipoksia dan bahkan anoksia, sehingga

selnya menjadi nekrosis. Adanya sel yang nekrosis ini jika letaknya dipermukaan,

atau dekat dengan kulit atau mukosa maka akan timbul ulkus (borok).

E. METASTASIS (PENYEBARAN)

Jalur penyebaran kanker payudara ada 3 yaitu :

1. Invasi lokal.

Kanker payudara sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar. Tumor pada

mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan sekitarnya, ke

anterior mengenai kulit, posterior ke otot pektoralis hingga dinding toraks.

2. Metastasis kelenjar limfe

Metastasis melalui ini pertama kalinya akan mengenai kelenjar getah bening

regional.

a. Metastasis kelenjar getah bening aksila

Metastasis utama karsinoma mamae. Pada stadium tertentu, biasanya hanya

kelenjar aksila yang terkena.

Metastasis ke kelenjar getah bening sentral (metastasis yang tersering,

hampir 90%).

Metastasis ke kelenjar getah bening interpektoral (rotter’s nodes)

Metastasis ke kelenjar getah bening subklavikula

Metastasis ke kelenjar getah bening mamaria eksterna (paling jarang).

b. Metastasis ke kelenjar getah bening supraklavikular

c. Metastasis ke kelenjar getah bening mamaria

Lebih sering terjadi, biasanya pada karsinoma mamae di sentral dan kuadran

medial. Dan biasanya terjadi metastasis ke aksila.

12

Page 15: KANKER PAYUDARA

d. Metastasis ke hepar

Melalui sistem limfe ke hepar, yaitu jika tumor primer terletak di tepi medial

bagian bawah payudara. Metastasis melalui saluran limfe bersama-sama vasa

epigastrium superior. Jika terjadi metastasis ke kelenjar preperikardial, maka

akan terjadi statis aliran limfe dan bisa terjadi aliran balik limfe ke hepar dan

bermetastasis disitu.

e. Metastasis hematogen

Sel kanker dapat melalui saluran limfe dan akhirnya masuk ke pembuluh darah.

Juga dapat langsung menginvasi pembuluh darah (melalui vena kava atau sistem

vena interkostal-vertebral) hingga timbul metastasis hematogen. Hasil autopsi

menunjukkan lokasi tersering metastasis adalah di paru, tulang, hati, pleura dan

adrenal.

F. MANIFESTASI KLINIS

Diagnosis pokoknya yaitu :

1. Pada temuan awal: massa tunggal,tidak lunak,massa yang keras dengan batas sakit yg

tegas, mammografi abnormal dan tidak teraba massa.

2. Pada temuan lanjutan: Retraksi kulit atau puting susu, limfadenopati aksila,

pembesaran payudara, kemerahan, edema, indurasi yang kuat, peau d’orange, nyeri,

massa yang terfiksasi pada kulit atau dinding dada.

3. Pada temuan akhir: Ulserasi, limfadenopati supraclavicular, edema lengan, tulang,

paru, hati, otak atau metastasis jauh yang lain.

Temuan klinis:

Pasien dengan kanker payudara biasnya tampak dengan benjolan di payudara atau

skrining mamogram yang abnormal. Pasien dengan kanker payudara biasnya tampak

dengan benjolan di payudara atau skrining mammografi yang abnormal. Kanker payudara

sering ditemukan oleh pasien atau dokternya sebagai massa yang tunggal, diskret, tidak

nyeri dan dapat digerakkan. Pada tahap ini karsinoma biasanya berukuran 2-3 cm, dan

keterlibatan kelenjar getah bening regional (umumnya ketiak) sudah ada pada sekitar

separuh pasien.

13

Page 16: KANKER PAYUDARA

1. Massa tumor

Sebagian besar massa tumor bermanifestasi sebagai massa mamae yang tidak nyeri

dan seringkali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadran

lateral atas. Umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan

tidak licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut dapat terfiksasi ke dinding toraks).

Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan bertambah besar secara

jelas.

2. Perubahan kulit

1. Tanda lesung yaitu saat tumor mengenai ligamentum glandula mammae

(ligamentum cooper segmental), ligamen itu memendek hingga kulit setempat

menjadi cekung, disebut tanda lesung/dimpling.

2. Perubahan kulit jeruk (peau d’orange), yaitu saat vasa limfatik subkutis

tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan edema kulit dan

folikel rambut tenggelam ke bawah. Selain itu kulit juga sembab dan menebal.

3. Nodul satelit kulit yaitu saat sel kanker didalam vasa limfatik subkutis masing-

masing membentuk nodul metastasis, dan disekitar lesi primer dapat muncul

banyak nodul yang tersebar, disebut nodul satelit.

4. Invasi, ulserasi kulit, yaitu saat tumor menginvasi kulit, tampak perubahan

berwarna merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar, lokasi itu

dapat iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik yang disebut tanda bunga

kembang kol.

5. Perubahan inflamatorik. Secara klinis disebut karsinoma mammae inflamatorik,

tampil sebagai keseluruhan kulit mammae berwarna merah bengkak, mirip

perdangan, disebut tanda peradangan. Tanda ini sering ditemukan pada kanker

waktu hamil ataulaktasi.

3. Perubahan papila mammae

1. Retraksi,distorsi papila mamae yaitu karena tumor menginvasi jaringan

subpapilar.

2. Sekret papilar, hal ini sering karena karsinoma papilar dalam duktus besar atau

tumor mengenai duktus besar.

14

Page 17: KANKER PAYUDARA

3. Perubahan eksematoid. Merupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid

(penyakit paget). Secara klinis tampak areola dan papila mamae tererosi,

berkrusta, sekret, deskuamasi, sangat mirip eksim.

4. Pembesaran kelenjar limfe regional

Pembesaran kelenjar limfe ipsilateral bisa soliter atau multipel. Pada awalnya

mobil, lalu dapat saling berkoalesensi atau adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan

perkembangan penyakit, kelenjar limfe supraklavikular juga dapat menyusul membesar.

G. PENCEGAHAN

Kanker payudara dapat menyebar secara signifikan dan sering menimbulkan gejala

yang berarti. Pada saat terdiagnosis sebagai kanker payudara, 5-15% pasien telah terjadi

metastasis dan hampir 40% telah terjadi penyebaran secara regional. Karena pengobatan

terkadang tidak memberikan hasil yang baik atau terlambat dalam memberikan terapinya,

maka pencegahan merupakan langkah yang diperlukan.

Program pengendalian kanker payudara yaitu:

1. Pencegahan primer, yaitu :

Promosi dan edukasi pola hidup sehat.

Menghindari faktor resiko (Riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak menyusui,

riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas, kebiasaan makan tinggi lemak,

kurang serat), perokok aktif dan pasif, pemakaian obat hormonal >5 tahun).

2. Pencegahan sekunder, yaitu:

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Pemeriksaan klinis payudara (CBE/Clinical Breast Examination), untuk

menemukan ukuran benjolan kurang dari 1 cm.

USG, untuk mengetahui batas-bats tumor dan jenis tumor.

Mammografi, menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala tumor. dan

adanya keganasan.

3. Pencegahan tersier, yaitu:

Diagnosis dan terapi.

Diagnosis kanker payudara membutuhkan kombinasi antara kajian klinis dan

investigasi diagnostik. Sekali diagnosis ditegakkan harus dapat ditentukan

15

Page 18: KANKER PAYUDARA

stadiumnya agar dapat mengevaluasi besaran penyakit dan melakukan terapi

yang tepat. Tujuan dari pengobatan adalah menyembuhkan, memperpanjang

harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup. Prioritas pengobatan harus

ditujukan pada kanker dengan stadium awal dan yang lebih berpotensial untuk

sembuh. Standar pengobatan kanker meliputi: operasi, radiasi, kemoterapi, dan

hormonal yang disesuaikan dengan indikasi patologi. Pengobatan harus terpadu

meliputi psikososial, rehabilitasi dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif

untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker.

Pelayanan paliatif.

Hampir di seluruh dunia pasien kanker terdiagnosis dalam stadium lanjut dan

pengobatan harus terpadu termasuk pendekatan psikososial, rehabilitasi, dan

terkoordinasi dengan pelayanan paliatif (untuk mengurangi nyeri) untuk

memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker.

H. PENGOBATAN

Pada stadium 1, II, IIIa (stadium operabel), sifat pengobatan adalah kuratif.

Pengobatannya yaitu operasi (primer) dan terapi yang bersifat adjuvan.

1. Stadium I pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal

mastektomi dg atau tanpa radiasi dan kemoterapi.

2. Stadium II pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal

mastektomi dg atau tanpa radiasi dan kemoterapi.

3. Stadium IIIa adalah dengan modified radikal mastektomi dengan kemoterapi dan

atau tanpa radiasi.

4. Stadium IIIb dan IIIc, pengobatannya kemoterapi neoadjuvan 3 siklus lalu dilakukan

modified radikal mastektomi, kemudian dikemoterapi 3 siklus, bisa ditambahkan

dengan radiasi atau hormonal terapi.

5. Stadium IV pengobatan yang primer adalah yang bersifat sistemik yaitu kemoterapi

(palliative), bisa dengan atau tanpa radiasi, atau hormonal terapi.

16

Page 19: KANKER PAYUDARA

I. PROGNOSIS

Yang berpengaruh terbesar atas prognosis adalah kondisi kelenjar limfe dan

stadium. Kanker yang operabel prognosisnya lebih baik daripada kanker yang

inoperabel.1

1. Skrining kanker payudara

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu teknik pemeriksaan dimana

seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan dengan

jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya.40 SADARI

adalah usaha untuk mendiagnosis kanker payudara secara dini. Kurang lebih sekitar 85%

adanya tumor payudara diketahui oleh penderita lebih dahulu/ditemukan oleh penderita.

Pemeriksaan klinis payudara direkomendasikan oleh banyak organisasi sebagai bagian

rutin dari pemeriksaan fisik untuk wanita mulai usia 20 tahun. Sensitifitas pemeriksaan

klinis payudara sangat rendah daripada mamografi, rata-rata yaitu 54%. Pemeriksaan

klinis payudara penting untuk kepedulian kesehatan wanita, hal ini akan meningkatkan

deteksi untuk kanker payudara dan memberikan kesempatan untuk pemeriksaan payudara

sendiri bagi pasien.

2. Tujuan pemeriksaan payudara sendiri

Tujuan dilakukan pemeriksaan payudara sendiri yaitu :

1. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap payudara.

2. Untuk mendeteksi adanya benjolan pada stadium awal.

3. Untuk melihat adanya perubahan abnormal pada payudara.

3. Waktu pemeriksaan payudara sendiri

Pada waktu sebelum menstruasi, payudara cenderung membengkak dan menjadi

lebih nodular karena peningkatan stimulasi estrogen. Karenanya pemeriksaan payudara

sendiri sebaiknya dikerjakan setelah menstruasi, yaitu pada hari ke 7 sampai ke 10 dari

hari menstruasi pertama, karena pada saat ini pengaruh hormonal estrogen dan

progesteron sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu tidak oedema/ tidak

membengkak sehingga lebih mudah meraba adanya tumor ataupun kelainan pada

payudara.19 Adanya nodul yang muncul selama fase premenstruasi seharusnya di evaluasi

ulang di kemudian waktu.

17

Page 20: KANKER PAYUDARA

4. Cara pemeriksaan pemeriksaan payudara sendiri

a. Inspeksi visual :

Inspeksi payudara dan puting susu dilakukan dalam posisi duduk dengan

pakaian atas yang terbuka dan kedua lengan diletakkan di samping badan. Lakukan

inspeksi dengan seksama, perhatikan perubahan kulit pada payudara (warna kulit),

ukuran dan kesimetrisan kedua payudara (termasuk areolar), bentuk payudara

(adanya massa, dimpling atau tanda lesung), pemeriksaan puting susu (ukuran,

bentuk, arah, adanya ruam atau ulserasi, pembengkakan dan adanya cairan yang

tidak biasa keluar dari puting susu. Sedangkan adanya retraksi kulit dan dimpling

(tanda lesung) sebaiknya diinspeksi dengan posisi kedua tangan diletakkan di atas

kepala dan kemudian berkacak pinggang agar otot pektoralisnya. Puting susu juga

dilihat apakah sama besar atau sama tinggi dan bentuknya.

Gambar 1. Inspeksi payudara pada pemeriksaan payudara sendiri

b. Palpasi :

Palpasi paling baik dilakukan ketika jaringan payudara tersebar rata yaitu pada

posisi terlentang (supinasi).27 Jika perlu bahu atau punggung yang akan diperiksa

diganjal dengan bantal kecil pada wanita yang payudaranya besar. Palpasi area empat

persegi panjang dari klavikula ke lipatan inframamari atau garis bra, dan dari garis

midsternal ke garis aksila posterior kemudian menuju ke aksila untuk ujung (ekor)

payudara. Pemeriksaan untuk setiap payudara membutuhkan waktu sekitar 3 menit,

Perabaan dilakukan secara sitemik dengan menggunakan jari ke 2, 3 dan 4 pada

bagian tengah dan kaudal jari tangan, jari tangan sedikit difleksikan. Perabaan bisa

dilakukan dengan pola sirkuler yaitu meraba dari atas ke bawah ke atas lagi dan

begitu seterusnya. Untuk pemeriksaan payudara bagian lateral, pasien miring keraha

18

Page 21: KANKER PAYUDARA

yang berlawanan lalu meletakkan tangannya diatas kepala, kemudian palpasi di

aksila lalu turun menuju garis bra dan arah medial palpasi dada sampai ke klavikula.

Dan lanjutkan palpasi sampai ke puting susu (daerah areolar).

Gambar 2. Palpasi payudara pada pemeriksaan payudara sendiri

Pada posisi yang berlawanan untuk pemeriksaan payudara bagian medial. Halhal

yang perlu diperhatikan dalam melakukan palpasi pada payudara yaitu :

1. Konsistensi jaringan. Konsistensi normalnya bermacam-macam, tergantung

bagiannya. Ada bagian jaringan kelenjar yang keras dan lemak yang halus. Nodul

fisiologis mungkin ada, maningkat sebelum menstruasi. Mungkin ada daerah keras

yang melintang pada jaringan yang padat sepanjang batas bawah payudara, terutama

pada payudara yang besar. Ini adalah normal, bukan tumor.

2. Sakit atau nyeri. Pada premenstrual payudara terasa penuh.

3. Nodul. Adanya benjolan atau massa.untuk perkiraan dan menggambarkan

karakteristik adanya nodul yaitu:

a. Lokasi. Pada kuadran atau jam berapa, berapa cm jaraknya dari putting susu.

b. Ukuran.

c. Konsistensi (keras, lunak).

d. Bentuk. Benjolannya berbentuk bulat atau kistik, ireguler.

e. Mobilitas (pergerakan). Berkaitan dengan kulit, fasia paktoralis, dan dinding dada.

f. Batas (tegas atau tidak tegas).

g. Nyeri.

Palpasi aksila.

19

Page 22: KANKER PAYUDARA

Pasien dalam keadaan santai dengan kedua lengan lurus kebawah. Untuk memerika

aksila bagian kanan, sangga tangan pasien dengan tangan kanan pemeriksa dan lakukan

palpasi dengan tangan kiri pemeriksa. Palpasi dilakukan pada:

a. Nodus pektoralis. Letakkan ibu jari dan jari tangan di aksila anterior, lalu palpasi

bagian yang membatasi otot pektoralis.

b. Nodus lateral. palpasi dari atas aksila sampai sepanjang humerus atas.

c. Nodus subskapula. Palpasi pasien dari belakang, palpasi otot pada lipatan aksila

posterior.

Palpasi juga di nodus infraklavikula dan nodus supraklavikula.

Gambar 3. Palpasi ketiak pada pemeriksaan payudara.

5. Pemeriksaan penunjang untuk payudara.

a. Mammografi

Mammografi adalah suatu teknik pemeriksaan soft tissue. Kelebihannya adalah

dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi, dapat menemukan lesi mamae yang

tanpa nodul tapi ada becak mikrokalsifikasi. Digunakan untuk analisis diagnostik dan

rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnosis sekitar 80%. Bagi wanita yang beresiko

tinggi, banyak dokter yang menganjurkan skrining dengan mamografi pada usia 35

atau 40 tahun, kemudian setiap 2 atau 3 tahun sampai usia 50 tahun. Mammografi

tingkat akuratnya kurang pada jaringan payudara yang lebih berkelenjar dan padat,

terutama sebelum menopause. Untuk wanita yang berusia 50 sampai 69 tahun,

mammografi dan pemeriksaan klinis payudara lebih banyak direkomendasikan setiap

1 sampai 2 tahun. setelah usia 70 tahun, keuntungan mamografi lebih sedikit.

Indikasi mamografi menurut Ramli (2005):

20

Page 23: KANKER PAYUDARA

1. Adanya benjolan dan rasa tidak enak pada payudara.

2. Pada wanita dengan riwayat resiko tinggi untuk mendapatkan keganasan

payudara.

3. Pembesaran kelenjar getah bening aksila yang meragukan.

4. Pada wanita dengan penyebab metastasis tanpa diketahui asal tumor primer.

5. Pada penderita dengan cancer phobia.

6. Follow up penderita pasca operasi dengan kemungkinan kambuh atau keganasan

payudara yang kontralateral.

21

Page 24: KANKER PAYUDARA

BAB III

P E N U T U P

A. KESIMPULAN

1. Secara keseluruhan responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang kanker

payudara dan pemeriksaan payudara sendiri (81,2%).

2. Secara keseluruhan responden memiliki sikap yang kurang tentang kanker payudara

dan pemeriksaan payudara sendiri (43,6%).

3. Secara keseluruhan responden memiliki perilaku kurang untuk melakukan

pemeriksaan payudara sendiri (95%).

4. Ada perbedaan sikap tentang kanker payudara dan pemeriksaan payudara sendiri

antara responden yang memiliki pengetahuan yang kurang dengan responden yang

memiilki pengetahuan yang sedang dan baik (p value: 0,000).

5. Ada perbedaan perilaku pemeriksaan payudara sendiri antara responden yang

memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dengan responden yang memiilki tingkat

pengetahuan sedang dan baik (p value: 0,038).

6. Tidak ada perbedaan perilaku pemeriksaan payudara sendiri antara responden yang

memilki sikap yang kurang dengan responden yang memiilki sikap sedang dan baik

(p value: 0,053).

B. S A R A N

Jika terdapat benjolan atau pembengkakan pada payudara, mungkin itu hanya

karena perubahan hormon. Tapi, jika penebalan tidak hilang, maka itu jangan diabaikan.

Jika terjadi pembengkakan di sekitar ketiak dekat payudara, bisa saja menunjukkan

bahwa ada masalah pada lobus atau saluran susu. Segera periksa ke dokter apabila

terdapat tanda-tanda aneh tersebut, karena bisa saja itu tanda kanker payudara. Dan

berikut ini akan dijelaskan tentang tanda seseorang terkena kanker payudara, yang bisa

Anda ketahui dan perhatikan.

22

Page 25: KANKER PAYUDARA

DAFTAR PUSTAKA

Desen W. Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi:2. Jakarta : FKUI.2008. Hal:366,372-373,369.

Ramli M. Buku Deteksi Dini Kanker. Jakarta : FKUI. 2005.Hal:32,36

Rasjidi, Imam. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta : CV Sagung Seto; 2009.

Profil kesehatan 2007.Diunduh dari:http://www.depkes.go.id/profil kesehatan 2007/ diakses 9 november 2010, pukul11:49

Profil kesehatan 2008. Diunduh dari:http://www.depkes.go.id/profil kesehatan 2008/ diakses 9 november 2010, pukul11:23

Supit, Nina. Deteksi Dini Keganasan Payudara. Dalam : Deteksi Dini Kanker. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indoesia ; 2005.

23