Upload
others
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kajian Sistem Struktur Bangunan Tinggi yang Terpengaruh oleh Bentuk Twist
Tommy Tanedy, Widyarko
1,2. Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Pertambahan penduduk disertai semakin minimnya ruang membuat pembangunan ke arah vertikal. Pembangunan ini didukung oleh perkembangan teknologi sehingga bentuk high-rise menjadi kompleks, salah satunya adalah bentuk twist. Bentuk twist ini didukung oleh sistem struktur baik dari gaya eksternal (alam) maupun gaya dari internal (bangunan dan twist). Untuk mengkaji lebih dalam pengaruh twist dan sistem struktur terhadap ruang yaitu dengan menganalisis studi kasus dengan metode deskriptif. Pada Turning Torso penggunaan ruang secara vertikal lebih banyak akibat penggunaan kantilever dan core yang tebal. Berbeda dengan The Grove dan Cayan Tower, ruang yang dihasilkan tidak terhalang oleh struktur. Selain itu, ketiga studi kasus memaksimalkan penataan ruang (free floor plan) dengan menerapkan lantai bebas kolom (free-column space) dan lantai tipikal.
Study of The Structural System in Twisted High-rise Buildings
Abstract
The growths of population are accompanied by lack of space that makes the construction keep going through the vertical direction. This development was supported by technology that the form of high-rise is getting complex, which is the form of twist. The twisted form has to bear the external force, such as nature, and also the internal force from the twist itself. Thus, this kind of buildings need to be supported with a certain structural system. To examine more deeply the influence of twist and the structural system toward space is by analizing a case study by using descriptive method. At Turning Torso, usage of the vertical space is more due to the usage of cantilever and thick core. In contrast to The Grove and Cayan Tower, the resulting space is not hindered by the structure. In addition, this three case studies maximize the arrangement of space (free floor plan) by applying free-column space and typical floor.
Keywords: twist, structural system, high-rise, space
Pendahuluan
Perkembangan teknologi menimbulkan perubahan yang pesat dalam bidang arsitektur.
Perkembangan tersebut tidak hanya berdampak pada bangunan rendah, tetapi juga terjadi
pada bangunan tinggi. Kehadiran bangunan tinggi sendiri membuat kebutuhan sistem struktur
dan penerapan material yang berbeda dari bangunan rendah. Selain itu, perkembangan
teknologi juga digunakan untuk mendukung bentuk-bentuk baru yang lebih merespon kondisi
tapak seperti bentuk twist.
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
Bentuk baru yang bermunculan juga tidak hanya sebagai suatu citra estetika, tetapi juga
membawa pengaruh yang berbeda terhadap ruang yang dibentuk dan tetap memperhatikan
nilai bangunan tinggi. Nilai tersebut sudah ada sejak dulu ketika bangunan tinggi dibangun
yaitu untuk mengatasi kelangkaan tanah (ruang) yang semakin menipis (Bryan Stafford
Smith, Tall Building Structures, 1991, p. 1).
Pada awal kemunculan bangunan tinggi hanya gaya gravitasi yang diperhitungkan. Hal ini
karena material dan sistem struktur dari masonry (tumpukan batu) saat itu memiliki beban
yang sangat berat sehingga dapat menahan gaya angin (Mehmet Halis Günel, 2014). Dengan
semakin tinggi bangunan, aspek gaya yang diperhitungkan menjadi lebih banyak dibanding
bangunan rendah, misalnya gaya lateral. Oleh karena itu, kehadiran teknologi dimanfaatkan
untuk menunjang perkembangan sistem struktur dan material yang lebih efisien dalam
menunjang bentuk baru yang lebih kompleks.
Kemunculan bentuk baru yang lebih kompleks terutama bentuk twist, telah banyak
diaplikasikan pada bidang arsitektur. Namun, bentuk twist ini baru mulai diterapkan pada
bangunan tinggi pada akhir abad ke-20. Pengaplikasian bentuk ini tentunya membawa
perubahan yang cukup pesat karena dinilai oleh orang awam hingga arsitek sebagai sebuah
gerakan berani dan baru. Di samping itu, bentuk twist tersebut memunculkan aspek torsion
(puntiran) dari bentuk bangunan. Dengan begitu, arsitek ditantang untuk menemukan sistem
struktur yang dapat mengakomodasi bentuk twist. Selain itu, penggunaan sistem struktur yang
berbeda tersebut berpengaruh pada ruang yang dihasilkan juga akan berbeda.
Kemudian pernyataan penelitian yang muncul antara lain: apa saja jenis bentuk twist yang
ada? Apa yang menjadi faktor penerapan bentuk twist? Bagaimana sistem struktur yang ada
pada bangunan tinggi saat ini? Bagaimana dampak twist terhadap sistem struktur dan kaitan
antara twist dengan sistem struktur terhadap ruang?
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memahami jenis-jenis twist yang ada dan
bagaimana sistem struktur bangunan tinggi yang dapat mendukung maupun mengikuti bentuk
twist. Dilanjutkan meninjau dampak sistem struktur tersebut terhadap ruang yang tercipta.
Tinjauan Teoritis
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
Dalam dunia arsitektur, kita banyak mendengar istilah twist dan torsion. Kedua istilah
tersebut dapat membingungkan orang mengenai arti dari istilah itu yang dikatakan hampir
serupa. Dalam Merriam Webster (Merriam-Webster, 2015) dijelaskan bahwa twist atau dalam
bahasa Indonesia yaitu pelintir mempunyai arti:
- tobendorturn(something)inordertochangeitsshape
- tobendorturn(something)intoashapeorpositionthatisnotnormalornatural
- toturn(something)inacircular
Dengan begitu, pelintir (twist) dapat disimpulkan sebagai suatu aksi. Sedangkan dalam
MerriamWebster(Merriam-Webster,2015)dijelaskanbahwatorsionadalah
- thetwistingorwrenchingofabodybytheexertionofforcestendingtoturnone
endorpartaboutalongitudinalaxiswhiletheotherisheldfastorturnedinthe
oppositedirection
- thestateofbeingtwisted
Dengan begitu, torsion merupakan reaksi yang terjadi oleh twist. Hal didukung lagi oleh
Brokaw (2002:7):
“Twist is torsion, butnotall torsion is twist. Inmany contexts, the terms twistand
torsionareusedinterchangeably.”
Untuk kemudian akan digunakan istilah twist dalam pembahasan berikutnya yang pada
dasarnya arsitek dengan sengaja melakukan aksi twist terhadap desain bangunan. Twist sendiri
memiliki berbagai macam bentuk, tetapi yang akan dibahas adalah sesuatu bidang yang
dipelintir (twisted surface). Twisted surface menurut Vollers (2001:20):
Atwistedsurfacecanbedescribedinvariousway:
1. Accordingtotheconventionaldefinition
Itisasurfacecomposedofstraightlines,whereadjacentlinesarenotparallel(inthat
case itwouldbeaplanarora single-curved surface), nordo they intersect (then it
wouldbeaplanaroraconicalsurface)
2. Accordingtothedefinitiondevelopedinthisproject
Itisasurfacebuiltupfromlinesbyshiftingandrotation,wherebyonecomponentof
therotationdirectionisperpendiculartotheshiftingdirection
Untuk pembahasan dalam tulisan ini, penggunaan twist akan mengacu kepada pernyataan
kedua Kaler Vollers yang mana terdapat satu garis sumbu yang tegak lurus terhadap rotasi
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
(Gambar 2.13). Untuk lebih jelasnya yakni permukaan atas dan bawah memiliki arah yang
berbeda.
Gambar 1. Objek yang terpelintir Sumber: Twist&Build, hal. 19
Menurut Vollers (2001:52), twisted surface dapat dibedakan berdasarkan bentuk geometrinya
dan bentuk twist tersebut terjadi akibat adanya proses shifting dan rotating.
Gambar 2. Jenis extrude Sumber: Twist&Build, hal. 53
Jika suatu bidang diberikan aksi shifting (pergeseran) maka yang akan dihasilkan hanyalah
sebuah bentuk extrude (bentuk yang ditarik). Extrude karena shifting sendiri terbagi menjadi
tiga jenis yaitu, orthogonal / tegak lurus terhadap bidang (Gambar 2.14-1), angler / memliki
derajat kemiringan terhadap bidang (Gambar 2.14-2), dan slider / memiliki derajat lengkung
terhadap bidang(Gambar 2.14-3).
Melanjutkan pernyataan Vollers (2001), twist akan muncul jika terjadi shifting dan rotating.
Dari extrude (hasil shifting) sebelumnya diberikan aksi rotating yang akan menghasilkan tiga
jenis twisting.
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
Gambar 3. Jenis twist Sumber: Twist&Build, hal. 53
Yang pertama disebut twister (Gambar 2.15-10) adalah rotating the orthogonal extrude secara
vertikal sedangkan yang kedua disebut roto-twister (Gambar 2.15-11) adalah rotating the
orthogonal extrude namun secara horizontal. Dan yang terakhir angled-twister (Gambar 2.15-
12) dan sliding-twister (Gambar 2.15-13) adalah rotating the angler extrude dan slider
extrude mengikuti sumbu secara vertikal yang dibentuk oleh angler (sudut tertentu) dan slider
(pergerseran) (Vollers, 2001, p. 53).
Untuk mendukung bentuk twist tersebut, bangunan tinggi memerlukan sistem struktur yang
berbeda dan lebih kompleks dibandingkan bangunan rendah dan pilihan sistem struktur juga
terbatas seiring dengan tingginya bangunan. Oleh karena itu, dalam prosesnya, arsitek dan
ahli struktur saling bekerja sama. Pernyataan ini didukung oleh Schueller (High-rise Building
Structures. 1977:3):
Thearchitectmustappropachthedesignofabuildingasatotalsysteminwhichthe
physicalsupportstructureasanorganicpartgrowswiththedesignofthebuilding;
structurecannotbeconsideredseparatelyasanunrelatedadditiontobepluggedinto
thefunctionalspacelaterbytheengineer.
1. Shear Core dengan Cantilever dan Suspended System
Struktur core, sebagai struktur vertikal, bersama dengan kantilever atau suspensi,
sebagai struktur horizontal, membentuk sistem struktur yang memberikan keuntungan
dalam hal penataan ruang maupun bentuk bangunan.
12
13
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
Gambar 4. Cantilever and suspension with core Sumber: High-rise Building Structure, hal. 88
2. Tubular
Sistem struktur tabung diperkenalkan oleh Fazlur Khan dari ahli struktur S.O.M. Saat
sekarang, empat dari lima bangunan tinggi menggunakan sistem struktur tabung.
Penggunaan sistem struktur ini karena 50% lebih efisien dalam penggunaan material
per meter persegi dibanding sistem struktur rangka. Dinding tabung ini terdiri dari
kolom yang berjajar di selubung bangunan dan dikaitkan dengan balok tebal. Dinding
tersebut mengakibatkan struktur fasad dalam merespon gaya lateral dan
menghilangkan interior diagonal bracing atau shear wall.
Gambar 5. Tubular structure Sumber: High-rise Building Structure, hal. 102
i. Tube in tube
Struktur tabung (Gambar 2.29a) semakin kaku dengan hadirnya tabung di
bagian dalam yang dapat dikatakan sebagai core (Gambar 2.29b). Kedua
tabung ini bekerja sama sebagai satu kesatuan untuk menahan beban gravitasi
maupun beban lateral.
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
Gambar 6. Tube in tube (sistem tabung+core) Sumber: High-rise Building Structure, hal. 106
Dengan penggunaan sistem stuktur untuk mendukung bentuk twist, tentunya turut berdampak
terhadap ruang. Hal ini karena ruang merupakan elemen yang penting dalam arsitektur.
Secara harfiah, ruang (space) berasal dari bahasa Latin, yaitu spatium yang berarti ruangan
atau luas (extent). Ruang berasal dari bahasa Yunani yaitu sebagai tempat (topos) atau lokasi
(choros) yaitu ruang yang memiliki ekspresi kualitas tiga dimensi. Selain itu, ruang menurut
Aristoteles adalah suatu yang terukur dan terlihat, dibatasi oleh kejelasan fisik, batasan yang
terlihat sehingga dapat dipahami keberadaanya dengan jelas dan mudah (Designerindy, 2011).
Dengan begitu, ruang pada bangunan tinggi adalah suatu yang terukur dan terlihat akibat
dibatasi oleh fisik yang jelas secara tiga dimensi sama seperti pada bangunan rendah, namun
disusun secara vertikal dengan komposisi banyak lantai. Ruang pada bangunan tinggi pada
umumnya diciptakan agar mencapai free-column space dan free-floor plan. Dari free-column
space memiliki arti “designed with minimum or no interior columns”. Maksud dari kolom
yang sedikit atau tidak ada ini ditinjau dari sisi terluar bangunan hingga ke pusat bangunan
(core). Berbeda dengan free-floor plan yang memiliki arti “maximum flexible layout” atau
penataan ruang dengan tingkat fleksibilitas yang maksimal (Ayşin Sev, 2009).
Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini merupakan metode deskriptif yaitu kajian
teori dan literatur yang didapat dari berbagai sumber media, seperti internet, buku, jurnal
online, forum internasional, dan sebagainya. Untuk preseden sebagai studi kasus, penulis
menggunakan metode kualitatif dalam hal menganalisis.
Hasil Penelitian
a b c
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
1. Studi Kasus I: Turning Torso
Turning Torso adalah bangunan setinggi 54 lantai (190 m) karya Santiago Calatrava, yang
berlokasi di Malmo, Swedia. Bangunan ini terdiri atas sembilan set kubus (Gambar 3.1)
dengan fungsi bangunan sebagai berikut: kantor pada dua set kubus terbawah dan residential
(147 unit) pada tujuh set kubus lainnya. Turning Torso berawal dari sketsa Santiago Calatrava
yang berbentuk seperti lekuk tubuh manusia yang memuntir (Gambar 3.2). Bangunan terdiri
atas sembilan set kubus yang tiap set berisi lima lantai (Gambar 3.4) yang berotasi sebesar
1.6º dengan total rotasi dari bawah hingga atas sebesar 90º (Gambar 3.3) (arcspace.com,
2005).
Gambar 7. 9 Set Kubus Turning Torso. 2005 Sumber: http://www.arcspace.com/features/santiago-calatrava/turning-torso/ (2/5/16 11.48AM)
Pada Turning Torso, semua beban baik beban gravitasi maupun beban lateral yang bekerja
pada bangunan disalurkan melalui struktur utama yaitu core. Core tersebut secara langsung
bersinggungan dengan lantai kantilever yang berotasi. Selain core juga terdapat perimeter
column dan exo-skeleton (Lomholt, 2014).
Gambar 8. Turning Torso plan Sumber: http://www.dac.dk/da/dac-life/copenhagen-x-galleri/cases/turning-torso/ (3/5/16 10.00)
9. Residential 8. Residential 7. Residential 6. Residential 5. Residential 4. Residential 3. Residential 2. Office 1. Office
Cantilever Slab
Exo-skeleton: Steel Spine
Concrete Perimeter Column
Core
Steel Truss
Steel Perimeter Column
Spine Column
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
Pada bagian slab bangunan terdapat dua sistem slab yang bekerja. Di bagian bawah set kubus
terdapat struktur slab kantilever kerucut (conical cantilever slab) setebal 90 cm, kemudian
lima lantai di atasnya menggunakan struktur flat slab setebal 27 cm. Penyebaran gaya dari
lima lantai di atasnya mengalir secara horizontal oleh flat slab dan diteruskan melalui
perimeter column / kolom yang berada di sisi terluar bangunan.
Gambar 9. Aliran gaya gravitasi Sumber: Diagram pribadi
Selain itu, terdapat spine column (kolom yang berada di ujung lancip kerucut) yang terbuat
dari beton dan menerus dari atas sampai bawah dan ditopang oleh pile foundation. Fungsi
spine column ini sendiri turut membantu core dalam meneruskan gaya gravitasi dan gaya
lateral. Spine column juga terhubung dengan struktur steel spine atau juga disebut exo-
skeleton (struktur yang terletak di luar bangunan) melalui batang stabilisator yang terhubung
di tiap lantai.
Exo-skeleton mengikuti bentuk twist dan lebih berfungsi untuk menahan gaya lateral yang
diakibatkan oleh angin pada kondisi lapangan yang sering terjadi angin kencang. Exo-skeleton
ini juga terhubung ke concrete perimeter column dengan bantuan steel truss horizontal dan
diagonal di tiap lantai teratas set kubus (Lomholt, 2014; designbuild-network.com, 2011).
Batang penstabil Truss diagonal dan horizontal
Exo-skeleton : steel spine
Spine Column Concrete perimeter column
Core
Flat Slab
Cantilever-Truss Slab
Perimeter Column
Gaya gravitasi melalui flat slab
Diteruskan ke bawah oleh perimeter column Masuk ke core melalui cantilever-truss slab
Sumbu y Sumbu x
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
Gambar 10. Struktur pendukung core
Sumber: http://architectism.com/the-stunning-turning-torso-in-malmo-sweden/ (2/5/16 10.30PM)
2. Studi Kasus II: The Grove, Miami
The Grove secara umum merupakan bangunan persegi yang dipelintir dengan luas area 58.900
m2. Dibangun oleh BIG (Bjarke Ingels Group) mulai tahun 2012 dan selesai pada tahun 2014
dengan ketinggian 20 lantai atau sekitar 96 meter. Bangunan ini terdiri atas 2 tower yang
berfungsi sebagai residential dengan komposisi per unit 3-5 kamar tidur (Jordana, 2013).
Gambar 11. The Grove at Grand Bay. 2014 Sumber: www.big.dk (2/5/16 5.30PM)
Pada tower Utara, bentuk dasar bangunan merupakan persegi panjang yang dipelintir secara
menerus. Sedangkan pada tower Selatan, terdapat peraturan yaitu bentuk dasar harus berbetuk
kotak dengan penambahan panjang lantai bertambah seiring bangunan bertambah dan
dipelintir (Luis Ramirez, 2014). Bentuk twist pada 2 tower ini juga diperkuat dengan
kehadiran kolom yang ikut twist menerus dari bawah hingga atas.
Gambar 12. Denah The Grove (Diolah kembali) Sumber: http://global.ctbuh.org/resources/papers/download/2501-structural-challenges-of-twisting-towers.pdf, hal.479
Tower Selatan
Tower Utara
Skyline
Marina
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
Struktur utama bangunan ini adalah core yang dibantu oleh slope-twisted column (kolom twist
yang menerus). Karena semua kolom terpelintir dengan arah yang sama, terbentuk efek
puntiran yang memungkinkan bangunan berputar dan jatuh ke tanah. Untuk mengatasi hal
tersebut, slab menggunakan post-tension slab (slab yang berisi kabel baja untuk
meningkatkan daya tarik) yang berfungsi meneruskan gaya dari kolom ke core yang menjadi
satu-satunya struktur yang lurus dari bawah ke atas. Di samping itu, slab juga bekerja seperti
pile cap yang berfungsi untuk mengunci kolom-kolom yang terpelintir sehingga kaku
(Vincent DeSimone, 2015, pp. 479-480).
Meninjau lebih lanjut, gaya puntiran bangunan dan gaya lateral dari angin dapat membuat
tebal core mencapai 1.8 m yang sangat memakan ruang. Penggunaan core komposit
(gabungan pelat baja setebal 10 cm dan beton 75 cm) dapat memiliki kekuatan yang setara
dengan core setebal 1.8 m dengan teknik konvensional. Hal ini tentunya juga dibantu oleh
hat-truss (truss baja yang dirangkai) (Gambar 3.16) yang berada pada atap tower dan
berfungsi untuk mengunci kolom-kolom dibagian teratas serta menyalurkan sembilan lantai
beban teratas ke bagian core (Vincent DeSimone, 2015, pp. 480-481). Hat-truss ini sendiri
memiliki cara kerja seperti suspended system yang menggantung beberapa lantai di bawahnya
lalu disalurkan ke paling atas dan menuju core.
Gambar 13. Kiri: Hat-trus. Kanan: Suspended system with core Sumber: Kiri: http://global.ctbuh.org/resources/papers/download/2501-structural-challenges-of-twisting-towers.pdf, hal.480.
Kanan: High-rise Building Structure, hal. 88
Penggunaan slope-twisted column di satu sisi memiliki kelebihan, namun di sisi lain memiliki
kekurangan. Kekurangan tersebut akan muncul ketika slope-twisted column bersinggungan
dengan partisi yang ada di dalam bangunan. Hal ini disebabkan oleh singgungan bukan hanya
secara horizontal atau vertikal yang masih dapat diukur dengan presisi, melainkan secara
diagonal yang berbeda ukuran. Oleh karena itu, dibutuhkan usaha untuk penanganan yang
jauh lebih kompleks.
Hat-truss
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
Gambar 14. Kiri: Contoh kolom pada The Grove. Tengah: Slope-twisted column secara perspektif bersinggungan dengan partisi. Kanan: Tampak kanan.
Sumber: Kiri: www.designboom.com (11/5/16 10.56PM). Tengah dan kanan: Pribadi
3. Studi Kasus III:
The Cayan Tower adalah bangunan karya S.O.M (Skidmore, Owings & Merrill) yang juga
merupakan pelopor sistem struktur tubular. Bangunan ini terletak di Dubai Marina, UEA,
dibangun mulai tahun 2006 dan baru selesai tahun 2013 akibat kendala pada bagian pondasi
yang terhambat air yang meluap. Bangunan ini difungsikan sebagai residential sebanyak 495
unit dan memiliki 75 lantai setinggi 306.4 meter (Deulgaonkar, 2013). Menurut Direktur
Desain S.O.M, Ross Wimer, lantai bangunan berbentuk seperti logo “Chevron” segi-enam
yang diputar 1.2º per lantai sehingga membentuk bangunan twist sebesar 90º (Shapiro,
2013). Putaran ini terjadi akibat peraturan wilayah yang mana entrance bangunan harus
menghadap ke bagian waterfront Dubai Marina, sedangkan arsitek melihat potensi view yang
sangat menarik bagi resident sehingga bagian atas bangunan diputar menghadap ke Arabia
Gulf (The Angry Architect, 2013).
Gambar 15. Site Cayan Tower dan arah view Sumber: http://ctbuh.org/TallBuildings/FeaturedTallBuildings/FeaturedTallBuildingArchive2014
/CayanTowerDubai/tabid/6819/language/en-US/Default.aspx (2/5/16 9.00PM)
S.O.M menerapkan pembedaan antara kolom yang miring ke samping maupun ke
depan/belakang sesuai dengan ketinggian lantai. Kolom-kolom bekerja seperti sistem struktur
tubular yang di-stacking dan digeser 30-35 cm ke samping dan dimiringkan sebanyak 10º ke
Arabia Gulf
Dubai Marina
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
depan atau ke belakang agar dapat bertemu dengan balok dan kolom yang menopang lantai di
atasnya. Step-twisted column tersebut bekerja untuk menahan gaya gravitasi yang kemudian
ditransfer oleh flat slab beton ke arah core dan memiliki sifat kerja seperti pile cap (bidang
pengunci kolom-kolom sehingga menjadi kaku) (Shapiro, 2013).
Gambar 16. Kiri: Stepped-column. Kanan: Perubahan titik kolom Sumber: http://global.ctbuh.org/resources/presentations/best-tall-building-middle-east-africa-the-worlds-tallest-twisting-
tower-cayan-tower.pdf (2/5/16 8.55PM)
Untuk menahan gaya lateral yang terjadi, step-twisted column tersebut diperkuat dengan
sprandel beam (balok penghubung antar kolom luar) membentuk rangka yang berfungsi
menahan 75% beban lateral dan sisa 25% ditahan oleh core. (Rath, 2013). Sprandel beam
inilah yang menyebarkan beban lateral dari kolom atas ke kolom bawah (Cathal McElroy,
2012). Sprandel beam menggunakan reinforcing bar atau rebar (tulangan baja) yang
berfungsi untuk meningkatkan daya tarik beton.
Pembahasan Tabel 1. Perbandingan Tiga Studi Kasus
Nama Turning Torso The Grove The Cayan Tower Tahun 2001-2005 2012-2014 2006-2013 Ide dan Faktor Desain
Tubuh manusia yang menari; angin kencang
Pandangan yang tidak terhalang (Marina dan Skyline)
DNA manusia; pandangan yang tidak terhalang (Gulf dan Marina), sunlight, dan badai pasir
Jenis Twist Twister Twister (tower Utara) dan sliding twister (tower Selatan)
Twister
Tinggi 54 lantai (190 m) 20 lantai (96 m) 75 lantai (306,4 m) Perbandingan Tinggi
2 1 3
Floor Plan 324 m2 (17.500 m2) 1.472,5 m2 (58.900 m2) 1.160 m2 (111.000 m2) Perbandingan Floor Plan
0.2 1 0.75
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
Rotasi 1,6º (90º) -º (38º) 1,2º (90º) Fungsi Resident (81,4%)
Office (18,6%) Resident Resident
Struktur Utama Core Core + Slope-Twisted Column
Core + Step-Twisted Column
Struktur Pendukung
Steel spine (Twist) Steel truss Spine column (Twist) Steel and concrete perimeter column
Hat-truss Sprandel beams
Slab Cantilever-truss slab(utama) Flat-slab
Post-tension slab Flat-slab
Kategori Sistem Struktur
Core with Cantilevered System
Core with Suspended System
Step-twisted tube in tube
Ruang Free floor plan Free floor plan Free floor plan Berdasarkan tinjauan tiga studi kasus di atas, penerapan bentuk twist pada high-rise
dipengaruhi faktor dan penerapan teknologi yang berbeda. Pada Turning Torso bentuk twist
muncul akibat lokasi tapak yang memiliki kondisi angin kencang. Pada The Grove, bentuk
twist diterapkan untuk mendapatkan pandangan yang tidak terhalang baik ke Marina maupun
ke Skyline Miami. Berbeda dengan Cayan Tower, selain angin dan pandangan yang menjadi
nilai tambah, bentuk twist digunakan untuk menghalau sunlight dan badai pasir.
Selain faktor yang memengaruhi twist dan kategori twist yang berbeda, cara penerapan bentuk
twist pada tiga studi kasus tersebut juga berbeda. Pada Turning Torso, bentuk twist dibentuk
oleh fasad bangunan maupun slab. Kontras dengan The Grove dan Cayan Tower yang mana
struktur perimeter column-nya secara langsung membentuk bangunan twist.
Bentuk twist pada Turning Torso dan Cayan Tower dikategorikan sebagai bentuk twister
karena dirotasi secara vertikal. Pada The Grove, tower Utara dikategorikan sebagai bentuk
twister, berbeda dengan tower Selatan dikategorikan sebagai bentuk sliding-twister. Hal ini
karena selain dirotasi secara vertikal, juga terdapat pergeseran bentuk floor plan dari persegi
menjadi persegi panjang.
Pada Turning Torso yang menggunakan core sebagai struktur utama, sedangkan exo-skeleton
dan perimeter column sebagai struktur pendukung. Selain itu, Turning Torso dapat
menerapkan kantilever akibat ukuran floor plan yang kecil. Sedangkan pada The Grove dan
Cayan Tower selain menggunakan core, dibutuhkan perimeter column (slope-twisted column
dan step-twisted column) sebagai struktur utama untuk menopang slab yang berukuran lebih
besar (5x dan 3.75x Turning Torso). Pada Cayan Tower tidak dapat menerapkan slope-
twisted column yang diterapkan The Grove akibat memiliki ketinggian 3x The Grove dan
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
berpotensi menimbulkan efek secondary twist (efek dari struktur yang melintir). Selain itu,
The Grove sendiri telah menerapkan hat-truss pada lantai teratas sehingga dapat
meminimalkan efek puntir.
Pada Turning Torso terdapat 2 jenis sistem slab yang bekerja yaitu cantilever-truss slab
sebagai slab utama untuk menopang 5 flat-slab diatasnya. Pada The Grove menggunakan
post-tension slab akibat kehadiran kantilever sehingga membutuhkan gaya tarik dan pegikat
perimeter column. Sedangkan pada Cayan Tower menggunakan flat-slab yang bekerja seperti
pile cap, berfungsi untuk mengikat perimeter column.
Pada ketiga studi kasus menerapkan sistem struktur yang berbeda untuk mendukung bentuk
twist. Turning Torso terlihat menggunakan cantilever-system with core, sedangkan The
Grove menggunakan suspended-system with core. Kedua bangunan ini sama-sama
menerapkan perkembangan dari sistem core, berbeda dengan Cayan Tower yang
menggunakan step-twisted column dengan sprandel beams dan core yang merupakan
perkembangan dari sistem struktur tubular (tube in tube).
Penggunaan core yang tebal pada Turning Torso untuk menopang kantilever ini
membutuhkan ruang lebih banyak secara vertikal. Namun ditinjau lebih lanjut, penerapan ini
menghasilkan ruang yang bebas kolom di tengah ruangan atau free-column space. Pada The
Grove dan Cayan Tower yang menerapkan perimeter column juga turut membuat tidak
terdapat kolom di tengah ruangan. Namun penggunaan slope-twisted column pada The Grove
membuat penataan ruang khususnya partisi yang bersinggungan dengan kolom menjadi lebih
kompleks. Penataan tersebut tidak hanya secara vertikal dan diagonal, tetapi juga diagonal.
Ketiga studi kasus ini tetap menggunakan core sebagai salah satu bagian dari struktur utama
terutama pada Turning Torso. Adanya core pada high-rise tidak lain untuk memudahkan
penataan MEP. Penggunaan sistem struktur berbeda pada tiap kasus namun tetap
menghadirkan free-column space. Fungsi free-column space ini untuk mencapai free floor
plan yang sehingga selain memudahkan penataan oleh arsitek, juga oleh perencana MEP dan
pengguna bangunan. Selain itu, ketiga studi kasus ini juga menerapkan lantai tipikal untuk
mencapai free floor plan.
Kesimpulan
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
Melihat dari sejarah, perkembangan teknologi membuat high-rise telah mengalami berbagai
macam perubahan dimulai dari material, sistem struktur, hingga bentuk high-rise yang lebih
kompleks. Bentuk kompleks tersebut muncul karena pertimbangan kondisi tapak seperti
bentuk twist. Bentuk twist tersebut bisa terbentuk dari elemen-elemen bangunan yang di-twist.
Mulai dari elemen horizontal hingga vertikal, slab yang dirotasi, fasad hingga sistem struktur
yang di-twist.
Dengan penerapan elemen yang berbeda tersebut, bentuk twist pada Turning Torso dan Cayan
Tower dikategorikan sebagai bentuk twister karena dirotasi secara vertikal. Pada The Grove,
tower Utara dikategorikan sebagai bentuk twister, berbeda dengan tower Selatan
dikategorikan sebagai bentuk sliding-twister. Hal ini terjadi karena selain dirotasi secara
vertikal, namun terdapat pergeseran bentuk floor plan dari persegi menjadi persegi panjang.
Selain bentuk twist yang berubah tiap lantai, ia juga memiliki keunggulan dalam
meminimalkan gaya lateral. Namun di sisi lain, bentuk twist ini menimbulkan efek puntiran
yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Dengan begitu sistem struktur yang akan
digunakan, selain menahan gaya gravitasi dan lateral, struktur tersebut harus juga bisa
menahan efek puntiran.
Secara sistem struktur yang bekerja, Turning Torso dan The Grove merupakan perkembangan
dari sistem core (cantilever dan suspended system with core), sedangkan Cayan Tower dari
sistem tubular (tube in tube). The Grove dan Cayan Tower memiliki karakteristik sistem
struktur yang sama dalam merespon bentuk twist yaitu sistem struktur bekerja sebagai fasad
yang twist sehingga efek puntiran terjadi pada sistem struktur dan fasad bangunan. Dengan
begitu, The Grove dan Cayan Tower memiliki sistem struktur yang mendukung dan
mengikuti bentuk twist. Berbeda dengan Turning Torso, bentuk twist diperoleh dari slab dan
fasad sehingga efek puntiran hanya terjadi pada bentuk fasad bangunan. Selain itu, tanpa
adanya exo-skeleton dan perimeter column, core pada Turning Torso dapat berdiri kokoh
sehingga sistem struktur Turning Torso hanya dapat mendukung bentuk twist.
Berdasarkan tiga studi kasus, tidak dapat disimpulkan sistem struktur mana yang paling baik
karena tiap jenis sistem struktur memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dan
kelebihan sistem struktur tidak hanya untuk mendukung bentuk twist, melainkan juga sistem
struktur yang dipakai terhadap ruang yang dihasilkan. Pada Turning Torso core yang tebal
dan kantilever yang menggunakan ruang secara vertikal lebih banyak. Begitu juga dengan The
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
Grove yang menerapkan slope-twisted column membuat penataan ruang partisi menjadi
kompleks.
Namun, dibalik kekurangan tersebut, ketiga sistem struktur ini mendukung nilai penting dari
high-rise yaitu menghasilkan ruang yang disusun secara vertikal. Ruang yang tercipta harus
mendukung free floor plan dengan tujuan mencapai fleksibilitas dalam menata ruang dan
memaksimalkan ruang. Fleksibilitas penataan ruang tidak hanya berhenti di perencanaan
arsitek tetapi juga perencanaan MEP (Mechanical, Electrical and Plumbing) dan pengguna
(pemilik ruangan). Selain itu, ruang yang terbentuk harus dapat difungsikan secara maksimal
dalam mendukung kebutuhan manusia yang tidak dapat dicapai oleh bangunan rendah.
Dengan begitu, untuk mencapai free floor plan ini biasanya diterapkan dengan cara lantai
yang tipikal dan tidak terdapat elemen struktur yang rapat di tengah ruangan.
Daftar Referensi Website
arcspace.com. (2005, September 5). Diakses April 20, 2016, dari
http://www.arcspace.com/features/santiago-calatrava/turning-torso/
designbuild-network.com. (2011, Juni 15). Diakses April 20, 2016, dari
http://www.designbuild-network.com/projects/turning-torso/
Merriam-Webster. (2015). Diakses April 18, 2016, dari Merriam-Webster, Incorporated:
http://www.merriam-webster.com/
Ayşin Sev, A. Ö. (2009, Februari 4). Space Efficiency in High-rise Office Buildings.
Retrieved Juni 22, 2016, from METU JFA: http://jfa.arch.metu.edu.tr/archive/0258-
5316/2009/cilt26/sayi_2/69-89..
Cathal McElroy. (2012, April 21). ConstructionWeekOnline.Com. Diakses April 15, 2016,
dari http://www.constructionweekonline.com/article-16555-the-twisting-tale-of-infinity/
Designerindy, R. R. (2011, Agustus 13). Makna Ruang. Retrieved Juni 22, 2016, from
Arsitektur Bicara: https://arsitekturbicara.wordpress.com/2011/08/13/makna-ruang/
Deulgaonkar, P. (2013, Juni 11). Emirates 247. Diakses April 15, 2016, dari
http://www.emirates247.com/news/emirates/beyond-infinity-world-s-tallest-twisted-tower-in-
dubai-gets-new-name-2013-06-11-1.509917
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016
Jordana, S. (2013, January 24). Archdaily. Diakses April 16, 2016, dari
http://www.archdaily.com/323534/the-grove-at-grand-bay-big
Lomholt, I. (2014, Maret 19). e-architect. Diakses April 20, 2016, dari http://www.e-
architect.co.uk/sweden/turning-torso-malmo
Luis Ramirez, A. M. (2014, Februari 10). DESIMONE. Diakses April 16, 2016, dari
https://blog.de-simone.com/2014/02/10/united-states-first-twisting-towers-grove-at-grand-
bay/
Shapiro, G. F. (2013, November 19). ARCHITECT. Diakses April 15, 2016, dari
http://www.architectmagazine.com/design/buildings/cayan-tower-designed-by-skidmore-
owings-merrill_o
The Angry Architect. (2013, Agustus 13). Architizer. Diakses April 15, 2016, dari
http://architizer.com/blog/cayan-tower-soms-twisted-logic/
Journal
Brokaw, C. J. (2002). Torsion, twist, and writhe: the elementary geometry of axonemal
bending in three dimension. http://www.cco.caltech.edu/~brokawc/Suppl3D/TTWcomb.pdf, 7.
Rath, N. (2013, September). SlideShare. Diakses April 15, 2016, dari
http://www.slideshare.net/NishiRath1/extreme-engineering-cayan-tower
Vincent DeSimone, L. R. (2015). Structural Challenges of Twisting Towers. New York
Conference (pp. 478-484). New York: CBTUH Research Paper.
Books
Bryan Stafford Smith, A. C. (1991). Tall Building Structures. Toronto: John Wiley & Son,
Inc.
Schueller, W. (1977). High-Rise Building Structure. Toronto: John Wiley & Sons, Inc.
Schueller, W. (1990). The Vertical Building Structure. New York: Van Nostrand Reinhold.
Vollers, K. (2001). Twist & Build : Creating Non-orthogonal Architecture. Rotterdam: 010
Publishers.
Kajian sistem ..., Tommy Tanedy, FT UI, 2016