6
1 AbstrakBencana gempa bumi dan tsunami adalah contoh bencana alam yang menimbulkan dampak kerusakan terbesar baik pada lingkungan fisik maupun nonfisik. Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terhadap bencana tersebut. Hal itu dikarenakan posisi geografis dan geodinamika Indonesia, sehingga kepulauan Nusantara memiliki aktivitas vulkanik dan potensi gempa yang cukup tinggi. Berdasarkan fakta ini, sebuah sistem penanggulangan bencana yang baik terutama ketika proses rekonstruksi pasca tsunami sangat diperlukan. Dalam penanggulangan bencana, terutama penanganan rekonstruksi harus dilakukan suatu perencanaan yang baik, cepat, efektif, dan tepat sasaran agar mampu memulihkan kondisi masyarakat, baik secara fisik, mental, sosial, dan ekonomi. Penelitian ini memodelkan upaya rekonstruksi pasca bencana gempa bumi dan tsunami dengan menggunakan sistem dinamik. Hal ini dimaksudkan agar mampu mengetahui prioritas tindakan yang harus dilakukan dalam melaksanakan pembangunan recovery pada lingkungan fisik, memprediksi efektifitas rekonstruksi yang akan dilakukan berdasarkan waktu rekonstruksi, dan merekomendaikan poin-poin penting dalam pembuatan kebijakan terkait upaya rekonstruksi pasca tsunami. Kata Kunci: gempa bumi, tsunami, sistem dinamik, rekonstruksi, lingkungan fisik I. PENDAHULUAN Indonesia, selain negara kepulauan dan maritim yang terkenal akan keindahannya juga rawan terjadi bencana gempa bumi dan tsunami. Hal ini dikarenakan letak geografis dan geodinamika yang dimiliki Indonesia sangat berpotensi menimbulkan aktivitas vulkanik dan kegempaan yang tinggi. Selain itu, dipengaruhi juga oleh bentuk relief Indonesia yang bervariasi, mulai dari pengunungan hingga pantai yang kesemuanya rentan akan terjadinya bencana alam seperti gempa buni dan tsunami. Pada tanggal 25 Oktober 2010, gempa yang berkekuatan 7,2 SR (atau 7,5 SR menurut USGS) mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan memakan korban jiwa lebih dari 1.100 orang.. Data historis yang mencatat kegiatan seismik selama 200 tahun kebelakang memperlihatkan bahwa Sumatera Barat sangat rawan terhadap gempa, berkaitan dengan lokasinya yang terletak pada zona pertemuan dari empat lempengan tektonik yang besar. Struktur geologi daerah ditambah dengan pemukiman penduduk yang padat di zona amplifikasi gempa yang lebih tinggi membantu menjelaskan kerusakan besar akibat gempa bumi, baik dalam hal korban jiwa maupun kerusakan dan kerugian secara material. Kerusakan dan kerugian di Sumatera Barat diperkirakan mencapai Rp 21.6 trilliun atau setara dengan US$ 2.3 milyar. Hampir 80 persen dari kerusakan dan kerugian terjadi pada sektor infrastuktur (termasuk perumahan), diikuti oleh sektor produktif dengan 11 persen. Sama halnya dengan bencana lain yang sejenis, perumahan merupakan sektor yang terkena dampak paling parah, dengan kerusakan dan kerugian bernilai lebih dari Rp 15 trilliun. Dalam sektor produktif, perdagangan mengalami dampak terbesar. Gempa bumi memberikan dampak yang signifikan pada sektor produktif dengan kerusakan dan kerugian mencapai total Rp 2.4 trilliun. Dalam sektor ini, perdagangan dan industri mengalami dampak terparah. Gempa yang terjadi telah mengacaukan ribuan usaha kecil dan menengah (UKM), yang umumnya beralokasi di daerah perkotaan, sementara perusahaan-perusahaan besar mengalami kerusakan yang relatif lebih kecil. Banyak pasar tradisional dan modern mengalami kerusakan parah. Lebih dari 70 persen bangunan hotel di Kota Padang rusak dan hancur. Selain itu, banyak usaha yang berkaitan dengan pariwisata mengalami penurunan jumlah wisatawan setelah gempa bumi terjadi. Sektor keuangan juga mengalami dampak yang signifikan: lebih dari 2,000 peminjam terkena dampak dan sebagian dari portofolio pinjaman di lembaga perbankan diperkirakan menjadi kredit macet. Pada sektor pertanian, gempa bumi memberikan dampak yang lebih kecil untuk sektor pertanian. Meskipun begitu kerusakan untuk infrastruktur seperti sistem irigasi dan tambak ikan mempengaruhi mata pencaharian penduduk di desa dan KAJIAN PERCEPATAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Eko Rhoma D, Budisantoso W. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail : [email protected], [email protected], [email protected]

KAJIAN PERCEPATAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI … · ikan mempengaruhi mata pencaharian penduduk di desa dan . KAJIAN PERCEPATAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DENGAN

  • Upload
    buiminh

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN PERCEPATAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI … · ikan mempengaruhi mata pencaharian penduduk di desa dan . KAJIAN PERCEPATAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DENGAN

1

Abstrak— Bencana gempa bumi dan tsunami

adalah contoh bencana alam yang menimbulkan dampak

kerusakan terbesar baik pada lingkungan fisik maupun

nonfisik. Indonesia merupakan salah satu negara yang

rawan terhadap bencana tersebut. Hal itu dikarenakan

posisi geografis dan geodinamika Indonesia, sehingga

kepulauan Nusantara memiliki aktivitas vulkanik dan

potensi gempa yang cukup tinggi. Berdasarkan fakta ini,

sebuah sistem penanggulangan bencana yang baik

terutama ketika proses rekonstruksi pasca tsunami sangat

diperlukan. Dalam penanggulangan bencana, terutama

penanganan rekonstruksi harus dilakukan suatu

perencanaan yang baik, cepat, efektif, dan tepat sasaran

agar mampu memulihkan kondisi masyarakat, baik secara

fisik, mental, sosial, dan ekonomi. Penelitian ini

memodelkan upaya rekonstruksi pasca bencana gempa

bumi dan tsunami dengan menggunakan sistem dinamik.

Hal ini dimaksudkan agar mampu mengetahui prioritas

tindakan yang harus dilakukan dalam melaksanakan

pembangunan recovery pada lingkungan fisik,

memprediksi efektifitas rekonstruksi yang akan dilakukan

berdasarkan waktu rekonstruksi, dan merekomendaikan

poin-poin penting dalam pembuatan kebijakan terkait

upaya rekonstruksi pasca tsunami.

Kata Kunci: gempa bumi, tsunami, sistem dinamik,

rekonstruksi, lingkungan fisik

I. PENDAHULUAN

Indonesia, selain negara kepulauan dan maritim yang

terkenal akan keindahannya juga rawan terjadi bencana gempa

bumi dan tsunami. Hal ini dikarenakan letak geografis dan

geodinamika yang dimiliki Indonesia sangat berpotensi

menimbulkan aktivitas vulkanik dan kegempaan yang tinggi.

Selain itu, dipengaruhi juga oleh bentuk relief Indonesia yang

bervariasi, mulai dari pengunungan hingga pantai yang

kesemuanya rentan akan terjadinya bencana alam seperti

gempa buni dan tsunami. Pada tanggal 25 Oktober 2010,

gempa yang berkekuatan 7,2 SR (atau 7,5 SR menurut USGS)

mengguncang Propinsi Sumatera Barat.

Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh dari Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kerusakan yang

terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota

dan memakan korban jiwa lebih dari 1.100 orang.. Data

historis yang mencatat kegiatan seismik selama 200 tahun

kebelakang memperlihatkan bahwa Sumatera Barat sangat

rawan terhadap gempa, berkaitan dengan lokasinya yang

terletak pada zona pertemuan dari empat lempengan tektonik

yang besar. Struktur geologi daerah ditambah dengan

pemukiman penduduk yang padat di zona amplifikasi gempa

yang lebih tinggi membantu menjelaskan kerusakan besar

akibat gempa bumi, baik dalam hal korban jiwa maupun

kerusakan dan kerugian secara material. Kerusakan dan

kerugian di Sumatera Barat diperkirakan mencapai Rp 21.6

trilliun atau setara dengan US$ 2.3 milyar. Hampir 80 persen

dari kerusakan dan kerugian terjadi pada sektor infrastuktur

(termasuk perumahan), diikuti oleh sektor produktif dengan 11

persen. Sama halnya dengan bencana lain yang sejenis,

perumahan merupakan sektor yang terkena dampak paling

parah, dengan kerusakan dan kerugian bernilai lebih dari Rp

15 trilliun. Dalam sektor produktif, perdagangan mengalami

dampak terbesar.

Gempa bumi memberikan dampak yang signifikan pada

sektor produktif dengan kerusakan dan kerugian mencapai

total Rp 2.4 trilliun. Dalam sektor ini, perdagangan dan

industri mengalami dampak terparah. Gempa yang terjadi telah

mengacaukan ribuan usaha kecil dan menengah (UKM), yang

umumnya beralokasi di daerah perkotaan, sementara

perusahaan-perusahaan besar mengalami kerusakan yang

relatif lebih kecil. Banyak pasar tradisional dan modern

mengalami kerusakan parah. Lebih dari 70 persen bangunan

hotel di Kota Padang rusak dan hancur. Selain itu, banyak

usaha yang berkaitan dengan pariwisata mengalami penurunan

jumlah wisatawan setelah gempa bumi terjadi. Sektor

keuangan juga mengalami dampak yang signifikan: lebih dari

2,000 peminjam terkena dampak dan sebagian dari portofolio

pinjaman di lembaga perbankan diperkirakan menjadi kredit

macet.

Pada sektor pertanian, gempa bumi memberikan dampak

yang lebih kecil untuk sektor pertanian. Meskipun begitu

kerusakan untuk infrastruktur seperti sistem irigasi dan tambak

ikan mempengaruhi mata pencaharian penduduk di desa dan

KAJIAN PERCEPATAN REKONSTRUKSI PASCA

GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DENGAN

PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

Eko Rhoma D, Budisantoso W.

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail : [email protected], [email protected], [email protected]

Page 2: KAJIAN PERCEPATAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI … · ikan mempengaruhi mata pencaharian penduduk di desa dan . KAJIAN PERCEPATAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DENGAN

2

pesisir. Pemulihan di sektor perdagangan dan pariwisata akan

menghadapi tantangan yang berat. Bantuan yang sesuai sasaran

akan dibutuhkan untuk membantu UKM memulai kembali

usaha mereka dan untuk masyarakat pedesaan dan pesisir yang

mana keluarganya mengalami kerusakan yang signifikan atas

rumah dan aset produktif agar mempunyai sumber daya untuk

memulai kembali kegiatan pencaharian mereka.

Tabel I Rincian Kerusakan dan Kerugian Pada Sektor Ekonomi Produktif

(Rp. Juta)

(Sumber : Penilaian Tim Gabungan BNPB, Bappenas, Pemda Provinsi

Sumatera Barat dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, 22 November 2010)

Mengacu pada data dan informasi yang didapatkan maka

upaya prioritas tindakan dalam penanggulangan bencana

sangat dibutuhkan dalam pengambilan suatu kebijakan, baik

dalam upaya rehabilitasi maupun rekonstruksi agar dapat

berjalan cepat, efektif, terkoordinasi, dan tepat sasaran

sehingga mampu mengembalikan kondisi masyarakat baik

secara fisik, mental, sosial, dan ekonomi seperti sebelum

terjadinya bencana. Mampu meningkatkan ketahanan

masyarakat terhadap ancaman-ancaman bencana yang terjadi

di masa mendatang sesuai butir ke tiga tujuan strategis Hyogo

Framework for Action. Implementasi rencana upaya prioritas

tindakan penanggulangan bencana selalu mengalami

perubahan seiring dengan waktu dan karakteristik bencana,

sehingga menjadikan efektifitas rencana yang disusun tidak

dapat diketahui jika dijabarkan dalam bentuk konseptual dan

matematis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui waktu

rekonstruksi, dimana terdapat interaksi yang kompleks dan

hubungan sebab akibat pada saat terjadi bencana serta

perubahan pola sistem seiring dengan berubahnya waktu

menjadikan permasalahan dalam penelitian ini permasalahan

yang komplek yang mempunyai banyak variabel yang saling

terkait. Sistem dinamik adalah metode yang dapat

mengakomodasi interaksi antarvariabel pada sistem yang

kompleks dan mampu menunujukka perilaku variabel dalam

sistem.

A. DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Sumatra Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang

terletak di pesisir barat pulau Sumatera dengan ibu kota

Padang. Sumatera barat berbatasan langsung dengan Samudara

Hindia di sebelah barat, provinsi Jambi dan provinsi Bengkulu

di sebelah selatan, provinsi Riau di sebelah timur, dan provinsi

Sumatera Utara di sebelah utara. Berdasarkan data dari BPS

provinsi ini memiliki luas 42.297,30 km terdiri dari 12

kabupaten dan 7 kota dengan jumlah penduduk lebih dari

4.800.000 jiwa.

Sumatera Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia

yang rawan terhadap gempa bumi dan tsunami, disebabkan

letaknya yang secara tektonik berada diantara pertemuan dua

lempeng benua besar yaitu lempeng Eurasia dan lempeng

Indo-Australia dan patahan Semangko dan ditambah aktivitas

gunung berapi yang masih aktif.

Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu

kabupaten di Provinsi Sumatera Barat dengan posisi geografis

yang terletak diantara 0O55’00” - 3O21’00” Lintang Selatan

dan 98O35’00” - 100O32’00” Bujur Timur dengan luas

wilayah sebesar 6.011,35 km2 dan garis pantai sepanjang

1.402,66 km. Secara geografis, daratan Kabupaten Kepulauan

Mentawai ini terpisahkan dari Provinsi Sumatera Barat oleh

Laut, yaitu dengan batas sebelah utara adalah Selat Siberut,

sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah

timur berbatasan dengan selat Mentawai, serta sebelah barat

berbatasan dengan Samudera Hindia.

Bencana gempa bumi berkekuatan 7,2 SR (atau 7,5 SR

menurut USGS) kembali terjadi di Kepulauan Mentawai

Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 25 Oktober 2010 telah

memicu terjadinya gelombang tsunami. Kedalaman gempa

bumi yang cukup dangkal dan terletak pada zona subduksi

dibawah dasar laut tersebut telah memicu terjadinya

gelombang tsunami yang menurut informasi dari BPBD

Provinsi Sumbar ketinggian gelombang mencapai 3 meter

telah menghasilkan landaan tsunami sejauh 1 km ke arah

daratan.

Guncangan gempa dan gelombang tsunami tersebut telah

menyebabkan kerusakan dan kerugian di 4 wilayah kecamatan

di Kepulauan Mentawai, yaitu Kecamatan Pagai Utara, Pagai

Selatan, Sipora Selatan, dan Sikakap.Wilayah Kecamatan

Pagai Selatan dan Kecamatan Pagai Utara merupakan daerah

yang paling parah terkena dampak gempa bumi dan

gelombang tsunami yang mengakibatkan banyak korban jiwa

dan kerusakan bangunan rumah serta sarana dan prasarana.

Hal ini juga turut dipengaruhi oleh letak geografis wilayah

Kecamatan Pagai Selatan yang berada dekat dengan pusat

kejadian gempa dan terletak di pesisir pantai barat.

Dengan demikian berdasarkan data sejarah gempa bumi di

Sumatera, dalam 100 tahun terakhir, sudah sekitar 20 gempa

besar dan merusak zona patahan ini. Berdasarkan penelitian,

aktivitas gempa bumi di patahan Semangko rata-rata sekitar 5

tahun sekali. Meskipun gempa bumi di zona patahan ini

magnitudonya relatif kecil, namun dampaknya bisa sangat

berbahaya disebabkan sumbernya berdekatan dengan kawasan

pemukiman.(BNPB,2011).

Dalam status kehidupan normal, masyarakat Sumatera

Barat harus mewaspadai adanya ancaman gempa tektonik

yang sewaktu-waktu bisa terjadi, dimana oleh para pakar

geologi dikatakan bahwa daerah Sumatera Barat adalah daerah

rawan terjadi tsunami. Hal ini berdampak pada timbulnya rasa

kecemasan dan bahaya bagi pemukiman padat penduduk yang

terletak di sepanjang pantai barat pulau Sumatera. Sehingga

dalam penelitian kali ini akan dimodelkan bencana gempa

bumi dan tsunami yang terjadi di Sumatera Barat dan

Page 3: KAJIAN PERCEPATAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI … · ikan mempengaruhi mata pencaharian penduduk di desa dan . KAJIAN PERCEPATAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DENGAN

3

Kepulauan Mentawai dengan mengacu data dari rekapitulasi

badan organisasi yang terkait, seperti berikut ini:

Tabel 2 Hasil rekapitulasi keadaan fasilitas sebelum dan selama terjadi

bencana

Sumber : Diolah dari berbagai sumber (BNPB, BPS, Departemen

Perhubungan, dll)

B. MODEL KONSEPTUAL SISTEM DINAMIK

Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel didapat berdasarkan karakteristik dan

perilaku yang terjadi akibat pengaruh gempa bumi dan

gelombang tsunami pada suatu wilayah tertentu. Variabel yang

terdapat pada penelitian ini didapatkan berdasarkan hasil

brainstorming dengan ditunjang literatur terpercaya berupa

report kejadian gempa bumi Mentawai 2010 oleh lembaga

pemerintah (BNPB, BRR, BPS, TDMRC, ATDR).

Causal Loops Diagram

Causal Loops diagram disusun berdasarkan variabel

teridentifikasi. Dalam causal loop diagram, juga akan di

tunjukkan hubungan sebab akibat (causal relationship) antar

variabel dan membentuk suatu diagram sebab akibat (causal

loops diagram).

Dari konseptualisasi model melalui causal loops diagram

sebelumnya, terlihat bahwa tujuan utama pemodelan ini adalah

mencari efektivitas tindakan tanggap darurat yang dilakukan

yang dapat dilihat dari waktu pelaksanaan tanggap darurat.

Gambar 1 Causal Loops Diagram

C STOCK AND FLOW DIAGRAM

Tujuan pembuatan stock and flow diagram ini adalah untuk

penjabaran lebih rinci dari sistem yang sebelumnya

ditunjukkan oleh causal loop diagram karena pada diagram ini

memperhatikan pengaruh waktu terhadap keterkaitan antar

variabel, sehingga nantinya setiap variabel mampu

menunjukkan hasil akumulasi untuk variabel level, dan

variabel yang merupakan laju aktivitas sistem tiap periode

waktu disebut dengan rate.Perancangan stock and flow

diagram juga mempertimbangkan tujuan penelitian, salah

satunya yaitu merekomendasikan poin-poin penting dalam

penyusunan kebijakan rencana upaya rekonstruksi pasca

bencana tsunami .

Berikut ini adalah gambar model utama rekonstruksi untuk

beberapa fasilitas :

Gambar 2 Model Rekonstrusksi Jalan Raya.

Gambar 3 Model Rekonstrusksi Fasilitas Listrik.

Page 4: KAJIAN PERCEPATAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI … · ikan mempengaruhi mata pencaharian penduduk di desa dan . KAJIAN PERCEPATAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DENGAN

4

Gambar 4 Model Rekonstrusksi Sektor Hunian

D VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL

Verifikasi model dilakukan untuk memeriksa error pada

model dan meyakinkan bahwa model berfungsi sesuai dengan

logika pada obyek sistem. Selain itu, verifikasi juga perlu

dilakukan dengan memeriksa formulasi (equations), model dan

memeriksa unit (satuan) variabel dari model. Jika tidak

terdapat error pada model, maka dapat dikatakan model sudah

terverifikasi. Berdasarkan hasil simulasi model, program sudah

berjalan dengan baik, tanpa terjadi error pada unit maupun

formulasi. Sedangkan, validasi model bertujuan untuk

menunjukkan bahwa model telah dapat merepresentasikan

sistem nyata. Validasi yang digunakan adalah uji struktur

model, uji parameter model, uji kecukupan batasan, uji kondisi

ekstrim, dan uji perilaku model menggunakan metode Barlas

[2].

E. RUNNING MODEL SIMULASI

Model dibuat dengan tujuan untuk mengetahui waktu

rekonstruksi pasca bencana gempa bumi dan tsunami. Berikut

merupakan hasil simulasi dengan menggunakan software

STELLA. Model disimulasikan selama 2160 hari guna

memperlihatkan secara detail perilaku pra bencana hingga fase

rekonstruksi dengan bantuan software STELLA.

Gambar 5 Grafik Hasil Running Model Simulasi

Gambar 7 Grafik Hasil Running Waktu Rekostruksi Sektor Jalan Raya

Gambar 8 Grafik Hasil Running Model Sektor Burung

II. HASIL DAN DISKUSI

MODEL SKENARIO KEBIJAKAN

Skenario 1: Percepatan Rekonstruksi Fasilitas dan

Infrastruktur Berdasarkan Variabel Jumlah Tenaga Kerja

Eksternal (Variabel Lain Tetap)

Skenario berikut dilakukan dengan mengubah variabel

pada model sehingga didapatkan percepatan perilaku yang

merepresentasikan percepatan waktu rekonstruksi pasca

terjadinya gempa bumi dan tsunami dan estimasi besarnya

biaya. Dengan mengubah nilai pada variabel tenaga kerja

maka akan berpengaruh pada perubahan waktu dan biaya.

Semakin besar nilai variabel yang diskenariokan maka waktu

rekonstruksi semakin cepat dan biaya semakin besar. Namun

pada titik tertentu, jika nilai variabel yang diskenariokan

diubah hingga batas terkecil dapat menyebabkan waktu

rekonstruksi menjadi lebih lama dan biaya semakin membesar.

Hal itu dikarenakan hubungan positif antara waktu

Page 5: KAJIAN PERCEPATAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI … · ikan mempengaruhi mata pencaharian penduduk di desa dan . KAJIAN PERCEPATAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DENGAN

5

rekonstruksi terhadap alokasi biaya seperti yang dijelaskan

pada causal loop di atas.

Skenario 2 : Percepatan Rekonstruksi Fasilitas dan

Infrastruktur Berdasarkan Variabel Partisipasi Jumlah

Masyrakat Gotong-Royong Membangun (Variabel Lain

Tetap)

Skenario kedua adalah mengenai perubahan partisipasi

jumlah masyarakat yang ikut goyong-royong untuk upaya

melakukan pembangunan pada fase rekonstruksi . Sama seperti

sebelumnya, skenario ini dilakukan dengan mengubah

variabel pada model sehingga didapatkan percepatan perilaku

yang merepresentasikan percepatan waktu rekonstruksi pasca

terjadinya gempa bumi dan tsunami dan estimasi besarnya

biaya, dimana variabel yang diubah adalah partisipasi jumlah

masyarakat yang ikut goyong-royong. Dengan mengubah nilai

pada variabel tenaga kerja maka akan berpengaruh pada

perubahan waktu dan biaya. Semakin besar nilai variabel yang

diskenariokan maka waktu rekonstruksi semakin cepat dan

biaya semakin besar. Namun pada titik tertentu, jika nilai

variabel yang diskenariokan diubah hingga batas terkecil dapat

menyebabkan waktu rekonstruksi menjadi lebih lama dan

biaya semakin membesar. Hal itu dikarenakan hubungan

positif antara waktu rekonstruksi terhadap alokasi biaya seperti

yang dijelaskan pada causal loop di atas.

Skenario 3: Percepatan Rekonstruksi Fasilitas dan

Infrastruktur Berdasarkan Variabel Penggunaan

Teknologi (Variabel Lain Tetap)

Skenario ketiga mengenai spesifikasi rekonstruksi

bangunan yang akan didirikan kembali. Skenario ini dilakukan

dengan mengubah variabel pada model sehingga didapatkan

percepatan perilaku yang merepresentasikan percepatan waktu

rekonstruksi pasca terjadinya gempa bumi dan tsunami dan

estimasi besarnya biaya, dimana variabel yang diubah adalah

spesifikasi bangunan. Dengan menganggap variabel lain

konstan. Maka semakin baik spesifikasi bangunan yang

diinginkan akan semakin lama pula waktu rekonstruksi pada

fase ini. Hal itu akan berdampak pada besarnya alokasi biaya

yang akan dianggarkan dalam upaya ini. Berdasarkan hal ini,

maka deskripsi tersebut sesuai dengan logika parameter yang

terdapat pada causal loops diagram di atas.

Skenario 4 : Percepatan Rekonstruksi Fasilitas dan

Infrastruktur Berdasarkan Variabel Spesifikasi Bangunan

(Variabel Lain Tetap)

Skenario keempat adalah mengenai perubahan

penggunaaan teknologi untuk upaya melakukan pembangunan

pada fase rekonstruksi . Skenario ini dilakukan dengan

mengubah variabel pada model sehingga didapatkan

percepatan perilaku yang merepresentasikan percepatan waktu

rekonstruksi pasca terjadinya gempa bumi dan tsunami dan

estimasi besarnya biaya, dimana variabel yang diubah adalah

partisipasi jumlah masyarakat yang ikut penggunaan jumlah

teknologi. Semakin banyak penggunaan teknologi maka

menyebabkan waktu rekonstruksi semakin cepat. Tetapi pada

suatu titik, lamanya waktu rekonstruksi dengan jumlah

variabel yang minim akan menyebabkan pembengkakan

biaya jika dibandingkan dengan penambahan variabel secara

ekstrim. Penambahan variabel secara ekstrim memang

menyebabkan alokasi biaya pada awal-awal periode lebih

besar, namun seiring penyelesaian rekonstruksi dengan

parameter utama waktu. Penambahan variabel secara ekstrim

bisa jadi menyebabkan alokasi pendanaan lebih kecil jika

dibandingkan degan alokasi biaya pada kondisi normal.

Namun kadang kalanya, hal itu terbatas oleh banyaknya

resource variabel.

Skenario 5 : Skenario Sektor Hunian

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai skenario untuk

sektor hunian. Berbeda dengan sektor-sektor lain, berdasarkan

brainstorming dengan pihak-pihak terkait maka skenario pada

sektor ini hanya melibatkan variabel alokasi pendanaan.

Sehingga dapat diketahui bahwa jika alokasi pendanaan

rekonstruksi tahunan untuk sektor hunian maka waktu

rekonstruksi pun akan berjalan semakin cepat.

Dari skenario-skenario di atas dapat dibandingkan

berdasarkan hasil simulasi dihasikan terhadap waktu

rekonstruksi dan besarnya biaya.

Tabel 2 Rekap Hasil Running Skenario

Setelah dilakukan perbandingan maka dapat diketahui

prioritas skenario yang akan direkomendasikan sebagai

kebijakan yang akan diambil. Data tersebut menunjukkan

bahwa skenario 4, yakni penggunaan teknologi yang dapat

direkomendasikan sebagai poin penting dalam melakukan

upaya rekonstruksi.

I. KESIMPULAN/RINGKASAN

Dari hasil simulasi dan analisis yang telah dilakukan

sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada penelitian ini dikembangkan model simulasi

rencana rekonstruksi pasca bencana gempa bumi dan

tsunami untuk menggambarkan perilaku wilayah yang

terkena dampak gelombang Tsunami. Model

dikembangkan berdasarkan data sekunder dengan

pemodelan sistem dinamik. Variabel tujuan dalam

penelitian ini adalah memprediksi waktu rekonstruksi

bencana tsunami dan alokasi biaya.

2. Berdasarkan model konseptual causal loops diagram,

diketahui bahwa variabel perencanaan upaya rekonstruksi

pasca bencana gempa bumi dan tsunami berperan penting

memberikan pengaruh pada waktu rekonstruksi dan

alokasi biaya untuk beberapa fasilitas adalah jumlah

penggunaan tenaga kerja, jumlah masyarakat yang ikut

berpartisipasi/ gotong-royong dalam upaya rekonstruksi,

Page 6: KAJIAN PERCEPATAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI … · ikan mempengaruhi mata pencaharian penduduk di desa dan . KAJIAN PERCEPATAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DENGAN

6

spseifikasi bangunan yang akan didirikan kembali, dan

jumlah penggunaan teknologi dalam upaya rekonstruksi.

3. Berdasarkan model simulasi stock and flow diagram,

diketahui bahwa variabel perencanaan rekonstruksi pasca

bencana gempa bumi dan tsunami yang memberikan

pengaruh paling signifikan pada percepatan waktu

rekonstruksi untuk beberapa sektor fasilitas, kecuali

hunian adalah penggunaan jumlah teknologi.

4. Berdasarkan model simulasi stock and flow diagram,

diketahui bahwa variabel perencanaan rekonstruksi pasca

bencana gempa bumi dan tsunami yang memberikan

pengaruh paling signifikan pada percepatan waktu

rekonstruksi untuk sektor hunian adalah alokasi

pendanaan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Alfian, Q., 2012. Upaya Percepatan Waktu Tanggap Darurat Terhadap

Penanggulangan Bencana Gempa Bumi Dan Tsunami.

[2] Barlas, Y., 1996. Format Aspect of Model Validity and Validation in

System Dynamics. System Dynamics Review., pp.12(3), 183-210.

[3] BNPB, 2008. Pedoman Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pasca Bencana.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

[4] BNPB, 2010. Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca

Bencana, Serta Percepatan Pembangun Wilayah Kepulauan Mentawai

Provinsi Sumatra Utara Tahun 2011-2012

[5] Deegan, M.A., 2006. Defining the Policy Space for Disaster

Management: A System Dynamics Approach to U.S. Flood Policy

Analysis. Proceeding of International System Dynamics Conference.

[6] Deegan, M.A., 2006. Developing Causal Map Codebooks to Analyze

Policy Recommendations: A preliminary content analysis of floodplain

management recommendations following the 1993 Midwest Floods.

Proceeding of International System Dynamics Conference.

[7] Deegan, M.A., 2007. Exploring U.S. Flood Mitigation Policies: A

Feedback View of System Behavior. Proceeding of International System

Dynamics Conference.

[8] Goncalvez, 2008. System Dynamics Modelling of Humanitarian Relief

Operation. Proceeding of International System Dynamics Conference.

[9] Kusuma, M.S.B..M.B.A.M.F., 2008. Modeling Two Dimension

Inundation Flow Generated by Tsumani Propagation in Banda Aceh

City. Aceh Tsunami Digital Repository.

[10] Mauter, M., 2004. MODELING COMMUNITY GOAL DYNAMICS: A

SYSTEM DYNAMICS APPROACH TO INCREASING THE GOAL

OF SAFETY WITHOUT THE STIMULUS OF DISASTER. Proceeding

of International System Dynamics Conference.

[11] Ontowirjo, B.V.A., 2008. Tsunami Run-Up Induced Scouring. Aceh

Tsunami Digital Repository.

[12] Purnomo, S., 2011, Pengantar Sistem Dinamik. [Online] Available at:

http://labsistemtmip.files.wordpress.com/2011/05/pengantar-sistem-

dinamik.pdf [Accessed 11 January 2012]]

[13] Putra, A.S., 2011, Model Simulasi Rencana Kontinjensi Tsunami Dan

Pengaruh Terhadap Waktu Recovery Pasca Bencana (Sebuah

Pendekatan Sistem Dinamik)

[14] Ramezankhani, A.M.N., 2006. A System Dynamics Approach on Post-

Disaster Management : A Case Study of Bam Earthquake, Desember

2003

[15] Rand, E.C., 2009. Environmental health in post-tsunami Villages versus

relocation shelters. Aceh Tsunami Digital Repository.

[16] Rizal, S.I.S.Y.I., 2009. Simulation of Aceh Waters Circulation with a 3-

D Numerical Model. Aceh Tsunami Digital Repository.

[17] Sadisun, I.A., 2007. Peran dan Fungsi Standard Operation Procedure

(SOP) dalam Mitigasi dan Penanganan Bencana Alam di Jawa Barat.

Aceh Tsunami Digital Repository.

[18] Sakamoto, M.Y.K.M.M., 2008. Disaster Perception and Behavior of

Tsunami Affected People in Banda Aceh. Aceh Tsunami Digital

Repository.

[19] Schreckengost, R.C., 1985. Dynamics Simulation Model : How Valid

Are They? Wahington D.D.: US. Goverment Printing Office.

[20] Shigenobu, T.D.I.D.K., 2009. Sustainable tsunami risk reduction and

utilization of tsunami hazard map (THM). Aceh Tsunami Digital

Repository.

[21] Thuy, N.B.N.T.a.K.T., 2008. Investigation the Effect of Open Gap in

Coastal Forest on Tsunami Reduction by Experiment and Numerical

Simulation. Aceh Tsunami Digital Repository.

[22] Tirahmah, 2008. Analisis Resiko Bencana Geologi Menggunakan GIS

Di Nanggroe Aceh Darussalam. Management of GeoRisk NAD.

[23] UU No. 11, 2008. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN

BENCANA. Jakarta: LEMBARAN NEGARA REPUBLIK

INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 11.

[24] Wijatmiko, I.K.M., 2009. Determining Evacuation Service Areas and

Evacuation Route Risk Level as Disaster Mitigation Plan using GIS.

Aceh Tsunami Digital Repository.

[25] Yufeng Ho, C.L.H.-L.W., 2006. Dynamic model for earthquake disaster

prevention system: a case study of Taichung City, Taiwan. Proceeding

of International System Dynamics Conference.