77
KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN FISIK KUBIS SEGAR (BRASSICA OLERACEA L. VAR. CAPITATA) SELAMA TRANSPORTASI DEWI NOVIA TARWYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN FISIK KUBIS SEGAR

(BRASSICA OLERACEA L. VAR. CAPITATA) SELAMA TRANSPORTASI

DEWI NOVIA TARWYATI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2007

Page 2: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRACT

DEWI NOVIA TARWYATI. Study on Packaging Impact to Physical Damage on Cabbage during Transportation. Supervised by Dr. Ir. SUROSO, M.Agr (Ketua) dan Dr. Ir. I WAYAN BUDIASTRA, M.Agr (Anggota).

Cabbage is one of subtropical vegetables that can grow in up land Indonesia. In groups of vegetables, production yield of cabbage is highest and mainly supply for domestic market. Cabbage is one of major vegetables export commodity in several years ago. Unfortunately since 2005, the amount and value of export of cabbage decrease and become very small.

Postharvest handling concerns to nature of cabbage are its bulky, perishables, harvest time and duration to designated market. Improper of postharvest handling causes losses in term of technical and economical aspect. The introduction good handling practices and packaging technique will increase the value added that can increase economic value of product, even though it may add to cost production.

The study assessed impact of packaging technique, and stacking depth to physical damage on cabbages during transportation it’s also evaluate economic feasibility of packing system.

The physical damage measures weight losses, percentage of bruising area (physical damage level), and firmness level. It applied statistical analysis with 3 factorials are packaging technique (plastic crate + plastic film, plastic crate + cabbages leafs, plastic crate, corrugated box + plastic film, corrugated box + cabbages leafs, corrugated box and control), duration of simulation transportation (1, 2 and 5 hours), and also stacking place (top, middle, bottom). Economic aspect calculates the feasibility of packaging technique in cabbage agribusiness.

The result of study showed that packaging combination of cabbages in corrugated box and wraps plastic film caused the lowest average weight losses during transport simulation duration are 10.26 % (1 hour), 11.41% (2 hours), and 21.24% (5 hours). It is also supported by percentage bruising area evaluation are 0.17(1 hour), 0.65(2 hours) and 1.36(5 hours). Based on Duncan test, plastic crate + plastic film shows insignificant value of weight losses and percentage bruising area compare to corrugated box except for value of weight losses during 2 hours simulation transportation. The firmness evaluation results only packaging technique impact to cabbages firmness and its value very low (R-square 0.59).

Based on technical aspect, the result on usage of plastic crate and corrugated box tend to insignificant different on weight losses. Than on economic aspect, plastic crate has the higher economic value (B/C or R/C) because of packaging cost is lower than corrugated box.

Packaging technique (plastic crate) for cabbages can be applied by farmer with addition of packaging cost Rp 154.29/kg (with plastic film) and Rp 35.71/kg (without plastic film). The production of cabbage with plastic crate packaging will be feasible (B/C ≥1) on the price level Rp 1,950/kg to Rp 2,100/kg for the producers who have distance 1 and 2 hour of simulation transportation or equivalent with 107.59 km and 215.18 km.

Key words : cabbage, postharvest losses, physical damage, mechanical damage,

transportation, distribution, economic analysis, financial analysis.

Page 3: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK

DEWI NOVIA TARWYATI. Kajian Pengaruh Kemasan Terhadap Kerusakan Fisik Kubis Segar (Brassica Oleracea L.Var. Capitata) Selama Transportasi. Dibimbing oleh Dr. Ir. SUROSO, M.Agr (Ketua) dan Dr. Ir. I WAYAN BUDIASTRA, M.Agr (Anggota).

Kubis adalah salah satu sayuran subtropik yang banyak ditanam di Indonesia khususnya di dataran tinggi. Kubis merupakan sayuran dengan produksi tertinggi dan kebanyakan dipasarkan di dalam negeri. Kubis pernah menjadi salah satu komoditi utama untuk ekspor. Tetapi sejak 2005, volume dan nilai ekspor kubis sangat kecil.

Penanganan pasca panen perlu memperhatikan sifat kubis yang mudah rusak, berbentuk bulat besar (voluminous), waktu panen, dan waktu tempuh untuk mencapai pasar yang dituju. Penanganan yang sembarangan menyebabkan susut jumlah, mutu dan nilai ekonomi kubis. Praktek penanganan pasca panen dan cara pengemasan yang baik dapat meningkatkan nilai tambah yang akan meningkatkan nilai ekonomis kubis, walaupun akan meningkatkan biaya produksi.

Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh jenis kemasan dan tumpukan terhadap kerusakan kubis selama transportasi dan untuk mengevaluasi kelayakan ekonomi dari kemasan.

Sifat fisik kubis yang dievaluasi adalah susut berat, persentase luas memar dan kekerasan. Rancangan percobaan menggunakan acak lengkap dengan 3 faktorial untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang terdiri dari kombinasi kemasan (keranjang+plastik film, keranjang+daun, keranjang, kardus+plastik film, kardus+daun, kardus, kontrol), lama simulasi transportasi (1, 2, 5 jam) dan posisi tumpukan (atas, tengah dan bawah). Aspek ekonomis dilakukan dengan menghitung kelayakan penggunaan kemasan dalam usahatani kubis segar.

Hasil kajian menunjukkan bahwa kombinasi kemasan kubis yang menggunakan plastik film dan kardus menghasilkan susut berat yang paling rendah pada setiap lama simulasi transportasi yaitu 10.26 % (1 jam), 11.41% (2 jam), dan 21.24% (5 jam). Hal ini juga ditunjukkan dengan persentase luas memar terendah sebesar 0.17 (1 jam), 0.65 (2 jam) dan 1.36 (5 jam). Berdasarkan Uji Duncan, keranjang menunjukkan nilai susut berat dan persentase luas memar yang tidak berbeda nyata dengan kardus kecuali pada susut berat pada 2 jam simulasi transportasi. Pada pengujian tingkat kekerasan kubis, hanya faktor kombinasi kemasan yang memberikan pengaruh walaupun tingkat pengaruh tersebut sangat rendah (R-square 0.59).

Berdasarkan pendekatan teknis, penggunaan kardus menunjukkan kehilangan susut lebih rendah daripada keranjang tetapi cenderung tidak berbeda nyata. Sedangkan pendekatan ekonomi menunjukkan bahwa keranjang menghasilkan nilai kelayakan ekonomi lebih tinggi (B/C dan R/C) karena biaya kemasan yang lebih rendah daripada kardus.

Penggunaan kombinasi kemasan dengan keranjang diterapkan ditingkat petani dengan tambahan biaya untuk pengemasan sebesar Rp 154.29/kg (dengan plastik film) dan Rp 35.71/kg (dengan atau tanpa daun kubis). Tingkat kelayakan usahatani kubis segar (B/C >1) dengan teknik pengemasan dengan keranjang ini, akan layak dilakukan pada tingkat Rp 1,950/kg sampai Rp 2,100/kg bagi produsen berjarak 1 dan 2 jam simulasi transportasi atau setara 107.59 km dan 215.18 km. Kata kunci : kubis, kehilangan pascapanen, kerusakan fisik, kerusakan mekanis,

transportasi, distribusi, analisa ekonomi, analisa finansial.

Page 4: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut

Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

Page 5: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul KAJIAN PENGARUH

KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN FISIK KUBIS SEGAR (BRASSICA

OLERACEA L VAR CAPITATA) SELAMA TRANSPORTASI adalah karya saya

sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks ini dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2007 Dewi Novia Tarwyati

Page 6: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP

KERUSAKAN FISIK KUBIS SEGAR

(BRASSICA OLERACEA L. VAR. CAPITATA)

SELAMA TRANSPORTASI

DEWI NOVIA TARWYATI

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Teknologi Pascapanen

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2007

Page 7: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

Judul Tesis : Kajian Pengaruh Kemasan Terhadap Kerusakan Fisik Kubis Segar

(Brassica Oleracea L Var Capitata) Selama Transportasi

Nama : Dewi Novia Tarwyati

NRP : F 051020121

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. SUROSO, M.Agr Dr. Ir. I WAYAN BUDIASTRA, MAgr Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Teknologi Pascapanen Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS Tanggal Ujian : 8 Agustus 2007 Tanggal Lulus :

Page 8: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

Bukanlah Kami telah melapangkan untukmu dadamu, dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu; yang memberatkan punggungmu;Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu;

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan;

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain; dan hanya Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

(Alam Nasyroh : 1-8)

Page 9: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

PRAKATA

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT dan kasih sayang yang

selalu dilimpahkan dimana kadang ada keprihatinan yang harus penulis lalui dan

rasakan namun akhirnya atas ijinNya penulisan tesis dengan judul “Kajian Pengaruh

Kemasan Terhadap Kerusakan Fisik Kubis Segar (Brassica Oleracea L Var

Capitata) Selama Transportasi “ akhirnya dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tulus kepada Bapak Dr. Ir. Suroso, M.Agr selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. I Wayan Budiastra, MAgr selaku Anggota Komisi Pembimbing, atas pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran yang selalu penulis dapatkan selama dalam penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga pada Ibu Dr. Ir. Emmy Darmawati M.Si sebagai Penguji Luar Komisi yang telah banyak memberikan wawasan dan pengetahuannya serta semua pihak yang telah memberikan semangat terutama teman-teman satu angkatan di Program Studi Teknologi Pascapanen terutama Wiwik, Munawar dan Slamet Bejo Santoso yang dengan tulus dan ikhlas meluangkan waktu untuk memberikan semangat pada penulis.

Ucapan terima kasih tak terhingga juga penulis sampaikan pada Ibu tercinta Wahyuti, Suamiku Cahyo Prabowo dan ketiga putriku tersayang Fidecya Asharani, Destiana Isyarani dan Oktivia Andarani, yang telah menjadi sumber semangat dalam hidupku. Dengan do’a serta dukungan mereka selama ini sehingga penyusunan tesis ini dapat terselesaikan.

Akhir kata penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk memperkaya dan memperbaikinya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama yang memerlukannya.

Bogor, Agustus 2007 Penulis

Page 10: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 November 1968, dari Ayah H.R. Tarmidi Sukirman (almarhum) dan Ibu Wahyuti Ngisom. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari tahun 1987 sampai dengan lulus pada tahun 1991. Pada tahun 1995 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil di Badan Agribisnis, Departemen Pertanian, Jakarta. Seiring dengan perjalanan waktu saat ini penulis bertugas di Biro Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian

Pada tahun 1992 penulis menikah dengan Ir. Cahyo Prabowo dan sekarang telah dikaruniai tiga putri yaitu Fidecya Asharani, Destiana Isyarani dan Oktivia Andarani. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan studi di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan mengambil Program Studi Teknologi Pascapanen secara mandiri disela-sela tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil di Departemen Pertanian.

Page 11: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

i

DAFTAR ISI

Hal

Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA Persyaratan Mutu Kubis 5 Rantai Suplai Sayuran di Jawa Barat 6 Penanganan Pascapanen pada Kubis 7 Faktor Pengangkutan atau Transportasi 9 Analisa Usahatani Kubis 12 METODE PENELITIAN Bahan dan Alat 14 Tempat dan Waktu 14 Metode Pengujian 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kemasan dan Lama Simulasi Transportasi Terhadap Susut Berat 24 Pengaruh Kemasan dan Lama Simulasi Getaran Terhadap Tingkat Kerusakan 31 Pengaruh Kemasan dan Lama Simulasi Getaran Terhadap Tingkat Kekerasan 39 Analisa Kelayakan Finansial Unit Usahatani Kubis Segar 41 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 46 Saran 47 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 12: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

ii

DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 1997 – 2005 (ton/ha) 1

Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Sayuran Segar di Indonesia 2

Tabel 3. Cara Pengambilan Contoh 14

Tabel 4. Hasil Uji Penurunan Berat Kubis Akibat Simulasi Transportasi dan

pengupasan

18

Tabel 5. Hasil Uji Kekerasan Kubis (kg) 19

Tabel 6. Hasil Uji Tingkat Kerusakan 19

Tabel 7 Perhitungan Manfaat dari Introduksi Kemasan pada kubis Segar 21

Tabel 8 Hasil Uji Duncan Pengaruh Kemasan dan Lama Simulasi Transportasi

terhadap Susut Berat akibat Simulasi Transportasi (%)

26

Tabel 9 Hasil Uji Duncan Pengaruh Kemasan dan Lama Simulasi Transportasi

terhadap Susut Berat akibat Simulasi Transportasi dan Pengupasan

30

Tabel 10 Hasil Uji Duncan Pada Pengaruh Kombinasi Kemasan Dan Lama

Simulasi Transportasi Terhadap Persentase Luas Memar

34

Tabel 11 Hasil Uji Duncan Pada Pengaruh Kombinasi Kemasan Dan Letak

Tumpukan Terhadap Persentase Luas Memar

37

Tabel 12 Hasil Uji Duncan Pada Pengaruh Kemasan Terhadap Tingkat

Kekerasan

40

Tabel 13 Hasil Perhitungan Analisa Finansial pada Usahatani Kubis Segar 42

Tabel 14 Hasil Perhitungan Analisa Finansial pada Usahatani Kubis Segar pada

Tingkat Harga Rp 2,100/kg.

45

Page 13: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

iii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Unsur-Unsur Rantai Sayuran di Jawa Barat 6

Gambar 2. Lankah-langkah Penelitian 15

Gambar 3. Kubis Dengan dan Tanpa Kemasan Primer 16

Gambar 4. Kubis Dengan Kemasan Sekunder Kardus dan Keranjang 16

Gambar 5. Simulasi Transportasi dengan Meja Getar 17

Gambar 6. Tumpukan Wadah (Kemasan Sekunder) Di Atas Meja Getar 17

Gambar 7. Cara penyusunan Kubis Segar 18

Gambar 8. Ilustrasi Luas Memar Kubis 19

Gambar 9. Pengukuran Susut Berat setelah Simulasi Transportasi 24

Gambar 10. Susut Berat Kubis Pada Berbagai Kemasan setelah Simulasi

Transportasi

25

Gambar 11. Susut Berat Kubis setelah Simulasi Transportasi dan Pengupasan 29

Gambar 12. Memar Pada Sisi dan Atas Kubis yang Berupa Garis-Garis 32

Gambar 13. Persentase Luas Memar pada Setiap Kombinasi Kemasan dan

Lama Simulasi Transportasi

33

Gambar 14. Persentase Luas Memar pada Setiap Tumpukan Pada Berbagai

Kemasan

35

Gambar 15. Kemiringan Tumpukan Kemasan Sekunder (kardus) Setelah

Simulasi Transportasi

36

Gambar 16. Penyusunan Kubis pada Perlakuan Kontrol 39

Gambar 17. Tingkat Kekerasan pada Daun dan Tulang Daun Kubis Pada

Berbagai Kemasan

39

Page 14: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

iv

DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Hasil Pengukuran Gerakan Bak Truk Angkutan Setara 30 Km

pada Beberapa Kondisi Jalan

48

Lampiran 2. Perhitungan Amplitudo dan Frekuensi Rataan dari Meja Getar

Selama 60 menit atau 1 jam

49

Lampiran 3. Perhitungan Setara Panjang Jalan Simulasi Pengangkutan

selama 60 menit pada Jalan Luar Kota

50

Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam Penurunan Berat Kubis Segar 51

Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam Tingkat Kerusakan Kubis Segar 52

Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Tingkat Kekerasan Kubis Segar 53

Lampiran 7. Struktur Biaya Usahatani Kubis Segar 54

Lampiran 8. Perhitungan Biaya Operasional dan Penerimaan pada Tingkat

Harga Kubis Rp. 1500/kg

55

Lampiran 9. Perhitungan Rasio Manfaat-Biaya pada Tingkat Harga Kubis

Rp. 1500/kg

56

Lampiran 10. Perhitungan Rasio Penerimaan-Biaya pada Tingkat Harga

Kubis Rp. 1500/kg

57

Lampiran 11. Perhitungan Analisa Finansial Usahatani Kubis pada Beberapa

Tingkat Harga

58

Page 15: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kubis atau dikenal dengan nama “kol atau engkol” merupakan salah satu jenis

sayuran yang berasal dari daerah subtropik. Tanaman ini telah lama dikenal dan

dibudidayakan di Indonesia, khususnya di wilayah pegunungan. Produksi kubis Indonesia

saat ini, sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan menduduki

peringkat pertama dalam volume produksi sayuran di Indonesia (Tabel 1). Sentra

produksi kubis terdapat di propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang produktivitas

rataan pada tahun 2005 masing-masing adalah 25.9 ton/ha dan 20.3 ton/ha (Statistik

Indonesia, 2006). Kubis juga menjadi salah satu dari kelompok sayuran yang diekspor.

Hal ini dinyatakan oleh Rukmana (1994) bahwa sayuran kubis merupakan salah satu dari

6 (enam) kelompok sayuran segar yang diekspor selain brokoli, kentang, tomat, cabe dan

bawang merah.

Tabel 1. Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 1997 – 2005 (Ton/Ha) Tahun Kubis Kentang Bawang

Merah Wortel Cabai

1997 1,338,504 813,368 294,423 227,321 156,715 1998 1,459,232 998,032 287,506 332,846 164,944 1999 1,447,910 942,058 323,855 266,536 183,347 2000 1,336,410 977,349 772,818 326,693 174,708 2001 1,238,079 831,140 861,150 300,548 142,556 2002 1,232,834 893,824 766,572 282,248 150,589 2003 1,348,433 1,009,979 762,795 355, 802 176,264 2004 1,432,814 1,027,040 757,399 423,722 194,588 2005 1,292,984 1,009,619 732,609 440,002 187.236

Sumber : Statistik Indonesia 2006

Menurut Statistik Pertanian tahun 2003 (Departemen Pertanian, 2003), kubis masih

merupakan produk sayuran terbesar kedua yang diekspor dengan kenaikan nilai ekspor

sebesar 30.19 % dan volume ekspor kubis ini turun sebesar 20.02 % yang dihitung

berdasarkan nilai ekspor tahun 2002 dari 2001. Kemudian, dua tahun berikutnya kubis

bukan lagi menjadi produk andalan ekspor Indonesia. Hal ini terlihat dalam Statistik

Page 16: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

2

Pertanian tahun 2005 dimana kubis hanya masuk dalam kelompok sayuran lainnya yang

volume dan nilai ekspornya menurun sejak tahun 2003 (Tabel. 2)

Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Sayuran Segar di Indonesia. Volume Ekspor (ton) Nilai Ekspor (000US$) No Komoditi

2003 2004 Δ 2003 2004 Δ 1. Bawang Merah 5,402.05 4,637.26 -14.16 2,421.13 1,888.93 -21.98 2. Kentang 18,839.70 16,487.52 -12.49 4,241.12 3,556.13 -16.15 3. Cabe 88.29 854.32 867.60 18.44 453.44 2,358.58 4. Sayuran

lainnya 49,271.70 41,069.93 -16.65 17,327.86 7,562.25 -56.36

5. Lain-lain 36,050.87 25,495.77 -29.28 11,009.97 18,843.29 71.15 TOTAL 109,652.06 88,544.81 -19.25 35,018 32,304 -7.75 Sumber : Statistik Pertanian 2005, Departemen Pertanian

Fenomena atau kondisi tersebut banyak terjadi karena mutu produk pertanian

Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan pasar. Keberhasilan pemasaran produk

sayuran segar dimulai dengan budidaya yang baik untuk menghasilkan produk bermutu

dan membutuhkan penanganan pascapanen yang dapat menjaga mutu (fisik), nutrisi dan

keamanan pangan (kimiawi) agar dapat mempertahankan nilai ekonomis dari suatu

produk. Kubis merupakan komoditi yang bersifat mudah rusak (perishable) dan

memenuhi tempat (bulky) sehingga memerlukan penanganan pascapanen yang tepat

untuk mengurangi susut mutu dan memperpanjang masa simpan namun dengan tetap

mempertahankan skala ekonomis dalam perdagangan.

Permasalahan pada pascapanen dapat disebabkan karena penanganan sebelum panen

dan sesudah panen. Secara umum, penanganan pascapanen kubis meliputi cara panen,

pengangkutan dari lahan ke tempat pengemasan, sortasi, pengkelasan (grading) dan

pendistribusian ke pasar. Praktek penyimpanan kubis jarang dilakukan oleh petani kubis

segar di pedesaan. Alat pengangkutan kubis di pedesaan dapat berupa sepeda, motor,

mobil pick-up terbuka dan truk. Hal-hal tersebut memberikan kontribusi pada kehilangan

pascapanen karena sebagian besar petani kubis berada jauh dari lokasi pasar, dan skala

usaha masih kecil serta praktek penanganan sejak panen sampai ke konsumen masih

belum memadai.

Page 17: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

3

Pada umumnya kubis segar diupayakan secepat mungkin untuk dapat diterima

konsumen akhir sejak panen, agar dapat menghindari penurunan mutu ataupun

kehilangan nilai ekonomi yang lebih besar. Jangka waktu untuk mencapai konsumen

tersebut, transportasi atau distribusi relatif membutuhkan lebih banyak waktu

dibandingkan praktek penanganan lainnya. Hal ini disebabkan jarak antara produsen dan

konsumen akhir relatif jauh.

Upaya petani atau pedagang untuk dapat mengurangi kehilangan atau penurunan nilai

ekonomi kubis selama transportasi antara lain : secepatnya mencapai konsumen akhir,

dan melakukan pengiriman pada saat dini hari. Hal lain yang dapat menyebabkan

kehilangan pascapanen selama waktu transportasi dan belum mendapat perhatian khusus,

seperti penggunaan kemasan atau wadah masih sederhana yang dikenal dengan “waring”

atau keranjang bambu serta penyusunan produk dalam alat transportasi yang tidak

memadai. Selain itu pengangkutan dengan bercampur dengan produk hortikultura lainnya

dapat menurunkan nilai ekonomis kubis.

Ada kecenderungan petani atau pedagang di pedesaan khawatir untuk memperbaiki

penanganan pascapanennya karena hanya akan menambah biaya sehingga mengurangi

keuntungan dari hasil penjualannya. Hal ini logis karena sebagian konsumen lokal belum

dapat menghargai mutu produk yang dihasilkan dengan harga yang lebih tinggi. Akan

tetapi, banyak petani sayuran yang bersifat inovatif dan memiliki kemampuan

berwirausaha melakukan terobosan-terobosan untuk dapat mengurangi kehilangan

pascapanen dan dapat merasakan manfaat yang dari penanganan pascapanen yang tepat

tersebut.

Di Indonesia, kubis bukan lagi merupakan komoditi eksotik yang memiliki harga jual

tinggi sehingga sebagian keuntungan dapat digunakan untuk mengadopsi teknologi

pascapanen yang baru untuk tujuan mendapatkan keuntungan dalam jangka panjang.

Teknologi pascapanen yang sederhana, mudah dilakukan dan dapat memberikan manfaat

atau keuntungan merupakan salah satu pertimbangan petani untuk menerima teknologi

penanganan pascapanen.

Page 18: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

4

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kerusakan fisik pada

kubis segar selama distribusi mulai dari panen sampai diterima oleh konsumen, dan

secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mempelajari pengaruh kemasan kubis terhadap susut pascapanen kubis selama

transportasi

2. Mengetahui manfaat dari introduksi kemasan baru yang dapat diterima atau

diadopsi oleh petani secara ekonomis.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa kelompok masyarakat dibawah ini :

1. Petani :

dapat menentukan cara penanganan pascapanen yang paling sesuai dengan

permintaan pasar dan mendapatkan keuntungan dari pemilihan tersebut.

2. Peneliti :

dapat memberikan alternatif cara penanganan pascapanen kepada petani teknologi

pascapanen yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi aktual.

3. Pemerintah :

dapat mendukung peningkatan pendapatan petani dengan memberikan arahan

penanganan pascapanen secara tepat guna.

Page 19: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

5

TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat kehilangan pada produk hortikultura, dalam hal kualitas maupun kuantitas

antara panen sampai ke konsumen berkisar 20-50 % di negara berkembang dan 5-25% di

negara maju, tergantung dari jenis komoditi, varietas dan kondisi penanganannya (Kader,

2002). Di Indonesia kehilangan pascapanen pada produk sayuran berkisar 25-40%

(Muchtadi, 1995). Kader (2002) lebih lanjut menyatakan bahwa untuk mengurangi

kehilanganan tersebut produsen dan pedagang harus : 1) mengetahui faktor biologi dan

lingkungan yang mengakibatkan deteorisasi (penurunan mutu), dan 2) menggunakan

teknik pascapanen yang menunda penuaan dan menjaga mutu.

Persyaratan Mutu Kubis

Kubis segar yang didefinisikan dalam Standar Nasional Indonesia (1998) adalah

kumpulan daun-daun yang masih menempel pada batang dan membentuk telur/krop

berasal dari tanaman kubis (Brassica Oleracea, var.capitata,LINN) dalam keadaan segar

dan bersih. Kubis digolongkan dalam 3 (tiga) ukuran 1) Kecil : 500 gram, 2) Sedang :

500 – 1250 gram, dan 3) Besar : > 1250 gram.

Standar Nasional Indonesia untuk Kubis Segar adalah SNI 01-3174-1998 yang

berisikan syarat mutu kubis adalah sebagai berikut :

Persyaratan No Jenis Uji Satuan Mutu I Mutu II

1. Keseragaman varietas - seragam Seragam 2. Keseragaman ukuran berat % Min. 100 Min. 90 3. Kepadatan - padat kurang padat 4. Warna daun luar - putih kehijauan

dan segar putih kehijauan

dan segar 5. Kadar kotoran

(bobot/bobot) % Maks. 0 Maks. 0

6. Kubis cacat (jumlah/jumlah)

% Maks. 0 Maks. 0

7 Panjang Batang Kubis cm Maks.1 Maks.1

Page 20: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

6

Rantai Suplai Sayuran di Jawa Barat

Adiyoga (2003) menyatakan bahwa rantai suplai sayuran di Jawa Barat adalah

pelayanan kelembagaan untuk menghantarkan pergerakan sayuran dari produsen kepada

konsumen. Intervensi pemerintah sangat terbatas untuk mendukung ketersediaan sarana

fisik seperti jalan dan pasar. Rantai suplai sayuran di Jawa Barat yang teridentifikasi,

dijelaskan seperti Gambar 1 berikut :

Gambar 1. Unsur-unsur Rantai Suplai Sayuran di Jawa Barat

Produsen/Petani

Pengangkutan

Pengumpul Desa Pengumpul Kota Unit Pengemasan

Unit Pengangkutan

Pasar Induk Di Bandung

Pasar Swalayan, Hotel, Restauran

Pedagang Eceran Di Bandung

Konsumen Akhir/Pengguna

Pasar Induk Di Jakarta

Pedagang EceranDi Jakarta

Page 21: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

7

Penanganan Pascapanen pada Kubis

Menurut Syarief (1990), sebagian besar buah dan sayuran lebih disukai dalam

keadaan segar. Oleh karena itu berbagai cara diupayakan untuk mempertahankan mutu

dan kesegaran buah dan sayuran agar bisa bertahan lebih lama dan bisa dikonsumsi

dalam keadaan segar. Winarno dan Betty (1983) menyatakan suatu bahan dianggap rusak

jika menunjukkan penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal

oleh panca indra atau parameter lainnya.

Berdasarkan penelitian Anastasia (1983) sistem penanganan kubis meliputi

pemanenan, pengemasan, pengangkutan, pengkelasan mutu dan pemasaran dengan

penjelasan sebagai berikut :

1. Pemanenan

Penanganan kubis harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak lecet, luka atau

memar, karena keadaan ini dapat menurunkan mutu dan harga jual (Muchtadi dan

Anjarsari, 1996). Menurut Rukmana (1996), pemanenan diharapkan jangan

sampai terlambat, karena menyebabkan kropnya pecah (retak-retak) dan kadang-

kadang diikuti dengan pembusukan. Cara pemanenan, baik secara mekanik

ataupun secara manual akan mempengaruhi derajat (tingkat) dan tipe pelukaan,

kememaran dan sayatan yang terjadi. Bagian yang rusak demikian merupakan

titik-titik masuk bagi jasad renik yang akan menurunkan kualitas (Ronoprawiro,

1993).

Sayuran dan buah-buahan setelah dipanen, pada dasarnya masih merupakan

jaringan hidup dan masih berlangsung proses respirasi. Kader (2002),

mengklasifikasikan komoditas hortikultura berdasarkan laju respirasinya dan

kubis termasuk dalam kelas tinggi dengan laju respirasi pada 5 0C atau 41 0F

berkisar 20 – 40 mg CO2/kg-jam. Subekti (1998) menyatakan bahwa laju respirasi

kubis pada suhu kamar atau suhu 30 0C adalah sebesar 7.3926 ml CO2/kg-jam dan

4.3767 ml O2/kg-jam, serta pada suhu 5 0C sebesar 1.2922 ml CO2/kg-jam dan

0.8081 mlO2/kg-jam.

Page 22: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

8

2. Pengemasan

Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau

mempertahankan mutu produk pangan. Selain itu pengemasan juga merupakan

penunjang bagi transportasi, distribusi, dan merupakan bagian penting dari usaha

untuk mengatasi persaingan dalam pemasaran (Rahardi et al., 1998.). Setyowati et

al.,(1992) menyatakan fungsi pengemasan dilakukan untuk mempermudah

pengangkutan ditingkat petani dan untuk melindungi mutu sayuran bagi pedagang

serta dapat menarik minat konsumen. Komoditi kubis dari Cipanas umumnya di

kemas dengan 3 cara yaitu ikatan, keranjang dan kantong plastik berlubang

(Anastasia, 1983). Asgar (1989) menjelaskan bahwa pengepakan yang baik

adalah dengan dikemas dalam keranjang plastik ukuran 75 x 50 x 50 cm3 karena

mengalami kerusakan mekanis yang lebih kecil (12,27%) dibandingkan dengan

pengepakan dalam peti kayu ukuran 54 x 50 x 32 cm3 (15,92%), keranjang bambu

ukuran 42 x 32 x 43 cm3 (18,88%), karung plastik ukuran 93,5 x 54 cm2 (25,27%)

dan tanpa pengemasan (33%).

3. Pengangkutan

Pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam penanganan,

penyimpanan, dan distribusi buah-buahan atau sayur-sayuran. Pengangkutan

dimulai dari kebun ke tempat-tempat pengumpulan. Dari tempat-tempat ini

dilakukan pengangkutan hasil sebagai barang curahan oleh pengecor, tengkulak,

pedagang besar, pemroses, pengeskpor dan pengimpor di stasiun-stasiun

pengemasan, tempat-tempat penyimpangan, tempat-tempat pengiriman dan

pelabuhan pemuatan dan pembongkaran (Kamariyani dan Gembong T.,1993).

Kendaraan pengangkut kubis di pedesaan adalah truk, dan mobil pick-up.

a. Pengkelasan mutu

Setyowati et. al (1992) menyatakan sebenarnya agak susah menyeragamkan

sayuran dari beragam petani. Hal ini disebabkan oleh perbedaan budidaya,

areal penanaman dan penganganan pascapanen.

Page 23: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

9

b. Pemasaran.

Secara umum pemasaran dapat diartikan pelaksanaan semua aktivitas yang

berguna untuk menciptakan, memajukan dan mendistribusikan barang yang

dihasilkan (Dalimartha,1978)

Faktor Pengangkutan atau Transportasi

Sayuran dan buah-buahan setelah dipanen, pada dasarnya masih merupakan jaringan

hidup dan masih berlangsung respirasi. Proses ini ditandai dengan perubahan warna

produk, tekstur dan rasanya demikian pula kandungan nutrisinya (Ashari,1995). Susut

bobot dapat dicegah dengan pengemasan yang baik, pengangkutan yang baik dan

pemilihan varietas yang tahan angkut jarak jauh (Sunarjono,1976). Selama pengangkutan

sayuran, pertimbangan terhadap faktor-faktor seperti pengaturan suhu dan kelembaban

dan kehati-hatian penanganan selalu penting (Ronopriwo,1993).

Menurut Ronopriwo (1993) pemilihan angkutan akan dipengaruhi oleh jarak,

kemudahan busuknya hasil dan ketersediaan dan biaya angkutan. Jarak pasar yang sangat

jauh mungkin memerlukan penggunaan pesawat terbang, sedang truk dan mobil van

mungkin cocok untuk jarak-jarak lebih dekat. Di daerah yang dekat dengan sungai atau

pantai angkutan air adalah umum digunakan. Pada umumnya, pengakutan kubis

menggunakan kendaraan pengangkut seperti truk, mobil pick-up untuk jarak menengah

dan jauh (Anastasia, 1983). Menurut Kitinoja dan Kader (2003) pada pengangkutan

dengan kendaraan terbuka, tumpukan produk harus hati-hati disusun agar tidak

menyebabkan kerusakan mekanis. Kendaraan dapat dilindungi dengan lapisan jerami atau

karung sebagai penahan getaran pada kendaraan kecil. Lebih lanjut dijelaskan bahwa

pada kendaraan terbuka sedapat mungkin udara dapat melewati produk dengan baik.

Menurut Frazier dan Westhoff (1978), beberapa jenis kebusukan yang biasa terjadi

selama pemasaran adalah busuk lunak bakteri yang disebabkan Erwinia carotovora, yang

menyebabkan degradasi pektin pada sayuran sehingga menjadi lunak dan berbau busuk.

Organisme lain penyebab kebusukan adalah Sclerotinia sclerotiorum,Fusarium roseum,

Page 24: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

10

Phytothora sp Rhizoctonia, dan Alternaria sp yang tumbuh selama pengangkutan dan

penyimpanan. Organisme ini menyebabkan cacat yang tidak kelihatan (Adair, 1971).

Pengemasan yang buruk (tanpa bungkus) adalah salah satu sebab turunnya kualitas

selama pengangkutan. Pembungkusan berfungsi sebagai pelindung terhadap bahaya

(resiko) selama perjalanan. Jika tidak cukup, kerusakan mekanis akan terjadi

(Ronoprawiro, 1993). Levi, 1964 dalam Pantastico (1989) dalam surveynya mengenai

persoalan pengangkutan dinegara berkembang, menyatakan bahwa usaha-usaha untuk

memperbaiki kondisi pengangkutan dapat dimulai dengan pembuatan wadah-wadah yang

diisolasi dengan baik.

Ukuran kemasan untuk distribusi buah dan sayuran segar agar penanganan lebih

mudah, yang direkomendasi oleh The Organization for Economic Cooperation and

Development adalah yang berukuran 60 x 40, 50 x 40, 50 x 30, 40 x 30 (cm). Tinggi

kemasan bervariasi berdasarkan ukuran produk yang dikemas (Ryall dan Pentzer, 1982).

Lebih lanjut, Soedibyo (1985) mengemukakan berat bersih isi kemasan yang ideal

berkisar antara 10 -20 kg. Sementara itu Mc. Gregor (1989) menyatakan kemasan yang

lebih dari 23 kg (50 lb) mendorong penanganan kasar, kerusakan pada produk dan

kesalahan pada penyusunan.

Pantastico (1989), memberikan pertimbangan-pertimbangan dasar untuk

pengangkutan jarak pendek dan jarak jauh sebagai berikut :

1. Pada pengangkutan dalam jangka waktu pendek, komoditi harus dilindungi

terhadap kerusakan mekanik dan kemungkinan terkena suhu ekstrem.

2. Untuk pengangkutan jarak jauh, ada resiko tambahan berupa kerusakan komoditi

disebabkan oleh pemanasan yang berlebihan dan pelayuan, masuknya organisme

pembusukan, kerusakan akibat pendinginan, pelunakan komoditi yang

mengandung banyak air atau pematangan buah.

Lebih lanjut Pantastico (1989) menyatakan kerusakan lain adalah, bahwa dalam

pengangkutan yang menggunakan jasa pengangkutan umum, para penanganan dan

penumpang tidak memperhatikan keamanan dan mutu barang.

Page 25: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

11

Kitinoja dan Gorny (1999) menyatakan cara penanganan pada pengangkutan atau

transportasi yang mengakibatkan kehilangan pascapanen, mutu dan keamanan pangan

yaitu :

1. Pengiriman yang melebihi kapasitas

2. Menempatkan produk yang berat diatas produk yang lebih lunak

3. Pengiriman dengan kendaraan berpendingin tanpa ‘pre-cooling’ baik kendaraan

maupun produk

4. Menggunakan kemasan dengan mutu rendah atau tanpa kemasan dapat

mengakibatkan kerusakan karena penekanan.

5. Kurangnya ventilasi yang cukup selama transportasi

6. Kurangnya tekanan udara pada kendaraan

7. Penanganan yang kasar atau tidak baik selama bongkar-muat pada kendaraan

8. Alat pendingin yang mati atau membiarkan produk terkena panas matahari.

9. Kerusakan karena etilen, odor dan atau ‘chiling injury’ karena pengiriman yang

dicampur dengan produk lain.

Mc. Gregor (1987) menyatakan bahwa kubis merupakan salah satu produk yang

sensitive dengan etilen dan tingkat kepekaan terhadap ‘freezing injury termasuk golongan

sedang atau moderat artinya kubis cukup baik disimpan pada suhu rendah.

Cara penanganan dalam penyusunan tumpukan dalam kendaraan sangat berpengaruh

pada ketahanan kemasan dalam melindungi produk. Kitinoja dan Gorny (1999)

menyatakan bahwa penataan tumpukan harus secara tepat karena kekuatan pada wadah

bertumpu pada sudutnya dan 1 inchi kesalahan letak pada tumpukan akan menurunkan

kekuatan wadah berkisar 15 – 34 % sebagai penahan getaran. Mc Gregor (1989)

menyatakan bahwa penataan secara menyilang dari kardus dapat menyebabkan kekuatan

kardus hilang 50% di semua letak tumpukan dari atas sampai bawah.

Pantastico (1989) menyebutkan bahwa sayuran daun paling baik disimpan pada suhu

32 0F, RH 90-95%. Untuk Kubis suhu 32-41 0F dapat mempertahankan umur simpannya

3-5 minggu dan pada suhu 50 0F hanya dapat bertahan 10 hari. Sedangkan Sarimadona

Page 26: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

12

A.L (1988) menemukan adanya umur ekonomis yang lebih lama pada kubis yang

disimpan pada suhu 5-10 0C dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu kamar baik

untuk kubis bulat maupun kubis gepeng. Kitinoja dan Gorny (1999) juga menyatakan

pengiriman saat-saat lebih dingin (malam atau dini hari) dapat mengurangi panas pada

produk sehingga dapat meminimalkan kerusakan.

Analisa Usahatani Kubis

Syarief, AM (terjemahan Henderson dan Penny, 1989) menyatakan keberhasilan atau

kegagalan dagang dari suatu usaha tergantung pada perbedaan antara biaya produksi dan

pendapatan. Jenis biaya dibagi menjadi biaya tetap dan biaya operasional. Lebih lanjut

dinyatakan bahwa perhatian yang sungguh-sungguh harus diberikan pada masalah

pembiayaan karena masalah ini merupakan salah satu dari faktor-faktor yang penting

dalam setiap masalah teknik.

Kadariah (1988) menyatakan kalau biaya dan manfaat telah diukur dalam

satuan/ukuran uang dengan sebaik-baiknya, maka hasilnya dapat disusun atau dinyatakan

dalam empat bentuk, ialah a) internal rate of return (IRR) bagi investasi, b) benefit-cost

ratio (gross dan net), c) net present worth, dan d) payback period atau break even point

(BEP). Lebih lanjut, dikatakan bahwa masing-masing kriteria tersebut mempunyai

keunggulan maupun kelemahannya dibandingkan dengan kriteria lainnya.

Usahatani kubis masih merupakan salah satu usaha pertanian yang cukup

memberikan keuntungan bagi petani sayuran hortikultura dengan rasio pendapatan dan

biaya diatas 1. Dinas Pertanian propinsi Jawa Barat dalam situs resminya

www.diperta.jabarprov.go.id menunjukkan bahwa usahatani kubis diwilayah propinsi

Jawa Barat memiliki nilai rasio pendapatan dan biaya produksi (R/C rasio) mencapai 1.21

dengan biaya produksi Rp. 17,328,000 dan nilai produksi Rp. 21,000,000.

Departemen Pertanian melalui bulletin Pusdatin (2005) mengkaji struktur ongkos

usahatani Kubis dalam areal 1 ha di Kabupaten Magelang, Malang, dan Probolinggo

Page 27: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

13

dengan R/C rasio masing-masing 1.5, 1.39 dan 1.32. Dinyatakan juga bahwa, jika ditinjau

dari pendapatan petani per bulan, dengan rata-rata pendapatan petani Indonesia sekitar

Rp. 1,000,000 per bulan, maka Kabupaten Magelang mempunyai pendapatan rata-rata di

atas rata-rata pendapatan petani Indonesia sedangkan pendapatan petani kubis di Malang

dan Probolinggo masih rendah.

Hasil penerapan teknologi ‘Organic farming’ tahun 2000 di kecamatan Lembah

Gumanti Sumatera Barat (Departemen Pertanian), analisa usahatani kubis organik

memberikan nilai R/C rasio sebesar 2.30 dengan nilai harga jual yang sama dengan kubis

tanpa teknologi organik dan hasil produksi sebesar 38,250 kg. Adapun tingkat biaya

produksi per-kg mencapai Rp 457.

Page 28: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

14

METODE PENELITIAN

Bahan Dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa kubis segar (Brassica oleracea L

var capitata atau kubis hijau) yang didapat langsung dari petani (produsen), kardus dan

keranjang plastik sebagai wadah dan juga wrapping plastic sebagai kemasan individual

kubis. Alat yang digunakan untuk penelitian berupa timbangan digital dengan kapasitas 2

kg dan ketelitian 0.02 kg, kaca pembesar dan pengaris sebagai alat pengukur (20 cm)

untuk memudahkan pengamatan kerusakan kubis dan Rheometer untuk melihat tingkat

kekerasan krop, serta alat Simulasi Transportasi Meja Getar. Rheometer diatur pada mode

20, maksimum 10 kg, R/h hold 10 mm dan Press 30 mm/m dengan penggunaan jarum

Rheometer berdiameter 5 mm.

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan di lapangan dimana perhitungan biaya

penanganan kubis mulai dari petani (produsen) sampai ke konsumen akhir yang

menggunakan kubis sebagai bahan pangan, termasuk harga jualnya. Pengamatan

lapangan dilakukan di sentra produksi kubis di Jawa Barat (Kabupaten Bandung) untuk

dapat memotret situasi dan kondisi distribusi kubis sehingga aplikasi kemasan dan

simulasi transportasi di laboratorium dapat mendekati dengan kondisi rantai suplai kubis

yang ada. Kemudian penelitian berikutnya di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan

dan Hasil Pertanian pada bulan November 2006 s/d Januari 2007. Langkah-langkah

penelitian di laboratorium ada pada Gambar 2. Pada tahap persiapan, teknik pengambilan

contoh (sampling) kubis segar yang akan diuji disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Cara Pengambilan Contoh

Jumlah Kemasan dalam partai/lot

Jumlah kemasan yang diambil

sampai 100 5 101 sampai 300 7 301 sampai 900 9

301 sampai 1000 10 Sumber : Standar Nasional Indonesia Kubis, 1998

Page 29: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

15

Gambar 2. Langkah-langkah Penelitian

Metode Pengujian

1. Uji Transportasi

Simulasi transportasi dilakukan berdasarkan lama perjalanan dari produsen

sampai rantai terakhir sebelum konsumen. Simulasi dilakukan menggunakan meja

getar dengan frekuensi sesuai kondisi jalan yang dilalui. Uji ini bertujuan

menganalisis pengaruh transportasi terhadap tingkat kerusakan fisik pada kubis. Uji

dilakukan sebanyak 2 (dua) ulangan untuk tiap perlakuan kombinasi kemasan dan

kontrol. Perlakuan yang diaplikasi dalam simulasi transportasi adalah :

a. Perlakuan dengan kombinasi kemasan sekunder dan primer. Kemasan sekunder

sebagai wadah diaplikasikan kardus (corrugated box), dan keranjang plastik

(plastic crate), sedangkan sebagai kemasan primer adalah plastik film, daun kubis

3-5 lembar dan tanpa kemasan primer serta perlakuan kontrol yang tidak

Persiapan Contoh

Uji Fisik awal • Pengukuran berat

Uji Transportasi • Kombinasi kemasan • Lama simulasi transportasi • Posisi tumpukan

Uji Fisik akhir • Pengukuran susut • Tingkat Kerusakan • Tingkat kekerasan

Uji Statistik Analisa Manfaat Biaya

Page 30: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

16

menggunakan kemasan primer dan juga wadah sebagai kemasan sekunder

(Gambar 3 dan 4).

Gambar 3. Kubis Dengan dan Tanpa Kemasan Primer

Gambar 4. Kubis Dengan Kemasan Sekunder Kardus dan Keranjang

b. Lama perjalanan sebagai acuan waktu tempuh dari sentra produksi kubis di Jawa

Barat dan Jawa Tengah ke Jakarta dalam lama simulasi transportasi adalah 1 jam,

2 jam dan 5 jam yang merupakan hasil perhitungan dengan rataan frekuensi getar

dan amplitudo selama simulasi. Adapun dasar perhitungan 1 jam adalah jarak

antara Cianjur ke Jakarta, sedangkan 2 jam adalah jarak antara Pengalengan ke

Jakarta, dan 5 jam adalah jarak dari wilayah Jawa Tengah (Temanggung atau

Wonosobo) ke Jakarta. Rumusan untuk perhitungan simulasi 1 jam setara panjang

jalan adalah :

Jumlah luas getaran simulasi (1Jam)

Jumlah luas seluruh getaran truk di jalan luar kota selama 30 menit ~ 30 km X 30 km….(1)

Plastik Film Daun Kubis Tanpa Kemasan

primer

Page 31: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

17

Dimana jumlah luas getaran simulasi (1 jam) dan jumlah luas seluruh getaran truk di

jalan luar kota selama 30 menit atau setara 30 km berturut-turut dengan rumusan

dibawah ini : T

Jumlah luas getaran simulasi (1 jam) = [ ∫ Am sin ωmT dT ] x 1 jam x f m................... (2)

0

Jumlah luas seluruh getaran truk di jalan luar kota selama 30 menit atau setara 30 km =

T

[ ∫ At sin ωtT dT ] x 30 x 60 x ft .................................................................................. (3)

0

Gambar 5. Simulasi Transportasi Pada Meja Getar

c. Tumpukan kemasan sekunder atau wadah juga merupakan salah satu faktor yang

diperhitungkan dalam uji transportasi (Gambar 6)

Gambar 6. Tumpukan Wadah (Kemasan Sekunder) Diatas Meja Getar

ATAS

BAWAH

TENGAH

Page 32: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

18

d. Metode penyusunan kubis segar pada kontrol mengikuti kebiasaan petani dalam

meletakkan kubis dalam alat angkut seperti truk atau pick-up terbuka (Gambar 7)

Pangkal Krop kubis

Tulang daun

Gambar 7. Cara Penyusunan Kubis Segar

2. Uji Sifat Fisik Kubis

Pengujian diawali dengan penimbangan berat kubis untuk membandingkan berat

kubis sebelum dan sesudah ada pengaruh simulasi transportasi. Selain itu, berat kubis

juga diukur setelah dilakukan trimming atau pengupasan sampai tanda kerusakan

tidak terlihat untuk mendapatkan berat akhir yang merupakan nilai jual yang

sebenarnya (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil Uji Penurunan Berat Kubis Akibat Simulasi Transportasi dan Pengupasan

Perlakuan Ulangan Berat Awal

Berat Stl simulasi

tranportasi

Berat Stl pengupasan

Penurunan Berat stl simulasi

transportasi (%)

Penurunan Berat stl Pengupasan

(%)

Pengujian dilanjutkan dengan uji kekerasan dengan Rheometer dimana posisi

kubis saat pengujian adalah posisi horisontal dan diukur pada 2 bagian yaitu daun dan

batang daun dengan masing-masing 2 (dua) ulangan. Uji ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat firmness (kekerasan) pada kubis segar setelah simulasi

transportasi (Tabel 5).

Page 33: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

19

Tabel 5. Hasil Uji Kekerasan Kubis (kg) Perlakuan Ulangan Daun 1 Daun 2 Batang 1 Batang 2

Uji Fisik lainnya setelah simulasi transportasi adalah uji kerusakan. Parameter

kerusakan adalah persentase luas memar. Pengamatan parameter kerusakan dilakukan

pada lapisan atas, tengah, dan bawah dari tiap kemasan perlakuan. Memar merupakan

salah satu bentuk kerusakan fisik kubis yang dapat dikaji secara visual dimana

permukaan kubis terlihat bewarna lebih terang dibandingkan dengan sekitarnya

khususnya pada tulang daun (Gambar 8). Benturan atau gesekan pada kubis

meninggalkan bentuk memar yang mengikuti pola tulang daun sehingga berbentuk

persegi panjang. Apabila ditemukan sobek pada daun, juga akan dikategorikan sebagai

memar.

Gambar 8. Ilustrasi Luas Memar Kubis

Adapun perhitungan persentase luas memar dihitung berdasarkan jumlah kumulatif

luas memar pada kubis, kemudian dibagi dengan luas permukaan kubis yang berbentuk

bola (Tabel 6).

Tabel 6. Hasil Uji Tingkat Kerusakan Kerusakan Perlakuan Ulangan

Luas Memar Luas kubis Presentase Luas Memar (%)

memar

kubis

Page 34: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

20

Luas bagian yang memar pada buah diasumsikan sebagai luas bola dan luas

permukaan krop kubis diasumsikan sebagai luas segi empat yang memanjang sesuai

tulang daun. Rumusannya sebagai berikut :

)6(..........................................................................................

)5.......(........................................................................

)4......(..............................%.........100

2dpermukaanLuas

lebarxpanjangmemarLuas

xkubispermukaanluas

kumulatifmemarluasmemarPersentase

π=

=

=

3. Uji Statistik

Hasil pengukuran kerusakan dilanjutkan dengan uji statistik untuk mengetahui

pengaruh transportasi terhadap parameter – parameter kerusakan fisik pada kubis

segar. Untuk menganalisis digunakan Rancangan Acak Lengkap, dengan model

sistematik sebagai berikut :

ijklijkjkikijkjiijklY εαβγβγαγαβγβαμ ++++++++= ...........................(7)

Dengan 7,...,2,1=i 3,2,1=j 3,2,1=k 2,1=l Keterangan :

ijklY : nilai pengamatan pada kubis dengan kemasan ke-i lama perjalanan ke-j pada tumpukan ke-k ulangan ke-l

μ : rataan umum

iα : pengaruh aditif dari kemasan ke-i

jβ : pengaruh aditif dari lama simulasi transportasi ke-j

kγ : pengaruh aditif dari tumpukan ke-k

ijαβ : pengaruh interaksi antara kemasan ke-i dengan lama perjalanan ke-j

ikαγ : pengaruh interaksi antara kemasan ke-i dengan tumpukan ke-k

jkβγ : pengaruh interaksi antara lama perjalanan ke-j dengan tumpukan ke-k

ijkαβγ : pengaruh interaksi antara kemasan ke-i dengan lama simulasi transportasi ke-j dan tumpukan ke-k

ijklε : pengaruh galat dari kemasan ke-i, lama simulasi transportasi ke-j dan diberi tumpukan ke-k ulangan ke-l

Page 35: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

21

Uji Statistik diawali dengan analisis ragam untuk melihat interaksi, kemudian

dilanjutkan dengan uji Duncan sebagai penentu beda nyata dari hasil perhitungan. Acuan

dalam analisis ragam untuk dapat dilanjutkan ke uji Duncan apabila :

• jika P-value ≥ 5% maka tidak signifikan / tidak berpengaruh

• jika P-value < 5% maka signifikan /berpengaruh

4. Analisa Kelayakan Finansial

Analisa finansial adalah menyelidiki terutama perbandingan antara pengeluaran

dan ‘revenue earning’ proyek; apakah proyek itu akan terjamin dananya yang

diperlukan; apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut; dan

apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa secara finansial dapat berdiri

sendiri (Kadariah, 1988). Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan

uang/biaya dengan harapan akan memperoleh hasil (Gittinger, 1986). Lebih lanjut

kadariah (1988) menyatakan, jika dipakai rasio Manfaat - Biaya (B/C) maka sebagai

kriterium untuk menerima proyek adalah :

Manfaat tersebut diatas adalah nilai jual kubis segar yang telah dikurangi dengan

biaya-biaya produksi yang telah dikeluarkan. Nilai jual kubis segar dihitung dari nilai

produksi yang sudah dikurangi penurunan berat akibat transportasi dan pengupasan

(hasil Tabel 4), setelah itu didapat berat bersih yang dapat dinilai dengan dikalikan

harga jual kubis segar. Sedangkan biaya adalah pengeluaran atau biaya operasional

untuk sarana produksi seperti alat, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya sewa

lahan dan transportasi.

Tabel 7. Perhitungan Manfaat Dari Introduksi Kemasan Pada Kubis Segar Kemasan Hasil

Produksi (kg)

Susut berat (%)

Berat Bersih

(kg)

Nilai Jual (Rp)

Biaya Produksi

(Rp)

B C

1 ………………………………….. (8)

Page 36: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

22

Pada unit usaha pertanian, sering juga digunakan perhitungan lebih sederhana untuk

membandingkan penerimaan atau nilai jual kubis segar dengan biaya selama produksi

rasio penerimaan – biaya (R/C), sebagai berikut :

Perhitungan biaya operasional ditingkat petani hanya untuk mengetahui tingkat

keuntungan dari suatu unit usaha pada satu musim tanam untuk tanaman semusim (Tabel

7). Perhitungan Biaya ini tidak memperhitungkan biaya investasi seperti pembangunan

tempat pengemasan dan biaya suku bunga pinjaman karena memang tidak dilakukan

untuk usahatani kubis segar baik dengan cara tradisional maupun dengan introduksi

kemasan pada penelitian ini. Oleh karena itu, pengukuran dengan nilai bersih saat ini (Net

Present Value) atau tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return) tidak perlu

dilakukan.

Mengacu pada struktur biaya pada kelompok tani di kabupaten Bandung Jawa Barat

diketahui biaya operasional untuk produksi kubis segar adalah :

- Sarana produksi untuk dilahan produksi sampai dengan pasca panen termasuk

sewa lahan produksi. Sewa lahan menjadi salah satu unsur biaya mengingat jarang

petani memiliki luas lahan sebesar 1 Ha atau 10,000 m2

- Tenaga kerja merupakan unsur biaya yang penting karena pada umumnya

penggunaan tenaga kerja keluarga tidak diperhitungkan.

- Transportasi adalah salah satu sarana yang sangat jarang dimiliki, khususnya

untuk pengangkutan ke luar desa atau kota atau tujuan penjualan.

Gittinger (1986) semua proyek yang sedang dipersiapkan dan sedang dianalisa harus

menggunakan suatu set asumsi yang konsisten mengenai hal-hal seperti kelangkaan dana-

dana investasi, devisa dan tenaga kerja. Perhitungan analisa usahatani kubis yang

dilakukan dengan pendekatan perhitungan tehnik, dalam hal ini mengintroduksi tehnik

pengemasan atau metode kemasan, dalam skala laboratorium memerlukan beberapa

R Σ kubis X harga kubis per kg C Σ biaya operasional

…………………….. (9) = > 1

Page 37: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

23

asumsi yang digunakan dalam perhitungan struktur biaya dan manfaat dari usahatani

kubis segar, yaitu :

- Nilai biaya setiap unsur biaya adalah sama pada setiap tempat produksi yang

berdasarkan lama simulasi transportasi meliputi sarana produksi, tenaga kerja,

sewa lahan per musim, dan sewa transportasi.

- Hasil produksi kotor penanaman kubis seluas 1 Ha adalah 35,000 kg atau 35 ton.

Nilai ini sesuai rata-rata produksi di kabupaten Bandung Jawa Barat.

- Harga jual kubis per kg adalah sama karena produsen tidak memiliki kekuatan

untuk mempengaruhi harga pasar.

- Praktek penanganan sejak produksi sampai pasca panen, termasuk penanganan

bongkar muat kubis kedalam alat transportasi adalah sama pada setiap tempat

yang sesuai dengan lama simulasi transportasi.

- Jarak antara produsen dan konsumen sesuai dengan lama simulasi transportasi

serta konsumen atau pembeli berada di Kota Jakarta.

Page 38: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

24

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Kemasan dan Lama Simulasi Transportasi Terhadap Susut Berat

Penurunan berat atau susut berat yang dianalisa adalah susut berat akibat lama

simulasi transportasi, dan penurunan susut berat akibat lama simulasi transportasi dan

trimming atau pengupasan. Perhitungan ini didasarkan bahwa kubis segar langsung

didistribusi ke tempat tujuan dan setelah sampai masih memerlukan penanganan atau

pengupasan kubis untuk menghindari kerusakan yang lebih besar dan mempertahankan

mutu agar memenuhi persyaratan konsumen. Hasil perhitungan kesetaraan jarak antara

produsen dan konsumen dengan lama simulasi transportasi, sebagai berikut :

- 1 jam simulasi transportasi setara dengan jarak 107.588 km

- 2 jam simulasi transportasi setara dengan jarak 215.176 km

- 5 jam simulasi transportasi setara dengan jarak 537.940 km

1. Susut Berat setelah Simulasi Transportasi.

Susut berat setelah simulasi transportasi merupakan pengukuran berat kubis

sebelum dilakukan penilaian kerusakan, penilaian kekerasan dan pengupasan krop

kubis yang rusak (Gambar 9). Susut pada saat setelah simulasi transportasi lebih

banyak disebabkan faktor metabolisme kubis yaitu respirasi. Beberapa hal yang

mempengaruhi tingkat respirasi kubis dalam simulasi transportasi adalah getaran

mesin, gesekan antar kubis dan gesekan dengan wadah. Bahan dasar dari wadah atau

kemasan sekunder yang digunakan dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada

tingkat respirasi kubis.

Gambar 9. Pengukuran Susut Berat Setelah Simulasi Transportasi

Page 39: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

25

Secara umum, semakin lama waktu simulasi transportasi akan menghasilkan susut

berat yang semakin besar pada setiap kombinasi kemasan termasuk kontrol (Gambar

10). Pada kontrol, susut berat terjadi paling besar yaitu 1.39 % untuk lama simulasi 1

jam, 1.48 % untuk lama simulasi 2 jam dan 3.28 % untuk lama simulasi 5 jam.

Pengaruh lama simulasi terhadap susut berat tidak berbeda nyata untuk simulasi

transportasi 1 dan 2 jam, sedangkan untuk lama simulasi transportasi 5 jam

pengaruhnya berbeda nyata (Tabel 8).

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

Susu

t Ber

at (%

)

1 2 5

Lama Simulasi Transportasi (jam)

Penurunan Berat Akibat Simulasi Transportasi

Keranjang+Plastik Keranjang+Daun Keranjang Kardus+PlastikKardus+Daun Kardus Kontrol

Gambar 10. Susut Berat Kubis Pada Berbagai Kemasan Setelah Simulasi Transportasi

Gambar 10 juga menunjukkan bahwa susut berat setelah simulasi paling rendah

terjadi pada kemasan dimana kubis dikemas secara individu dengan plastik film, baik

yang menggunakan wadah keranjang maupun kardus. Pada keranjang dengan plastik

film, susut berat yang terjadi akibat simulasi transportasi adalah 0.19 % (1 jam), 1.23

% (2 jam), dan 0.51 % (5 jam). Sedangkan pada kardus dengan plastik film, susut

berat yang terjadi adalah 0.18 % (1 jam), 0.22 % (2 jam) dan 0.22 % (5 jam).

Winarno (1987) menyatakan bahwa sifat permeabilitas plastik film terhadap uap air

dan udara menyebabkan mampu berperan memodifikasi ruang kemas selama

pengangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kemasan primer (plastik

film, daun kubis) dapat melindungi kubis dari gesekan antar kubis dan gesekan

dengan wadah sehingga dapat menekan kerusakan yang mengakibatkan

meningkatnya laju respirasi.

Penggunaan wadah atau kemasan sekunder mampu melindungi kehilangan berat

kubis, terlihat bahwa susut berat kubis masih lebih rendah dibandingkan dengan

Page 40: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

26

kontrol (Gambar 10). Penggunaan keranjang menghasilkan susut berat lebih besar

dibandingkan dengan kardus. Hal ini disebabkan peningkatan respirasi kubis akibat

gesekan kubis dengan wadah keranjang yang relatif keras dibandingkan dengan

permukaan kardus. Selain itu, keranjang lebih terbuka sehingga kurang menahan

kehilangan kadar air akibat transpirasi, dibandingkan dengan kardus yang hanya

memiliki celah sebanyak 5% dari permukaannya sebagai ventilasi.

Tabel 8. Hasil Uji Duncan Pengaruh Kemasan Dan Lama Simulasi Transportasi Terhadap Susut Berat Akibat Simulasi Transportasi (%)

Lama Simulasi Transportasi Kemasan 1 jam 2 jam 5 jam

Keranjang+Plastik film 0.19 ± 0.12 h 0.23 ± 0.04 gh 0.51 ± 0.17 fg Keranjang+Daun 0.53 ± 0.13 fg 1.52 ± 0.40 d 2.50 ± 0.25 b

Keranjang 0.68 ± 0.17 f 1.45 ± 0.19 d 2.41 ± 0.16 b Kardus+Plastik film 0.18 ± 0.10 h 0.22 ± 0.09 gh 0.22 ± 0.05 gh

Kardus+Daun 0.62 ± 0.37 f 0.80 ± 0.31 f 1.99 ± 0.68 c Kardus 0.56 ± 0.23 f 1.12 ± 0.12 e 2.31 ± 0.33 b Kontrol 1.39 ± 0.13 d 1.48 ± 0.23 d 3.28 ± 0.06 a

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Hasil dari analisis ragam terhadap susut berat akibat lamanya simulasi

transportasi, menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi pada tiga faktor (lama

simulasi transportasi, kemasan dan tumpukan) tetapi terjadi interaksi dua faktor yaitu

kemasan dan lama simulasi transportasi dengan P value <.0001.

Pada 1 jam simulasi transportasi terlihat bahwa kombinasi kemasan dengan

berwadah keranjang maupun kardus menghasilkan pola yang sama. Nilai susut berat

pada wadah dengan kubis dikemas dengan daun dan tanpa dikemas secara individu

menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata baik dengan wadah keranjang maupun

kardus. Artinya untuk transportasi sepanjang 107.588 km (setara 1 jam simulasi

transportasi) kubis yang menggunakan kemasan sekunder (keranjang dan kardus)

tidak memerlukan kemasan primer daun kubis karena susut beratnya tidak berbeda

nyata.

Page 41: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

27

Pada 2 jam simulasi transportasi, wadah keranjang baik dengan kubis dikemas

daun ataupun tanpa dikemas menunjukkan susut berat yang lebih besar daripada

wadah kardus. Hal ini menunjukkan bahwa kardus dapat menekan susut berat lebih

baik dari pada keranjang karena kelebihan kardus adalah terbuat dari bahan yang

lebih lunak, permukaannya halus sehingga kerusakan karena gesekan antar kubis

dengan permukaan kemasan sekunder (wadah) dapat ditekan.

Pada 5 jam simulasi transportasi, susut berat setelah transportasi pada wadah

keranjang dengan kubis dikemas daun ataupun tanpa dikemas menunjukkan nilai

yang tidak berbeda nyata. Sedangkan penggunaan wadah kardus, kubis dikemas

dengan daun lebih kecil dibandingkan dengan kubis tanpa dikemas secara individu,

terlihat susut berat kubis berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa kemasan primer

dengan daun kubis mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat susut berat kubis

segar selama transportasi yang setara dengan lama simulasi transportasi 5 jam

(537.940 km)

Kombinasi kemasan kardus+plastik film ataupun keranjang+plastik film dapat

menekan susut berat, pada setiap lama transportasi simulasi. Pengaruh penggunaan

plastik film pada kedua wadah (keranjang dan kardus) tidak berbeda nyata. Susut

berat kubis dengan kombinasi keranjang+plastik film untuk 1 dan 2 jam, dan untuk 2

dan 5 jam simulasi transportasi tidak berbeda nyata, tetapi pada 1 dan 5 jam simulasi

transportasi susut beratnya berbeda nyata. Kitinoya dan Gorny (1999) menyatakan

bahwa pengemasan dengan plastik film pada produk segar memberikan keleluasaan

bagi oksigen untuk masuk dari luar kemasan dan melepas karbondioksida dari dalam

kemasan primer ruang terbatas disebut passively modified atmosphere.

Penggunaan daun kubis pada wadah keranjang akibat simulasi transportasi tidak

memberikan nilai susut berat yang berbeda nyata dengan kubis tanpa kemasan primer.

Perlindungan daun kubis terhadap susut berat akan berdampak nyata dengan

kombinasi kardus sebagai wadah. Pengaruh kardus yang relatif tertutup mampu

menahan transpirasi dan peningkatan respirasi karena kerusakan kubis. Perbedaan

Page 42: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

28

nyata terlihat pada simulasi transportasi selama 2 dan 5 jam. Hal ini menunjukkan

penggunaan daun kubis akan efektif menekan susut berat dengan kombinasi kardus

untuk jarak transportasi yang setara dengan 2 dan 5 jam simulasi transportasi.

2. Susut berat setelah dilakukan Simulasi Transportasi dan Pengupasan.

Perhitungan susut berat ini ditujukan untuk mendapatkan berat bersih yang

menjadi nilai jual kubis segar sesuai dengan persyaratan konsumen. Kriteria mutu

yang dipersyaratkan adalah kubis tanpa cacat fisik. Oleh sebab itu, produsen atau

pedagang melakukan pengupasan pada kubis untuk memenuhi kriteria mutu tersebut.

Secara umum, semakin lama waktu simulasi transportasi akan menghasilkan susut

berat yang semakin besar pada setiap kombinasi kemasan termasuk kontrol (Gambar

11). Hal ini menunjukkan bahwa semakin jauh letak produksi dengan pasar akan

mempengaruhi nilai ekonomis kubis. Pengaruh lama simulasi transportasi terhadap

susut berat kubis disebabkan terjadinya kerusakan fisik pada kubis sehingga

diperlukan pengupasan. Hal ini juga dapat dibuktikan dari Tabel 9, bahwa susut berat

akibat simulasi transportasi dan pengupasan tidak berbeda nyata pada 1 dan 2 jam

simulasi transportasi tetapi akan berbeda nyata pada 5 jam simulasi transportasi.

Dari Gambar 11, terlihat susut berat akibat simulasi transportasi dan pengupasan

yang paling besar terjadi pada kontrol sedangkan susut paling rendah pada kubis yang

dikemas dengan plastik film dengan wadah keranjang dan kardus. Hasil ini

menunjukkan bahwa kemasan baik primer maupun sekunder dapat menghambat susut

berat kubis sehingga dapat menghindari kehilangan nilai ekonomis dari kubis segar.

Mc. Gregor (1989) menyatakan selama transportasi produk dapat terkena dampak

getaran mesin, penanganan kasar selama bongkar muat dan kehilangan kadar air.

Faktor-faktor tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya susut atau kehilangan

berat pada produk.

Page 43: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

29

0

5

10

15

20

25

30

35

Susu

t Ber

at (%

)

1 2 5

Lama Simulasi Transportasi (jam)

Penurunan Berat Kubis Setelah Simulasi Transportasi dan Pengupasan

Keranjang+Plastik Keranjang+Daun Keranjang Kardus+PlastikKardus+Daun Kardus Kontrol

Gambar 11. Susut berat Kubis Pada Berbagai Kemasan Setelah Simulasi Transportasi dan Pengupasan

Hasil analisis ragam menunjukkan tidak terjadi interaksi pada tiga faktor (lama

simulasi transportasi, kemasan dan tumpukan). Hanya terjadi 1 (satu) interaksi dua

faktor yaitu kemasan dan lama simulasi transportasi. Hasil analisis ragam ini serupa

dengan hasil analisis ragam pada susut berat yang disebabkan lama simulasi

transportasi.

Pada kontrol, terjadi susut berat paling besar pada setiap lamanya waktu simulasi

transportasi yaitu 27.05% pada simulasi transportasi setara 1 jam, 27.05% pada

simulasi transportasi setara 2 jam dan 32.65% pada simulasi transportasi setara 5 jam.

Meskipun demikian, nilai susut berat pada lama simulasi transportasi 1 jam dan 2

jam, tidak berbeda nyata dan nilai susut berat paling besar terjadi pada 5 jam simulasi

transportasi terlihat berbeda nyata (Tabel 9). Kontrol atau kubis tanpa kemasan tidak

memiliki perlindungan baik dari getaran mesin maupun gesekan antar kubis sehingga

terjadi kerusakan fisik kubis paling besar. Kerusakan fisik tersebut memerlukan

pengupasan krop kubis 5-7 lembar sehingga susut berat yang terjadi paling besar.

Susut berat setelah simulasi transportasi dan pengupasan (trimming) paling rendah

terjadi pada kemasan dimana kubis dikemas secara individu dengan plastik film dan

menggunakan wadah kardus dengan nilai 10.26% (1 jam), 11.41% (2 jam) dan

21.24% (5 jam). Pada setiap lama simulasi transportasi dimana nilai susut berat kubis

yang dikemas dengan plastik film baik pada wadah kardus maupun wadah keranjang

Page 44: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

30

tidak berbeda nyata kecuali pada simulasi transportasi selama 2 jam (Tabel 9). Kardus

yang lebih lunak dapat menekan susut berat secara signifikan pada simulasi

transportasi selama 2 jam sedangkan keranjang dapat mendekati kemampuan kardus

dengan ditambahkan lapisan koran didalamnya. Penggunaan lapisan alas pada wadah

yang keras dapat mengurangi kehilangan pasca panen (Kitinoya dan Gorny, 1999).

Tabel 9. Hasil Uji Duncan Pengaruh Kemasan Dan Lama Simulasi Transportasi Terhadap Susut Berat (%) Akibat Simulasi Transportasi Dan Pengupasan

Lama Simulasi Transportasi Kemasan 1 jam 2 jam 5 jam

Keranjang+Plastik film 10.40 ± 1.59 l 13.21 ± 1.58 jk 21.75 ± 0.91 defg Keranjang+Daun 16.85 ± 2.30 i 20.98 ± 1.92 fg 25.51 ± 1.74 bc

Keranjang 18.55 ± 1.20 hi 20.46 ± 0.71 gh 23.83 ± 1.57 cd Kardus+Plastik film 10.26 ± 0.79 l 11.41 ± 1.80 l 21.24 ± 0.58 efg

Kardus+Daun 14.30 ± 2.04 j 14.77 ± 2.15 j 22.96 ± 1.48 def Kardus 14.45 ± 1.88 j 17.57 ± 1.57 i 23.32 ± 1.50 de Kontrol 27.05 ± 1.27 b 26.87 ± 2.04 b 32.65 ± 1.08 a

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Simulasi transportasi selama 1 jam menunjukkan bahwa kemasan dengan

berwadah keranjang maupun kardus menghasilkan pola yang sama. Nilai susut berat

kubis pada wadah (keranjang dan kardus) dikombinasi dengan daun dan wadah tanpa

tambahan kemasan primer menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Susut berat

pada wadah keranjang lebih besar daripada wadah kardus dan berbeda nyata. Hal ini

disebabkan permukaan kardus yang lebih halus dan bahan baku kardus mampu

meredam getaran dengan baik (Grace, 1998)

Pada 2 jam simulasi transportasi, susut berat kubis pada wadah keranjang

menunjukkan susut berat yang lebih besar dan berbeda nyata daripada wadah kardus.

Khusus pada kubis dengan wadah keranjang, nilai susut berat pada kubis yang

dikemas dengan daun, tidak berbeda nyata dengan kubis yang tanpa dikemas secara

individu. Oleh sebab itu, penggunaan kardus lebih baik dari pada keranjang dalam

menekan kehilangan susut berat. Penggunaan wadah keranjang, dapat dikombinasi

kemasan primer plastik film untuk menekan susut berat tetapi tidak memerlukan daun

kubis dalam distribusi kubis oleh produsen berjarak 215.176 km.

Page 45: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

31

Pada 5 jam simulasi transportasi, susut berat setelah simulasi transportasi pada

wadah keranjang dan kardus baik dengan kemasan primer maupun tanpa kemasan

primer menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata kecuali yang dikombinasi dengan

kemasan primer daun kubis. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan kemasan

primer daun kubis dapat menjaga kehilangan susut berat secara nyata dengan

dikombinasi kemasan sekunder kardus.

Penggunaan wadah dapat mengurangi susut berat kubis secara nyata, terbukti

pada adanya perbedaan susut berat dalam kombinasi kemasan dengan kontrol.

Kitinoya dan Gorny (1999) menyatakan salah satu hal yang mempengaruhi

kehilangan pasca panen adalah cara pengemasan dan bahan baku atau materi bahan

kemasan. Penggunaan wadah yang dikombinasi dengan plastik film berpengaruh

nyata sedangkan dengan daun kubis tidak berpengaruh nyata terhadap susut berat

kubis segar.

Susut berat atau kehilangan selama transportasi disebabkan kerusakan produk

baik yang disebabkan oleh penanganan yang tidak memadai maupun karena kondisi

jalan selama transportasi. Hal ini tidak hanya menyebabkan terjadinya penurunan

mutu produk tetapi juga kehilangan pembeli karena memperlambat ketersediaan

barang sehingga berdampak langsung terhadap nilai ekonomis produk (Departemen

Keuangan, 2006). Oleh sebab itu, aplikasi teknologi pasca panen ditujukan untuk

mempertahankan mutu produk, melindungi keamanan pangan dan mengurangi

kehilangan secara ekonomis (Kitinoya dan Kader, 2003).

Pengaruh Kemasan dan Lama Simulasi Transportasi Terhadap Tingkat Kerusakan

Pantastico (1989), ketahanan kerusakan mekanik ditentukan oleh bentuk susunan sel

epidermal, tipe dan luas jaringan dasarnya dan susunan sistem berkas pengangkutannya.

Memar terjadi sebagai reaksi terhadap beban tekanan dari getaran mesin, gesekan antar

kubis dan gesekan dengan wadah. Tekanan tersebut menyebabkan penyempitan dinding

sel menyebabkan air yang berada dalam sel terdesak keluar sehingga jaringan menjadi

Page 46: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

32

memar (rusak). Kitinoya dan Gorny (1999) menyatakan bahwa beberapa penyebab

kehilangan pasca panen dalam transportasi adalah tekanan udara pada kendaraan atau alat

angkut dan kemasan yang kurang baik akan menyebabkan kerusakan karena tekanan.

Lama simulasi transportasi akan memberikan dampak kerusakan fisik kubis sebagai

akibat tekanan yang ekivalen dengan jarak perjalanan dari lahan (produsen) sampai

kepada pembeli pertama (konsumen). Lama simulasi transportasi sebesar 1 jam dengan

amplitudo 2.67 cm akan memberikan dampak kerusakan fisik pada kubis yang ekivalen

dengan jarak perjalanan 107.588 km. Hal ini didasarkan perhitungan kondisi jalan luar

kota yang amplitudonya 1.74 cm (lembaga Uji Konstruksi, 1986). Sedangkan

perhitungan persentase luas memar merupakan perbandingan luas memar pada kubis

yang berbentuk persegi panjang karena mengikuti bentuk tulang daun dengan luas

permukaan kubis yang berbentuk bulat seperti bola (Gambar 12).

Gambar 12. Memar Pada Sisi dan Atas Kubis Yang Berupa Garis-Garis (lihat panah)

Hasil analisis ragam, menunjukkan bahwa persentase luas memar dipengaruhi oleh

kemasan yang berinteraksi dengan faktor lain, yaitu :

1) Lama simulasi transportasi (P value <.0001) dan

2) Letak tumpukan wadah (P value 0.0102).

Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa faktor kemasan memberikan pengaruh yang

sangat besar pada luas memar yang terjadi. Pengaruh kemasan tergantung dengan bahan

atau materi bahan baku kemasan. Penggunaan kardus, jenis double wall dan tipe regular

slotted container (Peleg, 1985), dan keranjang memiliki dimensi ukuran yang sama (60 x

40 x 25 cm3) dan sesuai dengan rekomendasi penggunaan kemasan di Amerika (Mc.

Page 47: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

33

Gregor, 1989). Hal yang membedakan adalah bahan baku keranjang yang terbuat dari

plastik (keras dan kuat) dan kardus dari kertas sehingga benturan atau tekanan pada

produk akan memberikan dampak yang berbeda.

1. Pengaruh Kemasan dan Lama Simulasi Transportasi Terhadap Memar

Gambar 13, menunjukkan bahwa bertambah lama simulasi transportasi akan

menghasilkan persentase luas memar yang semakin besar secara signifikan. Kombinasi

kemasan primer dan wadah dapat menekan kerusakan dengan persentase luas memar

yang rendah pada setiap simulasi transportasi. Sedangkan pada kontrol persentase luas

memar terjadi paling besar pada setiap simulasi transportasi.

Interaksi antara kombinasi kemasan dengan lama simulasi transportasi dalam

memberikan pengaruh terhadap luas memar yang terjadi pada kubis segar dapat

dijelaskan bahwa persentasi luas memar semakin besar selaras dengan semakin lamanya

simulasi transportasi. Disetiap lama simulasi transportasi, pada kontrol dimana kubis

tidak menggunakan wadah baik keranjang ataupun kardus serta tidak dikemas secara

individu akan menunjukkan persentase luas memar yang cukup besar dibandingkan pada

kubis yang menggunakan kemasan (Gambar 13) yaitu 5.16 (1 jam), 9.33 (2 jam) dan

17.93 (5 jam).

02468

1012141618

Luas

Mem

ar (%

)

1 2 5Lama Simulasi Transportasi (jam)

Perbedaan Luas Memar Pada Tiap kemasan danLama Simulasi Transportasi

Keranjang+Plastik Keranjang+Daun Keranjang Kardus+PlastikKardus+Daun Kardus Kontrol

Gambar 13. Persentase Luas Memar Pada Setiap Kombinasi Kemasan dan Lama Simulasi Transportasi

Page 48: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

34

Pada setiap lama simulasi transportasi (1,2 dan 5 jam), kombinasi kemasan dengan

wadah keranjang dan kardus dengan ditambah kemasan individu baik plastik film

maupun daun menunjukkan persentase luas memar yang paling rendah yaitu 0.17 + 0.01

(1 jam), 0.62 + 0.01 (2 jam) dan 1.33 + 0.01 (5 jam). Penggunaan plastik film dan daun

dalam wadah memberikan perlindungan dari kerusakan dengan sangat nyata (Tabel 10).

Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan penambahan kemasan individu pada kubis

dapat berfungsi efektif dalam mengurangi persentasi luas memar yang terjadi.

Berdasarkan hasil uji Duncan terlihat nilai persentase luas memar pada kubis yang

dikemas secara individu baik yang menggunakan plastik film maupun daun kubis, tidak

berbeda nyata (Tabel 10).

Pada wadah keranjang dan kardus dimana kubis tidak dikemas secara individu

memberikan nilai luas memar yang tidak berbeda nyata pada setiap lama simulasi

transportasi (Tabel 10). Hal ini dapat disebabkan karena pada wadah keranjang tetap

diberikan alas berupa koran 2 lembar untuk melindungi kubis dari gesekan pada

permukaan keranjang yang cukup keras.

Tabel 10. Hasil Uji Duncan Pengaruh Kombinasi Kemasan Dan Lama Simulasi Transportasi Terhadap Persentase Luas Memar

Lama Simulasi Gataran Kemasan 1 jam 2 jam 5 jam

Keranjang+Plastik film 0.17 ± 0.01 i 0.62 ± 0.08 h 1.33 ± 0.05 g Keranjang+Daun 0.17 ± 0.01 i 0.61 ± 0.06 h 1.34 ± 0.03 g

Keranjang 1.54 ± 0.14 fg 2.63 ± 0.21 e 4.78 ± 0.18 d Kardus+Plastik film 0.17 ± 0.01 i 0.65 ± 0.10 h 1.36 ± 0.07 g

Kardus+Daun 0.17 ± 0.01 i 0.63 ± 0.06 h 1.32 ± 0.08 g Kardus 1.58 ± 0.12 f 2.74 ± 0.26 e 4.77 ± 0.09 d Kontrol 5.16 ± 0.53 c 9.33 ± 0.13 b 17.93 ± 0.60 a

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Penggunaan kardus dan keranjang menunjukkan persentase luas memar yang berbeda

nyata dengan kontrol. Hasil ini menunjukkan peranan wadah atau kemasan sekunder juga

dapat menekan terjadinya kerusakan fisik pada kubis segar. Pantastico (1989)

menyatakan kemasan dapat memberikan perlindungan terhadap kerusakan mekanik.

Page 49: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

35

Pradnyawati (2006) menyatakan bahwa jenis kemasan (wadah) berpengaruh nyata

terhadap tingkat kerusakan mekanis pada jambu biji. Grace (1998) menunjukkan bahwa

kemasan dapat memperkecil penurunan mutu tomat selama pengangkutan dalam hal

menekan kerusakan fisik dan perubahan kimiawi dan Mc. Gregor (1989) mengemukakan

bahwa pembungkusan pada produk juga mengurangi memar. Hal ini menjelaskan tingkat

kerusakan kubis yang paling rendah persentase luas memarnya adalah dengan kombinasi

kemasan primer dan sekunder.

Wadah keranjang yang lebih keras dibandingkan dengan kardus tetapi

menunjukkan nilai persentase luas memar yang tidak berbeda nyata, dapat disebabkan

oleh 3 hal yaitu kondisi udara yang lembab sehingga mengurangi kekuatan kardus dalam

melindungi produk (Peleg, 1985), kurang tahannya kardus dengan perlakuan kasar

(Purnomo, 1979), dan tumpukan kardus cenderung bergeser selama simulasi transpotasi

sehingga mengurangi kekuatannya (Mc.Gregor 1989).

2. Pengaruh Kemasan dan Letak Tumpukan Terhadap Memar

Getaran pada meja getar selama simulasi transportasi menyebabkan kemasan

sekunder atau wadah dapat bergeser sehingga menyebabkan terjadi tumpukan yang

miring. Kemiringan ini sebagai akibat getaran dan goncangan yang merupakan

representasi dari sarana pengangkutan dan kondisi jalan selama transportasi.

0

2

4

6

8

10

12

Luas

Mem

ar (%

)

Atas Tengah Bawah

Tumpukan

Perbedaan Luas Memar Berdasarkan Kemasan dan Tumpukan

Keranjang+Plastik Keranjang+Daun Keranjang Kardus+PlastikKardus+Daun Kardus Kontrol

Gambar 14. Persentase Luas Memar Pada Setiap Tumpukan Pada Berbagai Kemasan

Page 50: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

36

Secara umum, pada Gambar 14 dapat menjelaskan persentase luas memar pada kubis

yang tidak menggunakan kemasan primer dan luar (kontrol) terjadi persentase luas

memar tertinggi pada setiap letak tumpukan yaitu sebesar 10.45 % (atas), 11.01%

(tengah), dan 10.97% (bawah). Sedangkan penggunaan kemasan primer baik plastik film

ataupun daun kubis dapat menekan persentase luas memar yang terjadi pada setiap letak

tumpukan sehingga kerusakan yang terjadi sangat rendah yaitu dibawah 1%.

Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 11), kubis yang dikemas secara individu baik

dengan plastik film maupun dengan daun kubis menunjukkan persentase luas memar

yang paling rendah dengan kisaran nilai 0.68 ± 0.53 sampai dengan 0.72 ± 0.54 dengan nilai

yang tidak berbeda nyata. Hal ini terjadi baik dengan wadah keranjang maupun wadah

kardus dan pada setiap letak tumpukan.

Gambar 15. Kemiringan Tumpukan Kemasan Sekunder (Kardus) Setelah

Simulasi Transpotasi

Letak tumpukan diposisi atas cenderung menunjukkan terjadi persentase luas memar

yang lebih kecil dibandingkan pada letak tumpukan ditengah dan dibawah. Walaupun

demikian perbedaan nilai persentase luas memar tersebut tidak berbeda nyata kecuali

pada kemasan keranjang, kardus dan kontrol (Tabel 11). Pada kemasan keranjang, kardus

dan kontrol, persentase luas memar paling besar terjadi pada tumpukan bawah dan tengah

dan berbeda nyata dengan tumpukan atas. Ditinjau dari ukuran wadah (keranjang atau

Page 51: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

37

kardus) maka peluang terjadinya kerusakan fisik pada kubis dalam setiap wadah adalah

sama besar karena setiap wadah memuat kubis sekitar 18 – 23 kg/wadah dan setiap

wadah hanya berisi 1 lapisan/tumpukan kubis.

Tabel 11. Hasil Uji Duncan Pengaruh Kombinasi Kemasan Dan

Letak Tumpukan Terhadap Persentase Luas Memar Tumpukan Kemasan

Atas Tengah Bawah Keranjang+Plastik film 0.69 ± 0.50 f 0.71 ± 0.53 f 0.71 ± 0.55 f

Keranjang+Daun 0.68 ± 0.53 f 0.72 ± 0.54 f 0.71 ± 0.54 f Keranjang 2.80 ± 1.45 e 3.04 ± 1.41 cd 3.11 ± 1.56 cd

Kardus+Plastik film 0.70 ± 0.51 f 0.73 ± 0.54 f 0.75 ± 0.57 f Kardus+Daun 0.70 ± 0.54 f 0.72 ± 0.52 f 0.70 ± 0.50 f

Kardus 2.88 ± 1.49 de 3.07 ± 1.38 cd 3.13 ± 1.48 c Kontrol 10.45 ± 5.69 b 11.01 ± 5.92 a 10.97 ± 5.89 a

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Penggunaan kombinasi wadah (kemasan sekunder) dengan kemasan individu

(kemasan primer) menghasilkan luas memar yang tidak berbeda nyata antara tumpukan

atas, tengah dan bawah. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan kemasan perimer

mampu melindungi kubis dari kerusakan.

Perbedaan nyata yang terjadi pada keranjang, kardus dan kontrol pada letak tumpukan

atas dengan tengah atau bawah lebih disebabkan faktor penanganan selama bongkar

muat. Hal ini terjadi akibat penyusunan tumpukan secara manual sehingga dapat

mempengaruhi kerusakan fisik karena memar terjadi yang disebabkan perpindahan

produk didalam wadah selama penanganan dan transportasi (Mc. Gregor, 1989). Kitinoya

dan Gorny (1999) menyatakan bahwa kehilangan pasca panen dapat disebabkan karena

penanganan yang kasar saat bongkar muat.

Faktor penumpukan yang tinggi dapat mengakibatkan penggeseran dari wadah

selama getaran atau simulasi transportasi. Pada Gambar 15 menunjukkan, pergeseran

wadah tersebut dapat mengurangi kekuatan wadah (Mc. Gregor, 1989). Kekuatan kardus

untuk melindungi kubis didalamnya menurun karena adanya getaran, sedangkan kekuatan

keranjang dapat bertahan karena cenderung tidak terjadi pergeseran disebabkan bentuk

Page 52: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

38

permukaan atas dari setiap sisi keranjang yang dapat menopang keranjang lain diatasnya.

Hal ini menyebabkan luas memar pada keranjang dan kardus tidak berbeda nyata.

Berdasarkan hasil analisa dari kedua interaksi diatas, menunjukkan bahwa tingkat

kerusakan kubis segar dengan lama simulasi transportasi 1 jam, 2 jam, dan 5 jam sangat

dipengaruhi oleh faktor kemasan yang berinteraksi dengan lama simulasi transportasi dan

juga letak posisi tumpukan wadah. Akan tetapi, persentase luas memar lebih nyata

pengaruhnya dari faktor kemasan dan lama simulasi transportasi karena adanya

peningkatan persentase luas memar sesuai semakin lamanya simulasi transportasi.

Dengan kata lain tingkat kerusakan fisik kubis semakin meningkat nyata dengan semakin

lamanya transportasi.

Kombinasi kemasan yang dapat menghasilkan persentase luas memar yang rendah

adalah kubis yang diwadahi oleh keranjang ataupun kardus dan dikemas secara individu

baik dengan plastik film maupun dengan daun. Kombinasi kemasan tersebut terbukti

dapat menahan tingkat kerusakan kubis pada setiap lamanya waktu simulasi transportasi

(1, 2 dan 5 jam). Hal ini juga ditunjukkan dari kerusakan pada kontrol dengan persentase

luas memar yang paling besar dan berbeda nyata dengan kubis yang menggunakan

kemasan baik dengan wadah (kemasan sekunder) saja maupun yang dikombinasi dengan

kemasan primer (plastik film atau daun kubis).

Ditingkat petani yang pengangkutan kubis tidak dilakukan dengan pengemasan dapat

dilakukan suatu cara penyusunan untuk mengurangi kerusakan. Meskipun demikian, hasil

perhitungan menunjukkan bahwa penataan tersebut masih menghasilkan persentase luas

memar yang terbesar pada kontrol dibandingkan pada kubis dengan kemasan (Gambar

16). Beban tekanan yang terjadi pada kubis tanpa kemasan lebih besar terutama karena

gesekan antar kubis dan getaran mesin. Kitinoya dan Gorny (1999) menyatakan bahwa

transportasi secara curah akan mengakibatkan kerusakan karena tekanan dan hal ini

menjadi penyebab kehilangan pasca panen selama transportasi. Subekti (1998)

menyatakan penggunaan terpal untuk penutup kendaraan pengangkut kubis ke pasar

Page 53: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

39

berpotensi meningkatkan kehilangan atau susut pada kubis selama distribusi atau

transportasi dalam bentuk curah.

Gambar 16. Penyusunan Kubis Pada Perlakuan Kontrol Pengaruh Kemasan dan Lama Simulasi Transportasi Terhadap Tingkat Kekerasan

Tingkat kekerasan adalah salah satu parameter yang biasa digunakan untuk menguji

terjadikan perubahan mutu pada buah dan sayuran. Tingkat kekerasan yang berubah

disebabkan karena komposisi dinding sel berubah (Winarno, 2002). Pengujian dengan

analisis ragam didapat bahwa hanya faktor kemasan yang mempengaruhi tingkat

kekerasan baik pada bagian daun maupun pada tulang daun kubis segar. Gambar 15,

menunjukkan hasil uji kekerasan pada daun dan tulang daun pada kubis segar dimana

pola tingkat kekerasan tersebut tidak beraturan.

0.00.20.4

0.60.81.01.21.41.6

1.8

Ting

kat K

eker

asan

(kg)

Daun Tulang Daun

Tingkat Kekerasan Pada Daun dan Tulang Daun Kubis

Keranjang+Plastik Keranjang+Daun KeranjangKardus+Plastik Kardus+Daun KardusKontrol

Gambar 17. Tingkat Kekerasan Pada Daun Dan Tulang Daun Kubis

Pada Berbagai Kemasan

Page 54: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

40

Hasil analisis ragam didapat bahwa kemasan memberikan pengaruh pada tingkat

kekerasan dengan P value <.0001. Lama waktu simulasi transportasi sebesar 1, 2, dan 5

jam tidak memberikan pengaruh pada tingkat kekerasan kubis segar padahal faktor ini

sangat memberikan pengaruh pada susut berat dan tingkat kerusakan pada kubis.

Hasil uji Duncan sebagai uji lanjut hasil analisis ragam tersebut (Tabel 12)

menunjukkan secara umum, tingkat kekerasan kubis segar baik didaun maupun ditulang

daun memperlihatkan pola yang tidak beraturan dengan nilai yang tidak berbeda untuk

beberapa perlakuan kombinasi kemasan (Gambar 17). Pada tingkat kekerasan daun, 5

(keranjang+plastik film, kardus+plastik film, kardus+daun, kardus, kontrol) dari 7

kombinasi kemasan memiliki tingkat kekerasan yang tidak berbeda nyata termasuk

kontrol dan 2 lainnya (keranjang+daun, keranjang) juga tidak berbeda nyata satu dengan

yang lain. Sedangkan pada tingkat kekerasan ditulang daun, memberikan pola yang

hampir serupa bahkan dari 2 kombinasi kemasan (keranjang+daun, keranjang). Salah

satunya yaitu keranjang-daun menunjukkan nilai kekerasan yang tidak berbeda nyata

dengan kardus+plastik film, kardus+daun dan kontrol.

Tabel 12. Hasil Uji Duncan Pengaruh Kemasan Terhadap Tingkat Kekerasan Tingkat Kekerasan Kemasan

Daun Tulang Daun Keranjang+Plastik film 1.62 ± 0.24 a 1.57 ± 0.29 a

Keranjang+Daun 1.40 ± 0.25 b 1.34 ± 0.25 bc Keranjang 1.35 ± 0.22 b 1.19 ± 0.21 c

Kardus+Plastik film 1.61 ± 0.27 a 1.49 ± 0.24 ab Kardus+Daun 1.63 ± 0.23 a 1.47 ± 0.23 ab

Kardus 1.61 ± 0.18 a 1.59 ± 0.16 a Kontrol 1.75 ± 0.16 a 1.45 ± 0.12 ab

Keterangan : huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Nilai R-square dari masing-masing tingkat kekerasan dari daun dan tulang daun

adalah 0.59. Nilai tersebut sangat rendah (normal = 0.75) untuk suatu hasil uji statistik

yang menunjukkan pengaruh faktor kemasan pada tingkat kekerasan. Hal ini dapat

diartikan juga bahwa pengaruh kemasan pada tingkat kekerasan kubis sangat rendah.

Page 55: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

41

Tingkat kekerasan biasanya digunakan sebagai salah satu parameter untuk pengujian

mutu produk pertanian khususnya sayuran dan buah karena akan sangat berpengaruh

nyata dengan lamanya penyimpanan produk. Pada penelitian ini, dengan lama simulasi

transportasi sampai dengan 5 jam menunjukkan bahwa belum terjadi perubahan tingkat

kekerasan yang berpengaruh nyata pada mutu kubis segar. Perhitungan dengan parameter

kekerasan yang bersifat dekstruktif belum tepat digunakan untuk pengujian simulasi

transportasi sampai dengan 5 jam. Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan untuk pengujian

tingkat kekerasan produk dengan metode non-dekstruktif.

Analisa Kelayakan Finansial Unit Usahatani Kubis Segar

Perhitungan nilai ekonomis kubis segar pada penelitian ini adalah berupa ”direct

selling” dimana produsen (petani) langsung dapat menjual kubis segar kepada konsumen

(pembeli). Rantai suplai dari produsen langsung kepada konsumen ini tidak melalui tahap

penyimpanan pada kegiatan produksi. Porter, et al (2004) menyatakan bahwa tidak ada

keuntungan apabila dilakukan pengupasan selama penyimpanan setelah dihitung nilai

ekonomi dan biaya buruh untuk pengupasan.

Pengkajian kelayakan suatu proyek (usahatani kubis segar) akan ditinjau dari nilai

B/C ≥ 1 dan pendekatan nilai untuk menunjukkan keuntungan dari unit usahatani kubis

segar ditunjukkan nilai R/C yang berada diatas 1. Usahatani kubis ini berlokasi sesuai

kelipatan lama simulasi transportasi sebagai kesetaraan jarak antara produsen dan

konsumen yaitu 1 jam simulasi transportasi setara dengan 107.588 km.

Pada Tabel 13, ditunjukkan hasil perhitungan rasio manfaat-biaya dan penerimaan-

biaya pada introduksi kemasan untuk kubis segar yang dapat diketahui bahwa nilai B/C

dan R/C usahatani kubis segar ini akan semakin kecil dengan bertambah lamanya

simulasi transportasi. Hal ini terkait dengan semakin besarnya susut berat bersih kubis

segar yang dapat dijual dipasaran akibat kerusakan yang disebabkan transportasi sehingga

memerlukan pengupasan krop kubis untuk memenuhi kriteria mutu yang dipersyaratkan

oleh konsumen atau pembeli.

Page 56: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

42

Tabel 13. Hasil Perhitungan Analisa Finansial Pada Usahatani Kubis Segar*

Lama Simulasi Transportasi 1 Jam 2 jam 5 jam

Kombinasi Kemasan

B/C R/C B/C R/C B/C R/C Keranjang+Plastik

film 0.4545 1.455 0.4089 1.409 0.2703 1.270Keranjang+Daun 0.5486 1.549 0.4716 1.472 0.3873 1.387

Keranjang 0.5169 1.517 0.4813 1.481 0.4186 1.419Kardus+Plastik film 0.2337 1.234 0.2179 1.218 0.0827 1.083

Kardus+Daun 0.3721 1.372 0.3646 1.365 0.2335 1.233Kardus 0.3697 1.370 0.3198 1.320 0.2277 1.228Kontrol 0.4216 1.422 0.4251 1.425 0.3125 1.313

Keterangan : *modus harga jual kubis ditingkat petani Rp 1500 per kg

Simulasi transportasi selama 1 dan 2 jam adalah mewakili produsen di Jawa Barat

sedangkan 5 jam adalah untuk produsen Jawa Tengah (lihat bab Metode). Oleh sebab itu,

ditinjau dari R/C maka tingkat keuntungan produsen di Jawa Barat lebih besar daripada

di Jawa Tengah. Hal ini dapat disebabkan 2 hal yaitu biaya transportasi yang lebih besar

dan tingkat kerusakan fisik kubis yang lebih besar sehingga nilai ekonomis kubis segar

semakin turun.

Penggunaan kemasan atau wadah kardus menghasilkan nilai terendah. Kombinasi

kemasan kardus+plastik film memberikan nilai paling rendah baik untuk nilai B/C

maupun R/C pada setiap lama simulasi transportasi walaupun dari tingkat kerusakan fisik

dan susut berat kubis memberikan nilai paling rendah (Tabel 13). Hal ini disebabkan

harga kardus dan plastik film yang cukup mahal sehingga meningkatkan jumlah biaya

operasional. Menurut Poernomo (1979) pemakaian kemasan kotak karton gelombang

atau kardus masih kurang tepat atau belum sesuai untuk pengiriman lokal oleh karena

harganya masih mahal dan kurang tahan terhadap perlakuan kasar yang biasa dijumpai.

Penggunaan keranjang dengan daun menunjukkan nilai R/C terbesar pada simulasi

transportasi 1 jam sebesar 1.549 dan pada 2 serta 5 jam simulasi transportasi terlihat

penggunaan keranjang merupakan nilai R/C terbesar berturut-turut adalah 1.481 dan

1.419. Walaupun hasil Uji Duncan untuk susut berat akibat simulasi dan pengupasan

Page 57: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

43

(Tabel 9) memperlihatkan bahwa susut berat kubis dengan keranjang+daun dan keranjang

saja menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata.

Kontrol merupakan kubis tanpa kemasan sehingga struktur biaya operasional tidak

memerlukan biaya untuk material pengemasan akan tetapi biaya penanganan pasca panen

tetap dilakukan dan tetap menggunakan wadah keranjang bambu untuk pengumpulan

kubis dari lahan. Perlakuan pengemasan tanpa kemasan sekunder (wadah) dan kemasan

primer (kontrol) menunjukkan tingkat nilai B/C dan R/C bukan yang paling tinggi,

karena tingkat susut berat kubis akibat transportasi dan pengupasan paling tinggi (Tabel

9) sehingga menurunkan nilai ekonomis kubis.

Perhitungan lebih lanjut didapatkan bahwa untuk usahatani kubis segar ditingkat

petani dan dengan introduksi tehnik pengemasan, membutuhkan tambahan biaya. Adapun

tambahan biaya untuk pengemasan keranjang+plastik film adalah Rp 154.29/kg dan

pengemasan menggunakan keranjang+daun atau keranjang saja adalah Rp 35.71/kg.

Sedangkan tambahan biaya untuk kemasan kardus+plastik film adalah Rp 321.43/kg dan

penggunaan kardus+daun atau kardus saja adalah Rp 167.14/kg.

Berdasarkan pengamatan rantai suplai sayuran di Jawa Barat, terdapat variasi harga

pada segmen pasar tertentu seperti pasar swalayan, restoran/hotel internasional, dan

rumah sakit yang memberikan harga jual kubis lebih besar 20 – 40 % dari Rp 1,500/kg

atau Rp 1,800 – 2,100 per kg. Perhitungan lebih lanjut (Lampiran 11) untuk introduksi

tehnik pengemasan yang dapat layak dilakukan oleh petani mendapatkan B/C ≥1 sebagai

parameter kelayakan usahatani kubis segar, dengan interval kenaikan harga sebesar Rp

50/kg sebagai nilai terkecil dalam perdagangan. Dari perhitungan tersebut dihasilkan

bahwa :

1. Untuk introduksi kombinasi kemasan keranjang + daun akan layak pada tingkat harga

jual kubis Rp 1,950/kg untuk simulasi selama 1 jam (R/C 2.013). Pengaruh adanya

daun kubis sebagai kemasan primer dapat mengurangi tingkat kehilangan atau susut

berat kubis sehingga nilai kelayakannya pada tingkat harga yang naik hanya 8.3 %.

Page 58: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

44

2. Untuk introduksi kombinasi kemasan keranjang akan layak pada tingkat harga jual

kubis Rp 2,000/kg untuk simulasi selama 1 jam (R/C 2.023). Penggunaan wadah

keranjang tanpa adanya kemasan primer mengakibatkan susut yang lebih besar

dibandingkan dengan adanya daun kubis sebagai kemasan. Walaupun secara teknis

tidak berbeda nyata susut yang terjadi tetapi secara ekonomis tingkat kelayakan

investasi ini pada tingkat harga yang lebih tinggi dari kombinasi kemasan

keranjang+daun.

3. Untuk introduksi kombinasi kemasan keranjang + daun dan keranjang akan layak

pada tingkat harga jual kubis Rp 2,050/kg untuk simulasi selama 2 jam dengan R/C

masing-masing 2.116 dan 2.073. Tingkat harga ini menjadikan jarak yang lebih jauh

(setara 2 jam simulasi transportasi) dapat layak berinvestasi usahatani kubis segar

dengan kemasan keranjang baik dengan kombinasi kemasan primer (daun kubis)

maupun hanya keranjang. Hal ini dijelaskan juga pada Tabel 9 bahwa susut berat

keranjang+daun dengan keranjang tidak berbeda nyata.

4. Untuk introduksi kombinasi kemasan keranjang + plastik film akan layak pada

tingkat harga jual kubis Rp 2,100/kg untuk simulasi selama 1 jam dengan R/C 2.011.

(Tabel 14). Penggunaan plastik film menunjukkan susut yang paling rendah pada

perlakuan yang menggunakan keranjang akan tetapi karena biaya operasionalnya

paling tinggi maka untuk kelayakan investasi kubis segar dengan kemasan

keranjang+plastik film memerlukan tingkat harga yang paling tinggi.

Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa kelayakan investasi kubis segar

dengan wadah keranjang lebih tepat dilakukan oleh petani Jawa Barat (setara dengan 1

dan 2 jam simulasi transportasi) dibandingkan oleh petani Jawa Tengah. Hal ini

disebabkan oleh 2 hal yaitu 1) pada tingkat harga tertinggi yang mungkin dicapai yaitu

Rp 2,100/kg, nilai B/C untuk 5 jam simulasi transportasi masih < 1, 2) tingkat kerusakan

kubis yang besar sehingga susut berat kubis tidak menghasilkan nilai ekonomis untuk

kelayakan investasi.

Pada tingkat harga Rp 2,100/kg (Tabel 16) menjelaskan bahwa penggunaan kardus dan

kontrol masih belum layak dilakukan karena B/C dibawah 1, walaupun sudah cukup

Page 59: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

45

menguntungkan petani dengan R/C diatas 1 pada setiap lama simulasi transportasi.

Sedangkan penggunaan keranjang cukup menguntungkan (R/C > 1) bagi petani pada

setiap lama simulasi transportasi, akan tetapi baru akan layak (B/C ≥ 1) dilaksanakan

pada 1 jam simulasi transportasi untuk semua kombinasi dengan keranjang dan pada 2

jam simulasi transportasi untuk kombinasi keranjang + daun atau keranjang saja.

Tabel 14. Hasil Perhitungan Analisa Finansial Pada Usahatani Kubis Segar Pada Tingkat Harga Rp 2,100/Kg

Lama Simulasi Transportasi 1 Jam 2 jam 5 jam

Kombinasi Kemasan

B/C R/C B/C R/C B/C R/C Keranjang+Plastik film 1.0364 2.0364 0.9725 1.9725 0.7784 1.7784

Keranjang+Daun 1.1680 2.1680 1.0603 2.0603 0.9422 1.9422Keranjang 1.1236 2.1236 1.0738 2.0738 0.9856 1.9860

Kardus+Plastik film 0.7271 1.7271 0.7050 1.7050 0.5158 1.5158Kardus+Daun 0.9210 1.9210 0.9105 1.9105 0.7269 1.7269

Kardus 0.9176 1.9176 0.8477 1.8477 0.7188 1.7188Kontrol 0.9903 1.9903 0.9952 1.9952 0.8375 1.8375

Berdasarkan perhitungan ekonomis kubis terlihat bahwa nilai keuntungan dan

kelayakan penggunaan daun kubis pada wadah keranjang memberikan keuntungan yang

lebih tinggi dari pada penggunaan keranjang saja. Hal ini disebabkan susut berat pada

keranjang tanpa kemasan primer lebih besar daripada kubis dengan kemasan

keranjang+daun kubis, walaupun secara teknis, susut tersebut tidak berbeda nyata.

Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa saat ini orientasi usahatani kubis masih

berdasarkan keuntungan saja sehingga tidak dapat mengembangkan usahatani tersebut.

Apabila didasarkan perhitungan rasio Manfaat-Biaya (B/C ≥ 1) maka suatu investasi

usahatani kubis berada pada dapat tingkat kelayakan yang dapat menumbuhkembangkan

investasi agribisnis kubis segar ini sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Page 60: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

46

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Kemasan dan lama transportasi berpengaruh terhadap susut berat dan luas memar,

tetapi tidak berpengaruh terhadap kekerasan kubis.

2. Penggunaan kemasan primer (plastik film) dapat menekan susut berat dan luas

memar pada kubis segar sehingga susut atau kehilangannya paling rendah.

3. Pengunaan daun kubis (3-5 lembar) sebagai kemasan primer kurang dapat

mengurangi susut berat karena tidak berbeda nyata dengan kubis tanpa kemasan

primer atau menggunakan kemasan sekunder saja, tetapi tingkat kerusakan atau

luas memar yang terjadi berbeda nyata.

4. Penggunaan wadah (kemasan sekunder) baik kardus maupun keranjang dapat

melindungi kubis segar dari susut berat terutama bila dikombinasi dengan

kemasan primer (plastik film). Susut berat setelah simulasi transportasi dan

pengupasan pada kardus lebih rendah dibandingkan dengan keranjang dan

nilainya berbeda nyata pada simulasi transportasi selama 2 dan 5 jam. Meskipun

demikian tingkat kerusakan atau luas memar yang terjadi tidak berbeda nyata

pada setiap lama simulasi transportasi.

5. Penggunaan kemasan primer atau wadah kardus dapat mempertahankan berat

bersih kubis segar dibandingkan dengan penggunaan keranjang karena kardus

dapat lebih menekan transpirasi dan getaran. Hal ini berarti kardus lebih dapat

melindungi kubis segar dari kehilangan susut berat, meskipun tingkat kerusakan

atau luas memar yang terjadi tidak berbeda nyata dengan keranjang.

6. Dari aspek finansial, teknologi kemasan dengan keranjang layak diterapkan pada

harga jual kubis segar sebesar Rp 1,950 – Rp 2,100 per kg. Introduksi teknik

Page 61: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

47

pengemasan ini dapat mengurangi kerusakan fisik sehingga dapat memberikan

keuntungan petani sampai 200% (R/C ≥ 2) pada 1 dan 2 jam simulasi transportasi

atau setara dengan jarak antara produsen di wilayah Jawa Barat dan konsumen di

Jakarta. Hal ini keranjang lebih kuat dan dapat dipakai kembali karena mudah

dibersihkan sehingga dapat menekan biaya operasional usahatani kubis segar.

7. Tambahan biaya operasional dalam menggunakan kemasan sekunder (keranjang)

dan kemasan primer (plastik film) adalah Rp 154.29/kg sedangkan penggunaan

keranjang yang dikombinasi dengan daun kubis atau keranjang saja adalah Rp

35.71/kg.

8. Tingkat kerusakan dan penurunan berat yang paling besar terjadi pada kontrol,

sehingga kubis tanpa kemasan primer dan sekunder menghasilkan nilai ekonomis

(B/C dan R/C) paling rendah. Berdasarkan kelayakan investasi pada kubis segar

tanpa kemasan (kontrol) tidak layak dilakukan.

Saran

- Berdasarkan penelitian ini, dapat direkomendasikan penggunaan keranjang sebagai

kemasan sekunder untuk produsen di wilayah Jawa Barat untuk pendistribusian kubis

segar ke Jakarta. Selain itu, keranjang dapat dikombinasi dengan kemasan primer

(plastik film) untuk tingkat harga minimal Rp 2,100/kg.

- Disarankan adanya pengkajian pengaruh transportasi pada kubis segar dapat

diperkaya dengan penghitungan berdasarkan kondisi lapangan untuk dapat

memvalidasi pengujian dalam skala laboratorium.

- Diperlukan pengujian tingkat kekerasan dengan metode non-dektruktif untuk dapat

lebih menggambarkan pengaruh lama simulasi transportasi pada tingkat kekerasan

kubis segar.

Page 62: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Ali Asgar 1989. Percobaan Pengepakan dan Pengangkutan Kubis Putih. Dalam Buletin penelitian hortikultura. Vol.XVII. No. 4, 1989. balai penelitian hortikltura. Lembang. Bandung. Indonesia.

Anastasia E.T. 1983. Pengkajian Morfologi Kubis Segar dan Sistem

Penanganannya Selama Pengangkutan dari Cipanas ke Bogor [skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Anwar, RS. 2005. Dampak kemasan dan suhu Penyimpanan terhadap Perubahan

Sifat Fisik dan Masa Simpan Brokoli setelah Transportasi(skripsi). Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ashari. S 1995. Hortikultura aspek budidaya. Penerbit UI-Press. Jakarta. Indonesia. Badan Standardisasi Nasional. 1998. Standar Nasional Indonesia : Kubis Segar.

Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. Badan Pusat Statistik. 2006. Statistik Indonesia 2006. Jakarta. Badan Pusat Statistik. Chen, P. and R. Yadzani. 1991. Prediction of apple bruising due to impact on

different surfaces. Transaction of ASAE 34 (3): 956 – 965. Dalimartha, N. E. 1978. Bagaimana Menciptakan Pasar. Terjemahan creating of

market-ILO. Penerbit bhatara karya aksara. Jakarta. Departemen Pertanian. 2003. Statistik Pertanian 2002. Jakarta. Departemen

Pertanian Republik Indonesia. Departemen Pertanian. 2005. Bulletin Pusdatin vol 2 no.18 Bulan Desember 2005.

hal 11. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Departemen Pertanian. 2006. Statistik Pertanian 2005. Jakarta. Departemen

Pertanian Republik Indonesia. Frazier and Westhoff, 1979. Food microbiology. New delhi. Tata Mc. Graw-hill

Book Company Limited. Gittinger, JP. 1986. Analisa ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerbit Universitas

Indonesia UI-Press. Jakarta. Grace, JNCGS. 1998. Mempelajari Pengaruh Jenis Kemasan dan Cara Pengemasan

Terhadap Mutu Tomat Segar selama Pengangkutan didaerah Sumatera Utara (skripsi). Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Page 63: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

Hadiyanto, S. 1994. Studi Mutu Kotak Karton Gelombang sebagai Kemasan Transportasi Produk Pangan Rapuh (Skripsi). Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hasan, M. I. 2003. Pokok – Pokok Materi Statistik: Statistik Deskriptif. Ed. ke – 2.

Bumi Aksara, Jakarta. Hilton, D. J. 1993. Impact and Vibration Damage to Fruit during Handling and

Transportation. In: Champ, B. R., E. Highley and G. I. Jhonson, editor. Postharvest Handling of Tropical Fruits. Proceedings of An International Conference, Chiang Mai, Thailand, 19 – 23 July 1993.

http://www.bps.go.id/sector/agri/horti/2005/table.3.shtml. http://www.fiskal.depkeu.go.id/bapekki/klip.asp/detailklip.asp?klipID=N102003341. http://www.deptan.go.id/teknogi/derah/kubis-5.htm. http://www.diperta.jabarprov.go.id/index.php?mod=manageMenu&idMenuKiri=460

&idM... http://www.bps.go.id/sector/agri/horti/table7.shtml Kadariah. 1988. Evaluasi Proyek. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. Kader, A.A. 2002. Postharvest Technology of Hortikultural Crops (3rd edition).

USA. University of California, Davis. Kamariyani dan T. Gembong. 1993. Fisiologi pasca panen, penangaran dan

pemanfaatan buah-buahan dan sayur-sayuran. Tropika dan Subtropika cetakan ke-3. terjemahan pantaatico, Er.B Postharvest physiology, handling and utilization of tropical and subtropical and vegetables.gadjah mada univercitypress, yogyakarta.

Khairil, A.S. 2000. Sistem Penanganan Pasca Panen Kubis (Brassica oleracea L.

Var capitata L) di Sub terminal Agribisnis Sukabumi [skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Kitinoja, L dan Kader, AA. 2003. Small-Scale Postharvest Handling Practices : A

Manual for Horticultural Crops. USA. University of California, Davis.. Kitinoja, L dan Gorny,J.R. 1999. Postharvest Technology for Small Scale Produce

Marketer: Economic Opportunities, Quality and Food Safety. USA. University of California, Davis..

Koopmens, L.H. 1997. Pengantar ke Statistik Kontemporer (terjemahan oleh

Bambang Sumantri). Bogor. Fakultas MIPA. Institut Pertanian Bogor.

Page 64: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

McGregor, B.M. 1989. Tropical Products Transport Handbook. USA. United States

Department of Agriculture. Muchtadi, D dan B Anjarsari, 1996. Penanganan pasca panen dalam meningkatkan

nilai tambah komoditas sayuran. Prosiding seminar ilmiah nasional komoditas sayuran, 24 Oktober 1995, Lembang.

Pantastico, ER.B. 1989. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan

Buah-buahan dan Sayuran Tropika dan Sub Tropika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Peleg.K.1985. Produce Handling, Packaging and Distribution. AVI Publishing Co,

Inc., Connecticut. Porter. K, Colin.G and Kleber, A. 2004. Effect of Mechanical Damage on The

Postharvest Life of Chinese Cabbage. In : Access to Asian Foods. RIRDC Publication no. 75, October 2004. Australia

Purwanto, M. H. 1986. Mempelajari Sifat Reologi Jambu Biji untuk Penanganan

selama Pengangkutan (Skripsi). Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pradnyawati, PI. 2006. Pengaruh Kemasan dan Goncangan terhadap mutu fisik

Jambu Biji(tesis). Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rahardi, F, R Palungkun dan A. Budiarti, 1998. Agribisnis tanaman sayuran.

Cetakan ke-7. penerbit swadaya, Jakarta Rukmana,R.1994. bertanam kubis. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Sarimadona A.L. 1988. Pengamatan sifat-sifat fisik, susut berat berat selama

pengangkutan dan penyimpanan serta pengaruh pencelupan tangkai dalam larutan kimia pada penyimpanan kubis (Brassica oleraceace. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sri Subekti. 1998. Mempelajari Karakteristik Respirasi dan Perubahan Mutu Kubis

(Brassica oleracea) pada penyimpanan Segar[skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Singh, S.P., and M. Xu. 1993. Bruising in apples as a function of truck vibration and

packaging. J Applied Engineering in Agriculture 9(5): 455 – 460. Slaughter, D. C, J. F. Thompson, and R. T. Hinsch. 1998. Packaging Bartlett pears

in polyethylene film bags to reduce vibration injury during transit. Transcation of ASAE 41(1): 107 – 114.

Page 65: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

Studman, C.J. 1999. Reducing bruising in apple cartons. Di dalam: Jhonson, G.I.,V. T. Le, D. D. Nguyen, and Mc Webb. Editors. Quality Assurance in Agricultural Produce. Proceedings of the 19th ASEAN/ 1st APEC Seminar on Postharvest Technology, Post - Harvest Technology Institute, Ho Chi Minh City, Vietnam, 9 – 12 November 1999.

Suhardjo, Sjaifullah, S. Prabawati, S. Sahutu, dan Murtiningsih. 1995. Penanganan

Segar dan Olahan. Di dalam: Kusumo, S., F. A. Bahar, S. Sulihati, Y. Krisnawati, Suhardjo, dan T. Sudaryono. Editor. Teknologi Produksi Salak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Supranto, J. 2001. Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi ke – 6.Penerbit Erlangga,

Jakarta. Syarief, AM. 1989. Tehnik Pengolahan Hasil Pertanian (terjemahan Agricultural

Process Engineering by Henderson and Perry). Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Waluyo, S. B. 1990. Pengkajian Dampak Getaran Mekanik Pengangkutan Truk

terhadap Jeruk dalam Kemasan. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Winarno. F. G dan Betty S.L. 1982. Kerusakan bahan pangan dan cara

pencegahannya. Ghalia indonesia. Jakarta. Winarno, 1986. Mutu, Daya Simpan, Transportasi dan Penanganan Buah-buahan

dan Sayuran. Makalah pada Konferensi Pengolahan Bahan Pangan “Swasembada dan Ekspor”, 22-23 Oktober 1986, Jakarta.

Winarno, FG. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. M-Brio press.

Bogor. Witono, A, et. Al. 2006.Development of a Good Agricultural Practices to Improve

Food Safety and Product Quality in Indonesia Vegetable Production. Lelystad. Applied Plant Reasearch.

Page 66: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 67: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

48

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Gerakan Bak Truk Angkutan Setara 30 Km pada Beberapa Kondisi jalan (Lembaga Uji Konstruksi, 1986)

Amplitudo Gerakan Vertikal (cm) Jumlah

Amplitudo Jalan Dalam Kota

Jalan Luar Kota Jalan Buruk (aspal)

Jalan Buruk (Berbatu)

1 3.5 3.9 4.8 5.2 500 3.2 3.6 4.2 4.1 1000 2.9 3.3 3.9 3.8 1500 2.5 3.0 3.5 3.6 2000 2.2 2.8 3.1 3.2 2500 1.8 2.5 2.8 2.6 3000 1.6 2.1 2.8 2.6 3500 1.5 2.0 2.0 2.0 4000 1.1 1.7 1.2 1.1 4500 0.9 1.3 0.8 0.7 5000 0.0 0.1 0.2 0.1

Amplitudo rataan 1.30 1.74 1.85 1.71

Asumsi : • Kecepatan truk dijalan Dalam Kota dan Luar Kota 60 km/jam, sedangkan dijalan

Buruk (aspal) dan Buruk (Berbatu) 30 km/jam. • Frekuensi Getaran Bak Truk 1,4 Hz • Beban truk sebanyak 80% beban nominal

Page 68: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

49

Lampiran 2. Perhitungan Amplitudo dan Frekuensi Rataan dai Meja Getar Selama 60 menit atau 1 jam.

Menit

ke- Jumlah

Gelombang Waktu (detik)

Frekuensi (Hz)

Amplitudo (cm)

10 25 5.8 4.3103 2.68 20 17.5 4 4.375 2.79 30 21 4.8 4.375 2.59 40 20 4.8 4.1667 2.64 50 21 5 4.19 2.58 60 18.5 4 4.625 2.74

Rataan 4.34 2.67 Keterangan : • Rataan Frekuensi = Σ frekuensi : ulangan • Rataan Amplitudo = Σ amplitudo : ulangan Pengukuran amplitudo pada setiap ulangan adalah rataan dari jumlah 2 atau 3 amplitudo terbesar yang diakumulasi dengan amplitudo terkecil.

Page 69: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

50

• Lampiran 3. Perhitungan setara panjang jalan simulasi pengangkutan selama 60 menit pada jalan Luar Kota

Diketahui data Meja Getar : A = 2.67 cm f = 4.34 Hz T = 0.23 s ω = 27.318

T

Luas siklus getaran meja getar = ∫ A sin ωT dT 0

0.23

= ∫ 2.67 sin (27.318T) dT 0

= - 2.67/27.318{cos(27.318*0.23) – cos (27.318*0)} = 0.00059 Jumlah getaran meja selama simulasi (1 jam) = 1*3600*4.34 = 15.624 Jumlah luas getaran simulasi (1 jam) = 15.624*0.00059 = 9.21816 Diketahui data Jalan Luar Kota : A = 1.74 cm f = 1.4 Hz T = 0.714 s ω = 8.796

T

Luas siklus getaran truk di Jalan Luar Kota = ∫ A sin ωT dT 0

0.714

= ∫ 1.74 sin (8.796T) dT 0

= - 1.74/8.796{cos(8.796*0.714) – cos (8.796*0)} = 0.00119 Jumlah luas seluruh getaran truk di Jalan luar kota selama 30 menit (setara 30 km) = 30*60*1.4*0.00119 = 2.5704 ∴ Simulasi 1 jam setara panjang jalan = 9.21816/2.5704 * 30 km = 107.588 km

Page 70: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

51

Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam Susut Berat Kubis Segar.

Tabel Analisis Ragam Susut Berat Setelah Simulasi Transportasi (%)

Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah F-Hitung P-Value

Kemasan 6 48.662 8.110 142.67 <.0001* Perjalanan 2 37.297 18.648 328.04 <.0001* Tumpukan 2 0.310 0.155 2.72 0.0733 Kemasan*Perjalanan 12 13.678 1.140 20.05 <.0001* Kemasan*Tumpukan 12 0.649 0.054 0.95 0.5038 Perjalanan*Tumpukan 4 0.293 0.073 1.29 0.2834 Kemasan*Perjalanan*Tumpukan 24 1.844 0.077 1.35 0.1706 Galat 63 3.581 0.057 Total 125 106.314

Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%

Tabel Analisis Ragam Susut Berat Setelah Pengupasan (%)

Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah F-Hitung P-Value

Kemasan 6 2595.225 432.537 150.04 <.0001* Perjalanan 2 1664.001 832.001 288.61 <.0001* Tumpukan 2 1.856 0.928 0.32 0.726 Kemasan*Perjalanan 12 160.707 13.392 4.65 <.0001* Kemasan*Tumpukan 12 18.464 1.539 0.53 0.8846 Perjalanan*Tumpukan 4 9.748 2.437 0.85 0.5018 Kemasan*Perjalanan*Tumpukan 24 50.843 2.118 0.73 0.7967 Galat 63 181.612 2.883 Total 125 4682.455

Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%

Page 71: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

52

Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam Tingkat Kerusakan Kubis Segar

Tabel Analisis Ragam Tingkat Kerusakan Berdasarkan Luas Memar

Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah F-Hitung P-Value

Kemasan 6 1470.034 245.006 7569.84 <.0001* Perjalanan 2 252.214 126.107 3896.27 <.0001* Tumpukan 2 0.747 0.373 11.53 <.0001* Kemasan*Perjalanan 12 337.421 28.118 868.76 <.0001* Kemasan*Tumpukan 12 0.961 0.080 2.47 0.0102* Perjalanan*Tumpukan 4 0.050 0.012 0.39 0.8178 Kemasan*Perjalanan*Tumpukan 24 0.602 0.025 0.77 0.7522 Galat 63 2.039 0.032 Total 125 2064.067

Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%

Page 72: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

53

Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Tingkat Kekerasan Kubis Segar

Tabel Analisis Ragam Tingkat Kekerasan Pada Daun

Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah F-Hitung P-Value

Kemasan 6 2.128 0.355 5.99 <.0001* Perjalanan 2 0.036 0.018 0.3 0.7393 Tumpukan 2 0.163 0.082 1.38 0.2594 Kemasan*Perjalanan 12 0.307 0.026 0.43 0.9443 Kemasan*Tumpukan 12 0.629 0.052 0.89 0.5653 Perjalanan*Tumpukan 4 0.416 0.104 1.76 0.1482 Kemasan*Perjalanan*Tumpukan 24 1.797 0.075 1.27 0.2257 Galat 63 3.727 0.059 Total 125 9.203

Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%

Tabel Analisis Ragam Tingkat Kekerasan Pada Batang

Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah F-Hitung P-Value

Kemasan 6 2.052 0.342 6.77 <.0001* Perjalanan 2 0.016 0.008 0.16 0.8511 Tumpukan 2 0.022 0.011 0.21 0.8076 Kemasan*Perjalanan 12 1.058 0.088 1.74 0.0783 Kemasan*Tumpukan 12 0.692 0.058 1.14 0.3447 Perjalanan*Tumpukan 4 0.278 0.069 1.38 0.2526 Kemasan*Perjalanan*Tumpukan 24 0.619 0.026 0.51 0.9651 Galat 63 3.183 0.051 Total 125 7.920

Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%

Page 73: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

54

Lampiran 7. Struktur Biaya Usahatani Kubis Segar

Uraian Volume Satuan Harga/satuan Jumlah A SARANA PRODUKSI 1 Benih 2 ons 170,000 340,000 2 Pupuk Kandang 28,000 kg 300 8,400,000 3 Pupuk Buatan NPK 200 kg 4,000 800,000 ZA-SP36 700 kg 2,000 1,400,000 Captan 300 kg 500 150,000 4 Pupuk Cair Organik 7 lt 20,000 140,000 Pupuk Cair Kompos 300 lt 1,000 300,000 5 Peralatan 50,000 6 Insektisida 6 lt 145,000 870,000 Fungisida 12 kg 60,000 720,000 Bio-pestisida 60 kg 5,000 300,000 7 Mulsa 250 kg 18,000 4,500,000 8 Sprayer 2 unit 350,000 700,000 9 Keranjang Bambu 150 unit 4,000 600,000 10 Keranjang plastik* 200 unit 10,000 2,000,000 11 Kardus** 2,000 unit 3,000 6,000,000 12 Plastik film 75 unit 70,000 5,250,000 Sub Total A 32,520,000 B TENAGA KERJA 1 Pengolahan Tanah 20 HKO 10,000 200,000 Pemupukan 15 HKO 10,000 150,000 Pemasangan Mulsa 20 HKO 10,000 200,000 Penyemprotan 15 HKO 10,000 150,000 Penyiangan 20 HKO 10,000 200,000 Panen 20 HKO 10,000 200,000 Pasca Panen 15 HKO 10,000 150,000 SubTotal B 1,250,000 C TRANSPORTASI 35,000 kg 150 5,250,000 D SEWA LAHAN 1 ha/musim 1,170,000 1,170,000 TOTAL A+B+C+D 40,190,000

Keterangan : *) merupakan barang investasi selama 3 tahun dan dapat digunakan 6 kali **) dapat digunakan 2 kali

Page 74: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

55

Lampiran 8. Perhitungan Biaya Operasional dan Penerimaan Pada Tingkat Harga Rp 1500/Kg *

Susut Berat (%) Berat Besih (kg)** Nilai Jual (Rp) Kemasan 1 jam 2 jam 5 jam 1 jam 2 jam 5 jam 1 jam 2 jam 5 jam

Biaya (Rp)

Keranjang+Plastik 10.4 13.21 21.75 31,360

30,377

27,388

47,040,000

45,564,750

41,081,250

32,340,000

Keranjang+Daun 16.85 20.98 25.51 29,103

27,657

26,072

43,653,750

41,485,500

39,107,250

28,190,000

Keranjang 18.55 20.46 23.83 28,508

27,839

26,660

42,761,250

41,758,500

39,989,250

28,190,000

Kardus+Plastik 10.26 11.41 21.24 31,409

31,007

27,566

47,113,500

46,509,750

41,349,000

38,190,000

Kardus+Daun 14.3 14.77 22.96 29,995

29,831

26,964

44,992,500

44,745,750

40,446,000

32,790,000

Kardus 14.45 17.57 23.32 29,943

28,851

26,838

44,913,750

43,275,750

40,257,000

32,790,000

Kontrol 27.05 26.87 32.65 25,533

25,596

23,573

38,298,750

38,393,250

35,358,750

26,940,000

Keterangan : *) asumsi hasil produksi dalam 1 ha adalah 35 ton

**) berat bersih adalah berat setelah dikurangi dengan susut berat

Page 75: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

56

Lampiran 9. Perhitungan Rasio Manfaat-Biaya pada tingkat harga jual kubis Rp 1500/kg

Nilai Jual (Rp) Manfaat

Rasio BC Kemasan

1 jam 2 jam 5 jam

Biaya (Rp)

1 jam 2 jam 5 jam 1 jam 2 jam 5 jam

Keranjang+Plastik 47,040,000 45,564,750

41,081,250

32,340,000

14,700,000

13,224,750

8,741,250 0.4545 0.4089 0.2703

Keranjang+Daun 43,653,750 41,485,500

39,107,250

28,190,000

15,463,750

13,295,500

10,917,250 0.5486 0.4716 0.3873

Keranjang 42,761,250 41,758,500

39,989,250

28,190,000

14,571,250

13,568,500

11,799,250 0.5169 0.4813 0.4186

Kardus+Plastik 47,113,500 46,509,750

41,349,000

38,190,000

8,923,500

8,319,750

3,159,000 0.2337 0.2179 0.0827

Kardus+Daun 44,992,500 44,745,750

40,446,000

32,790,000

12,202,500

11,955,750

7,656,000 0.3721 0.3646 0.2335

Kardus 44,913,750 43,275,750

40,257,000

32,790,000

12,123,750

10,485,750

7,467,000 0.3697 0.3198 0.2277

Kontrol 38,298,750 38,393,250

35,358,750

26,940,000

11,358,750

11,453,250

8,418,750 0.4216 0.4251 0.3125

Page 76: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

57

Lampiran 10. Perhitungan Rasio Penerimaan-Biaya pada tingkat harga jual kubis Rp 1500/kg

Nilai Jual (Rp)

Rasio RC Kemasan

1 jam 2 jam 5 jam

Biaya (Rp)

1 jam 2 jam 5 jam

Keranjang+Plastik 47,040,000

45,564,750

41,081,250

32,340,000 1.455 1.409 1.270

Keranjang+Daun 43,653,750

41,485,500

39,107,250

28,190,000 1.549 1.472 1.387

Keranjang 42,761,250

41,758,500

39,989,250

28,190,000 1.517 1.481 1.419

Kardus+Plastik 47,113,500

46,509,750

41,349,000

38,190,000 1.234 1.218 1.083

Kardus+Daun 44,992,500

44,745,750

40,446,000

32,790,000 1.372 1.365 1.233

Kardus 44,913,750

43,275,750

40,257,000

32,790,000 1.370 1.320 1.228

Kontrol 38,298,750

38,393,250

35,358,750

26,940,000 1.422 1.425 1.313

Page 77: KAJIAN PENGARUH KEMASAN TERHADAP KERUSAKAN … · DAFTAR ISI Hal Daftar Tabel ii Daftar Gambar iii Daftar Lampiran iv PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 4 Manfaat 4 TINJAUAN PUSTAKA

58

Lampiran 11. Perhitungan Analisa Finansial Usahatani Kubis Pada Beberapa Tingkat Harga Jual

Tabel. Hasil Perhitungan Analisa Finansial Pada Usahatani Kubis Segar Pada Tingkat Harga Rp 1950/Kg

Lama Simulasi Transportasi 1 Jam 2 jam 5 jam

Kombinasi Kemasan

B/C R/C B/C R/C B/C R/C Keranjang+Plastik 0.890909 1.890909 0.831607 1.831607 0.65138 1.65138Keranjang+Daun 1.013121 2.013121 0.913131 1.913131 0.803456 1.803456

Keranjang 0.971963 1.971963 0.92572 1.92572 0.84413 1.84413Kardus+Plastik 0.603759 1.603759 0.583207 1.583207 0.407533 1.407533Kardus+Daun 0.783783 1.783783 0.774 1.774 0.603532 1.603532

Kardus 0.780661 1.780661 0.71572 1.71572 0.596038 1.596038Kontrol 0.848121 1.848121 0.852681 1.852681 0.70625 1.70625

Tabel. Hasil Perhitungan Analisa Finansial Pada Usahatani Kubis Segar Pada Tingkat Harga Rp 2000/Kg

Lama Simulasi Transportasi 1 Jam 2 jam 5 jam

Kombinasi Kemasan

B/C R/C B/C R/C B/C R/C Keranjang+Plastik 0.939394 1.939394 0.878571 1.878571 0.693723 1.693723Keranjang+Daun 1.064739 2.064739 0.962185 1.962185 0.849698 1.849698

Keranjang 1.022526 2.022526 0.975098 1.975098 0.891415 1.891415Kardus+Plastik 0.644881 1.644881 0.623802 1.623802 0.443624 1.443624Kardus+Daun 0.829521 1.829521 0.819488 1.819488 0.644648 1.644648

Kardus 0.826319 1.826319 0.759713 1.759713 0.636962 1.636962Kontrol 0.895509 1.895509 0.900186 1.900186 0.75 1.75

Tabel. Hasil Perhitungan Analisa Finansial Pada Usahatani Kubis Segar Pada Tingkat Harga Rp 2050/Kg

Lama Simulasi Transportasi 1 Jam 2 jam 5 jam

Kombinasi Kemasan

B/C R/C B/C R/C B/C R/C Keranjang+Plastik 0.987879 1.987879 0.925536 1.925536 0.736066 1.736066Keranjang+Daun 1.116358 2.116358 1.01124 2.01124 0.895941 1.895941

Keranjang 1.073089 2.073089 1.024475 2.024475 0.938701 1.938701Kardus+Plastik 0.686003 1.686003 0.664397 1.664397 0.479715 1.479715Kardus+Daun 0.875259 1.875259 0.864975 1.864975 0.685764 1.685764

Kardus 0.871977 1.871977 0.803706 1.803706 0.677887 1.677887Kontrol 0.942896 1.942896 0.94769 1.94769 0.79375 1.79375