Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI REKLAMASI PANTAI LOSARI DAN
TANJUNG BUNGA
The Study of Environmental Conditions and Social Change of Losari Beach and Tanjung Bunga Reclamations
TESIS
AKHIRUDDIN MARRUNG JAYA
P0302510001
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2012
i
KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI REKLAMASI PANTAI LOSARI DAN
TANJUNG BUNGA
The Study of Environmental Conditions and Social Change of Losari Beach and Tanjung Bunga Reclamations
TESIS
Sebagai Salah Satu syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Disusun dan diajukan oleh
AKHIRUDDIN MARRUNG JAYA
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2012
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Akhiruddin Marrung Jaya
Nomor Mahasiswa : P0305210001
Program Studi : Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan
Tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Makassar, 1 Agustus 2012
Yang menyatakan
Akhiruddin Marrung Jaya
iv
PRAKATA
Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
segala karuniaNya sehingga karya Tesis ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu yang direncanakan. Tesis ini berjudul “Kajian Kondisi
Lingkungan dan Perubahan Sosial Ekonomi Reklamasi Pantai Losari dan
Tanjung Bunga”. Kajian terhadap Reklmasi Pantai Losari perlu dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana dampak yang ditimbulkan dari sebuah
Proyek reklamasi, terutama Perubahan Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Masyarakat sekitar Pantai Losari dan Tanjung Bunga
Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister pada Program Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup, Universitas
Hasanuddin Makassar.
Penyelesaian Tesis ini merupakan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karena itu seiring dengan selesainya penulisan Tesis
ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Ambo Tuwo, DEA sebagai Ketua Komisi Pembimbing
yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan
dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan Tesis ini.
2. Dr. Ir. Mahatma, M.Sc sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan
nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan Tesis ini.
v
3. Prof. Dr. Amran Achmad, M.Sc, sebagai Penguji yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan Tesis ini.
4. Dr.Ir.M. Farid Samawi, M.Si sebagai Penguji yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan Tesis ini.
5. Dr. Amiruddin, M.Eng, sebagai Penguji yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan Tesis ini.
6. Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka, M.Sc, sebagai Ketua Program Studi
Pengelolaan Lingkungan Hidup , Universitas Hasanuddin, yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian serta arahannya dalam menyelesaikan studi.
7. Orang tua tercinta ibunda “Fatimah” dan Kakak dan adik-adik
tercinta yang telah banyak memberikan dorongan dan doa kepada
penulis dalam menyelesaikan studi.
8. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Semoga
Allah SWT. memberkatinya. Amin
Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu Kajian Kondisi
Lingkungan dan Perubahan Sosial Ekonomi Reklamasi Pantai Losari dan
Tanjung Bunga Perlu Untuk Dilakukan bagi mereka yang konsen
terhadap permasalahan tersebut. Oleh karena itu penulis tidak lupa
vi
mengutip pepatah “tidak ada gading yang retak”. Moga karya ilmiah ini
bisa bermanfaat bagi perubahan dan perbaikan lingkungan di negeri kita
tercinta ini. Amin
Makassar, Agustus 2012
Penulis
vii
ABSRACT
AKHIRUDDIN MARRUNG JAYA. The Study of Environmental Conditions and
Social Change of Losari Beach and Tanjung Bunga Reclamations (Supervised by Ambo Tuwo and Mahatma)
The purposes of study on the impact of Losari Beach and Tanjung Bunga
reclamations was to know the impact of Losari Beach and Tanjung Bunga reclamations on the environmental pollution and to know the impact of Losari Beach and Tanjung Bunga reclamations on the socio-economic changes of people around it. This study was conducted along Losari Beach and Tanjung Bunga which is located in Mariso and Ujung Pandang subdistricts, Makassar. The analysis of environmental conditions by using comparative analysis, namely comparing data before and after Losari Beach and Tanjung Bunga reclamations by taking from the data before and after reclamation from various sources (secondary data). Purposive sampling analysis to know the socio-economic conditions of people living around Losari Beach and Tanjung Bunga, where samples is taken 5-10% of total households in Mariso and Ujung Pandang subdistricts. To know how far the impact of socio-economic of Losari Beach of people who come to visit Losari, the sample was taken purposively of 20 people from the people who come to visit Losari Beach and Tanjung Bunga. The results of study indicates the environmental changes especially standard category of water quality at Losari has exceed standards for contaminated sea water after Losari Beach reclamation. There is no change in the socio-economic conditions such as people income, but has a positive impact on the increasing land price.
Keywords: development, environmental and socio-economic .
viii
ABSTRAK
AKHIRUDDIN MARRUNG JAYA Kajian Kondisi Lingkungan dan Perubahan
Sosial Reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga (dibimbing oleh Ambo Tuwo dan Mahatma)
Tujuan penelitian mengenai dampak reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga. Untuk mengetahui dampak reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga terhadap pencemaran lingkungan dan mengetahui dampak reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat disekitarnya. Penelitian ini dilaksankan di sepanjang Pantai Losari dan Tanjung Bunga dimana berlokasi di Kecamatan Mariso dan Ujung Pandang, Kota Makassar. Analisis kondisi lingkungan dipergunakan analisis komparatif, yaitu membandingkan data sebelum reklamasi dan sesudah reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga dengan mengambil dari data sebelum dan sesudah reklamsi dari berbagai sumber (data sekunder). Analisis Purposive Sampling Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi dari masyarakat yang tinggal di sekitar Pantai Losari dan Tanjung Bunga , dimana sampel di ambil 5-10 % dari jumlah kepala keluarga yang ada di Kecamatan Mariso dan Ujung Pandang . Untuk mengetahui sejauh mana dampak sosial ekonomi Pantai Losari dari masyarakat yang datang ke Losari, sampel di ambil secara sengaja sebanyak 20 orang dari masyarakat yang datang mengunjungi Pantai Losari dan Tanjung Bunga. Hasil penelitian menunjukkan perubahan lingkungan terutama kategori baku mutu perairan di Pantai Losari telah melampaui standar baku untuk air laut tercemar setelah reklamasi Pantai Losari. Tidak ada perubahan pada kondisi sosial ekonomi berupa pendapatan masyarakat, tetapi berdampak positif pada harga tanah yang semakin makin meningkat .
Kata Kunci : Pembangunan, Lingkungan dan Sosial Ekonomi
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................ I
HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ...................................................... iv
PRAKATA ........................................................................................... v
ABSTRACT ......................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 4
D. Kegunaan Penelitian ...................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 6
A. Pembangunan Wilayah Pesisir ....................................... 6
B. Konsep Pembangunan Kota Yang Berwawasan
Lingkungan ..................................................................... 13
C. Kondisi Sosial Ekonomi dan Pemberdayaan Pesisir ...... 48
D. Kerangka Pikir ................................................................ 58
E. Hipotesis ........................................................................ 60
x
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 61
A. Lokasi Penelitan dan Waktu Penelitian .......................... 61
B. Populasi dan Sampel ..................................................... 63
C. Jenis dan Sumber Data .................................................. 63
D. Analisis Data .................................................................. 63
F. Defenisi Operasional ...................................................... 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 67
A. Gambaran Umum Wilayah Studi ..................................... 67
B. Hasil Penelitian ............................................................... 76
C. Pembahasan .................................................................. 94
BAB V PENUTUP .............................................................................. 100
A. Kesimpulan .................................................................... 100
B. Saran .............................................................................. 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan .................. 29 2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agennya ............................. 44 3. Luas dan ketinggian dari Permukaan Laut Menurut Kelurahan
di Kecamatan Mariso Tahun 2010 .................................. 73 4. Jumlah rumah tangga, penduduk dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kelurahan di Kecamatan Mariso Tahun 2010 ... 74 5. Hasil Analisis Kualitas Air Teluk Losari sebelum dan sesudah
Reklamasi Pantai Losari ................................................. 77 6. Responden yang bermukim di sekitar Pantai Losari dan
masyarakat yang datang mengunjung Pantai Losari ..... 83 7. Tingkat pendidikan responden yang bermukim di sekitar Pantai
Losari dan masrakat yang datang mengunjung Pantai Losari ............................................................................. 85
8. Responden Menurut Agama yang bermukim di sekitar Pantai
Losari dan masrakat yang datang mengunjung Pantai Losari. ............................................................................ 86
9. Responden menurut mata Pencaharian yang tinggal di sekitar
Losari dan yang berasal dar luar Losari yang sering berkunjung ke Pantai Losari .......................................... 87
10. Responden menurut pendapatan Penduduk yang tinggal di
sekitar Losari dan yang berasal dar luar Losari yang sering berkunjung ke Pantai Losari ................................ 88
11. Responden mengenai status tempat tinggal di sekitara Pantai
Losari ............................................................................. 89 12. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso mengenai
dampak dari reklamasi Pantai Losari terhadap tingkat pendapatan .................................................................... 89
13. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso mengenai
dampak dari reklamasi Pantai Losari terhadap tingkat perubahan harga tanah ................................................... 90
xii
14. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso mengenai ganguan kesehatan akibat dampak dari reklamasi Pantai Losari ................................................................... 91
15. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso mengenai
penyakit yang sering diderita akibat dampak dari reklamasi Pantai Losari ................................................... 92
16. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso tempat
berobat ketika mengalami sakit....................................... 93 17. Baku Mutu Air laut yang di keluarkan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004. ............................ 91
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Prinsip-prinsip keberlanjutan (Munasinghe, 1992) ....................... 8
2. Penumpukan Sampah Pada Pantai Losari .................................. 24
3. Bagan Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Pencemar terhadap Lingkungan Perairan ....................................................... 35
4. Kegiatan ekonomi masyarakat pesisir ........................................ 49
5. Kerangka alur pemikiran penelitian .......................................... 60
6. Peta Lokasi Penelitan ................................................................. 61
7. Peta Pengambilan Sampel parameter Lingkungan dari beberapa penelitian ........................................................ 68
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan dimana hampir kebanyakan
dari penduduknya tinggal di pesisir dan memiliki mata pencaharian
sebagai nelayan dan pedagang. Sebagai negara kepulauan, menurut
Supriharyono (2002), diperkirakan 60% dari penduduk Indonesia hidup
dan tinggal di daerah pesisir. Sekitar 9.261 desa dari 64.439 desa yang
ada di Indonesia dapat dikategorikan sebagai desa atau permukiman
pesisir. Mereka ini kebanyakan merupakan masyarakat tradisional dengan
kondisi sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan yang relatif sangat
rendah. Sekitar 90% mereka hanya berpendidikan sampai sekolah dasar.
Terlebih dengan berlakunya Undang-undang Rl nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah, yang memberi kewenangan penuh dalam
pengelolaan sumberdaya alam di kawasan pesisir dan lautan sampai
dengan 12 mil laut untuk provinsi dan 4 mil laut untuk kabupaten/kota.
Salah satu dampak dari undang-undang tersebut yaitu munculnya
program pemerintah daerah dengan mereklamasi kawasan pesisir Pantai
atau juga disebut reklamasi Pantai.
Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan lahan, akhir-akhir ini
kota-kota di pesisir Pantai cenderung menambah luasan lahannya dengan
mereklamasi Pantai, yaitu kegiatan menimbun atau memasukkan material
2
tertentu di kawasan Pantai dengan maksud untuk memperoleh lahan
kering (Nurmandi, 1999). Kegiatan yang sama sementara dilaksanakan di
Kota Makassar yang mereklamasi kawasan Pantai Losari 950 m. Luas
areal yang akan diratakan dan dipadatkan mencapai 106.821 m²
yang seluruhnya diperuntukkan bagi kepentingan publik khususnya untuk
rekreasi.
Reklamasi Pantai menurut Suhud (1998), dilakukan dengan tujuan
1) memperoleh lahan baru yang dapat mengurangi tekanan atas
kebutuhan lahan di bagian kota yang sudah padat; 2) menghidupkan
kembali transportasi air sehingga beban transportasi darat berkurang; 3)
membuka peluang pembangunan nilai tinggi; 4) meningkatkan pariwisata
bahari; 5) meningkatkan pendapatan daerah; 6) meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan Pantai maupun
ekonomi perkotaan; dan 7) meningkatkan sosial ekonomi masyarakat.
Pembangunan kawasan komersial jelas akan mendatangkan
banyak keuntungan ekonomi bagi wilayah tersebut. Asumsi yang
digunakan disini adalah semakin banyak kawasan komersial yang
dibangun maka dengan sendirinya juga akan menambah pendapatan asli
daerah (PAD). Reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu
kota dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan
(pemekaran kota), penataan daerah Pantai, pengembangan wisata bahari,
dan lain-lain. Namun harus diingat pula bahwa bagaimanapun juga
reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap
3
keseimbangan lingkungan alamiah Pantai yang selalu dalam keadaan
seimbang dinamis sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem
seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi Pantai, dan berpotensi
gangguan lingkungan.
Undang-undang No. 27 tahun 2007 pada pasal 34 menjelaskan
bahwa reklamasi hanya dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan
ekonomi yang diperoleh lebih besar dari biaya sosial dan biaya
ekonominya. Namun demikian, pelaksanaan reklamasi juga wajib menjaga
dan memperhatikan beberapa hal seperti a) keberlanjutan kehidupan dan
penghidupan masyarakat; b) keseimbangan antara kepentingan
pemanfaatan dan pelestarian lingkungan pesisir; serta c) persyaratan
teknis pengambilan, pengerukan dan penimbunan material.
Secara faktual, kegiatan reklamasi Pantai telah mengubah bentang
alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi) di kawasan reklamasi.
Perubahan itu antara lain berupa tingkat kelandaian, komposisi sedimen
sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang Pantai, dan
kerusakan kawasan tata air.
Untuk mengetahui sejauh mana dampak yang di timbulkan dari
proyek pengembangan tanjung bunga, maka penulis mencoba mengambil
judul penelitian dengan tema “Kajian kondisi lingkungan dan
perubahan sosial ekonomi Reklamasi pantai Losari dan Tanjung
Bunga”
4
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui sejauh mana dampak dari reklamasi Pantai
Losari, berdasarkan latar belakang penelitian maka rumusan masalah
yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah :
a. Apakah reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga memberikan
dampak terhadap pencemaran lingkungan?
b. Apakah reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga memberikan
dampak sosial ekonomi terhadap masyarakat disekitarnya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengenai dampak reklamasi Pantai Losari
adalah:
a. Untuk mengetahui dampak reklamasi Pantai Losari dan Tanjung
Bunga terhadap pencemaran lingkungan.
b. Untuk mengetahui dampak reklamasi Pantai Losari dan Tanjung
Bunga terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat disekitarnya.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian mengenai dampak reklamasi Pantai Losari
antara lain :
1. Memberikan masukan bagi “pemerintah” agar dalam mengambil
kebijakan dalam pengelolaan wilayah pesisir sebaiknya tidak hanya
menghitung secara ekonomi saja.
5
2. Memberikan masukan kepada “Akademisi” agar proaktif dalam
mengontrol kebijakan pemerintah.
3. Memberikan masukan kepada “masyarakat” luas agar lebih peduli
dengan permasalahan lingkungan karena dampak kerusakan
lingkungan akan kembali kepada masyarakat itu juga.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembangunan Wilayah Pesisir
1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan merupakan upaya untuk mencapai tujuan
bersama dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimiliki
dan dikuasai oleh berbagai pihak untuk kepentingan seluruh
masyarakat (Alikodra, 2006). Konsep pembangunan berkelanjutan
diinterpretasikan oleh para ahli secara berbeda-beda. Namun
demikian konsep pembangunan berkelanjutan sebenarnya didasarkan
pada kenyataan adanya keterbatasan kemampuan sumberdaya alam
dan adanya kenyataan bahwa kebutuhan manusia terus meningkat.
Kondisi seperti ini membutuhkan suatu strategi pemanfaatan
sumberdaya alam yang efisien (Salim,1988 dan Djajadiningrat, 2001).
Disamping itu perhatian dari konsep pembangunan yang
berkelanjutan adalah adanya tanggung jawab moral untuk
memberikan kesejahteraan bagi generasi yang akan datang,
sebagaimana konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun
1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup didefinisikan adalah
upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup,
termasuk sumberdaya, ke dalam proses pembangunan untuk
7
menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa datang.
Konsep pembangunan yang berkelanjutan dan tetap
memperhatikan kepentingan generasi mendatang menjadi penting.
Konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)
mulai digunakan secara umum oleh Komisi Pembangunan dan
Lingkungan Dunia (World Commission on Environmental and
Development) atau The Brundlan Commission pada tahun 1987.
Budiharsono (2006) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan
pada dasarnya mencakup tiga dimensi penting yakni ekonomi, sosial
(budaya), dan lingkungan. Dimensi ekonomi antara lain berkaitan
upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memerangi kemiskinan,
serta mengubah pola konsumsi kearah yang seimbang. Dimensi sosial
merupakan upaya pemecahan masalah kependudukan, perbaikan
pelayanan masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan, adapun
dimensi lingkungan adalah upaya pengurangan dan pencegahan
terhadap pencemaran serta konservasi sumberdaya alam
(Munasinghe,1992 dan Moffatt, 2001), menjelaskan bahwa konsep
pembangunan yang berkelanjutan mengintegrasikan tiga aspek
kehidupan (ekonomi, sosial dan lingkungan) dalam suatu hubungan
yang sinergis, ketiga aspek kehidupan dan tujuan pembangunan
berkelanjutan tersebut digambarkan dalam suatu ”segitiga mobius”
pada gambar 1.
8
Gambar 1. Prinsip-prinsip keberlanjutan (Munasinghe, 1992)
Selanjutnya dikatakan bahwa prinsip-prinsip keberlanjutan ada
tiga yaitu : (i) dimensi pembangunan; (2) dimensi keadilan; dan (3)
prinsip-prinsip sistemik. Dimensi pembangunan mencakup tiga hal
yaitu: (a) menghargai integritas ekologi dan warisan budaya
lingkungan manusia (dimensi lingkungan); (b) pemuasan terhadap
kebutuhan manusia melalui efisiensi pemanfaatan sumberdaya
(dimensi ekonomi); dan (c) konservasi dan pengembanganm manusia
dan potensi sosial (dimensi sosial budaya).
2. Daya Dukung Lingkungan.
Permasalahan yang berhubungan dengan pengelolaan
pembangunan wilayah pesisir seperti pencemaran, kelebihan tangkap,
erosi, sedimentasi, kepunahan jenis dan konflik penggunaan ruang
9
merupakan akibat dari terlampauinya tekanan lingkungan yang
ditimbulkan oleh penduduk serta segenap aktifitas pembangunan
terhadap lingkungannya dimana memiliki kemanpuan yang terbatas
(Dahuri et al., 1996).
Turner (1996) menyatakan bahwa daya dukung merupakan
populasi organisme akuatik yang dapat ditampung oleh suatu kawasan
/areal atau volume perairan yang ditentukan tanpa mengalami
penurunan jumlah atau mutu. Quano (1993) menyatakan, daya
dukung perairan adalah kemampuan air atau sumber air dalam
menerima pencemaran limbah tanpa menyenankan terjadinya
penurunan kualitas air yang ditetapkan sebagai peruntukannya.
Daya dukung lingkungan pesisir diartikan sebagai kemampuan
suatu ekosistem untuk menerima jumlah limbah tertentu sebelum
sebelum ada indikasi terjadinya kerusakan lingkungan (Krom,1986).
Daya dukung lingkungan sangat erat kaitannya dengan kapasitas
asimilasi dari lingkungan yang menggambarkan jumlah limbah yang
dapat dibuang ke dalam lingkungan tanpa menyebabkan polusi.
Scones (1993) membagi daya dukung lingkungan menjadi 2
yaitu : 1. daya dukung ekologis adalah jumlah maksimum hewan-
hewan pada suatu lahan yang dapat didukung tanpa mengakibatkan
kematian karena faktor kepadatan, serta terjadinya kerusakan
lingkungan secara permanen. Hal ini ditentukan oleh faktor-faktor
lingkungan; 2. daya dukung ekonomi adalah tingkat produksi (skala
10
usaha) yang memberikan keuntungan maksimum dan ditentukan oleh
tujuan usaha secara ekonomi. Menurut Poernomo (1992) daya
dukung untuk lingkungan perairan adalah suatu yang berhubungan
erat dengan produktivitas lestari perairan tersebut. Artinya daya
dukung lingkungan itu sebagai nilai mutu lingkungan yang ditimbulkan
oleh interaksi dari semua unsur atau komponen (kimia, fisika, dan
biologi) dalam suatu kesatuan ekosistem.
Salah satu faktor utama yang menentukan daya dukung
perairan pesisir adalah ketersediaan oksigen terlarut. Suatu perairan
khususnya untuk areal budidaya ikan harus diperhaikan pengurangan
oksigen terlarut yang terjadi serta diikuti oleh meningkatnya
krbondioksida, penurunan pH air, meningkatnya amoniak dan nitrit
serta sejumlah faktor lainnya.
Oksigen dipasok melalui dua cara yaitu 1) permukaan air atau
transport melewati kolom air oleh difusi dan turbelensi serta 2) melalui
hasil proses fotosintesa. Aktivitas hewan, tanaman dan bakteri di
dalam kolom air dan sedimen akan mengkonsumsi oksigen melalui
proses resfirasi. Jika proses respirasi memerlukan paokan oksigen
yang berlebih, maka ketersediaan oksigen akan mempengaruhi
kehidupan ikan dan organisme perairan lainnya. Konsentrasi minimum
oksigen terlarut digunakan untuk menduga laju beban maksimum
yang diperkenankan atau daya dukung (Mc Lean et al., 1993).
Kebuthan oksigen juga dikontrol oleh laju pasokan bahan organik.
11
Nutrien diduga mempengaruhi pasokan oksigen melalui stimulasi
produktivitas primer yang pada akhirnya akan kembali dikonsumsi oleh
bakteri dan hewan. Karena itu, ketersediaan oksigen terlarut dan
beban nutrien akan menentukan daya dukung dari suatu perairan.
Daya dukung suatu wilayah tidak bersifat statis tetapi bervariasi
sesuai dengan kondisi biogeofisik wilayah dan kebutuhan manusia
akan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan (goods and services)
di wilayah tersebut. Oleh karena itu daya dukung suatu wilayah dapat
dapat ditentukan atau diperkirakan secara : 1). Kondis biogeofisik
yang menyusun kemampuan wilayah pesisir dalam
memproduksi/menyediakan sumberdaya alam dan jasa lingkungan
yang ada di wilayah pesisir (Dahuri, 2000). Dengan demikian, tahapan
utuk menetapkan atau menentukan daya dukung wilayah pesisir untuk
mewujudkan pembangunan secara berkelanjutan adalah :
1) Menetapkan batas-batas, vertikal, horisontal terhadap garis Pantai,
wilayah pesisir sebagai suatu unit pengelolaan
2) Menghitung luasan wilayah pesisir yang di kelola
3) Mengalokasikan (zonasi) wilayah pesisir terseut menjadi tiga (3)
zona utama yaitu : zona peservasi, zona konsevasi, dan zoa
pemanfaatan
4) Menyusun tata ruang pembangunan pada zona konservasi dan
zona pemanfaatan.
12
Selain tahapan yang tersebut di atas juga dilakuan penghitungan
tenang potensi dan dstribusi sumberdaya alam dan jasa lingkngan
yang tersedia, misalnya stock assessment sumberdaya perikanan,
potensi hutan mangrove, pengkajian keersediaan air tawar, pengkajian
tentang kapasitas asimilasi dan pengkajian tentang permintaan internal
terhadap sumberdaya alam dan jasa lingkungan.
Anlisis tentang konsep daya dukung untuk pembangunan
wilayah pesisir yang lestari harus memperhatikan keseimbangan
kawasan. Untuk kegiatan yang bernilai ekonomi, Dahuri (2000)
membagi menjadi 3 kawasan yaitu :
a). Kawasan preservasi yaitu kawasan yang memiliki nilai ekologis
tinggi seperti tempat berbagai hewan untuk melakukan kegiatan
reproduksinya, dan sifat-sifat alami yang dimiliki seperti green belt,
kegiatan yang boleh dilakukan di kawasan ini adalah untuk yang
bersifat penelitian dan pendidikan, rekreasi alam yang tidak
merusak, kawasan ini paling tidak meliputi 20 % dari total areal.
b). Kawasan konservasi yaitu kawasan yang dapat dikembangkan
namun tetap dikontrol, seperti perumahan, perikanan rakyat, dan
kawasan ini meliputi tidak kurang dari 30 % dari total area.
c). Kawasan pengembangan intensif termasuk didalamnya kegiatan
budidaya secara intensif. Limbah yang dibuang dari kegiatan ini
tidak boleh meleati batas kapasitas asimilasi kawasan perairan.
Zona ini mencakup 50 % dari total kawasan.
13
B. Konsep Pembangunan Kota Yang Berwawasan Lingkungan
1. Pembangunan
Pembangunan adalah suatu upaya perubahan yang
berlandaskan pada suatu pilihan pandangan tertentu yang tidak bebas
dari pengalaman (sejarah), realitas keadaan yang sedang dihadapi,
serta kepentingan pihak-pihak yang membuat keputusan
pembangunan. Pembangunan memiliki makna yang ganda. Yang
pertama adalah pembangunan yang lebih berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi yang difokuskan pada masalah kuantitatif dari
produksi dan penggunaan sumber daya. Yang kedua adalah
pembangunan yang lebih berorientasi pada perubahan dan
pendistribusian barang – barang dan peningkatan hubungan sosial.
Makna yang kedua lebih berorientasi pada pembangunan sosial yang
terfokus pada pendistribusian perubahan dalam struktur dari
masyarakat yang diukur dari berkurangnya diskriminasi dan eksploitasi
serta meningkatnya kesempatan yang sama dan distribusi yang
seimbang dari keuntungan pembangunan pada keseluruhan
komponen masyarakat (Sudharto P. Hadi, 2004).
Adapun menurut (Supardi. I, 1994) pembangunan adalah suatu
proses sosial yang bersifat integral dan menyeluruh, baik berupa
pertumbuhan ekonomi maupun perubahan sosial demi terwujudnya
masyarakat yang lebih makmur. Dalam pelaksanaannya, proses
14
pembangunan itu berlangsung melalui suatu siklus produksi untuk
mencapai suatu konsumsi dan pemanfaatan segala macam sumber
daya dan modal, seperti sumber daya alam, sumber daya manusia,
sumber keuangan, permodalan dan peralatan yang terus menerus
diperlukan dan perlu ditingkatkan. Dalam mencapai tujuan dan sasaran
pembangunan, dapat timbul efek samping berupa produk-produk
bekas dan lainnya yang bersifat merusak atau mencemarkan
lingkungan sehingga secara langsung atau tidak langsung
membahayakan tercapainya tujuan pokok pembangunan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Peningkatan pembangunan, pemeliharaan kestabilan ekonomi,
sosial dan ekologi harus berjalan serasi dan bersama-sama. Artinya
bahwa pembangunan hendaknya bersifat terpadu antara segi
ekonomi, sosial dan ekologi dengan tujuan menggunakan ekologi
dalam perencanaan pembangunan yang meliputi peningkatan mutu
pencapaian pembangunan dan meramalkan sebelumnya pengaruh
aktivitas pembangunan pada sumber daya dan proses-proses alam
lingkungan yang lebih luas.
Adapun pembangunan menurut (Tjahja. S, 2000) adalah
perubahan yang terencana dari situasi ke situasi yang lain yang dinilai
lebih baik. Terkait dengan hal itu konsep pembangunan berkelanjutan
yang didukung dengan pendekatan kemanusiaan merupakan suatu
konsep yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
15
masyarakat, karena secara kodrati masyarakat mempunyai
kecenderungan untuk merubah hidup dan kehidupan sesuai dengan
perkembangan jaman. Oleh karena itu pendekatan masyarakat dititik
beratkan pada lingkungan sosial ekonomi yang bercirikan :
1. Pembangunan yang berdimensi pelayanan sosial dan diarahkan
pada kelompok sasaran melalui pemenuhan kebutuhan dasar.
2. Pembangunan yang ditujukan pada pembangunan sosial seperti
terwujudnya pemerataan pendapatan dan mewujudkan keadilan.
3. Pembangunan yang diorientasikan kepada masyarakat melalui
pengembangan sumber daya manusia.
2. Dampak Pembangunan
Pembangunan dan penataan lingkungan buatan akan
berdampak pada aspek Sumber Daya Alam (SDA) baik air, udara dan
tanah. Semua itu akan memberikan dampak pada aspek sosial, baik
perubahan ke arah negatif maupun ke arah positif. Namun sebagian
besar perubahan yang ditimbulkan dari berubahnya lingkungan alam
dan buatan telah memberikan perubahan sosial ke arah negatif
(Reksohadiprodjo, 1997).
Akibat dari perubahan kualitas lingkungan alam, manusia
sebagai makhluk yang berada di dalamnya akan memberikan reaksi
penyesuaian diri. Reaksi tersebut diawali dengan stress yang mana
aspek ini diakibatkan oleh suatu keadaan dimana lingkungan
mengancam atau membahayakan keberadaan atau kesejahteraan atau
16
kenyamanan diri seseorang. Ada dua macam tindakan manusia dalam
menghadapi stress ini, pertama adalah tindakan langsung dan yang
kedua adalah penyesuaian mental. Migrasi atau berpindah tempat
adalah contoh tindakan langsung akibat perubahan lingkungan
Menurut Roucek dan Warren aspek sosial ekonomi pada suatu
masyarakat umumnya dipengaruhi oleh aspek lingkungan alam dimana
masyarakat tersebut berdomisili. Aspek sosial ekonomi memberikan
gambaran mengenai tingkat pendapatan masyarakat, jenis atau
keragaman mata pencaharian yang ditekuni, aspek perumahan serta
hubungan atau interaksi antara individu maupun kelompok masyarakat
dalam meningkatkan kesejahteraannya. Aspek sosial ekonomi
seseorang dapat ditentukan lewat kegiatan ekonomi yang dilakukan,
jumlah pendapatan yang diperoleh, jenis pekerjaan yang ditekuni,
pendidikan formal, pemilikan barang dan pemilikan rumah. Berkaitan
dengan kehidupan masyarakat pesisir Pantai yang didominasi oleh
masyarakat nelayan, Supriharyono (2000), mengemukakan bahwa
permasalahan di bidang sosial ekonomi masyarakat nelayan meliputi
tingkat pendapatan, aspek perumahan dan perilaku/etos kerja
masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Dewasa ini kecenderungan untuk memanfaatkan kawasan
pesisir sebagai daerah pengembangan yang baru tampak semakin
besar. Hal ini oleh karena daerah pesisir relatif datar, harga lahannya
masih rendah, dan dapat dicapai dari darat dan laut, sehingga
17
perubahan lingkungan Pantai akibat kegiatan pembangunan akan
berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat sekitar baik langsung
maupun tidak langsung menurut Supriharyono (2000). Perubahan
tersebut mempengaruhi perilaku masyarakat yang berakibat pada
menurunnya pendapatan mereka.
Dalam proses pembangunan, aspek sosial ekonomi penduduk
merupakan dasar yang sangat penting. Menurut Hagul (1985)
pendekatan sosial ekonomi pembangunan terbatasi atas tiga
berdasarkan manusianya, yaitu :
1. The Trickle Down Theory, yaitu suatu pendekatan program
percepatan pembangunan dan hasilnya dinikmati baik secara
langsung atau tidak oleh masyarakat.
2. Basic Needs Approach, yaitu pendekatan yang meliputi upaya
secara langsung menanggulangi masalah kebutuhan pokok misalnya
: Gizi, kesehatan, kebersihan, pendidikan, dll.
3. Development From Within, yaitu pendekatan yang dilakukan
dengan mengembangkan potensi kepercayaan dan kemampuan
masyarakat itu sendiri serta membangun sesuai tujuan yang mereka
kehendaki.
Selanjutnya Reksohadiprodjo (1997) mengemukakan bahwa
pembangunan kota akan mempunyai dampak social ekonomi yang
bernilai positif maupun negatif. Berbagai masalah kota muncul seperti
kemiskinan akibat terbatasnya mata pencaharian dan tingkat
18
pendapatan, masalah kesehatan yang akan berakibat terhadap
produktivitas, masalah pendidikan yang akan berakibat terhadap
sumber daya manusia, masalah lingkungan hidup yang akan berakibat
terhadap daya dukung kota. Pembangunan kota seperti reklamasi
Pantai yang dilakukan di kota Manado menurut Lumain (2003)
memberikan dampak sosial ekonomi yang positif dan negatif
masyarakat, diantaranya bahwa sebagian penduduk telah beralih
pekerjaan dari nelayan menjadi buruh bangunan dan tukang. Penduduk
yang bekerja sebagai nelayan pendapatannya cenderung menurun
setelah adanya reklamasi Pantai, harga rumah penduduk lebih tinggi
dari harga lahan sebelum reklamasi dan terjadi perubahan
pemanfaatan lahan dari fungsi pemukiman ke fungsi lain seperti Ruko
dan lain-lain.
3. Dampak menurut undang-undang
Dalam Undang –Undang Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun
2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup, dijelaskan bahwa
dampak adalah perubahan lingkungan disebabkan oleh suatu
kegiatan. Dalam penjelasannya, disebutkan bahwa suatu usaha atau
investasi dalam kegiatan pembangunan memiliki kemampuan
potensial menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
Dalam Keputusan Pemerintah No. 14 Menteri Lingkungan Hidup
Tahun 1994, tentang “Penetapan Dampak Penting” terhadap aspek
sosial, yaitu pertama, pranata sosial/lembaga-lembaga yang tumbuh
19
dikalangan masyarakat; adapt istiadat dan pola kebiasaan yang
berlaku; kedua, proses sosial (kerjasama, akomodasi konflik
dikalangan masyarakat; ketiga, akulturasi, asimilasi dan integrasi dari
berbagai kelompok masyarakat; keempat, kelompok-kelompok dan
organisasi sosial; kelima, pelapisan sosial dikalangan masyarakat;
keenam, perubahan sosial yang sedang berlangsung dikalangan
masyarakat; ketujuh, sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana
usaha dan pekerjaan. Sedangkan dampak terhadap aspek ekonomi,
yaitu : pertama, kesempatan bekerja dan berusaha; kedua, pola
perubahan dan penguasaan lahan dan sumber daya alam; ketiga,
tingkat pendapatan; keempat, sarana dan prasarana infrastruktur;
kelima, pola pemanfaatan sumber daya alam.
Selain itu dampak yang penting ditentukan, oleh : (a) Besarnya
jumlah manusia yang terkena; (b) Luas wilayah penyebaran dampak;
(c) Lamanya dampak berlangsung; (d) Intensitas dampak; (e)
Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak;
(f) Sifat komulatif dampak; (g) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.
Adapun Yuli (1996) lebih jauh lagi menjelaskan bahwa dampak
dari suatu pembangunan tidak terlepas dari dampak yang bersifat
primer dan bersifat sekunder. Adapun dampak yang bersifat primer
menyangkut perubahan yang disebabkan secara langsung oleh suatu
kegiatan pembangunan seperti perubahan lingkungan. Sedangkan
20
dampak yang bersifat sekunder merupakan kelanjutan dari dampak
yang bersifat primer yang telah terjadi.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dampak sekunder
merupakan dampak tidak langsung dari adanya dampak yang bersifat
primer akibat adanya perubahan lingkungan. Sedangkan dari
perkembangan dampak pembangunan tersebut akan melahirkan
dampak positif yang memberikan keuntungan atau dampak negatif
merupakan bentuk yang menimbulkan kerugian bagi manusia dan
makhluk hidup lainnya.
Menurut Lubis (1997), dalam PP No. 50 Tahun 1993 dijelaskan
bahwa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Regional
sebagai hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan
pembangunan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam
suatu kesatuan hamparan ekosistem zona rencana pengembangan
wilayah sesuai dengan RUTRD dengan melibatkan kewenangan dari
satu instansi. Konsep dan metodologi pembangunan diperlukan untuk
menilai kelayakan lingkungan suatu rencana pembangunan skala
besar yang umumnya terletak pada daerah rawan, kawasan banjir,
pulau kecil, DAS, hutan lindung, dan daerah resapan air. Kajian
AMDAL Regional dapat memberikan informasi tentang kecenderungan
perkembangan suatu wilayah, faktor pendorong, pembatas serta
dampaknya baik terhadap lingkungan fisik, maupun sosial ekonomi.
21
Beranjak dari kesadaran akan pengaruh yang timbul dari
dampak suatu kegiatan terhadap lingkungan hidup, baik untuk jangka
pendek maupun jangka panjang, maka pemerintah menyiapkan
seperangkat peraturan-peraturan yang dijadikan acuan bagi
pelaksanaan kegiatan pembangunan, dalam bentuk undang-undang
pengelolaan lingkungan hidup dan peraturan pelaksanaannya. Oleh
karena, setiap kegiatan atau usaha wajib dilengkapi dengan kajian
AMDAL sesuai SK Menteri Lingkungan Hidup No.17 Tahun 2001 yang
diperkuat dengan SK Walikota Makassar No. 02 Tahun 2001 tentang
kewajiban untuk memiliki/membuat dokumen AMDAL atau Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) bagi kegiatan yang berpeluang menimbulkan berdampak
terhadap lingkungan di Kota Makassar.
Menurut Soemarwoto (2001), untuk dapat melihat dan
menjelaskan bahwa suatu dampak atau perubahan telah terjadi pada
suatu kawasan, maka kita harus mempunyai bahan perbandingan
sebagai bahan acuan. Salah satu bahan yang dapat menjadi acuan
adalah “keadaan sebelum terjadi perubahan”. Ada dua batasan penting
bagi kita dalam menganalisis terjadinya dampak, yaitu :
1. Dampak suatu aktivitas terhadap lingkungan adalah perbedaan
antara aspek lingkungan sebelum aktivitas terjadi dengan yang
aspek lingkungan setelah adanya aktivitas tersebut.
22
2. Dampak aktivitas terhadap lingkungan adalah perbedaan antara
aspek lingkungan tanpa adanya aktivitas dengan aspek lingkungan
yang diperkirakan terjadi setelah adanya aktivitas.
Dari beberapa konsep dampak yang telah dipaparkan di atas
yang merupakan kutipan buku studi AMDAL untuk menganalisis dan
sebagai bahan pedoman untuk mengetahui konsep dampak yang
sehubungan dengan judul penelitian ini, maka dampak yang
diperkirakan terjadi di lokasi penelitian adalah sebelum Jalan Metro
terbangun masih banyak terdapat banyak hasil laut untuk dijual oleh
komunitas nelayan Mariso. Setelah ada Jalan Metro terjadi perubahan
lingkungan seiring dengan semakin berkurangnya biota perairan dan
sebagian lagi telah hilang dari habitatnya.
Perubahan lingkungan yang terjadi di Teluk Losari telah
berdampak lebih lanjut terhadap komunitas nelayan Mariso yang
ditandai dengan terjadinya perubahan aspek sosial ekonomi, yaitu
pertama, terjadinya konflik pemanfaatan lahan; kedua, terjadinya
perubahan lokasi lahan penangkapan; ketiga, perubahan penggunaan
fasilitas dalam bekerja; keempat, kelima, terjadinya perubahan jumlah
perolehan hasil-hasil laut; keenam, perubahan jumlah perolehan
penghasilan; ketujuh, terjadinya perubahan status pekerjaan dan alih
profesi di lokasi penelitian.
23
4. Dampak Pencemaran Lingkungan
Pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan sangat
penting agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan.
Meningkatnya perhatian masyarakat mulai menyadari akibat-akibat
yang ditimbulkan dan kerusakan lingkungan hidup.
Masalah kerusakan lingkungan disebabkan oleh tangan-tangan
manusia itu sendiri. Untuk menjaga kelestarian lingkungan, harus ada
penegakan hukum lingkungan. Selain itu, tak kalah penting adalah
menumbuhkan kesadaran yang tinggi pada masyarakat dalam
pemeliharaan lingkungan. Untuk menumbuhkan kesadaran tersebut,
maka perlu kita ketahui terlebih dahulu dampak yang terjadi akibat
kerusakan lingkungan yang berupa pencemaran udara, air, dan tanah.
a. Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuknya bahan pencemar ke
dalam lingkungan perairan, sehingga menurunkan kualitas air.
Bahan pencemar ini dapat membunuh hewan dan tumbuhan yang
hidup di dalamnya. Selain itu, dapat mengganggu atau
memutuskan jaring-jaring makanan di lingkungan perairan.
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi
kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi tidak dapat terlepas dari
kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses
kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di
bumi tidak ada air.
24
Salah satu akibat yang ditimbulkan dari reklamasi Pantai
adalah adanya perubahan pola arus sehingga akan membuat
penumpukan sampah pada area tertentu pada sebuah area
Pantai, hal tersebut dapat kita lihat pada gambar 2 berikut.
Gambar 2. Penumpukan Sampah Pada Pantai Losari
Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat
perhatian serius. Untuk mendapat air yang baik, yang sesuai
dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal
karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah
dari kegiatan manusia.
Pencemaran air terjadi sejak lama dan telah kita ketahui
bersama, baik di laut, sungai, danau bahkan parit di depan rumah
25
kita. Air yang berwarna kecoklatan bahkan hitam seolah sudah
menjadi pemandangan yang biasa dan dapat kita lihat sehari hari.
Pencemaran air disebabkan oleh aktifitas manusia sehari
hari yang dapat mengakibatkan adanya perubahan pada kualitas
air tersebut. Pencemaran air ini terjadi di sungai, lautan, danau dan
air bawah tanah.
Tingkat pencemaran yang terberat adalah akibat limbah
industri yang dibuang ke sungai dan juga tumpahan minyak di
lautan. Pencemaran di sungai dan di lautan ini telah menyebabkan
ekosistem dan habitat air menjadi rusak bahkan mati. Untuk sungai,
pembuangan limbah industri/pabrik telah merusak habitat sungai
sepanjang puluhan kilometer.
Limbah industri ini mengandung logam berat, toksin organik,
minyak dan zat lainnya yang memiliki efek termal dan juga dapat
mengurangi kandungan oksigen dalam air. Limbah berbahaya ini
selain menyebabkan kerusakan bahkan matinya habitat sungai,
juga mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan bagi masyarakat
yang tinggal di sepanjang sungai yang menggunakan air sungai
tersebut untuk keperluan MCK (mandi, cuci dan kakus).
(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-
industri/dampak-pencemaran-terhadap-lingkungan/)
Tidak hanya sepanjang aliran sungai, resapan bahan kimia
juga mencemari air bawah tanah sepanjang belasan bahkan
26
puluhan meter dari sungai tersebut. Pengeboran air bawah tanah
yang dilakukan penduduk di dekat aliran sungai sering kali
mendapatkan air bawah tanah yang keruh kehitaman, berbau
bahkan berlendir dan bila dipaksakan untuk keperluan MCK akan
mengakibatkan penyakit dan gatal gatal pada kulit.
Selain limbah industri, limbah rumah tangga juga memiliki
peranan yang besar dalam pencemaran air. Limbah rumah tangga
ini terbagi menjadi 2 golongan, yakni limbah organik dan anorganik.
Limbah organik adalah limbah yang dapat diuraikan oleh bakteri,
seperti sisa sayuran, buah dan daun daunan. Sementara limbah
anorganik tidak dapat diurai oleh bakteri, seperti bekas kaca, karet,
plastik, logam, kain, kayu, kulit, dan lain-lain.
Untuk pertanian, penggunaan pupuk dan pestisida yang
berlebihan juga dapat mencemari air di lingkungan sekitarnya.
Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang
pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan enceng gondok.
Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini dapat
menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan oleh pencemaran
air dan deterjen.
Limbah pestisida memiliki aktifitas jangka waktu yang lama
dan ketika terbawa aliran air keluar dari areal pertanian, dapat
mematikan hewan yang bukan sasaran seperti ikan, udang dan
hewan air lainnya. Pestisida mempunyai sifat relatif tidak larut
27
dalam air. Tetapi relatif mudah larut dan konsentrasinya cenderung
meningkat dalam lemak dan sel sel tubuh mahluk hidup yang
disebut Biological Amplification, sehingga apabila masuk ke dalam
mata rantai makanan konsentrasinya makin tinggi dan tertinggi
adalah konsumen puncak. Contohnya, ketika dalam tubuh ikan
kadarnya 6 ppm, di dalam tubuh burung pemakan ikan kadarnya
meningkat menjadi 100 ppm dan akan meningkat terus sampai
konsumen puncak.
Limbah pertambangan seperti batu bara biasanya tercemar
asam sulfat dan senyawa besi, yang dapat mengalir ke luar daerah
pertambangan. Air yang mengandung kedua senyawa ini dapat
berubah menjadi asam. Limbah pertambangan yang bersifat asam
dapat menyebabkan korosi dan melarutkan logam-logam sehingga
air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan
kehidupan akuatik.
(http://www.airminumisiulang.com/news/58/dampak_pecemaran_air
_bagi_manusia_dan_lingkungan)
1. Indikator Pencemaran Air
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar
adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang
dapat digolongkan menjadi :
28
- Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan
suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau dan rasa
- Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran
air berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH
- Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran
air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air,
terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan
pencemaran air adalah pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen biokimia
(Biochemical Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen
kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD).
pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan
mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa
tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka
air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di
atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan
industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu
kehidupan biota akuatik.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan
pH dan menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi
29
proses biokimiawi perairan , misalnya proses nitrifikasi akan
berakhir pada pH yang rendah. Pengaruh nilai pH pada komunitas
biologi perairan dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel 1 : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan
Nilai pH Pengaruh Umum
6,0 – 6,5 1. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak mengalami perubahan
5,5 – 6,0 1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin tampak
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belum mengalami perubahan yang berarti
3. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral
5,0 – 5,5 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton dan bentos semakin besar
2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak 4. Proses nitrifikasi terhambat
4,5 – 5,0 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton dan bentos semakin besar
2. Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak 4. Proses nitrifikasi terhambat
Sumber : modifikasi Baker et al., 1990 dalam Efendi, 2003
Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak
dapat bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae
yaitu Chlamydomonas acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan
algae Euglena pada pH 1,6.
30
Oksigen terlarut (DO)
Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikroorganisme
dalam air tidak dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan
untuk proses degradasi senyawa organic dalam air. Oksigen dapat
dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa algae. Oksigen
yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak efisien, karena
oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh algae untuk
proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen
dalam air tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir.
Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kalarutan
oksigen jenuh dalam air pada 25o C dan tekanan 1 atmosfir adalah
8,32 mg/L (Warlina, 1985).
Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan
pengaruh fisiologis bagi manusia. Ikan dan organisme akuatik lain
membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah cukup banyak.
Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar organisme. Keberadaan
logam berat yang berlebihan di perairan akan mempengaruhi
system respirasi organisme akuatik, sehingga pada saat kadar
oksigen terlarut rendah dan terdapat logam berat dengan
konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih menderita
(Tebbut, 1992 dalam Effendi, 2003).
Pada siang hari, ketika matahari bersinar terang, pelepasan
oksigen oleh proses fotosintesa yang berlangsung intensif pada
31
lapisan eufotik lebih besar daripada oksigen yang dikonsumsi oleh
proses respirasi. Kadar oksigen terlarut dapat melebihi kadar
oksigen jenuh, sehingga perairan mengalami supersaturasi.
Sedangkan pada malam hari, tidak ada fotosintesa, tetapi respirasi
terus berlangsung. Pola perubahan kadar oksigen ini
mengakibatkan terjadinya fluktuasi harian oksigen pada lapisan
eufotik perairan. Kadar oksigen maksimum terjadi pada sore hari
dan minimum pada pagi hari.
Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)
Dekomposisi bahan organic terdiri atas 2 tahap, yaitu
terurainya bahan organic menjadi anorganik dan bahan anorganik
yang tidak stabil berubah menjadi bahan anorganik yang stabil,
misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi nitrit atau nitrat
(nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap
pertama yang berperan, sedangkan oksidasi bahan anorganik
(nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu.
Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk
memecah (mendegradasi) bahan buangan organic yang ada dalam
air menjadi karbondioksida dan air. Pada dasarnya, proses oksidasi
bahan organic berlangsung cukup lama. Menurut Sawyer dan
McCarty, 1978 (Effendi, 2003) proses penguraian bahan buangan
32
organic melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme atau oleh
bakteri aerobic adalah :
CnHaObNc + (n + a/4 – b/2 – 3c/4) O2 → n CO2 + (a/2 – 3c/2) H2O + c NH3
Bahan organic oksigen bakteri aerob
Untuk kepentingan praktis, proses oksidasi dianggap
lengkap selama 20 hari, tetapi penentuan BOD selama 20 hari
dianggap masih cukup lama. Penentuan BOD ditetapkan selam 5
hari inkubasi, maka biasa disebut BOD5. Selain memperpendek
waktu yang diperlukan, hal ini juga dimaksudkan untuk
meminimumkan pengaruh oksidasi ammonia yang menggunakan
oksigen juga. Selama 5 hari masa inkubasi, diperkirakan 70% -
80% bahan organic telah mengalami oksidasi. (Effendi, 2003).
Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung
pada tingkat kebersihan air. Air yang bersih relative mengandung
mikroorganisme lebih sedikit dibandingkan yang tercemar. Air yang
telah tercemar oleh bahan buangan yang bersifat antiseptic atau
bersifat racun, seperti fenol, kreolin, detergen, asam cianida,
insektisida dan sebagainya, jumlah mikroorganismenya juga
relative sedikit. Sehingga makin besar kadar BOD nya, maka
merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar,
sebagai contoh adalah kadar maksimum BOD5 yang diperkenankan
untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme
akuatik adalah 3,0 – 6,0 mg/L berdasarkan UNESCO/WHO/UNEP,
1992. Sedangkan berdasarkan Kep.51/MENKLH/10/1995 nilai
33
BOD5 untuk baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri golongan I
adalah 50 mg/L dan golongan II adalah 150 mg/L.
Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan
buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia
baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar
didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan dioksidasi oleh
kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen
(oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion
chrom. Reaksinya sebagai berikut :
HaHbOc + Cr2O7 2- + H + → CO2 + H2O + Cr 3+
Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten
terhadap degradasi biologis, misalnya tannin, fenol, polisacharida
dansebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD
daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat organic dapat
dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam
suasana asam, diperkirakan 95% - 100% bahan organic dapat
dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak
diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD
pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/l,
sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/l dan
34
pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L
(UNESCO,WHO/UNEP, 1992).
2. Sumber Pencemaran Air
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara
umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber
kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung
meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah
tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan
yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir
berupa hujan (Pencemaran Ling. Online, 2003). Pada dasarnya
sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga dan
pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas
pertanian misalnya pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfir
juga berasal dari aktifitas manusia yaitu pencemaran udara yang
menghasilkan hujan asam.
Pengaruh bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut,
dan partikulat terhadap lingkungan perairan dan kesehatan
manusia dapat ditunjukkan secara skematik sebagai berikut :
35
Gambar 3 : Bagan Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Pencemar terhadap Lingkungan Perairan
3. Komponen Pencemaran Air
Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan
hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial.
Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air
tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang biasa digunakan di
pertanian, industri atau rumah tangga, detergen yang biasa
digunakan di rumah tangga atau PCBs yang biasa digunakan pada
alat-alat elektronik.
Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air,
ternyata komponen pencemaran air turut menentukan bagaimana
Sumber
pencemaran
Gas-gas
pencemar
Bahan
pencemar
terlarut
Bahan
pencemar
partikulat
Atmosfir
Biota
akuatik
Biota
terestial
Badan air
Tanah
Kesehatan
manusia
Komponen
Lingkungan
Sumber Pencemaran
Kesehatan
Manusia
Sumber : Effendi (2003)
36
indikator tersebut terjadi. Menurut Wardhana (1995), komponen
pencemaran air dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan:
1. padat
2. organic dan olahan bahan makanan
3. anorganik
4. cairan berminyak
5. berupa panas
6. zat kimia.
Bahan buangan padat
Yang dimaksud bahan buangan padat adalah bahan
buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar atau yang halus,
misalnya sampah. Buangan tersebut bila dibuang ke air menjadi
pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan
ataupun pembentukan koloidal.
Apabila bahan buangan padat tersebut menimbulkan
pelarutan, maka kepekatan atau berat jenis air akan naik. Kadang-
kadang pelarutan ini disertai pula dengan perubahan warna air. Air
yang mengandung larutan pekat dan berwarna gelap akan
mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Sehingga proses
fotosintesa tanaman dalam air akan terganggu. Jumlah oksigen
terlarut dalam air menjadi berkurang, kehidupan organisme dalam
air juga terganggu.
37
Terjadinya endapan di dasar perairan akan sangat
mengganggu kehidupan organisme dalam air, karena endapan
akan menutup permukaan dasar air yang mungkin mengandung
telur ikan sehingga tidak dapat menetas. Selain itu, endapan juga
dapat menghalangi sumber makanan ikan dalam air serta
menghalangi datangnya sinar matahari.
Pembentukan koloidal terjadi bila buangan tersebut
berbentuk halus, sehingga sebagian ada yang larut dan sebagian
lagi ada yang melayang-layang sehingga air menjadi keruh.
Kekeruhan ini juga menghalangi penetrasi sinar matahari, sehingga
menghambat fotosintesa dan berkurangnya kadar oksigen dalam
air.
Bahan buangan organic dan olahan bahan makanan
Bahan buangan organic umumnya berupa limbah yang
dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga
bila dibuang ke perairan akan menaikkan populasi mikroorganisme.
Kadar BOD dalam hal ini akan naik. Tidak tertutup kemungkinan
dengan bertambahnya mikroorganisme dapat berkembang pula
bakteri pathogen yang berbahaya bagi manusia. Demikian pula
untuk buangan olahan bahan makanan yang sebenarnya adalah
juga bahan buangan organic yang baunya lebih menyengat.
Umumnya buangan olahan makanan mengandung protein dan
38
gugus amin, maka bila didegradasi akan terurai menjadi senyawa
yang mudah menguap dan berbau busuk (misal. NH3).
Bahan buangan anorganik
Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh
mikroorganisme, umumnya adalah logam. Apabila masuk ke
perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam
air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah
industri yang melibatkan penggunaan unsure-unsur logam seperti
timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), air raksa atau merkuri (Hg),
Nikel (Ni), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dll.
Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air
bersifat sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena
dapat merusak peralatan yang terbuat dari besi melalui proses
pengkaratan (korosi). Juga dapat menimbulkan endapan atau kerak
pada peralatan.
Apabila ion-ion logam berasal dari logam berat maupun yang
bersifat racun seperti Pb, Cd ataupun Hg, maka air yang
mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi tubuh
manusia, air tersebut tidak layak minum.
Bahan buangan cairan berminyak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan
akan mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan
39
minyak mengandung senyawa yang volatile, maka akan terjadi
penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan
air akan menyusut. Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis
minyak dan waktu. Lapisan minyak pada permukaan air dapat
terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan
waktu yang lama.
Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu
mikroorganisme dalam air. Ini disebabkan lapisan tersebut akan
menghalangi diffusi oksigen dari udara ke dalam air, sehingga
oksigen terlarut akan berkurang. Juga lapisan tersebut akan
menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga
fotosintesapun terganggu. Selain itu, burungpun ikut terganggu,
karena bulunya jadi lengket, tidak dapat mengembang lagi akibat
kena minyak.
Bahan buangan zat kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam
bahan pencemar air ini akan dikelompokkan menjadi :
a. Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya),
b. Bahan pemberantas hama (insektisida),
c. Zat warna kimia,
d. Zat radioaktif
40
a. Sabun
Adanya bahan buangan zat kimia yang berupa sabun (deterjen,
sampo dan bahan pembersih lainnya) yang berlebihan di dalam
air ditandai dengan timbulnya buih-buih sabun pada permukaan
air. Sebenarnya ada perbedaan antara sabun dan deterjen serta
bahan pembersih lainnya. Sabun berasal dari asam lemak
(stearat, palmitat atau oleat) yang direaksikan dengan basa
Na(OH) atau K(OH), berdasarkan reaksi kimia berikut ini :
C17H35COOH + Na(OH) C17H35COONa + H2O
Asam stearat basa sabun
Sabun natron (sabun keras) adalah garam natrium asam lemak
seperti pada contoh reaksi di atas. Sedangkan sabun lunak
adalah garam kalium asam lemak yang diperoleh dari reaksi
asam lemak dengan basa K(OH). Sabun lemak diberi pewarna
yang menarik dan pewangi (parfum) yang enak serta bahan
antiseptic seperti pada sabun mandi. Beberapa sifat sabun
antara lain adalah sebagai berikut :
a. Larutan sabun mempunyai sifat membersihkan karena
dapat mengemulsikan kotoran yang melekat pada badan
atau pakaian
b. Sabun dengan air sadah tidak dapat membentuk busa, tapi
akan membentuk endapan :
41
2 (C17H35COONa) + CaSO4 → (C17H35COO)2Ca + Na2SO4
Endapan
c. Larutan sabun bereaksi basa karena terjadi hidrolisis
sebagian.
Sedangkan deterjen adalah juga bahan pembersih seperti
halnya sabun, akan tetapi dibuat dari senyawa petrokimia. Deterjen
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sabun, karena dapat
bekerja pada air sadah. Bahan deterjen yang umum digunakan
adalah dedocylbenzensulfonat. Deterjen dalam air akan mengalami
ionisassi membentuk komponen bipolar aktif yang akan mengikat
ion Ca dan/atau ion Mg pada air sadah. Komponen bipolar aktif
terbentuk pada ujung dodecylbenzen-sulfonat. Untuk dapat
membersihkan kotoran dengan baik, deterjen diberi bahan
pembentuk yang bersifat alkalis. Contoh bahan pembentuk yang
bersifat alkalis adalah natrium tripoliposfat.
Bahan buangan berupa sabun dan deterjen di dalam air
lingkungan akan mengganggu karena alasan berikut :
a. Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat
mengganggu kehidupan organisme di dalam air. Deterjen yang
menggunakan bahan non-Fosfat akan menaikkan pH air
sampai sekitar 10,5 – 11.
b. Bahan antiseptic yang ditambahkan ke dalam sabun/deterjen
juga mengganggu kehidupan mikro organisme di dalam air,
bahkan dapat mematikan
42
c. Ada sebagian bahan sabun atau deterjen yang tidak dapat
dipecah (didegradasi oleh mikro organisme yang ada di dalam
air. Keadaan ini sudah barang tentu akan merugikan
lingkungan. Namun akhir-akhir ini mulai banyak digunakan
bahan sabun/deterjen yang dapat didegradsi oleh
mikroorganisme
Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi menjadi
empat kategori (KLH, 2004), yaitu :
Dampak Terhadap Kehidupan Biota Air
Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air
tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air
yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi
perkembangannya. Selain itu kematian dapat pula terjadi
disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan
kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air.
Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan
air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga
terhambat. Dengan air limbah menjadi sulit terurai, panas dari
industri juga akan membawa dampak bagi kematian organisme,
apabila air limbah tidak didinginkan dahulu.
Dampak Terhadap Kualitas Air Tanah
Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur
dengan faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal
43
ini telah dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta.
Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran
tersebut
Dampak Terhadap Kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular
bermacam-macam antara lain, air sebagai media untuk hidup
mikroba pathogen, air sebagai sarang insekta penyebar
penyakit, jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia
bersangkutan tidak dapat membersihkan diri, serta air sebagai
media untuk hidup vektor penyakit.
Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori
water-borne diseases, atau penyakit penyakit yang dibawa oleh
air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah. Penyakit-
penyakit ini dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya
dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis
mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri,
protozoa dan metazoa.
44
Tabel 2 . Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agennya
Agen Penyakit
Virus Rotavirus Diare pada anak Virus Hepatitis A Hepatitis A Virus Poliomyelitis Polio (myelitis anterior acuta)
Diare pada anak Hepatitis A Polio (myelitis anterior acuta)
Bakteri Vibrio cholerae Cholera Escherichia Coli Diare/Dysenterie Enteropatogenik Salmonella typhi Typhus abdominalis Salmonella paratyphi Paratyphus Shigella dysenteriae Dysenterie
Cholera Diare/Dysenterie Typhus abdominalis Paratyphus Dysenterie
Protozoa Entamuba histolytica Dysentrie amoeba Balantidia coli Balantidiasis Giarda lamblia Giardiasis
Dysentrie amoeba Balantidiasis Giardiasis
Metazoa Ascaris lumbricoides Ascariasis Clonorchis sinensis Clonorchiasis Diphyllobothrium latum Diphylobothriasis Taenia saginata/solium Taeniasis Schistosoma Schistosomiasis
Ascariasis Clonorchiasis Diphylobothriasis Taeniasis Schistosomiasis
Dampak Terhadap Estetika Lingkungan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke
lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin
tercemar, yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat
disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika
lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat
45
mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut juga
menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan
limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan
busa yang sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika.
b. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia
buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami.
Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau
bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida,
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-
permukaan, kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia
atau limbah, air limbah dari tempat penimbunan sampah serta
limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak
memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari
permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan
atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam
tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat
beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada
manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan
udara di atasnya.
46
Adapun dampak pencemaran tanah bagi makhluk hidup
antara lain :
a. Dampak Pencemaran Tanah Bagi Kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan
tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan
kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam
pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk
semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak,
karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan
ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada
konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena
leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat
menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat
diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati.
Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan ganguan pada
saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin
merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan
sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak
kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi
mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di
atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah
dapat menyebabkan kematian.
47
b. Dampak pencemaran tanah terhadap ekosistem.
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari
adanya bahan kimia beracun atau berbahaya bahkan pada
dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme
endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah
tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa
spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat
yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai
makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk
kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida
makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-
kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni
piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini,
seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya
cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anakan dan
kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
c. Dampak pencemaran tanah pada pertanian.
Dampak pencemaran tanah pada pertanian terutama
perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat
menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat
menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di
mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi.
48
Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang
panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan
terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_tanah)
C. Kondisi Sosial Ekonomi dan Pemberdayaan Pesisir
1. Ciri dan Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir merupakan sekelompok manusia yang
tinggal di sekitar pesisir Pantai, dimana sebagian besar dari
penghidupan mereka diperoleh dari melakukan aktifitas disekitar
pesisir dan laut. Kemiskinan adalah ciri yang sangat menonjol dari
kehidupan masyarakat pesisir di Indonesia, khususnya nelayan.
Secara umum nelayan lebih miskin dibanding petani. Hal ini terutama
disebabkan oleh: (1) tantangan alam yang dihadapi nelayan sangat
berat, termasuk faktor musim; (2) pola kerja yang homogen dan
bergantung hanya pada satu sumber penghasilan; (3) keterbatasan
penguasaan modal, perahu, dan alat tangkap; (4) keadaan pemukiman
dan perumahan yang tidak memadai;(5) karakteristik sosial-ekonomi
belum mengarah pada sektor jasa lingkungan (Rahardjo, 1999), seperti
kegiatan wisata.
49
Gambar 4. Kegiatan ekonomi masyarakat pesisir
Menurut Nikijuluw (2003), yang dimaksud masyarakat pesisir
adalah kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber
kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada
pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir; mereka terdiri dari nelayan
pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya,
pedagang ikan, pengolah ikan, pemasok faktor sarana produksi
perikanan. Dalam bidang nonperikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri
dari penjual jasa pariwisata, penjual jasa transportasi, serta I kelompok
50
lainnya yang memanfaatkan sumberdaya nonhayati laut dan pesisir
untuk menyokong kehidupannya (Tuwo, 2011)
Nelayan, pembudidaya ikan, dan pedagang merupakan
kelompok masyarakat pesisir yang secara langsung mengusahakan
dan memanfaatkan sumberdaya ikan melalui kegiatan penangkapan
dan budidaya. Kelompok ini pula yang mendominasi pemukiman di
wilayah Pantai pada pulau-pulau besar dan kecil di Indonesia
(Nikijuluw, 2003). pesisir ada yang menjadi pengusaha skala kecil dan
menengah, namun lebih banyak dari mereka yang bersifat subsistem,
menjalani usaha dan kegiatan ekonominya untuk menghidupi keluarga
sendiri, dengan skala yang begitu kecil sehingga hasilnya hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan jangka sangat pendek.
Dari sisi usaha perikanan, kelompok masyarakat pesisir yang
miskin terdiri dari rumah tangga perikanan yang menangkap ikan tanpa
menggunakan perahu, menggunakan perahu tanpa motor, dan perahu
bermotor tempel. Dengan skala usaha seperti ini, nelayan hanya
mampu menangkap ikan di daerah dekat Pantai. Dalam kasus tertentu,
nelayan dapat bekerja sama atau bermitra dengan perusahaan besar,
sehingga mereka dapat pergi menangkap ikan lebih jauh dari Pantai
(Nikijuluw, 2003). Namun demikian, peningkatan penghasilan dari hasil
kerja sama ini tidak banyak berarti karena jumlah anggota rumah
tangga yang besar menyebabkan jumlah penghasilan mereka belum
mencukupi untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari.
51
Kemiskinan sebagai indikator ketertinggalan masyarakat pesisir
ini disebabkan oleh tiga hal pokok, yaitu: kemiskinan struktural,
superstruktural dan kultural (Nikijuluw, 2003). Kemiskinan struktural
adalah kemiskinan yang disebabkan karena pengaruh faktor atau
variabel eksternal individu. Variabel kemiskinan struktural adalah
struktur sosial-ekonomi masyarakat, ketersediaan insentif atau
disinsentif pembangunan, ketersediaan fasilitas pembangunan,
ketersediaan teknologi, dan ketersediaan sumberdaya pembangunan,
khususnya sumberdaya alam. Hubungan antara variabel-variabel ini
dengan kemiskinan umumnya bersifat terbalik, artinya semakin tinggi
intensitas, volume, dan kualitas variabel tersebut, maka kemiskinan
semakin berkurang. Kaitan antara variabel struktur sosial-ekonomi
dengan kemiskinan lebih sulit ditentukan, namun keadaan sosial-
ekonomi masyarakat yang terjadi di sekitar atau di lingkup nelayan
menentukan kemiskinan dan kesejahteraan mereka.
Kemiskinan superstruktural adalah kemiskinan yang disebabkan
karena variabel kebijakan makro yang tidak atau kurang berpihak pada
pembangunan masyarakat nelayan. Variabel superstruktur adalah
adanya kebijakan fiskal, kebijakan moneter, ketersediaan hukum dan
perundang-undangan, kebijakan pemerintah yang diimplementasikan
dalam proyek dan program pembangunan. Kemiskinan superstruktural
sulit diatasi jika tidak disertai keinginan dan kemauan secara tulus dari
pemerintah untuk mengatasinya. Kesulitan superstruktural juga
52
disebabkan oleh kompetisi antar sektor, antar daerah, dan antar
institusi. Ketiga bentuk kompetisi ini menyebabkan terjadinya
ketimpangan dan kesenjangan pembangunan. Kemiskinan
superstruktural hanya bisa diatasi apabila pemerintah, baik tingkat
pusat maupun daerah, memiliki komitmen kuat dan tindakan untuk
mensejahterakan masyarakat miskin (Nikijuluw, 2003).
Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang disebabkan karena
variabel yang melekat, inheren, dan menjadi gaya hidup tertentu yang
menyebabkan individu yang bersangkutan sulit keluar dari kemiskinan
karena faktor tersebut tidak disadari atau tidak diketahui oleh individu
yang bersangkutan (Nikijuluw, 2003). Variabel penyebab kemiskinan
kultural adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, adat, budaya,
kepercayaan, kesetiaan pada pandangan tertentu, dan ketaatan pada
panutan. Kemiskinan secara kultural ini agak sulit untuk di-atasi.
Umumnya pengaruh panutan, baik yang bersifat formal, informal,
maupun asli atau sangat menentukan keberhasilan upaya
pengentasan kemiskinan kultural ini.
Kemiskinan masyarakat pesisir, khususnya nelayan, lebih
banyak disebabkan karena faktor sosial-ekonomi yang terkait
karakteristik sumberdaya dan teknologi yang digunakan. Smith (1979)
dan Anderson (1979) berkesimpulan bahwa kekakuan aset perikanan
adalah alasan utama kenapa nelayan tetap bergelut dengan
kemiskinan dan sepertinya tidak ada upaya mereka untuk keluar dari
53
kemiskinan itu. Kekakuan aset adalah karena sifat aset perikanan yang
sulit untuk di-likuidasi atau diubah bentuk dan fungsinya untuk
digunakan bagi kepentingan lain. Akibatnya, pada saat produktivitas
aset tersebut rendah, nelayan tidak mampu untuk mengalihfungsikan
atau melikuidasi aset tersebut. Oleh sebab itu, meskipun rendah
produktivitas, nelayan tetap melakukan operasi penangkapan ikan
yang sesungguhnya tidak lagi efisien secara ekonomis.
Subade and Abdullah (1993) mengemukakan pendapat lain,
bahwa nelayan bertahan pada industri perikanan karena terbatasnya
opportunity cost mereka. Opportunity cost nelayan adalah
kemungkinan lain yang bisa dikerjakan nelayan bi-la saja mereka tidak
menangkap ikan. Bila opportunity cost rendah, maka nelayan
cenderung tetap melaksanakan usaha-nya meskipun usaha tersebut
tidak lagi menguntungkan dan efisien. Panayotou (1982) menekankan
bahwa nelayan lebih senang memiliki kepuasaan hidup yang diperoleh
dari hasil menangkap ikan dibandingkan kegiatan yang hanya
berorientasi pada peningkatan pendapatan. Jalan hidup seperti ini sulit
untuk mengeluarkan nelayan dari kemiskinan karena nelayan merasa
sudah bahagia dengan kehidupan itu.
2. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Kekurangberdayaan masyarakat pesisir antara lain disebabkan
oleh keterbatasan mereka dalam penguasaan ilmu, teknologi, modal,
dan kelembagaan usaha. Selama ini dikenal lima pendekatan yang
54
dapat dilakukan untuk memberdayakan masyarakat pesisir, yaitu: (1)
penciptaan lapangan kerja alternatif sebagai sumber pendapatan lain
bagi keluarga; (2) mendekatkan masyarakat dengan sumber modal
dengan penekanan pada penciptaan mekanisme mendanai diri sendiri;
(3) mendekatkan masyarakat dengan sumber teknologi baru yang lebih
berhasil dan berdaya guna; (4) mendekatkan masyarakat dengan
pasar; dan (5) membangun solidaritas serta aksi kolektif di tengah
masyarakat (Nikijuluw, 2003). Keberhasilan pelaksanaan pendekatan
ini mensyaratkan adanya perhatian secara sungguh-sungguh aspirasi,
keinginan, kebutuhan, pendapatan, dan potensi sumberdaya yang
dimiliki masyarakat.
Pengembangan mata pencaharian alternatif perlu men-dapat
perhatian karena sumberdaya pesisir dan perikanan telah banyak
mengalami tekanan dan degradasi. Selain itu, nelayan banyak yang
terkonsentrasi pada daerah pesisir tertentu sehingga kelebihan jumlah
nelayan. Hal ini menyebabkan potensi sumberdaya ikan yang tersedia
terlalu banyak yang menangkap sehingga hasil tangkapan sudah tidak
bisa dijadikan andalan bagi peningkatan kesejahteraan. Kemiskinan
masyarakat pesisir juga dapat disebabkan oleh status sumberdaya
perikanan yang secara de facto merupakan akses terbuka sehingga
semua orang dapat melakukan penangkapan ikan; di lain pihak tidak
sedikit nelayan yang melakukan penangkapan secara tidak ramah
55
lingkungan (Nikijuluw, 2003). Hal ini membawa serangkaian dampak
yang berakhir pada kemiskinan masyarakat pesisir.
Smith (1983) mengemukakan bahwa jika kondisi akses terbuka
terus terjadi, maka apapun upaya peningkatan kesejahteraan yang
dilakukan, baik pada kegiatan penangkapan ikan maupun pada
kegiatan yang berkaitan seperti pada pengolahan dan pemasaran ikan,
tidak akan memberikan hasil peningkatan kesejahteraan. Oleh karena
itu, masalah utama pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat pesisir adalah penataan sumberdaya perikanan secara
lebih baik sehingga drama akses terbuka tidak terjadi.
Pemberdayaan masyarakat pesisir juga perlu dilakukan melalui
pengembangan mata pencaharian alternatif yang di-arahkan untuk
mengalihkan profesi nelayan atau sebagai alternatif tambahan
pendapatan. Pengembangan mata pencaharian alternatif bukan saja
dalam bidang perikanan, seperti pengolahan, pemasaran, atau
budidaya ikan, tetapi patut diarahkan ke kegiatan nonperikanan,
seperti Ekowisata Pesisir dan Laut.
Pemberdayaan nelayan dapat dilakukan melalui pengembangan
akses modal. Hal ini sangat penting karena pada dasarnya masyarakat
pesisir, khususnya nelayan dan pembudidaya ikan sangat sulit untuk
memperoleh modal. Sifat bisnis perikanan yang musiman,
ketidakpastian, dan beresiko tinggi sering menjadi alasan keengganan
bank menyediakan modal bagi usaha perikanan. Sifat bisnis perikanan
56
seperti ini, ditambah kemampuan manajemen nelayan yang rendah
dan ketidakmampuan secara ekonomi membuat nelayan sulit untuk
memenuhi syarat-syarat perbankan (Tuwo, 2011)
Departemen Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat telah berupaya menjalin hubungan dengan
berbagai lembaga perbankan nasional dan daerah untuk menggugah
perhatian mereka agar masuk ke sektor perikanan, namun belum
memberikan hasil sesuai yang diharapkan (Nikijuluw, 2003). Upaya
lain juga telah dilakukan dengan mendekati lembaga lain, melalui
Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi. Beberapa perusahaan
negara dan swasta telah mulai menunjukkan keinginan mereka untuk
membantu masyarakat perikanan dengan cara menyisihkan sebagian
ke-untungan mereka untuk membantu usaha perikanan skala kecil dan
menengah.
Produktivitas yang rendah antara lain disebabkan oleh masih
rendahnya teknologi yang digunakan oleh nelayan, umumnya masih
bersifat teknologi tradisional (Nikijuluw, 2003). Upaya peningkatan
pendapatan perlu dilakukan melalui perbaikan teknologi, mulai dari
teknologi produksi dan pascapanen, hingga pemasaran. Upaya
pemberdayaan masyarakat melalui perbaikan teknologi harus
mempertimbangkan sifat dan karakteristik masyarakat. Upaya-upaya
peningkatan akses masyarakat terhadap teknologi belum banyak
dilakukan karena adanya kesulitan dalam mengidentifikasi jenis dan
57
tipe teknologi yang dibutuhkan masyarakat. Kesulitan lain dalam
mengakses teknologi disebabkan oleh kurang atau tidak adanya
penyuluh atau orang yang berfungsi sebagai fasilitator dan katalisator.
Aktivitas ekonomi masyarakat pesisir memerlukan dukungan
pasar atau yang dapat diakses pasar dengan baik. Usaha yang tidak
didukung oleh pasar akan sangat terhambat perkembangannya. Upaya
yang perlu dilakukan untuk mengembangkan pasar bagi produk-
produk yang dihasilkan masyarakat pesisir adalah mendekatkan
masyarakat dengan perusahaan besar atau eksportir komoditas
perikanan.
Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah struktur pasar yang
merugikan masyarakat pesisir. Masyarakat masih menghadapi pasar
yang tidak sempurna strukturnya. Monopoli pasar faktor produksi dan
monopoli pembelian produk tidak menguntungkan masyarakat. Hal ini
disebabkan oleh akses informasi yang kurang mengenai harga,
komoditas, kualitas, kuantitas dan kontinyuitas produk (Nikijuluw,
2003). Kelangkaan informasi menyebabkan masyarakat menghasilkan
produk yang serupa sehingga terjadi kejenuhan pemasukan dan
kejatuhan harga.
Aksi kolektif dapat dilakukan melalui pengembangan koperasi
atau kelompok usaha bersama. Aksi kolektif merupakan suatu aksi
bersama yang bermuara pada kesejahteraan setiap anggota. Upaya
pengembangan aksi kolektif yang dilakukan selama ini adalah melalui
58
pengembangan kelompok yang berbasis agama, seperti koperasi
pondok pesantren. Aksi bersama juga dikembangkan oleh kelompok
yang beraliansi dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tertentu,
yang memang memiliki staf dan dana untuk pembangunan masyarakat
pesisir. Kelompok perempuan juga perlu mendapat perhatian. Untuk
itu, perlu dicari suatu format pemberdayaan perempuan dengan
penekanan pada peranan mereka dalam usaha meningkatkan
ekonomi keluarga.
Pengembangan aksi kolektif masih sangat prematur dan
memerlukan kajian untuk mencari bentuk yang tepat untuk masyarakat
pesisir. Beberapa aksi kolektif yang pernah berkembang namun tidak
murni gagasan masyarakat, seperti perikanan inti rakyat serta
kemitraan usaha antara masyarakat dan pengusaha besar, hanya
membawa ketidakpuasan kepada masyarakat dan berhenti di tengah
jalan. Hal ini terjadi karena aksi semikolektif tersebut terlalu berpihak
kepada kepentingan pengusaha (Nikijuluw, 2003).
D. Kerangka Pikir
Makassar merupakan kota berciri khas Pantai dengan kehidupan
pesisir sebagai vocal point, yang merupakan representasi atas kota
secara makro. Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan lahan, akhir-
akhir ini kota-kota di pesisir Pantai cenderung menambah luasan lahannya
dengan mereklamasi Pantai, yaitu kegiatan menimbun atau memasukkan
material tertentu di kawasan Pantai dengan maksud untuk memperoleh
59
lahan kering (Nurmandi, 1999). Kegiatan yang sama sementara
dilaksanakan di Kota Makassar yang mereklamasi kawasan Pantai Losari
950 m. Luas areal yang akan diratakan dan dipadatkan mencapai
106.821 m² yang seluruhnya diperuntukkan bagi kepentingan publik
khususnya untuk rekreasi.
Kegiatan reklamasi Pantai Losari sementara berjalan, dimana ada
bagian yang sudah selesai pembangunannya dan masih ada sebagian
yang masih dikerjakan. Kegiatan reklamasi Pantai Losari memiliki dampak
terhadap lingkungan baik secara positif maupun negatif, dimana dampak
ini terutama akan berpengaruh terhadap pencemaran terutama air, udara
dan tanah. Selain itu dampak yang timbul dari reklamasi Pantai Losari ini
juga akan berpengaruh terhadap perubahan sosial dan ekonomi
masyarakat yang ada disekitar Losari dan masyarakat Makassar secara
umum. Apabila dari dampak reklamasi tersebut positif, maka reklamasi
Pantai Losari memiliki dampak yang baik untuk dikembangkan.
Sedangkan apa bila negatif maka harus ada upaya atau rekomendasi
untuk mengurangi dampak tersebut.
60
Alur Pemikiran Penelitian
Gambar 5. Kerangka alur pemikiran penelitian
E. Hipotesis
1. Reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga memberikan dampak
negatif terhadap pencemaran air, udara dan tanah
2. Reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga memberikan dampak
negatif dan positif terhadap perubahan sosial yang ada disekitar Pantai
Losari.
3. Reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga memberikan dampak
negatif dan positif terhadap perubahan ekonomi masyarakat tersebut.
Makassar
Reklamasi Pantai Losari dan Tanjung
Bunga
Dampak
BERDAMPAK ?
Rekomendasi
1. Pencemaran 2. Sosial dan
Ekonomi
Positif Negatif
61
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksankan di sepanjang Pantai Losari, Kecamatan,
Ujungpandang dan Tanjung Bunga, Kecamatan Mariso, Kota Makassar,
Propinsi Sulawesi Selatan. Waktu penelitian dilakukan antara bulan Maret-
Juni 2012
Gambar 6. Peta Lokasi Penelitan
62
Sumber : Data sekunder yang telah diolah
Gambar 7. Peta Pengambilan Sampel parameter Lingkungan dari beberapa penelitian
63
B. Populasi dan Teknik Sampel
Populasi dan teknik sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Analisis kondisi lingkungan dipergunakan analisis komparatif, yaitu
membandingkan data sebelum reklamasi dan sesudah reklamasi
Pantai Losari dan Tanjung Bunga dengan mengambil dari data
sebelum dan sesudah reklamsi dari berbagai sumber (data sekunder).
2. Analisis Purposive Sampling Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi
dari masyarakat yang tinggal di sekitar Pantai Losari dan Tanjung
Bunga , dimana sampel di ambil 5-10 % dari jumlah kepala keluarga
yang ada di Kecamatan Mariso dan Ujung Pandang (Bahan Ajar
Pelatihan Penilaian AMDAL, 2012). Untuk mengetahui sejauh mana
dampak sosial ekonomi Pantai Losari dari masyarakat yang datang ke
Losari, sampel di ambil secara sengaja sebanyak 20 orang dari
masyarakat yang datang mengunjungi Pantai Losari.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan sekunder, dari sejumlah komponen lingkungan yang akan
ditelaah termasuk komponen fisik kimia, dan sosial ekonomi.
Data primer akan diperoleh melalui pengamatan serta wawancara
dengan menggunakan daftar isian kuesioner . Sementara data sekunder
akan ditelusuri pada instansi terkait antara lain berupa peta-peta seperti,
64
Peta Administrasi, Peta Tata Ruang, serta data-data statistik yang
berhubungan dengan potensi fisik wilayah, kependudukan, struktur
perekonomian dan informasi hasil penelitian sebelumnya berkaitan
dengan komponen lingkungan yang akan ditelaah. Data sekunder
tersebut akan ditelusuri baik yang tersedia di Kecamatan Mariso serta
pada instansi-instansi terkait di Kota Makassar maupun di Provinsi
Sulawesi Selatan. Sedangkan data sekunder mengenai pengukuran
kualitas air, baik sifat fisik dan kimia diperoleh melalui karya ilmiah antara
tahun 2010-2012 yang meneliti mengenai kualitas air di Pantai Losari
Data primer dan sekunder yang dikumpulkan akan digunakan
untuk:
a. Menelaah, mengamati dan mengukur komponen rencana kegiatan
yang diperkirakan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup di dalam dan di sekitar lokasi kegiatan Reklamasi
Pantai Losari.
b. Menelaah, mengamati dan mengukur komponen lingkungan hidup
yang diperkirakan terkena dampak oleh kegiatan reklamasi Pantai
Losari.
D. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis
Kuantitatif dan Analisis Kualitatif (Sugyono, 2011). Dimana Analisis yang
digunakan di bagi menjadi dua bagian yaitu :
65
1. Analisis Parameter Kualitas Air
Pengumpulan data kualitas air baik fisak dan kimia dilakukan
pada lokasi Pantai Losari dimana data ini kami ambil dari penelitian
sebelumnya yang kami jadikan sebagai sumber data sekunder. Data
ini dipilah berdasarkan lokasi yang menjadi objek penelitian kami yaiu
Pantai Losari.
Analisis data yang di peroleh di analisis dengan pendekatan
Komparatif, dimana membandingkan data kualitas air sebelum dan
sesudah reklamasi Pantai Losari
2. Sosial Ekonomi
Komponen sosial ekonomi merupakan komponen yang penting
di teliti ketika sebuah proyek dilaksanakan, dimana dampak dari
sebuah proyek akan berpengaruh pada kondisi sosial ekonomi
masyarakat disekitarnya, baik dampak negatif maupun dampak positif
yang akan ditimbulkannya
Metode analisis data yang di gunakan adalah metode penelitian
kombinasi (Mixed methods) atau kualitatif dan kuantitatif, dimana data
diperoleh dari daftar kuesioner dan wawancara yang di lakukan di
lokasi penelitian. Setelah data di olah barulah di deskriktifkan untuk
menggambarkan kondisi yang ada di lapangan (Sugyono, 2011)
66
F. Defenisi Operasional
Untuk membatasi defenisi operasional dalam penelitian ini, maka
kami memberikan batasan defenisi operasional sebagai berikut :
1. Reklamasi merupakan bentuk campur tangan (intervensi) manusia
terhadap keseimbangan lingkungan alamiah yang selalu dalam
keadaan seimbang dinamis. Perubahan ini akan melahirkan
perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan
sedimentasi Pantai, berpotensi meningkatkan bahaya banjir.
2. Dampak adalah akibat yang ditimbulkan dari sebuah kegiatan proyek
reklamasi Pantai Losari baik yang sifatnya negatif maupun yang positif
3. Pencemaran lingkungan adalah dampak yang diakibatkan dari sebuah
proyek reklamasi Pantai Losari yang mengakibatkan perubahan pada
lingkungan ke arah yang negatif.
4. Perubahan Sosial adalah perubahan yang terjadi baik negatif maupun
positif dari sebuah proyek reklamasi Pantai Losari
67
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Studi
1. Kota Makassar
a. Letak Geografis dan Topografi
Kota Makassar terletak antara koordinat 119° 24’17’38”
Bujur Timur dan kordinat 5°8’6’19 Lintang Selatan, dimana Kota
Makassar terdiri atas 14 wilayah kecamatan, dengan 143 kelurahan
dengan luas wilayah 175,77 km persegi.
Sedangkan batas – batas wilayah administratif dari letak
Kota Makassar, antara lain :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros
Secara geografis, letak kota Makassar berada di tengah
diantara pulau – pulau besar lain dari wilayah kepulauan nusantara
sehingga menjadikan kota dengan sebutan “angin mammiri” ini
menjadi pusat pergerakan spasial dari wilayah Barat ke bagian
Timur maupun dari Utara ke Selatan Indonesia. Dengan posisi ini
menyebabkan Kota Makassar memiliki daya tarik kuat bagi para
imigran, baik dari Sulawesi Selatan itu sendiri maupun dari provinsi
68
lain terutama dari kawasan Timur Indonesia untuk datang mencari
tempat tinggal dan lapangan pekerjaan.
Sebagaimana umumnya iklim di daerah khatulistiwa, maka
Kota Makassar juga beriklim tropis. Berdasarkan pencatatan
stasiun Meteorologi Maritim Paotere Makassar, secara rata-rata
kelembaban udara sekitar 79 persen, temperatur udara sekitar
25,1° - 29,1°, dan rata-rata kecepatan angin 4,2 knot.
Kota Makassar merupakan kota pesisir dengan topografi
wilayah yang relatif datar dan ketinggian tanah berkisar antara 1 –
25 m, dengan kemiringan rata – rata 5 derajat kearah timur.
Kedalaman perairan Pantai Kota Makassar yang berada di sekitar
Dermaga Soekarno – Hatta menunjukkan kedalaman yang
bervariasi antara 9 hingga 17 meter. Secara umum di bagian Utara
cenderung menjadi lebih dalam, dengan garis kontur sejajar garis
dermaga. Daerah laut yang terdalam terdapat pada jarak 650 m
dari dermaga dengan kedalaman hingga mencapai 17 meter.
69
Gambar 8. Peta Administrasi Kota Makassar
Bentuk lahan dari pesisir Pantai Kota Makassar cukup unik
dengan bentuk menyudut di bagian Utara, sehingga mencapai dua
sisi Pantai yang saling tegak lurus di bagian Utara dan Barat. Di
sebelah Utara kawasan pelabuhan hingga Sungai Tallo telah
berkembang kawasan campuran termasuk armada angkutan laut,
perdagangan, pelabuhan rakyat dan samudera, sebagai rawa –
rawa, tambak dan empang dengan perumahan kumuh hingga
sedang. Kawasan pesisir dari arah Tengah ke bagian Selatan
berkembang menjadi pusat kota (Centre Bisnis District – CBD)
dengan fasilitas perdagangan, pendidikan, permukiman, fasilitas
70
rekreasi dan resort yang menempati pesisir Pantai membelakangi
laut yang menggunakan lahan hasil Reklamasi Pantai.
Kenyataan di atas menjadikan beban kawasan pesisir Kota
Makassar saat ini dan dimasa mendatang akan semakin berat
terutama dalam hal daya dukung dan aspek fisik lahan termasuk
luasnya yang terbatas. Ditambah lagi pertumbuhan dan
perkembangan penduduk sekitarnya yang terus berkompetisi untuk
mendapatkan sumber daya di dalamnya.
b. Penduduk dan Tenaga Kerja
1. Penduduk
Penduduk Kota Makassar tahun 2009 tercatat sebanyak
1.272.349 jiwa yang terdiri dari 610.270 laki-laki dan 662.079
perempuan. Sementara itu jumlah penduduk Kota Makassar
tahun 2008 tercatat sebanyak 1.253.656 jiwa.
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat
ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin Rasio jenis kelamin
penduduk Kota Makassar yaitu sekitar 92,17 persen, yang
berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 92 penduduk laki-
laki.
Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut
kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih
terkonsentrasi di wilayah kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak
154.464 atau sekitar 12,14 persen dari total penduduk, disusul
71
kecamatan Rappocini sebanyak 145.090 jiwa (11,40 persen).
Kecamatan Panakkukang sebanyak 136.555 jiwa (10,73
persen), dan yang terendah adalah kecamatan Ujung Pandang
sebanyak 29.064 jiwa (2,28 persen).
Ditinjau dari kepadatan penduduk kecamatan Makassar
adalah terpadat yaitu 33.390 jiwa per km persegi, disusul
kecamatan Mariso (30.457 jiwa per km persegi), kecamatan
Bontoala (29.872 jiwa per km persegi). Sedang kecamatan
Biringkanaya merupakan kecamatan dengan kepadatan
penduduk terendah yaitu sekitar 2.709 jiwa per km persegi,
kemudian kecamatan Tamalanrea 2.841 jiwa per km persegi),
Manggala (4.163 jiwa per km persegi), kecamatan Ujung
Tanah (8.266 jiwa per km persegi), kecamatan Panakkukang
8.009 jiwa per km persegi.
Wilayah-wilayah yang kepadatan penduduknya masih
rendah tersebut masih memungkinkan untuk pengembangan
daerah pemukiman terutama di 3 (tiga) kecamatan yaitu
Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala
2. Tenaga Kerja
Pada tahun 2009 pencari kerja yang tercatat pada
Dinas Tenaga Kerja kota Makassar sebanyak 5.884 orang
yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.858 orang dan perempuan
3.026 orang. Dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa pencari
72
kerja menurut tingkat pendidikan terlihat bahwa tingkat
pendidikan Sarjana yang menempati peringkat pertama yaitu
sekitar 41,13 persen disusul tingkat pendidikan SMA sekitar
38,92 persen.
2. Kecamatan Mariso
a. Keadaan umum wilayah
1. Letak Geografi dan Batas Wilayah
Kecamatan Mariso merupakan salah satu dari 14
Kecamatan di Kota Makassar yang berbatasan di seluruh
dengan Kecamatan Ujung Pandang, disebelah Timur
Kecamatan Mamajang, disebelah Selatan Kecamatan
Tamalatea dan di sebelah Barat dengan Selat Makassar.
Kecamatan Mariso merupakan daerah bukan Pantai
dengan topografi ketinggian wilayah sampai dengan 500 meter
dari permukaan laut.
Menurut jaraknya, letak masing-masing kelurahan ke
Ibukota Kecamatan berkisar 1-2 km
73
Tabel 3. Luas dan ketinggian dari Permukaan Laut Menurut Kelurahan di Kecamatan Mariso Tahun 2010
Sumber: Data BPS 2011
2. Luas Wilayah
Kecamatan Mariso terdiri dari 9 kelurahan dengan luas
wilayah 1,82 Km2. Dari luas wilayah tersebut pada Tabel 00,
bahwa kelurahan Panambungan memiliki wilayah 0,28 km2,
terluas kedua adalah kelurahan Mario dengan luas wilayah 0,28
km2, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah
kelurahan Tamarumang dengan luas0,12 km2.
74
Tabel 4. Jumlah rumah tangga, penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan Mariso Tahun 2010
1
Sumber Data BPS 2011
b. Jumlah Penduduk
Pada akhir tahun 2010 penduduk kecamatan Mariso
dibandingkan data SP 2000 mencatat rata-rata laju pertumbuhan
penduduk 0,56 persen pertumbuhan penduduk pertahun.
Berdasarkan jenis kelamin tampak bahwa jumlah penduduk
laki-laki sekitar 27,836 jiwa dan perempuan sekitar 28.039 jiwa.
Dengan demikian rasio jenis kelamin adalah sekitar 99,28 persen
75
yang berarti setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 99
prang penduduk laki-laki
c. Sosial
1. Pendidikan
Pada tahun ajaran 2010/2011 jumlah TK di Kecamatan Mariso
sebanyak 8 sekolah dengan 457 orang murid dan 43 orang
guru. Pada tingkat Sekolah Dasar Negeri12 (3.406), swasta 3
(357) dan SD Inpres masing-masing berjumlah 4 (1.385) orang
murid. Untuk tingkat SLTP baik negeri maupun swasta
sebanyak 7 sekolah dengan 2.609 orang murid dan 152 guru.
Sedangkan untuk SMA negeri dan swasta terdapat 4 sekolah
dengan 1.536 orang murid dan 135 orang guru.
2. Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan tahun 2010 di kecamatan Mariso
tercatat 1 rumah bersalin dan 49 Posyandu. Untuk tenaga
medis tercatat 36 orang dokter umum, 4 orang dokter gigi,
dengan jumlah paramedis 13 orang bidan desa, 25 orang
perawat/mantra, dan 9 orang dukun bayi.
3. Agama
Ditinjau dari agama yang dianut, tercatat bahwa mayoritas
penduduk Kecamatan Mariso adalah beragma Islam. Jumlah
tempat ibadah di Kecamatan Mariso cukup memadai karena
76
terdapat 24 buah Mesjid. 4 buah langgar/surau, dan 3 buah
gereja
B. Hasil Penelitian
1. Parameter Kualitas Air
Pasca reklamasi Pantai Losari telah memberikan efek kepada
lingkungan baik yang sifatnya positf maupun negatif. Sehingga sampai
sekarang masih banyak yang tertarik untuk mengetahui dampak dari
reklamasi tersebut. Parameter kualitas air Losari masih menjadi obyek
yang menarik diteliti oleh para peneliti baik tujuan akademis maupun
tujuan yang lainnya. Untuk parameter kualitas air dalam penelitian
kami yang berjudul “Kajian dampak reklamasi Pantai Losari terhadap
pencemaran lingkungan dan perubahan sosial ekonomi”, kami
mengambil dari penelitian-penelitian sebelumnya yang fokus
membahas masalah Parameter kualitas air dari reklamasi Pantai
Losari antara tahun 2010-2012. Cara ini kami lakukan atas saran dari
berbagai pihak yang membimbing penelitian ini. Adapun hasil analisis
parameter kualitas air dari beberapa penelitian sebelumnya dapat
dilihat pada Tabel 5. Hasil analisis kualitas air Teluk Losari sebelum
dan sesudah reklamasi sebagai berikut ;
77
Tabel 5. Hasil Analisis Kualitas Air Teluk Losari sebelum dan sesudah Reklamasi Pantai Losari
No. Parameter Satuan
Sebelum Revitalisasi*
Hasil Penelitian Sesudah Reklamasi Pantai Losari
Baku mutu Air Laut. Kep MEN No.51 thn
2004 Lokasi 1 Lokasi 2 1* 2* 3* 4*
FISIKA
1 Kecerahan3 m 4 5 0.4 - - mangrove: -
2 Kebauan - Alami Alami Tdk bau - - alami3
3 Kekeruhan3 NTU 7 9 3.4 - - <5
4 Padatan tersuspensi total (TSS)
mg/l 3.75 4.12 6 - - mangrove: 80
5 Sampah - - - nihil - - nihil 1(4)
6 Suhuc * 28 28 30.3 29 31 31,9 alami
3(c)
7 Lapisan minyak 5 - nihil nihil nihil - - - nihil
1(5)
KIMIA
1 pHd - 8 8 6.5 7 7,04 7 - 8,5
( d)
2 Salinitas6 %o 14.4 20.2 10 - - 29,8 alami
3( e)
3 Oksigen terlarut (DO) mg/l 6 6 3.4 3.28 - 6,01 >5
4 BOD5 mg/l 29 25 32 20.4 - 20
5 Ammonia total (NH3-N) mg/l nihil nihil 1.07 - - - 0,3
6 Fosfat (P04-P) mg/l - - 80 - - - 0,015
7 Nitrat (NO3-N) mg/l - - 0.13 - - - 0,008
8 Sianida (CN~) mg/l nihil nihil <0.01 - - - 0,5
9 Sulfida (H2S) mg/l nihil nihil <0.01 0,01
10 PAH (Poliaromatik hidrokarbon)
mg/l - - - - - - 0,003
11 Senyawa Fenol total mg/l nihil - <0.01 - - - 0,002
12 PCB total (poliklor bifenil) Mg/1 - - - - - - 0,01
13 Surfaktan (deterjen) mg/l MBAS nihil - <0.1 - - - 1
14 Minyak & lemak mg/l nihil <0.1 1
15 Pestisidaf mg/l - - - - - - 0,01
16 TBT (tributil tin)7 mg/l - - - - - - 0,01
LOGAM TERLARUT:
17 Raksa (Hg) mg/l nihil nihil <0.01 0,001
18 Kromium heksavalen (Cr(VI))
mg/l - - <0.02 - - - 0,005
19 Arsen (As) mg/l nihil nihil <0.02 - - - 0,012
20 Kadmium (Cd) mg/l nihil nihil <0.002 - 0,03 0,07 0.001
21 Seng (Zn) mg/l 0.014 0.016 <0.02 - - - 0.05
22 Tembaga (Cu) mg/l 0.006 0.006 <0.015 - 0,014 0.008
23 Timbal (Pb) mg/l 0.003 0.003 0.19 - - 1,73 0.008
24 Nikel mg/l nihil nihil <0.01 - - - 0.05
Sumber : Data Sekunder yang sudah diolah 2012
Keterangan : -- = Tidak ada data = dikategorikan mengalami penurunan kualitas air Lokasi 1 : Teluk Losari bagian Utara, sekitar 50 m dari pantai Lokasi 2 : Teluk Losari bagian Selatan, sekitar 50 m dari pantai * = Rona Awal sebelum proyek reklamasi Losari di Lakukan (ANDAL Losari, 2003) 1* = Studi ANDAL IPAL Losari (2011) 2* = Hasil Penelitian (Makharani, 2010) 3* = Hasil Penelitian (Estinawati, 2012) 4* = Hasil Penelitian (Lukman, 2012)
78
Proses pencemaran perairan pantai pada umumnya
disebabkan oleh berbagai kegiatan yang merupakan sumber bahan
pencemar perairan laut antara lain pemukiman, industri, transportasi,
dan pertanian. Kegiatan-kegiatan tersebut potensil menghasilkan
bahan pencemar yang merusak sistim kehidupan di dalam ekosistim
pantai. Berdasarkan definisi Fardiaz (1992) bahwa polusi air adalah
penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, dengan demikian
perairan yang sudah tidak lagi berfungsi secara normal dapat
dikatergorikan sebagai perairan tercemar. Ketchum (1971) lebih jauh
menegaskan bahwa pencemaran disebabkan oleh masuknya zat-zat
asing ke dalam lingkungan, sebagai akibat dari tindakan manusia,
yang merubah sifat-sifat fisik, kimia, dan biologis lingkungannya.
Bahan-bahan pencemar tersebut digolongkan ke dalam tiga
tipe yaitu: (1) patogenik (menyebabkan penyakit pada manusia), (2)
estetik (menyebabkan perubahan lingkungan yang tidak nyaman
berdasarkan panca indera) dan (3) ekomorpik (bahan cemar yang
menyebabkan perubahan sifat sifat fisika lingkungan).
Fenomena pencemaran tersebut di atas cenderung telah terjadi
di Kota Makassar dan sekitarnya yang mengakibatkan mutu periran
pantai Losari semakin menurun dan tidak dapat dimanfaatkan sesuai
peruntukannya. Beberapa hasil penelitian tentang mutu air pantai
Losari menunjukkan bahwa kondisi perairan tersebut semakin
mengalami penurunan. Hal ini didasarkan pada beberapa indikator
79
yaitu keragaman jenis biota yang ditemukan semakin rendah dan
kandungan bahan cemar seperti logam berat dan bahan organik yang
semakin meningkat, melewati batas-batas maskimal bagi
perkembangan organisme di daerah tropis (Supriharyono, 2002). Oleh
karena itu untuk melihat lebih jelas perubahan yang terjadi pada baku
mutu kualitas air Pantai losari sebelum dan sesudah reklamasi dapat
di lihat pada Tabel 6.
1. Fisika
Berdasarkan Tabel 6. memberikan gambaran bahwa setelah
reklamasi Pantai Losari kualitas air di perairan Pantai Losari
dikategorikan tercemar. Hal ini bisa kita bandingkan antara sebelum
Reklamasi Pantai Losari dan sesudah reklamasi Pantai Losari.
Parameter Fisika yaitu kecerahan mengalami penurunan, dimana
sebelum reklamasi kecerahan rata-rata 4-5 m setelah reklamasi Losari
kecerahan terjadi penurunan menjadi 0.4 m (Andal IPAL Losari, 2011)
yang berarti bahwa cahaya mata hari hanya mampu masuk sampai
kedalaman 0.4 m. Kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh
keberadaan padatan tersuspensi, zat-zat terlarut, partikel-partikel dan
warna air. Pengaruh kandungan lumpur yang dibawa oleh aliran air
dapat mengakibatkan tingkat kecerahan air menjadi rendah, sehingga
dapat menurunkan nilai produktivitas perairan (Nybakken, 1992).
Padatan tersuspensi total (TSS) pada perairan Losari juga
mengalami peningkatan dimana sebelum reklamasi Pantai Losari TSS
80
berkisar 3.75 dan 4.12 mg/l dan setelah Reklamasi Pantai Losari
mengalami peningkatan menjadi 6 mg/l (Andal IPAL Losari, 2011).
Peningkatan TSS ini. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak
buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke
dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan bagi organisme produser. Menurut (Mispar,
2001) kandungan total padatan tersuspensi (TSS) yang terukur di
perairan pantai Losari sudah sangat tinggi yaitu sekitar 104 – 456.
2. Kimia
Dari hasil penelitian dari berbagai sumber menunjukkan bahwa
semua parameter kimia mengalami perubahan yang mengarah ke
negatif, dimana sebelum reklamasi Pantai Losari parameter kimia Air
di Pantai Losari rata-rata dalam kondisi normal atau nihil (tidak
terdeteksi dengan alat yang digunakan). Adanya pergerakan massa
air tawar yang mengangkut sedimen dan nutrien dari Kanal Jongaya
mengakibatkan tingginya konsentrasi organik dalam perairan (BOD)
sehingga mengakibatkan rendahnya kadar oksigen dalam perairan.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai Fosfat yang terlarul dalam perairan (80
ppm) yang berasal dari aktivitas domestik perhotelan dan kantin/
restoran. Konsentrasi nitrat (NO3-N) yang terukur menunjukkan
kisaran 0.13 ppm dan melebihi kategori baku mutu (Andal IPAL Losari,
2011).
81
3. Logam Terlarut
Reklamasi Pantai Losari juga memberikan konstribusi kualitas
air dikategorikan tercemar, dimana sebelum reklamasi Pantai Losari
kandungan logam berat yang terdeteksi masih dikategorikan belum
tercemar. Tetapi setelah terjadi Reklamasi beberapa logam berat
seperti Hg (<0.01 ppm), Arsen (<0.02 ppm), Kadmium (<0.002-0.07
ppm), Tembaga (<0.015 ppm) dan Timbal (0.19 dan 1.73 ppm).
misalnya Tingginya logam Cd (0.07 ppm) pada daerah Pantai Losari,
diduga disebabkan oleh banyaknya logam yang terakumulasi pada
sedimen sekitar dimana Pantai Losari merupakan lokasi teluk yang
semi tertutup, sehingga kemungkinan banyak bahan pencemar yang
terakumulasi di sedimen yang berasal dari limbah yang masuk
keperairan Pantai Losari. Hal ini dibenarkan oleh Cossa (1988) dan
Phillips (1991) bahwa pencemaran sedimen pada pantai perkotaan
sebagain besar berasal dari limbah padat, limbah cair, limbah rumah
tangga dan limbahperkotaan.
2. Kondisi Sosial Ekonomi
Kota Makassar yang luasnya 175,77 km2 berpenduduk sekitar
1.148.312 jiwa dengan 270.509 rumah tangga. Kepadatan
penduduknya adalah 6.533 jiwa/km2. Rencana kegiatan revitalisasi
Pantai Losari terletak di Kelurahan Maloku Kecamatan Ujung
Pandang. Luas wilayah Kelurahan Maloku adalah 0,20 km2 dan
kepadatan penduduknya 18.320 jiwa/km2. Jumlah penduduk 3.190
82
jiwa, laki-laki 1.471 jiwa dan perempuan 1.719 jiwa. Sex ratio 85,54.
Angkatan kerja produktif adalah 2.218 jiwa dan yang non produktif 855
jiwa. Angka dependency ratio adalah sebesar 38,55. Ini berarti bahwa
setiap 100 penduduk yang bekerja harus menanggung sekitar 39
penduduk yang tidak bekerja.
Menurut data statistik, jumlah pencari kerja di Kota Makassar
sebesar 17.889 jiwa, sedangkan yang berhasil bekerja sebanyak
4.535 jiwa atau baru sekitar 25,35 persen. Dari jumlah pencari kerja
tersebut ternyata sebanyak 13.354 jiwa (74,65 %) yang belum berhasil
mendapatkan pekerjaan atau masih menganggur.
Infrastruktur ekonomi berupa jalan, jembatan, kios, warung,
toko, pasar, litrik, telefon, air bersih, dan angkutan telah tersedia di
lokasi studi dalam jumlah dan kondisi yang memadai. Sistem
penguasaan lahan dan bangunan umunya berupa hak milik yang
diperoleh dengan cara membeli atau sebagain lagi dari warisan.
Gambaran mengenai penduduk yang bermukim di sekitar Losari dan
yang datang ke Pantai Losari ditunjukkan pada Tabel 6
83
Tabel 6. Responden yang bermukim di sekitar Pantai Losari dan masyrakat yang datang mengunjungi Pantai Losari
No Uraian
Responden
Masyarakat yang
tinggal di sekitar
Losari (n=80)
Masyarakat yang
tinggal di luar Losari
(n=20)
1 Umur (thn-rata) 38 31
2 Jenis Kelamin
a. Laki-Laki 45 13
b. Perempuan 35 7
3 Lama Tinggal (thn-rata) 23 13
4 Pendapatan utama (Rp) : 1.838.889 1.711.905
Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2012
Pada Tabel 6 ditunjukkan bahwa rata-rata umur penduduk
yang bermukim di sekitar Pantai Losari adalah 38 tahun dan
masyarakat yang tinggal di luar Losari dan sering mengunjungi Losari
adalah 31 tahun. Sementara jenis kelamin responden juga bervariasi,
yakni laki-laki sebanyak 45 orang yang tinggal di sekitar Losari dan 13
orang yang diluar Losari, sedangkan perempuan sebanyak 35 orang
yang tinggal Losari dan 7 orang yang tinggal diluar Losari. Dengan
demikian sebagian besar responden adalah kepala rumah tangga
Responden yang tinggal di sekitar Losari rata-rata 23 tahun
sedangkan yang tinggal di luar Losari yang sering berkunjung ke
Pantai Losari rata-rata 13 tahun menetap di kota Makassar . Dengan
demikian, rata-rata responden yang tinggal di daerah didaerahsekitar
Pantai Losari ini sudah cukup lama dan rata-rata responden yang
mengunjungi Pantai Losari yang tinggal selain di sekitar Pantai Losari
84
adalah masyarakat pendatang yang mencari kerja dan melanjutkan
pendidikan.
Sedangkat tingkat rata-rata tingkat pendapatan responden yang
bermukim di sekitar Pantai Losari adalah Rp. 1.838.889 sedangkan
rata-rata tingkat pendapatan responden yang tinggal di luar Pantai
Losari yang sering berkunjung ke Pantai Losari adalah Rp. 1.711.905.
Dimana pengunjung Pantai Losari yang berasal dari luar Pantai Losari
rata-rata pendapatannya tergolong rendah karena merka adalah rata-
rata mahasiswa dan anak muda yang belum memiliki pendapatan
tetap yang memadai.
Tingkat pendidikan penduduk yang bermukim dan yang sering
berkunjung ke Pantai Losari bervariasi mulai SD hingga tamat
perguruan tinggi, dimana masyarakat yang tinggal di sekitar Pantai
Losari dengan persentase terbesar adalah tamat SD dan SLTA.
Sedangkan Masyarakat yang sering berkunjung ke Pantai Losari
dengan presentase terbesar adalah Akademi/Perguruan Tinggi
(AK/PT). Untuk lebih lengkapnya dapat di lihat pada Tabel 7 berikut.
85
Tabel 7. Tingkat pendidikan responden yang bermukim di sekitar Pantai Losari dan masrakat yang datang mengunjung Pantai Losari
No Tingkat Pendidikan
Responden
Masyarakat yang tinggal di sekitar Losari (n=80)
Masyarakat yang tinggal di sekitar Losari (n=20)
1 Tuna aksara 0 0
2 SD tidak tamat 5 0
3 SD tamat 25 0
4 SLTP 19 2
5 SLTA 25 6
6 AK/PT 6 12
Sumber ; Hasil pengolahan data primer, 2012.
Pada Tabel 7 tingkat pendidikan responden bervariasi, mulai
dari tuna aksara sampai tamat perguruan tinggi. Hasil studi
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan SD tamat dan SLTP yang
bermukin di Sekitar Pantai Losari paling banyak adalah 25 orang
kepala keluarga responden berpendidikan SD Tamat dan SLTA,
sedangkan terkecil berpendidikan SD tidak tamat. Sedangkan
Responden yang sering berkunjung ke Pantai Losari yang paling
banyak adalah 12 orang tingkat pendikan AK/PT dan yang palin
rendah adalah tingkat pendidikan SLTA sebanyak 2 orang.
Gambaran kondisi penduduk menurut agama yang dianut
ditunjukkan pada Tabel 9. Berdasarkan tabel tersebut sebagian besar
responden beragama Islam baik yang bermukin di sekitar Pantai
Losari maupun responden yang tinggal di luar Pantai Losari yang
sering berkunjung ke Pantai Losari. Untuk melihat penyebaran agama
86
responden yang bermukim di sekita Pantai Losari dan di Luar Pantai
Losari dapat di lihat pada tabel 8 berikut :
Tabel 8. Responden Menurut Agama yang bermukim di sekitar Pantai Losari dan masrakat yang datang mengunjung Pantai Losari.
No Agama
Responden
Masyarakat yang tinggal di sekitar Losari (n=80)
Masyarakat yang tinggal di luar Losari
(n=20)
1 Islam 79 20
2 Kristen protestan 0 0
3 Katolik 1 0
4 Hindu 0 0
Sumber ; Hasil pengolahan data primer, 2012
Berdasarkan Tabel 8. Responden menurut agama yang
bermukim di sekitar Pantai Losari adalah rata-rata beragama Islam
dengan total adalah 79 orang dan hanya 1 orang yang beragama
Katolik. Sedangkan responden yang paling banya berkunjung ke
Pantai Losari tetapi tinggal di Luar Losari adalah sebesar 20 orang
dari 20 responden yang di wawancarai.
Gambaran mata pencaharian responden yang bermukim di
sekitar Pantai Losari adalah pedagan/wiraswasta sedangkan
masyarakat yang sering berkunjung ke Pantai Losari teapi bermukim
dluar Losari adalah mereka yang belum memiliki pekerjaan.
Untuk melihat jenis mata pencaharian responden berdasarkan
mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut:
87
Tabel 9. Responden menurut mata Pencaharian yang tinggal di sekitar Losari dan yang berasal dar luar Losari yang sering berkunjung ke Pantai Losari
No Mata Pencaharian
Karakter Responden
Masyarakat yang tinggal di sekitar Losari (n=80)
Masyarakat yang tinggal di luar Losari
(n=20)
1 Peg. Negeri/ABRI 3 5
2 Karyawan Swasta 16 3
3 Pedagang/Wiraswasta 17 2
4 Nelayan 14 0
5 Petani Tambak 0 0
6 Buruh 15 2
7 Jasa 6 1
8 Tidak bekerja 11 7
Sumber ; Hasil Pengolahan Data Primer, 2012
Berdasarkan mata pencaharian pada Tabel 10, sebagian besar
responden yang tinggal di sekitar Pantai Losari mempunyai mata
pencaharian utama sebagai pedagang/wiraswasta sebanyak 17
responden dan yang paling rendah adalah mata pencaharian sebagai
pegawai negeri sipil / ABRI sebnayak 3 responden. Masyarakat yang
tinggal di luar Pantai Losari yang sering berkunjung ke Pantai Losari,
rata-rata tidak memiliki mata pencaharian yaitu sekitar 7 responden,
dimana mereka adalah rata-rata masih melanjutkan pendidikan dan
sementara mencari pekerjaan.
Gambaran responden menurut pendaptan yang tinggal di
sekitar Pantai Losari dan yang sering berkunjung ke Pantai Losari
tetapi tinggal di luar Pantai Losari menunjukan tingkat rata
88
pendapatan utama dan samping dari kedua responden berbeda.
Untuk melihat tingkat rata-rata pendapatan responden baik pendapatn
utama dan samping dapat dilihat pada tabel 10 sebagai berikut.
Tabel 10. Responden menurut pendapatan Penduduk yang tinggal di sekitar Losari dan yang berasal dar luar Losari yang sering berkunjung ke Pantai Losari
No Sumber
Pendapatan
Pendapatan (Rp)/Bulan
Masyarakat yang tinggal di sekitar Losari (n=80)
Masyarakat yang tinggal di di luar Losari (n=20)
1 Utama 1.838.889 1.711.905
2 Sampingan 750,000 833,333
Sumber ; Hasil Pengolahan Data Primer, 2012
Berdasarkan Tabel 11 dapat di jelaskan bahwa tingkat
pendapatan rata-rata responden yang tinggal disekitar Pantai Losari
adalah Rp. 1.838.889,- sebagai sumber pendapatan utama.
Sedangkan untuk pendapatan sampingan rata-rata Rp. 750.000,-.
Untuk responden yang sering berkunjung ke Pantai Losari tetapi tidak
tinggal di sekitar Pantai Losari rata-rata memiliki pendapatan utama
Rp. 1.711.905,-. Sedangkan pendapatan sampingan rata-rata Rp.
833.333,-. Pendapatan sampingan responden yang bermukim di
sekitar Pantai Losari adalah buruh bangunan, dimana di area
rekalamsi Pantai Losari banyak proyek yang sedang di kembangkan.
Gambaran responden mengenai status timpat tinggal di sekitar
Pantai Losari menggambarkan bahwa rata-rata masyarakat yang
tinggal di sekitar Pantai Losari satus tempat tinggal adalah hak milik.
89
Oleh karena itu untuk mengetahui status tempat tinggal dari responen
tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.
Tabel 11. Responden mengenai status tempat tinggal di sekitara Pantai Losari
No Status Tempat Tinggal Jumlah (n=80) %
1 Hak Milik 50 62.5
2 Sewa 23 28.75
3 Lainnya 7 8.75
Sumber ; Hasil Pengolahan Data Primer, 2012
Berdasarkan Tabel 11 dapat di jelaskan bahwa status tempat
tinggal dari responden adalah rata-rata hak milik yaitu sekitar 50
(62.5%) responden. Sedangkan status tempat tinggal responden yang
sewa di sekitar Pantai Losari adalah 23 (28.75%) orang. Untuk status
tempat tinggal lainnya jumlah responden adalah 7 (8.75%) orang,
dimana responden ini merupakan orang yang hanya tinggal sementara
di wilayah tersebut.
Untuk mengetahui dampak dari reklamasi Pantai Losari
terhadap peningkatan pendapatan masyarakat yang bermukim di
sekitar Pantai Losari dapat di lihat pada Tabel 12 sebagai berikut.
Tabel 12. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso mengenai dampak dari reklamasi Pantai Losari terhadap tingkat pendapatan
No Status Pendapatan Jumlah (n=80) %
1 Pendapatan Meningkat 26 32.5
2 Pendapatan tidak meningkat 28 35
3 Tidak Tahu 26 32.5
Sumber ; Hasil pengolahan data primer, 2012
90
Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa reklamasi Pantai
Losari tidak memberikan peningkatan pendapatan pada masyarakat
yang tinggal di sekitar Pantai Losari, dimana 28 (35%) responden
mengatakan tidak ada peningkatan pendapatan dari reklamasi Pantai
Losari. Tetapi responden yang mengatakan terjadi peningkatan
pendapatan adalah sekitar 26 (32.5%) responden. Dan yang tidak bisa
mengukur tingkat pendapatannya apakah ada peningkatan atau tidak
dari reklamasi Pantai Losari adalah 26 (32.5%) responden. Penurunan
pendapatan terjadi pada Nelayan, sedangkan yang mengalami
peningkatan adalah pedagang.
Untuk mengetahui dampak reklamasi Pantai Losari terhadap
tingkat perubahan harga tanah setelah Pantai Losari di reklamasi,
dapat di lihat pada tabel 13 sebagai berikut:
Tabel 13. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso mengenai dampak dari reklamasi Pantai Losari terhadap tingkat perubahan harga tanah
No Perubahan harga
tanah Jumlah (n=80) %
1 Ya 49 61.25
2 Tidak 16 20
3 Tidak Tahu 15 18.75
Sumber ; Hasil Pengolahan Data Primer, 2012
Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa dampak dari reklamasi
Pantai Losari terhadap tingkat perubahan harga tanah di sekitar
Pantai Losari dari dampak dari reklamasi adalah 49 (61.25%)
responden mengatakan ada kenaikan tanah yang signifikan. Tetapi
91
ada sekitar 16 (20%) responden yang mengatakan bahwa tidak ada
peningkatan harga tanah akibat reklamasi Pantai Losari. Sedangkan
yang tidak mengetahui tingkat perubahan harga tanah di sekitar Pantai
Losari dari setelah direklamasi adalah 15 (18.75%) responden.
Untuk mengetahui apakah penduduk yang tinggal di Kecamatan
Mariso setelah reklamsi Pantai Losari sering mengalami gangguan
kesehatan, dapat dilihat pada Tabel 14 berikut:
Tabel 14. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso mengenai ganguan kesehatan akibat dampak dari reklamasi Pantai Losari
No Gangguan Kesehatan Jumlah (n=80) %
1 Ya, sering 35 43.75
2 jarang 30 37.5
3 Tidak pernah 15 18.75
Sumber ; Hasil Pengolahan Data Primer, 2012
Berdasarkan Tabel 14. diketahui bahwa dampak dari Reklamasi
Pantai Losari terhadap gangguan kesehatan masyarakat yang tinggal
di sekitar Pantai Losari setelah terjadi Reklamasi Pantai Losari
menggambarkan bahwa masyarakat sering mengalamai sakit 35
(43.75%) responden. Sedangkan yang jarang terkena sakit hanya
sekitar 30 (37.5%) responden dan yang tidak pernah sakit hanya
sekitar 15 (18.75%) dari responden.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden ditemukan
bahwa masyarakat sering sakit karena perubahan lingkungan yang
ada disekitar Pantai Losari, terutama debu yang timbul dari aktivitas
92
penimbunan pantai yang berasal dari material tanah yang mengering
dan berdebu, selain itu kebersihan lingkungan juga berpengaruh.
Untuk mengetahui penyakit yang sering diderita masyarakat
setelah Reklamasi Pantai Losari, dapat dilihat pada Tabel 15 berikut.
Tabel 15. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso mengenai penyakit yang sering diderita akibat dampak dari reklamasi Pantai Losari
No Penyakit yang sering di derita Jumlah (n=80) %
1 Malaria 8
10
2 Diare 21
26.25
3 Batuk-Batuk 31
38.75
4 Infulenza 13
16.25
5 Kelamin 0
0
6 Gatal-gatal 7
8.75
Sumber ; Hasil Pengolahan Data Primer, 2012
Berdasarkan Tabel 15. Diketahui bahwa penyakit yang paling
sering diderita masyarakat yang tinggal di sekitar Pantai Losari setelah
reklamasi Pantai Losari adalah penyakit batuk-batuk yaitu 31 (38.75%)
responden, kemudian penyakit yang sering diderita setelah batuk-
batuk adalah penyakit Diare yaitu sekitar 21 (26.25%) dari responden,
setelah penyakit Diare, penyakit yang sering diderita adalah Infulenza
yaitu sekitar 13 (16.25%) responden. Penyakit yang jarang diderita
yaitu Malaria (10%) dan gatal-gatal (8.75%).
Untuk mengetahui dimana masyarakat yang tinggal di sekitar
pantai Losari pergi berobat ketika mereka sakit, dapat dilihat pada
Tabel 16 berikut :
93
Tabel 16. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso tempat berobat ketika mengalami sakit
No Penyakit yang sering di derita Jumlah (n=80) %
1 Puskesmas 37 46.25
2 Mantri 5 6.25
3 Dokter 8 10
4 Dukun 6 7.5
5 Hanya Beli Obat 13 16.25
6 Rumah sakit 11 13.75
Sumber ; Hasil Pengolahan Data Primer, 2012
Berdasarkan Tabel 16. diketahui bahwa ketika masyarakat di
sekitar Pantai Losari mengalami sakit, tempat yang paling banyak yang
mereka datangi adalah Puskesmas yaitu sekitar 37 (46.25%) dari
responde, kemudian tempat selanjutnya yang banyak mereka datangi
setelah Puskesmas adalah Rumah sakit yaitu 11 (13.75%) responden
dan yang hanya beli obat sendiri ketika sakit yaitu sekitar 13 (16.25%)
dari responden. Masyrakat yang lain ketika sakit mereka ada yang
datang kedokter praktek (10%), Dukun (7.5%) dan mantra hanya
(6.25%).
Dari hasil wawancara, didapatkan bahwa Puskesmas menjadi
pilihan pertama untuk berobat karena pengobatan yang diberikan
gratis dan mudah dijangkau.
94
C. Pembahasan
Pantai Losari merupakan salah satu ikon kota Makassar, dimana
Pantai Losari sudah menjadi tempat rekreasi alternatif bagi warga kota
Makassar yang mengalami perubahan yang sangat pesat. Reklamasi
Pantai Losari telah mengubah kondisi Losari yang duhulunya agak kumuh
dan sekarang berkembang menjadi lebih modern dengan pembangunan
tempat wisata dan bisnis yang begitu pesat. Tetapi apakah Reklamasi
Pantai Losari telah membuat lingkungan menjadi lebih baik atau tidak dan
apakah pendapatan masyarakat di sekitarnya meningkat secara ekonomi
atau tidak perlu terus dikaji perubahan-perubahan yang terjadi.
Untuk mengetahui hal tersebut maka kami melakukan penelitian
dan mengkaji dampak-dampak yang di timbulkan dari Reklamasi Pantai
Losari tersebut. Oleh karena itu hasil yang kami peroleh dari peneltian ini
kami ingin membahas apa yang di peroleh sebagai berikut :
1. Parameter kualitas Air Fisik dan Kimia
Untuk mengetahui apakah sebuah perairan tercemar atau tidak,
maka perlu ada para meter yang menjadi acuan yang standar atau
sesuai aturan yang telah ditetapkan dari pihak yang berwenang
terutama pemerintah sebagai pengambil kebijakan. Untuk itu sebagai
standar pembahasan kami mengenai kualitas air di Pantai Losari kami
menggunakan standar Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup No.
51 tahun 2004 mengenai baku mutu air laut pada Tabel 14 berikut
95
Tabel 17. Baku Mutu Air laut yang di keluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004.
Sumber : www.hukum.unsrat.ac.id/men/menlh_51_2004_l2.pdf
Berdasarkan dari hasil pengolahan data sekunder mengenai
para meter lingkungan dapat dijelaskan bahwa tingkat pencemaran di
Pantai Losari terjadi perubahan kearah kategori negatif dimana dari
beberapa data sekunder yang di peroleh ditemukan bahwa baku mutu
96
Fisika, Kimia dan larutan logam mengalami perubahan negatif
terhadap perairan.
Secara Fisika suhu perairan Losari bersifat stabil dimana suhu
rata-rata sebelum dan sesudah reklamasi masih dalam kategori
normal. Hanya yang mengalami perubahan signifikan adalah
kecerahan air yang berubah. Dimana sebelum Reklamasi Pantai
Losari kecerahan air masih bisa ditembus matahari sampai kedalaman
4-5 meter, tetapi kecerahan ini berubah setelah di reklamasi dengan
cahaya matahari hanya mampu menembus 40 cm (0.4 m). Salah satu
penyebab kecerahan ini mengalami perubahan adalah terjadinya
endapan sedimen yang berasal dari pengadukan partikel dasar
perairan dan yang masuk keperairan yang salahsatunya berasal dari
pekerjaan proyek yang masih berlangsung sampai sekarang.
Parameter kimia perairan Pantai Losari sebelum dan sesudah
rekalamsi juga mengalami perubahan kearah kategori negatif setelah
reklamasi Pantai Losari. Ada beberapa parameter kimia yang sudah
melewati baku mutu air laut yaitu Amoniak, Fosfat, dan Nitrat.
Keberadaan senyawa nitrogen dalam perairan dengan kadar yang
berlebihan hal ini dapat menimbulkan permasalahan pencemaran.
Kandungan nitrogen yang tinggi di suatu perairan dapat disebabkan
oleh limbah yang berasal dari limbah domestik yang dapat
meningkatkan kelimpahan plankton yang dapat menyebabkan
keracunan pada perairan.
97
Parameter logam terlarut sebelum dan sesudah reklamasi Pantai
Losari juga mengalami perubahan kearah negatif dimana semua
parameter logam terlarut sebelum reklamasi masih di kategorikan
belum tercemar, tetapi setelah reklamasi sudah mengalami perubahan
kearah kategori negatif dan sudah melewati ambang baku mutu yang di
kategorikan tercemar.
2. Perubahan Sosial Ekonomi
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai perubahan Sosial
ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar Pantai Losari dapat di
kemukakan bahwa, umur rata-rata yang tinggal dikawasan tersebut
adalah rata-rata 38 tahun, dengan lama tinggal sekitar 23 tahun
dengan pendapatan rata-rata kepala keluarga Rp. 1.838.889 / bulan.
Sedangkan mata pencaharian utama masyarakat yang tinggal
disekitar Pantai Losari adalah pedagang atau wiraswasta, hal ini
disebabkan tingkat pendidikan masyarakat yang bermukim di daerah
tersebut rata-rata hanya tamatan SLTA, sehingga alternatif dari
pekerjaan yang mereka lakukan adalah berdagang atau wiraswasta
dengan membuka warung atau kios, selain itu menjadi penjual pisang
epe yang biasa berkeliling di sekitar Pantai Losari.
Dampak dari reklamasi terhadap perubahan pendapatan mereka
dari hasil wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan
wawancara mendalam dapat di ketahui bahwa tidak ada pengaruh
pendapatan atau ekonomi mereka setelah terjadi reklamasi Pantai
98
Losari, hal ini bisa dilihat rata-rata dari jumlah 28 (35%) responden
mengatakan bahwa reklamasi Pantai Losari tidak memberikan
peningkatan pendapat hal ini bisa di lihat pada Tabel 13. Sedangkan 26
(32.5%) mengatakan ada kenaikan pendapatan dan 26 (32.5%)
mengatakan tidak tahu bahwa pendapatan mereka bertambah atau
tidak .
Rata-rata responden mengatakan tidak ada kenaikan
pendapatan, hal ini dialami oleh Nelayan yang tinggal disekitar Losari,
terutama nelayan yang mencari kerang untuk di jual di sepanjang
Pantai Losari.
Pedagang merupakan salah satu komunitas yang diuntungkan
dengan reklamasi Pantai Losari, dimana pedagang warung/kios rata-
rata mengalami pendapatan, salah satu penyebabnya adalah makin
banyaknya masyarakat yang mendatangi Pantai Losari dan mencari
tempat tinggal di daerah tersebut karena lebih dekat dengan tempat
tinggal dengan tempat kerja, terutama mereka yang bekerja di sekitar
Pantai Losari
Sedangkan dampak reklamasi Pantai Losari terhadap
peningkatan harga tanah pasca Reklamasi Pantai Losari dapat di
kemukakan bahwa ada kenaikan signifikan kenaikan tanah setelah
pasca Reklamasi Pantai Losari hal ini bisa di lihat dari 49 (61.25%)
responden mengatakan ada kenaikan signifikan dari kenaikan tanah
dari dampak Rekalamsi Pantai Losari, hal ini disebabkan banyak orang
99
dari luar Losari ingin membeli tanah atau rumah yang ada pada lokasi
tersebut karena di sekitar Pantai Losari banyak proyek yang sedang di
bangun untuk pusat kegiatan bisnis. Salah satu Pusat bisnis yang ada
di sekitar wilayah tersebut adalah adanya pembangunan Trans Studio
dan Rumah Sakit Siloam dan proyek lainnya yang sementara berjalan,
sehingga tanah disekitar wilayah tersebut banyak menjadi incaran bagi
mereka yang ingin tinggal dekat pusat bisinis tersebut.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai kajian
dampak dari perubahan lingkungan dan perubahan sosial ekonomi
Reklamasi Pantai Losari dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Perubahan lingkungan terutama baku mutu perairan di Pantai Losari di
kategorikan tercemar, dimana sebelum dan sesudah reklamsai
perubahan baku mutu parameter Fiskia (Kecerahan dan Kekeruhan),
Kimia (DO, BOD, Ammonia Total, Fosfat dan Nitrat) dan kandungan
Logam berat (Raksa, Arsen, Kadmium, Tembaga dan Timbal) sudah
mengalamai perubahan kearah kategori negatif.
2. Tidak berdampak terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Dampak positif dari reklamasi Pantai Losari hanya
berdampak pada harga tanah yang mengalami meningkat
B. Saran
1. Kualitas air di Pantai Losari sudah mengalami pencemaran, oleh
karena itu diharapkan berbagai pihak melakukan upaya untuk
menanggulangi dampak pencemar tersebut dengan mempercepat
pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Losari.
101
2. Sangat diperlukan kegiatan yang terkait dengan pengembangan
ekonomi masyarakat di sekitar Pantai Losari. Misalnya memberikan
konpensasi modal usaha dan pendidikan non formal dalam bentuk
pelatihan kerja dan serta pengembangan usaha dibidang lainnya
seperti menjadi tukang kayu dan buruh bangunan yang profesional.
102
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H.S., 2006. Telaahan Strategi Pembangunan Berkelanjutan Kawasan
Pantura DKI Jakarta. Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta. Badan Perencana Daerah. Jakarta.
Budiharsono,S. 2008. Laporan Usulan Teknis Danau Toba. LPTKT. Jakarta
Cossa, D. 1988. Cadmium in Mytilus spp.: worldwide survey and relationship between seawater and mussel content. Marine Environmetal Research. 26: 265-284.
Dahuri, H.R., J. Rais, S.P. Ginting dan H.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Prandya Paramita, Jakarta.
Dahuri, R., 2000. Analisis Kebijakan dan Program Penglolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Makalah disampaikan pada Pelatihan Menajemen Wilayah Pesisir. Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor.
Djajadiningrat S.T.,2001. Pemikiran, Tantangan dan Permasalahan Lingkungan. Studio Tekno Ekonomi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Dinas Cipta Karya Kota Makassar Dengan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Hasanuddin (LPPM-UNHAS), AMDAL Revitalisasi Pantai Losari, 2003. Kota Makassar.
Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Rencana Pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Losari, 2011. Makassar
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Fardiaz, S., (1992). Polusi air dan udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Estinawati, AE. 2012. Distribusi Logam Berat Kadmium (Cd) dan Tembaga (Cu) pada Kolom Air dan Organisme Penyaring (Filter Feeder/Bivalvia) di Perairan Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar
Hagul P. 1985. Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Bumi Aksara, Jakarta.
103
Krom, M. D., 1986. An Evaluation of The Concept of Assimilative Capacity as Applied to Marine Water. Ambio. XV (4): 208-214p.
Kementerian Lingkungan Hidup, 2004, Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta
Ketchum, B.H. (1971). Pollution, natural resources, and biological effects of pollution of estuaries and coastal waters. The massachusetts Institute of Technology. Massachussetts.
Lubis, R. 1997. Amdal Regional Untuk Pembangunan Wilayah. Manusia dan Lingkungan. Jurnal Pusat Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada No. 11 Th. IV 1997.
Lukman, 2012. Distribusi Logam Berat Timbel dan Kadmium pada Sedimen dan Organisme Pemakan Deposit (Deposit Feeder) di Perairan Pantai Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar
McLean, W.E., J.O.T. Jensen and D.F. Alderdice., 1993. Oxygen Consumption Rates and Water Flow Requirements of Pacific Salmon (Oncorhynchus spp) in The Fish Culture Environment. Aquaculture, Vol. 109: 281-313p.
Munasinghe M. 1992. Environmental Economic and Sustainable Development. The International Bank for Reconstruction and Development/THE WORD BANK. Washintong D.C. 20433. U.S.A.
Moffatt I., H Nick., and D.,W Mike. 2001. Measuring and Modelling Sustainable Development. The publisshing Group. London
Mispar, M. (2001). Sebaran bahan organik dan total padatan tersuspensi di sekitar perairan pantai Losari Kota Makassar Sulawesi Selatan. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Makharani, 2010. Pemodelan Sebaran Polutan di Perairan Teluk Losari Kota Makassar. Tesis. Fakultas Ilmu Kelautan. Universitas Hasanuddin. Makassar
Nurmandi, A., (1999), "Manajemen Perkotaan: Aktor. Organisasi dan Pengelolaan Daerah Perkotaan di Indonesia". Lingkaran Bangsa, Yogyakarta
Nikijuluw, V.P.H. 2003. Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Strategi Pemberdayaan Mereka dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu. In : Koleksi Dokumen Proyek Pesisir 1997-2003 (Knight, M. dan S. Tighe, editor). Coastal
104
Resources Center, University of Rhode Island, Narragansett, Rhode Island, USA.
Poernomo, A, 1992. Pemilihan Lokasi Tambak Udang Berwawasan Lingkungan. Balitbang Pertanian, Balitbang Perikanan, Kerjasama United Stated Agency For International Development Fisheries and Development Project (USAID/FRDP).
Phillips, D.J.H. 1977. The use biological indicator organism to monitor trace metal pollution in marine environment- a reviw. Environmental Pollution 13: 281-317.
Quano, 1993. Training Manual on Assessment of The Quantity and Type of Land Based Pollutant Discharge Into the Marine and Coastal Environment. UNEP. Bangkok
Rump, H.H and H. Kirst. 1992. Laboratory Manual For The Examination of Water, Waste Water, and Soils. 2 nd ed, VCH.
Reksohadiprodjo, S, AR Karseno , 1997. Ekonomi Perkotaan. BPFE, Yogyakarta.
Supriharyono 2002. Pelestarian dan pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir tropis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Suhud, A. R., "Penanggulangan Reklamasi yang Telah Berjalan; Dalam Benaen. D.G. dan Amiruddin (Eds V. Prosiding Konferensi Nasional I Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia (hal C113-C119). PKSPL IPB - CRC - University of Rhode Island
Salim E. 1988. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. LP3S, Jakarta.
Tunner, R,K and W.N. Adger 1996. Coastal Zone Resouces Assesment Guide Lines LOICZ Report and Studies No 4. Netherlands Institute for Sea Research Texel the Netherlands
Scones, J.B., 1993. Global Equity and Environment Crisis: An Argument fo Reducing Working Hours n The North. orld Development 19, 1: 73-84p.
Sudharto PH. “Dimensi sosial dan Lingkungan Pengelolaan Wilayah Pesisir”, Makalah Seminar Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Terpadu, UNDIP, Semarang, 7 Oktober 2004.
Supardi.I, 1994. Pembangunan Yang Memanfaatkan Sumber Daya. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
105
Nybakken, J.W., 1992: Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan oleh H.M. Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo. PT.Gramedia. Jakarta.
Soemarwoto, O, 2001. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan, Jakarta.
Singarimbun M. dan E. Sofian. 1989. Metode Penelitian Survay. LP3ES Jakarta
Arif, ST, 1993. Metode Penelitian Ekonomi. Penerbit UI Press, Jakarta.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods. Penerbit Alfabeta. Bandung
Supriharyono (2002). Pelestarian dan pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir tropis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Tjahja. S, 2000. Konsep Pembangunan Yang Melakukan Pendekatan Kemanusiaan. Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut “Pendekatan Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah. Brilian Internasional. Surabaya.
Wardhana, W A, 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi Offset Jogyakarta, Jogyakarta.
Yuli S.S. 1996. Perubahan Lingkungan Tantangan Bagi Manusia. Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
UNDANG-UNDANG Undang-undang republik Indonesia nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 57 Tahun 1995 Tentang : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Usaha Atau Kegiatan Terpadu/Multisektor Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang: Satandar Baku Mutu Air laut
106
WEBSITE (http://www.airminumisiulang.com/news/58/dampak_pencemaran_air_bagi_manusia_dan_lingkungan) dikses 2012 http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/dampak-pencemaran-terhadap-lingkungan/) diakses 2012
107
LAMPIRAN
108
KAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI REKLAMASI PANTAI LOSARI
No. Responden
DAFTAR PERTANYAAN IDENTITAS RESPONDEN
5. Nama : ............................................... 6. Alamat Responden : a. Kelurahan : ........................................... b. Kecamatan : ...........................................
7. Umur : ......... tahun - Jenis Kelamin : L / K 8. Pendidikan a. Tuna aksara b. SD tidak tamat c. SD Tamat d. SLTP e. SLTA f. Ak./PT 9. Agama a. Islam b. Kristen Protestan c. Katolik d. Hindu/Budha 10. Daerah Asal a. Penduduk Asli b. WNI/WNA c. Pendatang (Asal. ……….…….) d. Lainnya. ……………… 11. Lama Berdomisili/ Tinggal di kelurahan ............................(thn)
12. Status kepemilikan Tempat tinggal ? a. Hak Milik b. Sewa c. Lain-lain
109
ASPEK SOSIAL EKONOMI
Masyarakat yang tinggal disekitar Pantai Losari 1. Mata Pencaharian Utama a. Pegawai Negeri/ABRI f. Petani Tambak b. Karyawan swasta g. Buruh bangunan Warung/Kios
c. Pedagang/Ruko h. Jasa (pete-pete/taxi/becak) d. Petani Nelayan
2. Mata pencaharian sampingan a. Pegawai Negeri/ABRI f. Petani Tambak b. Karyawan swasta g. Buruh bangunan Warung/Kios
c. Pedagang/Ruko h. Jasa (pete-pete/taxi/becak) d. Petani Nelayan
3. Lama Bekerja sebagai...................... (lihat jawaban 1)...........Thn
4. Penghasilan keluarga rata-rata per bulan (berdasarkan No 1 dan 2)
a. Pendapatan dari Mata Pencaharian Utama : Rp ........................ b. Pendapatan dari Mata Pencaharian Sampingan : Rp ........................ Jumlah : Rp
5. Apakah dampak Reklamasi Pantai Losari terhadap B/I/S
berdampak pada pendapatan? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
6. Apakah ada perubahan pendapatan B/I/S setelah rekalamsai Pantai Losari ? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
7. Apakah ada perubahan harga tanah dan sewah rumah di sekitar pantai losari setelah reklamasi? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
Lanjut ke Pertanyaan selanjutnya (SOSIAL BUDAYA)......(hal 3)
Masyarakat yang tinggal diluar Pantai Losari
1. Mata Pencaharian Utama a. Pegawai Negeri/ABRI f. Petani Tambak b. Karyawan swasta g. Buruh bangunan Warung/Kios
c. Pedagang/Ruko h. Jasa (pete-pete/taxi/becak) d. Petani Nelayan
110
2. Mata pencaharian sampingan a. Pegawai Negeri/ABRI f. Petani Tambak b. Karyawan swasta g. Buruh bangunan Warung/Kios
c. Pedagang/Ruko h. Jasa (pete-pete/taxi/becak) d. Petani Nelayan
3. Penghasilan keluarga rata-rata per bulan (berdasarkan No 1 dan 2)
a. Pendapatan dari Mata Pencaharian Utama : Rp ........................ b. Pendapatan dari Mata Pencaharian Sampingan : Rp ........................ Jumlah : Rp ................
4. Apakah anda setuju dengan rekalamsai pantai losari ? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
5. Adakah Perbedaan yang anda rasakan sebelum dan sesudah reklamasi pantai losari” a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
6. Seberapa sering B/I/S berkunjung ke Pantai Losari sebelum di lakukan Reklamasi dalam sebulan? a. 1 kali b. 2-3 kali c. > 4 kali
7. Seberapa sering B/I/S berkunjung ke Pantai Losari dalam sebulan sesudah di Reklamasi ? a. 1 kali b. 2-3 kali c. > 4 kali
8. Bersama siapa anda ke Pantai Losari ? a. Sendiri b. Keluarga c. Lain-lain
9. Berapa uang yang anda keluarkan sekali berkunjung ke Pantai Losari a. < 100.000 b.100.000-300.000 c. > 500.000
SIKAP DAN PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP KEGIATAN REKLAMASI PANTAI LOSARI
1. Apakah B/I/S mengetahui Kegiatan Reklamasi Pantai Losari oleh Pemerintah a. Tahu b. Tidak tahu
2. Jika tahu ! dari mana sumber informasi diperoleh ? a. Pemerintah Kota b. Kepala Kecamatan/Kelurahan
111
c. Surat Kabar/TV/Radio d. Dinas Cipta Karya Kota Makassar
3. Bagaimana sikap Bapak/Ibu/Sdr terhadap Reklamasi Pantai
losari? a. Setuju b. Tidak Setuju
4. Jika Setuju apa alasannya ? a. Dapat mengatasi kemacetan lalulintas di sekitar Tanjung Bunga b. Meperluas areal/kawasan wisata Tanjung Bunga c. Dapat meningkatkan mobilitas perekonomian (PAD) Kota
Makassar d. Dapat memperindah penataan Tanjung Bunga e. Dapat menambah nilai estetika Tanjung Bunga f. Dapat meningkatkan mobilitas sosial masyarakat di Kota
Makassar
KESEHATAN Kesehatan Lingkungan Sumber Air
1. Untuk air minum pada musim hujan diambil dari ? a. PDAM b. Sumur pompa tangan c. Sumur Gali
2. Untuk air minum pada musim kemarau diambil dari ?
a. PDAM b. Sumur pompa tangan c. Sumur Gali
3. Air untuk masak pada musim hujan diambil dari ?
a. PDAM b. Sumur pompa tangan c. Sumur Gali
4. Air untuk masak pada musim kemarau diambil dari ? a. PDAM b. Sumur pompa tangan c. Sumur Gali
5. Air untuk mencuci pada musim hujan diambil dari ?
a. PDAM
112
b. Sumur pompa tangan c. Sumur Gali
6. Air untuk mencuci pada musim kemarau diambil dari ? a. PDAM b. Sumur pompa tangan c. Sumur Gali
7. Air untuk mandi pada musim hujan diambil dari ? a. PDAM b. Sumur pompa tangan c. Sumur Gali
8. Air untuk mandi pada musim kemarau diambil dari ? a. PDAM b. Sumur pompa tangan c. Sumur Gali
9. Di mana Bapak/Ibu/Sdr buang air besar di ? a. WC sendiri c. Pantai b. WC umum d. Selokan/Kanal
10. Tempat pembuangan sampah ke ? a. TPS c. Laut b. Selokan/Kanal d. Pinggir jalan
Kesehatan Masyarakat
1 Apakah Bapak/Ibu/Sdr dan anggota keluarga sering menderita
sakit ? a. Ya, sering b. Jarang c. Tidak pernah 2 Kalau Ya dan Jarang, penyakit apa yang sering diderita keluarga
Bapak : a. Malaria b. Diare c. Batuk-batuk d. Influenza e. Kelamin h. Gatal-gatal i. Lainnya......................................................... 3. Bila ada keluarga yang sakit, B/I/S membawa kemana untuk
berobat ! a. PUSKESMAS di jarak km b. Mantri di jarak km c. Dokter di jarak km d. Dukun di jarak km e. Hanya beli obat saja di jarak km
f. Rumah Sakit di jarak km
113
4. Jenis penyakit apa saja yang Bapak/Ibu/Sdr dan anggota keluarga pernah derita (selama 6 bulan terakhir)
a. ______________________________________________________
b. ______________________________________________________
5. Apakah Bapak/Ibu/Sdr sering mengalami gangguan tidur ? a. Ya b. Tidak 6. Jika Ya ? Apa sebabnya ? a.
______________________________________________________ b.
______________________________________________________