127
i KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI REKLAMASI PANTAI LOSARI DAN TANJUNG BUNGA The Study of Environmental Conditions and Social Change of Losari Beach and Tanjung Bunga Reclamations TESIS AKHIRUDDIN MARRUNG JAYA P0302510001 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

i

KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI REKLAMASI PANTAI LOSARI DAN

TANJUNG BUNGA

The Study of Environmental Conditions and Social Change of Losari Beach and Tanjung Bunga Reclamations

TESIS

AKHIRUDDIN MARRUNG JAYA

P0302510001

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2012

Page 2: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

i

KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI REKLAMASI PANTAI LOSARI DAN

TANJUNG BUNGA

The Study of Environmental Conditions and Social Change of Losari Beach and Tanjung Bunga Reclamations

TESIS

Sebagai Salah Satu syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Disusun dan diajukan oleh

AKHIRUDDIN MARRUNG JAYA

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2012

Page 3: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

ii

Page 4: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Akhiruddin Marrung Jaya

Nomor Mahasiswa : P0305210001

Program Studi : Pengelolaan Lingkungan Hidup

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan

Tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Makassar, 1 Agustus 2012

Yang menyatakan

Akhiruddin Marrung Jaya

Page 5: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

iv

PRAKATA

Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

segala karuniaNya sehingga karya Tesis ini dapat diselesaikan sesuai

dengan waktu yang direncanakan. Tesis ini berjudul “Kajian Kondisi

Lingkungan dan Perubahan Sosial Ekonomi Reklamasi Pantai Losari dan

Tanjung Bunga”. Kajian terhadap Reklmasi Pantai Losari perlu dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana dampak yang ditimbulkan dari sebuah

Proyek reklamasi, terutama Perubahan Lingkungan dan Sosial Ekonomi

Masyarakat sekitar Pantai Losari dan Tanjung Bunga

Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister pada Program Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup, Universitas

Hasanuddin Makassar.

Penyelesaian Tesis ini merupakan bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, oleh karena itu seiring dengan selesainya penulisan Tesis

ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Ambo Tuwo, DEA sebagai Ketua Komisi Pembimbing

yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan

dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan Tesis ini.

2. Dr. Ir. Mahatma, M.Sc sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang

telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan

nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan Tesis ini.

Page 6: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

v

3. Prof. Dr. Amran Achmad, M.Sc, sebagai Penguji yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam

menyelesaikan Tesis ini.

4. Dr.Ir.M. Farid Samawi, M.Si sebagai Penguji yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam

menyelesaikan Tesis ini.

5. Dr. Amiruddin, M.Eng, sebagai Penguji yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam

menyelesaikan Tesis ini.

6. Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka, M.Sc, sebagai Ketua Program Studi

Pengelolaan Lingkungan Hidup , Universitas Hasanuddin, yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian serta arahannya dalam menyelesaikan studi.

7. Orang tua tercinta ibunda “Fatimah” dan Kakak dan adik-adik

tercinta yang telah banyak memberikan dorongan dan doa kepada

penulis dalam menyelesaikan studi.

8. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak

langsung yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Semoga

Allah SWT. memberkatinya. Amin

Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu Kajian Kondisi

Lingkungan dan Perubahan Sosial Ekonomi Reklamasi Pantai Losari dan

Tanjung Bunga Perlu Untuk Dilakukan bagi mereka yang konsen

terhadap permasalahan tersebut. Oleh karena itu penulis tidak lupa

Page 7: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

vi

mengutip pepatah “tidak ada gading yang retak”. Moga karya ilmiah ini

bisa bermanfaat bagi perubahan dan perbaikan lingkungan di negeri kita

tercinta ini. Amin

Makassar, Agustus 2012

Penulis

Page 8: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

vii

ABSRACT

AKHIRUDDIN MARRUNG JAYA. The Study of Environmental Conditions and

Social Change of Losari Beach and Tanjung Bunga Reclamations (Supervised by Ambo Tuwo and Mahatma)

The purposes of study on the impact of Losari Beach and Tanjung Bunga

reclamations was to know the impact of Losari Beach and Tanjung Bunga reclamations on the environmental pollution and to know the impact of Losari Beach and Tanjung Bunga reclamations on the socio-economic changes of people around it. This study was conducted along Losari Beach and Tanjung Bunga which is located in Mariso and Ujung Pandang subdistricts, Makassar. The analysis of environmental conditions by using comparative analysis, namely comparing data before and after Losari Beach and Tanjung Bunga reclamations by taking from the data before and after reclamation from various sources (secondary data). Purposive sampling analysis to know the socio-economic conditions of people living around Losari Beach and Tanjung Bunga, where samples is taken 5-10% of total households in Mariso and Ujung Pandang subdistricts. To know how far the impact of socio-economic of Losari Beach of people who come to visit Losari, the sample was taken purposively of 20 people from the people who come to visit Losari Beach and Tanjung Bunga. The results of study indicates the environmental changes especially standard category of water quality at Losari has exceed standards for contaminated sea water after Losari Beach reclamation. There is no change in the socio-economic conditions such as people income, but has a positive impact on the increasing land price.

Keywords: development, environmental and socio-economic .

Page 9: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

viii

ABSTRAK

AKHIRUDDIN MARRUNG JAYA Kajian Kondisi Lingkungan dan Perubahan

Sosial Reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga (dibimbing oleh Ambo Tuwo dan Mahatma)

Tujuan penelitian mengenai dampak reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga. Untuk mengetahui dampak reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga terhadap pencemaran lingkungan dan mengetahui dampak reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat disekitarnya. Penelitian ini dilaksankan di sepanjang Pantai Losari dan Tanjung Bunga dimana berlokasi di Kecamatan Mariso dan Ujung Pandang, Kota Makassar. Analisis kondisi lingkungan dipergunakan analisis komparatif, yaitu membandingkan data sebelum reklamasi dan sesudah reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga dengan mengambil dari data sebelum dan sesudah reklamsi dari berbagai sumber (data sekunder). Analisis Purposive Sampling Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi dari masyarakat yang tinggal di sekitar Pantai Losari dan Tanjung Bunga , dimana sampel di ambil 5-10 % dari jumlah kepala keluarga yang ada di Kecamatan Mariso dan Ujung Pandang . Untuk mengetahui sejauh mana dampak sosial ekonomi Pantai Losari dari masyarakat yang datang ke Losari, sampel di ambil secara sengaja sebanyak 20 orang dari masyarakat yang datang mengunjungi Pantai Losari dan Tanjung Bunga. Hasil penelitian menunjukkan perubahan lingkungan terutama kategori baku mutu perairan di Pantai Losari telah melampaui standar baku untuk air laut tercemar setelah reklamasi Pantai Losari. Tidak ada perubahan pada kondisi sosial ekonomi berupa pendapatan masyarakat, tetapi berdampak positif pada harga tanah yang semakin makin meningkat .

Kata Kunci : Pembangunan, Lingkungan dan Sosial Ekonomi

Page 10: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................ I

HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ...................................................... iv

PRAKATA ........................................................................................... v

ABSTRACT ......................................................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................ 4

D. Kegunaan Penelitian ...................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 6

A. Pembangunan Wilayah Pesisir ....................................... 6

B. Konsep Pembangunan Kota Yang Berwawasan

Lingkungan ..................................................................... 13

C. Kondisi Sosial Ekonomi dan Pemberdayaan Pesisir ...... 48

D. Kerangka Pikir ................................................................ 58

E. Hipotesis ........................................................................ 60

Page 11: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

x

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 61

A. Lokasi Penelitan dan Waktu Penelitian .......................... 61

B. Populasi dan Sampel ..................................................... 63

C. Jenis dan Sumber Data .................................................. 63

D. Analisis Data .................................................................. 63

F. Defenisi Operasional ...................................................... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 67

A. Gambaran Umum Wilayah Studi ..................................... 67

B. Hasil Penelitian ............................................................... 76

C. Pembahasan .................................................................. 94

BAB V PENUTUP .............................................................................. 100

A. Kesimpulan .................................................................... 100

B. Saran .............................................................................. 100

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan .................. 29 2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agennya ............................. 44 3. Luas dan ketinggian dari Permukaan Laut Menurut Kelurahan

di Kecamatan Mariso Tahun 2010 .................................. 73 4. Jumlah rumah tangga, penduduk dan Kepadatan Penduduk

Menurut Kelurahan di Kecamatan Mariso Tahun 2010 ... 74 5. Hasil Analisis Kualitas Air Teluk Losari sebelum dan sesudah

Reklamasi Pantai Losari ................................................. 77 6. Responden yang bermukim di sekitar Pantai Losari dan

masyarakat yang datang mengunjung Pantai Losari ..... 83 7. Tingkat pendidikan responden yang bermukim di sekitar Pantai

Losari dan masrakat yang datang mengunjung Pantai Losari ............................................................................. 85

8. Responden Menurut Agama yang bermukim di sekitar Pantai

Losari dan masrakat yang datang mengunjung Pantai Losari. ............................................................................ 86

9. Responden menurut mata Pencaharian yang tinggal di sekitar

Losari dan yang berasal dar luar Losari yang sering berkunjung ke Pantai Losari .......................................... 87

10. Responden menurut pendapatan Penduduk yang tinggal di

sekitar Losari dan yang berasal dar luar Losari yang sering berkunjung ke Pantai Losari ................................ 88

11. Responden mengenai status tempat tinggal di sekitara Pantai

Losari ............................................................................. 89 12. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso mengenai

dampak dari reklamasi Pantai Losari terhadap tingkat pendapatan .................................................................... 89

13. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso mengenai

dampak dari reklamasi Pantai Losari terhadap tingkat perubahan harga tanah ................................................... 90

Page 13: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

xii

14. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso mengenai ganguan kesehatan akibat dampak dari reklamasi Pantai Losari ................................................................... 91

15. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso mengenai

penyakit yang sering diderita akibat dampak dari reklamasi Pantai Losari ................................................... 92

16. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso tempat

berobat ketika mengalami sakit....................................... 93 17. Baku Mutu Air laut yang di keluarkan oleh Kementerian

Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004. ............................ 91

Page 14: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Prinsip-prinsip keberlanjutan (Munasinghe, 1992) ....................... 8

2. Penumpukan Sampah Pada Pantai Losari .................................. 24

3. Bagan Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Pencemar terhadap Lingkungan Perairan ....................................................... 35

4. Kegiatan ekonomi masyarakat pesisir ........................................ 49

5. Kerangka alur pemikiran penelitian .......................................... 60

6. Peta Lokasi Penelitan ................................................................. 61

7. Peta Pengambilan Sampel parameter Lingkungan dari beberapa penelitian ........................................................ 68

Page 15: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan dimana hampir kebanyakan

dari penduduknya tinggal di pesisir dan memiliki mata pencaharian

sebagai nelayan dan pedagang. Sebagai negara kepulauan, menurut

Supriharyono (2002), diperkirakan 60% dari penduduk Indonesia hidup

dan tinggal di daerah pesisir. Sekitar 9.261 desa dari 64.439 desa yang

ada di Indonesia dapat dikategorikan sebagai desa atau permukiman

pesisir. Mereka ini kebanyakan merupakan masyarakat tradisional dengan

kondisi sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan yang relatif sangat

rendah. Sekitar 90% mereka hanya berpendidikan sampai sekolah dasar.

Terlebih dengan berlakunya Undang-undang Rl nomor 32 tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah, yang memberi kewenangan penuh dalam

pengelolaan sumberdaya alam di kawasan pesisir dan lautan sampai

dengan 12 mil laut untuk provinsi dan 4 mil laut untuk kabupaten/kota.

Salah satu dampak dari undang-undang tersebut yaitu munculnya

program pemerintah daerah dengan mereklamasi kawasan pesisir Pantai

atau juga disebut reklamasi Pantai.

Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan lahan, akhir-akhir ini

kota-kota di pesisir Pantai cenderung menambah luasan lahannya dengan

mereklamasi Pantai, yaitu kegiatan menimbun atau memasukkan material

Page 16: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

2

tertentu di kawasan Pantai dengan maksud untuk memperoleh lahan

kering (Nurmandi, 1999). Kegiatan yang sama sementara dilaksanakan di

Kota Makassar yang mereklamasi kawasan Pantai Losari 950 m. Luas

areal yang akan diratakan dan dipadatkan mencapai 106.821 m²

yang seluruhnya diperuntukkan bagi kepentingan publik khususnya untuk

rekreasi.

Reklamasi Pantai menurut Suhud (1998), dilakukan dengan tujuan

1) memperoleh lahan baru yang dapat mengurangi tekanan atas

kebutuhan lahan di bagian kota yang sudah padat; 2) menghidupkan

kembali transportasi air sehingga beban transportasi darat berkurang; 3)

membuka peluang pembangunan nilai tinggi; 4) meningkatkan pariwisata

bahari; 5) meningkatkan pendapatan daerah; 6) meningkatkan

pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan Pantai maupun

ekonomi perkotaan; dan 7) meningkatkan sosial ekonomi masyarakat.

Pembangunan kawasan komersial jelas akan mendatangkan

banyak keuntungan ekonomi bagi wilayah tersebut. Asumsi yang

digunakan disini adalah semakin banyak kawasan komersial yang

dibangun maka dengan sendirinya juga akan menambah pendapatan asli

daerah (PAD). Reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu

kota dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan

(pemekaran kota), penataan daerah Pantai, pengembangan wisata bahari,

dan lain-lain. Namun harus diingat pula bahwa bagaimanapun juga

reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap

Page 17: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

3

keseimbangan lingkungan alamiah Pantai yang selalu dalam keadaan

seimbang dinamis sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem

seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi Pantai, dan berpotensi

gangguan lingkungan.

Undang-undang No. 27 tahun 2007 pada pasal 34 menjelaskan

bahwa reklamasi hanya dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan

ekonomi yang diperoleh lebih besar dari biaya sosial dan biaya

ekonominya. Namun demikian, pelaksanaan reklamasi juga wajib menjaga

dan memperhatikan beberapa hal seperti a) keberlanjutan kehidupan dan

penghidupan masyarakat; b) keseimbangan antara kepentingan

pemanfaatan dan pelestarian lingkungan pesisir; serta c) persyaratan

teknis pengambilan, pengerukan dan penimbunan material.

Secara faktual, kegiatan reklamasi Pantai telah mengubah bentang

alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi) di kawasan reklamasi.

Perubahan itu antara lain berupa tingkat kelandaian, komposisi sedimen

sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang Pantai, dan

kerusakan kawasan tata air.

Untuk mengetahui sejauh mana dampak yang di timbulkan dari

proyek pengembangan tanjung bunga, maka penulis mencoba mengambil

judul penelitian dengan tema “Kajian kondisi lingkungan dan

perubahan sosial ekonomi Reklamasi pantai Losari dan Tanjung

Bunga”

Page 18: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

4

B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui sejauh mana dampak dari reklamasi Pantai

Losari, berdasarkan latar belakang penelitian maka rumusan masalah

yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga memberikan

dampak terhadap pencemaran lingkungan?

b. Apakah reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga memberikan

dampak sosial ekonomi terhadap masyarakat disekitarnya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengenai dampak reklamasi Pantai Losari

adalah:

a. Untuk mengetahui dampak reklamasi Pantai Losari dan Tanjung

Bunga terhadap pencemaran lingkungan.

b. Untuk mengetahui dampak reklamasi Pantai Losari dan Tanjung

Bunga terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat disekitarnya.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian mengenai dampak reklamasi Pantai Losari

antara lain :

1. Memberikan masukan bagi “pemerintah” agar dalam mengambil

kebijakan dalam pengelolaan wilayah pesisir sebaiknya tidak hanya

menghitung secara ekonomi saja.

Page 19: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

5

2. Memberikan masukan kepada “Akademisi” agar proaktif dalam

mengontrol kebijakan pemerintah.

3. Memberikan masukan kepada “masyarakat” luas agar lebih peduli

dengan permasalahan lingkungan karena dampak kerusakan

lingkungan akan kembali kepada masyarakat itu juga.

Page 20: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Wilayah Pesisir

1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan merupakan upaya untuk mencapai tujuan

bersama dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimiliki

dan dikuasai oleh berbagai pihak untuk kepentingan seluruh

masyarakat (Alikodra, 2006). Konsep pembangunan berkelanjutan

diinterpretasikan oleh para ahli secara berbeda-beda. Namun

demikian konsep pembangunan berkelanjutan sebenarnya didasarkan

pada kenyataan adanya keterbatasan kemampuan sumberdaya alam

dan adanya kenyataan bahwa kebutuhan manusia terus meningkat.

Kondisi seperti ini membutuhkan suatu strategi pemanfaatan

sumberdaya alam yang efisien (Salim,1988 dan Djajadiningrat, 2001).

Disamping itu perhatian dari konsep pembangunan yang

berkelanjutan adalah adanya tanggung jawab moral untuk

memberikan kesejahteraan bagi generasi yang akan datang,

sebagaimana konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun

1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup didefinisikan adalah

upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup,

termasuk sumberdaya, ke dalam proses pembangunan untuk

Page 21: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

7

menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa

kini dan generasi masa datang.

Konsep pembangunan yang berkelanjutan dan tetap

memperhatikan kepentingan generasi mendatang menjadi penting.

Konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)

mulai digunakan secara umum oleh Komisi Pembangunan dan

Lingkungan Dunia (World Commission on Environmental and

Development) atau The Brundlan Commission pada tahun 1987.

Budiharsono (2006) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan

pada dasarnya mencakup tiga dimensi penting yakni ekonomi, sosial

(budaya), dan lingkungan. Dimensi ekonomi antara lain berkaitan

upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memerangi kemiskinan,

serta mengubah pola konsumsi kearah yang seimbang. Dimensi sosial

merupakan upaya pemecahan masalah kependudukan, perbaikan

pelayanan masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan, adapun

dimensi lingkungan adalah upaya pengurangan dan pencegahan

terhadap pencemaran serta konservasi sumberdaya alam

(Munasinghe,1992 dan Moffatt, 2001), menjelaskan bahwa konsep

pembangunan yang berkelanjutan mengintegrasikan tiga aspek

kehidupan (ekonomi, sosial dan lingkungan) dalam suatu hubungan

yang sinergis, ketiga aspek kehidupan dan tujuan pembangunan

berkelanjutan tersebut digambarkan dalam suatu ”segitiga mobius”

pada gambar 1.

Page 22: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

8

Gambar 1. Prinsip-prinsip keberlanjutan (Munasinghe, 1992)

Selanjutnya dikatakan bahwa prinsip-prinsip keberlanjutan ada

tiga yaitu : (i) dimensi pembangunan; (2) dimensi keadilan; dan (3)

prinsip-prinsip sistemik. Dimensi pembangunan mencakup tiga hal

yaitu: (a) menghargai integritas ekologi dan warisan budaya

lingkungan manusia (dimensi lingkungan); (b) pemuasan terhadap

kebutuhan manusia melalui efisiensi pemanfaatan sumberdaya

(dimensi ekonomi); dan (c) konservasi dan pengembanganm manusia

dan potensi sosial (dimensi sosial budaya).

2. Daya Dukung Lingkungan.

Permasalahan yang berhubungan dengan pengelolaan

pembangunan wilayah pesisir seperti pencemaran, kelebihan tangkap,

erosi, sedimentasi, kepunahan jenis dan konflik penggunaan ruang

Page 23: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

9

merupakan akibat dari terlampauinya tekanan lingkungan yang

ditimbulkan oleh penduduk serta segenap aktifitas pembangunan

terhadap lingkungannya dimana memiliki kemanpuan yang terbatas

(Dahuri et al., 1996).

Turner (1996) menyatakan bahwa daya dukung merupakan

populasi organisme akuatik yang dapat ditampung oleh suatu kawasan

/areal atau volume perairan yang ditentukan tanpa mengalami

penurunan jumlah atau mutu. Quano (1993) menyatakan, daya

dukung perairan adalah kemampuan air atau sumber air dalam

menerima pencemaran limbah tanpa menyenankan terjadinya

penurunan kualitas air yang ditetapkan sebagai peruntukannya.

Daya dukung lingkungan pesisir diartikan sebagai kemampuan

suatu ekosistem untuk menerima jumlah limbah tertentu sebelum

sebelum ada indikasi terjadinya kerusakan lingkungan (Krom,1986).

Daya dukung lingkungan sangat erat kaitannya dengan kapasitas

asimilasi dari lingkungan yang menggambarkan jumlah limbah yang

dapat dibuang ke dalam lingkungan tanpa menyebabkan polusi.

Scones (1993) membagi daya dukung lingkungan menjadi 2

yaitu : 1. daya dukung ekologis adalah jumlah maksimum hewan-

hewan pada suatu lahan yang dapat didukung tanpa mengakibatkan

kematian karena faktor kepadatan, serta terjadinya kerusakan

lingkungan secara permanen. Hal ini ditentukan oleh faktor-faktor

lingkungan; 2. daya dukung ekonomi adalah tingkat produksi (skala

Page 24: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

10

usaha) yang memberikan keuntungan maksimum dan ditentukan oleh

tujuan usaha secara ekonomi. Menurut Poernomo (1992) daya

dukung untuk lingkungan perairan adalah suatu yang berhubungan

erat dengan produktivitas lestari perairan tersebut. Artinya daya

dukung lingkungan itu sebagai nilai mutu lingkungan yang ditimbulkan

oleh interaksi dari semua unsur atau komponen (kimia, fisika, dan

biologi) dalam suatu kesatuan ekosistem.

Salah satu faktor utama yang menentukan daya dukung

perairan pesisir adalah ketersediaan oksigen terlarut. Suatu perairan

khususnya untuk areal budidaya ikan harus diperhaikan pengurangan

oksigen terlarut yang terjadi serta diikuti oleh meningkatnya

krbondioksida, penurunan pH air, meningkatnya amoniak dan nitrit

serta sejumlah faktor lainnya.

Oksigen dipasok melalui dua cara yaitu 1) permukaan air atau

transport melewati kolom air oleh difusi dan turbelensi serta 2) melalui

hasil proses fotosintesa. Aktivitas hewan, tanaman dan bakteri di

dalam kolom air dan sedimen akan mengkonsumsi oksigen melalui

proses resfirasi. Jika proses respirasi memerlukan paokan oksigen

yang berlebih, maka ketersediaan oksigen akan mempengaruhi

kehidupan ikan dan organisme perairan lainnya. Konsentrasi minimum

oksigen terlarut digunakan untuk menduga laju beban maksimum

yang diperkenankan atau daya dukung (Mc Lean et al., 1993).

Kebuthan oksigen juga dikontrol oleh laju pasokan bahan organik.

Page 25: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

11

Nutrien diduga mempengaruhi pasokan oksigen melalui stimulasi

produktivitas primer yang pada akhirnya akan kembali dikonsumsi oleh

bakteri dan hewan. Karena itu, ketersediaan oksigen terlarut dan

beban nutrien akan menentukan daya dukung dari suatu perairan.

Daya dukung suatu wilayah tidak bersifat statis tetapi bervariasi

sesuai dengan kondisi biogeofisik wilayah dan kebutuhan manusia

akan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan (goods and services)

di wilayah tersebut. Oleh karena itu daya dukung suatu wilayah dapat

dapat ditentukan atau diperkirakan secara : 1). Kondis biogeofisik

yang menyusun kemampuan wilayah pesisir dalam

memproduksi/menyediakan sumberdaya alam dan jasa lingkungan

yang ada di wilayah pesisir (Dahuri, 2000). Dengan demikian, tahapan

utuk menetapkan atau menentukan daya dukung wilayah pesisir untuk

mewujudkan pembangunan secara berkelanjutan adalah :

1) Menetapkan batas-batas, vertikal, horisontal terhadap garis Pantai,

wilayah pesisir sebagai suatu unit pengelolaan

2) Menghitung luasan wilayah pesisir yang di kelola

3) Mengalokasikan (zonasi) wilayah pesisir terseut menjadi tiga (3)

zona utama yaitu : zona peservasi, zona konsevasi, dan zoa

pemanfaatan

4) Menyusun tata ruang pembangunan pada zona konservasi dan

zona pemanfaatan.

Page 26: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

12

Selain tahapan yang tersebut di atas juga dilakuan penghitungan

tenang potensi dan dstribusi sumberdaya alam dan jasa lingkngan

yang tersedia, misalnya stock assessment sumberdaya perikanan,

potensi hutan mangrove, pengkajian keersediaan air tawar, pengkajian

tentang kapasitas asimilasi dan pengkajian tentang permintaan internal

terhadap sumberdaya alam dan jasa lingkungan.

Anlisis tentang konsep daya dukung untuk pembangunan

wilayah pesisir yang lestari harus memperhatikan keseimbangan

kawasan. Untuk kegiatan yang bernilai ekonomi, Dahuri (2000)

membagi menjadi 3 kawasan yaitu :

a). Kawasan preservasi yaitu kawasan yang memiliki nilai ekologis

tinggi seperti tempat berbagai hewan untuk melakukan kegiatan

reproduksinya, dan sifat-sifat alami yang dimiliki seperti green belt,

kegiatan yang boleh dilakukan di kawasan ini adalah untuk yang

bersifat penelitian dan pendidikan, rekreasi alam yang tidak

merusak, kawasan ini paling tidak meliputi 20 % dari total areal.

b). Kawasan konservasi yaitu kawasan yang dapat dikembangkan

namun tetap dikontrol, seperti perumahan, perikanan rakyat, dan

kawasan ini meliputi tidak kurang dari 30 % dari total area.

c). Kawasan pengembangan intensif termasuk didalamnya kegiatan

budidaya secara intensif. Limbah yang dibuang dari kegiatan ini

tidak boleh meleati batas kapasitas asimilasi kawasan perairan.

Zona ini mencakup 50 % dari total kawasan.

Page 27: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

13

B. Konsep Pembangunan Kota Yang Berwawasan Lingkungan

1. Pembangunan

Pembangunan adalah suatu upaya perubahan yang

berlandaskan pada suatu pilihan pandangan tertentu yang tidak bebas

dari pengalaman (sejarah), realitas keadaan yang sedang dihadapi,

serta kepentingan pihak-pihak yang membuat keputusan

pembangunan. Pembangunan memiliki makna yang ganda. Yang

pertama adalah pembangunan yang lebih berorientasi pada

pertumbuhan ekonomi yang difokuskan pada masalah kuantitatif dari

produksi dan penggunaan sumber daya. Yang kedua adalah

pembangunan yang lebih berorientasi pada perubahan dan

pendistribusian barang – barang dan peningkatan hubungan sosial.

Makna yang kedua lebih berorientasi pada pembangunan sosial yang

terfokus pada pendistribusian perubahan dalam struktur dari

masyarakat yang diukur dari berkurangnya diskriminasi dan eksploitasi

serta meningkatnya kesempatan yang sama dan distribusi yang

seimbang dari keuntungan pembangunan pada keseluruhan

komponen masyarakat (Sudharto P. Hadi, 2004).

Adapun menurut (Supardi. I, 1994) pembangunan adalah suatu

proses sosial yang bersifat integral dan menyeluruh, baik berupa

pertumbuhan ekonomi maupun perubahan sosial demi terwujudnya

masyarakat yang lebih makmur. Dalam pelaksanaannya, proses

Page 28: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

14

pembangunan itu berlangsung melalui suatu siklus produksi untuk

mencapai suatu konsumsi dan pemanfaatan segala macam sumber

daya dan modal, seperti sumber daya alam, sumber daya manusia,

sumber keuangan, permodalan dan peralatan yang terus menerus

diperlukan dan perlu ditingkatkan. Dalam mencapai tujuan dan sasaran

pembangunan, dapat timbul efek samping berupa produk-produk

bekas dan lainnya yang bersifat merusak atau mencemarkan

lingkungan sehingga secara langsung atau tidak langsung

membahayakan tercapainya tujuan pokok pembangunan untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Peningkatan pembangunan, pemeliharaan kestabilan ekonomi,

sosial dan ekologi harus berjalan serasi dan bersama-sama. Artinya

bahwa pembangunan hendaknya bersifat terpadu antara segi

ekonomi, sosial dan ekologi dengan tujuan menggunakan ekologi

dalam perencanaan pembangunan yang meliputi peningkatan mutu

pencapaian pembangunan dan meramalkan sebelumnya pengaruh

aktivitas pembangunan pada sumber daya dan proses-proses alam

lingkungan yang lebih luas.

Adapun pembangunan menurut (Tjahja. S, 2000) adalah

perubahan yang terencana dari situasi ke situasi yang lain yang dinilai

lebih baik. Terkait dengan hal itu konsep pembangunan berkelanjutan

yang didukung dengan pendekatan kemanusiaan merupakan suatu

konsep yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Page 29: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

15

masyarakat, karena secara kodrati masyarakat mempunyai

kecenderungan untuk merubah hidup dan kehidupan sesuai dengan

perkembangan jaman. Oleh karena itu pendekatan masyarakat dititik

beratkan pada lingkungan sosial ekonomi yang bercirikan :

1. Pembangunan yang berdimensi pelayanan sosial dan diarahkan

pada kelompok sasaran melalui pemenuhan kebutuhan dasar.

2. Pembangunan yang ditujukan pada pembangunan sosial seperti

terwujudnya pemerataan pendapatan dan mewujudkan keadilan.

3. Pembangunan yang diorientasikan kepada masyarakat melalui

pengembangan sumber daya manusia.

2. Dampak Pembangunan

Pembangunan dan penataan lingkungan buatan akan

berdampak pada aspek Sumber Daya Alam (SDA) baik air, udara dan

tanah. Semua itu akan memberikan dampak pada aspek sosial, baik

perubahan ke arah negatif maupun ke arah positif. Namun sebagian

besar perubahan yang ditimbulkan dari berubahnya lingkungan alam

dan buatan telah memberikan perubahan sosial ke arah negatif

(Reksohadiprodjo, 1997).

Akibat dari perubahan kualitas lingkungan alam, manusia

sebagai makhluk yang berada di dalamnya akan memberikan reaksi

penyesuaian diri. Reaksi tersebut diawali dengan stress yang mana

aspek ini diakibatkan oleh suatu keadaan dimana lingkungan

mengancam atau membahayakan keberadaan atau kesejahteraan atau

Page 30: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

16

kenyamanan diri seseorang. Ada dua macam tindakan manusia dalam

menghadapi stress ini, pertama adalah tindakan langsung dan yang

kedua adalah penyesuaian mental. Migrasi atau berpindah tempat

adalah contoh tindakan langsung akibat perubahan lingkungan

Menurut Roucek dan Warren aspek sosial ekonomi pada suatu

masyarakat umumnya dipengaruhi oleh aspek lingkungan alam dimana

masyarakat tersebut berdomisili. Aspek sosial ekonomi memberikan

gambaran mengenai tingkat pendapatan masyarakat, jenis atau

keragaman mata pencaharian yang ditekuni, aspek perumahan serta

hubungan atau interaksi antara individu maupun kelompok masyarakat

dalam meningkatkan kesejahteraannya. Aspek sosial ekonomi

seseorang dapat ditentukan lewat kegiatan ekonomi yang dilakukan,

jumlah pendapatan yang diperoleh, jenis pekerjaan yang ditekuni,

pendidikan formal, pemilikan barang dan pemilikan rumah. Berkaitan

dengan kehidupan masyarakat pesisir Pantai yang didominasi oleh

masyarakat nelayan, Supriharyono (2000), mengemukakan bahwa

permasalahan di bidang sosial ekonomi masyarakat nelayan meliputi

tingkat pendapatan, aspek perumahan dan perilaku/etos kerja

masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Dewasa ini kecenderungan untuk memanfaatkan kawasan

pesisir sebagai daerah pengembangan yang baru tampak semakin

besar. Hal ini oleh karena daerah pesisir relatif datar, harga lahannya

masih rendah, dan dapat dicapai dari darat dan laut, sehingga

Page 31: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

17

perubahan lingkungan Pantai akibat kegiatan pembangunan akan

berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat sekitar baik langsung

maupun tidak langsung menurut Supriharyono (2000). Perubahan

tersebut mempengaruhi perilaku masyarakat yang berakibat pada

menurunnya pendapatan mereka.

Dalam proses pembangunan, aspek sosial ekonomi penduduk

merupakan dasar yang sangat penting. Menurut Hagul (1985)

pendekatan sosial ekonomi pembangunan terbatasi atas tiga

berdasarkan manusianya, yaitu :

1. The Trickle Down Theory, yaitu suatu pendekatan program

percepatan pembangunan dan hasilnya dinikmati baik secara

langsung atau tidak oleh masyarakat.

2. Basic Needs Approach, yaitu pendekatan yang meliputi upaya

secara langsung menanggulangi masalah kebutuhan pokok misalnya

: Gizi, kesehatan, kebersihan, pendidikan, dll.

3. Development From Within, yaitu pendekatan yang dilakukan

dengan mengembangkan potensi kepercayaan dan kemampuan

masyarakat itu sendiri serta membangun sesuai tujuan yang mereka

kehendaki.

Selanjutnya Reksohadiprodjo (1997) mengemukakan bahwa

pembangunan kota akan mempunyai dampak social ekonomi yang

bernilai positif maupun negatif. Berbagai masalah kota muncul seperti

kemiskinan akibat terbatasnya mata pencaharian dan tingkat

Page 32: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

18

pendapatan, masalah kesehatan yang akan berakibat terhadap

produktivitas, masalah pendidikan yang akan berakibat terhadap

sumber daya manusia, masalah lingkungan hidup yang akan berakibat

terhadap daya dukung kota. Pembangunan kota seperti reklamasi

Pantai yang dilakukan di kota Manado menurut Lumain (2003)

memberikan dampak sosial ekonomi yang positif dan negatif

masyarakat, diantaranya bahwa sebagian penduduk telah beralih

pekerjaan dari nelayan menjadi buruh bangunan dan tukang. Penduduk

yang bekerja sebagai nelayan pendapatannya cenderung menurun

setelah adanya reklamasi Pantai, harga rumah penduduk lebih tinggi

dari harga lahan sebelum reklamasi dan terjadi perubahan

pemanfaatan lahan dari fungsi pemukiman ke fungsi lain seperti Ruko

dan lain-lain.

3. Dampak menurut undang-undang

Dalam Undang –Undang Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun

2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup, dijelaskan bahwa

dampak adalah perubahan lingkungan disebabkan oleh suatu

kegiatan. Dalam penjelasannya, disebutkan bahwa suatu usaha atau

investasi dalam kegiatan pembangunan memiliki kemampuan

potensial menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

Dalam Keputusan Pemerintah No. 14 Menteri Lingkungan Hidup

Tahun 1994, tentang “Penetapan Dampak Penting” terhadap aspek

sosial, yaitu pertama, pranata sosial/lembaga-lembaga yang tumbuh

Page 33: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

19

dikalangan masyarakat; adapt istiadat dan pola kebiasaan yang

berlaku; kedua, proses sosial (kerjasama, akomodasi konflik

dikalangan masyarakat; ketiga, akulturasi, asimilasi dan integrasi dari

berbagai kelompok masyarakat; keempat, kelompok-kelompok dan

organisasi sosial; kelima, pelapisan sosial dikalangan masyarakat;

keenam, perubahan sosial yang sedang berlangsung dikalangan

masyarakat; ketujuh, sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana

usaha dan pekerjaan. Sedangkan dampak terhadap aspek ekonomi,

yaitu : pertama, kesempatan bekerja dan berusaha; kedua, pola

perubahan dan penguasaan lahan dan sumber daya alam; ketiga,

tingkat pendapatan; keempat, sarana dan prasarana infrastruktur;

kelima, pola pemanfaatan sumber daya alam.

Selain itu dampak yang penting ditentukan, oleh : (a) Besarnya

jumlah manusia yang terkena; (b) Luas wilayah penyebaran dampak;

(c) Lamanya dampak berlangsung; (d) Intensitas dampak; (e)

Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak;

(f) Sifat komulatif dampak; (g) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

Adapun Yuli (1996) lebih jauh lagi menjelaskan bahwa dampak

dari suatu pembangunan tidak terlepas dari dampak yang bersifat

primer dan bersifat sekunder. Adapun dampak yang bersifat primer

menyangkut perubahan yang disebabkan secara langsung oleh suatu

kegiatan pembangunan seperti perubahan lingkungan. Sedangkan

Page 34: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

20

dampak yang bersifat sekunder merupakan kelanjutan dari dampak

yang bersifat primer yang telah terjadi.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dampak sekunder

merupakan dampak tidak langsung dari adanya dampak yang bersifat

primer akibat adanya perubahan lingkungan. Sedangkan dari

perkembangan dampak pembangunan tersebut akan melahirkan

dampak positif yang memberikan keuntungan atau dampak negatif

merupakan bentuk yang menimbulkan kerugian bagi manusia dan

makhluk hidup lainnya.

Menurut Lubis (1997), dalam PP No. 50 Tahun 1993 dijelaskan

bahwa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Regional

sebagai hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan

pembangunan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam

suatu kesatuan hamparan ekosistem zona rencana pengembangan

wilayah sesuai dengan RUTRD dengan melibatkan kewenangan dari

satu instansi. Konsep dan metodologi pembangunan diperlukan untuk

menilai kelayakan lingkungan suatu rencana pembangunan skala

besar yang umumnya terletak pada daerah rawan, kawasan banjir,

pulau kecil, DAS, hutan lindung, dan daerah resapan air. Kajian

AMDAL Regional dapat memberikan informasi tentang kecenderungan

perkembangan suatu wilayah, faktor pendorong, pembatas serta

dampaknya baik terhadap lingkungan fisik, maupun sosial ekonomi.

Page 35: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

21

Beranjak dari kesadaran akan pengaruh yang timbul dari

dampak suatu kegiatan terhadap lingkungan hidup, baik untuk jangka

pendek maupun jangka panjang, maka pemerintah menyiapkan

seperangkat peraturan-peraturan yang dijadikan acuan bagi

pelaksanaan kegiatan pembangunan, dalam bentuk undang-undang

pengelolaan lingkungan hidup dan peraturan pelaksanaannya. Oleh

karena, setiap kegiatan atau usaha wajib dilengkapi dengan kajian

AMDAL sesuai SK Menteri Lingkungan Hidup No.17 Tahun 2001 yang

diperkuat dengan SK Walikota Makassar No. 02 Tahun 2001 tentang

kewajiban untuk memiliki/membuat dokumen AMDAL atau Upaya

Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan

(UPL) bagi kegiatan yang berpeluang menimbulkan berdampak

terhadap lingkungan di Kota Makassar.

Menurut Soemarwoto (2001), untuk dapat melihat dan

menjelaskan bahwa suatu dampak atau perubahan telah terjadi pada

suatu kawasan, maka kita harus mempunyai bahan perbandingan

sebagai bahan acuan. Salah satu bahan yang dapat menjadi acuan

adalah “keadaan sebelum terjadi perubahan”. Ada dua batasan penting

bagi kita dalam menganalisis terjadinya dampak, yaitu :

1. Dampak suatu aktivitas terhadap lingkungan adalah perbedaan

antara aspek lingkungan sebelum aktivitas terjadi dengan yang

aspek lingkungan setelah adanya aktivitas tersebut.

Page 36: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

22

2. Dampak aktivitas terhadap lingkungan adalah perbedaan antara

aspek lingkungan tanpa adanya aktivitas dengan aspek lingkungan

yang diperkirakan terjadi setelah adanya aktivitas.

Dari beberapa konsep dampak yang telah dipaparkan di atas

yang merupakan kutipan buku studi AMDAL untuk menganalisis dan

sebagai bahan pedoman untuk mengetahui konsep dampak yang

sehubungan dengan judul penelitian ini, maka dampak yang

diperkirakan terjadi di lokasi penelitian adalah sebelum Jalan Metro

terbangun masih banyak terdapat banyak hasil laut untuk dijual oleh

komunitas nelayan Mariso. Setelah ada Jalan Metro terjadi perubahan

lingkungan seiring dengan semakin berkurangnya biota perairan dan

sebagian lagi telah hilang dari habitatnya.

Perubahan lingkungan yang terjadi di Teluk Losari telah

berdampak lebih lanjut terhadap komunitas nelayan Mariso yang

ditandai dengan terjadinya perubahan aspek sosial ekonomi, yaitu

pertama, terjadinya konflik pemanfaatan lahan; kedua, terjadinya

perubahan lokasi lahan penangkapan; ketiga, perubahan penggunaan

fasilitas dalam bekerja; keempat, kelima, terjadinya perubahan jumlah

perolehan hasil-hasil laut; keenam, perubahan jumlah perolehan

penghasilan; ketujuh, terjadinya perubahan status pekerjaan dan alih

profesi di lokasi penelitian.

Page 37: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

23

4. Dampak Pencemaran Lingkungan

Pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan sangat

penting agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan.

Meningkatnya perhatian masyarakat mulai menyadari akibat-akibat

yang ditimbulkan dan kerusakan lingkungan hidup.

Masalah kerusakan lingkungan disebabkan oleh tangan-tangan

manusia itu sendiri. Untuk menjaga kelestarian lingkungan, harus ada

penegakan hukum lingkungan. Selain itu, tak kalah penting adalah

menumbuhkan kesadaran yang tinggi pada masyarakat dalam

pemeliharaan lingkungan. Untuk menumbuhkan kesadaran tersebut,

maka perlu kita ketahui terlebih dahulu dampak yang terjadi akibat

kerusakan lingkungan yang berupa pencemaran udara, air, dan tanah.

a. Pencemaran Air

Pencemaran air adalah masuknya bahan pencemar ke

dalam lingkungan perairan, sehingga menurunkan kualitas air.

Bahan pencemar ini dapat membunuh hewan dan tumbuhan yang

hidup di dalamnya. Selain itu, dapat mengganggu atau

memutuskan jaring-jaring makanan di lingkungan perairan.

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi

kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi tidak dapat terlepas dari

kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses

kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di

bumi tidak ada air.

Page 38: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

24

Salah satu akibat yang ditimbulkan dari reklamasi Pantai

adalah adanya perubahan pola arus sehingga akan membuat

penumpukan sampah pada area tertentu pada sebuah area

Pantai, hal tersebut dapat kita lihat pada gambar 2 berikut.

Gambar 2. Penumpukan Sampah Pada Pantai Losari

Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat

perhatian serius. Untuk mendapat air yang baik, yang sesuai

dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal

karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah

dari kegiatan manusia.

Pencemaran air terjadi sejak lama dan telah kita ketahui

bersama, baik di laut, sungai, danau bahkan parit di depan rumah

Page 39: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

25

kita. Air yang berwarna kecoklatan bahkan hitam seolah sudah

menjadi pemandangan yang biasa dan dapat kita lihat sehari hari.

Pencemaran air disebabkan oleh aktifitas manusia sehari

hari yang dapat mengakibatkan adanya perubahan pada kualitas

air tersebut. Pencemaran air ini terjadi di sungai, lautan, danau dan

air bawah tanah.

Tingkat pencemaran yang terberat adalah akibat limbah

industri yang dibuang ke sungai dan juga tumpahan minyak di

lautan. Pencemaran di sungai dan di lautan ini telah menyebabkan

ekosistem dan habitat air menjadi rusak bahkan mati. Untuk sungai,

pembuangan limbah industri/pabrik telah merusak habitat sungai

sepanjang puluhan kilometer.

Limbah industri ini mengandung logam berat, toksin organik,

minyak dan zat lainnya yang memiliki efek termal dan juga dapat

mengurangi kandungan oksigen dalam air. Limbah berbahaya ini

selain menyebabkan kerusakan bahkan matinya habitat sungai,

juga mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan bagi masyarakat

yang tinggal di sepanjang sungai yang menggunakan air sungai

tersebut untuk keperluan MCK (mandi, cuci dan kakus).

(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-

industri/dampak-pencemaran-terhadap-lingkungan/)

Tidak hanya sepanjang aliran sungai, resapan bahan kimia

juga mencemari air bawah tanah sepanjang belasan bahkan

Page 40: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

26

puluhan meter dari sungai tersebut. Pengeboran air bawah tanah

yang dilakukan penduduk di dekat aliran sungai sering kali

mendapatkan air bawah tanah yang keruh kehitaman, berbau

bahkan berlendir dan bila dipaksakan untuk keperluan MCK akan

mengakibatkan penyakit dan gatal gatal pada kulit.

Selain limbah industri, limbah rumah tangga juga memiliki

peranan yang besar dalam pencemaran air. Limbah rumah tangga

ini terbagi menjadi 2 golongan, yakni limbah organik dan anorganik.

Limbah organik adalah limbah yang dapat diuraikan oleh bakteri,

seperti sisa sayuran, buah dan daun daunan. Sementara limbah

anorganik tidak dapat diurai oleh bakteri, seperti bekas kaca, karet,

plastik, logam, kain, kayu, kulit, dan lain-lain.

Untuk pertanian, penggunaan pupuk dan pestisida yang

berlebihan juga dapat mencemari air di lingkungan sekitarnya.

Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang

pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan enceng gondok.

Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini dapat

menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan oleh pencemaran

air dan deterjen.

Limbah pestisida memiliki aktifitas jangka waktu yang lama

dan ketika terbawa aliran air keluar dari areal pertanian, dapat

mematikan hewan yang bukan sasaran seperti ikan, udang dan

hewan air lainnya. Pestisida mempunyai sifat relatif tidak larut

Page 41: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

27

dalam air. Tetapi relatif mudah larut dan konsentrasinya cenderung

meningkat dalam lemak dan sel sel tubuh mahluk hidup yang

disebut Biological Amplification, sehingga apabila masuk ke dalam

mata rantai makanan konsentrasinya makin tinggi dan tertinggi

adalah konsumen puncak. Contohnya, ketika dalam tubuh ikan

kadarnya 6 ppm, di dalam tubuh burung pemakan ikan kadarnya

meningkat menjadi 100 ppm dan akan meningkat terus sampai

konsumen puncak.

Limbah pertambangan seperti batu bara biasanya tercemar

asam sulfat dan senyawa besi, yang dapat mengalir ke luar daerah

pertambangan. Air yang mengandung kedua senyawa ini dapat

berubah menjadi asam. Limbah pertambangan yang bersifat asam

dapat menyebabkan korosi dan melarutkan logam-logam sehingga

air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan

kehidupan akuatik.

(http://www.airminumisiulang.com/news/58/dampak_pecemaran_air

_bagi_manusia_dan_lingkungan)

1. Indikator Pencemaran Air

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar

adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang

dapat digolongkan menjadi :

Page 42: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

28

- Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air

berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan

suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau dan rasa

- Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran

air berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH

- Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran

air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air,

terutama ada tidaknya bakteri pathogen.

Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan

pencemaran air adalah pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen

terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen biokimia

(Biochemical Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen

kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD).

pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan

mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa

tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka

air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di

atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan

industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu

kehidupan biota akuatik.

Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan

pH dan menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi

Page 43: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

29

proses biokimiawi perairan , misalnya proses nitrifikasi akan

berakhir pada pH yang rendah. Pengaruh nilai pH pada komunitas

biologi perairan dapat dilihat pada table di bawah ini :

Tabel 1 : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan

Nilai pH Pengaruh Umum

6,0 – 6,5 1. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun

2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak mengalami perubahan

5,5 – 6,0 1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin tampak

2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belum mengalami perubahan yang berarti

3. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral

5,0 – 5,5 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton dan bentos semakin besar

2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos

3. Algae hijau berfilamen semakin banyak 4. Proses nitrifikasi terhambat

4,5 – 5,0 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton dan bentos semakin besar

2. Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos

3. Algae hijau berfilamen semakin banyak 4. Proses nitrifikasi terhambat

Sumber : modifikasi Baker et al., 1990 dalam Efendi, 2003

Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak

dapat bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae

yaitu Chlamydomonas acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan

algae Euglena pada pH 1,6.

Page 44: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

30

Oksigen terlarut (DO)

Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikroorganisme

dalam air tidak dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan

untuk proses degradasi senyawa organic dalam air. Oksigen dapat

dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa algae. Oksigen

yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak efisien, karena

oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh algae untuk

proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen

dalam air tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir.

Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kalarutan

oksigen jenuh dalam air pada 25o C dan tekanan 1 atmosfir adalah

8,32 mg/L (Warlina, 1985).

Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan

pengaruh fisiologis bagi manusia. Ikan dan organisme akuatik lain

membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah cukup banyak.

Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar organisme. Keberadaan

logam berat yang berlebihan di perairan akan mempengaruhi

system respirasi organisme akuatik, sehingga pada saat kadar

oksigen terlarut rendah dan terdapat logam berat dengan

konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih menderita

(Tebbut, 1992 dalam Effendi, 2003).

Pada siang hari, ketika matahari bersinar terang, pelepasan

oksigen oleh proses fotosintesa yang berlangsung intensif pada

Page 45: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

31

lapisan eufotik lebih besar daripada oksigen yang dikonsumsi oleh

proses respirasi. Kadar oksigen terlarut dapat melebihi kadar

oksigen jenuh, sehingga perairan mengalami supersaturasi.

Sedangkan pada malam hari, tidak ada fotosintesa, tetapi respirasi

terus berlangsung. Pola perubahan kadar oksigen ini

mengakibatkan terjadinya fluktuasi harian oksigen pada lapisan

eufotik perairan. Kadar oksigen maksimum terjadi pada sore hari

dan minimum pada pagi hari.

Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

Dekomposisi bahan organic terdiri atas 2 tahap, yaitu

terurainya bahan organic menjadi anorganik dan bahan anorganik

yang tidak stabil berubah menjadi bahan anorganik yang stabil,

misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi nitrit atau nitrat

(nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap

pertama yang berperan, sedangkan oksidasi bahan anorganik

(nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu.

Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang

dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk

memecah (mendegradasi) bahan buangan organic yang ada dalam

air menjadi karbondioksida dan air. Pada dasarnya, proses oksidasi

bahan organic berlangsung cukup lama. Menurut Sawyer dan

McCarty, 1978 (Effendi, 2003) proses penguraian bahan buangan

Page 46: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

32

organic melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme atau oleh

bakteri aerobic adalah :

CnHaObNc + (n + a/4 – b/2 – 3c/4) O2 → n CO2 + (a/2 – 3c/2) H2O + c NH3

Bahan organic oksigen bakteri aerob

Untuk kepentingan praktis, proses oksidasi dianggap

lengkap selama 20 hari, tetapi penentuan BOD selama 20 hari

dianggap masih cukup lama. Penentuan BOD ditetapkan selam 5

hari inkubasi, maka biasa disebut BOD5. Selain memperpendek

waktu yang diperlukan, hal ini juga dimaksudkan untuk

meminimumkan pengaruh oksidasi ammonia yang menggunakan

oksigen juga. Selama 5 hari masa inkubasi, diperkirakan 70% -

80% bahan organic telah mengalami oksidasi. (Effendi, 2003).

Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung

pada tingkat kebersihan air. Air yang bersih relative mengandung

mikroorganisme lebih sedikit dibandingkan yang tercemar. Air yang

telah tercemar oleh bahan buangan yang bersifat antiseptic atau

bersifat racun, seperti fenol, kreolin, detergen, asam cianida,

insektisida dan sebagainya, jumlah mikroorganismenya juga

relative sedikit. Sehingga makin besar kadar BOD nya, maka

merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar,

sebagai contoh adalah kadar maksimum BOD5 yang diperkenankan

untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme

akuatik adalah 3,0 – 6,0 mg/L berdasarkan UNESCO/WHO/UNEP,

1992. Sedangkan berdasarkan Kep.51/MENKLH/10/1995 nilai

Page 47: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

33

BOD5 untuk baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri golongan I

adalah 50 mg/L dan golongan II adalah 150 mg/L.

Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)

COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan

buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia

baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar

didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan dioksidasi oleh

kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen

(oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion

chrom. Reaksinya sebagai berikut :

HaHbOc + Cr2O7 2- + H + → CO2 + H2O + Cr 3+

Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten

terhadap degradasi biologis, misalnya tannin, fenol, polisacharida

dansebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD

daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat organic dapat

dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam

suasana asam, diperkirakan 95% - 100% bahan organic dapat

dioksidasi.

Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak

diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD

pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/l,

sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/l dan

Page 48: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

34

pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L

(UNESCO,WHO/UNEP, 1992).

2. Sumber Pencemaran Air

Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara

umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber

kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung

meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah

tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan

yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir

berupa hujan (Pencemaran Ling. Online, 2003). Pada dasarnya

sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga dan

pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas

pertanian misalnya pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfir

juga berasal dari aktifitas manusia yaitu pencemaran udara yang

menghasilkan hujan asam.

Pengaruh bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut,

dan partikulat terhadap lingkungan perairan dan kesehatan

manusia dapat ditunjukkan secara skematik sebagai berikut :

Page 49: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

35

Gambar 3 : Bagan Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Pencemar terhadap Lingkungan Perairan

3. Komponen Pencemaran Air

Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan

hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial.

Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air

tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang biasa digunakan di

pertanian, industri atau rumah tangga, detergen yang biasa

digunakan di rumah tangga atau PCBs yang biasa digunakan pada

alat-alat elektronik.

Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air,

ternyata komponen pencemaran air turut menentukan bagaimana

Sumber

pencemaran

Gas-gas

pencemar

Bahan

pencemar

terlarut

Bahan

pencemar

partikulat

Atmosfir

Biota

akuatik

Biota

terestial

Badan air

Tanah

Kesehatan

manusia

Komponen

Lingkungan

Sumber Pencemaran

Kesehatan

Manusia

Sumber : Effendi (2003)

Page 50: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

36

indikator tersebut terjadi. Menurut Wardhana (1995), komponen

pencemaran air dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan:

1. padat

2. organic dan olahan bahan makanan

3. anorganik

4. cairan berminyak

5. berupa panas

6. zat kimia.

Bahan buangan padat

Yang dimaksud bahan buangan padat adalah bahan

buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar atau yang halus,

misalnya sampah. Buangan tersebut bila dibuang ke air menjadi

pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan

ataupun pembentukan koloidal.

Apabila bahan buangan padat tersebut menimbulkan

pelarutan, maka kepekatan atau berat jenis air akan naik. Kadang-

kadang pelarutan ini disertai pula dengan perubahan warna air. Air

yang mengandung larutan pekat dan berwarna gelap akan

mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Sehingga proses

fotosintesa tanaman dalam air akan terganggu. Jumlah oksigen

terlarut dalam air menjadi berkurang, kehidupan organisme dalam

air juga terganggu.

Page 51: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

37

Terjadinya endapan di dasar perairan akan sangat

mengganggu kehidupan organisme dalam air, karena endapan

akan menutup permukaan dasar air yang mungkin mengandung

telur ikan sehingga tidak dapat menetas. Selain itu, endapan juga

dapat menghalangi sumber makanan ikan dalam air serta

menghalangi datangnya sinar matahari.

Pembentukan koloidal terjadi bila buangan tersebut

berbentuk halus, sehingga sebagian ada yang larut dan sebagian

lagi ada yang melayang-layang sehingga air menjadi keruh.

Kekeruhan ini juga menghalangi penetrasi sinar matahari, sehingga

menghambat fotosintesa dan berkurangnya kadar oksigen dalam

air.

Bahan buangan organic dan olahan bahan makanan

Bahan buangan organic umumnya berupa limbah yang

dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga

bila dibuang ke perairan akan menaikkan populasi mikroorganisme.

Kadar BOD dalam hal ini akan naik. Tidak tertutup kemungkinan

dengan bertambahnya mikroorganisme dapat berkembang pula

bakteri pathogen yang berbahaya bagi manusia. Demikian pula

untuk buangan olahan bahan makanan yang sebenarnya adalah

juga bahan buangan organic yang baunya lebih menyengat.

Umumnya buangan olahan makanan mengandung protein dan

Page 52: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

38

gugus amin, maka bila didegradasi akan terurai menjadi senyawa

yang mudah menguap dan berbau busuk (misal. NH3).

Bahan buangan anorganik

Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh

mikroorganisme, umumnya adalah logam. Apabila masuk ke

perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam

air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah

industri yang melibatkan penggunaan unsure-unsur logam seperti

timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), air raksa atau merkuri (Hg),

Nikel (Ni), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dll.

Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air

bersifat sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena

dapat merusak peralatan yang terbuat dari besi melalui proses

pengkaratan (korosi). Juga dapat menimbulkan endapan atau kerak

pada peralatan.

Apabila ion-ion logam berasal dari logam berat maupun yang

bersifat racun seperti Pb, Cd ataupun Hg, maka air yang

mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi tubuh

manusia, air tersebut tidak layak minum.

Bahan buangan cairan berminyak

Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan

akan mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan

Page 53: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

39

minyak mengandung senyawa yang volatile, maka akan terjadi

penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan

air akan menyusut. Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis

minyak dan waktu. Lapisan minyak pada permukaan air dapat

terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan

waktu yang lama.

Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu

mikroorganisme dalam air. Ini disebabkan lapisan tersebut akan

menghalangi diffusi oksigen dari udara ke dalam air, sehingga

oksigen terlarut akan berkurang. Juga lapisan tersebut akan

menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga

fotosintesapun terganggu. Selain itu, burungpun ikut terganggu,

karena bulunya jadi lengket, tidak dapat mengembang lagi akibat

kena minyak.

Bahan buangan zat kimia

Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam

bahan pencemar air ini akan dikelompokkan menjadi :

a. Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya),

b. Bahan pemberantas hama (insektisida),

c. Zat warna kimia,

d. Zat radioaktif

Page 54: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

40

a. Sabun

Adanya bahan buangan zat kimia yang berupa sabun (deterjen,

sampo dan bahan pembersih lainnya) yang berlebihan di dalam

air ditandai dengan timbulnya buih-buih sabun pada permukaan

air. Sebenarnya ada perbedaan antara sabun dan deterjen serta

bahan pembersih lainnya. Sabun berasal dari asam lemak

(stearat, palmitat atau oleat) yang direaksikan dengan basa

Na(OH) atau K(OH), berdasarkan reaksi kimia berikut ini :

C17H35COOH + Na(OH) C17H35COONa + H2O

Asam stearat basa sabun

Sabun natron (sabun keras) adalah garam natrium asam lemak

seperti pada contoh reaksi di atas. Sedangkan sabun lunak

adalah garam kalium asam lemak yang diperoleh dari reaksi

asam lemak dengan basa K(OH). Sabun lemak diberi pewarna

yang menarik dan pewangi (parfum) yang enak serta bahan

antiseptic seperti pada sabun mandi. Beberapa sifat sabun

antara lain adalah sebagai berikut :

a. Larutan sabun mempunyai sifat membersihkan karena

dapat mengemulsikan kotoran yang melekat pada badan

atau pakaian

b. Sabun dengan air sadah tidak dapat membentuk busa, tapi

akan membentuk endapan :

Page 55: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

41

2 (C17H35COONa) + CaSO4 → (C17H35COO)2Ca + Na2SO4

Endapan

c. Larutan sabun bereaksi basa karena terjadi hidrolisis

sebagian.

Sedangkan deterjen adalah juga bahan pembersih seperti

halnya sabun, akan tetapi dibuat dari senyawa petrokimia. Deterjen

mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sabun, karena dapat

bekerja pada air sadah. Bahan deterjen yang umum digunakan

adalah dedocylbenzensulfonat. Deterjen dalam air akan mengalami

ionisassi membentuk komponen bipolar aktif yang akan mengikat

ion Ca dan/atau ion Mg pada air sadah. Komponen bipolar aktif

terbentuk pada ujung dodecylbenzen-sulfonat. Untuk dapat

membersihkan kotoran dengan baik, deterjen diberi bahan

pembentuk yang bersifat alkalis. Contoh bahan pembentuk yang

bersifat alkalis adalah natrium tripoliposfat.

Bahan buangan berupa sabun dan deterjen di dalam air

lingkungan akan mengganggu karena alasan berikut :

a. Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat

mengganggu kehidupan organisme di dalam air. Deterjen yang

menggunakan bahan non-Fosfat akan menaikkan pH air

sampai sekitar 10,5 – 11.

b. Bahan antiseptic yang ditambahkan ke dalam sabun/deterjen

juga mengganggu kehidupan mikro organisme di dalam air,

bahkan dapat mematikan

Page 56: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

42

c. Ada sebagian bahan sabun atau deterjen yang tidak dapat

dipecah (didegradasi oleh mikro organisme yang ada di dalam

air. Keadaan ini sudah barang tentu akan merugikan

lingkungan. Namun akhir-akhir ini mulai banyak digunakan

bahan sabun/deterjen yang dapat didegradsi oleh

mikroorganisme

Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi menjadi

empat kategori (KLH, 2004), yaitu :

Dampak Terhadap Kehidupan Biota Air

Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan

menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air

tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air

yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi

perkembangannya. Selain itu kematian dapat pula terjadi

disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan

kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air.

Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan

air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga

terhambat. Dengan air limbah menjadi sulit terurai, panas dari

industri juga akan membawa dampak bagi kematian organisme,

apabila air limbah tidak didinginkan dahulu.

Dampak Terhadap Kualitas Air Tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur

dengan faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal

Page 57: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

43

ini telah dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta.

Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran

tersebut

Dampak Terhadap Kesehatan

Peran air sebagai pembawa penyakit menular

bermacam-macam antara lain, air sebagai media untuk hidup

mikroba pathogen, air sebagai sarang insekta penyebar

penyakit, jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia

bersangkutan tidak dapat membersihkan diri, serta air sebagai

media untuk hidup vektor penyakit.

Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori

water-borne diseases, atau penyakit penyakit yang dibawa oleh

air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah. Penyakit-

penyakit ini dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya

dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis

mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri,

protozoa dan metazoa.

Page 58: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

44

Tabel 2 . Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agennya

Agen Penyakit

Virus Rotavirus Diare pada anak Virus Hepatitis A Hepatitis A Virus Poliomyelitis Polio (myelitis anterior acuta)

Diare pada anak Hepatitis A Polio (myelitis anterior acuta)

Bakteri Vibrio cholerae Cholera Escherichia Coli Diare/Dysenterie Enteropatogenik Salmonella typhi Typhus abdominalis Salmonella paratyphi Paratyphus Shigella dysenteriae Dysenterie

Cholera Diare/Dysenterie Typhus abdominalis Paratyphus Dysenterie

Protozoa Entamuba histolytica Dysentrie amoeba Balantidia coli Balantidiasis Giarda lamblia Giardiasis

Dysentrie amoeba Balantidiasis Giardiasis

Metazoa Ascaris lumbricoides Ascariasis Clonorchis sinensis Clonorchiasis Diphyllobothrium latum Diphylobothriasis Taenia saginata/solium Taeniasis Schistosoma Schistosomiasis

Ascariasis Clonorchiasis Diphylobothriasis Taeniasis Schistosomiasis

Dampak Terhadap Estetika Lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke

lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin

tercemar, yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat

disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika

lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat

Page 59: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

45

mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut juga

menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan

limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan

busa yang sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika.

b. Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia

buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami.

Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau

bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida,

masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-

permukaan, kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia

atau limbah, air limbah dari tempat penimbunan sampah serta

limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak

memenuhi syarat (illegal dumping).

Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari

permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan

atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam

tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat

beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada

manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan

udara di atasnya.

Page 60: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

46

Adapun dampak pencemaran tanah bagi makhluk hidup

antara lain :

a. Dampak Pencemaran Tanah Bagi Kesehatan

Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan

tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan

kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam

pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk

semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak,

karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan

ginjal pada seluruh populasi.

Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada

konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena

leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat

menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat

diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati.

Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan ganguan pada

saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin

merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan

sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak

kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi

mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di

atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah

dapat menyebabkan kematian.

Page 61: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

47

b. Dampak pencemaran tanah terhadap ekosistem.

Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari

adanya bahan kimia beracun atau berbahaya bahkan pada

dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat

menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme

endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah

tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa

spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat

yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai

makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk

kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida

makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-

kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni

piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini,

seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya

cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anakan dan

kemungkinan hilangnya spesies tersebut.

c. Dampak pencemaran tanah pada pertanian.

Dampak pencemaran tanah pada pertanian terutama

perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat

menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat

menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di

mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi.

Page 62: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

48

Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang

panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan

terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_tanah)

C. Kondisi Sosial Ekonomi dan Pemberdayaan Pesisir

1. Ciri dan Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir merupakan sekelompok manusia yang

tinggal di sekitar pesisir Pantai, dimana sebagian besar dari

penghidupan mereka diperoleh dari melakukan aktifitas disekitar

pesisir dan laut. Kemiskinan adalah ciri yang sangat menonjol dari

kehidupan masyarakat pesisir di Indonesia, khususnya nelayan.

Secara umum nelayan lebih miskin dibanding petani. Hal ini terutama

disebabkan oleh: (1) tantangan alam yang dihadapi nelayan sangat

berat, termasuk faktor musim; (2) pola kerja yang homogen dan

bergantung hanya pada satu sumber penghasilan; (3) keterbatasan

penguasaan modal, perahu, dan alat tangkap; (4) keadaan pemukiman

dan perumahan yang tidak memadai;(5) karakteristik sosial-ekonomi

belum mengarah pada sektor jasa lingkungan (Rahardjo, 1999), seperti

kegiatan wisata.

Page 63: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

49

Gambar 4. Kegiatan ekonomi masyarakat pesisir

Menurut Nikijuluw (2003), yang dimaksud masyarakat pesisir

adalah kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber

kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada

pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir; mereka terdiri dari nelayan

pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya,

pedagang ikan, pengolah ikan, pemasok faktor sarana produksi

perikanan. Dalam bidang nonperikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri

dari penjual jasa pariwisata, penjual jasa transportasi, serta I kelompok

Page 64: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

50

lainnya yang memanfaatkan sumberdaya nonhayati laut dan pesisir

untuk menyokong kehidupannya (Tuwo, 2011)

Nelayan, pembudidaya ikan, dan pedagang merupakan

kelompok masyarakat pesisir yang secara langsung mengusahakan

dan memanfaatkan sumberdaya ikan melalui kegiatan penangkapan

dan budidaya. Kelompok ini pula yang mendominasi pemukiman di

wilayah Pantai pada pulau-pulau besar dan kecil di Indonesia

(Nikijuluw, 2003). pesisir ada yang menjadi pengusaha skala kecil dan

menengah, namun lebih banyak dari mereka yang bersifat subsistem,

menjalani usaha dan kegiatan ekonominya untuk menghidupi keluarga

sendiri, dengan skala yang begitu kecil sehingga hasilnya hanya cukup

untuk memenuhi kebutuhan jangka sangat pendek.

Dari sisi usaha perikanan, kelompok masyarakat pesisir yang

miskin terdiri dari rumah tangga perikanan yang menangkap ikan tanpa

menggunakan perahu, menggunakan perahu tanpa motor, dan perahu

bermotor tempel. Dengan skala usaha seperti ini, nelayan hanya

mampu menangkap ikan di daerah dekat Pantai. Dalam kasus tertentu,

nelayan dapat bekerja sama atau bermitra dengan perusahaan besar,

sehingga mereka dapat pergi menangkap ikan lebih jauh dari Pantai

(Nikijuluw, 2003). Namun demikian, peningkatan penghasilan dari hasil

kerja sama ini tidak banyak berarti karena jumlah anggota rumah

tangga yang besar menyebabkan jumlah penghasilan mereka belum

mencukupi untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Page 65: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

51

Kemiskinan sebagai indikator ketertinggalan masyarakat pesisir

ini disebabkan oleh tiga hal pokok, yaitu: kemiskinan struktural,

superstruktural dan kultural (Nikijuluw, 2003). Kemiskinan struktural

adalah kemiskinan yang disebabkan karena pengaruh faktor atau

variabel eksternal individu. Variabel kemiskinan struktural adalah

struktur sosial-ekonomi masyarakat, ketersediaan insentif atau

disinsentif pembangunan, ketersediaan fasilitas pembangunan,

ketersediaan teknologi, dan ketersediaan sumberdaya pembangunan,

khususnya sumberdaya alam. Hubungan antara variabel-variabel ini

dengan kemiskinan umumnya bersifat terbalik, artinya semakin tinggi

intensitas, volume, dan kualitas variabel tersebut, maka kemiskinan

semakin berkurang. Kaitan antara variabel struktur sosial-ekonomi

dengan kemiskinan lebih sulit ditentukan, namun keadaan sosial-

ekonomi masyarakat yang terjadi di sekitar atau di lingkup nelayan

menentukan kemiskinan dan kesejahteraan mereka.

Kemiskinan superstruktural adalah kemiskinan yang disebabkan

karena variabel kebijakan makro yang tidak atau kurang berpihak pada

pembangunan masyarakat nelayan. Variabel superstruktur adalah

adanya kebijakan fiskal, kebijakan moneter, ketersediaan hukum dan

perundang-undangan, kebijakan pemerintah yang diimplementasikan

dalam proyek dan program pembangunan. Kemiskinan superstruktural

sulit diatasi jika tidak disertai keinginan dan kemauan secara tulus dari

pemerintah untuk mengatasinya. Kesulitan superstruktural juga

Page 66: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

52

disebabkan oleh kompetisi antar sektor, antar daerah, dan antar

institusi. Ketiga bentuk kompetisi ini menyebabkan terjadinya

ketimpangan dan kesenjangan pembangunan. Kemiskinan

superstruktural hanya bisa diatasi apabila pemerintah, baik tingkat

pusat maupun daerah, memiliki komitmen kuat dan tindakan untuk

mensejahterakan masyarakat miskin (Nikijuluw, 2003).

Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang disebabkan karena

variabel yang melekat, inheren, dan menjadi gaya hidup tertentu yang

menyebabkan individu yang bersangkutan sulit keluar dari kemiskinan

karena faktor tersebut tidak disadari atau tidak diketahui oleh individu

yang bersangkutan (Nikijuluw, 2003). Variabel penyebab kemiskinan

kultural adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, adat, budaya,

kepercayaan, kesetiaan pada pandangan tertentu, dan ketaatan pada

panutan. Kemiskinan secara kultural ini agak sulit untuk di-atasi.

Umumnya pengaruh panutan, baik yang bersifat formal, informal,

maupun asli atau sangat menentukan keberhasilan upaya

pengentasan kemiskinan kultural ini.

Kemiskinan masyarakat pesisir, khususnya nelayan, lebih

banyak disebabkan karena faktor sosial-ekonomi yang terkait

karakteristik sumberdaya dan teknologi yang digunakan. Smith (1979)

dan Anderson (1979) berkesimpulan bahwa kekakuan aset perikanan

adalah alasan utama kenapa nelayan tetap bergelut dengan

kemiskinan dan sepertinya tidak ada upaya mereka untuk keluar dari

Page 67: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

53

kemiskinan itu. Kekakuan aset adalah karena sifat aset perikanan yang

sulit untuk di-likuidasi atau diubah bentuk dan fungsinya untuk

digunakan bagi kepentingan lain. Akibatnya, pada saat produktivitas

aset tersebut rendah, nelayan tidak mampu untuk mengalihfungsikan

atau melikuidasi aset tersebut. Oleh sebab itu, meskipun rendah

produktivitas, nelayan tetap melakukan operasi penangkapan ikan

yang sesungguhnya tidak lagi efisien secara ekonomis.

Subade and Abdullah (1993) mengemukakan pendapat lain,

bahwa nelayan bertahan pada industri perikanan karena terbatasnya

opportunity cost mereka. Opportunity cost nelayan adalah

kemungkinan lain yang bisa dikerjakan nelayan bi-la saja mereka tidak

menangkap ikan. Bila opportunity cost rendah, maka nelayan

cenderung tetap melaksanakan usaha-nya meskipun usaha tersebut

tidak lagi menguntungkan dan efisien. Panayotou (1982) menekankan

bahwa nelayan lebih senang memiliki kepuasaan hidup yang diperoleh

dari hasil menangkap ikan dibandingkan kegiatan yang hanya

berorientasi pada peningkatan pendapatan. Jalan hidup seperti ini sulit

untuk mengeluarkan nelayan dari kemiskinan karena nelayan merasa

sudah bahagia dengan kehidupan itu.

2. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Kekurangberdayaan masyarakat pesisir antara lain disebabkan

oleh keterbatasan mereka dalam penguasaan ilmu, teknologi, modal,

dan kelembagaan usaha. Selama ini dikenal lima pendekatan yang

Page 68: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

54

dapat dilakukan untuk memberdayakan masyarakat pesisir, yaitu: (1)

penciptaan lapangan kerja alternatif sebagai sumber pendapatan lain

bagi keluarga; (2) mendekatkan masyarakat dengan sumber modal

dengan penekanan pada penciptaan mekanisme mendanai diri sendiri;

(3) mendekatkan masyarakat dengan sumber teknologi baru yang lebih

berhasil dan berdaya guna; (4) mendekatkan masyarakat dengan

pasar; dan (5) membangun solidaritas serta aksi kolektif di tengah

masyarakat (Nikijuluw, 2003). Keberhasilan pelaksanaan pendekatan

ini mensyaratkan adanya perhatian secara sungguh-sungguh aspirasi,

keinginan, kebutuhan, pendapatan, dan potensi sumberdaya yang

dimiliki masyarakat.

Pengembangan mata pencaharian alternatif perlu men-dapat

perhatian karena sumberdaya pesisir dan perikanan telah banyak

mengalami tekanan dan degradasi. Selain itu, nelayan banyak yang

terkonsentrasi pada daerah pesisir tertentu sehingga kelebihan jumlah

nelayan. Hal ini menyebabkan potensi sumberdaya ikan yang tersedia

terlalu banyak yang menangkap sehingga hasil tangkapan sudah tidak

bisa dijadikan andalan bagi peningkatan kesejahteraan. Kemiskinan

masyarakat pesisir juga dapat disebabkan oleh status sumberdaya

perikanan yang secara de facto merupakan akses terbuka sehingga

semua orang dapat melakukan penangkapan ikan; di lain pihak tidak

sedikit nelayan yang melakukan penangkapan secara tidak ramah

Page 69: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

55

lingkungan (Nikijuluw, 2003). Hal ini membawa serangkaian dampak

yang berakhir pada kemiskinan masyarakat pesisir.

Smith (1983) mengemukakan bahwa jika kondisi akses terbuka

terus terjadi, maka apapun upaya peningkatan kesejahteraan yang

dilakukan, baik pada kegiatan penangkapan ikan maupun pada

kegiatan yang berkaitan seperti pada pengolahan dan pemasaran ikan,

tidak akan memberikan hasil peningkatan kesejahteraan. Oleh karena

itu, masalah utama pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat pesisir adalah penataan sumberdaya perikanan secara

lebih baik sehingga drama akses terbuka tidak terjadi.

Pemberdayaan masyarakat pesisir juga perlu dilakukan melalui

pengembangan mata pencaharian alternatif yang di-arahkan untuk

mengalihkan profesi nelayan atau sebagai alternatif tambahan

pendapatan. Pengembangan mata pencaharian alternatif bukan saja

dalam bidang perikanan, seperti pengolahan, pemasaran, atau

budidaya ikan, tetapi patut diarahkan ke kegiatan nonperikanan,

seperti Ekowisata Pesisir dan Laut.

Pemberdayaan nelayan dapat dilakukan melalui pengembangan

akses modal. Hal ini sangat penting karena pada dasarnya masyarakat

pesisir, khususnya nelayan dan pembudidaya ikan sangat sulit untuk

memperoleh modal. Sifat bisnis perikanan yang musiman,

ketidakpastian, dan beresiko tinggi sering menjadi alasan keengganan

bank menyediakan modal bagi usaha perikanan. Sifat bisnis perikanan

Page 70: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

56

seperti ini, ditambah kemampuan manajemen nelayan yang rendah

dan ketidakmampuan secara ekonomi membuat nelayan sulit untuk

memenuhi syarat-syarat perbankan (Tuwo, 2011)

Departemen Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat

Pemberdayaan Masyarakat telah berupaya menjalin hubungan dengan

berbagai lembaga perbankan nasional dan daerah untuk menggugah

perhatian mereka agar masuk ke sektor perikanan, namun belum

memberikan hasil sesuai yang diharapkan (Nikijuluw, 2003). Upaya

lain juga telah dilakukan dengan mendekati lembaga lain, melalui

Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi. Beberapa perusahaan

negara dan swasta telah mulai menunjukkan keinginan mereka untuk

membantu masyarakat perikanan dengan cara menyisihkan sebagian

ke-untungan mereka untuk membantu usaha perikanan skala kecil dan

menengah.

Produktivitas yang rendah antara lain disebabkan oleh masih

rendahnya teknologi yang digunakan oleh nelayan, umumnya masih

bersifat teknologi tradisional (Nikijuluw, 2003). Upaya peningkatan

pendapatan perlu dilakukan melalui perbaikan teknologi, mulai dari

teknologi produksi dan pascapanen, hingga pemasaran. Upaya

pemberdayaan masyarakat melalui perbaikan teknologi harus

mempertimbangkan sifat dan karakteristik masyarakat. Upaya-upaya

peningkatan akses masyarakat terhadap teknologi belum banyak

dilakukan karena adanya kesulitan dalam mengidentifikasi jenis dan

Page 71: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

57

tipe teknologi yang dibutuhkan masyarakat. Kesulitan lain dalam

mengakses teknologi disebabkan oleh kurang atau tidak adanya

penyuluh atau orang yang berfungsi sebagai fasilitator dan katalisator.

Aktivitas ekonomi masyarakat pesisir memerlukan dukungan

pasar atau yang dapat diakses pasar dengan baik. Usaha yang tidak

didukung oleh pasar akan sangat terhambat perkembangannya. Upaya

yang perlu dilakukan untuk mengembangkan pasar bagi produk-

produk yang dihasilkan masyarakat pesisir adalah mendekatkan

masyarakat dengan perusahaan besar atau eksportir komoditas

perikanan.

Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah struktur pasar yang

merugikan masyarakat pesisir. Masyarakat masih menghadapi pasar

yang tidak sempurna strukturnya. Monopoli pasar faktor produksi dan

monopoli pembelian produk tidak menguntungkan masyarakat. Hal ini

disebabkan oleh akses informasi yang kurang mengenai harga,

komoditas, kualitas, kuantitas dan kontinyuitas produk (Nikijuluw,

2003). Kelangkaan informasi menyebabkan masyarakat menghasilkan

produk yang serupa sehingga terjadi kejenuhan pemasukan dan

kejatuhan harga.

Aksi kolektif dapat dilakukan melalui pengembangan koperasi

atau kelompok usaha bersama. Aksi kolektif merupakan suatu aksi

bersama yang bermuara pada kesejahteraan setiap anggota. Upaya

pengembangan aksi kolektif yang dilakukan selama ini adalah melalui

Page 72: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

58

pengembangan kelompok yang berbasis agama, seperti koperasi

pondok pesantren. Aksi bersama juga dikembangkan oleh kelompok

yang beraliansi dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tertentu,

yang memang memiliki staf dan dana untuk pembangunan masyarakat

pesisir. Kelompok perempuan juga perlu mendapat perhatian. Untuk

itu, perlu dicari suatu format pemberdayaan perempuan dengan

penekanan pada peranan mereka dalam usaha meningkatkan

ekonomi keluarga.

Pengembangan aksi kolektif masih sangat prematur dan

memerlukan kajian untuk mencari bentuk yang tepat untuk masyarakat

pesisir. Beberapa aksi kolektif yang pernah berkembang namun tidak

murni gagasan masyarakat, seperti perikanan inti rakyat serta

kemitraan usaha antara masyarakat dan pengusaha besar, hanya

membawa ketidakpuasan kepada masyarakat dan berhenti di tengah

jalan. Hal ini terjadi karena aksi semikolektif tersebut terlalu berpihak

kepada kepentingan pengusaha (Nikijuluw, 2003).

D. Kerangka Pikir

Makassar merupakan kota berciri khas Pantai dengan kehidupan

pesisir sebagai vocal point, yang merupakan representasi atas kota

secara makro. Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan lahan, akhir-

akhir ini kota-kota di pesisir Pantai cenderung menambah luasan lahannya

dengan mereklamasi Pantai, yaitu kegiatan menimbun atau memasukkan

material tertentu di kawasan Pantai dengan maksud untuk memperoleh

Page 73: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

59

lahan kering (Nurmandi, 1999). Kegiatan yang sama sementara

dilaksanakan di Kota Makassar yang mereklamasi kawasan Pantai Losari

950 m. Luas areal yang akan diratakan dan dipadatkan mencapai

106.821 m² yang seluruhnya diperuntukkan bagi kepentingan publik

khususnya untuk rekreasi.

Kegiatan reklamasi Pantai Losari sementara berjalan, dimana ada

bagian yang sudah selesai pembangunannya dan masih ada sebagian

yang masih dikerjakan. Kegiatan reklamasi Pantai Losari memiliki dampak

terhadap lingkungan baik secara positif maupun negatif, dimana dampak

ini terutama akan berpengaruh terhadap pencemaran terutama air, udara

dan tanah. Selain itu dampak yang timbul dari reklamasi Pantai Losari ini

juga akan berpengaruh terhadap perubahan sosial dan ekonomi

masyarakat yang ada disekitar Losari dan masyarakat Makassar secara

umum. Apabila dari dampak reklamasi tersebut positif, maka reklamasi

Pantai Losari memiliki dampak yang baik untuk dikembangkan.

Sedangkan apa bila negatif maka harus ada upaya atau rekomendasi

untuk mengurangi dampak tersebut.

Page 74: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

60

Alur Pemikiran Penelitian

Gambar 5. Kerangka alur pemikiran penelitian

E. Hipotesis

1. Reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga memberikan dampak

negatif terhadap pencemaran air, udara dan tanah

2. Reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga memberikan dampak

negatif dan positif terhadap perubahan sosial yang ada disekitar Pantai

Losari.

3. Reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga memberikan dampak

negatif dan positif terhadap perubahan ekonomi masyarakat tersebut.

Makassar

Reklamasi Pantai Losari dan Tanjung

Bunga

Dampak

BERDAMPAK ?

Rekomendasi

1. Pencemaran 2. Sosial dan

Ekonomi

Positif Negatif

Page 75: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

61

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksankan di sepanjang Pantai Losari, Kecamatan,

Ujungpandang dan Tanjung Bunga, Kecamatan Mariso, Kota Makassar,

Propinsi Sulawesi Selatan. Waktu penelitian dilakukan antara bulan Maret-

Juni 2012

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitan

Page 76: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

62

Sumber : Data sekunder yang telah diolah

Gambar 7. Peta Pengambilan Sampel parameter Lingkungan dari beberapa penelitian

Page 77: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

63

B. Populasi dan Teknik Sampel

Populasi dan teknik sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah :

1. Analisis kondisi lingkungan dipergunakan analisis komparatif, yaitu

membandingkan data sebelum reklamasi dan sesudah reklamasi

Pantai Losari dan Tanjung Bunga dengan mengambil dari data

sebelum dan sesudah reklamsi dari berbagai sumber (data sekunder).

2. Analisis Purposive Sampling Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi

dari masyarakat yang tinggal di sekitar Pantai Losari dan Tanjung

Bunga , dimana sampel di ambil 5-10 % dari jumlah kepala keluarga

yang ada di Kecamatan Mariso dan Ujung Pandang (Bahan Ajar

Pelatihan Penilaian AMDAL, 2012). Untuk mengetahui sejauh mana

dampak sosial ekonomi Pantai Losari dari masyarakat yang datang ke

Losari, sampel di ambil secara sengaja sebanyak 20 orang dari

masyarakat yang datang mengunjungi Pantai Losari.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer dan sekunder, dari sejumlah komponen lingkungan yang akan

ditelaah termasuk komponen fisik kimia, dan sosial ekonomi.

Data primer akan diperoleh melalui pengamatan serta wawancara

dengan menggunakan daftar isian kuesioner . Sementara data sekunder

akan ditelusuri pada instansi terkait antara lain berupa peta-peta seperti,

Page 78: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

64

Peta Administrasi, Peta Tata Ruang, serta data-data statistik yang

berhubungan dengan potensi fisik wilayah, kependudukan, struktur

perekonomian dan informasi hasil penelitian sebelumnya berkaitan

dengan komponen lingkungan yang akan ditelaah. Data sekunder

tersebut akan ditelusuri baik yang tersedia di Kecamatan Mariso serta

pada instansi-instansi terkait di Kota Makassar maupun di Provinsi

Sulawesi Selatan. Sedangkan data sekunder mengenai pengukuran

kualitas air, baik sifat fisik dan kimia diperoleh melalui karya ilmiah antara

tahun 2010-2012 yang meneliti mengenai kualitas air di Pantai Losari

Data primer dan sekunder yang dikumpulkan akan digunakan

untuk:

a. Menelaah, mengamati dan mengukur komponen rencana kegiatan

yang diperkirakan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap

lingkungan hidup di dalam dan di sekitar lokasi kegiatan Reklamasi

Pantai Losari.

b. Menelaah, mengamati dan mengukur komponen lingkungan hidup

yang diperkirakan terkena dampak oleh kegiatan reklamasi Pantai

Losari.

D. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis

Kuantitatif dan Analisis Kualitatif (Sugyono, 2011). Dimana Analisis yang

digunakan di bagi menjadi dua bagian yaitu :

Page 79: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

65

1. Analisis Parameter Kualitas Air

Pengumpulan data kualitas air baik fisak dan kimia dilakukan

pada lokasi Pantai Losari dimana data ini kami ambil dari penelitian

sebelumnya yang kami jadikan sebagai sumber data sekunder. Data

ini dipilah berdasarkan lokasi yang menjadi objek penelitian kami yaiu

Pantai Losari.

Analisis data yang di peroleh di analisis dengan pendekatan

Komparatif, dimana membandingkan data kualitas air sebelum dan

sesudah reklamasi Pantai Losari

2. Sosial Ekonomi

Komponen sosial ekonomi merupakan komponen yang penting

di teliti ketika sebuah proyek dilaksanakan, dimana dampak dari

sebuah proyek akan berpengaruh pada kondisi sosial ekonomi

masyarakat disekitarnya, baik dampak negatif maupun dampak positif

yang akan ditimbulkannya

Metode analisis data yang di gunakan adalah metode penelitian

kombinasi (Mixed methods) atau kualitatif dan kuantitatif, dimana data

diperoleh dari daftar kuesioner dan wawancara yang di lakukan di

lokasi penelitian. Setelah data di olah barulah di deskriktifkan untuk

menggambarkan kondisi yang ada di lapangan (Sugyono, 2011)

Page 80: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

66

F. Defenisi Operasional

Untuk membatasi defenisi operasional dalam penelitian ini, maka

kami memberikan batasan defenisi operasional sebagai berikut :

1. Reklamasi merupakan bentuk campur tangan (intervensi) manusia

terhadap keseimbangan lingkungan alamiah yang selalu dalam

keadaan seimbang dinamis. Perubahan ini akan melahirkan

perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan

sedimentasi Pantai, berpotensi meningkatkan bahaya banjir.

2. Dampak adalah akibat yang ditimbulkan dari sebuah kegiatan proyek

reklamasi Pantai Losari baik yang sifatnya negatif maupun yang positif

3. Pencemaran lingkungan adalah dampak yang diakibatkan dari sebuah

proyek reklamasi Pantai Losari yang mengakibatkan perubahan pada

lingkungan ke arah yang negatif.

4. Perubahan Sosial adalah perubahan yang terjadi baik negatif maupun

positif dari sebuah proyek reklamasi Pantai Losari

Page 81: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

67

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Studi

1. Kota Makassar

a. Letak Geografis dan Topografi

Kota Makassar terletak antara koordinat 119° 24’17’38”

Bujur Timur dan kordinat 5°8’6’19 Lintang Selatan, dimana Kota

Makassar terdiri atas 14 wilayah kecamatan, dengan 143 kelurahan

dengan luas wilayah 175,77 km persegi.

Sedangkan batas – batas wilayah administratif dari letak

Kota Makassar, antara lain :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa

- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros

Secara geografis, letak kota Makassar berada di tengah

diantara pulau – pulau besar lain dari wilayah kepulauan nusantara

sehingga menjadikan kota dengan sebutan “angin mammiri” ini

menjadi pusat pergerakan spasial dari wilayah Barat ke bagian

Timur maupun dari Utara ke Selatan Indonesia. Dengan posisi ini

menyebabkan Kota Makassar memiliki daya tarik kuat bagi para

imigran, baik dari Sulawesi Selatan itu sendiri maupun dari provinsi

Page 82: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

68

lain terutama dari kawasan Timur Indonesia untuk datang mencari

tempat tinggal dan lapangan pekerjaan.

Sebagaimana umumnya iklim di daerah khatulistiwa, maka

Kota Makassar juga beriklim tropis. Berdasarkan pencatatan

stasiun Meteorologi Maritim Paotere Makassar, secara rata-rata

kelembaban udara sekitar 79 persen, temperatur udara sekitar

25,1° - 29,1°, dan rata-rata kecepatan angin 4,2 knot.

Kota Makassar merupakan kota pesisir dengan topografi

wilayah yang relatif datar dan ketinggian tanah berkisar antara 1 –

25 m, dengan kemiringan rata – rata 5 derajat kearah timur.

Kedalaman perairan Pantai Kota Makassar yang berada di sekitar

Dermaga Soekarno – Hatta menunjukkan kedalaman yang

bervariasi antara 9 hingga 17 meter. Secara umum di bagian Utara

cenderung menjadi lebih dalam, dengan garis kontur sejajar garis

dermaga. Daerah laut yang terdalam terdapat pada jarak 650 m

dari dermaga dengan kedalaman hingga mencapai 17 meter.

Page 83: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

69

Gambar 8. Peta Administrasi Kota Makassar

Bentuk lahan dari pesisir Pantai Kota Makassar cukup unik

dengan bentuk menyudut di bagian Utara, sehingga mencapai dua

sisi Pantai yang saling tegak lurus di bagian Utara dan Barat. Di

sebelah Utara kawasan pelabuhan hingga Sungai Tallo telah

berkembang kawasan campuran termasuk armada angkutan laut,

perdagangan, pelabuhan rakyat dan samudera, sebagai rawa –

rawa, tambak dan empang dengan perumahan kumuh hingga

sedang. Kawasan pesisir dari arah Tengah ke bagian Selatan

berkembang menjadi pusat kota (Centre Bisnis District – CBD)

dengan fasilitas perdagangan, pendidikan, permukiman, fasilitas

Page 84: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

70

rekreasi dan resort yang menempati pesisir Pantai membelakangi

laut yang menggunakan lahan hasil Reklamasi Pantai.

Kenyataan di atas menjadikan beban kawasan pesisir Kota

Makassar saat ini dan dimasa mendatang akan semakin berat

terutama dalam hal daya dukung dan aspek fisik lahan termasuk

luasnya yang terbatas. Ditambah lagi pertumbuhan dan

perkembangan penduduk sekitarnya yang terus berkompetisi untuk

mendapatkan sumber daya di dalamnya.

b. Penduduk dan Tenaga Kerja

1. Penduduk

Penduduk Kota Makassar tahun 2009 tercatat sebanyak

1.272.349 jiwa yang terdiri dari 610.270 laki-laki dan 662.079

perempuan. Sementara itu jumlah penduduk Kota Makassar

tahun 2008 tercatat sebanyak 1.253.656 jiwa.

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat

ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin Rasio jenis kelamin

penduduk Kota Makassar yaitu sekitar 92,17 persen, yang

berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 92 penduduk laki-

laki.

Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut

kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih

terkonsentrasi di wilayah kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak

154.464 atau sekitar 12,14 persen dari total penduduk, disusul

Page 85: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

71

kecamatan Rappocini sebanyak 145.090 jiwa (11,40 persen).

Kecamatan Panakkukang sebanyak 136.555 jiwa (10,73

persen), dan yang terendah adalah kecamatan Ujung Pandang

sebanyak 29.064 jiwa (2,28 persen).

Ditinjau dari kepadatan penduduk kecamatan Makassar

adalah terpadat yaitu 33.390 jiwa per km persegi, disusul

kecamatan Mariso (30.457 jiwa per km persegi), kecamatan

Bontoala (29.872 jiwa per km persegi). Sedang kecamatan

Biringkanaya merupakan kecamatan dengan kepadatan

penduduk terendah yaitu sekitar 2.709 jiwa per km persegi,

kemudian kecamatan Tamalanrea 2.841 jiwa per km persegi),

Manggala (4.163 jiwa per km persegi), kecamatan Ujung

Tanah (8.266 jiwa per km persegi), kecamatan Panakkukang

8.009 jiwa per km persegi.

Wilayah-wilayah yang kepadatan penduduknya masih

rendah tersebut masih memungkinkan untuk pengembangan

daerah pemukiman terutama di 3 (tiga) kecamatan yaitu

Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala

2. Tenaga Kerja

Pada tahun 2009 pencari kerja yang tercatat pada

Dinas Tenaga Kerja kota Makassar sebanyak 5.884 orang

yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.858 orang dan perempuan

3.026 orang. Dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa pencari

Page 86: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

72

kerja menurut tingkat pendidikan terlihat bahwa tingkat

pendidikan Sarjana yang menempati peringkat pertama yaitu

sekitar 41,13 persen disusul tingkat pendidikan SMA sekitar

38,92 persen.

2. Kecamatan Mariso

a. Keadaan umum wilayah

1. Letak Geografi dan Batas Wilayah

Kecamatan Mariso merupakan salah satu dari 14

Kecamatan di Kota Makassar yang berbatasan di seluruh

dengan Kecamatan Ujung Pandang, disebelah Timur

Kecamatan Mamajang, disebelah Selatan Kecamatan

Tamalatea dan di sebelah Barat dengan Selat Makassar.

Kecamatan Mariso merupakan daerah bukan Pantai

dengan topografi ketinggian wilayah sampai dengan 500 meter

dari permukaan laut.

Menurut jaraknya, letak masing-masing kelurahan ke

Ibukota Kecamatan berkisar 1-2 km

Page 87: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

73

Tabel 3. Luas dan ketinggian dari Permukaan Laut Menurut Kelurahan di Kecamatan Mariso Tahun 2010

Sumber: Data BPS 2011

2. Luas Wilayah

Kecamatan Mariso terdiri dari 9 kelurahan dengan luas

wilayah 1,82 Km2. Dari luas wilayah tersebut pada Tabel 00,

bahwa kelurahan Panambungan memiliki wilayah 0,28 km2,

terluas kedua adalah kelurahan Mario dengan luas wilayah 0,28

km2, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah

kelurahan Tamarumang dengan luas0,12 km2.

Page 88: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

74

Tabel 4. Jumlah rumah tangga, penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan Mariso Tahun 2010

1

Sumber Data BPS 2011

b. Jumlah Penduduk

Pada akhir tahun 2010 penduduk kecamatan Mariso

dibandingkan data SP 2000 mencatat rata-rata laju pertumbuhan

penduduk 0,56 persen pertumbuhan penduduk pertahun.

Berdasarkan jenis kelamin tampak bahwa jumlah penduduk

laki-laki sekitar 27,836 jiwa dan perempuan sekitar 28.039 jiwa.

Dengan demikian rasio jenis kelamin adalah sekitar 99,28 persen

Page 89: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

75

yang berarti setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 99

prang penduduk laki-laki

c. Sosial

1. Pendidikan

Pada tahun ajaran 2010/2011 jumlah TK di Kecamatan Mariso

sebanyak 8 sekolah dengan 457 orang murid dan 43 orang

guru. Pada tingkat Sekolah Dasar Negeri12 (3.406), swasta 3

(357) dan SD Inpres masing-masing berjumlah 4 (1.385) orang

murid. Untuk tingkat SLTP baik negeri maupun swasta

sebanyak 7 sekolah dengan 2.609 orang murid dan 152 guru.

Sedangkan untuk SMA negeri dan swasta terdapat 4 sekolah

dengan 1.536 orang murid dan 135 orang guru.

2. Kesehatan

Jumlah sarana kesehatan tahun 2010 di kecamatan Mariso

tercatat 1 rumah bersalin dan 49 Posyandu. Untuk tenaga

medis tercatat 36 orang dokter umum, 4 orang dokter gigi,

dengan jumlah paramedis 13 orang bidan desa, 25 orang

perawat/mantra, dan 9 orang dukun bayi.

3. Agama

Ditinjau dari agama yang dianut, tercatat bahwa mayoritas

penduduk Kecamatan Mariso adalah beragma Islam. Jumlah

tempat ibadah di Kecamatan Mariso cukup memadai karena

Page 90: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

76

terdapat 24 buah Mesjid. 4 buah langgar/surau, dan 3 buah

gereja

B. Hasil Penelitian

1. Parameter Kualitas Air

Pasca reklamasi Pantai Losari telah memberikan efek kepada

lingkungan baik yang sifatnya positf maupun negatif. Sehingga sampai

sekarang masih banyak yang tertarik untuk mengetahui dampak dari

reklamasi tersebut. Parameter kualitas air Losari masih menjadi obyek

yang menarik diteliti oleh para peneliti baik tujuan akademis maupun

tujuan yang lainnya. Untuk parameter kualitas air dalam penelitian

kami yang berjudul “Kajian dampak reklamasi Pantai Losari terhadap

pencemaran lingkungan dan perubahan sosial ekonomi”, kami

mengambil dari penelitian-penelitian sebelumnya yang fokus

membahas masalah Parameter kualitas air dari reklamasi Pantai

Losari antara tahun 2010-2012. Cara ini kami lakukan atas saran dari

berbagai pihak yang membimbing penelitian ini. Adapun hasil analisis

parameter kualitas air dari beberapa penelitian sebelumnya dapat

dilihat pada Tabel 5. Hasil analisis kualitas air Teluk Losari sebelum

dan sesudah reklamasi sebagai berikut ;

Page 91: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

77

Tabel 5. Hasil Analisis Kualitas Air Teluk Losari sebelum dan sesudah Reklamasi Pantai Losari

No. Parameter Satuan

Sebelum Revitalisasi*

Hasil Penelitian Sesudah Reklamasi Pantai Losari

Baku mutu Air Laut. Kep MEN No.51 thn

2004 Lokasi 1 Lokasi 2 1* 2* 3* 4*

FISIKA

1 Kecerahan3 m 4 5 0.4 - - mangrove: -

2 Kebauan - Alami Alami Tdk bau - - alami3

3 Kekeruhan3 NTU 7 9 3.4 - - <5

4 Padatan tersuspensi total (TSS)

mg/l 3.75 4.12 6 - - mangrove: 80

5 Sampah - - - nihil - - nihil 1(4)

6 Suhuc * 28 28 30.3 29 31 31,9 alami

3(c)

7 Lapisan minyak 5 - nihil nihil nihil - - - nihil

1(5)

KIMIA

1 pHd - 8 8 6.5 7 7,04 7 - 8,5

( d)

2 Salinitas6 %o 14.4 20.2 10 - - 29,8 alami

3( e)

3 Oksigen terlarut (DO) mg/l 6 6 3.4 3.28 - 6,01 >5

4 BOD5 mg/l 29 25 32 20.4 - 20

5 Ammonia total (NH3-N) mg/l nihil nihil 1.07 - - - 0,3

6 Fosfat (P04-P) mg/l - - 80 - - - 0,015

7 Nitrat (NO3-N) mg/l - - 0.13 - - - 0,008

8 Sianida (CN~) mg/l nihil nihil <0.01 - - - 0,5

9 Sulfida (H2S) mg/l nihil nihil <0.01 0,01

10 PAH (Poliaromatik hidrokarbon)

mg/l - - - - - - 0,003

11 Senyawa Fenol total mg/l nihil - <0.01 - - - 0,002

12 PCB total (poliklor bifenil) Mg/1 - - - - - - 0,01

13 Surfaktan (deterjen) mg/l MBAS nihil - <0.1 - - - 1

14 Minyak & lemak mg/l nihil <0.1 1

15 Pestisidaf mg/l - - - - - - 0,01

16 TBT (tributil tin)7 mg/l - - - - - - 0,01

LOGAM TERLARUT:

17 Raksa (Hg) mg/l nihil nihil <0.01 0,001

18 Kromium heksavalen (Cr(VI))

mg/l - - <0.02 - - - 0,005

19 Arsen (As) mg/l nihil nihil <0.02 - - - 0,012

20 Kadmium (Cd) mg/l nihil nihil <0.002 - 0,03 0,07 0.001

21 Seng (Zn) mg/l 0.014 0.016 <0.02 - - - 0.05

22 Tembaga (Cu) mg/l 0.006 0.006 <0.015 - 0,014 0.008

23 Timbal (Pb) mg/l 0.003 0.003 0.19 - - 1,73 0.008

24 Nikel mg/l nihil nihil <0.01 - - - 0.05

Sumber : Data Sekunder yang sudah diolah 2012

Keterangan : -- = Tidak ada data = dikategorikan mengalami penurunan kualitas air Lokasi 1 : Teluk Losari bagian Utara, sekitar 50 m dari pantai Lokasi 2 : Teluk Losari bagian Selatan, sekitar 50 m dari pantai * = Rona Awal sebelum proyek reklamasi Losari di Lakukan (ANDAL Losari, 2003) 1* = Studi ANDAL IPAL Losari (2011) 2* = Hasil Penelitian (Makharani, 2010) 3* = Hasil Penelitian (Estinawati, 2012) 4* = Hasil Penelitian (Lukman, 2012)

Page 92: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

78

Proses pencemaran perairan pantai pada umumnya

disebabkan oleh berbagai kegiatan yang merupakan sumber bahan

pencemar perairan laut antara lain pemukiman, industri, transportasi,

dan pertanian. Kegiatan-kegiatan tersebut potensil menghasilkan

bahan pencemar yang merusak sistim kehidupan di dalam ekosistim

pantai. Berdasarkan definisi Fardiaz (1992) bahwa polusi air adalah

penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, dengan demikian

perairan yang sudah tidak lagi berfungsi secara normal dapat

dikatergorikan sebagai perairan tercemar. Ketchum (1971) lebih jauh

menegaskan bahwa pencemaran disebabkan oleh masuknya zat-zat

asing ke dalam lingkungan, sebagai akibat dari tindakan manusia,

yang merubah sifat-sifat fisik, kimia, dan biologis lingkungannya.

Bahan-bahan pencemar tersebut digolongkan ke dalam tiga

tipe yaitu: (1) patogenik (menyebabkan penyakit pada manusia), (2)

estetik (menyebabkan perubahan lingkungan yang tidak nyaman

berdasarkan panca indera) dan (3) ekomorpik (bahan cemar yang

menyebabkan perubahan sifat sifat fisika lingkungan).

Fenomena pencemaran tersebut di atas cenderung telah terjadi

di Kota Makassar dan sekitarnya yang mengakibatkan mutu periran

pantai Losari semakin menurun dan tidak dapat dimanfaatkan sesuai

peruntukannya. Beberapa hasil penelitian tentang mutu air pantai

Losari menunjukkan bahwa kondisi perairan tersebut semakin

mengalami penurunan. Hal ini didasarkan pada beberapa indikator

Page 93: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

79

yaitu keragaman jenis biota yang ditemukan semakin rendah dan

kandungan bahan cemar seperti logam berat dan bahan organik yang

semakin meningkat, melewati batas-batas maskimal bagi

perkembangan organisme di daerah tropis (Supriharyono, 2002). Oleh

karena itu untuk melihat lebih jelas perubahan yang terjadi pada baku

mutu kualitas air Pantai losari sebelum dan sesudah reklamasi dapat

di lihat pada Tabel 6.

1. Fisika

Berdasarkan Tabel 6. memberikan gambaran bahwa setelah

reklamasi Pantai Losari kualitas air di perairan Pantai Losari

dikategorikan tercemar. Hal ini bisa kita bandingkan antara sebelum

Reklamasi Pantai Losari dan sesudah reklamasi Pantai Losari.

Parameter Fisika yaitu kecerahan mengalami penurunan, dimana

sebelum reklamasi kecerahan rata-rata 4-5 m setelah reklamasi Losari

kecerahan terjadi penurunan menjadi 0.4 m (Andal IPAL Losari, 2011)

yang berarti bahwa cahaya mata hari hanya mampu masuk sampai

kedalaman 0.4 m. Kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh

keberadaan padatan tersuspensi, zat-zat terlarut, partikel-partikel dan

warna air. Pengaruh kandungan lumpur yang dibawa oleh aliran air

dapat mengakibatkan tingkat kecerahan air menjadi rendah, sehingga

dapat menurunkan nilai produktivitas perairan (Nybakken, 1992).

Padatan tersuspensi total (TSS) pada perairan Losari juga

mengalami peningkatan dimana sebelum reklamasi Pantai Losari TSS

Page 94: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

80

berkisar 3.75 dan 4.12 mg/l dan setelah Reklamasi Pantai Losari

mengalami peningkatan menjadi 6 mg/l (Andal IPAL Losari, 2011).

Peningkatan TSS ini. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak

buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke

dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan

gangguan pertumbuhan bagi organisme produser. Menurut (Mispar,

2001) kandungan total padatan tersuspensi (TSS) yang terukur di

perairan pantai Losari sudah sangat tinggi yaitu sekitar 104 – 456.

2. Kimia

Dari hasil penelitian dari berbagai sumber menunjukkan bahwa

semua parameter kimia mengalami perubahan yang mengarah ke

negatif, dimana sebelum reklamasi Pantai Losari parameter kimia Air

di Pantai Losari rata-rata dalam kondisi normal atau nihil (tidak

terdeteksi dengan alat yang digunakan). Adanya pergerakan massa

air tawar yang mengangkut sedimen dan nutrien dari Kanal Jongaya

mengakibatkan tingginya konsentrasi organik dalam perairan (BOD)

sehingga mengakibatkan rendahnya kadar oksigen dalam perairan.

Hal ini ditunjukkan dengan nilai Fosfat yang terlarul dalam perairan (80

ppm) yang berasal dari aktivitas domestik perhotelan dan kantin/

restoran. Konsentrasi nitrat (NO3-N) yang terukur menunjukkan

kisaran 0.13 ppm dan melebihi kategori baku mutu (Andal IPAL Losari,

2011).

Page 95: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

81

3. Logam Terlarut

Reklamasi Pantai Losari juga memberikan konstribusi kualitas

air dikategorikan tercemar, dimana sebelum reklamasi Pantai Losari

kandungan logam berat yang terdeteksi masih dikategorikan belum

tercemar. Tetapi setelah terjadi Reklamasi beberapa logam berat

seperti Hg (<0.01 ppm), Arsen (<0.02 ppm), Kadmium (<0.002-0.07

ppm), Tembaga (<0.015 ppm) dan Timbal (0.19 dan 1.73 ppm).

misalnya Tingginya logam Cd (0.07 ppm) pada daerah Pantai Losari,

diduga disebabkan oleh banyaknya logam yang terakumulasi pada

sedimen sekitar dimana Pantai Losari merupakan lokasi teluk yang

semi tertutup, sehingga kemungkinan banyak bahan pencemar yang

terakumulasi di sedimen yang berasal dari limbah yang masuk

keperairan Pantai Losari. Hal ini dibenarkan oleh Cossa (1988) dan

Phillips (1991) bahwa pencemaran sedimen pada pantai perkotaan

sebagain besar berasal dari limbah padat, limbah cair, limbah rumah

tangga dan limbahperkotaan.

2. Kondisi Sosial Ekonomi

Kota Makassar yang luasnya 175,77 km2 berpenduduk sekitar

1.148.312 jiwa dengan 270.509 rumah tangga. Kepadatan

penduduknya adalah 6.533 jiwa/km2. Rencana kegiatan revitalisasi

Pantai Losari terletak di Kelurahan Maloku Kecamatan Ujung

Pandang. Luas wilayah Kelurahan Maloku adalah 0,20 km2 dan

kepadatan penduduknya 18.320 jiwa/km2. Jumlah penduduk 3.190

Page 96: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

82

jiwa, laki-laki 1.471 jiwa dan perempuan 1.719 jiwa. Sex ratio 85,54.

Angkatan kerja produktif adalah 2.218 jiwa dan yang non produktif 855

jiwa. Angka dependency ratio adalah sebesar 38,55. Ini berarti bahwa

setiap 100 penduduk yang bekerja harus menanggung sekitar 39

penduduk yang tidak bekerja.

Menurut data statistik, jumlah pencari kerja di Kota Makassar

sebesar 17.889 jiwa, sedangkan yang berhasil bekerja sebanyak

4.535 jiwa atau baru sekitar 25,35 persen. Dari jumlah pencari kerja

tersebut ternyata sebanyak 13.354 jiwa (74,65 %) yang belum berhasil

mendapatkan pekerjaan atau masih menganggur.

Infrastruktur ekonomi berupa jalan, jembatan, kios, warung,

toko, pasar, litrik, telefon, air bersih, dan angkutan telah tersedia di

lokasi studi dalam jumlah dan kondisi yang memadai. Sistem

penguasaan lahan dan bangunan umunya berupa hak milik yang

diperoleh dengan cara membeli atau sebagain lagi dari warisan.

Gambaran mengenai penduduk yang bermukim di sekitar Losari dan

yang datang ke Pantai Losari ditunjukkan pada Tabel 6

Page 97: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

83

Tabel 6. Responden yang bermukim di sekitar Pantai Losari dan masyrakat yang datang mengunjungi Pantai Losari

No Uraian

Responden

Masyarakat yang

tinggal di sekitar

Losari (n=80)

Masyarakat yang

tinggal di luar Losari

(n=20)

1 Umur (thn-rata) 38 31

2 Jenis Kelamin

a. Laki-Laki 45 13

b. Perempuan 35 7

3 Lama Tinggal (thn-rata) 23 13

4 Pendapatan utama (Rp) : 1.838.889 1.711.905

Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2012

Pada Tabel 6 ditunjukkan bahwa rata-rata umur penduduk

yang bermukim di sekitar Pantai Losari adalah 38 tahun dan

masyarakat yang tinggal di luar Losari dan sering mengunjungi Losari

adalah 31 tahun. Sementara jenis kelamin responden juga bervariasi,

yakni laki-laki sebanyak 45 orang yang tinggal di sekitar Losari dan 13

orang yang diluar Losari, sedangkan perempuan sebanyak 35 orang

yang tinggal Losari dan 7 orang yang tinggal diluar Losari. Dengan

demikian sebagian besar responden adalah kepala rumah tangga

Responden yang tinggal di sekitar Losari rata-rata 23 tahun

sedangkan yang tinggal di luar Losari yang sering berkunjung ke

Pantai Losari rata-rata 13 tahun menetap di kota Makassar . Dengan

demikian, rata-rata responden yang tinggal di daerah didaerahsekitar

Pantai Losari ini sudah cukup lama dan rata-rata responden yang

mengunjungi Pantai Losari yang tinggal selain di sekitar Pantai Losari

Page 98: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

84

adalah masyarakat pendatang yang mencari kerja dan melanjutkan

pendidikan.

Sedangkat tingkat rata-rata tingkat pendapatan responden yang

bermukim di sekitar Pantai Losari adalah Rp. 1.838.889 sedangkan

rata-rata tingkat pendapatan responden yang tinggal di luar Pantai

Losari yang sering berkunjung ke Pantai Losari adalah Rp. 1.711.905.

Dimana pengunjung Pantai Losari yang berasal dari luar Pantai Losari

rata-rata pendapatannya tergolong rendah karena merka adalah rata-

rata mahasiswa dan anak muda yang belum memiliki pendapatan

tetap yang memadai.

Tingkat pendidikan penduduk yang bermukim dan yang sering

berkunjung ke Pantai Losari bervariasi mulai SD hingga tamat

perguruan tinggi, dimana masyarakat yang tinggal di sekitar Pantai

Losari dengan persentase terbesar adalah tamat SD dan SLTA.

Sedangkan Masyarakat yang sering berkunjung ke Pantai Losari

dengan presentase terbesar adalah Akademi/Perguruan Tinggi

(AK/PT). Untuk lebih lengkapnya dapat di lihat pada Tabel 7 berikut.

Page 99: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

85

Tabel 7. Tingkat pendidikan responden yang bermukim di sekitar Pantai Losari dan masrakat yang datang mengunjung Pantai Losari

No Tingkat Pendidikan

Responden

Masyarakat yang tinggal di sekitar Losari (n=80)

Masyarakat yang tinggal di sekitar Losari (n=20)

1 Tuna aksara 0 0

2 SD tidak tamat 5 0

3 SD tamat 25 0

4 SLTP 19 2

5 SLTA 25 6

6 AK/PT 6 12

Sumber ; Hasil pengolahan data primer, 2012.

Pada Tabel 7 tingkat pendidikan responden bervariasi, mulai

dari tuna aksara sampai tamat perguruan tinggi. Hasil studi

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan SD tamat dan SLTP yang

bermukin di Sekitar Pantai Losari paling banyak adalah 25 orang

kepala keluarga responden berpendidikan SD Tamat dan SLTA,

sedangkan terkecil berpendidikan SD tidak tamat. Sedangkan

Responden yang sering berkunjung ke Pantai Losari yang paling

banyak adalah 12 orang tingkat pendikan AK/PT dan yang palin

rendah adalah tingkat pendidikan SLTA sebanyak 2 orang.

Gambaran kondisi penduduk menurut agama yang dianut

ditunjukkan pada Tabel 9. Berdasarkan tabel tersebut sebagian besar

responden beragama Islam baik yang bermukin di sekitar Pantai

Losari maupun responden yang tinggal di luar Pantai Losari yang

sering berkunjung ke Pantai Losari. Untuk melihat penyebaran agama

Page 100: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

86

responden yang bermukim di sekita Pantai Losari dan di Luar Pantai

Losari dapat di lihat pada tabel 8 berikut :

Tabel 8. Responden Menurut Agama yang bermukim di sekitar Pantai Losari dan masrakat yang datang mengunjung Pantai Losari.

No Agama

Responden

Masyarakat yang tinggal di sekitar Losari (n=80)

Masyarakat yang tinggal di luar Losari

(n=20)

1 Islam 79 20

2 Kristen protestan 0 0

3 Katolik 1 0

4 Hindu 0 0

Sumber ; Hasil pengolahan data primer, 2012

Berdasarkan Tabel 8. Responden menurut agama yang

bermukim di sekitar Pantai Losari adalah rata-rata beragama Islam

dengan total adalah 79 orang dan hanya 1 orang yang beragama

Katolik. Sedangkan responden yang paling banya berkunjung ke

Pantai Losari tetapi tinggal di Luar Losari adalah sebesar 20 orang

dari 20 responden yang di wawancarai.

Gambaran mata pencaharian responden yang bermukim di

sekitar Pantai Losari adalah pedagan/wiraswasta sedangkan

masyarakat yang sering berkunjung ke Pantai Losari teapi bermukim

dluar Losari adalah mereka yang belum memiliki pekerjaan.

Untuk melihat jenis mata pencaharian responden berdasarkan

mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut:

Page 101: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

87

Tabel 9. Responden menurut mata Pencaharian yang tinggal di sekitar Losari dan yang berasal dar luar Losari yang sering berkunjung ke Pantai Losari

No Mata Pencaharian

Karakter Responden

Masyarakat yang tinggal di sekitar Losari (n=80)

Masyarakat yang tinggal di luar Losari

(n=20)

1 Peg. Negeri/ABRI 3 5

2 Karyawan Swasta 16 3

3 Pedagang/Wiraswasta 17 2

4 Nelayan 14 0

5 Petani Tambak 0 0

6 Buruh 15 2

7 Jasa 6 1

8 Tidak bekerja 11 7

Sumber ; Hasil Pengolahan Data Primer, 2012

Berdasarkan mata pencaharian pada Tabel 10, sebagian besar

responden yang tinggal di sekitar Pantai Losari mempunyai mata

pencaharian utama sebagai pedagang/wiraswasta sebanyak 17

responden dan yang paling rendah adalah mata pencaharian sebagai

pegawai negeri sipil / ABRI sebnayak 3 responden. Masyarakat yang

tinggal di luar Pantai Losari yang sering berkunjung ke Pantai Losari,

rata-rata tidak memiliki mata pencaharian yaitu sekitar 7 responden,

dimana mereka adalah rata-rata masih melanjutkan pendidikan dan

sementara mencari pekerjaan.

Gambaran responden menurut pendaptan yang tinggal di

sekitar Pantai Losari dan yang sering berkunjung ke Pantai Losari

tetapi tinggal di luar Pantai Losari menunjukan tingkat rata

Page 102: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

88

pendapatan utama dan samping dari kedua responden berbeda.

Untuk melihat tingkat rata-rata pendapatan responden baik pendapatn

utama dan samping dapat dilihat pada tabel 10 sebagai berikut.

Tabel 10. Responden menurut pendapatan Penduduk yang tinggal di sekitar Losari dan yang berasal dar luar Losari yang sering berkunjung ke Pantai Losari

No Sumber

Pendapatan

Pendapatan (Rp)/Bulan

Masyarakat yang tinggal di sekitar Losari (n=80)

Masyarakat yang tinggal di di luar Losari (n=20)

1 Utama 1.838.889 1.711.905

2 Sampingan 750,000 833,333

Sumber ; Hasil Pengolahan Data Primer, 2012

Berdasarkan Tabel 11 dapat di jelaskan bahwa tingkat

pendapatan rata-rata responden yang tinggal disekitar Pantai Losari

adalah Rp. 1.838.889,- sebagai sumber pendapatan utama.

Sedangkan untuk pendapatan sampingan rata-rata Rp. 750.000,-.

Untuk responden yang sering berkunjung ke Pantai Losari tetapi tidak

tinggal di sekitar Pantai Losari rata-rata memiliki pendapatan utama

Rp. 1.711.905,-. Sedangkan pendapatan sampingan rata-rata Rp.

833.333,-. Pendapatan sampingan responden yang bermukim di

sekitar Pantai Losari adalah buruh bangunan, dimana di area

rekalamsi Pantai Losari banyak proyek yang sedang di kembangkan.

Gambaran responden mengenai status timpat tinggal di sekitar

Pantai Losari menggambarkan bahwa rata-rata masyarakat yang

tinggal di sekitar Pantai Losari satus tempat tinggal adalah hak milik.

Page 103: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

89

Oleh karena itu untuk mengetahui status tempat tinggal dari responen

tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Responden mengenai status tempat tinggal di sekitara Pantai Losari

No Status Tempat Tinggal Jumlah (n=80) %

1 Hak Milik 50 62.5

2 Sewa 23 28.75

3 Lainnya 7 8.75

Sumber ; Hasil Pengolahan Data Primer, 2012

Berdasarkan Tabel 11 dapat di jelaskan bahwa status tempat

tinggal dari responden adalah rata-rata hak milik yaitu sekitar 50

(62.5%) responden. Sedangkan status tempat tinggal responden yang

sewa di sekitar Pantai Losari adalah 23 (28.75%) orang. Untuk status

tempat tinggal lainnya jumlah responden adalah 7 (8.75%) orang,

dimana responden ini merupakan orang yang hanya tinggal sementara

di wilayah tersebut.

Untuk mengetahui dampak dari reklamasi Pantai Losari

terhadap peningkatan pendapatan masyarakat yang bermukim di

sekitar Pantai Losari dapat di lihat pada Tabel 12 sebagai berikut.

Tabel 12. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso mengenai dampak dari reklamasi Pantai Losari terhadap tingkat pendapatan

No Status Pendapatan Jumlah (n=80) %

1 Pendapatan Meningkat 26 32.5

2 Pendapatan tidak meningkat 28 35

3 Tidak Tahu 26 32.5

Sumber ; Hasil pengolahan data primer, 2012

Page 104: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

90

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa reklamasi Pantai

Losari tidak memberikan peningkatan pendapatan pada masyarakat

yang tinggal di sekitar Pantai Losari, dimana 28 (35%) responden

mengatakan tidak ada peningkatan pendapatan dari reklamasi Pantai

Losari. Tetapi responden yang mengatakan terjadi peningkatan

pendapatan adalah sekitar 26 (32.5%) responden. Dan yang tidak bisa

mengukur tingkat pendapatannya apakah ada peningkatan atau tidak

dari reklamasi Pantai Losari adalah 26 (32.5%) responden. Penurunan

pendapatan terjadi pada Nelayan, sedangkan yang mengalami

peningkatan adalah pedagang.

Untuk mengetahui dampak reklamasi Pantai Losari terhadap

tingkat perubahan harga tanah setelah Pantai Losari di reklamasi,

dapat di lihat pada tabel 13 sebagai berikut:

Tabel 13. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso mengenai dampak dari reklamasi Pantai Losari terhadap tingkat perubahan harga tanah

No Perubahan harga

tanah Jumlah (n=80) %

1 Ya 49 61.25

2 Tidak 16 20

3 Tidak Tahu 15 18.75

Sumber ; Hasil Pengolahan Data Primer, 2012

Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa dampak dari reklamasi

Pantai Losari terhadap tingkat perubahan harga tanah di sekitar

Pantai Losari dari dampak dari reklamasi adalah 49 (61.25%)

responden mengatakan ada kenaikan tanah yang signifikan. Tetapi

Page 105: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

91

ada sekitar 16 (20%) responden yang mengatakan bahwa tidak ada

peningkatan harga tanah akibat reklamasi Pantai Losari. Sedangkan

yang tidak mengetahui tingkat perubahan harga tanah di sekitar Pantai

Losari dari setelah direklamasi adalah 15 (18.75%) responden.

Untuk mengetahui apakah penduduk yang tinggal di Kecamatan

Mariso setelah reklamsi Pantai Losari sering mengalami gangguan

kesehatan, dapat dilihat pada Tabel 14 berikut:

Tabel 14. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso mengenai ganguan kesehatan akibat dampak dari reklamasi Pantai Losari

No Gangguan Kesehatan Jumlah (n=80) %

1 Ya, sering 35 43.75

2 jarang 30 37.5

3 Tidak pernah 15 18.75

Sumber ; Hasil Pengolahan Data Primer, 2012

Berdasarkan Tabel 14. diketahui bahwa dampak dari Reklamasi

Pantai Losari terhadap gangguan kesehatan masyarakat yang tinggal

di sekitar Pantai Losari setelah terjadi Reklamasi Pantai Losari

menggambarkan bahwa masyarakat sering mengalamai sakit 35

(43.75%) responden. Sedangkan yang jarang terkena sakit hanya

sekitar 30 (37.5%) responden dan yang tidak pernah sakit hanya

sekitar 15 (18.75%) dari responden.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden ditemukan

bahwa masyarakat sering sakit karena perubahan lingkungan yang

ada disekitar Pantai Losari, terutama debu yang timbul dari aktivitas

Page 106: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

92

penimbunan pantai yang berasal dari material tanah yang mengering

dan berdebu, selain itu kebersihan lingkungan juga berpengaruh.

Untuk mengetahui penyakit yang sering diderita masyarakat

setelah Reklamasi Pantai Losari, dapat dilihat pada Tabel 15 berikut.

Tabel 15. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso mengenai penyakit yang sering diderita akibat dampak dari reklamasi Pantai Losari

No Penyakit yang sering di derita Jumlah (n=80) %

1 Malaria 8

10

2 Diare 21

26.25

3 Batuk-Batuk 31

38.75

4 Infulenza 13

16.25

5 Kelamin 0

0

6 Gatal-gatal 7

8.75

Sumber ; Hasil Pengolahan Data Primer, 2012

Berdasarkan Tabel 15. Diketahui bahwa penyakit yang paling

sering diderita masyarakat yang tinggal di sekitar Pantai Losari setelah

reklamasi Pantai Losari adalah penyakit batuk-batuk yaitu 31 (38.75%)

responden, kemudian penyakit yang sering diderita setelah batuk-

batuk adalah penyakit Diare yaitu sekitar 21 (26.25%) dari responden,

setelah penyakit Diare, penyakit yang sering diderita adalah Infulenza

yaitu sekitar 13 (16.25%) responden. Penyakit yang jarang diderita

yaitu Malaria (10%) dan gatal-gatal (8.75%).

Untuk mengetahui dimana masyarakat yang tinggal di sekitar

pantai Losari pergi berobat ketika mereka sakit, dapat dilihat pada

Tabel 16 berikut :

Page 107: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

93

Tabel 16. Tanggapan responden yang tinggal di Kec. Mariso tempat berobat ketika mengalami sakit

No Penyakit yang sering di derita Jumlah (n=80) %

1 Puskesmas 37 46.25

2 Mantri 5 6.25

3 Dokter 8 10

4 Dukun 6 7.5

5 Hanya Beli Obat 13 16.25

6 Rumah sakit 11 13.75

Sumber ; Hasil Pengolahan Data Primer, 2012

Berdasarkan Tabel 16. diketahui bahwa ketika masyarakat di

sekitar Pantai Losari mengalami sakit, tempat yang paling banyak yang

mereka datangi adalah Puskesmas yaitu sekitar 37 (46.25%) dari

responde, kemudian tempat selanjutnya yang banyak mereka datangi

setelah Puskesmas adalah Rumah sakit yaitu 11 (13.75%) responden

dan yang hanya beli obat sendiri ketika sakit yaitu sekitar 13 (16.25%)

dari responden. Masyrakat yang lain ketika sakit mereka ada yang

datang kedokter praktek (10%), Dukun (7.5%) dan mantra hanya

(6.25%).

Dari hasil wawancara, didapatkan bahwa Puskesmas menjadi

pilihan pertama untuk berobat karena pengobatan yang diberikan

gratis dan mudah dijangkau.

Page 108: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

94

C. Pembahasan

Pantai Losari merupakan salah satu ikon kota Makassar, dimana

Pantai Losari sudah menjadi tempat rekreasi alternatif bagi warga kota

Makassar yang mengalami perubahan yang sangat pesat. Reklamasi

Pantai Losari telah mengubah kondisi Losari yang duhulunya agak kumuh

dan sekarang berkembang menjadi lebih modern dengan pembangunan

tempat wisata dan bisnis yang begitu pesat. Tetapi apakah Reklamasi

Pantai Losari telah membuat lingkungan menjadi lebih baik atau tidak dan

apakah pendapatan masyarakat di sekitarnya meningkat secara ekonomi

atau tidak perlu terus dikaji perubahan-perubahan yang terjadi.

Untuk mengetahui hal tersebut maka kami melakukan penelitian

dan mengkaji dampak-dampak yang di timbulkan dari Reklamasi Pantai

Losari tersebut. Oleh karena itu hasil yang kami peroleh dari peneltian ini

kami ingin membahas apa yang di peroleh sebagai berikut :

1. Parameter kualitas Air Fisik dan Kimia

Untuk mengetahui apakah sebuah perairan tercemar atau tidak,

maka perlu ada para meter yang menjadi acuan yang standar atau

sesuai aturan yang telah ditetapkan dari pihak yang berwenang

terutama pemerintah sebagai pengambil kebijakan. Untuk itu sebagai

standar pembahasan kami mengenai kualitas air di Pantai Losari kami

menggunakan standar Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup No.

51 tahun 2004 mengenai baku mutu air laut pada Tabel 14 berikut

Page 109: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

95

Tabel 17. Baku Mutu Air laut yang di keluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004.

Sumber : www.hukum.unsrat.ac.id/men/menlh_51_2004_l2.pdf

Berdasarkan dari hasil pengolahan data sekunder mengenai

para meter lingkungan dapat dijelaskan bahwa tingkat pencemaran di

Pantai Losari terjadi perubahan kearah kategori negatif dimana dari

beberapa data sekunder yang di peroleh ditemukan bahwa baku mutu

Page 110: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

96

Fisika, Kimia dan larutan logam mengalami perubahan negatif

terhadap perairan.

Secara Fisika suhu perairan Losari bersifat stabil dimana suhu

rata-rata sebelum dan sesudah reklamasi masih dalam kategori

normal. Hanya yang mengalami perubahan signifikan adalah

kecerahan air yang berubah. Dimana sebelum Reklamasi Pantai

Losari kecerahan air masih bisa ditembus matahari sampai kedalaman

4-5 meter, tetapi kecerahan ini berubah setelah di reklamasi dengan

cahaya matahari hanya mampu menembus 40 cm (0.4 m). Salah satu

penyebab kecerahan ini mengalami perubahan adalah terjadinya

endapan sedimen yang berasal dari pengadukan partikel dasar

perairan dan yang masuk keperairan yang salahsatunya berasal dari

pekerjaan proyek yang masih berlangsung sampai sekarang.

Parameter kimia perairan Pantai Losari sebelum dan sesudah

rekalamsi juga mengalami perubahan kearah kategori negatif setelah

reklamasi Pantai Losari. Ada beberapa parameter kimia yang sudah

melewati baku mutu air laut yaitu Amoniak, Fosfat, dan Nitrat.

Keberadaan senyawa nitrogen dalam perairan dengan kadar yang

berlebihan hal ini dapat menimbulkan permasalahan pencemaran.

Kandungan nitrogen yang tinggi di suatu perairan dapat disebabkan

oleh limbah yang berasal dari limbah domestik yang dapat

meningkatkan kelimpahan plankton yang dapat menyebabkan

keracunan pada perairan.

Page 111: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

97

Parameter logam terlarut sebelum dan sesudah reklamasi Pantai

Losari juga mengalami perubahan kearah negatif dimana semua

parameter logam terlarut sebelum reklamasi masih di kategorikan

belum tercemar, tetapi setelah reklamasi sudah mengalami perubahan

kearah kategori negatif dan sudah melewati ambang baku mutu yang di

kategorikan tercemar.

2. Perubahan Sosial Ekonomi

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai perubahan Sosial

ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar Pantai Losari dapat di

kemukakan bahwa, umur rata-rata yang tinggal dikawasan tersebut

adalah rata-rata 38 tahun, dengan lama tinggal sekitar 23 tahun

dengan pendapatan rata-rata kepala keluarga Rp. 1.838.889 / bulan.

Sedangkan mata pencaharian utama masyarakat yang tinggal

disekitar Pantai Losari adalah pedagang atau wiraswasta, hal ini

disebabkan tingkat pendidikan masyarakat yang bermukim di daerah

tersebut rata-rata hanya tamatan SLTA, sehingga alternatif dari

pekerjaan yang mereka lakukan adalah berdagang atau wiraswasta

dengan membuka warung atau kios, selain itu menjadi penjual pisang

epe yang biasa berkeliling di sekitar Pantai Losari.

Dampak dari reklamasi terhadap perubahan pendapatan mereka

dari hasil wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan

wawancara mendalam dapat di ketahui bahwa tidak ada pengaruh

pendapatan atau ekonomi mereka setelah terjadi reklamasi Pantai

Page 112: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

98

Losari, hal ini bisa dilihat rata-rata dari jumlah 28 (35%) responden

mengatakan bahwa reklamasi Pantai Losari tidak memberikan

peningkatan pendapat hal ini bisa di lihat pada Tabel 13. Sedangkan 26

(32.5%) mengatakan ada kenaikan pendapatan dan 26 (32.5%)

mengatakan tidak tahu bahwa pendapatan mereka bertambah atau

tidak .

Rata-rata responden mengatakan tidak ada kenaikan

pendapatan, hal ini dialami oleh Nelayan yang tinggal disekitar Losari,

terutama nelayan yang mencari kerang untuk di jual di sepanjang

Pantai Losari.

Pedagang merupakan salah satu komunitas yang diuntungkan

dengan reklamasi Pantai Losari, dimana pedagang warung/kios rata-

rata mengalami pendapatan, salah satu penyebabnya adalah makin

banyaknya masyarakat yang mendatangi Pantai Losari dan mencari

tempat tinggal di daerah tersebut karena lebih dekat dengan tempat

tinggal dengan tempat kerja, terutama mereka yang bekerja di sekitar

Pantai Losari

Sedangkan dampak reklamasi Pantai Losari terhadap

peningkatan harga tanah pasca Reklamasi Pantai Losari dapat di

kemukakan bahwa ada kenaikan signifikan kenaikan tanah setelah

pasca Reklamasi Pantai Losari hal ini bisa di lihat dari 49 (61.25%)

responden mengatakan ada kenaikan signifikan dari kenaikan tanah

dari dampak Rekalamsi Pantai Losari, hal ini disebabkan banyak orang

Page 113: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

99

dari luar Losari ingin membeli tanah atau rumah yang ada pada lokasi

tersebut karena di sekitar Pantai Losari banyak proyek yang sedang di

bangun untuk pusat kegiatan bisnis. Salah satu Pusat bisnis yang ada

di sekitar wilayah tersebut adalah adanya pembangunan Trans Studio

dan Rumah Sakit Siloam dan proyek lainnya yang sementara berjalan,

sehingga tanah disekitar wilayah tersebut banyak menjadi incaran bagi

mereka yang ingin tinggal dekat pusat bisinis tersebut.

Page 114: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

100

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai kajian

dampak dari perubahan lingkungan dan perubahan sosial ekonomi

Reklamasi Pantai Losari dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Perubahan lingkungan terutama baku mutu perairan di Pantai Losari di

kategorikan tercemar, dimana sebelum dan sesudah reklamsai

perubahan baku mutu parameter Fiskia (Kecerahan dan Kekeruhan),

Kimia (DO, BOD, Ammonia Total, Fosfat dan Nitrat) dan kandungan

Logam berat (Raksa, Arsen, Kadmium, Tembaga dan Timbal) sudah

mengalamai perubahan kearah kategori negatif.

2. Tidak berdampak terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi

masyarakat. Dampak positif dari reklamasi Pantai Losari hanya

berdampak pada harga tanah yang mengalami meningkat

B. Saran

1. Kualitas air di Pantai Losari sudah mengalami pencemaran, oleh

karena itu diharapkan berbagai pihak melakukan upaya untuk

menanggulangi dampak pencemar tersebut dengan mempercepat

pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Losari.

Page 115: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

101

2. Sangat diperlukan kegiatan yang terkait dengan pengembangan

ekonomi masyarakat di sekitar Pantai Losari. Misalnya memberikan

konpensasi modal usaha dan pendidikan non formal dalam bentuk

pelatihan kerja dan serta pengembangan usaha dibidang lainnya

seperti menjadi tukang kayu dan buruh bangunan yang profesional.

Page 116: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

102

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S., 2006. Telaahan Strategi Pembangunan Berkelanjutan Kawasan

Pantura DKI Jakarta. Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta. Badan Perencana Daerah. Jakarta.

Budiharsono,S. 2008. Laporan Usulan Teknis Danau Toba. LPTKT. Jakarta

Cossa, D. 1988. Cadmium in Mytilus spp.: worldwide survey and relationship between seawater and mussel content. Marine Environmetal Research. 26: 265-284.

Dahuri, H.R., J. Rais, S.P. Ginting dan H.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Prandya Paramita, Jakarta.

Dahuri, R., 2000. Analisis Kebijakan dan Program Penglolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Makalah disampaikan pada Pelatihan Menajemen Wilayah Pesisir. Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor.

Djajadiningrat S.T.,2001. Pemikiran, Tantangan dan Permasalahan Lingkungan. Studio Tekno Ekonomi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Dinas Cipta Karya Kota Makassar Dengan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Hasanuddin (LPPM-UNHAS), AMDAL Revitalisasi Pantai Losari, 2003. Kota Makassar.

Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Rencana Pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Losari, 2011. Makassar

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Fardiaz, S., (1992). Polusi air dan udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Estinawati, AE. 2012. Distribusi Logam Berat Kadmium (Cd) dan Tembaga (Cu) pada Kolom Air dan Organisme Penyaring (Filter Feeder/Bivalvia) di Perairan Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar

Hagul P. 1985. Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Bumi Aksara, Jakarta.

Page 117: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

103

Krom, M. D., 1986. An Evaluation of The Concept of Assimilative Capacity as Applied to Marine Water. Ambio. XV (4): 208-214p.

Kementerian Lingkungan Hidup, 2004, Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta

Ketchum, B.H. (1971). Pollution, natural resources, and biological effects of pollution of estuaries and coastal waters. The massachusetts Institute of Technology. Massachussetts.

Lubis, R. 1997. Amdal Regional Untuk Pembangunan Wilayah. Manusia dan Lingkungan. Jurnal Pusat Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada No. 11 Th. IV 1997.

Lukman, 2012. Distribusi Logam Berat Timbel dan Kadmium pada Sedimen dan Organisme Pemakan Deposit (Deposit Feeder) di Perairan Pantai Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar

McLean, W.E., J.O.T. Jensen and D.F. Alderdice., 1993. Oxygen Consumption Rates and Water Flow Requirements of Pacific Salmon (Oncorhynchus spp) in The Fish Culture Environment. Aquaculture, Vol. 109: 281-313p.

Munasinghe M. 1992. Environmental Economic and Sustainable Development. The International Bank for Reconstruction and Development/THE WORD BANK. Washintong D.C. 20433. U.S.A.

Moffatt I., H Nick., and D.,W Mike. 2001. Measuring and Modelling Sustainable Development. The publisshing Group. London

Mispar, M. (2001). Sebaran bahan organik dan total padatan tersuspensi di sekitar perairan pantai Losari Kota Makassar Sulawesi Selatan. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Makharani, 2010. Pemodelan Sebaran Polutan di Perairan Teluk Losari Kota Makassar. Tesis. Fakultas Ilmu Kelautan. Universitas Hasanuddin. Makassar

Nurmandi, A., (1999), "Manajemen Perkotaan: Aktor. Organisasi dan Pengelolaan Daerah Perkotaan di Indonesia". Lingkaran Bangsa, Yogyakarta

Nikijuluw, V.P.H. 2003. Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Strategi Pemberdayaan Mereka dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu. In : Koleksi Dokumen Proyek Pesisir 1997-2003 (Knight, M. dan S. Tighe, editor). Coastal

Page 118: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

104

Resources Center, University of Rhode Island, Narragansett, Rhode Island, USA.

Poernomo, A, 1992. Pemilihan Lokasi Tambak Udang Berwawasan Lingkungan. Balitbang Pertanian, Balitbang Perikanan, Kerjasama United Stated Agency For International Development Fisheries and Development Project (USAID/FRDP).

Phillips, D.J.H. 1977. The use biological indicator organism to monitor trace metal pollution in marine environment- a reviw. Environmental Pollution 13: 281-317.

Quano, 1993. Training Manual on Assessment of The Quantity and Type of Land Based Pollutant Discharge Into the Marine and Coastal Environment. UNEP. Bangkok

Rump, H.H and H. Kirst. 1992. Laboratory Manual For The Examination of Water, Waste Water, and Soils. 2 nd ed, VCH.

Reksohadiprodjo, S, AR Karseno , 1997. Ekonomi Perkotaan. BPFE, Yogyakarta.

Supriharyono 2002. Pelestarian dan pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir tropis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suhud, A. R., "Penanggulangan Reklamasi yang Telah Berjalan; Dalam Benaen. D.G. dan Amiruddin (Eds V. Prosiding Konferensi Nasional I Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia (hal C113-C119). PKSPL IPB - CRC - University of Rhode Island

Salim E. 1988. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. LP3S, Jakarta.

Tunner, R,K and W.N. Adger 1996. Coastal Zone Resouces Assesment Guide Lines LOICZ Report and Studies No 4. Netherlands Institute for Sea Research Texel the Netherlands

Scones, J.B., 1993. Global Equity and Environment Crisis: An Argument fo Reducing Working Hours n The North. orld Development 19, 1: 73-84p.

Sudharto PH. “Dimensi sosial dan Lingkungan Pengelolaan Wilayah Pesisir”, Makalah Seminar Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Terpadu, UNDIP, Semarang, 7 Oktober 2004.

Supardi.I, 1994. Pembangunan Yang Memanfaatkan Sumber Daya. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Page 119: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

105

Nybakken, J.W., 1992: Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan oleh H.M. Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo. PT.Gramedia. Jakarta.

Soemarwoto, O, 2001. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan, Jakarta.

Singarimbun M. dan E. Sofian. 1989. Metode Penelitian Survay. LP3ES Jakarta

Arif, ST, 1993. Metode Penelitian Ekonomi. Penerbit UI Press, Jakarta.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods. Penerbit Alfabeta. Bandung

Supriharyono (2002). Pelestarian dan pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir tropis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Tjahja. S, 2000. Konsep Pembangunan Yang Melakukan Pendekatan Kemanusiaan. Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut “Pendekatan Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah. Brilian Internasional. Surabaya.

Wardhana, W A, 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi Offset Jogyakarta, Jogyakarta.

Yuli S.S. 1996. Perubahan Lingkungan Tantangan Bagi Manusia. Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

UNDANG-UNDANG Undang-undang republik Indonesia nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 57 Tahun 1995 Tentang : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Usaha Atau Kegiatan Terpadu/Multisektor Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang: Satandar Baku Mutu Air laut

Page 121: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

107

LAMPIRAN

Page 122: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

108

KAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI REKLAMASI PANTAI LOSARI

No. Responden

DAFTAR PERTANYAAN IDENTITAS RESPONDEN

5. Nama : ............................................... 6. Alamat Responden : a. Kelurahan : ........................................... b. Kecamatan : ...........................................

7. Umur : ......... tahun - Jenis Kelamin : L / K 8. Pendidikan a. Tuna aksara b. SD tidak tamat c. SD Tamat d. SLTP e. SLTA f. Ak./PT 9. Agama a. Islam b. Kristen Protestan c. Katolik d. Hindu/Budha 10. Daerah Asal a. Penduduk Asli b. WNI/WNA c. Pendatang (Asal. ……….…….) d. Lainnya. ……………… 11. Lama Berdomisili/ Tinggal di kelurahan ............................(thn)

12. Status kepemilikan Tempat tinggal ? a. Hak Milik b. Sewa c. Lain-lain

Page 123: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

109

ASPEK SOSIAL EKONOMI

Masyarakat yang tinggal disekitar Pantai Losari 1. Mata Pencaharian Utama a. Pegawai Negeri/ABRI f. Petani Tambak b. Karyawan swasta g. Buruh bangunan Warung/Kios

c. Pedagang/Ruko h. Jasa (pete-pete/taxi/becak) d. Petani Nelayan

2. Mata pencaharian sampingan a. Pegawai Negeri/ABRI f. Petani Tambak b. Karyawan swasta g. Buruh bangunan Warung/Kios

c. Pedagang/Ruko h. Jasa (pete-pete/taxi/becak) d. Petani Nelayan

3. Lama Bekerja sebagai...................... (lihat jawaban 1)...........Thn

4. Penghasilan keluarga rata-rata per bulan (berdasarkan No 1 dan 2)

a. Pendapatan dari Mata Pencaharian Utama : Rp ........................ b. Pendapatan dari Mata Pencaharian Sampingan : Rp ........................ Jumlah : Rp

5. Apakah dampak Reklamasi Pantai Losari terhadap B/I/S

berdampak pada pendapatan? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

6. Apakah ada perubahan pendapatan B/I/S setelah rekalamsai Pantai Losari ? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

7. Apakah ada perubahan harga tanah dan sewah rumah di sekitar pantai losari setelah reklamasi? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

Lanjut ke Pertanyaan selanjutnya (SOSIAL BUDAYA)......(hal 3)

Masyarakat yang tinggal diluar Pantai Losari

1. Mata Pencaharian Utama a. Pegawai Negeri/ABRI f. Petani Tambak b. Karyawan swasta g. Buruh bangunan Warung/Kios

c. Pedagang/Ruko h. Jasa (pete-pete/taxi/becak) d. Petani Nelayan

Page 124: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

110

2. Mata pencaharian sampingan a. Pegawai Negeri/ABRI f. Petani Tambak b. Karyawan swasta g. Buruh bangunan Warung/Kios

c. Pedagang/Ruko h. Jasa (pete-pete/taxi/becak) d. Petani Nelayan

3. Penghasilan keluarga rata-rata per bulan (berdasarkan No 1 dan 2)

a. Pendapatan dari Mata Pencaharian Utama : Rp ........................ b. Pendapatan dari Mata Pencaharian Sampingan : Rp ........................ Jumlah : Rp ................

4. Apakah anda setuju dengan rekalamsai pantai losari ? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

5. Adakah Perbedaan yang anda rasakan sebelum dan sesudah reklamasi pantai losari” a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

6. Seberapa sering B/I/S berkunjung ke Pantai Losari sebelum di lakukan Reklamasi dalam sebulan? a. 1 kali b. 2-3 kali c. > 4 kali

7. Seberapa sering B/I/S berkunjung ke Pantai Losari dalam sebulan sesudah di Reklamasi ? a. 1 kali b. 2-3 kali c. > 4 kali

8. Bersama siapa anda ke Pantai Losari ? a. Sendiri b. Keluarga c. Lain-lain

9. Berapa uang yang anda keluarkan sekali berkunjung ke Pantai Losari a. < 100.000 b.100.000-300.000 c. > 500.000

SIKAP DAN PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP KEGIATAN REKLAMASI PANTAI LOSARI

1. Apakah B/I/S mengetahui Kegiatan Reklamasi Pantai Losari oleh Pemerintah a. Tahu b. Tidak tahu

2. Jika tahu ! dari mana sumber informasi diperoleh ? a. Pemerintah Kota b. Kepala Kecamatan/Kelurahan

Page 125: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

111

c. Surat Kabar/TV/Radio d. Dinas Cipta Karya Kota Makassar

3. Bagaimana sikap Bapak/Ibu/Sdr terhadap Reklamasi Pantai

losari? a. Setuju b. Tidak Setuju

4. Jika Setuju apa alasannya ? a. Dapat mengatasi kemacetan lalulintas di sekitar Tanjung Bunga b. Meperluas areal/kawasan wisata Tanjung Bunga c. Dapat meningkatkan mobilitas perekonomian (PAD) Kota

Makassar d. Dapat memperindah penataan Tanjung Bunga e. Dapat menambah nilai estetika Tanjung Bunga f. Dapat meningkatkan mobilitas sosial masyarakat di Kota

Makassar

KESEHATAN Kesehatan Lingkungan Sumber Air

1. Untuk air minum pada musim hujan diambil dari ? a. PDAM b. Sumur pompa tangan c. Sumur Gali

2. Untuk air minum pada musim kemarau diambil dari ?

a. PDAM b. Sumur pompa tangan c. Sumur Gali

3. Air untuk masak pada musim hujan diambil dari ?

a. PDAM b. Sumur pompa tangan c. Sumur Gali

4. Air untuk masak pada musim kemarau diambil dari ? a. PDAM b. Sumur pompa tangan c. Sumur Gali

5. Air untuk mencuci pada musim hujan diambil dari ?

a. PDAM

Page 126: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

112

b. Sumur pompa tangan c. Sumur Gali

6. Air untuk mencuci pada musim kemarau diambil dari ? a. PDAM b. Sumur pompa tangan c. Sumur Gali

7. Air untuk mandi pada musim hujan diambil dari ? a. PDAM b. Sumur pompa tangan c. Sumur Gali

8. Air untuk mandi pada musim kemarau diambil dari ? a. PDAM b. Sumur pompa tangan c. Sumur Gali

9. Di mana Bapak/Ibu/Sdr buang air besar di ? a. WC sendiri c. Pantai b. WC umum d. Selokan/Kanal

10. Tempat pembuangan sampah ke ? a. TPS c. Laut b. Selokan/Kanal d. Pinggir jalan

Kesehatan Masyarakat

1 Apakah Bapak/Ibu/Sdr dan anggota keluarga sering menderita

sakit ? a. Ya, sering b. Jarang c. Tidak pernah 2 Kalau Ya dan Jarang, penyakit apa yang sering diderita keluarga

Bapak : a. Malaria b. Diare c. Batuk-batuk d. Influenza e. Kelamin h. Gatal-gatal i. Lainnya......................................................... 3. Bila ada keluarga yang sakit, B/I/S membawa kemana untuk

berobat ! a. PUSKESMAS di jarak km b. Mantri di jarak km c. Dokter di jarak km d. Dukun di jarak km e. Hanya beli obat saja di jarak km

f. Rumah Sakit di jarak km

Page 127: KAJIAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL …

113

4. Jenis penyakit apa saja yang Bapak/Ibu/Sdr dan anggota keluarga pernah derita (selama 6 bulan terakhir)

a. ______________________________________________________

b. ______________________________________________________

5. Apakah Bapak/Ibu/Sdr sering mengalami gangguan tidur ? a. Ya b. Tidak 6. Jika Ya ? Apa sebabnya ? a.

______________________________________________________ b.

______________________________________________________