Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
KAJIAN INTENSITAS KEBISINGAN DI PT. BAKAPINDO,
KABUPATEN AGAM, PROVINSI SUMATERA BARAT.
Oleh:
Ade Reski Yulianda
1310024427002
TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
( STTIND )PADANG
2018
2
KAJIAN INTENSITAS KEBISINGAN DI PT. BAKAPINDO,
KABUPATEN AGAM, PROVINSI SUMATERA BARAT.
SKRIPSI
Untukmemenuhisebagianpersyaratanmemperoleh
gelarSarjanaTeknikPertambangan
Oleh:
Ade Reski Yulianda
1310024427002
TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
( STTIND )PADANG
2018
3
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul : KAJIAN INTENSITAS KEBISINGAN DI PT.
BAKAPINDO, KABUPATEN AGAM, PROVINSI
SUMATERA BARAT.
Nama : Ade Reski Yulianda
NPM : 1310024427002
Program Studi : Teknik Pertambangan
Padang, Desember 2018
Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Jevie C Eka Putra, MT Riam Marlina, MT
NIDK.8892970018 NUP.9910676467
Ketua Program Studi, Ketua STTIND Padang,
Dr. Murad, MS, MT H. RikoErvil, MT
NIDN. 007116308 NIDN.1014057501
4
KAJIAN INTENSITAS KEBISINGAN DI PT. BAKAPINDO,
KABUPATEN AGAM, PROVINSI SUMATERA BARAT.
Nama : Ade Reski Yulianda
NPM : 1310024427002
Pembimbing I : Jevie C Eka Putra, MT
Pembimbing II : Riam Marlina, MT
RINGKASAN
PT. Bakapindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan, yakni tambang Dolomite yang memiliki Surat Izin Usaha
Pertambangan Daerah (SIPD) dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera
Barat dengan Nomor surat 303.545/10/DTB- 92 tanggal 19 Mei 1992. Dengan
luas 75 ha, Terutama saat diadakannya kegiatan penambangan kuatnya suara
(noise) yang dikeluarkan kegiatan tersebut mengakibatkan adanya keluhan
sebagian masyarakat di area penambangan karena kebisingan akibat aktifitas
penambangan. Terganggunya masyarakat akibat penambangan yang berdekatan
langsung terhadap permukiman/perumahan penduduk yang berdampak pada
lingkungan sekitar area perumahan setempat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber kebisingan dan
mengetahui pengaruh jarak terhadap sumber kebisingan di lokasi penambangan
Jenis penelitian adalah penelitian terapan (applied research). Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diolah secara langsung
menggunakan data yang didapat dilapangan.yang menjadi sumber kebisingan di
PT. Bakapindo berada pada Area peledakan dengan nilai intensitas kebisingan
yang di dapat sebesar 113,3 dB sedangkan pengaruh jarak terhadap sumber
kebisingan berada pada Area peledakan dengan jarak pengukuran 500 meter
dengan nilai intensitas kebisingan di dapat sebesar 113,3 dB yang berdampak
bising pada area lingkungan sekitar penambangan yakni pada berjarak 500-600 m
dari lokasi penambangan terhadap perumahan penduduk kebisingan tersebut
termasuk kebisingan sesaat yang ditimbulkan oleh aktifitas peledakan dan
berdasarkan SNI 7570 : 2010 melebihi tingkat intensitas kebisingan ditetapkan
SNI 7570 : 2010 di area peledakan sebesar 110 dB
Kata Kunci: Kebisingan, Peledakan, Desibel, SNI 7570: 2010
5
KAJIAN INTENSITAS KEBISINGAN DI PT. BAKAPINDO,
KABUPATEN AGAM, PROVINSI SUMATERA BARAT.
Nama : Ade Reski Yulianda
NPM : 1310024427002
Advisor I : Jevie C Eka Putra, MT
Advisor II : Riam Marlina, MT
ABSTRACT
PT. Bakapindo is a mining company, the delomite mine which has a
regional mining business permit from the governor of the regional level 1 west
sumatra with letter number 303.545/ 10/DTB – 92 dated may 19.1992 with an
area of 75 hectares, especially when mining activities held the strong noise issued
by these activities resulted in complaints of some people in the mining area
because of noise due to mining activities, disruption of the community due to
direct mining directly towards settlement/residential areas that have an impact on
the environment around the local housing area
This study aims to determine the source of noise and determine the source
of noise and determine the effect of distance on the source of noise at the minig
site this type of research is applied research ( applied resech ) the data used in this
study is data that is procesed directly using the data that can be obtained in the
field which is a source of noise in PT. Bakapindo in the blasting area with a value
of noise intensity that is egual to 113,3 dB while the effect of distance on the
source of noise is in the blasting area with a distance of 500 meters with the value
of noise intensity can be egual to 113,3 dB which affects noise in the area
surroungding the mining area against residential noise residents including
temporary noise caused by blasting and based activities SNI 7570 : 2010
exceeding the level of noise intensity set here 7570 : 2010 in the blasting area of
110 dB.
Keywords: Noise, Blasting, Decibel, SNI 7570 : 2010
6
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas pertolongan serta pengasihannya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul”Kajian Intensitas Kebisingan Di PT. Bakapindo, Kabupaten Agam,
Provinsi Sumatera Barat”. Dalam Kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Riko Ervil, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
2. Bapak Dr. Murad MS, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
3. Bapak Jevie C Eka Putra, MT. selaku dosen pembimbing I dalam penulisan
skripsi.
4. Ibu Riam Marlina, MT. selaku dosen pembimbing II dalam penulisan
skripsi.
5. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan Doa dan dukungan
baik moril maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan karyawan/karyawati Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
7. Teman-teman Mahasiswa/mahasiswi Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang, khususnya Mahasiswa/Mahasiswi dari jurusan Teknik.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada pihak-pihak yang
7
telah memberikan bantuan kepada penulis. Pada akhirnya penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk lebih menyempurnakan isi laporan ini.
Namun demikian, penulis berharap laporan ini dapat memberi manfaat bagi
pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Padang, Desember 2018
(Penulis)
8
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ........................................................................... 3
1.4 Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.5 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5
2.1 Landasan Teori ............................................................................. 5
2.1.1 Tinjauan Umum Perusahaan............................................... 5
2.1.2. Kondisi Lingkungan Kerja.................................................. 7
2.1.3 Kebisingan ........................................................................ 8
2.1.4. Dasar-Dasar Akustik.......................................................... 9
2.1.5. Jenis-Jenis Paparan Kebisingan........................................ 11
9
2.1.6. Baku Tingkat Intensitas Kebisingan Pada
Kegiatan Pertambangan Teradap Lingkungan
Menurut SNI 7570 :2010................................................ 12
2.1.7. Metode Pengukuran Intensitas Kebisingan
SNI 7231 :2009............................................................... 15
2.1.8. Pengendalian Kebisingan................................................ 19
2.2 Kerangka Konseptual............................................................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 23
3.1. Jenis Penelitian...................................................................... 23
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 23
3.3. Variabel Penelitian.................................................................. 24
3.4. Data dan Sumber Data............................................................ 24
3.5. Populasi Dan Sampel.............................................................. 25
3.6. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 27
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data................................... 28
3.8. Kerangka Metodologi............................................................ 29
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA.................. 32
4.1. Pengumpulan Data................................................................. 32
4.1.1. Data Primer................................................................... 32
10
4.1.2. Data Sekunder.............................................................. 34
4.2. Pengolahan Data...................................................................... 35
4.2.1. Mengetahui sumber kebisingan di PT. Bakapindo
sesuai dengan SNI 7570 : 2010 (Kuesioner).................. 35
4.2.2. Mengetahui pengaruh jarak terhadap sumber
kebisingan di lokasi penambangan berdasarkan
SNI 7570 : 2010 di PT. Bakapindo.............................. 37
BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA............................. 41
5.1. Analisis Hasil Pengolahan Data............................................. 41
5.1.1. Analisa sumber kebisingan di PT. Bakapindo
sesuai dengan SNI 7570 : 2010 (Kuesioner)................. 41
5.1.2. Analisa pengaruh jarak terhadap Sumber
kebisingan di lokasi penambangan berdasarkan
SNI 7570 : 2010 di PT. Bakapindo.............................. 42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................... 47
6.1. Kesimpulan.......................................................................... 47
6.2. Saran.................................................................................... 48
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Baku Tingkat Intensitas Kebisingan SNI 7570 : 2010............... 14
Tabel 4.2. Pengukuran Di Area Peledakan.................................................. 33
Tabel 4.3. Pengukuran Di Ara Pemboran.................................................... 33
Tabel 4.4. Pengukuran Di Area Crusher...................................................... 34
Tabel 4.5. Jarak Rumah Responden Dari PT. Bakapindo........................... 36
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Air Blast................................................................................. 7
Gambar 2.2. Sound Level Meter................................................................. 15
Gambar 2.3. Kerangka Konseptual............................................................ 21
Gambar 3.4. Peta Kesampaian Daerah PT. Bakapindo............................. 24
Gambar 3.5. Diagram Alir Penelitian......................................................... 32
13
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Tingkat Intensitas kebisingan di Area Peledakan................. 38
Grafik 4.2. Tingkat Intensitas kebisingan di Area Pemboran................. 40
Grafik 4.3. Tingkat Intensitas kebisingan di Area Crusher..................... 41
14
DARTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Kuesioner Penelitian
Lampiran II : Struktur Organisasi PT. Bakapindo
Lampiran III : Dokumentasi Lapangan
Lampiran IV : Peta Ilustrasi Kebisingan
Lampiran V : Jadwal Penelitian
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan pertambangan merupakan salah satu bentuk industri yang
kegiatannya adalah mengekstraksi suatu bahan galian batuan atau mineral
dari dalam muka bumi. Seperti kegiatan industri adanya kegiatan mekanis
dalam pertambangan pasti akan menghasilkan efek samping terhadap
lingkungan sekitarnya salah satunya adalah kebisingan yang akan menyebar
hingga keluar dari area industri atau pertambangan.
Tingkat kebisingan pemukiman memerlukan suatu kajian tersendiri
guna dapat diketahui sumber serta besarannya kebisingan, Beberapa
penelitian pada kegiatan industri maupun pada kegiatan yang dapat
menimbulkan kebisingan dilakukan untuk mendapatkan tingkat kebisingan di
sekitar sumber hingga ke lingkungan sekitar ( Syarif Hidayat, 2012 ).
PT. Bakapindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan, yakni tambang Dolomite yang memiliki Surat Izin Usaha
Pertambangan Daerah (SIPD) dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Sumatera Barat dengan Nomor surat 303.545/10/DTB- 92 tanggal 19 Mei
1992. Dengan luas 75 ha perusahaan melakukan metode penambangan
dengan metode tambang terbuka, dalam memberaikan batu delomite
menggunakan metode pemboran, peledakan dan alat peremuk batuan crusher
dari kegiatan tersebut dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan
16
terutama tentang kebisingan untuk para pekerja serta lingkungan di sekitar
area penambangan.
Terutama saat diadakannya kegiatan penambangan kuatnya suara
(noise) yang dikeluarkan kegiatan tersebut mengakibatkan adanya keluhan
sebagian masyarakat di area penambangan karena kebisingan akibat aktifitas
penambangan. Terganggunya masyarakat akibat penambangan yang
berdekatan langsung terhadap permukiman/perumahan penduduk yang
berdampak pada lingkungan sekitar area perumahan setempat.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia ( SNI 7570 : 2010 )
Tentang Baku Tingkat Intensitas Kebisingan Pertambangan Terhadap
Lingkungan dirumuskan oleh panitia teknik 13-06 Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Geologi dan Pertambangan tidak melebihi baku tingkat
intensitas kebisingan pada kegiatan pertambangan terhadap lingkungan
menurut SNI 7570 : 2010
Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian terhadap tingkat
kebisingan dengan menggunakan alat Sound Level Meter. Berdasarkan
permasalahan diatas penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul
“Kajian Intensitas Kebisingan Di PT. Bakapindo, Kabupaten Agam,
Provinsi Sumatera Barat”.
17
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah pada penelitian ini adalah :
1. Adanya keluhan sebagian masyarakat di area penambangan karena
kebisingan akibat aktifitas penambangan
2. Terganggunya masyarakat akibat penambangan yang berdekatan langsung
terhadap permukiman/perumahan penduduk yang berdampak pada
lingkungan sekitar area perumahan setempat.
1.3 BatasanMasalah
Untuk lebih fokusnya penelitian ini maka penulis membatasi masalah
penelitian ini Merujuk pada tingkat Intensitas kebisingan pada kegiatan
pertambangan terhadap lingkungan menurut SNI 7570 : 2010
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah yang menjadi sumber kebisingan dalam kegiatan tambang di PT.
Bakapindo sesuai dengan SNI 7570 : 2010 ?
2. Bagaimana pengaruh jarak terhadap sumber kebisingan di lokasi
penambangan berdasarkan SNI 7570 : 2010 di PT. Bakapindo ?
1.5 TujuanPenelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Mengetahui / Mengidentifikasi sumber kebisingan di PT. Bakapindo
sesuai dengan SNI 7570 : 2010.
18
2. Mengetahui pengaruh jarak terhadap sumber kebisingan di lokasi
penambangan berdasarkan SNI 7570 : 2010 di PT. Bakapindo
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi Penulis
Sebagai landasan untuk meningkatkan atau menambah ilmu dan wawasan
tentang kegiatan aktifitas penambangan di lapangan khususnya pada
penambangan batu Dolomite agar dapat menjadi bekal untuk di
aplikasikan nantinya di dunia kerja.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan informasi data dan menambah ilmu pengetahuan
bagi pelaksanaan kegiatan penambangan khususnya Kajian Intensitas
Kebisingan Di PT. Bakapindo, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera
Barat.
3. Bagi STTIND Padang
Sebagai bahan masukan bagi Mahasiswa Pertambangan, dan sebagai
bahan referensi STTIND Padang dalam pembaharuan informasi yang ada.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut.:
2.1.1. Tinjauan Umum Perusahaan
2.1.1.1. Profil PT. Bakapindo
CV. Bukit Raya didirikan pada tanggal 5 Oktober 1981 berdasarkan Akta
No. 9 oleh Notaris Achtar Iljas, SH di Kota Bukittinggi Propinsi Sumatera Barat,
berlokasi di Jorong Durian, Nagari Kamang Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatra
Barat. telah memiliki Surat Izin Usaha Pertambangan Daerah (SIPD) dari
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat dengan Nomor surat
303.545/10/DTB- 92 tanggal 19 Mei 1992 Seluas 75 ha. Pada tahun 1995 nama
CV. Bukit Raya diganti dengan nama PT. Bakapindo yang dipakai hingga saat ini.
Pada saat ini sumber daya PT. Bakapindo menguasai lahan tambang
Dolomite (CaCO3) kurang lebih 9,6 Ha yang berada di Jorong Durian, Kenagarian
Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam dan lahan
tambang Dolomite seluas 15 Ha yang berada di Jorong Pauh, Kenagarian Kamang
Mudik, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam. Deposit bahan baku
Dolomite (CaCO3) PT. Bakapindo saat ini sebesar 12 juta m3 dan deposit bahan
baku dolomit 18 juta m3. Batukapur PT. Bakapindo memiliki kadar CaCO3 > 97%
dan CaO > 50%. Batukapur PT. Bakapindo memiliki kadar MgO >18%. Untuk
20
menjalankan kegiatan produksi, PT. Bakapindo mempekerjakan 89 orang
karyawan yang 90 % adalah masyarakat lokal.
PT. Bakapindo telah melakukan penambangan pada areal durian Kamang
sejak tahun 1981, dimana pada saat itu proses pekerjaan penambangan dikerjakan
secara langsung oleh PT. Bakapindo. Produk-produk PT. Bakapindo sampai saat
ini telah digunakan oleh berbagai macam konsumen baik perorangan maupun
koperasi dengan skala kecil sampai besar. Konsumen PT. Bakapindo terutama
berasal dari wilayah Sumatera antara lain Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara,
Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung.
2.1.2 Kondisi Lingkungan Kerja
Bising (noise) di lingkungan kerja sangat mempengaruhi seseorang
terhadap hilangnya konsentrasi pada saat bekerja. Untuk mengurangi dampak dari
bising (noise), perusahaan harus memperhatikan ketersediaan alat safety yang
baik, kondisi kerja yang nyaman, dan manajemen kerja yang terorganisir.
Perusahaan bertanggung jawab atas keselamatan para pekerjanya, terutama dalam
hal safety. Berikut adalah deskripsi lapangan di PT. Bakapindo.
Penambangan Dolomite di PT. Bakapindo yakni dilakukan dengan
metoda tambang terbuka (kuari). Lokasi antara area penambangan dan kantor
tidak berjauhan yakni ± 500 meter dari kaki bukit lokasi penambangan. Dan jarak
lokasi tambang ke pemukiman masyarakat adalah ± 400 meter. Jarak tempuh yang
cukup jauh, untuk alat transportasi pekerja yakni dengan menggunakan kendaraan
double gardan.
21
2.1.3. Kebisingan
Bising dalam kesehatan kerja adalah bising yang diartikan sebagai
suara yang dapat menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif
(peningkatan ambang pendengaran), maupun secara kualitatif
(menyempitnya spektrum pendengaran) (Buchari 1997).
Sedangkan kebisingan (Air Blast) atau ledakan udara adalah
sejumlah tertentu energi bahan peledak yang keluar ke atmosfer.
Sumber: supervisory tekink peledakan ITB
Gambar 2.1 Air Blast
Adapun penyebab terjadinya air blast adalah tekanan udara,
tekanan batuan, pelepasan gas, pelepasan stemming. Atau dengan kata lain
kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak di kehendaki dan dapat
mengganggu kesehatan, kenyamanan dan dapat menimbulkan ketulian.
Kebisingan industri telah lama menjadi perhatian dan
permasalahan bagi para pekerja dan masyarakat. Paparan bising ditempat
kerja sangat besar pengaruhnya terutama terhadap pendengaran. Oleh
karena itu kebisingan industri harus diminimalisir agar bisa dikendalikan
dan dikontrol.
22
Air Blast yang terdengar (Audible Air Blast) mempunyai frekuensi
dibawah 20 Hz. Air Blast diukur dan dilaporkan sebagai over pressure,
yaitu tekanan udara diatas tekanan atmosfir yang normal. Untuk mencari
tingkat kebisingan dalam dB, menurut (Richard L. Ash, 1996:30) dalam
supervisory teknik peledakan ITB adalah sebagai berikut.
( dB = 20 log (P/Po) )
Besarnya tingkat air blast yang terjadi dipengaruhi keadaan
atmosfir, terutama temperatur dan kecepatan angin. Dua hal ini harus
diperhatikan karena kecepatan di udara dipengaruhi oleh temperatur.
2.1.4. Dasar-Dasar Akustik
1. Frequensi (Hz)
Frequensi dinyatakan dalam waktu getaran per detik atau
disebut hertz, dari kurva gelombang atau panjang gelombang yang
mempunyai intensitas sampai ke telinga setiap detik (Stephan A.Konz,
1992). Untuk menentukan tinggi rendahnya nada suara tergantung atas
besarnya frequensi yang diberikan oleh sumber suara.
2. Kecepatan (Velocity)
Kecepatan bunyi (v) tergantung pada jumlah panjang
gelombang (λ) dan sebesar frequensi (f), dalam (Latar Muhamad Arief,
2007.)
3. Desibel (dB)
Intensitas yaitu energi persatuan luas, biasanya dinyatakan dalam satuan
logaritma yang disebut decibel (dB) dengan
23
perbandingan tekanan dasar sebesar 0.0002 dyne/cm2 dengan
frequensi 1.000 Hertz, atau (0.00002 Pascal dengan frequensi 1KHz)
yang tepat dapat didengar oleh telinga normal (L.M Arief, 2007).
Besarnya tekanan yang membuat fluktuasi tekanan atmosfir ini,
merupakan ukuran dari kekuatan gelombang suara (Latar Muhamad
Arief 2007), dengan satuan micropascal (µPa), Newton per meter
kuadrat (N/m2), mikrobars (µbars), atau dyne per centimeter kuadrat
(dyne/cm2).
Untuk menentukan tingkat air blast, dapat dijadikan dalam
satuan Pa menjadi satuan dalam dB, dalam Latar (Muhamad Arief
2007).
Catatan: 1µ bars = 1 dyne/cm2 = 0.1 N/m
2 = 0.1 Pa
2.1.5. Jenis-Jenis Paparan Kebisingan
Secara garis besar sumber kebisingan terdiri dari:
1. Continue Noise (Bising Tunak)
Continue Noise (Bising Tunak) yaitu noise secara terus
menerus dengan level spektrum yang konstan dengan lama waktu
pemaparan selama 8 jam kerja per hari atau 40 jam per minggu (Latar
Muhamad Arif, 2007).
Bising jenis ini dihasilkan oleh mesin yang beroperasi tanpa
interupsi pada jangka waktu tertentu sebagai contoh sumber bising
tersebut pada pompa.
24
2. Noise Implusive / Bising Impulsif
Noise implusive / bising impulsif yaitu noise yang bersifat
implusive atau berupa bising kejut (Latar Muhamad Arif, 2007). Bising
jenis ini diakibatkan oleh sumber suara tumbukan atau ledakan.
3. Bising Fluktuatif
Bising ini terjadi ketika sebuah kendaraan berlalu, dimana
tingkat kebisingan naik dan turun secara cepat. Salah satu kriteria yang
penting dalam mengkatagorikan sebuah bising fluktuaktif adalah tidak
lebih dari 3 sampai 10 dB, dalam sebuah jangka waktu tertentu.
4. Bising Nada Tunggal
Bising nada tunggal merupakan bising yang dominan pada
sebuah frequensi, Bising nada tunggal merupakan bising yang dominan
pada sebuah frekuesisi. Contoh sumber bising dari ; motor pada mesin,
gearbox, fan dan pompa. Mesin yang sedang beroperasi kerap kali
menimbulkan gesekan dan tumbukan antar permukaannya. Tumbukan
yang berulang bisa terdengar sebagai bising nada tunggal akibat
transmisi oleh udara dari permukaan yang terkena tumbukan.
5. Bising Frequensi Rendah
Bising frequensi rendah yakni antara frequensi 8-100 Hz, tipe
ini terdapat pada mesin-mesin diesel besar, dan lain sebagainya. Bising
jenis frekuensi rendah masih terdengar untuk jarak yang cukup jauh
dan lebih menganggu secara psikolgis.
25
2.1.6. Baku Tingkat Intensitas Kebisingan Pada Kegiatan Pertambangan
Terhadap Lingkungan Menurut SNI 7570 : 2010
Peraturan tentang baku tingkat intensitas kebisingan dijadikan
pedoman dalam menentukan standarisasi tingkat kebisingan, yang
dihasilkan oleh aktivitas peledakan, pemboran dan crusher Dari hasil
bacaan Sound Level Meter kita dapat mengetahui bagaimana tingkat
kebisingan yang dihasilkan.
Dalam hal keselamatan perusahaan akan melakukan kontrol
terhadap pengaruh bising terhadap manusia dan lingkungan. Untuk itu
dibutuhkan sikap dan juga manajemen kontrol yang baik.
1. Kebisingan
Bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan atau semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber pada alat-alat produksi dan alat-alat kerja
yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
2. Ledakan udara (air blast)
Energi yang dilepaskan oleh peledakan yang menimbulkan tekanan
udara yang dinyatakan dalam decibel ( dB ) dan pascal ( Pa )
3. Tingkat kebisingan menerus ( Leg )
Nilai tertentu dari kebisingan yang berubah-ubah selama waktu
tertentu yang setara dengan tingkat kebisingan dari kebisingan yang
tetap pada selang waktu yang sama. Satuanya adalah dB (A)
26
4. Tingkat kebisingan menerus siang ( Ls )
Tingkat kebisingan menerus setara selama siang hari
5. Tingkat kebisingan malam ( Lm )
Tingkat kebisingan menerus setara selama malam hari
6. Tingkat kebisingan rata-rata siang dan malam (Lsm)
Tingkat kebisingan menerus rata-rata selama siang dan malam hari
7. Baku tingkat kebisingan
Batas maksimal tingkat intensitas kebisingan yang diperbolehkan
dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan di pertambangan
umum, sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan
27
Tabel 2.1 Baku Tingkat Intensitas Kebisingan SNI 7570:2010
NO Peruntukan Kawasan /
Lingkungan Kegiatan
Tingkat
Intensitas
Kebisingan ( dB)
Maksimal
Durasi
Terpapar
( Jam / hari )
A Lingkungan Kegiatan Tambang
Terbuka
1. Transportasi kendaraan berat
2. Pemboran
3. Peledakan
4. Mesin Peremuk Batu (crusher)
5. Genset
6. Pompa
7. Alat- alat yang lain
90
100
110
100
100
90
>110
8
2
0,5
2
2
8
0,5
B Lingkungan Kegiatan Tambang
Bawah Tanah
1. Pemboran
2. Peledakan
3. Belt dan Cein Conveyor
4. Kompresor
5. Genset
6. Roadheader dan Tunel Boring
Macine
7. Mine cars dan skip winding
8. Exhaust radial fan
9. Pompa
10 Alat alat yang lain
95
140
90
100
100
110
100
120
90
>115
4
0,25
8
2
2
0,5
2
0,25
8
0,25
28
8. Kebisingan sesaat
Kebisingan yang timbul sesaat (tidak menerus)
9. Pengukuran sesaat
Pengukuran yang dilakukan pada sumber kebisingan yang timbul
sesaat (tidak menerus) contohnya pada kegiatan peledakan
10. Pengukuran menerus
Pengukuran yang dilakukan pada sumber kebisingan yang timbul
menerus contohnya pada alat-alat produksi,instalasi pengolahan
2.1.7. Metode Pengukuran Intensitas Kebisingan SNI 7231 2009
Untuk mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan
dengan menggunakan alat Sound Level Meter yang bertujuan untuk mengukur
kebisingan, suara yang tak dikehendaki, atau yang dapat menyebabkan rasa sakit
ditelinga. Sound Level Meter biasanya digunakan dilingkungan kerja seperti,
industri penerbangan, pertambangan dan sebagainya. Sound Level Meter berfungsi
untuk mengukur kebisingan antara 30-130 dB
29
Gambar.2.2 Alat Sound Level Meter.
Bagian – bagian dari Sound Level Meter sebagai berikut :
1. Microphone 13. Jack for RS-232C interface
2. Display 14. Jack for AC
3. Alarm LED 15. Battrey
4. Weighting key
5. Fast / Slow key
6. Up / Save key
7. Down / Read key
8. Function key
9. Max hold key
10. Power key
11. Delete / Menu
12. Cal adjusting
30
Penggunaan Alat Sound Level Meter menurut SNI 7231 2009 dengan prosedur
pengukuran sebagai berikut;
1. hidupkan alat ukur intensitas kebisingan
2. periksa kondisi baterai, pastikan bahwa keaadan power dalam
kondisi baik.
3. Pastikan skla pembobotan.
4. Sesuaikan pembobotan waktu respon alat ukur dengan karakteristik
bunyi yang akan di ukur.
5. Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga yang ada di
tempat kerja. Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau
penghalang sumber bunyi.
6. Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan
karakteristik mikropon. (mikropon tegak lurus dengan sumber
bunyi), 70 – 80 derjat dari sumber bunyi.
7. Pilih tingkat tekanan bunyi ( SPL) atau tingkat tekanan bunyi
sinambung setara ( Leq ) sesuai dengan tujuan pengukuran.
8. Catatlah hasil pengukuran intesitas kebisingan pada lembar data
sampling
31
1. Tingkat tekanan bunyi pada skala pembobotan A ( SNI 7231 2009 )
Tingkat tekanan bunyi pada skala pembobotan A decibel dengan rumus :
( LpA = 20 log Pa (1) )
Po
Keterangan :
Po = tekanan bunyi referensi sebesar 20 uPa (2x10 -5 N/m2)
Pa = tekanan bunyi rms pembobotan A (Pascal)
2. Metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja, yaitu:
a. Pengukuran dengan titik sampling
Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi
ambang batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini
juga dapat dilakukan untuk mengevalusai kebisingan yang disebabkan
oleh suatu peralatan sederhana, misalnya kompresor/generator. Jarak
pengukuran dari sumber harus dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian
1 meter. Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat pengukur
yang digunakan.
b. Pengukuran dengan peta kontur
Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat
dalam mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan
gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini
dilakukan dengan membuat gambar isopact pada kertas berskala yang
sesuai dengan pengukuran yang dibuat. Biasanya dibuat kode pewarnaan
untuk menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau untuk kebisingan
32
dengan intensitas di bawah 85 dB warna oranye untuk tingkat kebisingan
yang tinggi di atas 90 dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan
intensitas antara 85–90 dBA.
2.1.8. Pengendalian Kebisingan
Secara konseptual teknik pengendalian kebisingan yang sesuai dengan hirarki
pengendalian risiko (Tarwaka, 2008) adalah :
1. Eliminasi
Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yan bersifat
permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas
utama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek kerja atau
sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya
pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan dan
standart baku K3 atau kadarnya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB).
2. Subtitusi
Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahanbahan
dan peralatan yang berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang
kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu
dalam batas yang masih bias ditoleransi atau dapat diterima.
3. Engenering Control
Pengendalian dan rekayasa tehnik termasuk merubah struktur
objek kerja untuk menceganh seseorang terpapar kepada potensi bahaya,
seperti pemberian pengaman pada mesin.
33
4. Isolasi
Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan
seseorang dari objek kerja. Pengendalian kebisingan pada media propagasi
dengan tujuan menghalangi paparan kebisingan suatu sumber agar tidak
mencapai penerima, contohnya : pemasangan barier, enclosure sumber
kebisingan dan tehnik pengendalian aktif (active noise control)
menggunakan prinsip dasar dimana gelombang kebisingan yang menjalar
dalam media penghantar dikonselasi dengan gelombang suara identik
tetapi mempunyai perbedaan fase 180 derajatpada gelombang kebisingan
tersebut dengan menggunakan peralatan control.
5. Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif dilakukan dengan menyediakan suatu
sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar
potensi bahaya. Metode pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku
pekerja dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk di patuhinya
pengendalian secara administratif ini. Metode ini meliputi pengaturan
waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kelelahan
dan kejenuhan.
6. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri secara umum merupakan sarana
pengendalian yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara,
ketika suatu sistem pengendalian yang permanen belum dapat di
implementasikan. APD (Alat Pelindung Diri) merupakan pilihan terakhir
34
dari suatu sistem pengendalian risiko tempat kerja. Antara lain dapat
dengan menggunakan alat proteksi pendengaran berupa : ear plug danear
muff. Ear plugdapat terbuat dari kapas, spon, dan malam (wax) hanya
dapat digunakan untuk satu kali pakai. Sedangkan yang terbuat dari bahan
karet dan plastik yang dicetak (molded rubber/ plastic) dapat digunakan
berulang kali. Alat ini dapat mengurangi suara sampai 20 dB(A).
Sedangkan untuk ear muff terdiri dari dua buah tutup telinga dan sebuah
headband. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara hingga 30 dB(A) dan
juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras atau
percikan bahan kimia.
35
2.2 Kerangka Konseptual
Untuk menjelaskan gambaran konsep tentang permasalahan yang akan diteliti.
Input Proses Ouput
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
1. Apakah yang
menjadi Sumber
kebisingan dalam
kegiatan
penambangan di PT.
Bakapindo sesuai
dengan SNI 7570 :
2010
2.Bagaimana
pengaruh jarak
terhadap sumber
kebisingan di lokasi
penambangan
berdasarkan SNI
7570 : 2010
1. Mengetahui
sumber kebisingan
dalam kegiatan
penambangan di PT.
Bakapindo sesuai
dengan SNI 7570 :
2010
2. Mengetahui
pengaruh jarak
terhadap sumber
kebisingan di lokasi
penambangan
berdasarkan SNI
7570 : 2010
Data Primer 1. Sumber
Kebisingan
(Koesioner )
2. Jarak
Pengukuran
3. Nilai Intensitas
Kebisingan
4. Merujuk pada
tingkat Intensitas
kebisingan menurut
SNI 7570 : 2010
Data Sekunder
1. Metode
Pengukuran
Intensitas
Kebisingan SNI
7231 : 2009
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian terapan (applied
research). Penelitian terapan adalah penelitian yang bertujuan untuk hati-hati,
sistematik dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan digunakan
segera untuk keperluan tertentu. Menurut Sugiono (2009: 10-11), penelitian
terapan ini digolongkan dalam penggolongan menurut tujuan.
Penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang secara
praktis dapat diaplikasikan. Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk
mengembangkan produk Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk
menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian bertempat di PT. Bakapindo yang terletak di Jorong
Durian, Kamang Mudiak, Kec. Kamang Magek Bukittinggi, Prov. Sumatera barat.
3.2.1.1. Letak Administrasi dan Kesampaian Daerah
Secara administratif lokasi kegiatan terletak di Jorong Durian, Kamang
Mudiak Kecamatan Kamang Magek dan areal tambang keseluruhan
meliputi bagian Jorong Durian itu sendiri, Kabupaten Agam Propinsi
Sumatera Barat. Dan secara geografis terletak antara 100 22’ 42,51” BT
sampai 100° 23’ 21,92” BT dan 0° 12’ 5,36” sampai 0° 12’ 28,99”. Akses
yang tersedia ke lokasi usaha tambang Dolomite PT. Bakapindo sebagian
37
besar adalah Jalan lintas menuju jalan lintas Bukittinggi Payakumbuh
dengan jarak 20 km dari kota Bukittinggi (Jam Gadang), untuk lebih
jelasnya hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.
Gambar 3.4 Peta Kesampaian Daerah PT. Bakapindo
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu pada bulan
februari 2018.
3.3. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang
diteliti yang mempunyai variasi satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut.
Sesuai dengan standar brvel dan kjadr adalah Kajian Intensitas Kebisingan Di PT.
Bakapindo, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat.
38
3.4. Data dan Sumber Data
3.4.1. Data
Data yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini ialah data yang diolah
secara langsung menggunakan data yang didapat dilapangan dengan
menggunakan rumus yang memudahkan dalam peritungannya.
Data primer meliputi: Sumber kebisingan (kuesioner), jarak pengukuran, nilai
intensitas kebisingan dan merujuk pada nilai intensitas kebisingan menurut SNI
7570 : 2010. sedangkan Data sekunder meliputi: metode pengukuran intensitas
kebisingan menurut SNI 7231 : 2009.
3.4.2. Sumber Data
Sumber data berasal dari studi kepustakaan/literature/arsip-arsip dan
mencatat semua hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian, dan juga
mencari faktor-faktor yang nantinya akan berpengaruh dalam pemecahan masalah
dalam penelitian di PT. Bakapindo.
3.5. Populasi Dan Sampel
3.5.1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti
tersebut (Notoatmodjo,2012). Populasi dalam penelitian ini adalah mengetahui
sumber kebisingan dalam kegiatan tambang di PT. Bakapindo sesuai SNI 7570 :
2010 dan jumlah Kepala keluarga ( KK) yang berada di Jorong Durian, Nagari
Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam, Sumatra Barat
Sebanyak 53 KK.
39
3.5.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,2012). Pengambilan sampel di
lakukan dengan cara teknik Accidental Sampling yaitu mengambil sampel dengan
pertimbangan tertentu yang tidak di rancang pertemuanya terlebih dahulu
(Arikunto, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah Kepala keluarga
(KK) yang berada di Jorong Durian, Nagari Kamang Mudiak, Kecamatan
Kamang Magek, Kabupaten Agam, Sumatra Barat merupakan desa terdekat dari
IUP PT. Bakapindo. Berjumlah 26 orang.
dengan rumus perhitungan menurut William G Cochran (1977) sebagai berikut :
t2 p.q
n = d2
1+ 1 ( t2 p.q )
N d2
Keterangan :
n = Jumlah Sampel Kuesioner
N = Jumlah KK
t = Koefisien kepercayaan (Kepercayaan 95% = 1,96)
d = sampling eror = 0,05
p = 50% = 0,5
q = 1-p = 1- 0,5= 0,5
40
Sehingga di dapat besar sampel kuesioner :
. 1,962
0,5 x 0,5
n = 0,052
1 + 1 ( 1,922
0,5 x 0,5 )
53 0,052
n = 26
Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel tersebut diperoleh hasil sampel
penelitian ini sebanyak 26 sampel
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Data Primer
Data primer meliputi;
1. Sumber Kebisingan ( Koesioner )
2. Jarak Pengukuran
3. Nilai Intensitas Kebisingan
4. Merujuk pada tingkat Intensitas kebisingan menurut SNI 7570 : 2010
2. Data Sekunder
Data sekunder meliputi;
1. Metode Pengukuran Intensitas Kebisingan SNI 7231 : 2009
Dengan prosedur pengukuran SNI 7231 : 2009 sebagai berikut;
hidupkan alat ukur intensitas kebisingan
1. periksa kondisi baterai, pastikan bahwa keaadan power dalam
kondisi baik.
2. Pastikan skla pembobotan.
41
3. Sesuaikan pembobotan waktu respon alat ukur dengan karakteristik
bunyi yang akan di ukur.
4. Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga yang ada di
tempat kerja. Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau
penghalang sumber bunyi.
5. Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan
karakteristik mikropon. ( mikropon tegak lurus dengan sumber
bunyi , 70 – 80 derjat dari sumber bunyi.
6. Pilih tingkat tekanan bunyi ( SPL) atau tingkat tekanan bunyi
sinambung setara ( Leq ) sesuai dengan tujuan pengukuran.
7. Catatlah hasil pengukuran intesitas kebisingan pada lembar data
sampling
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1. Teknik Pengolahan Data
Analisis data merupakan kegiatan pencarian solusi dari
permasalahan yang ada berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.
Berdasarkan kerangka konseptual maka dapat dijelaskan uraian analisis
datanya yakni sebagai berikut:
1. Mengetahui sumber kebisingan di PT. Bakapindo sesuai dengan SNI
7570 : 2010 ( Koesioner ).
2. Mengetahui pengaruh jarak terhadap sumber kebisingan di lokasi
penambangan berdasarkan SNI 7570 : 2010 di PT. Bakapindo
42
3.7.2. Analisis Data
Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data maka
dilakukan analisis data dari pengolahan data yang didapat. Pada analisis data ini
dapat menentukan hasil akhir dari penelitian yang dilakukan, yaitu Kajian
Intensitas Kebisingan Di PT. Bakapindo, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera
Barat.
43
3.8.Kerangka Metodologi
Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Kajian Intensitas Kebisingan Di PT. Bakapindo,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Identifikasi Masalah
1. Adanya keluhan sebagian masyarakat di area penambangan
karena kebisingan akibat aktifitas penambangan.
2. Terganggunya masyarakat akibat penambangan yang
berdekatan langsung terhadap permukiman/perumahan
penduduk yang berdampak pada lingkungan sekitar area
perumahan setempat.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui / Mengidentifikasi sumber kebisingan di
PT. Bakapindo sesuai dengan SNI 7570 : 2010
2. Mengetahui pengaruh jarak terhadap sumber
kebisisngan di lokasi area penambangan berdasarkan
SNI 7570 : 2010 di PT. Bakapindo.
44
Pengumpulan Data
1. Data Primer
- Sumber Kebisingan ( Koesioner )
- Jarak Pengukuran
- Nilai Intensitas Kebisingan
- Merujuk pada tingkat Intensitas kebisingan menurut
SNI 7570 : 2010
2. Data Sekunder
- Metode Pengukuran Intensitas Kebisingan Menurut
SNI 7231 : 2009.
Pengolahan Data
1. Mengetahui sumber kebisingan di PT. Bakapindo
sesuai dengan SNI7570:2010 (Koesioner)
2. Mengetahui pengaruh jarak terhadap sumber
kebisingan di area lokasi penambangan berdasarkan
SNI 7570:2010 di PT. Bakapindo
Analisis Data
Kajian Intensitas Kebisingan Di PT. Bakapindo,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
45
Gambar 3.5. Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.5. Diagram Alir Penelitian
Kesimpulan
1. Diketahui sumber kebisingan di PT. Bakapindo sesuai
dengan SNI 7570 : 2010 (Kuesioner) dari pembagian
kuesioner pada penduduk setempat di dapat sumber
kebisingan berada pada Area peledakan termasuk jenis
kebisingan sesaat dengan jarak kebisingan yang dirasakan
500-600 meter dari area penambangan kebisingan yang
dirasakan cukup bising
2. Dari hasil pengukuran tersebut diketahui pengaruh jarak
terhadap sumber kebisingan di lokasi penambangan
berdasarkan SNI 7570 : 2010 di PT. Bakapindo berada
pada Area peledakan dengan jarak pengukuran 500 meter
dengan nilai intensitas kebisingan di dapat sebesar 113,3
dB berdasarkan SNI 7570 : 2010 melebihi tingkat
intensitas kebisingan ditetapkan SNI 7570 : 2010 di area
peledakan sebesar 110 dB dari hal tersebut dapat di
analisa bahwa kebisingan di area peledakan tersebut
tidak aman dan dari hal tersebut dapat dilakukan
perusahaan harus memprioritaskan penghilangan
penyebab bahaya kebisingan dalam pengendalian
kebisingan seperti Eliminasi, Subsitusi, Engenering
Control, Isolasi, Pengendalian Administratif, Alat
Pelindung Diri (APD) dan penerapan SOP.
Saran
1. Perusahaan diharapkan dapat mengkombinasikan
metode rekayasa mesin/engineering dengan metode
alat pelindung diri dan metode administrasi
(pengaturan jam kerja, penerapan SOP,
mengedepankan pelatihan mengenai bahaya
kebisingan) untuk pengendalian kebisingan.
2. Perusahaan diharapkan menerapkan SOP untuk
pengendalian kebisingan yang diakibatkan oleh aktifitas
peledakan
46
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dalam bab ini berisikan data-data yang diperlukan dalam
penelitian Kajian Dampak Kegiatan Pertambangan Terhadap Intensitas
Kebisingan Di PT. Bakapindo, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat.
4.1. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung di
lapangan berupa :
a. Sumber Kebisingan
Data ini diperoleh dari Kuesioner penilitian yang disebarkan kepada
26 kk yang berada di desa Jorong Durian, Jorong Durian merupakan desa
terdekat dari IUP PT. Bakapindo data Kuesioner dapat dilihat pada
lampiran I.
b. Jarak pengukuran dan intensitas kebisingan
1. Area peledakan.
Jarak pengukuran dilakukan dengan interval 100 - 700 m dengan
7 Titik pengukuran dari area penambangan untuk lebih jelasnya
dilihat pada tabel sebagai berikut :
47
Tabel 4.2. Pengukuran di Area Peledakan
NO Titik Pengukuran Jarak Pengukuran
(Meter)
Intensitas
Kebisingan (dB)
1. Titik 1 100 127,8
2. Titik 2 200 123,8
3. Titik 3 300 118, 6
4. Titik 4 400 115,6
5. Titik 5 500 113,3
6. Titik 6 600 109,8
7. Titik 7 700 106,8
2. Area pemboran
Jarak pengukuran dilakukan dengan interval 5 - 20 m dengan
4 Titik pengukuran dari area penambangan untuk lebih jelasnya
dilihat pada tabel sebagai berikut
Tabel 4.3. Pengukuran di Area Pemboran
NO Titik
Pengukuran
Jarak Pengukuran
(Meter)
Intensitas Kebisingan
(dB)
1. Titik 1 5 97,8
2. Titik 2 10 97,2
3. Titik 3 15 95,5
4. Titik 4 20 88,8
3. Area mesin peremuk ( Crusher )
Jarak pengukuran dilakukan dengan interval 5 - 20 m dengan
48
4 Titik pengukuran dari area penambangan untuk lebih jelasnya
dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.4. Pengukuran di Area Crusher
NO Titik
Pengukuran
Jarak Pengukuran
(Meter)
Intensitas Kebisingan
(dB)
1. Titik 1 5 95,3
2. Titik 2 10 90,7
3. Titik 3 15 87,0
4. Titik 4 20 84,7
2. Data Sekunder
Data sekunder meliputi :
A. Metode pengukuran Intensitas Kebisingan SNI 7231 : 2009
1. Penggunaan Alat Sound Level Meter
Dengan prosedur pengukuran SNI 7231 : 2009 sebagai berikut;
1. hidupkan alat ukur intensitas kebisingan
2. periksa kondisi baterai, pastikan bahwa keaadan power dalam kondisi
baik.
3. Pastikan skla pembobotan.
4. Sesuaikan pembobotan waktu respon alat ukur dengan karakteristik
bunyi yang akan di ukur.
5. Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga yang ada di
tempat kerja. Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau
penghalang sumber bunyi.
49
6. Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan
karakteristik mikropon. ( mikropon tegak lurus dengan sumber bunyi
, 70 – 80 derjat dari sumber bunyi.
7. Pilih tingkat tekanan bunyi ( SPL) atau tingkat tekanan bunyi
sinambung setara ( Leq ) sesuai dengan tujuan pengukuran.
8. Catatlah hasil pengukuran intesitas kebisingan pada lembar data
sampling.
4.2. Pengolahan Data
1. Mengetahui sumber kebisingan di PT. Bakapindo sesuai dengan SNI
7570 : 2010 ( Kuesioner ).
a. Sumber kebisingan ( Kuesioner)
Untuk mengetahui sumber kebisingan dalam kegiatan
tambang di PT. Bakapindo sesuai SNI 7570 : 2010 dilakukan
pembagian kuesioner kepada 26 kk yang berada di desa Jorong
Durian, nagari kamang mudiak kecamatan kamang magek,
kabupaten agam, provinsi sumatera barat merupakan desa terdekat
dari IUP PT. Bakapindo.
Jarak rumah responden dari izin usaha pertambangan (IUP)
PT.Bakapindo. Berdasarkan pengisian sampel kuesioner diketahui
jarak rumah responden terhadap PT. Bakapindo. Yang dilihat pada
tabel sebagai berikut:
50
Tabel 4.5. Jarak rumah responden dari PT. Bakapindo
Jarak rumah responden Jumlah sampel kuesioner
N
< 500 m 2
500 – 600 m 20
601- 700 m 4
Total 26
Sumber kebisingan yang paling menganggu dari penambangan
Berdasarkan pengisian sampel kuesioner diketahui sumber
kebisingan yang paling menganggu responden rasakan di PT.
Bakapindo. Yaitu pada aktifitas peledakan sebanyak 26 sampel
kuesioner
Dari pengolahan data menggunakan kuisioner dapat
disimpulkan sumber kebisingan di PT. Bakapindo sesuai SNI 7570
: 2010 berada pada area peledakan dengan jumlah sampel 26
orang, Jarak rumah responden dari PT. Bakapindo paling tinggi
dengan jarak 500-600m dengan jumlah sampel 20 orang,
kebisingan yang responden rasakan ditempat tinggal, cukup bising
jumlah sampel 22 orang sedangkan sangat bising jumlah sampel 4
orang Tingkat kebisingan responden rasakan 26 sampel yang
merasakan kebisingan sesaat, apakah responden merasa terganggu
oleh suara bising yang di keluarkan aktifitas penambangan jumlah
51
sampel 9 orang merasa terganggu, 8 sampel merasa sedang, 5
sampel merasa cukup kecil dan 4 sampel merasa tidak terganggu.
2. Mengetahui pengaruh jarak terhadap sumber kebisingan di lokasi
penambangan berdasarkan SNI 7570 : 2010 di PT. Bakapindo
1. Area peledakan
Jarak pengukuran di area peledakan dilakukan dengan
interval 100 - 700 m dengan 7 Titik pengukuran dari area
penambangan sampai area lokasi lingkungan permukiman
pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level
Meter pengukuran dilakukan bersamaan dengan dilakukannya
aktifitas peledakan dari hasil pengukuran tersebut di dapat
pengaruh jarak terhadap sumber kebisingan di lokasi penambangan
berdasarkan SNI 7570 : 2010
Dari hasil pengukuran yang dilakukan di area peledakan pada
Titik1 dengan jarak pengukuran 100 m di dapat intensitas
kebisingan sebesar 127,8 dB, Titik2 dengan jarak pengukuran 200
m di dapat intensitas kebisingan sebesar 123.8 dB, Titik3 dengan
jarak pengukuran 300 m di dapat intensitas kebisingan sebesar
118.6 dB, Titik4 dengan jarak pengukuran 400 m di dapat
intensitas kebisingan sebesar 115.6 dB, Titik5 dengan jarak
pengukuran 500 m di dapat intensitas kebisingan sebesar 113.3 dB,
Titik6 dengan jarak pengukuran 600 m di dapat intensitas
kebisingan sebesar 109.8 dB, dan Titik7 dengan jarak pengukuran
52
600 m di dapat intensitas kebisingan sebesar 106.8 dB untuk lebih
jelasnya bisa dilihat pada Grafik sebagai berikut:
Berdasarkan Grafik di atas hasil pengukuran di area peledakan
dengan jarak pengukuran 100-700 m di dapat tingkat intensitas
kebisingan tidak aman berada pada jarak 100-500 m yang ditandai
dengan garis berwarna biru, sedangkan tingkat intensitas
kebisingan aman berada pada jarak 600-700 m yang ditandai
dengan garis berwarna merah, jadi tingkat intensitas kebisingan
tertinggi berada pada Titik1 jarak 100 m sebesar 127,8 dB
dikategorikan dalam intensitas kebisingan tidak aman, sedangkan
yang menjadi sumber kebisingan yang berpengaruh terhadap
lingkungan perumahan penduduk di sekitar area penambangan
berada pada Titik5 dengan jarak pengukuran 500 m
127,8
123,8
118,6
115,6 113,6
109,8
106,8
110
95
100
105
110
115
120
125
130
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7
100 m 200 m 300 m 400 m 500 m 600 m 700 m
AREA PELEDAKAN
Tingkat IntensitasKebisingan Tidak Aman(dB)
Tingkat IntensitasKebisingan Aman (dB)
Batas IntensitasKebisingan SNI7570:2010 AreaPeledakan 110 dB
53
sebesar 113,3 dB. termasuk kebisingan sesaat akibat aktifitas
peledakan berdasarkan SNI 7570 : 2010 melebihi nilai tingkat
intensitas kebisingan di area peledakan sebesar 110 dB menurut
SNI 7570 : 2010
2. Area pemboran
Jarak pengukuran di area pemboran dilakukan dengan
interval 5 - 20 m dengan 4 Titik pengukuran dari area pemboran
pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level
Meter pengukuran dilakukan saat dilakukannya aktifitas pemboran
dari hasil pengukuran tersebut di dapat pengaruh jarak terhadap
sumber kebisingan di lokasi penambangan berdasarkan SNI 7570 :
2010
Dari hasil pengukuran yang dilakukan di area pemboran pada
Titik1 dengan jarak pengukuran 5 m di dapat intensitas kebisingan
sebesar 97,8 dB, Titik2 dengan jarak pengukuran 10 m di dapat
intensitas kebisingan sebesar 97.2 dB, Titik3 dengan jarak
pengukuran 15 m di dapat intensitas kebisingan sebesar 95.5 dB,
Titik4 dengan jarak pengukuran 20 m di dapat intensitas
kebisingan sebesar 88.8 dB, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada
Grafik sebagai berikut:
54
Grafik. 4.2. Tingkat Intensitas kebisingan di Area Pemboran
Berdasarkan Grafik di atas hasil pengukuran di area pemboran
dengan jarak pengukuran 5 - 20 m di dapat nilai intensitas
kebisingan tertinggi berada pada Titik1 jarak pengukuran 5 m
sebesar 97,8 dB berdasarkan SNI 7570 : 2010 tidak melebihi nilai
tingkat intensitas kebisingan di area pemboran sebesar 100 dB
menurut SNI 7570 : 2010.
3. Area crusher
Jarak pengukuran di area crusher dilakukan dengan interval
5 - 20 m dengan 4 Titik pengukuran dari area crusher pengukuran
dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level Meter
pengukuran dilakukan saat dilakukannya aktifitas crusher dari hasil
pengukuran tersebut di dapat pengaruh jarak terhadap sumber
kebisingan di lokasi penambangan berdasarkan SNI 7570 : 2010
97,8 97,2 95,5
88,8
100
82
84
86
88
90
92
94
96
98
100
102
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4
5 m 10 m 15 m 20 m
AREA PEMBORAN
Tingkat IntensitasKebisingan Aman (dB)
Batas IntensitasKebisingan SNI7570:2010 AreaPemboran 100 dB
55
95,3
90,7
87 84,7
100
75
80
85
90
95
100
105
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4
5 m 10 m 15 m 20 m
AREA CRUSHER
Tingkat IntensitasKebisingan Aman (dB)
Batas IntensitasKebisingan SNI7570:2010 AreaCrusher 100 dB
Dari hasil pengukuran yang dilakukan di area crusher pada
Titik1 dengan jarak pengukuran 5 m di dapat intensitas kebisingan
sebesar 95,3 dB, Titik2 dengan jarak pengukuran 10 m di dapat
intensitas kebisingan sebesar 90.7 dB, Titik3 dengan jarak
pengukuran 15 m di dapat intensitas kebisingan sebesar 87.0 dB,
Titik4 dengan jarak pengukuran 20 m di dapat intensitas
kebisingan sebesar 84,7 dB, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada
Area crusher Grafik sebagai berikut:
Grafik. 4.3. Tingkat Intensitas kebisingan di Area Crusher
Berdasarkan Grafik di atas hasil pengukuran di area pemboran
dengan jarak pengukuran 5 - 20 m di dapat nilai intensitas
kebisingan tertinggi berada pada Titik1 jarak pengukuran 5 m
sebesar 95,3 dB berdasarkan SNI 7570 : 2010 tidak melebihi nilai
tingkat intensitas kebisingan di area crusher sebesar 100 dB
menurut SNI 7570 : 2010.
56
Dari hasil pengukuran tersebut dapat disimpulkan nilai
intensitas kebisingan tertinggi berada pada area peledakan
kebisingan yang berpengaruh terhadap lingkungan area
penambangan berada pada Titik5 dengan jarak pengukuran 500 m
sebesar 113,3 dB. Dirujuk pada Tingkat Intensitas Kebisingan
menurut SNI 7570 : 2010 melebihi nilai intensitas kebisingan yang
ditetapkan di Area peledakan sebesar 110 dB SNI 7570 : 2010
57
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Hasil Pengolahan Data
5.1.1 Analisa sumber kebisingan di PT. Bakapindo sesuai dengan SNI
7570 : 2010 ( Koesioner ).
Dari hasil pengolahan data diketahui sumber kebisingan di
PT. Bakapindo sesuai dengan SNI 7570 : 2010 (Kuesioner) di
dapat sumber kebisingan di area peledakan dengan jumlah sampel
sebanyak 26 orang (100%) termasuk jenis kebisingan sesaat
jumlah sampel 26 orang (100%) dengan jarak 500- 600 meter jadi
dapat dianalisa yang menjadi sumber kebisingan di PT. Bakapindo
Dari pengolahan data menggunakan kuisioner dapat disimpulkan
sumber kebisingan di PT. Bakapindo sesuai SNI 7570 : 2010
berada pada area peledakan dengan jumlah sampel 26 orang,
(100%), Jarak rumah responden dari PT. Bakapindo paling tinggi
dengan jarak 500-600m dengan jumlah sampel 20 orang,
kebisingan yang responden rasakan ditempat tinggal, cukup bising
jumlah sampel 22 orang sedangkan sangat bising jumlah sampel 4
orang Tingkat kebisingan responden rasakan 26 sampel yang
merasakan kebisingan sesaat, apakah responden merasa terganggu
oleh suara bising yang di keluarkan aktifitas penambangan jumlah
58
sampel 9 orang merasa terganggu, 8 sampel merasa sedang, 5
sampel merasa cukup kecil dan 4 sampel merasa tidak terganggu.
5.1.2. Analisa pengaruh jarak terhadap sumber kebisingan di lokasi
penambangan berdasarkan SNI 7570 : 2010 di PT. Bakapindo.
Berdasarkan pengaruh jarak terhadap sumber kebisingan di
lokasi penambangan berdasarkan SNI 7570 : 2010 di PT.
Bakapindo.dapat dianalisa sebagai berikut :
1. Area peledakan
Jarak pengukuran di area peledakan dilakukan dengan interval
100 - 700 m dengan 7 Titik pengukuran dari area penambangan
sampai area lokasi lingkungan permukiman pengukuran dilakukan
dengan menggunakan alat Sound Level Meter pengukuran
dilakukan bersamaan dengan dilakukannya aktifitas peledakan dari
hasil pengukuran tersebut di dapat pengaruh jarak terhadap sumber
kebisingan di lokasi penambangan berdasarkan SNI 7570 : 2010
Dari hasil pengukuran yang dilakukan di area peledakan
pada Titik1 dengan jarak pengukuran 100 m di dapat intensitas
kebisingan sebesar 127,8 dB, Titik2 dengan jarak pengukuran 200
m di dapat intensitas kebisingan sebesar 123.8 dB, Titik3 dengan
jarak pengukuran 300 m di dapat intensitas kebisingan sebesar
118.6 dB, Titik4 dengan jarak pengukuran 400 m di dapat
intensitas kebisingan sebesar 115.6 dB, Titik5 dengan jarak
pengukuran 500 m di dapat intensitas kebisingan sebesar 113.3 dB,
59
Titik6 dengan jarak pengukuran 600 m di dapat intensitas
kebisingan sebesar 109.8 dB, dan Titik7 dengan jarak pengukuran
600 m di dapat intensitas kebisingan sebesar 106.8 dB
Dari hasil pengukuran di area peledakan dengan jarak
pengukuran yang berbeda di dapat nilai intensitas kebisingan
tertinggi berada pada Titik1 jarak pengukuran 100 m sebesar 127,8
dB, sedangkan sumber kebisingan yang berpengaruh terhadap
lingkungan area penambangan berada pada Titik5 dengan jarak
pengukuran 500 m sebesar 113,3 dB. Suara kebisingan yang di
keluarkan di area peledakan yang berpengaruh terhadap lingkungan
di sekitar penambangan berada pada jarak 500 m dengan nilai
intensitas kebisingan sebesar 113,3 dB termasuk kebisingan sesaat
akibat aktifitas peledakan berdasarkan SNI 7570 : 2010 melebihi
nilai tingkat intensitas kebisingan di area peledakan sebesar 110 dB
menurut SNI 7570 : 2010
2. Area pemboran
Jarak pengukuran di area pemboran dilakukan dengan
interval 5 - 20 m dengan 4 Titik pengukuran dari area pemboran
pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level
Meter pengukuran dilakukan saat dilakukannya aktifitas pemboran
dari hasil pengukuran tersebut di dapat pengaruh jarak terhadap
sumber kebisingan di lokasi penambangan berdasarkan SNI 7570 :
2010.
60
Dari hasil pengukuran yang dilakukan di area pemboran
pada Titik1 dengan jarak pengukuran 5 m di dapat intensitas
kebisingan sebesar 97,8 dB, Titik2 dengan jarak pengukuran 10 m
di dapat intensitas kebisingan sebesar 97.2 dB, Titik3 dengan jarak
pengukuran 15 m di dapat intensitas kebisingan sebesar 95.5 dB,
Titik4 dengan jarak pengukuran 20 m di dapat intensitas
kebisingan sebesar 88.8 dB,
Dari hasil pengukuran di area pemboran dengan jarak
pengukuran yang berbeda di dapat nilai intensitas kebisingan
tertinggi berada pada Titik1 jarak pengukuran 5 m sebesar 97,8 dB
berdasarkan SNI 7570 : 2010 tidak melebihi nilai tingkat
intensitas kebisingan di area pemboran sebesar 100 dB menurut
SNI 7570 : 2010.
3. Area crusher
Jarak pengukuran di area crusher dilakukan dengan interval
5 - 20 m dengan 4 Titik pengukuran dari area crusher pengukuran
dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level Meter
pengukuran dilakukan saat dilakukannya aktifitas crusher dari hasil
pengukuran tersebut di dapat pengaruh jarak terhadap sumber
kebisingan di lokasi penambangan berdasarkan SNI 7570 : 2010
Dari hasil pengukuran yang dilakukan di area crusher pada
Titik1 dengan jarak pengukuran 5 m di dapat intensitas kebisingan
sebesar 95,3 dB, Titik2 dengan jarak pengukuran 10 m di dapat
61
intensitas kebisingan sebesar 90.7 dB, Titik3 dengan jarak
pengukuran 15 m di dapat intensitas kebisingan sebesar 87.0 dB,
Titik4 dengan jarak pengukuran 20 m di dapat intensitas
kebisingan sebesar 84,7 dB,
Dari hasil pengukuran di area crusher dengan jarak
pengukuran yang berbeda di dapat nilai intensitas kebisingan
tertinggi berada pada Titik1 jarak pengukuran 5 m sebesar 95,3 dB
berdasarkan SNI 7570 : 2010 tidak melebihi nilai tingkat
intensitas kebisingan di area pemboran sebesar 100 dB menurut
SNI 7570 : 2010.
Dari hasil pengukuran tersebut diketahui pengaruh jarak
terhadap sumber kebisingan di lokasi penambangan berdasarkan
SNI 7570 : 2010 di PT. Bakapindo berada pada Area peledakan
dengan jarak pengukuran 500 meter dengan nilai intensitas
kebisingan di dapat sebesar 113,3 dB yang berdampak bising pada
area lingkungan sekitar penambangan yakni pada berjarak 500 m
dari lokasi penambangan terhadap perumahan penduduk kebisingan
tersebut termasuk kebisingan sesaat yang ditimbulkan oleh aktifitas
peledakan dan berdasarkan SNI 7570 : 2010 melebihi tingkat
intensitas kebisingan ditetapkan SNI 7570 : 2010 di area peledakan
sebesar 110 dB dari hal tersebut dapat di analisa bahwa kebisingan
di area peledakan tersebut tidak aman dan dari hal tersebut dapat
dilakukan perusahaan harus memprioritaskan penghilangan
62
penyebab bahaya kebisingan dalam pengendalian kebisingan
seperti Eliminasi, Subsitusi, Engenering Control, Isolasi,
Pengendalian Administratif, Alat Pelindung Diri (APD) dan
penerapan SOP.
63
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengolahan data diketahui sumber kebisingan di PT. Bakapindo
sesuai dengan SNI 7570 : 2010 (Kuesioner) berada pada area peledakan
dengan jumlah sampel 26 orang, Jarak rumah responden dari PT.
Bakapindo paling tinggi dengan jarak 500-600m dengan jumlah sampel 20
orang, kebisingan yang responden rasakan ditempat tinggal, cukup bising
jumlah sampel 22 orang sedangkan sangat bising jumlah sampel 4 orang
Tingkat kebisingan responden rasakan 26 sampel yang merasakan
kebisingan sesaat, responden yang merasa terganggu oleh suara bising
yang di keluarkan aktifitas penambangan jumlah sampel 9 orang merasa
terganggu, 8 sampel merasa sedang, 5 sampel merasa cukup kecil dan 4
sampel merasa tidak terganggu.
2. Dari hasil pengukuran tersebut diketahui pengaruh jarak terhadap sumber
kebisingan di lokasi penambangan berdasarkan SNI 7570 : 2010 di PT.
Bakapindo berada pada Area peledakan dengan jarak pengukuran 500
meter dengan nilai intensitas kebisingan di dapat sebesar 113,3 dB yang
berdampak bising pada area lingkungan sekitar lokasi penambangan
terhadap perumahan penduduk kebisingan tersebut termasuk kebisingan
sesaat yang ditimbulkan oleh aktifitas peledakan dan berdasarkan SNI
7570 : 2010 melebihi tingkat intensitas kebisingan ditetapkan SNI 7570 :
2010 di area peledakan sebesar 110 dB dari hal tersebut bahwa kebisingan
64
di area peledakan tidak aman dan hal yang dapat dilakukan perusahaan
harus memprioritaskan penghilangan penyebab bahaya kebisingan dalam
pengendalian kebisingan seperti Eliminasi, Subsitusi, Engenering Control,
Isolasi, Pengendalian Administratif, Alat Pelindung Diri (APD) dan
penerapan SOP.
B. Saran
1. Perusahaan diharapkan dapat mengkombinasikan metode rekayasa
mesin/engineering dengan metode alat pelindung diri dan metode
administrasi (pengaturan jam kerja, penerapan SOP, mengedepankan
pelatihan mengenai bahaya kebisingan) untuk pengendalian kebisingan.
2. Perusahaan diharapkan menerapkan SOP untuk pengendalian kebisingan
yang diakibatkan oleh aktifitas peledakan .
3. Perusahaan diharapkan mengkomunikasikan hasil medical check up
kepada setiap pekerja dan memberikan penyuluhan pemakaian alat
pelindung telinga.
65
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2017, Data-data, Laporan dan Arsip PT. Bakapindo.
Syarif Hidayat, Purwanto, dan Gagoek Hardiman. 2012. Panduan Program
Magister, Kajian Tingkat Kebisingan Pertambangan Yang Diterima di Area
Pemukiman Sekitar Tambang di Desa Jaladri, Kecamatan Winongan,
Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Undip. Jurnal Nasional 2012.
Aljon Albertus Manotar Simbolon, Muhamad Yani dan Irzaman 2015. Damapak
Kegiatan Peledakan Pertambangan Andesit Terhadap Lingkungan
Permukiman Di Gunung Sudamanik Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor.
Vol.22.No.2.Juli 2015: ISSN 135-141
Nofirza, Sepriantoni. 2015. Analisa Intensitas Kebisingan Dengan Pendekatan
Pola Sebaran Pemetaan Kebisingan Di PT. Ricry Pekanbaru. Jurnal ISSN 2015.
Sharma. O,V. Mohana .M. Singh. 1998. Noise Emission Levels in Coal
Industry. Elsevier Science Applied Acoustics, Vol.54. (1). 1-7.
Mita Pristiani Mita, Idris Maxdoni Kamil, I.B Ardana Putra, Tingkat
ketergangguan masyarakat aki http:// www.slideshare.net/ikhwanq82/kebising
an-19278723.bat kebisingan pertambangan. Jornal Teknik ITB. Bandung.
Novi Dwi Ira Suryani. “Analisis Pengaruh Tingkat Kebisingan Dan Getaran
Kereta Api Terhadap Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga Di Pinggiran Rel
Kereta Api Jalan Ambengan Surabaya”.Universitas Airlangga Surabaya 2015.
Yesti Mulia Eryani, “ Hubungan Intensitas Kebisingan, Durasi Paparan Dan
Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Ganguan Pendengaran Akibat Bising
Pada Karyawan PT. Bukit Asam (Persero)”.Universitas Lampung 2016.
Haryono.S, 2008, Analisa Kebisingan Fasilitas Utility PT.Pertamina
(persero) UP-VI Balongan Indramayu, Jurnal Presipitasi Vol.5 No.2 ISSN
1907-187X.
66
Muhammad Fahmi Sahab, “ Analisa Tingkat Kebisingan Terhadap Karyawan
Di Lingkungan Kerja Kantor PT. Surveyor Indonesia Cabang Medan”, Fakutas
Teknik Universitas Medan Area Medan 2017.
Lia Amelia, Gunawan Lanjahi, “ Pengaruh Intensitas Kebisingan Dan Lama
Tinggal Terhadap Derajat Gangguan Pendengaran Masyarakat Sekitar
Kawasan PLTD Telaga Kota Gorontalo,” Universitas Gorontalo ISSN 2015.
Sasongko. Dwi.P, Agus Hadiyarto, Sudarto P. Hadi, Nasio Asmorohadi,
Agus Subagyo, (2000), Kebisingan Lingkungan, Badan penerbit UNDIP
Semarang.
Riko Ervil, dkk,”Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi STTIND
Padang”, Sekolah Tinggi Teknolgi Industri Padang, 2018.
Menurut SNI 7570 : 2010, Baku Tingkat Intensitas Kebisingan Pada Kegiatan
Pertambangan Terhadap Lingkungan.
SNI 7231 ; 2009. Metode Pengukuran Intensitas Kebisingan Di Tempat Kerja
Menggunakan Alat Sound Level Meter, ICS 13.140 Badan Standar Nasional
BSN.
67
KUESIONER PENELITIAN
KAJIAN DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN TERHADAP
INTENSITAS KEBISINGAN DI PT. BAKAPINDO,
KABUPATEN AGAM, SUMATERA BARAT.
Kuesioner ini merupakan alat pengumpulan data untuk memenuhi tugas akhir
perkuliahan program sarjana Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang.
No. Responden :
Petunjuk Pengisian Kuesioner : beri tanda X atau Cek List (√) dan mengisi titik-
titik pada poin yang menjadi pilihan anda dan tanyakan pada penelitijika terdapat
pertayaan yang masih kurang jelas atau tidak dimengerti. Atas kejujuran anda
dalam mengisi kuesioner ini saya ucapkan terima kasih.
1. Identitas responden
Nama :
Usia : Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan
Tingkat Pendidikan : SD/SMP/SMU/SMK/Akademik(D1/D2/D3)/
Perguruan Tinggi
* Lingkari yang sesuai *
Pekerjaan :
II. Pertayaan tentang kebisingan lokasi area perumahan penduduk.?
1. Berapa jarak rumah Bapak/Ibu dari Izin Usaha Pertambangan ( IUP ) PT.
Bakapindo.?
< 500 m 500- 600 m 601- 700 m 701- 800 m 801- 900 m
901- 1000 m
68
2. Bagaimana kebisingan yang Bapak/ Ibu rasakan di tempat tinggal
sekarang?
Sangat bising Cukup bising Tidak bising
3. Sumber kebisingan yang paling menganggu dari penambangan yang
Bapak/Ibu rasakan?
Transpoertasi Pemboran Peledakan mesin peremuk
kendaraan berat crusher
Genset pompa Alat-alat yang lain
4. Bagaimana tingkat kebisingan yang Bapak/Ibu rasakan ?
Kebisingan menerus Kebisingan sesaat
5. Untuk kebisingan menerus, Apakah dirasakan pada?
Menerus siang Menerus malam Menerus siang dan malam
6. Apakah dari kebisingan yang disebabkan oleh PT. Bakapindo
menyebabkan Bapak/Ibu mengalami penyakit?
Ada Tidak ada
7. Apakah Bapak/Ibu merasa terganggu oleh suara bising yang dikeluarkan
aktifitas penambangan?
Terganggu Sedang Cukup kecil Tidak terganggu
8. Apakah Bapak/Ibu terganggu dalam berkomunikasi sehari-hari kebisingan
yang di timbulkan PT.Bakapindo?
Sangat Terganggu sedang kecil tidak terganggu
9. Jika pada soal no 8 di atas merasakan terganggu, pada kegiatan apa Bapak/
Ibu rasakan ?
Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan
konsentrasi belajar istirahat Aktifitas tidur lain
sholat dan ibadah
69
10. Saran Bapak/Ibu terhadap tingkat kebisingan yang disebabkan oleh PT.
Bakapindo ?
..............................................................................................................................
.............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
70
71
LAMPIRAN III
Dokumentasi Lapangan
72
73
74
75
LAMPIRAN IV
76
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 ACC Judul
3 Pra Penelitian
4 Penulisan Proposal dan Bimbingan
5 Ujian Proposal
6 Konsultasi Perbaikan Proposal
7 Pengambilan Data Penelitian
8 Konsultasi Hasil Penelitian
9 Pendaftaran Seminar Hasil
10 Ujian Seminar Hasil
11 Konsultasi Perbaikan Seminar Hasil
12 Pendaftaran Ujian Konfrehensif
13 Ujian Confrehensif dan Wisuda
Apr JunJan Mei Okt JanFeb
SKRIPSI
NoNov
Lampiran V Jadwal Penelitian
SeptMar AgusJul
KAJIAN INTENSITAS KEBISINGAN DI PT. BAKAPINDO,
KABUPATEN AGAM, PROVINSI SUMATERA BARAT
77
78
79
80
BIODATA WISUDAWAN
No. Urut :
Nama : Ade Reski Yulianda
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl Lahir : Air Banggis, 10 Juli 1995
Nomor Pokok
Mahasiswa
: 1310024427002
Program Studi : Teknik Pertambangan
Tanggal Lulus : 17 November 2018
IPK : 3,13
Predikat Lulus : Sangat Memuaskan
Judul Skripsi : Kajian Intensitas Kebisingan Di
PT.Bakapindo, Kabupaten Agam,
Provinsi Sumatera Barat.
Dosen
Pembimbing
: 1. Jevie Carter Eka Putra, MT
2. Riam Marlina, MT
Asal SMTA : SMK, N 1 Bonjol
Nama Orang Tua : Renaldi, Spd
Upik, Spd
Alamat / Telp / HP : Nagari Simpang, Kecamatan
Simapang Alahan Mati, Kabupaten
Pasaman, Provinsi Sumatera Barat
082391504287
Email : [email protected]
81