63
i KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2018 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur MHA Ridhwan : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur Buwono Budisantoso : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur Zulham Effendi : Analis / Manajer Yosua Nadapdap : Analis / Asisten Manajer Rivky Rasyid : Analis / Asisten Manajer Hendro Sirait : Analis / Asisten Manajer Maurits Raymond : Analis / Asisten Manajer Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Manado 95117 T: 0431 868102 / 868103 F: 0431 866933 Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/Sulawesi Utara/ atau Silahkan mengirimkan email ke: [email protected] dengan subyek “Publikasi KEKR Sulawesi Utara” serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Zulham Effendi : Analis / Manajer ... Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Kesehatan ... Grafik 4.16 Perkembangan NPL di KTI

  • Upload
    hakhanh

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI UTARA

NOVEMBER 2018

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur

MHA Ridhwan : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur

Buwono Budisantoso : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur

Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur

Zulham Effendi : Analis / Manajer

Yosua Nadapdap : Analis / Asisten Manajer

Rivky Rasyid : Analis / Asisten Manajer

Hendro Sirait : Analis / Asisten Manajer

Maurits Raymond : Analis / Asisten Manajer

Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer

Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Jl. 17 Agustus No. 56

Manado 95117

T: 0431 868102 / 868103

F: 0431 866933

Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat:

http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/Sulawesi Utara/

atau

Silahkan mengirimkan email ke:

[email protected] dengan subyek “Publikasi KEKR Sulawesi Utara”

serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan

ii

Visi, Misi & Nilai Strategis Bank Indonesia

VISI

Menjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian Indonesia dan terbaik

diantara negara emerging markets.

MISI

1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan

bauran kebijakan Bank Indonesia.

2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan makroprudensial Bank

Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan.

3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan sistem

pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta mitra strategis

lain.

4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal dan reformasi

struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.

5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi, termasuk

infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan.

6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga di tingkat

daerah.

7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan sistem

informasi Bank Indonesia.

NILAI-NILAI STRATEGIS

(i) kejujuran dan integritas (trust and integrity); (ii) profesionalisme (professionalism); (iii) keunggulan

(excellence); (iv) mengutamakan kepentingan umum (public interest); dan (v) koordinasi dan kerja

sama tim (coordination and teamwork) yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).

Visi & Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara VISI

Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang kontributif terhadap perekonomian Sulawesi Utara

yang maju dan penting bagi Indonesia, dengan semangat kerja cerdas, ikhlas, dan tuntas.

MISI

1. Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi

kebijakan.

2. Memberikan informasi mengenai perekonomian daerah dan respon kebijakan Bank

Indonesia.

3. Menjalankan fungsi advisory dengan baik.

iii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Utara Periode November 2018 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank

Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik

setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara

terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu

referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai

pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku

usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang

tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat

ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun

terdapat penyajian data yang kurang tepat, untuk itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan

masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi

semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.

Manado, November 2018

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI UTARA

ttd

Soekowardojo

Direktur

iv

Daftar Isi

Visi, Misi & Nilai Strategis Bank Indonesia .............................................................................................. ii

Visi & Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara ................................................. ii

Kata Pengantar ....................................................................................................................................... iii

Daftar Grafik ........................................................................................................................................... vi

Indikator Ekonomi dan Perbankan ...................................................................................................... viii

Ringkasan Eksekutif................................................................................................................................. 1

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro ................................................................................................... 3

1.1. PDRB – Jenis Pengeluaran ....................................................................................................... 4

1.1.1 Konsumsi......................................................................................................................... 4

1.1.2 Investasi (PMTB) ............................................................................................................. 6

1.1.3 Ekspor-Impor .................................................................................................................. 7

1.2. PDRB – Lapangan Usaha ......................................................................................................... 9

1.2.1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan ............................................................................ 9

1.2.2 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ......................... 10

1.2.3 Konstruksi ..................................................................................................................... 11

1.2.4 Transportasi .................................................................................................................. 12

1.2.5 Industri Pengolahan ..................................................................................................... 12

Bab II. Keuangan Pemerintah ................................................................................................................ 14

2.1. APBD Provinsi Sulawesi Utara 2018 ...................................................................................... 14

2.1.1. Pendapatan APBD Provinsi Sulut ................................................................................. 14

2.1.2. Belanja APBD Provinsi Sulut ........................................................................................ 15

2.2. Alokasi APBN di Sulawesi Utara ............................................................................................ 17

Bab III. Perkembangan Inflasi Daerah ................................................................................................... 18

3.1. Evaluasi Realisasi Inflasi triwulan III 2018 ........................................................................... 18

3.1.1. Inflasi Tahunan (yoy) .................................................................................................... 18

3.1.2. Inflasi Bulanan (mtm) ................................................................................................... 22

3.2. Arah Perkembangan Inflasi Triwulan IV 2018 ..................................................................... 24

3.3. Program Pengendalian Inflasi dan Tantangan yang Dihadapi ............................................ 25

Bab IV. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM ............................ 27

4.1. STABILITAS KEUANGAN DAERAH ......................................................................................... 27

4.1.1. ASESMEN SEKTOR KORPORASI .................................................................................... 27

4.1.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA ........................................................................... 28

4.1.3. ASESMEN SEKTOR INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) ........................................... 31

v

4.2. AKSES KEUANGAN ................................................................................................................ 33

4.2.1. AKSES KEUANGAN KEPADA UMKM ............................................................................. 33

Bab V. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah ..................................... 35

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai di Sulawesi Utara .............................................. 35

5.2. Upaya Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran ................................................................. 36

5.3. Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai .................................................................... 37

Bab VI. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan ........................................................................................ 46

6.1. KETENAGAKERJAAN ............................................................................................................. 46

6.2. KESEJAHTERAAN ................................................................................................................... 47

Bab VII. Prospek Perekonomian Daerah ............................................................................................... 51

7.1. Pertumbuhan Ekonomi ......................................................................................................... 51

7.2. Inflasi ..................................................................................................................................... 52

Daftar Istilah dan Singkatan .................................................................................................................. 53

vi

Daftar Grafik

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sulut ................................................................................................................. 3

Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi triwulan III 2018 ....................................... 3

Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi ......................................................................................................................... 4

Grafik 1.4 Simpanan Pemerintah Pusat pada Perbankan di Sulut Tahun 2017-2018 ............................................. 5

Grafik 1.5 harga CNO .............................................................................................................................................. 6

Grafik 1.6 Volume Ekspor Sulut dan Pertumbuhannya .......................................................................................... 8

Grafik 1.7 Perkembangan Wisman Sulawesi Utara ................................................................................................ 8

Grafik 1.8 Impor Sulawesi Utara ............................................................................................................................. 8

Grafik 1.9 Struktur Sektor Pertanian Sulawesi Utara............................................................................................ 10

Grafik 1.10 NTP Subsektor .................................................................................................................................... 10

Grafik 1.11 Pertumbuhan Penjualan Eceran ........................................................................................................ 11

Grafik 1.12 Jumlah Penumpang Datang dan Berangkat di Bandara Sam Ratulangi ............................................. 12

Grafik 1.13 Volume Ekspor Komoditas Industri Sulut ........................................................................................... 13

Grafik 1.14 Pergerakan Harga CNO ...................................................................................................................... 13

Grafik 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut 2018 ..................................................................... 14

Grafik 2.2 Perkembangan Anggaran Belanja Modal APBD Sulut 2018 ................................................................. 15

Grafik 3.1 Inflasi Tahunan Sulawesi Utara ............................................................................................................ 18

Grafik 3.2 Andil Inflasi Kelompok Bahan Makanan ............................................................................................... 18

Grafik 3.3 Andil Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau ................................................ 19

Grafik 3.4 Andil Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar .................................................... 19

Grafik 3.5 Inflasi Kelompok Sandang .................................................................................................................... 20

Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Kesehatan ................................................................................................................. 20

Grafik 3.7 Andil Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ................................................................. 21

Grafik 3.8 Andil Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan ...................................................... 21

Grafik 4.1 Likert Scale Kegiatan Usaha Sulut ........................................................................................................ 28

Grafik 4.2 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi .................................................................................................. 28

Grafik 4.3 Pertumbuhan Kredit Korporasi ............................................................................................................ 28

Grafik 4.4 Indeks Keyakinan Konsumen Sektor RT di Sulut .................................................................................. 29

Grafik 4.5 Kondisi Ekonomi Saat Ini ...................................................................................................................... 29

Grafik 4.6 Ekspektasi Sektor Rumah Tangga ........................................................................................................ 30

Grafik 4.7 Komposisi Tabungan dan Deposito Perseorangan di Sulawesi Utara .................................................. 30

Grafik 4.8 Pertumbuhan DPK Perseorangan Tabungan dan Deposito ................................................................. 30

Grafik 4.9 Komposisi Kredit RT ............................................................................................................................. 30

Grafik 4.10 Perkembangan Kredit RT ................................................................................................................... 31

Grafik 4.11 Perkembangan Aset Perbankan Umum di Sulawesi Utara ................................................................ 31

Grafik 4.12 Perkembangan Kredit Perbankan Umum di Sulawesi Utara .............................................................. 32

Grafik 4.13 Komposisi Kredit Perbankan Umum di Sulut ..................................................................................... 32

Grafik 4.14 Perkembangan KMK Perbankan Umum di Sulawesi Utara ............................................................... 32

Grafik 4.15 Perkembangan KI Perbankan Umum di Sulawesi Utara.................................................................... 32

Grafik 4.16 Perkembangan NPL di KTI .................................................................................................................. 33

Grafik 4.17 Perkembangan Kredit UMKM Sulut ................................................................................................... 34

Grafik 4.18 Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Wilayah di Sulawesi Utara ......................................................... 34

Grafik 5.1 Posisi Netflow Uang Kartal Sulawesi Utara ..............................................Error! Bookmark not defined.

Grafik 5.2 Inflow Uang Kartal Sulawesi Utara ....................................................................................................... 35

Grafik 5.3 Outflow Uang Kartal Sulawesi Utara .................................................................................................... 35

Grafik 5.4 Inflow Uang Kartal Berdasarkan Lokasi Kas ......................................................................................... 35

Grafik 5.5 Outflow Uang Kartal Berdasarkan Lokasi Kas ...................................................................................... 36

Grafik 5.6 Rasio Pemusnahan Terhadap Inflow .................................................................................................... 36

Grafik 5.7 Pemusnahan Berdasarkan Pecahan ..................................................................................................... 36

vii

Grafik 5.8 Lokasi Kas Titipan dan Program BI Jangkau ......................................................................................... 37

Grafik 5.9 Nominal dan Volume Transaksi RTGS .................................................................................................. 37

Grafik 5.10 Perkembangan Transaksi SKNBI ......................................................................................................... 38

Grafik 5.11 Komposisi Transaksi SKNBI ................................................................................................................. 38

Grafik 5.12 Persentase Temuan Uang Palsu Terhadap Outflow Uang .....................Error! Bookmark not defined.

Grafik 5.13 transaksi KUPVA BB ............................................................................................................................ 39

Grafik 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Periode Agustus (%) .......................................................................... 46

Grafik 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan ...... 47

Grafik 6.3 Perkembangan TPT Agt-2018 se-Kawasan Indonesia Timur ................................................................ 47

Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Wilayah Sulawesi ...................................................................... 48

Grafik 6.5 Perkembangan NTP Sulut ..................................................................................................................... 49

Grafik 6.6 Sulut per Subsektor triwulan III 2018 ................................................................................................... 49

Grafik 6.7 Perkembangan NTP di Pulau Sulawesi pada Triwulan III 2018 ........................................................... 49

Daftar Tabel Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran ........................................................................ 4

Tabel 1.2 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran ....................................................... 4

Tabel 1.3 Pangsa Jenis Penggunaan........................................................................................................................ 4

Tabel 1.4 Realisasi Belanja Non-Modal APBN yang Disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi Sulut ......................... 5

Tabel 1.5 Realisasi Belanja Modal APBN yang Disalurkan di Sulut & APBD Prov Sulut .......................................... 7

Tabel 1.6 Kinerja Ekspor Impor Triwulan I 2018 ..................................................................................................... 7

Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha ........................................................................... 9

Tabel 1.8 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha ......................................................... 9

Tabel 1.9 Pangsa Lapangan Usaha .......................................................................................................................... 9

Tabel 1.10 Proyek Strategis dan Alokasi Dana APBN di Sulut (posisi Oktober 2018) ........................................... 11

Tabel 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut 2018 ............................................................. 14

Tabel 2.2 Realisasi Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut ................................................................................. 15

Tabel 2.3 Perkembangan Anggaran Belanja APBD Provinsi Sulut 2018 ............................................................... 15

Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBD Prov Sulut ......................................................................................................... 16

Tabel 2.5 Postur Alokasi Belanja APBN di Sulut .................................................................................................... 17

Tabel 2.6 Realisasi Belanja APBN di Sulut Tahun 2017 ......................................................................................... 17

Tabel 3.1 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Bahan Makanan ............................................................. 18

Tabel 3.2 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau .............. 19

Tabel 3.3 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB ................................. 19

Tabel 3.4 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Sandang ......................................................................... 20

Tabel 3.5 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Kesehatan ...................................................................... 20

Tabel 3.6 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ........................................ 21

Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ........................................................... 21

Tabel 3.8 Inflasi bulanan seluruh kelompok dan andil inflasinya pada bulan Juli ................................................ 22

Tabel 3.9 Inflasi bulanan seluruh kelompok dan andil inflasinya pada bulan Agustus ......................................... 23

Tabel 3.10 Inflasi bulanan seluruh kelompok dan andil inflasinya pada bulan September.................................. 23

Tabel 3.11 Inflasi Oktober 2018 ............................................................................................................................ 24

Tabel 6.1 Keadaan Ketenagakerjaan (ribu jiwa .................................................................................................... 46

Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan ........................................................................................................................................................... 47

Tabel 6.3 Indikator Keadaan Kesejahteraan ......................................................................................................... 49

viii

Indikator Ekonomi dan Perbankan

Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

INDIKATORI. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

A PDB Nasional (yoy) 4.71 4.67 4.73 5.04 4.79 4.92 5.18 5.02 4.94 5.02 5.01 5.01 5.06 5.19 5.07 5.06 5.27 5.17

B Inflasi Nasional (yoy) 6.38 7.26 6.83 3.35 3.35 4.45 3.45 3.07 3.02 3.02 3.61 4.37 3.72 3.61 3.61 3.40 3.12 2.88

II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

A 1. Laju Inflasi (ytd) % (0.40) 2.14 2.23 5.56 5.56 (1.02) (0.71) (0.93) 0.35 0.35 2.51 2.49 2.09 3.09 2.44 2.28 3.51 1.10 2. Laju Inflasi (yoy) % 7.99 8.73 9.34 5.56 5.56 4.91 3.67 2.28 0.35 0.35 3.93 3.59 3.42 4.42 2.44 2.24 3.46 1.45 3. Laju Inflasi (mtm) % 0.50 0.49 0.62 1.74 1.74 (0.03) 1.06 (0.68) (1.52) (1.52) 0.23 1.15 (1.04) (0.04) 0.51 0.13 0.65 (0.79) 4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 0.59 1.21 2.37 5.93 5.93 (2.51) 3.62 (3.56) 1.69 1.69 0.62 2.29 (4.08) 0.81 0.81 (0.77) 0.01 (2.62) 5. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0.07 0.07 0.67 0.79 0.79 0.11 0.47 0.09 0.46 0.46 (0.19) 0.23 0.39 0.11 0.11 (0.19) 0.00 - 6. Inflasi Perumahan (mtm) % 0.44 0.05 0.08 0.40 0.40 (0.18) 0.42 0.17 0.96 0.96 0.36 0.75 0.02 0.55 0.55 0.04 0.00 0.04 7. Inflasi Sandang (mtm) % (0.12) 0.36 0.07 0.38 0.38 0.14 0.32 0.03 0.52 0.52 0.20 0.39 0.13 0.44 0.44 0.33 0.00 (0.39) 8. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0.27 0.17 0.13 0.30 0.30 - 0.41 0.26 0.21 0.21 0.92 1.31 0.32 - - 0.70 - - 9. Inflasi Pendidikan (mtm) % 0.31 0.27 - 0.35 0.35 0.05 0.03 0.05 0.14 0.14 0.06 0.17 - 0.09 0.09 0.01 0.00 - 10. Inflasi Transportasi (mtm) % 1.28 0.94 (0.28) 0.29 0.29 (1.50) (0.18) 0.57 1.91 1.91 (0.29) 1.70 (0.86) 0.75 0.75 1.78 0.02 (0.94)

B PDRB Penggunaan 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 6.49 6.17 6.43 5.80 6.49 6.53 6.32 6.60 5.83 - Konsumsi Rumah Tangga 6.26 6.06 6.72 6.69 6.44 6.82 6.93 5.84 5.52 6.27 4.28 5.03 4.47 4.31 4.52 4.43 4.12 3.17 - Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) 5.65 9.75 0.25 5.57 5.45 5.60 2.67 4.76 6.24 7.41 5.18 3.91 5.63 9.51 10.78 6.94 - Konsumsi Pemerintah 7.19 7.80 10.96 13.00 9.94 8.94 11.37 (1.50) (6.55) 2.32 2.72 (0.30) 9.98 10.00 5.81 2.57 10.73 9.01 - Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.56 6.61 12.86 12.37 9.08 9.96 9.86 6.34 1.62 6.29 4.61 6.20 9.33 8.49 7.18 4.23 2.17 7.71 - Perubahan Persediaan (72.36) (77.23) (62.90) 22.94 (63.28) (136.10) (35.44) (34.43) (34.79) (55.37) (266.04) (24.08) (35.98) (42.40) 2.91 (25.15) (19.25) (29.38) - Ekspor Luar Negeri (3.15) (13.86) (9.52) (21.34) (11.70) (20.07) (12.86) (2.80) 53.37 0.14 16.83 (3.86) 7.91 (13.87) 1.61 14.02 29.87 0.41 - Impor Luar Negeri 1.64 (25.08) 3.54 16.45 (0.88) 16.01 126.75 18.79 (14.15) 28.53 (32.19) (16.91) 98.81 4.21 3.09 (1.97) (25.45) (24.23) - Net Ekspor Antardaerah (8.21) (9.23) 8.49 7.27 (1.38) (9.44) (16.26) (11.50) 12.41 (7.48) 11.85 (4.17) (6.15) (12.70) (1.75) (0.32) 31.72 13.70

C PDRB Lapangan Usaha 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 6.49 6.17 6.43 5.80 6.49 6.53 6.32 6.60 5.83

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.27 4.43 2.83 0.66 2.95 0.90 2.11 4.08 5.72 3.67 5.38 4.66 4.21 4.08 4.42 3.85 (0.30) 1.71

Pertambangan dan Penggalian 12.40 8.35 7.48 5.30 8.17 3.56 0.81 0.81 3.85 4.42 9.45 9.81 10.71 5.20 9.07 6.49 6.66 7.48

Industri Pengolahan 4.57 3.67 0.83 1.80 2.65 2.68 (1.23) 1.82 1.45 1.11 6.53 7.17 8.11 9.37 8.00 3.88 7.69 1.76

Pengadaan Listrik dan Gas 31.93 4.35 2.99 (5.05) 6.76 8.10 30.18 27.07 2.43 17.52 2.22 1.07 5.11 10.19 4.79 5.11 5.97 2.39

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.15 8.29 (0.87) (4.90) 2.42 0.17 1.44 6.31 4.47 3.07 1.82 0.88 (1.41) 2.00 0.81 (0.81) (0.77) 3.63

Konstruksi 7.12 7.53 11.25 11.48 9.49 9.88 9.86 6.23 5.76 6.89 5.45 6.35 8.94 8.59 7.46 6.97 5.50 10.49

Perdagangan Besar dan Eceran 6.09 5.49 5.44 6.65 5.93 6.53 7.91 7.23 4.76 6.05 5.41 4.73 5.64 5.45 5.68 6.57 6.67 5.28

Transportasi dan Pergudangan 8.78 7.99 7.06 5.47 7.25 7.83 8.47 9.94 10.14 9.24 7.61 6.04 4.45 5.41 5.64 8.93 8.91 7.95

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.62 7.50 9.10 11.35 8.52 11.56 8.49 17.80 13.69 12.69 5.94 12.31 2.59 5.70 6.51 14.59 8.85 6.57

Informasi dan Komunikasi 8.20 9.23 8.75 9.52 8.95 8.24 8.94 9.86 9.03 9.20 9.40 9.35 4.32 6.17 6.71 7.48 7.75 8.86

Jasa Keuangan dan Asuransi 6.79 2.58 10.26 (3.32) 3.91 12.41 21.09 14.82 28.36 19.16 7.67 7.62 6.83 4.27 6.68 5.07 3.62 (0.57)

Real Estate 7.56 7.14 7.21 7.76 7.42 7.00 6.90 7.31 7.03 7.08 8.87 7.09 7.00 7.13 7.36 7.57 8.65 7.63

Jasa Perusahaan 8.14 8.26 8.40 6.29 7.73 6.36 6.36 6.86 9.16 6.87 8.34 7.54 9.68 10.40 9.05 9.48 9.73 8.13

Adm.i Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 8.37 9.24 8.74 9.47 8.99 8.07 8.76 1.47 2.03 4.72 3.89 (1.92) 9.71 9.28 5.44 6.67 8.98 4.10

Jasa Pendidikan 2.62 5.81 9.69 9.98 7.08 7.98 7.48 1.34 7.87 6.21 5.80 3.78 7.05 8.32 5.77 7.08 6.93 9.84

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.46 9.35 9.16 8.36 7.88 7.10 6.82 9.89 8.80 8.02 8.71 8.37 6.49 7.11 7.49 12.17 9.98 11.21

Jasa lainnya 6.17 7.42 8.77 7.75 7.56 7.34 7.87 9.94 9.23 8.64 9.12 7.25 7.33 10.97 8.40 15.63 12.72 11.96

II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

Policy Rate (%)* 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 6.75 6.50 4.75 4.75 4.75 4.75 4.75 4.25 4.25 4.25 4.25 5.25 5.75

Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 13,084 13,313 13,854 13,726 13,494 13,527 13,317 12,998 13,436 13,320 13,348 13,309 13,332 13,537 13,382 13,756 14,404 14,541

III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

1. Ekspor (ribu USD) 217,525 237,181 185,865 169,770 810,342 206,702 248,194 181,715 212,142 848,753 228,415 230,185 226,993 208,570 226,995 261,962 268,090 223,097

2. Impor (ribu USD) 17,027 10,714 8,916 26,115 62,772 36,186 49,050 11,057 27,976 124,269 37,411 48,758 84,153 84,154 20,058 13,699 16,061 36,364

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

A. Jumlah Bank 46 46 46 46 46 46 47 48 48 48 48 48 49 49 49 49 49 49

1. Bank Umum 24 24 24 24 24 28 29 30 30 30 30 30 31 31 31 31 31 31

1.1. Bank Pemerintah 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

1.2. Bank Swasta (non Syariah) 18 18 18 18 18 18 19 20 20 20 20 20 21 21 21 21 21 21

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18

3. Bank Syariah 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) 347 350 345 342 342 340 340 342 348 348 349 348 306 355 355 355 355 379

1. Bank Umum 292 295 290 289 289 285 285 287 293 293 294 292 299 299 299 299 323 323

1.1. Konvensional 276 279 275 275 275 272 273 274 280 280 281 279 286 286 286 286 310 310

1.2. Syariah 16 16 15 14 14 13 12 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 56 56 56 56 56 56 56

2.1. Konvensional 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 56 56 56 56 56 56 56

2.2. Syariah - - - - - - - - - - - - - - - - - -

C. Total Asset (Rp miliar) 35,839 37,037 38,383 37,196 37,195 39,637 40,521 40,593 40,095 40,095 41,820 42,974 44,125 44,117 44,117 46,653

1. Bank Umum (non syariah) 34,381 35,566 36,932 35,721 35,721 38,135 39,033 39,085 38,561 38,561 40,253 41,396 42,509 42,468 42,468 45,016 45,169 44,684

2. BPR 973 977 983 1,004 1,004 1,069 1,058 1,100 1,100 1,100 1,131 1,122 1,152 1,158 1,158 1,154 1,182

3. Bank Syariah 485 494 468 470 470 433 430 408 434 434 437 456 464 491 491 483

Keterangan :

* Menggunakan BI-7 day (Reverse) Repo Rate sejak 19 Agustus 2016

** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

2016 20182015 2017

ix

Indikator Ekonomi dan Perbankan

Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

INDIKATOR 2018 2018 2018

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

D. Indikator Kinerja Bank Umum

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 20,368 21,096 21,848 21,482 21,482 21,537 21,860 21,229 21,215 21,215 21,508 22,436 23,102 23,653 23,653 24,387 24,174 25,688

1.1. Giro 3,855 4,292 4,485 4,436 4,436 5,017 4,049 4,017 3,147 3,147 4,083 4,231 4,057 4,041 4,041 4,690 4,710 5,837

1.2. Deposito 7,752 8,022 8,242 6,485 6,485 7,071 7,352 7,011 6,879 6,879 7,283 7,579 7,892 7,304 7,304 7,995 8,081 8,454

1.3. Tabungan 8,762 8,782 9,121 10,562 10,562 9,448 10,458 10,201 11,189 11,189 10,142 10,627 11,153 12,308 12,308 11,701 11,383 11,397

2. Kredit (Rp miliar) 27,079 28,652 30,036 30,273 30,273 29,630 30,714 30,824 31,440 31,440 32,020 32,831 34,005 34,517 34,517 35,630 35,630

2.1. Berdasarkan Jenis Penggunaan

- Modal Kerja 7,309 7,538 7,546 7,564 7,564 7,704 8,156 8,111 8,090 8,090 8,192 8,627 8,915 8,945 8,945 9,038 9,235 9,541

- Investasi 3,022 3,743 4,542 4,265 4,265 4,143 4,380 4,342 4,383 4,383 4,590 4,346 4,498 4,456 4,456 4,455 4,496 5,048

- Konsumsi 16,067 16,209 17,248 17,739 17,739 17,782 18,178 18,371 18,967 18,967 19,238 19,858 20,592 21,116 21,116 22,137 21,498 21,734

2.2. Berdasarkan Sektor Ekonomi

Pertanian, Kehutanan & Perikanan 480 506 510 545 545 539 569 561 609 609 611 649 526 737 737 763 761 818

Pertambangan & Penggalian 38 733 1,594 1,317 1,317 1,222 1,360 1,280 1,247 1,247 1,515 1,543 1,493 1,444 1,444 1,564 1,442 1,908

Industri Pengolahan 763 795 720 733 733 714 717 701 720 720 726 642 634 625 625 556 602 587

Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es 2 4 9 12 12 17 19 22 45 45 47 49 99 89 89 82 80 68

Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang 5 5 5 5 5 5 7 8 7 7 7 7 4 4 4 4 4 6

Konstruksi 724 839 900 807 807 751 975 1,086 954 954 978 1,147 1,279 1,114 1,114 1,146 1,319 1,437

Perdagangan Besar & Eceran 6,075 6,230 6,228 6,549 6,549 6,708 6,956 6,937 6,948 6,948 6,952 7,011 7,141 7,280 7,280 7,232 7,294 7,457

Transportasi & Pergudangan 303 329 279 350 350 346 342 345 444 444 456 351 370 349 349 298 349 360

Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 417 457 473 430 430 448 544 560 579 579 572 616 625 649 649 676 708 696

Informasi & Komunikasi 4 6 5 4 4 4 4 1 1 1 9 9 9 13 13 13 5 5

Jasa Keuangan & Asuransi 78 85 74 57 57 53 42 38 34 34 25 24 21 10 10 8 11 7

Real Estate 340 342 345 355 355 356 340 330 319 319 298 300 305 299 299 293 289 283

Jasa Perusahaan 235 228 223 225 225 276 275 206 171 171 168 154 159 158 158 146 148 168

Adm.i Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 41

Jasa Pendidikan 42 39 37 35 35 39 36 33 36 36 37 48 51 48 48 46 45 48

Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 35 37 35 39 39 37 36 35 35 35 34 34 36 42 42 43 53 51

Jasa Lainnya 579 643 463 420 420 330 311 306 317 317 341 381 462 530 530 608 613 642

Lain-lain 15,808 16,209 16,988 18,386 18,386 17,782 18,178 18,373 18,970 18,970 19,242 19,864 20,788 21,124 21,124 22,148 21,504 21,740

2.3. Kredit untuk Debitur UMKM 7,472 7,446 7,228 7,430 7,430 7,612 7,828 8,079 8,262 8,262 8,151 8,417 8,930 9,084 9,084 9,082 9,497 9,893

2.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) % 128.12 131.00 132.73 135.73 135.73 137.57 140.50 145.20 148.20 148.20 148.88 146.33 147.20 145.93 145.93 146.10 145.73

2.5. Non Performing Loan (NPL) -

- Nominal (Rp miliar) 894 988 996 984 984 1,072 1,142 1,186 1,070 1,070 1,222 1,305 1,256 1,136 1,136 1,155 1,108 1,105

- Rasio (%) 3.39 3.45 3.32 3.33 3.33 3.62 3.72 3.85 3.40 3.40 3.82 3.97 3.69 3.29 3.29 3.24 3.14 3.04

V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TWIII

1. Kas (Rp miliar)

- Inflow 2,323 1,094 1,820 1,100 6,337 2,504 1,035 2,476 1,289 7,305 2,403 970 2,536 1,412 12,397 2,909 2,059 1,590

- Outflow 692 1,407 2,380 2,772 7,251 710 2,469 1,810 2,790 7,779 766 2,931 1,398 3,577 11,471 1,191 2,913 1,100

2. Kliring

- Volume Kliring (Lembar) 90,235 92,390 94,408 99,206 376,239 85,025 88,256 82,903 84,940 341,124 73,286 57,762 60,542 59,266 371,943 50,273 48,636 49,926

- Nominal Kliring (Rp Miliar) 2,668 2,362 2,494 2,785 10,310 2,410 2,261 2,274 2,429 9,374 2,042 1,527 1,774 1,765 10,660 1,582 1,497 1,624

- Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1,455 1,515 1,523 1,600 1,523 1,518 1,401 1,382 1,348 1,412 1,182 1,050 976 956 1,020 811 884 805

- Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) 43.0 38.7 40.2 44.9 41.7 43.0 35.9 37.9 38.6 38.8 32.9 27.8 28.6 28.5 29.7 25.5 27.2 26.2

- Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 3.16 2.83 2.53 2.71 2.81 3.90 2.85 2.74 2.67 3.04 2.81 2.70 2.46 2.29 3.03 2.07 2.30 1.98

- Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 2.92 2.88 2.56 3.19 2.89 4.04 3.33 2.85 4.22 3.61 3.30 2.79 2.86 3.00 3.45 2.32 2.86 2.30

Keterangan :

** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

20162015 2017

1

Ringkasan Eksekutif Kinerja perekonomiankembali melambat... Realisasi keuangan pemerintah belum maksimal… Inflasi Sulut masih terkendali dan dibawah rentang sasaran inflasi Nasional... Kondisi keuangan daerah relatif stabil...

Perkembangan Ekonomi Makro Perekonomian Sulawesi Utara (Sulut) kembali melambat pada Triwulan III 2018. Melambatnya pertumbuhan konsumsi menjadi salah satu faktor yang menahan pertumbuhan ekonomi Sulut. Perlambatan konsumsi rumah tangga tersebut terjadi seiring dengan perlambatan pertumbuhan tiga lapangan usaha utama di Sulawesi Utara, yaitu industri pengolahan, perdagangan, dan transportasi serta pertumbuhan LU pertanian yang masih rendah. Di sisi lain, investasi menguat secara signifikan di TW III 2018 yang bersumber dari peningkatan investasi bangunan oleh swasta. Selain itu, peningkatan realisasi belanja modal pemerintah baik yang bersumber dari APBD maupun APBN mampu menahan pertumbuhan ekonomi TW III melambat lebih dalam.

Keuangan Pemerintah Pada triwulan III 2018, realisasi anggaran pendapatan Sulawesi Utara cukup baik. Realisasi anggaran pendapatan Sulut sebesar 74,70% lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan III 2017.Disisi lain, realisasi anggaran belanja belum maksimal meskipun ada perbaikan. Realisasi belanja APBD Provinsi Sulut pada Triwulan II 2018 sebesar 55,52% lebih tinggi dibandingkan dengan Triwulan II 2017 dan Triwulan II 2016 yang masing-masing 53,63% dan 63,4%. Adapun penyerapan alokasi anggaran APBN di Sulut di Triwulan III 2018 tercatat sebesar 56,9%, lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yang tercatat sebesar 57,13%. Penyerapan yang belum maksimal disebabkan oleh belanja barang dan belanja modal yang belum maksimal.

Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi Sulawesi Utara pada triwulan III 2018 tercatat sebesar 1,45% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (3,46%, yoy). Inflasi Sulut pada triwulan III 2018 relatif terkendali dan masih berada di bawah rentang sasaran inflasi Nasional tahun 2018: 3,5%±1% (yoy). Inflasi tahunan pada triwulan III 2018 disumbang oleh kelompok Bahan Makanan sebesar 0,35%, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0,29%, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 0,25%, Kelompok Sandang sebesar 0,04%, Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0,39%, kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar 0,09% dan kelompok kesehatan dengan andil inflasi sebesar 0,04%.

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Kondisi keuangan daerah Sulawesi Utara relatif stabil meskipun mengalami perlambatan, tercermin dari melambatnya peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK), aset dan kredit. Dari jenis kredit, perlambatan pertumbuhan kredit terjadi pada jenis Kredit Konsumsi (KK) sedangkan Kredit Modal Kerja (KMK) tercatat tumbuh melambat di sisi lain, Kredit Investasi tercatat tumbuh meningkat pada triwulan laporan. Namun demikian, kualitas kredit membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan kredit UMKM triwulan III 2018 sebesar 10,79% (yoy), rasio kredit bermasalah UMKM membaik menjadi 4,49% dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,92%. Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit juga mengalami peningkatan sebesar 27,24%, meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 26,96%.

2

Penyelenggaraan layanan sistem pembayaran baik nontunai maupun tunai berjalan dengan baik… Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara membaik.. Prospek perekonomian relatif menguat di Triwulan I 2019..

Lebih lanjut, ketahanan sektor korporasi dan sektor rumah tangga juga masih terjaga meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 3,17% (yoy) dengan share terhadap PDRB sebesar 45,42%.

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Pergerakan aliran uang kartal dari kas KPwBI Sulut ke masyarakat pada triwulan III 2018 masih mengikuti pola musimannya yaitu net-inflow, yaitu aliran uang yang masuk ke KPwBI Provinsi Sulawesi Utara lebih besar dibandingkan uang yang keluar. Nominal transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) pada triwulan III 2018 di Sulut tercatat sebesar Rp3,83 triliun. Jumlah ini meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp3,52 triliun atau meningkat sebesar 8,97% (qtq). Di sisi lain, transaksi SKNBI meningkat sebesar Rp0,3 triliun atau 9,43% (qtq) dibandingkan dengan dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan hasil pengawasan off-site, aktivitas Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) pada triwulan III 2018 menunjukkan peningkatan. Total transaksi KUPVA BB pada triwulan III 2018 tercatat sebesar Rp 13,87 miliar, meningkat sebesar 13,74% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Naiknya jumlah tenaga kerja di beberapa sektor utama menyebabkan terjadinya perbaikan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara yang tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada periode Agustus 2018 yang sebesar 6,86%, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di level 7,18%. Turunnya angka TPT disebabkan naiknya jumlah tenaga kerja di beberapa sektor utama antara lain Perdagangan (9,7%), Industri Pengolahan (19,83%), Transportasi (19,7%) dan Pertanian (1,94%). Selain itu, kondisi kesejahteraan di Sulawesi Utara secara umum mengalami perbaikan yang tercermin dari penurunan tingkat kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Utara pada periode Maret 2018 sebanyak 194,85 ribu jiwa (7,8%) turun dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2017 yang berjumlah sekitar 200,35 ribu jiwa (8,2%) atau turun sebesar 0,3%. Angka ini masih di bawah tingkat kemiskinan nasional yang tercatat mencapai 9,82% pada periode Maret 2018.

Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Sulawesi Utara ke depan diperkirakan terus meningkat. Pada Triwulan I 2019 ekonomi Sulut tumbuh menguat seiring penguatan konsumsi dan investasi. Sedangkan secara keseluruhan tahun 2019, ekonomi Sulut diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Ekonomi Sulut triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh 6,1-6,5% (yoy) dan keseluruhan tahun 2018 tumbuh 6,1-6,5% (yoy). Di sisi inflasi, IHK Sulut juga diperkirakan akan mengalami tekanan inflasi yang cukup kuat pada triwulan I 2019 dan untuk keseluruhan tahun 2018 inflasi diperkirakan berada dalam rentang sasaran inflasi.

3

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro

Perekonomian Sulawesi Utara (Sulut)

triwulan III 2018 tumbuh melambat

dibandingkan triwulan II 2018 dari 5,83%

(yoy) menjadi 5,66% (yoy). Pertumbuhan

tersebut lebih rendah dibandingkan dengan

periode yang sama tahun 2017 yang tumbuh

sebesar 6,49% (yoy) dan lebih rendah dari rata-

rata pertumbuhan triwulan III selama 5 tahun

terakhir (2013-2017) sebesar 6,23% (yoy).

Bahkan pertumbuhan ekonomi Sulut triwulan

III 2018 menjadi pertumbuhan ekonomi

triwulan III terrendah dalam 5 tahun terakhir.

Sementara itu, Pertumbuhan ekonomi Sulut

tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan

ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,17%

(yoy) pada triwulan III 2018. Namun demikian,

apabila dibandingkan pertumbuhan ekonomi

seluruh provinsi di Pulau Sulawesi,

pertumbuhan Sulut relatif lebih rendah dan

hanya lebih tinggi dari provinsi Gorontalo.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulut

triwulan III 2018 disebabkan oleh beberapa

faktor. Dari sisi pengeluaran, perlambatan

pertumbuhan triwulan II disebabkan oleh

melambatnya konsumsi rumah tangga dan

ekspor luar negeri yang cukup signifikan di

tengah menguatnya investasi (penguatan

modal tetap bruto) dan konsumsi pemerintah.

Dari sisi lapangan usaha (LU), melambatnya LU

industri, transportasi dan perdagangan serta

LU pertanian yang belum tumbuh kuat meski

meningkat menjadi faktor perlambatan

perekonomian Sulut di triwulan III meskipun

pertumbuhan LU konstruksi menguat secara

signifikan.

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sulut

Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan

ekonomi seluruh provinsi di Pulau Sulawesi,

Provinsi Sulut menjadi provinsi dengan

pertumbuhan ekonomi terendah kedua di

pulau Sulawesi. Pertumbuhan ekonomi Sulut

hanya lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi

nasional yang sebesar 517% dan pertumbuhan

ekonomi provinsi Gorontato yang tumbuh

sebesar 5,24%.

Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi triwulan III 2018

Memasuki triwulan IV 2018, pertumbuhan

ekonomi Sulut diperkirakan berada dalam

kisaran 5,8–6,2% (yoy), menguat

dibandingkan triwulan III 2018. Berdasarkan

jenis penggunaannya, penguatan tersebut

berasal dari konsumsi rumah tangga yang

diperkirakan meningkat. Dari sisi lapangan

usaha, penguatan kinerja LU industri

pengolahan, transportasi dan perdagangan

ditengah konstruksi yang masih tumbuh kuat

menjadi faktor pendorong penguatan

4

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di

triwulan IV.

Sepanjang tahun 2018, pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh

melambat dalam kisaran 5,8%-6,2%

dibanding tahun sebelumnya sebesar 6,17%.

Melambatnya konsumsi rumah tangga dan

investasi yang mencakup hampir 70% dari

seluruh total perekonomian dari sisi

pengeluaran menjadi penyebab perlambatan

ekonomi Sulawesi Utara meskipun konsumsi

pemerintah menguat dan ekspor luar negeri

tumbuh signifikan. Dari sisi lapangan usaha,

kinerja LU pertanian dan industri pengolahan

yang melambat ditengah menguatnya

konstruksi dan transportasi menyebabkan

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara tahun

2018 tumbuh lebih lambat dibandingkan

periode sebelumnya.

1.1. PDRB – Jenis Pengeluaran

Struktur ekonomi Sulut berdasarkan jenis

pengeluaran tidak mengalami perubahan

yang signifikan. Komponen konsumsi rumah

tangga dan investasi yang menjadi masih

mendominasi struktur ekonomi Sulut dan

konsumsi pemerintah yang memiliki pangsa

diatas 15%. Perubahan yang cukup signifikan

terjadi pada pangsa ekspor yang turun dari

17% di triwulan II dan triwulan II menjadi

13,8% di triwulan III 2018

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik

1 Belanja non-modal mencakup belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja bansos, belanja

Tabel 1.2 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 1.3 Pangsa Jenis Penggunaan

Sumber: Badan Pusat Statistik

1.1.1 Konsumsi

Konsumsi Rumah Tangga pada triwulan III

2018 tumbuh melambat di tengah

perlambatan peningkatan konsumsi lembaga

non-profit (LNPRT) dan pertumbuhan

konsumsi pemerintah. Konsumsi pemerintah

tumbuh 9,01% (yoy), tetap kuat meskipun

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 10,67 % (yoy). Sementara itu,

konsumsi rumah tangga dan lembaga non

profit (LNPRT) yang juga tumbuh melambat

menyebabkan pertumbuhan keseluruhan

konsumsi Sulut triwulan III 2018 sebesar 4,82%

(yoy), melambat dibanding triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,99%

(yoy)..

Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi

Menguatnya pertumbuhan konsumsi

pemerintah disebabkan oleh realisasi belanja

non-modal1 pada triwulan III 2018 yang

tidak terduga, dan belanja operasional lainnya. Belanja non-modal tidak mencakup belanja modal.

5

meningkat. Realisasi belanja non-modal APBN

yang disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi

Sulut hingga triwulan III 2018 tercatat sebesar

66,01%, meningkat dibandingkan periode yang

sama tahun 2017 sebesar 60,98%. Peningkatan

realisasi belanja nonmodal tersebut tercermin

dari simpanan giro pemerintah pusat pada

perbankan di Sulut pada September 2018

menjadi Rp310 miliar menurun dibandingkan

bulan sebelumnya. Pergeseran pembayaran

gaji ke-13 ke bulan Juli 2018 yang sebelumnya

direncanakan dicairkan bersamaan dengan

THR lebaran diperkirakan menjadi salah satu

faktor pendorong realisasi triwulan III 2018

lebih kuat dibandingkan periode yang sama di

tahun sebelumnya. Selain itu, berbagai

kegiatan festival yang diinisiasi pemerintah

seperti Tomohon Internasional Festival dan

Manado Fiesta diperkirakan turut menopang

pertumbuhan konsumsi pemerintah di

triwulan III 2018.

Tabel 1.4 Realisasi Belanja Non-Modal APBN yang Disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi

Sulut

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Sulut dan BPKBMD Sulut

Grafik 1.4 Simpanan Pemerintah Pusat pada

Perbankan di Sulut Tahun 2017-2018

Sementara itu, konsumsi rumah tangga pada

triwulan III 2018 tumbuh melambat menjadi

3,17% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya

sebesar 4,12% (yoy). Pertumbuhan LU

pertanian yang belum kuat meskipun menguat

dari triwulan sebelumnya, mengingat sektor

pertanian menjadi sektor dengan porsi

tertinggi dalam struktur ketenagakerjaan.

Melambatnya konsumsi RT juga tercermin dari

hasil survey Konsumen yang dilakukan Bank

Indonesia. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

provinsi Sulut pada triwulan III 2018 yang

tercatat tumbuh sebesar 3,04% (yoy)

melambat dibandingkan pertumbuhan IKK

TRIWULAN II 2018 yang tumbuh 4,74%. Hal ini

menunjukan bahwa terdapat penurunan

keyakinan dan ekspektasi konsumen terhadap

perekonomian bila dibandingkan dengan

variabel yang sama di tahun lalu. Hal yang

sama juga ditunjukan oleh indeks tendensi

konsumen BPS yang menunjukan pelambatan

pertumbuhan di triwulan III yang tercatat

tumbuh 0,13% (yoy) melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

4,22% (yoy). Bila dilihat dari komponen dalam

indeks tendensi konsumen penurunan cukup

signifikan antara data ITK periode triwulan III

dan sebelumnya adalah penurunan

pendapatan RT terkini. Tren penurunan harga

komditas utama Sulawesi Utara di pasar

internasional seperti kopra dan CNO disamping

melambatnya ekspor di perkirakan menjadi

salah satu faktor utama penurunan

pendapatan RT terkini terutama dari sektor

pertanian. Pelemahan harga komoditas utama

ini diperkirakan kembali menurunkan daya beli

masyarakat Sulawesi Utara mengingat hampir

6

25% tenaga kerja Sulawesi Utara bekerja di

sektor pertanian.

Grafik 1.5 harga CNO

Memasuki triwulan IV 2018, pengeluaran

konsumsi diperkirakan akan tumbuh

melambat yang didorong oleh melambatnya

konsumsi pemerintah dan konsumsi LNPRT di

tengah konsumsi rumah tangga yang

menguat. Konsumsi pemerintah pada triwulan

IV diperkirakan melambat seiring terjadinya

koreksi pertumbuhan konsumsi pemerintah

yang tumbuh signifikan di triwulan II dan

triwulan III 2018. Sementara itu, konsumsi

rumah tangga diperkirakan menguat didorong

oleh peningkatan konsumsi masyarakat

menjelang perayaan hari Besar Keagamaan

Natal dan Tahun baru yang dirayakan sebagian

besar masyarakat Sulawesi Utara. Adapun

sepanjang tahun 2018, kinerja pengeluaran

konsumsi diperkirakan melambat seiring

perlambatan konsumsi rumah tangga yang

disebabkan oleh menurunnya kinerja lapangan

usaha utama yang menjadi lapangan pekerjaan

sebagian besar tenaga kerja di Sulawesi Utara.

1.1.2 Investasi (PMTB)

Investasi atau Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) tumbuh menguat di triwulan III

2018. PMTB pada triwulan III 2018 tercatat

7,71% (yoy) menguat dibandingkan

pertumbuhan triwulan II 2018 yang tercatat

tumbuh 2,22% (yoy). Menguatnya

pertumbuhan PMTB diperkirakan disebabkan

oleh menguatnya investasi bangunan. Dalam

investasi Sulut, pangsa investasi bangunan

mencapai 94% dari total seluruh investasi,

sedangkan investasi non-bangunan hanya

sekitar 6%

Menguatnya investasi bangunan terutama

disebabkan oleh penguatan lapangan usaha

konstruksi yang juga tumbuh menguat

dibandingkan periode sebelumnya.

Penguatan investasi salah satunya disebabkan

oleh upaya pemerintah untuk mengejar

realisasi belanja pemerintah di TRIWULAN III

2018. Setelah realisasi belanja yang belum

maksimal di semester I 2018 (terealisasi

20,73% kumulatif semester I 2018),

pemerintah mengejar realisasinya hingga pada

triwulan III total realisasi belanja modal APBD

provinsi dan APBN di Sulawesi Utara mencapai

38,36%. Dilihat dari realisasi APBD Provinsi,

proyek-proyek yang sebelumnya terlambat

untuk dilelang saat ini sudah bisa dikerjakan

dan direalisasi di triwulan III 2018. Hasilnya

penyerapan belanja modal di triwulan III 2018

naik cukup signifikan dibandingkan dengan

kumulatif belanja modal pemerintah di

triwulan I dan triwulan II 2018. Meski begitu,

efisiensi pemerintah provinsi dalam

mendorong investasi di daerah masih bisa

ditingkatkan mengingat total realisasi triwulan

III 2018 masih lebih rendah dibandingkan total

realisasi belanja modal di triwulan III 2017.

Oleh karena itu, memaksimalkan perencanaan

di tengah-tengah proses realisasi belanja yang

mendukung prinsip kehati-hatian perlu

ditingkatkan untuk mencegah keterlambatan

tender proyek ke pihak ketiga. Selain APBD,

penyerapan belanja APBN yang tidak jauh

berbeda dengan realisasi belanja periode yang

sama di tahun 2017 ikut juga mendorong

pertumbuhan PMTB di triwulan III 2018.

Dengan pagu belanja yang tumbuh sebesar

16,81%, penyerapan yang tidak jauh berbeda

dengan tahun sebelumnya tentu menjadi

pendorong perekonomian dari investasi

khususnya investasi bangunan. Namun, sisa

belanja modal di tahun 2018 yang masih cukup

besar perlu terus ditingkatkan penggunaannya

mengingat belanja modal pemerintah menjadi

salah satu faktor pendorong perekonomian

daerah. Selain APBD pemerintah provinsi dan

APBN, investasi bangunan sebagai dampak dari

penyaluran dana desa diperkirakan ikut

7

mendorong pertumbuhan investasi Sulawesi

Utara di triwulan IV 2018.

Tabel 1.5 Realisasi Belanja Modal APBN yang Disalurkan di Sulut & APBD Prov Sulut

Investasi swasta dalam bentuk pembangunan

tercatat menguat di TRIWULAN III 2018

sehingga turut menjadi penyebab investasi

Provinsi Sulut menguat. Berdasarkan hasil

liaison triwulan III 2018 yang dilakukan Bank

Indonesia, investasi swasta menguat baik

dibandingkan triwulan II 2018. Likert scale

investasi dari hasil liason pada triwulan III 2018

sebesar 0,64 meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat 0. Investasi dalam

rangka meningkatkan kapasitas produksi

dalam bentuk pembangunan pabrik baru

menyebabkan peningkatan investasi swasta

dalam bentuk bangunan.

Memasuki triwulan IV 2018, investasi di Sulut

diperkirakan tumbuh kuat namun melambat.

Tingginya pertumbuhan PMTB di Triwulan IV

2017 dan tingginya pertumbuhan PMTB di

triwulan III 2018 membuat pertumbuhan

PMTB di triwulan IV diperkirakan melambat.

Namun, mengingat besarnya sisa pagu belanja

modal pemerintah provinsi mauapun

pemerintah pusat pertumbuhan PMTB

diperkirakan masih kuat dan berpotensi

menjadi salah satu faktor pendorong ekonomi

di Sulawesi Utara. Oleh karena itu, percepatan

pembangunan melalui realisasi belanja modal

yang lebih efektif dan efisien menjadi

tantangan pemerintah.

Selain itu, realisasi belanja pembangunan dari

dana desa diperkirakan akan terealisasi cukup

besar di triwulan IV 2018 setelah tumbuh

melambat sepanjang tahun 2017 Meski

demikian, realisasi belanja modal pemerintah

yang belum maksimal di triwulan I dan triwulan

II 2018 diperkirakan akan memberi dampak

pada perlambatan investasi di Sulawesi Utara

secara keseluruhan di tahun 2018.

1.1.3 Ekspor-Impor

Pada triwulan III 2018, total net impor Sulut

mengalami peningkatan yang signifikan

menguat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Net impor Sulut meningkat sebesar -

11,72%(yoy), meningkat relatif signifikan

dibandingkan triwulan I maupun triwulan II

2018. Peningkatan tersebut dalam tersebut

terutama disebabkan oleh penurunan ekspor

luar negeri ditengah kontraksi pertumbuhan

impor luar negeri maupun peningkatan net

impor antar daerah. Net impor antar provinsi

yang masih tumbuh cukup kuat ditengah

ekspor yang melambat sangat signifikan

mendorong pertumbuhan net impor menguat

dibandingkan triwulan sebelumnya

Tabel 1.6 Kinerja Ekspor Impor Triwulan I 2018

Sumber: BPS

Kinerja ekspor luar negeri (LN) Sulut pada

triwulan III 2018 tumbuh sebesar 0,41% (yoy),

melambat dibanding triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 29,78% (yoy).

Perlambatan tersebut disebabkan oleh

melambatnya ekspor barang LN ditengah

ekspor jasa yang diperkirakan meningkat

seiring kunjungan wisman yang tetap tumbuh.

Perlambatan ekspor barang LN terkonfirmasi

dari nilai ekspor Provinsi Sulut baik melalui

pelabuhan di Sulut maupun pelabuhan di

daerah luar Sulut. Nilai ekspor Sulut triwulan

III 2018 tercatat sebesar USD223,1 juta,

terkontraksi sebesar 8,80% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 9,36% (yoy). Penurunan nilai ekspor,

selain disebabkan tren harga komoditas utama

Komponen Jenis Belanja 2017 2018

Belanja Modal APBN 3,072,815 3,589,364

Belanja Modal APBD Prov Sulut 851,609 1,146,111

Total 3,924,424 4,735,475

Belanja Modal APBN 1,302,628 1,487,183

Belanja Modal APBD Prov Sulut 292,675 329,211

Total 1,595,303 1,816,394

Belanja Modal APBN 42.39% 41.43%

Belanja Modal APBD Prov Sulut 34.37% 28.72%

Total 40.65% 38.36%

Rencana

(Rp Juta)

Realisasi

(Rp Juta)

Hingga TW I

% Realisasi

thd Rencana

Komponen dalam PDRBTW III 2018

(Rp M)g TW II 2018 g TW III 2018

Ekspor Luar Negeri 2,958 29.78 0.41

Impor Luar Negeri 811 (25.45) (24.23)

Net impor Antarprovinsi 2,989 31.75 13.70

Total Net Impor (842) (25.92) 11.72

8

Sulut seperti yang masih menurun, juga

disebabkan oleh pertumbuhan volume ekspor

Sulut yang melambat. Volume ekspor pada

triwulan III 2018 tercatat sebesar 233 ribu ton

yang tumbuh 15.71% (yoy), lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan volume ekspor

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

26,19% (yoy). Bila dibandingkan antara nilai

dan volume ekspor, pertumbuhan nilai ekspor

Sulut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

volume ekspor di triwulan III 2018. Salah satu

penyebab turunnya nilai ekspor yaitu

berlanjutnya tren penurunan harga CNO dunia

yang pada Juli-September 2018 tercatat

memiliki rata-rata harga bulanan sebesar US$

904/MT atau turun 42,52% (yoy). Tren harga

komoditas yang menurun mengurangi insentif

bagi produsen untuk meningkatkan

produksinya.

Grafik 1.6 Volume Ekspor Sulut dan

Pertumbuhannya

Berbeda dengan ekspor barang, ekspor jasa

LN Sulut pada triwulan III 2018 tetap tumbuh

kuat. Peningkatan pertumbuhan ekspor jasa

LN terutama didorong oleh peningkatan

jumlah wisman yang berkunjung ke Sulut

melalui Bandara Sam Ratulangi. Jumlah

wisman tetap tumbuh kuat di triwulan III 2018.

Wisman tersebut didominasi oleh wisman

yang berasal dari Tiongkok yang menggunakan

direct charter flight dari Tiongkok ke Manado.

Hal ini sejalan dengan penambahan rute

terbang direct flight ari Tiongkok ke Manado

yang dilakukan oleh maskapai penerbangan

swasta.

Grafik 1.7 Perkembangan Wisman Sulawesi

Utara

Dari sisi impor, impor Sulut pada triwulan III

2018 kembali mengalami kontraksi

pertumbuhan yang lebih dalam. Penurunan

impor terutama disebabkan oleh penurunan

impor barang LN yang turun sebesar -46.17%

(yoy). Nilai Impor Sulut pada triwulan III 2018

turun terutama disebabkan oleh penurunan

impor benda-benda dari besi dan baja

Grafik 1.8 Impor Sulawesi Utara

Sumber: Ditjen Bea Cukai

Memasuki triwulan IV 2018, total net impor

Sulut diperkirakan kembali menurun

dibandingkan tahun sebelumnya yang

didorong oleh penurunan impor LN serta

perbaikan kinerja ekspor. Ekspor LN ditopang

baik oleh ekspor barang maupun jasa. Ekspor

barang LN diperkirakan meningkat seiring

pertumbuhan ekspor barang di triwulan III

yang masih rendah. Sementara ekspor jasa

diperkirakan meningkat sejalan dengan

kunjungan wisman yang terus meningkat.

Sedangkan untuk impor, pelemahan mata

uang rupiah diperkirakan akan meningkatkan

biaya barang konsumsi impor. Sementara itu,

9

perbaikan kinerja perdagangan LN Sulut juga

diperkirakan akan disebabkan oleh kinerja

impor yang melambat sebagaimana tren sejak

Desember 2017 yang menunjukkan

pertumbuhan impor negatif.

1.2. PDRB – Lapangan Usaha

Secara struktur, ekonomi Sulawesi Utara

berdasarkan lapangan usaha tidak banyak

perubahan. LU pertanian, kehutanan dan

perikanan masih menjadi sektor dengan

pangsa terbesar pada perekonomian Sulawesi

Utara.

Dari sisi sumber pertumbuhan, LU Konstruksi

yang menguat dengan signifikan menjadi

faktor penahan perekonomian Sulut tidak

melambat lebih dalam. Di sisi lain,

perlambatan LU Industri Pengolahan, LU

Perdagangan dan LU Transportasi ditambah

dengan LU pertanian yang masih tumbuh

rendah menjadi beberapa faktor yang

menyebabkan perekonomian Sulawesi Utara

di triwulan III 2018 tumbuh melambat

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 1.8 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 1.9 Pangsa Lapangan Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik

1.2.1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Kinerja Lapangan usaha pertanian, kehutanan

dan perikanan (pertanian) Sulut pada

triwulan III 2018 tumbuh cukup rendah meski

menguat dibandingkan triwulan sebelumnya.

LU pertanian merupakan sektor terbesar di

Sulut dengan pangsa tahunan sekitar 20% dari

total perekonomian Sulut. Selain itu,

berdasarkan data Agustus 2018, hampir

seperempat atau sekitar 24,6% tenaga kerja di

Sulut menggantungkan hidupnya pada LU

pertanian. LU pertanian pada triwulan III

tercatat tumbuh 1,7% (yoy), menguat

dibandingkan periode sebelumnya yang

tercatat tumbuh 0,02%(yoy). Meski menguat,

pertumbuhan LU pertanian pada triwulan III

2018 lebih rendah dibandingkan rata-rata

pertumbuhan LU pertanian triwulan III 5 tahun

terkahir (2013-2017) yang tercatat sebesar

4,49% (yoy). Pertumbuhan LU pertanian belum

maksimal terutama diprakirakan disebabkan

oleh terganggunya produksi di sub-sub sektor

perkebunan tahunan yang mencakup 29,4%

dari total produksi pertanian di Sulawesi Utara.

10

Pelemahan harga CNO berimbas pada

pelemahan harga kopra dan kelapa yang

menjadi bahan baku. Selain permasalahan

kebun kelapa yang sudah tua dan butuh

peremajaan, pelemahan harga kopra dan

kelapa juga ikut mengurangi insentif bagi

petani kelapa untuk memproduksi mengingat

biaya memproduksi lebih tinggi dibandingkan

nilai jual produknya. Selain itu, gangguan cuaca

ikut mengganggu produksi produk cengkeh

sehingga panen raya tahun ini tidak setinggi

tahun sebelumnya. Gangguan cuaca juga ikut

mengurangi produksi perikanan di sektor hulu

mengingat cuaca yang tidak menentu

mengurangi keinginan nelayan untuk melaut.

Pertumbuhan LU pertanian yang belum

maksimal juga terkonfirmasi dari penguatan

NTP yang tidak terjadi di semua sektor.

Penguatan NTP subsektor tanaman pangan

dan peternakan tidak diikuti NTP subsektor

perikanan dan tanaman perkebunan rakyat

(TPR). NTP subsektor perikanan dan TPR

cenderung kembali melambat mengikuti tren

harga komoditas produksinya.

Grafik 1.9 Struktur Sektor Pertanian

Sulawesi Utara

Sumber:BPS (ADHK Tahunan, 2017)

Grafik 1.10 NTP Subsektor

Sumber: BPS (Diolah)

Memasuki triwulan IV 2018, LU pertanian

diperkirakan akan menguat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Musim dingin di

belahan dunia utara diperkirakan akan

meningkatkan permintaan minyak kelapa.

Peningkatan permintaan tersebut berpotensi

meningkatkan permintaan bahan baku dan

secara umum meningkatkan harga.

Peningkatan harga cenderung memberikan

insentif bagi petani untuk meningkatkan

produksinya. Adapun sepanjang tahun 2018,

LU pertanian diperkirakan tumbuh melambat

dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan

yang cukup signifikan pada komoditas

unggulan Sulawesi Utara, gangguan cuaca, dan

gagal panen tanaman pangan di triwulan II

diperkirakan menjadi faktor penghambat yang

menyebabkan LU pertanian tumbuh melambat

di tahun 2018.

1.2.2 Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Kinerja lapangan usaha perdagangan besar

dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda

motor (perdagangan) pada triwulan III 2018

tumbuh melambat, namun tetap kuat. Sektor

perdagangan tumbuh menjadi 5,28% (yoy) di

TRIWULAN III 2018 setelah sebelumnya

mengalami pertumbuhan 6,23% (yoy) di

triwulan sebelumnya. Peningkatan LU

perdagangan sejalan dengan melambatnya

konsumsi rumah tangga Sulawesi Utara di

triwulan III 2018. Normalisasi konsumsi

pascaperiode Ramadhan dan perayaan hari

besar keagamaan seperti perayaan Paskah dan

Idul Fitri yang seluruhnya terjadi pada triwulan

II 2018 menyebabkan LU perdagangan

melambat di TRIWULAN III 2018. Namun,

konsumsi pemerintah dalam untuk

mengadakan acara baik yang bertaraf nasional

maupun yang bertaraf internasional menahan

perlambatan sektor perdagangan lebih dalam.

Pelambatan LU perdagangan juga dikonfirmasi

oleh nilai indeks penjualan rill dari Survei

Penjualan Eceran Bank Indonesia yang

mengalami penurunan.

11

Grafik 1.11 Pertumbuhan Penjualan Eceran

Memasuki triwulan IV 2018, kinerja sektor

perdagangan diperkirakan tumbuh menguat

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Peningkatan tersebut sejalan dengan

meningkatnya konsumsi rumah tangga pada

akhir tahun dalam rangka perayaan hari

keagamaan yakni Natal dan Tahun Baru. Selain

itu, semakin maraknya kunjungan wisatawan

mancanegara ke Sulawesi Utara juga

diperkirakan akan ikut mendorong

pertumbuhan sektor perdagangan. Adapun

sepanjang tahun 2018 LU perdagangan

diperkirakan menguat seiring peningkatan

konsumsi pemerintah dan pertumbuhan

pariwisata yang diperkirakan mendorong

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara melalui

LU non-utama.

1.2.3 Konstruksi

Kinerja lapangan usaha konstruksi pada

triwulan III 2018 tumbuh menguat secara

signifikan dibandingkan periode sebelumnya.

Realisasi belanja modal pemerintah pada

triwulan III meningkat cukup signifikan

dibandingkan periode sebelumnya. Setelah

hanya terealisasi sebesar 19,54% pada

triwulan II 2018, realisasi total belanja modal

pemerintah (APBD dan APBN) meningkat

hampir 2 kali lipat menjadi 38,36%. Secara

umum, realisasi flow total realisasi belanja

pemerintah tumbuh sebesar 15,54% (yoy)

dibandingkan flow realisasi modal pemerintah

periode yang sama tahun lalu.

Peningkatan lapangan usaha Konstruksi

menjadi salah satu LU utama yang menahan

perlambatan ekonomi Sulawesi Utara lebih

dalam. LU konstruksi menyumbang 1,40%

(syoy) dari total 5,66%(yoy) pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Utara di triwulan III.

Besarnya pengaruh pembangunan pada

perkembangan LU Konstruksi, menunjukan

besarnya dampak LU Konstruksi pada

perekonomian Sulawesi Utara saat ini

Berlanjutnya pembangunan program strategis

pemerintah, dimulainya proyek pembangunan

jalan penghubung Likupang-bandara Sam

Ratulangi, berlanjutnya pembangunan

ringroad, dan pembangunan palapa ring paket

tengah di Sulawesi Utara menjadi faktor

pendorong bertumbuhnya sektor konstruksi di

triwulan III 2018. Untuk menunjang

pertumbuhan LU Konstruksi, realisasi belanja

modal pemerintah di sisa tahun 2018 menjadi

tantangan utama untuk mendorong

perekonomian terutama melalui lapangan

usaha tersebut. Selain itu perbaikan iklim

investasi Sulawesi Utara perlu ditingkatkan

untuk menunjang pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Utara.

Tabel 1.10 Proyek Strategis dan Alokasi Dana APBN di Sulut (posisi Oktober 2018)

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara

Memasuki Triwulan IV 2018, lapangan usaha

konstruksi diperkirakan akan tumbuh

melambat, meskipun tetap kuat. Realisasi

belanja modal pemerintah yang meningkat

menjelang tutup tahun sesuai dengan pola

musimannya akan mendorong pertumbuhan

LU konstruksi tetap kuat. Selain itu, realisasi

dana desa dalam bentuk pembangunan dari

desa juga berpotensi menjaga pertumbuhan

konstruksi tetap kuat. Namun demikian,

tingginya pertumbuhan konstruksi di periode

yang sama di tahun lalu dan triwulan

sebelumnya memberikan base-effect bahwa

LU konstruksi akan tumbuh melambat di

triwulan IV.

(Dalam Jutaan Rupiah)

Pagu Realisasi %

1 Pembangunan Jalan Bebas Hambatan 816,294.99 291,119.37 35.66

2 Lanjutan Pembangunan 2 (dua) Bendungan 496,143.13 340,843.70 68.70

3 Pembangunan Jalan Baru 179,904.50 23,801.49 13.23

4 Rekonstruksi, Rehabilitasi, Pelebaran Jalan 521,855.07 213,316.27 40.88

5 Penggantian, Perbaikan, Pemeliharaan Jembatan 160,912.94 89,500.33 55.62

6 Sistem Penanganan Sampah dan Limbah 108,772.20 19,538.37 17.96

7 Perbaikan Jaringan Irigasi 101,293.52 32,368.33 31.95

8 Seawall dan bangunan pengamanan pantai 106,325.31 65,059.12 61.19

9 Pembangunan Kapasitas Bandar Udara 140,296.07 64,561.09 46.02

10 Pembangunan Layanan Kepelabuhan 45,595.82 12,543.17 27.51

11 Pembangunan Terminal 36,831.00 36,424.34 98.90

12 Layanan Kenavigasian 36,127.09 11,378.17 31.49

13 Total 2,750,351.62 1,200,453.76 43.65

No Uraians/d 26 Oktober 2018

12

Adapun sepanjang tahun 2018, LU konstruksi

diperkirakan tumbuh stabil dengan

kecenderungan menguat. Proyek-proyek

strategis, baik pemerintah daerah maupun

nasional yang masih berlanjut diprakirakan

akan mendorong pertumbuhan LU konstruksi.

Namun demikian, dalam perkembangannya,

LU konstruksi diperkirakan masih akan

menghadapi kendala terkait pembebasan

lahan yang berpotensi mengganggu upaya

pemerintah dalam menggenjot pembangunan

infrastruktur strategis.

1.2.4 Transportasi

Kinerja LU transportasi pada triwulan III 2018

tumbuh melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Melambatnya kinerja sektor

transportasi terutama disebabkan oleh

perlambatan subsektor transportasi udara. Hal

ini sejalan dengan pertumbuhan jumlah

penumpang yang datang dan berangkat

melalui bandara Sam Ratulangi yang juga

mengalami perlambatan. Melambatnya

pertumbuhan penumpang domestik yang

merupakan pangsa terbesar penumpang udara

menjadi salah satu faktor menurunnya total

penumpang yang melalui bandara udara Sam

Ratulangi. Kenaikan harga minyak dunia

membuat biaya penerbangan menjadi relatif

lebih mahal. Implikasinya permintaan

terhadap transportasi udara mengalami

penurunan. Hal ini sejalan dengan diputusnya

beberapa rute penerbangan dari dan menuju

Manado oleh salah satu maskapai

penerbangan di Sulawesi Utara. Sementara itu,

jumlah penumpang yang menggunakan

transportasi laut juga mengalami penurunan.

Di sisi lain, transportasi darat diperkirakan

masih tumbuh kuat sehingga pada triwulan III

2018 LU transportasi masih tumbuh kuat

diatas 7,5% (yoy). Adanya transportasi online

yang menyebar ke beberapa kota setelah di

tahun periode yang sama di tahun 2017 masih

terpusat di sekitar Manado, diperkirakan ikut

menjaga pertumbuhan transportasi tetap di

level yang cukup tinggi.

Grafik 1.12 Jumlah Penumpang Datang dan

Berangkat di Bandara Sam Ratulangi

Memasuki Triwulan IV 2018, kinerja lapangan

usaha transportasi diperkirakan menguat

seiring pertumbuhan transportasi darat dan

transportasi udara. Meningkatnya kinerja

transportasi darat sejalan dengan konsumsi

rumah tangga yang meningkat dan

pertumbuhan transportasi online yang

diperkirakan cukup masif di Sulut. Sementara

itu, kinerja transportasi udara diperkirakan

juga meningkat menjelang perayaan hari raya

keagamaan Natal dan Tahun Baru. Selain itu,

pertumbuhan pariwisata yang masih tinggi

diprakirakan akan ikut mendorong kinerja

lapangan usaha pertanian. Adapun sepanjang

tahun 2018 transportasi udara diperkirakan

tumbuh menguat dibandingkan tahun

sebelumnya. Pertumbuhan transportasi online

yang sudah ada di beberapa kota lain selain

Manado dan pertumbuhan wisatawan

diperkirakan menjadi faktor pendorong LU

Transportasi tumbuh lebih kuat dibanding

tahun sebelumnya.

1.2.5 Industri Pengolahan

Kinerja lapangan usaha Industri Pengolahan

pada triwulan III 2018 tumbuh melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada

triwulan III 2018 industri pengolahan tercatat

tumbuh melambat menjadi 1,79% setelah

sebelumnnya terealisasi tumbuh 8,09% di

triwulan II 2018. Perlambatan di LU industri

pengolahan sejalan dengan perlambatan harga

CNO yang pada triwulan 3 2018 mengalami

kontraksi sebesar -42,52% (yoy). Perlambatan

di LU industri pengolahan juga terkonfirmasi

dari perlambatan pertumbuhan indeks industri

13

manufaktur besar dan sedang yang secara

tahunan mengalami kontraksi di triwulan III

2018. Hal ini terjadi sebagai dampak dari

kondisi global antara lain perang dagang US-

China melemahkan kinerja manufaktur dimana

Sulut sebagai pemasok bahan mentah, serta

pelemahan harga komoditas CNO yang

mencakup hampir 50% dari total ekspor

Sulawesi Utara. Sementara itu, melambatnya

pertumbuhan industri pengolahan juga

terkonfirmasi data volume ekspor komoditas

industri dari provinsi Sulawesi Utara yang juga

tumbuh melambat di triwulan III 2018.

Grafik 1.13 Volume Ekspor Komoditas

Industri Sulut

Sumber: Dirjen Bea Cukai

Memasuki Triwulan IV 2018, kinerja lapangan

usaha Industri diperkirakan menguat

terbatas. Penguatan industri pengolahan

diperkirakan terjadi karena adanya

peningkatan permintaan negara mitra dagang

yang pada pada triwulan IV mengalami musim

dingin. Peningkatan permintaan akan

komoditas utama Sulawesi Utara diperkirakan

akan mendorong kenaikan harga produk

olahan kelapa yang kemudian dapat menjadi

insentif bagi produsen untuk meningkatkan

produksinya. Adapun sepanajang tahun 2018

kinerja LU industri pengolahan diperkirakan

tumbuh lebih lambat dibandingkan tahun

sebelumnya. Pelemahan harga-harga

komoditas CNO dan terbatasnya bahan baku

industri karena kurangnya peremajaan di

sektor hulu diperkirakan menjadi faktor

pelemahan industri pengolahan sepanjang

tahun 2018.

Grafik 1.14 Pergerakan Harga CNO

14

Bab II. Keuangan Pemerintah

2.1. APBD Provinsi Sulawesi Utara 2018

2.1.1. Pendapatan APBD Provinsi Sulut

Anggaran pendapatan perubahan Provinsi

Sulut tahun 2018 meningkat dibanding tahun

sebelumnya. Anggaran pendapatan Sulut

tahun 2018 ditargetkan sebesar Rp3,82 triliun,

naik 2,67% (yoy) atau sebesar Rp99,48 miliar

dari Rp3,72 triliun pada tahun 2017. Kenaikan

tersebut jauh lebih rendah dari kenaikan tahun

2017 yang sebesar 28,06% (yoy). Kenaikan

APBD tersebut didorong oleh peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 10,85%

(yoy) menjadi Rp1,21 triliun dan peningkatan

pendapatan transfer sebesar 1,31% (yoy)

menjadi Rp2,59 triliun.

Tabel 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut 2018

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut

Peningkatan anggaran tersebut disertai

dengan peningkatan rasio kemandirian

pendapatan Sulut tahun 2018 yang tercatat

sebesar 31,73%, meningkat dibandingkan

tahun 2017 (29,39%), namun masih rendah

bila dibandingkan tahun 2016 (33,68%). Porsi

PAD Sulut tahun 2018 hanya sebesar 31,73%

dari total anggaran pendapatan, meningkat

dari 29,39% pada tahun 2017, namun masih di

bawah tahun 2016 sebesar 34%. Sedangkan

pendapatan transfer atau dana perimbangan

berada di level 68,27%, turun dari 68,56% pada

tahun 2017 dan naik dari 66,15% pada tahun

2015. Rasio tersebut menunjukkan bahwa

tingkat kemandirian fiskal provinsi Sulawesi

Utara relatif masih rendah atau masih

bergantung pada dana transfer pemerintah

pusat.

Grafik 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut 2018

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut

Pada triwulan III 2018, realisasi anggaran

pendapatan Sulawesi Utara cukup baik yakni

sebesar 74,70%, lebih tinggi dibandingkan

realisasi triwulan III 2017 maupun realisasi

triwulan III tahun 2016. Realisasi pada

triwulan III 2017 sebesar 74,13% dan realisasi

triwulan III 2016 sebesar 70,44%. Adapun

nominal realisasi pendapatan pada triwulan III

2018 sebesar Rp2,86 triliun. Pencapaian

realisasi tersebut didorong oleh realisasi

seluruh sumber pendapatan terutama

pendapatan asli daerah dan pendapatan

transfer. Pos yang mencatat realisasi tertinggi

yaitu pos Lain-lain pendapatan asli daerah

yang sah 103,28% dan Pendapatan hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

sebesar 100,22%. Peningkatan realisasi pos

lain-lain pendapatan yang sah

mengindikasikan adanya perbaikan peforma

penjualan kekayaan daerah yang tidak

dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, serta

komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai

akibat dari penjualan da/atau pengadaan

barang dan/atau jasa oleh daerah. Sedangkan

untuk pendapatan pajak daerah, realisasi yang

cukup tinggi menunjukan peningkatan

performa pemerintah dalam melakukan

pungutan pajak daerah provinsi yang

berdasarkan UU No 28 tahun 2009 tentang

2016 2017 2018-P 2017 2018

Pendapatan 2,907,882 3,723,698 3,823,179 28.06% 2.67%

Pendapatan Asli Daerah 979,354 1,094,319 1,213,016 11.74% 10.85%

Pendapatan Transfer 1,923,528 2,552,893 2,586,413 32.72% 1.31%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 5,000 76,485 23,750 1429.70% -68.95%

Anggaran (Rp juta)Uraian

Growth

15

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terdiri dari

pajak kendaraan bermotor, bea balik nama

kendaraan bermotor, pajak bahan bakar

kendaraan bermotor, pajak air permukaan dan

pajak rokok.

Tabel 2.2 Realisasi Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut

2.1.2. Belanja APBD Provinsi Sulut

Anggaran belanja APBD Sulawesi Utara tahun

2018 mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2017. Anggaran belanja naik 7,17%

pada tahun 2018 sehingga total anggaran

belanja mencapai Rp4,129 triliun setelah

mengalami perubahan, lebih tinggi Rp276,19

miliar dari pada tahun 2017. Peningkatan

tersebut didorong oleh peningkatan belanja

modal yang naik 9,85% setelah mengalami

perubahan, sedangkan peningkatan belanja

operasional tahun 2018 menigkat 6,28% jauh

lebih rendah dibandingkan peningkatan

belanja operasional tahun 2017 sebesar

39,41%.

Tabel 2.3 Perkembangan Anggaran Belanja APBD Provinsi Sulut 2018

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah,

Sulut

Berdasarkan postur belanjanya, anggaran

perubahan belanja non-modal tahun 2018

mencapai 76% dan anggaran perubahan

belanja modal sebesar 23%. Postur tersebut

cenderung sama dibandingkan tahun 2017

dimana postur belanja non-modal mencapai

78% dan belanja modal sebesar 22%. Postur

tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat

ruang peningkatan dalam rangka

pembangunan infrastruktur di Sulut. Adapun

anggaran belanja non-modal tahun 2018

sebesar Rp3,19 triliun dan belanja modal

sebesar Rp935 Miliar. Dalam postur belanja

modal, anggaran belanja dialokasikan pada

belanja bangunan dan gedung sebesar 26,03%,

belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar

31,30%, belanja tanah 20,09%, belanja

peralatan dan mesin sebesar 18,65% dan

belanja aset tetap lainnya sebesar 3,92%.

Perubahan yang cukup signifikan terjadi pada

pos belanja jalan, irigasi dan jaringan yang

menurun dari tahun lalu sebesar 17,40% (yoy)

terhadap total belanja modal dan pos belanja

bangunan dan gedung yang meningkat dari

tahun lalu sebesar 28,36% (yoy).

Grafik 2.2 Perkembangan Anggaran Belanja

Modal APBD Sulut 2018

Pada triwulan III 2018, realisasi anggaran

belanja APBD perubahan Provinsi Sulut

tercatat sebesar 54,82%. Realisasi tersebut

lebih tinggi dibandingkan dengan Triwulan III

2017 (53,63%) namun lebih rendah

dibandingkan Triwulan III tahun 2016 (63,4%).

Adapun realisasi belanja hingga triwulan III

2018 tercatat sebesar Rp2,29 triliun.

Berdasarkan posnya, belanja non-modal

(termasuk transfer) terealisasi sebesar 60,99%,

lebih tinggi dari Triwulan III 2017 sebesar

59,1% , namun lebih rendah dibandingkan

Triwulan III 2016 yang terealisasi sebesar

65,6%. Sementara itu, belanja modal pada

triwulan III 2018 masih belum maksimal dilihat

Anggaran 2018-

PRealisasi % Realisasi

Pendapatan 3,823,179 2,855,769 74.70%

Pendapatan Asli Daerah 1,213,016 912,762 75.25%

Pendapatan Pajak Daerah 1,018,557 766,007 75.21%

Pendapatan Retribusi Daerah 99,258 50,045 50.42%

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yg Dipisahkan52,761 52,877 100.22%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 42,440 43,833 103.28%

Pendapatan Transfer 2,586,413 1,933,257 74.75%

Transfer Pemerintah Pusat 2,586,413 1,933,257 74.75%

Dana Bagi Hasil Pajak 107,351 62,484 58.21%

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 37,634 26,268 69.80%

Dana Alokasi Umum 1,427,545 1,189,621 83.33%

Dana Alokasi Khusus 1,013,884 654,885 64.59%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 23,750 9,750 41.05%

Pendapatan Hibah 8,750 8,750 100.00%

Pendapatan Lainnya 15,000 1,000 6.67%

Anggaran APBD Provinsi Sulawesi UtaraTriwulan III 2018 (Rp Juta)

16

dari realisasinya yang baru mencapai 35,19%

relatif sama dengan Triwulan III 2017 yang

tercatat sebesar 34,4%, dan lebih rendah dari

Triwulan III 2016 yang terealisasi sebesar

57,9%. Penurunan ini terutama disebabkan

oleh realisasi belanja bangunan dan gedung

serta belanja peralatan dan mesin yang

masing-masing baru terealisasi sebesar 4,68%

dan 35,74%. Permasalahan administrasi yang

menyebabkan keterlambatan tender proyek

menjadi salah satu penyebab perlambatan

realisasi belanja modal Sulawesi Utara.

Meskipun realisasi belanja modal triwulan III

2018 cenderung sama dengan realisasi pada

periode yang sama di tahun 2017, secara relatif

terdapat peningkatan realisasi belanja modal

pemerintah pada triwulan III 2018 dibanding

dengan triwulan II. Hal ini dapat dilihat dari

realisasi belanja yang naik lebih dari dua kali

lipat dari 16,87% di Triwulan II 2018 menjadi

35,19% di triwulan III 2018. Peningkatan

signifikan realisasi belanja modal pada triwulan

III 2018 berdampak pada pertumbuhan PMTB

dan LU konstruksi yang tinggi.

Meski begitu, percepatan realisasi belanja

modal pemerintah masih perlu dioptimalkan

pada triwulan IV 2018 untuk

mendorongpertumbuhan ekonomi provinsi

Sulawesi Utara. Hingga triwulan III 2018,

penyerapan belanja provinsi Sulut relatif masih

rendah, yang ditunjukkan dari serapan belanja

langsung pemerintah yang masih berada di

angka 41,22%. Hal tersebut terindikasi sebagai

konsekuensi dari perencanaan belanja yang

belum efektif dan proses realisasi belanja yang

mendukung prinsip kehati-hatian.

Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBD Prov Sulut

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut

Ke depan, pengelolaan keuangan pemerintah

melalui penyerapan realisasi pendapatan

yang tinggi, belum sempurna bila tidak diiringi

dengan realisasi belanja modal. Oleh karena

itu, pemerintah tetap perlu menyiapkan

strategi untuk mendorong realisasi belanja

modal pada tahun 2018. Koordinasi dan sinergi

antarsetiap perangkat daerah perlu

ditingkatkan untuk mendukung penyerapan

anggaran yang lebih baik. Penyerapan

anggaran yang lebih baik juga sangat penting

dalam proses dana transfer dari pemerintah

pusat selain mengingat bahwa rasio

kemandirian provinsi Sulawesi Utara

kemandirian yang berada di level 30,94%. Hal

ini cukup penting mengingat belanja negara

pada APBN 2018 diarahkan pada peningkatan

belanja infrastruktur dimana pembangunan

infrastruktur merupakan prioritas Pemerintah

untuk mendukung pembangunan infrastruktur

di seluruh pelosok tanah air. Berbagai

infrastruktur strategis yang sementara dan

akan dibangun di Sulawesi Utara yaitu jalan tol

Manado-Bitung, Kawasan Ekonomi Khusus

Bitung, bendungan multifungsi Kuwil-Minut,

pengembangan pelabuhan Bitung sebagai hub

port, jalan ringroad tiga, pengembangan Lanud

TNI AU Sam Ratulangi, dan infrastruktur

lainnya.

Sementara itu, percepatan pelaksanaan

lelang proyek dan monitoring pencapaian

target realisasi dapat menjadi pendorong

peningkatan realisasi belanja modal. Selain

itu, masalah pembebasan lahan perlu

17

diselesaikan antar lembaga sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku

sehingga proses pembangunan infrastruktur

dapat berjalan dengan lancar. Bagi pemerintah

kabupaten kota, diperlukan strategi agar

penyaluran anggaran DAK tidak terkendala

karena pada tahun 2018 penyaluran DAK akan

berdasarkan usulan daerah dengan

memperhatikan prioritas nasional. Belanja

pemerintah merupakan salah satu mesin

pertumbuhan bagi suatu perekonomian.

Peningkatan peforma belanja, terutama

belanja modal, berpotensi memberikan

multiplier effect pada ekonomi, dan berpotensi

mendorong pertumbuhan ekonomi lebih

tinggi.

2.2. Alokasi APBN di Sulawesi Utara

Pada tahun 2018, alokasi APBN di Sulut

tercatat sebesar Rp10,25 triliun meningkat

sebesar 12,60% (yoy). Peningkatan tersebut

didorong oleh kenaikan di seluruh pos belanja.

Belanja pegawai mengalami kenaikan yang

kecil sebesar 4,20% (yoy), sehingga posturnya

turun menjadi 26,14% dari tahun sebelumnya

28,25%. Sementara itu, belanja modal naik

sebesar 17,34% (yoy), sehingga posturnya naik

menjadi 34,73% dari tahun sebelumnya

33,32%. Sementara itu, postur belanja barang

naik menjadi 39,00% dari 38,30% dan postur

belanja bantuan sosial relatif tidak mengalami

perubahan. Kenaikan porsi belanja modal

sesuai dengan fokus pemerintah terhadap

pembangunan infrastruktur Sulut.

Tabel 2.5 Postur Alokasi Belanja APBN di Sulut

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Sulut

Pada triwulan III 2018, penyerapan alokasi

anggaran belanja APBN di Sulawesi Utara

tercatat sebesar 56,19%, sedikit lebih rendah

dibandingkan triwulan III 2017 yang tercatat

sebesar 57,13%. Realisasi belanja APBN di

Sulut yang belum maksimal terutama

disebabkan oleh belanja barang dan belanja

modal yang belum maksimal. Realisasi Belanja

barang pemerintah turun dari 59,26 % di

triwulan III di tahun 2017 menjadi 57,38% di

triwulan III 2018. Sedangkan untuk belanja

modal realisasinya turun dari 42,39% di

triwulan III 2017 menjadi 58,14% di triwulan III

2018. Optimalisasi anggaran APBN di sisa

tahun 2018 akan menjadi tantangan

pemerintah dalam mendukung pertumbuhan

ekonomi pemerintah mengingat target

realisasi penyerapan APBN di daerah juga turut

mendorong pertumbuhan ekonomi daerah

secara keseluruhan.

Tabel 2.6 Realisasi Belanja APBN di Sulut Tahun 2017

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Sulut

.

18

Bab III. Perkembangan Inflasi Daerah

3.1. Evaluasi Realisasi Inflasi triwulan III

2018

3.1.1. Inflasi Tahunan (yoy)

Inflasi Sulawesi Utara pada triwulan III 2018

tercatat sebesar 1,45% (yoy), lebih rendah

dari triwulan sebelumnya yang sebesar 3,46%

(yoy). Inflasi Sulut triwulan III 2018 terkendali

dan masih dibawah rentang sasaran inflasi

tahun 2018 yakni 3,5%±1% (yoy). Berdasarkan

disagregasinya, inflasi tahunan pada triwulan

III 2018 disumbang oleh seluruh kelompok

dimana andil inflasi oleh kelompok Bahan

Makanan sebesar 0,35% (yoy), Kelompok

Makanan Jadi, Minuman Rokok dan Tembakau

sebesar 0,29% (yoy), Kelompok Perumahan,

Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 0,25%

(yoy), Kelompok Sandang sebesar 0,04% (yoy),

Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa

Keuangan sebesar 0,39% (yoy), Kelompok

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar

0,09% (yoy) dan Kelompok Kesehatan sebesar

0,04% (yoy).

Grafik 3.1 Inflasi Tahunan Sulawesi Utara

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi Kelompok Bahan Makanan tercatat

sebesar 1,50% (yoy), jauh lebih rendah dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

10,97% (yoy). Berdasarkan subkelompoknya,

inflasi pada kelompok Bahan Makanan

terutama disebabkan oleh subkelompok Ikan

Segar dengan andil inflasi sebesar 0,40%,

subkelompok Daging dan hasil-hasilnya

dengan andil inflasi sebesar 0,18%, sementara

itu, subkelompok Sayur-sayuran, subkelompok

Bumbu-bumbuan dan subkelompok Lemak

dan Minyak menahan terjadinya inflasi lebih

tinggi lagi dengan andil deflasi masing-masing

sebesar -0,26%, -0,10% dan -0,05% (yoy).

Komoditas yang tercatat inflasi pada kelompok

Bahan Makanan terutama Daun Bawang,

Cakalang/Sisik, Daging Ayam Ras dan

Tindarung dengan andil inflasi masing-masing

sebesar 0,31%, 0,14%, 0,13% dan 0,12% (yoy).

Sementara itu Komoditas Tomat Sayur, Apel,

Bawang Merah, Minyak Goreng dan Cabai

Rawit menahan laju inflasi dengan mencatat

andil deflasi masing-masing sebesar -0,53%, -

0,08%, -0,07%, -0,05% dan -0,03% (yoy).

Tabel 3.1 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Grafik 3.2 Andil Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman,

Rokok & Tembakau tercatat sebesar 1,81%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

2014 2015 2016 2017 2018

yoy

Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi

1 Daun Bawang 0.31% Tomat Sayur -0.53%

2 Cakalang/Sisik 0.14% Apel -0.08%

3 Daging Ayam Ras 0.13% Bawang Merah -0.07%

4 Tindarung 0.12% Minyak Goreng -0.05%

5 Pepaya 0.08% Cabai Rawit -0.03%

Kelompok Bahan Makanan

Komoditas Inflasi Komoditas DeflasiNo

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

2014 2015 2016 2017 2018

Inflasi year on year Andil Inflasi Bahan Makanan

yoy

19

(yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

yang sebesar 1,83% (yoy). Berdasarkan

subkelompoknya, inflasi tahunan kelompok

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

terutama disebabkan oleh subkelompok

Makanan Jadi dengan andil inflasi tahunan

sebesar 0,18% (yoy). Subkelompok Tembakau

dan Minuman Beralkohol dan subkelompok

Minuman yang Tidak Beralkohol dan memiliki

andil inflasi masing-masing sebesar 0,06% dan

0,04% (yoy). Komoditas yang menyebabkan

inflasi pada subkelompok Makanan Jadi adalah

Rujak, Martabak dan Capcai dengan andil

inflasi masing-masing sebesar 0,06%, 0,05%

dan 0,05% (yoy). Inflasi yang terjadi pada

kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok &

Tembakau disinyalir terjadi karena adanya

peningkatan permintaan pada periode

Ramadhan.

Grafik 3.3 Andil Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Tabel 3.2 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok &

Tembakau

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas

& Bahan Bakar tercatat sebesar 0,87% (yoy),

sedikit lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

yang sebesar 0,82% (yoy). Berdasarkan

subkelompoknya, inflasi kelompok

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

terutama disebabkan oleh subkelompok Biaya

Tempat Tinggal dengan andil inflasi tahunan

sebesar 0,18% (yoy). Subkelompok

Penyelenggaraan Rumah Tangga,

Subkelompok Perlengkapan Rumah Tangga

dan Subkelompok Bahan Bakar, Penerangan

dan Air masing-masing menyumbang andil

inflasi sebesar 0,03%, 0,03% dan 0,01% (yoy).

Komoditas yang menyebabkan inflasi pada

subkelompok Biaya Tempat Tinggal adalah

Seng, Cat Tembok, Pasir dan Semen dengan

andil inflasi masing-masing sebesar 0,07%,

0,03%, 0,02% dan 0,02% (yoy).

Grafik 3.4 Andil Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Tabel 3.3 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi kelompok Sandang pada triwulan III

2018 tercatat sebesar 0,72% (yoy), lebih

rendah dari triwulan II 2018 yang tercatat

sebesar 2,33% (yoy). Berdasarkan

subkelompoknya, inflasi tahunan kelompok

Sandang terutama disebabkan oleh

subkelompok Barang Pribadi dan Sandang Lain

dengan andil inflasi sebesar 0,04%. Adapun

subkelompok Sandang Wanita, subkelompok

0.00%

0.10%

0.20%

0.30%

0.40%

0.50%

0.60%

0.70%

0.80%

0.90%

1.00%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

2014 2015 2016 2017 2018

Inflasi year on year

Andil Inflasi Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (RHS)

yoy

Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi

1 Capcai 0.05% Wafer -0.02%

2 Martabak 0.05% Gula Pasir -0.01%

3 Minuman Ringan 0.04% Biskuit -0.01%

4 Rujak 0.04% Air Kemasan -0.002%

5 Nasi Dengan Lauk 0.03% Sari Jeruk -0.001%

No

Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi

-0.5%

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

2.0%

2.5%

3.0%

3.5%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

2014 2015 2016 2017 2018

Inflasi year on year

Andil Inflasi Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar (RHS)

yoy

Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi

1 Seng 0.07%

2 Cat Tembok 0.03%

3 Upah Pembantu RT 0.03%

4 Pasir 0.02%

5 Semen 0.02%

No

Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi

20

Sandang Laki-Laki dan subkelompok Sandang

Anak-anak menyumbang inflasi masing-masing

sebesar 0,02%, 0,004% dan -0,02% (yoy).

Komoditas yang menyebabkan inflasi pada

subkelompok Barang Pribadi dan Sandang Lain

adalah Emas Perhiasan dengan andil inflasi

sebesar 0,04% yang berdasarkan survei

pemantauan harga mencapai Rp715.000 per

gram pada bulan September 2018.

Grafik 3.5 Inflasi Kelompok Sandang

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Tabel 3.4 Andil Komoditas Penyebab Inflasi

Kelompok Sandang

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi kelompok Kesehatan tercatat sebesar

0.97% (yoy), lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya sebesar 0,50% (yoy). Berdasarkan

subkelompoknya, subkelompok Perawatan

Jasmani dan Kosmetika memiliki andil sebesar

0,02% (yoy). Sementara subkelompok obat-

obatan memiliki andil menahan inflasi sebesar

-0,01% (yoy). Sedangkan subkelompok Jasa

Kesehatan tidak memiliki andil inflasi.

Komoditas yang menyebabkan inflasi pada

kelompok kesehatan adalah parfum, shampoo

dan pasta gigi dengan andil masing-masing

sebesar 0,01% (yoy). Sementara itu, komoditas

yang menahan laju inflasi adalah komoditas

hand body lotion dengan andil deflasi sebesar -

0,01% (yoy).

Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Kesehatan

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Tabel 3.5 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Kesehatan

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi kelompok Pendidikan, Rekreasi dan

Olahraga pada tercatat sebesar 1,51%(yoy),

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang

sebesar 1,47% (yoy). Berdasarkan

subkelompoknya, peningkatan tekanan inflasi

disebabkan oleh andil inflasi oleh subkelompok

rekreasi sebesar 0,08% (yoy). Sementara itu,

subkelompok lainnya seperti subkelompok

Kursus-kursus/Pelatihan, subkelompok

Perlengkapan/Peralatan dan subkelompok

Olahraga, hanya menyumbang andil inflasi

masing-masing sebesar 0,005%, 0,004% dan

0,003% (yoy). Adapun komoditas pada

subkelompok rekreasi yang menyebabkan

inflasi pada triwulan III 2018 adalah komoditas

paket Liburan dan komoditas VCD/DVD yang

memberikan andil inflasi masing-masing

sebesar 0,07% dan 0,01% (yoy). Peningkatan

permintaan pada akomoditas paket liburan

terjadi pada akhir triwulan III 2018 seiring

dengan kenaikan wisman yang tumbuh

sebesar 75,25%.

0.0%

0.1%

0.1%

0.2%

0.2%

0.3%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

2014 2015 2016 2017 2018

Inflasi year on year Andil Inflasi Sandang (RHS)

yoy

Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi

1 Emas Perhiasan 0.04% Sepatu -0.02%

2 Gaun/Terusan 0.01% Blus -0.01%

3 Pembalut Wanita 0.01%

No

Kelompok Sandang

Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi

0.00%

0.05%

0.10%

0.15%

0.20%

0.25%

0.30%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

2014 2015 2016 2017 2018

Inflasi year on year Andil Inflasi Kesehatan (RHS)

yoy

Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi

1 Parfum 0.01% Hand Body Lotion -0.01%

2 Shampo 0.01%

3 Pasta Gigi 0.01%

No

Kelompok Kesehatan

Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi

21

Grafik 3.7 Andil Inflasi Kelompok Pendidikan,

Rekreasi dan Olahraga

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Tabel 3.6 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan

Jasa Keuangan tercatat sebesar 2,40%, lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar

0,64% (yoy). Tekanan inflasi kelompok

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

disebabkan oleh naiknya inflasi pada

subkelompok Transportasi yang pada triwulan

III 2018 tercatat inflasi sebesar 2,27% naik dari

triwulan sebelumnya yang sebesar 0,68%

(yoy). Tekanan inflasi juga meningkat pada

subkelompok Komunikasi dan Pengiriman

serta subkelompok Sarana dan Penunjang

Transpor dengan mencatatkan inflasi masing-

masing sebesar 2,72% dan 5,01% setelah pada

triwulan II masing-masing tercatat sebesar -

0.69% dan 4,98% (yoy). Subkelompok lainnya

yaitu Jasa Keuangan tidak mencatatkan inflasi

setelah pada triwulan II tercatat sebesar 0,03%

(yoy). Komoditas yang mencatatkan inflasi

pada kelompok Transportasi, Komunikasi dan

Jasa Keuangan adalah Angkutan Udara, Tarip

Pulsay Ponsel, Bensin, Tarif Parkir dan Sepeda

Motor dengan andil inflasi masing-masing

sebesar 0,20%, 0,11%, 0,05%, 0,05% dan 0,02%

(yoy). Peningkatan komoditas Angkutan Udara

disebabkan oleh tingginya permintaan dan

penyesuaian tariff angkutan udara menjadi

batas atas terkait banyaknya event-event

Nasional maupun Internasional seperti

Harganas, TIFF dan Manado Fiesta.

Peningkatan tekanan inflasi pada komoditas

Tarip Parkir disebabkan oleh adanya Peraturan

Daerah yang mengatur peningkatan retribusi

parkir. Peningkatan harga pertalite yang

dilakukan pada bulan Januari dan Maret

menyebabkan tekanan inflasi pada komoditas

bensin.

Grafik 3.8 Andil Inflasi Kelompok Transpor,

Komunikasi dan Jasa Keuangan

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Sampai dengan triwulan III 2018, IHK Sulut

tahun 2018 mencatat inflasi sebesar 1,10%

(ytd). Kelompok Bahan Makanan memberikan

andil inflasi tertinggi sebesar sebesar 0.45%

(ytd) disusul oleh kelompok Transpor,

Komunikasi dan Jasa Keuangan yang

memberikan andil Inflasi sebesar 0,30% (ytd),

kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok &

Tembakau dengan andil inflasi sebesar 0,16%

(ytd), kelompok Pendidikan, Rekreasi dan

Olahraga yang memberikan andil inflasi

sebesar 0,09% (ytd), kelompok Perumahan,

Air, Listrik,Gas & Bahan Bakar dengan andil

inflasi 0,07% serta kelompok Kesehatan

dengan andil inflasi 0,05% (ytd). Komoditas

dari kelompok bahan makanan yang

0.00%

0.05%

0.10%

0.15%

0.20%

0.25%

0.30%

0.35%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

2014 2015 2016 2017 2018

Inflasi year on year Andil Inflasi Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga (RHS)

yoy

Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi

1 VCD / DVD 0.01%

2 PAKET LIBURAN 0.07%

No

Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi

-0.50%

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

Tw4

Tw1

Tw2

Tw3

2014 2015 2016 2017 2018

Inflasi year on year

Andil Inflasi Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (RHS)

yoy

Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi

1 Angkutan Udara 0.20% Telepon Seluler -0.02%

2 Tarip Pulsa Ponsel 0.11% Mobil -0.02%

3 Bensin 0.05%

4 Tarip Parkir 0.05%

5 Sepeda Motor 0.02%

No

Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi

22

memberikan andil inflasi yang cukup tinggi

adalah Daun Bawang dengan andil inflasi

sebesar 0,18% (ytd), Daging Ayam Ras dengan

andil inflasi sebesar 0,14% (ytd), Cakalang/Sisik

dengan andil inflasi sebesar 0,13% (ytd),

Tindarung dan Apel masing-masing dengan

andil inflasi sebesar 0,09% dan 0,07% (ytd).

Komoditas dari kelompok Transpor,

Komunikasi dan Jasa Keuangan yang

memberikan andil inflasi yang cukup tinggi

adalah Angkutan Udara dengan andil sebesar

0,11%. Sementara itu, terdapat komoditas dari

kelompok Bahan Makanan yang menahan laju

inflasi menjadi semakin lebih tinggi, yaitu

Tomat Sayur, Minyak Goreng, Lemon, Jeruk

Nipis/Lima dan Bawang Merah dengan andil

deflasi masing-masing sebesar -0,17%, -0,06%,

-0,06%, -0,04% dan -0,04% (ytd).

3.1.2. Inflasi Bulanan (mtm)

Secara bulanan, angka Indeks Harga

Konsumen (IHK) pada Juli, Agustus dan

September masing-masing mencatat deflasi

sebesar -0,68%, -0,88% dan -0,79% (mtm).

Juli 2018

Pada Juli 2018, IHK Sulut mencatat deflasi

sebesar -0,68% (mtm), menurun dibanding

bulan sebelumnya yang mengalami inflasi

sebesar 0,65% (mtm). Deflasi pada Juli 2018,

terutama bersumber dari kelompok Bahan

Makanan. Inflasi bulanan kelompok Bahan

Makanan Juli 2018 mencapai angka -4,06%

(mtm) turun dari bulan sebelumnya yang

mencatatkan inflasi sebesar 1,31%. Kelompok

Bahan Makanan juga memberikan andil deflasi

bulanan hingga -1,03%. Adapun komoditas

yang memiliki andil terbesar pada kelompok ini

adalah Tomat Sayur dengan andil inflasi

bulanan mencapai 1,21%. Harga komoditas

Tomat Sayur dan beberapa komoditas lainnya

seperti bawang merah dan bawang putih

terkoreksi setelah berakhirnya periode

lonjakan permintaan, khususnya pada periode

Ramadhan dan Idul Fitri. Hal ini terkonfirmasi

dari hasil survei pemantauan harga yang

menunjukkan penurunan harga tomat sayur

pada bulan Juli menjadi Rp8.000/Kg setelah

pada bulan sebelumnya berada pada kisaran

Rp13.500/Kg. Selain Tomat Sayur, Komoditas

Bawang Merah juga menyumbangkan andil

inflasi bulanan sebesar 0,13%.

Tabel 3.8 Inflasi bulanan seluruh kelompok dan andil inflasinya pada bulan Juli

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Sebaliknya, Kelompok Transpor, Komunikasi

dan Jasa Keuangan justru mencatatkan inflasi

pada bulan Juli 2018 sebesar 1,39% (mtm)

menurun dibandingkan bulan sebelumnya

yang tercatat yang cukup tinggi 1,84% (mtm).

Komoditas dari kelompok Transpor,

Komunikasi dan Jasa Keuangan yang

menyumbangkan inflasi adalah Angkutan

Udara. Pada bulan Juli 2018, Angkutan Udara

inflasi sebesar 4,99% sehingga

menyumbangkan andil inflasi sebesar 0,09%.

Naiknya harga tarif angkutan udara disebabkan

oleh meningkatnya penyelenggaraan MICE

(meeting, incentive, convention and exhibition)

dan juga kedatangan turis asing yang

meningkat sebesar 17.49% dibanding bulan

sebelumnya.

Agustus 2018

IHK Sulut Mei 2018 mencatat deflasi sebesar -

0,88% (mtm), yang bersumber dari kelompok

Bahan Makanan. Di sisi lain, kelompok

Transpor, Komunikasi Dan Jasa Keuangan

tercatat inflasi sebesar 0.32% (mtm). Deflasi

pada bulan Agustus berasal dari Kelompok

Bahan Makanan yang mencatatkan deflasi

tertinggi sebesar -3.80% (mtm) dengan andil

sebesar -0.93%. Kelompok lain yang

mencatatkan inflasi adalah kelompok Sandang

sebesar -0,03% (mtm).

Inflasi Andil Inflasi

Bahan Makanan -4.06% -1.03%

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.75% 0.12%

Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bahan Bakar 0.01% 0.00%

Sandang -0.04% 0.00%

Kesehatan 0.43% 0.02%

Pendidikan, Rekreasi Dan Olah Raga 0.00% 0.00%

Transpor,Komunikasi Dan Jasa Keuangan 1.39% 0.22%

Kelompok Juli (mtm)

23

Tabel 3.9 Inflasi bulanan seluruh kelompok dan andil inflasinya pada bulan Agustus

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Komoditas penyumbang deflasi tertinggi dari

kelompok Bahan Makanan adalah Tomat Sayur

dengan andil deflasi pada bulan Agustus 2018

sebesar -0,65%, disusul oleh Cabai Rawit

dengan andil deflasi sebesar -0,15% dan

Bawang Merah dengan andil deflasi sebesar -

0,13% (mtm). Hal ini terjadi disebabkan oleh

normalisasi harga pascaperayaan hari besar

keagamaan nasional (Idul Fitri) dan didorong

oleh penurunan harga pada komoditas

strategis di Sulawesi Utara. Hasil Survey

Pemantauan Harga pada bulan Agustus 2018

menunjukkan harga Tomat Sayur turun hingga

Rp6.000/Kg yang sempat mencapai

Rp8.000/kg pada bulan sebelumnya.

Sementara itu, kelompok Transpor,

Komunikasi Dan Jasa Keuangan menahan laju

deflasi semakin dalam dengan andil inflasi

sebesar 0,05%. Komoditas Angkutan Udara

dari kelompok Transpor, Komunikasi Dan Jasa

Keuangan mencatat inflasi sebesar 2.33%

dengan andil sebesar 0,04%. Meningkatnya

tarif angkutan udara seiring dengan

peningkatan penyelenggaraan MICE skala

nasional yang dilaksanakan di Kota Manado.

September 2018

IHK Sulut September 2018 tercatat deflasi

sebesar -0,79% (mtm), naik dari bulan

sebelumnya yang sebesar -0,88% (mtm).

Deflasi tersebut terutama disebabkan deflasi

kelompok Bahan Makanan yang mencatat

deflasi sebesar -2,62% (mtm) dan Kelompok

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

yang mencatatkan deflasi sebesar -0,94%

(mtm)

Tabel 3.10 Inflasi bulanan seluruh kelompok dan andil inflasinya pada bulan September

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Berlanjutnya penurunan harga Bahan

Makanan, koreksi harga kelompok Transpor,

Komunikasi, & Jasa Keuangan, serta deflasi di

kelompok Sandang menjadi faktor yang

mempengaruhi deflasi pada bulan September.

Penurunan harga komoditas strategis dari

kelompok Bahan Makanan disebabkan oleh

permintaan terhadap komoditas tersebut

masih normal di tengah suplai yang terjaga di

pasar. Komoditas dengan deflasi terbesar

adalah Tomat Sayur, Cabai Rawit dan Bawang

Merah masing-masing dengan andil deflasi

sebesar -0,59%, -0,09% dan -0,04% (mtm).

Penurunan harga tersebut terkonfirmasi dari

Survei Pemantauan Harga pada September

2018 yang menunjukkan harga Tomat Sayur

turun menjadi Rp6.000/kg dari bulan

sebelumnya yang sebesar Rp 8000/kg.

Berlanjutnya penurunan harga tomat sayur

yang sudah mulai terjadi dari dua bulan

sebelumnya terjadi karena berakhirnya

perayaan hari besar keagamaan nasional (Idul

Fitri). Adapun sebagai informasi tambahan,

tekanan pada komoditas tomat sayur dimulai

pada bulan April hingga bulan Juni yang

disebabkan oleh tingginya permintaan ketika

perayaan hari besar keagamaan nasional

(Paskah, Ramadhan dan Idul Fitri). Selain itu

komoditas Daun Bawang dan Kangkung dari

subkelompok sayur-sayuran juga mencatat

inflasi masing-masing dengan sumbangan

0,02% dan 0,01% (mtm). Musim kering yang

saat ini melanda Sulawesi Utara diperkirakan

turut menjadi penyebab berkurangnya

pasokan daun bawang di pasar.

Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa

Keuangan tercatat deflasi yang disebabkan

Inflasi Andil Inflasi

Bahan Makanan -3.80% -0.93%

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.00% 0.00%

Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bahan Bakar 0.01% 0.00%

Sandang -0.03% 0.00%

Kesehatan 0.00% 0.00%

Pendidikan, Rekreasi Dan Olah Raga 0.01% 0.00%

Transpor,Komunikasi Dan Jasa Keuangan 0.32% 0.05%

Kelompok Agustus (mtm)

Inflasi Andil Inflasi

Bahan Makanan -2.62% -0.63%

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.00% 0.00%

Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bahan Bakar 0.04% 0.01%

Sandang -0.39% -0.02%

Kesehatan 0.00% 0.00%

Pendidikan, Rekreasi Dan Olah Raga 0.00% 0.00%

Transpor,Komunikasi Dan Jasa Keuangan -0.94% -0.16%

Kelompok September (mtm)

24

oleh penurunan tarif angkutan udara akibat

permintaan yang menurun. Hal ini

terkonfirmasi dari penurunan tekanan inflasi di

Agustus yang sejalan dengan penurunan

penumpang berangkat dari Bandara Sam

Ratulangi. Harga tarif Angkutan Udara pada

September 2018 sempat menyentuh angka

Rp1.763.000. Angka tersebut diperoleh dari

rata-rata dua maskapai besar dan dua rute

tujuan utama (Jakarta dan Makassar). Di sisi

lain, kelompok Sandang juga ikut mengalami

deflasi sebesar -0,39 (mtm) yang disebabkan

oleh penurunan harga komoditas emas

perhiasan yang mengalami deflasi sebesar -

3,19% dengan andil sebesar -0,02% (mtm).

Sementara itu, Komoditas Seng dari kelompok

Perumahan, Air, Listrik, gas & Bahan Bakar

menahan laju deflasi lebih dalam meskipun

relatif kecil dengan inflasi tercatat sebesar

1,06% dan andil inflasi sebesar 0,01% (mtm).

3.2. Arah Perkembangan Inflasi Triwulan

IV 2018

Memasuki awal Triwulan IV 2018, IHK

Oktober 2018 tercatat inflasi sebesar 0,08%

(mtm) dan secara tahunan sebesar 1,59%

(yoy). Inflasi pada bulan Oktober 2018 terjadi

setelah tiga bulan sebelumnya tercatat deflasi

secara berturut-turut. Inflasi Oktober 2018

yang sebesar 1,59% (yoy) menunjukkan bahwa

inflasi masih tetap terkendali dan relatif

rendah dibawah rentang sasaran inflasi tahun

2018 yakni 3,5±1% (yoy).

Tabel 3.11 Inflasi Oktober 2018

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Kelompok Bahan Makanan menjadi

penyumbang utama inflasi Oktober 2018.

Inflasi juga disumbangkan oleh kelompok

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar;

Sandang dan Pendidikan, Rekreasi & Olah

Raga. Di sisi lain Kelompok Transpor,

Komunikasi & Jasa Keuangan dan Kesehatan

menahan laju inflasi dengan mencatatkan

deflasi.

Inflasi pada kelompok Bahan Makanan tercatat sebesar 0,96% (mtm) disebabkan oleh meningkatnya harga komoditas Tomat Sayur yang sempat menyentuh harga terendahnya pada tahun ini. Selain Tomat Sayur, komoditas Cabai Rawit dan Tindarung juga tercatat inflasi. Andil inflasi komoditas Tomat Sayur dan Cabai Rawit masing-masing mencapai 0,10% dan 0,09% meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar -0,59% dan -0,09%. Peningkatan harga tomat sayur dan cabai rawit terjadi kembali, setelah pada 3 bulan terakhir terjadi deflasi yang cukup dalam, terutama pada Tomat Sayur. Pasokan yang mulai langka di pasar dan juga permintaan yang mulai meningkat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru menjadi penyebab meningkatnya harga. Harga Tomat Sayur pada minggu ke 4 dan 5 bulan Oktober telah mencapai Rp8.000/kg naik dari Rp6.000/kg pada minggu 1 dan 2. Sementara harga rata-rata Cabai Rawit berada pada angka Rp47.000/Kg.

Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas &

Bahan Bakar mencatat inflasi sebesar 0,17%

(mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,05%.

Tingkat inflasi tersebut lebih tinggi dari bulan

sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi

sebesar 0,04% (mtm). Inflasi kelompok

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

terutama disebabkan oleh inflasi pada

komoditas Seng yang tercatat inflasi sebesar

5,23% (mtm) dengan andil inflasi sebesar

0,05%. Inflasi komoditas seng tersebut lebih

tinggi daripada bulan sebelumnya yang

sebesar 1,06% (mtm).

Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa

Keuangan menahan laju inflasi dengan

mencatatkan deflasi bulanan sebesar -1,33%

dengan andil inflasi sebesar -0,22%. Deflasi

tersebut lebih dalam dari bulan sebelumnya

yang tercatat mengalami deflasi sebesar –

0,94% (mtm) yang terutama disebabkan oleh

komoditas Angkutan Udara. Pada bulan

Oktober 2018, komoditas Angkutan Udara

mencatatkan deflasi sebesar -13,70% (mtm),

dengan andil -0,25% lebih dalam dari deflasi

Inflasi Andil Inflasi Inflasi Andil Inflasi

Bahan Makanan 0.96% 0.22% 3.89% 0.90%

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.00% 0.00% 1.56% 0.25%

Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bahan Bakar 0.17% 0.05% 0.95% 0.27%

Sandang 0.65% 0.03% 1.65% 0.09%

Kesehatan -0.52% -0.02% 0.17% 0.01%

Pendidikan, Rekreasi Dan Olah Raga 0.06% 0.00% 1.55% 0.10%

Transpor,Komunikasi Dan Jasa Keuangan -1.33% -0.22% -0.12% -0.02%

yoyKelompok

mtm

25

bulan lalu yang sebesar -7,98%. Hal ini

terkonfirmasi dari rata-rata tarif Angkutan

Udara pada Oktober 2018 sebesar

Rp1.651.860,00 yang menurun dari bulan

sebelumnya yang mencapai Rp1.768.213,00.

Penurunan tersebut diduga terjadi seiring

dengan meredanya permintaan tiket Angkutan

Udara ke Makassar dan Jakarta karena telah

dibuka kembalinya penerbangan langsung ke

Bali sebagai hub tujuan Nusa Tenggara dan

Jawa Timur.

Memasuki November dan Desember 2018,

Bank Indonesia memperkirakan terjadinya

tekanan IHK. Bank Indonesia memperkirakan

inflasi Sulawesi Utara pada triwulan IV sebesar

2.64% (yoy), atau berada pada rentang 3,5±1%.

Perkiraan tersebut lebih tinggi dari realisasi

inflasi pada triwulan sebelumnya yang sebesar

1,45%. Perkiraan inflasi pada Nopember dan

Desember 2018 terutama bersumber dari

komoditas kelompok Bahan Makanan dan

Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa

Keuangan seiring dengan meningkatnya

permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan

Natal dan Tahun Baru 2018. Terkendalinya

inflasi 2018 didukung oleh upaya dan

koordinasi Pemerintah Daerah dan Bank

Indonesia melalui wadah TPID untuk terus

memperkuat pengendalian inflasi serta

koordinasi untuk pengendalian komponen

Bahan Makanan dan Transpor, Komunikasi dan

Jasa Keuangan.

3.3. Program Pengendalian Inflasi dan

Tantangan yang Dihadapi

Upaya menekan inflasi pada triwulan III 2018

tidak terlepas dari koordinasi yang baik

antarpemangku kebijakan dan kepentingan.

Berbagai kegiatan telah dilakukan semenjak

awal tahun hingga triwulan III 2018 untuk

menjaga inflasi pada level yang stabil melalui

kerjasama yang baik antara Pemerintah

Provinsi, Bank Indonesia, Pemerintah Kota,

Pemerintah Kabupaten serta pihak-pihak

2 Gerakan BARITO 2 adalah kelanjutan dari BARITO+ di bulan Juli yang dilakukan dengan penyerahan bantuan 20.000 bibit barito kepada

lainnya. Upaya TPID dalam pengendalian harga

selama triwulan III 2018 antara lain:

3.3.1 Memelihara Ketersediaan pasokan

dan kelancaran distribusi.

TPID akan terus memantau secara ketat dan akan melakukan tindakan yang dianggap perlu untuk mengendalikan harga, terutama pada kelompok Bahan Makanan serta kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan yang berpotensi memberikan tekanan yang cukup tinggi pada inflasi Sulut. Dalam skala nasional, telah dilaksanakan rapat koordinasi yang dipimpin langsung oleh Presiden RI.

Rapat Tim Teknis TPID telah diinisiasi untuk mempersiapkan pengendalian inflasi menjelang Natal dan Tahun Baru. Selain itu Operasi Pasar Bulog dan Pasar Murah Disperindag akan dilaksanakan menjelang Natal dan Tahun Baru.

3.3.2 Menjaga keterjangkauan harga.

Kerjasama TPID dan Bulog dalam melaksanakan operasi pasar komoditas beras demi menjaga kestabilan pasokan dan harga beras. Selain itu, untuk menjaga keterjangkauan harga juga akan dilakukan melalui gerakan BARITO 22 serta Operasi Pasar Bulog dan Pasar Murah Disperindag menjelang Natal dan Tahun baru.

3.3.3 Melakukan komunikasi ekspektasi

untuk meredam lonjakan expected

inflation.

TPID senantiasa menjaga ekspektasi masyarakat melalui kampanye gerakan menghemat konsumsi menjelang natal dan tahun baru baik melalui talkshow , tayangan iklan dan media lainnya. Selain itu, sebagai bentuk antisipasi yang bersifat forward looking, TPID Sulawesi Utara juga sudah membahas roadmap Pengendalian Inflasi 2019-2021.

3.3.4 Meredam lonjakan inflasi yang

disebabkan oleh komoditas strategis

Sulawesi Utara, Barito (Bawang, Rica,

Tomat).

tim penggerak PKK Provinsi Sulawesi Utara dan kaum Wanita GMIM

26

TPID juga melakukan dialog dengan para

pedagang, baik di level pemasok maupun

eceran serta telah menjajaki kemungkinan

penyelenggaraan kerjasama antardaerah

produsen bahan pangan strategis. Monitoring

pergerakan komoditas strategis tersebut juga

terus dilakukan untuk menjaga pasokan bahan

makanan penyebab inflasi utama di sulut

tersebut. Selain itu, TPID melaksanakan

pendekatan dialog persuasif kepada Petani

agar mengutamakan pasokan hasil panen

kedalam Sulawesi utara terlebih dahulu. Selain

itu penyelesaian studi tata niaga Barito

diharapkan dapat menjaga ketersediaan

komoditas strategis. TPID juga telah menyusun

asesmen rekomendasi sistem pendampingan

tindak lanjut pemberian bantuan polybag

Program Kementerian Pangan oleh

Pemerintah Kabupaten dan Kota serta

asesmen penyerapan buffer stock komoditas

Barito oleh Bulog.

3.3.5 Melaksanakan Capacity Building, Rakor

HLM TPID Sulawesi Utara serta Sidak

Pasar TPID Sulut & Kementerian

Perdagangan

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi

Sulut telah mengadakan Koordinasi HLM TPID

awal tahun pada hari Senin tanggal 8 Agustus

2018. Dalam rangka pengendalian inflasi akhir

tahun dan Roadmap TPID, telah dilaksanakan

HLM TPID pada tanggal 21 Nopember 2018 di

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi

Utara yang dipimpin langsung oleh Gubernur

Sulawesi Utara

Sebelumnya telah dilakukan rapat Koordinasi

bersama TPID Kabupaten Kota se-Sulawesi

Utara telah diselenggarakan di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara

pada tanggal 8 Agustus 2018 dalam rangka

perumusan strategi pengendalian inflasi

semester II 2018

Rapat koordinasi TPID di tingkat Kab./Kota juga

dilaksanakan di beberapa tempat. Rakor TPID

se- Bolmong Raya telah dilaksanakan untuk

menyusun strategi pengendalian harga

mengingat Kota Kotamobagu akan dijadikan

kota inflasi oleh BPS.

Rapat Koordinasi TPID kota Tomohon juga

telah dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus

2018 untuk menyusun strategi kestabilan

harga.

Selain itu juga telah dilaksanakan sidak

penggunaan gas elpiji 3kg yang ditemukan

digunakan oleh beberapa rumah makan dan

pengusaha rumah makan yang bersangkutan

langsung diminta untuk mengganti dengan gas

elpiji yang sesuai (12kg).

BARITO+ dan prestasi TPID Sulawesi Utara

Pada bulan Juli 2018, telah dilakukan gerakan

BARITO+ berupa penyerahan bantuan 20.000

bibit barito kepada tim penggerak PKK Provinsi

Sulawesi Utara dan kaum Wanita Gereja

Masehi Injil Minahasa (GMIM) sehingga

diharapkan dapat mendorong awareness ibu-

ibu rumah tangga untuk menanam barito di

pekarangan tumah masing-masing. Pada bulan

Juli 2018 juga telah dilaksanakan rapat

koordinasi nasional pengendalian inflasi sulut

dimana TPID Sulut ditetapkan sebagai TPID

terbaik tingkat provinsi se-Sulawesi dan untuk

tingkat Kabupaten/Kota non pencatatan

inflasi, Kota Bitung terpilih sebagai TPID

berprestasi di tingkat nasional. Gerakan Barito

ini kemudian dilanjutkan dengan gerakan

Barito 2 pada bulan Oktober 2018.

Ke depan, Pemerintah Daerah dan Bank

Indonesia berkomitmen untuk terus

memperkuat upaya pengendalian inflasi

terutama pada semester kedua 2018. Salah

satu upaya pada paruh kedua tahun 2018 yang

akan dilakukan yaitu menjaga kesinambungan

penguatan program ketahanan pangan,

peningkatan kualitas informasi harga pangan

serta koordinasi hingga tahap kabupaten/kota.

27

Bab IV. Stabilitas Keuangan Daerah,

Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

4.1. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

4.1.1. ASESMEN SEKTOR KORPORASI

4.1.1.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi

Sektor Korporasi

Secara keseluruhan, ekonomi Sulawesi Utara

pada triwulan III 2018 tumbuh sebesar 5,66%

(yoy), melambat dari triwulan sebelumnya

yang tercatat tumbuh sebesar 5,83% (yoy).

Dari sisi permintaan, perlambatan

pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh

konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah

dan ekspor yang melambat. Di sisi lain,

pertumbuhan investasi menahan perlambatan

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara

menjadi semakin dalam. Adapun disisi

penawaran usaha, melambatnya

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara

disebabkan oleh melambatnya sektor Industri

Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran

dan Transportasi dan Pergudangan sementara

sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan;

sedangkan sektor Konstruksi tumbuh cukup

signifikan sehingga menahan perlambatan

ekonomi lebih dalam.

Sulut tersebut berdampak pada melambatnya

kinerja korporasi pada triwulan III 2018.

Beberapa lapangan usaha strategis di Sulawesi

Utara seperti Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan; Transportasi dan Pergudangan;

Akmamin; dan Jasa Keuangan dan Asuransi

tercatat melambat pada triwulan III 2018. Hal

ini menyebabkan sektor usaha turunan dari

lapangan usaha diatas turut melambat

4.1.1.2. Kinerja Sektor Korporasi

Melambatnya kinerja perekonomian Sulut

pada triwulan III 2018 juga tercermin pada

hasil liaison KPw BI Sulut yang ditunjukan dari

skala likert, khususnya untuk penjualan

domestik, ekspor dan harga jual.

Pada triwulan III 2018, secara rata-rata, skala

likert menunjukkan perlambatan untuk

permintaan domestik yaitu dari 1,00 pada

triwulan II 2018, melambat menjadi 0,57 pada

triwulan laporan. Melambatnya

kinerjapermintaan domestik tersebut

terutama dipicu oleh melambatnya konsumsi

sektor Rumah Tangga (RT).

Sejalan dengan hal tersebut, kinerja penjualan

ekspor Sulut pada triwulan III 2018 yang turut

melambat, dicerminkan oleh melambatnya

rata-rata skala likert pada triwulan III 2018.

Adapun skala likert penjualan ekspor pada

triwulan ini tercatat sebesar 0,33; melambat

dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,00.

Melambatnya penjualan ekspor contact juga

terlihat dari melambatnya pertumbuhan

ekspor Sulut. Komoditas Ikan, Kerang dan

Moluska pada triwulan III hanya tumbuh

sebesar 1,48% (yoy) setelah pada triwulan

sebelumnya tumbuh mencapai 11,08% (yoy).

Sementara, penjualan komoditas Lemak dan

Minyak Nabati/Hewani sebagai komoditas

ekspor utama Sulawesi Utara pada triwulan III

terkontraksi sebesar -33,79% (yoy) setelah

pada triwulan sebelumnya hanya terkontraksi

sebesar -2,22% (yoy).

Pertumbuhan harga jual pada triwulan laporan

juga terpantau melambat dari triwulan

sebelumnya (likert scale 0,09 dari sebelumnya

sebesar 0,33). Korporasi di sektor Industri

Pengolahan dan Perdagangan Besar dan

Eceran yang cukup tergantung dengan

mekanisme pasar dunia menyatakan bahwa

harga jual tidak dapat meningkat diatas

peningkatan harga jual dunia yang relatif

hanya sedikit. Contact di sektor Industri

Pengolahan dengan bahan baku kopra juga

mengeluhkan turunnya harga coconut oil yang

28

cukup drastis (mencapai 44%). Sementara itu,

faktor kompetisi turut menekan peningkatan

harga pada sektor Retail dan Akomodasi,

Makanan dan Minuman.

Di sisi lain, kinerja investasi Sulut yang

meningkat juga dapat dikonfirmasi melalui

likert scale Investasi pada laporan liaison

triwulan III yang meningkat sebesar 0,64

setelah pada triwulan sebelumnya hanya

sebesar 0. Data impor mesin-mesin juga

menunjukan pada triwulan III 2018, kontraksi

melambat menjadi -24% (yoy) setelah pada

triwulan sebelumnya terkontraksi cukup tinggi

sebesar -41%5 (yoy). Menurut korporasi yang

menjadi contact pada survei liaison, investasi

bertujuan untuk mengganti mesin yang sudah

obsolete, meningkatkan kapasitas pabrik, dan

diversifikasi produk.

Grafik 4.1 Likert Scale Kegiatan Usaha Sulut

Sumber: Bank Indonesia

4.1.1.3. Eksposur Perbankan Pada Sektor

Korporasi

Secara nominal, kredit perbankan pada sektor

korporasi di Sulut pada triwulan III 2018

tercatat sebesar Rp5.79 triliun, meningkat dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

Rp5,35 triliun. Dari sisi pertumbuhan kredit,

pertumbuhan kreditperbankan pada sektor

korporasi mencatat pertumbuhan yang positif

pada triwulan III 2018 sebesar 7,42% (yoy),

membaikdibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat kontraksi sebesar -1,79% (yoy).

Meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan

pada sektor Korporasi didorong oleh

meningkatnya Kredit Modal Kerja (KMK) dan

Kredit Investasi (KI) pada triwulan laporan.

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit

korporasi terutama disalurkan dalam bentuk

Kredit Investasi(KMK) sebesar 51,81%, Kredit

Modal Kerja sebesar 47,70% dan sebagian kecil

dalam bentuk Kredit Konsumsi sebesar 0,49%.

Sementara itu, rasio kredit bermasalah sektor

korporasi terpantau membaik pada Triwulan II

2018 dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kredit korporasi pada triwulan laporan

mencatat rasio NPL sebesar 3,68%, membaik

dari triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 4,16%. Namun demikian, kerentanan

pada sektor ini tetap perlu diwaspadai.

Grafik 4.2 Pangsa Penggunaan Kredit

Korporasi

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.3 Pertumbuhan Kredit Korporasi

Sumber: Bank Indonesia

4.1.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA

4.1.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi

Sektor Rumah Tangga

Hubungan yang sangat erat antara sektor

perbankan dan sektor rumah tangga terlihat

29

dari komposisi asset sektor perbankan yang

berupa kredit, mayoritas diberikan kepada

sektor rumah tangga dan juga komposisi

kewajiban sektor perbankan yang berasal dari

sektor rumah tangga berupa dana pihak ketiga.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi

rumah tangga adalah tingkat pendapatan,

tingkat pengangguran, tingkat konsumsi dan

kondisi pembiayaan/kredit rumah tangga.

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan

ekonomi Sulut triwulan III 2018, kinerja

Konsumsi Rumah Tangga terhadap

perekonomian Sulawesi Utara menunjukkan

perlambatan pada triwulan laporan. Tercatat

share Konsumsi Rumah Tangga (RT) pada

perekonomian triwulan III 2018 sebesar

45,42%, melambat dari triwulan sebelumnya

dengan share sebesar 46,98% terhadap PDRB

secara keseluruhan.

Di sisi lain, melambatnya kinerja konsumsi

Rumah Tangga pada triwulan III 2018 tidak

menyurutkan keyakinan rumah tangga baik

kepada kondisi ekonomi saat ini maupun

ekspektasi kedepannya. Hal ini tercermin dari

meningkatnya seluruh indikator konsumsi

Rumah Tangga berdasarkan hasil survey yang

telah dilakukan oleh KPw BI Sulut.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selama

triwulan laporan yang tercatat sebesar 131,71

meningkat dari rata-rata triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 125,19. Hal tersebut

menunjukan bahwa masyarakat Sulawesi

Utara masih optimis terhadap kondisi

perekonomian saat ini maupun ekspektasi

kondisi ekonomi di kemudian hari.

Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE)

meningkat pada triwulan III 2018 menjadi

138,82 setelah pada triwulan sebelumnya

tercatat sebesar 135,61. Indeks Ekspektasi

Ekonomi (IEK) juga tercatat meningkat dari

114,78 pada triwulan sebelumnya menjadi

124,56 pada triwulan ini.

Meningkatnya indeks kondisi ekonomi saat ini,

didorong oleh keyakinan masyarakat

mengenai kondisi penghasilannya dan

ketersediaan lapangan kerja pada saat ini

maupun pembelian barang tahan lama yang

dilakukan pada triwulan ini.

Ekspektasi masyarakat kepada kondisi

perekonomian dan penghasilan serta

ketersediaan lapangan pekerjaan pada masa

mendatang juga meningkat jika dibandingkan

triwulan sebelumnya, yang ditunjukkan

oleh………………….

Di sisi lain, optimisme masyarakat pada kondisi

ekonomi saat ini maupun di kemudian hari

harus tetap memperhatikan kerentanan yang

bersumber dari kenaikan harga secara umum

pada 3 bulan dan 6 bulan kedepan. Hal

tersebut terlihat dari indeks ekspektasi

kenaikan harga secara umum pada 3 bulan

kedepan yang meningkat, dari 152,83 pada

triwulan sebelumnya menjadi 160,50 pada

triwulan ini. Sementara itu, indeks ekspektasi

kenaikan harga secara umum pada 6 bulan

kedepan juga meningkat menjadi 188,67 pada

triwulan ini setelah pada triwulan sebelumnya

hanya tercatat sebesar 172,83.

Grafik 4.4 Indeks Keyakinan Konsumen Sektor

RT di Sulut

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.5 Kondisi Ekonomi Saat Ini

Sumber: Bank Indonesia

30

Grafik 4.6 Ekspektasi Sektor Rumah Tangga

Sumber: Bank Indonesia

4.1.2.2. Dana Pihak Ketiga Perseorangan di

Perbankan

Seiring dengan melambatnya kecenderungan

Sektor Rumah Tangga untuk melakukan

konsumsi pada triwulan III 2018, pertumbuhan

Dana Pihak Ketiga (DPK) perseorangan di

perbankan pada triwulan laporan dibanding

triwulan sebelumnya juga tercatat melambat.

Tercatat pertumbuhan DPK Perseorangan

pada triwulan III 2018 sebesar 1,86% (yoy),

melambat dibanding triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 3,56% (yoy).

Apabila dilihat dari pangsanya, sektor Rumah

Tangga masih mendominasi DPK Perbankan di

Sulawesi Utara. Tercatat pangsa sektor Rumah

Tangga pada triwulan laporan sebesar 67,5%,

dan pangsa melambat dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 72,3%.

Sementara itu, preferensi Rumah Tangga

dalam melakukan penempatan dana di

perbankan masih didominasi oleh produk

tabungan dengan pangsa sebesar 61,21%,

disusul oleh deposito (35,07%), dan giro

(3,72%).

Grafik 4.7 Komposisi Tabungan dan Deposito

Perseorangan di Sulawesi Utara Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.8 Pertumbuhan DPK Perseorangan

Tabungan dan Deposito

Sumber: Bank Indonesia

4.1.2.3. Kredit Perbankan Sektor Rumah

Tangga (RT)

Dari sisi penyaluran kredit di perbankan, kredit

sektor Rumah Tangga (RT) masih mendominasi

total kredit perbankan Sulut. Pangsa kredit RT

pada triwulan laporan mencapai 59,84% dari

keseluruhan kredit yang direalisasikan di Sulut.

Adapun keseluruhan dari kredit yang

disalurkan kepada Rumah Tangga tersebut

digunakan untuk keperluan konsumsi (Kredit

Konsumsi/KK).

Dari sisi pertumbuhan kreditnya, kredit Rumah

Tangga (RT) tumbuh sebesar 5,76% (yoy) pada

triwulan laporan. Pertumbuhan kredit Rumah

Tangga pada triwulan laporan terpantau

melambat dari triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 8,26% (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaannya, Kredit RT

didominasi oleh Kredit Multiguna (75,6%),

Kredit Pemilikan Rumah/KPR (22,5%), Kredit

Perlengkapan (1,3%), serta Kredit Kendaraan

Bermotor/KKB (0,7%).

Grafik 4.9 Komposisi Kredit RT

Sumber: Bank Indonesia

31

Grafik 4.10 Perkembangan Kredit RT

Sumber: Bank Indonesia

Dari sisi risiko kredit, kualitas kredit rumah

tangga pada triwulan laporan relatif membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya,

sebagaimana tercermin dari rasio NPL. Rasio

NPL kredit Rumah Tangga pada triwulan III

2018 tercatat sebesar 2,25%, relatif stabil

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 2,26%. Nominal NPL tercatat dari

Rp486,33 miliar pada triwulan II 2018 menjadi

Rp488,12 miliar pada triwulan laporan.

4.1.3. ASESMEN SEKTOR INSTITUSI

KEUANGAN (PERBANKAN)

4.1.3.1. Jaringan Kantor dan Aset

Pada triwulan III 2018, jumlah bank di Prov.

Sulut masih sama dengan triwulan sebelumnya

yaitu sebanyak 49 bank yang terdiri dari 31

bank umum dan 18 BPR. Disamping itu, aset

perbankan yang diihat dari aset antar kantor

terkecil bank mencatat peningkatan pada

triwulan III 2018 yang tercatat sebesar Rp44,68

triliun tumbuh 1,56% dari triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar Rp43,99 triliun

4.1.3.2. Kondisi Umum Perbankan Sulut

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan

ekonomi Sulut pada triwulan laporan, secara

umum indikator utama perbankan di Sulawesi

Utara pada triwulan III 2018 menunjukkan

kinerja relatif melambat yang tercermin dari

melambatnya pertumbuhan aset (3,98%, yoy),

pertumbuhan kredit (6,81%, yoy),

pertumbuhan DPK (11,19%, yoy),

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di

sisi lain, kualitas kredit perbankan tercatat

sedikit membaik yang tercermin dari

menurunnya rasio NPL dari 3,14% pada

triwulan sebelumnya menjadi 3,04% pada

triwulan laporan.

Grafik 4.11 Perkembangan Aset Perbankan Umum

di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

4.1.3.3. Intermediasi dan Perbankan Sulut

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang

berhasil dihimpun oleh bank umum

padatriwulan III 2018 meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya, yaitu dari 7,74% (yoy)

pada triwulan II 2018 menjadi 11,19% (yoy)

pada triwulan laporan.

Pada triwulan laporan, komponen DPK yaitu

giro dan deposito tumbuh meningkat dari

triwulan sebelumnya. Deposito tercatat

tumbuh sebesar 7,12% (yoy), meningkat dari

triwulan sebelumnya yaitu 6,62% (yoy),

sedangkan Giro tercatat tumbuh sebesar

43,87% (yoy), meningkat dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 11,33%

(yoy). Sementara komponen Tabungan

tercatat tumbuh melambat sebesar 2,19%

(yoy), melambat dari triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 7,11% (yoy).

Kredit

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan

ekonomi Sulut pada triwulan laporan,

kinerjapenyaluran kredit perbankan pada

32

triwulan laporan oleh bank umum juga turut

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kredit pada triwulan laporan tumbuh sebesar

6,81% (yoy), atau melambat dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 7,30% (yoy).

Grafik 4.12 Perkembangan Kredit Perbankan

Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.13 Komposisi Kredit Perbankan Umum di Sulut

Sumber: Bank Indonesia

Adapun penyaluran kredit di Sulawesi Utara

pada triwulan laporan masih didominasi Kredit

Konsumsi (KK) sebesar 59,84%, disusul Kredit

Modal Kerja (KMK) 26,27%, dan kredit

investasi (KI) 13,90%. Secara nominal, kredit

perbankan yang disalurkan pada triwulan III

2018 mencapai Rp36,3 triliun.

Dilihat dari sisi penggunaannya, peningkatan

pertumbuhan kredit hanya terjadi pada Kredit

Investasi (KI) sedangkan Kredit Modal Kerja

(KMK) dan Kredit Konsumsi (KK) tercatat

tumbuh melambat.

Pada triwulan laporan, kredit Konsumsi (KK)

sebagai porsi kredit perbankan terbesar di

Sulut tumbuh sebesar 5,55% (yoy), melambat

dari triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 8,26% (yoy). Kredit Modal Kerja (KMK)

tumbuh sebesar 7,02% (yoy), melambat dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

7,05% (yoy), sedangkan Kredit Investasi (KI)

tumbuh sebesar 12,20% (yoy), meningkat dari

triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh

sebesar 3,4% (yoy).

Dari sisi sektor ekonomi penyaluran kredit di

Sulut terutama masih didominasi oleh kredit

lain-lain (Konsumsi) dengan pangsa sebesar

59,84%. Adapun untuk kredit sektor produktif

terutama ditopang oleh sektor Perdagangan

Besar & Eceran (20,53%), Pertambangan dan

Penggalian (5,25%), Konstruksi (3,96%),

Pertanian (2,25%), Industri Pengolahan

(1,62%) serta sektor lainnya yang tidak

dominan.

Grafik 4.14 Perkembangan KMK Perbankan Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.15 Perkembangan KI Perbankan Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

33

Non Performing Loan (NPL)

Ditengah melambatnya pertumbuhan kredit

Sulut, kualitas kredit perbankan di Sulut

menunjukkan sedikit perbaikan. Tercatat, rasio

NPL perbankan umum pada triwulan laporan

sebesar 3,04%, sedikit membaik dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 3,14%.

Secara spasial, rasio NPL tertinggi tercatat di

kota Manado sebesar 3,98% membaik dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

4,13%.

Secara sektoral NPL tertinggi pada triwulan III

2018 yaitu sektor industri pengolahan sebesar

8,26%, sektor Pertanian 8,20%, dan sektor

konstruksi sebesar 5,29. NPL sektor industri

pengolahan pada periode laporan tercatat

menurun menjadi 8,26% (sebelumnya 8,45%).

Disisi lain, sektor yang mengalami peningkatan

rasio NPL adalah sektor Pertanian, Jasa

Keuangan dan Asuransi dan Real Estate.

Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya

di Kawasan Timur Indonesia (KTI), rasio NPL

Sulut berada pada posisi ke-6 teratas setelah

Kaltim, Sulsel, Papua, Gorontalo dan Papua

Barat. Tercatat rasio NPL tertinggi pada

triwulan laporan adalah Kaltim sebesar 6,86%,

sedangkan yang terendah adalah Kaltara

dengan rasio NPL sebesar 0,98%.

Grafik 4.16 Perkembangan NPL di KTI

Sumber: Bank Indonesia

4.2. AKSES KEUANGAN

4.2.1. AKSES KEUANGAN KEPADA UMKM

Ditengah tumbuh melambatnya penyaluran

kredit bank secara umum, laju pertumbuhan

kredit perbankan yang disalurkan kepada

UMKM terpantau turut melambat. Tercatat

laju pertumbuhan kredit UMKM pada triwulan

III 2018 sebesar 10,79% (yoy), melambat dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

12,83% (yoy). Adapun rasio kredit bermasalah

UMKM pada triwulan laporan tercatat sebesar

4,49%, membaik dari triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 4,92%.

Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan

kredit UMKM, pangsa kredit UMKM terhadap

total kredit yang disalurkan di Sulawesi Utara

pada triwulan III 2018 juga mengalami

peningkatan. Pangsa kredit UMKM Sulut pada

periode laporan sebesar 27,24%, meningkat

dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 26,96%.

Berdasarkan sektor ekonominya, realisasi

kredit UMKM masih terkonsentrasi pada

sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan

pangsa sebesar 60,06%, diikuti oleh sektor

Pertanian (8,13%), Konstruksi (7,47%) Jasa

Kemasyarakatan (6,28%), Akmamin (6,18%),

serta sektor ekonomi lainnya yang memiliki

pangsa cukup rendah. Sementara itu, NPL

UMKM secara sektoral terutama terjadi pada

sektor Konstruksi, Bukan Lapangan Usaha dan

Pertanian.

Berdasarkan wilayahnya, konsentrasi

penyaluran kredit UMKM terbesar berada di

Kota Manado sebesar 60,16% diikuti Kab.

Minahasa sebesar 7,93% dan Kotamobagu

sebesar 7,39%. Sedangkan dari sisi kerentanan

terhadap risiko kredit bermasalah, Kab.

Bolaang Mongondow Timur mencatatkan NPL

tertinggi dibandingkan 15 kab/kota lainnya

untuk kategori kredit UMKM yaitu mencapai

21,13% pada periode triwulan III 2018.

34

Grafik 4.17 Perkembangan Kredit UMKM Sulut

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.18 Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan

Wilayah di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

35

Bab V. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran

dan Pengelolaan Uang Rupiah

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran

Tunai di Sulawesi Utara

Pergerakan aliran uang kartal dari kas KPwBI

Sulut ke masyarakat pada triwulan III 2018

masih mengikuti pola musimannya yaitu

net-inflow, yaitu aliran uang yang masuk ke

KPwBI Provinsi Sulawesi Utara lebih besar

dibandingkan uang yang keluar. Aliran inflow

pada triwulan III tercatat sebesar Rp1,59

triliun, lebih rendah 23% dibandingkan dengan

periode sebelumnya, yaitu sebesar Rp2,05

triliun. Sementara itu, aliran outflow juga

tercatat menurun pada triwulan III sebesar

62%, yaitu dari Rp2,9 triliun menjadi Rp 1,1

triliun. Secara keseluruhan, berdasarkan

jumlah outflow dan inflow, aliran uang kartal

pada triwulan III tercatat inflow sebesar

Rp0,48 triliun. Peningkatan setoran ke kas

KPwBI Provinsi Sulut sejalan dengan masuknya

aliran uang setelah periode hari raya Idul Fitri

pada triwulan II 2018.

Sumber: Bank Indonesia

Aliran uang kartal yang masuk maupun keluar

dari KPwBI Sulut terdiri dari setoran dan

bayaran perbankan, Kas Titipan Bank

Indonesia, penukaran uang melalui loket Bank

Indonesia, kas keliling dalam dan luar kota

serta setoran dan bayaran nonbank.

Sementara, komposisi uang masuk ke KPwBI

Sulut didominasi oleh setoran perbankan yaitu

sebesar 81,4%, kemudian Kas Titipan sebesar

17,5%, Kas Keliling sebesar 0,9%, dan loket

penukaran sebesar 0,2%. Sementara itu,

komposisi uang yang keluar dari KPwBI Sulut

terdiri dari Kas Titipan sebesar 51,1%, loket

perbankan 47%, Kas Keliling sebesar 1,4%,

loket penukaran sebesar 0,3%, serta bayaran

nonbank sebesar 0,2%.

Grafik 5.2 Inflow Uang Kartal Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.3 Outflow Uang Kartal Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.4 Inflow Uang Kartal Berdasarkan Lokasi Kas

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.1 Posisi Netflow Uang Kartal Sulawesi Utara

36

Grafik 5.5 Outflow Uang Kartal Berdasarkan Lokasi Kas

Sumber: Bank Indonesia

5.2. Upaya Menjaga Kelancaran Sistem

Pembayaran

KPwBI Sulut terus berupaya untuk

meningkatkan tingkat kelayakan uang di

Provinsi Sulut melalui monitoring dan survei

tingkat kelayakan uang Rupiah. Untuk itu,

Survei kualitas uang beredar dilaksanakan

sebanyak 2 (dua) tahap yaitu pada semester I

pada bulan April 2018 dan semester II pada

bulan Oktober 2018. Wilayah survei Semester

I dilaksanakan di Tahuna dan Semester II di

Tahuna Timur. Hasil survei Semester I terbilang

baik dengan tingkat kesegaran uang untuk

Uang Pecahan Kecil (UPK) berada pada level

12,14 dari maksimal 16 level untuk tingkat

kesegaran uang dan untuk Uang Pecahan Besar

(UPB) berada pada level 12,83 dari maksimal

16 level. Hasil survei Semester II akan diketahui

pada maksimal 3 (tiga) bulan setelah

pelaksanaan survei.

Seiring dengan kebijakan clean money policy,

kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar

(UTLE) terus dilakukan oleh BI. UTLE yang

dimusnahkan terdiri dari uang lusuh yang

berasal dari setoran perbankan baik melalui

loket Bank Indonesia maupun melalui Kas

Titipan Bank Indonesia, serta kegiatan kas luar

kantor yaitu Kas Keliling dan kegiatan

penukaran di luar kantor. Selain itu, uang yang

dimusnahkan juga berasal dari uang yang

sudah dicabut dari peredaran. Pada triwulan III

2018, jumlah UTLE yang dimusnahkan secara

nominal tercatat sebesar Rp741,69 miliar

dengan rasio terhadap inflow sebesar 47%.

Berdasarkan pecahan, uang tidak layak edar

yang dimusnahkan terdiri dari Uang Pecahan

Besar (UPB) sebanyak 82%, sedangkan

sedangkan Uang Pecahan Kecil (UPK) sebesar

18%.

Grafik 5.6 Rasio Pemusnahan Terhadap Inflow

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.7 Pemusnahan Berdasarkan Pecahan

Sumber: Bank Indonesia

Sebagai upaya mendistribusikan uang sampai

ke pelosok negeri, KPwBI Sulut melaksanakan

kegiatan Kas Titipan, Kas Keliling Luar Kota,

dan program BI Jangkau. KPwBI Sulut memiliki

6 (enam) jaringan Kas Titipan, yaitu di Bitung,

Kotamobagu, Melonguane, Siau, Tahuna, dan

Pohuwato. Pada triwulan III 2018, telah

dilaksanakan dropping Kas Titipan sebanyak 6

(enam) kali. Melalui kegiatan Kas Titipan,

KPwBI Sulut juga melakukan penarikan UTLE

Kas Titipan. Secara nominal, pada triwulan III

2018, jumlah dropping Kas Titipan adalah

sebanyak Rp311,4 Miliar sedangkan

penarikan UTLE Kas Titipan yaitu sebanyak

37

Rp117,6 Miliar. Layanan Kas Titipan

diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan

memudahkan masyarakat untuk mendapatkan

Uang Layak Edar (ULE). Selain Kas Titipan,

KPwBI Sulut juga melaksanakan layanan kas

luar kantor yaitu Kas Keliling Dalam Kota dan

Luar Kota. Pada triwulan III 2018, KPwBI Sulut

telah melakukan layanan Kas Keliling dalam

kota sebanyak 46 kali dengan hasil penukaran

sebanyak Rp14,91 Miliar.

Grafik 5.8 Lokasi Kas Titipan dan Program BI Jangkau

Sumber: Bank Indonesia

Dalam rangka memperluas jangkauan

layanan kas bank, Bank Indonesia

melaksanakan program BI Jangkau3, yaitu

program yang bertujuan untuk meningkatkan

layanan kas untuk menjangkau masyarakat di

wilayah kecamatan/desa melalui optimalisasi

jaringan kantor bank, Pegadaian,

Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah

(PJPUR), dan pihak lain. Pada program BI

Jangkau 2018 dilakukan penambahan peserta

dari yang sebelumnya (2017) hanya bekerja

sama dengan Bank SulutGo menjadi 5 (lima)

peserta yaitu Bank SulutGo, Pegadaian, Bank

Mandiri, BRI, dan BNI. Dalam program BI

3 BI Jangkau adalah program peningkatan layanan kas untuk menjangkau masyarakat di wilayah kecamatan/desa melalui optimalisasi jaringan kantor Bank, Pegadaian, Perusahaan Jasa Pengelola Uang Rupiah (PJPUR) dan pihak lain.

Jangkau 2018 juga terdapat penambahan

jumlah cakupan kecamatan menjadi 65

kecamatan, yang sebelumnya (2017) hanya

menjangkau sebanyak 47 kecamatan. Melalui

penambahan jumlah peserta dan kecamatan,

diharapkan dapat mempercepat penarikan

Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dari masyarakat

5.3. Perkembangan Sistem Pembayaran

Non Tunai

KPwBI Sulut melayani sistem pembayaran

non tunai melalui BI-RTGS dan SKNBI. Pada

triwulan III 2018, transaksi Real Time Gross

Settlement (RTGS)4 di Sulut tercatat sebesar

Rp3,83 triliun. Jumlah ini meningkat

dibandingkan periode sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp3,52 triliun atau meningkat

sebesar 8,97% (qtq). Berbanding lurus dengan

peningkatan nominal, transaksi RTGS secara

volume mengalami peningkatan sebesar 4,3%

yaitu dari 2.021 transaksi menjadi 2.107

transaksi. Jika dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya, transaksi RTGS

meningkat signifikan sebesar 171% (yoy)

secara nominal dan meningkat 112% (yoy)

secara volume. Secara spasial, transaksi RTGS

terbesar terjadi di Kota Manado dengan

nominal Rp3,44 triliun atau 98,74% dari total

transaksi RTGS di Sulawesi Utara. Sementara

secara volume, jumlah transaksi RTGS Manado

sebesar 1.884 transaksi atau 93,22% dari total

volume transaksi di Sulawesi Utara.

Grafik 5.9 Nominal & Volume Transaksi RTGS

Sumber: Bank Indonesia

4 Infrastruktur yang digunakan oleh Bank Indonesia sebagai sarana transfer dana elektronik yang setelmennya dilakukan seketika per transaksi secara individual

38

Pada triwulan III 2018, transaksi SKNBI

meningkat sebesar Rp0,3 triliun atau 9,43%

(qtq) dibandingkan dengan dibanding triwulan

sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan volume,

transaksi SKNBI juga meningkat sebesar 6.535

transaksi atau meningkat 6,94% (qtq). Berbeda

dengan transaksi RTGS, jika dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya,

transaksi SKNBI mengalami penurunan baik

secara nominal yaitu sebesar 8% (yoy) maupun

secara volume yaitu sebesar 9% (yoy).

Transaksi SKNBI masih didominasi oleh kliring

kredit yaitu sebesar Rp2 triliun sedangkan

kliring debit sebesar Rp1,58 triliun.

Grafik 5.10 Perkembangan Transaksi SKNBI

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.11 Komposisi Transaksi SKNBI

Sumber: Bank Indonesia

Dalam upaya mendukung kelancaran sistem

kliring, terdapat 3 (tiga) penyelenggara kliring

di wilayah Provinsi Sulawesi Utara yang

terdiri dari Koordinator Pertukaran Warkat

Debit (KPWD) oleh Bank Indonesia dan KPWD

selain Bank Indonesia yang terdiri dari BNI di

Kotamobagu, dan BNI di Bitung. KPwBI

Provinsi Sulut melakukan pemantauan

kepatuhan KPWD secara off-site maupun on-

site. Pada triwulan III-2018, KPwBI Sulut telah

melakukan pemantauan secara off-site

terhadap 2 (dua) penyelenggara KPWD selain

BI, yaitu melalui laporan-laporan yang

disampaikan kepada KPwBI Sulut terkait

pelaksanaan pertukaran warkat di masing-

masing KPWD. Rincian jumlah peserta kliring

pada wilayah kliring Manado terdiri dari 25

bank. Jika dilihat dari sisi jumlah rata-rata

harian warkat debit, hanya wilayah kliring

Manado yang telah memenuhi jumlah rata-

rata warkat harian, yaitu sebanyak 30 (tiga

puluh) warkat per hari selama Triwulan III-

2018. Penyampaian laporan telah dilakukan

secara tepat waktu dengan format yang sesuai

aturan Bank Indonesia. Jumlah rata-rata kliring

penyerahan di wilayah provinsi Sulawesi Utara

selama Triwulan III adalah sebesar 16.642

lembar, sedangkan rata-rata kliring

pengembalian warkat adalah sebanyak 330

lembar.

Temuan uang palsu di Provinsi Sulawesi Utara

dan Gorontalo pada triwulan III 2018 tercatat

sebanyak 201 lembar, mengalami penurunan

yang cukup signifikan sebesar 41.05% (qtq)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Adapun persebaran uang palsu terbanyak ada

di Kota Manado. Berdasarkan pecahannya,

temuan pada triwulan III 2018 terdiri dari 172

lembar untuk pecahan Rp100.000, 20 lembar

pecahan Rp50.000, 6 lembar pecahan

Rp20.000, dan

3 lembar pecahan Rp10.000. Jika dilihat dari

sumber temuan, temuan uang palsu berasal

dari laporan bank sebanyak 179 lembar,

setoran bank sebanyak 11 lembar, dan

penukaran sebanyak 11 lembar. Jika dilihat

dari lokasi temuan uang palsu, sebanyak 85%

uang palsu ditemukan di Manado dan 15%

ditemukan di wilayah Sulut lainnya.

Pemberantasan uang palsu terus dilakukan

KPwBI Sulut antara lain melalui penguatan

koordinasi bersama aparat penegak hukum

yang didasarkan pada pokok-pokok

kesepahaman dalam rangka mendukung

pelaksanaan tugas Bank Indonesia dengan

Kepolisian Daerah Sulut yang telah disepakati

sejak tanggal 23 Juni 2015. KPwBI Sulut selalu

melakukan klarifikasi uang palsu melalui data

39

dan fisik bilyet setiap bulan yang kemudian

dilaporkan kepada Kepolisian Daerah Sulut

untuk ditindaklanjuti sesuai kewenangannya

sebagai penegak hukum.

Pada Januari 2018, Bank Indonesia

memperkenalkan Bank Indonesia Counterfeit

Analysis Centre (BICAC) Generasi II. BICAC

merupakan sistem informasi sebagai pusat

data, hasil penelitian, dan pelaporan temuan

uang palsu dengan fungsi pengklasifikasian

karakteristik masing-masing uang palsu atas

hasil analisis laboratorium. BICAC Generasi II

dapat mengakomodasi seluruh kegiatan

penatausahaan pelaporan uang palsu yang

masuk ke Bank Indonesia melalui perbankan,

Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah

(PJPUR), perorangan, maupun aparat penegak

hukum. Selain untuk kepentingan internal,

statistik dan pelaporan uang palsu dapat

digunakan untuk kepentingan stakeholders

utama Bank Indonesia antara lain Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR-RI), Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK-RI), Kejaksaan Agung, dan

Kepolisan Republik Indonesia (POLRI).

Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan hasil pengawasan off-site,

aktivitas Kegiatan Usaha Penukaran Valuta

Asing Bukan Bank (KUPVA BB) pada triwulan

III 2018 menunjukkan peningkatan. Total

transaksi KUPVA BB pada triwulan III 2018

tercatat sebesar Rp 13,87 miliar, meningkat

sebesar 13,74% (qtq) dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Nilai transaksi terbesar

berasal dari transaksi mata uang USD (30%),

kemudian CNY (17%), EURO (13%), SGD (13%),

MYR (7%), JPY (7%), AUD (4%), dan mata uang

lainnya sebesar 9%.

Grafik 5.13 transaksi KUPVA BB

Sumber: Bank Indonesia

Aktivitas KUPVA BB perlu disertai dengan

pengawasan untuk mencegah risiko

pemanfaatan KUPVA BB bagi kegiatan

pencucian uang, pendanaan terorisme, judi

on-line, dan kejahatan lainnya. Pengawasan

langsung (on-site supervision) kepada 2 (dua)

penyelenggara KUPVA BB telah dilakukan pada

triwulan III-2018 yaitu PT Sentralindo

Valutama pada tanggal 12-14 September 2018

serta PT Manado Inter Money Changer pada

tanggal 20, 24, dan 28 September 2018. Selain

itu, Bank Indonesia telah menerbitkan

Peraturan Bank Indonesia (PBI)

No.19/10/PBI/2017 tanggal 6 September 2017

tentang Penerapan Anti Pencucian Uang dan

Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan

PPT) Bagi Penyelenggara Jasa Sistem

Pembayaran Selain Bank dan Penyelenggara

Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing. PBI

tersebut diterbitkan untuk menyempurnakan

dan menyelaraskan penerapan prinsip APU

dan PPT sesuai dengan rekomendasi Financial

Action Task Force (FATF) yang merupakan

prinsip APU dan PPT yang berlaku secara

internasional. Penyempurnaan pengaturan

APU dan PPT meliputi penyesuaian ruang

lingkup pengaturan, pendekatan berbasis

risiko (Risk-Based Approach), pencegahan

pendanaan terorisme dan proliferasi senjata

pemusnah massal, mitigasi risiko terkait

teknologi baru dan pemanfaatan inovasi

Grafik 5.12 Persentase Temuan Uang Palsu Terhadap Outflow Uang

40

teknologi, penyempurnaan Customer Due

Dilligence (CDD) dan penguatan ketentuan

sanksi.

Selanjutnya, Bank Indonesia telah melakukan

Sectoral Risk Assessment (SRA) terhadap

KUPVA BB di Indonesia. Hasil SRA tersebut

dijadikan pedoman dalam penerapan Risk-

Based Approach of Reporting Parties (RBA),

yaitu melakukan penilaian berbasis risiko

sebagai pedoman untuk mengidentifikasi,

memahami, dan melakukan langkah-langkah

mitigasi risiko Tindak Pidana Pencucian Uang

(TPPU) dan Tindak Pidana Pendanaan

Terorisme (TPPT) dan sebagai panduan teknis

penyelenggara transfer dana dan

penyelenggara KUPVA BB. Sebagai langkah

implementasi dari RiskBased Approach

tersebut, Bank Indonesia telah me-launching

sistem e-licensing KUPVA BB pada awal Juni

2018.

Bank Indonesia Sulut terus melakukan upaya

menjaga kelancaran transaksi pembayaran

nontunai. Upaya yang dilakukan yaitu

mendorong Gerakan Nasional Non Tunai

(GNNT) melalui Layanan Keuangan Digital

(LKD) dan elektronifikasi berbagai jenis

transaksi baik Goverment to People (G to P),

People to Government (P to G) dan People to

People (P to P).

Dalam rangka mendukung implementasi

penyaluran bantuan sosial non tunai tahun

2018, KPwBI Sulut berupaya memperluas

implementasi Layanan Keuangan Digital (LKD)

melalui dorongan kepada bank

penyelenggara LKD di Sulut, untuk melakukan

ekspansi agen LKD di tiap-tiap daerah. Posisi

jumlah LKD per triwulan III 2018 tercatat

sebanyak 5.174 agen, meningkat signifikan

sebanyak 2.693 agen atau meningkat 109%

(mtm) dibandingkan dengan bulan

sebelumnya. Peningkatan jumlah LKD terjadi

di semua daerah kabupaten/kota di Sulawesi

Utara. LKD diharapkan dapat menjadi agen

perpanjangan tangan bank untuk

meningkatkan tingkat keuangan inklusif di

daerah. Transaksi yang dapat dilakukan melalui

LKD antara lain adalah melakukan top- up atau

isi ulang, tarik tunai, pembayaran atas tagihan

yang bersifat rutin dan berkala, fasilitator

registrasi pemegang, transfer person to

person, dan transfer person to account dengan

total nilai transaksi selama Triwulan III adalah

sebesar Rp3,49 miliar. Adapun jumlah Uang

Elektronik yang dikeluarkan oleh LKD selama

triwulan III adalah sebanyak 4.177 kartu.

41

Menjaga Kedaulatan Rupiah di Wilayah

3T (Terdepan, Terluar, Terpencil)

Boks

1

42

Menjaga Kedaulatan Rupiah di Wilayah

3T (Terdepan, Terluar, Terpencil)

Boks

1

43

MENDETEKSI KETIDAKSEIMBANGAN KEUANGAN ANTARSEKTOR MELALUI

PENDEKATAN REGIONAL FINANCIAL ACCOUNT AND BALANCE SHEET”

Boks

2

44

MENDETEKSI KETIDAKSEIMBANGAN KEUANGAN ANTARSEKTOR MELALUI

PENDEKATAN REGIONAL FINANCIAL ACCOUNT AND BALANCE SHEET”

Boks

2

45

MENDETEKSI KETIDAKSEIMBANGAN KEUANGAN ANTARSEKTOR MELALUI

PENDEKATAN REGIONAL FINANCIAL ACCOUNT AND BALANCE SHEET”

Boks

2

46

Bab VI. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

6.1. KETENAGAKERJAAN

Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara sedikit

membaik pada Triwulan III tahun 2018.

Perbaikan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara

tersebut tercermin dari Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) pada periode Agustus 2018 yang

sebesar 6,86%, turun dari periode yang sama

tahun sebelumnya yang berada di level 7,18%.

Menurunnya TPT tersebut disebabkan

pertumbuhan penduduk yang bekerja sebesar

5,2% (yoy) terutama pada sektor-sektor utama

seperti Perdagangan, Industri Pengolahan,

pPrtanian dan Transportasi.

Jumlah angkatan kerja Sulawesi Utara pada

periode laporan tercatat mengalami

kenaikan, seiring dengan peningkatan jumlah

penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas).

Jumlah angkatan kerja pada periode laporan

tercatat sebanyak 1,176 juta atau naik sebesar

4,9% dibandingkan periode yang sama di tahun

sebelumnya. Kenaikan angkatan kerja

disebabkan naiknya penduduk yang bekerja

dan penduduk yang menggangur. Jumlah

penduduk yang bekerja pada Agustus 2018

tumbuh sebesar 5,2% (yoy) sedangkan jumlah

pengangguran meningkat sebesar 0,2% (yoy)

jika dibandingkan periode Agustus 2017.

Meskipun jumlah penduduk usia kerja

meningkat 1,3% (yoy), namun hal ini tidak

diikuti dengan peningkatan jumlah angkatan

kerja. Pertumbuhan angkatan kerja yang lebih

tinggi dari pertumbuhan penduduk usia kerja

menyebabkan Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) Sulawesi Utara juga mengalami

kenaikan menjadi 63,01%, lebih tinggi

dibanding TPAK pada periode yang sama tahun

2017. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin,

sesuai historisnya, kondisi ketenagakerjaan di

Sulawesi Utara masih didominasi oleh tenaga

kerja laki-laki yang tercermin dari TPAK laki-laki

tercatat sebesar 80,08% sementara TPAK

perempuan hanya 45,26%.

Tabel 6.1 Keadaan Ketenagakerjaan (ribu jiwa

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka

Periode Agustus (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Turunnya angka TPT disebabkan naiknya

jumlah serapan tenaga kerja di beberapa

sektor utama. Meskipun pertumbuhan

ekonomi triwulan III 2018 melambat,

penyerapan tenaga kerja di beberapa sektor

utama seperti Perdagangan, Industri

Pengolahan, Transportasi dan Pertanian

tumbuh masing-masing sebesar 9,7%, 19,83%,

19,7%, dan 1,94%.(yoy) Meskipun diantara

sektor-sektor utama pertumbuhan tenaga

kerja di sektor pertanian paling kecil namun

pangsa tenaga kerjanya masih yang terbesar

mencapai 24,64%. Hal ini disebabkan antara

lain semakin meningkatnya kunjungan 99,184

wisman atau tumbuh 75,25% dibanding

periode yang sama tahun sebelumnya.

Keberlangsungan proyek-proyek infrastruktur

seperti Tol Manado-Bitung, Bendungan Kuwil,

Lolak dan jalan penghubung Manado-

Gorontalo turut menaikkan tenaga kerja di

sektor kontruksi yang tumbuh sebesar 2,45%

(yoy). Selain sektor pertanian, pangsa tenaga

kerja pada Agustus 2018 juga didominasi oleh

Keadaan Ketenagakerjaan Agt-16 Agt-17 Agt-18Growth Agt-

18

Growth Agt-

18

Penduduk 15 thn ke atas 1,818 1,843 1,866 1.4% 1.3%

Angkatan kerja 1,183.72 1,121 1,176 -5.3% 4.9%

Bekerja 1,111 1,041 1,095 -6.3% 5.2%

Pengangguran 73 80 81 10.0% 0.2%

TPAK (%) 65.11% 60.85% 63.01%

TPT (%) 6.18% 7.18% 6.86%

9.61

8.62

7.78

6.67

7.54

9.03

6.18

7.18 6.86

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

47

sektor perdagangan sebesar 23,21% dan

sektor jasa kemasyarakatan sebesar 19,45%.

Pendidikan tenaga kerja pada periode

laporan membaik. Hal ini tercermin dari

meningkatnya persentase pekerja

berpendidikan SMP, SMK dan perguruan

tinggi, sementara jumlah pekerja dengan

pendidikan SD kebawah menurun jika

dibandingkan pada periode yang sama di tahun

2017.

Grafik 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT untuk

level SMK paling tinggi dibandingkan tingkat

pendidikan lainnya yaitu 15.11%, sedikit

menurun dibandingkan periode yang sama

tahun 2017. Secara umum komposisi

pendidikan penduduk yang menganggur tidak

terlalu berbeda dibanding tahun sebelumnya,

hanya terdapat peningkatan pada lulusan

perguruan tinggi yang angka penganggurannya

turun. Hal ini mengindikasikan jumlah

penawaran pekerjaan di level perguruan tinggi

semakin membaik.

Dibandingkan dengan provinsi lain di KTI, TPT

Sulawesi Utara menduduki peringkat kedua

tertinggi setelah Maluku. Meskipun

mengalami penurunan, TPT Sulut belum

beranjak dari 5 besar TPT tertinggi se-KTI. Di

sisi lain, Bali memiliki TPT terendah dan satu-

satunya provinsi yang mencatat TPT dibawah

2%.

Grafik 6.3 Perkembangan TPT Agt-2018 se-

Kawasan Indonesia Timur

Sumber: Badan Pusat Statistik

6.2. KESEJAHTERAAN

Kondisi kesejahteraan di Sulawesi Utara

secara umum mengalami peningkatan seiring

dengan perbaikan indikator-indikator

kesejahteraan. Indikator-indikator tersebut

antara lain upah, tingkat kemiskinan, Nilai

Tukar Petani dan Indeks Kebahagiaan

Penduduk.

Pada tahun 2018, upah minimum provinsi

(UMP) meningkat sehingga mendorong

kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara.

Upah Minimum Provinsi Sulawesi Utara tahun

2018 ditetapkan pemerintah daerah sebesar

Rp 2,824,286.00 berdasarkan Peraturan

Gubernur Sulawesi Utara No 48 tahun 2017

tanggal 31 Oktober 2017 tentang Upah

Minimum Provinsi Sulawesi Utara yang

meningkat sebesar 8,71% (yoy) dari UMP

tahun 2017 yakni Rp 2,598,000.00.

Berdasarkan spasialnya, UMP Provinsi

Sulawesi Utara merupakan UMP tertinggi

ketiga secara Nasional (di bawah Jakarta dan

36.80% 32.57% 31.70%

18.80%18.81% 19.18%

20.33% 23.37% 23.01%

11.23% 10.96% 11.80%

12.83% 14.29% 14.32%

Agt-16 Aug-17 Aug-18

SD Ke bawah SMP SMA SMK Perguruan Tinggi

2017 2018

Agt Agt

SD Ke bawah 2.47% 2.72%

Sekolah Menengah Pertama 4.44% 4.59%

Sekolah Menengah Atas 10.16% 9.74%

Sekolah Menengah Kejuruan 15.67% 15.11%

Perguruan Tinggi 8.66% 6.33%

Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan

6.86

5.34

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Provinsi Indonesia

48

Papua). Dengan adanya peningkatan UMP ini,

diharapkan dapat membantu meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Kota Manado.

Pada periode Maret 2018, kesejahteraan

masyarakat Sulawesi Utara tercatat

mengalami kenaikan, tercermin dari tingkat

kemiskinan yang menurun. Jumlah penduduk

miskin di Provinsi Sulawesi Utara pada

periode Maret 2018 sebanyak 193,31 ribu jiwa

(atau sebesar 7,8%), turun dibandingkan

dengan penduduk miskin pada Maret 2017

yang berjumlah sekitar 198,88 ribu jiwa (atau

sebesar 8,1%) atau turun sebesar 0,3%. Angka

ini masih di bawah tingkat kemiskinan nasional

(9,82%). Hal ini didorong oleh peningkatan

pendapatan masyarakat yang menyebabkan

tingkat kemiskinan menurun. Sejalan dengan

Tingkat Kemiskinan yang menurun, Garis

Kemiskinan naik sebesar 3,3% yaitu dari Rp.

333,510 per kapita per bulan pada Maret 2017

menjadi Rp344,418 per kapita per bulan pada

Maret 2018.

Berdasarkan komponen Garis Kemiskinan (GK)

yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan

(GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan

(GKNM), peranan komoditas makanan

(sebesar 73,48%) jauh lebih besar

dibandingkan peranan komoditas bukan

makanan.

Perbaikan garis kemiskinan ini diikuti dengan

penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan5

yang tercatat menurun dari 1,368 pada Maret

2017 menjadi 1,270 pada Maret 2018. Kondisi

ini mengindikasikan adanya kenaikan daya beli

masyarakat yang semakin mendekati garis

kemiskinan. Pada Maret 2018, indeks

kedalaman kemiskinan di pedesaan (1,770)

lebih tinggi dari perkotaan (0,773), artinya

diperlukan subsidi yang lebih tinggi untuk

mengentaskan penduduk miskin di daerah

pedesaan dibandingkan perkotaan agar daya

5 Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran rata-

rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk

miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai

indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk

dari garis kemiskinan.

beli masyarakat semakin mendekati garis

kemiskinan.

Sedangkan dari sisi keparahan kemiskinan,

Indeks Keparahan Kemiskinan6 juga tercatat

menurun dari 0,351 pada Maret 2017 menjadi

0,299 pada Maret 2018. Hal ini

mengindikasikan ketimpangan pengeluaran

diantara penduduk miskin semakin kecil.

Indeks Keparahan Kemiskinan di pedesaan

tercatat sebesar 0,442, lebih besar

dibandingkan di perkotaan yang tercatat

sebesar 0,158. Penduduk miskin di pedesaan

cenderung memiliki variasi pengeluaran

konsumsi antar penduduk miskin yang lebih

tinggi dibandingkan di perkotaan.

Tingkat ketimpangan antara penduduk kaya

dan miskin di Sulawesi Utara masih sama

dengan kondisi tahun sebelumnya. Tingkat

ketimpangan pendapatan yang tercermin dari

Gini Ratio tercatat pada Maret 2018 tidak

berubah dibanding September 2017 yaitu

sebesar 0,394 dimana angka tersebut

dikategorikan ke dalam kelompok

ketimpangan sedang. Namun demikian,Gini

Ratio di daerah perkotaan maupun pedesaan

mulai memberikan tanda-tanda kenaikan.

Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Kemiskinan

di Wilayah Sulawesi

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Apabila dibandingkan dengan nasional dan

provinsi lain di Kawasan Sulawesi, tingkat

kemiskinan Sulawesi Utara merupakan yang

6 Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

7.80

9.06

11.25 11.63

14.01

16.81

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

SulawesiUtara

SulawesiSelatan

Sulawesi Barat SulawesiTenggara

SulawesiTengah

Gorontalo

49

paling rendah. Tingkat kemiskinan Sulawesi

Utara berada di bawah Sulawesi Selatan

(9.06%) dan nasional (10.12%), sedangkan

tingkat kemiskinan tertinggi tercatat di

provinsi Gorontalo dengan tingkat 16.81 %.

Tabel 6.3 Indikator Keadaan Kesejahteraan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Kesejahteraan petani di Sulawesi Utara masih

relatif rendah yang tercermin dari Nilai Tukar

Petani (NTP) yang masih berada di bawah

level sejahtera (100). Rata-rata NTP Sulawesi

Utara pada triwulan III 2018 tercatat sebesar

95,36 atau membaik sebesar 3,07% (yoy) serta

0.67% (qtq). Perbaikan NTP mengindikasikan

peningkatan kesejahteraan petani dengan

meningkatnya daya beli masyarakat di

kawasan pedesaan. Membaiknya NTP lebih

disebabkan naiknya harga-harga komoditi

khususnya subsektor tanaman pangan dan

hortikultura pada komponen harga yang

diterima petani, dimana subsektor ini

mempunyai share yang cukup besar dalam

pembentukan nilai NTP serta di saat yang sama

terjadi penurunan harga barang-barang yang

dikonsumsi rumah tangga.

Grafik 6.5 Perkembangan NTP Sulut

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Berdasarkan subsektor, petani pada subsektor

perikanan merupakan yang paling sejahtera,

hal ini terlihat dari angka NTP yang lebih besar

dibandingkan dengan subsektor lainnya yaitu

107.28 Peningkatan kesejahteraan kelompok

nelayan salah satunya disebabkan oleh

relaksasi kebijakan moratorium dan

transhipment. Dengan menggunakan ukuran

yang sama, petani di subsektor tanaman

pangan, hortikultura dan perkebunan masih

berada di bawah batas sejahtera dengan NTP

masing-masing 93,21, 95,03 dan 88,95.

Grafik 6.6 Sulut per Subsektor triwulan III

2018

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di

Sulawesi, penguatan NTP terjadi di seluruh

Provinsi. NTP Sulawesi Utara masih menempati

posisi kedua terendah jika dibandingkan

dengan provinsi lainnya di Sulawesi, sementara

NTP tertinggi tercatat di Sulawesi Barat.

Grafik 6.7 Perkembangan NTP di Pulau

Sulawesi pada Triwulan III 2018

Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara Tahun

2017 (2018 belum di-release) meningkat dan

merupakan tiga provinsi yang memiliki Indeks

Kebahagiaan tertinggi di Indonesia. Indeks

Kebahagiaan Sulawesi Utara tahun 2017

berdasarkan Survei Pengukuran Tingkat

Kebahagiaan (SPTK) sebesar 73,69 pada skala

1-100. Nilai ini berada di atas angka nasional

Indikator Mar-17 Mar-18

Tingkat Kemiskinan (%) 8.10 7.80

Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) 198.88 193.31

Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bulan) 333,510 344,418

Indeks Kedalaman Kemiskinan 1.368 1.270

Indeks Keparahan Kemiskinan 0.351 0.299

-4%

-3%

-2%

-1%

1%

2%

3%

88

90

92

94

96

98

100

102

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016 2017 2018

NTP Sulut Minimum Sejahtera Pertumbuhan

93.21 95.0388.95

105.91107.28

95.36

TanamanPangan

Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan NTP Sulut

95.3697.24

102.07

95.29

104.73

111.59

Sulawesi Utara SulawesiTengah

SulawesiSelatan

SulawesiTenggara

Gorontalo Sulawesi Barat

Batas Minimum Sejahtera

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

50

yang hanya sebesar 70,69. Indeks Kebahagiaan

merupakan indeks komposit yang disusun oleh

tiga dimensi, yaitu Kepuasan Hidup (Life

Satisfaction), Perasaan (Affect), dan Makna

Hidup (Eudaimonia). Dimensi kepuasan hidup

dibedakan menjadi subdimensi kepuasan

hidup personal dan kepuasan hidup sosial.

Besarnya indeks masing-masing dimensi

penyusun Indeks Kebahagiaan yaitu Indeks

Dimensi Kepuasan Hidup sebesar 74,27 (Indeks

Subdimensi Kepuasan Hidup Personal sebesar

70,14 dan Indeks Subdimensi Kepuasan Hidup

Sosial sebesar 78,40), Indeks Dimensi Perasaan

sebesar 69,29 dan Indeks Dimensi Makna

Hidup sebesar 77,11.

Adapun kontribusi masing-masing dimensi

terhadap Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara

adalah Kepuasan Hidup (34,80%), Perasaan

(31,18%) dan Makna Hidup (34,02%). Secara

nasional, Indeks Kebahagiaan Sulut berada di

peringkat ketiga tertinggi setelah Maluku

Utara (75,68) dan Maluku (73,77). Secara

spasial, Indeks Kebahagiaan penduduk yang

tinggal di wilayah perkotaan cenderung lebih

tinggi dibanding penduduk yang tinggal di

perdesaan. Nilai Indeks Kebahagiaan di

perkotaan sebesar 75,38, sedangkan di

perdesaan sebesar 71,92.

51

Bab VII. Prospek Perekonomian Daerah

7.1. Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I

2019 diperkirakan tumbuh menguat

dibandingkan perkiraan pertumbuhan

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi

Sulut diperkirakan masih berada pada kisaran

6,1-6,5% (yoy) di triwulan I 2019.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi

akan diperkirakan akan didukung oleh

peningkatan komponen konsumsi dan

investasi. Peningkatan konsumsi akan

ditopang oleh meningkatnya konsumsi rumah

tangga dan konsumsi pemerintah. Konsumsi

rumah tangga meningkat seiring dengan

peningkatan pendapatan baik dari kenaikan

UMP maupun peningkatan sektor pariwisata.

Pada tahun 2019, UMP Sulut ditetapkan

sebesar Rp 3.051.076 meningkat 8,02% (yoy).

Sementara itu, konsumsi pemerintah

diperkirakan meningkat seiring dengan

meningkatnya efektifitas penerimaan

pendapatan dan peningkatan belanja

pemerintah. Dalam RAPBD 2019 belanja

pemerintah baik langsung maupun tidak

langsung diajukan mengalami kenaikan. Dari

sisi investasi, target pemerintah untuk

menyelesaikan beberapa proyek strategis

seperti jalan tol Manado-Bitung,

pembangunan bendungan, pembangunan

ringroad Manado, pembangunan jalan

Bandara-Likupang serta pembangunan KEK

Bitung diperkirakan akan ikut mendorong

pertumbuhan investasi di Sulut. Selain itu

penyaluran dana desa 2019 mengalami

peningkatan. Kemudian, dengan

memperhitungkan lag antara pencairan dana

dan pelaksanaan proyek pembangunan di

pedesaan, realisasi dana desa berpotensi ikut

mendorong investasi di triwulan I 2019.

Di sisi perdagangan luar negeri, ekspor barang

diperkirakan melambat seiring dengan

penurunan harga kopra, tren menurun harga

CNO dunia, serta penurunan produktivitas

kelapa, selain juga disebabkan oleh faktor

base effect tingginya pertumbuhan ekspor

pada triwulan I 2018. Sementara itu, ekspor

jasa diperkirakan tetap meningkat seiring

dengan bertambahnya jumlah wisman yang

berkunjung ke Sulut dan adanya wacana

pembukaan rute penerbangan langsung ke

Manado dari Korea dan Malaysia.

Dari sisi lapangan usaha, faktor pendorong

pertumbuhan ekonomi Sulut terutama

bersumber dari lapangan usaha transportasi

dan perdagangan. LU perdagangan

diperkirakan meningkat seiring dengan

meingkatnya konsumsi rumah tangga sebagai

dampak kenaikan UMP pada tahun 2019.

Selain itu, pariwisata yang diperkirakan masih

tumbuh kuat di triwulan I 2019 juga turut

mendorong pertumbuhan sektor

perdaganganan. Lebih lanjut, sektor

transportasi diperkirakan meningkat seiring

dengan peningkatan konsumsi rumah tangga,

pertumbuhan transportasi online dan

kunjungan wisman.

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Utara pada tahun 2019 secara keseluruhan

diperkirakan meningkat dibandingkan tahun

2018. Ekonomi Sulut tahun 2019 diperkirakan

tumbuh pada kisaran 6,1-6,5% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan tahun 2018 sebesar 5,8-

6,2% (yoy). Dari sisi pengeluaran, peningkatan

pertumbuhan ekonomi tahun 2019 akan

ditopang oleh konsumsi rumah tangga, dan

Investasi. Konsumsi rumah tangga

diperkirakan meningkat sebagai dampak

naiknya UMP tahun 2019, peningkatan

produksi sektor transportasi, dan

penyelenggaraan Pemilu serentak. Sementara

itu, kinerja investasi akan ditopang oleh

peningkatan belanja modal pemerintah

maupun peningkatan pagu dana desa di Sulut

serta penyaluran dana kelurahan yang

dianggarkan di tahun 2019. Dari sisi lapangan

52

usaha, peningkatan pertumbuhan ekonomi

2019 diperkirakan akan didorong oleh sektor

perdagangan dan transportasi seiring dengan

peningkatan konsumsi rumah tangga dan

meningkatnya kunjungan wisman sebagai

dampak upaya pemerintah dalam mendorong

pariwisata.

Di tengah proyeksi perbaikan pertumbuhan

ekonomi tersebut, beberapa faktor risiko baik

dari sisi eksternal maupun internal tetap

perlu mendapat perhatian. Risiko eksternal

berupa risiko rencana berlanjutnya pengetatan

kebijakan moneter di negara ekonomi maju,

risiko kenaikan harga minyak di tahun 2018

serta risiko geopolitik dalam bentuk perang

dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat.

Di sisi domestik, risiko pertumbuhan ekonomi

Sulut bersumber dari belum kuatnya konsumsi

rumah tangga dan intermediasi perbankan.

Selain itu, Sulawesi Utara masih mengalami

risiko yang bersumber dari permasalahan di

bidang infrastruktur seperti pembebasan lahan

dan potensi defisitnya pasokan listrik seiring

dengan naiknya kebutuhan daya masyarakat.

Lebih lanjut, proses adaptasi dan transisi

pascapemilu perlu mendapat perhatian untuk

menjaga kelancaran manajemen dan

administrasi pemerintah daerah.

7.2. Inflasi

Pada triwulan I 2019, tekanan inflasi Sulut

diperkirakan meningkat dibandingkan

perkiraan inflasi triwulan IV 2018, namun

masih terkendali dan berada di rentang

sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5±1%.

Inflasi triwulan I 2019 secara tahunan

diperkirakan sebesar 2,4-2,8% (yoy).

Peningkatan intensitas hujan di puncak musim

penghujan di awal tahun diperkirakan akan

bedampak pada penurunan produksi

komoditas bahan makanan yang berpengaruh

cukup besar pada level inflasi Sulawesi Utara

Secara bulanan, inflasi diperkirakan terjadi di

keseluruhan bulan pada triwulan I 2019. Pada

Januari, inflasi diperkirakan cukup tinggi yakni

sebesar 0,61% (mtm). Pada Februari, inflasi

diperkirakan menurun yakni sebesar 0,51%

(mtm). Sementara pada Maret, inflasi lebih

moderat dan diperkirakan kembali melambat

ke angka 0,37% (mtm). Pola inflasi tersebut

diperkirakan disebabkan oleh peningkatan

yang relatif masih tinggi di bulan Januari.

Tingginya potensi risiko gangguan cuaca akibat

puncak musim penghujan pada bulan Januari –

Maret, yang diiringi dengan peningkatan

permintaan diperkirakan akan menyebabkan

harga bumbu-bumbuan khususnya barito

(bawang merah, cabai rawit dan tomat)

bergerak naik bila tidak dibarengi dengan

peningkatan pasokan. Selain komoditas

tersebut, inflasi juga diperkirakan akan

disumbang oleh angkutan udara mengingat

tren peningkatan harga minyak.

Sepanjang tahun 2019, inflasi diperkirakan

terkendali dan berada dalam rentang sasaran

inflasi sebesar 3,5%±1% (yoy), namun

demikian tetap perlu dicermati beberapa

faktor risiko inflasi yang membayangi tahun

2018 antara lain: (i) rencana kenaikan harga

TTL dan BBM seiring dengan naiknya harga

minyak dunia; (ii) potensi tekanan imported

inflation seiring melemahnya nilai tukar rupiah

terhadap US Dollar; dan (iii) ketersediaan

bahan pasokan kebutuhan pokok strategis

yang biasanya menjadi penyumbang inflasi

tahunan terbesar Sulawesi Utara.

.

.

53

Daftar Istilah dan Singkatan

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu

mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.

qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

CNO Crude Coconut Oil

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.

Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered Price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

54

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam Rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

NPL Singkatan dari Non Performing Loan disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibilitas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

Restrukturisasi kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 juta s/d Rp5 miliar.

UYD

Singkatan dari Uang yang Diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow dan inflow.

PTTB Pemberian Tanda Tidak Berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.