Upload
hakhanh
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI SULAWESI UTARA
NOVEMBER 2018
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur
MHA Ridhwan : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur
Buwono Budisantoso : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur
Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur
Zulham Effendi : Analis / Manajer
Yosua Nadapdap : Analis / Asisten Manajer
Rivky Rasyid : Analis / Asisten Manajer
Hendro Sirait : Analis / Asisten Manajer
Maurits Raymond : Analis / Asisten Manajer
Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer
Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Jl. 17 Agustus No. 56
Manado 95117
T: 0431 868102 / 868103
F: 0431 866933
Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat:
http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/Sulawesi Utara/
atau
Silahkan mengirimkan email ke:
[email protected] dengan subyek “Publikasi KEKR Sulawesi Utara”
serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan
ii
Visi, Misi & Nilai Strategis Bank Indonesia
VISI
Menjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian Indonesia dan terbaik
diantara negara emerging markets.
MISI
1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan
bauran kebijakan Bank Indonesia.
2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan makroprudensial Bank
Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan.
3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan sistem
pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta mitra strategis
lain.
4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal dan reformasi
struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.
5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi, termasuk
infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan.
6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga di tingkat
daerah.
7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan sistem
informasi Bank Indonesia.
NILAI-NILAI STRATEGIS
(i) kejujuran dan integritas (trust and integrity); (ii) profesionalisme (professionalism); (iii) keunggulan
(excellence); (iv) mengutamakan kepentingan umum (public interest); dan (v) koordinasi dan kerja
sama tim (coordination and teamwork) yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).
Visi & Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara VISI
Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang kontributif terhadap perekonomian Sulawesi Utara
yang maju dan penting bagi Indonesia, dengan semangat kerja cerdas, ikhlas, dan tuntas.
MISI
1. Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi
kebijakan.
2. Memberikan informasi mengenai perekonomian daerah dan respon kebijakan Bank
Indonesia.
3. Menjalankan fungsi advisory dengan baik.
iii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi
Utara Periode November 2018 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank
Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik
setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara
terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu
referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.
Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai
pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku
usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat
ditingkatkan di masa yang akan datang.
Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun
terdapat penyajian data yang kurang tepat, untuk itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan
masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.
Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi
semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.
Manado, November 2018
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI UTARA
ttd
Soekowardojo
Direktur
iv
Daftar Isi
Visi, Misi & Nilai Strategis Bank Indonesia .............................................................................................. ii
Visi & Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara ................................................. ii
Kata Pengantar ....................................................................................................................................... iii
Daftar Grafik ........................................................................................................................................... vi
Indikator Ekonomi dan Perbankan ...................................................................................................... viii
Ringkasan Eksekutif................................................................................................................................. 1
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro ................................................................................................... 3
1.1. PDRB – Jenis Pengeluaran ....................................................................................................... 4
1.1.1 Konsumsi......................................................................................................................... 4
1.1.2 Investasi (PMTB) ............................................................................................................. 6
1.1.3 Ekspor-Impor .................................................................................................................. 7
1.2. PDRB – Lapangan Usaha ......................................................................................................... 9
1.2.1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan ............................................................................ 9
1.2.2 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ......................... 10
1.2.3 Konstruksi ..................................................................................................................... 11
1.2.4 Transportasi .................................................................................................................. 12
1.2.5 Industri Pengolahan ..................................................................................................... 12
Bab II. Keuangan Pemerintah ................................................................................................................ 14
2.1. APBD Provinsi Sulawesi Utara 2018 ...................................................................................... 14
2.1.1. Pendapatan APBD Provinsi Sulut ................................................................................. 14
2.1.2. Belanja APBD Provinsi Sulut ........................................................................................ 15
2.2. Alokasi APBN di Sulawesi Utara ............................................................................................ 17
Bab III. Perkembangan Inflasi Daerah ................................................................................................... 18
3.1. Evaluasi Realisasi Inflasi triwulan III 2018 ........................................................................... 18
3.1.1. Inflasi Tahunan (yoy) .................................................................................................... 18
3.1.2. Inflasi Bulanan (mtm) ................................................................................................... 22
3.2. Arah Perkembangan Inflasi Triwulan IV 2018 ..................................................................... 24
3.3. Program Pengendalian Inflasi dan Tantangan yang Dihadapi ............................................ 25
Bab IV. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM ............................ 27
4.1. STABILITAS KEUANGAN DAERAH ......................................................................................... 27
4.1.1. ASESMEN SEKTOR KORPORASI .................................................................................... 27
4.1.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA ........................................................................... 28
4.1.3. ASESMEN SEKTOR INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) ........................................... 31
v
4.2. AKSES KEUANGAN ................................................................................................................ 33
4.2.1. AKSES KEUANGAN KEPADA UMKM ............................................................................. 33
Bab V. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah ..................................... 35
5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai di Sulawesi Utara .............................................. 35
5.2. Upaya Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran ................................................................. 36
5.3. Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai .................................................................... 37
Bab VI. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan ........................................................................................ 46
6.1. KETENAGAKERJAAN ............................................................................................................. 46
6.2. KESEJAHTERAAN ................................................................................................................... 47
Bab VII. Prospek Perekonomian Daerah ............................................................................................... 51
7.1. Pertumbuhan Ekonomi ......................................................................................................... 51
7.2. Inflasi ..................................................................................................................................... 52
Daftar Istilah dan Singkatan .................................................................................................................. 53
vi
Daftar Grafik
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sulut ................................................................................................................. 3
Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi triwulan III 2018 ....................................... 3
Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi ......................................................................................................................... 4
Grafik 1.4 Simpanan Pemerintah Pusat pada Perbankan di Sulut Tahun 2017-2018 ............................................. 5
Grafik 1.5 harga CNO .............................................................................................................................................. 6
Grafik 1.6 Volume Ekspor Sulut dan Pertumbuhannya .......................................................................................... 8
Grafik 1.7 Perkembangan Wisman Sulawesi Utara ................................................................................................ 8
Grafik 1.8 Impor Sulawesi Utara ............................................................................................................................. 8
Grafik 1.9 Struktur Sektor Pertanian Sulawesi Utara............................................................................................ 10
Grafik 1.10 NTP Subsektor .................................................................................................................................... 10
Grafik 1.11 Pertumbuhan Penjualan Eceran ........................................................................................................ 11
Grafik 1.12 Jumlah Penumpang Datang dan Berangkat di Bandara Sam Ratulangi ............................................. 12
Grafik 1.13 Volume Ekspor Komoditas Industri Sulut ........................................................................................... 13
Grafik 1.14 Pergerakan Harga CNO ...................................................................................................................... 13
Grafik 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut 2018 ..................................................................... 14
Grafik 2.2 Perkembangan Anggaran Belanja Modal APBD Sulut 2018 ................................................................. 15
Grafik 3.1 Inflasi Tahunan Sulawesi Utara ............................................................................................................ 18
Grafik 3.2 Andil Inflasi Kelompok Bahan Makanan ............................................................................................... 18
Grafik 3.3 Andil Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau ................................................ 19
Grafik 3.4 Andil Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar .................................................... 19
Grafik 3.5 Inflasi Kelompok Sandang .................................................................................................................... 20
Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Kesehatan ................................................................................................................. 20
Grafik 3.7 Andil Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ................................................................. 21
Grafik 3.8 Andil Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan ...................................................... 21
Grafik 4.1 Likert Scale Kegiatan Usaha Sulut ........................................................................................................ 28
Grafik 4.2 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi .................................................................................................. 28
Grafik 4.3 Pertumbuhan Kredit Korporasi ............................................................................................................ 28
Grafik 4.4 Indeks Keyakinan Konsumen Sektor RT di Sulut .................................................................................. 29
Grafik 4.5 Kondisi Ekonomi Saat Ini ...................................................................................................................... 29
Grafik 4.6 Ekspektasi Sektor Rumah Tangga ........................................................................................................ 30
Grafik 4.7 Komposisi Tabungan dan Deposito Perseorangan di Sulawesi Utara .................................................. 30
Grafik 4.8 Pertumbuhan DPK Perseorangan Tabungan dan Deposito ................................................................. 30
Grafik 4.9 Komposisi Kredit RT ............................................................................................................................. 30
Grafik 4.10 Perkembangan Kredit RT ................................................................................................................... 31
Grafik 4.11 Perkembangan Aset Perbankan Umum di Sulawesi Utara ................................................................ 31
Grafik 4.12 Perkembangan Kredit Perbankan Umum di Sulawesi Utara .............................................................. 32
Grafik 4.13 Komposisi Kredit Perbankan Umum di Sulut ..................................................................................... 32
Grafik 4.14 Perkembangan KMK Perbankan Umum di Sulawesi Utara ............................................................... 32
Grafik 4.15 Perkembangan KI Perbankan Umum di Sulawesi Utara.................................................................... 32
Grafik 4.16 Perkembangan NPL di KTI .................................................................................................................. 33
Grafik 4.17 Perkembangan Kredit UMKM Sulut ................................................................................................... 34
Grafik 4.18 Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Wilayah di Sulawesi Utara ......................................................... 34
Grafik 5.1 Posisi Netflow Uang Kartal Sulawesi Utara ..............................................Error! Bookmark not defined.
Grafik 5.2 Inflow Uang Kartal Sulawesi Utara ....................................................................................................... 35
Grafik 5.3 Outflow Uang Kartal Sulawesi Utara .................................................................................................... 35
Grafik 5.4 Inflow Uang Kartal Berdasarkan Lokasi Kas ......................................................................................... 35
Grafik 5.5 Outflow Uang Kartal Berdasarkan Lokasi Kas ...................................................................................... 36
Grafik 5.6 Rasio Pemusnahan Terhadap Inflow .................................................................................................... 36
Grafik 5.7 Pemusnahan Berdasarkan Pecahan ..................................................................................................... 36
vii
Grafik 5.8 Lokasi Kas Titipan dan Program BI Jangkau ......................................................................................... 37
Grafik 5.9 Nominal dan Volume Transaksi RTGS .................................................................................................. 37
Grafik 5.10 Perkembangan Transaksi SKNBI ......................................................................................................... 38
Grafik 5.11 Komposisi Transaksi SKNBI ................................................................................................................. 38
Grafik 5.12 Persentase Temuan Uang Palsu Terhadap Outflow Uang .....................Error! Bookmark not defined.
Grafik 5.13 transaksi KUPVA BB ............................................................................................................................ 39
Grafik 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Periode Agustus (%) .......................................................................... 46
Grafik 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan ...... 47
Grafik 6.3 Perkembangan TPT Agt-2018 se-Kawasan Indonesia Timur ................................................................ 47
Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Wilayah Sulawesi ...................................................................... 48
Grafik 6.5 Perkembangan NTP Sulut ..................................................................................................................... 49
Grafik 6.6 Sulut per Subsektor triwulan III 2018 ................................................................................................... 49
Grafik 6.7 Perkembangan NTP di Pulau Sulawesi pada Triwulan III 2018 ........................................................... 49
Daftar Tabel Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran ........................................................................ 4
Tabel 1.2 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran ....................................................... 4
Tabel 1.3 Pangsa Jenis Penggunaan........................................................................................................................ 4
Tabel 1.4 Realisasi Belanja Non-Modal APBN yang Disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi Sulut ......................... 5
Tabel 1.5 Realisasi Belanja Modal APBN yang Disalurkan di Sulut & APBD Prov Sulut .......................................... 7
Tabel 1.6 Kinerja Ekspor Impor Triwulan I 2018 ..................................................................................................... 7
Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha ........................................................................... 9
Tabel 1.8 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha ......................................................... 9
Tabel 1.9 Pangsa Lapangan Usaha .......................................................................................................................... 9
Tabel 1.10 Proyek Strategis dan Alokasi Dana APBN di Sulut (posisi Oktober 2018) ........................................... 11
Tabel 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut 2018 ............................................................. 14
Tabel 2.2 Realisasi Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut ................................................................................. 15
Tabel 2.3 Perkembangan Anggaran Belanja APBD Provinsi Sulut 2018 ............................................................... 15
Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBD Prov Sulut ......................................................................................................... 16
Tabel 2.5 Postur Alokasi Belanja APBN di Sulut .................................................................................................... 17
Tabel 2.6 Realisasi Belanja APBN di Sulut Tahun 2017 ......................................................................................... 17
Tabel 3.1 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Bahan Makanan ............................................................. 18
Tabel 3.2 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau .............. 19
Tabel 3.3 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB ................................. 19
Tabel 3.4 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Sandang ......................................................................... 20
Tabel 3.5 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Kesehatan ...................................................................... 20
Tabel 3.6 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ........................................ 21
Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ........................................................... 21
Tabel 3.8 Inflasi bulanan seluruh kelompok dan andil inflasinya pada bulan Juli ................................................ 22
Tabel 3.9 Inflasi bulanan seluruh kelompok dan andil inflasinya pada bulan Agustus ......................................... 23
Tabel 3.10 Inflasi bulanan seluruh kelompok dan andil inflasinya pada bulan September.................................. 23
Tabel 3.11 Inflasi Oktober 2018 ............................................................................................................................ 24
Tabel 6.1 Keadaan Ketenagakerjaan (ribu jiwa .................................................................................................... 46
Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan ........................................................................................................................................................... 47
Tabel 6.3 Indikator Keadaan Kesejahteraan ......................................................................................................... 49
viii
Indikator Ekonomi dan Perbankan
Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik
INDIKATORI. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III
A PDB Nasional (yoy) 4.71 4.67 4.73 5.04 4.79 4.92 5.18 5.02 4.94 5.02 5.01 5.01 5.06 5.19 5.07 5.06 5.27 5.17
B Inflasi Nasional (yoy) 6.38 7.26 6.83 3.35 3.35 4.45 3.45 3.07 3.02 3.02 3.61 4.37 3.72 3.61 3.61 3.40 3.12 2.88
II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III
A 1. Laju Inflasi (ytd) % (0.40) 2.14 2.23 5.56 5.56 (1.02) (0.71) (0.93) 0.35 0.35 2.51 2.49 2.09 3.09 2.44 2.28 3.51 1.10 2. Laju Inflasi (yoy) % 7.99 8.73 9.34 5.56 5.56 4.91 3.67 2.28 0.35 0.35 3.93 3.59 3.42 4.42 2.44 2.24 3.46 1.45 3. Laju Inflasi (mtm) % 0.50 0.49 0.62 1.74 1.74 (0.03) 1.06 (0.68) (1.52) (1.52) 0.23 1.15 (1.04) (0.04) 0.51 0.13 0.65 (0.79) 4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 0.59 1.21 2.37 5.93 5.93 (2.51) 3.62 (3.56) 1.69 1.69 0.62 2.29 (4.08) 0.81 0.81 (0.77) 0.01 (2.62) 5. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0.07 0.07 0.67 0.79 0.79 0.11 0.47 0.09 0.46 0.46 (0.19) 0.23 0.39 0.11 0.11 (0.19) 0.00 - 6. Inflasi Perumahan (mtm) % 0.44 0.05 0.08 0.40 0.40 (0.18) 0.42 0.17 0.96 0.96 0.36 0.75 0.02 0.55 0.55 0.04 0.00 0.04 7. Inflasi Sandang (mtm) % (0.12) 0.36 0.07 0.38 0.38 0.14 0.32 0.03 0.52 0.52 0.20 0.39 0.13 0.44 0.44 0.33 0.00 (0.39) 8. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0.27 0.17 0.13 0.30 0.30 - 0.41 0.26 0.21 0.21 0.92 1.31 0.32 - - 0.70 - - 9. Inflasi Pendidikan (mtm) % 0.31 0.27 - 0.35 0.35 0.05 0.03 0.05 0.14 0.14 0.06 0.17 - 0.09 0.09 0.01 0.00 - 10. Inflasi Transportasi (mtm) % 1.28 0.94 (0.28) 0.29 0.29 (1.50) (0.18) 0.57 1.91 1.91 (0.29) 1.70 (0.86) 0.75 0.75 1.78 0.02 (0.94)
B PDRB Penggunaan 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 6.49 6.17 6.43 5.80 6.49 6.53 6.32 6.60 5.83 - Konsumsi Rumah Tangga 6.26 6.06 6.72 6.69 6.44 6.82 6.93 5.84 5.52 6.27 4.28 5.03 4.47 4.31 4.52 4.43 4.12 3.17 - Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) 5.65 9.75 0.25 5.57 5.45 5.60 2.67 4.76 6.24 7.41 5.18 3.91 5.63 9.51 10.78 6.94 - Konsumsi Pemerintah 7.19 7.80 10.96 13.00 9.94 8.94 11.37 (1.50) (6.55) 2.32 2.72 (0.30) 9.98 10.00 5.81 2.57 10.73 9.01 - Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.56 6.61 12.86 12.37 9.08 9.96 9.86 6.34 1.62 6.29 4.61 6.20 9.33 8.49 7.18 4.23 2.17 7.71 - Perubahan Persediaan (72.36) (77.23) (62.90) 22.94 (63.28) (136.10) (35.44) (34.43) (34.79) (55.37) (266.04) (24.08) (35.98) (42.40) 2.91 (25.15) (19.25) (29.38) - Ekspor Luar Negeri (3.15) (13.86) (9.52) (21.34) (11.70) (20.07) (12.86) (2.80) 53.37 0.14 16.83 (3.86) 7.91 (13.87) 1.61 14.02 29.87 0.41 - Impor Luar Negeri 1.64 (25.08) 3.54 16.45 (0.88) 16.01 126.75 18.79 (14.15) 28.53 (32.19) (16.91) 98.81 4.21 3.09 (1.97) (25.45) (24.23) - Net Ekspor Antardaerah (8.21) (9.23) 8.49 7.27 (1.38) (9.44) (16.26) (11.50) 12.41 (7.48) 11.85 (4.17) (6.15) (12.70) (1.75) (0.32) 31.72 13.70
C PDRB Lapangan Usaha 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 6.49 6.17 6.43 5.80 6.49 6.53 6.32 6.60 5.83
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.27 4.43 2.83 0.66 2.95 0.90 2.11 4.08 5.72 3.67 5.38 4.66 4.21 4.08 4.42 3.85 (0.30) 1.71
Pertambangan dan Penggalian 12.40 8.35 7.48 5.30 8.17 3.56 0.81 0.81 3.85 4.42 9.45 9.81 10.71 5.20 9.07 6.49 6.66 7.48
Industri Pengolahan 4.57 3.67 0.83 1.80 2.65 2.68 (1.23) 1.82 1.45 1.11 6.53 7.17 8.11 9.37 8.00 3.88 7.69 1.76
Pengadaan Listrik dan Gas 31.93 4.35 2.99 (5.05) 6.76 8.10 30.18 27.07 2.43 17.52 2.22 1.07 5.11 10.19 4.79 5.11 5.97 2.39
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.15 8.29 (0.87) (4.90) 2.42 0.17 1.44 6.31 4.47 3.07 1.82 0.88 (1.41) 2.00 0.81 (0.81) (0.77) 3.63
Konstruksi 7.12 7.53 11.25 11.48 9.49 9.88 9.86 6.23 5.76 6.89 5.45 6.35 8.94 8.59 7.46 6.97 5.50 10.49
Perdagangan Besar dan Eceran 6.09 5.49 5.44 6.65 5.93 6.53 7.91 7.23 4.76 6.05 5.41 4.73 5.64 5.45 5.68 6.57 6.67 5.28
Transportasi dan Pergudangan 8.78 7.99 7.06 5.47 7.25 7.83 8.47 9.94 10.14 9.24 7.61 6.04 4.45 5.41 5.64 8.93 8.91 7.95
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.62 7.50 9.10 11.35 8.52 11.56 8.49 17.80 13.69 12.69 5.94 12.31 2.59 5.70 6.51 14.59 8.85 6.57
Informasi dan Komunikasi 8.20 9.23 8.75 9.52 8.95 8.24 8.94 9.86 9.03 9.20 9.40 9.35 4.32 6.17 6.71 7.48 7.75 8.86
Jasa Keuangan dan Asuransi 6.79 2.58 10.26 (3.32) 3.91 12.41 21.09 14.82 28.36 19.16 7.67 7.62 6.83 4.27 6.68 5.07 3.62 (0.57)
Real Estate 7.56 7.14 7.21 7.76 7.42 7.00 6.90 7.31 7.03 7.08 8.87 7.09 7.00 7.13 7.36 7.57 8.65 7.63
Jasa Perusahaan 8.14 8.26 8.40 6.29 7.73 6.36 6.36 6.86 9.16 6.87 8.34 7.54 9.68 10.40 9.05 9.48 9.73 8.13
Adm.i Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 8.37 9.24 8.74 9.47 8.99 8.07 8.76 1.47 2.03 4.72 3.89 (1.92) 9.71 9.28 5.44 6.67 8.98 4.10
Jasa Pendidikan 2.62 5.81 9.69 9.98 7.08 7.98 7.48 1.34 7.87 6.21 5.80 3.78 7.05 8.32 5.77 7.08 6.93 9.84
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.46 9.35 9.16 8.36 7.88 7.10 6.82 9.89 8.80 8.02 8.71 8.37 6.49 7.11 7.49 12.17 9.98 11.21
Jasa lainnya 6.17 7.42 8.77 7.75 7.56 7.34 7.87 9.94 9.23 8.64 9.12 7.25 7.33 10.97 8.40 15.63 12.72 11.96
II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III
Policy Rate (%)* 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 6.75 6.50 4.75 4.75 4.75 4.75 4.75 4.25 4.25 4.25 4.25 5.25 5.75
Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 13,084 13,313 13,854 13,726 13,494 13,527 13,317 12,998 13,436 13,320 13,348 13,309 13,332 13,537 13,382 13,756 14,404 14,541
III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III
1. Ekspor (ribu USD) 217,525 237,181 185,865 169,770 810,342 206,702 248,194 181,715 212,142 848,753 228,415 230,185 226,993 208,570 226,995 261,962 268,090 223,097
2. Impor (ribu USD) 17,027 10,714 8,916 26,115 62,772 36,186 49,050 11,057 27,976 124,269 37,411 48,758 84,153 84,154 20,058 13,699 16,061 36,364
IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III
A. Jumlah Bank 46 46 46 46 46 46 47 48 48 48 48 48 49 49 49 49 49 49
1. Bank Umum 24 24 24 24 24 28 29 30 30 30 30 30 31 31 31 31 31 31
1.1. Bank Pemerintah 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
1.2. Bank Swasta (non Syariah) 18 18 18 18 18 18 19 20 20 20 20 20 21 21 21 21 21 21
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
3. Bank Syariah 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) 347 350 345 342 342 340 340 342 348 348 349 348 306 355 355 355 355 379
1. Bank Umum 292 295 290 289 289 285 285 287 293 293 294 292 299 299 299 299 323 323
1.1. Konvensional 276 279 275 275 275 272 273 274 280 280 281 279 286 286 286 286 310 310
1.2. Syariah 16 16 15 14 14 13 12 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 56 56 56 56 56 56 56
2.1. Konvensional 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 56 56 56 56 56 56 56
2.2. Syariah - - - - - - - - - - - - - - - - - -
C. Total Asset (Rp miliar) 35,839 37,037 38,383 37,196 37,195 39,637 40,521 40,593 40,095 40,095 41,820 42,974 44,125 44,117 44,117 46,653
1. Bank Umum (non syariah) 34,381 35,566 36,932 35,721 35,721 38,135 39,033 39,085 38,561 38,561 40,253 41,396 42,509 42,468 42,468 45,016 45,169 44,684
2. BPR 973 977 983 1,004 1,004 1,069 1,058 1,100 1,100 1,100 1,131 1,122 1,152 1,158 1,158 1,154 1,182
3. Bank Syariah 485 494 468 470 470 433 430 408 434 434 437 456 464 491 491 483
Keterangan :
* Menggunakan BI-7 day (Reverse) Repo Rate sejak 19 Agustus 2016
** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor
2016 20182015 2017
ix
Indikator Ekonomi dan Perbankan
Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik
INDIKATOR 2018 2018 2018
IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III
D. Indikator Kinerja Bank Umum
1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 20,368 21,096 21,848 21,482 21,482 21,537 21,860 21,229 21,215 21,215 21,508 22,436 23,102 23,653 23,653 24,387 24,174 25,688
1.1. Giro 3,855 4,292 4,485 4,436 4,436 5,017 4,049 4,017 3,147 3,147 4,083 4,231 4,057 4,041 4,041 4,690 4,710 5,837
1.2. Deposito 7,752 8,022 8,242 6,485 6,485 7,071 7,352 7,011 6,879 6,879 7,283 7,579 7,892 7,304 7,304 7,995 8,081 8,454
1.3. Tabungan 8,762 8,782 9,121 10,562 10,562 9,448 10,458 10,201 11,189 11,189 10,142 10,627 11,153 12,308 12,308 11,701 11,383 11,397
2. Kredit (Rp miliar) 27,079 28,652 30,036 30,273 30,273 29,630 30,714 30,824 31,440 31,440 32,020 32,831 34,005 34,517 34,517 35,630 35,630
2.1. Berdasarkan Jenis Penggunaan
- Modal Kerja 7,309 7,538 7,546 7,564 7,564 7,704 8,156 8,111 8,090 8,090 8,192 8,627 8,915 8,945 8,945 9,038 9,235 9,541
- Investasi 3,022 3,743 4,542 4,265 4,265 4,143 4,380 4,342 4,383 4,383 4,590 4,346 4,498 4,456 4,456 4,455 4,496 5,048
- Konsumsi 16,067 16,209 17,248 17,739 17,739 17,782 18,178 18,371 18,967 18,967 19,238 19,858 20,592 21,116 21,116 22,137 21,498 21,734
2.2. Berdasarkan Sektor Ekonomi
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 480 506 510 545 545 539 569 561 609 609 611 649 526 737 737 763 761 818
Pertambangan & Penggalian 38 733 1,594 1,317 1,317 1,222 1,360 1,280 1,247 1,247 1,515 1,543 1,493 1,444 1,444 1,564 1,442 1,908
Industri Pengolahan 763 795 720 733 733 714 717 701 720 720 726 642 634 625 625 556 602 587
Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es 2 4 9 12 12 17 19 22 45 45 47 49 99 89 89 82 80 68
Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang 5 5 5 5 5 5 7 8 7 7 7 7 4 4 4 4 4 6
Konstruksi 724 839 900 807 807 751 975 1,086 954 954 978 1,147 1,279 1,114 1,114 1,146 1,319 1,437
Perdagangan Besar & Eceran 6,075 6,230 6,228 6,549 6,549 6,708 6,956 6,937 6,948 6,948 6,952 7,011 7,141 7,280 7,280 7,232 7,294 7,457
Transportasi & Pergudangan 303 329 279 350 350 346 342 345 444 444 456 351 370 349 349 298 349 360
Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 417 457 473 430 430 448 544 560 579 579 572 616 625 649 649 676 708 696
Informasi & Komunikasi 4 6 5 4 4 4 4 1 1 1 9 9 9 13 13 13 5 5
Jasa Keuangan & Asuransi 78 85 74 57 57 53 42 38 34 34 25 24 21 10 10 8 11 7
Real Estate 340 342 345 355 355 356 340 330 319 319 298 300 305 299 299 293 289 283
Jasa Perusahaan 235 228 223 225 225 276 275 206 171 171 168 154 159 158 158 146 148 168
Adm.i Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 41
Jasa Pendidikan 42 39 37 35 35 39 36 33 36 36 37 48 51 48 48 46 45 48
Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 35 37 35 39 39 37 36 35 35 35 34 34 36 42 42 43 53 51
Jasa Lainnya 579 643 463 420 420 330 311 306 317 317 341 381 462 530 530 608 613 642
Lain-lain 15,808 16,209 16,988 18,386 18,386 17,782 18,178 18,373 18,970 18,970 19,242 19,864 20,788 21,124 21,124 22,148 21,504 21,740
2.3. Kredit untuk Debitur UMKM 7,472 7,446 7,228 7,430 7,430 7,612 7,828 8,079 8,262 8,262 8,151 8,417 8,930 9,084 9,084 9,082 9,497 9,893
2.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) % 128.12 131.00 132.73 135.73 135.73 137.57 140.50 145.20 148.20 148.20 148.88 146.33 147.20 145.93 145.93 146.10 145.73
2.5. Non Performing Loan (NPL) -
- Nominal (Rp miliar) 894 988 996 984 984 1,072 1,142 1,186 1,070 1,070 1,222 1,305 1,256 1,136 1,136 1,155 1,108 1,105
- Rasio (%) 3.39 3.45 3.32 3.33 3.33 3.62 3.72 3.85 3.40 3.40 3.82 3.97 3.69 3.29 3.29 3.24 3.14 3.04
V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TWIII
1. Kas (Rp miliar)
- Inflow 2,323 1,094 1,820 1,100 6,337 2,504 1,035 2,476 1,289 7,305 2,403 970 2,536 1,412 12,397 2,909 2,059 1,590
- Outflow 692 1,407 2,380 2,772 7,251 710 2,469 1,810 2,790 7,779 766 2,931 1,398 3,577 11,471 1,191 2,913 1,100
2. Kliring
- Volume Kliring (Lembar) 90,235 92,390 94,408 99,206 376,239 85,025 88,256 82,903 84,940 341,124 73,286 57,762 60,542 59,266 371,943 50,273 48,636 49,926
- Nominal Kliring (Rp Miliar) 2,668 2,362 2,494 2,785 10,310 2,410 2,261 2,274 2,429 9,374 2,042 1,527 1,774 1,765 10,660 1,582 1,497 1,624
- Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1,455 1,515 1,523 1,600 1,523 1,518 1,401 1,382 1,348 1,412 1,182 1,050 976 956 1,020 811 884 805
- Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) 43.0 38.7 40.2 44.9 41.7 43.0 35.9 37.9 38.6 38.8 32.9 27.8 28.6 28.5 29.7 25.5 27.2 26.2
- Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 3.16 2.83 2.53 2.71 2.81 3.90 2.85 2.74 2.67 3.04 2.81 2.70 2.46 2.29 3.03 2.07 2.30 1.98
- Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 2.92 2.88 2.56 3.19 2.89 4.04 3.33 2.85 4.22 3.61 3.30 2.79 2.86 3.00 3.45 2.32 2.86 2.30
Keterangan :
** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor
20162015 2017
1
Ringkasan Eksekutif Kinerja perekonomiankembali melambat... Realisasi keuangan pemerintah belum maksimal… Inflasi Sulut masih terkendali dan dibawah rentang sasaran inflasi Nasional... Kondisi keuangan daerah relatif stabil...
Perkembangan Ekonomi Makro Perekonomian Sulawesi Utara (Sulut) kembali melambat pada Triwulan III 2018. Melambatnya pertumbuhan konsumsi menjadi salah satu faktor yang menahan pertumbuhan ekonomi Sulut. Perlambatan konsumsi rumah tangga tersebut terjadi seiring dengan perlambatan pertumbuhan tiga lapangan usaha utama di Sulawesi Utara, yaitu industri pengolahan, perdagangan, dan transportasi serta pertumbuhan LU pertanian yang masih rendah. Di sisi lain, investasi menguat secara signifikan di TW III 2018 yang bersumber dari peningkatan investasi bangunan oleh swasta. Selain itu, peningkatan realisasi belanja modal pemerintah baik yang bersumber dari APBD maupun APBN mampu menahan pertumbuhan ekonomi TW III melambat lebih dalam.
Keuangan Pemerintah Pada triwulan III 2018, realisasi anggaran pendapatan Sulawesi Utara cukup baik. Realisasi anggaran pendapatan Sulut sebesar 74,70% lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan III 2017.Disisi lain, realisasi anggaran belanja belum maksimal meskipun ada perbaikan. Realisasi belanja APBD Provinsi Sulut pada Triwulan II 2018 sebesar 55,52% lebih tinggi dibandingkan dengan Triwulan II 2017 dan Triwulan II 2016 yang masing-masing 53,63% dan 63,4%. Adapun penyerapan alokasi anggaran APBN di Sulut di Triwulan III 2018 tercatat sebesar 56,9%, lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yang tercatat sebesar 57,13%. Penyerapan yang belum maksimal disebabkan oleh belanja barang dan belanja modal yang belum maksimal.
Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi Sulawesi Utara pada triwulan III 2018 tercatat sebesar 1,45% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (3,46%, yoy). Inflasi Sulut pada triwulan III 2018 relatif terkendali dan masih berada di bawah rentang sasaran inflasi Nasional tahun 2018: 3,5%±1% (yoy). Inflasi tahunan pada triwulan III 2018 disumbang oleh kelompok Bahan Makanan sebesar 0,35%, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0,29%, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 0,25%, Kelompok Sandang sebesar 0,04%, Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0,39%, kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar 0,09% dan kelompok kesehatan dengan andil inflasi sebesar 0,04%.
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Kondisi keuangan daerah Sulawesi Utara relatif stabil meskipun mengalami perlambatan, tercermin dari melambatnya peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK), aset dan kredit. Dari jenis kredit, perlambatan pertumbuhan kredit terjadi pada jenis Kredit Konsumsi (KK) sedangkan Kredit Modal Kerja (KMK) tercatat tumbuh melambat di sisi lain, Kredit Investasi tercatat tumbuh meningkat pada triwulan laporan. Namun demikian, kualitas kredit membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan kredit UMKM triwulan III 2018 sebesar 10,79% (yoy), rasio kredit bermasalah UMKM membaik menjadi 4,49% dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,92%. Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit juga mengalami peningkatan sebesar 27,24%, meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 26,96%.
2
Penyelenggaraan layanan sistem pembayaran baik nontunai maupun tunai berjalan dengan baik… Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara membaik.. Prospek perekonomian relatif menguat di Triwulan I 2019..
Lebih lanjut, ketahanan sektor korporasi dan sektor rumah tangga juga masih terjaga meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 3,17% (yoy) dengan share terhadap PDRB sebesar 45,42%.
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Pergerakan aliran uang kartal dari kas KPwBI Sulut ke masyarakat pada triwulan III 2018 masih mengikuti pola musimannya yaitu net-inflow, yaitu aliran uang yang masuk ke KPwBI Provinsi Sulawesi Utara lebih besar dibandingkan uang yang keluar. Nominal transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) pada triwulan III 2018 di Sulut tercatat sebesar Rp3,83 triliun. Jumlah ini meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp3,52 triliun atau meningkat sebesar 8,97% (qtq). Di sisi lain, transaksi SKNBI meningkat sebesar Rp0,3 triliun atau 9,43% (qtq) dibandingkan dengan dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan hasil pengawasan off-site, aktivitas Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) pada triwulan III 2018 menunjukkan peningkatan. Total transaksi KUPVA BB pada triwulan III 2018 tercatat sebesar Rp 13,87 miliar, meningkat sebesar 13,74% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Naiknya jumlah tenaga kerja di beberapa sektor utama menyebabkan terjadinya perbaikan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara yang tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada periode Agustus 2018 yang sebesar 6,86%, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di level 7,18%. Turunnya angka TPT disebabkan naiknya jumlah tenaga kerja di beberapa sektor utama antara lain Perdagangan (9,7%), Industri Pengolahan (19,83%), Transportasi (19,7%) dan Pertanian (1,94%). Selain itu, kondisi kesejahteraan di Sulawesi Utara secara umum mengalami perbaikan yang tercermin dari penurunan tingkat kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Utara pada periode Maret 2018 sebanyak 194,85 ribu jiwa (7,8%) turun dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2017 yang berjumlah sekitar 200,35 ribu jiwa (8,2%) atau turun sebesar 0,3%. Angka ini masih di bawah tingkat kemiskinan nasional yang tercatat mencapai 9,82% pada periode Maret 2018.
Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Sulawesi Utara ke depan diperkirakan terus meningkat. Pada Triwulan I 2019 ekonomi Sulut tumbuh menguat seiring penguatan konsumsi dan investasi. Sedangkan secara keseluruhan tahun 2019, ekonomi Sulut diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Ekonomi Sulut triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh 6,1-6,5% (yoy) dan keseluruhan tahun 2018 tumbuh 6,1-6,5% (yoy). Di sisi inflasi, IHK Sulut juga diperkirakan akan mengalami tekanan inflasi yang cukup kuat pada triwulan I 2019 dan untuk keseluruhan tahun 2018 inflasi diperkirakan berada dalam rentang sasaran inflasi.
3
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro
Perekonomian Sulawesi Utara (Sulut)
triwulan III 2018 tumbuh melambat
dibandingkan triwulan II 2018 dari 5,83%
(yoy) menjadi 5,66% (yoy). Pertumbuhan
tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
periode yang sama tahun 2017 yang tumbuh
sebesar 6,49% (yoy) dan lebih rendah dari rata-
rata pertumbuhan triwulan III selama 5 tahun
terakhir (2013-2017) sebesar 6,23% (yoy).
Bahkan pertumbuhan ekonomi Sulut triwulan
III 2018 menjadi pertumbuhan ekonomi
triwulan III terrendah dalam 5 tahun terakhir.
Sementara itu, Pertumbuhan ekonomi Sulut
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,17%
(yoy) pada triwulan III 2018. Namun demikian,
apabila dibandingkan pertumbuhan ekonomi
seluruh provinsi di Pulau Sulawesi,
pertumbuhan Sulut relatif lebih rendah dan
hanya lebih tinggi dari provinsi Gorontalo.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulut
triwulan III 2018 disebabkan oleh beberapa
faktor. Dari sisi pengeluaran, perlambatan
pertumbuhan triwulan II disebabkan oleh
melambatnya konsumsi rumah tangga dan
ekspor luar negeri yang cukup signifikan di
tengah menguatnya investasi (penguatan
modal tetap bruto) dan konsumsi pemerintah.
Dari sisi lapangan usaha (LU), melambatnya LU
industri, transportasi dan perdagangan serta
LU pertanian yang belum tumbuh kuat meski
meningkat menjadi faktor perlambatan
perekonomian Sulut di triwulan III meskipun
pertumbuhan LU konstruksi menguat secara
signifikan.
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sulut
Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan
ekonomi seluruh provinsi di Pulau Sulawesi,
Provinsi Sulut menjadi provinsi dengan
pertumbuhan ekonomi terendah kedua di
pulau Sulawesi. Pertumbuhan ekonomi Sulut
hanya lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi
nasional yang sebesar 517% dan pertumbuhan
ekonomi provinsi Gorontato yang tumbuh
sebesar 5,24%.
Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi triwulan III 2018
Memasuki triwulan IV 2018, pertumbuhan
ekonomi Sulut diperkirakan berada dalam
kisaran 5,8–6,2% (yoy), menguat
dibandingkan triwulan III 2018. Berdasarkan
jenis penggunaannya, penguatan tersebut
berasal dari konsumsi rumah tangga yang
diperkirakan meningkat. Dari sisi lapangan
usaha, penguatan kinerja LU industri
pengolahan, transportasi dan perdagangan
ditengah konstruksi yang masih tumbuh kuat
menjadi faktor pendorong penguatan
4
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di
triwulan IV.
Sepanjang tahun 2018, pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh
melambat dalam kisaran 5,8%-6,2%
dibanding tahun sebelumnya sebesar 6,17%.
Melambatnya konsumsi rumah tangga dan
investasi yang mencakup hampir 70% dari
seluruh total perekonomian dari sisi
pengeluaran menjadi penyebab perlambatan
ekonomi Sulawesi Utara meskipun konsumsi
pemerintah menguat dan ekspor luar negeri
tumbuh signifikan. Dari sisi lapangan usaha,
kinerja LU pertanian dan industri pengolahan
yang melambat ditengah menguatnya
konstruksi dan transportasi menyebabkan
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara tahun
2018 tumbuh lebih lambat dibandingkan
periode sebelumnya.
1.1. PDRB – Jenis Pengeluaran
Struktur ekonomi Sulut berdasarkan jenis
pengeluaran tidak mengalami perubahan
yang signifikan. Komponen konsumsi rumah
tangga dan investasi yang menjadi masih
mendominasi struktur ekonomi Sulut dan
konsumsi pemerintah yang memiliki pangsa
diatas 15%. Perubahan yang cukup signifikan
terjadi pada pangsa ekspor yang turun dari
17% di triwulan II dan triwulan II menjadi
13,8% di triwulan III 2018
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran
Sumber: Badan Pusat Statistik
1 Belanja non-modal mencakup belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja bansos, belanja
Tabel 1.2 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran
Sumber: Badan Pusat Statistik
Tabel 1.3 Pangsa Jenis Penggunaan
Sumber: Badan Pusat Statistik
1.1.1 Konsumsi
Konsumsi Rumah Tangga pada triwulan III
2018 tumbuh melambat di tengah
perlambatan peningkatan konsumsi lembaga
non-profit (LNPRT) dan pertumbuhan
konsumsi pemerintah. Konsumsi pemerintah
tumbuh 9,01% (yoy), tetap kuat meskipun
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang sebesar 10,67 % (yoy). Sementara itu,
konsumsi rumah tangga dan lembaga non
profit (LNPRT) yang juga tumbuh melambat
menyebabkan pertumbuhan keseluruhan
konsumsi Sulut triwulan III 2018 sebesar 4,82%
(yoy), melambat dibanding triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,99%
(yoy)..
Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi
Menguatnya pertumbuhan konsumsi
pemerintah disebabkan oleh realisasi belanja
non-modal1 pada triwulan III 2018 yang
tidak terduga, dan belanja operasional lainnya. Belanja non-modal tidak mencakup belanja modal.
5
meningkat. Realisasi belanja non-modal APBN
yang disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi
Sulut hingga triwulan III 2018 tercatat sebesar
66,01%, meningkat dibandingkan periode yang
sama tahun 2017 sebesar 60,98%. Peningkatan
realisasi belanja nonmodal tersebut tercermin
dari simpanan giro pemerintah pusat pada
perbankan di Sulut pada September 2018
menjadi Rp310 miliar menurun dibandingkan
bulan sebelumnya. Pergeseran pembayaran
gaji ke-13 ke bulan Juli 2018 yang sebelumnya
direncanakan dicairkan bersamaan dengan
THR lebaran diperkirakan menjadi salah satu
faktor pendorong realisasi triwulan III 2018
lebih kuat dibandingkan periode yang sama di
tahun sebelumnya. Selain itu, berbagai
kegiatan festival yang diinisiasi pemerintah
seperti Tomohon Internasional Festival dan
Manado Fiesta diperkirakan turut menopang
pertumbuhan konsumsi pemerintah di
triwulan III 2018.
Tabel 1.4 Realisasi Belanja Non-Modal APBN yang Disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi
Sulut
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Sulut dan BPKBMD Sulut
Grafik 1.4 Simpanan Pemerintah Pusat pada
Perbankan di Sulut Tahun 2017-2018
Sementara itu, konsumsi rumah tangga pada
triwulan III 2018 tumbuh melambat menjadi
3,17% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya
sebesar 4,12% (yoy). Pertumbuhan LU
pertanian yang belum kuat meskipun menguat
dari triwulan sebelumnya, mengingat sektor
pertanian menjadi sektor dengan porsi
tertinggi dalam struktur ketenagakerjaan.
Melambatnya konsumsi RT juga tercermin dari
hasil survey Konsumen yang dilakukan Bank
Indonesia. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
provinsi Sulut pada triwulan III 2018 yang
tercatat tumbuh sebesar 3,04% (yoy)
melambat dibandingkan pertumbuhan IKK
TRIWULAN II 2018 yang tumbuh 4,74%. Hal ini
menunjukan bahwa terdapat penurunan
keyakinan dan ekspektasi konsumen terhadap
perekonomian bila dibandingkan dengan
variabel yang sama di tahun lalu. Hal yang
sama juga ditunjukan oleh indeks tendensi
konsumen BPS yang menunjukan pelambatan
pertumbuhan di triwulan III yang tercatat
tumbuh 0,13% (yoy) melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
4,22% (yoy). Bila dilihat dari komponen dalam
indeks tendensi konsumen penurunan cukup
signifikan antara data ITK periode triwulan III
dan sebelumnya adalah penurunan
pendapatan RT terkini. Tren penurunan harga
komditas utama Sulawesi Utara di pasar
internasional seperti kopra dan CNO disamping
melambatnya ekspor di perkirakan menjadi
salah satu faktor utama penurunan
pendapatan RT terkini terutama dari sektor
pertanian. Pelemahan harga komoditas utama
ini diperkirakan kembali menurunkan daya beli
masyarakat Sulawesi Utara mengingat hampir
6
25% tenaga kerja Sulawesi Utara bekerja di
sektor pertanian.
Grafik 1.5 harga CNO
Memasuki triwulan IV 2018, pengeluaran
konsumsi diperkirakan akan tumbuh
melambat yang didorong oleh melambatnya
konsumsi pemerintah dan konsumsi LNPRT di
tengah konsumsi rumah tangga yang
menguat. Konsumsi pemerintah pada triwulan
IV diperkirakan melambat seiring terjadinya
koreksi pertumbuhan konsumsi pemerintah
yang tumbuh signifikan di triwulan II dan
triwulan III 2018. Sementara itu, konsumsi
rumah tangga diperkirakan menguat didorong
oleh peningkatan konsumsi masyarakat
menjelang perayaan hari Besar Keagamaan
Natal dan Tahun baru yang dirayakan sebagian
besar masyarakat Sulawesi Utara. Adapun
sepanjang tahun 2018, kinerja pengeluaran
konsumsi diperkirakan melambat seiring
perlambatan konsumsi rumah tangga yang
disebabkan oleh menurunnya kinerja lapangan
usaha utama yang menjadi lapangan pekerjaan
sebagian besar tenaga kerja di Sulawesi Utara.
1.1.2 Investasi (PMTB)
Investasi atau Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) tumbuh menguat di triwulan III
2018. PMTB pada triwulan III 2018 tercatat
7,71% (yoy) menguat dibandingkan
pertumbuhan triwulan II 2018 yang tercatat
tumbuh 2,22% (yoy). Menguatnya
pertumbuhan PMTB diperkirakan disebabkan
oleh menguatnya investasi bangunan. Dalam
investasi Sulut, pangsa investasi bangunan
mencapai 94% dari total seluruh investasi,
sedangkan investasi non-bangunan hanya
sekitar 6%
Menguatnya investasi bangunan terutama
disebabkan oleh penguatan lapangan usaha
konstruksi yang juga tumbuh menguat
dibandingkan periode sebelumnya.
Penguatan investasi salah satunya disebabkan
oleh upaya pemerintah untuk mengejar
realisasi belanja pemerintah di TRIWULAN III
2018. Setelah realisasi belanja yang belum
maksimal di semester I 2018 (terealisasi
20,73% kumulatif semester I 2018),
pemerintah mengejar realisasinya hingga pada
triwulan III total realisasi belanja modal APBD
provinsi dan APBN di Sulawesi Utara mencapai
38,36%. Dilihat dari realisasi APBD Provinsi,
proyek-proyek yang sebelumnya terlambat
untuk dilelang saat ini sudah bisa dikerjakan
dan direalisasi di triwulan III 2018. Hasilnya
penyerapan belanja modal di triwulan III 2018
naik cukup signifikan dibandingkan dengan
kumulatif belanja modal pemerintah di
triwulan I dan triwulan II 2018. Meski begitu,
efisiensi pemerintah provinsi dalam
mendorong investasi di daerah masih bisa
ditingkatkan mengingat total realisasi triwulan
III 2018 masih lebih rendah dibandingkan total
realisasi belanja modal di triwulan III 2017.
Oleh karena itu, memaksimalkan perencanaan
di tengah-tengah proses realisasi belanja yang
mendukung prinsip kehati-hatian perlu
ditingkatkan untuk mencegah keterlambatan
tender proyek ke pihak ketiga. Selain APBD,
penyerapan belanja APBN yang tidak jauh
berbeda dengan realisasi belanja periode yang
sama di tahun 2017 ikut juga mendorong
pertumbuhan PMTB di triwulan III 2018.
Dengan pagu belanja yang tumbuh sebesar
16,81%, penyerapan yang tidak jauh berbeda
dengan tahun sebelumnya tentu menjadi
pendorong perekonomian dari investasi
khususnya investasi bangunan. Namun, sisa
belanja modal di tahun 2018 yang masih cukup
besar perlu terus ditingkatkan penggunaannya
mengingat belanja modal pemerintah menjadi
salah satu faktor pendorong perekonomian
daerah. Selain APBD pemerintah provinsi dan
APBN, investasi bangunan sebagai dampak dari
penyaluran dana desa diperkirakan ikut
7
mendorong pertumbuhan investasi Sulawesi
Utara di triwulan IV 2018.
Tabel 1.5 Realisasi Belanja Modal APBN yang Disalurkan di Sulut & APBD Prov Sulut
Investasi swasta dalam bentuk pembangunan
tercatat menguat di TRIWULAN III 2018
sehingga turut menjadi penyebab investasi
Provinsi Sulut menguat. Berdasarkan hasil
liaison triwulan III 2018 yang dilakukan Bank
Indonesia, investasi swasta menguat baik
dibandingkan triwulan II 2018. Likert scale
investasi dari hasil liason pada triwulan III 2018
sebesar 0,64 meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat 0. Investasi dalam
rangka meningkatkan kapasitas produksi
dalam bentuk pembangunan pabrik baru
menyebabkan peningkatan investasi swasta
dalam bentuk bangunan.
Memasuki triwulan IV 2018, investasi di Sulut
diperkirakan tumbuh kuat namun melambat.
Tingginya pertumbuhan PMTB di Triwulan IV
2017 dan tingginya pertumbuhan PMTB di
triwulan III 2018 membuat pertumbuhan
PMTB di triwulan IV diperkirakan melambat.
Namun, mengingat besarnya sisa pagu belanja
modal pemerintah provinsi mauapun
pemerintah pusat pertumbuhan PMTB
diperkirakan masih kuat dan berpotensi
menjadi salah satu faktor pendorong ekonomi
di Sulawesi Utara. Oleh karena itu, percepatan
pembangunan melalui realisasi belanja modal
yang lebih efektif dan efisien menjadi
tantangan pemerintah.
Selain itu, realisasi belanja pembangunan dari
dana desa diperkirakan akan terealisasi cukup
besar di triwulan IV 2018 setelah tumbuh
melambat sepanjang tahun 2017 Meski
demikian, realisasi belanja modal pemerintah
yang belum maksimal di triwulan I dan triwulan
II 2018 diperkirakan akan memberi dampak
pada perlambatan investasi di Sulawesi Utara
secara keseluruhan di tahun 2018.
1.1.3 Ekspor-Impor
Pada triwulan III 2018, total net impor Sulut
mengalami peningkatan yang signifikan
menguat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Net impor Sulut meningkat sebesar -
11,72%(yoy), meningkat relatif signifikan
dibandingkan triwulan I maupun triwulan II
2018. Peningkatan tersebut dalam tersebut
terutama disebabkan oleh penurunan ekspor
luar negeri ditengah kontraksi pertumbuhan
impor luar negeri maupun peningkatan net
impor antar daerah. Net impor antar provinsi
yang masih tumbuh cukup kuat ditengah
ekspor yang melambat sangat signifikan
mendorong pertumbuhan net impor menguat
dibandingkan triwulan sebelumnya
Tabel 1.6 Kinerja Ekspor Impor Triwulan I 2018
Sumber: BPS
Kinerja ekspor luar negeri (LN) Sulut pada
triwulan III 2018 tumbuh sebesar 0,41% (yoy),
melambat dibanding triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 29,78% (yoy).
Perlambatan tersebut disebabkan oleh
melambatnya ekspor barang LN ditengah
ekspor jasa yang diperkirakan meningkat
seiring kunjungan wisman yang tetap tumbuh.
Perlambatan ekspor barang LN terkonfirmasi
dari nilai ekspor Provinsi Sulut baik melalui
pelabuhan di Sulut maupun pelabuhan di
daerah luar Sulut. Nilai ekspor Sulut triwulan
III 2018 tercatat sebesar USD223,1 juta,
terkontraksi sebesar 8,80% (yoy), melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 9,36% (yoy). Penurunan nilai ekspor,
selain disebabkan tren harga komoditas utama
Komponen Jenis Belanja 2017 2018
Belanja Modal APBN 3,072,815 3,589,364
Belanja Modal APBD Prov Sulut 851,609 1,146,111
Total 3,924,424 4,735,475
Belanja Modal APBN 1,302,628 1,487,183
Belanja Modal APBD Prov Sulut 292,675 329,211
Total 1,595,303 1,816,394
Belanja Modal APBN 42.39% 41.43%
Belanja Modal APBD Prov Sulut 34.37% 28.72%
Total 40.65% 38.36%
Rencana
(Rp Juta)
Realisasi
(Rp Juta)
Hingga TW I
% Realisasi
thd Rencana
Komponen dalam PDRBTW III 2018
(Rp M)g TW II 2018 g TW III 2018
Ekspor Luar Negeri 2,958 29.78 0.41
Impor Luar Negeri 811 (25.45) (24.23)
Net impor Antarprovinsi 2,989 31.75 13.70
Total Net Impor (842) (25.92) 11.72
8
Sulut seperti yang masih menurun, juga
disebabkan oleh pertumbuhan volume ekspor
Sulut yang melambat. Volume ekspor pada
triwulan III 2018 tercatat sebesar 233 ribu ton
yang tumbuh 15.71% (yoy), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan volume ekspor
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
26,19% (yoy). Bila dibandingkan antara nilai
dan volume ekspor, pertumbuhan nilai ekspor
Sulut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
volume ekspor di triwulan III 2018. Salah satu
penyebab turunnya nilai ekspor yaitu
berlanjutnya tren penurunan harga CNO dunia
yang pada Juli-September 2018 tercatat
memiliki rata-rata harga bulanan sebesar US$
904/MT atau turun 42,52% (yoy). Tren harga
komoditas yang menurun mengurangi insentif
bagi produsen untuk meningkatkan
produksinya.
Grafik 1.6 Volume Ekspor Sulut dan
Pertumbuhannya
Berbeda dengan ekspor barang, ekspor jasa
LN Sulut pada triwulan III 2018 tetap tumbuh
kuat. Peningkatan pertumbuhan ekspor jasa
LN terutama didorong oleh peningkatan
jumlah wisman yang berkunjung ke Sulut
melalui Bandara Sam Ratulangi. Jumlah
wisman tetap tumbuh kuat di triwulan III 2018.
Wisman tersebut didominasi oleh wisman
yang berasal dari Tiongkok yang menggunakan
direct charter flight dari Tiongkok ke Manado.
Hal ini sejalan dengan penambahan rute
terbang direct flight ari Tiongkok ke Manado
yang dilakukan oleh maskapai penerbangan
swasta.
Grafik 1.7 Perkembangan Wisman Sulawesi
Utara
Dari sisi impor, impor Sulut pada triwulan III
2018 kembali mengalami kontraksi
pertumbuhan yang lebih dalam. Penurunan
impor terutama disebabkan oleh penurunan
impor barang LN yang turun sebesar -46.17%
(yoy). Nilai Impor Sulut pada triwulan III 2018
turun terutama disebabkan oleh penurunan
impor benda-benda dari besi dan baja
Grafik 1.8 Impor Sulawesi Utara
Sumber: Ditjen Bea Cukai
Memasuki triwulan IV 2018, total net impor
Sulut diperkirakan kembali menurun
dibandingkan tahun sebelumnya yang
didorong oleh penurunan impor LN serta
perbaikan kinerja ekspor. Ekspor LN ditopang
baik oleh ekspor barang maupun jasa. Ekspor
barang LN diperkirakan meningkat seiring
pertumbuhan ekspor barang di triwulan III
yang masih rendah. Sementara ekspor jasa
diperkirakan meningkat sejalan dengan
kunjungan wisman yang terus meningkat.
Sedangkan untuk impor, pelemahan mata
uang rupiah diperkirakan akan meningkatkan
biaya barang konsumsi impor. Sementara itu,
9
perbaikan kinerja perdagangan LN Sulut juga
diperkirakan akan disebabkan oleh kinerja
impor yang melambat sebagaimana tren sejak
Desember 2017 yang menunjukkan
pertumbuhan impor negatif.
1.2. PDRB – Lapangan Usaha
Secara struktur, ekonomi Sulawesi Utara
berdasarkan lapangan usaha tidak banyak
perubahan. LU pertanian, kehutanan dan
perikanan masih menjadi sektor dengan
pangsa terbesar pada perekonomian Sulawesi
Utara.
Dari sisi sumber pertumbuhan, LU Konstruksi
yang menguat dengan signifikan menjadi
faktor penahan perekonomian Sulut tidak
melambat lebih dalam. Di sisi lain,
perlambatan LU Industri Pengolahan, LU
Perdagangan dan LU Transportasi ditambah
dengan LU pertanian yang masih tumbuh
rendah menjadi beberapa faktor yang
menyebabkan perekonomian Sulawesi Utara
di triwulan III 2018 tumbuh melambat
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha
Sumber: Badan Pusat Statistik
Tabel 1.8 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha
Sumber: Badan Pusat Statistik
Tabel 1.9 Pangsa Lapangan Usaha
Sumber: Badan Pusat Statistik
1.2.1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Kinerja Lapangan usaha pertanian, kehutanan
dan perikanan (pertanian) Sulut pada
triwulan III 2018 tumbuh cukup rendah meski
menguat dibandingkan triwulan sebelumnya.
LU pertanian merupakan sektor terbesar di
Sulut dengan pangsa tahunan sekitar 20% dari
total perekonomian Sulut. Selain itu,
berdasarkan data Agustus 2018, hampir
seperempat atau sekitar 24,6% tenaga kerja di
Sulut menggantungkan hidupnya pada LU
pertanian. LU pertanian pada triwulan III
tercatat tumbuh 1,7% (yoy), menguat
dibandingkan periode sebelumnya yang
tercatat tumbuh 0,02%(yoy). Meski menguat,
pertumbuhan LU pertanian pada triwulan III
2018 lebih rendah dibandingkan rata-rata
pertumbuhan LU pertanian triwulan III 5 tahun
terkahir (2013-2017) yang tercatat sebesar
4,49% (yoy). Pertumbuhan LU pertanian belum
maksimal terutama diprakirakan disebabkan
oleh terganggunya produksi di sub-sub sektor
perkebunan tahunan yang mencakup 29,4%
dari total produksi pertanian di Sulawesi Utara.
10
Pelemahan harga CNO berimbas pada
pelemahan harga kopra dan kelapa yang
menjadi bahan baku. Selain permasalahan
kebun kelapa yang sudah tua dan butuh
peremajaan, pelemahan harga kopra dan
kelapa juga ikut mengurangi insentif bagi
petani kelapa untuk memproduksi mengingat
biaya memproduksi lebih tinggi dibandingkan
nilai jual produknya. Selain itu, gangguan cuaca
ikut mengganggu produksi produk cengkeh
sehingga panen raya tahun ini tidak setinggi
tahun sebelumnya. Gangguan cuaca juga ikut
mengurangi produksi perikanan di sektor hulu
mengingat cuaca yang tidak menentu
mengurangi keinginan nelayan untuk melaut.
Pertumbuhan LU pertanian yang belum
maksimal juga terkonfirmasi dari penguatan
NTP yang tidak terjadi di semua sektor.
Penguatan NTP subsektor tanaman pangan
dan peternakan tidak diikuti NTP subsektor
perikanan dan tanaman perkebunan rakyat
(TPR). NTP subsektor perikanan dan TPR
cenderung kembali melambat mengikuti tren
harga komoditas produksinya.
Grafik 1.9 Struktur Sektor Pertanian
Sulawesi Utara
Sumber:BPS (ADHK Tahunan, 2017)
Grafik 1.10 NTP Subsektor
Sumber: BPS (Diolah)
Memasuki triwulan IV 2018, LU pertanian
diperkirakan akan menguat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Musim dingin di
belahan dunia utara diperkirakan akan
meningkatkan permintaan minyak kelapa.
Peningkatan permintaan tersebut berpotensi
meningkatkan permintaan bahan baku dan
secara umum meningkatkan harga.
Peningkatan harga cenderung memberikan
insentif bagi petani untuk meningkatkan
produksinya. Adapun sepanjang tahun 2018,
LU pertanian diperkirakan tumbuh melambat
dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan
yang cukup signifikan pada komoditas
unggulan Sulawesi Utara, gangguan cuaca, dan
gagal panen tanaman pangan di triwulan II
diperkirakan menjadi faktor penghambat yang
menyebabkan LU pertanian tumbuh melambat
di tahun 2018.
1.2.2 Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Kinerja lapangan usaha perdagangan besar
dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda
motor (perdagangan) pada triwulan III 2018
tumbuh melambat, namun tetap kuat. Sektor
perdagangan tumbuh menjadi 5,28% (yoy) di
TRIWULAN III 2018 setelah sebelumnya
mengalami pertumbuhan 6,23% (yoy) di
triwulan sebelumnya. Peningkatan LU
perdagangan sejalan dengan melambatnya
konsumsi rumah tangga Sulawesi Utara di
triwulan III 2018. Normalisasi konsumsi
pascaperiode Ramadhan dan perayaan hari
besar keagamaan seperti perayaan Paskah dan
Idul Fitri yang seluruhnya terjadi pada triwulan
II 2018 menyebabkan LU perdagangan
melambat di TRIWULAN III 2018. Namun,
konsumsi pemerintah dalam untuk
mengadakan acara baik yang bertaraf nasional
maupun yang bertaraf internasional menahan
perlambatan sektor perdagangan lebih dalam.
Pelambatan LU perdagangan juga dikonfirmasi
oleh nilai indeks penjualan rill dari Survei
Penjualan Eceran Bank Indonesia yang
mengalami penurunan.
11
Grafik 1.11 Pertumbuhan Penjualan Eceran
Memasuki triwulan IV 2018, kinerja sektor
perdagangan diperkirakan tumbuh menguat
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Peningkatan tersebut sejalan dengan
meningkatnya konsumsi rumah tangga pada
akhir tahun dalam rangka perayaan hari
keagamaan yakni Natal dan Tahun Baru. Selain
itu, semakin maraknya kunjungan wisatawan
mancanegara ke Sulawesi Utara juga
diperkirakan akan ikut mendorong
pertumbuhan sektor perdagangan. Adapun
sepanjang tahun 2018 LU perdagangan
diperkirakan menguat seiring peningkatan
konsumsi pemerintah dan pertumbuhan
pariwisata yang diperkirakan mendorong
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara melalui
LU non-utama.
1.2.3 Konstruksi
Kinerja lapangan usaha konstruksi pada
triwulan III 2018 tumbuh menguat secara
signifikan dibandingkan periode sebelumnya.
Realisasi belanja modal pemerintah pada
triwulan III meningkat cukup signifikan
dibandingkan periode sebelumnya. Setelah
hanya terealisasi sebesar 19,54% pada
triwulan II 2018, realisasi total belanja modal
pemerintah (APBD dan APBN) meningkat
hampir 2 kali lipat menjadi 38,36%. Secara
umum, realisasi flow total realisasi belanja
pemerintah tumbuh sebesar 15,54% (yoy)
dibandingkan flow realisasi modal pemerintah
periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan lapangan usaha Konstruksi
menjadi salah satu LU utama yang menahan
perlambatan ekonomi Sulawesi Utara lebih
dalam. LU konstruksi menyumbang 1,40%
(syoy) dari total 5,66%(yoy) pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Utara di triwulan III.
Besarnya pengaruh pembangunan pada
perkembangan LU Konstruksi, menunjukan
besarnya dampak LU Konstruksi pada
perekonomian Sulawesi Utara saat ini
Berlanjutnya pembangunan program strategis
pemerintah, dimulainya proyek pembangunan
jalan penghubung Likupang-bandara Sam
Ratulangi, berlanjutnya pembangunan
ringroad, dan pembangunan palapa ring paket
tengah di Sulawesi Utara menjadi faktor
pendorong bertumbuhnya sektor konstruksi di
triwulan III 2018. Untuk menunjang
pertumbuhan LU Konstruksi, realisasi belanja
modal pemerintah di sisa tahun 2018 menjadi
tantangan utama untuk mendorong
perekonomian terutama melalui lapangan
usaha tersebut. Selain itu perbaikan iklim
investasi Sulawesi Utara perlu ditingkatkan
untuk menunjang pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Utara.
Tabel 1.10 Proyek Strategis dan Alokasi Dana APBN di Sulut (posisi Oktober 2018)
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara
Memasuki Triwulan IV 2018, lapangan usaha
konstruksi diperkirakan akan tumbuh
melambat, meskipun tetap kuat. Realisasi
belanja modal pemerintah yang meningkat
menjelang tutup tahun sesuai dengan pola
musimannya akan mendorong pertumbuhan
LU konstruksi tetap kuat. Selain itu, realisasi
dana desa dalam bentuk pembangunan dari
desa juga berpotensi menjaga pertumbuhan
konstruksi tetap kuat. Namun demikian,
tingginya pertumbuhan konstruksi di periode
yang sama di tahun lalu dan triwulan
sebelumnya memberikan base-effect bahwa
LU konstruksi akan tumbuh melambat di
triwulan IV.
(Dalam Jutaan Rupiah)
Pagu Realisasi %
1 Pembangunan Jalan Bebas Hambatan 816,294.99 291,119.37 35.66
2 Lanjutan Pembangunan 2 (dua) Bendungan 496,143.13 340,843.70 68.70
3 Pembangunan Jalan Baru 179,904.50 23,801.49 13.23
4 Rekonstruksi, Rehabilitasi, Pelebaran Jalan 521,855.07 213,316.27 40.88
5 Penggantian, Perbaikan, Pemeliharaan Jembatan 160,912.94 89,500.33 55.62
6 Sistem Penanganan Sampah dan Limbah 108,772.20 19,538.37 17.96
7 Perbaikan Jaringan Irigasi 101,293.52 32,368.33 31.95
8 Seawall dan bangunan pengamanan pantai 106,325.31 65,059.12 61.19
9 Pembangunan Kapasitas Bandar Udara 140,296.07 64,561.09 46.02
10 Pembangunan Layanan Kepelabuhan 45,595.82 12,543.17 27.51
11 Pembangunan Terminal 36,831.00 36,424.34 98.90
12 Layanan Kenavigasian 36,127.09 11,378.17 31.49
13 Total 2,750,351.62 1,200,453.76 43.65
No Uraians/d 26 Oktober 2018
12
Adapun sepanjang tahun 2018, LU konstruksi
diperkirakan tumbuh stabil dengan
kecenderungan menguat. Proyek-proyek
strategis, baik pemerintah daerah maupun
nasional yang masih berlanjut diprakirakan
akan mendorong pertumbuhan LU konstruksi.
Namun demikian, dalam perkembangannya,
LU konstruksi diperkirakan masih akan
menghadapi kendala terkait pembebasan
lahan yang berpotensi mengganggu upaya
pemerintah dalam menggenjot pembangunan
infrastruktur strategis.
1.2.4 Transportasi
Kinerja LU transportasi pada triwulan III 2018
tumbuh melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Melambatnya kinerja sektor
transportasi terutama disebabkan oleh
perlambatan subsektor transportasi udara. Hal
ini sejalan dengan pertumbuhan jumlah
penumpang yang datang dan berangkat
melalui bandara Sam Ratulangi yang juga
mengalami perlambatan. Melambatnya
pertumbuhan penumpang domestik yang
merupakan pangsa terbesar penumpang udara
menjadi salah satu faktor menurunnya total
penumpang yang melalui bandara udara Sam
Ratulangi. Kenaikan harga minyak dunia
membuat biaya penerbangan menjadi relatif
lebih mahal. Implikasinya permintaan
terhadap transportasi udara mengalami
penurunan. Hal ini sejalan dengan diputusnya
beberapa rute penerbangan dari dan menuju
Manado oleh salah satu maskapai
penerbangan di Sulawesi Utara. Sementara itu,
jumlah penumpang yang menggunakan
transportasi laut juga mengalami penurunan.
Di sisi lain, transportasi darat diperkirakan
masih tumbuh kuat sehingga pada triwulan III
2018 LU transportasi masih tumbuh kuat
diatas 7,5% (yoy). Adanya transportasi online
yang menyebar ke beberapa kota setelah di
tahun periode yang sama di tahun 2017 masih
terpusat di sekitar Manado, diperkirakan ikut
menjaga pertumbuhan transportasi tetap di
level yang cukup tinggi.
Grafik 1.12 Jumlah Penumpang Datang dan
Berangkat di Bandara Sam Ratulangi
Memasuki Triwulan IV 2018, kinerja lapangan
usaha transportasi diperkirakan menguat
seiring pertumbuhan transportasi darat dan
transportasi udara. Meningkatnya kinerja
transportasi darat sejalan dengan konsumsi
rumah tangga yang meningkat dan
pertumbuhan transportasi online yang
diperkirakan cukup masif di Sulut. Sementara
itu, kinerja transportasi udara diperkirakan
juga meningkat menjelang perayaan hari raya
keagamaan Natal dan Tahun Baru. Selain itu,
pertumbuhan pariwisata yang masih tinggi
diprakirakan akan ikut mendorong kinerja
lapangan usaha pertanian. Adapun sepanjang
tahun 2018 transportasi udara diperkirakan
tumbuh menguat dibandingkan tahun
sebelumnya. Pertumbuhan transportasi online
yang sudah ada di beberapa kota lain selain
Manado dan pertumbuhan wisatawan
diperkirakan menjadi faktor pendorong LU
Transportasi tumbuh lebih kuat dibanding
tahun sebelumnya.
1.2.5 Industri Pengolahan
Kinerja lapangan usaha Industri Pengolahan
pada triwulan III 2018 tumbuh melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada
triwulan III 2018 industri pengolahan tercatat
tumbuh melambat menjadi 1,79% setelah
sebelumnnya terealisasi tumbuh 8,09% di
triwulan II 2018. Perlambatan di LU industri
pengolahan sejalan dengan perlambatan harga
CNO yang pada triwulan 3 2018 mengalami
kontraksi sebesar -42,52% (yoy). Perlambatan
di LU industri pengolahan juga terkonfirmasi
dari perlambatan pertumbuhan indeks industri
13
manufaktur besar dan sedang yang secara
tahunan mengalami kontraksi di triwulan III
2018. Hal ini terjadi sebagai dampak dari
kondisi global antara lain perang dagang US-
China melemahkan kinerja manufaktur dimana
Sulut sebagai pemasok bahan mentah, serta
pelemahan harga komoditas CNO yang
mencakup hampir 50% dari total ekspor
Sulawesi Utara. Sementara itu, melambatnya
pertumbuhan industri pengolahan juga
terkonfirmasi data volume ekspor komoditas
industri dari provinsi Sulawesi Utara yang juga
tumbuh melambat di triwulan III 2018.
Grafik 1.13 Volume Ekspor Komoditas
Industri Sulut
Sumber: Dirjen Bea Cukai
Memasuki Triwulan IV 2018, kinerja lapangan
usaha Industri diperkirakan menguat
terbatas. Penguatan industri pengolahan
diperkirakan terjadi karena adanya
peningkatan permintaan negara mitra dagang
yang pada pada triwulan IV mengalami musim
dingin. Peningkatan permintaan akan
komoditas utama Sulawesi Utara diperkirakan
akan mendorong kenaikan harga produk
olahan kelapa yang kemudian dapat menjadi
insentif bagi produsen untuk meningkatkan
produksinya. Adapun sepanajang tahun 2018
kinerja LU industri pengolahan diperkirakan
tumbuh lebih lambat dibandingkan tahun
sebelumnya. Pelemahan harga-harga
komoditas CNO dan terbatasnya bahan baku
industri karena kurangnya peremajaan di
sektor hulu diperkirakan menjadi faktor
pelemahan industri pengolahan sepanjang
tahun 2018.
Grafik 1.14 Pergerakan Harga CNO
14
Bab II. Keuangan Pemerintah
2.1. APBD Provinsi Sulawesi Utara 2018
2.1.1. Pendapatan APBD Provinsi Sulut
Anggaran pendapatan perubahan Provinsi
Sulut tahun 2018 meningkat dibanding tahun
sebelumnya. Anggaran pendapatan Sulut
tahun 2018 ditargetkan sebesar Rp3,82 triliun,
naik 2,67% (yoy) atau sebesar Rp99,48 miliar
dari Rp3,72 triliun pada tahun 2017. Kenaikan
tersebut jauh lebih rendah dari kenaikan tahun
2017 yang sebesar 28,06% (yoy). Kenaikan
APBD tersebut didorong oleh peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 10,85%
(yoy) menjadi Rp1,21 triliun dan peningkatan
pendapatan transfer sebesar 1,31% (yoy)
menjadi Rp2,59 triliun.
Tabel 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut 2018
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut
Peningkatan anggaran tersebut disertai
dengan peningkatan rasio kemandirian
pendapatan Sulut tahun 2018 yang tercatat
sebesar 31,73%, meningkat dibandingkan
tahun 2017 (29,39%), namun masih rendah
bila dibandingkan tahun 2016 (33,68%). Porsi
PAD Sulut tahun 2018 hanya sebesar 31,73%
dari total anggaran pendapatan, meningkat
dari 29,39% pada tahun 2017, namun masih di
bawah tahun 2016 sebesar 34%. Sedangkan
pendapatan transfer atau dana perimbangan
berada di level 68,27%, turun dari 68,56% pada
tahun 2017 dan naik dari 66,15% pada tahun
2015. Rasio tersebut menunjukkan bahwa
tingkat kemandirian fiskal provinsi Sulawesi
Utara relatif masih rendah atau masih
bergantung pada dana transfer pemerintah
pusat.
Grafik 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut 2018
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut
Pada triwulan III 2018, realisasi anggaran
pendapatan Sulawesi Utara cukup baik yakni
sebesar 74,70%, lebih tinggi dibandingkan
realisasi triwulan III 2017 maupun realisasi
triwulan III tahun 2016. Realisasi pada
triwulan III 2017 sebesar 74,13% dan realisasi
triwulan III 2016 sebesar 70,44%. Adapun
nominal realisasi pendapatan pada triwulan III
2018 sebesar Rp2,86 triliun. Pencapaian
realisasi tersebut didorong oleh realisasi
seluruh sumber pendapatan terutama
pendapatan asli daerah dan pendapatan
transfer. Pos yang mencatat realisasi tertinggi
yaitu pos Lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah 103,28% dan Pendapatan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
sebesar 100,22%. Peningkatan realisasi pos
lain-lain pendapatan yang sah
mengindikasikan adanya perbaikan peforma
penjualan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, serta
komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan da/atau pengadaan
barang dan/atau jasa oleh daerah. Sedangkan
untuk pendapatan pajak daerah, realisasi yang
cukup tinggi menunjukan peningkatan
performa pemerintah dalam melakukan
pungutan pajak daerah provinsi yang
berdasarkan UU No 28 tahun 2009 tentang
2016 2017 2018-P 2017 2018
Pendapatan 2,907,882 3,723,698 3,823,179 28.06% 2.67%
Pendapatan Asli Daerah 979,354 1,094,319 1,213,016 11.74% 10.85%
Pendapatan Transfer 1,923,528 2,552,893 2,586,413 32.72% 1.31%
Lain-lain Pendapatan yang Sah 5,000 76,485 23,750 1429.70% -68.95%
Anggaran (Rp juta)Uraian
Growth
15
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terdiri dari
pajak kendaraan bermotor, bea balik nama
kendaraan bermotor, pajak bahan bakar
kendaraan bermotor, pajak air permukaan dan
pajak rokok.
Tabel 2.2 Realisasi Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut
2.1.2. Belanja APBD Provinsi Sulut
Anggaran belanja APBD Sulawesi Utara tahun
2018 mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2017. Anggaran belanja naik 7,17%
pada tahun 2018 sehingga total anggaran
belanja mencapai Rp4,129 triliun setelah
mengalami perubahan, lebih tinggi Rp276,19
miliar dari pada tahun 2017. Peningkatan
tersebut didorong oleh peningkatan belanja
modal yang naik 9,85% setelah mengalami
perubahan, sedangkan peningkatan belanja
operasional tahun 2018 menigkat 6,28% jauh
lebih rendah dibandingkan peningkatan
belanja operasional tahun 2017 sebesar
39,41%.
Tabel 2.3 Perkembangan Anggaran Belanja APBD Provinsi Sulut 2018
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah,
Sulut
Berdasarkan postur belanjanya, anggaran
perubahan belanja non-modal tahun 2018
mencapai 76% dan anggaran perubahan
belanja modal sebesar 23%. Postur tersebut
cenderung sama dibandingkan tahun 2017
dimana postur belanja non-modal mencapai
78% dan belanja modal sebesar 22%. Postur
tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat
ruang peningkatan dalam rangka
pembangunan infrastruktur di Sulut. Adapun
anggaran belanja non-modal tahun 2018
sebesar Rp3,19 triliun dan belanja modal
sebesar Rp935 Miliar. Dalam postur belanja
modal, anggaran belanja dialokasikan pada
belanja bangunan dan gedung sebesar 26,03%,
belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar
31,30%, belanja tanah 20,09%, belanja
peralatan dan mesin sebesar 18,65% dan
belanja aset tetap lainnya sebesar 3,92%.
Perubahan yang cukup signifikan terjadi pada
pos belanja jalan, irigasi dan jaringan yang
menurun dari tahun lalu sebesar 17,40% (yoy)
terhadap total belanja modal dan pos belanja
bangunan dan gedung yang meningkat dari
tahun lalu sebesar 28,36% (yoy).
Grafik 2.2 Perkembangan Anggaran Belanja
Modal APBD Sulut 2018
Pada triwulan III 2018, realisasi anggaran
belanja APBD perubahan Provinsi Sulut
tercatat sebesar 54,82%. Realisasi tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan Triwulan III
2017 (53,63%) namun lebih rendah
dibandingkan Triwulan III tahun 2016 (63,4%).
Adapun realisasi belanja hingga triwulan III
2018 tercatat sebesar Rp2,29 triliun.
Berdasarkan posnya, belanja non-modal
(termasuk transfer) terealisasi sebesar 60,99%,
lebih tinggi dari Triwulan III 2017 sebesar
59,1% , namun lebih rendah dibandingkan
Triwulan III 2016 yang terealisasi sebesar
65,6%. Sementara itu, belanja modal pada
triwulan III 2018 masih belum maksimal dilihat
Anggaran 2018-
PRealisasi % Realisasi
Pendapatan 3,823,179 2,855,769 74.70%
Pendapatan Asli Daerah 1,213,016 912,762 75.25%
Pendapatan Pajak Daerah 1,018,557 766,007 75.21%
Pendapatan Retribusi Daerah 99,258 50,045 50.42%
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yg Dipisahkan52,761 52,877 100.22%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 42,440 43,833 103.28%
Pendapatan Transfer 2,586,413 1,933,257 74.75%
Transfer Pemerintah Pusat 2,586,413 1,933,257 74.75%
Dana Bagi Hasil Pajak 107,351 62,484 58.21%
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 37,634 26,268 69.80%
Dana Alokasi Umum 1,427,545 1,189,621 83.33%
Dana Alokasi Khusus 1,013,884 654,885 64.59%
Lain-lain Pendapatan yang Sah 23,750 9,750 41.05%
Pendapatan Hibah 8,750 8,750 100.00%
Pendapatan Lainnya 15,000 1,000 6.67%
Anggaran APBD Provinsi Sulawesi UtaraTriwulan III 2018 (Rp Juta)
16
dari realisasinya yang baru mencapai 35,19%
relatif sama dengan Triwulan III 2017 yang
tercatat sebesar 34,4%, dan lebih rendah dari
Triwulan III 2016 yang terealisasi sebesar
57,9%. Penurunan ini terutama disebabkan
oleh realisasi belanja bangunan dan gedung
serta belanja peralatan dan mesin yang
masing-masing baru terealisasi sebesar 4,68%
dan 35,74%. Permasalahan administrasi yang
menyebabkan keterlambatan tender proyek
menjadi salah satu penyebab perlambatan
realisasi belanja modal Sulawesi Utara.
Meskipun realisasi belanja modal triwulan III
2018 cenderung sama dengan realisasi pada
periode yang sama di tahun 2017, secara relatif
terdapat peningkatan realisasi belanja modal
pemerintah pada triwulan III 2018 dibanding
dengan triwulan II. Hal ini dapat dilihat dari
realisasi belanja yang naik lebih dari dua kali
lipat dari 16,87% di Triwulan II 2018 menjadi
35,19% di triwulan III 2018. Peningkatan
signifikan realisasi belanja modal pada triwulan
III 2018 berdampak pada pertumbuhan PMTB
dan LU konstruksi yang tinggi.
Meski begitu, percepatan realisasi belanja
modal pemerintah masih perlu dioptimalkan
pada triwulan IV 2018 untuk
mendorongpertumbuhan ekonomi provinsi
Sulawesi Utara. Hingga triwulan III 2018,
penyerapan belanja provinsi Sulut relatif masih
rendah, yang ditunjukkan dari serapan belanja
langsung pemerintah yang masih berada di
angka 41,22%. Hal tersebut terindikasi sebagai
konsekuensi dari perencanaan belanja yang
belum efektif dan proses realisasi belanja yang
mendukung prinsip kehati-hatian.
Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBD Prov Sulut
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut
Ke depan, pengelolaan keuangan pemerintah
melalui penyerapan realisasi pendapatan
yang tinggi, belum sempurna bila tidak diiringi
dengan realisasi belanja modal. Oleh karena
itu, pemerintah tetap perlu menyiapkan
strategi untuk mendorong realisasi belanja
modal pada tahun 2018. Koordinasi dan sinergi
antarsetiap perangkat daerah perlu
ditingkatkan untuk mendukung penyerapan
anggaran yang lebih baik. Penyerapan
anggaran yang lebih baik juga sangat penting
dalam proses dana transfer dari pemerintah
pusat selain mengingat bahwa rasio
kemandirian provinsi Sulawesi Utara
kemandirian yang berada di level 30,94%. Hal
ini cukup penting mengingat belanja negara
pada APBN 2018 diarahkan pada peningkatan
belanja infrastruktur dimana pembangunan
infrastruktur merupakan prioritas Pemerintah
untuk mendukung pembangunan infrastruktur
di seluruh pelosok tanah air. Berbagai
infrastruktur strategis yang sementara dan
akan dibangun di Sulawesi Utara yaitu jalan tol
Manado-Bitung, Kawasan Ekonomi Khusus
Bitung, bendungan multifungsi Kuwil-Minut,
pengembangan pelabuhan Bitung sebagai hub
port, jalan ringroad tiga, pengembangan Lanud
TNI AU Sam Ratulangi, dan infrastruktur
lainnya.
Sementara itu, percepatan pelaksanaan
lelang proyek dan monitoring pencapaian
target realisasi dapat menjadi pendorong
peningkatan realisasi belanja modal. Selain
itu, masalah pembebasan lahan perlu
17
diselesaikan antar lembaga sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
sehingga proses pembangunan infrastruktur
dapat berjalan dengan lancar. Bagi pemerintah
kabupaten kota, diperlukan strategi agar
penyaluran anggaran DAK tidak terkendala
karena pada tahun 2018 penyaluran DAK akan
berdasarkan usulan daerah dengan
memperhatikan prioritas nasional. Belanja
pemerintah merupakan salah satu mesin
pertumbuhan bagi suatu perekonomian.
Peningkatan peforma belanja, terutama
belanja modal, berpotensi memberikan
multiplier effect pada ekonomi, dan berpotensi
mendorong pertumbuhan ekonomi lebih
tinggi.
2.2. Alokasi APBN di Sulawesi Utara
Pada tahun 2018, alokasi APBN di Sulut
tercatat sebesar Rp10,25 triliun meningkat
sebesar 12,60% (yoy). Peningkatan tersebut
didorong oleh kenaikan di seluruh pos belanja.
Belanja pegawai mengalami kenaikan yang
kecil sebesar 4,20% (yoy), sehingga posturnya
turun menjadi 26,14% dari tahun sebelumnya
28,25%. Sementara itu, belanja modal naik
sebesar 17,34% (yoy), sehingga posturnya naik
menjadi 34,73% dari tahun sebelumnya
33,32%. Sementara itu, postur belanja barang
naik menjadi 39,00% dari 38,30% dan postur
belanja bantuan sosial relatif tidak mengalami
perubahan. Kenaikan porsi belanja modal
sesuai dengan fokus pemerintah terhadap
pembangunan infrastruktur Sulut.
Tabel 2.5 Postur Alokasi Belanja APBN di Sulut
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Sulut
Pada triwulan III 2018, penyerapan alokasi
anggaran belanja APBN di Sulawesi Utara
tercatat sebesar 56,19%, sedikit lebih rendah
dibandingkan triwulan III 2017 yang tercatat
sebesar 57,13%. Realisasi belanja APBN di
Sulut yang belum maksimal terutama
disebabkan oleh belanja barang dan belanja
modal yang belum maksimal. Realisasi Belanja
barang pemerintah turun dari 59,26 % di
triwulan III di tahun 2017 menjadi 57,38% di
triwulan III 2018. Sedangkan untuk belanja
modal realisasinya turun dari 42,39% di
triwulan III 2017 menjadi 58,14% di triwulan III
2018. Optimalisasi anggaran APBN di sisa
tahun 2018 akan menjadi tantangan
pemerintah dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi pemerintah mengingat target
realisasi penyerapan APBN di daerah juga turut
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah
secara keseluruhan.
Tabel 2.6 Realisasi Belanja APBN di Sulut Tahun 2017
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Sulut
.
18
Bab III. Perkembangan Inflasi Daerah
3.1. Evaluasi Realisasi Inflasi triwulan III
2018
3.1.1. Inflasi Tahunan (yoy)
Inflasi Sulawesi Utara pada triwulan III 2018
tercatat sebesar 1,45% (yoy), lebih rendah
dari triwulan sebelumnya yang sebesar 3,46%
(yoy). Inflasi Sulut triwulan III 2018 terkendali
dan masih dibawah rentang sasaran inflasi
tahun 2018 yakni 3,5%±1% (yoy). Berdasarkan
disagregasinya, inflasi tahunan pada triwulan
III 2018 disumbang oleh seluruh kelompok
dimana andil inflasi oleh kelompok Bahan
Makanan sebesar 0,35% (yoy), Kelompok
Makanan Jadi, Minuman Rokok dan Tembakau
sebesar 0,29% (yoy), Kelompok Perumahan,
Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 0,25%
(yoy), Kelompok Sandang sebesar 0,04% (yoy),
Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa
Keuangan sebesar 0,39% (yoy), Kelompok
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar
0,09% (yoy) dan Kelompok Kesehatan sebesar
0,04% (yoy).
Grafik 3.1 Inflasi Tahunan Sulawesi Utara
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Inflasi Kelompok Bahan Makanan tercatat
sebesar 1,50% (yoy), jauh lebih rendah dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
10,97% (yoy). Berdasarkan subkelompoknya,
inflasi pada kelompok Bahan Makanan
terutama disebabkan oleh subkelompok Ikan
Segar dengan andil inflasi sebesar 0,40%,
subkelompok Daging dan hasil-hasilnya
dengan andil inflasi sebesar 0,18%, sementara
itu, subkelompok Sayur-sayuran, subkelompok
Bumbu-bumbuan dan subkelompok Lemak
dan Minyak menahan terjadinya inflasi lebih
tinggi lagi dengan andil deflasi masing-masing
sebesar -0,26%, -0,10% dan -0,05% (yoy).
Komoditas yang tercatat inflasi pada kelompok
Bahan Makanan terutama Daun Bawang,
Cakalang/Sisik, Daging Ayam Ras dan
Tindarung dengan andil inflasi masing-masing
sebesar 0,31%, 0,14%, 0,13% dan 0,12% (yoy).
Sementara itu Komoditas Tomat Sayur, Apel,
Bawang Merah, Minyak Goreng dan Cabai
Rawit menahan laju inflasi dengan mencatat
andil deflasi masing-masing sebesar -0,53%, -
0,08%, -0,07%, -0,05% dan -0,03% (yoy).
Tabel 3.1 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Bahan Makanan
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Grafik 3.2 Andil Inflasi Kelompok Bahan Makanan
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok & Tembakau tercatat sebesar 1,81%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
2014 2015 2016 2017 2018
yoy
Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi
1 Daun Bawang 0.31% Tomat Sayur -0.53%
2 Cakalang/Sisik 0.14% Apel -0.08%
3 Daging Ayam Ras 0.13% Bawang Merah -0.07%
4 Tindarung 0.12% Minyak Goreng -0.05%
5 Pepaya 0.08% Cabai Rawit -0.03%
Kelompok Bahan Makanan
Komoditas Inflasi Komoditas DeflasiNo
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
2014 2015 2016 2017 2018
Inflasi year on year Andil Inflasi Bahan Makanan
yoy
19
(yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
yang sebesar 1,83% (yoy). Berdasarkan
subkelompoknya, inflasi tahunan kelompok
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
terutama disebabkan oleh subkelompok
Makanan Jadi dengan andil inflasi tahunan
sebesar 0,18% (yoy). Subkelompok Tembakau
dan Minuman Beralkohol dan subkelompok
Minuman yang Tidak Beralkohol dan memiliki
andil inflasi masing-masing sebesar 0,06% dan
0,04% (yoy). Komoditas yang menyebabkan
inflasi pada subkelompok Makanan Jadi adalah
Rujak, Martabak dan Capcai dengan andil
inflasi masing-masing sebesar 0,06%, 0,05%
dan 0,05% (yoy). Inflasi yang terjadi pada
kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok &
Tembakau disinyalir terjadi karena adanya
peningkatan permintaan pada periode
Ramadhan.
Grafik 3.3 Andil Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Tabel 3.2 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok &
Tembakau
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas
& Bahan Bakar tercatat sebesar 0,87% (yoy),
sedikit lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
yang sebesar 0,82% (yoy). Berdasarkan
subkelompoknya, inflasi kelompok
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
terutama disebabkan oleh subkelompok Biaya
Tempat Tinggal dengan andil inflasi tahunan
sebesar 0,18% (yoy). Subkelompok
Penyelenggaraan Rumah Tangga,
Subkelompok Perlengkapan Rumah Tangga
dan Subkelompok Bahan Bakar, Penerangan
dan Air masing-masing menyumbang andil
inflasi sebesar 0,03%, 0,03% dan 0,01% (yoy).
Komoditas yang menyebabkan inflasi pada
subkelompok Biaya Tempat Tinggal adalah
Seng, Cat Tembok, Pasir dan Semen dengan
andil inflasi masing-masing sebesar 0,07%,
0,03%, 0,02% dan 0,02% (yoy).
Grafik 3.4 Andil Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Tabel 3.3 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Inflasi kelompok Sandang pada triwulan III
2018 tercatat sebesar 0,72% (yoy), lebih
rendah dari triwulan II 2018 yang tercatat
sebesar 2,33% (yoy). Berdasarkan
subkelompoknya, inflasi tahunan kelompok
Sandang terutama disebabkan oleh
subkelompok Barang Pribadi dan Sandang Lain
dengan andil inflasi sebesar 0,04%. Adapun
subkelompok Sandang Wanita, subkelompok
0.00%
0.10%
0.20%
0.30%
0.40%
0.50%
0.60%
0.70%
0.80%
0.90%
1.00%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
2014 2015 2016 2017 2018
Inflasi year on year
Andil Inflasi Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (RHS)
yoy
Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi
1 Capcai 0.05% Wafer -0.02%
2 Martabak 0.05% Gula Pasir -0.01%
3 Minuman Ringan 0.04% Biskuit -0.01%
4 Rujak 0.04% Air Kemasan -0.002%
5 Nasi Dengan Lauk 0.03% Sari Jeruk -0.001%
No
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi
-0.5%
0.0%
0.5%
1.0%
1.5%
2.0%
2.5%
3.0%
3.5%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
2014 2015 2016 2017 2018
Inflasi year on year
Andil Inflasi Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar (RHS)
yoy
Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi
1 Seng 0.07%
2 Cat Tembok 0.03%
3 Upah Pembantu RT 0.03%
4 Pasir 0.02%
5 Semen 0.02%
No
Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi
20
Sandang Laki-Laki dan subkelompok Sandang
Anak-anak menyumbang inflasi masing-masing
sebesar 0,02%, 0,004% dan -0,02% (yoy).
Komoditas yang menyebabkan inflasi pada
subkelompok Barang Pribadi dan Sandang Lain
adalah Emas Perhiasan dengan andil inflasi
sebesar 0,04% yang berdasarkan survei
pemantauan harga mencapai Rp715.000 per
gram pada bulan September 2018.
Grafik 3.5 Inflasi Kelompok Sandang
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Tabel 3.4 Andil Komoditas Penyebab Inflasi
Kelompok Sandang
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Inflasi kelompok Kesehatan tercatat sebesar
0.97% (yoy), lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya sebesar 0,50% (yoy). Berdasarkan
subkelompoknya, subkelompok Perawatan
Jasmani dan Kosmetika memiliki andil sebesar
0,02% (yoy). Sementara subkelompok obat-
obatan memiliki andil menahan inflasi sebesar
-0,01% (yoy). Sedangkan subkelompok Jasa
Kesehatan tidak memiliki andil inflasi.
Komoditas yang menyebabkan inflasi pada
kelompok kesehatan adalah parfum, shampoo
dan pasta gigi dengan andil masing-masing
sebesar 0,01% (yoy). Sementara itu, komoditas
yang menahan laju inflasi adalah komoditas
hand body lotion dengan andil deflasi sebesar -
0,01% (yoy).
Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Kesehatan
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Tabel 3.5 Andil Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Kesehatan
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Inflasi kelompok Pendidikan, Rekreasi dan
Olahraga pada tercatat sebesar 1,51%(yoy),
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang
sebesar 1,47% (yoy). Berdasarkan
subkelompoknya, peningkatan tekanan inflasi
disebabkan oleh andil inflasi oleh subkelompok
rekreasi sebesar 0,08% (yoy). Sementara itu,
subkelompok lainnya seperti subkelompok
Kursus-kursus/Pelatihan, subkelompok
Perlengkapan/Peralatan dan subkelompok
Olahraga, hanya menyumbang andil inflasi
masing-masing sebesar 0,005%, 0,004% dan
0,003% (yoy). Adapun komoditas pada
subkelompok rekreasi yang menyebabkan
inflasi pada triwulan III 2018 adalah komoditas
paket Liburan dan komoditas VCD/DVD yang
memberikan andil inflasi masing-masing
sebesar 0,07% dan 0,01% (yoy). Peningkatan
permintaan pada akomoditas paket liburan
terjadi pada akhir triwulan III 2018 seiring
dengan kenaikan wisman yang tumbuh
sebesar 75,25%.
0.0%
0.1%
0.1%
0.2%
0.2%
0.3%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
2014 2015 2016 2017 2018
Inflasi year on year Andil Inflasi Sandang (RHS)
yoy
Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi
1 Emas Perhiasan 0.04% Sepatu -0.02%
2 Gaun/Terusan 0.01% Blus -0.01%
3 Pembalut Wanita 0.01%
No
Kelompok Sandang
Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi
0.00%
0.05%
0.10%
0.15%
0.20%
0.25%
0.30%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
2014 2015 2016 2017 2018
Inflasi year on year Andil Inflasi Kesehatan (RHS)
yoy
Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi
1 Parfum 0.01% Hand Body Lotion -0.01%
2 Shampo 0.01%
3 Pasta Gigi 0.01%
No
Kelompok Kesehatan
Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi
21
Grafik 3.7 Andil Inflasi Kelompok Pendidikan,
Rekreasi dan Olahraga
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Tabel 3.6 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan
Jasa Keuangan tercatat sebesar 2,40%, lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar
0,64% (yoy). Tekanan inflasi kelompok
Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
disebabkan oleh naiknya inflasi pada
subkelompok Transportasi yang pada triwulan
III 2018 tercatat inflasi sebesar 2,27% naik dari
triwulan sebelumnya yang sebesar 0,68%
(yoy). Tekanan inflasi juga meningkat pada
subkelompok Komunikasi dan Pengiriman
serta subkelompok Sarana dan Penunjang
Transpor dengan mencatatkan inflasi masing-
masing sebesar 2,72% dan 5,01% setelah pada
triwulan II masing-masing tercatat sebesar -
0.69% dan 4,98% (yoy). Subkelompok lainnya
yaitu Jasa Keuangan tidak mencatatkan inflasi
setelah pada triwulan II tercatat sebesar 0,03%
(yoy). Komoditas yang mencatatkan inflasi
pada kelompok Transportasi, Komunikasi dan
Jasa Keuangan adalah Angkutan Udara, Tarip
Pulsay Ponsel, Bensin, Tarif Parkir dan Sepeda
Motor dengan andil inflasi masing-masing
sebesar 0,20%, 0,11%, 0,05%, 0,05% dan 0,02%
(yoy). Peningkatan komoditas Angkutan Udara
disebabkan oleh tingginya permintaan dan
penyesuaian tariff angkutan udara menjadi
batas atas terkait banyaknya event-event
Nasional maupun Internasional seperti
Harganas, TIFF dan Manado Fiesta.
Peningkatan tekanan inflasi pada komoditas
Tarip Parkir disebabkan oleh adanya Peraturan
Daerah yang mengatur peningkatan retribusi
parkir. Peningkatan harga pertalite yang
dilakukan pada bulan Januari dan Maret
menyebabkan tekanan inflasi pada komoditas
bensin.
Grafik 3.8 Andil Inflasi Kelompok Transpor,
Komunikasi dan Jasa Keuangan
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Sampai dengan triwulan III 2018, IHK Sulut
tahun 2018 mencatat inflasi sebesar 1,10%
(ytd). Kelompok Bahan Makanan memberikan
andil inflasi tertinggi sebesar sebesar 0.45%
(ytd) disusul oleh kelompok Transpor,
Komunikasi dan Jasa Keuangan yang
memberikan andil Inflasi sebesar 0,30% (ytd),
kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok &
Tembakau dengan andil inflasi sebesar 0,16%
(ytd), kelompok Pendidikan, Rekreasi dan
Olahraga yang memberikan andil inflasi
sebesar 0,09% (ytd), kelompok Perumahan,
Air, Listrik,Gas & Bahan Bakar dengan andil
inflasi 0,07% serta kelompok Kesehatan
dengan andil inflasi 0,05% (ytd). Komoditas
dari kelompok bahan makanan yang
0.00%
0.05%
0.10%
0.15%
0.20%
0.25%
0.30%
0.35%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
2014 2015 2016 2017 2018
Inflasi year on year Andil Inflasi Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga (RHS)
yoy
Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi
1 VCD / DVD 0.01%
2 PAKET LIBURAN 0.07%
No
Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi
-0.50%
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
2014 2015 2016 2017 2018
Inflasi year on year
Andil Inflasi Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (RHS)
yoy
Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi
1 Angkutan Udara 0.20% Telepon Seluler -0.02%
2 Tarip Pulsa Ponsel 0.11% Mobil -0.02%
3 Bensin 0.05%
4 Tarip Parkir 0.05%
5 Sepeda Motor 0.02%
No
Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi
22
memberikan andil inflasi yang cukup tinggi
adalah Daun Bawang dengan andil inflasi
sebesar 0,18% (ytd), Daging Ayam Ras dengan
andil inflasi sebesar 0,14% (ytd), Cakalang/Sisik
dengan andil inflasi sebesar 0,13% (ytd),
Tindarung dan Apel masing-masing dengan
andil inflasi sebesar 0,09% dan 0,07% (ytd).
Komoditas dari kelompok Transpor,
Komunikasi dan Jasa Keuangan yang
memberikan andil inflasi yang cukup tinggi
adalah Angkutan Udara dengan andil sebesar
0,11%. Sementara itu, terdapat komoditas dari
kelompok Bahan Makanan yang menahan laju
inflasi menjadi semakin lebih tinggi, yaitu
Tomat Sayur, Minyak Goreng, Lemon, Jeruk
Nipis/Lima dan Bawang Merah dengan andil
deflasi masing-masing sebesar -0,17%, -0,06%,
-0,06%, -0,04% dan -0,04% (ytd).
3.1.2. Inflasi Bulanan (mtm)
Secara bulanan, angka Indeks Harga
Konsumen (IHK) pada Juli, Agustus dan
September masing-masing mencatat deflasi
sebesar -0,68%, -0,88% dan -0,79% (mtm).
Juli 2018
Pada Juli 2018, IHK Sulut mencatat deflasi
sebesar -0,68% (mtm), menurun dibanding
bulan sebelumnya yang mengalami inflasi
sebesar 0,65% (mtm). Deflasi pada Juli 2018,
terutama bersumber dari kelompok Bahan
Makanan. Inflasi bulanan kelompok Bahan
Makanan Juli 2018 mencapai angka -4,06%
(mtm) turun dari bulan sebelumnya yang
mencatatkan inflasi sebesar 1,31%. Kelompok
Bahan Makanan juga memberikan andil deflasi
bulanan hingga -1,03%. Adapun komoditas
yang memiliki andil terbesar pada kelompok ini
adalah Tomat Sayur dengan andil inflasi
bulanan mencapai 1,21%. Harga komoditas
Tomat Sayur dan beberapa komoditas lainnya
seperti bawang merah dan bawang putih
terkoreksi setelah berakhirnya periode
lonjakan permintaan, khususnya pada periode
Ramadhan dan Idul Fitri. Hal ini terkonfirmasi
dari hasil survei pemantauan harga yang
menunjukkan penurunan harga tomat sayur
pada bulan Juli menjadi Rp8.000/Kg setelah
pada bulan sebelumnya berada pada kisaran
Rp13.500/Kg. Selain Tomat Sayur, Komoditas
Bawang Merah juga menyumbangkan andil
inflasi bulanan sebesar 0,13%.
Tabel 3.8 Inflasi bulanan seluruh kelompok dan andil inflasinya pada bulan Juli
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Sebaliknya, Kelompok Transpor, Komunikasi
dan Jasa Keuangan justru mencatatkan inflasi
pada bulan Juli 2018 sebesar 1,39% (mtm)
menurun dibandingkan bulan sebelumnya
yang tercatat yang cukup tinggi 1,84% (mtm).
Komoditas dari kelompok Transpor,
Komunikasi dan Jasa Keuangan yang
menyumbangkan inflasi adalah Angkutan
Udara. Pada bulan Juli 2018, Angkutan Udara
inflasi sebesar 4,99% sehingga
menyumbangkan andil inflasi sebesar 0,09%.
Naiknya harga tarif angkutan udara disebabkan
oleh meningkatnya penyelenggaraan MICE
(meeting, incentive, convention and exhibition)
dan juga kedatangan turis asing yang
meningkat sebesar 17.49% dibanding bulan
sebelumnya.
Agustus 2018
IHK Sulut Mei 2018 mencatat deflasi sebesar -
0,88% (mtm), yang bersumber dari kelompok
Bahan Makanan. Di sisi lain, kelompok
Transpor, Komunikasi Dan Jasa Keuangan
tercatat inflasi sebesar 0.32% (mtm). Deflasi
pada bulan Agustus berasal dari Kelompok
Bahan Makanan yang mencatatkan deflasi
tertinggi sebesar -3.80% (mtm) dengan andil
sebesar -0.93%. Kelompok lain yang
mencatatkan inflasi adalah kelompok Sandang
sebesar -0,03% (mtm).
Inflasi Andil Inflasi
Bahan Makanan -4.06% -1.03%
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.75% 0.12%
Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bahan Bakar 0.01% 0.00%
Sandang -0.04% 0.00%
Kesehatan 0.43% 0.02%
Pendidikan, Rekreasi Dan Olah Raga 0.00% 0.00%
Transpor,Komunikasi Dan Jasa Keuangan 1.39% 0.22%
Kelompok Juli (mtm)
23
Tabel 3.9 Inflasi bulanan seluruh kelompok dan andil inflasinya pada bulan Agustus
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Komoditas penyumbang deflasi tertinggi dari
kelompok Bahan Makanan adalah Tomat Sayur
dengan andil deflasi pada bulan Agustus 2018
sebesar -0,65%, disusul oleh Cabai Rawit
dengan andil deflasi sebesar -0,15% dan
Bawang Merah dengan andil deflasi sebesar -
0,13% (mtm). Hal ini terjadi disebabkan oleh
normalisasi harga pascaperayaan hari besar
keagamaan nasional (Idul Fitri) dan didorong
oleh penurunan harga pada komoditas
strategis di Sulawesi Utara. Hasil Survey
Pemantauan Harga pada bulan Agustus 2018
menunjukkan harga Tomat Sayur turun hingga
Rp6.000/Kg yang sempat mencapai
Rp8.000/kg pada bulan sebelumnya.
Sementara itu, kelompok Transpor,
Komunikasi Dan Jasa Keuangan menahan laju
deflasi semakin dalam dengan andil inflasi
sebesar 0,05%. Komoditas Angkutan Udara
dari kelompok Transpor, Komunikasi Dan Jasa
Keuangan mencatat inflasi sebesar 2.33%
dengan andil sebesar 0,04%. Meningkatnya
tarif angkutan udara seiring dengan
peningkatan penyelenggaraan MICE skala
nasional yang dilaksanakan di Kota Manado.
September 2018
IHK Sulut September 2018 tercatat deflasi
sebesar -0,79% (mtm), naik dari bulan
sebelumnya yang sebesar -0,88% (mtm).
Deflasi tersebut terutama disebabkan deflasi
kelompok Bahan Makanan yang mencatat
deflasi sebesar -2,62% (mtm) dan Kelompok
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
yang mencatatkan deflasi sebesar -0,94%
(mtm)
Tabel 3.10 Inflasi bulanan seluruh kelompok dan andil inflasinya pada bulan September
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Berlanjutnya penurunan harga Bahan
Makanan, koreksi harga kelompok Transpor,
Komunikasi, & Jasa Keuangan, serta deflasi di
kelompok Sandang menjadi faktor yang
mempengaruhi deflasi pada bulan September.
Penurunan harga komoditas strategis dari
kelompok Bahan Makanan disebabkan oleh
permintaan terhadap komoditas tersebut
masih normal di tengah suplai yang terjaga di
pasar. Komoditas dengan deflasi terbesar
adalah Tomat Sayur, Cabai Rawit dan Bawang
Merah masing-masing dengan andil deflasi
sebesar -0,59%, -0,09% dan -0,04% (mtm).
Penurunan harga tersebut terkonfirmasi dari
Survei Pemantauan Harga pada September
2018 yang menunjukkan harga Tomat Sayur
turun menjadi Rp6.000/kg dari bulan
sebelumnya yang sebesar Rp 8000/kg.
Berlanjutnya penurunan harga tomat sayur
yang sudah mulai terjadi dari dua bulan
sebelumnya terjadi karena berakhirnya
perayaan hari besar keagamaan nasional (Idul
Fitri). Adapun sebagai informasi tambahan,
tekanan pada komoditas tomat sayur dimulai
pada bulan April hingga bulan Juni yang
disebabkan oleh tingginya permintaan ketika
perayaan hari besar keagamaan nasional
(Paskah, Ramadhan dan Idul Fitri). Selain itu
komoditas Daun Bawang dan Kangkung dari
subkelompok sayur-sayuran juga mencatat
inflasi masing-masing dengan sumbangan
0,02% dan 0,01% (mtm). Musim kering yang
saat ini melanda Sulawesi Utara diperkirakan
turut menjadi penyebab berkurangnya
pasokan daun bawang di pasar.
Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa
Keuangan tercatat deflasi yang disebabkan
Inflasi Andil Inflasi
Bahan Makanan -3.80% -0.93%
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.00% 0.00%
Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bahan Bakar 0.01% 0.00%
Sandang -0.03% 0.00%
Kesehatan 0.00% 0.00%
Pendidikan, Rekreasi Dan Olah Raga 0.01% 0.00%
Transpor,Komunikasi Dan Jasa Keuangan 0.32% 0.05%
Kelompok Agustus (mtm)
Inflasi Andil Inflasi
Bahan Makanan -2.62% -0.63%
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.00% 0.00%
Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bahan Bakar 0.04% 0.01%
Sandang -0.39% -0.02%
Kesehatan 0.00% 0.00%
Pendidikan, Rekreasi Dan Olah Raga 0.00% 0.00%
Transpor,Komunikasi Dan Jasa Keuangan -0.94% -0.16%
Kelompok September (mtm)
24
oleh penurunan tarif angkutan udara akibat
permintaan yang menurun. Hal ini
terkonfirmasi dari penurunan tekanan inflasi di
Agustus yang sejalan dengan penurunan
penumpang berangkat dari Bandara Sam
Ratulangi. Harga tarif Angkutan Udara pada
September 2018 sempat menyentuh angka
Rp1.763.000. Angka tersebut diperoleh dari
rata-rata dua maskapai besar dan dua rute
tujuan utama (Jakarta dan Makassar). Di sisi
lain, kelompok Sandang juga ikut mengalami
deflasi sebesar -0,39 (mtm) yang disebabkan
oleh penurunan harga komoditas emas
perhiasan yang mengalami deflasi sebesar -
3,19% dengan andil sebesar -0,02% (mtm).
Sementara itu, Komoditas Seng dari kelompok
Perumahan, Air, Listrik, gas & Bahan Bakar
menahan laju deflasi lebih dalam meskipun
relatif kecil dengan inflasi tercatat sebesar
1,06% dan andil inflasi sebesar 0,01% (mtm).
3.2. Arah Perkembangan Inflasi Triwulan
IV 2018
Memasuki awal Triwulan IV 2018, IHK
Oktober 2018 tercatat inflasi sebesar 0,08%
(mtm) dan secara tahunan sebesar 1,59%
(yoy). Inflasi pada bulan Oktober 2018 terjadi
setelah tiga bulan sebelumnya tercatat deflasi
secara berturut-turut. Inflasi Oktober 2018
yang sebesar 1,59% (yoy) menunjukkan bahwa
inflasi masih tetap terkendali dan relatif
rendah dibawah rentang sasaran inflasi tahun
2018 yakni 3,5±1% (yoy).
Tabel 3.11 Inflasi Oktober 2018
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Kelompok Bahan Makanan menjadi
penyumbang utama inflasi Oktober 2018.
Inflasi juga disumbangkan oleh kelompok
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar;
Sandang dan Pendidikan, Rekreasi & Olah
Raga. Di sisi lain Kelompok Transpor,
Komunikasi & Jasa Keuangan dan Kesehatan
menahan laju inflasi dengan mencatatkan
deflasi.
Inflasi pada kelompok Bahan Makanan tercatat sebesar 0,96% (mtm) disebabkan oleh meningkatnya harga komoditas Tomat Sayur yang sempat menyentuh harga terendahnya pada tahun ini. Selain Tomat Sayur, komoditas Cabai Rawit dan Tindarung juga tercatat inflasi. Andil inflasi komoditas Tomat Sayur dan Cabai Rawit masing-masing mencapai 0,10% dan 0,09% meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar -0,59% dan -0,09%. Peningkatan harga tomat sayur dan cabai rawit terjadi kembali, setelah pada 3 bulan terakhir terjadi deflasi yang cukup dalam, terutama pada Tomat Sayur. Pasokan yang mulai langka di pasar dan juga permintaan yang mulai meningkat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru menjadi penyebab meningkatnya harga. Harga Tomat Sayur pada minggu ke 4 dan 5 bulan Oktober telah mencapai Rp8.000/kg naik dari Rp6.000/kg pada minggu 1 dan 2. Sementara harga rata-rata Cabai Rawit berada pada angka Rp47.000/Kg.
Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas &
Bahan Bakar mencatat inflasi sebesar 0,17%
(mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,05%.
Tingkat inflasi tersebut lebih tinggi dari bulan
sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi
sebesar 0,04% (mtm). Inflasi kelompok
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
terutama disebabkan oleh inflasi pada
komoditas Seng yang tercatat inflasi sebesar
5,23% (mtm) dengan andil inflasi sebesar
0,05%. Inflasi komoditas seng tersebut lebih
tinggi daripada bulan sebelumnya yang
sebesar 1,06% (mtm).
Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan menahan laju inflasi dengan
mencatatkan deflasi bulanan sebesar -1,33%
dengan andil inflasi sebesar -0,22%. Deflasi
tersebut lebih dalam dari bulan sebelumnya
yang tercatat mengalami deflasi sebesar –
0,94% (mtm) yang terutama disebabkan oleh
komoditas Angkutan Udara. Pada bulan
Oktober 2018, komoditas Angkutan Udara
mencatatkan deflasi sebesar -13,70% (mtm),
dengan andil -0,25% lebih dalam dari deflasi
Inflasi Andil Inflasi Inflasi Andil Inflasi
Bahan Makanan 0.96% 0.22% 3.89% 0.90%
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.00% 0.00% 1.56% 0.25%
Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bahan Bakar 0.17% 0.05% 0.95% 0.27%
Sandang 0.65% 0.03% 1.65% 0.09%
Kesehatan -0.52% -0.02% 0.17% 0.01%
Pendidikan, Rekreasi Dan Olah Raga 0.06% 0.00% 1.55% 0.10%
Transpor,Komunikasi Dan Jasa Keuangan -1.33% -0.22% -0.12% -0.02%
yoyKelompok
mtm
25
bulan lalu yang sebesar -7,98%. Hal ini
terkonfirmasi dari rata-rata tarif Angkutan
Udara pada Oktober 2018 sebesar
Rp1.651.860,00 yang menurun dari bulan
sebelumnya yang mencapai Rp1.768.213,00.
Penurunan tersebut diduga terjadi seiring
dengan meredanya permintaan tiket Angkutan
Udara ke Makassar dan Jakarta karena telah
dibuka kembalinya penerbangan langsung ke
Bali sebagai hub tujuan Nusa Tenggara dan
Jawa Timur.
Memasuki November dan Desember 2018,
Bank Indonesia memperkirakan terjadinya
tekanan IHK. Bank Indonesia memperkirakan
inflasi Sulawesi Utara pada triwulan IV sebesar
2.64% (yoy), atau berada pada rentang 3,5±1%.
Perkiraan tersebut lebih tinggi dari realisasi
inflasi pada triwulan sebelumnya yang sebesar
1,45%. Perkiraan inflasi pada Nopember dan
Desember 2018 terutama bersumber dari
komoditas kelompok Bahan Makanan dan
Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa
Keuangan seiring dengan meningkatnya
permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan
Natal dan Tahun Baru 2018. Terkendalinya
inflasi 2018 didukung oleh upaya dan
koordinasi Pemerintah Daerah dan Bank
Indonesia melalui wadah TPID untuk terus
memperkuat pengendalian inflasi serta
koordinasi untuk pengendalian komponen
Bahan Makanan dan Transpor, Komunikasi dan
Jasa Keuangan.
3.3. Program Pengendalian Inflasi dan
Tantangan yang Dihadapi
Upaya menekan inflasi pada triwulan III 2018
tidak terlepas dari koordinasi yang baik
antarpemangku kebijakan dan kepentingan.
Berbagai kegiatan telah dilakukan semenjak
awal tahun hingga triwulan III 2018 untuk
menjaga inflasi pada level yang stabil melalui
kerjasama yang baik antara Pemerintah
Provinsi, Bank Indonesia, Pemerintah Kota,
Pemerintah Kabupaten serta pihak-pihak
2 Gerakan BARITO 2 adalah kelanjutan dari BARITO+ di bulan Juli yang dilakukan dengan penyerahan bantuan 20.000 bibit barito kepada
lainnya. Upaya TPID dalam pengendalian harga
selama triwulan III 2018 antara lain:
3.3.1 Memelihara Ketersediaan pasokan
dan kelancaran distribusi.
TPID akan terus memantau secara ketat dan akan melakukan tindakan yang dianggap perlu untuk mengendalikan harga, terutama pada kelompok Bahan Makanan serta kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan yang berpotensi memberikan tekanan yang cukup tinggi pada inflasi Sulut. Dalam skala nasional, telah dilaksanakan rapat koordinasi yang dipimpin langsung oleh Presiden RI.
Rapat Tim Teknis TPID telah diinisiasi untuk mempersiapkan pengendalian inflasi menjelang Natal dan Tahun Baru. Selain itu Operasi Pasar Bulog dan Pasar Murah Disperindag akan dilaksanakan menjelang Natal dan Tahun Baru.
3.3.2 Menjaga keterjangkauan harga.
Kerjasama TPID dan Bulog dalam melaksanakan operasi pasar komoditas beras demi menjaga kestabilan pasokan dan harga beras. Selain itu, untuk menjaga keterjangkauan harga juga akan dilakukan melalui gerakan BARITO 22 serta Operasi Pasar Bulog dan Pasar Murah Disperindag menjelang Natal dan Tahun baru.
3.3.3 Melakukan komunikasi ekspektasi
untuk meredam lonjakan expected
inflation.
TPID senantiasa menjaga ekspektasi masyarakat melalui kampanye gerakan menghemat konsumsi menjelang natal dan tahun baru baik melalui talkshow , tayangan iklan dan media lainnya. Selain itu, sebagai bentuk antisipasi yang bersifat forward looking, TPID Sulawesi Utara juga sudah membahas roadmap Pengendalian Inflasi 2019-2021.
3.3.4 Meredam lonjakan inflasi yang
disebabkan oleh komoditas strategis
Sulawesi Utara, Barito (Bawang, Rica,
Tomat).
tim penggerak PKK Provinsi Sulawesi Utara dan kaum Wanita GMIM
26
TPID juga melakukan dialog dengan para
pedagang, baik di level pemasok maupun
eceran serta telah menjajaki kemungkinan
penyelenggaraan kerjasama antardaerah
produsen bahan pangan strategis. Monitoring
pergerakan komoditas strategis tersebut juga
terus dilakukan untuk menjaga pasokan bahan
makanan penyebab inflasi utama di sulut
tersebut. Selain itu, TPID melaksanakan
pendekatan dialog persuasif kepada Petani
agar mengutamakan pasokan hasil panen
kedalam Sulawesi utara terlebih dahulu. Selain
itu penyelesaian studi tata niaga Barito
diharapkan dapat menjaga ketersediaan
komoditas strategis. TPID juga telah menyusun
asesmen rekomendasi sistem pendampingan
tindak lanjut pemberian bantuan polybag
Program Kementerian Pangan oleh
Pemerintah Kabupaten dan Kota serta
asesmen penyerapan buffer stock komoditas
Barito oleh Bulog.
3.3.5 Melaksanakan Capacity Building, Rakor
HLM TPID Sulawesi Utara serta Sidak
Pasar TPID Sulut & Kementerian
Perdagangan
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi
Sulut telah mengadakan Koordinasi HLM TPID
awal tahun pada hari Senin tanggal 8 Agustus
2018. Dalam rangka pengendalian inflasi akhir
tahun dan Roadmap TPID, telah dilaksanakan
HLM TPID pada tanggal 21 Nopember 2018 di
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi
Utara yang dipimpin langsung oleh Gubernur
Sulawesi Utara
Sebelumnya telah dilakukan rapat Koordinasi
bersama TPID Kabupaten Kota se-Sulawesi
Utara telah diselenggarakan di Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara
pada tanggal 8 Agustus 2018 dalam rangka
perumusan strategi pengendalian inflasi
semester II 2018
Rapat koordinasi TPID di tingkat Kab./Kota juga
dilaksanakan di beberapa tempat. Rakor TPID
se- Bolmong Raya telah dilaksanakan untuk
menyusun strategi pengendalian harga
mengingat Kota Kotamobagu akan dijadikan
kota inflasi oleh BPS.
Rapat Koordinasi TPID kota Tomohon juga
telah dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus
2018 untuk menyusun strategi kestabilan
harga.
Selain itu juga telah dilaksanakan sidak
penggunaan gas elpiji 3kg yang ditemukan
digunakan oleh beberapa rumah makan dan
pengusaha rumah makan yang bersangkutan
langsung diminta untuk mengganti dengan gas
elpiji yang sesuai (12kg).
BARITO+ dan prestasi TPID Sulawesi Utara
Pada bulan Juli 2018, telah dilakukan gerakan
BARITO+ berupa penyerahan bantuan 20.000
bibit barito kepada tim penggerak PKK Provinsi
Sulawesi Utara dan kaum Wanita Gereja
Masehi Injil Minahasa (GMIM) sehingga
diharapkan dapat mendorong awareness ibu-
ibu rumah tangga untuk menanam barito di
pekarangan tumah masing-masing. Pada bulan
Juli 2018 juga telah dilaksanakan rapat
koordinasi nasional pengendalian inflasi sulut
dimana TPID Sulut ditetapkan sebagai TPID
terbaik tingkat provinsi se-Sulawesi dan untuk
tingkat Kabupaten/Kota non pencatatan
inflasi, Kota Bitung terpilih sebagai TPID
berprestasi di tingkat nasional. Gerakan Barito
ini kemudian dilanjutkan dengan gerakan
Barito 2 pada bulan Oktober 2018.
Ke depan, Pemerintah Daerah dan Bank
Indonesia berkomitmen untuk terus
memperkuat upaya pengendalian inflasi
terutama pada semester kedua 2018. Salah
satu upaya pada paruh kedua tahun 2018 yang
akan dilakukan yaitu menjaga kesinambungan
penguatan program ketahanan pangan,
peningkatan kualitas informasi harga pangan
serta koordinasi hingga tahap kabupaten/kota.
27
Bab IV. Stabilitas Keuangan Daerah,
Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
4.1. STABILITAS KEUANGAN DAERAH
4.1.1. ASESMEN SEKTOR KORPORASI
4.1.1.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi
Sektor Korporasi
Secara keseluruhan, ekonomi Sulawesi Utara
pada triwulan III 2018 tumbuh sebesar 5,66%
(yoy), melambat dari triwulan sebelumnya
yang tercatat tumbuh sebesar 5,83% (yoy).
Dari sisi permintaan, perlambatan
pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah
dan ekspor yang melambat. Di sisi lain,
pertumbuhan investasi menahan perlambatan
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara
menjadi semakin dalam. Adapun disisi
penawaran usaha, melambatnya
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara
disebabkan oleh melambatnya sektor Industri
Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran
dan Transportasi dan Pergudangan sementara
sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan;
sedangkan sektor Konstruksi tumbuh cukup
signifikan sehingga menahan perlambatan
ekonomi lebih dalam.
Sulut tersebut berdampak pada melambatnya
kinerja korporasi pada triwulan III 2018.
Beberapa lapangan usaha strategis di Sulawesi
Utara seperti Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan; Transportasi dan Pergudangan;
Akmamin; dan Jasa Keuangan dan Asuransi
tercatat melambat pada triwulan III 2018. Hal
ini menyebabkan sektor usaha turunan dari
lapangan usaha diatas turut melambat
4.1.1.2. Kinerja Sektor Korporasi
Melambatnya kinerja perekonomian Sulut
pada triwulan III 2018 juga tercermin pada
hasil liaison KPw BI Sulut yang ditunjukan dari
skala likert, khususnya untuk penjualan
domestik, ekspor dan harga jual.
Pada triwulan III 2018, secara rata-rata, skala
likert menunjukkan perlambatan untuk
permintaan domestik yaitu dari 1,00 pada
triwulan II 2018, melambat menjadi 0,57 pada
triwulan laporan. Melambatnya
kinerjapermintaan domestik tersebut
terutama dipicu oleh melambatnya konsumsi
sektor Rumah Tangga (RT).
Sejalan dengan hal tersebut, kinerja penjualan
ekspor Sulut pada triwulan III 2018 yang turut
melambat, dicerminkan oleh melambatnya
rata-rata skala likert pada triwulan III 2018.
Adapun skala likert penjualan ekspor pada
triwulan ini tercatat sebesar 0,33; melambat
dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,00.
Melambatnya penjualan ekspor contact juga
terlihat dari melambatnya pertumbuhan
ekspor Sulut. Komoditas Ikan, Kerang dan
Moluska pada triwulan III hanya tumbuh
sebesar 1,48% (yoy) setelah pada triwulan
sebelumnya tumbuh mencapai 11,08% (yoy).
Sementara, penjualan komoditas Lemak dan
Minyak Nabati/Hewani sebagai komoditas
ekspor utama Sulawesi Utara pada triwulan III
terkontraksi sebesar -33,79% (yoy) setelah
pada triwulan sebelumnya hanya terkontraksi
sebesar -2,22% (yoy).
Pertumbuhan harga jual pada triwulan laporan
juga terpantau melambat dari triwulan
sebelumnya (likert scale 0,09 dari sebelumnya
sebesar 0,33). Korporasi di sektor Industri
Pengolahan dan Perdagangan Besar dan
Eceran yang cukup tergantung dengan
mekanisme pasar dunia menyatakan bahwa
harga jual tidak dapat meningkat diatas
peningkatan harga jual dunia yang relatif
hanya sedikit. Contact di sektor Industri
Pengolahan dengan bahan baku kopra juga
mengeluhkan turunnya harga coconut oil yang
28
cukup drastis (mencapai 44%). Sementara itu,
faktor kompetisi turut menekan peningkatan
harga pada sektor Retail dan Akomodasi,
Makanan dan Minuman.
Di sisi lain, kinerja investasi Sulut yang
meningkat juga dapat dikonfirmasi melalui
likert scale Investasi pada laporan liaison
triwulan III yang meningkat sebesar 0,64
setelah pada triwulan sebelumnya hanya
sebesar 0. Data impor mesin-mesin juga
menunjukan pada triwulan III 2018, kontraksi
melambat menjadi -24% (yoy) setelah pada
triwulan sebelumnya terkontraksi cukup tinggi
sebesar -41%5 (yoy). Menurut korporasi yang
menjadi contact pada survei liaison, investasi
bertujuan untuk mengganti mesin yang sudah
obsolete, meningkatkan kapasitas pabrik, dan
diversifikasi produk.
Grafik 4.1 Likert Scale Kegiatan Usaha Sulut
Sumber: Bank Indonesia
4.1.1.3. Eksposur Perbankan Pada Sektor
Korporasi
Secara nominal, kredit perbankan pada sektor
korporasi di Sulut pada triwulan III 2018
tercatat sebesar Rp5.79 triliun, meningkat dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
Rp5,35 triliun. Dari sisi pertumbuhan kredit,
pertumbuhan kreditperbankan pada sektor
korporasi mencatat pertumbuhan yang positif
pada triwulan III 2018 sebesar 7,42% (yoy),
membaikdibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat kontraksi sebesar -1,79% (yoy).
Meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan
pada sektor Korporasi didorong oleh
meningkatnya Kredit Modal Kerja (KMK) dan
Kredit Investasi (KI) pada triwulan laporan.
Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit
korporasi terutama disalurkan dalam bentuk
Kredit Investasi(KMK) sebesar 51,81%, Kredit
Modal Kerja sebesar 47,70% dan sebagian kecil
dalam bentuk Kredit Konsumsi sebesar 0,49%.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah sektor
korporasi terpantau membaik pada Triwulan II
2018 dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kredit korporasi pada triwulan laporan
mencatat rasio NPL sebesar 3,68%, membaik
dari triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 4,16%. Namun demikian, kerentanan
pada sektor ini tetap perlu diwaspadai.
Grafik 4.2 Pangsa Penggunaan Kredit
Korporasi
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.3 Pertumbuhan Kredit Korporasi
Sumber: Bank Indonesia
4.1.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA
4.1.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi
Sektor Rumah Tangga
Hubungan yang sangat erat antara sektor
perbankan dan sektor rumah tangga terlihat
29
dari komposisi asset sektor perbankan yang
berupa kredit, mayoritas diberikan kepada
sektor rumah tangga dan juga komposisi
kewajiban sektor perbankan yang berasal dari
sektor rumah tangga berupa dana pihak ketiga.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi
rumah tangga adalah tingkat pendapatan,
tingkat pengangguran, tingkat konsumsi dan
kondisi pembiayaan/kredit rumah tangga.
Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan
ekonomi Sulut triwulan III 2018, kinerja
Konsumsi Rumah Tangga terhadap
perekonomian Sulawesi Utara menunjukkan
perlambatan pada triwulan laporan. Tercatat
share Konsumsi Rumah Tangga (RT) pada
perekonomian triwulan III 2018 sebesar
45,42%, melambat dari triwulan sebelumnya
dengan share sebesar 46,98% terhadap PDRB
secara keseluruhan.
Di sisi lain, melambatnya kinerja konsumsi
Rumah Tangga pada triwulan III 2018 tidak
menyurutkan keyakinan rumah tangga baik
kepada kondisi ekonomi saat ini maupun
ekspektasi kedepannya. Hal ini tercermin dari
meningkatnya seluruh indikator konsumsi
Rumah Tangga berdasarkan hasil survey yang
telah dilakukan oleh KPw BI Sulut.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selama
triwulan laporan yang tercatat sebesar 131,71
meningkat dari rata-rata triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 125,19. Hal tersebut
menunjukan bahwa masyarakat Sulawesi
Utara masih optimis terhadap kondisi
perekonomian saat ini maupun ekspektasi
kondisi ekonomi di kemudian hari.
Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE)
meningkat pada triwulan III 2018 menjadi
138,82 setelah pada triwulan sebelumnya
tercatat sebesar 135,61. Indeks Ekspektasi
Ekonomi (IEK) juga tercatat meningkat dari
114,78 pada triwulan sebelumnya menjadi
124,56 pada triwulan ini.
Meningkatnya indeks kondisi ekonomi saat ini,
didorong oleh keyakinan masyarakat
mengenai kondisi penghasilannya dan
ketersediaan lapangan kerja pada saat ini
maupun pembelian barang tahan lama yang
dilakukan pada triwulan ini.
Ekspektasi masyarakat kepada kondisi
perekonomian dan penghasilan serta
ketersediaan lapangan pekerjaan pada masa
mendatang juga meningkat jika dibandingkan
triwulan sebelumnya, yang ditunjukkan
oleh………………….
Di sisi lain, optimisme masyarakat pada kondisi
ekonomi saat ini maupun di kemudian hari
harus tetap memperhatikan kerentanan yang
bersumber dari kenaikan harga secara umum
pada 3 bulan dan 6 bulan kedepan. Hal
tersebut terlihat dari indeks ekspektasi
kenaikan harga secara umum pada 3 bulan
kedepan yang meningkat, dari 152,83 pada
triwulan sebelumnya menjadi 160,50 pada
triwulan ini. Sementara itu, indeks ekspektasi
kenaikan harga secara umum pada 6 bulan
kedepan juga meningkat menjadi 188,67 pada
triwulan ini setelah pada triwulan sebelumnya
hanya tercatat sebesar 172,83.
Grafik 4.4 Indeks Keyakinan Konsumen Sektor
RT di Sulut
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.5 Kondisi Ekonomi Saat Ini
Sumber: Bank Indonesia
30
Grafik 4.6 Ekspektasi Sektor Rumah Tangga
Sumber: Bank Indonesia
4.1.2.2. Dana Pihak Ketiga Perseorangan di
Perbankan
Seiring dengan melambatnya kecenderungan
Sektor Rumah Tangga untuk melakukan
konsumsi pada triwulan III 2018, pertumbuhan
Dana Pihak Ketiga (DPK) perseorangan di
perbankan pada triwulan laporan dibanding
triwulan sebelumnya juga tercatat melambat.
Tercatat pertumbuhan DPK Perseorangan
pada triwulan III 2018 sebesar 1,86% (yoy),
melambat dibanding triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 3,56% (yoy).
Apabila dilihat dari pangsanya, sektor Rumah
Tangga masih mendominasi DPK Perbankan di
Sulawesi Utara. Tercatat pangsa sektor Rumah
Tangga pada triwulan laporan sebesar 67,5%,
dan pangsa melambat dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 72,3%.
Sementara itu, preferensi Rumah Tangga
dalam melakukan penempatan dana di
perbankan masih didominasi oleh produk
tabungan dengan pangsa sebesar 61,21%,
disusul oleh deposito (35,07%), dan giro
(3,72%).
Grafik 4.7 Komposisi Tabungan dan Deposito
Perseorangan di Sulawesi Utara Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.8 Pertumbuhan DPK Perseorangan
Tabungan dan Deposito
Sumber: Bank Indonesia
4.1.2.3. Kredit Perbankan Sektor Rumah
Tangga (RT)
Dari sisi penyaluran kredit di perbankan, kredit
sektor Rumah Tangga (RT) masih mendominasi
total kredit perbankan Sulut. Pangsa kredit RT
pada triwulan laporan mencapai 59,84% dari
keseluruhan kredit yang direalisasikan di Sulut.
Adapun keseluruhan dari kredit yang
disalurkan kepada Rumah Tangga tersebut
digunakan untuk keperluan konsumsi (Kredit
Konsumsi/KK).
Dari sisi pertumbuhan kreditnya, kredit Rumah
Tangga (RT) tumbuh sebesar 5,76% (yoy) pada
triwulan laporan. Pertumbuhan kredit Rumah
Tangga pada triwulan laporan terpantau
melambat dari triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 8,26% (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaannya, Kredit RT
didominasi oleh Kredit Multiguna (75,6%),
Kredit Pemilikan Rumah/KPR (22,5%), Kredit
Perlengkapan (1,3%), serta Kredit Kendaraan
Bermotor/KKB (0,7%).
Grafik 4.9 Komposisi Kredit RT
Sumber: Bank Indonesia
31
Grafik 4.10 Perkembangan Kredit RT
Sumber: Bank Indonesia
Dari sisi risiko kredit, kualitas kredit rumah
tangga pada triwulan laporan relatif membaik
dibandingkan triwulan sebelumnya,
sebagaimana tercermin dari rasio NPL. Rasio
NPL kredit Rumah Tangga pada triwulan III
2018 tercatat sebesar 2,25%, relatif stabil
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 2,26%. Nominal NPL tercatat dari
Rp486,33 miliar pada triwulan II 2018 menjadi
Rp488,12 miliar pada triwulan laporan.
4.1.3. ASESMEN SEKTOR INSTITUSI
KEUANGAN (PERBANKAN)
4.1.3.1. Jaringan Kantor dan Aset
Pada triwulan III 2018, jumlah bank di Prov.
Sulut masih sama dengan triwulan sebelumnya
yaitu sebanyak 49 bank yang terdiri dari 31
bank umum dan 18 BPR. Disamping itu, aset
perbankan yang diihat dari aset antar kantor
terkecil bank mencatat peningkatan pada
triwulan III 2018 yang tercatat sebesar Rp44,68
triliun tumbuh 1,56% dari triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar Rp43,99 triliun
4.1.3.2. Kondisi Umum Perbankan Sulut
Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan
ekonomi Sulut pada triwulan laporan, secara
umum indikator utama perbankan di Sulawesi
Utara pada triwulan III 2018 menunjukkan
kinerja relatif melambat yang tercermin dari
melambatnya pertumbuhan aset (3,98%, yoy),
pertumbuhan kredit (6,81%, yoy),
pertumbuhan DPK (11,19%, yoy),
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di
sisi lain, kualitas kredit perbankan tercatat
sedikit membaik yang tercermin dari
menurunnya rasio NPL dari 3,14% pada
triwulan sebelumnya menjadi 3,04% pada
triwulan laporan.
Grafik 4.11 Perkembangan Aset Perbankan Umum
di Sulawesi Utara
Sumber: Bank Indonesia
4.1.3.3. Intermediasi dan Perbankan Sulut
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
berhasil dihimpun oleh bank umum
padatriwulan III 2018 meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya, yaitu dari 7,74% (yoy)
pada triwulan II 2018 menjadi 11,19% (yoy)
pada triwulan laporan.
Pada triwulan laporan, komponen DPK yaitu
giro dan deposito tumbuh meningkat dari
triwulan sebelumnya. Deposito tercatat
tumbuh sebesar 7,12% (yoy), meningkat dari
triwulan sebelumnya yaitu 6,62% (yoy),
sedangkan Giro tercatat tumbuh sebesar
43,87% (yoy), meningkat dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 11,33%
(yoy). Sementara komponen Tabungan
tercatat tumbuh melambat sebesar 2,19%
(yoy), melambat dari triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 7,11% (yoy).
Kredit
Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan
ekonomi Sulut pada triwulan laporan,
kinerjapenyaluran kredit perbankan pada
32
triwulan laporan oleh bank umum juga turut
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kredit pada triwulan laporan tumbuh sebesar
6,81% (yoy), atau melambat dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 7,30% (yoy).
Grafik 4.12 Perkembangan Kredit Perbankan
Umum di Sulawesi Utara
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.13 Komposisi Kredit Perbankan Umum di Sulut
Sumber: Bank Indonesia
Adapun penyaluran kredit di Sulawesi Utara
pada triwulan laporan masih didominasi Kredit
Konsumsi (KK) sebesar 59,84%, disusul Kredit
Modal Kerja (KMK) 26,27%, dan kredit
investasi (KI) 13,90%. Secara nominal, kredit
perbankan yang disalurkan pada triwulan III
2018 mencapai Rp36,3 triliun.
Dilihat dari sisi penggunaannya, peningkatan
pertumbuhan kredit hanya terjadi pada Kredit
Investasi (KI) sedangkan Kredit Modal Kerja
(KMK) dan Kredit Konsumsi (KK) tercatat
tumbuh melambat.
Pada triwulan laporan, kredit Konsumsi (KK)
sebagai porsi kredit perbankan terbesar di
Sulut tumbuh sebesar 5,55% (yoy), melambat
dari triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 8,26% (yoy). Kredit Modal Kerja (KMK)
tumbuh sebesar 7,02% (yoy), melambat dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
7,05% (yoy), sedangkan Kredit Investasi (KI)
tumbuh sebesar 12,20% (yoy), meningkat dari
triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh
sebesar 3,4% (yoy).
Dari sisi sektor ekonomi penyaluran kredit di
Sulut terutama masih didominasi oleh kredit
lain-lain (Konsumsi) dengan pangsa sebesar
59,84%. Adapun untuk kredit sektor produktif
terutama ditopang oleh sektor Perdagangan
Besar & Eceran (20,53%), Pertambangan dan
Penggalian (5,25%), Konstruksi (3,96%),
Pertanian (2,25%), Industri Pengolahan
(1,62%) serta sektor lainnya yang tidak
dominan.
Grafik 4.14 Perkembangan KMK Perbankan Umum di Sulawesi Utara
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.15 Perkembangan KI Perbankan Umum di Sulawesi Utara
Sumber: Bank Indonesia
33
Non Performing Loan (NPL)
Ditengah melambatnya pertumbuhan kredit
Sulut, kualitas kredit perbankan di Sulut
menunjukkan sedikit perbaikan. Tercatat, rasio
NPL perbankan umum pada triwulan laporan
sebesar 3,04%, sedikit membaik dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 3,14%.
Secara spasial, rasio NPL tertinggi tercatat di
kota Manado sebesar 3,98% membaik dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
4,13%.
Secara sektoral NPL tertinggi pada triwulan III
2018 yaitu sektor industri pengolahan sebesar
8,26%, sektor Pertanian 8,20%, dan sektor
konstruksi sebesar 5,29. NPL sektor industri
pengolahan pada periode laporan tercatat
menurun menjadi 8,26% (sebelumnya 8,45%).
Disisi lain, sektor yang mengalami peningkatan
rasio NPL adalah sektor Pertanian, Jasa
Keuangan dan Asuransi dan Real Estate.
Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya
di Kawasan Timur Indonesia (KTI), rasio NPL
Sulut berada pada posisi ke-6 teratas setelah
Kaltim, Sulsel, Papua, Gorontalo dan Papua
Barat. Tercatat rasio NPL tertinggi pada
triwulan laporan adalah Kaltim sebesar 6,86%,
sedangkan yang terendah adalah Kaltara
dengan rasio NPL sebesar 0,98%.
Grafik 4.16 Perkembangan NPL di KTI
Sumber: Bank Indonesia
4.2. AKSES KEUANGAN
4.2.1. AKSES KEUANGAN KEPADA UMKM
Ditengah tumbuh melambatnya penyaluran
kredit bank secara umum, laju pertumbuhan
kredit perbankan yang disalurkan kepada
UMKM terpantau turut melambat. Tercatat
laju pertumbuhan kredit UMKM pada triwulan
III 2018 sebesar 10,79% (yoy), melambat dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
12,83% (yoy). Adapun rasio kredit bermasalah
UMKM pada triwulan laporan tercatat sebesar
4,49%, membaik dari triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 4,92%.
Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan
kredit UMKM, pangsa kredit UMKM terhadap
total kredit yang disalurkan di Sulawesi Utara
pada triwulan III 2018 juga mengalami
peningkatan. Pangsa kredit UMKM Sulut pada
periode laporan sebesar 27,24%, meningkat
dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 26,96%.
Berdasarkan sektor ekonominya, realisasi
kredit UMKM masih terkonsentrasi pada
sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan
pangsa sebesar 60,06%, diikuti oleh sektor
Pertanian (8,13%), Konstruksi (7,47%) Jasa
Kemasyarakatan (6,28%), Akmamin (6,18%),
serta sektor ekonomi lainnya yang memiliki
pangsa cukup rendah. Sementara itu, NPL
UMKM secara sektoral terutama terjadi pada
sektor Konstruksi, Bukan Lapangan Usaha dan
Pertanian.
Berdasarkan wilayahnya, konsentrasi
penyaluran kredit UMKM terbesar berada di
Kota Manado sebesar 60,16% diikuti Kab.
Minahasa sebesar 7,93% dan Kotamobagu
sebesar 7,39%. Sedangkan dari sisi kerentanan
terhadap risiko kredit bermasalah, Kab.
Bolaang Mongondow Timur mencatatkan NPL
tertinggi dibandingkan 15 kab/kota lainnya
untuk kategori kredit UMKM yaitu mencapai
21,13% pada periode triwulan III 2018.
34
Grafik 4.17 Perkembangan Kredit UMKM Sulut
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.18 Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan
Wilayah di Sulawesi Utara
Sumber: Bank Indonesia
35
Bab V. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
dan Pengelolaan Uang Rupiah
5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran
Tunai di Sulawesi Utara
Pergerakan aliran uang kartal dari kas KPwBI
Sulut ke masyarakat pada triwulan III 2018
masih mengikuti pola musimannya yaitu
net-inflow, yaitu aliran uang yang masuk ke
KPwBI Provinsi Sulawesi Utara lebih besar
dibandingkan uang yang keluar. Aliran inflow
pada triwulan III tercatat sebesar Rp1,59
triliun, lebih rendah 23% dibandingkan dengan
periode sebelumnya, yaitu sebesar Rp2,05
triliun. Sementara itu, aliran outflow juga
tercatat menurun pada triwulan III sebesar
62%, yaitu dari Rp2,9 triliun menjadi Rp 1,1
triliun. Secara keseluruhan, berdasarkan
jumlah outflow dan inflow, aliran uang kartal
pada triwulan III tercatat inflow sebesar
Rp0,48 triliun. Peningkatan setoran ke kas
KPwBI Provinsi Sulut sejalan dengan masuknya
aliran uang setelah periode hari raya Idul Fitri
pada triwulan II 2018.
Sumber: Bank Indonesia
Aliran uang kartal yang masuk maupun keluar
dari KPwBI Sulut terdiri dari setoran dan
bayaran perbankan, Kas Titipan Bank
Indonesia, penukaran uang melalui loket Bank
Indonesia, kas keliling dalam dan luar kota
serta setoran dan bayaran nonbank.
Sementara, komposisi uang masuk ke KPwBI
Sulut didominasi oleh setoran perbankan yaitu
sebesar 81,4%, kemudian Kas Titipan sebesar
17,5%, Kas Keliling sebesar 0,9%, dan loket
penukaran sebesar 0,2%. Sementara itu,
komposisi uang yang keluar dari KPwBI Sulut
terdiri dari Kas Titipan sebesar 51,1%, loket
perbankan 47%, Kas Keliling sebesar 1,4%,
loket penukaran sebesar 0,3%, serta bayaran
nonbank sebesar 0,2%.
Grafik 5.2 Inflow Uang Kartal Sulawesi Utara
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.3 Outflow Uang Kartal Sulawesi Utara
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.4 Inflow Uang Kartal Berdasarkan Lokasi Kas
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.1 Posisi Netflow Uang Kartal Sulawesi Utara
36
Grafik 5.5 Outflow Uang Kartal Berdasarkan Lokasi Kas
Sumber: Bank Indonesia
5.2. Upaya Menjaga Kelancaran Sistem
Pembayaran
KPwBI Sulut terus berupaya untuk
meningkatkan tingkat kelayakan uang di
Provinsi Sulut melalui monitoring dan survei
tingkat kelayakan uang Rupiah. Untuk itu,
Survei kualitas uang beredar dilaksanakan
sebanyak 2 (dua) tahap yaitu pada semester I
pada bulan April 2018 dan semester II pada
bulan Oktober 2018. Wilayah survei Semester
I dilaksanakan di Tahuna dan Semester II di
Tahuna Timur. Hasil survei Semester I terbilang
baik dengan tingkat kesegaran uang untuk
Uang Pecahan Kecil (UPK) berada pada level
12,14 dari maksimal 16 level untuk tingkat
kesegaran uang dan untuk Uang Pecahan Besar
(UPB) berada pada level 12,83 dari maksimal
16 level. Hasil survei Semester II akan diketahui
pada maksimal 3 (tiga) bulan setelah
pelaksanaan survei.
Seiring dengan kebijakan clean money policy,
kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar
(UTLE) terus dilakukan oleh BI. UTLE yang
dimusnahkan terdiri dari uang lusuh yang
berasal dari setoran perbankan baik melalui
loket Bank Indonesia maupun melalui Kas
Titipan Bank Indonesia, serta kegiatan kas luar
kantor yaitu Kas Keliling dan kegiatan
penukaran di luar kantor. Selain itu, uang yang
dimusnahkan juga berasal dari uang yang
sudah dicabut dari peredaran. Pada triwulan III
2018, jumlah UTLE yang dimusnahkan secara
nominal tercatat sebesar Rp741,69 miliar
dengan rasio terhadap inflow sebesar 47%.
Berdasarkan pecahan, uang tidak layak edar
yang dimusnahkan terdiri dari Uang Pecahan
Besar (UPB) sebanyak 82%, sedangkan
sedangkan Uang Pecahan Kecil (UPK) sebesar
18%.
Grafik 5.6 Rasio Pemusnahan Terhadap Inflow
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.7 Pemusnahan Berdasarkan Pecahan
Sumber: Bank Indonesia
Sebagai upaya mendistribusikan uang sampai
ke pelosok negeri, KPwBI Sulut melaksanakan
kegiatan Kas Titipan, Kas Keliling Luar Kota,
dan program BI Jangkau. KPwBI Sulut memiliki
6 (enam) jaringan Kas Titipan, yaitu di Bitung,
Kotamobagu, Melonguane, Siau, Tahuna, dan
Pohuwato. Pada triwulan III 2018, telah
dilaksanakan dropping Kas Titipan sebanyak 6
(enam) kali. Melalui kegiatan Kas Titipan,
KPwBI Sulut juga melakukan penarikan UTLE
Kas Titipan. Secara nominal, pada triwulan III
2018, jumlah dropping Kas Titipan adalah
sebanyak Rp311,4 Miliar sedangkan
penarikan UTLE Kas Titipan yaitu sebanyak
37
Rp117,6 Miliar. Layanan Kas Titipan
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan
memudahkan masyarakat untuk mendapatkan
Uang Layak Edar (ULE). Selain Kas Titipan,
KPwBI Sulut juga melaksanakan layanan kas
luar kantor yaitu Kas Keliling Dalam Kota dan
Luar Kota. Pada triwulan III 2018, KPwBI Sulut
telah melakukan layanan Kas Keliling dalam
kota sebanyak 46 kali dengan hasil penukaran
sebanyak Rp14,91 Miliar.
Grafik 5.8 Lokasi Kas Titipan dan Program BI Jangkau
Sumber: Bank Indonesia
Dalam rangka memperluas jangkauan
layanan kas bank, Bank Indonesia
melaksanakan program BI Jangkau3, yaitu
program yang bertujuan untuk meningkatkan
layanan kas untuk menjangkau masyarakat di
wilayah kecamatan/desa melalui optimalisasi
jaringan kantor bank, Pegadaian,
Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah
(PJPUR), dan pihak lain. Pada program BI
Jangkau 2018 dilakukan penambahan peserta
dari yang sebelumnya (2017) hanya bekerja
sama dengan Bank SulutGo menjadi 5 (lima)
peserta yaitu Bank SulutGo, Pegadaian, Bank
Mandiri, BRI, dan BNI. Dalam program BI
3 BI Jangkau adalah program peningkatan layanan kas untuk menjangkau masyarakat di wilayah kecamatan/desa melalui optimalisasi jaringan kantor Bank, Pegadaian, Perusahaan Jasa Pengelola Uang Rupiah (PJPUR) dan pihak lain.
Jangkau 2018 juga terdapat penambahan
jumlah cakupan kecamatan menjadi 65
kecamatan, yang sebelumnya (2017) hanya
menjangkau sebanyak 47 kecamatan. Melalui
penambahan jumlah peserta dan kecamatan,
diharapkan dapat mempercepat penarikan
Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dari masyarakat
5.3. Perkembangan Sistem Pembayaran
Non Tunai
KPwBI Sulut melayani sistem pembayaran
non tunai melalui BI-RTGS dan SKNBI. Pada
triwulan III 2018, transaksi Real Time Gross
Settlement (RTGS)4 di Sulut tercatat sebesar
Rp3,83 triliun. Jumlah ini meningkat
dibandingkan periode sebelumnya yang
tercatat sebesar Rp3,52 triliun atau meningkat
sebesar 8,97% (qtq). Berbanding lurus dengan
peningkatan nominal, transaksi RTGS secara
volume mengalami peningkatan sebesar 4,3%
yaitu dari 2.021 transaksi menjadi 2.107
transaksi. Jika dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya, transaksi RTGS
meningkat signifikan sebesar 171% (yoy)
secara nominal dan meningkat 112% (yoy)
secara volume. Secara spasial, transaksi RTGS
terbesar terjadi di Kota Manado dengan
nominal Rp3,44 triliun atau 98,74% dari total
transaksi RTGS di Sulawesi Utara. Sementara
secara volume, jumlah transaksi RTGS Manado
sebesar 1.884 transaksi atau 93,22% dari total
volume transaksi di Sulawesi Utara.
Grafik 5.9 Nominal & Volume Transaksi RTGS
Sumber: Bank Indonesia
4 Infrastruktur yang digunakan oleh Bank Indonesia sebagai sarana transfer dana elektronik yang setelmennya dilakukan seketika per transaksi secara individual
38
Pada triwulan III 2018, transaksi SKNBI
meningkat sebesar Rp0,3 triliun atau 9,43%
(qtq) dibandingkan dengan dibanding triwulan
sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan volume,
transaksi SKNBI juga meningkat sebesar 6.535
transaksi atau meningkat 6,94% (qtq). Berbeda
dengan transaksi RTGS, jika dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya,
transaksi SKNBI mengalami penurunan baik
secara nominal yaitu sebesar 8% (yoy) maupun
secara volume yaitu sebesar 9% (yoy).
Transaksi SKNBI masih didominasi oleh kliring
kredit yaitu sebesar Rp2 triliun sedangkan
kliring debit sebesar Rp1,58 triliun.
Grafik 5.10 Perkembangan Transaksi SKNBI
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.11 Komposisi Transaksi SKNBI
Sumber: Bank Indonesia
Dalam upaya mendukung kelancaran sistem
kliring, terdapat 3 (tiga) penyelenggara kliring
di wilayah Provinsi Sulawesi Utara yang
terdiri dari Koordinator Pertukaran Warkat
Debit (KPWD) oleh Bank Indonesia dan KPWD
selain Bank Indonesia yang terdiri dari BNI di
Kotamobagu, dan BNI di Bitung. KPwBI
Provinsi Sulut melakukan pemantauan
kepatuhan KPWD secara off-site maupun on-
site. Pada triwulan III-2018, KPwBI Sulut telah
melakukan pemantauan secara off-site
terhadap 2 (dua) penyelenggara KPWD selain
BI, yaitu melalui laporan-laporan yang
disampaikan kepada KPwBI Sulut terkait
pelaksanaan pertukaran warkat di masing-
masing KPWD. Rincian jumlah peserta kliring
pada wilayah kliring Manado terdiri dari 25
bank. Jika dilihat dari sisi jumlah rata-rata
harian warkat debit, hanya wilayah kliring
Manado yang telah memenuhi jumlah rata-
rata warkat harian, yaitu sebanyak 30 (tiga
puluh) warkat per hari selama Triwulan III-
2018. Penyampaian laporan telah dilakukan
secara tepat waktu dengan format yang sesuai
aturan Bank Indonesia. Jumlah rata-rata kliring
penyerahan di wilayah provinsi Sulawesi Utara
selama Triwulan III adalah sebesar 16.642
lembar, sedangkan rata-rata kliring
pengembalian warkat adalah sebanyak 330
lembar.
Temuan uang palsu di Provinsi Sulawesi Utara
dan Gorontalo pada triwulan III 2018 tercatat
sebanyak 201 lembar, mengalami penurunan
yang cukup signifikan sebesar 41.05% (qtq)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Adapun persebaran uang palsu terbanyak ada
di Kota Manado. Berdasarkan pecahannya,
temuan pada triwulan III 2018 terdiri dari 172
lembar untuk pecahan Rp100.000, 20 lembar
pecahan Rp50.000, 6 lembar pecahan
Rp20.000, dan
3 lembar pecahan Rp10.000. Jika dilihat dari
sumber temuan, temuan uang palsu berasal
dari laporan bank sebanyak 179 lembar,
setoran bank sebanyak 11 lembar, dan
penukaran sebanyak 11 lembar. Jika dilihat
dari lokasi temuan uang palsu, sebanyak 85%
uang palsu ditemukan di Manado dan 15%
ditemukan di wilayah Sulut lainnya.
Pemberantasan uang palsu terus dilakukan
KPwBI Sulut antara lain melalui penguatan
koordinasi bersama aparat penegak hukum
yang didasarkan pada pokok-pokok
kesepahaman dalam rangka mendukung
pelaksanaan tugas Bank Indonesia dengan
Kepolisian Daerah Sulut yang telah disepakati
sejak tanggal 23 Juni 2015. KPwBI Sulut selalu
melakukan klarifikasi uang palsu melalui data
39
dan fisik bilyet setiap bulan yang kemudian
dilaporkan kepada Kepolisian Daerah Sulut
untuk ditindaklanjuti sesuai kewenangannya
sebagai penegak hukum.
Pada Januari 2018, Bank Indonesia
memperkenalkan Bank Indonesia Counterfeit
Analysis Centre (BICAC) Generasi II. BICAC
merupakan sistem informasi sebagai pusat
data, hasil penelitian, dan pelaporan temuan
uang palsu dengan fungsi pengklasifikasian
karakteristik masing-masing uang palsu atas
hasil analisis laboratorium. BICAC Generasi II
dapat mengakomodasi seluruh kegiatan
penatausahaan pelaporan uang palsu yang
masuk ke Bank Indonesia melalui perbankan,
Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah
(PJPUR), perorangan, maupun aparat penegak
hukum. Selain untuk kepentingan internal,
statistik dan pelaporan uang palsu dapat
digunakan untuk kepentingan stakeholders
utama Bank Indonesia antara lain Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR-RI), Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK-RI), Kejaksaan Agung, dan
Kepolisan Republik Indonesia (POLRI).
Sumber: Bank Indonesia
Berdasarkan hasil pengawasan off-site,
aktivitas Kegiatan Usaha Penukaran Valuta
Asing Bukan Bank (KUPVA BB) pada triwulan
III 2018 menunjukkan peningkatan. Total
transaksi KUPVA BB pada triwulan III 2018
tercatat sebesar Rp 13,87 miliar, meningkat
sebesar 13,74% (qtq) dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Nilai transaksi terbesar
berasal dari transaksi mata uang USD (30%),
kemudian CNY (17%), EURO (13%), SGD (13%),
MYR (7%), JPY (7%), AUD (4%), dan mata uang
lainnya sebesar 9%.
Grafik 5.13 transaksi KUPVA BB
Sumber: Bank Indonesia
Aktivitas KUPVA BB perlu disertai dengan
pengawasan untuk mencegah risiko
pemanfaatan KUPVA BB bagi kegiatan
pencucian uang, pendanaan terorisme, judi
on-line, dan kejahatan lainnya. Pengawasan
langsung (on-site supervision) kepada 2 (dua)
penyelenggara KUPVA BB telah dilakukan pada
triwulan III-2018 yaitu PT Sentralindo
Valutama pada tanggal 12-14 September 2018
serta PT Manado Inter Money Changer pada
tanggal 20, 24, dan 28 September 2018. Selain
itu, Bank Indonesia telah menerbitkan
Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.19/10/PBI/2017 tanggal 6 September 2017
tentang Penerapan Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan
PPT) Bagi Penyelenggara Jasa Sistem
Pembayaran Selain Bank dan Penyelenggara
Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing. PBI
tersebut diterbitkan untuk menyempurnakan
dan menyelaraskan penerapan prinsip APU
dan PPT sesuai dengan rekomendasi Financial
Action Task Force (FATF) yang merupakan
prinsip APU dan PPT yang berlaku secara
internasional. Penyempurnaan pengaturan
APU dan PPT meliputi penyesuaian ruang
lingkup pengaturan, pendekatan berbasis
risiko (Risk-Based Approach), pencegahan
pendanaan terorisme dan proliferasi senjata
pemusnah massal, mitigasi risiko terkait
teknologi baru dan pemanfaatan inovasi
Grafik 5.12 Persentase Temuan Uang Palsu Terhadap Outflow Uang
40
teknologi, penyempurnaan Customer Due
Dilligence (CDD) dan penguatan ketentuan
sanksi.
Selanjutnya, Bank Indonesia telah melakukan
Sectoral Risk Assessment (SRA) terhadap
KUPVA BB di Indonesia. Hasil SRA tersebut
dijadikan pedoman dalam penerapan Risk-
Based Approach of Reporting Parties (RBA),
yaitu melakukan penilaian berbasis risiko
sebagai pedoman untuk mengidentifikasi,
memahami, dan melakukan langkah-langkah
mitigasi risiko Tindak Pidana Pencucian Uang
(TPPU) dan Tindak Pidana Pendanaan
Terorisme (TPPT) dan sebagai panduan teknis
penyelenggara transfer dana dan
penyelenggara KUPVA BB. Sebagai langkah
implementasi dari RiskBased Approach
tersebut, Bank Indonesia telah me-launching
sistem e-licensing KUPVA BB pada awal Juni
2018.
Bank Indonesia Sulut terus melakukan upaya
menjaga kelancaran transaksi pembayaran
nontunai. Upaya yang dilakukan yaitu
mendorong Gerakan Nasional Non Tunai
(GNNT) melalui Layanan Keuangan Digital
(LKD) dan elektronifikasi berbagai jenis
transaksi baik Goverment to People (G to P),
People to Government (P to G) dan People to
People (P to P).
Dalam rangka mendukung implementasi
penyaluran bantuan sosial non tunai tahun
2018, KPwBI Sulut berupaya memperluas
implementasi Layanan Keuangan Digital (LKD)
melalui dorongan kepada bank
penyelenggara LKD di Sulut, untuk melakukan
ekspansi agen LKD di tiap-tiap daerah. Posisi
jumlah LKD per triwulan III 2018 tercatat
sebanyak 5.174 agen, meningkat signifikan
sebanyak 2.693 agen atau meningkat 109%
(mtm) dibandingkan dengan bulan
sebelumnya. Peningkatan jumlah LKD terjadi
di semua daerah kabupaten/kota di Sulawesi
Utara. LKD diharapkan dapat menjadi agen
perpanjangan tangan bank untuk
meningkatkan tingkat keuangan inklusif di
daerah. Transaksi yang dapat dilakukan melalui
LKD antara lain adalah melakukan top- up atau
isi ulang, tarik tunai, pembayaran atas tagihan
yang bersifat rutin dan berkala, fasilitator
registrasi pemegang, transfer person to
person, dan transfer person to account dengan
total nilai transaksi selama Triwulan III adalah
sebesar Rp3,49 miliar. Adapun jumlah Uang
Elektronik yang dikeluarkan oleh LKD selama
triwulan III adalah sebanyak 4.177 kartu.
43
MENDETEKSI KETIDAKSEIMBANGAN KEUANGAN ANTARSEKTOR MELALUI
PENDEKATAN REGIONAL FINANCIAL ACCOUNT AND BALANCE SHEET”
Boks
2
44
MENDETEKSI KETIDAKSEIMBANGAN KEUANGAN ANTARSEKTOR MELALUI
PENDEKATAN REGIONAL FINANCIAL ACCOUNT AND BALANCE SHEET”
Boks
2
45
MENDETEKSI KETIDAKSEIMBANGAN KEUANGAN ANTARSEKTOR MELALUI
PENDEKATAN REGIONAL FINANCIAL ACCOUNT AND BALANCE SHEET”
Boks
2
46
Bab VI. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
6.1. KETENAGAKERJAAN
Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara sedikit
membaik pada Triwulan III tahun 2018.
Perbaikan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara
tersebut tercermin dari Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) pada periode Agustus 2018 yang
sebesar 6,86%, turun dari periode yang sama
tahun sebelumnya yang berada di level 7,18%.
Menurunnya TPT tersebut disebabkan
pertumbuhan penduduk yang bekerja sebesar
5,2% (yoy) terutama pada sektor-sektor utama
seperti Perdagangan, Industri Pengolahan,
pPrtanian dan Transportasi.
Jumlah angkatan kerja Sulawesi Utara pada
periode laporan tercatat mengalami
kenaikan, seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas).
Jumlah angkatan kerja pada periode laporan
tercatat sebanyak 1,176 juta atau naik sebesar
4,9% dibandingkan periode yang sama di tahun
sebelumnya. Kenaikan angkatan kerja
disebabkan naiknya penduduk yang bekerja
dan penduduk yang menggangur. Jumlah
penduduk yang bekerja pada Agustus 2018
tumbuh sebesar 5,2% (yoy) sedangkan jumlah
pengangguran meningkat sebesar 0,2% (yoy)
jika dibandingkan periode Agustus 2017.
Meskipun jumlah penduduk usia kerja
meningkat 1,3% (yoy), namun hal ini tidak
diikuti dengan peningkatan jumlah angkatan
kerja. Pertumbuhan angkatan kerja yang lebih
tinggi dari pertumbuhan penduduk usia kerja
menyebabkan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) Sulawesi Utara juga mengalami
kenaikan menjadi 63,01%, lebih tinggi
dibanding TPAK pada periode yang sama tahun
2017. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin,
sesuai historisnya, kondisi ketenagakerjaan di
Sulawesi Utara masih didominasi oleh tenaga
kerja laki-laki yang tercermin dari TPAK laki-laki
tercatat sebesar 80,08% sementara TPAK
perempuan hanya 45,26%.
Tabel 6.1 Keadaan Ketenagakerjaan (ribu jiwa
Sumber: Badan Pusat Statistik
Grafik 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka
Periode Agustus (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Turunnya angka TPT disebabkan naiknya
jumlah serapan tenaga kerja di beberapa
sektor utama. Meskipun pertumbuhan
ekonomi triwulan III 2018 melambat,
penyerapan tenaga kerja di beberapa sektor
utama seperti Perdagangan, Industri
Pengolahan, Transportasi dan Pertanian
tumbuh masing-masing sebesar 9,7%, 19,83%,
19,7%, dan 1,94%.(yoy) Meskipun diantara
sektor-sektor utama pertumbuhan tenaga
kerja di sektor pertanian paling kecil namun
pangsa tenaga kerjanya masih yang terbesar
mencapai 24,64%. Hal ini disebabkan antara
lain semakin meningkatnya kunjungan 99,184
wisman atau tumbuh 75,25% dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya.
Keberlangsungan proyek-proyek infrastruktur
seperti Tol Manado-Bitung, Bendungan Kuwil,
Lolak dan jalan penghubung Manado-
Gorontalo turut menaikkan tenaga kerja di
sektor kontruksi yang tumbuh sebesar 2,45%
(yoy). Selain sektor pertanian, pangsa tenaga
kerja pada Agustus 2018 juga didominasi oleh
Keadaan Ketenagakerjaan Agt-16 Agt-17 Agt-18Growth Agt-
18
Growth Agt-
18
Penduduk 15 thn ke atas 1,818 1,843 1,866 1.4% 1.3%
Angkatan kerja 1,183.72 1,121 1,176 -5.3% 4.9%
Bekerja 1,111 1,041 1,095 -6.3% 5.2%
Pengangguran 73 80 81 10.0% 0.2%
TPAK (%) 65.11% 60.85% 63.01%
TPT (%) 6.18% 7.18% 6.86%
9.61
8.62
7.78
6.67
7.54
9.03
6.18
7.18 6.86
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
47
sektor perdagangan sebesar 23,21% dan
sektor jasa kemasyarakatan sebesar 19,45%.
Pendidikan tenaga kerja pada periode
laporan membaik. Hal ini tercermin dari
meningkatnya persentase pekerja
berpendidikan SMP, SMK dan perguruan
tinggi, sementara jumlah pekerja dengan
pendidikan SD kebawah menurun jika
dibandingkan pada periode yang sama di tahun
2017.
Grafik 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT untuk
level SMK paling tinggi dibandingkan tingkat
pendidikan lainnya yaitu 15.11%, sedikit
menurun dibandingkan periode yang sama
tahun 2017. Secara umum komposisi
pendidikan penduduk yang menganggur tidak
terlalu berbeda dibanding tahun sebelumnya,
hanya terdapat peningkatan pada lulusan
perguruan tinggi yang angka penganggurannya
turun. Hal ini mengindikasikan jumlah
penawaran pekerjaan di level perguruan tinggi
semakin membaik.
Dibandingkan dengan provinsi lain di KTI, TPT
Sulawesi Utara menduduki peringkat kedua
tertinggi setelah Maluku. Meskipun
mengalami penurunan, TPT Sulut belum
beranjak dari 5 besar TPT tertinggi se-KTI. Di
sisi lain, Bali memiliki TPT terendah dan satu-
satunya provinsi yang mencatat TPT dibawah
2%.
Grafik 6.3 Perkembangan TPT Agt-2018 se-
Kawasan Indonesia Timur
Sumber: Badan Pusat Statistik
6.2. KESEJAHTERAAN
Kondisi kesejahteraan di Sulawesi Utara
secara umum mengalami peningkatan seiring
dengan perbaikan indikator-indikator
kesejahteraan. Indikator-indikator tersebut
antara lain upah, tingkat kemiskinan, Nilai
Tukar Petani dan Indeks Kebahagiaan
Penduduk.
Pada tahun 2018, upah minimum provinsi
(UMP) meningkat sehingga mendorong
kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara.
Upah Minimum Provinsi Sulawesi Utara tahun
2018 ditetapkan pemerintah daerah sebesar
Rp 2,824,286.00 berdasarkan Peraturan
Gubernur Sulawesi Utara No 48 tahun 2017
tanggal 31 Oktober 2017 tentang Upah
Minimum Provinsi Sulawesi Utara yang
meningkat sebesar 8,71% (yoy) dari UMP
tahun 2017 yakni Rp 2,598,000.00.
Berdasarkan spasialnya, UMP Provinsi
Sulawesi Utara merupakan UMP tertinggi
ketiga secara Nasional (di bawah Jakarta dan
36.80% 32.57% 31.70%
18.80%18.81% 19.18%
20.33% 23.37% 23.01%
11.23% 10.96% 11.80%
12.83% 14.29% 14.32%
Agt-16 Aug-17 Aug-18
SD Ke bawah SMP SMA SMK Perguruan Tinggi
2017 2018
Agt Agt
SD Ke bawah 2.47% 2.72%
Sekolah Menengah Pertama 4.44% 4.59%
Sekolah Menengah Atas 10.16% 9.74%
Sekolah Menengah Kejuruan 15.67% 15.11%
Perguruan Tinggi 8.66% 6.33%
Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan
6.86
5.34
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Provinsi Indonesia
48
Papua). Dengan adanya peningkatan UMP ini,
diharapkan dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Kota Manado.
Pada periode Maret 2018, kesejahteraan
masyarakat Sulawesi Utara tercatat
mengalami kenaikan, tercermin dari tingkat
kemiskinan yang menurun. Jumlah penduduk
miskin di Provinsi Sulawesi Utara pada
periode Maret 2018 sebanyak 193,31 ribu jiwa
(atau sebesar 7,8%), turun dibandingkan
dengan penduduk miskin pada Maret 2017
yang berjumlah sekitar 198,88 ribu jiwa (atau
sebesar 8,1%) atau turun sebesar 0,3%. Angka
ini masih di bawah tingkat kemiskinan nasional
(9,82%). Hal ini didorong oleh peningkatan
pendapatan masyarakat yang menyebabkan
tingkat kemiskinan menurun. Sejalan dengan
Tingkat Kemiskinan yang menurun, Garis
Kemiskinan naik sebesar 3,3% yaitu dari Rp.
333,510 per kapita per bulan pada Maret 2017
menjadi Rp344,418 per kapita per bulan pada
Maret 2018.
Berdasarkan komponen Garis Kemiskinan (GK)
yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan
(GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan
(GKNM), peranan komoditas makanan
(sebesar 73,48%) jauh lebih besar
dibandingkan peranan komoditas bukan
makanan.
Perbaikan garis kemiskinan ini diikuti dengan
penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan5
yang tercatat menurun dari 1,368 pada Maret
2017 menjadi 1,270 pada Maret 2018. Kondisi
ini mengindikasikan adanya kenaikan daya beli
masyarakat yang semakin mendekati garis
kemiskinan. Pada Maret 2018, indeks
kedalaman kemiskinan di pedesaan (1,770)
lebih tinggi dari perkotaan (0,773), artinya
diperlukan subsidi yang lebih tinggi untuk
mengentaskan penduduk miskin di daerah
pedesaan dibandingkan perkotaan agar daya
5 Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran rata-
rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk
miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai
indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk
dari garis kemiskinan.
beli masyarakat semakin mendekati garis
kemiskinan.
Sedangkan dari sisi keparahan kemiskinan,
Indeks Keparahan Kemiskinan6 juga tercatat
menurun dari 0,351 pada Maret 2017 menjadi
0,299 pada Maret 2018. Hal ini
mengindikasikan ketimpangan pengeluaran
diantara penduduk miskin semakin kecil.
Indeks Keparahan Kemiskinan di pedesaan
tercatat sebesar 0,442, lebih besar
dibandingkan di perkotaan yang tercatat
sebesar 0,158. Penduduk miskin di pedesaan
cenderung memiliki variasi pengeluaran
konsumsi antar penduduk miskin yang lebih
tinggi dibandingkan di perkotaan.
Tingkat ketimpangan antara penduduk kaya
dan miskin di Sulawesi Utara masih sama
dengan kondisi tahun sebelumnya. Tingkat
ketimpangan pendapatan yang tercermin dari
Gini Ratio tercatat pada Maret 2018 tidak
berubah dibanding September 2017 yaitu
sebesar 0,394 dimana angka tersebut
dikategorikan ke dalam kelompok
ketimpangan sedang. Namun demikian,Gini
Ratio di daerah perkotaan maupun pedesaan
mulai memberikan tanda-tanda kenaikan.
Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Kemiskinan
di Wilayah Sulawesi
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Apabila dibandingkan dengan nasional dan
provinsi lain di Kawasan Sulawesi, tingkat
kemiskinan Sulawesi Utara merupakan yang
6 Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
7.80
9.06
11.25 11.63
14.01
16.81
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
SulawesiUtara
SulawesiSelatan
Sulawesi Barat SulawesiTenggara
SulawesiTengah
Gorontalo
49
paling rendah. Tingkat kemiskinan Sulawesi
Utara berada di bawah Sulawesi Selatan
(9.06%) dan nasional (10.12%), sedangkan
tingkat kemiskinan tertinggi tercatat di
provinsi Gorontalo dengan tingkat 16.81 %.
Tabel 6.3 Indikator Keadaan Kesejahteraan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Kesejahteraan petani di Sulawesi Utara masih
relatif rendah yang tercermin dari Nilai Tukar
Petani (NTP) yang masih berada di bawah
level sejahtera (100). Rata-rata NTP Sulawesi
Utara pada triwulan III 2018 tercatat sebesar
95,36 atau membaik sebesar 3,07% (yoy) serta
0.67% (qtq). Perbaikan NTP mengindikasikan
peningkatan kesejahteraan petani dengan
meningkatnya daya beli masyarakat di
kawasan pedesaan. Membaiknya NTP lebih
disebabkan naiknya harga-harga komoditi
khususnya subsektor tanaman pangan dan
hortikultura pada komponen harga yang
diterima petani, dimana subsektor ini
mempunyai share yang cukup besar dalam
pembentukan nilai NTP serta di saat yang sama
terjadi penurunan harga barang-barang yang
dikonsumsi rumah tangga.
Grafik 6.5 Perkembangan NTP Sulut
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Berdasarkan subsektor, petani pada subsektor
perikanan merupakan yang paling sejahtera,
hal ini terlihat dari angka NTP yang lebih besar
dibandingkan dengan subsektor lainnya yaitu
107.28 Peningkatan kesejahteraan kelompok
nelayan salah satunya disebabkan oleh
relaksasi kebijakan moratorium dan
transhipment. Dengan menggunakan ukuran
yang sama, petani di subsektor tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan masih
berada di bawah batas sejahtera dengan NTP
masing-masing 93,21, 95,03 dan 88,95.
Grafik 6.6 Sulut per Subsektor triwulan III
2018
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di
Sulawesi, penguatan NTP terjadi di seluruh
Provinsi. NTP Sulawesi Utara masih menempati
posisi kedua terendah jika dibandingkan
dengan provinsi lainnya di Sulawesi, sementara
NTP tertinggi tercatat di Sulawesi Barat.
Grafik 6.7 Perkembangan NTP di Pulau
Sulawesi pada Triwulan III 2018
Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara Tahun
2017 (2018 belum di-release) meningkat dan
merupakan tiga provinsi yang memiliki Indeks
Kebahagiaan tertinggi di Indonesia. Indeks
Kebahagiaan Sulawesi Utara tahun 2017
berdasarkan Survei Pengukuran Tingkat
Kebahagiaan (SPTK) sebesar 73,69 pada skala
1-100. Nilai ini berada di atas angka nasional
Indikator Mar-17 Mar-18
Tingkat Kemiskinan (%) 8.10 7.80
Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) 198.88 193.31
Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bulan) 333,510 344,418
Indeks Kedalaman Kemiskinan 1.368 1.270
Indeks Keparahan Kemiskinan 0.351 0.299
-4%
-3%
-2%
-1%
1%
2%
3%
88
90
92
94
96
98
100
102
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015 2016 2017 2018
NTP Sulut Minimum Sejahtera Pertumbuhan
93.21 95.0388.95
105.91107.28
95.36
TanamanPangan
Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan NTP Sulut
95.3697.24
102.07
95.29
104.73
111.59
Sulawesi Utara SulawesiTengah
SulawesiSelatan
SulawesiTenggara
Gorontalo Sulawesi Barat
Batas Minimum Sejahtera
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
50
yang hanya sebesar 70,69. Indeks Kebahagiaan
merupakan indeks komposit yang disusun oleh
tiga dimensi, yaitu Kepuasan Hidup (Life
Satisfaction), Perasaan (Affect), dan Makna
Hidup (Eudaimonia). Dimensi kepuasan hidup
dibedakan menjadi subdimensi kepuasan
hidup personal dan kepuasan hidup sosial.
Besarnya indeks masing-masing dimensi
penyusun Indeks Kebahagiaan yaitu Indeks
Dimensi Kepuasan Hidup sebesar 74,27 (Indeks
Subdimensi Kepuasan Hidup Personal sebesar
70,14 dan Indeks Subdimensi Kepuasan Hidup
Sosial sebesar 78,40), Indeks Dimensi Perasaan
sebesar 69,29 dan Indeks Dimensi Makna
Hidup sebesar 77,11.
Adapun kontribusi masing-masing dimensi
terhadap Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara
adalah Kepuasan Hidup (34,80%), Perasaan
(31,18%) dan Makna Hidup (34,02%). Secara
nasional, Indeks Kebahagiaan Sulut berada di
peringkat ketiga tertinggi setelah Maluku
Utara (75,68) dan Maluku (73,77). Secara
spasial, Indeks Kebahagiaan penduduk yang
tinggal di wilayah perkotaan cenderung lebih
tinggi dibanding penduduk yang tinggal di
perdesaan. Nilai Indeks Kebahagiaan di
perkotaan sebesar 75,38, sedangkan di
perdesaan sebesar 71,92.
51
Bab VII. Prospek Perekonomian Daerah
7.1. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I
2019 diperkirakan tumbuh menguat
dibandingkan perkiraan pertumbuhan
triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi
Sulut diperkirakan masih berada pada kisaran
6,1-6,5% (yoy) di triwulan I 2019.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi
akan diperkirakan akan didukung oleh
peningkatan komponen konsumsi dan
investasi. Peningkatan konsumsi akan
ditopang oleh meningkatnya konsumsi rumah
tangga dan konsumsi pemerintah. Konsumsi
rumah tangga meningkat seiring dengan
peningkatan pendapatan baik dari kenaikan
UMP maupun peningkatan sektor pariwisata.
Pada tahun 2019, UMP Sulut ditetapkan
sebesar Rp 3.051.076 meningkat 8,02% (yoy).
Sementara itu, konsumsi pemerintah
diperkirakan meningkat seiring dengan
meningkatnya efektifitas penerimaan
pendapatan dan peningkatan belanja
pemerintah. Dalam RAPBD 2019 belanja
pemerintah baik langsung maupun tidak
langsung diajukan mengalami kenaikan. Dari
sisi investasi, target pemerintah untuk
menyelesaikan beberapa proyek strategis
seperti jalan tol Manado-Bitung,
pembangunan bendungan, pembangunan
ringroad Manado, pembangunan jalan
Bandara-Likupang serta pembangunan KEK
Bitung diperkirakan akan ikut mendorong
pertumbuhan investasi di Sulut. Selain itu
penyaluran dana desa 2019 mengalami
peningkatan. Kemudian, dengan
memperhitungkan lag antara pencairan dana
dan pelaksanaan proyek pembangunan di
pedesaan, realisasi dana desa berpotensi ikut
mendorong investasi di triwulan I 2019.
Di sisi perdagangan luar negeri, ekspor barang
diperkirakan melambat seiring dengan
penurunan harga kopra, tren menurun harga
CNO dunia, serta penurunan produktivitas
kelapa, selain juga disebabkan oleh faktor
base effect tingginya pertumbuhan ekspor
pada triwulan I 2018. Sementara itu, ekspor
jasa diperkirakan tetap meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah wisman yang
berkunjung ke Sulut dan adanya wacana
pembukaan rute penerbangan langsung ke
Manado dari Korea dan Malaysia.
Dari sisi lapangan usaha, faktor pendorong
pertumbuhan ekonomi Sulut terutama
bersumber dari lapangan usaha transportasi
dan perdagangan. LU perdagangan
diperkirakan meningkat seiring dengan
meingkatnya konsumsi rumah tangga sebagai
dampak kenaikan UMP pada tahun 2019.
Selain itu, pariwisata yang diperkirakan masih
tumbuh kuat di triwulan I 2019 juga turut
mendorong pertumbuhan sektor
perdaganganan. Lebih lanjut, sektor
transportasi diperkirakan meningkat seiring
dengan peningkatan konsumsi rumah tangga,
pertumbuhan transportasi online dan
kunjungan wisman.
Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Utara pada tahun 2019 secara keseluruhan
diperkirakan meningkat dibandingkan tahun
2018. Ekonomi Sulut tahun 2019 diperkirakan
tumbuh pada kisaran 6,1-6,5% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan tahun 2018 sebesar 5,8-
6,2% (yoy). Dari sisi pengeluaran, peningkatan
pertumbuhan ekonomi tahun 2019 akan
ditopang oleh konsumsi rumah tangga, dan
Investasi. Konsumsi rumah tangga
diperkirakan meningkat sebagai dampak
naiknya UMP tahun 2019, peningkatan
produksi sektor transportasi, dan
penyelenggaraan Pemilu serentak. Sementara
itu, kinerja investasi akan ditopang oleh
peningkatan belanja modal pemerintah
maupun peningkatan pagu dana desa di Sulut
serta penyaluran dana kelurahan yang
dianggarkan di tahun 2019. Dari sisi lapangan
52
usaha, peningkatan pertumbuhan ekonomi
2019 diperkirakan akan didorong oleh sektor
perdagangan dan transportasi seiring dengan
peningkatan konsumsi rumah tangga dan
meningkatnya kunjungan wisman sebagai
dampak upaya pemerintah dalam mendorong
pariwisata.
Di tengah proyeksi perbaikan pertumbuhan
ekonomi tersebut, beberapa faktor risiko baik
dari sisi eksternal maupun internal tetap
perlu mendapat perhatian. Risiko eksternal
berupa risiko rencana berlanjutnya pengetatan
kebijakan moneter di negara ekonomi maju,
risiko kenaikan harga minyak di tahun 2018
serta risiko geopolitik dalam bentuk perang
dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat.
Di sisi domestik, risiko pertumbuhan ekonomi
Sulut bersumber dari belum kuatnya konsumsi
rumah tangga dan intermediasi perbankan.
Selain itu, Sulawesi Utara masih mengalami
risiko yang bersumber dari permasalahan di
bidang infrastruktur seperti pembebasan lahan
dan potensi defisitnya pasokan listrik seiring
dengan naiknya kebutuhan daya masyarakat.
Lebih lanjut, proses adaptasi dan transisi
pascapemilu perlu mendapat perhatian untuk
menjaga kelancaran manajemen dan
administrasi pemerintah daerah.
7.2. Inflasi
Pada triwulan I 2019, tekanan inflasi Sulut
diperkirakan meningkat dibandingkan
perkiraan inflasi triwulan IV 2018, namun
masih terkendali dan berada di rentang
sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5±1%.
Inflasi triwulan I 2019 secara tahunan
diperkirakan sebesar 2,4-2,8% (yoy).
Peningkatan intensitas hujan di puncak musim
penghujan di awal tahun diperkirakan akan
bedampak pada penurunan produksi
komoditas bahan makanan yang berpengaruh
cukup besar pada level inflasi Sulawesi Utara
Secara bulanan, inflasi diperkirakan terjadi di
keseluruhan bulan pada triwulan I 2019. Pada
Januari, inflasi diperkirakan cukup tinggi yakni
sebesar 0,61% (mtm). Pada Februari, inflasi
diperkirakan menurun yakni sebesar 0,51%
(mtm). Sementara pada Maret, inflasi lebih
moderat dan diperkirakan kembali melambat
ke angka 0,37% (mtm). Pola inflasi tersebut
diperkirakan disebabkan oleh peningkatan
yang relatif masih tinggi di bulan Januari.
Tingginya potensi risiko gangguan cuaca akibat
puncak musim penghujan pada bulan Januari –
Maret, yang diiringi dengan peningkatan
permintaan diperkirakan akan menyebabkan
harga bumbu-bumbuan khususnya barito
(bawang merah, cabai rawit dan tomat)
bergerak naik bila tidak dibarengi dengan
peningkatan pasokan. Selain komoditas
tersebut, inflasi juga diperkirakan akan
disumbang oleh angkutan udara mengingat
tren peningkatan harga minyak.
Sepanjang tahun 2019, inflasi diperkirakan
terkendali dan berada dalam rentang sasaran
inflasi sebesar 3,5%±1% (yoy), namun
demikian tetap perlu dicermati beberapa
faktor risiko inflasi yang membayangi tahun
2018 antara lain: (i) rencana kenaikan harga
TTL dan BBM seiring dengan naiknya harga
minyak dunia; (ii) potensi tekanan imported
inflation seiring melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap US Dollar; dan (iii) ketersediaan
bahan pasokan kebutuhan pokok strategis
yang biasanya menjadi penyumbang inflasi
tahunan terbesar Sulawesi Utara.
.
.
53
Daftar Istilah dan Singkatan
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu
mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.
qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
CNO Crude Coconut Oil
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
54
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam Rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
NPL Singkatan dari Non Performing Loan disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibilitas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
Restrukturisasi kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 juta s/d Rp5 miliar.
UYD
Singkatan dari Uang yang Diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow dan inflow.
PTTB Pemberian Tanda Tidak Berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.