Upload
others
View
13
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Kaji Tindak Partisipatif Dalam Rangka Perbaikan Pola
Konsumsi Masyarakat Desa Batuk : Studi Pada Elit Desa
Tugas Akhir
Disusun Oleh :
Eunice Eilina Ramelan
472013004
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
2
Kaji Tindak Partisipatif Dalam Rangka Perbaikan Pola
Konsumsi Masyarakat Desa Batuk : Studi Pada Elit Desa
Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana gizi
Disusun Oleh :
Eunice Eilina Ramelan
472013004
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ............................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ........................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
Pendahuluan ......................................................................................................... 1
Metodologi ........................................................................................................... 3
Persiapan Kelembagaan dan Sosial ............................................................ 3
Perencanaan ................................................................................................ 4
Rangkaian Intervensi .................................................................................. 4
Evaluasi....................................................................................................... 5
Pengumpulan dan Analisis Data .......................................................... 5
Hasil dan Pembahasan.......................................................................................... 6
Kesimpulan dan Saran.......................................................................................... 17
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 19
Lampiran ............................................................................................................. 21
a. Surat Ijin Penelitian ................................................................................. 21
b. Informent Consend .................................................................................. 24
c. Dokumentasi .......................................................................................... 29
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Rekomendasi Ijin Penelitian ................................................... ..21
Lampiran 4 Formulir Persetujuan Penelitian (Informed Consent) ....................... ..24
Lampiran 5. Kuesioner Penelitian ……………………………………………..……….25
Lampiran 6. Foto penelitian……………………………………………..………………29
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik responden……...……………………………….………….....7
Tabel 2. Hasil pengukuran tekanan darah, kadar gula puasa, asam urat, dan kolesterol
pada responden……...…………………………….……………………..…7
Tabel 3. Hasil analisis konsumsi responden berdasarkan food recall 24 jam..…….10
Tabel 4. Hasil pengukuran tekanan darah, kadar gula puasa, asam urat, dan kolesterol
pada responden pada hari kedua …………………………………………..13
Tabel 5. Hasil analisis konsumsi responden berdasarkan food recall 24 jam pada hari
kedua……………………………………………………………………....15
viii
KAJI TINDAK PARTISIPATIF DALAM RANGKA PERBAIKAN POLA
KONSUMSI MASYARAKAT DESA BATUR : STUDI PADA ELIT DESA
R.L.N.K Retno Triandhini 1, Theresia Pratiwi Elingsetyo S
2, Eunice Eilina Ramelan
3
Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana.
Email: [email protected]
Abstrak
Pendahuluan: Pola makan merupakan cara mengatur jumlah dan jenis makanan
untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah atau membantu kesembuhan
penyakit. Asupan gizi pada makanan harus seimbang dan sesuai kebutuhan tubuh.
Jika seseorang kelebihan asupan makan akan menyebabkan penyakit yaitu sindrom
metabolik. Penyebab terjadinya penyakit sindrom metabolik antara lain pola makan,
jenis kelamin, merokok dan konsumsi alkohol. Tujuan: Melihat perubahan pola
makan pada elit desa setelah di berikan intervensi gizi. Metode: Desain penelitian
yang digunakan adalah Kaji-Tindak Partisipasif yang merupakan kombinasi kegiatan
penelitian (research) dan tindakan (action) dengan melibatkan partisipasi dari
masyarakat yang menjadi sasaran penelitian. Hasil: Sebagian besar responden
mengalami perubahan pada asam urat, kolesterol, tekanan darah, kadar gula dan food
recall. Perubahan pengukuran klinis dapat dipengaruhi oleh asupan makan yang
dikonsumsi. Selain asupan makan perubahan disebabkan oleh pemberian pendidikan
gizi dan mengubah cara memasak seperti mengurangi masakan yang bersantan,
mengontrol bahan tambahan (MSG, gula dan garam).
Kata kunci: Sindrom metabolik, Pola konsumsi makan, Obesitas.
Abstrack
Introduction: Food pattern is a way for regulate amount and kind of foods that have
function on maintain health and prevent or cure diseases. Nutritional intake in food
should be balanced and appropriate the needs of the body. If someone is an excess
intake of food will cause people have metabolic syndrome. The causes of the
occurrence metabolic syndrome are, diet, sex, smoking and alcohol consumption.
Purpose: To see dietary changes in elite village after nutritional interventions.
Method: The research design used was participatory astio review which is a
combination of research activities and action by involving. Result: The most of
participants had the changes in uric acid, cholesterol, blood pressure, sugar levels
and food recall. The changes of clinical measurements could be affected by
comsumption of food. In addition the change intake of food changes caused by the
granting of nutrition education and change of cooking method such as reducing food
rich coconut milk, control the use of additives (MSG, sugar and salt
Keyword: metabolic syndrome, food consumption pattern,obesity.
1
Pendahuluan
Pola makan makan adalah suatu usaha dalam mengatur jumlah dan jenis
makanan dengan maksud tertentu, seperti mempertahankan kesehatan, status gizi,
mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.1 Faktor yang mempengaruhi pola
makan yaitu aktivitas, jenis kelamin, faktor ekonomi dan pendidikan.2 Pola makan
dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas asupan makan, jika kuantitas dan kualitas
memenuhi kebutuhan tubuh maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan yang
baik.
Asupan makan yang salah seperti mengkonsumsi tinggi lemak, gula dan
garam, memasak ulang sayur, sering mengkonsumsi makanan bersantan akan
menimbulkan dampak buruk pada kesehatan. Tubuh membutuhkan asupan gizi yang
terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Setiap makanan
mengandung zat gizi yang berbeda-beda kadarnya dengan makanan lain, sedangkan
tubuh membutuhkan zat gizi dengan kadar tertentu.3 Asupan gizi pada makanan
harus seimbang dan sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh. Asupan makan yang
masuk tidak boleh lebih atau kurang. Asupan makan yang tidak seimbang membuat
pasokan energi tidak sesuai dengan yang dikeluarkan oleh energi.4 Perbaikan asupan
makan dan peningkatan status gizi yang seimbang dengan yang diperlukan tubuh
merupakan unsur penting yang berdampak positif bagi peningkatan kualitas hidup
manusia, kreatif dan produktif .2
Kehidupan sosial dan kesibukan seseorang akan mempengaruhi pola makan,
mereka yang suka makanan instan seperti fast food (mie instan dan sarden). Makanan
fast food atau siap saji biasanya mengandung zat gizi yang rendah seperti vitamin,
serat, kalsium dan magnesium.2 Makanan yang siap saji cenderung tinggi lemak
jenuh dan gula, rendah serat dan rendah zat gizi mikro. Dampak dari kelebihan
konsumsi makanan yang mengandung kadar lemak maupun kalori tinggi, jika
dikonsumsi setiap hari dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatkan sindrom
metabolik (obesitas, gizi lebih, hipertensi dan dyslipidemia).5 Secara umum asupan
makan dewasa yang baik yaitu perbandingan komposisi dari karbohidrat 50-65%,
protein 10-20% dan lemak 20-30%.6
Sindrom metabolik adalah salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang
merupakan penyakit yang memiliki kondisi medis yang kronis dan tidak menular dari
2
orang ke orang, PTM umumnya berkembang secara lambat dan dalam waktu yang
lama dan dapat menyebabkan kematian. Faktor yang berhubungan dengan sindrom
metabolik antara lain pola makan, aktifitas fisik, Faktor genetik, jenis kelamin, etnis,
merokok dan konsumsi alkohol.7
Prevalensi kematian penyakit sindrom metabolik
dari waktu ke waktu semakin naik seperti hipertensi 7,6% (2007) menjadi 9,5%
(2013), stroke dari 8,3% (2007) menjadi 12,1% (2013) dan diabetes mellitus dari
1,1% (2007) menjadi 2,1% (2013).8
Penyakit kardiometabolik dari tahun ketahun semakin meningkat,
berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengan tahun 2016, dilaporkan
penyakit tidak menular pada tahun 2016 secara keseluruhan adalah 943.927 kasus.
Penyakit Hipertensi menempati urutan proporsi terbesar sebesar 60,00% dan
penyakit diabetes mellitus menempati urutan kedua sebesar 16,42%. Kedua penyakit
ini menjadi prioritas utama pengendalian penyakit tidak menular di Jawa Tengah.
Menurut data Profil Kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2014, penyakit
tidak menular seperti hipertensi esensial (25.541 kasus), hipertensi lain (9.330
kasus), diabetes mellitus non insulin (8.843 kasus) merupakan 3 penyakit paling
besar. Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, penyakit hipertensi masih menjadi urutan
pertama kasus penyakit tidak menular terbesar di Kabupaten Semarang.9 Kecamatan
Getasan merupakan salah satu daerah yang terletak di Kabupaten Semarang, menurut
Profil Kesehatan Puskesmas Getasan 2014, Desa Batur memiliki masalah penyakit
tidak mular tertinggi, seperti diabetes mellitus ( 36 kasus), hipertensi esensial (54
kasus) dan hipertensi lainnya (65 kasus).
Salah satu faktor penyabab penyakit sindrom metabolik adalah pola makan,
mengkonsumsi makan yang berlebihan terutama mengandung karbohidrat dan lemak
yang menyebabkan jumlah energi yang masuk kedalam tubuh tidak seimbang dengan
kebutuhan energi. Kelebihan energi didalam tubuh akan disimpan dalam bentuk
jaringan lemak yang lama-kelamaan akan mengakibatkan obesitas.10
Mengkonsumsi
serat yang cukup dapat mencegah kejadian obesitas. Serat mengabsobsi air,
memperluas penyerapan diusus dan memperlambat pergerakan makanan pada
saluran pencernaan sehingga menimbulkan rasa kenyang lebih lama.11
Salah satu
cara untuk dapat menurunkan prevalensi sindrom metabolik dengan mengkonsumsi
makanan dalam porsi yang sesuai dengan kebutuhan, membatasi asupan lemak, gula
dan garam, dan melakukan olahraga.12
Dengan dilakukan intervensi yang tepat pada
3
Rencana Aksi
Persiapan sosial
Perubahan
pola makan
di
masyarakat
.
Dokumentasi
proses
setiap seseorang dapat menekan terjadinya penyakit sindrom metabolik. Dengan
dilakukan intervensi yang tepat pada tiap orang dapat menekan terjadinya penyakit
sindrom metabolik bertujuan untuk melihat perubahan pola makan pada elit desa
setelah di berikan intervensi gizi.
Metodologi
Penelitian ini dilakukan di wilayah Desa Batur, Kecamatan Getasan pada
bulan Februari-Mei 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah Kaji-Tindak
Partisipasif yang merupakan kombinasi kegiatan penelitian (research) dan tindakan
(action) dengan melibatkan partisipasi dari masyarakat yang menjadi sasaran
penelitian. Melalui keterlibatan masyarakat, pendekatan ini diharapakan mampu
menurunkan prevalensi penyakit kardiometabolik melalui kesadaran dalam menjaga
pola makan.
Skema 1. Desain penelitian Kaji Tindak Partisipasif dalam rangka perbaikan pola
konsumsi masyarakat di desa Batur Kecamatan Getasan (Karwur, 2015,
unpublished).
Sebagai bagian dari rangkaian kaji tindak partisipatif, dilakukan kegiatan-
kegiatan seperti berikut ini:
I. Persiapan Kelembagaan dan Sosial
Refleksi
Intervensi Pola
Makan terkait
Penyakit-penyakit
Sindrom
kardiometabolik
(diabetes mellitus,
asam urat, stroke,
hipertensi)
4
Persiapan kelembagaan dan sosial merupakan yang penting dalam melakukan
penelitian kaji tindak partsisipatif. Pelaksanaan persiapan kelembagaan ini
dilakukan dengan cara:
a. Memperoleh persetujuan pihak-pihak pemangku kepentingan yaitu Pemerintah
Daerah dalam hal ini pihak Kecamatan Getasan, Kepala Desa, Perangkat Desa
dan Kepala Dusun.
b. Melibatkan pihak pemangku kepentingan yaitu Pemerintah Daerah dalam hal ini
pihak Kecamatan Getasan, Kepala Desa, Perangkat Desa dan Kepala Dusun.
c. Mengkomunikasikan dengan pihak Pukesmas Getasan dan Bidan desa Batur.
d. Menjalin komunikasi dengan responden dan keluarganya.
II. Perencanaan
Pada tanggal 2 Maret 2017 peneliti mendatangi balai desa untuk menemui
Kepala Desa, peneliti diberikan waktu untuk bertemu kepala desa dan 5 kepala
dusun (Kadus Selo Duwur, Kadus Krangkeng, Kadus Batur Kidul, Kadus
Gondang, Kadus Rejosari). Selain dilakukan perkenalan dan penjelasan tentang
penelitian tentang Kaji-Tindak partisipasif yang akan dilakukan di Desa Batur,
peneliti mendiskusikan untuk mengetahui penyakit apa saja yang diderita oleh
masyarakat di Desa Batur. Berdasarkan hasil diskusi dengan kepala Desa
diperoleh, bahwa masyarakat di Desa Batur sebagian besar mempunyai penyakit
persendian, hipertensi, ISPA, kolesterol dan DM.
Berdasarkan hasil diskusi dengan kepala Desa, kepala Dusun, Kecamatan
Getasan dan data Puskesmas Getasan tahun 2016. Maka peneliti memutuskan
untuk fokus pada permasalahan kesehatan yang terkait dengan penyakit
metabolik yaitu hipertensi, asam urat, obesitas, dan diabetes mellitus.
Peneliti melibatkan kelompok masyarakat yang memiliki pengaruh dan
disegani oleh masyarakat (elit desa) sebagai responden. Masyarakat desa masih
menganggap elit desa sebagai panutannya karena elit desa dapat memberikan
teladan dan contoh perilaku yang baik untuk masyarakat desa.
III. Rangkaian Intervensi
Intervensi 1
Peneliti melakukan pemeriksaan kesehatan berupa pengukuran tekanan
darah, kadar gula, asam urat, kolesterol, dan antropometri menggunakan alat strip
(glukosa, kolesterol, asam urat), tensi meter, timbangan, dan mikrotoa.
5
Intervensi 2
Melakukan food recall 24 jam selama 3 hari untuk mengetahui konsumsi
makanan selama 1 hari yang dilakukan pada 2 hari kerja (weekday) dan 1 kali
hari libur (weekend), untuk mengetahui pola makan dalam 1 hari penuh.
Intervensi 3
Penyerahan hasil pengukuran asam urat, kolesterol, kadar gula darah,
tekanan darah, food recall, dan konseling gizi. Penyerahan dilakukan secara
tertulis dan lisan agar responden mengetahui langsung hasil yang diperoleh
sebelumnya.
Intervensi 4
Pendampingan pengolahan makanan pada ibu rumah tangga dan
responden wanita, untuk mengetahui cara pengolahan bahan mentah menjadi
bahan siap saji, bahan tambahan apa saja yang digunakan dalam masakan.
Intervensi 5
Pemberian evaluasi kepada responden wanita dan ibu rumah tangga
terhadap pendampingan pengolahan bahan makanan dan peneliti mengingatkan
kembali cara untuk mengubah dan menjaga pola makan yang sehat.
Intervensi 6
Pengukuran tekanan darah, asam urat, gula darah puasa, dan kolesterol
kedua kalinya untuk melihat perubahan tekanan darah, asam urat, gula darah
puasa, dan kolesterol responden. Pengukuran dilakukan dua kali untuk melihat
ada perubahan atau tidak.
Intervensi 7
Melakukan food recall 24 jam yang kedua kalinya selama 3 hari untuk
melihat ada tidaknya perubahan konsumsi makan setelah diberikan pendidikan
gizi.
IV. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah masing-masing intervensi dilakukan untuk
melihat respon responden setelah dilakukan intervensi dan untuk merencanakan
tindakan yang akan dilakukan pada intervensi berikutnya.
Pengumpulan dan Analisis Data
Berdasarkan penelitian didapatkan berupa data primer dan sekunder. Data
primer meliputi kebiasaan makan dan konsumsi pangan dikumpulkan melalui
wawancara langsung dengan responden. Data sekunder didapatkan dari data
6
kantor pemerintahan Desa dan kepala Dusun.
Pengumpulan data pada kaji tindak partisipasif berupa pendokumentasian
proses. Setiap bentuk program, pertemuan, dan kontak dengan kelompok
masyarakat, lembaga formal, maupun informal, dan keluarga didokumentasikan.
Data dinamis yang diperoleh dari proses kaji tindak partisipasif yaitu rencana-
aksi-refleksi merupakan input yang digunakan sebagai laporan akhir.
Hasil dan Pembahasan
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Penelitian Kaji-Tindak Partisipasif ini dilakukan di Desa Batur,
Kecamatan Getasan. Desa Batur terletak di lereng Gunung Merbabu dan
memiliki 19 Dusun yaitu DSn Krangkeng, DSn Selo Duwur, DSn Tekelan, DSn
Gondang, DSn Dukuh, DSn Batur Kidul, DSn Batur Wetan, DSn Ngeringin, DSn
Madu, DSn Kalitengah, DSn Sanggar, DSn Diwak, DSn Senden, DSn Rejosari,
DSn Wonosari, DSn Selo ngisor, DSn Tawang, DSn Ngelelo dan DSn Kaliduren.
Jarak dari Kecamatan Getasan menuju Kelurahan Desa Batur kurang lebih 2
kilometer. Masyarakat desa Batur sebagian besar memiliki mata pencaharian
sebagai petani sayur, buah dan berternak sapi perah. Jumlah penduduk desa Batur
pada tahun 2018 kurang lebih 8.205 ribu orang. Peneliti melibatkan 10 responden
dari 6 Dusun dan 3 Desa ( DSn. Selo duwur, DSn. Gondang, DSn. Dukuh, DSn.
Tekelan, DSn. Jetak, DSn. Rejosari) di Desa Batur, Desa Nanggulan dan Desa
Sleker untuk mengetahui pola konsumsi dan melakukan pengukuran asam urat,
kolesterol, kadar darah dan tekanan darah pada masyarakat desa Batur.
Gambar Peta Getasan
7
Karakteristik Responden
Responden yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 10 elit desa yang
sebagian besar bekerja sebagai guru, kepala dusun dan mantan kepala dusun.
Usia responden berkisar antara 30 – 68 tahun. Pendidikan terakhir responden
yaitu SD, SMA dan Sarjana.
Tabel 1. Karakteristik responden.
No Inisial
nama Umur
Jenis
kelamin Pekerjaan
Pendidikan
terakhir
1 I 46 L Kadus Selo
Duwur SMA
2 R 49 L Kepsek SD N
2 Samirono Sarjana
3 AN 64 L Mantan
kepala Dusun SD
4 M 55 L Kepsek SD N
3 Batur
Sarjana
5 H 47 P Kepsek SD N
4 Batur Sarjana
6 A 59 L Kepsek SD N
1 Batur Sarjana
7 NG 68 L Petani SD
8 S 38 L Kepsek MI
Batur Sarjana
9 W 33 P Ketua PKK
Desa Batur SMA
10 P 37 P Guru paud Sarjana
Tabel 2. Hasil pengukuran tekanan darah, kadar gula puasa, asam urat, dan
kolesterol pada responden.
Nama Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Tekanan
Darah
(mmHg)
Gula Darah
Puasa
(mg/dl)
Kolesterol
(mg/dl)
Asam
Urat
(mg/dl)
IMT
(Kg/m2)
1 I L 46 120/90
(Normal)
123
(Tinggi)
180
(Normal)
6,3
(Normal)
28,36
(Obes)
2 R L 49 130/90
(Pra-HT)
75
(Normal)
250
(Tinggi)
5.4
(Normal)
25,28
(Gizi
lebih)
3 AN L 64 110/70
(Normal)
107
(Normal)
107
(Normal)
6,6
(Normal)
25,28
(Gizi
lebih)
8
Sumber : IMT menurut Depkes RI 2004
Gizi kurang : <18,5 Kg/m2
Normal : 18,5-25,0 Kg/m2
Gizi lebih : 25,1-27,0 Kg/m2
Obesitas : >27,0 Kg/m2
4 M L 55 130/90
(Pra-HT)
77
(Normal)
170
(Normal)
7,7
(Tinggil)
20.7
(Normal)
5 H P 47 140/100
(HT- fase 1)
168
(Tinggi)
205
(Normal)
5,9
(Normal)
25,60
(Gizi
lebih)
Tabel 2. Hasil pengukuran tekanan darah, kadar gula puasa, asam urat, dan
kolesterol pada responden.
Nama Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Tekanan
Darah
(mmHg)
Gula Darah
Puasa
(mg/dl)
Kolesterol
(mg/dl)
Asam
Urat
(mg/dl)
IMT
(Kg/m2)
6 A L 59 140/100
(HT- fase 1)
120
(Tinggi)
225
(Tinggi)
9,3
(Tinggi)
26,95
(Gizi
lebih)
7 NG L 68 120/80
(Normal)
87
(Normal)
160
(Normal)
13,5
(Tinggi)
20,41
(Normal)
8 S L 38 110/90
(Normal)
85
(Normal)
111
(Normal)
7,1
(Normal)
23,04
(Normal)
9 W P 33 110/90
(Normal)
85
(Normal)
146
(Normal)
7,6
(Normal)
24.6
(Normal)
10 P P 37 110/80
(Normal)
85
(Normal)
152
(Normal)
11,0
(Tinggi)
25,39
(Gizi
lebih) Sumber : menurut WHO Tekanan darah : <120/80 mmHg (Normal)
: 120/80 – 139-89 mmHg (Pra-Hipertensi)
: 140/90 – 159/99 mmHg (Hipertensi Fase 1)
Asam urat pria : 3.5 - 7 mg/dl (Normal)
Asam urat wanita : 2.6 – 6 mg/dl (Normal)
Kolesterol : <200 mg/dl (Normal)
Gula darah puasa : <110 mg/dl (Normal)
Berdasarkan data pengukuran pada tabel. 2 diketahui 3 dari 10 responden
memiliki tekanan darah, asam urat, kolesterol dan gula darah puasa yang normal.
Pengukuran pada salah satu responden (A) menunjukkan bahwa tekanan darah, asam
urat, kolesterol dan gula darah puasa semuanya diatas nilai rata-rata. Sedangkan 2
responden (NG dan P) memiliki asam urat tinggi dan kadar gula darah puasa,
kolesterol, dan tekanan darah normal. Pada pengukuran tekanan darah pra-hipertensi
berjumlah 2 responden (R dan M), tekanan darah normal 1 responden (I) dan tekanan
darah hipertensi fase 1 berjumlah 1 responden (H). Pengukuran GDP tinggi
berjumlah 2 responden (I dan H) dan GDP normal 2 responden (R dan M).
Pengukuran kolesterol normal berjumlah 3 responden (I, M dan H) dan kolesterol
tinggi 1 responden (R). Sedangkan asam urat normal berjumlah 3 responden (I, R
dan H) dan 1 responden (M) mempunyai asam urat tinggi.
Hasil pengkuran asam urat, kolesterol, tekanan darah dan kadar gula darah
yang tinggi akan beresiko terjadinya sindrom metabolik. Faktor yang mempengaruhi
9
terjadinya sindrom metabolik yaitu umur, pola makan, dan jenis kelamin. Umur
merupakan salah satu penyebab terjadinya sindrom metabolik. Dari hasil penelitian
diketahui responden yang berumur di bawah 40 tahun cenderung memiliki hasil
pengukuran klinis yang lebih baik dibandingan responden yang berumur 40 tahun ke
atas. Menurut Ayu (2011) dan Untari (2017) semakin bertambah umur maka resiko
penyakit mulai meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 60-74 tahun berbagai
ras.13,14
Hal ini terjadi karena perubahan komposisi tubuh pada usia tua, yang
mengalami penurunan massa otot dan menyebabkan penurunan basal metabolik
rate.15
Wanita pada usia >45 tahun paling rentan terkenal penyakit salah satunya
asam urat, hipertensi dan kolesterol, karena sebelum mengalami menopose wanita
terlindungi dari penyakit kardiovaskuler karena aktifitas hormone ekstrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein).13
Selain faktor umur, tingkat pendidikan merupakan mayoritas penderita
obesitas diderita responden tamatan perguruan tinggi. Semakin tinggi pendidikan
seseorang, maka semakin cepat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan disekitar.
Selain itu, pendidikan seseorang yang tinggi mempunyai keadaan sosial ekonomi
yang semakin baik.16
Dengan meningkatnya pendapatan dan perubahan gaya hidup,
maka akan mengancam kelompok usia lanjut. Seseorang dengan usia lanjut akan
mempercepat peningkatatan prevalensi penyakit non infeksi, seperti obesitas,
diabetes mellitus, penyakit jantung dan resiko terjadinya sindrom metabolik. 17
Obesitas merupakan salah satu penyebab terjadinya sindrom metabolik.
Obesitas disebabkan karena tidak seimbangnya asupan energi dengan yang
dikeluarkan sehingga berlebihannya asupan akan menumpuk di jaringan adiposa,
penumpukan yang berlebihan energi dapat menimbulkan obesitas. Kelebihan energi
dapat disebabkan karena berlebihan asupan energi atau kurangnya pengeluaran
energi. Maka dari itu, seseorang dengan penyakit obesitas semakin lama tidak
dilakukan penanganan akan beresiko terjadinya sindrom metabolik dan menimbulkan
penyakit komplikasi.
Indeks Massa Tubuh merupakan salah satu indikator umum yang digunakan
untuk mengetahui apakah seseorang beresiko terjadinya suatu penyakit seperti
obesitas, kolesterol, jantung dan diabetes mellitus. Faktor yang mempengaruhi IMT
tinggi atau obesitas yaitu asupan karbohidrat, protein, lemak, energi dan kebiasaan
makan.18
Menurut I-Chien (2018) bahwa usia berhubungan dengan IMT yang
10
sebagian besar disebabkan oleh 2 penyakit kardiometabolik yaitu hipertensi dan
hiperglikemia.19
Obesitas dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler sebab
terkait dengan sindrometabolik yang terdiri dari resistensi insulin, DM, hipertensi,
dyslipidemia, dan hiperurisemia yang dapat dilihat dengan indeks massa tubuh (IMT)
dimana seseorang dikatakan obesitas jika nilai IMT ≥25 kg/m.20
Tabel 3. Hasil analisis konsumsi responden berdasarkan food recall 24 jam.
Sumber : Depkes RI 1996
Defisit berat (DB) : <70%
Defisit sedang (DS) : 70-79%
Defisit ringan (DR) : 80-89%
Normal : 90-119%
Kelebihan : >120%
Berdasarkan tabel. 3 diperoleh protein dengan hasil defisit rendah berjumlah
5 responden, protein defisit berat berjumlah 2 responden, protein lebih berjumlah 1
responden, protein normal berjumlah 1 responden dan defisit sedang berjumlah 1
responden. Konsumsi lemak lebih pada responden berjumlah 9 responden dan lemak
normal berjumlah 1 responden. Sedangkan asupan karbohidrat yang memiliki asupan
defisit rendah berjumlah 1 responden, karbohidrat lebih berjumlah 5 responden,
No Nama Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Protein
(Gram)
Lemak
(Gram)
Karbohidrat
(Gram)
Energi
(Kal)
1 I L 46 43.58
(DB)
41.13
(Lebih)
326.55
(DR)
1799.86
(DB)
2 R L 49 49.19
(DR)
40.39
(Lebih)
348.63
(Lebih)
1611.43
(DR)
3 AN L 64 38.8
(DR)
64.08
(Lebih)
243.06
(Normal)
1673.62
(Normal)
4 M L 55 56.32
(Normal)
43.53
(Normal)
271.84
(Lebih)
2033.68
(Normal)
5 H P 47 39.47
(DB)
50.56
(Lebih)
243.00
(DS)
1609.00
(DS)
6 A L 59 50.75
(DR)
50.51
(Lebih)
237.44
(DS)
1611.43
(DB)
7 NG L 68 50.916
(DR)
52.97
(Lebih)
251.701
(DS)
1677.5
(DB)
8 S L 38 50.35
(DR)
66.841
(Lebih)
313.414
(Lebih)
2086.94
(DR)
9 W P 33 43.49
(DS)
35.061
(Lebih)
348.79
(Lebih)
1914.11
(DR)
10 P P 37 91.96
(Lebih)
77.91
(Lebih)
367.50
(Lebih)
2517.31
(Lebih)
11
karbohidrat defisit sedang berjumlah 3 responden dan karbohidrat normal berjumlah
1 responden. Energi yang mempunyai hasil defisit berat berjumlah 3 responden,
asupan kalori defisit rendah berjumlah 3 responden, asupan kalori sedang berjumlah
1 responden, asupan kalori normal berjumlah 2 responden dan asupan kalori lebih
berjumlah 1 responden.
Berdasarkan hasil food recall 24 jam diperoleh keseluruhan responden
mempunyai asupan protein, karbohidrat, dan kalori yang masih rendah, asupan lemak
pada responden keseluruhan mempunyai asupan lemak tinggi. Salah satu responden
yaitu responden P mempunyai asupan protein, karbohidrat, lemak dan kalori tinggi,
tingginya asupan makan dapat disebabkan oleh mengkonsumsi makan yang berlebih
seperti mengkonsumsi nasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan, mengkonsumsi
lemak (makanan yang digoreng, telur, daging yang dimasak dengan santan).
Seseorang yang mengkonsumsi makan berlebih dapat menyebabkan terjadinya resiko
penyakit kardiometabolik yaitu hipertensi, diabetes mellitus dan obesitas.
Kebiasaan mengkonsumsi atau pengolahan bahan makanan dengan cara
ditumis, digoreng dan pemakaian santan yang berlebihan merupakan salah satu
penyebab asupan lemak tinggi yang dapat menyebabkan obesitas. Sebagian
responden beranggapan bahwa tidak mengkonsumsi sumber protein hewani tidak
akan meningkatkan asupan lemak. Hal ini menyebabkan sumber lemak dari minyak
dan santan tidak terkendali.
Pola makan yang tidak seimbang seperti makanan yang berlebihan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan tubuh akan menyebabkan obesitas. Ketika seseorang
mengkonsumsi makan secara berlebihan, makanan tersebut akan diubah menjadi
lemak, sedangkan seseorang mengkonsumsi makanan sesuai kebutuhan maka
proporsi tubuhnya akan normal. Salah satu dampak dari obesitas yaitu terjadinya
kelebihan asupan energi dibandingkan yang diperlukan oleh tubuh sehingga
kelebihan asupan energi tersebut dapat disimpan dalam bentuk lemak. Makanan yang
terdapat didalam tubuh dapat diubah menjadi energi seperti karbohidrat, protein dan
lemak. Asupan karbohidrat, lemak, protein yang berlebih, maka makanan
berkarbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dalam jumlah yang terbatas dan
sisanya lemak, pada protein akan dibentuk menjadi protein tubuh dan sisanya lemak,
sedangkan lemak akan disimpan sebagai lemak.21
12
Asupan gizi, pola makan, aktifitas fisik, gaya hidup, paparan penyakit kronis
dan presentase lemak dapat mempengaruhi jumlah Indeks Massa Tubuh (IMT).22
Bahwa semakin tinggi asupan makan maka semakin tinggi pula seseorang
mengalami peningkatan IMT. Seseorang yang mempunyai penyakit kronis dapat
juga dipengaruhi oleh kondisi fisik dan pola makan sehingga dapat mempengaruhi
IMT.
Responden memiliki hasil pengukuran asam urat, kolesterol, tekanan darah
dan gula darah dengan hasil normal dan tinggi. Sedangkan untuk recall 24 jam masih
ada responden yang memiliki asupan dengan hasil rendah. Pengukuran dan recall
dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan responden saat penelitian dilakukan.
Setelah mengetahui kondisi kesehatan responden peneliti melakukan intervensi gizi
meliputi pemberian pendidikan gizi dan membantu cara pengolahan bahan makan
dengan benar. Intervensi-intervensi ini dilakukan kepada semua responden dengan
tujuan untuk agar responden dapat mengubah pola makannya menjadi lebih baik dan
dapat menularkan informasi pola makan yang baik kepada masyarakat di desanya.
Penyerahan hasil pengukuran asam urat, kolesterol, kadar gula, tekanan darah,
recall 24 jam dan konseling gizi
Setelah di lakukan pengukuran asam urat, kolesterol, kadar gula darah,
tekanan darah, dan food recall 24 jam. Peneliti memberikan hasil pengukuran awal,
food recall 24 jam, dan konseling, hal ini dilakukan untuk memberitahukan hasil
pengukuran yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penyerahan ini dilakukan
dengan cara memperlihatkan hasil yang sudah tertera di kertas kepada setiap
responden secara lisan, mempermudah responden untuk membaca dan memahami
isinya. Tanggapan responden ingin mengetahui lebih lanjut setelah dilakukan
pengukuran klinis dan recall 24 jam. Peneliti juga mengingatkan kembali kepada
responden bahwa pola makan yang baik dan sehat dapat mengubah resiko penyakit
kardiometabolik (asam urat, obesitas, dan hipertensi). Peneliti juga berdiskusi dengan
responden wanita dan ibu rumah tangga tentang konsumsi makanan yang harus
dikurangi, seperti makanan bersantan, gorengan, makanan yang tinggi gula dan
garam, konsumsi air putih dan melakukan olahraga.
13
Pendampingan pengolahan makanan pada ibu rumah tangga dan responden
wanita
Setelah melakukan pemberian hasil awal, peneliti mendatangi setiap rumah
responden untuk membantu memasak seperti mengolah bahan mentah menjadi bahan
siap saji, pemberian pendidikan gizi tentang penggunaan bahan tambahan
(pengurangan garam, gula, kecap manis). Responden memberikan tanggapan kepada
peneliti secara lisan bahwa mereka ingin mengubah cara memasak untuk menjaga
pola makan yang lebih baik, memberi pendidikan gizi tentang pola makan dan cara
memasak kepada masyarakat lain. Peneliti juga berdiskusi dengan ibu rumah tangga
dan responden wanita tentang makanan sehat yang dapat diterapkan di keluarga
responden seperti mengkonsumsi buah-buahan, mengkonsumsi sayur, mengurangi
makanan yang bersantan, mengurangi garam, gula, dan MSG, konsumsi lauk yang
berprotein hewani dan nabati, kurangi makanan yang dimasak berulang kali karena
dapat mengakibatkan berkurangnya zat gizi yang ada didalam makanan seperti
protein yang mengalami denaturasi ketika saat dipanaskan. Perubahan cara memasak
akan mempengaruhi pengukuran klinis dan konsumsi makan responden.
Setelah melakukan pendampingan kepada ibu rumah tangga dan responden
wanita, 2 minggu kemudian, peneliti melakukan evaluasi kepada ibu rumah tangga
dan responden wanita. Evaluasi diberikan untuk melihat adakah perubahan cara
memasak dan pola makan yang sudah dilakukan responden dan ibu rumah tangga
setelah diberikan asuhan gizi. Didapatkan 6 responden sudah melakukan perubahan
seperti merubah cara memasak dan pola makan hal ini disebabkan karena mereka
ingin hidup sehat dan terhindar dari resiko penyakit kardiometabolik. Menurut
wawancara responden, 4 responden belum dapat mengubah pola makan karena
mereka belum bisa mengubah kebiasaan makan dan cara memasak yang sudah
dilakukan sebelumnya. Mengubah perilaku dan kebiasaan seseorang apalagi suatu
masyarakat bukan hal yang mudah karena butuh waktu lama untuk dapat mengubah
kebiasaan yang buruk menjadi baik. Menurut Diah (2015) seseorang memiliki
kebiasaan makan yang baik atau mengkonsumsi beranekagaram makanan belum
tentu menjamin tercukupinya jumlah asupan makan yang dibutuhkan.23
Tabel. 4 Hasil pengukuran tekanan darah, kadar gula darah puasa, asam urat,
dan kolesterol responden pada hari kedua.
No Nama Tekanan Darah
(mmHg)
Gula Darah
Puasa
Kolesterol
(mm/dL)
Asam Urat
(mm/dL)
14
Tabel. 4 Hasil pengukuran tekanan darah, kadar gula darah puasa, asam urat,
dan kolesterol responden pada hari kedua.
Sumber : menurut WHO
Tekanan darah : 120/80 mmHg (Normal)
: 120/80 – 139-89 mmHg (Pra-Hipertensi)
: 140/90 – 159/99 mmHg (Hipertensi Fase 1)
Asam urat pria : 3.5 - 7 mg/dl (Normal)
Asam urat wanita : 2.6 – 6 mg/dl (Normal)
Kolesterol : <200 mg/dl (Normal)
Gula darah puasa : <110 mg/dl (Normal)
Berdasarkan tabel 4 sebagian responden mengalami perubahan nilai
pengukuran klinis dan sebagian yang lain tidak mengalami perubahan. Tiga
responden mempunyai perubahan tekanan darah yaitu responden I dari 120/90
mmHg (normal) menuju 130/90 mmHg (pra-hipertensi), responden M dari 130/90
mmHg (pra-hipertensi) menuju 120/110 (normal) dan responden A dari 140/100
mmHg (Hpr- fase 1) menuju 130/90 mmHg (pra-hiper). Dua responden mempunyai
perubahan gula darah puasa yaitu responden I dari 123 mg/dl (tinggi) menuju 70
mg/dl (normal) dan responden A dari 120 mg/dl (tinggi) menuju 98 mg/dl (normal).
(mg/dL)
1 I 130/90
(Pra-Hpr)
70
(Normal)
195
(Normal)
5.6
(Normal)
2 R 130/90
(Pra-Hpr)
95
(Normal)
187
(Normal)
5.1
(Normal)
No Nama Tekanan Darah
(mmHg)
Gula Darah
Puasa
(mg/dL)
Kolesterol
(mm/dL)
Asam Urat
(mm/dL)
3 AN 110/100
(Normal)
85
(Normal)
85
(Normal)
5,1
(Normal)
4 M 120/110
(Normal)
87
(Normal)
168
(Normal)
6,4
(Normal)
5 H 140/90
(Hiper-Fase 1)
120
(Tinggi)
210
(Tinggi)
5,0
(Normal)
6 A 130/90
(Pra-Hpr)
98
(Normal)
173
(Normal)
6,3
(Normal)
7 NG 110/70
(Normal)
104
(Normal)
208
(Normal)
5,6
(Normal)
8 S 110/90
(Normal)
81
(Normal)
229
(Tinggi)
6,1
(Normal)
9 W 120/100
(Normal)
109
(Normal)
123
(Normal)
5,6
(Normal)
10 P 110/100
(Normal)
96
(Normal)
144
(Normal)
4,0
(Normal)
15
Pada pengukuran kolesterol 4 responden mengalami perubahan yaitu responden R
dari 250 mg/dl (tinggi) menuju 187 mg/dl (normal), responden H 205 mg/dl (normal
menuju 210 mg/dl (tinggi), responden A 120 mg/dl (tinggi) menuju 173 mg/dl
(tinggi) dan responden S dari 111 mg/dl (normal) menuju 229 mg/dl (tinggi).
Sedangkan pada asam urat mempunyai perubahan dari asam urat tinggi menuju asam
urat normal sebanyak 4 responden yaitu responden M dari 7,7 mg/dl menuju 6,4
mg/dl, responden A dari 9,3 mg/dl menuju 6,3 mg/dl, responden NG dari 13,5 mg/dl
menuju 5,6 mg/dl dan responden P dari 11,0 mg/dl menuju 4,0 mg/dl.
Tabel 5. Hasil analisis konsumsi responden berdasarkan food recall 24 jam hari
kedua.
Sumber : Depkes RI 1996
Defisit berat (DB) : <70%
Defisit sedang (DS) : 70-79%
Defisit ringan (DR) : 80-89%
Normal : 90-119%
Kelebihan : >120%
Berdasarkan data pada tabel. 5 dapat dilihat bahwa adanya perubahan recall
pada recall kedua. Empat responden mempunyai perubahan asupan protein yaitu
responden AN dari 38,8g (defisit) menjadi 50,55g (normal), responden M dari
56,32g (normal) menjadi 69,18g (lebih), responden A dari 50,75g (defisit) menjadi
No
Nama
Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Protein
(Gram)
Lemak
(Gram)
Karbohidrat
(Gram)
Energi
(Kal)
1 I L 46 63.60
(DR)
42.86
(Lebih)
506.9
(Lebih)
2117.41
(DS)
2 R L 49 51.25
(DR)
31.8
(Lebih)
262.16
(Normal)
1561.5
(DB)
3 AN L 64 50.55
(Normal)
38.96
(Lebih)
204
(DR)
1358
(DS)
4 M L 55 69.18
(Lebih)
75,96
(Lebih)
210.9
(DR)
1512.5
(DS)
5 H P 47 38.01
(DB)
15.4
(DB)
235.21
(DS)
1215.38
(DB)
7 NG L 68 41.65
(DS)
18.56
(DS)
256.83
(Normal)
1321.50
(DB)
8 S L 38 52.55
(DB)
44.73
(DB)
387.85
(Normal)
1355.75
(DB)
9 W P 33 46.13
(DR)
25.90
(Lebih)
216.92
(DB)
1271.38
(DB)
10 P P 37 47.8
(DR)
36.43
(Lebih)
224.95
(DB)
1671.88
(DS)
16
76,37g (lebih) dan responden P mempunyai asupan 91,96g (lebih) ke 47,8g (defisit).
Pada 4 responden mempunyai perubahan asupan lemak yaitu responden M dari
43,53g (normal) menjadi 75,96g (lebih), responden H dari 50,56g (lebih) menjadi
15,4g (defisit), responden NG 52,97g (lebih) menjadi 18,56g (defisit) dan responden
S dari 66,84g (lebih) menuju 44,73g (defisit). Terdapat 9 responden yang mengalami
perubahan asupan karbohidrat seperti responden I 326.55g (defisit) menuju 506,9g
(lebih), responden R dari 348,63g (lebih) menuju 262,16g (normal), responden AN
dari 243,06 (normal) ke 204 (defisit), responden M dari 271,84g (lebih) menuju
210,9g (defisit), responden A 237,44 (defisit) menuju 374,61g (lebih), responden NG
dari 251,70 (defisit) menuju 256,83 (normal), responden S mempunyai asupan
313,41 (lebih) menuju 387,85 (normal), 2 responden mempunyai perubahan asupan
lebih ke asupan defisit yaitu responden W 348,79g (lebih) ke 216,92g (defisit) dan
responden P 367,50g (lebih) ke 224,95g (defisit). Sedangkan 3 responden
mempunyai perubahan pada asupan energi, responden AN 1673,43kal (normal)
menuju 1358kal (defisit), responden M 2033,68kal (normal) menuju 1512,5kal
(defisit) dan responden P 2517,31kal (lebih) menuju 1671,88 kal (defisit).
Berdasarkan tabel. 5 nilai asupan makan dari asupan protein, lemak,
karbohidrat dan asupan kalori keseluruhan responden memiliki berubah. Perubahan
asupan yang melonjak diperoleh dari mereka yang mengkonsumsi jajan diluar dan
makan di hajatan. maka sebab itu asupan lemak, karbohidrat, protein naik dan tidak
dapat dikontrol. Pada saat pengambilan data penelitian dilakukan, di desa responden
sedang banyak acara hajatan. Responden tidak dapat mengontrol asupan lemak,
karbohidrat, dan protein. Sedangkan perubahan asupan yang rendah pada beberapa
responden disebabkan mereka mengkonsumsi makan dengan porsi yang sedikit.
Penurunan asupan makan dapat disebabkan karena jumlah porsi makanan
yang dikonsumsi oleh responden masih kurang. Menurut Pedoman Gizi Seimbang,
jumlah yang kurang dan juga pola kosumsi yang salah seperti menu makanan yang
tidak seimbang dan kurang varian dapat menyebabkan asupan energi tidak
tercukupi.24
Penurunan energi dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan
penurunan berat badan dan keadaan kekurangan gizi yang lain. Sedangkan jika
konsumsi energi yang berlebihan maka akan menyebabkan kegemukan dan resiko
penyakit degenerative.
17
Berdasarkan tabel. 4 pada pengukuran tekanan darah, asam urat, kolesterol
dan kadar gula pada pengukuran pertama dan kedua menunjukkan, 2 responden
mempunyai hasil pengukuran asam urat, kolesterol, hipertensi dan kadar gula darah
yang normal atau tidak terjadi perubahan. Menurut responden, mereka dapat
mengontrol asupan makan dan cara memasak yang dapat mengakibatkan terjadinya
kenaikan atau penurunan pengukuran asam urat, kolesterol, tekanan darah dan kadar
gula darah yang dapat mengakibatkan terjadinya resiko kardiometabolik.
Setiap responden mempunyai perubahan pengukuran klinis dan recall yang
berbeda-beda setiap responden. Ada 2 bentuk responden yaitu responden aktif dan
responden pasif. Responden aktif memiliki keingintauan yang tinggi, seperti
menanyakan dengan hasil yang tinggi apakah akan dapat normal dalam waktu yang
singkat, konsumsi makan apa saja yang seharusnya jika hasil recall dan pengukuran
klinis tinggi, maka dari itu responden dapat cepat mengubah pola makan, cara
memasak yang salah. sedangkan responden pasif keingintauannya rendah, sebab itu
responden dengan keingintauan yang rendah akan menyebabkan kesusahan untuk
mengubah pola makan, cara memasak yang salah dan tetap dilakukan seperti
melakukan pemanasan ulang makanan, penggunaan MSG, gula, garam yang
berlebihan.
Mengubah pengolahan bahan makan tidak saja mempengaruhi pola makan
tetapi juga dapat mempengaruhi pengukuran klinis yang berdampak pada naik
turunnya recall dan asam urat, kolesterol, gula darah dan tekanan darah. Faktor lain
yang menyebabkan penurunan pola makan yaitu pemberian pendidikan gizi dan
kesadaran akan pentingnya asupan makan. Perubahan asupan makan dapat diubah
dengan cara mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi, mengurangi
MSG, garam, gula, tidak melakukan pemanasan ulang pada bahan makanan,
konsumsi buah dan melakukan olahraga. Perlunya evaluasi tentang perubahan
asupan makan dan cara memasak yang sudah dilakukan, diharapkan responden dapat
mengubah cara memasak, meningkatkan pola makan yang sehat dan informasi
tentang pola makan dapat di dibagikan kepada masyarakat yang lain.
KESIMPULAN DAN SARAN
18
Pada penelitian ini, penyakit sindrom metabolik dapat dipengaruhi oleh pola
makan dan asupan karbohidrat, lemak, protein dan energi. Pola makan yang benar
dan sehat dapat memperlambat terjadinya resiko sindrom metabolik. Perubahan elit
desa dipengaruhi oleh terjadinya perubahan pola makan, cara memasak, melakukan
aktifitas fisik dan mengurangi pemanasan ulang masakan. Elit desa merupakan
seseorang yang disegani dan dipercaya untuk dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk dapat mengubah asupan makan.
Saran untuk elit desa di Desa Batur, perlunya pencegahan terjadinya penyakit
sindrom metabolik seperti asam urat, kolesterol, obesitas, hipertensi dan jantung,
yang dapat diperbaiki melalui perbaikan pola hidup dengan menghindari pola asupan
garam, lemak dan gula yang tinggi, menghentikan merokok dan melakukan olahraga.
Bagi peneliti selanjutnya, perlunya peningkatan program promosi kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan resiko terjadinya sindrom metabolik supaya dapat
mengatur pola hidup sehat. Perlu ditingkatkan dalam pemberian konseling gizi.
19
Daftar pustaka
1. Departemen Kesehatan RI (Depkes). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta; 2009
2. Suci P S. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makan mahasiswa
kesehatan masyarakat fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan universitas islam
negeri syarif hidayatullah Jakarta tahun 2011. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayarullah. Jakarta; 2009
3. Miko A, Dina B P. Hubungan Pola Makan pagi dengan status gizi pada
mahasiswa poltekkes kemenkes Aceh. Jurnal AcTion; 2016 November; Vol 1,
Nomor 2.
4. Yuliarti N. A to Z Food Suplement. Yogyakarta: Penerbit CV Andi Offset.2009
5. Almatsier,Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
2009.
6. Lingga, L.2012. Program Anti-X tanpa obat, sindrom X: Diabetes Tipe-2
Hiperkolesterolemia dan Hipertrigliserida, Hipertensi, dan Obesitas. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
7. Sihombing M, Tuminah S. Hubungan Komponen Sindrom Metabolik dengan
Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2 di Lima Kelurahan Kecamatan Bogor Tengah.
MAedia Litbangkes, 2015; Vol.25 No.4
8. (RISKESDAS) Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.Jakarta; 2013.
9. Dinkes Kabupaten Semarang. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang.
Dinas Kesehatan Kabupatan Semarang.
10. Trisna I, Hamid, S. Faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas sentral pada wanita
dewasa (30-50 tahun) di Kecamatan Lubuk Sikaping tahun 2008. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2009; 3(2): 68-71.
11. Thompson JL MM, Voughan LA. Science of Nutrition. 2nd edition. USA: Pearson
Education Inc; 2011.
12. Sada M. Hubungan Body Image, Pengetahuan Gizi Seimbang, dan Aktifitas Fisik
Terhadap Status Gizi Mahasiswa Politeknik Kesehatan Jayapura. Media Gizi Masyarakat
Indonesia. 2012; 2(1):44-48
13. Aisyah A.F. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi
Primer di Desa Trunuh Klaten Selatan. STIKes Aisyiyah. Jogyakarta 2011.
14. Untari I, Sarifah S, Sulastri. Hubungan antara Penyakit Gout dengan Jenis
Kelamin dan Umur pada Lansia. Universitas Muhammadiyah Magelang; 2017.
20
15. Magdalena, Mahpolah, Yusuf A.. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Sindrom Metabolik pada Penderita Rawat Jalan di RSUD Ulin Banjarmasin.
Jurnal Skala Kesehatan; 2014; Volume.5 No.2
16. Wahyuanasari, I., Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Usia
Produktif. Surabaya, Universitas Airlangga; 2012.
17. Praditiwi, R., Skripsi: Faktor Risiko yang Memengaruhi Terjadinya Penyakit
Sindroma Metabolik. Surabaya: FKM Unair; 2008.
18. Hartyaningtyas Y.G, Fatmah. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Massa
Tubuh (IMT) Pada Mahasiswa SMA Marsudirini Bekasi Tahun 2013. FKI UI.
2013.
19. I-Chien Wu, Yu-Hung Chang, I-Shou Chang, Yi-Fen Tsai Cardiometabolic
disorder reduces survival prospects more than suboptimal body mass index
irrespective of age or gender: a longitudinal study of 377,929 adults in Taiwan.
BMC Public Health; 2018 18:142.
20. Suyono S. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes dan
Patofisiologi Diabetes Melitus. Dalam: Sugondo S, Soewondo P, Subekti I, editor
(penyunting). Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. Edisi ke-2. Jakarta:
FKUI; 2009. hlm. 7-18.
21. Evan, Joko W, Erlisa C. Hubungan antara pola makan dengan kejadian obesitas
pada mahasiswa di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Jurnal Nursing
News; 2017; Vol 2, No 3,
22. Sari, RI. Faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja usia 12-15 tahun di
Indonesia tahun 2007 (analisis data sekunder Riskesdas tahun 2007). Jakarta:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2012.
23. Diah. N I, Mustamin, Aswita A. Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Tingkat
Kecukupan Energi Dan Protein Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Makasar.
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1.2015.
24. Supariasa, IDN, Bakri B, Fajar I. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC. 2014.
21
Lampiran
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian kesbangpol
22
Lampiran 2. Surat perijinan penelitian di Nanggulan
23
Lampiran 3. Surat perijinan penelitian di Dusun Jetak
24
Peneliti
(……………………)
Lampiran 4. Kuesioner
FORMULIR PERSETUJUAN PENELITIAN
(Informend Consent)
Saya yang bernama Eunice Eilina Ramelan, mahasiswa Ilmu Gizi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana, dan saat ini sedang
melakukan penelitian untuk digunakan sebagai salah satu syarat menyelesaikan program
sarjana Ilmu Gizi. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola konsumsi makanan
masyarakat Desa Batur Kecamatan Getasan.
Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa
adanya dan juga kesediannya untuk diizinkan melakukan wawancara Food Recall 24 jam
yang akan dilakukan selama 3 hari. Jika Bapak/Ibu/Saudara bersedia, silahkan mendatangani
persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu/Saudara.
Setelah Bapak/Ibu/Saudara memahami penjelasan tersebut dengan penuh kesadaran
dan tanpa paksaan dari siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan kondisi:
a) Data yang diperoleh dari penelitian ini dijaga kerahasiaan dan hanya
dipergunakan untuk kepentingan ilmiah.
b) Bapak/Ibu/Saudara berhak memutuskan untuk keluar/tidak berpartisipasif lagi
dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan alasan apapun, Jika ada hal
yang kurang dipahami Bapak/Ibu/Saudara, dapat ditanyakan langsung kepada
penelitian.
Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara menjadi partisipasif dalam
penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.
Desa Getasan, …….. 2017
Responden
(……………………)
25
Lampiran 5. Kuesioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Nama Responden
Tanggal
I. Profil Responden
1 Umur
2 Tanggal Lahir
3 Alamat
4 Jenis Kelamin 1) Laki-laki
2) Perempuan
5 Pendidikan 1) Tidak Sekolah
2) Tamat SD
3) Tamat SMP
4) Tamat SMA/SMK
5) Tamat
D1/D2/Perguruan
Tinggi
6 Penghasilan Perbulan 1) 0-Rp 500.000
2) Rp 500.000- Rp
1.500.000
3) Rp 1.500.000 – Rp
3.000.000
4) Lebih dari Rp
3.000.000
7 Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah didiagnosis
menderita penyakit tidak menular
(DM,Hipertensi/Jantung) oleh tenaga kesehatan
1) Ya
2) Tidak
8 Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengkonsumsi Obat-
obat atau vitamin secara rutin
1) Ya
2) Tidak
26
II. Pola Makan (Recall 24 jam) Hari Ke:
Waktu Makan Nama
Makanan jenis
Banyak
URT Gram
Pagi
Snack Pagi
Siang
Snack Sore
Malam
27
III. Pola Makan (Recall 24 jam) Hari Ke:
Waktu Makan Nama
Makanan jenis
Banyak
URT Gram
Pagi
Snack Pagi
Siang
Snack Sore
Malam
28
IV. Pola Makan (Recall 24 jam) Hari Ke:
Waktu Makan Nama
Makanan jenis
Banyak
URT Gram
Pagi
Snack Pagi
Siang
Snack Sore
Malam
29
Lampiran 6. Foto penelitian