60
1 KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN KEANEKARAGAMAN KARANG LUNAK DI PULAU LAELAE, PULAU BONEBATANG DAN PULAU BADI SKRIPSI MUFTI AKBAR L111 08 300 JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

1

KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN

KEANEKARAGAMAN KARANG LUNAK DI PULAU LAELAE, PULAU

BONEBATANG DAN PULAU BADI

SKRIPSI

MUFTI AKBAR

L111 08 300

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

2

KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN

KEANEKARAGAMAN KARANG LUNAK DI PULAU LAELAE, PULAU

BONEBATANG DAN PULAU BADI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada

Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 3: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

3

ABSTRAK

MUFTI AKBAR. Kaitan Kondisi Oseanografi Dengan Kepadatan Dan

Keanekaragaman Karang Lunak Di Pulau Laelae, Pulau Bonebatang Dan Pulau

Badi. Dibimbing Oleh MUHAMMAD FARID SAMAWI dan ABDUL HARIS.

Terumbu karang merupakan ekosistem di perairan tropis yang kaya akan

biota-biota penyusunnya, dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Salah satu

biota penyusun terumbu karang adalah karang lunak (Octocorallia, Alcyionacea).

Untuk mengetahui kepadatan dan keanekaragaman karang lunak di tiap

pulau yaitu pulau laelae, pulau bonebatang dan pulau badi dengan dengan

mengambil titik perzona tiap pulau yaitu pada zona reef flat, reef crest dan reef

slope. Tiap zona memiliki satu transek sepanjang 50 meter. Hasil penelitian

meninjukkan bahwa kepadatan tertinggi berada di zona reef slope yaitu 1,3 m2,

sedangkan kepadatan pada zona reef crest 0,9 m2 dan kepadatan pada zona

reef flat 0,36 m2. indeks keanekaragaman tinggi berada di pulau Badi yaitu 2,45

dan pulau Bonebatang yaitu 2,40, sedangkan indeks keanekaragaman rendah

berada pada pulau lae-lae yaitu 1,97.

Bardasarkan hasil Principle Component Analysis (PCA) di atas, maka

dapat dilihat parameter penciri pada kelompok pertama yaitu yang berada pada

pulau Laelae dicirikan oleh salinitas dan suhu yang tinggi, sedangkan pada

kelompok kedua yaitu di pulau Badi dicirikan oleh pH dan kecerahan, sedangkan

pada kelompok tiga yang jadi penciri adalah kecepatan arus dan kekeruhan.

Kata Kunci : Kepadatan, Keanekaragaman, Karang Lunak.

Page 4: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

4

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Kaitan Kondisi Oseanografi Dengan Kepadatan Dan Keanekaragaman Karang Lunak Di Pulau Laelae, Pulau Bonebatang Dan Pulau Badi

Nama Mahasiswa : Mufti Akbar Nomor Pokok : L 111 08 300 Jurusan : Ilmu Kelautan

Skripsi Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama Dr.Ir. M. Farid Samawi, M.Si Nip. 196508101991031006

Pembimbing Anggota Dr.Ir. Abdul Haris. M.Si Nip. 196512091992021001

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Prof. Dr. Ir. A. Niartiningsih, MP Nip. 196112011987032002

Ketua Jurusan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Amir Hamzah Muhidin, M.Si Nip. 196311201993031002

Tanggal Lulus : 4 Maret 2013

Page 5: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

5

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata satu

(S1) pada Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Universitas Hasanuddin Makassar.

Penulisan skripsi ini tidak lain untuk memberikan informasi kepadatan dan

keanekaragaman karang lunak yang ada di Pulau Laelae, Pulau Bonebatang dan

Pulau Badi kepada seluruh pihak pembaca. Skripsi ini disusun sebagai realisasi

dari kegiatan penelitian pada tanggal 14 September 2012 yang berjudul “KAITAN

KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN KEANEKARAGAMAN

KARANG LUNAK DI PULAU LAELAE, PULAU BONEBATANG DAN PULAU

BADI”. Selama kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini banyak dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak sehinga skripsi ini bisa selesai. Tiada kata lain

yang mampu terucap dari lisan ini selain kata “terima kasih” yang sebesar-

besarnya sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan atas segala bentuk

bantuan, doa dan bimbingannya selama menjalani masa studi di kelautan.

Ucapan ini saya berikan kepada:

1. Kedua orang tua saya serta kakak adik saya yang selalu mendoakan dan

memberikan dukungan serta semangat kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ir. M. Farid Samawi, M. Si selaku pembimbing satu yang telah

membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

Page 6: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

6

3. Bapak Dr. Ir. Abdul Haris. M. Si selaku pembimbing dua yang telah

memberikan dan meluangkan waktunya untuk membimbing sehingga skripsi

ini selesai.

4. Teman-teman yang telah membantu dalam kegiatan penelitian terima kasih

atas segala bantuannya.

5. Kawan-kawan Keluarga Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin

khususnya warga MEZEIGHT atas dukungan, do‟a serta senda guraunya.

6. Semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Dengan segala keterbatasan, penulis manyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Semoga skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Makassar, 2013

Penulis,

Mufti Akbar

Page 7: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

7

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Juni 1990

di Dusun Gindi Kelurahan Jatiwangi, Kecamatan

Asakota Kota Bima. Penulis merupakan anak ke lima

dari enam bersudara dari pasangan Drs. Syarifuddin

dan Syamsidar. Penulis menyelesaikan pendidikan

Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2002 di SD 21 Gindi

Jatiwangi, Pada tahun 2005 Lulus Sekolah Madrasah Tsnawiyah Negeri (MTsN

Kota Bima), ditahun yang sama penulis masuk disalah satu Sekolah Menengah

Atas Negeri (SMAN) 1 Kota Bima dan lulus di tahun 2008. Ditahun yang sama

penulis diterima disalah satu perguruan tinggi di Makassar Universitas

Hasanuddin di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan pada Jurusan Ilmu

Kelautan melalui jalur Ujian Masuk Bersama atau dikenal dengan UMB.

Selama menjalani dunia kemasiswaan, penulis aktif diberbagai

organisasi. Diantaranya, Pengurus harian Himpunan Mahasiswa Ilmu dan

Teknologi Kelautan, Pengurus harian (Marine Science Diving Club), Pengurus

Mushalla Bahrul „Ulum kelautan.

Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Kulia Kerja Nyata-Profesi (KKN-

P) dan Praktek Kerja Mandiri di Pulau Kodingareng Lompo dengan Judul

“Kegiatan Inventarisasi Terumbu Karang dengan Menggunakan Metode Transek

Garis (Point Intercept Transek) Di Pulau Kodingareng Lompo Kecamatan Ujung

Tanah Kota Makassar”. Berkat doa dan bimbingan dari bapak/ibu dosen serta

kedua orang tua penulis dan semua pihak yang telah memberikan dukungan

serta semangat sehingga penulis berhasil menyelesaikan program sarjana (S1)

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar pada

bulan maret 2013.

Page 8: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

8

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... VII

DAFTAR ISI .................................................................................................. IX

DAFTAR TABEL ........................................................................................... XII

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... XIII

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... XIV

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2. Tujuan Dan Kegunaan ....................................................................... 2

1.3. Ruang Lingkup ................................................................................. 2

II. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 3

2.1. Sistematika Karang Lunak ............................................................ 3

2.1.1. Ekologi Karang Lunak ................................................................... 4

2.1.2. Reproduksi Karang Lunak ............................................................ 5

a. Aseksual……………………………………………………….. ..... 5

b. Seksual……………………………………………………….... ..... 6

2.1.3. Cara atau Kebiasaan Makan Karang Lunak .................................. 6

2.1.4. Pertumbuhan Karang Lunak ......................................................... 7

2.1.5. Aspek Ekologi Terkait Keanekaragaman dan Penyebaran Karang

Lunak ............................................................................................ 9

2.1.6. Faktor Pembatas Pertumbuhan Karang ........................................ 10

1. Arus……………………………………………………………. ...... 11

2. Salinitas………………………………………………………... ..... 11

3. Suhu……………………………………………………………. ..... 12

4. Kecerahan……………………………………………………... ..... 13

5. Kedalaman…………………………………………………….. ..... 14

6. pH………………………………………………………………. ..... 14

7. Substrat………………………………………………………... ..... 14

2.1.7. Morfologi Karang Lunak………………………………………….. ..... 15

III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 18

A. Waktu Dan Tempat .............................................................................. 18

Page 9: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

9

B. Alat Dan Bahan .................................................................................... 18

C. Persiapan ............................................................................................ 18

D. Penentuan Stasiun Pengamatan……………………………………. ....... 19

E. Pengukuran Faktor Fisik Kimia Perairan…………………………… ....... 20

a. Kecepatan arus .......................................................................... 20

b. Suhu .......................................................................................... 20

c. Derajat Keasaman (pH) Air ........................................................ 20

d. Salinitas ..................................................................................... 21

e. Kecerahan ................................................................................. 21

f. Kekeruhan ................................................................................. 21

F. Pengamatan Kepadatan dan Keanekaragaman Karang Lunak.. .......... 21

a. Kepadatan Karang Lunak…………………………………..…. ......... 22

b. Keanekaragaman Karang Lunak………………………………. ....... 22

G. Identifikasi Jenis Karang Lunak.................................................... ........ 23

H. Analisis Data ........................................................................................ 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 24

A. Parameter Oseanografi ..................................................................... 24

a. Arus ............................................................................................. 24

b. Salinitas....................................................................................... 26

c. Suhu ............................................................................................ 27

d. Kecerahan ................................................................................... 28

e. Kekeruhan ................................................................................... 30

f. Derajat Keasaman (pH) ............................................................... 31

B. Kepadatan dan Keanekaragaman Karang Lunak .............................. 32

1. Kepadatan Karang Lunak ............................................................ 32

2. Keanekaragaman Karang Lunak ................................................. 34

C. Identifikasi Jenis Karang Lunak ......................................................... 34

D. Hubungan Antara Kondisi Oseanografi dengan Kepadatan

dan Keanekaragaman Karang Lunak ................................................ 41

V. SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 44

A. Simpulan .............................................................................................. 44

B. Saran ................................................................................................... 44

Page 10: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 44

LAMPIRAN ................................................................................................... 47

Page 11: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

11

DARTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan Berdasarkan standar baku

mutu air laut .................................................................................. 24

Tabel 2. Identifikasi Jenis Karang Lunak ...................................................... 37

Page 12: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

12

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Penampang Vertikal Polip Karang Lunak .................................................. 16

2. Penampanh Vertikal Autozooid ................................................................. 16

3. Peta Lokasi Penelitian. ............................................................................. 8

4. Skema Line Intercept Transect (LIT) ......................................................... 22

5. Nilai Rata-Rata Kecepatan Arus ............................................................... 25

6. Nilai Rata-Rata Salinitas ........................................................................... 26

7. Nilai Rata-Rata Suhu Perairan……………………………………………… 28

8. Nilai Rata-Rata Kecerahan ....................................................................... 29

9. Nilai Rata-Rata Kekeruhan ....................................................................... 31

10. Nilai Rata-Rata pH .................................................................................. 32

11. Grafik kepadatan karang lunak ............................................................... 34

12. Grafik keanekaragaman karang lunak perpulau ...................................... 36

13. Grafik keanekaragaman perzona ............................................................ 37

14. Grafik hubungan faktor lingkungan terhadap kepadatan dan

keanekaragaman karang lunak pada pulau Lae-lae, pulau

Bonebatang dan pulau Badi ................................................................... 42

Page 13: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

13

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Terumbu karang merupakan suatu ekosistem unik perairan tropis dengan

tingkat kesuburan, keanekaragaman biota dan nilai estetika yang tinggi tetapi

termasuk salah satu yang paling peka terhadap perubahan kualitas lingkungan

(Burke et al., 2002; Dahuri, 2003).

Pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang dipengaruhi oleh

faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan,

cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor lingkungan yang berpengaruh

cukup besar terhadap pertumbuhan karang adalah cahaya, suhu, sedimentasi

dan aktivitas biologi. Diantara faktor-faktor lingkungan itu, suhu adalah faktor

lingkungan yang paling besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan organisme

laut termasuk karang (Nybakken, 1992).

Karang lunak termasuk dalam kelompok oktokoral (Octocorallia,

Alcyonacea), yaitu jenis karang yang memiliki delapan tentakel, hidup di laut,

ditemukan dari daerah tropis sampai ke daerah kutub. Kelompok ini juga

ditemukan di habitat muara sungai berlumpur di daerah pasang surut, sampai

ke perairan laut dalam. Hasil penelitian yang dilakukan di perairan dangkal

di beberapa kepulauan di Indonesia, Filippina dan Papua Nugini, tercatat

bahwa perairan ini merupakan perairan dengan kepadatan jenis oktokoral

tertinggi di dunia. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, beberapa

pakar telah giat melakukan penelitian tentang karang lunak. Penemuan-

penemuan baru di bidang farmasi sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia,

seperti ditemukannya senyawa kimia yang dapat digunakan untuk bahan obat-

obatan, zat antibiotik dan antitumor (Fabricus dan Alderslade, 2001).

Page 14: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

14

Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang kaitan kondisi oseanografi

dengan kepadatan dan keanekaragaman karang lunak di perairan pulau Laelae,

Bonebatang dan Badi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan kita tentang karang lunak dan dapat juga dijadikan sebagai

sumber informasi bagi pihak-pihak tertentu dalam pengelolaan sumberdaya

alam laut di daerah ini.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kepadatan dan

keanekaragaman karang lunak pada berbagai zona di perairan Pulau. Laelae, P.

Bonebatang dan P. Badi, dan kaitan dengan kondisi oseanografi. Kegunaan dari

penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dalam upaya pengelolaan

sumberdaya laut, khususnya karang lunak.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini yaitu mengukur parameter oseanografi

meliputi suhu, kecepatan arus, kecerahan, salinitas, kedalaman dan keasaman

perairan (pH). Kepadatan dan keanekaragaman karang lunak.di perairan Pulau

Laelae, P. Bonebatang dan P. Badi.

Page 15: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

15

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika Karang Lunak

Terumbu karang merupakan ekosistem di perairan tropis yang kaya akan

biota-biota penyusunnya, dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Salah satu

biota penyusun terumbu karang adalah karang lunak (Octocorallia, Alcyionacea).

Kelompok ini diwakili oleh suku Alcyoniidae yang merupakan kelompok karang

lunak yang tersebar luas di perairan Indo-Pasifik Barat dalam jumlah besar.

Anggota karang ini ditemukan di perairan laut dari katulistiwa sampai ke perairan

kutub, pada semua kedalaman dari daerah pasang surut (intertidal) sampai ke

perairan terdalam (Manuputty, 1996).

Karang lunak (Soft coral) bersama-sama dengan karang keras (Karang

Batu) termasuk dalam Kingdom Animalia, Filum Cnidaria, Kelas Anthozoa,

namun berbeda Subkelas dengan karang keras, yaitu Subkelas Octocoralia,

sedangkan karang keras masuk dalam Subkelas Hexacorallia (Daly, et al. 2007).

Karang lunak sering dikenal sebagai Alcyonaria, yang merupakan nama

penggolongan sub-kelas karang lunak (Alcyonaria atau Octocorallia). Tubuh

karang lunak disokong oleh sejumlah besar duri-duri yang kokoh, berukuran kecil

dan tersusun sedemikian rupa sehingga tubuh karang lunak lentur dan tidak

mudah putus. Belakangan ini karang lunak mendapat perhatian serius dari para

ahli biokimia karena karang lunak efektif menghasilkan senyawa bioaktif yang

diantaranya dapat digunakan untuk anti peradangan, anti bakteri dan anti jamur,

anti kanker (Sorokin, 1989 dalam Haris, 2001).

2.1.1. Ekologi Karang Lunak

Kelompok karang lunak juga tergantung pada kondisi lingkungan di

sekitar tempat tumbuhnya, terutama substrat dasar yang keras untuk perlekatan

Page 16: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

16

larva. Parameter lingkungan yang mempengaruhi adalah parameter fisika seperti

cahaya matahari, pergerakan air dan sedimentasi. Tingkat toleransi dan adaptasi

terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut berbeda pada masing-masing individu,

maupun jenis (Fabricius dan De‟ath, 2000 dalam Manuputty, 2008). Kebanyakan

jenis yang hidup di lingkungan yang sering berubah-ubah kondisi fisik

perairannya, hanya menempati area yang sempit (Fabricius & De‟ath, 1997

dalam Manuputty, 2008).

Karang lunak merupakan kelompok organisme yang tersebar luas dan

dari segi ekologi menunjukkan variasi yang cukup tinggi, sebaliknya dalam

kondisi tertentu, seperti kekeringan, sedimentasi yang tinggi, rendahnya salinitas,

biota tersebut kurang mampu bertoleransi terutama dalam waktu lama. Hanya

beberapa jenis yang bisa bertahan dalam kondisi-kondisi tersebut bila terjadinya

secara beraturan (periodik). Kelompok karang lunak ( Alcyonacea, Alcyoniina) di

perairan tropis Pasifik dapat bertahan terhadap kekeringan pada saat surut

terendah dan ini terjadi secara periodik, karena pengaruh pasang surut. Sudah

diketahui bahwa beberapa jenis juga dapat hidup di bawah garis surut terendah,

dan aman terhadap kekeringan, tetapi umumnya ditemukan di perairan yang

jernih dan dengan sedikit sedimentasi (Fabricius & De‟ath, 1997 dalam

Manuputty, 2008).

Koloni karang lunak umumnya memiliki warna-warna yang sangat indah.

Warna ini disebabkan oleh sejumlah Zooxanthellae yang hidup di dalam jaringan

tubuhnya, yang menghasilkan pigmen kuning, coklat, hijau dan sebagainya.

Zooxanthellae ini merupakan alga uniseluler yang bersifat mikroskopik, hidup

bersimbiosis pada jaringan polip karang sejak berbentuk telur atau larva yang

baru lahir. Polip menarik Zooxanthellae yang berenang bebas ke dalam rongga

mesentri lewat mulut, kemudian menginfeksinya (Manuputty 2002 dalam Fikri

2007).

Page 17: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

17

2.1.2. Reproduksi Karang Lunak

a. Aseksual

Pada umumnya karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual

dan seksual. Proses ini dapat ditempuh melalui runner formation, fragmentasi,

maupun pembentukan tunas. Reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak

melibatkan peleburan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Pada

reproduksi ini, polip/koloni karang membentuk polip/koloni baru melalui

pemisahan potongan-potongan tubuh atau rangka (Fabricius and Alderslade,

2001).

b. Seksual

Reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma

dan ovum (fertilisasi). Sifat reproduksi ini lebih kompleks karena selain terjadi

fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva, penempelan

baru kemudian pertumbuhan dan pematangan) (Manuputty, 1986). Larva yang

terbentuk memiliki silia atau bulu getar, kemudian berenang bebas atau

melayang sebagai plankton untuk kurun waktu beberapa hari sampai beberapa

minggu, hingga mendapat tempat perlekatan di substrat dasar yang keras untuk

selanjutnya berubah bentuk (metamorfosis) tumbuh menjadi polip muda

kemudian membentuk koloni baru (Manuputty, 2005).

2.1.3. Cara atau Kebiasaan makan Karang Lunak

Pada umumnya Octocorallia khususnya karang lunak, memiliki cara

makan yang bersifat Holosoik, yaitu menangkap organisme planktonik dalam

jumlah besar. Salah satu cara yang digunakan adalah menangkap mangsa

dengan menggunakan nematosit. Tentakel akan bergerak ketika berhasil

mendeteksi keberadaan makanan dan akan menginjeksi mangsa sampai mati

dengan racun yang terkandung dalam nematosit. Setelah mangsa tidak berdaya

maka mangsa tersebut dibawa masuk kedalam perut dan dicerna.

Page 18: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

18

Jenis-jenis yang mengandung banyak zooxanthella dalam jaringan

tubuhnya biasanya hanya mengandung sedikit nematosis, bahkan pada

beberapa karang lainya tidak ditemukan sama sekali. Melimpahnya nematosis

dan jaringan pencernaan yang berkembangbiak biasanya berhubungan dengan

zooxanthella. Sisa-sisa makanan akan dikeluarkan melalui mulut dengan

bantuan flagella septa (Bayer, 1956 dalam Manuputty 1986).

2.1.4. Pertumbuhan karang lunak

Semua organisme hidup mengalami tumbuh dan berkembang.

(Buddemeir 1978 dalam Suharsono 1984) pertumbuhan bagi karang dapat

diartikan sebagai perubahan massa per satuan waktu, perubahan volume per

satuan waktu, dan perubahan area permukaan per satuan waktu. Kecepatan

tumbuh karang lunak bervariasi dan tergantung dari jenis, tempat tumbuh dan

faktor lain yang berpengaruh. Secara global, terumbu karang tumbuh dan

berkembang optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 25-32 °C, dan

dapat mentoleransi suhu sampai dengan 36-40 °C. Efek dari perubahan suhu

pada karang dapat menyebabkan turunnya respon makan, mengurangi rata-rata

reproduksi, banyak mengeluarkan lendir, dan proses fotosintesis atau respirasi

berkurang (Haris, 2001).

Zooxanthellae merupakan algae uniselluler yang bersifat mikroskopik,

hidup dalam berbagai jaringan tubuh karang yang transparan dan menghasilkan

energi langsung dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Pada umumnya

zooxanthellae ditemukan dalam jumlah yang besar dalam setiap polip, hidup

bersimbiosis dengan karang lunak, memberikan warna pada polip, memberikan

90% energi dari hasil fotosintesis pada polip. Karang menyediakan tempat

berlindung bagi zooxanthellae, nutrisi dan pasokan karbon dioksida secara

konstan yang diperlukan untuk fotosintesis. Assosasi yang erat ini sangat efisien,

sehingga karang dapat bertahan hidup bahkan di perairan yang sangat miskin

Page 19: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

19

hara (Manuputty, 1998). Kekeruhan yang menjadi faktor penting merupakan

fungsi dari konsentrasi padatan tersuspensi dan bahan organik terlarut dalam

kolom air, semakin tinggi kandungan partikel akan menurunkan daya tembus

cahaya matahari, sehingga titik kompensasinya semakin rendah (Rachmawati,

2001).

Selain suhu faktor lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan karang

adalah kedalaman. Karang tidak dapat tumbuh atau berkembang di perairan

yang kedalamannya lebih dari 50-70 m. Kebanyakan karang hanya tumbuh

pada kedalaman sekitar 25 m atau kurang. Faktor berikutnya yang juga

berpengaruh penting terhadap pertumbuhan karang baik soft coral maupun hard

coral adalah cahaya. Cahaya adalah salah satu faktor yang paling berpengaruh

penting dalam membatasi pertumbuhan karang. Cahaya yang cukup harus

tersedia agar fotosintesis dapat terjadi sehingga dihasilkan zat yang diperlukan

untuk pertumbuhan karang. Faktor yang juga penting sebagai pembatas

pertumbuhan karang adalah salinitas. Biasanya organisme karang hanya dapat

bertahan pada salinitas air laut normal yaitu sekitar 32-35% (Nybakken 1992).

Nutrien (zat hara) yang berbentuk partikel atau terlarut di perairan terbuka

(oceanic) berasal dari berbagai sumber. Pada daerah pesisir, konsentrasi zat

makanan yang terlarut dalam air lebih tinggi daripada di perairan terbuka, hal ini

disebabkan karena adanya aliran sungai-sungai yang membawa nutrient

(Manuputty, 2008).

Zat hara nitrit, nitrat dan amonium merupakan salah satu mata rantai

yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup

organisme di laut. Plankton merupakan salah satu parameter biologi yang erat

hubungannya dengan kandungan zat hara. Tinggi rendahnya kepadatan plankton

tergantung kepada kandungan zat hara di perairan tersebut (Nybakken, 2000).

Page 20: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

20

2.1.5. Aspek Ekologi Terkait Keanekaragaman, Kepadatan dan Penyebaran Karang Lunak

Karang lunak dari Alcyonacea umumnya menyebar di kawasan Indo-

Pasifik. Menurut perkiraan, lebih dari 100 spesies karang lunak yang didapatkan

di Indo-Pasifik. Spesies-spesies ini banyak hidup pada daerah reef crest dan reef

slope, dan juga di komunitas perairan dalam. Anggota Octocorallia terdapat pada

seluruh lautan, dari daerah equator sampai pada kutub, pada seluruh kedalam,

intertidal sampai abisal, dan lebih melimpah pada perairan hangat dan dangkal di

daerah tropis. Karang lunak (Ordo Alcyonacea) dan gorgonian (Ordo

Gorgonacea) menyusun sebagian besar fauna terumbu dan dalam beberapa

areal, khususnya karang lunak, mendominasi pemandangan bawah laut (Bayer,

1956).

Di perairan Great Barrier Reef Australia, karang lunak merupakan hewan

yang penting sesudah karang batu. Kelimpahannya sampai 2000 m ke arah laut,

dalam bentuk kelompok yang tersebar merata dengan keanekaragaman jenis

yang tinggi. Keanekaragaman jenis karang lunak pada rataan terumbu umumnya

sangat rendah. Persentase tutupan yang terbesar dijumpai pada lereng terumbu

(Dinesen, 1983).

Faktor lingkungan yang sangat penting mempengaruhi penyebaran dan

kepadatan karang lunak adalah interaksi faktor biologi-fisik. Hewan ini sering

menyebar pada kedalaman dibawah surut terendah menghindari proses

pengeringan (Bayer, 1956). Pada perairan dangkal, aksi gelombang juga

merupakan faktor pembatas untuk karang lunak berkolonisasi, sedangkan pada

perairan dalam, ketersediaan cahaya merupakan faktor pembatas karang lunak

untuk berkolonisasi (Torch dan Tursch, 1982). Penyebaran dan zonasi

berdasarkan kedalaman pada jenis-jenis yang berbeda ditentukan oleh faktor-

faktor biotik dan abiotik. Selain itu, interaksi kompetitif dengan organisme karang

Page 21: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

21

lainnya jelas memegang peranan penting dalam menentukan penyebaran karang

lunak (Bayer, 1956).

Faktor lain yang mempengaruhi penyebaran karang lunak pada perairan

dangkal adalah tipe substrat. Variasi bentuk karang lunak, seperti koloni kecil

encrusting pada Cladiella dan Pachyclavuaria, koloni digitate lobe pada

Cespitularia atau koloni besar capitate pada Sarcophyton, semua memerlukan

tempat dan substrat yang stabil untuk pelekatannya. Karang lunak tersebut selalu

melimpah pada karang mati dan batuan dasar. Pada kecerahan perairan 13

meter dan dasar perairan berpasir, Sinularia dan Sarcophyton dapat ditemukan

pada kedalaman yang lebih besar. Substrat kelihatannya faktor yang sangat

penting menentukan penyebaran karang lunak ini. Koloni Dendronephthya dan

Umbellulifera sering ditemukan berasosiasi dengan substrat pasir yang diatasnya

mengandung potongan cangkang moluska. Karang lunak ini sering ditemukan

pada daerah yang berarus kuat yang mencegah sedimentasi pada permukaan

koloni (Fabricius & Alderslade, 2001).

2.1.6. Faktor Pembatas Pertumbuhan Karang

Semua organisme yang hidup di laut tidak akan terhindar dari pengaruh

fisik baik itu dari substrat maupun dari air laut itu sendiri. Demikian halnya

dengan oktokoral, tingkat toleransi dan adaptasi terhadap kondisi fisika

lingkungan, bervariasi antara masing-masing suku, marga bahkan jenis

(Fabricius & Alderslade, 2001). Beberapa parameter fisika yang mempengaruhi

pertumbuhan maupun kelangsungan hidup oktokoral, selanjutnya diuraikan

secara rinci di bawah ini.

1. Arus

Umumnya kelompok karang lunak melimpah di daerah yang memiliki arus

deras dan terlindung dari hempasan ombak. Kelompok hewan ini umumnya

cenderung konsisten pada perairan dengan kekuatan arus sedang, arahnya

Page 22: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

22

tidak menentu, atau arus yang dapat membuat biota ini menangkap makanan

secara maksimal. Fungsi arus adalah untuk membawa zat makanan ke tubuh

biota dan membersihkan koloni dari partikel-partikel pengganggu selain juga

dapat merangsang terjadinya fotosintesis pada hewan yang berasosiasi dengan

Zooxanthellae. Selain itu perairan yang berarus memungkinkan karang

memperoleh sumber air yang segar, memberi oksigen, menghalangi

pengendapan sedimen, sumber nutrien dan makanan (Nybakken, 1988 dan

Bikerland, 1997 dalam Sugiyanto 2004).

2. Salinitas

Salinitas suatu perairan mempengaruhi pertumbuhan karang lunak.

Salinitas optimum bagi pertumbuhan karang adalah sekitar 32-35‰. Pada

perairan bersalinitas rendah seperti di muara sungai jarang ditemukan terumbu

karang dan pada daerah bercurah hujan tinggi akan menyebabkan terumbu

karang mengalami gangguan, begitu juga pada perairan yang kadar garamnya

sangat tinggi (Nybakken, 1992).

Namun pengaruh salinitas terhadap kehidupan hewan karang sangat

bervariasi tergantung pada kondisi periairan laut setempat, bahkan sering kali

salinitas di bawah minimum dan di atas maksimum tersebut karang masih bisa

hidup, demikian pula dengan pengaruh salinitas pada tiap jenis terjadi variasi

(Supriharyono, 2000; 2007).

3. Suhu

Suhu merupakan faktor penting bagi kehidupan karang lunak.

Pertumbuhan karang lunak sangat dipengaruhi oleh suatu perairan sekitarnya.

Biasanya karang dapat tumbuh pada suhu 18-36 oC dan pertumbuhan optimum

terjadi diperairan dengan suhu rata-rata 26-28 oC (Birkeland, 1997 dalam

Nugroho 2008)

Page 23: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

23

Naiknya temperatur walaupun hanya satu atau dua derajat saja dapat

mempengaruhi konsentrasi zooxanthella di dalam jaringn karang. Bila kenaikan

temperatur terlalu tinggi, jaringan karang akan mengerut, dan zooxanthella akan

keluar ke air laut. Dengan demikian, pada jenis yang mengandung zooxanthella

tidak ada proses fotosintesis dan dalam waktu lama karang akan mati. Akibat

keluarnya zooxanthella, pigmen pada karang akan hilang dan koloni karang

menjadi berwarna putih. Proses ini dikenal dengan “bleaching”. Populasi karang

lunak menjadi berkurang pada waktu terjadi proses tersebut secara besar-

besaran pada tahun 1998, dan kesempatan untuk bertahan hidup pada waktu itu

bervariasi pada masing-masing jenis (Manuputty, 2008).

4. Kecerahan

Cahaya diperlukan dalam proses fotosintesis alga simbiotik zooxanthella

untuk memenuhi kebutuhan oksigen biota terumbu karang (Nybakken, 1992)

tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan kemampuan

karang untuk menghasilkan kalium karbonat akan berkurang pula (Harahap,

2004). Cahaya dapat membantu pertumbuhan jenis karang lunak yang

mengandung zooxanthella berdasarkan tingkat radiasi yang akan mempercepat

proses fotosintesis. Namun cahaya juga dapat menghambat pertumbuhan jenis-

jenis yang tidak mengandung zooxanthella, karena umumnya larva karang

cenderung mencari tempat gelap untuk melekatkan diri.

Batas kedalaman untuk pertumbuhan jenis-jenis karang lunak bertambah

sejalan dengan bertambahnya tingkat kecerahan suatu perairan (Fabricius &

De‟ath, 2000 dalam Manuputty,2008) Kisaran sebaran karang lunak bervariasi

berdasarkan kemampuan penetrasi cahaya matahari dan juga tergantung pada

kedalaman, kecerahan air dan derajat kemiringan dari lereng terumbu. Partikel

yang ada dalam air laut tidak hanya dapat membuat perairan keruh tapi juga

menghambat penetrasi cahaya matahari. Tingkat turbiditas yang tinggi ditemukan

Page 24: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

24

dirataan terumbu perairan dangkal yang dekat dengan pantai atau muara sungai,

dimana ombak dan arus dapat mengaduk-aduk sedimen dan lumpur dari dasar

perairan (Manuputty, 2008).

5. Kedalaman

Perumbuhan karang juga dapat dipengaruhi oleh faktor kedalaman.

Pengaruh kedalaman biasanya berhubungan dengan faktor lingkungan lain

seperticahaya, pergerakan air dan bahkan di beberapa tempat lainnya dengan

suhu danatau salinitas (Supriharyono, 2000 dalam Sugiyanto, 2004).

Pertumbuhan karang yang dipengaruhi kedalaman tergantung juga pada spesies

dan faktor lingkungan lainnya. Semakin dalam laju pertumbuhan semakin turun.

Pertumbuhan optimum karang pada umumnya terjadi pada kedalaman di

bawah permukaan, hal ini kemungkinan berkaitan dengan cahaya dan

zooxanthella di jaringannya (Supriharyono, 2000).

6. pH

Skala pH menunjukkan perbandingan konsentrasi antara ion H+ dan OH-

Sistem kerbondioksida-asam askorbat-bikarbonat berfungsi sebagai buffer yang

dapat mempertahankan pH air laut dalam suatu kisaran yang sempit

(Nybakken1988 dalam Sugiyanto, 2004). Menurut Tomascik dkk (1997) dalam

Harahap (2004) dan Sugiyanto (2004), habitat yang cocok bagi pertumbuhan

terumbu karang yaitu habitat yang memiliki kisaran pH 8,2 – 8,5.

7. Substrat

Substrat yang keras dan bersih dari lumpur diperlukan untuk perlekatan

larva karang (planula) yang akan membentuk koloni baru. Substrat keras ini

berupa benda padat yang ada di dasar laut, misalnya batu, cangkang mollusca,

potongan kayu bahkan besi yang terbenam, namun setiap jenis karang tertentu

juga memiliki daya tahan yang berbeda pada benda tersebut. Karang mati yang

Page 25: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

25

tenggelam di dasar laut juga dapat ditumbuhi berbagai jenis hewan karang

(Tomascik, et al, 1997).

2.1.7. Morfologi Karang Lunak

Karang lunak (Octocorallia, Alcyonacea) memiliki struktur yang lunak

tetapi lentur, mempunyai tangkai yang melekat pada substrat yang keras

terutama karang mati. Bagian atas tangkai disebut kapitulum, bentuknya

bervariasi antara lain seperti jamur, bentuk lobus atau bercabang-cabang.

Kapitulum mengandung polip sehingga disebut bagian fertil sedangkan

tangkainya mengandung spikula yaitu duri-duri kecil dari karbonat kalsium yang

padat dan keras yang berfungsi sebagai penyokong seluruh bagian tubuh karang

lunak mulai dari bagian basal tempat melekat sampai ke ujung tentakel

(Manuputty, 2002).

Polip pada karang lunak dapat dibagi menjadi dua yang berdasarkan

kesuburannya, yaitu polip autozooid (polip fertil/subur) dan siphonozooid (polip

steril). Polip autozooid sendiri terdiri dari tiga bagian besar yaitu antokodia, kaliks

dan antostela (Gambar 1).

Page 26: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

26

Gambar 1. Penampang Vertikal polip karang lunak (Bayer, 1956)

Antokodia merupakan bagian yang terdapat di permukaan polip dan

bersifat retraktil, yaitu dapat ditarik masuk kedalam jaringan tubuh. Apabila

antokodia ditarik kedalam, maka yang nampak dari atas adalah pori-pori kecil

seperti bintang. Bangunan luar dari pori-pori inilah yang disebut kaliks (Gambar

2).

Gambar 2. Penampang vertikal autozooid (Fabricius dan Alderslade, 2001)

Page 27: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

27

Walaupun penyusun tubuh karang lunak dan karang keras sama berupa

kerangka kapur, tubuh karang lunak lebih lunak dan kenyal. Hal ini disebabkan

karena karang lunak tidak memiliki kerangka kapur luar yang keras seperti

halnya karang batu. Sebagai gantinya, karang lunak ditunjang oleh tangkai

berupa jaringan berdaging yang diperkuat oleh suatu matriks dari suatu partikel

kapur yang disebut dengan sklerit (Allen dan Steene, 1994 dalam Sandy, 2000).

Kerangka kapur yang seperti itu disebut dengan endoskeleton yang membuat

karang lunak akan membusuk jika mati. Untuk memastikan bahwa spesimen

tersebut adalah karang lunak yaitu dengan melihat tentakelnya yang selalu

berjumlah delapan dan berduri. Oleh karena itu, karang lunak dikenal dengan

sebutan “octocoral”.

Kerangka kapur yang menyusun tubuh karang lunak terdiri dari

kandungan kalsium karbonat yang padat dan keras. Kerangka tersebut disebut

dengan spikula yang berfungsi sebagai penyokong seluruh bagian tubuh karang

lunak mulai dari bagian basal tempat melekat sampai ke ujung tentakel.

Umumnya spikula pada bagian basal tentakel dan pada dinding tubuh di antara

septa tersebar kurang merata. Dibagian bawah antokodia, sebaran spikula

merata dan tersusun dalam jumlah besar sehingga memberi kesan lebih kokoh

dan tidak lentur. Susunan, bentuk dan ukuran, bahkan warna spikula sangat

penting untuk mengidentifikasi jenis (Manuputty, 2002).

Page 28: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

28

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai bulan

November 2012 di di perairan Pulau Laelae, Pulau Bonebatang dan Pulau Badi.

Kepulauan Spermonde (Gambar 3). Sedangkan untuk analisis sampel dilakukan

di Laboratorium Oseanografi Kimia, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan, Universitas Hassanuddin.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu : perahu motor,

digunakan untuk transportasi di lapangan; GPS (Global Positioning System)

untuk penentuan koordinat lokasi penelitian; alat selam dasar atau SCUBA untuk

pengambilan sampel karang lunak; Alat tulis dibawah air (underwaterpaper)

untuk mencatat data saat pengamatan; Kamera Underwater untuk dokumentasi

penelitian; kantong sampel digunakan sebagai tempat menyimpan sampel

karang lunak; Water quality checker digunakan untuk pengukuran, salinitas, pH

dan suhu perairan, layang-layang arus, stop watch dan kompas digunakan untuk

menentuakan arah dan kecepatan arus; meteran 50 m untuk mengukur

kepadatan dan komposisi jenis karang lunak. Untuk selanjutnya dianalisis di

laboratorium.

C. Persiapan

Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi literatur,

kunsultasi dan observasi awal, dimana kegiatan ini dimaksudkan sebagai

penajaman fokus dari penelitian yang akan dilaksanakan dan untuk penguatan

kerangka teoritis, perumusan masalah, serta penyusunan metodologi penelitian.

Page 29: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

29

D. Penentuan Stasiun Pengamatan

Stasiun pengamatan di tentukan berdasarkan jarak pulau dengan daratan

utama (P. Sulawesi). Stasiun penelitian tersebut adalah Pulau Laelae, Pulau

Bonebatang dan Pulau Badi (Gambar 3). Jarak tersebut akan mempengaruhi

kondisi oseanografi, kepadatan dan keanekaragaman karang lunak. Pada tiap

stasiun dilakukan tiga kali ulangan.

Gambar 3. Peta Lokasi penenlitian

E. Pengukuran Faktor Fisik Kimia Perairan

Parameter oseanografi yang diukur meliputi :

a. Kecepatan arus

Arus dan kecepatan arus ditentukan dengan menggunakan kompas,

stopwatch, dan layang-layang arus. Secara teknis alat ini dilepaskan diperairan

dan dibiarkan hanyut hingga tali meregang. Kecepatan arus dihitung dengan

membandingkan antara panjang tali dan waktu yang dibutuhkan tali untuk

MUFTI AKBAR

L11108300

Page 30: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

30

meregang. Selisih waktu pada saat pelepasan alat dan pada saat tali dilepas

dihitung dengan menggunakan stopwatch. Arah arus ditentukan dengan

menggunakan kompas yang diarahkan setelah tali tegang. Untuk menghitung

kecepatan arus yang diukur di lapangan menggunakan persamaaan :

V = s / t

Keterangan : V = kecepatan arus (m/s)

s = panjang tali

t = waktu pengamatan

b. Suhu air

Pengukuran suhu perairan dilakukan dilokasi pengambilan sampel

dengan menggunakan alat water quality checker.

c. Derajat keasaman (pH) air

Pengukuran derajat keasaman (pH) air dilakukan di lapangan dengan

menggunakan alat water quality checker.

d. Salinitas

Pengukuran kadar garam (salinitas) perairan dilakukan dilokasi

pengambilan sampel dengan menggunakan alat water quality checker.

e. Kecerahan

Pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan secchi disk yang

diikat dengan tali kemudian diturunkan perlahan-lahan ke dalam perairan hingga

tidak terlihat. Sebelumnya diukur kedalaman sebenarnya pada lokasi

pengamatan. Kedalaman sebenarnya dibagi kedalaman pada saat secchi disk

mulai terlihat ketika ditarik kembali dikali 100% merupakan tingkat kecerahan

perairan. Selanjutnya dicatat posisi stasiun pengamatan.

Analisis data :

KP (%) = %100sebenarnyakedalaman

kembaliditarik ketika terlihatmulai secchidiskkedalaman x

Page 31: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

31

F. Pengamatan Kepadatan dan Keanekaragaman Karang Lunak

Untuk mengetahui kepadatan dan keanekaragaman karang lunak yaitu

dengan menggunakan Metode Transak Garis (Line Intercept Transect/LIT)

(English et al., 1997). Pengamatan dilakukan pada tiga sisi, dan setiap sisi terdiri

dari tiga zona yaitu zona reef flat, reef crest, reef slope.

1. Reef flat, merupakan daerah paparan terumbu yang rentan terhadap surut,

kedalaman dangkal sekitar 1-2 meter.

2. Reef crest, merupakan daerah tubir dimana sebagian besar bentuk

pertumbuhan karang dapat ditemui. Biasanya jenis karang adalah yang

dapat bertahan terhadap hempasan gelombang dari laut lepas. Selain itu,

jenis-jenis biota laut terutama ikan cukup melimpah di daerah ini.

Kedalaman berkisar 3-5 meter.

3. Reef slope, merupakan daerah lereng yang landai atau curam, dengan luas

permukaan substrat yang lebih lapang sehingga memungkinkan jenis bentik

banyak mendominasi selain karang. Kedalaman sekitar 6-10 meter.

Tiap zona memiliki satu transek sepanjang 50 meter. Pemasangan

transek dipasang sejajar dengan garis pantai dan mengikuti kontur. Metode ini

mempunyai beberapa kelebihan antara lain, akurasi data dapat diperoleh dengan

baik, kualitas data lebih baik dan lebih banyak, penyajian struktur komunitas

seperti perentase penutupan karang hidup ataupun karang mati, ukuran koloni

dan keanekaragaman jenis dapat disajikan secara lebih menyeluruh serta dapat

menyajikan secara baik data struktur komunitas bio ta yang bersimbiosis dengan

terumbu karang. Nilai penutupan dasar yang didata adalah nilai akhir pada garis

transek yang merupakan akhir dari suatu kriteria yang ditinjau dari transek 0-50

meter. Karang lunak dicatat jumlah individunya sepanjang garis transek.

Page 32: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

32

Gambar 4. Skema Line Intercept Transect (LIT)

G. Identifikasi Jenis Karang lunak

Identifikasi jenis karang lunak didasarkan pada foto yang di ambil di dasar

laut atau identifikasi habitat yang dicocokkan dengan buku identifikasi karang

lunak berdasarkan sumber yang ditulis oleh Haris (2012) dan Manuputty (2002).

a. Kepadatan

Untuk menghitung kepadatan karang lunak dihitung dengan

menggunakan rumus (Brower and Zar, 1990) :

Keterangan :

Ki = Kepadatan individu setiap genus karang lunak (ind/m2)

ni = Jumlah individu setiap genus karang lunak

A = Luasan transek (100 m2)

b. Keanekaragaman karang lunak

Indeks Keanekaragaman, dihitung dengan mengunakan rumus

(Odum, 1971) :

Keterangan :

H‟ = Indeks Keanekaragaman

ni = Jumlah individu jenis

N = Jumlah Individu keseluruhan

N

ni

N

niH ln'

Page 33: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

33

H. Analisis Data

Hasil penelitian komposisi jenis disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.

Untuk mengetahui perbedaan kepadatan dan keanekaragaman karang lunak di

tiga stasiun berbeda dilakukan uji Analysis of varians (ANOVA), apabila terdapat

perbedaan dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 95%. Untuk

mengetahui kaitan faktor oseanografi dengan kepadatan dan keanekaragaman

karang lunak di tiga stasiun berbeda dilakukan Uji Principle Component Analysis

(PCA).

Page 34: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Parameter Oseanografi

Pengukuran parameter fisika dan kimia oseanografi yang dilakukan di

lapangan dan di laboratorium secara rinci disajikan pada tabel 1. Parameter

oseanografi yang diukur menunjukkan nilai dengan kisaran yang tidak terlalu jauh

berbeda di perairan Pulau Laelae, Pulau Bonebatang dan Pulau Badi.

Tabel 1. Hasil pengukuran parameter lingkungan berdasarkan standar baku mutu

air laut untuk biota laut (rata-rata±SD)

No. Parameter ligkungan

Satuan Pulau Laelae Pulau

Bonebatang Pulau Badi

1 Arus m/s 0,115±0,03 0,075±0,03 0,092±0,02

2 Salinitas ‰ 34,2±0,58 33,7±0,58 34,3±1,53

3 Suhu oC 29±0,00 28,6±0,30 28,2±0,21

4 Kecerahan % 93,3±11,55 100±0,00 100±0,00

5 Kekeruhan NTU 1,51±0,15 0,22±0,14 0,38±0,24

6 pH - 7,16±0,05 7,15±0,01 7,2±0,01

*Keputusan Menteri Lingkungan hidup, (2004).

1. Arus

Nilai rata-rata kecepatan arus yang didapatkan pada lokasi penelitian di

perairan Pulau Laelae yaitu 0,115±0,03m/s, Pulau Bonebatang 0,075±0,03m/s

dan Pulau Badi 0,092±0,02m/s (rata-rata±SDEV) (Tabel 1). Adanya perbedaan

kecepatan arus di tiga pulau yaitu pulau Laelae, pulau Bonebatang dan pulau

Badi disebabkan karena letak geografis pulau itu sendiri. Hal tersebut

dikarenakan lokasi Pulau Laelae yang sangat dekat dengan daratan utama Pulau

Sulawesi dan banyaknya aktifitas perkotaan di sekitar Pulau Laelae. Demikian

pula pada pulau Bonebatang yang dimana pulau tersebut tidak berpenghuni,

sehingga pengaruh oseanografi terhadap karang lunak sangatlah baik untuk

kehidupan karang lunak, dibandingkan dengan pulau Laelae. Sedangkan pulau

Badi sangat jauh dari daratan utama dan kurangnya aktifitas manusia sehingga

Page 35: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

35

pengaruh oseanografi terhadap karang lunak sangatlah baik untuk kehidupan

karang.

Gambar 5. Nilai rata-rata kecepatan arus di lokasi penelitian.

Nilai rata-rata kecepatan arus tertinggi adalah Pulau Laelae kemudian

Pulau Badi dan yang terendah adalah Pulau Bonebatang. Fungsi arus adalah

untuk membawa zat makanan ke tubuh biota dan membersihkan koloni dari

partikel-partikel pengganggu selain juga dapat merangsang terjadinya

fotosintesis pada hewan yang berasosiasi dengan zooxanthellae (Manuputty,

2008).

2. Salinitas

Nilai rata-rata salinitas perairan yang didapatkan di perairan Pulau

Laelae, Pulau Bonebatang dan Pulau Badi relatif sama yaitu sebesar

34,2±0,58‰, 33,7±0,58‰ dan 34,3±1,53‰. Nilai rata-rata salinitas pada Pulau

Laelae, Pulau Bonebatang dan Pulau Badi masih sesuai dengan standar baku air

laut untuk biota laut yaitu sebesar 33-34 ‰ (Tabel 1).

0.115

0.075

0.092

0.000

0.020

0.040

0.060

0.080

0.100

0.120

0.140

0.160

Laelae Bonebatang Badi

Kec

epat

an A

rus

(m/d

et)

Stasiun

Page 36: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

36

Gambar 6. Nilai rata-rata salinitas di lokasi penelitian

Salinitas perairan Pulau Laelae dan Pulau Badi memiliki nilai rata-rata yang

homogen yaitu sebesar 34,3‰, sementara nilai rata-rata salinitas pada perairan

Pulau Bonebatang sebesar 33,7‰. Kadar salinitas tidak menunjukkan nilai yang

berbeda jauh antar pulau penelitian.

Adanya perbedaan salinitas di tiga pulau yaitu pulau Laelae, pulau

Bonebatang dan pulau Badi disebabkan karena letak geografis pulau itu sendiri.

Dimana pulau Laelae yang sangat dekat dengan daratan utama sehingga

adanya aktifitas-aktifitas dermaga dan limbah yang tercemar. Demikian pula

pada pulau Bonebatang yang dimana pulau tersebut tidak berpenghuni, sehingga

pengaruh oseanografi terhadap karang lunak sangatlah baik untuk kehidupan

karang lunak dibandingkan dengan pulau Laelae. Sedangkan pulau Badi sangat

jauh dari daratan utama dan kurangnya aktifitas manusia sehingga pengaruh

oseanografi terhadap karang lunak sangatlah baik untuk kehidupan karang lunak.

Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas

normal 30-35 ‰. Umumnya terumbu karang tidak berkembang di perairan laut

yang mendapat limpasan air tawar teratur dari sungai besar, karena dapat

menurunkan salinitas (Rachmawati, 2001).

34.3 33.7 34.3

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Laelae Bonebatang Badi

Sal

init

as (

pp

t)

Stasiun

Page 37: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

37

3. Suhu

Nilai rata-rata suhu perairan yang didapatkan di lokasi penelitian

menunjukkan nilai yg homogen, dimana perairan Pulau Lae-lae sebesar 29±0,00

oC, Pulau Bonebatang 28,6±0,30 oC dan Pulau Badi 28,2±0,21 oC, nilai rata-rata

untuk ketiga pulau penenlitian masih sesuai standar mutu baku air laut untuk

biota laut sebesar 28-30 oC (Tabel 1).

Adanya perbedaan suhu di tiga pulau yaitu pulau Laelae, pulau

Bonebatang dan pulau Badi disebabkan karena letak geografis pulau itu sendiri.

Dimana pulau Laelae yang sangat dekat dengan daratan utama sehingga

adanya aktifitas-aktifitas dermaga dan limbah yang tercemar. Demikian pula

pada pulau Bonebatang yang dimana pulau tersebut tidak berpenghuni, sehingga

pengaruh oseanografi terhadap karang lunak sangatlah baik untuk kehidupan

karang lunak dibandingkan dengan pulau Laelae. Sedangkan pulau Badi sangat

jauh dari daratan utama dan kurangnya aktifitas manusia sehingga pengaruh

oseanografi terhadap karang lunak sangatlah baik untuk kehidupan karang lunak.

Gambar 7. Nilai rata-rata suhu perairan di lokasi penelitian

Menurut Wells (1954) dalam Supriharyono (2000) suhu yang baik adalah

berkisar antara 25-29o C. Sedangkan batas minimum dan maksimum suhu

29 28.6 28.2

16

18

20

22

24

26

28

30

32

34

36

Laelae Bonebatang Badi

Suh

uC

Stasiun

Page 38: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

38

berkisar antara 16-17o C dan sekitar 36oC (Kinsman, 1964 dalam Supriharyono,

2007).

Birkeland (1997) menyatakan bahwa karang dapat tumbuh optimum pada

kisaran suhu 26-28 oC. Suhu mempengaruhi kecepatan metabolisme, reproduksi

dan pembentukan morfologi luar dari karang (Sorokin, 1989).

4. Kecerahan

Nilai rata-rata kecerahan perairan yang didapatkan pada Pulau Laelae

sebesar 93,3±11,55%, Pulau Bonebatang 100±0,00% dan Pulau Badi

100±0,00% (Tabel 1).

Gambar 8. Nilai rata-rata kecerahan lokasi penelitian

Pulau Bonebatang dan Pulau Badi memiliki nilai rata-rata kecerahan

100% pada kedalam 3-5 meter. Sedangkan Pulau Laelae pada kedalaman 3-5

yang memiliki rata-rata nilai kecerahan dibawah 100%. Cahaya diperlukan dalam

proses fotosintesis alga simbiotik zooxanthella untuk memenuhi kebutuhan

oksigen biota terumbu karang (Nybakken, 1992). Tanpa cahaya yang cukup, laju

fotosintesis akan berkurang dan kemampuan karang untuk menghasilkan kalium

karbonat akan berkurang pula (Harahap, 2004).

93.3 100 100

0

20

40

60

80

100

120

Laelae Bonebatang Badi

Ke

cera

han

m

Stasiun

Nilai Kecerahan pada lokasi penelitian

Page 39: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

39

Adanya perbedaan kecerahan di tiga pulau yaitu pulau Laelae, pulau

Bonebatang dan pulau Badi disebabkan karena letak geografis pulau itu sendiri.

Dimana pulau Laelae yang sangat dekat dengan daratan utama sehingga

adanya aktifitas-aktifitas dermaga dan limbah yang tercemar. Demikian pula

pada pulau Bonebatang yang dimana pulau tersebut tidak berpenghuni, sehingga

pengaruh oseanografi terhadap karang lunak sangatlah baik untuk kehidupan

karang lunak dibandingkan dengan pulau Laelae. Sedangkan pulau Badi sangat

jauh dari daratan utama dan kurangnya aktifitas manusia sehingga pengaruh

oseanografi terhadap karang lunak sangatlah baik untuk kehidupan karang lunak.

Sementara menurut Nybakken (1988) mengatakan bahwa, cahaya

merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses fotosintesis.

Tanpa cahaya yang cukup laju fotosintesis akan berkurang. Tingkat kompensasi

untuk karang nampaknya merupakan kedalaman, dimana intensitas cahaya

kurang sampai 15-20% dari intensitas permukaan. Kondisi ini menunjukkan

ketersediaan intensitas cahaya matahari cukup besar sehingga fotosintesis yang

dilakukan oleh zooxanthellae dapat berlangsung secara optimal yang secara

langsung mendukung pertumbuhan karang.

5. Kekeruhan

Nilai rata-rata kekeruhan yang didapatkan pada perairan Pulau Laelae

sebesar 1,51±0,15 NTU, Pulau Bonebatang 0,22±0,14 NTU dan Pulau Badi

0,38±0,24 NTU, nilai rata-rata kekeruhan perairan Pulau Laelae 1,151 NTU, nilai

tersebut menunjukkan bahwa perairan Pulau Laelae memiliki kekeruhan sangat

tinggi dibandingkan dengan Pulau Bonebatang 0,22 NTU dan Pulau Badi 0,38

NTU yang relatif sama namun nilai rata-rata yang didapatkan masih sesuai

dengan standar baku mutu air laut untuk biota laut yaitu <5 NTU (Tabel 1).

Page 40: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

40

Gambar 9. Nilai Rata-Rata Kekeruhan di Lokasi Penelitian

Hal tersebut dikarenakan lokasi Pulau Laelae yang sangat dekat dengan

daratan utama Pulau Sulawesi dan banyaknya aktifitas perkotaan di sekitar

Pulau Laelae.

Peningkatan kekeruhan disebabkan oleh sedimen dan dapat menghalangi

penetrasi cahaya yang masuk ke dasar perairan sehingga dapat mengganggu

kehidupan spesies-spesies karang yang kehidupannya sangat bergantung

terhadap penetrasi cahaya (Salvat 1987).

6. Derajat Keasaman (pH)

Nilai rata-rata pengukuran pH yang didapatkan pada masing-masing lokasi

penelitian, Pulau Laelae sebesar 7,16±0,05, Pulau Bonebatang 7,15±0,01 dan

Pulau Badi 7,2±0,01, perairan Pulau Badi yang memiliki nilai rata-rata pH

tertinggi, dibandingkan dengan perairan Pulau Bonebatang dan Pulau Laelae

memiliki nilai rata-rata yang homogen. Nilai tersebut masih sesuai dengan

standar baku mutu air laut untuk biota laut (Tabel 1) dan menunjukkan kondisi pH

pada lokasi penelitian masuk dalam kondisi perairan basah, karena menurut

Sanusi (2005) pH air laut bersifat basa antara 7,50-8,30 yang dikarenakan

mengandung ion-ion monovalen.

1.51

0.22

0.38

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

Laelae Bonebatang Badi

Ke

keru

han

(N

TU)

Stasiun

Page 41: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

41

Adanya perbedaan pH di tiga pulau yaitu pulau Laelae, pulau Bonebatang

dan pulau Badi disebabkan karena letak geografis pulau Laelae yang sangat

dekat dengan daratan utama Pulau Sulawesi dan banyaknya aktifitas perkotaan

di sekitar Pulau Laelae. Demikian pula pada pulau Bonebatang yang dimana

pulau tersebut tidak berpenghuni, sehingga pengaruh oseanografi terhadap

karang lunak sangatlah baik untuk kehidupan karang lunak dibandingkan dengan

pulau Laelae. Sedangkan pulau Badi sangat jauh dari daratan utama dan

kurangnya aktifitas manusia sehingga pengaruh oseanografi terhadap karang

lunak sangatlah baik untuk kehidupan karang lunak.

Gambar 10. Nilai rata-rata pH lokasi penelitian

Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat

antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat

basa, akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi

(Odum, 1994).

7.16 7.15 7.2

6

6.2

6.4

6.6

6.8

7

7.2

7.4

Laelae Bonebatang Badi

pH

Air

Lau

t

Stasiun

Page 42: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

42

B. Jenis dan Distribusi Karang Lunak

Umumnya di lapangan satu koloni karang lunak baik itu tingkatan

klasifikasinya marga atau jenis, dianggap satu individu, dan biasanya satu koloni

hanya terdiri dari satu jenis atau marga saja. Koloni Alcyonacea umumnya lunak,

lentur, membentuk stolon, berbentuk lembaran, merambat (encrusting) atau

tumbuh tegak lurus, dan atau bercabang-cabang seperti pohon. Sklerit atau

spikula yang berfungsi sebagai kerangka dalam terdapat di sepanjang tubuh

dimulai dari bagian basal sampai ke tentakel. Beberapa marga memiliki polip

dimorfik yaitu memiliki autosoid dan sifonosoid, dan ada yang hanya memiliki

autosoid saja (monomorfik). Selanjutnya masing-masing koloni akan diuraikan

secara rinci (Manuputty, 2002).

Tabel 2. Identifikasi Jenis Karang Lunak

Kelas Famili Genus

Anthozoa

Nephtheidae

Nephthea

Dendronephthya

Leptophyton

Stereonephthya

Lemnalia

Capnella

Scleronephthya

Umbellulifera

Alcyoniidae

Lobophytum

Sinularia

Cladiella

Sarcophyton

Dampia

Xeniidae Xenia

Heteroxenia

Acanthogorgiidae Anthogorgia

1. Nephthea Audouin, 1862 (Macfadyen, 1936; Bayer, 1956; Verseveldt, 1977).

Koloni berbentuk pohon atau semak (arboresen), lunak dan dinding

koloni berbentuk kanal-kanal yang tersusun memanjang, tipis dan gampang

Page 43: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

43

sobek, bertangkai dengan kapitulum lobata atau glomerata. Polip non retraktil,

tersusun berkelompok pada ujung lobus, mengandung spikula yang tersusun rapi

berfungsi sebagai penyokong tubuh. Tangkai berwarna abu-abu sampai putih,

lobus krem, abu-abu atau coklat. Ditemukan dari rataan terumbu sampai ke

kedalaman 10 meter.

2. Dendronephthya Kukenthal, 1905 (Macfadyen, 1936; Bayer, 1956; Verseveldt, 1977)

Marga ini merupakan merga yang terkenal karena keindahan warna,

dan bentuk koloninya. Koloni arboresen, percabangan divarikata, glomerata, atau

umbellata. Tangkai transparan disokong oleh dengan deretan spikula yang

tersusun rapi dan nampak jelas sampai ke lobus. Polip non retraktil terdapat di

ujung cabang dengan spikula yang berwarna-warni, pada masing-masing jenis

mempunyai warna tersendiri sehingga memberikan kesan indah. Warna koloni

merah, kuning, orange, ungu tua, ungu muda dan putih. Umumnya ditemukan di

tempat yang agak dalam di kedalaman di bawah 10 meter dan terlindung di balik

bongkahan karang.

3. Lemnalia Gray, 1868 (Bayer, 1956)

Koloni arboresen, polip non-retraktil yang tersusun hanya pada ranting

(cabang tersier). Bagian tangkai lebih keras dari Nephthea atau Dendronephthya

dengan dinding yang lebih tebal. Percabangannya teratur, digitata dengan

tangkai yang panjang, agak kaku dan ramping. Warna tangkai biasanya lebih

muda dari kapitulum berwarna krem atau abu-abu. Marga ini umumnya dijumpai

pada kedalaman di bawah 7 meter.

4. Capnella Gray, 1869 (Bayer, 1956)

Koloni kecil, arboresen sampai lobata. Kapitulum umbellata dan memiliki

lobus yang tersusun rapat oleh polip yang disokong oleh sklerit yang kecil-kecil

Page 44: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

44

dan bila dipegang terasa kasar. Kapitulum berwarna abu-abu, tangkai berwarna

abu-abu muda. Ditemukan pada kedalaman yang sama dengan Nephthea.

5. Lobophytum von Marenzeller, 1886 (Verseveldt, 1982)

Koloni besar dan merambat (encrusting). Kapitulum lebar, permukaan

atas dapat lobata yaitu berbentuk jari (digitata) atau juga mempunyai pematang-

pematang, letaknya tegak lurus permukaan kapitulum. Polip dimorfik dan retakril.

Warna koloni kuning atau kuning kehijauan yang merupakan perbedaan yang

kontras dengan jenis Alcyonaea lainnya, atau krem. Ditemukan dari rataan

terumbu sampai ke kedalaman 7 meter.

6. Sinularia May, 1898 (Verseveldt, 1980)

Koloni bertangkai atau merambat (encrusting). Kapitulum lebar, lobata

pada yang merambat, yang bertangkai digitata, aboresen atau glomerata. Polip

monomorfik yaitu tidak memiliki sifonosoid, dan retraktil. Beberapa jenis hanya

ditemukan pada kedalaman tertentu saja (15-20 meter). 30 Tangkai berwarna

senada dengan kapitulum, kecuali Sinularia flexibilis tangkainya berwarna putih,

kapitulum lentur dan berwarna krem. Warna koloni krem, coklat muda atau abu-

abu. Ditemukan dari rataan terumbu sampai ke kedalaman 20 meter. Anggota

dari marga Sinularia sangat banyak sehingga untuk membedakan jenis yang

satu dengan lainnya tidak cukup hanya dengan ciri-ciri morfologinya saja. Untuk

itu harus dibedakan dari bentuk sklerit atau spikulanya.

7. Cladiella Gray, 1869 (Verseveldt, 1971)

Koloni bertangkai, dengan kapitulum lobata atau digitata, dapat

bercabang lagi menjadi cabang sekunder. Tangkai berwarna putih, kapitulum

berwarna coklat tua atau merah keunguan bila polip berkontraksi (retraktil),

sebaliknya bila polip ditarik masuk kapitulum berwarna ungu atau abu-abu. Pada

beberapa jenis kapitulumnya lunak. Ditemukan di rataan terumbu sampai ke

Page 45: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

45

kedalaman 7 meter. Di perairan Indonesia marga Cladiella lebih banyak

ditemukan dibandingkan dengan Alcyonium.

8. Sarcophyton (Verseveldt, 1983).

Koloni biasanya berukuran besar, mempunyai tangkai berwarna putih

atau senada dengan kapitulum. Kapitulum melebar seperti jamur atau bundar

dengan bagian tepi berlekuk atau melipat, permukaan halus seperti beludru,

jumlah polip autosoid lebih banyak. Koloni yang masih muda dan baru tumbuh

berbentuk jamur. Polip akan berkontraksi penuh terutama pada air laut berarus

deras sehingga nampak seperti beludru. Warna koloni krem atau krem keabuan.

Ditemukan di rataan terumbu karang sampai kedalam 15 meter dengan

konsentrasi pada kedalaman 3-10 meter.

9. Dampia (Verseveldt, 1971)

Koloni berukuran besar, paling menyerupai beberapa spesies dari

Lobophytum, terutama polip Lobophytum diperluas untuk terlihat seperti dampia.

Koloni encrusting dengan permukaan yang selalu muncul menjadi runcing,

biasanya sejajar satu sama lain. Memiliki warna kekuningan atau kehijauan-

coklat.

10. Xenia Lamarck, 1816 (Roxas, 1933; Bayer, 1956; Verseveldt, 1977)

Koloni kecil, tangkai pendek dan kolumnar, umbellata dengan

percabangan yang jarang. Polip lebih besar dari Alcyonacea lainnya, non retraktil

dan monomorfik. Tentakel memiliki deretan duri (pinnula) di bagian tepinya.

Masing-masing polip tersusun rapi pada kapitulum dan bila ditemukan

percabangan atau polip yang rapat, permukaan atas kapitulum masih tetap

nampak. Warna koloni abu-abu, krem sampai coklat muda, ditemukan dari rataan

terumbu sampai ke kedalaman 10 meter.

Page 46: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

46

11. Heteroxenia

Koloni berbentuk silinder atau clavate, relative kecil (2-7 cm), kadang-

kadang bercabang, dengan puncak berbentuk kubah. Polip terjadi secara

eksklusif pada permukaan atas dari puncak. Ketika dalam fase monomorfik

spesies Heteroxenia terlihat seperti Xenia. Habitat sering ditemukan sebagai

koloni individu, agregasi besar jarang ditemui. Mereka jarang ditemui di karang

penghalang terbesar, tetapi koloni besar individu atau klon dari koloni kecil dapat

ditemukan di dekat pantai karang di bawah 10 m, sangat melimpah di laut merah

utara.

Tabel 3. Distribusi Genus Karang Lunak

Pada Tabel 3 ditemukan 12 genera yang distribusinya luas (ditemukan

pada semua lokasi atau pada kedua lokasi) yaitu Nephthea, Sinularia,

Litophyton, Lobophytum, Stereonephthya, Umbellulifera, Anthogorgia, Xenia,

Heteroxenia, Lemnalia, Dendronephthya dan Capnella. Luasnya distribusi ke-12

genera tersebut merefleksikan akan tingginya daya adaptasi terhadap faktor

No Genus Pulau

Laelae Bonebatang Badi

1 Nephthea

2 Sinularia

3 Litophyton

4 Lobophytum

5 Dampia - -

6 Stereonephthya

7 Umbellulifera -

8 Anthogorgia

9 Xenia

10 Heteroxenia -

11 Cladiella - -

12 Lemnalia -

13 Dendronephthya -

14 Sarcophyton - -

15 Capnella -

16 Scleronephthya - -

Page 47: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

47

lingkungan di pulau Laelae dengan kondisi kekeruhan yang tinggi. Sedangkan

genera yang distribusinya sempit yaitu Dampia, Sarcophyton dan

Scleronephthya. Ke-3 genera tersebut memiliki daya adaptasi yang rendah

terhadap variasi faktor lingkungan.

Karang lunak dari Alcyonacea umumnya menyebar di kawasan Indo-

Pasifik. Menurut perkiraan, lebih dari 100 spesies karang lunak yang didapatkan

di Indo-Pasifik. Spesies-spesies ini banyak hidup pada daerah reef crest dan reef

slope, dan juga di komunitas perairan dalam. Anggota Octocorallia terdapat pada

seluruh lautan, dari daerah equator sampai pada kutub, pada seluruh kedalam,

intertidal sampai abisal, dan lebih melimpah pada perairan hangat dan dangkal di

daerah tropis. Karang lunak (Ordo Alcyonacea) dan gorgonian (Ordo

Gorgonacea) menyusun sebagian besar fauna terumbu dan dalam beberapa

areal, khususnya karang lunak, mendominasi pemandangan bawah laut (Bayer,

1956).

C. Kepadatan dan Keanekaragaman Karang Lunak

1. Kepadatan Karang Lunak

Pengambilan data pada tiga stasiun yaitu pulau Laelae, pulau Bonebatang

dan pulau Badi yang dimana masing-masing terdiri dari tiga zona terumbu karang

yaitu zona reef flat, reef crest dan reef slope. Kepadatan karang lunak pada zona

reef flat, reef crest dan reef slope dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11

Menunjukkan bahwa kepadatan tertinggi berada di zona reef slope yaitu 1,3 m2,

sedangkan kepadatan pada zona reef crest 0,9 m2 dan kepadatan pada zona

reef flat 0,36 m2. Perbedaan kepadatan di setiap zonasi dipengaruhi oleh faktor

kondisi oseanografi ketiga zona yang berbeda. Dimana pada zona reef flat dalam

kondisi tertentu yaitu faktor cahaya, naik turunnya pasang surut, sedimentasi

yang tinggi, rendahnya salinitas serta arus yang kuat, biota tersebut kurang

mampu untuk bertoleransi terutama bila waktunya lama. Hanya beberapa jenis

Page 48: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

48

yang bisa bertahan dalam kondisi tersebut (kekeringan dan sebagainya), hanya

beberapa jenis yang dapat bertahan dalam kondisi tersebut (Bayer, 1963).

Demikian juga sebaliknya pada zona reef crast dan reef slope yang dimana pada

zona ini kemungkinan dipengaruhi arus yang lemah dan pengaruh gelombang air

laut pada daerah reef crast dan reef slope.

Berdasarkan hasil dari uji Anova menunjukkan bahwa kepadatan karang

lunak pulau Bonebatang dengan pulau Badi tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata (P≥0.05), sedangkan antara pulau Badi dan pulau Bonebatang berbeda

nyata dengan pulau Laelae (P<0.05).

Gambar 11. Grafik kepadatan karang lunak

Kelompok karang lunak juga tergantung pada kondisi lingkungan di sekitar

tempat tumbuhnya, terutama substrat dasar yang keras untuk perlekatan larva.

Perameter lingkungan yang mempengaruhi adalah parameter fisika seperti

cahaya matahari, pasang surut dan sedimentasi. Tingkat toleransi dan adaptasi

terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut berbeda pada masing-masing individu,

jenis maupun marga (Fabricius dan de‟ath, 2000 dalam Manuputty, 2008).

Faktor lingkungan yang sangat penting mempengaruhi penyebaran dan

kepadatan karang lunak adalah interaksi faktor biologi-fisik. Hewan ini sering

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

Reef Flat Reef Crest Reef Slope

0.36

0.9

1.3

Ind

aks

Ke

pad

atan

Kar

ang

Lun

ak

Kepadatan Karang Lunak

Page 49: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

49

menyebar pada kedalaman dibawah surut terendah menghindari proses

pengeringan (Bayer, 1956).

Anggota Octocorallia ditemukan di perairan laut, dari perairan di katulistiwa

sampai ke perairan kutub, pada semua kedalaman dari daerah pasang surut

(intertidal) sampai ke perairan dalam (abyssal), khususnya kepadatan tertinggi

ditemukan di perairan dangkal dan hangat di daerah tropis (Manuputty, 2002).

2. Keanekaragaman Karang Lunak

Berdasarkan Pulau, keanekaragaman karang lunak pada pulau Laelae,

pulau Bonebatang dan pulau Badi dapat dilihat pada Gambar 12. Berdasarkan

hasil dari uji Anova (Lampiran 4) menunjukkan bahwa keanekaragaman karang

lunak antara pulau Bonebatang dengan pulau Badi tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata (P>0.05), sedangkan antara pulau Bonebatang dengan

pulau Badi berbeda nyata dengan pulau Laelae (P<0.05).

Gambar 12. Grafik keanekaragaman karang lunak perpulau

Keanekaragaman karang lunak yang relatif sama antara pulau Badi

dengan pulau Bonebatang yang dimana pulau Bonebatang cukup jauh dari

daratan utama pulau Sulawesi dan juga pulau Bonebatang tidak berpenghuni

dan tidak adanya aktifitas manusia sehingga pengaruh oseanografi terhadap

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

Laelae Bonebatang Badi

1.97

2.40 2.45

Ind

eks

Ke

ane

kara

gam

an

Kar

ang

Lun

ak

Keanekaragaman Karang Lunak

Page 50: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

50

karang lunak sangatlah baik untuk kehidupan karang lunak dibandingkan dengan

pulau Laelae. Sedangkan pulau Badi sangat jauh dari daratan utama dan

kurangnya aktifitas manusia sehingga pengaruh oseanografi terhadap karang

lunak sangatlah baik untuk kehidupan karang lunak.

Faktor lingkungan yang sangat penting mempengaruhi penyebaran dan

kepadatan karang lunak adalah interaksi faktor biologi-fisik. Hewan ini sering

menyebar pada kedalaman dibawah surut terendah menghindari proses

pengeringan (Bayer, 1956).

3. Keanekaragaman Karang Lunak Perzona

Berdasarkan zona terumbu karang, keanekaragaman karang lunak pada

setiap zona reef flat, zona reef crest dan zona reef slope dapat dilihat pada

gambar 13. Berdasarkan hasil uji Anova (Lampiran 4) menunjukkan bahwa zona

reef crest dengan reef slope tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05),

sedangkan antara zona reef crest dan reef slope berbeda nyata dengan zona

reef flat (P<0.05). Pada umumnya setiap zona ditemukan karang lunak,

fenomena ini menunjukkan bahwa keberadaan karang lunak ada di setiap sisi

pulau.

Gambar 13. Grafik keanekaragaman karang lunak perzona

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

Reef Flat Reef Crest Reef Slope

1.77

2.44 2.43

Ind

eks

Ke

ane

kara

gam

an P

erz

on

a

Keanekaragaman Karang Lunak

Page 51: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

51

Berdasarkan hasil pengambilan data di lokasi penelitian,

keanekaragaman tinggi ditemukan pada zona reef crast dan reef slope dan

sedikit ditemukan di zona reef flat, dimana pada zona reef flat dalam kondisi

tertentu yaitu faktor cahaya naik turunnya pasang surut, sedimentasi yang tinggi,

rendahnya salinitas serta arus yang kuat, biota tersebut kurang mampu untuk

bertoleransi terutama bila waktunya lama, hanya beberapa jenis yang dapat

bertahan dalam kondisi tersebut (Bayer, 1963). Demikian juga sebaliknya pada

zona reef crast dan reef slope yang dimana pada zona ini kemungkinan

dipengaruhi arus yang lemah dan pengaruh gelombang air laut pada daerah reef

crast dan reef slope.

Karang lunak dari Alcyonacea umumnya menyebar di kawasan Indo-

Pasifik. Menurut perkiraan, lebih dari 100 spesies karang lunak yang didapatkan

di Indo-Pasifik. Spesies-spesies ini banyak hidup pada daerah reef crest dan reef

slope, dan juga di komunitas perairan dalam. Anggota Octocorallia terdapat pada

seluruh lautan, dari daerah equator sampai pada kutub, pada seluruh kedalam,

intertidal sampai abisal, dan lebih melimpah pada perairan hangat dan dangkal di

daerah tropis (Bayer, 1956).

D. Hubungan Antara Kondisi Oseanografi dengan Kepadatan dan Keanekaragaman Karang Lunak

Kondisi perairan memiliki peranan penting dalam mendukung kehidupan

karang lunak.Kondisi perairan yang sesuai dengan kehidupan karang lunak yang

di alam menyebabkan persentase tingkat kelangsungan hidup dan

pertumbuhannya semakin membaik. Pada penelitian ini, kondisi perairan yang

meliputi arus, suhu, salinitas, kekeruhan, kecerahan dan pH yang diukur pada

pengambilan data. Adapun grafik yang menghubungkan kaitan kondisi perairan

terhadap kepadatan dan keanekaragaman karang lunak (Gambar 14).

Page 52: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

52

Gambar 14.Grafik hubungan faktor lingkungan terhadap kepadatan dan

keanekaragaman karang lunak pada pulau Lae-lae, pulau Bonebatang dan pulau Badi.

Kondisi perairan yang diamati terdiri dari beberapa parameter fisika dan

kimia perairan memperlihatkan variasi yang cukup besar dari setiap titik

pengamatan seperti salinitas dan pH, demikian pula terhadap kepadatan dan

keanekaragaman itu sendiri.

Berdasarkan matriks korelasi antara parameter fisika dan kimia perairan

sebagai variabel aktif, sedangkan kepadatan dan keanekaragaman sebagai

variabel suplemen. Ini bertujuan untuk melihat keterkaitan parameter lingkungan

dengan kepadatan dan keanekaragaman karang lunak. Kualitas informasi

maksimum dari parameter fisika dan kimia perairan pada setiap sumbu diukur

dari besarnya akar ciri yang dihasilkan, dimana dari akar ciri tersebut dapat

dievaluasi besarnya ragam yang dijelaskan pada sumbu utama.

Berdasarkan Hasil analisis Principle Component Analysis (PCA)

(Lampiran 6) memperlihatkan bahwa ada tiga kelompok besar yang terbentuk.

Dimana terdapat parameter penciri pada kelompok pertama yaitu pada pulau

Laelae dicirikan oleh salinitas, kecepatan arus, suhu dan kekeruhan yang tinggi.

Salinitas

Suhu

pH

Kekeruhan Kecerahan

Kec. arus Kepadatan

Keanekaragaman

Laelae

Bonebatang

Badi

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5

Page 53: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

53

Rata-rata kekeruhan perairan pada lokasi penelitian berkisar antara 0,22-1,51

NTU. Peningkatan kekeruhan disebabkan oleh sedimen dan dapat menghalangi

penetrasi cahaya yang masuk ke dasar perairan sehingga dapat mengganggu

kehidupan spesies-spesies karang yang kehidupannya sangat bergantung

terhadap penetrasi cahaya (Salvat 1987).

Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila

membawa nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan

zooxanthella, sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan sedimentasi di

perairan terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat

pada kematian karang.

Rata-rata suhu perairan pada lokasi penelitian berkisar antara 28,2-29 oC.

Terlalu tinggi atau rendahnya suhu suatu perairan dapat menyebabkan terjadinya

kehilangan zooxanthella yang merupakan sumber nutrisi dan warna karang.

Kehilangan zooxanthellae dalam jangka waktu yang cukup lama dapat

menyebabkan bleaching dan akhirnya mematikan hewan karang tersebut (Glynn,

1993).

Pada kelompok kedua yaitu di pulau Badi dicirikan oleh pH dan

kecerahan, yang dimana rata-rata kecerahan perairan pada lokasi penelitian

berkisar antara 93-100%. Pulau Bonebatang dan Pulau Badi memiliki nilai rata-

rata kecerahan 100% pada kedalam 3-5 meter Sedangkan Pulau Laelae pada

kedalaman 3-5 yang memiliki rata-rata nilai kecerahan dibawah 100% dan pada

kelompok ketiga yaitu pulau Bonebatang yang jadi penciri adalah kecerahan.

Menurut Nybakken (1988) mengatakan bahwa, cahaya merupakan salah satu

faktor yang sangat penting dalam proses fotosintesis. Tanpa cahaya yang cukup

laju fotosintesis akan berkurang. Kondisi ini menunjukkan ketersediaan intensitas

cahaya matahari cukup besar sehingga fotosintesis yang dilakukan oleh

Page 54: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

54

zooxanthellae dapat berlangsung secara optimal yang secara langsung

mendukung pertumbuhan karang.

Page 55: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

55

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan kepadatan dan keanekaragaman karang lunak pada

zona reef flat, reef crest dan reef slope. Kepadatan tertinggi ditemukan

pada zona reef slope yaitu 1,3 m2. Sedangkan kepadatan rendah

ditemukan pada zona reef flat yaitu 0,36 m2 yang sering dipengaruhi oleh

faktor kecerahan, tinggi rendahnya suhu perairan, serta arus yang kuat,

sementara keanekaragaman tinggi ditemukan pada zona reef crest yaitu

2,44 dan reef slope yaitu 2,43.

2. Tingginya kepadatan dan keanekaragaman karang lunak pada perairan

pulau Bonebatang dan pulau Badi dicirikan oleh tingginya kecerahan yang

merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam proses fotosintesis.

Sedangkan pada pulau Laelae di dapatkan penciri yang paling

berpengaruh yaitu kecepatan arus yang bersifat positif apabila membawa

nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh zooxanthellae.

Kemudian suhu perairan yang tinggi, menyebabkan terjadinya kehilangan

zooxanthellae yang merupakan sumber nutrisi dan warna karang.

B. Saran

Dari hasil kesimpulan penelitian ini, peneliti dapat memberikan

informasi kepada masyarakat setempat atau yang bersangkutan dalam

upaya pengelolaan sumberdaya laut, khususnya karang lunak. Sebagai

alternatif upaya memperbaiki ekosistem terumbu karang, serta sebagai

usaha budidaya karang lunak bagi masyarakat khususnya di perairan

Spermonde.

Page 56: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

56

DAFTAR PUSTAKA

Bayer, F.M., 1956. Octocorallia. In: Treatise on Invertebrata Paleontology, Part F Coelenterata. (R.C. Moore ed.). Geological Society Of America and Univ. Kansas Press. Bikerland, C. 1997. Life and Death of Coral Reefs. International Thomson Publishing. New York. NY. hlm: xiv + 536

Brower. JE., H. Zar. CN. Von Ende., 1990. Field and Laboratory Methods for

General Ecology.Thind Edition.Wm. C. Brown Publishers. USA.

Buddemeier, R.W. 1978. Coral growth. Oceanography Marine Biology Annual review. 14 : 183-225. Burke, L. E. S. and M. Spalding. 2002. Reef at risk South east Asia. World Resources Institute. Washington D.C. Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Daly, M., M.R. Brugler, P. Cartwright, A.G. Collins, M.N. Dwson, S.C. McFadden, D.M. Opresko, E. Rodriguez, S. Romano & J. Stake. 2007. The Phylum Cnidaria: A Review of Phylogenetic Patterns and Diversity 300 Years After Linnaeus. Zootaxa 1668: 127-182 Dinesen, Z.D. 1983. Pattern in the distribution of soft corals across the central

Great Barrier Reef.Coral Reefs.I : 229 -236.

English, S.; C. Wilkinson and V. Baker, 1997. Survey Manual For Tropical

Marine Resources. Second Edition.Australia Institute of Marine

Science. Townsville: 390 p.

Fabricius, K. and P. Alderslade. 2001. Soft Corals and Sea Fans A Comprehensive Guide to the Tropical Shallow Water Genera of the Central-West Pacific, the Indian Ocean and the Red Sea. Australian Institute of Marine Science. Townsville. Fikri, M. 2007. Penapisan Inhibitor Protease dari Ekstrak Karang Lunak Asal Perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu dan Potensi Daya Hambatnya Terhadap Bakteri Patogen [Skripsi]. FPIK – IPB, Bogor Glynn, P. W. 1993. Coral Reef Bleaching: Ecological Perspective. Coral Reefs (1993) 12: 1-17 Harahap, A. K. 2004. Kondisi Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Sekitar Pulau Batam, Riau [Skripsi]. FPIK – IPB, Bogor.

Page 57: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

57

Haris, A. 2012. Identifikasi Jenis Karang Lunak (Octocorallia:Alcyonacea) Berdasarkan Gambar. Jurusan Ilmu kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.

Haris, A. 2001. Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Fragmentasi

Buatan karang Lunak (Octocorallia: Alcyonacea) Sarchophyton trocheliophorum Von Marenzeller dan Lobophytum strictum Tixier Durivault di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Tesis (Tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Manuputty, A. E. 2008. Beberapa Aspek Ekologi Oktokoral. Oseana– Majalah Ilmiah Semi Populer, Vol. XXXIII No.2 hal: 33-42. P2O- LIPI, Jakarta Manuputty, A. E. 2005. Reproduksi dan Propagasi pada Octocorallia. Oceana, Vol.XXX, No.1 hal: 21-27. P2O-LIPI, Jakarta. Manuputty, A.E.W. 2002. Karang Lunak (Soft Coral) Perairan Indonesia. LIPI, Manuputty, A. E. N. 1986. Marine Biologiy, Environment, Diversity and Ecology.

Benjamin/Cumings Publishing Co. Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambat. Jakarta.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. (Terjemahan. Alih bahasa oleh H.M Eidman). PT. Gramedia. Jakarta. Nybakken,J. W. 1988. Boilogi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Terj. dari Marine Biology: An Ecological Approach, oleh Eidman, M., Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo, & S. Sukardjo. 1990. Dari. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hlm xv+459. Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology (3thed). WB Sounder Company, Toronto. Odum, E. P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ke-3. Penerjemah: Tjahjono, S, Yogyakarta, UGM Press. Salvat B. 1987. Human Impacts On Coral Reef Facts And Recomendation. Impacts Of Human Activities On The Coral Reefs: Knowledge And Recomendations. SAT Receiver Museum of Tahiti E.P.H.E. B.P. 1013. Papetoai, Moorea, French Polynese. Sandy, R.E. 2000. Penempelan Fragmen Buatan Sinularia sp. Pada Substrat Pecahan Karang. Tesis. Program Pascasarjana, InstitutPertanian Bogor. Sanusi HS, Kaswadji RF, Nurjaya IW, Rafni R. 2005. Kajian kapasitas beban pencemaran organik dan anorganik di perairan teluk jobokuto kabupaten jepara jawa tengah. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Jilid 12 No.1. pp: 9-16.

Page 58: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

58

Sorokin, Y.I. 1989. Coral Reef Ecology. Ecological Studies 102. Springer- Verlag. Berlin.

Sugiyanto,G. 2004. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Karang (Caulastrea

furcata) Dengan Fragmentasi Buatan di Perairan Pulai Pari Kepulauan

Seribu [Skripsi]. FPIK – IPB, Bogor.

Supriharyono, 2007. Konserfasi Ekosistem Sumber Daya Hayati, penerbit

pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Supriharyono, 2007. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Edisi Revisi. Djambatan, Jakarta. Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, and M.K. Moosa. 1997. The ecology of Indonesian seas, Part I, Periplus Editions Ltd., Singapore. 642p.

Torch, B. and A. Tursch 1982. The soft coral community on a sheltered reef quadrat at Laing Island (Papua New Guinea). Mar. Biol. 68 : 321–332.

Verseveldt, J. 1971. Octocorallia from North-western Madagascar (Part II). Zool. Verhand , 117 : 1-73, text-figs. 1-40, pls. 1-15, Leiden.

Verseveldt, J. 1977. Australian Octocorallia (Coelentarata). Aust. Jour. Mar. Freswater 28 : 171-240.

Verseveldt, J. 1980. A revision of the genus Sinularia May (Octocorallia Alcyonacea). Zool. Verhand. 179 : 128 pp, 38 pls.

Verseveldt, J. 1982. A revision of the genus Sarcophyton Lesson (Octocorallia, Alcyonacea). Zool. VerhandI 192 : 91 pp., 24 pls. Verseveldt, J. 1983. A revision of the genus Lobophytum von Marenzeller (Octocorallia, Alcyonacea). Zool. Verhand 200 : 103 pp., 31 pls.

Page 59: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

59

LAMPIRAN

Page 60: KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN ... · faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor

60

Lampiran 1. Kondisi Lingkungan Pulau Laelae, Pulau Bonebatang dan Pulau

Badi.

Stasiun Zona Salinitas Suhu pH Kekeruhan Kecerahan Kec. arus

Laelae

1 35 29 7.21 1.45 100 0.088

2 34 29 7.12 1.68 100 0.147

3 34 29 7.14 1.41 80 0.109

Rata-rata 34.3 29.0 7.16 1.51 93.3 0.115

SDEV 0.58 0.00 0.05 0.15 11.55 0.03

P. Bonebatang

1 34 28.6 7.16 0.38 100 0.045

2 33 28.9 7.14 0.18 100 0.088

3 34 28.3 7.15 0.11 100 0.093

Rata-rata 33.7 28.6 7.15 0.22 100.0 0.075

SDEV 0.58 0.30 0.01 0.14 0.00 0.03

P. Badi

1 36 28 7.21 0.58 100 0.088

2 34 28.1 7.18 0.44 100 0.116

3 33 28.4 7.2 0.12 100 0.071

Rata-rata 34.3 28.2 7.20 0.38 100.0 0.092

SDEV 1.53 0.21 0.02 0.24 0.00 0.02