202
bab i kedudukan dan fungsi bahasa indonesia standar kompetensi: memahami kedudukan dan fungsi bahasa indonesian kompetensi dasar : a. memahami hakikat kedudukan bahasa indonesia b. memahami fungsi bahasa indonesia indikator: 1, memahami bahasa indonesia sebagai bahasa nasional 2. memahami bahasa indonesia sebagai bahasa negara 3. menjelaskan bahasa indonesia sebagai lambang kebanggan ansional 4. memahami bahasa indonesia sebagai lambang identitas nasional 5. menjelaskan bahwa bahasa indonesia sebagai pemersatu berbagai suku bangsa di indonesia 6.memahami bahasa indonesia sebagai alat penghubung antar daerah dan budaya tujuan 1. melalui membaca intensif, mahasiswa dapat memahami bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dengan benar 1

Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tanks for all

Citation preview

Page 1: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

bab i

kedudukan dan fungsi bahasa indonesia

standar kompetensi: memahami kedudukan dan fungsi bahasa indonesian

kompetensi dasar : a. memahami hakikat kedudukan bahasa indonesia b.

memahami fungsi bahasa indonesia

indikator:

1, memahami bahasa indonesia sebagai bahasa nasional

2. memahami bahasa indonesia sebagai bahasa negara

3. menjelaskan bahasa indonesia sebagai lambang kebanggan ansional

4. memahami bahasa indonesia sebagai lambang identitas nasional

5. menjelaskan bahwa bahasa indonesia sebagai pemersatu berbagai suku bangsa di

indonesia

6.memahami bahasa indonesia sebagai alat penghubung antar daerah dan budaya

tujuan

1. melalui membaca intensif, mahasiswa dapat memahami bahasa indonesia sebagai

bahasa nasional dengan benar

2. melalui diskusi, mahasiswa dapat memahami fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa

negara dengan tepat

3. setelah mendengarkanpenjelasan pengajar, mahasiswa dapat bahwa bahasa indonesia

sebagai lambang kebanggaan nasional

4. melalui diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan bahwa bahasa indonesia sebagai

lambang identitas nasional dengan tepat

5. setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan bahasa indonesia sebagai

pemersatu berbagai suku bangsa di indonesia.

6. setelah diskusi dan tanya jawab, mahasiswa dapat memahami bahasa indonesia sebagai

alat penghubung antar daerah dan budaya dengan benar.,

1

Page 2: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

1.1 kedudukan bahasa indonesia

bahasa adalah alat komuniksi yang memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah.

di indonesia banyak bahasa, yang kemudian dikenal sebagai bahasa daerah seperti bahasa

jawa, bahasa madura, bahasa bali, bahasa sunda, bahasa bugis dan sebagainya. bahasa-bahasa

itu merupakan alat komunikasi etnis. bahasa jawa merupakan alat komunikasi etnis jawa,

bahasa madura merupakan alat komunikasi etnis madura, bahasa sunda merupakan alat

komunikasi etnis sunda, demikian juga bahasa-bahasa daerah yang lain. nama bahasa itu

diambil dari nama etnis pemakainya. namun dekian sampai pertengahan tahun 1928 tidak

pernah dikenal dan muncul istilah “bahasa indonesia”.

istilah bahasa indonesia itu sendiri baru muncul menjelang lahirnya sumpah pemuda

28 oktober 1928. pada tanggal 28 oktober 1928 berbagai organisasi pemuda berikrar bahwa

“kami poetera dan poeteri indonesia menjoenjoeng bahasa persatoean bahasa indonesia” .

sejak itu bahasa indonesia yang berasal dari bahasa melayu mulai dikenal dan berkembang

dengan pesta. hal itu dapat ditandai dengan perkembangan sastra indonesia. sebelum tahun

1928 pengarang sastra indonesia terbatas orang-orang yang berasal dari sumatra, seperti

marah rusli, abdulmuis, muhammad yamin, rostam effendi, merari siregar dan lain-lain. bagi

pengarang-pengarang itu bahasa melayu adalah bahasa ibu. sedang bagi orang di luar sumatra

(melayu), bahasa melayu mrupakan bahasa asing. pengaruh sumpah pemuda terhadap

perkembangan bahasa indonesia dapat ditandai dengan munculnya pengarang-pengarang dari

luar sumatra pasca sumpah pemuda, seperti kehadiran i gusti nyoman panji tisna, y.e.

tatengkeng dan pengarang lainnya.

kedudukan bahasa indonesia dengan jelas dinyatakan dalam uud ’45 bab xv pasal 36

yang menyatakan bahwa “bahasa negara ialah bahasa indonesia”. dalam kondisi masyarakat

yang multi etnis, dan multi bahasa etnis, memang diperlukan bahasa yang dapat menjadi alat

komunikasi dan mempersatukan multi etnis itu. dalam hal ini sesuai dengan bab xv pasal 36

bahasa indonesia media komunikasi dan pemersatu antar etnis tersebut. ketiadaan bahasa yang

dapat menjadi media komunikasi antar etnis di suau negara dapat menimbulkan kestabilan

negara itu sendiri. menurut samsuri (1985:27-28) banyak negara yang telah merdeka secara

2

Page 3: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

polisitik bertahun-tahun, tetapi masih belum dapat mengatasi ahasa nasionalnya. di philipina,

meskipun secara resmi telah dinyatakan ahwa ahasa tagalog sebagai bahasa nasional,banyak

orang yang memakai bahasa inggrsis sebagai bahasa resmi. di malaysia meskipun sejak tahun

1967 telah dinyatakana bahasa melayu seagai bahasa resmi, justru ahasa inggris yang

mendapat tempat lebih baik. di kenya, masyarakat tidak mau membaca literatur yang ditulis

bukan bahasa dialeknya.

istilah ”bahasa indonesia” itu sendiri sebenarnya belum lama muncul di indonessia,

bahkan di dunia. dibanding dengan bahasa lain seperti bahasa jawa, bahasa inggris, bahasa

sansekerta. keberadaan bahasa indonesia baru muncul sekitartahun 1928, saat

dikumandangkan sumpah pemuda 28 oktober 1928. sumpah pemuda tahun 1928 yang berisi

pengakuan bahwa bahasa indonesia adalah bahasa nasional kita, merupakan langkah pertama

yang menentukan di dalam garis kebijaksanan mengenai bahasa nasional kita. demikian juga

undang-undang dasar1945, bab xv, pasal 36 yang menyatakan bahwa ”bahasa negara adalah

bahasa indonesia”, memberikan dasar yang kuat bagi pemakaian bahasa indonesia sebagai

bahasa penghubung pada tingkat nasional, dan bahasa resmi kenegaraan (halim, 1984:15-16).

bahasa indonesia mempunyai peran yang sangat penting di dalam negara kesatuan republik

indonesia, karena bahasa indonesia telah mempersatukan bangsa di wilayah negara kesatuan

republik indonesia. pada kenyataannya. bahasa indonesia dipakai di seluruh indonesia, di

daerah-yang berbeda-beda latar belakang kebahasaan, keudayaan dan kesukuannya, dan di

dalam lapisan masyarakat yang berbeda-beda pula latar belakang pendidikan serta

kepentingannya (halim, 1979:39). sesuai dengan isi undang-undang dasar 1945, bab xv, pasal

36, dan kenyataan yang ada, bahasa indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan

ahasa negara. sesuai dengan bab xv pasal 36 uud ’45 yang menyatakan bahwa “bahasa negara

adalah bahasa indonesia”, dengan sendirinya bahasa indonesia berkedudukan sebagai bahasa

nasional dan bahasa negara. bangsa indonesia yang terdiri atas berbagai etnis yang tersebar di

seluruh wilayah indonesia memerlukan bahasa nasional sebagai alat komunikasi antar etnis,

dan perlu bahasa untuk menjalankan pemerintahan sehari-hari.yaitu bahasa negara.

1.2 fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional

sesuai dengan isi sumpah pemuda 28 oktiober 1928 dan uud 1945 bab xv pasal 36,

bahasa indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional. di dalam kedudukannya sebagai

3

Page 4: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

bahasa nasional, bahasa indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan kebangsaan, (2)

lambang identitas nasional, (3) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku

bangsa dengan latar belakang social budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan

kebangsan indonesia, dan (4) alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

bahasa indonesia sebagai lambang kebanggaan kebangsaan hendaknya disadari oleh

setiap bangsa indonesia. tidak setiap bangsa mempunyai bahasa yang dapat mempersatukan

penduduknya. philipina misalnya, meskipun secara resmi bahasa tagalog dinyatakan sebagai

bahasa nasional, dalam praktiknya masyarakatnya justru memakai bahasa asing, bahasa

inggris untuk berkomunikasi dalam tingkat nasional. bahasa indonesia menjadi kebanggaan

bangsa karena bahasa indonesia merupakan produk budaya bangsa.

bahasa indonesia sabagai lambang identitas nasional hendaknya disadari oleh

bangsa indonesia. setiap bangsa memerlukan identitas diri yang bernilai positif. identitas yang

positif akan menimbulkan citra positif pula di mata dunia. sebaliknya, identitas negatif

meinmbulkan citra yang negatif pula. identitas negara penjajah bagi beberapa negara barat

menimbulkan kesan yang negatif. bahasa indonesia sebagai identitas nasional bagi bangsa

indonesia menimbulkan citra positif bagi bangsa indonesia. dengan fungsi bahasa indonesia

sebagai lambang identitas nasional, bangsa indonesia dapat dikenal oleh bangsa asing salah

satunya dari identitas bahasa yang dipakai.

bahasa indonesia sebagai alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku

bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam

kesatuan kebangsaan indonesia. indonesia adalah negara yang luas dengan penduduknya yang

multi suku bangsa. setiap suku bangsa mempunyai bahasa dan budaya yang berbeda dengan

suku bangsa yang lain. dari segi ragam budaya, hal itu merupakan suatu keunggulan

tersendiri. tetapi dengan bahasa yang berbeda-beda dapat menimbulkan masalah dalam

berkomunikasi, karena antar suku bangsa tidak saling memahami bahasa suku bangsa yang

lain. oleh karena itu diperlukan suatu bahasa yang dapat menyatukan seluruh suka bangsa di

indonesia ini. bahasa yang dapat menyatukan suku bangsa di indonesia adalah bahasa

indonesia. hal itu berarti bahwa bahasa daerah tidak diperlukan lagi. bahasa daerah sebagai

kekayaan budaya suku bangsa harus tetap dipertahankan.

bahasa indonesia sebagai alat perhubungan antar budaya dan antar daerah

mempunyai peranan penting. latar belakang sosial budaya dan latar belakang kebahasaan

4

Page 5: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

nyang berbeda-beda itu tidak pula menghambat adanya perhubungan antar daerah dan antar

budaya (halim, 1979:51). berkat adanya bahasa nasional, kesalahpahaman akibat perbedaan

latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu terjadi.

secara umum, fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. namun secara

politis bahasa mempunyai kedudukan yang vital dalam suatu negara, karena bahasa itu

mempunyai beberapa fungsi di samping fungsi komunikasi. bahasa indonesia seagai

bahasa nasional mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:

(1) sebagai lambang kebanggaan nasional

(2) sebagai lambang identitas nasional

(3) sebagai alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan

latar belakang sosial, budaya, dan bahasa ke dalam kesatuan bangsa

indonesia

(4) alat penghubung antar daerah dan antar budaya

1.2.1 bahasa indonesia sebagai lambang kebanggaan nasional

apabila kita bandingkan dengan kondisi beberapa negara seperti malaysia, philipina,

india, kenya kita pantas berbangga mempunyai bahasa nasional bahasa indonesia. akibat

banyaknya bahasa daerah di indonesia, sering kita tinggal di tempat yang hanya dipisahkan

selat atau gunung, bahasanya sudah berbeda dan saling tidak mengerti bahasa yang dipakai

kedua daerah yang dibatasi oleh gunung atau selat itu. jawa dan madura serta jawa an bali

hanya dibatasi oleh selat, namun masing-masing memiliki ahasa yang berbeda. jawa dan

sunda merpakan daerah yang hampir tanpa pembatas laut atau gunung, namun memiliki

bahasa yang bereda pula.

sudah sepantasnyalah kita bangga dengan bahasa indonesia. beberapa negara besar

di dunia ini, meskipun negara adikuasa, ada yang tidak mempunyai bahasa sendiri. amerka

dan australia yang mendiami dua benau besar itu hingga sekarang masih memakai bahasa

inggris. di masyarakat dunia tidak dikenal bahasa amerika atau bahasa australia.

1.2.2 bahasa indonesia sebagai lambang identitas nasional

5

Page 6: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

bangsa yang besar adalah bangsa yang mempunyai identitas yang kuat. identitas itu

dapat berupa bahasa, teknologi, agama, ataupun budaya yang lain. bangsa yang besar dapat

ditandai pula dengan pengaruh bahasanya yang besar terhadap bangsa lain. bahasa inggris,

bahasa arab, bahasa perancis, bahasa jerman, merupakan identitas bagi masing-masing bangsa

pemilik bahasa itu. mereka semua dadalah bangsa yang besar yang bahasanya banyak

dipelajari oleh bangsa lain.

dengan semakin berkembangnya bahasa indonesia akan memperkuat identitas

nasional. oleh karena itu apabila bahasa indonesia sebagai lambang identitas nasional, harus

disertai upaya untuk pengembangan bahasa indonesia bagi semua warga negara indonesia.

1.2.3 bahasa indonesia sebagai alat penyatuan bangsa

indonesia termasuk negara yang unik, terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil,

bermacam etnis, dan agama, dan bahasa. keberadaan selat, laut, dan gunung-gunung

mengisolasi daerah-daerah tertentu, sehingga memungkinkan daerah itu mengalami

perkembangan tersendiri, yang terpisah dengan daerah luar. demikian pula perkembangan

bahasa yang mereka miliki. dengan bahasa yang berbeda-beda bangsa ini akan sulit bersatu,

karena untuk bersatu memerlukan kesamaan paham. kesamaan paham itu akan dapat tercapai

apabila ada satu bahasa yang dapat mewakili bahasa-bahasa daerah itu. hadirnya beragai

macam bahasa yang dimiliki masing-masing etnis memerlukan satu bahasa yang dapat

menjembatani komunikasi antar etnis itu. dalam hal ini bahasa indonesia-lah yang mampu

menjembatani dan mewakili keberadaan berbgai macam bahasa daerah di indonesia.

tidak dapat dipungkiri masih banyak masyarakat, terutama masyarakat pedalaman

yang buta bahasa indonesia. namun harus diakui bahwa dewasa ini bahasa indonesia

berkembang dengan pesat, bahkan ada gejala yang tidak diinginkan, yaitu menggeser

kedudukan bahasa daerah. idealnya, bahasa daerah dan bahasa indonesia berkembang bersama

berdampingan menjalankan fungsinya masing-masing. namun dominasi bahasa indonesia

terhadap bahasa daerah sulit dihindari. dengan semakin majunya dunia pendidikan, iptek, dan

media massa maka masyarakat pedalaman akan semakin memahami bahasa indonesia, karena

hal itu akan merupakan kebutuhan. bahasa indonesia akan menjadi penyatu berbagai suku

bangsa dengan latar belakang sosial, budaya, agama, dan bahasa daerah yang berbeda.

6

Page 7: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

1.2.4 bahasa indonesia menjadi alat penghubung antar daerah dan antar budaya

fungsi bahasa indonesia sebagai penyatu berbagai suku bangsa dengan sendirinya

bahasa indonesia menjadi alat pnghubung antar daerah dan antar budaya. bab xv pasal 36 uud

’45 menjadi dasar hukum fungsi bahasa indonesia. negara indonesia wilayahnya yang

terpisah-pisah oleh laut. hal itu menjadikan hambatan untuk bernteraksi. akibatnya tiap-tiap

daerah mengembangkan kebudayaannya sendiri (termasuk bahasa) sesuai dengan geografis

daerah mereka. oleh karena itu indonesia mempunyai beraneka ragam budaya. dengan

keragaman budaya dan daerah-daerah yang terpisah oleh laut, diperlukan alat penghubung

antar daerah dan antar budaya. bahasa indonesia-lah satu-satunya bahasa di indonesia yang

dapat menjadi alat penghubung antar daerah dan antar budaya itu.

1.3 fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa negara

di dalam kedudukannya seebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi

sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan,

(3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan serta pemerintahan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan

illmu pengetahuan serta teknologi modern.

bahasa indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan menjadi bahasa yang dipakai

dalam situasi resmi kenegaraan baik bahasa lisan maupuin bahasa tulis. dalam kegiatan yang

bersifat kenegaraan seperti dalam pidato, upacara, surat-menyurat dan dokumen negara

memakai bahasa indonesia. halim (1979:53) menyatakan bahwa untuk melaksanakan

fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraan dengan sebaik-baiknya, pemakaian bahasa

indonesia di dalam pelaksanaan administrasi pemerintahan perlu senantiasa dibina dan

dikembangkan, penguasaan bahasa indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang

menentukandi dalam pengembangan ketenagaan seperti penerimaan karyawan baru,

kenaikan pangkat baik sipil maupun militer, dam pemberian tugas-tugas khusus baik di dalam

maupun di luar negeri.

bahasa indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan telah

diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan seluruh wilayah indonesia. di daewra-daerah

yang penguasaan bahasa daerah dominan, sampai tahun ketiga pada pendidikan dasar

7

Page 8: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

diperkenankan memakai bahasa daerah. pada usia sampai tahun ketiga pendidikan dasar,

anak-anak di daerah, terutama daerah pedalaman, kebanyakan anak hanya menguasai bahasa

ibu.

bahasa indonesia sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, mempunyai peranan penting

dalam kehidupan bernegara, mengingat bangsa indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa

dengan bahasa yangberagam pula. negara indonesia memerlukan bahasa yang dapat

menjembatani berbagai suku bangsa di indonesia. peran itu dapat dilakukan oleh bahasa

indonesia.

bahasa indonesia sebagai alat pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu

pengetahuan serta teknologi modern. bahasa indonesia bahasa resmi dalam dunia pendidikan.

dengan demikian bahasa indonesia mampu berperan sebagai bahasa ilmu pengetahuan.

bahasa indonesiasebagai bahasa yang mampu berperan sebagai bahasailmu pengetahuan

dengan sendirinya juga mampu dipakai sebagai alat pengembangan kebudayaan. dengan

demikian bangsa indonesia tidak sepenuhnya terganrtung pada bahasa asing untuk

mengembangkan kebudayaan dan ilmu pengetahuan. bahasa indonesia telah mampu

berperansebagai bahasa ilmu pengetaguan, terbukti banyak buku ilmu pengetahuan yang telah

diterjemahkan ke dalambahasa indonesia. karya ilmiah anak bangsa sebagai karya akhir di

perguruan tinggi seperti skripsi, tesis, disertasi, dapat diwadahi dalam bahasa indonesia.

perlatihan:

1. berdasarkan sumpah pemuda 1928 dan uud 1945, bahasa indonesia berkedudukan penting,

yakni sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. sebutkan dan jelaskan kedudukan

bahasa indonesia sebagai bahasa negara!

2. bahasa indonesia sebagai lambang kebanggaan nasional. buatlah kelompok yang terdiri

atas empat orang! diskusikan mengapa bahasa indonesia sebagai lambang kebanggaan

nasional!

8

Page 9: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

3. bahasa indonesia juga berfungsi sebagai lambang identitas nasional. apakah yang

dimaksud dengan bahasa indonesia sebagai lambang identitas nasional? jelaskan! anda

dapat mendiskusikan dengan kelompok anda!

4. jelaskan pula yang dimaksud bahas indonesia sebagai alat penyatuan bangsa dan sebagai

alat penghubung antar daerah dan antar budaya!

bab ii

ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan

standar kompetensi: memahami ejaan dan unsur serapan dalam bahasa indonesia

kompetensi dasar : a. memahami pemenggalan kata dalam bahasa indonesia

b. menerapkan eyd dalam bahasa tulis sehari-hari

c. menguasai penulisn unsur serapan dalam bahasa

indonesia

indikator:

1, memahami kaidah pemenggalan kata dalam bahasa indonesia

2. menguasai penulisan huruf kapital dalam bahasa indonesia.

9

Page 10: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

3. memahami penulisan huruf miring dan penulisan kata gabung dalam bahasa indonesia.

4. menerapkan penulisan partikel dan akronim dalam bahasa indonesia.

5. menguasai penulisan lambang bilangan dan tanda baca dalam bahasa indonesia.

6.memahami penulisan unsur serpan dalam bahasa indonesia.

tujuan

1. melalui membaca intensif, mahasiswa dapat memahami kaidah pemenggalan bahasa

indonesia dengan benar

2. melalui diskusi, mahasiswa dapat memahami penulisan huruf kapital bahasa indonesia

dengan tepat

3. melalui diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan penulisan huruf miring dan penulisan

kata gabung dalam bahasa indonesia dengan tepat

4. setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan penulisan partikel dan

akronim dalam bahasa indonesia dengan tepat.

5. setelah diskusi dan tanya jawab, mahasiswa dapat memahami lambang bilangan dalam

bahasa indonesia dengan benar.

6. melalui diskusi, nahasiswa mampu menerapkan penulisan unsur serapan dengan benar.

2.1 dasar pemakaian ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan

bahasa yang baik, adalah bahasa yang mempunyai huruf. suatu bahasa paling

tepat ditulis dengan huruf yang dimilikinya. apabila suatu bahasa ditulis dengan huruf

yang ukan huruf miliknya, maka akan timbul masalah. bahasa arab hanya tepat ditulis

dengan huruf arab. bahasa jawa hanya tepat ditulis dengan huruf jawa. bahasa cina hanya

tepat ditulis dengan huruf cina. adanya perbedaan karakter suatu bahasa dengan huruf

bahasa yang lain dapat menimbulkan masalah penulisan.

berbeda dengan bahasa jawa, bahasa indonesia termasuk bahasa yang tidak

mempunyai huruf. ejaan bahasa indonesia bukan ejaan yang khusus diciptakan untuk

bahasa indonesia. ejaan (huruf) dalam bahasa indonesia ejaan yang dipakai oleh banyak

bahasa asing yang lain seperti bahasa inggris, perancis, rusia dan lain-lain. . ejaan itu

10

Page 11: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

memakai sistem ejaan fonemik. artinya setiap bunyi bahasa (fonem) dalam bahasa

indonesia dilambangkan dalam satu huruf. namun ternyata tidak semua fonem dalam

bahasa indonesia tertampung dalam huruf latin. ada beberapa bunyi yang tidak dapat

diwakili oleh satu huruf. akibatnya ada beberapa bunyi konsonan yang sebenarnya terdiri

atas satu huruf terpaksa ditulis dalam dua huruf. bunyi konsonan itu seperti berikut ini.

konsonan dua huruf

contoh pemakaian dalam kata

di awal di tengah di akhir

kh khayal akhlak tarikh

ng ngarai bunga barang

ny nyiru banyak -

sy syair isyarat arasy

pemerintah telah menyusun pedoman umum ejaan bahasa indonesia yang

disempurnakan berdasarkan keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan republik

indonesia nomor 0543a/u/1987, tanggal 9 septemer 1987, dicermatkan pada rapat kerja

ke-30 panitia kerja sama kebahasaan di tugu, tanggal 19-20 desember 1990 dan diterima

pada sidang ke-30 majelis bahasa brunei darussalam-indonesia-malaysia di bandar seri

begawan , tangga 4-6 maret 1991.

2.1.1 pemenggalan kata

pemenggalan kata dimaksudkan untuk memenggal atau memotong kata apabila

kita tidak cukup menuliskan dalam satu larik. pemenggalan kata berkaitan dengan

penulisan, bukan pengucapan (tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan

bahasa, 1999: 1179). pemenggalan kata tidak sama dengan penyukuan kata. prinsip yang

dipergunakan dalam pemenggalan kata adalah prinsip gramatikal dan prinsip ortografis.

pedoman pemengalan kata telah disahkan dalam rapat kerja panitia kerja sama

11

Page 12: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

kebahasaan di tugu, tanggal 16–20 desember 1991 dan sidang ke-30 majelis bahasa brunei

darussalam-indonesia-malaysia di bandar seri begawan, tanggal 4-6 maret 1991.

pemenggalan kata dibedakan antara pemenggalan kata dasar, kata jadian, dan

kata gabung. kesalahan yang sering dilakukan oleh pemakai bahasa indonesia tulis

karena mereka menyamakan pemenggalan kata dasar, kata jadian, dan kata gabung.

keslahan itu juga disebabkan mereka tidak tahu bahwa kata yang dipenggal adalah kata

dasar atau kata gabung.

2.1.1.1 pemenggalan kata dasar

pemenggalan kata dasar harus dilihat pola kata dasar itu. di dalam bahasa

indonesia ada kata dasar yang di tengahnya terdapat satu vokal yang diapit konsonan, dan

ada pula kata dasar yang di tengah kata terdapat dua vokal yang diapit oleh konsonan.

apabila di tengah kata ada satu vokal yang diapit konsonan, pemenggalan dilakukan

sebelum konsonan yang mengapit pertama. apabila di tengah kata ada dua vokal yang

diapit konsonan, pemenggalan dilakukan di antara kedua vokal. perhatikan contoh

berikut ini!

se.pak (vokal a diapit oleh konsonan p dan k)

kv.kvk

bu.at (vokal u dan a diapit oleh konsonan b dan t)

di dalam bahasa idonesia, baik bahasa indonesia asli maupun unsur serapan

yang di tengah kata ada dua konsonan atau lebih yang diapit oleh vokal, pemenggalan

kata dasar selalu dilakukan di antara konsonan pertama dan kedua. di dalam bahasa

indonesia terdapat 1, 2, 3, dan 4 konsonan yang diapit oleh vokal. bentuk pemenggalan itu

seperti berikut ini.

pemenggalan kata dasar

satu konsonan

diapit vokal

dua konsonan diapit

vokal

tiga konsonan diapit

vokal

empat konsonan

diapit vokal

bu.ku lan.car kom.plek ek.strak

la.ri ob.ral as.tral in.struk.si

12

Page 13: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

ti.ba put.ra ban.drek tran.skrip

2.1.1..2 pemenggalan kata jadian

pemenggalan kata jadian berbeda dengan kata dasar. pemenggalan kata jadian

dibedakan antara pemenggalan kata berimbuhan dan pemenggalan bentuk gabungan.

2.1.1.2.1 pemenggalan kata berimbuhan

di dalam pemenggalan kata berimbuhan awalan dan akhiran diperlakukan segai

satuan terpisah. untuk memenggal kata berimbuhan harus diketahui dahulu bentuk

dasarnya, karena pola yang sama dalam sebuah kata jadian mungkin mempunyai bentuk

dasar dengan pola yang berbeda. hal itu tampak dalam contoh berikut ini.

kata jadian bentuk dasar pemenggalan

mengajarkan

mengirimkan

ajar

kirim

meng-a-jar-kan

me-ngi-rim-kan

2.1.1.2.2 pemenggalan bentuk gabungan

pemenggalan bentuk gabungan dipenggal lebih dahulu atas satuan-satuannya,

kemudian alternatif pemenggalan pada satuan-satuan itu. di dalam penulisan,

pemenggalan dilakukan dapat didasarkan pada tempat yang tersedian pada bagian larik

akhir.

bentuk gabungan satuan-satuannya pemenggalan

ekstrakurikuler

bagaimana

bioskop

ekstra-kurikuler

bagai-mana

bio-skop

eks.tra-ku.ri.ku.ler

ba.gai-ma.na

bi-o-skop

13

Page 14: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

2.1.1.2.3 pemenggalan bentuk trans an eks

bentuk pemenggalan yang sering membingungkan pemakai bahasa indonesia

adalah pemenggalan kata-kata bentuk trans dan eks. kedua bentuk itu ada yang

diperlakukan sebagai bentuk dasar dan ada yang diperlakukan sebagai bentuk kata

gabung. jika trans diikuti dengan bentuk terikat (diperlakukan sebagai bentuk dasar),

pemenggalan dilakukan dengan mengikuti pola kata dasar. jika trans diikuti bentuk bebas

(diperlakukan sebagai kata gabung) pemenggalan dilakukan dengan memisahkan trans

sebagai bentuk utuh. berbeda dengan pemenggalan bentuk eks, bentuk trans sulit

dibedakan antara trans yang diikuti bentuk terikat dengan trans yang diikuti bentuk

bebas. berikut ini contoh pemenggalan bentuk trans yang diikuti bentuk terikatdan trans

yang diikuti bentuk bebas,

trans diikuti bentuk terikat trans diikuti bentuk bebas

tran-sfer

tran-skrip

tran-sla-si

tran-si-si

trans-ak-si

trans-mig-ra-si

trans-fu-si

trans-por

untuk mengetahui trans diikuti bentuk terikat ata bebas, memang tidak mudah.

untuk itu sebaiknya jika akan memenggal bentuk trans, perlu diperhatikan bentuk

penggalannya, dapat berdiri sendiri ataukah tidak. apabila dapat berdiri sendiri dapat

diidentifikasi bahwa bentuk trans itu diikuti bentuk bebas. sebagai contoh kata

transmigrasi dapat dipisah antara trans dan migrasi.migrasi ternyata dapat beriri sendiri,

misalnya dalam kalimat “banyak petani yang tidak mempunyai lahan trensmigrasi ke luar

jawa”.

pemenggalan bentuk eks tidak begitu rumit. bentuk eks dapat disejajarkan

dengan bentik in atau im. apabila unsur ek dapat disejajarkan dengan bentuk in atau im,

14

Page 15: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

pemenggalan dilakukan antara eks dan unsur berikutnya. berikut ini contoh pemenggalan

bentuk eks.

ek tidak mempunyai bentuk

sepadan in atau im

ek mempunyai bentuk sepadan in

atau im

ek.spres

ek.strak

ek.strem

ek.spe.ri.men

eks.tern/in.tern

eks.tra/in.tra

eks.pre.sif/im.pre-.sif

eks.trin.sik/in.trin.sik

2.1.1.2.4 pemenggalan unsur serapan asing berakhir –isme

pemenggalan unsur serapan asing berakhir -isme dapat dibedakan antara isme

yang didahului oleh huruf vokal dan -isme yang didahului huruf konsonan. pemenggalan

unsur serapan asing yang berakhir –isme yang didahului huruf vokal, dilakukan setelah

huruf vokal. pemenggalan unsur serapan asing yang berakhir -isme dan didahului huruf

konsonan dilakukan sebelum huruf konsonan itu, seperti contoh berikut ini.

-isme didahului oleh vocal -isme didahului oleh konsonan

unsur serapan pemenggalan unsur serapan pemenggalan

hinduisme

heroisme

egoisme

hin.du.is.me

he.ro.is.me

e.go.is.me

patriotisme

animisme

jurnalisme

pat.ri.o.tis.me

a.ni.mis.me

jur.na.lis.me

2.1.2 pemakaian huruf kapital

ada beberapa jenis kesalahan yang sering dijumpai dalam pemakaian huruf

kapital. kesalahan itu pada (1) penulisan huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan

keagamaan yang diikuti nama orang; (2) penulisan huruf pertama unsur jabatan dan

pangkat; (3) penulisan huruf pertama nama geografi; (4) penulisan huruf pertama setiap

unsur bentuk ulang sempurna pada nama badan, lembaga pemerintah dan

15

Page 16: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

ketatanegaraan,serta dokumen resmi; (5) penulisan kata penunjuk hubungan kekerabatan;

(6) huruf pertama kata ganti anda; dan (7) penulian akronim.

di dalam pedoman ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan dinyatakan

bahwa huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan

keagamaan yang diikuti nama orang. hal itu berarti tidak berlaku bagi penulisan gelar

kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. berikut ini contoh

penulisan gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan.

contoh:

setahun yang lalu mahaputra yamin mendapat gelar kehormatan mahaputra.

setelah sultan hamengkubuwono ix wafat, kedudukan sultan digantikan sultan

yang baru

seorang haji seperti haji tabrani yang suka beramal itu perlu diteladani.

penulisan huruf pertama unsur jabatan dan pangkat perlu mendapat perhatian.

penulisan huruf pertama unsur jabatan dan pangkat ditulis huruf kapital bila diikuti ama

orang.

contoh:

baru satu bulan gubernur soekarwo dilantik menjadi gubernur.

di indonesia, pangkat jendral yang pertama kali disandang oleh jendral

sudirman.

penulisan huruf pertama nama geografi, penulisan huruf pertama setiap unsur

bentuk ulang sempurna pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,serta

dokumen resmi, penulisan kata penunjuk hubungan kekerabatan, huruf pertama kata

ganti anda, dan penulian akronim perlu mendapat perhatian. banyak kesalahan yang

dijumpai pada penulisan unsur-unsur itu.berikut ini contoh penulisan yang benar dan

contoh penulisan yang salah.

salah benar

ia menyeberangi selat madura ia menyeberangi selat madura

16

Page 17: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

ia menyeberangi selat

undang-undang dasar ‘45

silakan bapak dan ibu duduk!

siapakah nama anda?

ia seorang taruna akabri

iamenyeberangi selat

undang-undang dasar ‘45

silakan bapak dan ibu duduk!

siapakah nama anda?

ia seorang taruna akabri.

2.1.3 penulisan kata

penulisan kata dalam ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan sudah diatur

demikian rupa, namun masih sering dijumpai beberapa kesalahan yang dilakukan oleh

pemakai bahasa indonesia. penulisan kata dalam ejaan bahasa indonesia yang

disempurnakan dibedakan antara penulisan kata dasar, kata turunan, bentuk ulang,

gabungan kata, kata ganti -ku, -kau, -mu, dan –nya. penulisan kata si dan sang, partikel.

kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. jika bentuk dasar berupa

gabungankata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung

mengikuti atau mendahuluinya. bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat

awalan danakhiran sekaligus, unsur gabungankata itu ditulis serangkai.jika salah satu

unsur gabungan kata hanya dipakai sebagai kombinasi, gabungan kata itu ditulis

serangkai. jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang

bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.

aturan selanjutnya ialah bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan

menggunakan tanda hubung. gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk

istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. gabungan kata, termasuk istilah khusus,

yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung

untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.

berikut ini bentuk yang sering ditulis secara salah..

bentuk kata salah benar

kata turunan antar kota antarkota

17

Page 18: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

ekstra kurikuler

tuhan maha kuasa.

tuhan mahaesa

ekstrakurikuler

tuhan mahakuasa

tuhan maha esa

gabungan kata dutabesar duta besar

kata ganti jangan kau ambil milikku. jangan kauambil milikku.

kata depan baik disana maupun disini sama

saja

kemana ia pergi?

baik di sana maupun di sini

sama saja.

ke mana ia pergi

partikel pun apapun yang terjadi, biar pun

berbahaya, kendatipun dilarang,

ia tetap melakukan.

apa pun yang terjadi, biarpun

berbahaya, kendatipun dilarang,

ia tetap melakukan.

partikel per satu persatu karyawan itu

menghadap pimpinan.

kuliah per31 agustus 2009.

beasiswa dierikan perbulan.

satu per satu karyawan itu

menghadap pimpinan.

kuliah per 31 agustus 2009.

beasiswa diberikan per bulan.

2.1.4 penulisan angka

angka dipakai untuk menyatakan lambang ilangan atau nomor. ada dua macam

angka yang dipakai dalam bahasa indonesia, yaitu angka arab dan angka romawi.

pemakaian angka romawi tidak seproduktif pemakaian angka arab. pemakaian angka

romawi didasarkan pada huruf, dan hanya lazim digunakan untuk penomoran halaman

depan buku, dan untuk bilangan tingkat.

angka arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

angka romawi: i, ii, iii, iv, v, vi, vii, viii, ix, x

berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan lambang

bilangan.

jenis lambang bilangan salah benar

nilai uang rp 1.000.000,00 rp1.000.000,00

satuan waktu pukul 18. 30:15 pukul 18.30.15

18

Page 19: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

bilangan tingkat anak ke 5

anak ke-v

anak ke-5

anak v

lambang bilangan yang

dapat dinyataan dengan

sau atau dua kata

jumlah siswa 110 orang.

jumlah siswa lima puluh

laki-laki, dan enam puluh

perempuan.

jumlah siswa seratus

sepuluh orang.

jumlah siswa 50 laki-laki,

dan 60 perempuan.

pada awal kalimat 10 0rang mahasiswa

berprestasi mendapat

penghargaan.

dua puluh lima mahasiswa

berprestasi mendapat

penghargaan.

sepuluh orang mahasiswa

berprestasi mendapat

penghargan.

mahasiswa berprestasi yang

mendapat penghargaan 25

orang.

2.1.5 tanda baca

tanda baca harus dipakai secara cermat.ketidak cermatan pemakaian tanda aca

dapat mengubah makna. hal itu dapat kita lihat pada penulisan nama sunarno s.h. dan

sunarno, s.h. penulisan yang pertama tidak memakai tanda baca koma, sedang peulisan

yang kedua memakai tanda baca koma. panda penulisan yang pertama singkatan s.h.

berarti singkatan nama orang, sedang s.h. yang kedua berarti singkatan dari sarjana

hukum.tanda koma pada penulisan itu membedakan antara singkatan nama orang dan

gelar akademik. bentuk kesalahan pada pemakaian tanda baca yang seringdijumpai seperti

berikut ini.

tanda baca salah benar

tanda titik (.) ikhtisar atau daftar

1.1.

1.2.

nama orang

1.1

1.2

19

Page 20: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

sb yudoyono

gelar

sh (sarjana hukum)

a/n (atas nama)

an. (atas nama

d/a

s.b. yudoyono

s.h.

a.n. (atas nama)

d.a.

tanda koma gelar akademik

prasetyo utomo m.pd. prasetyo utomo, m.pd.

tanda seru pergilah ! pergilah!

2.2 pembentukan istilah

yang dimaksud dengan istilah ialah kata atau gabungan kata yang dengan

cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan atau siat yang khas dalam bidang

tertentu. istilah dapat dibedakan antara istilah khusus dan istilah umum. menurut tim

penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa istilah khusus ialah istilah

yang pemakaiannya dan/atau maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu, sedangkan

istilah umum adalah istilah yang menjadi unsur bahasa yang digunakan secara umum.

misalnya:

istilah khusus istilah umum

vonis ekstra

prasmanan global

debet agenda

ada beberapa sumber yang dapat dijadikan istilah dalam bahasa indonesia, yaitu

kosakata bahasa indonesia, kosa kata bahasa serumpun, dan kosa kata bahasa asing.

syarat kata indonesia yang dapat dijadikan istilah ialah kata umum baik yang lazim

maupun yang tidak lazim, yang memenuhi salah satu syarat yang telah ditentukan. syarat-

syarat itu ialah: (a) kata yang dengan tepat mengungkapkan makna konsep, proses,

keadaan atau sifat yang dimaksudkan; (b) kata yang lebih singkat daripada yang lain yang

berujukan sama seperti gulma dan tumbuhan penggangggu. (c) kata yang tidak bernilai

20

Page 21: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

rasa (berkonotasi) buruk dan sedap didengar, seperti tuna rungu jika dibandingkan dengan

tuli.

istilah dapat dibentuk dari kosakata bahasa serumpun. kosakata bahasa

serumpun dijadikan sumber istilah apabila di dalam bahasa indonesia tidak ditemukan

istilah yang dengan tepat dapat mengungangkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang

dimaksudkan. bahasa serumpun yang dijadikan sumber istilah baik yang lazim maupun

yang tidak lazim.

misalnya:

gambut (banjar) peat (inggris)

nyeri (sunda) pain (inggris)

bahasa asing dapat dijadikan sumber peristilahan indonesia apabila tidak

ditemukan dalam bahasa indonesia dan dalam bahasa

serumpun. pembentukan istilah baru itu dengan jalan menerjemahkan, menyerap, dan

menyerap sekaligus menerjemahkan istilah asing.

menerjemahkan:

samenwerking - kerjasama

penyerapan:

energy - energi

penyerapan dan penerjemahan sekaligus

subdevision - subbagian

tidak semua istilah asing yang dijadikanistilah baru dalam bahasa indonesia

dengan jalan diterjemahkan, diserap, dan diserap sekaligus diterjemahkan. istilah asing

yang ejaannya betahan dalam banak bahasa juga dipakai dalamahasa indonesia dengan

syarat diberi garis bawah arau dicetak miring. misalnya kata allegro moderato yang

berarti kecepatan sedang (dalam musik)

perlatihan

21

Page 22: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

I. penggallah kata-kata berikut ini sesuai dengan ketentuan pedoman pemenggalan

kata!

1. eksperimen 6. fotografi 11. ekspansi

16. halalbihalal

2. eksponen 7. putra 12. pulau 17. infrastruktur

3. eksklusif 8. bioskop 13. survei 18. patriotisme

4. atmosfer 9. transplantasi 14. aerobik 19. ekstrem

5. transmigrasi 10. transaksi 15. audiovisual 20.

transliterasi

ii. penulisan akronim ada yang ditulis dengan huruf besar semua, huruf pertama saja yang

ditulis dengan huruf besar, dan ada yang ditulis dengan huruf kecil semua?.

bagaimanakah aturan penulisan akronim tersebut? jelaskan!

iii.tulis kembali kalimat-kalimat berikut ini dengan ejaan yang benar.!

a. ia membaca buku yang bejudul pengaruh bulan romadhon terhadap

perekonomian rakyat dari hari ke hari.

b. masihkah anda mempunyai bapak dan ibu?

c. sejak dilantik menjadi presiden, presiden megawati tinggal diistana.

d. jangan kau perhatikan kejadian ditempat itu.

e. ia mengendarai mobil dengan kecepatan 2 km permenit

f. nama ilmiah buah manggis ialah caicinia mangortama.

g. bambang prakosa s.t. (sarjana teknik) ditempat itu digaji 2 juta rupiah

perbulan.

h. tuhan maha esa, maha kasih, dan maha mengetahui.

i. tepat pukul 12:30.10 w.i.b. acara itu dibuka.

j. dua puluh lima mahasiswa mengadakan bakti sosial ke daerah terpencil.

22

Page 23: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

iv.istilah-istilah asing tidak dapat begitu saja masuk ke dalam istilah bahasa indonesia.

bagaimanakah prosedur pemasukan istilah asing ke dalam bahasa indonesia? jelaskan!

bab iii

bahasa baku bahasa indonesia

standar kompetensi: memahami kaidah bahasa baku bahasa indonesia

kompetensi dasar : a. memahami ciri-ciri gramatikal kalimat baku bahasa

indonesia

b. memahami sebab-sebab ketidak bakuan bahasa indonesia

indikator:

1, memahami pengertian bahasa indonesia baku

2. mengidentifikasi ciri-ciri kalimat baku bahasa indonesia

3. menjelaskan kontaminasi dalam bahasa indonesia

4. memahami interferensi yang terjadi dalam bahasa indonesia

5. memahami lafal yang benar dalam bahasa indonesia baku.

tujuan

23

Page 24: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

1. melalui ceramah dan tanya jawab, mahasiswa dapat memahami pengertian bahasa

indonesia baku.

2. melalui membaca intensif, mahasiswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri kalimat baku

bahasa indonesia.

3. melalui diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan peristiwa kontaminasi dalam bahasa

indonesia.

4. setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat memahami interferensi dalam bahasa

indonesia dengan enar.

5. setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat memahami lafal yang benar dalam bahasa

indonesia baku.

24

Page 25: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

3.1 pendahuluan

bahasa indonesia baku berbeda dengan bahasa indonesia tak baku. menurut

susilo (1990:1) bahasa indonesia baku sama dengan bahasa indonesia resmi. bahasa

indonesia baku mempunyai beberapa keunggulan. salah satu keunggulan bahasa

indonesia baku ialah seragam untuk seluruh indonesia. dengan demikian bahasa indonesia

tak baku tidak seragam untuk seluruh bahasa indonesia. bahasa indonesia tak baku sama

dengan bahasa indonesia tak resmi. bahasa indonesia tak resmi sama dengan bahasa

indonesia ragam dialek.

bahasa indonesia sebagai bahasa resmi di indonesia mempunyai kedudukan yang

paling tinggi di antara bahasa-bahasa yang ada di indonesia. bahasa indonesia sebagai

bahasa yang dipakai oleh hampir seluruh bangsa indonesia mendominasi pemakaian

bahasa-bahasa di indonesia. bahasa-bahasa di indonesia dapat dibedakan antara bahasa

indonesia dan bahasa “yang bukan bahasa indonesia”. bahasa selain bahasa indonesia

jumlahnya banyak sekali di indonesia. bahasa-bahasa ini disebut bahasa daerah, dan

dipakai oleh etnis-etnis sesuai dengan nama bahasa itu. misalnya bahasa jawa dipakai oleh

sebagian besar etnis jawa, bahasa sunda dipakai oleh sebagian besar etnis sunda, bahasa

bugis dipakai oleh mayoritas etnis bugis. pemakaian ini tidak berarti bahwa bahasa daerah

hanya dipakai sebagai alat komunikasi etnis dari bahasa itu, tetapi biasanya juga dipakai

etnis lain yang bersosialisasi dengan etnis pemakai bahasa itu. misalnya bahasa jawa di

pulau jawa juga dipakai sebagai alat komunikasi oleh etnis di luar jawa yang telah lama

tinggal di pulau jawa.

bahasa indonesia mempunyai posisi yang paling tinggi di antara bahasa-bahasa

lain di indonesia, karena kedudukan bahasa indonesia telah diatur dalam undang-undang

dasar ’45. di dalam uud ’45 bab xv pasal 36 dinyatakan bahwa bahasa negara adalah

bahasa indonesia. kedudukan bahasa daerah tidak diatur secara eksplisit di dalam uud ’45.

bahasa daerah hanya diatur dalam penjelasan tentang undang-undang dasar negara

indonesia. di dalam penjelasan tentang bab xv pasal 36 uud ’45 dinyatakan “di daerah-

daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik

(misalnya bahasa jawa, sunda, madura dsb.) bahasa-bahasa itu akan dihormati dan

dipelihara juga oleh negara. bahasa-bahasa itu merupakan bagian dari kebudayaan

indonesia”.

25

Page 26: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

bahasa indonesia sebagai bahasa yang dipakai oleh mayoritas bangsa indonesia

terdiri atas beberapa dialek, seperti bahasa indonesia dialek betawi, bahasa indonesia di

alek medan, bahasa indonesia dialek ambon dan sebagainya. gatot susilo membedakan

antara bahasa indonesia resmi dan bahasa indonesia tak resmi. menurut gatot susilo

(1990:1) bahasa indonesia baku bertolak dari bahasa indonesia resmi. bahasa indonesia

resmi adalah bahasa indonesia yang dipakai dalam situasi resmi.

pemakaian bahasa indonesia dapat dibedakan antra bahasa resmi dan bahasa

tidak resmi. bahasa indonesia resmi dipakai dalam situasi resmi seperti di dalam upacara-

upacara, rapat, dalam lembaga pensdidikan dan lain-lain. bahasa indonesia tak resmi

dipakai dalam situasi non-formal, atau situasi tak resmi. di dalam situasi tak resmi

masyarakat sering memakai bahasa indonesia dialek. pemakaian dialek ini cenderung

dipengaruhi oleh geografis etnis masyarakat pemakainya. masyarakat betawi cenderung

memakai bahasa indonesia dialek betawi. masyarakat batak cenderung memakai bahasa

indonesia dialek batak, dan masyarakat minangkabau cenderung memakai bahasa

indonesia dialek minangkabau. moeliono (1988: 3) menyatakan bahwa dialek atau logat

dikenal sebagai ragam daerah. pernyataan moeliono ini menyiratkan bahwa pengertian

dialek cenderung pada pemakaian ragam bahasa pada tempat tertentu.

dialek berasal dari bahasa yunani, dialektos. menurut meilet dalam ayatrohaedi

(1979:2) xiri utama dialek ialah adanye perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam

perbedaan. harimurti kridalaksana memberikan batasan dialek sebagai berikut.

variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai; variasi bahasa yang dipakai

oleh kelompok bahasawan di tempat tertentu (=dialek regional), atau oleh

golongan tertentu dari suatu kelompok bahasawan (=dialek sosial); atau oleh

kelompok bahasawan yang hidup dalam waktu tertentu (dialek temporal)”

(kridalaksana, 1982:34).

selanjutnya kridalaksana membagi dialek menjadi empat macam (1982:34),

yaitu dialek regional, dialek sosial, dialek temporal, dan dialek tinggi. dialek regional

adalah dialek yang dipakai oleh masyarakat dalam suatu tempat tertentu, seperti dialek

betawi. dialek sosial adalah suatu dialek dalam kelompok sosial tertentu. dialek temporal

adalah dialek yang dipakai dalam waktu tertentu, seperti bahasa jawa kuno. dialek tinggi

26

Page 27: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

adalah variasi suatu bahasa yang dianggap sebagai standar, dan merupakan dialek yang

dianggap lebih tinggi dari dialek-dialek lain.

robins (1992: 60) memberi batasan tentang dialek, yaitu kesamaan jenis

abstraksi seperti bahasa. tetapi cakupan dialek lebih sedikit penutur, dan lebih mendekati

bahasa sebenarnya yang digunakan oleh penuturnya. jadi dialek merupakan bagian dari

suatu bahasa yang luas, dengan ciri-ciri tertentu sesuai dengan ciri yang disepakati oleh

kelompok regional, sosial, dan temporal. bahasa indonesia dialek betawi adalah bahasa

yang terdapat dalam wilayah betawi, yang secara arbriter kekhasannya disepakati oleh

masyarakat betawi. demikian juga bahasa jawa kuna adalah bahasa jawa yang secara

temporal pemakaiannya disepakati oleh masyarakat jawa pada saat tertentu, yaitu pada

zaman majapahit.

3.2 bahasa baku

di samping dialek dikenal pula bahasa baku. bahasa baku merupakan bahasa

yang dianggap mempunyai tempat lebih tinggi daripada dialek. di dalam bahasa indonesia

sering terdengar imbauan agar memakai bahasa indonesia yang baik dan benar. bahasa

indonesia yang baik dan benar adalah bahasa indonesia yang berada di luar dialek

regional, maupun sosial, bahasa indonesia yang baik dan benar mencakup daerah yang

sangat luas pemakaiannya, yang dapat menembus daerah dialek regional maupun wilayah

dialek sosial. bahasa indonesia yang baik dan benar merupakan bahasa indonesia yang

standar.

indonesia sebagai negara yang mempunyai banyak bahasa memang memerlukan

bahasa persatuan. di samping bahasa indonesia, di indonesia terdapat banyak bahasa

daerah. masyarakat indonesia yang terdiri dari berbagai etnis biasanya tidak saling

memahami bahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah yang lain, kecuali bagi yang

sudah lama berinteraksi dengan bahasa daerah tertentu. di samping bahasa daerah, masih

terdapat banyak dialek di dalam bahasa indonesia. pemakaian berbagai macam dialek

dalam perundang-undangan dan surat menyurat resmi akan dapat menimbulkan

kesalahpahaman, karena ada kemungkinan suatu dialek tertentu tidak dipahami oleh

pemakai dialek yang lain. oleh karena itu penting mempunyai bahasa persatuan dalam

masyarakat bahasa yang mempunyai banyak bahasa seperti di indonesia.

27

Page 28: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

pengertian bahasa baku menurut kridalaksana mengacu pada bahasa standar.

selanjutnya kridalaksana memberi batasan bahasa standar (standard language ) sebagai

berikut.: 1. ragam bahasa atau dialek yang diterima untuk dipakai dalam situasi resmi,

seperti dalam perundang-undangan, surat-menyurat resmi, berbicara di depan umum, dsb.;

2. bahasa persatuan dalam masyarakat bahasa yang mempunyai banyak bahasa

(kridalaksana, 1982: 21).

sesuai dengan pendapat kridalaksana, sebenarnya bahasa baku juga merupakan

dialek. bahasa baku merupakan dialek yang mempunyai posisi lebih penting daripada

dialek-dialek yang lain, karena diterima untuk dipakai dalam situasi resmi. di samping itu

bahasa baku dipakai juga dalam perundang-undangan, surat-menyurat resmi, dan

berbicara di depan umum. dialek yang lain (di luar bahasa baku) kedudukannya tidak

seperti dalam bahasa baku, karena tidak dapat dipakai dalam situasi resmi, perundang-

undangan, surat-menyurat resmi dan berbicara di depan umum. pernyataan kridalaksana

tentang bahasa baku tersebut sesuai dengan pendapat robins.

menurut robins (1992: 67) yang dimaksud dengan bahasa baku ialah “sebuah

dialek atau suatu kelompok dialek yang banyak persamaannya, yang mempunyai martabat

tinggi sebagai bahasa orang terpelajar di ibu kota atau sebagai suatu kelompok masyarakat

terhormat.

bahasa indonesia yang mempunyai berbagai macam dialek memerlukan sebuah

dialek yang diakui oleh semua penutur berbagai macam dialek tersebut. dialek ini yang

disepakati sebagai alat komunikasi antar penutur berbagai macam dialek tersebut. bahasa

baku dipakai sebagai alat komunikasi lintas dialek, karena dialek yang khas dari suatu

daerah sering tidak dimengerti oleh penutur dialek lain.

robin mengatakan untuk mewakili bahasa baku menurut tradisi dan kebiasaan

diambil dari bahasa kalangan terpelajar di ibu kota sebuah negara (1992: 60). bahasa kaum

terpelajar memungkinkan untuk diambil menjadi bahasa baku, karena kalangan terpelajar

tersebar di seluruh wilayah negara. bahasa kalangan terpelajar memungkinkan untuk

menjadi bahasa ilmu pengetahuan. di samping itu antara ragam dialek yang satu dengan

dialek yang lain kadang-kadang mempunyai arti yang bertolak belakang. kata sing bahasa

jawa standar mempunyai arti yang bertolak belakang dengan sing bahasa jawa dialek

28

Page 29: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

banyuwangi. sing dalam bahasa jawa standar berarti “yang”, sedang sing dalam bahasa

jawa dialek banyuwangi berarti “tidak”. kalimat aku sing nulis dalam bahasa jawa standar

berarti ‘saya yang menulis’ tetapi di dalam bahasa jawa dialek using berarti ‘saya tidak

menulis’. oleh karena itu bahasa baku sebagai bahasa standar sangat diperlukan.

kelompok-kelompok masyarakat tertentu, waktu, dan geografi memang

cenderung menimbulkan terbentuknya dialek suatu bahasa. oleh karena itu perlu adanya

suatu dialek yang diakui oleh semua kelompok masyarakat. dialek inilah yang disebut

bahasa baku. bahasa baku menurut moeliono (1988: 14) mempunyai empat fungsi, yaitu:

fungsi pemersatu, fungsi pemberi khasan, fungsi pembawa kewibawaan, dan fungsi

sebagai kerangka acuan.

bahasa baku diharapkan dapat mempersatukan masyarakat yang terdiri dari

berbagaimacam etnis dan bahasa ataupun masyarakat-masyarakat yang memakai berbagai

macam dialek. di negara-negara tertentu bahasa sering menimbulkan masalah yang dapat

mengganggu stabilitas politik maupun keamanan suatu negara. di philipina, pemakaian

bahasa tagalok sebagai bahasa nasional ternyata menimbulkan kecemburuan bagi

masyarakat di luar suku tagalok (samsuri, 1985: 27). di philipina bahasa tagalok justru

tidak mempersatukan berbagai macam suku dengan berbagai macam bahasa. hal ini

berbeda dengan di indonesia. bahasa melayu yang kemudian menjadi bahasa indonesia,

diakui oleh semua etnis di indonesia untuk diangkat sebagai bahasa resmi, bahasa yang

menjadi alat komunikasi berbagai macam etnis. oleh karena itu bahasa indonesia dapat

berperan sebagai pemersatu.

bahasa baku berfungsi pemberi khasan, berarti bahwa bahasa baku sebagai suatu

dialek yang diakui oleh pemakai berbagai macam dialek mempunyai ciri khas tersendiri

dibanding dialek-dialek yang lain. kekhasan bahasa baku ini dapat diterima oleh pemakai

dialek di luar bahasa baku. bahasa baku berfungsi pembawa kewibawaan, karena adanya

suatu dialek yang diakui oleh seluruh masyarakat di suatu negara dapat menimbulkan

kewibawan di hadapan negara lain. bahasa indonesia baku berbeda dengan bahasa melayu

sdingapura maupun bahasa melayu malaysia. bahasa indonesia baku khas bahasa

indonesia yang dipakai oleh masyarakat terpelajar di indonesia. bahasa baku menjadi

kerangka acuan, karena bahasa baku mempunyai kaidah dan gramatika yang jelas. bahasa

baku adalah bahasa yang standar, bahasa yang menjadi pedoman.

29

Page 30: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

3.3 bahasa indonesia baku

telah dikemukakan oleh robins (1992: 67) bahwa bahasa baku adalah sebuah

dialek orang-orang terpelajar di ibukota yang banyak persamaannya sebagai bahasa

kelompok masyarakat terhormat. bertitik tolak dari pendapat robins dapat dikemukakan

bahwa bahasa indonesia baku adalah bahasa indonesia ragam dialek yang mempunyai

martabat tinggi, yang menjadi bahasa orang terpelajar sebagai bahasa kelompok

masyarakat terhormat di indonesia .

gatot susilo (1990: 1) memberi batasan bahasa indonesia baku seperti berikut:

“bahasa indonesia baku ialah bahasa indonesia yang baik dan benar, bahasa indonesia

yang serius, bahasa indonesia yang tertib, bahasa indonesia yang sangkil, bahasa indonesia

yang resmi, bahasa indonesia yang menjadi ukuran (patokan)”.

bahasa indonesia baku tidak hanya baik, tetapi harus benar, bahasa yang baik

seperti bahasa yang dipakai dalam karya sastra belum tentu benar. bahasa indonesia baku

merupakan perpaduan antara bahasa yang baik dan benar. pengertian benar dalam bahasa

indonesia baku terutama harus memenuhi kaidah gramatika dalam bahasa indonesia.

bahasa indonesia yang tertib harus taat asas, harus konsisten. bahasa indonesia

yang tidak tertib merupakan hasil pelanggaran dari pemakai bahasa. unsur interferensi

merupakan contoh ketidaktertiban dalam bahasa indonesia. ragam bahasa yang dipakai

penyiar siaran lagu-lagu dalam siaran radio swasta seperti “terima kasih atas atensinya”

merupakan contoh ketidaktertiban bahasa indonesia. di dalam bahasa indonesia sudah ada

kata ‘perhatian’, oleh karena itu tidak perlu memakai kata ‘atensi’.

bahasa indonesia yang sangkil adalah bahasa indonesia yang tepat guna. setiap

unsur yang ada di dalam bahasa itu harus mempunyai fungsi, sesuai dengan fungsi yang

dikehendaki oleh penutur. pemakaian unsur-unsur yang tidak tepat di dalam suatu kalimat

dapat menimbulkan kesalahpahaman. unsur-unsur itu dapat berupa gramatika, pemakaian

kosa kata, dan pemakaian ejaan di dalam bahasa tulis, serta ketepatan lafal di dalam

bahasa lisan.

bahasa indonesia resmi adalah bahasa indonesia yang dipakai dalam situasi

resmi. yang dimaksud situasi resmi menurut susilo (1990: 1) bahwa bahasa itu mempunyai

taraf reasional, mempunyai sifat kenegaraan, menyangkut kepentingan bangsa

30

Page 31: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

(masyarakat, umum), serius, dipenuhi gagasan (ide, pikiran). dengan syarat-syarat yang

dikemukakan oleh gatot susilo di atas, bahasa indonesia resmi memungkinkan untuk dapat

dipakai oleh seluruh masyarakat indonesia yang terdiri atas berbagai macam etnis dan

bahasa daerah. dalam situasi tidak resmi, bahasa daerah ataupun ragam dialek di luar

ragam dialek baku dapat dipakai oleh masyarakat indonesia. pemakaian bahasa daerah

atau ragam dialek non-baku tersebut justru akan lebih menimbulkan situasi akrab dan

kekeluargaan, karena ragam dialek non-baku dan bahasa daerah mengandung unsur-unsur

budaya setempat, dan tidak terkesan formal. di dalam bahasa jawa misalnya, pemakaian

bahasa jawa di dalam situasi tidak resmi mengandung unsur budaya unggah-ungguh

masyarakat jawa, karena bahasa jawa ragam ngoko, krama, dan krama inggil tidak dapat

diterapkan pada semua orang.

bahasa indonesia mempunyai berbagai macam ragam dialek. adanya berbagai

ragam dialek di dalam bahasa indonesia, perlu adanya satu dialek yang dapat dijadikan

patokan bagi dialek-dialek yang lain. sebagai bahasa orang terpelajar, bahasa indonesia

baku memungkinkan untuk dijadikan patokan (ukuran) bagi dialek-dialek yang ada di

dalam bahasa indonsia.

3.4 ciri-ciri kalimat baku bahasa indonesia

kalimat menurut alwi dkk.. (2000: 311) “bagian terkecil ujaran atau teks

(wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan”. susilo (1990: 2)

mengemukakan lima ciri kalimat bahasa indonesia. kelima ciri tersebut ialah: bermakna,

bersistem urutan frase, dapat berdiri sendiri dalam hubungannya dengan kalimat yang lain,

berjeda, dan berakhir dengan berhentinya intonasi (berintonasi selesai). kelima ciri

tersebut adalah ciri umum sebuah kalimat. kalimat yang memenuhi kelima ciri tersebut

merupakan kalimat bahasa indonesia, namun belum menjamin bahwa kalimat itu kalimat

baku. sebagai contoh kalimat “di tempat itu dijadikan pertemuan bagi pihak yang bertikai

di poso.” kalimat ini bukan kalimat baku meskipun memenuhi kelima ciri kalimat di atas.

unsur subyek tidak tampak dalam kalimat itu.

ciri-ciri kalimat baku menurut susilo (1990: 4) yaitu: gramatikal, masuk akal,

bebas dari unsur yang mubazir, bebas dari kontaminasi, bebas dari interferensi, sesuai

dengan ejaan yang berlaku, dan sesuai dengan lafal bahasa indonesia.

31

Page 32: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

3.4.1 ciri gramatikal

kalimat baku harus gramatikal, yaitu kalimat baku harus memenuhi kaidah yang

ada. kalimat baku bahasa indonesia harus memenuhi kaidah yang berlaku di dalam bahasa

indonesia. kaidah-kaidah tersebut menurut susilo (1990: 4) harus memenuhi tata kalimat

(sintaksis), tata frase (frasiologi), tata morfem (morfologi, dan tata fonem (fonemik,

fonologi).

kalimat bahasa indonesia secara gramatika paling tidak harus terdiri atas subjek

dan predikat. kedua unsur tersebut harus dipenuhi. sebuah kalimat mungkin tanpa objek

atau keterangan, tetapi unsur subjek dan predikat tidak dapat ditinggalkan. unsur subjek

dan predikat merupakan dua unsur yang mempunyai sifat saling ketergantungan. unsur

subjek tidak akan bermakna tanpa predikat, demikian juga unsur predikat. kalimat george

w. bush kehilangan akal untuk menemukan keberadaan usamah terdiri atas unsur subjek

george bush, unsur predikat kehilangan akal, dan unsur keterangan untuk menemukan

keberadaan usamah. apabila unsur keterangan dalam kalimat tersebut dihilangkan,

kalimat tersebut masih berterima. namun apabila salah satu unsur subjek atau predikat

dihilangkan, akan kehilangan makna.

moeliono (1988: 260) menyatakan bahwa kalimat tunggal yang terdiri atas dua

konstituen, dilihat dari aspek sintaktisnya selalu berupa subjek dan predikat. kalimat di

tempat itu sering dilanda banjir secara gramatika tidaklah baku. unsur subjek dalam

kalimat tersebut tidak jelas. kalimat itu terdiri atas dua konstituen, yaitu di tempat itu dan

sering dilanda banjir. konstituen-konstituen itu masing-masing di tempat itu menduduki

jabatan keterangan , sering dilanda predikat, dan banjir sebagai objek. unsur predikat dan

objek merupakan satu frasa, karena kedua unsur itu mempunyai hubungan yang sangat

erat. kalimat di tempat itu sering dilanda banjir bukanlah kalimat baku, karena unsur

subjeknya tidak ada. pemakaian kata depan yang tidak terkontrol sering mengaburkan

fungsi jabatan frase dalam suatu kalimat. pemakaian kata depan “di” pada kalimat itu

justru mengaburkan fungsi subjek. karena subyek diawali dengan kata depan “di”, maka

fungsi subyek pada kalimat tersebut berubah menjadi keterangan tempat.

di dalam sebuah kalimat, unsur subjek dan predikat bersifat tunggal. unsur

keterangan di dalam sebuah kalimat dapat terdiri atas dua atau lebih, tetapi unsur subjek

32

Page 33: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

dan predikat harus tunggal. menurut susilo (1990: 5) kalimat yang mempunyai subyek

ganda menjadikan suatu kalimat menjadi tidak baku.

kalimat tanah ini akan dibangun kampus unesa secara gramatika tidak dapat

dikatakan baku. unsur subjek dalam kalimat tersebut tidak jelas, karena kalimat itu dapat

di ubah susunannya menjadi kampus unesa akan dibangun tempat ini. apabila ada

pertanyaan “apa yang akan dibangun?” jawabannya dapat tempat ini atau kampus unesa.

dengan demikian kalimat tersebut memiliki subjek ganda. timbulnya subjek ganda pada

kalimat ini akibat ketidakcermatan pemakaian kata depan. apabila frase tempat ini diawali

dengan kata depan di, frase di tempat ini akan berfungsi sebagai keterangan tempat. oleh

karena itu kalimat itu akan menjadi baku jika menjadi kampus unesa akan dibangun di

tempat ini.

ciri gramatikal kalimat bahasa indonesia baku yang lain subjek tidak diawali

kata depan (susilo, 1990: 6). pemakaian kata depan yang mengawali subjek justru akan

mengubah fungsi subjek itu sendiri. kalimat dalam rapat itu membicarakan kenaikan spp

merupakan kalimat bahasa indonesia yang tidak baku. unsur subyek tidak jelas dalam

kalimat itu. frase membicarakan memenuhi ciri sebagai predikat, tetapi frase dalam rapat

itu tidak dapat dikatakan sebagai subjek. dalam rapat itu lebih tepat berfungsi sebagai

keterangan. pemakaian kata depan dalam justru mengaburkan fungsi subjek. kalimat itu

menjadi baku apabila dihilangkan kata dalam. rapat itu membicarakan kenaikan spp.

unsur subjek diduduki oleh frase rapat itu.

di dalam sebuah kalimat unsur subjek dan predikat bersifat tunggal. subjek atau

predikat yang ganda membuat sebuah kalimat tidak baku. menurut moeliono (1988: 260-

261) subjek mudah dikenali karena tidak mengkin berupa kata ganti tanya. kalimat siapa

pulang? bukanlah kalimat baku. kata pulang tidak dapat menduduki fungsi subjek.

demikian juga siapa sebagai kata ganti tanya tidak mungkin menduduki jabatan subjek.

kalimat siapa pulang? merupakan kalimat yang berpredikat ganda. untuk menjadikan

kalimat itu baku, maka salah satu predikat harus dikembalikan fungsinya sebagai subjek.

kalimat itu menjadi baku apabila menjadi siapa yang pulang?. kalimat ini dapat diubah

susunannya menjadi yang pulang siapa? frase yang pulang sebagai subjek, dan siapa

sebagai predikat.

33

Page 34: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

menurut cook (1971) dan elson (1969) (dalam tarigan, 1993: 8) kalimat adalah

satuan bahasa yang secara relaif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola akhir dan yang

terdiri dari klausa. pendapat cook dan elson ini mengandung tiga syarat untuk sebuah

kalimat. pertama sebuah kalimat harus dapat berdiri sendiri. karena kalimat harus dapat

berdiri sendiri, kalimat itu harus bermakna tanpa dihubungkan dengan kalimat yang lain.

sebagai contoh dua kalimat berikut ini. pencuri itu tewas dibakar massa. sehingga

identitasnya sulit dikenali. kalimat pertama dapat kita pahami maknanya meskipun tanpa

kehadiran kalimat kedua. tetapi kalimat kedua sehingga identitasnya sulit dikenali tidak

dapat kita pahami secara sempurna makna kalimat tersebut, tanpa kehadiran kalimat

pertama. kalimat kedua bukanlah kalimat baku karena tidak dapat berdiri sendiri . di

samping itu kalimat kedua juga bukan klausa, karena klausa paling tidak harus terdiri atas

subjek dan predikat.

ciri kalimat baku bahasa indonesia yang lain adalah ciri permutasi. menurut

susilo (1990: 8) kalimat baku tidak mengalami kejanggalan setelah mengalami

perpindahan letak frase (permutasi). kalimat bahasa indonesia terdiri atas urutan frase,

bukan urutan kata. frase-frase di dalam sebuah kalimat dapat kita ubah susunannya tanpa

terjadi perubahan makna, dan mengalami kejanggalan. apabila sebuah kalimat mengalami

kejanggalan setelah mengalami perubahan letak frase menunjukkan bahwa kalimat

tersebut bukan kalimat baku. sebagai contoh kalimat, tempat ini akan dibangun kampus

unesa bila dipermutasikan sebagai berikut.

permutasi kalimat tidak baku:

tempat ini akan dibangun kampus unesa.

tempat ini kampus unesa akan dibangun.

akan dibangun kampus unesa tempat ini.

akan dibangun tempat ini kampus unesa.

kampus unesa tempat ini akan dibangun.

kampus unesa akan dibangun tempat ini.

kejanggalan kalimat-kalimat hasil permutasi di atas akan semakin jelas jika

dibandingkan dengan hasil permutasi kalimat yang baku berikut ini.

permutasi kalimat baku:

34

Page 35: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

di tempat ini akan dibangun kampus unesa.

di tempat ini kampus unesa akan dibangun.

akan dibangun kampus unesa di tempat ini.

akan dibangun di tempat ini kampus unesa.

di tempat ini akan dibangun kampus unesa.

di tempat ini kampus unesa akan dibangun.

kalimat baku bahasa indonesia dapat ditandai dari ciri-ciri sintaksisnya. menurut

sumowijoto (1980b: 12) ciri-ciri sintaksis kalimat baku bahasa indonesia dapat ditandai

dari ciri inversi, ciri fungsi, dan ciri rekonstruksi (permutasi). ciri inversi adalah

perubahan pola subjek-predikat menjadi predikat-subjek. ciri fungsi merupakan peran

tiap-tiap kata dalam suatu kalimat. apabila sebuah kata dapat dihilangkan tanpa mengubah

makna suatu kalimat, merupakan indikasi bahwa suatu kata tidak memunyai fungsi. ciri

rekonstruksi (permutasi) adalah ketidakjanggalan suatu kalimat bila dipermutasikan atas

frase-frasenya.

hubungan predikat verbal transitif dengan objek penderita dalam kalimat baku

perlu mendapatkan perhatian. predikat verbal transitif mempunyai hubungan yang erat

dengan objek. kalimat baku menurut susilo (1990: 8) hubungan predikat transitif dengan

obyek penderita tidak boleh “terganggu” oleh kata depan.antara predikat verbal transitif

dengan objek merupakan satu kesatuan yang membentuk frasa. oleh karena itu antara

predikat verbal transitif dengan objek penderita tidak dapat disisipi oleh kata depan.

penyisipan kata depan akan mengacaukan fungsi objek. kalimat narkoba membahayakan

bagi masyarakat berpredikat verbal transirif. karena berpredikat vercal transirif, kalimat

tersebut perlu dilengkapi dengan objek. yang menjadi pertanyaan yang manakah objek

dalam kalimat tersebut? hubungan antara predikat dan objek sangat erat, tidak bisa

dipisahkan. kalau frasa bagi masyarakat dianggap sebagai objek, hal itu tidak mungkin,

karena frase itu dapat dipisahkan dengan predikat. apabila dipermutasikan menjadi bagi

masyarakat narkoba membahayakan. dari kemampuan unrtuk permutasi tersebut frase

bagi masyarakat lebih tepat menduduki fungsi sebagai keterangan. namun karena kalimat

tersebut kalimat verbal transirif, objek mutlak diperlukan. ketidakbakuan kalimat narkoba

membahayakan bagi masyarakat sebenarnya terletak pada kesalahan menempatkan kata

35

Page 36: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

depan antara predikat verbal transitif dengan objek pebnderita. apa bila kata depan “bagi”

dihilangkan, kalimat ini menjadi baku.

pemakaian bentuk pasif aspek, agens, dan verba perlu mendapat perhatian dalam

kalimat. aspek merupakan kategori gramatikal verba yang menunjukkan lama dan jenis

perbuatan seperti (kridalaksana, 1982: 16). agens adalah pelaku, nomina yang

menampilkan perbuatan atau memulai suatu kejadian. pemakaian bentuk pasif “aspek +

agens + verba” harus dipakai secara taat asas (susilo, 1990: 9).

hubungan antara “aspek, agens, dan verba” bentuk pasif di dalam bahasa

indonesia bersifat baku. urutan antara aspek, agens, dan verba tidak dapat diubah-ubah.

perubahan urutan aspek, agens, dan verba apabila diubah menimbulkan kalimat yang tidak

baku. kalimat masalah itu kami sudah laporkan kepada pimpinan merupakan contoh

pemakaian bentuk pasif “aspek+agens+verba” yang tidak konsisten, karena susunannya

diubah menjadi “agens+aspek+verba”. untuk menjadikannya kalimat baku susunannya

harus dikembalikan menjadi “aspek+agens+verba”, sehingga menjadi masalah itu sudah

kami laporkan kepada pimpinan.

ketidakbakuan kalimat bahasa indonesia juga dapat diakibatkan oleh pemakaian

morfem terikat yang tidak tepat. kata dirubah dan merubah merupakan contoh pemakaian

morfem terikat yang tidak tepat. kata rubah di dalam bahasa indonesia berarti anjing yang

bermoncong panjang. bentuk kata dirubah dan merubah merupakan bentuk kata kerja.

kata dirubah dan merubah merupakan merupakan bentuk yang tidak baku. seharusnya

kata itu diubah” dan “mengubah” karena berasal dari kata dasar “ubah”.

pemakaian morfem yang tidak tepat akan tampak lebih jelas apabila berada

dalam konteks kalimat. penutup surat atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih

menampakkan gejala pemakaian morfem terikat yang tidak tepat. morfem –nya pada kata

perhatiannya bermakna sebagai kata ganti orang ketiga. padahal di dalam surat kita

berkomunikasi dengan orang kedua. seharusnya ucapan terima kasih tersebut ditujukan

kepada orang kedua sebagai orang yang dituju dalam kalimat tersebut.

ketidak bakuan dalam pemakaian awalan me- seperti terjadi pada pemakaian

bentuk kait-mengkait, mengetrapkan, menyintai, menyontoh, menyubit (badudu, 1981: 53-

54). konsonan “k” di dalam bahasa indonesia apabila didahului awaalan me- maka

konsonan ‘k” akan luluh, kemudian muncul bentuk “meng-“. jadi bentuk yang benar

36

Page 37: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

adalah kait-mengait, bukan kait-mengkait. kata mengetrapkan sebenarnya berasal dari kata

terap. kata itu apabila mendapat imbuhan me-kan, seharusnya menjadi menerapkan,

bukan mengetrapkan. kata menyintai, menyontoh, menyubit berasal dari kata dasar cinta,

contoh, dan cubit. konsonan “c” jika didahului awalan me-, bentuk me- akan berubah

menjadi men- sedang “c” tidak luluh. oleh karena itu bentuk yang benar adalam

mencintai, mencontoh, dan mencubit.

3.4.2 kata-kata mubazir dalam bahasa indoneasia

pemakaian kata-kata di dalam sebuah kalimat harus diperhitungkan fungsinya.

apabila ada unsur kata yang tidak berfungsi di dalam sebuah kalimat, akan menimbulkan

kalimat yang tidak baku. kata-kata mubazir tersebut dapat ditandai, apabila unsur kalimat

tersebut dihilangkan, tidak akan mengubah makna kalimat. menurut susilo (1990: 10)

kata-kata mubazir ialah kata-kata yang tidak berarti dan berfungsi. karena kata-kata

mubazir tidak berfungsi dan berarti, maka kata-kata itu tidak diperlukan.

unsur mubazir dalam sebuah kalimat dapat disebabkan oleh pengaruh bahasa

asing. misalnya kata adalah dalam kalimat gadis itu adalah mahasiswa unesa. kata

adalah merupakan pengaruh to be (is) dalam bahasa inggris. the girl is unesa student. kata

kopula is dalam bahasa inggris merupakan sendi kalimat, dan tidak boleh ditinggalkan

(badudu, 1980: 132). struktur bahasa indonesia berbeda dengan struktur bahasa ingris.

pemakaian kata adalah dalam konteks kalimat gadis itu adalah mahasiswa unesa tidak

diperlukan dalam bahasa indonesia.

pemakaian dua kata yang bermakna sama dalam sebuah kalimat merupakan

unsur yang mubazir, seperti pemakaian kata demi untuk, agar supaya, amat sangat, mulai

dari, sejak dari. seharusnya cukup salah satu saja yang dipakai, demi atau untuk, agar atau

supaya, amat atau sangat, mulai atau dari, sejak atau dari. tidak perlu kedua-duanya

dipakai.

3.4.3 kontaminasi

kontaminasi berarti rancu atau kacau. kontaminasi di dalam bahasa indonesia

berarti kerancuan akibat munculnya dua bentuk yang sama, yang kemudian dicampur

adukkan. karena kontaminasi merupakan kerancuan, maka kontaminasi kalimat

37

Page 38: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

merupakan unsur yang tidak baku. gatot susilo menyatakan kontaminasi perancuan dua

makna, dua unsur, atau dua struktur (1990: 10). karena kontaminasi merupakan perancuan

dua makna, dua unsur, atau dua struktur, biasanya dapat dikembalikan pada bentuk

asalnya.

perancuan di dalam bahasa indonesia oleh badudu (1980: 16) dibedakan menjadi

tiga macam, yaitu: kontaminasi bentuk kata, kontaminasi bentuk frasa, dan kontaminasi

bentuk kalimat. kontaminasi bentuk kata merupakan perancuan yang diakibatkan oleh

pembentukan kata-kata baru. pembentukan kata-kata baru itu didasarkan pada bentuk kata

yang sudah ada, paling tidak berasal dari dua bentuk yang dipadukan menjadi satu. kata

dipelajarkan merupakan unsur kontaminasi yang berasal dari dua bentuk, yaitu dipelajari

dan diajarkan. penggabungan dua kata ini menimbulkan bentuk kontaminasi

dipelajarkan. bentuk mengenyampingkan juga merupakan bentukan yang rancu. kata ini

berasal dari kata dasar samping kemudian diikuti kata depan ke, menjadi ke samping. kata

ke samping ini kemudian mendapat imbuhan me-kan, menjadi mengesampingkan. namun

di samping itu juga ada bentuk samping yang mendapat imbuhan me-kan, menjadi

menyampingkan. antara mengesampingkan dan menyampingkan kemudian dirancukan

menjadi mengenyampingkan.

kalimat bahasa indonesia terdiri atas frasa-frasa. frasa adalah gabungan dua kata

atau lebih yang sifatnya tidak predikatif (kridalaksana, 1982: 46). kalimat berulang kali ia

telah dinasihati terdiri atas tiga frasa, yaitu berulang kali, ia dan telah dinasihati. bentuk

frasa berulang kali menurut badudu (1980: 23) merupakan bentuk frasa yang rancu.

berulang kali berasal dari kata berulang-ulang dan berkali-kali. kedua frasa itu kemudian

dirancukan menjadi berulang kali.

kontaminasi kalimat tampak dalam kalimat mahasiswa dilarang tidak boleh

memalsu tanda tanga daftar hadir. apabila dikemukakan pertanyaan terhadap kalimat

tersebut apa yang dilarang? jawabnya adalah tidak boleh memalsu tanda tangan daftar

hadir (tidak memalsu tanda tangan daftar hadir). makna kalimat ini justru bertolak

belakang dengan maksud sebenarnya. tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir

(tidak memalsu tanda tangan daftar hadir) justru dilarang. berarti boleh, atau harus.

kerancuan kalimat tersebut dapat dikembalikan pada bentuk aslinay sebagai berikut.

-mahasiswa dilarang memalsu tanda tangan dsftsr hadir.

38

Page 39: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

-mahasiswa tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir.

3.4.4 interferensi

bahasa indonesia dalam perkembangannya mendapat banyak masukan dari

unsur-unsur bahasa daerah maupun dari bahasa asing. unsur bahasa daerah yang masuk ke

dalam bahasa indonesia seperti masuknya kosa kata bahasa daerah seperti mantan, nyeri,

gambut, timbel dan sebagainya. kosa kata bahasa asing yang masuk ke dalam bahasa

indonesia dari berbagai macam bahasa. kosa kata yang berasal dari bahasa belanda seperti

kata lapor, polisi, kantor. kosa kata dari bahasa inggris seperti pada kata ekonomi,

biografi, remidi dan sebagainya. kosa kata dari bahasa arab seperti pada kata pasal, wakaf,

wajib, wahyu dan sebagainya. kosa kata dari bahasa portugis seperti pada kata nona,

permen, jendela dan sebagainya.

masuknya unsur bahasa daerah dan bahasa asing ke dalam bahasa indonesia

dapat menguntungkan dan merugikan bahasa indonesia. menurut gatot susilo (1990: 11)

unsur yang memperkaya bahasa indonesia dapat diterima sebagai unsur serapan.

sedangkan unsur yang memiskinkan ditolak karena merugikan bahasa indonesia.

interferensi bahasa daerah dan bahasa asing ke dalam bahasa indonesia

diseababkan penguasaan bahasa daerah dan bahasa asing masyarakat pemakai bahasa

indonesia. penguasaan beberapa bahasa akan saling mempengaruhi. interferensi tidak

hanya terjadi di dalam bahasa indonesia saja. bahasa daerah pun sering mendapat

interferensi dari bahasa indonesia dan bahasa asing.

pada uraian tentang kata mubazir di atas telah disebutkan bahwa pemakaian

kata adalah yang tidak berfungsi dalam suatu kalimat merupakan pengaruh dari to be

dalam bahasa inggris, yaitu is. dipandang dari sudut pengaruh dari bahasa inggris

pemakaian adalah merupakan interferensi dari bahasa asing, yaitu bahasa inggris.

39

Page 40: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

interferensi dari bahasa daerah seperti tampak pada kata sekolahan dalam

konteks kalimat saya akan berangkat ke sekolahan. kata sekolahan interferensi dari

bahasa jawa. di dalam bahasa jawa kalimat itu seharusnya berbunyi saya akan berangkat

ke sekolah. interferensi dari bahasa jawa yang lain seperti pemakaian kata latihan pada

konteks kalimat anak-anak sedang latihan drama. di dalam bahasa indonesia akhiran –an

berfungsi untuk membentuk kata benda, sedangkan kata latihan berfungsi sebagai kata

kerja.

3.4.5 lafal bahasa indonesia baku

pemakaian lafal sebagai ujaran dalam bahasa indonesia masih sering dipakai

secara tidak konsisten oleh masyarakat.

indonesia mempunyai bahasa daerah yang ratusan jumlahnya. di samping itu

bahasa indonesia mempunyai berbagai macam ragam dialek. pengaruh bahasa daerah dan

dialek dalam lafal bahasa indonesia baku sangat besar. lafal bahasa indonesia baku

menurut badudu (1980: 115) lafal yang tidak memperdengarkan “warna” bahasa daerah,

dialek, dan warna lafal bahasa asing.

ketidakbakuan dalam bidang lafal bahasa indonesia akibat pengaruh bahasa

daerah seperti lafal t yang dilafalkan oleh penutur bahasa bali. lafal t pada kata kota bagi

etnis bali akan diucapkan seperti th bahasa jawa pada bunyi bathi (untung). ketidakbakuan

dalam bidang lafal sering kita jumpai akibat pengaruh bahasa daerah.

ketidakbakuan akibat pengaruh bahasa asing dalam bidang lafal seperti pada

pelafalan kata pasca. kata pasca pada suku kata ca seharusnya dilafalkan ca seperti pada

kata beca. namun sering dilafalkan dengan ka seperti pada kata suka. kata pasca berasal

dari bahasa sansekerta yang berarti sesudah. kata pasca sering dikacaukan dengan kata

paskah, yaitu peringatan wafat dan kebangkitan isa almasih. ketidak bakuan lafal akibat

pengaruh bahasa asing yang lain seperti pelafalan kata unit seperti pada kata koperasi unit

desa. seharusnya kata itu kita lafalkan apa adanya seperti yang tertulis, tetapi sering orang

melafalkan dengan yunit, seperti lafal aslinya dalam bahasa inggris. karena kata unit sudah

menjadi unsur serapan, seharusnya diperlakukan seperti pelafalan dalam bahasa indonesia.

40

Page 41: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

3.5 rangkuman

bahasa baku adalah bahasa standar, yaitu suatu dialek bahasa orang terpelajar,

dan dipakai dalam situasi resmi. bahasa baku mempunyai kedudukan yang lebih penting

daripada dialek yang lain. bahasa baku berfungsi sebagai pemersatu, pemberi khasan,

pembawa kewibawaan, dan sebagai kerangka acuan.

bahasa indonesia baku merupakan bahasa indonesia ragam dialek yang

mempunyai martabat tinggi, menjadi bahasa orang terpelajar sebagai bahasa kelompok

masyarakat terhormat di indonesia. bahasa indonesia baku juga bahasa yang baik dan

benar, serius, tertib, sangkil. bahasa ini dipakai dalam situasi resmi, dan menjadi patokan

bagi bahasa indonesia ragam dialek yang lain.

bahasa indonesia baku sebagai bahasa indonesia yang menjadi patokan bagi

berbagai macam dialek mempunyai beberapa ciri. ciri-ciri bahasa indonesia baku ialah

gramatikal, tidak terdapat kata-kata mubazir, tidak mengandung kontaminasi, dan tidak

ada interferensi dari bahasa daerah maupun bahasa asing.

kalimat baku bahasa indonesia harus gramatikal. kalimat baku harus memenuhi

kaidah yang ada. kaidah-kaidah itu ialah tata kalimat, tata frase, tata morfem, dan tata

fonem. di dalam tata kalimat, unsur subyek dan predikat bersifat tunggal.kalimat yang

mempunyai subjek atau predikat ganda bukanlah kalimat baku.

pemakaian kata depan yang mengawali subjek membuat kalimat menjadi tidak

baku, karena kata depan itu dapat mengubah fungsi subjek menjadi keterangan. kalimat

baku juga tidak mengalami kejanggalan apabila mengalami perubahan letak frase. ciri

gramatikal yang lain hubungan predikat verbal transitif dengan objek penderita tidak boleh

disisipi kata depan. penyisipan kata depan akan mengacaukan fungsi objek untuik predikat

verbal transitif.

pemakaian bentuk pasif aspek+agens+verba yang taat asas juga menunjukkan

ciri kalimat baku. urutan anatara aspek+agens+verba bentuk pasif dalam bahasa indonesia

tidak dapat diubah-ubah. perubahan urutan antara aspek, agens, dan verba menjadikan

kalimat tidak baku.

ketidakbakuan juga dapat disebabkan oleh pemakaian morfem terikat yang tidak

tepat. pemakaian kata ganti orang ketiga –nya dalam penutup surat merupakan contoh

pemakaian morfem yang tidak tepat. penutup surat ditujukan kepada orang kedua, bukan

41

Page 42: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

kepada orang ketiga. oleh karena itu tidak baku bila menutup dengan kalimat atas

perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

jika sebuah kalimat ada unsur yang dihilangkan tidak mengubah makna dan

fungsi masing-masing frasa, kalimat itu tidak baku karena ada unsur yang mubazir. kata-

kata mubazir ialah kata-kata yang tidak berarti dan tidak berfungsi di dalam sebuah

kalimat. pemakaian kata mubazir dalam sebuah kalimat dapat diakibatkan oleh pengaruh

bahasa asing seperti is di dalam bahasa inggris.

kontaminasi adalah kerancuan akibat perpaduan dua bentuk, dua struktur yang

bermakna sama. kontaminasi di dalam bahasa indonesia dibedakan menjadi tiga macam:

kontaminasi bentuk kata, kontaminasi bentuk frasa, dan kontaminasi bentuk kalimat.

akibat adanya kontaminasi kalimat, dapat membuat makna kalimat menjadi bertolak

belakang dengan makna yang dimaksudkan oleh penulis atau pembicara.

bahasa indonesia dalam perkembangannya mendapat banyak masukan dari

bahasa daerah maupun bahasa asing. masuknya unsur bahasa daerah dan bahasa asing ke

dalam bahasa indonesia dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan bahasa

indonesia. unsur yang memperkaya bahasa indonesia dapat diterima sebagai unsur

serapan, sedang unsur yang memiskinkan harus ditolak karena merugikan perkembangan

bahasa indonesia. unsur bahasa daerah dan bahasa asing yang merugikan dan

memiskinkan bahasa indonesia membuat kalimat tidak baku.

perlatihan

1. bahasa indonesia baku harus obyektif, ringkas, dan padat. ubahlah kalimat-kalimat

berikut ini menjadi kalimat baku!

a. banyaknya jumlah sampah yang menyumbat gorong-gorong itu saya kira

merupakan bukti rendahnya kesadaran masyarakat untuk menanggulangi bahaya

banjir.

b. berlarut-larutnya penanganan lumpur lapindo kiranya merupakan bukti betapa

sulitnya mengatasi musibah itu.

c. pendidikan agama di sekolah dasar tidak akan terlaksana dengan baik tanpa

adanya dukungan dari orang tua dalam keluarga.

42

Page 43: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

d. nilai etis tersebut di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup bagi setiap

warga negara indonesia.

e. banjir yang melanda kota itu membuktikan alangkah sulitnya mengatasi banjir

di perkotaan.

2. kata-kata berikut ini merupakan kata-kata berciri baku dan kata-kata tidakbaku. carilah

sepuluh kata berciri baku dari kata-kata berikut ini!

jadwal nasihat jadual atmosfir nasehat kwalitas

varietas analisis apotek definisi kwitansi karir

aktivitas aktifitas kuitansi karier konkrit atlit

konkret membikin lantaran ketimbang kondite varitas

3. pilih sepuluh bentukan kata berciri baku dari bentukan kata berikut ini!

berkuliah mengkikis mengikis mentaati

menyubit melola menerjemahkan kekecilan terlalu

kecil menerapkan menterapkan menaati ketabrak

tertabrak memperlebar mencubit memperlebarkan.

mengelola

4. kalimat berikut ini berciri tidak bakul, karena ketidakjelasan fungsi subyek atau

predikat.jadikanlah kalimat yang berciri baku!

a. kegagalan panen itu karena kemarau terlalu panjang.

b. di tempat itu sering dilanda banjir pada waktu musim penghujan.

c. untuk mencapai prestasi, memerlukan kerja keras.

d. kepada para undangan diharap hadir tepat waktu.

e. kesulitan itu karena tingkah lakunya sendiri.

***

43

Page 44: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

daftar pustaka

alwi, hasan dkk. 2000. tata bahasa baku bahasa indonesia. jakarta: balai pustaka.

departemen pendidikan dan kebudayaan. 1999. kamus besar ahasa indonesia. jakarta:

balai pustaka.

halim, amran. 1979. pembinaan bahasa nasional. jakarta: pusat pembinaan dan

pengembangan bahasa depdikbud.

44

Page 45: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

pusat pembinaan dan pengembangan bahasa depdikbud. 1984. politik bahasa nasional.

jakarta: balai pustaka.

sumowijoyo, gatot susilo. 1990. “kalimat baku bahasa indonesia” makalah penataran

bahasa indonesia untuk karyawan pmdu jawa timur. surabaya: ikip surabaya..

sumowijoyo, gatot susilo.2000. pos jaga bahasa indonesia. surabaya: unipress universitas

negeri surabaya.

yonohudiyono, e. dan jack parmin (penyunting). 2007. bahasa indonesia keilmuan: mata

kuliah pengemangan kepribadian. surabaya: unesa university press.

yulianto, bambang. 2007. mengembangkan menulis teknis. surabya. unesa university

press.

bab iv

45

Page 46: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

penulisan karya ilmiah

standar kompetensi: memahami sistematika penulisankarya ilmiah

kompetensi dasar : a. memahami ciri-ciri karya ilmiah b.

memahami sistematika karya ilmiah

indikator:

1, memahami pengertian karya ilmiah

2. mengidentifikasi jenis karya ilmiah

3. memahami cara pembatasan topik dengan diagram pohon dandiagram jam

4. memahami tatacara pengutipan dalamkarya ilmiah

5. memahami tatacara penulisan daftar rujukan dalam karya ilmiah.

tujuan

1. melalui ceramah dan tanya jawab, mahasiswa dapat memahami pengertian karya ilmiah

denghan benar

2. melalui membaca intensif, mahasiswa mengidentifikasi jenis karya ilmiah dengan

tepat

3. melalui diskusi, mahasiswa melakukan pembatasan topik dengan diagram pohon

dengan tepat

4. setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat memahami tatacara pengutipan dengan

benar

5. setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat memahami penulisan daftar rujukan

dengan benar

46

Page 47: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

4.1 pendahuluan

dalam kegiatan sehari-hari, manusia selalu dihadapkan pada empat keterampilan

berbahasa: menyimak, wicara, membaca dan menulis. empat keterampilan berbahasa itu

mempunyai kuantitas yang bereda-beda. kegiatan menyimak mempunyai kuantitas yang

paling tinggi, disusul wicara, membaca dan menulis. keempat keterampilan berbahasa itu

dapat dibedakan menjadi keterampilan reseptif, yaitu menyimak dan membaca, dan

keterampilan produktif, yaitu wicara dan menulis. keempat keterampilan berbahasa itu

daqpat menunjukkan tahapan tingkat intelektualitas seseorang. manusia sejak lahir,

bahkan nada yang berpendapat sejak di dalam kandungan telah melakukan kegiatan

menyimak, kegiatan yang paling dasar. seseorang dapat duduk berjam-jam untuk

mendengarkan sesuatu. sejak nenek moyang kita dulu, telah mempunyai tradisi

menyimak. orang dapat melihat pagelaran wayang kulit semalam suntuk, namun tidak

akan tahan duduk membaca dalam waktu satu jam saja. tingkat beriktunya adalah wicara.

keterampilan berbicara erada satu tingkat di atas menyimak. kemampuan berbicara dulu

dimiliki oleh para filsof. mereka berorasi di pasar-pasar dan di tempat keramaian. dengan

berpidato mereka dapat menyebarkan ajaran filsafatnya.

kegiatan membaca dan menulis mempunyai kedudukan yang lebih tinggi.

dengan membaca ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diserap.untuk menyerap ilmu

pengetahuan dan teknologi orang perlu membaca. ilmu pengetahuan dan teknologi

diharapkan dapat membuat manusia sejahtera. oleh karena itu ilmu pengetahuan dan

teknologi harus diamalkan. untuk itu ilmu pengetahuan dan teknologi harus ditulis agar

dibaca orang. ilmu pengetahuan dan teknologi akan punah jika tidak ditulis. nenek

moyang kita mempunyai kemampuan yang tinggi dalam bidang kontruksi, hal itu dapat

dibuktikan dengan berdirinya candi borobudur, candi prambanan, perahu phinisi, dan lain

sebagainya. namun kemampuan itu tidak didokumentasi dalam bentuk tulis, sehingga

menjadi punah. itulah pentingnya karya tulis agi perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. oleh karena itu tradisi penulisan, khususnya penulisan karya ilmiah perlu

dimiliki oleh orang-orang terpelajar.

47

Page 48: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

4.2 karya ilmiah

karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu masalah

tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan (prayitno dkk., 14-15). sesuai

dengan definisi itu, esensi dari karya ilmiah adalah mengkaji suatu masalah. selajutnya

dalam mengkaji masalah itu menggunakan kaidah-kaidah pengetahuan. brotowijoyo

(1985:8-9) menyatakan bahwa karya ilmiah adalah karya berdasarkan ilmu pengetahuan

yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan

benar.

menilik isi yang terkandung di dalamnya, karya ilmiah dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu karya ilmiah subresmi dan karya ilmiah (yonohudiyono dan suyono,

2001:31). karya ilmiah subresmi ialah karya ilmiah yang model penulisannya tidak

ditentukan secara lengkap, misalnya cukup judul, pendahuluan, isi, penutup, dan bahan

pustaka. yang termasuk ke dalam karya ilmiah subresmi adalah makalah, artikel, jurnal

dan sebagainya. karya ilmiah resmi ialah karya ilmiah yang model penulisan dan urut-

urutannya sudah ditentukan secara lengkap. dalam karya ilmiah ini mempunyai

sistematika yang baku, seperti : judul, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, latar

belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metodologi penelitian, analisis, daftar

pustaka, dan lampiran.

4.2.1 karya ilmiah subresmi

makalah adalah tulisan ilmiah yang membahas pokok masalah tertentu. tanjung

dan ardial (2007:7) menyatakan bahwa makalah adalah karya tulis yang memuat

pemikiran tentang suatu masalah atau topik tertentu yang ditulis secara sistematis dan

runtut dengan disertai analisis yang logis dan obyektif. makalah sebagai tulisan ilmiah,

penulisannya mengikuti langkah-langkah tertentu. langkah-langkah itu ialah menentukan

topik, masalah, dan tujuan. topik berbeda dengan tema. tema adalah pikiran atau

gagasan sentral yang mendasari sebuah karya ilmiah, sedangkan topik adalah hal pokok

ang diungkapkan atau dituliskan dalam karangan. tema merupakan gagasan dasar yang

48

Page 49: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

mendasari sebuah karya ilmiah (suparno dan yunus, 2007:3.3). tema merupakan gagasan

yang memayungi topik. di dalam karya ilmiah, tema tentang “korupsi di indonesia” dapat

diwujudkan dalam topik karangan ilmiah “upaya pencegahan korupsi sejak dini”.

sumber topik dapat digali dari berbagai sumber, baik sumber tertulis maupun

sumber tidak tertulis. sumber tertulis dapat dari buku, surat kabar, jurnal. sumber tidak

tertulis dapat berasal dari radio, televisi, hasil diskusi dengan teman, dan kejadian-

kejadian yang ada di masyarakat. topik juga dapat berasal dari permintaan perorangan,

instansi, atau lembaga tertentu apabila makalah itu memenuhi permintaan seminar.

yonohudyono dan parmin (2007:28) mengemukakan tiga alternatif untuk

menemukan topik. ketiga alternatif itu ialah brainstorming, perenungan, formula

jurnalistik, pertanyaan klasik. brainstorming adalah proses berfikir untuk mengungkapkan

semua ide yang terlintas di dalam benak penulis. perenungan merupakan upaya untuk

berfikir analisis-logis dengan berkonsentrasi pada masalah tertentu. formula jurnalistik

tentu sudah tidak asing bagi para siswa sma, yaitu formula 5 w dan 1 h (who, what, when,

where, why, dan how). pertanyaan klasik dapat dipakai untuk menemukan topik yang

baru. pertanyaan klasik itu: apakah topik ini menghasilkan seperangkat definisi? apa

perbedaan dan persamaan topik ini dengan topik yang lain? apa yang dikatakan orang

tentang topik ini?

topik yang terlalu luas akan membuat tulisan menjadi dangkal, di samping dapat

merembet ke mana-mana. untuk itu topik harus dibatasi. untuk membatasi topik dapat

dilakukan dengan diagram pohon seperti berikut ini.

korupsi

diberantas dicegah dihentikan

sejak dini sejak awal sejak munculnya gejala korupsi

49

Page 50: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

pembelajaran budi pekerti pembelajaran anti korupsi kantin kejujuran

di pasar di sekolah di supermaket

dari diagram pohon di atas dapat ditentukan topik makalah, yaitu “korupsi dapat dicegah

sejak dini melalui kantin kejujuran di sekolah-sekolah”.

judul makalah hendaknya dapat mencerminkan dengan tepat masalah yang

dibahas. judul hendaknya sesuai dengan topik, singkat, bentuk frasa dan lugas. judul

hendaknya dapat memiliki daya tarik bagi pembaca. misalnya “kantin kejujuran upaya

mencegah korupsi sejak dini”.

langkah selanjutnya adalah menyusun kerangka karangan. makalah yang tidak

terlalu panjang, bisa jadi tidak perlu disusun krangka karangan. sistematika makalah

terdiri atas pendahuluan termasuk permasalahan, pembahasan, dan penutup. namun

apabila penulis merasa perlu, ada baiknya menyusun kerangka karangan. bentuk

kerangka karangan itu seperti berikut:

topik : korupsi dapat dicegah sejak dini melalui kantin kejujuran di

sekolah-sekolah

judul : kantin kejujuran upaya mencegah korupsi sejak dini

a. pendahuluan

b. pembahasan

1. akibat korupsi bagi negara dan bangsa

2. kantin kejujuran upaya untuk mencegah korupsi

a. pengelolaan kantin kejujuran

b. kelebihan kantin kejujuran

c. kelemahan kantin kejujuran

3. upaya untuk mengatasi ketidakjujuran

a. penyadaran oleh teman dekat

b. penyadaran melalui guru agama

50

Page 51: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

c. melalui slogan-slogan/imbauan yang dipasang di dinding kantin

c. simpulan

(1) bagian pendahuluan

bagian pendahuluan berisi latar belakang pemilihan topik, masalah, dan tujuan.

bagian pendahuluan adalah bagian yang paling awal dicermati oleh pemaca. oleh karena

itu dalam bagian awal harus diupayakan dapat menarik minat pembaca. dalam latar

belakang hendaknya dijelaskan mengapa penulis memilih topik itu. penulis menunjukkan

penti gnya topik itu diangkat menjadi makalah. masalah apa yang timbul dalam topik itu,

dan apa tujuan penulisan itu.

(2) bagian pembahasan

bagian pembahasan merupakan bagian utama, atau bagian isi. bagian ini memuat

uraian-uraian pokok masalah yang telah disebutkan pada pendahuluan. pada bagian ini.

dalam pembahasan penulis dapat memakai teknik deduktif atau induktif. dalam makalah

deduktif pembahasan dimulai dengan penyajian teori yang relevan, kemudian dilanjutkan

dengan penyajian fakta yang mendukung teori (e. yonohudyono dan jack parmin, 2007:

45). dalam makalah deduktif teori digunakan langsung pada bagian pembahasan terpadu

dengan interpretasi dan relevansi teori. dalam makalah induktif, jawaban pemecahan

masalah berdasarkan pengamatan empiris. analisis dimulai dari penyajian fakta,data,

diikuti dengan penarikan simpulan.

(3) bagian penutup

bagian penutup berisi simpulan dan saran. penyimpulan berisi hasil pembahasan

sesuai dengan permasalahan dan tujuan penulisan makalah pada bagian pendahuluan.

dengan demikian simpulan merupakan jawaban dari permasalahan. simpulan juga harus

sesuai dengan tujuan penulisan.hubungan antara masalah, tujuan, dan simpulan harus

sinkron. saran disampaikan oleh penulis berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam

makalah. apabila topik makalah berkenaan dengan “kantin kejujuran”, aran dapat berisi:

“kantin kejujuran efektif untuk melatih dan membentuk siswa berlaku jujur, tidak

melakukan korupsi dalam skala kecil meskipun tidak diawasi. oleh karena itu kantin

51

Page 52: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

kejujuran perlu diselenggarakan di sekolah-sekolah sebagai upaya penanggulangan

korupsi bagi generasi muda sebagai calon penerus bangsa.”

(4). kutipan

apabila kita perhatikan makalah ini, penulis mengemukakan pendapat orang lain

yang berasal dari buku yang ditulis. pendapat orang lain itu ditandai dengan adanya

keterangan dalam tanda kurung, seperti (yonohudyono dan jack parmin, 2007:45),

(suparno dan yunus, 2007:3.3). pendapat orang lain itu memperkuat pendapat yang

dikemukakan oleh penulis. pendapat itu dapat diambil dari buku, majalah, atau dari hasil

wawancara. pendapat yang dikutip itu biasa disebut kutipan. prabawa (2000:185)

menyatakan bahwa kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat seorang pengarang,

atau ucapan orang terkenal yang terdapat dalam buku, majalah, jurnal, surat kabar,

antologi, hasilpenelitian, dan penerbitan-penerbitan lain. praawa (2000) menyatakan

bahwa tujuan membuat kutipan: (a) sebagai barang buktgi untuk menunjang pendapat

penulis; (b) sebagai bahan bukti untuk membedakan dengan endapat penulis; (c) sebagai

bahan bukti untuk perbandingan dengan pendapat penulis; dan (d) sebagai bahan bukti

yang disanggah penulis.

kutipan dibedakan antara kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. kutipan

langsung adalah kutipan yang langsung mengambil dari sumber asli, tanpa mengubah

bahasanya. kutipan tidak langsung adalah kutipan yang hanya mengambil inti sarinya

saja, sedang bahasa yang dituangkan dalam kutipan memakai bahasanya penulis sendiri.

(a) kutipan langsung

contoh kutipan langsung:

ratih sang (el-shirazy, 2008) dalam cover belakang novel ayat-ayat cinta (2008)

menyatakan “ membaca ayat-ayat cinta ini membuat angan-angan kita melayang-layang

ke negeri seribu menara dan merasakan ‘pelangi’ akhlak yang menghiasi pesona-

pesonanya”.

kurtipan di atas langsung mengutip pendapat ratih sang sesuai dengan kalimat

yang tertulis dalam teks, tanpa mengubah kalimatnya. apabila kutipan di atas dijadikan

52

Page 53: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

kutipan tak langsung seperti berikut ini. ratih sang (el-shirazy, 2008) menyatakan bahwa

angan-angannya dibawa melayang-layang ke negeri seribu menara dan merasakan

gambaran berbagai akhlak dengan pesona-pesonanya setelah membaca ayat-ayat cinta.

kutipan langsung yang lebih empat puluh kata ditulis tanpa tanda kutip dan

terpisah dari kata yang mendahului. penulisan berjarak satu spasi, dan jarak dari margin

kiri dan margin kanan tujuh ketukan. kutipan langsung itu seperti berikut ini.

\el –shirazy (2008:378) menggambarkan ketegasan aisha agar suaminya menikahi maria

seperti berikut ini.

“ini jadikan mahar untuk maria. waktunya sangat mendesak. sebelum

maghrib kau harus sampai di penjara. jadi kau harus segera menikah dan

melakukan petunjuk dokter untuk menyadarkan maria”. kata-kata aisha

begitu tegas tanpa ada keraguan, setegas perempuan-perempuan

palestina ketika menyuruh suaminya berangkat ke medan jihad.

(b) kutipan tidak langsung

kutipan tidak langsung, apabila keterangan kutipan mendahului teks, nama

pengarang ditempatkan di luar tanda kurung, tetapi apabila keterangan kutipan

diletakkan sesudah teks, nama pengarang diletakkan dalam tanda kurung. berikut ini

contoh kedua kutipan itu.

keterangan kutipan mendahului teks.

menurut sugito (2009, 225) apabila ujian nasional dihapuskan, sulit mengukur

mutu standar pendidikan nasional.

keterangan kutipan diletakkan sesudah teks

apabila ujian nasional dihapuskan, sulit mengukur mutu standar pendidikan

nasional (sugito, 2009:225).

kutipan tidak langsung ditulis dua orang

53

Page 54: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

kutipan langsung yang ditulis oleh dua orang penulisan sumber kutipan

sebagai berikut.

nasution dan tarigan (2008: 120) menyatakan ..................

atau

.........................................(nasution dan tarigan, 2008: 120)

kutipan tidak langsung ditulis tiga orang atau lebih

kutipan tidak langsung yang ditulis oleh tiga orang atau lebih cukup ditulis

nama akhir pengarang pertama dengan diikuti kata “dan kawan-kawan” dengan disingkat

dkk. misalnya apabila penulis mengutip sebuah buku yang ditulis oleh tiga orang yang

bernama bambang suseno, cahya sudarta, dan mulyadi idris, penulisannnya sebagai

berikut.

suseno dkk. (2001: 25) berpendapat bahwa .........................

atau

...........................................................(suseno dkk., 2001:25)

kutipan tidak langsung bila kutipan bersumber dari kutipan lain

kutipan tidak langsung bila kutipan bersumber dari kutipan lain ditulis sebagai

berikut.

mawardi (dalam sutrisno, 2009:260) menyatakan bahwa ..........

atau

.............................................(mawardi dalam sutrino, 2009: 260).

tanda di atas berarti pengutip mengutip pendapat mawardi yang sumbernya

berasal dari buku sutrisno yang mengutip pendapat mawardi.

(5) daftar rujukan (daftar pustaka)

daftar rujukan atau daftar pustaka adalah daftar yang berisi identits buku-buku,

artikel-artikel, dan bahan penerbitan lainnya yang mempunyai relevansi dengan tulisan

54

Page 55: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

yang sedang dikerjakan (prayitno dkk., 2000:196). daftar pustaka merpakan kelengkapan

dari kutipan. di bagian kutipan, pembaca hanya dapat melihat sumber kutipan berupa

pengarang, tahun terbit, dan halaman buku yang dikutip. judul buku, penerbit, dan kota

terbit tidak disebutkan dalam kutipan. hal itu dapat dimaklumi, karena kalau ditulis

sumbernya secara lengkap akan memakan tempat, dan kemungkinan sebuah rujukan akan

ditulis berulang-ulang. oleh karena itu dalam kutipan cukup ditulis nama pengarang, tahun

terbit, dan halaman. data lain dapat dilihat pada daftar pustaka, atau daftar rujukan.

daftar pustaka berisi data seperti berikut.

nama pengarang, dengan nama akhir diletakkan di bagian depan, dipisahkan

tanda koma. gelar akademik tidak ditulis.

tahun terbit

judul

tempat terbit

nama penerbit

contoh:

lindsay, david. 1986. penuntun penulisan ilmiah: a guide to scientific writing.

penerjemah suminar setiati achnadi. jakarta: universitas indonesia.

prinsip-prinsip penyusunan daftar pustaka

urutan daftar pustaka disusun secara alfabet sesuai huruf awal nama pengarang

jarak antar baris dalam satu rujukan adalah satu spasi.

jarak antar rujukan dengan rujukan lain dua spasi

baris pertama setiap rujukan dimulai dari margin kiri, baris kedua dan

seterusnya dimasukkan ke dalam 3 – 7 ketukan.

penulisan nama

nama pengarang bila lebih satu kata, bagian akhir diletakkan di depan, dipisahkan

tanda koma.

nama tionghoa tidak dibalik, karena unsur pertama nama tionghoa berupa nama

keluarga.

jika pengarang dua orang, keduanya ditulis dihubungkan kata dana.

55

Page 56: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

purwo, bambang kaswanti dan rahayu, endang sulistyo.

jika pengarang tiga orang atau lebih cukup nama pengarang pertama saja yang

ditulis, diikuti kata dan kawan-kawan yang disingkat (dkk.) jika sebuah buku ditulis

oleh tiga orang: cahyo kumolo, sucipto, dan gunawan, dalam penulisan daftar

rujukan cukup ditulis kumolo, cahyo dkk.

tahun terbit

jika beberapa rujukan berasal dari buu yang erbeda, ditulis oleh pengarang yang

sama dan tahun terbit yang sama, urutannya didasarkan pada abjad huruf pertama judul

buku, dengan ciri pembeda huruf sesuai abjad.

contoh:

arifin, zainal. 1990a. pedoman urat-menyurat indonesia. jakarta: penyear ilmu.

arifin, zainal. 1990b. surat-menyurat resmi. jakarta: dinamika swadaya.

judul

judul buku dicetak miring, ditulis setelah tahun terbit, dan diakhiri tanda titik.

apabila ditulis tangan atau diketik dengan mesin ketik manual, judul buku diberi garis

bawah, sebagai ganti cetak miring, seperti pada contoh di atas. judul artikel atau makalah

ditulis di antara tanda petik.

contoh penulisan judul artikel:

utomo, andi. 18 januari 2009. “pandemi virus flu burung h5n1”. surya, hal. 4.

rujukan dari internet

dalam rujukan dari internet berupa karya individual nama penulis ditulis

seperti rujukan bahan cetak. setelah penuliwan judul, rujukan diberi keterangan (online),

diakhiri dengan alamat sumber rujukan disertai keterangan waktu diakses di antara tanda

kurung.

contoh:

hithcock, s. carr, l. & hall, w. 2008. a. survey of stm onlines journals, 1990-1995. the calm

before the storm. (online), (http:/journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey html,

diakses 27 november 2009).

56

Page 57: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

dalam penulisan rujukan dari internet berupa artikel dari jurnal, nama penulis

ditulis seperti rujukan bahan cetak (buku), diikuti tahun, judul artikel, nama journal

dicetak miring, dengan diberi keterangan (online) dalam tanda kurung, diikuti volume dan

nomor, diakhiri dengan alamat sumber rujukan, dan diberi keterangan waktu pengaksesan

di dalam tanda kurung.

contoh:

basuki, sulistyo. 2008. “dampak penghapusan ujian nasional terhadap mutu pendidikan di

indonesia”. jurnal ilmu pendidikan, (online), vol. 3 no. 4 (http//www.malang.ac.id,

diakses 28 november 2009)

b. artikel ilmiah

penulisan artikel ilmiah pada prinsipnya sama dengan penulisan makalah.

artikel ilmiah biasanya dimuat dalam majalah ilmiah atau jurnal. ada lima langkah dalam

menulis artikel ilmiah. kelima langkah itu ialah: (1) pengembangan gagasan; (2)

perencanaan naskah; (3) pengembangan paragraf; (4) penulisan draf; (5) finalisasi

pengembangan gagasan dalam penulisan artikel ilmiah adalah pengembangan

gagasan dalam berpikir ilmiah. gagasan dalam berpikir ilmiah dapat berupa hasil berpikir

konseptual, misalnya “pembelajaran anti korupsi melalui kantin kejujuran”, atau hasil

penelitian seperti “pengaruh situasi keluarga terhadap prestasi siswa”. bagian-bagian

sistematika artikel ilmiah seperti berikut.

judul

nama penulis

abstrak

kata kunci

pendahuluan

isi

penutup

daftar pustaka

judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, isi, penutup, dan daftar rujukan.

57

Page 58: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

judul

judul artikel harus diusahakan menarik pembaca, informatif, judul hendaknya

memberi gambaran yang jelan tentang materi dan ruang lingkup masalah yangakan

dibahas. judul jangan terlalu panjang. judul dan anak judul (kalau ada) ditu;is pada baris

paling atas, dengan jarak dari atas kurang lebih 3 cm.judul dan anak judul ditulis dengan

huruf kapital semua. judul dengan anak judul (kalau ada) dipisahkan dengan tanda titik

dua.

nama penulis

nama penulis ditulis di bawah judul, dengan tanpa mencantumkan gelar

akademik. nama lembaga dapat ditulis di bawah nama penulis, atau ditempatkan di

bagian bawah sebagai catatan kaki. apabila artikel ilmiah ditulis dua orang, nama penulis

ditulis sejajar, di bawah judul.

abstrak

abstrak adalah seperangkat pernyataan yang ditulis secara ringkas dan padat

bagian-bagian penting dari artikel yang ditulis. abstrak hendaknya ditulis dalam 50

sampai 200 kata, berisi tentang topik, masalah, tujuan, dan hasil penelitian. abstrak

ditulis dalam satu paragraf, apabila artikel ditulis dalam bahasa indonesia, abstrak

sebaiknya ditulis dalam bahasa inggris, dan apabila artikel ditulis dalam bahasa inggris,

abstrak sebaiknya ditulis dalam bahasa indonesia.

kata kunci

kata kunci ialah kata pokok yang menggambarkan wilayah yang diteliti,

menggambarkan ranah wilayah yang dibahas. jumlah kata kunci antara 3 sampai lima

kata. kata kunci tidak harus diambil dari kata-kata yang tercantum dalam judul karya

ilmiah.

pendahuluan

58

Page 59: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan. apabila dalam

karya ilmiah resmi rumusan masalah dan tujuan menjadi subbab tersendiri, dalam artikel

ilmiah latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan diintergrasikan menjadi satu. dalam

bagian ini juga berisi kajian teori, yang dalam karya ilmiah resmi menjadi bab tersendiri.

isi

isi merupakan bagian inti dari penulisan artikel ilmiah. bagian ini merupakan

bagian yang terpenting bagi artikel ilmiah konseptual maupun artikel ilmiah penelitian.

isi berisi kupasan, analisis, argumentasi, keputusan, dan pendirian atau sikap penulis

mengenai masalah yang dibicarakan. yang perlu ditampilkan dalamm penelitian ini ialah

kupasan argumentatik, analitik, dan kritis dengan sistematika yang runtut dan logis.

penutup

penutup berisi simpulan dan saran. simpulan berarti hasil dari pembahasan.

bagian ini menyampaikan ringkasan hasil penelitian atau pemikiran. simpulan harus

sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan. simpulan dalam sistematika penulisan artikel

ilmiah dikemukakan dalam rangka membulatkan argumen, hasil analisis, sintesis, dan

interpretasi atas hasil suatu penelitian. impulan pada dasarnya mencerminkan butir-butir

penting dari penelitian yang dilakukan dan dikembangkan pada pembahasan.

4.2.2. karya ilmiah resmi

karya ilmiah resmi mempunyai sistematika yang lebih rinci dibandingkan karya

ilmiah subresmi. yang termasuk karya ilmiah resmi ialah laporan penelitian termasuk

skripsi, tesis, disertasi, buku teks. karya ilmiah resmi secara umum mempunyai

sistematika seperti karya ilmiah subresmi, yaitu pembuka, isi, dan penutup. namun tiap-

tiap bagian itu dirinci lagi lebih detil. sistematika karya ilmiah resmi sebagai berikut.

pendahuluan

1. halaman judul

2. halaman pengesahan

59

Page 60: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

3. halaman persembahan dan moto

4. kata pengantar

5. daftar isi

6. daftar tabel/bagan/gambar

7. daftar singkatan

8. abstrak

bagian isi

1. bab pendahuluan

a. latar belakang

b. rumusan masalah

c. tujuan penelitian

d. manfaat penelitian

2. landasan teori

3. metode penelitian

a. pendekatan penelitian

b. sumber data dan data penelitian

c. teknik pengumpulan data

d. teknik analisis data

4. hasil dan pembahasan

5. simpulan

bagian penutup

1. daftar pustaka

2. lampiran

halaman judul

halaman judul adalah halaman setelah cover laporan penelitian. halaman itu

memuat judul, ditulis dibagian atas dengan huruf kapital yang relatif besar. di bawahnya

ditulis penyataan keperluan, misalnya: “diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan program sarjana sastra inggris”. di bawah pernyataan itu tempat

60

Page 61: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

logo instansi yang menaunginya. nama penulis ditulis di bawah logo. bagian lembaga

penyelenggara. paling bawah tahun penyusunan.

halaman persetujuan

halaman persetujuan berisi persetujuan dari pembimbing bahwa karya ilmiah

itu telah sampai pada suatu tahap tertentu. kalau karya ilmiah itu berupa skripsi, tesis,

atau disertasi pembimbing telah menyetujui bahwa penulis karya ilmiah itu dapat maju

ujian untuk mempertanggungjawabkan karya ilmiahnya. halaman persetujuan itu terdiri

atas: nama penulis, judul tulisan, tanggal persetujuan, dan tanda tangan pembimbing.

halaman pengesahan

halaman pengesahan biasa terdapat pada karya ilmiah resmi yang dihasilkan

oleh mahasiswa , yang karya ilmiah itu harus dipertanggungjawabkan isinya di depan

penguji. halaman pengesahan itu berisi pernyataan bahwa penguji mengesahkan karya

ilmiah itu telah memenuhi persyaratan, penulisnya mencapai gelar akademik tertentu.

karya ilmiah itu ditandatangani penguji dan diketahui pimpinan jurusan dan pimpinan

fakultas.

motto/persembahan

halaman motto/persembahan biasanya berisi motto atau persembahan. halaman

motto biasanya berisa kata-kata mutiara yang dapat menjadi sikap hidup atau sumber

semangat bagi penulis. motto dapat diambil dari berbagai sumber seperti kitab suci,

pendapat para filsuf, kata-kata mutiara, atau berasal dari penulis sendiri. persembahan

diberikan penulis kepada seseorang yang sangat berarti di dalam hidup penulis. sosok

yang dapat persembahan bisa orang tua, nenek, kakak, adik, pacar, suami, isteri, anak,

bahkan bisa kepada tuhan.

kata pengantar

61

Page 62: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

kata pengantar dimaksudkan sebagai pengantar pada karya ilmiah yang telah

ditulis oleh penulis. yonohudyono dan suhartono (2005:58) berpendapat bahwa hal-hal

yang perlu diungkapkan pada kata pengantar adalah:

(1) puji syukur kepada tuhan

(2) judul

(3) garis besar isi

(4) hambatan dalam proses penyusunan

(5) ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memantu

(6) saran dan kritik

(7) harapan

(8) penyebutan tempat, tanggal, bulan, dan tahun

abstrak

abstrak sudah dibicarakan pada bagian penulisan karya ilmiah subresmi. namun

ada perbedaan sedikit antara penulisan abstrak karya ilmiah subresmi dan karya ilmiah

resmi. dalam karya ilmiah subresmi abstrak cukup satu paragraf, dalam jarak satu spasi.

dalam karya ilmiah resmi karena lebih luas dibanding karya ilmiah subresmi, abstrak

paling banyak satu halaman kertas a4.

bagian isi dan seterusnya akan dipelajari lebih lanjut di tingkat perguruan

tinggi . untuk tahap pertama yang perlu dipelajari, adalah penulisam makalah dan

penulisan artikel. da baiknya di sekolah-sekolah menerbitkan majalah yang menyediakan

ruangan untuk penulisan karya ilmiah, sabagai bahan latihan para siswa.

c. penutup

agar terampil menulis karya ilmiah, seseorang harus menguasai beberapa hal.

pertama, ia harus banyak membaca, terutama bacaan karya ilmiah. kedua, harus

menguasai teori menulis karya ilmiah. ketiga, , ia harus banyak berlatih menulis karya

ilmiah. hanya dengan banyak berlatih seorang penulis akan mencapai sukses.

karya ilmiah dibedakan antara karya ilmiah subresmi dan karya ilmiah rsmi.

yang termasuk karya ilmiah subresmi yaitu makalah dan artikel jurnal. sistematika karya

ilmiah subresmi lebih sederhana dibanding dengan karya ilmiah resmi. untuk menulis

62

Page 63: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

karya ilmiah subresmi penulis harus menguasai sistematika penulisan karya ilmiah itu,

termasuk penguasaan menyusun abstrak kata kunci, kutipan dan daftar pustaka. karya

ilmiah resmi sistematikanya lebih rumit daripada karya ilmiah subresmi.

karya ilmiah berbeda dengan karya kreatif. penulisan karya ilmiah mempunyai

sistematika yang harus ditaati oleh penulis. kreatifitas penulisan tidak diperlukan dalam

penulisan karya ilmiah. oleh karena itu sistematika, teknik pengutipan, teknik penulisan

daftar pustaka harus dikuasai oleh penulis.

\daftar pustaka

lindsay, david. 1986. penuntun penulisan ilmiah: a guide to scientific writing. penerjemah

suminar setiati achnadi. jakarta: universitas indonesia.

prayitno, harun joko dkk. (ed). 2000. pembudayaan penulisan karya ilmiah. surakarta:

muhammadiyah university press.

suparno. 2000. langkah-langkah penulisan ilmiah: dalam menulis artikel ilmiah untuk

jurnal. malang: universitas negeri malang.

suparno dan mohamad yunus. 2007. keterampilan dasar menulis. jakarta: universitas

terbuka.

tanjung, h. bahdin nur dan h. ardial. 2.007. pedoman penulisan karya ilmiah (proposal,

skripsi, dan tesis): dan mempersiapkan diri menjadi penulis artikel ilmiah.

jakarta: kencana.

yonohudyono dan suhartono. 2005. bahasa indonesia keilmuan: mata kuliah pengembang

kepribadian. surabaya: unesa university press.

63

Page 64: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

yonohudiyono, e dan jack parmin. 2007. bahasa indonesia kilmuan. surabaya: unesa

university press.

bab v

penelitian tindakan kelas

standar kompetensi : memahami penelitian tindakan kelas

kompetensi dasar : memahami hakikat penelitian tindakan kelas

melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk

perbaikan pembelajaran

indikator:

1, menjelaskan konsep penelitian tindakan kelas

2. tujuan penelitian tindakan kelas

3. manfaat penelitian tindakan kelas

4. mengidentifikasi karakteristik penelitian tindakan kelas

5. prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas

tujuan

1. setelah mempelajari materi dalam buku pelatihan, peserta dapat menjelaskan konsep

penelitian tindakan kelas dengan tepat.

2. setelah mempelajari materi dalam modul pelatihan, peserta dapat memahami tujuan

penelitian tindakan kelas dengan benar.

3. setelah mempelajari materi dalam modul pelatihan, peserta dapat mengidentifikasi

karakteristik penelitian tindakan kelas dengan tepat.

4. setelah mempelajari materi dalam modul pelatihan, peserta dapat memahami manfaat

penelitian tindakan kelas dengan tepat.

5. setelah mempelajari materi dalam modul pelatihan, peserta dapat memahami prosedur

penelitian tindakan kelas

64

Page 65: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

5.1. pendahuluan

bagi seorang guru untuk dapat mengajar secara profesional tidak cukup hanya

dibekali oleh penguasaan materi saja. guru dalam proses belajar-mengajar menghadapi

murid dalam satu kelas yang mempunyai eragam karakteristik. padahal dalam prktik

seorang guru dalam satu hari dapat menghadapi beberapa kelas murid. seorang prajurit

yang baik, dalam berperang harus menguasai medan perang. demikian pula guru, seorang

guru harus memahami berbagai macam karakter murid, karena keberhasilan proses

belajar-mengajar tidak ditentukan oleh penguasaan materi saja.

dalam proses belajar mengajar, guru yang baik adalah guru yang kreatif dan

inovatif. segala potensi yang ada hendaknya dimanfaatkan untuk menunjang keberhasilan

proses belajar-mengajar. guru yang baik harus mencoba dan mencoba mengembangkan

potensi yang dimiliki demi keberhasilan proses belajar mengajar. seiring dengan

kemajuan teknologi, model pembelajaran dan media pembelajaran pun sudah

berkembang dengan pesat. guru yang kreatif dan inovatif jika ditunjang dengan media dan

model pembelajaran yang sesuai akan mendorong murid khususnya dan sekolah pada

umumnya memperoleh prestasi yang maksimal. salah satu upaya yang dapat dilakukan

oleh guru yang kreatif dan inovatif dalam mencapai proses belajar-mengajar dengan hasil

yang maksimal adalah melakukan eksperimen. eksperimen itu dapat dilakukan dengan

penelitian tindakan kelas (ptk).

5.1.1 pengertian ptk

upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di indonesia sudah lama dilakukan.

salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan itu ialah adanya perubahan

kurikulum pendidikan dari waktu-ke waktu. namun harus disadari pula bahwa kurikulum

bukannya satu-satunya penunjang mutu pendidikan. banyak faktor yang dapat menunjang

keberhasilan mutu pendidikan seperti sarana dan prasarana, adanya guru yang berkualitas,

65

Page 66: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

dan kesiapan mental murid dalam belajar. ptk merupakan salah satu upaya untuk menuju

peningkatan mutu pendidikan.

penelitian tindakan kelas (ptk) sudah berkembang sejak perang dunia ii

(ardiana dan kisyani, 2004:6). namun di indonesia baru akhir-akhir ini saja mendapat

perhatian yang serius. namun bukan berarti sebelumnya tidak pernah diadakan penelitian

tindakan kelas. ptk merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu action

research yang dilakukan di kelas. penelitian tindakan kelas di indonesia sebenarnya sudah

lama dilakukan. skripsi mahasiswa fakultas ilmu pendidikan, atau mahasiswa institut

keguruan dan ilmu pendidikan dulu banyak yang mengangkat penelitian tindakan kelas.

hanya bentuk penelitian pada masa itu belum mendapatkan bentuk yang baku, dan belum

mendapakan perhatian seperti sekarang.

penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau

meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional (suyanto dalam

ardiana dan kisyani laksono, 2004:6). sesuai dengan pendapat suyanto tersebut, ciri

penelitian tindakan kelas adalah bersifat reflektif. artinya tahap refleksi merupakan dasar

untuk menentukan langkah-langkah penelitian tindakan kelas.

proyek pgsm (1999) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai suatu

bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,

memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta

memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran tersebut dilakukan. dengan demikian

dapat dipahami bahwa konsentrasi penelitian tindakan kelas adalah pada praktik

pembelajaran. dalam hal ini pelaku pembelajarann (guru) harus aktif meefleksi diri

tentang kekurangan dalam proses belajar-mengajar, yang menyebabkan kurang

berhasilnya hasil belajar itu sendiri. ketidak berhasilan proses belajar-mengajar dapat

berasal dari berbagai pihak, daeri guru, dari murid, dari lingkungan sekolah, dari

masyarakat sekitar, atau disebabkan oleh orang tua murid itu sendiri. dalam penelitian

tindakan kelas refleksi yang dilakukan oleh guru akan menemukan masalah itu. tindakan

selanjutnya adalah bagaimana meningkatkan prestasi murid dengan adanya kendala

yang ditemukan dalam refleksi.

66

Page 67: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

wardani (2008: 1.4) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,

dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa

menjadi meningkat. pernyataan wardani itu menyiratkan bahwa penelitian tindakan kelas

dilakkan oleh guru di dalam kelasnya sendiri. jadi tidak dapat dilakukan oleh orang lain.

penelitian itu berkaitan dengan kinerja guru yang bersangkutan. di samping itu penelitian

tindakan kelas dilakukan di dalam kelas, bukan di luar kelas.

penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian kelas. penelitian tindakan

kelas dilakukan oleh guru kelas tersebut, sedang penelitian kelas dilakukan oleh orang

luar. berarti semua orang dapat melakukan penelitian kelas, sedang penelitian tindakan

kelas hanya dilakkan oleh guru kelas tersebut. dalam penelitian tindakan kelas bisa saja

orang luar berperan sbagai peneliti, tetapi perannya hanyalah sebatas membantu penelitian

guru kelas.

di dalam penelitian tindakan kelas terutama dirasakan oleh guru yang

bersangkutan. permasalahan itu biasanya timbul akibat kegiatan refleksi yang dilakukan

oleh guru tersebut. hal itu berbeda dengan penelitian kelas non ptk. di dalam penelitian

kelas non ptk masalah justru dirasakan oleh orang luar, bukan guru yang bersangkutan.

di dalam penelitian tindakan kelas hasil penelitian dijadikan dasar untuk

tindakan perbaikan oleh guru. hal itu memang merupakan tujuan utama bagi guru yang

melakukan penelitian tindakan kelas. di dalam penelitian kelas non-ptk hasil penelitian

belum tentu ditindaklanjuti. hal itu bergantung pada kebutuhan dan tujuan peneliti dalam

melakukan penelitiannya. di dalam penelitian kelas non-ptk cakupannya pun sangat luas,

tidak hanya masalah proses belajar-mengajar saja.

proses pengumpulan data di dalam penelitian tindakan kelas dilakukan sendiri

oleh guru sebagai peneliti, bisa dengan bantuan orang lain, sedang pengumpulan data

penelitian kelas non-ptk dilakukan oleh peneliti. di dalam penelitian tindakan kelas guru

di samping peneliti juga bertindak sebagai pengajar. dalam hal ini guru mempunyai dua

peran. oleh karena itu ketika sedang melakukan proses belajar-mengajaru guru mungkin

tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagai peneliti. dalam kondisi seperti itu bantuan

orang lain sangat diperlukan. bantuan itu dapat diperoleh guru dari teman sejawat.

67

Page 68: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

kelebihan ptk dibanding penelitian non-ptk yaitu dalam penelitian non-ptk hasil

penelitian menjadi milik peneliti, belum tentu dimanfaatkan oleh guru. dalam penelitian

ptk hasil penelitian langsung dimanfaatkan oleh guru untuk meningkat hasil

pembelajaran. hal itu merupakan tujuan akhir ptk, di alam penelitian ptk harus selalu

diusahakan untuk menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas

hasil belajar. tabel berikut ini merupakan gambaran perbandingan antara ptk dan

penelitian non-ptk.

tabel

perbandingan ptk dan penenelitian kelas non-ptk

no aspek penelitian tindakan kelas penelitian kelas non-ptk

1.

2.

3.

4.

5.

6,

7.

peneliti

rencana penelitian

munculnya

masalah

ciri utama

peran guru

tempat penelitian

proses

pengumpulan data

guru

oleh guru, bisa dibantu

teman sejawat

dirasakan oleh guru

ada tindakan untuk peraikan

yang berulang

sebagai guru dan peneliti

kelas

oleh guru dapat dibantu

orang lain

orang luar

oleh peneliti

dirasakan oleh orang luar

belum tentu ada

guru sebagai objek

penelitian

kelas

oleh peneliti

68

Page 69: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

8.

hasil penelitian dimanfaatkan oleh guru

dalam proses belajar-

mengajar menjadi pemilik peneliti,

belum tentu dimanfaatkan

oleh guru

5.1.2 tujuan ptk

penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru berkaitan

dengan proses elajar mengajar yang dijalaninya dan dilakukan di dalam kelas. secara

praktis penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki proses belajar-mengajar. hasil

penelitian itu kemudian dimanfaatkan oleh guru dalam memperbaiki proses belajar-

mengajar agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan sempurna.

dasar utama dilaksanakannya penelitian tindakan kelas menurut ardiana dan

kisyani-laksono (2004:130) adalah untuk tujuan perbaikan praktis pembelajaran,

khususnya dan perbaikan program sekolah pada umumnya. ptk juga merupakan sebuah

upaya untuk meningkatkan keterampilan untuk menanggulangi berbagai masalah yang

muncul di kelas atau di sekolah dengan atau tanpa masukan khusus berupa berbagai

program pelatihan yang eksplisit.

5.1.3 manfaat ptk

ptk adalah penelitian dengan objek siswa di kelas dan guru sebagai pengajar.

peneliti dalam kegiatan itu adalah guru itu sendiri. dengan demikian dapat dipahami

apabila ptk adalah penelitian dengan objek murid dan guru, agar bermanfaat bagi murid

dan guru itu sendiri dalam pembelajaran yang akan datang. apabila pewnelitian itu

bermanfaat bagi murid dan guru, secara tidak langsung juga bermanfaat bagi sekolah.

wardani (2008) menyatakan manfaat penelitian tindakan kelas dapat dipilah menjadi tiga,

yaitu manfaat bagi guru,manfaat bagi murid, dan manfaat bagi sekolah. ketiga manfaat itu

seperti berikut ini.

5.1.3.1 bagi guru

(a) untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelola

69

Page 70: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

munculnya penelitian tindakan kelas disebabkan oleh adanya permasalahan dalam

proses belajar-mengajar yang dirasakan oleh guru. untuk mendapatkan pemecahan

masalah yang dihadapi, guru perlu meneliti permasalahan itu. aabila guru dalam

penelitiannya dapat menemukan pemecahan masalah, tentu saja hasil penelitiannya akan

bermanfaat memperbaiki pembelajaran yang dikelola. namun perlu diingat,hasil

penelitian itu hanya tepat diterapkan pada siswa-siswa atau kelas yang diteliti. meskipun

mempunyai permasalahan yang sama dalam kelas yang berbeda mempunyai karakteristik

yang berbeda pula, sehingga hasil penelitian tindakan kelas di suatu ke las tertentu belum

tentu dapat diterapkan untuk memperbaiki kelas lain.

(b) guru dapat berkembang secara profesional karena mampu memperbaiki dan menilai

pembelajaran yang dikelolanya.

guru yang baik adalah guru yang kreatif dan inovatif. guru yang kreatif dan

inovatif adalah guru yang selalu berusaha memperbaiki diri dalam proses belajar-

mengajar. salah satu upaya untuk memperbaiki proses belajar-mengajar adalah melakukan

penelitian tindakan kelas. hasil penelitian itu menjadi dasar dalam kegiatan proses belajar-

mengajar selanjutnya. dengan demikian guru akan dapat berkembang secara profesional,

karena mampu memperbaiki dan menilai pembelajaran yang dikelolanya.

(c) membuat guru lebih percaya diri

penelitian tindakan keras dapat membuat guru lebih percaya diri. rasa percaya

diri itu disebabkan guru telah menguasai permasalahan dan tindakan pemecahan masalah

itu dengan tepat. guru yang sedang menghadapi murid dapat diibaratkan dengan seorang

dokter yang sedang menghadapi pasien yang sedang sakit. seorang dokter jika sudah

menemukan jenis penyakit pasien, dan obat penangkal yang mujarab, dokter akan lebih

percaya diri. guru pun bila telah menemukan masalah dalam proses belajar-mengajar, dan

telah menemukan pemecahan masalah itu, guru akan lebih percaya diri.

(d) guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan

dan keterampilannya sendiri.

70

Page 71: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

mengajar adalah suatu profesi. pekerjaan mengajar dilakukan oleh guru

dengan materi yang itu-itu saja. perubahan materi pembelajaran baru terjadi apabila

terjadi perubahan kurikulum. dengan demikian, guru bisa terjebak pada rutinitas. pola

pembelajaran dan materi pembelajaran hanya itu-itu saja. guru dapat terjebak pada

rutinitas yang monoton.

apabila guru mendapat kesempatan mengadakan penelitian tindakan kelas, guru

akan menjadi lebih kreatif. guru mendapat kesmpatan untuk berperan aktif dalam

mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri. guru dapat merefleksi,

mengoreksi, dan mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan. kesempatan

untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan itu akan

berdampak luas terhadap dunia pendidikan, terutama pada siswa yang terlibat dalam

proses belajar-mengajar yang dasuhnya. keberhasilan siswa dalam belajar berarti

memberikan masa depan yang baik bagi siswa.

5.1.3.2 bagi siswa

objek penelitian tindakan kelas adalah perbaikan proses belajar-mengajar,

sebagai tindak lanjut hasil refleksi. hasil penelitian tindakan kelas harus menemukan

pemecahan masalah berkaitan dengan kekurangberhasilannya dalam proses belajar-

mengajar. dengan demikian manfaat yang dapat dirasakan oleh siswa adalah dapat

meningkatnya hasil belajar siswa.

manfaat lain dari penelitian tindakan kelas adalah siswa menemukan model

pengajar yang baik dalam proses belajar-mengajar. model ini sangat diperlukan oleh

siswa, karena model guru yang baik adalah guru yang kreatif dan inovatif, yang dapat

menjadi motivator dan fasilitator.

5.1.4 karakteristik ptk

penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari bahasa inggris classroom

action reseaerch. penelitian ini merupakan penelitian bentuk inkuiri yang dilakukan

melalui refleksi diri. refleksi diri merupakan titik pangkal dalam penelitian ini. penelitian

tindakan kelas atau classromm action research berbeda dengan action resarch (penelitian

tindakan). di dalam penelitian tindakan kelas harus melibatkan peserta yang terlibat

71

Page 72: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

dalam situasi yang diteliti, sedang dalam penelitian tindakan tidak harus melibatkan

peserta yang terlibat dalam situasi. penelitian tindakan kelas dilakukan dalam situasi

sosial, dengan tujuan untuk memperbaiki.

wardani (2008:1.5) menyatakan karakteristik penelitian tindakan kelas sebagai

berikut>

(1) adanya masalah dalam ptk dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru

bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai maslah yang

perlu diselesaikan.

(2) penelitian melalui refleksi diri merupakan ciri ptk yang paling esensial.

(3) penelitian tindakan kelas dilakukan dalam kelas.

(4) penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran.

suyanto (dalam ardiana dan kisyani-laksono, 2004:9) menyebutkan bahwa

karakteristik ptk sebagai berikut. pertama, permaslahana diangkat dari dalam kelas tempat

guru mengajar yang benar-benar dihayati oleh guru sebagai masalah yang harus dihayati.

masalah itu timbul justru dari dalam guru itu sendiri, sebagai hasil refleksi. kedua, ptk

penelitian yang bersifat kolaboratif. dalam meneliti guru tidak harus melakukannya

sendiri, melainkan dapat bekerja sama dengan dosen lptk, kepala sekolah, atau teman

sejawat. ketiga, ptk adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu

untuk memperbaiki proses belajar-mengajar di kelas.

hopkins (1992) menyatakan bahwa ptk mempunyai karakteristik sebagai berikut. (1)

perbaikan praktis pembelajaran dari dalam. (2) usaha kolaboratif antara guru dan dosen.

(3) bersifat reflektif. perlu ditekankan, bahwa ptk tidak boleh mengganggu kegiatan guru

mengajar di kelas.pengumpulan data yang digunakan tidak menuntuk waktu yang

berlebihan, sehingga mengganggu proses pembelajaran.

5.2 pelaksanaan penelitian tindakan kelas

penelitian tindakan kelas penelitian yang diawali dengan refleksi diri. dalam hal

ini permasalahan muncul dari dalam diri guru (peneliti) yang didasari adanya

kekurangberhasilan proses belajar-mengajar yang dirasakan oleh guru. dalam hal ini guru

harus berusaha menemukan pemecahan masalah guna perbaikan proses belajar-mengajar.

72

Page 73: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

pemecahan masalah itu apat dilakukan dengan refleksi diri. guru dapat mengajukan

beberapa pertanyaan kepada dirinya sendiri.

(1) apa yang sedang terjadi di kelas tempat saya mengajar?

(2) masalah apa yang ditimbulkan dalam kejadian itu?

(3) apa pengaruh masalah itu bagi kelas tempat saya mengajar?

(4) apa yang terjadi jika masalah tersebut saya biarkan?

(5) apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah itu?

pertanyaan-pertanyaan itu perlu direnungkan oleh guru. guru harus jujur dan objektif

dalam melakukan refleksi. guru merasakan adanya masalah, dan tidak puas terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan. hasil refleksi itu dapat dipakai dasar dalam

merumuskan masalah.

5.2.1 rumusan masalah

hopkins (dalam ardiana dan kisyani-laksono, 2004: 21) untuk menentukan fokus

penelitian, dapat bertolak dari gagasan-gagasan umum mengenai keadaan yang perlu

diperbaiki. untuk mengembangkan fokus ptk, dapat bertanya pada diri sendiri: apa yang

terjadi sekarang? apakah yang terjadi itu mengandung permasalahan? apa yang bisa saya

lakukan untuk mengatasinya? (hopkins, dalam ardiana dan kisyani-laksono, 2004: 21).

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dapat dilakukan dengan

mendiskusikan dengan sesama guru, dengan dosen, atau dengan mengkaji sumber

pustaka. setelah melakukan identifikasi maslah, harus ditentukan permasalahan yang

sangat mendesak untuk diatasi. untuk menentukan permasalahan itu abimanyu (1995)

menyatakan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

(1) pilih permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan muridnya, atau

topik yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang memang

diprogramkan oleh sekolah.

(2) jangan memilih masalah yang di luar kemampuan dan/aau kekuasaan guru

untuk mengatasinya.

(3) pilih dan tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas.

(4) usahakan untuk bekerja secara kolaboratif dalam pengembangan fokus

penelitian.

73

Page 74: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

(5) kaitkan ptk yang akan dilakukan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan

dalam rencana pengembangan sekolah

untuk mendapat kan rumusan masalah yang baik, guru perlu menganalisis hal-

hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran sehari-hari: daftar hadir siswa, daftar nilai

siswa, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, feedback yang diberikan guru terhadap

pekerjaan siswa. dari analisis ini guru dapat menemukan fokos ptk. misalnya fokus

penelitian sebagai berikut:

apakah model pembelajaran stad dapat meningkatkan

pemahaman unsur intrinsik cerita pendek?

agar rencana perbaikan menjadi terarah, permasalahan di atas dapat dijabarkan.

rumusan masalah dalam ptk dapat dinyatakan dengan kalimat tanya atau kalimat

deklaratif . contoh penjabaran rumusan masalah di atas seperti beriktu ini.

rumusan masalah

1) bagaimanakah proses model pembelajaran stad dalam

pembelajaran unsur intrinsik cerpen di kelas 2 b smp taruna

bakti?

2) apakah model pembelajaran stad dapat meningkatkan

pemahaman unsur intrinsik cerita pendek siswa kelas 2 b smp

taruna bakti?

atau

1) proses model pembelajaran stad dalam pembelajaran unsur

intrinsik cerpen di kelas 2 b smp taruna bakti.

2) model pembelajaran stad dapat meningkatkan pemahaman

unsur intrinsik cerita pendek siwa smp taruna bakti.

5.2.2 tjuan penelitian

tujuan penelitian hendaknya ditulis dengan singkat dan jelas dengan

berlandaskan pada permasalahan dan cara pemecahan masalah yang dikemukakan. contoh

tujuan penelitian seperti berikut ini,

74

Page 75: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

meneraapkan pemebelajaran model stad untuk meningkatkan

pemahaman unsur instrinsik cerita pendek siswa klas 2 b smp taruna

bakti.

5.2.3 hipotesis tindakan

hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara terbaik untuk mengatasi

masalah. hipotesis tindakan dalam ptk berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal.

hipotesis dalam penelitian formal menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau

lebih, atau adanya perbedaan dua kelompok atau lebih. hipotesis tindakan menyatakan

bahwa tindakan itu akan merupakan sollusi yang dapat memecahkan permasalahan yang

diteliti.

hipotesis masih perlu dikaji kelayakannya berkaitan dengan kemunkinan

pelaksanaannya. sudarsono (1997) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam mengkaji kelaikan hipotesis tindakan.

(1) implementasi ptk akan berhasil apabila didukung oleh kemampuan dan

komitmen guru.

(2) kemampuan siswa perlu diperhitungkan baik dari segi fisik, psikologis, dan

sosial budaya maupun etik.

(3) fasilitas dan sarana pendukung yang tersedia di kelas atau di sekolah juga perlu

diperhitungkan.

(4) keberhasilan ptk sangat bergantung pada iklim belajar di kelas atau di sekolah.

(5) iklim kerja di sekolah juga ikut menentukan keberhasilan ptk.

contoh hipotesis tindakan

dengan menggunakan model pembelajaran student teams-

achievement division kemampuan siswa dalam berpidato akan

berkembang dengan baik

5.2.4 pelaksanaan tindakan

sebelum melaksanakan ptk, guru hendaknya mempersiapkan rencana

pelaksanaan. pelaksanaan dilakukan setelah persiapan dirasakan mantap. adapun

75

Page 76: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pelaksanaan adalah sebagai

berikut ini. (a) membuat rencana pembelajaran beserta skenario. (b). menyiapkan fasilitas

dan sarana pendukung yang diperlukan. hopkin (1993) mengemukakan beberapa kriteria

ptk yang perlu dilakukan oleh guru. kriteria itu sebagai berikut.

(1) pekerjaan guru adalah mengajar. oleh karena itu metodologi penelitian yang

dilaksanakannya tidak boleh menggangggu komitmen guru dalam mengajar.

guru tidak boleh mengorbankan siswa untuk penelitian yang sedang

dilaksanakannya.

(2) dalam mengumpulkan data atau perekaman data jangan sampai menyita

waktu.

(3) metodologi yang diterapkan hendaknya handal, sehingga guru memungkinkan

pengembangan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kmondisi kelas.

(4) masalah yang ditangani guru hendaknya sesuai dengan kemampuan dan

komitmen guru.

(5) guru harus memperhatikan etika dan aturan yang terkait dengan tugas-

tugasnya.

(6) ptk harus mendapat dukungan dari masyarakat sekolah.

5.2.5 observasi dan interpretasi

kegiatan pelaksanaan perbaikan merupakan tindakan pokok dalam siklus ptk. pada

saat kegiatan pelaksanaan, juga diikuti oleh kegiatan observasi dan interpretasi serta

diikuti dengan kegiatan refleksi. penggabungan pelaksanaan tindakan dengan kegiatan

observasi-interpretasi perlu dicermati, karena hal itu merupakan ciri khas ptk. observadi

dibedakan antara observasi yang berinferensi rendah yaitu observasi yang tidak perlu

disertai interpretasi. ada pula observasi yang justu perlu delakukan secara bersamaan

dengan interpretasi, yaitu obseryasi yang berinferensi tingggi. perlu dirancang

mekanisme perekaman hasil observasi yang tidak mencampuradukkan fakta dengan

interpretasi. ada lima prinsip dasar atau karakteristik kunci observasi, yaitu: (1)

perencanaan bersana; (2) fokus; (3) membangun kriteria; (4) keterampilan observasi; (5)

balikan.

76

Page 77: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

dilihat dari cara melakukannya, observasi dapat dibedakan menjadi (1) observasi

terbuka, yaitu pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya

menggunakan kertas kosong untuk merekam pelajaran yang diamati. (2) observasi

terfokus, secara khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari

pembelajaran. (3) observasi terstruktur, yaitu observasi yang menggunakan instrumen

observasi yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal

membubuhkan tanda (v) pada tempat yang disediakan. (observasi sistematik, observasi

yang lebih rinci dari obseravasi terstruktur dalam kategori data yang diamati.

5.2.6 diskusi balikan

diskusi balikan dilakukan setelah pertemuan berakhir. diskusi balikan

sebaiknya diselenggarakan sesegera mungkin, lebih cepat lebih baik, tidak lewat 24 jam.

kegiatan yang dilakukan dalam diskusi balikan adalah guru dan pengamat berbagi segala

informasi yang dapat dikumpulkan pada saat melakukan pengamatan. bahkan jika

dipandang perlu peneliti dapat mengambil tindakan lebih lanjut. dalam diskusi balikan

perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) dilakukan sebelum 24 jam setelah observasi.

2) digelar dalam suasana yang saling membantu dan tidak menimbulkan

ancaman.

3) bertolak dari rekaman data yang diuat oleh pengamat.

4) diinterpretasikan bersama-sama oleh aktor tindakan perbaikan dan pengamat

dengan kerangka pikir tindakan perbaikan yang tengah digelar.

5) pembahasan mengacu pada penetapan sasaran dan penegmbangan strategi

perbaikan untuk menentukan perencanaan berikutnya.

hopkins (1993) menyatakan bahwa dalam diskusi balikan perlu

memperhatikan beberapa prinsip berikut. pertama, hubungan antar guru dengan pengamat

harus didasari rasa saling percaya. kedua, fokus kegiatan pengamatan harus sesuai dengan

tujuan perbaikan an mendorong strategi yang diterapkan, bukan pada kritik pada perilaku

guru yang dianggap tidak sesuai. ketiga, proses didasarkan pada pengumpulan dan

pemanfaatan data observasi, bukan pada kegagalan atau kritik terhadap perilaku guru

yang dianggap tidak sesuai. keempat, guru hendaknya didorong untuk menarik

77

Page 78: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

kesimpulan tentang pembelajaran yang dikelolanya dari data yang dikumpulkan. kelima,

setiap tahap opservasi merupakan proses yang berlanjut, yang satu selalu bertumpu pada

yang lain. keenam, guru dan pengamat bersama-sama terlibat dalam proses pertumuhan

profesional yang saling menguntungkan.

5.2.7 analisis data dan refleksi

analisis data hendaknya dilakukan secara bertahap, tahap-tahap analisis data itu

ialah pertama menyeleksi dan mengelompokkan, kedua dengan memaparkan atau

mendeskripsikan data, dan terakhir menyimpulkan atau memberi makna. dalam

menyeleksi atau mengelompokkan data sering juga diseut dengan reduksi data. reduksi

data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan

pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. paparan atau deskripsi

data adalah bentuk paparan naratif, representasi tabuler termasuk dalam format matriks,

representasi grafis, tabel dan sebagainya. penyimpulan adalah proses pengambilan intisari

dan sajian data dalam bentuk pernyataan kalimat atau formula yang singkat dan padat,

tetapi mengandung pengertian luas.

refleksi dalam penlitian tindakan kelas adalah upaya untuk mengkaji aapa yang

telah terjadi, atau apa yang tidak terjadi dalam proses pembelajaran yang telah dituntaskan

atau yang belum dituntaskan oleh tindakan perbaikan yang telah dilakukan. hsil refleksi

digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam penelitian tindakan kelas unuk

mencapai tujuan ptk. refleksi merupakan pengkajian atau kegagalan dalam mencapai

tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan

akhir yang mungkin ditetapkan dalam pencapaian tujuan sementara lainnya.

proses refleksi melalui analisis dan sintesis, serta induksi dan deduksi. analisis

dilakukan dengan cara merenungkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa yang

menyebabkan sesuatu yang diharapkan atau idak diharapkan oleh peneliti. ptk yang

dilakukan secara kolaboratif dalam refleksi hendaknya dilakukan secara kolaboratif pula.

kerja sama yang baik dengan sejawat dalam ptk sangat diperlukan, karena dengan adanya

kerja sama akan saling mengisi, saling belajar untuk kemajuan pembelajaran.

5.2.8 perencanaan tindak lanjut

78

Page 79: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

tujuan ptk adalah untuk melakukan perbaikan dalam pembelajaran. melalui

analisis dan refleksi dapat ditentukan proses belajar-mengajar itu telah berhasil atau

belum. hasil analisis data dan refleksi menentukan tindak lanjut dalam ptk. jika hasil ptk

belum memberikan perbaikan, maka ptk harus dilanjutkan pada siklus berikutnya. jumlah

siklus dalam ptk tidak dapat ditentukan sebelumnya, karena dalam tujuannya mengadakan

perbaikan. perbaikan tidak dapat diprediksi sebelumnya, dapat tercapai pada siklus

berapa.

dalam suatu ptk mungkin dalam satu siklus sudah dapat menemukan tindakan

perbaikan.aapabila terjadi seperti itu penelitian dapat dilakukan dalam satu siklus. namun

apabila masalah dalam ptk belum ditemukan, harus dilanjutkan pada siklus-siklus

berikutnya, dengan langkah-langkah yang sama, yaitu perumusan masalah, perencanaan

tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis data dan

refleksi. siklus ptk berakhir jika tindakan perbaikan telah dihasilkan.

daftar pustaka

ardiana, leo idra dan kisyani-laksono. 2004. penelitian tindakan kelas. jakarta:

departemen pendidikan nasional.

direktorat ketenagaan. 2006. pedoman penyusunan usulan dan laporan pengembangan

dan peningkatan kualitas pembelajaran dei lptk (ppkp) untuk tahun anggaran

2007. jakarta: depdiknas.

hopkins, david. 1993. a teachers’s guide to classroom research. buckingham: open

university.

79

Page 80: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

joni,t. raka. (ed). 1998. penelitian tindakan kelas. nagian kedua: prosedur pelaksanaan.

jakarta: proyek pengemabangan guru sekolah menengah, dirjen dikti.

nur, muhammad. (2001). “penelitian tindakan kelas”. kumpulan makalah teori

pembelajaran mipa. surabaya: psms universitas negeri surabaya.

nur, muhammad. (2001). “penelitian tindakan kelas (konsep dasar dan langkah-langkah

ptk)”. kumpulan makalah teori pembelajaran mipa. surabaya: psms universitas

negeri surabaya.

wardani, i.g.a.k. 2008. penelitian tindakan kelas. jakarta: universitas terbuka.

80

Page 81: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

contoh karya ilmiah

strategi pembelajaran bahasa indonesia

siswa tunarungu (slb-b)

a. pendahuluan

manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri. manusia hidup

berkelompok, dan saling berinteraksi di antara anggota kelompok, dengan kelompok lain.

untuk berinteraksi manusia memerlukan bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis.

dalam berkomunikasi dan berinteraksi unsur pancaindera mempunyai peranan yang

penting, terutama penglihatan dan pendengar. unsur di luar pancaindera yang juga

memegang peran penting adalah alat ucap manusia. dalam bahasa lisan ketiga unsure itu

tidak dapat ditinggalkan.

hambatan penguasaan unsur bahasa akan mengganggu proses berinteraksi.

hambatan dalam bahasa tulis adalah buta huruf, dan buta dalam hal penglihatan. untuk

kedua hambatan itu harus dapat diatasi oleh manusia, agar dapat berinteraksi secara baik..

masalah buta huruf dapat diatasi dengan mendirikan kursus-kursus membaca, dan dapat

pula melalui lembaga pendidikan.untuk mengatasi buta dalam hal penglihatan, telah

diciptakan huruf braille. namun untuk mengatasi hambatan dalam hal alat ucap (tuna

wicara) dan pendengaran (tuna rungu) lebih rumit dibanding dengan hambatan dalam

penglihatan. oleh karena itu di lembaga pendidikan umum, khususnya perguruan tinggi,

dapat dijumpai mahasiswa tuna netra, tetapi tidak pernah dijumpai mahasiswa tuna rungu

81

Page 82: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

dan wicara. berkomunikasi dengan tuna rungu dan tuna wicara lebih sulit dibanding

berkomunikasi dengan tuna netra.

pada umumnya, penderita tuna rungu (termasuk tuna wicara) mengalami

keterlambatan penanganan, terutama oleh orang tua. kebanyakan orang tua, tidak siap

menghadapi kenyataan ketika anak mereka mengalami cacat dalam pendengaran, atau

mengalami kelainan alat ucap. di samping itu, lembaga pendidikan yang menangani

penderita tunarungu dan bentuk tuna yang lain jumlahnya sangat sedikit. tidak di setiap

daerah ada. bagi masyarakat yang kurang mampu, memasukkan penderita ke slb yang

tempatnya cukup jauh merupakan beban yang cukup berat. akibatnya anak mereka tidak

tertangani secara wajar. mereka berkomunikasi dengan simbol-simbol yang diciptakan

oleh orang tua itu sendiri. akibat lebih lanjut, penderita tuna rungu miskin kosa kata, dan

miskin imajinasi. padahal apabila sejak dini mereka ditangani, mereka dapat hidup

mandiri seperti manusia normal.

menurut deadon (dalam bintoro, 200:26) ada dua situasi yang dialami tuli

prabahasa semasa kecilnya. pertama, terhalangnya komuniksi dua arah antara anak dan

orang tua. kedua, reaksi orang tua setelah mendapat kepastian bahwa anak kandungnya

menderita tuna rungu. kebanyakan orang tua akan menunjukkan reaksi sedih, kaget,

marah, malu, dan bersalah. situasi seperti itu akan mengganggu perkembangan jiwa, dan

perkembangan kepribadian anak. tunarungu menyebabkan keterasingan, distansi dan

berkurangnya kontak dengan keadaan sekeliling. a. van uden (dalam bintoro, 200:27)

menyatakan bahwa karena dunia penghayatannya yang lebih sempit, anak tunarungu

lebih terarah pada dirinya sendiri. mereka sukar menempatkan diri pada cara berpikir dan

perasaan orang lain, dan kurang peduli terhadap efek perilakunya terhadap orang lain.

anak tunarungu dalam tindakannya dikuasai perasaan dan pikirannya secara berlebihan.

mereka juga sukar menyesuaikan diri.

bahasa yang dimiliki anak berawal dari dirinya sendiri, berkisar pada akunya

sendiri (uden, dalam bintoro, 200:27). akibat dari cacat pendengarannya, perkembangan

bahasa anak tuna rungu sangat lamban, bahasa yang dikuasai lebih lama berkisar pada

dirinya sendiri. plato menyatakan bahwa segala yang ada di dunia ini merupakan

kenyataan tertinggi yang ada di dunia gagasan. untuk memahami sesuatu, seseorang harus

punya konsep di dunia gagasannya. konsep yang dimiliki oleh seseorang berkaitan dengan

82

Page 83: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

penguasaan kosa kata, karena pada hakikatnya berpikir pun memakai bahasa. akibat

kemisikinannya pada kosa kata, anak-anak tuna rungu menjadi miskin konsep, fantasi,

dan imajinasi. oleh karena itu pemahaman dunia sekitar pun menjadi terbatas.

tujuan pengajaran wicara bagi anak tunarungu adalah membina anak didik agar

memiliki kemampuan atau keterampilan menerima, mengolah, menyimpan, dan

mengekspresikan bahasa dalam bentuk wicara sehingga mereka dapat mencapai taraf

hidup yang lebih tinggi, dapat berdialog dengan dirinya sendiri, dengan masyarakat, dan

dengan masalah yang dihadapinya (depdikbud, 2000:37). untuk berdialog dengan

masyarakat, penderita tunarungu tidak dapat memanfaatkan sibi (sistem isyarat bahasa

indonesia) yang banyak dikuasai oleh tunarungu yang mengenyam pendidiakn formal,

karena hanya orang-orang tertentu saja yang memahami sibi. satu-satunya cara untuk

dapat berinteraksi dengan masyarakat, penderita tunarungu menggunakan sistem

komunikasi yang dipakai oleh masyarakat itu sendiri.

agar penderita tunarungu dapat berperan aktif di tengah masyarakat, penguasaan

bahasa perlu mendapat prioritas utama. sesuai dengan keterbatasan yang dimiliki,

penguasaan bahasa lisan tidak dapat diharapkan sepenuhnya pada penderita tunarungu.

oleh karena itu harus ditunjang dengan penguasaan lain yang mendukung penguasaan

bahasa. kekurangmampuan dalam bahasa lisan dapat diimbangi dengan kelebihan dalam

bahasa tulis. oleh karena itu penguasaan kosa kata dan bahasa tulis bagi anak tunarungu

perlu mendapat perhatian. yang menjadi masalah bagaimanakah cara meningkatkan

kemampuan berbahasa bagi penderita tunarungu? peningkatan kemampuan berbahasa

inilah yang menjadi fokus dalam pembahasan ini.

b. kondisi anak tunarungu

tunarungu adalah istilah yang menggambarkan keadaan kemampuan dengar

yang kurang atau tidak berfungsi secara normal, sehingga tidak mungkin lagi diandalkan

untuk belajar bahasa dan wicara tanpa dibantu dengan metode dan peralatan khusus

(depdikbud, 2000: 3). akibatnya tunarungu akan mengalami kemiskinan bahasa, terutama

tunarungu prabahasa..

83

Page 84: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

kemiskinan yang dialami anak tunarungu di bidang bahasa, di samping

kemiskinan kosakata juga kemiskinan gramatika. pola s + p dalam kalimat bahasa

indonesia dalam praktiknya jarang ditaati oleh mereka. bentuk sapaan ”bapak shoim!”

atau ”ibu darni!”, dalam praktik penderita tunarungu dapat berubah menjadi ”shoim

bapak!” dan ”darni ibu!”. kalimat ”kucing makan tikus.” dapat berubah ”tikus makan

kucing.”. bagi penderita tunarungu, unsur s+p dalam kalimat bahasa indonesia itu tidak

begitu dipahami. bagi mereka yang mendapat porioritas utama dalam menyusun kalimat

adalah bagian yang berkaitan langsung dengan pokok pembicaraan. kebanyakan mereka

menganggap kalimat berupa urutan kata-kata, bukan urutan frasa, sehingga mereka sering

mengabaikan kaidah gramatika.. jika mereka lapar dan ingin makan, yang berkaitan

langsung dengan dirinya adalah lapar, maka dia akan mengucapkan ”lapar saya.”, bukan

”saya lapar.”.

apabila diperhatikan, penderita tunarungu mempunyai beberapa tingkatan.

boothroyd (1982 membedakan tunarungu menjadi kehilangan pendengaran dan

gangguan proses pendengaran seperti bagan 1 berikut:

bagan

ketunarunguan

(hearing impairment)

kehilangan pendengaraan gangguan proses pendengaran

84

Page 85: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

hearing lost auditory process disorder (gangguan mendeteksi bunyi)

(gangguan menafsirkan pola-pola bunyi)

total nyata/sangat berat berat*) sedang ringan

total profound severe moderate mild

tuli

kurang dengar

pembagian total, nyata, berat, sedang, ringan berdasarkan pengukuran ambang

pendengaran decibell

*) tingkat kehilangan berat bisa digolongkan tuli dan kurang dengar tergantung

pemakaiamabm (alat bantu mendengar)

**) penjelasan lebih lanjut dapat dilihat di lampiran 1

sesuai dengan bagan di atas, tunarungu dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu kelompok kehilangan daya dengar dan kelompok gangguan proses

pendengaran. kelompok kehilangan daya dengar mengacu pada gangguan dalam deteksi

bunyi. gangguan itu dinyatakan dalam decibell. kelompok gangguan proses pendengaran

adalah mereka yang mengalami gangguan dalam menafsirkan bunyi.

boothroyd (dalam bintoro dan santosa, 2000:5) membagi tunarungu menjadi

dua kelompok: kehilangan daya dengar (hearing loss) dan kelompok gangguan proses

pendengaran (auditory processing disorder). berdasarkan sejauh orang dapat

memanfaatkan (sisa) pendengarannya dengan/tanpa bantuan amplikasi oleh abm dapat

dibedakan menjadi: kurang dengar (hard of hearing), tuli (deaf), tuli total (totally deaf).

85

Page 86: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

kurang dengar (hard of hearing) adalah mereka yangmengalami gangguan

dengar, namun masih dapat menggunakannya sebagai sarana/modalitas utama untuk

menyimak suara cakapan seseorang dan mengembangkan kemampuan bicaranya. tuli

(deaf) adalah mereka yang pendengarannya sudah tidak dapat digunakan sebagai sarana

utama guna mengembangkan kemampuan bicara, namun masih dapat difungsikan

sebagai suplemen (bantuan) pada penglihatan dan perabaan. tuli total (totally deaf) adalah

mereka yang sama sekali tidak memiliki pendengaran sehingga tidak dapat digunakan

untuk menyimak dan mengembangkan bicara.

berdasar tingkat kehilangan kemampuan dasar, tunarungu dapat dibagi atas tuli

dan kurang dengar atau pekak. tuli adalah mereka yang kehilangan kemampuan dengar 90

db atau lebih. kurang dengar atau pekak adalah mereka yang kehilangan kemampuan

dengar kurang daro 90 db. golongan kurang dengar dibedakan: (a) kurang dengar ringan,

yaitu mereka yang kehilangan kemampuan dengar antara 30-50 db; (b) kurang dengar

sedang bagi mereka yang kehilangan kemampuan dengar 50 – 70 db; dan kurangdengar

berat bagi mereka yang kehilangan kemampuan dengar 70 – 90 db (depdikbud, 2000:4).

pembagian itu merupakan pembagian secara global. pembagian a. van uden lebih rinci

dibanding pembagian depdikbud. menurut van uden (dalam bintoro, 2000: 8) kurang

dengar ringan mereka yang kehilangan 15 – 30 db, kurang dengar sedang kehilangan

31 – 60 db, kurang dengar berat kehilangan kemampuan dengar 61 – 90 db, kurang

dengar berat kehilangan 91 – 120db, total kehilangan 121 atau lebih. pembagian

tunarungu menurut van uden yang lebih rinci dapat dilihat pada bagan 2

berdasarkan saat terjadinya ketunarunguan, a. van uden membagi menjadi tuli

pra-bahasa (prelingually deaf) dan tuli purna-bahasa (postlingually deaf). tuli pra-bahasa

yaitu penderita tuli yang menderita tuli sebelum menguasai bahasa (usia di bawah 1, 6

tahun). tuli purna bahasa yaitu penderita tuli setelah menguasai suatu bahasa, telah

menerapkan dan memahami sistem lambang di lingkungannya.

1. proses bicara balita

balita untuk dapat berbicara melalui beberapa tahap. berry dan eisenson (dalam

depdikbud, 2000: 26-27) menyatakan bahwa ada beberapa tahap perkembangan wicara

bayi. pada saat bayi baru lahir, semua aktivitasnya termasuk menangis, menggerakkan

86

Page 87: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

kaki dan tangan tanpa disadari oleh bayi itu sendiri. tahap ini disebut tahap refeleksi

vokalisasi. gerakan dan aktivitas yang dilakukannya berdasarkan naluri dan refleksi. ia

tidak menyadari bahwa ia punya tangan dan kaki. ia juga tidak menyadari gerakannya itu

untuk apa. perkembangan berikutnya tampak pada akhir minggu ketiga. pada saat ini

tangisan bayi sudah dapat dibedakan, antara tangisan lapar, ngompol, atau kesakitan. ibu

bayi biasanya mengenali lebih dulubentuk tangisan itu. namun bentuk tangisan itu masih

bersifat releks.

pada umur dua bulan bayi sudah mulai meraban. ia membuat berbagai bunyi. ia

bermain-main dengan bunyi yang dibuatnya sendiri. bunyi-bunyi yang dibuat lebih dulu

adalah bunyi vokal. bunyi vokal lebih mudah dibuat, karena posisi vokal tidak begitu

sulit dalam menempatkan posisi alat ucap. tahap ini disebut tahap babbling. tahapini pada

tahap lalling, yaitu bayi sudah berumur sekitar tujuh bulan, ia sudah menyadari suara-

suara yang dibuat. pendengaran bayi pun sudah mulai berperan. fungsi sensoris dalam hal

ini pendengaran, dan fungsi motoris (mengeluarkan suara) mulai berkembang secara

terpadu. bunyi-bunyi yang dibuat didengarnya kembali. ia merasakan kepuasan. oleh

karena itu ia mengulanginya kembali dan menirukan suaranya sendiri. setelah memiliki

kemampuan menirukan suaranya sendiri, bayi mulai mempersiapkan diri menirukan suara

yang didengar dari lingkungannya. untuk bayi tuna rungu hal itu tidak dapat terjadi.

fungsi sensorisnya tidak berfungsi. fungsi motorisnya pun menjadi timpang. ia tidak

mendapatkan kepuasan karena tidak mendengar suaranya sendiri. oleh karena itu fungsi

motorisnya menjadi pasif.

perkembangan bayi normal berikutnya adalah mempersiapkan diri menirukan

suara yang didengarnya dari lingkungan. akibat sensorisnya yang tidak berfungsi, bayi

tunarungu tidak mendapatkan rangsangan suara dari lingkungannya. hal itu membuat

bayi yang biasanya peka terhadap suara itu tidak pernah dapat bereaksi dengan

lingkungan. ia tidak dapat merasakan nyamannya suara lembut dan merdu dari ibu yang

meninabobokannya, dalam hal ini bayi akan mengalami dua kerugian. pertama, iaakan

mengalami ”kemiskinan” kosakata. kedua perasaan bayi tidak pernah diasah oleh kata-

kata lembut, mesra, dan rasa sayang. hal itu akan berpengaruh ketika bayi menjadi

dewasa.bayi mulai meniru suara yang didengarnya dari lingkungan ketika menginjak

87

Page 88: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

umur sembilan atau sepuluh bulan, dan mulai bicara pada usia antara 12 sampai 18

bulan. namun hal itu tentu tidak akan terjadi pada anak tunarungu

2. perkembangan kejiwaan anak tunarungu

kemiskinan bahasa berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan anak

tunarungu. bagi anak yang mempunyai pendengaran normal, dapat merasakan kasih

sayang ibu melalui kontak visual, taktil, dan pendengaran. menurut marschark (dalam

bintoro, 1993) kontak bayi melalaui pendengaran terhadap ibunya sudah dimulai sejak

bayi dalam kandungan. sejak dalam kandungan, bayi yang berpendengaran normal

mampu mendengar suara ibu, dan terjadi relasi antara ibu dan anak. ketika bayi lahir,

suara ibu telah dikenal dan dapat menenteramkan dan menyejukkan hatinya. hal ini tidak

terjadi pada bayi tunarungu. seharusnya, kalau orang tua tahu bayinya tunarungu sejak

bayi, dapat diimbangi dengan bentuk kasih sayang yang lain, seperti perabaan dan

pandangan mata.

a.van uden (dalam bintoro, 2000:27) menyatakan bahwa anak tunarungu

mempunyai sifat ego-sentris yang lebih besar daripada anak mendengar. hal itu

disebabkan dunia penghayatan mereka lebih sempit, penghayatan lebih terarah pada

dirinya sendiri. mereka sukar menempatkan diri pada cara berpikir dan perasaan orang

lain, kurang menyadari efek perilakunya terhadap orang lain. tindakannya dikuasai

perasaannya dan pikirannya secara berlebihan. mereka juga sukar menyesuaikan diri.

kemampuan bahasa yang terbatas membatasi kemampuan mereka dalam

mengintegrasikan pengalaman, dan makin memperkuat sifat egosentris mereka.

penderita tunarungu juga memiliki sifat impulsif. tindakannya tidak didasarkan

pada perencanaan yang hati-hati dan jelas. mereka tidak mengantisipasi akibat yang dapat

ditimbulkan oleh tindakannya. apa yang diinginkan, segera harus dipenuhi. mereka sulit

menunda pemuasan untuk jangka panjang. menurut van uden (2000) hal itu disebabkan

oleh kemampuan bahasa mereka yang terbatas. mereka kurang mempunyai konsep

tentang relasi (hubungan). segala sesuatu yang mengandung pengertian relasi seperti

hubungan waktu dan keluarga kurang dimengerti oleh mereka. kemiskinan bahasa yang

menyebabkan mereka kurang mengerti tentang relasi. bunyi (bahasa) yang

menghubungkan antara benda dan manusia tidak mereka miliki.

88

Page 89: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

akibat lain dari kemiskinan anak tunarungu mereka bersifat kaku, kurang

luwes. di samping itu juga lekas marah dan mudah tersinggung akibat kurang dapat

memahami perkataan orang lain. mereka juga memiliki sifat ragu-ragu dan khawatir,

sikap ketergantungan, polos, dan mengalami perkembangan fantasi yang lamban.

c. strategi pembelajaran bahasa indonesia anak tunarungu

strategi adalah metode spesifik dari pendekatan masalah atau tugas mode

operasi untuk meraih fakta-fakta, merancang disain untuk mengontrol dan memanipulasi

informasi tertentu (brown,2000:111). strategi berbeda denagn gaya. gaya mengarah pada

konsisten dan kecenderungan yang berlangsung terus, atau pilihan dalam individu. gaya

adalah karakteristik umum dari fungsi intelektual sebagai individu, yang membedakan

dengan orang lain.

apabila dibanding dengan nanak-anak normal, rata-rata kemampuan intelektual

anak tunarungu berada di nawah anak-anak normal. beberapa guru di slb-b karya mulia

dan slb-b diknas menyatakan bahwa secara teori, kemampuan anak-anak tunarungu

berada dua tahun di bawah anak normal. anak-anak kelas 3 smalb-b, setingkat dengan

anak-anak kelas 1 di sekolah umum (normal). namun dalam kenyataannya kemampuan

anak kelas 3 sma menurut mereka sejajar dengan anak kelas 2 sekolah umum (normal).

untuk belajar bahasa yang baik, kebanyakan anak tunarungu baru bisa

mendapatkannya di sekolah. hal itu berbeda dengan anak normal yang telah belajar

berkomunikasi dengan ibunya sejak dalam kandungan. kondisi semacam itu membuat

anak tunarungu kehilangan banyak kesempatan dalam membangun kosakata, imajinasi,

dan adaptasi dengan lingkungan. di rumah, orang tua yang tidak paham dan tidak siap

menangani penderita tunarungu mendidik penderita dengan kemampuannya yang

terbatas. tidak mustahil mereka menciptakan sistem isyarat sendiri yang tidak sesuai

dengan sistem isyarat bahasa indonesia (sibi)

berbeda dengan anak-anak normal pembelajaran wicara anak rungu diawali

dengan cara menciptakan suara. munculnya suara disebabkan oleh adanya getaran udara.

agar anak tunarungu sadar bahwa ada suara yang diakibatkan oleh getaran udara, mereka

dilatih pernapasan. di samping itu ada pula latihan membantu kesadaran letak titik

artikulasi, dan latihan mengembangkan feed back visual. (dikbud, 2000:67). latihan

89

Page 90: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

pernapasan biasanya dilakukan dengan meniup baling-baling kertas, bola pingpong,

terompet, harmonika pianika. spatel (alat untuk penekan lidah) dipakai untuk membantu

kesadaran letak titik artikulasi, sedang latihan untuk mengembangkan feed back visual

memakai cermin. untuk latihan wicara, perlu adanya ruang khusus.

evaluasi terdiri atas evaluasi awal, dan evaluasi hasil belajar. evaluasi awal

dilakukan untuk mendiagnosa keadaan awal kesulitan-kesulitan dalam belajar sehingga

dapat menentukan sikap yang tepat untuk memulai latihan dan melakukan tindakan terapi

secara tepat pula. (dikbud, 2000:57). sasaran evaluasi awal adalah anatomi dan fisiologi

alat-alat wicara yang meliputi: (10 keadaan bibir dan pergerakannya; (2) keadaan rahang

dan gigi serta pergerakan rahang; (3) keadaan lidah dan pergerakannya; (4)keadaan langit-

langit keras dan pelatum; (5) keadaan langit-langit lunak atau velum dan pergerakannya.

sistem komunikasi tunarungu adalah komunikasi oral (lisan), manual (isyarat),

dan komunikasi total (komtal). sistem lisan bisa digunakan komunikasi tunarungu dengan

masyarakat, meskipun masih kurang efektif. sistem isyarat lebih cocok digunakan oleh

sesama penderita tunarungu, karena tidak banyak masyarakat di luar tunarungu yang

memahami sistem isyarat tersebut. yang paling efektif untuk berkomunikasi dengan

masyarakat bagi penderita tunarungu adalah komunikasi total. dalam komunikasi total,

semua anggota tubuh dapat menunjang komunikasi.

pembelajaran bahasa bagi anak tunarungu dapat dilakukan di lembaga formal

dan nonformal. lembaga formal dapat dilakukan di sekolah-sekolah, sedang pembelajaran

pemerolehan bahasa non formal dapat dilakukan di rumah dan di lembaga non-sekolah.

pembelajaran formal bagi anak tunarungu adalah pembelajaran di lembaga-

lembaga pendidikan formal seperti sekolah. pembelajaran dengan media film/tv dapat

dimasukkan ke dalam pembelajaran formal dan non formal. termasuk pembelajaran

formal apabila media itu dipakai guru untuk mengajar di dalam kelas. termasuk

pembelajaran nonformal apabila pembelajaran itu ditayangkan di media tv seperti yang

sering ditayangkan di tvri pada pagi hari (tv-e). berikut ini gambaran kemampuan anak-

anak kelas iv sdlb dalam mengarang berdasarkan gambar.

sampah jatuh kotor

sapi makan mencari ikan

90

Page 91: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

anak-anak sampah harus rajin

anak-anak mengambil sampah

bapak marah-marah boleh sampah anak-anak malas

pemepaan sapu sampah bau kotor

laki-laki membawa sampah

anak-anak cepat bapak marah-marah

anak-anak membaca belajar rajin

teman bermain senang makan dan minum

laki-laki sombong kamu mengapa bapak laki-laki bermain bola

(yuliati, 2001:106).

1. strategi pembelajaran perolehan bahasa kelas awal

pembelajaran untuk kelas awal pada siswa tunarungu diarahkan pada

pembentukan fonem. untuk menyadarkan kepada siswa bahwa ada suara yang diakibatkan

oleh udara yang bergetar, siswa dilatih pernapasan dengan meniup balon, baling-baling,

terompet, harmonika, lilin dan sebagainya. setelah itu siswa dilatih melafalkan fonem.

sadjaah dan sukarja (1995:67) menyusun sistematika pembelajaran wicara siswa

tunarungu sebagai berikut.

1. dasar ucapan fonem

2. pembentukan

3. cara melatih:

a. titik tolak

b. cara melatih

(1) secara visual

(2) secara auditoris

(3) suara haptik

c. penilaian dan tindak lanjut

d. kesalahan yang sering terjadidan cara memperbaikinya

penerapan

fonem t

91

Page 92: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

1. dasar ucapan: lengkung kaki gigi atas dan ujung lidah

2. pembentukan : ujung lidah menekan lengkung kaki gigi atas, pinggir lidah

menekan alur kaki gigi atas sehingga aliran nafas pada rongga mulut tertahan.

bibir terbuka sedikit, gigi-gigi hampir tertutup, rongga mulut menyempit, lidah

tegak.

3. cara melatih:

a. titik tolak

adakan percakapan mengenai kejadian hari itu, gambar, atau apa saja yang

dapat menjadikan anak rileks, dan menemukan fonem t, misal pada kata:

tas, tikus, takut, tujuh, tua. tuliskan kata-kata tersebut pada sebuah kertas.

beri garis suku kata yang terdapat fonem t.

ucapkan secara global ”tas”. suruh anak menirukannya!

amati ucapan anak.

b. cara melatih

(1) secara visual

ajak anak memperhatikan lidah dan bentuk bibir guru pada cewrmin,

kemudian suruh anak menirukannya

ucapkan ”tas” kemudian anak suruh meniru.

tulis suku kata ta,ti, tu, te, to’ kemudian ajak anak meraban:

ta ta ta ta taaaaaaaaaa taaaaaaaaaaa taaaaaaaa

to to to to toooooooo toooooooooo toooooooo

ti ti ti ti tiiiiiiiiiiiiiii tiiiiiiiiiiiiiiiiii tiiiiiiiiiiiiii

(2) secara auditoris

gunakan suara keras dan lebih keras lagi, gunakan speech trainer, abm

anak.

ajak anak merasakan getaran sambil meraban

bila sudah ada reaksi terhadap bunyi, lalu ucapkan kata secara global,

anak menirukannya

(3) secara haptik

ajaklah anak merasakan udara meletup yang keluar dari mulut denagn

ujung jarinya.

92

Page 93: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

beri kesempatan anak untuk mencoba, sambilmelakukan guru

menyilangkan tangan ke mulut anak, tangan anak ke mulut guru untuk

mengontrol letupan

lakukan latihan pernapasan

c penilaian dan tindak lanjut

penilian dilakukan selama proses kbm berlangsung

suruh anak mengucapkan kembali kata-kata yang dilatih

suruh anak banyak mengucapkan kata yang mengandung fonem t

pembelajaran pemerolehan bahasa dapat mempergunakan berbagai macam

strategi. strategi pembelajaran adalah proses mental yang digunakan pembelajar untuk

mempelajari dan menggunakan bahasa sasaran (nunan dalam azies dan alwasilah,

2000:33). strategi pembelajaran bersifat pribadi, berbeda dari satu individu dengan

individu lainnya, karena merupakan proses mental yang tidak tampak. purbaningrum dan

yuliati (2006:72) membuat strategi menulis bagi siswa tunarungu yaitu strategi pada tahap

pramenulis dan strategi pengajaran pada saat menulis. strategi yang dimanfaatkan dalam

tahap menulis yaitu: curah pendapat, pengamatan, dan pemetaan.

curah pendapat merupakan salah satu cara yang baik dalam membangkitkan

skemata siswa, yaitu strategi yang memasukkan tahapan:1) memilih topik, (2) mendaftar

dengan cepat kata dan frase, (3) menemukan hubungan ide-ide dalam daftar dan tidak

memberikan penilaian salah satu benar pada ide tersebut (tompkins dalam purbaningrum

dan yuliati,2006:72). strategi pengamatan adalah strategi yang dipakai untuk mendapatkan

informasi melalui panca indera yang meliputi pendengaran, penglihatan, penciuman,

pencecapan, dan perabaan. namun dengan keterbatasan penderita tunarungu, unsur

pendengaran tidak bisa memanfaatkan dengan efektif

2. strategi pengklusteran

strategi yang lain dalam pembelajaran menulis adalah pengklusteran pemetaan.

ide-ide dalam kluster disusun dalam bentuk lingkaran dan dihubungkan dengan garis

penghubung. strategi pengklusteran pemetaan melalui beberapa tahap: pemilihan topik,

93

Page 94: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

menuliskan topik di tengah, melingkari topik dan menambahkan ide pokok di sekitar

topik dalam bentuk lingkaran, menambahkan rincian pada tiap-tiap ide utama.

pengklusteran mirip dengan kerangka karangan, namun aktivitas pengklusteran lebih

menyenangkan dan bermakna. berikut ini contoh pengklusteran pemetaan:

kluster pertanyaan

kluster cerita

kluster reportase

Siapa

Topik

Apa

Kapan

Dimana

Mengapa

Bagaimanana

CERITA

Awal Inti

Akhir

Apa yang nampak

Dimanahidupnya

94

Page 95: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

kluster panca indera

strategi pengajaran pada tahap saat menulis dapat menerapkan strategi permodelan dan

strategi konferen individu. strategi permodelan dapat memberikan contoh positif tentang

gaya dan contoh teks yang tepat. jenis model dapat berupa model teks dan model proses.

strategi model proses dimulai dari tahap pramenulis. guru sharing dengan siswa tentang

topik dan minat pribadi siswa, selanjutnya mendaftar dan memilih sesuai atau mendekati

pilihan siswa (purbaningrum dan yuliati, 2006:74). guru mendemonstrasikan permodelan

BINATANG

Apa kekhususannyaBagaimana mereka

Melindungi diri

Apa Makanannya

TOPIK

Mengamati

Mencium

Mendengar

Merasakan

Meraba

95

Page 96: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

secara operasional, menunjukkan ide-ide, kerangka karangan, pola-pola kalimat yang

tepat. kemudian guru meninjau kembali modelnya dan merevisi strategi pembelajarannya.

strategi konferen memberi kesempatan kepada siswa mengembangkan sikap

positif, kritis, dan saling percaya antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. selama

konferen guru sebagai kolaborator, memberikn petunjuk dan mengarahkan kepada siswa

sesuatu yang harus dilakukan. strategi konferen dapat dibedakan menjadi empattipe:

konveren individu, konveren kelompok, konferen kelompok kecil, dan konferen

publikasi.

d. strategi pembelajaran bahasa melalui televisi

menurut sebuah sumber (totok warsito) staf pengajar di smalb-b karya mulia

surabaya, ada kontroversial pemakaian bahasa tunarungu. paham belanda menyatakan

bahwa anak tunarungu bukanlah tunawicara, oleh karena itu siswa tunarungu harus dilatih

berbicara seperti orang normal. paham ini sampai sekarang masih dianut oleh sekolah

tunarungu di wonosobo jawa tengah. siswa-siswa di tempat itu dilatih komunikasi oral

dan juga dilatih menari dengan memanfaatkan indera taktil untuk menangkap suara. suara

musik yang mengiringi gerak tari berusaha ditangkap melalu indera perabaan (taktil).

paham amerika menyatakan bahwa penderita tunarungu pada kenyataannya mengalami

kesulitan untuk berkomunikasi seperti orang normal, oleh karena itu jangan dipaksakan,

karea dipandang kurang manusiawi, untuk mengganti komunikasi oral, kemudian

diciptakan bahasa isyarat yang di indonesia dikenal dengan komunikasi sibi (sistem

isyarat bahasa indonesia). di samping komunikasi oral dan sibi, tunarungu yang

terpelajar menggunakan sistem komunikasi komtal (komunikasi total) untuk berinterakdi

dengan masyarakat. komuniasi model komtal merupakan gabungan dari oral, sibi, dan

gerak tubuh. prinsip komtal semua anggota tubuh yang dimiliki seseorang dapat

dimanfaatkan untuk menunjang dalam berkomunikasi dengan masyarakat..

televisi sebagai media pembelajaran mempunyai beberapa keunggulan

dibanding dengan media lain.televisi dalam sekali tayang dapat disaksikan oleh ribuan,

bahkan jutaan pelajar. sedang pembelajaran dengan media lain biasanya hanya dapat

diterapkan dalam kelas dengan jumlah siswa terbatas. pembelajaran dengan media

televisi dapat menampilkan contoh-contoh yang lebih alami dibanding media lain.

96

Page 97: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

misalnya pembelajar dapat menampilkan harimau, buaya, seperti aslinya. pembelajar

tidak mungkin menghadirkan binatang seperti itu ke dalam kelas. televisi juga bisa

menghadirkan bentuk mikro menjadi makro ribuan kali besarnya. seekor semut atau

nyamuk dapat dihadirkan dengan bentuk yang jauh lebih besar. demikian pula seekor

gajah dapat dihadirkan dalam bentuk sebesar kucing. hal itu dapat membantu

pembelajaran, terutama dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam. hardjono

(1988:101) menyatakan bahwa keuntungan pengajaran melalaui televisi: (1) pengajaran

dapat menjangkau jumlah yang sangat luas. (2) bahasa sebagai alat komunikasi dapat

dipakai dalam situasi dan lingkungan nyang nyata.

selanjutnya hardjono (1988) menyatakan bahwa berdasarkan konsepsinya,

pembelaaran melalui televisi dapat dibedakan menjadi tiga tipe: (1) pengajaran melalui

televisi yang merupakan kursus tersendiri. (2) pengajaran melalui televisi sebagai materi

pengajaran di sekolah. (3) pengajaran melalui televisi yang diintegrasikan dalam

pengajaran sekolah dan merupakan bagian dari pelajaran bahasa yang diajarkan di

sekolah.

penderita tunarungu di samping miskin kosakata juga miskin imajinasi. untuk

menghadirkan imajinasi pada penderita tunarungu sebaiknya menghadirkan bentuk

naturalnya. apa bila bentuk itu tidak dapat dihadirkan, dapat ditempuh dengan

memberikan gambar atau film. dalam hal ini kehadiran televisi akan membantu

pembentukan imajinasi itu. misalnya ada kalimat: ”gajah merusak kebun kelapa sawit.”

apa yang dimaksud dengan gajah? apabila anak tunarungu belum pernah

melihat gajah, untuk menerangkan seekor gajah, tidak cukup dengan sejumlah kalimat.

penderita tunarungu akan manggut-manggut jika diterangkan bahwa gajah adalah

binatang mamalia yang besar, lebih besar daripada kerbau, dan berbelalai panjang di

hidungnya. namun jika sesudah itu ditanya lagi apakah gajah? ia akan menggelengkan

kepala. iamajinasi tentang gajah itu akan terbentuk jika disertai dengan gambar, apalagi

kalau gambar itu dalam bentuk asli seperti dalam film. media audio visual dapat pula

diputar berulang-ulang.

balai pengembangan media televisi depdiknas telah menghasilkan lima skenario

pelajaran bahasa indonesia untuk pembelajaran di televisi untuk tunarungu. kelima

skenario itu masing-masing tentang: penulisan paragraf deskripsi, membaca berita dengan

97

Page 98: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

lafal dan sikap yang benar, mengungkapkan tanggapan dan gagasan dalam diskusi,

menulis surat dinas, dan memahami informasi dari berbagai laporan. setiap topik

berdurasi 24 menit, dibagi menjadi tiga segmen. masing-masing segmen berdurasi

delapan menit, dan diakhiri dengan evaluasi.

1. strategi kluster pertanyaan.

pembelajaran dengan audiovisual bukan sekedar memindahkan materi dalam

buku ke dalam media audio-visual. strategi kluster pertaanyaan dalam pembelajaran

melalui televisi dimanfaatkan dalam memahami pokok-pokok berita. strategi

pengklusteran untuk memahami pokok berita dilaksanakan dalam tiga langkah: (1)

memahami topik, (2) menulis topik atau inti di tengah kertas, (3) membuat pertanyaan

dengan rumur 5w + 1h. pelaksanaan pengklusteran untuk memahami pokok berita itu

seperti berikut.

kluster reportase

Topik Peristiwa

Mengapa(Why)

Siapa(Who)

Kapan(When)

Di mana (where)

Apa (what)

98

Page 99: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

hasil pengklusteran reportasi seperti kutipan skenario berikut ini:

avia : peristiwa apa yang disampaikan dalam berita itu?

tiara : peristiwa tentang penyebaran virus flu burung kak.

avia : di mana peristiwa tersebut terjadi?

tiara : di indonesia kak, terutama di jakarta.

avia : kapan peristiwa tersebut terjadi?

tiara : sekarang ini kak. berita tersebut selain ada di koran, juga ada di televisi aku

tadi melihatnya.

avia : siapa yang mengungkapkan peristiwa itu?

tiara : yang mengungkapkan koordinator komnas pengendalian flu

burung dan kesiap siagaan menghadapi pandemi influenza.

o ya kak, indonesia dianggap sebagai negara dengan jumlah kasus

flu burung terbesar di dunia.

avia : mengapa indonesia dianggap sebagai negara dengan jumlah kasus

flu burung terbesar di dunia?

tiara : sebab telah merenggut 107 jiwa. apa itu tidak termasuk besar.

avia: : kalau begitu bagaimana cara menjaga diri agar terhindar dari virus

flu burung?

tiara : dalam berita tadi dijelaskan kita harus membiasakan hidup bersih

dan sehat.

presenter:

apa kabar adik-adik, kita jumpa lagi dalam program pembelajaran

bahasa indonesia. kalian sudah menyaksikan percakapan antara

tiara dan avia kan? nah apa yang bisa kita ambil pelajaran dari

percakapan mereka?

kluster panca indera

pengklusteran panca indera dalam penyusunan skenario bpmtv diterapkan

untuk menyusun paragraf deskriptif, dengan mengambil setting di kebun raya purwodadi.

pelaku dalam skenario tersebut adalah empat siswa sma-b (tuna rungu). dealam adegan

99

Page 100: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

itu digambarkan empat siswa slb berekreasi ke kebun raya purwodadi, menikmati

indahnya pemandangan alam. keempat siswa itu di kebun raya purwodadi mencatat

keadaan kebun raya berkaitan hal-hal yang dapat ditangkap indera mereka, kecuali indera

pendengar.

perdasarkan pengamatan terhadap kebun raya purwodadi, setelah melalui tahap

penyuntingan, di antara keempat siswa menghasilkan paragraf deskripsi sebagai berikut.

kebun raya purwodadi sangat indah. berbagai macam tanaman ada di tempat

itu. tempatnya yang berada di daerah yang tingggi dengan pepohonan yang rindang

membuat udaranya dingin. berbagai macam bunga juga ada di situ. bunga-bunga yang

sedang mekar menyebarkan bau yang harum.

TOPIK

Mengamati

Mencium

Merasakan

Meraba

Mendengar

100

Page 101: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

e. simpulan

pembelajaran bahasa sangat penting bagi penderita tunarungu, karena akibat

kemiskinan bahasa dapat berpengaruh pada perkembangan jiwa mereaka. akibat

kemiskinan bahasa, anak tunarungu cenderung bersifat egosentris, berpusat pada dirinya

sendiri karena penghayatan mereka terhadap lingkungan sangat sempit. mereaka sukar

menempatkan diri pada cara berpikir dan perasaan orang lain, dan kurang menyadari efek

perilakunya terhadap orang lain. mereka juga sukar menyesuaikan diri.

pembelajaran bahjasa untuk penderita tunarungu perlu ditunjang oleh strategi

yang tepat, agar pembelajaran yang dilakukan dapat sangkil dan mangkus (tepat guna dan

berhasil guna). untuk mencapai keberhasilan pembelajaran bahasa, berbagai strategi dapat

dimanfaatkan. semua strategi pembelajaran baik, tergantung pada pelaksana, situasi, dan

kondisi proses pembelajaran. strategi yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran

pemerolehan bahasa bagi penderita tunarungu diantaranya adalah strategi curah pendapat

dan strategi pengklusteran.

untuk pemerolehan lafal yang baik, anak tunarungu dapat diajarkan melalui

pernafasan lebih dahulu, meraban kemudian mengucapkan dengan lafalyang benar. untuk

dapat mengucapkan lafal yang benar, guru perlu memperhatikan anatomi dan fisiologi

yang benar, seperti: (1) keadaan bibir dan pergerakannya, (2) keadaan rahang dan gigi

serta pergerakan rahang, (3) keadaan lidah dan pergerakannya, (4) keadaan langit-langit

keras atau palatum, (5) dan keadaan palatum atau langit-langit lunak dan pergerakannya.

tujuan pembelajaran bahasa bagi tunarungu agar mereka bisa berinteraksi dengan

masyarakat seperti masyarakat normal yang lain. untuk itu peran orang tua sangat penting.

apabila penderita tunarungu dapat ditangani dengan baik, tidak menutup kemungkinan

mereka dapat berprestasi seperti manusia normal. di indonesia, ada penderita tunarungu

yang berhasil menempuh pendidikan kedokteran di amerika.

101

Page 102: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

daftar pustaka

azies, furqanul dan alwasilah, a. chaedar. 2000. pengajaran bahasa komunikatif: teori dan

praktek. bandung: remaja rosdakarya.

boothroyd, arthur. 1982. hearing impairments in young children. prentice hall, inc

englewood cliffs.

brown, h. doglas. 2000. teaching by principles. san francisco: longman.

bunawan, lani dan cecilia susila yuwati. 2000. penguasaan bahasa anak tuna rungu.

penyunting totok bintoro dan tonny santosa. jakarta: santi rama.

depdikbud. 2000. pedoman guru pengajaran wicara untuk anak tuna rungu. jakarta.

depdiknas. 2001. kamus sistem isyarat bahasa indonesia. jakarta.

hardjono, sartinah. 1988. prinsip-prinsip pengajaran bahasa dan sastra. jakarta:

depdikbud.

leutke-stahlman, barbara dan luckner, john. 1991. effectively educating students with

hearing impairments. longman publishing group.

purbaningrum, endang dan yuliati. 2006. ”pengaruh pembelajaran menulis proses

terhadap performansi menulis siswa tuna rungu”. laporan penelitian. surabaya: fip

unesa.

sadjaah, edja dan sukarja, darjo. 1995. bina bicara, persepsi bunyi dan irama. jakarta:

sepdikbud.

102

Page 103: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

yuliati. 2001. ”pembelajaran menulis dengan strategi menulis proses dan metode maternal

refektif (mmr) siswa kelas iv sekolah luar biasa tunarungu karya mul;ia i

surabaya”. tesis. malang: universitas negeri malang.

contoh karya ilmiah untuk jurnal

makna , fungsi, dan nilai edukatif tembang dolanan bocah : sebuah kajian filologi lisan

suharmono k.

staf pengajar fbs unesa

javanese song dolanan bocah is folk song for children. this javanese song is including

genre folklore consisted of words (idyll) and song, circulates verbally among certain

collective member, in the form of traditional, and haves a lot variant. javanese song

dolanan bocah is including folklore. formerly javanese song dolanan bocah hardly is taken

a fancy to children, and sing accompanied by game in house yard, especially when full

moon. but form of this song and game starts leaved by children, though the javanese song

has meaning, function, and value educative which good to development of child. for the

103

Page 104: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

agenda of inculcating morals and loves culture itself to avoid foreigners culture which

inappropriate to nation culture, javanese song dolanan bocah need to be taught again in

region which the resident use javanese language. study of javanese song dolanan bocah

can pass artistry iesson ( sing and dance),or through local contain of javanese lesson.

kata kunci: tembang dolanan bocah, sastra, budaya

a. pendahuluan

usia anak-anak adalah usia bermain. mereka membutuhkan berbagai macam

mainan sesuai dengan tingkat usia, budaya, dan geografis indonesia.. alam indonesia

yang tropik memungkinkan anak-anak untuk berinteraksi dalam waktu-waktu yang sesuai

untuk bermain, seperti sore dan malam hari pada waktu bulan purnama. salah satu bentuk

permainan anak-anak di jawa adalah tembang dolanan atau nyanyian permainan . di jawa

timur khususnya “nyanyian permainan anak-anak” ini disebut tembang dolanan bocah.

tembang dolanan bocah ini termasuk nyanyian rakyat. menurut brunvand (dalam

danandjaja 1994:141) nyanyian rakyat merupakan genre atau bentuk foklor yang terdiri

dari kata-kata dan lagu, dan beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu,

berbentuk tradisional, serta banyak mempunyai varian. di dalam tembang dolanan bocah

varian ini seperti pada tembang dolanan bocah “lindri” dan “cublak-cublak suweng”

berikut ini.

lindri:

lindri adang telung kati lawuhe semayi

(lindri masak nasi tiga kati lauknya semayi)

lindri adang telung kati lawuhe bothok teri

(lindri masak nasi tiga kati lauknya bothok teri)

semayi adalah lauk yang terbuat dari ampas kelapa dengan cara dimasak dengan

bumbu-umbu tertentu, kemudian dibungkus memanjang. sedang bothok teri adalah lauk

yang dibuat dari ikan teri dicampur kelapa muda dengan bumbu tertentu, kemudian

dibungkus daun pisang.

cublak-cublak suweng:

104

Page 105: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

sir-sirpong dhele gosong (sir-sirpong kedelai gosong)

sir-sirpong ‘dele bodong (sir-sirpong pusarnya bodong)

seperti halnya kata teri dan semayi, kata dhele (kedelai) hangus dan ’dele/udele

(pusarnya) menonjol keluar berbeda maknanya. namun kata-kata tersebut agaknya lebih

mementingkan persajakan.

munculnya varian tersebut juga disebabkan oleh adanya dialek, seperti yang

terdapat pada lagu dolanan bocah “pitik kate”. kata “tembolok” dalam lagu itu ada yang

menyebut telih, dan ada pula yang menyebut dengan teleh. lagu dolanan bocah sebagai

kajian filologi sulit untuk ditelusuri aslinya, karena tiap-tiap daerah di jawa mempunyai

dialek regional, dan lagu dolanan tersebut selalu disesuaikan dengan daerah setempat,

seperti kasus lagu lindri, suatu daerah dapat saja merasa asing dengan lauk semayi, dan

akrab dengan bothok teri. yang perlu dicatat antara semayi dan bothok teri mempunyai

rima akhir yang sama. unsur rima atau guru lagu semacam ini sangat diutamakan dalam

tembang jawa.

tembang dolanan bocah adalah bagian dari foklor. menurut balys (dalam supanto

1986:424) foklor menampung kreasi-kreasi masyarakat baik yang primitif maupun yang

modern dengan menggunakan bunyi dan kata-kata dalam bentuk puisi dan prosa meliputi

juga kepercayaan dan ketakhayulan, adat kebiasaan serta pertunjukan-pertunjukan, tari-

tarian dan drama-drama rakyat. andre welsh dalam hutomo (1996:20) menyatakan bahwa

puisi modern mempunyai hubungan yang erat dengan puisi primirif. dari pernyataan ini

dapat disimpulkan bahwa antara foklor dan filologi lisan mempunyai kaitan yang erat.

tembang dolanan bocah di samping dapat menjadi bahan kajian filologi lisan juga dapat

dijadikan bahan kajian foklor. filologi adalah ilmu yang menyelidiki kebudayaan yang

berdasarkan bahasa dan kesusasteraan (hutomo,1991:140). filologi biasanya berpegang

pada teks-teks kuna yang tertulis. namun teks-teks sastra lisan sesuai dengan pendapat

suripan sadi hutomo tersebut juga mengandung kekunaan di samping kekinian

seiring dengan perkembangan zaman, tembang dolanan bocah saat ini sudah

asing di telinga anak-anak, terutama anak-anak perkotaan. dengan kemajuan teknologi

juga ikut mendorong semakin dilupakannya lagu anak-anak. dengan perkembangan

teknologi audio visual membuat anak-anak tidak merasa perlu bermain-main di halaman

rumah lagi pada saat bulan purnama. siang dan malam anak-anak terpaku di depan televisi

105

Page 106: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

menikmati siaran televisi, menyaksikan vcd, atau bermain video game. materi permainan

maupun tontonan yang dilihat merupakan materi impor yang belum tentu cocok dengan

budaya indonesia, khususnya budaya anak-anak. padahal di negara kita sudah tersedia

sarana mainan yang sesuai bagi anak-anak.

lagu dolanan bocah dulu sering dimainkan oleh anak-anak di waktu senggang, di

malam hari waktu bulan purnama, atau ketika anak-anak sedang menggembalakan

kambing, sapi, atau kerbau. di waktu bulan purnama mereka bermain berlari-lari dan

bernyanyi-nyanyi. atau mereka juga dapat bermain layang-layang sambil menyanyikan

lagu mengundang angin, sementara binatang piaraannya asik makan di padang

gembalaan. seiring dengan perkembangan zaman, sebenarnya bukan lagu dolanan bocah

saja yang mulai ditinggalkan, tetapi juga pola permainan mereka. pada saat ini sudah

jarang dijumpai anak-anak perempuan memainkan permainan sumbar garit (permainan

dengan biji sawo), engkle dan sebagainya. permainan semacam ini dulu sangat disukai

oleh anak-anak perempuan.

penyebab hampir punahnya lagu dolanan bocah sebenarnya bukan hanya

ditinggalkan oleh anak-anak. dulu lagu dolanan itu juga diajarkan di sekolah-sekolah tk

sampai dengan sd, namun sekarang sudah tidak diajarkan lagi. . apakah makna dan fungsi

lagu dolanan bocah hanya sekedar hiburan belaka? ataukah lagu dolanan bocah

mempunyai nilai-nilai edukatif. apabila tembang dolanan bocah mempunyai nilai

edukatif, nilai edukatif apakah yang terkandung di dalam tembang dolanan bocah

tersebut? perlukah tembang dolanan bocah dilestarikan. bagaimanakah pelestariannya?

hal inilah yang melatarbelakangi kajian ini.

sosok anak-anak adalah sosok dalam usia bermain. mereka membutuhkan santapan

rokhani untuk membentuk jiwa mereka di samping kebutuhan fisik untuk perkembangan

tubuhnya. antara kebutuhan jasmani dan rokhani harus ada kesiambangan, ketidak

seimbangan perkembangan antara jasmani dan rokhani dapat menimbulkan masalah jika

anak-anak tersebut telah menginjak dewasa. kebutuhan rokhani yang diperlukan anak-

anak adalah sarana hiburan dan pendidikan untuk mengisi jiwa mereka yang masih belum

tercemar oleh lingkungannya. dalam hal ini tembang atau nyanyian dapat dijadikan sarana

untuk mengisi jiwa anak-anak. tembang atau nyanyian untuk anak dapat berfungsi untuk

106

Page 107: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

membentuk karakter dan jiwa anak apabila tembang tersebut mengandung nilai-nilai

luhur sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jiwa anak.

tembang dolanan bocah adalah suatu nyanyian untuk konsumsi anak-anak.

menurut hutomo (1996:20) tembang dolanan bocah atau nyanyian permainan anak-anak

termasuk puisi primitif, yaitu puisi-puisi yang dilisankan dan bentuknya sederhana sekali.

namun demikian maknanya sulit dipahami oleh orang awam. akibatnya, menimbulkan

banyak tafsiran. supratno (1998:5) menyatakan bahwa untuk menelaah karya sastra tidak

dapat dilepaskan dari lingkungan atu kebudayaan yang telah menghasilkannya. oleh

karena itu analisis tembang dolanan bocah ini tidak dapat dipisahkan dari lingkugan dan

kebudayaan jawa.

pada zaman penjajahan belanda sudah ada usaha untuk mendokumentasikan

tembang dolanan bocah. buku tentang tembang dolanan bocah yang pernah terbit ialah

serat lagu bocah-bocah, terbitan tahun 1912 dengan huruf jawa, oleh raden sukardi alias

prawirawinarsa, diterbitkan h.a. benyamin semarang. buku ini memuat 189 judul

nyanyian. hans overbeck telah menghimpun tembang dolanan bocah dengan judul

javaansche meisjesspelen en kinderliedjes, 1935, terbitan java-instituut, yogyakarta. buku

ini memuat 690 nyanyian.

filologi lisan berkaitan erat dengan sastra lisan. filologi adalah ilmu yang

menyelidiki perkembangan krokhanian sesuatu bangsa dan kekhususannya atau yang

menyelidiki kebudayan berdasarkan bahasa dan kesusasteraan (hutomo,1991:14).

sudjiman (1986:29) memberikan batasan filologi adalah ilmu yang menyelidiki

perkembangan kerokhanian suatu bangsa dan kekhususannya atau yang menyelidiki

kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusastraannya. dalam arti sempit filologi berarti

studi tentang naskah lama untuk menetapkan bentuk keasliannya, bentuk semula, serta

makna isinya. bertitik tolak dari pendapat filologi lisan menyelidiki kebudayaan

berdasarkan bahasa dan kesusastraan lisan. ternyata filologi lisan berkaitan erat dengan

sastra lisan. sastra lisan juga menjadi objek bidang studi ilmu folklor (hutomo,1991:9).

dengan demikian sastra lisan dan filologi lisan merupakan bagian dari folklor.

foklor menurut danandjaja (1994:2) sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang

tersebar dan diwariskan turun temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara

107

Page 108: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

tradisional dalam sistem yang berbeda, baik dalam bentiuk lisan maupun contoh yang

disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.

foklor dibedakan menjadi tiga macam, yaitu folklor lisan, folklor setengah lisan,

dan folklor bukan lisan. yang termasuk folklor lisan adalah ugkapan tradisional, nyanyian

rakyat, bahasa rakyat, teka-teki, cerita rakyat. yang termasuk folklor setengah lisan ialah

drama rakyat, tari, kepercayaan dan takhayul, upacara-upacara, permainan rakyat dan

hiburan rakyat, adat kebiasaan, dan pesta-pesta rakyat. foklor bukan lisan dibedakan

menjadi dua, yaitu yang berupa material seperti mainan, makanan dan minuman,

peralatan dan senjata, alat-alat musik, pakaian dan perhiasan, obat-obatan, seni kerajinan

tangan, arsitektur rakyat. yang berupa bukan material adalah musik, bahasa isyarat.

tembang dolanan bocah adalah bagian dari nyanyian rakyat. nyanyian rakyat juga dapat

digolongkan ke dalam tradisi lisan yang menggunakan bahasa. tradisi lisan mempunyai

ci-ciri tertentu. menurut hutomo (1988:233) ciri-ciri itu ialah: (1) tidak diketaui

penciptanya, (2) tradisi lisan milik kolektip, (3) tradisi lisan mempunyai fungsi di dalam

masyarakat, (4) materi tradisi lisan sudah ada sejak masa lampau, (5) materi tradisi lisan

mempunyai bentuk tertentu yang bervariasi, (6) materi yang berkaitan dengan

kepercayaan biasanya materi tersebut berlandaskan pemikiran logika tersendiri, (7) tradisi

lisan hidup dalam masyarakat yang belum mengenal tulisan.

konsep tembang dolanan bocah

tembang dolanan bocah adalah nyanyian rakyat untuk anak-anak. nyanyian rakyat

ini termasuk sastra lisan, dan bagian dari foklor. tembang dolanan bocah yang termasuk

dalam kajian filologi lisan adalah nyanyian rakyat yang mempunyai ciri kekunaan.

hutomo (1999:4) menyatakan bahwa ilmu filologi yang pada dasarnya mempelajari

kebudayaan suatu bangsa melalui bahasa bangsa yang bersangkutan dan bukan sekedar

perbandingan teks untuk mencari asal-usul teks (babon teks) maka setiap versi teks

mempunyai fungsi yang berbeda-beda di setiap tempat dan waktu yang berbeda pula. oleh

karena itu versi lisan pun perlu diteliti secara filologis. hutomo (1996;20) menyatakan

bahwa bentuk nyanyian rakyat yang berupa tembang dolanan bocah bentuknya

sederhana, namun naknanya sulit dimengerti karena penuh lambang dan misteri.

108

Page 109: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

konsep pendidikan tradisional

pendidikan tradisional adalah sistem pendidikan yang diwariskan secara turun-

menurun. sistem pendiddikan ini tidak didasarkan pada teori tertentu, tetapi dari

kebiasaan-kebiasaan generasi sebelumnya. harjawiyana (1986:487) menyatakan bahwa

nyanyian rakyat termasuk tembang dolanan bocah mempunyai bermacam-macamn

aspek. salah satu dari aspek itu adalah aspek pendidikan.

pendidikan tradisional di dalam tembang dolanan bocah dapat diketahui dari isi

tembang dolanan tersebut. memang tidak semua tembang dolanan bocah mengandung

unsur-unsur pendidikan, namun unsur pendidikan di dalam tembang dolanan bocah

cukup dominan.

teori fungsi

teori fungsi dalam kajian ini memadukan antara teori william r. bascom, teori alan

dundes, dan teori yang dikemukakan oleh suripan sadi hutomo. menurut bascom sastra

lisan termasuk nyanyian rakyat mempunyai empat fungsi, sedang dundes menyatakan

bahwa sastra lisan mempunyai enam fungsi (sudikan,2001:162). hutomo dalam mutiara

yang terlupakan (1991:69) membagi fungsi sastra lisan menjadi enam fungsi. jika ketiga

teori tersebut dipadukan akan menghasilkan teori fungsi: (1) sebagai sistem proyeksi; (2)

untuk pengesahan kebudayaan; (3) alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial; (4)

sebagai alat pendidikan anak; (5) sebagai sarana kritik sosial; (6) sebagai sebuah bentuk

hiburan; (7) meningkatkan solidaritas suatu kelompok; (9) mengubah pekerjaan yang

membosankan menjadi permainan.

konsep semiotik

untuk menganalisis makna tembang dolanan anak dipakai teori semiotik.

semiotika menurut sudjiman (1991:5) adalah studi tentang tanda dan segala yang

berhubungan dengannya. tanda-tanda bahasa merupakan sebuah simbol. simbol-simbol

tersebut meskipun bersifat arbriter diciptakan berdasarkan konvensi. tembang dolanan

bocah sarat mengandung makna simbolis. makna simbolis tersebut dikemas sedemikian

rupa sehingga sulit dicerna maknanya. karena sulitnya mencerna makna, maka timbul

109

Page 110: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

banyak tafsiran. unsur simbolis dalam tembang dolanan seperti pada tembang “ilir-ilir”,

“sluku-sluku bathok”, “jago kate” dan sebagainya.

berkaitan dengan semiotika, variasi memegang peranan penting dalam sastra

lisan yang biasanya tidak diselamatkan dalam bentuk tulisan (teeuw,1988;64). dinyatakan

oleh teeuw bahwa karya sastra lisan. karya sastra di indonesia sangat penting. sejarah

sastra indonesia tidak dapat dituliskan tanpa mengikutkan sastra lisan.

kajian semiotika adalah kajian tentang simbol. menurut wellek dan warren

(1990:239-240) di dalam teori sastra simbol adalah objek yang mengacu pada objek lain,

tetapi juga menuntut perhatian pada dirinya sendiri sebagai suatu perwujudan. simbol

selalu terus menerus menampilkan dirinya. hal ini berbeda dengan citra. citra

dibangkitkan melalui sebuah metafora.

b. makna, fungsi, dan nilai edukatif tembang dolanan bocah

kajian tembang dolanan bocah ini dipusatkan pada dua pembahasan, yaitu

tentang makna, fungsi, dan nilai edukatif tembang dolanan bocah. makna tembang

dolanan bocah dianalisis dengan teori semiotik, sedang fungsi tembang dolanan bocah

dianalisis dengan perpaduan teori fungsi bascom dan dundes.

1. makna tembang dolanan bocah

tembang dolanan bocah adalah tembang untuk konsumsi anak-anak. tembang

dolanan bocah seharusnya dikemas dalam bahasa dan makna yang sederhana. nyanyian

rakyat ini banyak yang dikemas dengan memasukkan unsur-unsur simbolis. meskipun

anak-anak sering tidak dapat ,memahami maknanya, namun tembang dolanan bocah

sangat komunikatif dengan anak-anak. hal ini disebabkan tembang dolanan bocah

dikemas dengan lagu yang menarik. bagi anak-anak kekuatan tembang dolanan bocah

terletak pada lagu yang diciptakan, sedang bagi orang dewasa terletak pada syairnya.

dengan demikian tembang dolanan bocah dapat dinikmati oleh anak-anak maupun orang

dewasa

.

a. makna religius dalam tembang “ilir-ilir”

110

Page 111: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

makna religius adalah makna yang bersifat religi. religi menurut kamus besar

bahasa indonesia berarti kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas manusia

(1999:830). makna relegius ini juga mencakup kepercayaan pada agama yang dipeluk

seseorang.

di antara tembang dolanan bocah yang paling banyak mendapatkan tafsiran

sebagai tembang yang mengandung makna relegius adalah tembang “ilir-ilir”. orang-

orang yang pernah menafsirkan tembang “ilir-ilir”: parwatri wahjono, suripan sadi

hutomo, karjono, pak ton, rerep sugoto, gunawan, ki suryahatmodjo, tinjo mojo, m.

sumardjo, bakti, n. asri, umar hasyim. tafsiran mereka bermacam-macam.

menurut hutomo (1988:129) tafsiran tembang “ilir-ilir” kalau dikumpulkan

terdapat tiga jalur tradisi, yaitu agama islam, kebatinan, dan politik..penafsiran tinjo mojo

lebih mengarah kepada kebatinan jawa bahwa manusia hidup harus hati-hati, harus berani

menghadapi kesulitan dan tidak menganggap remeh pada hal-hal yang mudah. manusia

harus suci hatinya, ketika muda harus melatih diri pada tingkah laku utama

(hutomo,1988:124-125). penafsiran ini hampir sama dengan penafsiran suryohatmodjo.

menurut suryohatmodjo (1979:13) lagu “ilir-ilir” mempunyai makna bahwa manusia

sejak lahir hingga meninggal dunia penuh cobaan, berbuat dosa antara sesama manusia

dan dosa kepada tuhan.

makna relegius tembang “ilir-ilir” juga dikemukakan oleh karjono (1993:3).

menurut karjono manusia yang telah menyadari kehidupannya di dunia selalu ingin dekat

dengan tuhan. berbakti kepada tuhan harus didasari pada tingkah laku utama sesuai

dengan yang digariskan tuhan. tingkah laku utama itu adalah rila (rela) nrima (menerima

apa adanya), sabar (sabar), temen (jujur), budi luhur (berbudi luhur).

tafsiran sesuai dengan religi islam dikemukan dengan jelas oleh s. wardi. menurut

s. wardi (hutomo, 1988:129) ajaran islam yang disyiarkan oleh para wali sudah mulai

berkembang. pada waktu itu para wali berpakaian hijau. orang-orang yang belum

memeluk agama islam agar segera memeluk agama itu (menek blimbing). walaupun licin

hendaknya dipetik, sebab untuk membersihkan jasmani rokhani. jasmani dan rokhani

yang rusak hendaknya diperbaiki dengan jalan masuk agama islam agar diterima di

haribaan tuhan. kesempatan masih banyk hendaknya dipergunakan sebaik-baiknya.

111

Page 112: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

tafsiran ini sama dengan tafsiran umar hasyim dalam buku dalam bukunya yang berjudul

sunan kalijaga.

di dalam tembang “ilir-ilir” memang tidak ada sepatah kata pun yang mengacu

pada tuhan atau agama. kata-kata di dalam tembang “ilir-ilir” sangat umum, oleh karena

itu menimbulkan banyak ketaksaan. dalam menafsirkan tembang “ilir-ilir” seharusnya

juga perlu dipehatikan bahwa tembang ini juga untuk konsumsi anak-anak. apabila

tembang “ilir-ilir” dimaknai seperti makna di atas tentu saja tidak akan dimengerti

olehanak-anak.

religi islam dalam tembang dolanan bocah terdapat dalam tembang dolanan

bocah yang menceritakan selama bulan puasa. tembang ini tidak jelas judulnya, dan

syairnya seperti berikut ini.

suka-suka siswa pamulangan jawa

saben sasi pasa libure selapan dina

dasar bisa pada netepi agama 2x

wayah bengi gumarenggeng padha ngaji

maca ngaji quran wayah awan cegah mangan

cegah ngombe bukane ing wayah sore 2x

dina bakda uwis leren nggone pasa

padha ariaya seneng-seneng ati raga

bingar-bingar mangan enak kongsi mlekar

terjemahan:

suka-suka siswa sekolah jawa

setiap bulan puasa libur tiga puluh lima hari

dasar bisa menjalani perintah agama 2x

weaktu malam bergeremang semua mengaji

membaca mengaji quran waktu siang mencegah makan

mencegah minum berbuka di waktu sore 2x

hari lebaran sudah selesai berpuasa

112

Page 113: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

semua berhari raya bersenang-senang jiwa raga

bersenang-senang makan enak sampai kekenyangan

tembang di atas menceritakan saat bulan puasa bagi anak-anak yang beragama

islam. di dalam tembang tersebut anak-anak diajak untuk dapat menjalankan perintah

agama dengan baik. anak-anak diajak menjalankan salah satu rukun islam, yang wajib

dilakukan di bulan romadhan, yaitu ibadah puasa. di dalam ibadah puasa harus mencegah

makan dan minum di siang hari. di bulan puasa anak-anak harus banyak beribadah. salah

satu bentuk ibadah itu ialah membaca al quran di malam hari.

apabila lebaran tiba, maka selesailah berpuasa. tradisi di hari lebaran anak-anak

dan masyarakat islam selalu memakai baju baru. mereka bersenang-senang setelah

sebulan berpuasa, bersenang-senang jiwa dan raganya. ini merupakan salah satu bentuk

kegembiraan dan tradisi umat islam setelah selama sebulan berpuasa. mereka makan

sehingga kekenyangan. nyanyian di atas dinyanyikan dengan nada gembira. nyanyian

rakyat itu menjadi indah dan merdu dengan adanya rima akhir pada setiap baris.

berbeda dengan tembang “ilir-ilir”, tembang di atas banyak mengandung kata-

kata khusus, yaitu peristilahan di dalam islam seperti pada kata bakda, pasa, riyaya, ngaji,

quran, ariaya. kata-kata itu sudahmengarah kepada agama islam, oleh karena itu tidak

sulit mencernanya. di dalam “ilir-ilir” kata-kata yang dipakai semuanya kata-kata umum,

sehingga menimbulkan banyak tafsiran.

parwatri wahjono memberikan makna tembang “ilir ilir” yang mengandung unsur

hindu. interpretasi yang dilakukan parwatri wahjono didasarkan pada interptretasi

semiotis, linguistis, dan filologis. menurut parwatri (1997:18) makna tembang “ilir ilir”

adalah supaya dapat mempergunakan waktu dengan baik, pada saat seperti pengantin baru

karena berkah dari tuhan, seperti manusia yang telah bersatu dengan tuhan, dalam istilah

kebatinan manunggaling kawula gusti, sepertibersatunya laki-laki dengan permpuan,

seperti bersatunya keris dan sarungnya, yang dilambangkan dengan lingga dan yoni.

untuk bermasyarakat harus dapat menunjukkan wibawa pemimpin, sesuai dengan paham

yang diakui pada saat diciptakan tembang “ilir ilir”.

paham yang dianut masyarakat pada saat itu yaitu paham yang berupa konsep-

konsep pikiran kejawen, yaitu kebudayaan asli pra hindu, animisme, dinamisme,

113

Page 114: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

hinduisme dan budaisme. menurut parwatri, setelah masuknya islam tembang “ilir ilir”

diberi makna baru.

karyono memberikan makna lagu “ilir ilir” sesuai dengan konsep kebatinan jawa,

yaitu manunggaling kawula gusti. menurut karjono (1993:23) makna tembang “ilir ilir”

orang yang sudah merasa sebagai makhluk tuhan merasa cinta yang sangat kepada tuhan,

selalu ingindekat dengan-nya. untuk mencapai hal itu harus melalui tingkah laku utama.

tingkah laku utama itu rila, nrima, sabar, temen, budi luhur (rela, menerima, sabar, jujur,

berbudi luhur).

b. mantra dalam tembang dolanan bocah

mantra di dalam masyarakat masih dapat dijumpai hingga saat ini. mantra dapat

dimasukkan ke dalam unsur religius, karena pada hakekatnya mantra adalah sarana untuk

menghubungkan dengan kekuatana yang tertinggi. mantra diucapkan karna adanya suatu

peintaan atau keinginan untuk tejadinya sesuatu, terjadinya suatu perubahan pada sesuatu,

seperti dari seorang sakit menjadi sembuh, atau orang yang sehat menjadi sakit. di

indonesia mantra dipakai untuk multifungsi, seperti supaya dikasihi atau dibenci, agar

laris dagangannya, agar tidak terjadi atau agar terjadi hujan, agar tanamannya tumbuh

subur, supaya selamat dalam perjalanan. menurut umar junus ( 1985:133) mantra

diharapkan mesti efektif, mempunyai akibat. untuk menjadi efektif mantra mempunyai

unsur sebagai berikut:

a. terdiri dari rayuan dan perintah. sesudah dirayu, yang gaibitu diperintah

untuk melayani.

b. dibentuk secara puitis dengan tak menggunakan kesatuan kalimat, tapi suatu

expression unit, (kesatuan pengucapan) seperti dalam kaba, yang terdiri dari

dua bagian yang seimbang.

c. yang dipentingkan “keindahan bunyi”, sehingga yang penting di dalamnya

ialah unsur bahasa yang kongkret, bunyi.

bentuk mantra di dalam tembang dolanan bocah terdapat di dalam tembang untuk

medatangkan angin dan agar laron (kelekatu) dapat terbang rendah seperti berikut ini.

cempe cempe undangna barat gedhe

114

Page 115: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

tak opahi duduh tape

nek kurang njupuka dhewe

cempa-cempa undangna barat dawa

tak opahi duduh tela

nek kurang njupuka kana

terjemahan

cempe cempe panggilkan angin besar

kuberi upah kuah tape

jika kurang ambil sendiri

cempa cempa panggilkan angin panjang

kuberu upah kuah ketela

jika kurang ambil di sana

cempe adalah nama untuk anak kambing. mantra di atas adalah mantra untuk

mendatangkan angin. mantra itu biasa dinyanyikan oleh anak-anak yang bermain layang-

layang. jika tidak ada angin yang dapat membantu menaikan layang-layangnya, biasanya

anak-anak menyanyikan tembang itu. bentuk di atas memenuhi persyaratan mantra seperti

yang dikemukakan oleh umar junus. tembang mantra yang lain yang biasa dinyanyikan

anak-anak seperti berikut ini.

ndhek erek dhuwur kencur

aku endhek kowe dhuwur

terjemahan:

ndhek erek tinggi kencur

aku pendek engkau tinggi

115

Page 116: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

di awal musim penghujan, biasanya kelekatu keluar beterbangan. di pagi hari

anak-anak berlarian di tanah basah mengejar kelekatu (laron) yang beterbangan. apabila

ada kelekatu yang terbang tinggi, anak-anak menyanyikan mantra itu dengan harapan

menjadi terbang rendah dan dapat ditangkap. mantra yang biasa dinyanyikan anak-anak

yang lain seperti berikut ini.

gok gok ling gok gok ling

gok gok ling gok gok ling munia kaya suling

gok gok bang gok gok bang munia kaya trebang

terjemahan:

gok-gok ling gok gok ling

gok gok ling gok gok ling berbunyilah seperti seruling

gok gok bang gok gok bang berbunyilah seperti rebana

mantram di atas ditembangkan ketika seorang anak membuat serunai dari batang

padi. sebelum ditemukan varietas unggul dulu tanaman padi usianya cukup panjang,

mencapai hampir enam bulan. batang padi lebih tinggi dan lebih besar, sehingga dapat

dibuat dremenan atau terompet dari batang padi. serunai itu dibuat seperti terompet

dengan ditambah daun kelapa yang dibentuk seperti terompet. terompet itu jika ditiup

dapat mengeluarkan suara yang keras dan merdu. permainan terompet ini biasanya

dilakukan anak-anak sambil menjaga padi dari hama burung dan ayam. berikut ini mantra

untuk bulan yang tertutup awan agar segera bersinar terang. mantra ini dinyanyikan oleh

anak-anak saat bulan purnama, ketika sinar bulan menjadi suram karena tertutup awan.

nya lenga nya uceng

nya lenga nya uceng

damarmu ndang sumeten

terjemahan:

inilah minyak inilah sumbu

inilah minyak inilah sumbu

minyakmu cepat nyalakan

116

Page 117: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

tembang dolanan di atas memang sesuai dengan unsur mantra yang dikemukakan

oleh umar junus. umar junus (1985: 135) menyatakan hakikat mantra sebagai berikut.

a. ada bagian rayuan dan perintah

b. menggunakan kesatuan pengucapan

c. mementingkan keindahan bunyi dan permainan bunyi

d. ia sesuatu yang utuh, tak dapat dipahami melalui pemahaman unsur-

unsurnya

e. ia sesuatu yang tak dapat dipahami oleh manusia, sesuatu yang misterius

f. ada kecenderungan esetoris dari kata-katanya, atau ada hubungan yang

esetoris

g. terasa sebagai permainan bunyi belaka.

unsur rayuan dapat dilihat dalam bentuk pengulangan-pengulangan. unsur rayuan

dengan pola repetisi ini dapat dijumpai pada kata: cempe cempe, cempa cempa; dhuwur,

gok gok ling, nya lenga nya uceng dan sebagainya. mantra tersebut meskipun maknanya

sulit dipahami, mengandung kesatuan sintaksis, kesatuan pengucapan. keindahan bunyi

terdapat pada rima dan irama yang dibentuk.

yang unik dalam mantra adalah bahwa mantra di dalam sebuah kalimat tidak

mempunyai hubungan makna, tetapi mempunyai hubungan sintaksis. hal itu seperti pada

kaimat cempe cempe undangna barat gedhe. cempe adalah anak kambing. antara cempe

dan angin tidak ada hubungan makna. artinya secara logika anak kambing tidak dapat

memanggil angin. tetapi seperti kata umar junus, mantra adalah sesuatu yang utuh yang

tidak dapat dipahami unsur-unsurnya. mantra tidak dapat dipahami oleh manusia, sesuatu

yang misterius. seperti pada kata gok gok ling gogok ling terasa sebagai permainan bunyi

belaka. yang penting dari mantra adalah akibatnya, bukan makna dari mantra itu.

tembang “ilir ilir” juga ada yang memaknai sebagai mantra. dalam serat

damarwulan (wahjono,1994:18) ketika damarwulan menjadi mayat karena gada besi

kuning minakjingga, dinyanyikan mantra oleh dewi sasmitaningrum dan dewi susilawati.

dalam naskah itu diceritakan setelah tembang kedua putri itu sampai pada penutup, surak.

damarwulan mulai bernafas lagi.

117

Page 118: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

c. makna politik dalam tembang dolanan bocah

di dalam perkembangannya, tembang dolanan bocah tidak hanya dimaknai dari

makna yang sesuai dengan pola pikir bocah dan makna religi, tetapi juga ada yang

menghubungkan dengan masalah politik. hal ini seperti yang dilakukan oleh n. asri

terhadap tembang “ilir ilir”. n. asri (hutomo,1988:27) menyatakan bahwa ilir-ilir tandure

wis sumilir mempunyai makna bahwa bangsa indonesia telah merdeka pada 17 agutus

1945.; tak ijo royo-royo negara indonesia masih muda; dak sengguh penganten anyar =

dikira menemukan kebahagiaan. larik-larik selanjutnya dimaknai supaya diutamakan

pewrsatuan untuk mengabdi kepada ibu pertiwi

majalah djaka lodang (hutomo, 1988:27) juga pernah memberikan penafsiran

seperti penafsiran yang dikemukakan oleh n. asri. di dalam majalah ini tembang “ilir ilir”

ini dimaknai abadilah proklamasi 17 agustuas 1945. negara indonesia masih seperti

pengantin baru, supaya diusahakan agar lebih sempurna, supaya diusahakan tercapainya

adil makmur. masih ada korupsi dan berebut kursi, harus diusahakan adanya persatuan

dari sabang sampai merauke untuk ibu pertiwi. bangunlah, maju indonesia untuk

selamanya.

dua penafsiran di atas sebenarnya terlalu mengada-ada, karena tembang “ilir ilir”

sudah ada pada naskah kuna. parwatri wahjono (1994:18) mengutip bbait “ilir ilir” dari

naskah kuna serat damarwulan seperti berikut.

ilir-ilir tandurira,

ing wong sumilir mulya,

ijo royo-royo ingsun sengguh,

penganten anyar paduka

bocah angon-angon sami,

peneken balimbing ika,

sun karya musuh kampuhe,

umitir ing manah radyan

bedhah pepinggirira,

mumpung gedhe wulanipun,

118

Page 119: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

mumpung jembar kalangannya

dilihat dari kosa kata yang dipakai tembang di atas, terdapat beberapa kata yang

cenderung memakai bahasa jawa tengahan, seperti kata tandurira, ingsun, sun, karya. hal

ini membuktikan bahwa tembang “ilir ilir” merupakan tembang kuna. tembang itu

kemudian bahasanya disesuaikan dengan bahasa jawa sekarang, karena masyarakat masih

menyukai tembang itu. suripan sadi hutomo (1988:123) menyatakan keraguannya bahwa

tembang “ilir ilir” merupakan ciptaan pada zaman para wali, karena bahasa yang dipakai

bahasa jawa baru. dengan kenyataan seperti kutipan di atas keragu-raguan suripan sadi

hutomo di atas tidak terbukti, karena ternyata ada tembang “ilir ilir” yang bahasanya

memakai bahasa jawa tengahan pada naskah kuna.

tembang dolanan bocah yang lain yang dimaknai politik terdapat pada lagu

“dhungkul sedhola-dhalu dhembleng”. lagu ini mempunyai banyak variasi . variasi

twersebut misalnya pada larik pertama berbunyi: dhungkul sedhola dhalu dhembleng;

dhungkul sedhola dhalu dhambleng; dhungkul dhalu dhembleng; dhempul talu tameng.

nama tokoh dalam tembang ini juga bervariasi, yaitu: nalajaya, anggajaya, trunajaya. versi

suripan sadi hutomo adalah trunajaya, sehingga syairnya menjadi seperti berikut.

dhungkul sedhela dhalu dhambleng

trunajaya numpak celeng

trunajaya ditelikung

ciyet ciyet trunajaya dibebencet.

terjemahan:

dhungkul sebentar dhalu dhambleng

trunajaya numpak celeng

trunajaya ditelikung

ciyet ciyet trunajaya dibebencet

suripan sadi hutomo memberikan makna sindiran tentang pemberontakan

trunajaya pada tembang di atas (hutomo,1988:134). apabila syairnya seperti di atas,

memang sesuai dengan kondisi trunajaya. menurut babad tanah jawi (anonim,1987:196)

119

Page 120: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

trunajaya setelah menyerah kepada mangkoerat, kemudian dibunuh. apabila nama tokoh

dalam tembang itu anggajaya atau nalajaya maka tentu ada legenda lain yang berkaitan

dengan kedua tokoh itu.

d. makna filosofis tembang dolanan bocah

filosofis berasal dari kata filsafat. filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan

dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, hukumnya (tim

penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa,1999:277). makna

filosofis di sini bersifat umum, terlepas dari makna religi. makna filosofis dalam tembang

dolanan bocah seperti terdapat dalam syair berikut ini.

enthik enthik si temunggul patenana

gek dosane apa

aja dhi, aja dhi, wong tuwa ala-ala malati

terjemahan:

entik entik si temunggul bunuhlah

dosanya apa

jangan dhik, jangan dhik orang tua meskipun jelek menimbulkan dosa

tembang tersebut mengajarkan bahwa kepada orang tua harus selalu hormat.

tembang itu dinyanyikan dengan cara menjadikan tokoh pada jemari kita, ibu jari,

telunjuk, dan jari kelingking. telunjuk memberi perintah kepada kelingking supaya

membunuh jari tengah, namun ibu jari melarangnya sambil menngingatkan bahwa

membunuh orang tua dapat menimbulkan dosa.

makna filosofis tembang “e dhayohe teka” telah dikupas oleh suwardi endraswara.

syair tembang tersebut seperti berikut ini.

e dhayohe teka/ e gelarna klasa/e klasane bedhah/ e tambalen jadah/ e

jadahe mambu/ e pakakna asu/ e asune mati/ e buwangen kali/ e kaline

banjir/ e buwangen pinggir/ e pinggire lunyu/ e ayo dha mlaku

menurut endraswara (1999:9) makna filosofis tembang di atas bahwa bayi yang

lahir harus dididik. di dunia tidak selalu enak, kadang-kadang mendapat masalah. oleh

120

Page 121: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

karena itu orang tua harus menjaga agar anak menjadi bahagia. di dalam menjaga dunia

(mamayu ayuning bawana) harus memakai falsafah rukundan manunggal, manunggalnya

cipta, rasa, karsa.

2. fungsi tembang dolanan bocah

tembang dolanan bocah adalah sastra lisan. ada sembilan fungsi sastra lisan, yaitu

(1) sebagai sistem proyeksi, (2) sebagai pengesahan kebudayaan, (3) sebagai alat pemaksa

berlakunya norma sosial, (4) sebagai alat pendidikan anak, (5) untuk mencela orang lain,

(6) sebagai bentuk hiburan, (7) untuk meningkatkan solidaritas kelompok, (8) sarana

kritik sosial, (9) mengubah pekerjaan menjadi permainan. berikut ini fungsi tembang

dolanan bocah sebagai salah satu genre sastra jawa.

a. fungsi hiburan

semua tembang dolanan bocah mempunyai fungsi menghibur, di samping fungsi

yang lain. hal itu disebabkan usia anak adalah usia bermain, sehingga dengan bentuk

hiburan danpermainan dapat menjaga perkembanganjiwa anak dapat tumbuh wajar. oleh

karena itu banyak tembang dolanan yang menggambarkan keindahan, kecantikan, dan

kemuliaan hati, seperti tembang tentang bunga, bulan, kupu-kupu, dan keindahan

lingkungan. untuk menimang anak balita, biasanya dinyanyikan tembang “bulan gedhe”

dengan syair seperti berikut.

mbulan-mbulan gedhe,

ana santri menek jambe,

ceblokna salining bae,

sur teplok tiba bathuk melok-melok

pada saat sampai penutup, biasanya orang yang menimang kemudian menggelitik

anak balita di pangkuannya, sehingga tertawa tergelak-gelak. tembang ini dinyanyikan

pada malam hari di halaman ruumah saat bulan purnama. seorang anak balita yang

ditimang dengan nyanyianini berada di pangkuan.

121

Page 122: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

agar dapat dihayati dengan baik, seseorang menyanyikan tembang dolanan bocah

dengan memanfaatkan anggota tubuhnya. misalnya tembang “kidang talun” seperrti

berikut ini.

kidang talun

mangan kacang talun

mil kethemil mil kethemil

si kidang mangan lembayung

terjemahan:

kijang talun

makan kacang alun

mil kethemik mil kethemil

si kijang makan lembayung

untuk mendukung suasana dan penghayatan dalam menyanyikan tembang ini

disertai kedua tangan yang ditangkupkan, membuat bayang-bayang di tembok seperti

kepala seekor kijang. dengan menggerak-gerakkan jari kelingking, bayang-bayang kijang

itu seperti sedang makan.

sebagai bentuk hiburan, beberapa tembang dinyanyikan unrtuk mengiringi sebuah

permainan, seperti tembang “sluku-sluku bathok”, “cublak-cublak suweng”, “jamuran”.

tembang “sluku-sluku bathok” dinyanyikan sambil duduk berselonjor kaki, ketika

bernyanyi tangan digosok-gosokkan dari ujung hingga pangkal kaki. tembang “cublak-

cublak suweng” dinyanyikan dengan cara salah seorang setengah tiduran menghadap ke

bawah dikelilingi oleh teman-temannya. dengan bernyannyi, anak-anak duduk

mengelilingi temannya yang menelungkup. anak-anak itu meletakkan tangannya yang

menggenggam. salah seorang mengedarkan sebuah benda pada genggaman tangan itu.

pada akhir nyanyian, orang yang tertelungkup harus menebak siapa yang menggenggam

benda itu. apabila salah, kembali telungkup lagi dan permainan dilanjutkan. bila dapat

menebak, orang yang tertebak harus menelungkup. begitu seterusnya. tembang “jamuran”

memerlukan tempat yang lebih luas, karena tembang ini memakai permainan kejar-

mengejar.

122

Page 123: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

b. sebagai sarana kritik sosial dan sindiran

seperti yang telah disebutkan pada kajian pustaka, di antara fungsi sastra lisan

menurut dundes adalah untuk sarana kritik sosial. di dalam tembang dolanan bocah kritik

sosial ini dapat sebagai peringatan untuk orang lain, untuk mencela, atau agar orang yang

dikritik dapat memperbaiki kesalahannya. . jenis kritik sosial di dalam tembang dolanan

bocah seperti pada tembang “menthok-menthok” berikut ini.

menthok-menthok tak kandhani/mung lakumu angisin-isini/mbokya aja

ngetok/ana kandhang wae/enak-enak ngorok ora nyambut gawe/menthok menthok/mung

lakumu megal-megol gawe guyu

terjemahan:

entok-entok kuberitahu/caramu berjalan memalukan/jangan menampakkan diri/di

dalam kandangasyik mengorok tidak bekerja/entok-entok/hanya jalanmu megal-megol

membuat tertawa

tembang di atas merupakan kritik buat orang yang tidak tahu diri, dan suka

bertingkah supaya diperhatikan orang lain. padahal tingkah lakunya membuat orang lain

tertawa. tembang berikut ini juga merupakan sindiran.

gandho lio them/gondhel anting-anting/dijak ora gelem/ditinggal gulung koming

terjemahannya: gandho lio them /gondhel adalah anting-anting/diajak tidak mau/ditinggal

berguling-guling

tembang di atas merupakan sindiran terhadap anak yang manja. sikap seorang

anak manja memang sering merepotkan, diajak tidak mau, ditinggal juga tidak mau.

tembang dolanan anak berikut ini senada dengan tembang di atas.

kembang pelem

bok awi kembang pelem kuntul biru saba dalem

ya bapak, ya ndara

mesam mesem mesam mesem

dijak gemang dipondhong gelem

123

Page 124: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

terjemahan:

bunga mangga

bok awi bunga mangga burung kuntul biru berkeliaran di rumah

ya bapak, ya ndara

tersenyum senyum tersenyum senyum

diajak tidak maudigendhong mau

apabila kita perhatikan semua uraian di atas, tembang dolanan bocah dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu tembang dolanan bocah yang memang murni untuk

anak-anak dan tembang dolanan bocah yang juga menjadi konsumsi batin orang tua.

tembang dolanan bocah yangmurni untuk anak-anak bahasanya sangat sederhana, dan

tidak banyak menimbulkan tafsiran seperti tembang “bulan gedhe”, “kidang talun”, “sasi

pasa”, “padang bulan” dan sebagainya. tembang dolanan bocah yang juga menjadi

konsumsi orang tua bahasanya cukup rumit, dan banyak menimbulkan tafsiran atau

menimbulkan ketaksaan. contoh tembangsemacam ini seperti “ilir-ilir”, “dempo”,

“cempa” dan sebagainya. tembang dolanan bocah sebagai warisan budaya bermanfaat

bagi perkembangan jiwa anak-anak, oleh karena itu perlu diupayakan untuk melestarikan

tembang dolanan ini.

3. nilai edukatif tembang dolanan bocah

pendidkan anak dapat ditempuh dengan dua cara, pendidikan formal dan

pendidikan nonformal. pendidikan formal dilakukan di sekolah-sekolah, sedang

pendidikan non formal dilakukan di tengah keluarga dan di tengah masyarakat.

pendidikan di tengah keluarga dan di tengah masyarakat biasanya dilakukan secara tidak

langsung, dan melalui perilaku anak sehari-hari. apabila seorang anak berperilaku tidak

baik, biasanya orang tua atau masyarakat langsung menegur dan mengarahkannya. atau

memberi sanksi deduai dengan sanksi yang berlaku di tengah masyarakat tersebut.

misalnya seorang anak yang sering berbuat tidak baik kepada teman-temannya akan

dikucilkan oleh teman-temannya. dari pengalaman itu, anak-anak dapat belajar ke arah

hal-hal yang positif.

124

Page 125: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

pendidikan anak dapat juga dilakukan melalui media tembang dolanan. hal itu

disesuaikan dengan usia anak-anak yang masih suka bermain. dengan bermain, secara

tidak langsung anak-anak dapat menyerap unsur-unsur pendidikan. salah satu bentuk

permainan aanak-anak adalah tembang dolanan. pentingnya tembang dolanan sebagai

sarana pendidikan disadari oleh gubernur jawa timur pada zaman belanda. menurut trimo

s.m. (1984:19) ch. o van der plas pada saat menjadi gubernur jawa timur memberi

instruksi kepada semua sekolah angka ii (2e inlandschool) supaya mengajarkan tembang

dolanan kuna dengan cara menggali dari daerahnya sendiri-sendiri. di samping itu

pemerintah belanda (dep o&e) juga mengeluarkan buku metode lelagon.

tembang enthik-enthik si penunggul patenana seperti telah dikutip di atas juga

mengandung nolai edukatif di samping unsur filosofis. contoh lain tembang dolanan

bocah yang mengandung unsur pendidikan seperti berikut ini.

pring celumpring

prawane nini saridin

cilik-cilik njaluk kawin

gedhe-gedhe njaluk pegat

utange kebo sajagat

nyaur siji tinggal minggat

tembang di atas di samping mangandung unsur kritik sosial juga mengandung

unsur pndidikan, supaya perempuan tidak menikah di usia dini. demikian juga di dalam

menyelenggarakan perhelatan perkawinan tidak perlu diselenggarakan secara besar-

besaran dengan cara berhutang ke sana-sini. akibat pernikahan terlalu dini dan perhelatan

besar-besaran dengan cara berhutang akibatnya seperti keluarga nini saridin. oleh karena

itu masyarakat diharapkan jangan menirunya.

unsur pendidikan dalam tembang dolanan yang lain seperti terdapat dalam

tembang “tatanya”. tembang ini merupakan bagian dari cerita rakyat bawang merah

bawang putih, yaitu ketika bawang putih mencari popok dan beruk yang hanyut saat

mencici di kali. tembang ini berbentuk dialog dengan syair seperti berikut ini.

tatanya

kang kakang sing ngguyang jaran

125

Page 126: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

sampeyan wau napa sumerep popok beruk keli

ora ndhuk, takona sing ngguyang sapi

kang kakang sing ngguyang sapi

sampeyan wau napa sumerep popok beruk keli

popoke limaran nggih punika

ora ndhuk, takona nyai buta ijo.

terjemahan:

bertanya

kang kakang yang memandikan kuda

sampeyan tadi apa tau popok beruk hanyut

tidak nak, tanyalah yang memandikan sapi

kang kakang yang memandikan sapi

sampeyan tadi apa melihat popok beruk hanyut

popoknya yaitu limaran

tidak nak, tanyalah nyai buta ijo.

untuk memahami isi tembang dolanan di atas tidak akan dapat dilakukan tanpa

memahami cerita bawang merah bawang putih. pada intinya dalam tembang itu

terkandung ajaran bahwa seorang gadis harus berani menderita dulu demi kebahagiaan

yang akan datang. bawang putih yang hidup menderita tersia-sia akhirnya hidup bahagia

setelah mendapat hadiah harta benda dari nyai buta ijo.

selain “bawang merah bawang putih” cerita rakyat lain yang disertai dengan

nyanyian ialah dongeng “andhe-andhe lumut”. larik awal tembang ini berbunyi seperti

berikut: ndhe andhe si andhe_andhe andhe lumut/tumuruna ana putri kang ngunggah-

unggahi (ndhe andhe si andhe andhe andhe lumut/tumrunlah ada putri yang sedang

melamar) menurut danandjaja (1986:471) dongeng “andhe-andhe lumut” bertipe

cinderella dan tersebar di nusantara. tembang dolanan dari cerita “andhe-andhe lumut”

ini di samping mengajarkan agar wanita brani menderita telebih dahulu, juga mengajarkan

agar wanita dapat menjaga keperawanannya. kleting abang dan kleting ijo tidak diterima

oleh andhe-andhe lumut karena sudah dixcium oleh yuyu kangkang.

126

Page 127: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

untuk mendidik anak agar rendah hati, tidak sombong dngan tembang dolanan

bocah “jago kate”. tembang ini menceritakan seekor ayam jantan kate yang sombong,

tetpi ketika dilempar batu berlali dan menyembunyikan diri, tidak berani sombong lagi. di

dalam masyarakat jawa ada ungkapan “jago kate wanine neng omahe dhewe” (ayam

jantan kate beraninya di rumah sendiri) untuk orang yang sombong tetapi sebnarnya

penakut. berani dengan siapa saja di rumahnya sendiri, tetapi di luar rumah penakut.ayam

kate adalah jenis ayam yang lebih kecil dari ayam kebanyakan, yang jantan sangat aktif

dan suka berkokok, tetapi tidak dapat dijadikan ayam aduan. “jago kate” mendidik anak

agar tidak sombong dan penakut. dibalang watu bocah gundul/ keok kena telihe/jranthal

pelayune/mari umuk mari ngece/si akte katon yen liwung (dilempar batu anak

gundul/keok kena temboloknya/jranthal larinya/ tidak berani lagi sombong tidak berani

lagi mengejek/si kate kelihatan bingung).

tembang “kembang jagung” juga berfungsi sebagai sarana pendidikan anak.

tembang ini mengajarkan kepada anak untuk berani, dan bersikap satriya. kutipan dari

tembang ini sebagai berikut:

kembang jagung omah kampung pinggir lurung/jejer telu sing tengah bakal

omahku/cempa munggah guwa/medhun nyang bonraja/methik kembang

slaka dicaosna kanjeng rama/maju kowe tatu/mundur kowe ajur/tokna

sabalamu ora wedi sudukanmu/iki lo dhadha satriya/iki lo dhadha janaka

terjemahan:

kembang jagung rumah kampung pinggir jalan/berjajar tiga yang tengah

calon rumahku/cempa naik goa/turun ke kebunraja/memetik bunga slaka

diserahkan ayah/maju engkau luka/mundur engkau hancur/keluarkan semua

teman-temanmu tidak takut tusukanmu/ ini lo dasda satria/ini lo dada janaka

pulau jawa yang agraris menimbulkan tembang dolanan tentang petani. syair

tembang itu sebagai berikut: paman-paman tani utun den emut/aja age-age nyebar

srantekna den sabar/yen udan tumurun/sebaren den thukul mesthi babar/becik banget

thukulane 2x.

127

Page 128: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

terjemahan bebas tembang di atas: paman-paman petani ingatlah/jangan segera

menyebar/tunggu dengan sabar/ jika hujan sudah turun/sebarlah pasti tumbuh dengan

baik/baik sekali tumbuhnya 2x

meskipun tembang di atas ditujukan kepada petani, namun sebenarnya tembang

itu lebih tepat sebagai pendidikan untuk anak-anak tentang bekajar bertani. kalau tembang

itu oleh anak-anak ditujukan pada orang tua, hal itu tidak mungkin karena para orang tua

pasti sudah tahu kapan menyemai benih.

iv. simpulan/penutup

tembang dolanan bocah bukan sekedar sarana untuk hiburan anak-anak, tetapi

mempunyai fungsi dan makna. meskipun tembang dolanan bocah merupakan konsumsi

anak-anak, namun ternyata tembang itu sebenarnya tidak hanya ditujukan kepada anak-

anak.tembang dolanan bocah juga dapat dinikmati orang tua. dari segi bahasa, tembang

dolanan bocah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tembang dolanan bocah yang

memakai bahasa yang lugas dan tidak memerlukan penafsiran yang dalam. tembang

seperti ini adalah tembang yang diciptakan khusus untuk anak-anak. kedua adalah

tembang dolanan bocah yang bahasanya simbolis, penuh ketaksaan dan sulit dicerna

maknanya.

tembang dolanan bocah mengandung makna relegius, makna mantra, makna

politik, dan makna filoosofis. unsur religi yang terdapat dalam tembang dolanan bocah

adalah religi pra-hindu, hindu dan buda, serta religi islam. di samping itu masih ada lagi

tembang dolanan bocah yang mempunyai makna mantra. tembang semacam ini seperti

pada tembang “cempe” dan “ndhek erek dhuwur kencur”. unsur politik seperti yang

terdapat pada tembang “dhungkul sedhela dhalu dhembleng”.

di samping makna religi, mantra, dan politik tembang dolanan bocah juga

mempunai makna filosofis seperti pada tembang “enthik enthik si temunggul patenan”

dan “e dhayohe teka”. makna filosofis tersebut diantaranya bahwa seorang anak harus

menghormati orang tua padha tembang “enthik enthik…”, dan manusia harus mamayu

ayuning bawana pada tembang “e dhayohe teka”.

128

Page 129: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

fungsi tembang dolanan bocah di samping sebagai sarana hiburan anak juga

sebagai sarana pendidikan anak serta sarana kritik sosial dan sindiran. sebagai bentuk

hiburan, beberapa tembang dolanan dipakai untuk mengiringi permainan atau tari-tarian.

sebagai sarana pendidikan, tembang dolanan anak dapat untuk menanamkan

sikap pada anak agar berani, bersikap jujur, dan berjiwa satriya, serta hemat tidak boros,

tidak takut menderita.. tembang dolanan bocah sebagai sarana kritik sosial dan sindiran

bertujuan untuk mencela orang lain, sebagai peringatan, atau agar orang agar orang yang

dikritik dapat memperbaiki kealahannya. hal itu muncul dalam tembang "menthok-

menthok. "gandolio them"” dan "kembang pelem”

tembang dolanan bocah penting untuk sarana pendidikan anak serta masyarakat.

namun pada zaman penjajahan, pemerintah belanda sebagai penjajah merasakan betapa

perlunya tembang dolanan bocah diajarkan di tingkat sd, sehingga ch. o. van der plas

sebagai gubernur jawa timur memberikan instruksi agar tembang dolanan diajarkan di

tengkat sekolah angka loro (sd) pada waktu itu. tetapi saat ini masyarakat jawa sendiri

justru melupakannya. mengingat pentingnya fungsi dan makna tembang dolanan bocah,

materi itu perlu diajarkan lagi dalam pelajaran sastra atau kesenian untuk muatan lokal

bahasa daerah (jawa).

daftar pustaka

anonim. 1987. babad tanah jawi: de prozaversie van ng. kertapradja ingeleid door j.j.

ras. dordrecht-holland; foris publication.

danandjaja, james. 1986. “andhe-andhe lumut: dongeng sinderela jawa yang mempunyai

nilai pedagogis”. dalam kesenian, bahasa dan foklor jawa. yogyakarta: dirjen

kebudayaan depdikbud.

129

Page 130: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

______________. 1994. foklor indonesia: ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. jakarta:

grafiti.

endraswara, suwardi. 1999. lagu dolanan: wewadining uripe wong jawa?. dalam jaya

baya. surabaya, 1 agustus 1999.

harjawiyana, haryana. 1986. “bentuk ulang dalam nyanyian rakyat jawa”. dalam kesenian,

bahasa dan foklor jawa. editor sudarsono. yogyakarta: dirjen kebudayaan

depdikbud.

hutomo, suripan sadi dan setyo yuwono sudikan. 1988. problematik sastra jawa: sejumlah

esei sastra jawa modern. surabaya: ikip surabaya.

hutomo, suripan sadi. 1991. mutiara yang terlupakan: pengantar studi sastra lisan.

surabaya: hiski jawa timur.

______________. 1996. “tembang dolanan bocah saka blora”. dalam jaya baya. surabaya

2/li, 8 september 1996.

______________. 1998. kentrung warisan tradisi lisan. malang. mitra alam sejati.

______________. 1999. filologi lisan: telaah teks kentrung. lautan rezeki.

junus, umar. 1985. dari peristiwa ke imajinasi: wajah sastra dan budaya indonesia.

jakarta: gramedia.

karjono. 1993. “werdining tembang ilir-ilir”. dalam jaya baya. surabaya, 3 oktober 1993.

keluarga karawitan studio rri surakarta. tanpa tahun. kupu kuwi. kaset rekaman. surakarta:

lokananta recording.

130

Page 131: Kaidah Pemakaian Bahasa Indonesia Baku

sudjiman, panuti dan aart van zoest. 1992. serba-serbi semiotika. jakarta: gramedia

pustaka utama.

supanto. 1986. “foklor sebagai sumber informasi kebudayaan daerah”. dalam kesenian,

bahasa dan foklor. editor sudarsono. yogyakarta: dirjen kebudayaan depdikbud.

supratno, haris. 1998. “transformasi cerita dewi rengganis dalam naskah ke dalam

pertunjukan wayang sasak: sebuajh kajian sastra bandingan””laporan penelitian.

surabaya: ikip surabaya.

suryohatmodjo. 1979. “ngudi dolanan ilir-ilir”. dalam jaya baya. surabaya, 6 agustus

1979.

teeuw, a. 1988. sastra dan ilmu sastra: pengantar teori sastra. jakarta: pustaka jaya.

trimo s.m. 1984. “lelagon dolanan” dalam jaya baya. surabaya, 12 februari 1984.

wahjono, parwatri. 1994. ilir-ilir satunggaling folklor jawi. dalam jaya baya, 10 juli 1994.

wellek, rene dan austin warren. 1990. teori kesusastraan. jakarta: gramedia.

131