17
Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 1 Batu Tulis Ciareuteun Prasasti Ciaruteun merupakan salah satu prasasti yang berasal dari jaman raja Purnawarman yang menguasai kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 Masehi. Prasasti ini bertuliskan huruf Palawa dan berbahasa Sansakerta. Prasasti ini terletak di pinggir sungai Ciareuteun. Pada prasasti ini terdapat lukisan laba-laba dan tapak kaki yang dipahatkan pada tulisannya. Bacaannya terdiri atas empat baris yang ditulis dalam bentuk puisi. Kabupaten Bogor Isi dari prasasti Ciaruteun yang terbuat dari batu andesit adalah:

Kabupaten Bogor€¦ · Situs Gunung Padang di Kampung Gunung Padang dan Kampung Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Cianjur, merupakan situs megalitik berbentuk punden

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 1

    Batu Tulis Ciareuteun

    Prasasti Ciaruteun merupakan salah satu prasasti yang

    berasal dari jaman raja Purnawarman yang menguasai

    kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 Masehi. Prasasti

    ini bertuliskan huruf Palawa dan berbahasa Sansakerta.

    Prasasti ini terletak di pinggir sungai Ciareuteun. Pada

    prasasti ini terdapat lukisan laba-laba dan tapak kaki

    yang dipahatkan pada tulisannya. Bacaannya terdiri atas

    empat baris yang ditulis dalam bentuk puisi.

    Kabupaten Bogor

    Isi dari prasasti Ciaruteun

    yang terbuat dari batu

    andesit adalah:

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 2

    "srimarah purnavarmanah, tarumanagarendrasya, visnor iva padadvayam", yang berarti "Ini (bekas) dua kaki yang seperti kaki dewa Wisnu, ialah kaki yang mulia Sang Purnawarman, raja di negari Taruma, raja yang gagah berani di dunia".

    Pada tahun 1981,

    prasasti ini dipindahkan

    ke tempat yang datar

    dan telah dibuatkan

    cukup pengaman.

    Prasasti ini juga telah

    tercatat dalam laporan

    kepurbakalaan Jawa

    Barat pada tahun 1914.

    Pada permulaan tahun

    2003, prasasti ini

    dipindahkan ke sebuah

    bangunan yang bergaya

    Joglo yang berada di tepi

    sungai Ciaruteun, Desa

    Ciampea, Bogor.

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 3

    Situs Gunung Padang di Kampung Gunung Padang dan Kampung Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Cianjur, merupakan situs megalitik berbentuk punden berundak yang terbesar di Asia Tenggara. Ini mengingat luas bangunan purbakalanya sekitar 900 m2 dengan luas areal situs sendiri kurang lebih sekitar 3 ha.

    Keberadaan situs ini peratama kali muncul dalam laporan Rapporten van de oudheid-kundigen Dienst (ROD), tahun 1914, selanjutnya dilaporkan NJ Krom tahun 1949. pada tahun 1979 aparat terkait dalam hal pembinaan dan penelitian bend cagar budaya yaitu penilik kebudayaan setempat disusul oleh ditlinbinjarah dan Pulit Arkenas melakukan peninjauan ke lokasi situs. Sejak saat itu upaya penelitian terhadap situs

    Kabupaten Cianjur

    Gunung Padang mulai dilakukan baik dari sudut arkeologis, historis,geologis dan lainnya.

    Bentuk bangunan punden berundak mencerminkan tradisi megalitik (mega berarti besar dan lithos artinya batu) seperti banyak dijumpai di beberapa daerah

    http://www.jabarprov.go.id/jabar/files/SItus Gunung Padang Cianjur.jpg

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 4

    di Jawa Barat. Situs Gunung Padang yang terletak 50 kilometer dari Cianjur konon merupakan situs megalitik paling besar di Asia Tenggara. Di kalangan masyarakat setempat, situs tersebut dipercaya sebagai bukti upaya Prabu Siliwangi membangun istana dalam semalam. Dibantu oleh pasukannya, ia berusaha mengumpulkan balok-balok batu yang hanya terdapat di daerah itu. Namun, malam rupanya lebih cepat berlalu. Di ufuk timur semburat fajar telah menggagalkan usaha kerasnya, maka derah itu kemudian ia tinggalkan. Batu-batunya ia biarkan berserakan di atas bukit yang kini dinamakan Gunung Padang. Padang artinya terang.

    Punden berundak Gunung Padang, dibangun dengan batuan vulkanik masif yang berbentuk persegi panjang. Bangunannya terdiri dari lima teras dengan ukuran berbeda. Batu-batu itu sama sekali belum mengalami sentuhan tangan manusia dalam arti, belum dikerjakan atau dibentuk oleh tangan manusia. Balok-balok batu yang jumlahya sangat banyak itu tersebar hampir menutupi bagian puncak Gunung Padang.

    Penduduk setempat menjuluki beberapa batu yang terletak di teras-teras itu dengan nama-nama berbau Islam. Misalnya ada yang disebut meja Kiai Giling Pangancingan, Kursi Eyang Bonang, Jojodog atau tempat duduk Eyang Swasana, sandaran batu Syeh Suhaedin alias Syeh Abdul Rusman, tangga Eyang Syeh Marzuki, dan batu Syeh Abdul Fukor.

    http://www.jabarprov.go.id/jabar/files/SItus Gn Padang.jpghttp://www.jabarprov.go.id/jabar/files/Situs Megalit.jpg

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 5

    Situs Candi Jiwa adalah salah satu dari 17 Situs di Areal Situs

    Batujaya, disebut juga Situs Segeran 2 atau oleh Masyarakat

    setempat disebut Hunyur (Unur) Jiwa. Situs Candi ini

    berukuran 19 x 19 m dengan ketinggian 4,7 m dari permukaan

    sawah, pada bagian atas terdapat sejumlah bola tersusun

    melingkar diperkirakan adalah tempat Stupa.

    Situs Candi Jiwa terbuat dari bata merah, dan hasil Carbon

    Dating menunjukan pada satu sisi menunjukan abad ke IV dan

    pada sisi lainnya menunjukan Abad ke VII Masehi, masa itu

    adalah Masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara.

    Kabupaten Karawang

    Pada areal ini telah di

    exavasi pula Situs Candi

    Blandongan yang jaraknya

    hanya 100 m.

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 6

    Situs Candi Blandongan adalah Candi dengan struktur pasangan batu bata, pada Candi ini juga ditemukan lantai Cor Beton menurut analisa adalah campuran batu koral, kapur kulit kerang dan pasir atras, Candi ini berukuran 24,6 m x 24,6 m dengan ketinggian 4,9 m dari permukaan sawah, di Candi ini juga ditemukan meterai - materai dalam keadaan utuh sebanyak 10 buah dan sejumlah pecahan. Hasil Analisa Coedes Meterai - materai termasuk Typologi 1 yang berkembang pada masa Dvaravati, adegan menceritakan Keajaiban Srasvati dari naskah Diyavadana dari aliran Sarvasteveda, Aliran dari Threvada. Dari hasil perbandingan dengan Materai - materai yang ada di Asia Tenggara, ternyata Materai - materai yang ditemukan di Candi Blandongan ada persamaan dengan materai - materai Kha Ok Dalu Phattalung di Thailand Selatan, Periode Dvaravati Abad ke 6-7 Masehi.

    Tahun 2001 ditemukan kerang bersama Fragmen Perunggu, hasil Analisa Carbon Datting yaitu Abad ke 2-4 Masehi, dan pada hasil Analisa batu bata Abad ke 7-10 Masehi, pada sisi lain menunjukan Abad ke 12 Masehi, jadi Candi Blandongan digunakan dari abad ke 2-12 Masehi, pada Candi Blandongan inilah membuktikan bahwa Bangsa Indonesia sudah mengenal Teknik Pembuatan Gerabah, Beton Cor sampai ke Hubungan Luar Negeri dari Abad ke 2-12 Masehi.

    Lokasi : Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang

    Jarak : 45 km dari Pusat Kota Karawang

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 7

    Desa Cangkuang berasal dari nama sebuah pohon yang bernama

    pohon cangkuang (Pandanus Furcatus) yang banyak terdapat

    disekitar makam Embah Dalem Arif Muhammad. Konon menurut

    cerita masyarakat setempat, Embah Dalem Arif Muhammad dan

    teman-temannyalah yang membendung daerah ini sehingga

    terbentuklah sebuah danau yang dinamakan Situ Cangkuang.

    Embah Dalem Arif Muhammad berasal dari kerajaan Mataram dari

    Jawa Timur dia datang bersama rombongannya untuk menyerang

    VOC di Batavia dan menyebarkan agama Islam, salah satunya

    adalah desa Cangkuang yang saat itu penduduknya telah

    menganut agama Hindu. Di desa tersebut terdapat sebuah candi

    Hindu yang telah dipugar yang dinamakan candi Cangkuang.

    Meskipun penduduk didesa tersebut telah memeluk agama Islam

    namun mereka masih menjalankan sebagian ajaran agama Hindu.

    Kabupaten Garut

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 8

    Desa Cangkuang terletak diantara kota Bandung dan Garut yang

    berjarak 2 km dari kecamatan Leles dan 17 km dari Garut atau 46

    km dari Bandung. Kondisi lingkungan di Kawasan ini memiliki

    kualitas lingkungan yang baik, kebersihan yang cukup terjaga dan

    juga bentang alam yang baik. Tingkat Visabilitas di kawasan ini

    digolongkan cukup bebas dengan tingkat kebisingan yang rendah.

    Sumber air bersih dikawasan ini beraal dari sumur dan air danau dengan kualitas air yang jernih, rasa yang tawar dan bau air yang normal. Tidak terdapat sarana akomodasi di kawaan tersebut. Di kawasan tersebut terdapat 15 buah kios makanan dan cinderamata yang kondisinya cukup.untuk tempat parker di kawasan tersebut tersedia diseberang situ Cangkuang didekat pintu masuk dengan daya tampung kurang lebih 25 kendaraan pribadi dengan kondisi yang baik dengan lapisan permukaan aspal, terdapat pula pos tiket dan pintu

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 9

    masuk didepan kawasan dengan kondisi yang cukup baik. Untuk memasuki kawasan ini pengunjung dikenai biaya masuk khusus untuk dewasa Rp.1.000 dan anak-anak Rp.500. Selain itu terdapat rakit untuk menyeberang ke pulau Cangkuang dengan tarif Rp 2000/orang. Untuk mencapai lokasi ini bisa ditempuh dengan naik kendaraan umum/ bus dari Bandung-Garut Rp Rp. 7.000, dari garut menuju kecamatan Leles terdapat angkutan umum (angkot). Jalan menuju candi Cangkuang dari jalan raya berjarak 3 km dengan jalan beraspal, dapat dilalui dengan menggunakan kendaraan pribadi ataupun jalan kaki selama 30 menit atau naik kendaraan tradisional (andong) dengan biaya Rp 2000/orang. Kegiatan wisata yang bias dilakukan di kawasan cagar budaya Candi Canngkuang yaitu, melihat pemandangan, memancing, berjalan-jalan, berziarah dan melakukan penelitian tentang kebudayaan. Wisatawan yang biasanya datang bekunjung kekawasan tersebut kebanyakan wisatawan nusantara yangn berasal dari Garut, Bandung, Bogor dan Jakarta, namun ada juga wisatawan manca negara yang berasal dari Belanda, Jerman, Perancis dan Jepang. Rata-rata pengeluaran wisatawan yang berkunjung kekawasan tersebuut berkisar antara Rp 25.000 s/d Rp 50.000, dengan lama tinggal 3 - 6 jam.

    Flora dan fauna dominan terdapat dikawasan ini adalah teurep, beringin, randu, ayam dan kambing. Sedangkan flora dan fauna yang berbahaya adalah pohon renggas dan ular sawah.

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 10

    Kabupaten Ciamis

    Situs Karangkamulyan terletak di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing lebih kurang 16 km dari kota Ciamis ke arah Timur denga Fasilitas : Lapang parkir, kios-kios makanan, Rest Area, Mesjid, Toilet.

    Cagar Budaya ini merupakan peninggalan pusat Kerajaan Galuh Pusaka yang dikukuhkan oleh Sanghyang Parmadikusumah. Disini kita bisa melihat tempat-tempat bekas peninggalan dari legenda Ciung Wanara, salah satu seorang putra Sanghyang Permadikusumah.

    Peninggalan peningglan tersebut antara lain: Batu Pangcalikan ialah bekas singgasana dan tempat

    bermusyawarah raja.Penyabungan Alam, tempat bekas Ciung

    Wanara menyambung ayam dengan Bondan Sarati. Sanghyang

    Bedil.Lambang Peribadatan.

    Sumber Air Citeguh dan

    Cirahayu. Makam Adipati

    Panaekan. Pamangkonan.

    Batu Panyadaan. Patimunan,

    Leuwi Sipatahunan tempat

    Bayi Ciung Wanara di buang

    (Dibuang di Sungai Citanduy)

    http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=126&lang=id

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 11

    ODTW Taman Purbakala Cipari terletak di Kelurahan Cipari.

    Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan, terletak di kaki

    Gunung Ciremai sebelah timur. Jarak dari kota Kuningan ± 4,7

    km dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4 (empat).

    Situs Purbakala Cipari ditemukan pada tahun 1972, berupa

    sebuah Kubur Batu. Penelitian secara sistemastis dipimpin oleh

    Teguh Asmar M.A dari Lembaga Purbakala dan Peninggalan

    Nasional (LPPN) dan dilaksanakan pada tahun 1975

    menghasilkan temuan berupa Perkakas Batu, Grabah,

    Perunggu, dan bekas-bekas Pondasi Bangunan Masa Prasejarah.

    Kabupaten Kuningan

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 12

    Hasil penelitian menunjukan bahwa Situs Cipari mengalami

    dua kali masa pemukiman, yaitu masa akhir Neoletik dan awal

    pengenalan bahan perunggu berkisar pada tahun 1000 SM

    sampai dengan 500 M. Pada waktu itu masyarakat telah

    mengenal organisasi yang baik serta kepercayaan berupa

    pemujaan terhadap nenek moyang. Adat mendirikan bangunan

    dari batu-batui besar, dalam ilmu purbakala disebut MEGALIT.

    Pembangunan Taman

    Purbakala Cipari berikut

    Musium dilaksanakan pada

    tahun 1976 dan diresmikan

    oleh Menteri Pendidikan

    dan Kebudayaan Prof. Pr.

    Syarief Thayeb pada

    tanggal 23 Februari 1978.

    Sejak itulah tempat

    tersebut menjadi salah satu

    tempat untuk mengetahui

    peninggalan nenek moyang.

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 13

    Prasasti Curug Dago berada dalam kawasan hutan lindung dan daerah perbukitan, di Kampung Curug Dago, Desa Ciumbuleuit, Kecamatan Cidadap, dengan keletakan geografis pada garis koordinat 107º 37'044" BT dan 06º 51'562" LS dan daerahnya merupakan dataran tinggi ± 1310 m di atas permukaan air laut.

    Dua prasasti terletak ± 10 km di sebelah timur laut dari pusat kota Bandung, di tebing Sungai Cikapundung tidak jauh dari air terjun Curug Dago dalam kondisi insitu dan utuh. Lokasi prasasti dapat ditempuh melalui Jalan Ir. Juanda/Dago turun di Dago Tea House (Teehuis)/ Balai Pengelolaan Taman Budaya dan dari lokasi itu dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni tangga beton sampai ke lokasi prasasti.

    Berita pertama tentang prasasti dengan aksara dan bahasa Thai Curug Dago terdapat dalam Surat Kabar Harian Bandung Pos tanggal 1 Pebruari 1990, dan kemudian di Surat Kabar Harian Kompas, ditulis oleh wartawan Omas Witarsa.

    Kabupaten Bandung

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 14

    Selanjutnya tanggal 15 Juli 1990, Omas Witarsa mengirim surat kepada Yang Mulia Ratu Thailand Bhumiphol, yang menerangkan bahwa dengan bantuan dari Kolonel Bancha yang sedang mengikuti sekolah di Lembang membaca kedua prasasti itu, isi tulisan apabila ditranliterasikan dalam huruf latin adalah CO PO RO serta PO RO RO, yang dimaksud adalah raja-raja Thailand yaitu PYM Raja Chulalonkorn dan PYM Raja Paraminthara. Selanjutnya Negara Thailand meminta agar Negara Indonesia memberikan pengamanan dan pelestarian terhadap peninggalan purbakala. Ditindaklanjuti oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Purbakala, di Serang sebagai UPT Direktur Linbinjarah melaksanakan kegiatan penelitian dan pelestarian terhadap prasasti Curug Dago tanggal 9 – 15 Juli 1991. Penelitian mengungkapkan bahwa ada 2 buah bongkah batu andesit (andezitic boulders). Prasasti I berukuran 122 x 46 x 56 cm (tebal di atas permukaan tanah), bulat memanjang, tidak ada pengerjaan permukaan batu (natural), guratan tulisan berelief dangkal. Prasasti dalam posisi membujur hampir simetris dengan aliran Sungai Cikapundung, terletak relatif lebih tinggi dari pada keletakan prasasti II. Tulisan terpusat hanya pada satu bidang permukaan batu, tersusun dalam 2 baris, baris atas pahatan inisial sedangkan pada baris bawah adalah nama raja. Jarak prasasti I dan II, 11,70 meter

    dan keduanya tepat di bibir air sungai Cikapundung dengan ketinggian ± 2 meter dari muka air sungai. Prasasti II permukaannya rata terdiri dari bidang-bidang mendatar dan tegak, bulat memanjang, berukuran 202 x 96 x 67 cm, penulisan tidak terpusat, terdiri dari masing-masing: 1. Bidang tegak pada sisi barat dan selatan, yang sebelah barat inisial satu baris, sedangkan yang selatan dua baris bersusun berisi inisial (baris atas dan inskrpsi nama pada baris bawah). 2. Sementara itu pada bidang lain di sisi barat terdapat pahatan bintang bersudut 5 dengan lingkaran pada bagian tengah dan gambar segitiga

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 15

    sama kaki. Pada setiap sudut bintang terdapat tulisan dekat dengan garis lingkaran. Di luar segi tiga maupun di dalamnya juga terdapat aksara Thai. Secara keseluruhan batu prasasti II meskipun berbentuk bulat (profil longitudinal) memanjang, tetapi berpunggung tinggi (high back), sehingga bidang-bidang tegak (profil literal maupun traversal) cukup luas untuk dapat dipahatkan tulisan, inisial atau bentuk grafis lainnya. Ini berbeda dengan bentuk prasasti I, yang cenderung lebih pipih sehingga bagian permukaan atas yang luas, yang memungkinkan untuk ditulisi. Pahatan bintang beserta isinya (tiga sudut bintang sengaja tidak digambar) Selain itu masih terdapat bungkahan (boulder) jenis batuan yang sama yang terletak di antara prasasti I dan II, namun karena keadaan topografi medan observasi yang berkontur tajam, tak memungkinkan dapat dibuatnya dokumen foto horizontal yang cukup luas yang memungkinkan dapat merekam kedua prasasti dalam konteks yang lebih luas. Mengenai morfologi tulisan pada kedua prasasti tersebut adalah alpabet Thai, yang berkembang berkat jasa seorang raja Sukhotai: Raam Kham Heng seperti termuat dalam prasasti berangka tahun 1284 M, yang kemudian diikuti oleh beberapa raja untuk menyederhanakannya. Menurut S.A. Reitsma dan W.H. Hoogland (1922, Gids Van Bandoeng En Omstrcken) kedua temuan prasasti tersebut erat kaitannya

    dengan kunjungan keluarga Kerajaan Siam (Tailand) ke Bandung, yakni Raja Chulalongkorn serta Pangeran Prajatthipok Paramintara, yang masing-masing merupakan raja ke V dan VII dari Dinasti Chakri. Agama Buddha sekte Theravada merupakan agama terbesar di Thailand yang memliki kedudukan utama sebagai dasar kepercayaan dalam kehidupan rakyat Thailand. Agama ini muncul sebagai tradisi agama/kepercayaan sejak awal abad Masehi. Dhyani Buddha dari Borobudur merupakan hadiah Raja Rama V (melalui perbuatan baik atau tham-bun) kepada rakyatnya, dalam rangka

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 16

    upacara kenegaraan memperingati hari raya Buddha yang dihadiri oleh beratus pendeta dan rakyat. Dengan demikian, maka tujuan penulisan kedua prasasti di Curug Dago yang memuat nama kedua nama raja dan pangeran itu menjadi jelas yaitu merupakan penghormatan terhadap ke dua tokoh tersebut, lengkap dengan penulisan inisial, angka tahun serta catatan usia kedua tokoh. Memang ada tradisi yang menyatakan bahwa pada umumnya apabila seseorang raja Thai menemukan tempat panorama yang indah, maka biasanya di tempat tersebut sang raja melakukan semadhi dan kadangkala menuliskan nama atau hal lainnya yang dianggap penting. Sekaligus merupakan kenangan dan pengakuan atas kekeramatan/kesucian tempat tersebut, seperti diungkapkan oleh seorang Bhiksu Pravithamtor dari Vihara Menteng Jakarta Pusat. Mengenai tempat prasasti, dapat dianggap sebagai sesuatu yang telah menjadi kebiasaan, yakni pada tempat-tempat yang dianggap keramat atau disucikan, yang dapat berbentuk dataran di tepi sungai atau diapit dua sungai, di atas bukit, di lereng atau di puncak gunung atau bahkan pada tempat datar yang ditinggikan. Kedua prasasti Curug Dago terletak di tebing sungai Cikapundung. Dilihat dari segi penempatannya atau lokasi keletakkannya, apabila kedua prasasti tersebut memang dibuat dalam rangka kunjungan Raja Tai dan rombongan pada tahun 1896, tentu pada waktu itu jalan menuju ke

    Curug Dago amatlah sulit dan nyaris mustahil untuk dilakukan oleh elite kerajaan apalagi dari luar negeri (mancanegara). Objek budaya Prasasti Curug Dago berada di bawah Air Terjun (Curug) Dago yang telah dikembangkan sebagai salah satu objek wsiata pada kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda yang dikelola oleh Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H.Juanda, Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat. Lokasi Prasasti Curug dago menempati salah satu area sebelah selatan dari Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda, dan telah memiliki lahan parkir kendaraan roda dua dan shelter para pengunjung sebelum dan

  • Obyek Wisata Unggulan Situs Purbakala 17

    sesudah mengunjungi objek Prasasti Curug Dago dan Air Terjun (Curug) Dago. Untuk pengunjung berkendaraan roda 4 dapat diparkirkan di Komplek Taman Budaya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat yang berjarak ± 1,2 km dari lokasi objek. Alamat: Air terjun Dago, Kampung Curug Dago, Desa Ciumbuleuit, Kecamatan Cidadap Koordinat : 6°51'56.17"S, 107°37'4.93"E Arah: ± 10 km di sebelah timurlaut dari pusat kota Bandung, di tebing Sungai Cikapundung tidak jauh dari air terjun Curug Dago Fasilitas: lahan parkir kendaraan roda dua dan shelter para pengunjung