30
Mata Kuliah : Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dosen : Dr. dr. Syamsiar S. Russeng, MS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PERTANIAN DAN PERKEBUNAN WA ODE DITA ARLIANA P1807214003 KONSENTRASI KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

K3 Pertanian dan Perkebunan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 1/30

Page 2: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 2/30

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan

karuniaNyalah sehingga penulisan makalah yang berjudul Kesehatan dan

Keselamatan Kerja di Pertanian dan Perkebunan dapat terselesaikan dengan baik

tepat pada waktunya.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan dan kesalahan, sehingga saya mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun demi penyempurnaannya.

Harapan saya, kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Makassar, November 2014

Penyusun

Page 3: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 3/30

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR  ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang ....................................................................................... 1

B.  Rumusan Masalah .................................................................................. 2

C. 

Tujuan ................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN A.  Kondisi Kualitas Kesehatan Kerja Petani .............................................. 4

B.  Upaya Hygiene dan Kesehatan .............................................................. 5

C.  Faktor Resiko Kesehatan Kerja Petani ................................................... 5

D.  Aspek Kesehatan Kerja yang Berhubungan dengan Penggunaan

Agrokimia .............................................................................................. 11

E.  Jenis Racun di Sektor Pertanian Dan Perkebunan ................................ 12

F.  Pelaksanaan K3 di Pertanian Dan Perkebunan ...................................... 16

G. 

Upaya Preventif Dalam Pertanian Dan Perkebunan .............................. 17

BAB VI PENUTUP

A.  Kesimpulan ............................................................................................ 25

B.  Saran ....................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 4/30

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Meski ada

kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja di sektor

 pertanian, masih berjumlah 42 juta orang atau sekitar 40% dari angkatan kerja.

Banyak wilayah kabupaten di Indonesia yang mengandalkan pertanian, termasuk

 perkebunan sebagai sumber penghasilan daerah.

Dalam perspektif kesehatan dan keselamatan kerja penerapan teknologi

 pertanian adalah helth risk. Oleh karena itu ketika terjadi sebuah pemilihan

teknologi, secara implicit akan terjadi sebuah perubahan faktor resiko kesehatan.

Teknologi mencangkul kini digantikan dengan traktor, hal ini jelas mengubah

faktor resiko kesehatan dan keselamatan kerja yang dihadapi oleh petani. (dikutip

dari blog K3 Pertanian oleh Faridwin) Yang menjadi soal pokok pedesaan adalah kesehatan lingkungan seperti

halnya yang dihadapi dari waktu ke waktu oleh petani pada umumnya. Di

samping itu tenaga kerja di bidang pertanian, perkebunan juga menghadapi

 berbagai penyakit akibat dari pekerjaannya, antara lain keracunan oleh zat kimia

 pembasmi hama atau racun kimia lain yang digunakan. Demikian pula tenaga

kerja yang mengolah hasil pertanian, perkebunan dapat dihinggapi penyakit akibat

kerja. Seperti misalnya tabakosis pada pekerja yang oleh karena pekerjaannya

menghirup debu tembakau, bagassosis pada pekerja yang terpapar debu bagasse di

tempat penggilingan tebu, dan lain-lain.. Hal ini memerlukan perhatian khusus

dari segi keselamatan dan kesehatan kerja serta juga ergonomi. Di samping itu,

dalam pertanian, perkebunan perlu dikembangkan upaya, agar kecelakaan kerja

dapat ditekan menjadi minim. Dalam jangkauan pandangan jauh ke depan,

 perubahan dari dari masyarakat agraris kepada masyarakat industri agraris harus

disertai persiapan penyesuaian mental-psikologis yang mantap, sehingga dicapai

Page 5: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 5/30

2

keseimbangan yang kondusif bagi berlangsungnya proses transformasi ke arah

kemajuan yang positif dan dinamis.

Penerapan teknologi baru di pertanian memerlukan adaptasi sekaligus

keterampilan. Demikian pula dengan penggunaan pestisida, seperti indikasi hama,

takaran, teknik penyemprotan, dan lain-lain. Ironisnya teknologi baru ini memiliki

 potensi bahaya khususnya pada saat kritis pencampuran. Akibatnya, korban

 berjatuhan tanpa intervensi program pencegahan dampak kesehatan yang

seyogianya dilakukan Dinas Kesehatan tingkat lokal maupun tingkat pusat.

Perkebunan dapat dianggap sebagai satu masyarakat tertutup, sehingga

usaha-usaha kesehatan pun harus disesuaikan dengan sifat-sifat masyarakat

demikian, dalam arti menyelenggarakan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri.

Melihat begitu pentingnya kondisi lingkungan yang ada di kalangan

masyarakat petani maka diperlukan pembahasan mengenai pentingnya penerapan

K3 di sektor pertanian dan perkebunan demi menjaga kondisi para petani dan juga

masyarakat sekitar. (Suma’mur: 2009)

B. 

Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas melalui makalah ini yakni :

1. 

Bagaimana kondisi kualitas kesehatan kerja petani dalam sektor pertanian

dan perkebunan sekarang ini? 

2.  Apa faktor risiko kesehatan kerja petani? 

3. 

Apa jenis racun yang ada petani dalam pekerjaannya? 

4.  Apa aspek Kesehatan Kerja Yang Berhubungan Dengan Penggunaan

Agrokimia?

5. 

Bagaimana pelaksanaan K3 di sektor pertanian dan perkebunan? 

6.  Apa upaya preventif yang bisa dilakukan dalam sektor pertanian dan

 perkebunan? 

Page 6: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 6/30

3

C.  Tujuan 

Adapaun tujuan dari pembuuatan makalah ini adalah untuk mengetahui

kondisi kualitas kesehatan kerja petani dalam sektor pertanian dan perkebunan

saat ini, mengetahui faktor risiko kesehatan kerja petani,  jenis racun yang ada

 petani dalam pekerjaannya,  aspek Kesehatan Kerja Yang Berhubungan

Dengan Penggunaan Agrokimia, pelaksanaan K3 di sektor pertanian dan

 perkebunan, upaya preventif yang bisa dilakukan dalam sektor pertanian dan

 perkebunan. 

Page 7: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 7/30

4

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Kondisi Kualitas Kesehatan Kerja Petani

Persoalan utama higiene perusahaan dan kesehatan kerja di bidang

 pertanian adalah perkebunan adalah lokasi dan beroperasinya perusahaan yang

 biasanya berada di daerah rural (pedesaan), sehingga higiene dan kesehatan

 pedesaan langsung mempengaruhi keadaan higiene dan kesehatan masyarakat

 petani dan pekebun. Selain itu tenaga kerja menghadapi risiko aneka penyakit

yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja serta perlunya

 penyesuaian terhadap perkembangan cara kerja dan proses produksi dengan

menggunakan teknologi baru. (Suma’mur: 2009)

Kualitas petani, langsung maupun tidak, berhubungan dengan indeks

 perkembangan manusia (IPM). Dalam IPM kesehatan petani harus dilihat

dalam dua aspek. Yakni, kesehatan sebagai modal kerja dan aspek penyakityang berhubungan dengan pekerjaan, khususnya faktor resiko akibat

 penggunaan teknologi baru dan agrokimia.

Bekerja sebagai petani memerlukan modal awal. Selain stamina,

kondisi fisik harus mendukung pekerjaan tersebut. Seorang petani jangan

sampai sakit-sakitan. Kemudian tingkat pendidikan dan kesehatan awal.

Kesehatan petani diperlukan untuk mendukung produktivitas. Secara teoritis

apabila seseorang bekerja, ada tiga variabel pokok yang saling berinteraksi.

Yakni, kualitas tenaga kerja, jenis atau beban pekerjaan dan lingkungan

 pekerjaannya. Akibat hubungan interaktif berbagai faktor resiko kesehatan

tersebut, apabila tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan gangguan

kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan. Gangguan kesehatan akibat

atau berhubungan dengan pekerjaan dapat bersifat akut dan mendadak, kita

kenal sebagai kecelakaan, dapat pula bersifat menahun. Berbagai gangguan

kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan misalnya para petani

Page 8: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 8/30

5

mengalami keracunan pestisida dari tingkat sedang hingga tingkat tinggi.

(dikutip dari blog K3 Pertanian oleh Faridwin) 

B.  Upaya Higiene Dan Kesehatan

Perkebunan dapat dianggap sebagai suatu masyarakat tertutup (close

community) antara lain oleh karena lokasi perusahaan yang terpencil dan

luasnya wilayah kerja perusahaan, sehingga upaya higiene dan kesehatan

harus disesuaikan dengan keperluan masyarakat demikian, dalam arti

menyelenggarakan sendiri upaya kesehatan termasuk pengadaan rumah sakit

dan semua fasilitas kesehatan lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan. Dan

hal ini sesuai pula dengan banyaknya pekerja yang tersebar luas di daerah

 perkebunan, yang sudah sepatutnya diadakan upaya demikian. Program

kesehatan perkebunan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif, baik terhadap penyakit yang biasa terdapat dalam masyarakat

 pada umumnya, maupun terhadap kecelakaan kerja, ataupun penyakit akibat

kerja. Konsep demikian berlaku bagi kegiatan pertanian yang bukan

 perkebunan tetapi aktivitasnya dilakukan secara besar-besaran seolah-olah

mirip suatu perkebunan. Adapun pengusaha hutan pada umumnya tidak

 berada pada lokasi yang permanen, melainkan berpindah-pindah sehingga

fasilitas kesehatan lebih diutamakan kepada upaya yang bersifat pelayanan

sesuai dengan tuntutan kebutuhan operasi pengelolaan hutan.

C.  Faktor Resiko Kesehatan Kerja Petani

Gabungan konsep kualitas keesehatan tenaga kerja sebagai modal awal

untuk bekerja dengan resiko bahaya lingkungan pekerjaannya. Petani

Indonesia pada umumnya tidak memerlukan transportasi menuju tempat

 pekerjaannya, namun bagi petani perkebunan apalagi yang tinggal diperkotaan

yang memerlukan waktu lama menuju tempat kerjanya maka kualitas dan

kapasitas kerjanya akan berkurang. Terlebih lagi bagi petani yang

menggunakan sepeda motor yang harus exposed terhadapt pencemaran udara

dan kebisingan jalan raya. Tentu akan menimbulkan beban yang lebih berat.

Page 9: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 9/30

6

Mengacu pada teori kesehatan kerja maka resiko kesehatan petani yang

ditemui di tempat kerjanya adalah sebagai berikut :

1.  Mikroba : faktor resiko yang memberikan konstribusi terhadap kejadian

 penyakit infeksi, parasit, kecacingan, maupun malaria. Penyakit

kecacingan dan malaria selain merupakan ancaman kesehatan juga

merupakan faktor resiko pekerjaan petani karet, perkebunan lada, dan lain-

lain. Berbagai faktor resiko yang menyertai leptospirosis, gigitan serangga,

dan binatang yang berbisa.

2.  Faktor lingkungan kerja fisik : sinar ultraviolet, suhu panas, suhu dingin,

cuaca, hujan, angin, dan lain-lain.

3.  Ergonomi ; kesesuaian alat dengan kondisi fisik petani seperti cangkul,

traktor, dan alat-alat pertanian lainnya.

4. 

Bahan kimia toksik : agrokimia seperti pupuk, herbisda, akarisda dan

 pestisida. (Suma’mur: 2009) 

Adapun beberapa penyakit endemik   yang menjadi faktor resiko

dalam sektor pertanian dan perkebunan antara lain ;

1.  Malaria

Petani Indonesia umumnya bekerja di daerah endemic malaria, habitat

utama di persawahan dan perkebunan. Parasit malaria akan menyerang dan

 berkembang biak dalam butir darah merah sehingga seseorang yang

terkena malaria akan menderita demam dan anemia sedang hingga berat.

Anemia dan kekeurangan hemoglobin dapat mengganggu kesehatan tubuh

serta stamina petani. Seseorang yang menderita anemia akan memiliki

stamina yang rendah, loyo, cepat lelah, dan tentu saja tidak produktif.

2.  Tuberkulosis

Penyakit yang sering diderita oleh angkatan kerja Indonesia termasuk

 petani adalah tuberculosis (TBC). Kelompok yang terkena resiko penyakit

TBC adalah golongan ekonomi lemah khususnya petani dengan kondisi

ekonomi lemah tersebut. TBC diperburuk dengan kondisi perumahan yang

 buruk, rumah tanpa ventilasi dengan lantai tanah akan menyebabkan

Page 10: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 10/30

7

kondisi lembab, pengap, yang akan memperpanjang masa viabilitas atau

daya tahan kuman TBC dalam lingkungan. Penderita TBC akan

mengalami penurunan penghasilan 20-30%, kinerja dan produktivitas

rendah, dan akan membebani keluarga.

3.  Kecacingan dan Gizi Kerja

Untuk melakukan aktifitas kerja membutuhkan tenaga yang diperoleh dari

 pasokan makanan, namun makanan yang diperoleh dengan susah payah

dan seringkali tidak mencukupi masih digerogoti oleh berbagai penyakit

menular dan kecacingan. Masalah lain yang dihadapi angkatan kerja petani

adalah kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat berupa kekurangan kalori

untuk tenaga maupun zat mikronutrien lainnya, akibat dari tingkat

 pengetahuan yang rendah dan kemiskinan.

4. 

Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar merupakan salah satu faktor resiko utama timbulnya

 penyakit-penyakit infeksi baik yang akut seperti kolera, hepatitis A,

disentri, infeksi bakteri coli maupun penyakit kronik lainnya. Tidak

mungkin petani bekerja dengan baik kalau sedang menderita malaria

kronik atau diare kronik. Apalagi TBC. Untuk meningkatkan

 produktivitas, seorang petani harus senantiasa mengikuti pengembangan

diri. Lalu tidak mungkin mengikuti pelatihan dengan baik kalau tidak

sehat. Untuk itu diperlukan khusus kesehatan dan keselamatan kerja petani

sebagai modal awal seseorang atau kelompok tani agar bisa bekerja

dengan baik dan lebih produktif. (dikutip dari blog K3 Pertanian oleh

Faridwin)

Selain itu, penyakit akibat kerja  yang dapat kapan saja menyerang

 para pekerja sektor pertanian dan perkebunan adalah :

1.  Tabakosis. Tabakosis ini adalah penyakit sebagai akibat pengaruh debu

tembakau kepada para pekerja. Debu tersebut dihirup oleh pekerja, ketika

dilakukan pengolahan daun tembakau yang kering terutama pada

 pekerjaan perajangan. Daun tembakau yang telah lama disimpan lama dan

Page 11: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 11/30

8

lapuk meninggalkan banyak debu. Gangguan kesehatan pada tabakosis

mungkin disebabkan jamur yang tumbuh pada daun tembakau, tapi

mungkin pula sebagai akibat nikotin atau zat kimia lain yang

dikandungnya. Penelitian mengenai pengaruh debu tembakau kepada

 pekerja yang oleh karena pekerjaan menghirupnya semakin banyak

dilakukan. Apapun hasil penelitian namun sebagai pegangan sebaiknya

segala kelainan paru pada pekerja yang mengolah daun tembakau diobati

semestinya, sedangkan upaya pencegahan terhadap efek debu tembakau

lebih ditingkatkan lagi dengan penggunaan tutup hidung untuk

mengurangi jumlah debu tembakau yang terhirup masuk ke dalam paru,

 pemasangan alat ventilasi yang menangkap dan mengeluarkan debu dari

tempat kerja (local exhauster), isolasi proses yang menimbulkan debu ke

udara dan upaya terakhir memindahkan pekerja ke tempat kerja yang

kurang atau tidak berdebu. Terbukti kelainan tabakosis meghilang bila

kadar debu tembakau diturunkan serendah mungkin. Debu tembakau

masih dianggap debu yang hanya mengganggu kenyamanan kerja dengan

 NAB 10 mg per meter kubik udara. Diusulkan NAB-nya diturunkan

menjadi 3 mg berat debu total per meter kubik udara.

2. 

Bissinosis. Penyakit ini selain terdapat di perusahaan pemintalan dan

 penenunan ternyata menghinggapi pula pekerja perkebunan kapas, yang

memisahkan biji dari serat kapas. Kadang-kadang pada pekerja yang

disebut ginning prevalensi sakit oleh karena debu kapas tinggi pula. Tapi

 pada umumnya ahli sependapat bahwa bahaya penyakit bissinosis pada

 pekerja perkebunan tidak begitu berbahaya mengingat sifat pekerjaan yang

 biasanya tidak menetap dan terputus-putus, musiman, dikerjakan di tempat

terbuka di luar rumah, dan udara pada pekerjaan demikian relatif tidak

 berdebu.

3.  Bagassosis adalah penyakit paru oleh karena menghirup debu bagasse,

yaitu ampas tebu sesudah tebu diperas diambil kandungan gulanya.

Bagasse yang lama ditimbun, kering, rapuh, dan padanya tumbuh jamur

yang merupakan penyebab terjadinya penyakit. Tanda-tanda penyakit

Page 12: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 12/30

9

 bagassosis serupa dengan penyakit radang alat pernapasan akut, dan

sebabnya diduga jamur yang tumbuh pada bagasse. Pencegahan dilakukan

dengan upaya agar bagasse tidak menimbulkan debu ke udara, misalnya

dibasahi, dan diupayakan jangan sampai terlalu lama ditimbun sebelum

digunakan atau dibuang.

4.  Penyakit radang akut alat pernapasan terjadi pada pekerja yang membuat

kasur dari bahan kapas yang berkualitas rendah. Radang ini disebabkan

oleh Aerobacter cloacae yang hidup pada kapas lembab pada musim

 penghujan. Bakteri tersebut biasa terdapat banyak di tanah, mungkiin

 berasal dari kotoran manusia atau hewan.

5.  Penyakit asma. Penyakit akibat kerja ini dapat timbul pada pekerja yang

mengerjakan biji-bijian atau hasil pertanian atau perkebunan lainnya.

Grain asthma adalah penyakit asma yang dikarenakan menghirup debu

 beras arau gandum. Tamarind asthma adalah penyakit allergi alat

 pernapasan yang penyebabnya debu buah tamarind. Asma juga terjadi pula

oleh karena penghirupan bahan halus, seperti tepung, misalnya flour

asthma, yang disebabkan alergi kepada protein yang berasal dari kutu

tepung, atau kepada tepungnya itu sendiri.

6. 

Dermatosisi oleh karena jamur adalah khas sifatnya yaitu menahun,

dibagian tengah kelainan menyembuh sedangkan pada bagian pinggir

 proses justru aktif; kelainan disertai perasaan gatal dan panas. Obatnya

 baik dalam atau pun luar adalah anti jamur. Jamur biasanya tumbuh pada

 bahan organis yang membusuk, apabila bahan tersebut diangkat atau

diangkut, debu yang mengandung jamur bebas masuk kedalam udara dan

terhirup pada pekerja dapat menyebabkan penyakit jamur paru seperti

misalnya pernah dilaporkan tentang penyakit Aspergillosis paru pada

 pekerja yang mengolah gandum. Dalam hal ini masker sangat membantu

sebagai salah satu upaya pencegahan.

Kecelakaan kerja terjadi pada pengambilan hasil dari pohon, seperti

 pemetik pala, kelapa, kenari dan lain-lain. Terutama harus mendapatkan cukup

Page 13: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 13/30

10

 perhatian ialah kecelakaan pada kegiatan pengambilan kayu hasil hutan dari

 penebangan hingga pengangkutannya sampai ke tempat tujuan. Cara

 penebangan kayu harus disertai upaya sungguh-sungguh ke tempat tujuan.

Penempatan kayu dilokasi penebangan atau tempat-tempat sementara harus

dilakukan dengan cara yang memenuhi persyaratan keselamatan. Demikian

 pula pengangkutannya harus mengikuti standar prosedur yang menjamin

keselamatan dan mencegah terjadinya kecelakaan. Sedangkan pekerja

diwajibkan memakai pakaian kerja dan alat pelindung diri yang cukup, antara

lain; topi keselamatan, sepatu keselamatan, sarung tangan dan lain-

lain.perlatan dan perkakas kerja harus selalu berada dalam kondisi baik dan

aman untuk digunakan. Gergaji listrik yang digunakan untuk penebangan dan

 pemotongan kayu sangat rawan bagi timbulnya kecelakaan. Hanya pekerja

yang kompeten yang diperbolehkan menggunakannya.

Pekerjaan pertanian dan perkebunan dibeberapa daerah menghadapi

resiko gigitan kalajengking atau ular. Racun dari hewan berbisa itu dapat

digolongkan menjadi racun :

1. 

Hemotoksis, yang meracuni darah dengan menghancurkan butir sel darah

merah dan pembuluh darah

2. 

 Nerotoksis, yang meracuni saraf.

Bila terjadi gigitan ular atau kalajengking atau binatang berbisa

lainnya biasanya sulit dibedakan oleh jenis ular atau kalajengking atau hewan

lainnya, kecuali jika hewannya dapat ditangkap. Umumnya harus segera

diupayakan, agar racun tidak menjalar ke seluruh badan dengan mengikat

 bagian atas dari tubuh yang luka, mengeluarkan darah dari luka dengan

melebarkannya memakai pisau steril atau bersih. Ikatan pencegah

menyebarnya racun paling lama 30 menit, dan selalu dibuka untuk jangka

waktu selama 1 menit, bila tidak, jaringan bagian bawah ikatan atau rusak oleh

karena terganggu peredaran darahnya. Di kota besar, atau klinik khusus sering

tersedia antivenom, ialah obat untuk menetralisasi bisa hewan. Pakaian

Page 14: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 14/30

11

 pelindung dan alat pelindung diri sangat berguna untuk pencegahan antara lain

memakai celana panjang dan sepatu bot. (Suma’mur: 2009) 

D.  Aspek Kesehatan Kerja Yang Berhubungan Dengan Penggunaan

Agrokimia

Agrokimia merupakan salah satu masalah utama kesehatan petani

 berkenaan dengan pekerjaannya. Agrokimia meliputi semua bahan kimia

sintetik yang digunakan untuk kepentingan dan keperluan luas produksi

 pertanian. Bahan tersebut meliputi hormon pemacu pertumbuhan, pupuk,

 pestisida, antibiotika dan lain-lain.

Pengaruh atau dampak penggunaan agrokimia terhadap kesehatan

kerja adalah sebagai berikut :

a. 

Tergantung bahan kimia

 b.  Tergantung besar kecilnya dosis

c.  Cara aplikasi, bagaimana agrokimia tersebut digunakan di lapangan.

Pestisida digunakan karena daya racunnya (toksisitas) untuk membunuh

hama. Oleh sebab itu penggunaan pestisida dilapangan memiliki potensi

 bahaya kesehatan kerja. Dalam melakukan penilaian terhadap aspek kesehatan

kerja dengan pestisida, ada dua hal yang harus diperhatikan :

a.  Toksisitas, sifat dan karakteristik pestisida

Tiap jenis pestisida memiliki sifat, karakteristik, dan toksisitas yang

 berbeda. Oleh sebab itu harus dipelajari. Disamping itu, pestisida yang ada

di pasaran dalam bentuk kemasan ada tiga komponen bahan kimia yaitu ;

1. 

Active Ingredient (a.i)

2.  Stabilizer

3.  Pewarna, pembau, pelarut, dan lain-lain.

Masing-masing Bahan kimia tersebut memiliki potensi bahaya kesehatan.

 Namun, toksisitasnya diperhitungkan terhadap active ingredient.

Sedangkan ketiga bahan kimia tersebut saling berpotensi membentuk

Page 15: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 15/30

12

toksisitas baru. Dampak patofisiologi keracunan pestisida tergantung jenis

dan sifat pestisida tersebut. Misalnya golongan organochlorine dapat

mengganggu fungsi susunan syaraf pusat. Golongan karbanat dan

organofospat menimbulkan gangguan susunan syaraf pusat dan perifer

melalui ikatan cholinesterase.

 b.  Aspek Penggunaan

Semua aspek yang berhubungan dengan penggunaan serta aspek manusia

 pekerja itu sendiri seperti, pendidikan, keterampilan, perilaku umur, tinggi

tanaman, pakaian pelindung dan lain-lain. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan adalah alat pelindung diri, faktor yang mempengaruhi

 perilaku pemajanan. Apabila seseorang bekerja menyemprot pestisida

dilapangan maka jumlah pestisida yang kontak dengan badan akan

dipengaruhi oleh :

1.  Tinggi tanaman

2.  Umur

3. 

Pengalaman

4. 

Pendidikan dan keterampilan

5.  Arah dan kecepatan angin

Sedangkan fase kritis yang harus diperhatikan adalah :

1.  Pencampuran

2.  Penyemprotan/penggunaan

3. 

Pasca penyemprotan

E. 

Jenis Racun Di Sektor Pertanian Dan Perkebunan

1.  RACUN HAMA (PESTISIDA)

Racun hama atau pestisida adalah bahan kimia yang dipergunakan

untuk membasmi hama, seperti serangga ,tikus,jamur, dan tumbuhan.

Racun serangga disebut insektisida, yang terdiri atas tiga golongan ialah

golongan halogen hidrokarbon, golongan esterfosfat, dan golongan racun

serangga lainnya. Racun tikus disebut rodentisida, yakni bahan kimia yang

dapat membunuh tikus. Fungisida adalah nama lain untuk racun jamur.

Page 16: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 16/30

13

Racun tanaman atau disebut pula herbisida antara lain di pergunakan untuk

membasmi alang-alang. Pestisida sangat penting dalam

 pertanian,perkebunan,dan kehetunan untuk mencegah atau memberantas

 pengaruh buruk dari hama,sehingga dapat di peroleh hasil

 pertanian,perkebunan dan kehetunan yang sebaik-baiknya, dalam hal

kualitas maupun kuantitas. Selanjutnya mengenai racun hama akan

diuraikan dibawah ini secara berurutan.

2. RACUN SERANGGA ( INSEKTISIDA)

Keracunan oleh racun serangga hidrokarbon terjadi oleh karena

terminum, atau terhirup melalui pernafasan atau terserat melalui kulit,

khusus mengenai penyerapan kulit, pekerja tentunya harus terlindung dari

kemungkinan kontak kulit dengan racun serangga hidrokarbon. Banyak

dari persenyawaan hidrokarbon terbukti karsinogen pada hewan percobaan

dan juga menganggu fungsi reproduksi manusia. Klorhidrokarbon tidak

atau lambat terurai, lama menetap dalam lingkungan dan tejadi

 penimbunan dalam lemak mahluk hidup. Alasan ini yang terutama

menyebabkan pengunaan klorhidrokarbon kemudian di tinggalkan.

 NAB untuk racun serangga tergolong kepada klohidrokarbon

adalah sebagai berikut:

Aldrin 0,25 mg per meter kubik  

Benzan heksaklorida tidak di tetapkan

DDT 1 mg per meter kubik;

Dieldrin 0,25 mg per meter kubik;

Endrin 0,1 mg per meter kubik

Klordan 0,5 mg per meter kubik;

Lindan (gamma isomer Benzen

heksaklorida)

0,5 mg per meter kubik;

Toksafen 10 mg per meter kubik;

Metoksiklor 0,5 mg per meter kubik;.

Page 17: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 17/30

14

 NAB untuk racun serangga yang tergolong ester fosfat adalah

sebagai berikut:

EPN 0,1 mg per meter kubik; 

Malation 10 mg per meter kubik

OMPA 15 mg per meter kubik

Paration 0,1 mg per meter kubik

Sistoks 0,047 mg per meter

kubik

DDVD (dimetil-diklorovinil-fosfat) 1 mg per meter kubik;

TEPP 0,11 mg per meter kubik

3. RACUN JAMUR (FUNGISIDA)

Istilah racun jamur menunjukkan giolongan zat kimia yang

heterogen seperti formaldehida, furfural, fenol, tetrametiltiuran disulfida,

dan persenyawaan-persenyawaan boron, krom, tembaga, air raksa, timah

 putih, dan seng. Suatu racun jamur mungkin pula berkhasiat sebagai racun

tanaman atau racun serangga. Persenyawaan-persenyawaan tiokarbamat

(thiocarbamate) juga berkhasiat sebagai racun jamur antara lain febran,

ziram, maneb, nabam, dan zineb,. Perlu diperhatikan bahwaa formaldehida

merupakan zat kimia yang suspek karsinogen bagi manusia ( suspected

human carcinogen), sedangkan PCP karsinogen bagi mata, dan alat

 pernafasan bagian atas: 

 NAB untuk fungisida sebagai berikut:

Ferbam 10 mg per meter kubik  

Formaldehid 0,37 mg per meter kubik

Senyawa alkil air raksa 0,01 mg per meter kubik

Pentaklorfenol (PCP) 0,5 mg per meter kubik

 Natrium dikromat 0,05 mg per meter kubik

Page 18: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 18/30

15

4. RACUN TIKUS (RODENTISIDA)

Sebagai racun tikus banyak dipakai zat kimia seperti natrium-

fluroasetat (persenyawaan 1080), strikhnin (strychnin), talium sulfat (

thalilium sulfate), warangan, dan warfarin. Keracunan mungkin terjadi

secara kebetuulan, antara lain dengan tidak sengaja menelannya.

 NAB racun tikus adalah:

Persenyawaan 1080 0,05 mg per meter kubik  

Strikhnin 0,15 mg per meter kubik

Tallium Sulfat 0,1 mg per meter kubik

Warfarin 0,1 mg per meter kubik

5. RACUN TANAMAN (HERBISIDA)

Racun tanaman atau herbisida adalah zat kimia yang dengan

 bersentuhan dengan tanaman menyebabkan matinya tanaman yang

 bersangkutan. Zat kimia yang biasa dipergunakan sebagai racun tanaman

adalah ammonium sulfamat dalapon, fenoksi-asetat (phenoxy-acetate) dan

derivatnya, derivate karbamat, dll. Racun-racun tanaman tersebut daya

racunnya berbahaya, sehingga tidak menimbulkan persoalan. Lain halnya

racun tanaman seperti maleik hidrazid yang menimbulkan kerusakan

kepada susunan saraf pusat, natrium klorat yang menyebabkan

methemoglobinemi dan depresi saraf pusat, pentaklorfenol yang

merangsang metabolism tubuh sehingga terjadi hipertermi (suhu

meninggi) dan kerusakan sel pada tempat terjadinya kontrak, danaminotriazol yang merupakan karsinogen pada hewan percobaan. Selain

itu tanaman yang berbahaya tersebut mngakibatkan dermatosis yang

sangat berat.

 NAB untuk racun tanaman :

Amonium sulfamat 10 mg per meter kubik; 

2,4 D (asam 2,4-dikloro-fenoksi-asetat) 10 mg per meter kubik;

Pentaklorfenol (PCP) 0,5 mg per meter kubik

Page 19: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 19/30

16

Fenil-air raksa asetat (PMA) 0,1 mg per meter kubik

2,4,5 T (asam 2,4,5-trikloro-fenoksi

asetat)

6,7 mg per meter kubik

(Suma’mur: 2009) 

F.  Pelaksanaan K3 Di Pertanian Dan Perkebunan

Berikut terdapat beberapa cara strategis yang menyangkut

 pembangunan kesehatan dan keselamatan kerja petani yang merupakan tugas

 pemerintah, apalagi yang mengandalkan pertanian dan perkebunan sebagai

sumber pendapatan asli daerahnya. Komitmen terhadap kualitas kesehatan

 petani dalam hal ini pemerintah harus memiliki komitmen yang cukup

terhadap permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja petani serta penyakit

 penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan petani.

Komitmen terhadap masalah kesehatan petani sangat penting untuk

mendukung perekonomian wilayah maupun regional. Keberpihakan terhadap

 permasalahan petani perlu ditumbuhkan untuk membangun komitmen ini.

Sebagai contohnya adalah program sanitasi dasar untuk rumah tangga

 penduduk miskin, petani sebagai sektor informasi harus dianggap sebagai

investasi daerah untuk mendukung investasi perekonomian.

Perencanaan K3 meliputi antara lain :

1.  Sasaran penerapan K3 harus jelas

2.  Pengendalian terhadap resiko

3.  Peraturan, undang-undang dan standar harus sesuai

Adapun untuk Penerapan K3yang dilakukan adalah :

1.  Pelayanan Kesehatan & keselamatan kerja

2.  Penyuluhan tentang kesehatan dan penyakit akibat kerja yang terkait

dengan pekerjaan petani

Upaya Kesehatan Kerja (UKK) memberikan penyuluhan seperti

 bagaimana menggunakan pestisida secara aman, bagaimana menggunakan

 bahan kimia berbahaya secara benar agar tidak membahayakan diri petani dan

Page 20: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 20/30

17

lingkungannya. Serta upaya pencegahan dan pengobatan penyakit yang

 berkaitan dengan pekerjaannya.

Masalah kesehatan dan keselamatan kerja petani bukan hanya

memperhatikan factor risiko yang ada dalam pekerjaannya, namun juga harus

menjangkau tingkat kesehatan sebagai modal awal untuk bekerja. Untuk itu

 program penyediaan air bersih, perumahan sehat juga mendukung tingkat

kesehatan dan kesejahteraan petani.

1.  Pengukuran dan Evaluasi

Pengukuran dan evaluasi meliputi pemeriksaan kesehatan petani,

utamanya yang terpapar dengan agrokimia atau pestisida dan memeriksa

apakah terjadi perubahan anatomi tubuh akibat dari factor ergonomic kerja

yang tidak diperhatikan.

2.  Kapasitas Pengelolaan Program

Untuk membangun kualitas kesehatan dan produktivitas petani

diperlukan kemampuan atau kapasitas pengelolaan program. Kemampuan

 pemerintah dalam mengelolah tenaga kerja khususnya petani perlu

melibatkan kemampuan profesionalisme tenaga ahli seperti dokter,

 perawat, dan petugas kesehatan masyarakat.

Oleh karena itu, pelatihan dan pemahaman terhadap masalah

kesehatan sebagai modal awal maupun kesehatan yang berkenaan dengan

 pekerjaan harus dikelola secara tepat. (dikutip dari blog K3 Pertanian oleh

Faridwin)

G.  Upaya Preventif Dalam Pertanian Dan Perkebunan

Agar pekerja sehat dan selamat saat menjalankan pekerjaannya maka

 perlu diperhatikan upaya-upaya pencegahan untuk menghindari kemungkinan

terburuk. Adapun dalam hal ini pekerja yang dimaksud adalah para petani.

1.  Sarapan

Page 21: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 21/30

18

Seorang petani perlu sarapan atau makan sebelum mulai bekerja.

Makanan merupakan sumber tenaga. Makan bergizi juga mencegah kita

dari penyakit.

2.  Makan Siang

Bila akan bekerja dari pagi hingga sore, makan siang juga sangat

 penting untuk mengganti tenaga yang sudah dipakai. Siapkan dan bawa

 bekal makan siang. Atau minta keluarga mengantarkannya.

3.  Macam Makanan

Makanan yang dimakan hendaknya mengandung bahan bergizi.

Makanan bergizi terdiri dari:

a)  Sumber tenaga seperti nasi, jagung, ubi, dan lain-lain

 b)  Bahan pembangun tubuh berupa ikan, tahu, tempe, telur, atau daging

c) 

Bahan penunjang berupa sayur mayur dan buahbuahan. Lauk dan

sayur yang beraneka ragam lebih baik dari pada lauk dan sayur yang

sama setiap kali makan.

4.  Pakaian sewaktu bekerja

Seorang petani PIR hendaknya menggunakan pakaian yang dapat

menjaga keselamatannya sewaktu bekerja.

a) 

Celana dan baju lengan panjang. Gunanya adalah:

1.  Untuk menjaga tubuh dari sinar matahari langsung atau

2.  menghindarkan diri dari udara yang dingin

3. 

menjaga kulit dari bulu ulat, miang, atau getah tanaman, dan

gigitan binatang berbisa

4. 

Topi. Gunakan topi jika bekerja di terik matahari. Topi juga

 bermanfaat untuk menghindari bahaya tanaman dan binatang

 berbisa.

5.  Sepatu lars ( sepatu bot) dari karet. Sepatu yang dapat menutup

kaki sampai betis ini berguna untuk:

6.  menghindarkan kaki dari benda tajam

7.  menjaga kaki dari gigitan ular dan binatang berbisa

8. 

menghindarkan diri dari penyakit cacing tambang.

Page 22: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 22/30

19

5.  Istirahat

Istirahatlah sejenak setelah bekerja 2 jam terusmenerus. Gunanya

untuk memulihkan tenaga dan menjaga kesehatan.

6.  Bekerja sewaktu matahari bersinar terik

Lakukan pekerjaan ringan sewaktu matahari bersinar terik sekitar

tengah hari. Misalnya mencabut rumput, mengasah pisau, pacul, atau

 parang.

7.  Bekerja dengan benda tajam.

Bekerja dengan benda tajam perlu hati-hati. Jika pacul, parang atau

 pisau sedang tidak digunakan, letakan ditempat yang aman.

8.  Mengangkat dan mengangkut beban.

a)  Mengangkat dan mengangkut beban seperti pupuk, benih atau hasil

 pertanian harus disesuaikan dengan kemampuan, jangan paksakan diri.

 b)  Mengangkat barang harus dengan cara yang benar agar tidak

mencederai otot dan tulang.

c) 

Cara terbaik mengangkut barang yang beratnya lebih dari 25 kg adalah

dengan membagi dua beban,dan mengangkutnya dengan pemikul.

Perhatikan cara memanggulnya.

9.  Hal mengenai kesehatan

a)  Menjaga kebersihan

Mandi setelah bekerja dapat mencegah timbulnya penyakit pada

keluarga. Mandi juga akan membuat badan terasa segar.

 b)  Penyakit

Penyakit yang sering dialami adalah ISPA, Malaria, Cacing

1. 

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) seperti batuk,pilek,

demam. Bila sedang pilek atau masuk angin, hindari pekerjaan

 berat. Batuk, pilek dan demam yang ringan dapat diobati sendiri.

Untuk menurunkan demam atau panas dan menghilangkan rasa

sakit minumlah obat penurun panas.

2.  Penyakit Malaria. Penyakit ini menyebabkan demam dan kurang

darah. Malaria ditularkan oleh nyamuk. Karena itu pakailah

Page 23: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 23/30

20

kelambu bila tidur. Jika badan panas dingin, periksakan ke

 puskesmas agar bila menderita malaria segera diobati.

3.  Cacingan. Orang dewasa juga dapat menderita penyakit cacingan.

Penyakit cacing gelang dan cacing tambang mengurangi

kemampuan badan karena cacing tersebut menyerap makanan yang

kita butuhkan.

  Pakailah sepatu karet bila ke kebun dan selalu gunakan sandal

 jika keluar rumah.

  Buang air harus selalu di kakus.

 

Cuci tangan sebelum makan

  Jika badan lesu, pucat, dan kurus, tetapi makan banyak, segera

 periksakan diri ke puskesmas. Mungkin penyebabnya adalah

cacingan.(Kesehatan dan Keselamatan Kerja Untuk Petani:

Depkes RI)

Adapun upaya pencegahan terhadap keracunan oleh pestisida yang

terjadi pada pekerja pertanian dan perkebunan meliputi hal-hal berikut :

1.  Penyimpanan pestisida

a)  Pestisida harus disimpan dalam wadah yang diberi tanda, sebaiknya

tertutup dan dalam lemari terkunci;

 b)  Campuran pestisida dengan tepung atau makanan tidak boleh disimpan

dekat makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya paling

 berbahaya. Tanda-tanda harus jelas biar untuk yang buta hurup

sekaIipun

c) 

Tempat bekas menyimpan pestisida yang telah tidak dipakai lagi harus

dibakar, agar sisa racun musnah sama sekali 

d)  Penyimpanan di dalam wadah untuk makanan atau minuman seperti di dalam

 botol sangat besar bahayanya.

2.  Pemakaian alat pelindung

a)  Masker harus dipakai dan ventilasi keluar setempat harus dihidupkan

selama melakukan pencampuran kering bahan pestisida;

Page 24: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 24/30

21

 b) 

Pakaian kerja dan alat pelindung diri kaca mata dan sarung tangan

yang terbuat dari neopren harus dipakai, jika pekerjaan dimaksudkan

untuk mencampur pestisida dengan minyak atau pelarut organis.

Pakaian pelindung harus dibuka dan kulit dicuci sempurna sebelum

makan;

c)  Respirator, kaca mata, baju pelindung, dan sarung tangan harus dipakai

selama menyiapkan dan menggunakan semprotan kabut atau erosol,

 jika kulit mungkin kontak dengan racun ham a dan panl mungkin

menghirup bahan tersebut. Alat-alat pelindung harus terbuat dari karet,

apabila yang dikerjakan klorhidrokarbon dan dari neopren atau bahan

yang tahan gemuk/minyak, apabila digunakan pelarut organ,is. Ester

fosfat dan derivat indan sangat beracun.

3.  Upaya pencegahan lainnya

a)  Menyemprot harus ke arah bertiupnya angin yang tidak

memungkinkan angin membawa pestisida ke arah penyemprot,

sehingga pestisida tidak terhirup atau tidak mengenai kulit pekerja

yang bersangkutan;

 b)  Harus dihindarkan waktu kerja lebih dari 5 (lima) jam sehari bekerja di

tempat tertutup dengan memakai penguap termis; juga alat tersebut

tidak boleh digunakan di tempat kediaman penduduk atau di tempat

 pengolahan bahan makanan;

c) 

Jangan disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh manusia

akan bersentuhan dengan pestisida.

Pada pekerjaan yang menggunakan pestisida telah ada ketentuan

yang merupakan pedoman dan petunjuk bagaimana mencegah keracunan

 pestisida sebagai berikut:

1. 

Semua pestisida adalah racun, tetapi bahayanya dapat diperkecil bila

diketahui cara-cara bekerja dengan am an agar tidak mengganggu

kesehatan;

2.  Bahaya pestisida terhadap pekerja lapangan ialah:

a) 

Pada waktu memindahkan pestisida dari wadah (tempat) yang besar

Page 25: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 25/30

22

kepada wadah yang lebih kecil untuk diangkat dari gudang ke

tempat bekerja (waktu memindahkan);

 b)  Pada waktu mempersiapkan larutan atau campuran sesuai dengan

konsentrasi yang dibutuhkan;

c)  Pada waktu dan selama menyemprot;

d) 

Kontaminasi karena kecelakaan, yang dapat terjadi pada setiap

tingkat pekerjaan tersebut di atas (waktu memindah-mindahkan,

 bongkar muat, peredaran dan transportasi, penyimpanan, pengaduk,

menyemprot atau pemakaian pestisida lainnya).

3.  Mengingat hal-hal tersebut di atas, maka perlu mendapat perhatian

intensif:

a)  Pekerja yang bekerja dengan pestisida harus diberitahu akan

 bahaya yang dihadapinya atau mungkin terjadi dan menerima serta

memperhatikan pedoman dan petunjuk tentang cara bekerja yang

aman sehingga pestisida tidak mengganggu kesehatan;

 b) 

Harus ada pengawasan teknis dan medis yang cukup;

c) 

Harus tersedia fasilitas untuk PPPK (Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan) mengingat efek keracunan pestisida yang dapat

 berbahaya kepada para pekerja. Bila dipakai pestisida golongan

organofosfor atau karbamat, maka harus tersedia atropin, baik

dalam bentuk tablet, maupun untuk disuntikkan. Untuk itu perlu

adanya seorang pengawas yang terlatih;

4.  Penyemprot diharuskan memakai tutup kepala atau masker yang tidak

tembus pestisida, dan alat per/indungan keselamatan tersebut dicuci

dengan baik secara berkala;

5.  Pekerja yang mendapat cedera atau iritasi kulit pada tempat yang

mungkin terkena pestisida, dalam hal ini yang bersangkutan tidak

diperkenankan bekerja dengan pestisida, karena keadaan seperti itu

akan mempermudah masuknya pestisida tersebut ke dalam tubuh;

6.  Fasilitas (termasuk sabun) untuk mencuci kulit atau mandi dan

mencuci pakaian harus tersedia cukup. Mandi setelah menyemprot

Page 26: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 26/30

23

merupakan keharusan yang perlu mendapat pengawasan;

7.  Pekerja tidak boleh bekerja dengan pestisida lebih dari 4 (empat)-5 (lima)

 jam dalam satu hari kerja, bila aplikasi dari pestisida oleh pekerja yang

sarna berlangsung dari hari ke hari (kontinyu dan berulang kali) dan untuk

waktu lama; 

8.  Harus dipakai pakaian kerja yang khusus dan tersendiri; pakaian kerja

demikian harus diganti dan dicuci setiap hari; bila pestisida yang dipakai

golongan klorhidrokarbon, maka sekali-kali harus dibilas dengan kerosen;

sedangkan untuk organofosfor perlu dicuci dengan sabun; 

9. 

Di samping memperhatikan keadaan lainnya, pekerja tidak boleh

merokok, minum atau makan sebelum mencuci tangan dengan bersih

memakai sabun dan air; 

10. 

Bahaya terbesar terdapat pada waktu bekerja dengan konsentrat,

karenanya perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan berikut:

a)  Dalam mempersiapkan konsentrat dari bubuk dispersi dalam air, harus

dipakai bak pencampur yang dalam, serta alat pengaduk yang cukup

 panjangnya untuk mencegah percikan; dan dapat bekerja sambil

 berdiri. Demikian pula untuk mencairkan pasta yang padat;

 b)  Mengisi bak pencampur harus sedemikian, sehingga bahaya percikan

dapat ditiadakan atau hanya terjadi seminim mungkin;

c)  Pekerja selain memakai alat pelindung seperti paaa penyemprot, harus

 pula memakai skort dan sarung tangan yang tidak dapat tertembus

 pestisida;

d) 

Memindahkan konsentrat dari satu tempat atau wadah ke tempat yang

lain harus memakai alat yang cukup panjang;

e)  Konsentrat cair harus ditempatkan dalam wadah yang cukup kuat,

tidak mudah rusak di waktu dalam pengangkutan dan ditutup rapat;

11. Alat-alat penyemprot harus memenuhi ketentuan-ketentuan keselamatan

kerja;

12. 

Semua wadah pestisida harus mempunyai etiket yang memenuhi syarat,

mudah dibaca dan dimengerti baik oleh para pekerja maupun pengawas;

Page 27: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 27/30

24

13. 

Harus dipenuhi ketentuan tentang wadah pestisida yang telah kosong atau

hampir kosong, yaitu:

a)  Wadah harus dikembalikan ke gudang selanjutnya dibakar atau diru-

sak dan kemudian dikubur;

 b)  Wadah dapat pula didekontaminasikan dengan memenuhi persyaratan

tertentu;

14. Sedapat mungkin diupayakan, agar terhadap tenaga kerja pertanian yang

 bersangkutan dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala; terhadap yang

mempergunakan pestisida organofosfat dilakukan setiap bulan sekali

 pemeriksaan kesehatan berkala. (Suma’mur: 2009) 

Page 28: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 28/30

25

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Pekerjaan di sektor pertanian dan perkebunan biasanya berlokasi dan

 beroperasi di daerah rural (pedesaan), sehingga higiene dan kesehatan

 pedesaan langsung mempengaruhi keadaan higiene dan kesehatan masyarakat

 petani dan pekebun.

Masalah pokok pedesaan adalah kesehatan lingkungan seperti halnya

yang dihadapi dari waktu ke waktu oleh petani pada umumnya. Disamping itu

tenaga kerja di bidang pertanian dan perkebunan juga menghadapi berbagai

 penyakit akibat dari pekerjaannya, antara lain keracunan oleh zat kimia

 pembasmi hama atau racun kimia lain yang digunakan, gangguan kulit akibat

sinar ultraviolet dan gangguan agrokimia.

Untuk mencegah timbulnya bahaya di tempat kerja pertanian dan perkebunan, maka perlu diadakan program kesehatan meliputi upaya promotif,

 preventif, kuratif dan rehabilitatif, baik terhadap penyakit yang biasa terdapat

dalam masyarakat pada umumnya, maupun terhadap kecelakaan kerja,

ataupun penyakit akibat kerja.

Pengukuran dan evaluasi meliputi pemeriksaan kesehatan petani,

utamanya yang terpapar dengan agrikimia atau pestisida dan memeriksa

apakah terjadi perubahan anatomi tubuh akibat dari factor ergonomic kerja

yang tidak diperhatikan.

Adapun Upaya Kesehatan Kerja (UKK) memberikan penyuluhan

seperti bagaimana menggunakan pestisida secara aman, bagaimana

menggunakan bahan kimia berbahaya secara benar agar tidak membahayakan

diri petani dan lingkungannya. Serta upaya pencegahan dan pengobatan

 penyakit yang berkaitan dengan pekerjaannya.

Page 29: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 29/30

26

B.  Saran

Masih diperlukan peningkatan kesadaran masyarakat, khususnya

 pekerja dan ketegasan serta penegakan hukum yang kuat dari pemerintah

dalam penerapan K3 di lapangan kerja.  Kemampuan pemerintah dalam

mengelolah tenaga kerja khususnya petani perlu melibatkan kemampuan

 profesionalisme tenaga ahli seperti dokter, perawat, dan petugas kesehatan

masyarakat. Oleh karena itu, pelatihan dan pemahaman terhadap masalah

kesehatan sebagai modal awal maupun kesehatan yang berkenaan dengan

 pekerjaan harus dikelola secara tepat. 

Page 30: K3 Pertanian dan Perkebunan

8/10/2019 K3 Pertanian dan Perkebunan

http://slidepdf.com/reader/full/k3-pertanian-dan-perkebunan 30/30

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.  Analisis Kasus Kecelakaan Kerja Di Perkebunan.

http://www.kpsmedan.org/index.php?view=article&catid=49%3Aartikel-

umum&id=159%3Aanalisis-kasus-kecelakaan-kerja-di-

 perkebunan&format=pdf&option=com_content&Itemid=58&lang=en .

(diakses tanggal 3 November 2014)

Depkes RI. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Untuk Petani (Perkebunan Inti

 Rakyat). http://www.depkes.go.id/downloads/KesKerPetani.PDF. (diakses

3 November 2014)

Faridwin.2011.  K3 Pertanian.  http://faridwin.wordpress.com/2011/02/13/k3-

 pertanian/. (diakses 3 November 2014)

Suma’mur. 2009.  Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja. Jakarta :CV. Sagung Seto

Rafika, Husni. 2013.  K3 Sektor Pertanian.

http://husnirafikha.blogspot.com/2013/11/k3-di-sektor-pertanian.html. 

(diakses tanggal 3 November 2014)