34
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi yang sangat pesat, pada perusahaan manufaktur mengakibatkan berkurangnya pemakaian tenaga kerja langsung disatu sisi, namun disisi lain memerlukan pengeluaran investasi yang relative besar untuk menggunakan peralatan modern. Karena keterbatasan dana masih banyak perusahaan yang menggunakan prosedur yang tradisional untuk menghadapi kemajuan teknologi itu sendiri. Namun masyarakat di Negara maju seperti Jepang khususnya komunitas manufaktur mulai mengembangkan suatu system yang disebut Just In Time, dimana sistem ini dilatar belakangi oleh pemborosan- pemborosan tenaga kerja, ruangan dan waktu industri, yang terjadi dikarenakan adanya persediaan (inventory) sehingga biaya produksi menjadi lebih tinggi. Keunggulan suatu perusahaan terhadap para pesaingnya ditentukan oleh faktor-faktor yaitu waktu, mutu, biaya dan sumber daya manusia. Waktu merupakan salah satu faktor penentu unggulan daya saing. Jika suatu perusahaan ingin unggul dari faktor waktu maka perusahaan harus dapat melayani permintaan konsumen tepat waktu, mengeliminasi atau mengurangi waktu untuk aktivitas yang tidak bernilai tambah, dan mengefisiensikan waktu untuk aktivitas bernilai tambah. Salah satu alat agar perusahaan mempunyai keunggulan dari segi faktor waktu adalah dengan mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep JIT. Operasi JIT merupakan suatu pendekatan untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi segala macam sumber

Just in Time

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ekonomi

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemajuan teknologi yang sangat pesat, pada perusahaan manufaktur mengakibatkan berkurangnya pemakaian tenaga kerja langsung disatu sisi, namun disisi lain memerlukan pengeluaran investasi yang relative besar untuk menggunakan peralatan modern. Karena keterbatasan dana masih banyak perusahaan yang menggunakan prosedur yang tradisional untuk menghadapi kemajuan teknologi itu sendiri. Namun masyarakat di Negara maju seperti Jepang khususnya komunitas manufaktur mulai mengembangkan suatu system yang disebut Just In Time, dimana sistem ini dilatar belakangi oleh pemborosan- pemborosan tenaga kerja, ruangan dan waktu industri, yang terjadi dikarenakan adanya persediaan (inventory) sehingga biaya produksi menjadi lebih tinggi.

Keunggulan suatu perusahaan terhadap para pesaingnya ditentukan oleh faktor-faktor yaitu waktu, mutu, biaya dan sumber daya manusia. Waktu merupakan salah satu faktor penentu unggulan daya saing. Jika suatu perusahaan ingin unggul dari faktor waktu maka perusahaan harus dapat melayani permintaan konsumen tepat waktu, mengeliminasi atau mengurangi waktu untuk aktivitas yang tidak bernilai tambah, dan mengefisiensikan waktu untuk aktivitas bernilai tambah. Salah satu alat agar perusahaan mempunyai keunggulan dari segi faktor waktu adalah dengan mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep JIT.

Operasi JIT merupakan suatu pendekatan untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi segala macam sumber pemborosan dalam aktivitas produksi, dengan memberikan komponen produksi yang tepat serta pada waktu dan tempat yang tepat. Operasi JIT memproduksi komponen produksi tepat pada waktu memenuhi kebutuhan produksi, sedangkan Operasi Tradisional memproduksi komponen produksi dalam jumlah besar dengan maksud untuk mengantisipasi kalau- kalau terjadi sesuatu.

BAB IIB. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang tersebut, kami merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Just In Time?

2. Apa prinsip dasar Just In Time?

3. Apa saja kritik terhadap Just In Time?

4. Apa manfaat Just In Time?

5. Bagaimana persyaratan Just In Time?

6. Bagaimana perumusan Just In Time?

7. Apa hubungan Just In Time dengan Total Quality Management?

8. Bagaimana strategi implementasi Just In Time?

9. Apa keuntungan pembelian dengan konsep Just In Time?

10. Apa keuntungan produksi dengan konsep Just In Time?

11. Apa persediaan Just In Time?

12. Apa saja sistem Just In Time?

13. Apa keuntungan dan kelemahan Just In Time?

14. Apa perbandingan sistem JIT dengan sistem tradisional?

15. Bagaimana perhitungan MCE?C. TUJUAN

1. Mengetahui tentang definisi Just In Time.

2. Mengetahui tentang prinsip dasar Just In Time.

3. Mengetahui tentang kritik terhadap Just In Time.

4. Mengetahui tentang manfaat Just In Time.

5. Mengetahui tentang persyaratan Just In Time.

6. Mengetahui tentang perumusan Just In Time.

7. Mengetahui tentang hubungan Just In Time dengan Total Quality Management.

8. Mengetahui tentang strategi implementasi Just In Time.

9. Mengetahui tentang keuntungan pembelian dengan konsep Just In Time.

10. Mengetahui tentang keuntungan produksi dengan konsep Just In Time.

11. Mengetahui tentang persediaan Just In Time.

12. Mengetahui tentang sistem Just In Time.

13. Mengetahui tentang keuntungan dan kelemahan Just In Time.

14. Mengetahui tentang perbandingan sistem JIT dengan sistem tradisional.

15. Mengetahui tentang perhitungan MCE.

D. MANFAAT

Manfaat dalam penulisan ini adalah memperoleh gambaran mengenai model JIT yang digunakan dalam perusahaan sehingga dapat membantu untuk menambah wawasan mengenai model JIT yang berguna dalam implementasi perusahaan nasional maupun perusahaan swasta.

BAB IIITINJAUAN PUSAKA

Penelitian terdahulu :

Pada penelitian ini, teori-teori yang melatarbelakangi dan mendasari adalah sebagai berikut :

1. Natasya Nugrahaning Pramasari (2006)

Natasya Nugrahaning Pramasari melakukan penelitian Penerapan Just In Time Pada Fungsi Pembelian Guna Meningkatkan Efisiensi Biaya Bahan Baku Pada PT. Eureka Aba Paper Factory Mojosari. Tujuan penelitian dari Natasya Nugrahaning Pramasari adalah untuk mengetahui peran Just In Time Purchasing dalam penanganan bahan baku, serta kemungkinan masalah yang akan dihadapi di dalam proses penerapannya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perusahaan tersebut telah menerapkan prinsip JIT dengan cukup baik dalam sistem pembelian bahan bakunya, meskipun dalam penerapan tersebut ada beberapa kendala.

2. Ferry Alfandi (2002)

Ferry Alfandi melakukan penelitian Penerapan Just In Time (JIT) untuk meningkatkan Efisiensi biaya Produksi pada PT. Serba Guna Prima Pare-Kediri. Tujuan penelitian dari Ferry Alfandi adalah untuk mengetahui biaya produksi terutama bagian persediaan berkaitan dengan penerapan JIT, serta bagaimana JIT dapat meningkatkan efisiensi pada biaya produksi. Hasil penelitian bertujuan mengetahui tingkat efisiensi biaya produksi jika menggunakan JIT dibandingkan dengan yang digunakan perusahaan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perusahaan menerapkan JIT untuk pengelolaan persediaan bahan baku lebih efisien dibandingkan menggunakan model EOQ.BAB IV

PEMBAHASAN

A. FILOSOFI DAN DEFINISI JUST IN TIME ( JIT )

Just In Time (JIT) merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk mencapai produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum persediaan untuk bahan baku, WIP, dan produk jadi. Konsep dasar dari sistem produksi JIT adalah memproduksi produk yang diperlukan, pada waktu dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai kebutuhan pelanggan, pada setiap tahap proses dalam sistem produksi dengan cara yang paling ekonomis atau paling efisien melalui eliminasi pemborosan (waste elimination) dan perbaikan terus menerus (contionousprocess improvement).Dalam system Just In Time (JIT), aliran kerja dikendalikan oleh operasi berikut, dimana setiap stasiun kerja (work station) menarik output dari stasiun kerja sebelumnya sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kenyataan ini, sering kali JIT disebut sebagai Pull System (system tarik). Dalam system JIT, hanya final assembly line yang menerima jadwalproduksi, sedangkan semua stasiun kerja yang lain dan pemasok (supplier) menerima pesanan produksi dari subkuens operasi berikutnya. Dengan kata lain, stasiun kerja sebelumya (stasiun kerja 1 ) menerima pesananproduksi dari stasiun kerja berikutnya (stasiun kerja 2 ), kemudian memasok produk itu sesuai kuantitas kebutuhan pada waktu yang tepatdengan spesifiksai yang tepat pula. Dalam kasus seperti ini, stasiun kerja 2sering disebut sebagai stasiun kerja pengguna (using work station). Apabila stasiun kerja pengguna itu menghentikan produksi untuk suatu waktu tertentu, secara otomatis satisun kerja pemasok (supplying wotk station) akan berhenti memasok produk, karena tidak menerima pesanan produksi.

Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi.

JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:

1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.

2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi. Sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.

3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.

4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah.

JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.

Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan terbaik yang ada di Jepang, sejak awal tahun 1970an, JIT pertama kali dikembangkan dan disempurnakan di pabrik Toyota Manufacturing oleh Taiichi Ohno, oleh karena itu Taiichi Ohno sering disebut sebagai bapak JIT, Konsep JIT berprinsip hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta (what) sejumlah yang diperlukan (How much) dan pada saat dibutuhkan (When) oleh konsumen.

Just In Time (JIT) merupakan keseluruhan filosofi dalam operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan.

Fujio Cho dari Toyota mendefinisikan pemborosan (waste) sebagai: Segala sesuatu yang berlebih, di luar kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat, dan waktu kerja yang mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk.

Dalam bahasa sederhanya pengertian pemborosan adalah segala sesuatu tidak memberi nilai tambah itulah pemborosan.

Ada 7 (tujuh) jenis pemborosan disebabkan karena :

1. Over produksi( OverProduction )2. Waktu menunggu( Waiting )3. Transportasi( Transportation )4. Pemrosesan( Process production )5. Tingkat persediaan barang( Unnecessary Inventory )6. Gerak( Unnecessary Motion )7. Cacat produksi( Defects ) Sasaran utama JIT adalah menngkatkan produktivitas system produksi atau opersi dengan cara nenghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menembah nilai bagi suatu produk. Just in Time (JIT) mendasarkan pada delapan kunci utama, yaitu:

1. Menghasilkan produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan.

2. Memproduksi dengan jumlah kecil

3. Menghilangkan pemborodan

4. Memperbaiki aliran produksi

5. Menyempurnakan kualitas produk

6. Orang-orang yang tanggap

7. Menghilangkan ketidakpastian

8. Penekananan pada pemeliharaan jangka panjang.

Dalam pelaksanaan konsep JIT terdapat empat hal pokok yang harus dipenuhi :pertama,Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.kedua,Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.ketiga,Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan.keempat,Berpikir kreatif, inovatif serta selalu menerima masukan atau saran dari karyawan

Untuk mencapai empat konsep tersebut perlu diterapkan sistem dan metode sebagai berikut :

a. Sistem kanban untuk mempertahankan produksi Just In Time (JIT).

b. Metode kelancaran dan kecepatan produksi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan permintaan.

c. Optimalisasi waktu penyiapan untuk mengurangi waktu pesanan produksi.

d. Tata letak proses dan pekerja fungsi ganda untuk konsep tenaga kerja yang fleksibel.

e. Aktifitas perbaikan lewat kelompok kecil (small group) dan sistem saran untuk meningkatkan skills tenaga kerja.

f. Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan pengendalian mutu ke seluruh bagian perusahaan

Sedangkan elemen-elemen Just In Time (JIT) adalah :

Pengurangan waktu set up

Aliran produksi lancar(layout) Produksi tanpa kerusakan mesin

Produksi tanpa cacat

Peranan dan support operator produksi

Hubungan yang harmonis dengan pemasok

Penjadwalan produksi yang stabil dan terkendali

Sistem Kanban

B. PRINSIP DASAR JUST IN TIME ( JIT )

Untuk mengaplikasikan metode JIT maka ada delapan prinsip yang harus dijadikan dasar pertimbangan di dalam menentukan strategi sistem produksi, yaitu:

1. Berproduksi sesuai dengan pesanan Jadual Produksi IndukSistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk. Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods tepat waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja (Just in Time), untuk itu proses produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan secepatnya dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari terjadinya stock serta untuk menekan biaya penyimpanan (holding cost).

2. Produksi dilakukan dalam jumlah lot (Lot Size)

Yang kecil untuk menghindari perencanaan dan lead time yang kompleks seperti halnya dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena hal tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan pasar.

3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste)Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada. Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan untuk mencapai target produksi.

4. Perbaikan aliran produk secara terus menerus(Continous Product Flow Improvement) Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang menimbulkan bottleneck dan semua kondisi yang tidak produktif (idle, delay, material handling, dan lain-lain) yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.

5. Penyempurnaan kualitas produk (Product Quality Perfection)Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just in Time dalam sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi Zero Defect dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa diidentifikasikan dan dikoreksi sedini mungkin.

6. Respek terhadap semua orang/karyawan (Respect to People)Dengan metode Just in Time dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.

7. Mengurangi segala bentuk ketidak pastian (Seek to Eliminate Contigencies)Inventori yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi demand yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam perencanaan dan penjadualan produksi harus bisa dibuat dan dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan ketidakpastian harus bisa dieliminir dan harus sudah dimasukkan dalam pertimbangan dan formulasi model peramalannya. Ketujuh prinsip pelaksanaan Just in Time dalam sistem produksi di atas bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka waktu pendek, melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, ada kemungkinan aplikasi Just in Time dalam sistem produksi justru akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi proses terbentuknya kurva belajar.

Selain prinsip dasar just in time, berikut adalah urutan penerapan teknik just in time:

Menerapkan 5S dasar untuk perbaikan: Dasar perbaikan ditempat kerja adalah konsep 5S yang terdiri dari Seiri (Pemilihan), Seiton (Penataan), Seiso (Pembersihan), Seiketsu (Pemantapan), dan Shitsuke (Kebiasaan).

Penerapan produksi satu potong untuk mencapai pengimbangan lini.

Pelaksanaan produksi ukuran lot kecil dan perbaikan metode penyiapan.

Penerapan operasi baku.

Produksi lancer dengan merakit produk sesuai dengan kecepatan penjualan

Autonomasi (jidoka)

Penggunaan kartu kanban.

C. KRITIK TERHADAP JIT

Kritik terhadap JIT antara lain :

a. Sulit suatu perusahaan yang memproduksi secara massal hanya melayani pesanan pelanggan saja, misalnya pabrik gula, kopi, sabun dan sebagainya, dan hanya memproduksi satu jenis produk.

b. Dalam industri sulit sekali suatu tidak memiliki persediaan, khususnya yang bahan bakunya impor.

c. Sulit dilakukan oleh pabrik-pabrik pada umumnya yang hanya memproduksi satu macam komoditi dengan teknologi khusus.

d. Menempatkan karyawan pada keahlian khusus pada satu jenis produk tidak mudah, dan mungkin biayanya mahal.

e. Pada umumnya perusahaan disibukkan oleh kegiatan rutin memproduksi komoditi terus menerus tanpa menghiraukan peningkatan ketrampilan dan pengetahuan karyawan; mereka lebih suka membajak karyawan lain yang sudah ahli sehingga tidak perlu mendidik dan melatih; teknologi dan metode kerja tidak begitu mudah diganti.

f. Karyawan pada umumnya bekerja atas dasar upah; mereka bekerja bukan ingin merealisasikan bakat dan pengetahuannya tetapi mencari upah, jadi mereka pada umumnya kurang peduli terhadap mutu produk.

D. MANFAAT JIT

a. Waktu set-up gudang dapat dikurangi. Mengatur waktu secara signifikan berkurang dalam gudang yang akan memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan bottom line mereka untuk melihat lebih banyak waktu efisien dan fokus menghabiskan di daerah lain.

b. Aliran barang dari gudang ke produksi akan meningkat. Beberapa pekerja akan fokus pada daerah pekerjaannya untuk bekerja secara cepat. Arus barang dari gudang ke rak ditingkatkan. Memiliki karyawan difokuskan pada area-area tertentu dari sistem akan memungkinkan mereka untuk proses barang lebih cepat daripada harus mereka rentan terhadap kelelahan dari melakukan terlalu banyak pekerjaan sekaligus dan menyederhanakan tugas-tugas di tangan.

c. Pekerja yang menguasai berbagai keahlian digunakan secara lebih efisien. Karyawan yang memiliki multi-keterampilan yang digunakan lebih efisien. Hal ini akan memungkinkan perusahaan untuk menggunakan pekerja dalam situasi di mana mereka dibutuhkan bila ada kekurangan pekerja dan permintaan yang tinggi untuk produk tertentu.

d. Penjadwalan produk dan jam kerja karyawan akan lebih konsisten. Konsistensi yang lebih baik dari penjadwalan dan konsistensi dari jam kerja karyawan yang mungkin. Hal ini dapat menghemat uang perusahaan dengan tidak harus membayar pekerja untuk pekerjaan tidak selesai atau bisa minta mereka fokus pada pekerjaan lain di sekitar gudang yang belum tentu dilakukan pada hari normal.

e. Adanya peningkatan hubungan dengan suplyer. Peningkatan penekanan pada hubungan pemasok / suplyer dicapai. Tidak ada perusahaan yang ingin istirahat dalam sistem persediaan mereka yang akan menciptakan kekurangan pasokan sementara tidak memiliki persediaan duduk di rak-rak. Persediaan terus sekitar jam menjaga pekerja produktif dan bisnis terfokus pada omset. Memiliki manajemen berfokus pada pertemuan tenggat waktu akan membuat karyawan bekerja keras untuk memenuhi tujuan perusahaan untuk melihat manfaat dalam hal kepuasan kerja, promosi atau lebih tinggi bahkan membayar.

f. Perputaran Persediaan. Kecepatan dengan perputaran terjadi melibatkan sumber daya perusahaan cair: tunai, akan ada peningkatan laba bersih. Semakin pendek selang waktu antara penerimaan bahan baku dan penggabungan dari mereka dalam proses manufaktur, semakin besar profitabilitas. Filosofi persediaan diputar pada merancang sistem persediaan yang sempurna memadukan dasar-dasar meminimalkan biaya dan memaksimalkan keuntungan. Fundamental ini adalah laki-laki, material dan mesin sering disebut 3ms operasi manufaktur atau persediaan, jika hasil seimbang baik dalam filsafat JIT bisa diterapkan.

Kecerdasan, lebih relevan berguna bahwa manajer keuangan di ujung jari mereka tentang bisnis mereka, pelanggan, pemasok atau mitra dan operasi mereka akan memotivasi organisasi mereka untuk membuat keputusan yang lebih baik dan meningkatkan keunggulan kompetitif mereka dengan menerapkan konsep JIT ke persediaan atau manufaktur . JIT merupakan suatu konsep yang dapat diterapkan pada banyak aspek dari bisnis selain persediaan atau manufaktur.

Sebagai alat inventaris, dapat diawasi oleh manajer keuangan untuk memonitor biaya dalam rantai nilai. JIT merupakan paradigma baru dari strategi bisnis bergeser dari manajemen persediaan tradisional ke manajemen rantai pasokan berbasis web yang meningkatkan perputaran persediaan dan mengurangi memegang persediaan.

E. PERSYARATAN PERSYARATAN JUST IN TIME ( JIT )

Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penerapan JIT:

a. Organisasi Pabrik: Pabrik dengan sisitem JIT berusaha untuk mengatur layout berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu diletakkan dalam satu lokasi.

b. Pelatihan/Tim/keterampilan: JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan system tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahanyang dilakukan dari system tradisional dan bagaimana cara kerja JITyaitu:

Membentuk Aliran/Penyederhanaan: Idealnya suatu lini produksi yang baru dapat di setup sebagai batu ujian untuk membentuk aliran produksi, menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan masalah awal.

Kanbal Pull System: Kanbal merupakan system manajemen suatu pengendalian perusahaan, karena itu kanbal memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan.

Jangan mengirim produk rusak ke prosess berikutnya.

Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan.

Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya.

Meratakan beban produksi.

Menaati instruktur kanban pada saat fine tuning.

Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.

c. Visibiltas/ pengendalian visual: Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang merupakan system visual. Melacaknya apa yang terjadi dalam system tradisional sulit dilakukan karena para karyawan mondar-mandir mengurus kelebihan barang dalam prosess dan banyak rute produksi yang saling bersilangan.

d. Eliminasi Kemacetan: Untuk menghapus kemcetan, baik dalam fase setup maupun dalam masa produksi, perlu dilakukan beberapa pendekatan yang melibatkan tim fungsi silang. Tim ini terdiri dari berabagi departemen, seperti perekayasaan, manufaktur, keuangan dan departemen lainnya yang relevan.

e. Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup: Ukuran lot yang ideal bukan ukuran yang terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil. Pendekatan ini pendekatan ini esuai bila nesin-mesin digunakan untuk menghasilkan berbagai bagian atau komponen yang berbeda yang digunakan proses berikutnya dalam tahap produksi.

f. Total Productive Maintance: TPM merupakan suatu keharusan dalam sisitem JIT. Mesi-mesin membersihkan dan diberi pelumas secara rutin, biasanya dilakukan oleh operator yang menjalankan mesin tersebut.

g. Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC), Dan Perbaikan Berkesinambungan.

Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus ada dalam pemanufakturan JIT, karena beberapa hal: Pertama, segala sesuatu harus bekerja sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna. Kedua, dalam JIt tidak ada bahan cadangan untuk kemacetan perusahaan dan Ketiga, semua kondisi mesin harus bekerja dengan prima.

F. PERUMUSAN JUST IN TIME (JIT)

Salah satu metode untuk mengendalikan persediaan yang modern adalah metode Just In Time atau bisa disebut juga JIT. Metode ini bertujuan untuk meminimalkan biaya persediaan karena menggunakan metode JIT setiap pemesanan dari konsumen akan langsung di produksi. Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.

Rumusan JIT yang digunakan adalah:

Dimana:

X1 : Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu.

I : Laba sebelum pajak penghasilan

F1 : Total biaya tetap

X2 : Jumlah kuantitas berbasis nonunit

V2 : Biaya variable berbasis nonunit

P : Harga jual perunit

V1 : Biaya variable perunit

G. HUBUNGAN JUST IN TIME ( JIT ) DENGAN TQM

Untuk mengimplementasikan JIT diperlukan adanya sistem total quality secara keseluruhan dalam organisasi. JIT mensyaratkan semua departemen dapat menanggapi kebutuhan-kebutuhannya. Apabila departemen produksi melaksanakan JIT, tetapi organisasi secara keseluruhan tidak mengupayakan TQM, maka personil departemen produksi akan menghadapi hambatan yang besar. Selain itu JIT juga mensyaratkan perubahan, sehingga sering kali timbul penolakan dari departemen uang memiliki komitmen untuk berubah. Kaizen atau perbaikan secara terus menerus selalu beriringan dengan Total Quality Management (TQM).

Bahkan sebelum filosofi TQM ini terlaksana atau sebelum sistem mutu dapat dilaksanakan dalam suatu perusahaan maka filosofi ini tidak akan dapat dilaksanakan sehingga perbaikan secara terus menerus (Kaizen) ini adalah usaha yang melekat pada filosofi TQM itu sendiri. Sehingga Kaizen bisa juga merupakan suatu kesatuan pandangan yang komprehensif dan terintegrasi.

Kaizen adalah suatu istilah dalam bahasa jepang yang dapat diartikan sebagai perbaikan secara terus menerus (countinius improvement). Kaizen nerupakan suatu kesatuan pandangan yang komperhensif dan terintegrasi yang meliputi:

Berorientasi pada pelanggan.

Pengendalian mutu secara menyeluruh

Robotic

Gugus kendali mutu

Sistem saran

Otomatisasi

Disiplin di temapt kerja

Pemeliharaan produktivitas secara menyeluruh

Kanban

Penyempurnaan perbaikan mutu, tepat waktu tanpa cacat

Kegiatan kelompok-kelompok kecil hubungan kerja sama dengan manajer dan karyawan

Pengembangan produk baru

Kaizen mempunyai semangat mengadakan perbaikan secara terus-menerus dan berkesinambungan dengan berpedoman pada semangat, hari ini harus lebih dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini, tidak boleh ada hari tanpa ada perbaikan. Adapun hirarki dalam kaizen adalah:

a. Manajemen Puncak Manajemen Madya Supervisor Karyawan

b. Mengkomunikasikan kaizen sebagai strategi perusahaan

c. Menyebarluakan dan mengimplementasikan sasaran kaizen sesuai penghargaan manajemen puncak melalui menyebarluaskan kebijakan

d. Menggunakan kaizen dalam peranan fungsi

e. Melibatkan diri dalam sistem sasaran dan aktivitas kelompok kecil

H. STRATEGI IMPLEMENTASI JUST IN TIME ( JIT )

Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan, antara lain:

1. Startegi Penerapan pembelian Just in Time. Dukungan, yaitu dari semua pihak terutama yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya dukungan dari pimpinan. Tanpa ada komitmen dari pinpinan tersebut JIt tidak dapat terlaksana. Mengubah sistem, yaitu mengubah cara mengadakan pembelian, yaitu dengan membuat kontrak jangka panjang dengan pemasok sehingga perusahaan cukup hanya memesan sekali untuk jangka panjang, selanjutnya barang akan dating sesuai kebutuhan atau proses produksi perubahan kita.

2. Startegi penerapan Just in Time dalam sistem produksi. Penemuan sistem produksi yang tepat, yaitu dengan sistem tarik yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan dengan menghilangkan sebanyak mungkin pemborosan. Penemuan lini produksi yaitu dalam satu lini produksi harus dibuat bermacam-macam barang, sehingga semua kebutuhanpelanggan yang berbeda-beda itu dapat terpenuhi. Selain itu lini produksi tersebut dapat menghemat biaya, biaya bahan, persediaan, dan sebagainya. JIT bukan hanya sekedar metode pengedalian persediaan, tetapi juga merupakan sistem produksi system produksi yang saling berkaitan dengan semua fungsi dan aktivitas.

I. PEMBELIAN DENGAN KONSEP JUST IN TIME ( JIT )

Pembelian dengan Konsep JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan. Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara:

a. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.

b. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.

c. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.

d. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.

e. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.

Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:

a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.

b. Perubahan cost pools yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.

c. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.

d. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara individual

e. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.

J. PRODUKSI DENGAN KONSEP JUST IN TIME ( JIT )

Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.

Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:

a. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).

b. Mengurangi atau meniadakan Lead Time (waktu tunggu) produksi (konsep waktu tunggu nol).

c. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).

d. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.

Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang:

a. Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan

b. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai

c. Waktu perpindahan

d. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung

e. Ruangan pabrik

f. Biaya mutu

g. Pembelian bahan

Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:

a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.

b. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak langsung.

c. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual.

d. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam work tickets.

K. PERSEDIAAN JUST IN TIME ( JIT )

Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.

Perusahaan-perusahaan pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan: bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan mulus kendatipun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau bilamana sebuah departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa waktu karena sesuatu atau hal lainnya. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan mulus kendatipun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau bilamana sebuah departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa waktu karena sesuatu atau hal lainnya. Namun penyimpanan persediaan-persediaan itu sudah barang tentu memakan biaya besar. Sistem Just In Time merupakan upaya untuk mengurangi atau menghilangkan persedian.

Perusahaan yang mengadopsi system Just In Time ke proses produksinya mestilah merancang kembali fasilitas - fasilitas pabrikasinya dan kejadian - kejadian yang memicu proses Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam sistem tradisonal memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi daripada produksi berdasarkan permintaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu munculah ide Just In Time yang memproduksi apabila ada permintaan. Suatu proses produksi hanya akan memproduksi apabila diisyaratkan oleh proses berikutnya. Sebagai akibatnya pemborosoan dapat dihilangkan dalam skala besar, yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah. Kedua hal tersebut menjadikan perusahaan lebih kooperatif. Tujuan utama Just In Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.

L. MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU ( JUST IN TIME SYSTEM )

1. Sistem Produksi Barat

Sistem produksi yang paling banyak dipakai saat ini adalah yang berasal dari Eropa dan Amerika. Sistem produksi tersebut dikenal sebagai sistem produksi western. Ciri-ciri dari sistem produksi ini antara lain:

Melakukan peramalan dalam menentukan kuantitas produksi,

Melakukan optimasi dalam penjadwalan produksi, penentuan kebutuhan bahan, penentuan kebutuhan mesin, pekerja, dll.

Terdapatnya departemen pengendalian kualitas,

Terdapatnya gudang receiver dan gudang warehouse sebagai penyimpan persediaan, dll.

Secara garis besarnya adalah masih terdapatnya unsur- unsur probabilistik dalam melakukan keputusan untuk masalah-masalah sistem produksi. Filosofi dasar dari sistem produksi western adalah bagaimana mengoptimalkan unsur-unsur sistem produksi yang tersedia. Hal ini memungkinkan karena negara-negara barat waktu itu masih memiliki resources yang cukup banyak.

Pada tahun 1970-an terjadi krisis minyak bumi yang sangat mempengaruhi industri-industri barat sebagai consumer terbesar. Sedangkan Jepang tidak begitu terpengaruh krisis tersebut karena Jepang sudah biasa hemat dalam menggunakan resources khususnya minyak bumi. Akibatnya industri-industri barat mengalami kemerosotan sedangkan sebaliknya di Jepang justru mulai muncul.

Pada tahun 1980-an sistem produksi jepang mulai menunjukkan keunggulan-keunggulannya sedangkan barat justru baru mulai merekonstruksi dan merestrukturisasi sistem produksinya baik melalui teknik-teknik produksinya maupun manajemennya. Pada tahun 1990-an Jepang nampak berkembang pesat dan jauh meninggalkan Eropa ataupun Amerika.

2. Sistem Produksi Jepang

Sistem produksi Jepang dikenal dengan nama Sistem Produksi Tepat-Waktu (Just In Time). Filosofi dasar dari sistem produksi jepang (JIT) adalah memperkecil ke mubadziran (Eliminate of Waste). Bentuk kemubadziran antara lain adalah:

a. Kemubadziran dalam Waktu, misalnya ada pekerja yang menganggur (idle time), mesin yang menganggur, waktu transport dalam pabrik tidak efisien, jadwal produksi yang tidak ditepati, keterlambatan material, lintasan produksi yang tidak seimbang sehingga terjadi bottle-neck, terlambatnya pengiriman barang, banyak-nya karyawan yang absen, dsb.

b. Kemubadziran dalam Material, misalnya terlalu banyak buangan (scraps, chips) akibat proses produksi, banyak terjadi kerusakan material atau material dalam proses, banyaknya material yang hilang, material yang usang, nilai material yang menurun akibat terlalu lama disimpan, dll.

c. Kemubadziran dalam Manajemen, misalnya terlalu banyak karyawan kantor, banyak terjadi mis-informasi antar departemen, banyaknya overlapping dalam penugasan, pelaksanaan tugas yang tidak efektif, sulit dalam koordinasi, dll. Jepang melakukan eliminate of waste karena jepang tidak punya resources yang cukup. Jadi dalam setiap melakukan pengambilan keputusan terutama untuk masalah produksi selalu menganut kepada prinsip efisiensi, efektifitas dan produktivitas.

Untuk dapat melaksanakan eliminate waste Jepang melakukan strategi sebagai berikut:

a. Hanya memproduksi jenis produk yang diperlukan.

b. Hanya memproduksi produk sejumlah yang dibutuhkan.

c. Hanya memproduksi produk pada saat diperlukan.

M. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN SISTEM JUST IN TIME

Keuntungan JIT antara lain:

a. Seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien.

b. Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para stafnya.

c. Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali.

d. Kertas kerja dapat lebih simple.

e. Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.

Kelemahan JIT

Satu kelemahan sistem JIT adalah tingkatan order ditentukan oleh data permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.

N. PERBANDINGAN SISTEM JUST INTIME DENGAN SISTEM TRADISIONAL

JITTRADISIONAL

1. Sistem tarikan

2. Persediaan tidak signifikan

3. Basis pemasok sedikit

4. Kontrak jangka panjang dengan pemasok

5. Pemanufakturan berstruktur seluler

6. Karyawan berkeahlian ganda

7. Jasa terdesentralisasi

8. Keterlibatan karyawan tinggi

9. Gaya manajemen sebagai penyedia fasilitas

10. Total quality control (TQC)1. Sistem dorongan

2. Persediaan signifikan

3. Basis pemasok banyak

4. Kontrak jangka pendek dengan pemasok

5. Pemanufakturan berstruktur departemen

6. Karyawan terspesialisasi

7. Jasa tersentralisasi

8. Keterlibatan karyawan rendah

9. Gaya manajemen sebagai pemberi perintah

10. Acceptable quality level (AQL)

1. Sistem tarikan dibanding sistem dorongan

Sistem tarikan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar atas permintaan konsumen, baik konsumen internal maupun konsumen eksternal. Sebagai contoh dalam perusahaan pemanufakturan permintaan konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan aktivitas produksi, dan aktivitas produksi menentukan aktivitas pembelian.System dorongan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar dorongan aktivitas-aktivitas sebelumnya. Pembelian bahan melalui aktivitas pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas produksi mendorong aktivitas penjualan.

2. Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan signifikan

Karena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi persediaan menjadi tidak signifikan atau sangat sedikit dan bahkan mencita-citakan nol. Sebaliknya, dalam system tradisional, karena menggunakan system dorongan maka persediaan jumlanya signifikan sebagai akibat jumlah bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi, jumlah produk yang diproduksi melebihi permintaan konsumen dan perlu adanya persediaan penyangga. Persediaan penyangga diperlukan jika permintaan konsumen melebihi jumlah produksi dan jumlah bahan yang digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan yang dibeli.

3. Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyak

JIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk mengurangi atau mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah, memperoleh bahan yang bermutu tinggi dan berharga murah. Sedangkan system tradisioanl menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh harga yang murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah dan untuk memperoleh harga yang lebih murah harus dibeli bahan dalam jumlah yang banyak atau mungkin dengan mutu yang rendah.

4. Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendek

JIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan beberapa pemasoknya guna membangun hubungan baik yang saling menguntungkan sehingga dapat dipilih pemasok yang memasok bahan berharga murah, bermutu tinggi, berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah serta dapat mengurangi frekuensi pemesanan. Sedangkan tradisional menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk memperoleh harga murah harus dibeli dalam jumlah yang banyak atau mungkin mutunya rendah.

5. Struktur seluler dibanding struktur departemen

Struktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesin-mesin dalam satu keluarga, biasanya kedalam struktur semilingkaran atau huruf U sehingga satu sel tertentu dapat digunakan untuk melakukan pengolahan satu jenis atau satu keluarga produk tertentu secara berurutan. Setiap sel pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau pabrik di dalam pabrik. Penggunaan struktur seluler ini dapat mengeliminasi aktivitas, waktu, dan biaya yang tidak bernilai tambah. Sedangkan struktur departemen dalam system departemen adalah struktur pengolahan produk melalui beberapa departemen produksi sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memerlukan beberapa departemen jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi. Akibatnya struktur departemen menimbulkan aktivitas-aktivitas serta waktu dan biaya-biaya tidak bernilai tambah dalam jumlah besar.

6. Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasi

System JIT yang menggunakan system tarikan waktu bebas harus digunakan oleh karyawan struktur seluler untuk berlatih agar berkeahlian ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan dalam bidang-bidang jasa tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi, setup, inspeksi mutu. Sedangkan pada system tradisional system karyawan terspesialisasi berdasarkan departemen tempat kerjanya misalnya departemen produksi atau departemen jasa. Karyawan pada departemen jasa terspesialisasi pada aktivitas penangan bahan, listrik, reparasi, dan pemeliharaan, karyawan pada departemen produksi terspesialisasi pada aktivitas pencampuran, peleburan, pencetakan, perakitan, dan penyempurnaan.

7. Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi

System tradisional mendasarkan pada system spesialisasi sehingga jasa tersentralisasi pada masing-masing departemen jasa. Sedangkan pada system JIT jasa terdesentralisasi pada masing-masing struktur seluler, para karyawan selain selain ditugaskan untuk berproduksi tapi juga harus ditugaskan pada pekerjaan jasa yang secara langsung mendukung produksi si struktur selulernya.

8. Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendah

Dalam system tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan relative rendah karena karyawan fungsinya melaksanakan perintah atasan. Sedangkan dalam system JIT manajemen harus dapat memberdayakan para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau member peluang pada mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Menurut pandangan JIT, peningkatan keberdayaan dan keterlibatan karyawan dapat meningkatkan produktviitas dan efisiensi biaya secara menyeluruh. Para karyawan dimungkinkan untuk membuat keputusan mengenai bagaimana pabrik beroperasi.

9. Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintah

System tradisional umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai atasan karena fungsi utamanya adalah memerintah para karyawannya untuk melaksanakan kegiatan. Sedangkan pada system JIT memerlukan keterlibatan karyawan sehingga mereka dapt diberdayakan, maka gaya maanjemen yang cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah sebagai pemberi perintah.

10. TQC dibanding AQL

TQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan pengendalian mutu yang mencakup seluruh usaha secara berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar tercapai kerusakan nol atau bebas dari kerusakan. Produk rusak haruslah dihindari karena dapat mengakibatkan penghentian produksi dan ketidakpuasan konsumen.AQL (Accepted Quality Level) dalam system tradisional adalah pendekatan pengendalian mutu yang memungkinkan atau mencadangkan terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi tingkat kerusakan yang telah ditentukan sebelumnya.

KESIMPULAN

Just In Time merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk mencapai produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum persediaan untuk bahan baku, WIP, dan produk jadi. Dalam system Just In Time (JIT), aliran kerja dikendalikan oleh operasi berikut, dimana setiap stasiun kerja (work station) menarik output dari stasiun kerja sebelumnya sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kenyataan ini, sering kali JIT disebut sebagai Pull System (system tarik). Dalam system JIT, hanya final assembly line yang menerima jadwalproduksi, sedangkan semua stasiun kerja yang lain dan pemasok (supplier) menerima pesanan produksi dari subkuens operasi berikutnya. Dengan kata lain, stasiun kerja sebelumya (stasiun kerja 1 ) menerima pesananproduksi dari stasiun kerja berikutnya (stasiun kerja 2 ), kemudian memasok produk itu sesuai kuantitas kebutuhan pada waktu yang tepatdengan spesifiksai yang tepat pula.

DAFTAR PUSTAKA

Hansen, Don.R. dan Maryanne M.Mowen. 1995. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Erlangga.

Simamora, Henry. 1999.Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Supriyono, Drs.R.A, Akuntan. 1999.Manajemen Biaya-Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Wicaksono, Armanto. 2006.Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.