21
Sedasi Setelah Henti Jantung Pasien dengan koma atau disfungsi pernapasan setelah ROSC secara rutin diintubasi dan dipertahankan dengan ventilasi mekanik dalam jangka waktu tertentu, yang mengakibatkan ketidaknyamanan, nyeri, dan kecemasan. sedasi dan atau analgesia secara intermiten atau kontinyu dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Pasien dengan disfungsi kognitif pasca henti jantung mungkin terdapat agitasi atau frank delirium dengan gerakan tanpa tujuan dan beresiko mencederai diri. Opioid, anxiolytik, dan agen sedatif hipnotik dapat digunakan dengan berbagai kombinasi untuk meningkatkan interaksi pasien-ventilator dan menurunkan stres terkait lonjakan katekolamin endogen. Agen lain dengan sedatif dan antipsychotic-tranquilizer properties, seperti α 2 -adrenergik agonis, 126 dan butyrophenones 127 juga digunakan berdasarkan keadaan klinis per individu pasien. Jika agitasi pasien yang mengancam jiwa, agen neuromuscular blocking dapat digunakan untuk interval singkat dengan sedasi yang adekuat. Perhatian harus dipusatkan pada pasien dengan risiko tinggi kejang meskipun terdapat monitoring electroencephalographic (EEG) secara kontinyu. Agen sedatif umum harus diberikan hati-hati pada pasien dengan gangguan sehari-hari dan dititrasi untuk efek yang diinginkan. Tingkat sedasi 128-133 dan tingkat aktivitas motorik 134 dikembangkan untuk mentitrasi agen intervensi farmakologi ini untuk tujuan klinis. Obat-obatan short acting yang dapat digunakan secara bolus atau infus kontinu biasanya lebih disukai. Ada sedikit bukti

Jurnal Yusra

  • Upload
    ulduntz

  • View
    223

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal

Citation preview

Sedasi Setelah Henti JantungPasien dengan koma atau disfungsi pernapasan setelah ROSC secara rutin diintubasi dan dipertahankan dengan ventilasi mekanik dalam jangka waktu tertentu, yang mengakibatkan ketidaknyamanan, nyeri, dan kecemasan. sedasi dan atau analgesia secara intermiten atau kontinyu dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Pasien dengan disfungsi kognitif pasca henti jantung mungkin terdapat agitasi atau frank delirium dengan gerakan tanpa tujuan dan beresiko mencederai diri. Opioid, anxiolytik, dan agen sedatif hipnotik dapat digunakan dengan berbagai kombinasi untuk meningkatkan interaksi pasien-ventilator dan menurunkan stres terkait lonjakan katekolamin endogen. Agen lain dengan sedatif dan antipsychotic-tranquilizer properties, seperti 2-adrenergik agonis,126 dan butyrophenones127 juga digunakan berdasarkan keadaan klinis per individu pasien.Jika agitasi pasien yang mengancam jiwa, agen neuromuscular blocking dapat digunakan untuk interval singkat dengan sedasi yang adekuat. Perhatian harus dipusatkan pada pasien dengan risiko tinggi kejang meskipun terdapat monitoring electroencephalographic (EEG) secara kontinyu. Agen sedatif umum harus diberikan hati-hati pada pasien dengan gangguan sehari-hari dan dititrasi untuk efek yang diinginkan. Tingkat sedasi128-133 dan tingkat aktivitas motorik134 dikembangkan untuk mentitrasi agen intervensi farmakologi ini untuk tujuan klinis.Obat-obatan short acting yang dapat digunakan secara bolus atau infus kontinu biasanya lebih disukai. Ada sedikit bukti sebagai pedoman terapi sedasi / analgesia segera setelah ROSC. Sebuah penelitian observasional135 menemukan hubungan antara penggunaan obat penenang dan berkembangnya pneumonia pada pasien intubasi selama 48 jam pertama terapi. Namun, penelitian ini tidak dirancang untuk meneliti sedasi sebagai faktor risiko baik untuk pneumonia atau kematian pada pasien dengan henti jantung.Meskipun meminimalkan penggunaan sedasi memungkinkan perkiraan outcome status neurologis yang lebih baik, sedasi, analgesia, dan kadang kala pelumpuh otot secara rutin digunakan untuk menghambat timbulnya hipotermia dan untuk menghilangkan menggigil. Durasi penggunaan neuromuscular blocker harus diminimalkan dan kedalaman blokade neuromuskular harus dipantau dengan stimulator renjatan saraf.Cukup beralasan untuk mempertimbangkan penggunaan sedasi yang dititrasi dan analgesia pada pasien sakit kritis yang membutuhkan ventilasi mekanik atau supresi menggigil karena terinduksinya hipotermia setelah serangan jantung (Kelas IIb, LOE C). Durasi agen neuromuscular blocking harus dipertahankan ke level minimum atau dihindari sama sekali. Sistem KardiovaskularACS adalah penyebab umum dari henti jantung.14,16,34,35,134-147 Dokter harus mengevaluasi 12-lead EKG pasien dan biomarker jantung setelah ROSC. Sebuah 12-lead EKG harus dipasang sesegera mungkin setelah ROSC untuk menentukan apakah ada ST elevasi akut (Kelas I, LOE B). Karena tidak mungkin untuk menentukan status neurologis akhir pasien koma pada jam-jam pertama setelah ROSC, tatalaksana agresif terhadap ST-elevasi miokard infark (STEMI) harus dimulai sebagaimana pada pasien non-cardiac arrest, terlepas dari koma atau terinduksinya hipotermia. Karena tingginya insiden iskemia koroner akut, pertimbangan angiografi koroner muncul, mungkin cukup beralasan mskipun dengan tidak adanya STEMI.14,16 Utamanya, PCI, sendiri atau sebagai bagian dari rangkaian perawatan, dikaitkan dengan peningkatan fungsi miokard14 dan outcome neurologis.11,16 Hipotermia terapeutik dapat dikombinasikan dengan aman dengan PCI primer setelah henti jantung yang disebabkan oleh AMI.11,31,33-35 Rincian lain dari tatalaksana ACS dibahas dalam Bagian 10.Pasien dengan serangan jantung mungkin mendapat obat-obatan antiaritmia seperti lidokain atau amiodaron selama resusitasi awal. Tidak ada bukti yang mendukung atau menyangkal pemberian profilaksis atau lanjutan obat-obat ini.7,148-152

Obat vasoaktif yang pada Pasien Post-Cardiac ArrestVasopresorObat vasoaktif dapat diberikan setelah ROSC untuk meningkatkan curah jantung, terutama aliran darah ke jantung dan otak. Obat ini dapat dipilih untuk meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik), kontraktilitas miokard (efek inotropik), atau tekanan arteri (efek vasokonstriksi), atau untuk mengurangi afterload (Efek vasodilator). Sayangnya banyak obat adrenergik tidak selektif dan dapat meningkatkan atau menurunkan denyut jantung dan afterload, meningkatkan aritmia jantung, dan meningkatkan iskemia miokard dengan menciptakan ketidaksesuaian antara kebutuhan oksigen miokard dengan transportasinya. Iskemia miokard, pada akhirnya, selanjutnya dapat menurunkan fungsi jantung. Beberapa agen mungkin juga memiliki efek metabolik yang meningkatkan glukosa darah, laktat, dan tingkat metabolisme. Terdapat kekurangan data tentang obat vasoaktif mana yang pertama sekali dipilih, meskipun dokter harus mengetahui efek samping yang berbeda-beda terkait dengan obat-obatan ini, yang mungkin membuat agen tertentu lebih atau kurang tepat untuk pasien tertentu.153 Tingkat infusi/serapan obat tertentu tidak dapat direkomendasikan karena farmakokinetik (hubungan antara dosis obat dan konsentrasi) dan farmakodinamik (hubungan antara konsentrasi obat dan efek) yang berbeda pada pasien sakit kritis,154,155 sehingga biasanya digunakan rentang dosis awal yang tercantum pada Tabel 2. Obat vasoaktif harus dititrasi di samping tempat tidur untuk mendapat efek diinginkan serta membatasi efek samping. Dokter juga harus memperhatikan konsentrasi dibutuhkan dan sesuai dengan obat obatan yang diberikan sebelumnya dan secara bersamaan Secara umum, obat adrenergik tidak boleh dicampur dengan natrium bikarbonat atau larutan alkali lainnya dalam infus karena terdapat bukti bahwa agen adrenergik yang dinon-aktifkan dalam larutan alkali,156,157 Norepinefrin (levarterenol) dan katekolamin lainnya yang dapat mengaktifkan reseptor -adrenergik dapat mengakibatkan nekrosis jaringan jika terjadi ekstravasasi. Oleh karena itu, pemberian melalui central line lebih disukai bila memungkinkan. Jika ekstravasasi meluas, infiltrasi 5 sampai 10 mg phentolamine yang diencerkan dalam 10 sampai 15 mL saline ke dalam area ekstravasasi sesegera mungkin akan mencegah kematian jaringan dan pengelupasan.Tabel 2. Common Vasoactive DrugsDrug Typical Starting Dose (Then Titrate to Effect)

Epinephrine 0.1 0.5 mcg/kg/min (In 70-kg adult, 735 mcg/min) Useful for symptomatic bradycardia if atropine and transcutaneous pacing fail or if pacing is not available Used to treat severe hypotension (eg, systolic blood pressure