Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    1/64

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    2/64

    Penerjunan prajurit Linud 501/Kostrad pada Latihan Antar Kecabangan

    di Baturaja, 28 Agustus 2012

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    3/64

    Transformasi

    Peran Angkatan Darat

    Dalam Menghadapi

    Perubahan

    Oleh: Brig jen TNI Bambang

    Hartawan, M.Sc.

    Kepemimpinan Militer

    Di Era Transfo rmasi

    Angkatan Darat

    (Suatu tinjauan psikologi)

    Oleh: Brigjen TNI Ngurah

    Sumitra Jaya Utama, M.Psi.

    Transformasi

    Doktrin TNI AD

    Oleh: Kolonel Inf Joko P

    Putranto, M.Sc.

    Transformasi

    Pembinaan Personel

    Dalam Meningkatkan Ku

    Prajurit

    Oleh: Kolonel Caj Budi

    Prasetyono

    Transformasi TNI AD

    Dibidang Latihan

    Oleh: Brigjen TNI Irwans

    M.Sc.

    Signifkansi

    Peran Pemimpin

    Transformasional

    Dalam Proses

    Transformasi TNI AD

    Oleh: Letkol Arh Hamim

    Tohari , MA

    TNI AD Menuju Tentara

    Kelas Dunia, Mungki nka

    Oleh: Mayor Kav M. Iftit

    Sulaiman S.

    6

    20 28

    42

    12

    50 56

    TransformasiPengelolaan AnggaranDari Surat KeputusanBersama (SKB) MenjadiPeraturan MenteriKeuangan (PMK)

    Oleh: Brig jen TNI Dr. INengah Kast ika, S.H., M.H.

    34

    Vol. 33 No. I Edisi Maret 2013

    www.tniad.mil.id

    Jurnal

    D

    AF

    T

    A

    R

    I

    S

    I

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    4/64

    Tak terasa kita sudahberada di tahun 2013.

    Di awal tahun ini kita

    dituntut untuk bekerja

    lebih maksimal, baik secara

    individu maupun sebagai

    bagian dari suatu instusi

    agar pencapaian kinerja kita

    dapat opmal.

    Di awal tahun ini, rasa syukur selalu kita

    panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

    atas rahmat dan hidayah-Nya, redaksi kembali

    dapat menghadirkan Jurnal Yudhagama Volume 33

    Nomor I Edisi Maret 2013 yang menampilkan tulisan-

    tulisan aktual berisi informasi strategis mengenai

    Angkatan Darat dari buah pikiran para perwira

    yang berpengalaman dan memiliki kualitas serta

    kompetensi sesuai dengan bidangnya.

    Pada edisi kali ini, redaksi masih menghadirkan

    tulisan-tulisan mengenai transformasi Angkatan

    Darat. Kedepan Angkatan Darat akan dihadapkan

    pada dimensi penugasan yang jauh lebih luas dari

    jurisdiksi profesionalisme militer tradisionalnya.

    Fenomena ini menjadi tantangan bagi Angkatan

    Darat untuk terus membangun kemampuannya, baikuntuk menghadapi tugas-tugas operasi militer untuk

    perang maupun operasi militer selain perang. Brigjen

    TNI Bambang Hartawan, M.Sc mengulasnya dalam

    judul Transformasi Peran Angkatan Darat Dalam

    Menghadapi Perubahan.

    Transformasi TNI Angkatan Darat dibidang

    Lahan, diulas oleh Brigjen TNI Irwansyah, M.Sc.

    Menurutnya, transformasi lahan justru sangat

    dinamis disesuaikan dengan perkembangan yang

    terjadi, utamanya dalam teknologi dan persenjataan.

    Integrasi kemampuan antar kesenjataan dan

    interoperabilitas antar matra ditunjang dengan

    komando dan pengendalian yang solid akan dapat

    berndak sebagai pengganda kekuatan.

    Organisasi TNI Angkatan Darat perlu melakukan

    berbagai perubahan mendasar terkait dengan

    sistem pengembangan kepemimpinannya. Dimulai

    dari perumusan doktrin kepemimpinan yang tetap

    menjaga integritas nilai-nilai tradisional TNI AD namun

    dapat mengakomodir berbagai kecenderungan

    lingkungan strategis yang ada. Kadispsiad, Brigjen TNI

    4 Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Jurnal Yudhagama

    Susunan Redaksi

    Jurnal

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Kata Pengantar

    PELINDUNG : Kepala Staf TNI Angkatan DaratPEMBINA : Wakil Kepala Staf TNI Angkatan DaratPENASEHAT : Irjenad, Aspam Kasad, Asops Kasad,

    Aspers Kasad, Aslog Kasad, Aster Kasad, Asrena Kasad,Kasahli Kasad.

    PEMIMPIN REDAKSI :Brigjen TNI Rukman Ahmad, S.IP.

    WAKIL PEMIMPIN REDAKSI :Kolonel Chb Firdaus Komarno, S.E.,M.Si.

    DEWAN REDAKSI :Kolonel Arh Erwin Sepansyah, S.IP.Kolonel Caj Drs. Moh. Noor, M.M.

    Kolonel Inf Drs. Zaenal Mutaqim, M.Si.

    KETUA TIM EDITOR :Kolonel Inf Drs. Andi Suyu, M.M.

    SEKRETARIS TIM EDITOR :Mayor Caj (K) Dra. Sri Indar

    ANGGOTA TIM EDITOR :Letkol Caj Drs. M. Yakub

    Mayor Caj (K) Yeni Triyeni, S.Pd.Mayor Inf Dodi Fahrurozi, S.Sos.

    Mayor Inf SupriyatnoKapten Inf Candra Purnama, S.H.

    Leu Caj (K) Besarah Sepana M., S.S.

    DISTRIBUSI :Mayor Chb Gara Hendrik, A.Md.

    DESAIN GRAFIS :Serka Enjang

    TATA USAHA :Peltu (K) Ety Mulya, PNS Lisn

    PNS Supriyatno

    REDAKTUR FOTO :Letkol Czi Drs. Syarifuddin Sara, M.Si.

    ALAMAT REDAKSI :Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat

    Jl. Veteran No. 5 Jakarta Pusat Tlp. (021) 3456838,3811260, Fax. (021) 3848300,

    Alamat email : [email protected]

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    5/64

    Jurnal Yudhagama sebagai media komunikasi internal TNI Angkatan Darat, mengemban misi:

    a. Menyebarluaskan kebijakan Pimpinan TNI Angkatan Darat kepada seluruh prajurit di

    jajaran TNI Angkatan Darat.

    b. Memberikan wadah untuk pemikiran-pemikiran yang konstruktif dalam pembinaan TNI

    Angkatan Darat dan fungsi teknis pembinaan satuan sesuai tugas pokok TNI Angkatan Darat

    sebagai kekuatan pertahanan negara matra darat.

    c. Menyediakan sarana komunikasi untuk penjabaran Kemanunggalan TNI-Rakyat.

    Tulisan yang dimuat dalam Jurnal Yudhagama ini merupakan pandangan pribadi penulisnyadan bukan pandangan resmi TNI Angkatan Darat, namun redaksi berhak merubah tulisan (rewrite)tanpa mengubah inti tulisan untuk disesuaikan dengan misi yang diemban Jurnal Yudhagamadan kebijakan Pimpinan TNI Angkatan Darat. Redaksi menerima karangan dari dalam maupundari luar lingkungan TNI Angkatan Darat, dengan syarat merupakan karangan asli dari penulis.

    Topik dan judul tulisan diserahkan kepada penulisnya, dengan ketentuan panjang tulisanberkisar sepuluh halaman kertas folio, dengan jarak satu setengah spasi.

    Drs. Ngurah Sumitra, M.Psi membahasnya dalam judulKepemimpinan di Era Transformasi Angkatan Darat.

    Yang tak kalah menariknya, Kolonel Inf Joko P.

    Putranto, M.Sc. dalam tulisannya berjudul Transformasi

    Doktrin TNI AD akan menunjukkan bahwa transformasi

    belum terjadi apabila dak menyangkut hal dasar, salah

    satu yang terpenng adalah doktrin, karena dalam

    teknologi militer terdapat hubungan kausal antara

    teknologi military hardware dengan doktrin yang

    menuntun sistem senjata yang digunakan.

    Transformasi pengelolaan anggaran (DIPA sebagai

    otorisasi) perlu dilakukan agar pengelolaan anggaran

    dapat dilaksanakan secara transparan, efekf, esien

    dan akuntabel sesuai undang-undang Nomor 17 tahun

    2003, dan undang-undang Nomor 1 tahun 2004, serta

    peraturan perundang-undangan lainnya. Brigjen TNI Dr.

    I Nengah Kaska, S.H., M.H. akan membahasnya dalam

    judul tulisan Transformasi Pengelolaan Anggaran Dari

    Surat Keputusan Bersama (SKB) Menjadi Peraturan

    Menteri Keuangan (PMK).

    Pembaca yang budiman, pembinaan personel

    merupakan bagian integral dari sistem pembinaan TNI

    Angkatan Darat. Transformasi pembinaan personel

    dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas

    prajurit untuk tercapainya kekuatan pokok minimumdengan sasaran kekuatan personel secara kuantas dan

    kualitas yang mampu menjamin pelaksanaan tugas,

    pembinaan prajurit memerlukan transformasi bidang

    personel yang tepat sesuai dengan tujuan dan sasaran

    pembinaan personel dengan dak mengabaikan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang

    personel. Kolonel Caj Budi Prasetyono menulisnya

    dalam Transformasi Pembinaan Personel Dalam

    Rangka Meningkatkan Kualitas Prajurit.

    Tulisan lain yang tak kalah menariknya adalah

    Signikansi Peran Pemimpin Transformasional dalam

    Proses Transformasi TNI AD oleh Letkol Arh Hamim

    Tohari, MA. Sebagai penutup Mayor Kav M. Iitah

    Sulaiman S menulis tentang TNI AD Menuju Tentara

    Kelas Dunia, Mungkinkah?

    Akhirnya, segenap redaksi Jurnal Yudhagama

    menyampaikan terima kasih atas sumbangan tulisan

    baik berupa ide/gagasan maupun konsepsi yang

    sangat bermanfaat bagi kemajuan TNI Angkatan Darat.

    Redaksi berharap kiranya apa yang disajikan pada edisi

    kali ini senanasa dapat menambah wawasan dan

    pengetahuan bagi para pembaca sekalian.

    Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Media Informasi dan Komunikasi TN

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    6/64

    TRANSFORMASI PERAN aNGKATAN DARAT

    DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN

    Oleh :

    Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc.

    (Karo TUUD Kemhan RI)

    PENDAHULUAN.

    Berangkat dari sejarah, ide sering berperan

    sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu

    transformasi instusi. Demikian juga dengan

    transformasi Angkatan Darat. Tentara Nasional

    Indonesia Angkatan Darat harus berubah menjadi

    modern karena fungsi outward-looking menuntutkapasitas ini. Disamping itu, untuk mendukung

    perwujudan profesionalisme prajurit Angkatan Darat,

    sebagai konsekuensi logis alat pertahanan negara

    di darat, Angkatan Darat dituntut untuk selalu siap

    menghadapi tantangan tugas yang akan datang.

    Kedepan Angkatan Darat akan dihadapkan pada

    dimensi penugasan yang jauh lebih luas dari juridiksi

    profesional militer tradisionalnya. Fenomena ini

    menjadi tantangan bagi Angkatan Darat untuk terus

    membangun kemampuannya, baik untuk menghadapi

    tugas-tugas operasi militer untuk perang maupun

    operasi militer selain perang. Konsekuensinya, penataan

    terhadap sistem pendidikan, lahan, materiil, doktrin,

    pokok-pokok organisasi dan prosedur, teritorial,

    kepemimpinan, personel, pengelolaan anggaran,

    persenjataan dan bahkan kebijakan Angkatan Darat

    perlu dilakukan oleh generasi mendatang.

    Penataan merupakan salah satu hal mendasar

    yang harus dilakukan dan dikembangkan sesuai dengantuntutan perubahan zaman. Penataan yang terarah dan

    berkesinambungan merupakan upaya kolekf dalam

    penyiapan dini perwujudan kekuatan Angkatan Darat

    yang handal agar selalu siap dalam merespon dan

    menyikapi berbagai bentuk ancaman yang semakin

    kompleks dan cepat berubah. Untuk itu TNI Angkatan

    Darat harus mampu melaksanakan transformasi

    perannya dalam menghadapi berbagai perubahan.

    LATAR BELAKANG.

    Saat ini sifat ancaman dak lagi didominasi oleh

    ancaman militer tetapi juga oleh ancaman nonmiliter

    atau ancaman nontradisional. Dilihat dari sumberancaman, semakin besar keterkaitan antara eksternal

    dan internal. Dimensi ancaman mudah berkembang

    dari satu dimensi ke dimensi lain, termasuk dimensi

    ideologi, ekonomi, polik, sosial, budaya, hukum,

    informasi dan teknologi, serta keamanan. Spektrum

    ancaman dapat berubah dengan ba-ba dari lokal

    ke nasional, demikian juga perkembangan eskalasi

    keadaan dari terb hingga darurat, dan sebaliknya dak

    mudah untuk diprediksi.

    Mengingat kompleksitas ancaman yang dihadapi,

    semua komponen pertahanan negara dan unsur-

    unsur diluar bidang pertahanan dituntut untuk salingmendukung dan bersinergi satu dengan yang lain,

    dengan senanasa mengindahkan tataran dan lingkup

    kewenangan yang sudah ditentukan oleh peraturan

    perundang-undangan yang berlaku. Diantara ancaman

    aktual yang menuntut sinergitas yang nggi dalam

    penanganannya dan harus mendapat perhaan yang

    serius pada saat ini dan kedepan, adalah ancaman

    terhadap konik di wilayah perbatasan dan keamanan

    Kedepan Angkatan Darat akan dihadapkan pada

    dimensi penugasan yang jauh lebih luas dari juridiksi

    profesionalisme militer tradisionalnya. Fenomena ini

    menjadi tantangan bagi Angkatan Darat untuk terusmembangun kemampuannya, baik untuk menghadapi

    tugas-tugas operasi militer untuk perang

    maupun operasi militer selain perang.

    6 Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Jurnal Yudhagama

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    7/64

    pulau-pulau kecil terluar, ancaman separasme,

    terorisme, bencana alam, konik horizontal, radikalisme,

    kelangkaan energi dan berbagai kegiatan ilegal baik di

    darat maupun di laut yang membahayakan kedaulatan

    negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa.

    Kesiapan pertahanan negara dalam menghadapiancaman potensial seper pencemaran lingkungan,

    pandemik, cyber crime, pemanasan global, krisis

    nansial, agresi militer, serta berbagai kemungkinan

    ancaman yang muncul di sepanjang alur laut kepulauan

    Indonesia tetap menjadi perhaan pembangunan

    pertahanan negara dalam jangka pendek, sedang

    maupun panjang. Ancaman aktual ataupun ancaman

    potensial yang sifatnya militer akan berpengaruh

    langsung terhadap pertahanan negara, sedangkan

    ancaman yang bersifat nonmiliter secara dak langsung

    juga berpengaruh terhadap pertahanan negara.

    Mengingat kebijakan keamanan nasional akansenanasa berubah sebagai respon terhadap perubahan

    lingkungan operasional, maka Angkatan Darat pun

    perlu meningkatkan kemampuan beradaptasinya, baik

    untuk menghadapi bentuk ancaman yang berbeda,

    memenuhi tuntutan pelibatan satuan dengan besaran

    dan level yang berbeda, maupun beroperasi bersama

    dengan instusi yang berbeda pula.

    Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia

    Nomor 34 Tahun 2004, tentang Tentara Nasional

    Indonesia, menegaskan tugas pokok TNI dalam

    operasi militer untuk perang adalah menghadapi

    agresi musuh dari luar negeri. Sedangkan tugas

    pokok TNI dalam operasi militer selain perang antaralain : (1) mengatasi gerakan separas bersenjata, (2)

    mengatasi pemberontakan bersenjata, (3) mengatasi

    aksi terorisme, (4) mengamankan wilayah perbatasan,

    (5) mengamankan obyek vital nasional yang bersifat

    strategis, (6) melaksanakan tugas perdamaian dunia

    sesuai dengan kebijakan polik luar negeri, (7)

    mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta

    keluarganya, (8) memberdayakan wilayah pertahanan

    dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai sistem

    pertahanan semesta, (9) membantu tugas pemerintah

    di daerah, (10) membantu Kepolisian Negara Republik

    Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan

    keterban masyarakat yang diatur undang-undang.

    (11) membantu mengamankan tamu negara sengkat

    kepala negara dan perwakilan pemerintah asingyang sedang berada di Indonesia, (12) membantu

    menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian,

    dan pemberian bantuan kemanusiaan, (13) membantu

    pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search

    and rescue), serta (14) membantu pemerintah dalam

    pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap

    pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.

    Dengan demikian Angkatan Darat perlu

    mengansipasi meluasnya tugas-tugas tersebut

    serta perlu membuka diri terhadap kemungkinan

    bertambahnya tugas-tugas yang saat ini belum

    tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun

    2004, dan tugas lain yang berada diluar jurisdiksi

    profesionalisme militer tradisional.

    MENGAPA ANGKATAN DARAT PERLU MELAKUKAN

    TRANSFORMASI.

    Sekalipun masa depan akan membawa serta

    perubahan pada dimensi ancaman dan karakterisk

    lingkungan operasional, beberapa kecenderungan

    dalam konik akan bersifat konstan. Fenomena ini

    menunjukkan bahwa konik cenderung membawa serta

    dinamika dan interaksi yang kemudian memberikannya

    ruang untuk terus berlanjut dan bahkan bergulir lebih

    jauh dari tujuan awal para pihak yang berhadapan.Asumsi tersebut membuahkan konsekuensi tersendiri

    bagi Angkatan Darat. Kemampuan Angkatan Darat

    perlu dibangun berdasarkan permbangan kebutuhan

    satuan sendiri, lawan, penduduk, dan variable lain.

    Selain itu, Angkatan Darat berpotensi dihadapkan pada

    operasi yang relaf berkelanjutan, sehingga dituntut

    memiliki adaptabilitas operasional.

    Proses ini dihadapkan dengan kega parameter

    strategi pertahanan nasional, yaitu menjawab shape,

    respond dan prepare for tomorrow. Pertanyaan

    pertama dan kedua mungkin mudah, akan tetapi

    menjawab pertanyaan kega inilah yang memerlukan

    dukungan dan fokus kepada transformasi rencana

    pertahanan nasional. Beberapa negara Asia (Thailand,

    Korea Selatan, Filipina), Amerika lan dan Afrika

    menganggap transformasi yang dilakukan TNI akan

    sama halnya dengan apa yang telah mereka lakukan

    yaitu suatu upaya yang lebih profesional dengan cara

    memanfaatkan akuisisi teknologi sebagai langkah

    awal transformasi. Langkah awal ini tentunya akan

    diiku dengan modernisasi perangkat lunaknya seper

    Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Media Informasi dan Komunikasi TN

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    8/64

    doktrin, takk, organisasi dan infrastrukturnya. Upaya-

    upaya ini diliput dalam kegiatan yang mereka kenal

    dengan denisi revolusi urusan militer atau RMA

    (Revoluon in Military Aairs), inilah mungkin yang

    perlu dicerma dan diharapkan.

    Mencerma fenomena tersebut tentu saja

    keberadaan Angkatan Darat dak serta merta mengikuberbagai pengembangan model RMA yang dilakukan

    di belahan lain dunia. TNI Angkatan Darat lebih

    mengedepankan pada perwujudan SDM berkualitas,

    seper yang saat ini sedang berjalan yaitu proses kaji

    ulang pembinaan personel dan perlunya proses kaji

    ulang kesinambungan pola pembinaan pendidikan

    dengan pola pembinaan lahan yang mensinergikan

    kecabangan-kecabangan yang ada di Angkatan

    Darat. Kekuatan utama Angkatan Darat terletak pada

    profesionalitas, soliditas dan kualitas prajurit Angkatan

    Darat serta kedekatannya dengan rakyat, sehingga

    peran sumber daya manusia dalam pembinaan

    Angkatan Darat bersifat mutlak, karena bagaimanapun

    keberhasilan atau kegagalan pembinaan kekuatan

    dan kemampuan Angkatan Darat diantaranya sangat

    ditentukan oleh kualitas personelnya.

    Konsep transformasi bagi Angkatan Darat bukanlah

    suatu yang baru. Konsep tersebut populer dikarenakan

    negara-negara besar beranggapan tuntutan revolusi

    urusan militer dan dukungan terhadap revolusi urusan

    bisnis (termasuk revolusi urusan industri pertahanan),

    akan berhasil mencapai sasaran bila mampu

    mentransformasikan rencana pertahanan dan proses

    alokasi sumber daya pertahanan nasional secara tepat,

    cepat, efekf dan esien.DESAIN TRANSFORMASI ANGKATAN DARAT.

    Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan

    teknologi, telah membawa berbagai perubahan

    perkembangan lingkungan strategis yang semakin

    dinamis. Pada aspek realitas, hakekat ancaman militer

    kedepan akan semakin kompleks, dak pernah tunggal

    melainkan jamak dan bersifat muldimensional serta

    sulit diprediksi, sehingga penanganannyapun harus

    mencerminkan interoperabilitas yang nggi. Responberbagai negara di dunia menyikapi perubahan

    karaterisk bentuk ancaman di abad ke-21, adalah

    dengan mengembangkan RMA (Revoluon in Military

    Aairs) dalam rangka penyesuaian terhadap perubahan

    pola peperangan modern (modern warfare) yang

    sekaligus merubah karakterisk perang dimasa kini

    dan mendatang. Walaupun perang bukan pilihan dalam

    menyelesaikan berbagai permasalahan antar negara,

    namun pembangunan kekuatan militer di dunia tetap

    menonjol mengingat kekuatan militer merupakan

    bagian dari alat diplomasi.

    Format modern dalam pembahasan ini lebih pada

    pengembangan strategi, takk dan teknik bertempur

    kedepan serta meninggalkan kebiasaan lama dan dak

    lagi membenarkan kebiasaan yang berorientasi pada

    pola peperangan lama yang sudah dinggalkan oleh

    negara-negara maju di dunia. Mindsetkedepan adalah

    membiasakan penggunaan strategi, takk dan teknik

    yang benar dan sesuai dengan fenomena kekinian

    dan sensitas lainnya yang perlu dinggalkan seper

    adanya pemikiran yang masih bersifat linier dan regular.

    Pemikiran kedepan harus dak terbelenggu dengan pola

    peperangan masa lalu dan dak ragu untuk melakukan

    perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang terus

    berkembang.

    SASARAN TRANSFORMASI.

    Pada masa lalu, hubungan elit sipil-militer di

    negeri ini diselesaikan dengan menegasikan dikotomi

    sipil-militer. Apakah dengan menegasikan isu ini, akan

    menyelesaikan masalah? Dua kubu yang berbeda peran,

    strategi dan perilakunya tersebut hampir dipaskan

    akan tetap menjadi isu utama bila dak ada upaya

    untuk saling bersinergi satu dengan lainnya. Masalah

    berikutnya yang juga cukup krusial adalah trauma yang

    dialami publik tentang masa lalu TNI. Untuk itu perlu

    adanya upaya yang dapat menjadi solusi bagi isu-isu

    tersebut di atas yang salah satunya harus dilakukan

    melalui transformasi peran di lingkungan TNI khususnya

    TNI AD.

    Disamping itu, sasaran berikutnya adalah agar

    terwujud sinergitas, adaptabilitas dan interoperabilitas

    dari TNI Angkatan Darat dalam melaksanakan misinya

    baik dalam rangka operasi militer untuk perang

    (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP)

    bersama-sama dengan unsur-unsur TNI dan militer

    8 Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Jurnal Yudhagama

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    9/64

    lainnya, masyarakat sipil (polisi, ekonom, sosiawan,

    budayawan), tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh

    adat, Polri, unsur pemerintah pusat dan daerah serta

    komponen-komponen bangsa lainnya termasuk juga

    dengan negara-negara sahabat.

    KONSEP TRANSFORMASI. Konsep transformasi, pada dasarnya dak cukup

    dengan sekedar menata ulang administrasi dan menata

    koordinasi, tetapi lebih kepada konsep kuncinya, yaitu

    menata organisasi yang berorientasi serta fokus kepada

    perubahan operasional. Begitu luar biasanya proses

    transformasi jika dikembangkan dengan mencerma

    dan memerhatikan komponen-komponennya,

    terutama komponen inputdan output.

    Ada ga komponen input, yaitu komponen

    transformasi teknologi dan persenjataan, komponen

    transformasi struktur kekuatan, dan komponen

    transformasi operasi penggunaan kekuatan. Komponen

    transformasi teknologi dan persenjataan dapat

    dibagi-bagi dalam sistem informasi dan pemetaan

    posisi geogra, teknologi dan subkomponennya,

    plaorm baru alat utama persenjataan (Alutsista)

    dan munisi pintar (smart ammunions). Komponen

    transformasi struktur kekuatan dapat dibagi dalam

    susunan kekuatan tempur dan organisasinya, dukungan

    logisk dan mobilitasnya, struktur komando dan

    C4ISR, sistem pangkalan dan kehadiran kekuatannya

    di tempat yang jauh dari dukungan pangkalannya.

    Komponen transformasi operasi penggunaan kekuatan

    terbagi dalam jejaring antar kekuatan, doktrin operasi

    gabungan, doktrin Angkatan masing-masing, rencanakampanye dan wilayah atau mandalanya.

    Sebagai outputnya ada beberapa bagian

    seper perbaikan distribusi penembakan, kapasitas

    manuvernya, mempertahankan hidup termasuk

    logisknya, kapasitas untuk lebih baik dalam

    melaksanakan misi dan operasinya serta kapasitas

    untuk mendukung spektrum operasi yang lebih luas

    baik yang bersifat strategis maupun konnjensi.

    Kapasitas TNI untuk segera beradaptasi dengan

    perubahan strategis dan misinya, melalui doktrin

    operasi gabungan dalam konsep operasi baru guna

    membangun dan menggunakan kekuatan transformasi

    yang berasumsi dalam jangka panjang, akan menghadapi

    ancaman baik simetrik maupun asimetrik dengan

    derajat peluang cukup besar. Untuk itu diperlukan

    konsep operasi yang dapat menjawab tantangan

    tersebut yaitu, Pertama, konsep operasi untuk

    membangun kekuatan transformasi antara lain, Satuan

    Kekuatan Gabungan untuk melaksanakan aksi balas

    segera pada awal-awal pertempuran, jaminan sistem

    informasi dan jejaring kerjanya, penyesuaian ulang

    kehadirannya di tempat yang jauh (far ground-sea

    presence)dan mobilitas yang lebih baik bila sewaktu-

    waktu terjadi pergeseran kekuatan baik yang sudah

    diproyeksikan maupun belum. Kedua, konsep operasi

    untuk penggunaan kekuatan transformasi antara lain

    operasi atau peperangan an-litoral dalam rangka

    proyeksi kekuatan ke darat, berikutnya sasaranstand-o dan masuk dengan paksaan dalam rangka

    an akses atau menolak ancaman, jaminan pukulan

    taks jauh kedalam dari suatu sasaran dalam rangka

    penggunaan kekuatan secara efekf dengan kekuatan

    udara gabungan, operasi tempur yang memakan

    dan manuver jauh kedalam bagi aset kekuatan

    daratnya. Operasi yang sangat terencana dan jaminan

    kelangsungan operasi tersebut hendaknya mampu

    berlangsung dalam jangka panjang.

    Selanjutnya membangun kurikulum operasi

    gabungan, dimulai dari operasi gabungan urusan

    sipil (joint civil aairs operaon), operasi gabungansipil-militer (joint civil-military operaon) dan

    operasi gabungan militer (joint military operaon),

    yang dapat diiku elit sipil di semua ngkatan

    termasuk salah satunya dibidang pendidikan (antara

    lain memberikan kesempatan kepada generasi muda

    kandidat elit polik, eksekuf maupun yudikaf untuk

    dapat mengiku pendidikan di lembaga pendidikan

    ternggi Angkatan, TNI maupun Nasional). Kalau di

    negara lain kebijakan pendidikan seper ini sangat

    efekf, kenapa dak dicoba di negeri ini? Sekurang-

    kurangnya membangun format knowledge-based

    antara elit sipil dan militer tentang kepenngan

    nasional, strategi nasional, strategi keamanan nasional,

    substrategi DIME (Diplomasi, Informasional, Militer

    dan Ekonomi nasional), serta turunannya seper

    kebijakan nasional dan program-program nasionalnya.

    Pembinaan dan pendidikan lahan gabungan dengan

    pihak/organisasi sipil dan pembinaan think-tank yang

    profesional dimaksudkan agar generasi muda sipil yang

    akan datang lebih menger fenomena yang terjadi

    dalam tubuh TNI, demikian juga sebaliknya.

    Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Media Informasi dan Komunikasi TN

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    10/6

    Konsep OBE (Operasi Berbasiskan Efek) yang

    melibatkan badan di luar TNI, termasuk NGO/LSM.

    Konsep ini lebih banyak pada konsep operasi militer

    atau perencanaan pembangunan kekuatan TNI dengan

    memperbanyak membangun think-tank resmi yang

    didalamnya terdiri dari pakar-pakar sipil, militer akfdan purnawirawan TNI untuk membangun proses

    transformasi TNI kedepan. Pembinaan think-tank akan

    lebih memberikan pandangan akademik dan ilmiah,

    konstrukf terhadap semua perangkat lunak organisasi,

    doktrin, sistem informasi dan lain-lainnya. Konsep

    seper ini akan mendemonstrasikan gabungan antara

    kearifan intelektual, profesional, kepemimpinan dan

    pengalaman komandan di lapangan guna membangun

    suatu infrastruktur berikut perangkatnya menjadi lebih

    kokoh. Konsep yang ditawarkan di atas tadi, diharapkan

    dapat mengurangi bahkan mengeliminir sisa-sisa

    trauma publik yang ada.

    TRANSFORMASI PERAN INSTITUSI ANGKATAN

    DARAT DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN.

    Transformasi peran instusi Angkatan Darat sebagai

    kekuatan pertahanan perlu didukung oleh berbagai

    pihak. Transformasi ini membutuhkan waktu dan

    komitmen bersama secara nasional untuk peran yang

    seharusnya dijalankan. Hubungan antara pemerintah,

    polisi sipil, masyarakat luas, serta pimpinan dan

    seluruh unsur TNI akan sangat menentukan bagi

    keberlangsungan transformasi peran instusi TNI

    khususnya Angkatan Darat kearah pencapaian tujuan

    sesuai dengan yang dikehendaki bersama. AngkatanDarat sebagai subsistem dalam sistem nasional

    Indonesia akan sangat terikat dengan pembagian tugas,

    struktur hirarkhis, aturan-aturan ngkah laku yang

    formal dan sasaran-sasaran masyarakat atau pola-pola

    hubungan antara struktur sosial dengan sistem-sistem

    normaf yang berkaitan dengan struktur sosial, dimana

    semua itu merupakan konsekuensi bagi perwujudan

    negara demokras.

    Bahwa ada purnawirawan TNI yang kembali akf

    kekancah polik, mesnya itu dianggap sah-sah saja, serta

    merupakan sesuatu yang alami dalam pertumbuhan

    demokrasi. Berlebihan barangkali jika mencurigai TNI

    menciptakan strategi untuk kembali kefungsi gandanya.

    Akan lebih penng bagi TNI untuk lebih memfokuskan

    diri bagaimana membangun dan menggunakankekuatannya terhadap ancaman yang lebih rasional,

    yaitu ancaman asimetrik serta mempertajam operasi

    gabungan selain perang maupun operasi gabungan

    sipil-militer. Hal itu berbasiskan pada rancang bangun

    strategi pertahanan nasional sebagai arahan untuk

    membangun (Strategics Guidance Planning) dengan

    substrategi militer nasional tentang kearah mana

    TNI akan dimodernisasi agar siap sewaktu-waktu jika

    digunakan. Rancang bangun strategis yang tercipta

    tersebut sedak-daknya akan mampu mengarahkan

    transformasi TNI termasuk TNI Angkatan Darat.

    Transformasi peran instusi Angkatan Darat

    masih memerlukan berbagai evaluasi sampai dengan

    diperoleh format baru sesuai perubahan yang

    dikehendaki. Kemampuan instusi Angkatan Darat

    dalam memodikasi pola hubungan baik dengan

    elit polik sipil maupun masyarakat secara umum

    menunjukkan adanya proses adaptasi instusi sesuai

    dengan perubahan peran yang dikehendaki. Namun

    demikian, sebagai suatu proses yang masih terus

    berlangsung, perlu mendapatkan dukungan khususnya

    adanya regulasi yang mampu mengatur secara jelas dan

    tegas tentang peran instusi TNI. Pada akhirnya, sinergi

    posif antara pemerintah, polisi sipil, masyarakat

    luas, serta pimpinan dan seluruh unsur TNI akan sangatmendukung bagi tercapainya tujuan dalam mewujudkan

    visi TNI sebagai tentara profesional dan modern,

    memiliki kemampuan yang tangguh untuk menegakkan

    kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan Negara

    Kesatuan Republik Indonesia dan menjaga keselamatan

    bangsa dan negara serta kelangsungan pembangunan

    nasional.

    KESIMPULAN.

    Kedepan Angkatan Darat akan dihadapkan pada

    dimensi penugasan yang jauh lebih luas dari jurisdiksi

    profesionalisme militer tradisionalnya. Fenomena ini

    menjadi tantangan bagi Angkatan Darat untuk terus

    membangun kemampuannya, baik untuk menghadapi

    tugas-tugas operasi militer untuk perang maupun

    operasi militer selain perang. Pesatnya kemajuan ilmu

    pengetahuan dan teknologi, telah membawa berbagai

    perubahan perkembangan lingkungan strategis yang

    semakin dinamis.

    Pada kenyataannya, hakekat ancaman militer

    kedepan akan semakin kompleks, dak lagi bersifat

    10 Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Jurnal Yudhagama

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    11/6

    RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS

    I. Data Pokok.

    1. Nama : Bambang Hartawan, MSc

    2. Pangkat : Brigjen TNI

    3. Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 20 Mei 1961

    4. Agama : Islam

    5. Status : Kawin

    6. Sumber Pa/Th : AKABRI/1985

    7. Jabatan : Karo TUUD Kemhan RI

    II. Pendidikan.

    A. Dikbangum.

    1. AKABRI : 1985

    2. Sussarcab Kav : 1985

    3. Suslapa I : 1990

    4. Diklapa II : 1996

    6. Seskoad : 2000

    7. Lemhannas AS : 2011

    B. Dikbangspes.

    1. KIBI I : 1987

    2. Suspa Intel Ter : 1991

    3. KIBI II : 1992

    4. Sus Human Resources

    Management : 1993

    5. TOEFL : 1994

    6. Sussar Para : 1998

    7. Susdandim : 2004

    8. Suspa Intelstrat : 2005

    9. Sus Athan : 2006

    III. Riwayat Jabatan.

    1. Pama Denkavser -1/ Paspampres Dam Jaya

    2. Danton Denkavser Paspampres

    3. Danton Den-11 Dronkavser-1 Paspampres

    4. Danton Den-12 Dronkavser Paspampres

    5. Danden-12 Dronkavser Paspampres

    6. Kasi Intelpam Dronkavser Paspampres

    7. Danden-11 Dronkavser Paspampres

    8. Kasi Pengmilum Pusdikkav Pussenkav

    9. Kasipam Pusdikkav Pussenkav

    10. Pabandya D-52 Dit D BAIS TNI

    11. Irdaum Itdam Jaya

    12. Dandim-0504 /Jaksel Kodam Jaya

    13. Pabandya B-23 Dit B BAIS TNI

    14. Atase Pertahanan RI di Bangkok, Thailand

    15. Pamen Mabes TNI

    16. Pamen Denma Mabesad

    (Dik Lemhannas di AS)

    17. Pamen Ahli Pusintelad Bidang Lidpam

    18. Sekretaris Dispenad

    18. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan RI

    19. Kepala Biro TUUD Kemhan RI

    tunggal melainkan jamak dan muldimensional

    serta sulit diprediksi, sehingga penanganannyapun

    harus mencerminkan interoperabilitas yang nggi.

    Dimensi ancaman mudah berkembang dari satu

    dimensi kedimensi lain, termasuk dimensi ideologi,

    ekonomi, polik, sosial, budaya, hukum, informasi

    dan teknologi, serta keamanan. Spektrum ancamandapat berubah dengan ba-ba dari lokal ke nasional,

    demikian juga perkembangan eskalasi keadaan dari

    terb hingga darurat dan sebaliknya serta dak

    mudah untuk diprediksi. Penataan yang terarah dan

    berkesinambungan merupakan upaya kolekf dalam

    penyiapan dini kekuatan Angkatan Darat yang handal

    untuk selalu siap dalam merespon dan menyikapi

    berbagai bentuk ancaman yang semakin kompleks dan

    cepat berubah.

    Mengingat kebijakan keamanan nasional

    akan senanasa berubah sebagai respon terhadap

    perubahan lingkungan operasional, Angkatan Darat

    pun perlu meningkatkan kemampuan beradaptasinya,

    baik untuk menghadapi bentuk ancaman yang berbeda,memenuhi tuntutan pelibatan satuan dengan besaran

    dan level yang berbeda, maupun beroperasi bersama

    dengan instusi yang berbeda pula. Untuk itu TNI dalam

    hal ini Angkatan Darat harus mampu melaksanakan

    transformasi perannya dalam menghadapi perubahan-

    perubahan tersebut agar dapat mencapai hasil yang

    opmal dalam melaksanakan tugas pokoknya.

    Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Media Informasi dan Komunikasi TN

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    12/6

    PENDAHULUAN.

    K

    eberadaan suatu angkatan bersenjata dak akan

    terlepas dari struktur formal negara. Terkait

    dengan hal tersebut Thomas Hobbes, salah satu

    ahli teori kenegaraan ternama, menyatakan bahwatujuan pendirian negara utamanya adalah untuk

    memberikan rasa aman; dalam pelaksanaannya negara

    lalu membentuk angkatan bersenjata untuk menjaga

    keamanan dan kedaulatannya.1

    Globalisasi dan batas negara yang semakin sumir

    saat ini menyebabkan semakin kompleks juga bentuk

    ancaman terhadap keamanan suatu negara. Secara

    umum terjadi pergeseran persepsi ancaman terhadap

    keamanan suatu negara yang dak melulu berasal dari

    ancaman yang bersifat militer. Akan tetapi, dimensi

    ancaman yang kompleks dak lantas menghilangkan

    hakekat proyeksi pembangunan kekuatan militer karena

    sejarah secara dominan telah membukkan bahwa

    dalam menghadapi ancaman militer jalan terbaik

    adalah apabila dihadapi secara militer, sebaliknya

    dalam menghadapi ancaman yang bersifat nirmiliter

    metode yang terbaik adalah menempuh solusi yang

    juga sifatnya nirmiliter.2

    Akan tetapi pandangan ini juga dak berdiri secara

    eksklusif. Dalam prakteknya militer sering dilibatkan

    dalam penanganan masalah-masalah yang bersifat

    nirmiliter. Hal ini terkait dengan keunggulan militer

    yang memiliki struktur komando dan pengendalian

    dengan hirarki yang tegas serta dukungan sumber

    daya yang dapat dimobilisasi dengan cepat. Saat ini

    militer sangat sering dilibatkan untuk menangani

    ancaman yang berasal dari gangguan nirmiliter seper

    penanganan bencana alam, menangani ancaman

    keamanan dan keterban dalam negeri maupun

    kejahatan transnasional.

    Dalam rangka menyampaikan ide tulisan ini, makapendekatan terhadap fungsi angkatan bersenjata,

    khususnya Angkatan Darat, dilihat secara dominan dari

    kacamata proyeksi penggunaan kekuatan dalam rangka

    menghadapi ancaman bersenjata terhadap kedaulatan

    dan integritas wilayah negara dari agresi, aneksasi

    wilayah maupun separasme dan pemberontakan. Lalu

    secara khusus tulisan ini akan berdiskusi tentang upaya

    transformasi bidang lahan dalam lingkungan Angkatan

    Darat sebagai bagian integral dari transformasi TNI

    AD menuju menjadi kekuatan yang memiliki orientasi

    outward looking yaitu TNI AD yang diawaki oleh

    personel yang profesional dengan didukung Alutsista

    yang modern, sehingga memiliki efek tangkal yang

    nggi dalam menghadapi ancaman terhadap keamanan

    dan kelangsungan hidup negara.

    PERANG : SIFAT DAN KARAKTER.

    Berbicara tentang tugas utama militer dak akan

    bisa lepas dari pembinaan kekuatan dan kemampuan

    untuk dapat memenangkan suatu perang. Konsep

    Si vis pacem para bellum atau Bila ingin damai,

    TRANSFORMASI TNI AD

    DIBIDANG LATIHAN

    Oleh :

    Brigjen TNI Irwansyah, M.Sc.

    (Waaspam Kasad)

    Transformasi lahan justru sangat dinamis

    disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi,

    utamanya dalam teknologi dan persenjataan.Integrasi kemampuan antar kesenjataan dan

    interoperabilitas antar matra ditunjang dengan

    komando dan pengendalian yang solid akan dapat

    berndak sebagai pengganda kekuatan

    (force mulplier).

    12 Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Jurnal Yudhagama

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    13/6

    bersiaplah untuk perang merupakan konsep pikir yang

    sudah diperkenalkan sejak jaman Plato. Perjalanan

    sejarah telah membukkan bahwa pemikiran ini banyak

    mendasari keputusan para panglima dan pimpinan

    negara untuk berperang dengan negara lain.

    Konsep ini jugalah yang hingga sekarang mendasaripara pemikir militer untuk senanasa berkontemplasi

    dalam membangun kekuatan dan meningkatkan

    kemampuan untuk melaksanakan perang dengan

    memanfaatkan perkembangan teknologi dan ilmu

    pengetahuan. Pemikiran yang sama juga dak dipungkiri

    telah menginspirasi perkembangan generasi perang

    mulai dari generasi pertama (1st generaon warfare)

    hingga perang generasi keempat (4th generaon

    warfare).3

    Dalam upaya untuk memperoleh pengeran

    tentang perang ini selanjutnya kita juga perlu

    memahami tentang sifat perang (the nature of war) dankarakter perang (the character of war). Penganut teori

    Clausewitz (Clausewitzian) mengambil kesimpulan

    bahwa perang, apapun itu bentuknya (agresi, aneksasi,

    perang saudara ataupun intervensi militer), memiliki

    sifat (nature) yang konstan, universal dan mengandung

    nilai yang tetap sepanjang masa yaitu melibatkan

    penggunaan kekerasan, memiliki kesempatan menang

    atau kalah serta penuh dengan unsur kedakpasan

    dalam medan peperangan. Dalam teori yang sama

    Clausewitz juga menyatakan bahwa prasyarat suatu

    pihak dapat diindikasikan kalah dalam suatu perang

    adalah melipu kehancuran angkatan bersenjata, Ibu

    kota dikuasai musuh, dan sekutu yang ingin membantudipukul mundur oleh lawan.4

    Pernyataan ini semakin memperkuat pemahaman

    bahwa dalam pelaksanaan suatu perang akan terjadi

    kekejaman, kehancuran dan pemaksaan kehendak

    dari pihak yang menang terhadap pihak yang kalah.

    Terkait dengan karakter perang, keberadaannya

    sangat tergantung dari banyak faktor sesuai dengan

    perkembangan yang terjadi di dunia. Teori Clausewitz

    dan pengamat militer kontemporer Collin Gray

    menjelaskan bahwa karakter perang memiliki sifat yang

    dak tetap, berkembang sesuai keadaan dan beradaptasi

    sesuai jamannya. Hal inilah yang telah ditangkap dalam

    penggolongan generasi perang yang dikenal luas saat

    ini. Penggolongan ini pada dasarnya merupakan upaya

    untuk memeroleh pengeran tentang karakter perangyang harus dihadapi guna memperoleh solusi yang

    terbaik untuk memenangkannya. Karakter perang akan

    sangat terpengaruh oleh perkembangan keadaan sosial

    polik dan pengalaman dari sejarah.5Dalam hal ini maka

    perkembangan teknologi, transportasi dan komunikasi

    akan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter

    perang yang mungkin terjadi saat ini dan dimasa yang

    akan datang.

    TRANSFORMASI MILITER.

    Menilik dari sudut pandang emologi maka

    islah transformasi yang kita sadur dari kata transform

    memiliki ar sebagai suatu perubahan yang terlihat

    dengan jelas dalam bentuk tampilan ataupun ukuran.6

    Transformasi dalam tubuh militer selanjutnya dapat

    dijabarkan sebagai penerapan konsep doktrin,

    organisasi serta teknologi baru dalam suatu angkatan

    bersenjata. Konsep transformasi di lingkungan militer

    telah dikenal sejak lama, akan tetapi dak dapat

    dipungkiri bahwa diseminasi transformasi militer

    yang saat ini terjadi secara global banyak terinspirasi

    dari proses transformasi yang sudah dilaksanakan

    secara sistemas oleh militer Amerika Serikat. Dalam

    masa kepemimpinannya sebagai US Army Chie of

    Sta, Jenderal Peter Schoomaker pada tahun 2006menyatakan bahwa proses transformasi dalam tubuh

    angkatan darat Amerika Serikat adalah penng guna

    mempertahankan kondisi angkatan darat yang diawaki

    oleh personel dengan jumlah yang cukup, didukung

    alutsista yang modern dan dilah dengan baik. Proses

    transformasi yang berorientasi pada pelaksanaan

    tugas yang akan dihadapi ini juga dengan jelas pada

    pernyataan beliau saat dengar pendapat dengan

    parlemen Amerika Serikat seper kupan dibawah ini :

    The Army is steadfast in its determinaon to transform

    the total force from a Cold War structured organizaon

    into one best prepared to operate across the full

    spectrum of conict. This eort includes modernizaon,

    modular conversion, rebalancing our forces across the

    acve and reserve components, and a force generaon

    model that provides for connuous operaons. 7

    Dari pernyataan yang digaris bawahi dapat diambil

    kesimpulan bahwa proses transformasi di lingkungan

    angkatan darat Amerika Serikat sangat dipengaruhi

    Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Media Informasi dan Komunikasi TN

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    14/6

    oleh kemungkinan penugasan yang dihadapi, terutama

    setelah adanya pergeseran dari masa perang dingin yang

    terkonsentrasi pada pengembangan kekuatan perang

    total (konvensional?) menjadi kekuatan yang lebih siap

    menghadapi konik mul spektrum yang menuntut

    kemampuan operasional yang adapf sesuai dengan

    perkembangan situasi dan lingkungan pertempuran.

    Satu hal menarik yang dapat kita lihat bahwa

    US Army juga mempermbangkan kondisi proses

    bisnis yang sangat memengaruhi proses transformasi.

    Hal ini dapat dimenger dengan pemahaman

    konsep pengembangan pertahanan reality based.

    Pengembangan pertahanan tak akan pernah terlepas

    dari proses ekonomi akuisisi kemampuan pertahanandan akan sangat bergantung pada kondisi ekonomi

    suatu negara.

    Visualisasi Konsep transformasi US Army juga

    dengan jelas memperlihatkan kompleksnya implikasi

    dan proses transformasi. Secara umum proses

    transformasi dilaksanakan sebagai upaya untuk tetap

    dapat menyediakan kekuatan angkatan bersenjata yangrelevan dan selalu siap dalam menghadapi kemungkinan

    ancaman yang beragam pada abad ke-21 yang semakin

    kompleks dan penuh dengan kedakpasan. Angkatan

    Darat sebagai bagian dari militer Amerika Serikat secara

    umum merupakan salah satu pelaksana strategi militer

    Amerika Serikat sehingga harus mengembangkan

    kemampuan interoperabilitas yang baik dalam

    melaksanakan tugas-tugas matra gabungan.

    TRANSFORMASI TNI AD.

    Berbicara tentang konsep transformasi TNI AD

    dak akan terlepas dari konsep transformasi TNI secara

    umum. Hal utama yang menjadi dasar pemikiran

    tentang transformasi di lingkungan TNI dan TNI ADpasca reformasi internal adalah kebijakan negara untuk

    mengubah orientasi pengembangan pertahanan yang

    semula berorientasi menyelesaikan masalah keamanan

    dalam negeri (inward looking) menjadi pembangunan

    pertahanan yang juga mempermbangkan faktor

    ancaman dari luar (outward looking) guna memberikan

    efek deteren yang kuat. Hal ini hanya dapat dicapai

    apabila kondisi Alutsista TNI AD sudah sesuai dengan

    Visualisasi Konsep Transformasi US Army8

    14 Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Jurnal Yudhagama

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    15/6

    perkembangan teknologi modern.

    Selain itu, tugas-tugas pertahanan dalam negeri,

    yakni dalam kerangka mengatasi konik yang berdimensi

    keutuhan wilayah NKRI, menjaga perbatasan dan pulau-

    pulau terluar Indonesia serta membantu pemerintah

    dalam penanganan dampak bencana alam di sejumlah

    daerah semakin menyadarkan betapa penngnyakesiap-siagaan pertahanan, baik personel maupun

    Alutsista.

    Dengan dasar pemikiran tersebut dapat dijabarkan

    bahwa transformasi TNI AD harus diarahkan untuk dapat

    meningkatkan kemampuan TNI AD melaksanakan tugas-

    tugas yang saling berkaitan baik itu dalam kerangka

    OMP maupun OMSP. Terkait dengan perkembangan

    terkini dimana interaksi antar negara merupakan salah

    satu faktor yang krusial maka tugas-tugas yang terkait

    dengan interaksi TNI AD dengan angkatan darat negara

    lain di dunia, diluar tugasnya untuk ikut akf dalam

    perdamaian dunia dalam kerangka pasukan keamanan

    PBB, dapat juga diperhitungkan sebagai faktor dominan

    penentu keberhasilan transformsi di tubuh TNI AD.

    Interaksi dengan angkatan darat negara lain baik itu

    regional maupun internasional merupakan hal yang

    mutlak apabila TNI AD ingin mendapat pengakuan

    sebagai tentara kelas dunia (world class army).

    Urgensi lain yang membuat interaksi luar

    negeri ini cukup penng adalah proses transformasi

    TNI AD sendiri. Tidak perlu malu mengakui bahwa

    dalam hal modernisasi Alutsista kita masih ternggal

    dari beberapa negara tetangga. Untuk itulah kita

    manfaatkan komunikasi yang baik dengan angkatan

    darat negara sahabat agar memeroleh manfaat berupapertukaran pengalaman dan ilmu pengetahuan. Harus

    dimenger bahwa proses integrasi suatu Alutsista dalam

    kemampuan TNI AD merupakan proses yang gradual.

    Pembelajaran dari negara lain dapat mencegah

    kesalahan ataupun memperbaiki kekurangan yang

    mungkin terjadi saat pengintegrasian Alutsista baru

    tersebut dalam operasional TNI AD. Sebagai contoh,

    negara seper Singapura dan Australia sudah memiliki

    pengalaman tentang Main Bale Tank(MBT), sehingga

    banyak pelajaran yang dapat diambil TNI AD.

    Tidak hanya dalam bidang Alutsista, kita juga

    dapat belajar tentang proses pengembangan doktrin

    maupun pengalaman operasi negara-negara lain yang

    mungkin dak akan pernah diperoleh oleh TNI AD.

    Salah satu contohnya adalah kita dapat belajar tentangperang menghadapi insurjensi di Iraq dan Afghanistan

    dari pengalaman Amerika Serikat maupun Australia,

    baik itu keberhasilan maupun kegagalannya. Sharing

    pengalaman seper ini nannya diharapkan akan

    dapat memberikan kontribusi posif dalam proses

    pengembangan takk dan doktrin tempur TNI AD.

    Lalu bagaimanakah pentahapan transformasi

    TNI AD yang dapat memberikan hasil yang opmal?

    Secara logis proses transformasi TNI AD harus

    selaras dengan kebijakan pertahanan pemerintah

    yang saat ini dilaksanakan dalam format Minimum

    Essenal Force (MEF). Sesuai dengan pentahapan

    MEF, yang merupakan upaya untuk mengopmalkan

    pengembangan pertahanan negara dihadapkan pada

    keterbatasan anggaran pertahanan negara, maka

    proses transformasi TNI AD seharusnya disesuaikan

    pula dengan pentahapan pencapaian sasaran MEF yang

    dijabarkan sebagai berikut:

    Pertama, konsep pengembangan force to-

    risk-rao tahun 2010-2014. Pada tahap ini sasaran

    Penyelenggaraan Pertahanan adalah terwujudnya

    kondisi aman dan damai di seluruh wilayah nusantara.

    Tik berat transformasi TNI AD dalam tahap ini

    diantaranya dapat dilakukan melalui reorganisasi

    Satpur dan Satbanpur yang memiliki kemampuanuntuk mengatasi masalah keamanan di beberapa

    trouble spotdi wilayah Indonesia. Mengingat karakter

    Indonesia yang rawan terhadap bencana, kemampuan

    yang mendukung tugas penanggulangan bencana

    juga mutlak dikembangkan. Inisiaf lain yang dapat

    dilakukan adalah peningkatan kemampuan mobilitas

    udara yang dapat meningkatkan kecepatan respon TNI

    AD.

    Kedua, konsep pengembangan force to-space-

    rao tahun 2015-2019. Pada tahap ini sasaran yang

    dicapai adalah kemampuan Pertahanan Negara,

    termasuk keamanan dalam negeri yang makin menguat

    yang ditandai dengan terbangunnya profesionalisme

    lembaga Pertahanan Negara serta meningkatnya

    kesejahteraan prajurit serta ketersediaan Alutsista

    TNI melalui pemberdayaan industri pertahanan dalam

    negeri. Pada Tahap II, sasaran pembangunan kekuatan

    TNI AD untuk melanjutkan pemantapan Satpur dan

    Banpur, baik dari segi pemenuhan TOP yang disesuaikan

    dengan perkembangan bidang militer (Revoluon

    in Military Aairs) maupun interoperability dalam

    TUGAS OMP

    TUGAS OMSP

    KOMITMEN

    LUAR NEGERI

    Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Media Informasi dan Komunikasi TN

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    16/6

    kerangka Tri-Matra Terpadu. Disposisi kekuatan secara

    merata merupakan hal mendasar untuk menjamin

    coverageterhadap seluruh wilayah NKRI. Penguasaan

    wilayah dak secara sik juga menjadi permbangan

    dalam peningkatan kemampuan jangkauan tembakan

    senjata lintas lengkung untuk dapat mencapai batas-batas terluar wilayah NKRI untuk pertahanan dari

    ancaman luar.

    Kega, konsep pengembanganforce to-force-rao

    tahun 2020-2024. Pada tahap ini sasarannya adalah

    terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat

    serta terjaganya keutuhan wilayah NKRI dan kedaulatan

    negara baik dari ancaman luar dan dalam negeri, yang

    didukung oleh mantapnya kemampuan pertahanan

    dan keamanan negara yang ditandai oleh terwujudnya

    TNI yang profesional dengan Komponen Cadangan dan

    Komponen Pendukung yang kuat serta terwujudnya

    sinergi kinerja dalam bidang keamanan, intelijen,dan kontraintelijen yang efekf, disertai kemampuan

    industri pertahanan yang andal. Pada tahap ini sasaran

    pembangunan kekuatan TNI AD untuk menuntaskan

    pemantapan Satpur dan Banpur yang ditandai dengan

    tuntasnya pemenuhan TOP yang disesuaikan dengan

    perkembangan bidang militer (Revoluon in Military

    Aairs), serta semakin berfungsinya interoperability

    antar-angkatan.

    Keempat, tahap akhir yaitu pembangunan postur

    pertahanan yang sudah sejalan dengan perkembangan

    terkini dalam penerapan teknologi militer (Revoluon

    in Military Aairs). Dalam tahap ini, yang diharapkan

    untuk dicapai pada tahun 2050, TNI AD sudah benar-benar berdiri sejajar dengan angkatan darat negara lain

    di dunia dengan menerapkan teknologi paling mutakhir

    hingga nano technologydalam kemampuan dan sistem

    tempurnya.9

    TRANSFORMASI TNI AD BIDANG LATIHAN.

    Sesuai dengan tujuan akhir dari Minimum

    Essenal Force diharapkan pada tahun 2024 telah

    tercapai kekuatan minimum TNI AD yang memiliki daya

    tangkal untuk dapat memelihara keamanan Indonesia

    dari dalam dan luar negeri dengan dukungan Alutsista

    yang modern dan sesuai dengan perkembangan

    jaman. Terkait dengan hal tersebut maka sejak tahap

    I pembangunan MEF ini TNI AD harus sudah mulai

    mensinergikan proses transformasinya sejalan dengantahapan kebijakan pembangunan pertahanan negara.

    Transformasi ini juga harus dilakukan sebagai satu

    kesatuan yang utuh dan saling bergantung satu dengan

    yang lain baik itu dibidang doktrin, organisasi, lahan,

    materiil/Alutsista, kepemimpinan dan personel; sejalan

    dengan industri pertahanan.

    Berbicara tentang lahan akan sangat dipengaruhi

    oleh salah satu premis yang menyatakan bahwa

    lahkanlah apa yang akan dilakukan. Suatu

    pernyataan logis yang selanjutnya harus dijabarkan

    dengan pemikiran yang mendalam. Sebagai hal yang

    sudah diketahui bersama, lahan dalam lingkungan

    TNI AD dilaksanakan untuk memberikan, memelihara

    maupun meningkatkan kemampuan prajurit maupun

    satuan TNI AD untuk dapat melaksanakan fungsinya

    dengan baik dalam rangka mendukung tugas-tugas TNI

    AD. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa proyeksi utama

    penggunaan angkatan darat adalah dalam keadaan

    perang. Dari njauan sifat perang (nature of war) dan

    karakter perang (character of war) maka transformasi

    yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut:

    Pertama, njauan dari Sifat Perang (Nature of

    War). Sifat perang akan tetap sama sepanjang masa,

    yaitu melibatkan kekerasan, kejam, ada kemungkinan

    menang atau kalah serta penuh dengan kedakpasan.Terkait dengan hal tersebut, maka lahan yang akan

    dilaksanakan tetap dak boleh menyampingkan

    nilai-nilai keprajuritan yang paling mendasar, seper

    semangat pantang menyerah, tahan menderita, berani,

    daya juang serta loyalitas yang dak tergoyahkan

    kepada negara. Hal ini dilaksanakan dengan tetap

    mengimplementasikan lahan-lahan yang keras baik

    itu dari segi sik dan mental untuk dapat membentuk

    prajurit TNI AD yang tangguh.

    Konsistensi dalam melaksanakan lahan yang

    menuntut ketahanan sik dan mental ini penng

    mengingat penngnya kualitas perorangan prajurit

    sebagai kombatan dalam kondisi wilayah pertempuran

    maupun konik yang penuh dengan tantangan. Ini juga

    dak berar kita akan tetap bertahan sebagai tentara

    tradisional, karena penerapan kemajuan teknologi

    juga akan sangat penng sebagai pengganda kekuatan

    prajurit (force mulplier). Penngnya mempertahankan

    kemampuan dasar prajurit bahkan sudah diakui oleh

    angkatan darat modern seper US Army. Saat ini US

    Army sudah memperkenalkan sistem pertempuran

    16 Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Jurnal Yudhagama

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    17/6

    berbasis jaringan (network-centric bale system) yang

    dalam beberapa sisi sangat menguntungkan untuk

    dapat bertempur dengan kesenjataan dan matra

    gabungan. Sistem ini memberikan interoperabilitas

    dan kodal yang sangat baik, akan tetapi kajian terakhir

    menyebutkan bahwa sistem ini memiliki kerawanan

    terhadap terjadinya disorientasi dan kehilangansemangat tempur prajurit saat seluruh teknologi

    pendukungnya dak berfungsi.

    Kedua, njauan dari Karakter Perang (Character of

    War). Dari njauan karakter perang, maka transformasi

    dibidang lahan dapat dilaksanakan sesuai dengan

    perkembangan teknologi terakhir yang penerapannya

    disesuaikan dengan proyeksi penugasan dan karakter

    unik wilayah pertahanan Indonesia. Konsep lahan

    di TNI AD saat ini sudah cukup komprehensif dalam

    menghadapi proyeksi kemungkinan penugasan di

    masa yang akan datang. Adanya konsep Batalyon Tim

    Pertempuran (BTP) dalam OLI dan Operasi Pertahanan

    secara umum telah dapat melahkan tugas yang akan

    dilaksanakan oleh TNI AD dalam kerangka OMP dan

    OMSP.

    Secara umum transformasi lahan akan sangat

    bergantung kepada faktor-faktor lain terutama doktrin

    serta Alutsista yang dimiliki TNI AD. Salah satu hal yang

    urgen saat ini adalah adanya gelombang Alutsista baru

    yang akan memasuki lingkungan TNI AD. Kenyataan

    ini perlu dindak lanju dengan lahan yang dak

    hanya parsiil dalam melah penggunaan Alutsista

    yang baru tersebut. Akan tetapi juga perlu melahkan

    penggunaan Alutsista tersebut secara terintegrasi

    untuk meningkatkan daya gempur satuan TNI AD dalampertempuran.

    Terkait dengan pembelian Alutsista baru baik itu

    helikopter tempur, tank tempur utama (Main Bale

    Tank/MBT), meriam Arleri medan dan meriam

    Pertahanan Udara, maka perubahan doktrin merupakan

    hal utama yang menjadi dasar terlaksananya

    tranformasi lahan di lingkungan TNI AD. Doktrin

    perang akan sangat menentukan takk dan teknik

    yang harus dilahkan kepada prajurit dan satuan TNI

    AD dalam rangka meningkatkan kemampuan tempur

    TNI AD secara terintegrasi dengan menggabungkan

    keunggulan personel yang profesional dan terlah serta

    dilengkapi dengan dukungan alutsista yang modern.

    Adanya pemikiran untuk membentuk struktur

    organisasi dalam bentuk Brigade Gabungan Kesenjataan

    secara langsung juga akan sangat berpengaruh terhadap

    pembinaan lahan di lingkungan TNI AD. Perkembangan

    ini akan menuntut peningkatan dalam skala lahan dari

    lahan ngkat Batalyon Tim Pertempuran yang terdiri

    dari batalyon infanteri yang diperkuat oleh satuan

    bantuan tempur yang nonorganik menjadi lahan

    ngkat brigade yang terdiri dari satuan tempur dan

    satuan bantuan tempur serta satuan pendukung yang

    keseluruhnya merupakan organik dari satu brigade.

    Tidak menutup kemungkinan di masa yang akan

    datang struktur Brigade Kesenjataan Gabungan akan

    berkembang menjadi pola penyusunan organisasi TNI

    AD di masa depan. Permbangan dari pembentukansatuan komposit ini adalah guna menjamin kesiapan

    operasional satuan dihadapkan pada penugasan dan

    pada saat yang bersamaan juga akan meningkatkan

    integritas satuan. Transformasi lahan ini secara umum

    lalu akan diaplikasikan kedalam komponen lahan

    untuk memberikan hasil yang opmal. Hal ini dapat

    dijabarkan sebagai berikut:

    Pertama, Pelah. Pelah yang mengawasi jalannya

    lahan harus memiliki referensi yang terbaik dari dalam

    maupun luar negeri. Bukan untuk sekedar meniru akan

    tetapi untuk memperkaya khasanah pemberian materi

    dalam lahan. Kedua, Pelaku. Pelaku harus diberikan

    keleluasaan dalam mengambil keputusan terkait

    dengan Cara Berndak yang dipilih saat lahan. Jangan

    ada lagi jawaban sekolah dalam seap persoalan,

    karena dak ada yang pas di medan pertempuran.

    Kega, Metoda. Metode dalam lahan harus bisa

    memberikan realisme dan atmosr dinamisnya medan

    pertempuran dengan kemungkinan besar untuk terjadi

    di daerah pemukiman. Penggunaan Red Force atau

    pasukan penimbul situasi harus seopmal mungkin

    menambah dinamika dan menginspirasi pelaku lahan

    untuk bereaksi di lapangan sesuai dengan pedoman

    takk yang dimiliki. Keempat, Rencana Lahan.

    Rencana lahan sudah harus mempermbangkanfaktor penduduk dalam skenario lahan, sehingga dak

    ada skenario lahan yang benar-benar di daerah kosong

    tak berpenghuni. Kelima, Program Lahan. Program

    lahan harus dapat memberikan keleluasaan kepada

    unsur komandan untuk mengembangkan inisiaf dan

    menentukan cara berndak sesuai dengan kondisi riil di

    medan lahan. Keenam, Doktrin. Doktrin yang lebih

    bersifat universal dan menginspirasi dari pada dogmas

    merupakan salah satu hal penng untuk mendorong

    transformasi guna menghasilkan lahan yang realiss

    dan bisa memberikan hasil yang diinginkan. Ketujuh,

    Sarana Prasarana. Transformasi lahan tentu saja

    menuntut kualitas sarana dan prasarana lahan yang

    senanasa siap mendukung pelaksanaan lahan

    dalam rangka meningkatkan profesionalisme prajurit.

    Kedelapan, Pendukung Lahan. Satuan pendukung

    selama lahan harus benar-benar dapat melaksanakan

    fungsinya sesuai perannya membantu pelaksanaan

    lahan seper peran yang akan diemban di medan

    pertempuran. Kesembilan, Dukungan anggaran.

    Anggaran lahan harus benar-benar dapat menunjang

    Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Media Informasi dan Komunikasi TN

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    18/6

    pelaksanaan kegiatan lahan dengan cukup dan dak

    kekurangan sesuai dengan kondisi di daerah masing-

    masing. Apabila perlu sistem dukungan anggaran yang

    ada sekarang dapat dirubah. Sistem anggaran yang ada

    saat ini menuntut perencanaan jauh di awal lahan

    namun dana baru turun setelah pertanggungjawaban

    keuangan selesai, sehingga tak jarang satuanpenyelenggara lahan harus berhutang terlebih

    dahulu untuk dapat melaksanakan lahan. Sistem

    anggaran yang baru dapat berupa sistem pengajuan

    dana sesuai kebutuhan riil saat lahan dan dana turun

    sebelum kegiatan, sehingga dapat langsung digunakan.

    Kesepuluh, Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian

    Lahan. Tidak bertujuan untuk hanya mencari-cari

    kesalahan akan tetapi lebih kepada menunjukkan

    kekurangan untuk dapat diperbaiki dimasa yang akan

    datang.

    Transformasi lain yang perlu dipermbangkan

    adalah pemanfaatan lahan bersama dengan AD

    negara sahabat sebagai salah satu program untuk

    meningkatkan kemampuan operasional. Dengan

    adanya strategi MEF maka dalam beberapa hal Alutsista

    yang dimiliki TNI AD sudah dapat disetarakan dengan

    beberapa negara di kawasan ataupun negara adi daya

    seper Amerika Serikat. Terkait dengan hal tersebut

    maka lahan bersama dengan angkatan darat negara

    lain dalam skala besar seharusnya sudah dapat

    dipermbangkan menjadi agenda lahan TNI AD dalam

    rangka saling belajar dan berbagi pengalaman dengan

    angkatan darat negara sahabat. Sebagai ilustrasi

    Angkatan Darat Australia membuat siklus lahannya

    menjadi siklus 2 tahunan. Siklus lahan tahun pertamamencapai klimaks pada lahan puncak gabungan antar

    matra internal angkatan bersenjata Australia dengan

    kode Exercise Hammel. Pada tahun pertama ini

    seluruh lahan satuan diproyeksikan untuk melahkan

    interoperabilitas lahan dalam lingkup matra darat,

    laut dan udara Australia. Siklus pada tahun berikutnya

    adalah siklus untuk lahan puncak Talisman Sabre

    yaitu lahan bersama dengan New Zealand dan Amerika

    Serikat. Pada tahun ini lahan diarahkan pada lingkup

    menciptakan interoperabilitas Trimatra Australia untuk

    dapat beroperasi dengan kekuatan darat, laut dan

    udara negara sekutunya.

    KESIMPULAN.

    Sesuai dengan hakekat perang yang merupakan

    upaya habis-habisan menggunakan seluruh sumber

    daya yang dimiliki dalam rangka memaksakan kehendak

    kepada lawan dan bilamana perlu terkadang harus

    menghancurkan lawan maka kekejaman adalah unsur

    yang sangat dominan dalam perang. Berkaitan dengan

    hal tersebut maka lahan terhadap prajurit harus dapat

    memberikan efek yang dapat menumbuhkan semangat

    pantang menyerah dan tahan menderita dalam rangka

    mencapai tujuan nasional. Dengan alasan tersebut

    maka lahan-lahan yang bertujuan menumbuhkan

    dan meningkatkan daya juang dak perlu dilaksanakan

    transformasi karena hal ini dak akan berubah

    sepanjang masih adanya kemungkinan perang di dunia. Akan tetapi karakter perang akan berubah seiring

    dengan perkembangan jaman. Kemajuan teknologi

    dan persenjataan jelas merupakan faktor yang sangat

    dominan terhadap hal tersebut. Perang secara sik akan

    tetap kejam akan tetapi dak seper masa silam dimana

    prajurit harus berhadap-hadapan langsung secara sik

    dan bertarung ma-maan dengan taruhan nyawa

    untuk kemudian menyaksikan langsung bagaimana

    lawannya meregang maut. Perang saat ini walaupun

    kejam dak harus dilakukan secara berhadapan

    langsung dengan musuh. Perkembangan teknologi

    militer saat ini telah memungkinkan untuk membunuh

    lawan yang jaraknya puluhan kilometer dan bahkan

    antar benua hanya dengan menekan sebuah tombol.

    Terkait dengan hal tersebut transformasi

    lahan justru sangat dinamis disesuaikan dengan

    perkembangan yang terjadi utamanya dalam

    teknologi dan persenjataan. Integrasi kemampuan

    antar kesenjataan dan interoperabilitas antar matra

    ditunjang dengan komando dan pengendalian yang

    solid akan dapat berndak sebagai pengganda kekuatan

    (force mulplier). Pengintegrasian kemampuan

    dan kesenjataan inilah yang nannya akan menjadi

    permbangan utama dalam transformasi lahan sambil

    tetap menjunjung nggi peningkatan kualitas personelagar dapat menjadi prajurit yang profesional.

    Globalisasi juga telah membuka kesempatan bagi

    kerja sama antar angkatan darat tanpa harus perlu

    membentuk aliansi militer. Adanya komunikasi dengan

    militer asing akan dapat menambah khasanah wawasan

    dan pengalaman prajurit TNI AD dalam meningkatkan

    profesionalisme. Utamanya dengan kondisi saat ini

    dimana TNI AD sedang mulai melaksanakan modernisasi

    Alutsistanya, maka interaksi dengan AD negara sahabat

    dalam bentuk lahan bersama dapat dijadikan sebagai

    salah satu referensi tambahan bukan hanya untuk

    belajar dari pengalaman (Lesson Learned) tetapi juga

    sebagai sarana implementasi kemampuan untuk dapat

    berkembang sebagai salah satu kekuatan angkatan

    darat yang diakui dunia (world class army).

    End Notes.

    1. T Hobbes, Leviathan, 1660 in C.B. Macpherson,

    Leviathan, Penguin, Harmondsworth, 1968, Chapter

    XVII.

    2. Wver, O. (1995). Securizaon and

    18 Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Jurnal Yudhagama

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    19/6

    desecurizaon. Pp. 46-86 in R. Lipschutz (ed.) On

    security. NY: Columbia Univ. Press.

    3. Lind, William S, The Four Generaons of Modern

    War, hp://www.lewrockwell.com/lind/lind26.html

    diakses 28 Oktober 2012.

    4. Clausewitz, Carl von, trans. Colonel J.J. Graham, On

    War, London : N.Trhbner, 1873, pp.596.5. Transform : a marked change in form, nature, or

    appearance, Oxford english diconary.

    6. Transform : a marked change in form, nature, or

    RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS

    appearance, Oxford english diconary.

    7. hp://www.army.mil/-speeches/2006/12/14/989-

    statement-by-general-peter-schoomaker-chief-of-

    staff-united-states-army-before-the-commission-on-

    naonal-guard-and-reserves/index.html.

    8. hp://www.army.mol/aps/05/images/purpose-

    chart.jpg, diakses pada 26 Oktober 2012.9. Postur Pertahanan Negara, Kementerian Pertahanan

    RI, 2008.

    I. Data Pokok.

    1. Nama : Irwansyah, M.Sc2. Pangkat/NRP : Brigjen TNI

    3. Tmp/Tgl. Lahir : Makassar/10-11-19624. Agama : Islam

    5. Status : Kawin6. Sumber Pa/Th : Akmil/1984

    7. Jabatan : Waaspam Kasad

    II. Riwayat Pendidikan Militer.

    A. Dikbangum.

    1. Akmil : 1984

    2. Sussarcab Inf : 19853. Diklapa II : 1995

    4. Seskoad : 20015. Lemhannas USA : 2011

    B. Dikbangspes.

    1. Sussar Para : 19862. Komando : 1986

    3. Sus Bahasa Inggris : 1988

    4. Suspa Intel : 19895. Suspa Sandi Yudha : 1990

    6. Suslapa I Inf : 19917. Sus Dandim : 2003

    8. Sus Intelstrat : 2005

    B. Luar negeri.

    1. Australia : 1991

    2. Kamboja : 1995

    3. Amerika (USA) : 1997

    4. Saudi Arabia : 2004

    5. Pakistan : 2006

    6. Sri Lanka : 2007

    8. Amerika (USA) : 2011

    9. Kamboja : 2012

    10. Australia : 2012

    11. Amerika (USA) : 2012

    III. Riwayat Penugasan.

    A. Dalam negeri.1. Ops. Seroja : 1988

    2. Ops. Reksaka Dharma : 1990

    3. Ops. Seroja : 1994

    4. Ops. Seroja : 1999

    5. Ops. Pam Konik Ambon : 2002

    IV. Riwayat Jabatan.

    1. Danton Kopassus

    2. Dan Unit-22 Grup-2 Kopassus

    3. Wadanm Grup-2 Kopassus

    4. Danm-3 Grup-2 Kopassus

    5. Danm-2 Grup-2 Kopassus6. Pasi-1/22 Kopassus

    7. Dansat Scuba Grup-3 Kopassus

    8. Wadanyon-11/1 Kopassus

    9. Kasi-1 Grup-1 Kopassus

    10. Pamen Kopassus (Dik. LN, S2)

    11. Pgs. Pbdya. Mintel Kopassus

    12. Pamen Kopassus (Dik)

    13. Pbdya. Gal Sinteldam

    14. Danden Inteldam XVI/Ptm

    15. Dandim-1502/Malteng

    16. Waas Intel Kasdam XVI/Ptm

    17. Pbdya. E-32 Dit Bais TNI

    18. Athan RI19. Pamen Mabes TNI

    20. Pabut Kamkonkomunal

    21. Pamen Mabesad (Dik)

    22. Pamen Ahli Gol. IV Kopassus

    23. Paban V/Kermamil Sopsad

    24. Paban VI/Kermamil Sopsad

    25. Waaspam Kasad

    Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Media Informasi dan Komunikasi TN

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    20/6

    K

    epemimpinan sebagai ilmu dan seni

    memengaruhi orang lain, adalah suatu topik

    yang dak pernah habis dibahas sepanjang masa.Mengingat manusia adalah bagian dari sistem sosial

    yang selalu berubah, dak mengherankan jika para

    pakar selalu tergugah untuk mempelajari kembali

    perilaku kepemimpinan efekf, yang dapat menjawab

    tantangan perubahan di eranya. Terkait kepemimpinan

    militer yang efekf, menarik untuk membahas terlebih

    dahulu ciri khas profesi militer. Menurut Selmeski

    (2007), profesor antropologi di Akademi Militer Kanada

    KEPEMIMPINAN MILITER

    DI ERA TRANSFORMASI ANGKATAN DARAT

    (Suatu tinjauan psikologi)

    Oleh :

    Brigjen TNI Drs. Ngurah Sumitra, M.Psi.

    (Kadispsiad)

    dan mantan prajurit Pasukan Khusus Amerika Serikat,

    berbeda dari perusahaan sebagai perseroan terbatas

    yang memiliki kewajiban yang juga terbatas (limited

    liability), organisasi militer menuntut kewajiban yang

    dak terbatas dari anggotanya (unlimited liability).

    Ini karena militer adalah satu-satunya profesi yang

    memberi kewenangan pada pimpinannya, seap saat

    waktu dibutuhkan, untuk memerintahkan anggotanya

    membunuh orang lain, atau sebaliknya mengorbankan

    jiwanya sendiri, dan dibunuh orang lain. Inilahpengeran dari kewajiban tak terbatas yang hanya ada

    di dunia militer, dimana bagi seorang prajurit, gugur

    dalam tugas adalah suatu kehormatan.

    Dengan demikian, tantangan utama dalam

    membahas kepemimpinan militer, dikaitkan dengan

    proses transformasi menuju Angkatan Darat yang

    berbasis kemampuan, adalah sejauh mana sistem

    pengembangan kepemimpinan, dan perubahan yang

    diperlukan, dapat menghasilkan kader pimpinan yang

    efekf, yang mampu melaksanakan tugas-tugas di

    lingkungan strategis yang sedang mengalami perubahan

    intens, namun pada saat yang sama tetap memegang

    teguh nilai-nilai kemiliteran yang telah diturunkan oleh

    parafounding fathersAngkatan Darat.

    TRANSFORMASI BUDAYA MILITER DI ABAD KE-21.

    Suatu kajian dari Departemen Psikologi Kementerian

    Pertahanan Singapura tentang Kepemimpinan Militer

    di Abad ke-21, menyatakan ada dua tantangan masa

    depan yang perlu dijawab oleh pemimpin militer di

    manapun. Pertama adalah tantangan organisasional,

    yang diakibatkan dari dua fenomena, yaitu munculnya

    dunia yang tanpa batas dan perubahan bentuk

    organisasi militer dari organisasi modern ke organisasi

    post-modern. Yang kedua adalah tantangan di ngkatindividu, yang berasal dari konik antara tuntutan

    instusional versus okupasional (Chan, Soh & Ramaya,

    2012). Berikut adalah pemikiran yang melatarbelakangi

    paradigma ini.

    Organisasi Militer dan Dunia yang Tanpa Batas.

    Era globalisasi saat ini, menyebabkan dunia seolah-

    olah menjadi tak berbatas. Oleh karena itu, konsep

    Organisasi TNI AD perlu melakukan

    berbagai perubahan mendasar terkait dengan

    sistem pengembangan kepemimpinannya.

    Dimulai dari perumusan doktr in

    kepemimpinan yang tetap menjaga integritas

    nilai-nilai tradisional TNI AD namun dapat

    mengakomodir berbagai kecenderungan

    lingkungan strategis yang ada

    20 Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Jurnal Yudhagama

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    21/6

    organisasi militer tradisional yang kaku dan hirarkis

    yang cocok di era Perang Dunia II, di tahun 1980an,

    telah berubah menjadi konsep organisasi tanpa batas,

    yang harus mampu bersaing diera yang menuntut

    kecepatan, inovasi, eksibilitas dan integrasi. Jika

    sebelumnya para komandan masih merencanakan

    strategi bertempur dengan menggunakan simulasibak pasir, maka sekarang mereka seolah-olah dapat

    ikut terlibat dalam pertempuran di bagian dunia lain,

    melalui tayangan live showyang ditampilkan di monitor

    komputer.

    Fenomena ini telah menghasilkan Network Centric

    Warfare (NCW), suatu konsep operasi militer berbasis

    superioritas informasi yang dapat menghasilkan

    peningkatan daya tempur melalui interaksi jejaring

    sensor, pengambil keputusan dan prajurit lapangan,

    dalam rangka menciptakan pemahaman situasional

    yang sama, percepatan tempo operasi dan waktu

    komandan, peningkatan daya gempur, serta peningkatan

    kemampuan bertahan dan sinkronisasi diri (Alberts,

    Garstka, & Stein, 2000). Menurut David Schmidtchen

    (2007), seorang Doktor Psikologi Organisasi dari

    Angkatan Darat Australia yang meneli dampak NCW

    terhadap perilaku organisasi, dalam bukunya The Rise of

    Strategic Private,menemukan bahwa keputusan yang

    diambil seorang prajurit lapangan terendah (Prada/

    Private) dapat memberikan dampak strategis pada

    keberhasilan misi secara keseluruhan. Konsekuensinya,

    organisasi militer masa kini harus memiliki prajurit

    rendah yang memiliki kompetensi kemampuan berpikir

    strategis setara dengan perwira menengah, bahkan

    nggi.

    Perluasan Ruang Sipil di Ranah Militer dalam Era

    Organisasi Post-Modern.

    Dengan munculnya tuntutan keterbukaan dan

    penghormatan pada HAM, konsep organisasi militer

    modern yang berorientasi pada struktur dan budaya

    perang, sejak berakhirnya Perang Dingin di tahun 1990

    an, telah berubah menjadi organisasi yang berorientasi

    pada struktur dan budaya gabungan militer-sipil.

    Bentuk organisasi militer post-modern ini, yang harus

    lebih banyak berinteraksi luas dengan masyarakat sipil,

    bersifat mul fungsi, baik dari sisi misi seper OMP

    dan OMSP, maupun dari komposisi personel, seper

    meningkatnya peran wanita, etnik minoritas, PNS, serta

    mitra kerja sipil (Chan, Soh & Ramaya, 2012).

    Menghadapi kecenderungan ini, organisasi militer

    mullateral seper NATO, yang awalnya diciptakan

    negara-negara Barat untuk menghadapi Uni Soviet,

    kemudian berupaya menyesuaikan diri dan merancang

    konsep CIMIC (Civil-Military Co-operaon), sebagai

    suatu fungsi militer baru yang memberi akses pada

    komandan lapangan untuk berkoordinasi dengan pihak

    sipil seper LSM dan media massa, yang menuntut hak

    untuk ikut berakvitas di daerah operasi militer (Rehse,

    2004). Contoh konkret dari fenomena ini adalah situasi

    ironis yang dihadapi prajurit Amerika Serikat saatpertama kali menyerbu Irak. Mereka bukannya sibuk

    menghadapi pasukan Garda Republik Irak, tetapi justru

    harus menghadapi wartawan dan juru kamera CNN, Fox

    News, Al Jazeeradan China Central Television (CCTV),

    yang saling berkompesi untuk menayangkan berita

    menurut versi editorial masing-masing selama 24 jam

    sehari 7 hari seminggu (24/7), dan disalurkan ke rumah-

    rumah di seluruh dunia melalui televisi kabel (Compton,

    2004). Ini berar di era post-modern, organisasi militer

    sudah dak dapat lagi beroperasi di suatu ruang hampa.

    Berubahnya Nilai-Nilai Instusional-Ideologis Menuju

    Kearah Okupasional.Selain tantangan di ngkat organisasional,

    lingkungan strategis yang dihadapi para pemimpin

    militer juga mengalami perubahan di ngkat individual.

    Konsep militer sebagai profesi khusus yang berorientasi

    pada nilai-nilai instusional seper tugas, kehormatan,

    dan pengorbanan, secara perlahan telah berubah

    menjadi konsep militer sebagai suatu pekerjaan yang

    sama seper pekerjaan sipil lainnya yang berorientasi

    pada nilai-nilai okupasional seper gaji, tunjangan, dan

    kepuasan kerja (Chan, Soh & Ramaya, 2012). Perubahan

    ini terjadi akibat adanya pergeseran sosial dari

    masyarakat era industri di abad 20 yang disebut modern,ke era informasi abad ke-21 yang disebut postmodern,

    yang juga berimbas ke lingkungan militer. Perubahan

    konsep profesionalisme yang paling signikan dipicu

    pemaknaan kesesuaian orang dan jabatan (job-person

    t), dari yang berorientasi pada pekerjaan, menjadi ke

    pekerja-nya. Hal ini menyebabkan, besarnya tanggung

    jawab akibat meningkatnya tugas dan jabatan, dak

    lagi semata-mata muncul karena jabatan dan struktur

    Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Media Informasi dan Komunikasi TN

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    22/6

    TABEL 1: KONTEKS KESESUAIAN ORANG DAN JABATAN

    Kesesuaian Orang-

    JabatanBerorientasi pekerjaan Berorientasi pekerja

    Era Modern Post-modern

    GelombangPeradaban

    Industri Informasi/Pengetahuan

    Teori KepemimpinanTeori X

    Peran Atasan Dominan

    Teori Y dan Z

    Hubungan Timbal-balik

    Icon Henry Ford, Fred Taylor Bill Gates, Steve Jobs

    Struktur Organisasi Hirarkis, Birokratis Matriks, Jaringan

    Stereotip Pekerja Otot: Ban Berjalan di PabrikOtak : Teknologi Tinggi

    (Hi-tech)

    Lokasi Kerja Pabrik, Bengkel Industri Desainer Piranti Lunak

    Kerangka KerjaStruktur Organisasi,

    Uraian Jabatan

    Tujuan/Sasaran,

    Produk, Perubahan

    Proses Kerja Pekerjaan, Analisa Jabatan Kompetensi, Keterampilan

    Kekuatan Pemimpin Jabatan, Peran/Pangkat Kualitas Pribadi, Pengakuan

    Gaya Kepemimpinan Lebih banyak Transaksional Lebih banyak Transformasional

    Profesionalisme

    MiliterPejuang + Ahli Teknik

    Pejuang + Ahli Teknik + Akade-

    misi + Diplomat

    yang tersedia di organisasi, tetapi lebih ditentukanoleh seberapa lengkap seseorang telah meningkatkan

    kompetensinya dengan cara membekali diri dengan

    kapasitas, keahlian, dan kualitas kepribadian yang

    dituntut di suatu jabatan (Walker, 2007).

    Beberapa fakta transformasi profesionalisme

    militer dalam konteks kesesuaian orang dan jabatan,

    dapat disimak dari tabel 1.

    TANTANGAN TNI AD TERKAIT KOMPETENSI MILITER DI

    ERA ABAD KE-21.

    Berdasarkan pembahasan sebelumnya tentang

    perubahan lingkungan strategis yang dapat

    memberikan dampak pengaruh terhadap peran, fungsi

    dan keberadaan organisasi dan profesi militer di abad

    ke-21, maka selanjutnya perlu dibahas kompetensi

    kepemimpinan militer yang dibutuhkan. Hal ini menjadi

    penng mengingat konsep transformasi TNI AD

    adalah merujuk pada konsep pembangunan berbasis

    kemampuan dengan tujuan agar organisasi Angkatan

    Darat mampu berkompesi dengan organisasi Angkatan

    Bersenjata negara lain.

    Menurut penulis, permasalahan utama yangterkait dengan transformasi Angkatan Darat di

    bidang pengembangan kepemimpinan adalah belum

    terumuskannya doktrin kepemimpinan yang paling

    sesuai untuk TNI AD di era masa depan. Menurut

    salah satu founding fathers TNI, Letnan Jenderal

    (Purn.) Sayidiman Suryohadiprojo (1996), konsep

    kepemimpinan di TNI baru ada sekitar tahun 1953,

    sejak sejumlah perwira TNI kembali dari pendidikan

    militer di Amerika Serikat dan mempelajari konsep

    kepemimpinan militer yang di kalangan psikologi

    dikenal sebagai pendekatan ilmu perilaku (behaviorisc

    approach). Hal ini disebabkan karena sebelumnya,

    di kalangan psikologi Belanda/Eropa, termasuk di

    lingkungan militernya, dan Indonesia sebagai jajahannya,

    konsep kepemimpinan (leiderschap) dianggap sebagai

    kemampuan yang muncul sejak lahir (trait approach),

    dan bukan karena mendapat pendidikan tertentu. Dari

    latar belakang inilah, Jenderal Sayidiman dan kawan-

    kawan, berhasil merumuskan konsep kepemimimpinan

    TNI yang disebut dengan 11 Azas Kepemimpinan TNI,

    yang didasari pada nilai-nilai budaya Indonesia.

    (Diadaptasi dari R.W. Walker (2007), A Professional Development Framework to Address Strategic Leadership in

    the Canadian Forces. Dalam J. Stouer & A. MacIntyre (Eds.), Strategic Leadership Development: Internaonal

    Perspecves, Ontario: Canadian Defence Academy Press, hal. 31)

    22 Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Jurnal Yudhagama

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    23/6

    Kenyataannya, seper pernah disimpulkan di

    awal tahun 1980 an oleh m Pokja Dispsiad yang

    dipimpin Brigjen (Purn) Soemarto, Dipl Psych., saat

    diperintahkan untuk mengkaji 11 Azas Kepemimpinan

    TNI dari disiplin ilmu psikologi oleh KASAD Jenderal

    Rudini: Konsep ini adalah gabungan dari sifat bawaan

    (trait), perilaku (behavior) dan nilai (values), sehinggaagar dapat dijadikan sebagai pedoman, perlu

    dirumuskan lebih lanjut agar dak rancu. Keadaan

    doktrin kepemimpinan yang mutakhir, pada gilirannya

    menimbulkan kesulitan pada pihak-pihak yang diberi

    wewenang dan tanggung jawab untuk melahirkan

    kader-kader pimpinan TNI AD yang kompeten,

    termasuk pengembangannya di berbagai strata

    berbeda di organisasi TNI AD. Sebagai contoh, selama

    ini masih ada kerancuan dalam proses pengajaran

    materi kepemimpinan di ngkat Taruna, Selapa dan

    Seskoad tentang perbedaan esensi pengajaran 11 Azas

    Kepemimpinan dimasing-masing ngkatan ini. Karena

    itu, perubahan mendasar yang perlu dilakukan adalah

    merumuskan kembali doktrin kepemimpinan TNI AD

    yang dapat mengakomodir paradigma kepemimpinan

    militer modern, yang dirancang sesuai kompetensi

    perilaku yang terukur, dengan indikator perilaku yang

    berbeda untuk masing-masing gaya kepemimpinan di

    ngkat strategis, operasional dan taks.

    Dalam hal ini, Dispsiad sebagai satuan berbasis

    psikologi terapan, telah melakukan berbagai upaya

    praks untuk mengembangkan kepemimpinan militer

    di lingkungan TNI AD. Upaya-upaya tersebut antara lain

    adalah di tahun 2007, menjadi anggota Internaonal

    Military Leadership Associaon (IMLA), suatu asosiasi

    lembaga pengembangan kepemimpinan militer dari

    berbagai Angkatan Bersenjata dunia. Selain itu, Dispsiad

    juga telah menyelenggarakan berbagai program

    penilaian kompetensi jabatan para komandan satuanTNI AD, yang antara lain bertujuan untuk mengukur dan

    mengembangkan kompetensi kepemimpinan mereka,

    serta terakhir membentuk Lembaga Pengembangan

    Psikologi di Dispsiad.

    Kedepan, TNI AD dapat mengacu pada TNI AU

    yang telah berhasil menulis buku kepemimpinan militer

    Angkatan Udara yang mencakup berbagai konsep

    kepemimpinan masa kini (Mabesau, 2012). Selain itu,

    juga bermanfaat untuk mengacu pada konsep dari

    Lembaga Kepemimpinan Angkatan Bersenjata Kanada

    (CFLI, 2007a; 2007b), yang membagi kepemimpinan

    militer menjadi dua kompetensi. Yang pertama, yang

    memang merupakan kajian kepemimpinan pada

    umumnya, adalah pembahasan tentang kemampuan

    memimpin manusianya atau leading the people.

    Sedangkan yang kedua, yang lebih jarang dibahas,

    adalah kemampuan memimpin organisasi, atau leading

    the instuon, yang dianggap justru sangat dibutuhkan

    saat ini. Kemudian kedua kompetensi ini, dijabarkan lagi

    menjadi indikator perilaku sesuai strata kepemimpinan

    strategis, operasional dan taks.

    Selanjutnya, akan dibahas beberapa kompetensi

    Volume 33 No. I Edisi Maret 2013

    Media Informasi dan Komunikasi TN

  • 5/25/2018 Jurnal Yudhagama Maret 2013 Trnsformasi Tni Ad

    24/6

    yang dianggap dapat menjawab tuntutan tugas yang

    semakin kompleks diera abad ke-21 saat ini.

    Kepemimpinan Militer Tradisional.

    Diantara sejumlah tantangan akibat transformasi

    budaya organisasi dan kemiliteran dewasa ini, hal

    yang cukup krusial dan kris adalah perubahan dalamnilai-nilai keprajuritan terkait persepsi tentang profesi

    militer yang lebih dikaitkan dengan nilai-nilai pekerjaan

    seper gaji, tunjangan dan kepuasan kerja. Dalam hal

    ini sesuai doktrin kepemimpinan Angkatan Bersenjata

    Kanada, pimpinan militer masa depan harus mampu

    menjadi pengarah (steward), yang mampu menjaga

    profesionalisme militer sebagai ideologi (profesional

    ideology), pada saat ideologi manajerialisme dan

    kewirausahaan menjadi dominan dalam pengelolaan

    organisasi masa kini (CFLI, 2007a). Hal ini mengingat

    bahwa organisasi militer modern seper Angkatan

    Darat Amerika Serikat pun juga memiliki kerangka

    kompetensi kepemimpinan yang disebut dengan Be-

    Know-Do, dimana Beadalah domain sistem nilai yang

    dirumuskan dari nilai-nilai kepemimpinan tradisional

    yang dianggap dak boleh berubah sepanjang masa

    (Hesselbein, Shinseki & Cavanagh, 2004).

    Dengan demikian, untuk ngkat organisasi, TNI AD

    perlu merumuskan doktrin kepemimpinan yang dapat

    tetap menjaga nilai-nilai keprajuritan yang selama ini

    menjadi kekuatan ideologis dan ja diri profesionalisme

    TNI AD, terutama sebagai tentara pejuang yang

    diakui mampu menghasilkan militansi yang dapat

    menggetarkan pasukan militer negara lain. Sedangkan

    di ngkat individu, perlu dirumuskan kembali indikator

    perilaku dari konsep kepemimpinan semacam 11

    Azas Kepemimpinan, sehingga pemimpin TNI AD di

    seap strata, dapat menjadi fasilitator yang mampu

    mengintegrasikan organisasi secara keseluruhan,dengan membangun secara terus menerus visi, misi,

    sistem nilai, dan sasaran secara bersama (shared).

    Kemampuan Operasional Terpadu Secara Global

    (Global Interoperability).

    Di ngkat organisasi, satuan-satuan militer TNI AD

    harus mampu beroperasi di dunia yang tanpa batas,

    serta berinteraksi dan menjalin kerjasama dengan

    organisasi militer negara sahabat, seper misalnya

    melalui pelibatan di misi pemeliharaan perdamaian

    PBB, penyelenggaraan lahan militer bersama, ataupun

    penanganan bencana, baik di ngkat bilateral, regional

    maupun global. Hal ini menuntut adanya kemampuan

    untuk melaksanakan operasi secara terpadu dengan

    negara lain (global interoperability), baik dari sisi

    doktrin, sistem dan prosedur serta aturan, berdasarkan