Upload
tites-stiawan-pambudi
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)
1/16
i
STUDI KONTROL STRUKTUR GEOLOGI DAN KETERDAPATAN MINERALISASI
HIDROTHERMAL PUNGGUNGAN BAWAH LAUT KOMBA DI PERAIRAN FLORES
TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN PENAFSIRAN SEISMIK
REFLEKSI DAN PERCONTOHAN BATUAN
Tites Stiawan Pambudi, Asmoro Widagdo, Lili Sarmili
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Soedirman
Jalan Mayor Jenderal Sungkono KM 05 Purbalingga 53371
Telp. 0281 6596700;6596801 Email : [email protected]
Abstrak
Gunungapi Komba (Batutara) terletak di Perairan Flores Timur, Nusa Tenggara
Timur (NTT). Gunungapi ini memiliki puncak di atas permukaan laut dan
menunjukkan aktivitas vulkanisme. Terdapat 3 gunung bawah laut yang berada di
sebelah tenggara dari gunungapi Komba dan yang pertama adalah gunung bawah
laut Baruna Komba yang ditemukan di sebelah selatan gunungapi Komba. Dua
gunung bawah laut yang lain adalah gunung Bawah laut Abang Komba dan Ibu
Komba yang terletak di sebelah tenggara dari gunung bawah laut Baruna Komba
(Sarmili et al , 2003). Data magnetik kelautan menunjukkan bahwa anomali
negatif pada gunung bawah laut Baruna Komba sedangkan pada gunung bawah
laut Abang Komba dan Ibu Komba menunjukkan anomali positif. Data tersebut
menunjukkan bahwa gunung bawah laut Baruna Komba bukan terbentuk karena
aktivitas vulkanik, akan tetapi morfologi tersebut terbentuk dari material
vulkaniklastik yang dikeluarkan oleh gunungai Komba. Pada ketiga gunung
bawah laut tersebut diduga merupakan sesar besar yang dalam. Sampel batuan
dilakukan di gunung bawah laut Komba dengan 3 Metode yaitu gravity core, grab sampling dan dredging sampling. Dari hasil sampling yang dilakukan ditemukan
batuan yang telah mengalami alterasi, selain itu ditemukan juga mineral - mineral
sulfida yang mengindikasikan di lokasi tersebut terjadi aktifitas hidrothermal.
Kata Kunci : Gunung bawah laut, Komba, Sesar, Sampling, Alterasi
Abstract
Komba (Batutara) volcano is located in the East Flores Waters, East Nusa
Tenggara. This volcano had peaks up above sea level and still showing volcanism
activity. There are three submarine ridges in southwest of Komba vulcano. One of
them is Baruna Komba Submarine found on south of Komba (Batutara) vulcano.
Two others are Abang and Ibu Komba located more of the southeast of the Baruna Komba (Sarmili et al, 2003). Data of marine magnetism shows that a low
or negative anomaly on Baruna Komba submarine but on Abang and Ibu Komba
submarine are high and positive anomalies. These data indicate that the Baruna
Komba ridge is not volcanic ridge but morfology formed by volcanic detritus or
non magmatized. The lineation around these submarine ridges gives northwest to
southeast lineation and we interpreted also as a big of these ridges. The rock
sampling is done in the Abang Komba sumarine using three methods, they are
gravity core, grab sampling and dredging sampling. From the results of this
sampling found some rocks that have alteration and also has sulphide minerlas
which indicate the of hydrothermal activity.
Keywords : Submarin ridges, Komba, Fault, Sampling, Alteration
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)
2/16
1
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu upaya untuk mengetahui potensi sumberdaya alam yang
ada di laut dan darat maka dilakukan pemetaan geologi. Pemetaan geologi
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kondisi suatu
wilayah dilihat dari sudut pandang geologi yang kemudian hasilnya dibuat
menjadi beberapa peta yang dapat dimengerti oleh masyarakat luas pada
umumnya dan civitas geologi pada khususnya. Manfaat dari pemetaan geologi ini
sangat banyak tergantung kebutuhan yang diperlukan mulai dari tahap awal
perencanaan kegiatan eksplorasi sumberdaya alam ataupun digunakan untuk
mitigasi bencana. Pemetaan geologi yang dilakukan di darat dan di laut tentunya
berbeda. Karena berada dibawah air, pemetaan geologi dibawah laut
membutuhkan alat - alat yang lebih modern dan canggih untuk menjangkaunya,
seperti menggunakan kapal untuk proses pengambilan data dan melakukan proses
pemeruman, pengambilan sampel dan sebagainya untuk mengetahui kondisi
geologi dan potensi yang ada didalamnya.
Lokasi Penelitian adalah di Perairan Flores Timur yang terletak di
Kepulauan Flores bagian timur laut, Provinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya di
utara pulau - pulau Pantar, Lomblen, Adonara dan pulau kecil lainnya. Penelitian
pada daerah ini pernah dilakukan sebelumnya oleh P3GL (Puslitbang Geologi
Kelautan) pada tahun 2001, 2003, 2004 dan 2013. Pada bagian tenggara Pulau
Batutara (Gunung Api Komba) terdapat gunung bawah laut yang umurnya lebih
tua yaitu Gunung bawah laut Baruna Komba, Abang Komba dan Ibu Komba yang
memanjang dari barat laut hingga tenggara (Sarmili et al., 2003). Ketiga gunung
bawah laut ini biasa disebut punggungan bawah laut Komba ( Komba Ridges).
Pemetaan Geologi yang dilakukan di lokasi tersebut adalah untuk
mengetahui proses mineralisasi yang ada sehingga berguna untuk mengetahui
persebaran dari mineral yang ada dengan melakukan pengambilan sampel batuan
yang ada. Selain itu, proses pemeruman yang dilakukan untuk mengetahui kondisi
morfologi bawah laut yang berguna untuk megetahui bentuk morfologi yang ada
sekarang dan dari lintasan seismik yang didapatkan digunakan untuk interpretasi
struktur geologi yang ada.
8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)
3/16
2
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan di Lapangan
Pada tahap ini pelaksanaan di Lapangan di lakukan oleh Tim Geomarine
III PPPGL di Perairan Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Pemetaan atau
pengambilan data dilakukan dengan metode geofisika dan geologi. Pada metode
geofisika, pengambilan data berupa data kemagnetan, seismik dan echosounding .
Sedangkan untuk metode geologi, pengambilan data berupa pengambilan sampel
batuan dengan menggunakan metode grab, dredging , dan gravity core. Yang
kemudian data sampel ini di deskripsi untuk mengetahui detail sampel yang
diambil.
Gambar 1. Kapal Geomarine III Puslitbang Geologi Kelautan
Kegiatan penelitian ini didukung oleh kapal Geomarine III yang
merupakan kapal khusus untuk keperluan surey bidang Geologi Kelautan dan
Geofisika. Dalam kelengkapan dan ketersediaan alat yang ada di kapal Geomarine
III, maka kegiatan survey geologi dan geofisika dapat dilakukan sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan. Dalam kegiatan yang dilakukan di Perairan Flores
Timur, Nusa Tenggara Timur, terbagi menjadi 4 bagian sistem pengambilan data
geologi dan geofisika, yaitu pengambilan data seismik, geomagnet , echosounder
dan pengambilan contoh batuan (sampling). Berikut ini adalah pembahasannya:
1. Seismik
Akusisi data seismik menggunakan seismic system multi channel
yang terdiri dari air gun, streamer, hydrophone, bird dan tail buoy.
8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)
4/16
3
Pengambilan data seismik ini dilakukan dengan menggunakan alat airgun,
dimana alat tersebut telah dipasang dengan kontrol pengaturan yang ada di
laboratorium geofisika untuk meledakan udara dalam air sehingga getaran
yang dihasilkan dari ledakan tersebut dapat menembus lapisan permukaan
bawah laut hingga lapisan sedimen dan batuan keras sekalipun. Getaran
yang dipantulkan dari ledakan ke lapisan tersebut diterima oleh receiver
yang disebut dengan streamer (hidrophone). Streamer ini menerima sinyal
yang telah dipantulkan untuk merekam dan diteruskan ke monitor. Untuk
menjaga agar streamer bisa tetap stabil dan terkendali, pada setiap section
dipasang digibird. Digibird d apat dikontrol melalui komputer yang telah
terhubung dengan alat tersebut. Pada streamer terdapat unit FDU ( Field
Digitizer Unit ) yang berfungsi mengubah sinyal yang dikirmkan ke
recording System di Labiratorium Geofisika Geomarin III telah dalam
bentuk digital.
Gambar 2. A. Tail Bouy; B. Air Gun; C. Digibird .; D. Streamer -Survei PPPGL tahun 2014
2. Geomagnet
Geomagnet dilakukan dengan cara marine magnetic dilepas
bersamaan dengan airgun dan streamer. Alat ini memancarkan daya
A B
C D
8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)
5/16
4
magnet yang natinya akan dipantulkan ke permukaan bumi dan diterima
lagi oleh receiver sehingga dapat mendeteksi adanya anomali pada suatu
daerah tertentu dengan perbedaan daya magnet yang berberda - beda. Hasil
rekaman akan ditampilkan di monitor berupa grafik angka-angka yang
nantinya akan diolah kembali untuk menghasilkan suatu tampilan
kemagnetan suatu daerah tertentu. Hasil pengolahan data dari geomagnet
ini dapat diaplikasikan dengan hasil data seismik agar dapat memudahkan
dan memberikan hasil yang baik pada saat interpretasi geologi.
Gambar 3. Geomagnet -Survei tahun 2014
3. Echosounder
Echosunder merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui
permukaan bawah laut dengan cara mengirimkan gelombang suara untuk
direfleksikan kembali ke alat perekam. Selain itu Kedalaman laut diukur
menggunakan seperangkat alat chirpsSub - bottom profiler bathy 2010.
Prinsip kerja alat ini sama seperti alat pengukuran kedalaman laut lainnya
yaitu echosounder. Alat ini mengirimkan gelombang suara ke dasar laut
yang kemudian sebagian gelombang suara tersebut dipantulkan kembali
hingga tertangkap oleh penerima atau receiver yang terpasang pada kapal.
Tranduser adalah alat yang berfungsi mengirimkan gelombang suara ke
dasar laut. Tranduser terpasang di bagian bawah kapal, lalu beberapa
sinyal akustik akan memerumkan dasar laut dan dipantulkan sinyalnya ke
8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)
6/16
5
receiver yang berada di kapal sehingga diketahui data kedalaman dasar
laut.
4. Sampling
Pengambilan contoh batuan dilakukan dengan menggunakan
metode sebagai berikut :
1.
Dredging Sampling
Gambar 4. Dredging Sampling
Dredging adalah alat yang digunakan untuk sampling batuan yang
cukup keras, contohnya batuan beku, dimana teknik pengambilan sample
dilakukan pada daerah dari kontur yang paling dalam menuju kontur yang
lebih dangkal, jadi hasil sample ini biaanya tercampur tergantung lintasan
dredging yang dibuat.
2. Gravity Core
Gambar 5. Gravity Core -Survei tahun 2013
Gravity core yaitu tabung silinder yang memiliki panjang 1 sampai 3
meter dan berdiameter 6 inci yang ditambahkan beban pemberat sebanyak
6 kepingan dan di tiap kepingan memiliki berat 50 kg. Alat ini memiliki
8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)
7/16
6
prinsip kerja jatuh bebas sesuai dengan namanya yaitu gravity core. Alat
ini dijatuhkan atau diluncurkan dari atsa kapal dan setelah menyentuh
dasar perairan alat ini akan masuk sampai lapisan sedimen pada
kedalaman tertentu. Gravity Core ini sangat efekstif pada litologi yang
tidak terlalu keras seperti pada batuan sedimen (Sarmili et al . 2003). Hasil
sampel diambil pada bagian top dan bottom yang kemudian di deskripsi
dan dianalisis di laboratorium.
3. Grab Sampling
Gambar 6. Grab Sampling
Grab Sampling digunakan untuk mengambil sample batuan yang
cukup keras seperti alat dredging . Cara pengambilan sample nya berbeda
karena grab sample hanya terfokuskan pada titik atau spot tertentu
sehingga cakupan sample nya lebih sempit sehingga sample lebih akurat
dan tidak tercampur dengan sample pada kontur kedalaman yang lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fisiografi
Gunung bawah laut yang ada memiliki mofologi yang berbeda. Gunung
bawah laut Ibu Komba memiliki jarak paling jauh dari gunungapi Komba
(Batutara) dan memiliki puncak di kedalaman ≥ 1200 meter dari permukaan laut
dengan morfologi puncak yang datar, hal ini dapat mengindikasikan tingkat erosi
bawah laut yang terjadi. Sebelah barat laut gunung bawah laut Ibu Komba
terdapat gunung bawah laut Abang Komba yang memiliki puncak di kedalaman ≥
450 m dari permukaan laut dengan puncak yang berbentuk kerucut, kontur rapat
8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)
8/16
7
dan slope yang cukup terjal. Semakin ke barat laut terdapat gunung bawah laut
Baruna Komba memiliki puncak di kedalaman sekitar ≥ 675 m dibawah
permukaan laut dengan puncak berbentuk kerucut, memiliki kontur yang rapat
dan slope yang cukup terjal, yang berarti mengindikasikan tingkat erosi yang lebih
rendah dibandingkan dengan gunung bawah laut Ibu Komba. Tingkat erosi bawah
laut yang terjadi pada suatu morfologi bentang alam dapat mengindikasikan umur
relatif dari morfologi tersebut, semakin tinggi tingkat erosinya maka umurnya
akan semakin tua. Jadi umur relatif gunung bawah laut ini melihat dari tingkat
erosi yang ada dari tua ke muda adalah Ibu Komba - Abang Komba - Baruna
Komba, dan yang paling muda adalah gunungapi yang masih aktif sampai
sekarang yaitu gunungapi Komba (Batutara).
Gambar 7. Morfologi 3D Bawah Laut
Struktur Geologi
Interpretasi seismik menunjukkan adanya indikasi bentukan gunung
bawah laut dengan arah lineasi yaitu tenggara – barat laut, yaitu 3 gunung bawah
laut di daerah penelitian yaitu Ibu Komba, Abang Komba, Baruna Komba, dan
satu gunungapi aktif yaitu gunungapi Komba (Batutara). Keempat gunung bawah
laut ini memiliki lineasi relatif tenggara – barat laut, dimulai dari gunung bawah
laut Ibu Komba yang diduga memiliki umur paling tua dibandingkan dengan
gunung bawah laut yang lain melihat beberapa faktor relatif seperti tingkat erosi
dan jarak dari gunungapi Komba (Batutara). Dari hasil interpretasi seismik
8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)
9/16
8
refleksi menunjukkan adanya bagian up and down pada morfologi punggungan
bawah laut Komba, yang membentuk sesar turun, dimana sesar turun ini
merupakan kenampakan hasil dari sesar geser dalam, sehingga membuat magma
keluar ke permukaan bumi membentuk gunung bawah laut. Adapun arah lineasi
sesar geser dalam ini adalah tenggara – timurlaut (SE – NW) dan berupa sesar
geser kiri ( sinistral horizontal fault ) yang terbentuk sebelum terbentuknya
punggungan bawah laut Komba (Silver, 1983). Setelah terbentuk deretan gunung
bawah laut ini kemudian baru terbentuk sesar – sesar normal yang umurnya lebih
muda yaitu mempunyai arah relatif barat daya – timurlaut (SW – NE). Struktur
inilah yang memisahkan antara gunung bawah laut Baruna Komba dan Abang
Komba, yang terlihat berupa lembah yang dalam.
Gambar 8. Interpretasi Sesar pada Seismik Refleksi
Magnetik Kelautan
Magnetik kelautan ini dilakukan untuk mengetahui nilai kemagnetan
batuan dasar laut sehingga mempermudahkan untuk menentukan lokasi
pengambilan sampel batuannya, terutama untuk eksplorasi mineral logam.
Magnetik Kelautan yang dilakukan di daerah penelitian dilakukan pada lintasan
BNDM-001 (84 KM), lintasan BNDM-006 (59 KM) dan lintasan BNDM-024 (45
KM).
8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)
10/16
9
Gambar 9. Lintasan Magnetik Kelautan (Survei geomarin III, 2002)
Lintasan BNDM-001 (84 KM) melintang dari arah tenggara – barat laut
yang melewati gunung bawah laut Ibu Komba, Abang Komba, dan Baruna
Komba yang menghasilkan nilai kemagnetan minimum 43.875 nT dan maksimum
44.650 nT.
Tabel 1. Lintasan BNDM-001, Profil NW – SE Magnetik Kelautan (Survei geomarin III, 2002)
Pada profil lintasan kemagnetan ini menunjukkan nilai kemagnetan yang tinggi
pada lokasi diantara yaitu pada gunung bawah laut Abang dan Ibu Komba.
Lintasan BNDM-006 (59 KM) melintang dari arah barat – timur melintasi
antara gunungapi Komba dan gunung bawah laut Baruna Komba. Nilai anomali
magnetik kelautan di sebelah selatan gunungapi Komba menunjukkan nilai
nomali 43.810 nT – 44.230 nT tapi secara umum nilai gradien magnetiknya relatif
NW SE
8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)
11/16
10
datar. Pada lokasi sebelah selatan gunungapi Komba menunjukkan intensitas
magnetik yang lebih besar karena berdekatan dengan gunungapi Komba.
Lintasan BNDM-024 (45 KM) melintang dari arah timur laut – barat daya
yang melewati gunung bawah laut Ibu Komba, Abang Komba dan Baruna
Komba. Pada lokasi sebelah utara gunung bawah laut Baruna Komba
menunjukkan nilai anomali kemagnetan yaitu 43.850 nT
Dari data tersebut maka dapat diketahui bahwa material penyusun Baruna
Komba berbeda dengan batuan pada gunungapi Komba, melihat nilai anomali
kemagnetan yang kecil pada gunung bawah laut Baruna Komba, sehingga diduga
gunung bawah laut Ibu Komba terdiri dari material longsoran dan hasil erupsi
yang di dikeluarkan oleh gunungapi Komba secara intensif yang kemudian
terdepositkan di lokasi gunung bawah laut Baruna Komba.
Gambar 10. Peta 3 Dimensi Anomali Magnetik Kelautan (Survei geomarin III, 2002)
Persebaran Sampel Batuan
Berdasarkan data Magnetik Kelautan diketahui nilai magnetik dari
gunungapi Komba dan 3 gunung bawah laut Abang Komba, Ibu Komba dan
Baruna Komba. Nilai magnetik gunungapi Komba tinggi karena gunungapi
tersebut masih terjadi aktifitas vulkanisme, dimana ditunjukkan dengan puncak
diatas permukaan laut yang masih menunjukkan aktifitas vulkanisme sampai saat
ini. Data terakhir letusan yang cukup besar dari gunungapi ini terjadi pada tahun
2007.
8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)
12/16
11
Dalam pengambilan sampel batuan yang dilakukan untuk mendapatkan
sampel segar, kemudian di deskripsi dan di analisis untuk mengetahui proses
alterasi yang terjadi, keterdapatan mineral sulfida dan mineral logam di daerah
penelitian. Untuk itu pengambilan sampel dilakukan di gunung bawah laut Abang
Komba melihat pertimbangan bahwa gunung bawah laut ini memiliki nilai
kemagnetan yang tinggi, dan morfologi bawah laut yang masih berbentuk kerucut.
Berbeda dengan gunung bawah laut Baruna Komba yang memiliki nilai
kemagnetan rendah, sehingga tidak dilakukan pengambilan sampel karena diduga
material gunung bawah laut Baruna Komba ini merupakan material vulkaniklastik
dan longsoran dari gunungapi Komba di sebelah barat lautnya, sedangkan gunung
bawah laut Ibu Komba memiliki puncak yang datar, rata, dan dalam serta posisi
yang paling jauh dari gunungapi Komba, sehingga diduga gunung bawah laut ini
paling tua dan proses pelapukan yang terjadi lebih intensif dibandingkan dengan
gunung bawah laut yang lain. Dari pertimbangan - pertimbangan tersebut maka
pengambilan sampel dilakukan di gunung bawah laut Abang Komba untuk
mendapatkan sampel yang masih segar.
Pengambilan sampel ini juga memperhatikan hasil dari data seismik
refleksi dan batimetrinya, sehingga dapat mendapatkan sample yang diinginkan
seperti persebaran batuan bekunya. Semakin banyak lokasi pengambilan sampel
yang dilakukan, maka akan semakin bagus dalam interpretasi persebarannya.
Gambar 11. Lokasi Pengambilan Sampel Abang Komba
8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)
13/16
12
Alterasi dan Mineralisasi Abang Komba
Hasil petrografi dari sampel yang diambil dari gunung bawah laut Abang
Komba menunjukkan adanya mineral –
mineral yang merupakan penanda daritingkat alterasi yang ada di daerah tersebut. Adapun mineral – mineral alterasi
tersebut antara lain berupa mineral karbonat, klorit, serisit, dan mineral lempung.
Gambar 12. Peta Sampel Alterasi Abang Komba
Gambar 13. Peta Mineragrafi Abang Komba
Selain itu data – data mineragrafi menunjukkan bahwa di gunung bawah
laut Abang Komba ditemukan beberapa mineral sulfida yang menunjukkan
adanya larutan hidrothermal yang memungkinkan terbentuknya mineral logam
8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)
14/16
13
berharga. Mineral sulfida yang ditemukan antara lain adalah pirit (FeS2),
kalkopirit (CuFeS2), dan sphalerit ((Zn,Fe)S). Selain itu ditemukan mineral logam
berupa emas (Au). Peristiwa munculnya aktifitas hidrothermal bawah laut di
Perairan Flores Timur terutama di gunung bawah laut Abang Komba ini
disebabkan oleh konveksi air panas dalam sistem hidrothermal yang berasal dari
meresapnya air laut bersamaan dengan tekanan melalui celah batuan yang
disebabkan oleh sesar – sesar yang bekerja di daerah penelitian, dimana sesar ini
mempengaruhi permeabilitas batuan sehingga air mudah masuk kedalam celah
batuan dan berinteraksi dengan sumber panas yang berasal dari magma yang
berada beberapa kilometer dibawah dasar laut. Sumber magma inilah yang diduga
menyebabkan terjadinya punggungan bawah laut Komba, dimana dari sumber
panasnya mengakibatkan pencucian (leaching ) dan upwelling dari mulainya
sistem hidrothermal tersebut.
Geokimia punggungan bawah laut Komba
Menurut Halbach (2002) sampel batuan beku dan piroklastik yang ada di
gunung api Komba dan punggungan bawah lautnya menunjukkan high-K. Secara
umum sampel di punggungan bawah laut Komba memiliki kandungan SiO2 lebihtinggi dibandingkan dengan sampel yang dekat dengan gunungapi Komba. Dari
diagram perbandingan SiO2 dengan Na2O + K 2O menunjukkan sampel pada
gunungapi Komba dan punnggungan bawah laut Komba termasuk Alkali rocks.
Hal ini membuktikan hasil interpretasi penulis dengan seismik refleksi dan
percontohan batuan bahwa punggungan bawah laut Komba berada cukup jauh
dari zona subduksi, karena semakin jauh dan dalam dari zona subduksi kandungan
K akan semakin tinggi. Hal yang menyebabkan naiknya magma dan membentukgunung bawah laut ini disebabkan oleh sesar geser yang dalam sehingga
membuka celah kerak yang menyebabkan magma naik ke permukaan.
KESIMPULAN
1. Dengan menggunakan Data Batimetri dapat diketahui terdapat 3 gunung bawah
laut dari yang paling tua yaitu Ibu Komba, Abang Komba dan Baruna Komba,
8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)
15/16
14
dan yang paling muda adalah gunungapi Komba dengan puncak di atas
permukaan laut dan masih terlihat aktifitas vulkanisme.
2. Dari hasil interpretasi seismik refleksi terlihat sesar dengan arah tenggara (SE) – barat laut (NW) yang merupakan sesar geser dalam yang menyebabkan magma
naik ke permukaan dan membentuk punggungan bawah laut Komba, selain itu
terdapat sesar – sesar normal yang lebih muda berarahnya barat daya (SW) –
timur laut (NE) yang memotong gunung bawah laut Baruna Komba dan Abang
Komba.
3. Berdasarkan hasil percontohan batuan dengan menggunakan gravity core, grab
sampling dan dredging sampling di dapatkan sebaran batuan antara lain adalah
andesit, basalt, pumice, batugamping, batupasir dan granodiorit.
4. Peristiwa munculnya aktifitas hidrothermal bawah laut di Perairan Flores Timur
terutama di gunung bawah laut Abang Komba ini disebabkan oleh konveksi air
panas dalam sistem hidrothermal yang berasal dari meresapnya air laut bersamaan
dengan tekanan melalui celah batuan yang disebabkan oleh sesar – sesar yang ada,
hal ini dibuktikan dengan ditemukannya mineral – mineral sulfida seperti pirit,
sphalerit dan kalkopirit dari data mineragrafi. Aktifitas vulkanisme di lokasi
penelitian disebakan oleh sesar dan berada jauh dari subduksi, hal ini dibuktikan
dengan sampel batuan beku yang ditemukan mengandung kalsium (K) tinggi dan
magma yg keluar permukaan ini bersifat alkaline.
DAFTAR PUSTAKA
Halbach, P., Pracejus, B., Rahders, E., Karg, M., Saman, S., Melchert, B., Post, J.,
Duhn J. 2002. Recent Submarine Hydrothermalism in the Volcanically Active Western Banda – Island arc, East Flores Sea (Indonesia),
Bandamin 1 cruise Report, FU-Berlin ep. Rohstoff-u. Umweltgeologie
Kennet, J. P. 1992. Marine Geology. Printice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New
Jersey.
Leach, T.M. dan Corbett, G.J. 1998. Southwest Pacific Rim Gold-Copper
Systems: Structure, Alteration and Mineralization. USA : Society of
Economic Geologists. Macpherson C G and Hall R. 1999. Tectonic
control of Geo Chemical Evolution in Arc Magmatism of SE Asia.
8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)
16/16
15
McCaffrey, R., 1988, Active tectonics in the eastern Sunda and Banda arcs.
J.Geophys
Priyono, A. 2005. Metode Seismik I. Modul Praktikum pada Program Studi
Geofisika, FIKTM, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Sarmili, L., Halbach, P., Pracejus, B., Rahders, E., Soesilo, J., Hutabarat, J.,
Djohor, S. D., Makarim, S., Purbani, D., Kusumah,G., Noor, C. D.
Aryanto dan Mubandi, A. 2003. Mineralisasi Hidrothermal Temperatur
Rendah di Perairan Kompleks Gunung Komba, Laut Flores, Indonesia.
Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral,
Balitbang Energi dan Sumber Daya Mineral , Jakarta.
Van Bergen, M.J., Vroon, P.Z, Varekamp, J.C., Poorter, R.P.E., 1992. The origin
of potassic rock suite from Batutara volcano (east Sunda Arc, Indonesia).
Lithos. Lithos