Jurnal Suppo

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    1/25

    BAB I

    PREFORMULASI

    1.1

    Tinjauan Farmakologi Zat Aktif

    1.1.1.Indikasi

    Parasetamol merupakan derivat dari asetanilida yang

    merupakan metabolit dari fenasetin yang dahulu banyak digunakan

    sebagai analgetikum, tapi pada tahun 1978 ditarik dari peredaran karena

    efek sampingnya berupa nefrotoksisitas dan karsinogen. Khasiat dari

    parasetamol ini adalah sebagai analgesik dan antipiretik, tetapi tidak

    untuk antiradang. Dewasa ini parasetamol dianggap sebagai zat antinyeri

    yang paling aman juga untuk swamedikasi (pengobatan sendiri) (Tjay

    dan Rahardja, 2008).

    Parasetamol tidak mempengaruhi kadar asam urat dan sifat

    penghambatan plateletnya lemah. Obat ini berguna untuk nyeri ringan

    sampai sedang seperti sakit kepala, mialgia, nyeri pascapersalinan, dan

    keadaan lain di mana aspirin tidak efektif sebagai analgesik (Katzung,

    2002). Parasetamol dapat diberikan per oral dan per rektal untuk

    mengatasi keluhan nyeri ringan hingga sedang, serta demam (Reynolds,

    2007).

    1.1.2.Farmakokinetika

    Parasetamol diberikan secara oral. Penyerapannya

    berhubungan dengan tingkat pengosongan perut, dan konsentrasi darah

    puncak yang biasanya tercapai dalam 30-60 menit. Parasetamol sedikit

    terikat pada protein plasma dan sebagian dimetabolisme oleh enzimmikrosomal hati dan diubah menjadi sulfat dan glukoronida

    acetaminophen, yang secara farmakologis tidak aktif. Kurang dari 5%

    diekskresikan dalam keadaan tidak berubah. Metabolit minor, tetapi

    sangat aktif (N-acetyl-p-benzoquinone) penting dalam dosis besar karena

    efek toksiknya terhadap hati dan ginjal. Waktu paruh parasetamol adalah

    2-3 jam dan relatif tidak berpengaruh oleh fungsi ginjal. Dengan

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    2/25

    kuantitas toksik atau penyakit hati, waktu paruhnya dapat meningkat dua

    kali lipat atau lebih (Katzung, 2002).

    Parasetamol yang diberikan per rektal memiliki kecepatan

    absorpsi yang lebih lambat dibandingkan bila diberikan secara per oral.

    Parasetamol didistribusikan ke hampir sebagian besar jaringan tubuh.

    Parasetamol dapat menembus plasenta dan terekskresi dalam air susu.

    Parasetamol dimetabolisme terutama di liver dan diekskresikan melalui

    urin terutama sebagai konjugat glukoronid dan sulfatnya. Kurang dari 5%

    diekskresikan dalam bentuk tidak berubah (Reynolds, 2007).

    Adapun bioavailabilitas dari parasetamol: 70 90% dengan

    ikatan protein plasma antara 8 sampai 40%. T plasma pada dewasa

    sekitar 1 sampai 3 jam, dan pada neonatus sekitar 5 jam. Volume

    distribusi (Vd) parasetamol adalah 1 L/kg danClearent (Cl) sekitar 5

    mL/min/kg (Clarke, 2005).

    1.1.3.Mekanisme

    Parasetamol dapat menurunkan demam dengan bekerja pada

    hipotalamus yang mengakibatkan vasodilatasi (Mashford, 2007).

    Parasetamol memiliki daya analgetik ringan karena kerjanya

    menghambat sintesis prostaglandin pada sistem saraf perifer dan

    memblok impuls nyeri. Sedangkan daya antipiretik diperoleh karena

    kerjanya memberikan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di

    hipothalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan

    bertambahnya pengeluaran kalor yang disertai keluarnya banyak keringat

    (Tjay dan Rahardja, 2008). Pada dosis terapeutik, inhibisi sintesis

    prostaglandin tidak signifikan pada jaringan peripheral, sehinggaparasetamol memiliki efek anti inflamasi yang rendah. Meskipun

    parasetamol menginhibisi dengan lemah isolasi cyclo-oxygenase (COX)-

    1 dan COX-2 secara in vitro, tetapi inhibitor kuat dari sintesis

    prostaglandin di dalam sistem selular pada saat konsentrasi dari asam

    arachidonat rendah (Mashford, 2007).

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    3/25

    1.1.4.Dosis

    Tabel 1.Dosis Parasetamol untuk Anak dan Bayi

    Umur

    Dosis Lazim

    Sekali Sehari

    612 bulan 50 mg 200 mg

    15 tahun 50 mg100 mg 200 mg400 mg

    510 tahun 100 mg200 mg 400 mg800 mg

    10 tahun ke atas 250 mg 1 Gram

    (Depkes RI, 1979)

    Dosis Parasetamol untuk dewasa

    -

    Dosis lazim sekali : 500 mg

    - Dosis lazim sehari : 500 mg2 g

    (Depkes RI, 1979)

    1.1.5.Efek Samping

    Efek samping jarang terjadi lewat dosis sedang seperti mual,

    muntah, nyeri perut, menggigil. Dosis berkepanjangan dapat

    mengakibatkan neutropenia, leukopenia, trombositopenia, pensilopenia,

    agranulositosis, reaksi hipersensitivitas, udem laring, lesi mukosa,

    eritemia atau ruam, udem angioneurotik dan demam. Reaksi

    hipersensitivitas meliputi gejala urtikaria, disponoea, dan hipotensi dapat

    terjadi setelah penggunaan parasetamol baik pada dewasa maupun anak-

    anak juga dilaporkan terdapat (Sweetman, 2009).

    1.1.6.Kontra Indikasi

    Hipersensitifitas terhadap parasetamol dan komponen formulasi lainnya.

    Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat, gangguan fungsi

    ginjal, diabetes mellitus dan penderita G6PD (Lacy, et al., 2006).

    1.1.7.Peringatan

    Limit dosis < 4 g/hari dapat menyebabkan toksisitas hati pada kasus

    overdosis akut, pada beberapa pasien dewasa dapat menyebabakan

    kerusakan hati pada dosis harian kronis. Digunakan dengan perhatian

    pada pasien dengan penyakit hati karena alkoholik dan pasien dengan

    defisiensi G6PD yang tidak diketahui (Lacy, et al., 2006). Hati-hati jika

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    4/25

    digunakan pada pasien dengan penyakit ginjal, infeksi virus, alkoholik

    sebab dapat menyebabkan meningkatnya hepatotoksik. Jika terjadi

    sensitivitas, pemakaian obat harus dihentikan. Tidak dianjurkan untuk

    batuk berdahak dan keadaan-keadaan di mana terjadi gangguan

    pernafasan, misalnya asma bronchial. Bila setelah 5 hari nyeri tidak

    menghilang, atau demam tidak menurun setelah 2 hari, segera hubungi

    unit pelayanan kesehatan (Tjay dan Rahardja,2008).

    1.1.8.Interaksi Obat

    Pemberian bersama-sama diflusinal mengakibatkan kenaikan konsentrasi

    plasma. Resin penukar anion (kolestiramin) menurunkan absorbsi

    parasetamol. Penggunaan antikoagulan dan parasetamol dalam jangka

    waktu yang lama mungkin meningkatkan konsentrasi warfarin.

    Metoclopramide dan domperidon metoclopramid mempercepat absorbsi

    parasetamol (meningkatkan efek). Efek analgetik parasetamol diperkuat

    oleh kodein dan kafein. Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek

    antikoagulansia tetapi pada dosis biasa tidak interaktif. Dapat

    memperpanjang masa paruh kloramfenikol. Kombinasi dengan obat

    AIDS zidovudin meningkatkan resiko akan neutropenia (Tjay dan

    Rahardja, 2008). Barbiturat, karbamazepin, hydantoins, isoniazid,

    rifampin, sulfinpyrazone dapat meningkatkan potensi hepatotoksik dan

    menurunkan efek analgesik dari parasetamol.Kolesteramin dan

    propantelin dapat menurunkan absorpsi parasetamol.Etanol dapat

    meningkatkan resiko induksi hepatotoksik dari parasetamol (Lacy, et al.,

    2006).

    1.1.9.

    PenyimpananDalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Depkes RI, 1979).

    Suppositoria disimpan pada suhu di bawah 270C (800F) atau dalam

    kulkas.

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    5/25

    1.2 Tinjauan Fisikokimia Zat Aktif dan Bahan Tambahan

    1.2.1.Acetaminophen (Parasetamol)

    Gambar 1. Struktur Kimia Parasetamol

    a)Rumus kimia : C8H9NO2

    b)

    Berat molekul : 151,16 gram/mol

    c)Kandungan : Acetaminophen mengandung tidak kurang dari

    98,0 % dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2,

    dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

    d)Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau,

    rasa pahit.

    e)

    Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol

    (95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40

    bagian gliserol P dan dalam 9 bagian

    propilenglikol P, larut dalam larutan alkali

    hidroksida

    f) Interaksi obat : Disolusi Parasetamol akan menurun dengan

    adanya peningkatan kadar sorbitol.

    g)Suhu lebur : 1690Csampai 1720C

    h)pH : Larutan jenuh acetaminophen memilki pH antara

    5,3-6,5 (codex).

    i)

    Penetapan kadar: Lakukan penetapan dengan carapenetapan kadarnitrogen, menggunakan 300 mg yang ditimbang

    saksama dan 8 ml asam sulfat bebas nitrogen P

    j) Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

    cahaya.

    k)Khasiat : Analgetikum dan antipiretikum.

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    6/25

    l) Stabilitas : Hidrolisis dapat terjadi pada keadaan asam

    ataupun basa. Hidrolisis minimum terjadi pada

    rentang pH antara 5-7.

    (Depkes RI,1995).

    1.2.2.Polietilen Glikol 4000 (PEG 4000)/ Macrogolum 4000/ Makrogol

    4000

    a)Rumus molekul : H(O-CH2-CH2)nOH ; harga n antara 68 dan 84

    b)

    Pemerian : serbuk licin putih atau potongan putih kuning

    gading; praktis tidak berbau; tidak berasa.

    c)

    Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan

    dalam kloroform P; praktis tidak larut dalam eter

    P.

    d)Berat molekul : 3000 sampai 3700 (Depkes RI, 1979).

    e)

    Titik Leleh : 50-580 C (Rowe dkk,2009)

    f) Kekentalan : 776 cS sampai 110 cS pada suhu 210 F

    dinyatakan sebagai kekentalan kinematik.

    g)

    Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

    h)Penguunaan : zat tambahan

    (Depkes RI, 1979).

    1.2.3.Polietilen Glikol 6000 (PEG 6000)/ Macrogolum 6000/ Makrogol

    6000

    a)Rumus molekul : H(O-CH2-CH2)nOH ; harga n antara 158 dan

    204b)Pemerian : serbuk licin putih atau potongan putih kuning

    gading; praktis tidak berbau; tidak berasa.

    c)Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan

    dalam kloroform P; praktis tidak larut dalam eter

    P.

    d)Berat molekul : 7000 sampai 9000 (Depkes RI, 1979).

    e)

    Titik Leleh : 55-630C (Rowe dkk,2009)

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    7/25

    f) Kekentalan : 470 cS sampai 900 cS pada suhu 210 F

    dinyatakan sebagai kekentalan kinematik.

    g)

    Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

    h)

    Penguunaan : zat tambahan

    (Depkes RI, 1979).

    1.2.4.Tween 80

    a)Rumus molekul : C64H124O26

    b)

    Pemerian : Cairan kuning berminyak, rasa agak pahit

    c)Kelarutan : Larut dalam etanol dan air

    d)

    Berat molekul : 1310

    e)Nilai HLB : 15

    f) Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

    g)Penggunaan : sebagai zat tambahan, surfaktan

    (Rowe dkk, 2009).

    1.3

    Bentuk sediaan, dosis dan rute pemakaian

    1.3.1.Bentuk sediaan : Suppositoria (parasetamol).

    Supositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur,

    berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu

    tubuh. Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau

    meleleh pada suhu tubuh. Basis dasar yang sering digunakan adalah

    lemak coklat (oleum cacao), polietilenglikol berbobot molekul tinggi

    atau lemak yang lain. Bobot supositoria kalau tidak dinyatakan lainadalah 3 g untuk orang dewasa dan 2 g untuk anak. Supositoria supaya

    disimpan dalam wadah tertutup baik dan di tempat yang sejuk (

    Depkes RI, 1979).

    Umumnya, suppositoria rektum panjangnya 32 mm (1,5

    inci), berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Beberapa

    suppositoria untuk rectum diantaranya ada yang berbentuk seperti

    peluru, torpedo atau jari-jari kecil tergantung kepada bobot jenis

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    8/25

    bahan obat dan habis yang digunakan, beratnya pun berbeda-beda.

    USP menetapkan berat suppositoria 2 gram untuk orang dewasa

    apabila oleum cacao yang digunakan sebagai basis. Sedang

    suppositoria untuk bayi dan anak-anak, ukuran dan beratnya dari

    ukuran dan berat untuk orang dewasa, bentuknya kira-kira seperti

    pensil. Suppositoria untuk vagina yang juga disebut pessarium

    biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai dengan

    kompendik resmi beratnya 5 gram, apabila basisnya oleum cacao.

    Suppositoria untuk saluran urin yang juga disebut bougie bentuknya

    ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran

    urin pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria bergaris tengah 3-

    6 mm dengan panjang 140 mm, walaupun ukuran ini masih

    bervariasi satu dengan lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao

    maka beratnya 4 gram. Suppositoria untuk saluran urin wanita

    panjang dan beratnya dari ukuran untuk pria, panjang 70 mm dan

    beratnya 2 gram dan basisnya oleum cacao (Ansel, 2008).

    1.3.2.Dosis

    Dosis obat yang digunakan melalui rektum mungkin lebih besar atau

    lebih kecil daripada obat yang dipakai secara oral, tergantung kepada

    faktor-faktor seperti keadaan tubuh pasien, sifat fisika kimia obat dan

    kemampuan obat melewati penghalang fisiologi untuk absorpsi dan

    sifat basis suppositoria serta kemampuannya melepaskan obat supaya

    siap untuk diabsorpsi (Ansel, 2008). Bobot suppositoria bila tidak

    dinyatakan lain adalah 3 gram untuk orang dewasa dan 2 gram untuk

    anak (Anief, 1997).

    Tabel 1. Dosis Suppositoria Parasetamol

    Umur Dosis

    1-5 tahun 125-250 mg tiap 4-6 jam

    6-12 tahun 250-500 mg tiap 4-6 jam

    > 12 tahun 0,5-1 gram tiap 4-6 jam

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    9/25

    BNFC merekomendasikan dosis rektal pada bayi :

    a)

    Neonatus usia 28-32 minggu, 20 mg/kg sebagai dosis tunggal,kemudian 15 mg/kg tiap 12 jam bila diperlukan, dengan dosis

    maksimum 30 mg/kg sehari.

    b)Neonatus usia diatas 32 minggu, 30 mg/kg sebagai dosis tunggal,

    kemudian 20 mg/kg tiap 8 jam bila diperlukan, dengan dosis

    maksimum 60 mg/kg sehari.

    c)Bayi usia 1-3 bulan, 30-60 mg tiap 8 jam bila diperlukan, dengan

    dosis maksimum 60 mg/kg sehari.

    d)Bayi usia 2-12 bulan, 60-125 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan

    hingga maksimum 4 kali dalam 24 jam.

    e)

    Anak usia 5-12 tahun, 250-500 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan

    hingga maksimum 4 kali dalam 24 jam.

    f) Pada gejala yang berat, anak-anak usia 1-3 bulan dapat diberikan

    30 mg/kg sebagai dosis tunggal, kemduian diikuti dengan 20 mg/kg

    tiap 8 jam hingga maksimum 60 mg/kg sehari. Anak-anak dengan

    usia lebih besar dapat diberikan 40 mg/kg dalam dosis tunggal yang

    diikuti dengan 20 mg/kg tiap 4-6 jam hingga maksimum 90 mg/kg

    sehari dalam 48 jam, bila diperlukan, sebelum diturunkan mencapai

    15 mg/kg tiap 6 jam

    (Sweetman, 2009).

    1.3.3.Rute Pemakaian

    a)Satu supositoria digunakan setiap 4-6 jam jika diperlukan untuk nyeri

    dan demam. Petunjuk pemakaian : Cuci tangan sampai bersih, buka

    pembungkus suppositoria, kemudian tidur dengan posisi miring, dan

    masukkan suppositoria ke dalam rektum dengan jari kanan. Jangan

    berikan lebih dari 6 suppositoria dalam periode 24 jam. Supositoria

    digunakan 15 menit setelah buang air besar atau tahan pengeluaran air

    besar selama 30 menit setelah pemakaian (Monson and Schoenstadt,

    2007).

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    10/25

    b)Begitu dimasukkan, basis suppositoria meleleh, melunak, atau melarut

    menyebarkan bahan obat yang dibawanya ke jaringan-jaringan di

    daerah tersebut. Obat ini bisa dimaksudkan untuk ditahan dalam ruang

    tersebut untuk efek kerja lokal, atau bisa juga dimaksudkan agar

    diabsorpsi untuk mendapatkan efek sistemik. Suppositoria rektal

    dimaksudkan untuk kerja lokan dan paling sering digunakan untuk

    menghilangkan konstipasi dan rasa sakit, iritasi, rasa gatal dan radang

    sehubungan dengan wasir atau kondisi anorektal lainnya (Ansel,

    2008).

    Informasi khusus : Hanya untuk pemakaian rektal. Hentikan penggunaan

    dan hubungi dokter jika sakit berlanjut hingga 3 hari.

    Jauhkan dari jangkauan anak-anak. Jika tertelan atau

    terjadi overdosis, segera hubungi dokter (Monson and

    Schoenstadt, 2007).

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    11/25

    BAB II

    FORMULASI

    2.1.Permasalahan

    Adapun masalah dari pembuatan sediaan suppositoria dengan zat aktif

    paracetamol dan basis PEG yaitu :

    a. Pada saat pencetakan suppositoria mudah melekat pada cetakan.

    b.

    Suppositoria dengan basis PEG dapat menyebabkan rangsangan pada

    membran mukosa setelah dipakai.

    c.

    Jumlah PEG 4000 lebih besar daripada PEG 6000 sehingga dapat

    menyebabkan suppositoria terlalu keras karena BM dari PEG 6000 > 4000

    yakni 7000-9000 gr/mol > 3000-3700 gr/mol.

    d.

    Pada saat penimbangan, kemungkinan terjadi kehilangan bobot bahan

    2.2.Pencegahan Permasalahan

    a.

    Cetakan suppositoria dilapisi terlebih dahulu dengan gliserin.

    b.Suppositoria dengan basis PEG harus mengandung sedikitnya 20% air

    untuk mencegah rangsangan membran mukosa (Ansel, 2008). Pada etiket

    sediaan suppositoria harus diberi petunjuk basahi dengan air sebelum

    digunakan, meskipun dapat disimpan tanpa pendinginan, suppositoria ini

    harus dikemas dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995).

    c.

    Di dalam formula harus ditambahkan air agar suppositoria tidak terlalu

    keras

    d.Ditambahkan 10% bobot setiap bahan yang ingin ditimbang

    2.3.Macam-Macam Formulasi (Formula Standar dan Formula Kerja)

    a. Formulasi I

    R/ Progesteron, micronized q.s

    Polietilen glikol 400 60%

    Polietilen glikol 8000 40 %

    (Ansel, 2008)

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    12/25

    b.Formulasi II

    R/ Parasetamol 120 mg

    PEG 300 180,8 mg

    PEG 4000 723,2 mg

    (Reynolds, 1989).

    c.

    Formulasi III

    R/ PEG 4000 33%

    PEG 6000 47%

    Aqua 20%

    d.Formulasi IV

    R/ PEG 1540 33%

    PEG 6000 47%

    Aqua 20%

    (Anief, 1997).

    2.4.Formula yang Akan Diajukan Untuk Dibuat Dalam Praktikum

    R/ Parasetamol 500 mg

    PEG 4000 33%

    PEG 6000 47%

    Air 19,5%

    Tween 80 0,5%

    2.5.Pembuatan Supositoria dengan 100% basis (untuk 1 batch)

    1 bacth berisi 3 buah suppo dengan bobot masing-masing suppo adalah 3gram. Dengan demikian bobot total suppo dalam 1 batch adalah 9 gram

    Perhitungan :

    a. PEG 4000 = 33% x 9 gram

    = 2,97 gram

    b.PEG 6000 = 47% x 9 gram

    = 4,23 gram

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    13/25

    c. Air = 19,5% x 9 gram

    = 1,755 gram

    d.

    Tween 80 = 0,5% x 9 gram

    = 0,045 gram

    Penimbangan dengan penambahan 10% bahan sebagai antisipasi kehilangan

    bahan, sehingga perhitungannya:

    a. PEG 4000 = 2,97 gram + (10% x 1,97 gram)

    = 3,267 gram

    b.

    PEG 6000 = 4,23 gram + (10% x 4,23 gram)

    = 4,653 gram

    c.

    Air = 1,755 gram + (10% x 1,755 gram)

    = 1,9305 gram

    BJ air = 1 gram/mL

    Volume air =, gram

    gramm

    = 1,9305 mL

    d.Tween 80 = 0,045 gram + (10% x 0,045 gram)

    =0,0495 gram

    2.6.Pembuatan Supositoria dengan 10% zat aktif dan 90% basis (untuk 1

    batch)

    1 batch berisi 3 suppo dengan bobot masing-masing suppo adalah 3 gram.

    Dengan demikian bobot total suppo dalam 1 batch adalah 9 gram.

    Perhitungan :

    a.

    Parasetamol = 10% x 9 gram

    = 0,9 gram

    b.Basis = 90% x 9 gram

    = 8,1 gram

    - PEG 4000 = 33% x 8,1 gram

    = 2,673 gram

    -

    PEG 6000 = 47% x 8,1 gram

    = 3,807 gram

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    14/25

    - Air = 19,5% x 8,1 gram

    = 1,5795 gram

    BJ air = 1 gram/mL

    Volume air =, gram

    gramm

    = 1,5795 mL

    - Tween 80 = 0,5% x 8,1 gram

    = 0,0405 gram

    Penimbangan dengan penambahan 10% bahan tambahan sebagai antisipasi

    kehilangan bahan, sehingga dihasilkan perhitungan:

    a. Parasetamol = 0,9 gram

    b.

    PEG 4000 = 2,673 gram + (10% x 2,673 gram)

    = 2,940 gram

    c. PEG 6000 = 3,807 gram + (10% x 3,807 gram)

    = 4,188 gram

    e. Air = 1,5795 gram + (10% x 1,5795 gram)

    = 1,737 gramBJ air = 1 gram/mL

    Volume air =, gram

    gramm

    = 1,737 mL

    d.Tween 80 = 0,0405 gram + (10% x 0,0405 gram)

    = 0,045 gram

    2.7.Penimbangan bahan dengan Bilangan Pengganti (F)

    a. Parasetamol = 6 x (500 x (F1))

    = (G1) gram

    Parasetamol = 500 mg x 6

    = 3000 mg atau 3 gram

    b.Basis = 18 gram(G1) gram

    = (H1) gram

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    15/25

    -PEG 4000 = 33% x (H1) gram

    = (I1) gram

    -

    PEG 6000 = 47% x (H1) gram

    = (J1) gram

    - Air = 19,5% x (H1) gram

    = (K1) gram

    - Tween 80 = 0,5% X (H1) gram

    = (L1) gram

    Penimbangan dengan penambahan 10% bahan tambahan sebagai antisipasi

    kehilangan bahan, sehingga perhitungannya :

    a. Parasetamol = 3 gram

    b.

    PEG 4000 = (I1) gram + (10% x (I1) gram)

    = (M1) gram

    c. PEG 6000 = (J1) gram + (10% x (J1) gram)

    = (N1) gram

    d.Air = (K1) gram + (10% x (K1) gram)

    = (O1) gramBJ air = 1 gram/mL

    Volume air = gram

    gramm

    = (P1) mL

    e. Tween 80 = (L1) gram + (10% x (L1) gram)

    = (Q1) gram

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    16/25

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    17/25

    - Aluminium foil

    3.2.2 Bahan

    - Parasetamol

    -

    PEG 4000

    - PEG 6000

    - Air

    -

    Tween 80

    3.3.

    CARA KERJA

    3.3.1.Pembuatan Suppositoria dengan 100% basis

    Ditimbang sesuai perhitungan

    dilebur pada suhu 550

    C-630

    C

    Suhu pemanasan diturunkan, dilebur

    pada suhu 550-580C secara perlahan-

    lahan, kemudian dimasukan PEG 4000

    Ditambahkan tween 80 dan Air.

    Kemudian diaduk hingga homogen

    PEG 6000 yang telah ditimbang

    Leburan PEG 6000

    PEG 4000 dan PEG 6000

    Leburan PEG 6000 dan PEG 4000

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    18/25

    Campuran homogen

    Dimasukkan ke dalam cetakan yang

    telah dilapisi gliserin dan telah

    dikalibrasi sebelumnya.

    Didiamkan dan disimpan di lemari

    pendingin sampai membeku

    Dikeluarkan dari cetakan.

    Ditimbang bobot setiap suppositoria

    Dihitung bobot suppositoria rata-rata

    3.3.2.Pembuatan Suppositoria Basis 90% + 10% Paracetamol

    Ditimbang sesuai perhitungan

    Suppositoria basis yang telah membeku

    Bobot Suppositoria rata-rata

    Paracetamol, PEG 6000 dan PEG 4000

    PEG 6000 yang telah ditimbang

    Basis suppositoria

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    19/25

    Dilebur pada suhu 550C-630C

    Ditambahkan PEG 4000 kemudian

    suhu pemanasan diturunkan, dilebur

    pada suhu 500-580C secara perlahan-

    lahan

    Ditambahkan tween 80

    Parasetamol dilarutkan dengan air.

    Ditambahkan larutan parasetamol

    sedikit demi sedikit, diaduk hingga

    homogen

    Dimasukkan ke dalam cetakan yangtelah dilapisi gliserin dan telah

    dikalibrasi sebelumnya.

    Didiamkan dan disimpan di lemari

    pendingin sampai membeku

    Campuran basis dan parasetmol

    Suppositoria yang telah membeku

    Leburan PEG 6000

    Campuran homogen

    Leburan PEG 6000 dan PEG 4000

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    20/25

    Dikeluarkan dari cetakan.

    Dibungkus dengan aluminium foil

    3.3.3.Pembuatan Suppositoria untuk Masing-Masing Formula dalam 1

    Batch

    Ditimbang sesuai perhitungan

    Dilebur pada suhu 550C-630C

    Ditambahkan PEG 4000 dan air

    kemudian suhu pemanasan diturunkan,

    dilebur pada suhu 500-580C secara

    perlahan-lahan

    Ditambahkan tween 80

    Parasetamol dilarutkan dengan air.

    Ditambahkan larutan parasetamol

    sedikit demi sedikit, diaduk hingga

    homogen

    Paracetamol, PEG 6000 dan PEG 4000

    Campuran homogen

    Leburan PEG 6000

    PEG 6000 yang telah ditimbang

    Suppositoria parasetamol

    Leburan PEG 6000 dan PEG 4000

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    21/25

    Dimasukkan ke dalam cetakan yang

    telah dilapisi gliserin dan telah

    dikalibrasi sebelumnya.

    Didiamkan dan disimpan di lemari

    pendingin sampai membeku

    Dikeluarkan dari cetakan.

    Dibungkus dengan aluminium foil dan

    dimasukkan kedalam kemasan

    3.3.4.Evaluasi Sediaan

    a.

    Uji Keseragaman Bobot

    Ditimbang satu persatu

    Dicatat bobotnya, dihitung selisih bobotdan 5 penyimpangan

    Suppositoria Parasetamol

    Data keseragaman bobot

    Suppositoria yang telah ditimbang

    Campuran basis dan parasetmol

    Suppositoria yang telah membeku

    Suppositoria parasetamol dalam kemasan, suppositoria dievaluasi

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    22/25

    b. Uji Kisaran Leleh

    Dimasukan kedalam gelas beker berisi

    air yang telah dipanaskan pada suhu

    370C, dibiarkan meleleh.

    Dicatat waktu yang diperlukan

    suppositoria untuk meleleh sempurna

    Suppositoria

    Suppositoria meleleh sempurna

    Data uji kisaran leleh

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    23/25

    BAB IV

    KEMASAN DAN LIFLET

    4.1. KEMASAN

    4.1.1. Kemasan Sekunder

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    24/25

    4.1.2. Kemasan Primer

    - Aluminium foil

    - Kotak Plastik

    4.2. LIFLET

  • 8/10/2019 Jurnal Suppo

    25/25

    DAFTAR PUSTAKA

    Anief, M. 1997.Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press.

    Ansel, H.C. 2008.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.

    Clarke, E.G.C. 2005. Clarke`s Analysis of Drugs and Poisons. London:

    Pharmaceutical Press.

    Depkes RI. 1979.Farmakope Indonesia. Edisi III.Jakarta: Departemen Kesehatan

    Republik Indonesia.

    Depkes RI. 1995.Farmakope Indonesia. Edisi IV.Jakarta: Departemen Kesehatan

    Republik Indonesia.

    Katzung, B. G. 2002.Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.

    Lacy, C. F., et al. 2006.Drug Information Handbook. Ohio : Lexi-comp.

    Mashford, M. L. 2007. Therapeutic Guidelines: Analgesic, version 5. Australia:

    Therapeutic Guidelines Limited.

    Monson, K and A. Schoenstadt. 2007. Acetaminophen Suppository Dosing Chart

    (cited 2013 Nov, 3). Available at:

    http://kids.emedtv.com/acetaminophen-suppositories/acetaminophen-

    suppository-dosage.html

    Reynolds, J.E.F., et al. 2007.Martindale The Extra Pharmacopeia. London : The

    Pharmaceutical Press.

    Rowe, C. R, Sheskey, P. J., Quinn, M. E. 2009.Handbook of Pharmaceutical

    Excipients 6thEdition. Amerika : Pharmaceutical Press

    Sweetman, S.C. 2009. Martindale; The Complete Drug Reference. USA:

    Pharmaceutical Press.

    Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2008. Obat-obat Penting Khasiat Penggunaan danEfek-efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Computindo.

    http://kids.emedtv.com/acetaminophen-suppositories/acetaminophen-suppository-dosage.htmlhttp://kids.emedtv.com/acetaminophen-suppositories/acetaminophen-suppository-dosage.htmlhttp://kids.emedtv.com/acetaminophen-suppositories/acetaminophen-suppository-dosage.htmlhttp://kids.emedtv.com/acetaminophen-suppositories/acetaminophen-suppository-dosage.htmlhttp://kids.emedtv.com/acetaminophen-suppositories/acetaminophen-suppository-dosage.html