28
ANALISIS PENGARUH SPREAD TINGKAT SUKU BUNGA, CAR DAN NPL TERHADAP PENYALURAN KREDIT UMKM OLEH PERBANKAN DI INDONESIA SUKMA WARDHANI DOSEN PEMBIMBING : MARUTO UMAR BASUKI, SE., MSi ABSTRACT Monetery policy is one of the policy that can affect a country economic activity, not only that, but there are other policies that also influence the economic activity, such as other policies which come from out of economic activity. However, the policies are from outside of government control. Monetery policy is a policy which can be used controlled by government. It can be used to achieve the economic development goals. The aims of this research to analyze how the effect from interest rate spreads, Capital Adequacy Ratio (CAR) and Non Performing loan (NPL) to Micro, Small and medimum to offer banking credit sector in Indonesia, particularly state banks and private banks according with each bank behavior. The analyze method applied is Error Correction Model (ECM), the method is expected to explain long run and short run determinants of the research. The correction model is able to analyze of economic long run phenomena and assess consistence of empiric model with economic theory. More over, the model is able to find out the solutions from time series variable not stationary in econometric. The result of analysis using ECM model banking kredit sector in state and private banks , shows that in short run determinants NPL variable gives negative and significant effect to UMKM offer banking credit sector and interest rate spreads (RCDP) and CARS variable shows that not suitable with hypothesis and unsignificant. On the other hand, in long run determinants, interest rate spread( RCDP) for state banks gives the significant positive and NPLP & NPLS variable gives the negative significant effect to offer banking credit micro, small and medium business (UMKM) sector in Indonesia. Key words : Offer banking credit sector UMKM, Interest rate spreads, CAR and NPL.

JURNAL SKRIPSI SUKMA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29449/1/JURNAL_SKRIPSI_SUKMA.W.pdf · menggunakan instrumen moneter, ... terhadap luar negeri menjadi pemicu awal terjadinya

  • Upload
    vuxuyen

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS PENGARUH SPREAD TINGKAT SUKU BUNGA, CAR DA N NPL

TERHADAP PENYALURAN KREDIT UMKM OLEH PERBANKAN

DI INDONESIA

SUKMA WARDHANI DOSEN PEMBIMBING : MARUTO UMAR BASUKI, SE., MSi

ABSTRACT

Monetery policy is one of the policy that can affect a country economic activity, not only that, but there are other policies that also influence the economic activity, such as other policies which come from out of economic activity. However, the policies are from outside of government control. Monetery policy is a policy which can be used controlled by government. It can be used to achieve the economic development goals. The aims of this research to analyze how the effect from interest rate spreads, Capital Adequacy Ratio (CAR) and Non Performing loan (NPL) to Micro, Small and medimum to offer banking credit sector in Indonesia, particularly state banks and private banks according with each bank behavior.

The analyze method applied is Error Correction Model (ECM), the method is expected to explain long run and short run determinants of the research. The correction model is able to analyze of economic long run phenomena and assess consistence of empiric model with economic theory. More over, the model is able to find out the solutions from time series variable not stationary in econometric.

The result of analysis using ECM model banking kredit sector in state and private banks , shows that in short run determinants NPL variable gives negative and significant effect to UMKM offer banking credit sector and interest rate spreads (RCDP) and CARS variable shows that not suitable with hypothesis and unsignificant. On the other hand, in long run determinants, interest rate spread( RCDP) for state banks gives the significant positive and NPLP & NPLS variable gives the negative significant effect to offer banking credit micro, small and medium business (UMKM) sector in Indonesia. Key words : Offer banking credit sector UMKM, Interest rate spreads, CAR and

NPL.

A. PENDAHULUAN

Kebijakan moneter adalah salah satu kebijakan yang dapat mempengaruhi

kegiatan perekonomian suatu negara. Selain kebijakan moneter masih terdapat

kebijakan lain yang juga berperan di dalamnya, diantaranya adalah kebijakan-

kebijakan yang berasal dari non ekonomi. Kebijakan moneter merupakan kebijakan

yang dapat dikontrol oleh pemerintah. Kebijakan ini dapat digunakan untuk mencapai

sasaran pembangunan ekonomi. Dengan demikian, secara tidak langsung kebijakan

moneter akan berpengaruh terhadap kegiatan dan kondisi perekonomian. Kondisi dan

kegiatan perekonomian dapat tercermin antara lain dari tingkat GNP, Inflasi,

Pertumbuhan Ekonomi, Suku bunga SBI, Nilai tukar Rupiah, Pengangguran, Neraca

Pembayaran, dan masih terdapat indikator lainnya (Nopirin, 2000).

Pengaruh kebijakan moneter berdampak langsung pada sektor perbankan.

Bank Indonesia sebagai lembaga yang mengawasi dan mengontrol sistem moneter di

Indonesia memiliki beberapa mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui

beberapa saluran, diantaranya adalah saluran uang, saluran kredit, saluran suku bunga

, saluran nilai tukar, saluran harga aset dan saluran ekspetasi (Perry Warjiyo ,2004).

Mekanisme transmisi moneter ini dimulai dari tindakan bank sentral dengan

menggunakan instrumen moneter, seperti Operasi Pasar Terbuka, Giro Wajib

minimum (reserve requirement), Tingkat Diskonto dan Himbauan. Dari beberapa

mekanisme transmisi kebijakan moneter tersebut, saluran suku bunga lah yang paling

berperan, terutama karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap sektor riil melalui

perkembangan modal kerja, konsumsi dan investasi (Perry Warjiyo, 2004).

Pertumbuhan ekonomi suatu negara membutuhkan pola pengaturan sumber-

sumber daya yang tersedia secara terarah dan terpadu. Dengan demikian, hasil yang

optimal bisa didapat dan digunakan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Lembaga-Lembaga ekonomi harus melaksanakan pola tersebut secara bersamaan

agar tujuan pembangunan ekonomi yang diharapkan dapat tercapai dan sesuai dengan

rencana pembangunan nasional. Lembaga keuangan, khususnya perbankan

mempunyai peran yang strategis dalam meenggerakkan roda perekonomian suatu

negara. Pada dasarnya, bank disebut sebagai alat pembangunan negara (agent of

development) dalam mencapai tujuan pembangunan nasional (Abidan Tuah, 2007).

Perbankan adalah media yang menjembatani antara sektor moneter dengan

sektor riil. Perbankan merupakan intermediator dalam menampung dana yang

berlebih dari masyarakat dan menyalurkanya kembali kepada pihak yang

membutuhkan dana dalam bentuk kredit. Peran perbankan dalam hal ini sangat

dibutuhkan untuk membantu pengalokasian agar alokasi dana dapat efisien. Selain

itu, perbankan juga memiliki kemampuan untuk mengetahui masalah informasi

asimetris yang terjadi di pasar kredit. Sebagai penghubung antara investor dan

pengusaha , perbankan mampu memberikan informasi yang seimbang antara kedua

belah pihak. Hal ini dapat dilihat dari fungsi bank sebagai perantara (intermediary),

sehingga kepercayaan masyarakat luas sebagai nasabah kian bertambah (Abidan

Tuah, 2007).

Perbankan adalah media yang menjembatani antara sektor moneter dengan

sektor riil. Perbankan merupakan intermediator dalam menampung dana yang

berlebih dari masyarakat dan menyalurkanya kembali kepada pihak yang

membutuhkan dana dalam bentuk kredit. Peran perbankan dalam hal ini sangat

dibutuhkan untuk membantu pengalokasian agar alokasi dana dapat efisien. Selain

itu, perbankan juga memiliki kemampuan untuk mengetahui masalah informasi

asimetris yang terjadi di pasar kredit. Sebagai penghubung antara investor dan

pengusaha , perbankan mampu memberikan informasi yang seimbang antara kedua

belah pihak. Hal ini dapat dilihat dari fungsi bank sebagai perantara (intermediary),

sehingga kepercayaan masyarakat luas sebagai nasabah kian bertambah (Abidan

Tuah, 2007).

Menurunya kredit perbankan dapat disebabkan dari faktor permintaan ataupun

penawaran kredit. Dari sisi penawaran misalnya, penarikan dana nasabah yang ada di

bank secara bersamaan (bank rush) dan meningkatnya kewajiban pembayaran

terhadap luar negeri menjadi pemicu awal terjadinya penurunan kredit perbankan.

Sementara itu, ketika suku bunga dan nilai tukar rupiah melonjak tajam para investor

perusahaan-perusahaan di Indonesia yang memperoleh pendanaan utama dari

perbankan menambah persoalan berupa meningkatnya jumlah kredit macet ( NPL)

yang cukup tinggi nilainya . Di sisi lain, tingginya suku bunga juga mengakibatkan

marjin bunga ( selisih antara suku bunga kredit dengan deposito ) yang bernilai

negatif akan menurunkan rasio kecukupan modal (CAR) perbankan secara drastis.

Kesulitan likuiditas yang dialami oleh perbankan dan perusahaan akan menyebabkan

hubungan antara kedua belah pihak ini menjadi terganggu dan berdampak pada

kebutuhan pendanaan di sektor riil yang menjadi semakin terbatas.

Penyaluran kredit khususnya sektor UMKM dipengaruhi oleh nilai balik

alokasi dana bank (Abidan Tuah, 2007). Hal tersebut sesuai dengan tingginya risiko

berusaha yang dialami oleh pelaku sektor riil UMKM. Pada masa krisis , banyak

perusahaan yang tidak kuat menanggung kurs dan tingkat bunga tinggi, seperti yang

terjadi pada industri tekstil. Pada saat permintaan melonjak, di sisi lain harga bahan-

bahan modal justru mengalami kenaikan yang berdampak pada inflasi, belum lagi

keresahan sosial ekonomi, gangguan keamanan, penarikan dana dari perbankan

secara bersamaan dan besar-besaran serta stagflasi. Di saat seperti itu, sektor UMKM

memiliki kemampuan dan tetap bertahan serta memiliki kelebihan dalam

menghadapi krisis.

Besarnya kredit UMKM yang disalurkan perbankan dipengaruhi perilaku

bank dalam mengelola dananya serta bagaimana kebijakan pemerintah yang berlaku.

Dengan melihat kondisi keadaan tersebut, penelitian ini mencoba untuk melihat

bagaimana pengaruh spread tingkat suku bunga perbankan ( pinjaman dan simpanan

), CAR (Capital Adequacy Ratio), dan NPL (Non Performing Loan) terhadap volume

kredit UMKM yang disalurkan perbankan.

B. TELAAH TEORI

1. Instrumen Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan tindakan yang dilakukan oleh bank sentral

untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan kredit yang pada giliranya akan

mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Tujuan kebijakan moneter, terutama

berkaitan dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran

internasional yang seimbang. Jika kestabilan dalam kegiatan perekonomian

terganggu, maka kebijakan moneter dapat digunakan untuk memulihkanya kembali

(tindakan stabilisasi). Pada dasarnya instrumen atau alat kebijakan yang dipakai

adalah sebagai berikut (Nopirin, 1992) :

a. Politik Pasar Terbuka ( open market policy )

Meliputi tindakan menjual dan membeli surat-surat berhargaoleh bank sentral.

b. Politik Diskonto (discount policy)

Tindakan untuk mengubah-ubah tingkat bunga yang harus dibayar oleh bank

umum dalam hal ini meminjam dana dari bank sentral.

c. Politik perubahan Cadangan Minimum (reserves requirement)

Perubahan cadangan minimum dapat mempengaruhi jumlah uang yang

beredar.

d. Margin Requirement

Tindakan untuk membatasi penggunaan kredit untuk tujuan-tujuan pembelian

surat berharga.

2. Teori Loanable Funds

Bunga adalah harga dari loanable funds, yaitu dana yang tersedia untuk

dipinjamkan, atau disebut juga dana investasi. Penawaran dana investasi ini dibentuk

oleh jumlah simpanan atau tabungan masyarakat yang kelebihan dana. Di lain

pihak,permintaan dana investasi dibentuk oleh jumlah kebutuhan akan dana masa

sekarang dari orang yang membutuhkan dana (investor). Kedua kelompok tersebut

bertemu di pasar dana investasi dan menyepakati tingkat bunga keseimbangan.

Besarnya dana investasi yang ditawarkan ditentukan oleh rate of time preference,

atau premi yang harus dibayarkan kepada pemilik dana agar bersedia meminjamkan

dananya, sedangkan besarnya dana investasi yang diminta ditentukan oleh nilai

marginal product of capital , atau harapan akan tinngkat produktivitas modal marjinal

( Boediono, 2004).

3. Teori Liquidity Preference

Keynes membagi motif memegang uang menjadi motif transaksi , motif

berjaga-jaga , dan spekulasi. Tiga motif inilah ynag merupakan sumber timbulnya

“permintaan akan uang” yang diberi nama liquidity preference. Nama ini mempunyai

makna tertentu, yakni bahwa permintaan akan uang menurut teori keynes

berlandaskan pada konsepsi bahwa orang pada umumnya menginginkan dirinya tetap

likuid untuk memenuhi tiga motif tersebut. Memegang uang tunai menjamin

likuiditas pada orang tersebut. Preferensi inilah yang membuat orang bersedia

membayar harga tertentu untuk penggunaan uang. Dengan motif-motif tersebut, maka

setiap individu menginginkan uangnya dalam bentuk likuid. Keinginan atau

preferensi untuk tetap likuid itulah yang membuat orang bersedia membayar harga

tertentu untuk penggunaan uang. Keynes lebih menekankan motif memegang uang

untuk tujuan spekulasi (Boediono, 2004).

4. Kredit

Menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan, Kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Berdasarkan

penggunaan dana oleh debitur, kredit dapat dibedakan menjadi ( Abidan Tuah, 2007 )

1. Kredit Modal Kerja

Kredit ini digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. Jangka waktu

kredit ini pendek dan disesuaikan dengan jangka waktu perputaran modal nasabah.

2. Kredit Investasi

Kredit ini digunakan untuk pengadaan barang modal jangka panjang para

nasabah. Kredit investasi berjangka waktu panjang atau menengah. Nilai kredit ini

relatif besar dan pelunasanya dilakukan melalui angsuran.

3. Kredit Konsumsi

Kredit jenis ini digunakan untuk pengadaan barang dan jasa yang bertujuan

untuk konsumsi dan bukan untuk barang modal . Kredit ini juga sering disebut Kredit

Multiguna karena bisa digunakan untuk berbagai tujuan.

5. Perbankan

Fungsi utama bank adalah sebagai financial intermediary, yaitu intermediator

dana-dana masyarakat yang berlebih pada saat ini dan dengan kemampuan yang

dimilikinya mampu mengalokasikan dana-dana tersebut kepada agen-agen ekonomi

yang membutuhkan. Hal inilah yang kemudian tercipta proses alokasi sumber daya

modal yang efisien. Menurut Mishkin dalam Abidan Tuah (2004) fungsi bank sebagai

financial intermediary adalah :

Dapat mereduksi biaya transaksi keuangan, intermediator memiliki kemampuan

berupa ahli-ahli yang terampil serta berkompeten. Intermediator ini memiliki skala

ekonomis dalam ruang lingkup usahanya. Dengan biaya transaksi yang rendah di

dalam menyediakan layanan likuiditas, maka tiap-tiap nasabah bank akan lebih

mudah untuk melakukan transaksi keuangan.

6. Kajian Sebelumnya

Hasil penelitian Abidan Tuah (2007) menyimpulkan bahwa Hasil analisis

maksimisasi profit jangka panjang menunjukkan seluruh variabel adalah signifikan

kecuali variabel (rC-rD) dan DPK untukbank persero. Hal ini terkait dengan fungsi

bank persero sebagai agen pembangunan, bukan hanya mencari keuntungan. Hasil

yang berlawanan dengan hipotesis ditunjukkan variabel (rC-rD) kelompok bank

swasta, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini terjadi karena

KUK masih dinilai tidak menguntungkan dibanding jenis kredit lainnya. Pengaruh

adanya kebijakan alokasi KUK memiliki pengaruh hanya dalam jagka panjang. Hal

ini berkaitan dengan waktu yang dibutuhkan untk menerapkan kebijakan. Pengaruh

kondisi krisis juga tidak sesuai hipotesis karena akan menurunkan penyaluran KUK

pada jangka panjang.

Hasil Penelitian Fransisca dan Hasan Siregar (2007) menyimpulkan bahwa

DPK memiliki pengaruh positif terhadp volume kredit, CAR menunjukkan tidak ada

pengaruh yang signifikan dan tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume

kredit,ROA mempunyai hubungan yang positif terhadap volume kredit dan NPL juga

tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit, sedangkan hasil penelitian

Luh Gede Meydianawathi (2006) menyimpulkan bahwa bahwa DPK berpengaruh

nyata dan positif terhadap penyaluran kredit, begitu juga terhadap variabel CAR dan

ROA. Sedangkan untuk variabel NPL negative dan signifikan terhadap penawaran

kredit perbankan kepada sector UMKM.

C. METODE PENELITIAN

1. Sumber dan Jenis Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk

runtut waktu (time series) periode Januari 2004-Desember 2010 yang diperoleh dari

hasil publikasi Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Bank Indonesia. Data sekunder

yang digunakan antara lain, Data spread tingkat suku bunga bank kelompok bank

pemerintah dan kelompok bank swasta nasional, Data Capital Adequacy Ratio (CAR)

kelompok bank pemerintah dan kelompok bank swasta nasional, Data Non

Performing Loan (NPL) kelompok bank pemerintah dan kelompok bank swasta

nasional.

2. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data regresi berganda untuk

menguji adanya pengaruh spread suku bunga, CAR dan NPL terhadap penyaluran

kredit UMKM kelompok bank pemerintah dan swasta nasional. Model ekonometrik

yang digunakan dalam penelitian ini adalah model autoregresif Error Correction

Model (ECM) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Model Jangka Panjang

PLPt = β0+β1RCDPt+β2CARPt+β3NPLPt+εεεεt....................................... (3.1)

β0 : Konstanta

β1, β2, β3 : koefisien regresi berganda

PLPt : Penyaluran kredit UMKM kelompok bank pemerintah pada

periode t

RCDPt : Spread tingkat bunga perbankan kelompok bank pemerintah

periode t

CARPt : Capital Adequacy Ratio kelompok bank pemerintah periode t

NPLPt : Non Performing Loan kelompok bank pemerintah periode t

εt : Disturbance term

PLSt = β0+β1RCDSt+β2CARSt+β3NPLSt+εεεεt.................................................. (3.2)

Keterangan:

PLSt : Penyaluran kredit UMKM kelompok bank swasta nasional pada

periode t

RCDSt : Spread tingkat bunga perbankan kelompok bank swasta nasional

periode t

CARSt : Capital Adequacy Ratio kelompok bank swasta nasional periode t

NPLPt : Non Performing Loan kelompok bank swasta nasional periode t

β0 : Konstanta

β1, β2, β3 : koefisien regresi berganda

εt : Disturbance term

Sementara hubungan jangka pendek dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

∆∆∆∆PLPt=β0+β1∆∆∆∆RCDPt+β2∆∆∆∆CARPt+β3∆∆∆∆NPLPt+β4ECT t-1+εεεεt ……………..(3.3)

Keterangan:

∆PLP : first difference dari Penyaluran kredit UMKM kelompok bank

pemerintah pada periode t

∆RCDP : first difference dari Spread tingkat bunga perbankan kelompok bank

pemerintah periode t

∆CARP: first difference dari Capital Adequacy Ratio kelompok bank

pemerintah periode t

∆NPLP: first difference dari Non Performing Loan kelompok bank

pemerintah periode t

ECTt-1: Error - Correction term Lagged one period

β1, β2, β3 : koefisien regresi berganda

εt : Disturbance term

t : menunjukkan waktu

∆∆∆∆PLSt = β0+β1∆∆∆∆RCDSt+β2∆∆∆∆CARSt+β3∆∆∆∆NPLSt+ β4ECT t-1+εεεεt …………… (3.4)

Keterangan :

∆PLSt : first difference dari Penyaluran kredit UMKM kelompok bank

swasta nasional pada periode t

∆RCDSt : first difference dari Spread tingkat bunga perbankan kelompok bank

pemerintah periode t

∆CARSt: first difference dari Capital Adequacy Ratio kelompok bank swasta

nasional periode t

∆NPLSt: first difference dari Non Performing Loan kelompok bank swsata

nasional periode t

ECTt-1: Error - Correction term Lagged one period

β0 : Konstanta

β1, β2, β3 : koefisien regresi berganda

εt : Disturbance term

Untuk mengetahui apakah spresifikasi model dengan ECM merupakan model

yang valid maka dilakuakan uji terhadap koefisien Error Correction Term (ECT) .

Jika hasil pengujian terhadap koefisien ECT signifikan, maka spesifikasi model yang

diamati valid. Untuk menguji persamaan regresi dari model maka digunakan

beberapa pengujian, diantaranya adalah : Uji stasionaritas yang meliputi uji akar unit

(unit root test), Uji Kointegrasi, dan Uji Asumsi Klasik yang meliputi deteksi

normalitas, autokorelasi, multikolineritas dan heterokedastisitas.

D. PEMBAHASAN

1. Analisis Ekonometrika

1.1. Uji Akar Unit ( Unit Root Test)

Pengujian stasioneritas data yang dilakukan terhadap seluruh variabel dalam model penelitian yang diajukan menggunkan metode Augmented Dickey Fuller Test (ADF-Test. Uji akar unit dilakukan dengan melihat apakah nilai t hitung lebih negative atau lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon pada derajat nol atau I(0). Apabila nilai t hitung tidak lebih negative atau lebih kecil, maka dilakukan uji derajat integrasi, yaitu uji pada derajat pertama atau I(1).

Tabel 1.1 Uji Akar Unit

Variabel t-Hitung MacKinnon Pemerintah PLP 1,545 -2,586 RCDP -3,187*** -2,896 CARP -1,681 -2,585 NPLP -0,664 -2,585 Swasta Nasional PLS 1,146 -2,586 RCDS -2,410 -2,586 CARS -3,118*** -2,586 NPLS -1,599 -2,586

*** signifikan pada α = 0,05 dan 0,1

1.2. Uji Derajat Integrasi

Hasil uji stasioner pada derajat pertama dilakukan terhadap varibel yang belum

stasioner pada derajat nol atau I(0).

Tabel 1.2 Uji Derajat Integrasi I(I)

Variabel t-Hitung MacKinnon Pemerintah PLP -9,899*** -2,586 RCDP -12,806*** -2,586 CARP -9,112*** -2,586 NPLP -7,873*** -2,586 Swasta Nasional PLS -2,993*** -2,897 RCDS -8,453*** -2,585 CARS -13,802*** -2,586 NPLS -9,931*** -2,585 *** signifikan pada α = 0,01, 0,0 dan 0,1

1.3. Uji Kointegrasi

Setelah keseluruhan variabel yang akan digunakan dalam penelitian

menunjukkan hasil yang stasioner, maka selanjutnya dilakukan uji kointegrasi.

Tabel 1.3 Uji Kointegrasi

Variabel t-hitung MacKinnon

Kel.Bank Pemerintah -9,637 1% = -3,512 5% = -2,898 10% = -2,586

Kel.Bank Swasta Nasional -13,029 1% = -3,531 5% = -2,898 10% = -2,586

1.4 Hasil Analisis Error Correction Model (ECM) Jangka Pendek

Model persamaan dinamis dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat

pengaruh perubahan berbagai variabel independen terhadap perubahan variabel

dependen dalam jangka pendek. Model ini digunakan untuk mengetahui bagaimana

ketidakseimbangan jangka pendek yang digambarkan dengan variabel first difference

dikoreksi atau disesuaikan untuk mencapai keseimbangan jangka penjang yang

digambarkan dengan signifikansinya variabel error correction trem.

Tabel 1.4

Hasil Regresi Model ECM (Jangka Pendek) Kelompok Bank Pemerintah

Variabel Koefisien Std.Error t-hitung Prob. Keterangan DRCDP -11072,62 3545,651 -3,122874 0,0025 Signifikan DCARP -2063,003 1246,323 -1,655272 0,1019 tdk signfikn DNPLP -875,9884 1016,214 -0,862011 0,3913 tdk signfkn ECTP 0,098833 0,039273 2,516560 0,0139 Signifikan

C 3259,772 1019,440 3,197612 0,0020 Signifikan R-squared 0,259234

Adjusted R-squared 0,221246

Tabel 1.5

Hasil Regresi Model ECM (Jangka Panjang) Kelompok Bank Pemerintah

Variabel Koefisien Std.Error t-hitung Prob. Ket.

RCDP 18011,31 5861.295 3,072923 0,0000 signifikan CARP -15621,31 1423,900 -10,97079 0,0029 signifikan NPLP -4152,182 925,8422 -4,484762 0,0000 signifikan

C 397033,5 50563,36 7,852197 0,0000 signifikan R-squared 0,871298

Adjusted R-squared

0,866471

Tabel 1.6

Hasil Regresi Model ECM (Jangka Pendek)

Kelompok Bank Swasta Nasional

Variabel Koefisien Std.Error t-hitung Prob. Keterangan

DRCDS 1089,248 3899,110 0,279358 0,7807 Tdk signifikan

DCARS -513,0309 156,6786 -3,274416 0,0016 signifikan

DNPLS -295,8107 185,9802 -1,690549 0,1158 tdk signifikan

ECTS 0,049936 0,008047 6,205921 0,0000 signifikan

C 3653,915 306,3449 11,92745 0,0000 ksignifikan

R-squared 0,348205

Adjusted R-squared 0,314780

Tabel 1.7

Hasil Regresi Model ECM(Jangka Panjang)

Kelompok Bank Swasta Nasional

Variabel Koefisien Std.Error t-hitung Prob. Keterangan

RCDS -123126,8 31382,51 -3,923420 0,0000 signifikan

CARS -12064,02 2101,356 -5,741065 0,0002 signifikan

NPLS -6652,106 568,0718 -11,7-998 0,0000 signifikan

C 1182263 170293,0 6,942521 0,0000 signifikan

R-squared 0,751008

Adjusted R-squared 0,741671

2. ANALISIS HASIL ESTIMASI

2.1 Pengaruh Spread Terhadap Penyaluran Kredit UMKM

A. Kelompok Bank Pemerintah

Pengaruh Spread tingkat suku bunga kredit dan tingkat suku bunga simpanan

terhadap penyaluran kredit UMKM untuk kedua kelompok bank ini memiliki hasil

estimasi jangka pendek dan jangka panjang. Variabel RCDP kelompok bank

pemerintah memiliki nilai koefisien jangka pendek sebesar

-11072,6 yang signifikan pada α = 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan

spread tingkat suku bunga kredit-simpanan (RCDP) sebesar satu persen akan

menurunkan penyaluran kredit UMKM sebesar -11072,6 milyar rupiah tiap bulannya

. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka pendek pengaruh spread tingkat

suku bunga kredit-simpanan kelompok bank pemerintah tidak sesuai dengan teori dan

hipotesis penelitian.

B. Kelompok Bank Swasta Nasional

Pengaruh Spread tingkat suku bunga kredit dan tingkat suku bunga simpanan

(RCDS) terhadap penyaluran kredit UMKM kelompok bank swasta nasional dalam

jangka panjang memiliki nilai koefisien sebesar -123126,8 yang signifikan pada α =

0,05. Artinya, kenaikan spread tingkat suku bunga kredit-simpanan (RCDS) sebesar

satu persen akan menurunkan penyaluran kredit UMKM sebesar -123126,8 milyar

rupiah tiap bulannya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang pengaruh

spread tingkat suku bunga kredit-simpanan kelompok bank swasta nasional terhadap

penyaluran kredit UMKM tidak sesuai dengan teori dan hipotesis penelitian. Nilai

koefisien yang negatif menunjukkan bahwa bank swasta nasional di Indonesia dalam

jangka panjang masih memandang kredit untuk sektor UMKM sebagai portofolio

yang masih penuh dengan risiko, walaupun spread dan indikator kesehatan

perbankan, dalam hal ini adalah CAR dan NPL secara keseluruhan mengalami

peningkatan, tetapi penyaluran dana kredit ke skala UMKM menurun karena bank

swasta nasional lebih mempertimbangkan untuk menyalurkan dana kreditnya kepada

usaha skala besar yang akan memberikan keuntungan lebih tinggi dan risiko yang

lebih rendah .

2.2 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Penyaluran Kredit

UMKM

A. Kelompok Bank Pemerintah

Dengan adanya CAR memang mempersempit ruang gerak bank dalam

menawarkan kreditnya, selain itu hal ini juga disebabkan karena masih banyaknya

bank yang memiliki nilai CAR melebihi CAR minimum yang telah dipersyaratkan

yaitu sebesar 8% . Oleh karena itu, hal ini menandakan bahwa penyaluran kredit

untuk sektor UMKM belum berjalan secara optimal. Seperti yang diungkapkan dalam

penelitian Armanto dan Perry Warjiyo (2006) menyatakan bahwa CAR tidak menjadi

pembatas bank di dalam memberikan kredit. Semakin kecil modal , hal ini akan

menjadi insentif bagi bank untuk melakukan moral hazard (situasi di mana suatu

transaksi ada pihak yang lebih memiliki informasi dibandingkan pihak lain) dengan

menanam aktiva produktifnya pada investasi yang berisiko rendah.

B. Kelompok Bank Swasta Nasional

Pengaruh capital adequacy ratio (CAR) terhadap penyaluran kredit UMKM

kelompok bank swasta nasional dalam jangka pendek memiliki nilai koefisien sebesar

-513,0309 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, kenaikan CAR sebesar satu persen

akan menurunkan penyaluran kredit UMKM sebesar -513,0309 milyar rupiah tiap

bulannya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang pengaruh spread tingkat

suku bunga kredit-simpanan kelompok bank swasta nasional tidak sesuai dengan teori

dan hipotesis penelitian. Nilai koefisien yang negatif menunjukkan bahwa bank

swasta nasional di Indonesia dalam jangka pendek masih memandang kredit untuk

sektor UMKM sebagai portofolio yang masih penuh dengan risiko, walaupun CAR

dan indikator kesehatan perbankan mengalami peningkatan, tetapi penyaluran dana

kredit ke skala UMKM menurun karena bank swasta nasional lebih

mempertimbangkan untuk menyalurkan dana kreditnya kepada usaha skala besar

yang akan memberikan keuntungan lebih tinggi dan risiko yang lebih rendah .

Nasabah UMKM dinilai banyak yang belum mampu untuk memenuhi prosedural

peminjaman dana kredit bank sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.3 Pengaruh Non Performing Loan (NPL) Terhadap Penyaluran Kredit

UMKM

A. Pengaruh non performing loan (NPL) terhadap penyaluran kredit

UMKM untuk kedua kelompok bank ini memiliki hasil estimasi

jangka pendek dan jangka panjang. Variabel NPLP kelompok bank

pemerintah memiliki nilai koefisien jangka panjang sebesar -4125,182

yang signifikan pada α = 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa

kenaikan variabel NPLP sebesar satu persen akan menurunkan

penyaluran kredit UMKM sebesar -4125,182 milyar rupiah tiap

bulannya . Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka panjang

pengaruh variabel NPLP terhadap penyaluran kredit UMKM

kelompok bank pemerintah sesuai dengan teori dan hipotesis

penelitian. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Meydianawathi (2006) yang menyatakan bahwa

pengaruh Non Performing Laon (NPL) terhadap penawaran atau

penyaluran kredit perbankan adalah negative dan signifikan, karena

indikasi NPL yang tinggi akan menghambat penyaluran kredit. Dalam

kenyataanya, nilai NPL yang tinggi akan menyebabkan bank harus

membentuk cadangan penghapusan yang lebih besar sehingga dana

yang dapat disalurkan lewat pemberian kredit juga akan berkurang. Di

samping itu, pada saat tingkat NPL meningkat berarti kolektibilitas

kredit nasabah akan menurun yang mengakibatkan bank mengalami

hambatan dalam mengumpulkan modalnya, sehingga bank akan lebih

berhati-hati di dalam penyaluran kredit.

B. Kelompok Bank Swasta Nasional

Pengaruh non performing loan (NPL) terhadap penyaluran kredit UMKM

kelompok bank swasta nasional dalam jangka panjang memiliki nilai koefisien

sebesar -6652,1 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, kenaikan NPLS sebesar satu

persen akan menurunkan penyaluran kredit UMKM sebesar -6652,1 milyar rupiah

tiap bulannya. Hal ini menunjukkan dalam jangka panjang pengaruh NPLS kelompok

bank swasta nasional sesuai dengan teori dan hipotesis penelitian bahwa kenaikan

non performing loan (NPL) akan menurunkan penyaluran kredit UMKM.

2.4 Variabel Koreksi Kesalahan (ECT)

Nilai koefisien variabel ECT pada kelompok bank pemerintah maupun

kelompok bank swasta nasional menunjukkan hasil yang signifikan dan positif. Hal

ini menunjukkan bahwa model koreksi kesalahan dapat menjelaskan perubahan

variabel dependen dalam jangka pendek. Koefisien ECT menunjukkan proporsi biaya

atau waktu keseimbangan dan perkembangan penyaluran kredit UMKM pada periode

sebelumnya disesuaikan pada periode sekarang. Nilai variabel ECTP (pemerintah)

adalah 0,098833 sementara nilai ECTS (swasta nasional) sebesar 0,049936 yang

signifikan pada α = 0,05. Hal tersebut berarti, biaya atau waktu yang diperlukan

untuk mengembalikan keseimbangan variabel dependen dari periode sebelumnya ke

periode sekarang adalah sebesar 9,8 persen untuk kelompok bank pemerintah dan 4,9

persen untuk kelompok bank swasta nasional.

Nilai kedua koefisien tersebut adalah lebih besar dari nol, yang bearti pada

periode Yt-1 terjadi disequilibrium, yaitu nilai Yt-1 terlalu tinggi untuk mencapai

keseimbangan. Lebih besarnya koefisien ECT pada kelompok bank pemerintah

menunjukkan bahwa kelompok bank ini lebih membutuhkan waktu dan biaya lebih

besar untuk menyeimbangkan penyaluran kredit UMKM.

E. KESIMPULAN , KETERBATASAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis bagaimana pengaruh variabel

spread tingkat suku bunga bank, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing

Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit UMKM untuk kedua kelompok bank yaitu

bank pemerintah dan swasta nasional. Berdasarkan hasil analisis data yang telah

dilakukan pada bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari hasil analisis model regresi ECM dapat diketahui bahwa pengaruh spread

tingkat suku bunga bank, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing

Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit UMKM untuk kedua kelompok bank

yaitu bank pemerintah dan swasta nasional periode Januari 2004-Desember

2010 adalah tepat digunakan, karena telah memenuhi dan lolos uji asumsi

klasik, yaitu Deteksi normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas dan

autokorelasi

2. Dari hasil analisis model regresi ECM kelompok bank pemerintah dapat

disimpulkan sebagai berikut .

a. Koefisien determinasi (R2) dalam jangka pendek adalah sebesar 0,259.

Artinya sebesar 25,9 persen variasi variabel dependen mampu

dijelaskan oleh variasi himpunan variabel independen , sedangkan

dalam jangka panjang adalah sebesar 0,871. Artinya sebesar 87,1

persen variasi variabel dependen mampu dijelaskan oleh variasi

himpunan variabel independen. Sisanya dijelaskan oleh faktor di luar

model.

b. Variabel DRCDP dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap

penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -11072,6

yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel DRCDP

dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel DPLP

turun sebesar -11072,6 milyar rupiah tiap bulannya, sedangkan dalam

jangka panjang variabel RCDP berpengaruh positif terhadap

penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar 18011,31

yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel RCDP

dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel PLP

naik sebesar 18011,31 milyar rupiah tiap bulannya

c. Variabel DCARP dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap

penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -2063,003

yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel DCARP

dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel DPLP

turun sebesar -2063,003 milyar rupiah tiap bulannya, sedangkan dalam

jangka panjang variabel CARP berpengaruh negatif terhadap

penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -15621,31

yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel CARP

dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel PLP

turun sebesar

-15621,31 milyar rupiah tiap bulannya

d. Variabel DNPLP dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap

penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -875,988

yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel DNPLP

dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel DPLP

turun sebesar -875,988 milyar rupiah tiap bulannya, sedangkan dalam

jangka panjang nilai variabel NPLP berpengaruh negatif terhadap

penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -4152,182

yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel NPLP

dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan niali variabel PLP

turun sebesar -4152,182 milyar rupiah tiap bulannya

e. Koefisien variabel ECTP secara statistik signifikan pada α = 0,05 dan

positif sebesar 0.098. Hal ini menunjukkan bahwa model koreksi

kesalahan dapat menjelaskan perubahan perilaku variabel dependen

dalam jangka pendek kembali menuju keseimbangan pada jangka

panjang.

f. Signifikansi simultan (F-statistik) dilakukan untuk mengetahui apakah

variabel-variabel independen secara keseluruhan signifikan statistik

dalam memengaruhi variabel dependen F-statistik. Dalam jangka

pendek diketahui bahwa F-hitung adalah sebesar ( 6,842) > F-tabel

(92,71) sehingga kesimpulan yang diambil adalah menerima Ha dan

menolak H0 atau dengan kata lain, hipotesis yang menyatakan bahwa

terdapat pengaruh variabel spread tingkat suku bunga kredit-simpanan,

capital adequacy ratio dan non perfomimg loan terhadap penyaluran

kredit UMKM diterima pada α = 0,05, sedangkan dalam jangka

panjang diketahui bahwa F-hitung adalah sebesar (180,53) > F-tabel

(2,71) sehingga kesimpulan yang diambil adalah menerima Ha dan

menolak H0 atau dengan kata lain, hipotesis yang menyatakan bahwa

terdapat pengaruh variabel spread tingkat suku bunga kredit-simpanan,

capital adequacy ratio dan non perfomimg loan terhadap penyaluran

kredit UMKM diterima pada α = 0,05.

2. Dari hasil analisis model regresi ECM kelompok bank swasta nasional dapat

disimpulkan sebagai berikut .

a. Koefisien determinasi (R2) dalam jangka pendek adalah sebesar 0,348.

Artinya sebesar 34,8 persen variasi variabel dependen mampu

dijelaskan oleh variasi himpunan variabel independen , sedangkan

dalam jangka panjang adalah sebesar 0,759. Artinya sebesar 75,9

persen variasi variabel dependen mampu dijelaskan oleh variasi

himpunan variabel independen. Sisanya dijelaskan oleh faktor di luar

model.

b. Variabel DRCDS dalam jangka pendek berpengaruh positif terhadap

penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar 1089,25

yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel DRCDS

dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel DPLS

naik sebesar 1089,25 milyar rupiah tiap bulannya, sedangkan dalam

jangka panjang variabel RCDS berpengaruh negatif terhadap

penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -123126,8

yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel RCDS

dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel PLS

turun sebesar

-123126,8 milyar rupiah tiap bulannya

c. Variabel DCARS dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap

penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -513,03

yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel DCARS

dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel DPLS

turun sebesar -513,03 milyar rupiah tiap bulannya, sedangkan dalam

jangka panjang variabel CARS berpengaruh negatif terhadap

penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -12064,02

yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel CARS

dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel PLS

turun sebesar

-12064,02 milyar rupiah tiap bulannya

d. Variabel DNPLS dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap

penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -295,81

yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel DNPLS

dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel DPLS

turun sebesar -295,81 milyar rupiah tiap bulannya, sedangkan dalam

jangka panjang nilai variabel NPLS berpengaruh negatif terhadap

penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -6652,10

yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel NPLS

dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel PLS

turun sebesar -6652,10 milyar rupiah tiap bulannya

e. Koefisien variabel ECTS secara statistik signifikan pada α = 0,05 dan

positif sebesar 0.049. Hal ini menunjukkan bahwa model koreksi

kesalahan dapat menjelaskan perubahan perilaku variabel dependen

dalam jangka pendek kembali menuju keseimbangan pada jangka

panjang.

f. Signifikansi simultan (F-statistik) dilakukan untuk mengetahui apakah

variabel-variabel independen secara keseluruhan signifikan statistik

dalam memengaruhi variabel dependen. Dalam jangka pendek

diketahui bahwa F-hitung adalah sebesar (10,417) > F-tabel (2,71)

sehingga kesimpulan yang diambil adalah menerima Ha dan menolak

H0 atau dengan kata lain, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat

pengaruh variabel spread tingkat suku bunga kredit-simpanan, capital

adequacy ratio dan non perfomimg loan terhadap penyaluran kredit

UMKM diterima pada α = 0,05, sedangkan dalam jangka panjang

diketahui bahwa F-hitung adalah sebesar (180,53) > F-tabel (2,71)

sehingga hasil yang diambil adalah menerima Ha dan menolak H0 atau

dengan kata lain, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh

variabel spread tingkat suku bunga kredit-simpanan, capital adequacy

ratio dan non perfomimg loan terhadap penyaluran kredit UMKM

diterima pada α = 0,05.

II. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini masih terdapat keterbatan-keterbatasan yang dapat

dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya agar mampu mendapatkan

hasil yang lebih baik, adapun keterbatasan-keterbatasan tersebut sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi

penyaluran kredit dari sisi internal perbankan saja.

2. Model Error Correction Model (ECM) kelompok bank pemerintah dalam

jangka pendek menunjukkan bahwa 26 persen variasi variabel dependen

mampu dijelaskan oleh variasi himpunan variabel independen, sedangkan

dalam jangka panjang menunjukkan bahwa 87,1 persen variasi variabel

dependen mampu dijelaskan oleh variasi himpunan variabel independen.

Sisanya dijelaskan oleh faktor di luar penelitian, sedangkan kelompok

bank swasta nasional menunjukkan bahwa dalam jangka pendek 35 persen

variasi variabel dependen mampu dijelaskan oleh variasi himpunan

variabel independen, sedangkan dalam jangka panjang menunjukkan

bahwa 75,1 persen variasi variabel dependen mampu dijelaskan oleh

variasi himpunan variabel independen. Sisanya dijelaskan oleh faktor di

luar penelitian . Dengan demikian, sangat terbuka untuk memasukkan

variabel-variabel lain yang lebih relevan dalam penelitian selanjutnya.

3. Saran

Saran dari peneliti yang terkait dengan penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Spread atau net-margin adalah salah satu sumber pendapatan bank yang akan

menentukan pendapatan bersih bank. Besarnya spread yang diperoleh

dipengaruhi volume kredit yang dapat disalurkan oleh bank. Semakin tinggi

spread yang mampu diciptakan, maka hal ini mengindikasikan bahwa

penyaluran dana kredit dan tingkat keuntungan bank meningkat. Di dalam

menentukan spread , salah satu hal yang menjadi bahan pertimbangan

perbankan adalah faktor risiko, diantaranya : inflasi, kurs mata uang, suku

bunga acuan SBI, jenis industri, dan lain- lain. Apabila risiko ini meningkat,

hal tersebut akan direspon perbankan dengan menaikkan tingkat suku bunga

kredit. Tingkat suku bunga kredit merupakan unsur pembentuk spread selain

suku bunga simpanan. Suku bunga kredit yang meningkat akan berdampak

pada perolehan spread yang semakin tinggi pula. Kenaikan spread suku bunga

akan menyebabkan beberapa sektor usaha tidak mampu membayar biaya

spread, salah satunya adalah sektor UMKM. Dengan demikian bank harus

tetap menjaga selisih/marjin antara kedua tingkat bunga tersebut serta

menurunkannya agar sektor UMKM mampu membayar biaya spread.

2. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah kewajiban penyediaan modal

minimum yang harus dipertahankan oleh setiap bank dalam proporsi tertentu

atas total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Tingkat kecukupan

modal bank diukur berdasarkan perhitungan capital adequacy . Perhitungan

ini menggunkan prinsip bahwa setiap penanaman modal yang mengandung

risiko harus menyediakan jumlah modal sebesar presentase tertentu (risk

margin) terhadap jumlah penanamnya. Apabila rasio kecukupan modal bank

meningkat akan berdampak pada peningkatan alokasi dana kredit kepada

sektor UMKM. Peningkatan ini akan menyebabkan bank lebih leluasa di

dalam mengelola dana kreditnya.. Namun, di sisi lain dalam memperluas

cakupan penyaluran kredit kepada nasabah, bank juga memerhatikan

pembatasan rasio NPL sebagai tolok ukur kinerja perbankan. Perkembangan

rasio CAR kedua kelompok bank ini yang rata-rata berada pada posisi di atas

CAR minimum 8 persen, dimungkinkan perbankan dapat memperluas

cakupan penyaluran kredit ke sektor UMKM dengan tetap memerhatikan rasio

NPL.

3. Non Performing Loan (NPL) adalah persentase kredit bermasalah dengan

kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit yang

disalurkan. NPL dapat juga diartikan sebagai pinjaman yang mengalami

kesulitan pelunasan baik akibat faktor kesengajaan maupun ketidaksengajaan

yang dilakuakan oleh debitur atau faktor lain. Indikasi rasio NPL yang

meningkat akan menyebabkan penyaluran kredit turun. Hal tersebut terjadi

karena bank harus membentuk cadangan penghapusan dan modal yang lebih

besar. Di samping itu, pada saat rasio NPL meningkat hal ini berakibat

kolektibilitas kredit nasabah menurun dan menghambat bank dalam

mengumpulkan modal. Oleh karena itu, bank mampu harus menurunkan rasio

NPL agar penyaluran kredit sektor UMKM meningkat dan tetap

memerhatikan prinsip kehati-hatian.

DAFTAR PUSTAKA

Abidan Tuah, 2007, Pengaruh Spread Tingkat Suku Bunga Perbankan, Dana

Pihak ketiga, Kebijakan Alokasi KUK Terhadap Penyaluran Kredit

Usaha Kecil. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Program S1Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro : Semarang

Bank Indonesia, 2003 s.d. 2010, Statistik Perbankan Indonesia (www.bi.go.id).

BI, diakses tanggal 4 November 2010.

Bessis, Joel.2010, Risk Management in Banking, third revised edition : Paris,

France.

Boediono, 1994, Ekonomi Moneter BPFE, Yogyakarta.

Chaikal Nuryakin dan Perry Warjiyo, 2006, Perilaku Penawaran Kredit Bank di

Indonesia : Kasus pasar Oligopoli Periode Januari 2001-Juli 2005, Buletin

Ekonomi Moneter dan Perbankan, Jakarta.

Elvany Noor Afia. 2010. Pengaruh Penanaman Modal Asing , Penanaman Modal

Dalam Negeri, dan Belanja Modal Terhadap Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah. Skripsi tidak dipublikasikan.

Program S1 Ekonomi Universitas Diponegoro : Semarang.

Fransisca dan Hasan Sakti Siregar, 2006, Pengaruh Faktor Internal Bank

Terhadap Volume Kredit Pada Bank yang Go Public di Indonesia. Jurnal

Akuntasi 6 Universitas Sumatera Utara.

Gosh, S.R dan Gosh A.R. 1999. East Asia Afdtermath Crisis Was There a

Crunch?. IMF Working Paper No. 99/38, Maret 1999.

Gujarati, Damodar, 2004, Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa : Sumarno Zain,

penerbit Erlangga, Jakarta.

Himaniar Trisnadi. 2010. Pengaruh CAR, NPL dan ROA Terhadap penyaluran

Kredit Modal Kerja (Studi Pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode (2004-2009). Skripsi tidak dipublikasikan. Program S1

Ekonomi Universitas Diponegoro : Semarang

Imam Ghozali .2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Juda Agung dkk, 2001, Credit Crunch di Indonesia Setelah Krisis : Fakta,

Penyebab dan Implikasi Kebijakan. Direktorat Riset Ekonomi dan

Kebijakan Moneter. Pusat Studi dan Kebansentralan, Bank Indonesia, Jakarta

J.Supranto ,2001, Statistik: Teori dan Aplikasi, Erlangga, Jakarta

Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan. Edisi I., PT. Raja Grafindo, Jakarta

Luh Gede Meydianawath.2007. Analisis Perilaku penawaran Kredit Perbankan

Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002-2006), Buletin Studi Ekonomi

Vol.12 No 2 Tahun 2007, Universitas Udayana : Denpasar.

Lukman Dendawijaya ,2003, Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Jakarta

Mishkin, Frederic S.2004. The Economics of Money , Banking, and Financila

Market . USA : Addison Wesley.

Moch soedarto, 2004, Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyaluran

Kredit Pada Bank Perkreditan Rakyat(Studi kasusu pada BPR di

Wilayah Kerja BI Semarang. Tesis tidak dipublikasikan. Magister

Manajemen FE Undip: Semarang.

Muchdarsyah Sinungan, 2000, Manajemen Dana Bank, Bumi Aksara, Jakarta

Nopirin, 1990, Ekonomi Moneter, BPFE, Yogyakarta

Pazarbasioglu, Ceyla.1997. A Credit Cruch? Finland in the Aftermath of the

Banking Crisis. IMF Staff Papers, Vol 44 (September 1997).

Perry Warjiyo. 2004. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia.

Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) BI

Pram Purnama Alam. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Menyebabkan

peningkatan Non Performing Loan (NPL) dan dampaknya Terhadap

penyaluran Kredit di Sektor UMKN (Studi Kasus di Bank BRI) . Tesis

Tidak Dipublikasikan. Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut

Pertanian Bogor : Bogor

Reza Y Siregar.2004. Interest Rate Spread and Mandatory Credit Allocation :

Implications on Banks Loans to Small Business in Indonesia, Working

Paper, University of Adelaide : Australia.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

Wing Wahyu Winarno, 2006, Analisis Ekonometrika dan Statistika : EVIEWS,

UPPP STIE YKPN, Yogyakarta