11
1 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN PASIEN DALAM MENGONTROL HALUSINASI DI POLIKLINIK JIWA RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2014 1 Sutrisno, 2 Sri Maryatun, 3 Muhammad Bahori 1. Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Palembang 2. Dosen PSIK Fakultas Kedokteran UNSRI sebagai Pembimbing I 3. Kepala Ruangan Merpati II Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebagai Pembimbing II Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Palembang, Indonesia [email protected] ABSTRAK Halusinasi adalah salah satu gejala sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien halusinasi adalah ketidakmapuan pasien mengontrol halusinasi dan tidak dilakukannya perawatan oleh keluarga dirumah. Salah satu jenis respon yang dialami keluarga dalam merawat pasien halusinasi adalah cemas. Data jumlah pasien dalam masalah perawatan utama halusinasi di Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tercatat jumlah pasien halusinasi rawat jalan pada tahun 2013 yaitu 129 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Tehnik pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling dengan jumlah sampel 39 responden dan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17-31 Maret 2014. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 33,3% keluarga mengalami kecemasan ringan, 46,2% kecemasan sedang dan 20,5% mengalami kecemasan berat dan 74,4% pasien mampu mengontrol halusinasi serta 25,6% pasien tidak mampu mengontrol halusinasi. Analisis dilakukan dengan uji Chi-Square didapatkan ρ value 0,028 (ρ value < α 0,05) menunjukan ada hubungan signifikan tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Rekomendasi kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai intervensi kecemasan keluarga, bagi petugas kesehatan di Poliklinik Jiwa untuk memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara mengurangi kecemasan. Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Keluarga, Mengontrol, Halusinasi. ABSTRACT Hallucinations are one of the symptoms of sensory perception experienced by mental patients. Factors affecting recurrence of hallucinations patients is the inability of patients to control hallucinations and didn’t care by the family at home. One type of response that is experienced by families in caring for the patient is anxious hallucinations. Data in Polyclinic Ernaldi Bahar Hospital South Sumatra Province recorded the number of patients in the outpatient hallucinations are 129 people in 2013. The purpose of this study was to determine the relationship of the family with the level of anxiety in the patient's ability to control hallucinations. Sampling technique using Accidental Sampling with a sample of 39 respondents and the research carried out on march 17 to 31 , 2014. Results showed 33.3 % of families experiencing mild anxiety, anxiety was 46,2 % and 20,5 % had severe anxiety and 74,4 % of patients were able to control hallucinations and 25,6 % of patients are not able to control the hallucinations . The analysis by Chi-Square test obtained ρ value 0,028 ( ρ value < α 0,05 ) showed no significant relationship with the family anxiety levels in a patient's ability to control hallucinations. Recommendations for further teams of researchers to conduct research on anxiety intervention families, for health workers in Mental Clinic to provide counseling to families on how to reduce anxiety. Keywords : Levels of anxiety, Family, Controlling, Hallucinations.

JURNAL KEPERAWATAN JIWA MENGONTROL HALUSINASI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DAN CARA MENGONTROL HALUSINASI DI POLIKLINIK RS ERNALDI BAHAR PROVINSI SUATERA SELATAN

Citation preview

Page 1: JURNAL KEPERAWATAN JIWA MENGONTROL HALUSINASI

1

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN PASIEN DALAM MENGONTROL HALUSINASI DI POLIKLINIK JIWA

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2014

1Sutrisno, 2Sri Maryatun, 3Muhammad Bahori1. Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Palembang

2. Dosen PSIK Fakultas Kedokteran UNSRI sebagai Pembimbing I3. Kepala Ruangan Merpati II Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebagai Pembimbing II

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Palembang, Indonesia

[email protected]

ABSTRAK

Halusinasi adalah salah satu gejala sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien halusinasi adalah ketidakmapuan pasien mengontrol halusinasi dan tidak dilakukannya perawatan oleh keluarga dirumah. Salah satu jenis respon yang dialami keluarga dalam merawat pasien halusinasi adalah cemas. Data jumlah pasien dalam masalah perawatan utama halusinasi di Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tercatat jumlah pasien halusinasi rawat jalan pada tahun 2013 yaitu 129 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Tehnik pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling dengan jumlah sampel 39 responden dan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17-31 Maret 2014. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 33,3% keluarga mengalami kecemasan ringan, 46,2% kecemasan sedang dan 20,5% mengalami kecemasan berat dan 74,4% pasien mampu mengontrol halusinasi serta 25,6% pasien tidak mampu mengontrol halusinasi. Analisis dilakukan dengan uji Chi-Square didapatkan ρ value 0,028 (ρ value < α 0,05) menunjukan ada hubungan signifikan tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Rekomendasi kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai intervensi kecemasan keluarga, bagi petugas kesehatan di Poliklinik Jiwa untuk memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara mengurangi kecemasan.

Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Keluarga, Mengontrol, Halusinasi.

ABSTRACT

Hallucinations are one of the symptoms of sensory perception experienced by mental patients. Factors affecting recurrence of hallucinations patients is the inability of patients to control hallucinations and didn’t care by the family at home. One type of response that is experienced by families in caring for the patient is anxious hallucinations. Data in Polyclinic Ernaldi Bahar Hospital South Sumatra Province recorded the number ofpatients in the outpatient hallucinations are 129 people in 2013. The purpose of this study was to determine the relationship of the family with the level of anxiety in the patient's ability to control hallucinations. Sampling technique using Accidental Sampling with a sample of 39 respondents and the research carried out on march 17 to 31 , 2014. Results showed 33.3 % of families experiencing mild anxiety, anxiety was 46,2 % and 20,5 % had severe anxiety and 74,4 % of patients were able to control hallucinations and 25,6 % of patients are not able to control the hallucinations . The analysis by Chi-Square test obtained ρ value 0,028 ( ρ value < α 0,05 ) showed no significant relationship with the family anxiety levels in a patient's ability to control hallucinations. Recommendations for further teams of researchers to conduct research on anxiety intervention families, for health workers in Mental Clinic to provide counseling to families on how to reduce anxiety.

Keywords : Levels of anxiety, Family, Controlling, Hallucinations.

Page 2: JURNAL KEPERAWATAN JIWA MENGONTROL HALUSINASI

2

A. PENDAHULUAN

Permasalahan hidup yang berat

dialami oleh semua kalangan masyarakat

mulai dari masalah rumah tangga, stress

di tempat kerja, tingginya tingkat

pengangguran, sampai sulitnya mencari

penghasilan, pekerjaan, dapat

menyebabkan gangguan jiwa seperti

cemas, stres, depresi, bahkan kasus-kasus

bunuh diri (Suprajitno, 2004).

Gangguan jiwa adalah kumpulan dari

keadaan-keadaan yang tidak normal, baik

yang berhubungan fisik maupun mental.

Keabnormalan gangguan jiwa tersebut di

bagi kedalam dua golongan yaitu:

gangguan jiwa (neurosa) dan gangguan

jiwa (psikosa), terlihat dalam berbagai

macam gejala yang terpenting di

antaranya adalah: ketegangan, hysteria,

rasa lemah dan tidak mampu mencapai

tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk dan

sebagainya (Yosep, 2007).

World Health Organization (WHO)

tahun 2001 menyatakan bahwa sekitar

450 juta orang di dunia memiliki

gangguan mental. Fakta lainnya adalah

25% penduduk diperkirakan akan

mengalami gangguan jiwa pada usia

tertentu selama hidupnya (Hawari, 2009).

Gangguan jiwa mencapai 13% dari

penyakit di dunia, Sementara itu

berdasarkan data survei kementrian

kesehatan, sebanyak 30% dari 235 juta

jiwa warga Indonesia mengalami

gangguan jiwa. Data Profil Kesehatan

Indonesia pada tahun 2008 menunjukkan

bahwa dari 1000 penduduk terdapat 185

penduduk mengalami gangguan jiwa

diantaranya halusinasi (Depkes RI,

2005).

Berdasarkan rekam medik Rumah

Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2009 jumlah kunjungan

pasien skizofrenia berjumlah 1535, 2010

berjumlah 2040, 2011 berjumlah 2049

dan 2012 jumlah kunjungan pasien

penderita skizofrenia berjumlah 1570

diantaranya mengalami halusinasi, dan

pada tahun 2013 data jumlah pasien

dengan masalah perawatan utama

halusinasi berjumlah 129 orang (Medical

Record Rumah Sakit Ernaldi Bahar

Provinsi Sumatera Selatan, 2014).

Gangguan jiwa adalah kumpulan dari

keadaan-keadaan yang tidak normal, baik

yang berhubungan fisik maupun mental,

salah satu gangguan jiwa adalah

halusinasi.

Halusinasi adalah terganggunya

persepsi seseorang dimana tidak

terdapatnya stimulus dari ke lima

pancaindra, penderita halusinasi pasca

rawat di rumah sakit dapat kembali

kambuh apabila pasien tidak dapat

Page 3: JURNAL KEPERAWATAN JIWA MENGONTROL HALUSINASI

3

mengontrol halusinasinya dan tidak

dilakukannya perawatan oleh keluarga di

rumah.

Kemampuan pasien dalam

mengontrol halusinasi merupakan faktor

utama yang menentukan keberhasilan

tindakan medis dan keperawatan dalam

mengobati pasien dengan halusinasi

(Maramis, 2004). Penyebab utama

terjadinya kekambuhan pasien halusinasi

ketidakmampuan pasien dalam

mengontrol halusinasi serta keluarga

yang merasa cemas dengan kondisi

pasien (Nurdiana, 2010).

Kecemasan merupakan salah satu

masalah yang teridentifikasi dialami oleh

keluarga yang mempuanyai anggota

keluarga gangguan jiwa dengan

halusinasi, dalam menghadapi keluarga

yang cemas ada beberapa cara untuk

mengatasi cemas tersebut sehingga

keluarga tidak lagi merasakan kecemasan

terhadap pasien yang mengalami

gangguan jiwa (Notosoedirdjo & Latipun,

2005).

Penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian Aditya (2012) yang berjudul

Gambaran tingkat kecemasan keluarga

dengan Pasien Skizofrenia Residual di

Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar

Palembang, dari 41 keluarga yang

menjadi responden bahwa 23 responden

(56,1%) memiliki tingkat kecemasan

sedang.

Berdasarkan studi pendahuluan di

Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang

dengan menggunakan kuesioner pada 10

keluarga yang anggota keluarganya

mengalami halusinasi, didapatkan

keluarga yang di wawancarai mengatakan

cemas ringan 6, cemas sedang 4,

dikarenakan keluarga merasa takut akan

kekambuhan jika pasien tidak dapat

mengontrol halusinasi dan biaya

pengobatan yang cukup mahal bagi

masyarakat menengah kebawah.

Berdasarkan uraian diatas, maka

penulis merumuskan permasalah belum

diketahuinya “Hubungan tingkat

Kecemasan keluarga dengan kemampuan

pasien dalam mengontrol halusinasi di

Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi

Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun

2014.

Tujuan umum penelitian ini adalah

untuk mengetahui Hubungan Kecemasan

Keluarga dengan Kemampuan Pasien

dalam Mengontrol Halusinasi di

Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi

Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun

2014.

Tujuan khusus penelitian ini

Diketahuinya tingkat kecemasan keluarga,

kemampuan pasien dalam mengontrol

halusinasi, hubungan tingkat kecemasan

keluarga dengan kemampuan pasien

dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik

Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2014.

Page 4: JURNAL KEPERAWATAN JIWA MENGONTROL HALUSINASI

4

Hasil penelitian ini beranfaat sebagai

masukkan untuk keluarga mengetahui

tentang gangguan jiwa, cara mengontrol

halusinasi dan mengurangi perasaan

cemas keluarga, dan anfaat untuk petugas

kesehatan dapat menambah

informasi/data yang berguna dala

pemberian asuhan keperawatan

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan desain yang digunakan

dalam penelitian ini adalah desain survey

analitik dengan metode cross sectional

adalah suatu penelitian dimana variabel-

variabel yang termasuk efek di observasi

sekaligus pada waktu yang sama

(Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui

hubungan tingkat kecemasan keluarga

dengan kemampuan pasien dalam

mengontrol halusinasi di Poliklinik Jiwa

Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2014.

Populasi pada penelitian ini adalah

keluarga inti yang salah satu anggota

keluarganya yang pernah mengalami

gangguan jiwa dengan halusinasi yang

rawat jalan di Poliklinik Jiwa Rumah

Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2014.

Sampel dalam penelitian ini diambil

dengan cara accidental sampling, yaitu

mengambil kasus atau responden yang

kebetulan ada dan tersedia di suatu

tempat sesuai dengan konteks penelitian.

Responden pada penelitian ini berjumlah

39 responden.

Penelitian ini dilaksanakan di

Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi

Bahar Sumatera Selatan. Penelitian ini

dilakukan dengan beberapa rangkaian

kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal

17 sapai dengan 31 Maret 2014.

Tehnik pengumpulan data yaitu data

primer yang diperoleh melalui

wawancara dan pengisian lembar

kuesioner yang telah disiapkan. Lembar

kuesioner mengacu pada GAD (General

Anxiety Disorder) yang terdiri dari 7

pertanyaan yang sudah di uji validitas

dan redibilitas dan sudah baku oleh

peneliti (Med, 2006). Kuesioner

kemampuan pasien terdiri dari 10

pertanyaan pertanyaan meliputi

kemampuan pasien dalam mengontrol

halusinasi diantaranya mengenal

halusinasi, menghardik halusinasi,

berinteraksi dengan orang lain atau

bercakap-cakap dengan orang lain,

Beraktivitas secara teratur dengan

menyusun kegiatan harian dan

menggunakan obat atau teratur minum

obat (Keliat, 2005).

Data sekunder terdiri dari data yang

didapat dari catatan Medical Record

Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2014.

Analisa data yang dilakukan adalah

analisa univariat dan bivariat. terhadap

tiap variabel dari hasil penelitian dengan

Page 5: JURNAL KEPERAWATAN JIWA MENGONTROL HALUSINASI

5

maksud untuk mengetahui disribusi

frekuensi dari variabel-variabel yang

diteliti adalah variabel mengenai tingkat

kecemasan keluarga. Penyajian data akan

ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi.

Analisis Univariat bertujuan untuk

mendeskripsikan masing-masing variabel

yaitu variabel independen : tingkat

kecemasan keluarga sedangkan variabel

dependen : kemampuan pasien dalam

mengontrol halusinasi.

Analisis bivariat dilaksanakan untuk

mendapatkan nilai kemaknaan hubungan

(korelasi) antara variabel independen

dengan variabel dependen. Uji statistik

yang digunakan untuk menguji data

kategorik pada penelitian ini dilakukan

dengan uji Chi Square dengan derajat

kepercayaan 95% atau alpha 0,05.

Apabila p value ≤ 0,05 berarti Ho ditolak,

dapat disimpulkan terdapat hubungan

bermakna antara variabel Independen

dengan Dependen. Apabila p value >

0,05 berarti Ho diterima.

C. HASIL PENELITIAN

Analisa yang dilakukan untuk

mengetahui distribusi frekuensi dan

persentase dari variabel independen

(tingkat kecemasan keluarga) dan

variabel dependen (kemampuan pasien

dalam mengontrol halusinasi) di

Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi

Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun

2014.

Tabel 4.1

Distribusi frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Keluarga di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sumatera

Selatan Tahun 2014 (n = 39)

No Tingkat kecemasan N %

1 Ringan 13 33,3

2 Sedang 18 46,2

3 Berat 8 20,5

Jumlah 39 100

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat

dilihat mengenai proporsi tingat kecemasan

keluarga. Proporsi responden terbanyak

terdapat pada tingkat kecemasan keluarga

responden kecemasan sedang 46,2% dan

proporsi responden terkecil terdapat pada

responden kecemasan berat sebesar 20,5 %.

Tabel 4.2

Distribusi frekuensi Berdasarkan Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol

Halusinasi Responden di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sumatera

Selatan Tahun 2014 (n = 39).

NoKemampuan pasien dalam mengontrol

halusinasi N %

1 Mampu 29 74.4

2 Tidak Mampu 10 25.6

Jumlah 39 100

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat

dilihat mengenai proporsi kemampuan pasien

dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik

Page 6: JURNAL KEPERAWATAN JIWA MENGONTROL HALUSINASI

6

Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan. Proporsi responden

terbanyak terdapat pada responden pasien

mampu mengontrol halusinasinya sebesar

74,4%

Analisis ini dilakukan untuk

mengetahui apakah ada hubungan antara

variabel independen (Tingkat Kecemasan

Keluarga) dengan variabel dependen

(Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol

Halusiasi) dengan menggunakan Uji Statistik

dengan metode Chi – Squere dengan

keputusan bermakna dengan C1 95% atau

nilai α = 0,05.

Tabel 41.2

Hubungan Tingkat Kecemasan Keluarga Dengan Kemampuan Pasien Dalam

Mengontrol Halusinasi Di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sumatera

Selatan Tahun 2014 (n = 39).

NoTingkat Cemas

Kemampuan Pasien dalam mengontrol

HalusinasiTotal

p Value

MampuTidak

Mampun % n % n %

1 Cemas Ringan

1128,2

2 5,113

33,3 0,

028

2 Cemas Sedang

1538,5

3 7,718

46,2

3 CemasBerat

38,3

512,8

820,5

Jumlah 2910

39

100

Berdasarkan tabel 5.6 di dapat diketahui

dari 41 responden proporsi responden

terbanyak adalah reponden mengalami

kecemasan sedang (46,2%) ternyata pasien

dapat mengontrol halusinasi sebanyak 15

orang (38,5%) dan pasien yang tidak dapat

mengontrol halusinasi sebanyak 3 orang

(7,7%), sedangkan proporsi sedikit adalah

responden yang mengalami kecemasan berat

(20,5%) ternyata pasien yang mampu

mengontrol halusinasi sebanyak 3 orang

(8,3%) dan pasien yang tidak dapat

mengontrol halusinasi sebanyak 5 orang

(12,8%). Berdasarkan Hasil uji statistik chi-

square dengan batas kemaknaan = 0,05

diperoleh nilai p value = 0,028. Dengan hasil

p value < α, ini menunjukkan ada hubungan

yang bermakna antara tingkat kecemasan

keluarga dengan kemampuan pasien dalam

mengontrol halusinasi. Dengan demikian

hipotesis menyatakan ada hubungan yang

bermakna antara tingkat kecemasan keluarga

dengan kemampuan pasien dalam mengontrol

halusinasi terbukti secara statistik.

D. HASIL PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan bahwa, proporsi

responden yang terbanyak adalah

kecemasan sedang 46,2% dan proporsi

responden terkecil terdapat pada

responden dengan kecemasan berat

sebesar 20,5 %.

Penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Suci (2013),

yang berjudul gambaran tingkat

kecemasan keluarga dalam merawat

anggota yang mengalami gangguan jiwa

di poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar

Palembang tahun 2013, responden yang

mempunyai tingkat kecemasan sedang

Page 7: JURNAL KEPERAWATAN JIWA MENGONTROL HALUSINASI

7

sebanyak 28 orang (46,67%), dari 60

Responden. Kecemasan sedang

memungkinkan seseorang untuk

memusatkan pada masalah yang penting

dan mengesampingkan yang lain

sehingga seseorang mengalami perhatian

yang selektif, namun dapat melakukan

sesuatu yang terarah (Videbeck, 2009).

Kecemasan merupakan respons

individu terhadap suatu keadaan yang

tidak menyenangkan dan dialami oleh

semua makhluk hidup dalam kehidupan

sehari-hari. Kecemasan dapat dirasakan

oleh individu ataupun sekelompok orang

termasuk keluarga, kecemasan meliputi

keluarga dan mereka sangat terbebani

dengan kondisi penderita. Bahkan tidak

sedikit keluarga yang sama sekali tidak

mengetahui rencana apa yang harus

mereka lakukan untuk menghadapi

masalah gangguan jiwa salah satu

anggota keluarganya. Kecemasan akan

semakin meningkat tanpa pemahaman

yang jernih mengenai masalah besar yang

dihadapi keluarga.

Keluarga mengalami cemas ketika

anggota keluarganya mengalami sakit.

Pasien yang dirawat di Rumah dalam

waktu yang lama akan lebih membuat

cemas. Hal ini karena mereka takut

terjadinya kekambuhan pada pasien, serta

biaya yang banyak. Semua stresor ini

menyebabkan keluarga jatuh pada

kondisi krisis dimana mekanisme koping

yang digunakan menjadi tidak efektif dan

perasaan menyerah atau apatis dan

kecemasan akan mendominasi perilaku

keluarga.

Kemampuan Pasien dalam

Mengontrol Halusinasi

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan, proporsi responden

terbanyak terdapat pada pasien mampu

dalam mengontrol halusinasinya sebesar

74,4% dengan keluarga mengalami

kecemasan sedang dan proporsi

responden terkecil terdapat pada

responden pasien tidak mampu dalam

mengontrol halusinasi sebesar 25,6 %

dengan keluarga mengalami kecemasan

berat.

Penelitian yang dilakukan oleh Qodir

(2012) yang berjudul hubungan stres

keluarga dengan kemampuan pasien

mengontrol halusinasi pada klien

halusinasi di RSUP Dr. Amino

Gondohutomo Semarang, pasien yang

mampu mengontrol halusinasi sebanyak

36 responden (65,5%) dengan keluarga

mengalami stres ringan sedangkan pasien

yang tidak mampu mengontrol halusinasi

sebanyak 19 responden (24,5%) dengan

keluarga yang mengalami stres sedang.

Stres merupakan salah satu gangguan

kesehatan jiwa, respon dari stres adalah

cemas atau kecemasan, kecemasan yang

dialami keluarga berdampak negatif

terhadap kemampuan pasien dalam

mengontrol halusinasi. Kemampuan

adalah kesanggupan, kecakapan,

Page 8: JURNAL KEPERAWATAN JIWA MENGONTROL HALUSINASI

8

kekuatan manusia untuk berusaha dengan

diri sendiri. Kemampuan pasien dalam

mengontrol halusinasi merupakan

kesanggupan (potensi) pasien dalam

menguasai persepsi sensori secara

langsung, kemampuan pasien dalam

mengontrol halusinasi sangat

mempengaruhi kekambuhan pasien

halusinasi, jika tidak dapat mengontrol

halusinasi kecenderungan terjadinya

kekambuhan akan besar.

Nurdiana (2007), Penyebab utama

terjadinya kekambuhan pasien halusinasi

ketidakmampuan pasien dalam

mengontrol halusinasi serta keluarga

yang merasa cemas dengan kondisi

pasien. Kemampuan dalam mengontrol

halusinasi pasien dengan halusinasi

dipengaruhi keadaan individu yang

mengalami suatu gangguan dalam

aktivitas mental seperti berpikir sadar.

Analisa Bivariat

Hubungan tingkat kecemasan

keluarga dengan kemampuan pasien

dalam mengontrol halusinasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan menunjukan bahwa keluarga

yang mengalami kecemasan ringan

sebanyak 18 responden (42,2%) ternyata

pasien mampu mengontrol halusinasi

sebanyak (38,5%), pasien yang tidak

tidak mampu mengontrol halusinasi

sebanyak (7,7%) dan keluarga yang

mengalami kecemasan sedang sebanyak

13 responden (33,3%) ternyata pasien

mampu mengontrol halusinasi sebanyak

(28,2%), tidak mampu (5,1%) serta

keluarga yang mengalami kecemasan

berat sebanyak 8 responden (20,5)

ternyata pasien mampu mengontrol

halusinasi sebanyak (8,3%), tidak mampu

(12,8%).

Hasil uji statistik chi-square dengan

batas kemaknaan = 0,05 diperoleh

nilai p value = 0,028. Dengan hasil p

value < α, ini menunjukkan ada

hubungan yang bermakna antara tingkat

kecemasan keluarga dengan kemampuan

pasien dalam mengontrol halusinasi.

Penelitian ini juga diperkuat dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sopyan

(2008) yang berjudul Hubungan

Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan

keluarga dengan kemampuan pasien

mengontrol halusinasi pasca rawat inap di

Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara

sebanyak 58 responden 78% keluarga

dengan pengetahuan kurang baik pasien

tidak dapat mengontrol halusinasi pasca

rawat inap dan 64% memiliki kecemasan

sedang dan pasien tidak dapat mengontrol

halusinasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan

teori (Nurdiana, 2010), penyebab utama

terjadinya kekambuhan pasien halusinasi

adalah ketidakmampuan pasien dalam

mengontrol halusinasi. Keluarga yang

merasa cemas dengan kondisi pasien,

cemas yang rasakan oleh keluarga dapat

dirasakan anggota keluarga yang lainnya

Page 9: JURNAL KEPERAWATAN JIWA MENGONTROL HALUSINASI

9

salah satunya adalah pasien dan cemas

bisa mempengaruhi pola pikir seseorang.

Kecemasan keluarga terjadi karena

adanya stresor kurang pengetahuan

keluarga dalam perawatan keluarga

dirumah keluarga takut dan merasa cemas

jika anggota keluarganya yang menderita

halusinasi tidak dapat mengontrol

halusinasinya maka akan berdampak

kekambuhan. Cemas yang dirasakan oleh

keluarga dapat menular ke anggota

keluarga salah satunya adalah pasien,

karena cemas dapat meningkatkan

hormon yang mempengaruhi proses pola

fikir (Serotonin dan dopamin) untuk

mengatasi halusinasi tersebut.

Kecemasan dapat mempengaruhi proses

pola pikir seseorang yang ada

disekitarnya, khususnya orang-orang

yang lebih dekat pasien seperti keluarga,

keluarga cemas maka salah satu anggota

keluarga juga akan dirasaka kecemasan.

Pada hasil penelitian ini, peneliti

berpendapat bahwa keluarga yang

mengalami kecemasan sedang namun

masih ada pasien yang tidak dapat

mengontrol halusinasi disebabkan bahwa

kesemasan sedang juga mempengaruhi

pola proses berfikir seseorang atau

individu yang ada disekitar keluarga yang

mengalami kecemasan, ketika kecemasan

itu dirasakan oleh keluarga maka anggota

keluarga yang lain juga mengalami

kecemasan, hal ini sangat berdampak

pada kondisi pasien dengan halusinasi,

ketika ada stresor yang mempengaruhi

proses pola pikir pasien maka akan

berdampak terhadap kemampuan pasien

dalam tindakan, namum masih dalam

perilaku yang terarah dan sadar. Hal ini

diperkuat teori Videbeck (2008),

Kecemasan sedang memungkinkan

sesorang untuk memusatkan pada

masalah yang penting dan

mengesampingkan yang lain sehingga

seseorang mengalami perhatin yang

selektif, namun dapat melakukan sesuatu

yang terarah.

Menurut peneliti, Kecemasan yang

dialami oleh anggota keluarga dapat

mempengaruhi kemampuan pasien dalam

mengontrol halusinasi, apalagi keluarga

dengan tingkat kecemasan berat.

E. KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian

mengenai hubungan tingkat kecemasan

keluarga dengan kemampuan pasien

dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik

Rumah Sakit Jiwa Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2014, maka

ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kecemasan keluarga di

poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014

terbanyak terdapat pada tingkat

kecemasan keluarga responden

kecemasan sedang sebanyak 18

responden atau sebesar 46,2%.

Page 10: JURNAL KEPERAWATAN JIWA MENGONTROL HALUSINASI

10

2. Proporsi kemampuan pasien dalam

mengontrol halusinasi di Poliklinik

Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar

Provinsi Sumatera Selatan terbanyak

pasien mampu mengontrol

halusinasinya sebanyak 29 responden

atau sebesar 74,4%.

3. Ada hubungan antara tingkat

kecemasan keluarga dengan

kemampuan pasien dalam mengontrol

halusinasi di Poliklinik Jiwa Rumah

Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2014 dengan p value

0,028.

F. SARAN

Dari kesimpulan diatas, peneliti

memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Rumah Sakit

Bagi petugas kesehatan Rumah

Sakit Jiwa Ernaldi Bahar Palembang

khususnya petugas kesehatan di

poliklinik jiwa rawat jalan diharapkan

dapat memberikan penyuluhan tentang

cara mengurangi kecemasan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah

Palembang diharapkan dapat

meningkatkan sumber-sumber bacaan

baik buku keperawatan yang berkaitan

dengan tingkat kecemasan yang dapat

digunakan untuk melengkapi dan

digunakan sebagai bahan referensi

perpustakaan bagi Mahasiswa

Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKes Muhammadiyah Palembang

di masa yang akan datang.

3. Bagi Keluarga

Diharapkan keluarga untuk

meningkatkan pengetahuan tentang

halusinasi dan cara merawat untuk

mengurangi tingkat kecemasan

keluarga serta ebantu partisipasiaktif

keluarga untuk merawat pasien

dengan halusinasi .

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya

diharapkan agar dimasa yang akan

datang dapat dilakukan penelitian

lebih lanjut dengan metode dan desain

berbeda serta melakukan penelitian

lebih lanjut tentang intervensi pada

kecemasan keluarga.

G. DAFTAR REFERENSI

Aditya. 2012. Gambaran tingkat kecemasan keluarga dengan Pasien Skizofrenia Residual di Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang. KTI STIKES Muhammadiyah palembang

Hawari. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizoprenia. Jakarta : Fakultas kedokteran Universitas Indonesi

Keliat, B. A. 2005. Keperawatan Jiwa(Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa). Jakarta: EGC

Maramis, F. 2004. Ilmu Kedokteran Jiwa (Edisi 9). Surabaya: Univeraitas Airlangga

Med, A, Robert, S , MD. 2006. The (General Anxiety Disorder) GAD –7 (Http//www. Patient.co.uk)

Page 11: JURNAL KEPERAWATAN JIWA MENGONTROL HALUSINASI

11

Medical Record, 2014. Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014. Palembang

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notosoedirdjo & Latipun. 2005 . Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan. Malang: UMM Press

Nurdiana. 2007. Peran Serta Keluarga Terhadap Tingkat kekambuhan Klien gangguan jiwa Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, vol.3 no.1

Qodir, A. 2012. Hubungan stres keluarga engan kemampuan pasien mengontrol halusinasi pada klien halusinasi di RSUP Dr. Amino Gondohutomo Semarang. JNS. Semarang. 3(2). November 14. 2013

Singgih. 2008. Cara mengurangi ansietas dalam kehidupan keluarga. Bandung: Media kesehatan

Sopyan. 2008. Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan Keluarga dengan Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi Pasca Rawat Inap Rumah Sakit Sumatera tara. JNS. Medan. 9(1). April 03. 2014

STIKes Muhammadiyah Palembang. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun 2013. Palembang. Desember. 2013

Stuart & Laraia. 2001. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. USA: Mosby

Suci. R. 2013. Gambaran tingkat kecemasan keluarga dalam merawat anggota yang mengalami gangguan jiwa di poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang tahun 2013. KTI STIKes uhamadiyah Palebang tahun 2013

Videbeck. 2008. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

WHO. 2001. The World Health Report: 2001: Mental Health : New Understanding, New Hope. Diunduh pada 10 Desember 2013 dariwww.who.int/whr/2001/en/

Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama