Upload
sdirman-qodir
View
95
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jurnal ini digunakan untuk kenaikan pangkat dari IV.a ke IV.b, sebagai salah satu persyaratan administrasi guru
Citation preview
Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013
1
PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK MELALUI PENDEKATAN
SELF SUPERVISION BAGI GURU DI SMA NEGERI 3 PAREPARE
Oleh :
Drs. E r m i n
(Kepala SMA Negeri 3 Parepare)
ABSTRAK
Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang amat penting. Kompetensi
guru tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Upaya untuk
meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan melalui optimalisasi peran kepala sekolah sebagai supervisor.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pegagogik bagi guru melalui pendekatan Self Supervision di SMA
Negeri 3 Parepare. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini
dilaksanakan pada Oktober dan November 2013. Pendekatan penelitian mengacu pada sistem siklik, yaitu penelitian tindakan
sekolah (PTS) dengan mengacu empat tahapan tindakan, yaitu; (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi,
yang pelaksanaannya selama dua siklus. Subyek penelitian adalah guru-guru SMA Negeri 3 Parepare yang teridentifikasi
memerlukan tindakan dengan pendekatan Self Supervision yang berjumlah 10 orang dari 50 tenaga pendidik. Teknik yang
digunakan untuk memilih subyek penelitian adalah dengan purposive random sampling tehnigue.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan Self Supervision meningkatkan kepercayaan diri bagi guru dalam
melaksanakan tugas yang diberikan, walaupun masih dikategorikan Cukup dengan prosentase 71 % penerapan kompetensi
pedagogik di dalam proses pembelajaran pada siklus I, namun demikian pada siklus II sudah mengalami perubahan dimana rata-
rata guru lebih membuka diri dalam menerima kekurangan yang dimiliki sehingga memberikan peluang untuk melakukan
pendekatan Self Supervision pada Siklus II, dimana prosentase peningkatan 20 % dengan hasil penilaian sebesar 92 %.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan dengan pendekatan Self Supervision selama
dua siklus secara berkesinambungan dapat meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SMA Negeri 3 Parepare pada tahun
pelajaran 2013/2014.
Kata kunci : kompetensi pedagogik, self supervision
Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013
2
1. Pendahuluan
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang
didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael
G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Hisyam (2000) mengemukakan bahwa educational change depends on what teachers do and think. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada what teachers do and think atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru.
Guru adalah tenaga pendidik yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru yang profesional diharapkan mampu berpartisipasi dalam
pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME, unggul
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan
berkepribadian.
Namun demikian menurut Danim (2002) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di
Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang
memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru.
Menurut Moqvist (2003 kompetensi adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang yang
berkaitan dengan lingkungan pekerjaan, baik sebagai individu maupun sebagai pekerja. Dengan kata lain
bahwa kompetensi merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang dalam
suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan.
Dan agar dapat melakukan sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan
dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis
kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005
tentang Str Nasional Pendidikan. Dan salah satu kompetensi yang menjadi fokus bahasan dalam tulisan
ini adalah kompetensi pedagogik.
Menurut Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 yang mendeskripsikan bahwa Kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman
wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta didik; (c) pengembangan
kurikulum/silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
Sehubungan dengan hal di atas yang merupakan kondisi ideal yang seyogyanya menjadi acuan bagi
setiap guru dalam mengembangkan kompetensinya, namun kondisi nyata yang muncul dipermukaan tentu
sangat berbeda dari kondisi ideal, yakni 80 % guru sudah memiliki kompetensi pedagogik sesuai dengan
acuan 7 indikator yang dipersyaratkan, namun 20 % dikategorikan masih belum maksimal.
Dari 20 % tenaga pendidik tersebut menjadi tanggungjawab penulis selaku kepala sekolah untuk
melakukan pendekatan agar dapat menstimulus tenaga pendidk memiliki kompetensi dalam hal ini
kompetensi pedagogik yang maksimal, maka upaya yang dilakukan penulis adalah dengan menerapkan
pendekatan Self Supervision. Tujuan pendekatan tersebut adalah memberikan ruang bagi guru agar secara
bebas tanpa tekanan untuk melakukan evaluasi terhadap tanggungjawabnya baik sebagai individu maupun
sebagai tenaga pendidik yang bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran.
Menurut Exforsys (2010) self supervision atau supervisi diri merupakan kemampuan seorang guru
untuk memahami kemampuan diri, mengatur diri dan mengevaluasi dirinya sendiri dalam rangka
beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan kerjanya, sehingga pada gilirannya dia
dapat bekerja secara efektif, efisien dan produktif.
Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013
3
Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana meningkatkan Kompetensi Pedagogik melalui Pendekatan Self Supervision bagi Guru di SMA Negeri 3
Parepare ? Dan tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan Kompetensi Pedagogik melalui Pendekatan Self
Supervision bagi Guru di SMA Negeri 3 Parepare
2. Kajian Pustaka
a. Hakikat Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki seseorang dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan pekerjaan yang diembankan kepadanya.
Kompetensi adalah suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh seseorang untuk melaksanakan segala
aktifitas baik untuk memperoleh kelayakan hidup maupun untuk memperoleh pengakuan dari atasannya.
Kompetensi yang ideal adalah kompetensi yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi bagi seorang yang
berada baik dalam lingkungan formal maupun non formal. Kompetensi yang difokuskan dalam tulisan ini
adalah kompetensi yang wajib dimiliki bagi seorang guru untuk menjalankan kewajibannya sebagai
tenaga pendidik pada satuan pendidikan tertentu.
Menurut Moqvist (2003 kompetensi adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang yang
berkaitan dengan lingkungan pekerjaan, baik sebagai individu maupun sebagai pekerja. Sedangkan
menurut Holmes (1992) kompetensi adalah kemampuan yang harus ditunjukkan di lingkungan kerja
dalam bentuk prilaku dan hasil kerja.
Dari kedua pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan
gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa
kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Dan agar dapat
melakukan sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, maka dalam hal ini kompetensi guru dapat dimaknai
sebagai gambaran tentang apa yang sebaiknya mampu dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan
pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan.
b. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru.
Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta
didik. Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi
lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya.
Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara terus menerus
dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang
didukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang
bersangkutan.
Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru Buku 2 (Kemdiknas, 2010 : 44-50)
mendeskripsikan 7 (tujuh) aspek yang berkenaan dengan kompetensi pedagogik. Berikut ini disajikan
ketujuh aspek kompetensi tersebut sebagai berikut:
1) Menguasai karakteristik peserta didik. Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait
dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya;
2) Menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik
secara kreatif sesuai dengan str kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk
belajar;
Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013
4
3) Pengembangan kurikulum. Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru
mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik;
4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik. Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan
berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika
relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan
pembelajaran;
5) Pengembangan potensi peserta didik. Guru mampu menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program
embelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan
kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka;
6) Komunikasi dengan peserta didik. Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu memberikan respon
yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik;
7) Penilaian dan Evaluasi. Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan
menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan
pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa 7 (tujuah) acuan penilaian kompetensi
pedagogik merupakan kewajiban bagi setiap guru untuk memperoleh penilaian kinerja.
c. Pengertian Self Supervision
Supervisi merupakan kegiatan kepengawasan oleh kepala sekolah terhadap guru dalam upaya
membantu meningkatkan profesionalisme guru. Dan untuk tujuan tersebut yang merupakan
tanggungjawab penulis selaku kepala sekolah pada satuan pendidikan yang notabene masih seumur
jagung diberi amanah oleh pemerintah dalam mengelola pendidikan di SMA Negeri 3 Parepare.
Mengacu pada kondisi dimana penulis selaku kepala sekolah pada satuan pendidikan yang memiliki
tenaga pendidik yang rata-rata berpangkat pembina, maka kurang ideal bila supervisi yang dilakukan
sifatnya monoton, olehnya itu salah satu bentuk pendekatan supervisi yang sesuai dengan kondisi dimana
penulis diberi amanah mengemban tanggung jawab dengan memilih Self Supervision sebagai tindakan
membantu guru untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya.
Istilah Self Supervision (Supervisi Diri) menurut Sudrajat (2013) yaitu salah satu model supervisi
yang memungkinkan pihak yang disupervisi (supervisee) memiliki independensi dalam bekerja, dapat
mengelola diri dan bertanggung atas pertumbuhan profesionalismenya sendiri.
Menurut Exforsys (2010) bahwa Self Supervision diartikan sebagai kemampuan seorang guru
untuk memahami kemampuan diri, mengatur diri dan mengevaluasi dirinya sendiri dalam rangka
beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan kerjanya, sehingga pada gilirannya dia
dapat bekerja secara efektif, efisien dan produktif, khususnya dalam konteks pengembangan profesi guru.
Disamping itu Sudrajat (2013) menyatakan bahwa Self Supervision dapat memandu guru dalam
mengelola berbagai kegiatan pembelajaran. Ada 4 (empat) hal, yang dapat dilakukan guru dalam proses
Self Supervision, yaitu; a) Guru dapat melakukan tugas tanpa terus-menerus harus diingatkan oleh kepala
sekolah; b) Guru membuat program dan rencana pembelajaran tertulis secara benar dan tepat; c) Guru
mampu mencurahkan segenap pikirannya dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan tanpa gagal
dan tepat waktu; d) Guru membuat laporan hasil belajar siswa yang telah diselesaikannya secara tertulis.
Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013
5
Exforsys (2010) menekankan bahwa Self Supervision memiliki dua aspek penting yaitu; (1)
observasi diri (self-observation) dan (2) penilaian diri (self-assessment). Observasi diri yaitu senantiasa
memperhatikan dan waspada atas apa yang lakukan saat ini, di dalamnya mencakup pikiran, perasaan
dan tindakan sebagai guru. Sedangkan penilaian diri adalah mengevaluasi kinerja sendiri, mengukur
proses dan hasil kegiatan dan tugas-tugas yang dilakukan, termasuk di dalamnya mempertanyakan
kembali dampak dan efektivitas dari supervisi diri yang sedang dikembangkannya.
Self Supervision bukan berarti menjadikan diri kita sebagai Guru yang dapat bertindak semena-
mena atas diri sendiri (apalagi terhadap orang lain), terkait dengan pekerjaan, tetapi lebih mengarah dan
menekankan pada pembentukan kesadaran dan tanggung jawab atas tugas-tugas keseharian sebagai guru
pada satuan pendidikan.
Exforsys (2010) menambahkan bahwa terdapat tiga kemungkinan hasil supervisi diri, yaitu: (1)
hasil yang obyektif, menggambarkan keadaan dan ukuran nyata; (2) hasil yang under-estimate,
menggambarkan keadaan dan ukuran di bawah kondisi nyata, dan (3) hasil yang over-estimate,
menggambarkan keadaan dan ukuran di atas kondisi nyata. Tentu, yang terbaik adalah supervisi yang
dapat menggambarkan keadaan dan ukuran nyata dan sedapat mungkin menghindari terjadinya under-
estimate atau over-estimate.
Exforsys dalam Sudrajat (2013) mengungkapkan 4 (empat) teknik yang dapat digunakan dalam
melakukan Self Supervision, yaitu; (1) Mengkondisikan pikiran secara tepat dan memadai; (2) Membuat
Checklist Keterampilan; (3) Membuat daftar tugas (to do list); dan (4) Teknik Bercermin (mirroring
technique).
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Self Supervision
merupakan pendekatan supervisi yang dapat digunakan pada satuan pendidikan dimana kondisi guru-guru
sudah memiliki kedewasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan fungsi dan tanggungjawabnya
sebagai tenaga pendidik.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober dan November 2013. Pendekatan penelitian mengacu pada
sistem siklik, yaitu penelitian tindakan sekolah (PTS) dengan mengacu empat tahapan tindakan, yaitu; (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Subyek penelitian adalah guru-guru SMA
Negeri 3 Parepare yang teridentifikasi memerlukan tindakan dengan pendekatan Self Supervision yang
berjumlah 10 orang dari 50 tenaga pendidik di sekolah tersebut. Teknik yang digunakan untuk memilih
subyek penelitian adalah dengan purposive random sampling tehnigue. Pemaparan hasil penelitian
merujuk pada pendekatan penelitian tindakan dengan metode deskriptif kualitatif-kuantitatif.
Tindakan perencanaan dilakukan dengan cara; 1) mengidentifikasi kompetensi pedagogik bagi guru
SMA Negeri 3 Parepare, 2) menyiapkan instrumen lembar penilaian kinerja guru, 3) menyiapkan
instrumen penilaian kompetensi pedagogik, dan 4) membuat check list pelaksanaan pembelajaran.
Kemudian pelaksanaan tindakan kepada 10 subyek penelitian dengan memberikan tindakan Self
Supervision baik pada siklus I maupun pada siklus II, selanjutnya tindakan pengamatan dilakukan setelah
memberian tindakan Self Supervision untuk mengetahui efektifitas tindakan yang diberikan, dan pada
tindakan refleksi dengan melakukan evaluasi dari tindakan dengan pendekatan Self Supervision kepada
subyek penelitian.
Pelaksanaan penelitian selama dua siklus, siklus I dilaksanakan pada bulan Oktober dan siklus II
pada bulan November. Perolehan data penelitian melalui instrumen lembar observasi dan Check List.
Instrumen lembar observasi yang digunakan dalam penilaian peningkatan kompetensi pedagogik bagi
subyek penelitian disajikan sebagai berikut;
No. Aspek Kompetensi Skor
1. Menguasai karakteristik peserta didik
2. Menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013
6
3. Pengembangan kurikulum/silabus
4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik
5. Pengembangan potensi peserta didik
6. Komunikasi dengan peserta didik
7. Penilaian dan Evaluasi
Jumlah Skor
Prosentase (%)
Skor Penilaian :
a. Skor 1 = Sangat Kurang c. Skor 3 = Cukup e. Skor 5 = Baik Sekali
b. Skor 2 = Kurang d. Skor 4 = Baik
Kriteria Penilaian :
a. 90 100 = Sangat Baik c. 71 79 = Cukup e. 40 - 60 = Sangat Kurang b. 81 89 = Baik d. 61 70 = Kurang
4. Hasil dan Pembahasan
Pelaksanaan tindakan dengan Self Supervision dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi
pedagogik bagi subyek penelitian pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan 16 % bila dibandingkan
dengan hasil identifikasi sebelum pelaksanaan tindakan dengan Self Supervision sebesar 55 %. Hasil
tindakan dengan Self Supervision pada siklus I mendorong guru dapat melakukan tugas sesuai fungsinya
tanpa diberi peringatan atau tanpa ditegur untuk melakukan tugas diberikan, demikian juga dalam
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran adanya perubahan yang pada pra tindakan, rata-rata guru
SMA Negeri 3 Parepare menyatakan ada di laptop dan belum di printout namun setelah diberikan
tindakan maka diperoleh data bahwa 70 % dari 10 guru telah melakukan fungsinya sebagai tenaga
pendidik, walaupun masih belum sempurna, dan juga guru telah mampu mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan tepat waktu, serta guru telah membuat laporan hasil belajar pada setiap pelaksanaan ulangan
harian dalam bentuk analisis ulangan harian.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa 70 % telah mampu mengimplementasikan kompetensi
pedagogik setelah diberikan tindakan dengan pendekatan Self Supervision. Hasil tindakan tersebut
menunjukkan peningkatan terhadap kepercayaan diri guru dalam melaksanakan tugas yang diberikan,
walaupun masih dikategorikan Cukup dengan prosentase 71 % penerapan kompetensi pedagogik di dalam
proses pembelajaran pada siklus I.
Perolehan hasil penilaian kompetensi pedagogik dengan mengacu pada 7 (tujuh) indikator pada
siklus I menunjukkan bahwa rata-rata 76 % guru menguasai karakteristik peserta didik, rata-rata 72 %
guru menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, rata-rata 68 % guru dapat
mengembangkan silabus untuk membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, rata-rata 72 % guru
melaksanakan pembelajaran yang mendidik, rata-rata 68 % guru dapat mengembangkan potensi peserta
didik pada saat pelaksanaan pembelajaran, rata-rata 76 % guru dapat melakukan komunikasi dengan
peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas, dan rata-rata 68 % guru dapat melakukan penilaian dan
evaluasi setelah melaksanakan pembelajaran yang dibuktikan dengan analisis hasil ulangan harian.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik
guru meningkat setelah diberikan tindakan dengan pendekatan Self Supervision sehingga guru lebih
percaya diri terhadap kemampuannya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai tenaga
pendidik, walaupun rata-rata penilaian masih dikategorikan Cukup dengan prosentase 71 %.
Tindakan pada siklus II merupakan hasil refleksi pada siklus I, dan hasil tindakan pada siklus II
dengan pendekatan Self Supervision menstimulus guru untuk lebih percaya diri dalam melakukan tugas
dan tanggung jawabnya tanpa harus diperingatkan lagi oleh peneliti selaku kepala sekolah, dan dengan
pendekatan tersebut juga mendorong guru dapat membuat program dan rencana pelaksanaan
Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013
7
pembelajaran secara tertulis dan telah di printout, demikian juga guru telah mampu mencurahkan segenap
pikirannya dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan tanpa gagal dan tepat waktu, serta guru dapat
menyusun analisis hasil belajar peserta didik yang telah diselesaikannya secara tertulis.
Berdasarkan deskripsi hasil tindakan melalui pendekatan Self Supervision pada siklus II
menunjukkan peningkatan 20 % bila dibandingkan dengan hasilnya pada siklus I, hal tersebut tergambar
pada hasil penilaian kompetensi pedagogik yang menunjukkan rata-rata 96 % guru sudah menguasai
karakteristik peserta didik, rata-rata 84 % guru telah menerapkan model pembelajaran sesuai dengan
materi ajar yang disajikan di kelas, rata-rata 96 % guru telah menjabarkan silabus yang mereka buat
dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP, rata-rata 92 % guru telah melaksanakan
pembelajaran yang menyenangkan peserta didik, rata-rata 92 % guru telah mengembangkan potensi
peserta didik melalui kegiatan mandiri yang diberikan oleh masing-masing guru, rata-rata 90% guru melakukan komunikasi interaktif dengan peserta didik, dan rata-rata 92 % guru telah melakukan penilaian
dan evaluasi setiap kompetensi dasar yang disajikan kepada peserta didik.
Mengacu pada deskripsi hasil penilaian dari 7 (tujuh) aspek kompetensi pedagogik bagi guru SMA
Negeri 3 Parepare di atas maka dapat dikatakan bahwa pendekatan Self Supervision dengan memberikan
kepercayaan kepada guru dan stimulasi yang tidak monoton mendorong guru melakukan tugas dan
fungsinya baik sebagai tenaga pendidik maupun dalam melaksanakan tugas tambahan yang diembankan
kepada mereka. Hal tersebut mengacu pada hasil penilaian kompetensi pedagogik yang dikategorikan
Sangat Baik dengan perolehan rata-rata penilaian sebesar 92 %. Dengan perolehan hasil penilaian tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata guru telah membuka diri terhadap kekurangan yang dimiliki dan berjanji
untuk melakukan perbaikan demi untuk peningkatan kompetensi pedagogik masing-masing guru.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan dengan pendekatan
Self Supervision baik pada siklus I maupun pada siklus II dapat meningkatkan Kompetensi Pedagogik
Guru SMA Negeri 3 Parepare pada tahun pelajaran 2013/2014.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Kompetensi
Pedagogik Guru SMA Negeri 3 Parepare pada tahun pelajaran 2013/2014 dapat meningkat setelah
diberikan tindakan dengan pendekatan Self Supervision selama dua siklus secara berkesinambungan.
Daftar Pustaka
Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Dilworth, Mary E. & David G. Imig. Professional Teacher Development and the Reform Agenda. ERIC
Digest. 1995. (diakses 29 November 2013 ).
Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. 2010. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru). Jakarta.
bermutuprofesi.org.
Moqvist, Louise. 2003. The Competency Dimension of Leadership: Findings from a Study of Self-Image
among Top Managers in the Changing Swedish Public Administration. Centre for Studies of
Humans, Technology and Organisation, Linkping University.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Sudrajat, Akhmad. 2013. Peran Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Kompetensi Guru. Kuningan :
FKIP-UNIKU.
Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium
III. Yogyakarta : Adi Cita.
Jurnal Vol. 01 Nomor 04 Tahun 2013
8
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
http://www.exforsys.com/career-center/self-supervision/self-supervision-introduction.html, (diakses 10
November 2013).