Jurnal JAM No 1 April 2005

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    1/83

    PENJELASAN TEORI PROSPEK TERHADAP MANAJEMEN LABADr. Eko Widodo Lo., SE., M.Si., Akuntan.

    PERAN KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASIAN HUBUNGANBUDAYA ORGANISASIONAL DENGAN KEEFEKTIFAN ORGANISASIONAL

    (Studi pada Perguruan Tinggi Swasta)Drs. Heru Kurnianto Tjahyono, M.Si.

    PENGARUH LAPORAN AUDITOR DENGAN MODIFIKASIGOING CONCERN

    TERHADAPABNORMAL ACCRUALDra. Sri Astuti, M.Si., dan Drs. M. Hanad Hainafi

    REAKSI PASAR MODAL TERHADAP HASIL PEMILIHAN UMUMDAN PERGANTIAN PEMERINTAHAN TAHUN 2004

    Drs. Baldric Siregar, MBA., Akuntan. dan Twenty Selvia Sari Sianturi, SE., M.Si.

    PENGARUH PEMEDIASIANTRUST DALAM HUBUNGAN KEPEMIMPINANTRANSFORMASIONAL DANORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

    Wisnu Prajogo, SE., MBA.

    PENGARUH MOTIVASI TERHADAP MINAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK

    MENGIKUTI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSIDra. Sri Wahyuni Widiastuti, M.Sc.,dan Dra. Sri Suryaningsum.

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    2/83

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    3/83

    DARI REDAKSI

    Volume XVITahun 1April 2005

    Pembaca yang terhormat,Selamat berjumpa kembali dengan JurnalAkuntansi & Manajemen (JAM) STIE YKPNYogyakarta Volume XVI Nomer 1 Edisi April 2005.Beberapa perubahan tampilan dan isi JAM telah kamilakukan. Di samping itu, kami juga telah memberikankemudahan bagi para pembaca dalam mengarsip dalam

    bentuk file artikel-artikel yang telah dimuat pada edisiJAM sebelumnya dengan cara mengakses artikel-artikel tersebut di website STIE YKPN Yogyakarta(www://stieykpn. ac.id). Semua itu kami lakukan sebagaikonsekuensi ilmiah dengan telah Terakreditasinya JAM

    berdasarkan Sura t Kepu tusan Di rektur Jendra lPendidikan Tinggi Departemen Pendidikan NasionalRepublik Indonesia Nomor 26/DIKTI/Kep/2005 tentangHasil Akreditasi Jurnal Ilmiah, dengan Nilai B.

    Dalam JAM Volume XVI Nomer 1 Edisi April2005 ini, akan disajikan 6 Artikel sebagai berikut:Penjelasan Teori Prospek Terhadap Manajemen Laba;Peran Kepemimpinan Sebagai Variabel PemoderasianHubungan Budaya Organisasional dengan KeefektifanOrganisasional (Studi pada Perguruan Tinggi Swastadi Propinsi DIY); Pengaruh Laporan Auditor Dengan

    Modifikasi Going Concern Terhadap Abnormal Ac-crual; Reaksi Pasar Modal Terhadap Hasil PemilihanUmum dan Pergantian Pemerintahan Tahun 2004;Pengaruh Pemediasian Trust Dalam HubunganKepemimpinan Transformasional dan OrganizationalCitizenship Behavior; dan Pengaruh MotivasiTerhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA).

    Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang te lah member ikan kont ri busi pada penerbitan JAM Volume XVI Nomer 1 Edisi April 2005ini. Harapan kami, mudah-mudahan artikel-artikel padaJAM tersebut dapat memberikan nilai tambah informasidan pengetahuan dalam bidang Akuntansi,Manajemen, dan Ekonomi Pembangunan bagi para

    pembaca. Selamat menikmati sajian kami pada JAM kaliini dan sampai jumpa pada JAM Volume XVI Nomer 2Edisi Agustus 2005 dengan artikel-artikel yang lebihmenarik.

    REDAKSI.

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    4/83

    PENJELASAN TEORI PROSPEK TERHADAP MANAJEMEN LABA Dr. Eko Widodo Lo., SE., M.Si., Akuntan.

    1-10

    PERAN KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASIAN HUBUNGAN BUDAYAORGANISASIONAL DENGAN KEEFEKTIFAN ORGANISASIONAL

    (Studi pada Perguruan Tinggi Swasta) Drs. Heru Kurnianto Tjahyono, M.Si.

    11-24

    PENGARUH LAPORAN AUDITOR DENGAN MODIFIKASI GOING CONCERN TERHADAP ABNORMAL ACCRUAL

    Dra. Sri Astuti, M.Si., dan Drs. M. Hanad Hainafi 25-34

    REAKSI PASAR MODAL TERHADAP HASIL PEMILIHAN UMUMDAN PERGANTIAN PEMERINTAHAN TAHUN 2004

    Drs. Baldric Siregar, MBA., Akuntan. dan Twenty Selvia Sari Sianturi, SE., M.Si. 35-49

    PENGARUH PEMEDIASIAN TRUST DALAM HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONALDAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

    Wisnu Prajogo, SE., MBA.

    51-65

    PENGARUH MOTIVASI TERHADAP MINAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK MENGIKUTIPENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

    Dra. Sri Wahyuni Widiastuti, M.Sc.,dan Dra. Sri Suryaningsum.67-77

    DAFTAR ISI

    Volume XVITahun 1April 2005

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    5/83

    1

    Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penjelasan Teori Prospek ......

    ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATANTERHADAP JUDGMENT AUDITOR

    Hansiadi Yuli Hartanto 1)

    Indra Wijaya Kusuma 2)

    PENJELASAN TEORI PROSPEK TERHADAP MANAJEMEN LABA

    Eko Widodo Lo *)

    *) Dr. Eko Widodo Lo., SE., M.Si., Akuntan adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta.

    ABSTRACT

    This article provides a clearer explanation of the use of prospect theory to explain earnings management. Pros-pect theory explains how managers use income increas-ing earnings management to avoid small loss by re-porting a small profit, because if company has a smallloss, investors will perceive marginal disutility. If man-agers can use earnings management to a report smallprofit, investors will get marginal utility. Prospect theoryalso explains how managers use income decreasingearnings management to (1) avoid big profit by report-ing a small profit because if a manager reports a smallprofit in a few periods, total utility which perceived byinvestors is higher than if a manager reports a big profitin a certain period and no profit in other periods, or (2)avoid a small loss by reporting a big loss because if amanager report a small loss in a few periods, totaldisutility which perceived by investors is higher thanif a manager reports a big loss in a certain period andthen reports no loss in other periods.

    Key words : prospect theory, earnings management

    PENDAHULUAN

    Kebanyakan penelitian manajemen laba menggunakanteori akuntansi positif dan teori signaling untuk menjelaskan manajemen laba. Penelitian yangmenggunakan teori prospek untuk menjelaskanmanajemen laba belum banyak. Penggunaan teoriprospek untuk menjelaskan manajemen laba secarakonsepsual pernah dilakukan oleh McKernan danO’Donnell (1996) dan Koonce dan Mercer (2002).Penggunaan teori prospek untuk menjelaskan hasilpenelitian empirik pernah dilakukan oleh Burgstahlerdan Dichev (1997) dan Degeorge et al . (1999). Penulisanartikel ini bertujuan untuk lebih memperjelaspenggunaan teori prospek sebagai salah satupenjelasan terhadap manajemen laba secara konsepsualyang telah dilakukan oleh McKernan dan O’Donnell(1996) dan Koonce dan Mercer (2002).

    TEORI PROSPEK

    Teori prospek diajukan oleh Kahneman dan Tversky(1979). Teori prospek menyatakan bahwa individu-individu lebih berfokus pada prospek laba dan prospek

    Volume XVITahun 1April 2005Hal. 1-10

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    6/83

    2

    Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penjelasan Teori Prospek ......

    rugi, bukan kekayaan total, dan reference point yangdigunakan untuk menghitung laba dan rugi dapatberubah-ubah. Individu-individu lebih menyukai risiko

    ketika berada dalam domain rugi dan tidak menyukairisiko ketika berada dalam domain laba.

    Teori prospek mempostulatkan bahwa fungsinilai individu berbentuk S. Gambar 1 menggambarkanfungsi nilai tersebut. Bagian yang cembung dalamfungsi nilai berbentuk S menunjukkan hasil yangmenguntungkan atau domain positif, tetapi bagiancekungnya menunjukkan hasil yang merugikan ataudomain negatif. Bagian kurva fungsi nilai untuk rugiadalah lebih curam daripada bagian kurva jika laba.Kurva S tersebut menunjukkan bahwa individumembuat keputusan yang relatif lebih berisiko apabilaberada dalam kondisi rugi dan membuat keputusanyang lebih berhati-hati apabila berada dalam kondisilaba.

    Teori prospek berbeda dengan teori utilitasharapan. Elemen kunci teori prospek apabiladibandingkan dengan teori utilitas harapan adalah ref-erence dependence . Dalam teori prospek, preferensitidak disajikan dengan suatu fungsi utilitas yang kekal,tetapi tergantung pada situasi, ekspektasi, dan normayang dimiliki seseorang. Teori prospek dikembangkandari unsur intuisi psikologi dasar manusia. Teoriprospek didasarkan pada tiga aksioma (Stracca, 2002)berikut ini.

    1. Organisme menyesuaikan diri terhadap keadaanyang steady (adaptasi). Individu-individumenentukan laba atau rugi dalam kekayaannyaberdasarkan suatu reference point , bukannya nilai-nilai absolut seperti dalam teori utilitas harapan.Utilitas investor diasumsikan merupakan suatufungsi laba dan rugi relatif terhadap suatu bench-mark , bukan suatu fungsi kekayaan absolut sepertidalam teori utilitas harapan.

    2. Respon marjinal terhadap perubahan adalah dimin-ishing . Jarak laba dan rugi dari reference point menunjukkan kesensitifan yang menurun. Bentuk cembung pada daerah laba dan bentuk cekung pada

    daerah rugi terjadi karena semakin jauh dari refer-ence point menunjukkan bahwa orang semakinkurang sensitif terhadap laba maupun rugi. Fungsiutilitas standar adalah cembung pada sisi labamaupun rugi - orang diasumsikan selalu bersikaprisk averse - sedangkan teori prospek

    mengasumsikan bahwa fungsi utilitas berbentuk cembung pada sisi laba dan berbentuk cekung padasisi rugi.

    3. Rasa sakit lebih urgen daripada rasa senang. Or-ang lebih sensitif terhadap rugi daripada laba—keengganan untuk rugi ( loss aversion ).Keengganan menderita rugi dapat mendorongperilaku bias yang lain yaitu endowment effect , sta-tus quo bias (Kahneman et al ., 1991), dan sunk cost bias . Endowment effect terjadi ketika orangmemberi nilai lebih tinggi pada barang yang ia milikidaripada jika barang tersebut menjadi milik oranglain atau orang enggan menyerahkan barang yangtelah diperoleh karena penyerahan barang yangtelah dimiliki adalah lebih menyakitkan daripadakesenangan yang dirasakan ketika memperolehbarang tersebut. Status quo bias adalahkecenderungan untuk lebih menyukai status quodaripada berubah, bahkan ketika manfaat karenaperubahan lebih tinggi daripada kosnya. Sunk cost bias terjadi ketika orang masih menggunakan uangyang telah dikeluarkan ( sunk cost ) dalam pembuatankeputusan kini atau orang tidak memahami bahwauang yang sudah dikeluarkan seharusnya tidak relevan dalam pembuatan keputusan kini. Ketigabias tersebut dapat diakibatkan oleh keenggananmenderita rugi.

    Aksioma pertama menyatakan bahwa orang

    tidak melihat pada kekayaan, tetapi lebih melihat padaperbandingan dengan suatu reference point , yangterhadapnya orang akan menyesuaikan. Oleh karenaitu, perubahan-perubahan, bukannya tingkatan-tingkatan kekayaan, merupakan fokus dalam utilitasmanusia. Hal ini merupakan perbedaan paling pentingantara teori prospek dengan teori utilitas harapan.Secara spesifik, laba yang dibandingkan dengan refer-ence point merupakan pembawa utilitas positif,sedangkan rugi yang dibandingkan dengan reference

    point adalah pembawa utilitas negatif.Aksioma kedua menyatakan bahwa orang

    mengevaluasi penyimpangan dari reference point

    dalam suatu arah dengan kesensitifan yang diminish-ing . Perubahan marjinal sebesar 1% dari reference

    point adalah lebih penting daripada perubahan 30%dari reference point atau orang merasakan bahwaperubahan dari 0% menjadi 1% adalah lebih kuatdaripada perubahan dari 30% menjadi 31%, jika refer-

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    7/83

    3

    Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penjelasan Teori Prospek ......

    ence point yang digunakan adalah nilai 0, tanpamenghiraukan perubahan tersebut rugi atau laba.Sebagai contoh, Gambar 1 menunjukkan bahwa dalam

    domain laba, perubahan laba dari laba 0 menjadi laba20 memberikan utilitas sebesar 20 (dari 0 ke 20), tetapiperubahan laba dari laba 40 menjadi laba 60 memberikanhanya utilitas tambahan sebesar 4 (utilitas dari 30 ke34), sedangkan dalam domain rugi, perubahan rugi darirugi nol menjadi rugi 20 memberikan disutilitas sebesar–60 dari (disutilitas dari 0 ke –60) tetapi perubahan rugidari rugi 40 menjadi rugi 60 memberikan disutilitastambahan sebesar –20 (dari –100 ke –120). Dalam teoriutilitas harapan tidak ada reference point , tetapi jikaseseorang menggunakan status quo sebagai pseduoreference point , kecembungan fungsi utilitasmengimplikasikan kecenderungan yang berlawananuntuk rugi jika dibandingkan teori prospek, yaitu suaturugi marjinal dari 30% ke 31% adalah lebih seriusdaripada suatu rugi marjinal dari 0% ke 1%, tidak sepertidalam teori prospek. Jadi, dalam teori utilitas harapan,utilitas harapan orang secara implisit adalah risk averse

    dalam domain rugi (berbentuk cembung), sedangkandalam teori prospek umumnya orang bersikap risk seek-ing dalam domain rugi (berbentuk cekung). Hal ini

    merupakan perbedaan penting lain antara teori prospek dengan teori utilitas harapan.

    Aksioma ketiga mempostulatkan bahwa rugimempunyai arti yang lebih urgen daripada laba dalamutilitas seseorang, yang biasanya disebut loss aver-sion . Banyak eksperimen menemukan bahwa suatu rugiadalah pembawa disutilitas sekitar dua kali lipat utilitassuatu laba pada ukuran yang sama. Sebagai contoh,disutilitas karena perubahan rugi dari rugi 0 ke rugi 20sebesar –60 (disutilitas 0 ke –60) adalah lebih besardaripada utilitas karena perubahan laba dari laba 0 kelaba 20 sebesar 20 (utilitas 0 ke 20). Disutilitas perubahanrugi dari rugi 40 ke rugi 60 sebesar –20 (disutilitas –100ke –120) adalah lebih besar daripada utilitas perubahanlaba dari laba 40 ke laba 60 sebesar 14 (dari utilitas 30 ke34). Dalam pendekatan standar —teori uitilitas harapan,laba dan rugi tidak dapat didefinisi karena ketiadaansuatu reference value point untuk mengukur laba ataurugi.

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    8/83

    4

    Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penjelasan Teori Prospek ......

    PENELITIAN YANG MENGUJI TEORI PROSPEKDALAM BIDANG KEUANGAN

    Penelitian yang menguji teori prospek telah dilakukandalam bidang keuangan. Ferris et al . (1988) melakukanperbandingan secara empiris dua model perdagangansaham yaitu efek disposisi dan hipotesis tax loss sell-ing . Lakonishok dan Seymor (1989) menguji teoriprospek dengan menggunakan pola perubahaan harga

    bulan-bulan sebelumnya untuk menjelaskan volumeperdagangan dalam bulan current . Odean (1998)menguji efek disposisi dengan menganalisis 10.000akun suatu discount brokeage house yang besar.

    Ferris et al . (1988) membandingkan secaraempiris dua model perdagangan saham yaitu efek disposisi dan hipotesis tax loss selling . Merekamendefinisi efek disposisi sebagai pandangan yangmenyatakan bahwa investor enggan untuk

    Gambar 1Fungsi Nilai Teori Prospek

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    9/83

    5

    Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penjelasan Teori Prospek ......

    merealisasikan rugi tapi ingin segera merealisasikan laba.Hipotesis tax loss selling memprediksi bahwa padaakhir tahun volume perdagangan akan relatif tinggi

    karena investor akan cenderung merealisasikan rugiuntuk saham rugi agar memperoleh penghematan pajak.Efek disposisi memprediksi bahwa volume perdaganganpada akhir tahun akan relatif rendah untuk saham rugikarena investor enggan untuk menjualnya. Ferris et al .(1988) menemukan bahwa efek disposisi tidak hanyadeterminan volume pada akhir tahun, tapi juga volumeperdagangan saham rugi pada sepanjang tahun danhipotesis tax loss selling tidak didukung oleh hasilanalisis.

    Lakonishok dan Seymor (1989) menggunakanpola perubahaan harga bulan-bulan sebelumnya untuk menjelaskan volume perdagangan dalam bulan current .Mereka meneliti dua motif dalam bertransaksi yaitu motif yang berhubungan dengan pajak dan motif yang tidak burhubungan dengan pajak. Apabila investor didorongoleh motif yang berhubungan dengan pajak akancenderung segera merealisasikan rugi tapimenangguhkan laba sehingga terdapat suatu hubunganpositif antara perubahan harga masa lalu dengan vol-ume perdagangan. Sebaliknya, apabila investordidorong oleh motif yang tidak berhubungan denganpajak akan cenderung segera merealisasikan laba danmenunda rugi sehingga terdapat hubungan positif antara perubahan harga masa lalu dengan volume.

    Motivasi yang tidak berhubungan dengan pajak mempunyai implikasi yang sama dengan aplikasi teoriprospek yaitu bahwa harga mempunyai korelasi positif dengan volume perdagangan.

    Lakonishok dan Seymor (1989) menemukanbahwa perubahan harga masa lalu mempengaruhidorongan untuk bertransaksi untuk motif bukan pajak maupun pajak. Kebanyakan temuan menunjukkanbahwa saham winner lebih besar pengaruhnya terhadapvolume perdagangan daripada saham loser .Kecenderungan saham winner untuk mempunyai vol-ume abnormal yang lebih tinggi daripada saham loser terjadi untuk setiap bulan. Motif yang berhubungan

    dengan pajak juga mempengaruhi volume perdaganganyang ditunjukkan oleh variasi musiman dalamhubungan kuat antara perubahan harga dengan vol-ume. Volume abnormal untuk saham loser adalah lebihtinggi daripada normal dalam bulan Desember dan vol-

    ume abnormal saham winner lebih tinggi daripada nor-mal dalam bulan Januari.

    Odean (1998) menguji efek disposisi yang

    didefinisi sebagai kecenderungan investor untuk segeramenjual investasi yang untung dan tetap memeganginvestasi yang rugi. Odean menganalisis 10.000 akunsuatu discount brokeage house yang besar danmenemukan bahwa investor menunjukkan preferensiyang kuat untuk merealisasikan laba daripada rugi.Perilaku investor tidak dimotivasi oleh keinginan untuk melakukan penyeimbangan kembali portofolio, ataumenghindari kos perdagangan yang tinggi pada saham-saham yang berharga rendah.

    MANAJEMEN LABA

    Schipper (1989) mendefinisi manajemen laba sebagaiintervensi dengan maksud tertentu terhadap prosespelaporan keuangan untuk memaksimalkan keuntunganpribadi. Definisi tersebut mengartikan bahwamanajemen laba merupakan perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitas mereka. Manajermelakukan manajemen laba dengan memilih metoda ataukebijakan akuntansi tertentu untuk menaikkan laba ataumenurunkan laba. Manajer dapat menaikkan labadengan menggeser laba perioda-perioda yang akandatang ke perioda kini dan manajer dapat menurunkanlaba dengan menggeser laba perioda kini ke perioda-

    perioda berikutnya. Watts dan Zimmerman (1986)membuat tiga hipotesis berikut ini.1. Hipotesis program bonus: Ceteris paribus , manajer

    perusahaan dengan program bonus lebih mungkinuntuk memilih prosedur akuntansi yang menggeserlaba yang dilaporkan dari perioda-perioda yangakan datang ke perioda kini.

    2. Hipotesis utang/ekuitas: Ceteris paribus , semakinbesar rasio utang terhadap ekuitas perusahaan,semakin besar kemungkinan manajer perusahaanmemilih prosedur akuntansi yang menggeser labayang dilaporkan dari perioda-perioda yang akandatang ke perioda kini.

    3. Hipotesis ukuran perusahaan: Ceteris paribus ,semakin besar ukuran perusahaan, semakin besarkemungkinan manajer perusahaan memilih prosedurakuntansi yang menangguhkan laba yangdilaporkan dari perioda kini ke perioda-perioda yangakan datang.

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    10/83

    6

    Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penjelasan Teori Prospek ......

    Hipotesis program bonus dan hipotesis utang/ekuitasmenunjukkan bahwa manajer perusahaan melakukanmanajemen laba yang menaikkan laba, sedangkan

    hipotesis ukuran perusahaan menunjukkan bahwamanajer perusahaan melakukan manajemen laba yangmenurunkan laba.

    PENELITIAN MANAJEMEN LABA YANG TELAHMENGGUNAKAN TEORI PROSPEK

    Burgstahler dan Dichev (1997) meneliti apakah,bagaimana, dan mengapa perusahaan menghindaripelaporan rugi dan penurunan laba. Merekaberpendapat bahwa manajemen yang menghindaripenurunan laba dapat dicerminkan dalam distribusicross-sectional perubahan laba dalam bentuk frekuensirendah yang tidak biasa dalam penurunan laba yangkecil dan frekuensi tinggi yang tidak biasa dalamkenaikan laba yang kecil. Demikian juga, manajemenyang menghindari rugi akan dicerminkan dalam bentuk frekuensi rendah yang tidak biasa dalam rugi kecil danfrekunesi tinggi yang tidak biasa dalam laba kecil.

    Dalam distribusi cross-sectional perubahan labadan tingkatan laba, Burgstahler dan Dichev (1997)menemukan frekuensi rendah yang tidak biasa dalampenurunan laba yang kecil dan rugi yang kecil danfrekuensi tinggi yang tidak biasa dalam kenaikan labayang kecil dan laba yang kecil. Mereka juga menemukan

    bahwa dua komponen laba yaitu arus kas operasi danperubahan modal kerja digunakan untuk mencapaipeningkatan laba. Burgstahler dan Dichev (1997)menyampaikan dua teori yang dapat mendasarimotivasi manajemen untuk menghindari penurunan labaatau rugi kecil dengan melaporkan kenaikan laba ataulaba kecil, yaitu teori kos transaksi dan teori prospek.Mereka tidak menggunakan teori-teori manajemen labayang berhubungan dengan kontrak secara eksplisitkarena mereka mempunyai sedikit bukti bahwa kontrak-kontrak semacam itu secara umum memadai untuk menjelaskan manajemen laba dalam bentuk penghindaran penurunan laba kecil atau rugi kecil

    dengan melaporkan kenaikan laba kecil atau laba kecil.Degeorge et al. (1999) menggunakan teori

    prospek sebagai salah satu penjelasan mengapamanajemen melakukan manajemen laba untuk memenuhi tiga threshold yaitu: (1) melaporkan labapositif, (2) mempertahankan kinerja kini, dan (3)

    memenuhi ekspektasi analis keuangan. Jika preferensieksekutif, dewan penelaah kinerja eksekutif, dan in-vestor adalah konsisten dengan prediksi teori prospek,

    maka eksekutif akan mempunyai skedul reward yangberhubungan dengan threshold dan mungkinmelakukan manajemen laba yang dilaporkan sebagairespon. Threshold yang ingin dicapai oleh manajemenadalah reference points dalam fungsi nilai partisipan,yaitu points yang dirasakan menonjol.

    Teori prospek dapat digunakan untuk menjelaskan tiga bentuk manajemen laba yaitu (1)menghindari rugi kecil dengan melaporkan laba kecil,(2) menghindari laba besar dengan melaporkan labakecil, dan (3) menghindari rugi kecil dengan melaporkanrugi besar. Koonce dan Mercer (2002) serta McKernandan O’Donnell (1996) berpendapat bahwa teori prospek mungkin dapat menjelaskan mengapa perusahaanmelakukan big bath jika prospek pelaporan suatu labatidak dapat dicapai dan mengapa perusahaan inginmenciptakan cadangan “ cookie jar ” dalam tahun-tahunlaba yang tinggi.

    MANAJEMEN LABA YANG MENGHINDARI RUGIKECIL DENGAN MELAPORKAN LABA KECIL

    Bugstahler dan Dichev (1997) berpendapat bahwa teoriprospek dapat digunakan untuk menjelaskan temuanmereka bahwa manajemen menghindari rugi kecil

    dengan melaporkan laba kecil. Mereka berpendapatbahwa manajer memandang stakeholders berperilakusesuai dengan teori prospek yang menyatakan bahwafungsi nilai individu berbentuk kurva S yaitu berbentuk cembung apabila dalam domain laba dan berbentuk cekung apabila dalam domain rugi. Oleh karena itu,manajemen memanipulasi ukuran kekayaan (laba danperubahan laba), dengan natural reference point adalah laba = 0, untuk mempengaruhi nilai yangdirasakan oleh pemegang saham atau stakeholdersyang lain.

    Manajer menghindari rugi (penurunan laba) kecildan mampu memanipulasi laba agar dapat melaporkan

    laba (kenaikan laba) kecil. Perilaku ini dapat dijelaskanoleh kurva S dalam teori prospek. Apabila berada dalamkondisi rugi (penurunan laba) kecil, maka investordiduga akan merasakan disutilitas marjinal yang tinggidalam kurva rugi (penurunan laba) dan jika manajemendapat memanipulasi laba menjadi laba (kenaikan laba)

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    11/83

    7

    Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penjelasan Teori Prospek ......

    kecil, maka investor diduga akan memperoleh utilitasmarjinal yang tinggi dalam kurva laba (kenaikan laba).Gambar 2 dapat memberikan contoh bahwa jika

    perusahaan mengalami rugi sebesar 1 pada suatu

    Gambar 2Fungsi Nilai Teori Prospek

    perioda, maka disutilitas yang dirasakan investor adalah–3 dan jika manajemen dapat memanipulasi laba denganmelaporkan laba sebesar 1, maka utilitas yang dirasakan

    investor sebesar 1.

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    12/83

    8

    Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penjelasan Teori Prospek ......

    MANAJEMEN LABA YANG MENGHINDARI LABABESAR DENGAN MELAPORKAN LABA KECIL

    Manajemen laba yang menghindari laba besar denganmelaporkan laba kecil biasanya dilakukan untuk tujuanpenghematan kos politis. Cahan (1992) memperolehbukti bahwa perusahaan-perusahaan yang diselidikisehubungan pelanggaran antitrust melakukan usahapenurunan laba selama penyelidikan daripada dalamperiode-periode ketika perusahaan tidak sedangdiselidiki. Jones (1991) memperoleh bukti empiris bahwaperusahaan berusaha memanfaatkan pembebasanimpor dengan mengurangi laba selama investigasipembebasan impor oleh United States InternationalTrade Commission .

    Teori prospek dapat menjelaskan mengapamanajemen melakukan manajemen laba yangmenghindari laba besar dengan melaporkan laba kecil.Manajer menciptakan cadangan dengan memanipulasilaba menjadi positif kecil dari perioda ke periodawalaupun dapat menghasilkan laba positif besar dalamsuatu perioda tertentu. Manajer melaporkan laba(kenaikan laba) yang relatif kecil saja karena kecuramankurva laba (kenaikan laba) semakin ke bawah (mendekatititik origin ) menunjukkan utilitas marjinal yang semakintinggi dan sebaliknya semakin jauh dari titik originsemakin kecil utilitas marjinalnya. Gambar 2 memberikancontoh bahwa jika perusahaan dapat menghasilkan laba

    4 pada suatu perioda t 1, maka manajemen akanmelaporkan laba sebesar 1 masing-masing untuk perioda t 1, t2, t3, dan t 4. Hal ini dilakukan oleh manajemenkarena jika melaporkan laba sebesar 4 sekaligus padaperioda t 1 saja dan melaporkan laba nol pada periodat2, t3, dan t 4, maka total utilitas yang dirasakan investorhanya sebesar 2, tetapi jika melaporkan laba masing-masing sebesar 1 untuk perioda t 1, t 2, t 3, dan t 4, makatotal utilitas yang dirasakan investor sebesar 4.

    MANAJEMEN LABA YANG MENGHINDARI RUGIKECIL DENGAN MELAPORKAN RUGI BESAR

    Manajemen laba yang menghindari laba besar denganmelaporkan laba kecil biasa disebut big bath account-ing . Bentuk manajemen laba ini dapat terjadi ketikaterdapat perubahan eksekutif yang bersifat non-rutin.

    Pouciau (1993) dalam Stolowy dan Breton (2000)menemukan bahwa eksekutif pengganti menggunakankebijakan akuntansi yang menurunkan laba dalam tahun

    pertama untuk tujuan menaikkan laba pada tahun-tahunberikutnya. Walsh et al . (1991) menemukan bahwasemakin besar penyesuaian extraordinary items makasemakin besar intensitas untuk terjadi big bath .

    Teori prospek dapat digunakan digunakanuntuk menjelaskan mengapa manajer melakukanmanajemen laba yang menghindari rugi kecil denganmelaporkan rugi besar sekaligus. Manajer mengalamirugi (penurunan laba) kecil dan tidak mampumemanipulasi laba menjadi positif kecil mungkin malahmelaporkan rugi (penurunan laba) besar. Manajermelaporkan rugi (penurunan laba) besar sekalian, karenakurva rugi (penurunan laba) semakin ke bawah (semakin

    jauh dari titik origin ), tingkat kecuramannya semakinkecil yang berarti disutilitas marjinal semakin kecil dansebaliknya apabila mendekati titik origin . Gambar 2memberikan gambaran bahwa jika perusahaanmempunyai rugi sebesar 1 untuk masing-masing periodat1, t2, dan t 3, manajemen mungkin melaporkan rugisebesar 3 pada perioda t 1 saja dan melaporkan rugi 0pada perioda t 2 dan t 3. Hal ini dilakukan karena jikamanajemen melaporkan rugi 1 pada masing-masingperioda maka disutilitas yang dirasakan oleh investorpada masing-masing perioda adalah –3 sehingga totaldisutilitasnya adalah –9. Akan tetapi, jika manajemen

    melaporkan rugi 3 sekaligus dalam perioda t 1 saja danrugi 0 pada perioda t 2 dan t 3, maka total disutilitas yangdirasakan oleh investor hanya –6.

    SIMPULAN

    Teori prospek menjelaskan bahwa manajer melakukanmanajemen laba yang menaikkan laba untuk menghindari rugi kecil dengan melaporkan laba kecilkarena jika berada dalam kondisi rugi kecil maka inves-tor diduga akan merasakan disutilitas marjinal dan jikamanajemen mampu melakukan manajemen laba denganmelaporkan laba kecil, investor diduga akan

    memperoleh utilitas marjinal. Teori prospek menjelaskanbahwa manajer melakukan manajemen laba yangmenurunkan laba untuk tujuan berikut ini.

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    13/83

    9

    Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penjelasan Teori Prospek ......

    1. menghindari laba besar dengan melaporkan labakecil, karena jika manajer melaporkan laba kecilselama beberapa perioda, total utilitas marjinal yang

    dirasakan investor adalah lebih besar daripada jikamanajer melaporkan laba besar pada suatu periodadan laba nol pada perioda-perioda yang lain;

    2. menghindari rugi kecil dengan melaporkan rugibesar, karena jika manajer melaporkan rugi kecilselama beberapa perioda, total disutilitas marjinal

    investor lebih besar daripada jika melaporkan rugibesar sekaligus pada suatu perioda dan melaporkanrugi nol pada perioda yang lain.

    DAFTAR PUSTAKA

    Burgstahler, E. dan I. Dichev. 1997. “EarningsManagement to Avoid Earnings De-creases and Losses.” Journal of Ac-counting and Economics , 24: 99-126.

    Cahan, S.F. 1992. “The Effect of Antitrust In-vestigations on Discretionary Accruals:A Refined Test of the Political-Cost Hy-pothesis.” Accounting Review , 67 (1):77-96.

    Degeorge, F., J. Patel, dan R. Zeckhauser. 1999.“Earnings Management to ExceedThresholds.” Journal of Business , 72:1-33.

    Ferris, S.P., R.A. Haugen, A.K. Makhija, dan L.Harris. 1988. “Predicting ContemporaryVolume with Historic Volume at Differ-ential Price Levels: Evidence Support-ing the Disposistion Effect: Discus-sion.” Journal of Finance , 43: 677-699.

    Jones, J. 1991. “Earnings Management duringImport Relief Investigation.” Journal of

    Accounting Research , 29: 193-228.

    Kahneman, D. dan A. Tversky. 1979. “ProspectTheory: An Analysis of Decision Un-der Risk.” Econometrica , March: 263-291.

    Kahneman, J.L. Knetsch, dan R.H. Thaler. 1991.“Anomalies: The Endowment Effect,Loss Aversion, and Status Quo Bias.”

    Journal of Economic Perspectives , 5 (1):193-206.

    Koonce, L. dan M. Mercer. 2002. “Using Psy-chology Theories in Archival FinancialAccounting Research.” Working Paper .

    University of Texas dan Emory Univer-sity.

    Lakonishok, J. dan S. Seymour. 1989. “Past PriceChanges and Current Trading Volume.”

    Journal of Portofolio Management , 15:18-24.

    McKernan, J.F. dan P. O’Donnell. 1996. “Cre-ative Accounting and the Creation of Value.” Working paper . The Universityof Glasgow.

    Odean, T. 1998. “Are Investor Reluctant to Re-alize Their Losses?” Journal of Finance ,53: 1775-1798.

    Schipper, K. 1989. “Commentary on EarningsManagement.” Accounting Horizon , 3(4): 91-102.

    Stolowy, H. dan G. Breton. 2000. “A Framework for the Classification of Accounts Ma-nipulations.” Working paper . HECSchool of Management dan Universitydu Quebec a Montreal.

    Stracca, L. 2002. “Behavioral Finance and Ag-gregate Market Behaviour: Where DoWe Stand?” Working Paper . EuropeanCentral Bank.

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    14/83

    10

    Jam STIE YKPN - Eko Widodo Penjelasan Teori Prospek ......

    Walsh, P., R. Craig, dan F. Clarke. 1991. “BigBath Accounting Using Extraordinary

    Items Adjustments: Australian Empiri-cal Evidende .” Journal of Business Fi-nance & Accounting , 18 (2): 173-189

    Watts, R.L. dan J.L. Zimmerman. 1986. “ Posi-tive Accounting Theory .” New Jersey:Prentice-Hall, Inc.

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    15/83

    11

    Jam STIE YKPN - Heru Kurnianto Peran Kepemimpinan ......

    ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATANTERHADAP JUDGMENT AUDITOR

    Hansiadi Yuli Hartanto 1)

    Indra Wijaya Kusuma 2)

    PERAN KEPEMIMPINANSEBAGAI VARIABEL PEMODERASIAN

    HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASIONALDENGAN KEEFEKTIFAN ORGANISASIONAL

    (Studi pada Perguruan Tinggi Swastadi Propinsi DIY)

    Heru Kurnianto Tjahyono *)

    *) Drs. Heru Kurnianto Tjahyono, M.Si., adalah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas MuhammadiyahYogyakarta sedang menempuh Program Doktor Manajemen pada Program Pascasarjana UGM.

    ABSTRACT

    The purpose of this study is to examine the influenceof organizational culture to organizational effective-ness and the influence of leadership as moderatingvariable in that relationship. The research was done onprivate higher educations population in YogyakartaProvince. The hypothesis 1 examinations use simpleregression analysis and the hypothesis 2 examinationsuse MRA (moderated regression analysis). Simple re-gression analysis showed that organizational culturewas significance positive predicted organizational ef-fectiveness. The results of this research supportedhypothesis 1, that organizational culture as determi-nant variable to organizational effectiveness. MRAshowed that interaction organizational culture and lead-ership in step 3 was significance positive. The resultsof this research supported hypothesis 2, that the roleof leadership variable as moderating in that model.

    Key word: organization culture, organization effective-ness, leadership, MRA.

    PENDAHULUAN

    Sejumlah ahli di bidang perilaku organisasi melihatbahwa hubungan konstruk budaya organisasionaldengan konstruk keefektifan organisasional sangaterat. Budaya organisasional merupakan salah satufaktor kunci penentu ( key variable factors ) keefektifanorganisasional. Penelitian yang dilakukan O’Reilly(1989) menunjukkan dukungan penting terhadapproposisi bahwa budaya suatu organisasiberhubungan dengan keefektifan suatu organisasi.Demikian pula Kotter dan Heskett (1992) telahmelakukan penelitian pada 207 perusahaan di Amerikatentang hubungan budaya organisasional dan kinerja.Hasil penelitian mendukung bahwa budayaorganisasional berhubungan erat dengan kinerja didalam organisasi. Dalam kasus Indonesia, proposisitersebut didukung pula oleh penelitian Lako danIrmawati (1997) dan Supomo dan Indriantoro (1998).

    Pada perspektif yang berbeda, beberapa penelitiorganisasional berpendapat bahwa bentuk hubungandalam model psikologi organisasi lebih kompleks

    Volume XVITahun 1April 2005Hal. 11-24

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    16/83

    12

    Jam STIE YKPN - Heru Kurnianto Peran Kepemimpinan ......

    daripada hubungan linier sederhana yang terdapatdalam teori-teori universalistik (Schoonhoven, 1981;Van de Ven & Drazin, 1985; Venkatraman, 1989 dalam

    Delery & Doty, 1996). Oleh karena itu, hubungan antarakonstruk budaya organisasional dengan keefektifanorganisasional dinilai terlalu sederhana. Selanjutnya,perspektif yang dikembangkan menggunakan asumsi-asumsi dalam teori-teori kontinjensi yang menjelaskanbahwa hubungan variabel independen dengan variabeldependen akan berbeda untuk level yang berbeda padavariabel kontinjensi kritikal (Delery & Doty, 1996).Pendekatan ini pada intinya memfokuskan perhatianpada ketergantungan bermacam-macam faktor yangterlibat dalam situasi manajerial pada organisasi.Pendekatan tersebut memberikan gagasan bahwa sifathubungan yang ada dalam budaya organisasi dengankeefektifan organisasi mungkin akan berbeda padasituasi yang berbeda. Dengan kata lain bahwa sangatmungkin akan hadir variabel lain yang dapatmempengaruhi hubungan antara budaya organisasidengan keefektifan organisasi. Salah satu variabelpenting untuk dipertimbangkan dalam hubungan antarabudaya organisasional dengan keefektifanorganisasional adalah peran kepemimpinan (Yukl, 1994).

    Konteks konsep tersebut digunakan penelitiuntuk menguji dan menganalisis pada fenomenaperguruan tinggi di propinsi DIY dalam bentuk penelitian yang cenderung bersifat konfirmasi. Hal yang

    menarik bagi peneliti dalam penelitian ini adalah bahwaperguruan tinggi merupakan bentuk organisasi yangberorientasi pada banyak orang (publik) dan sekaligusmemegang peranan penting dalam pembangunanberbangsa dan bernegara. Di samping itu, sebagaiorganisasi yang memberikan pelayanan kepada publik,perguruan tinggi juga harus menyadari pengelolaanmanajerial yang profesional membutuhkan dukungankepemimpinan yang kuat dalam upaya mereka untuk survive dalam persaingan.

    LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

    Budaya Organisasional

    Dalam terminologi akademis, “budaya organisasional”merupakan suatu konstruk yang merupakan abstraksidari suatu fenomena multi dimensi. Oleh karena itu,peneliti mendefinisikan terminologi budaya

    organisasional dari beragam perspektif. Davis (1984)menyatakan bahwa budaya organisasional merupakanpola keyakinan dan nilai-nilai ( values ) organisasi yang

    difahami, dijiwai dan dipraktikkan oleh organisasisehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri danmenjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi.Schein (1992) mendefinisikan budaya organisasionalsebagai suatu pola dari asumsi-asumsi dasar yangditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh suatukelompok tertentu dengan maksud agar organisasibelajar mengatasi atau menanggulangi masalah-masalah yang timbul akibat adaptasi eksternal danintegrasi internal yang sudah berjalan dengan cukupbaik, sehingga perlu diajarkan kepada anggota-anggotabaru sebagai cara yang benar untuk memahami,memikirkan dan merasakan berkenaan dengan masalah-masalah tersebut.

    Dalam pandangan Schein (1992), budayaorganisasi berada pada tiga tingkat atau lapisan, yaituartifacts, espoused values dan basic underlying as-sumptions . Schein melihat tingkatan tersebut sepertimelihat “bawang” yang terdiri atas beberapa lapisan.Pada lapisan pertama atau kulit terluar budayaorganisasional adalah artifact . Pada lapisan ini,karakteristik budaya organisasional adalah semuastruktur dan proses organisasional yang tampak. Padalapisan ini terdapat hubungan unik antar budaya padaberbagai organisasi yang dapat terlihat.

    Lapisan berikutnya adalah espoused values .Pada lapisan ini para anggota organisasimempertanyakan “apa yang seharusnya dapat merekaberikan terhadap organisasi. Pada lapisan ini tuntutanstrategi, tujuan organisasional dan filosofi pemimpinorganisasi adalah untuk bertindak dan berperilaku.Menurut Schein (1992), espoused values dapatditelusuri dari para pembentuk organisasi terdahulu( founders of the culture ). Para anggota organisasi barudapat mempelajari espoused values ini untuk memahamimaknanya dalam konteks organisasi.

    Lapisan terakhir adalah basic underlying as-sumptions . Lapisan ini berisi sejumlah keyakinan ( be-

    liefs ), yaitu bahwa anggota organisasi mendapat jaminan ( take for granted ) bahwa mereka diterima baik untuk melakukan sesuatu secara benar. Asumsi-asumsidasar tersebut mempengaruhi perasaan, pemikiran,persepsi, kepercayaan dan pikiran bawah sadar paraanggota organisasi.

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    17/83

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    18/83

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    19/83

    15

    Jam STIE YKPN - Heru Kurnianto Peran Kepemimpinan ......

    pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberikontribusi yang efektif terhadap orde sosial dan yangdiharapkan dan dipersepsikan melakukannya. Jacob

    dan Jacques (1990) mendefinisikan kepemimpinansebagai proses memberi arti terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukanusaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.

    Melihat demikian banyaknya pemahamantentang kepemimpinan, Stogdill (1974) menyimpulkanbahwa terdapat banyak definisi tentang kepemimpinansebanyak jumlah orang yang telah mencobamendefinisikannya. Secara garis besar, kepemimpinanmenyangkut proses pengaruh sosial (pengaruh yangsengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lainuntuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok atau organisasi(Yukl, 1989).

    Pendekatan berdasarkan ciri ( trait approach ),pendekatan ini menekankan pada atribut-atribut pribadipara pemimpin. Asumsi pada pendekatan ini bahwabeberapa orang pemimpin alamiah dianugerahibeberapa karakteristik yang tidak dipunyai orang lain.Pada perspektif ini, peneliti berasumsi bahwa pemimpindapat dibedakan dengan pengikutnya berdasarkanatribut pribadinya, seperti kecerdasan, intuisi, kekuatanpersuasi dan lain-lain.

    Pendekatan berdasarkan perilaku menjelaskanbahwa terjadi pergeseran asumsi dari atribut pribadi

    menjadi perilaku sebagai variabel penjelas. Pendekatanini membandingkan perilaku pemimpin yang efektif ver-sus perilaku tidak efektif. Ada dua proyek penelitianyang terkenal berkenaan dengan perilaku pemimpin.Pertama dilakukan oleh Ohio State University, dan yanglain dilakukan oleh University of Michigan. Keduanyaberpendapat bahwa perilaku kepemimpinan dapatdikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kategoriyang berhubungan dengan hubungan interpersonaldan kategori yang berhubungan dengan tugas.

    Pendekatan berikutnya adalah pendekatansituasional. Pendekatan ini menekankan pentingnyafaktor-faktor kontekstual yang berhubungan dengan

    studi kepemimpinan. Dalam penelitian ini, variabelutamanya adalah budaya organisasional sebagaivariabel independen dan keefektifan sebagai variabeldependen. Sedangkan variabel kepemimpinanmerupakan variabel pemoderasian yang menjelaskan

    bahwa variabel tersebut membedakan antara populasisuatu organisasi dengan lainnya.

    Hubungan Budaya Organisasional dengan KeefektifanOrganisasional

    Tujuan seorang manajer dalam setiap organisasi secaralogis menghendaki peningkatan kinerja organisasional.Namun demikian, banyak problem organisasional danketidakpastian ( uncertainty ) baik internal maupuneksternal yang seringkali mengganggu pencapaiankinerja organisasional. Bahkan banyak penelitianmenunjukkan kegagalan organisasi lebih seringdisebabkan oleh permasalahan manajerial organisasisecara internal (Koontz, 1991). Permasalahan tersebutmendorong Peters dan Waterman (1982) menggagaspentingnya kebudayaan organisasional untuk meningkatkan keefektifan dan kinerja organisasional.Menurut Peters dan Waterman (1982), setiap organisasimempunyai kebudayaannya masing-masing. Tiapkebudayaan tersebut dapat menjadi kekuatan positif dan negatif dalam mencapai kinerja organisasional.

    Beberapa penelitian empiris memberikandukungan pada proposisi tersebut. Penelitian O’Reilly(1989) menunjukkan dukungan penting bagi proposisidi atas bahwa budaya perusahaan mempunyaipengaruh terhadap keefektifan suatu perusahaanterutama pada perusahaan yang mempunyai budaya

    yang sesuai dengan strategi dan dapat meningkatkankomitmen karyawan terhadap perusahaan. KemudianLusch dan Harvey (1994) mengatakan bahwapeningkatan kinerja organisasional juga ditentukan olehaktiva tidak berwujud, antara lain budayaorganisasional, hubungan dengan pelanggan ( cus-tomer elationship ), dan citra perusahaan ( brand eq-uity ). Pandangan tersebut sejalan dengan kajiansebelumnya yang dilakukan Kotter dan Heskett (1992)bahwa budaya organisasional diyakini sebagai salahsatu faktor kunci penentu ( key variable factors )kesuksesan kinerja organisasional seperti yangdisampaikan pada hasil studi mereka. Demikian pula

    hasil penelitian sejumlah perusahaan di Amerika Serikatyang melakukan merger pada dekade 1980-an yangmenunjukkan bahwa merger seringkali mengalamikegagalan karena tidak kompatibel dengan budayaorganisasional (Marren, 1993). Sehingga keselarasan

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    20/83

    16

    Jam STIE YKPN - Heru Kurnianto Peran Kepemimpinan ......

    antara nilai-nilai individu ( individual values ) dengannilai-nilai organisasi ( organizational values ) secarasignifikan berhubungan dengan komitmen

    organisasional, kepuasan kerja, keinginan berhenti, danturn over seperti yang diperoleh dari sejumlah hasilriset empiris Kreitner dan Knicky (1995). Pandangan diatas didukung pula oleh pandangan beberapa ahli ilmu-ilmu sosial dan manajemen organisasi, seperti: Hofstede(1991), Sharplin (1992), Wilhelm (1992), Martin (1992),Mody dan Noe (1996), Sobirin (1997), dan Luthans(1998).

    Dalam kasus di Indonesia, studi tentangpengaruh budaya organisasional terhadap keefektifankinerja manajerial dan kinerja ekonomi organisasi telahbanyak dilakukan. Misalnya studi yang dilakukan olehSupomo dan Indriantoro (1998) menemukan dukungan

    empiris adanya pengaruh positif budaya organisasionalyang berorientasi pada orang terhadap keefektifananggaran partisipatif dalam peningkatan kinerja

    manajerial. Lako dan Irmawati (1997) menjelaskankeberhasilan organisasi mengimplementasikan nilai-nilai ( values ) budaya organisasional dapat mendorongorganisasi tumbuh dan mengelola sumber daya sebagaikekuatan internal dalam memanfaatkan peluang ( op-

    portunity ) dan mengantisipasi ancaman ( threat ).Dengan demikian, teori, logika, dan beberapa

    penelitian empiris yang dipaparkan di atas telahmenjelaskan bahwa budaya organisasionalberhubungan dengan keefektifan di dalam organisasi.Berdasarkan pemahaman di atas maka penelitimenyusun hipotesis sebagai berikut:

    Keefektifan OrganisasiBudaya Organisasional

    HI: Terdapat hubungan antara budayaorganisasional dengan keefektifanorganisasional.

    Kepemimpinan Sebagai Variabel Pemoderasian

    Pendekatan situasional, menekankan pentingnyafaktor-faktor kontekstual mempengaruhi studikepemimpinan. Beberapa ahli organisasi menjelaskanbahwa hubungan variabel yang dibangun dalam modeldi atas tidak bersifat sederhana, lebih kompleks daripadahubungan linier sederhana yang terdapat dalam teori-teori universalistik (Schoonhoven, 1981; Van de Ven &Drazin, 1985; Venkatraman, 1989 seperti dikutip Delery& Doty, 1996). Dengan kata lain, bahwa hubunganvariabel independen tertentu dengan variabel dependendi dalam model tidak bersifat universal dalam populasilintas organisasi. Perspektif tersebut menggunakanasumsi-asumsi dalam teori-teori kontinjensi yangmenjelaskan bahwa hubungan variabel independen

    dengan dependen akan berbeda untuk level yangberbeda pada variabel kontinjensi kritikal.

    Peran pemimpin dalam penelitian ini bukandalam kaitannya dengan mempengaruhi budaya,namun membedakan hubungan budaya organisasionaldengan keefektifan pada lintas populasi. Peranpemimpin dalam penelitian ini berkaitan dengan peransebagai variabel pemoderasian yang diduga akanmenjelaskan secara lebih kompleks dalam studihubungan budaya organisasional dengan keefektifandi dalam organisasi tersebut. Pendekatan ini padaintinya memfokuskan perhatian pada ketergantunganbermacam-macam faktor yang terlibat dalam situasimanajerial pada organisasi. Pendekatan tersebutmemberikan gagasan bahwa sifat hubungan yang adadalam budaya organisasi dengan keefektifan organisasimungkin akan berbeda pada situasi yang berbeda.Dengan kata lain bahwa sangat mungkin akan hadirvariabel lain yang dapat mempengaruhi hubunganantara budaya organisasi dengan keefektifanorganisasi. Salah satu variabel penting untuk dipertimbangkan dalam hubungan antara budaya

    organisasional dengan keefektifan organisasionaladalah peran kepemimpinan (Yukl, 1994).Berdasarkan pemahaman di atas maka peneliti

    menyusun hipotesis sebagai berikut:

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    21/83

    17

    Jam STIE YKPN - Heru Kurnianto Peran Kepemimpinan ......

    H2: Kepemimpinan merupakan va ri abelpemoderasian hubungan antara budayaorganisasional dengan keefektifanorganisasional.

    METODA PENELITIAN

    Sampel

    Populasi penelitian ini adalah perguruan tinggi dipropinsi DIY. Selanjutnya, dalam mengambil sampel didalam perguruan tinggi, data dikumpulkan dengankuesioner yang ditujukan kepada tingkat pimpinan didalam organisasi. Pengumpulan data denganmenggunakan satu sumber informasi ( single source ),namun peneliti mengidentifikasi secara hati-hati merekayang dipilih sebagai sampel. Peneliti memilih orang yangterkait dengan keputusan stratejik di dalam organisasitersebut dan mempunyai pemahaman mengenaiorganisasi yang dipimpinnya dengan baik. Teknik

    pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan maksud untuk memperolehdata sesuai dengan tujuan penelitian dan akses datalebih mudah. Desain pengambilan sampel ini termasuk desain non probabilitas, artinya tidak bersifat acak danterdapat pertimbangan-pertimbangan dalampengambilan sampel untuk tujuan tertentu. Oleh karenaitu, sampel dikelompokkan pula ke dalam purposivesampling (Neuman, 2000; Sekaran, 2000).

    Data diperoleh dengan mendistribusikankuesioner kepada pimpinan universitas dengan caramenyerahkan secara langsung kepada Rektorat, kepala-kepala bagian di kantor pusat dan pimpinan fakultas-fakultas yang dimiliki oleh perguruan tinggi.

    Budaya Organisasi Keefektifan Organis

    Kepemimpinan

    Definisi Operasional dan Pengukuran

    a. Budaya organisasional sebagai variabelindependen

    Budaya organisasional adalah persamaan persepsiyang dipegang oleh anggota organisasi dalam memberi

    arti ( shared meaning ) dari suatu nilai. Budaya tersebutmembentuk tatanan norma dan menjadi pedomanperilaku mulai dari manajemen puncak sampai karyawanoperasional (Robbins, 1993). Definisi operasionaltersebut mengacu pada model karakteristik yangdiajukan Robbins (1993) yang terdiri atas 20 itempertanyaan.

    b. Keefektifan organisasional sebagai variabeldependen

    Keefektifan organisasional adalah terkait denganpenilaian keefektifan organisasi atas dasar tujuan

    organisasional ( goal model ). Dalam penelitian ini,peneliti menggunakan pertanyaan terkait dengan tujuanumum perguruan tinggi, Tri Dharma Perguruan Tinggi.Dari pemahaman mengenai keefektifan tersebut, makadisusun 5 item pertanyaan yang mengacu padaperspektif tersebut.

    c. Kepemimpinan sebagai variabel pemoderasian

    Dalam pandangan Hemhill & Coons (1957)kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individuyang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama ( shared goal ).Pendekatan ini salah satunya menekankan pada peran,

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    22/83

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    23/83

    19

    Jam STIE YKPN - Heru Kurnianto Peran Kepemimpinan ......

    Hasil pengujian menunjukkan signifikan padalevel signifikansi 0.05 sehingga hipotesis tersebutdidukung. Artinya, data mendukung bahwa budaya

    organisasional mampu menjelaskan keefektifanorganisasional. R Square juga menunjukkan bahwavariasi variabel budaya organisasional dapatmenjelaskan variasi variabel keefektifan organisasionalsebesar 40.4 %

    Pengujian hipotesis 2, dengan menggunakananalisis regresi hirarkikal. Persamaan regresi hirarkikaladalah sebagai berikut:

    Y = a + b X1 + cX2 + dX1X2 + e

    Pada step pertama memasukkan main effect yang

    terdiri X1 dan X2. Hasil menunjukkan signifikansi keduavariabel pada taraf signifikansi 0.05. R Square jugamenunjukkan bahwa kemampuan variabel menjelaskanmodel sebesar 48.1 %. Pada step berikutnya dimasukkaninteraksi ( interaction effect ) X1*X2. Hasil menunjukkanbahwa interaksi tersebut juga signifikan pada level 0.05.

    R Square juga menunjukkan bahwa kemampuanvariabel menjelaskan model sebesar 48.1 %.

    Tabel 2.3Tabel Regresi Hirarkikal

    Model ßMain EffectX1X2

    0.760**0.346** 0.48

    Interaction EffectX1*X2 0,129** 0,48

    ** signifikan pada level 0.05 * signifikan pada level 0.01

    Terjadi peningkatan kemampuan variabel dalammenjelaskan model sebesar 4%. Hasil penelitianmenunjukkan interaksi berpengaruh signifikan. Dengandemikian, hipotesis 2 didukung oleh data empiris dalampenelitian ini, yaitu bahwa variabel kepemimpinanberperan memoderasi hubungan antara variabel budayaorganisasional dengan keefektifan organisasional.Hasil empiris menunjukkan bahwa variabelkepemimpinan signifikan dalam memoderasi hubungantersebut. Secara lebih spesifik, pengaruh pemoderasianvariabel kepemimpinan terhadap hubungan antarabudaya organisasional dengan keefektifan bersifatquasi pemoderasian (Prescott, 1986), karena variabelinteraksi signifikan, demikian pula prediktor X1 dan X2.

    Pembahasan

    Secara singkat, hasil penelitian mendukung bahwabudaya organisasional berpengaruh terhadapkeefektifan organisasional pada level signifikansi 0.05.Kemampuan determinasi variasi variabel X dalammenjelaskan variasi variabel Y sebesar 0.345 dan sisanyadijelaskan oleh variabel di luar model tersebut.

    Meskipun demikian, seperti dipaparkan di muka,variabel budaya organisasional berperan penting dalammenjelaskan variabel keefektifan.

    Berdasarkan pengujian hipotesis di atas, penelitidapat menjelaskan bahwa budaya organisasionalmerupakan variabel yang penting dipertimbangkandalam menjelaskan keefektifan organisasionalperguruan tinggi di propinsi DIY. Oleh karena itu,sebagai lembaga akademik yang juga tidak bisa lepasdari persaingan dalam “perlombaan” memberikan valueterbaik bagi masyarakat, maka budaya organisasionaldi dalam organisasi yang kondusif bagi pengembanganlembaga tersebut. Dengan demikian, budayaorganisasional harus menjadi perhatian serius bagipengelola/ manajemen perguruan tinggi. Atau dengankata lain, dalam upaya meningkatkan keefektifanorganisasinya, maka perguruan tinggi harus mengkaji

    secara cermat budaya organisasional yang kondusif bagi kemajuan lembaga tersebut.Merujuk pada pandangan Schein (1992), budaya

    organisasional terdiri atas tiga lapisan atau tingkatanyaitu artifacts, espoused values dan basic underlyingassumptions . Pada lapisan pertama atau kulit terluar

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    24/83

    20

    Jam STIE YKPN - Heru Kurnianto Peran Kepemimpinan ......

    budaya organisasional adalah artifact . Pada lapisanini, karakteristik budaya organisasional pada masing-masing perguruan tinggi terkait dengan semua struktur

    dan proses organisasional yang tampak. Pada lapisanini terdapat hubungan unik antar budaya pada berbagaiperguruan tinggi dapat terlihat. Sebagai contoh,budaya organisasional di UGM mungkin akan unik dibandingkan perguruan tinggi lain seperti yang terjadipada lembaga STIE YKPN Yogyakarta atau mungkindengan universitas yang baru menjalankan merger seperti UTY. Lapisan berikutnya adalah espoused val-ues . Pada lapisan ini para anggota organisasimempertanyakan “apa yang seharusnya dapat merekaberikan terhadap organisasi. Pada lapisan ini tuntutanstrategi, tujuan organisasional dan filosofi pemimpinorganisasi adalah untuk bertindak dan berperilaku. Haltersebut penting bagi pengembangan akademik padamasing-masing perguruan tinggi dan terkait puladengan cita-cita pendiri. Para anggota organisasi barudapat mempelajari espoused values ini untuk memahamimaknanya dalam konteks organisasi. Lapisan terakhiradalah basic underlying assumptions . Lapisan initerkait dengan sejumlah keyakinan ( beliefs ), yaitubahwa anggota organisasi di masing-masing perguruantinggi mendapat jaminan ( take for granted ) bahwamereka diterima baik untuk melakukan sesuatu secarabenar. Asumsi-asumsi dasar tersebut mempengaruhiperasaan, pemikiran, persepsi, kepercayaan dan pikiran

    bawah sadar para anggota organisasi.Berdasarkan pandangan tersebut, penelitiberpandangan bahwa budaya organisasionalmerupakan aspek yang menjadi jiwa di dalam organisasikarena terkait tidak hanya dengan sesuatu yang dapatterlihat, namun juga terkait dengan nilai-nilai di dalamorganisasi tersebut. Oleh karena itu, dapat difahamibahwa peranan budaya organisasional cukup pentingdalam menjelaskan keefektifan di dalam organisasiperguruan tinggi, khususnya profinsi DIY.

    Hipotesis 2 yang mengkonstruksi peranankepemimpinan dalam memoderasi hubungan variabel-variabel di dalam hipotesis 1 juga didukung data

    empiris. Hal tersebut menunjukkan peran kepemimpinancukup signifikan memoderasi hubungan variabelbudaya organisasional dengan keefektifannya. Namun

    demikian, sifat pemoderasiannya adalah quasi . Kondisidemikian mungkin disebabkan peran kepemimpinandalam menjelaskan model hanya sedikit berbeda antara

    kepemimpinan yang memiliki keefektifan yang tinggidan keefektifan yang rendah. Artinya, sifatkepemimpinan yang berbeda cenderung kurangmemoderasi hubungan kedua variabel tersebut.Menurut Pfeffer (1982), peranan kepemimpinan sangatkecil, hal tersebut salah satunya disebabkan olehadanya homogenitas sifat pemimpin. Demikian pulakepemimpinan yang ada dalam lingkungan organisasiperguruan tinggi cenderung homogen, yaitu bahwasecara umum pimpinan perguruan tinggi memiliki sedikitinovasi dan kurang mampu mentransformasi perubahandi dalam organisasi perguruan tinggi tersebut. Haltersebut dapat disebabkan oleh kapasitas pimpinanorganisasi perguruan tinggi secara umum relatif homogen dalam mengelola aktifitas manajerial ataumungkin disebabkan struktur organisasional perguruantinggi yang cenderung mekanistik dan kurang pekaterhadap perubahan sehingga membatasi perilakupemimpin atau dapat juga peranan faktor eksternal yang

    jauh lebih dominan. Namun demikian, hal tersebut masihmenjadi sebuah dugaan bagi penelitian di masa datangyang diharapkan dapat mengkaji secara lebih spesifik permasalahan tersebut. Dalam penelitian yang pernahdilakukan peneliti terkait dengan studi komparasi PTSdi propinsi DIY, bahwa kepemimpinan pada beberapa

    PTS kurang stratejik dan budaya di dalam organisasiperguruan tinggi kurang kondusif bagi pengembanganprofesionalisme pengelolaan perguruan tinggi (Tim FEUMY, 2002). Hal tersebut ditunjukkan pada organisasiperguruan tinggi yang memberikan keleluasaan padapimpinan organisasi secara stratejik relatif berkembanglebih baik dibandingkan organisasi yang lembam.Namun demikian variasi kepemimpinan antar organisasi(between ) tidak dijelaskan akan berbeda secarasignifikan satu dengan lainnya.

    Secara umum, kedua hipotesis didukung dataempiris. Data telah menunjukkan argumentasi penelitibahwa budaya organisasional dan kepemimpinan

    penting dipertimbangkan dalam menjelaskankeefektifan di dalam organisasi.

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    25/83

    21

    Jam STIE YKPN - Heru Kurnianto Peran Kepemimpinan ......

    SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

    Simpulan

    Penelitian ini dibangun berdasarkan hubungan tigavariabel penting, yaitu budaya organisasional,keefektifan organisasional dan kepemimpinan. Hasilpenelitian pada setting perguruan tinggi di propinsiDIY mendukung hipotesis 1 bahwa budayaorganisasional berhubungan positif dengan keefektifanorganisasional. Hasil empiris juga mendukung hipotesis2 bahwa kepemimpinan memiliki peran pemoderasianterhadap hubungan antara budaya organisasionaldengan keefektifan organisasional.

    Implikasi pada teori berdasarkan pengujianhipotesis adalah bahwa budaya organisasionalmerupakan determinan penting bagi keefektifanorganisasional. Hasil ini konsisten dengan konstruksiproposisi yang dioperasionalisasi ke dalam hipotesis 1secara umum, meskipun dalam penelitian inipengembangan item pertanyaan disesuaikan dengankonteks perguruan tinggi. Demikian pula berdasarkanpengujian hipotesis 2, peneliti menyimpulkan bahwakepemimpinan memiliki peran pemoderasian hubunganantara budaya organisasional dengan keefektifanorganisasional meskipun dalam penelitian inipengembangan item pertanyaan disesuaikan dengankonteks perguruan tinggi pula.

    Selain memberi kontribusi bagi teori danpengembangan literatur, penelitian ini juga membantupara praktisi atau pihak eksekutif organisasi. Dalammenentukan kebijakan organisasi, terutama yangbersifat stratejik harus memperhatikan bagaimanabudaya organisasional yang telah terbangun di dalamkehidupan organisasional. Seringkali kebijakan yangdiambil oleh pihak manajemen atau pimpinan dalammelakukan perubahan cenderung mengabaikan budayaorganisasional dan cenderung berorientasi ke luar. Disamping itu, para praktisi perlu menyadari bahwameskipun peran kepemimpinan tidak dominan, namunperanannya tidak dapat diabaikan dalam

    pengembangan organisasi.

    Keterbatasan dan Saran

    Seperti pepatah “tiada gading yang tak retak”,penelitian ini tentu memiliki sejumlah keterbatasan. Oleh

    karena itu, penulis merasa perlu memaparkanketerbatasan penelitian ini sebagai peluang bagipengembangan penelitian perilaku organisasional di

    masa mendatang.1. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan

    satu responden, yaitu salah satu dari pimpinan padatingkat rektorat atau pihak yang dijustifikasimengambil peranan dalam keputusan stratejik,sehingga harapan peneliti dapat menggambarkanfenomena organisasi secara lebih baik. Namundemikian, pada unit analisis organisasi diperlukanlebih banyak responden ( multi sources ), bukansingle sources . Dengan banyak respondendiharapkan akan dapat mengurangi data yangbersifat sangat subyektif, namun seringkali re-sponse rate dan kendala waktu yang akandipertimbangkan dalam penelitian ini. Sebaliknya,penggunaan single sources akan cenderungsubyektif, namun response rate akan lebih baik.

    2. Secara metodologis, penelitian ini menggunakanhanya data primer melalui survei, hasil akan lebihlengkap jika peneliti menggunakan kombinasidengan data sekunder. Sebagai contoh ukurankeefektifan organisasional diukur dari pencapaiandata keuangan organisasi dalam beberapa tahunterakhir.

    3. Kombinasi metoda pengumpulan data jugadiperlukan untuk memperoleh data yang lebih

    berkualitas. Artinya, data tidak hanya diperolehmelalui kuesioner sehingga data yang diperolehhanya berdasarkan persepsi responden. Kombinasidengan metoda observasi yang mendalam akanmembantu menjelaskan fenomena organisasi secaralebih baik. Namun persoalannya, observasi demikianmembutuhkan waktu yang sangat panjang.

    4. Penelitian ini mempunyai potensi common method variance , karena ketiga variabel diukur oleh saturesponden. Problem efek konsistensi dapat terjadisehingga antara variabel independen dan dependenberhubungan lebih erat bukan disebabkankemampuan menjelaskan pada variabel

    independennya. Sebagai contoh ketika keefektifanorganisasional baik, pimpinan berfikir konsistenbahwa memang budaya organisasional di dalamorganisasi tersebut baik.

    5. Ukuran organisasi perguruan tinggi dan usia berdiriperguruan tinggi seharusnya dapat

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    26/83

    22

    Jam STIE YKPN - Heru Kurnianto Peran Kepemimpinan ......

    dipertimbangkan sebagai variabel kontrol, karenakedua hal tersebut sangat mungkin mempengaruhikeefektifan organisasional. Oleh karena itu,

    penelitian ke depan seharusnya mempertimbangkansecara lebih cermat variabel kontrol dalam menelitihubungan ketiga variabel tersebut.

    Terdapat banyak keterbatasan dalam penelitianini diharapkan akan mendorong penelitian ke depanuntuk dapat mengembangkan desain penelitian yang

    lebih baik, sehingga keterbatasan tersebut dapat lebihdisempurnakan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Cooper, D.R. and Schindler, P.S. (2001). Busi-ness Research Methods . 7 th Edition.McGraw-Hill Irwin.

    Davis, S. (1984). Managing Corporate Culture .Cambridge.

    Delery, J.E. and Doty, D.H. (1996). Modes of theorizing in strategic human resourcemanagement: Tests of universalistic,contingency and configurational perfor-mance predictions. Academy of Manage-ment Journal . 39: 802-835

    Dubin, R. (1976). Organizational effectiveness:some dilemmas of perspectives . Orga-nization and Administrative Science 7:

    7-14.

    Dunnette, Campbell and Hakel. (1967). Organi- zational Behavior and Human Perfor-mance . USA

    Gibson. (1997 ). Organisations: Behavior,Structure and Processes . Homewood.Richard D. Irwin and Mc Graw Hill.

    Galpin. (1996). Connecting culture to organiza-tional change. Human Resource Maga-

    zine . 41 (March): 84-90.

    Ghazali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Multi-variate Dengan Program SPSS . BadanPenerbit Universitas DiponegoroSemarang.

    Gordon. Judith, R. (1991). A Diagnostic Ap- proach to Organizational Behavior . 3 th

    Edition. United States Of America.

    Handoko TH. (1993). Berbagai isu dalampenilaian efektivitas organisasional.

    JEBI UGM hal. 17-27.

    Hannan, M.T and J. Freeman. (1977). Obstaclesto comparative studies dalam Goodman& Pennings (eds). New Perspectives onOrganizational Effectiveness . SanFransisco: Jossey-Bass. Hal. 106-131

    Hofstede, G., Neuijen, B., Ohayei, D. and Sander,G. (1990). Measuring organizational cul-tures: A qualitative and quantitativestudy across twenty cases. Administra-tive Science Quarterly , 35 (1990): 286-

    316.

    Hofstede, G. (1991). Cultures and Organizations:Software of the Mind. McGraw-Hill Book Company. London.

    Kotter, J.P., dan J.L. Heskett. (1992). CorporateCulture and Performance , Free Press.New York.

    Kreitner, R. and Kinicky, A. (1995). Organiza-tional Behavior .3rd Ed. Richard D. Irwin.Homewood. Illinois.

    Kurnianto, Heru. (2003). Bu da yaOrganisasional dan Balanced Scorecard: Dimensi Teori dan Praktik .UPFE UMY.

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    27/83

    23

    Jam STIE YKPN - Heru Kurnianto Peran Kepemimpinan ......

    Lako, Andreas. (2002). Budaya OrganisasiSebagai Variabel Kunci Kesuksesan

    Kinerja Manajerial dan Keuangan.Prosiding Seminar Nasional Unika

    Atmajaya.

    Luthans, Fred. (1998). Organizational Behav-ior . 7 th Edition. McGraw-Hill. New York.

    Miner B, Johns.(1980). Theories of Organiza-tional Behavior . USA: The DrydenPress.

    Marren, J. (1993). Mergers and Acquisition: AValuation Handbook . Business OneIrwin. Homewood.

    Mulyadi. (1998). Total Quality Management .Edisi Ke-1. Aditya Media. Jogjakarta.

    Neuman, Lawrence W. (2000). Social Research Methods . 4th Edition. Allyn and Bacon.

    Noe, R.M. dan R.W. Mondy. (1996). Human Resources Management . 6 th Edition.Prentice Hall. New Jersey.

    O’Reilly, C.A. (1989). Corporation, culture andcommitment: motivation and social con-trol in organizations. California Man-agement Review . Vol 31(4).

    Pfeffer, J. (1977). The Ambiguity of leadership. Academy of Management Review : 402-414.

    Pfeffer, J. (1982). Organizations And Organiza-tion Theory . USA: Pitman Pub. Inc.

    Hamel, Gary and C.K Prahaland. (1994). Com-

    peting for The Future , Boston, MA:Harvard Business School Press.

    Schein, E. (1992). Organizational Culture and Leadership . 2 nd Edition. Jossey-BassPublishers. San Fransisco.

    Scott, W.R. (1977). Effectiveness of organiza-tional effectiveness studies. dalam

    Goodman & Pennings (eds). New Per-spectives on Organizational Effective-ness . San Fransisco: Jossey-Bass. hal.63-95Sobirin, Achmad. (1997). Organiza-tional Culture: Konsep, Kontroversi danManfaatnya untuk PengembanganOrganisasi. Jurnal Akuntansi & Audit-ing Indonesia. Vol.1. No. 2. September.

    Sekaran, Uma. (2000). Research Methods For Business . 3 rd Edition. John Wiley & SonsInc.

    Soepomo, B. dan Indriantoro, N. (1998).Pengaruh struktur dan kulturorganisasional terhadap keefektifananggaran partisipatif dalammeningkatkan kinerja manajerial: studiempiris pada perusahaan manufaktur In-donesia. Kelola. 18(7):61-84Smircich,Linda. (1983). Concept of Culture andOrganizational Analysis. AdministrativeScience Quarterly . 28. 339-358.

    Stahl and Andersen. (1996). Leadership and

    change management. Hospital Materiel Management Quarterly . 17 (Feb): 54-59.

    Steers, R.M. and Porter, L.W. (1991). Motiva-tion and Work Behavior . 5 th Edition.McGraw-Hill.

    Stoner, J., Freeman, R. and Gilbert, D.R. (1995). Management . 6th Edition. Prentice Hall.Englewood Cliffs. New Jersey.

    Thomas, A.B. (1988). Does Leader ship make adifference to organizational perfor-

    mance? Administrative Science Quar-terly . 33: 388-400.

    Tim FE UMY. (2002). Analisis KomparasiFakultas Ekonomi Berdasarkan FaktorYang Mempengaruhi PTS di Yogyakarta.

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    28/83

    24

    Jam STIE YKPN - Heru Kurnianto Peran Kepemimpinan ......

    Wilhelm, W. (1992). Changing corporate cultureor corporate behavior? How to change

    your company. Academy of Mangement Excecutive . (Nov):72.

    Yukl, G. (1989). Leadership In Organizations .2nd Edition. Prentice Hall. New Jersey

    Yukl, G. (1989). Managerial leadership: A reviewof theory and research. Journal of Man-agement . Vol 15. No. 2. 251-289.

    Zammuto, R.E. (1984). A comparison of mul-tiple constituency models of organiza-tional effectiveness. Academy of Man-agement Review . 9(4): 606-616.

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    29/83

    25

    Jam STIE YKPN -Sri Astuti dan M. Hanad Hainafi Pengaruh Laporan Auditor ......

    ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATANTERHADAP JUDGMENT AUDITOR

    Hansiadi Yuli Hartanto 1)

    Indra Wijaya Kusuma 2)

    PENGARUH LAPORAN AUDITOR DENGAN MODIFIKASI GOING CONCERN

    TERHADAP ABNORMAL ACCRUAL

    Sri Astuti *)

    M. Hanad Hainafi **)

    *) Dra.Sri Astuti, M.Si., adalah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Yogyakarta.**) Drs. M. Hanad Hainafi adalah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

    ABSTRACT

    This research aims to test factors affecting earningsmanagement and whether companies which receivedmodified going concern opinion will manage they earn-ings after receiving that opinion.Using sample of 84 companies which receive modifiedgoing concern opinion between 1999 and 2001, andlogistic regression test, we find that companies whichreceived modified going concern opinion will do earn-ings management in the year after they received thatopinion. Variable that affect earnings management sig-nificantly is long term debt.

    Key word : modified going concern, earnings manage-ment

    LATAR BELAKANG MASALAH

    Keinginan perusahaan untuk mendapatkan nilai positipdari pasar, yang selanjutnya menentukan jumlah danayang dapat diperoleh, dapat menjadi insentif bagimanajer untuk menyusun laporan keuangan yangmenarik bagi pemakainya. Perusahaan yang mempunyailaba besar merupakan informasi yang menarik bagi

    pemakai informasi keuangan untuk pembuatankeputusan dan merupakan ukuran kinerja perusahaan(Hidayati dan Zulaikha, 2003). Salah satu cara yangdapat ditempuh oleh manajer adalah melakukanmanajemen laba ( earnings management ) denganrekayasa akrual. Tujuan manajemen laba itu sendiriadalah untuk mengurangi fluktuasi laba perusahaan,dan diharapkan kinerja perusahaan akan terlihat lebihbagus dan investor akan lebih mudah memprediksi labamasa depan, sehingga kesejahteraan perusahaan ataumanajemen akan meningkat. Manajemen laba dapatdilakukan dengan cara meningkatkan angka-angkaakrual untuk menjadikan laba menjadi rendah atautinggi (Dhaliwal, Frankel dan Trezevant, 1994; Guenter,1994; Cloyd, Pratt dan Stock, 1996; Maydew, 1997)dalam Hidayati dan Zulaikha, (2003).

    Total accrual dapat dibedakan menjadi akrualyang wajar ( nondiscretionary accrual ) dan akrual yangdirekayasa manajemen ( discretionary accrual ).Subramanyam (1996) menemukan bahwa discretion-ary accruals berhubungan dengan harga saham, labayang akan datang dan aliran kas, serta menyimpulkanbahwa manajer memilih akrual untuk meningkatkan

    jumlah laba akuntansi. Hal ini dikarenakan laba akrualdipandang sebagai ukuran kinerja perusahaan yang

    Volume XVITahun 1April 2005Hal. 25-34

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    30/83

    26

    Jam STIE YKPN - Sri Astuti dan M. Hanad Hainafi Pengaruh Laporan Auditor ......

    superior dibandingkan dengan aliran kas (Dechow,1995). Manajer mempunyai dorongan untuk menyesuaikan laba dengan tujuan kesejahteraan

    perusahaan dan atau manajer itu sendiri dengan caramelakukan manajemen laba. Perusahaan yangmempunyai abnormal accrual menunjukkan bahwaperusahaan tersebut melakukan manajemen laba.

    Auditing merupakan proses sistematik untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara obyektif,yang berkaitan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk mengukur tingkat kesesuaian antara asersi tersebutdengan kriteria yang telah ditetapkan kemudianmengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yangberkepentingan (Kell, 2001). Menurut Watts danZimmerman (1983) dalam Ardiati (2003) auditingmerupakan bentuk monitoring yang digunakan olehperusahaan untuk menurunkan kos keagenan ( agencycost) perusahaan dengan pemegang hutang ( bond-holder ) dan pemegang saham ( stakeholders ). Audit-ing akan mengurangi asimetri informasi yang ada antaramanajemen dan stakeholders perusahaan denganmemungkinkan pihak luar perusahaan (auditorindependen) untuk memverifikasi validitas laporankeuangan. Setelah melakukan audit, auditor akanmenerbitkan laporan auditor, yaitu laporan yang berisitentang kewajaran laporan keuangan perusahaan sesuaidengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU).

    Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2001), opini ataupendapat auditor ada 5, yaitu pendapat wajar tanpapengecualian, dan atau dengan bahasa penjelasan,pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, dan pernyataan tidak memberikan pendapat.

    Opini auditor merupakan informasi bagi pemakailaporan keuangan, contohnya adalah opini denganmodifikasi going concern menunjukkan kandunganinformasi bagi return saham (Choi and Jetter, 1992) dankejadian kebangkrutan (Hopwood et. Al., 1989).Bradshaw et. Al. (2001) menemukan bahwa manajemenlaba meningkat sehubungan dengan adanya modifikasiopini auditor. Healy (1985) menemukan bahwa

    perusahaan dengan kinerja rendah akan memperolehopini dengan modifikasi going concern dan accrual nyanegatip.

    Penelitian-penelitian tentang manajemen labasering dihubungkan dengan Initial Public Oferring(IPO), hal ini dipakai oleh manajemen dengan tujuan

    menarik bagi calon investor terhadap informasikeuangannya (Setiawati, 2002). Hidayati dan Zulaikha(2003) meneliti perilaku manajemen laba untuk motivasipajak, hasilnya bahwa manajemen laba tidak ditemukandalam motivasi pajak. Ardiati (2003) meneliti pengaruhmanajemen laba terhadap return saham dengan kualitasaudit sebagai pemoderasi. Hasil penelitian tersebutadalah manajemen laba yang dilakukan perusahaandiinteraksikan dengan kualitas audit the big 5mempengaruhi return perusahaan. DeAngelo (1986)meneliti tentang adanya praktik manajemen laba bagiperusahaan-perusahaan yang memperoleh opini audittidak wajar ( qualified audit opinion ), akan tetapipenelitian tersebut gagal.

    Berdasarkan penelitian tersebut maka penelitianini akan membuktikan apakah perusahaan-perusahaanyang mempunyai opini auditor dengan modifikasi go-ing concern selalu melakukan manajemen laba padatahun-tahun berikutnya, karena perusahaan-perusahaan yang memperoleh opini audit denganmodifikasi biasanya mempunyai kinerja keuangan yangmenurun. Perusahaan yang mempunyai kinerjakeuangan menurun akan mengarah kepadapermasalahan kesulitan keuangan ( financial distress ).Untuk mempertahankan daya tarik perusahaan kepada

    pihak yang berkepentingan (misalkan investor), makamanajemen perusahaan biasanya akan melakukanmanajemen laba. Indikator dari penurunan kinerjakeuangan ini bisa dilihat dari book value, market value,current asset, current liabilities, dan long term debt (Raghunandan dan Rama, 1995). Perusahaan yangmempunyai book value dan market value yang tinggimengindikasikan bahwa perusahaan tersebut adalahperusahaan yang telah mapan, sehingga tidak mengalami permasalahan keuangan. Perusahaan yangmempunyai ketersediaan dana yang cukup untuk menjalankan operasi, tercermin dalam current asset berarti perusahaan tersebut tidak mengalami

    permasalahan keuangan. Current liabilities dan longterm debt merupakan kewajiban yang harus dipenuhiperusahaan dalam jangka pendek dan panjang.

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    31/83

    27

    Jam STIE YKPN -Sri Astuti dan M. Hanad Hainafi Pengaruh Laporan Auditor ......

    Perusahaan yang mempunyai utang dengan jumlahrelatif besar, akan mempunyai permasalahankemungkinan tidak mampu membayar. Menurut

    Mayangsari (2003), kualitas audit dapat ditentukan olehkriteria Kantor Akuntan Publik (KAP), yaitu denganmembedakan apakah KAP tersebut termasuk the big 5atau tidak. Kantor Akuntan Publik yang masuk kategorithe big 5 akan memberikan kualitas audit yang tinggi,sehingga opini dengan modifikasi going concern yangdiberikan adalah mencerminkan kondisi yangsesungguhnya.

    RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGANHIPOTESIS

    Laporan Auditor

    Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2001), dalamkerangka dasar penyusunan dan penyajian laporankeuangan mendefinisikan bahwa laporan keuanganmeliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahanposisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan,laporan lain serta materi penjelasan yang merupakanbagian integral dari laporan keuangan. Prosesmenghasilkan laporan keuangan dimulai daripenyusunan laporan keuangan sampai diterima olehpemakai, hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

    Tahap Penyusunandan Penyajian

    Tahap Auditing Tahap Analisa

    Tahap pertama perusahaan melakukanpenyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuaidengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.Kemudian hasil penyusunan dan penyajian laporankeuangan tersebut harus diperiksa apakah sudah sesuaidengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum

    (PABU) termasuk Standar Akuntansi Keuangan (SAK).Proses pemeriksaan ini disebut auditing , dan yangmelakukan pemeriksaan adalah auditor. Perusahaan-perusahaan yang sudah go public diwajibkan untuk melakukan audit atas laporan keuangannya oleh audi-tor independen, yaitu auditor yang bekerja pada KantorAkuntan Publik. Menurut Mayangsari (2003), kualitasaudit dapat ditentukan oleh kriteria Kantor AkuntanPublik, yaitu dengan membedakan apakah KAPtersebut termasuk the big 5 atau tidak. Kantor AkuntanPublik yang masuk dalam kategori the big 5 adalahErnst & Young, PriceWaterHouse Coopers, KPMG,Arthur Andersen, dan Deloitte. Keanggotaan the big5 saat ini berkurang sehingga menjadi the big 4 . Hal inidikarenakan Kantor Akuntan Publik Arthur Andersendicabut ijin praktiknya karena terkena skandal Enron.Enron merupakan perusahaan energi terbesar di dunia,yang menjadi kebanggaan Amerika Serikat mengalamikebangkrutan akibat dari mis manajemen. Selama

    bertahun-tahun perusahaan memberikan informasiperhitungan akuntansi yang salah, namun menjelangkebangkrutan keuntungan Enron masih dinyatakanoverstated , sedangkan kewajiban dinyatakan under-stated . Dampak dari manipulasi itu, auditor independenEnron, Arthur Andersen dinyatakan terlibat dalam

    skandal Enron dan konsekuensinya ijin praktiknyadicabut (Suharto, 2004).

    Laporan auditor berisi tentang kewajaranlaporan keuangan perusahaan. Kewajaran laporankeuangan tersebut dituangkan dalam opini ataupendapat auditor. Adapun tipe pendapat auditormenurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam StandarProfesional Akuntan Publik (2001) tersebut adalah:1. Pendapat wajar tanpa pengecualian. Pendapat wajar

    tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporankeuangan menyajikan secara wajar, dalam semuahal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, danarus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsipakuntansi yang berlaku umum di Indonesia.Pendapat ini dinyatakan dalam laporan keuanganbentuk baku.

    2. Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan au-ditor bentuk baku. Pertimbangan auditormemberikan bahasa penjelasan, antara lain adalah

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    32/83

    28

    Jam STIE YKPN - Sri Astuti dan M. Hanad Hainafi Pengaruh Laporan Auditor ......

    adanya kesangsian auditor terhadap kelangsunganusaha perusahaan, adanya perubahan materialdalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam

    metode penerapannya, kondisi ekonomi yang tidak pasti.

    3. Pendapat wajar dengan pengecualian. Pendapatwajar dengan pengecualian menyatakan bahwalaporan keuangan menyajikan secara wajar, dalamsemua hal yang material, posisi keuangan, hasilusaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai denganprinsip akuntansi yang berlaku umum di Indone-sia, kecuali untuk dampak hal-hal yangberhubungan dengan yang dikecualikan.

    4. Pendapat tidak wajar. Pendapat tidak wajarmenyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasilusaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai denganprinsip akuntansi yang berlaku umum di Indone-sia.

    5. Pernyataan tidak memberikan pendapat. Pernyataantidak memberikan pendapat menyatakan bahwaauditor tidak menyatakan pendapat atas laporankeuangan.

    Teori Keagenan ( Agency Theory )

    Menurut Eisenhardt dalam Djakman (2003), principaldalam agency theory adalah pemegang saham ( stake-

    holder ) dan yang disebut agen adalah manajemenperusahaan. Antara manajemen perusahaan denganpemegang saham mempunyai kepentingan yangberbeda atas laporan keuangan yang dikeluarkanperusahaan tersebut, yang sering disebut dengankonflik kepentingan. Manajemen mempunyai tujuanutama untuk memakmurkan pemegang saham, di sisilain manajemen ingin memaksimalkan kekayaannyasendiri. Konflik terjadi apabila manajemen perusahaantidak bisa memakmurkan pemegang saham, tetapi hanyamemupuk kekayaannya saja. Konflik kepentingan inilahyang mendorong munculnya agency theory. Konflik kepentingan ini akan diatasi oleh manajer perusahaan

    dengan melakukan manajemen laba.

    Manajemen Laba (Earnings Management )

    Manajemen laba adalah campur tangan manajemendalam proses pelaporan keuangan ekstern dengan

    tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri.Manajemen laba ini dapat dilakukan dengan caramenggeser pendapatan masa depan ( future earnings )

    menjadi pendapatan sekarang ( current earnings) danbiaya sekarang ( current cost) menjadi biaya masadepan ( future cost) , sehingga laba yang bersangkutanmenjadi lebih tinggi dari nilai sebenarnya dan tidak mencerminkan nilai fundamental perusahaan yangsebenarnya (Healvy dan Wahlen, 1998). Manajemenlaba sulit untuk menghindari, karena fenomena inihanyalah dampak dari penggunaan dasar akrual ( ac-crual basis ) dalam penyusunan laporan keuangan.Dasar akrual disepakati sebagai dasar penyusunanlaporan keuangan karena dasar akrual memang lebihrasional dan adil dibandingkan dengan dasar kas ( cahbasis ).

    Banyak penelitian membuktikan bahwa padasaat manajer memiliki insentif tertentu, maka seringtergoda untuk mempengaruhi besarnya labaperusahaan dengan cara melakukan rekayasa akrual.Pada dasarnya akrual itu penting untuk menghasilkanlaporan keuangan yang sahih. Sebagian dari akrualyang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan(sebagai bagian dari angka laba) bukan akrual yangmenjadikan laporan keuangan yang sahih tetapi akrualyang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhistakeholders . Oleh karena itu, total accrual dapatdibedakan menjadi akrual yang wajar ( nondiscretionary

    accrual ) dan akrual yang direkayasa manajemen ( dis-cretionary accrual ). Perusahaan yang mempunyaiabnormal accrual merupakan signal bahwaperusahaan tersebut melakukan earnings management .Perusahaan melakukan manajemen laba mempunyaibeberapa alasan, yaitu metode akuntasi memberikanpeluang kepada manajemen untuk mencatat suatu faktatertentu dengan yang berbeda dan melibatkansubyektivitas dalam menyusun estimasi.

    Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan pada review penelitian-penelitian

    terdahulu dan teori-teori di atas, maka hipotesispenelitian ini adalah:1. Terdapat perbedaan variabel yang mempengaruhi

    abnormal accrual secara signifikan antaraperusahaan yang melakukan manajemen laba danperusahaan yang tidak melakukan manajemen laba.

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    33/83

    29

    Jam STIE YKPN -Sri Astuti dan M. Hanad Hainafi Pengaruh Laporan Auditor ......

    2. Perusahaan yang memperoleh opini auditor denganmodifikasi going concern, akan melakukanmanajemen laba pada tahun-tahun berikutnya.

    3. Variabel book value, market value , current asset ,current liabilities , utang jangka panjang, dan tipekantor akuntan publik berpengaruh signifikanterhadap manajemen laba.

    METODA PENELITIAN

    Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahanmanufaktur di Bursa Efek Jakarta mulai tahun 1999sampai 2001. Alasan penggunaan perusahaanmanufaktur adalah model estimasi discretionary ac-crual untuk perusahaan manufaktur berbeda denganperusahaan nonmanufaktur (Naim dan Hartono, 1996)dan tingkat accrual antarindustri berbeda tergantungpada karakteristik industri (Bartov, et. Al., 2000). Metodepemilihan sampel yang digunakan adalah purposivesampling, dengan kriteria sebagai berikut:1. Perusahaan manufaktur yang memperoleh opini

    audit dengan modifikasi going concern.2. Perusahaan tersebut mempunyai abnormal ac-

    crual .

    Data dan Perolehan Data

    Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:1. Laporan Keuangan perusahaan yang terdaftar di

    Bursa Efek Jakarta mulai tahun 1999 sampai dengantahun 2001 yang diperoleh dari Indonesian Capi-tal Market Directory (ICMD).

    2. Laporan auditor seluruh perusahaan yang terdaftardi Bursa Efek Jakarta mulai tahun 1999 sampaidengan tahun 2001 yang diperoleh dari LaporanKeuangan tahunan perusahaan individual denganmendownload dari webside dengan alamathttp:www.jsx.co.id.

    Data penelitian yang digunakan mulai tahun

    1999 sampai tahun 2001, karena sejak tahun 1998 sampaitahun 2002 Indonesia mengalami krisis moneterberkepanjangan. Secara umum, krisis tersebutberdampak terhadap semua sektor industri sehingga

    pada gilirannya berpengaruh juga terhadap kemampuanentitas bisnis dalam menjaga going concern .

    Variabel Penelitian dan Pengukurannya

    Variabel penelitian ini adalah (1) abnormal accrual ,yaitu merupakan residual antara total accrual yangdiestimasikan dengan total accrual sesungguhnya.Adapun pengukuran abnormal accrual menurut Jones(1991) adalah sebagai berikut:

    TAC i,t = a 0 + a 1DSales i,t + PPE i,t + e i,t

    Dimana TAC i,t merupakan selisih antara net incomedengan casf flow from operation perusahaan i padatahun t, D Sales i,t adalah perubahan penjualanperusahaan i pada tahun t, dan PPE i,t adalah aktivatetap bersih perusahaan i pada tahun t. Perusahaanyang memperoleh opini dengan modifikasi going con-cern mengindikasikan adanya permasalahan keuangan.Perusahaan yang mempunyai permasalahan keuangandiukur dengan menggunakan abnormal accrualnegatip, sehingga perusahaan yang mempunyai ab-normal accrual negatip diindikasikan akan melakukanmanajemen laba pada tahun-tahun berikutnya.Sedangkan perusahaan dengan abnormal accrualpositip merupakan perusahaan yang kondisikeuangannya baik, sehingga diasumsikan tidak

    melakukan manajemen laba pada tahun-tahunberikutnya, dan tidak memperoleh modifikasi opini au-ditor going concern . Penelitian ini didasari olehpenelitian Healy (1985) yang menyatakan bahwaperusahaan dengan kinerja rendah akan memperolehopini dengan modifikasi going concern dan accrual nyanegatip. (2) Market Value perusahaan pada tahun t,yang diukur dari nilai kapitalisasi pasar perusahaanpada akhir tahun. (3) Book Value , nilai buku perusahaandiukur dari shareholder equity . (4) Long term debt ,yaitu utang jangka perusahaan pada tahun t. (5) C ur-rent asset , (6) C urrent liabilities, dan (7) Tipe KantorAkuntan Publik, apabila termasuk the big 4 maka diberi

    1, dan jika tidak 0. Tipe Kantor Akuntan Publik dalampenelitian ini menggunakan the big 4 tidak lagi the big5, karena salah satu dari anggota the big 5 (ArthurAndersen) dicabut ijin praktiknya terkait dengan kasusEnron.

  • 8/15/2019 Jurnal JAM No 1 April 2005

    34/83

    30

    Jam STIE YKPN - Sri Astuti dan M. Hanad Hainafi Pengaruh Laporan Auditor ......

    Pengujian Hipotesis

    1. Hipotesis pertama diuji dengan menggunakan

    pengujian nonparametric independent samples .Hipotesis didukung apabila nilai signifikansi daripengujian Mann Whitney U kurang dari 5%.

    2. Hipotesis kedua dan ketiga menggunakan teknik analisis regresi logistik dengan model sebagaiberikut:

    Y = b 0 + b 1X1 + b 2X2 + b 3X3 + b 4X4 + b5X5 + b 6X6 + e

    Dimana Y adalah abnormal accrual, X1: nilaipasar, X2: nilai buku, X3: Long term debt , X4: C urrent asset , X5: C urrent liabilities, X6: Tipe Kantor AkuntanPublik, e: error term .

    a. Hipotesis kedua didukung jika nilai persentasekekuatan mengklasifikasian ke dalam melakukanmanajemen laba lebih dari 50%, dan paling bagus

    apabila mendekati 100%.b. Hipotesis ketiga didukung apabila nilai signifikansi

    t kurang dari 5%.

    ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    Hasil Pemilihan Sampel

    Tabel 1 berikut ini menunjukkan bahwa sampelkeseluruhan yang digunakan dalam penelitian ini terdiridari 84 perusahaan dengan opini going concern , 43perusahaan yang melakukan manajemen laba dan 41perusahaan yang tidak melakukan manajem