Jurnal Irigasi

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/11/2018 Jurnal Irigasi

    1/15

    KAJIAN TUJUH SUBSTANSI PERENCANAAN FANATIKDALAM PENGEM BANGAN IR IGASI D I INDONESIA(STU DY O N SEVEN FAN ATIC AL D ESIG N SU BSTAN CESIN TH E IRR IG ATIO N D EVELO PM EN T IN IN DO NESIA )

    Oleh:Soekrasno, SO}dan Subari")

    AbstractUp to now Indonesia has already developed irrigation more and less 7.4 million Ha,covering more and less 17,500 irrigation service area consist of small and large one. Thosewas developed since Dutch colony era untill reformation periode now. Some irrigation servicearea were designed before rice self sufficiency in the year of 1984, which carried out in a

    hurry to fulfill rice consumption demand. It was observed that some designers trapped inseven fanatical design substances, which were not in their intention. Thoseare: l)Vlughterenergy dissipator, 2)Romijn measuring device, 3)Undersluice fiushing facilities, 4)Sedimenttrap, 5)Masonry lining, 6)Weir Crest Elevation, 7)Stone pitching(batu candi). It is supposethe designers do not comprehend deeply irrigation design kriteria, or maybe though somedesigners understand well about irrigation design principle, because of limited time theyprever to immitate the former designer rather then to analyse on his own. Hopefully theirspirit of professionalism were not sacrificed due to bisnis reasons. Thispaper discusses theimplications of such fenomena that the irrigation will be less eficient and some lead to thefatal catastrophe. Eachdesign substance will be analyse the purpose, problem in the fielciother more eficient alternatives, implications of such design substanse, and finally the mostrecommended action necessary. Those seven fanatical design substances become lessonlearn for irrigation designer in Indonesia, that each design substance should be analyseindividually based on situation and condition in the field. Such effort will produce better andmore efficient irrigation sistem.Keywords: irrigation design method, fanatical design substances, irrigationdevelopment

    I. PENDAHULUAN1. 1. Latar BelakangSampai saat ini dalam menunjangketahanan pangan, Indonesia telahmengembangkan irigasi seluas7.400.000Ha meliputi daerah irigasi kurang lebih17.500 lokasi. Daerah irigasi ini terdiri

    dari irigasi teknis, setengah teknls, dansederhana. Menurut statusnya terdiri dariirlqasl yang dikelola pemerintah,masyarakat tani atau pemerintahandesa, dan swasta. Irigasi tersebutdibangun sejak zaman pendudukanBelanda sampai dengan masa reformasisekarang ini.

    O J W ld ya ls wa ra U ta rn a, P us dik la t, D ep arte rn en P U"] P en eliti M uda, P uslitban g S DA , B ad an litb ang D ept.P UJumallrigasi - Vol.4, No.1, Juni 2009 1

  • 5/11/2018 Jurnal Irigasi

    2/15

    Ahli perencana irigasi telahmenyumbangkan darma baktinyadengan sepenuh kemampuan yangmereka millkl untuk mewujudkanjaringan irigasi tersebut. Pada periodesebelum swa-sembada beras tahun1984, perencana irigasi mengacu padaperencanaan pengalaman sebelumnyadan standar perencanaan irigasi darinegara lain. Hal ini dilakukan karenaKriteria Perencanaan Irigasi (KP) barulahir padatahun 1986.Implikasi dari keadaan r r u wujudperencanaan irigasi lebih diwarnai olehperilaku perencana yang meniruperencanaan irigasi sebelumnya. Apalagipada saat itu pengembangan irigasiharus cepat dllakukan untuk memenuhituntutan keadaan mengejar kecukupanpangan. Sehingga perencanaan serbaterburu-buru dan harus cepat selesai,yang kadang-kadang kajian tekniskurang mendalam dan kurang akurat.Disadari ataupun tidak ternyata terdapat7 (tujuh) substansi perencanaan fanatikdalam perencanaan irigasi. Padabeberapa daerah irigasi substansitersebut kadang-kadang diterapkantanpa alasan yang logis dan rasional,Meskipun upaya-upaya meluruskansesuai krlterla perencanaan irigasi telahdilakukan, namun fenomena ini betjalanterus sampai pada dekade awal setelahkriteria perencanaan irigasi lahlr,Tulisan ini akan mendiskusikan implikasifenomena tersebut, bahwa irigasi akanmenjadi kurang efisien dan kadang-kadang dapat mengakibatkan kerusakanfatal. Setiap substansi perencanaan akandibahas maksudnya, permasalahan dilapangan, alternative lain yang lebi~efisien, implikasi kesalahan substansl,dan langkah-Iangkah yangdirekomendasikan.

    1. 2. Pokok PermasalahanDalam perencanaan irigasi seorangperencana irigasi mestinya akanmelakukan kajian teknis sebelummemilih jerus bangunan maupunsubstansi perencanaan. Kajian tersebutmeliputi syarat-syarat aplikasi, keandalanbangunan, ketersediaan bahan,ketersediaan SDM, kemudahanpengoperasiandan svarat-svarat lainnya.Namun kadang-kadang kajian tersebuttidak dilakukan atau dilakukan tetapidalam kadar yang kurang mendalam,karena keterbatasanwaktu perencanaan,keadaan serba terburu-buru, atau sikapperencana yang suka meniru perencanasebeJumnya.Penulismelakukanpengamatan terhadapproduk perencanaan irigasi sekitar 15tahun sebelum swa-sembada berastahun 1984 dan 10 tahun sesudahnya.Ternyata terdapat 7 (tujuh) substansiperencanaan fanatik yang dipilih danditerapkan perencana irigasi tanpaalasan logis dan rasional. Tujuhsubstansi tersebut adalah:(1) KolamOlakType Vlughter(2) Pembilasbawah (Plat Undersluice)(3) Kolam Kantong Lumpur(4) ElevasiPuncakBendung(5) Alat Ukur Debit Romijn(6) Batu Candi(7) LiningSaluran PasanganBatu KaliYang jadl pokok masalah adalah ?(tujuh) substansi perencanaan fanatiktersebut dllakukan secara berulang dandengan frekuensi yang tinggi tanpaalasan yang mendasar, yang dapatmengakibatkan tidak efisiennyapengembangan lrlqasl, Fenomenamerupakan penyimpangan dalamperencanaan lrlqasl. Hal lnl dianggapsebagai pelajaran berharga ( lessonlearn) bagi perencana irigasi yang harusdiluruskan untuk generasi yang akandatang.

    Jurnallrigasi - Vol.4, No.1, Juni 2009

  • 5/11/2018 Jurnal Irigasi

    3/15

    2

    II. Tinjauan PustakaKriteria Perencanaan Irigasi BagianBangunan Utama tahun 1986 (KP 02)menjelaskan tata cara pemilihan kolamolak pada perencanaan bendung dalamrangka meredam energi, sehingga dasarsungai dihilir bendung terhindar darigerusan loka!. Jenis kolam olak meliputitype USBR dan type radial. Denganalasan tertentu kolam olak tipe Vlughterdinyatakan tidak berlaku lagi.Dalam buku yang sama diuraikantentang penggunaan pembllas bawah didepan pintu pengambilan, yang gunanyauntuk mengendapkan pasir atau lumpursehingga tidak masuk ke dalam saluran.Dijelaskan juga standar penerapanbangunan pembilas bawah ini.Demikian juga halnya dengan tata carapenerapan kantong lumpur diuraikandalam buku ini. Syarat penerapan,kriteria hidraulik, batasan dimensi,konfigurasi bangunan diuraikan secaralengkap.Terkait dengan penentuan elevasipuncak bendung dijelaskan secara jelasdihubungkan dengan elevasi sawah,kehilangan tinggi energi pada setiapbangunan, dan kemiringan saluran.Alat Ukur Debit Romijn dijelaskan dalamKriteria Perencanaan Irigasi BagianBangunan tahun 1986 (KP 04),menyangkut standar penerapan,perhitungan hidraulik, rumus yangdipakat, dimensi alat ukur dan lainsebagainya.Dalam kriteria yang sama bagian saluran(KP 03), dijelaskan tentang liningsaluran: yang menguraikan jenisnya,kelebihan dan kekurangannya, syaratpenerapannya, tebal lining, dan tata carapelaksanaan.

    Jumal Irigasi - Vol. 4, No.1, Juni 2009

    III. Metode PendekatanUntuk melaksanakan kajian ini dilakukandua macam kegiatan, yaitu kajianpustaka yang terutama ditujukan untukmeneJusuritujuh substansi perencanaanirigasi terkait dengan tata carapenetapan, syarat-syarat penerapan,rumus, pertimbangan hidraulik, dimensistandar, bahan yang dipakair konfigurasibangunan dan lain sebagainya.Kegiatan yang kedua dengan melakukanpenelitian hasll perencanaan irigasi danmelakukan pengecekan di lapangan.Sample hasil perencanaan irigasi diambilsecara acak untuk irigasi di seluruhIndonesia yang dibuat sekitar awal tahun1970 sampai dengan sekitar tahun1990.Pengecekandilakukan untuk mengamatipenerapan tujuh substansi perencanaanfanatik tersebut dan kesesuaiannyadengan perencanaannya. Aspek-aspekyang menyangkut tidak efisiennyabangunan, kesulltan pengoperasian,kerusakan bangunan, dan perllakuhidraulik digali dan dikaji denganpengamatan langsung di lapangan danwawancara dengan pegamat, juru, danpenjaga pintu air.IV. ANALISIS DATA4.1. Kajian Teoritis4.1.1. Kolam Olak Type VlughterTeori yang melandasi kolam olak uuadalah untuk menghindari gerusan lokalsebelah hilir bendung perlumendapatkan aliran air yang tenangdimana energinya mendekati no!. Hal inididapatkan dengan menghancurkanenergi air yang jatuh dengan

    3

  • 5/11/2018 Jurnal Irigasi

    4/15

    membangun kolam olak, yang panjangdan kedalamannya ditetapkan denganpenelltlan laboratorium. Berdasarpenyelidikan yang dilakukan Vlughterdidapat rumus dan gambar sepertitertuang dalam gambar 1.

    Gambar 1. Kolam olak menurut Vlughter

    jika 0.5 < _!_ < 2.0het = 2.4 h e + 0.4 z (1 )

    4.1.2. Pembilas bawah(Plat- Undersluice)Pembilas bawah direncana untukmencegah masuknya angkutan sedimendasar dan fraksi paslr yang lebih kasarke dalam pengambilan. Teori hidraulikadan angkutan sedimen menjelaskanbahwa sedimen yang terangkut air akandilepaskan sebagai endapan apabilaterjadi perlambatan aliran air. Fenomenaini terjadi didepan pengambilan dimana

    disini akan terjadi penumpukan sedimenpasir atau lumpur. Namun sedimendalam proses mengendap ini akan

    jika 2.0 < _!_ < 15.0h e

    t=3.0 hc+0.1 z (2)0=0.28 h

  • 5/11/2018 Jurnal Irigasi

    5/15

    Gambar 2. Pembilas bawahJurnallrigasi - Vol.4, No.1, Juni 2009 5

  • 5/11/2018 Jurnal Irigasi

    6/15

    4.1.3. Kolam Kantong LumpurP~mbangunan kantanglumpurdlmaksudkan aqarpasir dan/atau lumpuryang masuk l1'1elewati pengambilandapat ?iendapkan, sehingga air yangmengahr ke saluran irigasi relatif jernihbebas dari paslr dan lumpur. Teori yangmendasari perhitungan dimensi kantong

    lumpur adalah partikel yangmasuk kedala.mkolam.A, dengan kecepatanendappartlkel w dan kecepatan alrvharusrnencapal "dasar C. Ini beraklbat' bahwap~rtikel, selama waktu (H/w) yang. dlperlukan untuk mencapai dasar akanberjalan (berpindah) secara hOrlsontalsepanjang jarak L dalam waktu L/v.

    I"-------.--~----,--

    . . . . s : : : : : :: : : _ _ _

    H

    Gambar 3. Skem a kantong lum pur

    Jadi: H = L dengan V = _2_w v H E

    H = kedalamanaliran saluran, mw = kecepatan endap partikel sediment rn/dtL = panjang kantong Lumpur, m tv = kecepatan aliran air, m/detQ = debit saluran, m3/detB = lebar kantang Lumpur, m

    Ini menghasilkan: LB= g

    Dimana:

    4.1.4. Elevasi Puncak BendungTeori yang melandasi dalam menentukanelevasi puncak Bendung ini adalah mukaair di saluran primer atau saluransekunder.

    wUntuk mengetahui muka air di saluranprimer atau sekunder didasarkan sawahtertinggi yang akan diJayani, sepertigambar dibawah ini.

    Jurnallrigasi - Vol. 4 _ No.1, Juni 2009

  • 5/11/2018 Jurnal Irigasi

    7/15

    6

    soluranPfim.,Q\QU s.kund.,L l h

    boks bagik arter

    Gambar 4. C ara m enentukan tinggi m uka air di saluran prim er atau sekunderP=A+a+b+e+d+e+f+g+Ah+ZDengan:

    muka air di saluran primer atau sekunderelevasi di sawahlapisan air di sawah, = 10 emkehilangan tinggi energi di saluran kuarter ke sawah = 5 emkehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter = 5 em/ bokskehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran Ingasi =kemiringan kali panjang I x L (di saluran tersler, lihat Gambar 4)kehilangan tinggi energi di boks bagi, = 5 c rn /b ok skehilangan tinggi energi di gorong-gorong, = 5 em per bangunankehilangan tinggi energi di bangunan sadapvariasi tinggi muka air, 0,18 h100(kedalaman rencana)kehilangan tinggi energi di bangunan-bangunan tersler yang lain (misaljembatan)

    p =A =a =b =e =d =e =f =9 =Ah =Z =

    4.1.5. Alat Ukur Debit RomijnTeori yang melandasi adalah bahwapintu romijn adalah alat ukur ambang

    lebar yang bisa digerakkan untukmengatur dan mengukur debit didalamjaringan saluran irigasi.

    Q =

    Q = debit air (m3/detik)C d = koefisien debitC V = koefisien kecepatan datang9 = pereepatan gravitasi m/detik'be = lebar meja (m)hl = tinggi energi hulu diatas meja

    (rn)}urnallrigasi - Vol. 4, No. t,}uni 2009

    4l = 0,93+0,10 HJLH1 = ht+vl/2gHl = tinggi energi diatas meja (rn)Vt = keeepatan di hulu alat ukur(m/detik)

    7

  • 5/11/2018 Jurnal Irigasi

    8/15

    Pt pintu bowohalO!J pinluilas

    kfrOOQko Sptngaroh dgduo P-Q!}~n9 8 :

    w baOio.n atasoonwnon

    pintu atas otouP-lntuykvr~~2!!.!

    G am bar 5 . D im ensi A la t Ukur Rom ijn dengan P in tu Baw ah

    4.1.6. Batu CandiSeeara teoritis peluapan pada suatubangunan peluap akan mengikutilengkung hidraulis Rehbock. Bentuklengkung ini akan berubah sesuaidengan debit yang melewati peluap,Idealnya bentuk puncak dan permukaantubuh hilir bendung dibuat berlmpltlengkung Rehbock untuk menghindarierosi dan hisapan akibat tekanannegatip. Permasalahannya debit aliransungai melewati puneak bendung selaluberubah dari waktu ke waktu.

    Kalau misalnya bentuk mercu danpermukaan tubuh hiJir bendung dibuatmengikuti lengkung hidraulis Rehbockberdasar debit Q, maka akan terjadierosi tubuh bendung pada saat debitpeluapan lebih keeil Q. Sebaliknya akanterjadi hisapan akibat tekanan negatippada saat debit peluapan lebih besar Q.Jadi apapun bentuk mercu dan tubuhbendung akan selalu terjadi erosimaupun hisapan akibat fluktuasi debitpeluapan.Dari fenomena itu puncak dan tubuhbendung perlu dilindungi bahan

    Jumal Irigasi - Vol.4, No.1, Juni 2009

  • 5/11/2018 Jurnal Irigasi

    9/15

    8

    bangunan yang kuat terhadap erosi danhisapan. Biasanya dipakai batu candi,beton kualltas tinggi (misal K 275), pelatbaja, atau rei kereta api bekas.4.1.7. Lining Saluran PasanganBatu KaliYang melandasi dari teori ini adalah dariKP. 03 Standar Pereneanaan Irigasi.Minimum ketebalan lining saJuran daripasangan batu adalah 30 em danketebalan untuk beton paling sedikit 8

    em untuk saluran kedlmengalirkan debit6 m3 / detlk, sedangkanuntuk saluran besar.Untuk beton bertulang maksimumketebalannya 7 em, maksimumkeeepatan untuk aliran subkritikaldirekomendasikan sebagai berikut :- Untuk lining pasangan batu = 2 rn/dtk- Untuk lining dari beton = 3 m/dtk

    yang dapatmaksimumtebal 10 em

    Lin ing pa san gan b atu p ada d asa rd an ta lu d s alu ra nL in in g d a ri beton/beton b ertu la ng p ad a d asa rd an ta lu d sa lu ra n

    Gambar6. P oto nga n m elin ta ng salu ran d ari ko nstruks i p asa nga n ba tu d an b eton

    Sedangkanuntuk tinggi jagaan saluran yang dilining sebagai berikut :Debit Timbunan (F) Lining (F1)M3/detik Meter Meter< 0,5 0,40 0,200,5 - < 1,5 0,50 0,201,5 - < 5,0 0,60 0,255,0 -< 10,0 0,75 0,3010,0 - < 15,0 0,85 0,40> 15,0 1 _ L 0 0 050

    Jurna/lrigasi - Vol. 4, No. 1/ Juni 2009 9

  • 5/11/2018 Jurnal Irigasi

    10/15

    4.2. Pengumpulan dataPengumpulan data dilakukan denganmeneJitinotulen rapat asistensi dan hasilperencanaan irigasi yang dipilah sejaksebelum dan sesudah diterbitkannyaSPI-KP 02, KP 03, dan KP 04 tahun1986. Kebenaran data dan informasidicek dengan wawancara langsung kekonsultan perencana irigasi tersebut.Oisamping itu pengumpulan data jugadilakukan langsung di lapangan denganmengunjungi beberapa daerah irigasiuntuk mengecek kebenaran 7 substansiperencanaan fanatik tersebut , danrnenqecek kinerjanya serta lrnpllkaslbagian bangunan yang direncanakan.Aspek yang menyangkut tidak efisiennyasubstansi perencanaan, kesulitanpengoperasian, kerusakan yang timbul,penolakan petani pemanfaat air irigasidiqall dengan wawancara langsungdengan petugas OP dan masyarakatpetani pemakai air.4.3. Analisis4.3.1. Kolam Olak Tipe VlughterMaksud perencana menciptakanbangunan peredam energi agar terhindardari gerusan lokal hilir bendung,sebagian terobsesi untuk memilih tipeV/ughter. Pemilihan ini dllakukan secarafanatik tanpa mempertimbangkansedimen yang terbawa, gambarangeologi dasar sungai hilir bendung, danperilaku hidraulik lainnya. Hal r r umungkin disebabkan oleh selarahkelahiran tipe ini yang sudah lama dansudah luas dipakai di Indonesia sejakzaman Belanda sampai zaman PeJitaIIIdan IV.Implikasi dari pemilihan ini adalahkinerja kolam olak yang kurangproporslonal , Hal ini disebabkan karenarumus V/ughtertidak memasukkanfaktorpengaruh kedalaman air sebelah hilir

    bendung. Oleh karena itu tipe ini kurangdapat memfasilitasi peredaman energiakibat debit peluapan yang selaluberubah. Biasanya koJam olak ini tidakberumur panjang pada sungai yangfluktuasi debit amat menyolok.Karena alasan inilah dalam KriteriaPerencanaan Irigasi (KP 02) kolam olaktipe V/ughter tidak direkomendasikandipakai untuk bendung. Tetapi dalam KP04 tipe ini masih dapat diterima untukbangunan terjun.Oalam perencanaan kolam olakseharusnya perencanamempertimbangkan alternative kolamolak tlpe lainnya. Misal tipe USBRtipe I,II, III,IV, tipe Radial, tipe MOO, MOL,dan MOS.Oisarankan agar perencana tidak lagimemilih kolam olak tipe Vlughter, karenaalasan tersebut diatas. Seharusnyaperencana mengkaji semua aspek terkaitdengan pemilihan kolam olak, yaitu:(1) Sedimendan batuan yang diangkut(2) Keadaan geologi batuan dasarsungai hilir bendung.(3) Besaranangka Froude(4) Tinggi terjunan4.3.2. Pembilas bawah (Plat ~Undersluice)Maksud perencana membuat pembilasbawah, agar kandungan sedimen yangmasuk melewati pengambilan bisadikurangi, sehingga kerja kantonglumpur tidak terlalu berat. Oenganmembuat plat beton dimaksudkantercipta lapisan air dibawah plat yangbanyak mengandung lumpur dan lapisanair sebelah atas plat yang relatip [ernthmasuk ke pintu pengambilan.Yang menjadi masalah adalah perencanatidak mempertimbangkan secaramendalammasalah lain yang merupakan

    Jumsl Irigasi - Vol.4, No.1, Juni 2009

  • 5/11/2018 Jurnal Irigasi

    11/15

    10

    standar aplikasi pembilas bawah. Merekaseeara dibawah sadar menerapkanbegitu saja, seolah-olah pembilas bawahsudah menjadi standar yang harusdilaksanakan. Padahal pereneanamestinya mempertimbangkan alternatiflain yang lebih eoeok sesuai keadaansetempat.Implikasi dari sikap yang fanatik ini padabeberapa bendung sering ditemuipembilas bawah tersumbat olehendapan, dan kadang-kadang endapanberupa boulder besar. Akibatnya pintubilas tidak dapat dibuka. Keadaandemikian kalau dibiarkan terlalu lama,menyebabkan kerja kantong lumpurmenjadi terlalu berat, yang menuntutfrekuensi pembilasan lebih sering. Kalaufrekuensi pembilasan tidak dapatdilakukan karena alasan kekuranganbiaya atau SDM kurang memadai makadapat menyebabkan kantong lumpurpenuh, dan sedimen masuk ke saluranirigasi.Sebenarnya pernbllas : bawah bukanmerupakan keharusan; ada alternatif lainyaitu pembilas biasa tanpa pem~i~~sbawah. Alternatif mana yang diplllhtergantung hasil kajian aspek teknis olehpereneana dalam menerapkanpilihannya.Dalam menentukan pilihan pembilasbawah disarankan mempertimbangkanhal-hal sebagai berikut:(1) Kandungan sedimen; pembilasbawah lebih eoeok kalau kandungansedimen dldominasl oleh lumpur danlempung. Sedangkan kalau banyakmengandung boulder disarankantidak memakai pembilas bawah,karena sering terjadi kelalaian

    boulder masuk ke terowongan dan.menyumbat.(2) Terdapat air berlebih di sunqal

    dibanding dengan kebutuhan airJumallrlgasl- VA/'4, No.1, Juni 2009

    irigasi. Karena penumpukan sedimandibawah terowongan harus dibilaspaling tidak selama 60 menit setiaphari.(3) Memerlukan penjaga pintu bendungyang disiplin untuk menguras

    endapan setiap hart, Kelalaiandalampengurasan, akan mengakibatkansedimen yang menumpuk akanmengeras dan mengakibatkanpenyumbatan.4.3.3. Kolam Kantong LumpurPembuatan kantong lumpurdimaksudkan untuk menangkap sedimenyang diameternya lebih besar 0,074 ~~(sedang diusulkan revisinya rnenjadi0088 mm) mengendap pada bangunani~i, sedang sedimen yang lebih keeilmasuk ke saluran irigasi. Denganmembuat gaya seret dalam saluran yangsama atau sedikit membesar diharapkansedimen tidak mengendap di salurantetapi masuk ke sawah petani.Penulis menjumpai bahwa banyakpereneana irigasi tanpa pertimbanganyang mendalam langsung menerapkan.kantong lumpur pada bendung yangdireneanakan. Padahal ada beberapadaerah Ingasi yang kandunganlumpurnya sedikit dan air sungaikelihatan jernih.Akibatnya kantong lumpur yangdibangun dengan biaya mahal tidakberfungsi karena memang tidak adakandungan sedimen yang berarti masukke pengambilan.Implikasi dari kelalaian ini biayapembangunan irigasi jadi terlalu mahaluntuk membangun kantong lumpur yangkurang berati manfaatnya.Sebagai alternatif tentu kalaukandungan sedimen di sungai sedikittldak perlu membangun kantong lumpur.Biarkan sedimen tersebut masuk ke

    11

  • 5/11/2018 Jurnal Irigasi

    12/15

    pengambilan terus sebagian mengendapdi saluran dan sebagian mengendap disawah petani. Kalau kandungansedimen yang mengendap di salurancukup besar, maka sebaiknya dibangunbangunan pengeluar sedimen (sedimentexc/udef) pada beberapa tempatpersilangan sungai atau lembah yangmemungkinkan membuang sedimen.Disarankan sebelum menentukanpembuatan kolam kantong lumpur harapdipertimbangkan hal sebagai berikut:(1) Dilakukan kajian terhadapkandungan sedimen di sungai baikpada musim hujan atau kemarauuntuk mengetahui kandungannya,pembagian butirnya, distribusisedimen sesuai kedalaman airnya,f1uktuasi kandungan sedimen terkaitdengan debit air.(2) Menghitung akumulasi sedimenselama setahun yang lewatpengambilan. Jika jumlah sedimen

    lebih kecil dari 5 % dari jumlahseluruh volume ruang hidrauliksaluran irigasi, maka sebaiknya tidakperlu membuat kantong lumpur(periksa KP02, tahun 1986).(3) Analisa akumulasi sedimen harusdilakukan berdasar sampel sedimenyang diambil. Kalau waktu, tenaga,dana biaya tidak ada untukmelakukan analisa, bisa dianggapkandungan sedimen rata-ratasepanjang tahun D,S permil darivolume air yang masukpengambilan.4.3.4. Elevasi Puncak BendungSelama ini menghitung elevasi puncakbendung berdasarkan sawah tertinggi,sehingga semua daerah layanan terairi.Dengan berpedoman sawah tertinggiselalu dijadikan referensi maka dapattidak efisien (biaya mahal dan bendungterlalu tinggi). Padahal biasanya sawah

    tertinggi luasnya tidak begitu luas,sehingga tidak imbang antara tinggibendung dengan areal tersebut. Untukitu diperlukan kajian hubungan elevasipuncak bendung dan luas sawah yangakan terlayani dan juga kajian keperluantinggi bendung pembilasan.4.3.5. Alat Ukur Debit RomijnDengan tidak terjaminnya air maka airtidak dapat melewati atas meja,sehingga sering dijebol, dan air lewatbawah. Begitu juga orang denganisengnya menaiki meja Romijin yangmenyebabkan meja sudah tidak normallagi, untuk mengukur tidak akurat,bahkan rawan pencurian pintu tersebut.Konsekwensinya alat ukur rusak tidakberfungsi ataupun tetap berfungsinamun tidak akurat.Untuk itu diperlukan alternatif alat ukuryaitu alat ukur Parshall Flume yangdiperlukan presisi tinggi atau alat ukurCut Throut flame namun diperlukanaliran yang sempurna.4.3.6. Batu CandiIde perencana memakai batu candiadalah untuk mendapatkan lapisanpelindung puncak dan permukaan tubuhbendung hilir agar aman terhadapgerusan atau hisapan akibat tekanannegatip. Namun keputusan pemakaianbatu candi kadang-kadang diambil begitusaja secara serta merta tanpapertimbangan mendalam. Keputusan inimungkin disebabkan pengalamanpemakaian batu candi yang berhasilsebagai pelindung bendung yang sudahberjalan cukup lama.Permasalahan lapangan kadang-kadangditemukan bahwa ternyata di lokasitempat bendung dibangun tidakditemukan batu candi. Batu candi adalahjenis batuan keluarga andesit yang kerasdan tahan abrasi. Sehingga untuk

  • 5/11/2018 Jurnal Irigasi

    13/15

    mendapatkannya harus mendatangkandari tempat jauh yang biayanya terlalumahal.Selain dari pada itu rnasalah tukangpembuat batu candi yang kadang-kadang tidak didapatkan. Pembuatanbatu candi memerlukan tukang khusussehingga bentuk batu harus dapatditanam pada permukaan tubuhbendung. Dalam keadaan seperti jugaharus mendatangkan tukang dari jauhyang terbiasa mernbua t batu candi.Implikasi dari keadaan ini sering batucandi dipaksakan, sehingga dipakai batulakal yang kualitas kurang memadaiserta dikerjakan aleh tenaga lokal yangkurang ahli. Akibatnya didapatkanlapisan pelindung yang kurang kuat,dimana batunya kurang tahan terhadapgerusan atau batunya tertanam kurangkuat. Sehingga dalam waktu yang tidaklama batu candi rusak dan bahkantercerabut dari tubuh bendung. Untukmengembalikan fungsinya harusdilakukan rehabilitasi.Sebenarnya ada alternatif lapisanpelindung lainnya, yaitu: lapisan betanyang tahan abrasi, lapisan pelat baja,atau pelindung rei bekas kereta api.Lapisan betan yang biasanya dipakaiK-275 memberikan kinerja yang balk,hanya memerlukan pengawasanpelaksanaan yang cermat sejakpencampuran, pengecoran,pemeliharaansampai dengan kualitas akhir yaitukekuatan kubus beton. Pelat baja dapatdlbell dari pabrik sehingga bisadidapatkan permukaan yang homogendan merupakan pelindung yang baik,tetapi permukaan yang licin tidakmempunyai urunan dalam mengurangienergi air yang terjun. Rei bekas keretaapi yang diangker kedaJam tubuhbendung merupakan pelindung yangkuat, namun kadang-kadang pemukaanbetan antara rei akan membentuk alurJurnallrigasi - Vol.4, No.1, Juni 2009

    yang rawan terhadap abrasi. Keberadaanrei bekas juga terbatas pada daerahyang mempunyai jalur kereta apl ,Dalam pemilihan lapisan pelindungdisarankan dilakukan kajian sebagaiberikut:(1) Pertimbangkan keberadaan materialdarl segi kualitas maupun kuantitas.(2) Tinjau keberadaan SDM yang akanmengerjakannya(3) Pertimbangkan perlunya kantribusilapisan permukaan dalammenghancurkan energi air yangjatuh.(4) Pertimbangkan kemungkinan

    terkikisnya bahan lapisan pelindung.

    4.3.7. Lining Saluran PasanganBatu Kali

    Konstruksi lining saluran selama inimenggunakan pasangan batu ,betonatau beton bertulang untuk melindungipermukaan tebing atau talud denganberbagai tujuan, namun terlalu mahalapabila tidak sesuai dengan kondisilapangan.Selama ini lining untuk salurandirencanakan menggunakan Q100ditambah tinggi jagaan,namunkenyataan dilapangan terlalu besar(over design), karena Q100 hanya lewatpada waktu pengalahan lahan, tidakseterusnya, sehingga menyebabkanprayek tidak layak.Untuk itu sebaiknya digunakan daritanah dengan kepadetan maupunkerapatan yang memenuhi syarat, danbisa memakai lining dar! betan bertulangdengan tulangan praktis minimumdengan ketebalan 7 em.

    13

  • 5/11/2018 Jurnal Irigasi

    14/15

    v. KESIMPULAN DAN SARANS. 1. KesimpulanOari kajian tersebut dapat diambilkesimpulan sebagai berikut:(1) Kolamolak tipe Vlughter sudah tidakdapat diterapkan untuk perencanaanbendung dl Indonesia.(2) Perencanaanpembilas bawah bukansuatu keharusan dalam perencanaanbendung.(3) Tidak semua bendung harusdilengkapi dengan kantong lumpur(4) Menentukan elevasi mercu Bendung(tinggi bendung) tidak selaluberpedoman elevasisawah tertingi.(5) Alat ukur pintu Romijin belum tentucoeok untuk semua tempat (Iokasi).(6) Perlunya pelurusan terhadappersepsi pereneana irigasi bahwabatu candi bukan satu-satunyabahan pelindung permukaan mereudan tubuh bendung.(7) Tidak semua saluran harus dilining.5.2. Saran(1) Dalam merencanakan kolam olakharap memilih beberapa alternatif,yaitu USBR,MOO,MDL,MDS,doublejump, atau tipe radial. Pada saatmemilih disarankan untukmempertimbangkan sedimen yangada, angka Froude, geologi batuandasar sungai hilir bendung, dantinggi terjunan.(2) Dalam perencanaan bangunan bilasharap mempertimbangkan jugabangunan bllas tanpa plat beton.Aspek yang mempengaruhi adalahdominasi sedimen sungai,ketersediaan air di sungai, dan

    kedisiplinan penjaga bendung(3) Dalam penentuan kantong lumpurdisarankan melakukan kajian

    sedimen sungai, terkait masalahkandungan sedimen, pembagianbutir sedimen, distribusi sedimensesuai kedalaman air, dan fluktuasikandungan sedimen. Disarankanpembuatan kantong lumpurdllakukan jika akumulasi kandungansediman yang masuk pengambilanlebih 5% dari seluruh volume ruanghidraulis saluran irigasi.(4) Dalam menentukan elevasi mercubendung perlu dilakukan kajianbeaya antara pembuatan tinggibendung (elevasi bendung ) dan luas

    layanan.(5) Dalam menentukan alat ukur apayang tepat untuk diaplikasikan,diperlukan kajian lebih dahulutentang alat ukur tersebutrnenqenal: ketelitian, kekokohan,kemudahan untuk dioperasikan,dfterima oleh petani dan terjaminnyasumber air.(6) Perlunya mempertimbangkanalternatif pilihan untuk batu candiyang lain, yaitu beton, plat baja,atau rei bekas. Dalam menentukanpemilihan disarankan untuk mengkajiaspek ketersediaan bahan, SDMyang ada, yang dapat memberikontribusi dalam memecah energi airyang terjun, keawetan bangunan.(7) Untuk memilih lining saluran harus

    selektif perlu dilakukan kajianterlebih dahulu misalnya; melewatidaerah yang porous, pada tikungantajam, lewat daerah pemukiman,pada tanah yang mempunyaikemiringan besar, karenapembebasan tanah yang mahal, danterjadi longsoran permukaan.begitujuga dalam menentukan jenis liningyang akan digunakan perlu dilakukansurvai material setempat, bila takada batu bisa menggunakan beton.

  • 5/11/2018 Jurnal Irigasi

    15/15

    Jurna/lrigasi - Vol 4 ; No.1, Juni 2009

    DAFTAR PUSTAKADepartemen Pekerjaan Umum. 2004,Undang-Undang Republik IndonesiaNo. 7/2004 tentang Sumber daya

    Air. Departemen Pekerjaan Umum,Jakarta.Departemen Pekerjaan Umum. 2006,Peraturan Pemerintah No. 20/2006,tentang Irigasi, DepartemenPekerjaanUmum, Jakarta.Departemen Pekerjaan Umum. 2007,PedomanOperasi dan Pemeliharaan

    Jurnalldgasi - Vol 4 _ No.1, Juni 2009

    Jaringan Irigasi, Peraturan MenteriPekerjaan Umum No.32/PRT/MI2007. DepartemenPekerjaanUmum, Jakarta.Departemen Pekerjaan Umum. 1986,Standar Perencanaan lrigasi KP 01

    s/d KP 07, Direktorat JenderalPengairan, Departemen PekerjaanUmum, Jakarta.Henderson, F.M. 1966, Open channelflow, MacMillan, New York.

    1 5