Upload
tasia-deastuti
View
161
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jurnal
Citation preview
JOURNAL READING
Giant Hydronephrosis: Case Report and Review of Literature
Disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Radiologi di RSUD RAA SOEWONDO PATI
Disusun Oleh :
Erwin Bramantya Asnan 01.208.5648Tasia Deastuti 01.209.6031
Pembibing :
dr. Rohmat Widiatma, Sp.Rad
BAGIAN ILMU RADIOLOGI
RSUD RAA SOEWONDO PATI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
HIDRONEFROSIS RAKSASA:
LAPORAN KASUS DAN KAJIAN LITERATUR
ABSTRAK
Hidronefrosis raksasa adalah sesuatu yang jarang dan harus diperhatikan dalam diagnosis banding dari
masa kistik besar intraabndominal. Ginjal yang hidronefrosis biasanya menampung 1-2 liter cairan dalam
system pengumpulan. Kami melaporkan kasus seorang laki-laki usia 24 tahun dengan hidronefrosis ginjal
kiri dimana dengan tindakan bedah telah diambil cairan sebanyak 14 liter. Pada laporan kasus ini,
pentingnya tomografi terkomputerisasi dalam mendiagnosis dan mendiagnosis banding hidronefrosis
raksasa dengan masa kistik lain sangat ditekankan. Kesimpulan. Hidronefrosis raksasa harus dimasukkan
dalam diagnosis banding masa kistik intraabdominal. CT dan MR harus menjadi metode pilihan.
Kata kunci: hidronefrosis, computed tomography
PENDAHULUAN
Hidronefrosis raksasa (GH) dideskripsikan oleh Sterling pada tahun 1939 sebagai pengumpulan urin lebih
dari 1 liter pada system pengumpulan ginjal. Hal ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan (2,4:1) dan lebih sering mengenai ginjal kiri daripada kanan (1,8:1). GH biasanya timbul
secara sekunder karena obstruksi pada ureteropelvico junction. Penyebab lainnya adalah penyakit batu,
trauma, renal ektopik, dan obstruksi ureteropelvico junction. Kebanyakan pasien asimtomatis karena GH
berkembang secara bertahap dalam waktu yang lama tapi biasanya menimbulkan pembesaran abdominal.
Gejala yang timbul dikarenakan kompresi terhadap organ-organ sekitar. biasanya tanda penyakit yang
pertama muncul adalah : obstipasi, disuria, obstruktif jaundice. Komplikasi yang mungkin adalah :
hipertensi, gagal ginjal, perubahan maligna, dan ruptur ginjal.
LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki, usia 24 tahun dating ke Departemen Penyakit Dalam karena distensi abdomen,
nyeri abdomen, opstipasi, dan disuria sejak 2 bulan terakhir. Abdomen dirasakan tegang hingga setinggi
dada pasien dengan teraba massa di hemiabdomen kiri. Ditemukan 10-15 leukosit dan bakteri di dalam
urin dan peningkatan sedang dari sedimen urin, hasil tes laboratorium lain, termasuk ureum dan kadar
urea darah dalam batas normal. Ultrasonografi abdomen menunjukkan massa kistik raksasa pada
1
retroperitoneum kiri. 7 liter cairan jernih diaspirasi dari massa kistik dipandu dengan ultrasonografi.
Massa kistik tersebut secara kontinyu diaspirasi dalam bulan. Setiap hari, hingga 2 liter cairan diaspirasi.
Pasien keluar dari rumah sakit dengan diagnosis Cysta per magna abdominis congenita dan Agenesio
Renis l. sinistri. Tujuh hari setelah pelepasan kateter drainase, pasien dating kembali ke rumah sakit
dengan keluhan yang sama. Dilakukan Tomografi terkomputerisasi (CT) urgen pada abdomen dengan
pemindai multidetektor 6 baris (MDCT Simens Emotion). Rekonstruksi CT scans dengan sagittal dan
koronal mengungkapkan area hipodens besar dengan densitas cairan, 350x250x200 mm dengan
penyangatan perifer yang signifikan yang menempati seluruh hemiabdomen kiri dari diafragma hingga
pelvis. Penilaian CT menunjukkan pembesaran ekstrim hidronefrosis ginjal kiri dengan dilatasi system
pengumpulan yang besar dan mungkin tereduksi, parenkim yang tak dapat diukur, walaupun didapatkan
beberapa tanda sekresi. Ginjal yang hidronefrosis menggeser letak usus danpankreas ke kanan dengan
kompresi pada struktur abdominal besar dan vaskuler ginjal kanan. Ureter ginjal tidak dilatasi. Pada
gambaran koronal CT bagian kaudal pelvis renalis, tampak gambaran struktur yang menunjukkan
ureteropelvico junction dengan insersi ureter yang tinggi. Setelah evakuasi urin sebagian, dilakukan
nefrektomi kiri darurat. Didapatkan 14 liter urin dari ginjal kiri yang hidronefrosis, pada pengukuran
didapatkan ginjal berdimensi 240x170x150 mm. ginjal tersebut melekat pada organ sekitar. Tinggi hilum
ginjal sesuai dengan insersi ureter yang tinggi. Pemeriksaaan histopatologik menunjukkan hidronefrosis
ginjal iri dengan perubahan pyelonefritis kronik dan mikroabses. Tidak ditemukan bukti pertumbuhan
maligna. Diameter pelvis renalis 200 mm. Pada ureter tidak ditemukan melebar atau stenosis
padaureteropelvico junction. Pemeriksaan histopatologik menunjukkan uretritis.
PEMBAHASAN
Hidronefrosis raksasa jarang ditemukan pada orang dewasa. Pada literature, lebih dari 500 kasus GH telah
dipublikasikan, dan pada 6 kasus telah terbukti adanya keganasan. Sebuah ginjal yang hidronefrosis
biasanya menampung tidak leih dari 1-2 liter cairan. Chiang dkk melaporkan 4 kasus GH menampung
1900 ml, 3400 ml, 2100 ml, dan 3200 ml. urgut dkk, pada tahun 2007 melaporkan kasus dengan 5000 ml
cairan dalam system pengumpulan. Schrader dkk melaporkan GH dengan berat ginjal lebih dari 25 kg.
Yilmas dkk melaporkan hidronefrosis pada anak laki-laki 12 tahun dengan 13,5 liter cairan pada system
pengumpulan. Dan pada kasus kami adalah ginjal hidronefrosis yang mengandung 14 liter urin, dimana
sebelumnya jumlah yang terbesar adlaha yang dilaporkan oleh Schrader dkk. Penyebab umum pada UPJ
yang biasanya menginduksi GH adalah insersi yang tinggi dari ureter dan bukan stenosis kongential. Pada
kasus kami, ureter yang tidak dilatasi mengindikasiskan obstruksi UPJ. Beberapa gambaran koronal
multiplanar CT dan penemuan bedah membuktikan insersi yang tinggi dari ureter sedangkan penemuan
2
histopatologik mengeliminasi penyempitan UPJ sebagai alas an yang mungkin dari GH. Metode
radiologic pada diagnostic GH adalah ultrasonografi tapi pada banyak kasus diagnosis banding antara GH
dan formasi kistik lainnya sulit ditentukan. Daftar diagnosis banding banyak, diantaranya termasuk :
kista ovarium, hematom retroperitoneal. Kista hepatobilier, kista mesenteric dan hepatobilier,
pseudomyxoma, tumor renal, tumor retroperitoneal, asites, dan splenomegali. Pada banyak kasus, CT dan
MR adalah metode pilihan dalam mendiagnosis banding GH dengan masa kistik intraabdominal lain.
Bahkan jika penyangatan kontras tidak tampak karena atrofi parenkim ginjal, Gh harus dimasukkan
dalam diagnosis banding massa kistik intraabdominal.
KESIMPULAN
GH harus dimasukkan dalam diagnosis banding massa kistik intraabdominal besar, CT dan MR
seharusnya menjadi metode pilihan
3