12
ANALISIS FINANCIAL LITERACY MAHASISWA DI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MALANG Yogi Dwi Satrio ABSTRACT Financial literacy can be defined as a financial knowledge with the aim of achieving prosperity. To explore and find out how much the level of financial literacy benchmarks, we can use the management and use knowledge of money wisely. The research was conducted among colleger of economic faculties have in fact learning about financial management and good economic behavior. This study uses qualitative research methods with phenomenological approach. Where the researchers conducted a pilot study before drawing on the principal issue in tune with the thinking field. confirmed by direct interviews to a number of respondents who selected the qualifying financial circumstances. The results of this study discover that most colleger of the Faculty of economics has a pattern of economic behavior is good enough, half of them have a Financial Literacy is quite comprehensive, covering the value of a good knowledge and priorities in his life: Budgeting, saving and how to manage money. Kata Kunci: Financial Literacy, Pendidikan Ekonomi I. PENDAHULUAN Financial literacy atau lebih dikenal dengan pengetahuan dalam pengaturan keuangan adalah salah satu perilaku ekonomi yang berkembang di masyarakat dengan sadar ataupun tidak sadar telah dijalani selama bertahun-tahun. Financial literacy merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang agar terhindar dari masalah keuangan. Financial literacy dapat diartikan sebagai pengetahuan keuangan dengan tujuan mencapai kesejahteraan (Lusardi & Mitchell 2007). Berdasarkan pengertian yang mendasari Australian Securities & Investments Commission (report, 229, March 2011) memahami financial literacy yang juga merupakan pengertian internasional adalah The definition originally developed in the United Kingdom and appearing in the Australian ANZ national adult financial literacy surveys (ANZ surveys) of 2003, 2005 and 2008.6 The definition was also recently adopted by New Zealand: “The ability to make informed judgements and to take effective decisions regarding the use and management of money”. Bukti empiris, Lusardi dan Mitchell (2006, 2008, 2009) menemukan bahwa terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam membuat keputusan Click to buy NOW! P D F - X C h a n g e w w w . d o c u - t r a c k . c o m Click to buy NOW! P D F - X C h a n g e w w w . d o c u - t r a c k . c o m

Jurnal Financial Literacy Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal Financial Literacy Mahasiswa Fakultas Ekonomi

ANALISIS FINANCIAL LITERACY MAHASISWA DI FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS NEGERI MALANG

Yogi Dwi Satrio

ABSTRACT

Financial literacy can be defined as a financial knowledge with the aim ofachieving prosperity. To explore and find out how much the level of financialliteracy benchmarks, we can use the management and use knowledge of moneywisely. The research was conducted among colleger of economic faculties havein fact learning about financial management and good economic behavior. Thisstudy uses qualitative research methods with phenomenological approach.Where the researchers conducted a pilot study before drawing on the principalissue in tune with the thinking field. confirmed by direct interviews to anumber of respondents who selected the qualifying financial circumstances.The results of this study discover that most colleger of the Faculty ofeconomics has a pattern of economic behavior is good enough, half of themhave a Financial Literacy is quite comprehensive, covering the value of a goodknowledge and priorities in his life: Budgeting, saving and how to managemoney.

Kata Kunci: Financial Literacy, Pendidikan Ekonomi

I. PENDAHULUAN

Financial literacy atau lebih dikenal

dengan pengetahuan dalam pengaturan

keuangan adalah salah satu perilaku

ekonomi yang berkembang di masyarakat

dengan sadar ataupun tidak sadar telah

dijalani selama bertahun-tahun. Financial

literacy merupakan kebutuhan dasar bagi

setiap orang agar terhindar dari masalah

keuangan.

Financial literacy dapat diartikan

sebagai pengetahuan keuangan dengan

tujuan mencapai kesejahteraan (Lusardi &

Mitchell 2007). Berdasarkan pengertian

yang mendasari Australian Securities &

Investments Commission (report, 229, March

2011) memahami financial literacy yang

juga merupakan pengertian internasional

adalah

The definition originally developed in theUnited Kingdom and appearing in theAustralian ANZ national adult financialliteracy surveys (ANZ surveys) of 2003,2005 and 2008.6 The definition was alsorecently adopted by New Zealand:“The ability to make informed judgementsand to take effective decisions regardingthe use and management of money”.

Bukti empiris, Lusardi dan Mitchell

(2006, 2008, 2009) menemukan bahwa

terdapat perbedaan antara laki-laki dan

perempuan dalam membuat keputusan

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

www.docu-track.com Clic

k to buy N

OW!PDF-XChange

www.docu-track.com

Page 2: Jurnal Financial Literacy Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio

1

keuangan, dan laki-laki lebih baik karena

memiliki pengetahuan keuangan yang lebih

tinggi. Di lain tempat, Ibrahim, Harun dan

Isa (2009) menemukan bahwa mayoritas

mahasiswa di Malaysia memiliki

pengetahuan keuangan (financial literacy)

yang kurang tinggi, dan hal ini dapat

menyebabkan tidak terarah dengan tepat

pada saat membuat keputusan keuangan

setiap hari.

Orton (2007) memperjelas dengan

menyatakan bahwa literasi keuangan

menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam

kehidupan seseorang karena literasi

keuangan merupakan alat yang berguna

untuk membuat keputusan keuangan yang

terinformasi, namun dari pengalaman-

pengalaman di berbagai negara masih

menunjukkan relatif kurang tinggi. Byrne

(2007) juga menemukan bahwa

pengetahuan keuangan yang rendah akan

menyebabkan pembuatan rencana

keuangan yang salah, dan menyebabkan

bias dalam pencapaian kesejahteraan di saat

usia tidak produktif lagi.

Kesulitan keuangan bukan hanya

kurangnya dari pendapatan semata,

kesulitan keuangan juga dapat muncul jika

terjadi kesalahan dalam pengelolaan

keuangan (miss-management) seperti

kesalahan penggunaan kredit, dan tidak

adanya perencanaan keuangan.

Keterbatasan finansial dapat menyebabkan

stress, dan rendahnya kepercayaan diri.

Memiliki financial literacy, merupakan hal

vital untuk mendapatkan kehidupan yang

sejahtera, dan berkualitas. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa financial literacy

bersama-sama dengan lingkungan tempat

tinggal, kemampuan membaca keadaan

ekonomi merupakan kunci untuk menjadi

konsumen yang cerdas.

Baik orang kaya atau miskin, pandai

atau bodoh, tua atau muda, semua memiliki

persamaan kalau sudah sampai pada urusan

uang. Kita semua menggunakan uang.

Jumlah uang yang dimiliki dan bagaimana

cara kita menggunakan uang memang

berbeda satu sama lain. Namun, yang pasti

di dunia ini kita semua memerlukan uang.

Kegiatan mengelola keuangan untuk

pemenuhan kebutuhan konsumsi sehari-

hari hingga hingga proses persiapan jangka

panjang dalam bentuk tabungan juga

merupakan bagian dari financial literacy.

Fenomena yang ada dalam

masyarakat yang ada sekarang adalah Pola

hidup konsumtif yang tidak proposional,

yang tidak sesuai dengan kemampuan

pendapatan dan kondisi keuangan yang

akhirnya akan menyebabkan kegagalan

finansial. Seperti, kredit macet yang

bersumber dari kartu kredit menunjukkan

peningkatan, sebagaimana yang tercermin

dari NPL (Non Performing Loan ) kartu

kredit tahun 2007 sebesar 11, 85% yang

meningkat dibandingkan dengan tahun

sebelumnya sebesar 8,96%. Fenomena

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

www.docu-track.com Clic

k to buy N

OW!PDF-XChange

www.docu-track.com

Page 3: Jurnal Financial Literacy Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio

2

tingginya angka kredit macet ini

menunjukkan indikasi rendahnya financial

literacy sebagian masyarakat kita,

sebagaimana yang dinyatakan pada cetak

biru edukasi masyarakat di bidang

perbankan (2007) bahwa, “ baseline survey

tingkat literacy dan pemahaman

masyarakat terhadap produk keuangan dan

perbankan tahun 2006 memberikan

kesimpulan bahwa edukasi kepada

masyarakat di bidang keuangan dan

perbankan sangat diperlukan”.

Fenomena yang ada dikalangan

mahasiswa dilingkungan fakultas ekonomi,

terutama mahasiswa yang mengatur

kebutuhan konsumsinya secara mandiri,

dari hasil pendapatan dari orang tua

maupun mandiri, mereka menjalani

berbagai kegiatan ekonomi yang tidak

proporsional.

Kecenderungan ini terlihat dari tidak

adanya pembentukan skala prioritas atas

kegiatan ekonominya, seperti, pola

konsumsinya yang kurang terprogram dan

tidak ada pertimbangan konsumsi, dan

pertimbangan akan kebutuhan lain-lainnya.

Terkadang pula, dalam pemenuhan

hasratnya akan suatu barang, mereka

cenderung untuk mengurangi alokasi atas

kebutuhan pokok mereka. Selain itu,

keadaan lingkungan pertemanan didukung

dengan banyaknya fasilitas-fasilitas hiburan

dan wisata kuliner yang menggiurkan

sedikit banyak memberi dampak terhadap

pengaturan keuangan dan pola konsumsi

mahasiswa pada umumnya.

Rasa sungkan, dan persaingan dalam

pertemanan terkadang juga membuat pola

konsumsi yang tidak rasional dan di

akhirnya akan mempengaruhi keadaan

finansial sendiri. Pertanggung jawaban

finansial kepada orang tua yang tidak

terpenuhi, disinyalir pula dapat

menyebabkan keterlambatan anak dalam

memahami apa pentingnya pengaturan

keuangan sendiri.

Pendidikan finansial tidak hanya

mampu membuat Anda menggunakan uang

dengan bijak, namun juga dapat memberi

manfaat pada ekonomi. Jadi, konsumen

yang memiliki financial litearcy bagus

akan mampu menggunakan uang sesuai

dengan apa yang mereka butuhkan,

sehingga ini akan mendorong para

produsen untuk membuat produk atau jasa

yang lebih sesuai dengan kebutuhan

konsumen dan mendorong konsumen untuk

membelanjakan uangnya sesuai dengan

kebutuhan mereka secara rasional.

Sebuah penelitian di Australia pernah

mengungkapkan bahwa peningkatan

pendidikan finansial pada 10% populasi

akan berpotensi meningkatkan ekonomi

Australia sebesar 6 miliar dollar Australia

per tahun dengan cara membuka 16.000

lapangan kerja baru. Itu semua bisa terjadi

karena orang sudah semakin sadar akan

pentingnya mengatur keuangan dan

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

www.docu-track.com Clic

k to buy N

OW!PDF-XChange

www.docu-track.com

Page 4: Jurnal Financial Literacy Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio

3

bagaimana memanfaatkannya untuk masa

depan. Karena itulah, seharusnya anak-anak

sekolah sudah dibekali dengan pendidikan

finansial, agar nantinya mereka bisa punya

kontrol atas uang yang mereka miliki.

Karakteristik belajar ini menurut

Bernard ( 1971), tidak timbul dengan tiba-

tiba/spontan, melainkan timbul sebagai

akibat dari proses partisipasi, pengalaman,

kebiasaan diri waktu belajar dan bekerja,

dan sikap-sikap lainnya. Secara individual,

motivasi dianggap sebagai suatu yang

berhubungan dengan adanya kebutuhan

insani. Maksudnya adalah seseorang

termotivasi untuk mengatur keuangan kalau

hasil aktifitasnya itu memenuhi

kebutuhannya. Kriteria pemuas kebutuhan

sendiri dijelaskan oleh Maslow (dalam

Elliot; et. al, 1996: 334-335; Maslow,

1997) yang dirumuskan sebagai berikut : 1)

self actualization 2) self esteem, 3) love and

belonging, 4) safety, 5) physiological

needs.

II METODE

A. JENIS DAN SUMBER DATA

Penelitian ini menggunakan

penelitian kualitatif dengan pendeketan

fenomenologi. Pendekatan kualitatif dalam

penelitian ini lebih bersifat natural,

deskriptif, dan induktif. Natural bermakna

bahwa latar penelitian merupakan sumber

data langsung yang alami, sehingga peneliti

harus mampu masuk secara langsung ke

latar penelitian yaitu mahasiswa di Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Malang.

Sifat deskriptif dapat diartikan bahwa

data yang dikumpulkan berupa kata-kata

dan gambar-gambar, sehingga untuk

memberikan dukungan terhadap uraian

yang disajikan dalam laporan penelitian,

diungkapkan kutipan-kutipan dari data

sebagai hasil pengungkapan responden.

Pencarian data dalam penelitian ini

bukan untuk membuktikan atau menolak

hipotesis, melainkan membuat abstraksi

ketika fakta-fakta khusus telah terkumpul

dan dikelompokkan bersama-sama, yang

bermakna bahwa analisis dalam penelitian

ini bersifat induktif.

Lokasi penelitian ini adalah Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Malang

sebagai lembaga penyelenggara pendidikan

tinggi bidang ekonomi. Sumber data dalam

penelitian ini tidak ditentukan jumlahnya

melainkan berdasar pada snowball

sampling. Subjek penelitian adalah

mahasiswa yang terdaftar pada fakultas

ekonomi di jurusan masing-masing dengan

alasan bahwa, mahasiswa fakultas ekonomi

telah mempelajari segala aspek ekonomi

termasuk didalamnya materi tentang

ekonomi secara mendalam, akuntansi

pengantar, dan pengantar manajemen yang

diharapkan lebih dapat mengkombinasikan

antara teori dengan praktek dalam

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

www.docu-track.com Clic

k to buy N

OW!PDF-XChange

www.docu-track.com

Page 5: Jurnal Financial Literacy Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio

4

kehidupan keseharian, khususnya dalam

pengaturan keuangan pribadinya.

B. ANALISIS DATAAnalisis data pada penelitian

kualitatif pada dasarnya telah dimulai pada

saat peneliti memasuki latar penelitian

bahkan ketika studi pendahuluan dilakukan,

tetapi secara umum dimulai ketika

menelaah data tersedia. Data yang

diperoleh dari wawancara dan pengamatan,

dapat berupa catatan, transkrip rekaman

wawancara, dokumen resmi dan dokumen

pribadi, yang selanjutnya dipelajari dan

ditelaah.

Langkah berikutnya mengadakan

reduksi data yang dilakukan dengan cara

membuat abstraksi yang berisi rangkuman

inti, proses, dan pernyataan-pernyataan

yang perlu dijaga agar tetap berada dalam

konteks penelitian. Berikutnya, data

disusun dalam satuan-satuan yang

selanjutnya dikategorisasikan. Bersamaan

dengan pengkategorisasian data dilakukan

pula koding. Tahap selanjutnya,

pemeriksaan kebebasan data, kemudian

disusul dengan penafsiran dan pemaknaan

dari data tersebut.

Kemungkinan akan adanya data

baru dalam penelitian mengharuskan

adanya keterbukaan dalam analisis data.

Proses analisis data dilakukan secara terus

menerus (cyclical) sejak peneliti memasuki

lapangan sampai kegiatan penelitian ini

berakhir. Kegiatan penelitian ini tidak

terlepas dari empat kegiatan berikut : (1)

pengumpulan data; (2) reduksi data; (3)

penyajian data; (4) penyimpulan/ verifikasi.

Proses analisis data tersebut dapatdigambarkan dalam model berikut :

Validasi terhadap penelitian perlu

dilakukan dalam upaya memperoleh

kredibilitas hasil penelitian antara lain:

1. Perpanjangan waktu pengamatan2. Triangulasi3. Member check4. Audit trail5. Expert opinion

Penelitan ini dilakukan dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Tahap pra lapanganMenyusun rancangan penelitian(proposal dan instrumen penelitian)Memilih lapangan penelitianMengurus perizinanMenyiapkan perlengkapanpenelitian

Gambar 2.1 analisis data

PENGUMPULAN DATA

REDUKSI DATA

PENYAJIAN DATA

PENYIMPULAN/VERIFIKA

SI

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

www.docu-track.com Clic

k to buy N

OW!PDF-XChange

www.docu-track.com

Page 6: Jurnal Financial Literacy Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio

5

2. Tahap pekerjaan lapanganMembatasi latar penelitianPengumpulan dataPengecekan keabsahan data

3. Tahap analisis dataAnalisis dataPenyusunan laporan penelitian

III HASIL PENELITIAN

A. Financial Literacy Mahasiswa Yang Berorientasi Pada Kebutuhan Konsumsi & Produksi

Radar diatas menjelaskan bahwa

kondisi ideal literasi financial seseorang

adalah pada garis hijau, dimana seseorang

memiliki literasi financial yang diimbangi

oleh kearifan atas keputusannya secara

optimal. Mahasiswa dengan financial literacy

pada kondisi U = 3; M = 2; dan IJ = 2,

memiliki kemampuan terbaik didasarkan

pada pengalaman, kegiatan atas pengelolaan

dan penggunaan dananya. (M= 2) Keadaan

ini responden sudah pada konteks

pengelolaan terbilang tinggi karena pola

pikir responden lebih condong pada

hasratnya untuk meraih segala hal yang dia

1

2

3

1

2

3

1

23

1) Pengetahuan seseorang atas nilaisuatu barang dan skala prioritasdalam hidupnya;

(2)Pemanfaatan dari belanja danmembandingkan produk;

(3) Dasar-dasar investasi.(1) Penganggaran, tabungan dan

bagaimana mengelola uang;(2) Pengelolaan kredit;(3) Perencanaan pensiun.

(1)Bagaimana mengenali potensikonflik atas kegunaan;

(2)Dimana harus pergi mencari sarandan informasi bimbingan, dandukungan tambahan;

(3)Pentingnya asuransi dan melindungiterhadap risiko.

USE (U)

MANAGE (M)INFORMEDJUDGEMENT (IJ)

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

www.docu-track.com Clic

k to buy N

OW!PDF-XChange

www.docu-track.com

Page 7: Jurnal Financial Literacy Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio

6

impi-impikan (berproduksi). (U= 3) dalam

penggunaan dananya, mahasiswa cenderung

untuk menyiapkan terobosan-terobosan

untuk meningkatkan pendapatannya tanpa

mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan

pentingnya secara individual. Sedangkan

pada konteks kearifan (IJ= 2) mahasiswa

pada tipe ini sudah memiliki perhatian

terhadap lingkungan sekitarnya sebelum

membuat keputusan, karena segala

keputusan akan berdampak pada

lingkungannya. Mahasiswa pada tipe ini,

sebenarnya sudah memiliki kesadaran,

keaksaran dalam menggunakan dan

menggunakan dana, hanya saja kurang

memiliki keterampilan dalam

pengelolaannya tapi terbilang sudah aman

dari resiko-resiko kegagalan pengelolaannya.

B. Motif Financial Literacy Mahasiswa Yang Berorientasi Pada Kebutuhan Konsumsi &Produksi

Radar diatas menjelaskan bahwa

kondisi ideal literasi financial seseorang

adalah pada garis hijau, dimana seseorang

memiliki literasi financial yang diimbangi

oleh kearifan atas keputusannya secara

optimal. Mahasiswa dengan financial literacy

pada kondisi U = 2; M = 1; dan IJ = 2,

memiliki kemampuan sedang didasarkan

pada pengalaman, kegiatan atas pengelolaan

dan penggunaan dananya. (M= 1) Keadaan

1) Pengetahuan seseorang atas nilaisuatu barang dan skala prioritasdalam hidupnya;

(2)Pemanfaatan dari belanja danmembandingkan produk;

(3) Dasar-dasar investasi.(1) Penganggaran, tabungan dan

bagaimana mengelola uang;(2) Pengelolaan kredit;(3) Perencanaan pensiun.

(1) Bagaimana mengenali potensikonflik atas kegunaan;

(2) Dimana harus pergi mencari sarandan informasi bimbingan, dandukungan tambahan;

(3) Pentingnya asuransi dan melindungiterhadap risiko.

USE (U)

MANAGE (M)INFORMEDJUDGEMENT

(IJ)

1

2

3

1

2

3

1

23

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

www.docu-track.com Clic

k to buy N

OW!PDF-XChange

www.docu-track.com

Page 8: Jurnal Financial Literacy Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio

7

ini responden sudah pada konteks

pengelolaan terbilang sedang karena pola

pikir responden lebih condong pada

hasratnya untuk meraih segala hal yang dia

impi-impikan dalam bentuk barang konsumsi

tanpa memperhatikan cara pendapatannya

bisa menjadi pendapatan yang bisa

memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya

(pendapatan tambahan) tanpa harus

dihadapkan pada pilihan keputusan

konsumsi. (U= 2) dalam penggunaan

dananya, mahasiswa cenderung teliti dan

selektif dalam membuat keputusan

konsumsi, yang didasari tingkat kebutuhan

dan kebermanfaatan barang konsumsi

tersebut. Sedangkan pada konteks kearifan

(IJ= 2) mahasiswa pada tipe ini sudah

memiliki perhatian terhadap lingkungan

sekitarnya sebelum membuat keputusan,

karena segala keputusan akan berdampak

pada lingkungannya. Mahasiswa pada tipe

ini, sebenarnya sudah memiliki kesadaran,

keaksaran dalam menggunakan dan

menggunakan dana, hanya saja kurang

memiliki pertimbangan jangka panjang dan

keterampilan dalam pengelolaannya

sehingga terbilang terancam resiko-resiko

kegagalan pengelolaannya.

C. Financial Literacy Mahasiswa Yang Berorientasi Penggunaan Dana Untuk KebutuhanKonsumsi

2

3

1

2

3

1

23

1) Pengetahuan seseorang atas nilaisuatu barang dan skala prioritasdalam hidupnya;

(2)Pemanfaatan dari belanja danmembandingkan produk;

(3) Dasar-dasar investasi.(1) Penganggaran, tabungan dan

bagaimana mengelola uang;(2) Pengelolaan kredit;(3) Perencanaan pensiun.

(1) Bagaimana mengenali potensikonflik atas kegunaan;

(2) Dimana harus pergi mencari sarandan informasi bimbingan, dandukungan tambahan;

(3) Pentingnya asuransi dan melindungiterhadap risiko.

USE (U)

MANAGE (M)INFORMEDJUDGEMENT

(IJ)

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

www.docu-track.com Clic

k to buy N

OW!PDF-XChange

www.docu-track.com

Page 9: Jurnal Financial Literacy Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio

8

Radar diatas menjelaskan bahwa

kondisi ideal literasi financial seseorang

adalah pada garis hijau, dimana seseorang

memiliki literasi financial yang diimbangi

oleh kearifan atas keputusannya. Mahasiswa

dengan financial literacy pada kondisi U = 0;

M = 0; dan IJ = 0, memiliki kemampuan

terendah didasarkan tipe lainnya. (M= 0)

mahasiswa pada tipe ini cenderung tidak

pernah memiliki pengalaman dalam

pengelolaan keuangan, hal ini disebabkan

oleh kurang terbukanya orang tua untuk

menerima pertumbuhan anak dengan

kemandiriannya, sehingga anak cenderung

dimanja dan mendapat perlakuan seperti

anak kecil yang dibiasakan dituntun saja.

(U= 0) dalam penggunaan dananya,

mahasiswa sudah memiliki perhatian dalam

benakknya, hanya saja, kurang memiliki

kontrol terhadap emosi konsumsinya.

Sedangkan pada konteks kearifan (IJ= 0)

kalahnya pribadi dengan emosi pada

mahasiswa tipe ini membuat responden tidak

begitu memperdulikan pendapat orang lain

kecuali orang tua, hanya saja ketika dia jauh

dari orang tua, mereka cenderung menjalani

apa yang sudah dia idam-idamkan tanpa ada

pertimbangan apapun.. Mahasiswa pada tipe

ini, sebenarnya sudah memiliki kesadaran,

keaksaran dalam menggunakan dan

menggunakan dana, hanya saja tidak mampu

mengalahkan emosi konsumsi dalam

penerapannya.

D. Lingkaran Motivasi Mengelola Keuangan

Keinginan untuk mendapat

pengakuan (Prestasi);

Keinginan untuk membantu sesama

(afiliasi sosial);Keterbatasan ekonomi yang dimiliki.

MOTIVASIMENGELOLA

UANG

EKSTERINSIKINTERINSIK

Tekanan dan pembelajaran dari

orang tua;

Kondisi lingkungan

pertemanan.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

www.docu-track.com Clic

k to buy N

OW!PDF-XChange

www.docu-track.com

Page 10: Jurnal Financial Literacy Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio

9

Keluarga sebagai institusi (lembaga)

yang dapat memenuhi kebutuhan insani

(manusiawi), terutama kebutuhan bagi

pengembangan kepribadiannya responden.

Apabila mengaitkan peranan keluarga

dengan upaya memenuhi kebutuhan

individu, maka keluarga merupakan lembaga

pertama yang dapat memenuhi kebutuhan

bagi pengembangan kepribadian. Selain itu,

kondisi lingkungan pertemanan sedikit

banyak juga membantu responden untuk

mengadobsi perilaku-perilaku ekonomi yang

berkembang.

Secara internal, kecenderungan ingin

mendapat pengakuan kemandirian (motif

prestasi) dari khalayak, mendorong

responden untuk bertindak progressive

mencapai tujuan ekonomi masing-masing.

Konteks tujuan ekonomi yang terbentuk

dalam masyarakat secara umum adalah

tercapainya tata keteraturan ekonomi yang

mencapai pada kemakmuran. Di lain pihak,

ada pula motif sosial (motif afiliasi) yang

secara moril mendorong beberapa responden

untuk berbuat lebih baik dalam keuangannya.

Perasaan sungkan, kurang nyaman dengan

keadaan ekonomi orang lain menggugah

responden untuk berkaca dan memperbaiki

dan meningkatkan pengelolaan keuangannya.

Selain itu, keterbatasan responden untuk

mencapai kepuasan ekonomi, juga disinyalir

menjadi faktor pendorong perubahan kondisi

financial literacy responden. Seperti yang

diungkapkan oleh Mc Clelland dalam teori

kebutuhan berprestasi (mendapat pengakuan)

dijelaskan bahwa, yaitu :

“Need for Achievement is related to thedifficulty of tasks people choose toundertake. Those with low N-Ach maychoose very easy tasks, in order tominimise risk of failure, or highlydifficult tasks, such that a failure wouldnot be embarrassing. Those with highN-Ach tend to choose moderatelydifficult tasks, feeling that they arechallenging, but within reach.People high in N-Ach are characterisedby a tendency to seek challenges and ahigh degree of independence. Their mostsatisfying reward is the recognition oftheir achievements. Sources of high N-Ach include: (1)Parents who encouragedindependence in childhood, (2) Praiseand rewards for success, (3) Associationof achievement with positive feelings, (4)Association of achievement with one'sown competence and effort, not luck (5)Adesire to be effective or challenged, (6)Intrapersonal Strength. ”

Harapan responden pencapaian

keberhasilan (sesuai tujuan masing-masing)

disinyalir menjadi pendorong terbesar untuk

mendapat pengakuan atas keberhasilan

mengelola keuangan di sisi penanggulangan

resiko, efisiensi dan produksi. Di balik itu

ada kejadian-kejadian khusus seperti harapan

almarhum orang tua untuk melihat

kesuksesan anak juga dianggap sebagai salah

satu latar belakang yang mendorong

responden untuk mencapai tujuan. Dengan

kecenderungan yang muncul yaitu :

1. Menetapkan target yang agak sukar(tetapi bukan mustahil) untuk dirimereka sendiri.

2. Mengambil pendekatan yang realistikterhadap risiko.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

www.docu-track.com Clic

k to buy N

OW!PDF-XChange

www.docu-track.com

Page 11: Jurnal Financial Literacy Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio

10

3. Lebih kepada penganalisis dan menilaimasalah.

4. Lebih gemar memikul tanggung jawabpribadi untuk melaksanakan sesuatutugas.

5. Menyukai imbalan yang tepat dan cepatterhadap prestasi mereka.

6. Pekerja keras7. Cenderung untuk melakukan sesuatu

seorang diri.Dan teori kebutuhan berprestasi (mendapat

pengakuan) diatas, responden pada kondisi

ini juga ada yang bertipikal suka

bersosialisasi (teori afiliasi) yang dijelaskan

sebagai berikut :

“The Need for affiliation (N-Affil) is aterm that was popularized by DavidMcClelland and describes a person'sneed to feel a sense of involvement and"belonging" within a social group;McClellend's thinking was stronglyinfluenced by the pioneering work ofHenry Murray who first identifiedunderlying psychological human needsand motivational processes (1938). Itwas Murray who set out a taxonomy ofneeds, including achievement, powerand affiliation—and placed these in thecontext of an integrated motivationalmodel. People with a high need foraffiliation require warm interpersonal

relationships and approval from thosewith whom they have regular contact.People who place high emphasis onaffiliation tend to be supportive teammembers, but may be less effective inleadership positions.”

Kebutuhan akan afiliasi merefleksikan

keinginan untuk berinteraksi secara sosial

dengan orang lain. Seseorang dengan

kebutuhan afiliasi yang tinggi menempatkan

kualitas dari hubungan pribadi sebagai hal

yang paling penting, oleh karena itu

hubungan sosial lebih didahulakan daripada

penyelesaian tugas disinyalir menjadi

pendorong terbesar yang menjadikan

responden kurang konsisten dalam

pelaksanaan strategi berkonsumsinya.

Dengan sifat yang muncul sebagai berikut :

1. Berusaha memelihara hubungan sosialyang baik

2. Saling memahami.3. Peduli tehadap orang lain.4. Membantu orang dalam kesusahan.5. Menyenangi hubungan akrab dengan

orang lain.

E. Kondisi Rasionalitas Ekonomi berdasarkan Financial Literacy Mahasiswa FakultasEkonomi Universitas Negeri Malang

Tingkat FinancialLiteracy

Konteks Rasionalitas Ekonomi

Penanggulangan resiko Strategi dalamberkonsumsi

Efisiensi & Optimalisasisumber daya

Tinggi Masuk dalam prediksi;Sudah adapenanggulanganterencana (berjaga-jaga);Menjadi pelajaran agartak terulang;Diselesaikan denganmandiri.

Alokasi sesuai denganprioritas;Adanya analisa yangmatang atas kegiatankonsumsi;Perilaku konsumsi tidakmerugikan orang lain;

Mengkonversi kebutuhankonsumsi menjadisesuatu yang bisamenghasilkan pendapatan(produksi)Menjalankan kegaitanekonomi denganpertimbangan waktu danketepatan

Sedang Terprediksi; Tergolong labil dalam Cenderung pada

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

www.docu-track.com Clic

k to buy N

OW!PDF-XChange

www.docu-track.com

Page 12: Jurnal Financial Literacy Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio

11

Kesalahan seringterulang;Sumber dana menjadiobyek penanggulangankegagalan pengelolaanuang

prioritas & keputusankonsumsi;Cenderung memuaskandiri sendiri

efektifitas kegiatankonsumsi.

Rendah Jika gagal mengeloladikembalikan pada orangtua sebagai sumber dana.

Tidak ada analisa tingkatprioritaas yang jelas,cenderung memuaskandiri dan tidak peduliterhadap kebutuhanmasa yang akan datang.

Tidak terpikirkan

Sumber : pengolahan data oleh peneliti

Bagi beberapa responden, keterbatasan

dana dan harapan untuk membuat

perencanaan konsumsi mendorong

responden untuk lebih rasional terhadap

kegiatan konsumsinya secara efisien dan

mengoptimalkan dana yang diperoleh untuk

menghasilkan dana berlebih. Da beberapa

responden yang berpandangan lain, bahwa

berawal dari pengetahuan rasional atas

konsumsi yang mendorong orang untuk

membuat pengelolaan uang. Sedikit tersirat

bahwa faktor pendidikan, kebudayaan dan

pesan moral dari orang tua dalam

menggunakan uang yang dimiliki tergolong

sebagai faktor yang sebenarnya menjadi

pertimbangan oleh responden dalam

menganalisa pilihannya atas barang

konsumsi. Hal ini tidak dibahas lebih lanjut

karena tidak termasuk dalam konteks

penelitian yang dilakukan.

IV DAFTAR PUSTAKA

Bernard; Harold, W. 1971. Principles ofguidance: A Basic Text. Sacranton:Pensylvania.

Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta :Rineka Cipta.

Elliot, S. H; Krarchohwill, T. R., Littlefield,J. F; & Travers, J. F. 1996.Educational Phsycology: EffectiveTeaching Effective Learning (2nd

ed.). Sydney: Brown & benchmark.

Lusardi, A & Mitchell, O. S. 2006. FinancialLiteracy and Planning: Implicationsfor Retirement Wellbeing.Google.com- Financial Literacy.Diunduh 22 juni 2010.

Organisation for Economic Co-operation andDevelopment. 2005. IncreasingFinancial Literacy, (online), dalam(www.justelsa.com/2009/07/inilah-mengapa-pengetahuan-finansial.html), (diakses pada 21September 2011)

Paul W. Lermitte. 2004. Agar Anak PandaiMengelola Uang . Jakarta:Gramedia.

McClelland, D.C. (Inggris)The AchievingSociety, New York: Van NostrandReinhold, 1961, hal. 63-73

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

www.docu-track.com Clic

k to buy N

OW!PDF-XChange

www.docu-track.com