Upload
yogi-satrio
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FINANCIAL LITERACY MAHASISWA DI FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS NEGERI MALANG
Yogi Dwi Satrio
ABSTRACT
Financial literacy can be defined as a financial knowledge with the aim ofachieving prosperity. To explore and find out how much the level of financialliteracy benchmarks, we can use the management and use knowledge of moneywisely. The research was conducted among colleger of economic faculties havein fact learning about financial management and good economic behavior. Thisstudy uses qualitative research methods with phenomenological approach.Where the researchers conducted a pilot study before drawing on the principalissue in tune with the thinking field. confirmed by direct interviews to anumber of respondents who selected the qualifying financial circumstances.The results of this study discover that most colleger of the Faculty ofeconomics has a pattern of economic behavior is good enough, half of themhave a Financial Literacy is quite comprehensive, covering the value of a goodknowledge and priorities in his life: Budgeting, saving and how to managemoney.
Kata Kunci: Financial Literacy, Pendidikan Ekonomi
I. PENDAHULUAN
Financial literacy atau lebih dikenal
dengan pengetahuan dalam pengaturan
keuangan adalah salah satu perilaku
ekonomi yang berkembang di masyarakat
dengan sadar ataupun tidak sadar telah
dijalani selama bertahun-tahun. Financial
literacy merupakan kebutuhan dasar bagi
setiap orang agar terhindar dari masalah
keuangan.
Financial literacy dapat diartikan
sebagai pengetahuan keuangan dengan
tujuan mencapai kesejahteraan (Lusardi &
Mitchell 2007). Berdasarkan pengertian
yang mendasari Australian Securities &
Investments Commission (report, 229, March
2011) memahami financial literacy yang
juga merupakan pengertian internasional
adalah
The definition originally developed in theUnited Kingdom and appearing in theAustralian ANZ national adult financialliteracy surveys (ANZ surveys) of 2003,2005 and 2008.6 The definition was alsorecently adopted by New Zealand:“The ability to make informed judgementsand to take effective decisions regardingthe use and management of money”.
Bukti empiris, Lusardi dan Mitchell
(2006, 2008, 2009) menemukan bahwa
terdapat perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam membuat keputusan
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
www.docu-track.com Clic
k to buy N
OW!PDF-XChange
www.docu-track.com
Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio
1
keuangan, dan laki-laki lebih baik karena
memiliki pengetahuan keuangan yang lebih
tinggi. Di lain tempat, Ibrahim, Harun dan
Isa (2009) menemukan bahwa mayoritas
mahasiswa di Malaysia memiliki
pengetahuan keuangan (financial literacy)
yang kurang tinggi, dan hal ini dapat
menyebabkan tidak terarah dengan tepat
pada saat membuat keputusan keuangan
setiap hari.
Orton (2007) memperjelas dengan
menyatakan bahwa literasi keuangan
menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan seseorang karena literasi
keuangan merupakan alat yang berguna
untuk membuat keputusan keuangan yang
terinformasi, namun dari pengalaman-
pengalaman di berbagai negara masih
menunjukkan relatif kurang tinggi. Byrne
(2007) juga menemukan bahwa
pengetahuan keuangan yang rendah akan
menyebabkan pembuatan rencana
keuangan yang salah, dan menyebabkan
bias dalam pencapaian kesejahteraan di saat
usia tidak produktif lagi.
Kesulitan keuangan bukan hanya
kurangnya dari pendapatan semata,
kesulitan keuangan juga dapat muncul jika
terjadi kesalahan dalam pengelolaan
keuangan (miss-management) seperti
kesalahan penggunaan kredit, dan tidak
adanya perencanaan keuangan.
Keterbatasan finansial dapat menyebabkan
stress, dan rendahnya kepercayaan diri.
Memiliki financial literacy, merupakan hal
vital untuk mendapatkan kehidupan yang
sejahtera, dan berkualitas. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa financial literacy
bersama-sama dengan lingkungan tempat
tinggal, kemampuan membaca keadaan
ekonomi merupakan kunci untuk menjadi
konsumen yang cerdas.
Baik orang kaya atau miskin, pandai
atau bodoh, tua atau muda, semua memiliki
persamaan kalau sudah sampai pada urusan
uang. Kita semua menggunakan uang.
Jumlah uang yang dimiliki dan bagaimana
cara kita menggunakan uang memang
berbeda satu sama lain. Namun, yang pasti
di dunia ini kita semua memerlukan uang.
Kegiatan mengelola keuangan untuk
pemenuhan kebutuhan konsumsi sehari-
hari hingga hingga proses persiapan jangka
panjang dalam bentuk tabungan juga
merupakan bagian dari financial literacy.
Fenomena yang ada dalam
masyarakat yang ada sekarang adalah Pola
hidup konsumtif yang tidak proposional,
yang tidak sesuai dengan kemampuan
pendapatan dan kondisi keuangan yang
akhirnya akan menyebabkan kegagalan
finansial. Seperti, kredit macet yang
bersumber dari kartu kredit menunjukkan
peningkatan, sebagaimana yang tercermin
dari NPL (Non Performing Loan ) kartu
kredit tahun 2007 sebesar 11, 85% yang
meningkat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya sebesar 8,96%. Fenomena
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
www.docu-track.com Clic
k to buy N
OW!PDF-XChange
www.docu-track.com
Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio
2
tingginya angka kredit macet ini
menunjukkan indikasi rendahnya financial
literacy sebagian masyarakat kita,
sebagaimana yang dinyatakan pada cetak
biru edukasi masyarakat di bidang
perbankan (2007) bahwa, “ baseline survey
tingkat literacy dan pemahaman
masyarakat terhadap produk keuangan dan
perbankan tahun 2006 memberikan
kesimpulan bahwa edukasi kepada
masyarakat di bidang keuangan dan
perbankan sangat diperlukan”.
Fenomena yang ada dikalangan
mahasiswa dilingkungan fakultas ekonomi,
terutama mahasiswa yang mengatur
kebutuhan konsumsinya secara mandiri,
dari hasil pendapatan dari orang tua
maupun mandiri, mereka menjalani
berbagai kegiatan ekonomi yang tidak
proporsional.
Kecenderungan ini terlihat dari tidak
adanya pembentukan skala prioritas atas
kegiatan ekonominya, seperti, pola
konsumsinya yang kurang terprogram dan
tidak ada pertimbangan konsumsi, dan
pertimbangan akan kebutuhan lain-lainnya.
Terkadang pula, dalam pemenuhan
hasratnya akan suatu barang, mereka
cenderung untuk mengurangi alokasi atas
kebutuhan pokok mereka. Selain itu,
keadaan lingkungan pertemanan didukung
dengan banyaknya fasilitas-fasilitas hiburan
dan wisata kuliner yang menggiurkan
sedikit banyak memberi dampak terhadap
pengaturan keuangan dan pola konsumsi
mahasiswa pada umumnya.
Rasa sungkan, dan persaingan dalam
pertemanan terkadang juga membuat pola
konsumsi yang tidak rasional dan di
akhirnya akan mempengaruhi keadaan
finansial sendiri. Pertanggung jawaban
finansial kepada orang tua yang tidak
terpenuhi, disinyalir pula dapat
menyebabkan keterlambatan anak dalam
memahami apa pentingnya pengaturan
keuangan sendiri.
Pendidikan finansial tidak hanya
mampu membuat Anda menggunakan uang
dengan bijak, namun juga dapat memberi
manfaat pada ekonomi. Jadi, konsumen
yang memiliki financial litearcy bagus
akan mampu menggunakan uang sesuai
dengan apa yang mereka butuhkan,
sehingga ini akan mendorong para
produsen untuk membuat produk atau jasa
yang lebih sesuai dengan kebutuhan
konsumen dan mendorong konsumen untuk
membelanjakan uangnya sesuai dengan
kebutuhan mereka secara rasional.
Sebuah penelitian di Australia pernah
mengungkapkan bahwa peningkatan
pendidikan finansial pada 10% populasi
akan berpotensi meningkatkan ekonomi
Australia sebesar 6 miliar dollar Australia
per tahun dengan cara membuka 16.000
lapangan kerja baru. Itu semua bisa terjadi
karena orang sudah semakin sadar akan
pentingnya mengatur keuangan dan
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
www.docu-track.com Clic
k to buy N
OW!PDF-XChange
www.docu-track.com
Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio
3
bagaimana memanfaatkannya untuk masa
depan. Karena itulah, seharusnya anak-anak
sekolah sudah dibekali dengan pendidikan
finansial, agar nantinya mereka bisa punya
kontrol atas uang yang mereka miliki.
Karakteristik belajar ini menurut
Bernard ( 1971), tidak timbul dengan tiba-
tiba/spontan, melainkan timbul sebagai
akibat dari proses partisipasi, pengalaman,
kebiasaan diri waktu belajar dan bekerja,
dan sikap-sikap lainnya. Secara individual,
motivasi dianggap sebagai suatu yang
berhubungan dengan adanya kebutuhan
insani. Maksudnya adalah seseorang
termotivasi untuk mengatur keuangan kalau
hasil aktifitasnya itu memenuhi
kebutuhannya. Kriteria pemuas kebutuhan
sendiri dijelaskan oleh Maslow (dalam
Elliot; et. al, 1996: 334-335; Maslow,
1997) yang dirumuskan sebagai berikut : 1)
self actualization 2) self esteem, 3) love and
belonging, 4) safety, 5) physiological
needs.
II METODE
A. JENIS DAN SUMBER DATA
Penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif dengan pendeketan
fenomenologi. Pendekatan kualitatif dalam
penelitian ini lebih bersifat natural,
deskriptif, dan induktif. Natural bermakna
bahwa latar penelitian merupakan sumber
data langsung yang alami, sehingga peneliti
harus mampu masuk secara langsung ke
latar penelitian yaitu mahasiswa di Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Malang.
Sifat deskriptif dapat diartikan bahwa
data yang dikumpulkan berupa kata-kata
dan gambar-gambar, sehingga untuk
memberikan dukungan terhadap uraian
yang disajikan dalam laporan penelitian,
diungkapkan kutipan-kutipan dari data
sebagai hasil pengungkapan responden.
Pencarian data dalam penelitian ini
bukan untuk membuktikan atau menolak
hipotesis, melainkan membuat abstraksi
ketika fakta-fakta khusus telah terkumpul
dan dikelompokkan bersama-sama, yang
bermakna bahwa analisis dalam penelitian
ini bersifat induktif.
Lokasi penelitian ini adalah Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Malang
sebagai lembaga penyelenggara pendidikan
tinggi bidang ekonomi. Sumber data dalam
penelitian ini tidak ditentukan jumlahnya
melainkan berdasar pada snowball
sampling. Subjek penelitian adalah
mahasiswa yang terdaftar pada fakultas
ekonomi di jurusan masing-masing dengan
alasan bahwa, mahasiswa fakultas ekonomi
telah mempelajari segala aspek ekonomi
termasuk didalamnya materi tentang
ekonomi secara mendalam, akuntansi
pengantar, dan pengantar manajemen yang
diharapkan lebih dapat mengkombinasikan
antara teori dengan praktek dalam
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
www.docu-track.com Clic
k to buy N
OW!PDF-XChange
www.docu-track.com
Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio
4
kehidupan keseharian, khususnya dalam
pengaturan keuangan pribadinya.
B. ANALISIS DATAAnalisis data pada penelitian
kualitatif pada dasarnya telah dimulai pada
saat peneliti memasuki latar penelitian
bahkan ketika studi pendahuluan dilakukan,
tetapi secara umum dimulai ketika
menelaah data tersedia. Data yang
diperoleh dari wawancara dan pengamatan,
dapat berupa catatan, transkrip rekaman
wawancara, dokumen resmi dan dokumen
pribadi, yang selanjutnya dipelajari dan
ditelaah.
Langkah berikutnya mengadakan
reduksi data yang dilakukan dengan cara
membuat abstraksi yang berisi rangkuman
inti, proses, dan pernyataan-pernyataan
yang perlu dijaga agar tetap berada dalam
konteks penelitian. Berikutnya, data
disusun dalam satuan-satuan yang
selanjutnya dikategorisasikan. Bersamaan
dengan pengkategorisasian data dilakukan
pula koding. Tahap selanjutnya,
pemeriksaan kebebasan data, kemudian
disusul dengan penafsiran dan pemaknaan
dari data tersebut.
Kemungkinan akan adanya data
baru dalam penelitian mengharuskan
adanya keterbukaan dalam analisis data.
Proses analisis data dilakukan secara terus
menerus (cyclical) sejak peneliti memasuki
lapangan sampai kegiatan penelitian ini
berakhir. Kegiatan penelitian ini tidak
terlepas dari empat kegiatan berikut : (1)
pengumpulan data; (2) reduksi data; (3)
penyajian data; (4) penyimpulan/ verifikasi.
Proses analisis data tersebut dapatdigambarkan dalam model berikut :
Validasi terhadap penelitian perlu
dilakukan dalam upaya memperoleh
kredibilitas hasil penelitian antara lain:
1. Perpanjangan waktu pengamatan2. Triangulasi3. Member check4. Audit trail5. Expert opinion
Penelitan ini dilakukan dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Tahap pra lapanganMenyusun rancangan penelitian(proposal dan instrumen penelitian)Memilih lapangan penelitianMengurus perizinanMenyiapkan perlengkapanpenelitian
Gambar 2.1 analisis data
PENGUMPULAN DATA
REDUKSI DATA
PENYAJIAN DATA
PENYIMPULAN/VERIFIKA
SI
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
www.docu-track.com Clic
k to buy N
OW!PDF-XChange
www.docu-track.com
Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio
5
2. Tahap pekerjaan lapanganMembatasi latar penelitianPengumpulan dataPengecekan keabsahan data
3. Tahap analisis dataAnalisis dataPenyusunan laporan penelitian
III HASIL PENELITIAN
A. Financial Literacy Mahasiswa Yang Berorientasi Pada Kebutuhan Konsumsi & Produksi
Radar diatas menjelaskan bahwa
kondisi ideal literasi financial seseorang
adalah pada garis hijau, dimana seseorang
memiliki literasi financial yang diimbangi
oleh kearifan atas keputusannya secara
optimal. Mahasiswa dengan financial literacy
pada kondisi U = 3; M = 2; dan IJ = 2,
memiliki kemampuan terbaik didasarkan
pada pengalaman, kegiatan atas pengelolaan
dan penggunaan dananya. (M= 2) Keadaan
ini responden sudah pada konteks
pengelolaan terbilang tinggi karena pola
pikir responden lebih condong pada
hasratnya untuk meraih segala hal yang dia
1
2
3
1
2
3
1
23
1) Pengetahuan seseorang atas nilaisuatu barang dan skala prioritasdalam hidupnya;
(2)Pemanfaatan dari belanja danmembandingkan produk;
(3) Dasar-dasar investasi.(1) Penganggaran, tabungan dan
bagaimana mengelola uang;(2) Pengelolaan kredit;(3) Perencanaan pensiun.
(1)Bagaimana mengenali potensikonflik atas kegunaan;
(2)Dimana harus pergi mencari sarandan informasi bimbingan, dandukungan tambahan;
(3)Pentingnya asuransi dan melindungiterhadap risiko.
USE (U)
MANAGE (M)INFORMEDJUDGEMENT (IJ)
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
www.docu-track.com Clic
k to buy N
OW!PDF-XChange
www.docu-track.com
Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio
6
impi-impikan (berproduksi). (U= 3) dalam
penggunaan dananya, mahasiswa cenderung
untuk menyiapkan terobosan-terobosan
untuk meningkatkan pendapatannya tanpa
mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan
pentingnya secara individual. Sedangkan
pada konteks kearifan (IJ= 2) mahasiswa
pada tipe ini sudah memiliki perhatian
terhadap lingkungan sekitarnya sebelum
membuat keputusan, karena segala
keputusan akan berdampak pada
lingkungannya. Mahasiswa pada tipe ini,
sebenarnya sudah memiliki kesadaran,
keaksaran dalam menggunakan dan
menggunakan dana, hanya saja kurang
memiliki keterampilan dalam
pengelolaannya tapi terbilang sudah aman
dari resiko-resiko kegagalan pengelolaannya.
B. Motif Financial Literacy Mahasiswa Yang Berorientasi Pada Kebutuhan Konsumsi &Produksi
Radar diatas menjelaskan bahwa
kondisi ideal literasi financial seseorang
adalah pada garis hijau, dimana seseorang
memiliki literasi financial yang diimbangi
oleh kearifan atas keputusannya secara
optimal. Mahasiswa dengan financial literacy
pada kondisi U = 2; M = 1; dan IJ = 2,
memiliki kemampuan sedang didasarkan
pada pengalaman, kegiatan atas pengelolaan
dan penggunaan dananya. (M= 1) Keadaan
1) Pengetahuan seseorang atas nilaisuatu barang dan skala prioritasdalam hidupnya;
(2)Pemanfaatan dari belanja danmembandingkan produk;
(3) Dasar-dasar investasi.(1) Penganggaran, tabungan dan
bagaimana mengelola uang;(2) Pengelolaan kredit;(3) Perencanaan pensiun.
(1) Bagaimana mengenali potensikonflik atas kegunaan;
(2) Dimana harus pergi mencari sarandan informasi bimbingan, dandukungan tambahan;
(3) Pentingnya asuransi dan melindungiterhadap risiko.
USE (U)
MANAGE (M)INFORMEDJUDGEMENT
(IJ)
1
2
3
1
2
3
1
23
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
www.docu-track.com Clic
k to buy N
OW!PDF-XChange
www.docu-track.com
Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio
7
ini responden sudah pada konteks
pengelolaan terbilang sedang karena pola
pikir responden lebih condong pada
hasratnya untuk meraih segala hal yang dia
impi-impikan dalam bentuk barang konsumsi
tanpa memperhatikan cara pendapatannya
bisa menjadi pendapatan yang bisa
memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya
(pendapatan tambahan) tanpa harus
dihadapkan pada pilihan keputusan
konsumsi. (U= 2) dalam penggunaan
dananya, mahasiswa cenderung teliti dan
selektif dalam membuat keputusan
konsumsi, yang didasari tingkat kebutuhan
dan kebermanfaatan barang konsumsi
tersebut. Sedangkan pada konteks kearifan
(IJ= 2) mahasiswa pada tipe ini sudah
memiliki perhatian terhadap lingkungan
sekitarnya sebelum membuat keputusan,
karena segala keputusan akan berdampak
pada lingkungannya. Mahasiswa pada tipe
ini, sebenarnya sudah memiliki kesadaran,
keaksaran dalam menggunakan dan
menggunakan dana, hanya saja kurang
memiliki pertimbangan jangka panjang dan
keterampilan dalam pengelolaannya
sehingga terbilang terancam resiko-resiko
kegagalan pengelolaannya.
C. Financial Literacy Mahasiswa Yang Berorientasi Penggunaan Dana Untuk KebutuhanKonsumsi
2
3
1
2
3
1
23
1) Pengetahuan seseorang atas nilaisuatu barang dan skala prioritasdalam hidupnya;
(2)Pemanfaatan dari belanja danmembandingkan produk;
(3) Dasar-dasar investasi.(1) Penganggaran, tabungan dan
bagaimana mengelola uang;(2) Pengelolaan kredit;(3) Perencanaan pensiun.
(1) Bagaimana mengenali potensikonflik atas kegunaan;
(2) Dimana harus pergi mencari sarandan informasi bimbingan, dandukungan tambahan;
(3) Pentingnya asuransi dan melindungiterhadap risiko.
USE (U)
MANAGE (M)INFORMEDJUDGEMENT
(IJ)
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
www.docu-track.com Clic
k to buy N
OW!PDF-XChange
www.docu-track.com
Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio
8
Radar diatas menjelaskan bahwa
kondisi ideal literasi financial seseorang
adalah pada garis hijau, dimana seseorang
memiliki literasi financial yang diimbangi
oleh kearifan atas keputusannya. Mahasiswa
dengan financial literacy pada kondisi U = 0;
M = 0; dan IJ = 0, memiliki kemampuan
terendah didasarkan tipe lainnya. (M= 0)
mahasiswa pada tipe ini cenderung tidak
pernah memiliki pengalaman dalam
pengelolaan keuangan, hal ini disebabkan
oleh kurang terbukanya orang tua untuk
menerima pertumbuhan anak dengan
kemandiriannya, sehingga anak cenderung
dimanja dan mendapat perlakuan seperti
anak kecil yang dibiasakan dituntun saja.
(U= 0) dalam penggunaan dananya,
mahasiswa sudah memiliki perhatian dalam
benakknya, hanya saja, kurang memiliki
kontrol terhadap emosi konsumsinya.
Sedangkan pada konteks kearifan (IJ= 0)
kalahnya pribadi dengan emosi pada
mahasiswa tipe ini membuat responden tidak
begitu memperdulikan pendapat orang lain
kecuali orang tua, hanya saja ketika dia jauh
dari orang tua, mereka cenderung menjalani
apa yang sudah dia idam-idamkan tanpa ada
pertimbangan apapun.. Mahasiswa pada tipe
ini, sebenarnya sudah memiliki kesadaran,
keaksaran dalam menggunakan dan
menggunakan dana, hanya saja tidak mampu
mengalahkan emosi konsumsi dalam
penerapannya.
D. Lingkaran Motivasi Mengelola Keuangan
Keinginan untuk mendapat
pengakuan (Prestasi);
Keinginan untuk membantu sesama
(afiliasi sosial);Keterbatasan ekonomi yang dimiliki.
MOTIVASIMENGELOLA
UANG
EKSTERINSIKINTERINSIK
Tekanan dan pembelajaran dari
orang tua;
Kondisi lingkungan
pertemanan.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
www.docu-track.com Clic
k to buy N
OW!PDF-XChange
www.docu-track.com
Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio
9
Keluarga sebagai institusi (lembaga)
yang dapat memenuhi kebutuhan insani
(manusiawi), terutama kebutuhan bagi
pengembangan kepribadiannya responden.
Apabila mengaitkan peranan keluarga
dengan upaya memenuhi kebutuhan
individu, maka keluarga merupakan lembaga
pertama yang dapat memenuhi kebutuhan
bagi pengembangan kepribadian. Selain itu,
kondisi lingkungan pertemanan sedikit
banyak juga membantu responden untuk
mengadobsi perilaku-perilaku ekonomi yang
berkembang.
Secara internal, kecenderungan ingin
mendapat pengakuan kemandirian (motif
prestasi) dari khalayak, mendorong
responden untuk bertindak progressive
mencapai tujuan ekonomi masing-masing.
Konteks tujuan ekonomi yang terbentuk
dalam masyarakat secara umum adalah
tercapainya tata keteraturan ekonomi yang
mencapai pada kemakmuran. Di lain pihak,
ada pula motif sosial (motif afiliasi) yang
secara moril mendorong beberapa responden
untuk berbuat lebih baik dalam keuangannya.
Perasaan sungkan, kurang nyaman dengan
keadaan ekonomi orang lain menggugah
responden untuk berkaca dan memperbaiki
dan meningkatkan pengelolaan keuangannya.
Selain itu, keterbatasan responden untuk
mencapai kepuasan ekonomi, juga disinyalir
menjadi faktor pendorong perubahan kondisi
financial literacy responden. Seperti yang
diungkapkan oleh Mc Clelland dalam teori
kebutuhan berprestasi (mendapat pengakuan)
dijelaskan bahwa, yaitu :
“Need for Achievement is related to thedifficulty of tasks people choose toundertake. Those with low N-Ach maychoose very easy tasks, in order tominimise risk of failure, or highlydifficult tasks, such that a failure wouldnot be embarrassing. Those with highN-Ach tend to choose moderatelydifficult tasks, feeling that they arechallenging, but within reach.People high in N-Ach are characterisedby a tendency to seek challenges and ahigh degree of independence. Their mostsatisfying reward is the recognition oftheir achievements. Sources of high N-Ach include: (1)Parents who encouragedindependence in childhood, (2) Praiseand rewards for success, (3) Associationof achievement with positive feelings, (4)Association of achievement with one'sown competence and effort, not luck (5)Adesire to be effective or challenged, (6)Intrapersonal Strength. ”
Harapan responden pencapaian
keberhasilan (sesuai tujuan masing-masing)
disinyalir menjadi pendorong terbesar untuk
mendapat pengakuan atas keberhasilan
mengelola keuangan di sisi penanggulangan
resiko, efisiensi dan produksi. Di balik itu
ada kejadian-kejadian khusus seperti harapan
almarhum orang tua untuk melihat
kesuksesan anak juga dianggap sebagai salah
satu latar belakang yang mendorong
responden untuk mencapai tujuan. Dengan
kecenderungan yang muncul yaitu :
1. Menetapkan target yang agak sukar(tetapi bukan mustahil) untuk dirimereka sendiri.
2. Mengambil pendekatan yang realistikterhadap risiko.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
www.docu-track.com Clic
k to buy N
OW!PDF-XChange
www.docu-track.com
Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio
10
3. Lebih kepada penganalisis dan menilaimasalah.
4. Lebih gemar memikul tanggung jawabpribadi untuk melaksanakan sesuatutugas.
5. Menyukai imbalan yang tepat dan cepatterhadap prestasi mereka.
6. Pekerja keras7. Cenderung untuk melakukan sesuatu
seorang diri.Dan teori kebutuhan berprestasi (mendapat
pengakuan) diatas, responden pada kondisi
ini juga ada yang bertipikal suka
bersosialisasi (teori afiliasi) yang dijelaskan
sebagai berikut :
“The Need for affiliation (N-Affil) is aterm that was popularized by DavidMcClelland and describes a person'sneed to feel a sense of involvement and"belonging" within a social group;McClellend's thinking was stronglyinfluenced by the pioneering work ofHenry Murray who first identifiedunderlying psychological human needsand motivational processes (1938). Itwas Murray who set out a taxonomy ofneeds, including achievement, powerand affiliation—and placed these in thecontext of an integrated motivationalmodel. People with a high need foraffiliation require warm interpersonal
relationships and approval from thosewith whom they have regular contact.People who place high emphasis onaffiliation tend to be supportive teammembers, but may be less effective inleadership positions.”
Kebutuhan akan afiliasi merefleksikan
keinginan untuk berinteraksi secara sosial
dengan orang lain. Seseorang dengan
kebutuhan afiliasi yang tinggi menempatkan
kualitas dari hubungan pribadi sebagai hal
yang paling penting, oleh karena itu
hubungan sosial lebih didahulakan daripada
penyelesaian tugas disinyalir menjadi
pendorong terbesar yang menjadikan
responden kurang konsisten dalam
pelaksanaan strategi berkonsumsinya.
Dengan sifat yang muncul sebagai berikut :
1. Berusaha memelihara hubungan sosialyang baik
2. Saling memahami.3. Peduli tehadap orang lain.4. Membantu orang dalam kesusahan.5. Menyenangi hubungan akrab dengan
orang lain.
E. Kondisi Rasionalitas Ekonomi berdasarkan Financial Literacy Mahasiswa FakultasEkonomi Universitas Negeri Malang
Tingkat FinancialLiteracy
Konteks Rasionalitas Ekonomi
Penanggulangan resiko Strategi dalamberkonsumsi
Efisiensi & Optimalisasisumber daya
Tinggi Masuk dalam prediksi;Sudah adapenanggulanganterencana (berjaga-jaga);Menjadi pelajaran agartak terulang;Diselesaikan denganmandiri.
Alokasi sesuai denganprioritas;Adanya analisa yangmatang atas kegiatankonsumsi;Perilaku konsumsi tidakmerugikan orang lain;
Mengkonversi kebutuhankonsumsi menjadisesuatu yang bisamenghasilkan pendapatan(produksi)Menjalankan kegaitanekonomi denganpertimbangan waktu danketepatan
Sedang Terprediksi; Tergolong labil dalam Cenderung pada
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
www.docu-track.com Clic
k to buy N
OW!PDF-XChange
www.docu-track.com
Analisis financial literacy mahasiswa FE-UM Yogi Dwi Satrio
11
Kesalahan seringterulang;Sumber dana menjadiobyek penanggulangankegagalan pengelolaanuang
prioritas & keputusankonsumsi;Cenderung memuaskandiri sendiri
efektifitas kegiatankonsumsi.
Rendah Jika gagal mengeloladikembalikan pada orangtua sebagai sumber dana.
Tidak ada analisa tingkatprioritaas yang jelas,cenderung memuaskandiri dan tidak peduliterhadap kebutuhanmasa yang akan datang.
Tidak terpikirkan
Sumber : pengolahan data oleh peneliti
Bagi beberapa responden, keterbatasan
dana dan harapan untuk membuat
perencanaan konsumsi mendorong
responden untuk lebih rasional terhadap
kegiatan konsumsinya secara efisien dan
mengoptimalkan dana yang diperoleh untuk
menghasilkan dana berlebih. Da beberapa
responden yang berpandangan lain, bahwa
berawal dari pengetahuan rasional atas
konsumsi yang mendorong orang untuk
membuat pengelolaan uang. Sedikit tersirat
bahwa faktor pendidikan, kebudayaan dan
pesan moral dari orang tua dalam
menggunakan uang yang dimiliki tergolong
sebagai faktor yang sebenarnya menjadi
pertimbangan oleh responden dalam
menganalisa pilihannya atas barang
konsumsi. Hal ini tidak dibahas lebih lanjut
karena tidak termasuk dalam konteks
penelitian yang dilakukan.
IV DAFTAR PUSTAKA
Bernard; Harold, W. 1971. Principles ofguidance: A Basic Text. Sacranton:Pensylvania.
Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta :Rineka Cipta.
Elliot, S. H; Krarchohwill, T. R., Littlefield,J. F; & Travers, J. F. 1996.Educational Phsycology: EffectiveTeaching Effective Learning (2nd
ed.). Sydney: Brown & benchmark.
Lusardi, A & Mitchell, O. S. 2006. FinancialLiteracy and Planning: Implicationsfor Retirement Wellbeing.Google.com- Financial Literacy.Diunduh 22 juni 2010.
Organisation for Economic Co-operation andDevelopment. 2005. IncreasingFinancial Literacy, (online), dalam(www.justelsa.com/2009/07/inilah-mengapa-pengetahuan-finansial.html), (diakses pada 21September 2011)
Paul W. Lermitte. 2004. Agar Anak PandaiMengelola Uang . Jakarta:Gramedia.
McClelland, D.C. (Inggris)The AchievingSociety, New York: Van NostrandReinhold, 1961, hal. 63-73
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
www.docu-track.com Clic
k to buy N
OW!PDF-XChange
www.docu-track.com