Upload
monica-lauretta-sembiring-ii
View
33
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
uhdfgjd
Citation preview
Penanda untuk Diagnosis Awal Sepsis pada Neonatus :
Membandingkan Procalcitonin (PCT) dan
C-Reactive Protein (CRP)
ABSTRAK
Latar Belakang :
Pengenalan dini dan diagnosis sepsis pada neonatus merupakan suatu hal yang sulit karena
variabel dan presentasi klinisnya yang non-spesifik dari kondisi ini. Sangat penting untuk
membuat diagnosis dini sepsis neonatorum bagi lembaga terapi anti-mikroba, yang nantinya
akan memperbaiki hasil akhir.
Tujuan :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja diagnostik Procalcitonin (PCT) dan
Protein C-Reactive (CRP) sebagai penanda diagnostik awal untuk mendeteksi sepsis neonatorum
di unit perawatan intensif neonatal dibandingkan dengan kultur darah dan parameter hematologis
seperti mikro ESR dan Total jumlah WBC.
Metode dan Bahan :
Penelitian prospektif ini dilakukan pada neonatus yang dirawat di unit perawatan intensif
neonatal (NICU) di Tirunelveli Medical College Hospital, Tirunelveli , Tamil Nadu, India mulai
Juli 2010 dan Agustus 2010. Spesimen darah (n=50) diperoleh dari masing-masing neonatus
sebelum dimulainya pemberian antibiotik untuk sepsis workout termasuk parameter hematologis
seperti tingkat sedimentasi eritrosit, total jumlah leukosit, hitung neutrofil absolute (ANC),
perbandingan neutrofil yang belum matang terhadap total rasio jumlah neutrofil (ratio I/T),
jumlah trombosit, perubahan degeneratif pada neutrofil. Kultur darah dan tes sensitivitas
antibiotik dilakukan. Kadar serum CRP diukur dengan menggunakan A-15 CRP Kit dengan
metode immunoturbidimetrik. Kadar serum PCT diukur dengan menggunakan metode
immunoluminometry kuantitatif dengan kit Lumitest.
Analisis Statistik yang Digunakan :
Data dinyatakan sebagai mean ± SD dan signifikansi statistik dinilai dengan uji Chi-square.
Hasil :
50 % (7/14) dari neonatus dengan sepsis mengalami peningkatan CRP > 6 mg / lit. Terdapat
43,7% (7/ 16) dari neonatus dengan dugaan sepsis dan 20 % ( 4/20 ) dari neonatus dengan klinis
sepsis mengalami peningkatan CRP. Sensitivitas CRP untuk memprediksi sepsis adalah 50,0 % ,
spesifisitas 69,4 % , nilai prediksi positif adalah 38,8 % dan nilai prediksi negatif adalah 78,1 % .
Sebagian besar (64,3% atau 9/14) dari bayi dengan sepsis memiliki tingkat PCT 10 ng/ml. Dari
50 kasus, peningkatan PCT terdeteksi pada 22 infant, sedangkan CRP ditemukan hanya pada 18
kasus. Di antara 14 kasus dengan hasil kultur positif, peningkatan kadar serum PCT terlihat di 13
(92,85 %) kasus sedangkan tingkat CRP cukup tinggi dalam 7 (50 %) kasus. Sensitivitas dari
PCT dalam mendeteksi sepsis adalah 92,8 %, spesifitasnya 75,0 %, nilai prediksi positif adalah
59,0 % dan nilai prediksi negatif adalah 96,0 %. Parameter hematologis yang berubah hanya
terlihat dalam 7-14 % kasus .
Kesimpulan :
Dalam penelitian ini tingkat procalcitonin serum lebih tinggi dari kadar serum CRP dalam hal
diagnosis dini sepsis neonatorum, dalam mendeteksi keparahan penyakit dan evaluasi respon
terhadap pengobatan antibiotik. Konsentrasi PCT dalam penelitian kami meningkat pada
neonatus dengan hasil kultur positif. Dalam beberapa kasus bayi dengan hasil kultur positif tes
skrining sepsis lain memiliki hasil negatif tetapi tingkat PCT meningkat. Temuan ini mendukung
kegunaan dari PCT untuk mendiagnosis dini sepsis neonatorum.
PENDAHULUAN
Sepsis neonatorum didefinisikan sebagai infeksi bakteri invasif yang terjadi pada 4 minggu
pertama kehidupan. Insiden sepsis neonatorum bervariasi 11-24,5/1000 kelahiran hidup di India.
Manifestasi klinis sepsis pada bayi baru lahir biasanya tidak spesifik. Karena tingginya
morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan sepsis neonatorum, terapi antibiotik dimulai
segera setelah timbulnya gejala sebelum diagnosis dikonfirmasi oleh kultur darah.
Diagnosis sepsis neonatorum berdasarkan gejala klinis saja adalah sebuah hal yang tidak
mungkin. Meskipun isolasi mikroorganisme penyebab sepsis dengan menggunakan kultur darah
telah menjadi metode gold standard untuk diagnosis, hasilnya baru siap setelah 24-72 jam
setelah pengambilan sampel dan selama periode ini, penting untuk mengobati bayi yang
memiliki kecurigaan sepsis dengan antibiotik berdasarkan gejala klinis dan faktor risiko.
Mungkin juga ditemukan hasil pseudo-negatif yang diperoleh dalam beberapa kasus.
Kecenderungan tindakan yang diterapkan untuk bayi yang diduga memiliki sepsis neonatorum
dapat menyebabkan peningkatan konsumsi antibiotik yang tidak perlu, insiden efek samping
akibat penggunaan antibiotik yang lebih tinggi, peningkatan resistensi terhadap antibiotik,
perawatan di rumah sakit yang lama, pemisahan bayi dari ibu mereka dan meningkatkan biaya
kesehatan keseluruhan. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode diagnostik cepat termasuk
penanda laboratorium dapat bermanfaat untuk diagnosis neonatal sepsis.
Selain kultur darah, tes lain yang biasanya digunakan untuk diagnosis sepsis neonatorum
termasuk estimasi jumlah sel darah putih ( WBC ), hitung neutrofil absolut ( ANC ), mikro ESR
dan rasio I/T. Sayangnya, tes ini tidak memiliki sensitivitas tinggi dan spesifisitas dalam
mendiagnosis sepsis neonatorum.
Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa penanda tambahan seperti protein C-Reaktif (CRP)
dan, prokalsitonin (PCT) mungkin berguna. CRP merupakan reaktan fase akut yang disintesis
oleh hati , yang kurang baik dalam membedakan antara respon inflamasi sistemik dan sepsis.
Sementara itu, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa CRP masih digunakan secara
terbatas dalam mendiagnosis sepsis pada neonatus.
Baru-baru ini, serum procalcitonin (PCT) telah dilaporkan sebagai penanda laboratorium yang
terukur dalam respon inflamasi terhadap infeksi dalam beberapa studi. Procalcitonin (PCT)
adalah protein asam amino-116, prekursor kalsitonin yang diproduksi oleh tiroid. Dalam sepsis,
makrofag dan sel-sel monosit hati terlibat dalam sintesis PCT. Beberapa penelitian telah
melaporkan tentang manfaat pengukuran kuantitatif PCT untuk diagnosis dini sepsis pada bayi
baru lahir. Sebenarnya data yang dapat memvalidasi CRP dan PCT sebagai alat skrining di
Departemen Darurat masih kurang.
Para dokter dibuat frustrasi oleh keterbatasan dalam mendiagnosis sepsis neonatorum dan
mereka akan mendapat manfaat dari sebuah tes yang dapat diandalkan dalam mendiagnosa sepsis
awal dalam perjalanannya. Saat ini, tidak ada satupun tes yang memenuhi kriteria tes diagnostik
yang ideal. Dalam neonatologi, tes yang menggunakan indeks hematologis tetap digunakan
secara luas, meskipun tetap terdapat kekhawatiran tentang kehandalan mereka dalam
mendiagnosis sepsis neonatorum. Keprihatinan ini sebagian besar berasal dari variasi hasil yang
ditunjukkan pada akurasi prediksi parameter hematologis.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja diagnostik PCT dan CRP sebagai
penanda diagnostik dini untuk deteksi sepsis neonatorum di unit perawatan intensif neonatal
dibandingkan dengan kultur darah dan parameter hematologis seperti mikro ESR dan hitung total
WBC.
BAHAN DAN METODE
Desain studi
Penelitian prospektif ini dilakukan pada neonatus yang dirawat di unit perawatan intensif
neonatal (NICU) di Tirunelveli Medical College Hospital , Tirunelveli , Tamil Nadu selama 6
bulan (April 2010 sampai September 2010).
Penelitian ini disetujui oleh Komite Ilmiah dan Etika Kelembagaan, dengan informed consent
yang diperoleh dari orang tua. Kriteria inklusi adalah bayi yang dirawat di NICU dengan tanda-
tanda yang mengarah pada sepsis, atau mereka yang memiliki tanda-tanda sepsis saat berada di
bangsal. Kriteria eksklusi adalah bayi yang sedang dalam terapi antibiotik atau mereka yang
mengembangkan tanda-tanda sepsis dalam 72 jam setelah penghentian antibiotik dan mereka
yang memiliki asfiksia lahir, sindrom aspirasi, temuan laboratorium yang sugestif dari kelainan
metabolisme bawaan dan kelainan kongenital.
Spesimen dan Tes Yang Dilakukan
Spesimen darah yang diperoleh dari setiap neonates diambil sebelum dimulainya antibiotik untuk
sepsis work up, termasuk parameter hematologis seperti laju endap darah, jumlah total leukosit,
hitung neutrofil absolut (ANC), neutrofil imatur terhadap total rasio neutrofil (I/T ratio), jumlah
trombosit, perubahan degeneratif pada neutrofil, kultur darah dan sensitivitas antibiotik, estimasi
PCT dan C-Reaktif protein (CRP).
Serum CRP
Tingkat CRP serum diukur dengan menggunakan A - 15 CRP Kit (Bio - sistem, Costa Brava,
Barcelona, Spanyol). Pengukuran kuantitatif CRP dari serum dilakukan dengan metode
immunoturbidimetric di laboratorium sesuai dengan petunjuk pabrik. Reagen linier sampai 150
mg / L. Nilai referensi adalah hingga 6 mg / L.
Serum PCT
Tingkat PCT serum diukur dengan menggunakan metode immuno-luminometry kuantitatif dan
Lumitest kit (Brahms Diagnostik , Berlin, Jerman). Dalam pengujian ini, tingkat PCT ≥ 0,5
ng/ml dianggap sebagai patologis. PCT 0,5-2 ng/ml, 2-10 ng/ml dan >10 ng/ml dianggap sebagai
lemah positif, positif, dan sangat positif.
Analisis Statistik
Korelasi serum PCT dan tingkat CRP dengan parameter hematologis (Total WBC count, Micro
ESR dan I / T Ratio) dan kultur darah untuk diagnosis dini sepsis neonatal dibandingkan secara
statistik dan hasilnya dianalisis dengan menggunakan SPSS, versi 12. Nilai P < 0,05 dianggap
signifikan. Dengan menggunakan hasil kultur darah sebagai standar, sensitivitas, spesifisitas,
nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif PCT - Q dan CRP untuk mendiagnosis sepsis
dihitung. Sensitivitas tes didefinisikan sebagai proporsi bayi dengan sepsis dan teridentifikasi
dengan benar oleh tes. Spesifitas tes didefinisikan sebagai proporsi bayi tanpa sepsis dan ini
teridentifikasi dengan benar oleh tes. Nilai prediktif positif tes didefinisikan sebagai proporsi
bayi dengan hasil tes positif dan memiliki sepsis. Nilai prediksi tes negatif didefinisikan sebagai
proporsi bayi dengan hasil tes negatif dan tidak memiliki sepsis.
Hasil
Berdasarkan temuan klinis dan data laboratorium, lima puluh neonatus yang memenuhi syarat
untuk penelitian digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu, terbukti sepsis (14 neonatus),
diduga sepsis (16 neonatus) dan sepsis klinis (20 neonatus). Onset usia sepsis berkisar dari hari 1
sampai hari 24. Organisme yang paling umum dari hasil isolasi adalah Acinetobacter (5/14),
diikuti oleh Klebsiella pneumoniae (2/14), Staphylococcus aureus (2/14), CONS (2/14),
Klebsiella oxytoca (1/14), Citrobacter koseri (1/14) dan Pseudomonas aeruginosa (1/14).
Gambar 1. Organisme yang diisolasi pada kultur darah
Variabel seperti maturitas, berat lahir dan jenis kelamin pasien dibandingkan dalam tiga
kelompok sepsis. Sepsis onset awal dikonfirmasi di 29 (58 %) dan akhir onset sepsis pada 21(42
%) pasien. Sepuluh dari 14 pasien sepsis neonatorum diidentifikasi sebagai jenis dini dan 4
diidentifikasi sebagai jenis onset akhir. Dari 14 bayi, 8 yang prematur dan 6 normoterm. Dari 14
neonatus, 8 laki-laki dan 6 adalah wanita. Semua neonatus yang digunakan dalam penelitian
selamat, kecuali satu , yang meninggal karena berat lahir rendah dan prematur dan merupakan
salah satu dari anak kembar.
Gambar 2. Perbandingan variabel antara tiga kelompok sepsis
Parameter hematologis pada kelompok sepsis dibandingkan dan disajikan dalam (gambar 3).
Total jumlah WBC normal dalam 12 dari 14 kultur kasus yang terbukti sepsis. Tingkat ESR
mikro meningkat hanya pada satu kasus yang terbukti sepsis neonatus. Rasio I/T normal diamati
hanya pada dua kasus .
Gambar 3. Hubungan antara parameter hematologis dengan kelompok sepsis
Hanya 50% (7/14) dari neonatus dengan sepsis mengalami peningkatan CRP lebih dari 6 mg/lit.
sekitar 43,7% (7/ 16) dari neonatus dengan dugaan sepsis dan 20% (4/20) dari neonatus dengan
sepsis klinis mengalami peningkatan CRP. Tingkat PCT serum pada kelompok sepsis yang
berbeda disajikan dalam (gambar 4).
Gambar 4. Perbandingan tingkat procalcitonin serum antara kelompok sepsis
Gambar 5. Perbandingan antara serum PCT dengan tingkat CRP
Proporsi yang lebih tinggi terdapat pada neonatus dengan sepsis dengan peningkatan PCT (26%
vs 18%) dibandingkan mereka yang tanpa sepsis, namun peningkatan tingkat CRP terlihat lebih
banyak dalam kasus-kasus kecuirgaan sepsis daripada dalam kasus-kasus terbukti sepsis (22% vs
14%). Namun, proporsi yang lebih tinggi dari bayi dengan sepsis, setelah usia 48 jam (11/12 atau
91,6% ), memiliki kenaikan PCT ≥ 2 ng/ml dan peningkatan tingkat CRP (5/12 atau 41,6%)
dibandingkan mereka yang tanpa sepsis ( PCT 6/ 26 atau 23,1%, CRP : 2/26 atau 7,7%).
Sensitivitas PCT dalam mendeteksi sepsis adalah 92,8%, spesifisitas adalah 75,0%, nilai prediksi
positif adalah 59,0% dan nilai prediksi negatif adalah 96,0%. Sensitivitas CRP dalam
memprediksi sepsis adalah 50,0% , spesifisitas 69,4%, nilai prediksi positif adalah 38,8% dan
nilai prediksi negatif adalah 78,1% .
22 dari 50 neonatus dalam penelitian adalah neonatus prematur, dan 45 % (10/22) kelompok
terakhir ini mengalami sepsis. Bila dibandingkan dengan bayi prematur tanpa sepsis, proporsi
yang lebih tinggi dari preterms dengan sepsis ditemukan peningkatan PCT (90% sepsis vs 33,3%
tanpa sepsis) dan peningkatan tingkat CRP (40% sepsis vs 25% tanpa sepsis) .
Hanya 14,3% (4/28) dari bayi cukup bulan yang direkrut memiliki sepsis. Bila dibandingkan
dengan bayi cukup bulan tanpa sepsis, proporsi bayi aterm dengan sepsis yang telah
membesarkan PCT ( 100% sepsis vs 20,8 % tanpa sepsis) dan peningkatan tingkat CRP (75%
sepsis vs 33,3% tanpa sepsis).
Tingkat serum PCT dibandingkan dengan parameter hematologis (jumlah WBC dan Mikro
ESR), tingkat CRP dan kultur darah , yang disajikan dalam (table VI). Di antara 50 kasus, tingkat
PCT tinggi terdeteksi pada 22 kasus, sedangkan tingkat CRP tinggi hanya terlihat pada 18 kasus.
Di antara 14 kasus kultur positif, tingkat PCT serum tampak pada 13 (92,85%) kasus, sedangkan
tingkat CRP meningkat hanya pada 7 (50%) kasus. Parameter hematologis diubah hanya terlihat
dalam 7-14% kasus.
Gambar 6. Perbandingan PCT, CRP, parameter hematologis dan kultur darah
DISKUSI
Sepsis neonatorum dengan angka kematian yang tinggi, masih tetap merupakan tantangan
diagnostik dan pengobatan untuk penyedia layanan kesehatan neonatal. Sebuah diagnosis dini
septikemia neonatal membantu dokter dalam memberikan terapi antibiotik di awal, sehingga
mengurangi tingkat kematian neonatus. Sebuah identifikasi awal dari neonatus yang terinfeksi
juga membantu dalam menghindari pengobatan yang tidak perlu dari neonatus yang tidak
terinfeksi. Kultur darah tidak hanya membutuhkan waktu, tetapi juga rumit, dengan hasil yang
rendah. Hitung darah lengkap dan tes diferensial leukosit mudah dilakukan namun memiliki
spesifisitas yang relatif rendah untuk mendiagnosis sepsis. Count Band yang terkait dan
pergeseran ke kiri dari pengukuran imaturitas myeloid dapat meningkatkan hasil diagnostik,
tetapi pengukuran subyektifnya merupakan sebuah permasalahn tersendiri. Oleh karena itu,
diperlukan sebuah indikator diagnostik sepsis neonatal yang lebih baik.
Tidak ada satupun tes yang dapat diandalkan untuk diagnosis pasti sepsis awal neonatorum, dan
karena itu, ada pencarian yang berkelanjutan untuk sebuah penanda infeksi baru. Protein C-
reaktif telah menjadi parameter yang paling sering dianalisis untuk mendeteksi infeksi bakteri
selama bertahun-tahun. Protein ini bertindak sebagai "pengangkut" karena mengarah pada
opsonisasi bakteri dan aktivasi sistem komplemen dan dengan demikian memfasilitasi fagositosis
dalam respon inflamasi. Procalcitonin (PCT) telah diusulkan sebagai penanda sepsis bakteri.
Keuntungan dari PCT dibandingkan dengan protein C-reaktif adalah bahwa kenaikan lebih cepat
dan restorasi kembali ke normalnya juga lebih cepat.
Dalam penelitian kami, jumlah total WBC menunjukan hasil normal pada 12 dari 13 kultur
dengan hasil terbukti sepsis. Tingkat ESR mikro tinggi bukanlah indikator yang dapat diandalkan
untuk sepsis . Sebuah rasio I/T normal diamati tampak hanya pada dua kasus. Ini bertentangan
dengan pengamatan Rodwell, Zipursky dan Basu et al. Perubahan degeneratif pada neutrofil
tidak ditemukan menjadi indikator yang sensitif dari sepsis.
Pada neonatus, tingkat PCT tinggi dapat membantu dalam memprediksi septikemia, lebih lanjut,
PCT rendah membantu dalam mengesampingkan septikemia sebagai diagnosis. Oleh karena itu,
penilaian PCT dapat membantu dokter dalam membatasi jumlah resep untuk antibiotik. Dalam
penelitian ini, tingkat PCT yang sangat tinggi di neonatus dengan sepsis terbukti dan juga dalam
kasus-kasus yang dicurigai sepsis. Temuan ini sebanding dengan studi yang dilakukan oleh
Yadolla Zahedpasha et al, dan Monneret et al. Selama penelitian ini, uji PCT mendeteksi semua
bayi dengan sepsis gram negatif. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat PCT serum dan
jenis sepsis (p<0,001), yang sebanding dengan Koksal et al. Temuan penelitian Chiesa dkk,
Melaporkan bahwa sensitivitas mendiagnosa sepsis onset akhir pada usia setelah 48 jam hidup
pada neonatus adalah 100%. Dalam penelitian ini, sensitivitas mendeteksi sepsis late-onset
adalah 92,8%.
Dalam penelitian ini, sensitivitas PCT untuk mendeteksi sepsis (lebih dari 0,5ng/ml) adalah
92,8%, spesifitasnya 75,0%, nilai prediksi positif adalah 59,0 % dan nilai prediksi negatif adalah
96,0% dan sensitivitas CRP untuk memprediksi sepsis (lebih dari 6 mg/L) adalah 50,0%,
spesifisitas 69,4% , nilai prediksi positif adalah 38,8 % dan nilai prediksi negatif adalah 78,1%.
Sakha et al meneliti peran procalcitonin (PCT) dalam diagnosis sepsis neonatorum dan
korelasinya dengan Protein C-Reactive (CRP). Sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan
nilai prediksi negatif PCT (lebih dari 2 ng/mL) adalah 66,7, 50, 28,6, 83,3 dan mereka dengan
CRP (lebih dari 3,5mg/L) adalah 70,4, 72,2, 43,2 dan 89%, masing-masing, dalam diagnosis
sepsis neonatorum. Suara et al Mempelajari 52 neonatus dengan kemungkinan infeksi. Hanya 13
neonatus mengalami infeksi tertentu, di antaranya sensitivitas dan nilai prediktif negatif serum
PCT adalah 89,5 dan 95%. Tapi mereka menyatakan bahwa meskipun PCT secara signifikan
terkait dengan kategori infeksi, masih tidak cukup handal untuk menjadi satu-satunya penanda
sepsis neonatorum. PCT akan berguna sebagai bagian dari evaluasi sepsis , tapi akan menjadi
relatif mahal. Sebuah hasil PCT negatif pada presentasi dapat mengesampingkan diagnosis
sepsis. Vazzalwar et al menilai PCT untuk diagnosis sepsis late-onset pada 67 neonatus. Pada
nilai cutoff PCT dari 1,0 ng mL sensitivitas ditemukan menjadi 97% dan spesifisitas 80%,
sedangkan dengan CRP, sensitivitas adalah 72% dan spesifisitas 93%. Boo dkk menunjukkan
pada 18 neonatus dari 87 bayi dengan sepsis dikonfirmasi, berdasarkan hasil kultur darah positif ,
pada PCT cut-off pada tingkat yang lebih besar dari atau sama dengan 2 ng mL, bahwa
sensitivitas dan spesifisitas PPV dan NPV adalah 88,9 , 65,2 , 40 dan 95,7% dan untuk CRP ,
adalah 55,6, 89,9, 58,8 dan 88,6%. Chiesa et al mempelajari keandalan konsentrasi PCT pada 28
bayi yang memiliki sepsis onset awal neonatorum parah. Mereka menemukan bahwa sensitivitas,
spesifisitas, PPV dan NPV adalah 92,6, 97,5, 94,3 dan 96,8%. Mereka juga menemukan bahwa
24 bayi memiliki kadar PCT yang lebih tinggi dari normal pada saat diagnosis. Namun pada
waktu itu, hanya 13 dari mereka memiliki tingkat CRP yang tinggi. Hatherill et al dalam
penelitian mereka, menunjukkan bahwa sensitivitas dan spesifisitas tingkat PCT serum 92,6 dan
97,5%, dalam diagnosis dini onset sepsis neonatal dan 100% pada neonatus dengan sepsis late-
onset.
Carol et al dalam penelitian mereka, menunjukkan prokalsitonin yang lebih sensitif dibandingkan
dengan CRP dalam diagnosis septikemia, meningitis dan infeksi saluran kemih. Dalam penelitian
kami, ada tujuh kasus sepsis kultur positif yang disertai dengan peningkatan kadar procalcitonin
dan CRP. Dalam sebagian besar kasus kultur positif, tes skrining sepsis lainnya negatif, namun
tingkat PCT meningkat. Ini mirip dengan temuan Boo dkk. Temuan ini mendukung kegunaan
PCT dalam membangun diagnosis dini sepsis neonatorum .
Penelitian baru-baru ini menegaskan temuan peneliti lain yang menyimpulkan PCT lebih sensitif
dibandingkan CRP dalam mendeteksi sepsis neonatorum, sebelumnya kenaikan tingkat PCT
lebih tinggi dari tingkat CRP selama sepsis. Dalam penelitian terbaru, Koksal dkk disimpulkan
bahwa tingkat procalcitonin serum lebih baik dibandingkan tingkat CRP serum dalam hal
diagnosis dini sepsis neonatorum, dalam mendeteksi tingkat keparahan penyakit dan dalam
evaluasi respon terhadap antibiotik pengobatan.
Namun, ketika PCT digunakan bersama dengan CRP, hasil tes negatif PCT dapat membantu
dalam mengesampingkan, sementara hasil CRP membantu dalam menunjukan, kemungkinan
sepsis, terutama dari jenis onset terlambat. Berdasarkan hasil penelitian ini , kami
merekomendasikan bahwa dimulainya antibiotik pada bayi baru lahir harus didasarkan pada hasil
PCT pada hari diterimanya mereka di NICU.
Di antara 50 kasus , tingkat PCT tinggi terdeteksi di 22, sedangkan tingkat CRP terlihat hanya
dalam 18 kasus. Di antara 14 kasus kultur positif , tingkat PCT serum tampak pada 13 (92,85%)
kasus, sedangkan tingkat CRP terlihat hanya dalam 7 (50%) kasus. Parameter hematologis yang
berubah hanya terlihat dalam 7-14 % dari kasus
Karena kadar PCT serum meningkat pada hampir semua kasus sepsis dengan kultur positip,
PCT dapat digunakan sebagai alat yang baik untuk diagnosis sepsis neonatal dan untuk
mengobati kasus sepsis. PCT sangat spesifik untuk infeksi bakteri dan membantu membedakan
dari infeksi virus. Juga berkorelasi baik dengan perkembangan dan tingkat keparahan infeksi.
PCT membantu dalam diagnosis dini dari sepsis sejak hari penerimaan pasien, sebelum laporan
kultur darah siap (biasanya setelah 3-5 hari). PCT membantu dalam menghindari terapi antibiotik
yang tidak diperlukan dan dengan demikian mengurangi biaya yang dikeluarkan dan terjadinya
resistensi bakteri. PCT juga dapat digunakan untuk prognosis sepsis.
KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan, temuan studi ini mengkonfirmasi bahwa kadar serum PCT merupakan
penanda yang lebih dapat diandalkan dibandingkan kadar serum CRP atau jumlah WBC dalam
diagnosis dini sepsis neonatal dan dalam evaluasi respon penyakit terhadap terapi antibiotik.
Manfaat mengukur serum PCT secara rutin dalam diagnosis dan tindak lanjut dari sepsis
neonatorum, adalah bahwa hal tersebut dapat mengurangi biaya perawatan selama di rumah
sakit. Manfaat tersebut mungkin akan mendukung penerimaan yang lebih luas dari pemakaian
tes tersebut dalam praktek rutin.
JURNAL READING
Penanda untuk Diagnosis Awal Sepsis pada Neonatus :
Membandingkan Procalcitonin (PCT) dan
C-Reactive Protein (CRP)
Disusun oleh :
Ade Sabryla
Eka Aprillia Arum Kanti
Raisa Mahmudah
Perceptor : dr. Prambudi R. Sp.A
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Rumah Sakit Umum Daerah DR.H.Abdul Moeloek
2013