Upload
riko-firmanda
View
1.770
Download
69
Embed Size (px)
Citation preview
PELAKSANAAN JEMBATAN
1. Pendahuluan
Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi diperlukan suatu tahapan
atau langkah agar pekerjaan selesai sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan
dan hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi yang telah direncanakan. Rencana -
rencana pekerjaan itu harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pekerjaan di
lapangan dimulai. Rencana kerja pelaksanaan wajib dibuat oleh pelaksana dan
mendapat persetujuan dari pimpinan proyek, sebelum memulai pekerjaan
kontraktor harus mengadakan penelitian tentang :
a. Lapangan atau lokasi yang akan didirikan untuk suatu
bangunan
b. Gambar - gambar serta perubahan berikut RKS-nya
c. Penjelasan - penjelasan yang tertuang dalam aanwijzing
Tahap pelaksanaan merupakan tahap penting dalam membangun sebuah
konstruksi, tahap ini diharapkan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan Time
Schedule yang telah direncanakan agar dihasilkan konstruksi yang sesuai dengan
spesifikasi dan biaya yang ekonomis.
Pekerjaan - pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh kontraktor agar
dalam pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami kesulitan - kesulitan yang nantinya
akan merugikan pihak kontraktor tersebut. Berikut ini item pekerjaan dan rencana
pelaksanaan pekerjaan berupa flow chart Jembatan Kali Tenggang kota
Semarang, Jawa Tengah :
Mulai
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Tanah
Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang
Survey Lapangan Pengukuran Pembersihan Lokasi Direksi Keet Papan nama dan
papan peringatan Mobilisasi Asuransi Administrasi dan
dokumentasi Penyediaan air dan
listrik
Pemasangan Bouwplank
Pekerjaan urugan tanah dan pemadatan tanah
Pengadaan tiang pancang Pengangkatan tiang
pancang dari truck trailer Penumpukan tiang
pancang Pekerjaan persiapan
pemancangan Pekerjaan bouwplank
tiang pancang Pemasangan topi tiang
pancang Pengangkatan tiang
pancang pada saat pemancangan
Pemancangan Kalendering tiang
pancang Pembongkaran kepala
tiang pancang Pekerjaan galian tanah
lantai kerja abutmen Pembuatan top pile
Pekerjaan persiapan Pembuatan lantai
kerja abutmen Pekerjaan
penulangan Pekerjaan begisting
dan perancah Pengecoran Pembongkaran
begisting Pekerjaan perawatan
beton
Pekerjaan Abutmen dan Sayap
Pekerjaan Urugan Tanah Kembali
Pekerjaan persiapan dan lantai kerja
Pekerjaan penulangan Pekerjaan begisting Pengecoran Pembongkaran
begisting Pekerjaan perawatan
beton
Pekerjaan Plat Injak
Pemasangan Jembatan
Perakitan komponen baja
Pemasangan perletakan jembatan
Prosedur pemasangan
Selesai
2. Pekerjaan Persiapan
2.1 Survey Lapangan
Survey lapangan yang dimaksud adalah peninjauan lapangan untuk
mendapatkan gambaran secara umum dan menyeluruh mengenai keadaan
lapangan untuk menyusun kegiatan pelaksanaan pekerjaan. Hal ini
bertujuan untuk mengatur tata letak bangunan - bangunan pendukung,
penempatan material, ataupun pengaturan lalu lintas sehingga dalam
pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan lancar dan tidak mengganggu
lingkungan sekitar.
Untuk perencanaan tata letak hendaknya terletak di daerah yang
mudah dijangkau dan letaknya dekat dengan lokasi proyek.
Gambar 1 Site Plan
2.2 Pekerjaan Pengukuran
Pekerjaan pengukuran merupakan pekerjaan awal untuk
mengetahui elevasi titik-titik di lapangan beserta posisi bangunan-
bangunan di sekitarnya. Dari hasil pengukuran didapatkan titik-titik
ketinggian dan koordinat yang merupakan titik perletakan dari konstruksi
yang akan dibangun.
Pengukuran dilakukan untuk menentukan letak abutmen sesuai
dengan gambar rencana. Pengukuran dilapangan menggunakan rol meter
dan pesawat theodolit serta kelengkapannya.
2.3 Pembersihan Lokasi
Pembersihan lapangan bertujuan untuk membersihkan lokasi
proyek dari benda - benda atau pepohonan yang dapat mengganggu
pelaksanaan pekerjaan. Pembersihan lapangan ini meliputi seluruh area
yang akan digunkan untuk pekerjaan pembersihan lapangan.
2.4 Direksi Keet
Besarnya direksi keet tergantung dari besar kecilnya proyek.
Direksi keet merupakan konstruksi sementara yang penggunaannya hanya
selama proyek berlangsung dan sesudah itu dapat dibongkar kembali.
Fungsi direksi keet selain sebagai pusat komunikasi di dalam dan di luar
proyek, juga sebagai pengendalian pelaksanaan di lapangan.
2.5 Papan Nama dan Papan Peringatan
Pada pembuatan Jembatan Kali Tenggang ini dibutuhkan 1 buah
papan nama poyek yang penempatannya di awal proyek dan di akhir
proyek, selain itu dibuatkan dua papan peringatan. Bahan yang
dipergunakan dalam pembuatan papan nama proyek adalah papan kayu
ukuran 2/20 dan balok 5/7 .
Gambar 2 Papan Nama Proyek
3 Pekerjaan Tanah
3.1 Pemasangan Bouwplank
Pembuatan papan duga (bouwplank) abutmen untuk pelaksanaan
pekerjaan ini dimaksudkan untuk acuan dalam pekerjaan galian tanah
untuk abutmen jembatan, selain itu dapat juga digunakan sebagai acuan
pula dalam pelaksanaan pekerjaan. Papan duga ini terletak di luar dari
batas galian yang direncanakan. Ketinggian bouwplank satu dengan
lainnya harus sama. Pengecekan ketinggian ini dapat dilakukan memakai
selang plastik yang di isi dengan air. Untuk menentukan as galian pondasi,
bagian atas papan bouwplank diberi paku di tengahnya, kemudian
dipasang benang antara bouwplank satu dengan lainnya. Supaya titik
pertemuan antar benang bisa betul- betul siku, dapat diukur dengan
metode phytagoras.
Gambar 3 Papan Duga
Gambar 4 Bouwplank Abutmen
3.2 Pekerjaan Urugan Tanah dan Pemadatan Tanah
Pekerjaan urugan tanah adalah pekerjaan untuk menaikkan elevasi
permukaan tanah yang akan dipergunakan untuk pembuatan abutmen
tersebut.
Adapun langkah kerja pekerjaan urugan tanah dan pekerjaan
pemadatanya dilakukan sebagai berikut ini :
a. Mempersiapkan alat-alat yang dipergunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan tersebut.
b. Pengambilan tanah pilihan dengan dump truck ukuran 3,5 - 4
m3 yang didatangkan dari daerah Sambiroto Semarang
Selatan.
c. Tanah dari Dump Truck dihamparkan pada lokasi yang telah
ditentukan dengan Bulldozer, sampai seluruh tanah merata.
d. Memadatkan urugan tanah tersebut secara bertahap dengan
alat pemadat yaitu Tandem Roller dengan ketebalan setiap
lapisan adalah 20 cm.
e. Memeriksa kepadatan dengan mengadakan pengujian Sand
cone sehingga akan diperoleh kepadatan yang sesuai dengan
rencana.
Gambar 5 Pola Pemadatan Urugan Tanah pada Medan Lurus
Gambar 6 Urugan tanah, perataan dan pemadatan tanah dengan alat berat
4. PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG
4.1 Pengangkatan Tiang Pancang dari Truck Trailer
Pengangkatan tiang pancang yang dimaksud disini adalah
pengangkatan tiang pancang dari Truck Trailer untuk diturunkan ke lokasi
penumpukan. Adapun Syarat Teknis yang perlu diperhatikan dalam
mengangkat tiang pancang ini antara lain:
a. Tiang pancang harus diangkat pada titik-titik angkat
yang telah ditentukan.
b. Tiang pancang harus diangkat dengan menggunakan
wire sling atau web sling.
c. Selama pengangkatan tiang pancang harus dilindungi
dari kerusakan lapisan pelindung karena penggunaan wire sling
dengan menggunakan lapisan karet atau bahan lain.
d. Tiang pancang yang ditumpuk harus dikelompokkan
sesuai dengan diameter, tebal dan panjang yang sama.
Adapun cara-cara pengangkatan dari tempat pembuatan untuk
diletakkan di atas Truck trailler dan dari atas Truck trailler ke lokasi
penimbunan /pemancangan, pengangkatan dengan 2 tumpuan sebagai
berikut :
Gambar. 7 Pengangkatan tiang pancang
4.2 Penumpukan Tiang Pancang
Penumpukan dilakukan pada lokasi yang ditentukan, tempat yang
datar dan luas serta telah diberi bantalan kayu sebagai alasnya.
Penumpukan pertama dan kedua harus diselingi dengan bantalan kayu
sebagai alasnya sehingga antara tiang pancang tidak saling berbenturan.
¼ L½ L¼ L
Kayu 8/10 Tiang pancang
a aL -2a
M1 M1
M2
Gambar 8 Penumpukan Tiang Pancang
4.3 Pekerjaan Persiapan Pemancangan
Sebelum pekerjaan pemancangan dimulai, perlu dipersiapkan
segala sesuatu yang berhubungan dengan kelancaran pemancangan. Hal-
hal yang perlu dipersiapkan :
a. Gambar yang berhubungan dengan pemancangan baik gambar
rencana maupun gambar pelaksanaan.
b. Peralatan yang akan dipakai harus diperiksa kondisinya.
c. Tenaga kerja yang akan melaksanakan pekerjaan harus
berpengalaman sesuai dengan macam pekerjaan.
d. Pemasangan patok pada titik- titik pancang.
e. Pengamanan lokasi pemancangan.
4.4 Pekerjaan Bouwplank Tiang Pancang
Pemasangan bouwplank ini dimaksudkan untuk menentukan titik-
titik pemancangan karena dalam penentuan titik-titik pemancangan sangat
menentukan didalam pekerjaan pemancangan agar sesuai dengan gambar
yang telah direncanakan.
Adapun untuk menentukan titik-titik pemancangan adalah sebagai
berikut :
a. Dari hasil pengukuran, kemudian dibuat bouwplank untuk
menentukan titik-titik pemancangan. Bouwplank terbuat dari
papan kayu 2/20 dan kayu 5/7.
b. Memasang bouwplank pada titik-titik yang telah ditentukan
pada saat pengukuran untuk mendapatkan as abutmen dengan
memasang benang yang diikatkan/pemberat pada paku yang
dipasang ditengah-tengah papan pada bouwplank.
c. Memindahkan dari setiap titik pertemuan benang ke bawah
dengan menggunakan unting-unting dan memberi patok yang
merupakan titik pancang.
Gambar 10 Pemasangan Bouwplank Tiang Pancang
4.5 Pemasangan Topi Tiang Pancang
Topi pancang berfungsi untuk menghindari terjadinya kerusakan
tiang pancang pada saat pelaksanaan pemancangan karena pemukulan oleh
hammer. Topi pancang diletakkan pada kepala tiang pancang pada saat
pemancangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan adalah:
a. Topi pancang terbuat dari baja.
b. Hammer dan tiang pancang yang bertopi harus diletakkan pada satu
garis sumbu.
c. Ukuran topi pancang harus tepat di atas tiang pancang yang
berfungsi untuk menyebarkan energi pemukulan sehingga merata.
4.6 Pengangkatan Tiang Pancang Pada Saat Pemancangan
Pengangkatan tiang pancang yang dimaksud adalah pengangkatan
tiang pancang untuk dipasangkan pada crane untuk dipancang.
Adapun langkah-langkah pengangkatan tiang pancang adalah
sebagai berikut :
a. Setelah tiang pancang diletakkan dekat crane, kemudian
pada jarak 0,289 x L panjang tiang diikatkan tali baja yang akan
ditarik dengan crane.
b. Topi pancang dipasang dan didalamnya dipasang bantalan
tiang pancang yang terbuat dari kayu, ini bertujuan untuk
menghindari perambatan getaran atau energi dari kepala hammer
ke tiang secara langsung.
c. Pada saat pengangkatan tiang pancang harus didekatkan
pada crane sebelum pemindahan ke titik pemancangan, agar tidak
terjadi kecelakaan (guling).
d. Selanjutnya tiang pancang diangkat dan dipasangkan pada
hammer dan diusahakan ditempatkan pada titik pemancangan
dengan posisi vertikal, kemudian dikontrol ketegakkannya.
Adapun cara-cara pengangkatan tiang pancang untuk dipancang
pengangkatan dengan I tumpuan ( saat pendirian / pemancangan ) adalah
sebagai berikut :
Gambar 11 Momen Saat Pendirian Tiang Pancang
Gambar 12 Pengangkatan tiang pancang dengan I tumpuan
4.7 Pemancangan
Langkah-langkah kerja dalam pelaksanaan pemancangan adalah
sebagai berikut:
a. Sebelum dilakukan pemancangan, area disekitar titik-titik pancang
harus dibersihkan dari bahan-bahan (batu) yang dapat mengganggu
aktivitas pemancangan.
b. Tiang pancang diangkat dengan posisi pengangkatan adalah 0.209
L panjang pipa dihitung dari atas tiang, dengan menggunakan wire
sling untuk ditegakkan pada posisi pemancangan dengan bantuan
team survey.
c. Proses setting tiang pancang akan selalu dimonitor oleh team
survey dengan menggunakan alat theodolit dalam dua posisi
pengukuran depan dan samping, sehingga dapat dipastikan posisi
sumbu hammer, tiang pancang dan topi baja dalam keadaan lurus
satu garis.
Gambar 13 Pengukuran kelurusan tiang pancang dengan theodolit
d. Setelah posisi tiang pancang dianggap benar, wire sling
dikendorkan secara perlahan, sehingga tiang pancang akan
bergerak menembus tanah, hal ini terjadi karena kondisi tanah
lunak dan berat sendiri tiang pancang.
e. Selanjutnya Hammer dipasang pada ujung atas tiang pancang dan
segera diperiksa kembali posisi tiang pancang dengan theodolit,
baik posisi koordinat tiang maupun ketegakkan tiang.
f. Setelah yakin semua siap baik alat, tenaga maupun kondisi/posisi
tiang pancang tegak lurus baru dilakukan pemancangan.
g. Pada pukulan pertama pemancangan harus dilakukan pengamatan
pada soft block driving, untuk memastikan bahwa arah pukulan
sudah benar/tepat, kemudian pemancangan dapat dilanjutkan
sampai mencapai tanah keras.
Gambar 14 Proses Pemancangan
h. Selama pemancangan harus tetap di monitor posisi/sudut
kemiringan tiang pancang dengan menggunakan theodolit.
i. Setelah posisi dianggap benar segera dilakukan pemancangan
sampai ke dalaman sesuai yang direncanakan atas perintah direksi
pengawas lapangan karena telah dianggap cukup.
j. Selama proses pemancangan dilaksanakan Driving record.
k. Pada akhir pemancangan dilakukan kalendering untuk setiap tiang
pancang guna mengetahui berapa penetrasi atau penurunan tiang
pancang per pukulan (mm/pukulan). Kalendering ini diambil pada
1/4 pukulan terakhir pemancangan.
4.8 Galian Tanah Untuk Lantai Kerja Abutmen
Galian tanah ini pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan
alat berat (excavator) dan menggunakan tenaga manusia dengan alat
sederhana seperti cangkul, linggis dan lain-lain. Adapun langkah - langkah
pekerjaan tanah galian abutmen ini adalah :
a. Tempatkan excavator pada posisi yang datar, tidak mengganggu
pekerjaan lain dan tempatkan pada posisi yang dekat dengan
tempat penimbunan tanah hasil galian yang dihasilkan.
b. Gulung kembali benang - benang yang ada pada pembuatan
papan duga, yang sebelumnya telah dipergunakan dalam
penentuan batas - batas dari galian abutmen.
c. Pelaksanaan galian tanah dengan menggunakan excavator,
sedangkan penimbunan tanah diletakkan pada sisi daerah yang
dekat dengan sungai.
d. Mengontrol kedalaman dan kedataran hasil galian dasar
abutmen dengan bantuan rol meter yang diukur dari dasar galian
abutmen sampai menyentuh benang as abutmen.
e. Cek kembali kemiringan galian tanah (1:2) agar galian tanah
yang telah dibuat aman dari bahaya kelongsoran.
f. Galian tanah bagian tepi diberi anyaman bambu agar tidak
terjadi longsor, karena lokasi galian masih terdapat air bekas
tambak yang telah di urug.
g. Karena masih terdapat air, untuk itu perlu dilakukan
pengeluaran air menggunakan mesin penyedot air, air dialirkan
ke tambak.
Gambar 15 kerja abutmenGalian tanah untuk lantai
Gambar 16 Galian tanah untuk lantai kerja abutmen di lapangan
4.9 Pembuatan Top Pile
Top pile adalah suatu bagian dari tiang pancang yang berfungsi
sebagai penyambung antara tiang pancang dengan poer pondasi. Adapun
langkah kerja pembuatan top pile adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengukuran pada diameter dalam tiang pancang.
b. Memotong plat baja sesuai dengan ukuran rencana.
c. Memasang plat baja hingga 1 m dari ujung atas tiang pancang.
d. Memotong tulangan tambahan D 22 mm dengan panjang 1 m.
e. Memasang tulangan tambahan tersebut ke dalam tiang pancang
dan atur kedudukannya hingga berjajar teratur membentuk
lingkaran. Untuk memperkuat kedudukannya digunakan bendrat.
f. Mengaduk campuran beton dengan mutu sesuai dengan beton poer
yaitu mutu beton fc’= 25 MPa
g. Melakukan pengecoran hingga puncak kepala tiang.
Gambar 17 Pembuatan Top Pile
Top pile plat baja
Tulangan tambahan D 22
Kawat pratekan
5 PEKERJAAN ABUTMEN
Pekerjaan Abutmen terdiri dari pekerjaan persiapan, pemasangan tulangan,
pekerjaan bekisting, dan pekerjaan pengecoran.
5.1 Pekerjaan Persiapan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi dilakukan berbagai
persiapan. Pekerjaan tersebut antara lain berupa pengecekan terhadap ukuran-
ukuran dari pekerjaan pondasi tersebut, kemudiaan persiapan terhadap semua
jenis peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan dan juga tenaga kerja
yang dibutuhkan dalam pekerjaan pondasi tersebut yang dimulai dari
penulangan, begisting, pembetonan, dan sampai beton tersebut dibongkar.
5.2 Pembuatan Lantai kerja
Adapun tahapan pembuatan lantai kerja adalah sebagai
berikut :
1) Mengukur kembali as abutmen sesuai dengan gambar
rencana.
2) Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan.
3) Mengeluarkan air yang ada di dalam galian abutmen dengan
alat penyedot air dan air dibuang ke tambak.
4) Membuat perancah dan begesting untuk pengecoran lantai
kerja.
5) Menuangkan adukan beton dari molen lewat talang dan
adukan diratakan hingga ketinggian 5 cm.
(Sumber : Ir. Gideon H. Kusuma M.Eng. “Pedoman Pengerjaan
Beton”,Hal : 48
Gambar 18 Lantai kerja abutmen
5.3 Pekerjaan penulangan
Pekerjaan penulangan dilakukan setelah lantai kerja kering dan kuat
menopang beban. Pekerjaan penulangan ini menggunakan bahan baja
tulangan dan kawat bendrat sebagai alat pengikat.
Pekerjaan Penulangan ini terdiri dari dua bagian pekerjaan, yaitu :
a. Pemotongan dan pembengkokan Tulangan
b. Perakitan dan penyetelan tulangan
pasak
Sekat sisi (papan 220 )
kelam (papan 220 )
0,05
6,80
5.4 Pekerjaan Bekisting dan perancah
Tahapan pemasangan begesting dilakukan sebagai berikut :
a. Tahap pertama begesting untuk poer/ kaki abutmen
b. Tahap kedua pemasangan begesting pada badan dan sayap
abutmen.
c. Tahap ketiga melanjutkan pemasangan begesting pada
badan dan sayap abutmen sampai mencapai tinggi yang telah
ditentukan.
Langkah kerja pembuatan begesting :
a. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang
dibutuhkan.
b. Mempersiapkan landasan yang kuat sebagai
tumpuan perancah, dalam hal ini digunakan kayu.
c. Memotong multiplek dan balok perancah sesuai
dengan gambar rencana.
d. Mendirikan perancah yang telah ditentukan sesuai
dengan gambar.
e. Memasang cetakan dari multiplek sesuai dengan
gambar.
f. Pada bagian dalam cetakan diberi oli agar
permukaan beton bisa rata dan begesting mudah dilepas.
g. Memasang skoor dan balok penjepit yang
diperlukan sesuai dengan gambar.
h. Pemakuan pada konstruksi begesting dibuat
sedemikian rupa agar dalam pembongkaran mudah dilaksanakan.
5.5 Pemasangan Begisting dan Perancah
Perancah yang dipergunakan sebagai bahan untuk mendukung bagian
konstruksi beton yang sedang dikerjakan (dicor) perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Pemasangan papan harus dilakukan oleh orang yang ahli
dalam pemasangan perancah berdasarkan gambar rencana yang jelas
mengenai jarak balok, melintang, balok penumpu maupun
penyambungannya,
b. Balok kayu dan penumpu harus cukup kuat untuk
menahan beban dengan memperhitungkan pengaruh cuaca (hujan),
c. Papan acuan harus diberi penguat horisontal dan vertikal
yang cukup,
d. Titik penumpu harus kuat menahan gaya muatan tegak
lurus yang diakibatkan oleh papan acuan, beton, alat pemadat, pekerja
dan lain-lainnya serta menahan gaya horisontal dengan kedudukan yang
mantap ditanah,
e. Sambungan pada tiang penumpu harus diberi perkuatan
yang cukup untuk menahan beban dan stabilitas konstruksi.
Pemasangan begisting dilakukan setelah pekerjaan penulangan selesai
dikerjakan. Dan disesuaikan dengan daerah pengecorannya. Oleh karena itu
pada pemasangan tulangan diusahakan sedapat mungkin sudah tepat pada
posisinya. Pemasangan bekisting dilakukan secara bertahap sesuai dengan
daerah yang akan dicor.
Tahapan dalam pemasangan acuan dan perancah disesuaikan dengan
tahapan pelaksanaan pengecoran, pada pengecoran abutmen Jembatan Kali
Tenggang ini menggunakan beton mutu fc’ 25 Mpa dilakukan dalam 3 tahap
mengingat tinggi abutmen 5,2 m.
a. Tahap I : Pemasangan begisting dan perancah poer abutmen
setinggi 1,15 m
b. Tahap II : Setelah beton pengecoran tahap I kering, dilanjutkan
pemasangan begisting dan perancah badan abutmen dan sayap setinggi
1,7 m.
c. Tahap III : Beton pada pengecoran tahap II kering, kemudian
pemasangan begisting dan perancah kepala abutmen dan sayap setinggi
2,1 m.
5.6 Pengecoran Abutmen dan Sayap
Pengecoran abutmen dan sayap dilakukan setelah pekerjaan
pemasangan tulangan dan begesting selesai dan telah dicek kekuatannya
sehingga mampu menahan beton segar baik secara vertikal maupun
horisontal. Abutmen dan sayap jembatan pada proyek Jembatan Kali
Tenggang ini menggunakan beton mutu fc’ 25 Mpa. Pengecoran pada
abutmen dan sayap dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :
a. Pengecoran tahap I, yaitu pengecoran poer setinggi 1,15 meter
b. Pengecoran tahap II, yaitu pengecoran badan dan sayap abutmen
setinggi 1,70 meter.
c. Pengecoran tahap III, yaitu pengecoran kepala dan sayap abutmen
setinggi 2,10 meter.
Pada pekerjaan pengecoran, beton segar tidak boleh dijatuhkan lebih
dari 2,00 m, hal ini dikarenakan untuk mencegah terjadinya segregasi pada
beton tersebut. Langkah-langkah pengecoran adalah :
a. Mempersiapkan peralatan, bahan dan tenaga yang akan digunakan
serta menempatkannya di dekat lokasi pengecoran.
b. Membersihkan lokasi pengecoran dari kotoran-kotoran yang dapat
mempengaruhi mutu beton.
c. Memberi oli pada bagian dalam begesting, supaya air yang terdapat
dalam beton tidak terserap oleh kayu dan mudah dalam pelepasan.
d. Menuangkan adukan beton dengan bantuan concrete pump secara
merata kemudian memadatkan setiap lapisan dengan menggunakan
vibrator sebelum lapisan berikutnya dicor.
e. Pengecoran di beberapa lapisan harus dikerjakan secara
berkesinambungan sampai pada ketinggian yang direncanakan.
f. Untuk memadatkan beton digunakan vibrator. Dalam penggunaannya
dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregation (pemisahan
butiran, pengumpulan butiran agregat yang mempunyai ukuran yang
sama pada tempat sama) dan bleeding (naiknya air dalam adukan ke
permukaan adukan).
g. Untuk mengecek apakah begesting dan dinding abutmen dalam posisi
tegak, dipasang unting-unting pada sisi atas begesting.
h. Untuk mengontrol pelaksanaan pekerjaan beton, maka dibuat benda
uji berbentuk silinder sebanyak 1 buah setiap 3 m3 adukan beton dan
juga uji slump.
Gambar 19 Pengecoran Abutmen Tahap I
Gambar 20 Pengecoran Abutmen dan Sayap Tahap II
Gambar 21 Pengecoran Abutmen dan Sayap Tahap III
5.7 Pembongkaran Begisting dan Perancah
Setelah selesai tahapan pengecoran ditunggu sampai kurang lebih 7
hari kemudian begisting dibongkar. Begisting dibongkar secara hati-hati agar
tidak merusak permukaan dari beton. Perlu diketahui setelah pembongkaran
bahan-bahan yang masih bisa digunakan lagi jangan dibuang dan dipisahkan
dengan bahan yang sudah tidak bisa dipakai lagi.
5.8 Perawatan Beton
Pekerjaan perawatan beton yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pada waktu pengecoran beton dilindungi dengan atap plastik/terpal
untuk menjaga kekentalan beton dan penguapan air yang terlalu cepat.
b. Selama menunggu proses beton muda menjadi beton berkekuatan
tertentu selama 14 hari berturut-turut, untuk setiap harinya dilakukan
menyemprot atau memerciki air pada beton tersebut untuk menjaga
kestabilan beton.
c. Menutupi permukaan beton dengan karung goni basah.
5.9 Pekerjaan Urugan Tanah
Urugan tanah adalah pekerjaan dari rangkaian pembuatan abutmen
jembatan ini, yang dimaksudkan pada pekerjaan ini adalah menaikkan elevasi
permukaan tanah pada abutmen yang akan dipergunkan untuk pembuatan
badan jalan yang akan melintasi jembatan tersebut.
6. Pekerjaan Plat Injak
Pekerjaan plat injak dilakukan setelah pengecoran abutmen dan sayap
selesai serta setelah pekerjaan urugan tanah dan pemadatan selesai. Plat injak
merupakan lembaran beton dengan dimensi tertentu pada perencanaan yang
diletakkan diatas abutmen sebagai penahan agar tanah tidak ambles / turun
akibat beban kendaraan yang melaju diatasnya pada jalan peralihan dari jalan
ke jembatan.
6.1 Pekerjaan Urugan Pasir dan Lantai kerja
Sebelum dilakukan pekerjaan merangkai tulangan, terlebih dahulu
mengurug tanah dengan pasir urug dan pembuatan lantai kerja. Tebal lapisan
pasir adalah 5 cm yang merupakan landasan pengecoran plat injak. Lantai
kerja ini berfungsi untuk memudahkan pekerja merakit tulangan serta
menjaga agar tulangan tetap bersih
Gambar 22 Urugan Pasir dan Lantai Kerja Plat Injak
6.2 Pekerjaan Penulangan Plat Injak
Langkah kerja pekerjaan penulangan ini adalah :
a. menghitung dan mempersiapkan kebutuhan tulangan sesuai gambar
rencana.
b. memotong dan membengkokkan tulangan sesuai gambar rencana.
c. merangkai tulangan sesuai dengan gambar rencana.
6.3 Pekerjaan Begisting Plat Injak
Pekerjaan begisting ini meliputi pemasangan acuan dan perancah
yang akan digunakan sesuai dengan gambar rencana, setelah itu begisting
dilapisi oli permukaannya agar beton mudah dilepas saat dilakukan
pembongkaran acuan.
6.4 Pekerjaan Pengecoran Plat Injak
Pada pengecoran plat injak ini digunakan beton dengan mutu fc
25 Mpa. Adapun langkah kerja dari pengecoran plat injak ini adalah
sebagai berikut :
a. Membersihkan lokasi yang akan dicor dari kotoran dan juga
pada pekerjaan bekisting.
b. Mempersiapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam
pengecoran ini serta membuat campuran beton sesuai yang
disyaratkan.
c. Menuang campuran beton secara bertahap mulai dari ujung
sampai ke ujung akhir, tidak berpindah-pindah.
d. Memadatkan beton dengan menggunakan vibrator.
Gambar 23 Pengecoran Plat Injak
6.5 Pekerjaan Pembongkaran Begisting dan Perawatan Beton
Pembongkaran begisting untuk plat injak ini dilakukan setelah
beton berumur 7 (tujuh) hari setelah pengecoran selesai atau telah
mendapat persetujuan dari direksi untuk dibongkar. Setelah beton dibuka
cetakannya dilakukan penyiraman air secara kontinu atau memberi karung
goni basah selama 14 hari. Perendaman kurang lebih selama 4 (empat)
hari, hal ini dimaksudkan agar diperoleh kuat tekan yang maksimal.
Berdasarkan hasil pengujian benda uji beton yang dilakukan sehingga
sesuai dengan karakteristik yang diinginkan.