33
Jejak Langkah Bersama KPA Biocita Formica Mengungkap pesona eksotis kearifan lokal masyarakat tradisional

Jejak langkah bersama biocita tampil

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Jejak Langkah Bersama KPA Biocita

Formica

Mengungkap pesona eksotis kearifan

lokal masyarakat tradisional

Page 2: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Penerapan Etnopedagogi di Lingkungan Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar,

Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten

Page 3: Jejak langkah bersama biocita   tampil

BARA CAKRAWALAPresented by

NPA 108 BC

NPA 109 BC

NPA 110 BC

Page 4: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Kawasan konservasi

Suku Baduy di Banten memiliki

peraturan, tata dan nilai yang sangat

erat.

Penerapan Etnopedagogi

Latar Belakang

Page 5: Jejak langkah bersama biocita   tampil

•Mendapat

informasi tentang cara-cara mewariskan prinsip pengelolaan lingkungan, keadaan sosial budaya dan tingkat pendidikan dalam masyarakat Baduy.

•Memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai etnopedagogi di masyarakat Baduy

•Meningkatkan kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan

Tujuan•Bagaimana

pendidikan nilai sosial budaya masyarakat Baduy diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya?

•Bagaimana pengaruh penerapan etnopedagogi dalam kehidupan masyarakat Baduy?

Rumusan Masalah

•memberikan contoh sejauh apa penerapan etnopedagogi di lingkungan masyarakat Baduy sehingga dapat menumbuhkan kesadaran pembaca akan pentingnya menjaga wawasan tradisional.

Manfaat

Page 6: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Metode Penelitian

Page 7: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Metode penelitian yang digunakan adalah survey eksploratif.

Dalam kamus disebutkan pengertian survey, yaitu tindakan

mengukur atau memperkirakan. Namun dalam penelitian survey

lebih berarti sebagai suatu cara melakukan pengamatan di mana

indikator mengenai variabel adalah jawaban-jawaban terhadap

pertanyaan yang diberikan kepada responden baik secara lisan

maupun tertulis. Dalam cara ini tim membuat kuisioner yang

diajukan kepada informant atau warga masyarakat setempat.

Page 8: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Tempat

Penelitian

•Wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT (Permana, 2001). tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung.

Waktu Penelitian

•Pengambilan data dilapangan dilaksanakan selama 4 hari. Dimulai dari tanggal 25-29 Juni 2010.

Tempat dan Waktu Penelitian

Page 9: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Tinjauan PustakaEtnopedagogi

Etnopedagogi

ethno “terkait budaya”

pedagogi “seni, sains dan

profesi mengajar”

Page 10: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Konservasi

Konservas “Conservation

con (together)

servare (keep/save) mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what

you have)

Page 11: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Suku baduy terletak di wilayah Kanekes secara

geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT. Tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung.

Di Baduy terdapat 53 kampung, diantaranya 50 Baduy luar dan 3 Baduy dalam.

Di Baduy terdapat kurang lebih 3000 kepala keluarga, dengan sekitar 11.000 penduduk.

Suku Baduy

Page 12: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Hasil Penelitian

Page 13: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Masyarakat Kanekes

Tangtu Panamping  Dangka 

 Baduy Dalam paling

ketat mengikuti adat,

yaitu warga yang

tinggal di tiga

kampung: Cibeo,

Cikartawana, dan

Cikeusik).

  Baduy Luar, yang

tinggal di berbagai

kampung yang

tersebar mengelilingi

wilayah Baduy

Dalam, seperti

Cikadu, Kaduketuk,

Kadukolot, Gajeboh,

Cisagu, dsb.

Baduy Dangka tinggal

di luar wilayah

Kanekes, dan pada

saat ini tinggal 2

kampung yang

tersisa, yaitu

Padawaras, dan

Sirahdayeuh.

Berfungsi sebagai

semacam buffer zone

atas pengaruh dari

luar

Page 14: Jejak langkah bersama biocita   tampil

TangtuPanamping

Page 15: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Perbedaan Baduy Dalam Baduy Luar

Jumlah desa 3 50

Pemukiman Terbuat dari bambu tanpa menggunakan

material lain yang bukan dari alam

Terbuat dari bambu namun telah mrnggunakan

material tambahan seperti paku

Peralatan Rumah Tangga

Hanya terdapat beberapa alat bantu terbuat dari logam

dan kayu.

Peralatan rumah tangga sudah lengkap dan berasal dari luar.

Pakaian Berwarna putih Hitam

Hubungan dengan Dunia Luar

Hanya warga Indonesia yang dapat

masuk, dan hanya boleh menginap sehari semalam.

Akses telah lebih terbuka, warga asing

boleh masuk.

Teknologi Tidak ada Sudah masuk seperti listrik, HP, radio, dll

Page 16: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Kepercayaan

Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang

Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal,

salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus

ke bumi. Asal usul tersebut sering pula

dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek

moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka,

Adam dan keturunannya, termasuk warga Kanekes

mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita)

untuk menjaga harmoni dunia.

Page 17: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut

sebagai Sunda Wiwitan berakar pada pemujaan kepada

arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan

selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Budha, Hindu,

dan Islam. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan

adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut

dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi

terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes tersebut

adalah konsep "tanpa perubahan apapun", atau perubahan

sesedikit mungkin:

Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu

beunang disambung.

(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak

bisa/tidak boleh disambung)

Page 18: Jejak langkah bersama biocita   tampil
Page 19: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Penanggalan

Kampung Baduy memiliki bulan-bulannya sendiri, seperti :1. Sapar → Hajatan2. Kalima3. Kaenem → 27 juni=16 kaenem4. Kapitu5. Kadalapan → Nanem (Main angklung, mulai

nanem)6. Kasalapan7. Kasapuluh8. Hapitlemah9. Hapitkayu10.Kasa11.Karo KAWALU (Panen)12.Katiga

Page 20: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Di kampung Baduy memiliki tradisi di mana, bulan

Sapar merupakan bulan untuk hajatan, sehingga apabila

masyarakat Baduy ingin melakukan pernikahan harus pada

bulan Sapar tidak boleh bulan yang lain.

Adapun bulan saatnya bertanam padi yaitu pada bulan

Kadalapan. Biasanya saat akan memulai nanem akan diiringi

dengan permainan angklung.

Selain itu, di kampung Baduy ada saatnya orang-orang

luar atau pengunjung di larang memasuki kawasan Baduy

Dalam yaitu pada bulan Kasa, Kaso, dan Katiga. Bulan-bulan

itu merupakan saatnya perayaan Kawalu yaitu saatnya

panen.

Page 21: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Pemerintahan

Hukum NKRI Hukum Adat

Secara nasional penduduk Kanekes dipimpin oleh kepala desa yang disebut sebagai jaro pamarentah, yang ada di bawah camat.

Secara nasional penduduk Kanekes dipimpin oleh kepala desa yang disebut sebagai jaro pamarentah, yang ada di bawah camat.

diakulturasi

Page 22: Jejak langkah bersama biocita   tampil
Page 23: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Pendidikan

Masyarakat Baduy menurunkan wawasan tradisional

mereka dengan cara mengajarkannya langsung dari orang

tua kepada anak secara lisan. Anak-anak dari Suku Baduy

tidak mengenyam pendidikan formal seperti sekolah

dasar, mereka hanya mendapatkan pendidikan dari orang

tuanya masing-masing. Dapat disimpulkan bahwa

setiap orang tua bertanggung jawab dalam

mendidik anak mereka masing-masing.

Page 24: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Kepintaran (ilmu) yang didapat dari pendidikan formal hanya akan digunakan untuk membodohi (menipu) saudara mereka sendiri. Kepintaran yang mereka percayai datang dari hati dan pikiran yang diberikan oleh Sang Pencipta bukan dari pendidikan formal.

Ketika anak-anak Baduy mencapai umur 10 tahun, mereka mendapat pendidikan dari luar keluarganya. Anak-anak ini dikumpulkan dengan anak-anak lain seusianya dan mendapatkan pengajaran tentang budaya dan kearifan masyarakat mereka dari seorang Jaro di desanya.

Page 25: Jejak langkah bersama biocita   tampil
Page 26: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Nilai Kearifan yang Sarat Akan Usaha Pemeliharaan

SDA

Suku Baduy membagi hutan ke dalam 2 jenis yaitu hutan lindung dan hutan produksi. Hutan lindung dikenal juga sebagai hutan terlarang dimana tidak boleh dimasuki oleh sembarangan orang dan tidak diiizinkan untuk menebang pohon disana.

TINAKARTA

Lahan Produksi

Lahan Pemukiman

Lahan Konservasi

Page 27: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Dalam kehidupan sehari-hari yang lebih sederhanapun

nilai-nilai kelestarian alam dilaksanakan seperti tidak

menggunakan sabun saat mandi maupun mencuci. Sebaliknya

mereka memanfaatkan hal yang ada di alam untuk

menggantikannya seperti menggunakan abu dari sabut kelapa

yang telah dibakar sebagai pengganti sampo.

Selain itu, mereka dilarang memutus aliran air sungai

sehingga dalam berladang mereka tidak menggunakan sistem

irigasi dari sungai. Sistem yang mereka gunakan adalah

pertanian kering yang mengandalkan air hujan atau kita kenal

sebagai huma. Mereka juga tidak menyimpan persediaan air

dalam rumah, mereka hanya mengambil air pada saat

dibutuhkan. Mereka mengambil air dengan menggunakan

suatu alat dari bambu bernama kele.

Page 28: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Masyarakat Baduy

Page 29: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Dalam pembangunan rumah mereka misalnya, mereka menggunakan bahan utama pohon bambu dan pembuatan rumah tanpa menggunakan paku (pada masyrakat Baduy Dalam). Bambu dipilih karena jumlahnya yang sangat melimpah di alam, sehingga penggunaanya tidak akan mengganggu kelestarian jenis tumbuhan di alam.

Masyarakan Baduy tidak menggunakan barang-barang dari luar yang dapat menimbulkan permasalahan sampah khususnya bagi masyarakat Baduy Dalam. Mereka hanya menggunakan benda-benda yang berbahan logam

Dalam 1 hari mereka mampu membangun 3 rumah. Dalam 3 hari mereka mampu membuat satu jembatan. Hal ini dapat dilakukan karena gotong royong yang masih sangat tinggi.

Masyarakat Baduy sangat pandai dalam ilmu perbintangan dan biologi.

Page 30: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Pelanggaran

Adat istiadat yang diterapkan dalam kegiatan sehari-hari

tidak boleh dilanggar. Apabila terjadi pelanggaran maka

mereka dapat menerima hukuman. Hukuman diberikan

dapat berupa hukuman ringan, sedang dan berat.

Page 31: Jejak langkah bersama biocita   tampil
Page 32: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Simpulan

Masyarakat Baduy tidak menganut sistem pendidikan

formal mengajarkan pendidikan untuk generasi

selanjutnya dilakukan secara lisan dalam pantauan orang tua dan hukum adat yang

berlaku.

Tidak mendapatkan pendidikan formal,

kesadaran mereka akan pentingnya kelestarian

sumber daya alam dalam memenuhi kebutuhan hidup

mereka sangatlah besar, dilihat dari bagaimana

mereka membagi hutan dan ladang secara konsisten dan

seimbang. Pembagian tugas antara kedua orangtua yang jelas

serta pengawasan para tetua adat pun menjadi salah satu faktor utama dalam melestarikan adat

istiadat masyarakat Baduy secara turun temurun.

Page 33: Jejak langkah bersama biocita   tampil

Apabila pohon terakhir telah ditebang, ikan terakhir telah

dipancing dan tetesan air terakhir telah terpakai saat itulah kita sadar apa yang sebenarnya kita harus jaga karena uang tak lagi bisa

memenuhi kebutuhan kita.