Upload
aden-jakm
View
649
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI TENTANG BUDIDAYA JAMUR KUPING (Auricularia sp.)DI BPTP KARANG PLOSO KABUPATEN MALANG (JAWA TIMUR)
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Disusun oleh :RUSTAM
NIM : 2009330018
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWIMALANG
2013
STUDI TENTANG BUDIDAYA JAMUR KUPING (Auricularia Sp.)DI BPTP KARANG PLOSO KABUPATEN MALANG (JAWA TIMUR)
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGANSebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agroteknologi
Pada Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Disusun oleh :RUSTAM
NIM : 2009330018
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWIMALANG
2013
i
RINGKASAN
RUSTAM, 2009330018, Studi Tentang Budidaya Jamur Kuping (Auricularia sp.) diBPTP Karang Ploso Malang Jawa Timur. Dibawah bimbingan : Dra. Astutik, MP.
Jamur kuping (Auricularia sp.) merupakan tanaman saprofit yang saat inibanyak diminati masyarakat. Jamur banyak mengandung manfaat dan zat gizi.Manfaatatnya bisa menetralkan racun dalam tubuh, melancarkan sirkulasi darah,mencegah wasir, menyembuhkan anemia, menghentikan pendarahan, meningkatkanstamina tubuh serta mencegah radang usus dan radang tenggorokan. Sedangkankandungan gizinya meliputi protein, karbohidrat, serat, lemak, asam lemak, mineraldan vitamin.
Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di BPTP Karang Ploso, kabupatenMalang (Jawa Timur) dengan ketinggian tempat 500 meter diatas permukaan laut.Waktu pelaksanaan dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan Februari sampaiMaret 2012. Metode yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapang mulaidari pembuatan media, inokulasi, inkubasi, pemeliharaan, sampai dengan panen.
Hasil PKL di BPTP Karang Ploso diperoleh bahwa teknik tentang budidayajamur kuping yang pertama dilakukan adalah pembuatan substrat tanam. Setelah itudilakukan sterilisasi selama 6 jam. Setelah dilakukan sterilisasi proses selanjutnyaadalah inokulasi dengan bibit jamur 4-5%. Kemudian dilakukan inkubasi 1-2 bulan.Setelah miselium tumbuh hampir 90% untuk tahap selanjutnya yaitu masapenumbuhan jamur. Semua baglog dipindahkan ke ruang penumbuhan ataukumbung. Setelah 1 bulan atau setelah jamur mencapai bobot 65 gram denganukuran lebar tubuh buah 10-25 cm dilakukan proses pemanenan. Adapun hasil panendari 150 baglog menghasilkan jamur kuping seberat 6 kg atau rata-rata perbaglogmenghasilkan jamur kuping seberat 40 gram.
Kata Kunci : Jamur Kuping, Budidaya, dan Produksi
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis haturkan Kehadirat Allah SWT karena atas bimbinganserta tuntunanNya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Praktek KerjaLapangan (PKL) dengan baik.
Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) berhasildisusun karena bantuan serta dukungan dari semua pihak, untuk itu sepantasnyapenulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Widowati, MP. Selaku Dekan Fakultas Pertanian UniversitasTribhuwana Tunggadewi Malang
2. Ibu Ricky Indri Hapsari, SP. MP. Selaku Ketua Program Studi AgroteknologiUniversitas Tribhuwana Tunggadewi malang
3. Ibu Dra. Astutik, MP. Selaku pembimbing PKL yang telah banyakmemberikan arahan dan bimbingan
4. Mbak Lia Mei Narti, SP. Selaku pembimbing lapangan di BPTP KarangPloso.
5. Semua pihak yang telah mendukung baik secara langsung maupun tidaklangsung sehingga penulis dapat menyusun laporan PKL ini sampai selesai.
Penulis menyadari bahwa tulisan laporan PKL ini masih jauh darikesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran darisemua pihak demi kesempurnaan penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL).
Malang, 16 September 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
RINGKASAN .............................................................................................. iKATA PENGANTAR ................................................................................. iiDAFTAR ISI ............................................................................................... iiiDAFTAR GAMBAR ................................................................................... ivDAFTAR TABEL ....................................................................................... vI PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang .............................................................................. 11.2. Tujuan ........................................................................................... 31.3. Manfaat ......................................................................................... 3
II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Jamur Kuping ................................................................................ 4
2.1.1. Manfaat Jamur Kuping ....................................................... 62.2.2. Nilai Gizi Jamur Kuping .................................................... 6
2.2. Siklus Hidup Jamur Kuping ........................................................ 92.3. Syarat Tumbuh Jamur Kuping ...................................................... 102.4. Budidaya Jamur Kuping ............................................................... 11
2.4.1. Benih ........................................................................................... 122.4.2. Media Tanam Jamur Kuping ...................................................... 122.4.3. Inokulum ..................................................................................... 132.4.4. Pemeliharaan Jamur Kuping ....................................................... 132.4.5. Penanggulangan Hama dan Penyakit .......................................... 16
III METODE3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................ 183.2. Alat dan Bahan ............................................................................. 183.3. Metode .......................................................................................... 18
IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Profil BPTP Karang Ploso ............................................................ 194.2. Budidaya Jamur Kuping di BPTP Karang Ploso .......................... 21
4.2.1. Pembuatan Substrat Tanam (bag log) ................................. 214.2.2. Pengemasan Substrat Tanam .............................................. 224.2.3. Sterilisasi Media Tanam ..................................................... 234.2.4. Pendinginan Medium ......................................................... 244.2.5. Inokulasi ............................................................................. 244.2.6. Inkubasi .............................................................................. 254.2.7. Pertumbuhan Jamur Kuping ............................................... 264.2.8. Panen .................................................................................. 27
V KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan ................................................................................... 295.2. Saran ............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
1. Perbandingan Kadar Protein, Karbohidrat dan Lemak Jamur ........... 7
2. Perbandingan Lemak dan Asam Lemak Jamur .................................. 7
3. Kandungan Jumlah Mineral Jamur Kuping ....................................... 8
4. Kandungan Vitamin Jamur Kuping ................................................... 9
5. Jenis-jenis Jamur Kontaminan dan Tanda Serangan .......................... 26
iv
DAFTAR GAMBAR
1. Kantor BPTP Karang Ploso .................................................... 192. Pencampuran Media Tanam ..................................................... 213. Pengemasan Substrat Tanam ................................................... 224. Proses Sterilisasi ...................................................................... 235. Proses Pendinginan Medium .................................................... 246. Proses Inokulasi ....................................................................... 247. Proses Inkubasi ....................................................................... 258. Pemeliharaan ............................................................................ 269. Proses Panen ............................................................................ 27
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jamur kuping (Auricularia sp.) merupakan tanaman saprofit yang sudah
dikenal dan diminati oleh masyarakat kita secara turun temurun sejak awal tahun
1920. Akan tetapi, pada masa tersebut masyarakat kita mengkonsumsi jamur
dengan cara memetik jamur yang tumbuh liar baik pada kayu-kayu di hutan
ataupun yang tumbuh pada tumpukan jerami padi di sawah (Suriawiria, 1997).
Jamur kuping mengandung 85-89% air, lemak 1,08-9% terdiri dari asam
lemak bebas trigliserida, sterol dan fosfolipid. Karbohidrat terdapat dalam bentuk
glikogen, kitin dan polimer N asetil glikosamin yang merupakan komponen
struktural sel jamur. Jamur juga mengandung vitamin tiamin, niasin, biotin dan
asam askorbat. Jamur kaya mineral Fosfor, Kalsium dan zat besi. Penelitian di
Minnesota Medical School, Amerika menunjukkan jamur kuping jika disajikan
dalam menu sehari-hari berkasiat melancarkan peredaran damah. Kekentalan
darah dapat diatasi dengan mengkonsumsi jamur kuping setiap hari sebanyak 5-10
gram (Posman Sibuea, 2004)
Jamur juga mengandung bermacam-macam vitamin walaupun tidak
mengandung vitamin A tetapi kandungan riboflavin thiamine dan asam nikotinnya
cukup tinggi. Begitu juga kandungan kalsium dan fosfornya tinggi, sedangkan
kalori dan kolesterolnya rendah sehingga sering kali jamur dikatakan sebagai
makanan pelangsing (Sinaga, 1993).
Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan terhadap jamur kuping
semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi di kota – kota besar, seperti Jakarta,
2
Bandung, Bekasi, Bogor, Tangerang, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.
Bahkan, peluang pasar untuk daerah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi masih
sangat besar dengan harga yang tinggi. Peningkatan jamur kuping terjadi karena
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan cukup tinggi, karena kandungan gizi
yang cukup tinggi. Jamur kuping sangat mudah diolah menjadi berbagai masakan
lezat seperti sup, tumis jamur, tekwan, bakso, dan omlet. Dalam beberapa tahun
terakhir, permintaan terhadap jamur kuping semakin meningkat. Peningkatan ini
terjadi di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Bekasi, Bogor, Tangerang,
Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Bahkan peluang pasar untuk daerah
Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi masih sangat besar dengan harga yang tinggi
(Utoyo, N ; 2010).
Pasar potensial untuk jamur kuping selain untuk konsumsi dalam negeri
juga untuk keperluan ekspor. Beberapa negara pengimpor jamur kuping antara
lain Taiwan, Hongkong, dan Eropa pada umumnya. Data dari Biro Pusat Statistik
(BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 1997 ekspor jamur (termasuk jamur
kuping) mencapai 1.721.752 kilogram dengan nilai US$ 2.061374. Nilai ekspor
jamur kuping kering sendiri mencapai US$ 15/kg atau sama dengan Rp
105.000,00/kg (1 US$ = 7.000). Adapun harga jamur kuping di dalam negeri
khususnya di pasar swalayan/supermarket yang terdapat di kota-kota besar
mencapai Rp 30.000,00 sampai Rp 40.000,00/kg (per September 1999).
Sedangkan harga jamur kuping dalam keadaan basah berkisar antara Rp 6.000,00
sampai Rp 7.000,00/kg (Soenanto, H ; 2000).
3
Dalam desakan permintaan jamur kuping dari negara-negara tetangga yang
semakin besar perlu dipertimbangkan berbagai alternatif cara memenuhi
permintaan tersebut khususnya dari segi teknologi budidaya (Maryati, 2009).
1.2.Tujuan
A. Tujuan Umum
Praktek kerja lapang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
pengalaman praktis kepada mahasiswa dalam rangka kesiapan menghadapi dunia
kerja yang mengarah pada kegiatan kewirausahaan dan penciptaan lapangan kerja.
B. Tujuan Khusus
Praktek kerja lapang bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari studi
tentang budidaya jamur kuping (Auricularia sp.)’
1.3. Manfaat
Hasil Praktek kerja lapang diharapkan dapat digunakan sebagai sarana
pembelajaran bagi mahasiswa pertanian mengenai studi tentang budidaya jamur
kuping (Auricularia sp.) sebagai acuan dalam penelitian lebih lanjut.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Jamur Kuping
Menurut Tjitosomo (1984), seperti jamur kelas basidiomycetes lainnya,
hifa jamur kuping bersekat-sekat. Reproduksinya dapat secara seksual dan
aseksual. Secara seksual menghasilkan tubuh buah. Tubuh buah tersebut
dinamakan basidiokarp. Basidiokarp jamur kuping berbentuk lembaran berlekuk-
lekuk seperti kuping dan berwarna coklat tua pada bagian atas dan putih pada
bagian bawah. Didalam tubuh buah itulah terdapat anyaman hifa yang ujung-
ujungnya menggelembung. Gelembung itu yang dinamakan basidium. Jamur
kuping memiliki basidium yang bersekat-sekat. Diujung basidiumnya terdapat
basidiospora.
Jamur kuping mempunyai tubuh buah seperti daun telinga. Banyak pula
namanya, yaitu Hiratake, Mouleh, jamur kuping pohon atau kuping kayu, Supa
lember, He muk o (Cina), Kikurage (Jepang), Oortjeszwam (Eropa), Jew’s ear
(Yahudi) (Hendritomo, H. I ; 2010).
Jamur kuping memiliki tubuh buah duduk atau bertangkai pendek,
berbentuk mangkuk beraturan. Penampang berdiameter 5-10 cm. Jamur kuping
dalam kondisi basah mirip seperti agar-agar, sedangkan bila kering menjadi
kerupang mengkerut kecil berwarna cokelat tua atau hitam, dan apabila direndam
beberapa saat dengan air panas akan mekar kembali (Soenanto, H ; 2006).
5
Menurut Utoyo, N ; 2010, tubuh buah jamur berlekuk-lekuk, melebar
hingga 3-8 cm, dan bagian pinggir bergelombang. Tangkai buah pendek dan tidak
terlalu kelihatan. Dalam keadaan kering, jamur berkerut dan kaku.
Jamur kuping mempunyai ciri-ciri tubuh buah pada bagian bawah yang
melekat, bertangkai pendek, dan berbentuk mangkok tidak beraturan berbentuk
seperti kuping mencapai lebar 20 cm. Tubuh buah berdaging lunak seperti agar,
transparan, elastis, serta menjadi keriput, susut, dan liat bila dikeringkan, namun
bila direndam akan mekar kembali. Tubuh buah bagian permukaan atas agak
mengkilap dan halus, sedangkan pada bagian bawah berbulu halus dan
menghasilkan spora (Hendritomo, H. I ; 2010)
Menurut Hendritomo, H. I ; 2010, beberapa spesies jamur kuping yang
banyak dibudidayakan di Indonesia meliputi Tremella fuciformis (jamur kuping
agar, siro kikurage, white jelly), Auricularia polytricha (jamur kuping hitam,
black jelly, orage kikurage), Auricularia polytricha (jamur kuping hitam, black
jelly, orage kikurage). Tremella fuciformis (jamur kuping agar, siro kikurage,
white jelly) memiliki tubuh buah berwarna putih lebar, termasuk famili
Tremellaceae. Auricularia polytricha (jamur kuping hitam, black jelly, orage
kikurage) memiliki tubuh buah berwarna hitam keunguan dengan lebar 6-10 cm.
Hidup pada kayu sangat lembab (basah) di hutan atau kebun. Jamur kuping hitam
lebih banyak dijual dalam bentuk kering dan harus direndam di dalam air
sebelum dimasak. Jamur yang sudah dimasak mempunyai tekstur garing seperti
sewaktu memakan tulang muda dan tidak mempunyai rasa. Auricularia
6
judae(jamur kuping merah, red jelly, kikurage) memiliki tubuh buah berwarna
kemerahan dengan ukuran lebih lebar dibandingkan dengan jamur kuping hitam.
2.1.1. Manfaat Jamur Kuping
Jamur kuping selain enak dimakan dapat diolah sebagai obat untuk
berbagai penyakit, kurang darah, darah tinggi, ambeien, dan menstruasi tidak
lancar (Soenanto, H ; 2000).
Manfaat lain dari jamur kuping untuk mengatasi sesak nafas dan sakit
tenggorokan. Vitamin B kompleks dalam jamur kuping dapat mengatasi masalah
kulit seperti bisul dan alergi (Utoyo, N ; 2010). Senyawa lendir dapat menetralkan
racun yang terdapat pada makanan. Selain itu, khasiat jamur kuping antara lain
dapat mengencerkan cairan plasma darah atau melancarkan sirkulasi darah, dapat
mencegah penyakit wasir, menurunkan kadar kolesterol darah, menyembuhkan
anemia, menyembuhkan muntah darah, menyembuhkan keputihan, menghentikan
pendarahan, meningkatkan stamina tubuh, mencegah radang usus dan radang
tenggorokan, serta memusnahkan karsinogen. Jamur kuping juga dapat mengatasi
hal- hal yang berhubungan dengan kecantikan, seperti peremajaan kulit,
menghilangkan noda hitam, dan menghaluskan kulit (Hendritomo, H. I ; 2010).
2.1.2.Nilai Gizi Jamur Kuping
Menurut Utoyo, N ; 2010, kandungan gizi jamur kuping meliputi protein,
karbohidrat, serat, lemak, asam lemak, mineral, dan vitamin.
7
Tabel 1. Perbandingan Kadar Protein, karbohidrat dan lemak pada beberapa jenisjamur konsumsi
No. Jamur Protein (%) Karbohidrat (%) Serat (%)
1. Jamur kuping 4,2 82,5 19,8
2. Jamur merang 25,9 - 9,3
3. Jamur shiitake 13,4-17,5 67,5-78 7,3-8
4. Jamur kancing 23,9-34,8 51,3-62,5 8-10,4
5. Jamur tiram 10,5-30,4 57,6-81,8 7,5-8,7
Sumber : Shu-Ting Chang and Philllip G. Miles (2004)
Jamur kuping memiliki persentase kadar protein yang paling rendah
diantara jamur konsumsi lainnya, yaitu sebesar 4,2%. Namun, jamur kuping
mengandung karbohidrat dan serat yang paling tinggi dibandingkan dengan jamur
lainnya.Kandungan masing-masing karbohidrat dan serat jamur kuping sebesar
82,8% dan 19,8%. Karbohidrat yang terkandung dalam jamur kuping terdiri atas
pentosa, metil pentosa, heksosa, sama seperti disakarida, gula amino, gula
alkohol, dan gula asam. Serat merupakan salah satu bahan penting dalam diet
sehat dan seimbang. Diet yang memiliki kandungan serat tinggi sangat baik untuk
penderita diabetes. Konsumsi serat dapat mengurangi jumlah insulin yang
diperlukan sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi seimbang. Kandungan
serat yang terdapat pada jamur kuping sebesar 19,8%.
Tabel 2. Perbandingan lemak dan asam lemak pada beberapa jenis jamurkonsumsi
No. Jamur Lemak (gram/100gram berat kering)
% Asam Lemak per Berat KeringAsam Lemak
JenuhAsam Lemak
Tak Jenuh
1. Jamur kuping 8,3 25,8 74,22. Jamur merang 2,4 14,6 85,43. Jamur shiitake 4,9-8 19,9 80,14. Jamur kancing 1,7-8 19,5 80,55. Jamur tiram 1,6-2,2 20,7 79,3
Sumber : Data from Huang, B. H, et., Al., Mushroom Sci., 12, (1989)
8
Kadar lemak dan asam lemak pada beberapa jenis jamur berbeda-beda.
Lemak yang terkandung di dalam jamur berkisar 1,1-8,3% dengan kandungan
asam lemak jenuh sekitar 14,6-27,9%. Sementara itu, kandungan asam lemak tak
jenuh berkisar 72,1-85,4%. Jamur kuping mengandung asam lemak jenuh paling
tinggi yaitu sebesar 25,8% sedangkan kandungan asam lemak tak jenuh jamur
kuping memiliki persentase yang paling rendah yaitu sebesar 74,2% jika
dibandingkan dengan jamur lainnya.
Tabel 3. Kandungan jumlah mineral di dalam 100 gram jamur kuping kering
No. Kandungan Gizi Jumlah per 100 gram1. Kalsium (Ca) 159 mg2. Zat besi (Fe) 5,88 mg3. Magnesium (Mg) 83 mg4. Fosfor (P) 184 mg5. Potasium (K) 754 mg6. Natrium (Na) 35 mg7. Seng (Zn) 1,32 mg8. Tembaga (Cu) 0,18 mg9. Mangan (Mn) 1,95 mg10. Selenium (Se) 43,4 mcg
Sumber : USDA National Nutrient Database for Standard Reference, Release 22 (2009)
Jamur merupakan salah satu sumber makanan yang mengandung mineral
cukup tinggi. Kandungan mineral setiap jenis jamur berbeda-beda. Pada jamur
kuping, kandungan mineral makro terbanyak diantaranya kalium (K), fosfor (P) ,
kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan natrium (Na). Sementara itu, kandungan
mineral mikro diantaranya besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu), dan
selenium (Se) paling sedikit dibandingkan dengan jenis jamur lainnya.
9
Tabel 4. Kandungan masing-masing vitamin di dalam 100 gram jamur kupingkering
No. Kandungan Vitamin Jumlah per 100 gram1. Vitamin C (total asam askorbat) -2. Tiamin 0,015 mg3. Riboflavin 0,844 mg4. Niacin 6,267 mg5. Asam pantotenat 0,481 mg6. Vitamin B6 0,112 mg7. Total folat 38 mcg8. Asam folat 0 mcg9. Folate, food 38 mcg10. Folate, DFE 38 mcg_DFE
Sumber : USDA National Nutrient Database for Standard Reference, Release 22 (2009)
Kandungan vitamin yang terdapat pada jamur kuping, yaitu tiamin (B1),
riboflavin (B2), niasin (B3), vitamin B6, asam pantotenat, dan asam folat.
Kandungan tertinggi vitamin adalah niasin (B3) sebesar 6,627 mg/100 gram jamur
kuping kering. Niasin berfungsi dalam sistem pencernaan, kesehatan kulit, sistem
saraf, serta membantu konvensi bahan makanan seperti lemak dan protein menjadi
energi. Fungsi yang sama juga terdapat pada vitamin B1 dan B2 yang termasuk
dalam vitamin B kompleks.
2.2.Siklus Hidup Jamur Kuping
Siklus hidup jamur kuping hampir sama dengan siklus hidup jenis jamur
dari kelas Basidiomycetes. Tahap-tahap pertumbuhan jamur kuping adalah
sebagai berikut:
a. Spora (basidiospora) yang sudah masak atau dewasa jika berada di tempat
lembab akan tumbuh dan membentuk serat-serat halus menyerupai serat kasar
disebut miselium.
10
b. Jika keadaan lingkungan tempat miselium baik, dalam arti temperatur,
kelembaban, substrat tempat tumbuh memungkinkan, maka kumpulan
miselium akan membentuk bakal tubuh buah jamur.
c. Bakal tubuh buah jamur kemudian membesar dan pada akhirnya membentuk
tubuh buah jamur yang kemudian dipanen.
d. Tubuh buah jamur dewasa akan membentuk spora, jika spora sudah matang
atau dewasa akan jatuh dari tubuh buah jamur (Suriawiria, 2006).
2.3.Syarat Tumbuh Jamur Kuping
Yang perlu diperhatikan dalam budidaya jamur kuping adalah pemilihan
lokasi. Jamur kuping memerlukan kondisi lingkunan yang sesuai (suhu,
kelembaban, maupun cahaya) agar dapat tumbuh optimal.
Menurut Suriawiria (1986), kondisi lingkungan tumbuh yang dikehendaki
oleh jamur kuping agar tercapai pertumbuhan optimal adalah :
1. Pada masa inkubasi membutuhkan suhu (20-25)0C dan kelembaban nisbi (80-
90)%.
2. Pada masa pertumbuhan membutuhkan suhu (28-30)0C dan kelembaban nisbi
(90-100)%.
3. Cahaya mempunyai daya merusak terhadap sel jamur, terutama cahaya dengan
gelombang pendek seperti ultra violet, infr merah dan sinar gamma, terutama
untuk sel-sel tanpa klorofil. Karenanya didalam pemeliharaan jamur masalah
cahaya perlu diperhatikan agar tidak mengenai sel secara langsung.
4. Jamur kuping juga membutuhkan media tumbuh yang mampu memenuhi
kebutuhan akan air dan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
11
perkembangannya. Media yang digunakan biasanya berbentuk kayu
gelondongan atau serbuk gergaji yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain
sebagai tambahan.
2.4. Budidaya Jamur Kuping
Aspek budidaya merupakan bagian yang sangat penting dalam agribisnis
jamur kuping. Aspek budidaya ini berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas
hasil produksi jamur kuping.
Menurut Suriawiria (1986), faktor-faktor dasar yang harus diperhatikan
dalam budidaya jamur kuping adalah sebagai berikut :
a. Sanitasi dan keberhasilan lingkungan dari lokasi tempat penanaman berada.
Hal ini diharapkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi dengan jenis-
jenis jamur lain yang tidak diharapkan kehadirannya.
b. Ruangan tempat penanaman dan pemeliharaan jamur. Ruang tempat
penanaman dan pemeliharaan jamur kuping harus dilengkapi dengan alat
pengatur suhu, kelembaban dan cahaya, atau dirancang bangunan khusus agar
suhu, kelembaban dan cahaya didalam ruangan dapat diubah-ubah sesuai
dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan jamur kuping.
c. Bahan baku dan bahan-bahan tambahan untuk pembuatan substrat.
d. Kualitas benih. Kualitas benih yang baik akan meningkatkan kuatitas dan
kualitas hasil panen yang diperoleh.
e. Pemeliharaan. Pemeliharaan jamur kuping menyangkut penyiraman,
pengaturan temperatur dan kelembaban ruangan,serta pemberantasan hama
(umumnya serangga) dan penyebab penyakit (bakteri pembusuk).
12
2.4.1.Benih
Kualitas benih jamur merupakan kunci keberhasilan budidaya jamur
kuping. Bila benih sudah kadaluwarsa maka dapat dipastikan hasilnya tidak akan
maksimal. Pemilihan benih/bibit yang baik perlu diperhatikan. Menurut tim
redaksi Majalah Trubus, edisiOktober 1999, benih yang baik paling tidak harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Benih berasal dari strain atau varietas unggul.
b. Umur benih optimal 45-60 hari.
c. Warna benih merata, tidak ada bercak-bercak berwarna lain.
d. Tidak terkontaminasi.
e. Belum ada tubuh jamur yang tumbuh pada benih.
2.4.2.Media Tanam Jamur Kuping
Media tanam yang digunakan dalam penanaman jamur kuping adalah
serbuk kayu, bekatul, kapur dan air.
1. Serbuk kayu
Serbuk kayu merupakan tempat tumbuh jamur kayu yang mengandung
serat organik (selulosa, hemi selulosa, dan lignin) sebagai sumber makanan jamur
(Suriawiria, 2006).
2. Bekatul
Bekatul merupakan hasil sisa penggilingan padi yang kaya vitamin,
terutama vitamin B komplek, merupakan bagian yang berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur serta berfungsi sebagai pemicu
untuk pertumbuhan tubuh buah jamur (Suriawiria, 2006).
13
3. Kapur
Kapur berfungsi mengontrol pH media tanam agar sesuai dengan syarat
tumbuh jamur. Selain itu, kapur juga merupakan sumber kalsium. Kapur yang
digunakan sebagai bahan campuran media adalah kapur pertanian yaitu kalsium
karbonat (CaCO3) (Parjimo, 2007). Kapur digunakan sebagai pengatur pH
(keasaman) media tanam dan sebagai sumber kalsium (Ca) yang dibutuhkan oleh
jamur dalam pertumbuhannya. Jenis kapur yang digunakan dapat berupa kapur
CaCO3 atau kapur bangunan yang biasa disebut dengan mill (Muchroji dan
Cahyana, 2008).
4. Air
Air merupakan salah satu faktor untuk kelancaran dan pertumbuhan
miselium, agar dapat membentuk spora. Bila kelebihan air maka akan mati karena
jamur membutuhkan air dalam jumlah sedikit (Suriawiria, 2006).
2.4.3. Inokulum
Substrat tanam berbentuk serpihan atau serbuk kayu atau merupakan
campuran dari bahan-bahan lainnya, maka bibit dapat ditanamkan secara tersebar
dibagian atas permukaan substrat (kalau substrat ditempatkan pada tempat yang
rata) atau pada seluruh permukaan substrat (kalau substrat ditempatkan pada
tempat berbentuk kantung). Tempat substrat dapat terbuat dari bambu atau plastik
yang sudah diberi lubang (Maryati, 2009).
2.4.4.Pemeliharaan Jamur Kuping
Benih jamur yang sudah diinokulum umumnya masih dalam bentuk hifa
atau miselia. Di dalam substrat tanam, miselia ini akan tumbuh dan berkembang
14
ke segala arah. Kalau perkembangan miselia sudah cukup serta kondisi
lingkungannya sudah memadai, maka dari miselia tersebut akan tumbuh bakal
kuncup atau bakal tubuh buah, misalnya seperti bulatan sebesar kepala jarum
pentul. Kalau kondisi lingkungannya memenuhi syarat pertumbuhannya, maka
bakal kuncup tersebut akan tumbuh membesar sampai membentuk tubuh buah
yang disebut batang atau tubuh jamur.
Pemeliharaan jamur kuping ini diperlukan syarat ruangan harus steril agar
jamur tidak terkontaminasi oleh lingkungan, caranya lantai ruangan pemeliharaan
ditaburi kapur dan disemprot dengan baysal dicampur dengan air secukupnya.
Penataan atau penyusunan polybag disusun dalam keadaan posisi miring dengan
jarak dari permukaan tanah atau lantai kurang lebih 20 cm dan dibuat rak dari
bambu dengan penyusunan baris sekitar 70 cm. Setelah miselium tumbuh hampir
penuh (kurang 1/3 bagian dari panjang baglog) bisa dilakukan pembukaan baglog
dengan cara digores dengan cutter (pelubangan bisa satu tau dua lubang) menurut
yang akan ditumbuhkan.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan
jamur kuping adalah :
1. Air
Kandungan air dalam substrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan miselium jamur. Kandungan air yang terlalu rendah
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur terganggu,
sebaliknya bila kandungan air terlalu tinggi menyebabkan miselium jamur akan
membusuk dan mati.
15
2. Sumber Nutrien
Untuk kehidupan dan perkembangan jamur memerlukan makanan dalam
bentuk unsur-unsur kimia misal nitrogen, fosfor, belerang, kalium, karbon yang
telah tersedia dalam jaringan kayu, walaupun dalam jumlah sedikit. Oleh karena
itu, diperlukan penambahan dari luar misal dalam bentuk pupuk yang digunakan
sebagai bahan campuran pembuatan substrat tanaman atau media tumbuh jamur
(Suriawiria, 2006).
3. Temperatur
Pada umumnya jamur akan tumbuh dengan baik pada kisaran temperatur
antara 22–28℃. Pada siang hari, temperatur di atas 28℃ jamur masih dapat
tumbuh dengan pertumbuhan terhambat dan hasil yang terhambat (Suriawiria,
2006). Temperatur untuk pembentukan tubuh buah jamur adalah 13-15℃.
Sedangkan temperatur untuk pembentukan miselium adalah 23-28℃ (Anonim,
2005).
4. Kelembaban
Secara umum jamur memerlukan kelembaban yang cukup tinggi,
kelembaban antara 95-100% menunjang pertumbuhan yang maksimum pada
kebanyakan jamur (Gunawan, 2005). Kelembaban minimal 85% dengan cara
penyiraman pada lantai, dinding dan atap minimal 2 kali sehari disesuaikan
dengan cuaca dan iklim. Kelembaban udara berkisar antara 90-96% (Anonim,
2005).
16
5. Cahaya
Jamur sangat peka terhadap cahaya matahari secara langsung. Tempat-
tempat yang teduh sebagai pelindung seperti di dalam ruangan merupakan tempat
yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan jamur (Suriawiria, 2006).
Perkembangan miselium dan tubuh buah akan terhambat dengan adanya cahaya
langsung. Tempat penyimpanan harus tetap teduh dan sinar matahari tidak masuk
secara langsung ke dalam ruangan (Anonim, 2005).
6. Nilai Kontaminasi
Kontaminasi adalah masuknya atau hadirnya jamur asing yang merugikan.
Selama pemeliharaan pertumbuhan miselium jamur di dalam log harus diteliti
terutama jika ada pertumbuhan serat-serat berwarna gelap yang menandakan
kehadiran jamur asing yang tidak diharapkan. Jamur asing tersebut antara lain
Mucor, Rhizopus, Penicillium dan Aspergillus. Kontaminasi terjadi karena
sterilisasi yang tidak sempurna, bibit yang tidak murni, alat yang kurang bersih
dan kandungan air media terlalu tinggi (Anonim, 2005).
2.4.5.Penanggulangan Hama dan Penyakit
Untuk menghindari atau menekan penyebab hama dan penyakit selama
budidaya jamur, usaha pengontrolan harus dilakukan sedini mungkin secara
menyeluruh dan terpadu.
1. Bahan baku untuk substrat, khususnya serbuk gergaji kayu harus dipilih yang
benar -benar baik, tidak terlalu lama dalam penyimpanan dan tidak
mengandung bibit hama atau penyakit.
17
2. Penyiapan substrat untuk penanaman harus dilakukan sesuai ketentuan dalam
susunan, waktu proses dan waktu sterilisasi. Kadar air yang dibutuhkan oleh
substrat harus benar-benar sesuai dengan ketentuan, tidak terlalu kering atau
terlalu basah.
3. Kebersihan harus diutamakan, mulai dari peralatan yang digunakan, ruangan
tempat pemeliharaan, hingga para pengelolanya.
4. Selama pemeliharaan, log tanam yang telah ditanami bibit harus dikontrol
sedini munkin. Kontrol ini dilakukan mulai dari miselia, awal pertumbuhan,
hingga pembentukan tubuh buah. Dengan demikian, jika ada pertumbuhan
jamur asing, sedini mungkin sudah dapat dikenali kemudian dibuang
(Suriawiria, 2001).
18
III. METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada bulan Februari sampai
bulan Maret 2012 di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Karang Ploso,
kabupaten Malang (Jawa Timur).
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah
timbangan, sekop, gerobak sorong, polybag, potongan paralon kecil, drum
(steam), kumbung jamur, sendok bibit, buson, dan alat tulis. Bahan yang
digunakan adalah bibit jamur kuping, serbuk gergaji, bekatul/dedak dan kapur
pertanian.
3.3 Metode
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan dengan cara terjun
langsung ke lapang dengan melakukan kegiatan mulai dari pembuatan media,
inokulasi, inkubasi, pemeliharaan, sampai dengan panen.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil BPTP Karang Ploso, Kabupaten Malang (Jawa Timur)
Institusi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) ialah unit
pelaksanaan teknis (UPT), dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Badan Litbang Pertanian) didaerah yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan
Mentri Pertanian (SK Mentan) nomor 798/Kpts/OT.210/12/94 Tanggal 19
Desember 1994. BPTP ialah fungsi unit Eselon IIIA yang secara struktural adalah
unit kerja dilingkupi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian (BBP2TP). Dalam pelaksanaan kegiatan, secara struktural Kepala Balai
dibantu oleh pejabat Eselon IV.
Gambar 1. Kantor BPTP Karang Ploso
BPTP Karang Ploso, Malang, Jawa Timur terletak di Jalan Raya Karang
Ploso km 4 dengan ketinggian tempat 500 m dpl. BPTP Karang Ploso ialah balai
pengkajian teknologi pertanian yang akan diterapkan kepada petani. Balai
tersebut memiliki mitra kerja yaitu dikawasan sayuran prima-3 Desa Tawang
Agro, Malang, Jawa Timur. Komoditas pertanian yang ada di BPTP Karang
Ploso beragam, yaitu bawang merah, padi, jagung, tomat, cabai merah besar, cabai
20
kecil, sedap malam, krisan, kangkung, dan komoditas hortikultura lain. BPTP
Karang Ploso telah menghasilkan varietas unggul bawang merah yaitu batu ijo,
bauji, dan super philip.
Sejarah pada awal pembentukannya, BPTP Jawa Timur merupakan
gabungan (merger) dari berbagai unit kerja dijajaran badan litbang pertanian yang
ada dijawa timur (16 unit kerja), yaitu eks sub Balithorti Malang, sub Balithorti
Tlekung, sub Balitan Mojosari, sub Balitnak Grati, beserta kebun percobaan yang
berada dibawahnya, dan Balai Informasi Pertanian Wonocolo, surabaya, yang
dibentuk berdasarkan SK mentan No 798/Kpts/OT.210/12/1994, desember 1994,
dan mulai efektif pada tanggal 1 April 1995 dengan nama BPTP Karang Ploso.
Dalam perjalanannya, BPTP Karang Ploso mengalami reorganisasi lagi dengan
keluarnya SK mentan terbaru No. 350/Kpts/OT.210/6/2001, tanggal 14 juni 2001,
menjadi BPTP Jawa Timur dengan hanya dua unit kerja yang bergabung
didalamnya, yaitu Laboratorium Diseminasi Wonocolo dan Kebun Percobaan
Mojosari. Perubahan ini membawa konsekuensi terhadap enyempurnaan tugas dan
fungsi Balai secara keseluruhan.
BPTP Karang Ploso ialah Balai Pengkajian. Pengkajian ialah pengujian
kesesuaian beberapa teknologi yang dihasilkan balai penelitian komoditas
nasional dalam berbagai aspeknya. Kegiatan pengkajian dan diseminasi yang saat
ini dilakukan oleh BPTP Jatim adalah : Primatani (di 19 kabupaten), PUAP (31
Kabupaten), dan kerja sama dengan Diknas (SINTAN). Pada tahap berikutnya,
kegiatan pengkajian diikuti dengan diseminasi ( penyebarluasan) hasil-hasil kajian
agar dapat dikenal, diketahui, dipahami, dan pada gilirannnya diadopsi dan
21
diterapkan oleh petani secara lebih luas. Pada dasarnya seluruh lapisan
masyarakat dapat memperolehnya melalui berbagai layanan yang disediakan
BPTP Jatim.
BPTP Karang Ploso, Jawa Timur menyediakan fasilitas yang dapat
dimanfaatkan secara umum, yaitu :
1) Laboratorium Tanah, untuk analisis hara tanah dan pupuk
2) Laboratorium Kultur jaringan, untuk memproduksi benih
3) Laboratorium Hama dan Penyakit, untuk identifikasi OPT
4) Laboratorium Pasca Panen, untuk aplikasi teknologi pasca panen
5) Laboratorium Perbenihan, untuk produksi benih
6) Kebun percobaan, untuk studi dan agrowisata
7) Perpustakaan, jasapenelusuran, dan tempat Fotocopy.
4.2. Budidaya Jamur Kuping di BPTP Karang Ploso
4.2.1. Pembuatan Substrat Tanam (bag log)
Gambar 2. Pencampuran media tanam (serbuk gergaji,bekatul,kapur,air)
22
Pembuatan substrat tanam terdiri dari setengah paket dan satu paket.
Setengah paket berbahan Serbuk gergaji 50 kg, 350 gr kapur, 5 kg bekatul, dan air
secukupnya. Satu paket berbahan 100 kg, 700 gr kapur, 10 kg bekatul, dan air
secukupnya. Semua bahan dicampur menjadi satu, kecuali air. Pencampuran
dilakukan sebaik mungkin, hingga semua bahan benar-benar tercampur merarata.
Pencampuran yang tidak merata menyebabkan pertumbuhan miselium jamur juga
tidak merata. Air ditambahkan sedikit demi sedikit hingga kandungan air pada
semua bahan mencapai 60%. Substrat yang dibasahi harus segera dikemas,
jangan sampai ditunda. Penundaan waktu pengemasan menyebabkan substrat
tanam menjadi busuk dan berbau.
4.2.2. Pengemasan Substrat Tanam
Gambar 3. Pengemasan substrat tanam yang telah tercampur
Hasil pencampuran dimasukkan ke dalam kantong plastik putih bening
dengan kapasitas 2 kg. Pengisian substrat tanam harus dibuat padat dengan cara
dipukul pelan-pelan menggunakan cedokan yang dibuat dari bambu dan di
usahakan seragam berat tiap baglog. Baglog yang optimal berkisar 800-1200 gr.
Bagian ujung di pasang cincin (ring kepala) yang sudah tersedia, atau bisa juga
23
digunakan dari paralon kecil yang dipotong-potong hingga keadaan baglog
kencang. Baglog ditutup dengan menggunakan tutup yang telah tersedia atau bisa
juga menggunakan plastik, jika menggunakan plastik ikat menggunakan karet
gelang dan usahakan benar-benar kuat setelah selesai baglog tersebut siap untuk
di sterilkan.
4.2.3. Sterilisasi Media Tanam
Gambar 4. Proses sterilisasi
Tahap sterilisasi merupakan tahap yang sangat penting karena tahap ini
sangat menentukan keberhasilan bibit jamur untuk tumbuh dan menghasilkan
badan buah. Sterilisasi dilakukan untuk membunuh jasad renik atau
mikroorganisme yang terdapat pada bahan tanam atau tercampur dalam substrat.
Pada tahap ini pertama-tama kita susun baglog yang telah diisi media tadi serapi
mungkin, agar drum yang digunakan untuk sterilisasi tadi mampu menampung
sebanyak mungkin media yang telah dibuat. Setelah itu tutup atas drum
menggunakan plastik dan diikat menggunakan karet dari ban dalam sepeda motor,
jika tidak ada penutup khusus. Setelah itu baru nyalakan kompor gas untuk
melakukan sterilisasi. Sterilisasi untuk jamur kuping ini dilakukan selama 6 jam.
24
4.2.4. Pendinginan Medium
Gambar 5. Proses Pendinginan Medium
Setelah selesai disterilisasi, medium didinginkan selama 24 jam. Medium
dibiarkan dalam drum sebelum dilakukan proses inokulasi bibit jamur kuping.
4.2.5. Inokulasi
Gambar 6. Proses Inokulasi
Pemindahan bibit jamur dari botol ke dalam substrat tanam (baglog)
dinamakan dengan inokulasi. Inokulasi dilakukan pada ruang khusus atau benar-
benar steril untuk mencegah terjadi kontaminasi saat inokulasi. Proses inokulasi
pertama-tama tangan disemprot menggunakan alkohol, kemudian nyalakan buson
dengan korek api, setelah itu sendok bibit dan bibit jamur juga disemprotkan
25
dengan alkohol lalu disteril diatas buson. Ambil sendok bibit, kemudian gunakan
untuk mengkorek-korek bibit yang ada dalam botol. Bagian bibit paling atas
dibuang dan bagian berikutnya dimasukkan kedalam baglog melalui lubang cincin
kepala secukupnya. Baglog yang telah dimasukkan bibit kemudian digoyang-
goyang agar bibit merata di seluruh baglog. Satu botol bibit dapat digunakan
untuk 20-25 baglog. Baglog yang sudah diinokulasi ditutup kembali
menggunakan kertas dan karet gelang dan siap untuk di inkubasi.
4.2.6. Inkubasi
Gambar 7. Proses Inkubasi
Tahap setelah proses inokulasi selesai adalah proses penumbuhan
miselium jamur yang disebut inkubasi. Penataan baglog diatur tegak sehingga
pertumbuhan miselium dapat merata kearah bawah, saat inkubasi berlangsung
tidak boleh membuka tutup baglog karena dapat menyebabkan proses oksidasi
yang mengganggu proses pemecahan serat sel jamur akibatnya bibit tidak mampu
tumbuh dan mengalami kekeringan. Masa inkubasi berkisar 1-2 bulan. Ciri-ciri
inkubasi berhasil miselium tumbuh merata dan tidak spot atau tebal tipis,
miselium berwarna putih bersih dan tebal, bila baglog berwarna hijau, kuning atau
26
berlendir keputihan tandanya baglog tersebut terjadi kontaminasi dan harus segera
dibuang jauh dari tempat inkubasi bahkan kumbung jamur, karena baglog yang
terkontaminasi bisa menyebabkan baglog yang lain terkontaminasi juga. Jenis
jamur yang sering terkontaminasi media belum teridentifikasi karena keterbatasan
sarana dan prasarana. Beberapa jenis jamur yang sering mengkontaminasi media
beserta tandanya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jenis-jenis Jamur Kontaminan dan Tanda Serangan
Jenis Cendawan Tanda SeranganNeurospora Spp Tepung berwarna orange pada kapas penyumbatMucor Spp Noda berwarna hitam pada substrat (media tumbuh)Penicillium Spp Adanya miselium berwarna coklat pada substratTrichoderma Spp Bintik hijau pada substrat
4.2.7. Pertumbuhan Jamur Kuping
Gambar 8. Morfologi Jamur Kuping
Hasil proses inkubasi yang ditandai baglog telah berwarna putih maka
langkah berikutnya adalah pemindahan baglog tersebut ke ruang penumbuhan.
Syarat baglog yang sudah dapat dipindahkan ke ruang penumbuhan, miselium
yang tumbuh minimal telah mencapai separuh baglog. Penataan baglog dibuat
sedemikian rupa sehingga dalam satu rak dapat digunakan meletakkan baglog
27
dalam jumlah banyak dan juga bila baglog yang tersusun rapi didalam kumbung
juga memudahkan dalam proses pemeliharaan dan pemanena. Cara peletakkan
yang efektif dan efisien adalah dengan meletakkan dalam posisi tidur. Tutup ring
kepala dari kertas dibuka, agar oksigen dapat diserap oleh miselium jamur untuk
proses pembentukan atau pertumbuhan pin head. Penyiraman ruangan harus
dilakukan secara hati-hati dan tidak berlebihan karena air yang berlebihan akan
menyebabkan jamur menjadi busuk.
4.2.8. Panen
Gambar 9. Proses Panen
Panen dilakukan setelah jamur mencapai bobot 65 gr dengan ukuran lebar
tubuh buah 10-25 cm. Cara pemanenan menggunakan cutter, potong kira-kira 5
cm dari permukaan polibag atau baglog. Biarkan bekas potongan tersebut.
Selanjutnya polibag harus tetap terawat dengan baik. Polibag perlu disiram,
dijaga kelembaban dan suhunya sehingga dapat tumbuh jamur kembali untuk
panen berikutnya. Panen kedua dan seterusnya dapat dilakukan setiap 2-3 minggu
berikutnya. Setelah enam bulan, polibag-polibag tersebut harus diganti dengan
bibit yang baru. Sehingga, satu kali menanam bibit dapat dipanen enam kali.
28
Hasil panen dari 150 baglog di tempat PKL menghasilkan jamur kuping
seberat 6 kg atau rata-rata perbaglog menghasilkan jamur seberat 40 gram.
Rendahnya hasil panen karena kualitas nutrisi pada media (bekatul, kapur, dan
air), serta pengaruh lingkungan dan perawatan berupa kondisi suhu dan
kelembaban pada mushroom house (kumbung) yang kurang diperhatikan (Utoyo,
N ; 2010).
29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktek kerja lapang di BPTP Karang Ploso diperoleh bahwa
teknik tentang budidaya jamur kuping yang pertama dilakukan adalah pembuatan
substrat tanam. Setelah itu dilakukan sterilisasi selama 6 jam. Setelah dilakukan
sterilisasi proses selanjutnya adalah inokulasi dengan bibit jamur 4-5%. Kemudian
dilakukan inkubasi1-2 bulan. Setelah miselium tumbuh hampir 90% untuk tahap
selanjutnya yaitu masa penumbuhan jamur. Semua baglog dipindahkan ke ruang
penumbuhan atau kumbung. Setelah 1 bulan atau setelah jamur mencapai bobot
65 gram dengan ukuran lebar tubuh buah 10-25 cm dilakukan proses pemanenan.
Adapun hasil panen dari 150 baglog menghasilkan jamur kuping seberat 6 kg atau
rata-rata perbaglog menghasilkan jamur kuping seberat 40 gram.
5.2.Saran
Dari hasil Praktek Kerja Lapang pada studi budidaya tentang jamur kuping
di BPTP karang ploso masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi. Kendala
tersebut berupa kebersihan tempat penyimpanan atau kumbung, tempat inokulasi
dan inkubasi yang kurang memadai dan kurang bersih sehingga terjadinya
kontaminasi yang cukup besar dan hasil panen yang tidak maksimal. Untuk itu
perlu dilakukan peninjauan kembali agar hasil panen lebih maksimal baik secara
kualitas maupun kuantitas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Budidaya Jamur Tiram Lebih Mudah Dengan Media Murah.http//www.cybertokoh.com/news/jamur.htm. Diakses Senin, 7 Juli2008.
Cahyana dan Muchroji. 2008. Budidaya Jamur Kuping. Jakarta : PenebarSwadaya.
Dewi, I. K. 2009. Efektivitas Pemberian Blotong Kering Terhadap PertumbuhanJamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) Pada Media Serbuk Kayu.Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan. Jurnal. http://www.google.com/pdf. Diakses 23 Januari2010
Gunawan, Agustim W. 2005. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta : Penebarswadaya.
Hendritomo, H. I. 2010. Jamur Konsumsi Berkhasiat Obat. Yogyakarta : LilyPublisher.
Ismailiyati. 2006. Pemanfaatan Ampas Tebu dan Blotong Kering PG TasikmaduKaranganyar Sebagai Media Pertumbuhan Jamur Merang. SkripsiUniversitas Muhammadiyah Surakarta.
Martina, Lola. 2004. Blotong Menambah Isi Kantong. Jakarta : Intisari.
Maryati, S. 2009. Budidaya Jamur Kuping. Laporan Magang Universitas SebelasMaret Surakarta.
Parjimo dan Andoko, A. 2007. Budidaya Jamur. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Sinaga, Meity Suradji. 2005. Jamur Merang dan Budidayanya. Jakarta : PenebarSwadaya.
Soenanto, H. 2000. Jamur Kuping. Semarang : Aneka Ilmu
Suriawiria, Unus. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta : Kanisius.
Utoyo, N. 2010. Bertanam Jamur Kuping di Lahan Sempit. Jakarta Selatan : :Agromedia Pustaka.
.