17
ARTIKEL ILMIAH PENGARUH EKSTRAK KULIT BUAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca var. bluggoe) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Candida albicans SEBAGAI BAHAN PENGAYAAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI OLEH Bella Agnesia A1C413024 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 1

Jambi University | Institutional Repository (UNJA | IR ... · Web viewSelanjutnya disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit dan didinginkan sampai 45 C. 4. Uji Ekstrak

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jambi University | Institutional Repository (UNJA | IR ... · Web viewSelanjutnya disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit dan didinginkan sampai 45 C. 4. Uji Ekstrak

ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH EKSTRAK KULIT BUAH PISANG KEPOK (Musaparadisiaca var. bluggoe) TERHADAP PERTUMBUHAN

JAMUR Candida albicans SEBAGAI BAHANPENGAYAAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

OLEHBella AgnesiaA1C413024

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS JAMBI

NOVEMBER 2017

Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 1

Page 2: Jambi University | Institutional Repository (UNJA | IR ... · Web viewSelanjutnya disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit dan didinginkan sampai 45 C. 4. Uji Ekstrak

Effect of Banana Peel Skin Extract (Moses paradisiaca var.bluggoe) Against Candida albicans Mushroom GrowthBecome Microbiology Practical Enrichment Material

Bella Agnesia1), Retni S. Budiarti2), Harlis3)

1)Biology Student, e-mail: [email protected]) 3)Thesis Advisors

By:Bella Agnesia

Banana kepok peel (M. paradisiaca var bluggoe) is a waste of processed products of banana kepok fruit that has not much utilization and is usually used for fodder. But on the skin of banana fruit kepok contains alkaloid compounds, triterpenoids and flavonoids that can be used as an antimicrobial. This study aims to determine the effect and optimal concentration of banana peel extract inhibiting the growth of Candida albicans fungus which is one of the fungi causing the disease of candidiasis as well as to know the compound of any class contained in the banana peel skin. The method used in the research is the method of disk diffusion. The diameter of the inhibitory zone to growth of C. albicans was known by analyzing statistically using ANOVA, if the effect was continued with Duncan Multiple Range Test (DMRT) test at 5% real level and phytochemical test based on color change or precipitate formed. The results showed that banana peel extract effect on the growth of C. albicans fungus which can be seen from the inhibit zone formed. The positive control treatment formed the largest inhibition zone that is 18 mm, in the negative control treatment is not formed inhibition zone. 80% concentration formed 12 zero inhibition zone which is not significantly different with other concentration that is 60% extract by 10 mm and 40% by 11 mm. While extract treatments with concentration of 20% formed 8,5 mm inhibitory zone that was significantly different with perlaukan concentration of 40%, 60% and 80%. Based on the research results can be seen that the extract of banana kepok skin effect on the growth of fungus C. albicans and optimal concentration in inhibiting the growth of C. albicans fungus is 80% concentration. From the research results need to do clinical trials to determine the antimicrobial effects of banana peel extract as an antimicrobial.

Keywords: Candida albicans, banana kepok peel, antimicrobial, inhibitory zone

Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 2

Page 3: Jambi University | Institutional Repository (UNJA | IR ... · Web viewSelanjutnya disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit dan didinginkan sampai 45 C. 4. Uji Ekstrak

Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca var. bluggoe) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans

Sebagai Bahan Pengayaan Praktikum Mikrobiologi

Oleh

Bella Agnesia1), Retni S. Budiarti2), Harlis3)

1)Mahasiswa Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi2)3)Dosen Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi

Email: 1)[email protected]

Kulit buah pisang kepok (M. paradisiaca var. bluggoe) merupakan limbah dari produk olahan buah pisang kepok yang belum banyak pemanfaatannya dan biasanya digunakan untuk makanan ternak. Namun pada kulit buah pisang kepok ini mengandung senyawa alkaloid, triterpenoid dan flavonoid yang bisa digunakan sebagai antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan konsentrasi yang optimal dari ekstrak kulit buah pisang kepok dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans yang merupakan salah satu jamur penyebab penyakit kandidiasis serta untuk mengetahui senyawa golongan apa saja yang terkandung dalam kulit buah pisang kepok. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode difusi cakram. Diameter zona hambat terhadap pertumbuhan C. albicans diketahui dengan menganalisis secara statistik menggunakan sidik ragam (ANOVA), apabila berpengaruh dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5% dan uji fitokimia berdasarkan pada perubahan warna atau endapan yang terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah pisang kepok berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur C. albicans yang dapat dilihat dari zona hambat yang terbentuk. Perlakuan kontrol positif terbentuk zona hambat terbesar yaitu 18 mm, pada perlakuan kontrol negatif tidak terbentuk zona hambat. Konsentrasi 80% terbentuk zona hambat 12,5 mm yang tidak berbeda nyata dengan konsentrasi lainnya yaitu ekstrak 60% sebesar 10 mm dan 40% sebesar 11 mm. Sedangkan perlakuan ekstrak dengan konsentrasi 20% terbentuk zona hambat 8,5 mm yang berbeda nyata dengan perlaukan konsentrasi 40%, 60% dan 80%. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ekstrak kulit buah pisang kepok berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur C. albicans dan konsentrasi yang optimal dalam menghambat pertumbuhan jamur C. albicans adalah konsentrasi 80%. Dari hasil penelitian perlu dilakukan uji klinis untuk mengetahui efek antimikroba dari ekstrak kulit buah pisang kepok sebagai antimikroba.

Kata Kunci: Candida albicans, Kulit Pisang Kepok, antimikroba, zona hambat

Jambi, November 2017Mengetahui dan Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Retni S. Budiarti, S.Pd., M.Si Dra. Hj. Harlis, M.SiNIP. 19690917 1994032003 NIP. 196211041991022001

Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 3

Page 4: Jambi University | Institutional Repository (UNJA | IR ... · Web viewSelanjutnya disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit dan didinginkan sampai 45 C. 4. Uji Ekstrak

PENDAHULUAN

Sejak dahulu masyarakat Indonesia

telah menekuni pengobatan dengan

memanfaatkan aneka tanaman yang

terdapat di alam. Warisan yang berharga

ini secara turun-temurun diajarkan oleh

generasi yang terdahulu ke generasi

selanjutnya. Di daerah pedesaan, tradisi ini

sebagian besar masih dipertahankan,

namun masyarakat perkotaan umunya

sudah melupakannya (Muhlisah, 2008:5).

Obat tradisional yang dapat

dijadikan sebagai antimikroba salah

satunya adalah kulit buah pisang kepok.

Suyanti (2008:14-15) menyebutkan bahwa

selain untuk pakan ternak, kulit buah

pisang juga dapat dijadikan sebagai bahan

campuran cream antinyamuk. Kulit buah

pisang juga dapat diekstrak untuk dibuat

pektin. Pisang kepok adalah tanaman

herba yang berasal dari kawasan Asia

Tenggara (termasuk Indonesia)

(Suyanti,2008:5).

Kandidiasis merupakan salah satu

penyakit yang disebabkan oleh infeksi

jamur C. albicans, dimana tempat umum

jamur ini adalah pada bagian kulit, mulut,

kuku dan saluran kelamin. Menurut Polano

(1987:53) C. albicans merupakan anggota

flora normal yang dapat menyebabkan

penyakit kulit, yang dapat menimbulkan

berbagai sindroma kandidiasis.

(Jawetz,dkk., 2012: 674). Elliot, dkk.

(2013:107) infeksi jamur secara klinis

dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu

mikosis superfisial dan mikosis profunda.

Mikosis superfisial merupakan jamur yang

menyerang lapisan luar pada bagian kulit,

kuku, dan rambut. Mikosis profunda

adalah merupakan jamur yang menyerang

pada bagian alat-alat kelamin.

Alhamda dan Yustina (2015:41)

menyebutkan Candida albicans berada

dalam tubuh manusia sebagai mikro flora

normal dan infeksi baru terjadi bila

terdapat perubahan pada tubuh. Jamur ini

berperan dalam proses pembusukan sisa-

sisa makanan. Candida albicans dapat

ditemukan dalam rongga mulut yang sehat

pada konsentrasi rendah ( 20 sel/cc saliva).

Keseimbangan flora rongga mulut dapat

berubah menimbulkan suatu keadaan

patologis atau penyakit karena beberapa

faktor seperti kesehatan mulut yang buruk,

penyakit sistemik yang menurunkan daya

tahan lokal tubuh (Graham, 2005:38).

Penelitian yang telah dilakukan

oleh Kumalasari dan Nanik (2011:56)

mengenai “Aktifitas Antifungi Ekstrak

Etanol Batang Binahong (Anredera

cordifolia (Tenore) Steen.) terhadap

Candida albicans serta Skrining

Fitokimia” menyebutkan bahwa ekstrak

etanol batang binahong terhadap C.

albicans adalah 86% karena ekstrak

dengan kadar 86% sudah mampu

membunuh jamur yang ditandai dengan

Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 4

Page 5: Jambi University | Institutional Repository (UNJA | IR ... · Web viewSelanjutnya disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit dan didinginkan sampai 45 C. 4. Uji Ekstrak

tidak adanya pertumbuhan jamur pada

media SDA. Kemudian hasil penelitian

lain yang dilakukan oleh Fadhillah,

(2014:46) menggunakan ekstrak kulit buah

pisang kepok pada konsentrasi 10% sudah

mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus.

Adanya kandungan senyawa

antimikroba yang terkandung dalam kulit

buah pisang kepok memungkinkan untuk

digunakan sebagai alternatif dalam

pengobatan penyakit yang disebabkan oleh

mikroba patogen sehingga peneliti

mencoba untuk melakukan penelitian

terhadap aktifitas antifungi terhadap jamur

C. albicans dengan melakukan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Kulit

Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca

var. bluggoe) Terhadap Pertumbuhan

Jamur Candida albicans Sebagai Bahan

Pengayaan Praktikum Mikrobiologi”

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit

buah pisang kepok (M. paradisiaca var.

bluggoe) terhadap pertumbuhan C.

albicans. Mengetahui konsentrasi yang

optimal dari ekstrak kulit buah pisang

kepok (M. paradisiaca var. bluggoe)

dalam menghambat pertumbuhan C.

albicans, dan mengetahui senyawa

golongan apa saja yang terkandung dalam

kulit buah pisang kepok (M. paradisiaca

var. bluggoe).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis

penelitian eksperimen yang menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

6 perlakuan dan 4 pengulangan, masing-

masing perlakuan terdiri dari: P1 (kontrol

positif (diberi Ketokonazol 2%), P2

(kontrol negatif (diberi Aquades), P3

(ekstrak kulit buah pisang kepok 20%), P4

(ekstrak kulit buah pisang kepok 40%), P5

(ekstrak kulit buah pisang kepok 60%), P6

(ekstrak kulit buah pisang kepok 80%).

1. Sterilisasi Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan

dalam penelitian terlebih dahulu

disterilkan supaya terhindar dari

kontaminasi mikroorganisme yang tidak

diinginkan. Sterilisasi alat dan bahan

dengan menggunakan autoklaf (panas

basah). Suhu yang digunakan adalah

121°C tekanan uap 15 lbs dan lamanya

berkisar 15 menit.

2. Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca var. bluggoe)

Limbah kulit pisang kepok dipilih

yang sudah matang sempurna atau sudah

menguning kulitnya. Limbah kulit pisang

kepok dicuci bersih kemudian dikeringkan

dengan diangin-anginkan sampai tiris

airnya. Kemudian limbah kulit pisang

kepok yang sudah bersih dipotong kecil-

Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 5

Page 6: Jambi University | Institutional Repository (UNJA | IR ... · Web viewSelanjutnya disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit dan didinginkan sampai 45 C. 4. Uji Ekstrak

kecil lalu diblender. Sebanyak 500 gram

simplisia kulit buah pisang kepok

kemudian dimaserasi dengan metanol

hingga terendam dan didiamkan selama

3x24 jam. Filtrat yang diperoleh kemudian

disaring. Hasil penyaringan kemudian

dievaporasi sehingga didapatkan larutan

aktif pekat. Selanjutnya dibuat larutan

stock 100% kemudian diencerkan dengan

pelarut metanol untuk mendapatkan

konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80%.

3. Pembuatan Media

Media yang digunakan adalah PDA.

Media ini merupakan media umum

digunakan pada pertumbuhan jamur

dengan komposisinya pepton, dektrosa dan

agar. Pembuatan media PDA adalah

dengan cara melarutkan 40 gram bubuk

PDA ke dalam 1 liter aquades, kemudian

dipanaskan. Selanjutnya disterilkan dalam

autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit

dan didinginkan sampai 45°C.

4. Uji Ekstrak Kulit Buah Pisang Kepok Terhadap Pertumbuhan Candida albicans

Pengujian aktivitas antijamur

dilakukan dengan menggunakan metode

difusi lempeng agar yang merupakan

metode uji kepekaan langsung. Kertas

cakram yang sudah diberi ketokonazol

sebagai kontrol dan kertas cakram yang

diberi ekstrak kulit buah pisang kepok

diletakkan di media agar PDA yang sudah

dioleskan jamur Candida albicans

diatasnya. Media PDA yang telah

diinokulasikan suspensi Candida albicans

dibiarkan selama 5-15 menit supaya

suspensi jamur meresap ke dalam media.

Kemudian setiap kertas cakram ditekan

secara perlahan dengan menggunakan

batang steril untuk memastikan kertas

cakram tersebut melekat pada permukaan.

Selanjutnya ditutup dengan menggunakan

plastik vacum dan alumunium foil.

Inkubasi semua lempeng agar dengan

posisi terbalik selama ± 3x24 jam pada

suhu 37°C, kemudian diukur diameter

zona hambat “zona hallow” dengan

menggunakan kertas milimeter.

5. Uji Fitokimia

a. Uji Alkaloid

Sebanyak 2 g sampel dihaluskan

dengan menggunakan mortar, kemudian

ditambahkan dengan 10 ml kloroform dan

dilarutkan. Ditambahkan 5 ml amoniak.

Kemudian larutan disaring ke dalam

tabung reaksi dan filtrat ditambahkan 10-

20 tetes H2SO4 2N. Campuran dikocok

dengan teratur selama 2-3 menit, dibiarkan

beberapa sampai terbentuk 2 lapisan.

Lapisan atas dipindahkan ke dalam tiga

tabung reaksi masing-masing sebanyak 1

ml. Kemudian masing-masing tabung

tersebut ditambahkan beberapa tetes

pereaksi Mayer dan Wagner.

Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 6

Page 7: Jambi University | Institutional Repository (UNJA | IR ... · Web viewSelanjutnya disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit dan didinginkan sampai 45 C. 4. Uji Ekstrak

Terbentuknya endapan putih terhadap

pereaksi Mayer, endapan coklat terhadap

reaksi Wagner (Whardhani dan Supartono,

2015:47).

b. Uji Triterpenoid/Steroid

50-100 mg sampel dihaluskan

dengan menggunakan mortar, kemudian

ditambahkan asam asetat glasial sampai

semua sampel terendam, dibiarkan selama

15 menit kemudian 6 tetes larutan

dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan

ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat.

Adanya terpenoid ditunjukkan oleh

terjadinya warna merah atau merah ungu,

sedangkan jika warna yang ditunjukkan

adalah hijau dan hijau biru menandakan

adanya steroid (Whardhani dan Supartono,

2015:48).

c. Uji Tanin

20 mg sampel dihaluskan dengan

menggunakan mortar, kemudian ditambah

metanol hingga sampel terendam.

Kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan

FeCl 1%. Hasil positif ditunjukkan dengan

terbentuknya warna biru atau biru ungu

(Whardhani dan Supartono, 2015:48).

d. Uji Falvonoid

20 mg sampel dihaluskan dengan

menggunakan mortar, kemudian

ditambahkan dengan 5 ml metanol dan

dipanaskan selama 5 menit di dalam

tabung reaksi. Selanjutnya ditambah

beberapa tetes HCL pekat. Kemudian

ditambahkan 0,2 g bubuk Mg. Hasil positif

ditunjukkan dengan timbulnya warna

merah yang kuat (Whardhani dan

Supartono, 2015:48).

e. Uji Saponin

2 g sampel dihaluskan dengan

menggunakan mortar. Kemudian

dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan akuades hingga seluruh

sampel terendam, dididihkan selama 2-3

menit, dan selanjutnya didinginkan,

kemudian dikocok selama 1-2 menit. Hasil

positif ditunjukkan dengan adanya busa

yang tidak hilang selama 5 menit

(Whardhani dan Supartono, 2015:48).

6. Pengamatan

a. Pengamatan didasarkan atas

diameter zona hambat yang

terbentuk di sekitar kertas cakram

yang diukur menggunakan kertas

milimeter.

b. Uji fitokimia berdasarkan atas

perubahan warna yang terbentuk.

Dimana: (-) tidak terjadi

perubahan warna dan (+) terjadi

perubahan warna.

7. Analisis Data

Pengaruh masing masing perlakuan

diameter zona hambat terhadap

Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 7

Page 8: Jambi University | Institutional Repository (UNJA | IR ... · Web viewSelanjutnya disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit dan didinginkan sampai 45 C. 4. Uji Ekstrak

pertumbuhan Candida albicans diketahui

dengan menganalisis secara statistik

menggunakan sidik ragam (ANOVA),

apabila berpengaruh maka dilanjutkan

dengan uji Duncan Multiple Range Test

(DNMRT) pada taraf nyata 5 %

(Sastrosupadi, 2005:57).

HASIL PENELITIAN

1. Diameter Zona Hambat

Pengaruh ekstrak kulit buah pisang

kepok (Musa paradisiaca var. bluggoe)

terhadap pertumbuhan jamur Candida

albicans berdasarkan hasil analisis sidik

ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa

F hitung > F tabel pada α = 5%. Maka

dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh

ekstrak kulit buah pisang kepok terhadap

pertumbuhan jamur C. albicans sehingga

hipotesis diterima. Rata-rata diameter zona

hambat pada ekstrak kulit buah pisang

kepok dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut

ini:

Tabel Rata-rata diameter zona hambat

ekstrak kulit buah pisang kepok

terhadap pertumbuhan Candida

albicans

Konsentrasi

(%)

Rata-

rata

diameter

zona

hambat

Aktifitas

antimikroba

(mm)

Kontrol

negatif

(Aquades)

0a -

20 8,5b Sedang

60 10c Kuat

40 11c Kuat

80 12,5d Kuat

Kontrol

positif

(Ketokonazol

2%)

18e Kuat

Keterangan : Angka-angka yang diikuti

huruf kecil yang sama

menunjukkan perlakuan tidak

berbeda nyata pada taraf 5%

menurut uji DMRT

Berdasarkan Tabel di atas dapat

diketahui bahwa pertumbuhan jamur C.

albicans setelah dilakukan uji DMRT pada

taraf nyata 5% pada perlakuan kontrol

positif (ketokonazol) menunjukkan zona

hambat terbesar yaitu 18 mm berbeda

nyata dengan perlakuan kontrol negatif

(aquades) yang menunjukkan zona hambat

terkecil yaitu 6 mm yang berbeda nyata

dengan perlakuan yang lainnya yaitu

konsentrasi ekstrak kulit buah pisang

kepok 20%, 40%, 60% dan 80%. Dari

keempat perlakuan konsentrasi ekstrak

kulit buah pisang kepok didapatkan zona

hambat terbesar pada konsentrasi 80%

dengan diameter rata-rata 12,5 mm yang

Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 8

Page 9: Jambi University | Institutional Repository (UNJA | IR ... · Web viewSelanjutnya disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit dan didinginkan sampai 45 C. 4. Uji Ekstrak

berbeda nyata dengan perlakuan 20%, 40%

dan 60%. Perlakuan konsentrasi ekstrak

20% menunjukkan diameter rata-rata 8,5

mm yang tidak berbeda nyata dengan

perlakuan konsentrasi 40% yang

menunjukkan diameter rata-rata 11 mm

dan konsentrasi 60% yang menunjukkan

diameter rata-rata 10 mm. Rata-rata zona

hambat yang terbentuk dari keenam

perlakuan mulai dari kontrol positif

(ketokonazol), kontrol negatif (aquades)

sampai konsentrasi ekstrak kulit buah

pisang kepok (M. paradisiaca var.

bluggoe) dapat dilihat pada Gambar

berikut:

a b

c d

e f

Gambar Zona hambat perlakuan ekstrak

kulit buah pisang kepok (a)

kontrol positif (ketokonazol) (b)

kontrol negatif (aquades) (c)

20% (d) 40% (e) 60% (f) 80%

2. Uji Fitokimia

Berdasarkan hasil uji fitokimia dari

kulit buah pisang kepok (M. paradisiaca

var. bluggoe) terdapat beberapa golongan

senyawa kimia yang terkandung di

dalamnya, hal ini dapat dilihat dari

terbentuknya perubahan warna atau

endapan yang dapat dilihat pada Tabel

berikut:

Tabel Hasil uji fitokimia kulit buah pisang

kepok (Musa paradisiaca var. bluggoe)

Senyawa Warna Hasil

Alkaloid

a. Endapan

putih

b. Endapan

cokelat

+

+

TriterpenoidMerah/merah

ungu+

SteroidHijau/Hijau

biru-

Tanin Hitam -

Flavonoid Merah Tua +

SaponinBusa stabil (5

menit)-

Keterangan:

+ = terjadi perubahan warna

- = tidak terjadi perubahan warna

Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 9

Page 10: Jambi University | Institutional Repository (UNJA | IR ... · Web viewSelanjutnya disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit dan didinginkan sampai 45 C. 4. Uji Ekstrak

Hasil uji fitokimia kulit buah

pisang kepok dapat dilihat pada Gambar

berikut ini:

a b

c d e

Gambar Hasil uji fitokimia kulit buah

pisang kepok (Musa paradisiaca

var. bluggoe)

(a) Alkaloid (b) Tanin (c)

Triterpenoid (d) Flavonoid (e)

Saponin

PENUTUP

Ekstrak kulit buah pisang kepok (M.

paradisiaca var. bluggoe) berpengaruh

terhadap pertumbuhan jamur C. albicans.

Konsentrasi yang optimal dalam

mengambat pertumbuhan jamur

C.albicans adalah konsentrasi 80%.

Senyawa kimia yang terkandung dalam

ekstrak kulit buah pisang kepok (M.

paradisiacal var. bluggoe) adalah alkaloid,

triterpenoid dan flavonoid.

Saran Pemanfaatan

1. Perlu dilakukan uji klinis lebih lanjut

untuk mengetahui efek antimikroba dari

ekstrak kulit buah pisang kepok (M.

paradisiaca var. bluggoe) terhadap

jamur C. albicans.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

terhadap ekstrak kulit buah pisang

kepok (M. paradisiaca var. bluggoe)

yang diperoleh dari pelarut lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Alhamda, S., Yustina, S. 2015. Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Yogyakarta: Deepublish.

Elliot, T., Tony Worthington., Husam

Osman., dan Martin Gill, 2013.

Mikrobiologi Kedokteran dan

Infeksi. Jakarta: EGC.

Fadhillah, 2014. Uji Aktifitas Antibakteri

Ekstrak Etanol 96% Limbah Kulit

Pisang Kepok Kuning Terhadap

Bakteri Penyebab Jerawat

(Staphylococcus epidermidis,

Staphylococcus aureus,

Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 10

Page 11: Jambi University | Institutional Repository (UNJA | IR ... · Web viewSelanjutnya disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit dan didinginkan sampai 45 C. 4. Uji Ekstrak

Propionibacterium acne). Skirpsi.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Graham, R dan Tony Burns. 2005. Lecture

Notes on Dermatologi. Jakarta:

Erlangga.

Jawetz, Melnick., dan Adelberg., 2012.

Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:

EGC.

Kumalasari, E dan Nanik S., 2011.

Aktifitas Antifungi Ekstrak Etanol

Batang Binahong (Anredera

cordifolia (Tenore)Steen.)

Terhadap Candida albicans Serta

Skrining Fitokimia. Jurnal Ilmiah

Kefarmasian. 1 (2): 56-57.

Muhlisah, F., 2008. Tanaman Obat

Keluarga (TOGA). Jakarta:

Penebar Swadaya.

Polano, M. K., 1987. Terapi Kulit Topikal.

Jakarta: EGC.

Sastrosupadi, A., 2005. Rancangan

Percobaan Praktis Bidang

Pertanian Edisi Revisi.

Yogyakarta: Kanisius.

Suyanti, 2008. Pisang Budi Daya,

Pengolahan dan Prospek Pasar.

Jakarta: Penebar Swadaya.

Wardhani, R.A.P., dan Supartono., 2015.

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak

Kulit Buah Rambutan (Nephelium

lappaceum L.) pada bakteri.

Indonesian Journal of Chemical

Science.4 (1): 47-48.

Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 11