Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ARTIKEL ILMIAH
PENGARUH EKSTRAK KULIT BUAH PISANG KEPOK (Musaparadisiaca var. bluggoe) TERHADAP PERTUMBUHAN
JAMUR Candida albicans SEBAGAI BAHANPENGAYAAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
OLEHBella AgnesiaA1C413024
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS JAMBI
NOVEMBER 2017
Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 1
Effect of Banana Peel Skin Extract (Moses paradisiaca var.bluggoe) Against Candida albicans Mushroom GrowthBecome Microbiology Practical Enrichment Material
Bella Agnesia1), Retni S. Budiarti2), Harlis3)
1)Biology Student, e-mail: [email protected]) 3)Thesis Advisors
By:Bella Agnesia
Banana kepok peel (M. paradisiaca var bluggoe) is a waste of processed products of banana kepok fruit that has not much utilization and is usually used for fodder. But on the skin of banana fruit kepok contains alkaloid compounds, triterpenoids and flavonoids that can be used as an antimicrobial. This study aims to determine the effect and optimal concentration of banana peel extract inhibiting the growth of Candida albicans fungus which is one of the fungi causing the disease of candidiasis as well as to know the compound of any class contained in the banana peel skin. The method used in the research is the method of disk diffusion. The diameter of the inhibitory zone to growth of C. albicans was known by analyzing statistically using ANOVA, if the effect was continued with Duncan Multiple Range Test (DMRT) test at 5% real level and phytochemical test based on color change or precipitate formed. The results showed that banana peel extract effect on the growth of C. albicans fungus which can be seen from the inhibit zone formed. The positive control treatment formed the largest inhibition zone that is 18 mm, in the negative control treatment is not formed inhibition zone. 80% concentration formed 12 zero inhibition zone which is not significantly different with other concentration that is 60% extract by 10 mm and 40% by 11 mm. While extract treatments with concentration of 20% formed 8,5 mm inhibitory zone that was significantly different with perlaukan concentration of 40%, 60% and 80%. Based on the research results can be seen that the extract of banana kepok skin effect on the growth of fungus C. albicans and optimal concentration in inhibiting the growth of C. albicans fungus is 80% concentration. From the research results need to do clinical trials to determine the antimicrobial effects of banana peel extract as an antimicrobial.
Keywords: Candida albicans, banana kepok peel, antimicrobial, inhibitory zone
Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 2
Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca var. bluggoe) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans
Sebagai Bahan Pengayaan Praktikum Mikrobiologi
Oleh
Bella Agnesia1), Retni S. Budiarti2), Harlis3)
1)Mahasiswa Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi2)3)Dosen Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi
Email: 1)[email protected]
Kulit buah pisang kepok (M. paradisiaca var. bluggoe) merupakan limbah dari produk olahan buah pisang kepok yang belum banyak pemanfaatannya dan biasanya digunakan untuk makanan ternak. Namun pada kulit buah pisang kepok ini mengandung senyawa alkaloid, triterpenoid dan flavonoid yang bisa digunakan sebagai antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan konsentrasi yang optimal dari ekstrak kulit buah pisang kepok dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans yang merupakan salah satu jamur penyebab penyakit kandidiasis serta untuk mengetahui senyawa golongan apa saja yang terkandung dalam kulit buah pisang kepok. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode difusi cakram. Diameter zona hambat terhadap pertumbuhan C. albicans diketahui dengan menganalisis secara statistik menggunakan sidik ragam (ANOVA), apabila berpengaruh dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5% dan uji fitokimia berdasarkan pada perubahan warna atau endapan yang terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah pisang kepok berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur C. albicans yang dapat dilihat dari zona hambat yang terbentuk. Perlakuan kontrol positif terbentuk zona hambat terbesar yaitu 18 mm, pada perlakuan kontrol negatif tidak terbentuk zona hambat. Konsentrasi 80% terbentuk zona hambat 12,5 mm yang tidak berbeda nyata dengan konsentrasi lainnya yaitu ekstrak 60% sebesar 10 mm dan 40% sebesar 11 mm. Sedangkan perlakuan ekstrak dengan konsentrasi 20% terbentuk zona hambat 8,5 mm yang berbeda nyata dengan perlaukan konsentrasi 40%, 60% dan 80%. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ekstrak kulit buah pisang kepok berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur C. albicans dan konsentrasi yang optimal dalam menghambat pertumbuhan jamur C. albicans adalah konsentrasi 80%. Dari hasil penelitian perlu dilakukan uji klinis untuk mengetahui efek antimikroba dari ekstrak kulit buah pisang kepok sebagai antimikroba.
Kata Kunci: Candida albicans, Kulit Pisang Kepok, antimikroba, zona hambat
Jambi, November 2017Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Retni S. Budiarti, S.Pd., M.Si Dra. Hj. Harlis, M.SiNIP. 19690917 1994032003 NIP. 196211041991022001
Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 3
PENDAHULUAN
Sejak dahulu masyarakat Indonesia
telah menekuni pengobatan dengan
memanfaatkan aneka tanaman yang
terdapat di alam. Warisan yang berharga
ini secara turun-temurun diajarkan oleh
generasi yang terdahulu ke generasi
selanjutnya. Di daerah pedesaan, tradisi ini
sebagian besar masih dipertahankan,
namun masyarakat perkotaan umunya
sudah melupakannya (Muhlisah, 2008:5).
Obat tradisional yang dapat
dijadikan sebagai antimikroba salah
satunya adalah kulit buah pisang kepok.
Suyanti (2008:14-15) menyebutkan bahwa
selain untuk pakan ternak, kulit buah
pisang juga dapat dijadikan sebagai bahan
campuran cream antinyamuk. Kulit buah
pisang juga dapat diekstrak untuk dibuat
pektin. Pisang kepok adalah tanaman
herba yang berasal dari kawasan Asia
Tenggara (termasuk Indonesia)
(Suyanti,2008:5).
Kandidiasis merupakan salah satu
penyakit yang disebabkan oleh infeksi
jamur C. albicans, dimana tempat umum
jamur ini adalah pada bagian kulit, mulut,
kuku dan saluran kelamin. Menurut Polano
(1987:53) C. albicans merupakan anggota
flora normal yang dapat menyebabkan
penyakit kulit, yang dapat menimbulkan
berbagai sindroma kandidiasis.
(Jawetz,dkk., 2012: 674). Elliot, dkk.
(2013:107) infeksi jamur secara klinis
dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
mikosis superfisial dan mikosis profunda.
Mikosis superfisial merupakan jamur yang
menyerang lapisan luar pada bagian kulit,
kuku, dan rambut. Mikosis profunda
adalah merupakan jamur yang menyerang
pada bagian alat-alat kelamin.
Alhamda dan Yustina (2015:41)
menyebutkan Candida albicans berada
dalam tubuh manusia sebagai mikro flora
normal dan infeksi baru terjadi bila
terdapat perubahan pada tubuh. Jamur ini
berperan dalam proses pembusukan sisa-
sisa makanan. Candida albicans dapat
ditemukan dalam rongga mulut yang sehat
pada konsentrasi rendah ( 20 sel/cc saliva).
Keseimbangan flora rongga mulut dapat
berubah menimbulkan suatu keadaan
patologis atau penyakit karena beberapa
faktor seperti kesehatan mulut yang buruk,
penyakit sistemik yang menurunkan daya
tahan lokal tubuh (Graham, 2005:38).
Penelitian yang telah dilakukan
oleh Kumalasari dan Nanik (2011:56)
mengenai “Aktifitas Antifungi Ekstrak
Etanol Batang Binahong (Anredera
cordifolia (Tenore) Steen.) terhadap
Candida albicans serta Skrining
Fitokimia” menyebutkan bahwa ekstrak
etanol batang binahong terhadap C.
albicans adalah 86% karena ekstrak
dengan kadar 86% sudah mampu
membunuh jamur yang ditandai dengan
Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 4
tidak adanya pertumbuhan jamur pada
media SDA. Kemudian hasil penelitian
lain yang dilakukan oleh Fadhillah,
(2014:46) menggunakan ekstrak kulit buah
pisang kepok pada konsentrasi 10% sudah
mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
Adanya kandungan senyawa
antimikroba yang terkandung dalam kulit
buah pisang kepok memungkinkan untuk
digunakan sebagai alternatif dalam
pengobatan penyakit yang disebabkan oleh
mikroba patogen sehingga peneliti
mencoba untuk melakukan penelitian
terhadap aktifitas antifungi terhadap jamur
C. albicans dengan melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Kulit
Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca
var. bluggoe) Terhadap Pertumbuhan
Jamur Candida albicans Sebagai Bahan
Pengayaan Praktikum Mikrobiologi”
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit
buah pisang kepok (M. paradisiaca var.
bluggoe) terhadap pertumbuhan C.
albicans. Mengetahui konsentrasi yang
optimal dari ekstrak kulit buah pisang
kepok (M. paradisiaca var. bluggoe)
dalam menghambat pertumbuhan C.
albicans, dan mengetahui senyawa
golongan apa saja yang terkandung dalam
kulit buah pisang kepok (M. paradisiaca
var. bluggoe).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian eksperimen yang menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
6 perlakuan dan 4 pengulangan, masing-
masing perlakuan terdiri dari: P1 (kontrol
positif (diberi Ketokonazol 2%), P2
(kontrol negatif (diberi Aquades), P3
(ekstrak kulit buah pisang kepok 20%), P4
(ekstrak kulit buah pisang kepok 40%), P5
(ekstrak kulit buah pisang kepok 60%), P6
(ekstrak kulit buah pisang kepok 80%).
1. Sterilisasi Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian terlebih dahulu
disterilkan supaya terhindar dari
kontaminasi mikroorganisme yang tidak
diinginkan. Sterilisasi alat dan bahan
dengan menggunakan autoklaf (panas
basah). Suhu yang digunakan adalah
121°C tekanan uap 15 lbs dan lamanya
berkisar 15 menit.
2. Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca var. bluggoe)
Limbah kulit pisang kepok dipilih
yang sudah matang sempurna atau sudah
menguning kulitnya. Limbah kulit pisang
kepok dicuci bersih kemudian dikeringkan
dengan diangin-anginkan sampai tiris
airnya. Kemudian limbah kulit pisang
kepok yang sudah bersih dipotong kecil-
Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 5
kecil lalu diblender. Sebanyak 500 gram
simplisia kulit buah pisang kepok
kemudian dimaserasi dengan metanol
hingga terendam dan didiamkan selama
3x24 jam. Filtrat yang diperoleh kemudian
disaring. Hasil penyaringan kemudian
dievaporasi sehingga didapatkan larutan
aktif pekat. Selanjutnya dibuat larutan
stock 100% kemudian diencerkan dengan
pelarut metanol untuk mendapatkan
konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80%.
3. Pembuatan Media
Media yang digunakan adalah PDA.
Media ini merupakan media umum
digunakan pada pertumbuhan jamur
dengan komposisinya pepton, dektrosa dan
agar. Pembuatan media PDA adalah
dengan cara melarutkan 40 gram bubuk
PDA ke dalam 1 liter aquades, kemudian
dipanaskan. Selanjutnya disterilkan dalam
autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit
dan didinginkan sampai 45°C.
4. Uji Ekstrak Kulit Buah Pisang Kepok Terhadap Pertumbuhan Candida albicans
Pengujian aktivitas antijamur
dilakukan dengan menggunakan metode
difusi lempeng agar yang merupakan
metode uji kepekaan langsung. Kertas
cakram yang sudah diberi ketokonazol
sebagai kontrol dan kertas cakram yang
diberi ekstrak kulit buah pisang kepok
diletakkan di media agar PDA yang sudah
dioleskan jamur Candida albicans
diatasnya. Media PDA yang telah
diinokulasikan suspensi Candida albicans
dibiarkan selama 5-15 menit supaya
suspensi jamur meresap ke dalam media.
Kemudian setiap kertas cakram ditekan
secara perlahan dengan menggunakan
batang steril untuk memastikan kertas
cakram tersebut melekat pada permukaan.
Selanjutnya ditutup dengan menggunakan
plastik vacum dan alumunium foil.
Inkubasi semua lempeng agar dengan
posisi terbalik selama ± 3x24 jam pada
suhu 37°C, kemudian diukur diameter
zona hambat “zona hallow” dengan
menggunakan kertas milimeter.
5. Uji Fitokimia
a. Uji Alkaloid
Sebanyak 2 g sampel dihaluskan
dengan menggunakan mortar, kemudian
ditambahkan dengan 10 ml kloroform dan
dilarutkan. Ditambahkan 5 ml amoniak.
Kemudian larutan disaring ke dalam
tabung reaksi dan filtrat ditambahkan 10-
20 tetes H2SO4 2N. Campuran dikocok
dengan teratur selama 2-3 menit, dibiarkan
beberapa sampai terbentuk 2 lapisan.
Lapisan atas dipindahkan ke dalam tiga
tabung reaksi masing-masing sebanyak 1
ml. Kemudian masing-masing tabung
tersebut ditambahkan beberapa tetes
pereaksi Mayer dan Wagner.
Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 6
Terbentuknya endapan putih terhadap
pereaksi Mayer, endapan coklat terhadap
reaksi Wagner (Whardhani dan Supartono,
2015:47).
b. Uji Triterpenoid/Steroid
50-100 mg sampel dihaluskan
dengan menggunakan mortar, kemudian
ditambahkan asam asetat glasial sampai
semua sampel terendam, dibiarkan selama
15 menit kemudian 6 tetes larutan
dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat.
Adanya terpenoid ditunjukkan oleh
terjadinya warna merah atau merah ungu,
sedangkan jika warna yang ditunjukkan
adalah hijau dan hijau biru menandakan
adanya steroid (Whardhani dan Supartono,
2015:48).
c. Uji Tanin
20 mg sampel dihaluskan dengan
menggunakan mortar, kemudian ditambah
metanol hingga sampel terendam.
Kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan
FeCl 1%. Hasil positif ditunjukkan dengan
terbentuknya warna biru atau biru ungu
(Whardhani dan Supartono, 2015:48).
d. Uji Falvonoid
20 mg sampel dihaluskan dengan
menggunakan mortar, kemudian
ditambahkan dengan 5 ml metanol dan
dipanaskan selama 5 menit di dalam
tabung reaksi. Selanjutnya ditambah
beberapa tetes HCL pekat. Kemudian
ditambahkan 0,2 g bubuk Mg. Hasil positif
ditunjukkan dengan timbulnya warna
merah yang kuat (Whardhani dan
Supartono, 2015:48).
e. Uji Saponin
2 g sampel dihaluskan dengan
menggunakan mortar. Kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan akuades hingga seluruh
sampel terendam, dididihkan selama 2-3
menit, dan selanjutnya didinginkan,
kemudian dikocok selama 1-2 menit. Hasil
positif ditunjukkan dengan adanya busa
yang tidak hilang selama 5 menit
(Whardhani dan Supartono, 2015:48).
6. Pengamatan
a. Pengamatan didasarkan atas
diameter zona hambat yang
terbentuk di sekitar kertas cakram
yang diukur menggunakan kertas
milimeter.
b. Uji fitokimia berdasarkan atas
perubahan warna yang terbentuk.
Dimana: (-) tidak terjadi
perubahan warna dan (+) terjadi
perubahan warna.
7. Analisis Data
Pengaruh masing masing perlakuan
diameter zona hambat terhadap
Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 7
pertumbuhan Candida albicans diketahui
dengan menganalisis secara statistik
menggunakan sidik ragam (ANOVA),
apabila berpengaruh maka dilanjutkan
dengan uji Duncan Multiple Range Test
(DNMRT) pada taraf nyata 5 %
(Sastrosupadi, 2005:57).
HASIL PENELITIAN
1. Diameter Zona Hambat
Pengaruh ekstrak kulit buah pisang
kepok (Musa paradisiaca var. bluggoe)
terhadap pertumbuhan jamur Candida
albicans berdasarkan hasil analisis sidik
ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa
F hitung > F tabel pada α = 5%. Maka
dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh
ekstrak kulit buah pisang kepok terhadap
pertumbuhan jamur C. albicans sehingga
hipotesis diterima. Rata-rata diameter zona
hambat pada ekstrak kulit buah pisang
kepok dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut
ini:
Tabel Rata-rata diameter zona hambat
ekstrak kulit buah pisang kepok
terhadap pertumbuhan Candida
albicans
Konsentrasi
(%)
Rata-
rata
diameter
zona
hambat
Aktifitas
antimikroba
(mm)
Kontrol
negatif
(Aquades)
0a -
20 8,5b Sedang
60 10c Kuat
40 11c Kuat
80 12,5d Kuat
Kontrol
positif
(Ketokonazol
2%)
18e Kuat
Keterangan : Angka-angka yang diikuti
huruf kecil yang sama
menunjukkan perlakuan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%
menurut uji DMRT
Berdasarkan Tabel di atas dapat
diketahui bahwa pertumbuhan jamur C.
albicans setelah dilakukan uji DMRT pada
taraf nyata 5% pada perlakuan kontrol
positif (ketokonazol) menunjukkan zona
hambat terbesar yaitu 18 mm berbeda
nyata dengan perlakuan kontrol negatif
(aquades) yang menunjukkan zona hambat
terkecil yaitu 6 mm yang berbeda nyata
dengan perlakuan yang lainnya yaitu
konsentrasi ekstrak kulit buah pisang
kepok 20%, 40%, 60% dan 80%. Dari
keempat perlakuan konsentrasi ekstrak
kulit buah pisang kepok didapatkan zona
hambat terbesar pada konsentrasi 80%
dengan diameter rata-rata 12,5 mm yang
Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 8
berbeda nyata dengan perlakuan 20%, 40%
dan 60%. Perlakuan konsentrasi ekstrak
20% menunjukkan diameter rata-rata 8,5
mm yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan konsentrasi 40% yang
menunjukkan diameter rata-rata 11 mm
dan konsentrasi 60% yang menunjukkan
diameter rata-rata 10 mm. Rata-rata zona
hambat yang terbentuk dari keenam
perlakuan mulai dari kontrol positif
(ketokonazol), kontrol negatif (aquades)
sampai konsentrasi ekstrak kulit buah
pisang kepok (M. paradisiaca var.
bluggoe) dapat dilihat pada Gambar
berikut:
a b
c d
e f
Gambar Zona hambat perlakuan ekstrak
kulit buah pisang kepok (a)
kontrol positif (ketokonazol) (b)
kontrol negatif (aquades) (c)
20% (d) 40% (e) 60% (f) 80%
2. Uji Fitokimia
Berdasarkan hasil uji fitokimia dari
kulit buah pisang kepok (M. paradisiaca
var. bluggoe) terdapat beberapa golongan
senyawa kimia yang terkandung di
dalamnya, hal ini dapat dilihat dari
terbentuknya perubahan warna atau
endapan yang dapat dilihat pada Tabel
berikut:
Tabel Hasil uji fitokimia kulit buah pisang
kepok (Musa paradisiaca var. bluggoe)
Senyawa Warna Hasil
Alkaloid
a. Endapan
putih
b. Endapan
cokelat
+
+
TriterpenoidMerah/merah
ungu+
SteroidHijau/Hijau
biru-
Tanin Hitam -
Flavonoid Merah Tua +
SaponinBusa stabil (5
menit)-
Keterangan:
+ = terjadi perubahan warna
- = tidak terjadi perubahan warna
Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 9
Hasil uji fitokimia kulit buah
pisang kepok dapat dilihat pada Gambar
berikut ini:
a b
c d e
Gambar Hasil uji fitokimia kulit buah
pisang kepok (Musa paradisiaca
var. bluggoe)
(a) Alkaloid (b) Tanin (c)
Triterpenoid (d) Flavonoid (e)
Saponin
PENUTUP
Ekstrak kulit buah pisang kepok (M.
paradisiaca var. bluggoe) berpengaruh
terhadap pertumbuhan jamur C. albicans.
Konsentrasi yang optimal dalam
mengambat pertumbuhan jamur
C.albicans adalah konsentrasi 80%.
Senyawa kimia yang terkandung dalam
ekstrak kulit buah pisang kepok (M.
paradisiacal var. bluggoe) adalah alkaloid,
triterpenoid dan flavonoid.
Saran Pemanfaatan
1. Perlu dilakukan uji klinis lebih lanjut
untuk mengetahui efek antimikroba dari
ekstrak kulit buah pisang kepok (M.
paradisiaca var. bluggoe) terhadap
jamur C. albicans.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
terhadap ekstrak kulit buah pisang
kepok (M. paradisiaca var. bluggoe)
yang diperoleh dari pelarut lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
Alhamda, S., Yustina, S. 2015. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: Deepublish.
Elliot, T., Tony Worthington., Husam
Osman., dan Martin Gill, 2013.
Mikrobiologi Kedokteran dan
Infeksi. Jakarta: EGC.
Fadhillah, 2014. Uji Aktifitas Antibakteri
Ekstrak Etanol 96% Limbah Kulit
Pisang Kepok Kuning Terhadap
Bakteri Penyebab Jerawat
(Staphylococcus epidermidis,
Staphylococcus aureus,
Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 10
Propionibacterium acne). Skirpsi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Graham, R dan Tony Burns. 2005. Lecture
Notes on Dermatologi. Jakarta:
Erlangga.
Jawetz, Melnick., dan Adelberg., 2012.
Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC.
Kumalasari, E dan Nanik S., 2011.
Aktifitas Antifungi Ekstrak Etanol
Batang Binahong (Anredera
cordifolia (Tenore)Steen.)
Terhadap Candida albicans Serta
Skrining Fitokimia. Jurnal Ilmiah
Kefarmasian. 1 (2): 56-57.
Muhlisah, F., 2008. Tanaman Obat
Keluarga (TOGA). Jakarta:
Penebar Swadaya.
Polano, M. K., 1987. Terapi Kulit Topikal.
Jakarta: EGC.
Sastrosupadi, A., 2005. Rancangan
Percobaan Praktis Bidang
Pertanian Edisi Revisi.
Yogyakarta: Kanisius.
Suyanti, 2008. Pisang Budi Daya,
Pengolahan dan Prospek Pasar.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Wardhani, R.A.P., dan Supartono., 2015.
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Kulit Buah Rambutan (Nephelium
lappaceum L.) pada bakteri.
Indonesian Journal of Chemical
Science.4 (1): 47-48.
Bella Agnesia (A1C413024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 11