17
SIGNIFIKANSI MASYARAKAT KITAB BAGI DIALOG ANTARIMAN Telaah Eksploratif atas Konsepsi Mohammed Arkoun Oleh: Baedhowi Abstract This paper tries to discuss Arkoun's thought regarding the genuine concept of Revelation. His concept begins to elaborate Revelation in the history ofal-Qur 'an and Muslim Tradition. From historical backgroundofAhl al-Kitab (People ofthe Book) has been founded the same task and tool in history of salvation (HP). Beginningfrom decisive issues ofAhl al-Kitab, Arkoun works out the concept of "The society of the Book". He uses a deconstruction method to find vocabulary, methods and intellectual attitudes relevant to thepresentation ofRevelation with: a. the requirement ofmodern historicalanalysis; b. thephilosophical evaluation of the implicit or explicit postulates of teaching and; c. the benefit of modern rationality and scientific thought. From these views, the writer tries to elaborate the significances of Arkoun's thought as a basic need of dialogues and the development ofdiscourses in multi-faiths and multi-religions societies. J—lP ^fji\ J—^ s—jj^ CP3 oT f'J—(J -Lids' (.Jljli?jjl jJ ^1^1 Jp 2^.^ x&i)s d .Y ^^ ^ ^ l5!>Uajlj . ^l*il JiJj (jMidl aJjli .ft f\ sj^Uai ^J_Jl j\j^ fjkuAK liL djf j\ 0^ jlji\ LjJKJI JjU- Kata Kunci: Wahyu, Dekonstruksi-rekonstruksi, Dialog Antariman, Nalar Kritis *Dosen di STAINU Temanggung, Jawa Tengah.

J—^ s—jj^ CP3 • oT

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: J—^ s—jj^ CP3 • oT

SIGNIFIKANSI MASYARAKAT KITAB BAGI

DIALOG ANTARIMAN

Telaah Eksploratif atas Konsepsi Mohammed Arkoun

Oleh: Baedhowi

Abstract

This paper tries to discuss Arkoun's thought regarding the genuine concept ofRevelation. His concept begins to elaborate Revelation in the history ofal-Qur 'anand Muslim Tradition. From historical background ofAhl al-Kitab (People oftheBook) has been founded the same task and tool in history of salvation (HP).Beginningfrom decisive issues ofAhl al-Kitab, Arkoun works out the concept of"The society ofthe Book". He uses a deconstruction method tofind vocabulary,methods and intellectual attitudes relevant to the presentation ofRevelation with:a. the requirement ofmodern historical analysis; b. thephilosophical evaluation ofthe implicit or explicit postulates of teaching and; c. the benefit of modernrationality and scientific thought. From these views, the writer tries to elaboratethe significances ofArkoun's thought as a basic need of dialogues and thedevelopment ofdiscourses in multi-faiths and multi-religions societies.

J—lP ^fji\

J—^ s—jj^ CP3 • oTf'J—(J -Lids' (.Jljli?jjl jJ

^1^1 Jp 2^.^ x&i)s d.Y ^^ ^

^ l5!>Uajlj . ^l*il JiJj (jMidl aJjli .ft f \ sj^Uai^J_Jl j\j^ fjkuAK liL djfj\ 0^ jlji\ LjJKJI JjU-

Kata Kunci: Wahyu, Dekonstruksi-rekonstruksi, Dialog Antariman, Nalar Kritis

*Dosen di STAINU Temanggung, JawaTengah.

Page 2: J—^ s—jj^ CP3 • oT

38 Millah Vol. IV,No. 1, Agustus 2004 . t

A. PendahuluanDialogantariman (DAI) di Indonesia tampaknyamasihmerupakan*1cebutuhanmewah"bagimasadepankerukunan hidupberagama. Hal ini terlihat bukanhanyamasih

teibatasnyakebutuhandialogisyanglebihbanyakdiapresiasihanyaolehkaumelitagamawan,tetapijuga masihsering timbulnya ketegangan dankeengganan dialogis di lapisan akarnimput.Kemewahan dialogis initentunyatidakmenafikan upayapara^^foudingfathers'̂dari tokoh-tokoh agama dan negarawan yang telah menyadari dan memberi contohpentingnyakerukunan danhidupharmonisantarumatberagama. Teladan inisecaraetis-normatif-meski masihseringdipertanyakan berbagaipihak-terlihatdarikerelaandansikapmenghormati sertarasatoleransi itasamuh)yangtinggibapak-bapakMuslimkita,misalnyadalampenghapusanbagiandarisilapertamaPancasilaf TDengan syaratkewajibanmenjalankan syari'at-syari'atIslambagipemeluk-pemeluknya"). Pengurangankalimatdiatasselainmerupakanrealita sejarahPancasila sebagai ideologiyanginklusi^danterbukajugamenunjukkansikaprealistisdan kelapanganwawasanmerekadalam merengkuhkenyataanpluralitas masyarakatIndonesiayang multireligius, etnisdanbudaya

Dialog antariman bisajadijuga hanya bersifat semu, bersifat "basa-basi" danbisa menjadi masalah krusial manakala para pemeluk agama hanya berangkat daripemahamaneksklusifdankeyakinanyang sempitatasdogma-dogma, sehingga tanpadisadari juga memunculkan sebuah eksklusivitas "teologi dogmatis", yang kaku danahistoris dalam melihatkenyataan keberagamaan. Olehkarena itu, DAI atau Dialogantarumat beragama memang bukan dimaksudkan untuk mencari kebenaran sendiridanmempersalahkanataupunmempertobatkanpemeluk-pemelukagama lain.DAI lebihdimaksudkanuntuksalingmengisipengalamankeagamaanmasing-masingpemelukagamaatau mengintrospeksi ajaran-ajarannya yang telah menimbulkan berbagai kekakuan,ketegangan, dan sikap intolerandalam kehidupan beragama.

Dalam tulisan ini akan dipaparkan konsepsi Masyarakat Kitab model Arkoun.PilihanterhadapkonsepsigumbesarpemikiranlslamasalAljazairyangnamanya mendunialewatUniversitas SorbonneNouvelle(ParisHI)Perancis ini,telahterlanjurmenaruhharapanbesaratas inklusivitas danpluralitasmasyarakatIndonesiayangmultireligius,multietnisdan budaya. Arkoun sendiri secara praksis juga telah lama terlihat dalam insklusivitaskeberagamaan. Pemikirannya inimerupakanhasilreflektifpengalamannyadalamberbagaikeikutsertaan dialogantarimanatauterlibatdalamrisetlintasagama.

Visidan aksipraksisArkountersebutmisalnya terlihat bersamaClaudeGeffie(Katholik), Froncoise Smith-Florentain (Protestan) dan Jean Lambert (Yahudi)danArkoun (Islam) telah membentuk asosiasi Persaudaraan(pengikut)Agama Ibrahim(Fratemite d'Abraham) dalam^^GroupedePans^\^ Bahkan dalamtarafintemasional

'LihatArkoun, 1993 "LesConceptdesSocietes duLivre-livre" dalamInterpreter, No 2.,haI50.

Page 3: J—^ s—jj^ CP3 • oT

Signijikansi Masyarakat Kitab bagiDialogAntariman 39

Arkoun jugaseringterlibatdialog antariman bersama paraprofesor dari berbagai agamadan negeri seperti Hans Kimg (Jerman) dan Claude Geffre (Parancis) yang mewakiliKristen, Eugene B.Borowitz (New York, AS) mewakili Yahudi, Masao Abe (Kyoto,Jepang) mewakili Budha, BithikaMukenji(Benares) mewakili Hindu, Liu Shu Hsien(Hong Kong) mewakili Taoisme Cina dan Karl JosepfPartsch (Bonn, Jerman) dariperspektifhukum intemasional danlainnya.^

Selain alasankepraksisan diatas jugakarenakonsepsiArkoun yang merupakanupaya korektif-introspektifatas konsepi wahyu dan sekaligus sebagai prespektif ataskemungkinan sebuah "teologi bam" bagi^6ra/7i7/w/c/?e//g/o«s (Yahudi, Kristen danIslam) yang lebih terbuka, toleran dan modem dalam merambah pluralitas kehidupanberagama.

B. Dari Ahl al-Kitdb ke Masyarakat KitabKonsepsi Masyarakat Kitab {Le Concept des Societes du Livres) yang

digunakan Arkoun di sini dimaksudkan sebagai suatupenempatan metodologi danepistemologi dansebagai pengantar ataupijakan dialogis bagipemikiran agamamonoteis, yakniYahudi, Kristen danIslam. Konsepsi inimeski berbasis danberangkatdaripemikiran Islam(Wahyu Qur'ani)diharapkanAikounbisamenarik sebuahsolidaritassejarah bagipemikiran Yahudi danKristen. Hanyasaja konsepsi masyarakatKitab disiniseringdisalahmengerti dandisederhanakan dengan pengertian tradisional tentangAhl al-Kitdb {Peuple du Livre) sehingga sebagian orang menjadi keberatan atasgagasanArkoun ini.^ Olehkarena itu,perlujugauntukdijelaskansecararingkaspengertiankedua istilah tersebuL

1. Ahlal-Kitab

Ahl al-Kitdb adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani yang dihadapi NabiMuhammad di Mekkah dan Madinah.Mereka disebutdalam al-Qur'an sebagaipemilik

^Hans Kung, M. Arkoun, et. al., 1999, Etik Global, teij. Ahmad Mustajib, cet. ke-I,Yo^akarta: Pustaka Pelajar. hal. 53.

'Keberatan atas usulan Arkoun ini misalnya terlibat dari orang-orang Kristen yangtergabung dalam dialog dan kelompok riset Islam-Kristen/Growpe de Richerches Islamo-Christien(GRIC) yang didirikan oleh R. Casper. Mereka menolak gagasan Masyarakat Kitab karena alasanteologis dan ideologis (khususnya kaum katolik). Namun GRIC di bawah motor Michel Lelongtelah memberikan aktivitas yang mulia dan berarti bagi contoh dialog antariman dalam nuansayang lebih terbuka, penuh toleransi dan harmonis. Lihat Arkoun, "Le Concept des Societes" hal.213. GRIC -meski dalam contoh kelompok yang sangat terbatas-juga telah mempublikasikan duakaiya yang mencerminkan keterbukaan, toleransi dalam dialog antariman dan keharmonisanhubungan.LihatMohammed Arkoun, Claude Gefifre et. al., CesEcritures qui nous questionnent:Le Bible et le Coran (Tulisan-tulisan [suci] yang mempertanyakan [keberadaan] kita, Bibel dan al-Qur'an) dan Foi et Justice: un Dejipour le christianisme et I'Islam (Keimanan dan keadilan:SebuahkegagalanbagiajaranKristianidanIslam)(Paris:Le Centution, 1987& 1992).

Page 4: J—^ s—jj^ CP3 • oT

40 . MUlahVolIV,No.l,Agustus2004

wahyuyanglebih awal, kaum beriman yang dikasihiAllah sama dengan orang Muslimyangtelahmenerima wahyuyangbaru.Ibrahim sendiri sebagai Bapakagama-agamabukan Yahudi atau Kristen melainkan "Muslim" mumi, seorang yang beriman danmengabdi sepenuhnyakepadaAllah(QS 3:67,16:123).Dimensiperspektifsejarahspiritual dan penyelamatan inibegitujelas dalam al-Qur'an dan merupakan gambaranpentingteologimodemtentangwahyu.

Sajian lain dari al-Qur'an X&[^\ar%Ahlal-Kitdh secaraparsial adalah kaumYahudidan Nasraniyangmenentangdan tidakmengakui misikenabianMuhammadsertamenolakal-Qur'an sebagai wahyu terakhin Kelompok ini dijuluki al-Ahzdb, yakni parasektariandanpartisanyangmemecah belahkeesaanagama dan memutuskan garis silsilahkenabian.Dari sini mulailah muncul ketegangan sosial danpolitikberbarengan denganpersaingansimbolik yangteijadi diMadinah antara Ahlal-Kitdb dankelompok beriman baru{Muhajirun d?inAnshdr).

SenadadenganArkoun, FazlurRahmanjugamembenarkantentang monoteismeAhl al-Kitdb (kaum Yahudi dan Kristen). Al-Qur'an sendiri misalnya telah mengajak:"WahaiAhl al-Kitdb, marilah kita laksanakan program dan ketetapan yang sama-samakita miliki (sebagai kalimatun sawa)-bahwatidakmenyembah siapapun kecualiAllahdan tidak akanmempersekutukan Dia dengan suatupun" (QS, 3, 64). Ajakan inidinyatakan Muhammad secara inklusifkepada ketiga kaum monoteis (Yahudi, Kristendan Islam) dan diantara mereka tidak ada satupunyang benar-benartersesat. Meskipunajakan ini pada mulanya dianggap muluk-muluk dan tidak dipedulikan kaum Kristen,Rahman masih percaya bahwa melalui keija sama yang positif, kita masih bisa berhasilmewujudkannya asalkan kaum Muslimin lebih memperhatikan al-Qur'an dari padaformulasi historis mereka dan peijuangan-peijuanganpioner yang sedang dilakukan saatini menghasilkan doktrin yang lebih sesuai dengan monoteisme yang universal."

Di antara formulasi historis yangnegatiftentang Ahlal-Kitdb adalah aksipembalikan arti {tahrtj), pengubahan tulisan-tulisan dan ketidaktaatan sebagian kaumYahudi dan Kristen atas seruan al-Qur'an, sehingga telah menimbulkan citranegatif.Dampakpenyimpangan ini antara lain adalah munculnya sastrapolemik, penyimpanganpemakaian imajinerkeagamaan untuk tujuan-tujuan non ilmiah, seperti untuk apologiterhadap dunia Barat-Kristen atau digunakan secara kabur dan menyesatkan padamasyarakatTimurTengah. Sedangkankemgian terbesarsecara*teologis" menurutAikounadalah alotnya mewujudkan dialog antariman (khususnya antara Islam-Kristen).Sedangkan alotnya dialogis antara Muslim dengan kaum Yahudi dalam visi Arkounsebenamya bukan karena persoalan teologis, tetapi lebih bersifat sikap arogansi dansuperioritas Yahudi serta ketidakadilan ekonomis, sosial, politikdan budaya sehinggaberdampakpada aras peradaban secara global. Misalnya sulitnya dalam mewujudkan

^FazlurRahman, 1980, remaPo/ro/: a/-gMr'd«, Bandung: Pustaka, hal.245.

Page 5: J—^ s—jj^ CP3 • oT

Signifikansi Masyarakat Kitab bagi Dialog Antariman 41

perdamaiandikawasan TimurTengahyangbersxmiber dari sengketa diJerusalem,yangsebenamyamerupakan tempatsepiritual bersama(Yahudi-Islam-Kristen). ^

Dari visi parsialtentang poIemik/4/;/al-Kitdb,makaterbangunlah suatu definisidogmatis tentang Kitab Suci dengan argumentasi iklim danbudayaMadinah (622-632M.). Unsur definitif tersebut,di antaranyaterangkum dalam al-Qur'an:a. Orang-orang Yahudi dan Kristen diakui sebagai sasaran Kitab, tetapi mereka

menolakmengakui al-Qur'^ sebagai wahyu terakhiryang berasal dari Kitab.b. Orang-orang Islam diintegrasikan ke dalam jema'ah spiritual yang disebut^/z/al-

Kitdb menurut definisibaru yang diberikan al-Qur'an, sehingga orang Islam menjadiwakil yang benar dari Ahl al-Kitdb dan Islam adalah agama yang benar, satu-satunya agama kebanaran.

c. Di akhir suratal-Taubah, (QS. 9), teijadi pemisahan tegasantaraorang-orangIslam dan Ahl al-Kitdb^ yakni kaum Yahudi dan Kristen. Mereka telahmembengkokkan Kitab Suci dan hams membayar denda: "Perangi mereka yangdiberi Kitab, yang tidakpercaya kepada Allah atau hari kiamat atau apa saja yangtelah dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, atau tidak mengakui agama yang benar,sampai mereka membayar pajak dengan kemauannya sendiri dan bersikap patuh"(QS 9: 29). Kosa kata ini sebagian besar telah dan akan dipakai dalam sastrapolemik melawan.<4/;/ al-Kitdb dan juga oleh kaumfuqahd' untuk menjabarkanstatus"orang-orangyangterlindung"{ahlal-dzimmahf

Dari citra parsial-definitifdi atas yang dipermasalahkan Arkoun adalah soalsakralisasi dantransendentalisasi sejarahduniawi sebagaipersoalanyang belumteipikirkan(/ 'impense^. Bericaitandenganpersoalansosialdanpolitikkhusus,yaknikelompokdalamruang dan waktu yang sangat terbatas (Mekkah dan Madinah antara 612 - 632 M.)dipindahkanke tingkattransendental suciolehayat-ayatal-Qur'^. Dari sinipertanyaanArkounadalah; ^liaruskankejadianinidianggap sebagaipraktekkontemporersebagaimanayangdilakukan orang-orangdalammasyarakatyangmemuliakankejadian-kejadianbiasauntukmenunjukkankepadaYang Mutlak?Atausahkahkembalike sejarahpositif(yanglogis-rasional) dalamrangka meniadakanmitosdarisejarahkeagamaan?"'

^LihatArkoun, 1983,"Jerusalemaude qui? au nomde quoi? (Jerusalematasnamasiapadan atas nama apa ?" dalam Jslamochristiana, No.9.

®Liliat Arkoun, 1991, Lectures du Coran, ed. Tunis: Alif, hal 277-8. Untuk kritik atas sastrapolemik terhadap Ahl al-Kitdb dan apologi para ahli hukum terhadap ahl al-dzimmah, lihat tulisanArkoun, 1982, "\nolence et verite dans le discours religioux. I'exemple de la sourate IX (Kekerasandan Kebenarandalamwacana keagamaan. Contohdari suratDC (al-Taubah)" dalamZ, 'Islam, religionet societe (^dius: Cerf).

'Arkoun, Lectures, hal. 276. Mitosdi sini bukan berarti sebagai hal yang tidak rasional,tidakbergunadanmalahdijauhi, tetapisebagaisebagai"pra rasional", yangbisa membangkitkansemangatkeagamaan atauangan-angansosialdalamartianpositif.Istilah inijuga dipinjam Arkoundari tokoh filsafatsastra dan antropolog, misalnyaP.Ricouer,N. Frye dan Levi-Strauss.Dari istilah

Page 6: J—^ s—jj^ CP3 • oT

42 Millah Vol. IV,No. 1, Agustus 2004

Wilayah "yangtakterpikirkan" ini menurutArkoun kianbertambah-tambahdalampemikiranIslam.Sebagaicontohkodifikasial-Qur'an menjadikorpustertutupresmi (J^RJmushhafUstmanf) memang merupakan jasa luar biasa para sahabat(terutamaUstmanbin'Af^) dalamstandarisasi bacaandantelahmemudahkan bacaanbagi umat Islam.Namimstandarisasi semacamitu adanuansa kerinduanArkoun atassuasana pewahyuan.Proses inijuga telah "menghilangkan"berbagai bacaan denganvariasidialeknya dannuansawahyuyangsangatterbuka danlebihkayaakanberbagaipemaknaan.Lebih-lebihlagipembakuan wacanaQur'ani dalam korpus tertafsir yangterangkum dalam model tafeir-tafsir al-Qur'anlogosentris (hukum, teologi danIain-lain)yang sempit dan kakujelas akan semakin melebarkanwilayah impenseetersebut.Alasannya karena orangakansemakin kurang tertarikuntukmenggali maknasimbolis-imajinatif darikeaslian wahyudanlebihcendrung mencari pengesahandarihegemoniwacana tertentu (model Sunni, Syi'i, Mu'tazilidansebagainya.) sehingga orangjugasemakin tidaksempat memikirkan kembali berbagai historisitas teks{asbdb al-nuzul/al-wurucJ, tdrikh tasyrV dan seterusnya) berkaitandengankontektualisasi wacanatersebut.

2. Masyarakat Kitab {Les Societes duLivres)Konsepsi MasyarakatKitab disini dimaksudkanAikoun selainuntukmelampaui

definisi-defmisi eksklusif tentang "-AM al-Kitdb'' yang masih berlaku juga untukmencairkan dogmatisme teologi atauuntukmelepaskan dari konsep lamayangbersifatpolemis yangkelakbisa diwujudkan dalam sebuahbentuk"teologi baru" bagi masyarakatmonoteis (Yahudi-Kristen-Islam) yang bisadikembangkan lewatkeija sama dan salingpengertian masyarakat-masyarakat Kitab. Hal ini secara mendasar juga hamsdikembalikan pada pengertian wahyu secara benar, sehingga dalam perspektifiiya bisamemberikan mangbebas, obyektifdankritis seperti yangpemahdicontohkan dalamberbagai wacana kenabian. Ruang bebas itulah yang kelakbisa digunakan untukmendekati gejalawahyu, melampaui penafeiran-penafsiran danpenggunaan yang abriterdarialiran-aliran"ortodoks", baikSunni, Syi'ahmaupunKhawarij yangmasing-masingsecarahistoriografis mempunyaikecendrungan memonopoli kebenaran.

mitosinikontroversi tentang pemikiranArkoun riskan untukdisalahpahami, terutama olehpembacatulisan Arkoun yang berbahasa Arab. Misalnya ungkapan Arkoun "Le Coran est discours destniture mythique" diarabkan menjadi al-Qur'dn khitdb al-usthuriyydt al-binyah. Dari katamythique menjadi usthurah , maka Arkoun telah dianggap sebagai orang yang menyamakan al-Qur'andengan "dongeng" atausepaham dengan al-Qur'an yang disampaikan Muhammad sebagaiassatiral-awwalin. (dongeng orang-orang kuno). LihatArkoun, Lectures, hal.46,169. BandingkandenganArkoun, 1986, al-Islamal-ShalahwaMumdrasah, Bairut: Uwaidat, hal, 119. DanArkoun,1987, al-Fikrial-Jsldmi Qird'atal- 'Ilmiyyah, Beirut: Markaz Irana'al-Qaumi, hal.202-203.

Page 7: J—^ s—jj^ CP3 • oT

Signifikansi MasyarakatKitab bagi Dialog Antariman 43

ValiditaskonsepwahyubagiArkounadalah sebuah gambaran proses bolak-balik antarakebenarandalamdataransejarah.Atau diskemakandengan:Wahyu—Kebenaran — Sejarah/(W—K)—> S. Wahyu merupakanSabdaTuhan(Pi7ro/edeDieu), karenanya dalam analisis dekonstruktifArkounrumusan ini merupakan wujudinkamasi kebenaran yang dimanifestasikan kedunia nyata. la merupakanKaldmAllahyang teijelma dalam realitas sejarah dan lingkungan sosial. Karena itupuladisini perludibahas tentang"pengejawantahan dari Transendentalisasi dalam sejarah", manipulasi-manipulasi ideologis dari teks-teks wahyu dan sebagainya. Di sini pulaArkounmenempatkan konsep Masyarakat Kitab sebagai teologi dari Kitab atauTulisan-tulisanSuci (Ecritures Saintes) yang tidak terpisahkan dari konsep budaya, sejarah, danantropologi Kitab. Halmengingatketiga Kitab monoteisme (Taurat, Bibel, al-Qur'an)mempunyai kesamaan, baik dalam tema-temanya maupun dalam kesejarahan.®

Pemyataandiatas secara metodologis hendakmenempatkan posisi MasyarakatKitab dalam metodehistoris dan antropologis,yakni gambaran wahyu yang telahmelahirkan tigaagama Semit (Yahudi, Kristen, Islam).Arkoun- dengan meminjam tesaA.Touraine - menegaskan bahwaagamaterbentukbukanberasal dariruanghampa. laterbentukkarena pertemuannya dengankondisibudaya, ekonomidanpolitik yangakhimya menciptakan masyarakat religius. Agama beradadalam kesejajaran dataransejarahdanmasyarakat bukan diatasnya. Agama bukansekedarmember! kontribusiorientasi gambaranmengenai masyarakat, tetapi secara evolusi juga berefek padakonstruksimasyarakatsecaraglobal.^

Tesa semacam iniberartijugainginmelihatwacanaKitab secara dinamis, bersifetopen ended, danliberal sertahendak mengarahkan wacana etis dari Kitab dalam datarandialektika sosial, danbudaya.Ataumeminjam tesaliberal, pemikirMuslimMesir, KhalilAbdal-Kaiimtentangwahyu al-Qur'an bahwabagianaspek syari'ah juga merupakankode moral {moralcode), la merupakan bagian parsial dari WahyuTuhan yang ikutmembimbing nabidalammelakukan perubahan sosialsecarasignifikan di lingkunganmasyarakatArab. Karenanya, keberhasilanNabi dansahabattersebutjugaharus dilihatsebagaibagian darinormal human being, yang tidak mesti disakralkan, sehinggakitasecara kritis juga bisa melihat secara riil kondisi sosial-budaya yang terjadi danmengaplikasikannya dalam realitas masyarakat sekarang.'®

Darigambarandi atas,konsepsiMasyarakatKitab paling tidak menunjukkanpada dua bagian.Pertama, konsep masyarakat merujuk pada semua metodologi dan

®Arkoun et.al., 1990, Liberte religiouse dans le Judaisme, le Christianisme et VIslamParis: CERF,hal. 110-11.Juga Arkoun, "Le concept des Societes du Livre-livre", hal. 213.

'Arkoun & L. Gardet, 1978, Islam hier et demain (Islam Kemarin dan HariEsok), Paris:Hachete, hal. 219. Lihat jugaA. Touraine, 1973, Production de lasociete (Produk Masyarakat)(Paris: Seui).

Lihat Khalil Abdul Karim, 2003, Syari'ah: Sejarah dan Pemaknaan, Jogjakarta: LKiS.

Page 8: J—^ s—jj^ CP3 • oT

44 Millah Vol. IV, No. 1, Agustus 2004

problematikayangdipakai dalam ilmu-ilmu sosial, politikdankemanusiaankontemporer.Kedua,KitabyangdimaksudArkounadalahmengacupadateologitulisansucikaummonoteis, yang tidakterpisahkan dari konsep budaya, sejarahdanantropologi dari kdtab/buku. Jadimeskipun iamerujuk padateologi tulisan suci,namunobyek materialnyatidakhams bergantungpadanalargrafis atau budaya tulis semata, baikyang diwujudkanmelalui kekuasaan negara, maupun melalui interpretasi "ulamadansejenisnya". Karenaitu, MasyarakatKitab mencakup semua dimensi linguistik, sosiologi, politikdanbudayaatas fenomena global dari Kitab (K)." Daripandangan ini, makaArkoun melihatkesamaan fungsi al-Qur'andengan Taurat danInjildariduluhinggakini,yaknisebagaiKitab Wahyu. Tanpa bermaksud mengembangkan sikapsupersessionisme, yakniKitabyang terakhirberflmgsi menggeser ataumengganti Kitab yang terdahulu,Arkounhanyamelihatkesamaan hakdalammasyarakatKitabuntukmelampaui eksklusivitas perbedaanteologjs dan ideologis yangadapadasetiapkelompokorangberimansebagai ciri kitabnyasendiriJ^

Karena itu, MasyarakatKitab hams diarahkan padakonsep teologi yang modem,inklusifdanterbukaterhadapkritik.Arkoun menyadari karenanalarteologis, baiktradisional maupun modem adalah sama-samamenghasilkan imajinerkeagamaandaripada nalar kritis. Namun dalam Masyarakat Kitab hal yang imajiner hams tetapmembukakan diri terhadap kritik gunamenujurasionalitas. SebabitupulaMasyarakatKitab juga suatutatanan masyarakat yangbisamenghadirkannalarkritis atau rasionalitaskritis. Sistem produksi MasyarakatKitab dan tingkat analisis dilukiskanArkoun denganskemaberikut:

" Arkoun, "Le Concept des Societes" hal. 215.'̂ Dari pemyataan ini jugatidak perlu menafikan kenyataan sejarah baik dari sikap dan visi

kaum Yahudi danKristiani. CitraYahudi sebagai agama tauhid telahdirusak olehsikappemeluknyadalam gerakan zionisdan target-target ekonomi dan politis dengan sikap mental mereka yang kikir,egois, merasa super dsb. Sedzngkankan kaum Kristiani yang dimata Muslim masih mencitrakan"logic ofparadox'' dalam visi teologis justru telah menampilkan "agama kasih sayang"

Page 9: J—^ s—jj^ CP3 • oT

Signifikansi Masyarakat Kitab bagi Dialog Antariman

1. Peristiwa Pembukaan

Taurat

Injil

,aI-Qur'an

2. Murid-Saksi, TranmisiAutentik ^ Jamaah Orang beriman

3. Koipus Tertulis

4. Bacaan interpretatif

1

S.P.(Sejarah Penyelamatan)

Tradisi-Kolektif

Hafalan, pemilihan, penghapusan,

Kristalisasi, Mitologis^i, sakralisasi

Masyarakat-masyarakat

Imajiner Sosial

Munculnya Rasionalitas Kritis'^

Dari skema di atas terlihat gambaran:No. 1.Proses pewahyuan dariAllah yangmimcul danhidupdalamsejarahmanusia: MusadenganTaurat, IsadenganInjil danMuhammad dengan al-Qur'an.Mereka orang-orang terpilih dalam perantaraanwahyu.No. 2Perpindahan dari pewahyuanke sejarahduniawimelaluimurid-saksi, jama'ahkaumberiman yangtidakmungkinkeliruataumenipusebagaicerminan Iransmisi autentik.No. 3 Beralihnya daritransmisi lisankebentukkorpus tertulis, yangakhimyadisatukandalam Korpus Tertutup Resmi (KTR), seperti MushafUtsmani (contoh Islam) danNoABacaan-bacaan interpretatifhasil dariparamufassiral-Qur'anyangakhimyamembentukimajinersosial keagamaandalam umaL DarigambaraninilahAikouninginmenggabungkanantara nalarteologisyangtelahmenghasilkan imajinerkeagamaandenganrasionalitasmutakhiryangdinamainyarasionalitas kritis.

Terwujudnya Masyarakat-masyarakat Kitab (K) bagi Arkoun juga mestimenjabaikan relativisasi dalam strategi pengetahuannya,Tujuannyauntukmembongkarmekanismesakralisasi, transendentalisasi, ideologisasi, penjinaandanpembahan makna,dehistorisasi teks dan sebagainyayang telahmenimbulkan dinamika dialektikasosial.Penjabaran inibagiArkounmempakankewajaran dalamprosespsikologis dankulturalgunamenjabarkan transendentalisasi interpretasi kitabsecaratradisional yang sejatinyamempakan proyeksi imajinerkeagamaanuntukkembalike abad dimulainyaWahyu.DariperspektifgambaranmasyarakatKitabsemacamini, secarahistoris-antropologis.

'^Arkoun, Lectures^ hal. 270.'^Artkoun, Lectures, hal. 278. Juga Arkoun, "Le Concept des Societes" hal. 215.

Page 10: J—^ s—jj^ CP3 • oT

46 Millah Vol. IV,No. 1, Agustus'2004

orang mungkinkeberatan atas kajiankitab sebagai proses penyusutan danreduksi ilmiahpadadimensi transendentalwahyu,namunsemuaitutidakbolehmenghalangi MasyarakatKitabmenujurasionalitas kritis, terutama dalam relativisasi danpembongkaran 'tabu-tabu" yangdianggap mapandalamkehidupan sosial,

Karena itupula, dari gambaran diatas menurutAikoun tidaksatiq)unmasyarakatmonoteis yang telah sepenuhnya mencapainalar/rasionalitas kritis yangtelah diterapkansampai modemitas terakhir. PengamatanAikounteihadapmasyarakatmonoteis (Yahudi,Kristendanislam) menunjukkan adanyap^bedaan dansikapdalamnalarteologis. KaumYahudi danMuslim, misalnyamasihsangatdipengaruhi tentangnegaraIsrael yangtelahmenimbulkan perseteruantragis yangnyaris "abadi". Padahal secarahistoris tempat inijugamerupakantempat dan sumberspiritualitas kaum monoteis bersama. Sedangkanorang-orangKristen lebih ditantang secara nyata danefektifolehapayangtelah dicapaidalammodemitas ilmiah, teknologi danpolitik, meskipunpemikiran teologisnyajugabelum bisamenyatukandanmelampauiaspek-aspekpositifsekularisasi dalam sebuahdimensi etis.'®

Dari persoalan intemal masing-masingumat danmasfli alotnyawacana dialogis-teologis, konsepsi danobsesiArkoun tampaknya masihmembutuhkan waktuyangpanjang. Tawarannyatentangal-Qur'an sebagai studikasus,baiksecaralinguistis, historisdanantroplogis dalam fenomena Wahyu tampaknya juga belumadildan terbuka.Kenyataannya, baikkesaganaan sekularmaupunnalar teologis seperti yang diterapkandiBaratjugamasihketinggalandari rasionalitasbamdankritis.Al-Qur'anmasih dimaknaisebagai outsiders discourses, yakni dilukiskan darigambaran luardandiperlakukansecara eksklusifsebagaikitab (k) khususbagi orang-orang Islam saja. GambaransemacamitubagiAricounjelas merupakan sebuah eksklusivitas dalamkeberagamaan,sebab dengan melihat peristiwa pembukaan dariWahyu (al-Qur'an, Taurat dan Injil)selainmempunyaikesamaan kesajarahanjuga sama-sama mempunyai misi inklusifdalam sejarah penyelamatan (SP). Inklusivitas sejarahpenyelamatan inisebenamya yangperlu digali dan diteliti ulang dari masing-masing Kitab, sehingga bisa mengantarkanpemeluknya kesebuah wacana yang inklusif, toleran dan humanis, temtama dalammengantarkan dialog antariman. Karena itupula, Arkoun merasa berterima kasihteihadaptokohteologKatholiklangka, Pierre Gefre, yang memperlakukan al-Qur'andalam visiyang dinamis, yakni tetap sebagai bagiandari fenomena wahyu global yangsama-sama memberitawaranbagi sebuah penyelamatan.'̂

'^Untuksoalkonflik Islam vs Yahudi dalam soal Israel dan Jerusalem, lihatArkoun, 1983,

"Jerusalem aunom dequi? Aunora dequoi? (Jerusalem atas nama siapa danmaksud apa?)" dalamIslamochristiana No.19.

'^Arkoun,"Le Concept des Societes" hal, 215."Insklusivitaswacanakeselamatan dalamkitabwahyu,menuruttemuanEmanuelG Singgih

memang sudah ada dalam Islamdan-Kristen yang bisa direkonsiliasikan dalam memecahkan berbagai

Page 11: J—^ s—jj^ CP3 • oT

Signiflkansi Masyarakat Kitab bagi Dialog Antariman 47

Lantas tawaran metodologis -model dekonstniktif-rekonstniktif- konsepsiAikoim dalamupaya mengembalikanke modelwacanakenabiandan fenomenaWahyu,apakah akhimya tidak malah menimbulkan kedangkalan teologis atau menjurus kenihilismedan sebagainya?BagiArkoimupaya dekonstruktif-rekonstruktifsemacam itujustrusalahsatuupaya sebuah peredaanketegangan dalammenyingkapberbagai misterikeeksklusivan teologis, "tabu-tabu", mitos-mitos atau "kesakralan" yang sengajadilestarikanoleh parapemelukagama denganalasan ideologis. Upaya dekonstruktif-rekonstruktifsemacamitu tampaknyajugamenentang arusdengan"kebenaransosiologis"(haqiqat al-susiulujiyah) dan merupakan sebuah cara Arkoun sebagai seorangsejarawan-pemikir (historien etphiloshope) dalam kecintaan dan kerinduan mencarisebuah pengetahuanbaru atau realita kebenaranhakiki(/?fif^f^fl/'a/-/7a^f^/ycr/2), yangdalam filosuf-filosufbesarbisa dikategorikan dalam terma^wy^"'®.

C. Signiflkansi Konsepsi Arkoun bagi Dialog AntarimanDari telaahkonsepsiArkoununtukmewujudkan Masyarakat-masyarakatKitab

{lesSocietesduLivres) tampaknyamerupakan sebuah"lompatan"teologisataubahkanbisajadi sekedarproyek utopissemata.Hal ini mengingatmasihkuatnya mainstreamdogmatisme teologis dalam masing-masing agamaatausikapsupersesionisme, yaknidimana agama yang datang belakangan merasa lebih super,merasa unggul dan akanmenyisihkan sertamenggantikan agama-agama sebelumnya. \^si dansikap semacam itusecara parsial akan selalu menghambat dan menyulitkan proses dialogis antariman.NamunkonsepsiAricounjugabisamenjadikebutuhanmendesak mengingatbanyaknyakekakuan teologis dan sikap para pemeluknya yang sering benijung pada konflikhorisontalantarpemelukagama,sepertipengrusakan tempat-tempatibadahbahkanperseteruan berdarah yangmelibatkan sentimen keagamaan. Dampakdarivisidansikapsemacamitusecaramakrojuga seringberujung menjadisistembudayayang salingmenyisihkan dan menolak budaya lain (systemes culturels d'exclusion) di antarapemeluk-pemeluk agama.

Kekakuan visi teologis semacam itu dalam kasus Indonesia di masa orde baruselaintelah melahirkanberbagai tindakkerusuhandankekerasanjugatelahmenambahkan

masalah konflik keagamaan.Lihat, Emanuel Gerit Singgih, 2003, "Salvation and Reconciliation asCommon Horizons in Islam and Christianity" dalam Millah Vol.11, No.2, Magister Studi Islam,Jogjakarta.

'̂ Lihat entry pointArkoun, 1987, "M?" di2L\2im Encyclopedia oflslam^ Vol. V, (Leiden: E.J.Brill), hal. 118-9.Adapun upaya Arkoun dengan metode dekonstruktif-rekontruktifdi atas hematpenulis adalahjugasalah satuciricendikiawan Maghribi (Aljazair, Timisia, Maroko), sepertiArkoun,M.TaIbi, M.Abid al-Jabiri, Abdullah Laroui, dsb. yang banyak terpengaruh dengan model kajianstrukturalisme ataupost-strukturalisme Perancis, seperti model kajian sejarah lembaga lesAnnales-nyaFemand Braudel atau Froncois Furet, dan pemikiran filosofis tokoh-tokoh Perancis kontemporer,seperti J. Derrida, M Foucault, J.J. Lyotard dsb.

Page 12: J—^ s—jj^ CP3 • oT

48 Millah Vol. IV,No. 1, Agustus 2004

alotnya upaya dialogis antariman.Kasus semacam ini secara sosiologis dan psikologisbisa dideskripsikan dengan berbagai alasan, antara lain: seperti, 1.punahnya identitaskelompok dengan ciri-ciri eksklusivitasnya yang berbeda dari orang lain; 2. adanyakonsepsidanpersepsiyangsalahsehinggamenimbulkankesalahanpandangandansikapsecarasistemik;3.kuatnyaakar dalamideologisasi agamasehinggaagamadiperlakukanhanya sebagai payung politik dan "kuda troya" bagi tujuan-tujuan sesaat tertentu yangtidak mulia; 4. visi ketidakadilan atas isu mayoritas-minoritas sehingga menimbulkanketidakharmonisan dan berbagaikecemburuan sosialyang menghambatproses dialogis.

Dengan melihat berbagai alasan-alasan di atas, maka konsepsi Arkounjuga bisamenjadi tawaran altematif bagi masa depan kehidupan beragama. Hal ini mengingatkonsepsi MasyarakatKitab bisa menjadi sebuahpengajaranbaru{nouveaucatechisme)dalam wacana teologis yang modem dan inklusifdalam pluralitas masyarakat yangmultireligius, etnisdanbudaya. Implikasi semacamitubisadipahami, misalnyadenganmelihatberbagaiaspekyang telahdipeijuangkanArkoun,diantaranya:1. UpayaArkoun untukmencairkan eksklusivitas wacanaKitabyangtelahterbentuk

dalam ketertutupan dan pengerasan dogmatisme teologis bisa menjadi wacanaintrospektifterhadap^]?x^nAbrahamicReligions(Yahudi-Kristen-Islam) besertahistorisitasnya. Hal ini secara metodologis, teologis dan antropologis juga bisamengurangi ketegangan dan keeksklusivan yang telah menyebabkan berbagaihambatandialogantarimandanketidakharmonisanhubunganantariman.

2. Konsepsi Masyarakat Kitab juga berupayamengembalikan fenomenaWahyupada fasepermulaan wacana kenabian yang nuansadanbahasanyabegituterbukaterhadapberbagaiartikulasiarti. Pemaknaansemacamini secaraotomatisjugamerupakan demokratisasi wacana, karenaia inginmengembalikan wacanaagamake dimensi simboliklinguistikyang masih**utuh", sepertisebelummenjadi klaim-klaimesklusivitas teologis. Upayadekonstruktifsemacam inimemangmembutuhkanberbagai peneltian multidisipliner atas proses sakralisasi, transendentalisasi,ontologisasi, mitologisasi, ideologisasi, devinasis^i, kanonisasi, dehistorisasi dansebagainyauntukmenguraikan berbagaiketegangan danketidakharomonisanwacanadansikapdalam dialektika sosial. Haliniselain bisamengurangi ketegangan dialogantara iman dan ketidakharmonisanhubungan antar agamajuga secara otomatisakanmenumbuhkan sikaptoleran yangtinggi. Karena dalampenyebaran agamapunmemangselain hams mamahami pihak yang menjadi sasaranmisi, tidak bolehmelanggar etikadanwilayah agama orang lainjugayang terpentingtidakbolehadaketerpaksaan {la ikrdhafi al-din).

3. Darimetodedekonstruksi kerekonstruksi mengenaigambaran danflmgsi kenabian(wacana profetik) bisadireinterpretasikan sebagai proses "produksi" orang-orang

"LihatZulyQodir, 2003, "Kekerasan danProblem DialogAntaragama diIndonesia" dalamMillah, Vol. II, No. 2, Magister StudiAgama,UII, Jogjakarta,hal. 170-72.

Page 13: J—^ s—jj^ CP3 • oT

Signifikansi MasyarakatKitab hagi Dialog Autariman 49

besar dan munculnya kembali pahlawan-pahlawan peradaban dalamberbagaikelompok sosial. Nabi-nabi adalah gambaran pahlawan-pahlawan yanghidup,bergulat danmemahami instrumen budayanya. Dengan kekuatan psiko-sosial iasenantiasa berpartisipasi dalampergerakannya. Nabibersandar para fenomenakomplek"Wahyu", kemudian mengangkatdiri dalam kelompoknya sebagai harapanmesianis. Arahandangarisbesarmasyarakat Kitabadalahfimgsi mumi fenomenaWahyu danharapan mesianis. Sosoknabiadalah orangyangmempunyai strukturpsikologis dankognitifyang berbeda dandiatasrata-rata orang lain, baikdalaminspirasi, pandangan, kebijakan, imajinasi, petunjuk, kemampuanprediktifyang bisamenembus berbagai misteri, melampaui batasan-batasan pengetahuan berkatpancarantet^ dari restuTuhan. Karenanya, analogi sosokNabi jugabisaditerapkankembali pada"orang-orang besar" danpahlawan-pahlawan peradaban. Merekaadalahorang-orangyangsanggupmendalami kekuasaanTuhanatauharapan-harapanSuci dalam beibagaidimensi waktu, tingkateksistensi individu danmasyarakat secarakolektif.Karena itu, denganmengosongkan muatan-muatansakralitas,periodekharismatik dan pengecualian aspekpsikologisnya, kitasecarahistoris danperiodikjugabisamemahami munculnya 'Nabi-nabibaru"^®

4. Berangkatdari introspeksi ataseksklusivitas ajaranmasing-masing agama,makainsklusivitas dialog antariman (DAI), bisa diarahkan pada bentuk kebutuhanspiritualitas agama-agama. Hal ini untukmengurangi ketegangan danmeredamkonflikhorisontal antarpemelukagamayangdisebabkanolehkekerasandogmatismeteologis masing-masing agama. Dialogsemacam inijuga bukandimaksudkanuntuksecarasepihak"menyalahkan", "mengkafiikan", "memperolok-olok,"menganggaptidakselamaf' sistemkepercayaan yangdimiliki oranglain. Kebutuhan dialogadalahuntuk lebihsaling memahamidan menukarpengalamankeagamaanyang dilandasiolehkeyakinari bahwa'1ceselamatan"-apapunwujud, modeldancoraknya-memangtelah ada dalam setiap agama.^'Dengan demikian, DAIjuga merupakan bagiandari dialog "perenialis"-meminjam tesa filosufMuslim Perancis, FritjofSchoun -ataskemajemukan darispiritualitas masing-masing pemelukagamadalamwujudinsklusivitas keberagamaan yangetis,teduh,menyejukkan dan santun.^^

^"Arkoun, "Les Concept des Societes", hal. 219.^'LihatAmin Abdullah. 1988, "Kebebasan Beragama atau Dialog Antaragama: 50 Th Hak

Asasi Manusia" dalam OrientasiBaru, No. 11.Hal. 58. Lihat juga Ignatius L. Madya Utama, 2002,"Mengangkat Martabat Manusia: Wujud dan Tujuan Dialog Antarumat Beragama" dalamDiskursus, Vol. I, No. 1. hal.. 81.

"Untuk gambaran spiritualitas Islam penulis telah mencoba mereinterpretasikannyadalam insklusivitas peradaban global. Lihat Baedhoowi, 2004, "Memaknai Kembali SpritualitasIslam dalam Peradaban Kontemporer" dalam Millah, Vol. Ill, No. 2, Jogjakarta, Magister StudiIslam Un, hal. 221-234.

Page 14: J—^ s—jj^ CP3 • oT

50 Millah Vol. IV,No. 1, Agustus 2004

5. Sebagai bagian dari dialog perenialis antar spiritualitasagama-agama, inklusivitasMasyarakatKitabjuga bisa menjadi daya pendorong bagi tumbuh subumyaspiritualitas kaum beriman. Karena itu, kalau dalam ajaran Kristiani telah lahirKonsiliVatikann, yangbukan saja merupakan pengakuaninsklusivitassejarahatasajaranpenyelamatan bagi agama Iain,tetapi secarahistoris kononjuga merupakanhasil proses dialogis dengan spiritualitas Islam.^^ Karena itu, tawaran konsepsiMasayarakat Kitab diharapkan bisa melampaui hambatan-hambatan dialogisantariman. Sebab hidup beragama dalam lintas agama, etnis dan budaya tanpadikembalikan pada tujuan spiritualitas agama-agama rasanya mustahil akanmenemukan titik temu {kalimatun sawd) keberagamaan.

Karena itu pula berbagai ketegangan dan konflik antaragama hams dikembalikan kespiritualitas bersama-dalam contohMasyarakatKitab- sama-sama berasal dari Bapakrohaniyang samapula,yakniIbrahimas.Persepsi danpartisipasi semacaminimenurutArkoun justm akan menggugahkaum berimandalammewujudkan tanggungjawabkemanusiaan secara universal. Tanggungjawab kemanusiaan semacam ini dalam visiPaul Knitter - contoh kasus teologi Kristiani- telah membentur pada dua tantangan,yakni: 1.kemiskinanyang mencekam (overhelmingpoverty) yangakhimya melahiikanteologi pembebasan; 2.teologi agama-agama. Penyatuankedua visiinilahyangakhimyaakanmelahirkan teologipembebasan agama-agama {liberation theology ofreligions)sebagai kebutuhan teologis bersamakaumberiman.^** Daripengertian semacam ini,tampaknya kitajuga akan sadarakanpentingnya kebutuhan dialogis dalam pluralitasetnis,bangsadan agamaimtukmeredamberbagaiketegangandankonflik.Karenanyatepat pula pemyataan moralHansKungyangtelah menegaskandiforum UNESCO,PBB bahwa: '*pas depaix entre les nations sans depaix entre les religions,pas depaix entre les religions sans de dialogues entre les religions, et pas de dialogueentre les religionssans de investigationlafondation des religions '̂' (Tidakakanadaperdamaian antara bangsa-bangsa tanpa adanya perdamaian antaragama, tiadaperdamaian antaraagama-agama tanpaadanya dialog antaragama, dantiada dialogantar agama tanpa menelitilandasankeyakinan dari agama-agama).^^

Darikeprihatinan dankebutuhan spiritualitas bersama tersebut dimaksudkanuntukmenyatukankesatuan insklusivitas pemikirandanaksi secarapraksis yang timbuldari berbagaipertanyaan,seperti: l.bagaimanakitadapatberanjakdari dialoglintasagama atauantariman yangtelah diprakarsai, misalnya melalui konsili Vatikan II dan

"LahimyaKonsili Vatikan n konondiilhamioleh rasasimpatipenelitian LouisMassignonterhadap spiritualitas tokohspiritualitas Muslim, al-Hallaj.

^^Lebih lanjutlihatPaulF.Knitter, 2003, SatuBumiBanyakAgama: DialogMultiAgamadan Tanggungjawab Global, Jakarta: GimungMulia.

"HansKung, 1989, "LeChristianisme etlesreligions dumonde" (Kristianisme danAgama-agamadi Dunidi) dalamIslamochrisiiana,'No. 19.

Page 15: J—^ s—jj^ CP3 • oT

Signifikansi Masyarakat Kitab bagi Dialog Antariman 51

secara umum melalui konsep Masyarakat Kitab menuju pemikiran dan kiprah nyatayang berbasis pada solidaritas kesejarahan dan kesatuan?; 2. bagaimana kita dapatberanjakdari basis teologikita yang inklusif menujusasaranmasyarakatyangmasiheksklusifataumengapateologidariagama-agamaWahyu/Kitab bisamenjadisisitem-sistembudayayang salingmenyingkirkanantaragama?; 3. bagaimanakita mengatasipembagiankomprehensipsecarapsikologis,budaya,danfilosufis antarnalarkeagamaandan nalar Pencerahan yang oleh kaum filosuf lebih dipeijelas dan diperkuat daripadasekedarditransendentasikan? Sertaberbagaipertanyaan lainyangmungkintimbul.^®

D. PenutupDari kajian tentang konsepsi Masyarakat Kitab model Arkoun tampaknya ada

beberapapoin yangsignifikan yang bisadipetik, di^taranya ia bisa menjadi basisaltematifbagi sebuah pijakan dialogis antariman, khususnyapengikutkaum^6ra/?cfw/cReligions(Yahudi-Kristen-Islam).

Konsepsi Arkoun yang hendak mengembalikan wacana Kitab ke fenomenaWahyu secara global dan inginmenginterpretasikankembali wacana profetikdalamrealitas sejarah bisa menjadi sebuah *teologibam" yang inklusif, toleran, modem danlebih humanis.

Dasar-dasar dialogis yang dikembangkanArkoun melalui Masyarakat Kitabbisa mengantaikan danbisadielqplorasi kependalaman spiritualitas masing-masing agamaatau sebagai tawaran dialog perenialis antariman.

Melaluimetode dekontruksi-rekonstruksikonsepsi Masyarakat Kitab memangsebuah tawaran konsepsi yang multidisipliner, namun ia diharapkan bukan saja akanmencaiikan kebekuanataukekerasanvisiteologis yang eksklusif,intolerandanahistoristetapi juga mengarahkanke insklusivitasdanpluralitasbahkan ke visi penyelamatan(soteriorisme),sehinggabisa menjadi sarana transformatif bagi sebuahpijakan "teologibam" agama-agama.

^LihatArkoun, 1994 "Is Islam Threatened byChristianity?", dalam Cowc/Z/mm, hal.55.

Page 16: J—^ s—jj^ CP3 • oT

52 . Millah Vol. IV, No. 1, Agustus 2004

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Amin, 1988,"KebebasanBeragamaatauDialogAntaragama: 50Th HakAsasi Manusia" dalam OhentasiBam, No. 11.

Arkoun, Mohammed et. al.,\999,EtikGlobal,XGq Ahmad Mustajib, Jogjakarta:Pustaka Pelajar.

Arkoun, Mohammed et.al., 1990, Liberte Religieuse dans le Judaisme, leChristianisme et I 'Islam, Paris: Cerf.

Arkoun, Mohammed et.al, Foi et Justice: UnDefipour le christianisme etl'Islam,Paris: Centurion.

Arkoun, Mohammed & L. Gardet, 1978, Islam hier et demain, Paris: Huchete.

Aikoun,Mohammed., 1993, "LeConceptdesSocietes duLivre-livre" daXomlnterpreterNo. 3.

, "LesViolence et veritedanslediscoursereligieuse: PExemplede lasourarteDC'dalam Islam, Religieuse et Societe, Paris: Cerf.

, 1991, Lectures du Coran, ed. Tunis: Alif.

, 1986, al-Islam al-shaldh wa al-mumdrasah, tej. Hashim Sholih, Beirut: Uwaidat.

, 1987,aUFikr al-IsldmiQird 'at al-ilmiyyah, teij. Hashim Sholih, Beirut: MarkazInma' al-Qaumi.

, 1983,"Jerusalem au nom de qui? Au nom de quoi?" dalam Islamochristiana,No. 9.

, 1994, "Is Islam Threatened to Christianity" dalam Concillium, No. 1.

, 1987, entrypoint,"Ishq" dalamEncyclopediaofIslam,Leiden:E.J.Brill.

Baedhowi, 2004, "MemaknaiKembali Spiritualitas Islam dalamPeradabanKontemporer"dalamMillah,Vol. Ill, No.2, Jogjakarta, MagisterStudi Agama,UII.

Page 17: J—^ s—jj^ CP3 • oT

Signiflkansi Masyarakat Kitab bagi DialogAntariman 53

Claude Geffre et. al., 1987, CesEcritures qui nous questions: Le Bible et le Coran,Paris: Centuriaon.

Emanuel Gerit Singgih, "SalvationandReconciliation asCommonHorizons inIslam andChristianity"danZulyQodir, 2003,"KekerasandanProblem DialogAntaragamadi Indonesia" dalam Millah, Jogjakarta, Magister Studi Islam UII.

HansKung, 1989,"LeChristianismeet lesReligions dumonde"dA&mlslamochristaina^No. 15.

Ignatius,I.MadyaUtama, 2002,"MengangkatMartabatManusiaWujuddanTujuanDialogAntarumatBeragama" dalamDiskursus, Jakarta: Diskusrus, Vol, l,No.1.

KhalilAbdulKarim,2003,Syariah:Sejarah,Perkelahian danPemaknaanyJogjakarta:LKiS.

Knitter, Paul. F., 2003, Satu Bumi Banyak Agama: Dialog Multi Agama danTanggungjawab Globaly Jakarta: GunungMulia.

Touraine,A., 1913,ProductiondelasocieteyVons: Seuil.