27
21 IV. HASIL PENELITIAN A. Pupuk Organik Padat Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia (Sutanto, 2002). Pupuk organik padat adalah pupuk yang tesusun dari bahan organik padat, misalnya butiran, onggokan, remahan, ataupun kristal. Untuk memproduksi pupuk organik harus terukur kandungan nutriennya, terutama komponen nutrien utama unsur makro (nitrogen, fosfor dan kalium). Oleh karena itu setiap pupuk yang diproduksi harus diuji kandungan unsur nutriennya terutama kandungan unsur N, P dan K. Namun untuk kegiatan ini tidak khusus membuat pupuk organik namun memanfaatkan sludge yang biasa digunakan oleh petani sebagai pupuk saja akan ditingkatkan pemanfaatannya sebagai media pembawa bioprotektan berupa jamur Trichoderma harzianum. Dengan uji ini diharapkan meningkatkan mutu pupuk dari sludge. Agar dapat diketahui tercapainya peningkatan mutu sludge maka perlu adanya prauji. Pra uji yang dilakukan pada sludge padat tertuang pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan N, P dan K pada sludge padat sebelum perlakuan N Total (%) P total (%) K total (%) 1.28 0.16 0,33 Sumber: Lab. Tanah, Jur. Ilmu tanah, Fak, Pertanian, UGM, 2013 dan Lab Analis Kimia SMK N 1 Temanggung, 2013.

IV. HASIL PENELITIAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66176/potongan/S2-2013... · 23 penambahan jagung pecah yang dipakai untuk inokulum Trichoderma

Embed Size (px)

Citation preview

21

IV. HASIL PENELITIAN

A. Pupuk Organik Padat

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,

seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia (Sutanto, 2002). Pupuk

organik padat adalah pupuk yang tesusun dari bahan organik padat, misalnya

butiran, onggokan, remahan, ataupun kristal.

Untuk memproduksi pupuk organik harus terukur kandungan nutriennya,

terutama komponen nutrien utama unsur makro (nitrogen, fosfor dan kalium).

Oleh karena itu setiap pupuk yang diproduksi harus diuji kandungan unsur

nutriennya terutama kandungan unsur N, P dan K. Namun untuk kegiatan ini tidak

khusus membuat pupuk organik namun memanfaatkan sludge yang biasa

digunakan oleh petani sebagai pupuk saja akan ditingkatkan pemanfaatannya

sebagai media pembawa bioprotektan berupa jamur Trichoderma harzianum.

Dengan uji ini diharapkan meningkatkan mutu pupuk dari sludge. Agar dapat

diketahui tercapainya peningkatan mutu sludge maka perlu adanya prauji. Pra uji

yang dilakukan pada sludge padat tertuang pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan N, P dan K pada sludge padat sebelum perlakuan

N Total (%) P total (%) K total (%)

1.28 0.16 0,33

Sumber: Lab. Tanah, Jur. Ilmu tanah, Fak, Pertanian, UGM, 2013 dan Lab Analis

Kimia SMK N 1 Temanggung, 2013.

22

Tabel 2 . Hasil uji lab kandungan unsur hara (NPK) setiap perlakuan dan ulangan

Kode

Perlakuan

Ulangan Nilai N (%) Nilai P (%) Nilai K (%)

TA 0 1,280 0,160 0,330

T0 1 1,424 0,141 0,237

T0 2 1,479 0,140 0,236

T0 3 1,424 0,144 0,220

T1 1 1,777 0,163 0,554

T1 2 1,893 0,165 0,570

T1 3 1,893 0,152 0,551

T2 1 2,112 0,657 0,656

T2 2 1,933 0,660 0,620

T2 3 1,933 0,675 0,603

T3 1 2,168 1,096 0,865

T3 2 2,007 1,080 0,867

T3 3 2,081 1,029 0,829

1. Kandungan Unsur Hara Nitrogen (N)

Setelah dilakukan kegiatan perlakuan dan didasarkan uji lab data rata-rata

kandungan nitrogen total (N total) dalam pupuk padat yang telah diperkaya

dengan bioprotektan menggunakan jamur Trichoderma harzianum disajikan

dalam tabel 2 . Tabel 1 dan tabel 2 menunjukkan adanya peningkatan terhadap

kandungan N total pada sludge hasil instalasi biogas kotoran sapi sebelum dan

setelah perlakuan. Peningkatan kandungan N total ini diduga disebabkan adanya

23

penambahan jagung pecah yang dipakai untuk inokulum Trichoderma harzianum

dan gula yang diberikan saat pencampurkan ke dalam sludge dan arang sekam

menambah total hara, salah satunya N. Trichoderma harzianum berfungsi

sebagai dekomposer yang dapat mendekomposisi limbah organik rontokan

dedaunan dan ranting ta menjadi kompos (Sunandar, et. al.2012).

Tabel 3. Rata-rata kandungan nitrogen total (N total) dalam pupuk padat dari

sludge dan arang sekam ditambah Trichoderma harzianum

No Inokulum Trichoderma

harzianum dalam jagung pecah

(gr)

Konsentrasi N total (%)

1 0 (T0) 1,4a

2 37,5 (T1) 1,9b

3 75,0 (T2) 2,0bc

4 112,5 (T3) 2,1c

Keterangan : Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan

menunjukkan tidak berbeda ( P> 0,05), huruf yang berbeda ke arah vertikal pada

kolom signifikan menunjukkan tidak berbeda nyata (P<0.05)

Dilihat dari rata-rata konsentrasi N total dari semua perlakuan

menunjukkan hasil berbeda nyata pada (P<0,05) antara perlakuan T0 berbeda

nyata dengan T1, T2, T3. Perlakuan T1 berbeda nyata dengan T0 dan T3,

namun tidak berbeda nyata dengan T2. Perlakuan T2 hanya berbeda nyata

dengan T0 dan T3. Namun secara garis besar semakin banyak jagung pecah

sebagai tempat inokulum Trichoderma harzianum semakin banyak, maka dapat

meningkatkan total N, tersaji pada gambar 2, menunjukkan perbandingan total N

dalam setiap perlakuan dan ulangan.

24

Gambar 2. Perbandingan N total (%) pada pupuk padat dari campuran sludge dan

arang sekam ditambah Trichoderma harzianum antar perlakuan

Berdasarkan perhitungan analisa lab. dan pengamatan selama penelitian

didapat rata-rata kandungan fosfor total (P total) dalam pupuk padat yang telah

diperkaya dengan bioprotektan menggunakan jamur Trichoderma harzianum yang

disajikan dalam Tabel 1 dan Tabel 4 menunjukkan penurunan pada konsentrasi

T0. Dan adanya peningkatan pada konsentrasi T1, T2 dan T3

2. Kandungan Unsur Hara Fospor (P)

25

Tabel 4 . Rata-rata kandungan fosfor total (P total) dalam pupuk padat dari sludge

dan arang sekam ditambah Trichoderma harzianum

No Inokulum Trichoderma harzianum

dalam jagung pecah (gr)

Konsentrasi P total (%)

1 0 (T0) 0,1a

2 37,5 (T1) 0,2a

3 75,0 (T2) 0,7b

4 112,5 (T3) 1,1c

Keterangan : Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan

menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05), huruf yang berbeda kearah vertikal

pada kolom signifikan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Penurunan P total pada konsentrasi T0 disebabkan terjadi pengurangan

volume sludge saat pengujian, hal ini tergantikan dengan arang sekam, walaupun

ditambah bahan organik berupa gula dalam campuran sludge dan arang sekam

tidak mampu meningkatkan P total. Terjadi adanya peningkatan kandungan unsur

P total pada T1, T2 dan T3 ini diduga disebabkan adanya penambahan jagung

pecah sebagai inokulum Trichoderma harzianum dan gula.

Jika dlihat dari perbandingan rata-rata konsentrasi P antar perlakuan

mendapatkan hasil, perlakuan T0 tidak beda nyata dengan perlakuan T1 namun

beda nyata dengan perlakuan T2 dan T3. Perlakuan T1 hanya beda nyata dengan

T2 dan T3, T2 beda nyata dengan semua T1. Dan T3. T3 beda nyata pada semua

perlakuan, artinya dengan menginokulasikan Trichoderma harzianum dalam

jagung pecah berbeda jumlah pada bahan yang sama dapat merubah total unsur P.

Disajikan pada gambar 3, Semakin banyak jagung pecah untuk inokulasi

Trichoderma harzianum yang diberikan, semakin banyak pula total unsur P.

26

Gambar 3. Perbandingan P total (%) pada pupuk padat dari campuran sludge dan

arang sekam ditambah Trichoderma harzianum antar perlakuan

3. Kandungan Unsur Hara Kalium (K)

Berdasarkan perhitungan dan pengamatan selama penelitian didapat rata-

rata kandungan kalium total (K total) dalam pupuk pada sebagai media pembawa

jamur yang telah diinokulasikan dengan bioprotektan menggunakan jamur

Trichoderma harzianum disajikan dalam tabel 5.

27

Tabel 5 . Rata-rata kandungan kalium total (K total) dalam pupuk padat dari

sludge dan arang sekam ditambah Trichoderma harzianum

No Inokulum Trichoderma harzianum

dalam jagung pecah (gr)

Konsentrasi K total (%)

1 0 (T0) 0,2a

2 37,5 (T1) 0,6b

3 75,0 (T2) 0,6c

4 112,5 (T3) 0,9d

Keterangan : Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan

menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05), huruf yang berbeda kearah vertikal

pada kolom signifikan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Jika dilihat dari Tabel 1 dan Tabel 5 ini menunjukkan adanya penurunan jumlah

K pada konsentrasi T0 gr disebabkan adanya pengurangan volume sludge saat

pengujian dan teah digantikan dengan arang sekam, walaupun sudah ditambah

gula juga tidak meningkatkan nilai K total. Terjadi adanya peningkatan total

unsur K pada perlakuan T1, T2 dan T3, hal ini disebabkan penambahan bahan

organik yang berupa jagung pecah sebagai tempat inokulum Trichoderma

harzianum dan gula. Meningkatnya dosis pemberian kompos akan menyebabkan

semakin tinggi pula kandungan unsur hara pada tanah. Unsur hara tersebut akan

digunakan oleh tanaman untuk melangsungkan hidupnya diantaranya proses

fotosintesis dan respirasi (Harjadi, 1979).

Jika dilihat perbandingan rata-rata konsentrasi K antara perlakuan satu

dengan perlakuan yang lainnya menunjukkan berbeda nyata semua. Seperti tersaji

pada gambar 4, dengan semakin meningkatnya pemberian jagung pecah sebagai

tempat inokulasi Trichoderma harzianum, menyebabkan peningkatan total unsur

K.

28

Gambar 4. Perbandingan K total (%) pada pupuk padat dari campuran sludge dan

arang sekam ditambah Trichoderma harzianum antar perlakuan

B. Uji Konidia/spora

Untuk mengetahui viabilitas (adanya) konidia atau spora Trichoderma

yang berada di campuran sludge dan arang sekam yaitu, dengan cara pengenceran

berseri (10-4

)dengan menggunakan air steril/aquades, selanjutnya mengambil 0,1

ml dari hasil pengenceran yang didapat untuk dihitung di atas haemocytometer

dan dilbaca di bawah mikroskop secara langsung dengan pembesaran 200x,

kemudian dihitung jumlah konidia spora dalam masing-masing kotak keci yang

berukuran 0,0025 mm2 yang terdapat dalam kotak besar yang berukuran

0,004mm2. Dan ulangi lagi menghitung konidia spora yang berada di kotak besar

lainnya sehingga kita akan menghitung jumlah konidia spora pada luasan 5 x

29

0,04mm2 (0,2 mm

2). Dari perhitungan secara langsung menghasilkan rata-rata

dari tiga pengulangan dari masing-masing perlakuan didapat rata-rata viabilitas

seperti terlihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata konidia inokulum Trichoderma harzianum dalam formulasi

campuran sludge ditambah arang sekam.

Waktu Jumlah rata-rata (konidia/ml)

Pengamatan T1 T2 T3

1 5,29x109 2,50x10

9 2,50x10

9

2 5,00x109 4,17x10

9 3,33x10

9

3 3,33x109 3,33x10

9 2,50x10

9

4 5,00x109 4,17x10

9 2,50x10

9

5 5,00x109 3,33x10

9 2,50x10

9

6 2,50x109 2,50x10

9 2,50x10

9

7 2,50x109 2,50x10

9 3,33x10

9

8 2,50x109 2,50x10

9 2,50x10

9

Formula campuran T1 pada pengamatan 1 atau umur inkubasi 14 hari

memiliki jumlah konidia lebih banyak (5,29x109) dari pada T2 (2,50x10

9) atau T3

(2,50x109). Begitu pula pada pengamatan kedua atau umur inkubasi 21 hari

jumlah konidia T1 lebih banyak (5,00x109) dibandingkan T2 (4,17x10

9) atau T3

(3,33x109), walaupun jumlahnya lebih banyak namun jumlah menurun

dibandingkan pengamatan 1. Namun T2 dan T3 meningkat jumlahnya. Dari

seluruh pengamatan dapat ditemukan T1 optimal jumlah konidianya pada

pengamatan ke 4 dan 5 atau umur inkubasi 35 hari dan 42 hari selanjutnya

menurun. Pengamatan untuk T2 jumlah konidia terbanyak pada pengamatan ke 2

30

dan ke 4 selanjutnya menurun. Pengamatan T3 dari awal sampai akhir

pengamatan rata-rata memiliki 2,50x109, lebih jelas dapat dilihat grafik di bawah

ini.

Gambar 5. Perubahan Jumlah Konidia pada pupuk padat dari campuran sludge

dan arang sekam ditambah Trichoderma harzianum Setiap Pereode Pengamatan

Gambar 5 di atas menunjukkan perubahan yang terjadi selama 9 minggu

inokulasi ketiga formulasi dari awal menunjukkan, tidak terlihat adanya tren

pertumbuhan lambat, pertumbuhan cepat dan fase statis. Tetapi jika dilihat dari

T1=Sludge+arang

sekam+ 37,5 gr

Trichoderma h.

T2=Sludge+arang

sekam+75 gr

Trichoderma h.

T3=Sludge+arang

sekam+112,5 gr

31

masing masing formulasi perlakuan memiliki tren yang berbeda beda. Untuk

formulasi T1 dari tren optimal pada pengamatan pertama selanjutnya menurun

pada pengamatan ke dua dan ke tiga, namun pada pengamatan ke empat naik lagi

tidak berubah pada pengamatan ke lima, untuk pengamatan ke enam, ke tujuh dan

ke delapan terjadi fase statis.

Mengamati T2 diawali tren pertumbuhan rendah dan naik pada

pengamatan ke dua, turun lagi dipengamatan ke tiga, naik lagi dipengamatan ke

empat, turun lagi pada pengamatan ke lima, ke enam, pengamatan ketujuh dan

kedelapan mengalami fase statis.

Mengamati T3, trennya berbeda lagi diawali keadaan terendah,

pengamatan ke dua naik, pengamatan ke tiga sampai ke enam mengalami keadaan

statis, dan naik lagi pada pengamatan ke tujuh, dan pengamatan ke delapan turun

lagi.

Dilihat dari awal pengamatan dan pertengahan memiliki jumlah konidia

terbanyak yaitu T1 dengan inokulum yang paling sedikit dibandingkan T2 dan T3,

hal ini disebabkan kondisi lingkungan terutama kelembaban dalam ketiga

perlakuan relatif sama begitu pula jumlah makanan yang ada didalam formulasi,

dengan adanya jumlah inokulum yang terkecil menyebabkan akan tercukupi

kebutuhan makan, berbeda dengan T2 dan T3, dengan konidia yang banyak

diberikan, menyebabkan persaingan antar konidia menyebabkan konidia yang

tidak mendapatkan makanan mengalami kematian, demikian menyebabkan

menurunkan jumlah konidia. Setelah pengamatan ke enam rata rata semua

formulasi T1, T2 dan T3 menunjukkan rata-rata jumlah konidianya sama, hal ini

disebabkan konidia dalam keadaan aktif namun makanan habis, sehingga

32

menunjukkan keadaan statis, dan akan menurun terus jika keadaan kondisi

lingkungan mendukung untuk hidup namun tidak ada suplay makanan, untuk itu

perlu perubahan kondisi formulasi dibuat lingkungan tidak mendukung untuk

hidup tetapi mendukung untuk dorman. Yaitu dengan membuat lingkungan kering

dan memiliki pH netral atau basa. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto dan

Sumantri (2003), menyatakan bahwa jamur Trichoderma harzianum tumbuh

efektif pada tanah masam, pada pH netral perkecambahan propagulnya terhambat

dan bahkan tidak berkecambah pada kondisi basa.

Pengamatan pertama setelah diuji dengan analisis statistik software SPSS

peubah Duncan diperoleh data seperti di dalam tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang sekam

untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan pertama.

No Inokulum Trichoderma harzianum

dalam jagung pecah (gr)

Jumlah Konidia

1 37,5 (T1) 5,29x109a

2 75,0 (T2) 2,50x109b

3 112,5 (T3) 2,50x109b

Keterangan : Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan

menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05), huruf yang berbeda kearah vertikal

pada kolom signifikan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Dilihat dari tabel 7. Perlakuan T1 dibandingkan T2 dan T3 menunjukkan

berbeda nyata, tetapi antara T2 dengan T3 tidak berbeda nyata. Disajikan dalam

gambar 6, pada pengamatan pertama nampak jelas T1 menunjukkan jumlah

konidia lebih banyak dibandingkan T2 dan T3, hal ini disebabkan T1 memiliki

cukup makanan untuk hidupnya Trichoderma harzianum dan sudah siap untuk

hidup, jika dibandingkan T2 dan T3 yang memiliki jumlah jamur yang lebih

33

banyak tetapi belum memiliki kesiapan untuk menyesuaikan dengan lingkungan

barunya sehingga sebagian ada yang mati, sehingga jumlah konidia lebih sedikit.

Gambar 6. Perbandingan jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang

sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan pertama

Pengamatan kedua, setelah diuji dengan analisis statistik software SPSS

peubah Duncan diperoleh data seperti di dalam tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang sekam

untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan kedua

No Inokulum Trichoderma harzianum

dalam jagung pecah (gr)

Jumlah Konidia

1 37,5 (T1) 5,00x109a

2 75,0 (T2) 4,17x109a

3 112,5 (T3) 3,33x109a

Keterangan :Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan

menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05)

34

Dilihat dari tabel 8. T1 dibandingkan T2 dan T3 menunjukkan tidak

berbeda nyata, perlakuan T1 mengalami penurunan namun sedikit hal ini

disebabkan adanya sebagian kematian dari konidia. Perlakuan T2 dan T3

mengalami kenaikan hal ini disebabkan konidia mulai dapat menyusaikan dengan

lingkungan dan mulai ada yang hidup, tersaji dalam gambar 7.

Gambar 7. Perbandingan jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang

sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ke dua

Pengamatan ketiga, setelah diuji dengan analisis statistik software SPSS

peubah Duncan diperoleh data seperti di dalam tabel 9.

35

Tabel 9. Data rata-rata jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang

sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ketiga

No Inokulum Trichoderma harzianum

dalam jagung pecah (gr)

Jumlah Konidia

1 37,5 (T1) 3,33x109a

2 75,0 (T2) 3,33x109a

3 112,5 (T3) 2,50x109a

Keterangan : Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan

menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05), huruf yang berbeda kearah vertikal

pada kolom signifikan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Dilihat dari tabel 9. T1 dibandingkan T2 dan T3 menunjukkan tidak

berbeda nyata, hal ini disebabkan pada pengamatan ke 3 konidia mengalami

kematian karena lingkungan makan yang kurang.

Gambar 8. Perbandingan Jumlah Konidia dalam pupuk padat dari sludge dan

arang sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum Pengamatan ke tiga

36

Pengamatan keempat, setelah diuji dengan analisis statistik software SPSS

peubah Duncan diperoleh data seperti di dalam tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang

sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ke empat

No Inokulum Trichoderma harzianum

dalam jagung pecah (gr)

Jumlah Konidia

1 37,5 (T1) 5,00x109a

2 75,0 (T2) 4,17x109a

3 112,5 (T3) 2,50x109b

Keterangan : Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan

menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05), huruf yang berbeda kearah vertikal

pada kolom signifikan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Dilihat dari tabel 10. T1 dibandingkan T2 menunjukkan tidak berbeda

nyata namun dibandingkan T3 menunjukkan berbeda nyata. Namun

memperoleh hasil signifikan dalam uji anova. Kondisi T1 tetap memiliki konidia

lebih banyak dibandingkan T2 dan T3, namun T2 pun memiliki peningkatan

jumlah konidia hal ini makanan tercukupi kembali karena sebagian konidia tua

ada yang mati, tersaji pada gambar 9 nampak perbedaan jumlah konidia dari

masing-masing perlakuan.

37

Gambar 9. Perbandingan jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang

sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum Pengamatan ke empat

Pengamatan kelima, setelah diuji dengan analisis statistik software SPSS

peubah Duncan diperoleh data seperti di dalam tabel 11.

Tabel 11. Rata-rata jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang

sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ke lima

No Inokulum Trichoderma harzianum

dalam jagung pecah (gr)

Jumlah Konidia

1 37,5 (T1) 5,00x109a

2 75,0 (T2) 3,33x109b

3 112,5 (T3) 2,50x109b

Keterangan : Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan

menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05), huruf yang berbeda kearah vertikal

pada kolom signifikan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Dilihat dari tabel 11. Perlakuan T1 dibandingkan T2 menunjukkan

berbeda nyata begitu pula dengan T3. Tetapi antara T2 dengan T3 tidak berbeda

nyata. Hal ini disebabkan bahan yang dirombak T1 masih tersedia sehingga

38

Trichoderma masih hidup dan aktif, namun perlakuan T2 dan T3, tidak ada bahan

yang dapat dikomposisi lagi sehingga konidia banyak yang mati.

Gambar 10. Perbandingan Jumlah Konidia dalam pupuk padat dari sludge dan

arang sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum Pengamatan ke lima

Pengamatan keenam, setelah diuji dengan analisis statistik software SPSS

peubah Duncan diperoleh data seperti di dalam tabel 12.

Tabel12. Rata-rata jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang

sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ke enam

No Inokulum Trichoderma harzianum

dalam jagung pecah (gr)

Jumlah Konidia

1 37,5 (T1) 2,50x109a

2 75,0 (T2) 2,50x109a

3 112,5 (T3) 2,50x109a

Keterangan :Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan

menunjukkan tidak berbeda nyata ( P>0,05)

39

Dilihat dari Tabel 12. T1, T2 dan T3 menunjukkan nilai yang sama.

Menurut test Homogenetity dari beberapa varian tidak bisa dilakukan Levene

Statistik.

Gambar 11. Perbandingan Jumlah Konidia dalam pupuk padat dari sludge dan

arang sekam untuk media pembwa Trichoderma harzianum pengamatan ke

enam

Pengamatan ke tujuh, setelah diuji dengan analisis statistik software SPSS

peubah Duncan diperoleh data seperti di dalam tabel 13.

Tabel 13. Rata-rata jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang

sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ke tujuh

No Inokulum Trichoderma harzianum

dalam jagung pecah (gr)

Jumlah Konidia

1 37,5 (T1) 2,50x109a

2 75,0 (T2) 2,50x109a

3 112,5 (T3) 3,33x109a

Keterangan :Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan

menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05)

40

Dilihat dari Tabel 13.terlihat T1, T2 dan T3 tidak berbeda nyata.

Gambar 12. Perbandingan Jumlah Konidia dalam pupuk padat dari sludge dan

arang sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ke

tujuh

Pengamatan kedelapan, setelah diuji dengan analisis statistik software

SPSS peubah Duncan diperoleh data seperti di dalam tabel 14.

Tabel 14. Rata-rata jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang

sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ke delapan

No Inokulum Trichoderma harzianum

dalam jagung pecah (gr)

Jumlah Konidia

1 37,5 (T1) 2,50x109a

2 75,0 (T2) 2,50x109a

3 112,5 (T3) 2,50x109a

Keterangan :Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan

menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05)

41

Dilihat dari tabel 14, menunjukan T1, T2 dan T3 nilai yang sama.

Menurut test Homogenetity dari beberapa varian tidak bisa dilakukan Levene

Statistik.

Gambar 13. Perbandingan Jumlah Konidia dalam pupuk padat dari sludge dan

arang sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ke

delapan

42

C. Uji Tanaman In vivo

Dalam uji in vivo di green house yaitu diaplikasikan pada tanaman sawi

tosakan dapat diperoleh data sperti pada tabel 15.

Tabel 15. Rata-rata hasil uji in vivo pada tanaman tosakan dengan

memanfaatkan pupuk padat pembawa Trichderma harzianum

Keterangan : Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan

menunjukkan tidak berbeda nyata ( P>0,05)

Dilihat dari tabel 15, didapatkan nilai rata-rata jumlah daun maksimal

pada perlakuan T0 yaitu 7 buah dan perlakuan yang lain mendapatkan hasil lebih

sedikit yaitu masing-masng 6 buah, tersaji pada gambar14, jika dilihat dari

setiap perlakuan dan ulangannya menunjukkan tidak adanya hasil linier dari

masing-masing ulangan dalam perlakuan yang sama, hal ini menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata pada masing-masing perlakuan.

Perlakuan Jumlah Rata-rata

daun (buah)

Berat rata rata

brangkasan (gr)

Panjang akar

terpanjang rata-

rata (cm)

T0 7 a 27 a 9 a

T1 6 a 17 a 11 a

T2 6 a 25 a 8 a

T3 6 a 19 a 9 a

Tk 6 a 14 a 10 a

POr 6 a 22 a 11 a

43

Gambar 14. Perbandingan Jumlah daun hasil uji in vivo pada tanaman tosakan

dengan memanfaatkan pupuk padat pembawa Trichoderma harzianum

Dilihat dari berat rata-rata brangkasan nilai tertinggi berada pada T0 yaitu

27 gr, dan nilai terendah pada Tk yaitu 14 gr, tersaji pada gambar 15, jika dilihat

dari setiap perlakuan dan ulangannya menunjukkan tidak adanya hasil linier dari

masing-masing ulangan dalam perlakuan yang sama, hal ini menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata pada masing-masing perlakuan.

44

Gambar 15. Perbandingan bobot Brangkasan hasil uji in vivo pada

tanaman tosakan dengan memanfaatkan pupuk padat pembawa Trichoderma

harzianum

Dan dilihat dari panjang akar terpanjang rata-rata tertinggi ada pada POr.

dan T1 masing-masing 11 cm, dan terendah terdapat pada T2, tersaji pada

gambar 16, jika dilihat dari setiap perlakuan dan ulangannya menunjukkan tidak

adanya hasil linier dari masing-masing ulangan dalam perlakuan yang sama, hal

ini menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada masing-masing perlakuan.

45

Gambar 16 . Perbandingan panjang akar paling panjang hasil uji in vivo

pada tanaman tosakan dengan memanfaatkan pupuk padat pembawa

Trichoderma harzianum

Namun dilihat keseluruhan data menunjukkan tidak berbeda nyata, hal ini

disebabkan jumlah Trichoderma harzianum yang diinkubasi dalam pupuk

kandang belum mampu mendekomposisi bahan organik yang berada dalam

media tumbuh menjadi unsur siap pakai. Keadaan ini disebabkan dari seluruh

perlakuan menggunakan tambahan bahan organik yang berupa pupuk kandang

yang sudah jadi, sehingga keadaan tersebut tidak memberi kesempatan kepada

Trichoderma harzianum untuk mendekomposisi bahan organik yeng belum

terdekomposisi untuk menjadi unsur hara yang siap pakai. Tempat hidup

Trichoderma harzianum tidak terpenuhi dalam media tumbuh tanaman tersebut.

46

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Hasil uji lab kandungan unsur hara utama (NPK) meningkat, namun diantara

campuran tersebut yang paling tinggi nilai rata-rata (NPK) terdapat pada

campuran T3 (campuran 112,5 gr Trichoderma harzianum)

2. Penghitungan konidia/konidiospora dalam setiap campuran perlakuan setiap

kali dilakukan penghitungan terjadi angka yang fluktuatif. T1 memiliki

fluktuatif dengan hasil diatas T2 dan T3.

3. Dilihat dari hasil uji coba in vivo didapatkan hasil tidak signifikan diantara

formulasi yang diberikan, hal ini disebabkan karena jumlah Trichoderma

harzianuam yang diinkubasikan dalam pupuk kandang belum mampu

mendekomposisi bahan organik yang berada di dalam media tumbuh dan

pupuk organik yang dipakai untuk dicampurkan ke media tumbuh(tanah)

sudah jadi serta tempat hidup Trichoderma harzianum tidak terpenuhi dalam

media tanam tersebut

4. Dengan kemampuan campuran sludge dan arang sekam sebagai media

pembawa akan meningkatkan nilai jual sludge

B. Rekomendasi

1. Hasil penelitian menunjukkan jamur Trichoderma harzianum diinokulasikan

dalam media jagung pecah yang disimpan dalam media sludge hasil

pembuatan biogas ditambah arang sekam menunjukkan meningkatkan

kandungan hara dalam media yang dipakai. Pada kadar air rata-rata 10 %.

Direkomendasikan penelitian ini untuk dilanjutkan pada pada penurunan kadar

47

air menuju ke arah kering, dan diuji efektifitas pengaruh Trichoderma

harzianum terhadap tanaman, beberapa kali pemberian di tempat yang sama.

2. Karena saat pengabilan sludge merupakan sludge yang sudah tersimpan

didalam penampungan sementara beberapa waktu sehingga mendapatkan

fermentasi yang sempurna, dan pH netral (7) sehingga tugas Trichoderma

harzianum sebagai jamur pengurai memiliki manfaat yang sedikit karena

bahan-bahan organik yang belum terurai dalam jumlah sedikit, disarankan

agar untuk penelitian selanjutnya sebaiknya memakai sludge yang baru keluar

dari degester sehingga akan mendapatkan hasil fermentasi yang kurang

sempurna sehingga masih banyak bahan organik yang belum habis

terfermentasi dan memiliki pH di bawah 7.

3. Untuk mendapatkan hasil uji in vivo lebih baik sebaiknya sewaktu

memberikan campuran pupuk organik, dipilih yang belum jadi atau setengah

jadi, hal ini diharapkan pH pupuk rendah sehingga sesuai yang dibutuhkan

Trichodema harzianum untuk hidup.