Upload
hoangcong
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
21
IV. HASIL PENELITIAN
A. Pupuk Organik Padat
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia (Sutanto, 2002). Pupuk
organik padat adalah pupuk yang tesusun dari bahan organik padat, misalnya
butiran, onggokan, remahan, ataupun kristal.
Untuk memproduksi pupuk organik harus terukur kandungan nutriennya,
terutama komponen nutrien utama unsur makro (nitrogen, fosfor dan kalium).
Oleh karena itu setiap pupuk yang diproduksi harus diuji kandungan unsur
nutriennya terutama kandungan unsur N, P dan K. Namun untuk kegiatan ini tidak
khusus membuat pupuk organik namun memanfaatkan sludge yang biasa
digunakan oleh petani sebagai pupuk saja akan ditingkatkan pemanfaatannya
sebagai media pembawa bioprotektan berupa jamur Trichoderma harzianum.
Dengan uji ini diharapkan meningkatkan mutu pupuk dari sludge. Agar dapat
diketahui tercapainya peningkatan mutu sludge maka perlu adanya prauji. Pra uji
yang dilakukan pada sludge padat tertuang pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan N, P dan K pada sludge padat sebelum perlakuan
N Total (%) P total (%) K total (%)
1.28 0.16 0,33
Sumber: Lab. Tanah, Jur. Ilmu tanah, Fak, Pertanian, UGM, 2013 dan Lab Analis
Kimia SMK N 1 Temanggung, 2013.
22
Tabel 2 . Hasil uji lab kandungan unsur hara (NPK) setiap perlakuan dan ulangan
Kode
Perlakuan
Ulangan Nilai N (%) Nilai P (%) Nilai K (%)
TA 0 1,280 0,160 0,330
T0 1 1,424 0,141 0,237
T0 2 1,479 0,140 0,236
T0 3 1,424 0,144 0,220
T1 1 1,777 0,163 0,554
T1 2 1,893 0,165 0,570
T1 3 1,893 0,152 0,551
T2 1 2,112 0,657 0,656
T2 2 1,933 0,660 0,620
T2 3 1,933 0,675 0,603
T3 1 2,168 1,096 0,865
T3 2 2,007 1,080 0,867
T3 3 2,081 1,029 0,829
1. Kandungan Unsur Hara Nitrogen (N)
Setelah dilakukan kegiatan perlakuan dan didasarkan uji lab data rata-rata
kandungan nitrogen total (N total) dalam pupuk padat yang telah diperkaya
dengan bioprotektan menggunakan jamur Trichoderma harzianum disajikan
dalam tabel 2 . Tabel 1 dan tabel 2 menunjukkan adanya peningkatan terhadap
kandungan N total pada sludge hasil instalasi biogas kotoran sapi sebelum dan
setelah perlakuan. Peningkatan kandungan N total ini diduga disebabkan adanya
23
penambahan jagung pecah yang dipakai untuk inokulum Trichoderma harzianum
dan gula yang diberikan saat pencampurkan ke dalam sludge dan arang sekam
menambah total hara, salah satunya N. Trichoderma harzianum berfungsi
sebagai dekomposer yang dapat mendekomposisi limbah organik rontokan
dedaunan dan ranting ta menjadi kompos (Sunandar, et. al.2012).
Tabel 3. Rata-rata kandungan nitrogen total (N total) dalam pupuk padat dari
sludge dan arang sekam ditambah Trichoderma harzianum
No Inokulum Trichoderma
harzianum dalam jagung pecah
(gr)
Konsentrasi N total (%)
1 0 (T0) 1,4a
2 37,5 (T1) 1,9b
3 75,0 (T2) 2,0bc
4 112,5 (T3) 2,1c
Keterangan : Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan
menunjukkan tidak berbeda ( P> 0,05), huruf yang berbeda ke arah vertikal pada
kolom signifikan menunjukkan tidak berbeda nyata (P<0.05)
Dilihat dari rata-rata konsentrasi N total dari semua perlakuan
menunjukkan hasil berbeda nyata pada (P<0,05) antara perlakuan T0 berbeda
nyata dengan T1, T2, T3. Perlakuan T1 berbeda nyata dengan T0 dan T3,
namun tidak berbeda nyata dengan T2. Perlakuan T2 hanya berbeda nyata
dengan T0 dan T3. Namun secara garis besar semakin banyak jagung pecah
sebagai tempat inokulum Trichoderma harzianum semakin banyak, maka dapat
meningkatkan total N, tersaji pada gambar 2, menunjukkan perbandingan total N
dalam setiap perlakuan dan ulangan.
24
Gambar 2. Perbandingan N total (%) pada pupuk padat dari campuran sludge dan
arang sekam ditambah Trichoderma harzianum antar perlakuan
Berdasarkan perhitungan analisa lab. dan pengamatan selama penelitian
didapat rata-rata kandungan fosfor total (P total) dalam pupuk padat yang telah
diperkaya dengan bioprotektan menggunakan jamur Trichoderma harzianum yang
disajikan dalam Tabel 1 dan Tabel 4 menunjukkan penurunan pada konsentrasi
T0. Dan adanya peningkatan pada konsentrasi T1, T2 dan T3
2. Kandungan Unsur Hara Fospor (P)
25
Tabel 4 . Rata-rata kandungan fosfor total (P total) dalam pupuk padat dari sludge
dan arang sekam ditambah Trichoderma harzianum
No Inokulum Trichoderma harzianum
dalam jagung pecah (gr)
Konsentrasi P total (%)
1 0 (T0) 0,1a
2 37,5 (T1) 0,2a
3 75,0 (T2) 0,7b
4 112,5 (T3) 1,1c
Keterangan : Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan
menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05), huruf yang berbeda kearah vertikal
pada kolom signifikan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Penurunan P total pada konsentrasi T0 disebabkan terjadi pengurangan
volume sludge saat pengujian, hal ini tergantikan dengan arang sekam, walaupun
ditambah bahan organik berupa gula dalam campuran sludge dan arang sekam
tidak mampu meningkatkan P total. Terjadi adanya peningkatan kandungan unsur
P total pada T1, T2 dan T3 ini diduga disebabkan adanya penambahan jagung
pecah sebagai inokulum Trichoderma harzianum dan gula.
Jika dlihat dari perbandingan rata-rata konsentrasi P antar perlakuan
mendapatkan hasil, perlakuan T0 tidak beda nyata dengan perlakuan T1 namun
beda nyata dengan perlakuan T2 dan T3. Perlakuan T1 hanya beda nyata dengan
T2 dan T3, T2 beda nyata dengan semua T1. Dan T3. T3 beda nyata pada semua
perlakuan, artinya dengan menginokulasikan Trichoderma harzianum dalam
jagung pecah berbeda jumlah pada bahan yang sama dapat merubah total unsur P.
Disajikan pada gambar 3, Semakin banyak jagung pecah untuk inokulasi
Trichoderma harzianum yang diberikan, semakin banyak pula total unsur P.
26
Gambar 3. Perbandingan P total (%) pada pupuk padat dari campuran sludge dan
arang sekam ditambah Trichoderma harzianum antar perlakuan
3. Kandungan Unsur Hara Kalium (K)
Berdasarkan perhitungan dan pengamatan selama penelitian didapat rata-
rata kandungan kalium total (K total) dalam pupuk pada sebagai media pembawa
jamur yang telah diinokulasikan dengan bioprotektan menggunakan jamur
Trichoderma harzianum disajikan dalam tabel 5.
27
Tabel 5 . Rata-rata kandungan kalium total (K total) dalam pupuk padat dari
sludge dan arang sekam ditambah Trichoderma harzianum
No Inokulum Trichoderma harzianum
dalam jagung pecah (gr)
Konsentrasi K total (%)
1 0 (T0) 0,2a
2 37,5 (T1) 0,6b
3 75,0 (T2) 0,6c
4 112,5 (T3) 0,9d
Keterangan : Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan
menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05), huruf yang berbeda kearah vertikal
pada kolom signifikan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Jika dilihat dari Tabel 1 dan Tabel 5 ini menunjukkan adanya penurunan jumlah
K pada konsentrasi T0 gr disebabkan adanya pengurangan volume sludge saat
pengujian dan teah digantikan dengan arang sekam, walaupun sudah ditambah
gula juga tidak meningkatkan nilai K total. Terjadi adanya peningkatan total
unsur K pada perlakuan T1, T2 dan T3, hal ini disebabkan penambahan bahan
organik yang berupa jagung pecah sebagai tempat inokulum Trichoderma
harzianum dan gula. Meningkatnya dosis pemberian kompos akan menyebabkan
semakin tinggi pula kandungan unsur hara pada tanah. Unsur hara tersebut akan
digunakan oleh tanaman untuk melangsungkan hidupnya diantaranya proses
fotosintesis dan respirasi (Harjadi, 1979).
Jika dilihat perbandingan rata-rata konsentrasi K antara perlakuan satu
dengan perlakuan yang lainnya menunjukkan berbeda nyata semua. Seperti tersaji
pada gambar 4, dengan semakin meningkatnya pemberian jagung pecah sebagai
tempat inokulasi Trichoderma harzianum, menyebabkan peningkatan total unsur
K.
28
Gambar 4. Perbandingan K total (%) pada pupuk padat dari campuran sludge dan
arang sekam ditambah Trichoderma harzianum antar perlakuan
B. Uji Konidia/spora
Untuk mengetahui viabilitas (adanya) konidia atau spora Trichoderma
yang berada di campuran sludge dan arang sekam yaitu, dengan cara pengenceran
berseri (10-4
)dengan menggunakan air steril/aquades, selanjutnya mengambil 0,1
ml dari hasil pengenceran yang didapat untuk dihitung di atas haemocytometer
dan dilbaca di bawah mikroskop secara langsung dengan pembesaran 200x,
kemudian dihitung jumlah konidia spora dalam masing-masing kotak keci yang
berukuran 0,0025 mm2 yang terdapat dalam kotak besar yang berukuran
0,004mm2. Dan ulangi lagi menghitung konidia spora yang berada di kotak besar
lainnya sehingga kita akan menghitung jumlah konidia spora pada luasan 5 x
29
0,04mm2 (0,2 mm
2). Dari perhitungan secara langsung menghasilkan rata-rata
dari tiga pengulangan dari masing-masing perlakuan didapat rata-rata viabilitas
seperti terlihat pada tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata konidia inokulum Trichoderma harzianum dalam formulasi
campuran sludge ditambah arang sekam.
Waktu Jumlah rata-rata (konidia/ml)
Pengamatan T1 T2 T3
1 5,29x109 2,50x10
9 2,50x10
9
2 5,00x109 4,17x10
9 3,33x10
9
3 3,33x109 3,33x10
9 2,50x10
9
4 5,00x109 4,17x10
9 2,50x10
9
5 5,00x109 3,33x10
9 2,50x10
9
6 2,50x109 2,50x10
9 2,50x10
9
7 2,50x109 2,50x10
9 3,33x10
9
8 2,50x109 2,50x10
9 2,50x10
9
Formula campuran T1 pada pengamatan 1 atau umur inkubasi 14 hari
memiliki jumlah konidia lebih banyak (5,29x109) dari pada T2 (2,50x10
9) atau T3
(2,50x109). Begitu pula pada pengamatan kedua atau umur inkubasi 21 hari
jumlah konidia T1 lebih banyak (5,00x109) dibandingkan T2 (4,17x10
9) atau T3
(3,33x109), walaupun jumlahnya lebih banyak namun jumlah menurun
dibandingkan pengamatan 1. Namun T2 dan T3 meningkat jumlahnya. Dari
seluruh pengamatan dapat ditemukan T1 optimal jumlah konidianya pada
pengamatan ke 4 dan 5 atau umur inkubasi 35 hari dan 42 hari selanjutnya
menurun. Pengamatan untuk T2 jumlah konidia terbanyak pada pengamatan ke 2
30
dan ke 4 selanjutnya menurun. Pengamatan T3 dari awal sampai akhir
pengamatan rata-rata memiliki 2,50x109, lebih jelas dapat dilihat grafik di bawah
ini.
Gambar 5. Perubahan Jumlah Konidia pada pupuk padat dari campuran sludge
dan arang sekam ditambah Trichoderma harzianum Setiap Pereode Pengamatan
Gambar 5 di atas menunjukkan perubahan yang terjadi selama 9 minggu
inokulasi ketiga formulasi dari awal menunjukkan, tidak terlihat adanya tren
pertumbuhan lambat, pertumbuhan cepat dan fase statis. Tetapi jika dilihat dari
T1=Sludge+arang
sekam+ 37,5 gr
Trichoderma h.
T2=Sludge+arang
sekam+75 gr
Trichoderma h.
T3=Sludge+arang
sekam+112,5 gr
31
masing masing formulasi perlakuan memiliki tren yang berbeda beda. Untuk
formulasi T1 dari tren optimal pada pengamatan pertama selanjutnya menurun
pada pengamatan ke dua dan ke tiga, namun pada pengamatan ke empat naik lagi
tidak berubah pada pengamatan ke lima, untuk pengamatan ke enam, ke tujuh dan
ke delapan terjadi fase statis.
Mengamati T2 diawali tren pertumbuhan rendah dan naik pada
pengamatan ke dua, turun lagi dipengamatan ke tiga, naik lagi dipengamatan ke
empat, turun lagi pada pengamatan ke lima, ke enam, pengamatan ketujuh dan
kedelapan mengalami fase statis.
Mengamati T3, trennya berbeda lagi diawali keadaan terendah,
pengamatan ke dua naik, pengamatan ke tiga sampai ke enam mengalami keadaan
statis, dan naik lagi pada pengamatan ke tujuh, dan pengamatan ke delapan turun
lagi.
Dilihat dari awal pengamatan dan pertengahan memiliki jumlah konidia
terbanyak yaitu T1 dengan inokulum yang paling sedikit dibandingkan T2 dan T3,
hal ini disebabkan kondisi lingkungan terutama kelembaban dalam ketiga
perlakuan relatif sama begitu pula jumlah makanan yang ada didalam formulasi,
dengan adanya jumlah inokulum yang terkecil menyebabkan akan tercukupi
kebutuhan makan, berbeda dengan T2 dan T3, dengan konidia yang banyak
diberikan, menyebabkan persaingan antar konidia menyebabkan konidia yang
tidak mendapatkan makanan mengalami kematian, demikian menyebabkan
menurunkan jumlah konidia. Setelah pengamatan ke enam rata rata semua
formulasi T1, T2 dan T3 menunjukkan rata-rata jumlah konidianya sama, hal ini
disebabkan konidia dalam keadaan aktif namun makanan habis, sehingga
32
menunjukkan keadaan statis, dan akan menurun terus jika keadaan kondisi
lingkungan mendukung untuk hidup namun tidak ada suplay makanan, untuk itu
perlu perubahan kondisi formulasi dibuat lingkungan tidak mendukung untuk
hidup tetapi mendukung untuk dorman. Yaitu dengan membuat lingkungan kering
dan memiliki pH netral atau basa. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto dan
Sumantri (2003), menyatakan bahwa jamur Trichoderma harzianum tumbuh
efektif pada tanah masam, pada pH netral perkecambahan propagulnya terhambat
dan bahkan tidak berkecambah pada kondisi basa.
Pengamatan pertama setelah diuji dengan analisis statistik software SPSS
peubah Duncan diperoleh data seperti di dalam tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang sekam
untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan pertama.
No Inokulum Trichoderma harzianum
dalam jagung pecah (gr)
Jumlah Konidia
1 37,5 (T1) 5,29x109a
2 75,0 (T2) 2,50x109b
3 112,5 (T3) 2,50x109b
Keterangan : Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan
menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05), huruf yang berbeda kearah vertikal
pada kolom signifikan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Dilihat dari tabel 7. Perlakuan T1 dibandingkan T2 dan T3 menunjukkan
berbeda nyata, tetapi antara T2 dengan T3 tidak berbeda nyata. Disajikan dalam
gambar 6, pada pengamatan pertama nampak jelas T1 menunjukkan jumlah
konidia lebih banyak dibandingkan T2 dan T3, hal ini disebabkan T1 memiliki
cukup makanan untuk hidupnya Trichoderma harzianum dan sudah siap untuk
hidup, jika dibandingkan T2 dan T3 yang memiliki jumlah jamur yang lebih
33
banyak tetapi belum memiliki kesiapan untuk menyesuaikan dengan lingkungan
barunya sehingga sebagian ada yang mati, sehingga jumlah konidia lebih sedikit.
Gambar 6. Perbandingan jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang
sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan pertama
Pengamatan kedua, setelah diuji dengan analisis statistik software SPSS
peubah Duncan diperoleh data seperti di dalam tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang sekam
untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan kedua
No Inokulum Trichoderma harzianum
dalam jagung pecah (gr)
Jumlah Konidia
1 37,5 (T1) 5,00x109a
2 75,0 (T2) 4,17x109a
3 112,5 (T3) 3,33x109a
Keterangan :Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan
menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05)
34
Dilihat dari tabel 8. T1 dibandingkan T2 dan T3 menunjukkan tidak
berbeda nyata, perlakuan T1 mengalami penurunan namun sedikit hal ini
disebabkan adanya sebagian kematian dari konidia. Perlakuan T2 dan T3
mengalami kenaikan hal ini disebabkan konidia mulai dapat menyusaikan dengan
lingkungan dan mulai ada yang hidup, tersaji dalam gambar 7.
Gambar 7. Perbandingan jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang
sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ke dua
Pengamatan ketiga, setelah diuji dengan analisis statistik software SPSS
peubah Duncan diperoleh data seperti di dalam tabel 9.
35
Tabel 9. Data rata-rata jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang
sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ketiga
No Inokulum Trichoderma harzianum
dalam jagung pecah (gr)
Jumlah Konidia
1 37,5 (T1) 3,33x109a
2 75,0 (T2) 3,33x109a
3 112,5 (T3) 2,50x109a
Keterangan : Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan
menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05), huruf yang berbeda kearah vertikal
pada kolom signifikan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Dilihat dari tabel 9. T1 dibandingkan T2 dan T3 menunjukkan tidak
berbeda nyata, hal ini disebabkan pada pengamatan ke 3 konidia mengalami
kematian karena lingkungan makan yang kurang.
Gambar 8. Perbandingan Jumlah Konidia dalam pupuk padat dari sludge dan
arang sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum Pengamatan ke tiga
36
Pengamatan keempat, setelah diuji dengan analisis statistik software SPSS
peubah Duncan diperoleh data seperti di dalam tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang
sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ke empat
No Inokulum Trichoderma harzianum
dalam jagung pecah (gr)
Jumlah Konidia
1 37,5 (T1) 5,00x109a
2 75,0 (T2) 4,17x109a
3 112,5 (T3) 2,50x109b
Keterangan : Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan
menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05), huruf yang berbeda kearah vertikal
pada kolom signifikan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Dilihat dari tabel 10. T1 dibandingkan T2 menunjukkan tidak berbeda
nyata namun dibandingkan T3 menunjukkan berbeda nyata. Namun
memperoleh hasil signifikan dalam uji anova. Kondisi T1 tetap memiliki konidia
lebih banyak dibandingkan T2 dan T3, namun T2 pun memiliki peningkatan
jumlah konidia hal ini makanan tercukupi kembali karena sebagian konidia tua
ada yang mati, tersaji pada gambar 9 nampak perbedaan jumlah konidia dari
masing-masing perlakuan.
37
Gambar 9. Perbandingan jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang
sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum Pengamatan ke empat
Pengamatan kelima, setelah diuji dengan analisis statistik software SPSS
peubah Duncan diperoleh data seperti di dalam tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang
sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ke lima
No Inokulum Trichoderma harzianum
dalam jagung pecah (gr)
Jumlah Konidia
1 37,5 (T1) 5,00x109a
2 75,0 (T2) 3,33x109b
3 112,5 (T3) 2,50x109b
Keterangan : Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan
menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05), huruf yang berbeda kearah vertikal
pada kolom signifikan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Dilihat dari tabel 11. Perlakuan T1 dibandingkan T2 menunjukkan
berbeda nyata begitu pula dengan T3. Tetapi antara T2 dengan T3 tidak berbeda
nyata. Hal ini disebabkan bahan yang dirombak T1 masih tersedia sehingga
38
Trichoderma masih hidup dan aktif, namun perlakuan T2 dan T3, tidak ada bahan
yang dapat dikomposisi lagi sehingga konidia banyak yang mati.
Gambar 10. Perbandingan Jumlah Konidia dalam pupuk padat dari sludge dan
arang sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum Pengamatan ke lima
Pengamatan keenam, setelah diuji dengan analisis statistik software SPSS
peubah Duncan diperoleh data seperti di dalam tabel 12.
Tabel12. Rata-rata jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang
sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ke enam
No Inokulum Trichoderma harzianum
dalam jagung pecah (gr)
Jumlah Konidia
1 37,5 (T1) 2,50x109a
2 75,0 (T2) 2,50x109a
3 112,5 (T3) 2,50x109a
Keterangan :Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan
menunjukkan tidak berbeda nyata ( P>0,05)
39
Dilihat dari Tabel 12. T1, T2 dan T3 menunjukkan nilai yang sama.
Menurut test Homogenetity dari beberapa varian tidak bisa dilakukan Levene
Statistik.
Gambar 11. Perbandingan Jumlah Konidia dalam pupuk padat dari sludge dan
arang sekam untuk media pembwa Trichoderma harzianum pengamatan ke
enam
Pengamatan ke tujuh, setelah diuji dengan analisis statistik software SPSS
peubah Duncan diperoleh data seperti di dalam tabel 13.
Tabel 13. Rata-rata jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang
sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ke tujuh
No Inokulum Trichoderma harzianum
dalam jagung pecah (gr)
Jumlah Konidia
1 37,5 (T1) 2,50x109a
2 75,0 (T2) 2,50x109a
3 112,5 (T3) 3,33x109a
Keterangan :Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan
menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05)
40
Dilihat dari Tabel 13.terlihat T1, T2 dan T3 tidak berbeda nyata.
Gambar 12. Perbandingan Jumlah Konidia dalam pupuk padat dari sludge dan
arang sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ke
tujuh
Pengamatan kedelapan, setelah diuji dengan analisis statistik software
SPSS peubah Duncan diperoleh data seperti di dalam tabel 14.
Tabel 14. Rata-rata jumlah konidia dalam pupuk padat dari sludge dan arang
sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ke delapan
No Inokulum Trichoderma harzianum
dalam jagung pecah (gr)
Jumlah Konidia
1 37,5 (T1) 2,50x109a
2 75,0 (T2) 2,50x109a
3 112,5 (T3) 2,50x109a
Keterangan :Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan
menunjukkan tidak berbeda nyata ( P> 0,05)
41
Dilihat dari tabel 14, menunjukan T1, T2 dan T3 nilai yang sama.
Menurut test Homogenetity dari beberapa varian tidak bisa dilakukan Levene
Statistik.
Gambar 13. Perbandingan Jumlah Konidia dalam pupuk padat dari sludge dan
arang sekam untuk media pembawa Trichoderma harzianum pengamatan ke
delapan
42
C. Uji Tanaman In vivo
Dalam uji in vivo di green house yaitu diaplikasikan pada tanaman sawi
tosakan dapat diperoleh data sperti pada tabel 15.
Tabel 15. Rata-rata hasil uji in vivo pada tanaman tosakan dengan
memanfaatkan pupuk padat pembawa Trichderma harzianum
Keterangan : Huruf yang sama ke arah vertikal pada kolom signifikan
menunjukkan tidak berbeda nyata ( P>0,05)
Dilihat dari tabel 15, didapatkan nilai rata-rata jumlah daun maksimal
pada perlakuan T0 yaitu 7 buah dan perlakuan yang lain mendapatkan hasil lebih
sedikit yaitu masing-masng 6 buah, tersaji pada gambar14, jika dilihat dari
setiap perlakuan dan ulangannya menunjukkan tidak adanya hasil linier dari
masing-masing ulangan dalam perlakuan yang sama, hal ini menunjukkan
pengaruh yang tidak nyata pada masing-masing perlakuan.
Perlakuan Jumlah Rata-rata
daun (buah)
Berat rata rata
brangkasan (gr)
Panjang akar
terpanjang rata-
rata (cm)
T0 7 a 27 a 9 a
T1 6 a 17 a 11 a
T2 6 a 25 a 8 a
T3 6 a 19 a 9 a
Tk 6 a 14 a 10 a
POr 6 a 22 a 11 a
43
Gambar 14. Perbandingan Jumlah daun hasil uji in vivo pada tanaman tosakan
dengan memanfaatkan pupuk padat pembawa Trichoderma harzianum
Dilihat dari berat rata-rata brangkasan nilai tertinggi berada pada T0 yaitu
27 gr, dan nilai terendah pada Tk yaitu 14 gr, tersaji pada gambar 15, jika dilihat
dari setiap perlakuan dan ulangannya menunjukkan tidak adanya hasil linier dari
masing-masing ulangan dalam perlakuan yang sama, hal ini menunjukkan
pengaruh yang tidak nyata pada masing-masing perlakuan.
44
Gambar 15. Perbandingan bobot Brangkasan hasil uji in vivo pada
tanaman tosakan dengan memanfaatkan pupuk padat pembawa Trichoderma
harzianum
Dan dilihat dari panjang akar terpanjang rata-rata tertinggi ada pada POr.
dan T1 masing-masing 11 cm, dan terendah terdapat pada T2, tersaji pada
gambar 16, jika dilihat dari setiap perlakuan dan ulangannya menunjukkan tidak
adanya hasil linier dari masing-masing ulangan dalam perlakuan yang sama, hal
ini menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada masing-masing perlakuan.
45
Gambar 16 . Perbandingan panjang akar paling panjang hasil uji in vivo
pada tanaman tosakan dengan memanfaatkan pupuk padat pembawa
Trichoderma harzianum
Namun dilihat keseluruhan data menunjukkan tidak berbeda nyata, hal ini
disebabkan jumlah Trichoderma harzianum yang diinkubasi dalam pupuk
kandang belum mampu mendekomposisi bahan organik yang berada dalam
media tumbuh menjadi unsur siap pakai. Keadaan ini disebabkan dari seluruh
perlakuan menggunakan tambahan bahan organik yang berupa pupuk kandang
yang sudah jadi, sehingga keadaan tersebut tidak memberi kesempatan kepada
Trichoderma harzianum untuk mendekomposisi bahan organik yeng belum
terdekomposisi untuk menjadi unsur hara yang siap pakai. Tempat hidup
Trichoderma harzianum tidak terpenuhi dalam media tumbuh tanaman tersebut.
46
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Hasil uji lab kandungan unsur hara utama (NPK) meningkat, namun diantara
campuran tersebut yang paling tinggi nilai rata-rata (NPK) terdapat pada
campuran T3 (campuran 112,5 gr Trichoderma harzianum)
2. Penghitungan konidia/konidiospora dalam setiap campuran perlakuan setiap
kali dilakukan penghitungan terjadi angka yang fluktuatif. T1 memiliki
fluktuatif dengan hasil diatas T2 dan T3.
3. Dilihat dari hasil uji coba in vivo didapatkan hasil tidak signifikan diantara
formulasi yang diberikan, hal ini disebabkan karena jumlah Trichoderma
harzianuam yang diinkubasikan dalam pupuk kandang belum mampu
mendekomposisi bahan organik yang berada di dalam media tumbuh dan
pupuk organik yang dipakai untuk dicampurkan ke media tumbuh(tanah)
sudah jadi serta tempat hidup Trichoderma harzianum tidak terpenuhi dalam
media tanam tersebut
4. Dengan kemampuan campuran sludge dan arang sekam sebagai media
pembawa akan meningkatkan nilai jual sludge
B. Rekomendasi
1. Hasil penelitian menunjukkan jamur Trichoderma harzianum diinokulasikan
dalam media jagung pecah yang disimpan dalam media sludge hasil
pembuatan biogas ditambah arang sekam menunjukkan meningkatkan
kandungan hara dalam media yang dipakai. Pada kadar air rata-rata 10 %.
Direkomendasikan penelitian ini untuk dilanjutkan pada pada penurunan kadar
47
air menuju ke arah kering, dan diuji efektifitas pengaruh Trichoderma
harzianum terhadap tanaman, beberapa kali pemberian di tempat yang sama.
2. Karena saat pengabilan sludge merupakan sludge yang sudah tersimpan
didalam penampungan sementara beberapa waktu sehingga mendapatkan
fermentasi yang sempurna, dan pH netral (7) sehingga tugas Trichoderma
harzianum sebagai jamur pengurai memiliki manfaat yang sedikit karena
bahan-bahan organik yang belum terurai dalam jumlah sedikit, disarankan
agar untuk penelitian selanjutnya sebaiknya memakai sludge yang baru keluar
dari degester sehingga akan mendapatkan hasil fermentasi yang kurang
sempurna sehingga masih banyak bahan organik yang belum habis
terfermentasi dan memiliki pH di bawah 7.
3. Untuk mendapatkan hasil uji in vivo lebih baik sebaiknya sewaktu
memberikan campuran pupuk organik, dipilih yang belum jadi atau setengah
jadi, hal ini diharapkan pH pupuk rendah sehingga sesuai yang dibutuhkan
Trichodema harzianum untuk hidup.