Upload
duongnhu
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Keadaan Fisik Daerah Penelitian
Kecamatan Arjasari terdiri dari 11 desa yaitu Lebakwangi, Batukarut,
Baros, Wargaluyu, Mekarjaya, Arjasari, Mangunjaya, Pinggirsari, Rancakole,
Ancolmekar, dan Patrolsari dengan luas wilayah kecamatan yaitu 4.935,30 hektar.
Letak geografis desa tersebut adalah sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan
Baleendah, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pacet, sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Banjaran, sebelah Timur berbatasan dengan
Kecamatan Ciparay (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, 2017).
Tabel 3. Luas Wilayah Desa/Kelurahan di Kecamatan Arjasari
No Desa/Kelurahan Luas Wilayah
(Hektar)
Persentase Luas
Wilayah (%)
1 Batukarut 177,8 3,6
2 Mangunjaya 367,2 7,44
3 Mekarjaya 322 6,52
4 Baros 419,7 8,5
5 Lebak Wangi 316,7 6,42
6 Wargaluyu 463 9,38
7 Arjasari 768,8 15,58
8 Pinggirsari 871 17,65
9 Patrolsari 547,8 11,09
10 Rancakole 307,8 6,24
11 Ancolmekar 373,5 7,58
Jumlah 4.935,30 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, 2017
Pusat Kecamatan Arjasari berada di Desa Pinggirsari. Kecamatan tersebut
dapat ditempuh melalui jalur darat sekitar dua jam dari Kota Bandung atau satu jam
dari Ibu Kota Kabupaten Bandung, Soreang. Prasarana transportasi berupa jalan di
Kecamatan Arjasari relatif baik. Wilayah-wilayah yang berada di area Kecamatan
Arjasari dihubungkan oleh jalan Banjaran-Pinggirsari. Wilayah Kecamatan
Arjasari merupakan daerah yang memiliki topografi daerah dataran dan
lereng/punggung bukit dengan ketinggian antara 600-950 meter dpl. Luas wilayah
menurut penggunaannya, luas tanah sawah di Kecamatan Arjasari seluas 1.370,60
hektar dan luas lahan non sawah seluas 3.564,70 hektar. Lahan sawah merupakan
lahan yang dipakai sebagai persawahan, sedangkan lahan non sawah terdiri dari
lahan pertanian bukan sawah (2.744 hektar) seperti peternakan, hutan rakyat, kebun
dan sebagainya serta lahan non pertanian (820,70 hektar) seperti industri,
perumahan, dan perkantoran. Berdasarkan kondisi tersebut, masyarakat di wilayah
Kecamatan Arjasari sangat bergantung pada sektor pertanian dan peternakan.
4.1.2 Keadaan Penduduk Daerah Penelitian
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung (2017) mencatat bahwa
jumlah penduduk Arjasari ada sebanyak 100.064 orang dengan total kepala
keluarga yaitu 28.994. Mayoritas masyarakat disana bermata pencaharian sebagai
buruh tani yaitu sebanyak 14.093 orang atau 30,19% dari total warga yang tercatat
bekerja yaitu 46.675 orang. Mata pencaharian utama lainnya adalah pertanian, jasa
dan peternakan. Adapun produk unggulan Arjasari adalah palawija, sayuran, ternak
ayam, dan sapi. Berdasarkan kondisi tersebut terlihat bahwa masyarakat di wilayah
Kecamatan Arjasari sangat menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian
Tabel 4 . Mata Pencaharian Pokok Penduduk Kecamatan Arjasari
No Mata Pencaharian Jumlah
Orang %
1 Pertanian Bahan Makanan 11.021 23,61
2 Perkebunan 1.117 2,39
3 Peternakan 4.670 10,01
4 Kehutanan 2.740 5,87
5 Buruh Tani 14.093 30,19
6 Industri pengolahan 1.329 2,85
7 Bangunan 1.112 2,38
8 Perdagangan 4.652 9,97
9 Jasa 4.780 10,24
10 Lain-lain 1.161 2,49
Jumlah 46.675 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, 2017
Mayoritas masyarakat di sana termasuk dalam golongan usia produktif
dengan jumlah 63.085 orang atau 63% dari jumlah penduduk. Umur produktif
kemungkinan berpengaruh terhadap kemampuan fisik seseorang untuk bekerja
secara optimal.
Tabel 5. Komposisi Umur Masyarakat Kecamatan Arjasari
No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah
Orang %
1 0 – 14 32.003 31,98
2 15 – 64 63.085 63,04
3 >65 4.976 4,97
Jumlah 100.064 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, 2017
Tabel 5 menunjukkan bahwa kondisi mayoritas masyarakat di Arjasari
hanya menempuh pendidikan sampai tamat SD dengan jumlah 33.678 orang.
Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada masa lalu yang
belum memungkinkan untuk dapat melanjutkan sekolah pada jenjang yang lebih
tinggi, selain itu juga karena terbatasnya fasilitas pendidikan yang ada di kecamatan
tersebut. Untuk jelasnya dapat dilihat di Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi Tingkat Pendidikan Masyarakat Kecamatan Arjasari
No Tingkat Pendidikan Jumlah
Orang %
1 Tidak sekolah 10.441 13,24
2 SD Sederajat 33.678 42,69
3 SMP Sederajat 19.488 24,70
4 SMA Sederajat 13.044 16,54
5 Perguruan Tinggi 2.235 2,83
Jumlah 78.886 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, 2017
1.1.3 Keadaan Peternakan di Kecamatan Arjasari
Ternak yang dipelihara oleh penduduk di Kecamatan Arjasari terdiri dari
ternak besar, ternak kecil dan unggas. Ternak besar terdiri dari sapi potong, sapi
perah, kerbau, dan kuda. Ternak kecil terdiri dari kambing dan domba serta ternak
unggas terdiri dari ayam buras, ayam petelur, ayam pedaging dan itik. Adapun
keadaan peternakan secara umum dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Keadaan Peternakan di Kecamatan Arjasari.
No Jenis Ternak Jumlah (Ekor)
1 Sapi Potong 341
2 Sapi Perah 1.363
3 Kerbau 230
4 Kuda 20
5 Kambing 58
6 Domba 20.979
7 Ayam Buras 57.770
8 Ayam Petelur 13.880
9 Ayam Pedaging 3.077.102
10 Itik 10.431
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, 2017
Tabel 7 memperlihatkan bahwa ternak yang populasinya paling banyak di
Kecamatan Arjasari yaitu ayam pedaging sebanyak 3.077.102 ekor. Hal tersebut
dikarenakan pemeliharaannya yang lebih mudah dibandingkan dengan ternak
lainnya. Jenis ternak kedua yang paling banyak dipelihara oleh penduduk di
Kecamatan Arjasari yaitu Ayam Buras sebanyak 57.770 ekor. Salah satu ayam
buras yang dipelihara oleh masyarakan di wilayah tersebut yaitu ayam pelung.
Populasi ternak yang selanjutnya banyak dipelihara hingga yang sedikit
populasinya yaitu ternak domba sebanyak 20.979 ekor, ayam petelur sabanyak
13.880 ekor, itik sebanyak 10.430 ekor, sapi perah sebanyak 1.363 ekor, sapi
potong sebanyak 340 ekor, kerbau sebanyak 230 ekor, kambing sebanyak 58 ekor
dan kuda sebanyak 20 ekor. Berdasarkan data populasi ternak pada Tabel 7, jumlah
populasai ayam buras di Kecamatan Arjasari terbilang banyak. Banyaknya jumlah
tersebut dapat diakibatkan oleh kegemaran peternak untuk memelihara ternak ayam
buras.
Salah satu jenis ayam buras yang digemari di Kecamatan Arjasari yaitu jenis
ayam pelung. Terdapat tiga sistem pemeliharaan ayam pelung yang dilakukan oleh
masyarakat didaerah tersebut yaitu sistem intensif, semi intensif dan diumbar atau
ekstensif. Sebagian besar masyarakat yang beternak ayam pelung di kecamatan
Arjasari tergabung didalam ke dalam HIPPAPI. Mereka ikut tergabung ke dalam
HIPPAPI dengan motif yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya yaitu untuk
mendapatkan informasi, sebagai media menjual ayam pelung, ingin tercatat atau
diakui dan juga ada yang hanya direkrut oleh peternak yang lain. Suatu motif dari
diri seseorang merupakan suatu alasan yang terikat dengan tujuan yang berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang dialami untuk melakukan sesuatu. Sesuai dengan
pendapat Martaniah (1982) bahwa motif adalah suatu konstruksi yang potensial dan
laten, yang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman, yang secara relatif dapat
bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada, dan berfungsi menggerakan
serta mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu. Mayoritas peternak ikut
berorganisasi dikarenakan ingin tercatat di dalam organisasi HIPPAPI (Lampiran
3). Menurut Giddens (1991) motif dapat berfungsi sebagai impuls atau dorongan
yang memberi energy pada tindakan manusia perilaku kearah pemuasan kebutuhan.
4.2 Identitas Responden
4.2.1 Umur Responden
Umur dapat mempengaruhi keaktifan dan pola pikir seorang peternak dalam
menilai suatu kegiatan yang dilakukan. Peternak yang berusia muda biasanya
cenderung lebih aktif dan memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap suatu
kegiatan. Hal tersebut dikarenakan tenaga yang dimiliki oleh peternak berusia muda
relatif lebih banyak dibandingkan dengan peternak yang berusia tua. Umur peternak
yang menjadi responden berkisar antara 25 – 69 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Komposisi Umur Peternak Responden
NO Kelompok umur (tahun) Jumlah
Orang %
1 15 – 64 22 88
2 >65 3 12
Jumlah 25 100
Dari Tabel 8 terlihat bahwa usia 25 – 59 mencapai 84%. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada usia produktif. Menurut
Badan Pusat Statisti (BPS) penduduk usia produktif yaitu penduduk yang berusia
15-64 tahun. Peternak yang berusia produktif cenderung memiliki fisik yang lebih
kuat dibandingkan dengan peternak yang berumur >60 tahun. Umur produktif
kemungkinan berpengaruh terhadap kemampuan fisik peternak untuk bekerja
secara optimal. Sesuai dengan pendapat Bakir (2000), bahwa sampai tingkat umur
tertentu kemampuan fisik manusia akan semakin tinggi sehingga produktifitas
meningkat, tetapi semakin bertambahnya umur maka kemampuan fisik akan
semakin menurun demikian juga dalam melaksanakan suatu kegiatan.
4.2.2 Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor pelancar pembangunan pertanian kerena
dengan perantaraan pendidikan, petani akan lebih mengenal pengetahuan,
keterampilan dan cara baru dalam melakukan kegiatan (Mosher, 1981) .Tingkat
pendidikan responden sebagian besar tamat SMA . Untuk jelasnya dapat dilihat di
Tabel 9
Tabel 9. Tingkat Pendidikan formal Responden
NO Tingkat Pendidikan Jumlah
Orang %
1 SD/MI 7 28
2 SMP/MTs 8 32
3 SMA/SLTA/MA 10 40
Jumlah 25 100
Tingkat pendidikan responden yang sebagian besar adalah tamat SMA
(40%). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa responden pada umumnya menjalani
pendidikan sampai tingkat SMA dan kemungkinan memiliki kemampuan untuk
menyerap suatu informasi dengan baik. Sesuai dengan pendapat Padmowiharjo
(2002) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan peternak maka pola pikir juga akan
semakin luas dan tentunya akan lebih cepat dalam menerima inovasi yang
disampaikan.
Tingkat pendidikan responden tersebut akan berimplikasi pada tinggi atau
rendahnya persepsi responden dalam memahami suatu kegiatan sehingga
berdampak pada tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan. Sesuai dengan pendapat
Krech (1982) bahwa kognisi yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi individu, dibentuk antara lain oleh kemampuan intelektualnya. Sejalan
dengan pendapat tersebut, pendapat Rakhmat (1996) bahwa seseorang yang
memiliki pendidikan formal yang lebih tinggi akan memiliki motivasi yang lebih
tinggi serta wawasan yang lebih luas dalam menganalisa suatu kejadian.
4.2.4 Pengalaman Beternak
Selain umur dan tingkat pendidikan, pengalaman beternak menentukan
tindakan yang akan dilakukan. Hal ini seperti yang dikemukakan Mosher (1981)
bahwa manusia dapat belajar dari pengalamannya, demikian pula peternak dapat
belajar dari pengalaman beternak pada masa yang lalu. Pengalaman beternak
responden berkisar 1-36 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengalaman Beternak Ayam Pelung Responden
No Pengalaman Beternak
(Tahun)
Jumlah
Orang %
1 1 – 10 9 36
2 11 – 20 10 40
3 21 – 30 4 16
4 >31 2 8
Jumlah 25 100
Tabel 10 memperlihatkan bahwa pada umumnya banyak responden yang
memiliki pengalaman beternak dibawah sepuluh tahun dengan jumlah 36%, dimana
peternak tersebut merupakan pendatang baru yang masih mecari informasi-
informasi mengenai beternak ayam pelung. Sedangkan responden yang
berpengalaman diatas sepuluh tahun mencapai 64%. Dengan pengalaman yang
dimiliki, peternak kemungkinan akan lebih mengetahui mengenai informasi-
informasi berkaitan dengan beternak ayam pelung berdasarkan pengalaman yang
dialami.
4.2.5 Jumlah Ternak
Besar kecilnya jumlah ternak yang dimiliki akan berpengaruh terhadap
besar kecilnya waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha peternakan.
Jumlah ternak yang dimiliki kemungkinan akan mempengaruhi pola pikir dari para
peternak, karena didalam dunia peternakan ayam pelung semakin banyak ternak
ayam pelung yang dimiliki menjadi juara maka semakin banyak pula manfaat yang
akan didapatkan oleh para peternak
Tabel 11. Jumlah Ternak Ayam Pelung Responden
No Jumlah Ternak Ayam Pelung Jumlah
Orang %
1 1 – 10 12 48
2 >11 13 52
Jumlah 25 100
Tabel 11 memperlihatkan bahwa pada umumnya responden memiliki
jumlah kepemilikan ternak sebanyak lebih dari 11 ekor (52%) dan sebagian
kecilnya hanya memelihara dibawah 10 ekor (48%). Jumlah tersebut dikarenakan
usaha ternak ayam pelung merupakan hanya usaha sampingan karena ayam tersebut
dimanfaatkan sebagai hewan hiburan (fancy). Selain itu faktor penyakit juga
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah ternak yang dimiliki.
Terdapat beberapa responden yang mengaku ayam yang mereka miliki mati
serentak dan hanya menyisakan beberapa ekor saja. Hal tersebut dikarenakan ayam
yang mereka miliki terserang penyakit yang diakibatkan oleh perubahan cuaca yang
ekstreme. Salah satu penyakit ayam pelung yang diakibatkan oleh perubahan cuaca
yaitu penyakit snot. Menurut Hinz (1981) Infeksius coryza (Snot) merupakan
penyakit pernafasan bagian atas pada unggas, terutama ayam, yang bersifat akut.
Penyebaran penyakit dalam kandang sangat cepat, baik secara kontak langsung
dengan ayam-ayam sakit, maupun tidak langsung melalui air minum, udara, dan
peralatan yang tercemar.
4.3 Persepsi Responden Terhadap Kontes Ayam Pelung
Persepsi merupakan pandangan yang dimiliki peternak terhadap kegiatan
kontes ayam pelung. Penilaian persepsi responden dibedakan menjadi 3 kategori
yaitu tinggi, sedang, rendah. Kategori persepsi responden terhadap kegiatan kontes
ayam pelung dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Kategori Persepsi Responden Terhadap Kontes Ayam Pelung
Tabel 12 memperlihatkan bahwa persepsi yang dimiliki oleh responden
mayoritas berada dikategori sedang (80%). Persepsi tersebut menunjukkan bahwa
responden memiliki pandangan yang positif terhadap kegiatan kontes ayam pelung.
Persepsi tersebut terbentuk berdasarkan pengetahuan dan sikap peternak terhadap
kegiatan kontes ayam pelung. Pengetahuan dan sikap responden terhadap kegiatan
kontes ayam pelung dapat dilihat pada Tabel 13
Tabel 13. Rekapitulasi Persepsi Responden terhadap Kontes Ayam Pelung
No Uraian
Kategori
Tinggi Sedang Rendah
..............................%..........................
1 Pengetahuan 4 68 28
2 Sikap 56 44 0
No Kategori Persepsi Jumlah
Orang %
1 Tinggi 4 16
2 Sedang 20 80
3 Rendah 1 4
Jumlah 25 100
Tabel 13 memperlihatkan bahwa mayoritas pengetahuan yang dimiliki
responden termasuk kategori sedang (68%) dan sikap yang dimiliki responden
termasuk kategori tinggi (56%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya
responden memiliki sikap yang positif terhadap kegiatan kontes ayam pelung.
Selain itu pengetahuan yang dimiliki oleh peternak sudah baik. Namun responden
masih memerlukan informasi yang lebih lengkap terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kegiatan kontes ayam pelung. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
pengetahuan dan sikap, diuraikan sebagai berikut:
4.3.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu peternak berdasarkan pengalaman yang
dirasakan melalui pengindraan terhadap kegiatan kontes ayam pelung. Pengetahuan
merupakan bagian yang membentuk persepsi peternak terhadap kegiatan kontes
ayam pelung.
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa pengetahuan responden sebagian
besar termasuk kategori sedang (68%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup baik namun masih
perlu adanya pemberian informasi yang lebih kepada para peternak ayam pelung.
Pengetahuan yang dimiliki peternak ayam pelung tersebut teridentifikasi dari
beberapa indikator yaitu pengetahuan mengenai persiapan mengikuti kontes ayam
pelung, kategori penilaian pada kontes ayam pelung, penilaian suara ayam pelung
(suara awal, tengah dan akhir), penilaian penampilan ayam pelung, bagian-bagian
yang dinilai pada penilaian penampilan ayam pelung, tingkatan wilayah
penyelenggaraan kontes ayam pelung, peraturan-peraturan umum yang ada didalam
kontes ayam pelung, hadiah yang diberikan pada kontes ayam pelung, manfaat
adanya penyelenggaraan kontes ayam pelung dan sifat-sifat yang harus dimiliki
seorang juri. Pengetahuan responden mengenai kontes dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Pengetahuan Responden Mengenai Kontes Ayam Pelung
No Uraian
Uraian
Tinggi Sedang Rendah
.....................%......................
1 Persiapan mengikuti kontes ayam pelung 20 56 24
2 Kategori penilaian di kontes ayam pelung 96 4 0
3 Penilaian suara 12 72 16
4 Penilaian penampilan ayam pelung 4 56 40
5 Tingkatan wilayah penyelenggaraan kontes
ayam pelung
72 12 16
6 Peraturan-peraturan umum yang ada
didalam kontes ayam pelung
16 72 12
7 Manfaat adanya kontes 16 20 64
8 Sifat juri 16 40 44
Tabel 14 menampilkan bahwa pengetahuan responden yang termasuk
kedalam kategori tinggi hanya pada pengetahuan mengenai kategori penilaian di
kontes ayam pelung (96%) dan mengenai tingkatan wilayah penyelenggaraan
kontes ayam pelung (72%). Mayoritas responden sudah mengetahui bahwa kategori
penilaian yang ada pada kontes ayam pelung terdiri dari tiga penilaian yaitu
penilaian suara, penampilan, dan bobot ayam. Selain itu responden juga sudah
sangat mengetahui tingkatan penyelenggaraan kontes ayam pelung yang dibedakan
berdasarkan tingkatan wilayah yaitu tingkat nasional, regional dan lokal.
Beberapa pengetahuan responden yang termasuk kategori sedang yaitu
mengenai persiapan mengikuti kontes ayam pelung (56%), penilaian suara (72%),
penilaian penampilan ayam pelung (56%), dan peraturan-peraturan umum yang ada
di dalam kontes ayam pelung (72%). Mayoritas responden telah mengetahui dan
melakukan persiapan sebelum mengikuti kegiatan kontes ayam pelung, namun
terdapat juga beberapa peternak yang belum melakukan persiapan yang matang.
Beberapa persiapan yang dilakukan peternak yaitu mempersiapkan kondisi
kesehatan ayam pelung, memberikan jamu-jamuan atau makanan khusus serta
menyiapkan uang pendaftaran. Responden juga sudah mengetahui mengenai
peraturan-peraturan umum yang ditetapkan pada kontes ayam pelung. Peraturan-
peraturan tersebut yaitu tidak boleh mendekati ajeng melebihi batas yang telah
ditetapkan, tidak oleh mengeluarkan kata-kata kasar terhadap juri dan peternak lain,
tidak boleh memprotes hasil penilaian juri, dan tidak boleh melakukan kecurangan.
Pengetahuan mengenai penilaian suara ayam pelung pada kontes juga sudah
diketahui. Mereka mengetahui Ayam yang diikutsertakan akan dinilai kualitas
suaranya. Suara ayam pelung tersebut dinilai berdasarkan bagian suara awal,
tengah, akhir serta irama dan keserasian nada yang dihasilkan. Pada bagian suara
awal memiliki karakteristik suara yang berirama panjang, bersuara bersih, jelas
terdengar dan bertekanan. Pada bagian suara tengah memiliki karakteristik
mengalun panjang, merdu, halus dan terdapat bitu atau cengkok. Pada bagian suara
akhir memiliki karakteristik suara bersih panjang, tidak terputus dan berakhiran -
ooooong dan -oooook.
Selanjutnya responden juga telah mengetahui penilaian penampilan di
kontes ayam pelung, namun tidak sedikit pula responden yang krang
pengetahuannya mengenai penilaian penampilan. Hal tersebut kemungkinan
dikarenakan banyak peternak lebih terfokus kepada penilaian suara dibandingkan
dengan penilaian penampilan sehingga kurang begitu memperhatikan penilaian
penampilan yang dilakukan pada kontes. Ayam pelung yang dikonteskan akan
dinilai seluruh tampilan bagian luar tubuh ayam pelung. Bagian-bagian yang dinilai
yaitu bagian kepala, badan, kaki dan bulu. Penilaian pada bagian kepala meliputi
jengger, mata, paruh, dan leher. Penilaian pada bagian badan meliputi bentuk
badan, tembolok dan sayap. Penilaian pada bagian bulu meliputi warna bulu, corak
bulu, dan kebersihan bulu. Selanjutnya penilaian kaki meliputi bagian taji, panjang
kaki, warna kaki dan kuku.
Beberapa pengetahuan responden yang termasuk kategori rendah yaitu pada
pengetahuan peternak mengenai manfaat adanya penyelenggaraan kontes ayam
pelung (64%) dan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang juri (64%).
Kurangnya pengetahuan responden kemungkinan dikarenakan responden beternak
ayam pelung hanya sebagai hobi yang mengakibatkan mereka hanya senang dengan
memelihara ayam pelung dan kurang ikutserta pada kegiatan kontes ayam pelung.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan responden adalah faktor
kesibukan yang mengakibatkan jarangnya diadakan perkumpulan sehingga
sosialisasi informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kontes tidak
tersampaikan secara benar.
Mayoritas responden kurang mengetahui mengenai manfaat kontes ayam
pelung, namun ada pula peternak yang sudah mengetahui manfaat kontes ayam
pelung. Responden yang kurang mengetahui manfaat kontes ayam pelung
kemungkinan dikarenakan peternak hanya merasa bahwa manfaat yang diberikan
ketika ikut kontes yaitu hanya sebagai penyalur hobi atau hanya sebagai tempat
menjual atau membeli ayam pelung. Padahal mengikuti kontes ayam pelung
memiliki banyak manfaat. Beberapa manfaat mengikuti kontes ayam pelung yaitu
sebagai media promosi ayam pelung, meningkatkan nilai jual, terjalinnya
pertukaran ilmu antar peternak dan bisa mendapatkan hadiah berupa trofi, uang
pembinaan, sertifikat dan doorprize.
Selain manfaat kontes, mayoritas responden kurang mengetahui sifat-sifat
yang harus dimiliki oleh seorang juri. Kebanyakan responden hanya mengetahui
bahwa juri harus bersifat jujur. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan peternak
masih meragukan kejujuran dari penilaian juri pada kontes ayam pelung sehingga
mempengaruhi pemikiran mereka bahwa seorang juri haruslah jujur. Padahal
terdapat beberapa sifat yang harus dimiliki. Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh juri
pada kontes ayam pelung yaitu jujur, bertanggung jawab, mampu membandingkan
kualitas tiap ayam dalam bentuk nilai sesuai dengan sistem penilaian dan mampu
berkonsentrasi secara baik dalam melaksanakan tugas.
4.3.2 Sikap
Menurut Ajzen dan Fishben (1970) sikap merupakan suatu kecenderungan
untuk secara konsisten memberikan tanggapan menyenangkan atau tidak
menyenangkan terhadap suatu objek. Kecenderungan tersebut merupakan hasil
belajar, bukan pembawaan/keturunan. Sikap peternak merupakan respon tertutup
yang ada didalam diri peternak terhadap kegiatan kontes ayam pelung berdasarkan
pengalaman yang dialami.
Berdasarkan Tabel 13 dapat terlihat bahwa sikap atau tanggapan responden
terhadap kontes ayam pelung pada umumnya termasuk kedalam kategori tinggi
(56%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki sikap atau
tanggapan yang tinggi terhadap kegiatan kontes ayam pelung. Kategori tinggi
tersebut dapat diketahui berdasarkan sikap setuju responden terhadap indikator-
indikator yang dijadikan sebagai penilaian sikap yang dimiliki responden terhadap
kontes ayam pelung. Sikap responden terhadap kontes ayam pelung dapat dilihat
pada Tabel 15.
Tabel 15. Sikap Responden Terhadap Kontes Ayam Pelung
No Uraian
Uraian
Setuju Ragu Tidak
Setuju
............................%.......................
1 Tanggapan mengenai tujuan
memelihara ayam pelung untuk
menjadi pemenang kontes.
72 0 28
2 Tanggapan mengenai manfaat
kontes ayam pelung untuk
memasarkan ayam pelung.
88 4 8
3 Tanggapan mengenai sistem yang
ada dikontes ayam pelung 84 16 0
4 Tanggapan mengenai kondisi
keadaan kontes ayam pelung 44 36 20
5 Tanggapan mengenai hadiah yang
diberikan. 68 12 20
6 Tanggapan mengenai fasilitas yang
ada didalam kontes ayam pelung 88 4 4
7 Tanggapan mengenai juri 52 28 20
8
Tanggapan mengenai ayam pelung
yang menjadi juara tidak boleh
dijual
44 16 40
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa pada umumnya responden
memiliki sikap yang setuju terhadap semua indikator yang dijadikan sebagai
penilaian sikap responden. Penilaian sikap responden yang diteliti yaitu tanggapan
mengenai tujuan memelihara ayam pelung untuk menjadi pemenang kontes,
manfaat kontes ayam pelung, sistem yang ada dikontes ayam pelung, kondisi
keadaan kontes ayam pelung, hadiah, juri, fasilitas dan tanggapan mengenai ayam
pelung yang tidak boleh dijual.
Mayoritas responden menanggapi setuju mengenai tujuan memelihara ayam
pelung untuk menjadi pemenang kontes (60%). Mayoritas dari responden tersebut
beranggapan bahwa mendapatkan juara pada kontes merupakan target yang ingin
mereka capai karena mereka akan mendapatkan keuntungan apabila hal tersebut
terjadi. Salah satu keuntungan yang akan mereka dapatkan yaitu meningkatkan
harga jual ayam pelung yang mereka miliki. Namun terdapat pula responden yang
menanggapi tidak setuju mengenai tujuan memelihara ayam pelung untuk menjadi
pemenang kontes. Responden yang menanggapi tidak setuju tersebut beranggapan
bahwa memelihara ayam pelung hanya sebagai hiburan saja sehingga hanya merasa
puas dengan hanya memelihara ayam pelung.
Mayoritas responden menanggapi setuju mengenai manfaat kontes untuk
memasarkan ayam pelung yang mereka miliki (64%). Responden beranggapan
bahwa kontes ayam pelung merupakan tempat promosi yang sangat baik karena
kualitas dari ayam yang dimiliki dapat dilihat oleh orang lain sehingga ada
kemungkinan peserta yang lain berminat untuk membeli ayam yang mereka miliki.
Mayoritas responden menanggapi setuju mengenai sistem yang ada
dikontes ayam pelung (84%). Responden tersebut beranggapan bahwa agenda
kontes yang ditetapkan oleh HIPPAPI dan kategori penilaian untuk menentukan
ayam juara telah sesuai. Pengagendaan kontes serta sistem penjurian merupakan
hasil keputusan musyawarah HIPPAPI beserta anggotanya. Pengagendaan kontes
tersebut dilakukan oleh masing-masing daerah beserta tingkatan wilayah
kontesnya. Untuk kontes tingkat nasional tiap tahun dilaksanakan satu kali. Untuk
kontes tingkat regional dalam satu bulan biasanya dilaksanakan satu sampai dua
kali dan untuk kontes tingkat lokal biasanya dilaksanakan tiap bulan tergantung
pengurus HIPPAPI di wilayah tersebut.
Mayoritas responden menanggapi setuju mengenai kondisi keadaan kontes
ayam pelung (40%). Responden tersebut beranggapan bahwa kondisi keadaan di
kontes tidak mengganggu penilaian yang dilakukan juri. Selain itu responden juga
beranggapan bahwa peternak yang mengikuti kontes telah mentaati peraturan yang
ada didalam kontes dan juga responden beranggapan bahwa peternak ayam pelung
seharusnya berpartisipasi didalam kontes ayam pelung. Berdasarkan hal tersebut
kondisi di tiap kontes sudah sangat baik. Hal tersebut dikarenakan terdapat rasa
saling menghargai serta rasa percaya antara peternak untuk tidak saling mencurangi
dan tidak mengganggu keberlangsungan kegiatan ayam pelung serta terdapatnya
kesadaran dan keinginan untuk mengajak peternak ayam pelung yang lain untuk
ikut berpartisipasi pada kegiatan kontes ayam pelung.
Mayoritas responden menanggapi setuju mengenai hadiah kontes yang
diberikan sudah sangat memuaskan (60%). Pada kontes ayam pelung hadiah yang
diberikan kepada para peserta berupa trofi, sertifikat, uang pembinaan dan
doorprize. Responden menganggap bahwa hadiah yang diberikan pada kontes
sudah sangat memuaskan, namun terdapat pula responden yang merasa hadiah yang
diberikan tidak memuaskan. Hal tersebut dikarenakan hadiah yang diberikan
disetiap kontes berbeda-beda sesuai dengan tingkat wilayah kontes. Biasanya
semakin tinggi tingkat kontes maka samakin banyak dan mahal pula hadiah yang
diberikan. Hal tersebutlah yang mengakibatkan perbedaan tanggapan peternak
mengenai hadiah yang diberikan pada kontes ayam pelung.
Mayoritas responden menanggapi setuju mengenai fasilitas yang diberikan
pada kontes ayam pelung sudah sangat menunjang para peternak (72%). Responden
menganggap bahwa fasilitas-fasilitas yang ada pada kegiatan kontes ayam pelung
seperti tenda, ajeng, timbangan, tempat duduk, dan makanan sangat menunjang
mereka selama mengikuti kegiatan kontes tersebut. Sama seperti hadiah pada
kontes ayam pelung, fasilitas ditiap kontes juga berbeda-beda sesuai dengan tingkat
wilayah kontes. Biasanya semakin tinggi tingkat kontes maka samakin bagus pula
fasilitas yang diberikan.
Mayoritas responden menanggapi setuju mengenai penjurian pada kontes
ayam pelung (44%). Responden beranggapan bahwa penilaian yang dilakukan oleh
seorang juri sudah akurat dan juga kinerja juri di setiap kontes telah sesuai dengan
etika kerja juri sehingga ayam yang terpilih menjadi juara merupakan ayam yang
memang pantas menjadi juara. Sebagian responden sudah mengetahui bahwa
seorang juri terikat oleh aturan-aturan dalam melaksanakan penjurian. Juri yang
terpilih merupakan penilai yang sesuai karena dipilih berdasarkan pengalamannya
sehingga penilaian yang dilakukan akan akurat. Terdapat pula responden yang
masih meragukan dan tidak setuju mengenai hal tersebut. Hal tersebut terjadi
karena kurangnya rasa kepercayaan peternak terhadap penilaian yang dilakukan
oleh seorang juri.
Mayoritas responden menanggapi setuju mengenai ayam pelung pemenang
kontes tidak akan dijual (40%). Mereka beranggapan bahwa lebih baik untuk
mengembangbiakkan ayam juara tersebut sehingga menghasilkan anakan dari ayam
tersebut. Selanjutnya anakan tersebutlah yang akan dijual dengan harga yang relatif
tinggi. Namun, terdapat pula responden yang beranggapan tidak setuju mengenai
hal tersebut karena tuntutan ekonomi. Pada akhirnya mereka lebih memilih untuk
menjual ayam pelung juara dengan harga yang mahal.
4.4 Partisipasi Responden Terhadap Kontes Ayam Pelung
Menurut Verhangen dalam Mardikanto (2013) partisipasi merupakan
bentuk keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat)
dalam suatu kegiatan tertentu. Partisipasi peternak terhadap kontes ayam pelung
adalah pengambilan bagian, keikutsertaan peternak di dalam kegiatan kontes ayam
pelung. Adapun penilaian partisipasi dibagi menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang,
dan rendah. Kategori partisipasi responden dapat dilihat pada table 16.
Tabel 16. Kategori Partisipasi Responden Terhadap Kontes Ayam Pelung
Tabel 16 menampilkan bahwa pada umumnya tingkat partisipasi responden
tergolong kategori rendah (84%). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden
masih belum aktif mengikuti kegiatan kontes ayam pelung.
Pada penelitian ini partisipasi yang diteliti berdasarkan keterlibatan
responden pada kegiatan kontes ayam pelung terdiri dari partisipasi langsung dan
partisipasi tidak langsung. Partisipasi langsung diukur dari banyaknya partisipasi
responden sebagai peserta di kontes tingkat lokal dan regional, sedangkan
partisipasi tidak langsung diukur dari banyaknya partisipasi responden sebagai
penonton di kontes tingkat lokal dan regional. Partisipasi responden pada kontes
ayam pelung dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Partisipasi Responden Pada Kontes Ayam Pelung
No Uraian
Uraian
Tinggi Sedang Rendah
.....................%......................
1 Partisipasi langsung 4 20 76
2 Partisipasi tidak langsung 0 20 80
Tabel 17 menampilkan partisipasi langsung (76%) dan partisipasi tidak
langsung (80%) dari mayoritas responden berada dikategori rendah. Rendahnya
partisipasi tersebut disebabkan karena faktor kesibukan peternak menjalani
pekerjaan utama mereka untuk menafkahi keluarganya sehingga mengakibatkan
mereka tidak dapat ikut berpartisipasi pada kontes ayam pelung. Mayoritas
No Kategori Partisipasi Jumlah
Orang %
1 Tinggi 1 4
2 Sedang 3 12
3 Rendah 21 84
Jumlah 25 100
responden beternak ayam pelung hanya dijadikan usaha sampingan dan
mengutamakan usaha pokok yang mereka jalani. Kurangnya waktu senggang yang
dimiliki oleh para responden serta jarak yang jauh antara lokasi kontes dengan
tempat tinggal peternak mengakibatkan mereka jarang ikut berpartisipasi pada
kontes ayam pelung. Sesuai dengan pendapat Slamet (2003) bahwa diperlukan tiga
syarat supaya partisipasi dapat tumbuh sebagai suatu tindakan yang nyata, syarat
tersebut yaitu adanya kemauan untuk berpartisipasi, adanya kemampuan untuk
berpartisipasi dan adanya kesempatan untuk berpartisipasi.
Selain faktor kesibukan, faktor jumlah ayam yang mereka miliki juga
mempengaruhi partisipasi responden untuk mengikuti kontes ayam pelung. faktor
penyakit yang sering melanda akibat perubahan cuaca juga menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi jumlah ternak yang dimiliki. Salah satu penyakit ayam
pelung yang diakibatkan oleh cuaca yaitu penyakit snot. Menurut Hinz (1981)
Infeksius coryza (Snot) merupakan penyakit pernafasan bagian atas pada unggas,
terutama ayam, yang bersifat akut. Penyebaran penyakit dalam kandang sangat
cepat, baik secara kontak langsung dengan ayam-ayam sakit, maupun tidak
langsung melalui air minum, udara, dan peralatan yang tercemar. Ayam yang sakit
akan mempengaruhi kualitas baik dari segi kualitas suara maupun kualitas
penampilan dan dapat mengakibatkan ayam pelung yang dimiliki oleh para
peternak mengalami kematian.
4.5 Hubungan Persepsi dengan Tingkat Partisipasi Responden Terhadap
Kontes ayam Pelung
Hasil analisis Rank Spearman mengenai hubungan antara persepsi
(pengetahuan dan sikap) dengan tingkat partisipasi responden terhadap kontes ayam
pelung di Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung diperoleh nilai korelasi sebesar
0,432 dengan nilai p value (α <0,05) (Lampiran 8). Menurut aturan Guilford (1956),
bahwa nilai koefisien sebesar 0,432 menunjukkan bahwa hubungan signifikan yang
cukup kuat antara persepsi dengan tingkat partisipasi peternak ayam pelung
terhadap kontes ayam pelung. Hal tersebut dapat diartikan bahwa persepsi yang
dimiliki responden mempengaruhi partisipasi responden terhadap kontes ayam
pelung, namun tidak selalu persepsi yang dimiliki responden akan mempengaruhi
tingkat partisipasinya. Terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
peternak untuk berpartisipasi pada kontes ayam pelung.
Persepsi (pengetahuan dan sikap) responden termasuk kategori sedang yaitu
sebesar 80%. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan
dan sikap yang cukup baik terhadap kegiatan kontes ayam pelung. Beberapa
pengetahuan responden yang masih kurang mengenai kontes ayam pelung
diantaranya terletak pada pengetahuan mengenai manfaat adanya penyelenggaraan
kontes ayam pelung dan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang juri. Kurangnya
pengetahuan responden dapat dipengaruhi oleh motif peternak yang hanya sebagai
hobi sehingga mengakibatkan mereka hanya senang dengan memelihara ayam
pelung dan kurang dalam mencari informasi mengenai kegiatan kontes ayam
pelung. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan responden adalah
faktor kesibukan yang mengakibatkan jarangnya diadakan perkumpulan sehingga
sosialisasi informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kontes tidak
tersampaikan secara benar.
Partisipasi responden pada kegiatan kontes ayam pelung tergolong kategori
rendah (84%). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden masih belum aktif
berpartispasi pada kontes ayam pelung. Mayoritas responden baik peserta maupun
penonton akan lebih memprioritaskan pekerjaan utama mereka dibandingkan
mengikuti kontes ayam pelung karena tuntutan tanggungan keluarga yang besar.
Mayoritas responden beternak ayam pelung hanya dijadikan usaha sampingan dan
mengutamakan usaha pokok yang mereka jalani. Kurangnya waktu senggang yang
dimiliki oleh para responden serta jarak yang jauh antara lokasi kontes dengan
tempat tinggal peternak mengakibatkan mereka jarang ikut berpartisipasi pada
kontes ayam pelung.
Selain faktor tersebut, faktor jumlah ayam yang mereka miliki juga
mempengaruhi partisipasi responden untuk mengikuti kontes ayam pelung. Faktor
tersebut dipengaruhi oleh penyakit yang sering melanda akibat perubahan cuaca.
Ayam yang sakit akan mempengaruhi kualitas baik dari segi kualitas suara maupun
kualitas penampilan dan dapat mengakibatkan ayam pelung yang dimiliki oleh para
peternak mengalami kematian sehingga peternak memilih untuk tidak berpartisipasi
kedalam kegiatan kontes ayam pelung.