Upload
vuongminh
View
242
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PD. Galuh Sari merupakan perusahaan yang didirikan oleh Bapak Amir
dan Istrinya yang bernama Ibu Maemunah pada tahun 2001 yang berlokasi di Jl.
Panaragan Kidul No.03 Rt.02/05 Bogor Tengah. Awalnya usaha ini masih
tergolong kecil yang bergerak dalam usaha makanan kecil seperti kue pancong
dan dorayaki. Namun semenjak tahun 2001, usaha yang ditekuni oleh Pak Amir
dan ibu Maemunah semakin berkembang dan juga Pak Amir telah
memperkerjakan beberapa karyawan untuk membantu proses produksi.
Dalam menjalankan usahanya banyak kendala yang dialami oleh Pak
Amir. Permasalahan yang dialami oleh PD. Galuh Sari adalah pada saat usahanya
berada di puncak banyak pesaing yang membuka usaha yang bergerak di bidang
yang sama, sehingga menurunkan jumlah permintaan pasar.
4.2 Tujuan Perusahaan
Tujuan awal PD. Galuh Sari adalah untuk mengisi waktu luang Ibu
Maemunah.yang seorang ibu rumah tangga, dan juga keinginan Ibu Maemunah
untuk menjadi seorang wirausaha. Seiring dengan berkembangnya usaha yang
mereka tekuni, akhirnya PD. Galuh Sari bertujuan untuk membuka lapangan
pekerjann.
Saat ini PD. Galuh Sari memiliki 18 karyawan tetap, termasuk Pak Amir
dan Ibu maemunah. PD. Galuh Sari tidak memiliki struktur organisasi yang
formal sehingga struktur organisasi masih tergolong kecil yaitu proses produksi
dan penjualannya diawasi langsung oleh Pak Amir dan Ibu Maemunah.
4.3 Kegiatan Perusahaan
4.3.1 Kegiatan Produksi
PD. Galuh Sari merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar yang
digunakan untuk roti bakar. PD. Galuh Sari rutin memproduksi rata-rata 12 bal
(satu bal sama dengan 25 kg) roti tiap harinya. Untuk menunjang proses produksi
dibutuhkan beberapa peralatan penting seperti mesin pengaduk (mixer),
timbangan, pemotong, meja pemotong, cetakan (loyang), oven, dan rak pendingin.
30
Bahan yang digunakan dalam produksi roti tawar adalah terigu, gula,
pengembang, air, mentega, pelembut dan garam. Proses produksi roti tersebut
terdiri dari beberapa tahapan. Tahap pertama produksi adalah pengadukan seluruh
bahan. Selanjutnya adonan ditimbang sesuai dengan berat yang telah ditentukan.
Tahap ketiga adonan dimasukkan ke dalam loyang/cetakan yang telah diolesi
terlebih dahulu. Tahap selanjutnya adonan yang telah di masukkan ke dalam
loyang/cetakan ditutup dan di diamkan agar mengembang. Setelah mengembang
adonan dimasukan ke dalam oven untuk proses pemanggangan selama 17 menit.
Roti yang sudah matang di keluarkan dari loyang/cetakan, kemudian di simpan
dalam wadah dan disusun di rak pendinginan. Setelah roti dingin, tahap terakhir
adalah proses pengemasan. Untuk lebih jelasnya proses produksi roti tawar dapat
dilihat pada Gambar 6 berikut ini.
31
Gambar 6. Alur Proses Produksi
Proses
pencampuran
atau pengadukan
semua bahan
Pembagian
adonan dan
ditimbang
Pencetakan
Fermentasi
Pembakaran
Pendinginan
Pengemasan
Penyimpanan
Fermentasi
32
4.3.2 Kegiatan Pemasaran
Pemasaran PD. Galuh Sari awalnya dilakukan dengan cara promosi dari
mulut ke mulut. Kini PD. Galuh Sari hanya melakukan kegiatan penjualan di
pabrik saja dan dengan mengantarkan pesanan kepada pedagang. Selain itu, ada
distributor langsung yang rutin membeli roti di perusahaan ini. Kegiatan
pemasaran dilakukan di beberapa tempat seperti Leuwiliang, Cilebut, Rangkas
bitung, Merdeka, Pasar Anyar, dan lain-lain. Kemgiatan pemasarannya pun tidak
hanya dilakukan di Bogor saja, tetapi juga dilakukan hingga Jakarta seperti
Manggarai, Senen, Cempaka Putih, Karang Anyar, Mangga dua dan Pademangan.
4.4 Karakteristik Responden
Responden terdiri dari produsen roti tawar dan konsumen akhir. Produsen
yang menjadi responden yakni pengusaha roti tawar. Sedangkan konsumen yang
menjadi responden terdiri dari 30 orang.
4.4.1 Produsen
Pengusaha roti tawar PD. Galuh Sari bernama Bapak Amir yang berlokasi
di Jl. Panaragan Kidul No.03 Rt.02/05 Bogor Tengah. Responden melakukan
penilaian terhadap roti tawar secara teknik dan finansial.
4.4.2 Konsumen Akhir
Konsumen akhir terdiri dari 30 orang yaitu 18 orang wanita dan 12 orang
pria. Responden melakukan penilaian terhadap roti tawar yang telah diolah lebih
lanjut menjadi roti bakar. Sebaran responden roti bakar dapat dilihat lebih jelas
pada Tabel 6.
33
Tabel 6. Sebaran Responden Roti Bakar
Setelah pengolahan data konsumen akhir, dapat diketahui bahwa frekuensi
responden dalam mengkonsumsi roti bakar 1x seminggu ada 14 orang, 11 orang
mengkonsumsi roti bakar 2x seminggu dan 5 orang mengkonsumsi roti bakar 3x
seminggu. Sedangkan mengenai waktu mengkonsumsi roti bakar di pagi hari
sebanyak 14 orang, siang hari sebanyak 4 orang, sore hari 8 orang dan malam hari
sebanyak 4 orang. Diketahui pula bahwa 13,33 persen responden pernah
mendengar MOCAF namun 86,67 persennya mengaku belum pernah mendengar
n %
Menyukai roti bakar
Ya 30 100
Tidak 0 0
Frekuensi mengkonsumsi roti bakar dalam satu minggu
1 14 46,67
2 11 36,67
3 5 16,67
4 0 0
5 0 0
Usia (tahun)
16 - 21 14 46,67
22 - 27 10 33,33
28 - 33 1 3,33
>33 5 16,67
Jenis kelamin
Wanita 18 60
Pria 12 40
Waktu mengkonsumsi roti
Pagi 14 46,67
Siang 4 13,33
Sore 8 26,67
Malam 4 13,33
Pernah mendengar MOCAF
Ya 4 13,33
Tidak 26 86,67
Tertarik untuk mengkonsumsi roti bakar yang
menggunakan bahan baku kombinasi terigu dengan
MOCAF
Ya 12 40
Tidak 18 60
Jumlah responden Identitas Responden
34
MOCAF. Sebanyak 12 orang responden ( 40 persen ) tertarik untuk
mengkonsumsi roti tawar yang menggunakan bahan baku campuran MOCAF
dengan terigu, sedangkan 18 orang responden ( 60 persen ) tidak tertarik untuk
mengkonsumsinya.
4.5 Analisis Teknis dan finansial
4.5.1 Penerimaan Teknis
Percobaan dilakukan dengan bantuan 5 pekerja sesuai pembagian
kerjanya. Satu pekerja bertanggung jawab dalam proses pengadukan dan
pembuatan adonan. Satu pekerja membagi adonan sementara pekerja yang lain
mencetak adonan. Secara teknis proses produksi roti tawar tersebut tidak memiliki
tingkat dan jenis kesulitan untuk tiap campuran MOCAF. Semua jenis roti yang
diproduksi diberi perlakuan sama melalui proses produksi dan waktu yang sama.
Perbedaan masing-masing percobaan adalah dalam hal persentase penggunaan
jumlah tepung terigu dan MOCAF, secara jelas dapat dilihat pada Tabel 7.
35
Tabel 7. Waktu dan Tingkat Kesulitan pada Proses Produksi Roti Tawar
Hasil wawancara yang diperoleh, produsen roti tawar mengaku tertarik
untuk menggunakan tepung MOCAF yang belum dijual di pasar tradisional.
Produsen kurang sesuai dengan harga MOCAF yang lebih mahal dari harga
Waktu Kesulitan Waktu Kesulitan
1Pencampuran atau
Pengadukan15 menit 15 menit
2
Pembagian dan
Penimbangan
Adonan
20 menit 20 menit Sama, tidak terdapat
kesulitan
3 Pencetakan 10 menit 10 menit
4 Fermentasi 60 menit 60 menit
5 Pembakaran* 17 menit 17 menit
6 Pendinginan 20 menit 20 menit
Waktu Kesulitan Waktu Kesulitan
1Pencampuran atau
Pengadukan15 menit 15 menit
2
Pembagian dan
Penimbangan
Adonan
20 menit Sama, tidak terdapat
kesulitan
20 menit Sama, tidak terdapat
kesulitan
3 Pencetakan 10 menit 10 menit
4 Fermentasi 60 menit 60 menit
5 Pembakaran* 17 menit 17 menit
6 Pendinginan 20 menit 20 menit
Ket : *) Pembakaran pada suhu 220⁰C
Hasil
Deskripsi :
Kurang
lembut dan
kenyal.
Deskripsi :
Agak putih
kurang
mengemban
g, rapuh,
kurang
lembut dan
kurang
kenyal.
No. Tahapan
Roti Tawar dengan Bahan Baku
80% Terigu dan 20% MOCAF 70% Terigu dan 30% MOCAF
Deskripsi :
warnanya
putih
kecoklat-
coklatan,
kenyal,
lembut,
dan
empuk.
Deskripsi :
hampir
sama seperti
roti
pembanding
. Tidak ada
perbedaan
yang
signifikan.
Hasil
100% Tepung Terigu 90% Tepung Terigu dan 10% MOCAF
Roti Tawar dengan Bahan Baku
TahapanNo.
36
tepung terigu yang biasa digunakan, serta kualitas roti yang dihasilkan dengan
kombinasi MOCAF tidak sebagus roti dengan 100 persen terigu.
4.5.2 Analisis Benefit Cost Ratio
Penggunaan campuaran MOCAf pada produksi roti tawar menyebabkan
perubahan biaya yang dikeluarkan untuk beberapa bahan yang digunakan.
Perubahan pada bahan baku tepung terigu dan MOCAf menyebabkan perubahan
pada biaya produksi roti tawar. Hasil perhitungan benefit cost pada roti tawar
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Perhitungan Benefit Cost Ratio Roti Tawar
Jenis Biaya
Terigu
100%
MOCAF
0%
Terigu 90%
MOCAF
10%
Terigu 80%
MOCAF
20%
Terigu 70%
MOCAF
30%
Bahan Baku:
Tepung Terigu
(1kg=Rp. 6.200)
MOCAF
(1kg=Rp. 8.000)
Air
Mentega
Gula
Pengembang
Pelembut
Garam
Rp. 31.000
Rp. 0
Rp. 474
Rp. 3.600
Rp. 2.160
Rp. 3.600
Rp. 1.200
Rp. 100
Rp. 27.900
Rp. 4.000
Rp. 474
Rp. 3.600
Rp. 2.160
Rp. 3.600
Rp. 1.200
Rp. 100
Rp. 24.800
Rp. 8.000
Rp. 474
Rp. 3.600
Rp. 2.160
Rp. 3.600
Rp. 1.200
Rp. 100
Rp. 21.700
Rp. 12.000
Rp. 474
Rp. 3.600
Rp. 2.160
Rp. 3.600
Rp. 1.200
Rp. 100
Upah tenaga kerja Rp. 15.000 Rp. 15.000 Rp. 15.000 Rp. 15.000
Gas + Listrik Rp. 4.575 Rp. 4.575 Rp. 4.575 Rp. 4.575
Total biaya Rp. 61.709 Rp. 62.609 Rp. 63.509 Rp. 64.409
Harga jual roti tawar Rp. 2.500 Rp. 2.500 Rp. 2.500 Rp. 2.500
Total perolehan =
harga jual perbuah x
30 buah
Rp. 75.000 Rp. 75.000 Rp. 75.000 Rp. 75.000
37
Lanjutan Tabel 8.
Biaya produksi roti
tawar per buah Rp.2.056,97 Rp.2.086,97 Rp.2.116,97 Rp.2.146,97
Marjin Rp. 443,03 Rp. 413,03 Rp. 383,03 Rp. 353,03
Benefit Cost = Total
perolehan / total
biaya
1,2154 1,1979 1,1809 1,1644
Kombinasi MOCAF terhadap roti tawar menyebabkan perubahan rincian
biaya pada sebagian bahan baku roti tawar. Perubahan biaya terjadi pada bahan
baku tepung terigu dan MOCAF, sementara biaya pada bahan baku yang lainnya
tidak berubah. Semakin tinggi kandungan MOCAF, maka semakin tinggi pula
biaya penggunaan MOCAF dan biaya penggunaan tepung terigu semakin
menurun.
Setelah dilakukan perhitungan nilai Benefit Cost Ratio maka dapat
diketahui bahwa nilai B/C roti 1 sebesar 1.1979, B/C roti 2 sebesar 1,1809 dan
B/C roti 3 sebesar 1,1644. Karena nilai B/C roti 1, roti 2, dan roti 3 lebih kecil
dari B/C roti pembanding, maka usaha belum dapat dipilih untuk dijalankan.
Sebagai perbandingan, dilakukan simulasi perhitungan biaya produksi dan analisis
Benefit Cost Ratio untuk pengguna jenis tepung terigu lain. Terigu yang
digunakan untuk simulasi adalah terigu dengan harga yang lebih mahal, seperti
terigu Segitiga Biru dan Kunci Biru.
Apabila menggunakan terigu Segitiga Biru dengan harga pasar Rp.
8.750/kg, maka penggunaan kombinasi MOCAF dapat menurunkan biaya
produksi dan meningkatkan marjin. Berdasarkan analisis Benefit Cost Ratio
38
diketahui bahwa penggunaan MOCAF meningkatkan nilai Ratio B/C, sehingga
dapat dikatakan bahwa kombinasi MOCAF secara finansial dapat dipilih untuk
membuat roti tawar, dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Analisis Benefit Cost Ratio pengguna terigu Segitiga Biru
Satuan Terigu
100%
Terigu
90%,
MOCAF
10%
Terigu
80%,
MOCAF
20%
Terigu
70%,
MOCAF
30%
Total Biaya Produksi Rp/5kg 74.459 74.084 73.709 73.334
Biaya Produksi Rp/buah 2481,96 2469,46 2456,96 2444,46
Marjin Rp/kg 18,04 30,54 43,04 55,54
Benefit Cost 1,0073 1,0124 1,0175 1,0227
Apabila menggunakan terigu Kunci Biru dengan harga Rp. 8.150/kg, maka
penggunaan kombinasi 10 persen MOCAF dapat menurunkan biaya produksi dan
meningkatkan marjin. Berdasarkan analisis Benefit Cost Ratio diketahui bahwa
penggunaan kombinasi MOCAF dan terigu Kunci Biru meningkatkan nilai
Benefit Cost, sehingga secara finansial kombinasi MOCAF dapat dipilih untuk
membuat roti tawar. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Analisis Benefit Cost Ratio pengguna terigu Kunci Biru
Satuan Terigu
100%
Terigu
90%,
MOCAF
10%
Terigu
80%,
MOCAF
20%
Terigu
70%,
MOCAF
30%
Total Biaya Produksi Rp/5kg 71.459 71.384 71.309 71.234
Biaya Produksi Rp/buah 2381,97 2379,47 2376,97 2374,47
Marjin Rp/kg 118,03 120,53 123,03 125,53
Benefit Cost 1,0496 1,0507 1,0518 1,0529
Perbandingan biaya produksi roti tawar dengan penggunaan dua jenis
terigu digambarkan pada grafik. Untuk lebih jelasnya, perbandingan biaya
produksi roti tawar dapat dilihat pada Gambar 7.
39
Gambar 7. Perbandingan Biaya Produksi Roti Tawar Per Buah
Setelah dilakukan perhitungan biaya produksi dan analisis B/C ratio
diperoleh bahwa apabila menggunakan tepung terigu yang lebih mahal, yaitu
tepung terigu Segitiga Biru dan Kunci Biru dan dikombinasikan dengan tepung
MOCAF seharga Rp. 8000/kg, maka dapat menurunkan biaya produksi dan
meningkatkan nilai B/C ratio.
4.6 Preferensi Konsumen
Setelah dilakukan penilaian konsumen terhadap rasa, aroma, kekenyalan,
kelembutan dan warna pada tiap jenis roti selanjutnya dianalisis melalui preferensi
konsumen. Data yang digunakan untuk mengetahui preferensi konsumen akhir
roti tawar diperoleh dari 30 responden. Setiap responden melakukan penilaian
setelah mencicipi tiga jenis roti bakar yaitu roti 1 (bahan baku 90 persen terigu
dan 10 persen
MOCAF), roti 2 (bahan baku 80 persen terigu dan 20 persen MOCAF), dan roti 3
(bahan baku 70 persen terigu dan 30 persen MOCAF). Data yang diperoleh dari
konsumen akhir diolah dengan metode kruskal Wallis menggunakan bantuan
SPSS 16.
Preferensi konsumen dianalisis dengan menggunakan bantuan metode
Kruskal Wallis terhadap lima atribut pada roti tawar yaitu warna (Y1), aroma
(Y2), kelembutan roti (Y3), kekenyalan roti (Y4), dan rasa (Y5). Berdasarkan
2000,00
2100,00
2200,00
2300,00
2400,00
2500,00
Roti Pembanding
Roti 1(Terigu 90%, MOCAF
10%)
Roti 2(Terigu 80%, MOCAF
20%)
Roti 3 (Terigu 70%, MOCAF
30%)
Bia
ya P
rod
uks
i/b
uah
(R
p)
Jenis Roti
Segitiga Biru
Kunci Biru
Terigu yang digunakan oleh perusahaan
40
hasil analisis diketahui bahwa atribut yang mempunyai pengaruh nyata pada roti
tawar adalah atribut kelembutan roti dan atribut kekenyalan roti. Atribut
kelembutan roti memiliki nilai signifikasi 0, 003 (kurang dari 0,05), sehingga
perlu dilakukan uju lanjut. Sedangkan atribut kekenyalan roti memiliki nilai
signifikan 0,002 (kurang dari 0,05). Hasil test statistic terhadap roti bakar dapat
dilihat pada Tabel 11 (lampiran 7)
Tabel 11. Test Statistic terhadap Roti Bakar
Warna aroma
kelembutan
roti kekenyalan roti Rasa
Chi-Square 3.994 1.032 11.612 12.620 3.219
Df 2 2 2 2 2
Asymp. Sig. .136 .597 .003 .002 .200
Setelah dilakukan uji lanjut terhadap kelembutan roti dengan
menggunakan uji t diperoleh bahwa kelembutan roti 3 berbeda nyata dengan
kelembutan roti 1, sedangkan kelembutan roti 2 menurut responden memiliki
tekstur yang sama dengan roti 1 maupun roti 3. Sedangkan uji lanjut terhadap
kekenyalan roti diperoleh bahwa Kekenyalan roti 3 berbeda nyata dengan
kekenyalan roti 2 dan roti 1, sedangkan kekenyalan roti 2 tidak berbeda nyata
dengan kekenyalan roti 1. (Lihat pada lampiran 8). Hasil uji lanjut terhadap
kelembutan roti dapat dilihat pada Tabel 12 dan hasil uji lanjut terhadap
kekenyalan roti dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 12. Hasil Uji Lanjut Terhadap Kelembutan Roti Bakar
Roti Superscript N
Mean
Rank Roti 3 Roti 2 Roti 1
kelembutan
roti
Roti 3 A 30 34.87
Roti 2 AB 30 45.93 11.067
Roti 1 B 30 55.70 20.833 9.767
Dari hasil uji lanjut, dapat disimpulkan bahwa kelembutan roti 3 berbeda
nyata dengan kelembutan roti 1, sedangkan kelembutan roti 2 menurut responden
memiliki tekstur yang sama dengan roti 1 maupun roti 3.
41
Tabel 13. Hasil Uji Lanjut Terhadap Kekenyalan Roti Bakar
Roti N
Mean
Rank Roti 3 Roti 2 Roti 1
kekenyalan
roti
Roti 3 A 30 34.65
Roti 2 Ab 30 45.70 11.050
Roti 1 B 30 56.15 21.500 10.450
Dari hasil uji lanjut, dapat disimpulkan bahwa kekenyalan roti 3 berbeda
nyata dengan kekenyalan roti 2 dan roti 1, sedangkan kekenyalan roti 2 tidak
berbeda nyata dengan kekenyalan roti 1.
Secara keseluruhan hasil dari penelitian ini dapat direkapitulasi seperti
pada Tabel 14 di bawah ini.
Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Penelitian
No. Analisis Hasil Penelitian
1. Teknis Tidak terdapat kesulitan dalam proses produksi
roti tawar yang menggunakan kombinasi
MOCAF.
2. Finansial (Benefit Cost
Ratio)
Dalam penelitian ini penggunaan kombinasi
MOCAF untuk membuat roti tawar pada PD.
Galuh Sari belum dapat digunakan karena
dapat menaikkan biaya produksi. Hal ini
disebabkan karena harga tepung terigu yang
digunakan lebih murah dibandingkan harga
MOCAF.
MOCAF berpotensi menjadi bahan baku
campuran atau pengganti apabila harga terigu
yang digunakan lebih tinggi dari harga tepung
MOCAF. Hal ini terbukti dari hasil
perhitungan simulasi terhadap dua jenis
tepung terigu yang memiliki harga lebih tinggi
dibandingkan tepung MOCAF yaitu tepung
terigu Segitiga Biru dan tepung terigu Kunci
Biru.
42
Lanjutan Tabel 14.
3. Preferensi Konsumen Responden tidak dapat membedakan warna,
aroma, dan rasa pada penggunaan kombinasi
MOCAF 10 persen dan tepung terigu 90
persen.
Perbedaan dirasakan ketika kombinasi
MOCAF 20 persen dan kombinasi MOCAF
30 persen terhadap atribut kelembutan dan
kekenyalan.
4.7 Implikasi Manajerial
Secara teknis tidak terdapat kesulitan yang nyata yang dapat mengganggu
dalam persiapan dan proses produksi roti tawar, namun roti yang dihasilkan
kurang begitu lembut dan kenyal. Ini diakibatkan karena roti tawar yang
mengandung MOCAF kurang mengembang., sehingga perusahaan belum dapat
menggunakan tepung MOCAF sebagai substitusi tepung terigu. Untuk itu
diperlukan modifikasi bahan baku (menemukan komposisi yang sesuai), salah
satunya yaitu dengan menambahkan jumlah pengembangnya.
Dalam segi analisis biaya, kombinasi MOCAF 10 persen, 20 persen, dan
30 persen dapat menaikkan total biaya produksi, kandungan MOCAF yang
semakin besar memiliki total biaya produksi yang semakin besar pula. MOCAF
berpotensi menjadi bahan baku campuran atau pengganti apabila harga tepung
terigu dipasaran mengalami peningkatan harga yang tinggi dan perusahaan tidak
lagi memproduksi tepung terigu yang murah. Jika perusahaan menggunakan
terigu dengan harga yang tinggi, maka akan mengakibatkan penambahan biaya
produksi. Sehingga dalam keadaaan ini MOCAF dapat digunakan sebagai bahan
campuran atau pengganti karena dapat menurunkan biaya produksi.
Kombinasi MOCAF dengan tepung terigu berhasil pada kombinasi 10
persen MOCAF dan 90 persen terigu. Ini terbukti dari responden yang tidak dapat
menemukan perbedaan yang nyata terhadap atribut kelembutan dan kekenyalan,
maka produsen roti tawar dapat memproduksi roti pada kombinasi MOCAF 10
persen dan terigu 90 persen.