7
 STUDI PENETAPAN TARIF DASAR LISTRIK MINIMUM KELUARGA MISKIN di SURABAYA Panji Pamungkas Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih Sukolilo Surabaya 60111  Abstrak Energi listrik sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia. Namun pada kenyataanya belum semua penduduk Indonesia khus usnya kota Surabaya dapat merasakan energi tersebut. Hal ini mungkin dikarenakan harga jual energi listrik yang dirasakan cukup tinggi bagi beberapa kelompok masyarakat (penduduk miskin) dengan pendapatan sebulan yang hanya bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan dasar saja. Untuk itu perlu adanya peranan dari pemerintah  bersama perusahaan listrk dalam memenuhi kebutuhan listrik kelompok masyarakat tersebut. Kata kunci : Energi listrik, harga jual listrik, masyarakat miskin 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada tahun 2007 sebesar 7.120.390. Kota Surabaya memiliki  jumlah penduduk sebanyak 2.720.156 jiwa dan jumlah rumah tangga sebanyak 755.914 . Persentase penduduk miskin sebesar 9.07 persen (246.978 jiwa) atau urutan ke 9 (sembilan) kota dengan persentase penduduk miskin terendah di Jawa Timur. Berdasarkan salah satu indikator kemiskinan BPS, rumah tangga miskin tidak menggunakan listrik sebagai sumber penerangan, sehingga mereka menggunakan petromaks, lilin, pelita dan lain sebagainya sebagai alat penerangan. Rasio elektrifikasi kota Surabaya pada tahun 2007 adalah sebesar 99,79 persen (695.348 rumah tangga pelanggan). Sisanya sebesar 0,21 persen adalah rumah tangga  belum berlistrik dan rumah tangga yang masuk dalam daftar tunggu penyambungan baru listrik ( 2.360 calon  pelanggan ). Subsidi tarif disarankan hanya untuk  penggunaan listrik bagi kebutuhan dasar, sehingga  batas konsumsi listrik yang disubsidi disarankan maksimal 30 kWh/bulan untuk golongan tarif S1, S2, R1, I1, dan B1 dengan daya terpasang 450 VA.Untuk itu pemerintah dalam hal ini PT.PLN wajib memberikan subsidi berupa subsidi pemberian listrik 30 kWh bagi pelanggan dengan daya terpasang 450 VA dan subsidi berupa alat penerangan seperti lampu dengan panel surya bagi penduduk yang belum menjadi  pelanggan listrik PLN (Rumah Tangga sangat miskin). 1.2 Permasalahan 1. Berapa besar pertumbuhan penduduk dan  penduduk miskin di Kota Surabaya? 2. Berapa besar Rasio Elektrifikasi Kota Surabaya? 3. Siapa dan berapa besar tangga miskin yang harus mendapatkan subsidi listrik? subsidi dalam bentuk apa? 4. Bagaimana status Kota Surabaya dilihat dari sisi sosial-ekonomi? 1.4 Batasan Masalah 1. Mengkaji pertumbuhan serta jumlah penduduk dan  penduduk miskin di Kota Surabaya. 2. Meninjau Kota Surabaya dari kelistrikan rumah tangga. 3. Menganalisa dan memetakan Rumah Tangga Miskin berdasarkan pemakaian energi listrik serta memberikan rekomendasi sudsidi bagi Rumah Tangga Miskin. 4. Melihat Status Kota Surabaya dari sosial ekonomi. 1.3 Tujuan 1. Mengetahui berapa besar laju pertumbuhan  penduduk dan penduduk miskin di Kota Surabaya 2. Mengetahui Rasio Elektrifikasi Kota Surabaya . 3. Mengelompokkan Rumah Tangga Miskin  penerima subsidi listrik dan bentuk subsidi yang diterima 4. Menunjukan status Kota Surabaya berdasarkan sosial ekonomi 2. KONSEP DAN DEFINISI 2.1 Penduduk Miskin Hingga saat ini memang kita hanya mengandalkan dua sumber data ketika membicarakan masalah kemiskinan. Data Susenas BPS dan data Keluarga (Pra-) sejahtera BKKBN. Dari kedua lembaga yang berbeda ini tentu kita akan mendapat informasi yang berbeda pula tentang data jumlah warga masyarakat miskin. Kedua versi data ini memang bisa dipercaya secara ilmiah namun sama-sama memiliki keterbatasan. BPS dalam pelaksanannya menggunakan metode tehnik sampling sehingga menjadi sulit untuk menentukan dimana letaknya warga atau keluarga miskin tersebut berada. Sedangkan BKKBN dengan mengandalkan petugasnya yang turun langsung ke lapangan namun data ini juga masih sulit untuk digunakan dalam hal lain karena spesifik hanya untuk tujuan para petugas BKKBN sendiri.  1

ITS Undergraduate 7508 2201100124 JURNAL

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ITS Undergraduate 7508 2201100124 JURNAL

5/12/2018 ITS Undergraduate 7508 2201100124 JURNAL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-7508-2201100124-jurnal 1/7

STUDI PENETAPAN TARIF DASAR LISTRIK MINIMUM

KELUARGA MISKIN di SURABAYA

Panji Pamungkas

Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh NopemberKampus ITS, Keputih Sukolilo Surabaya 60111

 Abstrak

Energi listrik sangat penting peranannya dalamkehidupan manusia. Namun pada kenyataanya belumsemua penduduk Indonesia khususnya kota Surabayadapat merasakan energi tersebut. Hal ini mungkindikarenakan harga jual energi listrik yang dirasakancukup tinggi bagi beberapa kelompok masyarakat(penduduk miskin) dengan pendapatan sebulan yanghanya bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan dasarsaja. Untuk itu perlu adanya peranan dari pemerintah

bersama perusahaan listrk dalam memenuhi kebutuhanlistrik kelompok masyarakat tersebut.Kata kunci : Energi listrik, harga jual listrik,masyarakat miskin

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangJumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada

tahun 2007 sebesar 7.120.390. Kota Surabaya memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.720.156 jiwa dan jumlahrumah tangga sebanyak 755.914 . Persentase penduduk miskin sebesar 9.07 persen (246.978 jiwa) atau urutanke 9 (sembilan) kota dengan persentase penduduk miskin terendah di Jawa Timur.

Berdasarkan salah satu indikator kemiskinanBPS, rumah tangga miskin tidak menggunakan listrik sebagai sumber penerangan, sehingga merekamenggunakan petromaks, lilin, pelita dan lainsebagainya sebagai alat penerangan.

Rasio elektrifikasi kota Surabaya pada tahun2007 adalah sebesar 99,79 persen (695.348 rumahtangga pelanggan).Sisanya sebesar 0,21 persen adalah rumah tanggabelum berlistrik dan rumah tangga yang masuk dalamdaftar tunggu penyambungan baru listrik ( 2.360 calonpelanggan ).

Subsidi tarif disarankan hanya untuk penggunaan listrik bagi kebutuhan dasar, sehinggabatas konsumsi listrik yang disubsidi disarankanmaksimal 30 kWh/bulan untuk golongan tarif S1, S2,R1, I1, dan B1 dengan daya terpasang 450 VA.Untuk itu pemerintah dalam hal ini PT.PLN wajibmemberikan subsidi berupa subsidi pemberian listrik 30 kWh bagi pelanggan dengan daya terpasang 450VA dan subsidi berupa alat penerangan seperti lampudengan panel surya bagi penduduk yang belum menjadipelanggan listrik PLN (Rumah Tangga sangat miskin).

1.2 Permasalahan1.  Berapa besar pertumbuhan penduduk dan

penduduk miskin di Kota Surabaya?2.  Berapa besar Rasio Elektrifikasi Kota Surabaya?3.  Siapa dan berapa besar tangga miskin yang harus

mendapatkan subsidi listrik? subsidi dalam bentuk apa?

4.  Bagaimana status Kota Surabaya dilihat dari sisisosial-ekonomi?

1.4 Batasan Masalah1.  Mengkaji pertumbuhan serta jumlah penduduk dan

penduduk miskin di Kota Surabaya.2.  Meninjau Kota Surabaya dari kelistrikan rumah

tangga.3.  Menganalisa dan memetakan Rumah Tangga

Miskin berdasarkan pemakaian energi listrik sertamemberikan rekomendasi sudsidi bagi RumahTangga Miskin.

4.  Melihat Status Kota Surabaya dari sosial ekonomi.

1.3 Tujuan1.  Mengetahui berapa besar laju pertumbuhan

penduduk dan penduduk miskin di Kota Surabaya2.  Mengetahui Rasio Elektrifikasi Kota Surabaya .3.  Mengelompokkan Rumah Tangga Miskin

penerima subsidi listrik dan bentuk subsidi yangditerima

4.  Menunjukan status Kota Surabaya berdasarkansosial ekonomi

2. KONSEP DAN DEFINISI

2.1 Penduduk MiskinHingga saat ini memang kita hanya

mengandalkan dua sumber data ketika membicarakanmasalah kemiskinan. Data Susenas BPS dan dataKeluarga (Pra-) sejahtera BKKBN. Dari kedualembaga yang berbeda ini tentu kita akan mendapatinformasi yang berbeda pula tentang data jumlah wargamasyarakat miskin. Kedua versi data ini memang bisadipercaya secara ilmiah namun sama-sama memilikiketerbatasan.

BPS dalam pelaksanannya menggunakanmetode tehnik sampling sehingga menjadi sulit untuk menentukan dimana letaknya warga atau keluargamiskin tersebut berada. Sedangkan BKKBN denganmengandalkan petugasnya yang turun langsung kelapangan namun data ini juga masih sulit untuk 

digunakan dalam hal lain karena spesifik hanya untuk tujuan para petugas BKKBN sendiri. 

1

Page 2: ITS Undergraduate 7508 2201100124 JURNAL

5/12/2018 ITS Undergraduate 7508 2201100124 JURNAL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-7508-2201100124-jurnal 2/7

Ada juga standar kemiskinan internasionalseperti yang terdefinisi miskin dalam kategoriMillenium Development Goals (MDGs) adalah wargamiskin yang berpendapatan di bawah $US1 setiapharinya. Bank Dunia juga mendifinisikan warga miskinyaitu sebesar $US2 perkapita perhari.

Walaupun data dari BPS terlihat sulit dalammenentukan dimana letaknya warga miskin, namunsampai saat ini pemerintah masih menggunakannyapada program-program bantuan untuk mengentaskankemiskinan.Adapun Indikator-indikator kemiskinan yang dipakaioleh BPS adalah sebagai berikut :1.  Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2

per orang.2.  Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari

tanah/bambu/kayu murahan.3.  Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari

bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok 

tanpa diplester.4.  Fasilitas buang air besar /bersama-sama dengan

rumah tangga lain.5.  Sumber air minum berasal dari sumur/mata air

tidak terlindung/sungai/air hujan.6.  Sumber penerangan tidak menggunakan listrik.7.  Jenis bahan bakar untuk memasak sehari-hari

adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.8.  Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali

dalam seminggu.9.  Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali

dalam sehari.10.  Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam

setahun.11.  Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di

puskesmas/poliklinik.12.  Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah:

petani dengan luas lahan 0,5 ha,buruh tani, nelayan,buruh bangunan, buruh perkebunan, ataupekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp.600.000 per bulan.

13.  Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga:tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

14.  Tidak memiliki tabungan/barang yang mudahdijual dengan nilai Rp. 500.000, seperti: sepedamotor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal

motor, atau barang modal lainnya.Dari indikator-indikator diatas, akhirnya

diperoleh kategori penduduk miskin yaitu :1)  KATEGORI PENDUDUK SANGAT MISKIN 

adalah penduduk yang konsumsinya kurang dari1.900 kalori per orang per hari ditambah denganPengeluaran Non-Makan (PNM) atau senilai Rp.120.000 per orang per bulan.RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN adalahyang berpenghasilan kurang dari Rp. 480.000 perbulan.

2)  KATEGORI PENDUDUK MISKIN adalahmereka yang kemampuan pemenuhan

konsumsinya antara 1.900 – 2.100 kalori per orangper hari ditambah Pengeluaran Non Makan atausenilai Rp. 150.000 per orang per bulan,.

RUMAH TANGGA MISKIN adalah yangberpendapatan kurang dari Rp. 600.000 per bulan,yang jumlahnya 6 juta Rumah Tangga.

3)  KATEGORI PENDUDUK MENDEKATIMISKIN adalah mereka yang kemampuanpemenuhan konsumsinya antara 2.100 – 2.300

kalori ditambah PNM atau setara denagn Rp.175.000 per orang per bulan.RUMAH TANGGA MENDEKATI MISKIN adalah Rumah Tangga yang pendapatannya kurangdari Rp. 700.000 per bulan.

2.2 Tarif Dasar Listrik

2.2.1  Prinsip Dasar Tarif ListrikYaitu menentukan tingkat dan pola pembebanan

kepada konsumen akibat penggunaan jasa PelakuUsaha Ketenagalistrikan dan akan menghasilkanpenerimaan yang dapat menutupi biaya operasi dantingkat keuntungan yang wajar dari nilai investasinya

(Return On Investment).Dasar dalam menentukan dan menghitung tarif 

adalah biaya pokok -penyediaan, yaitu biaya-biayayang harus dikeluarkan untuk membiayai pelayananyang dijanjikan/diberikan kepada konsumen. (biayaoperasi dan biaya modal).

Jumlah dari seluruh biaya penyediaan kepada tiapkelas konsumen sama dengan jumlah penerimaan yangdiharapkan ( Revenue Requirement ).2.2.2  Sifat Tarif Listrik

Secara umum tarif listrik harus bersifat adil,praktis, baik bagi masyarakat dan stabil.Adapun maksud dari sifat listrik adalah sebagai

berikut :a. Adil

Semua pelanggan berkedudukan sama terhadapperusahaan lisrik. Tidak ada yang diistimewakan,sehingga peraturan yang ada berlaku untuk semuapelanggan.

b. PraktisSistem pentarifan harus praktis dan mempunyaimaksud sebagai

Berikut :1. Mudah diukur, sehingga tidak memerlukan

peralatan yang mahal dalam pengukuran.2. Mudah dihitung, sehingga mudah juga dibuat

kuitansinya, mengingat banyaknya pelanggandan jenis pelanggan.

3. Membuat golongan pemakai yang dimaksud,akan mau menjadi langganannya. Hal iniuntuk mengantisipasi pelanggan yangmempunyai alat-alat pembangkit sendiri agarlebih memilih untuk menjadi pelangganperusahaan listrik tersebut.

c. Baik bagi masyarakatMempunyai pengertian harus dapat mencegah

pemborosan terutama untuk bidang-bidang yangkonsumtif, tetapi dilain pihak harus dapat memberikandorongan pada bidang-bidang yang produktif.

d. StabilTarif harus stabil, tidak sering ganti-ganti. Hal ini

untuk bisa mencegah kebingungan dari pelanggan.

2

Page 3: ITS Undergraduate 7508 2201100124 JURNAL

5/12/2018 ITS Undergraduate 7508 2201100124 JURNAL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-7508-2201100124-jurnal 3/7

 

2.3 Subsidi ListrikMike Crosetti (1999), seperti yang dikutip oleh

Kadoatje (2002), mendefinisikan subsidi sebagaiberikut:“All measures that keep prices for consumers below

the market level, keep prices for producers above themarket level, reduce costs for consumers or producersby giving direct or indirect financial support”. Subsidimerupakan kebijakan yang ditujukan untuk membantukelompok konsumen tertentu agar dapat membayarproduk atau jasa yang diterimanya dengan tarif dibawah harga pasar, atau dapat juga berupa kebijakanyang ditujukan untuk membantu produsen agarmemperoleh pandapatan di atas harga yang dibayaroleh konsumen, dengan cara memberikan bantuankeuangan, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Agar subsidi dapat berjalan secara efektif, makapengelolaan subsidi perlu memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:•  Transparan

•  Terarah (sasaran jelas dan sampai kepadasasaran secara langsung)

•  Tepat waktu

•  Dapat secara cepat diterapkan

•    Non By Passable (sasaran tidak dapatdikecualikan).

Pada umumnya subsidi berasal dari pemerintah.Namun dalam prakteknya, subsidi dapat juga berasaldari perusahaan listrik, pelanggan, atau pihak lain.

Subsidi dari pemerintah dapat berasal dariPemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, atauPemerintah Kabupaten/Kota.

Subsidi yang bersumber dari perusahaan listrik pada umumnya berupa subsidi dari perusahaan listrik milik pemerintah ke perusahaan listrik milik swasta,dalam rangka menarik minat perusahaan swasta agarbersedia melakukan investasi di industri listrik.

Subsidi dari pelanggan pada umumnya berupasubsidi silang antar kelompok pelanggan, misalnya daripelanggan industri ke pelanggan perumahan.Sementara itu, subsidi dari pihak lain dapat berupasumbangan, hibah, atau grant yang diberikan kepadaperusahaan penghasil energi listrik.

2.4 Modul Surya dan Lampu LED2.4.2 Sekilas Mengenai Modul Surya

.Modul surya adalah Solar photovoltaik, yangmerubah cahaya menjadi listrik yang dapat dsimpandalam baterei sehingga listrik dapat diambil/digunakankapan saja.

Modul surya menghasilkan listrik DC (Directcurrent) atau arus searah, apabila dibutuhkan listrik AC,modul surya harus dilengkapi dengan inverter(pengubah arus DC ke AC). Listrik yang dihasilkandapat digunakan untuk segala macam keperluan, mulaidari lampu penerangan , penyejuk ruangan, alat

elektronik, bahkan dipakai untuk menggerakanmobil/pesawat terbang dan kapal fery.

2.4.1 Sekilas Mengenai Lampu LEDLampu LED merupakan lampu terbaru yangmerupakan sumber cahaya yang efisien energinya.Lampu LED bertahan dari 40.000 hingga 100.000 jamtergantung pada warna. Lampu LED digunakan untuk banyak penerapan pencahayaan seperti tanda keluar,

sinyal lalu lintas, cahaya dibawah lemari, dan berbagaipenerapan dekoratif. Walaupun masih dalam masaperkembangan, teknologi lampu LED sangat cepatmengalami kemajuan dan menjanjikan untuk masadepan. Dalam lampu LED, biasanya memiliki kekuatan2-5W masing-masing, memberikan penghematan yangcukup berarti dibanding lampu pijar dengan bonuskeuntungan masa pakai yang lebih lama, yang padagilirannya mengurangi perawatan. Usia pemakaianlampu LED sekitar 20 kali lampu bohlam dan 3 kalilempu neon, atau sekitar lebih dari 100.000 jam.

Gambar 2.1Lampu LED Solar Energy

Dari segi penghematan energi, energi yang digunakanoleh LED sekitar 1/10 dari lampu bohlam, dan 1/2 darilampu neon. Kelebihan lampu LED yang lain adalahdirectivity, yaitu hanya menerangi daerah tertentubergantung dari sudut pancarannya juga panas yangdipancarkan relatif kecil, lebih tahan goncangan karenatidak menggunakan gas dan filamen, menggunakanarus searah sehingga lebih hemat listrik, rangkaianlistrik relatif lebih simple dan lain sebagainya.

Pada gambar 2.1 menunjukan lampu LEDyang dihubungkan pada modul surya yang dijemursekitar 8-10 jam per hari untuk dipakai pada waktumalam hari dengan waktu 6-8 jam, lampu ini juga

disebut lampu LED solar energy yang lagi populer diBangladesh.

3. GAMBARAN KOTA SURABAYA TAHUN 2007

3.1 Ditinjau Dari Letak GeografisKota Surabaya terletak pada garis Lintang

Selatan antara 7° 9’ – 7° 21’. dan 112° 36’ – 112° 57’Bujur Timur. Luas wilayah adalah ± 52.087 Ha dengan63,45 persen atau 33,048 ha dari luas total wilayahmerupakan daratan dan selebihnya sekitar 36,55 persenatau 19.039 ha merupakan wilayah laut

3

Page 4: ITS Undergraduate 7508 2201100124 JURNAL

5/12/2018 ITS Undergraduate 7508 2201100124 JURNAL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-7508-2201100124-jurnal 4/7

 Gambar 2.2

Peta penyebaran kecamatan di Kota Surabaya

Secara administratif wilayah kota Surabayaterbagi terbagi atas 5 wilayah yaitu Surabaya Pusat,Surabaya Utara, Surabaya Selatan, Surabaya Timur danSurabaya barat dengan 31 kecamatan dan 163kelurahan.

3.2 Ditinjau dari Sosial Ekonomi

3.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)Pada tahun 2007, nilai IPM Kota Surabaya

adalah sebesar 74,36 dengan Indeks Kesehatan sebesar74,5; Indeks Pendidikan sebesar 87,47, Indeks DayaBeli sebesar 61,12 dan Reduksi Shortfall sebesar 5,6Nilai ini berada diatas nilai rata-rata Jawa Timur danIndonesia.

UNDP membagi status pembangunan manusiadalam empat kategori dengan kriteria sebagai berikut :  Rendah bila angka IPM < 50  Menengah Bawah bila angka 50 < IPM < 66  Menengah Atas bila angka 66 < IPM < 89  Tinggi bila angka IPM >80

Status pembangunan manusia Kota Surabayamasuk dalam status menengah keatas.Badan Pusat Statistik menetapkan kota Surabayaperingkat ke 37 dari 456 kota di Indnesia berdarsarkannilai IPM.

70.01

72.8

66.8768.06

72.84

74.36

Indonesia Propinsi Jawa Timur Kota Surabaya

IPM Tahun 2006 IPM Tahun 2007

 Gambar 2.3 

Perbandingan Nilai IPM Indonesia, Jawa Timur, dan Kota Surabayatahun 2006-2007

3.2.2 Besaran PDRB dan Pertumbuhan EkonomiBesaran PDRB atas dasar harga berlaku

(PDRBADHB) pada tahun 2007 mencapaiRp.128.729,04 milyar, sedangkan PDRB atas dasarharga konstan (PDRBADHK) sebesar Rp.67.695,82milyar. Dari sektor Sekunder pada PDRBADHK, Gas

memberikan kontribusi terbesar yaitu Rp.964,68 milyar(1,43 persen), Listrik menyumbang sebesar Rp.897,28

milyar (1,33 persen) sedangakan Air Bersihmenyumbangkan Rp.190,8 milyar (0,28 persen).

Untuk pertumbuhan ekonomi Kota Surabayaselama 5 tahun, naik sebesar 2,02 persen yaitu padatahun 2003 sebesar 4,29 persen menjadi 6,31 persenpada tahun 2007. 

4.29

66.33 6.35 6.31

0

1

2

3

4

5

6

7

2003 2004 2005 2006 2007

Gambar 2.4Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya tahun 2003-2007

3.3 Ditinjau Dari Kependudukan3.3.1 Pertumbuhan Penduduk

Rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar0,1172 dari tahun 2006 dengan jumlah penduduk sampai dengan bulan Desember 2007 adalah sebesar2.720.156 jiwa dan jumlah rumah tangga sebesar755.914. Kota Surabaya adalah ibukota dan sentrakegiatan ekonomi di Jawa Timur yang memiliki faktorpenarik untuk menjadi daerah tujuan bagi para pencarikerja, pertumbuhan penduduknya sudah semakin jenuh,hal ini disebabkan karena pendatang pada umumnyamencari domisili dikabupaten/kota sekitarnya.

3.3.2 Pertumbuhan Penduduk MiskinJumlah penduduk miskin kategori 2 dan 3 di

Kota Surabaya pada tahun 2007 adalah sebesar 9,07persen (246.178 jiwa), mengalami penurunan sebesar1,31 persen dari tahun 2006. Jumlah Rumah tanggamiskin sebesar 68.561.

13.48

12 11.710.38

9.07

0

2

4

6

8

10

12

14

16

2003 2004 2005 2006 2007

Persentase Pertumbuhan Penduduk Miskin

Gambar 2.5Persentase pertumbuhan Penduduk Miskin kategori 2 dan 3

tahun 2003-2007

3.4 Ditinjau Dari KelistrikanKota Surabaya masuk dalam wilayah kerja

PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur dengan 3Area Pelayanan dan Jaringan (APJ), yaitu : APJ

Surabaya Selatan, APJ Surabaya Utara dan APJSurabaya Barat.

4

Page 5: ITS Undergraduate 7508 2201100124 JURNAL

5/12/2018 ITS Undergraduate 7508 2201100124 JURNAL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-7508-2201100124-jurnal 5/7

Rasio elektrifikasi kota Surabaya pada tahun2007 adalah sebesar 99,79 persen (695.348 rumahtangga pelanggan) dengan jumlah pelanggan rumahtangga daya terpasang minimum 450 VA sebesar118.428 rumah tangga.Sampai pada tahun 2006 masih ada sekitar 2.766

rumah tangga non PLN yang memanfaatkan energilistrik sebagai sumber penerangan dan ada pulasebanyak 3.621 rumah tangga yang memakaipetromaks, pelita dan obor sebagai sumber peneranganrumah mereka.

Tabel 2.1Perkembangan Neraca Daya Energi di Kota Surabaya

Tahun 2003-2007 (MWh)

TAHUN SIAP DIJUAL TERJUAL SELISIH

2003 5,830,238 5,696,670 133,568.00

2004 6,149,377 6,213,890 -64,513.06

2005 6,463,847 ########## -9,999.91

2006 6,528,073 ########## -1.70

2007 6,888,815 ########## 1.53  

Daya terpasang untuk pelanggan rumah tangga adalahsebesar 2.817,92 MVA serta energi listrik terjual untuk rumah tangga sebesar 6.888.813,47 MWh.

Tarif listrik pelanggan rumah tangga yangberlaku sampai saat ini adalah Tarif Dasar Listrik tahun2004 yang ditetapkan oleh Presiden dalam Keppres RINo.104 tahun 2003 tanggal 31 Desember 2003 .Adapun tarif dasar listrik untuk pelanggan rumahtangga dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2Tarif Dasar Listrik Pelanggan Rumah Tangga

Untuk harga Biaya Pokok Penyediaan,berdasarkan audit dari Badan Pengawas Keuangan(BPK) tahun 2007 adalah sebesar Rp.842,98/kWh,dengan harga jual rata-rata sebesar Rp.624,58/kWh.Sehingga subsidi listrik yang didapatkan daripemerintah adalah sebesar Rp.224,21/kWh.

4. ANALISA RUMAH TANGGA MISKIN DAN

SUBSIDIDalam konteks ketenagalistrikan di Indonesia,

subsidi listrik merupakan sejumlah dana yang dibayaroleh Pemerintah Indonesia kepada PT. PLN (Persero)

yang dihitung berdasarkan selisih antara harga pokok penjualan untuk tegangan rendah dengan tarif dasarlistrik tahun 2001 dikalikan dengan jumlah kWh yang

dikonsumsi para pelanggan maksimum 30 kWh perbulan.

Kebijakan subsidi khususnya listrik dalamAPBN disalurkan melalui PT PLN berupa subsidiharga kepada kelompok masyarakat tidak mampu,yaitu kelompok pelanggan dengan daya terpasang

sampai 450 VA. (Surat Menteri ESDM kepada MenteriKeuangan No. 4019/36/MEM.S/2002). Selanjutnya,kelompok pelanggan tersebut dipertegas olehDepartemen Keuangan melalui KMK No.00/KMK.01/2002, yaitu hanya kelompok pelangganyang menggunakan listrik sampai dengan 60 kWh perbulan.

Berdasarkan kajian tarif listrik regional KotaSurabaya tahun 2005 oleh Pusat Energi LembagaPenelitian dan Pengembangan Pada Masyarakat(LPPM-ITS), Ada 4 kategori kelompok miskin listrik,yaitu :1)  Kategori Rumah Tangga Sangat Miskin dan

Belum BerlistrikAdalah Rumah Tangga Miskin yang belum

menggunakan energi listrik sebagai sumberpenerangan. Kelompok tersebut masih menggunakanpetromaks, pelita, obor dan sebagainya sebagai alatpenerangan dengan bahan bakar minyak tanah. Jikasetiap bulan menggunakan sebanyak 5 liter minyak tanah dengan harga per liter = Rp.4000, maka biayayang dikeluarkan untuk penerangan adalahRp.20.000/bln.

2)  Kategori rumah tangga sangat miskin dan

berlistrik

Adalah Rumah Tangga Miskin dengan konsumsilistrik dibawah 30.000 Wh (30 kWh) per bulan atausenilai kurang atau sama dengan 1.000 Wh per hari.Kelompok rumah tangga ini biasanya bukanmerupakan pelanggan listrik PLN namunmenyambung listrik dari pelanggan listrik PLNdengan membayar sesuai kesepakatan bersama,biasanya rata-rata perbulan yang harus dibayaradalah sebesar Rp.25.000.

3)  Kategori rumah tangga miskin berlistrikAdalah Rumah Tangga dengan pemakaian listrik 

antara 30.001 – 45.000 Wh per bulan (>30 kWh –60 kWh), atau senilai antara 1.001 Wh – 1.500 Wh

per hari.4)  Kategori rumah tangga mendekati miskin

berlistrikAdalah Rumah Tangga dengan pemakaian listrik 

antara 45.001 – 60.000 Wh per bulan (>45 kWh – 60kWh), atau senilai rata-rata antara 1.501 Wh – 2.000Wh per hari.

Pengeluaran untuk listrik pada Rumah TanggaMiskin Kategori 1) dan 2) jauh lebih mahal dari hargalistrik PLN. Dengan pemakaian 30 kWh/bulanpelanggan rumah tangga PLN dengan daya tersambung450 VA hanya membayar sebesar Rp.16.070 (biayabeban =Rp.11.000 + Biaya 30 kWh =Rp.5070).

Sebagai solusi, pemerintah bisa memberikan SUBSIDIberupa peralatan penerangan dengan memanfaatkanenergi terbarukan sebagai bahan bakar, sebagai contoh

5

Page 6: ITS Undergraduate 7508 2201100124 JURNAL

5/12/2018 ITS Undergraduate 7508 2201100124 JURNAL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-7508-2201100124-jurnal 6/7

pemberian Lampu LED SOLAR ENERGY (LampuSOLAR ENERGY ini adalah Lampu Komplit denganPanel Surya dan dijemur sekitar 8-10 jam per hariuntuk dipakai pada waktu malam hari dengan waktu 6– 8 jam maksimal).

Pada kategori rumah tangga miskin 3) dan 4)

biasanya kelompok tersebut sudah menjadi pelangganlistrik PLN dengan daya terpasang sampai dengan 450VA, diberikan Subsidi listrik sebesar 30 kWh namununtuk pemakaian diatas 30 kWh tarif listrik bukan lagitarif bersubsidi melainkan diberikan tarif sama sepertiharga jual rata-rata per kWh..

5. PENUTUP

5.1 KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai

berikut:1.  Rata-rata pertumbuhan penduduk Kota Surabaya

pada tahun 2007 adalah sebesar 0,1172 dengan  jumlah penduduk sebesar 2.720.156 jiwa dan jumlah rumah tangga sebesar 755.914.Jumlah penduduk miskin kategori 2 dan 3 di KotaSurabaya pada tahun 2007 adalah sebesar 9,07persen (246.178 jiwa), mengalami penurunansebesar 1,31 persen dari tahun 2006. JumlahRumah tangga miskin sebesar 68.561.

2.  Rasio elektrifikasi kota Surabaya pada tahun 2007adalah sebesar 99,79 persen (695.348 rumahtangga pelanggan) dengan jumlah pelangganrumah tangga daya terpasang minimum 450 VAsebesar 118.428 rumah tangga.

3.  Ada 4 kategori kelompok miskin listrik, yaitu :1)  Kategori Rumah Tangga Sangat Miskin dan

Belum Berlistrik. yang memakai petromaks,pelita dan obor sebagai sumber penerangan

 jumlah kelompok tersebut sekitar 3.621 rumahtangga rumah.

2)  Kategori Rumah Tangga Sangat Miskinberlistrik dengan konsumsi listrik dibawah30.000 Wh (30 kWh) per bulan atau senilaikurang atau sama dengan 1.000 Wh per hari.Jumlah kelompok ini sekitar 2.766 rumahtangga.

3)  Rumah Tangga Miskin Berlistrik dengan

pemakaian listrik antara 30.001 – 45.000 Whper bulan (>30 kWh – 60 kWh), atau senilaiantara 1.001 Wh – 1.500 Wh per hari..

4)  Rumah Tangga mendekati miskin berlistrik dengan pemakaian listrik antara 45.001 –60.000 Wh per bulan (>45 kWh – 60 kWh),atau senilai rata-rata antara 1.501 Wh – 2.000Wh per hari.Jumlah dari Rumah Tangga kategori 3 dan 4

adala sama dengan jumlah pelanggan listrik PLNdengan dengan daya tersambung 450 VA yaitusebesar 118.428 rumah tangga.

4.  Nilai IPM Kota Surabaya pada tahun 2007 adalah

sebesar 74,36, dengan Indeks Kesehatan sebesar74,5; Indeks Pendidikan sebesar 87,47, Indeks

Daya Beli sebesar 61,12 dan Reduksi Shortfallsebesar 5,6.Besaran PDRB atas dasar harga berlaku(PDRBADHB) pada tahun 2007 mencapaiRp.128.729,04 milyar, sedangkan PDRB atasdasar harga konstan (PDRBADHK) sebesar

Rp.67.695,82 milyar. Dari sektor Sekunder padaPDRBADHK, Gas memberikan kontribusi terbesaryaitu Rp.964,68 milyar (1,43 persen), Listrik menyumbang sebesar Rp.897,28 milyar (1,33persen) sedangakan Air Bersih menyumbangkanRp.190,8 milyar (0,28 persen).Pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya sebesar6,31 persen. Dari data-data diatas menunjukanbahwa Status pembangunan manusia KotaSurabaya masuk dalam status menengah keatas.

5.2 SaranUntuk mencapai mutu pelayanan yang baik 

dan 100 persen rasio elektrifikasi di Jawa Timurkhususnya Kota Surabaya, PT.PLN Distribusi JawaTimur dan Pemerintah Kota Surabaya harusmemperhatikan beberapa aspek, seperti:1)  Pemberian Subsidi secara tepat dan terarah kepada

Rumah Tangga Miskin berlisrik maupun yangbelum berlistrik dengan memperhatikan daya beliserta hemat pemakaian energi listrik darimasyarakat..

2)  Pemberian subsidi Rumah Tangga Sangat Miskinberlistrik maupun belum berlistrik dapat berupalampu LED SOLAR ENERGY, sedangkan untuk Rumah Tangga Miskin dan Rumah Tangga

Mendekati Miskin berlistrik diberikan Subsidilistrik sebesar 30 kWh namun untuk pemakaiandiatas 30 kWh tarif listrik bukan lagi tarif bersubsidi melainkan diberikan tarif sama sepertiharga jual rata-rata per kWh.

DAFTAR PUSTAKA

[1] BPS Jakarta, “Indeks Pembangunan Manusia”,Tahun 2005-2006.

[2] BPS Jawa Timur,”Pelaksanaan Pendataan

Rumah Tangga Miskin”, tahun 2005.[3] BPS Jawa Timur, ”Analisa Penyusunan Kinerja

Makro Ekonomi dan Sosial Jawa Timur”, tahun2003-2007.

[4] BPS Kota Surabaya,”Produk Domestik Regional

Bruto Kota Surabaya” ,Tahun 2007.[5] Aep Rusmana, S.Sos., M.Si,”Kajian Indeks BPS

Tentang Kemiskinan”. Bandung, 2006.[6] Pemerintah Kota Surabaya ,”Peraturab Daerah

Kota Surabaya No.3 Tahun 2007 TentangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya”,Surabaya, 2007.

[7] Pemerintah Kota Surabaya ,”Informasi Laporan

Penyelenggaran Pemerintah Daerah (ILLPD)”,Surabaya, 2007.

[8] PT.PLN (Persero) Dist.JATIM,”Statistik PLN”Tahun 2007.

6

Page 7: ITS Undergraduate 7508 2201100124 JURNAL

5/12/2018 ITS Undergraduate 7508 2201100124 JURNAL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-7508-2201100124-jurnal 7/7

[9] Badan Pemeriksa Keuangan, “Hasil

Pemeriksaan Biaya Pokok Penyediaan TenagaListrik PT.PLN (PERSERO) Tahun 2006”,2006.

[10] Purwoko, “Analisa Peran Subsidi bagi Industri

dan Masyarakat Pengguna Listrik” , Tahun 2003.

[11] Menko Perekonomian, “ Kajian Awal EvaluasiKebijakan Pelayanan Umum (PSO)” Tahun

2007, Jakarta,2007.[12] Presiden RI, “Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 15 tahun 1985 TentangKetenagalistrikan”, Jakarta 1985.

[13] Presiden RI, “Lampiran III Keppres RI Nomor

104 Tahun 2003 Tentang Tarif Dasar Lisrik

Untuk Kepeeluan Rumah Tangga”, Jakarta 2003.[14] The Institute of International Education Electricity

Restructuring Activities Group (IIE/ERAG),“ Tarif Listrik : Prinsip Dasar dan PolaPenyusunan”, Tahun 2004.

[15] Lembaga Peneliatian dan Pengabdian padaMasyarakat-ITS (LPPM-ITS),” Seminar Kajian

Tarif Listrik Nasional” , Surabaya,Tahun 2005.[16] http://www.tempointeraktif.com,”Penetapan

Tarif Listrik Sendiri Melanggar Undang-Undang”, , Kamis, 31 Januari 2008

[17] http://www.kompas.com,”Sulitnya Mendapat

Jaringan Listrik Baru”, Senin 20 Juni 2005.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Panji Pamungkas dilahirkan di

Jayapura 8 April 1983. Setelahmenyelesaikan pendidikan diSMU Negeri 3 Jayapura padatahun 2001, lalu melanjutkanpendidikan di Jurusan Jeknik Elektro, Bidang Studi SistemTenaga di Institut TeknologiSepuluh November Surabaya,Jawa Timur .

7