14
1 ANALISIS MODEL LOG LINIER UNTUK MENGETAHUI KECENDERUNGAN PERILAKU ANAK JALANAN BINAAN DI SURABAYA (KASUS KHUSUS YAYASAN AREK LINTANG-ALIT) Silvira Ayu Rosalia 1, , Sri Pingit Wulandari 2 1 Mahasiswa Statistika ITS, [email protected] 2 Dosen Statistika ITS, [email protected] ABSTRAK Permasalahan klasik yang timbul di kota-kota besar adalah masalah kependudukan, mereka yang nekat datang ke kota tanpa dibekali oleh kemampuan dan potensi diri yang cukup akan tersisihkan. Hal itulah yang memicu munculnya fenomena anak jalanan, sebagian dari mereka terpaksa menggantungkan hidupnya pada penghasilan yang mereka peroleh dari jalanan. Kegiatan untuk mengarahkan anak jalanan dilakukan dengan pemberian pembinaan, khususnya di rumah singgah. Pembinaan diharapkan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap perilaku anak jalanan. Untuk itu dilakukan penelitian mengenai kecenderungan karakteristik anak jalanan berdasarkan faktor sosial ekonomi dengan perilaku anak jalanan binaan dengan pemodelan log linear. Dengan menggunakan pendekatan log linier dihasilkan model yaitu terdapat hubungan antara kegiatan anak di jalan dengan keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah, kegiatan anak di jalan dengan kepedulian terhadap nasib teman, lama menjadi anak jalanan dengan keterlibatan konflik dengan masyarakat sekitar, lama menjadi anak jalanan dengan harapan terhadap pemerintah, pendidikan orang tua dengan kepedulian terhadap nasib teman, pekerjaan orang tua dengan kepedulian terhadap nasib teman, sikap orang tua terhadap anak terjun ke jalan dengan kepedulian terhadap nasib teman, pendidikan anak dengan interaksi dengan masyarakat sekitar tempat tinggal, hubungan sosial dalam keluarga dengan frekuensi kunjungan ke rumah singgah, faktor penyebab menjadi anak jalanan dengan keterlibatan konflik dengan masyarakat, kondisi lingkungan tempat tinggal dengan frekuensi ke rumah singgah, kondisi lingkungan tempat tinggal dengan jenis pembinaan yang disukai dan bermanfaat dan jumlah penghasilan anak/hari dengan kepedulian terhadap nasib teman. Kata kunci : anak jalanan, pembinaan, rumah singgah, log linier. 1. Pendahuluan Permasalahan klasik yang timbul di kota-kota besar adalah masalah kependudukan, sekaligus aspek- aspek yang menyertainya, seperti pemukiman, pendidikan, layanan sosial, dan lain sebagainya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui jumlah penduduk datang meningkat dari 32.685 jiwa pada tahun 2007 menjadi 50.300 jiwa pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 berjumlah 70.995 jiwa. Mereka yang nekat datang ke kota tanpa dibekali oleh kemampuan dan potensi diri yang cukup akan tersisihkan dan harus mencari jalan keluar dari permasalahannya dengan melakukan berbagai cara, ditambah dengan maraknya angka pengangguran dan masalah sosial lainnya. Hal itulah yang memicu timbulnya salah satu permasalahan kependudukan di kota-kota besar, yakni munculnya fenomena anak-anak jalanan, sebagian dari mereka terpaksa menggantungkan hidupnya pada penghasilan yang mereka peroleh dari jalanan dengan melakukan berbagai kegiatan yang sekiranya dapat mendatangkan uang. (Hakiki,1999) Jumlah anak jalanan di berbagai kota besar dengan mudah dapat diperhatikan dengan jelas sebab terus tumbuh dan berkembang, meskipun sudah cukup banyak upaya dilakukan, baik oleh pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), untuk mengurangi jumlah anak yang hidup di jalanan. Jumlah anak jalanan di Jawa Timur sendiri dari data Dinas Sosial, meningkat dari tahun 2009 yaitu 5.224 orang menjadi 5.324 orang pada tahun 2010, dimana sebagian besar berada di kota Surabaya, dan sisanya tersebar di berbagai pelosok kota lainnya. Sejumlah kajian menyebutkan munculnya masalah anak jalanan ini terkait dengan faktor kemiskinan, selain itu akibat ketidakharmonisan keluarga dan juga kurang bertanggung jawab orang tua terhadap keluarga (Sanituti, 2002). Tingginya angka pengangguran memicu timbulnya kemiskinan dimana kepala keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya yang kemudian memunculkan fenomena anak jalanan untuk membantu pemenuhan hidup dirinya dan keluarganya. Selama ini upaya yang telah dilakukan untuk menangani anak jalanan adalah berusaha mengeluarkan mereka dari jalanan, yaitu adanya kegiatan untuk mengarahkan anak jalanan melalui pembinaan dengan memasukkan ke rumah singgah, tempat-tempat pelatihan dan sejenisnya. Akan tetapi dalam pelaksanaanya perlu diperhatikan banyak faktor, yaitu faktor eksternal maupun internal yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku anak jalanan dalam menjalani kehidupannya. Pembinaan yang dilakukan terhadap anak jalanan diharapkan dapat memberikan pengaruh pada perilaku anak jalanan, dimana anak jalanan yang mendapatkan pembinaan bisa memiliki perilaku yang lebih baik dan positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan perilaku anak jalanan binaan ber- dasarkan faktor sosial dan ekonomi dan mengkaji hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan perilaku anak jalanan binaan. Data yang digunakan adalah data survey pada anak jalanan binaan di Yayasan Arek Lintang (ALIT). Dikarenakan data yang digunakan bersifat

ITS Undergraduate 16284 1309105017 Paper

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal Model Log Linier

Citation preview

1

ANALISIS MODEL LOG LINIER UNTUK MENGETAHUI KECENDERUNGAN

PERILAKU ANAK JALANAN BINAAN DI SURABAYA

(KASUS KHUSUS YAYASAN AREK LINTANG-ALIT)

Silvira Ayu Rosalia1,, Sri Pingit Wulandari 2

1Mahasiswa Statistika ITS, [email protected] 2Dosen Statistika ITS, [email protected]

ABSTRAK

Permasalahan klasik yang timbul di kota-kota besar adalah masalah kependudukan, mereka yang nekat datang ke kota tanpa dibekali oleh kemampuan dan potensi diri yang cukup akan tersisihkan. Hal itulah yang memicu munculnya fenomena anak jalanan, sebagian dari mereka terpaksa menggantungkan hidupnya pada penghasilan yang mereka peroleh dari jalanan. Kegiatan untuk mengarahkan anak jalanan dilakukan dengan pemberian pembinaan, khususnya di rumah singgah. Pembinaan diharapkan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap perilaku anak jalanan. Untuk itu dilakukan penelitian mengenai kecenderungan karakteristik anak jalanan berdasarkan faktor sosial ekonomi dengan perilaku anak jalanan binaan dengan pemodelan log linear. Dengan menggunakan pendekatan log linier dihasilkan model yaitu terdapat hubungan antara kegiatan anak di jalan dengan keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah, kegiatan anak di jalan dengan kepedulian terhadap nasib teman, lama menjadi anak jalanan dengan keterlibatan konflik dengan masyarakat sekitar, lama menjadi anak jalanan dengan harapan terhadap pemerintah, pendidikan orang tua dengan kepedulian terhadap nasib teman, pekerjaan orang tua dengan kepedulian terhadap nasib teman, sikap orang tua terhadap anak terjun ke jalan dengan kepedulian terhadap nasib teman, pendidikan anak dengan interaksi dengan masyarakat sekitar tempat tinggal, hubungan sosial dalam keluarga dengan frekuensi kunjungan ke rumah singgah, faktor penyebab menjadi anak jalanan dengan keterlibatan konflik dengan masyarakat, kondisi lingkungan tempat tinggal dengan frekuensi ke rumah singgah, kondisi lingkungan tempat tinggal dengan jenis pembinaan yang disukai dan bermanfaat dan jumlah penghasilan anak/hari dengan kepedulian terhadap nasib teman.

Kata kunci : anak jalanan, pembinaan, rumah singgah, log linier. 1. Pendahuluan

Permasalahan klasik yang timbul di kota-kota besar adalah masalah kependudukan, sekaligus aspek-aspek yang menyertainya, seperti pemukiman, pendidikan, layanan sosial, dan lain sebagainya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui jumlah penduduk datang meningkat dari 32.685 jiwa pada tahun 2007 menjadi 50.300 jiwa pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 berjumlah 70.995 jiwa. Mereka yang nekat datang ke kota tanpa dibekali oleh kemampuan dan potensi diri yang cukup akan tersisihkan dan harus mencari jalan keluar dari permasalahannya dengan melakukan berbagai cara, ditambah dengan maraknya angka pengangguran dan masalah sosial lainnya. Hal itulah yang memicu timbulnya salah satu permasalahan kependudukan di kota-kota besar, yakni munculnya fenomena anak-anak jalanan, sebagian dari mereka terpaksa menggantungkan hidupnya pada penghasilan yang mereka peroleh dari jalanan dengan melakukan berbagai kegiatan yang sekiranya dapat mendatangkan uang. (Hakiki,1999)

Jumlah anak jalanan di berbagai kota besar dengan mudah dapat diperhatikan dengan jelas sebab terus tumbuh dan berkembang, meskipun sudah cukup banyak upaya dilakukan, baik oleh pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), untuk mengurangi jumlah anak yang hidup di jalanan. Jumlah anak jalanan di Jawa Timur sendiri dari data Dinas Sosial, meningkat dari tahun 2009 yaitu 5.224 orang menjadi 5.324 orang pada tahun 2010, dimana sebagian besar berada di kota

Surabaya, dan sisanya tersebar di berbagai pelosok kota lainnya. Sejumlah kajian menyebutkan munculnya masalah anak jalanan ini terkait dengan faktor kemiskinan, selain itu akibat ketidakharmonisan keluarga dan juga kurang bertanggung jawab orang tua terhadap keluarga (Sanituti, 2002). Tingginya angka pengangguran memicu timbulnya kemiskinan dimana kepala keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya yang kemudian memunculkan fenomena anak jalanan untuk membantu pemenuhan hidup dirinya dan keluarganya.

Selama ini upaya yang telah dilakukan untuk menangani anak jalanan adalah berusaha mengeluarkan mereka dari jalanan, yaitu adanya kegiatan untuk mengarahkan anak jalanan melalui pembinaan dengan memasukkan ke rumah singgah, tempat-tempat pelatihan dan sejenisnya. Akan tetapi dalam pelaksanaanya perlu diperhatikan banyak faktor, yaitu faktor eksternal maupun internal yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku anak jalanan dalam menjalani kehidupannya. Pembinaan yang dilakukan terhadap anak jalanan diharapkan dapat memberikan pengaruh pada perilaku anak jalanan, dimana anak jalanan yang mendapatkan pembinaan bisa memiliki perilaku yang lebih baik dan positif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan perilaku anak jalanan binaan ber-dasarkan faktor sosial dan ekonomi dan mengkaji hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan perilaku anak jalanan binaan. Data yang digunakan adalah data survey pada anak jalanan binaan di Yayasan Arek Lintang (ALIT). Dikarenakan data yang digunakan bersifat

2

kategorikal maka metode yang digunakan adalah pemodelan log linear. 2. Tabel Kontingensi Dua Dimensi

Analisis tabel kontingensi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Tabel kontingensi dua dimensi merupakan tabel silang (cross tabulation) antara dua variabel yang bersifat kategori, dimana setiap variabel tersebut terdiri dari beberapa level atau kategori. Bentuk tabel kontingensi dua dimensi dengan variabel X terdiri dari i kategori (i buah baris) dan variabel Y terdiri dari j kategori (j buah kolom), dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 Struktur Sel Tabel Kontingensi Dua Dimensi

Y1 Y2 .... Yj Total

X1 n11 n12 ... n1j n1+

X2 n21 n22 ... n2j n2+

Xi ni1 ni2 ... nij ni+

Total n+1 n+2 ... n+j n++

dimana : nij = jumlah pengamatan pada baris ke-i kolom ke-j ni+ = pengamatan pada baris ke-i, i = 1, 2, ....I n+j = pengamatan pada kolom ke-j, j = 1, 2, ....J n++ = jumlah seluruh pengamatan

Pada tabel kontingensi masing–masing selnya harus memenuhi syarat sebagai berikut (Fiendberg, 1976). a. Homogen b. Mutually Exclusive dan Mutually Exhaustive c. Skala pengukuran nominal atau ordinal

3. Uji Independensi Uji independensi digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antar dua varibel yang telah ditetapkan. Andaikan tabel dua dimensi mempunyai varibel A dan B dengan I baris dan J kolom, maka hipotesis untuk pengujian independensi adalah sebagai berikut. H0 : kedua variabel saling independen (tidak ada

hubungan antar varibel A dan B) H1 : kedua variabel saling dependen (ada hubungan antar

variabel A dan B) Uji yang sesuai untuk hipotesis tersebut adalah

Pearson Chi-Square (χ2), dimana untuk taksiran nilai harapannya adalah sebagai berikut.

𝑚𝑖𝑗 =𝑛𝑖+𝑛+𝑗

𝑛++ (1)

Statistik ujinya adalah sebagai berikut.

J

jij

ijijI

i mmn

1

2

12

ˆ)ˆ(

(2)

Hasil statistik uji tersebut dibandingkan dengan nilai distribusi Chi-Square dengan derajat bebas db = (I-1) (J-1) serta dengan kriteria penolakan H0 adalah χ2

hitung > χ2

(db,α) atau P_value < α.

Uji χ2 menuntut frekuensi-frekuensi yang diharapkan tidak boleh terlalu kecil. (Wayne, 1998) mengatakan untuk uji χ2 dengan db yang lebih besar dari 1, lebih dari 20% selnya harus mempunyai frekuensi yang diharapkan lebih dari 5 dan tidak satu sel pun boleh memiliki frekuensi yang diharapkan kurang dari satu. Jika persyaratan tersebut tidak dipenuhi, maka harus dilakukan penggabungan kategori-kategori yang berdekatan. Setelah dilakukan penggabungan dan kurang dari 20% sel-sel itu memiliki frekuensi yang diharapkan kurang dari 5, pengujian bisa dilanjutkan dengan uji χ2. 4. Model Log Linier

Model log linier adalah suatu model untuk memperoleh model statistika yang menyatakan hubungan antara variabel dengan data yang bersifat kualitatif (skala nominal atau ordinal). Dengan menggunakan pendekatan log linier bisa diketahui model matematikanya secara pasti serta level atau kelas mana yang cenderung menimbulkan adanya hubungan atau dependensi. Pada tabel kontingensi dua dimensi terdiri dari dua faktor, yaitu faktor I sebagai faktor baris dan faktor J sebagai faktor kolom. Jika kedua faktor ini independen, maka peluang pengamatan 𝜋ij= 𝜋i+ . 𝜋+j, dimana : i = 1, 2, . . ., I

j = 1, 2, . . ., J dimana frekuensi nilai harapannya adalah sebagai berikut. 𝑚𝑖𝑗 = 𝑛++𝜋𝑖𝑗 = 𝑛++𝜋𝑖+𝜋+𝑗 (3)

Jika persamaan (2.3) dinyatakan dalam bentuk logaritma, maka didapatkan : 𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑖𝑗 = log 𝑛++ + log 𝜋𝑖+ + log 𝜋+𝑗 (4) Bila dijumlahkan untuk semua i (baris) maka. 𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑖𝑗 = 𝐼 log 𝑛++ + 𝜋𝑖+ + 𝐼 log 𝜋+𝑗

𝐼𝑖=1

𝐼𝑖=1

Dan bila dijumlahkan untuk semua j (kolom), maka model menjadi : 𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑖𝑗 = 𝐽 log 𝑛++ + 𝐽 log 𝜋𝑖+ + log 𝜋+𝑗

𝐽𝑗 =1

𝐽𝑗=1

Sehingga bila dijumlahkan untuk semua i dan j, didapat : 𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑖𝑗 = 𝐼 𝐽 log 𝑛++ + 𝐽 log 𝜋𝑖+ +𝐼

𝑖=1𝐽𝑗=1

𝐼𝑖=1

𝐼𝑗=1𝐽log𝜋+𝑗 Selanjutnya jika dimisalkan : 𝜇 = log 𝑛++ +

log 𝜋𝑖+

𝐼

𝐼𝑖=1 +

log 𝜋+𝑗

𝐽

𝐽𝑗 =1

𝜆𝑖𝑥 = log 𝜋𝑖+ −

log 𝜋𝑖+

𝐼

𝐼𝑖=1

𝜆𝑗𝑦

= log 𝜋+𝑗 − log 𝜋+𝑗

𝐽

𝐽𝑗=1

Maka persamaan (4) menjadi sebagai berikut. 𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝜆𝑖

𝑥 + 𝜆𝑗𝑦 (5)

Model (5) inilah yang disebut dengan model Log Linier Independen pada tabel kontingensi dua dimensi (Agresti, 1990). Dalam model tersebut 𝜇 menunjukkan efek rata-rata secara umum, 𝜆𝑖

𝑥 menunjukkan efek utama kategori ke-i variabel X, 𝜆𝑗

𝑦 menunjukkan efek utama kategori ke-j variabel Y. Dimana juga berlaku 𝜆𝑖

𝑥 =𝐼𝑖=1 𝜆𝑗

𝑦=𝐽

𝑗 =1 0. Jika ada dependensi antara kedua variabel, dengan nilai mij > 0 dan dimisalkan 𝜂𝑖𝑗 = log 𝑚𝑖𝑗 𝜂𝑖+ =

𝜂𝑖𝑗

𝐽

𝐽𝑗=1

𝜂+𝑗 = 𝜂𝑖𝑗

𝐼

𝐼𝑖=1

𝜇 = 𝜂++ = 𝜂𝑖𝑗

𝐼𝐽

𝐽𝑗=1

𝐼𝑖=1

3

Serta jika ditetapkan 𝜆𝑖𝑥 = 𝜂𝑖+ − 𝜂++

𝜆𝑗𝑦

= 𝜂+𝑗 − 𝜂++ 𝜆𝑖𝑗

𝑥𝑦= 𝜂𝑖𝑗 − 𝜂𝑖+ − 𝜂+𝑗 + 𝜂++

Maka modelnya menjadi sebagai berikut. 𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝜆𝑖

𝑥 + 𝜆𝑗𝑦

+ 𝜆𝑖𝑗𝑥𝑦 (6)

Model (6) disebut dengan model jenuh. Selanjutnya dicari nilai dari derajat bebasnya (df). Derajat bebas adalah banyaknya sel dikurangi dengan banyaknya parameter yang diestimasi. Untuk model independen (5), merupakan kasus khusus dari model jenuh (6) dimana 𝜆𝑖𝑗

𝑥𝑦= 0. Jumlah parameter yang

diestimasi = I + (I-1) + (J-1). Sehingga untuk model independen, mempunyai derajat bebas

df = (IJ – 1) – [(I – 1) + (J – 1)] = IJ – 1 – J + 1

= (I – 1) (J – 1) 5. Uji Goodness of Fit

Manfaat dari Goodness of Fit Statistisc adalah untuk membandingkan atau menentukan ada atau tidaknya jarak antara observasi dan model. Untuk menguji hipotesis pada tiap model digunakan uji Person Chi Square (χ2) atau Likelihood Ratio Test (G2) sebagai berikut : Uji Person Chi Square (χ2) yaitu 𝜒2 =

(𝑛𝑖𝑗 −𝑚 𝑖𝑗 )2

𝑚 𝑖𝑗

𝐽𝑗=1

𝐼𝑖=1

(7) (7)

Uji Likelihood Ratio Test (G2) yaitu

J

jij

ijij

I

i mn

nG11

2

ˆlog2 (8)

6. Uji K-Way 1. Pengujian interaksi pada derajat K atau lebih sama

dengan nol (Test that K-Way and higher order effect are zero) Uji ini didasarkan pada hipotesis bahwa efek order ke-K dan yang lebih tinggi sama dengan nol. Pada model log linear hipotesisnya sebagai berikut. - Untuk K = 2 H0 : Efek order ke-2 = 0

H1 : Efek order ke-2 ≠ 0 - Untuk K = 1 H0 : Efek order ke-1 dan yang lebih

tinggi = 0 H1 : Efek order ke-1 dan yang lebih

tinggi ≠ 0 2. Pengujian interaksi pada derajat K sama dengan nol

(Test that K-Way effect are zero) Uji ini didasarkan pada hipotesis efek order ke-K sama dengan nol. Pada model log linear hipotesisnya sebagai berikut. - Untuk K = 1 H0 : Efek order ke-1 = 0

H1 : Efek order ke-1 ≠ 0 - Untuk K = 2 H0 : Efek order ke-2 = 0

H1 : Efek order ke-2 ≠ 0 Statistik uji yang digunakan adalah Likelihood Ratio Test (G2) Kriteria penolakan G2 > χ2

(db;α) maka tolah H0. 7. Uji Asosiasi Parsial

Pengujian ini mempunyai tujuan untuk menguji semua parameter yang mungkin dari suatu model lengkap

baik untuk satu variabel yang bebas maupun untuk hubungan ketergantungan beberapa variabel yang merupakan parsial dari suatu model lengkap. Hipotesisnya adalah sebagai berikut. - H0 : Efek interaksi antara variabel 1 dan variabel 2 = 0

H1 : 𝐻 0 - H0 : Efek variabel 1 = 0

H1 : 𝐻 0 - H0 : Efek variabel 2 = 0 H1 : 𝐻 0 Statistik uji yang digunakan adalah Partial Chi Square Kriteria penolakan Partial Chi Square > χ2

(db;α) maka tolak H0 8. Seleksi Model

Seleksi model log linier dilakukan dengan metode Backward Elimination. Metode Backward Elimination pada dasarnya menyeleksi model dengan menggunakan prinsip hierarki, yaitu dengan melihat model terlengkap sampai dengan model yang sederhana. Langkah-langkah yang dilakukan adalah 1. Anggap model (0) yaitu model XY sebagai model

terbaik. 2. Keluarkan efek interaksi dua faktor sehingga

modelnya menjadi (X, Y) yang disebut model (1). 3. Bandingkan model (0) dengan model (1) dengan

hipotesis sebagai berikut. H0 : Model (1) = model terbaik H1 : Model (0) = model terbaik

Statistik uji yang digunakan adalah Likelihood Ratio Test (G2) Kriteria penolakan G2 > χ2

(db;α) maka tolak H0 4. Jika H0 ditolak, maka dinyatakan bahwa model (0)

adalah model terbaik. Tetapi jika gagal tolak H0, maka bandingkan model (1) tersebut dengan model (0). Kemudian salah satu interaksi dua faktor dikeluarkan dari model.

5. Untuk menentukan interaksi mana yang dikeluarkan terlebih dahulu maka dipilih nilai G2 terkecil.

9. Model Log Linier Tiga Dimensi

Dengan metode log linier maka dapat diperoleh persamaan yang menggambarkan ada tidaknya hubungan antara dua atau lebih variabel dan pola hubungannya sekaligus untuk mengetahui sel-sel mana yang menyebabkan dependensi.

Tabel 2 Tabel Kontingensi 3 dimensi Var 1 (X1)

Var 2 (X2)

Var 3 (X3) 1 2 … K

1 1 n111 n112 … n11k … … … … … J n1j1 n1j2 … n1jk

2 1 n211 n212 … n21k … … … … … J n2j1 n2j2 … n2jk

… … … … … … I 1 ni11 ni12 … ni1k … … … … … J nij1 nij2 … nijk

Keterangan : nijk = banyaknya observasi pada kategori baris ke-i, kolom ke-j dan layer ke-k.

Jika antara ketiga variabel tersebut saling independent, maka taksiran nilai harapan dari masing-masing sel adalah sebagai berikut :

4

2

...

......

nnnn

e kjiij (9)

dimana :

J

j

K

kijki nn

1 1.. jumlah nilai observasi pada baris ke-i

I

i

K

kijkj nn

1 1.. jumlah observasi pada kolom ke-j

J

j

I

iijkk nn

1 1.. jumlah nilai observasi pada lyer ke-k

I

i

J

j

K

kijknn

1 1 1... jumlah seluruh nilai observasi

Bila kedua ruas persamaan (2.12) dinyatakan dalam bentuk logaritma didapatkan :

log ijke = log ..in + log .. jn + log kn.. - 2 log ...n

yang analog dengan : log ije = u + )(1 iu + )(2 ju + )(3 ku Arti dari model tersebut adalah variabel 1, 2 dan 3

ada dalam model, tapi tidak ada interaksi antara ketiganya (ketiga variabel independen).

Jika terdapat interaksi pada ketiga variabel, maka model menjadi

)(123)(23)(13)(12)(3)(2)(1log ijkjkikijkjiijk uuuuuuuue

dimana :

01 1

)(12311

)(2311

)(1311

)(121

I

i

J

jijk

K

k

J

jjk

K

k

K

kik

I

i

I

iij

J

juuuu

Tabel 3 Derajat bebas untuk Log Linear 3 Dimensi Bentuk db

u 1 u1 I-1 u2 J-1 u3 K-1 u12 (I-1)(J-1) u13 (I-1)(K-1) u23 (J-1)(K-1) u123 (I-1)(J-1)(K-1)

Total IJK

Goodness of Fit Statistics

Untuk menguji kebaikan model log linier tiga dimensi maka dilakukan uji Goodness of Fit sebagai berikut : H0 : tidak ada hubungan antara variabel 1,2 dan 3 H1 : ada hubungan antara variabel 1,2 dan 3 Atau H0 : Pijk = Pi.. P.j.P..k

H1 : Pijk ≠ Pi.. P.j.P..k Jika banyaknya sel yang nilai harapannya <5 minimal 20 % dari banyaknya seluruh sel maka uji Pearson adalah uji yang sesuai. Dan statistik uji yang digunakan adalah :

ijk

I

i

J

jijkijk

K

k

e

en

1 1

2

12)(

(10)

atau

I

i

J

j

K

k ijk

ijkijk e

nnG

1 1 1

2 log2 (11)

10. Anak Jalanan Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan

yaitu anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum. Definisi ini lebih luas karena sudah memasukkan aspek tempat anak menjalankan aktifitas (jalanan/tempat umum) juga aktifitas anak (mencari nafkah/berkeliaran). Selanjutnya Depsos membedakan anak jalanan dalam tiga kategori, yaitu : 1. Anak yang hidup atau tinggal di jalanan, yakni anak

yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi dan tidak ada hubungan dengan keluarganya karena adanya kekerasan atau masalah dalam keluarga yang menyebabkan lari atau pergi dari rumah (children of the street)

2. Anak yang bekerja di jalanan, anak-anak tersebut mempunyai kegiatan ekonomi (sebagai pekerja anak) di jalan dan masih berhubungan dengan keluarganya yakni pulang ke rumah secara periodik (children on the street)

3. Anak yang mempunyai resiko tinggi menjadi anak jalanan, mereka belum menjadi anak jalanan murni dan masih tinggal dengan orang tuanya, kerentanan menjadi anak jalanan dapat dilihat dari kondisi ekonomi orang tua yang hidup di lingkungan kemiskinan absolut, sehingga suatu saat bisa menjadi anak jalanan (children from families of the street)

Pada umumnya anak jalanan berasal dari keluaraga marginal perkotaan, sebagian besar adalah pendatang dari daerah (kota kecil) di sekitar kota besar (metropolis), anak-anak bermasalah, korban kekerasan ataupun anak-anak yang menerima perlakuan yang salah dari orang tuanya. Mereka mendatangi kota besar dengan harapan akan memperoleh kehidupan yang lebih baik tanpa memiliki potensi yang cukup sebagai bekal. 11. Rumah Singgah

Rumah singgah didefinisikan sebagai suatu wahana yang dipersiapkan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Pengertian lain yaitu tempat dimana anak-anak jalanan singgah atau ditampung sesuai program yang ada.

Anak jalanan boleh tinggal sementara untuk tujuan perlindungan misalnya karena tidak punya rumah (masalah sebagian besar anak jalanan), ancaman atau kekerasan dari orang lain, dan lain-lain. Pada saat sementara tersebut mereka akan memperoleh intervensi yang intensif (pelayanan dan pembinaan) sehingga mereka tidak bergantung terus kepada rumah singgah. Rumah singgah tidak memperkenankan anak jalanan untuk tinggal selamanya. Tujuan umum rumah singgah adalah untuk membantu anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya.

12. Metodologi Penelitian

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari survey menggunakan kuisioner kepada anak jalanan yang dibina di ALIT yang berusia 7-18 tahun yang mengakses rumah singgah (shelter) atau Save Play Area (SPA) yaitu ada 127 anak.

5

Variabel yang diteliti adalah indikator yang menjelaskan karakteristik anak jalanan berdasarkan faktor sosial ekonomi dan perilaku anak jalanan binaan. Variabel yang menjelaskan karakteristik anak jalanan berdasarkan faktor sosial ekonomi yaitu pendidikan anak, kegiatan anak jalanan, lama di jalan, jumlah penghasilan anak dan respon orang tua terhadap anak terjun ke jalan, sedangkan variabel yang menjelaskan perilaku anak jalanan binaan adalah interaksi dengan masyarakat tempat tinggal, keterlibatan konflik dengan masyarakat, kepedulian terhadap nasib teman, harapan terhadap pemerintah dan frekuensi kunjungan ke rumah singgah.

Langkah-langkah analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah : 1. Melakukan deskripsi data untuk mengetahui

karakteristik dan perilaku anak jalanan binaan berdasarkan faktor sosial dan ekonomi.

2. Membuat tabel tabulasi silang dua dimensi antara variabel pada faktor sosial ekonomi dan faktor perilaku anak jalanan binaan.

3. Melakukan uji independensi dengan menggunakan uji chi-square melalui analisa tabel tabulasi silang

4. Menyusun model log linier dengan langkah : - Menentukan variabel yang memiliki kategori independen

- Membentuk model log linear dari tabel dua dimensi untuk mencari model matematis secara pasti serta level mana yang cenderung menimbulkan adanya hubungan atau dependensi.

- Melakukan uji Goodness of Fit dengan menggunakan uji Chi Square Pearson dan Ratio Likelihood untuk menguji hipotesis dari tiap model yang terbentuk.

- Melakukan seleksi model terbaik dengan metode eliminasi backward

5. Interpretasi model log linier pada hasil model yang didapat dari eliminasi backward.

13. Analisis Deskriptif Untuk mengetahui karakteristik anak jalanan berdasarkan faktor sosial dan ekonomi dan perilaku anak jalanan binaan dapat dilakukan analisis deskriptif, dijelaskan pada Tabel berikut.

Tabel 4 Karakteristik Sosial dan Ekonomi Anak Jalanan

Variabel Kategori Frek %

Kegiatan anak di jalan

Asongan 31 24,4 Pengamen 58 45,7 Pemulung 22 17,3 Bermain 16 12,6

Lama di jalan < 3 tahun 56 44,1 3-5 tahun 61 48,0 > 5 tahun 10 7,9

Pendidikan anak

SD 60 47,2 SMP 39 30,7 SMA 28 22,0

Pekerjaan orang tua

Pemulung 27 21,3 Buruh 32 25,2 Tukang becak 26 20,5 Pedagang 42 33,1

Pendidikan orang tua

SD 42 33,1 SMP 73 57,5 SMA 12 9,4

Frekuensi bertemu orang tua

Setiap hari 85 66,9 Kadang-kadang 27 21,3 Jarang 15 11,8

Hubungan sosial dlm keluarga

Mendukung/menyuruh 77 60,6 Melarang 18 14,2 Biasa (tidak peduli) 32 25,2

Kekerasan yang pernah dialami

Dipukuli/dikeroyok 27 21,3 Diperas/dipalak 16 12,6 Digaruk/ditangkap 36 28,3 Terserempet/tertabrak 48 37,8

Hubungan sosial dalam keluarga

Sering terjadi kekerasan 38 29,9

Keluarga tidak peduli 14 11,0 Komunikasi kurang baik 44 34,6

Baik-baik saja 31 24,4 Faktor penyebab menjadi anak jalanan

Keluarga 68 53,5 Teman 12 9,4 Lingkungan tinggal 47 37,0

Kondisi lingkungan tempat tingal

Perkampungan 46 36,2 Pinggiran sungai 56 44,1 Lahan bekas makam 25 19,7

Jumlah penghasilan/hari

< Rp 30,000 38 29,9 Rp 30.000 - Rp 50.000 52 40,9 > Rp 50.000 37 29,1

Penggunaan penghasilan

Kebutuhan pribadi 17 13,4 Kebutuhan keluarga 79 62,2 Perilaku orang tua 31 24,4

Sumber : Diolah dari data survei

Untuk karakteristik sosial dan ekonomi anak jalanan binaan di rumah singgah ALIT, diketahui mayoritas memiliki kegiatan di jalan sebagai pengamen yaitu sebanyak 58 orang atau 45,7 persen. Untuk lama di jalan, sebagian besar anak jalanan memiliki lama di jalan antara 3-5 tahun yaitu sebanyak 61 orang atau 48,0 persen. Untuk pendidikan, mayoritas anak jalanan berpendidikan SD yaitu sebanyak 60 orang atau 47,2 persen. Untuk pekerjaan orang tua, sebagian besar anak jalanan pekerjaan orang tuanya adalah pedagang yaitu sebanyak 42 orang atau 33,1 persen. Untuk pendidikan orang tua, mayoritas anak jalanan memiliki orang tua berpendidikan SMP yaitu sebanyak 73 orang atau 57,5 persen.

Untuk perilaku anak jalanan binaan di rumah singgah ALIT, diketahui mayoritas memiliki frekuensi kunjungan ke rumah singgah sering yaitu sebanyak 46 orang atau 36,2 persen. Untuk jenis pembinaan yang disukai dan bermanfaat, mayoritas anak jalanan menyukai pemberian pelatihan keterampilan yaitu sebanyak 52 orang atau 40,9 persen. Untuk interaksi dengan masyarakat sekitar tempat tinggal, sebagian besar anak jalanan memiliki interaksi cukup yaitu sebanyak 67 orang atau 52,8 persen.

Tabel 5 Perilaku Anak Jalanan Binaan Variabel Kategori Frek %

Frekuensi kunjungan ke rumah singgah

Setiap hari 23 18,1 Sering 46 36,2 Kadang-kadang 31 24,4 Jarang 27 21,3

Kegiatan yang sering dilakukan di rumah singgah

Bermain 44 34,6 Belajar 30 23,6 Sharing/curhat 42 33,1 Lainnya 11 8,7

Jenis pembinaan yang disukai dan bermanfaat

Pelatihan keterampilan 52 40,9 Bimbingan belajar 24 18,9 Bimbingan konseling 37 29,1 Intervensi pendidikan dasar 14 11,0

Interaksi dengan masyarakat

Baik 41 32,3

Cukup 86 67,7

6

sekitar rumah singgah Interaksi dengan masyarakat sekitar tempat tinggal

Baik 60 47,2

Cukup 67 52,8

Keterlibatan konflik dengan masyarakat

Ya 46 36,2

Tidak 81 63,8

Keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah

Ya 52 40,9

Tidak 75 59,1

Kepedulian terhadap nasib teman

Menolong seadanya 86 67,7 Menolong sampai tuntas 41 32,2

Harapan terhadap pemerintah

Pembinaan 5 3,9 Beasiswa 102 80,3 Pemenuhan kebutuhan 20 15,7

Sumber : Diolah dari data survei

14. Uji Independensi antara Faktor Sosial Ekonomi

dan Perilaku Anak Jalanan Binaan Sebelum dilakukan penentuan model yang dapat

menggambarkan hubungan antar variabel penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji independensi untuk menguji hubungan antara variabel faktor sosial ekonomi dan perilaku anak jalanan binaan. Dari hasil uji independensi tersebut, variabel yang saling dependen yang dapat dilakukan analisis model log linier. Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Variabel A dan B independen H1 : Variabel A dan B dependen (ada hubungan)

Berikut merupakan hasil uji independensi pada variabel faktor sosial ekonomi dan perilaku anak jalanan binaan yang mendapatkan hasil signifikan yaitu menunjukkan adanya dependensi dan disesuaikan dengan teori yang mendukung variabel.

Tabel 6 Uji Independensi No Variabel 𝝌2

hit P_value 1 Kegiatan anak di

jalan*Keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah

11,384 0,010

2 Lama menjadi anak jalanan*Harapan terhadap pemerintah

24,465 0,000

3 Hubungan sosial dlm keluarga*Frekuensi kunjungan ke rumah singgah

19,577 0,021

4 Faktor penyebab menjadi anak jalanan*Keterlibatan konflik dengan masyarakat

11,960 0,003

5 Kondisi lingkungan tempat tinggal*Frekuensi kunjungan ke rumah singgah

14,172 0,028

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui bahwa terdapat lima variabel yang saling dependen karena memiliki nilai χ2 lebih besar dari nilai χ2

(df,5%) dan nilai P_value kurang dari α = 0,05. Kemudian dari variabel yang saling dependen tersebut dilakukan analisis model log linier untuk mengetahui level atau kelas mana yang cenderung menimbulkan adanya hubungan atau dependensi antar variabel.

15. Hubungan Kegiatan Anak di Jalan dengan

Keterlibatan Konflik dengan Aparat Pemerintah

Berikut merupakan analisis hubungan antara kegiatan anak di jalan dengan keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah : 15.1 Analisis Tabulasi Silang Dua Dimensi

Berikut tabulasi silang antara kegiatan anak di jalan dengan keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah. Tabel 7 Tabulasi Silang Antara Kegiatan Anak di Jalan dengan

Keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah

Uraian

Keterlibatan konflik

dengan aparat

pemerintah Total

Ya Tidak

Kegiatan

Anak di

Jalan

Asongan

Jml

Jml Exp.

% Jml

Adj. Res.

19 12 31 12,7 18,3 31,0 15,0 9,4 24,4 2,6 -2,6

Pengamen

Jml

Jml Exp.

% Jml

Adj. Res.

21 37 58 23,7 34,3 58,0 16,5 29,1 45,7 -1,0 1,0

Pemulung

Jml 10 12 22 Jml Exp. 9,0 13,0 22,0

% Jml 7,9 9,4 17,3 Adj. Res 0,5 -0,5

Bermain

Jml 2 14 16 Jml Exp. 6,6 9,4 16,0

% Jml 1,6 11,0 12,6 Adj. Res -2,5 2,5

Total

Jml

Jml Exp.

% Jml

52 75 127 52,0 75,0 127,0 40,9 59,1 100,0

Apabila diamati jumlah dari masing-masing level

kolom, terlihat persentase yang paling besar yaitu 29,1 persen anak jalanan yang memiliki kegiatan sebagai pengamen tidak memiliki keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah. Apabila dilihat dari keseluruhan jumlah pada kolom keterlibatan konflik dengan aparat, diketahui anak jalanan yang tidak memiliki keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah nilainya lebih besar yaitu sebesar 59,1 persen daripada anak jalanan yang memiliki keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah. Adanya hal tersebut merupakan dampak dari pembinaan yang ada di rumah singgah, dimana anak jalanan diberikan pengarahan agar tidak liar di jalan meskipun memiliki kegiatan di jalan seperti pengamen, asongan dan sebagainya sehingga dapat menghindari konflik dengan aparat pemerintah. 15.2 Analisis Log Linier

Pada analisis log linier di bawah ini variabel X kegiatan anak di jalan dan variabel Y adalah keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah. A. Uji K-way

Pada Tabel 8 dapat dilihat hasil pengujian interaksi pada derajat K dan lebih tinggi sama dengan nol, dan pengujian interaksi pada derajat K sama dengan nol.

Tabel 8 Uji K-Way

Uraian K df

Likelihood Ratio Pearson

Chi-

Square P_value

Chi-

Square P_value

K-way and

Higher Order

Effects

2 3 12,184 0,007 11,384 0,010

1 7 46,715 0,000 46,795 0,000

K-way Effects 1 4 34,531 0,000 35,411 0,000 2 3 12,184 0,007 11,384 0,010

7

Pada pengujian efek order ke-K atau lebih sama dengan nol dijabarkan sebagai berikut. Untuk K = 2 Hipotesis :

H0 : Efek order kedua sama dengan nol H1 : Efek order kedua tidak sama dengan nol

Diperoleh statistik uji G2hit = 12,184 > χ2

(3,5%) = 7,815 atau dapat dilihat pada nilai P_value yang kurang dari nilai α = 5% yaitu 0,007. Sehingga H1 didukung oleh data, artinya efek interaksi order kedua terdapat dalam model. Untuk K = 1 Hipotesis :

H0 : Efek order kesatu atau lebih sama dengan nol H1 : Efek order kesatu atau lebih tidak sama dengan nol

Diperoleh statistik uji G2hit = 46,715 > χ2

(7,5%) = 14,067 atau dapat dilihat pada nilai P_value yang kurang dari nilai α = 5% yaitu 0,000. Sehingga H1 didukung oleh data, artinya efek interaksi order kesatu atau lebih terdapat dalam model.

Pada pengujian efek order ke-K sama dengan nol dijabarkan sebagai berikut. Untuk K = 1 Hipotesis :

H0 : Efek order kesatu sama dengan nol H1 : Efek order kesatu tidak sama dengan nol

Diperoleh statistik uji G2hit = 34,531 > χ2

(4,5%) = 9,488 atau dapat dilihat pada nilai P_value yang kurang dari nilai α = 5% yaitu 0,000. Sehingga H1 didukung oleh data, artinya efek interaksi order kesatu terdapat dalam model. Untuk K = 2 Hipotesis :

H0 : Efek order kedua sama dengan nol H1 : Efek order kedua tidak sama dengan nol

Diperoleh statistik uji G2hit = 12,184 > χ2

(3,5%) = 7,815 atau dapat dilihat pada nilai P_value yang kurang dari nilai α = 5% yaitu 0,007. Sehingga H1 didukung oleh data, artinya efek interaksi order kedua terdapat dalam model. B. Uji Asosiasi Parsial

Uji asosiasi parsial merupakan suatu uji untuk melihat dependensi masing-masing efek. Statistik uji yang digunakan adalah Partial Chi-Square dengan kriteria penolakan Partial Chi-Square > χ2

(df,α). Tabel 9 Uji Asosiasi Parsial

Efek Df Partial

Chi-Square P_value

Kegiatan anak di jalan 3 30,343 0,000 Keterlibatan konflik

dengan aparat pemerintah 1 4,188 0,041

Tabel 9 merupakan hasil uji asosiasi parsial, dengan hipotesis sebagai berikut. 1. H0 : Efek variabel keterlibatan konflik dengan aparat

pemerintah = 0 H1 : Efek variabel keterlibatan konflik dengan aparat

pemerintah ≠ 0 Diperoleh nilai Partial Chi-Square > χ2

(1,5%) yaitu 4,188 > 3,841 atau P_value < 0,05 maka tolak H0 yang berarti efek variabel keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah ada.

2. H0 : Efek variabel kegiatan anak di jalan = 0 H1 : Efek variabel kegiatan anak di jalan ≠ 0 Diperoleh nilai Partial Chi-Square > χ2

(2,5%) yaitu 30,343 > 7,815 atau P_value < 0,05 maka tolak H0

yang berarti efek variabel kegiatan anak di jalan ada dalam model.

C. Eliminasi Backward Seleksi model dengan menggunakan metode

Backward Elimination dimulai dari model umum atau semua kemungkinan dimasukkan. Untuk memilih model terbaik menggunakan hipotesis sebagai berikut.

H0 : Model 1 adalah model terbaik H1 : Model 0 adalah model terbaik

Model 0 𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝜆𝑖𝑥 + 𝜆𝑗

𝑦+ 𝜆𝑖𝑗

𝑥𝑦 Dengan : df = 0 G2 = 0,000 P = 1,000 Model 1 adalah interaksi antara dua variabel dihilangkan sehingga modelnya menjadi 𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝜆𝑖

𝑥 + 𝜆𝑗𝑦

Tabel 10 Hasil Seleksi Model Efek Chi-Square df P_value

Model 0 Model 1

0,000 12,184

0 3

0,007

Tabel 10 menunjukkan adanya perubahan pada nilai L.R.Chi-Square dan P_value apabila efek interaksi dikeluarkan dari model, dimana nilai G2 = 12,184 > χ2

(3,5%) = 7,815. Dapat dilihat pula nilai P_value < 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Model 0 (model lengkap) sebagai model terbaik. Jadi model log linier untuk hubungan antara kedua variabel tersebut adalah :

𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝜆𝑖𝑥 + 𝜆𝑗

𝑦+ 𝜆𝑖𝑗

𝑥𝑦 Interpretasi dari model adalah adanya hubungan antara variabel kegiatan anak di jalan dengan variabel keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah, dimana pengaruh efek utama variabel kegiatan anak di jalan dan variabel keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah juga masuk ke dalam model. D. Estimasi Parameter

Selanjutnya untuk mengetahui kategori mana yang menyebabkan dependensi, dapat dilihat dari nilai Z setiap sel yang berada di luar interval -1,96 s/d 1,96, yang juga bersesuaian dengan nilai adjusted residual. Jika hal tersebut memenuhi, maka sel tersebut cenderung menyebabkan dependensi. Tabel 11 Estimasi Parameter Kegiatan Anak di Jalan dengan

Keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah

Pendidikan Anak

Keterlibatan konflik dengan aparat

pemerintah

Ya Tidak

Asongan Koefisien 0,478 -0,478 Z-value 2,774 -2,774

Pengamen Koefisien -0,023 0,023 Z-value -0,151 0,151

Pemulung Koefisien 0,168 -0,168 Z-value 0,897 -0,897

Bermain Koefisien -0,623 0,623 Z-value -3,520 3,520

Tabel 11 memperlihatkan kecenderungan bahwa anak jalanan yang memiliki kegiatan sebagai penjual asongan cenderung memiliki keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah. Hal ini dikarenakan anak jalanan yang menjadi penjual asongan banyak berkeliaran di jalan dan rawan terjaring razia yang diadakan oleh satpol PP. Kemudian anak jalanan yang memiliki kegiatan di jalan bermain cenderung tidak memiliki keterlibatan konflik dengan aparat, karena mereka hanya sekedar bermain di jalan dan dianggap tidak mengganggu ketertiban. Oleh karena itu, peran pembinaan di rumah singgah diperlukan

8

agar anak jalanan tetap bisa memenuhi kebutuhannya tanpa terlibat konflik dengan aparat pemerintah. 16. Hubungan Lama Menjadi Anak Jalanan dengan

Harapan Terhadap Pemerintah Setelah dilakukan uji independensi didapatkan

hasil bahwa antara lama menjadi anak jalanan dengan harapan terhadap pemerintah saling dependen. Selanjutnya dengan cara yang sama dilakukan analisis log linier untuk mengetahui kecenderungan antar variabel. Analisis Log Linier

Pada analisis log linier di bawah ini variabel X adalah lama menjadi anak jalanan dan variabel Y adalah harapan terhadap pemerintah. Langkah pertama dilakukan uji K-way untuk efek order ke-k atau lebih sama dengan nol. Untuk k=2 diperoleh statistik uji G2

hit = 17,288 > χ2

(2,5%) = 5,991 atau dapat dilihat pada nilai P_value yang kurang dari nilai α = 5% yaitu 0,000 dan untuk k=1 diperoleh nilai G2

hit = 129,780 > χ2(5,5%) = 11,070 atau

dapat dilihat pada nilai P_value yang kurang dari nilai α = 5% yaitu 0,000 maka H0 ditolak, berarti ada efek order ke-2 dan ke-1 dan yang lebih tinggi masuk dalam model. Hal ini berarti ada interaksi antara lama menjadi anak jalanan dengan harapan terhadap pemerintah. Sedangkan pada uji efek order ke-k sama dengan nol, untuk k=1 diperoleh nilai G2

hit = 112,492 > χ2(3,5%) = 7,815 dan untuk

k=2 diperoleh nilai G2hit = 17,288 > χ2

(2,5%) = 5,991 maka H0 ditolak. Hal itu menunjukkan efek order ke-1 dan ke-2 sama dengan nol masuk dalam model.

Uji asosiasi parsial untuk variabel harapan terhadap pemerintah diperoleh nilai Partial Chi-Square = 65,451 > χ2

(1,5%) = 3,841 atau P_value < 0,05 yaitu 0,000 maka tolak H0 yang berarti efek variabel harapan terhadap pemerintah ada. Kemudian pada variabel lama menjadi anak jalanan didapatkan nilai Partial Chi-Square = 47,042 > χ2

(2,5%) = 5,991 atau P_value < 0,05 yaitu 0,000 maka tolak H0 yang berarti efek variabel lama menjadi anak jalanan ada dalam model.

Pada eliminasi backward menunjukkan adanya perubahan pada nilai L.R.Chi-Square apabila salah satu efek interaksi dikeluarkan dari model, dimana nilai G2 = 17,288 > χ2

(2,5%) = 5,991. Dapat dilihat pula nilai P_value < 0,05 yaitu 0,000, sehingga H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa Model 0 (model lengkap) sebagai model terbaik yang berarti efek interaksi antara dua faktor masuk dalam model. Jadi model log linier untuk hubungan antara kedua variabel tersebut adalah :

𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝜆𝑖𝑥 + 𝜆𝑗

𝑦+ 𝜆𝑖𝑗

𝑥𝑦 Interpretasi dari model adalah adanya hubungan

antara variabel lama menjadi anak jalanan dengan variabel harapan terhadap pemerintah. Selanjutnya untuk mengetahui kategori mana yang menyebabkan dependensi, dapat dilihat dari nilai Z setiap sel yang berada di luar interval -1,96 s/d 1,96, yang juga bersesuaian dengan nilai adjusted residual. Jika hal tersebut memenuhi, maka sel tersebut cenderung menyebabkan dependensi.

Tabel 12 Estimasi Parameter Lama Menjadi Anak Jalanan dan Harapan terhadap Pemerintah

Lama Menjadi Anak

Jalanan

Harapan terhadap Pemerintah

Beasiswa dan

pembinaan

Beasiswa dan

pembinaan

< 3 tahun 0,566 0,566 -0,018 2,912 2,912 -0,108

3-5 tahun 0,367 0,367 0,166 2,042 2,042 1,114

> 5 tahun -0,199 -0,199 0,400 -0,870 -0,870 1,859

Tabel 12 memperlihatkan kecenderungan bahwa anak jalanan yang memiliki lama di jalanan kurang dari 3 tahun dan antara 3-5 tahun cenderung memiliki harapan terhadap pemerintah untuk mendapatkan beasiswa dan pembinaan. Hal ini dikarenakan anak jalanan tersebut masih dalam usia sekolah dan didukung oleh pembinaan di rumah singgah yang menekankan pada perolehan hak secara mandiri terutama dalam hal pendidikan, anak jalanan tersebut baik yang memiliki lama di jalan kurang dari 3 tahun maupun 3-5 tahun cenderung untuk berharap mendapatkan beasiswa dari pemerintah. 17. Hubungan Sosial Dalam keluarga dengan

Frekuensi Kunjungan ke Rumah Singgah Setelah dilakukan uji independensi didapatkan

hasil bahwa antara hubungan sosial dalam keluarga dengan frekuensi kunjungan ke rumah singgah saling dependen. Selanjutnya dengan cara yang sama dilakukan analisis log linier untuk mengetahui kecenderungan antar variabel. Analisis Log Linier

Pada analisis log linier di bawah ini variabel X adalah hubungan sosial dalam keluarga dan variabel Y adalah frekuensi kunjungan ke rumah singgah. Langkah pertama dilakukan uji K-way untuk efek order ke-k atau lebih sama dengan nol. Untuk k=2 diperoleh statistik uji G2

hit = 20,051 > χ2(9,5%) = 16,919 atau dapat dilihat pada

nilai P_value yang kurang dari nilai α = 5% yaitu 0,018 dan untuk k=1 diperoleh nilai G2

hit = 47,058 > χ2(15,5%) =

24,996 atau dapat dilihat pada nilai P_value yang kurang dari nilai α = 5% yaitu 0,000 maka H0 ditolak, berarti ada efek order ke-2 dan ke-1 dan yang lebih tinggi masuk dalam model. Hal ini berarti ada interaksi antara hubungan sosial dalam keluarga dengan frekuensi kunjungan ke rumah singgah. Sedangkan pada uji efek order ke-k sama dengan nol, untuk k=1 diperoleh nilai G2

hit = 27,007 > χ2(6,5%) = 12,592 dan untuk k=2 diperoleh

nilai G2hit = 20,051 > χ2

(9,5%) = 16,919 maka H0 ditolak. Hal itu menunjukkan efek order ke-1 dan ke-2 sama dengan nol masuk dalam model.

Uji asosiasi parsial untuk variabel frekuensi kunjungan ke rumah singgah diperoleh nilai Partial Chi-Square = 9,045 > χ2

(3,5%) = 7,815 atau P_value < 0,05 yaitu 0,029 maka tolak H0 yang berarti efek variabel frekuensi kunjungan ke rumah singgah ada. Kemudian pada variabel hubungan sosial dalam keluarga didapatkan nilai Partial Chi-Square = 17,961 > χ2

(3,5%) = 7,815 atau P_value < 0,05 yaitu 0,000 maka tolak H0 yang berarti efek variabel hubungan sosial dalam keluarga ada dalam model.

Pada eliminasi backward menunjukkan adanya perubahan pada nilai L.R.Chi-Square apabila salah satu

9

efek interaksi dikeluarkan dari model, dimana nilai G2 = 20,051 > χ2

(9,5%) = 16,919. Dapat dilihat pula nilai P_value < 0,05 yaitu 0,018, sehingga H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa Model 0 (model lengkap) sebagai model terbaik yang berarti efek interaksi antara dua faktor masuk dalam model. Jadi model log linier untuk hubungan antara kedua variabel tersebut adalah :

𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝜆𝑖𝑥 + 𝜆𝑗

𝑦+ 𝜆𝑖𝑗

𝑥𝑦 Interpretasi dari model adalah adanya hubungan antara variabel hubungan sosial dalam keluarga dengan variabel frekuensi kunjungan ke rumah singgah. Selanjutnya untuk mengetahui kategori mana yang menyebabkan dependensi, dapat dilihat dari nilai Z setiap sel yang berada di luar interval -1,96 s/d 1,96. Tabel 13 Estimasi Parameter Hubungan Sosial dalam

Keluarga dan Frekuensi Kunjungan ke Rumah Singgah

Hubungan Sosial dalam

Keluarga

Frekuensi Kunjungan ke Rumah

Singgah

Setiap

hari Sering

Kadang-

kadang Jarang

Sering terjadi

kekerasan

Koefisien -0,401 1,025 -0,134 0,134 Z-value -1,231 2,068 -0,496 0,496

Keluarga

tidak peduli

Koefisien 0,947 0,579 -0,053 0,053 Z-value 3,634 1,687 -0,200 0,200

Komunikasi

krg baik

Koefisien -0,271 0,141 -0,069 0,069 Z-value -0,926 0,401 -0,277 0,277

Baik-baik saja Koefisien 0,275 -0,305 0,256 -0,256 Z-value 1,477 -0,782 0,973 -0,973

Tabel 13 memperlihatkan kecenderungan bahwa anak jalanan yang hubungan sosial dalam keluarganya yaitu keluarga tidak peduli cenderung frekuensi kunjungan ke rumah singgahnya setiap hari. Kemudian anak jalanan yang hubungan sosial dalam keluarganya yaitu sering terjadi kekerasan cenderung frekuensi kunjungan ke rumah singgahnya sering. Oleh karena itu pembinaan di rumah singgah lebih ditujukan kepada anak jalanan yang memiliki masalah dalam keluarganya agar mereka dapat memperoleh haknya untuk mendapatkan perlindungan, selain juga dilakukan pendekatan kepada keluarga anak. 18. Hubungan Faktor Penyebab Menjadi Anak

Jalanan Dengan Keterlibatan Konflik Dengan

Masyarakat Setelah dilakukan uji independensi didapatkan

hasil bahwa antara faktor penyebab menjadi anak jalanan dengan keterlibatan konflik dengan masyarakat saling dependen. selanjutnya dengan cara yang sama dilakukan analisis log linier untuk mengetahui kecenderungan antar variabel. Analisis Log Linier

Pada analisis log linier di bawah ini variabel X adalah faktor penyebab menjadi anak jalanan dan variabel Y adalah keterlibatan konflik dengan masyarakat. Langkah pertama dilakukan uji K-way untuk efek order ke-k atau lebih sama dengan nol. Untuk k=2 diperoleh statistik uji G2

hit = 12,312 > χ2(2,5%) = 5,991 atau dapat

dilihat pada nilai P_value yang kurang dari nilai α = 5% yaitu 0,002 dan untuk k=1 diperoleh nilai G2

hit = 66,112 > χ2

(5,5%) = 11,070 atau dapat dilihat pada nilai P_value yang kurang dari nilai α = 5% yaitu 0,000 maka H0 ditolak, berarti ada efek order ke-2 dan ke-1 dan yang lebih tinggi masuk dalam model. Hal ini berarti ada

interaksi antara faktor penyebab menjadi anak jalanan dengan keterlibatan konflik dengan masyarakat. Sedangkan pada uji efek order ke-k sama dengan nol, untuk k=1 diperoleh nilai G2

hit = 53,800 > χ2(3,5%) = 7,815

dan untuk k=2 diperoleh nilai G2hit = 12,312 > χ2

(2,5%) = 5,991 maka H0 ditolak. Hal itu menunjukkan efek order ke-1 dan ke-2 sama dengan nol masuk dalam model.

Uji asosiasi parsial untuk variabel keterlibatan konflik dengan masyarakat diperoleh nilai Partial Chi-Square = 9,772 > χ2

(1,5%) = 3,841 atau P_value < 0,05 yaitu 0,002 maka tolak H0 yang berarti efek variabel keterlibatan konflik dengan masyarakat ada. Kemudian pada variabel faktor penyebab menjadi anak jalanan didapatkan nilai Partial Chi-Square = 44,029 > χ2

(2,5%) = 5,991 atau P_value < 0,05 yaitu 0,000 maka tolak H0 yang berarti efek variabel faktor penyebab menjadi anak jalanan ada.

Pada eliminasi backward menunjukkan adanya perubahan pada nilai L.R.Chi-Square apabila salah satu efek interaksi dikeluarkan dari model, dimana nilai G2 = 12,312 > χ2

(2,5%) = 5,991. Dapat dilihat pula nilai P_value < 0,05 yaitu 0,002, sehingga H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa Model 0 (model lengkap) sebagai model terbaik yang berarti efek interaksi antara dua faktor masuk dalam model. Jadi model log linier untuk hubungan antara kedua variabel tersebut adalah :

𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝜆𝑖𝑥 + 𝜆𝑗

𝑦+ 𝜆𝑖𝑗

𝑥𝑦 Interpretasi dari model adalah adanya hubungan antara variabel faktor penyebab menjadi anak jalanan dengan variabel keterlibatan konflik dengan masyarakat. Selanjutnya untuk mengetahui kategori mana yang menyebabkan dependensi, dapat dilihat dari nilai Z setiap sel yang berada di luar interval -1,96 s/d 1,96. Tabel 14 Estimasi Parameter Faktor Penyebab Menjadi

Anak Jalanan dan Keterlibatan Konfik dengan

Masyarakat

Faktor Penyebab Menjadi

Anak Jalanan

Keterlibatan Konfik dengan

Masyarakat

Ya Tidak

Keluarga Koefisien 0,030 -0,030 Z-value 0,213 -0,213

Teman Koefisien 0,494 -0,494 Z-value 2,380 -2,380

Lingkungan

tinggal

Koefisien -0,524 0,524 Z-value -2,593 2,593

Tabel 14 memperlihatkan kecenderungan bahwa anak jalanan yang faktor penyebab menjadi anak jalanan karena teman cenderung memiliki keterlibatan konflik dengan masyarakat. Kemudian anak jalanan yang faktor penyebab menjadi anak jalanan karena lingkungan tenpat tinggal cenderung tidak memiliki keterlibatan konflik dengan masyarakat. Oleh karena itu pembinaan di rumah singgah lebih ditekankan pada anak jalanan yang faktor penyebab menjadi anak jalanan karena teman agar memiliki interaksi yang baik dengan masyarakat dan tidak terlibat konflik. 19. Hubungan Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal

Dengan Frekuensi Kunjungan ke Rumah

Singgah Setelah dilakukan uji independensi didapatkan

hasil bahwa antara kondisi lingkungan tempat tinggal dengan frekuensi kunjungan ke rumah singgah saling

10

dependen. selanjutnya dengan cara yang sama dilakukan analisis log linier untuk mengetahui kecenderungan antar variabel. Analisis Log Linier

Pada analisis log linier di bawah ini variabel X adalah kondisi lingkungan tempat tinggal dan variabel Y adalah frekuensi kunjungan ke rumah singgah. Langkah pertama dilakukan uji K-way untuk efek order ke-k atau lebih sama dengan nol. Untuk k=2 diperoleh statistik uji G2

hit = 14,042 > χ2(6,5%) = 12,592 atau dapat dilihat pada

nilai P_value yang kurang dari nilai α = 5% yaitu 0,029 dan untuk k=1 diperoleh nilai G2

hit = 35,729 > χ2(11,5%) =

19,675 atau dapat dilihat pada nilai P_value yang kurang dari nilai α = 5% yaitu 0,000 maka H0 ditolak, berarti ada efek order ke-2 dan ke-1 dan yang lebih tinggi masuk dalam model. Hal ini berarti ada interaksi antara kondisi lingkungan tempat tinggal dengan frekuensi kunjungan ke rumah singgah. Sedangkan pada uji efek order ke-k sama dengan nol, untuk k=1 diperoleh nilai G2

hit = 21,688 > χ2

(5,5%) = 11,070 dan untuk k=2 diperoleh nilai G2hit =

14,042 > χ2(6,5%) = 12,592 maka H0 ditolak. Hal itu

menunjukkan efek order ke-1 dan ke-2 sama dengan nol masuk dalam model.

Uji asosiasi parsial untuk variabel frekuensi kunjungan ke rumah singgah diperoleh nilai Partial Chi-Square = 9,045 > χ2

(3,5%) = 7,815 atau P_value < 0,05 yaitu 0,029 maka tolak H0 yang berarti efek variabel frekuensi kunjungan ke rumah singgah ada. Kemudian pada variabel kondisi lingkungan tempat tinggal didapatkan nilai Partial Chi-Square = 12,642 > χ2

(2,5%) = 5,991 atau P_value < 0,05 yaitu 0,002 maka tolak H0 yang berarti efek variabel kondisi lingkungan tempat tinggal ada dalam model.

Pada eliminasi backward menunjukkan adanya perubahan pada nilai L.R.Chi-Square apabila salah satu efek interaksi dikeluarkan dari model, dimana nilai G2 = 14,042 > χ2

(6,5%) = 12,592. Dapat dilihat pula nilai P_value < 0,05 yaitu 0,029, sehingga H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa Model 0 (model lengkap) sebagai model terbaik yang berarti efek interaksi antara dua faktor masuk dalam model. Jadi model log linier untuk hubungan antara kedua variabel tersebut adalah :

𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝜆𝑖𝑥 + 𝜆𝑗

𝑦+ 𝜆𝑖𝑗

𝑥𝑦 Interpretasi dari model adalah adanya hubungan antara variabel kondisi lingkungan tempat tinggal dengan variabel frekuensi kunjungan ke rumah singgah. Selanjutnya untuk mengetahui kategori mana yang menyebabkan dependensi, dapat dilihat dari nilai Z setiap sel yang berada di luar interval -1,96 s/d 1,96. Tabel 15 Estimasi Parameter Kondisi Lingkungan Tempat

Tinggal dan Frekuensi Kunjungan ke Rumah Singgah

Kondisi Lingkungan Tempat

Tinggal

Frekuensi Kunjungan ke Rumah Singgah

Setiap

hari Sering

Kadang-

kadang Jarang

Perkampungan Koefisien -0,303 0,699 -0,219 0,206 Z-value -1,116 3,435 -0,934 0,903

Pinggiran

sungai

Koefisien -0,226 -0,074 0,226 0,074 Z-value -1,107 -0,356 1,107 0,356

Lahan bekas

makam

Koefisien -0,007 -0,625 0,007 0,219 Z-value -0,009 -3,079 0,009 0,934

Tabel 15 memperlihatkan kecenderungan bahwa anak jalanan yang kondisi lingkungan tempat tinggalnya

perkam-pungan cenderung frekuensi kunjungan ke rumah singgahnya sering. Oleh karena itu rumah singgah diharapkan lebih memberikan program pembinaan yang menarik, agar anak jalanan dengan berbagai kondisi lingkungan tempat tinggal dapat sering datang untuk mendapatkan pembinaan. 20. Hubungan Kegiatan Anak di Jalan, Lama

Menjadi Anak Jalanan dan Keterlibatan Konflik

dengan Aparat

Pada analisis log linier di bawah ini variabel X adalah kegiatan anak di jalan, variabel Y adalah lama menjadi anak jalanan dan variabel Z adalah keterlibatan konflik dengan aparat.

Secara umum model log linier tiga dimensi adalah sebagai berikut.

𝐿𝑜𝑔 𝑚 𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝜆𝑖𝑥 + 𝜆𝑗

𝑦+ 𝜆𝑘

𝑍 + 𝜆𝑖𝑗𝑥𝑦

+ 𝜆𝑖𝑘𝑥𝑧 + 𝜆𝑗𝑘

𝑦𝑧 dimana : i = level variabel X, yaitu i = 1, 2,…i

j = level variabel Y, yaitu j = 1, 2,…j k = level variabel Z, yaitu k = 1, 2,…k

A. Uji Goodness of Fit Menurut Tingkat Interaksi

Faktor Pada pengujian efek order ke-K dan lebih tinggi

sama dengan nol dijabarkan sebagai berikut. Untuk K = 3 Hipotesis :

H0 : Efek order ke-3 dan yang lebih tinggi sama dengan nol H1 : Paling sedikit ada satu efek order ke-3 dan yang

lebih tinggi sama dengan nol Diperoleh statistik uji G2

hit = 8,944 < χ2(6,5%) =

12,592 atau dapat dilihat pada nilai P_value yang lebih dari nilai α = 5% yaitu 0,351. Sehingga gagal tolak H0 yang berarti efek order ke-3 dan yang lebih tinggi tidak ada dalam model. Untuk K = 2 Hipotesis :

H0 : Efek order ke-2 dan yang lebih tinggi sama dengan nol H1 : Paling sedikit ada satu efek order ke-2 dan yang

lebih tinggi sama dengan nol Diperoleh statistik uji G2

hit = 27,354 < χ2(17,5%) = 27,587

atau dapat dilihat pada nilai P_value yang lebih dari nilai α = 5% yaitu 0,096. Sehingga gagal tolak H0 yang berarti efek order ke-2 dan yang lebih tinggi tidak ada dalam model. Untuk K = 1 Hipotesis :

H0 : Efek order ke-1 dan yang lebih tinggi sama dengan nol H1 : Paling sedikit ada satu efek order ke-1 dan yang

lebih tinggi sama dengan nol Diperoleh statistik uji G2

hit = 108,926 > χ2(23,5%) = 35,172

atau dapat dilihat pada nilai P_value yang kurang dari nilai α = 5% yaitu 0,000. Sehingga tolak H0 yang berarti efek order ke-1 dan yang lebih tinggi ada dalam model.

Pada pengujian efek order ke-K sama dengan nol dijabarkan sebagai berikut. Untuk K = 1 Hipotesis :

H0 : Efek order ke-1 sama dengan nol H1 : Efek order ke-1 tidak sama dengan nol

11

Diperoleh statistik uji G2hit = 34,531 > χ2

(6,5%) = 12,592 atau dapat dilihat pada nilai P_value yang kurang dari nilai α = 5% yaitu 0,000. Sehingga tolak H0 yang berarti efek order ke-1 ada dalam model. Untuk K = 2 Hipotesis :

H0 : Efek order ke-2 sama dengan nol H1 : Efek order ke-2 tidak sama dengan nol

Diperoleh statistik uji G2hit = 18,409 < χ2

(11,5%) = 19,675 atau dapat dilihat pada nilai P_value yang lebih dari nilai α = 5% yaitu 0,073. Sehingga gagal tolak H0 yang berarti efek order ke-2 tidak ada dalam model. Untuk K = 3 Hipotesis :

H0 : Efek order ke-3 sama dengan nol H1 : Efek order ke-3 tidak sama dengan nol

Diperoleh statistik uji G2hit = 8,944 < χ2

(6,5%) = 12,592 atau dapat dilihat pada nilai P_value yang lebih dari nilai α = 5% yaitu 0,177. Sehingga gagal tolak H0 yang berarti efek order ke-3 tidak ada dalam model. B. Uji Asosiasi Parsial

Uji asosiasi parsial merupakan suatu uji untuk melihat dependensi masing-masing efek. Statistik uji yang digunakan adalah Partial Chi-Square dengan kriteria penolakan Partial Chi-Square > χ2

(df,α). Tabel 16 Uji Asosiasi Parsial

Efek Df Partial

Chi-Square P_value

A4*A5 6 5,828 0,443 A4*B8 3 11,823 0,008 A5*B8 2 0,037 0,981 A4 3 30,343 0,000 A5 2 47,042 0,000 B8 1 4,188 0,041

Pada Tabel 16 diperlihatkan hasil uji asosiasi parsial, dan untuk hipotesisnya sebagai berikut. 1. Efek hubungan antara kegiatan anak di jalan dengan

lama menjadi anak jalanan pada setiap kategori keterlibatan konflik dengan aparat H0 : Tidak ada hubungan antara kegiatan anak di

jalan dengan lama menjadi anak jalanan pada setiap kategori keterlibatan konflik dengan aparat

H1 : 𝐻 0 2. Efek hubungan antara kegiatan anak di jalan dengan

keterlibatan konflik dengan aparat pada setiap kategori lama menjadi anak jalanan H0 : Tidak ada hubungan antara kegiatan anak di

jalan dengan keterlibatan konflik dengan aparat pada setiap kategori lama menjadi anak jalanan

H1 : 𝐻 0 3. Efek hubungan antara lama menjadi anak jalanan

dengan keterlibatan konflik dengan aparat pada setiap kategori kegiatan anak di jalan H0 : Tidak ada hubungan antara lama menjadi anak

jalanan dengan keterlibatan konflik dengan aparat pada setiap kategori kegiatan anak di jalan

H1 : 𝐻 0 Model log linier jika H0(1) benar adalah :

𝐿𝑜𝑔 𝑚 𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝜆𝑖𝑥 + 𝜆𝑗

𝑦+ 𝜆𝑘

𝑍 + 𝜆𝑖𝑘𝑥𝑧 + 𝜆𝑗𝑘

𝑦𝑧 Diperoleh nilai Partial Chi-Square < χ2

(6,5%) yaitu 5,828 < 12,592 atau P_value > 0,05 maka gagal tolak H0. Ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara kegiatan anak di

jalan dengan lama menjadi anak jalanan pada setiap kategori keterlibatan konflik dengan aparat. Model log linier jika H0(2) benar adalah :

𝐿𝑜𝑔 𝑚 𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝜆𝑖𝑥 + 𝜆𝑗

𝑦+ 𝜆𝑘

𝑍 + 𝜆𝑖𝑗𝑥𝑦

+ 𝜆𝑗𝑘𝑦𝑧

Diperoleh nilai Partial Chi-Square > χ2(3,5%) yaitu 11,823

> 7,815 atau P_value < 0,05 maka tolak H0. Ini berarti bahwa ada hubungan antara kegiatan anak di jalan dengan keterlibatan konflik dengan aparat pada setiap kategori lama menjadi anak jalanan. Model log linier jika H0(3) benar adalah :

𝐿𝑜𝑔 𝑚 𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝜆𝑖𝑥 + 𝜆𝑗

𝑦+ 𝜆𝑘

𝑍 + 𝜆𝑖𝑗𝑥𝑦

+ 𝜆𝑖𝑘𝑥𝑧

Diperoleh nilai Partial Chi-Square < χ2(2,5%) yaitu

0,037 < 5,991 atau P_value > 0,05 maka gagal tolak H0. Ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara lama menjadi anak jalanan dengan keterlibatan konflik dengan aparat pada setiap kategori kegiatan anak di jalan.

C. Eliminasi Backward

Seleksi model dengan menggunakan metode Backward Elimination dimulai dari model umum atau semua kemungkinan dimasukkan. Untuk memilih model terbaik menggunakan hipotesis sebagai berikut.

H0 : Model 1 adalah model terbaik H1 : Model 0 adalah model terbaik

Model 0 𝐿𝑜𝑔 𝑚 𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝜆𝑖

𝑥 + 𝜆𝑗𝑦

+ 𝜆𝑘𝑍 + 𝜆𝑖𝑗

𝑥𝑦+ 𝜆𝑖𝑘

𝑥𝑧 + 𝜆𝑗𝑘𝑦𝑧

Model 1 adalah salah satu interaksi antara dua variabel dihilangkan dalam model Berikut merupakan hasil model akhir yang didapat setelah dilakukan eliminasi backward :

Tabel 17 Hasil Seleksi Model Efek L.R.Chi-Square df P_value

A4*B8, A5 15,170 14 0,367

Tabel 17 menunjukkan adanya perubahan pada nilai L.R.Chi-Square dan P_value apabila efek interaksi dikeluarkan dari model, dimana nilai G2 = 15,170 < χ2

(14,5%) = 23,685. Dapat dilihat pula nilai P_value > 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Model 1 sebagai model terbaik. Jadi model log linier tiga dimensi untuk hubungan antar variabel tersebut adalah :

𝐿𝑜𝑔 𝑚 𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝜆𝑖𝑥 + 𝜆𝑗

𝑦+ 𝜆𝑘

𝑍 + 𝜆𝑖𝑘𝑥𝑧

Interpretasi dari model adalah adanya hubungan antara kegiatan anak di jalan dengan keterlibatan konflik dengan aparat pada setiap kategori lama menjadi anak jalanan, dimana pengaruh efek utama variabel kegiatan anak di jalan, variabel lama menjadi anak jalanan dan variabel keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah juga masuk ke dalam model.

Selanjutnya untuk mengetahui kategori mana yang menyebabkan dependensi, dapat dilihat dari nilai Z setiap sel yang berada di luar interval -1,96 s/d 1,96. Jika hal tersebut memenuhi, maka sel tersebut cenderung menyebabkan dependensi. Dari hasil nilai Z, diketahui bahwa anak jalanan yang memiliki kegiatan di jalan sebagai penjual asongan dan memiliki lama di jalan lebih dari 5 tahun cenderung memiliki keterlibatan konflik dengan aparat. Kemudian anak jalanan yang memiliki kegiatan di jalan sebagai pemulung dan memiliki lama di jalan antara 3-5 tahun cenderung memiliki keterlibatan konflik dengan aparat.

12

21. Hubungan Hubungan sosial dalam keluarga,

Frekuensi kunjungan ke rumah singgah dan

Harapan terhadap pemerintah

Pada analisis log linier di bawah ini variabel X adalah hubungan sosial dalam keluarga, variabel Y adalah frekuensi kunjungan ke rumah singgah dan variabel Z adalah harapan terhadap pemerintah. A. Uji Goodness of Fit Menurut Tingkat Interaksi

Faktor Pada pengujian efek order ke-K dan lebih tinggi

sama dengan nol dijabarkan sebagai berikut. Untuk K = 3 Hipotesis :

H0 : Efek order ke-3 dan yang lebih tinggi sama dengan nol H1 : Paling sedikit ada satu efek order ke-3 dan yang

lebih tinggi sama dengan nol Diperoleh statistik uji G2

hit = 21,885 < χ2(27,5%) =

40,113 atau dapat dilihat pada nilai P_value yang lebih dari nilai α = 5% yaitu 0,743. Sehingga gagal tolak H0 yang berarti efek order ke-3 dan yang lebih tinggi tidak ada dalam model. Untuk K = 2 Hipotesis :

H0 : Efek order ke-2 dan yang lebih tinggi sama dengan nol H1 : Paling sedikit ada satu efek order ke-2 dan yang

lebih tinggi sama dengan nol Diperoleh statistik uji G2

hit = 53,320 < χ2(54,5%) = 72,153

atau dapat dilihat pada nilai P_value yang lebih dari nilai α = 5% yaitu 0,501. Sehingga gagal tolak H0 yang berarti efek order ke-2 dan yang lebih tinggi tidak ada dalam model. Untuk K = 1 Hipotesis :

H0 : Efek order ke-1 dan yang lebih tinggi sama dengan nol H1 : Paling sedikit ada satu efek order ke-1 dan yang

lebih tinggi sama dengan nol Diperoleh statistik uji G2

hit = 321,837 > χ2(63,5%) = 82,529

atau dapat dilihat pada nilai P_value yang kurang dari nilai α = 5% yaitu 0,000. Sehingga tolak H0 yang berarti efek order ke-1 dan yang lebih tinggi ada dalam model.

Pada pengujian efek order ke-K sama dengan nol dijabarkan sebagai berikut. Untuk K = 1 Hipotesis :

H0 : Efek order ke-1 sama dengan nol H1 : Efek order ke-1 tidak sama dengan nol

Diperoleh statistik uji G2hit = 268,517 > χ2

(9,5%) = 16,919 atau dapat dilihat pada nilai P_value yang kurang dari nilai α = 5% yaitu 0,000. Sehingga tolak H0 yang berarti efek order ke-1 ada dalam model. Untuk K = 2 Hipotesis :

H0 : Efek order ke-2 sama dengan nol H1 : Efek order ke-2 tidak sama dengan nol

Diperoleh statistik uji G2hit = 31,435 < χ2

(27,5%) = 40,113 atau dapat dilihat pada nilai P_value yang lebih dari nilai α = 5% yaitu 0,254. Sehingga gagal tolak H0 yang berarti efek order ke-2 tidak ada dalam model.

Untuk K = 3 Hipotesis :

H0 : Efek order ke-3 sama dengan nol H1 : Efek order ke-3 tidak sama dengan nol

Diperoleh statistik uji G2hit = 21,885 < χ2

(27,5%) = 40,113 atau dapat dilihat pada nilai P_value yang lebih dari nilai α = 5% yaitu 0,743. Sehingga gagal tolak H0 yang berarti efek order ke-3 tidak ada dalam model. B. Uji Asosiasi Parsial

Uji asosiasi parsial merupakan suatu uji untuk melihat dependensi masing-masing efek. Statistik uji yang digunakan adalah Partial Chi-Square dengan kriteria penolakan Partial Chi-Square > χ2

(df,α). Tabel 18 Uji Asosiasi Parsial

Efek Df Partial

Chi-Square P_value

A12*B1 9 20,388 0,016 A12*B10 9 ,713 1,000 B1*B10 9 11,008 0,275 A12 3 17,961 0,000 B1 3 9,045 0,029 B10 3 241,510 0,000

Pada Tabel 18 diperlihatkan hasil uji asosiasi parsial, dan untuk hipotesisnya sebagai berikut. 1. Efek hubungan antara hubungan sosial dalam keluarga

dengan frekuensi kunjungan ke rumah singgah pada setiap kategori harapan terhadap pemerintah H0 : Tidak ada hubungan antara hubungan sosial

dalam keluarga dengan frekuensi kunjungan ke rumah singgah pada setiap kategori harapan terhadap pemerintah

H1 : 𝐻 0 2. Efek hubungan antara hubungan sosial dalam keluarga

dengan harapan terhadap pemerintah pada setiap kategori frekuensi kunjungan ke rumah singgah H0 : Tidak ada hubungan antara hubungan sosial

dalam keluarga dengan harapan terhadap pemerintah pada setiap kategori frekuensi kunjungan ke rumah singgah

H1 : 𝐻 0 3. Efek hubungan antara frekuensi kunjungan ke rumah

singgah dengan harapan terhadap pemerintah pada setiap kategori hubungan sosial dalam keluarga H0 : Tidak ada hubungan antara frekuensi kunjungan

ke rumah singgah dengan harapan terhadap pemerintah pada setiap kategori hubungan sosial dalam keluarga

H1 : 𝐻 0 Model log linier jika H0(1) benar adalah :

𝐿𝑜𝑔 𝑚 𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝜆𝑖𝑥 + 𝜆𝑗

𝑦+ 𝜆𝑘

𝑍 + 𝜆𝑖𝑘𝑥𝑧 + 𝜆𝑗𝑘

𝑦𝑧 Diperoleh nilai Partial Chi-square < χ2

(9,5%) yaitu 20,388 > 16,919 atau p_value < 0,05 maka tolak h0. ini berarti bahwa ada hubungan antara hubungan sosial dalam keluarga dengan frekuensi kunjungan ke rumah singgah pada setiap kategori harapan terhadap pemerintah. Model log linier jika H0(2) benar adalah :

𝐿𝑜𝑔 𝑚 𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝜆𝑖𝑥 + 𝜆𝑗

𝑦+ 𝜆𝑘

𝑍 + 𝜆𝑖𝑗𝑥𝑦

+ 𝜆𝑗𝑘𝑦𝑧

Diperoleh nilai Partial chi-square < χ2(9,5%) yaitu 0,713 <

16,919 atau p_value > 0,05 maka tolak h0. ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara hubungan sosial dalam keluarga dengan harapan terhadap pemerintah pada setiap kategori frekuensi kunjungan ke rumah singgah.

13

Model log linier jika H0(3) benar adalah : 𝐿𝑜𝑔 𝑚 𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝜆𝑖

𝑥 + 𝜆𝑗𝑦

+ 𝜆𝑘𝑍 + 𝜆𝑖𝑗

𝑥𝑦+ 𝜆𝑖𝑘

𝑥𝑧 Diperoleh nilai Partial Chi-Square < χ2

(9,5%) yaitu 11,008 < 16,919 atau p_value > 0,05 maka gagal tolak h0. ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi kunjungan ke rumah singgah dengan harapan terhadap pemerintah pada setiap kategori hubungan sosial dalam keluarga.

C. Eliminasi Backward

Seleksi model dengan menggunakan metode Backward Elimination dimulai dari model umum atau semua kemungkinan dimasukkan. Untuk memilih model terbaik menggunakan hipotesis sebagai berikut.

H0 : Model 1 adalah model terbaik H1 : Model 0 adalah model terbaik

Model 0 𝐿𝑜𝑔 𝑚 𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝜆𝑖

𝑥 + 𝜆𝑗𝑦

+ 𝜆𝑘𝑍 + 𝜆𝑖𝑗

𝑥𝑦+ 𝜆𝑖𝑘

𝑥𝑧 + 𝜆𝑗𝑘𝑦𝑧

Model 1 adalah salah satu interaksi antara dua variabel dihilangkan dalam model Berikut merupakan hasil model akhir yang didapat setelah dilakukan eliminasi backward :

Tabel 19 Hasil Seleksi Model Efek L.R.Chi-Square df P_value

A12*B1, B10 33,269 45 0,902

Tabel 19 menunjukkan adanya perubahan pada nilai L.R.Chi-Square dan P_value apabila efek interaksi dikeluarkan dari model, dimana nilai G2 = 33,269 < χ2

(45,5%) = 61,656. Dapat dilihat pula nilai P_value > 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Model 1 sebagai model terbaik. Jadi model log linier tiga dimensi untuk hubungan antar variabel tersebut adalah :

𝐿𝑜𝑔 𝑚 𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝜆𝑖𝑥 + 𝜆𝑗

𝑦+ 𝜆𝑘

𝑍 + 𝜆𝑖𝑗𝑥𝑦

Interpretasi dari model adalah adanya hubungan antara hubungan sosial dalam keluarga dengan frekuensi kunjungan ke rumah singgah pada setiap kategori harapan terhadap pemerintah, dimana pengaruh efek utama variabel hubungan sosial dalam keluarga, variabel frekuensi kunjungan ke rumah singgah dan variabel harapan terhadap pemerintah pemerintah juga masuk ke dalam model.

Selanjutnya untuk mengetahui kategori mana yang menyebabkan dependensi, dapat dilihat dari nilai Z setiap sel yang berada di luar interval -1,96 s/d 1,96. Jika hal tersebut memenuhi, maka sel tersebut cenderung menyebabkan dependensi. Dari hasil nilai Z, diketahui bahwa anak jalanan yang hubungan sosial dalam keluarganya yaitu keluarga tidak peduli cenderung frekuensi kunjungan ke rumah singgahnya setiap hari. Kemudian anak jalanan yang hubungan sosial dalam keluarganya yaitu sering terjadi kekerasan cenderung frekuensi kunjungan ke rumah singgahnya sering. 22. Kesimpulan

Bardasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Berdasarkan analisis statistik deskriptif untuk

karakteristik sosial dan ekonomi anak jalanan binaan di rumah singgah ALIT, diketahui mayoritas memiliki kegiatan di jalan sebagai pengamen yaitu sebanyak 58 orang atau 45,7 persen. Untuk pendidikan, mayoritas anak jalanan berpendidikan SD yaitu sebanyak 60

orang atau 47,2 persen. Untuk pekerjaan orang tua, sebagian besar anak jalanan pekerjaan orang tuanya adalah pedagang yaitu sebanyak 42 orang atau 33,1 persen. Untuk kondisi lingkungan tempat tinggal, mayoritas anak jalanan memiliki tempat tinggal di pinggiran sungai yaitu sebanyak 56 orang atau 44,1 persen. Untuk jumlah penghasilan per hari, sebagian besar anak jalanan mempunyai jumlah penghasilan per hari antara Rp 30,000 - Rp 50,000 yaitu sebanyak 52 orang atau 40,9 persen. Untuk penggunaan peng-hasilan, mayoritas anak jalanan menggunakan peng-hasilannya untuk kebutuhan keluarga yaitu sebanyak 79 orang atau 62,2 persen. Sedangkan statistik deskriptif untuk perilaku anak jalanan binaan, diketahui mayoritas memiliki frekuensi kunjungan ke rumah singgah sering yaitu sebanyak 46 orang atau 36,2 persen. Untuk interaksi dengan masyarakat sekitar rumah singgah, sebagian besar anak jalanan memiliki interaksi cukup yaitu sebanyak 86 orang atau 67,7 persen. Untuk keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah, sebagian besar anak jalanan tidak memiliki konflik yaitu sebanyak 75 orang atau 59,1 persen. Untuk kepedulian terhadap nasib teman, sebagian besar anak jalanan menolong seadanya yaitu sebanyak 86 orang atau 67,7 persen. Untuk harapan terhadap pemerintah, mayoritas anak jalanan meng-harapkan adanya beasiswa yaitu 102 orang atau 80,3 persen.

2. Pada analisis log linier dua dimensi menunjukkan adanya hubungan antara variabel kegiatan anak di jalan dengan variabel keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah, dimana anak jalanan yang memiliki kegiatan sebagai penjual asongan cenderung memiliki keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah dan anak jalanan yang memiliki kegiatan di jalan bermain cenderung tidak memiliki keterlibatan konflik dengan aparat. Selain itu juga ada hubungan antara variabel lama menjadi anak jalanan dengan variabel keterlibatan konflik dengan masyarakat sekitar, variabel hubungan sosial dalam keluarga dengan variabel frekuensi kunjungan ke rumah singgah, variabel faktor penyebab menjadi anak jalanan dengan variabel keterlibatan konflik dengan masyarakat dan variabel kondisi lingkungan tempat tinggal dengan variabel frekuensi ke rumah singgah. Untuk model log linier tiga dimensi didapatkan adanya hubungan antara kegiatan anak di jalan dengan keterlibatan konflik dengan aparat pada setiap kategori lama menjadi anak jalanan, dimana anak jalanan yang memiliki kegiatan di jalan sebagai penjual asongan dan memiliki lama di jalan lebih dari 5 tahun cenderung memiliki keterlibatan konflik dengan aparat. Kemudian adanya hubungan antara hubungan sosial dalam keluarga denganfrekuensi kunjungan ke rumah singgah pada setiap kategori harapan terhadap pemerintah, dimana anak jalanan yang hubungan sosial dalam keluarganya yaitu keluarga tidak peduli cenderung frekuensi kunjungan ke rumah singgahnya setiap hari.

23. Saran

Terdapat beberapa saran dari hasil penelitian yaitu sebagai berikut.

14

1. Dalam menyusun kuisioner sebaiknya disesuaikan dengan kondisi objek penelitian yang akan disurvei, untuk meng-hindari jumlah kategori yang sedikit dan adanya outlier.

2. Diperlukan adanya kerangka konsep yang jelas menyangkut penentuan variabel penelitian yang akan digunakan.

3. Program pembinaan di rumah singgah diharapkan lebih dapat memberikan perubahan perilaku anak jalanan binaan menjadi lebih baik yang disesuaikan dengan karakteristik anak jalanan tersebut.

24. Daftar Pustaka

Agresti, A.1996. An Introduction to Categorical Data Analysis. John Wiley & Sons, Inc. New York, USA.

Anonim. 2010. Peta Masalah Anak Jalanan. Diunduh dari alamat http://tkskponorogo.blogspot.com/2010 /03/peta-masalah-anak-jalanan, pada Jumat, 15 Oktober 2010, 20.30 pm.

Anonim. 2010. Jumlah Anak Jalanan ’Meledak’. Diunduh dari alamat http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/02/09/jumlah-anak-jalanan-meledak, pada Selasa, 19 Oktober 2010, 08.30 am.

Astutik, Dwi. 2004. Pengembangan Model Pembinaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah di Jawa Timur. Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya.

Departemen Sosial RI. 1999. Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah. Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Sosial, Jakarta.

Departemen Sosial RI. 2006. Modul Pelayanan Sosial Anak Jalanan. Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Jakarta.

Fiendberg,SE. 1976. Analysis of Cross Classification Categorical Data. The Mits Press. London.

Hakiki. 1999. Jurnal Perlindungan Anak, Volume 1 No. 2 Nur Wulan, Natria. 2002. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Perilaku Anak Jalanan Binaan dan Non Binaan. Tugas Akhir Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Surabaya.

Sanituti Hariadi, Sri & Suyanto, Bagong. 2002. Krisis & Child Abuse (Kajian Sosiologis Tentang Kasus Pelanggaran Hak Anak dan Anak-anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus). Universitas Airlangga Press, Surabaya.

Umrah, Yuliati, dkk. 2004. Pelajaran dari Anak-Anak Merdeka. Guci Media, Surabaya.

Walpole, E. Ronald. 1995. Pengantar Statistika, Edisi ketiga. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wayne, W. Daniel. 1998. Statistik Non Parametrik Terapan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wulandari, Sri Pingit, dkk. 2009. Buku Ajar Analisis Data Kualitatif. Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Surabaya.