30
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI SALURAN REPRODUKSI IMAGO BETINA ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) ANDRA ADI ESNAWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI SALURAN REPRODUKSI … · 3 Diagram alir identifikasi bakteri Gram negatif 9 4 Koloni bakteri yang tumbuh pada media agar darah dan MCA 11 5 Hasil

  • Upload
    others

  • View
    58

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI SALURAN

REPRODUKSI IMAGO BETINA ULAT SUTERA LIAR

Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae)

ANDRA ADI ESNAWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Isolasi dan Identifikasi

Bakteri Saluran Reproduksi Imago Betina Ulat Sutera Liar Attacus atlas L.

(Lepidoptera: Saturniidae) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Andra Adi Esnawan

NIM B04090010

ABSTRAK

ANDRA ADI ESNAWAN. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Saluran Reproduksi

Imago Betina Ulat Sutera Liar Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae).

Dibimbing oleh USAMAH AFIFF dan DAMIANA RITA EKASTUTI.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bakteri yang terdapat dalam

saluran reproduksi imago betina ulat sutera liar Attacus atlas. Sampel diambil dari

saluran telur pada empat ekor imago betina A. atlas. Sampel tersebut dibiakkan

pada agar darah dan agar MacConkey. Identifikasi bakteri yang dilakukan

berdasarkan pada ciri koloni, morfologi bakteri, sifat Gram, dan uji biokimiawi.

Terdapat tiga genus bakteri yang teridentifikasi yakni Aeromonas sp.,

Pseudomonas sp., dan Bacillus sp..

Kata kunci : Attacus atlas, bakteri, imago, saluran reproduksi, ulat sutera

ABSTRACT

ANDRA ADI ESNAWAN. Isolation and Identification Bacteria of Female

Reproduction Tract of Wild Silkworm Attacus atlas L. Imagoes (Lepidoptera:

Saturniidae). Supervised by USAMAH AFIFF and DAMIANA RITA

EKASTUTI.

The purpose of this research was to identify the bacteria that colonized the

reproductive tract of female imago wild silkworms Attacus atlas. The sample

taken from eggs tract from four female imagoes A. atlas. The samples were

cultured on blood agar and MacConkey agar. The identification of the bacteria

that was done based on the characteristics of the colony, bacterial morphology,

Gram staining, and the biochemical test. The result showed that there were three

genera of the bacteria isolated namely Aeromonas sp., Pseudomonas sp., and

Bacillus sp..

Keywords: Attacus atlas, bacteria, imagoes, reproductive tract, silkworms

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI SALURAN

REPRODUKSI IMAGO BETINA ULAT SUTERA LIAR

Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae)

ANDRA ADI ESNAWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Judul Skripsi: Isolasi dan Identifikasi Bakteri Saluran Reproduksi Imago Betina Ulat Sutera Liar Attacus Atlas L. (Lepidoptera: Sa_turniidae)

Nama NIM

: Andra Adi Esnawan : 804090010

Disetujui oleh

Drh Usamah Afiff, MSc Pembimbing I

Tanggal Lulus: l.1 4 JAN 2015

'-­

Dr Drh Damiana Rita Ekastuti, MS, AIF Pembimbing II

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan, dengan judul

Identifikasi Bakteri Saluran Reproduksi Imago Ulat Sutera Liar Attacus atlas L.

(Lepidoptera Saturniidae).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drh Usamah Afiff, MSc dan

Ibu Dr Drh Damiana Rita Ekastuti, MS selaku pembimbing yang telah

memberikan banyak arahan, saran, serta bimbingan selama tugas akhir ini. Ibu Dr

Drh Hj Sri Murtini, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan nasihat, motivasi, dan bimbingan moral selama ini. Orangtua tercinta

Bapak Drs H Sumariyono dan Ibu Hj Lilik Wahyuni atas doa, dukungan dan kasih

sayang selama ini. Di samping itu, terimakasih penulis sampaikan kepada Rahmad

Arsy dan Muhammad Fajar selaku rekan penelitian yang banyak membantu,

memberi semangat dan memotivasi dalam tugas akhir ini. Ungkapan terima kasih

juga disampaikan kepada Ika Septiana Anggun Puspita atas semangat, doa dan

dukungannya selama ini, tak lupa teman-teman yang banyak membantu dan

memberikan semangat, Adik-adikku serta seluruh keluarga besar yang selalu

menjadi motivasi bagi penulis.

Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

Andra Adi Esnawan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Taksonomi Ulat Sutera Liar Attacus atlas 2

Morfologi Imago 4

Bakteri pada Ulat Sutera 4

MATERI DAN METODE 6

Lokasi dan Waktu Penelitian 6

Materi 7

Prosedur Penelitian 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

RIWAYAT HIDUP 20

DAFTAR TABEL

1 Identifikasi bakteri pada ulat sutera B. mori 5

2 Hasil isolasi bakteri saluran reproduksi imago betina A. atlas dengan

media agar darah 10

3 Hasil isolasi bakteri saluran reproduksi imago betina A. atlas dengan

media Mac Conkey Agar 10

4 Hasil pewarnaan Gram bakteri pada saluran reproduksi imago betina

A. atlas dari media agar darah 11

5 Hasil pewarnaan Gram bakteri pada saluran reproduksi imago betina

A. atlas dari media Mac Conkey Agar 11

6 Hasil pengujian biokimia bakteri pada saluran reproduksi reproduksi

imago betina A. atlas dari media agar darah 12

7 Hasil pengujian biokimia bakteri pada saluran reproduksi imago

betina A. atlas dari media Mac Conkey Agar 12

DAFTAR GAMBAR

1 Siklus hidup Attacus atlas dari telur sampai imago 3 2 Diagram alir identifikasi bakteri Gram positif 8 3 Diagram alir identifikasi bakteri Gram negatif 9

4 Koloni bakteri yang tumbuh pada media agar darah dan MCA 11

5 Hasil pewarnaan Gram bakteri pada media agar darah dan MCA 11

6 Hasil uji oksidase 12

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dan tepat dilalui jalur

khatulistiwa dengan curah hujan turun sepanjang tahun menjadikan Indonesia

kaya akan biodiversitas yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Salah satu

serangga yang memiliki potensi adalah ulat sutera liar Attacus atlas (A. atlas)

merupakan ulat sutera yang memiliki beberapa keistimewaan antara lain; serangga

asli Indonesia, dapat hidup sepanjang tahun tidak memiliki musim tertentu (selalu

ada sepanjang tahun) (Peigler 1989), dapat hidup dalam beberapa generasi dalam

setahun (polivoltin) serta hidup dan makan pada berbagai inang tanaman

(polifagus) (Awan 2007; Mulyani 2008).

Permintaan pasar dunia terhadap sutera dalam beberapa tahun terakhir

meningkat. Menurut data yang dikeluarkan International Silk Association (ISA

2000), China merupakan konsumen terbesar sutera yaitu membutuhkan kokon dan

benang sutera mentah mencapai 37.441 ton, diikuti India sebanyak 1.529 ton,

Madagaskar 40 ton dan Nepal sebanyak 2 ton setiap tahun. Kebutuhan benang

sutera di dalam negeri untuk industri belum pernah tercukupi. Persediaan yang

terbatas menyebabkan pembelian benang sutera harus memesan terlebih dahulu

(Ekastuti 2012). Kondisi tersebut menyebabkan pengambilan kokon dari alam

meningkat yang dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan kepunahan A.

atlas di alam. Tingkat keberhasilan budidaya A. atlas masih rendah, hal ini

berkaitan dengan perubahan lingkungan yang tidak menentu (anomali cuaca)

disamping pengaruh predator, parasit dan faktor penyebab lainnya (Rianto 2009).

Organ reproduksi betina A. atlas adalah sepasang ovari yang terdapat di

dalam kulit dorsal segmen ke-8 dan tidak nampak dari luar. Bentuk organ tetap

dari mulai menetas sampai larva tumbuh maksimal. Organ ini berkembang pesat

pada stadia pupa, terutama ovari betinanya, dan akhirnya merupakan bagian

utama dari tubuh. Hal ini menunjukkan pentingnya saluran reproduksi betina

dalam kelangsungan populasi A. atlas di alam dan proses budidaya yang akan

dilakukan.

Menurut Situmorang (1996) dalam Awan (2007), selama ini tingkat

keberhasilan proses budidaya di lapangan baru sekitar 10% saja, agar A. atlas

dapat dibudidayakan secara besar-besaran diperlukan pengetahuan yang lebih

mendalam tentang bioekologi A. atlas tersebut. Belum banyak penelitian

mengenai flora normal, mikroorganisme patogen, dan mikroorganisme yang

bersifat zoonotik pada imago A. atlas di Indonesia. Informasi tersebut dapat

membantu dalam pencegahan penyakit zoonotik antara individu yang terlibat

dalam upaya tersebut, sehingga perlu diadakan penelitian terkait dalam rangka

membantu upaya budidaya A. atlas.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bakteri yang terdapat dalam

saluran reproduksi imago betina ulat sutera liar A. atlas.

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai bakteri

yang bersifat sebagai flora normal atau berperan sebagai patogen yang terdapat

pada saluran reproduksi imago betina A. atlas.

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Ulat Sutera Liar (Attacus atlas)

Ulat sutera liar A. atlas adalah serangga yang berukuran besar dan banyak

ditemukan di hutan-hutan tropis dan subtropis seperti di Asia Tenggara, Asia

bagian Selatan, Asia Timur, daerah selatan China, melintasi kepulauan Malaysia,

Thailand, dan Indonesia (Peigler 1989). Penyebaran A. atlas hampir di seluruh

wilayah Indonesia, diantaranya pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi,

Maluku, dan Papua. Ulat sutera A. atlas termasuk hewan polivoltin yang berarti

hewan ini memiliki siklus lebih dari satu kali dalam setahun dan termasuk

serangga polifagus yang dapat hidup pada 90 golongan tumbuhan dari 48 famili

yang bisa dimakan oleh larva A. atlas (Peigler 1989). Klasifikasi A. atlas menurut

Peigler (1989) adalah sebagai berikut:

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Super family : Bombycoidea

Famili : Saturniidae

Sub family : Saturniinae

Genus : Attacus

Spesies : Attacus atlas

Attacus atlas memakan daun teh (Camellia sinensis), sirsak (Annona

muricata), rambutan (Nephelium lappaceum), cengkeh (Syzygium aromaticum),

dadap (Erythrina spp), mangga (Mangifera indica), jambu biji (Psidium guajava

L), dan tanaman dikotil lainnya (Kalshoven 1981). Imago A. atlas dapat ditemui

sepanjang tahun (Peigler 1989).

Siklus Hidup

Attacus atlas merupakan serangga yang mengalami metamorfosis

sempurna yaitu mengalami siklus kehidupan mulai dari fase telur – larva – pupa –

imago (Chapman 1998 dalam Awan 2007). Hasil penelitian Awan (2007) yang

menjelaskan tentang siklus hidup ulat sutera A. atlas dengan pakan daun sirsak

dapat dilihat pada Gambar 1.

3

(Sumber : http://www.arbec.com.my/moths/plate20.php dan Awan 2007)

Gambar 1 Siklus hidup Attacus atlas dari telur sampai imago

4

Morfologi Imago

Menurut Atmosoedarjo et al. (2000), tubuh imago terbagi menjadi tiga

bagian yaitu kepala, toraks dan abdomen, yang semuanya ditutupi oleh sisik

bertumpuk. Abdomen terdiri dari delapan segmen untuk jantan dan tujuh segmen

untuk betina. Awan (2007), menjelaskan bahwa imago keluar melalui lubang di

ujung anterior kokon yang telah terbentuk saat pembuatan kokon. Imago yang

baru keluar dari kokon biasanya masih basah oleh suatu cairan yang berwarna

putih keruh, sayap belum terbentuk sempurna. Attacus atlas adalah ngengat

terbesar di dunia dengan rentangan sayap terbesar diantara anggota Lepidoptera

lainnya (Peigler 1989). Imago yang baru keluar ini akan segera mencari ranting

atau dahan dan akan mengambil posisi menggantung dengan abdomen berada di

bawah sehingga mudah mengembangkan sayapnya. Kondisi sayap yang baru

mengembang ini masih lemah dan belum dapat digunakan untuk terbang. Sayap

yang telah mengembang sempurna beberapa jam kemudian akan segera mengeras

dan cukup kuat digunakan terbang (Awan 2007). Mulyani (2008) menambahkan

warna dan pola sayap pada A. atlas memberikan kesan suatu tatanan mekanisme

pertahanan dari serangan predator.

Secara keseluruhan ukuran betina lebih besar daripada jantan (Mulyani

2008). Ngengat betina memiliki abdomen yang besar yang berisi telur-telur dan

ukuran tubuhnya lebih besar daripada ngengat jantan. Ngengat jantan dan betina

dapat dibedakan dengan melihat ciri-ciri antenanya, dimana antena jantan lebih

besar daripada antena betina. Ngengat betina memiliki panjang antena 17 – 21

mm dan lebar 3 mm sedangkan panjang antena yang dimiliki ngengat jantan

adalah 23 – 30 mm dan lebar 10 – 13 mm (Peigler 1989). Ngengat jantan

memiliki sayap dengan ujung yang lebih meruncing.

Ngengat betina biasanya lebih pasif dan mengeluarkan zat pemikat atau

feromon yang bisa dideteksi oleh kemoreseptor yang ada di antena ngengat jantan.

Beberapa jam setelah melakukan perkawinan, ngengat betina akan segera bertelur

dan mampu menghasilkan telur sebanyak 100 sampai 360 butir. Umur imago

jantan adalah 2 – 4 hari dan umur imago betina adalah 2 – 10 hari (Awan 2007).

Awan (2007) menyatakan bahwa variasi waktu keluar ngengat disebabkan

adanya perbedaan tingkah laku tiap individu pupa yang telah ada. Ngengat betina

membutuhkan waktu yang cukup lama bila dibandingkan dengan jantan, hal ini

disebabkan pada betina terjadi pembentukan telur (oogenesis).

Bakteri Pada Ulat Sutera

Menurut Solihin et al. (2010), Bacillus thuringiensis lazim menyerang

serangga pada fase larva sehingga sering dijadikan sebagai insektisida hayati

dalam upaya pengendalian berbagai hama ulat pengganggu tanaman budidaya.

Gejala penyakit pada A. atlas pada fase larva yang terserang di antaranya larva

akan terlihat lemas dan mengeluarkan cairan atau lendir.

Beberapa koloni bakteri dari ulat sutera Bombyx mori yang berhasil diisolasi

dan diidentifikasi ditabulasi dalam Tabel 1.

5

Tabel 1 Identifikasi bakteri pada ulat sutera B. mori yang sakit

(Sakthivel et al. 2012)

No Bakteri

1 Bacillus subtilis

2 Streptococcus pneumoniae

3 Staphylococcus aureus

4 Escherichia coli

5 Pseudomonas fluorescence

6 Bacillus cereus

7 Klebsiella cloacae

Bacillus subtilis

Bacillus subtilis adalah bakteri Gram positif yang biasanya ditemukan di

dalam tanah. Bakteri ini mempunyai kemampuan membentuk pertahanan diri

yang kuat, dengan membentuk endospora yang bersifat melindungi sehingga

dapat tahan pada kondisi lingkungan yang ekstrim (Nakano dan Zuber 1998).

Bacillus subtilis tidak secara langsung termasuk sebagai patogen pada

manusia, bagaimanapun Bacillus subtilis dapat mengkontaminasi makanan tetapi

tidak sampai menyebabkan makanan menjadi beracun (Ryan dan Ray 2004).

Sporanya dapat bertahan hidup pada pemanasan ekstrim yang seringkali

digunakan untuk memasak makanan dan juga mampu membuat produk pangan

roti menjadi busuk atau rusak (Gielen et al. 2004).

Streptococcus pneumoniae

Streptococcus pneumoniae adalah mikroflora normal saluran pernafasan

bagian atas (nasofaringeal) manusia (Todar 2011). Mikroflora normal mempunyai

peranan penting dalam mencegah penyakit infeksi (Bogaert et al. 2004). Daya

tahan tubuh yang tidak seimbang, menyebabkan bakteri patogen ini mampu

berkembang biak lebih cepat dan mengakibatkan infeksi (PDPI 2005).

Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri Gram-positif, berbentuk bulat telur

atau seperti bola. Secara khas bakteri Streptococcus pneumoniae terlihat sebagai

kokus yang berpasangan (diplokokus atau rantai pendek. Bagian ujung belakang

tiap pasangan sel secara khas berbentuk tombak (runcing tumpul) (Todar 2011).

Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah bakteri berbentuk bulat, bersifat Gram

positif, biasanya tersusun dalam rangkaian tidak beraturan seperti buah anggur.

Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

manusia, menyebabkan penanahan, abses, berbagai infeksi pyogenik dan bahkan

septisemia yang fatal. Staphylococcus aureus mengandung polisakarida dan

protein yang berfungsi sebagai antigen dan merupakan substansi penting di dalam

struktur dinding sel, tidak membentuk spora, dan tidak membentuk flagel (Jawetz

et al. 2005)

Escherichia coli

Escherichia coli adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang pendek

lurus (kokobasil), dengan ukuran 1,1 – 1,5 µm x 2,0 – 6,0 µm. Escherichia coli

tidak memiliki kapsul dan spora. Bersifat anaerob fakultatif, tumbuh dengan

6

mudah pada medium nutrien sederhana (Pelczar dan Chan 1988). Escherichia

coli bersifat motil atau non-motil dengan kisaran suhu pertumbuhannya adalah 10-

40 oC, dengan suhu pertumbuhan optimum adalah 37 oC (Reapina 2007). Tempat

yang paling sering terkena infeksi Escherichia coli adalah saluran kemih, saluran

empedu, dan tempat-tempat lain di rongga perut. Bakteri ini juga menghasilkan

enterotoksin yang tahan panas dapat menyebabkan diare yang ringan, sedangkan

enterotoksin yang tidak tahan panas dapat menyebabkan sekresi air dan klorida ke

dalam lumen usus, dan menghambat reabsorbsi natrium (Jawetz et al. 2005).

Pseudomonas fluorescence

Pseudomonas fluorescens merupakan bakteri aerob yang bersifat Gram

negatif, berbentuk batang dengan ukuran 0,5 – 1 x 1,5 – 4 µm serta mampu

membentuk siderofor (pigmen kuning kehijauan) pada media yang kekurangan

ion Fe seperti King’s B. Koloni bakteri ini berbentuk bulat, rata dan fluidal.

Tumbuh baik pada kisaran suhu 20 – 41 oC, dengan pH optimum pada kisaran 6 –

7 dan suhu optimum pada 30 oC. Bakteri P. fluorescens juga tidak bersifat

patogen terhadap tumbuhan sehingga dapat digunakan sebagai pemacu

pertumbuhan tanaman atau plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) dan

sebagai agen antagonis terhadap patogen tanaman (Arwiyanto et al. 2007).

Bacillus cereus

Bacillus cereus merupakan bakteri Gram positif berbentuk batang besar

(>0,9 μm) dengan ukuran panjang sel 3 – 5 mikron dan lebarnya 1 mikron.

Bakteri ini menghasilkan spora yang berbentuk elips dan terletak di tengah-tengah

sel. Spora hanya terbentuk bila terdapat oksigen di lingkungan sekitar (aerob

fakultatif). Bacillus cereus termasuk salah satu organisme mesofilik yaitu dapat

tumbuh pada suhu optimal 30 – 35◦C (Blackburn dan McClure 2002).

Klebsiella cloacae (Enterobacter cloacae)

Enterobacter cloacae merupakan bakteri Gram negatif, tidak membentuk

spora, anaerob fakultatif, dan motil dengan flagela peritrikus (Buchanan 2006).

Enterobacter cloacae dapat diisolasi dari buah-buahan, usus hewan, tanah, dan

perairan (Pelczar dan Chan 1999). Liu et al. (2009) menyatakan bahwa bakteri ini

mampu menghasilkan β-galaktosidase dengan suhu optimum 35°C dan aktif pada

kisaran pH 6.5 – 10.5. Enzim β-galaktosidase yang dihasilkan dari bakteri ini

mampu mengkatalisis reaksi hidrolisis dan transglikosilasi.

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014 di

Laboratorium Metabolisme Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi dan

Laboratorium Riset Mikrobiologi, Bagian Mikrobiologi Medik, Departemen Ilmu

Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran

Hewan Institut Pertanian Bogor.

7

Materi

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah imago betina ulat sutera

liar A. atlas sebanyak empat ekor yang berasal dari perkebunan teh PTPN VIII

Purwakarta, Jawa Barat. Alat-alat yang digunakan pinset, gunting bedah, tabung

sampel steril, mikroskop cahaya, ose, gelas objek, tabung reaksi, cawan Petri,

pipet, rak tabung reaksi, pembakar Bunsen, spidol, label nama, inkubator, lemari

es, dan camera digital. Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel penggantung

telur A. atlas, aquades steril sebagai bahan pengencer sampel, media untuk

mengisolasi seperti agar darah, MacConkey Agar (MCA), dan trypticasein soy

agar (TSA), media untuk mengidentifikasi bakteri seperti Triple Sugar Iron Agar

(TSIA), Indol, Simmon’s citrate agar, urea, kaldu gula-gula (glukosa, sukrosa,

laktosa, manitol, dan maltosa), zat warna Gram (kristal violet, lugol, aseton

alkohol, safranin), alkohol 70%, reagent Erhlich, H2O2 3% dan KOH 3%.

Prosedur Penelitian

Pengambilan dan Pemeliharaan Kokon

Kokon ulat sutera A. atlas diambil dari perkebunan teh PTPN VIII

Purwakarta, Jawa Barat. Kokon selanjutnya dipelihara dalam kandang kasa

berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Kokon dipisahkan antara kokon betina dan

jantan dengan sedikit menggunting kulit kokon untuk melihat bakal imago betina

dan jantan ulat sutera A. atlas. Pupa dengan antena kecil akan menjadi imago

betina, pupa dengan antena besar akan menjadi imago jantan.

Pengambilan Sampel

Imago betina A. atlas terlebih dahulu dimatikan dengan cara memasukkan

hewan ke dalam freezer selama 1 jam. Pengambilan sampel dilakukan pada empat

ekor imago betina ulat sutera liar A. atlas dengan melakukan pembedahan bagian

medial abdomen menggunakan pinset dan gunting bedah steril. Sampel saluran

telur kemudian dimasukkan ke dalam tabung sampel steril dan ditambahkan

aquades sebagai pengencer sebanyak 2-3 ml. Sampel ditanam pada media agar

darah dan MCA, lalu diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam.

Isolasi Bakteri Sampel dibiakkan ke dalam agar darah dan MCA dengan teknik goresan T,

lalu diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator dengan suhu 37 oC. Setelah 24 jam,

koloni bakteri terpisah yang tumbuh pada agar darah dan MCA dicatat ciri

koloninya. Koloni yang berbeda kemudian dipindahkan ke dalam agar miring

TSA dan dilakukan pelabelan sistematis untuk masing-masing koloni.

Identifikasi Bakteri

Koloni yang tumbuh pada media TSA diwarnai dengan pewarnaan Gram

untuk dilihat morfologi, sifat Gram, dan kemurniannya. Menurut Lay (1994), cara

melakukan pewarnaan Gram diawali dengan pembuatan preparat ulas, kemudian

difiksasi di atas pembakar Bunsen. Preparat ulas ditetesi larutan kristal violet ke

seluruh bagian ulasan bakteri dan didiamkan selama satu menit lalu dicuci dengan

aquades. Selanjutnya, preparat diberi larutan lugol dan didiamkan selama satu

menit lalu dicuci dengan aquades hingga bersih. Berikutnya, preparat diberi

8

larutan pemucat (aseton alkohol) kurang lebih 10 detik dan dicuci kembali dengan

aquades hingga bersih. Terakhir, preparat ditetesi larutan safranin selama 15-20

detik lalu dicuci dengan aquades hingga bersih kemudian dikeringkan dengan

kertas saring. Lalu diamati di bawah mikroskop menggunakan perbesaran objektif

100x dengan bantuan minyak emersi. Hasil pewarnaan Gram, bakteri Gram positif

berwarna ungu sedangkan bakteri Gram negatif berwarna merah. Apabila terdapat

koloni bakteri yang belum murni, maka dilakukan kembali iisolasi pada agar

darah maupun MCA dengan teknik goresan T. Apabila hasil dari pewarnaan Gram

kurang meyakinkan, maka dilakukan uji KOH 3% untuk menentukan sifat Gram

bakteri. Bakteri Gram negatif akan memberikan hasil adanya masa gelatin yang

membentuk benang-benang halus saat diangkat menggunakan ose.

Analisis Data

Analisis data disajikan secara deskriptif.

Secara ringkas alur identifikasi bakteri Gram positif dan negatif dapat dilihat

pada Gambar 2 dan 3. Identifikasi akhir mengacu pada Jang et al. (1976), Barrow dan

Feltham (1993), dan Bergey dan Breed (1994).

9

Gambar 2 Diagram alir identifikasi bakteri Gram positif (Bergey dan Breed 1994;

Lay 1994)

Bacillus

10

Gambar 3 Diagram alir identifikasi bakteri Gram negatif (Bergey dan Breed 1994;

Lay 1994)

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan isolasi dan identifikasi bakteri pada saluran reproduksi A.

atlas didapatkan hasil seperti tersaji pada Tabel 2 sampai Tabel 7 berikut ini.

Dari sampel yang diisolasi pada agar darah (Tabel 2) didapatkan dua jenis

koloni bakteri berbeda. Koloni A yang berukuran sedang, berbentuk bulat,

permukaan halus, aspek tidak mengkilat, tepi rata, elevasi cembung, berwarna

krem, dan tanpa adanya hemolisis pada agar darah. Koloni B yang berukuran

sedang, berbentuk bulat, permukaan halus, aspek tidak mengkilat, tepi tidak rata,

elevasi cembung, berwarna krem, dan menghasilkan beta-hemolisis. Hal ini

menunjukkan bahwa koloni B mampu melisiskan butir darah merah yang terlihat

sebagai wilayah jernih di sekitar koloni. Bila proses lisis sempurna akan terlihat

wilayah yang benar-benar jernih dan jenis hemolisisnya disebut beta-hemolisis

(Lay 1994).

Dari media MCA (Tabel 3) didapatkan satu jenis koloni yang berukuran

kecil, berbentuk bulat, permukaan halus, aspek mengkilat, tepi rata, elevasi

cembung, berwarna krem. Warna koloni yang sama dengan warna media atau

tidak memperlihatkan perubahan pada media menunjukkan bakteri yang tidak

memfermentasikan laktosa. Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa

biasanya bersifat patogen (Lay 1994).

Tabel 2 Hasil isolasi bakteri saluran reproduksi imago betina A. atlas dengan media agar darah

Sampel Agar Darah

1A 1B 2A 2B 3A 3B 4A 4B

Ukuran Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

Bentuk Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat

Permukaan Halus Halus Halus Halus Halus Halus Halus Halus

Aspek Tidak

mengkilat

Tidak

mengkilat

Tidak

mengkilat

Tidak

mengkilat

Tidak

mengkilat

Tidak

mengkilat

Tidak

mengkilat

Tidak

mengkilat

Tepi Rata Tidak rata Rata Tidak rata Rata Tidak rata Rata Tidak rata

Elevasi Cembung Cembung Cembung Cembung Cembung Cembung Cembung Cembung

Sifat

tembus

- - - - - - - -

Warna Krem Krem Krem Krem Krem Krem Krem Krem

Hemolisis - β - β - β - β

Tabel 3 Hasil isolasi bakteri saluran reproduksi imago betina A. atlas dengan media Mac Conkey Agar

Sampel Mac Conkey Agar

1 2 3 4

Ukuran Kecil Kecil Kecil Kecil

Bentuk Bulat Bulat Bulat Bulat

Permukaan Halus Halus Halus Halus

Aspek Mengkilat Mengkilat Mengkilat Mengkilat

Tepi Rata Rata Rata Rata

Elevasi Cembung Cembung Cembung Cembung

Sifat tembus - - - -

Warna Krem Krem Krem Krem

12

Gambar 4 Koloni bakteri yang tumbuh pada media agar darah dan MCA. (A) koloni

bakteri pada agar darah non-hemolitik, (B) koloni bakteri pada agar darah β-

hemolitik, (C) koloni bakteri pada MCA.

Koloni bakteri terpisah yang didapatkan selanjutnya dibiakkan ke dalam

media agar miring trypticase soy agar (TSA) yang merupakan media agar yang

digunakan untuk kegiatan pengisolasian berbagai macam mikroorganisme yang

bersifat aerobik. Biakan murni yang tumbuh pada media agar darah (Tabel 4) dan

MacConkey Agar (Tabel 5) diuji dengan pewarnaan Gram untuk melihat bakteri

tersebut merupakan bakteri Gram positif atau negatif. Biakan murni adalah biakan

yang hanya berisi satu jenis bakteri (Pelczar dan Chan 1988). Koloni A yang

berasal dari media agar darah berbentuk batang halus, susunan tunggal, dan

berwarna merah yang menunjukkan bakteri Gram negatif. Koloni B yang berasal

dari media agar darah berbentuk batang, susunan berantai, berwarna ungu dan

memiliki spora yang menunjukkan bakteri Gram positif. Koloni yang berasal dari

media MCA berbentuk batang, susunan tunggal, berwarna merah yang

menunjukkan bakteri Gram negatif.

Tabel 4 Hasil pewarnaan Gram bakteri pada saluran reproduksi imago betina A. atlas dari media agar darah

Sampel Pewarnaan Gram

1A 1B 2A 2B 3A 3B 4A 4B

Morfologi Batang halus Batang Batang halus Batang Batang halus Batang Batang halus Batang

Susunan Tunggal Berantai Tunggal Berantai Tunggal Berantai Tunggal Berantai

Warna Merah Ungu Merah Ungu Merah Ungu Merah Ungu

Spora - Ada - Ada - Ada - Ada

Gram Negatif Positif Negatif Positif Negatif Positif Negatif Positif

Tabel 5 Hasil pewarnaan Gram bakteri pada saluran reproduksi imago betina A. atlas dari media Mac Conkey Agar

Sampel Pewarnaan Gram

1 2 3 4

Morfologi Batang Batang Batang Batang

Susunan Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal

Warna Merah Merah Merah Merah

Gram Negatif Negatif Negatif Negatif

A B C

13

Gambar 5 Hasil pewarnaan Gram bakteri pada media agar darah dan MCA. (A) koloni

bakteri pada agar darah non-hemolitik, (B) koloni bakteri pada agar darah β-

hemolitik, (C) koloni bakteri pada MCA.

Tabel 6 Hasil pengujian biokimia bakteri pada saluran reproduksi reproduksi imago betina A. atlas dari media agar darah

Sampel Pengujian Biokimia

1A 1B 2A 2B 3A 3B 4A 4B

Oksidase + + + +

TSIA Slant Basa Basa Basa Basa

Butt Asam Asam Basa Basa

Gas + + + +

H2S - - - -

Indol + + - -

Urea - - + +

Sitrat + + + +

Voges Proskauer + + - -

Glukosa +/Gas (+) +/Gas (+) -/Gas (-) -/Gas (-)

Sukrosa +/Gas (+) +/Gas (+) -/Gas (-) -/Gas (-)

Laktosa +/Gas (+) +/Gas (+) -/Gas (-) -/Gas (-)

Manitol +/Gas (+) +/Gas (+) +/Gas (+) +/Gas (+)

Maltosa +/Gas (+) +/Gas (+) -/Gas (-) -/Gas (-)

Hasil identifikasi Aeromonas sp.

Bacillus sp. Aeromonas sp.

Bacillus sp. Pseudomonas sp.

Bacillus sp. Pseudomonas sp

Bacillus sp.

Tabel 7 Hasil pengujian biokimia bakteri pada saluran reproduksi imago betina A. atlas dari media MacConkey Agar

Sampel Pengujian Biokimia

1 2 3 4

Oksidase + + + +

TSIA Slant Basa Basa Basa Basa

Butt Asam Asam Asam Asam

Gas + + + +

H2S - - - -

Indol + + - -

Motilitas - - - -

Urea - - - - -

Sitrat + + + +

Voges Proskauer + + + +

Glukosa +/Gas (+) +/Gas (+) +/Gas (+) +/Gas (+)

Sukrosa +/Gas (+) +/Gas (+) +/Gas (+) +/Gas (+)

Laktosa +/Gas (+) +/Gas (+) +/Gas (+) +/Gas (+)

Manitol +/Gas (+) +/Gas (+) +/Gas (+) +/Gas (+)

Maltosa +/Gas (+) +/Gas (+) +/Gas (+) +/Gas (+)

Hasil identifikasi Aeromonas

sp.

Aeromonas

sp.

Aeromonas

schubertii

Aeromonas

schubertii

A B C

A B C

14

Gambar 6 Hasil uji oksidase. (A) kontrol negatif oksidase menggunakan Escherichia coli

dan Salmonella sp., (B) hasil positif dari koloni bakteri gram negatif pada agar

darah, (C) hasil positif dari koloni bakteri Gram negatif pada MCA.

Isolat bakteri yang berasal dari media agar darah (Tabel 6) dan

MacConkey Agar (Tabel 7) selanjutnya dilakukan pengujian biokimia dengan

menggunakan media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Indol, Simmon’s citrate agar,

Voges-Proskauer (VP), urea, dan kaldu gula-gula (glukosa, sukrosa, laktosa,

manitol, dan maltosa).

Hasil uji menggunakan media TSIA pada bagian slant dan butt bersifat

basa-asam (merah-kuning) dengan gas, serta tidak memproduksi H2S mengarah

pada genus Morganella, Providencia, Salmonella, Plesiomonas, Hafnia, Serratia,

Shigella, Yersinia, Aeromonas, Escherichia dan Enterobacter. Pada bagian slant

dan butt bersifat basa-basa (merah) mengarah pada Pseudomonas (Mahon et al.

2007). Hasil positif didapatkan pada uji oksidase terhadap semua isolat bakteri,

hal ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut merupakan famili non-

Enterobacteriaceae yang terdiri dari genus Campylobacter sp., Helicobacter sp.,

Aeromonas sp., Pseudomonas sp., Vibrio sp., Neisseria sp., dan Alcaligenes sp..

(Bergey dan Breed 1994). Tidak ditemukannya bakteri famili Enterobacteriaceae

disebabkan imago A. atlas yang sebelumnya sudah tidak melakukan aktivitas

makan setelah menjadi pupa.

Hasil positif pada uji indol mengarah pada Aeromonas sp., Edwardsiella

sp., Escherichia coli, Flavobacterium sp., Haemophilus influenza, Klebsiella

oxytoca, Proteus sp., Plesiomonas shigelloides, Pasteurella multocida,

Pasteurella pneumotropica dan Vibrio sp.. Hasil negatif mengarah pada

Actinobacillus sp., Aeromonas schubertii, Alcaligenes sp., Bordetella sp.,

Enterobacter sp., Haemophillus sp., Klebsiella sp., Neisseria sp., Pasteurella

haemolytica, Pasteurella ureae, Proteus mirabilis, Proteus penneri, Pseudomonas

sp., Salmonella sp., Serratia sp., dan Yersinia sp. (MacFaddin 1980). Hasil uji

indol positif yang didapatkan sesuai pernyataan Abbot et al. (2003) yang

menyatakan sembilan spesies anggota Aeromonas (A. hydrophila, A. bestiarum, A.

salmonicida, A. caviae, A. media, A. eucrenophila, A. sobria, A. veronii, dan A.

veronii bv. sobria) semuanya memberikan hasil positif untuk uji indol. Hasil

negatif hanya ditunjukkan satu spesies yaitu A. schubertii (Awan et al. 2005).

Hasil uji urea mendapatkan hasil positif yang menunjukkan bahwa bakteri

mampu menghasilkan enzim urease yang mengurai urea menjadi ammonium dan

CO2, hidrolisis urea ditunjukkan dengan perubahan warna media dari merah-

jingga menjadi merah ungu (Lay 1994). Hasil negatif menunjukkan tidak ada

perubahan warna pada media. Hasil uji sitrat positif pada semua isolat bakteri hal

ini menunjukkan bahwa bakteri dapat menggunakan sitrat sebagai satu-satunya

sumber karbon dan energi (Lay 1994).

A B C

15

Hasil uji Voges-Proskauer positif mengarah pada Enterobacter sp.,

Klebsiella sp., Serratia marcescens, Hafnia alvei, Vibrio damsela, dan Vibrio

alginolyticus. Hasil negatif mengarah pada Citrobacter sp., Shigella sp., Yersinia

sp., Edwardsiella sp., Salmonella sp., Vibrio furnissii, Vibrio fluvialis, Vibrio

vulnificus, dan Vibrio parahaemolyticus (Bergey dan Breed 1994).

Hasil uji kaldu gula-gula berupa glukosa, sukrosa, laktosa, manitol, dan

maltosa menunjukkan hasil positif dan menghasilkan gas mengarah pada genus

Aeromonas sp. dan Vibrio sp. (Bergey dan Breed 1994). Hasil negatif pada semua

kaldu gula kecuali manitol mengarah pada genus Pseudomonas sp (Bergey dan

Breed 1994). Menurut Woo dan Bruno (2011), Aeromonas sp. mampu

memfermentasi fruktosa, galaktosa, maltosa, trehalosa, manitol, sukrosa, glukosa,

dextrin dan glikogen, memberikan hasil uji positif pada uji indol, memproduksi

gas dari glukosa.

Dari hasil isolasi dan identifikasi yang telah dilakukan, didapatkan hasil

Gram positif, dengan bentuk morfologi batang, diisolasi pada kondisi aerob, dan

memiliki spora mengarah pada genus Bacillus sp. (Bergey dan Breed 1994; Lay

1994). Bakteri Gram negatif dengan bentuk morfologi batang dan hasil positif

pada uji oksidase mengarah pada Aeromonas sp., Pseudomonas sp., dan Vibrio sp.

hal ini sesuai dalam Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology (Bergey dan

Breed 1994). Dari hasil pengujian secara biokimia isolat bakteri didapatkan hasil

bakteri Gram positif berupa Bacillus sp., Gram negatif berupa Aeromonas sp.,

Aeromonas schubertii, dan Pseudomonas sp..

Hasil penelitian ini sesuai dengan Anand et al. (2010) yang berhasil

mengisolasi Bacillus circulans, Aeromonas sp. dan Pseudomonas aeruginosa

pada saluran pencernaan B. mori. Ditemukannya bakteri tersebut berguna sebagai

pendegradasi polisakarida dalam proses pencernaan B. mori terhadap daun murbei.

Bakteri ini diisolasi dari saluran reproduksi imago betina A. atlas diduga berasal

dari fase larva sebagai mikroflora normal yang kemudian bertahan sampai fase

imago. Hasil ini juga sesuai dengan Sakthivel et al. (2012) yang berhasil

mengidentifikasi Pseudomonas fluorescence, Bacillus subtilis dan Bacillus cereus

pada larva ulat sutera B. mori yang sakit. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan

Cappellozza et al. (2011) dan Manimegalai (2009) dalam buku Silk Biomaterials

for Tissue Engineering and Regenerative Medicine (Kundu 2014), yang

menyatakan bahwa bakteri yang paling umum yang menginfeksi B. mori adalah

Streptococcus sp., Pseudomononas aeruginosa, Bacillus cereus, Bacillus

thuringiensis, Bacillus bombyseptiseus, Staphylococcus aureus, Serratia

marcescens dan Enterococcus mundtii.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Badan Karantina Ikan,

Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM 2011) yang

melakukan pemantauan daerah sebar Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK)

di wilayah Purwakarta yang mengidentifikasi Aeromonas hydrophila, Yersinia

enterocolitica, Aeromonas schubertii, Aeromonas media, Citrobacter freundii,

Bacillus sp., dan Aeromonas popoffii. Hal ini membuktikan bahwa bakteri yang

berhasil diidentifikasi berasal dari penyebaran Aeromonas sp. Aeromonas

schubertii, dan Bacillus sp. pada lingkungan di wilayah Purwakarta.

Bacillus sp. secara alami terdapat dimana-mana, dan termasuk spesies

yang hidup bebas atau bersifat patogen. Beberapa spesies Bacillus menghasilkan

enzim ekstraseluler seperti protease, lipase, amilase, dan selulase yang bisa

16

membantu pencernaan dalam tubuh hewan (Wongsa dan Werukhamkul, 2007).

Aeromonas hydrophila dan Aeromonas schubertii dapat ditemukan diberbagai

lingkungan perairan seperti air tanah, air permukaan, air payau, air laut, dan air

limbah (EPA 2006) termasuk di air kolam ikan (Wulandari 2012). Bakteri ini

biasanya patogenik pada hewan seperti ikan, reptil, dan jarang pada mamalia

(Quinn et al. 2002).

Aeromonas sp. merupakan patogen, baik pada manusia maupun hewan

(ikan, amfibi, reptil) (EPA 2006). Pseudomonas sp. secara luas dapat ditemukan

di alam, contohnya di tanah, air, tanaman, dan hewan. Pseudomonas sp. adalah

patogen oportunistik yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan

inang untuk memulai suatu infeksi (Boel 2004). Bakteri ini merupakan salah satu

jenis mikroflora normal pada saluran pencernaan dan kulit manusia, namun terkadang

bakteri ini juga dapat berubah menjadi patogen oportunistik yang menyebabkan

bronkopneumonia kronis pada manusia saat kondisi imun tubuh menurun (Tellez et al.

2010).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian telah diidentifikasi tiga genus bakteri, terdiri

dari Bacillus sp., Aeromonas sp., dan Pseudomonas sp. dengan satu spesies

bakteri Gram negatif yakni Aeromonas schubertii dari saluran reproduksi imago

betina ulat sutera liar A. atlas yang berasal dari perkebunan teh PTPN VIII

Purwakarta, Jawa Barat. Semua bakteri yang berhasil diidentifikasi merupakan

bakteri patogen dan patogen oportunistik.

Saran

Diperlukan studi lanjutan untuk mengidentifikasi bakteri sampai tingkatan

spesies dengan memperbanyak jenis uji biokimiawi dan atau menggunakan

polymerase chain reaction (PCR). Selain itu perlu penelitian lain untuk

mengidentifikasi mikroorganisme selain bakteri yang hidup dalam saluran

reproduksi imago betina ulat sutera liar A.atlas atau organ yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abbot SL, Sharon W, Cheung KW, Janda JM. 2003. The genus Aeromonas :

biochemical characteristics, atypical reaction, and phenotypic

identification schemes. J. Clin. Microbiol 41: 2348.

Anand AAP, Vennison SJ, Sankar SG, Prabhu DIG, Vasan PT, Raghuraman T,

Geoffrey CJ, Vendan SE. 2010. Isolation and characterization of bacteria

from the gut of Bombyx mori that degrade cellulose, xylan, pectin, and

starch and their impact on digestion. Journal of Insect Science 10: 107.

17

Arwiyanto T, Maryudani YMS, Azizah NA. 2007. Sifat-sifat fenotipik

Pseudomonas fluoresen, agensia pengendalian hayati penyakit lincat pada

tembakau temanggung. Biodiversitas 8:147-151.

Atmosoedarjo H, Kartasubrata J, Kaomini M, Saleh W, Moerdoko W. 2000.

Sutera Alam Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya.

Awan A. 2007. Domestikasi ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera:

Saturniidae) dalam usaha meningkatkan persuteraan nasional. Disertasi.

Bogor (ID): Program Studi Sains Veteriner. Sekolah Pasca Sarjana.

Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Awan BM, Ahmed MM, Barii A, Saad AM. 2005. Biochemical characterization

of the Aeromonas species isolated from food and environment. Pak J

Physiol 1:1-2.

Barrow GI, Feltham RKA, editor. 1993. Cowan and Steel’s Manual for the

Identification of Medical Bacteria. Ed ke-3. Cambridge (UK): Cambridge

Univ Press.

Bergey DH, Breed RS. 1994. Identification flow charts Bergey’s manual of

determinativebacteriology. [internet]. [diunduh 2014 Juni 30];

http://www.uiweb.uidaho.edu/micro_biology/250/IDFlowcharts.pdf.

[BKIPM] Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan. 2011. Stasiun karantina ikan pengendalian mutu dan keamanan

hasil perikanan kelas II Cirebon. [internet]. [diunduh 2014 November 11];

http://www.bkipm.kkp.go.id/bkipm/profil/upt/37.0/Stasiun%20Karantina

%20Ikan%20Kelas%20II%20Cirebon.html.

Blackburn CDW, McClure PJ. 2002. Foodborne pathogens: Hazards, Risk

Analysis and Control. New York (US): CRC Press.

Boel T. 2004. Infeksi Saluran Kemih dan Kelamin. Sumatra Utara (ID): Fakultas

Kedokteran Gigi USU.

Bogaert D, De Groot R, Hermans PW. 2004. Streptococcus pneumoniae

colonization: the key to pneumococcal disease. Lancet Infect Dis 4: (144-

154)

Buchanan RE, Gibbons. 2006. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology.

Baltimore (US): Woverly.

Chapman RF. 1998. The Insect Structure and Function. Ed ke-4. London (UK):

The English Universities Press Ltd.

Cappellozza S, Saviane A, Tettamanti G, Squadrin M, Vendramin E, Paolucci P,

Franzetti E, Squartini A. 2011. Identification of Enterococcus mundtii as a

pathogenic agent involved in the “flacherie” disease in Bombyx mori L.

larvae reared on artificial diet. J Inverterbr Pathol 106:386-393.

Ekastuti DR. 2012. Tinjauan fisiologis domestikasi ulat sutera liar (Lepidoptera:

Saturniidae). Berita Biologi 11: 139-147.

[EPA] Enviromental Protection Agency. 2006. Aeromonas: Human Health

Criteria Document. Washington (US): Health and Ecological Criteria

Division Office of Science and Technology Office of Water. US

Enviromental Protection Agency.

Gielen S, Aerts R, dan Seels B. 2004. Biocontrol agents of Botrytis cinerea tested

in climate chambers by making artificial infection on tomato leafs,

Commun Agric Appl Biol Sci 69: 631-9.

18

[ISA] International Silk Association. 2000. Sericologia (40). Japan International

Coorperation Agency.

Jang SS, Biberstein EL, Hirsh DC. 1976. A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology. California (US): Univ California.

Jawetz E, Melnick JL, Adelberg E. 2005. Mikrobiologi Kesehatan. Jakarta (ID):

Penerbit Buku Kesehatan.

Kundu S. 2014. Silk Biomaterials for Tissue Engineering and Regenerative

Medicine. Cambridge (UK): Woodhead Publishing.

Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta (ID): Raja Grafindo

Persada.

Liu LL, Xiao M, Li ZY, Li YM, Wang FS. 2009. A novel transglycosylating β-

galactosidase from Enterobacter cloacae B5. Process Biochemistry 44:

232-236.

MacFaddin JF. 1980. Biochemical Tests for Identification of Medical Bacteria.

Baltimore (US): Williams & Wilkins.

Madigan MT, Martinko JM, Parker J. 2003. Brock Biology of Microorganisms.

Ed. ke-10. Amerika (US): Prentice Hall Inc.

Mahon CR, Lehman DC, Manuselis G. 2007. Textbook of Diagnostic

Microbiology Third Edition. Philadelphia (US): Saunders Elsevier.

Manimegalai S. 2009. Bacterial pathogens of mulberry silkworm Bombyx mori L

and their management strategies. Sericologia 49:401-420.

Mulyani N. 2008. Biologi Attacus atlas L. (Lepidoptera : Saturniidae) dengan

pakan daun kaliki (Ricinus communis L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas

L.) di laboratorium. Tesis. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana. Institut

Pertanian Bogor.

Nakano MM, Zuber P. 1998. Anaerobic growth of a "strict aerobe" (Bacillus

subtilis). Annu Rev Microbiol 52: 165-90.

PDPI [Persatuan Dokter Paru Indonesia]. 2005. Pneumonia Komuniti. Jakarta

(ID). Hal : 1-7. Peigler R. 1989. A Revision of Indo Australian Genus Attacus. California (US):

The Lepidoptera Research Foundation, Inc. Beverly Hills.

Pelczar MJ, Chan ECS. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Alih bahasa:

Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS dan Angka SL. Jakarta (ID): UI

Press.

Pelczar MJJr, Chan ECS. 1999. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Vol ke-1. Terjemahan

dari: Element of Microbiology Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS,

Angka SL, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr.

Prescott LM, Harley JP, Klein DA. 2005. Microbiology. Ed. Ke-6. New York

(US): McGraw-Hill Co Inc.

Quinn PJ, Markey BK, Carter ME, Donnelly WJ, Leonard FC. 2002. Veterinary

Microbiology and Microbial Disease. London (UK): Blackwell Science.

Reapina ME. 2007. Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Kulit Kayu Mesoyi

(Cryptocaria massoia) Terhadap Bakteri Patogen Dan Pembusukan Pangan.

Skripsi. Bogor (ID): IPB Press.

Rianto F. 2009. Performa reproduksi imago Attacus atlas L. yang berasal dari

perkebunan teh Purwakarta. Skripsi. Bogor (ID): Program Studi Ilmu

Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor.

19

Ryan KJ, Ray CG. 2004, Sherris Medical Microbiology. Ed ke-4. New York

(US): McGraw Hill Book Company Inc.

Sakthivel S, Angaleswari C, Mahalingam PU. 2012. Isolation and identification of

bacteria responsible for flacherie in silkworms. Adv Appl. Sci. Res. 3:

4066-4068.

Situmorang J. 1996. An attempt to produce Attacus atlas L using Barringtonia

leaves as plant fooder. Int. J. of Wild Silkmoth and Silk 1: 25-29.

Solihin DD, Fuah AM. 2010. Budi Daya Ulat Sutera Alam Attacus atlas. Jakarta

(ID): Penebar Swadaya. Tellez RA, Guemes FS, Casas EMC, Castro RH. 2010. Bacteria and yeast normal

microbiota from respiratory tract and genital area of bottlenose dolphins

(Tursiops truncatus). J. Microbiol and Microb Biotech 1:666-673. Todar K. 2011. Streptococcus pneumoniae. [internet]. [diunduh 2014 November

11]; Todar’s Online Textbook of Bacteriology.

Toni dan Paul Shears. 1997. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta (ID): Hiprokrates.

Wongsa P, P Werukhamkul. 2007. Product Development and Technical Service,

Biosolution International. Thailand : Bangkadi Industrial Park 134/4. Woo PTK, Bruno DW. 2011. Fish Disease and Disorders. Vol 3. Ed. ke-2.

Inggris (UK): CABI Publishing.

Wulandari R. 2012. Deteksi gen virulen dan uji patogenitas bakteri Aeromonas

hydrophila isolat air Sukabumi pada ikan gurami (Osphronemus gourami).

Skripsi. Bandung (ID): Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA. Universitas

Pendidikan Indonesia

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Januari 1991 di Lamongan, Jawa Timur.

Penulis adalah anak pertama dari pasangan Bapak Drs. H. Sumariyono dan Ibu

Lilik Wahyuni. Pendidikan di Taman Kanak-kanak diselesaikan pada tahun 1997

di TK Muhammadiyah. Pendidikan dasar dimulai tahun 1997-2003 di MI

Mazraatul Ulum 2 Paciran. Pendidikan menengah pertama diselesaikan pada

tahun 2006 di MTs Mazraatul Ulum Paciran dan pendidikan menengah atas

diselesaikan pada tahun 2009 di SMAU BPPT Al-Fattah Lamongan. Pada tahun

yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama,

Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai

mahasiswa pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Selama

mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

penulis aktif dalam kegiatan Himpunan Profesi Satwaliar.