25
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Produk Sejarah Islam adalah peradaban yang dibentuk melalui evolusi sejarah. Bahkan wajah Islam yang ada di seluruh belahan dunia merupakan hasil dari produk sejarah. Karena itu, kaitannya dengan produk sejarah Islam inilah sasaran penelitian agama semakin luas. Sejarah Islam yang tumbuh mulai dari masa kekhalifahan sampai berkembang di seluruh kawasan dunia adalah kaya akan persoalan-persoalan keagamaan yang perlu diteliti dari sisi sejarah. Islam sebagai produk sejarah perlu kepada pendekatan arkeologis. Karena, untuk mengungkap sejarah tidak cukup menganalkan dokumen-dokumen serta perkataan yang dijadikan sumber sejarah primer. Bahkan untuk meneliti dan megggali keotentikan sebuah sejarah yang berkenaan dengan bentuk-bentuk peninggalan, tidak bisa mengabaikan pendekatan ini. Pendekatan arkeologis sangat dibutuhkan seorang peneliti dalam membantu untuk mempertajam analisis yang diperlukan ketika mendeteksi sebuah rentang masa, kurun, periode atau sisi lainnya. Ajaran I - Islam sebagai objek studi dapat dibedakan ke dalam tiga aspek:: Islam sebagai sumber (mashdar) , yaitu pengkajian Islam yang berpusat kepada isi kandungan materi Al-Qur‟an dan Hadis Nabi Muhammad Saw, yang kedudukan sebagai sumber utama ajaran Islam. Apa saja dimensi kehidupan manusia yang hendak dikaji oleh setiap orang dalam sudut pandang Islam, maka bahan bedah materinya adalah Al-Qur‟an dan Sunnah. Kedua sumber ini adalah landasan asasi bagi setiap pihak yang ingin

ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

Citation preview

Page 1: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Produk Sejarah Islam adalah peradaban yang dibentuk melalui evolusi sejarah. Bahkan wajah

Islam yang ada di seluruh belahan dunia merupakan hasil dari produk sejarah. Karena itu,

kaitannya dengan produk sejarah Islam inilah sasaran penelitian agama semakin luas. Sejarah

Islam yang tumbuh mulai dari masa kekhalifahan sampai berkembang di seluruh kawasan dunia

adalah kaya akan persoalan-persoalan keagamaan yang perlu diteliti dari sisi sejarah. Islam

sebagai produk sejarah perlu kepada pendekatan arkeologis. Karena, untuk mengungkap sejarah

tidak cukup menganalkan dokumen-dokumen serta perkataan yang dijadikan sumber sejarah

primer. Bahkan untuk meneliti dan megggali keotentikan sebuah sejarah yang berkenaan dengan

bentuk-bentuk peninggalan, tidak bisa mengabaikan pendekatan ini. Pendekatan arkeologis

sangat dibutuhkan seorang peneliti dalam membantu untuk mempertajam analisis yang

diperlukan ketika mendeteksi sebuah rentang masa, kurun, periode atau sisi lainnya.

Ajaran I

-

Islam sebagai objek

studi dapat dibedakan ke dalam tiga aspek:: Islam sebagai sumber (mashdar) , yaitu pengkajian

Islam yang berpusat kepada isi kandungan materi Al-Qur‟an dan Hadis Nabi Muhammad Saw,

yang kedudukan sebagai sumber utama ajaran Islam. Apa saja dimensi kehidupan manusia yang

hendak dikaji oleh setiap orang dalam sudut pandang Islam, maka bahan bedah materinya adalah

Al-Qur‟an dan Sunnah. Kedua sumber ini adalah landasan asasi bagi setiap pihak yang ingin

Page 2: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

2

mengkaji ajaran Islam. Islam sebagai pemikiran , yaitu mengkaji Islam yang telah mengalami

pengembagan dengan berpusat pada hasil olah-pikir para ulama dan cendikiawan muslim tentang

masalah tertentu, sebagai perluasan pemahaman terhadap keumuman konsep Al-Qur‟an dan

Hadis Nabi Muhammad Saw. Pengkajian dalam aspek ini diwakili oleh ilmu fikih, ushul fikih,

ilmu kalam, ushuluddin, tasawuf, dan sebagainya. Islam sebagai pengamalan, yaitu pengkajian

Islam yang lebih terfokus pada pengejewatahan/aplikasi nilai-nilai keIslaman dalam praktek

kehidupan nyata sehari-hari. Pengkajian dalam aspek ini diwakili oleh ilmu tarbiyah

(pendidikan), ilmu dakwah, ilmu seni, ilmu kedokteran, iptek modern, dan sebagainya.

Page 3: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

3

BAB II

PEMBAHASAN

ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

A. Islam sebagai Wahyu

Islam biasanya didefinisikan sebagai berikut: al-Islam wahyu ilahiyun unzila ila nabiyyi

Muhammad Salallahu „alaihi wassalam lisa‟adati al-dunya wa al akhirah [Islam adalah wahyu

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat]. Jadi, inti Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Maka kita percaya bahwa wahyu itu terdiri atas dua macam, yaitu : wahyu yang berbetuk

alQur‟an, dan wahyu yang bernetuk hadis, sunnah Nabi Muhammad saw [M.Atho Mudzhar,

1998:19].

Menurut M.Atho Mudzhar, bahwa tujuan studi Qur‟an, bukan mempertanyakan

”kebenaran al-Qur‟an sebagai wahyu”, tetapi misalnya mempertanyakan: bagaimana cara

membaca al-Qur‟an, kenapa cara membacanya begitu, ada berapa jenis bacaan, siapa yang

menggunakan jenis bacaan tertentu, apa kaitannya dengan bacaan sebelumnya, apa

sesusungguhnya yang melatarbelakangi lahirnya suatu ayat [asbabul nuzul], dan apa maksud

ayat itu. Maka lahirlah misalnya tafsir maudu‟I yang merupakan salah satu bentuk jawaban

terhadap pertanyaan tersebut [M.Atho Mudzhar, 1998:19]. Pertanyaan selanjutnya, apabila

Page 4: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

4

pada zaman dulu ayat dipahami begitu, apakah sekarang masih harus dipahami sama ataukah

perlu pemahaman baru yang disesuai dengan perkembangan kehidupan sekarang atau dapat

dikatakan kontekstual dengan realitas.

Menurut M.Atho Mudzhar, mengenai nasikh-mansukh, orang juga masih terus berbeda

pendapat. Meskipun kita ambil pendapat bahwaperbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai

jumlah ayat yang dimansukh. Menurut beberapa pendapat, bahwa pada awalnya jumlah ayat

yang dimansukh adalah 115 ayat, kemudian turun menjadi 60 ayat, sekarang turun lagi menjadi

16 ayat. Itu merupakan persoalan yang penting untuk dikaji dan diteliti [M.Atho Mudzhar,

1998:19-20]. Kajian ini lebih pada penelitian teks dan sejarah.

Ilmu tafsir, dengan metode yang digunakan dalam menafsirkan al-Qur‟an, yaitu : metode

ijmali [global], metode tahlili [analisis], metode muqarin [komporatif], dan metode maudhu‟i

[tematik], telah digunakan mufasirin. Perkembangan selanjutnya, muncul studi tekstual dan

kontekstual dan sekarang ada juga yang mulai menggunakan studi hermeneutika al-Qur‟an.

Kemudian orang bertanya, apa hermeneutika al-Qur‟an itu dan bagaimana penerapannya

dalam Islam? Memang istilah ini baru, yang kemungkinan besar istilah ini belum dikenal oleh

para mufasir terdahulu [lihat : M.Atho Mudzhar, 1998:20]. Sekarang ini, mulai terlihat

penafsiran

terhadap al-Qur‟an mulai menghadapi babak baru. Tetaptnya setelah ilmu penafsisran teks atau

lazim disebut dengan hermeneutika, diadopsi oleh sebagian kalangan umat Islam. Studi Qur‟an

Page 5: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

5

dengan menggunakan hermeneutika dari sisi keilmuan, mungkin sah-sah saja. Tapi bagi

sebagian kalangan umat Islam, ”sah-sah saja itu menjadi tidak sah”. Persoalannya,

hermeneutika bukan orisinal ciptaan umat, tetapi penafsiran dengan gaya hermeneutika

merupakan tradisi Yunani yang kemudian diadopsi oleh Kristen dan mereka menggunakannya

untuk mengatasi persoalan yang dihadapi teks Bible. Hal inilah yang menjadikan sebagian umat

Islam belum menerima studi Qur‟an dengan menggunakan hermeneutika.

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam studi al-Qur‟an adalah ”studi interdisipliner

mengenai al-Qur‟an. Sebab al-Qur‟an selain berbicara mengenai keimanan, ibadah, aturanaturan,

juga berbicara tentang sebagian isyarat-isyarat ilmu pengetahuan. Maka ilmu-ilmu

seperti sosiologi, botani dan semacamnya perlu dipelajari, untuk memahami ayat-ayat alQur‟an.

Persoalan utamanya adalah bagaimana kaitan antara ilmu al-Qur‟an dengan ilmu-ilmu

lain dan di sinilah dibutuhkan studi interdisipliner.

Selanjutnya, Islam sebagai wahyu yang dicerminkan dalam hadis-hadis Nabi Muhammad

saw. Dalam perkembangan hadis, ”ada hadis shahih, hadis mutawatir, hadis mashur dan hadis

ahad. Menurut M.Atho Mudzhar [1998:20], bahwa wilayah-wilayah inilah antara lain yang

dapat

dijadikan kajian dan penelitian. Pendapat Fazlur Rahman, yang menyarankan penggunaan

pendekatan historical criticism terhadap hadis. Menurut M.Atho Mudzhar, mungkin metode ini

Page 6: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

6

tidak dapat dilakukan oleh pribadi-pribadi, tetapi sangat mungkin dapat dilakukan oleh

kelompok. Kita mengetahui dalam sejarah adanya upaya untuk pemalsuan hadis. Imam

Bukhari, Imam Muslim atau Imam Malik mengumpulkan dan melakukan mencatat hadis dengan

upaya hati-hati. Imam Muslim, dalam pengantarnya mengatakan bahwa tadinya hadis yang

dikumpulkan ada 300.000 [tiga ratus ribu] buah, tetapi setelah selesai menjadi 6.000 buah

hadis. Pertanyaannya, dari mana Hadis sebanyak itu dan sudah meresap kemana saja sisanya

itu, sehingga tinggal 6.000 ? Pertanyaan dan persoalan-persoalan seperti ini merupakan

wilayah yang dapat dilakukan kajian-kajian hermeneutika dan historical criticism terhadap

hadis [lihat : M.Atho Mudzhar, 1998:21]. Kita dapat meneliti matan hadis, rijalul hadis atau

perawi hadis tertentu dan dapat meneliti buku-buku syarah hadis tertentu. Begitu juga ilmu yang

sudah baku yang membahas persoalan hadis adalah Ilmu Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis

Dirayah perlu terus dikaji dan dikembangkan. Pengertian Islam Sebagai Wahyu

B.Pengertian Akal Dan Wahyu

Akal dan Wahyu dalam Islam Akal adalah kelebihan yang diberikan Allah kepada

manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat

membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia. Materi “aql” dalam al-

Qur‟an terulang sebanyak 49 kali, kecuali satu, semuanya datang dalam bentuk kata kerja seperti

dalam bentuk ta‟qilun atau ya‟qilun. Kata kerja ta‟qilun terulang sebanyak 24 kali dan ya‟qilun

Page 7: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

7

sebanyak 22 kali, sedangkan kata kerja a‟qala, na‟qilu dan ya‟qilu masing-masing satu kali

(Qardawi, 1998: 19). Pengertian akal dapat dijumpai dalam penjelasan ibnu Taimiyah (2001:

18). Lafadz akal adalah lafadz yang mujmal (bermakna ganda) sebab lafadz akal mencakup

tentang cara berfikir yang benar dan mencakup pula tentang cara berfikir yang salah. Adapun

cara berfikir yang benar adalah cara berpikir yang mengikuti tuntunan yang telah ditetapkan

dalam syar‟a. Lebih lanjut, Ibnu Taimiyah dalam bukunya yang berjudul Hukum Islam dalam

Timbangan Akal dan Hikmah juga menyinggung mengenai kesesuaian nash al-Qur‟an dengan

akal, jika ada pemikiran yang bertentangna dengan akal maka akal tersebutlah yang salah karena

mengikuti cara berpikir yang salah

Definisi Akal Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akal adalah daya pikir

untuk memahami sesuatu atau kemampuan melihat cara-cara memahami

lingkungannya. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan akal adalah

gabungan dari dua pengertian di atas, yang disampaikan oleh ibn Taimiyah dan

menurut kamus, yakni daya pikir untuk memahami sesuatu, yang di dalamnya

terdapat kemungkinan bahwa pemahaman yang didapat oleh akal bisa salah atau

bisa benar. Untuk selanjutnya, dalam penelitian ini hanya terbatas pada

penggunaan kata akal. Akal secara bahasa dari mashdar Ya‟qilu, „Aqala,

„Aqlaa,jika dia menahan dan memegang erat apa yang dia ketahui. Syaikhul Islam

Ibnu Taimiyah berkata, „Kata akal, menahan, mengekang, menjaga dan semacam

nya adalah lawan dari kata melepas, membiarkan, menelantarkan, dan

semacamnya. Keduanya nampak pada jisim yang nampak untuk jisim yang

nampak, dan terdapat pada hati untuk ilmu batin, maka akal adalah menahan dan

memegang erat ilmu, yang mengharuskan untuk mengikutinya. Karena inilah

Page 8: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

8

maka lafadz akal dimuthlakkan pada berakal dengan ilmu.Syaikh AlAlbani

berkata, “Akal menurut asal bahasa adalah At Tarbiyyah yaitu sesuatu yang

mengekang dan mengikatnya agar tidak lari kekanan dan kekiri. Dan tidak

mungkin bagi orang yang berakal tersebut tidak lari ke kanan dan kiri kecuali jika

dia mengikuti kitab dan sunnah danmengikatdirinyadenganpemahamansalaf.”

Al Imam Abul Qosim Al Ash bahany berkata, ”akal ada dua macam yaitu :

thabi‟i dan diusahakan. Yang thabi‟i adalah yang datang bersamaan dengan yang

kelahiran, seperti kemampuan untuk menyusu, makan, tertawa bila senang, dan

menangisbilatidaksenang.

Kemudian seorang anak akan mendapat tambahan akal di fase kehidupannya

hingga usia 40 tahun. Saat itulah sempurna akalnya, kemudian sesudah itu

berkurang akalnya sampai ada yang menjadi pikun. Tambahan ini adalah akal

yang diusaha kan. Adapun ilmu maka setiap hari juga bertambah, batas akhir

menuntut ilmu adalah batas akhir umur manusia, maka seorang manusia akan

selalu butuh kepada tambahan ilmu selama masih bernyawa, dan kadang dia tidak

butuh tambahan akal jika sudah sampai puncaknya. Hal ini menunjukan bahwa

akal lebih lemah dibanding ilmu, dan bahwasanya agama tidak bisa dijangkau

dengan akal, tetapi agama dijangkau dengan ilmu.

Pemuliaan Islam Terhadap Akal Islam sangat memperhatikan dan memuliakan

akal, diantara hal yang menunjukan perhatian dan penghormatan islam kepada

akala dalah:

Islam memerintahkan manusiauntukmenggunakanakaldalamrangkamendapatkanhal-hal

yangbermanfaatbagikehidupannya.

Page 9: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

9

Islam mengarahkan kekuatan akal kepada tafakkur (memikirkan) dan merenungi

(tadabbur) ciptaan-ciptaan Allah dan syari‟at-syari‟atnya sebagaimana dalam firmanNya,

Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadiaan) diri mereka? Allah tidak

menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan

(tujuan) benar dan waktu yang telah ditentukan, Dan sesungguhnya kebanyakan diantara

manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. (QS. Ar-Rum)

“ Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang

berakal”,(AlBaqarah:184),

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat pada hari

Jum‟at, maak bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.

yang demikian itu lebih baik bagi mana jika kamu mengetahui. (QS.Jumu‟ah:9).

Islam melarang manusia untuk taklid buta kepada adat istiadat dan pemikiran-

pemikiran yang bathil sebagaimana dalam firman Allah, Dan apabila dikatakan

kepada mereka, ”Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab,

“(tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan)

nenek moyang kami”, (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek

moyang mereka tidak mengetahui sesuatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?

(QS.AlBaqarah:170). 3.Islam memerintahkan manusia agar belajar dan menuntut

ilmu sebagaimana dalam firman Allah, ”Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap

golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan

mereka tentang agama.”(QS. At Taubah : 122).

Islam memerintahkan manusia agar memuliakan dan menjaga akalnya, dan

melarang dari segala hal yang dapat merusak aka lseperti khomr, Allah

Page 10: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

10

berfirman, “Hai, orang-orang yang beriman sesungguhnya (meminum) khamr,

berjudi, (berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah

termasuk perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-

perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Al Maidah.90). Ruang

Lingkup Akal Dalam Islam Meskipun islam sangat memperhatikan dan

memuliakan akal, tetapi tidak menyerahkan segala sesuatu kepada akal, bahkan

islam membatasi ruang lingkup akal sesuai dengan kemampuannya, karena akal

terbatas jangkauannya, tidak akan mungkin bisa menggapai hakekat segala

sesuatu. Maka Islam memerintahkan akal agar tunduk dan melaksanakan perintah

syar‟i walaupun belum sampai kepada hikmah dan sebab dari perintah itu.

Kemaksiatan yang pertama kali dilakukan oleh makhluk adalah ketika Iblis

menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam karena lebih mengutamakan

akalnya yang belum bisa menjangkau hikmah perintah Allah tersebut dengan

membandingkan penciptaannya dengan penciptaan Adam, Iblis berkata: ”Aku

lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api,sedangkan dia

Engkau ciptakan dari tanah..”(QS.Shaad;76). Karena inilah islam melarang akal

menggeluti bidang-bidang yang diluar jangkauannya seperti pembicaraan tentang

Dzat Allah,hakekat ruh,dan yang semacamnya, Rasulullah bersabda, ”Pikirkanlah

nikmat-nikmat Allah,janganlah memikirkan tentang Dzat Allah.Allah berfirman,

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah,”Roh itu termasuk

urusan Tuhanku,dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan

sedikit.”(QS.AlIsra‟:85). Allah menyuruh kita untuk memaksimalkan

kemampuan akal yang diberikan pada kita. Salah satu cara, Ia menganjurkan pada

Page 11: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

11

kita untuk menuntut ilmu setinggi – tingginya demi kemajuan umat bersama.

Bahkan pernah dikatakan dalam suatu hadits bahwa ada tiga peninggalan yang

mampu menolong manusia untuk terhindar dari api neraka yaitu amal jariyah,

ilmu yang bermanfaat dan do‟a anak sholeh. Dengan kata lain, Allah hendak

mengatakan bahwa ilmu sangatlah penting untuk kita, sebagai umat islam, bukan

hanya penting untuk kehidupan dunia, tetapi juga kehidupan akhirat. Ilmu yang

bermanfaat itu dapat kita bawa hingga keakhirat kelak. Firman Allah dalam QS.

Ali Imran : 110, “Kamu adalah umat yang paling baik (khaira ummah, umat

pilihan), yang dilahirkan untuk kepentingan manusia; menyuruh mengerjakan

yang benar dan melarang membuat salah, serta beriman kepada Allah. Sekranya

orang-orang keturunan Kitab itu beriman, sesungguhnya itu baik untuk mereka.

Sebahagian mereka beriman, tetapi kebanyakannya orang-orang yang

jahat”.Sebenarnya umat yang menjadi pengamal wahyu Allah (Islam) memiliki

identitas (ciri, sibghah) yang jelas di antaranya menguasai ilmu pengetahuan.

Dalam mewujudkan keberadaannya ditengah masyarakat mereka menjadi

innovator dan memiliki daya saing serta memiliki imajinasi yang kuat disamping

kreatif dan memiliki pula inisiatif serta teguh dalam prinsip (istiqamah, consern),

bahkan senantiasa berfikir objektif dan mempunyai akal budi.

C. Definisi Wahyu

Wahyu sendiri dalam al-Qur‟an disebut dengan kata al-wahy yang memiliki beberapa

arti seperti kecepatan dan bisikan. Wahyu adalah nama bagi sesuatu yang dituangkan dengan

cara cepat dari Allah ke dalam dada nabi-nabiNya, sebagaimana dipergunakan juga untuk lafadz

al-Qur‟an (as- Shieddiqy: 27). Untuk selanjutnya, dalam penelitian ini hanya terbatas pada

Page 12: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

12

penggunaan kata wahyu. Wahyu adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para

nabi dan rasul melalui mimpi dan sebagainya. Wahyu adalah sesuatu yang dimanifestasikan,

diungkapkan. Ia adalah pencerahan, sebuah bukti atas realitas dan penegasan atas kebenaran.

Setiap gagasan yang di dalamnya ditemukan kebenaran ilahi adalah wahyu, karena ia

memperkaya pengetahuan sebagai petunjuk bagi manusia (Haque, 2000: 10). Allah sendiri telah

memberikan gambaran yang jelas mengenai wahyu ialah seperti yang digambarkan dalam al-

Qur‟an surat al-Maidah ayat 16 yaitu: “Dengan Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang

mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan

orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan

menunjuki mereka kejalan yang lurus” Pengertian wahyu dalam penelitian di sini adalah kitab

al-Qur‟an yang di dalamnya merupakan kumpulan-kumpulan dari wahyu yang membenarkan

wahyu-wahyu sebelumnya (taurat, injil, zabur) dan diturunkan oleh Allah hanya kepada Nabi

Muhammad SAW selama hamper 23 tahun (Haque,2000:19). Wahyu, menurut Kamus Al-

Mufrâd âtfî Ghara`ibi`l-Qur`ân, makna aslinya adalah al-„Isyaratu`s-sarî‟ah. Artinya, isyarat

yang cepat yang dimasukkan kedalam hati seseorang atau ilqâ‟un fi`r-rau`i, maksudnya yang

disampaikandalamhati.

D. Fungsi Wahyu

1.Wahyu merupakan sumber pokok ajaran Islam.

2.Wahyu sebagai landasan berpikir. Semua produk pemikiran (ilmu, teori, konsep dan

gagasan) tidak boleh lepas dari wahyu,baik makna tersirat maupun tersurat.

Page 13: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

13

3.Wahyu sebagai landasan berbuat, bersikap, berperilaku dalam semua segi kehidupan.

Akal dan wahyu kalau diletakkan secara fungsionalis, maka keduanya saling memiliki fungsi.

Akal memiliki fungsi untuk memahami wahyu, karena wahyu ditulis dengan bahasa Arab, dan

tidak setiap orang dapat memahami teks Arab. Wahyu (Al Qur‟an sebagai hudan, untuk

memahami hudan diperlukan akal. Wahyu memiliki fungsi mengarahkan kerja akal dan

memberikan informasi kandungan wahyu yangg memerlukan bukti empiris, bahkan dengan

observasi, eksperimen, penyelidikan dan penelitian, yang ini semua dikerjakan dengan akal

pikiran.

E. Islam Sebagai Wahyu

Islam biasanya didefinisikan sebagai berikut: al-Islam wahyu ilahiyun unzila ila

nabiyyi Muhammad Salallahu ‘alaihi wassalam lisa’adati al-dunya wa al akhirah (Islam adalah

wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai pedoman untuk kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat). Jadi, inti Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad saw. Maka kita percaya bahwa wahyu itu terdiri atas dua macam, yaitu : (1) wahyu

yang berbetuk al- Qur‟an, dan (2) wahyu yang bernetuk hadis, sunnah Nabi Muhammad

saw1.Sebagai mana sudah disinggung diatas, bahwa agama mengandung dua kelompok ajaran,

Pertama, ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui para Rasul-Nya kepada masyarakat

manusia. Ajaran-ajaran yang terdapat dalam kitab suci itu memerlukan penjelasan tentang arti

dan cara pelaksanaannya. Penjelasan para pemuka atau pakar agama membentuk ajaran agama

kedua.

1 Pendidikan Islam,Terj.Hasan Langgung(Jakarta:Bulan Bintang,1979)hlm.25

Page 14: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

14

Ajaran dasar agama, karena merupakan wahyu dari Tuhan, bersifat Absolut,mutlak benar,

kekal, tidak pernah berubah, dan tidak bisa diubah. Sedangkan penjelasan ahli agama terhadap

ajaran dasar agama,karena hanya merupakan penjelasasn dan hasil pikiran, tidak absolut, tidak

mutlak benar, dan tidak kekal. Bentuk ajaran agama ynag kedua ini bersifat relatif, nisbi,

berubah, dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman.2

M.Atho Mudzhar, mengatakan bahwa kajian Hadis sama dengan kajian terhadap al-Qur‟an

yang merupakan kibat yang masih berisfat universal penjelasannya membutuhkan studi

interdisipliner, dalam hadist pun usaha ini perlu dilakukan. Katakan saja, Hadis mengenai

psikologi, pendidikan, iptek dan sebagainya yang perlu dikelompokan dan dibandingkan dengan

hasil penemuan ilmu modern. Sebagai contoh, mengenai hadis ”idza waqa‟a al-dzubabu fi

inai ahadikum falyaqmishu (artinya: ketika sadar lalat terjatuh ke dalam bejanamu, maka

benamkanlah). Hadis ini diterangkan dalam kitab Subulu al-Salam, bahwa pada sayap kanan

mengandung ini dan pada sayap kiri mengandung itu. Penjelasan terhadap hadis ini memerlukan

satu upaya untuk mencoba mengadakan studi interdispliner terhadap hadis tersebut,

barangkali memerlukan ilmu tentang serangga untuk membuktikan secara emperik

terhadap pernyataan Hadis tersebut.

F. Islam sebagai Produk Sejarah dan Sasaran Penelitian

Perlu ditegaskan bahwa ternyata ada bagian dari Islam yang merupakan produk sejarah.

Peristiwa gerakan hijrah yang dilakukan Nabi merupakan sebuah metamorfosis dari suatu

2 Ibid, hal. 58-59

Page 15: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

15

"gerekan" menjadi "negara". Gerakan ini berasal dari tiga belas tahun sebelumnya, Nabi Saw

melakukan penetrasi sosial yang sangat sistematis; di mana Islam menjadi jalan hidup individu,

di mana Islam "memanusia", dan manusia kemudian "memasyarakat". Dengan melalui hijrah,

masyarakat itu bergerak secara linear menuju negara. Maka, melalui hijrah gerakan itu

"menegara", dan Madinah adalah wilayahnya. Nabi melakukan penataan negara tersebut,

dengan: Pertama, membangun infrastruktur negara dengan mesjid sebagai simbol dan perangkat

utamanya. Kedua, menciptakan kohesi sosial melalui proses persaudaraan antara dua komunitas

yang berbeda yaitu "Quraisy" dan "Yatsrib" yang menjadi dan dikenal dengan komunitas

"Muhajirin" dan "Anshar" tetapi menyatu sebagai komunitas agama. Ketiga,

membuat nota kesepakatan untuk hidup bersama dengan komunitas lain yang berbeda,

sebagai sebuah masyarakat pluralistik yang mendiami wilayah yang sama, melalui Piagam

Madinah. Keempat, merancang sistem negara melalui konsep jihad fi sabilillah [

Dengan dasar ini, negara dan masyarakat Madinah yang dibangun oleh Nabi

Saw merupakan negara dan masyarakat yang kuat dan solid. Kemudian, peristiwa

hijrah telah menciptakan keberagaman penduduk Madinah. Penduduk Madinah tidak

terdiri dari atas suku Aus, Khazraj, dan Yahudi, tetapi Muhajirin Quraisy dan suku-suku

Arab lain yang datang dan hidup bersama mereka di Madinah. Nabi menghadapi

realitas pluralitas, karena struktur masyarakat Madinah yang baru dibangun terdapat

beragam agama yaitu Islam, Yahudi, Kristen, Sabi'in dan Majusi, dan ada juga

Page 16: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

16

golongan yang tidak bertuhan [atheis] dan bertuhan banyak [polytheists]. Struktur

masyarakat yang pluralistik ini dibangun oleh Nabi di atas fondasi ikatan iman dan

akidah yang tentu lebih tinggi nilai ikatannya dari solidaritas kesukuan [ashabiyah] dan

afiliasi lainnya. Selain itu, klasifikasi masyarakat pada saat itu didasarkan atas

keimanan, dan mereka terbagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu: mu'minun,

munafiqun, kuffar, mushrikun dan Yahudi [Akram Dhiyauddin Umari, 1999:77], dengan

kata lain bahwa masyarakat di Madinah pada saat itu merupakan bagian dari komunitas FM-UII-

AA-FKA-07 ada ayat al-Qur‟an yang dimansukh dan ada

masyarakat yang majemuk atau plural. Peristiwa hijrah itu sendiri merupakan produk

sejarah yang memang perlu dikaji dan diteliti.

Konsep "Piagam Madinah" [Mitsaq al-Madinah], dianggap sebagai konstitusi tertulis

pertama dalam sejarah kemanusian. Piagam ini tidak hanya sangat maju pada masanya, tetapi

juga menjadi satu-satunya dokumen penting dalam perkembangan kebiasaan konstitusional

dan hukum dalam dunia Islam [Nurchalis Madjid, hlm. 51., dan Ahmad Hatta, 1995:10]. Selain

itu, dalam dokumen Piagam itulah, dikatakan bahwa "umat manusia untuk pertama kalinya

diperkenalkan, antara lain, kepada wawasan kebebasan, terutama dibidang agama dan

ekonomi, serta tanggung jawab sosial dan politik, khususnya pertahanan secara bersama.

Dalam Piagam tersebut juga menempatkan hak-hak individu yaitu kebebasan memeluk agama,

Page 17: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

17

persatuan dan kesatuan, persaudaraan [al-ukhuwwah] antar agama, perdamaian dan

kedamaian, toleransi, keadilan [al-'adalah], tidak membeda-bedakan [diskriminasi] dan

menghargai kemajemukan". Konsep Piagam Madinah ini merupakan produk sejarah.

Konsep tentang Khulafa al-Rasyidin adalah merupakan produk sejarah, karena nama itu

muncul belakangan. Teologi Syiah, Mu‟tazilah adalah merupakan bagian dari wajah Islam

produk sejarah. Seluruh bangunan sejarah Islam klasik, tengah dan modern, sebagai produk

sejarah. Orang dapat berkata, andaikan Islam tidak berhenti di Spanyol, Islam di Eropa akan

berkembang sampai saat ini dan andaikan Islam terus bertahan di Spanyol, sejarahnya akan

lain lagi. Demikian juga perkembangan filsafat Islam, kalam, fiqh, ushul fiqh produk sejarah.

Tasawuf dan akhlak sebagai ilmu juga merupakan produk sejarah Islam. Akhlak sebagai nilai

bersumber dari wahyu, tetapi sebagai ilmu yang disistematisasir akhlak adalah produk sejarah.

Kebudayaan Islam klasik, tengah, modern, arsitektur Islam, seni lukis, musik, bentuk-bentuk

masjid Timur Tengah, Indonesia, Cina adalah produk sejarah, dll. Semuanya dapat dan perlu

dijadikan sasaran penelitian. Demikian juga Seni dan metode baca al-Qur‟an yang berkembang

di Indonesia adalah merupakan produk sejarah [lihat : M.Atho Mudzhar, 1998:23]. Demikian,

banyak bangunan pengetahuan kita tentang Islam, sebenarnya merupakan produk sejarah.

Maka karena itu, semuanya dapat dan perlu dijadikan sebagai sasaran penelitian.

Page 18: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

18

Menurut Fazlur Rahman, dalam mengkaji karya-karya, kita perlu mengetahui metodependekatan

yang digunakan dalam menulis karya-karyanya. Fazlur Rahman, sering

menyebutkan dua istilah metode dalam buku-bukunya yaitu Historico critical method dan

Hermeneutic method. Kedua istlah tersebut merupakan "kata kunci" adalah :

1. Historico critical method [metode kritik sejarah], merupakan sebuah pendekatan

kesejarahaan yang pada prinsipnya bertujuan menemukan fakta-fakta obyektif secara utuh

dan mencari nilai-nilai [values] tertentu yang terkandung di dalamnya. Jadi, yang ditekankan

oleh metode ini adalah pengungkapan nilai-nilai yang terkandung dalam sejumlah data

sejarah, bukan presitiwa sejarah itu sendiri. Jikalau data sejarah dipaparkan sebatas

kronologinya, maka model semacam ini dinamakan pendekatan kesejarahan.

2. Hermeneutic method yaitu metode untuk memahami dan menafsirkan teks-teks kuno seperti

kitab suci, sejarah, hukum juga dalam bidang filsafat. Metode ini diperlukan untuk

melakukan interpretasi terhadap teks kitab suci, penafsiran terhadap teks-teks sejarah yang

menggunakan bahasa yang rumit, atau bahasa hukum yang padat juga memerlukan upaya

penafsiran, agar mudah dipahami.

G. Islam Sebagai Produk

Sejarah Islam adalah peradaban yang dibentuk melalui evolusi sejarah. Bahkan wajah

Islam yang ada di seluruh belahan dunia merupakan hasil dari produk sejarah. Karena itu,

Page 19: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

19

kaitannya dengan produk sejarah Islam inilah sasaran penelitian agama semakin luas. Sejarah

Islam yang tumbuh mulai dari masa kekhalifahan sampai berkembang di seluruh kawasan dunia

adalah kaya akan persoalan-persoalan keagamaan yang perlu diteliti dari sisi sejarah. Islam

sebagai produk sejarah perlu kepada pendekatan arkeologis. Karena, untuk mengungkap sejarah

tidak cukup menganalkan dokumen-dokumen serta perkataan yang dijadikan sumber sejarah

primer. Bahkan untuk meneliti dan megggali keotentikan sebuah sejarah yang berkenaan dengan

bentuk-bentuk peninggalan, tidak bisa mengabaikan pendekatan ini. Pendekatan arkeologis

sangat dibutuhkan seorang peneliti dalam membantu untuk mempertajam analisis yang

diperlukan ketika mendeteksi sebuah rentang masa, kurun, periode atau sisi lainnya. Ruang

lingkup studi Islam yang merupakan produk sejarah misalnya tentang fiqih/mazhab, tasawuf/sufi,

filsafat/kalam, seni/arsitektur Islam, budaya/tradisi Islam. Bangunan pengetahuan kita pada

wilayah Islam tersebut adalah produk sejarah yang dapat dijadikan sasaran penelitian.

Studi Al-Quran Tujuan studi Al-Qur‟an bukan mempertanyakan kebenaran Al-Qur‟an

sebagai wahyu , tetapi misalnya mepertanyakan: bagaimana cara membaca Al-Qur‟an,

kenapa cara membacanya begitu, berapa macam jenis bacaan itu, siapa yang

menggunakan jenis-jenis bacaan itu, apa kaitannya dengan bacaan sebelumnya, apa

sesungguhnya yang melatar belakangi lahirnya suatu ayat, apa maksud ayat itu. Maka

lahirlah misalnya tafsir maudhu‟i yang merupakan salah satu bentuk jawaban terhadap

pertanyaan-petanyaan tersebut di atas. Pertanyaan selanjutnya, kalau dahulu dipahami

begitu, apakah sekarang masih harus dipahami sama ataukah perlu pemahaman baru.

Satu hal yang patut diperhatikan dalam studi Al-Qur‟an, yaitu studi interdisipliner

mengenai Al-Qur‟an. Sebab Al-Qur‟an selain berbicara mengenai keimanan, ibadah,

aturan-aturan, juga berbicara tentang sebagian isyarat-isyarat ilmu pengetahuan. Maka

Page 20: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

20

ilmu-ilmu seperti sosiologi, botani, dan semacamnya, perlu dipelajari untuk memahami

ayat-ayat Al-Qur‟an dengan ilmu-ilmu lain. Di sini di butuhkan studi interdisipliner.

Potret Islam Selama ini masyarakat sudah mengenal Islam, tetapi belum jelas potret Islam

yang telah dikenal tersebut. Misalnya mengenal Islam dalam potret yang ditampilkan

oleh Iqbal dengan nuansa filosofis dan sufistiknya. Islam yang ditampilkan oleh Fazlur

Rahman yang bernuansa historis dan filosofis. Demikian pula, Islam yang ditampilkan

oleh pemikir-pemikir Iran lainnya. Kenyataan tersebut memperlihatkan adanya dinamika

internal di kalangan umat Islam untuk menerjemahkan Islam dalam upaya merespon

berbagai masalah umat yang mendesak. Titik tolak dan tujuan mereka sama, yakni ingin

menunjukkan konstribusi Islam sebagai salah satu alternatif dalam memecahkan berbagai

masalah umat. Selain itu, kenyataan tersebut menunjukkan bahwa Islam merupakan

sebuah agama yang dapat dilihat dari sisi mana saja, dan setiap sisinya akan senantiasa

memancarkan cahaya yang terang. Dari berbagai sumber kepustakaan tentang Islam yang

ditulis oleh para tokoh tersebut, dapat diketahui bahwa Islam memiliki karakteristik yang

khas yang dapat dikenali melalui konsepsinya dalam berbagai bidang, seperti bidang

teologi, ibadah, muamalah yang di dalamnya mencakup masalah pendidikan,

kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, lingkungan hidup, kesehatan, dan sejarah.

Islam Sebag

-

Islam sebagai objek studi dapat dibedakan ke dalam tiga aspek::

Islam sebagai sumber (mashdar) , yaitu pengkajian Islam yang berpusat kepada isi

kandungan materi Al-Qur‟an dan Hadis Nabi Muhammad Saw, yang kedudukan sebagai

Page 21: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

21

sumber utama ajaran Islam. Apa saja dimensi kehidupan manusia yang hendak dikaji

oleh setiap orang dalam sudut pandang Islam, maka bahan bedah materinya adalah Al-

Qur‟an dan Sunnah. Kedua sumber ini adalah landasan asasi bagi setiap pihak yang ingin

mengkaji ajaran Islam. Islam sebagai pemikiran , yaitu mengkaji Islam yang telah

mengalami pengembagan dengan berpusat pada hasil olah-pikir para ulama dan

cendikiawan muslim tentang masalah tertentu, sebagai perluasan pemahaman terhadap

keumuman konsep Al-Qur‟an dan Hadis Nabi Muhammad Saw. Pengkajian dalam aspek

ini diwakili oleh ilmu fikih, ushul fikih, ilmu kalam, ushuluddin, tasawuf, dan

sebagainya. Islam sebagai pengamalan, yaitu pengkajian Islam yang lebih terfokus pada

pengejewatahan/aplikasi nilai-nilai keIslaman dalam praktek kehidupan nyata sehari-hari.

Pengkajian dalam aspek ini diwakili oleh ilmu tarbiyah (pendidikan), ilmu dakwah, ilmu

seni, ilmu kedokteran, iptek modern, dan sebagainya.

H. Sejarah Intelektual Islam

Perkembangan pemikiran islam mempunyai sejarah yang panjang dalam arti seluas-

luasnya. Tradisi pemikiran dikalangan umat islam berkembang seiring dengan kemunculan islam

itu sendiri. Dalam kontek masyarakat Arab sendiri, di mana islam lahir dan pertama kali

berkembang di sana, kedatangannya lengkap dengan tradisi keilmuannya. Sebab masyarakat

Arab pra islam belum mempunyai sistem pengembangan pemikiran secara sistematis.

Pada masa awal perkembangan islam, sistem pendidikan dan pemikiran yang sistematis belum

terselenggara karena ajaran islam tidak diturunkan sekaligus. Namun demikian isyarat Alqur‟an

sudah cukup jelas meletakkan fondasi yang kokoh terhadap pengembangan ilmu dam

pemikiran,sebagaimana terlihat pada ayat yang pertama diturunkan yaitu suatu perintah untuk

Page 22: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

22

membaca dengan nama Allah ( al-Alaq:1 ). Dalam kaitan itu dapat dipahami mengapa proses

pendidikan islam pertama kali berlangsung di rumah yaitu Darul Arqam. Ketika masyarakat

Islam telah terbentuk, maka pendidikan Islam dapat diselenggarakan di mesjid. Proses

pendididkan pada kedua tempat tersebut dilakukan dalam lingkaran besar atau disebut Halaqah.

Dalam mengguanakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari segi

perkembangannya, sejarah intelektua Islam dapat dikelompokkan ke dalam tiga masa yaitu masa

klasik, yaitu tahun 650-1250 M. dan masa modern yaitu sejak tahun 1800-sampai sekarang.

Pada masa klasik lahir para ulama madz hab seperti imamn Hambali, Hanafi, Iman Syafii, dan

Iman Malik. Selain itu, lahir pula para filosuf muslim seperti Al-Kindi, tahun 801 M. seorang

filosuf muslim pertama. Selain Al-Kindi, pada itu lahir pula para filosuf besar seperti Al-Razi

lahir tahun 865 M, Al-Farabi lahir tahun 870 M. Dia dikenal sebagai pembangun aguing sistem

filsafat. Pada abad berikutnya lahir pula filosuf agung Ibnu Miskawaih pada tahun 930 M.

pemikirannya yang terkenal tentang pendidikan akhlak kemudian Ibnu Sina tahun 1037. Ibnu

Bajjah, 1138 M. Ibnu Rasyid 1126 M. dll. Pada masa pertengahan yaitu tahun 1250-1800 M.

dalam catatan sejarah pemikiran Islam masa ini merupakan fase kemunduran karena filsafat

mulai dijauhkan dari umat Islam sehingga ada kecenderungan akal dipertentangkan dengan

wahyu,.iman dengan Ilmu, dunia dengan akhirat. Pengaruhnya masih terasa sampai sekarang.

Pemikiran yang berkembang saat itu adalah pemikiran dikotomis antara agama dengan lmu dan

urusan dunia dengan urusan akhirat. Titik kulminasinya adalah ketika para ulama sudah

mendekat kepada para penguasa, sehingga fatwa-fatwa mereka tidak lagi diikuti oleh umatnya

dan kondisi umat menjadi carut marut kehilangan figur pemimpin yang dicintai umatnya.

Page 23: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

23

I. Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Indonesia

Di zaman modern, ada satu fenomena yang menarik untuk kita simak bersama yaitu

semangat dan pemahaman sebagian generasi muda umat Islam khususnya Mahasiswa PTU

dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam. Mereka berpandangan bahwa Islam yang

benar adalah segala sesuatu yang ditampilkan oleh Nabi Muhammad Saw. Secara utuh termasuk

nilai-nilai budaya Arabnya. Kita sepakat bahwa Nabi Muhammad Saw. Itu adalah Rasul Allah.

Kita tahu Islam itu lebih dari beliau, dan yang menginkari kerasulannya adalah kafir.

Nabi Muhammad Saw. Adalah seorang Rasul Allah dan harus diingat bahwa beliau adalah orang

Arab. Dalam kajian budaya sudah barang tentu apa yang ditampilkan dalam perilaku

kehidupannya terdapat nilai-nilai budaya lokal. Sedangkan nilai-nilai Islam itu bersifat universal.

Maka dari itu sangat dimungkingkan apa yang dicontoh oleh Nabi dalam hal mu‟amalah ada

nuansa-nuansa budaya yang dapat kita aktualisasikan dala kehidupn modern dan disesuaikan

dengan muatan budaya lokal masing-masing. Contohnya dalam cara berpakaian dan cara makan.

Dalam ajaran Islam sendiri meniru budaya satu kaum boleh-boleh saja sepanjang tidak

bertengtangan dengan nilai-nilai dasar Islam. Apalagi yang ditirunya adalah panutan suci Nabi

Muhammad Saw, namun yang tidak boleh adalah menganggap bahwa nilai-nilai budaya Arabnya

dipandang sebagai ajaran Islam.

Dalam perkembangan dakwah Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para

Wali di tanah jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas ajaran Islam dengan

bahasa budaya setempat, sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk

dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari hari mereka.

Page 24: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

24

BAB III

PENUTUP

A. PEMIKIRAN PENULIS

Menurut saya pembahasan kali ini yang bisa kita ambil yaitu pengkajian Islam yang lebih

terfokus pada pengejewatahan/aplikasi nilai-nilai keIslaman dalam praktek kehidupan nyata

sehari-hari. Pengkajian dalam aspek ini diwakili oleh ilmu tarbiyah (pendidikan), ilmu dakwah,

ilmu seni, ilmu kedokteran, iptek modern, dan sebagainya.

Maka kita percaya bahwa wahyu itu terdiri atas dua macam, yaitu : wahyu yang berbetuk

alQur‟an, dan wahyu yang bernetuk hadis, sunnah Nabi Muhammad saw [M.Atho Mudzhar,

1998:19]. Perkembangan pemikiran islam mempunyai sejarah yang panjang dalam arti seluas-

luasnya. Tradisi pemikiran dikalangan umat islam berkembang seiring dengan kemunculan islam

itu sendiri. Dalam kontek masyarakat Arab sendiri, di mana islam lahir dan pertama kali

berkembang di sana, kedatangannya lengkap dengan tradisi keilmuannya.

Page 25: ISLAM SEBAGAI WAHYU DAN PRODUK SEJARAH

25

Daftar Pustaka

M. Anis Hatta,From: http://www.hidayatullah. com/2001/ 06/ kajut3.shtml., 7 Maret 2001

Noel J. Coulson, Conflicts and Tensions in Islamic Law (The

University of Chicago Press, Chicago, 1969).

Muhammad Muslehuddin, Philosophy of Islamic Law and the

Orientalists (Islamic Publications Ltd., Pakistan, 1977).