155
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri pada era global ini, peranan bahasa Inggris dalam berbagai aspek kehidupan menjadi sangat dominan dan penting. Penggunaan bahasa asing itu menyentuh dalam dunia ilmu, teknologi, perdagangan, politik, kebudayaan, dan hubungan antarnegara, baik secara bilateral maupun multilateral. Dalam kehidupan sehari-hari, umpamanya, seseorang selalu bersentuhan dengan bahasa tersebut melalui media cetak, seperti koran, majalah, jurnal dan buku-buku ilmiah lainnya; media elektronik seperti televisi, radio, internet; maupun melalui interaksi komunikatif langsung dengan orang asing yang menggunakan bahasa tersebut. Mereka dapat ditemukan di berbagai sudut kota Jakarta, sehingga sangat 1

Isi lengkap

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

1PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri pada era global ini, peranan

bahasa Inggris dalam berbagai aspek kehidupan menjadi sangat dominan dan penting. Penggunaan bahasa asing itu menyentuh dalam dunia ilmu, teknologi, perdagangan, politik, kebudayaan, dan hubungan antarnegara, baik secara bilateral maupun multilateral. Dalam kehidupan sehari-hari, umpamanya, seseorang selalu bersentuhan dengan bahasa tersebut melalui media cetak, seperti koran, majalah, jurnal dan buku-buku ilmiah lainnya; media elektronik seperti televisi, radio, internet; maupun melalui interaksi komunikatif langsung dengan orang asing yang menggunakan bahasa tersebut. Mereka dapat ditemukan di berbagai sudut kota Jakarta, sehingga sangat memungkin bagi masyarakat untuk berkomunikasi langsung dengan menggunakan bahasa Inggris.

Memperhatikan peranan tersebut, pemerintah Indonesia memberikan prioritas utama terhadap bahasa Inggris untuk dipelajari di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, atau bahkan lembaga-lembaga kursus sebagai bahasa asing. Sebagai bahasa asing, bahasa Inggris tidak dapat digunakan sebagai alat komunikasi dalam kegiatan pemerintahan, pendidikan, politik, dan bidang-bidang lain yang melibatkan masyarakat

1

Page 2: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

secara luas. Meskipun demikian, pengajaran bahasa tersebut tetap dilaksanakan secara optimal agar tujuan matapelajaran tersebut tercapai. Adapun tujuan utama pengajaran bahasa Inggris di Madrasah Aliyah diarahkan pada pengembangan kemampuan komunikatif berbahasa Inggris lisan dan tulis1

Kemampuan komunikatif bahasa Inggris yang harus dikuasai siswa terbentuk oleh empat sub-kemampuan, yaitu kompetensi wacana, linguistik, sosiolinguistik, dan strategis.2

Kompetensi wacana berhubungan dengan pemahaman siswa terhadap konteks situasi yang melatar-belakangi suatu peristiwa komunikasi. Menurut Celce-Murcia et al. Kompetensi wacana adalah pemahaman siswa terhadap peristiwa komunikasi yang dipengaruhi oleh topik yang dikomunikasikan, hubungan interpersonal pihak yang terlibat dalam komunikasi dan jalur komunikasi yang digunakan dalam satu konteks budaya.3 Kemampuan linguistik berkenaan dengan penguasaan siswa terhadap kaedah-kaedah bahasa yang memungkinkannya memahami dan menghasilkan kalimat-kalimat berbahasa Inggris yang gramatikal. Kemampuan sosiolinguistik berkenaan dengan kemampuan siswa untuk melihat dan mengantisipasi dengan siapa mereka berkomunikasi, sedangkan kemampuan strategis bersentuhan dengan kemampuan siswa untuk memilih dan menggunakan strategi komunikasi untuk menyampaikan pesan yang dimaksudkan secara efektif.

Selain itu, untuk menguasai kemampuan komunikatif bahasa Inggris, seorang siswa dituntut untuk memiliki motivasi berprestasi sebagai bagian dari aspek psikologis yang banyak menyemangati siswa untuk meraih kesuksesan melalui kemampuannya untuk mengatasi berbagai masalah dan

1Diknas, Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMA dan MA (Jakarta: Puskur Balitbang Diknas, 2002), h. 6.

2D. H. Hymes, “On Communicative Competence,” The Communicative Approach to Language Teaching, eds. C. J. Brumfit dan K. Johnson. (Oxford: OUP, 1979), h. 14.

3Celce-Murcia, M., Z. Dornyei, S. Thurrell, “Communicative Competence: A Pedagogically Motivated Model with Content Specifications” Issues in Applied Linguistics, 6/2, 1995. p. 10.

2

Page 3: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

kesulitan dalam belajar,4 dan dituntut pula untuk mengusai perbedaan budaya berbahasa Inggris dengan budaya berbahasa Indonesia. Motivasi berprestasi mendorong siswa untuk terus-menerus berusaha semaksimal mungkin untuk menguasai bahasa Inggris melalui berbagai cara belajar efektif. Sedangkan penguasaan silang budaya akan banyak membantu siswa bagaimana menghasilkan bentuk-bentuk bahasa Inggris yang benar-benar komunikatif. Siswa tidak akan terjebak dalam bahasa Inggris berstruktur dan berbudaya bahasa Indonesia yang seringkali menimbulkan kesalahpahaman, dan bahkan gagalnya komunikasi.

Sejauh ini, sebagian besar siswa MAN di Jakarta Sealatan belum menguasai kemampuan komunikatif bahasa Inggris sebagaimana yang diharapkan. Masih banyak terdengar ungkapan bahasa Inggris “thank you” yang dijawab dengan “thank you back”; dan “you look very beautiful” yang dijawab dengan “oh no, I am not” dan sebagainya. Jawaban yang diberikan siswa menunjukkan bahwa mereka tidak memahami budaya berbahasa penutur asli bahasa Inggris, sehingga menimbulkan kesalahpahaman atau bahkan kegagalan komunikasi. Selain itu, contoh ungkapan-ungkapan berbahasa Inggris tersebut diduga dihasilkan oleh siswa-siswa yang tidak memiliki motivasi berprestasi. Mereka cenderung tidak ingin mendalami bahasa Inggris dengan tekun, karena mereka berfikir bahwa bahasa Inggris tidak bersentuhan dengan bidang kajian dan pekerjaan yang akan mereka tekuni.

Berdasarkan penjelasan tersebut terlihat bahwa kemampuan komunikatif bahasa Inggris banyak dipengaruhi oleh motivasi berprestasi siswa dalam belajar dan pemahaman siswa terhadap budaya berbahasa Inggris atau pemahaman silang budaya. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan Untuk membuktikan kebenaran asumsi tersebut dan melihat berapa

4R. C. Back, Motivasion: Theories and Principles (New Jersy: Prentice Hall, 1990), p. 291.

3

Page 4: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

besar kontribusi motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan, penelitian korelasional perlu segera dilakukan agar dapat diputuskan suatu kebijakan terhadap pengembangan matapelajaran bahasa Inggris secara komunikatif.

B. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang penelitian di atas dapat

diduga adanya hubungan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif siswa MAN di Jakarta Selatan. Tanpa mengesampingkan beberapa faktor lain yang juga berpengaruh, bentuk hubungan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif siswa masih tetap menjadi pertanyaan besar yang perlu dijawab dan dibuktikan. Oleh karena itu, permasalahan dalam penelitian ini lebih banyak berkaitan dengan upaya pembuktian terhadap hubungan antara ketiga variabel tersebut; dan secara lebih spesifik permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1) Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan?

2) Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Sealatan?

3) Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan?

4) Berapa besarkah kontribusi motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan?

4

Page 5: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

C. Tujuan dan Manfaat PenelitianSecara umum penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan data empiris tentang hubungan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan. Sacara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti-bukti empiris tentang:

1) hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Sealatan;

2) hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan;

3) hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan; dan

4) besarnya kontribusi motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan.

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris; dan mempertegas keterkaitan ketiganya di dalam pengembangan bahan pelajaran bahasa Inggris untuk siswa menegah atas.

Ditinjau dari segi sosial, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah, dalam hal ini Departemen Agama, di dalam pengembangan kurikulum dan bahan pelajaran bahasa Inggris untuk Madrasah Aliyah; dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para guru bahasa Inggris di Madrasah Aliyah dalam pengembangan kegiatan belajar dan bahan pelajaran bahasa Inggris berbasis pada pemahaman silang budaya dan perhatian terhadap motivasi berprestasi yang dapat meningkatkan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa. Selain itu, penelitian ini

5

Page 6: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

diharapkan dapar dijadikan sebagai pijakan dalam penyelenggaraan penelitian lanjutan tentang hubungan antara pemahaman silang budaya, motivasi berprestasi, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN khususnya, dan seluruh siswa Madrasah Aliyah pada umumnya.

D. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang

berusaha untuk membuktikan secara empiris hubungan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan.

1. Alat Pengumpul Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua

instrumen, yaitu angket dan tes. Angket digunakan untuk mencari data tentang motivasi berprestasi; tes pemahaman silang budaya digunakan untuk menggali data tentang pemahaman terhadap perbedaan budaya berbahasa Inggris dan Indonesia; dan tes kemampuan komunikatif bahasa Inggris digunakan untuk mengukur kemampuan menggunakan bahasa Inggris secara komunikatif.

2. Teknik Analisis DataUntuk melihat hubungan dan kontribusi motivasi

berprestasi, dan pemahaman silang budaya terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa, data terkumpul akan dianalisis dengan statistik korelasi dan regresi ganda.

3. Hipotesis PenelitianHipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut.a) Hipotesis nol:

1) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan;

6

Page 7: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

2) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan; dan

3) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan.

b) Hipotesis alternatif:1) Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi

berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan;

2) Terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan; dan

3) Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan.

4. Variabel Penelitian

Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, variabel dalam penelitian ini adalah:

a) Variabel bebas:1) motivasi berprestasi siswa MAN di Jakarta

Selatan (X1); dan 2) pemahaman silang budaya siswa MAN di

Jakarta Selatan (X2) b) Variabel terikat adalah kemampuan komunikatif

bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan Hubungan ketiga variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

7

Page 8: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

5. Populasi dan Sample PenelitianPopulasi penelitian ini adalah seluruh siswa MAN di

Jakarta Selatan; dan yang menjadi sampelnya adalah 80 orang siswa kelas III yang diambil secara acak.

6. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan berlangsung selama empat bulan di empat MAN Jakarta Selatan yang dibagi dalam tiga tahap: a) penyusunan rancangan dan instrumen penelitian; b) pencarian data; dan c) analisis data dan pelaporan.

MotivasiBerprestasi

(X1)

PemahamanSilamg budaya

(X2)

KemampuanKomunikatif

(Y)

8

Page 9: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

2ANALISIS TEORETIS

DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Analisis TeoretisBerdasarkan paparan tujuan penelitian yang diharapkan,

terdapat dua hal yang perlu dikaji secara teoretis, yakni kemampuan komunikatif dan pemahaman silang budaya. Berikut penjelasan keduanya.

1. Kemampuan Komunikatif

Secara umum, kurikulum berbasis kompetensi berorientasi pada hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna dan beragaman yang dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Ini berarti bahwa kurikulum tersebut menekankan hasil atau kompetensi apa yang harus dikuasai siswa bila telah menyelesaikan studinya pada suatu program pendidikan formal. Dalam hal ini, kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.5

Berkaitan dengan mata pelajaran Bahasa Inggris di Madrasah Aliyah, komptensi yang harus dikuasai siswa adalah

5 Suwito, Kebijakan yang Diperlukan Dalam Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah yang disampaikan pada Warkshop Kurikulum Berbasis Kompetensi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 17-19 Juli 2003 di Cisarua.

9

Page 10: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

bagaimana menggunakan bahasa Inggris sesuai dengan konteks komunikasinya. Siswa diharapkan dapat menggunakan bahasa Inggris untuk menyampaikan ide, gagasan, dan perasaannya, baik dalam bentuk komunikasi lisan maupun komunikasi tulis. Kemampuan tersebut biasanya disebut dengan kemampuan komunikatif. Huda mengatakan bahwa kemampuan komunikatif merupakan kemampuan untuk menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi dalam situasi yang sebenarnya. Siswa, dalam hal ini, tidak dituntut untuk menghasilkan bentuk-bentuk bahasa yang benar secara gramatikal saja; tetapi justru diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk menggunakan bentuk-bentuk bahasa tersebut sesuai dengan tujuan komunikasi atau untuk mengungkapkan fungsi-fungsi komunikatif bahasa yang ingin disampaikan kepada pihak lain.6

Penguasaan kemampuan komunikatif secara benar tidak hanya tertumpu pada kemampuan linguistik saja, tetapi juga mencakup kemampuan lain yang mengarahkan seseorang untuk memilih bentuk-bentuk bahasa mana yang sesuai dengan konteksnya. Kemampuan ini biasanya disebut dengan kemampuan pragmatik yang memungkinkan seseorang untuk melakukan interaksi komunikatif secara lebih efektif. Ellis mengatakan:Communicative competence includes the knowledge the speaker-hearer has of what constitutes appropriate as well as correct language behavior and also of what constitutes effective language behavior in relation to particular communicative goals. That is, it includes both linguistic and pragmatic knowledge.7

Meskipun tidak dinyatakan secara explisit sebagai kemampuan pragmatik, pandangan lain juga mengisyaratkan ketidakberartian kemampuan linguistik bila tidak ditunjang oleh kemampuan untuk menyesuaikan

6 Nuril Huda, Language Learning and Teaching (Malang: IKIP M Publisher, 1999), h. 93.

7Rod Ellis, The Study of Second Language Acquisition (Oxford: O U P, 1994), h. 13.

10

Page 11: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

bentuk-bentuk bahasa dengan seluruh masukan informasi baik yang bersifat linguistik maupun paralinguistik. Communicative competence may be defined as the ability to function in a truly communicative setting, that is in a dynamic exchange in which linguistic competence must adapt itself to the total informational input, both linguistic and paralinguistic of one or more interlocutors.8

Posisi kemampuan linguistik sebagai salah satu unsur kemampuan komunikatif juga diutarakan oleh Munby. Dalam pandangannya, selain kemampuan linguistik, kemampuan komunikatif mencakup kemampuan-kemampuan lain, seperti kemampuan retorik, kemampuan interpretatif, dan pemahaman makna ujaran berdasarkan konteks yang melatarbelakanginya. It seems clear that communicative competence includes the ability to use linguistic forms to perform communicative acts and to understand the communicative functions of sentences and their relationship to other sentences. This happens at the level of discourse and involves interalia, knowledge of rhetorical rules of use that governs the patterning of such acts, the interpretative strategies of the language users and also contextual meaning of utterances.9

Secara jelas beberapa pandangan tersebut menunjukkan bahwa selain kemampuan linguistik terdapat beberapa kemampuan atau faktor lain yang membangun kemampuan komunikatif bahasa Inggris seseorang. Mengenai hal ini, Hymes berpandangan bahwa kemampuan komunikatif itu terbentuk oleh empat aspek atau kemampuan yang terpadu. Aspek yang pertama berkenaan dengan kemampuan untuk menghasilkan dan membedakan bentuk-bentuk bahasa yang gramatikal atau tidak gramatikal (whether or not something is possible), misalnya: I teach English everyday dan *She is having a big

8 A.O. Hadley, Teaching Language in Context (Boston: Heile & Heile Publisher, 1993), h 4

9 John Munby, Communicative Syllabus Design (Cambridge: C U P, 1978), h. 26.

11

Page 12: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

car.10 Aspek yang kedua berhubungan dengan kemampuan untuk mengahasilkan bentuk-bentuk bahasa yang layak (feasibility). Suatu kalimat yang terdiri dari beberapa kata dapat saja dianggap benar secara gramatikal, tetapi bila dikaji dari sisi proses bagaimana kalimat itu dibuat atau dihasilkan, maka kalimat tersebut bisa saja dianggap tidak layak, misalnya *The mouse the cat the dog the man the woman married beat chased ate had a white tail. Jadi kelayakan di sini lebih erat kaitannnya dengan proses bagaimana kalimat itu dihasilkan oleh akal pikiran seseorang. Aspek yang ketiga berkaitan dengan kemampuan untuk menghasilkan bentuk-bentuk bahasa yang tepat dan sesuai dengan konteksnya (appropriateness), misalnya *my baby is funny. Suatu kalimat bisa saja dianggap layak dan benar secara gramatikal, tetapi kalimat tersebut kurang atau bahkan tidak tepat. Aspek yang terakhir berhubungan dengan apakah makna yang terkandung dalam suatu kalimat itu benar-benar terjadi atau tidak (whether or not something is in fact done).11 Suatu kalimat dapat saja layak, tepat, dan benar secara gramatikal, tetapi tidak terjadi, misalnya *The king of America visited Indonesia last year.

Menyempurnakan gagasannya tentang kemampuan komunikatif, Hymes memperjelas pandangannya dengan merinci secara spesifik empat kemampuan yang membangun kemampuan komunikatif, yaitu kemampuan linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan strategis. Kemampuan linguistik berkenaan dengan penguasaan siswa terhadap kaedah-kaedah bahasa Inggris yang memungkinkannya menghasilkan kalimat-kalimat gramatikal untuk menyam-paikan maksud, dan mengidentifikasi kalimat-kalimat gramatikal untuk

10Tanda * (asterik) digunakan untuk menunjukkan contoh-contoh kalimat yang salah.

11D. H. Hymes, “On Communicative Competence,” The Communicative Approach to Language Teaching, eds. C. J. Brumfit dan K. Johnson (Oxford: O U P, 1979), h. 14.

12

Page 13: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

menangkap pesan dan maksud, baik dalam abentuk komunikasi lisan maupun tulis. Kemampuan wacana berhubungan dengan penguasaan siswa terhadap konteks situasi yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa komunikasi lisan dan tulis. Siswa dituntut untuk mengenali situasi komunikasi yang sedang terjadi, apakah dalam kegiatan formal atau informal, sehingga apa yang akan diutarakan atau disampaikan kepada orang lain dapat dipahami secara tepat. Kemampuan sosiolinguistik berkenaan dengan kemampuan siswa untuk melihat dengan siapa mereka membangun komunikasi, apakah dengan teman sebaya, dengan orang yang lebih tua, dengan kawan dekat, atau dengan tokoh masyarakat. Pengenalan terhadap lawan bicara atau pembaca akan memudahkan seseorang untuk menentukan bentuk-bentuk bahasa mana yang harus digunakan. Adapun kemampuan strategis merupakan kemampuan seseorang untuk memilih dan menggunakan strategi komunikasi tepat untuk menyampaikan pesan yang dimaksudkan secara efektif. Kemampuan ini mencakup bagaimana seseorang menggunakan anggota tubuhnya untuk menyertai bahasa lisan yang digunakan; atau gambar-gambar untuk memperjelas bahasa tulis yang digunakan.

2. Pemahaman Silang BudayaSesuai dengan amanat yang terdapat dalam Kompetensi

Dasar Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk menengah atas dan Madrasah Aliyah, mata pelajaran bahasa Inggris meliputi beberapa aspek, yakni. a) Keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis.b) Unsur-unsur kebahasaan mencakup: tata bahasa,

kosakata, lafal dan ejaan.c) Aspek budaya yang terkandung dalam teks lisan dan tulis.

13

Page 14: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

d) Aspek sastra yang berupa penghayatan dan apresiasi sastra.12

Secara jelas, pernyataan di atas menuntut Madrasah Aliyah dan guru bahasa Inggris untuk memberikan bahan pelajaran yang berupa aspek budaya sebagai satu kesatuan bahan pelajaran yang harus diterima siswa di dalam mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa asing, sehingga siswa dapat menguasai kemampuan komunikatif bahasa Inggris secara benar. Budaya, dalam hal ini, diartikan sebagai pola pikir dan pola tindak yang mengatur seseorang bagaimana berbahasa dan bertindak di dalam lingkungan masyarakat tertentu. Brown menjelaskan bahwa budaya merupakan cara hidup bagaimana seseorang berada, berfikir, merasakan, dan berhubungan dengan orang lain dalam suatu kelompok masyarakat. Budaya dapat dianggap sebagai perekat antara seseorang dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. “Culture is a way of life. Culture is the context within which we exist, think, feel, and relate to others. It is the glue that binds a group of people together.”13 Melengkapi pengertian budaya tersebut, Larson dan Smally sebagaimana dikutip oleh Hasyim, menggambarkan budaya itu sebagai suatu “blue print’ which guides the behaviour of people in a community and is incubated in family life. It governs our behaviour in groups, makes us sensitive to matters of status, and helps us know what our responsibility is to the group. Different cultures are the underlying structures which make round community round and square community square”14 Jadi, budaya itu dapat didefinisikan sebagai gagasan, adat, keterampilan, seni, dan peralatan yang membedakan satu kelompok dan yang lain. Namun, budaya bukanlah bagian-bagian yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan sebuah

12Diknas Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMA/MA (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Diknas, 2003), h. 14.

13H. Douglas Brown, Principles of Language Learning and Teaching (Englewood Clifts: Prentice Hall Regents, 1994), h. 164.

14Laela Hanoum Hasyim, Cross Cultural Understanding (Jakarta: Karunia UT,1986), h. 3

14

Page 15: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

sistem yang terpaduh yang bagian-bagiannya terkait satu sama lainnya. Budaya menurut Croydon adalah “a system of integrated patterns, most of which remain below the threshold of consciousness, yet all of which govern human behaviour just as surely as the manipulated strings of a puppet control its motion”.15 Menurut Robinson, sebagai suatu sistem budaya memcakup beberapa kategori, yakni gagasan, prilaku, dan produk. Ide atau gagasan meliputi kepercayaan, nilai, dan lemabaga; prilaku mencakup bahasa, bahasa tubuh, adat istiadat, dan makanan; dan produk meliputi literatur, cerita rakyat, musik, dan artifak-artifak lainnya. Berikut adalah penjelasan yang diberikan oleh Robinson:Ideas include beliefs, values and institutions; behaviors include language, gestures, customs/habits and foods; products include literature, folklore, art, music and artifacts. The categories of behaviors and products reflect a notion of culture as observable phenomena; and the category of ideas reflects a notion of culture as not observable.16

Kehidupan keseharian masyarakat membuktikan bahwa budaya itu merupakan satu kesatuan yang utuh. Seluruh pola kehidupan masyarakat diikat oleh aturan yang disepakati oleh seluruh anggotanya, dari hal-hal yang kecil sampai hal-hal yang besar. Bagaimana cara bersalaman dengan orang-orang Sunda, akan berbeda dengan orang-orang Palembang, Jawa, Menado, dan lainnya. Bagaimana melamar calon pengantin dan merayakan pesta pernikahan di satu daerah akan berbeda dengan daerah lain. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada masyarakat di dunia ini yang tidak memiliki budaya yang mengatur pola kehidupan kemanusiaan dan kemasyarakatan, bahkan makin tampak nyata dan jelas bahwa setiap kelompok manusia itu membutuhkan budaya untuk memenuhi suatu kebutuhan biologis dan psikologis manusia. Mari kita membayangkan sejenak suatu keadaan yang saling bertentangan dalam kehidupan sehari-hari, tanpa aturan,

15Ibid.16Robinson, Gail L. Nemetz. Crosscultural Understanding

(London: Prentice Hall International (UK) Limited, 1988). h. 8.

15

Page 16: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

tanpa ikatan, dan bebas takterkendali. Maka masing-masing orang akan berbuat sekehendaknya. Orang-orang yang memiliki kekuatan, baik secara fisik maupun materi, akan mendominasi mereka yang lemah, mereka yang tidak memiliki apa-apa kiecuali dirinya sendiri. Orang-orang yang pintar tentu akan membodohi mereka yang tidak memiliki pengetahuan. Akibatnya, timbul berbagai macam persoalan yang merusak sendi-sendi kehidupan individual dan kolektif. Kondisi tersebut tidak akan pernah berakhir bila tidak ada satu peraturan yang akan meluruskan semuanya itu, Karena itu timbullah suatu konsepsi dalam diri kelompok-kelompok manusia itu untuk mengadakan ketentuan-ketentuan pengatur hidup. Ketentuan-ketentuan ini berupa gagasan yang memungkinkan seluruh anggota masyarakat dapat hidup bersama dalam kelompok dengan damai.

Memperhatikan pengertian budaya tersebut, Murdock menyebutkan tujuh ciri umum yang dimiliki oleh budaya. Selengkapnya pandangan tersebut dapat dilihat melalui ungkapan berikut:

Seven universal of cultural patters of behaviors are:1) they originate in the human mind;2) they facilitate human and environmental interactions;3) they satisfy basic human needs;4) they are cummulative and adjust to changes in

external and internal conditions;5) they tend to form a consistent structure; 6) they are learned and shared by all the members of a

society; and 7) they are transmitted to new generations.17 Ciri pertama menunjukkan bahwa budaya merupakan

hasil dan bersumber pada akal pikiran manusia. Seluruh pola dan aturan yang mengatur bagaimana seseorang bertindak dan berbahasa dalam kelompok masyarakatnya bersumber dari hasil pemikiran manusia melalui suatu proses panjang,

17 George Peter Murdock, “The Cross-cultural Suvey” Readings in Cross-Culture, ed. Frank W. Moore. New Haven, CN: HRAF Press, 1961.

16

Page 17: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

sehingga menjadi suatu konvensi yang diikuti oleh anggota masyarakat. Tentu saja pola dan aturan bertindak dan berbahasa tersebut harus memudahkan seluruh anggota masyarakat untuk berinteraksi dengan sesamanya dan lingkungan alam sekitar. Kemudahan berinteraksi dengan sesama dan alam sekitarnya merupakan inti dari ciri kedua dari budaya. Karena kemudahan-kemudahan tersebut, manusia sebagai anggota masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, baik yang berupa kebutuhan sandang maupun pangan. Kebutuhan pangan meliputi berbagai macam makanan, sayuran, dan buah-buahan yang dibutuhkan manusia untuk pertumbuhan fisik; dan kebutuhan sandang yang meliputi tempat tinggal dan pakian yang dibutuhkan manusia untuk perlindungan diri dari berbagai hal yang mengancam dirinya baik secara fisikal dan psikis. Itulah esensi dari ciri budaya yang ketiga. Ciri keempat menunjukkan bahwa budaya itu akulumasi pemikiran dan prilaku manusia dalam kelompok masyarakatnya yang dapat berubah-ubah atau berkembang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal di mana kelompok masyarakat tersebut berada. Meskipun selalu dapat menyesuaikan diri dengan faktor-faktor internal dan eksternal, pola pikir dan tindak yang diikuti oleh seluruh warga masyarakat cenderung membentuk struktur yang konsisten, sehingga identifikasi dari kelompok masyarakat mana seseorang dapat dilakukan dengan cepat; dan ini merupakan ciri budya yang kelima. Ciri keenam menunjukkan bahwa budaya itu merupakan hal yang dapat dipelajari dan dipelihara secara bersama-sama oleh seluruh warga masyarakat. Seluruh warga menjamin keberlangsungan budayanya melalui konvensi-konvensi dan norma-norma hukum tertulis dan taktertulis yang disepakati secara bersama-sama. Pelanggaran terhadap norma-norma tersebut tidak dapat ditolerir dan diberikan hukuman yang setimpal. Itulah salah satu bentuk upaya untuk menjaga keberlangsungan budaya. Adapun ciri ketujuh, sebagai kelanjutan dari ciri keenam, menunjukkan bahwa budaya, dalam arti pola bertindak dan berbahasa dapat dialihkan kepada generasi berikutnya. Orang tua dan masyarakat dapat mengajarkan

17

Page 18: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

pola bertindak dan berbahasa kepada anak-anak mereka secara langsung dan tidak langsung. Di samping itu, nilai-nilai budaya masyarakat dapat juga dialihkan kepada generasi berikut melalui berbagai jalur, seperti pendidikan formal dan nonformal.

Beberapa pandangan di atas memperlihatkan bahwa budaya merupakan bagian yang takterpisahkan dari bahasa dan pikiran yang mengatur bagaimana warga masyarakat berbahasa dan bertindak di dalam lingkungannya. Karena satu kelompok masyarakat memiliki budaya yang berbeda dengan kelompok masyarakat lain, tentu saja hal itu akan menimbulkan benturan-benturan budaya yang dapat menimbulkan masalah-masalah sosial, baik yang sederhana maupun yang kompleks. Benturan-benturan tersebut tidak hanya terjadi antar kelompok masyarakat dalam satu negara, tetapi juga terjadi antara satu negara dengan negara lain. Secara lebih khusus, benturan-benturan budaya antarnegara mungkin saja terjadi dalam konteks pengajaran bahasa asing, Tentu saja menghindari terjadinya benturan budaya, dalam hal ini budaya berbahasa, harus dijadikan prioritas utama dalam bermasyarakat secara luas. Salah satu caranya adalah dengan memahami budaya berbahasa dan bertindak masyarakat lain. Mengenai pentingnya mempelajari budaya berbahasa orang lain, Scarcella and Oxford mengatakan. “to study a language without studying the culture of native speakers of the language is a lifeless endeavor”.18

Berdasarkan pengertian budaya di atas, dapat dikatakan pemahaman silang budaya merupakan penguasaan seseorang terhadap perbedaan budaya berbahasa dan bertindak penutur asli bahasa asing dengan budaya bertindak dan berbahasa pertamanya. Dengan kata lain dapat dikatakan, pemahaman silang budaya merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh seseorang yang berasal dari suatu kelompok masyarakat untuk memahami pola berbahasa dan

18Scarcella, R.C., & Oxford, R.L. (1992). The Tapestry of Language Learning: the individual in the communicative classroom. (Boston: Heinle & Heinle, 1992), h. 184.

18

Page 19: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

bertindak kelompok masyarakat lainnya. Mempertegas pengertian tersebut, Thomas mendefinisikan pemahaman silang budaya sebagai pemahaman tata cara berkomunikasi antara dua orang yang memiliki latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda.19

Adapun berhubungan dengan pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing, aspek-aspek budaya yang perlu dipelajari oleh siswa menyangkut empat hal, yakni konvensi, konotasi, kondisioning, dan komprehensi. Konvensi berkaitan dengan tata cara dan prilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Umpamanya, pada saat makan sendiri di rumah atau makan bersama dengan teman dalam suatu pesta seluruh warga masyarakat tentu saja harus mengikuti tatatertib yang berlaku; atau pada saat bermain dengan teman, seseorang harus menghargai dan mengikuti aturan-aturan yang telah disepakai. Konotasi membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana pehamanan makna berdasarkan acuan budaya suatu masyarakat, seperti pemahaman makna kata “time” dalam konteks masyarakat Inggris yang berbeda dengan “waktu” bagi orang Indonesia. Kondisioning berisikan tentang pemahaman tentang kebiasaan-kebiasaan seseorang dalam bertindak sesuai dengan kerangka budayanya, seperti bagaimana cara merima atau menolak undangan makan bersama; dan bagaimana cara bertamu atau menerima seorang tamu. Komprehensi berisikan keterampilan-keterampilan yang biasanya dibutuhkan seorang warga masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.20 Mengenai apa yang harus dipelajari oleh siswa berkenaan dengan budaya bahasa asing, Robinson mengatakan paling tidak ada tiga hal yang perlu diberikan kepada siswa, yakni kajian terhadap hari-hari libur, upacara-upacara, adat istiadat, dan makanan; kajian terhadap sistem kelembagaan, seperti keluarga dan kehiduapan sehari-hari;

19Jenny Thomas, “Cross-Cultural Pragmatic Failure” Applied Linguistic Vol. 3. 1983. h. 89.

20Hadley (1993), op. cit, h. 368-71.

19

Page 20: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

dan kajian terhadap kesusasteraan.21 Berikut ini beberapa contoh komunikasi verbal dan nonverbal yang berbeda antara satu budaya dengan budaya lain.a. untuk memperlihatkan bahwa kita bahagia, kita biasanya

tersenyum. Senyum merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan sautu kesenangan, kasih sayang, atau dapat juga digunakan untuk menutupi kesalahan atau kekeliruan yang kita buat, seperti ketika seorang siswa terlambat atau tidak bisa menjawab pertanyaan guru siswa biasanya tersenyum, tetapi di tempat lain mungkin saja berbeda.

b. Ketika kita sedih atau bahkan marah, kita biasanya mengambil sikap diam atau menekan dan mengendalikan emosi kita. Tetapi, di tempat lain kesedihan dan kemarahan diungkap dengan cara yang lebih terbuka.

c. Kita menggeleng-gelangkan kepala ke kiri dan kanan untuk menyatakan “tidak”. Gelengan kepala juga dapat digunakan untuk menyatakan sikap negatif terhadap sesuatu. Umpamanya, terhadap anak-anak yang berbuat nakal berulang kali kiat biasanya menggeleng-gelengkan kepala untuk menyatakan bahwa kita tidak setuju dengan perbuatan tersebut.d. Kalau kita tidak dapat mengikuti atau memahami apa

yang sedang dibicarakan oleh orang lain, kita biasanya mengangkap bahu dan tangan.

e. Acungan jempol dapat bermakna bermacam-macam. Di Indonesia, acungan jempol digunakan untuk memuji orang yang telah melakukan pekerjaan yang besar/hebat. Di negara-negara barat, acungan jempol digunakan untuk menyetop atau menumpang kendaraan umum atau orang lain, sedangkan di Indonesia tidak digunakan acungan jempol.

f. Pada saat bercakap-cakap dengan orang lain, kita biasanya tidak menatap mata lawan bicara secara langsung, tetapi di negara-negara barat tatapan mata secara langsung ke arah lawan bicara bermakna

21Robinson (1988), loc. cit.

20

Page 21: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

bahwa pendengar benar-benar serius dan memperhatikan lawan bicaranya.

g. Kita biasanya menempatkan kedua telapak tangan kita di bawah dagu untuk menunjukkan bahwa kita kecewa; di tempat lain hal itu tidak dapat dilakukan.

h. Untuk mendapatkan perhatian seorang wanita yang sedang lewat, kita biasanya bersiul-siul atau bahkan berteriak-teriak sampai mendapatkan perhatiannya; di tempat lain budaya seperti itu mungkin sulit kita dapatkan.

i. Bila orang lain memuji, kita biasanya menerimanya dengan memberikan jawaban yang bertolak belakang dengan kondisi yang sebenarnya; di temapt lain pujian biasanya dijawab dengan ucapan terima kasih.

3. Motivasi BerprestasiDalam kehidupan sehari-hari, keberhasilan atau

kegagalan seseorang untuk meraih sesuatu selalu dikaitkan dengan motivasi yang dimilikinya. Orang yang berhasil dianggap memiliki motivasi yang kuat untuk meraih keinginannya; sedangkan orang yang gagal dianggap tidak memiliki motivasi yang kuat untuk meraih cita-citanya. Motivasi, dalam hal ini, dianggap sebagai dorongan yang menggerakkan seseorang untuk meraih sesuatu. Dorongan itu dapat berbentuk respons fisik terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, seperti lapar dan rasa sakit; dan dorongan tersebut juga dapat berbentuk tujuan atau keinginan yang akan dicapai. Secara umum, pengertian motivasi yang banyak dipedomani berbunyi “Motivation is commonly thought of as inner drive, impulse, emotions or disire that moves one to a particular action; or in more technical terms, motivation refers to the choices people make as to what experiences or goals they will approach or avoid, and the degree of effort they will exert in that respect”22 Pengertian lain yang tidak jauh berbeda dengan pandangan tersebut dibaerikan oleh Huitt yang mengatakan “motivation is

22Brown (1993), op. cit. h. 132.

21

Page 22: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

an internal state or condition (sometimes described as a need, desire, or want) that serves to activate or energize behavior and give it direction”.23

Dalam dua pengertian tersebut dapat dipahami bahwa motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang yang menggerakkannya melakukan sesuatu untuk mencapai atau memenuhi keinginannya. Secara lebih rinci, Ausubel menjelaskan enam jenis dorongan yang dimiliki oleh seseorang, yakni kebutuhan untuk: 1) menemukan sesuatu yang baru; 2) membiasakan diri; 3) melakukan pekerjaan; 4) didorong oleh pihak lain; 5) memperoleh pengetahuan; dan 6) diakui dan diterima oleh orang lain.24 Sedikit berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Ausubel, Maslow juga merinci lima dorongan dan kebutuhan secara hirarkis, yakni:1) Physiological needs: air, water, food, sleep, elimination,

sex, activity. 2) Safety needs: escape fear and pain, physical security,

order, physical safety. 3) Belonging and love needs: to love and be loved, have

friends, be part of a family. 4) Self-esteem needs: to feel competent, independent,

successful, respected, and worthwhile. 5) Self-actualization needs: being one's true self, achieving

one's highest potential, wanting knowledge and wisdom, being able to understand and accept oneself and others, being creative and appreciative of beauty in the world. A self-actualized person is happy, realistic, accepting, problem-oriented, creative, democratic, independent, and fulfilling a mission or purpose in life.25

23Huitt, W. “Motivation to learn: An overview” Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University. Retrieved [date], from http://chiron.valdosta.edu/ whuitt/col/ motivation/motivate.html. h.2.

24David A. Ausubel, Educational Psychology: A cognitive view (New York: Holt, Rinehart & Winston, 1968), h. 368-9.

25A.H. Maslow, “A Theory of Human Motivation” Psychological Review, 50, (1954), h. 370-396.

22

Page 23: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Berdasarkan lima dorongan tersebut, dapat dipahami bahwa secara berturut-turut seseorang dapat memenuhi kebutuhannya dari yang paling dasar, yakni kebutuhan pangan dan sandang, hingga ke kebutuhan yang paling tinggi, yakni aktualisasi diri, seperti memperoleh pengetahuan, kebijakan, dan diakui oleh pihak lain. Untuk memperjelas bagaimana urutan dan keterkaitan antarkebutuhan dapat dilihat pada gambar berikut.

Self Actualization

Esteem

Social

Safety

Physiological

Secara lebih mendalam, motivasi dapat diklasifikasikan berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda, seperti berdasarkan sumber dan tujuan. Berdasarkan sumbernya, motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi instrinsik dan ekstrinsik Motivasi intrinsik merupakan dorongan untuk melakukan suatu perbuatan atau tindakan yang berasal dari dalam diri seseorang; sedangkan motivasi ektrinsik merupakan dorongan yang berasal dari luar diri seseorang. Adapun berdasarkan tujuannya, motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi asimilatif, motivasi instrumental, motivasi integratif, dan motivasi berprestasi. Di antara jenis-jenis motivasi tersebut, motivasi berprestasi memegang peran yang sangat penting dalam keberhasilan siswa dalam belajar bahasa Inggris. Motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai dorongan atau kecenderungan yang dimiliki siswa untuk mengatasi berbagai masalah dan kesulitan dalam belajar sebaik

23

Page 24: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

mungkin26. Menurut McCelland, motivasi berprestasi merupakan dorongan yang dimiliki individu untuk memperoleh hasil yang berarti, menguasai pengetahuan dan keterampilan, atau memperoleh standard hidup yang lebih tinggi.27 Motivasi berprestasi mendorong siswa untuk terus-menerus berusaha semaksimal mungkin mencari berbagai cara dan strategi efektif untuk menguasai bahasa Inggris dengan baik. Motivasi berprestasi ini dapat ditumbuhkan melalui pemberian saran dan nasehat, pemberian latihan-latihan dan tugas-tugas bahasa yang menuntut siswa untuk terus berusaha; ataupun cara-cara lain yang dapat menyemangati siswa untuk melakukan berbagai tindakan untuk mengatasi masalah belajar yang dihadapi.

Ditinjau dari sumbernya, motivasi berprestasi dapat berasal dari dorongan intrinsik dan ekstrisik. Dorongan intrinsik berasal dari luar diri siswa, seperti pemberian latihan dan tugas-tugas dari guru. Dorongan intrinsik berasal dari dalam diri siswa yang meliputi dorongan biologis, sosial, kognitif, konatif, afektif, dan spiritual. Secara rinci, dorongan-dorongan tersebut dapat dilihat paparan dalam bentuk tabel yang dikutip dari Huitt.

Sources of Motivational Needs

behavio

ral/ extern

al 

elicited by stimulus associated/connected to innately connected stimulus

obtain desired, pleasant consequences (rewards) or escape/avoid undesired, unpleasant consequences

26R. C. Back, Motivasion: Theories and Principles (New Jersy: Prentice Hall, 1990), p. 291.

27Anonymous, Achievement Motivation, Wikipedia, the free encyclopedia, 2006.

24

Page 25: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

social

   

imitate positive models

be a part of a group or a valued member

biolo

gical

increase/decrease stimulation (arousal) activate senses (taste, touch, smell, etc. decrease hunger, thirst, discomfort, etc.

maintain homeostasis, balance

cognitive

maintain attention to something interesting or threatening

develop meaning or understanding increase/decrease cognitive

disequilibrium; uncertainty solve a problem or make a decision figure something out

eliminate threat or risk

affective 

increase/decrease affective dissonance increase feeling good decrease feeling bad increase security of or decrease threats to

self-esteem

maintain levels of optimism and enthusiasm

conative

 

meet individually developed/selected goal obtain personal dream develop or maintain self-efficacy take control of one's life eliminate threats to meeting goal,

obtaining dream

reduce others' control of one's life

25

Page 26: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

spiritual 

understand purpose of one's life

connect self to ultimate unknowns

B. Kerangka KonseptualSesuai dengan analisis pustaka tersebut, tampak bahwa

kemampuan komunikatif berbahasa Inggris dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya. Motivasi berprestasi mendorong siswa untuk terus-menerus berusaha semaksimal mungkin mencari berbagai cara dan strategi efektif untuk menguasai bahasa Inggris dengan baik. Motivasi berprestasi juga membimbing siswa untuk berusaha memecahkan beragam kesulitan belajar bahasa Inggris, sehingga siswa merasa lebih tertantang untuk selalu menggali potensinya secara terus menerus. Dorongan-dorongan akan menjadi makin bermakna bila siswa memahami silang budaya antara budaya berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris. Pemahaman silang budaya tentu saja menentukan keberhasilan komunikasi dengan bahasa Inggris yang dibangun oleh siswa, khususnya pada aspek keberterimaan bahasa Inggris secara sosial daripada gramatikal. Berdasarkan hal tersebut dapat diduga adanya hubungan yang berarti antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dengan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa. Bentuk hubungan tersebut dapat digambarkan, makin tinggi pemahaman silang budaya dan motivasi berprestasi siswa, makin tinggi pula kemampuan komunikatif bahasa Inggrisnya.

26

Page 27: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

3DESKRIPSI

LATAR PENELITIAN

Penelitian korelasional ini melibatkan seluruh Madrasah Aliyah Negeri di wilayah Jakarta Selatan, yakni MAN 4, 7, 11, dan 13. Selain karena keempat madrasah tersebut berada di wilayah Jakarta Selatan, pemilihan madrasah-madrasah tersebut dilandasi oleh beberapa alasan, seperti terpenuhinya seluruh karakteristik populasi, letak dan posisi madrasah yang relatif lebih strategis dibandingkan dengan Madrasah Aliyah Negeri lainnya, status madrasah yang beragam dari Madrasah Aliyah Negeri Percontohan sampai nonpercontohan, usia madrasah yang relatif lebih tua, dan beberapa keberhasilan/prestasi yang telah diraih keempat madrasah tersebut di tingkat propinsi. Gambaran tentang keempat madrasah tersebut secara berturut-turut dapat dipaparkan sebagai berikut.

A. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 JakartaMAN 4 Jakarta yang berdiri pada tahun 1992 berada di

Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang Jakarta Selatan. MAN 4 Jakarta berdiri sebagai jawaban dari animo masyarakat Jakarta yang menginginkan anak-anak mereka belajar dan dididik dalam susana keagamaan yang tinggi, tetapi tidak

27

Page 28: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

mengurangi kualitas keilmuan sebagaimana di Sekolah Menengah Atas lainnya. Pada awal berdirinya, MAN 4 Jakarta yang menempati sebidang tanah dengan luas 30.325 M2

dipimpin oleh Drs. Daud sebagai kepala madrasah. Pada masa kepemimpinannya MAN 4 masih dipandang dengan sebelah mata oleh banyak pihak, tetapi pada masa itu diletakkan dasar-dasar pengelolaan Madrasah Aliyah secara professional. Setelah kepemimpinan MAN 4 mengalami perubahan dan sekarang dipegang oleh Drs. H. Muchyi sebagai kepala madrasah yang dibantu oleh beberapa orang wakil kepala madrasah dan kaepala tatausaha, MAN 4 Jakarta mendapatkan status sebagai Madrasah Aliyah Negeri Percontohan.

Dewasa ini, MAN 4 Jakarta tidak lagi menempati gedung yang kecil dan sempit, tetapi beberapa gedung bertingkat dengan luas bangunan 4409 M2 dengan jumlah ruang belajar sebanyak 28 kelas. Selain ruang kelas yang permanen, MAN 4 Jakarta juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas belajar dan sarana ibadah, seperti musholla, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, dan perpustakaan dengan koleksi buku berjumlah kurang lebih 2000 judul. Untuk menjalankan kegiatan belajar dan administrasi lain, MAN 4 Jakarta didukung oleh tenaga guru tetap sebanyak 86 orang yang terdiri dari 36 orang guru laki-laki dan 50 orang guru perempuan. Selain guru tetap, MAN 4 Jakarta juga dibantu oleh tenaga guru tidak tetap dengan jumlah 14 orang yang terdiri dari 4 orang guru laki-laki dan 10 orang guru perempuan. Selain itu, untuk menujang kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar, MAN 4 Jakarta juga memperkerjakan beberapa orang sebagai tenaga administrasi dan petugas kebersihan, sehingga terpenuhi suasana akademis yang kondusif.

Banyaknya jumlah tenaga guru dan administrasi yang bekerja di MAN 4 Jakarta seimbang dengan jumlah siswa yang menuntut ilmu di madrasah tersebut. Pada tahun pelajaran 2006-2007, tercatat sebanyak 1028 orang siswa yang terbagi dalam tiga kelas. Siswa kelas satu berjumlah 361 orang siswa yang terdiri dari 147 siswa laki-laki dan 214 siswa perempuan. Siswa kelas dua berjumlah 333 orang siswa yang terdiri dari

28

Page 29: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

136 siswa laki-laki dan 197 siswa perempuan. Siswa kelas tiga berjumlah 234 orang siswa yang terdiri dari 133 siswa laki-laki dan 201 siswa perempuan. Bila ditinjau dari jurusan yang ada di MAN 4 Jakarta, seluruh siswa yang sudah memiliki hak untuk menentukan jurusan yang diminati dapat dibedakan menjadi tiga jurusan, yaitu IPA sebanyak 128 orang siswa yang meliputi 52 orang siswa laki-laki dan 76 orang siswa perempuan; IPS sebanyak 117 orang siswa yang terdiri dari 52 orang siswa laki-laki dan 65 orang siswa perempuan; dan Bahasa sebanyak 89 orang siswa yang terdiri dari 29 orang siswa laki-laki dan 60 orang siswa perempuan.

Selain kegiatan belajar di dalam ruangan atau di luar ruangan sesuai dengan jurusan masing-masing, seluruh siswa MAN 4 Jakarta dapat mengikuti kegiatan ekstra kurikuler yang beragam sesuai dengan minat dan keinginannya. Secara keseluruhan kegiatan ekstrakurikuler yang dikendalikan oleh OSIS dan dapat diikuti seluruh siswa meliputi lima kegiatan utama, yaitu olah raga, seni, ilmiah, agama, dan kepanduan. Kegiatan oleh raga meliputi sepak bola, bola volly dan penyinta alam. Kegiatan ilmiah mencakup kelompok ilmiah remaja (KIR) dan kajian Al-Qur,an yang tergabung dalam FMIKA. Kegiatan seni terdiri dari teater dan nasyid-sholawat; sedangkan kegiatan kepanduan meliputi pramuka dan PMR. Secara khusus, kegiatan ekstrakurikuler yang sudah berbicara di tingkat propinsi dan nasional antara lain adalah KIR, kaligrafi, MTQ, pidato bahasa Arab, debat bahasa Inggris,hutup kanji bahasa Jepang, dan sepak bola. Dengan keseimbangan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler diharapkan tujuan pendidikan nasional yang berorientasi pada pengembangan manusia seutuhnya dapat terealisasi, meskipun hanya pada tataran pendidikan menengah. Informasi lengkap mengenai data statistik MAN 4 Jakarta dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1Data Statistik MAN 4 Jakarta pada tahun pelajaran 2006-2007

29

Page 30: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

NO DATA FISIK

1 Nama Madrasah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jakarta

2 Alamat Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang Jakarta Selatan

3 Tahun berdiri 19924 Luas Tanah 30.325 M2

5 Luas Bangunan 4409 M2

6 Jumlah koleksi buku 2000 judul buku

DATA PERSONEL

7 Kepala Madrsah Drs. H. Muchyi8 Wakil Kepala

MadrasahDrs. SugandaDrs. Musyahir M.Pd.Drs. Jejen Zaenudin, M.Pd.Dra. Kapti Khusnani

9 Jumlah Guru Tetap 36 orang laki-laki dan 50 orang perempuan

10 Jumlah Guru Tidak Tetap

4 orang laki-laki dan 10 orang perempuan

11 Jumlah tenaga administrasi

20 orang laki-laki; 9 orang perempuan

12 Jumlah Siswa menurut jenis kelamin

Kelas I : 147 lk; 214 prKelas II : 136 lk; 197 prKelas III : 133 lk; 201 pr

13 Jumlah siswa menurut Jurusan

IPA : 52 lk; 76 prIPS : 52 lk; 65 pr Bahasa : 29 lk; 60 pr

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

14 Olah raga Sepak bola, bola volley, Penyinta Alam

30

Page 31: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

15 Kegiatan ilmiah KIR dan FMIKA16 Seni Teater dan Nasyid-Sholawat17 Kepanduan Pramuka dan PMR

B. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 7 Jakarta

MAN 7 Jakarta yang berdiri pada tahun 1992 berada di JL. Srengseng Sawah Pasar Minggu Jakarta Selatan. MAN 4 Jakarta berdiri sebagai jawaban dari animo masyarakat Pasar Minggu khususnya, dan Jakarta umumnya, yang menginginkan anak-anak mereka dididik dalam susana keagamaan yang tinggi, tetapi tidak mengurangi kualitas keilmuan sebagaimana di Sekolah Menengah Atas lainnya. Pada awal berdirinya, MAN 7 Jakarta yang menempati sebidang tanah dengan luas 3500 M2 dipimpin oleh Drs. H. Zaenuddin Anwar sebagai kepala madrasah. Pada masa kepemimpinannya MAN 7 masih dipandang dengan sebelah mata oleh banyak pihak, tetapi pada masa itu diletakkan dasar-dasar dalam pengelolaan Madrasah Aliyah secara professional. Saat ini kepemimpinan MAN 7 dipegang oleh Drs. H. Taufik sebagai kepala madrasah yang dibantu oleh Drs. Barkat Guna Harahap sebagai wakil kepala madrasah.

Dewasa ini, MAN 7 Jakarta tidak lagi menempati gedung yang kecil dan sempit, tetapi beberapa gedung bertingkat dengan luas bangunan 4000 M2 dengan beberapa ruang belajar yang layak. Selain ruang kelas yang permanen, MAN 7 Jakarta juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas belajar dan sarana ibadah, seperti musholla, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, dan perpustakaan dengan koleksi buku berjumlah kurang lebih 1303 judul. Untuk menjalankan kegiatan belajar dan administrasi lain, MAN 7 Jakarta didukung oleh tenaga guru tetap sebanyak 31 orang yang terdiri dari 17 orang guru laki-laki dan 14 orang guru perempuan. Selain guru tetap, MAN 7 Jakarta juga dibantu oleh tenaga guru tidak tetap dengan jumlah 11 orang yang terdiri dari 8 orang guru laki-laki dan 3 orang guru perempuan. Secara khusus, untuk keperluan

31

Page 32: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

kegiatan administrasi MAN 7 Jakarta memperkerjakan beberapa orang tenaga administrasi dan petugas kebersihan.

Banyaknya jumlah tenaga guru dan administrasi yang bekerja di MAN 7 Jakarta seimbang dengan jumlah siswa yang menuntut ilmu di madrasah tersebut. Pada tahun pelajaran 2006-2007, tercatat sebanyak 306 orang siswa yang menuntut ilmu di sekolah tersebut yang terdiri dari 141 siswa laki-laki dan 165 siswa perempuan. Siswa-siswa tersebut terdistribusikan ke dalam kelas satu, dua, dan tiga. Kelas satu berjumlah 113 orang siswa yang terdiri dari 63 siswa laki-laki dan 70 siswa perempuan. Siswa kelas dua berjumlah 111 orang siswa yang terdiri dari 48 siswa laki-laki dan 63 siswa perempuan. Siswa kelas tiga berjumlah 62 orang siswa yang terdiri dari 28 siswa laki-laki dan 34 siswa perempuan. Bila ditinjau dari jurusan yang ada di MAN 7 Jakarta, seluruh siswa yang sudah memiliki hak untuk menentukan jurusan yang diminati dapat dibedakan menjadi dua jurusan, yaitu IPA sebanyak 25 orang siswa yang meliputi enam orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan; dan IPS sebanyak 37 orang siswa yang terdiri dari 22 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan.

Selain kegiatan belajar sesuai dengan kelas dan jurusan masing-masing sebagai kegiatan kurikuler, seluruh siswa MAN 7 Jakarta dapat mengikuti kegiatan ekstra kurikuler yang beragam sesuai dengan minat dan keinginannya. Secara keseluruhan kegiatan ekstrakurikuler yang dikendalikan oleh OSIS dan dapat diikuti seluruh siswa meliputi lima kegiatan utama, yaitu olah raga, seni, ilmiah, agama, dan kepanduan. Kegiatan oleh raga meliputi sepak bola, dan bola volly. Kegiatan ilmiah direalisaikan dalam bentuk kelompok ilmiah remaja (KIR). Kegiatan seni terdiri dari teater dan nasyid-sholawat; dan kegiatan keagamaan dalam bentuk Rohis; sedangkan kegiatan kepanduan meliputi pramuka dan paskibra. Secara khusus, kegiatan ekstrakurikuler yang sudah berbicara di tingkat propinsi antara lain adalah KIR dan karate. Informasi lengkap mengenai data statistik MAN 7 Jakarta dapat dilihat pada tabel 2 pada halaman berikut.

32

Page 33: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Tabel 2Data Statistik MAN 7 Jakarta pada tahun pelajaran 2006-2007

NO DATA FISIK

1 Nama Madrasah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 7 Jakarta

2 Alamat Jl. Srengseng Sawah Jakarta Selatan

3 Tahun berdiri 19924 Luas Tanah 3500 M2

5 Luas Bangunan 4000 M2

6 Jumlah koleksi buku 1303 judul buku

DATA PERSONEL

7 Kepala Madrsah Drs. H. Taufik8 Wakil Kepala

MadrasahDrs. Barkat Guna Harahap

9 Jumlah Guru Tetap 17 orang laki-laki dan 14 orang perempuan

10 Jumlah Guru Tidak Tetap

8 orang laki-laki dan 3 orang perempuan

11 Jumlah tenaga administrasi

10 orang laki-laki; 5 orang perempuan

12 Jumlah Siswa menurut jenis kelamin

Kelas I : 63 lk; 70 prKelas II : 48 lk; 63 prKelas III : 28 lk; 34 pr

13 Jumlah siswa menurut Jurusan

IPA : 6 lk; 19 prIPS : 22 lk; 15 pr

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

14 Olah raga Sepak bola, bola volley, Penyinta Alam

15 Kegiatan ilmiah KIR

33

Page 34: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

16 Seni Teater dan Nasyid-Sholawat17 Agama Rohis18 Kepanduan Pramuka dan Paskibra

C. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 11 Jakarta MAN 11 Jakarta yang berdiri pada tahun 1997 berada di

Jl. H. Gandun No. 60 Lebak Bulus Cilandak Jakarta Selatan. MAN 11 Jakarta berdiri sebagai jawaban dari animo masyarakat Cilandak khususnya, dan Jakarta umumnya, yang menginginkan anak-anak mereka dididik dan belajar dalam susana keagamaan yang tinggi, tetapi tidak mengurangi kualitas keilmuan sebagaimana di Sekolah Menengah Atas lainnya. Saat ini kepemimpinan MAN 11 dipegang oleh Drs. U. Effendi Halba sebagai kepala madrasah yang dibantu beberapa orang wakil kepala sekolah dan kepala tatausaha.

Dewasa ini, MAN 11 Jakarta tidak lagi menempati gedung yang kecil dan sempit, tetapi beberapa gedung bertingkat dua dengan beberapa ruang belajar yang relatif nyaman dan kondusif untuk kegiatan belajar mengingat keberadaan gedung tersebut jauh dari pusat keramaian. Selain ruang kelas yang permanen, MAN 11 Jakarta juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas belajar dan sarana ibadah, seperti musholla, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, dan perpustakaan dengan koleksi buku yang cukup. Untuk menjalankan kegiatan belajar dan administrasi lain, MAN 11 Jakarta didukung oleh tenaga guru tetap sebanyak 35 orang yang terdiri dari 14 orang guru laki-laki dan 21 orang guru perempuan yang sebagian besar berpendidikan S1 sebanyak 32 orang, S2 sebanyak satu orang dan D3 sebanyak dua orang. Selain guru tetap, MAN 11 Jakarta juga dibantu oleh beberapa tenaga guru tidak tetap yang memegang beberapa matapelajaran sesuai dengan bidang keahlian yang tidak dimiliki oleh madrasah tersebut atau sebagai tenaga pendukung. Adapun untuk menunjang kegiatan administraif dan kebersihan, MAN 11 Jakarta juga memperkerjakan beberapa orang tenaga administrasi dan petugas kebersihan.

34

Page 35: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Banyaknya jumlah tenaga guru dan administrasi yang bekerja di MAN 11 Jakarta seimbang dengan jumlah siswa yang menuntut ilmu di madrasah tersebut. Pada tahun pelajaran 2006-2007, tercatat sebanyak 210 orang siswa yang terdiri 75 siswa laki-laki dan 135 siswa perempuan. Siswa kelas satu berjumlah 85 orang siswa yang terdiri dari 29 siswa laki-laki dan 56 siswa perempuan. Siswa kelas dua berjumlah 72 orang siswa yang terdiri dari 27 siswa laki-laki dan 45 siswa perempuan. Siswa kelas tiga berjumlah 53 orang siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 34 siswa perempuan. Bila ditinjau dari jurusan yang ada di MAN 11 Jakarta, seluruh siswa yang sudah memiliki hak untuk menentukan jurusan yang diminati dapat dibedakan menjadi dua jurusan, yaitu IPA sebanyak 20 orang siswa yang meliputi tiga orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan; dan IPS sebanyak 33 orang siswa yang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan.

Selain kegiatan belajar di dalam ruangan atau di luar ruangan sesuai dengan jurusan masing-masing, seluruh siswa MAN 11 Jakarta dapat mengikuti kegiatan ekstra kurikuler yang beragam sesuai dengan minat dan keinginannya. Secara keseluruhan kegiatan ekstrakurikuler yang dikendalikan oleh OSIS dan dapat diikuti seluruh siswa meliputi lima kegiatan utama, yaitu olah raga, seni, ilmiah, agama, dan kepanduan. Kegiatan oleh raga meliputi sepak bola, dan bola basket. Kegiatan ilmiah direalisaikan dalam bentuk kelompok ilmiah remaja (KIR). Kegiatan seni terdiri dari teater dan nasyid-sholawat; dan kegiatan keagamaan dalam bentuk Rohis; sedangkan kegiatan kepanduan meliputi pramuka dan paskibra. Secara khusus, kegiatan ekstrakurikuler yang sudah berbicara di tingkat propinsi antara lain adalah KIR, Mading, dan Bola Volley. Informasi lengkap mengenai data statistik MAN 11 Jakarta dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3Data Statistik MAN 11 Jakarta pada tahun pelajaran 2006-2007

35

Page 36: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

NO DATA FISIK

1 Nama Madrasah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 11Jakarta

2 Alamat Jl. Gandun No. 60 Lebak Bulus Cilandak Jakarta Selatan

3 Tahun berdiri 19974 Luas Tanah5 Luas Bangunan6 Jumlah koleksi buku judul buku

DATA PERSONEL

7 Kepala Madrsah Drs. H. U. Effendi Hlba 8 Wakil Kepala

Madrasah9 Jumlah Guru Tetap 14 orang laki-laki dan 21 orang

perempuan10 Jumlah Guru Tidak

Tetap orang laki-laki dan orang perempuan

11 Jumlah tenaga administrasi

10 orang laki-laki; 5 orang perempuan

12 Jumlah Siswa menurut jenis kelamin

Kelas I : 29 lk; 56 prKelas II : 27 lk; 45 prKelas III : 19 lk; 34 pr

13 Jumlah siswa menurut Jurusan

IPA : 3 lk; 17 prIPS : 16 lk; 17 pr

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

14 Olah raga Sepak bola, bola basket, Penyinta Alam

15 Kegiatan ilmiah KIR 16 Seni Teater dan Nasyid-Sholawat17 Agama Rohis

36

Page 37: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

18 Kepanduan Pramuka dan Paskibra

D. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta MAN 13 Jakarta yang berdiri pada tahun 2004 berada di

JL. Raya Lenteng Agung Depok RT 02 RW 08 Jagakarsa Pasar Minggu Jakarta Selatan. MAN 13 Jakarta berdiri sebagai jawaban dari animo masyarakat Pasar Minggu khususnya, dan Jakarta umumnya, yang menginginkan anak-anak mereka dididik dan belajar dalam susana keagamaan yang tinggi, tetapi tidak mengurangi kualitas keilmuan sebagaimana di Sekolah Menengah Umum lainnya. Pada awal berdirinya, MAN 13 masih menyatu dengan MAN 7 yang saat itu dipimpin oleh Dra. Hj. Isnadiar Dekok, M.M. sebagai kepala madrasah. Setelah memisahkan diri hingga sekarang, MAN 13 tetap dipimpin oleh Dra. Hj. Isnadiar Dekok, M.M. sebagai kepala madrasah yang dibantu dengan Drs. Nuroto sebagai wakil kepala madrasah.

Dewasa ini, MAN 13 Jakarta menempati beberapa gedung bertingkat dengan jumlah ruang belajar sebanyak 20 kelas. Selain ruang kelas yang permanen, MAN 13 Jakarta juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas belajar dan sarana ibadah, seperti musholla, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, dan perpustakaan dengan koleksi buku berjumlah kurang lebih 1303 judul. Untuk menjalankan kegiatan belajar dan administrasi lain, MAN 4 Jakarta didukung oleh tenaga guru tetap sebanyak 51 orang yang terdiri dari 18 orang guru laki-laki dan 33 orang guru perempuan dengan tingkat pendidikan minimal S1. Mereka berlatar pendidikan tingat S1 berjumlah 47 orang; S2 berjumlah tiga orang dan D1 berjumlah satu orang. Selain guru tetap, MAN 13 Jakarta juga dibantu oleh tenaga guru tidak tetap dengan jumlah 27 orang yang terdiri dari 14 orang guru laki-laki dan 13 orang guru perempuan. Secara khusus, untuk keperluan kegiatan administrasif dan kebersihan MAN 13 Jakarta memperkerjakan 15 orang tenaga administrasi dan petugas kebersihan yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 5 orang perempuan.

37

Page 38: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Banyaknya jumlah tenaga guru dan administrasi yang bekerja di MAN 13 Jakarta seimbang dengan jumlah siswa yang menuntut ilmu di madrasah tersebut. Pada tahun pelajaran 2006-2007, tercatat sebanyak 552 yang terdiri dari 277 siswa laki-laki dan 285 siswa perempuan. Siswa kelas satu berjumlah 240 orang siswa yang terdiri dari 109 siswa laki-laki dan 131 siswa perempuan. Siswa kelas dua berjumlah 163 orang siswa yang terdiri dari 90 siswa laki-laki dan 73 siswa perempuan. Siswa kelas tiga berjumlah 142 orang siswa yang terdiri dari 81 siswa laki-laki dan 61 siswa perempuan. Bila ditinjau dari jurusan yang ada di MAN 13 Jakarta, seluruh siswa yang sudah memiliki hak untuk menentukan jurusan yang diminati dapat dibedakan menjadi tiga jurusan, yaitu IPA sebanyak 35 orang siswa yang meliputi 14 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan; IPS sebanyak 80 orang siswa yang terdiri dari 34 orang siswa laki-laki dan 46 orang siswa perempuan; dan Bahasa sebanyak 34 orang siswa yang terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan.

Selain kegiatan belajar di dalam ruangan atau di luar ruangan sesuai dengan jurusan masing-masing, seluruh siswa MAN 13 Jakarta dapat mengikuti kegiatan ekstra kurikuler yang beragam sesuai dengan minat dan keinginannya. Secara keseluruhan kegiatan ekstrakurikuler yang dikendalikan oleh OSIS dan dapat diikuti seluruh siswa meliputi lima kegiatan utama, yaitu olah raga, seni, ilmiah, agama, dan kepanduan. Kegiatan oleh raga meliputi sepak bola, dan bola basket. Kegiatan ilmiah direalisaikan dalam bentuk kelompok ilmiah remaja. Kegiatan seni terdiri dari teater dan nasyid; dan kegiatan keagamaan dalam bentuk Rohis; sedangkan kegiatan kepanduan meliputi pramuka dan paskibra. Secara khusus, kegiatan ekstrakurikuler yang sudah berbicara di tingkat propinsi antara lain adalah cerdas cermat IPS, Matematika, bola Volley, dan Bola basket. Informasi lengkap mengenai data statistik MAN 13 Jakarta dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

38

Page 39: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Data Statistik MAN 13 Jakarta pada tahun pelajaran 2006-2007

NO DATA FISIK

1 Nama Madrasah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta

2 Alamat Jl. Raya Lenteng Agung Depok RT 02 RW 08 Jakarta Selatan

3 Tahun berdiri 20044 Luas Tanah 6500 M2

5 Luas Bangunan 5086 M2

6 Jumlah koleksi buku 1303 judul buku

DATA PERSONEL

7 Kepala Madrsah Dra. Hj. Isnadiar Dekok, M.M.8 Wakil Kepala

MadrasahDrs. Nuroto

9 Jumlah Guru Tetap 14 orang laki-laki dan 13 orang perempuan

10 Jumlah Guru Tidak Tetap

14 orang laki-laki dan 13 orang perempuan

11 Jumlah tenaga administrasi

10 orang laki-laki; 5 orang perempuan

12 Jumlah Siswa menurut jenis kelamin

Kelas I : 109 lk; 131 prKelas II : 90 lk; 73 prKelas III : 81 lk; 61 pr

13 Jumlah siswa menurut Jurusan

IPA : 14 lk; 21 prIPS : 34 lk; 46 prBahasa : 20 lk; 14 pr

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

14 Olah raga Sepak bola, bola basket, Penyinta Alam

15 Kegiatan ilmiah KIR

39

Page 40: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

16 Seni Teater dan Nasyid-Sholawat17 Agama Rohis18 Kepanduan Pramuka dan Paskibra

40

Page 41: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

4TEMUAN PENELITIAN

Setelah data yang terkumpul dihitung dengan menggunakan statistik deskriptif ditemukan beberapa nilai penting yang berguna untuk analisis korelasi dan regresi. Berikut dipaparkan temuan data deskriptif dan hasil analisis korelasi dan regresi sederhana yang telah dilakukan.

A. Deskripsi Data Tiap-Tiap MadrasahBerdasarkan tempat penelitian ini dilakukan, deskripsi

data tentang motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa Madrasah Aliyah Negeri di Jakarta Selatan akan disajikan secara berturut-turut dari MAN 4, MAN 7, MAN 11, dan MAN 13.

1. MAN 4 Jakarta Setelah dilakukan pengecekan terhadap seluruh lembar

jawaban, terdapat beberapa lembar jawaban yang dianggap tidak sah karena beberapa hal seperti beberapa orang siswa MAN 4 tidak mengembalikan lembar jawaban untuk tes pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris; dan kuesioner motivasi berprestasi secara lengkap; dan beberapa orang siswa mengembalikan lembar

41

Page 42: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

jawaban secara lengkap tetapi tidak memberikan respon sebagaimana yang diharapkan. Adapun lembar jawaban yang dianggap sah dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian hanya berasal dari 19 responden. Skor untuk ketiga variabel tersebut dipaparkan pada tabel 5.

Tabel 5Skor MTB, PSB, dan KKBI siswa MAN 4

NO RESPONDEN MTB PSB KKBI1 MAN04001 56 48 502 MAN04002 58 50 523 MAN04003 59 52 534 MAN04004 59 52 555 MAN04005 60 54 556 MAN04006 60 54 567 MAN04007 61 56 608 MAN04008 61 56 609 MAN04009 62 58 62

10 MAN04010 62 58 6211 MAN04011 62 58 6212 MAN04012 63 60 6413 MAN04013 64 62 6414 MAN04014 64 64 6615 MAN04015 65 64 6616 MAN04016 65 66 6817 MAN04017 66 66 6918 MAN04018 66 66 7019 MAN04019 68 68 74

Jumlah 1181 1112 1168Maksimum 68.00 68.00 74.00Minimum 56.00 48.00 50.00Rata-rata 62.15 58.52 61.47

Berkaitan dengan motivasi berprestasi, setelah dilakukan konversi dari rentangan skor 40-160 menjadi 0-100 diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 4 adalah 68, skor terendah adalah 56, jumlah keseluruhan skor adalah

42

Page 43: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

1181, dan skor rata-ratanya adalah 62.15. Sebaliknya, berkaitan dengan pemahaman silang budaya, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 4 adalah 68, skor terendah adalah 48, jumlah keseluruhan skor adalah 1112, dan skor rata-ratanya adalah 58.52. Adapun untuk tes kemampuan komunikatif bahasa Inggris, skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 4 adalah 74, skor terendah adalah 50, jumlah keseluruhan skor adalah 1168, dan skor rata-ratanya adalah 61.47. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan motivasi berprestasi siswa MAN 4 relatif tidak terlalu tinggi. Pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris yang mereka kuasai juga masih di bawah persyaratan ideal yang seharusnya dikuasai oleh siswa. Bagaimana gambaran repons siswa MAN 4 terhadap ketiga variabel tersebut dapat juga dilihat melalui histogram berikut.

56.00 58.00 60.00 62.00 64.00 66.00 68.00

MTB

0

1

2

3

4

5

Fre

qu

en

cy

Gambar 1. Histogram MTB MAN 4

43

Page 44: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

45.00 50.00 55.00 60.00 65.00 70.00

PSB

0

1

2

3

Fre

qu

en

cy

Gambar 2. Histogram PSB MAN 4

50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00

KKBI

0

1

2

3

4

5

6

7

Fre

qu

en

cy

Gambar 3. Histogram KKBI MAN 4

2. MAN 7 Jakarta

44

Page 45: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Setelah dilakukan pengecekan terhadap seluruh lembar jawaban, terdapat beberapa lembar jawaban yang dianggap tidak sah karena beberapa hal seperti beberapa orang siswa MAN 7 tidak mengembalikan lembar jawaban untuk tes pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris; dan kuesioner motivasi berprestasi secara lengkap; dan beberapa orang siswa mengembalikan lembar jawaban secara lengkap tetapi tidak memberikan respon sebagaimana yang diharapkan. Adapun lembar jawaban yang dianggap sah hanya berasal dari 23 responden.

Berkaitan dengan motivasi berprestasi, setelah dilakukan konversi dari rentangan skor 40-160 menjadi 0-100 diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 7 adalah 79, skor terendah adalah 60, jumlah keseluruhan skor adalah 1612, dan skor rata-ratanya adalah 70.08. Sebaliknya, berkaitan dengan pemahaman silang budaya, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 7 adalah 80, skor terendah adalah 60, jumlah keseluruhan skor adalah 1601, dan skor rata-ratanya adalah 69.60. Adapun untuk tes kemampuan komunikatif bahasa Inggris, skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 7 adalah 78, skor terendah adalah 54, jumlah keseluruhan skor adalah 1520, dan skor rata-ratanya adalah 66.08. Selengkapnya skor yang diperoleh siswa MAN 7 untuk ketiga variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Skor MTB, PSB, dan KKBI siswa MAN 7NO RESPONDEN MTB PSB KKBI1 MAN07001 60 54 602 MAN07002 61 56 623 MAN07003 64 58 754 MAN07004 64 58 645 MAN07005 66 60 646 MAN07006 66 60 687 MAN07007 68 68 648 MAN07008 68 68 669 MAN07009 69 70 70

10 MAN07010 70 72 70

45

Page 46: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

11 MAN07011 70 68 6612 MAN07012 70 72 7213 MAN07013 71 66 6614 MAN07014 73 65 7015 MAN07015 73 74 6816 MAN07016 74 66 6817 MAN07017 74 66 7018 MAN07018 76 70 7419 MAN07019 76 64 7420 MAN07020 78 76 7621 MAN07021 71 78 7622 MAN07022 71 66 7823 MAN07023 79 65 80Jumlah 1612 1601 1520Maksimum 79.00 80.00 78.00Minimum 60.00 60.00 54.00Rata-rata 70.08 69.60 66.08

Bila skor di atas ditampilkan dalam bentuk gambar atau histogram, akan makin jelas bagaimana distribusi skor yang diperoleh siswa MAN 7 untuk ketiga variabel tersebut.

60.00 65.00 70.00 75.00 80.00

MTB

0

1

2

3

4

5

6

Fre

qu

en

cy

Gambar 4. Histogram MTB MAN 7

46

Page 47: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00

PSB

0

2

4

6

8

10

Fre

qu

en

cy

Gambar 5. Histogram PSB MAN 7

60.00 65.00 70.00 75.00 80.00

KKBI

0

1

2

3

4

5

Fre

qu

en

cy

Gambar 6. Histogram KKBI MAN 7

3. MAN 11 Jakarta

47

Page 48: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Setelah dilakukan pengecekan terhadap seluruh lembar jawaban, terdapat beberapa lembar jawaban yang dianggap tidak sah karena beberapa hal seperti beberapa orang siswa MAN 11 tidak mengembalikan lembar jawaban untuk tes pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris; dan kuesioner motivasi berprestasi secara lengkap; dan beberapa orang siswa mengembalikan lembar jawaban secara lengkap tetapi tidak memberikan respon sebagaimana yang diharapkan. Adapun lembar jawaban yang dianggap sah dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian hanya berasal dari 18 responden.

Berkaitan dengan motivasi berprestasi, setelah dilakukan konversi dari rentangan skor 40-160 menjadi 0-100 diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 11 adalah 75, skor terendah adalah 63, jumlah keseluruhan skor adalah 1239, dan skor rata-ratanya adalah 68.83. Sebaliknya, berkaitan dengan pemahaman silang budaya, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 11 adalah 74, skor terendah adalah 56, jumlah keseluruhan skor adalah 1176, dan skor rata-ratanya adalah 65.33. Adapun untuk tes kemampuan komunikatif bahasa Inggris, skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 11 adalah 80, skor terendah adalah 60, jumlah keseluruhan skor adalah 1266, dan skor rata-ratanya adalah 70.33. Data lengkap mengenai skor yang diperoleh siswa MAN 11 untuk ketiga variabel dapat dilihat pada tabel berikut 7. Adapun visualisasi skor yang diperoleh siswa dalam bentuk gambar, untuk memperjelas bagaimana distribusi skor-skor tersebut dapat dilihat pada histogram/gambar 7-9.

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan motivasi berprestasi siswa MAN 11 relatif tinggi; begitu juga dengan kemampuan komunikatif bahasa Inggris mereka. Tetapi untuk variabel kedua, skor yang mereka peroleh menunjukkan bahwa pemahaman silang budaya mereka relatif tidak terlalu tinggi. Secara umum siswa MAN 11 memiliki potensi yang relatif besar untuk menguasai kemampuan berbahasa Inggris sebagaimana yang dipersyaratkan dalam kurikulum 2004.

Tabel 7 Skor MTB, PSB, dan KKBI siswa MAN 11

48

Page 49: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

NO RESPONDEN MTB PSB KKBI1 MAN011001 63 56 602 MAN011002 64 65 643 MAN011003 65 58 644 MAN011004 66 67 685 MAN011005 66 60 686 MAN011006 68 64 707 MAN011007 69 62 708 MAN011008 69 64 699 MAN011009 69 64 72

10 MAN011010 70 66 7211 MAN011011 70 66 7512 MAN011012 72 68 7413 MAN011013 72 68 7414 MAN011014 73 70 7615 MAN011015 67 67 6616 MAN011016 67 65 6617 MAN011017 74 72 7818 MAN011018 75 74 80

Jumlah 1239 1176 1266Maksimum 75.00 74.00 80.00Minimum 63.00 56.00 60.00Rata-rata 68.83 65.33 70.33

49

Page 50: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

62.50 65.00 67.50 70.00 72.50 75.00

MTB

0

1

2

3

4

5

6

Fre

qu

en

cy

Gambar 7. Histogram MTB MAN 11

55.00 60.00 65.00 70.00 75.00

PSB

0

1

2

3

4

5

6

Fre

qu

en

cy

Gambar 8. Histogram PSB MAN 11

50

Page 51: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

60.00 65.00 70.00 75.00 80.00

KKBI

0

1

2

3

4F

req

ue

nc

y

Gambar 9. Histogram KKBI MAN 11

3. MAN 13 Jakarta Setelah dilakukan pengecekan terhadap seluruh lembar

jawaban, terdapat beberapa lembar jawaban yang dianggap tidak sah karena beberapa hal seperti beberapa orang siswa MAN 13 tidak mengembalikan lembar jawaban untuk tes pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris; dan kuesioner motivasi berprestasi secara lengkap; dan beberapa orang siswa mengembalikan lembar jawaban secara lengkap tetapi tidak memberikan respon sebagaimana yang diharapkan. Adapun lembar jawaban yang dianggap sah dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian hanya berasal dari 18 responden. Data lengkap mengenai skor yang diperoleh siswa MAN 13 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8

51

Page 52: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Skor MTB, PSB, dan KKBI siswa MAN 13NO RESPONDEN MTB PSB KKBI1 MAN013001 54 50 502 MAN013002 56 53 543 MAN013003 57 56 604 MAN013004 58 56 605 MAN013005 51 58 566 MAN013006 59 58 627 MAN013007 59 60 648 MAN013008 61 60 649 MAN013009 64 62 64

10 MAN013010 64 62 6611 MAN013011 62 64 6612 MAN013012 62 64 6813 MAN013013 66 66 6814 MAN013014 65 66 5615 MAN013015 68 68 7016 MAN013016 65 68 5817 MAN013017 73 70 6918 MAN013018 69 65 7219 MAN013019 63 72 5720 MAN013020 70 75 74Jumlah 1246 1253 1258Maksimum 73.00 75.00 74.00Minimum 51.00 50.00 50.00Rata-rata 62.30 62.65 62.90

Berkaitan dengan motivasi berprestasi, setelah dilakukan konversi dari rentangan skor 40-160 menjadi 0-100 diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 13 adalah 73, skor terendah adalah 51, jumlah keseluruhan skor adalah 1246, dan skor rata-ratanya adalah 62.30. Sebaliknya, untuk pemahaman silang budaya, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 13 adalah 75, skor terendah adalah 50, jumlah keseluruhan skor adalah 1253, dan skor rata-ratanya adalah 62.65. Adapun untuk tes kemampuan komunikatif bahasa Inggris, skor tertinggi yang diperoleh siswa

52

Page 53: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

MAN 13 adalah 74, skor terendah adalah 50, jumlah keseluruhan skor adalah 1258, dan skor rata-ratanya adalah 62.90.

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan motivasi berprestasi siswa MAN 13 relatif tidak terlalu tinggi; begitu juga dengan pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris mereka. Secara umum siswa MAN 11 masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk menguasai kemampuan berbahasa Inggris sebagaimana yang dipersyaratkan dalam kurikulum 2004. Selanjutnya, bila skor-skor tersebut di atas dikonversikan ke dalam bentuk gambar, akan makin jelas bagaimana distribusi skor yang diperoleh siswa MAN 13 untuk ketiga variabel tersebut seperti berikut.

50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00

MTB

0

1

2

3

4

Fre

qu

en

cy

Gambar 10. Histogram MTB MAN 13

53

Page 54: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00

PSB

0

1

2

3

4

5

6

7

Fre

qu

en

cy

Gambar 11. Histogram PSB MAN 13

50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00

KKBI

0

1

2

3

4

5

6

7

Fre

qu

ency

Gambar 12. Histogram KKBI MAN 13

B. Deskripsi Data Gabungan Keempat Madrasah

54

Page 55: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Berdasarkan data gabungan keempat MAN yang terlibat dalam penelitian, diperoleh bahwa jumlah keseluruhan skor untuk motivasi berprestasi adalah 5278; skor tertingginya adalah 79; skor terendahnya adalah 51; dan skor rata-ratanya adalah 65.97. Untuk pemahaman silang budaya, diperoleh jumlah keseluruhan skor adalah 5061; skor tertingginya 78; skor terendahnya adalah 48; dan skor rata-ratanya adalah 63.26. Adapun berkenaan dengan kemampuan komunikatif bahasa Inggris, jumlah keseluruhan skor adalah 5271; skor tertingginya adalah 80; skor terendahnya 50; dan skor rata-ratanya adalah 65.88. Jadi, secara keseluruhan gabungan data tersebut menunjukkan bahwa motivasi berprestasi siswa MAN 4, 7, 11, dan 13 relatif tidak terlalu tinggi. Hal yang sama juga terjadi pada pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris mereka. Apa yang mereka kuasai masih berada di bawah peryaratan ideal yang harus dikuasai siswa. Selengkapnya, data deskriptif untuk keempat madrasah tersebut dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9.Statistik Deskriptif untuk Ketiga Variabel

NO SKOR MTB PSB KKBI1 Jumlah 5278 5061 52712 Minimum 51.00 48.00 50.003 Maksimum 79.00 78.00 80.004 Rata-rata 65.97 63.26 65.885 Std. Deviasi 5.75 6.515 7.0296 Varians 33.088 42.449 49.4187 Range 28.00 30.00 30.008 Median 66.00 64.00 66.00

55

Page 56: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Berdasarkan skor kasar yang diperoleh siswa dan statistik deskriptif di atas dibuatlah table frekuensi dan histogram untuk masing-masing varibel sebagai berikut .

Tabel 10.Distribusi Frekuensi untuk MTB Gabungan

SKOR Frequency PercentValid

PercentCumulative

Percent51.00 1 1.3 1.3 1.354.00 1 1.3 1.3 2.556.00 2 2.5 2.5 5.057.00 1 1.3 1.3 6.358.00 2 2.5 2.5 8.859.00 4 5.0 5.0 13.860.00 3 3.8 3.8 17.561.00 4 5.0 5.0 22.562.00 5 6.3 6.3 28.863.00 3 3.8 3.8 32.564.00 7 8.8 8.8 41.365.00 5 6.3 6.3 47.566.00 7 8.8 8.8 56.367.00 2 2.5 2.5 58.868.00 5 6.3 6.3 65.069.00 5 6.3 6.3 71.370.00 6 7.5 7.5 78.871.00 3 3.8 3.8 82.572.00 2 2.5 2.5 85.073.00 4 5.0 5.0 90.074.00 3 3.8 3.8 93.875.00 1 1.3 1.3 95.076.00 2 2.5 2.5 97.578.00 1 1.3 1.3 98.879.00 1 1.3 1.3 100.0Total 80 100.0 100.0

Tabel 11.Distribusi Frekuensi untuk PSB Gabungan

56

Page 57: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

SKOR Frequency PercentValid Perce

nt

Cumulative Percent

48.00 1 1.3 1.3 1.350.00 2 2.5 2.5 3.852.00 2 2.5 2.5 6.353.00 1 1.3 1.3 7.554.00 3 3.8 3.8 11.356.00 6 7.5 7.5 18.858.00 8 10.0 10.0 28.860.00 6 7.5 7.5 36.362.00 4 5.0 5.0 41.364.00 8 10.0 10.0 51.365.00 5 6.3 6.3 57.566.00 11 13.8 13.8 71.367.00 2 2.5 2.5 73.868.00 8 10.0 10.0 83.870.00 4 5.0 5.0 88.872.00 4 5.0 5.0 93.874.00 2 2.5 2.5 96.375.00 1 1.3 1.3 97.576.00 1 1.3 1.3 98.878.00 1 1.3 1.3 100.0Total 80 100.0 100.0

Tabel 12.Distribusi Frekuensi untuk KKBI Gabungan SKOR Frequency Percent Valid Cumulative

57

Page 58: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Percent Percent50.00 2 2.5 2.5 2.552.00 1 1.3 1.3 3.853.00 1 1.3 1.3 5.054.00 1 1.3 1.3 6.355.00 2 2.5 2.5 8.856.00 1 1.3 1.3 10.057.00 2 2.5 2.5 12.558.00 3 3.8 3.8 16.359.00 2 2.5 2.5 18.860.00 6 7.5 7.5 26.362.00 3 3.8 3.8 30.064.00 10 12.5 12.5 42.566.00 9 11.3 11.3 53.867.00 1 1.3 1.3 55.068.00 8 10.0 10.0 65.069.00 3 3.8 3.8 68.870.00 8 10.0 10.0 78.872.00 2 2.5 2.5 81.374.00 6 7.5 7.5 88.875.00 2 2.5 2.5 91.376.00 3 3.8 3.8 95.078.00 2 2.5 2.5 97.580.00 2 2.5 2.5 100.0Total 80 100.0 100.0

58

Page 59: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00

MTB

0

2

4

6

8

10

12

14

Fre

qu

en

cy

Gambar 13. Histogram MTB Gabungan

40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

PSB

0

5

10

15

20

Freq

uen

cy

Gambar 14. Histogram PSB Gabungan

59

Page 60: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00

KKBI

0

2

4

6

8

10

12

Fre

qu

en

cy

Gambar 15. Histogram KKBI Gabungan

C. Persyaratan Analisis DataSebelum pengujian hipotesis penelitian dilakukan,

terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap normalitas, homogenitas, dan linearitas data. Dalam penelititan ini yang akan dilakukan adalah pemeriksaan normalitas dan linearitas data, sedangkan pemeriksaan homogenitas tidak dilakukan dengan alasan data yang diperoleh diasumsikan berasal dari populasi yang homogen.

1. Uji NormalitasUji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah

sample berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk itu, data yang diperoleh dihitung dengan mengggunakan statistik Shapiro-Wilk di mana data kemampuan komunikatif

60

Page 61: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

bahasa Inggris dikelompokkan berdasarkan distribusi frekuensi data motivasi berprestasi. Hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13 Uji Normalitas Y (KKBI) berdasarkan X1(MTB)

MTB

Shapiro-WilkStatistic df Sig.

KKBI

59.00 0.895 4 0.40960.00 0.893 3 0.36361.00 0.863 4 0.27262.00 0.924 5 0.55663.00 0.993 3 0.84364.00 0.619 7 0.22865.00 0.897 5 0.39566.00 0.783 7 0.24868.00 0.953 5 0.75869.00 0.730 5 0.19070.00 0.934 6 0.60871.00 0.871 3 0.29873.00 0.828 4 0.16374.00 0.893 3 0.363

Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dilakukan pengujian terhadap dua hipotesis kenormalan yang berbunyi: Ho: sample tidak berasal dari populasi berdistribusi normalH1 : sample berasal dari populasi berdistribusi normalAdapun kriteria pengujian hipotesis yang digunakan adalah tolak Ho jika signifikansi yang diperoleh jauh lebih besar dari taraf signifikansi yang ditentukan yakni 0,05; sebaliknya terima Ho jika signifikansi yang diperoleh jauh lebih kecil daripada taraf signifikansi yang ditentukan. Pada tabel di atas diperoleh bahwa seluruh kelompok data kemampuan komunikatif bahasa Inggris memperoleh taraf signifikansi antara 0.163 – 0.843. Karena signifikansi tersebut jauh lebih besar daripada

61

Page 62: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

taraf signifikansi 0,05, maka hipotesis nol yang berbunyi sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Jika kelompok data kemampuan komunikatif bahasa Inggris dikelompokkan berdasarkan distribusi frekuensi pemahaman silang budaya, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14 Uji Normalitas Y (KKBI) berdasarkan X2(PSB)

PSB

Shapiro-WilkStatistic df Sig.

KKBI

54.00 0.893 3 0.36356.00 0.496 6 0.42158.00 0.863 8 0.12860.00 0.640 6 0.39262.00 0.827 4 0.16164.00 0.914 8 0.38165.00 0.941 5 0.67066.00 0.911 11 0.25068.00 0.889 8 0.23070.00 0.916 4 0.513

72.00 0.987 4 0.939

Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dilakukan pengujian terhadap dua hipotesis kenormalan yang berbunyi: Ho: sample tidak berasal dari populasi berdistribusi normalH1 : sample berasal dari populasi berdistribusi normalAdapun kriteria pengujian hipotesis yang digunakan adalah tolak Ho jika signifikansi yang diperoleh jauh lebih besar daripada taraf signifikansi yang ditentukan yakni 0,05; sebaliknya terima Ho jika signifikansi yang diperoleh jauh lebih kecil daripada taraf tersebut. Pada tabel di atas diperoleh seluruh kelompok data kemampuan komunikatif bahasa

62

Page 63: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Inggris memperoleh taraf signifikansi antara 0.161 – 0.939. Karena signifikansi tersebut jauh lebih besar daripada taraf signifikansi 0,05, maka hipotesis nol yang berbunyi sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal ditolak. Maka dapat dikatakan, data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas Uji linearitas data dilakukan untuk mengetahui apakah

data yang diperoleh membentuk garis lurus atau tidak. Uji linearitas ini dilakukan melalui pengujian dua hipotesis linearitas yang berbunyi.

Ho: Linearitas tidak terpenuhi H1: Linearitas terpenuhi Untuk itu, data yang diperoleh dihitung dengan

mengggunakan statistik F dan analisis varians. Hasilnya terdapat pada tabel 15 pada halaman berikut.

Tabel 15Anova untuk Uji Linearitas

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

KKBI * MTB

Bet

wee

n G

roup

s

Combined

3010.857 24 125.452 7.72 0.000

Linearity 2690.147 1 2690.147 165.66 0.000Deviation from Linearity

320.709 23 13.944 0.85 0.647

Within Groups 893.131 55 16.239Total 3903.987 79

Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dilakukan pengujian terhadap dua hipotesis kelinearan tersebut. Adapun kriteria pengujian hipotesis yang digunakan adalah terima Ho jika signifikansi yang diperoleh jauh lebih besar dari taraf signifikansi yang ditentukan yakni 0,05; sebaliknya tolak Ho jika signifikansi yang diperoleh jauh lebih

63

Page 64: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

kecil daripada taraf signifikansi yang ditentukan. Pada tabel di atas diperoleh bahwa taraf signifikansi untuk uji linearitas adalah 0,00. Karena signifikansi tersebut jauh lebih kecil daripada taraf signifikansi 0,05, maka hipotesis nol yang berbunyi linearitas tidak terpenuhi ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh berasal populasi yang membentuk garis lurus atau linear.

D. Pengujian Hipotesis PenelitianPengujian hipotesis penelitian dilakukan melalui statistik

regresi dan korelasi sederhana. Pemilihan statistik ini didasari oleh terpenuhinya beberapa persyaratan analisis yang berhubungan dengan pemeriksaan linearitas, homogenitas, dan normalitas data. Berkenaan dengan penelitian ini, terdapat tiga hipotesis yang diuji, yakni: a) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan; b) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan; dan c) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan.

1. Hubungan Motivasi Berprestasi dan Kemampuan Komunikatif Bahasa InggrisSetelah nilai-nilai yang diperlukan dihitung, diperoleh

bahwa koefisien korelasi antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif siswa MAN di Jakarta Selatan adalah 0,830 seperti berikut.

Tabel 16 Hasil Analisis Korelasi antara MTB dan KKBI

KKBI MTB

64

Page 65: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

KKBI Pearson Correlation 1 0.830 Sig. (2-tailed) 0.0 0.000 N 80 80MTB Pearson Correlation 0.830 1 Sig. (2-tailed) 0.000 0.0 N 80 80

Supaya koefisien korelasi yang dihasilkan benar-benar dapat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian terhadap keberartian koefisien tersebut dengan membandingkannya dengan nilai kritis koefisien korelasi dari Pearson. Jika nilai r hitung lebih tinggi daripada r tabel, maka r hitung benar-benar sangat berati dan dapat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Adapun kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis nol yang berbunyi bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan, jika koefisien korelasi yang diperoleh benar-benar berarti; dan terima hipotesis nol jika koefisien korelasi tidak berarti. Pada tabel Nilai Kritis Pearson dengan taraf signifikasi 0,05 dan jumlah sampel sebanyak 80 orang siswa, diperoleh nilai r tabel sebesar 0, 220 yang jauh di bawah nilai r hitung 0,830. Ini menunjukkan bahwa koefisien korelasi sebesar 0,830 benar-benar sangat berarti dan dapat digunakan untuk menolak hipotesis nol yang berbunyi bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan dengan koefisien determinasinya sebesar 68,89%.

Selanjutnya, untuk melihat bagaimankah pola hubungan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan perlu dilakukan pengujian terhadap persamaan garis regresi yang dihasilkan.

65

Page 66: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Berdasarkan hasil analisis regresi Y atas X1, diperoleh persamaan garis regresi sederhana Ŷ = 21,22 + 0,697X1

seperti pada tabel berikut.

Tabel 17 Koefisien regresi Y atas X1

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

tSig

.

B SE Beta

1(Constant)

21.221 3.423 6.200 .00

KKBI 0.679 .052 .830 13.148 .00

Tidak diragukan lagi, persamaan garis regresi Ŷ = 21,22 + 0,697X1 tersebut menunjukkan pola hubungan linear sebagaimana terlukiskan dalam diagram pencar pada halaman berikut. Adapun untuk melihat apakah persamaan regresi tersebut benar-benar berarti, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap signifikansinya melalui statistik F dan analisis varians. Adapun kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis nol yang berbunyi bahwa persamaan regresi Ŷ = 21,22 + 0,697X1 tidak berarti jika nilai F hitung lebih tinggi daripada F tabel pada taraf signifikani 0,05.

50.00

55.00

60.00

65.00

70.00

75.00

80.00

50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00

MTB

Observed

Linear

KKBI

Gambar 16. Diagram pencar untuk Ŷ = 21,22 + 0,697X1

66

Page 67: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Tabel 18Analisis Varians untuk Regresi Y atas X1

Model Sum of

Squaresdf

Mean Square

F

1 Regression 1801.212 1 1801.212 172.866 Residual 812.738 78 10.420 Total 2613.950 79

Berdasarkan hasil analisis varians yang dilakukan, diperoleh nilai F sebesar 172,866 seperti pada tabel 18 di atas. Hasil tersebut jauh lebih tinggi daripada nilai F tabel pada taraf signifikansi 0,05 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 78, yakni sebesar 3,96. Oleh karena itu, hipotesis nol yang berbunyi bahwa persamaan regresi Ŷ = 21,22 + 0,697X1 tidak berarti dapat ditolak, sehingga dapat dinyatakan bahwa persamaan regresi Ŷ = 21,22 + 0,697X1 sangat berarti. Hal ini bermakna bahwa kemampuan komunikatif bahasa Inggris sangat tergantung pada motivasi berprestasi siswa.

Sesuai dengan hasil keseluruhan analisis di atas, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN Jakarta Selatan, yang berbentuk makin tinggi motivasi berprestasi siswa, makin tinggi pula kemampuan komunikatif bahasa Inggris. Selain itu, peningkatan dan penurunan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN Jakarta Selatan 68,89% dapat dijelaskan oleh motivasi berprestasi siswa melalui persamaan regresi Ŷ = 21,22 + 0,697X1. Umpamanya, bila X1 =50, diperkirakan terdapat peningkatan kemampuan komunikatif bahasa Inggris sebesar 21,22 + 0,697 (50) = 56,07.

2. Hubungan Pemahaman Silang Budaya dan Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris

Setelah nilai-nilai yang diperlukan dihitung, diperoleh bahwa koefisien korelasi antara pemahaman silang budaya

67

Page 68: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

dan kemampuan komunikatif siswa MAN di Jakarta Selatan adalah 0,740 seperti pada tabel halaman berikut.

Supaya koefisien korelasi yang dihasilkan benar-benar dapat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian terhadap keberartian koefisien tersebut dengan membandingkannya dengan nilai kritis koefisien korelasi dari Pearson.

Tabel 19 Hasil Analisis Korelasi antara PSB dan KKBI

KKBI PSBKKBI Pearson Correlation 1 0.740 Sig. (2-tailed) 0.0 0.000 N 80 80PSB Pearson Correlation 0.740 1 Sig. (2-tailed) 0.000 0.0 N 80 80

Jika nilai r hitung lebih tinggi daripada r tabel, maka r hitung benar-benar sangat berati dan dapat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Adapun kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis nol yang berbunyi bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan, jika koefisien korelasi yang diperoleh benar-benar berarti; dan terima hipotesis nol jika koefisien korelasi tidak berarti. Pada tabel Nilai Kritis Pearson dengan taraf signifikasi 0,05 dan jumlah sampel sebanyak 80 orang siswa, diperoleh nilai r tabel sebesar 0, 220 yang jauh di bawah nilai r hitung 0,740. Ini menunjukkan bahwa koefisien korelasi sebesar 0,740 benar-benar sangat berarti dan dapat digunakan untuk menolak hipotesis nol yang berbunyi bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman

68

Page 69: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan dengan koefisien determinasinya sebesar 54,76%.

Selanjutnya, untuk melihat bagaimankah pola hubungan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan perlu dilakukan pengujian terhadap persamaan garis regresi yang dihasilkan. Berdasarkan hasil analisis regresi Y atas X2, diperoleh persamaan garis regresi sederhana Ŷ = 18,077+ 0,686X2 seperti pada tabel berikut. Tabel 20Koefisien regresi Y atas X2

Model

Unstandardized Coeff.

Standard Coeff.

t Sig.

B SE Beta

1 Constant 18.077 4.677 3.865 .00 KKBI .686 .071 .740 9.715 .00

Tidak diragukan lagi, persamaan garis regresi Ŷ = 18,077+ 0,686X2 tersebut menunjukkan pola hubungan linear sebagaimana terlukiskan dalam diagram pencarnya berikut.

69

Page 70: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

50.00

55.00

60.00

65.00

70.00

75.00

80.00

50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00

MTB

Observed

Linear

KKBI

Gambar 17. Diagram pencar untuk Ŷ = 18,077 + 0,686X2

Untuk melihat apakah persamaan regresi Ŷ = 18,077+ 0,686X2 berarti atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap signifikansinya melalui statistik F dan analisis varians. Adapun kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis nol yang berbunyi bahwa persamaan regresi Ŷ = 18,077+ 0,686X2 tidak berarti jika nilai F hitung lebih tinggi daripada F tabel pada taraf signifikani 0,05.

Tabel 21 Analisis Varians untuk Regresi Y atas X2

Model Sum of

Squaresdf

Mean Square

F

1 Reg. 1836.141 1 1836.141 94.388 Res. 1517.347 78 19.453 Total 3353.488 79

70

Page 71: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Berdasarkan hasil analisis varians yang dilakukan, diperoleh nilai F sebesar 94,388 seperti pada tabel 21 di atas. Hasil tersebut jauh lebih tinggi daripada nilai F tabel pada taraf signifikansi 0,05 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 78, yakni sebesar 3,96. Oleh karena itu, hipotesis nol yang berbunyi bahwa persamaan regresi Ŷ = 18,077+ 0,686X2 tidak berarti dapat ditolak, sehingga dapat dinyatakan bahwa persamaan regresi Ŷ = 18,077+ 0,686X2 sangat berarti. Hal itu bermakna kemampuan komunikatif bahasa Inggris sangat tergantung pada pemahaman silang budaya siswa.

Sesuai dengan hasil keseluruhan analisis di atas, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN Jakarta Selatan. Selain itu, peningkatan dan penurunan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN Jakarta Selatan 54,76% dapat dijelaskan oleh pemahaman silang budaya siswa melalui persamaan regresi Ŷ = 18,077+ 0,686X2. Umpamanya, bila X2 =50, diperkirakan terdapat peningkatan kemampuan komunikatif bahasa Inggris sebesar 18,077+ 0,686 (50) =52.377.

3. Hubungan antara Motivasi Berprestasi (X1), Pemahaman Silang Budaya (X2), dan Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris (Y)

Untuk menguji hipotesis ketiga yang berbunyi ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris, perlu diketahui terlebih dahulu koefsien korelasi ganda yang diperoleh melalui rumus: R2 = JK(Reg)/Σy2. Penggunaan rumus tersebut tentu saja memerlukan nilai-nilai yang diperoleh dari persamaan garis regresi linear ganda dan analisis variansnya.

Berdasarkan data-data yang sudah diperoleh, diketahui bahwa persamaan garis regresi ganda untuk ketiga variabel tersebut adalah Ŷ = -2,043+ 0,799X1 + 0,240X2. Persamaan tersebut diperoleh dari nilai-nailai dari tabel berikut.

Tabel 22

71

Page 72: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Koefisien regresi Y atas X1 dan X2

Model

Unstandard.Coefficients

Standard. Coeff.

t Sig.

B SE Beta

1 Constant -2.043 5.007 -.408 .684 MTB .799 .123 .654 6.495 .000 PSB .240 .109 .223 2.213 .030

Untuk melihat apakah persamaan regresi Ŷ = -2,043+ 0,799X1 + 0,240X2. berarti atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap signifikansinya melalui statistik F dan analisis varians. Adapun kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis nol yang berbunyi bahwa persamaan regresi Ŷ = -2,043+ 0,799X1 + 0,240X2. tidak berarti jika nilai F hitung lebih tinggi daripada F tabel pada taraf signifikani 0,05. Berdasarkan hasil analisis varians yang dilakukan, diperoleh nilai F sebesar 93,201 seperti pada tabel 23 berikut.

Tabel 23 Analisis Varians untuk regresi Y atas X1 dan X2

Model Sum of

Squaresdf

Mean Square

F

1 Reg. 2762.740 2 1381.370 93.201 Res. 1141.247 77 14.821 Total 3903.988 79

Nilai F sebesar 93,201 ternyata jauh lebih tinggi daripada nilai F tabel pada taraf signifikansi 0,05 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 78, yakni sebesar 3,96. Oleh karena itu, hipotesis nol yang berbunyi bahwa persamaan regresi Ŷ = -2,043+ 0,799X1 + 0,240X2 tidak berarti dapat ditolak, sehingga dapat dinyatakan bahwa persamaan regresi Ŷ = -2,043+ 0,799X1 + 0,240X2 sangat berarti. Hal itu bermakna kemampuan komunikatif bahasa Inggris sangat tergantung pada motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya siswa. Hubungan ketiga variabel tersebut dapat dilihat dari besarnya koefisien

72

Page 73: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

korelasi ganda yang diperoleh, yakni JK(Reg)/Σy2 = 2762.740/3903.988 = 0,71, dan koefisien determinasinya adalah sebesar 50,41%.

Selanjutnya, untuk mengetahui apakah R2 sebesar 0,71 berarti atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan signifikansinya melalui statistik F = (R2/k)/{(1- R2)/(n-k-1). Adapun kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis nol yang berbunyi bahwa koefisien korelasi ganda tidak berarti jika nilai F hitung lebih tinggi daripada F tabel pada taraf signifikani 0,05. Hasil perhitungan statistik F di atas memperlihatkan nilai sebesar 94,258. Ternyata nilai F sebesar 94,258 jauh lebih tinggi daripada nilai F tabel pada taraf signifikansi 0,05 dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 77, yakni sebesar 3,11. Oleh karena itu, hipotesis nol yang berbunyi bahwa koefisien korelasi ganda tidak berarti dapat ditolak, sehingga dapat dinyatakan bahwa koefisien korelasi ganda sebesar 0,71 sangat berarti.

Sesuai dengan hasil keseluruhan analisis di atas, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN Jakarta Selatan. Hubungan tersebut berbentuk makin tinggi motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya siswa, makin tinggi pula kemampuan komunikatif bahasa Inggris. Selain itu, peningkatan dan penurunan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN Jakarta Selatan 50,41% dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya siswa melalui persamaan regresi ganda Ŷ = -2,043+ 0,799X1 + 0,240X2.

Keberartian korelasi ganda ganda dapat juga dilihat melalui korelasi parsil antar ketiga variabel tersebut dengan mengontrol salah satu dari variabel bebasnya. Berdasarkan anaslisis dilakukan diperoleh korelasi parsil untuk ketiga variabel tersebut seperti yang tertuang dalam tabel berikut.

Tabel 24. Koefisien Korelasi Parsil Antara Y, X1 dan X2

73

Page 74: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Variabel yang dikontrol

KKBI PSB MTB

MTB

KKBI 1.000 0.245 0PSB 0.245 1.000 0

PSB

KKBI 1.000 0 0.595MTB 0.595 0 1.000

Berdasarkan korelasi parsil ini, dapat diketahui keberartian salah satu variabel di dalam menentukan hubungan antara dua variabel lainnya. Keberartian tersebut diperoleh melalui selisih koefisien diterminasi korelasi sederhana dengan korelasi parsilnya. Bila kita bandingkan antara koefisien diterminasi antara motivasi berprestasi dengan kemampuan komunikatif bahasa Inggris (antara Y dan X1), dengan koefisien diterminasi korelasi parsil antara motivasi berprestasi dengan kemampuan komunikatif bahasa Inggris dengan pemahaman silang budaya dikontrol (Y dan X1, di mana X2 dikontrol), diperoleh selisih sebesar 0,6889 – 0,06 = 0,6111, yang merupakan turunya daya ramal X1 terhadap Y. Artinya hubungan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan diduga 61,11% dipengaruhi oleh oleh aneka ragam tingkat pemahaman silang budaya siswa. Sebaliknya, jika korelasi diterminasi antara kemampuan komunikatif bahasa Inggris dan pemahaman silang budaya (Y dan X1) dengan korelasi diterminasi antara kemampuan komunikatif bahasa Inggris dan pemahaman silang budaya di mana motivasi berprestasi dikontrol ((Y dan X2, di mana X1 dikontrol), diperoleh selisih sebesar 0,5476 – 0,3540 = 0,1936, yang merupakan turunnya daya ramal X2 terhadap Y. Artinya hubungan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan diduga 61,11% dipengaruhi oleh oleh aneka ragam tingkat motivasi berprestasi siswa.

74

Page 75: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

5PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

A. Ketepatan Hipotesis Pengujian persyaratan analisis dan hipotesis penelitian

pada bab terdahulu memperlihatkan bahwa asumsi-asumsi yang diturunkan dari kerangka konseptual tidak menyimpang dan bertolak belakang. Ketepatan asumsi-asumsi tersebut dapat dilihat dari penolakan terhadap ketiga hipotetsis nol yang berbunyi: 1) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan; 2) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan; dan 3) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan; dan penerimaan ketiga hipotesis alternatif yang berbunyi: 1) terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan; 2) terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan; dan 3) terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta

75

Page 76: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Selatan. Selain itu, ketepatan asumsi-asumsi dalam penelitian ini juga tampak pada penolakan hipotesis nol lain yang berbunyi bahwa motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya tidak dapat dijadikan sebagai prediktor terhadap kemampuan komunikatif siswa bahasa Inggris MAN di Jakarta Selatan, dan penerimaan terhadap hipotesis alternatif yang berbunyi bahwa motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya dapat dijadikan sebagai prediktor terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan.

Akhirnya, dapat dijelaskan tiga hal penting berkenaan dengan hubungan antara ketiga variabel penelitian ini. Pertama, motivasi berprestasi berhubungan secara signifikan dengan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan dengan koefisien korelasinya sebesar 0,830 dan koefisien diterminasinya sebesar 0,6889. Hal itu berarti bahwa kontribusi motivasi berprestasi terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan adalah sebesar 68,89%. Dengan kata lain, 68,89% penurunan dan peningkatan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan dapat dijelaskan oleh motivasi berprestasi melalui persamaan regresi Ŷ = 21,22 + 0,697X1. Kedua, pemahaman silang budaya berhubungan secara signifikan dengan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan dengan koefisien korelasinya sebesar 0,740 dan koefisien diterminasinya sebesar 0,5476. Hal itu berarti bahwa kontribusi pemahaman silang budaya terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan adalah sebesar 54,76%. Dengan kata lain, 54,76% penurunan dan peningkatan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan dapat dijelaskan oleh pemahaman silang budaya melalui persamaan regresi Ŷ = 18,077+ 0,686X2.. Ketiga, motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya secara bersama-sama memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan dengan koefisien korelasinya sebesar 0,710 dan koefisien diterminasinya sebesar 0,5041. Hal itu berarti bahwa kontribusi motivasi

76

Page 77: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

berprestadi dan pemahaman silang budaya terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan adalah sebesar 50,41%. Dengan kata lain, 50,41% penurunan dan peningkatan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan dapat dijelaskan oleh motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya melalui persamaan regresi Ŷ = -2,043+ 0,799X1 + 0,240X2.

B. Temuan TeoretisSecara umum, motivasi dianggap sebagai dorongan

yang menggerakkan seseorang untuk meraih sesuatu. Dorongan itu dapat berbentuk respons fisik terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, seperti lapar dan rasa sakit; atau dapat juga berbentuk tujuan atau keinginan yang akan dicapai. Adapun pengertian motivasi yang banyak dipedomani berbunyi “Motivation is commonly thought of as inner drive, impulse, emotions or desire that moves one to a particular action; or in more technical terms, motivation refers to the choices people make as to what experiences or goals they will approach or avoid, and the degree of effort they will exert in that respect”28

Pengertian lain yang tidak jauh berbeda dengan pandangan tersebut dibaerikan oleh Huitt yang mengatakan “motivation is an internal state or condition (sometimes described as a need, desire, or want) that serves to activate or energize behavior and give it direction”.29

Dalam dua pengertian tersebut dapat dipahami bahwa motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang yang menggerakkannya melakukan sesuatu untuk mencapai atau memenuhi keinginannya. Secara lebih rinci, Ausubel

28H. Douglas Brown, Principles of Language Learning and Teaching (Englewood Clifts: Prentice Hall Regents, 1994), h. 132.

29Huitt, W. “Motivation to learn: An overview” Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University. Retrieved [date], from http://chiron.valdosta.edu/ whuitt/col/ motivation/motivate.html. h. 2

77

Page 78: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

menjelaskan enam jenis dorongan yang dimiliki oleh seseorang, yakni kebutuhan untuk: 1) menemukan sesuatu yang baru; 2) membiasakan diri; 3) melakukan pekerjaan; 4) didorong oleh pihak lain; 5) memperoleh pengetahuan; dan 6) diakui dan diterima oleh orang lain.30

Salah satu motivasi yang relatif banyak mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar atau pekerjaan adalah motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai dorongan atau kecenderungan yang dimiliki siswa untuk mengatasi berbagai masalah dan kesulitan dalam belajar sebaik mungkin31. Menurut McCelland, motivasi berprestasi merupakan dorongan yang dimiliki individu untuk memperoleh hasil yang berarti, menguasai pengetahuan dan keterampilan, atau memperoleh standard hidup yang lebih tinggi.32

Menguasai pengetahuan dan keterampilan, dalam hal ini, dapat juga diartikan menguasai kemampuan komunikatif bahasa Inggris. Bila demikian, secara teoretis apa yang disampaikan oleh para pakar bahwa motivasi berprestasi mendorong seseorang untuk meraih sesuatu yang lebih baik, terbukti secara empiris melalui hubungan signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan. Motivasi berprestasi mendorong siswa untuk terus-menerus berusaha semaksimal mungkin untuk, umpamanya, mencari berbagai cara dan strategi belajar efektif; mengatasi berbagai kesulitan belajar; atau mengerjakan tugas sebaik mungkin agar dapat menguasai kemampuan komunikatif bahasa Inggris secara baik. Dengan demikian secara teoretis dapat ditegaskan kembali bahwa motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan seseorang dalam belajar bahasa Inggris, khsususnya kemampuan komunikatif bahasa Inggris.

30David A. Ausubel, Educational Psychology: A cognitive view (New York: Holt, Rinehart & Winston, 1968), h. 368-9.

31R. C. Back, Motivasion: Theories and Principles (New Jersy: Prentice Hall, 1990), p. 291.

32Anonymous, Achievement Motivation, Wikipedia, the free encyclopedia, 2006.

78

Page 79: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Selain itu, kemampuan komunikatif bahasa Inggris juga dipengaruhi oleh faktor lain, yakni pemahaman silang budaya. Pemahaman silang budaya merupakan bagian yang takterpisahkan dari kemampuan pragmatik yang merupakan pengetahuan yang mengarahkan seseorang untuk memilih bentuk-bentuk bahasa mana yang sesuai dengan konteksnya, sehingga terbangun interaksi komunikatif yang lebih efektif. Oleh karena itu, pembahasan mengenai pemahaman silang budaya ini akan didahului kajian terhadap kemampuan komunikatif. Mengenai hal itu, Ellis mengatakan “Communicative competence includes the knowledge the speaker-hearer has of what constitutes appropriate as well as correct language behavior and also of what constitutes effective language behavior in relation to particular communicative goals. That is, it includes both linguistic and pragmatic knowledge.”33

Gagasan yang sama juga disampaikan Hadley, bahwa mengenali latar di mana komunikasi itu terjadi sangat penting untuk bangunan kemampuan komunikatif. Communicative competence may be defined as the ability to function in a truly communicative setting, that is in a dynamic exchange in which linguistic competence must adapt itself to the total informational input, both linguistic and paralinguistic of one or more interlocutors.34 Pentingnya pengenalan latar atau konteks tempat terjadinya komunikasi juga diketengahkan oleh Munby yang mengatakan “It seems clear that communicative competence includes the ability to use linguistic forms to perform communicative acts and to understand the communicative functions of sentences and their relationship to other sentences. This happens at the level of discourse and involves interalia, knowledge of rhetorical rules of use that governs the patterning of such acts, the interpretative

33Rod Ellis, The Study of Second Language Acquisition (Oxford: O U P, 1994), h. 13.

34 A.O. Hadley, Teaching Language in Context (Boston: Heile & Heile Publisher, 1993), h 4

79

Page 80: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

strategies of the language users and also contextual meaning of utterances.”35

Berdasarkan tiga pandangan tersebut tampak sangat jelas sekali pengenalan latar belakang atau latar tempat terjadinya komunikasi sangat menentukan keberhasilan komunikasi yang dibangun seseoarang melalui bahasa. Kemampuan tersebut dalam pandangan Hymes disebut dengan kemampuan pengenalan wacana dan sosiolinguistik. Kemampuan wacana berhubungan dengan penguasaan siswa terhadap konteks situasi yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa komunikasi lisan dan tulis. Siswa dituntut untuk mengenali situasi komunikasi yang sedang terjadi, apakah dalam kegiatan formal atau informal, sehingga apa yang akan diutarakan atau disampaikan kepada orang lain dapat dipahami secara tepat. Kemampuan sosiolinguistik berkenaan dengan kemampuan siswa untuk melihat dengan siapa mereka membangun komunikasi, apakah dengan teman sebaya, orang yang lebih tua, kawan dekat, atau dengan tokoh masyarakat.36 Secara teoretis, segala sesuatu yang berhubungan dengan bagaimana seseorang menggunakan bahasa Inggris secara komunikatif termasuk dalam faktor-faktor non-linguistik, atau secara lebih khusus termasuk dalam aspek budaya.

Budaya, dalam hal ini, diartikan sebagai pola pikir dan pola tindak yang mengatur seseorang bagaimana berbahasa dan bertindak di dalam lingkungan masyarakat tertentu. Brown menjelaskan bahwa budaya merupakan cara hidup bagaimana seseorang berada, berfikir, merasakan, dan berhubungan dengan orang lain dalam suatu kelompok masyarakat. Budaya dapat dianggap sebagai perekat antara seseorang dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. “Culture is a way

35 John Munby, Communicative Syllabus Design (Cambridge: C U P, 1978), h. 26.

36D. H. Hymes, “On Communicative Competence,” The Communicative Approach to Language Teaching, eds. C. J. Brumfit dan K. Johnson (Oxford: O U P, 1979), h. 14.

80

Page 81: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

of life. Culture is the context within which we exist, think, feel, and relate to others. It is the glue that binds a group of people together.”37 Jadi, budaya itu dapat didefinisikan sebagai gagasan, adat, keterampilan, seni, dan peralatan yang membedakan satu kelompok dan yang lain. Namun, budaya bukanlah bagian-bagian. Budaya menurut Croydon ada1ah “a system of integrated patterns, most of which remain below the threshold of consciousness, yet all of which govern human behaviour just as surely as the manipulated strings of a puppet control its motion”.38 Kehidupan keseharian masyarakat membuktikan bahwa budaya itu merupakan satu kesatuan yang utuh. Seluruh pola kehidupan masyarakat diikat oleh aturan yang disepakati oleh seluruh anggotanya, dari hal-hal yang kecil sampai hal-hal yang besar.

Karena satu kelompok masyarakat memiliki budaya yang berbeda dengan kelompok masyarakat lain, tentu saja hal itu akan menimbulkan benturan-benturan budaya yang dapat menimbulkan masalah-masalah sosial, baik yang sederhana maupun yang kompleks. Benturan-benturan tersebut tidak hanya terjadi antar kelompok masyarakat dalam satu negara, tetapi juga terjadi antara satu negara dengan negara lain. Secara lebih khusus, benturan-benturan budaya antarnegara mungkin saja terjadi dalam konteks pengajaran bahasa asing, Tentu saja menghindari terjadinya benturan budaya, dalam hal ini budaya berbahasa, harus dijadikan prioritas utama dalam bermasyarakat secara luas. Salah satu caranya adalah dengan memahami budaya berbahasa dan bertindak masyarakat lain. Berdasarkan pandangan di atas dan hasil penelitian pada bab terdahulu, dapat dikatakan pemahaman silang budaya merupakan penguasaan seseorang terhadap perbedaan budaya berbahasa dan bertindak penutur asli bahasa asing dengan budaya bertindak dan berbahasa pertamanya. Dengan kata lain dapat dikatakan, pemahaman silang budaya merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh seseorang yang berasal dari suatu kelompok masyarakat

37Brown (1994), pc. cit. h. 164. 38Ibid.

81

Page 82: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

untuk memahami pola berbahasa dan bertindak kelompok masyarakat lainnya. Mempertegas pengertian tersebut, Thomas mendefinisikan pemahaman silang budaya sebagai pemahaman tata cara berkomunikasi antara dua orang yang memiliki latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda.39 Dengan demikian dapat ditegaskan kembali bahwa pemahaman silang budaya merupakan salah satu faktor berpengaruh terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris seseorang.

C. Perspektif Perkembangan Latar PenelitianPengajaran bahasa Inggris pada sekolah SMA atau MA

diarahkan pada pencapaian tujuan yang berbunyi:1. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam

bahasa tersebut, dalam bentuk lisan dan tulis. Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).

2. Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar.

3. Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antar bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian siswa memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.40

Tujuan tersebut akan dapat dicapai bila sekolah dan guru dapat menyelenggarakan kegiatan pengajaran bahasa Inggris secara baik dengan memenuhi berbagai sarana dan fasilitas belajar yang layak; dan perhatian pada siswa secara utuh yang

39Jenny Thomas, “Cross-Cultural Pragmatic Failure” Applied Linguistic Vol. 3. 1983. h. 89.

40Diknas, Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMA/MA (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Diknas, 2003), h. 14.

82

Page 83: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Khusus berkaitan dengan pengajaran bahasa Inggris perhatian terhadap aspek kognitif dan afektif harus lebih ditekankan.

Salah satu aspek afektif yang perlu diperhatikan adalah motivasi berprestasi siswa. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat motivasi berprestasi memiliki pengaruh yang relatif besar terhadap penguasaan kemampuan komunikatif bahasa Inggris. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung mampu melakukan berbagai upaya kreatif dan strategis untuk menguasai kemampuan komunikatif bahasa Inggris. Sebaliknya, siswa yang motivasi berprestasinya rendah cenderung untuk tidak melakukan tindakan-tindakan jitu untuk menguasai kemampuan komunikatif bahasa Inggris, sehingga mereka lebih relatif lebih banyak mengalami kegagalan. Hal tersebut juga sudah terbukti secara empiris melalui pengujian hipotesis pada bagian terdahulu. Secara praktis dapat dikatakan, makin tinggi motivasi berprestasi siswa makin tinggi pula kemampuan komunikatif bahasa Inggrisnya.

Selain itu, untuk mencapai tujuan pengajaran bahasa Inggris untuk siswa SMA/MA, sekolah dan pihak guru juga harus memperhatikan materi apa yang yang perlu diberikan kepada siswa. Menurut kurkulum 2004, mata pelajaran bahasa Inggris untuk tingkat SMA/MA meliputi beberapa aspek, yakni.

1) Keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

2) Unsur-unsur kebahasaan mencakup: tata bahasa, kosakata, lafal dan ejaan.

3) Aspek budaya yang terkandung dalam teks lisan dan tulis.

4) Aspek sastra yang berupa penghayatan dan apresiasi sastra.41

Secara eksplisit dapat dipahami bahwa pengajaran bahasa Inggris di MAN harus mencakup pengajaran aspek budaya. Aspek budaya menjadi sangat penting karena kemampuan

41Ibid.

83

Page 84: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

komunikatif bahasa Inggris sebagai tujuan utama pengajaran bahasa Inggris di MAN dapat terwujud bila siswa menguasai budaya berbahasa Inggris secara benar. Kalimat atau ujaran bahasa Inggris dapat saja benar secara gramatikal, tetapi tidak berterima dan bahkan menimbulkan salahpaham atau behkan kegagalan komunikasi. Hal ini sudah terbukti melalui pengujian hipotesis penelitian pada bagian terdahulu. Secara praktis dapat dikatakan, makin tinggi pemahaman silang budaya siswa makin tinggi pula kemampuan komunikatif bahasa Inggrisnya.

Melihat pentingnya aspek motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya terhadap peningkatan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa, MAN 4, 7, 11, dan 13 Jakarta harus mulai berbenah diri melalui pengembangan bahan pelajaran bahasa Inggris yang berbasis pada motivasi berprestasi siswa dan pemahaman silang budaya antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pengembangan bahan pelajaran seperti itu akan mempermudah siswa menguasai kemampuan komunikatif bahasa Inggris mengingat adanya beberapa potensi yang dimiliki oleh MAN 4, 7, 11, dan 13 Jakarta. Pertama, lokasi keempat madrasah tersebut masih termasuk dalam wilayah pemerintahan DKI Jakarta yang memiliki akses cukup besar untuk bersentuhan langsung dengan budaya berbahasa Inggris, seperti banyaknya touris dan ekspatriat yang tinggal di wilayah DKI Jakarta, yang juga merupkan motivasi tersendiri bagi siswa untuk meraih keberhasuilan. Kedua, terdapat berbagai macam sarana komunikasi lisan dan tulis yang dapat diakses seluruh siswa untuk mempelajari aspek budaya berbahasa Inggris; dan tentu saja akses informasi yang mudah juga menjadi dorongan tersendiri bagi siswa untuk belajar lebih giat. Ketiga, potensi kognitif dan afektif siswa MAN 4, 7, dan 13 Jakarta relatif lebih tinggi dari Madrasah Aliyah swasta, sehingga mereka akan dengan mudah menangkap dan memahami perbedayaan budaya berbahasa antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Ditinjau dari segi kognitif, siswa-siswa MAN 4, 7, dan 13 Jakarta berasal siswa-siswa Tsanawiyah terseleksi melalui hasil UAN; dan dari segi afektif, siswa-siswa MAN 4, 7, dan 13

84

Page 85: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Jakarta memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk mempelajari bahasa Inggris. Oleh karena itu, bila pihak guru dan madrasah bekerja lebih serius dan kreatif untuk memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki, maka pengajaran bahasa Inggris di MAN 4, 7, 11, dan 13 Jakarta akan menuai keberhasilan. Artinya kemampuan komunikatif bahasa Inggris sebagai amanat yang harus diemban di dalam pengajaran bahasa Inggris di MAN 4, 7, 11, dan 13 Jakarta Selatan akan menjadi terwujud.

85

Page 86: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

6PENUTUP

A. KesimpulanBerdasarkan temuan penelitian yang telah dipaparkan

pada bab sebelumnya, terdapat beberapa hal penting yang dapat disimpulkan, yakni:1. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi

berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa Madrasah Aliyah Negeri di Jakarta Selatan; dan bentuk hubungan keduanya adalah makin tinggi motivasi berprestasi siswa, makin tinggi pula kemampuan komunikatif bahasa Inggris yang dikuasai siswa Madrasah Aliyah Negeri di Jakarta Selatan.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa Madrasah Aliyah Negeri di Jakarta Selatan; dan bentuk hubungan keduanya adalah makin tinggi pemahaman silang budaya siswa, makin tinggi pula kemampuan komunikatif bahasa Inggris yang dikuasai siswa Madrasah Aliyah Negeri di Jakarta Selatan.3. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi

berprestasi dan pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa Madrasah Aliyah Negeri di Jakarta Selatan; dan

86

Page 87: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

bentuk hubungan ketiganya adalah makin tinggi motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya siswa, makin tinggi pula kemampuan komunikatif bahasa Inggris yang dikuasai siswa Madrasah Aliyah Negeri di Jakarta Selatan.

4. Motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya secara bersama-sama dapat dijadikan prediktor terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa Madrasah Aliyah Negeri di Jakarta Selatan.

B. Rekomendasi Sesuai dengan kesimpulan tersebut di atas, terdapat

beberapa hal penting yang dapat diajukan sebagai rekomendasi kepada pihak Departemen Agama, MAN di Jakarta Selatan, dan guru-guru bahasa Inggris yang bertugas pada MAN di Jakarta Selatan.1. Direkomendasikan kepada pihak Departemen Agama

untuk:a) Merekrut guru-guru bahasa Inggris yang memahami

perbedaan individual siswa, dalam hal ini motivasi berprestasinya; dan perbedaan budaya berbahasa Indonessi dan bahasa Inggris;

b) Melakukan pelatihan-pelatihan bagi guru-guru bahasa Inggris pada MAN 4, 7, 11, dan 13 Jakarta secara berkesinambungan, khususnya berkenaan dengan peningkatan kemampuan akademik dan profesional guru;

c) Menyediakan berbagai fasilitas belajar yang dapat membantu siswa membedakan antara budaya berbahasa Indonesai dan budaya berbahasa Inggris; dan

d) Memperketat seleksi penerimaan siswa baru, sehingga diperoleh calon-calon yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan potensi kognitif lebih baik.

2. Direkomendasikan kepada pihak MAN di Jakarta Selatan untuk:a) Memberikan kesempatan kepada guru-guru bahasa

Inggris untuk mengikuti berbagai kegiatan seminar dan

87

Page 88: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan akademik dan profesional mereka;

b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengikuti berbagai kegiatan kebahasaan baik yang diselenggarakan oleh Departemen Agama, Diknas, dan instansi-instansi lain;

c) Menyediakan fasilitas belajar yang dapat membantu siswa meningkatkan motivasi berprestasi dan memperoleh kemampuan komunikatif bahasa Inggris dengan mudah;

d) Menyelenggarakan berbagai kegiatan kebahasaan yang dapat memotivasi siswa menjadi lebih giat dalam belajar bahasa Inggris;

3. Direkomendasikan kepada guru-guru bahasa Inggris pada MAN di Jakarta Selatan untuk:a) selalu meningkatkan kemampuan akademik dan

profesional mereka melalui berbagai kegiatan seminar dan pelatihan, baik yang diseleng-garakan oleh pihak Departemen Agama dan Diknas, maupun instansi-instansi lain;

b) selalu kreatif dan inovatif di dalam pengembangan bahan pelajaran bahasa Inggris komunikatif dan motivatif;

c) memperhatikan potensi-potensi yang dimiliki siswa untuk dikem-bangkan sedemikian rupa, sehingga siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan; dan

d) Memberikan kepada siswa berbagai macam pengalaman belajar bahasa Inggris yang dapat memperjelas perbedaan budaya berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris;

DAFTAR RUJUKAN

88

Page 89: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Brown, H. Douglas Principles of Language Learning and Teaching (Englewood Cliffs: Prentice Hall Regents, 1994.

Diknas, Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMA dan MA Jakarta: Puskur Balitbang Diknas, 2002.

Ellis, Rod The Study of Second Language Acquisition. Oxford: Oxford University Press, 1994

Hadleu, Alice Omaggio Teaching Language in Context. Boston: Heile and Heile Publisher, 1993

Hasyim, Laela Hanoum Cross Cultural Understanding (Jakarta: Karunia UT,1986), h. 3

Hymes,. D. H. “On Communicative Competence,” The Communicative Approach to Language Teaching, eds. C. J. Brumfit dan K. Johnson. Oxford: Oxford University Press, 1979.

Nuril Huda, Language Learning and Teaching. Malang: IKIP Malang Publisher, 1999.

Kartono, Giri “Kedudukan dan Fungsi Bahasa Asing di Indonesia,” Politik Bahasa Nasional 2, ed. Amran Halim. Jakarta: PN Balai Pustaka, 198

Munby ,John Communicative Syllabus Design Cambridge: Cambridge University Press, 1978

Murdock, George Peter “The Cross-cultural Suvey” Readings in Cross-Culture, ed. Frank W. Moore. New Haven, CN: HRAF Press, 1961.

Suwito, Kebijakan yang Diperlukan Dalam Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah yang disampaikan pada Warkshop Kurikulum Berbasis Kompetensi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 17-19 Juli 2003 di Cisarua.

Thomas,Jenny “Cross-Cultural Pragmatic Failure” Applied Linguistic Vol. 3. 1983.

89

Page 90: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

90

Page 91: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

LAMPIRAN 1

KUESIONER MOTIVASI BERPRESTASI

Petunjuk1. Kuesioner ini merupakan instrument penelitian yang

bertujuan untuk melihat hubungan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa Madrasah Aliyah Negeri di Jakarta Selatan.

2. Kuesioner ini bukan sebuah tes yang mengukur kemampuan anda; dan tidak berhubungan sama sekali dengan prestasi anda dalam belajar.

3. Anda tidak perlu menulis identitas diri pada buku kuesioner ini.

4. Jawablah kuesioner ini sejujurnya, dengan memberi tanda silang (X) pada kolom jawaban: A: Sering SekaliB: Sering C: Kadang-kadang D: Tidak Pernah

NO BUTIR PERNYATAAN JAWAB

91

Page 92: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

A B C D1 Ketika sekolah melibatkan saya dalam

tugas-tugas atau pekerjaan besar yang penuh tan-tangan saya tetap optimistis dapat mengerjakannya

2 Ketika mengahadapi masalah dalam belajar, seperti kesulitan dalam memahami teks ber-bahasa asing, saya tetap optimistis dapat mengatasinya.

3 Dalam kondisi yang sangat buruk, saya tidak optimistis dapat menyele-saikan seluruh beban belajar yang harus saya pikul.

4 Jika menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan keinginan, saya tidak optimistis dapat menyelesaikannya.

5 Betapa pun berat tugas-tugas harian dan mingguan yang harus saya hadapi, saya tetap antusias dalam menjalaninya.

6 Saya tetap antusias dalam mengerjakan suatu pekerjaan meskipun banyak halangan dan rintangan yang harus saya hadapi.

7 Karena sulitnya mencari bahan-bahan, saya menjadi tidak antusias dalam menjalankan kegiatan praktikum di laboratorium.

8 Kurangnya koordinasi antara satu pihak dengan pihak lain menjadikan saya tidak antuasias dalam mengikuti seluruh kegiatan OSIS yang sudah direncanakan.

9 Saya harus bertanggungjawab terhadap isi makalah, laporan, atau tugas-tugas lain yang diberikan guru.

10 Ketika penyelesaian suatu pekerjaan tidak memuaskan, saya tidak merasa perlu untuk mempertanggungjawabkannya.

11 Terhadap suatu tugas yang dikerjakan secara berkelompok, saya tidak harus

92

Page 93: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

beranggungjawab terhadap apa pun hasilnya.

12 Saya berusaha sekeras mungkin untuk menye-lesaikan suatu pekerjaan supaya hasilnya maksimal dan lebih baik daripada pekerjaan orang lain

13 Saya berusaha sekuat tenaga untuk menyele-saikan setiap tugas yang diberikan guru supaya memperoleh hasil yang terbaik.

14 Jika tidak ada imbalan yang menguntungkan, saya tidak mengerjakan tugas-tugas sekolah atau rumah tangga secara sungguh-sungguh

15 Untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan, saya senang mencari informasi dan pengetahuan lainnya melalui berbagai sarana, seperti internet, perpustakaan dan media cetak lainnya

16 Bila keterangan guru atau dari buku tidak begitu jelas, saya akan beru-saha untuk memperoleh jawabannya melalui berbagai sumber dan cara.

17 Terhadap hal-hal baru yang berhubungan dengan apa yang sedang saya pelajari, saya tidak berupaya untuk memperoleh informasinya secara maksimal.

18 Saya merasa puas dengan apa yang sudah saya ketahui, sehingga tidak perlu lagi untuk mencari tahu hal-hal lain yang terkait dengan pengetahuan tersebut

19 Sangat penting bagi saya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah sebaik mungkin sesuai dengan ketentuan yang telah dijelaskan guru/buku.

20 Supaya dapat menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik mungkin, saya berupaya untuk mengikuti petunjuk pelaksanaannya.

93

Page 94: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

21 Meskipun memiliki persyaratan yang dibutuh-kan, saya tidak membuat laporan penelitian secara baik, tetapi asal dapat menggugurkan kewajiban saja.

22 Dalam kegiatan kelompok, saya tidak perlu menyelesaikan tugas yang menjadi bagian saya sebaik mungkin, karena anggota lain juga mengerjaknnya.

23 Saya senang memperoleh pekerjaan dan tugas yang menuntut keterampilan tingkat tinggi.

24 Jika tidak menguasai suatu pekerjaan, saya lebih senang berjuang terus untuk mengua-sainya daripada beralih pada pekerjaan lain

25 Terhadap hal-hal yang tidak menarik minat, saya tidak berusaha untuk menguasainya sebaik mungkin.

26 Saya harus berani mencoba menggunakan cara-cara mutakhir untuk mengerjakan suatu peker-jaan bila cara-cara lama tidak membuahkan hasil yang baik.

27 Jika kerja kelompok berjalan tidak efektif saya harus berani menyampaikan gagasan dan ide-ide perbaikan kinerja kelompok.

28 Jika saya mengalami kesulitan dalam operasi komputer, saya berdiam diri saja tanpa berusaha untuk mengatasinya

29 Karena takut salah, saya tidak berupaya untuk menggunakan bahasa asing yang saya pelajari dengan mereka yang telah menguasainya.

30 Ketika mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru, saya lebih senang melaksanakannya secara individual/mandiri.

31 Meskipun ada pembantu, saya tetap member-sihkan kamar dan ruang belajar secara mandiri.

94

Page 95: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

32 Untuk keperluan penulisan laporan pengamatan, saya meminta tolong seorang teman untuk mencarikan buku yang saya butuhkan.

33 Dengan kemampuan yang saya miliki, saya ber-usaha membuat laporan pengamatan lebih baik daripada apa yang dibuat teman-teman di kls.

34 Sebagai anggota panitia peringatan hari-hari besar agama, saya akan bekerja lebih keras daripada anggota-anggota lainnya.

35 Untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu pelajaran, saya akan membaca buku-buku pelajaran sama seriusnya dengan teman-teman.

36 Jika saya memperoleh kesempatan untuk memimpin suatu acara, saya akan melakukannya seperti apa yang telah dilakukan teman-teman.

37 Saya senang membaca biografi tokoh-tokoh dunia, dan ingin melakukan apa yang telah diperbuat unbtuk kepentingan umat.

38 Sebagai seorang muslim, saya senang mengikuti dan menyontoh pola pikir shabat-shabat nabi.

39 Supaya bermanfaat di kemudian hari, saya berusaha menjadikan tujuan hidup sebagai pedoman bagi seluruh kegiatan yang saya lakukan.

40 Untuk membaca buku-buku atau karya-karya ilmiah, saya tidak tidak perlu menentukan apa tujuan yang ingin saya capai.

95

Page 96: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

LAMPIRAN 2

PEMAHAMAN SILANG BUDAYA

Petunjuk1. Instrument penelitian ini bertujuan untuk melihat

pemahaman silang budaya antara bahasa Indonesia dan Inggris.

2. Tes ini pemahaman silang budaya, tetapi tidak berhubungan sama sekali dengan prestasi anda dalam belajar.

3. Anda tidak perlu menulis identitas diri pada buku kuesioner ini.

4. Jawablah pertanyaan berikut memberi tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang paling tepat: pilih: A, B, C, atau D.

No Situasi Budaya Barat Budaya Indonesia

96

Page 97: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

1 Ungkapan sebagai bentuk ucapan salam (basa-basi)

Ungkapan yang lazim digunakan:A. Where are you

going?B. Where are you

from?C. Hello, good morningD. Who are going

with?

Ungkapan yang lazim digunakan, kecuali:A. Mau pergi ke

mana?B. Dari mana?C. Selamat pagiD. Berdiam diri

2 Topik-topik pembicaraan yang diguna-kan setelah perkenalan

Topik yang biasa digunakan:A. Tempat tinggalB. KeluargaC. PerkawinanD. Keadaan cuaca

Topik yang tidak biasa digunakan: A. Tempat tinggal B. KeluargaC. PerkawinanD. Keadaan cuaca

3 Penggunaan senyum dalam komunikasi

Senyum digunakan untuk hal-hal berikut kecuali:A. Mengungkapkan

rasa senang/bahagia

B. Menyembunyikan perasaan yang sebenarnya

C. Menupi hal yang memalukan

D. Memalukan orang lain

Senyum digunakan untuk hal-hal berikut kecuali:A. Mengungkapkan

ra-sa senang/bahagia

B. Menyembunyikan perasaan yang sebenarnya

C. Menupi hal yang memalukan

D. Memalukan orang lain

4 Acungan jempol jari tangan

Bermakna hal-hal berikut kecuali:A. Menunjukkan

angka limaB. Memuji orang

Bermakna hal-hal berikut kecuali:A. Menunjukkan

angka limaB. Sebagai tanda

97

Page 98: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

yang berhasil melakukan suatu pekerjaan dengan baik

C. Menunjukan bahwa makanan yang kita coba sangat lezat

D. Menumpang mobil orang atau umum

setuju atau semua berjalan lancar

C. Menunjukan bahwa makanan yang kita coba sangat lezat

D. Menumpang mobil orang atau umum

5 Komunikasi lisan secara langsung (berhadapan muka)

Hal-hal yang biasa dila-kukan, kecuali: A. Tidak menatap

mata lawan bicaraB. Mendengarkan

secara seksama ucapan lawan bicara

C. Tidak mendominasi pembicaraan

D. Menyela pembicaraan orang lain secara sopan

Hal-hal yang biasa dila-kukan, kecuali: A. menatap mata

lawan bicaraB. Mendengarkan

secara seksama ucapan lawan bicara

C. Tidak mendominasi pembicaraan

D. Menyela pembicaraan orang lain secara sopan

6 Mengakhiri percakapan secara nonverbal

Hal yang biasa dilakukan:A. Melihat jam

tangan masing-masing

B. Tidak memperhatikan lawan bicara

C. Saling mengakhiri secara perlahan-lahan

Hal yang biasa dilakukan:A. Melihat jam

tangan masing-masing

B. Tidak memperhatikan lawan bicara

C. Saling mengakhiri se-cara perlahan-

98

Page 99: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

D. Mengakhiri pembicaraan dengan tiba-tiba

lahanD. Mengakhiri

pembicaraan dengan tiba-tiba

7 Memanggil pelyan restauran

Hal yang biasa dilakukan:A. Mengacungkan jariB. Bersiual dengan

kerasC. Mengacungkan

tangan dengan ramah

D. Memanggil pelayan sambil melambaikan tangan

Hal yang biasa dilakukan:A. Mengacungkan

jariB. Bersiual dengan

kerasC. Mengacungkan

tangan dengan ramah

D. Memanggil pelayan sambil melambaikan tangan

8 Meminta perhatian guru

Hal yang biasa dilakukan:A. Membunyikan jari

tangan “tak”B. Mengangkat

tangan sampai guru memanggil

C. Mengangkat tangan dan menurunkannya ketika guru tahu kita ingin bertanya

D. Memanggil nama guru

Hal yang biasa dilakukan:A. Membunyikan jari

tangan “tak”B. Mengangkat

tangan sampai guru memanggil

C. Mengangkat tangan dan menurunkannya ketika guru tahu kita ingin bertanya

D. Memanggil nama guru

9 Pada saat atau setelah perkenalan

Hal yang biasa dilakukan:A. Berjabat tangan

dengan santai/lemah

Hal yang biasa dilakukan:A. Berjabat tangan

dengan santai/lemah

99

Page 100: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

(diuperkenalkan)

B. Berjabat tangan dengan kuat beberapa saat

C. Berjabat tangan sampai perkenalan benar-benar selesai

D. Berjabat tangan dan membungkuk

B. Berjabat tangan dengan kuat beberapa saat

C. Berjabat tangan sampai perkenalan benar-benar selesai

D. Berjabat tangan dan membungkuk

10 Pada saat melakukan percakapan

Hal yang biasa dilakukan:A. Menatap mata

lawan bicaraB. Menghindari

kontak /tatapan mata

C. Menatap mata lawan bicara dan langsung menghindar

D. Menatap lawan bicara dan langsung menunduk ke bawah/lantai

Hal yang biasa dilakukan:A. Menatap mata

lawan bicaraB. Menghindari

kontak /tatapan mata

C. Menatap mata lawan bicara dan langsung menghindar

D. Menatap lawan bicara dan langsung menunduk ke bawah/lantai

11 Pada saat melakukan percakapan

Hal lain yang biasa dilakukan:A. Merespon dengan

penjelasan yang agak lengkap

B. Merespon dengan jawaban-jawaban singkat

C. Merespons dengan bahasa tubuh

Hal lain yang biasa dilakukan:A. Merespon dengan

penjelasan yang agak lengkap

B. Merespon dengan jawaban-jawaban singkat

C. Merespons dengan bahasa tubuh

100

Page 101: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

D. Tidak memberi respons

D. Tidak memberi respons

12 Meminta perhatian orang yang sibuk (e.g. bertemu sekretaris)

Hal yang biasa dilakukan:A. Berdiri di dekat

pintu dan menunggu sampai sekretaris memanggil kita

B. Berdiri di dekat sekretaris sampai ia mememanggil kita

C. Duduk di dekat sekretaris dan diam samapi sekretaris mememanggil kita

D. Menepuk pundak sekretaris

Hal yang biasa dilakukan:A. Berdiri di dekat

pintu dan menunggu sampai sekretaris memanggil kita

B. Berdiri di dekat sekretaris sampai ia mememanggil kita

C. Duduk di dekat sekretaris dan diam samapi sekretaris mememanggil kita

D. Menepuk pundak sekretaris

13 Di dalam kelas dan tidak memahami keterangan guru

Hal yang biasa dilakukan:A. Mengangkat

tangan dan meminta klari-fikasi/penjelasan

B. Memperlihatkan kebingunan

C. Diam dan bertanya kepada guru setelah kelas usai

D. Meninggal kelas

Hal yang biasa dilakukan:A. Mengangkat

tangan dan meminta klari-fikasi/penjelasan

B. Memperlihatkan kebingunan

C. Diam dan bertanya kepada guru setelah kelas usai

D. Diam dan tidak meminta penjelasan

14 Ketika mendapat

Hal yang biasa dilakukan:

Hal yang biasa dilakukan:

101

Page 102: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

kan pujian A. Menyatakan terima kasihB. Tersenyum dan

menolak pujianC. Berdiam diri tidak

meresponsD. Menyombongkan

diri

A. Menyatakan terima kasihB. Tersenyum dan

menolak pujianC. Berdiam diri tidak

meresponsD. Menyombongkan

diri15 Memulai

percakapan dengan orang yang belum dikenal

Hal yang biasa dilakukan:A.

Berkomentar/berta-nya mengenai cuaca

B. Menanyakan nama dan alamat

C. Menanyakan pekerjaan dan tempat kerja

D. Menanyakan kesenangan

Hal yang biasa dilakukan:A.

Berkomentar/berta-nya mengenai cuaca

B. Menanyakan nama dan alamat

C. Menanyakan pekerjaan dan tempat kerja

D. Menanyakan kesenangan

16 Menghadiri undangan makan malam/pesta

Hal yang biasa dilakukan:A. Datang setelah

acara dimulaiB. Datang beberapa

menit sebelum acara dimulai

C. Datang ketika pesta akan berakhir

D. Datang pada saat jamuan dimulai

Hal yang biasa dilakukan:A. Datang setelah

acara dimulaiB. Datang beberapa

menit sebelum acara dimulai

C. Datang ketika pesta akan berakhir

D. Datang pada saat jamuan dimulai

17 Menghadiri undangan makan

Hal lain yang biasa dilakukan:A. Memimun air putihB. Memimun kopi

Hal lain yang biasa dilakukan:A. Memimun air putih

102

Page 103: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

malam/pesta

C. Meminum anggurD. Tidak meminum

apa-apa

B. Memimun kopiC. Meminum anggurD. Meminum sesuka

hati, selain anggur18 Menghadir

i pesta yang tidak resmi

Hal yang biasa dilakukan:A. Memperkenalkan

diri dengan yang lain tanpa menunggu

B. Menunggu diperkenalkan oleh orang lain

C. Tidak memperkenalkan diri

D. Langsung membangun percakapan dengan orang lain tanpa perkenalan

Hal yang biasa dilakukan:A. Memperkenalkan

diri dengan yang lain tanpa menunggu

B. Menunggu diperkenalkan oleh orang lain

C. Tidak memperkenalkan diri

D. Langsung membangun percakapan dengan orang lain tanpa perkenalan

19 Pertemuan dengan teman berlainan jenis kelamain

Hal yang biasa dilakukan:A. Berjabatan tangan

dengan santaiB. Berjabatan tangan

dengan eratC. Berpelukan

dengan kuatD. Berciuman pipih

kiri-kanan

Hal yang biasa dilakukan:A. Berjabatan

tangan dengan santai

B. Berjabatan tangan dengan erat

C. Berpelukan dengan kuat

D. Berciuman pipih kiri-kanan

20 Penggunaan nama depan setelah

Hal yang biasa dilakukan:A. Menyapa lawan

bicara dengan

Hal yang biasa dilakukan:A. Menyapa lawan

bicara dengan

103

Page 104: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

perkenalan

nama depan setelah diizinkan

B. Menyapa lawan bicara dengan nama depan sebelum diizinkan

C. Tidak menggunakan sapaan apa pun

D. Menyapa lawan bicara dengan gelar dan nama depan

nama depan setelah diizinkan

B. Menyapa lawan bicara dengan nama depan sebelum diizinkan

C. Tidak menggunakan sapaan apa pun

D. Menyapa lawan bicara dengan gelar dan nama depan

104

Page 105: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

LAMPIRAN 3

KEMAMPUAN KOMUNIKATIF BAHASA INGGRIS

Petunjuk1. Instrument penelitian ini bertujuan untuk melihat

kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa.2. Tes ini merupakan tes kemampuan komunikatif bahasa

Inggris, tetapi tidak berhubungan sama sekali dengan prestasi anda dalam belajar.

3. Anda tidak perlu menulis identitas diri pada buku kuesioner ini.

4. Jawablah pertanyaan berikut memberi tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang paling tepat: pilih: A, B, C, atau D.

1. X: My car has broken down. It won’t start. Y: _________

A. You can have a lift in my car. B. You could leave it here.

C. The nearest garage is a long distance D. Can I help you?

2. X: That’s the lot! No more! Come on you! Off!

Y: __________ A. If I were you. I’d be a little more polite.

B. you are very impolite. C. How rude you are. D. Be a little more polite.

3. X: Excuse me, ________

105

Page 106: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Y: Yes, there is fitting room over there.A. I want to try this one B. Do you think I could try this one?C. Where’s the fitting room? D. I want to buy this one.

4. X: Is this seat free? Y: ________

A. It’s broken B. It belongs to another person.C. It’s mine D. Sorry I’m afraid it is taken.

5. X: It is really a very good film.Y: ________.A. Well, why don’t you ask somebody else? B. I’m sorry I don’t think I can go with youC. I have no time to go outD. I must study my exam

6. X: Would you mind traveling second class?Y: _____________.A. I’m sorry, it is not possible B. I don’t want to travel by busC. I have asked you to book for me D. I can’t travel second class.

7. X: Do you like your house?Y: __________A. The room is comfortable. B. Oh yes, I’m very pleased with it.C. I’d like it very mush.D. the windows are too small.

8. X: ___________.Y: No, of course not.A. Shall mi open the door?B. Do you mid if I open the door?C. Open the door, please? D. Could I ask you to open the door?

9. X: My sister has just got a son and they are both doing well.

106

Page 107: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Y: _________.A. How is the baby? B. Are you happy with this news?C. Oh, that is marvelous. D. How many nephews have

you?

10. X: I know you booked, sir, but I’m afraid there aren’t any seats left on this train.

Y: _______A. I have booked seats on this bus.B. It really makes me angry.C. I’m afraid, sir. D. it really makes me afraid.

11. X: They plan an October wedding and honeymoon in Bali.Y: __________.A. Will they be going to Bali? B. I’m delighted to hear that.C. I’m so glad for her. D. I wish them good luck.

12. X: ________ I especially asked for a room with a shower.Y: I’m very sorry.A. I want a room with a shower. B. We don’t have rooms with shower.C. Why can’t I have a room with a shower? D. I’m very annoyed.

13. X: ________.Y: No, of course not, I’ll just move my jacket.A. Who is sitting there? B. Excuse me, do you mind if I sit here?C. Is somebody sitting here?D. Is this seat empty?

14. X: _________.Y: Yes, if you come with me, I’ll tell you.A. I wonder if you could tell me where Mr. Black’s office is. B. Happen to know where Mr. Black’s office is?C. I want to know Mr. Black’s office.

D. Where is Mr. Black’s office?

15. X: So, you had a nice time in Puncak.

107

Page 108: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Y: Yes, it was super. Oh, no it’s five to ten, sorry, ________. A. I must leave you B. I’m in a hurry.

C. I must say good bye. D. I’ve got to go now.

16. X: Thank you for lending me your novel. Y: _________. A. Don’t forget to return it. B. Thank you.

C. That’s all right. D. Don’t’ you lose it.

17. X: It was really very kind of you to invite us. Thanks again. Y: We’d love to A. We’d love to. B. Thank you

C. Not at all D. Very well, thank you.

18. X: Congratulations on passing your final test. Y: ___________. A. Thank you very much. B. I’m a lucky person

C. I’m still learning D. I have to study harder.

19. X: Morning, Mr. Jack. Do you know Tommy? Y: __________. A. How are you? B. I haven’t seen you before. C. No, I don’t think so, How do you do?

D. Are you really all right?

20. X: You know, your spoken English is very good, indeed. Y: _____________. A. I’m still learning B. It’s very nice of you to say so

C. It is not perfect yet. D. Do you think so?

21. Eddy: ________. He is my English teacher Mr. John: How do you do? Mr. Brown: How do you do? A. Oh, look here is Mr. John. B. I want you to meet Mr. John

C. May I introduce Mr. John? D. I want you to know Mr. John.

108

Page 109: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

22. X: Would you like to go to movie with me, tonight? Y: ___________. A. I’m busy at that moment. B. Thank you very much, but I’m busy. C. I’m going somewhere else.

D. I don’t think I like movies.

23. X: The seaside is on Sunday, Tim? Y: ______________ A. I went there last week with some friends. B. I’d love to but I’ve got a test on Monday C. I don’t like seaside D. don’t you have any other things to do?24. X: Would you care to join me for lunch in my favorite

restaurant? Y: ___________. A. I’d be delighted to. B. Great

C. I won’t say now. D. Sure.

25. X: I like your car. Y: ________. A. Do you really like it? B. Don’t flatter me.

C. Oh, it is very old actually. D. I like it too.

26. X: I suppose it’s too much to find a good pub in a town like this.

Y: ____________.A. There are no good pubs in this small town. B. That’s quite right, but it’s only a small place, isn’t it?C. What you expect to find in a town like this?

D. The pubs are not good.

27. X: The management says that employees are going to get a bigger salary soon.

Y: ________A. Don’t hope too much B. I’m very happy about that.

C. Just wait and see D. How soon?

28. X: I think the motorways are the only way to travel a long distance.

109

Page 110: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

Y: ___________.A. I don’t entirely agree with you, I like to take it slowly a

long the minor roads.B. You can’t enjoy the countryside when you take the

motorways,C. The minor roads are all right. D. The minor roads are saver.

29. X: I don’t like this novel. It is boring. Y: __________. A. I like that novel B. it is not boring.

C. you are not a good reader. D. I don’t see why.

30. X: I have just seen some children throwing stones a dog. Y: ______________. A. They don’t know what they are doing B. It’s wrong to throw stones at a dog. C. Why don’t you punish them?

D. They are naughty children.

31. X: Who do you think will win the presidential election? Y: ______________ A. Make a guess. B. I couldn’t care less.

C. I don’t know D. whoever wins is not my business.

32. X: I think Medan is boring place? Y: ____________ A. Is Medan a boring place? B. I like Medan very much C. But don’t you think its beach is beautiful

D. Everybody likes to go to Medan.

33. X: We’ve been waiting nearly an hour for the train. Y: ______________. A. We might as well take a taxi B. The train is very late today. C. What’s wrong with the train

D. The train is late again

110

Page 111: Isi lengkap

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris Siswa MAN di Jakarta Selatan

34. X: Look at the weather. No chance of picnic. Y: _______________ A. That’s too bad B. The sun will be shining soon C. We can have our picnic someday D. The rain will soon stop.

35. X: They didn’t give me that job. They gave it to John. Y: _______________. A. Next time better B. Don’t you worry too much. C. Don’t be angry D. Really?

Bagian KeduaLengkapilah dialog berikut dengan frase/kalimat yang tepat.

Conversation AX: Hallo, Miss Calvo. How are you enjoying your stay in England?Y: I’m enjoying it very much, thank you.X: By the way, 36) __________ tomorrow after noon?Y: Nothing special as far as I know.X: Well, would you care to come for a ride in the country?Y: Thank, 37) _____________,X: Fine let’s meet here about two o’clock. I will come around

and pick you up at your hotel.Y: 38) ________. About two o’clock then.X: Well, see you tomorrow.

111