142

IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

  • Upload
    vohuong

  • View
    222

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7
Page 2: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

i

IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM:

Kajian Kebutuhan Tema Riset Prioritas

Page 3: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

ii

IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM: Kajian Kebutuhan Tema Riset Prioritas

© Penerbit Dewan Riset Nasional

Sekretariat Gedung I BPP Teknologi Lantai 2 Jl. M.H. Thamrin No. 8, Jakarta 10340

Penyusun:

Tusy A. Adibroto Wahyu Purwanta

Ressy Oktivia Diah Asri Erowati Feddy Suryanto

Sudaryono Rudy Nugroho

Hartaya Saraswati Diah Rini H.

Penyunting:

Tusy A.Adibroto

Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Dewan Riset Nasional

Jakarta, 2011

www.drn.go.id

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian

atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

ISBN 978-979-9017-30-7

Page 4: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

iii

KATA PENGANTAR

Berbagai dokumen kebijakan, penelitian dan laporan kegiatan menunjukkan bahwa perubahan iklim telah mendapatkan perhatian di Indonesia. Dampak perubahan iklim memang dirasakan oleh kita semua, seperti terjadinya banyak bencana alam seperti curah hujan yang tidak biasa, kebanjiran, kekeringan, yang menunjukkan adanya peningkatan baik dari sisi frekuensi maupun intensitasnya. Dalam Agenda Riset Nasional (ARN) 2010-2014, perubahan iklim juga mendapatkan perhatian, terlihat dengan adanya topik riset khususnya pada bidang fokus Ketahanan Pangan melalui tema riset adaptasi dan antisipasi terhadap perubahan iklim. Topik-topik tersebut antara lain ialah pengembangan model prediksi perubahan iklim yang berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman pangan, investigasi pola migrasi dan daerah pemijahan ikan akibat perubahan iklim, serta pengkajian pengaruh pengembangan pola pertanian, peternakan dan perikanan terhadap emisi dan penyerapan karbon. Demikian pula beberapa topik riset mengenai adaptasi terhadap perubahan iklim dicantumkan pada bidang fokus Kesehatan dan Obat.

Di samping itu, dalam ARN 2010-2014 tertera Semangat Pembangunan Iptek yang meliputi 3 aspek dengan pendekatan lintas sektor, yaitu pertama pro-poor technology, dimaksudkan agar pengembangan bidang iptek juga berkontribusi terhadap upaya pengentasan kemiskinan. Kedua, berorientasi pada kondisi geografis Indonesia sebagai negara maritim, serta ketiga, berorientasi pada upaya agar dalam pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat juga memperhatikan kelestarian lingkungan khususnya yang berhubungan dengan perubahan iklim. Kajian yang dituangkan di dalam buku Iptek Untuk Adaptasi Perubahan Iklim di Indonesia ini memberikan perhatian khususnya untuk aspek ketiga. Kajian yang dilakukan mencoba melihat sejauh mana hasil-hasil riset anak bangsa yang berkaitan dengan adaptasi terhadap perubahan iklim sudah dilakukan. Juga meninjau bagaimana seharusnya riset dapat

Page 5: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

iv

berkontribusi pada upaya-upaya pemerintah dalam menangani dampak perubahan iklim, maupun dikaitkan dengan aktivitas yang serupa pada skala global, serta upaya-upaya apa yang sebaiknya dilakukan agar seluruh lapisan masyarakat dapat ikut serta dalam adaptasi perubahan iklim di Indonesia. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih atas kerjasama, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang memungkjinkan terbitnya buku ini. Semoga buku ini bermanfaat

Jakarta, Oktober 2011 Ketua Dewan Riset Nasional

Prof.Dr.Ir. Andrianto Handojo

Page 6: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... ...........................................................................................III

DAFTAR ISI...........................................................................................................V

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................VII

DAFTAR TABEL....................................................................................................IX

DAFTAR SINGKATAN............................................................................................X

BAB I ............................................................................ .......................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG....................................................................................................1 1.2. TINJAUAN ASPEK ILMIAH PERUBAHAN IKLIM.................................................................4 1.2.1 FENOMENA DAN PENYEBAB PERUBAHAN IKLIM...........................................................4 1.2.2 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM..................................................................................10 1.3. KONVENSI PBB DAN PROTOKOL PERUBAHAN IKLIM.....................................................21

BAB II..................................................................................................................27

PROGRAM NASIONAL DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM.......................27

2.1. RENCANA AKSI NASIONAL MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM.........................................27 2.2. INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA NASIONAL....................................................28 2.3. KAJIAN KEBUTUHAN TEKNOLOGI UNTUK MITIGASI DAN ADAPTASI.................................32 2.4. ROADMAP SEKTORAL UNTUK PERUBAHAN IKLIM........................................................44 2.5. KEBIJAKAN NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA.......................................48

BAB III................................................................................................................52

PERAN IPTEK DALAM ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM........................52

3.1. PENTINGNYA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM BAGI INDONESIA.........................................52 3.2. PERAN IPTEK DALAM MENJAWAB PERUBAHAN IKLIM...................................................55 3.3. KAPASITAS LITBANG NASIONAL................................................................................60 3.4. PENDEKATAN KAJIAN IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM...................................94

Page 7: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

vi

BAB IV ...............................................................................................................97

PRIORITAS TEMA RISET DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM..........................97

4.1. RISET BIDANG KEAMANAN PANGAN.......................................................................97 4.1.1. SUMBERDAYA PANGAN.....................................................................................98 4.1.1. SUMBERDAYA AIR............................................................................................98 4.2. RISET BIDANG KERENTANAN PESISIR.......................................................................99 4.3. RISET BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT...............................................................101 4.4. RISET LINTAS BIDANG (CROSS-CUTTING ISSUES).......................................................120

BAB V...............................................................................................................122

PENUTUP..........................................................................................................122

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................126

Page 8: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Teori Hipotetis Proses Terjadinya Efek Rumah

Kaca

5

Gambar 1.2 Tren peningkatan suhu atmosfer (kiri) identik

dengan tren kenaikan emisi CO2 (kanan)

8

Gambar 1.3 Dampak Perubahan Iklim Yang Terus Meningkat 12

Gambar 1.4 Hubungan Kasualitas Perubahan Iklim dan

Keamanan Pangan

13

Gambar 1.5 Perubahan Iklim dan Dampaknya Bagi Pesisir dan

Pantai

16

Gambar 1.6 Perubahan Iklim Ancaman Bagi Kesehatan

Manusia

18

Gambar 1.7 Jumlah Kejadian DBD di Kota-kota (Catatan:

tahun 1973, 1988 dan 1998 adalah tahun La-

Nina)

19

Gambar 1.8 Tren Tahunan Kejadian DBD di Beberapa Wilayah

di Jawa

20

Gambar 2.1 Proses Mainstreaming Perubahan Iklim dalam

Pembangunan

32

Gambar 2.2 Potensi Bahan Bakar Nabati (atas) dan Energi

Alternatif (bawah)

36

Page 9: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

viii

Gambar 2.3 Teknologi Adaptasi Perubahan Iklim Bidang

Pertanian

39

Gambar 2.4 Potensi Penerapan Teknologi Daur Panas di

Industri Sawit

42

Gambar 2.5 Keterkaitan ICCSR dengan Rencana

Pembangunan

46

Gambar 2.6 Roadmap Nasional Untuk Mitigasi dan Adaptasi

Perubahan Iklim

47

Gambar 3.1 Skema Hubungan Keterkaitan Dalam Perubahan

Iklim

58

Gambar 3.2 Skema peralatan yang telah terpasang dalam

program HARIMAU di Benua Maritim Indonesia

(BMI)

66

Gambar 3.3 Fotobioreaktor Penyerap CO2 (kiri) dan Konversi

Alga Menjadi Biofuel (kanan)

68

Gambar 3.4 Mobil Listrik Rancangan LIPI 71

Gambar 3.5 Sistem Peringatan Dini Banjir 79

Gambar 3.6 Jejaring Berbagi Informasi Rancangan Combine

Insitute

92

Gambar 3.7 Diagram Pendekatan Kajian Iptek Untuk Adaptasi

Perubahan Iklim

96

Gambar 5.1 Konsep Jejaring Arus Informasi dan Diseminasi

Hasil Riset Adaptasi Perubahan Iklim

125

Page 10: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1a Ringkasan Emisi GRK Indonesia Tahun 2000 (dalam

Gg)

30

Tabel 2.1b Ringkasan Emisi GRK Seluruh Sektor Tahun 2000-

2005 (dalam Gg)

30

Tabel 2.2 Target dan Sasaran Mitigasi GRK Nasional 49

Tabel 4.1 Tema-tema Riset Untuk Adaptasi Perubahan Iklim 103

Tabel 4.2 Matrik Keterkaitan Riset Adaptasi Perubahan

Iklim

118

Page 11: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

x

DAFTAR SINGKATAN

ARN Agenda Riset Nasional

Bakornas PB Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana

BAU Bussiness As Usual

BMI Benua Maritim Indonesia

CCS Carbon Capture Storage

CDM Clean Development Mechanism

COP Conference of Parties

CRED Centre for Research on the Epidemiology of Disasters

CSO Civil Society Organization

DME Dimethyl Ether

DNPI Dewan Nasional Perubahan Iklim

ETS Emission Trading Scheme

ENSO El Niño/La Niña-Southern Oscillation

GOSAT Greenhouse gases Observing Satellite

GRK Gas Rumah Kaca (CH4, CO2, SF6, N2O, HFC, PFC)

ICCSR Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap

IOC Intergovernmental Oceanographic Commission

IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change

LFG Landfill Gas

LULUCF Land Use and Land Use Change Forestry

MDGs Millennium Development Goals

MRV Measurable, Reportable, Verifiable

OFDA The Office of U.S Foreign Disaster Assistance

Page 12: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

xi

OPT Organisme Pengganggu Tanaman

PPO Pure plant oil

RAN PI Rencana Aksi Nasional Perubahan Iklim

RAN PRB Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana

REDD Reducing Emission from Deforestation and Forest

Degradation

SABSTA Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice

SNC Second National Communication

TMC Teknologi Modifikasi Cuaca

TNA Technology Need Assessment

UNESCO United Nations Educational, Scientific and Cultural

Organization

UNFCCC United Nation Framework Convention on Climate

Change

UNIDO United Nations Industrial Development Organization

Page 13: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada awal abad 21, suatu panel ilmiah yang terdiri dari 100 ahli dari

berbagai disiplin ilmu diminta UNEP untuk memeringkat berbagai

permasalahan lingkungan hidup yang timbul berdasarkan skala

dampaknya pada abad 21. Ternyata peringkat teratas dari

permasalahan lingkungan tersebut adalah Perubahan Iklim (climate

change). Kini, apa yang diramalkan para ahli tersebut bukan lagi

sekedar wacana tetapi telah menjadi nyata dalam skala kejadian,

dampaknya, serta intensitasnya bukan lagi bersifat linier dari waktu

ke waktu tetapi bisa mendadak menjadi bencana dengan skala yang

tak teramalkan.

Perubahan iklim telah secara ilmiah dan banyak bukti adalah

diakibatkan oleh apa yang dikenal dengan pemanasan global (global

warming) sebagai akibat terjadinya efek rumah kaca pada atmosfer

kita. Efek rumah kaca terjadi akibat adanya gas-gas rumah kaca (GRK)

yang memerangkap panas radiasi matahari yang dipantulkan kembali

ke angkasa oleh permukaan bumi. Pada dasarnya GRK ini dapat

bersumber dari alam itu sendiri maupun dari aktivitas manusia. Namun

berbagai data yang ada menunjukkan bahwa emisi GRK berasal juga

Page 14: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

2

dari aktivitas manusialah yang meningkatkan konsentrasinya di

atmosfer.

Naiknya suhu atmosfer global ini terjadi perlahan tapi pasti membawa

dampak yang merugikan bagi kehidupan di bumi. Peningkatan suhu

membawa pada besarnya evaporasi air di permukaan bumi dan ini

akan merubah berbagai elemen iklim seperti kelembaban, kondensasi

uap air dan curah hujan. Perubahan iklim ini dapat berdampak pada

perubahan pada pola tanam yang berarti mengancam keamanan

pangan, mempercepat proses mutasi hama tanaman dan juga

membuat suatu daerah mengalami kekeringan berkepanjangan dan di

wilayah lain terjadi banjir yang besar. Berubahnya iklim juga

berdampak pada kesehatan manusia akibat peningkatan kuantitas dan

kualitas serta persebaran vektor penyakit.

Pada suhu bumi yang mencapai titik tertentu, bongkahan es di kutub

dan salju di puncak gunung tinggi dapat mencair dan menimbulkan

gejala pemekaran air laut; permukaan laut naik dengan kemampuan

menenggelamkan dataran rendah, pesisir pantai dan pulau-pulau kecil

padat penghuni di negara-negara berkembang. Jutaan orang rakyat

miskin yang rentan di negara-negara kekurangan air bersih itu makin

terancam oleh gagalnya panen hasil pertanian, kebun dan perikanan

serta meningkatnya gangguan kesehatan, kurang gizi, bencana

kelaparan dan wabah penyakit.

Page 15: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

3

Secara umum, perubahan iklim akan berdampak pada perekonomian

dunia termasuk Indonesia. Apalagi Indonesia sebagai negara agraris

yang rakyatnya banyak bergantung pada aktivitas pertanian serta

sebagai negara kepulauan, maka perubahan iklim akan membawa

dampak yang signifikan. Berbagai peristiwa kelangkaan air belakangan

ini juga ditengarai akibat perubahan iklim. Dengan garis pantai

sepanjang ± 95.181 km serta sebagian rakyat berprofesi sebagai

nelayan, maka dampak perubahan iklim bagi sektor perikanan dan

kerentanan pesisir dan ekosistemnya menjadi signifikan untuk menjadi

perhatian.

Berbagai negara melalui kerangka PBB untuk perubahan iklim

(UNFCCC) telah mencoba mengambil tindakan mitigasi dan adaptasi

terhadap perubahan iklim ini di bawah perundingan dan negosiasi

internasional yang hingga kini masih terus berlangsung. Walau

Indonesia termasuk bukan negara yang wajib menurunkan emisi GRK

sesuai Protokol Kyoto, namun Pemerintah RI telah secara resmi

menyampaikan target penurunan emisi sebesar 16% atau menjadi 41%

jika ada bantuan pembiayaan dari negara lain pada taun 2020. Namun

terlepas dari upaya mitigasi, adaptasi perubahan iklim menjadi

mendesak untuk segera dilakukan mengingat dampak perubahan iklim

yang jauh lebih cepat kita rasakan dibanding hasil dari upaya

mitigasinya.

Page 16: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

4

Upaya-upaya mitigasi selain memerlukan perhatian kembali terhadap

local wisdom yang telah ada juga butuh dukungan ilmu pengetahuan

dan teknologi (iptek) guna memperbesar manfaat dan mempercepat

implementasinya. Walau kebutuhan iptek untuk mitigasi dan adaptasi

perubahan iklim secara umum juga terdapat dalam beberapa hasil

studi lembaga atau roadmap kementerian, namun rincian akan tema

riset yang dibutuhkan dalam rangka upaya yang fokus, masih belum

dilakukan. Dalam konteks merumuskan berbagai kebutuhan akan

tema-tema riset terkait adaptasi perubahan iklim, maka Dewan Riset

Nasional bekerjasama dengan Pusat Teknologi Lingkungan BPPT

melakukan kajian atas hal tersebut. Buku ini berisi hasil kajian tersebut

terutama untuk adaptasi di sektor keamanan pangan, kerentanan

pesisir dan kesehatan masyarakat.

1.2. Tinjauan Aspek Ilmiah Perubahan Iklim

1.2.1 Fenomena dan Penyebab Perubahan Iklim

Perubahan iklim telah dibuktikan secara ilmiah adalah disebabkan oleh

apa yang dikenal sebagai pemanasan global (global warming) yang

merupakan akibat terjadinya efek rumah kaca pada atmosfer kita.

Efek rumah kaca terjadi akibat adanya gas-gas rumah kaca (GRK) yang

memerangkap panas radiasi matahari yang dipantulkan kembali ke

angkasa oleh permukaan bumi seperti diilustrasikan dalam Gambar 1.1.

Pada dasarnya GRK ini dapat bersumber dari alam itu sendiri maupun

dari aktivitas manusia. Namun berbagai data yang ada menunjukkan

Page 17: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

5

bahwa emisi GRK dari aktivitas manusialah yang meningkatkan

konsentrasinya di atmosfer.

Gambar 1.1 Teori Hipotetis Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca

Perubahan iklim dicirikan adanya beberapa fenomena seperti

berubahnya nilai rata-rata atau median dan keragaman unsur iklim.

Dalam kasus ini misal telah terjadi kenaikan dari data suhu dalam

jangka panjang dan ada kecenderungan naik dari waktu ke waktu,

Page 18: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

6

maka dapat dikatakan perubahan iklim telah terjadi. Cara lain dalam

pengamatan suhu ini juga dapat dilihat dari fenomena hilangnya

lapisan es di wilayah kutub. Selain suhu udara yang meningkat, ada

dua indikator lain dari perubahan iklim yakni perbahan pola curah

hujan dan kenaikan paras muka air laut (sea level rise).

Perubahan pola curah hujan ditandai dengan terlambatnya awal

musim hujan dan akhir musim hujan yang terjadi lebih cepat. Musim

hujan menjadi lebih singkat namun memiliki intensitas curah hujan

yang tinggi. Perubahan pola curah hujan semacam ini sudah terasa di

pantai utara Jawa. BMKG melaporkan ada beberapa wilayah yang

musim hujannya lebih lambat dan ada yang justru maju. Sedangkan

indikator kenaikan paras muka laut sampai saat ini ada perdebatan di

kalangan para ahli perubahan iklim. Memang sulit disimpulkan bahwa

perubahan iklim merupakan penyebab satu-satunya kenaikan muka

laut. Berdasarkan hasil pengamatan, peningkatan paras muka air laut

akibat meningkatnya suhu adalah sekitar 1 mm/tahun di dekade

terakhir ini. Studi yang didasarkan pada pengamatan dan pemodelan

hilangnya massa glasier dan tutupan es menunjukkan kontribusinya

terhadap naiknya mula laut rata-rata 0,2 sampai 0,4 mm/tahun pada

abad ke 20. IPCC (2007) menyatakan bahwa sejak tahun 1961 sampai

1993, laut dunia telah mengalami kenaikan dengan laju rata-rata 1,8

mm/tahun.

Page 19: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

7

Sejauh ini telah disepakati oleh banyak ilmuwan dari berbagai negara,

bahwa efek rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim global

adalah emisi gas rumah kaca (GRK) yang berasal baik dari alam

maupun kegiatan manusia (anthropogenic). Adapaun GRK yang

disepakati hingga 2012 ada 6 (enam) jenis yakni karbon dioksida (CO2),

dinitroksida (N2O), metana (CH4), sulfurheksafluorida (SF6),

perfluorkarbon (PFC5), dan hidrofluorokarbon (HFC5). Berdasarkan data

yang terangkum dalam laporan IPCC tahun 2007, keseluruhan GRK

terus mengalami peningkatan konsentrasi di atmosfer.

Peningkatan konsentrasi GRK ini diikuti pula meningkatnya suhu

atmosfer bumi. Hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate

Change (IPCC) (2007) menunjukkan bahwa 11 dari 12 tahun terpanas

sejak tahun 1850 terjadi dalam kurun waktu 12 tahun terakhir.

Kenaikan temperatur total dari tahun 1850-1899 sampai dengan 2001-

2005 adalah 0,760C. Muka air laut rata-rata global telah meningkat

dengan laju 1,8 mm per tahun. Jika pada awalnya banyak ahli iklim

yang skeptis terhadap laporan IPCC ini, namun kini justru para ahli

menjadi khawatir akan laju pemanasan global yang tidak terkendali ini.

Sejumlah bukti kuantitatif juga makin mempertegas andilnya GRK ini

sebagai biang pemanasan global. Kita simak sebagian data dari

Page 20: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

8

Working Group I to Fourth Assessment Report of the IPCC (2007)

berikut.

Emisi karbon dioksida (CO2) – sebagai GRK terbesar secara persentase

– akibat aktivitas manusia (anthropogenic) terus meningkat dari

tingkatan yang kurang signifikan pada dua abad lalu hingga mencapai

lebih dari 25 Milyar Ton di seluruh dunia saat ini. Emisi Gas Rumah

Kaca (GRK) non-CO2 (methane, nitrous oxides dan fluorocarbon

refrigerants) juga terus meningkat mencapai 30 Milyar Ton di tahun

2004 lalu (CDIAC USA, 2004). Jumlah GRK di atmosfer ini terbilang

meningkat tajam jika dibandingkan dengan level di masa pra-revolusi

industri. Konsentrasi CO2 di atmosfer meningkat dari pra-industri 280

ppm menjadi 379 ppm di tahun 2005. Laju peningkatan konsentrasi

CO2 ini selama masa 10 tahun (1995 – 2005) rata-rata 1,9 ppm/tahun.

Sumber : UNEP & WMO (2007) Gambar 1.2 Tren peningkatan suhu atmosfer (kiri) identik dengan

trend kenaikan emisi CO2 (kanan)

Page 21: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

9

Konsentrasi global metana (CH4) di atmosfer pada pra-industri sebesar

715 ppb menjadi sekitar 1732 ppb di awal tahun 1900-an dan 1774

ppb di tahun 2005. Konsentrasi CH4 di atmosfer pada 2005 jauh

melebihi dari konsentrasi di alam pada 650.000 tahun yang lalu (320

sampai 790 ppb) sebagaimana terdeteksi dari inti es (ice core).

Sumber-sumber emisi CH4 dari aktivitas manusia antara lain dari

pertanian sawah tergenang, peternakan, tempat pembuangan akhir

sampah maupun dari beberapa jenis industri.

Konsentrasi N2O di atmosfer global sebesar 270 ppb pada masa pra-

indsutri menjadi sekitar 319 ppb di tahun 2005. Pola peningkatannya

relatif konstan sejak 1980. Lebih dari sepertiga emisi global N2O

berasal dari aktivitas manusia. Sumber emisi N2O ini antara lain dari

perubahan fungsi lahan, deforestasi, pertanian, penggunaan energi

fosil untuk pembangkit listrik, transportasi maupun industri, selain itu

sektor limbah juga mulai diperhitungkan sebagai sumber emisi N2O.

Dalam kondisi normal radiasi matahari akan sampai ke bumi dan

diserap bumi serta menghangatkannya. Selanjutnya radiasi tadi oleh

bumi diubah menjadi gelombang panjang yang dipancarkan ke

atmosfer. Namun dengan tingginya konsentrasi GRK di atmosfer, maka

gelombang panjang tadi malah balik dipantulkan lagi ke bumi, sehingga

permukaan bumi semakin bertambah hangat. Inilah yang disebut efek

Page 22: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

10

rumah kaca. Sebagian besar ilmuwan percaya bahwa suhu rata-rata

global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ±

0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. IPCC menyimpulkan bahwa,

"sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan

abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya

konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek

rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya

30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains

nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa

ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang

dikemukakan IPCC tersebut.

1.2.2 Dampak Perubahan Iklim

Saat ini warga dunia tengah dihadapkan pada tiga eksperimen besar

dan masif dalam keberadaannya di bumi. Eksperimen ini tidak

terencanakan sekaligus tidak teramalkan hasilnya. Pertama adalah

eksperimen geofisik, kedua eksperimen biologi dan ketiga eksperimen

politik (Hempel, L.C, 1995). Pada eksperimen geofisik, sedang diuji

batas kemampuan atmosfer dalam menampung gas polutan,

peningkatan konsentrasi GRK penyebab pemanasan global serta

menipisnya lapisan ozon akibat penggunaan ODS (ozone-depleting

substances), diantaranya CFCs, HCFCs, halons, methyl bromide, carbon

tetrachloride, dan methyl chloroform.

Page 23: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

11

Pada eksperimen biologi, sedang diuji ‘daya lenting’ (resilience) spesies

bumi terhadap ancaman bertambahnya populasi manusia yang terus

menekan jumlah keanekaragaman hayati (biodiversity). Apa yang

terjadi ke depan dengan spesies yang terus punah? Sungguh tidak

teramalkan. Di sisi lain manusia yang dikaruniai kemampuan dalam

mengelola bumi juga sedang bereksperimen di bidang politik.

Eksperimen politik akan menguji demokrasi dan kedaulatan nasional,

dengan implikasi nyata pada kualitas lingkungan masa depan. Melalui

uji politik ini akan nampak apakah sains dan politik dapat bersatu

dalam pengelolaan lintas negara serta dalam situasi technoscientific

yang komplek dan terus meningkat.

Pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim merupakan

fenomena multidimensi sebagai peristiwa geofisik yang dipicu aktivitas

ekonomi yang membawa dampak pada kehidupan (biologis) serta

upaya penanganannya perlu peran dan kemauan politik.

Laporan dari Stern Review (2006) memperingatkan kita bahwa jika

pada akhir abad ini tidak ada upaya serius untuk mengendalikan emisi

GRK, maka suhu atmosfer diprediksi mengalami kenaikan 60C, padahal

dampak suhu naik 30C saja berakibat pada turunnya hasil panen di

Afrika dan Timur Tengah sebesar 35%. Ini artinya sekitar 550 juta orang

Page 24: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

12

terancam kelaparan. Jika kenaikan suhu diskenariokan naik 20C, maka

diramalkan 40% spesies dunia akan punah, 4 miliar orang menderita

kekurangan air. Di bagian lain 200 juta orang akan terkena kelaparan

dan 60 juta orang Afrika bakal terpapar malaria.

(a) Banjir di Bangkok (2011) (b) Kekeringan di NTT (2011)

(c) Es Mencair di Kutub Utara (d) Badai Irene di atas AS

Gambar 1.3 Dampak Perubahan Iklim Yang Terus Meningkat

Page 25: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

13

Perubahan iklim akan membawa dampak pada berbagai sektor

pembangunan. Dampak paling serius adalah pada sektor ketahanan

pangan akibat berubahnya atau bergesernya waktu tanam dan waktu

panen, meningkatnya serangan hama baru serta kelangkaan dan

berlebihnya air yang menyebabkan genangan (banjir). Sedangkan

diketahui bahwa Indonesia masih sangat bergantung pada sektor

pertanian. Faktor utama yang terkait dengan perubahan iklim yang

berdampak terhadap sektor pertanian adalah (KLH RAN-PI, 2007); (a)

perubahan pola hujan dan iklim ekstrem yang mengakibatkan banjir

dan kekeringan, (b) peningkatan suhu udara yang menyebabkan

naiknya respirasi tanaman, (c) meningkatnya pola serangan hama dan

penyakit tanaman dan (d) naiknya paras muka air laut yang menekan

luasan lahan pertanian di pesisir.

Gambar 1.4 Hubungan Kasualitas Perubahan Iklim dan Keamanan Pangan

PerubahanIklim

PerubahanIklim

MasaPertumbuhan

MasaPertumbuhan

KesuburanTanah

KesuburanTanah

PertanianPertanian

SuplaiMakanan

SuplaiMakanan

PeningkatanPopulasi

PeningkatanPopulasi

KebutuhanMakanan

KebutuhanMakanan

HargaMakanan

HargaMakanan

PerubahanIklim

PerubahanIklim

MasaPertumbuhan

MasaPertumbuhan

KesuburanTanah

KesuburanTanah

PertanianPertanian

SuplaiMakanan

SuplaiMakanan

PeningkatanPopulasi

PeningkatanPopulasi

KebutuhanMakanan

KebutuhanMakanan

HargaMakanan

HargaMakanan

Sumber : www.future-agriculture.org

Page 26: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

14

Perubahan iklim mengakibatkan pola hujan menjadi sulit untuk

diprediksi, kondisi cuaca ekstrem, intensitas hujan tinggi dengan

periode waktu yang singkat serta musim kemarau yang panjang.

Tingginya curah hujan menyebabkan terjadinya musibah banjir

melanda areal tanaman pertanian yang cukup luas sehingga dapat

mengancam kegagalan panen. Pola perubahan musim mulai tidak

beraturan sejak 1991, yang akan memberikan dampak negatif

terhadap produksi pertanian. Terjadinya perubahan pola hujan

menjadikan petani sulit untuk menentukan waktu tanam, apakah

bulan sudah memasuki musim penghujan atau masih musim kemarau,

demikian pula sebaliknya. Hal ini berimbas pada kesulitan petani untuk

menentukan jenis tanaman yang akan ditanam.

Salah satu sektor yang secara langsung terancam terhadap bahaya

kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim adalah sektor pesisir

dan laut. Manusia dan ekosisitem wilayah pesisir dan laut menghadapi

bahaya akibat kenaikan muka air laut serta perubahan parameter-

parameter laut lainnya seperti badai pasut (rob), gelombang badai,

ENSO terhadap wilayah pesisir, yang dapat menyebabkan perubahan

lingkungan berupa (KLH, GTZ & WWF, 2007):

Page 27: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

15

a. Penggenangan lahan basah dan dataran rendah serta hilangnya

pulau-pulau kecil

b. Erosi pantai dan pengurangan lahan pesisir

c. Perubahan kisaran pasut di teluk dan di muara sungai

d. Kerusakan ekosistem pesisir (mangrove, terumbu karang,

padang lamun, dan estuari)

e. Intrusi air asin dan penurunan kualitas air.

f. Banjir dan suplai sedimen ke wilayah pesisir akibat perubahan

curah hujan dan limpasan permukaan

g. Meningkatkan frekuensi overtoping pada bangunan pantai

h. Perubahan pola arus, baik secara horisontal maupun vertikal

(upwelling dan downwelling).

Naiknya paras muka laut akan menggenangi wilayah pesisir sehingga

akan menghancurkan tambak-tambak ikan dan udang di Jawa, Aceh,

Kalimantan dan Sulawesi. Akibatnya, nelayan pembudidaya akan

mengalami kerugian yang tak sedikit dan kehilangan sumber

kehidupannya. Gejala ini sebetulnya sudah terjadi di kawasan Delta

Mahakam Kalimantan Timur, walaupun masih perlu kajian mendalam

(Diposaptono et al., 2009).

Page 28: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

16

Sumber : IPCC, 2007

Gambar 1.5 Perubahan Iklim dan Dampaknya Bagi Pesisir dan Pantai

Selain memberikan dampak pada perubahan fisik ekosistem,

perubahan iklim juga berdampak pada kesehatan dan keselamatan

manusia mengingat lingkungan tempat manusia tinggal juga berubah.

Timbulnya masalah kesehatan secara tidak langsung juga diakibatkan

dari perubahan-perubahan fisik ekosistem akibat pemanasan global.

Beberapa perubahan fisik lingkungan tersebut antara lain: (a)

meningkatnya suhu lingkungan, (b) meluasnya area kerja vektor

penyakit, (c) meningkatnya muka air laut dan (d) meningkatnya polusi

Pemanasan Global

Suhu Air Laut

Badai kuat

Es meleleh Ekspansi thermal air laut

Terumbu karang Erosi pantai Sea level rise

Top soil (sand) runoff

Luas lahan Pertanian

Migrasi

Salinitas tanah

Pemanasan Global

Suhu Air Laut

Badai kuat

Es meleleh Ekspansi thermal air laut

Terumbu karang Erosi pantai Sea level rise

Top soil (sand) runoff

Luas lahan Pertanian

Migrasi

Salinitas tanah

Page 29: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

17

udara. Gambar 1.6 memperlihatkan secara skematis ancaman

perubahan iklim dan dampaknya bagi kesehatan manusia.

Meningkatnya suhu lingkungan menjadi media yang baik bagi mikroba

non patogen dalam saluran cerna, sehingga mikroba ini dapat

berkembang biak dengan baik. Contoh mikroba tersebut antara lain

bakteri E. Coli yang berkembang dengan cepat sebagai penyebab

penyakit diare. Suhu lingkungan yang meningkat, berarti juga

meningkatnya suhu di wilayah-wilayah yang tadinya tidak layak untuk

vektor penyakit. Contoh kasus ini adalah meningkatnya suhu wilayah

pegunungan yang tadinya dingin. Suhu udara di pegunungan yang

menghangat akan menyebabkan nyamuk dapat berkembangbiak

dengan baik. Ini berarti telah terjadi perluasan area penyebaran vektor

penyakit nyamuk seperti malaria dan demam berdarah dengue (DBD).

Gambar 1.7 memperlihatkan tingkat kejadian DBD di perkotaan di

Indonesia sedang Gambar 1.8 adalah pola penyebaran DBD di Jawa.

Page 30: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

18

Sumber : Bappenas dalam ICCSR, 2010

Gambar 1.6 Perubahan Iklim Ancaman Bagi Kesehatan Manusia

Berbagai penelitian tentang pengaruh perubahan iklim terhadap

kesehatan pada tahun 2000, ditemukan terjadi 150.000 kematian

prematur di seluruh dunia karena perubahan iklim.

Page 31: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

19

Faktanya, fenomena itu terus bertambah dan akan semakin bertambah

lagi. Kejadian ini membuktikan bahwa dampak tersebut sedang

menyebar ke seluruh dunia dan 88% dari orang yang menerima

dampak tersebut adalah anak-anak di dunia ketiga, karena mereka

adalah pihak yang paling rentan, mereka adalah orang yang

kekurangan gizi makanan, mereka yang tidak memiliki pelayanan

kesehatan, dan mereka hidup di lingkungan yang buruk.

Sumber : Kemenkes dalam SNC, 2009.

Gambar 1.7 Jumlah Kejadian DBD di Kota-kota (Catatan: tahun 1973, 1988 dan 1998 adalah tahun La-Nina)

Page 32: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

20

Sumber : KLH dalam SNC, 2009

Gambar 1.8 Tren Tahunan Kejadian DBD di Beberapa Wilayah di Jawa

Berdasarkan data kejadian bencana yang dicatat dalam OFDA/CRED

International Disaster Database (2007), sepuluh kejadian bencana

terbesar di Indonesia yang terjadi dalam periode waktu antara 1907

dan 2007 terjadi setelah tahun 1990-an dan sebagian besar merupakan

bencana yang terkait dengan iklim, khususnya banjir, kekeringan,

kebakaran hutan dan ledakan penyakit (RAN PI, 2007). Di Indonesia,

dalam periode 2003-2005 saja, terjadi 1.429 kejadian bencana. Sekitar

53,3% adalah bencana terkait dengan hidro-meteorologi (Bappenas

dan Bakornas PB, 2006). Banjir adalah bencana yang paling sering

terjadi (34%), diikuti oleh longsor (16%). Kemungkinan pemanasan

global akan menimbulkan kekeringan dan curah hujan ekstrim, yang

Page 33: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

21

pada gilirannya akan menimbulkan resiko bencana iklim yang lebih

besar (Trenberth dan Houghton, 1996; IPCC, 2007; Indonesia Country

Report 2007). Laporan United Nations Office for the Coordination of

Humanitarian Affairs mengindikasikan bahwa Indonesia merupakan

salah satu Negara yang rentan terhadap bencana terkait dengan iklim.

Mengingat dampak yang begitu besar dan nyata, maka 164 negara

melalui PBB pada 1990 menandatangani traktat United Nations

Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) guna

menstabilkan konsentrasi GRK di atmosfer pada tingkat aman.

Masalahnya hingga kini melalui serangkaian negosiasi dalam

Conference of the Parties (COP) yang diselenggarakan belum juga

terdapat titik temu akan angka konsentrasi aman CO2 ini. James

Hansen salah satu pakar cuaca terkenal mengatakan bahwa CO2 dalam

jumlah 350 ppm mungkin mencerminkan ambang atas dari zona aman

yang sebenarnya – dan kita telah berada 10% melampaui angka itu

(National Geographic, 2008).

1.3. Konvensi PBB dan Protokol Perubahan Iklim

Mengingat perubahan iklim hanya dapat ditangani secara multilateral,

PBB menyusun konvensi Perubahan Iklim yang disahkan KTT Bumi di

Rio de Janeiro, Brasil, pada 1992. Tujuan Konvensi atau perjanjian

multilateral itu adalah untuk ”…menstabilkan konsentrasi gas-gas

Page 34: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

22

rumah kaca di atmosfer pada tingkat tertentu dari kegiatan manusia

yang membahayakan sistem iklim”. Tingkat konsentrasi emisi yang

hendak distabilkan harus dicapai dalam “..suatu kerangka waktu yang

memungkinkan ekosistem beradaptasi secara alamiah dengan

perubahan iklim, yang memberi kepastian bahwa produksi pangan

tidak terganggu, dan yang memungkinkan pembangunan ekonomi

berlangsung secara berkelanjutan”. KTT ini juga melahirkan United

Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang

bekerja dengan memegang dan menerapkan prinsip bahwa semua

negara memiliki tanggung jawab bersama mencegah perubahan iklim

sesuai dengan kapasitas masing-masing dan prinsip keadilan.

Atas dasar prinsip itu, Konvensi Perubahan Iklim telah menyepakati

bahwa negara-negara industri maju harus membuat komitmen,

memimpin, dan mengambil langkah lebih dahulu dalam hal

pengurangan emisi GRK. Negara industri maju Eropa, negara-negara

bekas Uni Soviet, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia, dan

Selandia Baru, adalah negara-negara yang termasuk dalam daftar

Annex I Konvensi Perubahan Iklim. Mereka berkewajiban mengurangi

emisi karbon masing-masing pada akhir millenium (tahun 2000),

sehingga emisi kolektif mereka berada di bawah tingkat emisi tahun

1990.

Page 35: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

23

Untuk mewujudkan tujuan konvensi dalam kerangka waktu dan

sasaran penuruan emisi yang disepakati bersama, Konvensi Perubahan

Iklim kemudian dilengkapi dengan suatu perangkat atau aturan tata

cara pelaksanaan konvensi (disebut Protokol Kyoto) yang lebih spesifik

dan mengikat secara hukum. Sesuai dengan prinsip common but

differentiated responsibilities, Protokol Kyoto memuat pernyataan

komitmen negara-negara industri maju (Annex I) untuk mengurangi

emisi GRK kolektif mereka paling sedikit 5% dari tingkat emisi tahun

1990 yang harus dicapai pada periode 2008-2012. Negara-negara

berkembang tidak memiliki kewajiban atau komitmen menurunkan

emisi pada periode tersebut, namun perlu menerapkan pola

pembangunan berkelanjutan untuk mencegah terjadinya kenaikan

emisi GRK di negara masing-masing.

Guna mengatur target kuantitatif penurunan emisi dan target waktu

penuruanan emisi negara maju, Protokol Kyoto menyediakan tiga

macam instrument yang bersifat fleksibel, yaitu (1) Joint

Implementation (JI); (2) Clean Development Mechanism (CDM); dan

(3) Emission Trading Scheme (ETS). Semua skema penurunan emisi GRK

itu berlaku sampai dengan 2012, yaitu tahun berakhirnya Protokol

Kyoto. Sebagaimana diketahui, protokol pelaksanaan perjanjian

tentang perubahan iklim ditanda tangani di Kyoto, Jepang, pada 1997

dan berlaku sejak 2005 setelah diratifikasi lebih dari 130 negara.

Page 36: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

24

Namun, Protokol itu tidak diratifikasi Pemerintah Amerika Serikan dan

Australia, sehingga sampai kini AS tidak terikat dengan ketentuan

Protokol Kyoto.

Join Implementation memungkinkan Negara-negara Annex I

melaksanakan kewajiban, selain dari upaya sendiri untuk menurunkan

emisi di dalam negeri, juga bisa menjalin kerjasama dengan sesama

negara maju dalam pelaksanaan proyek bersama untuk menurunkan

emisi GRK mereka. Emission Trading Scheme merupakan mekanisme

pertukangan atau perdagangan karbon yang bisa digunakan negara

maju untuk mengurangi emisi karbon di negara sendiri dengan cara

“membeli” jatah emisi GRK negara maju lain yang belum terpakai.

Sedangkan Clean Development Mechanism merupakan satu-satunya

instrumen yang memungkinkan Negara berkembang bisa ikut serta

dalam kegiatan penurunan emisi GRK melalui proyek bantuan kerja

sama negara maju dengan negara berkembang di bidang efisiensi

energi atau pengembangan energi terbarukan.

Lembaga pengambil keputusan tertinggi di dalam UNFCCC adalah

Konferensi Para Pihak (Conferensi of Parties/COP) yang selalu

mengadakan pertemuan tahunan yang diikuti lebih dari 170 negara

anggota. Indonesia pernah menjadi tuan rumah COP-13 di Bali untuk

membahas kesepakatan baru menjelang berakhirnya Protokol Kyoto

Page 37: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

25

pada 2012. Fokus pertemuan di Bali lebih ditujukan untuk

memecahkan berbagai isu jangka panjang, yaitu bagaimana

mewujudkan rezim perjanjian iklim baru setelah berakhirnya Protokol

Kyoto. Namun demikian, ada beberapa isu mendesak yang belum

terselesaikan selama periode Protokol 2008-2012, yaitu belum

terpenuhinya komitmen dan target penurunan emisi negara-negara

Annex I serta kejelasan arah dan pedoman penyelesaiannya. Salah satu

hasil COP-13 di Bali di antaranya mengenai diterimanya upaya

mencegah deforestasi sektor kehutanan, khususnya REDD-plus

(Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation),

sebagai mekanisme/ instrumen yang diadopsi konvensi dalam upaya

mitigasi menurunkan emisi GRK negara-negara berkembang.

Indonesia selaku ketua COP-13 terus melanjutkan peranan sebagai

Troika (tiga serangkai). Bersama Polandia selaku ketua COP-14 dan

Denmark selaku ketua COP-15, Indonesia diberi tugas oleh Sekjen PBB

untuk mengawal Bali Action Plan agar berhasil merintis a new and

legally binding agreement pada COP-15 di Kopenhagen. Bagaimanapun

juga, peristiwa di Bali akhir 2007 itu merupakan tonggak perjalanan

Indonesia yang tak kalah penting bagi terciptanya momentum baru di

dalam negeri. Sejak itu kesadaran, gerakan masyarakan, dan liputan

media massa terhadap isu lingkungan dan perubahan iklim makin

gencar dan meluas.

Page 38: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

26

Dalam perjalanannya, hingga COP-15 di Denmark, kesepakatan baru

perjanjian iklim pasca Protokol Kyoto tetap belum tersusun. Di

Kopenhagen akhirnya hanya menghasilkan sebuah dokumen politis

yang disebut Copenhagen Accord (kesepakatan Kopenhagen).

Dokumen ini merupakan catatan hasil perundingan tingkat

tinggi/kepala negara yang difasilitasi Perdana Menteri Denmark selaku

Ketua COP-15 yang hanya melibatkan 29 negara dari 189 negara

peserta Konvensi. Statusnya sekadar “catatan” COP-15 yang sama

sekali tidak mengikat secara hukum. Dua belas butir kesepakatan yang

teruang dalam Copenhagen Accord yang dihasilkan setelah proses

perundingan yang alot dan panas, terutama antara AS, China, dan

negara kelompok ALBA dari Amerika Latin menjelang sidang

penutupan Konvensi1.

Di tengah kebuntuan perundingan iklim, pada KTT G-20 di Pittsburgh

(AS) September 2009, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono

menyampaikan target Indonesia untuk menurunkan emisi karbon

sebesar 26% pada tahun 2020. Adapun sektor-sektor yang ditetapkan

untuk mencapai target tersebut adalah sektor kehutanan, sektor

energi dan sektor limbah. Apabila ada bantuan pendanaan dari pihak

luar, maka target penurunan emisi bisa menjadi 41%.

1 Lihat, Ismid Hadad, “Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan”, dalam PRISMA

Vol.29 April 2010.

Page 39: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

27

BAB II

PROGRAM NASIONAL DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN

IKLIM

2.1 Rencana Aksi Nasional Menghadapi Perubahan Iklim

Sebagai hasil yang tangible dari KTT Bumi tahun 1992 adalah adanya

kesepakatan untuk menurunkan konsentrasi gas rumah kaca di

atmosfer. Kesepakatan ini dicapai tahun 1997 di Kyoto yang kemudian

dikenal sebagai Protokol Kyoto yang ditandatangani oleh 84 negara

dan tetap terbuka untuk ditandatangani/diakses sampai Maret 1999

oleh negara-negara lain di Markas Besar PBB, New York. Protokol ini

berkomitmen bagi 38 negara industri untuk memotong emisi GRK

mereka antara tahun 2008 sampai 2012 menjadi 5,2% di bawah tingkat

GRK mereka di tahun 1990.

Walaupun Indonesia tidak termasuk yang dikenai kewajiban

menurunkan emisi, Desember 2004, Indonesia meratifikasi Protokol

Kyoto melalui UU no. 17 tahun 2004. Sebagai langkah awal dalam

memberi arah pembangunan yang berkelanjutan serta bervisi rendah

emisi, maka Pemerintah RI pada tahun 2007 melalui Kementerian

Negara Lingkungan Hidup (kala itu) meluncurkan dokumen Rencana

Aksi Nasional dalam Menghadapi Perubahan Iklim (RAN-PI). Dokumen

Page 40: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

28

ini merupakan instrumen kebijakan yang melengkapi Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009.

RAN MAPI sudah berisi tentang rencana aksi baik mitigasi dan adaptasi

perubahan iklim dari beberapa sektor walau belum terlalu detail

targetnya. Upaya mitigasi diuraikan seperti untuk sektor energi,

perubahan lahan dan perubahan lahan kehutanan (LULUCF), kelautan

dan perikanan. Sedangkan upaya rencana adaptasi melipui sektor

sumberdaya air, pertanian, kelautan dan perikanan, infrastruktur,

kesehatan dan kehutanan dan keanekaragaman hayati. RAN MAPI bisa

disebut sebagai dokumen tonggak awal kepedulian Pemerintah RI

dalam hal menyusun rencana dalam merespon perubahan iklim.

2.2 Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca Nasional

Salah satu faktor penting dalam negosiasi internasional terkait upaya

penurunan emisi GRK adalah keberadaan data emisi GRK tiap negara

baik di masa lalu, masa kini dan perkiraan masa datang. Untuk itu

inventarisasi emisi GRK secara nasional menjadi penting setidaknya

untuk dapat diketahui posisi kita dalam daftar emitor di dunia serta

mempersiapkan target penurunan sesuai kemampuan. Data emisi juga

Page 41: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

29

penting sebagai counter bagi kemungkinan tuduhan terkait urutan

negara pengemisi besar khususnya dari lahan gambut misalnya2.

UNFCCC mewajibkan negara anggota untuk mensubmit National

Communication yang berisi kuantitas emisi dari berbagai sektor di tiap

negara. Pada tahun 1999, Indonesia pernah menyampaikan data emisi

melalui First National Communication. Seiring dengan perkembangan

pembangunan dan kemajuan perundingan iklim, maka dimulailah

upaya meningkatkan kualitas data emisi yang diperbaharui dengan

Second National Communication (SNC). Sesuai panduan UNFCCC,

dokumen SNC merupakan sarana bagi negara untuk menyampaikan

informasi tentang emisi dan berbagai potensi bagi pengurangannya.

Penyusunan SNC didasarkan pada The 2006 IPCC Reporting Guideline.

Dari data di SNC, total emisi GRK Indonesia tahun 2000 untuk CO2, CH4

dan N2O diluar sektor LULUCF mencapai 594,738 Gg CO2e. Dengan

memasukkan emisi dari LULUCF maka terjadi kenaikan total emisi yang

signifikan yakni menjadi 1.415.988 Gg CO2e, selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 2.1a dan Tabel 2.1b.

2 Pada November 2006, LSM Wetland Internasional menempatkan Indonesia sebagai

pengemisi karbon no.3 di dunia setelah Amerika dan China. Namun sejumlah kalangan ilmuwan menolak laporan itu seperti Prof. Ir. Said Jenie, ScD, Dr. Edvin Aldrian (keduanya dari BPPT) dan juga Prof. Mezak A. Ratag dari BMKG. Keberatan umumnya karena validitas data dan tahun yang digunakan LSM tadi hanya didasarkan pada laporan tahun 1996 saat terjadi EL-Nino (kemarau panjang).

Page 42: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

30

Tabel 2.1a. Ringkasan Emisi GRK Indonesia Tahun 2000 (dalam Gg)

Source/Sink CO2

(Emisi)

CO2

(Diserap) CH4 N2O

CO2e

Energi 305,983 1,221 6 333,540

Industri 31,938 104 0 34,197

Pertanian 2,178 2,419 72 75,419

Perubahan Lahan dan Hutan

1,060,766 411,593 3 0 649,254

Kebakaran Gambut 172,000 172,000

Limbah 1,662 7,020 8,05 151,578

TOTAL 1,415,988

Sumber : SNC, 2009

Tabel 2.1b. Ringkasan Emisi GRK Seluruh Sektor Tahun 2000-2005

(dalam Gg)

Sektor 2000 2001 2002 2003

2004 2005

Energi 333,540 348,331 354,246 364,925 384,668 395,990

Industri 34,197 45,545 33,076 35,073 36,242 37,036

Pertanian 75,419 77,501 77,030 79,829 77,863 80,179

Limbah 151,578 153,299 154,334 154,874 155,390 155,609

Perubahan Lahan dan Hutan (LULUCF)

649,254 560,546 1,287,495 345,489 617,280 N.E.

Kebakaran Gambut

172,000 194,000 678,000 246,000 440,000 451,000

Page 43: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

31

TOTAL + LULUCF

1,451,988 1,379,222 2,584,181 1,226,191 1,711,443 1,119,814 + LUCF

TOTAL Tanpa LULUCF

594,734 624,676 618,686 634,701 654,162 668,814 – LUCF

Sumber : SNC, 2009

Keseluruhan emisi GRK tersebut (dalam CO2 equivalen), terdiri atas gas

CO2 sebesar 1.162.935 Gg (80% dari total GRK), gas CH4 sebesar

226.104 Gg (15%) dan N2O sebesar 26.948 Gg (2%). Emisi GRK tersebut

dalam urutan tiga besar berasal dari sektor kehutanan dan perubahan

lahan diikuti energi dan emisi dari kebakaran hutan. Total emisi GRK

yang dilaporkan SNC di bawah angka yang disampaikan lembaga

PEACE tahun 2007, World Bank maupun studi Department for

International Development (DFID) Inggris, yang menempatkan

Indonesia sebagai negara pengemisi no.3 di dunia. Dalam SNC juga

diuraikan lebih rinci emisi dari tiap sektor seperti pembangkit dan

pengguna energi, proses di industri, pertanian, penggunaan lahan,

perubahan guna lahan dan kehutanan (Land Use, Land-Use Change

and Forestry/LULUCF) serta limbah.

Sebagai hasil kajian, SNC tidak saja menyampaikan hasil inventarisasi

emisi GRK tetapi juga berbagai data tentang dampak perubahan iklim

seperti ketahanan pangan, penyakit, energi serta dampak sosial

ekonomi serta berbagai upaya yang harus dilakukan melalui mitigasi

dan adaptasi tiap sektor. Hal terpenting dalam kaitan mitigasi dan

Page 44: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

32

adaptasi perubahan iklim ini adalah bagaimana mengintegrasikan

setiap rencana tersebut ke dalam rencana besar pembangunan

nasional melalui sebuah roadmap. Gambar 2.1 memperlihatkan

roadmap bagaimana pengarus utamaan respon terhadap perubahan

iklim dalam rencana pembangunan nasional yang terdapat dalam SNC.

Sumber : Bappenas, 2010

Gambar 2.1 Proses Mainstreaming Perubahan Iklim dalam Pembangunan

2.3 Kajian Kebutuhan Teknologi Untuk Mitigasi dan Adaptasi

Adalah fakta bahwa meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer mulai

signifikan sejak terjadinya revolusi industri (abad 18), ini artinya emisi

GRK dari aktivitas manusia (anthropogenic) ikut berkontribusi

KONDISI EKSISTING

Kebijakan&

Peraturan

Program Proyek SkemaPembiayaan

PembangunanKapasitas TUJUAN

Pengarus-utamaan

PerubahanIklim ke dalam

RencanaPembangunan

Tim Koordinasi untuk Dialog Kebijakan

(BAPPENAS)

ROADMAP

KONDISI EKSISTING

Kebijakan&

Peraturan

Program Proyek SkemaPembiayaan

PembangunanKapasitas TUJUAN

Pengarus-utamaan

PerubahanIklim ke dalam

RencanaPembangunan

Tim Koordinasi untuk Dialog Kebijakan

(BAPPENAS)

ROADMAP

Page 45: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

33

menambah konsentrasi GRK dari sumber alam itu sendiri. Angka-angka

dalam Gambar 1.2, khususnya peningkatan konsentrasi karbon di

atmosfer berkorelasi juga dengan berkembangnya teknologi proses

produksi dan teknologi transportasi yang intensif menggunakan bahan

bakar fosil. Ini berarti dengan teknologi, kenyamanan hidup meningkat

dan mengubah pola hidup kita, namun perlahan tapi pasti teknologi

(yang tidak ramah lingkungan) juga menyimpan potensi bencana

berupa ‘sisa’ proses (spent resources) di atmosfer kita3. Kalau teknologi

sebagai pemicunya, seharusnya diharapkan teknologi juga menjadi

pengerem laju atau meminimalisir meningkatnya GRK di atmosfer kita.

Seperti diketahui, Indonesia memang tidak termasuk dalam negara

Annex I yang berarti tidak dikenai kewajiban penurunan emisi GRK per

target waktu, tetapi mengingat kondisi Indonesia yang rentan

terhadap terhadap perubahan iklim maka kita harus turut melakukan

upaya baik mitigasi maupun adaptasi yang tentu memerlukan

dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Segala upaya mitigasi dan

adaptasi yang kita lakukan harus dikomunikasikan ke Conference of the

Parties (COP), ini penting dalam rangka kebutuhan negosiasi

3 Lamont C. Hempel, dalam Environmental Governance: The Global Challenge.1996. Hal.70,

menyebutkan bahwa kerusakan lingkungan global menjadi signifikan dampaknya juga antara lain disebabkan oleh pertambahan populasi dan perkembangan teknologi. Keduanya

disebutnya sebagai ”ampifliers” dalam proses kerusakan lingkungan.

Page 46: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

34

internasional khususnya pasca 2012 yang mungkin akan terjadi re-

grouping Para Pihak dalam UNFCCC.

Sebagai negara berkembang upaya mitigasi dan adaptasi penting

untuk ditindaklanjuti dengan kebijakan dan dukungan teknologi yang

tepat. Melalui Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice

(SBSTA) – UNFCCC, negara berkembang termasuk Indonesia diwajibkan

membuat Technology Needs Assessment (TNA) dalam rangka isu

transfer teknologi. Indonesia untuk pertama kalinya mendaftarkan

dokumen kebutuhan teknologi ini ke UNFCCC di tahun 2001 dengan

judul Identification of Less Greenhouse Gases Emissions Technologies in

Indonesia.

Seiring dengan dinamika di dalam negosiasi iklim termasuk dalam isu

transfer teknologi maka menjelang COP-13 di Bali tahun 2007, melalui

Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi (BPPT) dan GTZ (Jerman), memperbaharui TNA awal dengan

menyusun dokumen TNA yang baru dengan melibatkan lebih banyak

sektor. Dalam TNA kali ini diuraikan kebutuhan teknologi mitigasi

sektor kehutanan, energi, industri, transportasi, pertanian, limbah dan

kelautan. Khusus sektor pertanian dan kelautan juga disampaikan

kebutuhan teknologi adaptasi.

Page 47: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

35

TNA kedua yang diluncurkan pada tahun 2009 tersebut disusun

melalui metodologi mulai dari pertemuan stakeholder, expert

judgement hingga workshop dengan beberapa kriteria umum

teknologi antara lain; (a) mengurangi emisi GRK, (b) maksimalisasi

komponen lokal, (c) meningkatkan konservasi sumberdaya, (d)

meningkatkan green energy dan energi alternatif (e) mendukung

keamanan pangan dan (f) menekan kemiskinan. Selain itu setiap sektor

secara khusus juga mengembangkan kriteria spesifik tersendiri.

Secara umum gambaran peta kebutuhan teknologi yang potensial

dikembangkan dan diaplikasikan dalam upaya mitigasi di beberapa

sektor utama dalam TNA antara lain;

a. Sektor Energi

Berdasar data tahun 2003 komposisi konsumsi energi di Indonesia

adalah: bahan bakar minyak (54,4%), gas alam (26,5%) , batubara

(14,1%) dan energi terbarukan (5%). Akibat krisis energi tahun 2005,

Pemerintah mengeluarkan Perpres no. 5/2006 tentang kebijakan

nasional energi, dengan menurunkan penggunaan bahan bakar minyak

dan menaikkan penggunaan batubara dari 14% menjadi 33% dan

energi terbarukan dari 5% menjadi 17% (SNC, 2009). Sebagai implikasi

kebijakan ini kita membutuhkan teknologi di antaranya energi

terbarukan untuk pembangkitan seperti panas bumi (geothermal),

Page 48: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

36

turbin angin, small hydro (< 2 MW), mini hydro, fuel cell, gelombang

laut, biofuel dan biomass (limbah dan sampah).

Dari sisi pertambangan energi (eksplorasi & eksploitasi) diperlukan

teknologi yang terus menekan angka kebocoran (peningkatan efisensi),

mengurangi emisi dan teknologi penangkap karbon (Carbon Capture &

Storage/CCS). Sedangkan dari sisi pengguna energi (end use

technology) diperlukan teknologi yang makin hemat energi baik dalam

segala peralatan rumah tangga, komersial dan industri serta teknologi

proses yang low carbon fuels. Aplikasi peralatan rendah emisi

karbon/hemat energi ini dapat diterapkan untuk penerangan (lampu),

alat memasak, alat pemanas, pendingin ruangan, motor dan lain-lain

(TNA, 2009).

(a) Sawit (b) Jarak

Page 49: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

37

(c) Tenaga surya (d) Panas bumi

Gambar 2.2 Potensi Bahan Bakar Nabati (atas) dan Energi Alternatif (bawah)

b. Sektor Kehutanan

Dari berbagai data emisi nasional yang dirilis sejak tahun 1990-an

maupun terkini, hutan hampir pasti selalu menjadi kontributor utama

GRK di Indonesia. Mengingat peran besar hutan sebagai penyerap

karbon maka sangat diperlukan beberapa teknologi yang berbasis

pada ‘penurunan emisi’ dan peningkatan kemampuan penyerapan

(sink enhancement). Teknik-teknik pengelolaan hutan yang baik

meliputi hutan produksi, hutan konservasi dan hutan lindung akan

mampu menekan emisi. Sedangkan sink enhancement melalui

penanaman kembali (HTI, HTR, HR) dan rehabilitasi hutan lindung dan

hutan konservasi. Hutan produksi mampu menyerap karbon hampir

200 ton/ha (̴ 736 ton CO2/ha). Untuk itu teknologi monitoring yang

Page 50: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

38

real time terhadap emisi dan penyerapan karbon di hutan menjadi

penting apalagi mengingat skema proyek REDD/REDD+ yang

memerlukan data dan laporan yang dapat diukur (measurable),

dilaporkan (reportable) dan diverifikasi (verifiable) atau disingkat MRV

(TNA, 2009).

c. Sektor Pertanian

Emisi GRK khususnya CH4 dari pertanian umumnya berasal dari lahan

sawah (paddy field) dan peternakan (enteric fermentation & manure

management). Emisi N2O umumnya berasal dari pemupukan lahan

pertanian dengan pupuk nitrogen. Berdasar perhitungan tim SNC 2009,

emisi CH4 dari persawahan di Indonesia mencapai 1.723 Gg CH4/tahun.

Sektor pertanian khususnya padi paling rentan terhadap perubahan

iklim, oleh karena itu pengembangan teknologi prediksi iklim menjadi

penting untuk mengantisipasi kegagalan panen. Selain itu dari sisi

adaptasi perlu diteliti ketersediaan bibit tanaman yang lebih tahan

perubahan iklim serta penerapan integrated crop management.

Sedangkan pengelolaan sumberdaya air yang tepat, appropriate

fertillizing dan no tillage farming juga turut berperan dalam mitigasi

pemanasan global.

Untuk peternakan, pengurangan emisi hanya dapat dilakukan melalui

penerapan teknologi pakan ternak dan manajemen peternakan

Page 51: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

39

terpadu serta pengelolaan kotoran dengan memanfaatkannya sebagai

biogas atau pupuk. Adaptasi dapat dilakukan dengan menerapkan

communal livestock sheltering dan integrated crop livestock

management (TNA, 2009).

(a) Peta Wilayah Rawan Kekeringan (Sumber: http://deptan.go.id)

Page 52: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

40

(b) Padi tahan banjir (c) Varietas padi tahan kekeringan

Gambar 2.3 Teknologi Adaptasi Perubahan Iklim Bidang Pertanian

d. Sektor Industri

Emisi GRK dari industri umumnya bersumber pada penggunaan energi

bahan bakar (fosil) dan pada proses produksinya. Ada beberapa jenis

industri yang sangat intensif menggunakan energi fosil ini seperti

industri semen, pulp & kertas, besi & baja, pupuk dan keramik.

Dengan mengurangi emisi dari industri-industri di atas, akan cukup

signifikan dalam menekan angka emisi CO2. Teknologi yang diperlukan

dalam hal ini adalah teknologi peningkatan efisiensi boiler dan furnace.

Sementara dari proses di industri umumnya menghasilkan emisi gas

perfluorocarbons, PFCs (CF4 dan C2F6), HFCs (HFC-125 dan HFC-134a),

sulphur hexafluoride (SF6), direct GHG (CO2, CH4, dan N2O), ozon dan

aerosol precursors (SO2, NOx, CO, dan NMVOC). Penerapan teknologi

Page 53: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

41

produksi bersih akan dapat menekan emisi gas-gas polutan tersebut

(TNA, 2009).

e. Sektor Limbah

Ruang lingkup sektor limbah dalam 2006 IPCC Guidelines ditujukan

untuk mitigasi emisi dari sub sektor persampahan kota (di TPA, dibakar

dan dikomposkan) dan limbah cair (domestik dan industri). Sesuai

semangat UU no 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, maka

pengurangan sampah di sumber, daur ulang dan guna ulang

merupakan cara yang sangat dianjurkan untuk mengurangi sampah di

TPA. Sampah di TPA merupakan sumber emisi CH4 yang dapat

dimitigasi hanya dengan mengumpulkannya untuk kemudian di bakar

atau dimanfaatkan lebih lanjut. Untuk itu teknologi persampahan yang

prospektif untuk menekan emisi GRK adalah Reduce, Reuse dan Recycle

(3R) untuk intermediate treatment plant dan sanitary landfill ( + LFG

recovery) untuk sisi pembuangan akhir4.

Untuk limbah cair domestik penerapan teknologi yang bersifat

komunal sangat baik untuk upaya mitigasi pencemaran. Sedangkan

kontrol gas CH4 akan efektif diterapkan pada Instalasi Pengolahan Air

4 Lihat, UU no.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, penekanan penanganan sampah

adalah pada program 3R dan Extended Producer Responsiblity (EPR). Untuk pembuangan akhir (TPA), paling lambat di tahun 2013 harus sudah menutup Open Dumping dan menggantinya dengan Controlled Landfill atau Sanitary Landfill.

Page 54: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

42

Limbah (IPAL) dengan skala besar. Untuk limbah cair industri

khususnya agroindustri banyak sekali ditemui kolam-kolam

penampungan limbah yang stagnan yang menjadi sumber emisi GRK.

Industri kelapa sawit dan tapioka memiliki potensi pengemisi CH4

terbesar di Indonesia. Beberapa teknologi yang diperlukan untuk

mengurangi emisi di agroindustri antara lain dengan anaerobic

treatment, aerobic treatment (atau kombinasi anaerobic-aerobic), dan

covered lagoon. Pada dasarnya teknologi-teknologi tersebut ditujukan

juga untuk menangkap dan memanfaatkan gas CH4. Bahkan untuk

industri kelapa sawit akan sangat disarankan untuk mendaur limbah

panas yang dihasilkan bagi keperluan energi di pabriknya sendiri, ini

yang disebut Advanced, Efficient and Integrated Technology for Steam

& Power Generation yang telah diterapkan di Thailand (Gambar 2.4).

Sumber : E3 Agro Thailand

Gambar 2.4. Potensi Penerapan Teknologi Daur Panas di Industri Sawit

Page 55: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

43

f. Sektor Kelautan

Laut merupakan wahana CO2 sink yang cukup potensial di samping

hutan. Di forum internasional menyangkut perubahan iklim, sektor laut

relatif belum banyak dibicarakan, namun Indonesia beserta beberapa

negara kepulauan berusaha mengangkat wacana sektor ini. Laut

sebagai penyerap CO2 juga paling rentan terhadap pemanasan global

menyangkut kehidupan ekosistemnya. Sayangnya hingga saat ini

berdasar laporan IPCC tentang carbon flux global dari laut ke atmosfer

dan sebaliknya belum ada data dari wilayah laut Indonesia. Ini berarti

sangat diperlukannya teknologi yang mampu mendapatkan data dasar

laut kita untuk keperluan antisipasi perubahan iklim.

Beberapa teknologi mitigasi yang perlu dikembangkan dalam sektor ini

antara lain bagaimana mengoptimalkan kemampuan laut menyerap

CO2, atau yang dikenal dengan fertilisasi laut dan juga teknologi

biopumping. Teknologi monitoring Emisi-CO2 sink di lautan juga belum

kita kembangkan serta kemampuan inderaja untuk mengetahui net

primary production di laut. Teknologi adaptasi diperlukan antara lain

untuk mengantisipasi naiknya suhu permukaan laut misalnya dengan

terumbu karang buatan (artificial reef) dan teknologi fish apartment.

Selain itu naiknya muka air laut (sea level rise) juga harus diantisipasi

misalnya dengan model penataan kawasan pesisir yang adaptif,

teknologi groyne (krib) dan bangunan pantai (sea wall). Teknik-teknik

Page 56: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

44

pemodelan sea level rise untuk wilayah Indonesia harus terus

ditingkatkan akurasinya, demikian pula model respon ekosistem pesisir

akibat kenaikan muka laut perlu dikembangkan untuk mendukung

pengambilan kebijakan.

2.4 Roadmap Sektoral Untuk Perubahan Iklim

Dengan telah adanya dokumen nasional hasil inventarisasi emisi GRK

dan studi kebutuhan teknologi untuk mitigasi dan adaptasi perubahan

iklim, maka sangat diperlukan adanya rencana dari tiap sektor

pembangunan dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Bappenas dalam hal ini telah menerbitkan Indonesia Climate Change

Sectoral Roadmap (ICCSR) tahun 2010. Untuk memastikan bahwa

setiap kegiatan terkait perubahan iklim sudah sesuai (tepat sektor)

dengan kementeriannya, maka ICCSR disusun oleh tiga pihak yakni

Bappenas, Kementerian/Lembaga serta Tim teknis.

Kebutuhan akan ICCSR didasari kenyataan bahwa pembangunan

rendah karbon dalam konteks perubahan iklim mempunyai keterkaitan

dengan perencanaan pembangunan nasional (lihat Gambar 2.5).

Secara singkat, ICCSR adalah upaya pengarusutamaan (mainstreaming)

perubahan iklim ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJM). ICCSR ini menguraikan visi dan strategi nasional dengan

penekanan khusus pada upaya mengatasi hambatan dalam

Page 57: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

45

pembangunan rendah karbon di sektor-sektor energi, kehutanan,

transportasi, industri, pertanian, wilayah pesisir, air, limbah dan sektor

kesehatan.

Sebagai upaya nasional terpadu untuk mengatasi perubahan iklim,

ICCSR menetapkan tiga kategori kegiatan di setiap sektor

pembangunan yakni sebagai berikut;

1. Data, Information and Knowledge Management (KNOW-MANAGE)

2. Planning and Policy, Regulation and Institutional Development

(PLAN-PRIDE)

3. Implementation and Control of Plans and Programs with

Monitoring and Evaluation (ICON-MONEV)

Page 58: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

46

Gambar 2.5 Keterkaitan ICCSR dengan Rencana Pembangunan

(sumber: ICCSR, 2009)

RENSTRA K/L

RENSTRA K/L

RENJA K/L

RENJA K/L

RPJPN 2005-2025

RPJPN 2005-2025

RPJMN 2010-2014

RPJMN 2010-2014

RKPRKP APBNAPBN

PEMANASAN GLOBAL

MODEL IPCC

PEMANASAN GLOBAL

MODEL IPCC

RPJPDRPJPD RPJMDRPJMD APBDAPBDRKPDRKPD

RENSTRA SKPD

RENSTRA SKPD

RENJA SKPD

RENJA SKPD

ROAD MAP PERUBAHAN

IKLIM2010-2030

ROAD MAP PERUBAHAN

IKLIM2010-2030

PENILAIAN RESIKO DAERAH

PENILAIAN RESIKO DAERAH

RENSTRA K/L

RENSTRA K/L

RENJA K/L

RENJA K/L

RPJPN 2005-2025

RPJPN 2005-2025

RPJMN 2010-2014

RPJMN 2010-2014

RKPRKP APBNAPBN

PEMANASAN GLOBAL

MODEL IPCC

PEMANASAN GLOBAL

MODEL IPCC

RPJPDRPJPD RPJMDRPJMD APBDAPBDRKPDRKPD

RENSTRA SKPD

RENSTRA SKPD

RENJA SKPD

RENJA SKPD

ROAD MAP PERUBAHAN

IKLIM2010-2030

ROAD MAP PERUBAHAN

IKLIM2010-2030

PENILAIAN RESIKO DAERAH

PENILAIAN RESIKO DAERAH

Page 59: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

47

Roadmap nasional untuk pengarusutamaan iklim dalam perencanaan

pembangunan ini secara ringkas dapat dilihat dalam Gambar 2.6.

Sumber : Bappenas, 2010

Gambar 2.6 Roadmap Nasional Untuk Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

ICCSR memang menitikberatkan pada rencana mitigasi dan adaptasi

emisi GRK tiap sektor. Untuk mitigasi diuraikan besarnya emisi GRK

dari sektor serta potensi mitigasinya. Sedangkan untuk adaptasi, selain

diuraikan aktivitas apa saja terkait ancaman peubahan iklim terhadap

sektro tersebut dan berbagai tindakan dalam bentuk program yang

harus diadakan.

Pemetaan

Kerentanan Lokal

Pendirian Sistem

Informasi

Adaptasi

Kebijakan &

Peraturan

Berbasis Iklim

Optimasi

Pembangunan

dan Bentuk

Adaptasi

Pembangunan

Berbasis

Adaptasi

KNOW-MANAGE KNOW-MANAGE KNOW-MANAGE KNOW-MANAGE

PLAN-PRIDE PLAN-PRIDE PLAN-PRIDEPLAN-PRIDE

ICON-MONEV ICON-MONEVICON-MONEVICON-MONEV

Re-Inventarisasi

GRK Menghitung

Ulang

Pengurangan

Emisi GRK

Pengurangan

Emisi GRK

26% dari BAU

Peningkatan

Penggunaan

Energi

Alternatif

Pembangunan

Rendah

Karbon

2015 2020 2025 2030

Data Information and

Knowledge Management

(KNOW-MANAGE)

Planning and Policy.

Regulation and

Institutional Development

(PLAN-PRIDE)

Implementation and

Control with Monitorng

and Evaluation

(ICON_MONEV)

Pemetaan

Kerentanan Lokal

Pendirian Sistem

Informasi

Adaptasi

Kebijakan &

Peraturan

Berbasis Iklim

Optimasi

Pembangunan

dan Bentuk

Adaptasi

Pembangunan

Berbasis

Adaptasi

KNOW-MANAGE KNOW-MANAGE KNOW-MANAGE KNOW-MANAGE

PLAN-PRIDE PLAN-PRIDE PLAN-PRIDEPLAN-PRIDE

ICON-MONEV ICON-MONEVICON-MONEVICON-MONEV

Re-Inventarisasi

GRK Menghitung

Ulang

Pengurangan

Emisi GRK

Pengurangan

Emisi GRK

26% dari BAU

Peningkatan

Penggunaan

Energi

Alternatif

Pembangunan

Rendah

Karbon

2015 2020 2025 2030

Data Information and

Knowledge Management

(KNOW-MANAGE)

Planning and Policy.

Regulation and

Institutional Development

(PLAN-PRIDE)

Implementation and

Control with Monitorng

and Evaluation

(ICON_MONEV)

Page 60: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

48

2.5 Kebijakan Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Walaupun Indonesia tidak termasuk ke dalam negara Annex-I yang

berkewajiban menurunkan emisi karbon, namun kenyataannya

Indonesia adalah negara yang rentan terhadap perubahan ikllim

khususnya sektor pertanian, kesehatan dan kelautan/perikanan. Untuk

itu Indonesia perlu melakukan upaya penanggulangan melalui mitigasi

perubahan iklim. Upaya mitigasi ini diwujudkan melalui Peraturan

Presiden No.61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional penurunan

emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) berisi target-target kuantitatif

penurunan emisi per sektor dan subsektor serta waktu pencapaiannya.

Pada dasarnya RAN-GRK adalah dalam rangka menindaklanjuti

kesepakatan Bali Action Plan pada The Conferences of Parties (COP) ke-

13 UNFCCC dan hasil COP-15 di Copenhagen maupun COP-16 di

Cancun. Target di dalam RAN-GRK sendiri didasarkan pada komitmen

Presiden RI dalam KTT G-20 di Pittsburg untuk mengurangi emisi GRK

sebesar 26% dengan usaha sendiri dan 41% jika mendapat bantuan

internasional pada tahun 2020 dari kondisi BAU. Penurunan emisi 26%

tersebut akan dicapai melalui sektor kehutanan sebesar 87,38% (dari

total penurunan 26%), sektor energi sebesar 5,13% dan limbah sebesar

6,56%. Selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 2.1. Dokumen RAN-

GRK ini menjadi acuan setiap upaya penurunan emisi GRK bagi

masyarakat dan pelaku usaha, sedangkan bagi Pemerintah Daerah

Page 61: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

49

sebagai acuan dalam menyusun Rencana Aksi Daerah penurunan emisi

GRK (RAD-GRK).

Dalam Perpres No. 61 Tahun 2011 disebutkan, kegiatan RAN-GRK

meliputi bidang pertanian, kehutanan dan lahan gambut, energi dan

transportasi, industri, pengelolaan limbah, dan kegiatan pendukung

lainnya. Menteri dan pimpinan lembaga akan melaksanakan RAN-GRK

sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Pelaksanaan dan pemantauan

akan dikoordinasikan oleh Menko Perekonomian. Untuk wilayah

provinsi, Gubernur harus menyusun Rencana Aksi Daerah penurunan

emisi GRK (RAD-GRK) yang berpedoman kepada RAN-GRK dan

disesuaikan dengan prioritas pembangunan daerah.

Tabel 2.2 Target dan Sasaran Mitigasi GRK Nasional

Sektor dan Subsektor

Emisi BAU

*)

(2020) Gt CO2

Target Emisi (26%) 2020

GtCO2

Tambahan Target Emisi (15%) 2020

GtCO2

Target Emisi (41%) 2020

GtCO2 Persentase

(%)

Energi 1.070 0.039 0.022 0.061 5.13%

Sektor pembangkit (Suplai dan trnasmisi energi)

1 0.03 0.010 0.040

Industri 0.06

Transportasi 0.01

Page 62: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

50

Kehutanan 1.570 0.672 0.367 1.039 87.38%

Konservasi Lahan Gambut

1.44 0.28 0.057 0.337

Peningkatan rosot karbon, HUtan berkelanjutan, Mencegah kebakaran hutan dan Mengurangi deforestasi

0.13 0.392 0.310 0.702

Pertanian 0.060 0.008 0.003 0.011 0.93%

Mengurangi pembakaran ilalang saat budidaya

Mengurangi penggunaan pupuk kimia

0.06 0.008 0.003 0.011

Limbah 0.25 0.048 0.030 0.078 6.56%

Lainnya

Wilayah pesisir, Pulau kecil, Lautan, Perikanan termasuk Peningkatan penyerapan karbon laut dan energi agro di pesisir

Total 2.950 0.767 0.422 1.189 *)

BAU : Business As Usual (tidak dilakukan tindakan apapun)

Sumber : Bappenas, 2010.

Page 63: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

51

Dengan bekal arah kebijakan baru (RAN-GRK), Dewan Nasional

Perubahan Iklim (DNPI) mulai melakukan kajian dan dialog lintas sektor

agar kebijakan dan program pembangunan yang akan memasukkan

upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim tidak lagi dilakukan

dengan pola konvensional atau “business as usual”, akan tetapi harus

ada perubahan pendekatan yang menjamin terlaksananya pola

pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Untuk itu selain melihat

kinerja pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan kenaikan Produk

Domestik Bruto (Gross Domestic Product/GDP), hasil pembangunan

juga harus dilihat dari turunnya tingkat emisi karbon dalam mencapai

tingkat GDP tersebut. Ukuran rendahnya emisi GRK merupakan salah

satu syarat penting terlaksananya pembangunan berkelanjutan di

masa depan. Karena itu diperkenalkan pengertian “pembangunan

rendah karbon” (Low Carbon Development) sebagai alternatif pola

pembangunan konvensional yang selama ini dilakukan dengan

mengandalkan bahan bakar energi sarat emisi karbon.

Page 64: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

52

BAB III

PERAN IPTEK DALAM ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN

IKLIM

3.1 Pentingnya Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim Bagi Indonesia

Dampak perubahan iklim saat ini sudah semakin nyata dengan laju

yang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Dengan tidak mengecilkan

arti mitigasi – dimana perundingan global cenderung alot – suatu

upaya dalam bentuk rencana adaptasi menjadi mendesak bagi

Indonesia. Adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan aspek kunci

yang harus menjadi agenda pembangunan nasional dalam rangka

mengembangkan pola pembangunan yang tahan terhadap dampak

perubahan iklim dan gangguan anomali cuaca yang terjadi saat ini dan

antisipasi dampaknya ke depan. Tujuan jangka panjang dari agenda

adaptasi perubahan iklim di Indonesia adalah terintegrasinya adaptasi

perubahan iklim ke dalam perencanaan pembangunan nasional.

Saat ini, Indonesia yang sudah rentan terhadap resiko bencana alam,

seperti banjir, longsor, erosi, badai tropis, dan kekeringan, akan

menghadapi resiko yang lebih besar lagi ke depan akibat perubahan

iklim. Apabila langkah-langkah penanganan yang konkret tidak segera

dilaksanakan, maka target-target Pembangunan Milenium (Millennium

Development Goals/MDGs) untuk bidang-bidang yang berkaitan

Page 65: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

53

dengan kemiskinan, kelaparan, dan kesehatan akan sulit dicapai.

Bahkan, ada kemungkinan, target-target pembangunan yang telah

tercapai selama puluhan tahun ini, juga terancam

Oleh karena itu, agenda adaptasi perubahan iklim harus

diimplementasikan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan

dengan mengintegrasikan aspek ekonomi, sosial, dan ekologi.

Pembangunan yang hanya mementingkan pencapaian tujuan ekonomi

semata tanpa memperhatikan kelestarian alam akan menambah

kerentanan Indonesia terhadap perubahan iklim. Pelaksanaan kegiatan

adaptasi juga harus berjalan bersamaan dengan usaha pemberantasan

kemiskinan dan kegiatan pembangunan ekonomi karena masyarakat

miskin merupakan golongan masyarakat yang paling rentan terhadap

dampak perubahan iklim.

Pembangunan kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim di masa

depan harus didasarkan pengalaman dan kemampuan yang dibangun

dalam mengatasi resiko iklim saat ini. Dengan demikian, penyusunan

agenda adaptasi terhadap perubahan iklim harus dikaitkan dengan

Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana (RAN-PRB). RAN-

PRB yang telah disusun oleh Pemerintah Indonesia merupakan bentuk

komitmen terhadap Resolusi PBB 63/1999. RAN-PRB bertujuan untuk

mengurangi faktor-faktor penyebab resiko bencana termasuk yang

Page 66: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

54

berkaitan dengan lingkungan hidup dan sumber daya alam seperti

perubahan iklim.

Keberhasilan penerapan agenda adaptasi juga sangat ditentukan oleh

watak dari kerangka adaptasi: apakah ia tergolong ke dalam apa yang

disebut sebagai ”adaptasi reaktif” yang dipandu oleh munculnya

perubahan-perubahan mutakhir dalam variabel klimatik atau non-

klimatik/sosial, atau ”adaptasi antisipatif”, yang berpedoman kepada

sebuah perkiraan ambang-batas kritis/genting dari perubahan-

perubahan kedua jenis variabel tersebut di atas yang masih bisa

ditanggung oleh kemampuan sosial ekologis serta kelembagaan

pemerintahan setempat. Penting bagi semua pihak pelaku adaptasi

untuk juga mempertimbangkan kemungkinan munculnya distorsi

kompetitif didalam penggunaan sumber-sumber daya publik termasuk

ruang/lahan untuk keperluan mitigasi di satu pihak dengan tuntutan

adaptasi.

Pembangunan nasional dengan agenda adaptasi terhadap dampak

perubahan iklim memiliki tujuan untuk menciptakan sistem

pembangunan yang tahan (resilience) terhadap goncangan variabilitas

iklim saat ini (anomali iklim) dan antisipasi dampak perubahan iklim di

masa depan. Agenda adaptasi perubahan iklim difokuskan pada area

yang rentan terhadap perubahan iklim, yakni: sumber daya air,

Page 67: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

55

pertanian, perikanan, pesisir dan laut, infrastruktur dan pemukiman,

kesehatan, dan kehutanan.

Perlu ditekankan juga bahwa pelaksanaan agenda adaptasi pada

dasarnya juga memerlukan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sampai saat ini tidak ada dokumen nasional yang secara tegas

memetakan kemampuan penguasaan iptek bangsa Indonesia terhadap

kebutuhan teknologi adaptasi. Beberapa dokumen nasional yang

disampaikan ke UNFCCC ada beberapa yang menyinggung rencana

adaptasi seperti di TNA tahun 2009 dan itupun terbatas pada sektor

pertanian dan kelautan. Sementara dalam ICCSR telah mulai dijabarkan

rencana adaptasi beberapa sektor termasuk kesehatan. Ada hal yang

juga penting dalam kaitan ini adalah perlunya kita memetakan tema-

tema riset untuk adaptasi perubahan iklim serta mengetahui kapasitas

lembaga riset kita saat ini. Hal ini perlu karena perkembangan dampak

perubahan iklim yang cepat serta tidak selamanya kita bergantung

dalam hal iptek perubahan iklim kepada negara maju.

3.2 Peran Iptek Dalam Menjawab Perubahan Iklim

Jika dalam uraian sebelumnya disampaikan bahwa perubahan iklim

yang terjadi akibat naiknya suhu atmosfer semenjak revolusi industri,

maka perkembangan iptek kala itu menjadi pemicunya. Kini harapan

manusia untuk menghadapi dan mengantisipasi dampak perubahan

Page 68: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

56

iklim juga kembali tertuju pada peran iptek. Berbagai pusat riset dunia

saat ini hampir pasti bersinggungan dengan tema riset perubahan iklim,

termasuk di Indonesia sendiri.

Hasil kajian DRN tahun 2010 yang dituangkan dalam dokumen Peranan

Iptek Dalam Menjawab Pemanasan Global misalnya sudah

disampaikan berbagai peran iptek dalam kaitan merespon perubahan

iklim di Indonesia5. Sebagai contoh, apa yang telah dilakukan BMKG

dengan membuat zona musim (ZOM) di Indonesia agar mudah dalam

prediksi luasan area persawahan. ZOM juga didasarkan atas

rekomendasi Kelompok Kerja Prakiraan Musim Nasional (KKPMN) yang

terdiri dari BMKG, LAPAN, BPPT, Balitklim, ITB dan IPB. Dokumen ZOM

sangat penting bagi sektor pertanian.

Contoh lain peran iptek antara lain dalam penerapan teknologi

modifikasi cuaca yang dilakukan di BPPT baik dalam mengatasi

kekeringan atau mencegah hujan (memindah awan) agar tidak terjadi

volume hujan yang berlebih (banjir). Di sektor energi saat ini juga

banyak penerapan iptek dalam riset energi baru dan terbarukan. Dua

iptek utama dalam penerapannya bidang energi ini adalah pembangkit

5 Lihat “Peran Iptek Dalam Menjawab Pemanasan Global”-DRN (2010), tentang hasil FGD para

periset ITB dan UNPAD yang menyimpulkan bahwa banyak riset yang telah mereka lakukan tidak langsung berkaitan dengan perubahan iklim, walaupun mereka sadar akan isu perubahan iklim.

Page 69: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

57

listrik non bahan bakar fosil seperti tenaga surya, panas bumi dan

hidro serta pengembangan bahan bakar nabati (biofuel).

Pengembangan biofuel, dengan sentuhan iptek saat ini juga berasal

dari mikroalga. Pada tema ini, saat ini LIPI fokus pada pencarian

spesies yang optimum, sedangkan BPPT fokus pada optimasi teknologi

fotobioreaktor sedangkan ITB juga fokus pada teknologi konversi

menjadi minyak diesel.

Iptek sistem informasi geografi yang digabungkan dengan teknologi

inderaja juga diterapkan dalam penentuan lokasi perikanan tangkap

yang sangat berguna bagi nelayan 6 . Respon perubahan iklim

memerlukan kebijakan, sedangkan iptek perubahan iklim memerlukan

riset baik dasar maupun terapan. Hubungan keterkaitan antara

permasalahan perubahan iklim, kebijakan antisipasi dan perlunya riset

ditunjukkan dalam Gambar 3.1.

6 SIKBES-Ikan (Intelligent Fish Tracker) dikembangkan oleh TISDA-BPPT

Page 70: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

58

Gambar 3.1 Skema Hubungan Keterkaitan Dalam Perubahan Iklim

(DRN, 2010b)

Dari uraian sebelumnya, masalah adaptasi perubahan iklim merupakan

agenda yang harus segera dilaksanakan mengingat posisi Indonesia

yang rentan terhadap bencana iklim. Dewan Riset Nasional (DRN)

Produksi &

Struktur

produksi

Aplikasi

teknologi

Konsumsi

Industri

Pertanian

Energi

Transportasi

Perdagangan

EKONOMI

Emisi &

polusi

SDA dan

lahan

Perubahan

Iklim

Kondisi Lingkungan

Fisik

Hidrologi, bentang alam,

ketersediaan sumberdaya

Kimia

Kualitas Air, udara, tanah

Biologi

Biodiversity, species

Ekosistem

Pesisir, kelautan, hutan

Dampak

ekosistem

Dampak

lingkungan

Dampak

sosial

(Makro &

mikro)

Riset

mengenai

dampak dan

respon

terutama

mikro/lokal ??

DRIVING FORCESTATES

PRESSURES IMPACT

Riset yang telah dihasilkan PT, Litbang,

LPNK, LSM dan Lainnya

Terintegrasi? Sesuai Trend? Overlap?

Kebijakan

Makro

ekonomi

Kebijakan

Sektoral

Kebijakan

Lingkungan

KEBIJAKAN

TARGET

Penurunan Emisi 26%

pada tahun 2020

(RAN-GRK)

PRIORITAS

RESPONSES

Dokumen (kebijakan, roadmap dll) yg telah

dikeluarkan oleh Pemerintah, DNPI,

Kementerian dll.

Overlap? Difusi iptek? Respon daerah?

Ada relasi?

Produksi &

Struktur

produksi

Aplikasi

teknologi

Konsumsi

Industri

Pertanian

Energi

Transportasi

Perdagangan

EKONOMI

Emisi &

polusi

SDA dan

lahan

Perubahan

Iklim

Kondisi Lingkungan

Fisik

Hidrologi, bentang alam,

ketersediaan sumberdaya

Kimia

Kualitas Air, udara, tanah

Biologi

Biodiversity, species

Ekosistem

Pesisir, kelautan, hutan

Dampak

ekosistem

Dampak

lingkungan

Dampak

sosial

(Makro &

mikro)

Riset

mengenai

dampak dan

respon

terutama

mikro/lokal ??

DRIVING FORCESTATES

PRESSURES IMPACT

Riset yang telah dihasilkan PT, Litbang,

LPNK, LSM dan Lainnya

Terintegrasi? Sesuai Trend? Overlap?

Kebijakan

Makro

ekonomi

Kebijakan

Sektoral

Kebijakan

Lingkungan

KEBIJAKAN

TARGET

Penurunan Emisi 26%

pada tahun 2020

(RAN-GRK)

PRIORITAS

RESPONSES

Dokumen (kebijakan, roadmap dll) yg telah

dikeluarkan oleh Pemerintah, DNPI,

Kementerian dll.

Overlap? Difusi iptek? Respon daerah?

Ada relasi?

Page 71: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

59

dalam dokumen Agenda Riset Nasional (ARN) 2010-2014 telah

memetakan kebutuhan tema-tema riset untuk adaptasi perubahan

iklim. Dapat dikutip di sini beberapa tema riset tersebut dalam bidang

keamanan pangan dan kesehatan dan obat sebagai berikut;

a. Keamanan Pangan

1. Pengembangan model prediksi perubahan iklim, terutama

untuk unsur-unsur iklim yang berpengaruh nyata terhadap

produksi tanaman pangan.

2. Pengembangan teknologi memanen air hujan (rainwater

harvesting) dan mengurangi kehilangan air tanah dalam sistem

produksi pertanian pangan dan budidaya perikanan.

3. Pemodelan respon tanaman pangan dan hortikultura terhadap

perubahan iklim

4. Investigasi pola migrasi dan daerah pemijahan ikan akibat

perubahan iklim.

5. Pengkajian pengaruh pengembangan pola pertanian,

peternakan, perikanan terhadap emisi dan penyerapan karbon.

b. Kesehatan dan Obat

1. Pengembangan teknologi keamanan pangan, khususnya dalam

metode deteksi cemaran pangan.

2. Pengembangan teknik deteksi dini dan prognosis penyakit

menular/tidak menular.

Page 72: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

60

3. Penelitian keterkaitan antara vektor, reservoir dan penyakit.

4. Pengembangan teknologi tepat guna untuk pengelolaan limbah

rumah tangga, unit yankes dan industri.

5. Pengembangan teknologi tepat guna untuk penyediaan air

bersih di lingkungan dengan kondisi kesehatan yang buruk.

6. Pengembangan vaksin sesuai dengan pola/karakter patogen

Indonesia.

3.3 Kapasitas Litbang Nasional

Agenda riset adaptasi perubahan iklim tidak hanya membutuhkan

spesifikasi tema riset agar dicapai efektivitas sasaran, namun juga

perlu melihat sudah sejauh mana institusi-institusi riset yang ada di

Indonesia memiliki kesiapan sumberdaya dalam masalah ini. Beberapa

lembaga riset mungkin sudah mampu melakukan riset atau

menghasilkan teknologi adaptasi perubahan iklim, atau beberapa

teknologi mungkin masih harus ditransfer dari negara maju lainnya.

Dalam kajian singkat yang dibatasi waktu dan sumberdaya, melalui

survei langsung maupun data sekunder, didapati kemampuan dan

potensi beberapa lembaga dalam melakukan riset atau pengembangan

teknologi adaptasi, yang diuraikan sebagai berikut;

Page 73: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

61

a. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Sejak isu perubahan iklim mengemuka, BPPT sebagai agen pemerintah

yang memiliki tugas mengkaji dan menerapkan teknologi juga telah

bergerak dengan serangkaian program yang langsung atau tidak

langsung merespon isu perubahan iklim. Pada tahun 2009 dan 2010,

BPPT melalui program Pengembangan Teknologi Mitigasi dan Dampak

Pemanasan Global (GW-BPPT), telah mengukur emisi karbon dari

hutan khususnya lahan gambut dan sawah padi oleh Pusat Teknologi

Lahan, Wilayah dan Mitigasi Bencana (PTLWB) guna mendapatkan

angka faktor emisi. Angka faktor emisi penting guna memperhitungkan

besaran emisi karbon. Salah satu elemen penting dalam pelaksanaan

REDD/REDD+ adalah bahwa seluruh data emisi maupun penyerapan

karbon haruslah dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi (measurable,

reportable & veriviable, MRV). Melakukan serangkaian workshop

melalui working group yang diprakarsai baik oleh DNPI maupun

Kementerian Kehutanan, BPPT telah berpartisipasi aktif terutama

dalam pengembangan usulan teknologi seperti melalui satelit

(inderaja).

Dengan situasi dan kondisi di Indonesia, pengukuran secara insitu yang

berkesinambungan sulit dilakukan karena luasnya hutan dan

sumberdaya manusia yang ada. Salah satu cara adalah pemanfaatan

teknologi pengideraan jauh dan GIS. Pemantauan faktor emisi atau

Page 74: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

62

carbon stock dapat dilakukan dengan melihat konsisi eksisting

tataguna lahan dimana hal ini dapat dilakukan dengan teknologi

Synthetic Apperature Radar (SAR) dan sensor satelit optik (Landsat).

Sedangkan perhitungan fluks eksisting karbon hanya dapat dilakukan

dengan perhitungan langsung atau dengan memanfaatkan satelit

terbaru yang dinamakan GOSAT (Greenhouse gases Observing

Satellite). Salah satu kajian tim dari Pusat Teknologi Inventarisasi

Sumberdaya Alam (PTISDA) dalam MRV ini adalah untuk observasi gas

CO2 dengan munculnya satelit GOSAT. Untuk mendapatkan parameter

gas CO2 dan CH4 maka di satelit GOSAT dilengkapi dengan Fourier

Transform Spectrometer.

Sejak awal 2000-an, penelitian dan pengembangan bidang pangan

untuk adaptasi perubahan iklim yang dilakukan di BPPT dengan arah

peningkatan kemampuan teknologi produksi bahan baku industri

berbasis pati, teknologi pasca panen dan diversifikasi hasil pertanian,

peternakan dan perikanan. Selain itu juga dikembangkan teknologi

budidaya non konvensional dan teknologi produksi produk derivatif

pertanian, peternakan dan perikanan. Seluruh kajian di atas

dilaksanakan Kedeputian Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi

(TAB)-BPPT. Riset lain dalam konteks ketahanan pangan, adalah

pengembangan teknologi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

dan peternakan, prototipe ikan nila salin unggul sekaligus prototipe

Page 75: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

63

vaksin DNA streptococcus dan prototipe protein recombinant growth

hormon ikan nila, remediasi lahan pertanian dan pengelolaan

sumberdaya air secara terpadu.

Untuk teknologi serta rekayasa dan rancang bangun bidang energi

dalam kaitan mitigasi emisi GRK, di kelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu,

Teknologi energi untuk bahan bakar dan Teknologi energi untuk

Kelistrikan. Kegiatan pengembangan sumberdaya energi di BPPT

diarahkan untuk mencari dan memanfaatkan energi alternatif yang

berbasis pada sumberdaya energi terbarukan dan ramah lingkungan

serta mengoptimalkan potensi sumberdaya energi setempat.

Sedangkan pemilihan teknologi pemanfaatan energinya lebih

ditekankan untuk substitusi BBM dan teknologi peningkatan efisiensi

serta peningkatan kandungan lokal dalam negeri (TKDN).

Perekayasaan teknologi energi untuk bahan bakar dikoordinir oleh

Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE)-BPPT.

Sumber energi bahan bakar berasal dari fosil (batubara) dan nabati

(biomassa). Pengkajian teknologi pengembangan bahan bakar yang

berasal dari batubara, diantaranya adalah teknologi pencairan

batubara, teknologi gasifikasi dan coal up grading. Sedangkan

pengkajian teknologi pengembangan bahan bakar dari nabati adalah:

pemanfaatan biodiesel pada kendaraan dan mesin stationer,

Page 76: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

64

pemanfaatan ethanol di sektor transportasi dan pemanfaatan bio-oil/

pure plant oil (PPO) pada kendaraan, PLTD dan kompor serta

pengembangan teknologi pemanfaatan Dimethyl Ether (DME) sebagai

pengganti LPG untuk kompor rumah tangga.

Untuk pengkajian dan penerapan teknologi energi kelistrikan

dikoordinir oleh Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi

(PTKKE)-BPPT. Berbagai sumberdaya energi terbarukan yang saat ini

dikembangkan, diantaranya: surya, angin/ bayu, panasbumi, arus laut,

dan energi gelombang laut serta biomassa. Selain mendorong

pemanfaatan energi terbarukan, BPPT juga melakukan pengkajian

teknologi untuk meningkatkan kehandalan sistem kelistrikan dan

penerapan sistem manajemen energi. Beberapa teknologi yang

sedang dikembangkan, diantaranya: teknologi hibrida (surya-bayu-

biofuel), teknologi untuk mengontrol kualitas daya listrik (power

quality), penerapan sistem manajemen teknologi efisiensi energi dan

penerapan teknologi optimasi sumberdaya energi setempat.

Pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan dan penerapan

teknologi listrik ramah lingkungan, dapat menekan ataupun

mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Penerapan teknologi sistem

integrasi kelistrikan seperti hybrid dan grid connected, baik secara

langsung ataupun tidak, juga dapat menekan laju emisi GRK. Besarnya

Page 77: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

65

pengurangan emisi GRK pada penggunaan teknologi-teknologi

pembangkit tersebut sangat tergantung pada besaran kontribusi

energi alternatif (angin, surya, dll) di dalam memproduksi listrik.

Semakin besar kontribusi energi terbarukan di dalam memproduksi

listrik berarti mengurangi operasional pembangkit diesel (BBM).

Dengan demikian emisi GRK dari pembangkit diesel (BBM) dapat

ditekan.

Salah satu dampak perubahan iklim yang paling nyata adalah adanya

kelangkaan air (water scarcity) di satu wilayah dan kelebihan air

(banjir) di wilayah lain. Salah satu teknologi yang dapat mengantisipasi

ini adalah pemodelan cuaca. Teknologi modifikasi cuaca (TMC) telah

menjadi andalan BPPT termasuk dalam program adaptasi perubahan

iklim. Peran BPPT dalam teknologi modifikasi cuaca ini sudah termasuk

kategori solusi teknologi atau pelayanan jasa teknologi, khususnya

pada program-program pengisian waduk/badan air di musim kemarau

dalam mengantisipasi kebutuhan air bagi PLTA. Riset-riset UPT Hujan

Buatan (UPT HB) dalam kaitan ini antara lain pembuatan flares dalam

negeri, laboratorium udara (FLARes) maupun prediksi iklim dan banjir,

serta stasiun Ground Based Generator (GBG). Selain untuk pengisian

waduk, teknologi hujan buatan juga sering digunakan dalam

pemadaman kebakaran hutan pada musim kemarau.

Page 78: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

66

Sumber : BPPT, 2011

Gambar 3.2 Skema peralatan yang telah terpasang dalam program HARIMAU

di Benua Maritim Indonesia (BMI).

Dampak perubahan iklim selain meningkatnya intensitas banjir juga

timbulnya organisme penganggu tanaman (OPT), ini menjadi latar

belakang aplikasi riset HARIMAU (Hydrometeorological ARray for

Intraseasonal Variations Monsoon AUtomonitoring) merupakan bagian

Page 79: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

67

dari kegiatan 5 tahun (2005 – 2009) dari program “Japan Earth

Observation System [EOS] Promotion Program (JEPP). Kegiatan utama

program HARIMAU adalah instalasi radar cuaca di sepanjang ekuator

Benua Maritim Indonesia (BMI) untuk memahami variasi antar

musiman yang berpengaruh terhadap fenomena cuaca dan iklim BMI

yang untuk pihak Indonesia dikoordinir oleh BPPT.

Melalui Pusat Teknologi Lingkungan (PTL)-BPPT, beberapa kajian

terkait mitigasi perubahan iklim telah beberapa tahun terakhir

dilakukan. Di bidang mitigasi, penelitian tentang penangkapan gas

metana di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah telah dimulai

sejak 2008 hingga saat ini. Untuk limbah cair baik domestik maupun

industri (khususnya untuk beberapa jenis industri), PTL telah mampu

merancang dan menginstalasi berbagai IPAL baik skala rumah tangga

dan komunal (domestik), skala individu dan kawasan (industri).

Pengembangan teknologi biofiltrasi aerob-anaerob sudah diaplikasikan

baik untuk limbah cair rumah tangga dan perkantoran dan juga di

industri. IPAL biofilter aerob-anaerob telah banyak di instalasi di

berbagai perkantoran, hotel, rumah sakit dan industri tertentu.

Page 80: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

68

Gambar 3.3 Fotobioreaktor Penyerap CO2 (kiri) dan Konversi Alga Menjadi

Biofuel (kanan)

Sementara itu tahun 2010 PTL telah merintis kerjasama dengan

industri pengemisi CO2 melalui kegiatan teknologi penangkapan dan

penyerapan karbon secara biologis dengan mikroalga, melalui uji

fotobioreaktor dan kolam kultur dalam menyerap gas-gas emisi dari

cerobong boiler industri mitra. Ujicoba masih akan berlanjut dan pada

tahun 2011, fotobioreaktor akan di aplikasikan di industri akan

dimodifikasi berdasarkan pengalaman perawatan dan operasional

selama ini. Selain itu juga telah dilakukan kegiatan kajian pemanfaatan

hasil panen mikroalga sebagai bahan bakar nabati (biofuel). Penelitian

Page 81: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

69

pemanfaatan mikroalgae sebagai biofuel ini masih akan berlanjut

untuk tahun-tahun mendatang.

Walau hanya dalam penggambaran yang tidak terlalu detail, terlihat

BPPT sebagai lembaga perekayasaan dan penerapan teknologi sudah

cukup maju dan siap dalam mengembangkan teknologi mitgasi dan

adaptasi perubahan iklim. Prasayarat utama seperti program,

sumberdaya manusia dan peralatan dalam skala tertentu terbilang

mencukupi. Permasalahannya tinggal bagaimana terjalin hubungan

dengan sektor atau kementerian selaku penanggungjawab

pelaksanaan program mitigasi dan adaptasi dapat berjalan baik dan

efektif.

b. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Beberapa riset terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang

dilaksanakan di LIPI antara lain fokus pada keamanan pangan, energi

alternatif, manajemen transportasi serta kesehatan dan obat-obatan.

Masalah kerentanan pesisir dalam kasus perubahan iklim juga pernah

diteliti di Pusat Oseanografi dengan mengambil kasus di pantura

Cirebon. Tujuan riset ini untuk mengetahui seberapa besar tingkat

kerentanan pesisir terhadap penggenangan (inundation) dan

pengasaman (acidification).

Page 82: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

70

Untuk riset adaptasi bidang keamanan pangan, ditujukan pada

rekayasa dan diversifikasi produk pangan berbasis pada komoditas

lokal yang potensial dan kaya nutrisi serta berfungsi sebagai aditif.

Selain itu kegiatan riset pangan di daerah sebagai upaya untuk

memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Di bidang energi, LIPI fokus

pada penemuan dan pengembangan sumber daya energi alternatif

(matahari, angin, panas bumi, dan bahan bakar nabati) dan konservasi

energi sangat penting sebagai substitusi dari bahan bakar fosil yang

terbatas. Bahan bakar alternatif untuk mesin bersumber dari tanaman

dan minyak hewan yang memiliki beberapa keuntungan seperti

meningkatnya umur mesin hidup, mengurangi polutan, dan limbah

beracun sedangkan mikro-hidro dikembangkan sebagai sumber energi

bagi desa-desa terpencil yang belum teraliri listrik.

Dalam ARN 2010-2014, salah satu fokus riset yang penting bagi

mitigasi perubahan iklim adalah transportasi. Tema riset yang

diarahkan adalah pengembangan sistem transportasi perkotaan yang

berwawasan lingkungan, dalam hal ini selain mengembangkan sistem

transportasi massal juga penggunaan energi alternatif untuk angkutan

umum dan mobil pribadi.

Page 83: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

71

Sumber : www.lipi.go.id

Gambar 3.4 Mobil Listrik Rancangan LIPI

Dalam kaitan penghematan bahan bakar fosil dan memenuhi

transportasi masyarakat, Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan

Mekatronik - LIPI di Bandung, juga telah memperkenalkan dua

kendaraan hasil rekayasanya, yaitu mobil hybrid dan mobil elektrik. Di

Pusat ini para peneliti juga sedang merancang sistem transportasi,

sistem transmisi kereta, dan mobil listrik.

Page 84: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

72

Sementara di Pusat Penelitian Biologi LIPI juga dilakukan riset terhadap

mitigasi dan adaptasi perubahan iklim khususnya terkait pengelolaan

keanekaragaman hayati yang berkelanjutan. Penelitian mengenai

keanekaragaman hayati ditujukan pada empat tingkatan komponen

biologi yang merupakan kompetensi P2 Biologi LIPI, yaitu penelitian

tingkat molekuler, spesies, komunitas dan ekosistem. Seperti kita

ketahui salah satu dampak dari perubahan iklim adalah hilangnya

keanekaragaman hayati akibat naiknya suhu udara dan kenaikan muka

laut.

Masalah sumberdaya air juga dikaji dan dikembangkan di Pusat

penelitian Geoteknologi yang meliputi inventarisasi dan konservasi

sumber daya air, pencemaran dan remediasi air tercemar, pengamatan

pasang surut air laut yang mempengaruhi daerah pesisir. Sebagai

lembaga riset yang cukup perpengalaman, LIPI memiliki kapasitas yang

mencukupi untuk mengembangkan riset-riset adaptasi perubahan

iklim.

c. Lembaga Litbang Kementerian Pertanian

Setidaknya ada 4 (empat) unit litbang sebagai ujung tombak dalam

riset adaptasi perubahan iklim sektor keamanan pangan, yakni Balai

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Lahan dan Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) serta Balai Besar

Page 85: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

73

Penelitian Tanaman Padi. Salah satu fokus perhatian lembaga-lembaga

ini adalah bagaimana mewujudkan keberadaan varietas tanaman

(khususnya padi) yang tahan terhadap perubahan iklim. Sebagaimana

diketahui perubahan iklim membawa dampak buruk terhadap

pertanian di Indonesia, antara lain mempengaruhi pola tanam dan

juga kenaikan paras muka laut yang akan berpengaruh terhadap

varietas tanaman. Ada varietas yang tahan dan ada yang tidak tahan

terhadap garam (salinitas). Dampak yang paling nyata adalah

kerusakan (degradasi) dan penurunan kualitas sumberdaya lahan dan

air, infrastruktur pertanian, penurunan produksi dan produktivitas

tanaman pangan, yang dapat mengancam kerentanan dan kerawanan

terhadap keamanan pangan dan bahkan kemiskinan penduduk.

Ketidakpastian cuaca mengakibatkan petani kesulitan dalam

merencanakan dan mengelola budidaya pertanian. Serangan hama dan

penyakit yang mengganas berakibat menurunnya produksi hasil

pertanian. Bencana alam seperti banjir pada area sentra pertanian

menimbulkan kerusakan baik pada tanaman, infrastruktur pertanian

maupun mengganggu kelancaran distribusi saprotan dan hasil panenan.

Hingga saat ini lembaga penelitian di bawah Kementerian Pertanian ini

telah menghasilkan lebih dari 200 varietas padi unggul. Kementan

melalui Badan Penelitian dan Pengembangan yang ada, juga telah

merekayasa dan menghasilkan varietas padi yang tahan kering

Page 86: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

74

(INPAGO), tahan rendaman (INPARA), maupun untuk daerah yang

beririgasi (INPARI). Varietas jagung hibrida unggul berumur sedang (90-

100 hari) dan berpotensi hasil tinggi (>13 ton/ha) toleran kekeringan

dan kemasaman tanah serta jagung hibrida umur genjah ± 85 hari

setelah tanam (HST) dengan potensi hasil 11 ton/ha7.

7 Wawancara dengan Prof. Dr. Ir. Irsal Las, MS – Kepala Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Lahan , Kementerian Pertanian pada Juli 2011.

Page 87: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

75

Selama periode 1992-2001, Badan Litbang Pertanian, telah merilis 10

jenis jagung hibrida silang tiga jalur yaitu; varietas Semar-1 sampai

dengan Semar-10 dan satu hibrida silang tunggal yaitu varietas Bima-1.

Penyampaian varietas jagung hibrida unggul baru berjalan agak

lambat dan baru dikeluarkan lagi pada tahun 2007 dengan nama Bima-

2 Bantimurung dan Bima-3 Bantimurung. Tahun 2008 dikeluarkan lagi

tiga varietas jagung hibrida unggul baru yaitu Bima-4, Bima-5 dan

Bima-6. Untuk tahun 2010 sebanyak 5 varietas jagung hibrida unggul

baru yang dirilis yaitu; Bima-7, Bima-8, Bima-9, Bima-10, dan Bima-11.

Bima-2 Bantimurung atau yang lebih dikenal dengan nama dagang

“Jagung Hibrida Pak Tani-2” telah dilisensi dan dikembangkan oleh

perusahaan swasta. Beberapa varietas yang lain juga telah dilisiensi

oleh berbagai usaha swasta dengan nama dagang tertentu. Dari

sejumlah varietas jagung hibrida yang telah dikeluarkan oleh Badan

Litbang Pertanian, dua varietas tergolong berumur genjah (umur ≤ 90

HST) yaitu Bima 7 dan Bima 8.

Selain tanaman pangan (padi dan jagung), Kementerian Pertanian juga

merilis empat varietas cabai yang tahan terhadap perubahan cuaca

dan hama. Produktivitas cabai unggul tersebut hampir sama dengan

jenis cabe yang lain yakni 0.8-1 kilogram per pohon. Varietas baru ini

diharapkan dapat menjadi jawaban atas kegagalan panen cabai akibat

hujan yang berlangsung terus menerus. Dengan demikian boleh

Page 88: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

76

dikatakan lembaga-lembaga litbang di bawah Kementerian Pertanian

memiliki kapasitas yang memadai dalam adaptasi perubahan iklim

terlepas dari persoalan diluar yakni mulai menyempitnya lahan

pertanian.

d. Balitbang Sumberdaya Air –Kementerian Pekerjaan Umum

Selain varietas bibit padinya sendiri, permasalahan keamanan pangan

juga terkait dengan pengelolaan sumberdaya air. Hal ini penting

mengingat peran air baik seagai sumber minuman juga sebagai air

pengairan dalam sistem pertanian. Salah satu institusi litbang yang

memegang peranan penting dalam bidang sumberdaya air adalah Balai

Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air – Kementerian

Pekerjaan Umum. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya,

Puslitbang SDA PU memiliki 8 balai yakni: Balai Hidrologi dan Tata Air,

Balai Lingkungan Keairan, Balai Bangunan Hidraulik dan Geoteknik

Keairan, Balai Pantai, Balai Rawa, Balai Sungai, Balai Sabo dan Balai

Irigasi.

Puslitbang SDA PU sudah memfokuskan riset berkaitan dengan

perubahan iklim sejak diluncurkannya RAN MAPI Departemen

Pekerjaan Umum pada tahun 2008. Riset tersebut dilakukan oleh 8

Page 89: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

77

balai yang bernaung di bawah Puslitbang PU dengan cakupan riset

secara garis besarnya sebagai berikut8:

Balai Hidrologi dan Tata Air (HTA) merupakan salah satu balai yang

melakukan riset inovasi dan perekayasaan teknologi tentang banjir,

kekeringan, peramalan dan peringatan dini banjir, erosi, sedimentasi,

hujan-aliran, air tanah, instrumentasi hidrologi, klimatologi dan tata air.

Hasil riset ini dipakai untuk mendukung pembangunan prasarana

sumberdaya air seperti untuk pengendalian sungai, pembangunan

bendungan, pengendalian bencana alam, pengelolaan operasional

bangunan pengairan dan sebagainya serta penyusunan norma, standar,

pedoman, manual yang berkaitan dengan hidrologi tata air.

Untuk pengendalian waduk, Balai HTA telah melakukan riset green belt

yakni melakukan treatment terhadap air yang masuk ke waduk dengan

menanami tanaman yang dapat menyerap polutan seperti fosfat dan

senyawa nitrogen. Riset juga dilakukan dalam skala laboratorium

untuk memilih jenis tanaman yang cocok terhadap polutan tertentu.

Selain dengan tanaman, perbaikan kualitas waduk juga dilakukan

dengan mengolah air limbah yang masuk ke waduk tersebut dengan

teknologi trickling filter, lumpur aktif dan lain sebagainya. Sebagai

8 Hasil wawancara dengan Dr. Ir. Fransisca Mulyantari, Kepala Bidang Program dan

Kerjasama – Puslitbang SDA PU bulan Juni 2011

Page 90: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

78

contoh Waduk Cirata, dimana air limbah dari peternakan yang ada di

sekitar waduk sebagai sumber polutan, setelah dilakukan proses

pengolahan, kualitasnya lebih baik yang pada akhirnya pencemaran

waduk dapat berkurang. Balai HTA ini juga melakukan pemantauan

secara periodik terhadap kualitas air waduk agar supaya bila terjadi

penurunan kualitas, dapat segera dilakukan langkah-langkah

antisipasinya.

Beberapa riset yang dilakukan Balai Hidraulik dan Geoteknik keairan

antara lain untuk mengantisipasi banjir yang diramalkan akan semakin

sering terjadi. Riset yang telah dilakukan meliputi, pengembangan

sistem peramalan dan peringatan dini banjir, yakni upaya pencegahan,

mitigasi dan kesiapsiagaan yang dilakukan sebelum terjadinya bencana

dengan menggunakan peralatan telemetri yang didesain murni

menggunakan produk nasional yang kompetitif sehingga tidak

menjadikan ketergantungan terhadap pihak luar.

Kemudian riset polder, yakni suatu bangunan air untuk mengatasi

banjir. sistem drainase kawasan, kolam retensi, tanggul keliling

kawasan, pompa dan pintu air, sebagai satu kesatuan pengelolaan tata

air yang tak terpisahkan. Manajemen sistem tata air dilakukan dengan

mengendalikan volume, debit, muka air, tata guna lahan dan lansekap.

Riset lain adalah ASR (Artificial Storage and Recovery) yakni teknologi

Page 91: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

79

terapan sumur imbuhan berbasis akuifer yang terintegrasi dengan

sumur resapan. Ini dilakukan untuk mengoptimalkan akuifer sebagai

underground reservoir tempat penyimpanan dan pengambilan air.

Teknologi ini berbasis pemanenan air hujan yang dikombinasikan

dengan pemanfaatan air permukaan secara optimum.

Sumber : Survei lembaga

Gambar 3.5 Sistem Peringatan Dini Banjir

Sementara di Balai Lingkungan Keairan banyak dilakukan riset-riset

terkait penyediaan dan pengolahan air bersih dan air limbah. Sebagai

contoh riset tentang instalasi pengolahan air gambut untuk

penyediaan air bersih, yakni pengolahan air gambut dengan metode

koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan penyaringan. Kemudian IPASS

Page 92: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

80

yakni instalasi pengolahan air sangat sederhana untuk daerah-daerah

yang tidak terjangkau PDAM yang terdiri dari bak pengendapan, sistem

perata aliran, saringan pasir lambat, dan bak desinfeksi. Lalu ada SPAB

Dasab, yakni sistem sederhana pengolahan air bersih darurat saat

banjir menggunakan bahan kimia tawas, kaporit dan filter. Di bidang

pengolahan air limbah dilakukan riset teknologi pengolahan air limbah

rumah tangga ”grey water” dengan ecotech garden, yakni pengolahan

air limbah di selokan atau efluen tangki septik dengan menggunakan

tanaman hias air agar BOD, COD, deterjen, nitrogen dan fosfat dapat

berkurang konsentrasinya. Kapasitas iptek untuk puslitbang di

lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum boleh dikatakan sangat siap

untuk melaksanakan riset dan perekayasaan teknologi adaptasi

perubahan iklim.

d. Balitbang Kelautan dan Perikanan – Kementerian Kelautan dan

Perikanan

Puslitbang Sumberdaya Laut dan Pesisir merupakan lembaga garda

depan dalam mengembangkan arah dan strategi mitigasi dan adaptasi

wilayah pesisir dan lautan dalam menghadapi perubahan iklim. Selain

itu Direktorat Pesisir dan Lautan juga memegang peran kunci dengan

diluncurkannya rencana aksi dalam dokumen “Strategi Adaptasi dan

Mitigasi Bencana Pesisir Akibat Perubahan Iklim Terhadap Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil” Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Page 93: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

81

Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Indonesia merupakan salah satu

wilayah yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.

Dampak tersebut meliputi kenaikan muka air laut, perubahan suhu

permukaan air laut, perubahan pola cuaca dan iklim setempat. Hal ini

semakin diperparah dengan kenyataan adanya potensi bahaya alam

lainnya seperti banjir, gempa, tsunami, dan badai tropis. Kondisi-

kondisi tersebut memicu permasalahan lain seperti meningkatnya

erosi pantai, instrusi air laut, penggenangan lahan-lahan produktif dan

fasilitas publik, hilangnya ekosistem lahan basah, perubahan pola

hujan dan meningkatnya intensitas dan frekuensi badai.

Dengan demikian, perubahan iklim yang dikombinasikan dengan

berbagai faktor anthropogenik telah dan akan menjadi faktor utama

dalam meningkatkan kerusakan ekosistem pesisir dan pulau-pulau

kecil. Upaya-upaya adaptasi dan mitigasi terhadap dampak-dampak

tersebut di atas harus dilakukan agar keberlanjutan kegiatan sosial

ekonomi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat dijaga.

Sejak tahun 2008 Puslitbang Sumberdaya Laut dan Pesisir mulai

memberi perhatian pada perubahan iklim yang mengarah kepada

riset-riset mitigasi dan adaptasi, dengan hasil utama database dan

analisis data dari hasil pengambilan data primer maupun pengumpulan

Page 94: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

82

data sekunder di lokasi kajian. Selain itu dilakukan juga kajian dan

analisis dampak perubahan iklim yang terdiri atas analisis kemunduran

garis pantai, analisis potensi bahaya, analisis kerentanan pantai,

analisis resiko dan valuasi ekonomi. Sebagai contoh, beberapa

judul/tema riset terkait perubahan iklim yang dilakukan sebelum dan

sampai dengan tahun 2011 antara lain: (1) Interaksi Laut Atmosfer, (2)

Sea Level Rise (SLR), (3) Karbon Laut dan Pesisir, (4) Perubahan

Temperatur Air Laut, (5) Monitoring Coral Bleaching, (6) Kerentanan

Pesisir (dampaknya ke masyarakat pesisir), dan (7) Blue carbon.

Adapun output dari kegiatan sebelum dan sampai dengan tahun 2011

tersebut adalah sebagai berikut: (1) Data dan Informasi, (2)

Rekomendasi (Daerah dan Nasional), (3) Atlas Oceanografi dan

Atmosfer, (4) Peta Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia, (5) Peta

Prediksi Daerah Penangkapan Ikan, (6) Magang Mahasiswa dan (7)

Teknologi Pemurnian Garam. Lokasi riset-riset tersebut di perairan

Indonesia, dengan mitra antara lain LIPI, Pemprov, Pemkot/Pemkab

serta IOC dan UNESCO sebagai mitra internasional. Sarana dan

prasarana pendukung untuk terlaksananya kegiatan riset tersebut

diantaranya Laboratorium Kualitas Air di Perancak Bali, Laboratorium

Pemodelan Laut dan Laboratorium Remote Sensing.

Page 95: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

83

Sejauh ini untuk melaksanakan riset-riset tersebut dirasa masih ada

kekurangan dari sisi SDM sehingga masih dibutuhkan ahli dari disiplin

ilmu seperti Anthropologi dan Sosial dan Ekonomi. Perkiraan anggaran

untuk kegiatan riset perubahan iklim ini berkisar 25 % - 30 % dari total

anggaran unit/pusat. Khusus pengembangan sarana dan prasarana

serta SDM riset perubahan iklim ini dilakukan kerjasama dengan

Florida Institut Oceanography (FIO) sejak tahun 2007 sampai tahun

2014 meliputi analisa data, survei dan training. Serta bekerjasama

dengan Lamont Doherty Earth Observatory (LDEO) dari Amerika

periode tahun 2003 sampai 2012 dengan output analisa laboratorium.

Puslitbang Sumberdaya Pesisir dan Laut juga telah menyusun roadmap

riset perubahan iklim, dengan prioritas pada dua hal, yaitu:

1. The Marine & Coastal Characteristics & Climate Change

(Blue Carbon).

2. The development of spatial data network for the national marine

(Implementation of INAGOOS, Ocean & Climate Research

Institute/Center & the capacity research/building).

Walau tergolong paling muda diantara Kementerian lain, sektor

kelautan dan perikanan cukup sigap dan siap dalam mengantisipasi

perubahan iklim termasuk menyiapkan “software” dan “hardware”

bagi adaptasi perubahan iklim.

Page 96: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

84

e. Balitbang Kesehatan – Kementerian Kesehatan

Salah satu lembaga riset yang menjadi ujung tombak guna merespon

perubahan iklim sektor kesehatan masyarakat adalah Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan

yang terdiri atas 4 lembaga (pusat) yakni;

1. Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

2. Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

3. Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat

4. Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan

Masyarakat

Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan serta Pusat Teknologi

Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik merupakan Pusat yang

mempunyai otoritas dalam hal melakukan penelitian yang

berhubungan dengan kesehatan masyarakat dan juga litbang yang

melakukan antisipasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan telah banyak

melakukan kegiatan riset untuk menanggulangi penyakit menular yang

disebabkan oleh vektor. Hasil penelitian pun telah menjadi dasar

produksi vaksin dan obat-obatan. Biofarma misalnya, siap

Page 97: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

85

memproduksi vaksin flu burung pada tahun 2012 secara mandiri dan

ini penting guna mengantisipasi pandemi flu burung9.

Biofarma hingga lima tahun ke depan juga akan mengembangkan

sejumlah vaksin lain, yakni vaksin pentavalent untuk mencegah difteri,

pertusis, tetanus, hepatitis B, dan haemophilus influenzae tipe B (Hib).

Vaksin lain yang tengah dikembangkan juga ialah vaksin rotavirus

untuk mengatasi masalah diare pada anak dan vaksin polio dalam

bentuk injeksi.

Mengingat kemampuan lembaga yang sangat terbatas dalam meneliti

kasus kesehatan yang sangat banyak di seluruh Indonesia, maka telah

didirikan laboratorium yang ada di 8 daerah regional, yakni; (a)

Laboratorium UISU di Medan, (b) Labkesda Palembang, (c)

Laboratorium Mikrobiologi UI di Depok, (d) Laboratorium Mirobiologi

Undip di Semarang,(e) Labkes Ubaya di Surabaya, (f) Laboratorium

Mikrobiologi Unud di Denpasar, (g) Labkesda Bandung, dan (h)

Laboratorium Mirobiologi Unhas di Makassar. Laboratorium-

laboratorium yang telah disiapkan ini sudah dilengkapi dengan tenaga

medis yang dilatih secara khusus di Jakarta dan Singapura. Mereka

yang telah dilatih itu nantinya diharapkan akan mampu menangani

9 Drs. Iskandar, Apt. MM pada acara temu media bertema ”121 Tahun PT (Persero) Biofarma:

Mewujudkan Strategi Riset Nasional Dalam Kemandirian Produksi Vaksin” dalam Kompas 13 Mei 2011

Page 98: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

86

kasus-kasus kesehatan yang dianggap sulit ditangani, terutama kasus

flu burung yang saat ini sudah semakin menyebar luas di seluruh

wilayah Indonesia.

Beberapa penelitian yang telah dikembangkan dalam kapasitas

menanggulangi penyakit akibat perubahan iklim adalah penelitian-

penelitian tentang penyakit menular akibat vektor seperti: flu burung,

malaria, filariasis, demam berdarah dengue. Penelitian lain adalah

penyakit akibat gizi buruk dan penyakit akibat banjir seperti diare.

Salah satu penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan

mengalami penyebaran yang sangat cepat adalah flu burung. Penyakit

ini timbul akibat lingkungan dan iklim yang berubah.

Penyakit lain yang akhir-akhir ini mengalami perubahan dalam pola

penyebaran dan intensitas kejadian adalah malaria. Nyamuk Anopheles

yang semula hanya berada di dataran rendah, kini juga mulai

berkembang ke arah dataran tinggi. Upaya pemberantasan malaria

dilakukan melalui pemberantasan vektor penyebab malaria yaitu

nyamuk Anopheles. Untuk membunuh nyamuk dewasa dapat

dilakukan dengan penyemprotan rumah dan sekeliling rumah dengan

racun serangga. Untuk membunuh larva dapat dilakukan dengan cara

kimiawi dan hayati. Pemberantasan larva nyamuk Anopheles secara

kimiawi dilakukan dengan menggunakan larvasida. Pemberantasan

Page 99: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

87

larva nyamuk Anopheles secara hayati dilakukan dengan menggunakan

beberapa agen biologis seperti ikan pemakan jentik.

Perubahan iklim menyebabkan peningkatan suhu udara dan curah

hujan pada suatu daerah. Dengan tidak adanya sistem drainase yang

baik maka akan terbentuk genangan-genangan air yang sangat cocok

untuk tempat perkembangbiakan nyamuk – nyamuk tersebut.

Perubahan iklim yang ditandai dengan peningkatan suhu rata-rata pun

dapat mempengaruhi perkembangan nyamuk Aedes aegypti dengan

memperpendek waktu yang diperlukan untuk perkembangan dari fase

telur menjadi nyamuk dewasa. Pada suhu 260 C diperlukan 25 hari

untuk virus dari saat pertama nyamuk terinfeksi virus sama dengan

virus dengue berada dalam kelenjar liurnya dan siap untuk disebarkan

kepada calon penderita demam berdarah. Sebaliknya, hanya

diperlukan waktu yang relatif pendek yaitu 10 hari pada suhu 300C.

Faktor iklim yang panas dan lembab akibat musim hujan dapat

memperpanjang umur nyamuk Aedes aegypti.

Dengan berubahnya lingkungan dan iklim, nyamuk sebagai vektor

penyakit juga terus mengalami pola perkembangbiakan sehingga

mempengaruhi timbulnya penyakit-penyakit yang disebarkan olehnya.

Dari berbagai riset di litbang Kemenkes, saat ini di Indonesia telah

diketahui adanya 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex,

Page 100: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

88

Mansonia, Aedes dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor

penularan penyakit kaki gajah.

Perubahan iklim global juga dapat mengganggu ketahanan pangan.

Diperkirakan produktivitas pertanian di daerah tropis akan mengalami

penurunan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara 1-2oC

sehingga meningkatkan risiko bencana kelaparan. Pergeseran musim

dan perubahan pola hujan, akan berdampak besar terhadap sektor

pertanian, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Hal

tersebut juga menyebabkan keterlambatan musim tanam yang

berdampak pada hasil panen. Riset di berbagai lembaga kesehatan

merekomendasikan perlunya penyusunan aksi terkait gizi buruk dan

ketahanan pangan ini. Kementerian Kesehatan pernah menyusun

Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk

yang dikaitkan dengan target MDGs.

Di bidang kesehatan masyarakat terkait dengan isu perubahan iklim,

telah dilakukan berbagai program penelitian terkait vektor penyakit

dan pengendaliannya serta upaya mengatasi gizi buruk dan

manajemen wilayah terkait persebaran penyakit. Masalah utama

untuk sektor ini adalah belum lengkapnya laboratorium di semua

daerah apalagi dengan standar yang diharapkan. Namun bagusnya

adalah walau tanpa isu perubahan iklim, riset-riset bidang kesehatan

Page 101: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

89

masyarakat pada dasarnya akan selalu mengantisipasi munculnya

penyakit baru dan menemukan obat atau vaksin penangkal serta

pengembangan pengelolaan kesehatan masyarakat yang efektif dan

efisien.

f. Lembaga Swadaya Masyarakat ( Civil Society Organization - CSO)

Selain lembaga atau sektor pemerintahan yang aktif dalam

perencanaan maupun pelaksanaan mitigasi dan adaptasi perubahan

iklim, ada beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat maupun organisasi

masyarakat lainnya yang peduli atau fokus pada aktivitas terkait

perubahan iklim. Apa yang disajikan di sini hanyalah sebagian

terutama yang cukup lama berkiprah atau memiliki fokus pada isu

lingkungan, mengingat sebenarnya ribuan organisasi sejenis eksis di

Indonesia.

Yayasan Pelangi misalnya, adalah CSO yang banyak bergerak di isu-isu

perubahan iklim khususnya sektor energi dan transportasi. Selain

publikasi hasil kajian di sektor-sektor tersebut, Yayasan Pelangi sering

mengikuti berbagai pertemuan internasional bidang perubahan iklim

atau menjadi bagian dari delegasi resmi Pemerintah RI. Kemudian ada

organisasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), yang sudah

sejak lama berkiprah dalam isu lingkungan hidup khususnya isu-isu

kehutanan (termasuk REDD/REDD+), Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Page 102: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

90

kasus-kasus pertambangan serta penegakan hukum lingkungan. Walhi

termasuk memiliki sumberdaya dalam penelitian dan pengembangan

yang hasil-hasilnya sering dipublikasikan.

Kemudian ada CSO yang juga sudah cukup lama eksis dalam isu

lingkungan hidup di Indonesia yakni Yayasan Keanekaragaman Hayati

(Kehati). Kehati banyak bergerak di tataran praktis seperti upaya

konservasi dan pelestarian hutan serta keanekaragaman hayati. Terkini,

Kehati juga bekerjasama dengan dunia usaha yang diwujudkan dalam

bentuk kerjasama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan

meluncurkan suatu indeks yang sudah berlaku umum di negara-negara

maju dengan mengacu pada tata cara Sustainable and Responsible

Investment (SRI) dengan nama SRI-KEHATI. Indeks ini juga diciptakan

sebagai barometer dimana investor dapat menginvestasikan dananya

kepada perusahaan yang memiliki kesadaran terhadap lingkungan,

sosial dan tata kelola perusahaan yang baik.

Selain beberapa CSO yang ada di ibu kota negara, ada beberapa yang

justru eksis dan memiliki pengaruh di daerah, sebagai contoh Combine

Institute di Yogyakarta. Sejak tahun 2001, Combine Institute

bergerak mendukung pengembangan media komunitas dan

pemanfaatan Teknologi Informasi-Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari

sistem dan jaringan pengembangan informasi dan komunikasi

Page 103: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

91

komunitas. Pada awalnya, Combine melakukan fasilitasi dan bantuan

teknis secara langsung bagi komunitas untuk mengembangkan sistem

komunikasinya, salah satunya melalui radio komunitas.

Sejalan dengan pesatnya perkembangan radio komunitas, maka sejak

tahun 2004, Combine mulai mengintegrasikan dan membangun

jaringan antar media komunitas untuk mempermudah proses

pertukaran informasi dan pengetahuan dengan mengandalkan jaringan

internet. Dengan membangun infrastruktur jaringan informasi

berbasis komunitas akan memungkinkan terjadinya aliran informasi

dan pengetahuan dua arah, baik antar anggota komunitas maupun

antara komunitas-komunitas dengan pihak lain seperti pengurus

publik, penyusun kebijakan, pengambil keputusan publik (lihat Gambar

3.6).

Bagi komunitas, pertukaran informasi dan pengetahuan (lokal) secara

swakelola menguntungkan bukan hanya sebagai alternatif terhadap

informasi arus utama sebagaimana ditampilkan dalam media nasional

dan internasional, tetapi juga sebagai basis lokal untuk melakukan

perubahan dalam kehidupannya. Selain itu mengartikulasikan

kepentingan melalui wacana dan proses pengambilan keputusan

publik yang berpihak pada kepentingan rakyat. Bagi pemerintah dan

pelaku ekonomi, jaringan ini turut menguntungkan dalam hal

Page 104: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

92

diseminasi/sosialisasi kebijakan pemerintah secara efektif,

penginderaan dini terhadap aspirasi masyarakat, dan pengembangan

pengertian terhadap potensi produksi dan konsumsi masyarakat yang

berada di dasar piramida ekonomi.

Walau CSO ini tidak bergerak secara khusus dalam isu perubahan iklim,

namun konsep jaringan kerjanya dapat menginspirasi bagi proses

pertukaran dan diseminasi metode adaptasi perubahan iklim ke

masyarakat atau kelompok-kelompok yang rentan terhadap

perubahan iklim.

Sumber : Combine Institute, 2010

Gambar 3.6 Jejaring Berbagi Informasi Rancangan Combine

Media KomunitasPertanian

Sekolah

PelakuBisnis

Pemerintah Habitat

NelayanMedia

Komunitas

Pemerintah

MahasiswaKomunitas

Umum

www.suarakomunitas.net

upload

download dow

nload

upload

laporan laporan

repo

rtase

reportase

iinfo

rmasi

informasi

info

rmasi

informasi

reportase

Media KomunitasPertanian

Sekolah

PelakuBisnis

Pemerintah Habitat

NelayanMedia

Komunitas

Pemerintah

MahasiswaKomunitas

Umum

www.suarakomunitas.net

upload

download dow

nload

upload

laporan laporan

repo

rtase

reportase

iinfo

rmasi

informasi

info

rmasi

informasi

reportase

Page 105: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

93

Dalam kaitan ini pengalaman Australia juga bisa dijadikan contoh,

tentang bagaimana organisasi non pemerintah dapat berperan dalam

diseminasi pengetahuan dan teknologi terkait perubahan iklim

khususnya bagi para petani. Jika dalam 3 tahun lalu (2008) kebanyakan

petani di Australia masih belum menganggap perubahan iklim akan

berpengaruh pada produktivitas mereka, tetapi kini mereka mulai

yakin bahwa diperlukan teknik dan metode baru dalam pertanian

untuk beradaptasi dengan iklim yang telah berubah. Melalui program

Managing Climate Variability dilakukan tiga pendekatan program yang

diluncurkan organisasi non-pemerintah Econnect yakni10; (a) mengkaji

keinginan dan pemahaman perubahan iklim di mata petani, (b)

meluncurkan website yang inovatif yang didesain khusus untuk

keperluan petani bernama Climate Kelpie (www.climatekelpie.com.au),

dan (c) merancang program ‘Climate Champion’.

Program tersebut dibangun atas asumsi dan pemahaman bahwa

banyak petani akan mengubah kebiasaan mereka berdasarkan apa

yang dilakukan pimpinan petani di wilayah mereka. Adapun tujuan

program adalah: (a) Mendapatkan informasi atau hasil suatu penelitian

yang berkaitan dengan iklim dari petani lain atau dari wilayah

pertanian lainnya, (b) Mendapatkan informasi langsung dari petani

10

Jenni Metcalfe (Econnect Australia), pada Public Communication of Science & Technology

International Symposium 2011, “Science communication research informing practice; Case Study: Australia farmers involved in climate change introduction”, Jakarta November 2011

Page 106: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

94

tentang apa yang mereka butuhkan agar lebih baik lagi dalam

mengelola resiko iklim termasuk alat dan teknologinya.

3.4 Pendekatan Kajian Iptek Untuk Adaptasi Perubahan Iklim

Buku Iptek Untuk Adaptasi Perubahan Iklim ini merupakan hasil kajian

Dewan Riset Nasional guna memberi masukan, arah dan prioritas riset

nasional khususnya dalam adaptasi perubahan iklim. Kajian dilakukan

dengan pendekatan merujuk dan mempertimbangkan beberapa

dokumen nasional yang telah ada seperti Rencana Aksi Nasional

Perubahan Iklim (RAN PI, 2007) yang diterbitkan Kementerian

Lingkungan Hidup, kemudian adanya Indonesia Climate Change

Sectoral Roadmap (ICCSR, 2009) yang dikeluarkan Bappenas. Pada sisi

lain juga telah disusun dan didaftarkan ke IPCC dokumen Second

National Communication (SNC, 2009) yang berisi posisi besaran emisi

tiap sektor di Indonesia yang disusun KLH dan UNIDO. Untuk kajian

kebutuhan teknologi baik mitigasi dan adaptasi dampak perubahan

iklim telah ada Technology Needs Assessment (TNA, 2009) yang

disusun BPPT beserta beberapa instansi terkait, dimana saat ini sedang

dilakukan review dalam bentuk TNA Global dengan mempertajam

kebutuhan teknologi untuk mitigasi sektor hutan, energi dan limbah

serta adaptasi untuk sektor pertanian, sumberdaya air dan kelautan.

Rujukan yang juga penting untuk diperhatikan adalah arah dan

Page 107: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

95

prioritas riset nasional yang ada dalam ARN 2010-2014, sehingga hasil

kajian ini bersifat saling melengkapi dengan ARN.

Rujukan di atas berguna dalam menentukan arah kajian agar

identifikasi dan prioritasi riset yang direkomendasikan dapat efektif

serta mendukung pada sasaran dari Rencana Aksi Nasional. Sebagai

referensi juga dilakukan kajian pustaka dan data sekunder dari kajian

sejenis di luar negeri. Setelah seluruh identifikasi tema riset

dilaksanakan maka tahap selanjutnya adalah melakukan survei ke

lembaga-lembaga riset terkait kapasitasnya dalam melaksanakan riset

adaptasi perubahan iklim. Melalui analisis kesenjangan (gap analysis),

tema-tema riset yang telah diidentifikasi lalu dilakukan prioritasi dan

pengelompokkan didukung expert judgement. Gambar 3.6

memperjelas pendekatan kajian dalam menentukan arah dan prioritas

riset adaptasi perubahan iklim ini.

Page 108: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

96

Gambar 3.7 Diagram Pendekatan Kajian Iptek Untuk Adaptasi Perubahan

Iklim

Iptek Untuk Adaptasi Perubahan Iklim

(DRN)

Iptek Untuk Adaptasi Perubahan Iklim

(DRN)

Kerangka Rujukan:- RAN PI 2007 (KLH)- ICCSR 2009 (Bappenas)- SNC 2009 (KLH & UNIDO)- TNA 2009 (BPPT & GTZ)- Studi-studi DNPI- RAN – GRK- ARN 2010 - 2014

Pengalaman/Studi eksisting:- Peranan Iptek Dalam

Menjawab Perubahan Iklim- Iptek Untuk Pengurangan

Emisi GRK dalam Mendukung Low Carbon Growth

- Penyusunan ARN - dll

Tugas, Fungsi dan PeranDRN

Isu-Isu Lintas Sektor (Cross cutting issues), kapasitas teknologi sektor dan aspek kebijakan

National Research Council negara lain

(benchmarking)

Iptek Untuk Adaptasi Perubahan Iklim

(DRN)

Iptek Untuk Adaptasi Perubahan Iklim

(DRN)

Kerangka Rujukan:- RAN PI 2007 (KLH)- ICCSR 2009 (Bappenas)- SNC 2009 (KLH & UNIDO)- TNA 2009 (BPPT & GTZ)- Studi-studi DNPI- RAN – GRK- ARN 2010 - 2014

Pengalaman/Studi eksisting:- Peranan Iptek Dalam

Menjawab Perubahan Iklim- Iptek Untuk Pengurangan

Emisi GRK dalam Mendukung Low Carbon Growth

- Penyusunan ARN - dll

Tugas, Fungsi dan PeranDRN

Isu-Isu Lintas Sektor (Cross cutting issues), kapasitas teknologi sektor dan aspek kebijakan

National Research Council negara lain

(benchmarking)

Page 109: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

97

BAB IV

PRIORITAS TEMA RISET DALAM ADAPTASI PERUBAHAN

IKLIM

4.1 Riset Bidang Keamanan Pangan

Keamanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah

tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik

jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dalam

Prioritas Kabinet Indonesia Bersatu II, pembangungan sektor pangan

diarahkan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan melanjutkan

revitalisasi pertanian dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan,

peningkatan daya saing produk pertanian, peningkatan pendapatan

petani, serta kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam. Salah satu

ancaman terkini terhadap sasaran sektor ini adalah perubahan iklim

yang membawa dampak negatif bagi sektor pertanian. Walau pangan

tidak hanya padi, namun tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas

penduduk Indonesia yang makanan pokoknya beras, menjadi penting

untuk memberi perhatian lebih pada riset-riset terkait sistem tanam

padi.

Dari berbagai dokumen resmi yang ada serta hasil survei dan

wawancara dengan pemangku kepentingan serta sektor pertanian itu

sendiri, maka fokus riset adaptasi untuk keamanan pangan ditujukan

Page 110: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

98

pada ketersediaan sumberdaya pangan dan sumberdaya air. Kata kunci

untuk sumberdaya pangan adalah adanya bibit padi unggul, lahan yang

sesuai, serta kalender pola tanam. Penyediaan bibit padi yang tahan

perubahan iklim seperti banjir dan kekeringan sudah disebut dalam

dokumen TNA (2009) dan ICCSR Bappenas (2010). Sedangkan untuk

sumberdaya lahan, misal dalam pemanfaatan lahan sub optimal atau

rehabilitasi lahan, selain tercantum dalam ICCSR juga telah disebut

dalam ARN 2010-2014.

4.1.1 Sumberdaya Pangan

Untuk riset bidang sumberdaya pangan bagi adaptasi perubahan iklim,

setidaknya ada 5 (lima) tema riset yang menjadi prioritas yakni; (a)

teknologi rekayasa iklim mikro, (b) pengembangan varietas tanaman

pangan dan hortikultura yang adaptif melalui kultur jaringan, (c)

pembuatan peta kalender pola tanam, (d) teknologi diversifikasi

pangan dan (e) pengembangan ternak dan pakan ternak yang adaptif

terhadap perubahan iklim. Ke lima tema riset tersebut perlu dapat

dirinci apa yang menjadi tema utama dan pendukung serta lembaga

mana yang berkompeten, selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.1

4.1.2 Sumberdaya Air

Bidang sumberdaya air sangat vital dalam menunjang sistem pertanian

dan karenanya juga faktor penting dalam keamanan pangan. Pada TNA

Page 111: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

99

2009, bidang ini tidak muncul dalam satu sektor tersendiri namun

berada dalam sektor pertanian. Namun demikian dalam dokumen

ICCSR, sumberdaya air justru muncul dalam satu sektor tersendiri.

Pentingnya sumberdaya air terkait pada dua hal yakni ketersediaan air

bersih untuk dikonsumsi dan pengelolaan air pengairan (irigasi) bagi

sawah. Semakin langkanya air yang layak dikonsumsi maka

memunculkan wacana untuk memanen air hujan dan mendaur ulang

air di perkotaan.

Setidak ada 5 (lima) teknologi adaptasi sumberdaya air yang harus

didukung dengan berbagai riset, yakni; (a) teknologi pemanenan air

hujan (rainwater harvesting), (b) teknologi peningkatan kualitas air

permukaan (waduk, sungai, danau), (c) teknologi daur ulang air, (d)

water resource management, (e) teknologi pengolahan air. Tabel 4.1

memperlihatkan prioritas riset adaptasi bidang sumberdaya air,

termasuk lembaga litbang mana yang berkompeten untuk

melakukannya.

4.2 Riset Bidang Kerentanan Pesisir

Seperti dalam pembahasan sebelumnya setidaknya ada tiga hal yang

perlu diwaspadai dalam kaitan perubahan iklim terhadap wilayah

pesisir dan lautan yakni kenaikan temperatur air laut, kenaikan paras

muka laut dan produktivitas perikanan. Metode adaptasi yang penting

Page 112: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

100

dalam mengantisipasi kenaikan temperatur air laut ini antara lain

dengan membuat sistem peringatan dini untuk coral bleaching dan

membuat terumbu karang buatan. Sedangkan terjadinya kenaikan

paras muka laut diantisipasi dengan perlindungan pantai secara fisik

(hard structure, soft structure dan alamiah) kemudian juga

perlindungan pantai secara non fisik misalnya dengan membuat peta

rawan bencana dan kajian tingkat resiko dari kenaikan muka laut.

Selain itu penting juga diperhatikan tentang aspek tata ruang beserta

pengelolaan kawasan pesisir yang terpadu.

Pengelolaan kawasan yang berbasis penataan ruang dengan prinsip

Integrated Coastal Zone Management perlu didukung dengan berbagai

kajian atau riset seperti sistem penataan untuk penetapan kawasan

mundur, dampak sosial ekonomi akibat pemunduran kawasan

termasuk penataan utilitas seperti drainase dan penyediaan air bersih.

Sementara untuk produktivitas perikanan yang rentan terhadap

perubahan lingkungan perlu didukung riset-riset seperti budidaya

dalam keramba jaring apung, vaksin ikan dan penanganan terhadap

hama dan penyakit ikan. Selain itu kita juga perlu memiliki peta potensi

kawasan budidaya baru serta optimasi sistem penangkapan ikan misal

dengan memanfaatkan teknologi satelit. Tabel 4.1 menampilkan

beberapa riset utama dan pendukung dalam sektor kerentanan pesisir

terhadap dampak perubahan iklim.

Page 113: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

101

4.3 Riset Bidang Kesehatan Masyarakat

Dalam ARN 2010-2014 fokus utama riset kesehatan masyarakat

merupakan bagian dari tema-tema riset dari salah satu 6 bidang fokus

yakni teknologi kesehatan dan obat. Dasar perumusan tema riset

dalam ARN adalah target MDGs tahun 2015 yang tertuang dalam

strategi pembangunan Iptek RPJMN 2010-2014. Adapun arah

kebijakan umum riset bidang fokus pembangunan kesehatan dan obat

tahun 2010-2014 adalah; (1) Perbaikan gizi masyarakat, (2)

Peningkatan ketersediaan obat dan pemanfaatan obat tradisional, (3)

Pengendalian penyakit menular, (4) Penganggulangan penyakit tidak

menular, (5) Peningkatan kampanye hidup sehat dan lingkungan bersih,

(6) Peningkatan kualitas dan utilisasi kesehatan dasar dan rujukan.

Berdasarkan arah kebijakan umum riset tersebut dan kajian atas

berbagai dokumen nasional seperti ICCSR 2010 dan TNA 2009, maka

riset-riset strategis sektor kesehatan masyarakat yang bersinggungan

dengan perubahan iklim meliputi tema-tema pola penyebaran dan

penanggulangan penyakit menular (malaria, TBC, HIV/AIDS dan BDB),

penyakit degeneratif (jantung, diabetes, hipertensi dan kanker),

perbaikan gizi dan penanggulangan malnutrisi, penyakit zoonosis, dan

peningkatan promosi hidup sehat melalui pemberdayaan masyarakat

terkait memburuknya sanitasi lingkungan akibat berbagai bencana.

Page 114: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

102

Riset terhadap penyakit menular difokuskan pada penyakit-penyakit

yang rentan terjadinya perubahan pola penyebaran maupun intensitas

penularan seperti malaria, tuberkulosis, HIV dan demam berdarah

dengue. Sementara untuk penyakit tidak menular utamanya adalah

penyakit penyebab kematian tertinggi seperti jantung, diabetes,

hipertensi dan kanker. Tabel 4.1 memperlihatkan riset-riset tematik

untuk adaptasi perubahan iklim sektor kesehatan masyarakat.

Page 115: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

103

Tabel 4.1 Tema-tema Riset Untuk Adaptasi Perubahan Iklim

NO. SEKTOR POTENSI DAMPAK

METODE ADAPTASI

RISET UTAMA DAN

PENDUKUNG

LEMBAGA LITBANG TERKAIT

1. Keamanan Pangan

Ketersediaan sumberdaya pangan

a. Penerapan teknologi rekayasa iklim mikro

b. Pengembangan varietas tanaman pangan dan hortikultura yang adaptif melalui kultur jaringan

c.

Riset utama: Sistem penciptaan iklim mikro yang khas wilayah dan khas tanaman Riset pendukung:

- Pengaruh modifikasi iklim mikro terhadap tanaman pangan dan hortikultura

- Konservasi lengas tanah melalui rekayasa lingkungan pada lahan pantai berpasir

Riset utama: Penemuan varietas tanaman pangan dan hortikultura tahan terhadap kekeringan dan banjir

Balitbang Pertanian (Kementan), Perguruan Tinggi, Batan, BMKG Balitbang Pertanian (Kementan), Perguruan Tinggi, Batan

Page 116: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

104

Riset pendukung:

- Pemetaan wilayah prioritas untuk pengembangan dan introduksi varietas tahan tekanan iklim

- Kajian aspek sosial ekonomi dari varietas baru

Tabel 4.1 (Lanjutan)

NO. SEKTOR POTENSI DAMPAK

METODE ADAPTASI

RISET UTAMA DAN

PENDUKUNG

LEMBAGA LITBANG TERKAIT

d. Pengembangan dan penyusunan peta dan kalender pola tanam.

e. Diversifikasi pangan

f.

Riset utama: Pengembangan kalender tanaman dinamik, pada wilayah sensitif terhadap perubahan iklim Riset pendukung: Penyusunan peta wilayah rawan kekeringan dan banjir

Balitbang Pertanian (Kementan), Balitbang SDA PU, Perguruan Tinggi, BMKG Balitbang Pertanian (Kementan), Perguruan Tinggi, BPPT, LIPI

Page 117: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

105

g. Pengembangan ternak dan pakan ternak yang adaptif terhadap perubahan iklim

Riset utama: Penemuan sumber pangan alternatif (sagu, ubi-ubian dan biji-bijian). Riset pendukung:

- Pangan praktis untuk darurat bencana.

- Aspek Sosekbud pangan alternatif

Riset utama: Penelitian galur ternak ruminansia dan yang sesuai untuk dibudidayakan pada kondisi lahan sub-optimal Riset pendukung: Teknik budidaya tanaman pakan ternak menghadapi kondisi kekeringan

Balitbang Pertanian (Kementan), Perguruan Tinggi,

Page 118: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

106

Tabel 4.1 (Lanjutan)

NO. SEKTOR POTENSI DAMPAK

METODE ADAPTASI

RISET UTAMA DAN

PENDUKUNG

LEMBAGA LITBANG TERKAIT

Sumberdaya Air

h. Pemanenan

Air Hujan

(Rainwater

harvesting)

i. Peningkatan kualitas air permukaan (waduk, sungai, danau)

Riset utama: Pemulihan tinggi muka air tanah (aquifer recovery) Riset pendukung: - Teknik imbuhan

air tanah dangkal dengan sumur resapan

- Teknik imbuhan air tanah dalam dengan injeksi pompa

- Konstruksi/model embung

- Struktur kolam resapan

- Water harvesting skala rumah tangga

Riset utama: - Pengolahan air

limbah perkotaan (domestik dan industrial)

- Model sedimentasi akibat erosi

Balitbang Pertanian, ESDM Balitbang PU BPPT, LIPI, Litbang PU, Libang Pertanian

Page 119: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

107

Riset pendukung: - Pengaruh green

belt - Fitoteknologi

untuk purifikasi air

- Biomonitoring perairan

Tabel 4.1 (Lanjutan)

NO. SEKTOR POTENSI DAMPAK

METODE ADAPTASI

RISET UTAMA DAN

PENDUKUNG

LEMBAGA LITBANG TERKAIT

j. Penerapan teknologi daur ulang air

Integrated management water resource management

Riset utama: Sistem daur ulang air domestik dan industrial efisiensi tinggi Riset pendukung: - Riset

material membran

- Riset bahan kimia pengolah air

- Riset sosekbud penggunaan air daur ulang

Balitbang Pertanian, ESDM, BPPT, LIPI Balitbang SDA PU Litbang SDA PU, Litbang Pertanian, BPPT, Perguruan Tinggi

Page 120: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

108

Teknologi pengolahan air baku menjadi air minum

Riset utama: Inventarisasi sumberdaya air dan pembuatan neraca air

Riset pendukung: - Pemodelan

sumberdaya air

- Teknologi modifikasi cuaca

- Sistem informasi sumberdaya air

Riset utama: Peningkatan efisiensi sistem pengolahan air Riset pendukung: - Penanganan

sludge sisa pengolahan

- Air minum mobile kawasan bencana

Litbang SDA PU, BPPT, LIPI, Perguruan Tinggi, Litbanng Swasta

Page 121: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

109

Tabel 4.1 (Lanjutan)

NO. SEKTOR POTENSI DAMPAK

METODE ADAPTASI

RISET UTAMA DAN

PENDUKUNG

LEMBAGA LITBANG TERKAIT

2 Kerentanan Pesisir

Kenaikan Temperatur Air Laut Kenaikan paras muka laut

k. Sistem peringatan dini terjadinya coral bleaching.

Terumbu karang buatan (artificial coral reef)

Pembuatan bangunan fisik pelindung pantai

Riset utama: Parameter penting dalam coral bleaching dan pengembangan sistem monitoring kontinyu. Riset pendukung: - Korelasi

coral bleaching dan produktivitas perikanan

- Riset sensor dan telemetri

Riset utama: Inovasi material terumbu karang buatan

Riset pendukung:

- Kajian sosekbud terumbu karang buatan

- Peta potensi penerapan terumbu

Balitbang Kelautan Perikanan, BPPT, LIPI, LEN Balitbang Kelautan Perikanan, BPPT, LIPI, Perguruan Tinggi Balitbang KKP, Balitbang SDA PU, BPPT, Perguruan Tinggi

Page 122: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

110

karang buatan

Riset utama: Pemodelan kenaikan muka air laut pada beberapa tipologi pantai di Indonesia Riset pendukung:

- Kajian kesesuaian sea wall tiap wilayah

- Material bangunan pantai yang efektif

Tabel 4.1 (Lanjutan)

NO. SEKTOR POTENSI DAMPAK

METODE ADAPTASI

RISET UTAMA DAN

PENDUKUNG

LEMBAGA LITBANG TERKAIT

l. Perlindungan pantai secara non-fisik

Riset utama: Pemetaan wilayah-wilayah pesisir rawan bencana Riset pendukung: - Kajian

Balitbang Kelautan Perikanan, BPPT, LIPI, LEN

Page 123: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

111

Pengelolaan kawasan pesisir

tingkat resiko dan dampak kenaikan muka laut

Riset utama: Tata ruang dan geospasial dalam antisipasi perubahan iklim

Riset pendukung:

- Pemodelan akibat intrusi air laut

- Penataan ulang terkait pemunduran kawasan dan dampak sosekbud.

- Model pemberdayaan masyarakat pesisir

Balitbang Kelautan Perikanan, BPPT, LIPI, Perguruan Tinggi

Page 124: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

112

Tabel 4.1 (Lanjutan)

NO. SEKTOR POTENSI DAMPAK

METODE ADAPTASI

RISET UTAMA DAN

PENDUKUNG

LEMBAGA LITBANG TERKAIT

Produktivitas perikanan

m. Penerapan teknologi marikultur

Penerapan budidaya perikanan adaptif perubahan iklim

Riset utama: Pengembangan konsep Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA) Riset pendukung: - Kajian hama dan penyakit baru ikan - Teknologi keramba jaring apung Riset utama: Bioteknologi untuk pembibitan ikan yang adaptif perubahan iklim

Riset pendukung:

- Peta kawasan potensi budidaya

- Kajian budidaya ikan laut tangkap

- Kajian pangan alternatif berbasis

Balitbang Kelautan Perikanan, BPPT, LIPI, Fakultas Kelautan & Perikanan Universitas Balitbang Kelautan Perikanan, BPPT, LIPI, Perguruan Tinggi

Page 125: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

113

perikanan

Tabel 4.1 (Lanjutan)

NO. SEKTOR POTENSI DAMPAK

METODE ADAPTASI

RISET UTAMA DAN

PENDUKUNG

LEMBAGA LITBANG TERKAIT

3 Kesehatan Masyarakat

Intensitas Kejadian Penyakit Menular

Penerapan Bioteknologi dan biologi molekuler

Penerapan Epidemiologi klinis

Riset utama: Riset kandidat vaksin dan kit diagnostik potensial penyakit menular utama (Malaria, DBD, HIV, TB, SARS) Riset pendukung:

- Teknik deteksi dini dan penentuan prognosis penyakit

- Pengembangan model EWORS (early warning outbreak recognition

Balitbang Kesehatan, Biofarma, Lembaga Eikjman Balitbang Kesehatan, Biofarma, Universitas Balitbang Kesehatan, BPPT, Perguruan Tinggi

Page 126: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

114

system) Riset utama: Pola penyebaran dan intensitas penularan dari penyakit malaria, DBD, HIV, TB, SARS

Riset pendukung:

- Model hubungan parameter fisik iklim dan intensitas penularan

- Pemanfaatan GIS/RS untuk pengelolaan wilayah untuk tujuan kesehatan

Page 127: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

115

Tabel 4.1 (Lanjutan)

NO. SEKTOR POTENSI DAMPAK

METODE ADAPTASI

RISET UTAMA DAN

PENDUKUNG

LEMBAGA LITBANG TERKAIT

Peningkatan Kasus Penyakit Degeneratif Masalah gizi dan malnutrisi

Pengembangan segi klinis praktis, tata laksana dan eksperimental molekuler.

Peningkatan status gizi masyarakat

Riset utama: Pengembangan sel punca-dewasa (adult stem cell) Riset pendukung:

- Riset sistem metabolik

Riset utama: Pengembangan teknik nutrigenomik untuk melihat korelasi genetik dan status gizi Pengembangan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) berbasis masyarakat

Riset pendukung:

- Riset-riset pangan alternatif

- Sosial kemanusiaan menuju paradigma hidup sehat

- Pengembangan bahan

Balitbang Kesehatan, Biofarma, Lembaga Eikjman, FK Universitas Balitbang Kesehatan, Lembaga Eijkman, FK Universitas

Page 128: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

116

alami untuk pangan atau obat

- Teknik-teknik SKPG agar lebih efektif

Tabel 4.1 (Lanjutan)

NO. SEKTOR POTENSI DAMPAK

METODE ADAPTASI

RISET UTAMA DAN

PENDUKUNG

LEMBAGA LITBANG TERKAIT

Peningkatan Kasus Penyakit Zoonosis Masalah sanitasi lingkungan dan tingkat kesehatan masyarakat

Promotif, preventif dan pengendalian faktor risiko zoonosi Pengembangan teknologi tepat guna untuk sanitasi lingkungan

Riset utama: Penelitian korelasi antar vektor, reservoir dan penyakit Riset pendukung:

- Model pengendalian vektor, reservoir dan penyakit

- Identifikasi spesies organisme penyakit yang bersifat patogen bagi manusia

Riset utama:

Badan Pengembangan Penelitian Vektor dan Reservoir (B2P2VRP), Balitbang Kesehatan Balitbang Kesehatan, Balitbang SDA PU, BPPT, LIPI, Universitas

Page 129: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

117

Pengembangan teknologi tepat guna untuk pengolahan air dan pengolahan limbah rumah tangga unit yankes dan industri. Riset pendukung:

- Model penyehatan dan Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

- Teknologi sanitasi pedesaan

- Pengelolaan sampah rumah tangga dan skala kawasan

Page 130: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

118

Tabel 4.2 Matrik Keterkaitan Riset Adaptasi Perubahan Iklim

Metode

Adaptasi*)

Keamanan Pangan Kerentanan Pesisir Kesehatan

Rek

ayas

a Ik

lim M

ikro

Var

ieta

s a

dap

tif

iklim

Kal

end

er p

ola

tan

am

Div

ersi

fias

i Pan

gan

Pak

an t

ern

ak

Pem

anen

an A

ir h

uja

n

Ku

alit

as a

ir p

erm

uka

an

Dau

r u

lan

g ai

r P

enge

lola

an S

DA

ir

Pen

gola

han

Air

Bak

u

EWS

cora

l ble

ach

ing

Art

ific

ial r

eef

Per

lind

un

gan

fis

ik

Per

lind

un

gan

no

n-f

isik

Pen

gelo

laan

kaw

asan

Tekn

olo

gi m

aro

kult

ur

Bu

did

aya

ikan

ad

apti

f ik

lim

Pen

yaki

t m

enu

lar

Pen

yaki

t d

egen

erat

if

Giz

i b

uru

k &

mal

nu

tris

i

Pen

yaki

t zo

on

osi

s Sa

nit

asi l

ingk

un

gan

Rekayasa Iklim Mikro Varietas adaptif iklim Kalender pola tanam Diversifiasi Pangan ● ● ● Pakan ternak ● Pemanenan Air hujan ● ● Kualitas air permukaan ● Daur ulang air ● Pengelolaan SDAir ● ● ● Pengolahan Air Baku EWS coral bleaching

Page 131: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

119

Artificial reef ● Perlindungan fisik ● ● Perlindungan non-fisik Pengelolaan kawasan ● ● Teknologi marikultur ● ● Budidaya ikan adaptif iklim

● ● ●

Penyakit menular ● Penyakit degeneratif Gizi buruk & malnutrisi ● ● Penyakit zoonosis ● ● Sanitasi lingkungan ● ● ● ●

*) Metode adaptasi diambil dari kolom ke-4 dalam Tabel 4.1

Page 132: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

120

4.4 Riset Lintas Bidang (Cross-cutting issues)

Pendekatan adaptasi perubahan iklim di Indonesia memang bersifat

sektoral. Namun demikian mengingat permasalahan perubahan iklim

adalah kompleks dan tidak dapat diantisipasi melalui satu sektor

tertentu saja, maka kata kuncinya adalah perlunya koordinasi dan

pelaksanaan program yang bersifat lintas sektoral. Ini berlaku bukan

saja bagi adaptasi tetapi juga dalam tindakan mitigasi. Mengingat

metode adaptasi juga bisa bersinggungan antar satu sektor dengan

sektor lainnya, maka riset-riset dalam adaptasi perubahan iklim juga

berpotensi terjadi overlapping.

Masalah kebutuhan akan keamanan pangan akan sangat terkait erat

dengan pemenuhan gizi untuk mencegah malnutrisi. Ini berarti riset-

riset pangan alternatif harus diarahkan untuk mendapatkan pangan

dengan kandungan gizi yang tinggi. Demikian pula riset untuk

pengelolaan sumberdaya air termasuk pengolahan air adalah juga

dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat dan keamanan

pangan. Kemudian riset-riset terkait upaya perlindungan fisik pantai

atas kenaikan paras muka laut adalah juga untuk memproteksi

sumberdaya lahan yang potensial sebagai sumberdaya pangan.

Perlindungan pantai baik fisik dan non fisik merupakan bagian dari

pengelolaan kawasan pantai yang akan meningkatkan kesehatan

masyarakat pesisir misal dengan menekan salinitas air, mencegah

Page 133: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

121

berkembangnya vektor penyakit maupun peningkatan sanitasi

lingkungan secara keseluruhan.

Contoh keterkaitan ini juga bisa bersifat tidak langsung, seperti

perlindungan terhadap terumbu karang atau penerapan terumbu

karang buatan akan meningkatkan atau memulihkan kembali potensi

perikanan, ini berarti menunjang keamanan pangan dan pemenuhan

gizi masyarakat. Secara matrik, hubungan antar sektor atau bidang

adaptasi ini diperlihatkan dalam Tabel 4.2. Tentu akan masih banyak

lagi keterkaitan antar tema riset adaptasi, termasuk juga keterkaitan

antara mitagasi dan adaptasi. Namun demikian, disebabkan

terbatasnya waktu dan sumberdaya, maka kajian ini dibatasi pada

penentuan setidaknya 5 metode adaptasi untuk kemudian dimatrikkan

sebagaimana dalam Tabel 4.2. Dengan demikian sebenarnya melalui

pemetaan dalam tabel 4.2 tersebut, efektivitas dan efisiensi riset dapat

dicapai.

Page 134: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

122

BAB V

PENUTUP

Selain ditujukan untuk meningkatkan daya saing bangsa,

pembangunan iptek hakekatnya juga untuk mengatasi berbagai

persoalan terkait interaksi manusia dengan lingkungan dimana ia

tinggal. Ancaman perubahan iklim sebagai akibat pemanasan global

merupakan problem yang harus segera diantisipasi termasuk dalam

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selama ini kita sering

terfokus pada upaya mitigasi, padahal Indonesia sebenarnya termasuk

negara yang tidak terkena kewajiban menurunkan emisi GRK, serta

rentan dalam menerima dampak perubahan iklim. Namun kita masih

kurang dalam memberikan perhatian pada upaya adaptasi termasuk

dalam pengembangan iptek adaptasi perubahan iklim.

Sebenarnya beberapa lembaga riset di Indonesia telah memulai riset-

riset atau perekayasaan dalam rangka adaptasi perubahan iklim jauh

sebelum munculnya isu perubahan iklim seperti pencarian energi

alternatif yang dipicu krisis energi fosil. Penelitian diversifikasi pangan

terkait makin sempitnya lahan untuk tanaman padi. Demikian pula

dengan riset-riset terkait air bersih yang secara alamiah dipicu makin

langkanya sumber air baku, walau ini bisa diartikan sebagai riset

adaptasi. Namun demikian secara umum, riset-riset terkait perubahan

Page 135: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

123

iklim baik bersifat mitigasi atau adaptasi ini tidak terpublikasikan

dengan baik serta kurang terkoordinasi sehingga sering terjadi

duplikasi atau kurang tepat sasaran. Dengan demikian perlu dipikirkan

bagaimana agar riset-riset yang telah dan sedang berjalan di berbagai

lembaga saat ini, dapat dilaksanakan dan terkoordinir lebih baik lagi.

Guna mengatasi permasalahan tersebut dan dengan

mempertimbangkan berbagai hal yang telah diuraikan pada bab-bab

sebelumnya dalam buku ini, maka rekomendasi dari hasil kajian ini

antara lain;

a. Perlu adanya koordinasi substansi riset oleh DNPI sebagai focal

point isu Perubahan Iklim di Indonesia.

b. Perlu adanya penggalangan pendanaan internasional oleh DNPI

untuk kerjasama riset perubahan Iklim di Indonesia.

c. Membangun suatu lembaga infrastruktur yang mengkoordinasi

pengadaan dan pemanfaatan infrastruktur riset perubahan

iklim, dengan cara:

– Memperkuat infrastruktur lembaga riset yang sudah ada

dengan diberi wewenang untuk menjadi koordinator riset

perubahan iklim; atau

– Membuat lembaga koordinasi baru

d. Dalam jangka pendek perlu dibuat mekanisme koordinasi yang

dilengkapi infrastruktur serta berbagai instrumen penunjang

Page 136: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

124

(misal basis data bersama) yang dapat digunakan juga sebagai

penunjang kerjasama atau negosisasi iklim di tingkat

internasional. Dalam tataran praktis saat ini, metode koordinasi

antar kegiatan riset dapat memanfaatkan fasilitas OMRC (Open

Method Research Coordination) suatu aplikasi database

berbasis web terintegrasi yang telah dikembangkan DRN.

e. Dalam jangka menengah perlu dibangun pusat-pusat

pembelajaran masyarakat (learning center) guna

mengefektifkan diseminasi metode adaptasi bagi masyarakat

yang rentan terkena dampak perubahan iklim bekerjasama

dengan organisasi non-pemerintah yang telah memiliki sistem

dan jejaring berbasis masyarakat.

f. Dalam jangka panjang, seluruh riset maupun kerekayasaan

adaptasi perubahan iklim harus terintegrasi dengan program

kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat (community based

disaster risk reduction) sebagai satu kesatuan strategi adaptasi.

Sebagai pelengkap rekomendasi pada butir (d) dan (e) di atas, maka

suatu konsep jejaring dalam riset adaptasi perubahan iklim dan

diseminasi hasil-hasil risetnya dapat diilustrasikan dalam Gambar 5.1.

Page 137: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

125

Gambar 5.1 Konsep Jejaring Arus Informasi dan Diseminasi Hasil Riset Adaptasi Perubahan Iklim

Internet based

Pusat Informasi Adaptasi Perubahan Iklim

(DNPI)

Media Komunikasi

(mis. OMRC-DRN)

Media Komunikasi

(mis. Radio komunitas, internet dll.)

Kel. Nelayan

LAPAN

Kel. PetambakPemkot/

Pemkab

Balitbang Kementerian

Kel. Petani

Univer-sitas

LIPI

BPPT

Komunitas rentan

BMKG LSM/NGO

Internet based

Pusat Informasi Adaptasi Perubahan Iklim

(DNPI)

Media Komunikasi

(mis. OMRC-DRN)

Media Komunikasi

(mis. Radio komunitas, internet dll.)

Kel. Nelayan

LAPAN

Kel. PetambakPemkot/

Pemkab

Balitbang Kementerian

Kel. Petani

Univer-sitas

LIPI

BPPT

Komunitas rentan

BMKG LSM/NGO

Page 138: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

126

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) & GTZ. 2009. Indonesia’s Technology Needs Assessment on Climate Change Mitigation – Synthesis Report. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). 2011. Grand Strategy Pengembangan Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklimn – Final Report Bappenas. 2011. Strategi Nasional REDD+. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta. Bappenas. 2010. National Development Planning: Indonesia Responses to Climate Change. Jakarta. Bratasida, L. 2010. Low Carbon Development Path in Indonesia: Challenges and Oppotunities. Bahan presentasi pada Asia-Pacific Business Forum (APBF) April 2010, United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP) Combine Resource Institution. 2010. Annual Report 2010. Yogyakarta US CDIAC. 2004. Fossil Fuel CO2 Emission by Nation. Diakses 29 April 2011 di http://co2now.org/Know-GHGs/Emissions Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI). 2010. Kurva Biaya (Cost Curve) Pengurangan Gas Rumah Kaca Indonesia.

Page 139: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

127

Dewan Riset Nasional. 2010a. Agenda Riset Nasional 2010-2014. Jakarta Dewan Riset Nasional. 2010b. Peranan Iptek Dalam Menjawab Pemanasan Global. Jakarta Deal, C. 2007. Climate Change Technology Transfer: Opportunity in the Developing World. WISE, Washington. Diposaptono, S., Budiman, F. Agung. 2009. Menyiasati Perubahan Iklim Di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. PT. Sarana Komunitas Utama. Bogor Indonesia Forest Climate Alliance (IFCA). 2007. REDD Indonesia. UNCCC, IFCA, Ministry of Forestry, Republic of Indonesia Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2011. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025. Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2010. Strategi REDD Indonesia Fase Readiness 2009 – 2012 dan Progress Implementasinya. Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, AUSAID, GTZ, ITTO, The Nature Conservacy Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2007. Rencana Aksi Nasional dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Page 140: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

128

KLH, GTZ dan WWF. 2007. Kajian Risiko dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sektor Pesisir dan Laut. Technical Document. Ministry of Forestry, Republic of Indonesia. 2008. IFCA Consolidation Report: REDD in Indonesia. Forestry Research and Development Agency (FORDA) & Ministry of Forestry, Republic of Indonesia Ministry of Environment, Republic of Indonesia. 2009. Indonesia Second National Communication (SNC) Under the United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) – Final Report Ministry of Energy and Mineral Resources. 2010. National Appropriate of Mitigation Actions (NAMAs), Jakarta. Ministry of Finance, Republic of Indonesia. 2009. Economic and Fiscal Policy Strategies for Climate Change Mitigation in Indonesia – Ministry of Finance Green Paper. National Development Planning Agency (Bappenas). 2009. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR) – Synthesis Report. National Research Council, USA. 2001. Climate Change Science: An Analysis of Some Key Questions, Washington D.C PRISMA. 2010. Perubahan Iklim dan Tantangan Peradaban. LP3ES. Vol.29 April 2010. UNEP & WMO. 2007. Climate Change 2007 – The Physical Science Basics, Summary for Policymakers, Technical Summary and FAQ, 2007

Page 141: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

129

State Ministry for the Environment and UNDP. 2000. The First National Communication under the United Nations Framework Convention on Climate Change, Jakarta. State Ministry for the Environment Republic of Indonesia. 2001. Identification of Less Greenhouse Gases Emissions Technologies in Indonesia, Jakarta. State Ministry for the the Environment Republic of Indonesia. 2009. Indonesia Second National Community under the UNFCCC, Jakarta.

Page 142: IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM - drn.go.iddrn.go.id/files/buku-adaptasi-iklim-2011-final.pdfatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN 978-979-9017-30-7

130

TIM PENDUKUNG SEKRETARIAT:

Pengarah : Tusy A.Adibroto

Koordinator : Hartaya

Desain Sampul dan Tata Letak : Syarif Budiman