Upload
fidelia-yudi
View
989
Download
247
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ppt intubasi refrat
Citation preview
ANATOMI JALAN NAFAS ATAS1. Nasofaring2. Orofaring : rongga mulut3. Faring : tonsil, uvula, epiglotis JALAN NAFAS BAWAH1. Plica vocalis2. Laring tdd 9 cartilago
fungsi : proteksi jalan nafas, ventilasi
ANATOMI Trakea
Trakea ialah saluran udara berukuran kira-kira 12 cm panjang yang terletak anterior terhadap esofogus. Trakea memanjang dari rawan krikoid laring ke atas tulang vertebra toraks ke-5 dan seterusnya membagi kepada bronkus primer kanan dan kiri.
Pengertian Intubasi Endotrakheal
Menurut Hendrickson (2002), intubasi adalah memasukkan suatu lubang atau pipa melalui mulut atau melalui hidung, dengan sasaran jalan nafas bagian atas atau trakhea
Intinya tindakan memasukkan pipa endotrakhea ke dalam trakhea sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dibantu dan dikendalikan
Tujuan Intubasi Endotrakhea
a. Mempermudah pemberian anestesia.b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap
bebas serta mempertahankan kelancaran pernafasan.
c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung (pada keadaan tidak sadar, lambung penuh dan tidak ada refleks batuk).
d. Mempermudah pengisapan sekret trakheobronchial.
e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.f. Mengatasi obstruksi laring akut.
INDIKASI INTUBASI
Menjaga jalan nafas yang bebas dalam keadaan-keadaan yang sulit.
Operasi-operasi di daerah kepala, leher, mulut, hidung dan tenggorokan
Pada banyak operasi Operasi intra torachal Untuk mencegah kontaminasi trachea, misalnya
pada obstruksi intestinal. Pada pasien yang mudah timbul laringospasme. Tracheostomi. Pada pasien dengan fiksasi vocal chords. Anak-anak
Indikasi Intubasi Untuk Kasus Nonsurgical
a. Asfiksia neonatorum yang berat.b. Untuk melakukan resusitasi pada pasien yang
tersumbat pernafasannya, depresi atau absent dan sering menimbulkan aspirasi.
c. Obstruksi laryngeal berat karena eksudat inflamatoir.
d. Pasien dengan atelektasis dan tanda eksudasi dalam paru-paru.
e. Pada pasien-pasien yang diperkirakan tidak sadar untuk waktu yang lebih lama dari 24 jam seharusnya diintubasi.
f. Pada post operative respiratory insufficiency
Kontra Indikasi a. Beberapa keadaan trauma jalan nafas
atau obstruksi Tindakan yang harus
dilakukan adalah cricothyrotomy
b. Trauma servikal yang memerlukan keadaan
imobilisasi tulang vertebra servical, sehingga
sangat sulit untuk dilakukan intubasi.
PHYSICAL EXAMINATION
Bisa buka mulut/ tidak Susah gerak tulang cervical Macroglossia Leher pendek Kegemukan Masalah gigi
INDIKASI OROTRAKEAL INTUBASI Ancaman atau risiko terjadinya aspirasi
yang lebih besar Pemberian bantuan napas dengan
menggunakan sungkup sulit dilakukan Ventilasi direncanakan dalam waktu
yang lama Intubasi orotrakeal juga dilakukan
sebagai prosedur tindakan bedah, seperti bedah kepala-leher, intratorak, dan lainnya.
MALLAMPATI Classification Class 1 : terlihat semua dr tonsil,
uvula Class 2 : ujung uvula tertutup
pangkal lidah Class 3 : >1/2 uvula trtutup/tdk
terlihat Class 4 : sama sekali tdk terlihat
UKURAN PIPA ENDOTRAKEALUsia
Diameter (mm)
Skala FrenchJarak
Sampai BibirPrematur 2,0-2,5 10 10 cmNeonatus 2,5-3,5 12 11cm1-6 bulan 3,0-4,0 14 11 cm½-1 tahun 3,0-3,5 16 12 cm1-4 tahun 4,0-4,5 18 13 cm4-6 tahun 4,5-,50 20 14 cm6-8 tahun 5,0-5,5* 22 15-16 cm8-10 tahun 5,5-6,0* 24 16-17 cm
10-12 tahun 6,0-6,5* 26 17-18 cm12-14 tahun 6,5-7,0 28-30 18-22 cm
Dewasa wanita
6,5-8,5 28-30 20-24 cm
Dewasa pria 7,5-10 32-34 20-24 cm
Alat-alat untuk Intubasi
A : AIRWAY alat untk menjaga terbukanya jalan napas yaitu pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini berfungsi untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar agar lidah tidak menyumbat jalan
Alat-alat Untuk Intubasi
C = Connectorpenyambung antara pipa dengan bag valve mask ataupun peralatan anestesia.
S = Suctionpenyedot lendir, ludah, dan cairan lainnya.
Siapkan alat dan pasien Cuci tangan Pakai masker penutup hidung dan
mulut dan sarung tangan Atur posisi pasien,kepala
ekstensi,leher fleksi SNIFFING position
OKSIGENASISetelah dilakukan anestesi dan diberikan pelumpuh otot, lakukan oksigenasi dengan pemberian oksigen 100% minimal dilakukan selama 2 menit. Sungkup muka dipegang dengan tangan kiri dan balon dengan tangan kanan.
Tangan kanan memegang kedua bibir lalu buka mulut pasien Tangan kiri memegang laringoscope,masukkan blade dari sebelah kanan mulut sambil membawa bagian lidah ke arah kiri sampai terlihat uvula dan epiglottis.
Dari arah luar tekan tulang rawan thyroid untuk membantu terbukanya epiglottis
Masukkan endotracheal tube dengan arah miring ke kanan dan setelah masuk putar ke arah tengah
Isi balon endotracheal dengan spuit kosong Sambungkan endotracheal dengan
ventilator/bag
Dengarkan bunyi nafas dengan stetoskop masuk ke esophagus, terlalu kanan atau terlalu kiri dari bronchus
Fiksasi menggunakan plester
INTUBASI NASOTRAKEAL Diameter pipa nasotrakeal < pipa orotrakeal
tahanan jalan napas menjadi cenderung meningkat.
Jarang dilakukan karena peningkatan tahanan jalan napas serta risiko terjadinya sinusitis.
Indikasi : - operasi rongga mulut- untuk operasi yg lama
Kontraindikasi :fraktur basis cranii, khususnya pada tulang ethmoid, epistaksis, polip nasal, koagulopati, dan trombolisis.
Blind intubationCara: -Tempatkan ujung ET pd salah satul ubang hidung yang paten-Dorong ET keatas hidung dan kebelakangdankebawah nasofaring-Dengarkan suaraliranudara melalui ET-Dorong pipa sampai suar aliranudaramaksimal-Sambil mendengarkang erakan udara dorong dgn cepats ampai ET masuk trakhea-Isi balon ET dgn udara secukupnya, chek ketepatan ujung ET, lalu diplester-Bila gagal dlm 30 detik henikan,pompa bag mask valve dan ulang ilagi
Cara AVU
/bukan blind-Setelah ujung ET dinasofaring, buka mulut denganlaringoskop-Jepit ujung ET dgn Mc Gill forcep-Sambil ET didorong pimpin ujung ET sampai masuk kelubanglaring.-Dorong terus sampai semua balon masuk trakhea-Isi balon dengan udara secukupnya-Chek ketepatan penempatan ujung ET dlm trakhea-ET diplester supaya tidak berubah letaknya
TEHNIK INTUBASI NASOTRAKEALBlind intubation Tempatkan ujung ET pd salah satul lubang hidu
ng yang paten Dorong ET keatas hidung dan kebelakang dan
kebawah nasofaring dengarkan suaraliranudara melalui ET Dorong pipa sampai suara aliran udara
maksimal Sambil mendengarkan gerakan udara dorong
dgn cepat sampai ET masuk trakhea Isi balon ET dgn udara secukupnya, chek
ketepatan ujung ET, lalu diplester Bila gagal dlm 30 detik henitkan,pompa bag
mask valve dan ulangi lagi
Cara AV/bukan blind Setelah ujung ET dinasofaring, buka
mulut denganlaringoskop Jepit ujung ET dgn Mc Gill forcep Sambil ET didorong pimpin ujung
ET sampai masuk kelubang laring Dorong terus sampai semua balon
masuk trakhea Isi balon dengan udara secukupnya Cek ketepatan penempatan ujung ET
dlm trakhea ET diplester supaya tidak berubah
letaknya
Ekstubasi paling baik saat teranestesi dalam atau sadar
Ektubasi saat anestesi dangkal (keadaan antara anestesi dalam dan sadar) HINDARI!!!resiko laringospasme
Perbedaan nyata pada saat suction HARUS suction sblm ekstubasi!!! ETT dilepaskan dari plester dan balon
dikemperskan ETT diangkat dlm sekali narik scr halus Berikan O2 100% melalui face mask
sampai pasien stabil untuk transportasi ke ruang pemulihan
Komplikasi Intubasi Endotrakheal.
1. Komplikasi tindakan laringoskop dan intubasi
a. Malposisi berupa intubasi esofagus, intubasi endobronkial serta malposisi laringeal cuff.
b. Trauma jalan nafas berupa kerusakan gigi, laserasi bibir, lidah atau mukosa mulut, cedera tenggorok, dislokasi mandibula dan diseksi retrofaringeal.
c. Gangguan refleks berupa hipertensi, takikardi, tekanan intracranial meningkat, tekanan intraocular meningkat dan spasme laring.
d. Malfungsi tuba berupa perforasi cuff.
Komplikasi Intubasi Endotrakheal
2. Komplikasi pemasukan pipa endotracheal.
a. Malposisi berupa ekstubasi yang terjadi sendiri, intubasi ke endobronkial dan malposisi laringeal cuff.
b. Trauma jalan nafas berupa inflamasi dan ulserasi mukosa, serta ekskoriasi kulit hidungc. Malfungsi tuba berupa obstruksi.
Komplikasi Intubasi Endotrakheal
3. Komplikasi setelah ekstubasi. a. Trauma jalan nafas berupa edema dan
stenosis (glotis, subglotis atau trachea), suara sesak atau parau (granuloma atau paralisis pita suara), malfungsi dan aspirasi laring.
b. Gangguan refleks berupa spasme laring.